of 117 /117
KEBIJAKAN POLITIK ISLAM NIK ABDUL AZIZ NIK MAT DI KELANTAN TAHUN 1990-2008 OLEH : AHMAD MAWARDI BIN ABDULLAH NIM: 107045203901 KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H / 2009 M

KEBIJAKAN POLITIK ISLAM NIK ABDUL AZIZ NIK …...KEBIJAKAN POLITIK ISLAM NIK ABDUL AZIZ NIK MAT DI KELANTAN TAHUN 1990-2008 Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk

  • Author
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Text of KEBIJAKAN POLITIK ISLAM NIK ABDUL AZIZ NIK …...KEBIJAKAN POLITIK ISLAM NIK ABDUL AZIZ NIK MAT DI...

  • KEBIJAKAN POLITIK ISLAM NIK ABDUL AZIZ NIK MAT

    DI KELANTAN TAHUN 1990-2008

    OLEH :

    AHMAD MAWARDI BIN ABDULLAH

    NIM: 107045203901

    KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH

    PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH

    FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1430 H / 2009 M

  • KEBIJAKAN POLITIK ISLAM NIK ABDUL AZIZ NIK MAT

    DI KELANTAN TAHUN 1990-2008

    Skripsi

    Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum

    untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

    Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

    Oleh:

    AHMAD MAWARDI BIN ABDULLAH

    NIM: 107045203901

    Di Bawah Bimbingan

    Pembimbing I Pembimbing II

    Khamami Zada, MA. Masyrofah, S.Ag,

    M.Si.

    NIP: 150 326 892 NIP: 150 318 265

    KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM

    PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH

    FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1430 H / 2009 M

  • PENGESAHAN PANITIA UJIAN

    Skripsi berjudul “KEBIJAKAN POLITIK ISLAM NIK ABDUL AZIZ NIK MAT

    DI KELANTAN TAHUN 1990-2008” telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah

    Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

    Jakarta pada 03 Maret 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat

    memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam (SHI) pada Program Studi Jinayah Siyasah

    Konsentrasi Ketatanegaraan Islam (Siyasah Syar’iyyah).

    Jakarta, 03 Maret 2009

    Mengesahkan,

    Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

    Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA,

    MM.

    Nip: 150 210 422

    PANITIA UJIAN MUNAQASYAH

    1. Ketua : Asmawi, M.Ag. (..…....…….……………)

    NIP: 150 282 394 2. Sekretaris : Sri Hidayati, M.Ag.

    (..…....…….……………) NIP: 150 282 403

    3. Pembimbing I : Khamami Zada, MA. (..…....……….…………)

    NIP: 150 326 892

    4. Pembimbing II : Masyrofah, S.Ag, M.Si.

    (..…....……….…………)

  • NIP: 150 318 265

    5. Penguji I : Dr. H. Mujar Ibnu Syarif, M.Ag. (..…........…….…………)

    NIP: 150 275 509

    6. Penguji II : Sri Hidayati, M.Ag. (..…....…….……………)

    NIP: 150 282 403

  • LEMBAR PERNYATAAN

    Dengan ini saya menyatakan bahwa :

    1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

    salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) di Universitas Islam

    Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

    sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

    Syarif Hidayatullah Jakarta.

    3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

    atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

    menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    Jakarta: 10 Maret 2009 M

    13 Rabiul Awal 1430 H

    Ahmad Mawardi Bin Abdullah

  • KATA PENGANTAR

    Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, puji syukur

    penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala nikmat dan karunia-Nya, dan

    semua yang telah dianugerahkan-Nya kepada penulis. Selawat dan salam semoga

    senantiasa dilimpahkan kepada pembawa risalah Allah SWT, Nabi Muhammad

    SAW, keluarga dan para sahabatnya, yang telah menunjukkan jalan hidayah dan

    pembuka ilmu pengetahuan dengan agama Islam.

    Skripsi yang berjudul "Kebijakan Politik Islam Nik Abdul Aziz Nik Mat

    Di Kelantan Tahun 1990-2008" penulis susun dalam rangka memenuhi dan

    melengkapi persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Hukum Islam (SHI) pada

    Program Studi Jinayah Siyasah Konsentrasi Siyasah Syar'iyyah (Ketatanegaraan

    Islam) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

    Jakarta.

    Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini, masih

    banyak kekurangan dan kelemahan yang dimiliki penulis. Namun berkat

    bantuan dan dorongan dari semua pihak, akhirnya penulisan skripsi ini dapat

    diselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih secara khusus yang

    sedalam-dalamnya kepada:

  • 1. Pihak Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

    memberikan kesempatan untuk menimba ilmu.

    2. Kepada Negara Republik Indonesia yang telah memberikan kami izin tinggal

    untuk mencari dan mendapatkan ilmu yang sangat bermanfaat untuk kami.

    3. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    4. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM. Dekan Fakultas Syariah

    dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    5. Khamami Zada MA. Dan Masyrofah S.Ag, M.Si. Dosen Pembimbing skripsi

    penulis, yang dengan sabar telah memberikan banyak masukan dan saran,

    sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Semoga apa yang telah ajarkan

    mendapat balasan dari Allah SWT.

    6. Asmawi, M.Ag. dan Sri Hidayati, M.Ag. Ketua dan Sekretaris Program Studi

    Jinayah Siyasah yang tanpa henti memberikan dorongan dan semangat kepada

    penulis, dan kepada seluruh dosen-dosen Fakultas Syariah dan Hukum.

    7. Pimpinan dan segenap karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan

    FUF, UIN Syarif Hidayatullah dan Perpustakaan Umum Islam Imam Jama.

    8. Kepada pihak Perpustakaan Awan Negeri Terengganu yang memberi peluang

    untuk penulis membuat penelitian dan kajian.

    9. Ayahanda Abdullah bin Umat serta Ibunda tercinta Che Hab binti Mohd Baki

    yang sentiasa mendoakan penulis. Terima kasih jerih payah dan pengorbanan

    yang tak terhingga serta senantiasa memberikan semangat tanpa jemu hingga

  • anakanda dapat menyelesaikan pengajian. Jasa kalian tetap dalam ingatan tidak

    ada dapat dipersembahkan sebagai balasan melaikan hanya sebuah kejayaan.

    10. Terima kasih dan salam sayang kepada abang dan kakak, kak Long Mek, Abang

    Rie, Kak Yah, Abang Mie, Kak Nah, Kak Z, Kak Zie. saudara-saudaraku yang

    lain, Abang Zam, Abang Mi, Abang Zid, Amri, Atiq, Amin, Akram. Dan

    seluruh anak saudara dan saudara-mara penulis yang selalu memberi dorongan

    dan membantu penulis sehingga tetap exist di Ibu Kota Jakarta ini.

    11. Warga Kudqi yang telah memberikan tempat belajar terutama Dato Tuan Guru

    Haji Harun Taib, Rektor Ust. Mahmood Sulaiman, Ust Soud Said, Ust. Nik

    Mohd Nor, YB. Ust. Mohd Nor Hamzah, Ust. Rizki Ilyas, Ustadzah Zaitun,

    Ust. Kamaruzaman, Ust. Sya’ri Zulkarnain, Ust. Asmadi, Ust. Khalil, Ust.

    Syukri dan seluruh Ustad dan Ustadzah juga pelajar Kudqi yang tidak dapat

    penulis sebutkan disini.

    12. Anual Bakhri Haron Setiausaha Politik Menteri Besar Kelantan.

    13. My friends, Mustafa, Harun, Amir, Faizal, Baha, Ust Hadi, Ahmad Baihakki

    Al-Nadawi, Khairi, Hajar, Masithah, Wahida, Yunus, Fakhri, Sufian K.B,

    Fawwas, Ayah Su. Semoga kita Istiqqamah dalam perjuagan Islam.

    14. Teman-teman Indonesia yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan

    skripsi ini khususnya saudara Oyok Tolisalim dan beberapa teman-teman lain

    yang membantu penulis untuk memahami dan sharing lebih dalam mengenai

    ketatanegaraan Islam.

  • 15. Yang terakhir terima kasih kepada sahabat-sahabat ex-KUDQI, APID, KIDU

    yang tinggal di kosan-kosan, ASPA dan ASPI UIN Syarif Hidayatullah

    “semoga kita tetap dalam satu Perjuangan” dan juga semua teman-teman

    Malaysia yang berada di UIN Jakarta.

    Akhirnya penulis berharap semoga Allah SWT memberikan balasan yang

    lebih baik dari semua yang telah mereka berikan dan lakukan untuk penulis

    khususnya kepada semua pihak pada umumnya. Penulis menyampaikan harapan yang

    begitu besar agar skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis sendiri dan

    pembaca sekalian. Dan semoga Allah menjadikan penulisan skripsi ini sebagai suatu

    amalan yang baik di sisi-Nya.

    Jakarta: 25 Februari 2009 M 01 Rabiul Awal 1430 H

    Penulis

  • DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR ........................................................................................ i

    DAFTAR ISI ....................................................................................................... v

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

    B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................................ 7

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 8

    D. Kajian (Review) Studi Terdahulu ............................................. 8

    E. Metode Penelitian .................................................................... 12

    F. Sistematika Penelitian .............................................................. 14

    BAB II KEBIJAKAN POLITIK DALAM PERSPEKTIF POLITIK

    ISLAM

    A. Pengertian Politik Islam ........................................................... 15

    B. Hubungan Agama dan Politik dalam Islam ............................... 23

    C. Kebijakan Politik dalam Islam ………………………………… 31

    BAB III RIWAYAT HIDUP DAN KARIR POLITIK NIK ABDUL AZIZ

    NIK MAT DI NEGARA BAGIAN KELANTAN

    A. ................................................................................................. K

    eadaan Geografis Negara

    Bagian Kelantan ....... 40

  • B. ................................................................................................. K

    eadaan Sosial, Ekonomi dan Politik .......................................... 41

    C. ................................................................................................. R

    iwayat Hidup, Pendidikan dan Karir Politik Nik Abdul Aziz

    Nik Mat ................................................................................... 51

    BAB IV KEBIJAKAN POLITIK ISLAM NIK ABDUL AZIZ NIK MAT:

    ISLAMISASI DI NEGARA BAGIAN KELANTAN

    A. Bidang Politik dan Hukum ....................................................... 58

    B. Bidang Ekonomi ...................................................................... 61

    C. Bidang Sosial dan Budaya ....................................................... 67

    D. Bidang Pendidikan ................................................................... 71

    E. Respon Masyarakat Kelantan dan Pemerintah Malaysia ............ 74

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan .............................................................................. 84

    B. Saran-saran .............................................................................. 86

    DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 88

    LAMPIRAN ....................................................................................................... 92

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Islam adalah suatu agama yang sempurna, yang telah diturunkan oleh

    Allah SWT melalui Rasul-Nya, yang mana Islam telah mengatur seluruh aspek

    kehidupan manusia sedemikian rupa. Islam adalah suatu sistem kehidupan yang

    lengkap dan sempurna. Pernyataan ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam

    surah Al-Quran:

    �������� ����☺���� ������ ��������� ���☺�������� ������ ��! "#$�☺&�'

    ���()�*�� ����� ,�- �/�0 �����: 5/ا���ءدة( 3(

    Artinya: “Pada hari ini, Aku telah menyempurnakan kepadamu agamamu dan Aku telah mencukupkan nikmat-Ku atasmu, dan Aku telah meridai islam

    itu sebagai agamamu…(Q.S: al-Maidah/5: 3)

    Islam sebagai sistem kehidupan yang lengkap dan sempurna, mengandung

    lima sub sistem: spiritual, moral, politik, ekonomi, dan sosial. Dari subsistem

    tersebut, ternyata sub sistem politik mempunyai kedudukan yang strategis, baik

    melalui pendekatan kontruksi developmental maupun melalui pendekatan

    struktural-fungsional. Sebab keputusan politik sangat menarik simpati semua

    anggota masyarakat, karena adanya sanksi-sanksi hukum yang kuat. Karena itu,

    Ibnu Taimiyah mewajibkan agar sistem politik yang secara kongkrit berbentuk

    negara atau pemerintahan itu diatur melalui ketentuan Islam. Sebab, tidak

  • mungkin ketentuan-ketentuan hukum Islam seperti hudud, amar’ ma’ruf dan

    nahyi munkar, jihad fi sabilllah, menegakkan keadilan dan menolong orang yang

    teraniaya dapat dilaksanakan dengan baik, tanpa adanya negara atau pemerintah

    Islam.1

    Dalam kalangan umat Islam terdapat berbagai pendapat antara agama dan

    negara di antaranya ialah; pertama, Islam adalah agama yang sempurna dan

    lengkap dengan peraturan bagi segala aspek kehidupan manusia termasuk dalam

    kehidupan berpolitik dan bernegara. Dalam hal ini manusia harus dapat

    melaksanakan ketatanegaraan Islam yang telah diatur oleh Nabi Muhammad

    SAW, dan tidak perlu mengikuti kiblat Barat karena Islam telah mengatur

    sebegitu detail akan sebuah konsep negara dan politik bernegara. Kedua, Islam

    adalah sebagai agama, sama sekali tidak ada hubungannya dengan masalah politik

    dan ketatanegaraan. Menurut kelompok ini, agama adalah masalah rohani dan

    tidak semestinya dibawa ke masalah negara. Menurut pendapat ini, tidak ada

    tugas untuk mendirikan dan mengepalai suatu negara. Ketiga, Islam adalah suatu

    agama yang serba lengkap yang di dalamnya juga mengatur sistem kenegaraan

    yang lengkap pula. Namun, tidak sependapat pula bila Islam sama sekali tidak ada

    hubungannya dengan masalah politik dan ketatanegaraan. Menurut mereka Islam

    merupakan ajaran totalitas tapi dalam bentuk petunjuk yang pokok-pokok saja.2

    1 Abdul Qadir Djaelani, Negara Ideal Menurut Konsepsi Islam, (Surabaya: PT Bina Ilmu,

    1995) cet. I, h, IX 2 Amiruddin M. Hasbi, Konsep Negara Islam Menurut Fazlur Rahman, (Yoqyakarta:

    UUI Press, 2000), cet. I, h, 2

  • Dari perbedaan pendapat tersebut disebabkan karena kurangnya

    penjelasan yang tegas dari al-Qur’an dan as-Sunah Rasulullah SAW walaupun

    Nabi SAW dianggap sebagai peletak dasar pembangunan negara yaitu di

    Madinah, namun dalam praktiknya tidak memberikan suatu format yang baku

    tentang negara. Demikian juga apa yang telah dipraktikkan oleh para sahabat

    setelah Nabi SAW wafat, khususnya Khulafa al-Rasyidin dalam hal ketata-

    negaraan, hingga kini masih terdapat perdebatan dalam mempersepsikan apakah

    metode suksesi dan sejarah khalifah yang didirikan pasca Nabi SAW merupakan

    ajaran agama atau urusan duniawi. Selain itu juga sebab terjadinya perbedaan

    pendapat tersebut dipengaruhi oleh zaman dan lingkungan politik yang berbeda.3

    Sehingga banyak penafsiran negara yang selalu berubah terus sepanjang zaman.

    Repolitisasi Islam cenderung diartikan sebagai fenomena maraknya

    kehidupan politik Islam. Indikator utama yang digunakan sebagai dasar penilaian

    itu adalah munculnya sejumlah partai yang menggunakan simbol dan asas Islam

    atau yang berbasis massa komunitas Islam, maka muncul pendapat lain yang

    mendefinisikannya sebagai munculnya kembali kekuatan politik Islam.4

    Hubungan Islam dan politik adalah subyek yang sangat menarik, sepanjang masa

    akan menjadi persoalan yang bersifat recurrent. Artinya, masalah ini akan selalu

    3 M. Din Syamsuddin, Islam dan Politik Era Orde Baru, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,

    2001), cet. I, h. x 4 Bahtiar Effendy, Re-Politisasi Islam: Pernahkah Islam Berhenti Berpolitik?,

    (Bandung: Mizan, 2000), cet. I, h. 195

  • muncul, sebab pada dasarnya Islam, umat Islam atau kawasan Islam, tak akan

    pernah bisa dipisahkan dari persoalan-persoalan politik.5

    Dunia kini menyaksikan kebangkitan di kalangan umat Islam yang

    berusaha untuk menegakkan kembali identitas mereka sendiri. Kebangkitan

    semangat keislaman tersebar luas di seluruh dunia, khususnya di negara yang

    mayoritas penduduknya umat Islam. Umat Islam berkeinginan untuk mencirikan

    cara hidup mereka berdasarkan syari’at Islam. Kesadaran ini telah menimbulkan

    keinginan untuk mengetahui cara lebih mendalam tentang sistem pemerintahan

    Islam serta sistem undang-undang Islam yang seharusnya diterapkan oleh Negara-

    negara Muslim modern saat ini.

    Di Malaysia misalnya, gerakan-gerakan kearah upaya penerapan syari’at

    Islam sudah lama menjadi agenda masyarakat Islam atau sebagian umat Islam

    yang sedar betapa pentingnya hukum Islam dan peraturan Allah SWT untuk

    menyelesaikan masalah sosial yang berlaku kini.6 Salah satunya partai politik

    yang concern dalam hal ini adalah Partai Islam se-Malaysia (PAS), yaitu suatu

    partai politik yang berasaskan idiologi Islam yang bersifat syumul, merealisasikan

    dalam praktek fikih siyasah untuk membawa perubahan dan gerakan reformis

    dengan tujuan menerapkan hukum-hukum Islam secara menyeluruh.7 PAS

    5 Bahtiar Effendy, Disartikulasi Pemikiran Politik Islam?, Kata Pengantar dalam buku

    Gagalnya Islam Politik terjemahan dari karangan Olivier Roy: The Failure of Political Islam, (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2002), cet. I, h. v

    6 Dato’ Haji Husain Awang, Tazkirah Pilihanraya, Islam: Tuntutan dan kewajipan, (Terengganu: Dewan Ulama’ PAS Negeri Terengganu, 1998) h. 81

  • merupakan partai oposisi yang ada di semua Negara bagian Malaysia, partai ini

    menguasai negeri Kelantan, Kedah dan Perak dalam pemilu 2008. Sedangkan

    dalam pemilu tahun 1999, PAS hanya menguasai negeri Kelantan dan

    Terengganu, keberhasilan PAS dalam memformulasikan hukum Islam terjadi

    ketika menguasai kedua negeri ini, yaitu dengan terbentuknya Enakmen Jenayah

    Syari’ah II 1993 di Kelantan dan Enakmen Jenayah Syari’ah (Hudud dan Qishas)

    2002 di Terengganu.8

    Di negara-negara yang menganut sistem demokrasi bahwa partai politik

    yang menang dalam pemilu akan menguasai pemerintahan dan biasanya

    pemimpin partai tersebut diangkat menjadi kepala pemerintahan baik itu Presiden

    maupun Perdana Menteri dan termasuk kepala-kepala pemerintahan di Negara-

    negara bagian atau daerah. Di Malaysia misalnya, Partai Persatuan Orang Melayu

    (UMNO) yang selama ini memenangkan pemilu merupakan partai penguasa

    dalam pemerintahan sehingga Perdana Menteri Malaysia dipilih dan diangkat dari

    UMNO. Akan tetapi, terdapat di beberapa negara bagian yang tidak dikuasai oleh

    UMNO melainkan dikuasai oleh PAS yaitu Negara bagian Kelantan, Kedah dan

    Perak dalam pemilu 2008, kepala daerah (Menteri Besar) di tiga Negara bagian

    ini adalah pemimpin-pemimpin PAS.

    Selain itu, adanya penguasaan oleh satu partai di suatu Negara atau

    Negara Bagian (Daerah) tentunya akan sangat mempengaruhi corak kehidupan

    7 Haji Abdul Hadi Awang, Selamatkan Demokrasi Keadilan, (Selangor: Partai Islam se-

    Malaysia, 2007), h. 27-28 8 Mahamad Arifin, et al., Pentadbiran Undang-undang Islam di Malaysia, (Kuala

    Lumpur: Dewan Pustaka dan Bahasa, 2007), cet. I, jil. XII, h. 42

  • perpolitikan dan jalannya pemerintahan yang ada. Ideologi partai penguasa

    biasanya akan sedikit banyak mempengaruhi jalannya pemerintahan terutama

    dalam pembuatan kebijakan-kebijakan baik di Badan Legislatif atau Parlemen

    maupun Eksekutif.

    Di Kelantan misalnya, Negara Bagian ini dikuasai oleh PAS dan kepala

    pemerintahannya pun adalah seorang tokoh PAS yaitu Nik Abdul Aziz Nik Mat.

    Dia adalah seorang tokoh pemikir Islam dan kini beliau menjabat sebagai

    Mursyidul Am9 Parti Islam Se-Malaysia (PAS) sekaligus Menteri Besar

    (Gubernur) Negara Bagian Kelantan Malaysia, dia merupakan seorang tokoh

    Ulama di Malaysia yang pernah menimba ilmu di Universitas Doebond India,

    Kursus Tafsir dan Hadist di Lahore Pakistan dan Universitas Al-Azhar Mesir.10

    Dia telah memimpin PAS semenjak menang menjadi calon Parlemen dari Negara

    Bagian Kelantan Hilir pada tahun 1967, kemudian dia dilantik menjabat sebagai

    Ketua Dewan Ulama’ PAS Pusat beserta Pesuruhjaya PAS Negara Bagian

    Kelantan pada tahun 1978 dan menjadi Menteri Besar dari tahun 1990 hingga

    sekarang.11Artinya, dia mempunyai kekuasan dan wewenang dalam menjalankan

    pemerintahan, dia juga memiliki peluang dan kesempatan untuk menerapkan

    kebijakan-kebijakan atau pemikiran-pemikirannya tentang politik Islam di

    9 Penasihat Parti Islam Se-Malaysia (PAS)

    10 Jamal Mohd Lokman Sulaiman, Biografi Tuan Guru Dato’ Haji Nik Abdul Aziz Nik

    Mat Seorang Ulama’ Serta Ahli Politik Malaysia Di Abad Ke 20, (Selangor: Sulfa Human Resoucer & Development), cet. I, h. 16

    11 Ibid., h. 103

  • Kelantan. Oleh karena itu, bagaimanakah usaha-usaha dia dalam

    mengimplementasikan kebijakan tersebut, baik dalam perpolitikan di Kelantan

    yang berpengaruh terhadap pembentukan undang-undang maupun dalam bentuk

    kebijakan-kebijakan politiknya.

    Untuk mengetahui bagaimana kebijakan-kebijakan Nik Abdul Aziz Nik

    Mat di Kelantan, maka perlu dilakukan penelitian dengan lebih lanjut, sehingga

    terdorong untuk menganalisa lebih dalam melalui penelitian skripsi dengan judul

    “KEBIJAKAN POLITIK ISLAM NIK ABDUL AZIZ NIK MAT DI

    KELANTAN TAHUN 1990-2008”.

    B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

    1. Pembatasan Masalah

    Agar pembahasan dalam penelitian ini tidak meluas, maka penulis

    membatasi dan hanya memfokuskan bahasan pada kebijakan-kebijakan politik

    yang diambil oleh Nik Abdul Aziz Nik Mat sebagai Menteri Besar (Gubernur)

    Kelantan khususnya dalam bidang politik dan hukum, ekonomi, sosial budaya

    dan pendidikan pada tahun 1990-2008. Kemudian penulis akan melihat

    bagaimana pengaruh politik hukum Islam dalam kebijakan-kebijakan tersebut.

    2. Perumusan Masalah

    Berdasarkan uraian dalam latar belakang dan pembatasan masalah di

    atas, maka permasalahan-permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian

    ini dapat dirumuskan menjadi sebagai berikut:

  • a. Bagaimanakah kebijakan-kebijakan politik Islam yang diambil oleh Nik

    Abdul Aziz Nik Mat di Negara Bagian Kelantan?

    b. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan politik Nik Abdul

    Aziz Nik Mat terhadap peraturan perundang-undangan di Kelantan?

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    Dalam penelitian ini penulis memiliki tujuan di antaranya:

    1. Untuk mengetahui kebijakan-kebijakan politik Islam yang diambil oleh Nik

    Abdul Aziz di Negara Bagian Kelantan.

    2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan politik Nik

    Abdul Aziz Nik Mat terhadap peraturan perundang-undangan di Kelantan.

    Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut:

    1. Sebagai persyaratan mendapat gelar Sarjana Hukum Islam.

    2. Secara akademis untuk mendapatkan jawaban-jawaban terhadap berbagai

    persoalan yang terkait dengan politik Islam.

    3. Memberi pengetahuan dan infomasi tentang penerapan politik Islam di Negara

    Bagian Kelantan Malaysia.

    4. Sebagai sumbangan pemikiran dan pengembangan khazanah keilmuan

    khususnya di bidang ketatanegaraan Islam di Malaysia.

    D. Kajian (Review) Studi Terdahulu

    Sejumlah penelitian dengan bahasan tentang politik Islam telah dilakukan,

    baik mengkaji secara spesifik topik tersebut ataupun yang mengkajinya secara

  • umum yang sejalan dengan bahasan penelitian ini. Berikut ini merupakan paparan

    tinjauan umum atas sebagian karya-karya penelitian tersebut baik yang berupa

    buku maupun skripsi, di antaranya:

    Penelitian yang ditulis oleh Sofian Arshad yang berjudul “Hak Non

    Muslim di Negara Bagian Kelantan” tahun 2006.12 Penelitian ini di antaranya

    membandingkan hak non muslim di sebuah Negara Islam dengan hak non muslim

    di Kelantan dan menjelaskan kebijakan pemerintah Negera Bagian Kelantan

    dalam menangani hak non muslim di Negera Bagian Kelantan.

    Penelitian Mohammad Adnin Bin Yahya, “Konsep Negara Islam Di

    Malaysia (Menurut UMNO dan PAS)”, tahun 2006.13 Penelitian ini membahas

    mengenai penerapan nilai-nilai Islam yang ada di Malaysia mulai dari sudut

    pandang yang berkuasa (UMNO) maupun dari pihak (PAS).

    Penelitian yang ditulis oleh Rio Tamara yang berjudul “Strategi Partai

    Politik Islam dalam Upaya Penerapan Hukum Islam di Indonesia” tahun 2004.14

    Rio Tamara coba menjelaskan hubungan agama dan politik dalam Islam menurut

    partai-partai politik yang ada di Indonesia.

    12 Sofian Arshad, “Hak Non Muslim di Negara Bagian Kelantan”, (Skripsi S1 Fakultas

    Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006) 13 Mohammad Adnin Bin Yahya, “Konsep Negara Islam Di Malaysia (Menurut UMNO

    dan PAS)”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006)

    14 Rio Tamara, “Strategi Partai Politik Islam dalam Upaya Penerapan Hukum Islam di

    Indonesia”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004)

  • Penelitian Ahmad Akhyari Ismail yang berjudul “Upaya dan Tantangan

    Pelaksanaan Syariat Islam di Malaysia” tahun 2006.15 Isi penelitian ini menjelas-

    kan tentang pelaksanaan syariat Islam di Malaysia. Malaysia adalah Negara yang

    mayoritas penduduknya Muslim dan agama Islam adalah agama resmi Negara,

    akan tetapi dalam pelaksanaan hukum Islam tidak diterapkan secara menyeluruh

    sehingga hal ini menyebabkan banyak Negara Bagian ingin menerapkan syariat

    Islam secara menyeluruh. Dalam pembahasannya, skripsi ini lebih menfokuskan

    pada upaya Negara bagian Kelantan yang ingin menerapkan syariat Islam. Yaitu

    upaya bagaimana hukum pidana Islam dapat diterapkan dan dijalankan.

    Selain skripsi di atas, sejumlah penelitian dengan bahasan tentang tokoh

    Nik Abdul Aziz Nik Mat telah dilakukan, baik yang mengkaji secara spesifik

    topik tersebut maupun yang bersinggungan secara umum dengan bahasan

    penelitian. Berikut ini merupakan paparan tinjauan umum atas sebagian karya-

    karya penelitian tersebut:

    Buku pertama, “Biografi Tuan Guru Dato’ Haji Nik Aziz Nik Mat Seorang

    Ulama’ Serta Ahli Politik Malaysia di Abad ke 20” karya Jamal Mohd Lokman.16

    Buku ini membahas tentang sejarah kelahiran, kehidupan sebagai pendidik, ulama

    dan ahli politik serta perjuangan politik Nik Abdul Aziz Nik Mat.

    15 Ahmad Akhyari Ismail, “Upaya dan Tantangan Pelaksanaan Syariat Islam di

    Malaysia”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006)

    16 Jamal Mohd Lokman Sulaiman, Biografi Tuan Guru Dato’ Haji Nik Abdul Aziz Nik Mat Seorang Ulama’ Serta Ahli Politik Malaysia di Abad Ke 20, (Selangor: Sulfa Human Resoucer & Development, 1999), cet. I

  • Buku kedua, “Model Kerajaan Islam Membangun Bersama Islam” karya

    Harun Taib.17 Buku ini di antaranya membicarakan konsep-konsep kepimpinan

    dalam Parti Islam Se-Malaysia (PAS) khusus di Negara Bagian Kelantan, akhlak

    dan disiplin dalam Harakah Islamiyyah, model-model kerajaan Islami, ulama-

    ulama dan tokoh-tokoh politik Malaysia.

    Buku ketiga, “Islam dan Demokrasi”, karya Haji Abdul Hadi Awang.18

    Dalam buku ini di tulis beberapa bab tentang “politik dan agama, pemisahan

    politik dan agama, serta prinsip-prinsip dan konsep politik dalam Islam”. Intinya

    buku ini membahas tentang bagaimana hubungan politik dalam Islam di sebuah

    negara.

    Dari beberapa kajian (review) terdahulu di atas, khususnya tentang

    Kelantan dan politik Islam sebagaimana telah disebutkan di atas, penulis belum

    menemukan tulisan yang membahas atau mengkaji kebijakan politik Islam Nik

    Abdul Aziz Nik Mat di negeri Kelantan secara khusus. Adapun penelitian yang

    dilakukan oleh Sofian Arshad dan Ahmad Akhyari Ismail pembahasannya hanya

    seputar hak non Muslim di Kelantan dan tantangan pelaksanaan syariat Islam di

    Malaysia. Penelian pertama tidak menyentuh kebijakan politik Islam Nik Abdul

    Aziz Nik Mat, demikian juga dengan penelitian kedua walaupun fokus kajiannya

    di Kelantan tetapi hanya menjelaskan seputar upaya penerapan hukum pidana

    17 Harun Taib, Model Kerajaan Islam: Membangun Bersama Islam, (Kuala Lumpur:

    Dewan Ulama’ PAS Pusat, 2000), cet. I 18 Abdul Hadi Awang, Islam dan Demokrasi, (Selangor: PTS Islamika, 2007), cet. I

  • Islam saja. Dengan demikian, penelitian yang penulis lakukan dalam skripsi ini

    berbeda dengan penelitian sebelumnya, yaitu tentang kebijakan politik Islam Nik

    Abdul Aziz Nik Mat di negeri Kelantan dalam dalam bidang perundang-undangan

    (hukum), bidang ekonomi, pendidikan, sosial dan budaya.

    E. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan

    1. Jenis Penelitian

    Pada prinsipnya penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan

    (Library Recearch) dan penelitian lapangan (Field Research). Penelitian

    kepustakaan yaitu penelitian yang kajiannya dilaksanakan dengan menelaah

    dan menelusuri berbagai literatur, karena memang pada dasarnya sumber data

    yang hendak digali lebih terfokus pada studi pustaka. Dengan demikian

    penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Deskriptif di sini

    dimaksudkan dengan membuat deskripsi secara sistematis dengan melihat dan

    menganalisis data-data secara kualitatif.

    Sedangkan penelitian lapangan (Field Research), yaitu penelitian yang

    dilakukan dengan mendatangi langsung objek yang akan diteliti guna

    mendapatkan data-data. Langkah yang digunakan dalam penelitian lapangan

    ini melalui teknik wawancara.

    2. Obyek Penelitian

    Yang menjadi obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan-kebijakan

    politik yang diambil oleh Nik Abdul Aziz Nik Mat yang berkaitan dengan

  • hukum Islam di Negara Bagian Kelantan Malaysia yaitu kebijakan dalam

    bidang politik dan hukum, ekonomi, sosial budaya dan pendidikan.

    3. Teknik Pengumpulan Data

    Untuk mendapatkan data yang lebih akurat dan faktual, teknik

    pengumpulan data dilakukan dengan studi wawancara dan dokumenter dari

    bahan-bahan tertulis yakni dengan mencari bahan-bahan yang terkait serta

    mempunyai relevansi dengan obyek penelitian. Data yang diperoleh dapat

    dibedakan menjadi data primer dan sekunder.

    Yang termasuk ke dalam sumber data primer adalah hasil wawancara

    dengan Juru Bicara Politik Menteri Besar (Gubernur) Kelantan. Sedangkan

    sumber data sekunder adalah “Biografi Tuan Guru Dato’ Haji Nik Abdul Aziz

    Nik Mat” dan buku-buku, literatur-literatur, wabsite yang berkaitan dengan

    obyek penelitian. Kemudian data tertier berupa kamus, jurnal dan artikel.

    4. Teknik Analisis Data

    Data-data yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka dan dari

    wawancara sebagaimana yang telah disebutkan di atas melalui pendekatan

    deskriptif-analisis. Selain itu, dimungkinkan penelitian ini juga menggunakan

    pendekatan historis-komparatif dan sosiologis-deskriptif. Hal ini dimaksudkan

    agar penelitian dapat dilakukan sejauh mungkin mengenai corak kebijakan

    politik Islam seorang tokoh Nik Abdul Aziz Nik Mat dan upaya-upaya yang

    dilakukan dalam menerapkannya. Secara sosiologis, karakter kehidupan sese-

    orang terbentuk dari kondisi sosial kehidupan masyarakat di mana ia tinggal.

  • 5. Teknik Penulisan Skripsi

    Penulisan skripsi ini berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan

    Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    tahun 2007” yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    F. Sistematika Penulisan

    Untuk mempermudahkan dan memperoleh gambaran yang utuh serta

    menyeluruh, penelitian skripsi ini ditulis dengan menggunakan sistematika

    membahasan sebagai berikut:

    BAB I Merupakan bab pendahuluan yang berisi tentang latar belakang

    penelitian, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat

    penelitian, kajian (review) studi terdahulu, metodologi penelitian, dan

    sistematika penelitian.

    Bab II Membahas tentang kebijakan politik dalam perspektif Islam,

    menguraikan pengertian politik Islam, hubungan agama dengan politik

    dalam Islam dan kebijakan politik Islam.

    Bab III Membahas negara bagian Kelantan dan biografi Nik Abdul Aziz Nik

    Mat, yang secara rinci mengurai tentang keadaan sosial, ekonomi dan

    politik negara bagian Kelantan dan riwayat hidup Nik Abdul Aziz Nik

    Mat serta karir politiknya dalam kerajaan dan PAS.

    Bab IV Menguraikan tentang islamisasi Nik Abdul Aziz Nik Mat di negeri

    Kelantan, dan menjelaskan langkah-langkah kebijakan politik yang

  • diambil dalam rangka menerapkan hukum-hukum Islam, baik dalam

    bidang politik dan hukum, bidang ekonomi, pendidikan, sosial maupun

    budaya, serta respon masyarakat Kelantan dan pemerintah Malaysia.

    BAB V Merupakan penutup yang di dalamnya terdapat kesimpulan dan saran-

    saran.

  • BAB II

    KEBIJAKAN POLITIK DALAM PERSPEKTIF

    POLITIK ISLAM

    Seperti yang telah penulis sebutkan pada Bab Pendahuluan, bahwa ajaran

    Islam mengatur semua aspek kehidupan manusia baik dalam hal hubungan antara

    manusia dan penciptanya maupun mengatur hubungan antara manusia dengan sesama

    makhluk lainnya. Oleh karena itu, dalam hal hubungan antara sesama manusia, Islam

    tidak terlepas dari wacana kehidupan politik, seperti kehidupan bermasyarakat dan

    bernegara. Dapat juga dikatakan bahwa Islam mengatur tentang konsep pemerintahan

    dan negara sebagai sarana untuk mengimplementasikan ajarannya.

    A. Pengertian Politik Islam

    Sebagai sebuah agama yang memiliki salah satu fungsi mengatur

    kehidupan manusia, Islam memiliki norma-norma yang khusus dan jelas tentang

    bagaimana manusia menjalin hubungan dengan manusia yang lain mengenai

    kehidupan manusia di dunia dan akhirat.19 Termasuk salah satunya mengatur

    kehidupan bernegara (fiqh siyasah) yang tidak boleh dikesampingkan.20

    Pembahasan mengenai kehidupan bernegara ini secara umum disebut dengan

    istilah politik Islam.

    19 Abdul Hadi Awang, Sistem Pemerintahan Negara Islam, (Pulau Pinang: Dewan

    Muslimat, 1995), cet. I, h. 4 20 Abdul Hadi Awang, Islam dan Demokrasi, (Selangor: PTS Islamika, 2007), cet. I, h.7

  • Secara bahasa kata politik Islam terdiri dari dua kata yaitu politik dan

    Islam. Istilah politik di dalam literatur ketatanegaraan Islam dikenal dengan istilah

    siyâsah yang berarti cerdik atau bijaksana.21 Siyâsah berasal dari kata sâsa-

    yasûsu-siyâsatan, yang berarti mengurus kepentingan seseorang. Dalam kamus

    al-Muhîth dikatakan: sustu al-ra’iyyata siyâsatan: amartuhâ wa nahaituhâ (saya

    mengatur rakyat dengan mengunakan politik: Saya memerintah dan

    melarangnya).22 Mengenai penjelasan kata siyâsah ini dapat ditemukan dalam

    buku Fiqh Siyasah karangan Mujar Ibnu Syarif dan Khamami Zada, disebutkan

    bahwa di kalangan para ahli fiqih siyasah terdapat tiga pendapat mengenai asal

    kata siyâsah, yaitu:23

    Pertama, sebagaimana dianut al-Maqrizi, kata siyâsah berasal dari bahasa

    Mongol yakni dari kata yasah yang mendapat imbuhan huruf sin berbaris kasrah

    diawalnya sehingga dibaca siyâsah. Pendapat tersebut didasarkan kepada sebuah

    kitab undang-undang milik Jenghis Khan yang berjudul ilyasa yang berisi

    panduan pengelolaan negara dan berbagai bentuk hukuman berat bagi pelaku

    tindak pidana tertentu. Sepeninggal Jenghis Khan kitab undang-undang tersebut

    diwariskan secara turun temurun kepada anak-anaknya yang secara bergantian

    memimpin kerajaan Mughal di India Persia, seperti umat Muslim generasi

    21 Rifyal Ka’bah, Politik dan Hukum dalam Al-Qur’an, (Jakarta: Khairul Bayan, 2005),

    cet. I, h. 111

    22 Muhammad bin Ya’qub al-Fairuz Abadi, al-Qâmûs al-Muhîth, (Bairut: Dâr al-Fikir, 1995), h. 496

    23 Mujar Ibnu Syarif dan Khamami Zada, Fiqh Siyasah: Doktrin dan Pemikiran Politik

    Islam, (Jakarta: Erlangga, 2008), cet. I, h. 2-4

  • pertama mewarisi al-Quran dari Nabi Muhammad SAW. Setelah raja-raja India

    memeluk Islam isi kitab ilyasa itu kemudian dimodifikasi dengan memuat hal-hal

    yang bersumber dari ajaran Islam, semisal penyerahan otoritas ibadah dan kasus-

    kasus hukum yang bertalian dengan syari’at Islam kepada qadhi al-qudhat (hakim

    agung).

    Kedua, sebagaimana dianut Ibn Taghi Birdi, siyâsah berasal dari

    campuran tiga bahasa, yakni Bahasa Persia, Turki dan Mongol. Partikel si dalam

    Bahasa Persia berarti 30. sedangkan yasa merupakan kosakata Bahasa Turki dan

    Mongol yang berarti larangan, dan karena itu, ia dapat juga dimaknai sebagai

    hukum dan aturan.

    Ketiga, semisal dianut Ibnu Manzhur menyatakan, siyâsah berasal dari

    Bahasa Arab, yakni bentuk mashdar dari tashrifan kata sâsa-yasûsu-siyâsatan,24

    yang semula berarti mengatur, memelihara, atau melatih binatang, khususnya

    kuda. Sejalan dengan makna yang disebut terakhir ini, seseorang yang profesinya

    sebagai pemelihara kuda, dalam Bahasa Arab disebut sa’is. Kata sa’is yang

    berarti memelihara kuda ini sekarang telah masuk kedalam kosa kata Bahasa

    Inggeris yang ditulis menjadi syce. Dalam literatur Yahudi juga ada penggunaan

    istilah yang agak mirip dengan makna awal dari kata sasa itu yakni istilah sus,

    yang berarti kuda.

    Politik atau siyâsah mempunyai makna mengatur urusan umat, baik dalam

    negeri maupun luar negeri. Politik dilaksanakan baik oleh negara (pemerintah)

    24 Ibnu Manzhur, Lisân al-‘Arab, (Bairut: Dâr al-Shadir, 1968), Jilid VI, h. 108

  • maupun umat (rakyat), negara adalah institusi yang mengatur urusan tersebut

    secara praktis, sedangkan umat atau rakyat mengoreksi (muhasabah) pemerintah

    dalam melakukan tugasnya.25

    Dalam Bahasa Inggris politik berasal dari kata politic yang menunjukan

    sifat pribadi atau perbuatan. Dalam bahasa Latin dikenal dengan politicus, dan

    dalam bahasa Yunani disebut dengan politicos yang berarti berhubungan dengan

    rakyat. Ketika politik diserap ke dalam bahasa Indonesia, terdapat tiga arti yang

    berbeda, yaitu: (1) segala urusan dan tindakan (kebijaksanaan, siasat dan sebagai

    macamnya); (2) tipu muslihat atau kelicikan; dan (3) nama sebuah disiplin ilmu

    pengetahuan. 26

    Secara istilah politik pertama kali dikenal melalui buku karya Plato yang

    berjudul Politeia atau dikenal juga dengan Republic. Kemudian setelah itu ada

    juga karya dari Aristoteles dengan judul serupa. Di dalam isi kedua buku terdapat

    kecenderungan menghubungkan politik dengan negara (pemerintahan).27

    Miriam Budiarjo menjelaskan bahwa pengertian politik: “pada umumnya

    adalah bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik atau negara yang

    menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan

    tujuan-tujuan itu.”28 Sedang menurut Deliar Noer, politik adalah “segala aktivitas

    25 Abdul Qadim Zallum, Afkaru Siyasiyah, edisi Indonesia: Pemikiran Politik Islam,

    diterjemahkan oleh Abu Faiz, cet. II, (Bangil: Al-Izzah, 2004), h. 11 26 Abd. Muin Salim, Fiqh Siyasah: Konsepsi Kekuasaan Politik dalam Al-Quran,

    (Jakarta: LSIK dan PT Grafindo Persada, 1994), h. 34

    27 Abdul Hadi Awang, Islam dan Demokrasi, h. 11

  • atau sikap yang berhubungan dengan kekuasaan, yang bermaksud untuk

    mempengaruhi, dengan jalan mengubah atau mempertahankan suatu macam

    bentuk susunan masyarakat”.29

    Pendapat Miriam Budiarjo membatasi politik hanya sebatas menangani

    masalah-masalah umum oleh negara atas nama dan bentuk masyarakat. Lain

    halnya dengan Deliar Noer, politik tidak hanya sebatas kepada pengambilan

    keputusan dan kebijakan umum, namun mencakup berbagai kegiatan yang

    berhubungan dengan pergeseran politik, dari satu rezim ke rezim lain.

    Meskipun terdapat banyak pandangan mengenai definisi politik, namun

    secara garis besar akan didapatkan dua kecenderungan terhadap pendefinisian

    politik, yaitu: Pertama, pandangan yang mengaitkan politik dengan negara.

    Kedua, pandangan yang mengaitkan politik dengan kekuasaan, otoritas atau

    konflik.30

    Kemudian kata Islam secara bahasa berasal dari kata salama yang berarti

    tunduk atau berserah diri pada Allah SWT, atau menerima semua peraturan

    Tuhan sebagai petunjuk bagi kehidupan seseorang, taat sepenuh hati, akan

    keadaan noda dan cela.31 Menurut Hassan al-Banna seperti yang dikutip oleh

    Yusuf Qardhawi, Islam adalah sesuatu yang syumul (menyeluruh), mencakup

    semua aspek kehidupan dengan syariat dan pengarahannya. Islam menata

    28 Mariam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: PT Gramedia, 1998), h. 8 29 Deliar Noer, Pengantar Ke Pemikiran Politik, (Jakarta: Rajawali Press, 1983), h. 6 30 Ibid. 31 IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Jambatan, 1992), h. 445

  • kehidupan manusia sejak dia dilahirkan sampai meninggal dunia. Bahkan

    sebelum ia dilahirkan dan sesudah meninggal dunia.32 Islam menyangkut agama

    dan dunia, akidah dan syari’ah, ibadah dan muamalah, dakwah dan negara serta

    akhlak dan kekuatan.33

    Dari uraian di atas, yang dimaksud dengan politik Islam yaitu adalah

    politik yang didasarkan atas syari’at yang berasal dari al-Quran dan as-

    Sunnah.34 Dalam hubungannya dengan politik Islam, Yusuf Qardhawi menyebut

    dengan istilah al-siyâsah al-syar’iyah.35 Sebab, makna al-syar’iyah dalam

    konteks ini adalah yang menjadi pangkal tolak dan sumber bagi al-siyâsah

    (politik) dan menjadikan sebagai tujuan bagi al-siyâsah. Pengertian ini berkaitan

    dengan pandangan ulama’ dahulu yang mengartikan politik pada dua makna,

    pertama, makna umum, yaitu menangani urusan manusia dan masalah kehidupan

    dunia berdasarkan syariat agama. Oleh karena itu, mereka mengenal istilah

    khalîfah, yang berarti perwakilan dari Rasulullah SAW., untuk menjaga agama

    dan mengatur dunia. Kedua, makna khusus, yaitu pendapat yang menyatakan

    bahwa pemimpin, hukum dan ketetapan-ketetapan yang dikeluarkan-nya untuk

    32 Yusuf Qaradhawi, Fiqih Negara: Ijtihad Baru Seputar Sistem Demokrasi Multi Partai

    dan Keterlibatan Wanita di Dewan Perwakilan Partisipasi dalam Pemerintahan Sekuler, Penterjemah, Syafril Halim, (Jakarta: Rabbani Press, 1997), h. 18

    33 Yusuf Qaradhawi, al-Din wa al-Siyâsah, diterjemahkan oleh Khairul Amru Harahap,

    Meluruskan Dikotomi Agama dan Politik, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2008), cet. I, h. 18 34 Adeng Muchtar Ghazali, Perjalanan Politik Umat Islam dalam Lintasan Sejarah,

    (Bandung: Pustaka Setia, 2004), cet. I, h. 26 35 Yusuf Qaradhawi, al-Din wa al-Siyâsah, h. 45

  • mencegah kerusakan yang akan terjadi membasmi kerusakan yang sudah terjadi,

    atau memecahkan masalah khusus.36

    Di kalangan teoritis politik Islam, ilmu siyâsah syar’iyah disebut juga

    dengan ilmu fiqh siyasah yaitu ilmu yang membahas tentang tatacara pengaturan

    masalah ketatanegaraan Islam semisal (bagaimana mengadakan) perundang-

    undangan dan berbagai peraturan (lainnya) yang sesuai dengan prinsip-prinsip

    Islam, kendatipun mengenai penataan semua persoalan itu tidak ada dalil khusus

    yang mengaturnya.37

    Secara garis besar penulis memahami bahwa politik Islam adalah kegiatan

    politik atau segala hal yang berkaitan dengan cara memimpin, memenuhi hak-hak

    dan amanah rakyat atau pengaturan urusan rakyat yang diwarnai atau dinaskan

    pada ajaran Islam yang berlaku untuk seluruh warga masyarakat dalam suatu

    negara, serta memiliki bentuk pemerintahan yang Islami. Konsep politik Islam

    adalah dengan memahami kaidah syara’ berdasarkan prinsip-prinsipnya,

    pelaksanaannya disesuaikan dengan situasi, kondisi dan realitas yang ada.

    Imam Syafi’i menegaskan “tidak ada politik melainkan menepati hukum

    syara’.” Kemudian Ibnu ‘Uqail menyatakan “politik itu adalah tindakan politik

    yang memang menghasilkan (membawa) kepada maslahat (kebaikan) dan

    menjauhkan dari keburukan atau menimbulkan bahaya kerusakan boleh

    36 Ibid, h. 25 37 Mujar Ibnu Syarif dan Khamami Zada, Fiqh Siyasah: Doktrin dan Pemikiran Politik

    Islam, h. 10

  • diserahkan kepada manusia walaupun tidak pernah dinyatakan oleh Rasulullah

    SAW dan nas al-Qur’an.”38

    Perlu diketahui bahwa sistem kehidupan masyarakat Islam telah

    melahirkan upaya politik yang disebut politik Islam. Maka berbagai kebijakan

    yang terlaksana dalam linkungan umat Islam secara khusus, itu merupakan upaya

    untuk menjelmakan nilai-nilai Islam tanpa beranjak sedikit pun dari prinsip-

    prinsip Islam.39 Politik Islam bersumber dari ajaran Tuhan yang tertuang dalam

    agama dan juga berdasarkan suara rakyat yang diperoleh dari hasil musyawarah.

    Sebagai gambaran yang tegas menurut Prof. Gibb, bahwa firman Tuhan dan sabda

    Nabi digabungkan menjadi satu dengan suara rakyat, adalah merupakan

    kekuasaan yang tertinggi dalam Negara Islam.40

    Abdul Muin Salim memberikan contoh terhadap pengertian politik Islam

    sebagai berikut:

    “…sebagai contoh adalah berbagai kebijakan yang diterapkan oleh Rasulullah SAW dalam mengelolakan masyarakat Madinah”. Normanya terdapat pada Piagam Madinah. Yang sangat popular itu; di dalamnya dijelaskan bahwa para pelakunya, bukan hanya umat Islam, melainkan juga seluruh komunitas Madinah. Karena itulah bahwa politik Islam dapat ditegakkan dalam bentuk formal Negara Islam.41

    Kesimpulan dari pendefinisian di atas mengenai Politik Islam adalah

    38 Abdul Hadi Awang, Islam dan Demokrasi, h. 50 dapat dilihat juga pada Yusuf

    Qaradhawi, al-Din wa al-Siyâsah, h. 38 39 Abdul Hadi Awang, Islam dan Demokrasi. h. 17 40 Pernyataan Prof. Gibb tersebut dikutip oleh Ahmad Zainal Abidin di dalam bukunya

    yang berjudul “Konsepsi Politik dan Ideologi Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1977), h. 84 41 Abdul Muin Salim, Fiqh Siyasah Konsepsi Kekuasaan Politik dalam Al-Quran, h. 295

  • bahwa politik adalah hal-hal yang berkaitan dengan kepemerintahan dalam

    berbagai aspeknya, khususnya dalam hal kekuasaan, yaitu bagaimana meraih

    kekuasaan tersebut, juga bagaimana metode dalam menjalankan kekuasaannya,

    dan tentunya lain dari pada itu yang berkaitan dengan pemerintah. Akan tetapi

    satu hal yang harus dan lazim bagi diperhatikan, bahwa dalam hal politik yang

    satu ini, bukanlah selayaknya politik yang kita tahu pada umumnya. Akan tetapi

    politik ini adalah yang berlandaskan kepada dasar-dasar yang dianut dalam Islam

    dalam hal ini adalah Syari’at, sehingga dalam mengimplementasikannya, politik

    ini terbatasi oleh Syari’at, sehingga tidak dapat sebebas-bebasnya dalam

    berpolitik seperti halnya dalam kancah perpolitikan yang universal.42

    B. Hubungan Agama dan Politik dalam Islam

    Banyak tokoh-tokoh pemikir Islam yang merumuskan perumusan

    mengenai hubungan agama dan Negara, meskipun pemikiran mereka ada yang

    ideal dan ada pula yang bersifat konstekstual dalam menanggapi situasi politik

    pada masanya masing-masing. Pada umumnya mereka semua menyepakati bahwa

    keberadaan sebuah negara merupakan suatu keharusan. Karena agar dapat

    merealisasikan prinsip dan ajaran Islam tentang kehidupan bermasyarakat. Namun

    mengenai sejauh mana hubungan dan peran agama dalam sistem ketatanegaraan

    yang dimaksudkan, mereka berbeda pendapat.

    42 http://kedamaianhidup.blogspot.com/2008/04/politik-islam.html diakses pada tanggal 5

    Januari 2009, pukul 21.00 WIB

  • Munawir Sjadzali menyebutkan bahwa hingga sampai sekarang terdapat

    tiga paradigma (aliran) yang berkembang mengenai hubungan agama dan negara

    yaitu: Pertama, agama dan negara merupakan satu kesatuan (integrated). Aliran

    pertama ini berpendirian bahwa Islam bukanlah semata-mata agama dalam

    pengertian Barat, yakni sebuah agama yang semata-mata mengatur hubungan

    manusia dengan Tuhan. Namun sebaliknya, Islam merupakan agama yang

    sempurna yang lengkap, karena tidak hanya mengatur hubungan antara manusia

    dengan Tuhan, melainkan mengatur segala aspek kehidupan manusia termasuk

    kehidupan bernegara. Para penganut aliran ini pada umumnya berpendirian

    bahwa:43 Islam adalah suatu agama yang serba lengkap. Di dalamnya terdapat

    pula antara lain sistem ketatanegaraan atau politik; oleh karenanya dalam

    bernegara umat Islam hendaknya kembali kepada sistem ketatanegaraan Islam

    dan tidak perlu atau bahkan jangan meniru sistem ketatanegaraan Barat. Sistem

    ketatanegaraan atau politik Islami yang harus diteladani adalah sistem yang telah

    dilaksanakan oleh Nabi Besar Muhammad SAW dan empat al-Khulafa al-

    Rasyidin. Tokoh-tokoh utama dari aliran ini antara lain, Syekh Hassan al-Banna,

    Sayyid Quthb, Syekh Muhammad Rasyid Ridha, dan Maulana al-Maududi.44

    Kedua, agama dan negara merupakan dua hal yang terpisah (secularistic).

    Aliran kedua ini berpendirian bahwa Islam adalah agama dalam pengertian Barat,

    yang tidak ada hubungannya dengan urusan ketatanegaraan. Menurut aliran ini,

    43 Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara, (Jakarta: UI Press,1993), Edisi Kelima, h. 1 44 Ibid.

  • Nabi Muhammad SAW hanyalah seorang rasul biasa seperti halnya rasul-rasul

    sebelumnya, dengan tugas tunggal mengajak manusia kembali kepada kehidupan

    yang mulia dengan menjunjung tinggi budi pekerti luhur, dan Nabi SAW tidak

    pernah dimaksudkan untuk mendirikan dan mengepalai suatu Negara. Tokoh-

    tokoh terkemuka aliran ini antara lain Ali Abd al-Raziq dan Thaha Husein.

    Ketiga, agama dan negara berhubungan secara timbal balik (symbiotic).

    Aliran ketiga ini berpendapat bahwa baik agama maupun negara, keduanya saling

    membutuhkan. Karena dengan adanya negara, maka sebuah agama dapat

    berkembang dengan baik, sebaliknya agama dapat menjadi kehidupan bernegara

    menjadi lebih bermoral. Aliran ini menolak anggapan tentang Islam adalah agama

    yang serba lengkap. Di samping itu juga menolak anggapan tentang Islam adalah

    ajaran agama murni yang hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhan dan

    tidak ada kaitannya dalam urusan negara.45 Di antara Tokoh-tokoh dari aliran ini

    yang cukup menonjol adalah Mohammad Husein Haikal, terkenal buku Hayatu

    Muhammad dan Fi Manzil al-Wahyi.

    Berkenaan dengan aliran pertama yang berpendapat bahwa agama dan

    negara merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan sehingga

    mendirikan sebuah negara Islam dengan menerapkan syari’ah adalah merupakan

    suatu keharusan. Upaya-upaya untuk menerapkan syari’ah Islam dan mendirikan

    negara Islam terus bergilir dari dulu hingga sekarang baik itu yang bersifat negara

    Islam lokal (nation state) maupun yang bersifat mendunia yaitu Khilafah

    45 Ibid, h. 3

  • Islamiyah. Selain tokoh-tokoh yang telah disebutkan di atas, termasuk tokoh

    aliran ini juga adalah Taqiyuddin an-Nabhani pendirikan sebuah partai politik

    Islam Internasional yaitu Hizbut Tahrir, yang bertujuan untuk melangsungkan

    kehidupan Islam dan mengembang dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia. Ini

    berarti mengajak kaum Muslim untuk kembali hidup secara Islami di Darul Islam

    dan di dalam masyarakat Islam. seluruh aktivitas kehidupan di dalamnya diatur

    sesuai dengan hukum-hukum syara’. Pandangan hidup yang akan menjadi pusat

    perhatiannya adalah halal dan haram, di bawah naungan Daulah Islamiyah, yaitu

    Daulah Khilafah, yang dipimpin oleh seorang Khalifah yang diangkat dan

    dibai’at oleh kaum Muslim untuk didengar dan ditaati, dan agar menjalankan

    pemerintahannya berdasarkan Kitabullah dan sunnah Rasul-Nya.46

    Upaya-upaya penerapan syari’ah dan pembentukan negara Islam tidak

    hanya terjadi di negara-negara Muslim Timur Tengah saja, akan tetapi telah

    menjalar hampir ke seluruh negara-negara Muslim di seluruh dunia termasuk di

    Asia Tenggara. Di Malaysia misalnya ada partai politik yang berjuang untuk

    menerapkan syari’ah Islam secara kafah yaitu Partai Islam Se-Malaysia (PAS).

    Pemikiran partai ini banyak dipengaruhi oleh tafsir radikal ajaran-ajaran Maulana

    Maududi dari Pakistan dan Sayyid Qutb dari Mesir dengan menggunakan metode

    dakwah perjuangan al-Ikhwan al-Muslimin47 di Mesir yang didirikan oleh Syeikh

    Hasan al-Banna yang bertujuan mendirikan negara Islam di Mesir.48

    46 Hizbut Tahrir Indonesia, Mengenal Hizbut Tahrir dan Strategi Dakwah Hizbut Tahrir,

    cet. II, (Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2008), h. 25

  • PAS adalah partai politik yang berasaskan Islam yang berpemahaman

    bahwa agama dan negara tidak dapat dipisahkan. Ia juga merupakan partai oposisi

    yang berjuang untuk menegakkan Islam ke dalam kehidupan masyarakat

    Malaysia. Dengan basis perdesaan dan dukungan kaum ulama konservatif, PAS

    yang menganggap dirinya partai politik dan gerakan Islam telah berpartisipasi

    dalam pemilu sejak pemilu pertama Malaysia tahun 1955, ketika secara resmi

    menjadi partai politik. PAS secara konsisten terus mendukung dan memperjuang-

    kan negara Islam dan tatanan sosial yang menerapkan hukum syariat.49

    Sebagai partai politik yang berasaskan Islam, PAS memiliki dua tujuan

    utama, yaitu: pertama, memperjuangkan terwujudnya sebuah tatanan masya-

    rakat dan pemerintahan yang terlaksana di dalamnya nilai-nilai hidup Islam

    dan hukum-hukumnya menuju keridhaan Allah SWT. Kedua, mempertahankan

    kesucian Islam serta kemerdekaan dan kedaulatan negara.50 Intinya adalah PAS

    berusaha untuk memperjuangkan dan mendirikan negara Islam.51

    47 John L. Posito dan John O. Voll, Islam and Democracy, edisi Bahasa Indonesia

    diterjemahkan oleh Rahmani Astuti, demokrasi di Negara-negara Muslim: Problem dan Prospek, (Bandung: Mizan, 1999), cet. I, h. 180

    48 Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara, h. 146 49 Khamami Zada dan Arief R. Arofah, Diskursus Politik Islam, (Jakarta; Lembaga Studi

    Islam, 2004), Cet. Ke- I, h. 123 50 Dalam Pasal 7 Anggaran Dasar PAS dinyatakan bahwa: “Adapun hukum yang

    tertinggi sekali dalam pegangan PAS ialah KITABULLAH dan SUNAH RASUL serta Ijma Ulama dan Qias yang terang dan nyata”. Lihat Perlembagaan PAS (pindaan 2001) yang diterbitkan Pejabatan Agung PAS, Markaz Tarbiyah PAS Pusat Selangor Darul Ehsan.

    51 Partai Islam se-Malaysia (PAS), Negara Islam, cet. IV, (Kuala Lumpur: Partai Islam

    se-Malaysia, 2004), h. 16

  • Partai ini sering diberi ciri konservatif, tradisionalis, populis, dan

    sovinistis. PAS selalu menyatakan dirinya sebagai pendukung yang sesungguhnya

    dari prinsip-prinsip Melayu dan Islam. Ia menyerang UMNO karena tidak mau

    memberikan dukungan penuh kepada Islam dan mengkritik berbagai kebijakan

    pemerintah. PAS menyerukan berdirinya negara Islam di mana setiap orang

    Melayu dapat melaksanakan ajaran-ajaran Islam dalam kehidupan pribadi,

    masyarakat dan negara. PAS sangat jelas mengukapkan cita-citanya untuk

    menerapkan Islamisasi masyarakat (dalam bidang politik, ekonomi, pendidikan

    dan sosial).52

    Sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa menurut aliran pertama

    Rasulullah SAW tidak hanya sebatas seorang Nabi atau Rasul biasa seperti halnya

    rasul-rasul sebelumnya, akan tetapi Rasulullah SAW juga seorang negarawan

    yang telah berhasil dan mencontohkan kepada umatnya mengenai pemerintahan

    atau Negara yaitu Negara Madinah. Negara Madinah merupakan sebuah wujud

    kegiatan politik Nabi Muhammad SAW di samping untuk memudahkan Nabi

    SAW untuk menyebarkan ajaran Islam, salah satu tujuan lainnya adalah untuk

    melindungi dan mensejahterakan masyarakat Muslim.

    Di dalam sejarah kehidupan politik manusia, Islam telah menyumbangkan

    sesuatu yang sangat besar yang tidak ternilai harganya, yaitu suatu “model

    negara” yang tidak ada contohnya baik sebelum maupun sesudahnya. Negara

    52

    Khamami Zada dan Arief R. Arofah, Diskursus Politik Islam, h. 125

  • model itu dinamakan “Negara Islam” (Daulah Islamiyyah).53 Negara Islam

    merupakan model di dalam berbagai sifat dan berbagai bentuk negara di dunia,

    adalah merupakan “modal” bagi umat Islam untuk menyumbangkan segala

    kepandaian dan kesanggupan mereka dalam dunia politik. Baik secara teoritis

    maupun praktis.

    Mengenai wacana Negara Madinah, banyak para pakar yang memiliki

    perbedaan dalam menanggapi hal tersebut. Salah satunya mengatakan bahwa

    istilah negara tidak disebut di dalam al-Quran, dan Nabi Muhammad SAW tidak

    memberikan contoh yang konkrit tentang keberadaan sebuah negara yang harus

    ditegakkan oleh Islam. Pendapat lain mengatakan bahwa secara tidak langsung,

    Nabi Muhammad SAW telah meletakkan dasar-dasar kehidupan bermasyarakat

    dan bernegara di Madinah.54 Karena kehidupan Nabi Muhammad SAW di

    Madinah telah memenuhi syarat sebuah negara, yaitu adanya rakyat, wilayah,

    serta konstitusi.

    Meskipun kedudukan Nabi SAW sebagai pemimpin negara bukan

    merupakan bagian “tugas” dari kenabiannya, namun kedudukan tersebut dapat

    dianggap sebagai salah satu sarana untuk melaksanakan tugas kenabiannya.

    Karena keberadaan negara merupakan salah satu unsur pokok untuk dapat

    53 Ahmad Zainal Abidin, konsepsi Politik dan Ideologi Islam, h. 71 54 Ahmad Sukardja, piagam Madinah dan Undang-Undang Dasar 1945, (Jakarta: UI

    Press, 2000), h. 90

  • merialisasikan ajaran Islam dalam kehidupan peribadi maupun kehidupan

    bermasyarakat.

    Aktivitas-aktivitas Nabi Muhammad SAW di Madinah tidak hanya

    sebatas menjalankan tugasnya sebagai Nabi dan Rasul, yaitu untuk menerima dan

    menyampaikan wahyu yang diterimanya dari Allah SWT dan untuk disampaikan

    kepada manusia. Namun lebih dari itu. Nabi Muhammad SAW juga telah

    memberikan contoh teladan di dalam aktivitas keduniawian. Yaitu dengan jalan

    membangun kebutuhan material dan spiritual masyarakat yang terdiri dari

    beberapa etnis, penganut agama dan keyakinan yang berbeda-beda di bawah

    kepemimpinannya. Berdasarkan analisa di atas maka dapat diyakini bahwa Nabi

    SAW merupakan pemimpin yang sukses dalam menerapkan prinsip kese-

    imbangan antara kemaslahatan dunia dan kemaslahatan akhirat bagi umatnya.55

    Di dalam menjalankan aktivitas bernegara. Nabi Muhammad SAW telah

    dapat menerapkan prinsip musyawarah, prinsip kebebasan berpendapat, prinsip

    persamaan bagi semua lapisan sosial, prinsip keadilah, kesejahteraan sosial,

    prinsip persatuan dan persaudaraan, prinsip amar ma’ruf dan nahi mungkar,

    prinsip ketaqwaan, prinsip menghormati orang lain dan prinsip-prinsip dasar

    kehidupan bernegara lainnya.

    Meskipun terdapat perbedaan mengenai wacana negara Madinah, namun

    pada akhirnya sejarah pulalah yang dapat membuktikan bahwa setelah wafatnya

    55 Akram Diya Al-Umari, Masyarakat Madinah Pada Masa Rasulullah SAW, (Jakarta:

    Media Dakwah, 1994), h. 61-64

  • Nabi Muhammad SAW, para sahabat yang menjadi pemimpin Islam banyak yang

    mengembangkan konsep bernegara ajaran Nabi Muhammad SAW. Dan ini

    merupakan karakteristik terdiri dari Islam, yang mampu bersanding dengan

    berbagai peradaban dan kebudayaan.

    C. Kebijakan Politik dalam Islam

    Kebijakan politik adalah sistem konsep resmi yang menjadi landasan

    perilaku politik negara.56 Kebijakan politik juga ada kaitannya dengan sebuah

    sistem yang saling kait mengkait antara beberapa bagian, sampai bagian yang

    terkecil, bila suatu atau sub bagian tergangu maka bagian lain juga ikut merasa

    keterganguan. Jadi kebijakan politik tidak terlepas dari suatu sistem kesatuan

    yang kuat mengkait satu sama lain, bagian atau anak cabang dari suatu sistem

    tersebut, menjadi induk dari rangkaian selanjutnya. Begitulah selanjutnya sampai

    pada bagian terkecil, sehingga rusaknya salah satu bagian tersebut akan meng-

    gangu kestabilan sistem itu sendiri secara keseluruhan. Pemerintah Indonesia

    adalah suatu contoh sistem, sedangkan cabangnya adalah sistem kebijakan politik

    daerah, kemudian seterusnya sampai pemerintahan kelurahan dan desa.57

    Dalam politik Islam, pokok-pokok yang menjadi prinsip penting dalam

    kebijakan bernegara adalah pemimpin dan pemerintah yang menjamin

    56 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

    Balai Pustaka, 1995), h. 131 57 Inu Kencana Syafile dan Azhari, Sistem Politik Indonesia, (Bandung: Refika Aditama,

    2005), h. 4

  • dilaksanakan hukum Allah SWT yang adil dan sesuai dengan fitrah manusia,

    yaitu adanya beberapa perkara yang menjadi prinsip dasar negara Islam. Perkara

    tersebut diantaranya, hanya hukum Allah SWT yang ditegakkan, syura, keadilan,

    kebenaran (al-haq), kebebasan dan persamaan.58

    Menurut Abdul Hadi Awang, politik Islam tidak menyentuh hal prinsip

    dan hukum-hukum yang qath’i. Politik Islam melibatkan cara pelaksanaan hukum

    supaya lebih cermat, bijaksana dan adil, serta menhadapi hal-hal baru yang

    muncul dalam masyarakat. Ia memerlukan penterjemahan pelaksanaan hukum

    Allah SWT yang memberi kebahgiaan di dunia dan akhirat. Di antara contohnya

    tidak menjatuhkan hukuman hudud kepada pencuri dikarenakan keadaan

    ekonomi, apabila diberi upah tidak sesuai, negara dalam keadaan menghadapi

    ancaman musuh, ditukar kepada hukuman ta’azir melalui ijtihad.59

    Sebuah negara harus memiliki pemimpin yang bertanggung jawab

    terhadap negaranya. Imam al-Mawardi menyebutkan bahwa ada sepuluh

    kewajiban pemimpin terhadap Negara antara lain:

    1. Melindungi keutuhan agama sesuai dengan prinsip-prinsip-Nya yang

    establish, dan ijma’ generasi salaf. Jika muncul pembuat bid’ah atau orang

    sesat yang membuat syubhat tentang agama, ia harus menjelaskan hujjah

    kepadanya, menerangkan yang benar kepadanya dan menindaknya sesuai

    58 Abdul Hadi Awang, Sistem Pemerintahan Negara Islam. h. 78 59 Ibid, h. 52

  • dengan hukum yang berlaku, agar agama tetap terlindungi dari segala

    penyimpangan dan ummat terlindung dari usaha penyesatan.

    2. Menerapkan hukum kepada dua pihak yang berperkara, dan menghentikan

    permusuhan di antara dua pihak yang berselisih, agar keadilan menyebar

    secara merata, kemudian orang-orang tiranik tidak sewenang-wenang, dan

    orang teraniaya tidak merasa lemah.

    3. Melindungi wilayah negara dan tempat-tempat suci, agar manusia bebas

    bekerja, dan berpergian kemanapun dengan aman dari ganguan terhadap jiwa

    dan harta.

    4. Menegakkan supremasi hukum (hudud) untuk melindungi larangan-larangan

    Allah SWT dari upaya pelanggaran terhadapnya, dan melindungi hak-hak

    hamba-Nya dari upaya pelanggaran dan perusakan terhadapnya.

    5. Melindungi daerah-daerah perbatasan dengan benteng yang kokoh, dan

    kekuatan tangguh hingga musuh tidak mampu mendapatkan celah untuk

    menerobos masuk guna merusak kehormatan, atau menumpahkan darah orang

    muslim, atau orang yang berdamai dengan orang muslim (ahlu dzimmahi).

    6. Memerangi orang yang menentang Islam setelah sebelumnya ia didakwahi

    hingga masuk Islam, atau masuk dalam perlindungan kaum muslimin (ahlu

    dzimmah), agar hak Allah SWT terealisir yaitu kemenangan-Nya atas seluruh

    agama.

  • 7. Mangambil fai (harta yang didapatkan kaum muslimin tanpa pertempuran)

    dan sedekah sesuai dengan yang diwajibkan Syari’at secara tekstual atau

    ijtihad tanpa rasa takut dan paksa.

    8. Menentukan gaji, dan apa saja yang diperlukan dalam Baitul Mal (kas negara)

    tanpa berlebih-lebihan, kemudian mengeluarkannya tepat pada waktunya;

    tidak mempercepat atau menunda pengeluarannya.

    9. Mengangkat orang-orang terlatih untuk menjalankan tugas-tugas, dan orang-

    orang yang jujur untuk mengurusi masalah keuangan, agar tugas-tugas ini

    dikerjakan oleh orang-orang yang ahli, dan keuangan dipegang oleh orang-

    orang yang jujur.

    10. Terjun langsung dalam segala persoalan, dan menginspeksi keadaan, agar ia

    sendiri yang memimpin ummat dan melindungi agama, tugas-tugas tersebut,

    tidak boleh ia delegasikan kepada orang lain dengan alasan sibuk istirahat atau

    ibadah. Jika tugas-tugas tersebut ia limpahkan kepada orang lain, sungguh ia

    berkhianat kepada ummat, dan menipu penasihat.60 Allah SWT berfirman

    dalam al-Qur’an:

    �2��3-�� 4'56 �7-����&�8 9:⌧��5��, ?�*@A $�B �

    �=C�D FF9� GHI:��J5D KL�� MN57OP�Q �R���S��

    �74�(T�� U� GV�5W�/ XY Z)26: 38/ص(

    Artinya: “Hai Daud, sesungguh Kami menjadikan kamu sebagai khalifah (pemimpin) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di

    antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa

    60 Abî al-Hasan 'Alî bin Muhammad bin Habîb al-Basrî al-Bagdâdî al-Mâwardî, (al-

    Ahkâm al-Sulthâniyah, T.tp: Dâr al-Fikr, 1960), cet. I, h. 15

  • nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah SWT”.

    (Q.S: Shaad/38: 26)

    Pada ayat di atas, Allah SWT tidak hanya memerintahkan pelimpahan

    tugas, namun lebih dari itu Dia memerintahkan penanganan langsung. Ia tidak

    mempunyai alasan untuk mengikuti hawa nafsu. Jika hal itu ia lakukan, maka ia

    masuk katagori orang tersesat. Inilah kendati pelimpahan tugas dibenarkan

    berdasarkan hukum agama dan tugas pemimpin, ia termasuk hak politik setiap

    pemimpin.61

    Dapat disimpulkan bahwa, politik Islam (siyasah syar’iyyah) sebagai

    kebijakan penguasa atau pemerintah dalam menjaga ketertiban masyarakat, baik

    di tetapkan atau tidak ditetapkan oleh syari’ah, merupakan suatu yang sah secara

    sejarah dan sesuai dengan tujuan syari’ah. Kebijakan tersebut diakui dalam semua

    sistem pemerintahan modern. Permasalahannya adalah bahwa kebijakan tersebut

    harus ditetapkan berdasarkan undang-undang dan berjalan sesuai dengan

    konstitusi negara. Hal itu untuk mencegah kerusakan yang lain dari sikap

    penguasa atau pemerintah yang mengeluarkan kebijakan atas pertimbangan

    sendiri tanpa memperhatikan kepentingan masyarakat yang sesungguhnya.

    Kerusakan tersebut dalam bahasa sekarang adalah dalam bentuk dictatorship,

    korupsi, kolusi dan nepotisme.62

    61 Ibid. 62 Rifyal Ka’bah, Politik dan Hukum dalam al-Quran, cet, I, (Jakarta: Khairul Bayaan,

    Sumber Pemikiran Islam, 2005), h. 114

  • Kebijakan yang pernah diambil oleh pemerintah Islam di zaman klasik

    dapat dicontoh untuk praktik pemerintahan pada zaman sekarang, selama

    kebijakan itu sesuai dengan kebutuhan zaman sekarang, tidak bertentangan

    dengan syari’ah secara keseluruhan, dan merupakan upaya untuk menegakkan

    syri’ah itu sendiri di zaman sekarang. Politik Islam adalah bagian dari

    konstitusionalisme Islam yang diatur oleh undang-undang dan peraturan

    perundang-undangan yang berlaku. Ia adalah bagian dari sistem pemerintahan

    Islam yang memegang amanah khalifah Allah SWT di bumi dalam rangka

    menjalankan syari’ah, menegakkan keadilan, menghapus kezaliman, dan

    menjadikan masyarakat tertib, aman, adil, dan makmur.

    Kebijakan politik yang dapat diambil atau dibuat oleh pemimpin Negara

    dalam melaksanakan tugas kepemerintahannya dapat meliputi berbagai bidang,

    seperti dalam bidang ekonomi, pendidikan sosial dan budaya. Politik ekonomi

    bertujuan untuk mengatur dan menyelesaikan berbagai permasalahan hidup

    manusia dalam bidang ekonomi. Politik ekonomi Islam adalah penerapan

    berbagai kebijakan yang dilaksanakan oleh negara (khalifah Islamiyah) untuk

    menjamin tercapainya pemenuhan semua kebutuhan pokok (primer) setiap

    individu masyarakat secara keseluruhan, disertai jaminan yang memungkinkan

    setiap individu untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan (sekunder dan tersier)

    sesuai dengan kemampuan mereka.63 Politik ekonomi Islam lebih menekankan

    63 M. Shalahuddin, Asas-asas Ekonomi Islam, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2007), h.

    285

  • pada pemenuhan kebutuhan masyarakat secara individual, bukan secara kolektif.

    Maka dari itu, politik ekonomi Islam bukan hanya bertujuan untuk meningkatkan

    taraf kehidupan sebuah negara semata, tetapi juga menjamin setiap orang untuk

    menikmati peningkatan taraf hidup tersebut.

    Sistem ekonomi Islam berupaya menjamin tercapainya pemenuhan

    seluruh kebutuhan pokok (primer) setiap warga negara (baik Muslim mau pun

    non-Muslim) secara menyeluruh. Barang-barang berupa pangan (makanan

    pokok), sandang (pakaian) dan papan (perumahan) adalah kebutuhan pokok

    (primer) manusia yang harus dipenuhi. Tidak seorang pun yang dapat melepaskan

    diri dari kebutuhan tersebut. Keamanan, kesehatan dan pendidikan juga

    merupakan tiga kebutuhan penting dan harus dihadapi oleh manusia dalam

    hidupnya.64

    Menyangkut keamanan, tidak mungkin setiap orang dapat menjalankan

    seluruh aktivitisnya terutama aktivitas yang wajib seperti ibadat wajib, bekerja,

    bermuamalat secara islami, termasuk menjalankan aktivitas pemerintahan sesuai

    dengan ketentuan Islam tanpa adanya keamanan yang menjamin pelaksanaannya.

    Jadi, jelas harus ada jaminan keamanan bagi setiap warga negara. Kemudian

    dalam hal kesehatan, tidak mungkin setiap manusia dapat menjalani berbagai

    aktivitas sehari-harian tanpa adanya kesehatan yang cukup untuk

    melaksanakannya. Artinya, kesehatan juga termasuk kebutuhan pokok yang harus

    dipenuhi setiap manusia.

    64 Ibid, h. 286

  • Demikian juga dengan pendidikan. Tidak mungkin manusia mampu

    mencapai kesejahteraan dan kebahgiaan di dunia, apalagi di akhirat, kecuali dia

    memiliki ilmu pengetahuan yang diperlukan untuk mencapainya. Ilmu

    pengetahuan diperoleh melalui pendidikan.65

    Pendidikan dan politik adalah dua elemen penting dalam sistem sosial

    politik di setiap Negara, baik Negara maju maupun Negara berkembang. Kedua-

    nya sering dilihat sebagai bagian-bagian yang terpisah, yang satu sama lain tidak

    memiliki hubungan apa-apa. Padahal, keduanya bahu-membahu dalam proses

    pembentukan karakteristik masyarakat di suatu negara. Lebih dari itu, keduanya

    satu sama lain saling menunjang dan saling mengisi. Lembaga-lembaga dan

    proses pendidikan berperan penting dalam membentuk perilaku politik

    masyarakat di negara tersebut. Begitu juga sebaliknya, lembaga-lembaga dan

    proses politik di suatu negara membawa dampak besar kepada karakteristik

    pendidikan di negara tersebut. Ada hubungan erat dan dinamis antara pendidikan

    dan politik di setiap negara. Hubungan tersebut adalah realitas empiris yang telah

    terjadi sejak awal perkembangan peradaban manusia dan menjadi perhatian para

    ilmuan.66

    65 Ibid, h. 287 66 M. Sirozi, Politik Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), h. 1

  • BAB III

    RIWAYAT HIDUP DAN KARIR POLITIK

    NIK ABDUL AZIZ NIK MAT DI NEGARA BAGIAN KELANTAN

    Malaysia merupakan suatu negara yang luas wilayahnya sekitar 336.700 KM²

    terdiri dari semenanjung Malaysia, Sabah dan Serawak yang dipisahkan oleh laut

    Cina Selatan yang luasnya 1.036 KM². Semenanjung Malaysia meliputi wilayah

    seluas 134.680 KM², berbatasan dengan negara Thailand di Utara dan Singapura di

    Selatan. Sementara Sabah dan Serawak luasnya sekitar 202.020 KM² yang berbatasan

    dengan wilayah Kalimantan (Indonesia).67

    Negara Malaysia terbagi menjadi 14 Negara Bagian yaitu: Wilayah

    Persekutuan (Kuala Lumpur), Melaka, Negeri sembilan, Selangor, Perak, Pulau

    pinang, Kedah, Perlis, kelantan, Terengganu, Pahang, Johor, Sabah dan Serawak.

    Semenanjung Malaysia terbagi kepada dua wilayah yaitu Pantai Barat yang terdiri

    dari negeri Johor, Kedah, Melaka, Negeri Sembilan, Perak, Perlis, Pulau Pinang dan

    Selangor, dan Pantai Timur yang terdiri dari negeri Kelantan, Pahang dan

    Terengganu.68

    Letak Malaysia hampir berada di garis Khatulistiwa antara 1˚dan 7˚ Lintang

    Utara serta 100˚ dan 119˚ Bujur Timur. Iklim Malaysia dipengaruhi oleh laut dan

    67 Abdullah Jusuh, Pengenalan Tamadun Islam di Malaysia, (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa

    dan Pustaka, 1990), h. xi

    68 Perangkaan Penting Malaysia, (Kuala Lumpur: Jabatan Menteri Perangkaan Malaysia, 1972), h. 5

  • perubahan sistem angin yang bertiup dari Lautan Hindi dan Laut Cina Selatan.

    Biasanya iklim ini terbagi menjadi dua musim yaitu musim monsun barat-daya dan

    monsun timur-laut. Suhu sehari-hari di seluruh Malaysia rata-rata antara 70F sampai

    90F. Kelembapannya dapat dikatakan tinggi.69

    A. Keadaan Geografis Negara Bagian Kelantan

    Kelantan Darul Naim atau lazim disebut dengan Kelantan merupakan

    sebuah negara bagian di antara 14 buah negara bagian lainnya di Malaysia yang

    kaya dengan hasil bumi. Luas wilayahnya kurang lebih 14,922 KM², terletak di

    Timur Laut Semenanjung Malaysia, berhadapan dengan Laut China Selatan dan

    berbatasan dengan Thailand. Kelantan merupakan sebuah negara bagian agraria

    (pertanian) yang mempunyai banyak lahan tanaman padi dan perkampungan

    nelayan.

    Negara bagian ini terdiri dari 10 jajahan (kabupaten) yaitu, Kota Bharu,

    Pasir Mas, Tumpat, Pasir Puteh, Bachok, Kuala Krai, Machang, Tanah Merah,

    Jeli dan Gua Musang. Bandar utama di Kelantan termasuk Kota Bharu (ibu

    negeri), Pasir Puteh, Pasir Mas, Kuala Krai, Jeli, Rantau Panjang dan Pangkalan

    Chepa.70 Pada kabupaten inilah terdapat daerah-daerah atau kampung-kampung

    sebagai unit terkecil dari sebuah provinsi atau negeri.

    69 Abdullah Jusuh, Pengenalan Tamadun Islam di Malaysia, Ibid, h. xii

    70 http://ms.wikipedia.org/wiki/Geografi_Kelantan, diakses pada tanggal 10 Januari 2009

    pukul 15.00 WIB

  • Negeri Kelantan menikmati iklim tropis yang baik, di mana hampir setiap

    tahun hujan turun dengan berselang-seling berdasarkan bulan-bulan tertentu pada

    setiap tahun. Biasanya hujan yang lebat akan berlangsung selama beberapa hari

    atau beberapa bulan yaitu pada bulan November, Desember dan Januari. Suhu

    setiap hari di perkirakan dari 21° C hingga 32° C.71

    B. Keadaan Sosial, Ekonomi dan Politik

    Berdasarkan sensus tahun 2005, jumlah penduduk Kelantan berjumlah

    1.373.173 jiwa, yang terdiri dari Gua Musang (80.167), Kuala Krai (97.836), Jeli

    (38.185), Tanah Merah (108.228), Pasir Mas (172.692), Machang (82.653), Pasir

    Puteh (111.001), Kota Bharu (425.294), Bachok (116.128), Tumpat (140.989).

    Bangsa Melayu merupakan penduduk mayoritas di Kelantan (95%), sementara

    sebagian yang lain terdiri dari keturunan China (3,8%), keturunan India (0,3%),

    dan lain-lain (0,9%). Komposisi penganut agama di Kelantan adalah Islam

    (95%), Buddha (4,4%), Kristen (0,2%), Hindu (0,2%), dan penganut agama

    lainnya (0,2%).72

    Dari segi budaya, masyarakat Kelantan kuat berpegang teguh kepada

    agama, mempunyai sikap lemah lembut, ramah, suka menolong, giat bekerja,

    tegas dan kuat. Sehingga, masyarakat Kelantan dikenali sebagai rakyat yang suka

    71 http://www.kelantan.gov.my/index.php?q=ringkas diakses pada tanggal 12 Januari 2009

    pukul 20.00 WIB

    72 http://history.melayuonline.com/?a=SnV1L29QTS9VenVwRnRCb20%3D=&l=kesultanan-kelantan diakses pada tanggal 8 Januari 2009 pukul 15.00 WIB

  • berniaga dan berdikari.73 Sedangkan perekonomian Kelantan bergantung pada

    hasil pertanian padi, karet dan tembakau. Kegiatan menangkap ikan (nelayan) di

    persisir pantai sepanjang 96 KM merupakan aktivitas ekonomi yang penting.

    Industri-industri kecil yang masih menggunakan keterampilan tradisional dalam

    menghasilkan kerajinan tangan seperti batik, ukiran kayu dan tenunan songket

    juga agak meluas. Selain itu, kegiatan industri kayu juga masih aktif karena hutan

    di Kelantan masih luas. Beberapa tahun kebelakangan ini, jumlah wisatawan

    (pariwisata) meningkat, terutamanya ke pantai-pantai yang terkenal yang

    memiliki keindahan panorama alam antara lain seperti Pantai Cahaya Bulan,

    Pantai Irama, Pantai Bisikan Bayu dan Pantai Seri Tujuh, juga Pasar Besar Siti

    Khadijah di pusat bandar Kota Bharu masih merupakan yang paling menarik.

    Kebanyakan pedagang di sini adalah wanita dengan suasana perniagaan bagus.74

    Sejarah politik Kesultanan Kelantan dikenal memiliki hubungan yang baik

    dengan Kesultanan Patani, karena secara geografis, letak kedua kesultanan ini

    sangat berdekatan. Kelantan memiliki kebudayaan yang unik dan menarik yang

    merupakan bentuk asimilasi antara budaya Melayu, Islam, dan Siam. Di antara

    sebagian kebudayaan tersebut adalah berupa permainan rakyat, seperti Dikir

    Barat, Wayang Kulit, Main Puteri, Mak Yong, dan sebagainya. Mak Yong

    dipengaruhi budaya Siam, Dikir Barat memiliki unsur-unsur keislaman, dan Main

    73 Harun Taib, Model Kerajaan Islam Membangun Bersama Islam, (Kuala Lumpur: Dewan

    Ulama’ PAS Pusat, 2000), cet. I, h. 55

    74 http://ms.wikipedia.org/wiki/Ekonomi_Kelantan, diakses pada tanggal 12 Januari 2009 pukul 20.00 WIB

  • Puteri berasal dari budaya Hindu-Siam. Di samping itu, Kelantan mempunyai

    makanan tradisional yang khas dan berbeda dari negeri-negeri Melayu lainnya,

    seperti makanan Budu, dodol dan nasi kerabu.75

    Di lihat dari sejarah Kelantan, berikut ini adalah daftar silsilah sultan-

    sultan yang pernah berkuasa di Kesultanan Kelantan:

    Raja Ku Umar (1411-1418 M), Sultan Iskandar (1418-1465 M), Sultan

    Mansur Syah (1465-1526 M), Sultan Gombak (1526-1584 M), Sultan Ahmad

    (1584-1588 M), Sultan Hussin (1588-1610 M), Cik Wan Kembang (1610-1663

    M), Raja Loyor (1649-1675 M), Raja Umar (1675-1719 M), Long Besar atau

    Long Bahar (1719-1733 M), Long Sulaiman (1733-1756 M), Long Pendak (1756-

    1758 M), Long Muhammad (1758-1762 M), Long Gaffar (1762-1775 M), Long

    Yunus (1775-1794 M), Sultan Muhammad (1794-1839 M), Sultan Muhammad II

    atau Sultan Mulut Merah (1839-1886 M), Sultan Muhammad III (1886-1900 M),

    Sultan Muhammad IV atau Long Senik bin Long Kundur (1900-1920 M), Sultan

    Ismail (1920-1944 M), Sultan Ibrahim (1944-1960 M), Sultan Yahya Petra (1960-

    1979 M), Sultan Ismail Petra (1979 M-sekarang)76

    Pada masa pemerintahan Sultan Mansyur Syah (1465-1526 M), Kelantan

    mencapai masa kejayaannya. Ketika itu, Kelantan dikenal dengan hasil

    perekonomiannya. Nama Kelantan rupanya terdengar hingga ke Melaka (yang

    ketika itu dipimpin oleh Sultan Mahmud Syah). Pada tahun 1477 M, Sultan

    75 http://history.melayuonline.com/?a=SnV1L29QTS9VenVwRnRCb20%3D=&l=kesultanan-

    kelantan, ibid.

    76 Ibid.

  • Mahmud Syah memerintah bala tentaranya untuk menyerang Kelantan. Sultan

    Mansur Syah mempunyai tiga orang anak, yaitu Raja Gombak, Unang Kening,

    dan Cubak. Sultan Mahmud Syah pada perkembangan selanjutnya ternyata justru

    menikahi putri Sultan Mansur Syah, Unang Kening. Sultan Mahmud Syah dan

    Unang Kening dikaruniai tiga orang anak, yaitu Raja Mah (putri), Raja Muzaffar

    (putra), dan Raja Dewi (putri). Raja Muzaffar yang lahir pada tahun 1505 M

    kemudian diketahui menjadi Sultan Perak I dengan gelar Sultan Muzaffar Syah

    (1528-1540 M). Setelah Sultan Mansur Syah mangkat pada tahun 1526 M, Raja

    Gombak menggantikan posisi ayahnya sebagai Sultan Kelantan ke-IV dengan

    gelar Sultan Gombak (1526-1584 M).77

    Kedatangan Islam di Negeri Kelantan diperkirakan sebelum tahun 577

    H/1181 M, karena dalam tahun tersebut ternyata sudah ada kerajaan Islam

    sebagaimana terbukti pada uang Dinar yang dijumpai di bekas peninggalan Kota

    Istana Kubang Labu pada tahun 1914 M.78 Ibnu Batuta telah singgah di “Kilu

    Kerai” dalam pelayaranya dari India ke China. Menurutnya, dia pernah menemui

    Raja perempuan yang beragama Islam memerintah Kelantan bernama Urduja.79

    Pada tahun 1411 M, Kelantan diperintah oleh Maharaja Ku Umar (Engku Umar)

    dan pada tahun 1421 M Cheng Ho pernah tiba di Kelantan untuk membuat

    77 Ibid. 78 Muhammad Hussein Khal’i Haji Awang, Kelantan dari Zaman ke Zaman, (Kota Bharu:

    Percetakan Sharikat Dian Berhad, 1970), h. 7 79 Abu Bakar Abdullah, Ke Arah Pelaksanaan Undang-undang Islam di Malaysi: Masalah

    dan penyelesaiannya, (Kuala Terengganu: Pustaka Damai, 1986), cet. I, h. 6

  • persahabatan antara Kelantan dengan negara China. Kelantan menjadi sebuah

    kerajaan yang kuat dan terkenal pada masa pemerintahan Sultan Mansor Shah

    sekitar pada tahun 1506 M. Pada masa pemerintahannya kerajaan Islam Melaka

    menaklukkan Kelantan dan menjadikan Kelantan sebagai jajahannya.80

    Ketika Kelantan diperintah oleh Cik Siti Wan Kembang dalam tahun 1610

    M yang tinggal di Gunung Cinta Wangsa, Hulu Kelantan, banyak pendagang

    yang datang, terutama pendagang muslim untuk berdagang dan menyebarkan

    agama Islam di Kelantan.81 Kedatangan Islam ke Kelantan terkait dengan

    pertemuan kelompok-kelompok Islam di Champa (Kemboja) pada pertengahan

    abad 10 M. Ahli sejarah berpendapat, bahwa hubungan antara kerajaan Islam

    Champa dengan Kelantan telah ada sejak lama sehingga pengaruh kebudayaan

    negeri itu telah merayap masuk ke Kelantan. Ini berarti apabila Islam diterima di

    Champa, maka kemungkinan mempengaruhi juga penduduk negeri Kelantan.82

    Pondok (pesantren) merupakan institusi pendidikan yang berpotensi dan

    mempunyai pengaruh yang besar di kalangan masyarakat Melayu. Sistem

    pengajian tradisional ini mulai ada sejak abad ke-18 M sehingga ke abad ke-20

    M. Setelah perjanjian Bangkok (Thailand) antara Siam dan Inggris yang

    berlangsung pada bulan Juli tahun 1909 M pengajian pondok berkembang pesat di

    Kelantan dan negara bagian lainnya seperti Terengganu, Kedah dan Perlis. Di

    80 W. G. Shellabear, Sejarah Melayu, (Kuala Lumpur: Oxford University Press, 1967), h. 198 81 Abu Bakar Abdullah, Ke Arah Pelaksanaan Undang-undang Islam di Malaysi: Masalah

    dan penyelesaiannya, h. 6

    82 Ibid.

  • utara Semenangjung Malaysia sistem pengajian pondok pada abad ke-19M begitu

    populer. Kelantan merupakan negeri yang terkenal dengan pengajian pondok

    sehinggakan Negeri Cik Siti Wan Kembang (Kelantan) dijuluki Serambi Mekkah.

    Pada tahun 1840 M sebuah pondok didirikan oleh Tuan Guru Haji Abdul

    Samad Bin Abdullah di Condong, Kelantan. Di antara pondok-pondok yang

    terkenal di sekitar Kota Bharu yaitu Pondok Kubang Pasu, Pondok Budur,

    Pondok Semian, Pondok Kampung Banggol dan Pondok Tok Kenali yang

    didirikan pada tahun 1908 M bertempat di kampong Paya Kubang Kerian Kota

    Bharu, Kelantan. Santri-santri yang belajar di pondok-pondok ini ada yang datang

    dari Kampar, Sumatera, Kemboja, Patani (Thailand) dan dari negara-negara

    bagian di semenanjung Malaysia.83

    Ketika Inggris berkuasa dan menerapk