Upload
ernita-vika-aulia
View
37
Download
0
Embed Size (px)
KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN DENGAN MODEL KOOPERATIF TIPE
THINK-PAIR-SHARE (TPS) TERHADAP SUB POKOK BAHASAN
HIDROKARBON PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 3
PALANGKARAYA TAHUN PELAJARAN 2008/2009
SKRIPSI
OLEHYULIAWATIACC 104 033
UNIVERSITAS PALANGKA RAYAFAKULTAS KLEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MIPAPROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
2009
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelajaran kimia merupakan salah satu pelajaran yang memiliki karakteristik
tersendiri dan memerlukan keterampilan dalam memecahkan masalah-masalah ilmu
kimia yang berupa teori, konsep, hukum, dan fakta. Salah satu tujuan pembelajaran
ilmu kimia di SMA adalah agar siswa memahami konsep-konsep kimia dan saling
keterkaitanya serta penerapanya baik dalam kehidupan sehari-hari maupun teknologi.
Oleh sebab itu, siswa diharapkan mampu memahami dan menguasai konsep-konsep
kimia (Depdiknas, 2003).
Hidrokarbon merupakan salah satu materi kimia yang diajarkan di SMA kelas
X semestar genap. Pada pokok bahasan hidrokarbon, khususnya tentang
penggolongan hidrokarbon, siswa dituntut untuk dapat menguasai dan memahami
penentuan nama senyawa alkana, alkena, alkuna. Pemahaman konsep hidrokarbon ini
mencakup: penentuan rantai terpanjang, prioritas penomoran pada rantai terpanjang,
dan urutan prioritas alkil berdasarkan abjad. Jika siswa tidak menguasai hal tersebut
maka akan mengalami kesulitan dalam tata nama senyawa hidrokarbon.
Berdasarkan wawancara dengan guru bidang studi kimia kelas X SMA Negeri
3 Palangka Raya, masih terdapat siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami
materi pelajaran kimia, misalnya untuk materi yang berkaitan dengan hidrokarbon.
Banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-soal yang
2
berhubungan dengan penamaan senyawa alkana, alkena dan alkuna. Hal ini terlihat
dari masih rendahnya nilai ulangan harian siswa, yaitu dengan rata-rata masih belum
mencapai standar nilai yang ditetapkan.
Untuk mengatasi kesulitan–kesulitan siswa dalam mengerjakan soal-soal kimia
dapat diterapkan metode pembelajaran yang tepat, yang sesuai dengan situasi dan
materi yang akan disampaikan agar pembelajaran berlangsung secara efektif dan
efisien dengan membuat siswa aktif, lebih banyak berpikir, mudah berinteraksi
dengan guru maupun dengan temannya, serta mampu mengemukakan pendapatnya
maupun menanggapi pertanyaan dan bekerjasama dengan teman.
Think-Pair-Share (TPS) atau Berpikir-Berpasangan-Berbagi merupakan salah
satu model pembelajaran kooperatif. Think-Pair-Share merupakan model
pembelajaran yang dikembangkan dengan memberikan penekanan kepada siswa
untuk lebih berfikir, mendiskusikan suatu permasalahan dan berbagi. Keunggulan
dari Think-Pair-Share adalah (1) dapat meningkatkan kualitas kepribadian anak-anak
dalam hal bekerjasama, saling menghargai pendapat orang lain, toleransi, (2) siswa
dapat lebih mudah berinteraksi, (3) siswa dapat lebih termotivasi untuk mendukung
dan menunjukan minat terhadap apa yang dipelajari pasangan. Sehingga cocok untuk
digunakan pada konsep-konsep yang menekankan suatu pemahaman, salah satunya
adalah konsep hidrokarbon.
Penelitian dengan model kooperatif tipe Think-Pair-Share telah dilakukan
sebelumnya oleh Yerie Astarina, yang melaporkan Penggunaan Metode Pembelajaran
Kooperatif Tipe Think-Pair-Share untuk Meningkatkan Pemahaman Pembelajaran
3
Kimia Dasar II Mengenai Hidrokarbon Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan
Fisika FKIP MIPA Universitas Palangkaraya Tahun Ajaran 2007/2008, sebagai
berikut:
1) Upaya peningkatan hasil belajar mahasiswa program studi pendidikan fisika
melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS dinyatakan berhasil.
2) Aktifitas pengajar dan mahasiswa dinyatakan baik terbukti dari perhitungan skor
total lembar observasi aktivitas pengajar dan mahasiswa.
3) Hasil belajar mahasiswa setelah mengikuti proses pembelajaran kooperatif tipe
TPS dinyatakan lulus.
4) Persepsi mahasiswa program studi pendidikan fisika bahwa merasa tertarik untuk
belajar aktif saat proses belajar mengajar, lebih berani mengungkapkan
ide/pendapat dan bertanya tentang materi yang belum dipahami, lebih
mengasikan,merasa lebih terbuka untuk bertukar pikiran dengan teman serta
mendorong untuk berfikir dan berusaha memahami materi yang sedang dibahas
pada umumnya sangat setuju, walaupun sebagian kecil ada mahasiswa yang tidak
setuju bahwa daya ingat terhadap pelajaran lebih lama.
Berdasarkan uraian-uraian di atas, hasil pembelajaran model kooperatif tipe
Think-Pair-Share pada mahasiswa dinyatakan berhasil. Dengan karakteristik model
pembelajaran yang sama, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul “Keefektifan Pembelajaran dengan Model Kooperatif Tipe Think-Pair-Share
(TPS) terhadap Sub Pokok Bahasan Hidrokarbon pada Siswa Kelas X SMA Negeri 3
Palangka Raya Tahun Pelajaran 2008/2009”.
4
1.2 Fokus Penelitian
Fokus dari penelitian ini adalah peningkatan pemahaman konsep dan
kecakapan hidup siswa. Kedua kompetensi tersebut diharapkan dapat diperoleh
secara bersamaan dalam pembelajaran kimia.
1.3 Rumusan Masalah
Masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini, sebagai berikut:
1. Apakah pembelajaran dengan model kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) lebih
efektif daripada pembelajaran dengan model konvensional pada sub pokok
bahasan hidrokarbon bila ditinjau dari pemahaman konsep.
2. Apakah siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model kooperatif tipe Think-
Pair-Share (TPS) akan memperoleh kecakapan hidup lebih banyak bila
dibandingkan dengan pembelajaran model konvensional.
1.4 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui apakah pembelajaran dengan model kooperatif tipe Think-Pair-Share
(TPS) lebih efektif daripada pembelajaran dengan model konvensional pada sub
pokok bahasan hidrokarbon bila ditinjau dari pemahaman konsep.
2. Mengetahui apakah siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model kooperatif
tipe Think-Pair-Share (TPS) akan memperoleh kecakapan hidup lebih banyak bila
dibandingkan dengan pembelajaran model konvensional.
5
1.5 Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada guru
mata pelajaran kimia agar dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Think-Pair-Share (TPS) dalam mengajarkan sub pokok bahasan hidrokarbon.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keefektifan Pembelajaran
Keefektifan berasal dari kata efektif, yang berarti tepat guna atau tepat
sasaran. Efektif mengarah pada pengertian ketepatan atau kesesuaian antara usaha
yang dilakukan dengan tujuan yang telah ditentukan.
Keefektifan proses pembelajaran artinya derajat dimana kelompok mencapai
tujuanya/ pencapaian nilai-nilai maksimal dengan alat yang terbatas. Jadi, keefektifan
proses pembelajaran berarti setelah mengalami proses belajar siswa dapat mencapai
tujuan pembelajaran, dan aktivitas yang dilakukan siswa tersebut mempunyai
ketepatan atau kesesuaian dengan tujuan yang telah ditentukan. Pencapaian tujuan
tersebut ditandai dengan adanya penilaian terhadap hasil belajar siswa setelah proses
pembelajaran berlangsung. Semakin baik hasil yang dicapai siswa maka dapat
dikatakan bahwa proses pembelajaran tersebut semakin efektif. (http://
beta.tnial.mil.id/cakrad_cetak.php?id)
2.2 Kecakapan Hidup
Malik Fajar (2002) mendefinisikan kecakapan hidup sebagai kecakapan untuk bekerja
selain kecakapan untuk berorientasi ke jalur akademik.
7
2.3 Data observasi siswa
Data yang bertujuan untuk mengamati aktivitas siswa dan guru selama penelitian
sebagai upaya untuk mengetahui kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan
tindakan.
2.4 Skala respon siswa
Skala yang bertujuan untuk menyimpulkan data berupa informasi tentang siswa
terhadap pembelajaran yang pengisiannya dengan memberikan tanda check ().
2.5 Metode Konvensial
Menurut Djamarah (1996) metode pembelajaran konvensional adalah metode
pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu
metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak
didik dalam proses belajar dan pembelajaran. Dalam pembelajaran sejarah metode
konvensional ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan serta
pembagian tugas dan latihan.
2.6 Pembelajaran Kooperatif
2.6.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar mengajar dalam kelompok–
kelompok kecil, siswa belajar dan bekerjasama untuk sampai pada pengalaman
individu maupun kelompok. Esensi pembelajaran kooperatif adalah tanggungjawab
individu sekaligus kelompok, sehingga dalam diri siswa terbentuk sikap
8
kebergantungan positif yang menjadikan kerja kelompok berjalan optimal. Keadaan
ini mendorong siswa dalam kelompoknya belajar, bekerja dan bertanggung jawab
dengan sungguh–sungguh sampai selesainya tugas–tugas individu dan kelompok
(Santoso, 1998 dalam Sholehah, 2004).
2.7 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS)
2.7.1 Pengertian Think-Pair-Share (TPS)
Think-Pair-Share (TPS) atau Berpikir-Berpasangan-Berbagi merupakan jenis
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.
Struktur yang dikembangkan ini dimasukkan sebagai alternatif terhadap struktur kelas
tradisional. Stuktur ini menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok
kecil (2-6 anggota) dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif daripada
penghargaan individual. Think-Pair-Share (TPS) memiliki prosedur yang ditetapkan
secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab
dan saling membantu satu sama lain.
Model Think-Pair-Share (TPS) mendorong partisipasi anak, bahkan anak
yang pemalu atau bahkan mereka yang tersisihkan. Menanyakan pertanyaan terbuka
kepada anak dapat memberikan kesempatan kepada mereka untuk memutuskan
sesuatu atau mengekspresikan pemikiran mereka. Guru memberikan waktu untuk
memikirkan (Think) tentang jawaban mereka, meminta mereka untuk berdiskusi
dengan mitranya (Pair) dan meminta seseorang secara sukarela untuk berbagi (Share)
hasil diskusi dengan seluruh kelas. Dengan model ini maka guru dapat memastikan
9
semua anak mempunyai kesempatan untuk menjawab dan mendiskusikan ide atau
jawaban mereka (http://www. Depdiknas.com).
2.7.2 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS)
Langkah-langkah kegiatan belajar mengajar model pembelajaran kooperatif
model Think-Pair-Share terlihat pada tabel 1.
10
Tabel 1.Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share
Fase Tingkah Laku GuruFase 1: Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa.
Fase 2: Mengajukan permasalahanThinking (Berpikir)
Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pembelajaran, kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.
Fase 3: Mengorganisasikan siswa dalam tim belajar
Pairing (Berpasangan)
Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa yang lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkanya pada tahap pertama. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat berbagi jawaban jika telah diajukan pertanyaan atau berbagi ide jika suatu persoalan khusus telah diidentifikasi.
Fase 4: Berbagi dengan seluruh siswa Sharing (Berbagi)
Pada tahap akhir, guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan. Ini efektif dilakukan dengan cara bergiliran pasangan demi pasangan dan dilanjutkan sampai sekitar seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan.
Fase 5: Melakukan evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari
Fase 6: Memberi penghargaan Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
(http://www. Depdiknas.com).
11
2.7.3 Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Model Think-Pair-Share (TPS)
Keunggulan model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS), sebagai berikut:
1. Memotivasi siswa untuk bisa berfikir sendiri dengan materi yang disampaikan
guru.
2. Memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat berbagi dengan pasanganya
dan mengutarakan hasil pemikiran mereka masing-masing.
3. Dapat meningkatkan kualitas kepribadian anak-anak dalam hal bekerjasama,
saling menghargai pendapat orang lain, toleransi.
4. Siswa dapat lebih mudah berinteraksi.
5. Siswa dapat lebih termotivasi untuk mendukung dan menunjukan minat terhadap
apa yang dipelajari pasangan.
6. Lebih cepat dan mudah membentuknya.
Kelemahan model pembelajaran Think-Pair-Share, sebagai berikut:
1. Lebih sedikit ide yang muncul.
2. Banyak kelompok yang melapor dan dimonitor.
3. Jika ada perselisihan tidak ada yang menengahi.
( Sumber: http://www. Depdiknas.com).
2.8 Senyawa Hidrokarbon
2.8.1 Pengelompokan Hidrokarbon
Golongan hidrokarbon ialah golongan senyawa karbon yang hanya terdiri atas
unsur hidrogen dan karbon. Contohnya ialah metana (CH4).
12
Terdapat 3 macam golongan hidrokarbon berdasarkan jenis ikatannya, yaitu
golongan alkana, alkena, dan alkuna.
a. Alkana
Alkana adalah senyawa hidrokarbon yang mempunyai ikatan jenuh, yaitu ikatan
antaratom C-nya tunggal.
Tabel 2.1 Senyawa Alkana
Nama senyawa Rumus molekul Rumus strukturMetanaEtanaPropanaButanaPentana
CH4
C2H6
C3H8
C4H10
C5H12
CH4
CH3 – CH3
CH3 – CH2 – CH3
CH3 – CH2 – CH2 – CH3
CH3 – CH2 – CH2 – CH2 – CH3
Rumus umum golongan alkana ialah CnH2n + 2
Tata Nama Alkana
Aturan penamaan senyawa alkana menurut aturan IUPAC
1) Rantai Atom C Tidak Bercabang
Penamaan alkana tidak bercabang sesuai dengan jumlah atom C yang dimiliki dan
diberi awalan n (n = normal atau tidak bercabang). Berikut ini merupakan contoh
alkana tak bercabang dan penamaannya.
CH3 – CH2 – CH3 n-propana
CH3 – CH2 – CH2 – CH2 – CH3 n-pentana
13
2) Rantai Atom C Bercabang
Rantai atom C induk ditentukan dengan cara menghitung jumlah atom C dari
berbagai ujung rantai. Rantai induk alkana merupakan rantai yang memiliki jumlah
atom C terbanyak. Berikut ini merupakan contoh penentuan rantai induk alkana.
(1) CH3 – CH2 – CH – CH3 ada 4 atom C pada rantai induk
CH3
(2) CH3 – CH – CH2 – CH2 – CH3 ada 6 atom C pada rantai induk
CH2
CH3
a) Alkil (cabang rantai induk) ditentukan.
Atom C yang termasuk alkil ialah atom C yang tidak termasuk rantai induk, tetapi
alkil yang terikat pada atom C rantai induk. Rumus umum alkil ialah CnH2n
Berikut ini merupakan contoh penentuan alkil.
(1) CH3 – CH2 – CH – CH3 (2) CH3 – CH – CH – CH2 – CH3
CH3 cabang CH2 CH2
CH3 CH3
Nama cabang sesuai dengan nama alkana, tetapi akhiran –ana diganti –il.
4 3 2 1
4 3 2 1
5
6
4 3 2 1 cabang 4 3 2 1
5
6
cabang
14
Tabel 2.2 Nama Gugus Alkil
Rumus gugus alkil
Namagugus alkil
Rumus gugus alkil
Namagugus alkil
CH3 –C2H5 –C3H7 –C4H9 –C5H11 –
metiletil
propilbutil
pentil (amil)
C3H13 –C7H15 –C8H17 –C9H19 –C10H21 –
heksilheptiloktilnonildekil
Rumus umum gugus alkil ialah CnH2n+1
b) Rantai induk dinomori dengan cara menetapkan nomor atom C alkil (cabang)
serendah mungkin (dimulai dari ujung rantai yang dekat dengan alkil.
(1) CH3 – CH – CH2 – CH3 2-metil butana bukan 3-metilbutana
CH3
(2) CH3 – CH2 – CH – CH2 – CH3 3-etilheksana
CH2
CH2
CH3
(Penomoran atom C dimulai dari kiri ke kanan bawah)
c) Jika cabang lebih dari satu, berlaku aturan sebagai berikut.
(1) Alkil yang memiliki jumlah atom C lebih banyak diberi nomor yang kecil.
(2) Jika terdapat beberapa alkil yang sama maka diberi awalan, yaitu
di untuk 2 alkil heksa untuk 6 alkil
tri untuk 3 alkil hepta untuk 7 alkil
tetra untuk 4 alkil okta untuk 8 alkil
15
penta untuk 5 alkil nona untuk 9 alkil
(3) Penulisan alkil berdasarkan urutan abjad. Awalan -di pada dimetil tidak
menentukan urutan penulisan karena yang menentukan urutan penulisan ialah
huruf awal m dari metil. Awalan di, tri, dan seterusnya tidak berpengaruh.
CH3 CH3
(a) 1CH3 – 2C – 3CH2 – 4CH3 (b) 5CH3 – 4CH2 – 3CH – 2CH – 1CH3
CH3 C2H5
2,2-dimetilbutana 3-etil-2-metilpentana
d) Penamaan dengan awalan iso.
Nama alkana atau alkil dapat diberi nama dengan awalan iso untuk mengganti
penamaan 2-metilalkana jika mempunyai struktur sebagai berikut.
(1) CH3 – CH – isopropil
CH3
(2) CH3 – CH – CH3 isobutana
CH3
CH3 – CH2 – CH2 – isobutil
CH3
(3) CH3 – CH – CH2 – CH3 isopentana
CH3
CH3 – CH – CH2 – CH2 – isopentil
CH3
16
CH3
CH3 – CH3 – CH2 – neopentil
CH3
b. Alkena
Alkena adalah senyawa hidrokarbon yang mempunyai ikatan tak jenuh, yaitu terdapat
ikatan antaratom C rangkap dua. Dengan adanya ikatan rangkap dua, senyawa alkena
masih memungkinkan mengikat atom hidrogen dengan membuka ikatan rangkap dua
tersebut.
Tabel 2.3 Senyawa Alkena
Senyawa Rumus Molekul Senyawa Rumus Molekuletena
propenabutenapentenaheksena
C2H4
C3H6
C4H8
C5H10
C6H12
heptenaoktenanonenadekena
C7H14
C8H16
C9H18
C10H20
Rumus umum alkena ialah CnH2n
Tata Nama Alkena
Prinsip dasar penamaan golongan alkena sama seperti alkana, tetapi akhiran –ana
pada nama alkana diganti dengan –ena. Aturan penamaan senyawa alkena ialah
sebagai berikut.
1) Rantai induk merupakan rantai yang terpanjang dan memiliki ikatan rangkap dua.
Nama alkena diberikan sesuai jumlah atom C pada rantai induk dan menggunakan
akhiran diberi –ena.
17
2) Atom C pada ikatan rangkap diberi nomor serendah mungkin. Nomor atom C
yang memiliki ikatan rangkap dua dituliskan di awal nama alkena.
3) Apabila ikatan rangkap dua berjumlah lebih dari satu, penamaannya sesuai
dengan banyaknya ikatan rangkap dua tersebut. Misalnya, alkena dengan 2 ikatan
rangkap dua diberi akhiran –diena seperti contoh berikut.
CH2 = CH – CH = CH2 1,2-butadiena
4) Ketentuan lain sama seperti penamaan alkana.
Berikut ini merupakan contoh alkena dan penamaannya.
CH3
CH3 – CH = CH – C – CH3
CH3
Penomoran atom C dimulai dari kiri supaya nomor atom C yang memiliki ikatan
rangkap bernomor lebih kecil. Jadi, nama senyawa tersebut ialah 4,4-dimetil-2-
pentena (bukan 2,2-dimetil-3-pentena).
c. Alkuna
Alkuna adalah senyawa hidrokarbon yang mempunyai ikatan tak jenuh, yaitu adanya
ikatan antaratom C rangkap tiga. Dengan adanya ikatan rangkap tiga, senyawa alkuna
masih memungkinkan untuk mengikat atom hidrogen dengan membuka ikatan
rangkap tiga tersebut.
1 2 3 4 5
18
Tabel 2.4Senyawa Alkuna
Senyawa Rumus Molekul Senyawa Rumus Molekuletuna
propunabutunapentunaheksuna
C2H2
C3H4
C4H6
C5H8
C6H10
heptunaoktunanonunadekuna
C7H12
C8H14
C9H16
C10H18
Rumus umum alkuna ialah CnH2n-2
Berikut ini merupakan struktur alkuna dibandingkan dengan struktur alkana dan alkena. H H H
Propana (C3H8) : H – C – C – C – H
H H H
H
Propena (C3H6) : H – C – C = C – H
H H H
Tata Nama Alkuna
Prinsip dasar penamaan golongan alkuna sama seperti alkana, tetapi akhiran –ana
pada nama alkana diganti dengan –una. Aturan penamaan senyawa alkuna sebagai
berikut.
1) Rantai induk merupakan rantai yang terpanjang dan memiliki ikatan rangkap tiga.
Nama alkuna diberikan sesuai jumlah atom C pada rantai induk dan menggunakan
akhiran –una.
19
2) Atom C pada ikatan rangkap diberi nomor serendah mungkin. Nomor atom C
yang memiliki ikatan rangkap tiga dituliskan di awal nama alkuna.
3) Apabila ikatan rangkap tiga berjumlah lebih dari satu. Penamaannya sesuai
dengan banyaknya ikatan rangkap tiga tersebut.
4) Ketentuan lain sama seperti penamaan alkana.
Berikut ini merupakan contoh alkuna dan penamaannya.
CH3
a) CH3 – C – C ≡ C – CH3
CH3
Penomoran atom C dimulai dari kanan supaya nomor atom C yang memiliki
ikatan rangkap tiga lebih kecil. Jadi, nama senyawa tersebut ialah 4,4-dimetil-2-
pentuna (bukan 2,2-dimetil-3-pentuna).
CH3 CH3
b) CH3 – C – C ≡ C – C – CH2 – CH3
C2H5 C2H5
Penomoran atom C, dimulai dari sebelah kanan ke kiri bawah. Jika metil dan etil
memilik alternatif nomor yang sama maka nomor etil harus lebih kecil dari metil.
Nama senyawa tersebut 3-etil-3,6,6-trimetil-4-oktuna. (Wismono, 2007: 139).
5 4 3 2 1
20
2.9 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan semua penjelasan di atas, maka pertanyaan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Apakah pembelajaran kimia menggunakan model Think-Pair-Share (TPS) pada
sub pokok bahasan hidrokarbon efektif dapat meningkatkan pemahaman konsep
siswa?
2. Apakah pembelajaran pada sub pokok bahasan hidrokarbon menggunakan model
Think-Pair-Share (TPS) dapat memberikan pengalaman belajar berupa kecakapan
hidup lebih banyak?
21
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini termasuk penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
berusaha mengungkapkan gejala secara menyeluruh, dan sesuai dengan konteks
(holistik-kontekstual) melalui pengumpulan data dari latar alami dengan
memanfaatkan peneliti sebagai instrumen utama (Tim Penulis Buku Pedoman Skripsi
FKIP UNPAR, 2007: 15).
3.2 Pendekatan Penelitian dan Kedudukan Peneliti
Penelitian ini bersifat deskriptif dan menggunakan analisis dengan
pendekatan induktif. Kedudukan peneliti pada penelitian ini adalah sebagai partisipan
artinya peneliti terlibat dalam proses pembelajaran dan berinteraksi langsung dengan
siswa.
3.3 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 3 Palangka Raya kelas X-3 sebagai
kelas kontrol dan X-4 sebagai kelas eksperimen.
22
3.4 Tahap-Tahap Penelitian
Prosedur penelitian secara garis besar dilakukan melalui beberapa tahapan,
antara lain tahap persiapan, tahap pelaksanaan, serta tahap analisis data dan penarikan
kesimpulan. Penjelasan setiap tahap penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan ini meliputi perizinan, observasi sekolah, penyusunan rencana
pelaksanaan pembelajaran, penyusunan instrumen penelitian, uji coba instrumen
dan simulasi proses pembelajaran Think-Pair-Share (TPS).
- Perizinan kegiatan diawali dengan pengajuan kepada Dekan FKIP UNPAR,
kemudian dilanjutkan ke Dinas Pendidikan Kota Palangka Raya dan surat
izin ini digunakan sebagai pengantar ke tempat penelitian, yaitu SMA Negeri
3 Palangka Raya.
- Observasi ke sekolah bertujuan untuk mengetahui keadaan sekolah,
kurikulum yang digunakan, dan bagaimana proses pembelajaran yang terjadi
di sekolah sasaran, terutama kelas X yang akan dijadikan sampel penelitian.
- Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan
tuntutan kurikulum yang berlaku untuk pokok bahasan hidrokarbon di kelas
X yaitu menggunakan KTSP 2006. Langkah-langkah pembelajaran
disesuaikan dengan acuan karakteristik model pembelajaran Think-Pair-
Share (TPS), disajikan pada Tabel 3. sebagai berikut:
23
Tabel 3. Sintak Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share
NO Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif dengan Model Think-Pair-Share (TPS)
Waktu
1. Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran
5 menit
2. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa terhadap materi yang akan diajarkan ( THINK)
10 menit
3. Guru menyuruh siswa membentuk kelompok yang terdiri dari 2-6 orang, kemudian membagikan LKS dalam bentuk berbeda- beda untuk dijawab oleh masing-masing kelompok dengan cara berdiskusi berpasangan ( PAIR )
45 menit
4. Setiap kelompok mempresentasikan hasil jawaban yang telah didiskusikan ( SHARE )
40 menit
5. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari
10 menit
- Penyusunan instrumen penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan
berupa soal tes pemahaman konsep, lembar observasi siswa, dan skala respon
siswa terhadap pembelajaran. Semua instrumen penelitian tersebut divalidasi
oleh dua orang rater, yaitu Dosen Pendidikan Kimia yang ditunjuk oleh Ketua
Program Studi Pendidikan Kimia dan Guru Bidang Studi Kimia di SMA
Negeri 3 Palangka Raya. Instrumen divalidasi dengan mengoreksi semua
lembar observasi dan skala respon siswa yang telah disusun oleh peneliti,
serta melakukan validasi isi terhadap soal tes pemahaman konsep berdasarkan
kriteria yang telah ada (hasil validasi instrumen tersebut dapat dilihat pada
Lampiran 8).
- Uji coba instrumen dilaksanakan pada dua kelas yang berbeda yaitu kelas XI
IPA-2 SMA Negeri 3 Palangka Raya yang berjumlah 38 siswa pada hari Rabu
tanggal 25 Februari 2009 dengan tujuan untuk mengetahui keterbacaan tes
24
dan kelas X-5 SMA Negeri 4 Palangka Raya yang berjumlah 30 siswa pada
hari tanggal 28 Februari 2009 untuk mengetahui waktu pelaksanaan tes.
(Perhitungan Taraf Kesukaran dan Daya Pembeda Hasil Uji Coba Instrumen
dapat dilihat pada Lampiran 6)
- Sebelum dilakukan pelaksanaan penelitian yang sesungguhnya, maka
dilakukan simulasi terlebih dahulu agar dapat diketahui apakah tahapan-
tahapan pembelajaran sudah terlaksana dengan baik atau tidak, dan juga agar
peneliti mengetahui kendala-kendala apa saja yang dihadapi dalam
pembelajaran, sehingga diharapkan dapat diatasi sebelum penelitian
dilaksanakan. Simulasi dilakukan pada kelas X-3 SMA Negeri 3 Palangka
Raya. Pelaksanaan simulasi diamati oleh guru bidang studi kimia yang
mengajar kelas tersebut.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan dilakukan proses pembelajaran pada kelas X-4 dengan
menggunakan model Think-Pair-Share (TPS) pada hari kamis, 30 April 2009 dan
kelas X-3 dengan menggunakan model konvensional pada hari Selasa, 28 April
2009. Setelah pelaksanaan pre-test dan post-test, soal tes pemahaman konsep
dikembalikan lagi. Dengan demikian, siswa di kelas kontrol tidak bisa
membocorkan soal kepada siswa di kelas eksperimen. (Langkah-langkah
pembelajaran disajikan pada Lampiran 2 dan 3)
25
Proses pembelajaran dilakukan pada sub pokok bahasan hidrokarbon. Sebelum
pembelajaran, diberikan pre-test pada masing-masing kelas untuk mengetahui
kemampuan awal yang dimiliki masing-masing siswa. Selama berlangsungnya
kegiatan pembelajaran, dilakukan juga pengamatan terhadap aktivitas siswa.
Kegiatan akhir yang dilakukan adalah pelaksanaan post-test. Kegiatan ini
bertujuan untuk mendapatkan data pemahaman konsep siswa setelah diberikan
pembelajaran dengan menggunakan model Think-Pair-Share (TPS). Soal tes
pemahaman konsep yang digunakan adalah soal tes pemahaman konsep yang
sama dengan yang digunakan dalam pengumpulan data pre-test.
Penelitian dengan model Think-Pair-Share (TPS) ini telah benar dilaksanakan
sesuai dengan skenario pembelajaran pada Lampiran 2.
3. Tahap Analisa Data
Setelah data-data terkumpul, maka peneliti melakukan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Mengolah data pre-test dan post-test untuk mengetahui skor masing-masing
siswa kemudian mendeskripsikan data pre-test dan post-test tersebut.
b. Mendeskripsikan peningkatan pemahaman konsep pada setiap indikator hasil
belajar dengan membandingkan persentase peningkatan pemahaman konsep
pre-test dan post-test.
26
c. Mendeskripsikan aktivitas siswa yang mendorong siswa terlibat aktif dalam
proses pembelajaran dan aktivitas siswa yang dapat meningkatkan
pemahaman siswa
d. Mendeskripsikan hasil respon siswa secara keseluruhan agar diketahui bahwa
respon siswa tersebut sangat mempengaruhi peningkatan pemahaman konsep
siswa
e. Mendeskripsikan kecakapan hidup yang diperoleh siswa selama proses
pembelajaran.
4. Penarikan kesimpulan
Pada tahap ini, peneliti mengambil kesimpulan dari hasil analisis data dan
hasil observasi terhadap kecakapan hidup yang didapat oleh siswa secara umum
selama kegiatan pembelajaran.
3.5 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini antara lain:
1. Hasil tes pemahaman konsep yang berupa hasil pre-test dan post-test
2. Hasil observasi siswa terhadap pembelajaran model Think-Pair-Share (TPS)
3. Hasil kecakapan hidup siswa terhadap pembelajaran Think-Pair-Share (TPS)
4. Skala respon siswa pembelajaran Think-Pair-Share (TPS)
3.6 Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dan 3 (tiga) orang pengamat
(observer), yaitu satu orang guru bidang studi kimia kelas X SMA Negeri 3 Palangka
27
Raya dan dua orang mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia FKIP UNPAR.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara observasi terhadap
pengalaman kecakapan hidup siswa yang dicatat pada lembar observasi yang telah
disediakan dan pemberian tes pada siswa sebelum dan sesudah pembelajaran
berlangsung (pre-test dan post-test).
1. Soal Tes Pemahaman Konsep
Tes pemahaman konsep diberikan pada siswa sebelum dan sesudah pembelajaran
berlangsung yang digunakan untuk mengetahui pemahaman siswa sebelum dan
sesudah pembelajaran. Tes ini berupa tes tertulis berbentuk pilihan ganda
(multiple choice test) yang terdiri dari 20 butir soal yang telah divalidasi oleh 2
(dua) orang rater, yaitu dosen Program Studi Pendidikan Kimia dan guru Bidang
Studi Kimia kelas X SMA Negeri 3 Palangka Raya.
Adapun langkah-langkah pengembangan tes adalah sebagai berikut:
a. Membuat kisi-kisi soal yang mengacu kepada Kurikulum 2006
(KTSP) bidang studi kimia
b. Menyusun butir soal yang berbentuk pilihan ganda (multiple choice),
kemudian membuat kriteria penilaian tes pemahaman konsep tersebut.
Adapun kisi-kisi soal tes yang digunakan untuk menyusun instrumen tes
pemahaman konsep, disajikan pada Tabel 4.
28
Tabel 4.Indikator Instrumen Penelitian dan Sebaran Soal
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator Nomor Soal
Memahami sifat-sifat senyawa organik atas dasar gugus fungsi dan senyawa makromolekul
Menggolongkan senyawa hidrokarbon berdasarkan strukturnya dan hubunganya dengan sifat senyawa.
1. Menentukan nama senyawa alkana bila diketahui struktur senyawanya
1, 2, 3, 4, 5
2. Menentukan nama senyawa alkena bila diketahui struktur senyawanya.
6,7, 8, 9, 10
3 . Menentukan nama senyawa alkuna bila diketahui struktur senyawanya.
11, 12, 13, 14, 15
4 . Menentukan struktur senyawa alkana, alkena, alkuna bila diketahui nama senyawanya.
16, 17, 18, 19, 20
c. Validitas dan Realibilitas Soal
Validasi soal dilakukan secara internal dan eksternal.
(1) Validitas Internal
Pemberian skor instrumen penelitian divalidasi oleh dua orang validator
dengan kriteria penskoran validasi soal, sebagai berikut:
Skor “2” bila skor soal sudah komunikatif dan sesuai dengan tujuan
yang hendak diukur.
29
Skor “1” bila butir soal sudah komunikatif tetapi tidak sesuai dengan
tujuan yang hendak di ukur/tidak komunikatif tetapi sesuai dengan
tujuan yang hendak diukur.
Skor “0” bila butir soal tidak komunikatif dan tidak sesuai dengan
tujuan yang hendak diukur.
(2) Validitas Eksternal
Validasi soal dalam penelitian ini dilaksanakan dengan uji coba instrumen
pada kelas yang telah menempuh materi pembelajaran dengan menghitung
tingkat kesukaran dan daya beda, serta menghitung validasi soal dengan
menggunakan rumus korelasi yang dikemukakan oleh Pearson yaitu
rumus korelasi product moment dengan angka kasar. (Arikunto, 2002)
(3) Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas instrumen penelitian dihitung dengan menggunakan rumus K
– R 20. (Arikunto, 2002)
2. Lembar Observasi Siswa
Data observasi siswa dilakukan untuk mengamati aktivitas siswa dan guru selama
penelitian sebagai upaya untuk mengetahui kesesuaian antara perencanaan dan
pelaksanaan tindakan. Pengamatan aktivitas siswa ini dilakukan selama proses
pembelajaran berlangsung oleh tiga orang observer, yaitu satu orang guru bidang
studi kimia kelas X dan dua orang mahasiswa dari program studi kimia yang
duduk di tempat yang memungkinkan dapat mengikuti dan mengamati seluruh
kegiatan pembelajaran dari awal hingga berakhirnya proses pembelajaran.
30
3. Skala (scale) respon siswa
Data respon siswa diperoleh dengan menggunakan skala, yang pengisiannya
dengan memberikan tanda check (). Skala respon siswa diberikan kepada tiap-
tiap siswa. Skala ini bertujuan untuk menyimpulkan data berupa informasi tentang
siswa terhadap pembelajaran dengan Model Kooperatif Tipe Think-Pair-Share
(TPS)
4. Lembar Kecakapan Hidup Siswa
Data kecakapan hidup siswa diperoleh dengan menggunakan Lembar Kecakapan
Hidup Siswa dengan model Think-Pair-Share (TPS) yang pengisiannya dengan
memberikan tanda check (). Lembar ini diberikan kepada masing-masing
observer yang bertujuan untuk menyimpulkan data berupa informasi tentang
kecakapan hidup yang diperoleh siswa selama kegiatan pembelajaran dengan
Model Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS).
3.7 Pemeriksaan Keabsahan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data pre-test dan data post-
test yang berasal dari tes pemahaman konsep siswa, serta kecakapan hidup yang
diperoleh siswa. Pemeriksaan keabsahan data pre-test dan post-test pada tes
pemahaman konsep dilakukan dengan cara validasi internal (isi) dan validasi
eksternal oleh validator. Hal ini bertujuan untuk memberikan informasi yang jelas
tentang kualitas soal tes pemahaman konsep yang akan digunakan sebagai alat
31
pengumpulan data. Sedangkan lembar kecakapan hidup siswa diperiksa oleh
validator dengan memperbaiki tata tulisnya.
3.8 Analisis Data
Teknik analisa data yang digunakan pada penelitian ini, yaitu:
1. Data tes pemahaman konsep berupa hasil pre-test dan post-test dianalisis secara
deskriptif
2. Lembar observasi siswa dianalisis secara deskriptif
3. Skala respon siswa dianalisis secara deskriptif
4. Data perolehan kecakapan hidup siswa dianalisis secara deskriptif.
32