15
KELOMPOK I ( TUNA RUNGU) ADI SUCIPTO ASRYANA LESTARI MUH. ANDI ISWANTO AYU OKTAVIANA

Kelompok i ( Tuna Rungu)

  • Upload
    ella

  • View
    234

  • Download
    1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

baca saja ini minta tolong... hahahahahahahahahahahahahahahahahahahah hahahahahahaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh

Citation preview

KELOMPOK I ( TUNA RUNGU)

ADI SUCIPTOASRYANA LESTARIMUH. ANDI ISWANTOAYU OKTAVIANA

PENGERTIAN

Tuna rungu adalah seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar baik sebagian atau seluruhnya yang diakibatkan karena tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran, sehingga ia tidak dapat menggunakan alat pendengaran dalam kehidupan sehari-hari yang membawa dampak terhadap kehidupannya secara kompleks

SEJARAH PENYAKIT Pada jaman dahulu anak tunarungu dan anak

terbelakang mental (tunamental) sukar di bedakan, karena kedua –duanya sukar di ajak bicara. Orang yang mengajar murid tuli (tunarungu berat) yang pertama adalah PEDRO PONCE DELEON. Dia seorang biarawan di ST BENDEDICT (SPANYOL 1520 – 1584 Masehi).

Alphabet pertama lahir pada tahun 1620 atas usaha PLABLO BONET. Oleh BONET dijelaskan behwa dalam pengajarannya juga terdapat pelajaran ARTIKULASI seperti apa yang diberikan di Indonesia sekarang ini. Selajutnya Alphabet dari PLABLO BONET tersebut berupa abjad yang terdiri isyarat tangan. Kemudian dilanjutkan oleh JACOB RODRIGUES PEREIRE denan mengembangkan bahasa isyarat dengan mempergunakan tangan. Selain itu juga dikembangkan metode lain yang disebut metode bibir atau metode oral.

Pada abad XVII (17) JOHN BULWERE dan JOHN WALLIS di Inggris memulai penididikan dan pengajaran anak tunarungu dengan metode isyarat, sedangkan di negeri Belanda dirintis oleh JOHN AMMAN (1692).

Kemudian abad ke XVIII (18) muncullah seorang Paderi di Paris, ABBEDE L’EPPEE (1712 – 1789) Dia membuka sekolah pertama untuk orang tuli pada tahun 1775. selanjutnya ia mengatakan bahwa bahasa isyarat adalah bahasa pembawaan anak tunarungu sejak lahir.

Selanjutnya SAMUEL HEINICKE di Jerman mengembangkan metode oral, jadi mulai itulah terjadi aliran Jerman (aliran oralisme). Metode ini bertitik tolak dari pandangan bahwa anak tuli (anak tunarungu berat)  memiliki potensial untuk berbicara dan dapat diajak bicara dengan baik.

Kemudian secara bersama-sama aliran manualisme dan oralisme berkembang ke Amerika, Manualisme dikembangkan oleh GALAUDET atas pengaruh belajar di Paris Perancis, sedangkan Oralisme dikembangkan oleh Alexander Graham Bell yang kemudian menemukan alat telepon yang kenamaan dengan mengembangkan pemakaian alat Bantu Dengar (HEARING AID) serta pengeras suara. Maka timbullah satuan ukuran pendengaran seseorang yang disebut deciBell (dB). Dan di Inggris dikembangkan oleh THOMAS BRAIDWOOD.

Di Indonesia pendidikan anak tunarungu dimulai di Bandung Jawa Barat, sekitar tahun 1930 dan beberapa tahun kemudian didirikan sekolah luar biasa B (SLB bagian B) di Wonosobo Jawa Tengah dan sekarang ini telah tersebar di seluruh tanah air Indonesia dan kebanyakan diselenggarakan oleh pihak swasta berupa yayasan – yayasan.

MANIFESTASI KLINISDalam segi fisikCara berjalannya kaku dan anak

membungkuk, Hal ini disebabkan terutama terhadap alat pendengaran.

Gerakan matanya cepat agak beringas, Hal ini menunjukkan bahwa ia ingin menangkap keadaan yang ada di sekelilingnya.

Gerakan kaki dan tangannya sangat cepat atau kidal, Hal tersebut tampak dalam mengadakan komunikasi dengan gerak isyarat.

Pernafasannya pendek dan agak terganggu.

Segi sosialPerasaan rendah diri dan merasa diasingkan

oleh keluarga atau masyarakat.Perasaan cemburu dan salah sangka

diperlakukan tidak adilKurang menguasai irama gaya bahasa

Segi emosiKekurangan bahasa lisan dan tulisan

seringkali menyebabkan siswa tuna rungu akan menafsirkan sesuatu negative atau salah dalam hal pengertiannya. Hal ini disebabkan karena tekanan pada emosinya.

ETIOLOGIBrown seperti dikutip oleh Heward & Orlansky (Abdurrachmandan Sudjadi,1996: 71) mengatakan bahwa penyebabketunarunguan adalah: Materna Rubella (campak) pada waktu ibu mengandung

mudah terkena penyakit campak sehingga dapat menyebabkan rusaknya pendengaran anak;

Faktor keturunan yang tampak dari adanya beberapa anggota keluarga yang mengalami kerusakan pendengaran.

Ada komplikasi pada saat dalam kandungan dan kelahiran prematur, berat badan kurang, bayi lahir biru dan sebagainya.

Meningitis (radang otak) sehingga ada semacam bakteri yang dapat merusak sensitivitas alat dengar dibagian dalam telinga.

Kecelakaan/trauma atau penyakit.

Berdasarkan paparan di atas dapat dideskripsikan bahwa ketunarunguan disebabkan oleh faktor keturunan, faktor penyakit dan faktor kecelakaan. Ini berarti keluarga yang mempunyai riwayat ketunarunguan, kemungkinan mempunyai anak yang mengalami kelainan ketunarunguan. Sedangkan ketunarunguan yang disebabkan penyakit maupun kecelakaan kemungkin tidak diturunkan kepada anak.

PATOFISIOLOGIKehilangan konduktif

biasanya terjadi akibat kelainan telinga luar, seperti infeksi serumen, atau kelainan telinga tengah, seperti otitis media atau otosklerosis. Pada keadaan seperti itu, hantaran suara efisien  melalui udara ke telinga dalam terputus. Jenis kedua,kehilangan sensoris melibatkan kerusakan koklea atau saraf vestibulokoklear.

Kehilangan sensorismelibatkan kerusakan koklea atau saraf vestibulokoklear. Selain kehilangan konduktsi dan sensori neural, dapat juga terjadi kehilangan pendengaran campuran begitu juga kehilangan pendengaran fungsional. Pasien dengan kehilangan suara campuran mengalami kehilangan baik konduktif maupun sensori neural akibat disfungsi konduksi udara maupun konduksi tulang. Kehilangan suara fungsional (atau psikogenik) bersifat inorganik dan tidak berhubungan dengan perubahan struktural mekanisme pendengaran yang dapat dideteksi biasanya sebagai manifestasi gangguan emosional.

PENDIDIKAN KESEHATAN

Alfabet isyarat

SEKIAN &

TERIMA KASIH