42

KELAINAN REFRAKSI

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Kelainan refraksi mata

Citation preview

  • Mata merupakan salah satu panca indera manusiaMata bekerja seperti kamera, sistem refraksinya akan menghasilkan bayangan kecil dan terbalik di retina. Rangsangan sel batang dan sel kerucut saraf optik nervus kedua korteks serebri pusat penglihatan tampak sebagai bayangan yang tegak.

  • Sistem refraksi media refraksi : kornea, humor akueus, lensa, badan kaca (vitreous humor) Fungsi : membiaskan cahaya agar tepat di retina. Daya refraksi kornea hampir sama dengan humor akueus.Daya refraksi lensa hampir sama dengan badan kaca. Sistem refraksi mata lensa cembung dengan fokus 23 mm

  • Akomodasi kemampuan lensa mencembung guna menambah kekuatan refraksi mata yang terjadi akibat kontraksi otot siliar.

  • Mata emetrop tanpa bantuan akomodasi cahaya sejajar dibiaskan tepat di retina, media refraksi tidak keruh, dan mempunyai penglihatan normal (visus 6/6). Mata ametrop Kelainan refraksi tanpa bantuan akomodasi bayangan tidak dibentuk pada retina (makula lutea atau bintik kuning), akan tetapi dapat di depan atau di belakang bintik kuning dan dapat pula tidak terletak pada satu titik yang tajam.

  • MYOPIASuatu keadaan kelainan refraksi dengan sinar sejajar yang datang difokuskan di depan retina dalam keadaan istirahat atau tanpa akomodasi.

  • EtiologiMiopia aksial jarak anterior posterior bola mata terlalu panjang .Konvergensi berlebihan polus posterior mata memanjangKelemahan lapisan sklera bola mata disertai dengan tekanan yang tinggi

  • Miopia refraktif Sistem optik yang terlalu kuat. Kelainan kongenital (keratokonus dan keratoglobus), penyakit didapat (keratektasia) Kornea terlalu cembung.Lensa yang terlalu cembung akibat terlepas dari zunula zinii, pada luksasi lensa atau subluksasi.Diabetes melitus tidak terkontrol tingginya kadar gula dalam humor aqueous cairan meningkat indeks bias cairan meninggi.

  • PatofisiologiFaktor genetikDefek gen PAX6 perubahan ukuran antero-posterior bola mata selama fase perkembangan Faktor lingkunganBanyaknya kerja mata pada jarak dekat Kelemahan otot silier bola mata Lensa tidak mampu memfokuskan objek yang jauh.

  • Kombinasi faktor genetik dan lingkunganPekerjaan yang membutuhkan pandangan dengan jarak dekat eksaserbasi dari faktor genetik yang merupakan faktor predisposisi terjadinya miopi.

  • KlasifikasiBerdasarkan tingkatan tinggi dioptri:Miopi ringan = sampai 3 dioptriMiopi sedang = 3-6 dioptriMiopi berat = 6-9 dioptriMiopi sangat berat = > 10 dioptri

  • Berdasarkan klinis :Miopia simpleks/stasioner/fisiologik :Sering terjadi pada usia muda, kemudian berhenti. Miopi ini akan sedikit meningkat pada waktu pubertas dan bertambah lagi hingga usia 20 tahun. Besar dioptri pada miopi ini kurang dari 5D atau 6D. Miopia progresif :Jarang dan dapat ditemukan pada semua umur. Besar dioptri dapat melebihi 6 dioptri. Dapat meningkat rata-rata lebih dari 4 dioptri per tahun.Miopi MalignaMiopi progresif yang lebih berat. Sering disebut miopi degeneratif karena kelainan ini disertai dengan degenerasi koroid, vitreous floaters, degenerasi likuifaksi dan bagian mata yang lain.

  • Gejala KlinikGejala subjektif terdiri dari :Penglihatan jauh kabur, lebih jelas dan nyaman apabila melihat dekat.Kadang seakan melihat titik-titik seperti lalat terbang karena degenerasi vitreus.Mata lekas lelah, berair, pusing, cepat mengantuk (gejala asthenophia).Memicingkan mata agar melihat lebih jelas agar mendapat efek pin-hole.

  • Gejala objektif terdiri dari :Bilik mata depan dalam karena otot akomodasi tidak dipakai.Pupil lebar (midriasis) karena kurang berakomodasi.Mata agak menonjol pada miopi tinggi.Pada pemeriksaan oftalmoskopi, retina dan koroid tipis disebut fundus tigroid.

  • KomplikasiStrabismusCorpus vitreus menjadi lebih cair, degenerasi likuifaksi Degenerasi retina

  • TerapiKoreksi non bedah : Kaca Mata Lensa kontak

  • Koreksi dengan bedah :Keratotomi radial (RK)Sayatan radier pada permukaan kornea berbentuk jari-jari roda. Bagian sentral kornea tidak disayat. Bagian kornea yang disayat akan menonjol sehingga bagian tengah kornea menjadi rata. Ratanya kornea bagian tengah akan memberikan suatu pengurangan indeks bias kornea sehingga dapat mengganti lensa kacamata negatif.Efek samping yang dapat terjadi pada RK :Penglihatan yang tidak stabilKoreksi lebih atau kurang

  • Keratektomi fotorefraktif (PRK)Menggunakan sinar eximer untuk membentuk permukaan kornea. Sinar akan memecah molekul kornea dan lamanya penyinaran menyebabkan pemecahan sejumlah sel permukaan kornea.Efek samping yang dapat terjadi pada PRK :Nyeri.Melemahkan struktur mata secara permanen.Kemungkinan menimbulkan jaringan parut besar.

  • Laser assisted In situ interlamellar keratomilieusis (LASIK)Menggunakan prinsip keratomileusis dan automated lamellar keratektomi (ALK).

  • HYPERMETROPIA Suatu keadaan kelainan refraksi dengan sinar sejajar yang jatuh di kornea akan difokuskan di belakang retina, sinar yang berjarak kurang dari 5 m akan difokuskan lebih jauh di belakang retina, dalam keadaan istirahat atau tanpa akomodasi.

  • EtiologiAksial : hipermetropia dapat terjadi bila diameter bola mata lebih pendek dari normalKurvatura: ukuran dari bola mata normal, namun terdapat penurunan dari kurvatura kornea atau lensa, sehingga bayangan difokuskan di belakang lensa.Penurunan indeks refraksiPerubahan lokasi lensa

  • KlasifikasiHipermetropia laten, Tidak dapat terdeteksi tanpa pemberian siklopegik, karena dapat diimbangi seluruhnya dengan akomodasi. Makin muda seseorang, makin besar komponen hipermetropia laten. Makin tua seseorang, akan terjadi kelemahan akomodasi sehingga hipermetropia laten menjadi hipermetropia fakultatif dan kemudian akan menjadi hipermetropia absolut.

  • Hipermetropia manifest, Terdeteksi tanpa pemberian siklopegik (untuk memparalise proses akomodasi) dan koreksi terbaik didapatkan dengan lensa positif yang terbesar. Hipermetropia ini dibagi menjadi:Hipermetropia fakultatif, kelainan hipermetropia dapat diimbangi dengan akomodasi yang kuat atau pemberian kacamata positif.Hipermetropia absolut, dimana kelainan refraksi tidak diimbangi dengan akomodasi dan memerlukan kacamata positif untuk melihat jauh. Hipermetropia total, terdeteksi setelah akomodasi dilumpuhkan dengan obat sikloplegik.

  • Gejala KlinikPenglihatan dekat dan penglihatan jauh yang kabur (terutama pada penderita dengan hipermetropia yang tinggi). Mata yang lelah dan sakit karena terus menerus melakukan akomodasi untuk melihat atau memfokuskan bayangan yang terletak di belakang macula agar terletak tepat di macula lutea. Keadaan ini disebut astenopia akomodasi. Terus menerus berakomodasi bola mata bersama-sama melakukan konvergensi dan mata akan sering terlihat esotrofia atau juling ke dalam. Sering memperlihatkan gejala ambliopia akibat mata tanpa akomodasi tidak pernah melihat objek dengan baik dan jelas. Mata ambliopia sering bergulir ke arah temporal atau eksoforia.

  • KomplikasiGlaukoma sudut tertutup karena sudut bilik mata depan dangkal akibat hipertrofi otot silier pada badan silierStrabismus konvergen akibat akomodasi terus menerus

  • TerapiKacamata sferis positif terkuat yang memberikan ketajaman penglihatan maksimal. Hal ini dilakukan untuk memberikan istirahat pada mata dengan baik sesudah dikoreksi. Bila terdapat juling ke dalam atau esotrofia, maka diberikan kacamata koreksi hipermetropi total. Namun, bila terdapat bakat juling keluar atau esoforia, maka diberikan kacamata koreksi positif kurang.

  • PRESBIOPIkelainan refraksi pada mata yang menyebabkan punctum proksimum mata menjadi jauh, sehingga pekerjaan dengan jarak penglihatan dekat sulit untuk dilakukan.

  • PatogenesisProses penuaan lensa akan terus menerus mengalami pengerasan sedikit demi sedikit. Dimulai dari nukleus, akibatnya lensa sulit untuk berakomodasi pada saat penglihatan dekat dengan tujuan untuk menambah daya biasnya. Dengan demikian daya akomodasi lensa akan berkurang akibat proses sklerosis ini. Ditambah lagi dengan berkurangnya daya kontraksi dari otot siliaris sehingga menyebabkan pengendoran dari zonula zinii menjadi tidak sempurna.

  • Gejala klinikPenderita presbiopi akan memberikan keluhan sulit mengerjakan pekerjaan dengan melihat dekat terutama malam hari, sering memerlukan sinar yang lebih terang untuk membaca, dan beberapa keluhan setelah membaca seperti mata lelah, berair, dan sering terasa pedas.

  • TerapiDi Indonesia, presbiopi biasanya mulai terjadi pada umur 40 tahun. Untuk memperbaikinya diperlukan kacamata sferis positif (S+) yang besarnya tergantung dari umurnya, yaitu : + 1,00 D untuk usia 40 yahun + 1,50 D untuk usia 45 tahun + 2,00 D untuk usia 50 tahun + 2,50 D untuk usia 55 tahun + 3,00 D untuk usia 60 tahun

  • ASTIGMATISMAKelainan refraksi yang terdapat perbedaan derajat refraksi pada meridian yang berbeda. Berkas sinar tidak difokuskan pada satu titik dengan tajam pada retina akan tetapi pada dua garis api yang saling tegak lurus yang terjadi akibat kelainan kelengkungan permukaan kornea (90%) dan kelainan kelengkungan permukaan lensa (10%).

  • EtiologiKelainan kornea Perubahan lengkung pada kornea dengan atau tanpa pemendekan atau pemanjangan diameter anteroposterior bola mata. Hal ini dapat terjadi secara kongenital atau akuisita akibat kecelakaan, peradangan kornea ataupun operasi. Kelainan lensa : Kekeruhan lensa biasanya katarak insipien atau imatur.Pembiasan sinar pada mata tidak sama pada semua bidang atau meridian.

  • Astigmatisma disebabkan karena pembiasan mata yang tidak sama pada berbagai sumbu penglihatan mata,.Keadaan dimana mata lebih rabun jauh pada salah satu sumbu (misal 90 derajat) dibanding sumbu lainnya (180 derajat). Umumnya akibat kornea berbentuk lonjong (oval) seperti telur, makin lonjong bentuk kornea makin tingggi asigatisme mata.

  • Astigmatisma biasanya diturunkan atau terjadi sejak lahir.Astigmatisma biasanya berjalan bersama dengan miopia dn hipermetropia dan tidak banyak terjadi perubahan selama hidup, Pada usia pertengahan, kornea menjadi lebih sferis kembali sehingga astigmatisma menjadi astigmatism againts the rule (astigmatisma tidak lazim).

  • KlasifikasiAstigmatisma tidak lazimAkibat kelengkungan kornea pada bagian meridian horizontal lebih kuat dibandingkan kelengkungan kornea vertikal. Koreksi dengan silinder negatif dilakukan dengan sumbu tegak lurus (60-120 derajat ) atau dengan silinder positif sumbu horizotal (30-150 derajat). Keadaaan ini sering ditemukan ada usia lanjut karena kornea menjadi menjadi lebih sferis kembali.

  • Astigmatisma lazimKelainan refraksi regular berupa koreksi silinder negatif dengan sumbu (horizontal 135-145 derajat). Keadaan ini lazim didapatkan pada anak atau orang muda dan bayi baru lahir akibat dari perkembanan normal dari serabut-serabut kornea.

  • Astigmatisma reguler Suatu astigmatisma yang memperlihatkan kekuatan pembiasan bertambah atau berkurang perlahan-lahan secara teratur dari satu meridian ke meridian berikutnya. Bayangan yang terjadi pada astigmatisma reguler dengan bentuk yang teratur, dapat berbentuk garis, lonjong atau lingkaran.

  • Berdasarkan letak pembiasan tipe astigmatisma reguler dibagi atas :Astigmatisma miopia simpleksSatu meridian berupa miopia sedangkan meridian yang lain emetropiaAstigmatisma miopia compositiumKedua meridian berupa miopiaAstigmatisma hipermetropia simpleksSatu meridian berupa hipermetropia, sedangkn meridian yang lain emetropia

  • Astigmatisma Hipermetropia compositiumKeua meridian berupa hipermetropia Astgmatisma mixtusSatu meridian berupa miopia sedangkan meridian yang lain hipermetropia