Upload
ryan-yunizar
View
25
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
MAKALAH
PENILAIAN PRESTASI KERJA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah MSDM
Oleh:
SYNTHA SEPTINA ( AK 1-E / 21 ) TAUFAN SEPTIANSYAH ( AK 1-E / 22 ) VINA FITRIA ( AK 1-E / 23 ) WILUJENG TEGUH RAHARJO ( AK 1-E / 24) YUNIATI HASTUTI ( AK 1-E / 25)
JURUSAN AKUNTANSI
PROGRAM STUDI D3 AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kinerja seorang karyawan merupakan hal yang penting, sekaligus menentukan efektif
atau tidaknya kinerja di suatu perusahaan. Apabila kinerja karyawan tidak baik, maka otomatis
kinerja perusahaan juga tidak baik, begitu juga sebaliknya. Akan tetapi di dalam pelaksanaannya
masih banyak perusahaan maupun karyawan yang kurang perhatian terhadap penilaian kinerja.
Karyawan memandang kurang penting karena merasa tidak memperoleh manfaat yang maksimal
dari penilaian kinerja tersebut, karena seringkali penilaian dilakukan dengan tidak objektif serta
hasilnya tidak terlalu mempengaruhi sistem penggajian dan promosi jabatan. Sedangkan dari
pihak perusahaan merasa kurang penting karena merasa terlalu merepotkan dan menambah
beban biaya operasional perusahaan.
Setiap pimpinan perlu mengambil keputusan dan keputusan itu akan semakin tepat
apabila informasinya juga tepat. Salah satu cara untuk mendapatkan informasi yang berkaitan
dengan kemampuan karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya adalah penilaian prestasi.
Tentu saja pelaksanaan penilaian prestasi itu sendiri harus benar agar informasi yang
diperoleh juga benar. Untuk itu dalam bab ini akan dibahas prinsip-prinsip yang dipergunakan
dalam penilaian prestasi agar benar atau dapat memberikan kepuasan bagi yang dinilai. Uraian
ini akan diawali dengan pembahasan tentang arti pentingnya penilaian prestasi, kapan dilakukan,
siapa yang melakukan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian penilaian prestasi kerja?
2. Apa latar belakang penilaian prestasi kerja ?
3. Bagaimana hubungan antara proses manajemen dan orang ?
4. Bagaimana bentuk siklus kerja ?
5. Bagaimana proses penilaian prestasi kerja?
2
6. Apa saja langkah-langkah dalam menilai prestasi kerja ?
7. Bagaimana cara menilai prestasi ?
8. Bagaimana kegunaan penilaian prestasi kerja ?
9. Bagaimana metode-metode penilaian prestasi kerja?
10. Bagaimana prinsip-prinsip penilain kerja ?
11. Apa saja masalah yang di hadapi dalam penilaian ?
12. Bagaimana strategi yang baik dalam penilaian tenaga kerja?
C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian penilaian prestasi kerja
2. Mengetahui latar belakang penilaian prestasi kerja
3. Mengetahui hubungan antara proses manajemen dan orang
4. Mengetahui siklus kerja
5. Mengetahui proses penilaian prestasi kerja
6. Mengetahui langkah langkah dalam menilai prestasi kerja
7. Mengetahui cara menilai prestasi kerja
8. Mengetahui kegunaan penilain prestasi kerja
9. Mengetahui metode-metode penilaian prestasi kerja
10. Mengetahui prinsip-prinsip penilain kerja
11. Mengetahui masalah yang di hadapi dalam penilaian
12. Mengetahui strategi yang baik dalam penilaian tenaga kerja
3
BAB II
ISI
1. PENGERTIAN PENILAIAN PRESTASI KERJA
Membahas mengenai motivasi kerja, tidak dapat terlepas dari pembahasan mengenai prestasi
kerja. Karena motivasi kerja merupakan bagian yang terpenting dari tingkah laku kerja tersebut.
Prestasi kerja dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai seseorang menurut ukuran yang berlaku
untuk pekerjaan yang bersangkutan.
Menurut Hasibuan (1995:105), prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang
dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan,
pengalaman dan kesungguhan serta waktu.
Menurut Moh. As'ud (1995:47), prestasi kerja sebagai kesuksesan seseorang dalam
melaksanakan suatu pekerjaan.
Menurut Kadarman(1994,hal.103),Penilaian prestasi kerja adalah proses keseimbangan dalam
memberikan kepada bawahan umpan balik tentang seberapa baik mereka melakukan kerja
mereka untuk organisasi.
Sedangkan menurut Pandji(1995,hal.109): Penilaian prestasi kerja adalah proses melalui mana
organisasi-organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan. Dari beberapa
pendapat dapat disimpulkan bahwa penilaian prestasi kerja karyawan dengan memberikan
umpan balik tentang pelaksanaan kerja mereka.
Maka yang dimaksud dengan penilaian prestsi kerja adalah menilai atau penilaian suatu hasil
yang dicapai seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan. Penilaian tersebut bias berupa
penghargaan ataupun berbentuk materi.
4
2. Latar Belakang Penilaian Prestasi Kerja
a) Setiap orang ingin memiliki peluang untuk mengembangkan kemampuan kerjanya
sampai semaksimal mungkin.
b) Setiap orang ingin mendapat penghargaan apabila dinilai melaksanakan tugas dengan
baik.
c) Setiap orang ingin mengetahui secara pasti tangga karir yang dinaikinya apabila
melaksanakan tugasnya dengan baik.
d) Setiap orang ingin mendapatkan perlakuan obyektif dan atas dasar prestasi kerjanya.
e) Setiap orang bersedia menerima tanggung jawab yang besar.
f) Setiap orang pada umumnya tidak hanya melakukan kegiatan yang sifatnya rutin tanpa
informasi (feed back)
3. Hubungan Antara Proses manajemen dan Orang
Pfefer mengatakan bahwa terdapat hubungan positif antara proses manajemen dan orang.
Proses manajemen yang dimaksud disini adalah mementingkan keamanan karyawan,
merekrut orang yang tepat, menggunakan tim yang mandiri dan desentralisasi yang luas,
memberikan upah yang terkait lansung dengan kinerja organisasi, melakukan investasi besar-
besaran pada pelatihan, mengurangi perbedaan status, serta membagi informasi. Apabila
suatu organisasi mementingkan karyawan, termasuk memperhatikan kesejahteraan yang
bersifat tunjangan non ekonomi, maka karyawanpun akan merasa perlu memberikan yang
terbaik yang mereka bisa untuk kepentingan dan kesejahteraan perusahaan. Begitu juga
sebaliknya, karyawan merasa tidak perlu berbuat sesuatu yang lebih, karena perusahaan juga
tidak bisa memberikan yang lebih buat mereka. Bila perusahaan merekrut orang yang tepat
(the right man on the right place), maka karyawan tersebut dapat menyelesikan tugasnya
dengan baik, sehingga kinerja karyawan menjadi tinggi, pada akhirnya bila semua karyawan
memiliki kinerja tinggi, maka kinerja perusahaan juga akan menjadi tinggi. Kalau perusahaan
menerapkan desentralisasi secara luas serta memberdayakan tim yang mandiri, maka
karyawan akan merasa diberi tanggung jawab lebih dan dipercaya oleh perusahaan, hal ini
akan meningkatkan motivasi kerja mereka, sehingga pada akhirnya akan meningkatkan
5
kinerja karyawan. Herzberg mengatakan bahwa pemberian tanggung jawab, suasana kerja,
hubungan dengan rekan kerja serta atasan merupakan faktor motivator yang akan
meningkatkan semangat kerja. Sedangkan gaji atau upah merupakan salah satu faktor
hygiene yang dapat menjaga agar motivasi kerja tidak menurun. Apabila perusahaan
menerapkan upah yang terkait lansung dengan kinerja perusahaan, maka karyawan akan
terpacu untuk bekerja lebih baik lagi. Hal ini dikarenakan adanya hubungan positif antara
kinerja perusahaan, sebagai akumulasi dari kinerja setiap karyawan dan kompensasi yang
diterimanya. Perusahaan yang bersedia menganggarkan uangnya untuk bidang pelatihan dan
pengembangan karyawan, akan lebih disayang oleh karyawannya. Hal ini dikarenakan
karyawan merasa diperhatikan dan terpenuhi kebutuhannya untuk pengembangan diri.
Tentunya hasil dari investasi besar-besaran tersebut bukan untuk dinikmati perusahaan dalam
jangka pendek, tapi akan terlihat hasilnya dalam jangka panjang. Pengurangan perbedaan
status adalah merupakan hal yang penting dilakukan dan dapat dilaksanakan dengan cara
pembiasaan atau dijadikan budaya perusahaan. Seperti penyediaan tempat parkir yang sama,
atau menerapkan pakaian yang benar-benar seragan antara atasan dan karyawan terendah
sekalipun. Dengan demikian semua orang yang ada didalam perusahaan tersebut benar-benar
merasa sederajat, sehingga semua orang merasa memiliki kewajiban yang sama dalam
menjaga kelansungan hidup perusahaan sesuai dengan bidang dan posisinya masing-masing.
Strategi terakhir yang tak kalah pentingnya adalah berbagi informasi. Dengan memiliki
informasi yang cukup dan terkini, maka karyawan akan bekerja maksimal, sehungga
kinerjanya akan meningkat.
4. Siklus Kinerja
Selain hubungan antara proses manajemen dan orang, yang juga termasuk aspek stratejik
kinerja adalah tentang siklus kinerja. Dengan memahami siklus kinerja, maka perusahaan
dapat melakukan evaluasi kinerja dengan lebih baik. Berikut adalah bagan siklus kinerja :
1. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah membuat perencanaan kinerja, ini perlu
dilakukan agar penilaian kinerja memiliki standar atau dasar penilaian, sehingga
penetapan baik-buruknya kinerja seorang karyawan adalah berdasarkan standar yang
telah dibuat.
6
2. Langkah kedua adalah mendukung kinerja karyawan, agar standar kinerja yang telah
ditetapkan tersebut dapat dipenuhi oleh mereka. Dukungan tersebut dapat dalam
berbagai bentuk, seperti menyediakan tempat kerja yang nyaman, menyediakan sarana
dan prasarana yang dibutuhkan karyawan dalam pelaksanaan tugasnya. Juga dengan
mendeskripsikan tugas yang harus dikerjakan dengan jelas, sehingga setiap karyawan
dapat memahami dengan baik tugasnya tersebut.
3. Langkah ketiga adalah selalu memantau atau menilai kinerja karyawan, baik diawal,
ditengah maupun diakhir proses produksi, hal ini dilakukan dengan tujuan untuk
meminimalisir kemungkinan terjadinya tingkat kesalahan, bukan untuk menekan
kelemahan atau kesalah karyawan tersebut.
5. PROSES PENILAIAN PRESTASI KERJA
Proses penilaian prestasi kerja ini terjadi baik secara informal maupun secara sistematis:
1. Penilaian informal dilakukan dari hari ke hari, yaitu:
Seorang manajer secara spontan mengatakan bahwa suatu perkerjaan yang dilakukan oleh
karyawannya apakah itu baik atau buruk. Penilaian informal dengan cepat mendorong prestasi
yang diinginkan dan menghindarkan prestasi yang tidak diingunkan sebelum mendarah
daging didalam perusahaan tersebut. Para pekerja harus memandang penilaian informal tidak
hanya semata-mata sebagai suatu kejadian biasa tetapi sebagai suatu kegian penting.
2. Penilaian sistematis terjadi setiap setengah tahun atau setahun secara formal.
Penilaian seperti itu mempunyai 4 maksud utama:
1. Memungkinkan bawahan mengetahui secara formal prestasi mereka dinilai.
2. Mengetahui bawahan yang berhak atas kenaikan nilai.
3. Menemukan bawahan yang memerlukan latihan tambahan.
4. Memegang peran penting untuk mengindentifikasi bawahan yang merupakan calon untuk
promosi.
7
6. Langkah-langkah Dalam Menilai Prestasi
Penilaian prestasi terdiri dari tiga langkah: Mendefinisikan perkerjaan, menilai prestasi,
menyediakan balikan. Pendefinisian perkerjaan berarti memastikan bahwa manajer dan
bawahan bersama-sama sepakat atas hal-hal yang diharapkan tercapai oleh bawahan dan
standar yang akan digunakan untuk menilai prestasinya.
Penilaian prestasi berarti membandingkan antara prestasi aktual bawahan dengan standar yang
ditetapkan dalam langkah pertama. Selanjutnya, penilaian prestasi biasanya mengharuskan
adanya pertemuan-pertemuan dimana dalam kesempatan itu juga dirancang rencana
pengembangan yang mungkin diperlukan.
7. Cara Menilai Prestasi
1. Teknik Skala Pengharkatan grafik
Yaitu, teknik penilaian prestasi yang paling sederhana dan paling populer pengharkatan
grafik.
2. Metode Pemeringkatan Berselang-seling
Yaitu, teknik penilaian pegawai yang populer dan sederhana lainnya adalah dengan
memeringkat prestasi para pegawai dari yang terbaik sampai yang terburuk atas beberapa
faktor.
3. Metode Perbandingan Berpasangan
Yaitu, metode ini membantu dalam lebih mengefektifkan metode pemeringkatan. Dalam
metode ini setiap bawahan diperbandingkan satu sama lain secara berpasangan dalam tiap
faktor (kuantitas perkerjaan, kualitas perkerjaan dan sebagainya).
8
4. Metode Distribusi Paksa
Metode ini serupa dangan cara, “memberikan nilai kepada kurva”. Dengan metode ini.
Presentase pegawai yang akan diharkat yang telah ditetapkan sebelumnya ditempatkan dalam
berbagai katagori prestasi.
8. KEGUNAAN PENILAIAN PRESTASI KERJA
Penilaian prestasi kerja dapat memperbaiki keputusan-keputusan personalia dan memberikan
umpan balik kepada karyawan tentang pelaksanaan kerja mereka. Oleh karena itu kegunaan
penilaian prestasi kerja dapat dirinci sebagai berikut:
1. Perbaikan Prestasi Kerja Umpan balik pelaksanaan kerja hal ini memungkinkan
karyawan,manajer dan departemen personalia dapat membetulkan kegiatan-kegiatan
mereka.
2. Penyesuaian-Penyesuaian Kompensasi Evaluasi prestasi kerja membantu para pengambil
keputusan dalammenentukan kenaikan upah, pemberian bonus dan bentuk kompensasi
lainnya.
3. Keputusan-Keputusan Penempatan Promosi, transfer dan demosi biasanya didasarkan
pada prestasi kerja masa lalu atau antisipasinya. Promosi sering merupakan bentuk
penghargaan terhadap prestasi kerja masa lalu.
4. Kebutuhan-Kebutuhan Latihan dan Pengembangan Prestasi kerja yang jelek mungkin
menunjukkan kebutuhan latihan. Demikian juga, prestasi yang baik mungkin
mencerminkan potensi yang harus dikembangkan.
5. Perencanaan dan Pengembangan Karier
Umpan balik prestasi kerja mengarahkan keputusan-keputusan karier, yaitu tentang jalur
karier tertentu yang harus diteliti.
6. Penyimpangan-Penyimpangan
Proses Staffing Prestasi kerja yang baik atau jelek mencerminkan kekuatan atau
kelemahan prosedur staffing departemen personalia.
9
7. Ketidak-akuratan Informasional
Prestasi kerja yang jelek mungkin menunjukkan kesalahan-kesalahan dalam informasi
analisis jabatan, rencana-rencana sumber daya manusia, atau komponen-komponen lain
sistem informasi manajemen personalia. Akibatnya keputusan-keputusan yang diambil
menjadi tidak tepat.
8. Kesalahan-Kesalahan Desain Pekejaan Prestasi
Kerja yang jelek mungkin merupakan suatu tanda kesalahan dalam desain pekerjaan.
Penilaian prestasi membantu diagnosa kesalahan-kesalahan tersebut.
9. Kesempatan Kerja yang Adil
Penilaian prestasi kerja secara akurat akan menjamin keputusan-keputusan penempatan
internal diambil tanpa diskriminasi.
10. Tantangan-Tantangan Eksternal
11. Kadang-kadang prestasi kerja dipengaruhi oleh faktor di luar lingkungan kerja seperti
keluarga, kesehatan, kondisi finansial atau masalah-masalah pribadi lainnya. Dengan
penilaian prestasi, departemen personalia mungkin dapat menawarkan bantuan.
9. METODE-METODE PENILAIAN PRESTASI KERJA
Pendekatan yang dilakukan dalam penilaian prestasi kerja pegawai sangat banyak. Dari
sekian banyak metode yang digunakan dapat dikelonpokkan menjadi dua bagian, yaitu
metode yang berorientasi masa lalu & metode yang berorientasi masa depan.
1. Metode Penilaian Yang Berorientasi Masa Lalu
2. Metode Penilaian Yang Berorientasi Masa Depan
Penilaian prestasi kerja ("Performance appraisal') adalah suatu proses mengevaluasi atau
menilai prestasi kerja karyawan. Ada terdapat dua metoda di dalam penilaian prestasi kerja,
yaitu :
10
1. Metode Penilaian Berorientasi Masa Lalu
Metode ini mempunyai kelebihan dalam hal prestasi kerja yang telah dilakukan dan telah
teljadi dan sampai batas tertentu, dapat diukur. Kelemahannya adalah bahwa prestasi kerja
dimasa lalu tidak dapat diubah, tetapi dengan mengevaluasi prestasi kerja dimasa lalu, maka
para karyawan mendapatkan bahan masukan mengenai upaya-upaya mereka untuk
memperbaiki prestasi kerja mereka.
Teknik-teknik penilaian tersebut mencakup antara lain:
1.1 Rating Scale
Pada metode ini, evaluasi subyektip dilakukan oleh penilaian terhadap prestasi kerja
karyawan dengan skala waktu tertentu dari rendah sampai tinggi, dan evaluasi hanya di
dasarkan pada pendapat penilai, dimana penilai membandingkan hasil pekerjaan
karyawan dengan faktor-faktor (kriteria) yang dianggap penting terhadap pelaksanaan
pekerjaan tersebut. Biasanya formulir penilaian diisi oleh atasan langsung dengan
menandai tanggapan yang paling sesuai untuk setiap dimensi pelaksanaan kerja.
Tanggapantanggapan penilai bisa diberikan dengan nilai-nilai numerik agar
memungkinkan skor rata-rata dihitung, kemudian diperbandingkan diantara para
karyawan.
Kelebihan metode ini :
Dalam penyusunan dan administrasinya tidak mahal, latihan yang diperlukan penilai
hanya sedikit, tidak memakan waktu, dan dapat digunakan terhadap jumlah karyawan
yang besar.
Kelemahannya :
1. Kesulitan dalam menentukan kriteria yang relevan terhadap pelaksanaan kerja, dan
apabila kalau formulir akan digunakan untuk semua pekerja.
2. Adakalanya suatu kriteria adalah penting bagi pekerja tertentu, tetapi mungkin tidak
tercakup dalam formulir penilaian.
11
3. Apabila kriteria prestasi kerja tertentu sulit untuk didefinisikan, maka formulir isian
bisa jadi berisi variabel-variabel kepribadian-kepribadian yang tidak relevan, juga dapat
mengurangi arti penilaian.
4. Hasil yang diperoleh dari formulir dan prosedur yang di standarisasikan tidak selalu
berhubungan dengan pelaksanaan kerja. Teknik penilaian ini merupakan suatu alat
penilaian rang subyektip.
1.2 Checklist
Metode penilaian checklist biasanya penilai adalah atasan langsung, dan pada metode ini
menggunakan kalimat-kalimat atau kata-kata yang menggambarkan prestasi kerja dan
karakter-karakter karyawan, sehingga penilai tinggal memilihnya.
Pada checklist ini, terdapat item-item yang masing-masing diberi bobot, dan pemberian
bobot ini memungkinkan penilai dapat dikwantifikasikan sehingga skor total dapat
ditentukan. Metode checklist dapat memberikan suatu gambaran prestasi kerja secara
akurat, walaupun metode ini praktis dan terstandardisasi, tetapi di dalam penggunaan
kalimat-kalimat yang umum, sehingga hal ini dapat mengurangai keterkaitannya dengan
pekerjaan.
1.3 Metode Pristiwa Kritis (Critical Incident Method)
Metode ini merupakan metode penilaian yang berdasarkan pada catatancatatan penilaian
yang memperhatikan perilaku karyawan yang sangat baik atau sangat jelek di dalam hal
pada saat pelaksanaan kerja . Berbagai peristiwa tersebut dicatat selama peristiwa
evaluasi terhadap setiap karyawan. Kemudian peristiwa ini dibagi menjadi beberapa
katagori, seperti : pengendalian bahaya keamanan, pengawasan sisa bahan atau
pengembangan karyawan. Metode ini sangat berguna untuk bahan masukan kepada
karyawan, sehingga dapat mengurangi kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan.
Kelemahannya, bahwa para atasan sering tidak berminat mencatat peristiwaperistiwa
atau cenderung mangada-ada, dan bersifat subyektip.
12
1.4 Metode Peninjauan Lapangan (Field Revie Method)
Pada metode ini, dimana tenaga ahli yang diwakilkan dari personalis turun ke lapangan
dan membantu para atasan langsung dalam penilaian mereka. Tenaga ahli dari personalia
mendapatkan informasi khusus dari atasan langsung tentang prestasi kerja karyawan.
Kemudian tenaga ahli ini mempersiapkan evaluasi atas dasar informasi tersebut.
Evaluasi dikirim kepada si atasan langsung untuk review, perubahan, persetujuan dan
pembahasan dengan karyawan yang dinilai. Tenaga ahli personalia dapat mencatat
penilaian pada tipe formulir penilaian apapun yang digunakan perusahaan.
1.5 Tes dan Observasi Prestasi Kerja
Metode ini, didasarkan pada tes pengetahuan dan keterampilan. Tes yang dilakukan
dapat berupa tes tertulis atau peragaan keterampilan.
1.6 Metode Evaluasi Kelompok
Pada metode penilaian ini biasanya dilakukan oleh atasan langsung. Dan kegunaan dari
pada penilaiatrn kelompok ini untuk pengambilan keputusan kenaikan upah, promosi dan
berbagai bentuk penghargaan organisasional karena dapat menghasilkan rangking
karyawan dari yang terbaik sampai terjelek, dengan membandingkan karyawan yang satu
dengan yang lainnya.
2. Metode Penilaian Berorientasi Masa Depan
Penilaian yang berorientasi masa depan dilakukan melalui penilaian potensi karyawan untuk
menentukan prestasi kerja diwaktu yang akan datang atau penetapan sasaran-sasaran prestasi
kerja dimasa mendatang. Metode yang digunakan terdiri dari :
2.1 Penilaian Diri (Self-Appraisal)
Metode penilaian ini digunakan untuk pengembangan diri. Apabila karyawan menilai
dirinya sendiri, maka perilaku defensip cenderung tidak akan terjadi, sehingga upaya
untuk perbaikan cenderung untuk dapat dilakukan.
13
2.2 Penilaian Psikologis (Psychological Appraisal)
Penilaian psikologis terdiri dari wawancara, tes-tes psikologi, diskusi dengan atasan
langsung, dan penilaian-penilaian langsung lainnya. Penilaian mengenai psikologi
biasanya dilakukan oleh para psikolog, dan penilaian mengenal intelektual, emosi,
motivasi karyawan dan lainnya, diharapkan dapat untuk menentukan prestasi kerja
dimasa yang akan datang. Penilaian ini terutama sekali digunakan untuk penempatan dan
pengembangan karyawan.Hasil akhir dari penilaian ini sepenuhnya tergantung pada
keterampilan para psikolog.
2.3 Pendekatan Management by Objective (MBO)
Inti dari metode pendekatan MBO adalah bahwa setiap karyawan dan penilai secara
bersama untuk menetapkan tujuan-tujuan atau sasaran-sasaran pelaksanaan kerja diwaktu
yang akan datang. Kemudian dengna menggunakan sasaran – sasaran tersebut penilaian
prestasi kerja dilakukan secara bersama pula.
10. PRINSIP-PRINSIP PENILAIAN
Sebagaimana halnya dengan perlakuan lainnya yang diterima karyawan dari perusahaan atau
yang diberlakukan perusahaan terhadap karyawannya atau bahkan calon karyawannya
rekrutmen, dan (seleksi) maka penilaian prestasi akan memuaskan pihak yang dinilai apabila
terasa adil. Keadilan di tempat kerja termasuk di dalam penilaian prestasi ada dua macam,
yaitu keadilan distributive dan keadilan prosedural. Dari hasil penelitian diketahui bahwa
keadilan distributif dalam penilaian prestasi dirasakan apabila nilai yang diperoleh terasa
wajar (Schminke, Ambrose, dan Noel, 1997), penilaian didasarkan kepada prestasi kerja dan
hasil penilaian digunakan di dalam menentukan kebijaksanaan kenaikan gaji atau promosi
(Greenberg, 1986), atau adanya kewajaran dalam penilaian prestasi kerja, karyawan mau
menerima nilai yang mereka peroleh, karyawan mau menerima cara manajer memberikan
nilai, dan ada kesesuaian antara nilai yang diperoleh dengan prestasi kerja dalam masa
penilaian (Korsgaard dan Roberson, 1995).
Sedangkan keadilan prosedural dapat dirasakan apabila :
14
1. pihak yang dinilai berpartisipasi dalam menentukan kriteria penilaian dan kriteria-kriteria
itu digunakan untuk melakukan evaluasi,
2. ada komunikasi dua arah,
3. hasil penilaian dapat dipertanyakan,
4. penilai memahami dengan baik kinerja dari yang dinilai,
5. faktor-faktor yang dinilai digunakan secara konsisten.
11. MASALAH YANG DIHADAPI DALAM PENILAIAN
1. Terlalu Keras Atau Terlalu Lunak
Dalam beberapa situasi penilai terlalu keras atau lunak dalam evaluasi mereka. lni dinamakan
kesalahan keketatan atau kelonggaran penilai. Penilai yang ketat memberi penilaian yang
lebih rendah dari penilaian rata-rata yang biasanya diberikan kepada bawahan. Penilai yang
longgar cenderung memberi penilaian yang lebih tinggi dari tingkat rata-rata yang diberikan
kepada bawahan. Macam kesalahan ini khususnya timbul karena penilai menerapkan standar
pribadi kepada sistem evaluasi prestasi kerja khusus yang digunakan.
2. Kesalahan Pancaran Cahaya
Masalah ini dinamakan kesalahan pancaran cahaya (halo eror). lstilah halo atau pancaran
cahaya memberi kesan bahwa ada suatu lingkaran cahaya (aura) di sekeliling seorang
karyawan yang dinilai. Aura ini mempengaruhi evaluasi penilai, dengan cara yang kira-kira
sama bagi semua dimensi prestasi kerja yang dipertimbangkan. Kesalahan pancaran cahaya
disebabkan oleh ketidakmampuan penilai membedakan antara dimensi yang berbeda-beda
yang sedang dinilai. Hal ini disebabkan juga karena penilai mengasumsikan bahwa suatu
dimensi tertentu sangat penting. Penilai mengenai dimensi ini mempengaruhi semua dimensi
lain dari evaluasi itu.
3. Kesalahan Kecenderungan Sentral
15
Kesalahan kecenderungan sentral (central tendency error) terjadi bilamana seorang penilai
gagal memberi penilaian yang luar biasa tinggi ataupun yang luar biasa rendah. Penilai
cenderung menilai hampir semua orang sekitar rata-rata saja. Jenis kesalahan evaluasi ini
memberi sedikit informasi untuk mengambil keputusan mengenai promosi, kompensasi,
pelatihan, perencanaan karier, dan pengembangan. Semua orang kira-kira sama (rata-rata).
Bermain aman dan menilai setiap orang rata-rata tidak memungkinkan manajer untuk
mengintegrasikan program evaluasi prestasi kerja dengan program imbalan atau program
pengembangan karyawan.
4. Terpaku Pada Prestasi Terbaru
Dalam banyak program evaluasi prestasi kerja, perilaku yang paling baru (recent behavior)
dari karyawan yang dinilai mewarnai penilaian. Dengan hanya menggunakan perilaku yang
paling baru untuk mengadakan evaluasi dapat menimbulkan kesalahan yang dinamakan
kesalahan penstiwa baru (recency events error). Karena lupa memasukkan perilaku penting di
masa yang lalu, dapat menimbulkan prasangka yang kuat dalam evaluasi. Mereka yang
dinilai biasanya menyadari kecenderungan ini dan menjadi kelihatan berminat, produktif, dan
koperatif justru sebelum evaluasi formal. Kesalahan penilaian mungkin dibuat minimum,
apabila :
1. Setiap dimensi menunjukkan satu kegiatan tunggal dan bukan sekelompok
kegiatan tunggal.
2. Penilaian atas dasar yang biasa) dapat mengamati perilaku orang yang dinilai
sewaktu pekerjaan itu dilaksanakan.
3. Istilah seperti rata-rata tidak digunakan pada skala penilaian karena penilai yang
berbeda-beda mempunyai beraneka macam reaksi terhadap istilah semacam itu.
4. Penilai tidak harus mengevaluasi kelompok besar kelelahan clan kesulitan dalam
membedakan mereka yang dinilai menjadi masalah utama.
5. Penilai dilatih untuk menghindari kesalahan semacam kelonggaran, kekerasan,
pancaran cahaya kecenderungan sentral dan peristiwa baru.
6. Dimensi yang dievaluasi mempunyai "penuh arti" dinyatakan dengan jelas, dan
penting.
12. Strategi yang baik dalam penilaian tenaga kerja
16
Hambatan atau penolakan untuk melaksanakan penilaian prestasi dapat diatasi jika :
1. Sistem penilaian prestasi sesuai dengan kebutuhan organisasi,
2. Faktor-faktor yang dinilai objektif dan konkrit,
3. Penilaiannya bebas dari bias,
4. Prosedur dan administrasinya seragam,
5. Sistemnya mudah digunakan,
6. Hasil penilaian digunakan dalam pengambilan keputusan,
7. Sistemnya memungkinkan dilakukannya proses peninjauan ulang,
8. Yang menggunakan dapat menggunakannya sebagai input,
9. Dapat dilaksanakan dengan ekonomis,
10. Hasil penilaiannya didokumentasikan,
11. Penilai terlatih dan berkualitas,
12. Sistemnya mencakup monitoring dan evalusi
13. Manajer puncak dengan jelas memberikan dukungannya terhadap sistem.
17
BAB III
PENUTUP
A. HASIL PEMBAHASAN
Membahas mengenai motivasi kerja, tidak dapat terlepas dari pembahasan mengenai prestasi
kerja. Karena motivasi kerja merupakan bagian yang terpenting dari tingkah laku kerja tersebut.
Prestasi kerja dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai seseorang menurut ukuran yang berlaku
untuk pekerjaan yang bersangkutan.
Proses penilaian prestasi kerja :
1. Penilaian informal dilakukan dari hari ke hari, yaitu:
2. Penilaian sistematis terjadi setiap setengah tahun atau setahun secara formal.
Metode penilaian prestasi kerja:
1. Metode Penilaian Yang Berorientasi Masa Lalu
2. Metode Penilaian Yang Berorientasi Masa Depan
B. KESIMPULAN
Yang dimaksud dengan penilaian prestasi kerja adalah menilai suatu hasil yang dicapai
seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan yang dapat berupa dengan penghargaan ataupun
materi.
Tujuan perusahaan mengadakan suatu penilaian prestasi kerja adalah untuk memotivasi
kariyawan agar melakukan pekerjaan sebaik-baiknya dalam mencapai tujuan perusahaan.
Penilaian prestasi kerja dapat dilakukan dengan beberapa cara diataranya:
1. Teknik skala penghargaan grafik
2. Metode pemeringkatan berselang-seling
18
3. Metode perbandingan berpasangan
4. Metode distribusi paksa
19
DAFTAR PUSTAKA
Gery Dessler, Manajemen SDM, 1998
Edwin B. Fuppo, Manajemen Personalia, 1998
T. Hani Handoko, Manajemen Personalia dan SDM, 2001
Ati Cahyati, Stategi Kebijakan MSDM, 2005
Drs. H. Melayu, S.P. Hasibuan, MSDM (versi revisi), 2005
Marihot Efendi Hariandja, Drs., M.Si, MSDM, 2002
20