25
- 1 - Disusun Oleh KEPERAWATAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN SMK KESEHATAN MEGA REZKY MAKASSAR MEGA REZKY MAKASSAR MEGA REZKY MAKASSAR MEGA REZKY MAKASSAR 2007 / 2008

kebutuhan harga diri

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: kebutuhan harga diri

- 1 -

Disusun Oleh

KEPERAWATANKEPERAWATANKEPERAWATANKEPERAWATAN

SMK KESEHATAN

MEGA REZKY MAKASSARMEGA REZKY MAKASSARMEGA REZKY MAKASSARMEGA REZKY MAKASSAR

2007 / 2008

Page 2: kebutuhan harga diri

- 2 -

KATA PENGANTAR

Tiada kata yang paling indah serta mulia diucapkan hanyalah memuji syukur

kehadirat Allah SWT, karena atas Rahmat dan Taufik-Nya jualah sehingga kami sempat

merampungkan satu tulisan sederhana yang berisi tentang “Kebutuhan Manusia Khususnya

Kebutuhan Harga Diri”.

Kami menyadari bahwa materi yang disajikan dalam tulisan ini merupakan

perpaduan dari berbagai referensi yang kami dapatkan, baik dari guru maupun dari media

cetak maupun media elektronik lainnya.

Kami berharap agar materi yang disajikan dapat bermanfaat bagi siswa-siswa lain

untuk dijadikan sebagai salah satu sumber ilmu pengetahuan.

Oleh karenanya, kami sampaikan kepada pembaca bahwa dalam tulisan ini masih

banyak terdapat kekurangan. Dengan demikian, kami sangat mengharapkan kritik, saran,

serta tanggapan yang sifatnya membangun.

Tak ada gading yang tak retak, tiada laut yang tidak berombak.

Terima Kasih.

Makassar, Juli 2007

Penulis

Page 3: kebutuhan harga diri

- 3 -

Daftar Isi

Kata Pengantar .................................................................................................... i

Daftar Isi .................................................................................................... ii

Bab 1 Kebutuhan Harga Diri .......................................................... 1

Kebutuhan terdiri atas lima lapis berjenjang vertikal ....... 1

Pengertian Narsisme .............................................................. 2

Bagaimana terjadinya Narsisme ........................................... 3

Posisi Kebutuhan Harga Diri Dalam Hirarki Kebutuhan

Manusia .................................................................................... 4

Kebutuhan akan penghargaan atau pengakuan

(esteem needs) ........................................................................ 4

Contoh kasus ........................................................................... 5

Meta Kebutuhan dan Mega Patologi ................................... 5

Bab 2 Perbedaan Harga Diri Ditinjau Dari Orientasi

Religiusitas Ekstrinsik – Intrinsik ....................................... 6

Bab 3 Pria dalam karier dan wanita dalam relasi .......................... 10

Bab 4 Harga Seorang Wanita ........................................................... 17

Daftar Pustaka .................................................................................................... 21

Page 4: kebutuhan harga diri

- 4 -

BBBB AAAA BBBB 1111

KKKK EEEE BBBB UUUU TTTT UUUU HHHH AAAA NNNN H A R G A D I R IH A R G A D I R IH A R G A D I R IH A R G A D I R I

Menurut MaslowMenurut MaslowMenurut MaslowMenurut Maslow

Kunci dari segala aktifitas manusia adalah keinginannya untuk memuaskan

kebutuhan yang selalu muncul dan muncul.

Maslow menyusun lima jenis kebutuhan tersebut secara berjenjang karena, seperti

yang dia amati, beberapa kebutuhan baru menampakkan diri ketika kebutuhan pada

level bawahnya terpenuhi, dan sebaliknya.

Kebutuhan manusia terdiri atas lima lapis berjenjang vertikal yaitu (dari bawah)Kebutuhan manusia terdiri atas lima lapis berjenjang vertikal yaitu (dari bawah)Kebutuhan manusia terdiri atas lima lapis berjenjang vertikal yaitu (dari bawah)Kebutuhan manusia terdiri atas lima lapis berjenjang vertikal yaitu (dari bawah)

1. Kebutuhan Fisiologis (physiological needs)

2. Kebutuhan akan rasa aman dan kepastian (safety and security needs)

3. Kebutuhan akan cinta dan hubungan antar manusia (love and belonging needs)

4. Kebutuhan akan penghargaan dan pengakuan (esteem needs)

5. Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs).

Pada umumnya dalam diri seseorang terdapat kecenderungan mengagumi diri

sendiri. Hal ini berkaitan dengan harga diri. Orang yang merasakan adanya hal-hal positif

dalam dirinya sendiri tentu saja akan menyukai diri sendiri dan mengembangkan perasaan

bahwa dirinya berharga.

Hal ini memberikan ketenangan batin dan merupakan sumber bagi kesehatan

mental. Jadi, mengagumi diri sendiri dalam batas tertentu justru merupakan indikasi

kesehatan mental.

Sayang, sebagian kecil dari kita memiliki kekaguman pada diri sendiri secara

berlebihan. Sebutlah namanya Narsi. Ia seorang ibu berusia 50 tahun yang selalu menjaga

penampilan, mengesankan dirinya sebagai seseorang yang anggun.... Melihat

penampilannya, orang tidak akan mengira ibu ini memiliki ketergantungan sangat besar

pada figur dewasa lain, yang dirasanya mampu memberikan pasokan cinta, perhatian,

pujian, dan kebanggaan bagi dirinya (pasokan narsistik).

Dengan figur dewasa lain yang tak cukup memberi kepuasan atas dorongan

narsismenya, ia cenderung menghindar, bahkan memutuskan hubungan. Ia sulit

Page 5: kebutuhan harga diri

- 5 -

memahami orang lain, dan dalam perjalanan nya ia telah ditinggalkan oleh orang-orang

lain, termasuk keluarga besarnya. Berulang kali ia mengalami gejala depresi cukup berat,

dengan keinginan melukai diri sendiri. Beberapa konselor, baik psikolog maupun bukan

psikolog, telah dimintai bantuan. Sayangnya, ia hanya mendengarkan hal-hal positif yang

meningkatkan harga dirinya, dan sebaliknya selalu menolak masukan yang menunjukkan

kekurangannya. Tidak jarang ia memamerkan bagaimana komentar orang lain yang

mengakui keunikan atau idealisme yang ia junjung tinggi. Hal itu dilakukannya ketika ia

merasa harga dirinya terancam saat menerima masukan yang mengoreksi kebiasaan atau

pola pikirnya. Tampak bahwa ia sangat bangga dan mengagumi dirinya sendiri. Ia

menganggap semua kesalahan orang lain, bila ada hal yang tidak memuaskan

narsismenya.

Pengertian NarsismePengertian NarsismePengertian NarsismePengertian Narsisme

Narsisme merupakan salah satu bentuk gangguan kepribadian (personality

disorder), merujuk pada pola-pola perilaku yang merusak hubungan dengan orang-orang

lain di sekelilingnya.

Narsisme muncul dengan gejala utama rasa kagum yang berlebih-lebihan pada

diri sendiri, merasa selalu berhasil dan unggul, selalu mencari perhatian dan pujian, dan

tidak peka terhadap perasaan dan kebutuhan orang lain.

John C. Nemiah, MD, profesor psikiatri dari Harvard Medical School dalam

bukunya Foundations of Psychopathology menjelaskan istilah narsisme: berasal dari kata

Narcissus, nama seorang pemuda tampan dalam mitos Yunani kuno.

Konon suatu hari Narcissus menangkap citra wajahnya pada permukaan air yang

tenang di hutan, dan sontak ia jatuh cinta pada diri sendiri. Selanjutnya ia putus asa karena

tidak mampu memenuhi apa yang sangat diinginkannya; ia bunuh diri dengan sebilah

belati. Dari tetesan darahnya yang jatuh di dekat air, tumbuhlah bunga yang sampai

sekarang dikenal dengan nama Narcissus.

Dari penjelasan di atas, tergambar adanya kesulitan besar berhubungan dengan

orang lain bila kita terlalu mengagumi diri sendiri. Kekaguman pada diri sendiri yang

berlebihan membuat kita selalu lapar untuk memuaskan kebutuhan dan kepentingan diri

sendiri, selalu mencari perhatian dan pujian, serta tidak peka terhadap perasaan dan

kebutuhan orang lain.

Page 6: kebutuhan harga diri

- 6 -

Bagaimana Terjadinya?Bagaimana Terjadinya?Bagaimana Terjadinya?Bagaimana Terjadinya?

Kita semua memiliki tingkat harga diri bervariasi. Dalam rangka menemukan diri

dalam keadaan berharga, seseorang mungkin harus merasakan bahwa dirinya dicintai

orang lain, dirinya kuat dan berkemampuan, serta bahwa dirinya baik dan mencintai.

Keyakinan bahwa diri tidak dicintai, tergantung, atau dalam keadaan buruk,

menghasilkan rasa kehilangan harga diri, dan dapat berakibat depresi.

Menurut Nemiah, umumnya perasaan harga diri yang rendah dan depresi karena

jatuhnya angan-angan ideal hanya berlangsung dalam waktu singkat. Dengan mudah kita

dapat kembali merasakan ekspresi kasih sayang dan kenyamanan yang diberikan orang

lain. Kita dapat ”belajar dari kegagalan” dan merencanakan bertindak lebih baik pada

masa yang akan datang.

Kita dapat merefleksikan bahwa orang lain juga bisa melakukan kesalahan, dan

tak seorang pun sempurna. Kesalahan adalah manusiawi. Kita mampu mengkritisi diri

sendiri, tetapi pada saat yang sama juga bersikap toleran terhadap diri sendiri.

Pada orang tertentu, yang dibesarkan oleh orangtua yang menanamkan standar

dan idealisme tidak realistis (sehingga menghasilkan perasaan tidak mampu dan

ketergantungan), setelah dewasa ia akan mengembangkan ciri-ciri sifat seperti ketika

masa kanak-kanak. Idealisme, tujuan, dan kebutuhan yang ada padanya seringkali

melebihi kapasitas diri.

Kegagalan mengakibatkan perasaan tidak cakap, tidak berdaya, menderita harga

diri rendah, dan depresi. Akibatnya ia secara eksesif (berlebihan) mengkritisi kelalaian-

kelalaiannya.

Cinta, perhatian, dan kebanggaan dari orang lain merupakan hal yang sangat

penting bagi harga dirinya, dan kebutuhannya akan hal tersebut tidak kunjung

terpuaskan (terus kelaparan).

Menurut Nemiah, keadaan tersebut merupakan wujud ketergantungan oral (oral

dependency). Dikatakan demikian karena elemen ketergantungan tersebut dan

hambatannya dalam relasi dengan orang lain merupakan hasil dari periode masa kanak-

kanak awal (bayi), yaitu ketika dorongan oral (refleks mengisap) berkembang dan anak

sangat tergantung pada orangtuanya. Berkembangnya narsisme dapat berlangsung terus

hingga seseorang dewasa.

Page 7: kebutuhan harga diri

- 7 -

Posisi Kebutuhan Harga Diri DalamPosisi Kebutuhan Harga Diri DalamPosisi Kebutuhan Harga Diri DalamPosisi Kebutuhan Harga Diri Dalam

Hirarki Kebutuhan ManusiaHirarki Kebutuhan ManusiaHirarki Kebutuhan ManusiaHirarki Kebutuhan Manusia

Kebutuhan akan penghargaan atau pengakuan (esteem needs) Kebutuhan akan penghargaan atau pengakuan (esteem needs) Kebutuhan akan penghargaan atau pengakuan (esteem needs) Kebutuhan akan penghargaan atau pengakuan (esteem needs)

Level keempat dalam hirarki kebutuhan manusia adalah kebutuhan harga diri

yaitu kebutuhan akan penghargaan atau pengakuan (esteem needs). Maslow membagi

level ini lebih lanjut menjadi dua tipe, yakni tipe bawah dan tipe atas. Tipe bawah (bentuk

yang lemah) meliputi kebutuhan akan penghargaan dari orang lain, kebutuhan terhadap

status, kemuliaan, kehormatan, perhatian, reputasi, kebanggaan diri, apresiasi bahkan

dominasi dan kemashyuran. Sedangkan Tipe atas (bentuk yang kuat) yaitu kebutuhan kita

untuk percaya diri atau penghargaan oleh diri sendiri, kompetensi, kecakapan, kesuksesan,

independensi dan kebebasan, serta keterampilan dan kemampuan khusus (spesialisasi).

Apa yang membedakan kedua tipe adalah sumber dari rasa harga diri yang

diperoleh. Pada self esteem tipe bawah, rasa harga diri dan pengakuan diberikan oleh

orang lain. Akibatnya rasa harga diri hanya muncul selama orang lain mengatakan

demikian, dan hilang saat orang mengabaikannya.

Situasi tersebut tidak akan terjadi pada self esteem tipe atas. Pada tingkat ini

perasaan berharga diperoleh secara mandiri dan tidak tergantung kepada penilaian orang

lain. Dengan lain kata, sekali anda bisa menghargai diri anda sendiri sebagai apa adanya,

anda akan tetap berdiri tegak, madheg pandhito, bahkan ketika orang lain

mencampakkan anda.

Page 8: kebutuhan harga diri

- 8 -

Bentuk kedua ini lebih kuat karena sekali didapat kita tidak melepaskannya,

berbeda dengan kebutuhan kita akan penghargaan orang lain.

Bentuk negative dari kebutuhan akan harga diri ini adalah rendah diri dan kompleks

inferioritas. Maslow membenarkan Adler ketika mengatakan bahwa masalah inlah yang

menjadi dasar masalah-masalah psikologis. Di Negara-negara modern, sebagian besar

orang hanya mementingkan kebutuhan fisiologis dan rasa aman. Sering orang tidak terlalu

memperdulikan kebutuhan mereka akan cinta dan kerinduan

Contoh KasusContoh KasusContoh KasusContoh Kasus

Kalau anda seorang pengangguran tak berduit dan tidak ada orang yang bersedia

menanggung kebutuhan kamu padahal perut sangat lapar, pikiran kamu akan dipenuhi

keinginan untuk memperoleh makanan (kebutuhan fisiologis) dan cenderung untuk

melepaskan sementara kebutuhan lain, misalnya kebutuhan akan rasa aman (anda

nyolong bakpao di pasar dengan risiko digebuki massa), atau kebutuhan akan rasa harga

diri (berapa sih harga diri yang anda korbankan dengan menjadi maling bakpao?). orang

Jawa melukiskan keadaan ini dengan istilah “Wong ngelih pikirane ngalih”.

Meta Kebutuhan dan Mega PatologiMeta Kebutuhan dan Mega PatologiMeta Kebutuhan dan Mega PatologiMeta Kebutuhan dan Mega Patologi.

Cara lain yang ditempuh Maslow untuk mengetahui apakah sesungguhnya

aktualisasi-diri adalah dengan menyelidiki apa yang menjadi kebutuhan paling dasar (B-

needs) orang-orang yang bisa mengaktualisasikan dirinya. Kebutuhan-kebutuhan yang

ingin mereka penuhi demi kebahagiaan adalah:

Kebenaran, bukan kepalsuan. Kebaikan, bukan kejahatan . Keindahan, bukan sesuatu

yang jelek atau vulgar. Kesatuan, kemenyeluruhan dan penghilangan oposisi biner, bukan

pilihan-pilihan sekehendak hati.

Kean yang, bukan kematian atau kean bagai mesin. Keunikan, bukan keseragaman.

Kesempurnaan dan kepastian, bukan hal yang asal-asalan, ketidakkonsistenan atau

kebetulan. Penyelesaian, bukan keterbengkalaian. Keadilan dan keteraturan, bukan

ketidakadilan dan kesewenang-wenangan. Kesederhanaan, kerumitan-kerumitan yang

tidak perlu. Kebercukupan sumber daya, bukan lingkungan yang miskin. Kewajaran,

bukan sesuatu ynag didasarkan pada paksaan. Keriangan dan Kegembiraan, bukan

sesuatu yang kasar dan mekanistik, kering tanpa humor. Kemandirian, bukan

ketergantungan. Kebermaknaan, bukan kehampaan hati.

Page 9: kebutuhan harga diri

- 9 -

BBBB AAAA BBBB 2222

P E R B E D A A N H A R G A D I R IP E R B E D A A N H A R G A D I R IP E R B E D A A N H A R G A D I R IP E R B E D A A N H A R G A D I R I

DDDDITINJAU ITINJAU ITINJAU ITINJAU DARI DARI DARI DARI ORIENTASI ORIENTASI ORIENTASI ORIENTASI RELIGIUSITAS RELIGIUSITAS RELIGIUSITAS RELIGIUSITAS EKSTRINSIKEKSTRINSIKEKSTRINSIKEKSTRINSIK ---- INTRINSIKINTRINSIKINTRINSIKINTRINSIK

Bila diperhatikan, kegairahan kean beragama masyarakat Indonesia meningkat

dalam tahun-tahun terakhir. Peringatan hari-hari besar keagamaan selalu dihadiri oleh

banyak umat. Merupakan kebahagiaan tersendiri dapat menyaksikan perkembangan

kaberagamaan seperti itu. Namun menurut Y.B. Mangunwijaya, problema yang dihadapi

sekarang adalah orang memang beragama, tetapi belum tentu ia juga manusia religius

(Intisari, 2002:45). Sehingga untuk dapat mengatakan secara khusus dan tepat mana orang

yang religius dan mana yang tidak adalah sebuah permasalahan yang komplek.

Walaupun agama merupakan persoalan sosial, tetapi penghayatannya amat bersifat

individual (Fadholi & Nurkudri, 1995:11).

Sejauhmana pemahaman seseorang tentang agamanya, menjadi dasar dan arah

dari kesiapan seseorang mengadakan tanggapan, reaksi, pengolahan dan penyesuaian diri

terhadap rangsangan dari dunia luar bagi perkembangan harga dirinya. Didalam

keannya, individu melihat begitu banyak orang yang lebih dari dirinya, baik dari segi

harta benda, simbol penghormatan, posisi jabatan dan tingkat sosial. Hal inilah yang sering

membuat sebagian orang merasa rendah diri, bahkan mungkin kehilangan kepercayaan

diri. Disinilah kepribadian seseorang akan sangat menentukkan pada bagaimana individu

tersebut menjalani kean. Bagaimana manusia berperilaku dan diperlakukan di dalam

kean bermasyarakat tergantung pada kepribadian yang dimilikinya. Salah satu aspek

kepribadian yang penting adalah self esteem atau harga diri, karena harga diri

memainkan peranan dalam proses kean seseorang. Tanpa kematangan harga diri, semua

aspek kean manusia di bangun di atas fondasi yang lemah.

Sebenarnya harga diri seseorang tidak dengan begitu saja terbentuk. Dari

pengalaman , mereka mengembangkan sikap, keyakinan, cara berfikir dan berperilaku

tertentu yang mereka rumuskan dalam bentuk kebiasaan yang sangat positif; kebiasaan

untuk selalu berorientasi pada apa yang dapat dilakukan dan apa yang telah dilakukan,

dan kemudian menjadikannya sebagai dasar untuk peningkatan kualitas mereka (Brech,

2001:6)

Page 10: kebutuhan harga diri

- 10 -

Persepsi masyarakat terhadap seseorang akan mempengaruhi keberhargaan

seseorang dan menentukan pada bagaimana ia mampu menghargai dirinya. Terpuasnya

kebutuhan akan harga diri pada individu akan membangkitkan perasaan dan sikap

percaya diri, self-worth, rasa berguna dan penting di tengah-tengah masyarakat.

Maslow melihat harga diri sebagai sesuatu yang merupakan kebutuhan setiap

orang dan terasa mulai dari tingkat yang rendah hingga tinggi. Kebutuhan untuk dihargai

ini di dalam kean bermasyarakat mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap

perilaku seseorang dan mendorong untuk melakukan bermacam-macam hal demi

mendapatkan penghargaan dari orang lain.

Banyak hal yang dapat mempengaruhi harga diri seseorang dalam beradaptasi

dengan lingkungan, diantaranya adalah penanaman nilai-nilai moral keagamaan yang

dapat menjadikannya individu yang lebih matang dalam menghadapi kean. Semua

tingkah laku seseorang seperti berpolitik, berekonomi, berkeluarga, berolah raga,

berperang, belajar mengajar dan bermasyarakat di warnai oleh pemahaman beragama

yang diterapkan dalam keannya (Fadholi & Nurkudri, 1995:10)

Orang pada masa kini banyak yang berkelakuan religius hanya karena motif-

motif tertentu. Agama bukanlah gejala asli melainkan gejala fungsional belaka, artinya

agama diabdikan kepada tujuan-tujuan lain yang bukan religius, agama "diperalat" oleh

manusia demi kepentingan manusia sendiri (Dister, 1989: 74). Padahal seharusnya perilaku

beragama muncul sebagai manifestasi dari keimanan dan ketaqwaan seseorang. Manusia

menurut Muthahhari tidak dapat menjalani kean yang baik atau sesuatu yang bermanfaat

bagi kemanusiaan dan peradaban manusia tanpa memiliki keyakinan-keyakinan, ideal-

ideal dan keimanan. Orang disebut beriman jika mengikuti petunjuk dan kehendak Tuhan.

Sejak 1945 Psikolog sosial mulai membicarakan tentang dua cara yang berbeda

dalam menjadi seorang yang beragama. Pembedaan corak keberagamaan seseorang telah

dibedakan oleh Allport antara yang berorientasi "intrinsik" dan "ekstrinsik". Yang disebut

pertama, agama dipikirkan secara seksama dan diperlakukan dengan sungguh-sungguh

sebagai tujuan akhir. Sedangkan yang disebut belakangan, agama digunakan sebagai alat

untuk mencapai tujuan-tujuan yang berpusat pada diri sendiri (Wulff, 1997:231).

Page 11: kebutuhan harga diri

- 11 -

Cara beragama dengan orientasi intrinsik menjunjung tinggi kemurnian hati, visi,

pengertian dan komitmen yang memberikan makna pada ritual-ritual keagamaan yang

dilakukan (Wulff, 1991:232). Dengan demikian agama memiliki kekuatannya sendiri dan

dalam ukuran tertentu memberi arah dalam .

Individu intrinsik memiliki harga diri karena mampu mengikuti nilai norma dan

moral yang diyakini olehnya. Mereka dengan penuh percaya diri, mampu menerima kritik

dengan baik dan mempunyai keyakinan akan kemampuan untuk mengatasi masalah

dalam kean, karna nya dengan berpegang pada komitmen dan memiliki prinsip dalam

menjalankan agamanya. Seperti dikemukakan Tasmara (1999:192) bahwa prinsip

merupakan fitrah paling mendasar bagi harga diri manusia.

Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Coopersmith (1967:38) bahwa salah satu

aspek dari harga diri yang dapat menimbulkan perasaan sukses pada diri seseorang yaitu

kebajikan (ketaatan terhadap norma dan moral). Dimana Ahyadi (1989:48) mengatakan

bahwa kesadaran akan nilai-nilai dan norma-norma agama berarti dengan menghayati,

menginternalisasikan dan mengintegrasikan nilai dan norma tersebut ke dalam diri

pribadinya sehingga menjadi bagian dari hati nurani dan kepribadiannya (orientasi

religius intrinsik).

Kebalikan dari orientasi intrinsik adalah orientasi ekstrinsik. Seseorang yang dalam

beragamanya berorientasi ekstrinsik tergerak bila ada faktor luar (yang bersifat duniawi)

mempengaruhi dirinya. Tasmara (1999:193) menyebut mereka yang bersikap seperti ini

sebagai orang yang munafik, dimana nilai-nilai kejujuran dianggap sebagai kelemahan,

sok moralis. Hawa nafsu menjadi dorongan dan kerangka acuan untuk memenuhi ego

dirinya.

Padahal keberagamaan atau religiusitas diwujudkan dalam berbagai sisi kean

manusia. Aktifitas beragama bukan hanya terjadi ketika seseorang melakukan perilaku

ritual (beribadah), akan tetapi juga ketika melakukan aktifitas lainnya yang di dorong

oleh kekuatan akhir (secara intrinsik). Bukan hanya yang berkaitan dengan yang tampak

dan dapat dilihat mata tapi juga aktifitas yang tidak tampak dan terjadi dalam hati

seseorang.

Page 12: kebutuhan harga diri

- 12 -

Sikap keberagamaan pada orang dewasa memiliki perspektif yang luas didasarkan

atas nilai-nilai yang dipilihnya, pendalaman pengertian dan perluasan pemahaman

tentang ajaran agama yang dianutnya, yang merupakan sikap dan bukan sekedar ikut-

ikutan (Jalaluddin,2000:93-95).

Pada individu ekstrinsik pelaksanakan ritual dalam agama seperti salat, puasa, haji

dan sebagainya semua itu digunakan hanya sebagai alat yang menunjang motif-motifnya

yang lain. Individu ekstrinsik tidak dapat mendatangkan masyarakat yang penuh kasih

sayang, sebaliknya justru kebencian, iri hati dan fitnah yang akan terus mewarnai keannya

(Jalaluddin, 1995:26). Padahal harga diri sejati menurut Branden (1999:56) menuntut

keselarasan, yang berarti bahwa diri seseorang yang sebenarnya tercermin dalam tindakan

sehari-hari dan tidak ada perbedaan antara apa yang ditampakkan dengan apa yang ada

dalam sanubari.

Individu yang memiliki harga diri penuh dengan kesadaran yang berkaitan erat

pada caranya dalam mempertahankan prinsip dan bertanggung jawab untuk

melaksanakan prinsipnya tersebut dan tidak diungkapkan dengan melalui pemujaan diri

dengan mengorbankan orang lain atau dengan mengagungkan seseorang jauh lebih

unggul dari orang lain.

Berdasarkan realitas yang terjadi dalam masyarakat, terlihat sekali perbedaan

antara individu yang meyakini agama berorientasi intrinsik dengan yang berorientasi

ekstrinsik dalam menjalani warna kean ini. Untuk itulah peneliti bermaksud untuk

melakukan penelitian lebih lanjut mengenai “Perbedaan Harga Diri ditinjau Dari

Orientasi Religiusitas Ekstrinsik-Intrinsik.

Page 13: kebutuhan harga diri

- 13 -

B A B B A B B A B B A B 3333

PRIA PRIA PRIA PRIA DALAM DALAM DALAM DALAM KARIER KARIER KARIER KARIER DAN DAN DAN DAN WANITA WANITA WANITA WANITA DALAM DALAM DALAM DALAM RELASIRELASIRELASIRELASI

Kita tahu bahwa secara biologis pria dan wanita itu berbeda, tetapi ternyata masih

banyak perbedaan-perbedaan yang lain yang cukup mendasar yang Tuhan anugerahkan

baik kepada pria maupun kepada wanita. Misalnya saja dalam hal harga diri, sebenarnya

apa perbedaan yang konkret itu?

Seorang psikolog Kristen di Amerika Serikat bernama Dr. Larry Crabb, beliau

mempunyai suatu teori yang berkata bahwa manusia mempunyai 2 kebutuhan pokok.

Kebutuhan pokok yang pertama adalah rasa aman karena manusia tak dapat hidup dalam

perasaan tidak aman atau terancam, itu adalah kebutuhan pokoknya yang penting. Yang

kedua adalah rasa bermakna, rasa berharga, rasa bahwa kehidupan kita di dunia ini

bukanlah kehidupan yang sia-sia. Berangkat dari teori tersebut kita bisa mengembangkan

suatu penyelidikan atau studi tentang sebetulnya apa itu harga diri dan apakah pria dan

wanita memiliki konsep yang sama tentang harga diri itu. Dan ternyata memang ada

perbedaan.

Kebutuhan akan rasa aman dan kebutuhan akan rasa bermakna itu tentu bukan

kebutuhan yang mendasar dalam kehidupan seseorang. Karena ada juga teori yang

mengatakan kebutuhan dasar seseorang itu makan, tempat tinggal dan sebagainya.

Menurut Naslow kebutuhan yang paling mendasar adalah kebutuhan fisik yaitu

makan dan minum dan sebagainya. Nah Crabb memang tidak menjabarkan teorinya

dengan mendetail namun dalam kategori rasa aman itu sebetulnya juga termaktub

kebutuhan akan makan dan minum kita terpenuhi. Sebab kalau kita tidak tahu besok

makan apa kita tidak merasa aman, kita akan merasa sedikit banyak terancam.

Jadi mengenai harga diri pria dan wanita ternyata mempunyai pandangan yang

berbeda tentang apa itu yang membuat hidup mereka bermakna. Nah sudah pasti

merupakan upaya penggeneralisasian, penyamarataan. Sudah tentu akan ada

perkecualian dalam masing-masing kategori ini. Namun pada umumnya pria cenderung

mendasari harga dirinya itu atas karyanya, atas hal yang telah dicapainya, atas

kesuksesannya.

Page 14: kebutuhan harga diri

- 14 -

Dengan kata lain pria cenderung melihat harga dirinya itu berdasarkan

kemampuannya, apa itu yang telah dia hasilkan dalam hidup ini. Jadi kalau kita balik,

kalau pria tidak bisa melihat hasil karyanya, tidak ada yang dapat dia banggakan dari

kerjanya dia juga tidak akan bisa memiliki rasa bermakna atau rasa berharga yang baik.

Justru kecenderungannya adalah dia akan memandang rendah dirinya, sebab benar-

benar pria itu mengukur tinggi rendahnya, besar atau kecil dirinya itu dari sudut karyanya

atau hasilnya.

Bagaimana kalau zaman sekarang ini karya-karya atau kesuksesan dari kaum pria

itu sering di bawah dari kesuksesan kaum wanita?

Adakalanya itu yang terjadi, jadi mungkin suami yang merasa inferior merasa tidak

berharga karena suami tersebut menghasilkan income atau pendapatan di bawah istrinya.

Nah meskipun misalkan si suami itu mempunyai pekerjaan yang baik namun kalau uang

yang di bawanya ke rumah itu di bawah dari apa yang dibawa oleh istrinya kemungkinan

dia akan merasa inferior, dia merasa tidak seberharga bagaimana semestinya. Dan

mungkin sekali ini bisa berpotensi menjadi gangguan atau duri dalam hubungan mereka.

Sebab si pria dapat menjadi orang yang cukup peka dengan hal-hal yang berkaitan

dengan uang, sebab itu adalah harga dirinya.

Kalau pria mendasarkan harga dirinya pada kariernya, bagaimana dengan

wanita?

Kalau wanita kecenderungannya adalah mendasari harga dirinya itu pada relasi, yaitu

pada hubungannya dengan orang yang dekat dengan dia. Dengan kata lain wanita itu

melihat makna hidupnya dan melihat bahwa hidupnya itu berharga kalau dia memang

memiliki suatu hubungan yang baik dengan orang yang dikasihinya dan dekat

dengannya. Kita bisa memberikan suatu perbandingan yang lebih jelas, seorang pria tidak

akan terlalu membanggakan istrinya sebanyak dia membanggakan pekerjaannya, itu

sebetulnya adalah suatu kenyataan. Sebaliknya ada kecenderungan wanita

membanggakan suaminya daripada pekerjaannya, nah ini mungkin bisa berubah pada

zaman sekarang di mana banyak sekali kaum wanita yang telah menempuh karier yang

tinggi atau yang baik. Namun tetap yang membuat si individu itu bahagia dan merasa

dirinya bermakna sebetulnya tidak sama.

Page 15: kebutuhan harga diri

- 15 -

Meskipun pria dan wanita mempunyai jenjang karier yang tinggi dan baik, saya dapat

berkata bahwa si pria merasa bahagia dalam hidupnya itu karena dia telah mencapai

jenjang yang tinggi di dalam kehidupannya. Meskipun hubungan dengan istrinya tidak

baik, tapi bagi dia tidak masalah sebab yang penting adalah dia telah meraih kesuksesan

itu. Sebaliknya kalau wanita mempunyai hubungan dengan keluarga yang tidak harmonis,

hubungan dengan suaminya berantakan, meskipun kedudukannya baik dia tidak akan

terlalu bahagia. Dia tidak akan bisa melepaskan dirinya dari hubungannya dengan si

suami sedangkan pria lebih mampu melepaskan dirinya dari hubungannya dengan

istrinya.

Apa yang melatarbelakangi seorang pria itu untuk berkarier? Memang pria itu

dikondisikan untuk meletakkan harga dirinya pada karier, pada kesuksesannya. Dari

mana asalnya, ya dari perlakuan keluarga dan perlakuan masyarakat. Contohnya kalau

anak perempuan menangis itu ditoleransi, tapi kalau anak laki menangis kita tidak terlalu

menoleransi. Kita secara tidak sadar mengharapkan anak laki kita itu sukar menangis

sebetulnya, kalau anak wanita kita menangis kita memakluminya sebagai bagian dari

dirinya yang mengekspresikan kesedihan itu. Tapi kita secara tak sadar tidak

mengharapkan hal yang sama pada anak laki kita, sebab kita justru mengharapkan anak

laki kita itu berperasaan kuat, mampu mengendalikan perasaannya dan tidak mudah

menunjukkan kesedihannya. Sebab tanpa kita sadari pula kita sudah mempunyai suatu

definisi bahwa menunjukkan kesedihan sama dengan menunjukkan kelemahan. Jadi

waktu anak pria menangis menurut kita dia itu sedang menunjukkan kelemahannya dan

anak pria tidak seyogyanya lemah, jadi benar-benar pria itu sangat dikaitkan dengan

kekuatan. Sehingga dari kecil anak pria dikondisi untuk kuat, untuk bisa, untuk mampu

begitu.

Apakah perbedaan itu memang perbedaan yang sifatnya natural, artinya sejak

lahir atau karena pembentukan lingkungannya?

Memang berkaitan dengan natur fisik pria dan wanita yang memang berbeda. Jadi pria

secara fisik memang mempunyai kekuatan, secara fisik tampak kokoh sedangkan wanita

secara fisik tidak tampak kokoh, lemah lembut, gemulai. Memang ide atau konsep ini tidak

bisa dibalik secara universal. Kalau misalnya kita melihat wanita berotot dan kokoh,

berkekuatan seperti baja mungkin dalam diri kita ada perasaan kurang begitu nyaman

melihat figur wanita yang seperti itu. Tapi kalau melihat figur pria yang seperti itu justru

Page 16: kebutuhan harga diri

- 16 -

kita merasa pas, jadi memang ada pengaruh biologisnya yaitu memang pria mempunyai

fisik yang kuat sedangkan wanita cenderung lebih lemah gemulai. Maka akhirnya lebih

mengundang perlakuan yang seperti itu pula dari lingkungan, masyarakat atau keluarga

mengharapkan pria justru menjadi orang yang kuat. Dan misalkan kalau kita melihat dari

sejarahnya pada masa masyarakat yang kita sebut masyarakat berburu yang pergi

berburu pria, yang di rumah yang bercocok tanam misalnya atau menjaga anak-anak

adalah wanita. Jadi memang pria diharapkan menjadi orang-orang yang kuat.

Karena perkembangan zaman mungkin sering kali terjadi harus wanita, mungkin karena

latar belakang pendidikannya dan sebagainya, dia berkarier dan tadi juga sudah

disinggung sedikit sukses di dalam kariernya. Apakah kesuksesan di dalam karier itu tidak

terlalu banyak memberikan kebahagiaan bagi si wanita ini?

Sudah tentu akan memberikan kepuasan, sebab bagaimanapun kesuksesan dalam karier

itu adalah sesuatu yang dapat dibanggakan. Namun yang perlu kita tegaskan adalah

kalau pria mendapatkan kesuksesan namun kehidupan keluarganya tidak bahagia dia

masih bisa secara relatif menemukan kepuasan hidupnya itu. Tapi sebaliknya dengan

wanita kalau hubungannya dengan orang yang dicintainya misalnya suaminya itu tidak

harmonis itu akan sangat mengganggu dia meskipun dia adalah seorang wanita yang

sukses dalam kariernya.

Jadi perbedaan itu pasti menimbulkan ketakutan-ketakutan tertentu baik dalam diri si

pria maupun dalam diri si wanita. Bagi seorang pria ketakutan utamanya adalah

kehilangan kepercayaan diri bahwa dia mampu melakukan sesuatu. Dengan kata lain pria

itu pada dasarnya takut sekali untuk merasa tidak mampu, tidak bisa menguasai keadaan

lagi. Misalkan waktu dia tidak bisa lagi mencukupi kebutuhan ekonomi keluarganya, itu

adalah suatu hal yang menakutkan, menakutkan kenapa, sebab dia tidak lagi mampu

menyediakan sesuai dengan yang dituntut. Pria dikondisi untuk selalu mampu memenuhi

tuntutan yang diembankan padanya, sebab ketidakmampuannya memenuhi tuntutan

disamakan dengan kelemahan dan pria takut sekali lemah. Sebaliknya wanita

ketakutannya lain lagi, jadi wanita ketakutannya adalah dia kehilangan kontak,

terputusnya hubungan dengan orang yang dikasihinya atau orang yang dekat dengannya.

Jadi itu menjadi hal yang sangat menakutkan, ini bisa kita kembangkan dalam konteks

berumah tangga dengan anak-anak.

Page 17: kebutuhan harga diri

- 17 -

Apakah itu dipengaruhi juga karena kaum pria lebih banyak menggunakan

pikirannya dari pada emosinya, sedang wanita itu lebih banyak menggunakan emosinya?

Pria dengan rasionya yang kuat, tidak juga dikatakan bahwa perempuan kurang rasional

atau wanita itu kurang intelektual bukan ya. Kita tidak membicarakan masalah IQ pria

dan wanita, ada yang sama-sama pandai ada yang sama-sama kurang pandainya. Tapi

memang secara operasional pria cenderung menggunakan rasionya dan wanita lebih

melibatkan emosinya dibandingkan pria, jadi ada pengaruh besar. Karena kehilangan

orang yang dikasihi itu adalah hal yang sangat menyangkut emosi seseorang waktu dia

dekat dengan seseorang, dia mengasihi orang itu, itu semuanya menyentuh perasaannya.

Jadi sewaktu perasaannya itu tidak mendapatkan kepenuhan dia ditinggalkan oleh orang

yang dikasihinya itu otomatis sangat memukul dia.

Bagaimana kalau kaum pria pada usia produktif yang memang sukses, tapi suatu

ketika usianya itu sudah lanjut kemudian dia tidak bisa bekerja apakah ketakutan juga

ada? Memang pria pada umumnya mengalami kesulitan memisahkan dirinya dari karier,

pekerjaannya. Makanya sekarang ini seperti yang saya juga ketahui di Amerika Serikat

dulu kala pria itu atau yang wanita juga sama usia pensiunnya adalah 65 tahun. Namun

sekarang makin banyak perusahaan yang mengizinkan para pekerjanya bekerja atau

meneruskan pekerjaan mereka setelah melewati usia pensiun tersebut di atas 65, selama

masih mampu, selama masih produktif silakan terus. Karena apa, karena akhirnya diteliti

bahwa usia pensiun dan memaksakan orang pensiun pada usia tertentu adakalanya justru

tidak produktif, tidak sehat bagi orang tersebut. Malah membuat orang itu depresi,

kehilangan pegangan hidup dan kehilangan makna dalam hidup ini, jadi betul sekali ada

kecenderungan kalau seseorang belum siap untuk pensiun meskipun usianya sudah 65

namun diwajibkan pensiun, itu memang bisa menimbulkan depresi dalam dirinya.

Kehilangan pekerjaan bagi dia kehilangan diri, jadi bukan saja o....saya pensiun, saya tak

ada lagi pekerjaan tapi saya kehilangan diri, saya tidak tahu apa yang saya harus kerjakan

dengan diri saya ini. Sebab pekerjaan atau karier telah begitu lekat dengan dirinya

sehingga menjadi satu.

Page 18: kebutuhan harga diri

- 18 -

Mungkin memang suatu pukulan yang cukup keras bagi pria kalau istrinya itu

berkata bahwa hasil karyanya atau hasil karya dari suaminya itu kurang memuaskan Pak

Paul sehingga dia merasa susah sekali dan merasa gagal menjadi seorang suami. Dan

sebaliknya mungkin istri itu juga merasa gagal kalau dia tidak bisa membenahi rumah

tangganya atau menyediakan makan buat suami atau anak-anaknya. Atau dia merasa

tidak dicintai oleh suaminya, tidak diterima oleh anak-anaknya itu hal yang sangat berat

bagi dia.

Jadi bagaimana jika seorang suami dan seorang istri atau pria dan wanita ini

membangun dirinya supaya dia bisa menemukan harga diri yang sepadan yang sesuai

dengan kebutuhannya, upaya-upaya apa yang seharusnya dia lakukan?

Kiranya para pria mampu memulai mencabangkan diri yaitu jangan menumpukan

segenap dirinya pada karier atau pada satu hal saja yakni kariernya itu. Penting sekali

bagi seorang pria untuk bisa membagi diri sehingga dia menemukan kepuasan melalui

hal-hal yang lain. Misalnya kita-kita ini yang memang adalah seorang hamba, melayani

segala bentuk ibadah atau berbuat baik sehingga kita akan menemukan juga kepuasan

dan makna hidup melalui amalan kita. Waktu kita menolong orang yang dalam kesusahan

atau beribadah dan sebagainya, hal-hal itu menjadi masukan yang berharga bagi kita, jadi

orang yang sehat orang yang bisa membagi dirinya dalam beberapa ruangan. Orang yang

hanya mempunyai satu ruangan dalam hidupnya, jika pada waktu ruangan itu dikunci dia

akan kehilangan arah.

Kalau yang wanita, walau bagi wanita sebetulnya mirip dengan pria, dia juga

seyogyanya membagi dirinya karena kalau tidak hati-hati wanita juga akan cenderung

terikat oleh individu-individu tertentu yang dianggapnya dekat dengan dia. Nah

biasanya selain suami atau adakalanya wanita itu sering kali lebih dekat dengan anak

daripada dengan suami sebetulnya. Kalau tidak hati-hati wanita juga akan menumpukan

siapa dirinya itu pada anak, kalau anak baik dia senang, anak sukses dia senang, anak

dekat dengan dia; dia senang, anak mencintai dia; dia senang, anak mulai berubah sedikit

dia goyang, anak mulai tidak menghubungi dia, tidak menelpon dia, tidak bercerita

dengan dia; dia panik, nah ada baiknya wanita juga membagi ruangan-ruangan hidupnya

itu, jangan hanya satu saja yaitu pada si anak.

Page 19: kebutuhan harga diri

- 19 -

Persiapan apa bagi si istri itu untuk bisa mendampingi di saat suami itu tidak

berkarier lagi?

Yang paling penting adalah kepekaan, pertama-tama dalam perkataan, jangan sampai

terlontar kata-kata yang membandingkan si suami dengan orang lain, yang lebih mampu

darinya atau jangan mengeluarkan kata-kata yang memojokkan ketidakmampuan si

suami. Engkau memang tidak mampu begini engkau memang sok bisanya hanya pamer

pada halnya tidak ada apa-apanya, nah kata-kata seperti itu sangat mematikan bagi

seorang pria, jadi dari sudut jangan, ya jangan mengeluarkan kata-kata yang akan

membuat si suami merasa rendah sekali. Dari sudut yang positif apa yang bisa dilakukan

oleh si istri kepada si suami, saya kira nomor 1 suami itu sebetulnya dalam keadaan

terpukul karena kehilangan identitas diri pekerjaannya, dia sebetulnya membutuhkan

penerimaan yang bulat, yang penuh yaitu aku menerima engkau apa adanya, bahwa aku

tetap percaya pada engkau, bahwa engkau itu memiliki kemampuan, namun sekarang

kesempatan memang sedang tidak ada di sisi engkau, tapi aku percaya pada

kemampuanmu. Nah jadi perkataan-perkataan seperti itu akan membuat si suami lebih

bergairah bahwa si istri tidak kehilangan kepercayaan, bahwa persoalan yang sedang

dihadapi ini bukanlah karena kemampuan si suami yang kurang tapi karena masalah

kesempatan yang sedang tidak ada di pihak kita ini. Sebelum si suami ini mengalami

pukulan yang berat, seharusnya dia sudah harus mencabangkan dirinya dalam hidup yaitu

dengan terlibat dalam peribadatan dan sebagainya. Kalau sudah jatuh dia baru disuruh

ikut pelayanan itu pun susah sebab gengsinya tinggi, dia akan merasa saya akan

ditertawai oleh orang lain, saya akan dinilai o....sudah bangkrut baru sekarang datang

ketempat pelayanan ibadah. Jadi bagi dia itu tekanan mental lagi, jadi memang kalau

sudah jatuh baru disuruh ke rumah ibadah dan terlibat dalam peribadatan sering kali

sukar, jadi seyogyanya sebelum itu terjadi.

Jadi ini suatu keunikan yang Allah ciptakan untuk kita sebagai pria dan wanita yang

dipersatukan dalam suatu pernikahan di mana kita bisa saling melengkapi satu dengan

yang lain.

Page 20: kebutuhan harga diri

- 20 -

BBBB AAAA BBBB 5555

H A R G A S E O R A N G W A N I T AH A R G A S E O R A N G W A N I T AH A R G A S E O R A N G W A N I T AH A R G A S E O R A N G W A N I T A

Wanita dalam sejarah peradaban manusia kecuali dalam syariat para nabi Allah

adalah makhluk yang hina. Bacalah kitab suci manapun selain Al Quran, anda akan

berkesimpulan betapa wanita menjadi korban pemujaan berhala, dicabik-cabik

kesuciaannya, tidak berdaya membela harga diri dan kehormatan keluarganya, dituduh

menjadi sumber malapetaka. Hanya segelintir wanita sepanjang zaman pra Islam yang

mampu menjaga diri dari kebiadaban ini. Mereka beruntung dijaga oleh ayahnya, saudara

laki-laki, dan suaminya. Dibina, dipersiapkan untuk menghadapi tuntutan zaman. Semua

kisah yang kita dengar, kita baca, dan saksikan seakan sepakat, bahwa wanita tidak

diperlukan selain tubuhnya saja. Semakin menarik bagian tubuhnya, makin tinggi

nilainya. Sebuah gambaran yang mengiris hati, memuakkan, sekaligus membuat wanita

khususnya merinding ketakutan. Betapa kejamnya hidup ini bagi makhluk yang bernama

wanita.

Alhamdulillah, Islam datang dengan rahmatnya. Wanita dimanusiakan dan

ditempatkan setara dengan pasangannya yaitu pria. Sayang sekali diantara pengikut

ajaran yang mulia ini, ada sebagian oknum yang masih tidak paham dan peka terhadap

fungsi dan peranan wanita dalam kehidupan. Oleh sebab itu perlu kiranya pemaparan

ulang tentang tugas wanita agar jelas nilai dan keistimewaannya, serta dihargai sesuai

dengan tujuan penciptaannya. Terutama saat kita dihadapkan pada masa kritis mencari

pendamping untuk memulai hidup baru. Agar kita bisa bersikap adil terhadap wanita

yang merupakan amanah dari Allah bagi pria yang menjadi ayah, saudara laki-laki,

paman, dan suaminya.

Tugas pria dan wanita, sebagaimana lazimnya manusia, wanita mengalami siklus

kehidupan dari tidak ada, kemudian ada, menjalani masa kanak-kanak, remaja, dewasa,

masa tua, kemudian mati. Secara umum, wanita sama dengan pria. Sama-sama Khalifah

Allah di muka bumi. Yang membedakan adalah pembagian tugas.

Laki-laki tercipta untuk kerja keras memenuhi kebutuhan jasad. Singkatnya mencari

pangan, sandang dan papan bagi keluarganya. Pengadaan 3 kebutuhan pokok itu tugas

utama laki-laki yang tidak bisa ditawar kecuali ada udzur yang ditolerir oleh syariat.

Page 21: kebutuhan harga diri

- 21 -

Laki-laki yang mengabaikan tugas ini adalah manusia yang tidak bertanggung

jawab. “ Setiap kalian akan dimintai pertanggung jawabannya.” (H.R. Bukhary dari Ibnu

Umar). Jadi bekerja keras di luar rumah mencari nafkah bukan sebuah keistimewaan yang

patut di banggakan dan menimbulkan rasa iri, tapi bukti kejantanan dan tanggung jawab.

Kalau bukan karena kewajiban, tidak mudah bagi seorang laki-laki yang mencintai anak

dan istrinya untuk seharian di luar rumah meninggalkan belahan jiwanya.

Sebaliknya tugas wanita adalah memenuhi kebutuhan rohani, mengawal suami

dan anak-anaknya agar memiliki kestabilan emosi, menjadi manusia yang mulia di sisi

Allah dan manusia. Tugas ini sangat berat, tidak dari segi fisik tapi dari beban batin. Oleh

sebab itu, wanita tidak dituntut untuk mencari nafkah, tapi boleh bekerja jika kondisi

pribadi dan masyarakat memerlukan. Adapun memasak, mencuci, membersihkan dan

mengatur rumah yang biasanya masyarakat membebankannya kepada wanita, dalam hal

ini para ulama berbeda pendapat. Perbedaan pendapat ini berpangkal dari teks-teks hadis

yang menunjukkan baik suami maupun istri sama-sama melakukan tugas rumah tangga

ini.

Sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah saw., Fatimah ra., Asma ra.( H.R.

Bukhary dari Aisyah ra. Ali bin Abi Tholib ra. Asma ra. ). Dalam masalah ini yang

diperlukan adalah keadilan dan keberhati-hatian dalam mengambil hukum. Jika tidak

ada teks yang secara jelas menunjukkan tugas ini kewajiban suami ataupun istri,

seharusnya suami tidak menuntut istri melebihi kemampuannya, karena suami tidak

punya hak yang ditolerir syariat meminta pertanggungjawaban istrinya di hadapan Allah

dalam hal memasak, mencuci, dan mengurus rumah. Sebaliknya sang istri tidak boleh

berlepas tangan dan menganggap ini adalah kewajiban suami, karena suami jelas bertugas

mencari nafkah, terutama jika suami tidak memiliki uang yang cukup untuk menggaji

pembantu rumah tangga atau mengadakan fasilitas alat-alat rumah tangga yang

memudahkan istri. Tapi jika suami mampu menggaji pembantu untuk istrinya

sebagaimana Rasululah saw. maka tuntaslah masalah ini. Mengerjakan tugas rumah

tangga adalah pintu pahala bagi suami apalagi istri.

Page 22: kebutuhan harga diri

- 22 -

Adapun dalam kebutuhan biologis suami istri berkewajiban memenuhi kebutuhan

pasangannya. Islam melegalisir perceraian dari pihak suami maupun istri jika kebutuhan

ini tidak terpenuhi. Hanya saja karena Allah menciptakan laki-laki lebih “aktif” dari

wanita, maka beberapa teks hadis melaknat istri yang menolak ajakan suaminya. ( H.R.

Bukhory dari Abu Hurairah). Penolakan istri tidak hanya berakibat di akhirat.

Syariat menggugurkan kewajiban suami memberi nafkah jika istri tidak

memberikan “peluang” kepada suami. Seringkali karena gengsi, seorang suami

menggunakan alasan-alasan sepele saat menceraikan istrinya seperti tidak pandai masak,

padahal inti permasalahan adalah penolakan istri. Oleh sebab itu dibutuhkan saling

pengertian antara suami dan istri. Suami yang mulia tidak akan membiarkan tautan

hatinya dilaknat malaikat dan mendapat murka dari Allah SWT. Dibutuhkan manajemen

yang baik dari suami maupun istri agar mereka berdua mendapat keberkahan, bukan

laknat dari Allah SWT.

Sang suami tentunya menyadari , bahwa wanita yang ada di sisinya bukan semata-

mata istri, tapi juga ibu dari anak-anaknya yang menuntut perhatian penuh demi

kesinambungan cita-cita dan perjuangan mereka berdua. Bagi seorang istri melayani

suami juga dalam rangka menjaga keutuhan rumah tangga, menjaga kestabilan emosi dan

mentalitas suami agar suami menjadi manusia yang mulia di sisi Allah dan manusia.

Karena pentingnya tugas ini, maka suami hendaklah berusaha menciptakan kondisi

tercapainya maksud ini dengan memberi kemudahan kepada istri sesuai dengan

kemampuannya.

Istri bukan budak atau pembantu rumah tangga yang dikontrak untuk mencuci

pakaian, membersihkan dan mengatur rumah. Tugas ini bisa dikerjakan oleh siapa saja,

tidak harus istri. Istri adalah teman yang mendampingi perjuangan, tempat berbagi suka

dan duka. Ada dua tugas pokok istri yang tidak bisa ditangani kecuali oleh manusia yang

bernama istri, yaitu memenuhi kebutuhan biologis suami dan mendidik anak-anaknya.

Mendidik anak tidak identik dengan membuat anak gemuk, berbadan sehat, banyak

pakaian, mainan dan lain sebagainya. Tetapi mendidik anak adalah suatu proses

mengayomi, membina agar anak menjadi manusia yang sehat jasmani, akal dan mental.

Sehingga menjadi manusia yang aktif, produktif, bermanfaat bagi masyarakatnya.

Page 23: kebutuhan harga diri

- 23 -

Walaupun semua kebutuhan fisik anak terpenuhi, tapi bila rohaninya kosong,

mentalnya bobrok tidak tahu menjalankan tugas kepada Penciptanya, dan tidak mampu

mengemban tanggung jawabnya terhadap sesama, suka berbohong dan berkhianat,

mengeksploitasi orang lain untuk kepentingan pribadinya, maka sang istri telah gagal

mendidik anak-anaknya. Karena suami yang berkewajiban mencari nafkah keluar rumah,

maka mereka lebih dekat kepada ibunya. Jika sang ibu tidak mendidik dengan baik,

apakah ada ibu lain yang bisa menggantikannya?

Idealnya suami istri bahu membahu agar mendapat rahmat dari Allah Sesuai

dengan fiman Allah dalam QS At Taubah 71 :

tβθãΖÏΒ÷σßϑø9$#uρ àM≈ oΨ ÏΒ÷σßϑø9$#uρ öΝßγ àÒ ÷èt/ â !$ uŠ Ï9÷ρ r& <Ù÷èt/ 4 šχρ âß∆ù' tƒ Å∃ρ ã�÷èyϑø9$$ Î/ tβöθyγ ÷Ζtƒuρ

Ç tã Ì�s3Ζßϑø9$# šχθ ßϑŠ É)ãƒuρ nο 4θn=¢Á9$# šχθ è? ÷σムuρ nο 4θx.̈“9$# šχθ ãèŠ ÏÜムuρ ©! $# ÿ…ã& s!θß™u‘ uρ 4 y7Í×̄≈ s9'ρ é& ãΝßγ çΗxq ÷�z�y™ ª!$# 3 ¨βÎ) ©! $# ͕tã ÒΟŠ Å3 ym ∩∠⊇∪

” Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah)

menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang

ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka

taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya

Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.

Sungguh sangat disayangkan bila suami istri tidak bisa kerjasama, apalagi

menggembosi dan menggagalkan tugas pasangannya. Dalam kondisi seperti ini suami istri

harus mengkaji ulang tujuan dan orientasi pernikahan mereka.

Page 24: kebutuhan harga diri

- 24 -

D A F T A R D A F T A R D A F T A R D A F T A R P U S T A K AP U S T A K AP U S T A K AP U S T A K A

Admin, 10 Mei 2007, Narsisme, Kagum Kok Pada Diri Sendiri, Gaya Hidup Sehat, Jakarta.

Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi, 2007, Tegur Sapa Gembala Keluarga (TELAGA), staff-

[email protected], Jakarta. Dedeh Rosmiyati, 24 Nopember 2002, Undergraduate Theses from JIPTUMM,

infopus@jiptumm ITB Central Library, Bandung. Hasanah, 2007, Harga Seorang Wanita 1, Blog. Terms, Jakarta. Hermanu, 17 Januari 2005, Hirarki Kebutuhan, hermanu.blogspot.com, Banyumili. Nisaiyat Majalah Dinamika, 14 Agustus 2006. Islamabad. Owlizevitch, 23 Mei 2006, Succes Is The Earthly Judge Of Right Or Wrong, Bandung. Wadehel, 25 April 2007, 5 Level Blogger Ala Kang Maslow, wadehel.wordpress.com,

Jakarta.

Page 25: kebutuhan harga diri

- 25 -

Succes I s The Earthly Judge Of Right Or Wrong

(Islamabad,14 Agustus 2006)

* Nisaiyat majalah Dinamika PPMI Pakistan

** Mahasiswa S2 Fak.Usuluddin jurusan Tafsir IIUI, Pakistan

k2 team. Blog pada WordPress.com