21
Kecemasan dan Depresi pada Remaja dan Dewasa Muda Penderita Asma Evagelia Kotrotsiou, Georgios Krommydas, Ioanna Papathanasiou, Stiliani Kotrotsiou, Theodosios Paralikas, Eleni Lahana, Georgia Kiparissi Health Science Journal 2011; 3: 229-236 Latar Belakang Faktor psikologis mempengaruhi perjalanan penyakit asma dan melalui pengamatan klinis menunjukkan bahwa asma dan stres berhubungan erat satu sama lain Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi prevalensi asma pada remaja dan dewasa muda dan untuk menyelidiki hubungan antara asma, kecemasan dan depresi. Bahan dan Metode Sampel penelitian ini terdiri dari 1148 siswa berusia 15-25 tahun. Kuesioner pada asma (Kuesioner Survei Komunitas Kesehatan Respirasi Eropa), depresi dan kecemasan (kuesioner Bedford & Foulds) digunakan. Tingkat pentingnya adalah 0,05. SPSS for Windows, 8,0 versi yang digunakan untuk pengolahan statistik. Hasil 31,1% dari peserta adalah laki-laki dan perempuan sebesar 68,9%. Usia rata-rata adalah 18,9 tahun. Frekuensi asma sebesar 9,3%, sedangkan krisis asma tahun lalu (asma saat ini) sebesar 3,4%. Kecemasan dan depresi secara statistik lebih umum di kalangan orang-orang penderita asma, dibandingkan 1

Kecemasan Dan Depresi Pada Remaja Dan Dewasa Muda Penderita Asma

Embed Size (px)

DESCRIPTION

journal reading

Citation preview

Page 1: Kecemasan Dan Depresi Pada Remaja Dan Dewasa Muda Penderita Asma

Kecemasan dan Depresi pada Remaja dan Dewasa Muda Penderita Asma

Evagelia Kotrotsiou, Georgios Krommydas, Ioanna Papathanasiou, Stiliani Kotrotsiou,

Theodosios Paralikas, Eleni Lahana, Georgia Kiparissi

Health Science Journal 2011; 3: 229-236

Latar Belakang

Faktor psikologis mempengaruhi perjalanan penyakit asma dan melalui pengamatan klinis

menunjukkan bahwa asma dan stres berhubungan erat satu sama lain

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi prevalensi asma pada remaja dan

dewasa muda dan untuk menyelidiki hubungan antara asma, kecemasan dan depresi.

Bahan dan Metode

Sampel penelitian ini terdiri dari 1148 siswa berusia 15-25 tahun. Kuesioner pada asma

(Kuesioner Survei Komunitas Kesehatan Respirasi Eropa), depresi dan kecemasan (kuesioner

Bedford & Foulds) digunakan. Tingkat pentingnya adalah 0,05. SPSS for Windows, 8,0 versi

yang digunakan untuk pengolahan statistik.

Hasil

31,1% dari peserta adalah laki-laki dan perempuan sebesar 68,9%. Usia rata-rata adalah 18,9

tahun. Frekuensi asma sebesar 9,3%, sedangkan krisis asma tahun lalu (asma saat ini) sebesar

3,4%. Kecemasan dan depresi secara statistik lebih umum di kalangan orang-orang penderita

asma, dibandingkan dengan siswa tanpa asma dan sehat individu, p <0,005. 75% dan 50%

dari siswa dengan asma mencapai nilai di atas 6 dalam skala kecemasan dan depresi masing-

masing, sedangkan persentase non-asma anak adalah 12% dan 9% masing-masing.

Kesimpulan

Kecemasan dan depresi sering terjadi di kalangan anak muda dengan asma. Disarankan

adanya studi lebih lanjut mengenai hubungan antara asma dan sistem saraf pusat.

PENDAHULUAN

Adanya hubungan antara penyakit asma dan faktor psikologis pertama kali diamati di

masa lalu terpencil. Serangkaian pengamatan klinis menunjukkan bahwa asma dan stres

berhubungan erat satu dengan yang lain.1-5

1

Page 2: Kecemasan Dan Depresi Pada Remaja Dan Dewasa Muda Penderita Asma

Sebelum menjadi jelas bahwa dasar dari penyakit adalah peradangan saluran

pernafasan, asma dianggap penyakit yang disebabkan murni oleh faktor psikogenik dan

sering disebut "asma nervosa''. Kemudian, melalui pendekatan psikologis, diikuti penelitian

yang memberikan bukti nyata bahwa emosi berperan dalam asma. Meskipun hubungan antara

asma bronkial dan faktor psikologis dianggap ada, peran kedua dalam patofisiologi,

simtomatologi dan perkembangan penyakit masih belum jelas, karena banyak mekanisme

belum sepenuhnya dipahami.3, 4

Asma, sebagai penyakit kronis, memiliki dimensi psikologisnya sendiri. Di sisi lain,

situasi mental individu ikut mempengaruhi kesehatan tubuhnya dan perjalanan suatu

penyakit. Dalam kasus asma, mungkin terdapat pengaruh substrat genetik umum terhadap

penyakit kejiwaan yang diamati dalam keluarga, sehingga membuat latar belakang kejiwaan

individu dan keluarga mereka sebagai parameter penting untuk gejala dan tentu saja dari

asma bronkial.4, 5

Penelitian faktor psikologis saat ini dianggap penting mengingat faktor lingkungan

tradisional yang dianggap bertanggung jawab atas penyakit ini tidak menjelaskan mengapa

terjadi peningkatan prevalensi penyakit dalam tahun-tahun terakhir. Di sisi lain, dua dekade

terakhir telah terlihat eksplisit pentingnya sistem neuroendokrin dalam perkembangan

penyakit dimana proses inflamasi memainkan peran fundamental, seperti misalnya penyakit

rematik. Penelitian di bidang ini diharapkan dapat menjelaskan lebih patogenesis asma dan

hubungannya dengan saraf pusat dan sistem endokrin.4-6

BAHAN DAN METODE

1.148 orang mengambil bagian dalam studi ini. Sebuah sampel, acak bertingkat dari

sekolah tinggi di daerah perkotaan dan pedesaan wilayah Larissa serta sampel siswa TEI

sebanyak 1148 siswa secara total dipilih. Kuesioner dengan jenis pertanyaan tertutup

digunakan untuk pengumpulan data. 626 siswa akhirnya menanggapi (laju respon 54,5%).

Beberapa siswa tidak menjawab semua pertanyaan (umur, asma saat ini, atau bagian yang

mengacu pada depresi). Akibatnya jumlah akhir dari kuesioner tidak sama dalam semua

kasus. Kuesioner yang belum penuh ini tetap dilibatkan dalam penelitian, agar tidak

kehilangan informasi.

Estimasi asma: kuesioner ECRHS digunakan namun dimodifikasi, fase 2, versi

pendek. Kuesioner ini terdiri dari 10 pertanyaan dan digunakan sebagai tes skrining.

Perkiraan status psikologis (kuesioner cemas & depresi DSSI/SAD): kuesioner

DSSI/SAD dari Bedford dan Foulds7,8 meneliti gejala stres dan depresi. Kuesioner ini terdiri

2

Page 3: Kecemasan Dan Depresi Pada Remaja Dan Dewasa Muda Penderita Asma

dari empat belas pertanyaan, tujuh mengenai stres dan tujuh depresi. Dapat digunakan

sebagai tes skrining, bagi orang-orang dengan gejala kejiwaan untuk diidentifikasi, juga

sebagai indikator tingkat keparahan dari gejala stres dan depresi. Hasil tes memberikan

estimasi yang singkat dan cepat terhadap stres dan depresi. Tes ini secara eksklusif berfokus

pada simtomatologi saat tanpa terkait dengan struktur kepribadian atau komponen lainnya.

Kuesioner seperti itu, yang meneliti stres dan depresi tampaknya paling cocok digunakan

untuk penelitian pada pasien, karena sudah diketahui bahwa kedua entitas diperiksa bersama-

sama. Jumlah total untuk setiap skala (stres, depresi) adalah jumlah dari hasil di masing-

masing pertanyaan (rentang 0-21). Jumlah kritis untuk masing-masing kategori adalah 3.

Delapan puluh dua persen dari populasi umum memberikan hasil di bawah 3 dan mereka

harus dianggap bebas dari gejala. Sebelas persen dipindahkan antara 3 dan 6 dan dianggap

bahwa mereka memiliki beberapa bentuk simtomatologi kejiwaan marginal, sementara tujuh

persen yang ditemukan di atas 6 dan dianggap bahwa mereka mengalami psikopatologi yang

serius. Orang-orang ini dari sudut pandang kejiwaan bisa juga dianggap sebagai pasien. 

Tabel 1. Karakteristik Demografi Sampel

Statistik: Sistem pengkodean dan pengobatan: awalnya variabel diberi kode, menurut 

untuk urutan kemunculannya di kuesioner. Variabel derivatif juga dibuat dengan kode yang

sesuai, seperti misalnya dengan K2 untuk simtomatologi sedang dalam skala depresi, K3

untuk gejala yang serius dan sebagainya. Tabel frekuensi dibuat untuk karakteristik

epidemiologi umum berupa sampel dan karakteristik asma untuk tiap individu yang

mengambil bagian dalam studi ini. 

Data diperiksa kemudian dengan tabel korelasi silang dan konstanta yang sesuai dari

korelasi silang (koefisien kontingensi) untuk variabel kualitatif dihitung. Tes Mann-Whitney-

U juga digunakan untuk distribusi non-parametrik. Hal ini juga dianjurkan untuk variabel

3

Page 4: Kecemasan Dan Depresi Pada Remaja Dan Dewasa Muda Penderita Asma

kuantitatif, ketika tidak mengikuti distribusi biasa. Kontrol yang terakhir itu dilakukan

dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Variabel kualitatif diperiksa dengan menggunakan x2 dari

Pearson dengan koreksi kontinuitas Yates, di mana mereka dibutuhkan. Tingkat kepentingan

adalah 0,05. SPSS for Windows, 8,0 versi yang digunakan untuk pengolahan statistik.

Tabel 2. Distribusi Sampel menurut Variabel Klinis

HASIL

31,1% dari siswa laki-laki dan perempuan 68,9%. Karakteristik epidemiologi dari

sampel tampak pada tabel 1. Rata-rata usia adalah 18,9 tahun. Didapatkan frekuensi asma

sebesar ke 9,3%, sedangkan krisis asma tahun lalu (asma saat ini) sebesar 3,4% ke (tabel 2).

Distribusi stres dan depresi pada individu penderita asma dan perbandingan mereka

dengan persentase yang diharapkan pada populasi umum ditunjukkan dalam tabel 3 dan

4. 75% dan 50% dari siswa dengan asma mnunjukkan nilai di atas 6 dalam skala cemas dan

depresi masing-masing, sedangkan persentase anak non-asma masing-masing untuk cemas

dan depresi sebesar 12% dan 9%, mendekati persentase yang diamati dalam populasi

umum. Perbedaan signifikan secara statistik ditunjukkan dalam tabel 5, dimana perbandingan

untuk nilai (skor) antara individu dengan asma dan individu tanpa asma mengenai kecemasan

dan depresi disajikan. 

DISKUSI

Frekuensi asma yang ditentukan dalam penelitian ini adalah 9,1%, angka yang

mendekati hasil studi internasional yang dilaporkan tahun lalu.9 Frekuensi asma anak-anak di

Eropa berkisar antara 7% dan 11%. Frekuensi bersin, serta asma telah meningkat bertahap

dalam 30 tahun terakhir. Ditemukan bahwa peningkatan frekuensi asma ini jauh lebih besar

daripada frekuensi bersin.10,11 Ini memperkuat poin bahwa alasan penting terjadinya

peningkatan frekuensi dan istilah "asma" muncul lebih sering, dibandingkan istilah "asmatik"

4

Page 5: Kecemasan Dan Depresi Pada Remaja Dan Dewasa Muda Penderita Asma

atau "bronkitis alergi" yang digunakan di masa lalu. Perbedaan besar diamati dalam frekuensi

asma antara berbagai daerah, serta pada berbagai penelitian9. Metodologi yang berbeda dan

kriteria yang digunakan adalah bertanggung jawab kepada adanya perbedaan ini.

Tabel 3. Distribusi Stres pada Individu Penderita Asma (DSSI / SAD) dan Perbandingan

dengan Populasi Umum.

Tabel 4. Distribusi Stres pada Individu Penderita Asma (DSSI / SAD) dan Perbandingan

dengan Populasi Umum.

5

Page 6: Kecemasan Dan Depresi Pada Remaja Dan Dewasa Muda Penderita Asma

Tabel 5. Perbandingan Cemas dan Depresi pada Individu dengan Asma dan Tanpa Asma

(tes Mann - Whitney - U)

Namun, tampaknya diluar pengenalan penyakit ini dan apapun masalah dalam

metodologi, kenaikan riil insiden tetap ada. Di Hong Kong, frekuensi asma meningkat hingga

71% dan mengi mencapai 24% dalam beberapa tahun.12 Di Finlandia peningkatan frekuensi

asma diamati dalam rentang antara 0,08% pada tahun 1961, hingga 0,29% pada tahun 1996

dan mencapai 1,79% pada tahun 1989. Jika peningkatan insiden didasarkan hanya pada fakta

bahwa diagnosis asma ditegakkan lebih sering, seharusnya terdapat 95% insiden sebelum

1966 telah menyelipkan diagnosis yang tepat.13 Penelitian lain pada dua tahun terakhir

memastikan terus terjadi peningkatan frekuensi asma.9 Di Amerika Serikat frekuensi asma

telah meningkat dari 3,1% pada tahun 1980 menjadi 5,4% pada tahun 1994, namun frekuensi

penyakit di kalangan anak-anak dari keluarga miskin jauh lebih banyak.14

Frekuensi serangan saat krisis kambuh sesuai dengan perkiraan yang diharapkan

yakni mengalami penurunan seiring dengan pertumbuhan pasien. Temuan serupa dilaporkan

dalam studi di Inggris dan merujuk kepada anak-anak yang berada dalam pengamatan dari

saat berusia 7 sampai mereka berusia 30 tahun. Persentase anak-anak yang terus mengalami

episode asma saat usia 17 tahun adalah 18%.15

Serupa juga temuan penelitian epidemiologi yang diadakan di Israel dan termasuk

studi sejumlah besar anak laki-laki dan perempuan dari usia 17 tahun. Anak-anak ini

diperiksa oleh dokter untuk bergabung dalam angkatan bersejata di negara mereka. Semua

anak-anak yang menunjukkan gejala asma atau melaporkan riwayat gejala yang sama,

diperiksa oleh ahli paru berpengalaman dan mereka diikutkan dalam tes fungsional dan tes

tantangan (challenge test). Ditemukan bahwa pada usia 17 tahun, 77,3% anak laki-laki dan

80,2% anak perempuan penderita asma, bebas dari gejala asma. Artinya, kira-kira 2 dari 10

6

Page 7: Kecemasan Dan Depresi Pada Remaja Dan Dewasa Muda Penderita Asma

anak-anak terus menunjukkan gejala asma.16 Di Yunani prevalensi asma pada usia 13-14

tahun dalam sampel 2.561 anak diperkirakan sekitar 5% (ISAAC studi), dari angka terendah

secara internasional9.

Mengenai asma dan faktor psikologis, penelitian menunjukkan tingginya prevalensi

gejala kejiwaan pada remaja dan dewasa muda. Stres dalam keluarga dan latar belakang

gangguan afektif yang dilaporkan dalam keluarga dengan anak-anak penderita asma.

Disfungsi keluarga dan masalah psikologis ibu ditambah dengan morbiditas yang tinggi pada

anak-anak penderita asma.17 Dalam kerabat para remaja penderita asma, didapatkan proporsi

insiden depresi, mania, penyalahgunaan zat dan kepribadian antisosial yang cukup tinggi.

Para penderita penyakit kronis seperti asma ternyata menjadi sumber stres bagi keluarga,

sebuah fakta yang bisa membebani secara serius, terlebih jika keluarga berada pada situasi

sosioekonomi yang buruk.18

Hal ini juga menarik mengenai fakta bahwa anak-anak dengan asma membawa lebih

banyak masalah bahkan ketika mereka dibandingkan dengan anak-anak dengan diabetes.

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan pada 93 anak dengan asma bronkial keparahan

sedang, ditemukan bahwa anak-anak tersebut mengalami gejala kejiwaan dalam persentasi

lebih besar, terutama gangguan kecemasan, dibandingkan dengan anak-anak yang menderita

penyakit diabetes juvenil yang dianggap menjadi penyebab meningkatnya kebutuhan dari

orang tua dan anak-anak.19

Kebanyakan penelitian berurusan dengan asma sedang atau sangat parah.20,21 Namun

tetap saja ada gangguan kejiwaan bahkan pada pasien dengan asma ringan.22 Stresor

memberikan kontribusi pada penurunan penyakit dan banyak bukti menunjukkan hubungan

antara stres dan penurunan fungsi sistem kekebalan tubuh khususnya di pada hewan.23

Tampaknya bahwa hubungan biologi-genetik antara asma dan gangguan kejiwaan mungkin

ada, di luar hubungan tidak langsung melalui tekanan psikologis. Mungkin terdapat latar

belakang patogenetik yang membuat seorang penderita asma rentan terhadap penyakit

mental. Melampaui kemungkinan ikut berperannya dalam patogenisitas penyakit dan

kerusakan penyakit, emosional dan gangguan stres dianggap sebagai kendala dalam

pengobatan penyakit.

Menurut Rietveld et al.,24 sangat penting dilakukan penilaian awal terhadap masalah

emosional. Ketika seorang pasien datang dengan gejala yang tidak khas atau mereka kurang

berespon terhadap pengobatan, maka dokter harus menduga adanya masalah psikologis-

fungsional. Estimasi kejiwaan bisa mengkonfirmasi masalah ini. Jika asma berdampingan

dengan gangguan stres, konfrontasi asma datang pertama, karena setidaknya saat dimulai

7

Page 8: Kecemasan Dan Depresi Pada Remaja Dan Dewasa Muda Penderita Asma

krisis asma dapat mengakibatkan kejadian panik. Sebaliknya, jika asma berdampingan

dengan depresi, konfrontasi depresi menjadi prioritas, karena jika konfrontasi asma telah

dibuktikan bahwa tidak terlalu berpengaruh.24

Berdasarkan hal diatas, studi tentang faktor psikologis, dapat diterapkan dalam

individual, serta di tingkat massa. Dalam kasus pasien, pengaruh psikologis awalnya dicari

dengan menggunakan kuesioner spesifik seperti kuesioner Beck, Bedford dan Foulds et al.8,25

Jika stres yang menonjol, masa tindak lanjut berlangsung, di mana kita mengharapkan respon

klinis dalam pengobatan antiasma dan kemudian tingkat stres yang direvaluasi. Dalam kasus

di mana simtomatologi kejiwaan metetap, sebaiknya dirujuk ke ahlinya. Dalam hal gejala

depresi terdeteksi, konfrontasi segera dilakukan. Dalam setiap kasus orang tua anak harus

mendapat evaluasi psikologis. Dalam tingkat massa, studi parameter psikologis penyakit

dapat diterapkan di sekolah-sekolah, yang disebut sekolah asma, di mana orang tua diberitahu

adanya kontribusi stres terhadap munculnya gejala.

Penelitian ini memiliki beberapa kelemahan. Yang paling penting adalah kehilangan

saat pengumpulan kuesioner. Itu pelaksanaan instruksi Komite Etis Institut Pedagogik untuk

orang tua 'dalam menulis (karena perlindungan data pribadi), tetapi juga setiap orang tua

untuk membaca kuesioner di rumah dan mengisinya di sana, mengakibatkan lamanya waktu

penyelesaian - pengembalian kuesioner yang mencapai waktu seminggu, disertai juga

bertambahnya kehilangan. Perlu dicatat juga bahwa direktur sekolah diminta untuk

memastikan waktu pengumpulan yakni pada hari terakhir dalam minggu, agar tidak

mengganggu jam mengajar lebih lanjut. Sebuah kelemahan dari protokol adalah bahwa tidak

termasuknya konfirmasi diagnosis dari catatan riwayat kesehatan siswa. Diperkirakan bahwa

hal ini akan lebih menghambat pengumpulan data, sementara itu mungkin akan mengarah

pada kesimpulan tidak dapat diandalkan, jika tidak ada komunikasi langsung dengan dokter

pribadi siswa. Dalam kondisi tertentu fungsi dari sistem kesehatan nasional di negara kita dan

tanpa lembaga dokter keluarga, pendekatan semacam itu dikecualikan. Juga komposisi akhir

dari sampel meliputi 31,1% laki-laki, hal ini terutama karena hanya sedikit laki-laki yang

tergabung dalam departemen keperawatan. Banyak parameter dan kesalahan yang mungkin

harus dipertimbangkan dalam penelitian ini. Jawaban dari orang tua yang disebut riwayat

kesehatan keluarga mereka mungkin tidak dapat diandalkan. Asma sering dibingungkan

dengan penyakit seperti penyakit paru-paru obstruktif kronis atau gagal jantung. Juga, banyak

yang tidak tahu bahwa bronkitis alergi atau spastik merupakan persamaan asma. Masih ada

kemungkinan bahwa jawaban yang diberikan tidak benar, karena ada bias dalam keparahan

penyakit. Mungkin beberapa orang menganggap beberapa pertanyaan yang terlalu pribadi

8

Page 9: Kecemasan Dan Depresi Pada Remaja Dan Dewasa Muda Penderita Asma

dan mereka tidak menjawab dengan terus terang. Akhirnya, karena ukuran sampel kecil dari

siswa, tidak dapat ditarik kesimpulan yang pasti.

KESIMPULAN

Temuan dari penelitian ini menggarisbawahi peran penting dari lingkungan psikologis

dalam perkembangan asma dan beban psikologis individu penderita asma. Tingkat korelasi

asma dan psikopatologi pada penderita, menunjukkan hubungan umum antara asma, sistem

saraf pusat dan gangguan psikologis. Pada saat yang sama, dikonfirmasi adanya

kecenderungan augmentatif dalam insiden asma selama tahun terakhir.

RESUME

Penelitian yang ini membahas tentang hubungan antara angka kejadian asma dengan

kecemasan dan depresi pada remaja dan dewasa muda. Adapun yang melatarbelakangi

dilakukannya penelitian ini ialah untuk mengetahui pengaruh faktor psikologis terhadap

perjalanan penyakit asma dan melalui pengamatan klinis untuk menunjukkan bahwa asma

dan stres berhubungan erat satu sama lain. Penelitian dilakukan pada total sampel 1148 siswa

berusia 15-25 tahun. Pengambilan data dilakukan melalui kuesioner yakni kuesioner pada

asma berupa Kuesioner Survei Komunitas Kesehatan Respirasi Eropa, sedangkan untuk

depresi dan kecemasan digunakan kuesioner Bedford & Foulds. Sampel penelitian terdiri atas

31,1% siswa laki-laki dan 68,9% perempuan. Rata-rata usia sampel adalah 18,9 tahun.

Didapatkan frekuensi asma sebesar ke 9,3%, sedangkan krisis asma tahun lalu (asma saat ini)

sebesar 3,4% . Terdapat 75% dan 50% dari siswa dengan asma mnunjukkan nilai di atas 6

dalam skala cemas dan depresi masing-masing, sedangkan persentase anak non-asma masing-

masing untuk cemas dan depresi sebesar 12% dan 9%, mendekati persentase yang diamati

dalam populasi umum. Sangat penting dilakukan penilaian awal terhadap masalah emosional.

Jika asma berdampingan dengan gangguan stres, konfrontasi asma datang pertama, karena

setidaknya saat dimulai krisis asma dapat mengakibatkan kejadian panik. Sebaliknya, jika

asma berdampingan dengan depresi, konfrontasi depresi menjadi prioritas, karena jika

konfrontasi asma telah dibuktikan bahwa tidak terlalu berpengaruh. Penelitian ini memiliki

beberapa kelemahan. Kehilangan saat pengumpulan kuesioner, tidak termasuknya konfirmasi

diagnosis dari catatan riwayat kesehatan siswa, tidak ada komunikasi langsung dengan dokter

pribadi siswa, komposisi akhir dari sampel meliputi 31,1% laki-laki, masih ada kemungkinan

bahwa jawaban yang diberikan tidak benar, karena ada bias dalam keparahan penyakit.

Akhirnya, karena ukuran sampel kecil dari siswa, tidak dapat ditarik kesimpulan yang pasti.

9

Page 10: Kecemasan Dan Depresi Pada Remaja Dan Dewasa Muda Penderita Asma

Daftar Pustaka

1. Vamos M, Yolbe J. Psychological factors in several chronic asthma. Aust N Z J

Psychiatry 1999:33: 538-44

2. Bussing R, Halfon N, Bernadette B, Kenneth WB. Prevalence of behavior

problems in US children with asthma. Arch Pediatr Adolesc Med 1995:149: 565-572

3. Van Lieshout RJ, Bienenstock J, MacQueen GM. A review of candidate pathways

underlying the association between asthma and major depressive disorder. Psychosom

Med. 2009 ;71:187-95

4. Miller G, Chen E, Cole SW. Health psychology: developing biologically plausible

models linking the social world and physical health. Annu Rev Psychol. 2009;60:501-24

5. Krommydas G, Gourgoulianis KI, Angelopoulos NV, Andreou G, Molyvdas PA.

Left-handedness and parental psychopathology in the course of bronchial

asthma in childhood. Pediatr Asthma Aller 2002:15:145-152

6. Burney PG, Luczynska C, Chinn S, Jarvis D. The European Community Respiratory

Health Survey. Eur Resp J. 1994: 7:954-60

7. Bedford A, Foulds GA, Sheffield BF. A new personal disturbance scale:

DSSI/sAD. Br J Soc Clin Psychol 1976: 15: 387 – 94

8. Bedford A, Deary IJ. The personal disturbance scale (DSSI/sAD):development,

use and structure. Person Individ Diff 1997; 22 : 493-510

9. The International Study of Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC) Steering

Committee. Worldwide variation in prevalence of symptoms of asthma, allergic

rhinoconjunctivitis and atopic eczema: ISAAC. Lancet 1998: 351:1225-32

10. Bauman A. Has the prevalence of asthma symptoms increased in Australian children? J

Pediatr Child Health 1993: 29: 424-428

11. Pearce N, Weiland S, Keil U, Langridge P, Anderson HR, Strachan D, et al. Self-

reported prevalence of asthma symptoms in children in Australia, England,

Germany and New Zealand: an international comparison using the ISAAC

protocol. Eur Respir J. 1993 Nov;6(10):1455-61.

12. Leung R, Wong G, Lau J, Ho A, Chan JK, Choy D, et al. Prevalence of asthma and

allergy in Hong Kong schoolchildren: an ISAAC study. Eur Respir J. 1997

Feb;10(2):354-60.

13. Haahtela T, Lindholm H, Biorksten F, Koskenvuo K, Caitinen LA. Prevalence of

asthma in finnish young men. BMJ 1990: 301:266-301.

10

Page 11: Kecemasan Dan Depresi Pada Remaja Dan Dewasa Muda Penderita Asma

14. Sly RM. Changing prevalence of allergic rhinitis and asthma. Asthma Allergy

Immunol: 1999;82: 233-48.

15. Burke C, Power CK, Norris A, Condez A, Schnekel B, Poulter CW.Lung function and

immunopathological changes after inhaled corticosteroid therapy in asthma. Eur

Respir J. 1992; 5:73-79.

16. Godfrey S. Natural history of childhood asthma. In Clark TJH, Godfrey S and Lee

TH ,eds. Asthma,3rd ed, Chapman and Hall, London 1992: 559-563.

17. Morey PJ, Jones K. Past maternal experience of asthma. Childhood

morbidity and the psychosocial impact of the disorder. J Asthma 1993;:30:271-6.

18. Hamlett KW, Pellegrim DS, Katz KS. Childhood chronic illness as a family

stressor. J Pediatr Psychol 1992: 17: 33- 47.

19. Vila G, Nollet-Clemenson C, Vera M, Robert JJ, de Blic J, Jouvent R, et al .

Prevalence of DSM-IV disorders inchildren and adolescents with asthma v. diabetes

Can J. Psychiatry 1999: 44:562-9.

20. Yellowlees P, Haynes S, Potts N, Ruffin R. Psychiatric morbidity in patients with life

threatening asthma: initial report of a controlled study. Med J Aust 1988;146: 246 – 249.

21. Fritz GK, Rubestein S, Lewiston NJ. Psychological factors in fatal childhood

asthma. Am J Orthopsychiatry 1987; 57: 253 – 257.

22. Krommydas GC, Gourgoulianis KI, Κotrotsiou E, Raftopoulos V, Molyvdas

PA: Depression and pulmonary function in outpatients with asthma. Respiratory

Medicine 2004;98:220-22.

23. Wright JR, Rodriguez M, Cohen S. Review of psychosocial stress and asthma: an

intergrated biopsychosocial approach. Thorax 1998; 53:1066 – 1074

24. Rietveld S, Creer TL: Psychiatric factors in asthma: implications for diagnosis and

therapy: Am J Respir Med :2003;2:1-10

25. Beck AT, Rial W Y, Rickets K. Short form of Depression Inventory: Cross-validation:

Psychological-Reports. 1974;34:1184-1186

11

Page 12: Kecemasan Dan Depresi Pada Remaja Dan Dewasa Muda Penderita Asma

Kecemasan dan Depresi pada Remaja dan Dewasa Muda Penderita Asma

Evagelia Kotrotsiou, Georgios Krommydas, Ioanna Papathanasiou, Stiliani Kotrotsiou,

Theodosios Paralikas, Eleni Lahana, Georgia Kiparissi

Health Science Journal 2011; 3: 229-236

Latar Belakang

Serangkaian pengamatan klinis menunjukkan bahwa asma dan stres berhubungan erat satu

dengan yang lain. Situasi mental individu ikut mempengaruhi kesehatan tubuhnya dan

perjalanan suatu penyakit. Penelitian faktor psikologis saat ini dianggap penting mengingat

faktor lingkungan tradisional yang dianggap bertanggung jawab atas penyakit ini tidak

menjelaskan mengapa terjadi peningkatan prevalensi penyakit dalam tahun-tahun terakhir.

Faktor psikologis mempengaruhi perjalanan penyakit asma dan melalui pengamatan klinis

menunjukkan bahwa asma dan stres berhubungan erat satu sama lain.

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi prevalensi asma pada remaja dan

dewasa muda dan untuk menyelidiki hubungan antara asma, kecemasan dan depresi.

Bahan dan Metode

Sampel penelitian ini terdiri dari 1148 siswa berusia 15-25 tahun. Kuesioner pada asma

digunakan kuesioner ECRHS (Kuesioner Survei Komunitas Kesehatan Respirasi Eropa),

dimodifikasi, fase 2, versi pendek. Kuesioner ini terdiri dari 10 pertanyaan dan digunakan

sebagai tes skrining. Sedangkan untuk perkiraan status psikologis (kuesioner cemas &

depresi DSSI/SAD): kuesioner DSSI/SAD dari Bedford dan Foulds meneliti gejala stres dan

depresi. Kuesioner ini terdiri dari empat belas pertanyaan, tujuh mengenai stres dan tujuh

depresi. Dapat digunakan sebagai tes skrining, bagi orang-orang dengan gejala kejiwaan

untuk diidentifikasi, juga sebagai indikator tingkat keparahan dari gejala stres dan depresi.

Hasil tes memberikan estimasi yang singkat dan cepat terhadap stres dan depresi. Tingkat

pentingnya adalah 0,05. SPSS untuk Windows, 8,0 versi yang digunakan untuk pengolahan

statistik.

Hasil

31,1% dari sampel penelitian adalah laki-laki dan 68,9% adalah perempuan. Usia rata-rata

adalah 18,9 tahun. Frekuensi asma sebesar 9,3%, sedangkan krisis asma tahun lalu (asma saat

ini) sebesar 3,4%. Kecemasan dan depresi secara statistik lebih umum di kalangan orang-

orang penderita asma, dibandingkan dengan siswa tanpa asma dan sehat individu, p <0,005.

12

Page 13: Kecemasan Dan Depresi Pada Remaja Dan Dewasa Muda Penderita Asma

75% dan 50% dari siswa dengan asma mencapai nilai di atas 6 dalam skala kecemasan dan

depresi masing-masing, sedangkan persentase non-asma anak adalah 12% dan 9% masing-

masing. Ketika seorang pasien datang dengan gejala yang tidak khas atau mereka kurang

berespon terhadap pengobatan, maka dokter harus menduga adanya masalah psikologis-

fungsional. Estimasi kejiwaan bisa mengkonfirmasi masalah ini. Jika asma berdampingan

dengan gangguan stres, konfrontasi asma datang pertama, karena setidaknya saat dimulai

krisis asma dapat mengakibatkan kejadian panik. Sebaliknya, jika asma berdampingan

dengan depresi, konfrontasi depresi menjadi prioritas, karena jika konfrontasi asma telah

dibuktikan bahwa tidak terlalu berpengaruh.

Kesimpulan

Kecemasan dan depresi sering terjadi di kalangan anak muda dengan asma. Disarankan

adanya studi lebih lanjut mengenai hubungan antara asma dan sistem saraf pusat.

13