Upload
kedoe-institute
View
243
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Penulis Ahmad Munir
Citation preview
Merawat Indonesiaedisi kedua:
PERAN HUKUM LINGKUNGAN DALAMMENGATASI BANJIR DI DKI JAKARTA
Penulis: Ahmad Munir
Kedoe Institute, Depok
2015
Merawat Indonesiaedisi kedua:
PERAN HUKUM LINGKUNGAN DALAMMENGATASI BANJIR DI DKI JAKARTA
Penulis: Ahmad Munir
Kedoe Institute, Depok
2015
Merawat Indonesiaedisi kedua:
PERAN HUKUM LINGKUNGAN DALAMMENGATASI BANJIR DI DKI JAKARTA
Penulis: Ahmad Munir
Kedoe Institute, Depok
2015
Marawat Indonesia
~ i ~
Merawat IndonesiaEDISI KEDUA:PERAN HUKUM LINGKUNGAN DALAMMENGATASI BANJIR DI DKI JAKARTA
@2015 Munir, Ahmad
SampulDesain,Ahmad MunirRiyan Idayati
PenerbitKedoe Institute, DepokOffice: Jalan H.M. Tohir No.44, Pondok Cina, Beji, KotaDepok CP: 08568741672ISBN: -
Marawat Indonesia
~ i ~
KATA PENGANTAR
Kedoe Institute adalah gagasan dan ide untukmengembangkan dan merawat pembangunan diIndonesia. Landasan filosofis penamaan Kedoe Institutedilatari oleh latar bahwa wilayah kedoe adalah pusatkerajaan pertama di Indonesia.
Isu Banjir adalah bagian dari masalah Indonesia. Banjirdan cara penyelesainnya membutuhkan ruwat, jugadibarengi dengan strategi penyelesaian yang tepat. Padatulisan ini, lebih banyak disinggung hukum lingkungansebagai bahan kajiaanya.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada berbagai pihak,utamanya Pengajar Mata Kuliah Hukum Lingkungan diPascasarjana, Universitas Indonesia. Terima kasih atassegala masukan.
Jakarta, 20 Juli 2015
Penulis
Marawat Indonesia
~ ii ~
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL........................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................ i
DAFTAR ISI ......................................................................... ii
BAB 1 Pendahuluan .............................................................. 1
1.1. Latar Belakang........................................................ 1
1. 2. Rumusan Masalah ................................................ 4
BAB 2 PEMBAHASAN..........................................................7
2.1. Kejadian Banjir di DKI Jakarta dan HukumLingkungan yang Berlaku ................................................7
2.2. hukum Lingkungan dan Perannya dalamPenanganan Masalah Banjir............................................ 9
2.3. Kendala Penentuan Kebijakan Hukum Lingkungandalam Penangan Banjir .................................................. 10
2.4. Kerangka Kebijakan Hukum Lingkungan dalamPenanganan Banjir ..........................................................13
2.5. Efektivitas Hasil Penanganan Masalah BanjirKaitanya dengan Hukum Lingkungan .......................... 14
BAB 3 PENUTUP............................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................20
BIOGRAFI PENULIS .......................................................... 21
Marawat Indonesia
~ 1 ~
BAB 1 Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Banjir di DKI Jakarta selanjutnya disebut
banjir Jakarta merupakan fenonema bencana
yang terjadi berulang-ulang, dalam kaitan dengan
waktu (temporal) dan ruang (spatial). Fenomena
banjir kaitanya dengan pembangunan berdampak
pada kerugian, baik kerusakan fisik bangunan
(infrastruktur, fasilitas sosial dan fasilitas umum)
maupun kerugian dari sisi manusia
(keterlambatan, proses produksi berhenti, dan
lainnya). Sebaliknya, pembangunan
menghendaki pertumbuhan dari sisi kuantitas
maupun kualitas aspek yang dibangun. Sehingga,
pemecahan masalah banjir Jakarta menjadi
prioritas pembangunan baik Pemerintah Pusat
maupun Pemerintah Provinsi di DKI Jakarta.
Saat ini, berkembang beberapa alternatif
kebijakan penanganan banjir diantaranya:
Penataan vila-vila liar di puncak tanpa izin,
Marawat Indonesia
~ 2 ~
penataan pemukiman di sekitar waduk di Jakarta,
normalisasi sungai, rencana pembangunan
sodetan/waduk/situ dan lainnya. Hampir semua
paket kebijakan tersebut, menuai pro-kontra di
kalangan masyarakat. Terahir yang menjadi isu
hangat adalah rencana pembangunan sodetan
Ciliwung-Cisadane, yang secara teknis menurut
kementrian Pekerjaan Umum masih mampu
untuk dijalankan menjadi proyek, namun
kebijakan ini ditentang oleh warga Tangerang
karena dianggap memindah masalah banjir
Jakarta ke daerah lain. Pro kontra ini menarik
untuk dikaji dari sisi hukum lingkungan kaitanya
dengan penanganan masalah banjir Jakarta.
Pentingnya hukum lingkungan dalam
penanganan masalah banjir di Jakarta tergantung
pada kualitas kebijakan yang diterapkan serta
tingkat penerimaan masyarakat terhadap produk
kebijakan tersebut. Perbedaan pandangan baik
dari sisi pemerintah, maupun masyarakat
merupakan tantangan yang harus dihadapi
Marawat Indonesia
~ 3 ~
pemerintah kaitannya dengan penanganan banjir
di Jakarta. Dengan demikian, diperlukan paket
kebijakan dengan prasyarat antara lain: dapat
diterapkan di masyarakat, tingkat penerimaan
masyarakat besar, secara ekonomi membutuhkan
dana paling efisien dengan hasil yang lebih baik.
Hukum lingkungan didefisikan sebagai
seperangkat kebijakan yang berkaitan dengan
lingkungan yang memiliki tingkat kekuatan
untuk memaksa seluruh elemen masyarakat.
Hukum lingkungan dapat dinilai efektif manakala
hukum lingkungan dapat berperan menjaga
keseimbangan lingkungan sekaligus mengatasi
masalah-masalah lingkungan, menuju kualitas
hidup yang lebih baik.
Maka penanganan masalah banjir dengan
pendekatan hukum lingkungan, sesuai dengan
kaidah yang benar secara ilmiah, juga telah
dirumuskan dalam bentuk kebijakan yang benar,
ternyata masih membutuhkan dukungan
masyarakat. Dengan demikian, hukum
Marawat Indonesia
~ 4 ~
lingkungan tidak bisa bekerja sendiri dalam
konteks penanganan lingkungan. Instrument lain
yang bekerja di masyarakat sangat dipengaruhi
oleh tingkat pemahaman masyarakat sendiri
terhadap masalah banjir. Outline makalah ini,
berusaha mendeskripsikan peran hukum
lingkungan kaitannya dengan masalah banjir di
DKI Jakarta.
1.2. Rumusan Masalah
Peran hukum lingkungan dalam mengatasi
banjir di DKI Jakarta belum tampak hasilnya.
Berbagai masalah muncul kaitannya dengan
penerapan hukum lingkungan dalam mengatasi
banjir di DKI Jakarta. Maka penting untuk dikaji
masalah berikut:
1. Bagaimana kaitan antara banjir di DKI
Jakarta dengan kebijakan hukum
lingkungan pada masalah Banjir DKI
Jakarta?
Marawat Indonesia
~ 5 ~
2. Apa peran hukum lingkungan kaitannya
dengan penanganan masalah banjir
Jakarta?
3. Bagaimana efektivitas peran hukum
lingkungan kaitanya dengan tingkat korban
dan kerugian yang ditimbulkan akibat
Banjir di DKI Jakarta?
Masalah pokok dalam menangani banjir
Jakarta adalah penanganan banjir Jakarta tidak
terintegrasi dalam sebuah sistem. Dalam konteks
hukum lingkungan, masalah banjir Jakarta
bertentangan dengan kaidah ekologi
pembangunan. Beberapa masalah pokok yang ada
diantaranya:
1. Masalah serius penangan banjir Jakarta,
tidak tertuang dalam bentuk Undang-
Undang maupun peraturan presiden.
2. Tumpang tindih (overlay) kewenangan
pada masing-masing instansi yang
berdampak pada lepasnya tanggungjawab
pengelolaan kali/sungai penyebab banjir.
Marawat Indonesia
~ 6 ~
3. Penanganan banjir yang tidak terpadu
dalam konteks kebijakan tata ruang dan
tata wilayah.
4. Struktur hukum tidak bekerja untuk
mengambil bagian dari persoalan banjir di
Jakarta. Eksekutif lebih bekerja sendiri
dalam penanganan masalah banjir di DKI
Jakarta.
Marawat Indonesia
~ 7 ~
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1. Kejadian Banjir di DKI Jakarta dan
Hukum Lingkungan yang Berlaku
Banjir di Jakarta dalam sudut pandang
lingkungan dapat dimaknai sebagai
terganggunnya sistem hidrologi pada lingkungan
daerah aliran sungai (DAS), yang menyebabkan
meluapnya berbagai sungai maupun luapan air
limpasan yang meyebabkan genangan, sehingga
mengganggu kerja ekosistem lain. Pada dasarnya
pelaksanaan pembangunan selalu bersifat
dilematis (Soemarwotto, 1983). Kaidah ini berlaku
dalam konteks penanganan masalah banjir di
Jakarta. Pertumbuhan pemukiman disatu sisi
menunjukkan kemampuan penduduk memenuhi
kebutuhan perumahan, disisi lain pertumbuhan
pemukiman menuju bantaran sungai dan wilayah
genangan lainnya.
Kompleknya masalah banjir juga bisa
dipandang dari sudut sosial. Permasalahan banjir
tidak terpisah dengan permasalahan sosial seperti
Marawat Indonesia
~ 8 ~
kepadatan penduduk, pertumbuhan penduduk
yang tinggi, pertumbuhan pemukiman liar yang
tidak sesuai dengan kaidah penataan ruang.
Masalah-masalah sosial lebih sulit dipecahkan
karena menyangkut peri kehidupan
kemanusiaan. Sehingga dalam konteks hukum
lingkungan, kaidah ilmiah tentang penanganan
masalah banjir sendiri sering ditoleransi.
Kaitanya dengan hal tersebut, hukum
lingkungan dianggap dapat menjembatani
kompleksitas masalah, dari aspek fisik dan aspek
sosial, kemudian dijembatani penyelesaiannya
dengan mekanisme hukum. Kesepakatan dari
aspek hukum ini, tentu mengikat secara bersama-
sama kegiatan yang akan dilangsungkan dalam
upaya mengatasi masalah banjir.
Masalah yang muncul selanjutnya, banjir
akibat besaran debit maksimun saat musim
penghujan yang tinggi, jika dialirkan menuju DKI
Jakarta semua, pasti menimbulkan banjir.
Sedangkan wilayah sekitar DKI Jakarta, yang
Marawat Indonesia
~ 9 ~
memungkinkan untuk membagi besaran debit,
juga mengalami masalah banjir yang hampir
sama, sehingga tidak semua keputusan yang
bersifat terpadu dapat digunakan untuk
menangani banjir Jakarta.
2.2. Hukum Lingkungan dan Perannya dalam
Penanganan Masalah Banjir
Penanganan masalah banjir tidak bisa
lepas dari kebijakan lingkungan dalam bentuk
produk hukum lingkungan. Beberapa produk
hukum lingkungan yang berlaku saat ini,
misalnya Undang-undang nomor 32 tahun 2009
tentang pengelolaan lingkungan hidup.
Tabel 1: Pertentangan kaidah dalam penanganan
masalah banjir di Jakarta
No Masalah Kebijakan Dilema1 Penanganan
banjir di wilayahdampak
Penataan ruangdi wilayahbanjir
Permasalahansosial dan hakasasi manusia
2 Penataan ruang Mengembalikanperan danfungsi DASsesuai kaidahhulu, tengah
Marawat Indonesia
~ 10 ~
dan hilir3 Pengendalian
air melaluipembangunanwaduk dankanal maupunsaluran/sodetan.
Pendekatanteknis denganpembangunansodetan efektifdalam jangkapendek.
Dianggapmengorbankandaerah lain,dan hanyamemindahkanbanjir kedaerah lain.
4 Pemukimanbantaran sungaidi tata ulang
Pemindahandipandangefektif dalammemenuhikaidah ruang.
Warga tidaksiap danmendapatpenolakankeras.
Sumber: Analisa Penulis, 2014
Kasus di atas menunjukkan perbedaan
kaidah antara kaidah ilmiah dalam penanganan
masalah banjir dengan berbagai pendekatan,
ekologi, ekonomi, sosial dan budaya.
Pembangunan tidak hanya menghasilkan
manfaat, tetapi juga mendatangkan resiko.
Kondisi ini harus ditangani oleh pemerintah
dengan meminimalkan resiko dan mendatangkan
manfaat yang lebih besar.
2.3. Kendala Penentuan Kebijakan HukumLingkungan dalam Penangan Banjir
Kendala-kendala dalam penanganan
masalah banjir di DKI Jakarta dapat dijelaskan
Marawat Indonesia
~ 11 ~
dalam dua pendekatan. Pertama, dengan
pendekatan kaidah ekologi dan pendekataan
penataan ruang. Kedua, kendala dari aspek
penentuan kebijakan dan penerapan kebijakan
dalam penanganan masalah Banjir di DKI Jakarta.
Dari kaidah ekologi, interaksi yang tidak
berimbang antara lingkungan hidup (biotik) dan
lingkungan tidak hidup (abiotik) dapat memicu
tergannggunya berbagai sistem ekologi. Salah
satunya sistem hidrologi yang memicu terjadinya
banjir. Beberapa kaidah ekologi yang dilanggar
antara lain: 1) Kaidah penataan ruang dan
pemanfaatan ruang 2) Kaidah fungsi ekologi DAS
dan bantaran sungai 3) Kaidah penduduk dan
tempat tinggal sesuai peraturan.
Pada aspek penataan ruang, pemerintah
hindia belanda menetapkan kawasan kampong
melayu sebagai zona non-pemukiman. Dari aspek
geografis, zona tersebut merupakan dataran
banjir. Ditinjau dari aspek kebijakan, pemerintah
hindia belanda memahami aspek ini, dan
Marawat Indonesia
~ 12 ~
tertuang dalam kebijakan penataan ruangnya
menjadi daerah bukan pemukiman. perencanaan
Banjir di wilayah Kampung Melayu (Lampiran 3).
Dari semua tahapan, perkembangan zonasi
banjir terjadi pada zonasi kawasan yang semula
ditetapkan non-pemukiman berubah menjadi
pemukiman. Terdapat pola pertumbuhan
pemukiman pada zona ekologi non-pemukiman.
Pola itu juga didukung peraturan-peraturan
pemerintah atas dasar kesejahteraan sosial. Maka
terdapat dilemma konteks penataan ruang
dengan kesejahteraan sosial.
Di samping kendala teknis, juga muncul
masalah kelembagaan. Tidak ada peningkatan
kapasitas kelembagaan yang cukup, yang
berwenang dan bertanggung jawab penuh, baik
secara anggaran maupun kebutuhan akan
perencanaan. Belum terdapat substanasi
kelembagaan, budaya kelembagaan dan sistem
kelembagaan yang mapan dalam mencegah dan
menanggulangi masalah banjir. Dampaknya
Marawat Indonesia
~ 13 ~
penanganan banjir tidak serta merta jadi dan
cukup efektif dalam penyelesaian bencana banjir.
2.4. Kerangka Kebijakan Hukum Lingkungandalam Penanganan Banjir
Kebijakan hukum lingkungan yang telah
dikembangkan menghadapi masalah dalam
konteks pelaksanaan. Pertama, kebijakan yang
telah ditetapkan tidak mengikat semua
pemerintah daerah, sehingga pemerintah daerah
masih menggunakan otoritasnya sebagai daerah
otonom. Dampaknya banyak pemerintah daerah
yang menolak pelaksanaan kebijakan, yang dari
sisi hukum benar sesuai dengan kaidah ilmiah.
Contoh kasus yang menonjol adalah
penolakan wali kota tangerang saat pemerintah
pusat melalui kementrian pekerjaan umum
bermaksud membangun sodetan Ciliwung-
Cisadane. Penolakan ini dapat dipandang sebagai
ketidakmampuan dalam memadukan kebijakan
lintas provinsi tetapi dalam satu sistem DAS.
Pendekatan ini dibenarkan sesuai kaidah ilmiah,
Marawat Indonesia
~ 14 ~
tetapi menjadi tidak berlaku dalam konteks
pelaksanaan akibat perbedaan kewenangan.
Selanjutnya dalam menangani masalah
banjir diperlukan instrument-instrumnet
penanganan yang tepat. Beberapa instrument
yang diperlukan antara lain: instrument
kebijakan, politik, sosial, budaya, lingkungan dan
kelembagaan. Standar lingkungan yang wajib
dikembangkan adalah standar kualitas
lingkungan tertinggi. Standar ini perlu ditetapkan
dalam setiap aspek kebijakan, untuk
meminimalisir korban dan kerugian yang lebih
tinggi akibat banjir.
2.5. Efektivitas Hasil Penanganan MasalahBanjir Kaitanya dengan Hukum Lingkungan
Dengan kompleksitas penentuan kebijakan
dan pelaksanaan kebijakan di atas, maka
pendekatan hukum lingkungan dalam
penanganan banjir dipandang penting, karena
masalah banjir kian waktu kian meningkat
intensitasnya dan juga kerugian yang
Marawat Indonesia
~ 15 ~
ditimbulkan. Maka pemerintah memiliki
keharusan untuk menangani masalah ini secara
serius sesuai kaidah ekologi, ekonomi, sosial dan
budaya.
Paradigma konsep keberlanjutan
(sustainable) yang sekarang berkembang adalah
keseimbangan antara lingkungan, sosial dan
ekonomi dari semula paradigma yang
berkembang ekonomi lebih mendominasi
pandangan tentang pembangunan. Faktanya, saat
ini Jakarta telah tumbuh sebagai kota yang
melebihi daya tampung dan daya dukungnya bagi
warganya. Kondisi ini menuntut paradigma
pembangunan kota Jakarta digeser lagi pada
paradigma yang lebih ekstrim, yaitu lingkungan
harus mendominasi ekonomi dan sosial.
Faktanya sistem sosial dan sistem ekonomi
saat ini mendominasi seluruh paradigma
pembangunan di Jakarta. Contohnya, proyek
reklamasi pantai teluk Jakarta yang mengubah
sistem sosial dan sistem lingkungan pada tujuan
Marawat Indonesia
~ 16 ~
ekonomi. Sistem ekonomi mendominasi sistem
sosial dan lingkungan pada semua aspek
perencaan pembangunan yang dikerjakan.
Dengan demikian, masalah banjir yang
selalu ditangani dengan pendekatan teknis.
Hasilnya tidak cukup efektif dalam konteks
penanganan banjir. Penanganan banjir lebih
didekati dengan pendekatan proyek. Maka
kebijakan penanganan banjir menjadi dilema. Di
satu sisi, dia bernilai proyek, namun di sisi lain
masalah banjir harus diselesaikan, yang berarti
pula menghentikan proyek yang bernilai besar.
Dilema ini menghambat pemangku kebijakan
serta aspek kelembagaan dalam menangani
masalah banjir. Sehingga banjir tidak bisa
diselesaikan dari satu aspek saja.
Hukum lingkungan juga tidak bisa bekerja
efektif, akibat kompleksitas masalah. Masalah
banjir tidak bisa dilihat dari sudut hukum saja,
mengingat banjir merupakan bencana yang
mengganggu berbagai sistem. Sistem apapun
Marawat Indonesia
~ 17 ~
yang terganggu, akan diam dan tidak bekerja
efektif.
Efektivitas hukum lingkungan akan terjadi
dalam konteks penanganan banjir, jika hukum
lingkungan diterapkan secara bertahap, agar
sistem yang terganggu tidak terlalu besar. Jika
hukum diterapkan secara bertahap dan
berkelanjutan dengan memperhatikan
lingkungan, sebagai aspek yang paling penting
dalam konteks penanganan banjir, maka masalah
utama banjir akan dapat diselesaikan juga secara
bertahap.
Saat ini pemerintah tidak mampu
menentukan prioritas penanganan banjir dari
sudut pandang hukum lingkungan. Dampaknya,
ketika hukum lingkungan diterapkan secara
persuasif, hukum lingkungan tetap mendapatkan
pertentangan yang cukup besar. Ini yang
menyebabkan hukum lingkungan tidak efektif
dalam mengatasi dan menangani masalah banjir.
Marawat Indonesia
~ 18 ~
BAB 3 PENUTUP
Terdapat kaitan erat antara hukum
lingkungan dengan penanganan masalah banjir
di Jakarta. Masalah banjir di Jakarta bermasalah
dalam konteks penanganan, baik pada penentuan
kebijakan maupun kepentingan masyarakat dan
juga kepentingan pemerintah daerah otonomi
lain. Oleh karena itu, peran hukum lingkungan
menjadi sangat penting.
Pada aspek, kebijakan hukum lingkungan
terhadap kaidah hukum lingkungan yang
dilanggar. Masalah banjir dipicu oleh
pelanggaraan kaidah penataan ruang yang benar
juga pemahaman masyarakat yang tidak sesuai
dengan kaidah ilmiah yang ditetapkan dalam
hukum lingkungan. Sehingga penanganan banjir
terhambat dari sisi kebijakan dan juga
pelaksanaan kebijakan.
Penegakan hukum lingkungan dalam
berbagai bentuk peraturan dipandang penting
Marawat Indonesia
~ 19 ~
sebagai alat penegakan kebijakan lingkungan.
Sebagai produk kebijakan, berjalannya produk
kebijakan tergantung dari komitmen semua
elemen, baik pembuat kebijakan, pelaksana
kebijakan dan masyarakat selaku subjek
peraturan itu sendiri.
Penataan ruang menjadi objek yang sangat
vital, kaitannya dengan intensitas pemanfaat
ruang. Undang-undang berkewajiban
merumuskan penataan ruang yang berkelanjutan.
Konsep kebijakan tercantum dalam undang-
undang pengelolaan lingkungan hidup.
Marawat Indonesia
~ 20 ~
DAFTAR PUSTAKAPeraturan Gubernur DKI Jakarta No 38 Tahun 2012,
tentang “Bangunan Gedung Ramah Lingkungan2012”
Purnomohadi, N. 2006. Ruang Terbuka Hijau SebagaiUnsur Utama Tata Ruang Kota. Jakarta: DirektoratJenderal Penataan Ruang Kementrian PekerjaanUmum
Purnomohadi. N. 2008. Implikasi Undang-Undang Nomor26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang TerhadapPenyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) MenujuKota Ekologis. Jakarta: Dep.PU-Ditjen PenataanRuang
Purwaka, Tommy Hendra. 2010. InstrumentasiStandarisasi Kebijakan Lingkungan Hidup. Jakarta:Penerbit Universitas Atma Jaya – Jakarta.
Purwaka, Tommy Hendra. 2010. Kerangka PemahamanPolitik Hukum Nasional. Jakarta: PenerbitUniversitas Atma Jaya – Jakarta.
Purwaka, Tommy Hendra. 2010. Model AnalisisPengembangan Kapasitas. Jakarta: PenerbitUniversitas Atma Jaya – Jakarta.
Salim, Emil. 1985. Lingkungan Hidup dan Pembangunan.Jakarta: Mutiara Sumber Widya.
Sukarto. H. 2006. Transportasi Perkotaan danLingkungan. Jurnal Teknik Sipil, Vol. 3 (2): 93-99.
Surjandari, P. 2010. Teori Ruang Bentuk dan Tatanan.Jurnal Arsitron Vol.1 Juni, Fakultas TeknikUniversitas Budi Luhur.
Susantono, B. 2009. 1001 Wajah Transportasi Kita. PTGramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sutiyoso. 2007. Megapolitan: Pemikiran Tentang StrategiPengembangan Kawasan Terpadu dan TerintegrasiJakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, danCianjur. PT Elex Media Komputindo, Jakarta.
Undang-undang nomor 26 tahun 2007 tentang “PenataanRuang”.
Marawat Indonesia
~ 21 ~
BIOGRAFI PENULIS
Ahmad Munir, lahir di Wonosobo, pada 20 Oktober1988. Pendidikan dasar hingga menengah diselesaikan diWonosobo, selanjutnya menempuh pendidikan tinggi diDepartemen Geografi, Kampus UI Depok sejak 2007 s.d.2014. Lulus dari Departemen Geografi dan menekunibidang penelitian, pengembangan masyarakat dan narasumber pada isu lingkungan di berbagai media. Saat inisedang melanjutkan pendidikannya di Program StudiKajian Ilmu Lingkungan, Program Pascasarjana, KampusUI Salemba.
Beberapa harian yang menjadi langganan narasumberadalah Koran Sindo, Rakyat Merdeka, Warta Kota, KBR68H Jakarta, Green Radio (92,0 fm), Eshinta Radio (90,0fm) dan Suara.com. Beberapa karya Ahmad Munir dapatdidownload di www.kedoeinstitute.org atauwww.ahmadmunir.page.tl. Saat ini sedangmengembangkan Kedoe Institute sebagai lembagapenelitian independennya.