21
Kelebihan Shalat Subuh Berjamaah Rasulullah SAW bersabda, artinya: “Siapa yang menunaikan shalat Subuh, maka ia berada dalam jaminan Allah SWT. Kerana itu, janganlah kamu mencari jaminan Allah SWT dengan sesuatu (selain daripada shalat), yang pada waktu kamu mendapatkannya, lebih-lebih lagi ditakuti kamu tergelincir ke dalam api neraka.” (Hadis riwayat Muslim) Muhammad Abdur Rauf al-Munawi dalam kitabnya at-Ta’arif menegaskan, as-Subhu atau as-Sabah adalah permulaan siang hari, iaitu ketika ufuk berwarna merah jingga di langit tertutup oleh tabir matahari. Adapun shalat Subuh ibadat yang dilaksanakan ketika fajar siddiq dan berakhir pada waktu matahari terbit. Shalat Subuh memiliki banyak daya tarikan kerana kedudukannya dalam Islam dan nilainya yang tinggi dalam syariat. Banyak hadis mendorong untuk melaksanakan shalat Subuh serta menyanjung mereka yang menjaga dan mengerjakannya. Rasulullah SAW mengetahui waktu Subuh adalah waktu yang sangat sulit dan susah untuk bangun dari tidur. Seorang Muslim bila dibiarkan begitu saja (tertidur), akan memilih untuk merehatkan dirinya sampai terjaga hingga terbit matahari dan meninggalkan shalat Subuh, atau ‘Subuh gajah’, yaitu dikerjakan shalat Subuh tidak pada waktunya yang benar.. Rasulullah SAW mengkhususkan shalat subuh dengan beberapa keistimewaan tunggal dan sifat tertentu yang tidak ada pada shalat lain. Banyak keutamaan dan kelebihan yang didapati di waktu subuh. Salah satu keutamaannya adalah Rasulullah SAW mendoakan umatnya yang bergegas dalam melaksanakan shalat Subuh, sebagaimana disebutkan dalam hadis: “Ya Allah, berkahilah umatku selama mereka suka bangun subuh (yatu mengerjakannya).” (Hadis riwayat Tarmizi, Abu Daud, Ahmad dan Ibnu Majah)

Kelebihan Solat Subuh

Embed Size (px)

DESCRIPTION

subih

Citation preview

Page 1: Kelebihan Solat Subuh

Kelebihan Shalat Subuh Berjamaah

Rasulullah SAW bersabda, artinya:

“Siapa yang menunaikan shalat Subuh, maka ia berada dalam jaminan Allah SWT. Kerana itu, janganlah kamu mencari jaminan Allah SWT dengan sesuatu (selain daripada shalat), yang pada waktu kamu mendapatkannya, lebih-lebih lagi ditakuti kamu tergelincir ke dalam api neraka.” (Hadis riwayat Muslim)

Muhammad Abdur Rauf al-Munawi dalam kitabnya at-Ta’arif menegaskan, as-Subhu atau as-Sabah adalah permulaan siang hari, iaitu ketika ufuk berwarna merah jingga di langit tertutup oleh tabir matahari. Adapun shalat Subuh ibadat yang dilaksanakan ketika fajar siddiq dan berakhir pada waktu matahari terbit.

Shalat Subuh memiliki banyak daya tarikan kerana kedudukannya dalam Islam dan nilainya yang tinggi dalam syariat. Banyak hadis mendorong untuk melaksanakan shalat Subuh serta menyanjung mereka yang menjaga dan mengerjakannya.

Rasulullah SAW mengetahui waktu Subuh adalah waktu yang sangat sulit dan susah untuk bangun dari tidur. Seorang Muslim bila dibiarkan begitu saja (tertidur), akan memilih untuk merehatkan dirinya sampai terjaga hingga terbit matahari dan meninggalkan shalat Subuh, atau ‘Subuh gajah’, yaitu dikerjakan shalat Subuh tidak pada waktunya yang benar..

Rasulullah SAW mengkhususkan shalat subuh dengan beberapa keistimewaan tunggal dan sifat tertentu yang tidak ada pada shalat lain. Banyak keutamaan dan kelebihan yang didapati di waktu subuh.

Salah satu keutamaannya adalah Rasulullah SAW mendoakan umatnya yang bergegas dalam melaksanakan shalat Subuh, sebagaimana disebutkan dalam hadis:

“Ya Allah, berkahilah umatku selama mereka suka bangun subuh (yatu mengerjakannya).” (Hadis riwayat Tarmizi, Abu Daud, Ahmad dan Ibnu Majah)

Jika Rasulullah SAW yang berdoa, maka tidak ada hijab di antara Baginda dengan Allah SWT kerana Baginda sendiri adalah orang yang secara jasadiyah paling dekat dengan Allah SWT.

Waktu Subuh adalah waktu yang paling baik untuk mendapatkan rahmat dan keredaan Allah SWT. Allah SWT berfirman maksudnya:

“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keredaan-Nya, dan janganlah kedua matamu berpaling daripada mereka kerana mengharapkan perhiasan duniawi, dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya sudah Kami lalaikan daripada mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melampaui batas.” (Surah al-Kahfi, ayat 28)

Keutamaan shalat Subuh diberikan ganjaran pahala melebihi keindahan dunia dan seisinya, sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Imam at-Tarmizi:

Page 2: Kelebihan Solat Subuh

“Dari Aisyah telah bersabda Rasulullah SAW, dua rakaat shalat Fajar pahalanya lebih indah daripada dunia dan seisinya.”

Begitulah keistimewaan shalat Subuh. Apakah yang menghalang kita untuk menyingkap selimut dan mengakhiri tidur untuk melakukan shalat Subuh? Bukankah shalat Subuh menjadi bahagian yang begitu besar kemuliaannya dibandingkan dunia dan seisinya?

Diriwayatkan Muslim daripada Usman bin Affan berkata, Rasulullah SAW bersabda yang maksudnya:

“Barang siapa yang shalat Isyak berjemaah maka seolah-olah dia telah shalat setengah malam, barang siapa shalat Subuh berjemaah, maka seolah-olah dia telah melaksanakan shalat malam satu malam penuh.” (Hadis riwayat Muslim)

Shalat Subuh adalah sumber daripada segala cahaya di hari kiamat. Di hari itu, semua sumber cahaya di dunia akan padam. Matahari akan digulung, ibadat yang akan menerangi pelakunya.

Diriwayatkan daripada Abu Musa al-Asyaari, dia berkata Rasulullah SAW bersabda yang maksudnya:

“Barang siapa yang shalat dua waktu yang dingin, maka akan masuk syurga.” (Hadis riwayat Bukhari)

Dua waktu yang dingin itu adalah shalat Subuh dan Asar.

Mereka yang menjaga shalat Subuh dan Asar dijanjikan kelak di syurga akan melihat Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud:

“Kami sedang duduk bersama Rasulullah SAW, ketika melihat bulan purnama. Baginda berkata, “Sungguh kamu akan melihat Rabb (Allah), sebagaimana kamu melihat bulan yang tidak terhalang dalam memandangnya. Apabila kamu mampu, janganlah kamu menyerah dalam melakukan shalat sebelum terbit matahari dan shalat sebelum terbenam matahari. Maka lakukanlah.” (Hadis riwayat Bukhari dan Muslim)

Rasulullah SAW memberi janji, apabila shalat Subuh dikerjakan, maka Allah akan melindungi siapa saja yang mengerjakannya seharian penuh. Rasulullah SAW bersabda yang maksudnya:

“Barang siapa yang menunaikan shalat Subuh, maka ia berada dalam jaminan Allah. Maka janganlah cuba-cuba membuat Allah membuktikan janji-Nya. Barang siapa yang membunuh orang yang menunaikan shalat Subuh, Allah SWT akan menuntutnya, sehingga Allah SWT akan membenamkan mukanya ke dalam neraka.” (Hadis riwayat Muslim, at-Tarmizi dan Ibn Majah)

Semoga kita tetap menjaga dan memelihara shalat Subuh seperti dijanjikan Allah. Bergegas bangun tidur apabila terdengar suara azan berkumandang untuk segera mengerjakan shalat Subuh.

Source : Meme Comic’s Islam

Page 3: Kelebihan Solat Subuh

KEUTAMAAN BULAN RAJAB, SYA'BAN & RAMADHAN

Bulan Rajab dan Keutamaannya

Bulan Rajab adalah salah satu bulan mulia, yang telah Allah Ta’ala sebutkan sebagai asyhurul hurum (bulan-bulan haram). Maksudnya, saat itu manusia dilarang (diharamkan) untuk berperang, kecuali dalam keadaan membela diri dan terdesak.

Allah Ta’ala berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi’ar-syi’ar Allah , dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram …” (QS. Al Maidah (95): 2)

Ayat mulia ini menerangkan secara khusus keutamaan bulan-bulan haram, yang tidak dimiliki oleh bulan lainnya. Bulan yang termasuk Asyhurul hurum (bulan-bulan haram) adalah dzul qa’dah, dzul hijjah, rajab, dan muharam. (Sunan At Tirmidzi No. 1512)

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

“Setahun ada 12 bulan, di antaranya terdapat 4 bulan haram: tiga yang awal adalah Dzul Qa’dah, Dzul Hijjah, dan Muharam. Sedangkan Rajab yang penuh kemuliaan antara dua jumadil dan sya’ban.” (HR. Bukhari No. 3025)

Dinamakan Rajab karena itu adalah bulan untuk yarjubu, yakni Ya’zhumu (mengagungkan), sebagaimana dikatakan Al Ashmu’i, Al Mufadhdhal, dan Al Farra’. (Imam Ibnu Rajab, Lathaif Al Ma’arif, Hal. 117. Mawqi’ Ruh Al Islam)

Banyak manusia meyakini bulan Rajab sebagai bulan untuk memperbanyak ibadah, seperti shalat, puasa, dan menyembelih hewan untuk disedekahkan. Tetapi, kebiasaan ini nampaknya tidak didukung oleh sumber yang shahih. Para ulama hadits telah melakukan penelitian mendalam, bahwa tidak satu pun riwayat shahih yang menyebutkan keutamaan shalat khusus, puasa, dan ibadah lainnya pada bulan Rajab, sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Ibnu Hajar Al ‘Asqalani dan Syaikh Yusuf Al Qaradhawi. Benar, bulan Rajab adalah bulan yang agung dan mulia, tetapi kita tidak mendapatkan hadits shahih tentang rincian amalan khusus pada bulan Rajab. Wallahu A’lam

Sebagai contoh:

“Sesungguhnya di surga ada sungai bernama Rajab, airnya lebih putih dari susu dan rasanya lebih manis dari madu. Barangsiapa yang berpuasa Rajab satu hari saja, maka Allah akan memberikannya minum dari sungai itu.” (Status hadits: BATIL. Lihat As Silsilah Adh Dhaifah No. 1898)

“ Ada lima malam yang doa tidak akan ditolak: awal malam pada bulan Rajab, malam nishfu sya’ban, malam Jumat, malam idul fitri, dan malam hari raya qurban.” (Status hadits: Maudhu’ (palsu). As Silsilah Adh Dhaifah No. 1452)

Page 4: Kelebihan Solat Subuh

“Rajab adalah bulannya Allah, Sya’ban adalah bulanku, dan Ramadhan adalah bulan umatku.” (Status hadits: Dhaif (lemah). Lihat As Silsilah Adh Dhaifah No. 4400)

“Dinamakan Rajab karena di dalamnya banyak kebaikan yang diagungkan (yatarajjaba) bagi Sya’ban dan Ramadhan.” (Status hadits: Maudhu’ (palsu). As Silsilah Adh Dhaifah No. 3708)

Dan masih banyak lagi yang lainnya, seperti shalat raghaib (12 rakaat) pada hari kamis ba’da maghrib di bulan Rajab (Ini ada dalam kitab Ihya Ulumuddin-nya Imam Al Ghazali. Segenap ulama seperti Imam An Nawawi mengatakan ini adalah bid’ah yang buruk dan munkar, juga Imam Ibnu Taimiyah, Imam Ibnu Nuhas, dan lainnya mengatakan hal serupa).

Walau demikian, tidak berarti kelemahan semua riwayat ini menunjukkan larangan ibadah-ibadah secara global. Melakukan puasa, sedekah, memotong hewan untuk sedekah, dan amal shalih lainnya adalah perbuatan mulia, kapan pun dilaksanakannya termasuk bulan Rajab (kecuali puasa pada hari-hari terlarang puasa).

Tidak mengapa puasa pada bulan Rajab, seperti puasa senin kamis dan ayyamul bidh (tanggal 13,14,15 bulan hijriah), sebab ini semua memiliki perintah secara umum dalam syariat. Tidak mengapa sekedar memotong hewan untuk disedekahkan, yang keliru adalah meyakini dan MENGKHUSUSKAN ibadah-ibadah ini dengan fadhilah tertentu yang hanya bisa diraih di bulan Rajab, dan tidak pada bulan lainnya. Jika seperti ini, maka membutuhkan dalil shahih yang khusus, baik Al Quran atau As Sunnah.

Sementara itu, mengkhususkan menyembelih hewan (istilahnya Al ‘Atirah) pada bulan Rajab, telah terjadi perbedaan pendapat di dalam Islam. Imam Ibnu Sirin mengatakan itu sunah, dan ini juga pendapat penduduk Bashrah, juga Imam Ahmad bin Hambal sebagaimana yang dikutip oleh Hambal. Tetapi mayoritas ulama mengatakan bahwa hal itu adalah kebiasaan jahiliyah yang telah dihapuskan oleh Islam. Sebab Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda dalam hadits shahih: “Tidak ada Al Fara’ dan Al ‘Atirah.” (Imam Ibnu Rajab, Lathaif Al Ma’arif Hal. 117)

Namun, jika sekedar ingin menyembelih hewan pada bulan Rajab, tanpa mengkhususkan dengan fadhilah tertentu pada bulan Rajab, tidak mengapa dilakukan. Karena Imam An Nasa’i meriwayatkan, bahwa para sahabat berkata kepada Rasulullah: “Wahai Rasulullah, dahulu ketika jahiliyah kami biasa menyembelih pada bulan Rajab?” Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

“Menyembelihlah karena Allah, pada bulan apa saja.” (HR. An Nasa’i, hadits ini shahih. Lihat Shahih

Al Jami’ Ash Shaghir wa Ziyadatuhu, 1/208)

Benarkah Isra Mi’raj Terjadi Tanggal 27 Rajab?

Page 5: Kelebihan Solat Subuh

Ada pun tentang Isra’ Mi’raj, benarkah peristiwa ini terjadi pada bulan Rajab? Atau tepatnya 27 Rajab? Jawab: Wallahu A’lam. Sebab, tidak ada kesepakatan para ulama hadits dan para sejarawan muslim tentang kapan peristiwa ini terjadi, ada yang menyebutnya Rajab, dikatakan Rabiul Akhir, dan dikatakan pula Ramadhan atau Syawal. (Imam Ibnu Hajar, Fathul Bari, 7/242-243)

Imam Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan, bahwa banyak ulama yang melemahkan pendapat bahwa peristiwa Isra terjadi pada bulan Rajab, sedangkan Ibrahim Al Harbi dan lainnya mengatakan itu terjadi pada Rabi’ul Awal. (Ibid Hal. 95).

Beliau juga berkata:

: : الله صلى النبي أن فروي ذلك من شيء يصح ولم عظيمة حوادث رجب شهر في أنه روي قد و : الخامس في وقيل منه والعشرين السابع في بعث وأنه منه ليلة أول في ولد وسلم عليه

: بالنبي اإلسراء أن محمد بن القاسم عن يصح ال بإسناد وروى ذلك من شيء يصح وال والعشرينوغيره الحربي إبراهيم ذلك وانكر رجب من وعشرين سابع في كان وسلم عليه الله صلى

“Telah diriwayatkan bahwa pada bulan Rajab banyak terjadi peristiwa agung dan itu tidak ada yang shahih satu pun. Diriwayatkan bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dilahirkan pada awal malam bulan itu, dan dia diutus pada malam 27-nya, ada juga yang mengatakan pada malam ke-25, ini pun tak ada yang shahih. Diriwayatkan pula dengan sanad yang tidak shahih dari Al Qasim bin Muhammad bahwa peristiwa Isra-nya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam terjadi pada malam ke-27 Rajab, dan ini diingkari oleh Ibrahim Al Harbi dan lainnya.” (Lathaif Al Ma’arif Hal. 121. Mawqi’ Ruh Al Islam)

Sementara, Imam Ibnu Hajar mengutip dari Ibnu Dihyah, bahwa: “Hal itu adalah dusta.” (Tabyinul ‘Ajab hal. 6). Imam Ibnu Taimiyah juga menyatakan peristiwa Isra’ Mi’raj tidak diketahui secara pasti, baik tanggal, bulan, dan semua riwayat tentang ini terputus dan berbeda-beda.

Adakah Doa Khusus Menyambut Rajab, Sya’ban dan Ramadhan?

Tidak ditemukan riwayat yang shahih tentang ini. Ada pun doa yang tenar diucapkan manusia yakni: Allahumma Bariklana fi rajaba wa sya’ban, wa ballighna ramadhan, adalah hadits dhaifi (lemah).

Dari Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anhu, katanya:

Bا Bن ل CكEارB وBب BانB عCب BشBو FبBج Bر فEي Bا Bن ل CكEارB ب GمHهG الل BالBق IبBج Bر BلBخBد EذBا إ BمG ل BسBو EهC Bي عBل HهG الل صBلGى KيE Gب الن BانB ك BانBضBم Bر فEي

Dari Anas bin Malik berkata, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam jika masuk bulan Rajab, dia berkata: “Allahumma Barik lanaa fii Rajaba wa Sya’ban wa Barik lanaa fii Ramadhan.” (Ya Allah Berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban wa Berkahilah kami di bulan Ramadhan). (HR. Ahmad, No. 2228. Ath Thabarani, Al Mu’jam Al Awsath, No. 4086,

Page 6: Kelebihan Solat Subuh

dengan teks agak berbeda yakni, “Wa Balighnaa fii Ramadhan.” Al Baihaqi, Syu’abul Iman, No. 3654)

Syaikh Al Albany mendha’ifkan hadits ini. (Misykah Al Mashabih, No. 1369). Apa yang menyebabkan kelemahan riwayat hadits ini? Jawabnya silahkan lihat di catatan kaki.[2]

2. Bulan Sya’ban dan Keutamaannya

Bulan Sya’ban adalah bulan mulia yang disunnahkan bagi kaum muslimin untuk banyak berpuasa. Hal ini ditegaskan dalam hadits shahih berikut:

Dari ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha, katanya:

فما يصوم، ال نقول حتى ويفطر يفطر، ال نقول حتى يصوم وسلم عليه الله صلى الله رسول كانمنه صياما أكثر رأيته وما رمضان، إال شهر صيام استكمل وسلم عليه الله صلى الله رسول رأيت

شعبان .في

“Dahulu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berpuasa sehingga kami mengatakan dia tidak pernah berbuka, dan dia berbuka sampai kami mengatakan dia tidak pernah puasa. Saya tidak pernah melihat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyempurnakan puasanya selama satu bulan kecuali Ramadhan, dan saya tidak pernah melihat dia berpuasa melebihi banyaknya puasa di bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari No. 1868)

Dari ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha juga, katanya:

BانB عCب Bش CنEم BرB Cث كB أ ا TرCه Bش HومHصB ي BمG ل BسBو EهC Bي عBل HهG الل صBلGى KيE Gب الن CنH Bك ي CمB ل

“Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam belum pernah berpuasa dalam satu bulan melebihi puasa pada bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari No. 1869)

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إال عملي يرفع ال أن فأحب العباد أعمال فيه ترفع عنه الناس يغفل ورمضان رجب بين شعبانصائم وأنا

“Bulan Sya’ban, ada di antara bulan Rajab dan Ramadhan, banyak manusia yang melalaikannya. Saat itu amal manusia diangkat, maka aku suka jika amalku diangkat ketika aku sedang puasa.” (HR. An Nasai, 1/322 dalam kitab Al Amali. Status hadits: Hasan (baik). Lihat As Silsilah Ash Shahihah No. 1898. Lihat juga Tamamul Minnah Hal. 412. DarAr Rayyah)

Adakah Keutamaan Malam Nishfu Sya’ban?

Page 7: Kelebihan Solat Subuh

Ya, sebagamana diriwayatkan oleh banyak sahabat nabi, bahwa Beliau bersabda:

خلقه لجميع فيغفر ، شعبان من النصف ليلة خلقه إلى تعالى و تبارك الله يطلعمشاحن أو لمشرك إال

“Allah Ta’ala menampakkan diriNya kepada hambaNya pada malam nishfu sya’ban, maka Dia mengampuni bagi seluruh hambaNya, kecuali orang yang musyrik atau pendengki.” (Hadits ini Shahih menurut Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani. Diriwayatkan oleh banyak sahabat nabi, satu sama lain saling menguatkan, yakni oleh Muadz bin Jabal, Abu Tsa’labah Al Khusyani, Abdullah bin Amr, ‘Auf bin Malik, dan ‘Aisyah. Lihat kitab As Silsilah Ash Shahihah, 3/135, No. 1144. Darul Ma’arif. Juga kitab Shahih Al Jami’ Ash Shaghir wa Ziyadatuhu, 2/785. Al Maktab Al Islami. Namun, dalam kitab Misykah Al Mashabih, justru Syaikh Al Albani mendhaifkan hadits ini, Lihat No. 1306, tetapi yang benar adalah shahih karena banyaknya jalur periwayatan yang saling menguatkan)

Hadits ini menunjukkan keutamaan malam nishfu sya’ban (malam ke 15 di bulan Sya’ban), yakni saat itu Allah mengampuni semua makhluk kecuali yang menyekutukanNya dan para pendengki. Maka wajar banyak kaum muslimin mengadakan ritual khusus pada malam tersebut baik shalat atau membaca Al Quran, dan ini pernah dilakukan oleh sebagian tabi’in.. Tetapi, dalam hadits ini –juga hadits lainnya- sama sekali tidak disebut adanya ibadah khusus tersebut pada malam itu, baik shalat, membaca Al Quran, atau lainnya. Oleh, karena itu, wajar pula sebagian kaum muslimin menganggap itu adalah hal yang bid’ah (mengada-ngada dalam agama). Sebenarnya membaca Al Quran, Shalat malam, memperbanyak zikir pada malam nishfu sya’ban adalah perbuatan baik, dan merupakan pengamalan dari hadits di atas, namun yang menjadi ajang perdebatan adalah tentang ‘cara’nya, apakah beramai-ramai ke masjid lalu di buat paket acara secara khusus, atau melakukannya secara sendirian baik di rumah atau masjid dengan acara yang tidak baku dan tidak terikat.

Berikut adalah Fatwa Para ulama tentang acara ritual Nishfu Sya’ban:

1. Imam An Nawawi (bermadzhab syafi’i)

Beliau Rahimahullah memberikan komentar tentang mengkhususkan shalat pada malam nishfu sya’ban, sebagai berikut:

أول ليلة والعشاء المغرب بين تصلي ركعة عشرة ثنتى وهي الرغائب بصالة المعروفة الصالةقبيحتان ومنكران بدعتان الصالتان وهاتان ركعة مائة شعبان نصف ليلة وصالة رجب في جمعة

كل فان فيهما المذكور بالحديث وال الدين علوم واحياء القلوب قوت كتاب في بذكرهما يغتر والباطل ذلك

“Shalat yang sudah dikenal dengan sebutan shalat Ragha’ib yaitu shalat 12 rakaat yang

Page 8: Kelebihan Solat Subuh

dilakukan antara Maghrib dan Isya’, yakni malam awal hari Jumat pada bulan Rajab, dan shalat malam pada nishfu sya’ban seratus rakaat, maka dua shalat ini adalah bid’ah munkar yang buruk, janganlah terkecoh karena keduanya disebutkan dalam kitab Qutul Qulub[3] dan Ihya Ulumuddin[4], dan tidak ada satu pun hadits yang menyebutkan dua shalat ini, maka semuanya adalah batil.” Demikian komentar Imam An Nawawi. (Al Majmu’ Syarh Al Muhadzdzab, 2/379. Dar ‘Alim Al Kitab)

2. Syaikh ‘Athiyah Saqr (Mufti Mesir)

Beliau Rahimahullah ditanya apakah ada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengadakan acara khusus pada malam nishfu sya’ban?

Beliau menjawab (saya kutip secara ringkas):

قيام أما ، بالصوم احتفاله وكان ، شعبان بشهر احتفل والسالم الصالة عليه الرسول أن ثبتالنصف ليلة وقيامه الشهر، كل فى بالليل القيام كثير كان والسالم الصالة عليه فالرسول الليل

ليلة أية قى . كقيامه

فقد ، األعمال فضائل فى بها فيؤخذ ضعيفة كانت وإن السابقة األحاديث من ورد ما ذلك ويؤيدعائشة ذكرته الذى النحو على بالفعل هو وقام ، بقيامها . أمر

لم اليوم الناس بها يحتفل التى والصورة ، جماعة فى يكن لم يعنى شخصيا، االحتفال هذا وكانكتابه . فى القسطالنى يذكر التابعين عهد فى حدثت ولكن ، الصحابة أيام فى وال أيامه فى تكن

” ج“ اللدنية كانوا 259ص 2المواهب ومكحول معدان بن كخالد الشام أهل من التابعين أن في بلغهم أنهم ويقال ، تعظيمها الناس أخذ وعنهم ، العبادة فى شعبان من النصف ليلة يجتهدونذلك . أنكر وقد ، منهم قبله من فمنهم ، الناس اختلف عنهم ذلك اشتهر فلما إسرائيلية آثار ذلك

أسلم بن زيد بن الرحمن عبد ونقله مليكة، أبى وابن عطاء منهم الحجاز، أهل من العلماء أكثر : يقول ثم بدعة، كله ذلك وقالوا ، وغيرهم مالك أصحاب قول وهو ، المدينة أهل فقهاء عن

: القسطالنى

فى جماعة إحياؤها يستحب أنه أحدهما ، قولين على إحيائها صفة فى الشام أهل علماء اختلفويتبخرون ثيابهم أحسن فيها يلبسون وغيرهما عامر ابن ولقمان معدان بن خالد وكان المسجد،

فى وقال ذلك على راهويه بن إسحاق ووافقهم ، تلك ليلتهم المسجد فى ويقومون ويكتحلونأنه : . والثانى مسائله فى الكرمانى حرب عنه نقله ببدعة، ذلك ليس جماعة المساجد فى قيامها

لخاصة فيها الرجل يصلى أن يكره وال ، والدعاء والقصص للصالة المساجد فى االجتماع يكرهوعالمهم وفقيههم الشام أهل إمام األوزاعى قول وهذا ، . نفسه

“Telah pasti dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bahwa beliau melakukan kegiatan pada bulan Sya’ban yakni berpuasa. Sedangkan qiyamul lail-nya banyak beliau lakukan pada setiap bulan, dan qiyamul lailnya pada malam nisfhu sya’ban sama halnya dengan qiyamul lail pada malam lain. Hal ini didukung oleh hadits-hadits yang telah saya sampaikan sebelumnya, jika hadits tersebut dhaif maka berdalil dengannya boleh untuk tema fadhailul

Page 9: Kelebihan Solat Subuh

‘amal (keutamaan amal shalih), dan qiyamul lailnya beliau sebagaimana disebutkan dalam hadits dari ‘Aisyah yang telah saya sebutkan. Aktifitas yang dilakukannya adalah aktifitas perorangan, bukan berjamaah. Sedangkan aktifitas yang dilakukan manusia saat ini, tidak pernah ada pada masa Rasulullah, tidak pernah ada pada masa sahabat, tetapi terjadi pada masa tabi’in.

Al Qasthalani menceritakan dalam kitabnya Al Mawahib Al Laduniyah (Juz.2, Hal. 259), bahwa tabi’in dari negeri Syam seperti Khalid bin Mi’dan, dan Mak-hul, mereka berijtihad untuk beribadah pada malam nishfu sya’ban. Dari merekalah manusia beralasan untuk memuliakan malam nishfu sya’ban. Diceritakan bahwa telah sampai kepada mereka atsar israiliyat [5] tentang hal ini. Ketika hal tersebut tersiarkan, maka manusia pun berselisih pendapat, maka di antara mereka ada yang mengikutinya. Namun perbuatan ini diingkari oleh mayoritas ulama di Hijaz seperti Atha’, Ibnu Abi Malikah, dan dikutip dari Abdurrahman bin Zaid bin Aslam bahwa fuqaha Madinah juga menolaknya, yakni para sahabat Imam Malik dan selain mereka, lalu mereka mengatakan: “Semua itu bid’ah!”

Kemudian Al Qasthalani berkata: “Ulama penduduk Syam[6] berbeda pendapat tentang hukum menghidupkan malam nishfu sya’ban menjadi dua pendapat: Pertama, dianjurkan menghidupkan malam tersebut dengan berjamaah di masjid., Khalid bin Mi’dan dan Luqman bin ‘Amir, dan selainnya, mereka mengenakan pakain bagus, memakai wewangian, bercelak, dan mereka menghidupkan malamnya dengan shalat. Hal ini disepakati oleh Ishaq bin Rahawaih, dia berkata tentang shalat berjamaah pada malam tersebut: “Itu bukan bid’ah!” Hal ini dikutip oleh Harb Al Karmani ketika dia bertanya kepadanya tentang ini. Kedua, bahwa dibenci (makruh) berjamaah di masjid untuk shalat, berkisah, dan berdoa pada malam itu, namun tidak mengapa jika seseorang shalatnya sendiri saja. Inilah pendapat Al Auza’i, imam penduduk Syam dan faqih (ahli fiqih)-nya mereka dan ulamanya mereka.” Selesai kutipan dari Syaikh ‘Athiyah Saqr Rahimahullah. (Fatawa Al Azhar, Juz. 10, Hal. 131. Syamilah)

3. Samahatusy Syaikh Abdul ‘Aziz bin Abdullah bin Baz Rahimahullah

Beliau menjelaskan tentang hukum mengkhususkan ibadah pada malam Nishfu Sya’ban:

: يومها وتخصيص شعبان، من النصف بليلة االحتفال بدعة الناس بعض أحدثها التي البدع ومنيجوز ال ضعيفة أحاديث فضلها في ورد وقد عليه، االعتماد يجوز دليل ذلك على وليس بالصيام،

أهل من كثير ذلك على نبه كما موضوع، فكله فيها الصالة فضل في ورد ما أما عليها، االعتماد . أهل من السلف بعض عن آثار أيضTا فيها وورد الله شاء إن كالمهم بعض ذكر وسيأتي العلم، : . في الواردة األحاديث وأن بدعة، بها االحتفال أن العلماء جمهور عليه والذي وغيرهم الشام

] لطائف كتابه في رجب ابن الحافظ ذلك على نبه وممن موضوع، وبعضها ضعيفة كلها فضلهابأدلة] أصلها ثبت قد التي العبادات في بها يعمل إنما الضعيفة واألحاديث وغيره، المعارف

باألحاديث له يستأنس حتى صحيح أصل له فليس شعبان من النصف بليلة االحتفال أما صحيحة،.الضعيفة

Page 10: Kelebihan Solat Subuh

“Dan di antara bid’ah yang di ada-adakan manusia pada malam tersebut adalah: bid’ahnya mengadakan acara pada malam nishfu sya’ban, dan mengkhususkan siang harinya berpuasa, hal tersebut tidak ada dasarnya yang bisa dijadikan pegangan untuk membolehkannya. Hadits-hadits yang meriwayatkan tentang keutamaannya adalah dha’if dan tidak boleh menjadikannya sebagai pegangan, sedangkan hadits-hadits tentang keutamaan shalat pada malam tersebut, semuanya adalah maudhu’ (palsu), sebagaimana yang diberitakan oleh kebanyakan ulama tentang itu, Insya Allah nanti akan saya sampaikan sebagian ucapan mereka, dan juga atsar (riwayat) dari sebagian salaf dari penduduk Syam dan selain mereka. Jumhur (mayoritas) ulama berkata: sesungguhnya acara pada malam itu adalah bid’ah, dan hadits-hadits yang bercerita tentang keutamaannya adalah dha’if dan sebagiannya adalah palsu. Di antara ulama yang memberitakan hal itu adalah Al Hafizh Ibnu Rajab dalam kitabnya Latha’if alMa’arif dan lainnya. Ada pun hadits-hadits dha’if hanyalah bisa diamalkan dalam perkara ibadah, jika ibadah tersebut telah ditetapkan oleh dalil-dalil yang shahih, sedangkan acara pada malam nishfu sya’ban tidak ada dasar yang shahih, melainkan ‘ditundukkan’ dengan hadits-hadits dha’if.” (Fatawa al Lajnah ad Daimah lil Buhuts ‘Ilmiyah wal Ifta’, 4/281) Sekian kutipan dari Syaikh Ibnu Baz.

Larangan Pada Bulan Sya’ban

Pada bulan ini, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melarang berpuasa pada yaumusy syak (hari meragukan), yakni sehari atau dua hari menjelang Ramadhan. Maksud hari meragukan adalah karena pada hari tersebut merupakan hari di mana manusia sedang memastikan, apakah sudah masuk 1 Ramadhan atau belum, apakah saat itu Sya’ban 29 hari atau digenapkan 30 hari, sehingga berpuasa sunah saat itu amat beresiko, yakni jika ternyata sudah masuk waktu Ramadhan, ternyata dia sedang puasa sunah. Tentunya ini menjadi masalah.

Dalilnya, dari ‘Ammar katanya:

BمG ل BسBو EهC Bي عBل HهG الل صBلGى EمEاسBقC ال Bا Bب أ عBصBى CدBقBف qك Gالش BمCوB ي BامBص CنBم“Barang siapa yang berpuasa pada yaumus syak, maka dia telah bermaksiat kepada Abul Qasim (Nabi Muhammad) Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.” (HR. Bukhari, Bab Qaulun Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam Idza Ra’aytumuhu fa shuumuu)

Para ulama mengatakan, larangan ini adalah bagi orang yang mengkhususkan berpuasa pada yaumusy syak saja. Tetapi bagi orang yang terbiasa berpuasa, misal puasa senin kamis, puasa Nabi Daud, dan puasa sunah lainnya, lalu dia melakukan itu bertepatan pada yaumusy syak , maka hal ini tidak dilarang berdasarkan riwayat hadits berikut:

BكE ذBل CمHصB Cي فBل HهBمCوBص HومHصB ي BانB ك IلHج Bر BونH Bك ي CنB أ GالE إ EنC BوCمBي ي CوB أ F BوCم ي E EصBوCم ب BانBضBم Bر CمH حBدHك

B أ GنBمGدBقB Bت ي Bال

BمCوB Cي ال“Janganlah salah seorang kalian mendahulukan Ramadhan dengan puasa sehari atau dua hari, kecuali bagi seseorang yang sedang menjalankan puasa kebiasaannya, maka puasalah pada

Page 11: Kelebihan Solat Subuh

hari itu.” (HR. Bukhari No. 1815)

4. Bulan Ramadhan dan Keutamaannya

Ini adalah bulan agung yang pling banyak dinantikan oleh seluruh umat Islam. Banyak keutamaan yang diterangkan dalam Al Quran dan As Sunah tentang bulan ini. Sebagaian di antaranya:

-Bulan diturunkannya Al Quran

Allah Ta’ala berfirman:

”(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)…” (QS. Al Baqarah (2): 185)

-Bulan Terdapat Lailatul Qadar (malam kemuliaan)

Allah Ta’ala berfirman:

Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan, dan tahukah kamu Apakah malam kemuliaan itu? malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. (QS. Al Qadr (97) : 1-3)

- Shalat pada malam Lailatul Qadar menghilangkan dosa-dosa yang lalu

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

ذنبه من تقدم ما له غفر واحتسابا، إيمانا القدر ليلة قام من

”Barang siapa yang shalat malam pada malam Lailatul Qadar karena iman dan ihtisab (mendekatkan diri kepada Allah) , maka akan diampuni dosa-dosanya yang lalu.” (HR. Bukhari No. 35, 38, 1802)

- Shalat malam (tarawih) Pada Bulan Ramadhan menghilangkan dosa-dosa yang lalu

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

EهE Cب ذBن CنEم BمGدBقB ت مBا HهB ل BرEفHغ Tا، اب BسE وBاحCت Tا EيمBان إ BانBضBم Bر BامBق CنBم.

”Barang siapa yang shalat malam pada Ramadhan karena iman dan ihtisab, maka akan diampuni dosa-dosa yang lalu.” (HR. Bukhari No. 37 1904, 1905)

Page 12: Kelebihan Solat Subuh

- Berpuasa Ramadhan menghilangkan dosa-dosa yang lalu

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

ذنبه من تقدم ما له غفر واحتسابا إيمانا رمضان صام ومن

”Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan ihtisab, maka akan diampuni dosa-dosanya yang lalu.” (HR. Bukhari No. 38, 1910, 1802)

Makna ‘diampuninya dosa-dosa yang lalu’ adalah dosa-dosa kecil, sebab dosa-dosa besar –seperti membunuh, berzina, mabuk, durhaka kepada orang tua, sumpah palsu, dan lainnya- hanya bias dihilangkan dengan tobat nasuha, yakni dengan menyesali perbuatan itu, membencinya, dan tidak mengulanginya sama sekali. Hal ini juga ditegaskan oleh hadits berikut ini.

- Diampuni dosa di antara Ramadhan ke Ramadhan

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

. . . . اجتنب إذا بينهن ما مكفرات رمضان إلى ورمضان الجمعة إلى والجمعة الخمس الصلواتالكبائر

“Shalat yang lima waktu, dari jumat ke jumat, dan ramadhan ke Ramadhan, merupakan penghapus dosa di antara mereka, jika dia menjauhi dosa-dosa besar.” (HR. Muslim No. 233)

- Dibuka Pintu Surga, Dibuka pinta Rahmat, Ditutup Pintu Neraka, dan Syetan dibelenggu

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

BاطEين ي Gالش CتBدqفHصBو EارG الن HابBوC بB أ CتBقq وBغHل EةG ن BجC ال HابBوC ب

B أ CتBحq فHت مBضBان Bر Bاء Bج EذBا إ

”Jika datang Ramadhan, maka dibukalah pintu-pintu surga, ditutup pintu-pintu neraka dan syetan dibelenggu.” (HR. Muslim No. 1079)

Dalam hadits lain:

الشياطين وسلسلت جهنم، أبواب وغلقت الرحمة، أبواب فتحت رمضان كان إذا

”Jika bulan Ramadhan maka dibukalah pintu-pintu rahmat, ditutup pintu-pintu neraka dan syetan dirantai.” (HR. Muslim No. 1079)

Demikianlah keutamaan bulan Ramadhan dan keutamaan ibadah di dalamnya, yang ditegaskan dalam Al Quran dan hadits-hadits yang shahih. Sedangkan cerita dari mulut ke

Page 13: Kelebihan Solat Subuh

mulut, dari khathib ke khathib, dan dari buku ke buku, bahwa:

- Barang siapa yang berbahagia dengan datangnya Ramadhan maka diharamkan masuk ke neraka.

- Tidurnya orang puasa adalah ibadah (Naumush Shaim ‘Ibadah)

- Sepuluh hari pertama Ramadhan adalah rahmat, yang kedua adalah maghfirah, dan yang ketiga adalah dijauhkan dari api neraka.

- Keutamaan tarawih malam pertama adalah begini, malam kedua adalah begitu ..dst.

Hadits-hadits ini adalah dhaif (lemah), bahkan ada yang munkar dan palsu. Dan masih banyak hadits-hadits dhaif seputar Ramadan dan puasa yang beredar di masyakarat, dan ini hanyalah contoh.

Sedangkan, hadits-hadits yang menyebutkan:

- Bau mulut orang puasa lebih Allah cintai dibanding minyak kesturi

- Barangsiapa yang berpuasa fi sabilillah maka akan dijauhkan wajahnya dari api neraka sejauh 70 tahun perjalanan

- Setiap amal anak adam adalah untuk dirinya, kecuali puasa, dia adalah untukKU, dan Akulah yang akan membalasnya sendiri

- Disediakan bagi orang puasa pintu surga bernama Ar Rayyan.

Hadits-hadits ini semuanya adalah shahih diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Tetapi, hadits-hadits ini tidak bicara tentang puasa Ramadhan secara khusus, melainkan juga bagi orang berpuasa walau pun di bulan lain secara umum.

Wallahu A’lam

[1] Sebagian imam ahli tafsir menyebutkan bahwa, hukum berperang pada bulan-bulan haram adalah dibolehkan, sebab ayat ini telah mansukh (direvisi) secara hukum oleh ayat: “Perangilah orang-orang musyrik di mana saja kalian menjumpainya ….”. Sementara, ahli tafsir lainnya mengatakan, bahwa ayat ini tidak mansukh, sehingga larangan berperang pada bulan itu tetap berlaku kecuali darurat. Dan, Imam Ibnu Jarir lebih menguatkan pendapat yang menyatakan bahwa ayat ini mansukh (direvisi) hukumnya. (Jami’ Al Bayan, 9/478-479. Darul Kutub Al ‘Ilmiyah) Imam Ibnu Rajab mengatakan kebolehan berperang pada bulan-

Page 14: Kelebihan Solat Subuh

bulan haram adalah pendapat jumhur (mayoritas ulama), pelaranagn hanya terjadi pada awal-awal Islam. (Lathaif Al Ma’arif Hal. 116. Mawqi’ Ruh Al Islam)

[2] Kelemahan hadits ini, karena dalam sanad hadits ini terdapat Zaidah bin Abi Ruqad dan Ziyad an Numairi.

Imam Bukhari berkata tentang Zaidah bin Abi Ruqad: “Munkarul hadits.” (haditsnya munkar) (Imam al Haitsami, Majma’ az Zawaid, Juz. 2, Hal. 165. Darul Kutub Al ‘Ilmiyah)

Imam An Nasa’i berkata: “Aku tidak tahu siapa dia.” Imam Adz Dzahabi sendiri mengatakan: “Dha’if.” Sedangkan tentang Ziyad an Numairi beliau berkata: “Ziyad dha’if juga.” (Imam Adz Dzahabi, Mizanul I’tidal, Juz. 2, Hal. 65)

Imam Abu Daud berkata: “Aku tidak mengenal haditsnya.” Sementara Imam An Nasa’i dalam kitabnya yang lain, Adh Dhu’afa, mengatakan: “Munkarul hadits.” Sedangkan dalam Al Kuna dia berkata: “Tidak bisa dipercaya.”(Imam Ibnu Hajar, Tahdzibut Tahdzib, Juz. 3, Hal. 263)

Sedangkan tentang Ziyad An Numairi, berkata Imam Al Haitsami tentang Ziyad an Numairi: “Dia dha’if menurut jumhur (mayoritas ahli hadits).” (Majma’ az Zawaid, Juz. 10, Hal. 388. Darul Kutub Al Ilmiyah) )

Imam Ibnu Hibban mengatakan bahwa penduduk Bashrah meriwayatkan dari Ziyad hadits-hadits munkar. Imam Yahya bin Ma’in meninggalkan hadits-haditsnya, dan tidak menjadikannya sebagai hujjah (dalil). Imam Yahya bin Ma’in juga berkata tentang dia: “Tidak ada apa-apanya.” (Imam Ibnu Hibban, Al Majruhin, Juz. 1, Hal. 306)

Sementara dalam Al Jarh wat Ta’dil, Imam Yahya bin Ma’in mengatakan: “Dha’if.” (Imam Abu Hatim ar Razi, Al jarh Wat Ta’dil, Juz. 3, Hal. 536). Demikian

[3] Kitab tasawwuf yang ditulis oleh Syaikh Abu Thalib Muhammad bin Ali bin ‘Athiyah Al Haritsi Al Makki

[4] Kitab tasawwuf yang sangat terkenal yang ditulis oleh Imam Al Ghazali Ath Thusi

[5] Atsar Israiliyat adalah berita atau riwayat yang berasal dari kisah-kisah orang Bani Israel yang menyusup ke dalam kitab-kitab dan keyakinan umat Islam. Statusnya, tidak bisa dijadikan hujjah (dalil), walau memiliki hikmah yang baik. pen.

Source: Komunitas Muslim (Indahnya Berbagi Ilmu)