26
KEDOKTERAN PERIOPERATIF I Tujuan yang ingin dicapai dalam melaksanakan penilaian preoperative dan praprosedur pada pasien yang akan menjalani tindakan anesthesia untuk mengurangi angka morbiditas pada saat pemedahan, meningkatkan kualitas, menurunkan biaya perioperatif dan mengembalikan pasien pada fungsinya seperti semula secepatnya. Tujuan pemeriksaan preoperative : 1. mendapatkan informasi tentang riwayat kesehatan, kondisi mental dan fisik pasien 2. sebagai pedoman oleh pilihan pasien dan faktor resiko yang tidak terlihat di catatan medik dan memilih rencana pengelolaan yang akan dilakukan 3. untuk mendapatkan inform consent 4. memberikan pengertian kepada pasien tentang anesthesia, pemeriksaan perioperatif, pengobatan nyeri untuk mengurangi kecemasan, dan mempercepat pemulihan 5. membuat perawatan perioperatif lebih efisien dan lebih murah 6. memanfaaatkan pengalaman operasi untuk memotivasi pasien untuk mengoptimalkan kesehatannya sehingga meningkatkan status kesehatan perioperatif dan juga untuk tujuan jangka panjang. Sehingga tujuan utama evaliasi preoperatif adalah mengoptimalkan kesehatan pasien sebelum pembedahan dan 1

Kedokteran Perioperatif I

  • Upload
    anit

  • View
    258

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kedokteran perioperativ

Citation preview

KEDOKTERAN PERIOPERATIF I

KEDOKTERAN PERIOPERATIF ITujuan yang ingin dicapai dalam melaksanakan penilaian preoperative dan praprosedur pada pasien yang akan menjalani tindakan anesthesia untuk mengurangi angka morbiditas pada saat pemedahan, meningkatkan kualitas, menurunkan biaya perioperatif dan mengembalikan pasien pada fungsinya seperti semula secepatnya. Tujuan pemeriksaan preoperative :

1. mendapatkan informasi tentang riwayat kesehatan, kondisi mental dan fisik pasien

2. sebagai pedoman oleh pilihan pasien dan faktor resiko yang tidak terlihat di catatan medik dan memilih rencana pengelolaan yang akan dilakukan

3. untuk mendapatkan inform consent

4. memberikan pengertian kepada pasien tentang anesthesia, pemeriksaan perioperatif, pengobatan nyeri untuk mengurangi kecemasan, dan mempercepat pemulihan

5. membuat perawatan perioperatif lebih efisien dan lebih murah

6. memanfaaatkan pengalaman operasi untuk memotivasi pasien untuk mengoptimalkan kesehatannya sehingga meningkatkan status kesehatan perioperatif dan juga untuk tujuan jangka panjang.

Sehingga tujuan utama evaliasi preoperatif adalah mengoptimalkan kesehatan pasien sebelum pembedahan dan manajemen perioperatif yang tepat akan meningkatkan outcame perioperatif dan hasil jangka panjang, menurunkan biaya perioperatif. (Miller dkk; Anesthesia 6th edition; BAB 25; hal 927)

EVALUASI PRAOPERASI PASIEN

Seperti yang akan dijelaskan pada modul selanjutnya, tak satupun standard anestetik yang memenuhi kebutuhan semua pasien. (1) Sebuah rencana anestetik sebaiknya dirumuskan yang akan secara optimal mengakomodasi keadaan fisiologi baseline pasien, termasuk kondisi-kondisi kesehatan, operasi terdahulu, prosedur yang direncanakan, kepekaan terhadap obat, pengalaman anestesi terdahulu, dan karakter psikologis. (2) Perencanaan praoperasi yang tidak memadai dan kesalahan dalam penyiapan pasien merupakan penyebab yang paling umum bagi terjadinya komplikasi anestesi. Untuk membantu merumuskan rencana anestetik, sebuah uraian umum untuk menilai pasien sebelum operasi merupakan suatu titik awal yang penting (Tabel 1-3). Penilaian ini meliputi sebuah sejarah yang bersangkutan (termasuk sebuah tinjauan tentang catatan kesehatan), pemeriksaan fisik dan tes laboratorium yang ditunjukkan. (Buku ini akan memberikan pembahasan lebih rinci tentang mengevaluasi pasien yang menderita gangguan tertentu dan mereka yang menjalani prosedur diluar kebiasaan). Dengan mengklasifikasikan status fisik pasien sesuai dengan skala ASA akan memperlengkap penilaian ini. (3) Anestesi dan operasi pilihan sebaiknya tidak dilakukan hingga pasien berada pada kondisi kesehatan yang optimal. Untuk menilai pasien yang mengalami komplikasi mungkin memerlukan konsultasi dengan para spesialis lain guna membantu menentukan apakah pasien berada dalam kondisi kesehatan yang optimal untuk prosedur tersebut dan untuk mendapatkan bantuan spesialis, bila perlu, dalam perawatan praoperasi. Sesudah penilaian, ahli anestesiologi harus berdiskusi dengan pasien tentang pilihan-pilihan realistis yang tersedia untuk penilaian anestesi. Rencana anestetik didasarkan kepada pembahasan tersebut dan harapan pasien (yang tercermin dalam persetujuan tertulis, lihat dibawah).

Tabel 1-2. Rencana anestetik

Pramedikasi

Jenis anestesi

Umum

Penanganan saluran udara

Induksi

Pemeliharaan

Relaksasi otot

Regional

Teknik

Agen

Perawatan anestesi terpantau

Oksigen bantuan

Sedasi

Penanganan intraoperatif

Pemantauan

Penentuan posisi

Penanganan cairan

Teknik-teknik khusus

Penanganan pasca operasi

Pengendalian rasa nyeri

Perawatan intensif

Ventilasi pasca operasi

Pemantauan hemodinamik

Tabel 1-3 Evaluasi anestesi praoperasi

I. Riwayat1. Masalah saat ini

2. Masalah lain yang diketahui

3. Riwayat pengobatan

Alergi

Ketidaktoleranan terhadap obat

Terapi saat ini

Resep

Bukan resep

Non terapi

Alkohol

Tembakau

Obat terlarang

4. Anestesi terdahulu, operasi, dan bila perlu, riwayat kebidanan dan riwayat nyeri.

5. Riwayat keluarga

6. Tinjauan tentang system organ

Umum (termasuk tingkat aktivitas)

Pernapasan

Kardiovaskuler

Ginjal

Usus

Hematologi

Neurologi

ENdokrin

Psikiatrik

Ortopedik

Rangka otot

Dematologi

7. Asupan oral terakhir

II. Pemeriksaan fisik1. Tanda-tanda vital

2. Saluran udara

3. Jantung

4. Paru-paru

5. Anggota badan

6. Pemeriksaan neurologiIII. Evaluasi laboratorium

IV. Klasifikasi ASA: lihat Tabel 1-5Riwayat PraoperasiRiwayat praoperasi seharusnya dengan jelas menetapkan masalah pasien serta prosedur pembedahan, terapi atau diagnosa. Keberadaan dan keparahan masalah medis mendasar yang diketahui juga harus diteliti serta perawatan sebelumnya atau saat ini. Karena adanya potensi terjadinya interaksi obat dengan anestesi, maka riwayat pengobatan yang lengkap termasuk penggunaan terapi herbal (Tabel 1-4) sebaiknya diperoleh dari setiap pasien. Hal ini seharusnya meliputi penggunaan tembakau dan alkohol serta obat-obatan terlarang seperti marijuana, cocaine, dan heroin. Sebuah upaya harus dilakukan untuk membedakan antara alergi obat yang sesungguhnya (yang seringkali diwujudkan dalam bentuk dyspnea atau ruam kulit) dan ketidaktoleranan terhadap obat (biasanya gangguan usus halus). Pertanyaan yang terperinci mengenai operasi dan anestetik terdahulu dapat mengungkapkan komplikasi anestetik terdahulu. Sebuah riwayat keluarga tentang masalah anestetik dapat mengungkapkan sebuah masalah keluarga seperti hyperthermia maligna (lihat Pembahasan Kasus pada Bab 44). Sebuah tinjauan umum tentang system organ penting dalam mengidentifikasi masalah kesehatan yang tak terdiagnosa. Pertanyaan-pertanyaan seharusnya menekankan fungsi cardiovascular, endokrin, hati, ginjal dan neurology. Sebuah tanggapan positif terhadap pertanyaan-pertanyaan ini seharusnya mendorong penyelidikan yang lebih rinci untuk menentukan tingkat gangguan organ.

Pemeriksaan FisikRiwayat penyakit dan pemeriksaan fisik saling melengkapi satu sama lain: Pemeriksaan ini membantu mendeteksi abnormalitas yang tampak dari riwayat penyakit dan riwayat membantu memfokuskan pemeriksaan terhadap system organ yang seharusnya diteliti dari dekat. Pemeriksaan pasien yang tidak menunjukkan gejala dan sehat seharusnya minimal terdiri atas pengukuran tanda-tanda vital (tekanan darah, denyut jantung, denyut pernapasan, dan suhu) dan pemeriksaan saluran udara, jantung, paru-paru, dan system rangka otot dengan menggunakan teknik pemeriksaan standard misalnya auskultasi, palpasi dan perkusi. Sebuah pemeriksaan neurology yang dipersingkat penting pada saat anestesi regional dibahas dan berfungsi mendokumentasikan sedikit kekurangan neurologi yang ada sebelumnya. Anatomi pasien seharusnya dievaluasi secara khusus apabila prosedur seperti penyumbatan syaraf, anestesi regional atau pemantauan invasif direncanakan bukti mengenai infeksi pada atau didekat tempat tersebut atau abnormalitas anatomi yang signifikan dapat berkontradiksi dengan prosedur semacam itu, (lihat Bab 6, 16, dan 17).

Pentingnya memeriksa saluran udara tidak dapat terlalu ditekankan. Pertumbuhan gigi pasien sebaiknya diperiksa kalau-kalau ada gigi yang lepas atau pecah dan adanya sumbatan, pegangan, atau gigi palsu. Kesesuaian masker anestesi yang buruk seharusnya diperkirakan pada beberapa pasien yang edentulous dan mereka yang memiliki ketidaknormalan yang signifikan pada wajah. Mikrognatia (jarak yang pendek antara dagu dengan tulang hyoid), gigi seri atas yang menonjol, lidah yang besar, jangkauan gerakan sendi temporomandibular atau tulang serviks yang terbatas, atau leher yang pendek mengesankan bahwa kesulitan dapat ditemui pada intubasi trakea (lihat Bab 5).

Evaluasi Laboratorium

Pengujian laboratorium untuk pasien sehat yang tidak menunjukkan gejala tidak dianjurkan apabila riwayat dan pemeriksaan fisik gagal untuk mendeteksi abnormalitas. Pengujian rutin semacam itu malah dan jarang mengubah penanganan perioperasi; lagipula, abnormalitas seringkali diabaikan atau mengakibatkan penundaan yang tidak perlu. Meskipun demikian, karena lingkungan saat ini di Amerika Serikat, beberapa petugas kesehatan terus memerintahkan pengukuran konsentrasi hematokrit atau hemoglobin, urinalisis, elektrolit serum, penelitian koagulasi, elektrokardiogram, dan radiografi dada untuk semua pasien. (4) Agar bermanfaat, melakukan sebuah tes praoperasi menyiratkan bahwa resiko perioperasi yang ada semakin besar apabila hasilnya abnormal dan resiko yang ada berkurang jika abnormalitas tersebut dapat diperbaiki. (5) Manfaat dari tes screening tergantung kepada sensitivitas dan kekhususannya. Tes sensitif memiliki tingkat hasil negatif salah yang rendah, sedangkan tes khusus memiliki tingkat hasil positif yang rendah. Prevalensi sebuah penyakit bervariasi dengan populasi yang diuji dan seringkali tergantung kepada jenis kelamin, usia, latarbelakang genetika, dan praktek gaya hidup. Oleh karena itu, pengujian merupakan yang paling efektif pada saat uji sensitif dan khusus digunakan pada pasien dimana abnormalitas dapat diperkirakan. Maka dari itu, pengujian laboratorium seharusnya didasarkan pada keberadaan atau ketiadaan penyakit dan terapi obat mendasar seperti yang dikemukakan oleh riwayat dan pemeriksaan fisik. Sifat prosedur tersebut sebaiknya dipertimbangkan. Dengan demikian, hematokrit baseline pada pasien diharapkan menjalani sebuah prosedur yang dapat mengakibatkan kehilangan darah yang banyak dan memerlukan transfusi.

Tabel 1-4 Efek perioperatif dari obat-obatan herbal umum

Nama (nama lain)Manfaat yang didugaEfek perioperatifSaran

EchinaceaMerangsang system kekebalanReaksi alergi; hepatotoksisitas; interferensi dengan terapi penekan kekebalan (misalnya transplantasi organ Dihentikan sejauh mungkin sebelum pembedahan

Ephedra (ma huang)Meningkatkan penurunan berat badan; menambah tenagaRangsangan simpatetik seperti ephedrine dengan meningkatnya denyut jantung dan tekanan darah, arrythmias, infarksi miokardia, strokeDihentikan minimal 24 jam sebelum pembedahan; menghindari penghambat oksidase

Bawang putih (ajo)Menurunkan tekanan darah dan kadar kolesterolPenghambatan pengumpulan platelet (tidak dapat diubah)Dihentikan minimal 7 hari sebelum pembedahan

Ginkgo (kaki bebek, rumput perawan, apricot perak)Meningkatkan kinerja kognitif (misalnya demensia), meningkatkan perfusi peripheral (misalnya impotensi, degenerasi makuler)Penghambatan faktor aktivasi plateletDihentikan minimal 36 jam sebelum pembedahan

GinsengMelindung dari stress dan mempertahankan homeostasisHipoglikemia; penghambatan penumpukan platelet dan riam koagulasiDihentikan minimal 7 hari sebelum pembedahan

Kava (kawa, awa, lada tak beracun)Mengurangi kegelisahanEfek hipnotis yang dimediasi oleh GABA dapat menurunkan MAC (lihat Bab 7); kemungkinan resiko penarikan diri akutDihentikan minimal 24 jam sebelum pembedahan; menghindari penghambat oksidase

St.Johns wort (kuning sawo, rumput kaming, Hypericum perforatum, rumput klamathe)Melawan depresi ringan hingga sedangMenghambat serotonin, norepinephrine, dan pengangkatan kembali dopamine oleh neuron; meningkatkan metabolisme obat dengan induksi sitokrom P-450Dihentikan minimal 5 hari sebelum pembedahan

ValerianMengurangi kegelisahanEfek hipnotis yang dimediasi oleh GABA dapat menurunkan MAC; sindrom penarikan diri seperti benzodiazepineDosis tajam beberapa minggu sebelum pembedahan; mengobati sindrom penarikan diri dengan benzodiazepine

Tabel 1-5 Klasifikasi fisik praoperasi pasien menurut American Society of Ahli Anestesiologi

KelasDefinisi

P1Pasien yang sehat dan normal

P2Pasien dengan penyakit sistemik ringan (tidak ada keterbatasan fungsional)

P3Pasien dengan penyakit sistemik berat (ada beberapa keterbatasan fungsional)

P4Pasien dengan penyakit sistemik parah yang terus menerus mengancam keselamatan jiwa (fungsionalitas tidak berkapasitas)

P5Pasien yang hampir menemui ajal yang diduga tidak akan selamat tanpa operasi

P6Pasien meninggal yang organ otaknya akan dilepaskan untuk tujuan donor

EJika prosedur ini merupakan sebuah keadaan darurat, maka status fisiknya diikuti dengan E (misalnya, 2E)

Klasifikasi Status Fisik ASA

Pada tahun 1940, ASA menetapkan sebuah komite untuk mengembangkan sebuah alat untuk mengumpulkan dan mentabulasi data statistic yang akan digunakan untuk memprediksikan resiko operasi. Komite tersebut tidak mampu mengembangkan sebuah alat prediktif semacam itu, tetapi sebagai gantinya terfokus kepada pengklasifikasian status fisik pasien, yang membuat ASA mengadopsi system klasifikasi status fisik lima kategori (Tabel 1-5) untuk digunakan dalam menilai seorang pasien praoperasi. Kategori yang keenam selanjutnya ditambahkan untuk mengatasi donor organ otak mati. Walaupun system ini tidak dimaksudkan untuk digunakan semacam itu, namun status fisik ASA secara umum memiliki korelasi dengan tingkat kematian perioperasi (Gambar 1-1). Karena penyakit dasar merupakan salah satu dari beberapa faktor yang turut menyebabkan komplikasi perioperasi (lihat Bab 46), bukanlah hal yang mengejutkan jika korelasi ini tidak sempurna. Meskipun demikian, klasifikasi status fisik ASA tetap bermanfaat dalam merencanakan penanganan anestetik, terutama teknik pemantauan (lihat Bab 6).

Persetujuan Tertulis

Penilaian praoperasi mencapai titik puncak pada pemberian sebuah penjelasan yang masuk akal kepada pasien tentang pilihan-pilihan yang ada mengenai penanganan anestetik yaitu: umum, regional, lokal, atau anestesi topikal; sedasi intravena; atau kombinasi diantaranya. Istilah perawatan anestesi terpantau (yang sebelumnya disebut sebagai local standby) sekarang biasa digunakan dan mengacu kepada pemantauan pasien selama sebuah prosedur yang dilakukan dengan sedasi intravena atau anestesi lokal yang diberikan oleh ahli bedah. Tanpa menghiraukan teknik yang dipilih, persetujuan harus selalu diperoleh untuk anestesi umum apabila teknik lain terbukti tidak memadai.

(6) Jika suatu prosedur dilakukan tanpa konsentrasi pasien, petugas medis mungkin bertanggung jawab atas serangan dan deretan. Ketika pasien masih kecil atau sebaliknya tidak berwenang untuk memberikan persetujuan, maka persetujuan harus diperoleh dari seseorang yang memiliki wewenang hukum untuk memberikan persetujuan tersebut, misalnya orang tua, wali, atau kerabat dekat. Walaupun persetujuan lisan mungkin cukup, namun persetujuan tertulis biasanya disarankan untuk tujuan medicolegal. Lagipula, persetujuan harus diinformasikan untuk menjamin bahwa pasien (atau wali) memiliki informasi yang cukup tentang prosedur dan resiko mereka untuk membuat keputusan yang masuk akal dan bijaksana untuk memberikan persetujuan atau tidak. Hal ini secara umum diterima bahwa tidak semua resiko perlu diperinci hanya resiko yang realistis dan menghasilkan komplikasi pada pasien serupa dengan masalah yang serupa. Secara umum dianjurkan untuk menginformasikan kepada pasien bahwa beberapa komplikasi dapat mengancam jiwa.

Tujuan dari kunjungan praoperasi bukan hanya untuk mengumpulkan informasi penting dan memperoleh persetujuan tertulis, melainkan juga untuk membantu membina hubungan yang sehat antara dokter dengan pasien. Lagipula, sebuah wawancara yang dilakukan secara empati yang menjawab pertanyaan-pertanyaan penting dan membiarkan pasien tahu apa yang diharapkan ditunjukkan tidak terlalu efektif dalam meredakan kegelisahan seperti beberapa rezimen obat pramedikasi (lihat Pembahasan Kasus pada Bab 8).

Ket. Gambar

Gambar 1-1. Klasifikasi status fisik American Society of Anesthesologist (ASA) dan korelasinya dengan kematian. Trend dalam dua penelitian retrospektif yang berbeda ini mengungkapkan bahwa informasi mengenai angka kematian akibat pembedahan dalam kaitannya dengan status fisik ASA hampir sama, walaupun berasal dari praktek yang berlainan. (Direproduksi dari ASA Newsletter 2002;66 (9) [Mark J. Lema, editor]. http://www.asahq.org/Newsletters /2002/9_02/vent_0902.ht,. Dicetak ulang atas seijin American Society of Anesthesiologist). (Morgan; Clinical anesthesiology; BAB I; hal 5-12)

EVALUASI PASIEN DENGAN PENYAKIT SISTEMIK

A. PENYAKIT JANTUNG

Tujuannya untuk menentukan resiko, membedakan pasien yang diuntungkan dengan test yang akan dilakukan, rencana tindakan anesthesia yang sesuai, mengidentifikasi pasien yang mendapat manfaat dari terapi beta bloker atau tindakan pembedahan.

Memprediksi komplikasi yang akan terjadi dengan indek resiko Goldman terdiri dari tipe resiko tinggi dari bedah, riwayat penyakit jantung ischemia, riwayat penyakit jantung kongestif, riwayat penyakit cerebrovaskuler, pengobatan dengan insulin, dan kretinin serum preoperative > 2,0 mg/dL

Adanya unstable angina pectoris berhubungan denga resiko tinggi infark miokard perioperatif

Adanya congestive heart failure berhubungan dengan peningkatan insiden morbiditas jantung perioperatif

Penting untuk untuk memberikan jarak waktu antara serangan akut MI dengan waktu bedah elektif, biasanya 6 bulan atau lebih.

B. PASIEN DENGAN CORONARY ARTERI DISEASE (CAD)Untuk pasien dengan tanpa riwayat ataupun gejala, kemungkinan terjadinya CAD meningkat dengan adanya faktor resiko atherosklerotik ( penyakit arteri perifer , hipertensi, perokok, hiperkolestolemia.

Uji exercise tolerance paling penting untuk menentukan resiko perioperatif dan pasien mana yang memerlukan test selanjutnya ataupun monitoring invasif. Toleransi yang bagus walaupun pasien dengan stable angina, menunjukkan bahwa miokardium bisa menerima stres tanpa mengalami kerusakan. Bila pasien bisa berjalan 1 mil tanpa menjadi sesak nafas kemungkinan CAD yang luas kecil. Bila pasien mengalami dispnea dengan nyeri dada pada kegiatan yang minimal kemingkinan terjadinya CAD yang luas sangat besar ( berhubungan dengan resiko perioperatif).

Indikasi untuk melakukan test fungsi jantung lebuh lanjut : (test kardiovaskuler tidak harus dilakukan apabila hasilnya tidak akan mengubah menejemen perioperatif )1. test kardiovaskuler :

a. elektrokardiogram :

i. gelombang Q patologis pada pasien dengan resiko tinggi menunjukkan bahwa terjadi MI pada masa lalu ( kira-kira 30% pasien MI adalah asimptomatis dan hanya bisa dideteksi dengan pemeriksaan rutin EKG ).

ii. Adanya gelombang Q patologis pada EKG perioperatif pada pasien dengan resiko tinggi, asimptomatis harus diperhatikan anesthesiologis bahwa ada peningkatan resiko tinggi perioperatif dan bisa terjadi ischemia aktif.

iii. Yang direkomendasikan untuk pemeriksaan EKG perioperatif adalah pasien denga penyakit vaskuler sistemik (pasien dengan hipertensi atau penyakit vaskuler perifer ), untuk laki-laki lebih dari 40 tahun dan 50 tahun untuk wanita.

b. test kardiovaskuler noninvasif

i. imaging dengan pemberian thalium berguna untk pasien yang tidak bisa melakukan aktifitas

ii. dopamin dapat meningkatkan kebutuhan oksigen dengan peningkatan denyut jantung dan tekanan darah pada pasien yang tidak bisa melakukan exercise.

iii. EKG ambulatory ( Holter monitoring ) bisa menunjukan secara terus menerus rata-rata perubahan segmen ST preoperatif.

iv. Echokardiografi berguna untuk evaluasi pasien dengan CAD. Dobutamin echokardiografi bisa memberikan angka prediksi yang paling tepat.

c. penilaian fungsi ventrikel dan katup

i. baik echocardiografi maupun radionuklide angiografi bisa menilai fraksi ejeksi pada waktu istirahat dan setelah beraktifitas, tetapi echokardiografi tidak invasif dan jga bisa menilai abnormalitas gerakan dinding ketebalan dinding, fungsi katup, area katup.

ii. Stenosis aorta dihubungkan dengan prognosis yang jelek pada pasien bukan bedah jantung, dan terapi hemodinamik perioperatif setelah diketahui adanya lesi katup.

2. intervensi koronaria perioperatif.

Pada pasien yang akan dilakukan operasi elektif dengan resiko tinggi bisa dilakukan revaskularisasi dengan transluminal angioplasty dan coronary stent placement.

PENDEKATAN PASIEN DENGAN PENYAKIT PARU-PARU

Tempat dan jenis operasi terutama bedah thorak dan bedah upper abdominal merupakan prediksi paling tinggi untuk terjadinya komplikasi pada paru-paru. Disfungsi diafragma terjadi meskipun dengan analgesia yang adekuat dan secara teori diakibatkan oleh inhibisi n. Frenikus. Lamanya anesthesi juga meningkatkan resiko post operatif komplikasi pulmoner dengan peningkatan angka morbiditas setelah 2 atau 3 jam.

Faktor- faktor yang berhubungan dengan pasien :1. evaluasi preoperatif pada pasien dengan preexisting penyakit paru sebaiknya termasuk penilaian terhadap tipe dan beratnya penyakit juga pemulihannya.

2. ditanyakan kepada pasien bagaimana toleransinya terhadap exercise, batuk kronis, atau sesak yang tidak dapat dijelaskan.

3. pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya wheezing, rhonchi, penurunan suara nafas prolong fase ekpirasi.

4. tembakau merupakan faktor resiko yang penting. Menghetikan rokok selama 2 hari bisa menurunkan level carboksihemoglobin dan menghilangkan efek nikotin dan memperbaiki kliren mukosa. Penghentian merokok selama 8 minggu penting untuk menurunkan komplikasi pulmoner postoperatif.

5. asma

penggunaan bronkodilatator yang rutin, perawatan asma di rumah sakit, penggunaan steroid secara sistemik semuanya menunjukkan beratnya penyakit asma pasien. Setelah episode asma jalan nafas menjadi lebih aktif dan bertahan selama beberapa minggu. Kemungkinan juga terjadi insufisiensi adrenal bila pasien menerima terapi steroid selama 6 bulan.

PENYAKIT ENDOKRIN

Diabetes militus meningkatkan resiko CAD, MI perioperatif, dan penyakit jantung kongestif. Pemberian beta bloker perioperatif bisa dipertimbangkan pada pasien DM dengan CAD untuk menekan kejadian ischemia miokard. Penyakit ginjal yang berat bisa terjadi pasien diabetes. Neuropathi sistem saraf otonom dan perifer juga bisa terjadi.

SISTEM ORGAN YANG LAIN

Bila terdapat penyakit ginjal penting untuk memperhatikan menejemen cairan dan elektrolit juga metabolisme dari obat.

Penyakit liver dihubungkan dengan perubahan ikatan protein dan distribusi volume obat, abnormalitas koagulasi

Gangguan muskuloskeletal berhubungan dengan peningkatan resiko hipertermia malignant.

Osteoarthritis membuat kesulitan untuk membukanya glotis pada waktu intubasi dan kesulitan posisi pada waktu regional anesthesi.

Tabel test laboratorium yang direkomendasikan HITUNG DARAH :

Neonatus

Umur lebih dari 75 tahun

Prosedur kelas C

Keganasan

Penyakit ginjal

Merokok

Penggunaan antikoagulan

ELEKTROLIT :

Penyakit ginjal

Diabetes

Penggunaan diuretik, digoxin, dan steroid

Penyakit CNS

GULA DARAH

Umur lebih dari 75 tahun

Prosedur kelas C

Diabetes

Penggunaan steroid

Penyakit CNS

ECG

Umur lebih dari 75 tahun

Prosedur kelas C

Penyakit kardiovaskuler

Terapi radiasi

Penyakit paru

Diabetes

Penggunaan digoxin Penyakit CNS

UJI KOAGULASI

Kemoterapi

Penyakit liver

Gangguan perdarahan

Antikoagulan

BUN/ Creatinin

Umur labih dari 75 tahun

Prosedur kelas C

Penyakit kardiovaskuler

Penyakit ginjal

Diabetes

Penggunaan digoxin

Penyakit CNS

RONGENT DADA

Umur lebih dari 75 tahun

Penyakit kardiovaskuler

Penyakit paru

Keganasan

Terapi radiasi

Merokok lebih dari 20 tahun

TEST FUNGSI LIVER

Penyakit hepar

Paparan hepatitis

Malnutrisi

TEST KEHAMILAN

Kemungkinan kehamilan

ALBUMIN

Manutrisi

Umur lebih dari 75 tahun

Prosedur kelas C

(Barash;Handbook of Clinical Anesthesia;BAB IV; hal 272)

DOKUMENTASIDokumentasi penting untuk tujuan jaminan kualitas maupun medicolegal. Dokumentasi yang cukup penting untuk pembelaan tindakan malpraktek (lihat Pembahasan Kasus dibawah ini).

Catatan praoperasi

Catatan praoperasi sebaiknya ditulis dalam diagram pasien dan seharusnya menjelaskan semua aspek penilaian praoperasi, termasuk riwayat kesehatan, riwayat anestetik, riwayat pengobatan, pemeriksaan fisik, hasil laboratorium, klasifikasi ASA dan saran-saran dari konsultan. Hal ini juga menjelaskan rencana anestetik dan melibatkan persetujuan tertulis. Rencana ini sebaiknya serinci mungkin dan seharusnya meliputi penggunaan prosedur khusus seperti intubasi trakea, pemantauan invasif dan teknik regional atau hipotensif. Dokumentasi persetujuan tertulis biasanya memiliki bentuk sebuah narasi dalam diagram yang mengindikasikan bahwa rencana tersebut, rencana alternatif dan kelebihan dan kekurangannya (termasuk resiko komplikasi) disajikan, dipahami, dan disetujui oleh pasien. Alternatifnya, pasien menandatangani sebuah formulir persetujuan anestesi khusus yang memuat informasi yang sama. Sampel laporan praanestesi diilustrasikan pada Gambar 1-2. Walaupun catatan tulisan tangan dalam diagram dapat diterima, namun penggunaan bentuk cetakan mengurangi kemungkinan hilangnya informasi yang penting. (Morgan; Clinical anesthesiology; BAB I; hal 5-12)

Gambar 1-2. Catatan pra operasi

REFERENSI

1. Barash;Handbook of Clinical Anesthesia;BAB IV; hal 2722. Miller dkk; Anesthesia 6th edition; BAB 25; hal 9273. Morgan; Clinical anesthesiology; BAB I; hal 5-12Angka kematian %

Catatan Anestesiologi Praoperasi

TanggalWaktuHT. Diagnosa praoperasi:

UsiaJenis kelamin: L PWTOperasi yang diusulkan

Riwayat kesehatanPengobatan

Alergi

Ketidaktoleranan:

Penggunaan obatTembakoETOH

Masalah saat ini:

Kardiovaskuler

Pernapasan

Diabetes

NeurologiGinjal

Arthritis/musculo-skeletalHati

Lain-lain

Anestesi terdahulu:

Riwayat keluarga

Asupan oral terakhir

Pemeriksaan FisikBPPRT

JantungKaki dan tangan

Paru-paruNeurologi

Saluran udaraLain-lain

Gigi

Laboratorium

Hct/HgbECGSinar-X dada

Urin

Lyte: NaCllain-lain

KGlukosa

CO2Bun: kreatinin

RencanaUmumMonitor invasif

Regional

Perawatan anestesi terpantauTeknik khusus

Kelas ASATanda TanganM.D

(Resident)(Staff)

Persetujuan Pasien

Alternatif anestetik dan resiko yang berkisar dari kerusakan gigi hingga kejadian yang mengancam keselamatan jiwa telah dijelaskan dan diterima.

Tanda tangan Pasien

Nama Pasien

PAGE 13