23
Kejang demam A. Definisi Kejang demam adalah Kejang pada anak, biasanya pada usia 6 bulan – 5 tahun, yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh ( suhu rektal >38º C ) dan bukan disebabkan oleh infeksi SSP atau penyebab lain. Kejang deman adalah bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikansuhu tubuh (suhu rektal di atas 38 C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang Demam adalah Kejang pada anak usia > 1 bulan berhubungan dengan adanya demam. Tidak disebabkan infeksi SSP, Tidak terdapat kejang pada masa neonatus sebelumnya, tidak ada kejang tanpa provokasi sebelumnya,tidak ada penyebab lain kejang (gangguan elektrolit dll). Definisi ini menyingkirkan kejang yang disebabkan penyakit saraf seperti meningitis, ensefatitis atau ensefalopati. Kejang pada keadaan ini mempunyai prognosis berbeda dengan kejang demam karena keadaan yang mendasarinya mengenai sistem susunan saraf pusat. Dahulu Livingston membagi kejang demam menjadi 2 golongan, yaitu kejang demam sederhana (simple febrile convulsion) dan epilepsi yang diprovokasi oleh demam (epilepsi triggered of by fever). B. Epidemiologi

Kejang demam.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Kejang demam.docx

Kejang demam

A. Definisi

Kejang demam adalah Kejang pada anak, biasanya pada usia 6 bulan – 5

tahun, yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh ( suhu rektal >38º C ) dan bukan

disebabkan oleh infeksi SSP atau penyebab lain.

Kejang deman adalah bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikansuhu

tubuh (suhu rektal di atas 38 C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.

Kejang Demam adalah Kejang pada anak usia > 1 bulan berhubungan

dengan adanya demam. Tidak disebabkan infeksi SSP, Tidak terdapat kejang pada

masa neonatus sebelumnya, tidak ada kejang tanpa provokasi sebelumnya,tidak

ada penyebab lain kejang (gangguan elektrolit dll).

Definisi ini menyingkirkan kejang yang disebabkan penyakit saraf seperti

meningitis, ensefatitis atau ensefalopati. Kejang pada keadaan ini mempunyai

prognosis berbeda dengan kejang demam karena keadaan yang mendasarinya

mengenai sistem susunan saraf pusat. Dahulu Livingston membagi kejang demam

menjadi 2 golongan, yaitu kejang demam sederhana (simple febrile

convulsion) dan epilepsi yang diprovokasi oleh demam (epilepsi triggered of by

fever).

B. Epidemiologi

Kejang demam terjadi pada 2 % - 4 % dari populasi anak 6 bulan- 5

tahun. 80 % merupakan kejang demam sederhana, sedangkan 20% kasus adalah

kejang demam kompleks. 8 % berlangsung lama (lebih dari 15 menit). 16

% berulang dalam waktu 24 jam. Kejang pertama terbanyak di antara

umur 17 - 23 bulan.  

Anak laki-laki lebih sering  mengalami kejang demam. Bila kejang demam

sederhana yang pertama terjadi pada umur kurang dari 12 bulan, maka risiko

kejang demam ke dua 50 %, dan bila kejang demam seder -hana pertama terjadi

setelah umur 12 bulan, risiko kejang demam ke dua turun menjadi 30%.. 

Setelah kejang demam pertama, 2-4 % anak akan berkembang menjadi

epilepsi dan ini 4 kali risikonya dibandingkan populasi umum.

Page 2: Kejang demam.docx

70 – 80% KD sederhana, 20 - 30% KD kompleks dan 4% fokal- 8%

berlangsung > 15 mnt- 16% berulang dalam 24 jam.

Terjadinya bangkitan kejang demam bergantung kepada umur, tinggi serta

cepatnya suhu meningkat. Faktor hereditas juga mempunyai peranan. Lennox-

Buchthal (1971) berpendapat bahwa kepekaan terhadap bangkitan kejang demam

diturunkan oleh sebuah gen dominan dengan penetrasi yang tidak sempurna.

Lennox (1949) berpendapat bahwa 41,2% anggota keluarga penderita mempunyai

riwayat kejang sedangkan pada anak normal hanya 3%.

C. Klasifikasi

Umumnya kejang demam diklasifikasikan menjadi 2 golongan yaitu

kejang demam sederhana, yang berlangsung kurang dari 15 menit dan

berlangsung umum, dan kejang demam kompleks, yang berlangsung kurang dari

15 menit, fokal, atau multiple (lebih dari 1 kali kejang dalam 24 jam). Kriteria

penggolongan tersebut dikemukan oleh berbagai pakar. Dalam hal ini terdapat

beberapa perbedaan kecil dalam penggolongan tersebut, menyangkut jenis kejang,

tingginya demam, usia penderita, lamanya kejang berlangsung, gambaran rekam

otak dan lainnya.

Menurut Konsensus Penanganan Kejang Demam UKK Neurologi

IDAI 2005. Kejang demam diklasifikasikan menjadi :

1) Kejang demam sederhana (Simple febrile seizure)

Kejang demam yang berlangsung singkat

kurang dari 15 menit

umum, tonik dan atau klonik

umumnya akan berhenti sendiri

tanpa gerakan fokal atau berulang dalam waktu 24 jam.

2) Kejang demam kompleks (Complex febrile seizure)

Kejang demam dengan ciri (salah satu di bawah ini):

Kejang lama > 15 menit (Kejang lama adalah kejang yang

berlangsung lebih dari 15 menit atau kejang  berulang

Page 3: Kejang demam.docx

lebih dari 2 kali dan diantara bangkitan kejang anak tidak

sadar).

Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum

didahului kejang parsial (Kejang fokal adalah kejang

parsial satu sisi, atau kejang umum yang didahului kejang

parsial).

Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam (Kejang

berulang adalah kejang 2 kali atau lebih dalam 1 hari ,

diantara 2 bangkitan kejang anak sadar).

Tabel perbedaan kejang demam sederhanya dan kejang demam kompleks

No Klinis Kejang demam

sederhana

Kejang demam

kompleks

1 Durasi <15 menit ≥15 menit

2 Tipe kejang Umum Umum/fokal

3 Berulang dalam satu priode 1 kali >1 kali

4 Defisit neurologis - ±

5 Riwayat keluarga kejang demam ± ±

6 Riwayat keluarga tanpa kejang

demam

± ±

7 Abnormalitas neurologis

sebelumnya

± ±

Kalsifikasi KD menurut Prichard dan Mc Greal2

Prichard dan Mc Greal membagi kejang demam atas 2 golongan,

yaitu:

1) Kejang demam sederhana

Ciri–ciri kejang demam sederhana ialah:

Kejangnya bersifat simetris, artinya akan terlihat lengan dan

tungkai kiri yang kejang sama seperti yang kanan.

Usia penderita antara 6 bulan - 4 tahun

Page 4: Kejang demam.docx

Suhu 1000F (37,780C) atau lebih

Lamanya kejang berlangsung kurang dari 30 menit

Keadaan neurology (fs saraf) normal dan setelah kejang juga

tetap normal

EEG (electro encephalography – rekaman otak) yang dibuat

setelah tidak demam adalah normal.

Kejang demam yang tidak memenuhi butir tersebut diatas

digolongkan sebagai kejang demam tidak khas

2) Kejang demam tidak khas

Klasifikasi KD menurut Livingston2

Livingston membagi dalam:

1) Kejang Demam Sederhana

Kejang bersifat umum

Lamanya kejang berlangsung singkat (kurang dari 15 menit)

Usia waktu KD pertama muncul kurang dari 6 tahun

Frekuensi serangan 1-4 kali dalam satu tahun

EEG normal

Kejang demam yang tidak sesuai dengan ciri tersebut diatas

digolongkan sebagai epilepsy yang dicetuskan oleh demam 

2) Epilepsy yang dicetuskan oleh demam

D. Faktor Resiko

Faktor resiko pertama yang penting pada kejang demam adalah demam.

Selain itu juga terdapat faktor riwayat kejang demam pada orang tua atau saudara

kandung, perkembangan terlambat, problem pada masa neonatus, anak dalam

pengawasan khusus, dan kadar natrium rendah.

Faktor risiko berulangnya kejang demam

Kejang demam akan terjadi kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko

berulangnya kejang demam adalah :

1. Riwayat kejang demam d alam keluarga

2. Usia kurang dari 12 bulan

Page 5: Kejang demam.docx

3. Temperatur yang rendah saat kejang

4. Cepatnya kejang setelah demam Bila seluruh faktor di atas ada,

kemungkinan berulang 80 %, sedangkan bila tidak terdapat faktor

tersebut hanya 10 % - 15 % kemungkinan berulang. Kemungkinan

berulang paling besar pada tahun pertama.

Faktor risiko terjadinya epilepsy

Faktor risiko lain adalah terjadinya epilepsi di kemudian hari. Faktor risiko

menjadi epilepsi adalah :

1. Kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang

demam pertama.

2. Kejang demam kompleks

3. Riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung Masing-masing

faktor risiko meningkatkan kemungkinan kejadian epilepsi sampai 4 % - 6 %,

kombinasi dari faktor risiko tersebut meningkatkan kemungkinan

epilepsi menjadi 10 % - 49 % (Level II-2). Kemungkinan menjadi

epilepsi tidak dapat dicegah dengan pemberian obat rumat pada

kejang demam.

Pada penderita kejang demam risiko saudara kandung berikutnya untuk

mendapat kejang demam ialah 10%. Namun bila satu dari orang-tuanya dan satu

saudara pernah pula mengalami KD, kemungkinan ini meningkat menjadi 50% .

E. Etiologi

Penyebab kejang demam hingga kini masih belum diketahui dengan pasti.

Ada beberapa faktor yang mungkin berperan dalam menyebabkan kejang

demam,yaitu:

Demamnya sendiri : Kebutuhan O2 meningkat

Efek produk toksik dari pada mikroorganisme (kuman dan virus) terhadap

otak

Respon alergik atau keadaan imun yang abnormal oleh infeksi

Perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit

Page 6: Kejang demam.docx

Gabungan semua faktor diatas

Demam yang disebabkan oleh imunisasi juga dapat memprovokasi kejang

demam. Anak yang mengalami kejang setelah imunisasi selalu terjadi waktu anak

sedang demam. Kejang setelah imunisasi terutama didapatkan setelah imunisasi

pertusis (DPT) dan morbili (campak).

Pernah dilaporkan bahwa infeksi tertentu lebih sering di-sertai KD daripada

infeksi lainnya. Sekitar 4,8% - 45% penderita gastroenteritis oteh kuman Shigella

mengaiami KD dibanding gastroenteritis oieh kuman penyebab lainnya di mana

angka kejadian KD hanya sekitar 1%,Lahat dkk, 1984 mengemukakan bahwa

tingginya angka kejadian KD pada shigellosis dan salmonellosis mungkin

berkaitan dengan efek toksik akibat racun yang dihasilkan kuman bersangkutan.

F. Patofisiologi

Pernah dilaporkan bahwa infeksi tertentu lebih sering di-sertai KD

daripada infeksi lainnya. Sekitar 4,8% - 45% penderita gastroenteritis oteh kuman

Shigella mengaiami KD dibanding gastroenteritis oieh kuman penyebab lainnya

di mana angka kejadian KD hanya sekitar 1%,Lahat dkk, 1984 mengemukakan

bahwa tingginya angka kejadian KD pada shigellosis dan salmonellosis mungkin

berkaitan dengan efek toksik akibat racun yang dihasilkan kuman bersangkutan.

Meskipun mekanisme pasti terjadinya kejang tidak diketahui, beberapa

faktor fisiologis dianggap bertanggung jawab atas berkembangnya suatu kejang.

Untuk mempertahankan hidup sel atau organ otak, diperlukan suatu energi yang

didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk memetabolisme otak yang terpenting

adalah glukosa. Sifat proses itu adalah oksidasi dimana oksigen disediakan

dengan perantaraan fungsi paru-paru dan diteruskan ke otak melalui sistem

kardiovaskuler. Jadi sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses

oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air.

Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam

adalah lipid dan permukaan luar adalah ionik. Dalam keadaan normal membran

sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit

Page 7: Kejang demam.docx

dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl-).

Akibatnya kosentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ menjadi

rendah sedangkan di luar sel neuron terjadi keadaan sebaliknya. Karena perbedaan

jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan

potensial yang disebut potensial membran dari sel neuron. Untuk menjaga

keseimbangan petensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-

ATPase yang terdapat pada permukaan sel.

Keseimbangan petensial membran ini dapat diubah oleh adanya:

1. Perubahan konsentrasi ion diruang ekstraseluler.

2. Rangsangan yang datangnya mendadak, misalnya mekanis, kimiawi

atau aliran listrik dari sekitarnya.

3. Perubahan dari patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit

atau keturunan.

Pada keadaan demam, kenaikan 1oC akan mengakibatkan kenaikan

metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat sampai 20%.

Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari

membran sel neuron, dan dalam waktu yang singkat dapat terjadi difusi ion

kalium listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas

ke seluruh sel maupun ke membran tetangganya dengan bantuan bahan yang

disebut neurotransmitter dan terjadilah kejang. Tiap anak mempunyai ambang

kejang yang berbeda dan tergantung dari tinggi rendahnya ambang kejang seorang

anak menderita kejang pada kenaikan suhu tubuh tertentu. Pada anak dengan

ambang kejang yang rendah, kejang sudah dapat terjadi pada suhu 38oC,

sedangkan pada anak dengan ambang kejang yang tinggi, kejang baru dapat

terjadi pada suhu 40oC atau lebih.

Pada saat kejang demam akan timbul kenaikan konsumsi energi ke otak,

jantung, otot dan terjadi gangguan pusat pengatur suhu. Demam akan

menyebabkan kejang bertambah lama, sehingga kerusakan otak semakin

Page 8: Kejang demam.docx

bertambah. Pada kejang yang lama akan terjadi perubahan sistemik berupa

hipotensi arterial, hiperpireksia sekunder akibat aktifitas motorik dan

hiperglikemia. Semua hal ini akan mengakibatkan iskemi neuron karena

kegagalan metabolisme di otak.

Demam dapat menimbulkan kejang melalui mekanisme sebagai berikut:

a) Demam dapat menurunkan nilai ambang kejang pada sel – sel yang

belum matang atau imatur

b) Timbul dehidrasi sehingga terjadi gangguan elektrolit yang

menyebabkan gangguan permeabilitas membran sel.

c) Metabolisme basal meningkat, sehingga terjadi timbunan asam laktat

dan CO2 yang akan merusak neuron.

d) Demam meningkatkan Cerebral Bloos Flow (CBF) serta

meningktakan kebutuhan oksigen dan glukosa, sehingga

menyebabkan gangguan pengaliran ion – ion keluar masuk sel.

Pada kejang yang berlangsung lama biasanya disertai terjadinya apnea,

meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet

sedangkan otot pernafasan tidak efisien sehingga tidak sempat bernafas yang

akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnea, hipoglikemia, laktat asidosis

disebabkan metabolisme anaerob, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang

tidak teratur dan suhu tubuh yang semakin meningkat oleh karena meningkatnya

aktivitas otot dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otot meningkat.

Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah mengakibatkan

hipoksia sehingga meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul oedem otak yang

mengakibatkan kerusakan sel neuron.

G. Manifestasi Klinis

Terjadinya kejang pada kejang demam terkait dengan kenaikan suhu yang

cepat dan biasanya berkembang bila suhu tubuh mencapai 390C atau lebih (rectal).

Umumnya kejang berlangsung singkat, berupa serangan tonik klonik. Bentuk

kejang yang lain dapat juga terjadi seperti mata terbalik keatas dengan disertai

Page 9: Kejang demam.docx

kekakuan atau kelemahan,gerakan sentakan berulang tanpa didahului kekakuan,

atau hanya sentakan atau kekakuan fokal.

Sebagian besar kejang berlangsung kurang dari 6 menit dan kurang dari 8%

yang berlangsung lebih dari 15 menit. Sering kali kejang berhenti sendiri setelah

mendapat pertolongan pertama. Setelah kejang berhenti anak tampak capek,

mengantuk, tertidur pulas, dan tidak memberikan reaksi apapun untuk sejenak

atau disebut periode mengantuk singkat pasca kejang, tetapi setelah beberapa

detik atau menit, anak terbangun dan sadar kembali tanpa defisit neurologis.

Kejang demam yang berlangsung lebih lama dari 15 menit sering bersifat

fokal atau unilateral dan kadang-kadang diikuti oleh parese Tood (lumpuh

sementara pasca serangan kejang) yang berlangsung beberapa jam sampai

beberapa hari. Kejang unilateral yang lama dapat diikuti oleh hemiparesis yang

menetap. Bangkitan kejang yang berlangsung lama biasanya lebih sering terjadi

pada kejang demam yang pertama.

H. Diagnosis

Diagnosis kejang demam ditegakkan berdasarkan kriteria Livingston yang

telah dimodifikasi, yang merupakan pedoman yang dipakai oleh Sub Bagian Saraf

Anak IKA FKUI-RSCM Jakarta, yaitu:

Anamnesis

a) Identifiksi atau pastikan adanya kejang, jenis kejang, lama kejang,

suhu sebelum dan sesudah kejang, frekuensi kejang. penyebab

kejang di luar SSP

b) Ada atau tidaknya riwayat kejang sebelumnya tanpa demam

sebelumnya

c) Riwayat kelahiran, tumbuh kembang, kejang demam, atau epilepsi

dalam keluarga.

d) Singkirkan penyebab kejang lainnya

e) Usia anak ketika kejang

Pemeriksaan Fisik

Page 10: Kejang demam.docx

a) Kesadaran, suhu tubuh, tanda rangsangan meningeal, tanda

peningkatan tekanan intrakranial, dan tanda infeksi di luar SSP.

b) Pemeriksaan fisik neurologis harus dilakukan walaupun pada

umumnya tidak ditemukan adanya kelainan.

Secara klinis umumnya tidak sulit untuk menegakkan diagnosis

kejang demam, dengan adanya gejala kejang pada suhu badan yang tinggi

serta tidak didapatkan gejala neurologis lain dan anak segera sadar setelah

kejang berlalu. Tetapi perlu diingat bahwa kejang dengan suhu badan yang

tinggi dapat pula tejadi pada kelainan lain, misalnya pada radang selaput

otak (meningitis) atau radang otak (ensefalitis).

Pemeriksaan Penunjang

a) Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium rutin tidak dianjurkan, dan dapat

dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi atau mencari

penyebab demam, seperti darah perifer, elektrolit dan gula darah

b) Pungsi Lumbal

Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan

atau menyingkirkan kemungkinan meningitis. Resiko terjadinya

meningitis bakterialis adalah 0,6% - 6,7%. Pada bayi kecil, sering

manifestasi meningitis tidak jelas secara klinis, oleh karena itu

pungsi lumbal dianjurkan pada:

- Bayi kurang dari 12 bulan : sangat dianjurkan

- Bayi 12 – 18 bulan: dianjurkan

- Bayi > 18 bulan : tidak rutin. Bila yakin bukan meningitis

secara klinis, tidak perlu dilakukan pungsi lumbal.

c) Elektroensefalografi

Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi

berulangnya kejang, atau memperkirakan kemungkinan kejadian

epilepsi pada pasien kejang demam. Oleh karenanya tidak

direkomendasikan.

Page 11: Kejang demam.docx

Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan pada keadaan kejang

demam yang  tidak khas. Misalnya: kejang demam kompleks pada

anak usia lebih dari 6 tahun, atau kejang demam fokal.

d) Pencitraan

Foto X-ray kepala dan neuropencitraan seperti Computed

Tomography (CT) atau Magnetic Resonance Imaging (MRI)

jarang sekali dikerjakan, tidak rutin dan atas indikasi, seperti:

- Kelainan neurologik fokal yang menetap (hrmiparesis)

- Prase nervus VI

- Papiledema

I. Penatalaksanaan

Prinsip Penanganan kejang demam terdiri dari

3 hal :

Mengatasi kejang fase akut

Mengatasi demam, mencari, dan mengobati penyebab demam

Pengobatan profilaksis terhadap berulangnya kejang demam.

Tatalaksana penghentian kejang akut dilaksanakan sebagi berikut:

Di rumah / Prehospitas

Penanganan kejang dirumah dapat dilakukan dengan memberikan

Diazepam rektal, dosis 0,3-0,5 mg/kg atau secara sederhana : berat badan< 10

kg : 5 mg, berat badan > 10 kg : 10 mg. Atau diazepam rektal dengan dosis 5

mg untuk anak dibawah usia 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak di atas usia

3 tahun.

Pemberian dirumah maksimum 2 kali dengan interval 5 menit. Bila kejang

masih bawa ke fasilitas kesehatan terdekat.

Di rumah sakit

Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu pasien

datang kejang sudah berhenti. Saat tiba diklinik/rumah sakit, bila belum

terpasang cairan i.v dapat diberikan diazepam rektal ulangan 1 kali sambil

Page 12: Kejang demam.docx

mencari akses vena. Sebelum dipasang cairan intravena, lakukan pengambilan

darah untuk pemeriksaan darah tepi, elektrolit, dan gula darah sesuai indikasi.

Apabila datang dalam keadaan kejang, obat yang paling cepat untuk

menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan secara intravena. Dosis

diazepam intravena adalah 0,3 - 0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan kecepatan 1

- 2 mg/menit atau dalam waktu 3 - 5 menit, dengan dosis maksimal 20mg.

Bila kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara intravena

dengan dosis awal 10 - 20 mg/kg/kali dengan kecepatan 1 mg /kg/menit atau kurang dari

50 mg/menit. Bila kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4 - 8 mg/kg/hari,

yaitu12 jam setelah dosis awal. Bila kejang belum teratasi, dapat diberikan

tambahan fenitoin 10 mg/kg. Bila belum teratasi, berikan fenobarbital IV

dosis maksimal 15 – 20 mg/kg dengan kecepatan pemberian 100 mg/menit.

Awasi dan atasi kelainan metabolik yang ada. Bila kejang berhenti, lanjutkan

pemberian fenobarbital IV rumatan 4-5 mg/kg setelah 12 jam kemudian.

Perawatan Intensif – rumah sakit

Bila kejang belum berhenti, dilakukan intubasi dan perawatan di ruang

intensif. Dapat diberikan

- Midazolam 0,2 mg/kg diberikan bolus perlahan-lahan, diikuti

infus midazolam 0,01-0,02 mg/kg/ menit selama 12-24 jam.

- Propofol 1 mg/kg selama 5 menit dilanjutkan dengan 1-5

mg/kg/jam dan diturunkan setelah 12-24 jam.

- Pentobarbital 5-15 mg/kg dalam 1 jam, dilanjutkan dengan 0,5-5

mg/kg/jam

Pemberian obat saat demam:

a) Antipiretik

Antipiretik pada saat demam dianjurkan, walaupun tidak ditemukan

bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi risiko terjadinya kejang

demam. Dosis asetaminofen yang digunakan berkisar 10-15

mg/kg/kalidiberikan 4 kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali. Dosis

ibuprofen 5-10mg/kg/kali ,3 - 4 kali sehari.

Page 13: Kejang demam.docx

Asetaminofen dapat menyebabkan sindrom Reye terutama pada anak

kurang dari 18 bulan, meskipun jarang. Antipiretik pilihan adalah

parasetamol 10 mg/kg yang sama efektifnya dengan ibuprofen 5 mg/kg

dalam menurunkan suhu tubuh.

b) Antikonvulsan

Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat

demam menurunkan risiko berulangnya kejang (1/3 - 2/3 kasus), begitu pula

dengandiazepam rektal dosis 0,5 mg/kg setiap 8 jam pada suhu > 38,50C.

Dosis tersebut cukup tinggi dan menyebabkan ataksia, iritabel dan sedasi

yang cukup berat pada 25-39 % kasus.

Fenobarbital, karbamazepin, dan fenitoin pada saat demam tidak

berguna untuk mencegah kejang demam.

Edukasi pada orang tua

Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua. Pada saatkejang

sebagian besar orang tua beranggapan bahwa anaknya telah meninggal.Kecemasan ini

harus dikurangi dengan cara yang diantaranya :

1. Menyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis baik

2. Memberitahukan cara penanganan kejang

3. Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali

4. Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi

harus diingat efek samping obat

Beberapa hal yang harus dikerjakan bila kembali kejang:

1. Tetap tenang dan tidak panic

2. Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher

3. Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring. Bersihkan

muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun kemungkinan

lidah tergigit, sebaiknya jangan memasukkan sesuatu kedalam mulut

4. Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang

5. Tetap bersama pasien selama kejang

6. Berikan diazepam rektal dan jangan diberikan bila kejang

telah berhenti

Page 14: Kejang demam.docx

7. Bawa ke dokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau

lebih.

J. Komplikasi

K. Prognosis

Dengan penangulangan yang tepat dan cepat, prognosis kejang demam baik

dan tidak perlu menyebabkan kematian. Dari penelitian yang ada, frekuensi

terulangnya kejang berkisar antara 25% - 50%, yang umumnya terjadi pada 6

bulan pertama. Apabila melihat pada umur, jenis kelamin, dan riwayat keluarga,

Lennox-Buchthal (1973) mendapatkan:

Pada anak berumur kurang dari 13 tahun, terulangnya kejang pada wanita

50% dan pria 33%.

Pada anak berumur antara 14 bulan dan 3 tahun dengan riwayat keluarga

adanya kejang, terulangnya kejang adalah 50%, sedang pada tanpa

riwayatkejang 25%.

Angka kejadian epilepsi berbeda-beda, tergantung dari cara penelitian,

misalnya Lumbantobing (1975) pada penelitiannya mendapatkan 6%,

sedangkan Living-ston (1954) mendapatkan dari golongan kejang demam

sederhana hanya 2,9% yang menjadi epilepsi dan dari golongan epilepsi

yang diprovokasi oleh demam temyata 97% yang menjadi epilepsi.

Risiko yang akan dihadapi oleh seorang anak sesudah menderita kejang

demam tergantung dari faktor:

Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga.

Kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum anak

menderita kejang demam.

Kejang yang berlangsung lama atau kejang fokal.

Bila terdapat paling sedikit 2 dari 3 faktor tersebut di atas, maka

dikemudian hari akan mengalami serangan kejang tanpa demam sekitar 13%,

dibanding bila hanya terdapat 1 atau tidak sama sekali faktor tersebut di atas,

serangan kejang tanpa demam hanya 2% - 3% saja.