Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Volume 1 – Nomor 2, Oktober 2017, 24-35 | ISSN 2548-8201 (Print) | 2580-0469) (Online) |
## HowToCite##
S. Putriyani (2017). Keefektifan Penerapan Kombinasi Model Kooperatif Tipe TGT dan Tipe NHT. Edumaspul - Jurnal Pendidikan, 1(2), 24-35
KEEFEKTIFAN PENERAPAN KOMBINASI MODEL KOOPERATIF
TIPE TGT DAN TIPE NHT
PUTRIYANI S. Email: [email protected]
STKIP Muhammadiyah Enrekang, Enrekang, Indonesia
Keyword Abstrak
Effectiveness, TGT, NHT
This is a pre experimental research which aims were determine the effectiveness of
learning mathematics through application of TGT and NHT cooperative models
combination which includes: (1) students’ activities, (2) teacher’s activity in
managing learning, (3) students’ responses, and (4) mathematics learning student's
achievement after the application of TGT and NHT cooperative models combination.
Population is XII IA students at the first semester of academic year 2016/2017. The
sample was 28 students taken through random cluster sampling technique. The results
showed that: (1) students’ learning activities was good category; (2) the ability of
teachers to manage learning was very good category; (3) students responded
positively to the learning; and (4) the learning outcomes of after being taught by a
combination of TGT and NHT cooperative models achieved 96,43% and the mean
score is 83,04 with a standard deviation of 9,75.
Abstrak
Keefektifan,
TGT, NHT
Jenis penelitian adalah pra eksprimen yang bertujuan untuk mengetahui keefektifan
penerapan kombinasi model kooperatif tipe TGT dan tipe NHT meliputi: (1) aktivitas
siswa, (2) aktivitas guru mengelola pembelajaran, (3) respon siswa, dan (4)
pencapaian prestasi belajar matematika siswa setelah penerapan kombinasi kooperatif
tipe TGT dan tipe NHT. Populasi penelitian adalah siswa kelas XII IA semester ganjil
tahun pelajaran 2016/2017. Sampel sebanyak 28 orang siswa dipilih dengan teknik
cluster random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) aktivitas siswa
terhadap pembelajaran kombinasi model kooperatif tipe TGT dan tipe NHT berada
pada kategori baik, (2) kemampuan guru mengelola pembelajaran berada dalam
kategori sangat baik, (3) siswa memberikan respons positif terhadap pembelajaran,
dan (4) hasil belajar siswa setelah diajar dengan kombinasi model kooperatif tipe TGT
dan tipe NHT mencapai ketuntasan belajar 96,43 % dengan nilai rata-rata 83,04 dan
standar deviasi 10,04.
Jurnal Edumaspul, 1 (2), Oktober 2017 - 25 Putriyani S.
Copyright © 2017 Edumaspul - Jurnal Pendidikan (ISSN 2548-8201 (cetak); (ISSN 2580-0469 (online)
1. PENDAHULUAN
Berbagai upaya yang telah ditempuh
untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran, antara lain: pembaharuan
dalam kurikulum, pengembangan model
pembelajaran, perubahan sistem penilaian,
dan lain sebagainya. Salah satu unsur yang
sering dikaji dalam hubungannya dengan
keaktifan dan hasil belajar siswa adalah
usaha meningkatkan kemampuan guru
dalam belajar-mengajar. Salah satu
guru adalah mengusahakan suasana kelas
selama pembelajaran berlangsung berada
pada kondisi yang menyenangkan dan
menarik perhatian siswa. Namun
berdasarkan pengalaman, masih rendahnya
partisipasi siswa untuk ikut berperan aktif
pada saat pembelajaran berlangsung.
Padahal keaktifan siswa dalam
pembelajaran merupakan salah satu hal
penting dalam pembelajaran.Ada beberapa
siswa yang kurang antusias, masih pasif,
enggan, takut, dan malu untuk
bertanya.Mereka memilih diam jika ada
suatu hal yang belum mereka pahami dari
pada harus bertanya kepada guru yang
mengajar. Menurut beberapa orang siswa,
hal ini disebabkan karena mereka tidak
berani bertanya kepada guru, takut salah
dan lebih senang bertanya kepada teman.
Keadaan tersebut apabila didiamkan akan
menyebabkan siswa semakin mengalami
kesulitan dalam memepelajari dan
memahami konsep-konsep berikutnya.
Salah satu penyebab rendahnya
partisipasi aktif siswa adalah pemilihan
model pembelajaran yang kurang tepat.
Untuk mengatasi masalah tersebut
diperlukan model pembelajaran yang
berpusat pada siswa (Bas dan Beyhan,
2010: 366). Khusus pembelajaran
matematika, guru sebaiknya
menggunakan model yang memberi
kesempatan kepada siswa untuk aktif
berdiskusi menemukan pemecahan
masalah matematika yang dipelajari
(Goos, 2004: 259). Hasil penelitian
Walmsley dan Muniz (2003) dalam
Solikhah (2014: 729) menyatakan model
pembelajaran kooperatif mempunyai
banyak efek yang positif dalam
pembelajaran matematika apabila
diterapkan dengan tepat. Hasil tersebut
sejalan dengan penelitian yang
menyimpulkan pembelajaran kooperatif
bermanfaat untuk meningkatkan partisipasi
siswa dalam memahami materi (Smith-
Stoner & Molle, 2010) dan juga
mengembangkan kemampuan umum para
siswa (Ballantine & Larres, 2007).
Beberapa hasil penelitian menyimpulkan
bahwa pembelajaran kooperatif secara
signifikan menghasilkan prestasi lebih
baik daripada menggunakan pembelajaran
tradisional (Doymus, 2007; Adeyemi,
2008).
Model pembelajaran kooperatif
antara lain Team Games Tournament
(TGT) dan Numbered Heads Together
(NHT). Charlton, Williams dan
McLaughlin (2005: 66-72) mengemukakan
bahwa pembelajaran dengan games dapat
membuat siswa lebih aktif dan merasa
senang untuk belajar. Pembelajaran
tersebut terlihat menarik ketika penjelasan
guru dikombinasikan dengan games
sehingga penyampaian materi menjadi
lebih cepat tersampaikan.
TGT merupakan salah satu tipe
model pembelajaran kooperatif yang
menggunakan turnamen akademik, kuis-
kuis dan sistem skor kemajuan individu,
dimana para siswa berlomba sebagai wakil
tim mereka dengan anggota tim lain yang
kinerja akademik sebelumnya setara
seperti mereka (Slavin, 2008: 164).
Purnamasari (2013: 120)
menyimpulkan dalam penelitiannya bahwa
kemampuan koneksi matematika,
kemampuan penalaran, dan kemandirian
belajar siswa yang mengikuti
pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih
baik dibandingkan siswa yang diajar
menggunakan model pembelajaran
langsung. Hal ini sejalan dengan penelitian
Jurnal Edumaspul, 1 (2), Oktober 2017 - 26 Putriyani S.
Copyright © 2017 Edumaspul - Jurnal Pendidikan (ISSN 2548-8201 (cetak); (ISSN 2580-0469 (online)
Annurwanda, Mardiyana, dan Saputro
(2014) yang melakukan eksperimentasi
model pembelajaran kooperatif tipe TGT
dan TAI. Diperoleh hasil yaitu prestasi
belajar matematika siswa yang dikenai
model pembelajaran TGT lebih baik
daripada prestasi belajar matematika siswa
yang dikenai model pembelajaran TAI dan
model pembelajaran langsung. Selain itu
Lai,et al.(2012) menemukan bahwa ketika
siswa bermain game, mereka dapat lebih
fokus pada kegiatan pembelajaran
kooperatif dan ingin menang. Sepanjang
siswa bermain game, mereka akan tertarik
pada isi kursus dan meningkatkan motivasi
diri dan prestasi belajar mereka.
Slavin (2008:163) menjelaskan
bahwa secara umum TGT sama saja
dengan STAD kecuali satu hal: TGT
menggunakan turnamen akademik, dan
menggunakan kuis-kuis dan sistem skor
kemajuan individu, di mana para siswa
berlomba sebagai Menurut Kahfi (2004:9)
pembelajaran kooperatif tipe TGT meliputi
2 tahap. Yaitu pra kegiatan pembelajaran
dan detail kegiatan pembelajaran. Pra
kegiatan pembelajaran meliputi penyajian
materi, membagi siswa dalam kelompok
belajar, dan membagi siswa pada meja
turnamen. Detail kegiatan pembelajaran
meliputi: (1) mengajar (teach), (2) belajar
kelompok (team teach), (3) permainan
(tournament).
Menurut Nur (2005:78) dalam
Rahmi (2008:87) metode pembelajaran
NHT menjamin keterlibatan total semua
siswa dan merupakan upaya yang sangat
baik untuk meningkatkan tanggung jawab
individu dalam diskusi kelompok. Metode
NHT ini menekankan siswa untuk saling
bekerja sama dalam kelompok, sehingga
masing-masing anggota kelompok paham
dengan hasil kerja kelompoknya dan
bertanggung jawab terhadap hasil
diskusinya, dengan sendirinya siswa
merasa dirinya harus terlibat aktif dalam
proses pembelajaran.
Hasil penelitian Fuad (2009)
menunjukkan bahwa model pembelajaran
NHT dapat meningkatkan motivasi dan
hasil belajar matematika siswa kelas VIII-
A. Selain itu, Irianda dan Tanjung (2010)
menemukan bahwa prestasi belajar siswa
kelas XI IPA mengalami peningkatan
setelah diajar menggunakan model
pembelajaran NHT. Dalam penelitian ini,
tahap pembelajaran kooperatif tipe NHT
yang dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa yaitu pada tahap penomoran
(numbering). siswa dibagi dalam
kelompok-kelompok yang heterogen yang
beranggotakan 4-5 siswa berdasarkan nilai
ulangan harian siswa kemudian siswa
diberi nomor-nomor sesuai dengan jumlah
anggota setiap kelompoknya dengan suatu
aturan khusus. Pada tahap mengajukan
pertanyaan (questioning)
Pemilihan perpaduan NHT dan TGT
mempuyai banyak keunggulan meskipun
juga mempunyai kelemahan, selain itu
kedua metode tersebut merupakan metode
yang menekankan proses belajar pada
siswa, atau student centered. Metode NHT
merupakan salah satu pembelajaran aktif
karena memberikan kesempatan kepada
siswa untuk saling membagi ide-ide,
mempertimbangkan jawaban yang paling
tepat dan menjawab pertanyaan secara
lisan sehingga menumbuhkan rasa percaya
diri siswa dalam mengemukakan ide atau
jawaban di muka kelas. Teknik juga
mendorong siswa untuk meningkatkan
semangat kerja siswa (Lie, 2004: 89).
Selain itu, kombinasi model kooperatif
tipe TGT dan NHT berdampak positif
terhadap pengembangan karakter siswa
seperti bersahabat, disiplin, kerja keras,
dan kemandirian (Lepiyanto, 2012).
Bertitik tolak dari uraian di atas
maka penelitian ini dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui keefektifan
penerapan kombinasi model pembelajaran
kooperatif tipe TGT dan tipe NHT.
Jurnal Edumaspul, 1 (2), Oktober 2017 - 27 Putriyani S.
Copyright © 2017 Edumaspul - Jurnal Pendidikan (ISSN 2548-8201 (cetak); (ISSN 2580-0469 (online)
2. METODE PENELITIAN
Jenis dan Variabel Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis
penelitian eksperimen semu (quasi
experimental research) dengan variabel
penelitian adalah keefektifan pembelajaran
yang terdiri atas hasil belajar matematika,
aktivitas siswa, dan respos siswa terhadap
pembelajaran dengan kombinasi kooperatif
tipe TGT dan tipe NHT. Desain penelitian
ditunjukkan pada Tabel 1 sebagai berikut
Tabel 1. Model Desain Eksperimen
O1 X O2
Keterangan :
O1 = Pretest (observasi sebelum diterapkan perlakuan)
X = Treatment (pola perlakuan) yang berupa penerapan kombinasi
model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan tipe NHT.
O2 = Posttest (observasi setelah penerapan perlakuan).
Populasi penelitian adalah semua
siswa kelas XII IA SMAN 1 Pangsid pada
semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017.
Sampel yang digunakan yaitu 28 orang
siswa dipilih menggunakan teknik cluster
random sampling.
Metode pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian adalah: 1) Tes
hasil belajar, digunakan untuk mengetahui
prestasi belajar yang diperoleh siswa
setelah mengikuti kegiatan pembelajaran
kombinasi model kooperatif tipe TGT dan
tipe NHT; 2) Observasi dengan
menggunakan instrumen lembar observasi
yang terdiri dari dua macam yaitu lembar
aktivitas siswa untuk mengetahui aktivitas
siswa dan lembar observasi keterlaksanaan
model pembelajaran pada saat
pembelajaran berlangsung; dan 3) Angket,
digunakan untuk mengetahui respons
siswa. Data yang telah diperoleh
selanjutnya dianalisis menggunakan teknik
analisis deskriptif dan inferensial.
3. HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian yang dimaksud
adalah hasil yang diperoleh pada analisis
deskriptif dan inferensial. Data hasil
belajar siswa, aktivitas siswa, hasil
pengamatan keterlaksanaan aktivitas guru,
dan hasil pengamatan respon siswa
dianalisis dengan menggunakan statistik
deskriptif. Selain itu, data hasil belajar
siswa dianalisis dengan menggunakan
analisis statistik inferensial.
3.1. Hasil Analisis Statistika Deskriptif
1) Deskripsi Aktivitas Siswa
Data aktivitas siswa diperoleh dari
hasil pengamatan pada setiap pertemuan
dengan menggunakan rubrik. Data yang
diperoleh dari instrumen tersebut
dirangkum pada setiap akhir pertemuan.
Hasil rangkuman setiap observasi
disajikan pada tabel berikut.
Jurnal Edumaspul, 1 (2), Oktober 2017 - 28 Putriyani S.
Copyright © 2017 Edumaspul - Jurnal Pendidikan (ISSN 2548-8201 (cetak); (ISSN 2580-0469 (online)
Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa
No Aspek Pertemuan ke- Rata-
Kategori Aktivitas I II IV V VII VIII Rata
1 Memperhatikan penjelasan guru
2 3 3 4 4 4 3.33333 Baik
2 Membaca LKS dan buku siswa
3 3 4 4 4 4 3.66667 Sangat baik
3 Berdiskusi dalam kelompok 3 3 3 4 4 4 3.5 Baik
4 Bertanya pada guru/ teman 3 3 4 4 4 4 3.66667 Sangat baik
5 Mengerjakan LKS/ tugas secara berkelompok
3 3 4 4 4 4 3.66667 Sangat baik
6 Menyampaikan jawaban pada guru dan teman di kelas
berdasarkan nomor yang
terpanggil pada saat games
dan tournament
4 4 4 4 4 4 4 Sangat baik
7 Menarik kesimpulan 2 3 3 4 4 4 3.33333 Sangat baik
Jumlah 20 22 25 28 28 28 151
Rata-rata 2.86 3.14 3.57 4 4 4 3.59524 Baik
2) Deskripsi Keterlaksanaan Aktivitas
Guru
Aktivitas guru yang diobservasi
adalah aktivitas guru dalam mengelola
pembelajaran yang menerapkan
pembelajaran kombinasi model kooperatif
tipe TGT dan tipe NHT. Adapun observasi
terhadap aktivitas guru dalam penelitian
ini mengacu pada Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang terbagi atas tiga
bagian utama yaitu: (1) Pendahuluan, (2)
Inti, dan (3) Penutup.
Indikator yang digunakan untuk
mengukur Tingkat Kemampuan Guru
(TKG) dalam mengelola pembelajaran
pada bagian pendahuluan adalah:
(1) Mengecek pemahaman awal siswa, (2)
Memotivasi siswa, (3) Menyampaikan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Untuk kegiatan inti indikator yang
digunakan adalah: (1) Menjelaskan
kegiatan pembelajaran yang akan
dilaksanakan, (2) Menjelaskan aktivitas-
aktivitas yang dilakukan siswa, (3)
Mengorganisasikan siswa ke dalam
kelompok-kelompok belajar, (4)
Membimbing kelompok bekerja dan
belajar, (5) Mengawasi setiap kelompok
secara bergantian, (6) Memberi bantuan
kepada kelompok/ individu yang
mengalami kesulitan, (7) Memberi
motivasi kepada kelompok untuk tetap
bersemangat menyelesaikan tugasnya, (8)
Menunjuk kelompok secara acak untuk
mempresentasikan hasil kerja
kelompoknya, (9) Mengadakan games dan
tournament, dan (10) Memberikan
penghargaan.
Sedangkan indikator pada kegiatan
penutup adalah: (1) Membimbing siswa
membuat rangkuman, (2) Memberikan
tugas untuk dikerjakan di rumah, dan (3)
Mengingatkan materi pada pertemuan
berikutnya.
Hasil observasi terhadap aktivitas
guru pada ketiga kegiatan di atas dalam
proses pembelajaran dapat dilihat pada
tabel berikut.
Jurnal Edumaspul, 1 (2), Oktober 2017 - 29 Putriyani S.
Copyright © 2017 Edumaspul - Jurnal Pendidikan (ISSN 2548-8201 (cetak); (ISSN 2580-0469 (online)
Tabel 3. Hasil Observasi Aktivitas Guru dalam Pembelajaran
Perte-
Muan
Nilai
Kriteria Pendahuluan TKG Inti TKG Penutup TKG
Rata-Rata
TKG
I 12 4 37 4.1 12 4 4.0 Baik
II 13 4.3 37 4.1 12 4 4.2 Baik
III 14 4.7 39 4.3 14 4.7 4.6 Baik
IV 14 4.7 39 4.3 14 4.7 4.6 Sangat baik
V 14 4.7 40 4.4 14 4.7 4.6 Sangat baik
VI 15 5 43 4.8 15 5 4.9 Sangat baik
VII 14 4.7 40 4.4 14 4.7 4.6 Baik
VIII 15 5 40 4.4 14 4.7 4.7 Sangat baik
IX 15 5 43 4.8 15 5 4.9 Sangat baik
Rata-rata 4.7 4.4 4.59 4.6 Sangat baik
3) Deskripsi Respon Siswa
Berdasarkan jawaban siswa yang
tertuang dalam angket respons siswa
terhadap kegiatan pemebelajaran
kombinasi model kooperatif tipe TGT dan
NHT meliputi pendapat dan perasaan
siswa mengenai LKS, buku siswa, cara
mengajar guru, dan suasana belajar.
Tabel 4. Persentase Respon Siswa
No. Aspek yang Direspon Respon Siswa
1 Apakah kamu merasa senang atau tidak senang selama mengikuti
pembelajaran ini?
Senang Tidak Senang
100,0% 0,0%
2 Apakah kamu merasa senang atau tidak senang terhadap
komponen pembelajaran berikut?
Senang Tidak Senang
a. Suasana pembelajaran di kelas 100,0% 0,0%
b. Cara mengajar guru 100,0% 0,0%
3 Apakah komponen pembelajaran berikut ini baru atau tidak baru
bagi anda?
Baru Tidak Baru
a. Lembar kegiatan Siswa (LKS) 78,57% 21,43%
b. Buku Siswa 100,0% 0,0%
c. Suasana Pembelajaran di Kelas 100,0% 0,0%
d. Cara mengajar Guru 89,29% 10,71%
4 Apakah bahasa yang digunakan pada komponen pembelajaran
berikut jelas atau tidak jelas?
Jelas Tidak Jelas
a. Lembar kegiatan Siswa (LKS) 85,71% 14,29%
b. Buku Siswa 85,71% 14,29%
c. Cara mengajar Guru 96,43% 3,57%
5 Apakah penampilan (tulisan, ilustrasi/gambar dan letak gambar)
komponen pembelajaran berikut menarik atau tidak menarik
Menarik Tidak menarik
Jurnal Edumaspul, 1 (2), Oktober 2017 - 30 Putriyani S.
Copyright © 2017 Edumaspul - Jurnal Pendidikan (ISSN 2548-8201 (cetak); (ISSN 2580-0469 (online)
a. Lembar kegiatan Siswa (LKS) 78,57% 21,43%
b. Buku Siswa 75,0% 25,0%
c. Cara mengajar Guru 96,43% 3,57%
6 Bagaimana pendapat anda jika pokok bahasan/materilain diajarkan
dengan menggunakan kombinasi modelpembelajaran kooperatif
tipe TGT dan NHT seperti yang anda telah ikuti?
Setuju Tidak setuju
100,0% 0,0%
Alasannya rata-rata karena metode ini bisa memacu motivasi siswa untuk belajar, siswa bisa lebih
aktif dalam pembelajaran karena semua ingin kelompokknya mendapat penghargaan yang tinggi.
4) Deskripsi Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar siswa pada penelitian ini dideskripsikan berdasarkan analisis awal
(pretest) dan tes akhir (posttest). Adapun klasifikasi peningkatan hasil belajar siswa disajikan
pada tabel berikut.
Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa
Tabel 6. Klasifikasi Gain Ternormalisasi
Koefisien Normalisasi Gain Jumlah Siswa Persentase(%) Klasifikasi
g < 0,3 0 0,00 Rendah
0,3 ≤ g ˂ 0,7 9 32,14 Sedang
g ≥ 0,7 19 67,86 Tinggi
Rata-rata 0,76 Tinggi
Selanjutnya kategori kemampuan pretest dan posttest pada kelas eksprimen disajikan
pada tabel berikut:
Pretest Posttest
Ukuran sampel 28 28
Mean 33,75 83,04
Median 30 85
Modus 30 90
Deviasi standar 8,89 9,75
Nilai tertinggi 50 100
Nilai terendah 20 60
Jurnal Edumaspul, 1 (2), Oktober 2017 - 31 Putriyani S.
Copyright © 2017 Edumaspul - Jurnal Pendidikan (ISSN 2548-8201 (cetak); (ISSN 2580-0469 (online)
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Tingkat Kemampuan Siswa
Interval Kategori
Penguasaan Siswa
Pretest Posttest
Frekuensi Persentase(%) Frekuensi Persentase(%)
90 –100 Sangat tinggi 0 0 11 39,29
80 –89 Tinggi 0 0 8 28,57
65 –79 Sedang 0 0 8 28,57
55 –64 Rendah 0 0 1 3,57
0 – 54 Sangat rendah 28 100 0 0
Jumlah 28 100 28 100
Tingkat pencapaian ketuntasan hasil belajar matematika secara klasikal pada kelas
yang diajar dengan kombinasi model kooperatif tipe TGT dan tipe NHT dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 8. Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
KKM
Persentase Ketuntasan Klasikal(%)
Tuntas Tidak tuntas
Pretest 70
0 100
Posttest 96,43 3,57
3.2. Hasil Analisis Statistika Deskriptif
1. Pengujian peningkatan hasil belajar
siswa sebelum tindakan (pretest) dan
hasil belajar siswa setelah tindakan
(posttest).
Berdasarkan hasil analisis data
hasil belajar diperoleh nilai t = -
38,550 dengan df = 27. Karena nilai p
= 0,00 ˂ 0,05 menunjukkan bahwa
ada perbedaan yang signifikan antara
hasil belajar pada pretest dan posttest.
2. Pengujian rata-rata hasil belajar siswa
pada posttest terhadap KKM
Berdasarkan hasil analisis data
hasil belajar diperoleh nilai t = 7,074
dengan df = 27. Karena nilai p = 0,00
˂ 0,05 menunjukkan bahwa rata-rata
hasil belajar siswa setelah diajar
dengan metode pembelajaran
kombinasi model kooperatif tipe TGT
dan tipe NHT lebih dari 70.
3. Pengujian rata-rata hasil gain
ternomalisasi.
Hasil analisis yang diperoleh
yaitu nilai t = 18,882 dengan df = 27.
Karena nilai p = 0,00 ˂ 0,05
menunjukkan bahwa rata-rata gain
ternormalisasi yang diajar dengan
pembelajaran kombinasi model
kooperatif tipe TGT dan tipe NHT
lebih dari 0,3.
Berdasarkan hasil analisis
deskriptif dan inferensial yang telah
diuraikan sebelumnya, tampak bahwa
kriteria keefektifan yang dipenuhi oleh
pembelajaran kombinasi model kooperatif
tipe TGT dan tipe NHT adalah hasil
belajar siswa, aktivitas siswa, dan respons
siswa. Oleh karena itu dapat dsisimpulkan
bahwa pembelajaran kombinasi model
Jurnal Edumaspul, 1 (2), Oktober 2017 - 32 Putriyani S.
Copyright © 2017 Edumaspul - Jurnal Pendidikan (ISSN 2548-8201 (cetak); (ISSN 2580-0469 (online)
kooperatif tipe TGT dan tipe NHT efektif
untuk diterapkan di kelas XII IA SMAN 1
Pangsid.
4. PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan terhadap
Aktivitas Siswa
Berdasarkan data observasi aktivitas
siswa pada Tabel 2, tampak bahwa
aktivitas siswa berada pada kategori baik.
Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa aktivitas siswa pada kelas
eksprimen secara deskriptif memenuhi
kriteria keefektifan. Hal tersebut
menandakan bahwa keaktifan siswa pada
pembelajaran matematika melalui
kombinasi model kooperatif tipe TGT dan
NHTsangat baik. Siswa sangat antusias
dalam mengikuti pembelajaran kooperatif
dan menunjukkan aktivitas aktif dalam
berinteraksi dalam kelompok.
Hasil pengamatan terhadap aktivitas
siswa dalam pembelajaran kombinasi
model kooperatif tipe TGT dan tipe NHT
terlihat bahwa siswa tidak canggung dalam
bekerjasama, saling memberi dan
menerima, saling memberikan dukungan,
serta menghargai pendapat orang lain. Hal
ini disebabkan karena sebelum
pelaksanaan pembelajaran siswa diberi
pemahaman tentang keterampilan
kooperatif sehingga siswa dapat
memahami dengan baik fase-fase dari
pembelajaran kooperatif kombinasi model
kooperatif tipe TGT dan tipe NHT.
4.2. Hasil Pengamatan terhadap
Aktivitas Guru
Berdasarkan hasil penelitian pada
aspek ketercapaian aktivitas guru,
diperoleh bahwa skor rata-rata
ketercapaian aktivitas guru dalam
mengelola pembelajaran adalah 4,6 berada
pada kategori terlaksana dengan sangat
baik. Ketercapaian aktivitas guru mulai
dari pertemuan pertama sampai terakhir
mengalami peningkatan. Ini disebabkan
karena pada setiap akhir pertemuan
dilakukan diskusi-diskusi dengan
pengamat tentang kekurangan-kekurangan
yang dilakukan oleh guru. Hal ini
memungkinkan untuk memperbaiki
penampilan guru pada pertemuan-
pertemuan berikutnya dengan
memperhatikan aspek-aspek yang dinilai
kurang pada pertemuan sebelumnya. Hasil
analisis data pengamatan terhadap
kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran secara keseluruhan
menunjukkan tiap aspek memenuhi
kriteria keefektifan dan berada pada
kategori sangat baik. Ini berarti
keterlaksanaan model pembelajaran berada
pada kategori terlaksana dengan sangat
baik.
4.3. Hasil Pengamatan terhadap Respon
Siswa
Berdasarkan hasil angket respon
siswa, sebanyak 91,84% siswa yang
merespon pernyataan positif pada
pembelajaran kombinasi model kooperatif
tipe TGT dan tipe NHT. Perolehan respon
siswa telah memenuhi kriteria keefektifan
yaitu rata-rata persentase respon siswa
setiap aspek berada pada kategori ≥ 75%. Artinya hampir seluruh siswa memberikan
respon positif terhadap pembelajaran
kombinasi model kooperatif tipe TGT dan
tipe NHT.
Dengan adanya minat siswa yang
besar dalam kegiatan pembelajaran akan
berpengaruh kepada peningkatan motivasi
belajar siswa dan pada akhirnya akan
berpengaruh pula terhadap hasil belajar
siswa. Mereka merasa bahwa belajar
melalui kelompok kooperatif menjadi
konsep yang dipelajari lebih muda
dipahami dan diingat. Rata-rata komentar
tertulis mengatakan senang terhadap
proses pembelajaran dengan alasan metode
ini bisa memacu motivasi siswa untuk
Jurnal Edumaspul, 1 (2), Oktober 2017 - 33 Putriyani S.
Copyright © 2017 Edumaspul - Jurnal Pendidikan (ISSN 2548-8201 (cetak); (ISSN 2580-0469 (online)
belajar, siswa lebih aktif dalam
pembelajaran karena semua ingin
kelompoknya mendapat penghargaan yang
tinggi dan ingin jika metode ini diterapkan
pada materi lain.
4.4. Hasil Belajar Siswa
Berdasarkan data hasil belajar pada
pretest terlihat bahwa pada nilai mean
33,75, median 30 dan modus 30
menunjukkan bahwa sekitar 50% siswa
memperoleh nilai dibawah 30 sedangkan
pada posttest terlihat bahwa nilai mean
83,04, median 85 dan modus 90
menunjukkan bahwa sekitar 50% siswa
memperoleh nilai diatas 85.
Standar deviasi pretest adalah 8,89
lebih kecil dari standar deviasi posttest
yaitu 9,75 yang menunjukkan bahwa
kemampuan siswa semakin bervariasi
setelah diberikan pembelajaran kombinasi
model kooperatif tipe TGT dan tipe NHT.
Secara deskriptif dapat dikatakan bahwa
kemampuan siswa pada kelas eksprimen
menjadi lebih baik dari pada sebelum
diberikan pembelajaran kombinasi model
kooperatif tipe TGT dan tipe NHT.
Hasil pretest menunjukkan bahwa
hasil belajar siswa tergolong dalam
kategori sangat rendah dimana 28 orang
siswa memperoleh nilai pada interval 0 –
54. Setelah diberikan perlakuan, hasil
belajar (posttest) 39,29% atau 11 orang
berada pada kategori 90 – 100 atau sangat
tinggi dan 28,57% siswa berada pada
kategori tinggi. Ini berarti bahwa siswa
telah memahami materi setelah
pembelajaran kombinasi model kooperatif
tipe TGT dan tipe NHT.
Berdasarkan pada nilai KKM nilai
hasil belajar siswa yang mencapai kriteria
ketuntasan sebanyak 27 orang siswa atau
96,43%. Nilai hasil belajar siswa tertinggi
adalah 100, nilai terendah 60 dan deviasi
standarnya adalah 9,75 dengan nilai rata-
rata 83,04. Hal ini menunjukkan bahwa
pembelajaran kooperatif dalam
pembelajaran telah banyak
menyumbangkan kontribusi dalam
meningkatkan hasil belajar siswa.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Pembelajaran matematika melalui
penerapan model kooperatif tipe TGT dan
NHT dinyatakan efektif sebab memenuhi
tiga indikator keefektifan yaitu: (1)
Aktivitas siswa, (2) Aktivitas Guru, (3)
Respon siswa terhadap pembelajaran
dengan kombinasi kooperatif tipe TGT dan
tipe NHT, dan (4) Hasil belajar
matematika siswa.
1. Aktivitas siswa berada pada kategori
baik.
2. Aktivitas guru berada pada kategori
sangat baik.
3. Respon siswa terhadap pembelajaran
adalah positif..
4. Hasil belajar siswa memenuhi kriteria
efektif yang ditandai dengan rata-rata
nilai hasil belajar siswa 83,04 (KKM =
70) dan peningkatan hasil belajar
matematika siswa berada pada nilai
gain di atas 0,30 serta ketuntasan
secara klasikal adalah 96,43 %.
5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang
dikemukakan di atas, maka diajukan saran
sebagai berikut: (1) Dalam melaksanakan
pembelajaran guru hendaknya mampu
memilih pendekatan pembelajarn yang
efektif, yang selalu melibatkan siswa
secara aktif sehingga materi pelajaran akan
mudah diterima oleh siswa, dan (2)
Pembelajaran matematika melalui
kombinasi model kooperatif tipe TGT dan
tipe NHT perlu mendapat pertimbangan
oleh guru matematika sebagai sarana untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa.
Jurnal Edumaspul, 1 (2), Oktober 2017 - 34 Putriyani S.
Copyright © 2017 Edumaspul - Jurnal Pendidikan (ISSN 2548-8201 (cetak); (ISSN 2580-0469 (online)
DAFTAR PUSTAKA
[1] Adeyemi, B. 2008. Effect Cooperative
Learning and Problem Solving
Strategies on Junior Secondary
School Students Achievement in
Social Studies. Electronic Journal of
Research in Educational Psycology,
Vol. 6, No.3, pp 691-708
[2] Annurwanda, P., Mardiyana, &
Saputro, D.R.S. 2014. Eksperimentasi
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Teams Games Tournaments dan Team
Assisted Individualization pada Materi
Garis dan Sudut Ditinjau dari
Kecerdasan Emosional Siswa Kelas
VII SMP Negeri Se-Kabupaten
Magetan Tahun Pelajaran 2013/2014.
JMEE, Volume IV Nomor 2,
Desember 2014.
[3] Ballantine, J. & Larres, P. 2007.
Cooperative Learning: A Pedagogy to
Improve Students Generic Skills.
Journal Articles; Report-Evaluative
Aducation & Training, Vol. 49, No. 2,
pp 126-137.
[4] Bas, G. & Beyhan, O. 2010. Effect of
Multiple Intelligence Supported
Project-Based Learning on Student’s
Achievement Levels and Attitude
Toward Anglish Lesson. International
Electronic Journal of Elementary
Education, Vol. 2, No. 3, pp 365-385.
[5] Charlton, B., Williams, R. L dan
McLaughlin, T.F. 2005. Educational
Games: A Technique to Accelerate
the Acquisition of Reading Skills of
Children with Learning Disabilities.
International Journal of Special
Education, Volume 20, Number 2,
page 66-72.
[6] Doymus, K. 2007. Effect of
Cooperative Learning Strategy and
Learning Phases of Matter and One
Component Phase Diagrams. Journal
of Chemical Education, Vol. 84, No.
11, pp 1857-1860.
[7] Fuad, Moh. Nasrul. 2009.
Meningkatkan Motivasi dan Hasil
Belajar Persamaan Garis Lurus Siswa
Kelas VIII Melalui Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
(Numbered Heads Together). Skripsi
tidak diterbitkan. Malang: FMIPA
Universitas Negeri Malang.
[8] Goos, M. 2004. Learning
Mathematics in a Classroom
Community of Inquiry. Journal of
Research of Mathematics Education,
Vol. 35, No.4, pp 258- 291.
[9] Iriana, Tanjung, M. 2010. Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif
Numbered Head Together (NHT)
untuk Meningkatkan Prestasi Belajar
Siswa Kelas XI IPA di SMA Negeri 1
Kepanjen, (Online),
(http://library.um.ac.id/ptk/index.php?
mod=detail&id=45412), diakses 15
Oktober 2016.
[10] Kahfi, S. 2004. Pembelajaran
Kooperatif dan Pelaksanaannya
dalam Pembelajaran Matematika.
Jakarta: Depdiknas
[11] Lai, C. H., She, Y. X., Sung, C. Y.,
and Jong, B. S. 2012. The Game-
Based Learning of Combining
Competition and Cooperative
Learning. Computers & Education,
vol 57(1), pp 1127-1136.
[12] Lepiyanto, A. 2012. Implementasi
Lesson Study pada Metode
Numbered Heads Together Dipadu
dengan Team Games Tournament
untuk Pengembangan Karakter Siswa
Kelas X SMA Negeri 1 Kepanjen.
Bioedukasi, Volume 3 Nomor 2 ,
Nopember 2012.
[13] Lie, A. 2004. Cooperatif learning:
Mempraktekkan Cooperatif Learning
di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Pt.
Raja Widia Sarana Indonesia.
[14] Purnamasari, Yanti. 2013. Pengaruh
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Teams Games-Tournament (TGT)
Terhadap Kemandirian Belajar dan
Jurnal Edumaspul, 1 (2), Oktober 2017 - 35 Putriyani S.
Copyright © 2017 Edumaspul - Jurnal Pendidikan (ISSN 2548-8201 (cetak); (ISSN 2580-0469 (online)
Peningkatan Kemampuan Penalaran
dan Koneksi Matematik Peserta Didik
SMPN 1 Kota Tasikmalaya. Tesis
tidak diterbitkan. Jakarta. PPS
Universitas Terbuka.
[15] Rahmi. 2008. Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Numbered Head
Together (NHT) Sebagai Upaya
Meningkatkan Pemahaman Siswa
dalam Matematika. Jurnal Percikan,
Volume 89:87.
[16] Slavin, R.E. 2008. Cooperative
Learning Teori, Riset dan Praktik.
Terjemahan: Nurulita Yusron.
Bandung: Nusa Media
[17] Smith-Stoner, M. & Molle, M.E.
2010. Collaborative Action Research:
Implementation of Cooperative
Learning. The Journal of Nursing
Education, Vol. 49, No. 6, pp 312-
318.
[18] Solikhah, Budiyono, & Saputro. 2014.
Eksperimentasi Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Group Investigation
(GI) dan Numbered Heads Together
(NHT) pada Materi Garis Singgung
Lingkaran Ditinjau dari Kecerdasan
Majemuk Siswa Kelas VIII SMP
Negeri Se-Kota Madiun Tahun Ajaran
2013/2014. Jurnal Elektronik
Pembelajaran Matematika, Vol.2,
No.7, hal 727-739, September 2014.