36
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN & KRITERIA HASIL (NOC) INTERVENSI (NIC) 1. Resiko perilaku kekerasan (pada diri sendiri/ orang lain/ lingkungan) TUPAN : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien tidak melakukan tindakan kekerasan baik pada diri sendiri, orang lain, lingkungan. TUPEN : 1. Setelah berinteraksi selama 3x24 jam, klien dapat mengenal lebih awal tanda-tanda akan terjadi perilaku kekerasan dengan kriteria hasil : a. Klien mampu menyebutkan tanda- tanda akan melakukan kekerasan seperti ingin marah, jengkel, ingin merusak, memukul, dll. b. Klien bersedia melaporkan pada petugas kesehatan saat meuncul tanda- tanda akan melakukan kekerasan. c. Klien melaporkan kepada petugas kesehatan setiap muncul tanda- tanda akan melakukan kekerasan 2. Setelah dilakukan interaksi selama 3X24jam,klien dapat mengendalikan perilaku agresi/amuk 1. Bantuan kontrol marah a. BHSP - Prinsip komunikasi terapeutik - Pertahankan konsistensi sikap (terbuka, tepati janji, hindari kesan negatif) - Gunakan tahap-tahap interaksi dengan tepat b. Observasi tanda-tanda perilaku kekerasan pada klien c. Bantu klien mengidentifikasi tanda- tanda perilaku kekerasan : (emosi, fisik, social, spiritual,) d. Jelaskan pada klien tentang respon marah e. Dukung dan fasilitasi klien untuk mencari bantuan saat muncul marah 2. a. Bantuan kontrol marah 1) Bantu klien mengidentifikasi waktu dan situasi yang memicu perilaku kekerasan 2) Diskusikan bersama

Keke Rasan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kekerasan

Citation preview

NO

DIAGNOSA KEPERAWATAN

TUJUAN

& KRITERIA HASIL (NOC)

INTERVENSI (NIC)

1.

Resiko perilaku kekerasan (pada diri sendiri/ orang lain/ lingkungan)

TUPAN :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien tidak melakukan tindakan kekerasan baik pada diri sendiri, orang lain, lingkungan.

TUPEN :

1. Setelah berinteraksi selama 3x24 jam, klien dapat mengenal lebih awal tanda-tanda akan terjadi perilaku kekerasan dengan kriteria hasil :

a. Klien mampu menyebutkan tanda-tanda akan melakukan kekerasan seperti ingin marah, jengkel, ingin merusak, memukul, dll.

b. Klien bersedia melaporkan pada petugas kesehatan saat meuncul tanda-tanda akan melakukan kekerasan.

c. Klien melaporkan kepada petugas kesehatan setiap muncul tanda-tanda akan melakukan kekerasan

2. Setelah dilakukan interaksi selama 3X24jam,klien dapat mengendalikan perilaku agresi/amuk kriteria hasil :

a. Klien menyebutkan waktu dan situasi yang memicu terjadi perilaku kekerasan

b. Klien dapat menahan ledakan kemarahan atau perilaku kekerasan yang dapat membahayakan dirinya

c. Klien memperaktekkan penyaluran energi positif dari perikaku kekerasan

d. Klien minum obat sesuai dengan program terapi

e. Klien dapat menyebutkan manfaat minum obat untuk kontrol marah.

3. Setelah dilakukan interaksi selama 3X24jam, klien dapat menentukan cara adaptif menyalurkan energi marah dengan kriteria hasil :

a. Klien memilih cara adaptif untuk menyalurkan energi marah ( relaksasi, olah raga, berdoa, dll)

b. Klien mampu mendemonstrasikan cara marah adaptif yang dipilih

c. Klien mampu mengungkapkan perasaannya setelah mendemonstrasikan cara adaptif yang dipiihnya

4. Setelah dilakukan interaksi dengan keluarga selama 3X24jam, klien mendapat dukungan dari keluarganya dengan kriteria:

a. Keluarga mengenal penanganan klien dengan perilaku kekerasan

b. Keluarga dapat menyebutkan penanganan klien dengan perilaku kekerasan

c. Keluarga memutuskan memberikan bantuan yang adaptif pada klien dengan perilaku kekerasan

d. Keluarga menerapkan cara yang dipilih untuk membantu merubah perilaku klien

e. Klien mampu memanfaatkan dukungan keluarga untuk merubah perilakunya.

1. Bantuan kontrol marah

a. BHSP

- Prinsip komunikasi terapeutik

- Pertahankan konsistensi sikap (terbuka, tepati janji, hindari kesan negatif)

- Gunakan tahap-tahap interaksi dengan tepat

b. Observasi tanda-tanda perilaku kekerasan pada klien

c. Bantu klien mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan : (emosi, fisik, social, spiritual,)

d. Jelaskan pada klien tentang respon marah

e. Dukung dan fasilitasi klien untuk mencari bantuan saat muncul marah

2. a. Bantuan kontrol marah

1) Bantu klien mengidentifikasi waktu dan situasi yang memicu perilaku kekerasan

2) Diskusikan bersama klien pangaruh negatif perilaku kekerasan terhadap dirinya, orang lain dan lingkungan

3) Jelaaskan pada klien cara mengeluarkan energi marah atau perilaku kekerasan secara adaptif dan konstruktif :

Kegiatan fisik : olah raga, membersikan rumah, relaksasi

Kegiatan spiritual : berdoa, melakukan ibadah

Kegiatan sosial : meminta sesuatu pada orang lain dengan cara yang baik sehingga orang lain tidak tersinggung

4) Jelaskan pada klien manfaat minum obat

5) Berikan reinforcement untuk egresi marah yang tepat

6) Libatkan klien dalam TAK SP : PK.

b. Manajemen lingkungan

1) Jauhkan barang-barang yang dapat membahayakan diri klien

2) Lakukan pembatasan terhadap perilaku kekerasan klien agar tidak menyakiti atau melukai orang lain

3) Tempatkan klien pada lingkungan yang restrictive (isolasi)

4) Diskusikan bersama keluarga tentang tujuan pembatasan (isolasi)

3. Latihan mengontrol rangsangan

a. Jelaskan pada klien manfaat penyaluran energi marah

b. Bantu klien memilih sendiri cara marah yang adaptif

c. Bantu klien mengambil keputusan untuk mengeluarkan energi marah yang adaptif.

d. Beri kesempatan pada klien untuk mendiskusikan cara yang dipilihnya

e. Anjurkan klien mempraktekkan cara yang dipilihnya

f. Berikan reinforcement atas keberhasilan/kemajuan klien.

g. Evaluasi perasaan klien tentang cara yang dipilih dan telah dipraktekkan

4. libatkan keluarga dalam perawatan klien

a. identifikasi kultur, peran, dan situasi keluarga dalam pengaruhnya terhadap perilaku klien

b. berikan informasi yang tepat tentang penanganan klien dengan perilaku marah kekerasan

c. ajarkan ketrampilan koping efektif yang digunakan untuk penangannan klien perilaku kekerasan

d. berikan konseling pada keluarga

e. bantu keluarga memilih untuk menentukan dalam penanganan klien dengan perilaku kekerasan

f. fasilitasi pertemuan keluarga dengan pemberi perawatan

g. beri kesempatan pada keluarga untuk mendiskusikan cara yang dipilih

h. anjurkan pada keluarga untuk menerapkan cara yang dipilih

2.

Isolasi sosial

TUPAN :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, Klien mampu mendemostrasikan keterlibatan sosial secara mandiri dan mempunyai sistem pendukung yang daptat membantu mengekspresikan perasan dan pikirannya.

TUPEN :

1. Setelah dilakukan interaksi selama 3x24 jam, klien dapat memulai interaksi denganorang lain dengan kriteria hasil :

a. Klien mampu memperkenalkan dirinya dengan orang lain : berjaba tangan, menjawab salam, ada kontak mata, dan meluangkan waktu untuk duduk berdampingan dengan orang lain

b. Klien mau menyebutkan alasan menarik diri

c. Klien mau mengutarakan masalahnya

2. Setelah dilakukan interaksi selama 3x24 jam, klien mampu mengungkapkan perasaannya dengan kriteria hasil :

a. Klien mau mengungkapkan perasaannya setelah berinteraksi dengan orang lain

b. Klien dapat mengungkapkan manfaat dan keuntungan berinteraksi dengan orang lain

c. Klien dapat menyebutkan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain

d. Klien dapat mempertahankan keinginan dan kebutuhannya berinteraksi dengan orang lain

3. Setelah dilakukan interaksi selama 3X24 jam, klien dapat mengembangkan hubungan/interaksi sosial dengan kriteria hasil :

a. Klien mau melakukan interaksi dengan perawat/petugas, teman/klien lain, dan keluarga.

b. Klien berpartisipasi dalam kegiatan/aktivitas diruangan.

4. Setelah dilakukan interaksi selama 3x24 jam, klien mampu meningkatkan sosial secara mandiri dengan kriteria hasil :

a. Klien mau dan mampu bekerja sama dengan orang lain.

b. Klien bersikap ramah

c. Klien perhatian pada orang lain.

d. Klien menempati janji.

e. Klien mau membantu orang lain.

f. Klien dapat menggunakan waktu luangnya dengan aktivitas-aktivitas selama dalam perawatan.

5. Setelah dilakukan interaksi selama 3X24 jam, klien klien mendapat dukungan keluarga dan dapat memanfaatkan dukungan tersebut untuk mengekspresikan perasaan dan pikirannya dengan kriteria hasil :

a. Klien mendapat dukungan keluarga selama dalam perawatan

b. Klien mampu mengungkapkan perasaannya, keinginan dan harapannya dari dukungan keluarganya

c. Klien dan keluarga terlibat aktif dalam upaya perawatan

d. Secara periodik dan teratur keluarga mengunjungi klien selama dalam perawatan

e. Keluaraga mengerti dan mampu menjelaskan kembali cara perawatan klien dengan isolasi sosial

1. Tingkatkan sosialisasi

a. BHSP

Prinsip komunikasi terapeutik

Pertahankan konsistensi sikap (terbuka, tepati janji, hindari kesan negatif)

Gunakan tahap-tahap interaksi dengan tepat

b. Observasi perilaku menarik diri klien

c. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik dirinya

d. Diskusikan dengan klien hal-hal yang menyebabkan klien menarik diri

e. Beri kesempatan kepada klien untuk menceritakan perasaannya terkait dengan isolasi diri

f. Dorong klien untuk membagi masalah yang dihadapinya

g. Dukung klien untuk jujur dan menunjukkan identitas dirinya dengan orang lain

h. Libatkan dalam TAKS

2. manajemen kestabilan Mood serta perasaan aman dan nyaman

a. observasi kesesuaian antara afek dan ungkapan secara verbal klien

b. beriakn perasan aman dan nyaman pada klien

c. dorong klien menggungkapkan perasaan dan ekspresikannya secara tepat

d. bantu klien mengidentifikasi perasaan yang mendasari keinginan untuk tidak melakukan interaksi dengan orang lain

e. dorong klien untuk mengungkapkan hambatan dan kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain

f. diskusikan dengan klien manfaat berinteraksi dengan orang lain

g. diskusikan dengan klien kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain.

h. Kelola pemberian obat sesuai program

i. Monitor efek samping obat

j. libatkan klien dalam TAK SS, SP Umum

k. lakukan kolaborasi dengan psikiater bila diperlukan (misalnya : ECT)

3. Tingkatkan sosialisasi

a. Bantu klien mengidentifikasi kelebihan, hambatan, dan kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang lain.

b. Tingkatkan kesadaran klien terhadap kelebihan dan keterbatasan dalam berkomunikasi.

c. Dukung klien mengembangkan hubungan yang telah terbina.

d. Dukung klien dalam kegiatan/aktivitas diruangan

e. Berikan reinforcement atas keberhasilan yang dicapai klien

f. Libatkan klien TAKS

4. Modifikasi perilaku : keterampilan sosial

a. Bantu klien mengidentifikasi masalah-masalah interpersonal yang menyebabkan kurangnya berinteraksi dengan orang lain.

b. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya terkait dengan masalah lnterpersonal yang dihadapi.

c. Identifikasi ketrampilan/kemampuan sosial yang ingin difokuskan pada latihan berinteraksi dengan orang lain.

d. Bantu klien menetapkan tahapan dan hal-hal yang ingin dicapai dalam melatih hubungan interaksi dengan orang lain.

e. Dorong klien meningkatkan interaksi dengan orang lain disekitarnya.

f. Dorong klien mengikuti aktifitas diruangan

g. Libatkan klien dalam TAKS

h. Rujuk klien untuk mengikuti aktifitas diruang rehabilitasi

5. Tingkatkan keterlibatan keluarga

a. Identifikasi kemampuan dan keterlibatan anggota keluarga dalam perawatan klien

b. Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang hal-hal dan situasi yang berpengaruh terhadap perawatan klien.

c. Berikan informasi yang tepat tentang kondisi klien kepada keluarga

d. Jelaskan kepada keluarga cara merawat klien dengan isolasi sosial

e. Jelaskan pentingnya keterlibatan keluarga dalam perawatan klien

f. Dorng keluarga untuk terlibat aktif dalam upaya perawatan klien

g. Fasilitasi pertemuan klien dengan keluarga secara priodik selam klien dirawat

3.

Defisit perawatan diri : Mandi

Defisit perawatan diri : Makan

Defisit perawatan diri : berpakaian berhias

Defisit perawatan diri : Toileting-Eliminasi

TUPAN :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien mampu melakukan perawatan diri untuk memenuhi personal higiene.

TUPEN :

1. Setelah dilakukan interaksi selama 3X24 jam, klien dapat melakukan perawatan diri dengan kriteria hasil :

a. Klien mampu Menyebutkan manfaat kebersihan diri mandi

b. Klien mampu memutuskan untuk melakukan kebersihan diri/mandi

c. Klien bersedia mandi (dengan atau tanpa bantuan)

d. Tubuh klien tidak kotor dan bau

TUPAN :

Setelah dilakukan tidakan keperawatan, Klien mampu memenuhi kebutuhan nutrisi/makan secara mandiri

TUPEN :

Setelah dilakukan tindakan interaksi selama 3X24 jam, klien mampu memenuhi kebutuhan nutrisi dengan kriteria hasil :

a. Klien mampu menyebutkan fungsi makan bagi kesehatan tubuh

b. klien mampu menyebutkan akibat yang dapat terjadi bila tidak ada intek yang adekuat

c. Klien mampu memutuskan untuk makan, menghabiskan porsi makan secara bertahap

d. Klien mampu makan (dengan atau tanpa bantuan)

TUPAN :

Setelah dilakukan tidakan keperawatan, Klien mampu mempertahankan penampilannya dan mampu memenuhi kebutuhan berpakaian dan berhias secara mandiri.

TUPEN :

Setelah dilakukan tindakan interaksi selama 3X24 jam, klien mampu berpakaian secara tepat dengan criteria hasil :

a. Klien mampu menggunakan pakaian dan berhias dengan tepat misalnya mempu memasang kancing baju sendiri, menyisir rambut dll

b. Klien mampu menggungkapkan kepuasannya dalam berpakaian dan berrias

c. Klien berpenampilan rapi

TUPAN :

Setelah dilakukan tidakan keperawatan, Klien mampu memenuhi kebutuhan eliminasinya secara benar dan mandiri.

TUPEN :

Setelah dilakukan tindakan interaksi selama 3X24 jam, klien mampu melakukan toileting-eliminasi dengan benar, dengan kriteria hasil :

a. Klien dapat menyebutkan keuntungan BAB/BAK dikamar mandi/toilet

b. Klien dapat menyebutkan akibat yang ditimbulkan bila BAB/BAK disembarang tempat

c. Klien dapat memutuskan untuk BAB/BAK dikamar mandi/toilet.

d. Klien mampu menggunakan alat bantu (pispot, urinal, dll)

1. Bantuan perawatan diri : mandi

a. monitor kemampuan klien melakukan perawatan diri secara mandiri

b. identifikasi bersama klien hambatan yang dialami klien dalam perawatan diri

c. diskusikan bersam klien keuntungan kebersihan diri

d. sediakan peralatan mandi : sabun, sampo, sikat gigi, handuk, pasta gigi air yang cukup

e. berikan bantuan sampai klien dapat mendiri dalam perawatan dirinya

f. evaluasi perasaan klien setelah mandi

g. berikan reinforsmen terhadap kemajuan klien dalam melakukan kebersihan diri

Bantuan perawatan diri : Makan

a. monitor kemampuan klien makan

b. identifikasi bersama klien faktor-faktor penyebab klien tidak mau makan

c. identifikasi adanya hambatan makan :

1. fisik : kelemahan, isolasi, keterbatasan extremitas, fiksasi

2. emosi : depresi, manik, penurunan nafsu makan

3. intelektual : curiga

4. sosial : curiga

5. spiritual : adanya waham

d. Diskusikan dengan klien fungsi makan bagi kesehatan

e. Diskusikan dengan klien

f. Akibat kurang atau tidak mau makan

g. Ajarkan klien bersama dengan klien lain makan bersama diruang makan

h. Beriakn bantuan makan sesuai kondisi klien

i. Evaluasi perasaan klien setelah makan

j. Berikan reinforcement terhadap kemajuan klien

Bantuan perawatan diri : berpakaian dan berhias :

a. Monitor kemampuan klien dalam berpakaian dan berhias

b. Identifikasi adanya kemunduran sensori, kognitif, dan psikomotor yang menyebabkan klien kesilitan dalam berpakaian dan berhias

c. Diskusikan dengan klien kemungkinan adanya hambatan dalam berpakaian dan berhias

d. Gunakan komunikasi/instruksi yang mudah dimengerti klien untuk mengakomodasi keterbatasan kognitif klien

e. Sediakan baju dan sisir, jika mungkin bedak,parfu m dll

f. Dorong klien untuk mengenakan baju sendiri dan memasang kancing dengan benar

g. Berikan bantuan kepada klien jika perlu.

h. Evaluasi perasan klien setelah mampu berpkaian dan berhias.

i. Berikan reinforcement atas keberhasilan klien berpakaian dan berhias.

Bantuan perawatan diri : Toileting-Eliminasi :

a. Monitor kemampuan klien dalam pemenuhan kebutuhan eliminasi

b. Kaji adanya kemunduran kemampuan klien ke kamar mandi

c. Kaji keterbatasan klien dalam pemenuhan eliminasi

d. Diskusikan dengan klien keuntungan BAB/BAK dikamar mandi/toilet

e. Diskusikan dengan klien akibat yang timbulkan bila BAB/BAK disembarang tempat

f. Berikan instruksi yang singkat, jelas, dan mudah dimengerti oleh klien.

g. Sediakan alat bantu (pispot, urinal, dll).

h. Evaluasi perasaan klien.

i. Berikan reinforcement atas keberhasilan klien menentukan pilihan yang tepat dalam pemenuhan eliminasinya.

Diagnosa Keperawatan

1. Resiko trauma berhubungan dengan karakteristik anak, pemberian asuhan dan lingkungan.

2. Cemas berhubungan dengan perlakuan salah yang berulang-ulang, ketidakberdayaan dan potensial kehilangan orang tua.

3. Resiko terhadap kerusakan kedekatan orang tua / anak / bayi berhubungan dengan perlakuan kekerasan

4. Risiko cidera berhubungan dengan kekerasan fisik (kekerasan orang tua)

5. Ketakutan berhubungan dengan kondisi fisik / social

6. Resiko keterlamnbatan perkembangan berhubungan dengan perilaku kekerasan

C. Intervensi

1. Dx 1 : Resiko trauma berhubungan dengan karakteristik anak, pemberian

asuhan dan lingkungan.

Tujuan: setelah dialakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi

trauma pada anak

NOC : Abuse Protection

Kriteria hasil :

a. Keselamatan tempat tinggal

b. Rencana dalam menghindari kekerasan/ perlakuan yang salah

c. Rencanakan tindakan untuk menghindari perlakuan yang salah

d. Keselamatan diri sendiri

e. Keselamatan anak

NIC: Enviromental Mangemen: safety

Intervensi

a. Identifikasi kebutuhan rasa aman pasien berdasarkan tingkat fisik, fungsi kognitif dan perilaku masa lalu

b. Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan resiko

c. Monitor lingkungan dalam perubahan status keamanan

d. Bantu pasien dalam menyiapkan lingkungan yang aman

e. Ajarkan resiko tinggi individu dan kelompok tentang bahaya lingkungan

f. kolaborasi dengan agen lain untuk mengmbangkan keamanan lingkungan

2. Dx 2 : Cemas berhubungan dengan perlakuan salah yang berulang-ulang

ketidakberdayaan dan potensial kehilangan orang tua.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatandiharapkan rasa cemas anak

dapat berkurang / hilang

NOC : Kontrol cemas

Kriteria hasil :

a. Monitor intensitas kecemasan

b. Menyingkirkan tanda kecemasan

c. Menurunkan stimulasi lingkuangan ketika cemas

d. Mencari informasi untuk menurunkan cemas

e. Menggunakan strategi koping efektif

NIC : Penurunan cemas

Intervensi

a. Tenangkan klien

b. Berusaha memahami keadaan klien

c. Temani pasien untuk mendukung keamanan dan menurunkan rasa takut

d. Bantu pasien untuk mengidentifikasi situasi-situasi yang menciptakan cemas

e. Dukung penggunaan mekanisme pertahanan diri dengan cara yang tepat

f. kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan

3. Dx 3 : Resiko terhadap kerusakan kedekatan orang tua / anak / bayi

berhubungan dengan perlakuan kekerasan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan

diharapkan tidak terjadi kerusakan kedekatan orang tua / anak / bayi

NOC : Parenting

Kriteria hasil :

a. Menyediakan kebutuhan fisik anak

b. Merangsang perkembangan kognitif

c. Merangsang perkembangan emosi

d. Merangsang perkembangan spiritual

e. Menggunakan masyarakat dan sumber lain yang tepat

f. Gunakan interaksi yang tepat untuk perkembangan emosi anak

NIC : Anticipatory guidance

Intervensi

a. Kaji pasien untuk mengidentifikasi perkembangan dan krisis situasional selanjutnya dalam efek dari krisis yang ada pada kehidupan individu dan keluarga.

b. Instruksikan perkembangan dan perilaku yang tepat

c. sediakan informasi yang realistic yang berhubungan dengan perilaku pasien

d. tentukan kebiasaan pasien dalam mengatasi masalah

e. Bantu pasien dalam memutuskan bagaimana dalam memutuskan masalah

f. Bantu pasien berpartisipasi dalam mengantisipasi perubahan peraturan

4. Dx 4 : Risiko cidera berhubungan dengan kekerasan fisik (kekerasan orangtua)

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi cidera

NOC : Pengendalian resiko

Kriteria hasil:

a. Pantau factor resiko perilaku pribadi dan lingkungan

b. Mengembangkan dan mengikuti strategi pengendalian resiko

c. Mengubah gaya hidup untuk mengurangi resiko

d. Menghindari cidera fisik

e. Orang tua akan mengenali resiko dan membantu kekerasan.

NIC : Manajemen lingkungan: keselamatan

Intervensi:

a. Monitor lingkungan untuk perubahan status

b. Identifikasi keselamatan yang dibutuhkan pasien, fungsi kognitif dan level fisik

c. Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan resiko

d. Gunakan alat-alat pelindung untuk mobilitas fisik yang sakit

e. Catat agen-agen berwenang untuk melindungi lingkungan

5. Dx 5 : Ketakutan berhubungan dengan kondisi fisik / social

Tujuan : Pasien tidak merasa takut.

NOC : Kontrol ketakutan

Kriteria hasil:

a. Mencari informasi untuk menurunkan ketakutan

b. Menghindari sumber ketakutan bila mungkin

c. Mengendalikan respon ketakutan

d. Mempertahan penampilan peran dan hubungan social

NIC 1 : Pengurangan Ansietas

Intervensi:

a. Sering berikan penguatan positif bila pasien mendemonstrasikan perilaku yang dapat menurunkan / mengurangi takut

b. Tetap bersama pasien selama dalam situasi baru

c. Gendong / ayun-ayun anak

d. Sering berikan penguatan verbal / non verbal yang dapat membantu menurunkan ketakutan pasien

NIC 2 : Peningkatan koping

Intervensi:

a. Gunakan pendekatan yang tenang, meyakinkan

b. Bantu pasien dalam membangun penilaian yang objektif terhadap suatu peristiwa

c. Tidak membuat keputusan pada saat pasien berada dalam stress berat

d. Dukung untuk menyatukan perasaan, persepsi dan ketakutan secara verbal

e. Kurangi stimulasi dalam lingkungan yang dapat disalah interprestasikan sebagai ancaman

6. Dx 6: Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan perilaku kekerasan

Tujuan : Tidak terjadi keterlambatan perkembangan

NOC : Abusive behavior self-control

Kriteria hasil:

a. Hindari perilaku kekerasan fisik

b. Hindari perilaku kekerasan emosi

c. Hindari perilaku kekerasan seksual

d. Gunakan alternative mekanisme koping untuk mengurangi stress

e. Identifikasi factor yang dapat menyebabkan perilaku kekerasan

NIC : Family terapi

Intervensi:

a. Tentukan terapi dengan keluarga

b. Rencanakanstrategi terminasi dan evaluasi

c. Tentukan ketidakmampuan spesifik dalam harapan peran

d. Gunakan komunikasi dalam berhubungan dengan keluarga

e. Berikan penghargaan yang positif pada anggota keluarga

D. Evaluasi

Dx 1: Resiko trauma berhubungan dengan karakteristik anak, pemberian asuhan dan lingkungan.

a. Keselamatan tempat tinggal

b. Rencana dalam menghindari kekerasan/ perlakuan yang salah

c. Rencanakan tindakan untuk menghindari perlakuan yang salah

d. Keselamatan diri sendiri

e. Keselamatan anak

Dx 2 : Cemas berhubungan dengan perlakuan salah yang berulang-ulang,

a. ketidakberdayaan dan potensial kehilangan orang tua.

b. Monitor intensitas kecemasan

c. Menyingkirkan tanda kecemasan

d. Menurunkan stimulasi lingkuangan ketika cemas

e. Mencari informasi untuk menurunkan cemas

f. Menggunakan strategi koping efektif

Dx 3 : Resiko terhadap kerusakan kedekatan orang tua/ anak/ bayi berhubungan dengan perlakuan kekerasan

a. Menyediakan kebutuhan fisik anak

b. Merangsang perkembangan kognitif

c. Merangsang perkembangan emosi

d. Merangsang perkembangan spiritual

e. Menggunakan masyarakat dan sumber lain yang tepat

f. Gunakan interaksi yang tepat untuk perkembangan emosi anak

Dx 4 : Risiko cidera berhubungan dengan kekerasan fisik (kekerasan orang tua)

a. Pantau factor resiko perilaku pribadi dan lingkungan

b. Mengembangkan dan mengikuti strategi pengendalian resiko

c. Mengubah gaya hidup untuk mengurangi resiko

d. Menghindari cidera fisik

e. Orang tua akan mengenali resiko dan membantu kekerasan.

Dx 5 : Ketakutan berhubungan dengan kondisi fisik / social

a. Mencari informasi untuk menurunkan ketakutan

b. Menghindari sumber ketakutan bila mungkin

c. Mengendalikan respon ketakutan

d. Mempertahan penampilan peran dan hubungan social

Dx 6 : Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan perilaku kekerasan

a. Hindari perilaku kekerasan fisik

b. Hindari perilaku kekerasan emosi

c. Hindari perilaku kekerasan seksual

d. Gunakan alternative mekanisme koping untuk mengurangi stress

e. Identifikasi factor yang dapat menyebabkan perilaku kekerasan

Prilaku Kekerasan berhubungan dengan ketidak mampuan mengungkapkan marah secara asertif

No.

Diagnosa

Rencana

Intervensi

Tujuan

Kriteria evaluasi

Prilaku kekerasan berhubungan dengan ketadak mampuan megungkap kan marah secara asertif

TUM:

- Pasien dapat

melanjutkan

hubungan peran

sesuai tanggung

jawab.

TUK:

1. Pasien dapat Membina Hubungan saling percaya

1.1 Pasien mau membalas salam.

1.2 Pasien mau jabatan

1.3 Pasien menyebutkan Nama

1.4 Pasien tersenyum

1.5 Pasien ada kontak Mata

1.6 Pasien tahu nama Perawat

1.7 Pasien menyediakan waktu untuk kontrak

1) Beri salam / panggil nama pasien.

2) Sebut nama perawat sambil Salaman

3) Jelaskan maksud hubungan Interaksi

4) Beri rasa nyaman dan sikap Empatis

5) Lakukan kontrak singkat tapi sering

TUK:

2. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab marah / amuk

2.1 Pasien dapat Mengungkapkan perasaannya.

2.2 Pasien dapat menyebutkan perasaan marah / jengkel

1) Beri kesempatan untuk Mengungkapkan perasaannya.

2) Bantu pasien untuk mengungkapkan marah atau jengkel.

TUK:

3. Pasien dapat mengidentifikasi tanda marah

3.1. Pasien dapat

mengungkapkan

perasaan saat marah /

jengkel.

3.2. Pasien dapat

menyimpulkan tanda-

tanda jengkel / kesal

1) Anjurkan pasien

mengungkapkan perasaan

saat marah /jengkel.

2) Observasi tanda perilaku

kekerasan pada pasien

TUK:

4. Pasien dapat mengungkapkan perilaku marah yang sering dilakukan

Pasien mengungkapkan marah yang biasa dilakukan

Pasien dapat bermain peran dengan perilaku marah yang dilakukan

Pasien dapat mengetahui cara marah yang dilakukan menyelesaikan masalah atau tidak

1) Anjurkan pasien mengungkapkan marah yang biasa dilakukan

2) Bantu pasien bermain peran sesuai perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

3) Bicarakan dengan pasien apa dengan cara itu bisa menyelesaikan masalah

TUK:

5. Pasien dapat mengidentifikasi akibat perilaku Kekerasan

5.1. Pasien dapat

menjelaskan akibat

dari cara yang

digunakan

1) Bicarakan akibat / kerugian cara yang dilakukan

2) Bersama pasien menyimpulkan cara yang digunkana pasien.

3) Tanyakan pasien apakah mau tahu cara marah yang sehat

TUK:

6. Pasien mengidentifikasi cara construksi dalam berespon terhadap perilaku kekerasan

6.1. Pasien dapat

melakukan berespon

terhadap kemarahan

secara konstruktif.

1) Tanyakan pada pasien apakah pasien mau tahu cara baru yang sehat

2) Beri pujian jika pasien engetahui cara lain yang ehat

3) Diskusikan cara marah yang sehat dengan pasien.

a) Tarik nafas dalam

b) Mengatakan pada teman saat ingin marah

c) Anjurkan pasien sholat atau berdoa.

d) Pukul bantal untuk melampiaskan marah.

TUK:

7. Pasien dapat mendemonstras ikan cara mengontrol marah

7.1. Pasien dapat

mendemonstrasikan

cara mengontrol

perilaku kekerasan

a) Tarik nafas dalam

b) Mengatakan

secara langsung

tanpa menyakiti

c) Dengan

sholat/berdoa

1) Pasien dapat memilih cara yang paling tepat.

2) Pasien dapat mengidentifikasi manfaat yang terpilih

3) Bantu pasien menstimulasi cara tersebut.

4) Beri reinforcement positif atas keberhasilan.

5) Anjurkan pasien menggunakan cara yang telah dipelajari.

Resti menciderai

diri,

lingkuang

dan orang

lain b/d

dengan

perilaku

kekerasan.

TUK:

8. Pasien dapat dukungan keluarga mengontrol marah

8.1. Keluarga pasien

dapat :

a) Menyebutkan cara merawat pasien dengan perilaku kekerasan.

b) Mengungkapkan rasa puas dalam merawat pasien

1) Identifikasi kemampuan keluarga merawat pasien dari sikap apa yang telah dilakukan

2) Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat pasien.

3) Jelaskan cara-cara merawat pasien.

4) Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat pasien.

5) Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah melakukan demonstrasi.

TUK:

9. Pasien dapat menggunakan obat dengan benar

9.1. Pasien dapat

menggunakan obat-

obat yang diminum

dengan kegunaannya.

9.2. Pasien dapat minum

obat sesuai program

pengobatan

1) Jelaskan jenis-jenis obat yang diminum pasien dan oeluarga.

a) Diskusikan manfaat minum obat.

b) Jelaskan prinsip 5 benar minum obat

c) Anjurkan pasien minum obat tepat waktu

TUK:

10. Pasien dapat dukungan dari lingkungan untuk mengontrol marah

0.1. Lingkungan

mengetahui

bagaimana cara

menyikapi pasien

dengan perilaku

kekerasan.

1) Jelaskan peran serta lingkungan terhadap kondisi pasien

2) Beri penjelasan bagaimana cara menyikapi pasien dengan perilaku kekerasan

3) Diskusikan cara -cara yang dilakukan untuk menyikapi pasien dengan perilaku kekerasan

2 Haraga diri rendah berhubungan dengan ketidak sesuaian peran

Tgl

No

Dx

Diagnosa

keperawatan

Perencanaan

Intervene

1

2

3

4

5

6

Harga diri rendah berhubungan dengan ketidak sesuaian peran

TUM:

Pasien dapat mengontrol perilaku kekerasan pada saat berhubungan dengan orang lain

TUK 1 :

Pasien dapat membina hubungan saling percaya

1.1. Ekspresi Wajah

bersahabat, menunjukkan rasa scaang, ada kontik mala, mau bcrjabai tangan, mau menyebutkan iiama, mau menjawab salam, Idien mau duduk berdampingan dengan pera\vat, mau mcngutarav-an masalah yang dihadapi

1.1.1 Bina hubufigan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi tcrapcutik

Sapa pasien dengan mmah laik vubal maupun non verbal

a. Perkenaikan diri dengan sopan

b. Tanyakan nama iengkap pasien dan nama panggilan disukai pasien

c. Jelaskan tujuan pertemuan

d. Jujurdan menepati janji

e. Tunjukkan siknp empati dan menerima pasien apa adanya

f. Beri perhatian kcpada pasien dan perhatikan kebutuhan dasar pasien

TUK 2 :

Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimilik

2.1 Dafiar kemampuan yang dimiliki pasien di ruraah sakit, rumah, sckolah dan tempat kerja

2.2 Daftar posilif keluarga pasien

2.3 Dafiar positif lingkungan pasien

2.2.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki buat daflarnya

2.2.1Setiap bertemu pasien dihindarknn dari metnberi penilni; ncgatif

2.3.1Utamakan memberi pujian yang realistic pada kemampuan dan aspek positif pasien

TUK 3

Pasien dapat menilai kemanrpuari yang digunakan

3.1 Pasien memlai kemampuan yang digunakan

3.2 Pasien menihii kemampuan yang dapat digunakan di rumah

3.1.1 Diskusiknn dengan pasien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit

3.1.2 Diskusikan kcmampuan yang dapat dilanjutkan pcngguna di rumah sakit

3.1.3 Berikan pujain

TUK4:

Pasien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki

4.1 Pasien menilai kemampuan yang akan . dilatih

4.2 Pasien mencoba

4.3 Susunanjadwal ha nan

4.1.1 Meminta pasien untuk:memilih satu kcgiatan yang mau dilakukan di rumah sakit

4.1.2 Bantu pasien melakukannya jika perlu beri contoh

4.1.3 Beri pujian atas keberhasilan pasien.

4.1.4 Diskusi kaji jadwal kegiatan harian atas kegiatan yang telah dilatih

Catalan : Ulangi untuk kcmampuan lain sampai semua selesai

TUK5:

Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dari kcmampuannya

5.1 Pasien mclakukan kegiatan yang telah di latih (mandiri, dengan bantuan atau tcrganlung)

5.2 Pasien marnpu melakukan beberapa kegiatan secara mandiri

5.5.1 Beri kesempatan pada pasien untuk mencoba kcgiatan yang telah direncanakan

5.5.2 Beri pujian atas keberhasian pasien

5.5.3 Diskusikan kemungkinrin pcnaksiiran di rumah

TUK 6:

Pasien dapat memanfatkan system pendukung yang ada

6.1 Keluorga member! dakungan dan pujian

6.2 Keluarga memahami jadwal kegialan harian pasien

6.6.1 Beri pendidikan kcschatan pada keluarga tentang cara merawat pasien dengan harga diri rcndah

6.6.2 Bantu keluarga memberikan dukungnn selama pasien dirawat.

6.6.3 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah

6.6.4 Jelaskan cara pelaksmann jadwal kegiatan pasien di rumah

6.6.5 Anjurkan memberi pujian pada pasien setiap berhasil

9 Analisa Data

No.

Tgl/jam

Data

Problem

1

9 Januari 08

13.30 WIB

Ds : Pasien mengatakan jika kesal pengen marah dan berteriak

pasien mengatakan dirumah sempat memukul karena yang nagih hutang tidak mau disemayani.

Pasien mengatakan sejak usaha bangkrut jadi mudah marah dan tersinggung.

Pasien mengatakan diruangan memukul teman karena jengkel.

Do : pasien saat berbicara wajah tegang, tatapan mata tajam, menjawab dengan agresif, pembicaraan tidak fokus, pasien diruangan berteriak-teriak, dan sempat memukul teman.

Perilaku kekerasan

2

9 Januari 08

Ds : Pasien mengatakan kalau marah bicara saya kasar, kadang sampai memukul yang ada disekitar saya.

pasien mengatakan : saya orangnya memang suka bicara keras dan kasar dirumah saya juga seperti ini apalagi saat jengkel.

Do : Pasien waktu bercerita wajah tegang, diruang berteriak-teriak menjawab pertanyaan agresif.

Ketidakmampuan mengungkapkan marah secara asertif.

3

9 Januari 08

Ds : Pasien mengatakan sejak usaha bangkrut tidak bisa membantu keluarga malah membebani.

Do : Pasien menganggur dan tidak punya kerja apa-apa.

Gangguan konsep diri, harga diri rendah

4

9 Januari 08

Ds : Pasien mengatakan merasa gagal sebagai anak pertama, tidak bisa jadi contoh adik-adiknya.

Do : Pasien tidak bisa kerja dan memebntu keluarga dengan kondisinya yang sakit.

Ketidaksesuaian peran

Tindakan Keperawatan

Tgl

Diagnosa

Implementasi

Evaluasi

Paraf

09-01-08

jam:09.30. wib

Perilaku kekerasan b/d ketidakmampuan mengungkapkan marah secara asertif

TUK : 1.2.3

mengucap salam

memperkenalkan diri

menanyakan nama dan panggilan yang disukai

menjelaskan tujuan

memberi kesempatan pasien bicara

menanyakan penyebab jengkel/marah pasien.

Menanyakan perasaan yang dialami pasien saat jengkel.marah

S: pasien menjawab : nama saya N, mbak mau kita ngomong soal apa?

Pasien mengatakan : saya marah karena kepikiran dagangan yang bangkrut, utang yang menumpuk dan ditambah biaya Rumah Sakit ini.

Pasien mengatakan saat marah pikiran saya panas, bingung, jengkel, saya ingin berteriak/memukul yang ada disekitar saya, dengan begitu saya lega.

O: wajah pasien memerah, pandangan mata tajam, nada suara tinggi.

pasien kooperatif menjawab pertanyaan.

A: TUK 1,2,3 tercapai

pasien mau menyebutkan nama

pasien mau diajak berinteraksi/bertukar pikiran.

Pasien menyebutkan penyebab marahnya karena dagangan bangkrut, utang menumpuk dan biaya Rumah Sakit

Pasien menyebutkan tanda-tanda marahnya.

P: - lanjut ke TUK 4,5,6

pasien dapat mengidentifikasi marah yang sering dilakukan.

Pasien dapat mengidentifikasi akibat marah.

Pasien dapat mengidentifikasi cara konstruksi terhadap marah

10-01-08

jam:09.30

Dx. 1

TUK : 4,5,6

Menanyakan pasien cara marah yang biasa dilakukan.

Menanyakan pasien apa dengan marah yagn dilakukan dapat menyelesaiakan masalah.

Menanyakan apa akibat dari kemarahannya.

Menanyakan pasien apakah mau cara yang sehat untuk mengatasi marah.

Mengajarkan pasien cara sehat mengontrol marah :

1. saat ingin marah / ingin mukul pasien bisa memukul bantal.

2. dengan melakukan kegiatan atau mengutarakan marahnya dengan teman/orang sekitar tanpa harus berteriak atau memukul.

3. berdoa atau tarik nafas dalam sambil mengucapkan astaghfirullah.

S: Pasien mengatakan Kalau saya marah, pengennya berteriak dan memukul apa yang ada disekitar saya.

pasien mengatakan dengan marah yang saya lakukan saya hanya merasa puas tapi tidak menyelesaikan masalah

pasien mengatakan kalau saya habis marah (berteriak/mukul), tenggorokan saya sakit, tangan saya sakit, orang yang saya pukl juga marah.

Pasien mengatakan ingin tahu cara marah sehat seperti apa.

Pasien mengatakan jadi saya harus belajar cara marah yang seperti mbak yanti ajarkan.

A:TUK 4,5,6 tercapai

pasien mau mengutarakan marah yang biasa dilakukan

pasien mengatakan akibat dari marahnya.

Pasien mengerti dan mau belajar cara marah yang sehat.

TUK 4,5,6 tercapai.

O: tidak ada gerakan motorik dari wajah, kaki/ tangan pasien.

pasien kooperatif menjawab pertanyaan.

P: - Lanjut ke TUK 7-9

Pasien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol marah.

Pasien dapat menggunakan obat dengan benar.

11-01-08

Jam:10.30 wib

Dx. 1

TUK 7-9

Menyuruh pasien memilih cara yang sehat yang diajarkan untuk mengontrol marah.

Menyuruh pasien mendemonstrasikan cara yang dipilih untuk mengontrol marah.

Menjelaskan manfaat minum obat

Menjelaskan kapan waktu minum obat.

Menjelaskan dosis jenis obat yang harus pasien minum sesuai kebutuhan.

S: pasien mengatakan saya akan memilih cara marah yang sehat dengan memukul bantal.

pasien mengatakan jadi obat yang harus saya minum jambon dan putih,saya akan minum obat rutin dan tepat waktu pagi, sore, malam, saya ingin cepat sembuh dan tidak marah-marah lagi.

O:pasien mendemonstrasikan cara marah dengan memukul bantal.

A: TUK 7-9 tercapai

Pasien mau mendemonstrasikan salah satu marah yang sehat yang telah diajarkan

Pasien mengerti manfaat , jenis dan waktu kapan pasien harus minum obat.

P: - Lanjut ke TUK 8

Pasien dapat dukungan keluarga untuk mengontrol marah.

12-01-08

jam:08.30

Gangguan konsep diri harga diri rendah

TUK 1,2,3

membina hubungan saling percaya

menanyakan kemampuan positif yang dimiliki di rumah

menanyakan kemampuan dan mendiskusikan kemampuan positif yang dapat digunakan di Rumah Sakit.

S: pasien mengatakan dirumah suka bersih-bersih, nyapu, nyuci baju, kadang saya suka adzan di masjid.

pasien mengatakan dirumah sakit kadang saya nyapu, Bantu mbak perawat nyapu dan merapikan tempat tidur.

O: pasien pagi-pagi membantu perawat merapikan tempat tidur.

pasien mencatat kegiatan yang dilakukan di rumah

A: TUK 1,2,3 tercapai

pasien mau mengungkapkan kemampuan yang dapat digunakan dirumah dan di Rumah Sakit.

P: - lanjut TUK 4, 5, 6

pasien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai jadwal.

Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit.

Pasien dapat dukungan dari keluarga

Mendelegasikan TUK 4,5,6 pada poerawat jaga

13-01-08

jam:10.30

Dx. 1

TUK 8

menanyakan keluarga bagaimana kemampuan keluarga dari sikap yang telah dilakukan dirumah Menjelaskan tanda pasien marah :

1. mata melotot

2. muka merah

3. tangan mengepal/ ada gerakan pad muka yang menunjukkan permusuhan.

4. nada suara tinggi

melatih keluarga cara mengajari pasien marah yang sehat dengan :

1. memberikan kegiatan

2. latih untuk ambil nafas dalam

3. menyuruh pasien mengutarakan marah dan apa penyebabnya.

4. menyuruh pasien berdoa dengan membaca istighfar

5. menyuruh melampiaskan marah dengan memukul bantal.

Menganjurkan pada keluarga memilih cara melatih anak marah dan membantu keluarga mendemonstrasikan.

Mengajurkan pada keluarga untuk mengawasi pasien rutin minum obat.

S: keluarga mengatakan saat pasien marah sikap keluarga hanya mendiamkan, kadang ikut memarahi pasien.

keluarga mengatakan tanda marah yang mbak jelaskan tadi persis dengan tanda saat anak saya mau marah, muka merah, mata melotot, suara kasar, kadang sampai memukul.

Keluarga mengatakan jadi mbak, kalo nanti anak saya marah, saya tidak boleh mendiamkan / marah, tapi harus mengajari anak saya marah yang sehat seperti yang mbak ajarkan.

Keluarga mengatakan saya ingin mencoba bagaimana cara menanyakan sebab anak marah.

Keluarga mengatakan anak saya disini marah karena ingin pulang dan takut biaya Rumah Sakit mahal.

Keluarga mengatakan saya akan selalu mengawasi anak saya rutin minum obat.

O: keluarga kooperatif

keluarga mendemonstrasikan cara menanyakan penyebab anak marah.

A:TUK 8 tercapai

keluarga mengungkapkan sikap yang dilakukan saat anak marah.

Keluarga memilih dan mendemonstrasikan cara marah yang sehat kepada anaknya.

P: - keluarga dapat mendemonstrasikancara lain yang diajarkan untuk melatih anak cara marah yang sehat.

lanjut ke-TUK 10

pasien dapat dukungan dari lingkungan untuk mengontrol marah

mendelegasikan TUK 10 ke perawat jaga.