105
KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH TAHUN 2015 Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Marniza Fitri 1112113000081 PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016

KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

  • Upload
    others

  • View
    24

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP

PENGUNGSI SURIAH TAHUN 2015

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Marniza Fitri

1112113000081

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016

Page 2: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

PE*NYATAAI{ 3f,BAS PIJ\GIARISME

$lrripei yang beriudul :

KEBIJAI(AFT LTIAR ITEGERI JERMAITT TEREAI}AP PENGT}NGI'SI

SURIAII TAIIUN MTs

Merupdran brya ah saya yxrg diqi 'kprr untllk mmnrbi satah satu

perslaratao mrymt*r gela Sffi I di tlniversitx Islet N%Qri (m\f)

Syarif Hidayatullah JakrIa

Semua surnber )ang saya gurakm dalam penulisan ini tolatr saya

cantrxrlur sesuai dengan ketertuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri (UtrI) Syrif Hidayatulleh Jakarta

Jika dikernudim hari t€*ulii bahra karp saya ini bukm karla asli saya

atar menpakea hasil jiplalan dai karya ormg lai4 maka saya bersedia

menerinm sanksi yang Makrr di Universitc Islarr Nqeri (IJED Syrif

Hidar*utrlah Jake"

1.

2.

3.

Page 3: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

TERSETUJUAN PEMBIIIIBING SKRIPSI

Deigan ini, Pembimbing Stripsi menyatakan bahwa mdrasisrva:

Program Studi : Hubungan Intemasional

Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:

KEBIJAKAI{ LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGTTNGSI

ST]RIAIT TAHTIN 2015

Dan telatr memenuhi persyrratan untuk diuji.

Nama

NIM

Mengetahui,

KetuaProgram Studi,

: MamizaFiti

: 1112113000081

Jdrartq 23 Dwember2016

Menyetu$ui,

Pembimbing

Irfentr htncsltrnc.LLM.

NIP.

It

Page 4: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

PENGESAHAN PAI\IITIA UJIAN SKRIPSI

SKRIPSI

KEBUAKA}.I LUAR NEGERI JERMA}I ?ERHADAP PENGT'NGST SI]RIAHTAHT.IN2OI5

ole*r

MarnizaFiEi

tIt2It300008t

telah diperhhankm dalam sidang qiim skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan IlmuPolitik Universitas Islam Negeri ([IIN) Syuif Hidafatullatr Jal$rta pda tanggal27 Jmuari 2017. Slcripsi ini tetah dit{rima sebapi salah sanr syar* rnernperolehgelar Sarjam Sosial (S.Sos) pda Prog"an Studi Hubrrrgatr Internasional.

Sekremis,

EvoMushoffa MHSPS

Penguji II,

a

.Sc

Diterima dm dinydakan2017.

msnerurhi sya$t kelulussr pada targgal 27 lanuari

..a:.

tvl'

Ketuakogam Studi

Page 5: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

v

ABSTRAK

Skripsi ini memaparkan tentang Kebijakan Luar Negeri Jerman terhadap

Pengungsi Suriah tahun 2015. Kebijakan luar negeri Jerman terhadap pengungsi

(Open Door Policy) merupakan salah satu bentuk respon yang dilakukan

Jerman terkait krisis pengungsi yang terjadi di wilayah Eropa. Penyebab

hadirnya pengungsi di wilayah Eropa salah satu diantaranya yaitu melarikan diri

dari negaranya untuk memperoleh perlindungan karena memiliki rasa tidak

aman di negara asal mereka. Sebagian besar pengungsi yang masuk ke Eropa

ialah pengungsi yang berasal dari negara Suriah. Perang saudara yang terjadi di

Suriah sejak tahun 2011 sampai 2014 telah memakan 22.000.000 korban jiwa,

sehingga membuat warga Suriah melarikan diri untuk mencari tempat yang

aman untuk berlindung. Akibat perang yang tak kunjung usai tersebut

memberikan dampak tersendiri bagi negara tetangga Suriah dan wilayah Eropa.

Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan tentang mengapa Jerman

mengeluarkan kebijakan luar negeri terkait pengungsi yang berbeda dengan

Negara-negara Eropa lainnya. Skripsi ini menggunakan metode penelitian

kualitatif dengan cara meninjau pustaka. Skripsi ini menggunakan Konsep

Kebijakan Luar Negeri, Kepentingan Nasional, dan Pengungsi. Terdapat dua

faktor dalam merumuskan kebijakan luar negeri menurut K.J. Holsti yaitu,

faktor domestik dan faktor eksternal.

Kata Kunci : Jerman, Suriah, Kebijakan Luar Negeri, Open Door Policy,

Pengungsi, Perang Saudara, Eropa, Kepentingan Nasional.

Page 6: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahirabbil’alamiin, segala puji dan syukur penulis panjatkan

kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat, nikmat, dan izin-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan pemulisan skripsi dengan judul “Kebijakan Luar

Negeri Jerman terhadap Pengungsi Suriah”.

Skripsi ini adalah bentuk karya tulis untuk memperoleh gelar sarjana

pada program studi Hubungan Internasional di Universitas Islam Negeri (UIN)

Jakarta. Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa ada beberapa

orang di belakang penulis yang mendukung dan membantu penulis baik secara

moril maupun materil. Penulis ingin menyampaikan ungkapan terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah mendukung penulisan skripsi

ini, diantaranya:

1. Keluarga penulis, terutama Ayahanda dan Ibunda saya tercinta Herni Ali

HT dan Riza Erawati, yang telah menjadi motivasi penulis untuk lulus.

Kemudian Kakak dan Adik-adik saya Rani Nursukmawaty, Almand

Ramadhan, dan Juhermansyah yang telah memberikan do’a, kasih sayang,

serta dukungan baik secara moril maupun materil. Terima kasih.

2. Pembimbing skripsi penulis Bapak Irfan R. Hutagalung, LLM., terimakasih

telah memberikan bimbingan, waktu, nasihat dan motivasinya selama ini

dalam menyelesaikan skripsi. Terimakasih banyak pak, semoga Allah SWT

membalas segala kebaikan bapak. Tidak lupa juga kepada bapak Andar

Nubowo selaku dosen pembimbing seminar proposal. Terimakasih pak.

3. Bapak Badrus Sholeh, M.A., selaku Ketua Program Studi Hubungan

Internasional dan Ibu Eva Mushoffa, MHSPS selaku Sekretaris Program

Studi Hubungan Internasional. Terimakasih atas apresiasi dan

bimbingannya dalam skripsi ini.

4. Dosen-dosen jurusan Ilmu Hubungan Internasional UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, terimakasih untuk ilmu, nasihat, dan inspirasi yang diberikan

selama penulis menjalani masa perkuliahan.

Page 7: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

vii

5. Kepada kerabat-kerabat terdekat dan terkasih terutama Muhammad Syahid

Ramdhani yang hampir setiap hari menemani mengerjakan skripsi,

memberikan dukungan dan semangat. Terima kasih atas doa, dukungan, dan

kesabarannya. Kemudian Dini Saraswati, Saras Aprinita Nabilah, Dara

Atika Suri, dan Shavira Lisdiany yang selalu menemani baik susah maupun

senang. Terimakasih banyak. Tidak lupa juga kepada Shifa Nur Fitria, Putri

Quarta, Ratna Anggraeni, Citra Ramadhani, Indira Putri, Selfa Dinasty,

Charla Christiana, Anastasya Ardian dan Manis Manja Group lainnya,

Muhammad Nur Mar’i, dan Ichdina Putri yang telah memberi dukungan dan

doanya.

6. Terimakasih kepada teman-teman dan pembimbing saat magang Ratna

Puspita Ningrum, Dara Atika Suri, Annissa Shabrina, dan Bapak Bayu

Agutama selaku pembimbing saat magang. Terimakasih atas inspirasi dan

dukungannya.

7. Terimakasih kepada teman-teman KKN DESA yang telah berjuang

bersama-sama, Tri Yoga, Galih, Sinta, Lutfi Wijaya, Zain, Regi, Dynal,

Rivel, Asri, Asti, Regi dll.

8. Terimakasih kepada Denny Nugroho selaku guru private Bahasa Inggris

penulis dan teman dekat penulis saat les Annissa dan Uni Andhin.

9. Terima kasih kepada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu

persatu. Semoga segala dukungan dan do’a kalian dapat menjadi amal

kebaikan dan kebaikan kalian dapat dibalas oleh Allah SWT.

Jakarta, 23 Desember 2016

Marniza Fitri

Page 8: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

viii

DAFTAR ISI

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI iv

ABSTRAK v

KATA PENGANTAR vi

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL x

DAFTAR SINGKATAN xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Pernyataan Masalah 1

1.2 Pertanyaan Penelitian 7

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 8

1.4 Tinjauan Pustaka 8

1.5 Kerangka Teori

1.5.1 Kebijakan Luar Negeri 11

1.5.2 Kepentingan Nasional 15

1.5.3 Konsep Pengungsi 17

1.6 Metode Penelitian 19

1.7 Sistematika Penulisan 20

BAB II PENGUNGSI SURIAH

2.1 Faktor Penyebab Warga Suriah Menjadi Pengungsi 22

2.2 Karakteristik Pengungsi Suriah 26

2.3 Pengungsi Suriah di Jerman 34

BAB III KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI

SURIAH

Page 9: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

ix

1.1 Sejarah Masuknya Imigran dan Pengungsi di Jerman 41

1.2 Kebijakan Luar Negeri Jerman Terhadap Pengungsi 44

1.3 Kebijakan Luar Negeri Jerman Terhadap Pengungsi Suriah 52

BAB IV ANALISIS KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP

PENGUNGSI

Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Kebijakan Luar Negeri Jerman Terhadap

Pengungsi 62

4.1 Faktor Eksternal 63

4.2 Tujuan Jangka Pendek dan Menengah 67

4.3 Faktor Internal 70

BAB V KESIMPULAN 78

DAFTAR PUSTAKA xiii

LAMPIRAN xxi

Page 10: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

x

DAFTAR TABEL DAN GRAFIK

Grafik 2.1 27

Tabel 2.2 32

Tabel 2.3 34

Tabel 2.4 35

Tabel 2.5 36

Tabel 3.1 49

Tabel 3.2 54

Tabel 3.3 57

Page 11: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

xi

DAFTAR SINGKATAN

3 R’s Recruitment, Remittances, and Returns

AFD Alternative for Germany Party

ARD Arbeitsgemeinschaft der offentlich-rechtlichen

Runfunkanstalten der Bundesrepublik Deutcschland

(Consortium of public broadcasters in Germany)

CDU Christian Democratic Union of Germany

CIA Central Intelligence Agency

CSU Christian Social Union

DAAD German Academic Exchange Service

DAFI the Albert Einstein German Academic Refugee Initiative

EC European Commission

ECHR European Convention on Human Rights

EU European Union

FDR Federal Republic of Germany

GDR German Democratic Republic

GMDAC Global Migration Data AnalysisCentre

ICCPR International Covenant on Civil and Political Rights

ICESCR International Covenant on Economic, Social, and Cultural

Rights)

IOM International Organization for Migration

PBB Persatuan Bangsa Bangsa

PEGIDA Patriotic Europeans Against the Islamization of the West

SPD Social Democratic Party

TFEU Treaty on the Functioning of the European Union

THF The Federal Agency for Technical Relief

UNCAT The UN Convention against Torture and Other Cruel,

Inhuman or Degrading Treatment or Punishment

UNCRC UN Convention on the Rights of the Child

UNHCR United Nations High Comissions of Refugees

Page 12: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pernyataan Masalah

Krisis pengungsi menjadi fenomena perdebatan politik bagi negara-negara

anggota Uni Eropa. Jerman menjadi negara tujuan kedua setelah Amerika Serikat

yang paling banyak diminati bagi para pengungsi. Negara yang memiliki tingkat

ekonomi terbesar di Uni Eropa tersebut memang sudah menjadi negara tujuan

bagi banyak orang, termasuk meningkatnya angka para pencari suaka. Jumlah

pencari suaka di Jerman meningkat secara dramatis pada tahun 2014. Jerman

menerima para pencari suaka dan pengungsi lebih banyak dari negara-negara di

Uni Eropa dan bahkan di seluruh dunia.1

Pada tahun 2013 sekitar 29% permohonan pencari suaka di Uni Eropa

telah diserahkan kepada Jerman. Jerman berharap dapat menerima 230.000

permohonan pencari suaka di tahun 2015.2 Dalam hal mengenai permohonan

pencari suaka, Jerman juga berpartisipasi dalam "Dublin Convention" untuk

menentukan negara bertanggung jawab untuk proses permohonan suaka yang

diajukan di wilayah Uni Eropa. The Federal Office for The Recognition of

Foreign Refugees bertanggung jawab untuk melaksanakan prosedur Konvensi

Dublin. Pemohon suaka diproses di bawah prosedur ini, otorisasi untuk menetap

1 Caitlin Kasiaficas, Seeking Refugees:Asylum Seekers in Germany, EU Migration Policy Working

Paper No.18, 2014, hal. 1 2 Caitlin Kasiaficas, Seeking Refugees:Asylum Seekers in Germany, hal.2

Page 13: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

2

bagi para pencari suaka akan berlaku sesuai prosedur dan diberi hak yang sama

dengan pemohon lainnya.3

Meningkatnya para pencari suaka di Eropa menghubungkan adanya

ketidakstabilan politik dan Konflik di Timur Tengah khususnya di Suriah. Konflik

di Suriah telah menjadi penyebab utama bagi krisis pengungsi di Eropa. Beberapa

tahun terakhir puluhan ribu orang Suriah telah tiba di Eropa dan Jerman untuk

mendapatkan perlindungan.4 Pada tahun 2013 hingga 2015, pengungsi asal Suriah

menduduki posisi teratas di Uni Eropa.5 Sejak awal krisis Suriah sampai Agustus

2015, jumlah total permohonan suaka dari Suriah mencapai 428.735.6 Hingga

pada September meningkat menjadi 512.909 yang mana Jerman menempati

permohonan suaka teratas yaitu dengan jumlah 125.441.7 Hal ini tentu

menimbulkan perdebatan bagi negara-negara Uni Eropa.

Jerman dan beberapa anggota Uni Eropa khusunya Swedia adalah negara

yang menjadi tempat tujuan utama bagi para pencari suaka. Krisis pengungsi ini

bukan menjadi masalah bersama bagi negara-negara anggota Uni Eropa karena

para pengungsi didistribusikan dengan tidak merata di Uni Eropa. Sementara itu,

negara di Eropa Selatan dan Timur sedang mengalami besarnya gelombang masuk

para pengungsi di perbatasannya, berbeda dengan negara-negara anggota lainnya,

3 Uniya: Jesuit Social Justice Centre, “Overview of Germany’s Asylum System”, diakses pada 9

April 2016, http://www.uniya.org/research/asylum_germany.pdf 4 Caitlin Kasiaficas, Seeking Refugees:Asylum Seekers in Germany, hal. 2

5 BBC, “Graphics, Europe Asylum Seekers”, diakses pada 6 oktober 2015,

http://www.bbc.com/news/world-europe-24636868 6 European Comission Humanitarian aid and Civil Protection, “Syria Crisis Fact Sheet, diakses

pada 7 oktober 2015, http://ec.europa.eu/echo hal. 2 7 UNHCR, “Map New Asylum: Applications Europe April 2011-september 2015 Syria Regional

Refugee Response”, diakses pada tanggal 8 oktober 2015,

http://data.unhcr.org/syrianrefugees/asylum.php

Page 14: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

3

terutama di utara dan barat Eropa yang menerima angka cukup besar untuk

permohonan pencari suaka. Pada 2013, sekitar 64% klaim telah diajukan di empat

negara yaitu Jerman, Perancis, Swedia, dan Inggris.8

Sebagai negara penerima pengungsi terbesar khususnya pengungsi Islam

yang berasal dari Suriah, Jerman mendapatkan respon negatif dari beberapa warga

negaranya. PEGIDA atau “Patriotic Europeans Against the Islamization of the

West” merupakan sebuah gerakan yang mana mayoritas pengikutnya merupakan

kelas menengah. Mereka melakukan unjuk rasa anti-Islam di Dresden sejak

oktober 2014 yang telah menarik 25.000 orang dalam aksi demonstrasi tersebut. 9

keputusan Jerman dalam penerimaan pengungsi skala besar membuat PEGIDA

melakukan unjuk rasa untuk kesekian kalinya di Dresden, yang mana menjadi

tempat protes anti-imigrasi. Hal ini terjadi karena didorong oleh kekhawatiran

“Islamisasi” oleh pengungsi yang hadir di Jerman. 10

Sejak tahun 2013 Jerman adalah salah satu dari beberapa negara Eropa

yang meluncurkan program kemanusiaan skala besar untuk penerimaan sementara

pengungsi Suriah. Pada Mei 2013, program federal yang pertama untuk

penerimaan 5000 pengungsi dikeluarkan. Sehingga pada Desember 2013,

pemerintah federal setuju untuk menerima 5.000 pengungsi Suriah, dan pada Juni

8 Caitlin Kasiaficas, Seeking Refugees:Asylum Seekers in Germany, Hal. 4

9 Jill. E Twark, and Axel Hildebrandt, Envisioning social justice in contemporary german culture,

Camden House, New York, 2015, hal. 295 10

Atika Shubert, “German anti-Migran protest: “We don’t want to be strangers in our own

country,” CNN, diakses pada 11 Oktober 2015, http://edition.cnn.com/2015/10/19/world/dresden-

protests-against-immigrans/

Page 15: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

4

2014 memutuskan untuk memperbesar program dan membuat 10.000 tempat lain

yang tersedia.11

Uni Eropa sebagai organisasi supra-nasional yang sedang menghadapi

krisis pengungsi sejak akhir Perang Dunia II meningkatkan respon terhadap krisis

tersebut didasarkan pada prinsip-prinsip solidaritas dan tanggung jawab serta

berlandaskan nilai-nilai dan kewajiban internasional. Di awal tahun 2015, Uni

Eropa telah re-orientasi dan memobilisasi semua instrumen tindakan eksternal

untuk menanggapi krisis pengungsi dengan tiga tujuan: menyelamatkan hidup,

memastikan perlindungan mereka yang membutuhkan dan mengelola perbatasan

dan mobilitas. 12

Uni Eropa mengalokasi anggaran sekitar 1,4 triliun rupiah untuk periode

2014-2020, dalam kerjasama eksternal Uni Eropa, termasuk kerjasama

pembangunan di seluruh dunia yang mana memainkan peran penting dalam

mengatasi kemiskinan, ketidakamanan, ketidaksetaraan atau pengangguran. Ini

termasuk dukungan Uni Eropa di berbagai bidang seperti pertumbuhan dan

penciptaan lapangan kerja, perdamaian dan keamanan, hak asasi manusia dan

pemerintahan yang baik untuk daerah dan negara di mana arus pengungsi

berasal.13

11

Institute for Migration Research and Intercultural Studies (IMIS),Policy Brief, “Germany

Asylum Policy and EU Refugee Protection, The Prospects of The Common European Asylum

System (CEAS)”, University of Osnabruck, No.29, 5,2015. hal. 11 12

European Comission, “Addressing the Refugee Crisis in Europe: The Role of EU External

Action”, Brussels, 9,9, 2015, diunduh pada 13 Oktober 2015, http://ec.europa.eu/echo Hal.2 13

European Comission, “Addressing the Refugee Crisis in Europe: The Role of EU External

Action”, Hal.4

Page 16: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

5

Selain itu, Uni Eropa mendirikan EU Regional Trust Fund dalam

menanggapi krisis Suriah untuk memberikan respon yang koheren dan diperkuat

pada skala regional. Selain dukungan untuk negara tetangga penerima pengungsi,

bantuan ini juga diarahkan untuk kemanusiaan, stabilisasi dan upaya

pengembangan di dalam wilayah Suriah, termasuk membangun kembali

pemerintahan lokal dan penyediaan layanan dasar. Komisi menyerukan kepada

negara-negara anggota untuk lebih berkontribusi pada Trust Fund.14

Tahun-tahun mendatang akan mengungkapkan sejauh mana Uni Eropa

mampu secara substansial memperpanjang program pemukiman yang

dikoordinasi bekerjasama dengan UNHCR. Agenda Eropa tentang Migrasi,

diadopsi pada Mei 2015, yang mengusulkan pembentukan skema pemukiman

seluruh Uni Eropa dengan menawarkan 20.000 tempat untuk "orang yang

membutuhkan perlindungan internasional". Namun, itu masih belum dapat

dipastikan bahwa semua negara anggota akan setuju untuk ukuran tersebut. 15

Kanselir Angela Merkel melihat membantu pengungsi sebagai kewajiban

kemanusiaan. Jerman meminta “solidaritas” Uni Eropa, dengan mendorong

kebijakan umum untuk Uni Eropa yang lebih ambisius dan luas terhadap krisis

pengungsi, dengan kuota wajib dan permanen untuk distribusi ratusan ribu

pengungsi yang hadir di Benua Eropa.16

14

European Comission, “Addressing the Refugee Crisis in Europe: The Role of EU External

Action”, Hal.5 15

IMIS, “Germany Asylum Policy and EU Refugee Protection”, Hal. 13 16

Ian Treynor, “Germany to push for compulsory EU quotas to tackle refugee crisis,” The

Guardian, diakses pada 23 Oktober 2015, http://www.theguardian.com/world/2015/oct/23/refugee-

crisis-germany-push-compulsory-eu-quotas

Page 17: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

6

Melonjaknya jumlah angka para pencari suaka di Benua Eropa merupakan

akibat dari perang saudara di Suriah yang tak kunjung usai. Konflik di Suriah

merupakan peralihan dari pemberontakan kemudian menjadi perang saudara

selama musim panas tahun 2012. Pada tahun pertama konflik, Presiden Suriah

Bashar al-Assad gagal dalam melakukan kampanye revolusi 2011 sehingga

mempercepat terjadinya konflik ke perang saudara.17

Pada awal Desember 2012, Observatorium Suriah untuk Hak Asasi

Manusia menyebutkan jumlah kematian sejak awal pemberontakan berada pada

angka 42.000 jiwa, dan puluhan ribu lebih lainnya dipenjarakan atau hilang. Pada

saat itu hampir setengah juta pengungsi telah terdaftar dan masih belum terdaftar

oleh PBB di empat negara tetangga Turki, Lebanon, Yordania dan Irak.18

Krisis pengungsi pun menjadi fenomena yang sangat menarik perhatian

dunia internasional karena semakin meningkatnya jumlah pengungsi yang hadir di

berbagai negara penjuru dunia pada 2015. United Nations High Comissions of

Refugees (UNHCR) melaporkan bahwa pada akhir Agustus tercatat jumlah

pengungsi asal Suriah yaitu 4.089.023 jiwa. Lebih dari 4.200.000 pengungsi

menaruh harapan untuk bisa diterima di negara-negara tetangga. Kondisi yang

memburuk di Suriah membuat ribuan para pencari suaka Suriah rela

mempertaruhkan segalanya dalam perjalanan berbahaya menuju Eropa.19

17

Joseph holliday, “The assad regime from counterinsurgency to civil war”, middle east security

report 8, Institute for the Study of War (ISW), Washington, DC, 2013. Hal 7 18

Muriel Asseburg and Heiko Wimmen, Civil War in Syria, German Institute for International and

Security Affairs, diunduh pada 29 September 2015, http://www.swp-berlin.org. Hal. 2 19

UNHCR, “Inter Agency Regional Update-Syrian Refugees” , diakses pada 7 Oktober 2015,

www.uhcr.org hal.2

Page 18: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

7

Gelombang pengungsi telah membuat ketegangan serius diantara Negara-

negara Uni Eropa. Perbedaan respon terkait pengungsi terlihat diantara negara di

Eropa Timur dan Eropa Barat. Eropa timur cenderung bersikap isolationist dalam

merespon krisis pengungsi di Eropa. Xenophobic atau tidak menyukai orang yang

hadir dari negara lain dan ketakutan adanya islamisasi dianggap sebagai pemicu

Eropa Timur untuk bersikap isolationist.20

Berbeda dengan Eropa Barat, salah

satunya yaitu Jerman yang bersikap welcome terhadap pengungsi yang sebagian

besar berasal dari Suriah.

Berdasarkan paparan di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji

kebijakan luar negeri Jerman terkait pengungsi dengan judul “Kebijakan Luar

Negeri Jerman terhadap Pengungsi Suriah Tahun 2015”.

1.2 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan, penelitian ini akan

mempelajari mengenai kebijakan atau langkah yang diambil oleh Jerman dalam

menghadapi krisis pengungsi Suriah. Berikut pertanyaan yang akan dijawab

dalam penelitian:

1. Apa kebijakan luar negeri Jerman terkait penanganan pengungsi di Eropa?

2. Mengapa Jerman mengeluarkan kebijakan luar negeri yang berbeda

dengan Negara-negara Eropa lainnya?

20

Heather Horn https://www.theatlantic.com/international/archive/2015/10/xenophobia-eastern-

europe-refugees/410800/

Page 19: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

8

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebijakan luar negeri yang

diambil oleh Jerman terhadap masuknya pengungsi di negaranya dan faktor-faktor

apa saja yang mempengaruhi kebijakan Jerman sehingga memiliki kebijakan yang

berbeda dengan negara-negara Eropa lainnya terhadap penerimaan pengungsi di

negaranya. Serta untuk mengetahui sejarah perjalanan Jerman dalam menangani

kasus pengungsi.

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya,

dan juga menambah pengetahuan serta analisa menyangkut isu-isu Hubungan

Internasional. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat membantu

memberikan informasi dan data bagi lingkungan akademik dan pemerintahan

terkait dengan kebijakan luar negeri Jerman terhadap pengungsi dan dapat

mengetahui pertimbangan apa saja yang dilakukan pemerintah untuk pengambilan

keputusan suatu kebijakan.

1.4 Tinjauan Pustaka

Jurnal Volume 3 Number 3 (2015): 255-279 yang berjudul The Syrian

Refugee Crisis: A Comparison of Responses by Germany, Sweden, the United

Kingdom and the United States, yang ditulis oleh Nicole Ostrand dan diterbitkan

pada tahun 2015 membahas mengenai beberapa respon yang telah diberikan oleh

masyarakat internasional pada umumnya, dan khususnya respon dari Jerman,

Swedia, Inggris, dan Amerika Serikat. Di akhir tahun 2014, Jerman dan Swedia

telah menyediakan perlindungan untuk banyak pengungsi Suriah di luar kawasan.

Page 20: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

9

Meskipun Jerman, Swedia, Inggris, dan Amerika Serikat memiliki tingkatan yang

berbeda dalam menyediakan perlindungan untuk para pengungsi Suriah, namun,

keempat negara tersebut telah meningkatkan perlindungan untuk Suriah melalui

pemukiman dan suaka sejak tahun 2012.

Beberapa negara tetangga yang mengalami dampak dari peningkatan

pengungsi Suriah di negaranya juga menjadi bahasan dalam jurnal ini. Selain itu,

jurnal ini menjelaskan bahwa masyarakat internasional secara keseluruhan belum

cukup memberikan kontribusi dalam mengurangi beban yang disebabkan oleh

masuknya pengungsi Suriah, baik dari segi bantuan keuangan dan pemukiman

pengungsi. Pokok bahasan dari penelitian ini yaitu peneliti membandingkan

respon-respon yang diberikan masyarakat internasional dalam menghadapi krisis

pengungsi Suriah yang menyebar di beberapa negara. Peneliti mengatakan bahwa

Jerman dan Swedia merupakan negara yang memberikan tingkat perlindungan

relatif tinggi dibandingkan negara lainnya.21

Jurnal tersebut berbeda dengan

penelitian skripsi penulis, jurnal tersebut tidak membahas mengenai faktor-faktor

mengapa negara-negara tersebut masing-masing mengeluarkan respon yang

berbeda. Dan jurnal tersebut menjelaskan respon di beberapa negara, sedangkan

skripsi penulis lebih fokus terhadap respon dari Jerman.

Pada buku yang berjudul “Immigration Policy in the Federal Republic of

Germany, Negotiating membership and remaking the nation” yang ditulis oleh

Douglas, B. Klusmayer, dan Demetrios G. Papademetrion yang dipublikasikan

21

Nicole Ostrand, The Syrian Refugee Crisis: A Comparison of Responses by Germany, Sweden,

the United Kingdom and the United State, Center for Migration Studies of New York, JMHS

Volume 3 Number 3, 2015.

Page 21: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

10

tahun 2009. Dalam buku ini pertama membahas mengenai bahwa setiap kebijakan

migrasi yang koheren harus mengambil beberapa dimensi yang berbeda yaitu

dimensi internasional, dimensi federalis, dimensi politik, dimensi sosial, dan

dimensi etnonasional. Penulis juga menyediakan sejarah singkat imigrasi di

Jerman Barat pasca Perang Dunia ke-2 untuk menegaskan pengaruh yang kuat

dari sejarah yang ada dan menawarkan para peneliti untuk mendapatkan dasar

yang kuat untuk memahami dilema migran saat ini di Republik Federal Jerman.

Ketiga, membahas mengenai pentingnya institusi Uni Eropa dalam pembangunan

rezim migrasi Jerman di era pasca reunifikasi. Dan yang terakhir buku ini

menjelaskan isu migrasi yang dihadapi Jerman dimulai dari abad ke-21, termasuk

dibutuhkannya tenaga kerja yang memiliki keterampilan tinggi dan tantangan

untuk mengintegrasikan generasi pengungsi yang baru dan sebelumnya.22

Dalam

buku tersebut pembahasannya lebih luas jika dibandingkan dengan penelitian

skripsi penulis, penelitian skripsi penulis hanya fokus terhadap kebijakan Jerman,

apa saja faktor yang mempengaruhi dan mengapa Jerman lebih membuka

negaranya terhadap pengungsi di tahun 2015.

Selanjutnya, Makalah yang berjudul “The European Response to the

Syrian Refugee Crisis What Next?” yang ditulis oleh Philippe Fargues dan

Christine Fandrich yang dipublikasikan pada tahun 2012 menjelaskan mengenai

respon Uni Eropa terhadap para pengungsi Suriah yang membanjiri kawasan Uni

Eropa. Penelitian ini menjelaskan mengenai sejarah perpindahan populasi dari

Suriah, jumlah pengungsi, dan rute perjalanan para pengungsi, para migran dan

22

Douglas. B. Klusmayer dan Demetrios. G. Papademetrion, “Immigration Policy in the Federal

Republic of Germany, Negotiating membership and remaking the nation”, Bergahn Books, 2009.

Page 22: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

11

pencari suaka menuju Eropa. Hal tersebut diikuti dengan respon berupa bantuan

politik dan kemanusiaan oleh Uni Eropa terhadap krisis Suriah.23

Makalah

tersebut membahas mengenai respon dari Uni Eropa terhadap pengungsi Suriah,

sedangkan penelitian skripsi ini menulis mengenai kebijakan yang dilakukan oleh

Jerman terhadap pengungsi Suriah.

Dari beberapa penjelasan yang dikaji oleh beberapa penulis diatas, maka

penelitian yang disusun oleh penulis ini memiliki perbedaan dengan penelitian

yang pernah ditulis sebelumnya. Dalam penelitian ini, penulis akan mencoba lebih

fokus terhadap penjelasan mengenai kebijakan luar negeri Jerman terhadap

pengungsi Suriah dan analisa terhadap faktor-faktor dari kebijakan yang telah

diambil oleh Jerman dalam menghadapi pengungsi Suriah.

1.5 Kerangka Teori

Dalam menganalisa kebijakan luar negeri Jerman terhadap pengungsi

Suriah di Jerman maka dalam pembahasan tersebut akan memerlukan teori dan

konsep-konsep yang dapat mendukung proses penganalisaan. Teori berfungsi

untuk membantu memahami dan memberikan kerangka berfikir secara logis di

samping membantu mencari penjelasan atas berbagai fenomena yang ada.24

1.5.1 Kebijakan Luar Negeri

Kebijakan luar negeri merupakan keseluruhan sikap dan aktivitas suatu negara

dalam upayanya mengatasi dan memperoleh keuntungan dari lingkungan

23

Philippe Fargues dan Christine Fandrich, “The European Response to the Syrian Refugee Crisis

What Next?”, European University Institute, 2012. 24

Lisa Harrison, Metodologi Penelitian Politik, (Jakarta: Kencana, 2007), hal. 7

Page 23: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

12

eksternalnya yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup suatu

negara.25

Negara merupakan tetap aktor terpenting dalam panggung internasional,

proses dimana mereka memilih dan melaksanakan kebijakan luar negeri mereka

tetap menjadi bagian penting dari studi Hubungan Internasional. Kebijakan luar

negeri terjadi di titik pertemuan negara dan lingkungan internasional negara

tersebut, di mana pengaruh yang timbul di lingkungan internasional menjadi

pengaruh di arena domestik dan di mana politik dalam negeri menghasilkan

output dengan dampak pada hubungan eksternal.26

Kebijakan luar negeri adalah seperangkat yang jelas dari sikap terhadap

lingkungan internasional dan visi tempat suatu negara di dunia. Pandangan ini

mengasumsikan adanya prinsip-prinsip panduan yang menentukan atau

setidaknya secara signifikan membentuk keputusan tentang isu-isu kebijakan

tertentu.27

Kebijakan luar negeri dibuat atas nama negara akan tetapi

pemerintahlah yang benar-benar merumuskan dan melaksanakannya. Pemerintah

tersebut merupakan perpaduan dari berbagai organisasi dan individu yang

memiliki kepentingan yang tidak sama. Kebijakan luar negeri memiliki beberapa

unsur yang berkaitan dan saling mempengaruhi yaitu pertahanan, diplomasi, dan

ekonomi.28

25

James N. Rosenau, Kenneth W, Thompson, dan Gavin Boyd, World Politics: An Introduction,

(New York: The Free Press, 1976), hal. 27-32 26

Frank Bealey, Richard A. Chapman, dan Michael Sheehan, Elements in Political Science

(Edinburgh: Edinburgh University Press, 1999) Hal. 327 27

Bealey, Chapman, Sheehan, Elements in Political Science, hal. 328 28

VK. Malhotra, International Relations, (New Delhi: Anmol Publications Pvt Ltd, 2004), hal.

185-186

Page 24: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

13

Sebagian besar pembuatan kebijakan luar negeri adalah mengenai pemecahan

masalah sehari-hari yang muncul di dalam dan luar negeri. Tujuan dari kebijakan

luar negeri sendiri adalah suatu gambaran keadaan peristiwa masa depan dan

rangkaian kondisi di kemudian hari yang akan di wujudkan permerintah, melalui

pembuat kebijakan luar negeri dengan menggunakan pengaruh di luar negeri dan

dengan mengubah atau mendukung sikap negara lain. 29

Holsti menambahkan

bahwa tujuan paling utama dari kebijakan luar negeri adalah menjamin kedaulatan

dan kemerdekaan wilayah nasional dan mengekalkan sistem politik, sosial, dan

ekonomi tertentu berdasarkan wilayah tersebut.30

Menurut Holsti, tujuan dari kebijakan luar negeri dikategorikan dalam tiga

tujuan yaitu, kategori tujuan jangka pendek, jangka menengah dan tujuan jangka

panjang. Tujuan jangka pendek yaitu berupa kepentingan dan nilai “inti” yang

mana digambarkan sebagai jenis kepentingan yang untuk mencapainya

kebanyakan orang bersedia melakukan pengorbanan sebesar-besarnya. Beberapa

pemerintah menempatkan nilai yang sama tinggi pada pengendalian atau

pertahanan pada wilayah negara tetangga, karena kawasan ini didiami oleh

penduduk yang secara etnis bersaudara atau mempunyai sumber daya nasional

seperti tenaga buruh dan bahan mentah yang dapat meningkatkan kemampuan

Negara atau karena percaya bahwa ancaman terbesar terhadap integritas teritorial

Negara sendiri dapat terjadi melalui negara tetangga. 31

29

K.J Holsti, International Politics : A Framework for Analysis, (University of British Colombia,

1983) hal. 137 30

K.J Holsti, International Politics : A Framework for Analysis, hal. 142 31

K.J Holsti, International Politics : A Framework for Analysis, hal. 142

Page 25: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

14

Kedua, Tujuan jangka menengah memiliki tiga tipe, yang pertama yaitu

mencakup usaha pemerintah memenuhi tuntutan dan kebutuhan perbaikan

ekonomi melalui tindakan internasional. Kemudian meningkatkan prestise negara

dalam sistemnya, yang mana prestise dapat diukur dengan tingkat perkembangan

industri dan keterampilan ilmiah serta teknologi. Negara industri dan negara besar

dapat meningkatkan gengsi internasionalnya melalui sejumlah kebijakan dan

tindakan, termasuk ekspansi kemampuan militer, pembagian bantuan luar negeri

dan jalur diplomatik. Ketiga, yaitu mencakup banyak bentuk perluasan diri atau

imperialisme. Sedangkan tujuan jangka panjang yaitu rencana, impian, dan

pandangan mengenai organisasi politik atau ideologi terakhir sistem internasional

aturan yang mengatur hubungan dalam sistem itu dan peran negara tertentu

didalamnya.32

Dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perumusan

kebijakan luar negeri Jerman, penulis menggunakan kerangka berfikir KJ. Holsti.

Faktor-faktor tersebut diantaranya yaitu Faktor eksternal dan domestik. Faktor

eksternal menurut Holsti yaitu, struktur sistem internasional, karakteristik atau

struktur ekonomi internasional, kebijakan dan tindakan aktor lain, masalah global

dan regional yang berasal dari pihak swasta, hukum internasional dan opini

public. Dan faktor domestiknya yaitu kebutuhan keamanan atau ekonomi sosial,

geografi dan karakteristik topografi, atribut nasional, struktur

pemerintahan/filosofi, opini publik, birokrasi, dan pertimbangan etik.33

Secara

32

K.J Holsti, International Politics : A Framework for Analysis, hal. 145-147 33

K.J. Holsti, International Politics: a Frameworks for Analisys, Sixth Edition, (New Jersey:

Prentice Hall, 1992), hal. 269-306

Page 26: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

15

keseluruhan konsep mengenai kebijakan luar negeri sangat terkait erat dengan

kebijakan yang telah diambil oleh Jerman, karena Jerman telah mengeluarkan

keputusan untuk menerima banyaknya kehadiran pengungsi yang berasal dari luar

wilayah negaranya. Keputusan tersebut tentu melalui pertimbangan yang matang

oleh pemerintah Jerman sehingga adanya faktor-faktor yang melatarbelakangi

kebijakan dan memiliki tujuan untuk mencapai kepentingannya.

1.5.2 Konsep Kepentingan Nasional

Kepentingan nasional adalah konsep yang paling penting dalam hubungan

internasional dan merupakan kunci dalam kebijakan luar negeri karena

kepentingan nasional adalah materi dasar bagi para pembuat kebijakan luar

negeri. Di dalam merumuskan kebijakan luar negeri tersebut, para pembuat

kebijakan dipandu oleh perspektif kepentingan nasional mereka yang bertujuan

untuk mencapai dan melindungi kepentingan nasional tersebut.34

Kepentingan Nasional menurut Kenneth Waltz secara minimum

merupakan keberlangsungan hidup negara, Survival disini juga dipahami sebagai

tujuan awal yang dibutuhkan untuk mengejar atau mencari tujuan politik yang lain

dan secara maksimum diasumsikan sebagai kekuatan.35

Konsepnya, kepentingan

nasional menjadi sebuah tujuan, kebijakan luar negeri sebagai alatnya, sedangkan

34

Malhotra, International Relations, hal. 79 35

Kenneth Waltz, Theory of International Politics, (Addison-Wesley Reading, 1979), hal. 131.

Page 27: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

16

modalnya berupa suatu power. Kepentingan nasional digunakan untuk

menggambarkan dan mendukung kebijakan-kebijakan tertentu. 36

Frankel menggambarkan bahwa ada dua divisi penting terkait kepentingan

nasional. Pertama yaitu, bagi mereka yang menggunakan kepentingan nasional

untuk menjelaskan dan menganalisis kebijakan luar negeri dan mereka yang

menggunakan istilah untuk membenarkan atau merasionalisasi perilaku negara di

dunia internasional. Pemisahan ini menunjukan pembagian diantara objektivis

yaitu adanya kriteria permanen obyektif terhadap kebijakan luar negeri yang dapat

dievaluasi, dibandingkan, dan kontras, dan subjektivis yang menekankan

berubahnya prioritas dan preferensi pengambil keputusan serta pertahanan publik

dan penjelasan dari tindakan mereka.37

Menurut Frankel, kepentingan nasional objektif adalah mereka yang

dimana berhubungan dengan tujuan kebijakan luar negeri utama negara-bangsa,

independen namun ditemukan oleh para pembuat kebijakan melalui penyelidikan

yang sistematis. Ini adalah kepentingan permanen, yang terdiri dari faktor-faktor

seperti geografi, sejarah, tetangga, ukuran populasi sumber daya dan etnis.

Kepentingan nasional subjektif adalah mereka yang tergantung pada preferensi

dari pemerintah khusus atau elit kebijakan, dan termasuk ideologi, agama, dan

identitas kelas.38

Dalam konsep ini dapat menganalisis apa tujuan dari Jerman

dengan mengeluarkan kebijakan luar negerinya terhadap kasus pengungsi di

36

Griffiths, M. & O’Callagan,T., International Relations : The Key Concepts. New York &

London: Routledge, 2002. Hal. 203 37

Scott Burchill, The National Interest in International Relations Theory, (New York: Palgrave

Macmillan, 2005) hal. 3 38

Scott Burchill, The National Interest in International Relations Theory, hal.3

Page 28: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

17

negaranya. Jerman sebagai negara sosial yang mendukung kebijakan domestik

untuk menanggung warga yang tidak mampu memperoleh nafkah, namun di sisi

lain Jerman juga merupakan The Country Ageing Population, sehingga kebijakan

menerima pengungsi di negaranya sebagai alat bagi Jerman untuk mengatasi

permasalahan populasi di negaranya.

1.5.3 Konsep Pengungsi

Konsep Pengungsi yang akan dipaparkan yaitu definisi pengungsi secara luas

dan definisi pengungsi menurut konvensi 1951 mengenai status pengungsi.

Konsep pengungsi menurut konvensi 1951 tentang status pengungsi yaitu

“seseorang yang disebabkan oleh ketakutan yang beralasan akan penganiayaan,

yang disebabkan oleh alasan ras, agama, kebangsaan, keanggotaan kelompok

social tertentu, dan keanggotaan partai politik tertentu, berada di luar negara

kebangsaannya dan tidak menginginkan perlindungan dari negara tersebut.39

Menurut Malcom Proudfoot, pengungsi adalah suatu kelompok orang-orang

yang terpaksa pindah ke tempat lain akibat adanya penganiayaan, deportasi secara

paksa, pengusiran orang-orang, dan perlawanan politik pemerintah yang berkuasa.

Dapat pula berupa pengembalian etnik tertentu ke negara asal tertentu mereka yag

timbul akibat perang atau perjanjian atau penentuan tapal batas secara sepihak

sebelum perang terjadi. Perpindahan penduduk sipil secara besar-besaran akibat

adanya tekanan dan ancaman. Perpindahan secara paksa penduduk dari wilayah

39

UNHCR, “Convention and Protocol Relating to the Status of Refugees”, article 1, diunduh pada

2 Februari 2015, http://www.unhcr.org/protect/PROTECTION/3b66c2aa10.pdf

Page 29: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

18

pantai atau daerah pertahanan berdasarkan perintah militer secara pemulangan

tenaga kerja paksa untuk ikut dalam perang.40

Selain itu, menurut Irawati Handayani konsep pengungsi memiliki dua

pengertian, hal tersebut dilihat dari dua faktor yang menyebabkan seseorang

menjadi pengungsi. Pertama, pengungsi yang disebabkan oleh peristiwa alam

(natural disaster) dan pengungsi yang disebabkan oleh perbuatan manusia

(human made disaster).41

Jika melihat krisis pengungsi di Eropa dengan mayoritas

pengungsi Suriah, pengungsi Suriah ini termasuk kategori pengungsi yang

disebabkan oleh perbuatan manusia karena pengungsi Suriah terjadi akibat konflik

dalam negeri antara pemerintah dan warga sipil.

Pencari suaka adalah seseorang yang telah mendaftarkan dirinya untuk

perlindungan internasional. Kebanyakan mereka mengajukan setelah mereka telah

mencapai negara dimana mereka mencari perlindungan, meskipun ada

kemungkinan untuk mengajukan permohonan suaka di luar negeri dimana mereka

sedang mencari perlindungan, contohnya pada kedutaan atau konsulat.

Permohonan pencari suaka disesuaikan oleh kriteria konvensi PBB 1951 yang

berkaitan dengan status pengungsi. Pemohon yang berhasil diberikan status

pengungsi dan menjadi pengungsi.42

Jadi, perbedaan diantara istilah pencari suaka

dan pengungsi adalah pada status yang diberikan. Pencari suaka belum

40

Achmad Romsan, Pengantar Hukum Pengungsi Internasional (Bandung: Sainc Offset, 2003)

hal. 36 41

Irawati Handayani, “Perlindungan terhadap Pengungsi Domestik (Internal Displaced Person)

dalam Sengketa Bersenjata Internal Menurut Hukum Internasional,“ Bandung: Jurnal HI

UNPAD, (Vol. 1 No. 2, 2001): hal. 158 42

Mehmet Okyayuz, Peter Herrmann, dan Claire Dorrity, Migration: Global processes caught in

national answers, Bremen Europaischer Hochschulverlag, 2014, hal. 90

Page 30: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

19

memperoleh status sedangkan pengungsi telah memperoleh status sebagai

pengungsi.43

Konsep pengungsi tentu terkait dengan penelitian kebijakan luar

negeri Jerman, karena pengungsi yang datang ke Jerman adalah para pengungsi

yang meninggalkan negaranya untuk mencari perlindungan di negara lain yang

dianggapnya aman dari ancaman.

1.6 Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif,

yang bertujuan untuk memaparkan mengapa Jerman mengeluarkan kebijakan luar

negeri terhadap pengungsi dengan membuka kuota yang besar dibandingkan

negara lainnya di Eropa. Penelitian kualitatif adalah penelitian ilmiah dengan

penjelasan perkembangan fenomena sosial. Penelitian kualitatif berkaitan dengan

pertanyaan yang dimulai dengan: how, why, atau what way.44

Penelitian kualitatif

melibatkan pendekatan interpretif dan naturalistic, hal ini berarti bahwa penelitian

kualitatif berusaha untuk memahami atau menafsirkan fenomena yang hadir.45

Dalam teknik pengumpulan data, ada dua sumber yang dapat digunakan

oleh penulis yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Namun, penulis

menggunakan sumber sekunder untuk menjawab pertanyaan penelitian. Sumber

sekunder adalah sumber data yang berasal dari orang lain yang tidak berpartisipasi

43

Rafiqul Islam dan Jahid Hossain Bhuiyan, An Introduction to International Refugee Law,

Leiden-Boston: Martinus Nijhoff, 2013, hal. 362 44

Beverley Hancock, An Introduction to Qualitative Research, Trent Focus, 2002. hal. 2 45

Denzin dan Lincoln, The Sage Handbook of Qualitative Research, Sage Publications, United

States, 2005 hal. 3

Page 31: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

20

secara langsung dalam peristiwa yang menjadi objek penelitian.46

Sumber

sekunder ini diperoleh dari jurnal, buku, artikel ilmiah, dokumen, laporan

penelitian, surat kabar, dan data-data yang dapat diakses melalui media elektronik

yang terkait dengan penelitian penulis.

Penelitian penulis ini memiliki kelemahan, yaitu tidak menggunakan data

primer. Hal tersebut dikarenakan sulitnya untuk bertemu dengan narasumber yang

terkait dengan Jerman dan kebijakan pengungsi. Selain itu, penelitian penulis

tidak lengkap dalam menganalisis faktor apa saja yang melatarbelakangi Jerman

dalam mengambil kebijakan menurut Holsti. Hal tersebut dikarenakan peneliti

tidak menemukan data yang berkaitan dengan beberapa faktor yang disebutkan

oleh Holsti.

1.7 Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari beberapa bab, yaitu:

BAB I pendahuluan. Bab ini berisikan pernyataan masalah mengenai krisis

pengungsi di Jerman dan di negara Eropa lainnya yang disebabkan oleh perang

saudara yang terjadi di Suriah.; pertanyaan penelitian; tujuan dan manfaat

penelitian; tinjauan pustaka ;kerangka teori; metode penelitian dan sistematika

penulisan.

BAB II pengungsi Suriah. Bab ini membahas mengenai faktor apa saja

yang menyebabkan warga Suriah sehingga memutuskan menjadi pengungsi,

46

Neuman, Lawrence W, Basic of Social Research, Pearson Education, Boston, 2007. Hal. 314

Page 32: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

21

bagaimana cara pengungsi bermigrasi ke Jerman, dan menjelaskan karakteristik

warga Suriah yang telah menjadi pengungsi di Jerman.

BAB III kebijakan luar negeri Jerman terhadap pengungsi Suriah. Dalam

bab ini pertama-tama membahas mengenai sejarah masuknya imigran dan

pengungsi di Jerman, pengalaman apa saja yang telah dimiliki Jerman terkait

permasalahan pengungsi, kemudian kebijakan luar negeri Jerman terhadap

pengungsi sebelum dan setelah krisis pengungsi di Eropa, dan membahas lebih

spesifik yaitu kebijakan luar negeri Jerman terhadap pengungsi Suriah.

BAB IV analisis kebijakan luar negeri Jerman terhadap pengungsi. Dalam

bab ini menjelaskan mengenai faktor-faktor apa saja yang melatarbelakangi

kebijakan luar negeri Jerman terhadap pengungsi yang dimulai dari faktor

eksternal dan internal. Kemudian penulis juga menambahakan tujuan dari

kebijakan luar negeri Jerman, yaitu tujuan jangka pendek dan menengah.

BAB V Penutup. Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil penelitian yang

dilakukan oleh penulis.

DAFTAR PUSTAKA

Page 33: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

22

BAB II

PENGUNGSI SURIAH

Dalam bab ini menjelaskan mengenai pengungsi Suriah, konflik yang

terjadi di Suriah dan perkembangan jumlah pengungsi dari tahun ke tahun di

Jerman. Bab ini bertujuan untuk menjelaskan secara umum karakteristik

pengungsi Suriah yang masuk ke Jerman, mengapa mereka memutuskan untuk

menjadi pengungsi, bagaimana cara para pengungsi untuk tiba di Jerman, dan

menjelaskan berapa banyak pengungsi Suriah dari tahun ke tahun serta mengapa

Jerman terpilih menjadi tujuan utama para Pengungsi Suriah.

2.1 Faktor Penyebab Warga Suriah Menjadi Pengungsi

Perang saudara yang terjadi di Suriah sejak tahun 2011 telah membuat

jutaan warga Suriah meninggalkan rumahnya. Diawali dengan demonstrasi yang

terjadi pada bulan Maret 2011, para demonstrator menginginkan pemilihan

umum, sistem pemerintahan parlementer, dan hak untuk menyelenggarakan protes

secara damai. Namun, pemerintahan Bashar Al-Assad merespon permintaan

tersebut dengan bentuk kekerasan.47

Setelah melihat respon tersebut, sebagian

pihak oposisi atau demonstrator juga memilih jalur kekerasan sebagai pertahanan

mereka.48

47

Reese Elrich, “Inside Syria: the backstory of their civil war and what the world can expect”,

(New York: Prometheus Book, 2014), chapter 1 48

Roland Pop, “The Syrian Civil War ; Between Escalation and Intervention”, CSS Analysis in

Security Poilicy, No. 124, diunduh pada 10 Maret 2016,

Page 34: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

23

Perang di Suriah semakin memburuk ketika adanya dukungan dari aktor

eksternal. Perang tersebut dapat dikatakan merupakan proxy war karena baik

pihak bashar al-Assad maupun pihak oposisi menggunakan pihak ketiga. Rusia

dan Tiongkok mendukung rezim Assad, yang didasarkan dengan prinsip

internasional yaitu Responsiblity to Protect.49

Sedangkan di pihak oposisi

didukung oleh Amerika Serikat, Turki, Perancis, dan negara-negara Teluk

lainnya. Amerika Serikat dalam perang ini melihat bahwa perang Suriah dapat

dijadikan momen untuk melemahkan Iran untuk mundur dalam program

nuklirnya. Pemberontak di Suriah menerima dukungan politik dan logistik dari

AS, Turki, dan Perancis, serta bantuan keuangan dan militer yang berasal dari

negara-negara Teluk.50

Sedangkan di sisi lain, Rusia dan Tiongkok berperan sebagai pengirim

senjata dan juga memberikan perlindungan melalui Dewan Keamanan PBB.

Selain Rusia dan Tiongkok, Iran juga menjadi salah satu pendukung rezim Assad

dengan memberikan penasihat militer, bantuan keuangan, dan pasokan energi.

Iran melihat bahwa adanya power struggle di Damascus yang mana sebagai

elemen bagi Amerika Serikat dan Iraq untuk berusaha mengubah rezim di

Tehran.51

http://www.css.ethz.ch/content/dam/ethz/special-interest/gess/cis/center-for-securities-

studies/pdfs/CSS-Analysis-124-EN.pdf 49

Murriel Asseburg dan Heiko Wimmen, Civil War in Syria; External Actors and Interest as

Drivers of Conflict, SWP Berlin, diunduh pada 3 maret 2016, https://www.swp-

berlin.org/fileadmin/contents/products/comments/2012C43_ass_wmm.pdf , hal.3 50

Asseburg dan Wimmen, Civil War in Syria, hal.4 51

Asseburg dan Wimmen, Civil War in Syria, hal.3

Page 35: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

24

Perang saudara di Suriah adalah tentang apakah Bashar al-Assad akan

terus memimpin pemerintahan Suriah atau jatuhnya pemerintahan Assad. Namun

selain adanya aktor eksternal yang meningkatkan ketegangan perang, perang

Suriah juga semakin mencerminkan permasalahan sektarian yang meluas. 52

Sentimen sektarian yaitu diantaranya Syiah Alawi yang mana diidentifikasi

berada di pihak Bashar al-Assad dan Sunni berada di pihak oposisi.53

Bashar al-

Assad juga mendapat dukungan dari kelompok Syiah militan Hizbullah Libanon

yang didukung oleh Iran. 54

Munculnya kelompok-kelompok jihad, termasuk

Negara Islam, telah menambahkan dimensi lebih lanjut terhadap konflik Suriah

tersebut. 55

Menurut Jurnal Benedetta Berti, pengungsi Suriah merupakan “worst

humanitarian disaster since the end of the cold war”.56

Di tahun 2013, Suriah

untuk pertama kalinya menjadi negara utama asal pencari suaka di 44 negara

industri di wilayah Eropa, Amerika Utara, dan Asia Pasifik.57

Diperkirakan

56.400 warga Suriah mendaftarkan diri mereka untuk mendapatkan status

pengungsi di 44 negara industri. Dua kali lipat dari angka pencari suaka di tahun

2012 (25.200) dan enam kali angka di tahun 2011 (8.500). Sedangkan di tahun

52

Brian Michael Jenkins, The Dynamics of Syria’s Civil War, diunduh pada 29 September 2015,

http://www.rand.org/content/dam/rand/pubs/perspectives/PE100/PE115/RAND_PE115.pdf ,hal.4 53

Ian Black, Sunni vs Shia: Why the conflict is more political than religious, The Guardian,

diakses pada 28 September 2015, http://www.theguardian.com/world/2015/apr/05/sunni-shia-why-

conflict-more-political-than-religious-sectarian-middle-east 54

Black, Sunni vs Shia: Why the conflict is more political than religious. 55

Lucy Rodgers, David Gritten, James offer dan Patrick Asare, Syria ; The Story of the Conflict,

BBC, diakses pada 25 Desember 2014, http://www.bbc.com/news/world-middle-east-26116868 56

Benedetta Berti , The Syrian Refugee Crisis: Regional and Human Security Implications, Vol:

17 No: 4, 2015, hal. 41 57

44 negara industrI adalah 28 anggota Uni Eropa , Albania, Bosnia dan Hergezovina, Iceland,

Liecthenstein, Montenegro, Norwegia, Serbia, Swiss, Macedonia, Turki, Australia , kanada,

Jepang, Selandia Baru, Korea, dan Amerika. (UNHCR, 2014)

Page 36: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

25

2014 angka pencari suaka di 44 negara industri tersebut meraih angka tertinggi

dari kelompok tunggal sejak 1992 yaitu 149,600 jiwa.58

Sampai tahun 2014 lebih dari 200.000 jiwa dari populasi Suriah sekitar

22.000.000 jiwa telah tewas dalam konflik termasuk tewasnya 8.000 anak

dibawah umur 18 tahun.59

Di tahun 2015 situasi kemanusiaan semakin memburuk

dengan kekerasan dan konflik dari kekuatan pemerintah dan kelompok oposisi

bersenjata yang tiada henti. Konflik telah merusak dan menghancurkan fasilitas

yang ada di daerah padat penduduk. Jumlah warga yang membutuhkan bantuan

kemanusiaan di Suriah telah mencapai 12,2 juta pengungsi, sekitar 7,6 juta adalah

pengungsi di dalam negeri. Pengungsi asal Suriah adalah pengungsi terbesar

dengan lebih 4.08 juta pengungsi negara tetangga dan wilayah besar lainnya.60

Negara-negara perbatasan Suriah mendekati titik poin berbahaya, terutama

Lebanon dihuni dengan 1,2 juta pengungsi, bersama dengan Jordania yang

merupakan negara memiliki populasi pengungsi terbesar di dunia. Turki di tahun

2015 memiliki 1,9 juta populasi pengungsi asal Suriah, salah satu negara yang

memiliki jumlah pengungsi terbesar asal Suriah di dunia.61

Konflik yang berkepanjangan tersebut telah membuat situasi untuk

pengungsi Suriah dan masyarakat negara tuan rumah mereka mengalami

kesulitan. Pengungsi Suriah menghadapi ketegangan antara populasi masyarakat

58

Nicole Ostrand, The Syrian Refugee Crisis: A Comparison of Responses by Germany, Sweden,

The United Kingdom, and The United States, JMHS, Vol:3 No:3, New York, 2015. Hal. 257 59

Benedetta Berti , The Syrian Refugee Crisis, hal. 41 60

European Comission, “Humanitarian Aid and Civil Protection, Syria Crisis”, diunduh pada 1

april 2016, https://ec.europa.eu/echo/files/aid/countries/factsheets/syria_en.pdf 61

European Comission, “Humanitarian Aid and Civil Protection, Syria Crisis”

Page 37: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

26

tuan rumah dan berjuang untuk mendapatkan kebutuhan dasar seperti keamanan,

makanan, dan tempat tinggal. Dengan situasi kemanusiaan yang disebabkan oleh

konflik Suriah semakin memburuk, pengungsi asal Suriah terus meningkat.62

Political Insecurity juga berdampak luas terhadap peluang ekonomi dan

lapangan kerja dan sejauh mana orang dapat memenuhi aspirasi mereka, yang

mana mempengaruhi keputusan seseorang untuk berpindah tempat. Dengan kata

lain, motivasi politik dan ekonomi saling berkaitan. Seperti yang dilakukan warga

Suriah dengan menjauh dari negaranya saat ini yaitu bukan hanya karena untuk

menghindari ancaman kekerasan dan melukai fisik mereka tetapi juga karena

lingkungan ekonomi yang semakin sulit untuk mencari nafkah.63

2.2 Karakteristik Pengungsi Suriah

Selanjutnya dalam bab ini juga akan menjelaskan mengenai karakteristik

demografi pengungsi Suriah yaitu berdasarkan usia, bahasa, melek huruf,

kelompok etnik, rural dan urban, agama, dan pendidikan. Pembahasan pertama

yaitu mengenai usia, data distribusi warga Suriah di Suriah berikut diperoleh dari

CIA pada tahun 2014 (lihat, Gambar 2.1) dimulai dari usia di bawah 15 tahun atau

0-14 tahun berkisar 33%, 20% berada diantara usia 15-24 tahun, 43% di usia 25-

64 tahun, dan yang terakhir hanya berkisar 3,9% diantara usia 65 tahun keatas.64

62

Nicole Ostrand, The Syrian Refugee Crisis. Hal. 257 63

Jessica Hagen-zanker, Richard Mallett, Journeys to Europe the role of policy in migran decision

–making, ODI Insight, London, 2016, diakses pada 25 April 2016,

https://www.odi.org/publications/10317-journeys-europe-role-policy-migran-decision-making ,

hal. 16 64

Citizenship and Immigration Canada, Population Profile : Syrian Refugees, diakses pada 26

agustus 2016, www.lifelinesyria.ca/wp-content/uploads/2015/11/EN-Syrian-Population-

Profile.pdf, hal.4

Page 38: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

27

Gambar 2.1: Angka distribusi usia di Suriah

Sumber : CIA,2014

Populasi di Suriah 90% diduduki oleh etnis Arab, termasuk muslim dan

Kristen dan diikuti oleh Kurdi yang menempati etnis kedua terbesar di Suriah,

yaitu sekitar 10%. Dan masih ada banyak kelompok etnis kecil lainnya, seperti

Armenians dan Turkomans. Di Suriah identitas etnis dan bahasa sangatlah

mengikat. Bahasa sehari-hari yang digunakan yaitu arab, namun etnis seperti

kurdi, Armenian, dan Turkomans memiliki perbedaan, etnis kurdi menggunakan

bahasa kurdi, etnis Armenian menggunakan bahasa Armenian dan Turkomans

memiliki variasi bahasa yaitu turki dan arab. Pengungsi Suriah yang menetap di

luar negeri mendapatkan pelajaran bahasa yang sesuai dengan sekolah di negara

dimana mereka menetap. 65

65

Rochelle Davis, Refugees from Syria, Cultural Orientation Resource center, United States

Departmen, diakses pada 17 agustus 2016, www.teslontario.net/uploads/news/Refugees

fromSyriabackgrounderCulturalOrientationReso.pdf . hal. 4

Page 39: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

28

Melek huruf atau Literacy di Suriah merupakan tujuan utama pemerintah

sebelum adanya konflik di Suriah. Dan hasilnya 84% populasi adalah melek huruf

(90% adalah laki-laki dan 77% adalah perempuan). Selain itu mayoritas agama di

Suriah yaitu Islam dengan angka populasi 87%, termasuk 74% adalah muslim

sunni dan 13% adalah Alawi, Ismaili, dan muslim Syiah dan 10% kristian.66

Penduduk Suriah juga memiliki perbedaan bagi warga yang tinggal di desa

dan di kota. Empat kota terbesar yang ada di Suriah yaitu di Damascus, Aleppo,

Hama dan Homs. Kemakmuran yang dimiliki oleh kota-kota besar sangatlah

kontras berbeda dengan di desa. Rezim Suriah selama 25 tahun terakhir

mengarahkan sumber dayanya cenderung kepada daerah kota, sehingga daerah

desa menjadi tertinggal. Sebagai akibatnya, imigran atau pengungsi yang berasal

dari daerah pedesaan memiliki tingkat edukasi yang rendah. Membahas mengenai

edukasi, berdasarkan data dari Cultural Orientation Resource Center 72% warga

Suriah terdafar di sekolah menengah (secondary school). Namun, di tahun 2013,

banyak sekolah yang hancur akibat peperangan dan juga tenaga pengajar semakin

berkurang. Di dunia Arab, Suriah dikenal dengan memiliki keahlian di bidang

konstruksi dan buruh kasar lainnya, medis, dan jasa. Sebelum perang terjadi,

banyak warga Suriah merupakan tenaga professional seperti dokter, birokrat,

guru, dosen universitas, pekerja sosial dan lainnya.67

Patrycja Sasnal mengatakan bahwa pengungsi Suriah yang telah datang ke

Eropa dalam dua tahun terakhir adalah warga yang memiliki kekayaan di Suriah,

66

Citizenship and Immigration Canada, Population Profile : Syrian Refugees, hal.5 67

Rochelle Davis, Refugees from Syria, hal. 3-4

Page 40: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

29

yang sebelumnya bekerja di luar sektor pertanian (jasa, perdagangan, konstruksi,

pelayanan kesehatan, pendidikan, dll), berpendidikan, aktif secara ekonomi dan

terbiasa dengan kesetaraan gender.68

Berbeda dengan pengungsi Suriah yang

dahulu hidup di daerah pedesaan dan bekerja di sektor pertanian, mereka

cenderung memilih menetap di negara tetangga seperti Turki dan Jordania karena

ketidakmampuan mereka untuk bermigrasi lebih jauh lagi ke Eropa.69

Hal ini juga

dibuktikan bahwa pada akhir tahun 2015 pengungsi asal Suriah yang tiba di

Munich banyak berusia 20-30 tahun dan memiliki berbagai kualifikasi yang

mengesankan dan sering dikombinasikan dengan kompetensi berbahasa Eropa.70

Perang yang terus menerus berlangsung di Suriah telah mengakibatkan

banyaknya korban jiwa dan semakin memburuknya situasi kemanusiaan di Suriah.

Hal tersebut membuat banyak warga Suriah memilih menjadi pengungsi.

Karakteristik penduduk Suriah juga berkaitan dengan apa saja latar belakang dari

pengungsi Suriah yang hadir di Jerman.

2.3 Cara Pengungsi Bermigrasi ke Jerman

Meningkatnya angka pengungsi dan migran menjadi peluang para pengungsi

dalam upaya memaksakan kehendak mereka untuk tiba di Eropa dengan menaiki

kapal yang tidak layak dan perahu kecil atau sekoci. Sebagian besar dari mereka

68

Patrycja Sasnal, Who Are They? Two Profiles of Syrian Refugees, The Polish Institue of International Affairs, No. 36 (138), 2015, diakses pada 1 Februari 2017, https://www.pism.pl/files/?id_plik=20798 ,hal.1 69

Sasnal, Who Are They? Two Profiles of Syrian Refugees, hal. 2 70

Thembisa Fakude, Germany Efforts to Resolve the Refugee Crisis, Al-Jazeera Report Document, diakses pada 16 November 2015, http://studies.aljazeera.net/mritems/Documents/2015/11/16/20151116121013713580Germany.pdf

hal.4

Page 41: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

30

yang melintasi jalur berbahaya adalah orang yang membutuhkan perlindungan

internasional, melarikan diri, kekerasan dan penganiayaan dari negara asal

mereka.71

Jerman menjadi negara tujuan utama di Eropa bagi para migran dan

pengungsi.72

Pada tahun 2015 pada 11 bulan pertama, 964,574 pencari suaka baru

hadir di Jerman dan mayoritas melalui Laut Mediterrania. Angka pendatang di

tahun 2015 empat kali lebih banyak dibandingkan total pendatang di tahun 2014.

Pendatang atau pencari suaka yang hadir di Jerman membuat Jerman merupakan

negara paling diminati di Eropa bagi orang yang melarikan diri, mengalami

penindasan, dan penderitaan di Timur tengah, Asia, dan Afrika.73

Sejak Perang Dunia ke-2, Laut mediterrania merupakan jalur bagi para

pengungsi dan migran.74

Satu juta pengungsi dan migran telah melakukan

perjalanan berbahaya melalui Laut Meditteranian menuju Eropa di tahun 2015.

Mayoritas atau sekitar 850.000 migran melakukan perjalanan melalui Laut

Aegean dan Dodecanese. Gerakan ini termasuk salah satu gerakan terbesar

pengungsi melalui perbatasan Eropa sejak Perang Dunia ke-2. Mayoritas

71

UNHCR, “Refugees/migrans Emergency Response – Mediterranian”, diakses pada 27 Juli 2016,

http://data.unhcr.org/mediterranean/regional.php 72

IOM, “Migration, Asylum, and Refugees in Germany”, Global Migration Data Analysis Centre

Data Briefing Series, 1 Januari 2016, diunduh pada 4 juni 2016,

http://iomgmdac.org/migration_asylum_and_refugees_in_germany/ 73

The Guardian, “Germany on course to accept one million refugees in 2015”, diakses pada 28

April 2016 https://www.theguardian.com/world/2015/dec/08/germany-on-course-to-accept-one-

million-refugees-in-2015 74

Timothy G.Hammond, The Mediterranean Migration Crisis, diakses pada 12 Agustus 2016,

http://www.foreignpolicyjournal.com/2015/05/19/the-mediterranean-migration-crisis/

Page 42: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

31

pengungsi atau migran berasal dari war-torn countries yang mana Turki menjadi

tujuan utama untuk melintasi laut dengan perahu.75

Pada pertengahan April 2015, tidak sedikit pengungsi yang gagal dalam

perjalanannya menuju Eropa. Dilaporkan bahwa 800 jiwa tewas tercatat sebagai

kecelakaan kapal pengungsi terbesar. Tragedi tersebut membuat krisis pengungsi

semakin menjadi perhatian dunia, dan mendorong Uni Eropa meluncurkan

serangkaian pertemuan untuk meningkatkan respon bersama terkait krisis

pengungsi.76

Banyak pengungsi dan migran yang melalui jalur “eastern mediterranian

route” dari Turki menuju Yunani. Lebih dari 85% yang tiba di Yunani adalah

negara yang mengalami perang dan konflik, terutama Suriah, Afganistan, Irak,

dan Somalia. Dari Yunani kemudian melanjutkan perjalanan melalui Balkan

untuk menuju barat dan utara Eropa. Angka pengungsi dan migran yang

memasuki western Balkan dari Yunani secara dramatis meningkat di awal Juni

2015, dengan 1000 orang memasuki wilayah setiap harinya. Mereka menghadapi

tantangan kemanusiaan dan perlindungan yang serius terkait kesulitan mereka

dalam melakukan perjalanan, diantaranya yaitu perilaku penyelundup, geng

kriminal, dan juga meningkatnya kebijakan suatu negara untuk melakukan

penjagaan ketat bagi suatu perbatasan.77

75

UNHCR, Regional Refugee and Migran Response Plan for Europe, Eastern Meditteranian and

Western Balkans Route 2016, diunduh pada 1 juni 2016,

http://www.unhcr.org/partners/donors/570669806/regional-refugee-migran-response-plan-europe-

january-december-2016-19.html . hal.8 76

UNHCR, “The Sea Route to Europe: Mediterranian Passage in the age of Refugees”, diunduh

pada 18 April 2016, http://www.unhcr.org/5592bd059.pdf , hal. 2 77

UNHCR, “The Sea Route to Europe: Mediterranian Passage in the age of Refugees”, hal. 3

Page 43: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

32

Sebagian besar migran dan pengungsi yang melakukan perjalanan menuju

Eropa tidak memiliki niat untuk bertahan di negara pertama mereka tiba seperti

Turki atau Yunani, negara-negara tersebut hanya menjadi negara transit untuk

mencapai negara tujuan utama mereka di Eropa yang lebih menerima dan

memperlakukan mereka dengan baik. Jerman dan Swedia sebagai negara yang

ditempati oleh angka pengungsi Suriah terbesar di Eropa. Sejak tahun 2014, 60%

dari semua data pengungsi dan migran yang melalui jalur laut berasal dari Suriah.

Hingga tahun 2015 pengungsi yang berasal dari Suriah merupakan angka

pengungsi terbesar di dunia.78

Gambar 2.2 : Peta Perpindahan Pengungsi Asal Suriah

78

Timothy G.Hammond, “The Mediterranean Migration Crisis”.

Page 44: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

33

Sumber: www.buzzfeed.com

Perjalanan awal yang dipilih oleh beberapa pengungsi Suriah untuk tiba di

Jerman adalah datang ke Kota Izmir di Turki sebelum melakukan perjalanan

melewati laut untuk tiba di Eropa. Setelah meninggalkan Turki para pengungsi

melanjutkan perjalanan melalui Yunani dengan perahu tiup melintasi laut Aegean

dari pantai Turki menuju pulau Kos di Yunani, setelah tiba di Kos, para pengungsi

menaiki kapal feri dengan estimasti perjalanan 10 jam untuk mendarat di

pelabuhan Piraues Yunani.79

Selain itu setelah tiba di Piraues banyak pengungsi melanjutkan ke Utara

untuk perbatasan Yunani yaitu menuju Kota Idomeni untuk tiba di Macedonia.

Setelah berada di Macedonia perjalanan berikutnya yaitu ke Serbia. Sejak awal

tahun 2015 ribuan migran telah menyebutnya “Balkans Route”.80

Setelah sampai

di Serbia, ibu kota Serbia yaitu Belgrade sering digunakan sebagai tempat

beristirahat. Perjalanan selanjutnya Budapest yaitu Hungaria, Hungaria

meningkatkan hukuman untuk penyebrangan perbatasan illegal sehingga

menimbulkan bentrokan antara polisi dengan pengungsi. Namun, ribuan

pengungsi menuntut untuk tetap bisa melanjutkan perjalanan mereka. 81

Perjalanan berikutnya yaitu Austria dan Jerman yang merupakan tujuan

utama dari perjalanan para pengungsi. Para pengungsi mengungkapkan rasa lega

79

Dana Regev, “A perilous trek: Refugees Journey from Syria to Germany,” DW, diakses pada 28

juli 2016, http://www.dw.com/en/a-perilous-trek-refugees-journey-from-syria-to-germany/g-

18696817. 80

“Balkans Route” as the people who entered the EU in Greece tried to make their way via the

former Yugoslav Republic of Macedonia, Serbia into Hungary and Croatia and then towards to

Western Europe. Diambil dari Frontex, “Western Balkan Route”, diakses pada 27 Juli 2016,

http://frontex.europa.eu/trends-and-routes/western-balkan-route/ 81

Regev, “A perilous trek: Refugees Journey from Syria to Germany”

Page 45: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

34

telah meninggalkan Hungaria karena hungaria dijalankan oleh Viktor Orban yang

merupakan perdana menteri anti-immigran right-wing government. Berbeda

dengan Jerman, Jerman memberikan sambutan hangat kepada para migran.82

Banyak rintangan yang dilalui oleh para migran demi melanjutkan hidupnya di

negara yang menyediakan perlindungan untuk mereka.

2.4 Pengungsi Suriah di Jerman

Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, Jerman merupakan negara

tujuan utama di Eropa bagi para migran dan pengungsi (lihat, Gambar 2.4).

Selama tahun 2015, lebih dari satu juta migran dan pengungsi tiba di Jerman.

Pengungsi asal Suriah adalah kelompok terbesar yang memberikan permohonan

suaka di Jerman.83

Tahun 2015 menjadi tahun kedatangan terbesar bagi Jerman

dan sekitar lima kali lebih besar dibandingkan dengan tahun 2014.84

Diantara

tahun 2012 dan 2014 Jerman menerima 61.885 aplikasi suaka Suriah. Di tahun

2014 sendiri, Jerman menerima 41.100 aplikasi pencari suaka Suriah. Selain itu

Suaka yang telah diberikan Jerman terhadap warga Suriah menduduki angka

terbesar (39.965)(lihat,Tabel 2.3) dibandingkan dengan negara Uni Eropa lainnya

dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2014.85

Tabel 2.3 : Jumlah aplikasi suaka dan status suaka Suriah 2012-2014

82

Regev, “A perilous trek: Refugees Journey from Syria to Germany”. 83

IOM, “Migration, Asylum, and Refugees in Germany”. 84

Aljazeera, “Germany Registers record 1.1 million asylum seekers in 2015”, diakses pada 5 juni

2016

http://america.aljazeera.com/articles/2016/1/6/refugees-germany-more-than-1million.html 85

Nicole Ostrand, The Syrian Refugee Crisis, hal. 269

Page 46: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

35

Sumber : Journal on Migration, Nicole Orstrand.

Gambar 2.4: Jumlah klaim suaka di Uni Eropa

Sumber : Eurostat, http://ec.europa.eu/eurostat

Page 47: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

36

Sedangkan pada tahun 2015, seperti yang telah terdaftar dalam EASY

sistem Jerman, pencari suaka mengalami pelonjakan yang begitu tajam.

Kelompok Suriah menduduki posisi utama dengan jumlah 428,468, kelompok

kedua terbesar oleh Afghanistan dengan 154,046, diikuti dengan negara lainnya

yaitu Irak (121,662), Albania (69,426), dan Kosovo (330,496).(lihat, Gambar

2.5)86

Gambar 2.5 : Negara asal utama yang terdaftar di EASY tahun 2015

Sumber : Global MigrationData AnalysisCentre (GMDAC)

International Organization for Migration (IOM)

Ada beberapa faktor yang membuat pengungsi Suriah memilih Jerman

sebagai negara tujuan utama. Yang pertama, Pengungsi Suriah pada awalnya

melarikan diri ke negara tetangga yang dekat dengan negaranya yang mana hanya

melalui perbatasan agar dapat tetap dekat dengan rumah dan mata pencahariannya

dan memiliki harapan untuk segera dapat kembali ke negaranya, namun konflik

86

IOM, “Migration, Asylum, and Refugees in Germany”.

Page 48: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

37

yang tidak kunjung usai membuat para pengungsi meninggalkan harapan

tersebut.87

Kedua, pemerintah di Suriah tampak mempermudah warga Suriah untuk

melakukan perjalanan. Karena seperti yang dilansir oleh Washington post

pemantau di Suriah curiga bahwa pemerintah sengaja meningkatkan arus

pengungsi baik ke negara tetangga maupun Eropa sebagai strategi untuk

mengosongkan penduduk yang berpotensi menjadi lawan dari pemerintah.88

Ketiga, Jutaan pengungsi Suriah mayoritas memilih tempat pertama untuk

perlindungan yaitu negara tetangga seperti Lebanon, Jordan, Turki, Mesir dan

irak. Namun, banyak pengungsi mengalami pengusiran dari tempat mereka

singgah, karena mereka harus membayar biaya sewa meski tinggal dalam ruang

yang sempit dan ramai. Hal tersebut juga dipicu karena di banyak negara tetangga,

pengungsi tidak diperbolehkan masuk ke pasar tenaga kerja. Seperti yang terjadi

di Lebanon, mereka dipaksa untuk menandatangani untuk tidak bekerja jika

mereka ingin memperbaharui status tempat tinggal mereka. Dengan tidak adanya

pemasukan, banyak pengungsi yang tidak mampu untuk membayar sewa sehingga

dipaksa untuk pergi.89

Yang keempat, bantuan internasional untuk membantu pengungsi seperti

UNHCR masih tidak cukup menangani peningkatan yang terjadi terhadap

87

UNHCR’s Melissa Fleming, Six Reasons why Syrians are fleeing to Europe in increasing

numbers, The Guardian, diakses pada 1 Juni 2016, https://www.theguardian.com/global-

development-professionals-network/2015/oct/25/six-reasons-why-syrians-are-fleeing-to-europe-

in-increasing-numbers 88

Liz Sly, “8 reasons Europe’s refugee crisis is happening now,” Washington Post, diakses pada

28 Juli 2016, https://www.washingtonpost.com/news/worldviews/wp/2015/09/18/8-reasons-why-

europes-refugee-crisis-is-happening-now/ 89

Flemming, Six Reasons why Syrians are fleeing to Europe in increasing numbers.

Page 49: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

38

pengungsi Suriah. Anak-anak sudah terlalu lama tidak mendapatkan edukasi. Di

Jordania, Mesir, Lebanon dan Turki tidak semua kesempatan didapatkan oleh

anak-anak Suriah. Seperti di Jordania, 90.000 anak-anak Suriah tanpa edukasi

formal dan 20% telah meninggalkan sekolah dengan alasan untuk bekerja. Dan

yang terakhir yaitu gambaran di televisi dan media sosial bahwa beberapa negara

di Eropa terbuka dengan pengungsi.90

Jerman menjadi salah satu negara yang

dianggap “heroic” karena menerima mayoritas dari pencari suaka yang hadir di

Uni Eropa dengan tangan terbuka ketika beberapa pemerintah negara Eropa

lainnya melanjutkan untuk memperketat jalur perbatasan dan menekankan para

pengungsi untuk kembali lagi ke negara tetangga..91

Selain itu para pengungsi

juga melihat negara tersebut lebih aman, dan lebih memiliki prospek kerja dan

edukasi yang lebih baik 92

Menurut Bertelsmann Stiftung bahwa warga Jerman semakin merasa

nyaman dengan gagasan “Germany is becoming a country of immigrans” terutama

di bekas Jerman Barat. Di bulan juli 2015, ketika arus masuk pencari suaka

sangatlah meningkat, menurut survei 80% mengemukakan bahwa Jerman

seharusnya menerima pencari suaka yang mengalami penindasan politik maupun

agama, 93% memberi keterbukaan atas datangnya orang yang berupaya melarikan

diri dari perang atau konflik sipil. Dan bahkan dalam penelitian terbaru tingkat

90

Flemming, Six Reasons why Syrians are fleeing to Europe in increasing numbers. 91

Rossalyn Warren, “why are refugees going to germany and will they stay?,” Buzzfeed, diakses

pada 15 Juli 2016, http://www.buzzfeed.com/rossalynwarren/why-are-refugees-going-to-germany-

and-will-they-stay 92

Flemming, Six Reasons why Syrians are fleeing to Europe in increasing numbers.

Page 50: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

39

rata-rata dukungan menerima pencari suaka yang disiksa atas dasar politik

berkisar 94%.93

Berbeda dengan bekas Jerman Barat, bekas Jerman Timur yaitu di kota

Dresden memiliki kontra dengan datangnya para pengungsi ke Jerman. Menurut

Werner Patzelt, salah satu gerakan anti-immigran atau far-right yaitu PEGIDA

yang didukung oleh Alternative for Germany Party (AfD) tersebut akan membuat

kekhawatiran tersendiri bagi para pengungsi meskipun mereka menyebut gerakan

tersebut non-violent movement.94

Koalisi Far-right ini telah menyetujui deklarasi

bersama yang berisikan bahwa mereka berkomiten untuk menentang imigrasi di

Jerman, terutama “political Islam” yang dipercaya oleh mereka sebagai musuh

bagi Eropa. Oleh karena itu, PEGIDA sangat mengkritik “welcoming refugees”

yang merupakan kebijakan dari kanselir Angela Merkel.95

Di sepanjang tahun 2015 PEGIDA telah melakukan serangkaian

demonstrasi di berbagai kota di Jerman seperti di Leipzig, Munich, Hanover, dan

tentunya Dresden yang mana merupakan pusat dari gerakan tersebut.96

Bahkan

tidak hanya ada di kota-kota Jerman, PEGIDA movement ini juga memperluas

93

Matthias Mayer, Germany’s Response to the Refugee Situation: Remarkable Leadership or fait

accompli?, Bertelsmann foundation, 2016, diunduh pada 28 agustus 2016,

http://www.bfna.org/publication/newpolitik/germanys-response-to-the-refugee-situation-

remarkable-leadership-or-fait-accompli 94

Matthew Bell, “Germany’s refugee crisis is fueling the far-right pegida movement”, diakses

pada 27 agustus 2016, http://www.pri.org/stories/2015-12-10/germany-s-refugee-crisis-fueling-

far-right-pegida-movement 95

RT, “Fortres Europe: PEGIDA to be joined by 14 anti-Islam allies for mass February Protests”,

diakses pada 29 agustus 2016, https://www.rt.com/news/330075-pegida-coalition-mass-protest/ 96

BBC, Why are thousands od Germans protesting and who are Pegida?, diakses pada 28 agustus

2016, www.bbc.co.uk/newsbeat/article/30694252/why-are-thousands-of-germans-protesting-and-

who-are-pegida

Page 51: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

40

jaringannya hingga ke beberapa negara seperti di Irlandia, Inggris, Belanda, dan

Austria dengan melakukan protes anti-Islamisation PEGIDA-style.97

Setelah menjelaskan mengenai karakteristik pengungsi Suriah, kronologis

konflik yang terjadi, perjalanan para pengungsi untuk tiba di negara yang dituju

yaitu Jerman, jumlah pengungsi dari tahun ke tahun yang berada di Jerman, dan

beberapa faktor mengapa pengungsi Suriah memilih untuk mencari suaka di

wilayah Eropa beserta respon dari penduduk Jerman terkait kebijakan yang telah

diambil Jerman. Maka, pada bab berikutnya akan menjelaskan mengenai

Kebijakan Luar Negeri Jerman untuk mengetahui lebih lanjut mengenai apa

langkah kebijakan yang telah diambil Jerman terkait pengungsi sehingga Jerman

menjadi negara tujuan utama mayoritas pengungsi Suriah.

97

Corey Charlton dan Anthony Joseph, A World Divided: Violent clashes break out across the

globe as thousands take to the streets in anti-Islam protests organized by far-right group PEGIDA,

Daily Mail, diakses pada 28 agustus 2016, http://www.dailymail.co.uk/news/article-3435093/A-

world-divided-Violent-clashes-break-globe-thousands-streets-anti-Islam-protests-organised-far-

right-group-PEGIDA.html

Page 52: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

41

BAB III

KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI

Bab ini bertujuan untuk menjelaskan mengenai kebijakan luar negeri

Jerman dalam menghadapi krisis pengungsi yang mengalami pelonjakan tajam

sejak tahun 2015 jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, kemudian

menjelaskan sejarah masuknya pengungsi di Jerman, dan dilanjutkan dengan awal

mula kebijakan luar negeri Jerman secara umum serta menjelaskan kebijakan luar

negeri Jerman yang lebih spesifik yaitu terhadap pengungsi Suriah.

3.1 Sejarah Masuknya Imigran/Pengungsi di Jerman

Page 53: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

42

Tindakan Jerman yang membuka lebar pintu untuk hadirnya pengungsi di

negaranya menjadi pembahasan yang layak untuk dikaji karena posisi Jerman

sentral dalam geopolitik dan ekonomi di Eropa.98

Pasca-Perang Dunia ke-2,

Jerman telah tumbuh menjadi salah satu negara di Eropa yang menjadi tujuan

utama bagi jutaan orang yang mengungsi dari negaranya, baik berasal dari dataran

Eropa selatan maupun timur.99

Bahkan, wilayah Jerman pasca Perang Dunia ke-2

dihuni oleh sembilan juta pengungsi yang terdiri dari 20 kewarganegaraan yang

berbeda.100

Pada masa berdirinya tembok Berlin (1961-1989), 2,7 juta jiwa

berimigrasi dari German Democratic Republic (GDR) ke Federal Republic of

Germany (FDR). Angka pengungsi mencapai puncak pertama di tahun 1979-1981

yaitu dengan total 200.000 pengungsi di Federal Republic of Germany (FDR).

Penyebab utama dari meningkatnya pengungsi pada masa itu adalah kudeta

militer di Turki 1980 (dimana kondisi ekonomi Turki nyaris bangkrut dan ribuan

warga terbunuh) dan declaration of martial law in Poland 1981 (dimana terjadi

tindakan keras oleh kalangan militer pada warga negara Polandia).101

Menjelang akhir tahun 1970 pemerintahan federal dan negara bagian telah

mencoba membatasi jumlah klaim suaka. Percobaan tersebut sempat membuat

Jerman tidak lagi menjadi daya tarik bagi pengungsi pada masa 1970 sampai akhir

1980. Namun pada tahun 1988 permohonan dari pencari suaka kembali mencapai

98

Anna Myunghee Kim, “Foreign Labour Migration and the Economic Crisis in the EU: Ongoing

and Remaining Issues of the Migran Workforce in Germany”, Institute for the Study of Labor

Document IZA Germany, 5134, 8, 2010. Hal. 2 99

Anna Myunghee Kim, “Foreign Labour Migration and the Economic Crisis in the EU”. 100

IMIS, “Germany Asylum Policy and EU Refugee Protection”, hal. 4 101

IMIS, “Germany Asylum Policy and EU Refugee Protection”, hal. 4

Page 54: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

43

angka tertinggi dibandingkan tahun sebelumnya dan menjadi awal pelonjakan

angka pemohon pencari suaka di tahun berikutnya (lihat, Gambar 3.1).102

Gelombang migrasi berikutnya terdiri dari orang-orang mantan blok

Soviet. Selama periode pasca-sosialis (1991-1999) tersebut, Jerman muncul

kembali sebagai negara tujuan utama bagi hampir tiga juta pendatang baru yang

mencakup dua juta etnis Rusia, dan ratusan bahkan ribuan pengungsi dari Eropa

Timur.103

Christian Jopke pada tahun 1999 mengamati bahwa respon luar biasa

dari pemerintah untuk imigrasi Jerman pasca perang merupakan desakan terus-

menerus pada landasan kebijakan konsepsi identitas nasional yang didefinisikan

oleh suatu model yaitu, "tanah imigrasi”.104

Pada tahun 2001 sebuah komisi

imigrasi independen mendeklarasikan bahwa “Germany needs Immigrans”. Hal

tersebut menjelaskan bahwa Jerman sesungguhnya merupakan tanah imigrasi

untuk jangka waktu yang panjang.105

Banyak pengungsi yang tertarik untuk mendatangi Jerman dipengaruhi

oleh masa lalu dimana pemerintah Jerman pernah memiliki kebijakan pada tahun

1960 yaitu terbuka terhadap tenaga kerja asing dengan memberikan bantuan luar

negeri dengan format “3 R’s of recruitment, remittances, and returns”. Bantuan

tersebut digunakan untuk merekrut tenaga kerja yang tidak memiliki pekerjaan

dan mengurangi pengangguran di Eropa Selatan, remittances mereka dapat

memasok beberapa modal yang dibutuhkan untuk pembangunan ekonomi, dan

102

IMIS, “Germany Asylum Policy and EU Refugee Protection”, hal. 5 103

Anna Myunghee Kim, “Foreign Labour Migration and the Economic Crisis in the EU”, hal. 4 104

Klusmayer dan Papademetrion, “Immigration Policy in the Federal Republic of Germany,

Negotiating membership and remaking the nation”, hal. Xii introduction 105

Klusmayer dan Papademetrion, “Immigration Policy in the Federal Republic of Germany,

Negotiating membership and remaking the nation”, hal. xiv introduction

Page 55: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

44

returns dimaksudkan ketika pekerja telah selesai bekerja di Jerman dan ingin

kembali ke negaranya, mereka telah memperoleh pengalaman dan menjadi

pekerja yang produktif.106

Kebijakan tersebut juga bisa disebut dengan sistem

Guest-Workers yang mana menerima lebih dari satu juta 'pekerja tamu'. Sejak saat

itu ekonomi mengalami surplus tenaga kerja di Mediterania Eropa.107

Meskipun

sistem Guest Workers tersebut dihentikan pada tahun 1973, pendatang asing justru

datang ke Jerman secara terus-menerus.108

Saat ini keputusan pemerintah Jerman untuk membuka peluang bagi

pengungsi masih tetap berlangsung, bahkan Jerman semakin terbuka dengan

kehadiran imigran dari tahun ketahun. Maka, akan dijelaskan lebih lanjut

mengenai kebijakan luar negeri Jerman terkait pengungsi dan apa yang mendasari

kebijakan tersebut dikeluarkan.

3.2 Kebijakan Luar Negeri Jerman Terhadap Pengungsi

Berangkat dari pengalaman pada masa Perang Dunia ke-2 yang

menghasilkan jutaan pengungsi internasional, hal itu menciptakan reaksi bagi

dunia internasional terkait pengungsi, sehingga pada 10 Desember 1948 Majelis

Umum PBB mengadopsi dan memproklamirkan deklarasi universal HAM

khususnya pada artikel 14 yang berbunyi “everybody has the right to seek and to

enjoy in other countries asylum from persecution”.109

Selain itu, pada masa

bersamaan, International Refugee Law yang didasari oleh Geneva Convention

106

Phillip. L, Martin, Germany: Managing Migration in the 21st Century, Working paper CIIP-1,

University of California, 2002, diakses pada 3 Agustus 2016,

http://ies.berkeley.edu/pubs/workingpapers/CIIP-1-PLM_Germany.pdf , hal. 8 107

Anna Myunghee Kim, “Foreign Labour Migration and the Economic Crisis in the EU”, hal. 4 108

Phillip. L, Martin, Germany: Managing Migration in the 21st Century, hal. 11

109 IMIS, “Germany Asylum Policy and EU Refugee Protection”, Hal. 2

Page 56: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

45

relating to the Status of Refugees juga menjadi subjek penting terkait isu

pengungsi tersebut. Elemen penting yang ada pada konvensi tersebut adalah

definisi “refugee” dan prinsip non-refoulment, yang melarang pengembalian

orang ke negara dimana dia memiliki alasan ketakutan atas penganiayaan (Geneva

Convention, Article 33).110

Hingga saat ini Geneva Convention 1951 tersebut

menjadi legal obligation bagi 144 negara yang ikut menyetujuinya untuk

melindungi mereka, dimana Jerman termasuk salah satu dari negara yang

menandatangani.111

Saat ini interpretasi dari konvensi tersebut telah mengalami perubahan,

karena adanya perluasan ruang lingkup, diantaranya penambahan “penganiayaan”

yang berasal dari non-state actors, dan juga “penganiayaan” pada gender

tertentu.112

Oleh sebab itu, disamping persetujuan internasional, ada ketetapan

baru seperti European Legal Provisions atau disebut dengan European Union Law

dalam bidang kebijakan suaka. Persetujuan internasional tersebut telah diadopsi

oleh banyak negara menjadi regulasi nasional mereka sebagai bentuk

perlindungan bagi para pengungsi, sebagaimana yang telah dilakukan oleh

pemerintah Jerman sesuai dengan artikel 16 konstitusi Jerman.113

The right to political asylum di Jerman didasarkan pada German Basic

Law artikel 16 yang mana memberikan hak suaka secara individu terhadap korban

110

IMIS, “Germany Asylum Policy and EU Refugee Protection”, hal. 2 111

UNHCR, The 1951 Refugee Convention, diakses pada 8 agustus 2016,

http://www.unhcr.org/1951-refugee-convention.html 112

IMIS, “Germany Asylum Policy and EU Refugee Protection”, hal. 2 113

IMIS, “Germany Asylum Policy and EU Refugee Protection”, hal. 2

Page 57: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

46

penyiksaan secara politik.114

Pengusiran dan melarikan diri dari lingkup yang

berbahaya menjadi penyebab utama dari migrasi. Seperti yang pernah dialami

banyak warga Jerman yang terpaksa meninggalkan negaranya yang berada

dibawah kediktatoran nazi (national-socialist).115

Hal tersebut berkaitan dengan

keputusan untuk menetapkan hak untuk suaka sebagai hak konstitusional 1949

karena faktanya bahwa banyak negara Eropa tidak memberikan perlindungan

pengungsi terhadap teror national-socialist.116

Maka Jerman akan terus memenuhi

kewajiban kemanusiaannya terhadap orang yang membutuhkan perlindungan dan

didasari atas konvensi PBB terhadap pengungsi dan hak untuk suaka yang

tercantum di German Basic Law.117

Selain itu, Konvensi Dublin juga menjadi dasar kebijakan Jerman terkait

pengungsi karena seluruh anggota Uni Eropa ikut menyetujuinya. Diawali dengan

“Schengen Agreement” yang mana berisi mengenai penghapusan perbatasan

internal, dan menyelaraskan regulasi untuk perizinan visa.118

Dapat dikatakan

Schengen Agreement ini merupakan kesepakatan dimana negara Schengen sepakat

dengan ketiadaan perbatasan internal dan membagi perbatasan eksternal bersama,

maka sudah menjadi kewajiban negara Schengen untuk bertanggung jawab

114

Barbara Laubenthal, Refugees Welcome? Federalism and Asylum policies in Germany, Fieri

Working papers, University of Konstanz, 2015, diakses pada 28 Agustus 2016, http://fieri.it/wp-

content/uploads/2015/09/laubenthal_wp_asylum_final_03.09.2015.pdf , Hal.5 115

Federal Ministry of the Interior, Migration and Integration: Residence Law and policy on

migration and integration in Germany 2014, diakses pada 1 september 2016,

https://www.bmi.bund.de/SharedDocs/Downloads/EN/Broschueren/2014/migration_and_integrati

on.pdf?__blob=publicationFile , hal. 12 116

Barbara Laubenthal, Refugees Welcome? Federalism and Asylum policies in Germany, Hal.5 117

Federal Ministry of the Interior, Migration and Integration: Residence Law and policy on

migration and integration in Germany, hal. 12 118

IMIS, “Germany Asylum Policy and EU Refugee Protection”, Hal.6

Page 58: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

47

mengontrol keamanan wilayah perbatasan eksternal negara Schengen .119

Namun,

dengan lebih memperketat dalam mengontrol perbatasan eksternal, perbatasan

eksternal masih terbuka untuk orang yang datang bekerja ataupun pengungsi yang

mengalami perang atau penganiayaan.120

Pada tahun 1990 sebuah konvensi

mengimplementasikan bahwa schengen agreement adalah titik awal untuk

menghubungkan kebijakan pengawasan imigrasi, bersamaan dengan pengungsi

dan pencari suaka, konvensi ini disebut dengan Konvensi Dublin.121

Konvensi Dublin 1990 ini merupakan prinsip fundamental anggota Uni

Eropa yang mana merupakan titik balik dalam pengembangan kebijakan Uni

Eropa.122

Konvensi ini memiliki dua tujuan utama yaitu menetapkan sebuah

kerangka bersama untuk menentukan negara mana di Uni Eropa yang memberi

keputusan permohonan pencari suaka dan memastikan bahwa hanya ada satu

negara anggota yang harus memproses setiap permohonan suaka.123

Prinsip ini

dimaksudkan untuk mencegah pengungsi dari mengajukan permohonan suaka di

beberapa negara Uni Eropa, jadi, pengungsi hanya diperbolehkan mengajukan

119

European Commission, Schengen Agreement, diakses pada 6 September 2016,

http://ec.europa.eu/dgs/home-affairs/e-

library/docs/schengen_brochure/schengen_brochure_dr3111126_en.pdf , Hal. 8 120

European Commission, Schengen Agreement, Hal. 8 121

IMIS, “Germany Asylum Policy and EU Refugee Protection”, hal. 6 122

Steffen Angenendt, Marcus Engler, dan Jan Schneider, European Refugee Policy: Pathways to

Fairer Burden-Sharing, German Institute for International and Security Affairs, 2013, diakses

pada 3 September 2016, https://www.swp-

berlin.org/fileadmin/contents/products/comments/2013C36_adt_engler_schneider.pdf , Hal. 1 123

Refugee Council, The Dublin Convention on asylum applications: What it means and how it’s

supposed to work, diakses pada 2 September 2016,

https://www.refugeecouncil.org.uk/assets/0001/5851/dublin_aug2002.pdf

Page 59: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

48

permohonan di satu negara dan untuk mencegah negara melepaskan tanggung

jawab mereka dan memberikannya kepada negara lain.124

Pada tahun 1992 ketika dimulainya Perang Bosnia dan Herzegovina dan

kemudian berakhir di tahun 1995 dengan perjanjian Dayton, Jerman telah

memberikan tempat tinggal sementara (temporary residence) atas dasar

kemanusiaan sekitar 345.000 pengungsi Bosnia, jumlah terbesar dibandingkan

dengan negara Eropa lainnya.125

Namun, dengan melonjaknya pengungsi di tahun

1992, munculah peningkatan iklim politik pembatasan terhadap suaka. Ketetapan

legal yang murah hati di Jerman dibatasi dengan amandemen artikel 16 German

Basic Law dan dengan memperkenalkan pasal artikel 16 (2) “that restricted the

scope of protection for asylum-seekers by excluding those entering via “safe”

third states”. bahwa dibatasi lingkup perlindungan untuk pencari suaka oleh

pegecualian mereka yang masuk melalui “safe” third states.126

Berdasarkan

German Law, Safe third states adalah negara yang menjamin perlindungan

kemanusiaan sesuai dengan konvensi pengungsi Jenewa dan konvensi Eropa

terhadap HAM.127

124

Angenendt, Engler, dan Schneider, European Refugee Policy: Pathways to Fairer Burden-

Sharing, Hal. 1 125

Federal Ministry of the Interior, Migration and Integration: Residence Law and policy on

migration and integration in Germany ,hal. 19 126

Barbara Laubenthal, Refugees Welcome? Federalism and Asylum policies in Germany, Hal.5 127

IMIS, “Germany Asylum Policy and EU Refugee Protection”, Hal. 5

Page 60: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

49

Gambar 3.1 Angka Permohonan Pencari Suaka di Jerman sejak tahun 1970

Sumber: Federal Office for Migration and Refugees, 2014

Angka pencari suaka tertinggi di Jerman terjadi pada tahun 1992 (lihat,

Gambar 3.1) dan pada tahun berikutnya mengalami penurunan hingga angka

terendah di tahun 2007 dengan angka 20.000 permohonan suaka. Pada tahun

2014 pelonjakan angka pencari suaka kembali meningkat dengan angka 173.000.

Jerman telah kembali menjadi tempat tujuan utama bagi pencari suaka jika

dibandingkan dengan negara industri lainnya baik secara lingkup internasional

maupun Uni Eropa. Bersama Amerika Serikat, Jerman telah mencapai rekor

Page 61: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

50

tertinggi klaim suaka pada periode 2010-2014 dengan lebih 400.000 berkas

permohonan pertama disetiap masing-masing kedua negara tersebut.128

Dalam publik debat di Jerman, perhatian ditujukan kepada Recognition

Rates, Recognition rate is defined as the share of positive decisions in the total

number of asylum decisions for each stage of the asylum procedure (i.e. first

instance and final on appeal). The total number of decisions consists of the sum of

positive and negative decisions. Recognition Rates adalah memberikan keputusan

positif dalam jumlah angka dari keputusan suaka untuk setiap tahap prosedur

suaka. Keputusan jumlah angka terdiri dari jumlah keputusan positif dan

negatif.129

Dengan adanya recognition rate, maka dalam memberikan keputusan

permohonan harus dilihat secara hati-hati oleh pihak yang berwenang. Hal ini

berkaitan dengan Low Recognition Rates yang mana adanya indikasi dimana

pencari suaka yang tidak membutuhkan perlindungan atau suaka yang

disalahgunakan untuk memperoleh keuntungan social.130

Diawali pada tahun 2007 peningkatan recognition rate mulai terjadi pada

tahun berikutnya dikarenakan hasil implementasi dari EU Qualification Directive.

EU Qualification Directive yaitu negara yang bukan merupakan berasal dari

negara yang mengalami penyiksaan harus sangat dikenali lebih teliti untuk alasan

memperoleh perlindungan. Implementasi tersebut seharusnya dapat membatasi

permohonan yang masuk ke negara, namun faktanya tingkat pengakuan tersebut

128

IMIS, “Germany Asylum Policy and EU Refugee Protection”, hal. 10 129

European Commission, Eurostat Statistics Explained, diakses pada 5 September 2016,

http://ec.europa.eu/eurostat/statistics-explained/index.php/Glossary:Asylum_recognition_rate 130

IMIS, “Germany Asylum Policy and EU Refugee Protection”, Hal.10

Page 62: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

51

meningkat tinggi. 131

Hal tersebut terjadi karena justru memberikan peluang yang

amat besar bagi orang yang membutuhkan perlindungan internasional karena

penyiksaan di negaranya dan tergantung kepada negara yang memproses

permohonan suaka.132

Kebijakan Jerman selanjutnya yaitu Resettlement Program, sejak 2012

Jerman telah menawarkan regular resettlement program dengan menetapkan

angka tahunan untuk resettlement places. Program ini diadopsi dari keputusan

Conference of Ministers of the Interior of the Lander. Percobaan pertama dimulai

sejak 2012-2014, 300 pengungsi diterima secara tahunan dengan kerangka kerja

dari UNHCR Resettlement Program. Koalisi CDU, CSU dan SPD menyetujui

untuk mengkonsolidasi prosedur resettlement dan membuat lebih banyak tempat

untuk menerima pengungsi. Sejauh ini jumlah tempat resettlement meningkat di

tahun 2015 sebanyak 500 tempat tersedia.133

Resettlement refugees yang terpilih

akan memperoleh izin tinggal yang berdasarkan section 23 (2) of the Residence

Act, izin ini diberikan atas dasar kemanusiaan, pemegang izin berhak untuk

mengejar segala jenis pekerjaan yang menghasilkan uang.134

Sejumlah amandemen terkait pengungsi hadir sebagai respon dalam

menangani krisis pengungsi. The Act on the Acceleration of Asylum Procedures

131

IMIS, “Germany Asylum Policy and EU Refugee Protection”, hal. 11 132

European Commission, Who qualifies for international protection, diakses pada 7 Agustus

2016, http://ec.europa.eu/dgs/home-affairs/what-we-do/policies/asylum/refugee-

status/index_en.htm 133

IMIS, “Germany Asylum Policy and EU Refugee Protection”, Hal.11 134

Federal Ministry of the Interior, Humanitarian Admission Programmes at Federal Level,

diakses pada 10 September 2016, http://www.bmi.bund.de/EN/Topics/Migration-

Integration/Asylum-Refugee-Protection/Humanitarian-admission-programmes/Humanitarian-

admission-programmes_node.html

Page 63: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

52

pada bulan oktober 2015 mulai berlaku, yang berisi beberapa hukum untuk

memperlancar proses suaka, mengurangi beban keuangan negara Jerman dan

pemerintahan kota, serta memperbaharui kebijakan integrasi pengungsi dan

menunjuk Kosovo, Albania, dan Montenegro sebagai Safe Countries of Origin.135

Pada bulan November 2015, Jerman juga mengambil sikap untuk meningkatkan

Perumahan, Perawatan, dan Pelayanan Anak-anak dan Remaja asing. Tujuannya

untuk memperbaiki keadaan anak muda yang tidak mempunyai pendamping dan

menyediakan pelayanan yang pantas untuk mereka.136

Setelah menjelaskan kebijakan Jerman yang didasari oleh dasar hukum

yang dimiliki Jerman terhadap pengungsi dan konvensi terkait pengungsi yang

mana Jerman juga ikut berpartisipasi didalamnya, maka Jerman memiliki

tanggung jawab atas pengungsi, sehingga hal tersebut membuat Jerman terus-

menerus mengembangkan kebijakanya terhadap pengungsi. Masuknya gelombang

pengungsi asal Suriah sejak pecahnya perang di negara tersebut (2011) hingga

mencapai puncaknya pada tahun 2015 dimana jumlah permohonan pengungsi

Suriah yang terdaftar di Jerman mencapai 428.468 jiwa membuat Jerman

mengeluarkan kebijakan khusus untuk Pengungsi Suriah.

3.3 Kebijakan Luar Negeri Jerman terhadap Pengungsi Suriah

135

Safe country of origin jika dalam lingkup Uni Eropa, setiap anggota Uni Eropa dianggap

sebagai safe country of origin, yang didefinisikan oleh konstitusi yaitu kondisi negara yang aman

atau terbebas dari baik itu penyiksaan secara politik maupun perlakuan yang tidak manusiawi

terjadi. Diambil dari (http://www.asylumineurope.org/reports/country/germany/asylum-

procedure/safe-country-concepts) 136

Library of Congress, Refugee Law and Policy: Germany, diakses pada 17 Agustus 2016,

https://www.loc.gov/law/help/refugee-law/germany.php

Page 64: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

53

Semakin meningkatnya kehadiran pengungsi di wilayah Eropa di tahun

2015 disebut-sebut merupakan dampak dari adanya kebijakan pengungsi dari

Angela Merkel yaitu Open-door Policy.137

Menurut dr. Marcus Engler, keputusan

Jerman terhadap Open-door Policy pada awalnya merupakan reaksi atas krisis

pengungsi di Hungaria, yang mana pada September 2015 pemerintah Jerman

bersama Austria setuju untuk mengizinkan pengungsi dari Hugaria untuk masuk

ke wilayahnya.138

Hungaria di tahun 2015 merupakan salah satu negara yang

memiliki dampak besar atas kehadiran pengungsi asal negara yang sedang

mengalami peperangan,139

karena wilayah Hungaria sendiri merupakan titik poin

utama bagi pengungsi untuk masuk wilayah Schengen Eropa.140

Dengan berjalannya kebijakan Merkel tersebut, pada tahun 2015 lebih dari

1,1 juta pencari suaka memasuki Jerman.141

Mayoritas pencari suaka yang hadir

yaitu datang dari Suriah, Irak, Afghanistan, Albania dan Kosovo. Dari kelima

negara tersebut Suriah menempati posisi teratas dengan jumlah 428.468 pencari

suaka.142

First time asylum applications143

di Jerman pun dapat terlihat jelas

137

Dr.Marcus Engler, Germany in the refugee crisis – background, reaction, and challenge,

Insytut Zachodni, Heinrich Boll Stiftung, Warszawa, diakses pada 15 September 2016,

https://pl.boell.org/en/2016/04/22/germany-refugee-crisis-background-reactions-and-challenges ,

hal.3 138

Dr. Marcus Engler, Germany in the refugee crisis – background, reaction, and challeng. 139

BBC, “Migran Crisis: Migration to Europe Explained in Seven Charts”, diakses pada 16

September 2016, http://www.bbc.com/news/world-europe-34131911 140

Krisztina Than and Irene Preisinger, Austria and Germany open borders to migrans offloaded

by Hungary, Reuters, diakses pada 14 Agustus 2016, http://www.reuters.com/article/us-europe-

migrans-hungary-idUSKCN0R40FO20150905 141

Patrick Donahue, “Germany Saw 1.1 million migrans in 2015 as Debate Intensifies,”

Bloomberg, diakses pada 8 Agustus 2016, http://www.bloomberg.com/news/articles/2016-01-

06/germany-says-about-1-1-million-asylum-seekers-arrived-in-2015 142

IOM, “Migration, Asylum, and Refugees in Germany”. 143

First time Asylum Applications are persons who lodged an application for asylum for the first

time in a given Member State during the reference period.

Page 65: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

54

bahwa terjadi pelonjakan sejak September 2015 dan titik puncak tertinggi pada

November 2015 (lihat, Gambar 3.2).

Gambar 3.2 : First time asylum applications di Jerman, berdasarkan

kewarganegaraan dan bulan di tahun 2015

Sumber: Global Migration Data Analysis Centre (GMDAC), 2015

Juru bicara German Interior Ministry, Harald Neymanns yang telah

dilansir oleh reuters mengatakan bahwa keputusan Jerman dengan membuka

perbatasannya untuk pengungsi tanpa pengecualian merupakan atas dasar

kemanusiaan. Uni Eropa masih menganut Dublin rules dan berharap setiap

anggota masih berpegang teguh dengannya.144

Selain itu, Angela Merkel

mengatakan bahwa disamping Jerman merupakan negara yang membuka pintu

negaranya terhadap pengungsi, namun pengungsi juga seharusnya bisa diterima

144

Than dan Preisinger, Austria and Germany open borders to migrans offloaded by Hungary.

Page 66: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

55

di negara-negara Uni Eropa lainnya yang mana pengungsi tersebut berasal dari

negara yang mengalami perang sipil dan penyiksaan.145

Oleh karena itu, ia

menghimbau kepada seluruh anggota Uni Eropa bahwa pengungsi harus

didistribusikan secara merata di seluruh anggota Uni Eropa, sebagai bagian dari

strategi umum untuk mengatasi krisis pengungsi di Eropa.146

Himbauan Angela Merkel untuk mendistribusikan pengungsi di Uni Eropa

berhasil menciptakan respon dari Uni Eropa dengan memperbaiki sistem “EU

burden sharing” yaitu berupa sebuah mandatory plan mengenai relokasi 160.000

pengungsi dari Italia dan Yunani yang diadopsi pada 22 september 2015.147

Kebijakan tersebut difokuskan kepada Italia dan Yunani karena negara tersebut

merupakan negara yang berada di garis depan krisis pengungsi.148

Sistem EU

Burden Sharing digunakan untuk memastikan bahwa semua negara di Uni Eropa

mengambil bagiannya untuk menerima pengungsi.149

Berbeda dengan kebijakan yang telah diambil Jerman, negara di Eropa

timur cenderung bersikap isolationist dalam merespon krisis pengungsi di Eropa.

Xenophobic atau tidak menyukai orang yang hadir dari negara lain dianggap

145

Frank Jordan dan George Jahn, Merkel Demands EU partners share burden of migran influx,

The Jakarta Post, diakses pada 7 September 2016,

www.thejakartapost.com/news/2015/09/07/merkel-demands-eu-partners-share-burden-migran-

influx.html 146

Emma Graham, Patrick Kingsley, First refugees arrive from Hungary after Austria and

Gemany open borders, The Guardian, diakses pada 23 Agustus 2016,

https://www.theguardian.com/world/2015/sep/05/refugees-travelling-from-hungary-can-enter-

germany-and-austria 147

ESI European Stability Initiative, The Merkel Plan, Restoring control;retaining compassion, a

proposal for the Syrian Refugee Crisis, diakses pada 17 Juli 2016,

http://www.esiweb.org/pdf/ESI%20-%20The%20Merkel%20Plan%20-

%20Compassion%20and%20Control%20-%204%20October%202015.pdf , hal.3 148

Valentina Pop, “EU Presents Plan to Distribute Refugees Across Europe,” WSJ, diakses pada 7

Agustus 2016, http://www.wsj.com/articles/eus-junker-proposes-new-refugee-quota-plan-

1441792202 149

ESI European Stability Initiative, The Merkel Plan, hal.3

Page 67: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

56

sebagai pemicu Eropa Timur untuk bersikap isolationist.150

Selain Eropa Timur,

negara di Eropa bagian tengah seperti Republik Ceko dan Hungaria juga memiliki

sikap yang sama dengan tidak mendukung kebijakan pengungsi seperti yang

dilakukan Merkel. Demonstrasi menolak pengungsi terjadi di kota Praha dan kota

Ceko lainnya. Demonstrasi tersebut terinspirasi dari PEGIDA di Jerman yang

mana menolak kebijakan pemerintah “refugee welcome” dan juga penolakan

terhadap islam.151

Hungaria juga menjadi Negara yang tidak menginginkan para pengungsi

masuk ke negaranya. Xenophobic telah lama menjadi sikap dari Negara Hungaria.

Penelitian mengatakan bahwa sikap xenophillia telah menghilang dan xenophobia

telah mencapai tingkatan yang tinggi. Kegelisahan terhadap Mass-Migration dan

kambing hitam menjadi pusat elemen terjadinya xenophobia. Analisis juga

mengatakan bahwa adanya pengaruh dari kejadian terror attacks yang terjadi di

Paris yaitu pada 7 Januari 2015 dan 13 november 2015. Framework tersebut

membuat tingkatan xenophobia di Hungaria meningkat tajam.152

Pemerintahan Hungaria merupakan ”extreme anti-immigration politics”.

Pada 11 januari 2015 terkait imigrasi ke Hungaria, perdana menteri Victor Orban

berpidato dalam upacara peringatan korban paris attack Charlie Hebdo “economic

migration is bad, hungary will therefore not provide asylum for economic

150

Heather Horn, Is Eastern Europe Any More Xenophobic than Western Europe?, The Atlantic,

diakses pada 2 Februari 2017,

https://www.theatlantic.com/international/archive/2015/10/xenophobia-eastern-europe-

refugees/410800/ 151

Jacov Bojovic, Special Report on the civil society responses to refugee crisis, European Policy

Network, 2016, hal. 6 152

TARKI Social Research Institute, The Social Aspects of the 2015 Migrant Crisis in

Hungary,Budapest, 2016. Hal. 7-8

Page 68: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

57

migrants”. Bahkan pada tanggal 16 oktober 2015 telah dilakukan pemagaran

sepanjang perbatasan Hungaria-Kroasia, sehingga jalur perbatasan ditutup untuk

mengakhiri masuknya pencari suaka dan migran ke Hungaria.153

Dalam reaksi Jerman lainnya terkait krisis pengungsi yang mayoritas

adalah pengungsi Suriah, Jerman meluncurkan program kemanusiaan dengan

skala besar (lihat, Tabel 3.3). Sejak 2012, Jerman telah memberikan total bantuan

yang berkaitan dengan krisis di Suriah sekitar 11 triliun rupiah, diantaranya yaitu

5,6 triliun rupiah berupa bantuan kemanusiaan, 4,5 triliun rupiah berupa bantuan

bilateral dan 1,2 triliun rupiah untuk resolusi krisis. Selain itu, melalui The

Federal Agency for Technical Relief (THF) Jerman juga memberikan bantuan di

wilayah seperti penampungan-penampungan pengungsi di Jordania dan Irak utara,

misalnya dengan membangun sistem untuk menyimpan dan menyalurkan air

minum dan membuang air limbah.154

Tabel 3.3 Jumlah tempat yang dijanjikan untuk pengungsi Suriah yang

membutuhkan perlindungan khusus

Country Confirmed/Official Pledges (Persons)

Australia 500 resettlement

Belarus 1.500 humanitarian admission

Belgium 20 resettlement

Canada 200 resettlement, 1.100 private sponshorship

153

TARKI Social Research Institute, hal. 8-9 154

Federal Ministry of the Interior, Humanitarian Admission Programmes at Federal Level.

Page 69: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

58

Denmark 140 resettlement

Finland 500 resettlement

France 500 humanitarian admission/resettlement

Germany 20.000 humanitarian admission, 5.500 individual sponshorship

Hungary 30 resettlement

Ireland 310 resettlement

Liechtenstein 4 resettlement

Luxemburg 60 resettlement

Netherlands 250 resettlement

New Zaeland 100 resettlement

Norway 1000 resettlement

Portugal 23 resettlement

Spain 130 resettlement

Sweden 1200 resettlement

Switzerland 500 resettlement

United States of America Open-ended number on resettlement

Uruguay 120 resettlement

Total Official Pledges 33.837 + additional number to the United States of America

Unofficial pledges 885

Page 70: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

59

Combined Total 34.772 + an additional number to the United States of America

Sumber : UNHCR, 2015

Selain itu, pemerintah federal memiliki tiga admission programmes yang

telah mengambil pengungsi asal Suriah dengan jumlah 20.000 pengungsi yang

membutuhkan perlindungan khusus. Program pertama diluncurkan pada bulan

Mei 2013 dengan kuota 5000 pengungsi, program kedua pada bulan Desember

2013 dengan kuota 5000 pengungsi, dan pada bulan Juli 2014 jumlah bertambah

menjadi 10.000 pengungsi. Dengan serangkaian program tersebut, Jerman telah

berkomitmen untuk mengambil sekitar tiga-perempat semua pengungsi asal

Suriah untuk diberikan perlindungan di luar wilayah krisis.155

Admission Programs merupakan program dari pemerintah federal dan

Lander yang mana akan memberikan perlindungan bagi orang yang

membutuhkan perlindungan dan memberi keamanan dalam perjalanan menuju

Jerman. Dengan kata lain, program ini juga mengurangi beban negara ketiga atau

negara penerima dan membantu untuk meningkatkan keadaan pengungsi yang

menetap di wilayah negara ketiga atau negara penerima tersebut.156

Selain itu, Jerman juga menyediakan bantuan lainnya di negara tetangga,

yaitu seperti Turki, Lebanon, dan Jordania. Proyek yang dilakukan yaitu

155

Federal Ministry of the Interior, Humanitarian Admission Programmes at Federal Level. 156

The Expert Council of German Foundations on Intergration and Migration, The Humanitarian

Admission Programmes for Syrian Refugees in Germany, Research Unit, diakses pada 2 Juli 2016,

https://www.stiftung-

mercator.de/media/downloads/3_Publikationen/SVR_Policy_Paper_Safe_Access.pdf hal. 2

Page 71: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

60

membantu para pengungsi Suriah untuk dapat memperoleh akses sistem

pendidikan lokal dan pasar tenaga kerja. Bantuan makanan, alat kesehatan,

pelayanan kesehatan dan lain sebagainya. Seperti halnya bantuan yang ada di

Lebanon yaitu 65.000 pengungsi telah mendapatkan pelayanan klinik dan

kesehatan darurat.157

Pada tahun 2013 sampai 2015 Jerman telah menyediakan sekitar 200

triliun rupiah dalam membantu korban perang di Suriah. Selain itu sekitar 2 triliun

rupiah diberikan Jerman untuk The Partnership for prospects employment

initiative, yang membantu menciptakan 500.000 pekerjaan di Jerman untuk

pengungsi Suriah. Terkait bidang pendidikan, Jerman juga menawarkan 1900

beasiswa universitas untuk orang Suriah, sebagai contohnya yaitu melalui the

Albert Einstein German Academic Refugee Initiative (DAFI), program beasiswa

tersebut dikepalai oleh German Academic Exchange Service (DAAD).158

Krisis pengungsi yang terjadi di wilayah Eropa dengan mayoritas

pengungsi berasal dari Suriah merupakan dampak dari negara yang mengalami

peperangan sehingga mereka mencari tempat untuk berlindung. Atas dasar

kemanusiaan, Jerman telah mengeluarkan kebijakan luar negerinya yaitu Open-

door Policy dan juga menjadi negara pelopor untuk memperbaiki kebijakan

pengungsi di Uni Eropa. Melihat sejumlah tindakan kemanusiaan yang telah

diberikan Jerman, tentu saja ada manfaat yang diharapkan pemerintah Jerman

pada kebijakannya. Maka, pada bab berikutnya akan meneliti lebih lanjut apa saja

157

Federal Foreign Office, Refugee Crisis – what German Foreign Policy is doing, diakses pada

23 September 2016, http://www.auswaertiges-

amt.de/EN/Aussenpolitik/GlobaleFragen/Fluechtlinge/Aussenpolitik_node.html 158

Federal Foreign Office, Refugee Crisis – what German Foreign Policy is doing.

Page 72: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

61

faktor yang melatarbelakangi Jerman dalam menentukan kebijakan luar negerinya

terkait dengan pengungsi.

Page 73: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

62

BAB IV

ANALISIS KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP

PENGUNGSI

Pada bab ini menjelaskan mengenai faktor-faktor yang melatarbelakangi

keputusan Jerman dalam menentukan kebijakan luar negerinya terhadap

pengungsi. Penelitian ini mengunakan teori kebijakan luar negeri dan konsep

kepentingan nasional dalam menganalisis apa saja yang menjadi faktor

pertimbangan dalam perumusan kebijakan luar negeri Jerman. Selain itu,

penelitian ini juga didukung dengan konsep pengungsi dalam menjelaskan

siapakah yang dapat dikatakan pengungsi.

Melihat Jerman sebagai negara yang merupakan sentral perekonomian di

Uni Eropa dan negara yang memberi sambutan hangat kepada para pengungsi

dengan berbagai kebijakan murah hatinya disaat terjadinya krisis pengungsi yang

dimulai sejak 2014-2015, tentu menjadi daya tarik bagi para pengungsi untuk

datang ke Jerman dalam memiliki harapan memperoleh kehidupan yang lebih baik

dibandingkan di negaranya. Kebijakan murah hati Jerman tersebut tentu memiliki

dasar atau faktor mengapa Jerman sangat terbuka dengan kehadiran pengungsi.

4.1 Faktor-faktor yang Melatarbelakangi Kebijakan Luar Negeri Jerman

Terhadap Pengungsi

Kebijakan Jerman terhadap pengungsi merupakan bagian atau bentuk dari

kebijakan luar negeri, karena Jerman telah mengeluarkan keputusan untuk

Page 74: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

63

membuka pintu negaranya bagi para pengungsi yang berasal dari luar wilayahnya.

Para pengungsi ini mencoba meninggalkan negaranya untuk mencari

perlindungan di negara lain yang dianggapnya aman dari ancaman. Seperti yang

telah dijelaskan pada konvensi pengungsi 1951 bahwa pengungsi adalah

seseorang yang berada di luar negara kebangsaannya dan tidak menginginkan

perlindungan dari negara tersebut.159

Menurut Holsti, kebijakan luar negeri memiliki kategori tujuan, yaitu

tujuan jangka pendek, tujuan jangka menengah, tujuan imperialism, dan yang

terakhir adalah tujuan jangka panjang.160

Namun, jika melihat tindakan yang

dilakukan Jerman dengan membuka pintu negaranya terhadap pengungsi maka

kategori tujuan yang sesuai dengan kebijakan Jerman yaitu tujuan jangka pendek

dan menengah. Selain itu, Holsti juga menjelaskan mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi sebuah negara dalam mengambil keputusannya, yaitu faktor

eksternal dan internal.

4.2 Faktor Eksternal

Faktor eksternal menurut Holsti yaitu, struktur sistem internasional,

karakteristik atau struktur ekonomi internasional, kebijakan dan tindakan aktor

lain, masalah global dan regional yang berasal dari pihak swasta, hukum

internasional dan opini publik. Dan faktor domestiknya yaitu kebutuhan

keamanan atau ekonomi sosial, geografi dan karakteristik topografi, atribut

159

UNHCR, Convention and Protocol Relating to the Status of Refugees, article 1, diakses pada 20

oktober 2016, http://www.unhcr.org/protect/PROTECTION/3b66c2aa10.pdf 160

KJ. Holsti, International Politics : A Framework for Analysis, hal. 137-142

Page 75: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

64

nasional, struktur pemerintahan/filosofi, opini publik, birokrasi, dan pertimbangan

etik.161

Faktor yang mempengaruhi kebijakan Jerman dalam faktor eksternal yaitu

lebih menekankan kepada faktor kebijakan dan tindakan aktor lain dan hukum

internasional dan opini dunia. Faktor kebijakan dan tindakan aktor lain menurut

Holsti yaitu mengacu kepada apakah ada tanggapan atau respon dari negara lain

atas negara yang sedang mengalami konflik atau permasalahan sehingga

mempengaruhi kebijakan suatu negara. Dalam krisis pengungsi di Eropa, Jerman

bersama Austria mengizinkan para pengungsi untuk masuk ke negaranya tanpa

hambatan. Hal ini sebagai bentuk respon terhadap situasi darurat yang terjadi di

perbatasan Hungaria. Keputusan tersebut dikeluarkan setelah perdana menteri

Austria Werner Faymann dan Jerman Angela Merkel mengadakan

pembicaraan.162

Situasi darurat yang terjadi di Hungaria diantaranya berupa bentrokan

kekerasan yang dilakukan oleh pasukan keamanan Hungaria dengan para

pengungsi dan membangun pagar di sepanjang perbatasan Serbia. Hal tersebut

membuat pemerintah sayap kanan Hungaria menghadapi kecaman internasional

atas kejadian yang terjadi di Hungaria.163

Hungaria merupakan tempat singgah

para pengungsi yang telah melewati perjalanan panjang melalui Yunani untuk

161

K.J. Holsti, International Politics: a Frameworks for Analisys ;Sixth Edition, hal. 272 162

Luis Ramirez,, Austria, Germany Open Borders to Thousands of Migrans, VOA, diakses pada

2 november 2016

, http://www.voanews.com/a/refugees-finally-arriving-in-germany/2949032.html 163

The Guardian, Refugee Crisis Intensifies as Thousands Pour into Austria, diakses pada 11

november 2016, https://www.theguardian.com/world/2015/sep/20/thousands-of-refugees-pour-

into-austria-as-european-crisis-intensifies

Page 76: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

65

menuju negara yang lebih sejahtera seperti Austria dan Jerman.164

Melihat

tindakan yang dilakukan pemerintah Hungaria terhadap pengungsi jelas

mempengaruhi kebijakan Jerman dalam merespon krisis kemanusiaan yang terjadi

di perbatasan Hungaria. Sebagai negara yang memiliki letak perbatasan

berdekatan dengan Hungaria, melihat konflik yang terjadi maka Jerman dan

Austria sepakat untuk membuka perbatasan tanpa hambatan untuk mempermudah

pengungsi yang tertahan di Hungaria untuk menuju Jerman maupun Austria serta

meredam krisis kemanusiaan yang terjadi di Hungaria.

Faktor eksternal berikutnya yaitu hukum internasional dan opini dunia.

Seperti yang telah disinggung pada bab sebelumnya bahwa kebijakan Jerman

terkait erat dengan beberapa perjanjian dan hukum internasional yang membahas

mengenai pengungsi. Jerman merupakan salah satu dari 144 negara yang yang

ikut menyetujui dan menandatangani Geneva Convention 1951.165

Geneva

Convention 1951 atau Refugees Convention 1951 adalah instrumen hukum dari

International Refugees Law yang mana merupakan alat untuk melindungi orang

yang mencari suaka dari penyiksaan.166

Konvensi pengungsi 1951 merupakan

Customary International Law dimana semua negara yang menandatangani

konvensi terikat dengan hukum tersebut.167

164

Arwa Damon dan Laura Smith-Spark, Europe’s Migran Crisis : Chaos as trains are stopped in

Hungary, CNN, diakses pada 2 November 2016,

http://edition.cnn.com/2015/09/03/europe/europe-migran-crisis/ 165

UNHCR, The 1951 Refugee Convention, diakses pada 8 Agustus 2016,

http://www.unhcr.org/1951-refugee-convention.html 166

UNHCR, International Refugee Law, diakses pada 8 agustus 2016, http://www.unhcr-

centraleurope.org/en/resources/legal-documents/international-refugee-law.html 167

UNHCR, International Refugee Law.

Page 77: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

66

Jerman merupakan salah satu negara anggota Uni Eropa. Uni Eropa juga

memiliki hukum terkait dengan pengungsi di bawah hukum Uni Eropa (European

Union Law). Hukum mengenai pengungsi di Uni Eropa awalnya didasari oleh

Geneva Convention 1951. Prinsip non-refoulement yang ada pada konvensi

Jenewa 1951 tentu menjadi landasan bagi Uni Eropa untuk melindungi pengungsi.

Di bawah EU Law, pada artikel 78 TFEU (Treaty on the Functioning of the

European Union) menetapkan bahwa Uni Eropa harus menyediakan kebijakan

untuk suaka, subsidiary protection, dan temporary protection, serta “memastikan

kepatuhan dengan prinsip non-refoulement. Kebijakan yang disediakan harus

berdasarkan kepada Konvensi Jenewa 1951 dan protokolnya dan perjanjian yang

relevan lainnya, seperti ECHR (European Convention on Human Rights),

UNCRC (UN Convention on the Rights of the Child), UNCAT (the UN

Convention against Torture and Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment

or Punishment), ICCPR (International Covenant on Civil and Political Rights),

ICESCR (International Covenant on Economic, Social, and Cultural Rights) dan

termasuk Dublin Regulation.168

Keterlibatan Jerman dengan komunitas regional (Uni Eropa), hukum

internasional dan konvensi terkait pengungsi memperlihatkan bahwa faktor

eksternal menurut KJ Holsti yaitu hukum internasional dapat mempengaruhi

kebijakan luar negeri suatu negara seperti kebijakan luar negeri terhadap

pengungsi yang sedang dijalankan Jerman. Didasari oleh hukum internasional

168

FRA, Hanbook on European law relating to asylum, borders and immigration, diakses pada 2

November 2016, http://fra.europa.eu/sites/default/files/handbook-law-asylum-migration-borders-

2nded_en.pdf, hal.6

Page 78: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

67

untuk pengungsi yaitu Konvensi Jenewa 1951, Jerman memiliki dasar hukum

negara terkait pengungsi yaitu German Bascic Law artikel 16 yang mana

memberikan hak suaka secara individu terhadap korban penyiksaan secara

politik.169

Selain itu, Jerman juga merupakan bagian dari anggota Uni Eropa yang

mana Uni Eropa memiliki dasar hukum terkait pengungsi yaitu European Union

Law yang juga bertonggak pada Konvensi Jenewa 1951 dengan prinsip non-

refoulement. Hal tersebut tentu menjadi acuan bagi Jerman dalam menentukan

sikap untuk kebijakan luar negerinya terhadap krisis pengungsi di Eropa yang

mayoritas berasal dari Suriah dimana negara tersebut sedang mengalami konflik

politik di negaranya dan membutuhkan perlindungan di luar negaranya.

4.3 Tujuan Jangka Pendek dan Menengah

Pembahasan selanjutnya yaitu mengenai tujuan jangka pendek dan tujuan

jangka menengah terkait kebijakan luar negeri yang sedang dijalankan oleh

Jerman. Tujuan jangka pendek merupakan kepentingan yang untuk mencapainya

kebanyakan orang bersedia melakukan pengorbanan sebesar-besarnya.170

Jerman

melakukan kebijakan yang “murah hati” dengan menerima banyak kuota untuk

pengungsi dan merupakan kuota terbesar dibandingkan dengan negara lainnya di

Uni Eropa, dapat dikatakan merupakan tujuan jangka pendek, karena tindakan

tersebut memerlukan pengorbanan yang besar bagi Jerman, dengan adanya

pengungsi di negaranya maka Jerman harus menyediakan dana lebih untuk

membangun tempat pengungsi serta memberikan suaka pada para pengungsi.

169

Barbara Laubenthal, Refugees Welcome? Federalism and Asylum policies in Germany, Hal.5 170

K.J Holsti, International Politics : A Framework for Analysis, hal. 142

Page 79: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

68

Selain itu, seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, Jerman juga telah

menyediakan bantuan luar negeri terhadap Suriah yang sedang mengalami

peperangan dengan dana yang cukup besar. Namun, tentu tindakan tersebut

memiliki maksud dan tujuan dimana Jerman memerlukan sumber daya manusia

yang produktif untuk negaranya yang merupakan “the country ageing

population”.171

Selanjutnya yaitu tujuan jangka menengah yang memiliki tiga tipe,

pertama yaitu mencakup usaha pemerintah memenuhi tuntutan dan kebutuhan

perbaikan ekonomi melalui tindakan internasional. Kemudian meningkatkan

prestise negara dalam sistemnya, yang mana prestise dapat diukur dengan tingkat

perkembangan indsutri dan dan keterampilan ilmiah serta teknologi. Negara

industri dan negara besar dapat meningkatkan gengsi internasionalnya melalui

sejumlah kebijakan dan tindakan, termasuk ekspansi kemampuan militer,

pembagian bantuan luar negeri dan jalur diplomatik. Ketiga, yaitu mencakup

banyak bentuk perluasan diri atau imperialisme.172

Namun, yang digunakan sesuai dengan kebijakan Jerman yaitu tipe

pertama, karena dengan tindakannya menerima pengungsi yang berasal dari luar

wilayah negaranya yaitu Suriah merupakan usaha pemerintah untuk memenuhi

tuntutan dan kebutuhan ekonomi negara melalui tindakan internasional. Jerman

merupakan salah satu negara di Eropa Barat dengan tingkat populasi yang

171

Stefan Wagstyl, Germany’s demographics: Young people wanted, FT, diakses pada 27 oktober

2016, https://www.ft.com/content/b30c8de4-4754-11e5-af2f-4d6e0e5eda22 172

K.J Holsti, International Politics : A Framework for Analysis, hal. 145-147

Page 80: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

69

menyusut dan menua dengan cepat.173

Tentu angka usia produktif sangat

diperlukan bagi Jerman untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di negaranya.

The Federal Statistical Office Jerman melalui Wall Street Journal mengatakan

bahwa Jerman harus berjuang untuk membayar biaya pensiun dan merawat

warganya yang sudah mengalami penuaan. Sekitar sepertiga dari populasi Jerman

akan lebih tua dari 65 tahun dan jumlah orang usia kerja dapat menyusut hingga

34 juta jiwa di tahun 2060.174

Melihat karakteristik pengungsi Suriah yang telah

ditulis pada bab II, penduduk Suriah memiliki tingkat usia produktif yang tinggi.

Dimulai dari usia di bawah 15 tahun atau 0-14 tahun berkisar 33%, 20% berada

diantara usia 15-24 tahun, 43% di usia 25-54 tahun, dan yang terakhir hanya

berkisar 3,9% diantara usia 65 tahun keatas.175

Selain itu, Jerman juga

menganggap bahwa pengungsi Suriah yang mampu berjalan ratusan kilometer

menuju Eropa adalah yang muda dan memiliki pendidikan yang cukup baik.

Dengan hadirnya anak muda asal Suriah yang berpendidikan dengan standar

kelayakan dan dapat berbahasa inggris secara fungsional tentu akan memberi

kontribusi pada penambahan tenaga kerja yang dibutuhkan Jerman. Pada akhir

tahun 2015 pengungsi asal Suriah yang tiba di Munich banyak berumur 20-30

tahun dan memiliki berbagai kualifikasi yang mengesankan dan sering

dikombinasikan dengan kompetensi berbahasa Eropa176

173

Nina Adam, Migrans offer Hope for Aging German Workforce, WSJ, diakses pada 3 November

2016

, http://www.wsj.com/articles/migrans-offer-hope-for-aging-german-workforce-1441928931 174

Adam, Migrans offer Hope for Aging German Workforce. 175

Citizenship and Immigration Canada, Population Profile : Syrian Refugees, diakses pada 26

Agustus 2016, www.lifelinesyria.ca/wp-content/uploads/2015/11/EN-Syrian-Population-

Profile.pdf , hal.4 176

Thembisa Fakude, Germany Efforts to Resolve the Refugee Crisis.

Page 81: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

70

Gambar 4.1 Angka distribusi usia di Suriah

Sumber : CIA, 2014

Permasalahan Demografi sedang mengancam posisi Jerman sebagai

negara ekonomi terbesar di Eropa. Dengan ekonomi yang kuat dan tingkat

pengangguran yang rendah, namun, penduduk usia kerja yang jatuh,

menempatkan tekanan besar pada para pengusaha dan memiliki kemungkinan

bahwa Jerman di masa yang akan datang tidak lagi menjadi negara ekonomi

terbesar di Eropa. Tantangan demografi ini berasal dari angka kelahiran yang

rendah. Pasca 1945, di wilayah Jerman Barat berpegang teguh pada pandangan

bahwa perempuan harus merawat anak-anak di rumah, dan kurangnya dukungan

pemerintah dalam menyediakan tempat pengasuhan anak, sehingga hal tersebut

menciptakan pilihan bagi para wanita yaitu memilih untuk bekerja atau anak, dan

kebanyakan wanita Jerman memilih untuk pekerjaan.177

4.3 Faktor Internal

177

Wagstyl, Germany’s demographics: Young people wanted.

Page 82: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

71

Faktor internal menurut Holsti yaitu mencakup kebutuhan keamanan atau

ekonomi sosial, geografi dan karakteristik topografi, atribut nasional, struktur

pemerintahan/filosofi, opini publik, birokrasi, dan pertimbangan etik.178

Namun,

faktor domestik yang relevan dengan kebijakan luar negeri Jerman yaitu Atribut

nasional, struktur pemerintahan/filosofi, opini publik, dan pertimbangan etik.

Tantangan Jerman terkait Demografi yang telah disebutkan pada sub-bab 4.2

seirama dengan konsep Holsti mengenai Atribut Nasional. Atribut Nasional dapat

dianggap sebagai karakteristik umum dari sebuah negara bangsa. Dalam hal ini

bisa dilihat dari luas wilayah, populasi, sistem ekonomi, prestasi negara, tingkat

pertumbuhan dan pembangunan ekonomi.179

Struktur pemerintahan dan filosofi, dimana struktur pemerintahan suatu

negara mempengaruhi substansi kebijakan. Menurut Henry Kissinger yang dikutip

oleh KJ Holsti, terdapat dua tipe negara yang memiliki pandangan berbeda dalam

memutuskan kebijakan luar negeri, yaitu negara yang menganut revolutionary

foreign purpose dan The bureaucratic-pragmatic style. Revolutionary foreign

purpose adalah jenis negara yang menolak semua norma dari hukum

internasional, institusi internasional dan tradisi perjanjian ekonomi internasional.

The bureaucratic-pragmatic berbanding terbalik dengan revolutionary foreign

purpose yaitu pemerintah umumnya menerima status quo internasional, norma-

norma yang berlaku dan prosedur diplomasi internasional.180

178

K.J. Holsti, International Politics: a Frameworks for Analisys; Sixth Edition, hal. 269-306 179

K.J. Holsti, International Politics: a Frameworks for Analisys ; Sixth Edition, hal.276-277 180

K.J. Holsti, International Politics: a Frameworks for Analisys ; Sixth Edition, hal. 277-280

Page 83: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

72

Jerman pada masa Adolph Hitler dengan rezim nazinya 1933-1945

menganut sistem revolutionary foreign policy purposes, ia menolak semua norma

hukum internasional, institusi internasional seperti PBB, dan tradisi perjanjian

ekonomi internasional. Ia menerapkan bahwa negara harus berdasarkan ras, tidak

hanya pada kebangsaan atau dasar hukum sejarah. Namun pasca berakhirnya

kediktatoran,181

Pada 23 Mei 1949 Undang-Undang Dasar mulai berlaku setelah

diputuskan oleh Dewan Parlementer. Konstitusi ini merupakan tatanan dasar

Republik Federal Jerman di bidang hukum dan politik. Khususnya hak-hak dasar

yang ditetapkan oleh Undang-Undang Dasar memiliki arti penting. Grundgesetz

atau Undang-Undang dianggap memiliki andil sukses menjadikan Jerman negara

demokrasi terlepas dari pada masa tekanan kediktatoran. Undang-Undang dasar

mengikat legislasi pada tatanan konstitusional dan mengikat administrasi negara

pada hukum dan UU. Arti penting teristimewa dimiliki oleh Pasal 1 UUD, pasal

itu menetapkan penghormatan terhadap martabat manusia sebagai nilai utama

tatanan konstitusional. Berbunyi “Martabat manusia tidak dapat diganggu gugat.

Seluruh jajaran kuasa negara wajib menghargai dan melindunginya”.182

Menurut definisi UUD, Jerman merupakan negara sosial. Status sebagai

negara sosial menuntut badan legislatif dan eksekutif untuk menciptakan sarana

yang menjamin nafkah yang wajar bagi warga yang kehilangan sumber

pendapatan karena menganggur, menyandang cacat, sakit, atau berusia tua.183

Angela Merkel yang berasal dari partai CDU Christlich Demokratische Union

181

K.J. Holsti, International Politics: a Frameworks for Analisys ; Sixth Edition, hal. 279 182

Departemen Luar Negeri Berlin, Fakta mengenai Jerman, Kedutaan Besar Republik Federal

Jerman, Jakarta: PT Ikrar Mandiri Abadi, 2005, hal. 53-54 183

Departemen Luar negeri Berlin, Fakta mengenai Jerman, hal. 54

Page 84: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

73

Deutschlands/Uni Demokrat Kristen Jerman yang berdiri sejak 1945. Partai CDU

dianggap sebagai partai rakyat, partai ini memiliki sikap positif terhadap negara

sosial yang menjamin pendapatan bagi orang lanjut usia, orang sakit, penyandang

cacad, dan pengangguran.184

Program penjaminan nafkah tersebut berkaitan

dengan kebijakan Jerman terhadap pengungsi karena dengan sedikitnya usia

produktif dan semakin meningkatnya penuaan populasi di Jerman, membuat

Jerman harus mengeluarkan biaya yang lebih besar untuk orang yang mengalami

penuaan atau telah pensiun. Maka, para pengungsi dengan usia produktif menjadi

harapan baru bagi Jerman untuk membantu perekonomian Jerman.

Opini publik menurut Holsti diberlakukan bagi masyarakat yang memiliki

kebebasan penuh untuk menyuarakan aspirasinya kepada pemerintah tanpa

paksaan atau hambatan. Untuk mengetahui pengaruh opini publik ini ada 3 hal

yang perlu diketahui, yaitu pertama siapa yang beropini? Kedua pada isu apa?

Dan ketiga, di situasi yang bagaimana? Jangkauan opini publik ini nantinya

berhubungan dengan isu yang sedang diangkat atau dihadapi oleh negara

tersebut.185

Salah satu televisi publik Jerman yaitu ARD Arbeitsgemeinschaft der

offentlich-rechtlichen Runfunkanstalten der Bundesrepublik Deutcschland

(Consortium of public broadcasters in Germany) melakukan jajak pendapat pada

april 2015 kepada warga negara Jerman. Pertanyaan pertama yaitu mengenai

apakah mereka mendukung untuk menerima lebih banyak pengungsi di

184

Departemen Luar Negeri Berlin, Fakta mengenai Jerman, hal. 57 185

K.J. Holsti, International Politics: a Frameworks for Analisys ; Sixth Edition, Hal. 280

Page 85: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

74

negaranya, hasilnya menunjukkan bahwa 50% warga Jerman mendukung dan

44% tidak berpihak pada gagasan tersebut. Pendukung dari enviromentally

friendly Green Party memiliki 74% untuk mendukung dan partai AfD (Alternative

for Germany Party) memiliki 82% untuk menolak. Selanjutnya mengenai jalur

legal yang harusnya diciptakan untuk mengizinkan pengungsi ke Eropa, hasil

jajak pendapat menunjukkan 70% warga Jerman mengatakan hal tersebut adalah

gagasan yang baik, sedangkan 27% menolak gagasan tersebut.186

Selain itu, tidak

hanya ARD yang melakukan jajak pendapat kepada warga Jerman, ZDF Zweites

Deutsches Fernsehen dikutip oleh cnbc news bahwa 60% warga Jerman merasa

negara mampu mengatasi jumlah pengungsi yang tiba di negara Jerman.187

Disaat kebijakan Open Border Policy berlangsung telah membuat partai

AfD yang merupakan partai anti-immigrant memperoleh peningkatan pendukung

untuk partai tersebut. Namun, partai yang ditunggangi oleh Angela Merkel yaitu

CDU dan aliansinya CSU masih memperoleh angka pendukung yang tinggi

dengan posisi pertama dan diikuti oleh SPD (Social Democratic Party)188

Meskipun ada beberapa masyarakat Jerman yang menuai protes akan

kehadiran pengungsi seperti kelompok PEGIDA dan pendukung partai AfD yang

takut adanya islamisasi serta hadirnya terorisme di Jerman. Merkel tetap pada

pendiriannya untuk membuka pintu Jerman bagi pengungsi Suriah. Merkel

186

DW, Survey shows half of all Germans favor taking in more refugees, diakses pada 28

November 2016, www.dw.com/en/survey/-shows-half-of-all-germans-favor-taking-in-more-

refugees/a-18405458 187

Luke Graham,, How European Have Reacted to Migran Crisis, CNBC, diakses pada 28

november 2016, http://www.cnbc.com/2015/09/08/how-europeans-have-reacted-to-migran-

crisis.html 188

RT, Far Right Party Skyrockets to top 3 in German polls amid Refugee Crisis, diakses pada 26

November 2016, https://www.rt.com/news/322513-afd-germany-right-wing-rise/

Page 86: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

75

mengatakan “refugees had not brought terrorism to Germany, adding that Islam

belonged in the country as long as it was practiced in a way that respected the

constitution”.189

Dengan adanya jajak pendapat tersebut memperlihatkan bahwa opini

publik yang dilakukan sebelum dikeluarkannya kebijakan luar negeri Jerman

dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kebijakan Jerman terhadap

pengungsi. karena pada faktanya mayoritas warga negara Jerman tersebut

mayoritas mendukung pemerintah untuk terbuka terhadap kedatangan pengungsi

di negaranya.

Pertimbangan etik menurut Holsti yaitu mengacu pada tindakan apa yang

dilakukan oleh suatu negara atau bagaimana caranya agar tujuan dari kepentingan

nasional dapat tercapai.190

Kepentingan Nasional menurut Kenneth Waltz

merupakan keberlangsungan hidup negara, Survival disini juga dipahami sebagai

tujuan awal yang dibutuhkan untuk mengejar atau mencari tujuan politik yang lain

dan secara maksimum diasumsikan sebagai kekuatan.191

Seperti yang telah

dijelaskan sebelumnya, Jerman memiliki tantangan demografi yang harus

dihadapi untuk pertumbuhan ekonomi negara. Berbagai macam tindakan

dilakukan Jerman untuk memperoleh tujuan yang ingin dicapai. Tindakan yang

telah dilakukan Jerman diantaranya yaitu memberi bantuan kemanusiaan terhadap

189

Reuters, Merkel says refugees didn’t bring islamist terrorism to Germany, diakses pada 2

Februari 2017, http://www.reuters.com/article/us-europe-attacks-germany-merkel-

idUSKCN10S256 190

K.J. Holsti, International Politics: a Frameworks for Analisys ; Sixth Edition, hal. 332-346 191

Kenneth Waltz, Theory of International Politics, Addison-Wesley Reading, 1979, hal. 131.

Page 87: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

76

pengungsi Suriah, meyediakan dana pendidikan dan beasiswa serta menciptakan

lapangan kerja.

Sejak 2012, Jerman telah memberikan total bantuan yang berkaitan dengan

krisis di Suriah sekitar 11 triliun rupiah, diantaranya yaitu 5,6 triliun rupiah

berupa bantuan kemanusiaan. Melalui The Federal Agency for Technical Relief

(THF) Jerman juga memberikan bantuan di wilayah seperti penampungan-

penampungan pengungsi di Jordania dan Irak utara, misalnya dengan membangun

sistem untuk menyimpan dan menyalurkan air minum dan membuang air

limbah.192

Selain itu, pemerintah federal memiliki tiga admission programmes yang

telah mengambil pengungsi asal Suriah dengan jumlah 20.000 pengungsi yang

membutuhkan perlindungan khusus. Program pertama diluncurkan pada bulan

Mei 2013 dengan kuota 5000 pengungsi, program kedua pada bulan Desember

2013 dengan kuota 5000 pengungsi, dan pada bulan Juli 2014 jumlah bertambah

menjadi 10.000 pengungsi. Dengan serangkaian program tersebut, Jerman telah

berkomitmen untuk mengambil sekitar tiga-perempat semua pengungsi asal

Suriah untuk diberikan perlindungan di luar wilayah krisis.193

Jerman juga menyediakan bantuan lainnya di negara tetangga, yaitu seperti

Turki, Lebanon, dan Jordania. Proyek yang dilakukan yaitu membantu para

pengungsi Suriah untuk dapat memperoleh akses sistem pendidikan lokal dan

pasar tenaga kerja. Bantuan makanan, alat kesehatan, pelayanan kesehatan dan

192

Federal Ministry of the Interior, Humanitarian Admission Programmes at Federal Level. 193

Federal Ministry of the Interior, Humanitarian Admission Programmes at Federal Level.

Page 88: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

77

lain sebagainya. Seperti halnya bantuan yang ada di Lebanon yaitu 65.000

pengungsi telah mendapatkan pelayanan klinik dan kesehatan darurat.194

Pada tahun 2013 sampai 2015 Jerman telah menyediakan sekitar 20 triliun

rupiah dalam membantu korban perang di Suriah. Selain itu 2,8 triliun rupiah

diberikan Jerman untuk The Partnership for prospects employment initiative, yang

membantu menciptakan 500.000 pekerjaan di Jerman untuk pengungsi Suriah.

Terkait bidang pendidikan, Jerman juga menawarkan 1900 beasiswa universitas

untuk orang Suriah, sebagai contohnya yaitu melalui the Albert Einstein German

Academic Refugee Initiative (DAFI), program beasiswa tersebut dikepalai oleh

German Academic Exchange Service (DAAD).195

Hal-hal tersebut di atas merupakan faktor-faktor yang melatarbelakangi

kebijakan luar negeri Jerman terhadap pengungsi. Tentu Jerman melakukan

sebuah tindakan yang memiliki tujuan tersendiri untuk kepentingan nasional

negaranya. Permasalahan Demografi yang telah mengancam posisi Jerman

sebagai negara perekonomian terbesar di Eropa membuat Jerman bertindak

sedemikian rupa demi pertumbuhan ekonomi di negaranya.

194

Federal Foreign Office, Refugee Crisis – what German Foreign Policy is doing. 195

Federal Foreign Office, Refugee Crisis – what German Foreign Policy is doing.

Page 89: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

78

BAB V

KESIMPULAN

Perang saudara yang terjadi di Suriah telah menimbulkan dampak bagi

dunia internasional. Aksi protes yang berakhir pada tindakan kekerasan oleh

pemerintahan Bashar al-Assad bermula saat para demonstrator menginginkan

pemilihan umum, sistem pemerintahan parlementer, dan hak untuk

menyelenggarakan protes secara damai. Tindakan kekerasan yang dilakukan oleh

pemerintah tentu membuat warga sipil merespon dengan tindakan yang sama

sebagai bentuk pertahanan. Namun, perang saudara semakin diperluas dengan

adanya pihak lain yang ikut mendukung berjalannya perang. Rusia dan Tiongkok

berada pada pihak Bashar al-Assad dan pada pihak oposisi didukung oleh

Amerika Serikat, Turki, Perancis, dan negara-negara Teluk lainnya. Selain itu,

permasalahan sektarian diantara Syiah dan Sunni juga disebut memicu

berjalannya konflik.

Konflik Suriah tersebut telah mengakibatkan banyaknya korban jiwa serta

meningkatnya pengungsi di berbagai penjuru dunia terutama di wilayah Eropa.

Hal ini tentu menyita perhatian dunia internasional dan salah satunya yaitu

Jerman. Jerman disebut sebagai negara yang menjadi tujuan utama para pengungsi

Suriah karena Jerman merupakan negara industri yang maju dan merupakan salah

satu negara yang memiliki perekonomian terbaik di Eropa. Di samping itu,

Jerman juga memiliki kebijakan dimana Jerman membuka jalur perbatasan

Page 90: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

79

negaranya (open door policy) untuk para pengungsi yang mengalami penyiksaan

dari negara asalnya. Kebijakan Jerman awalnya merupakan respon dari

penumpukan pengungsi yang berada di Hungaria, dimana Hungaria merupakan

titik poin utama bagi pengungsi untuk menuju wilayah Eropa Barat.

Kebijakan yang dikeluarkan oleh Jerman tidak hanya dengan membuka

perbatasan di negaranya, namun juga berbentuk program kemanusiaan dengan

skala besar. Bantuan tersebut diantaranya yaitu bantuan dana terhadap krisis yang

terjadi di Suriah, bantuan dana untuk negara-negara yang disinggahi oleh

pengungsi seperti di negara tetangga Suriah yaitu Jordania, Lebanon, Turkey, Irak

dan lain-lain. Selain itu pemerintah Jerman juga menyediakan beasiswa dan

lapangan kerja di Jerman untuk para pengungsi.

Keterbukaan Jerman terhadap pengungsi ternyata tidak hanya pada saat

krisis pengungsi di Eropa, namun pasca Perang Dunia ke-2 Jerman merupakan

negara yang menjadi tujuan utama bagi jutaan orang pengungsi, baik berasal dari

dataran Eropa selatan maupun timur. Jerman juga pernah memiliki sistem Guest

Workers dimana menerima lebih dari satu juta pekerja tamu pada tahun 1960. Dan

pada pasca sosialis Jerman kembali menjadi negara tujuan para pendatang asing

yang mencakup dua juta etnis Rusia, dan ratusan bahkan ribuan pengungsi dari

Eropa Timur.

Kebijakan Jerman terkait pengungsi tersebut tentu memiliki faktor-faktor

yang mempengaruhi kebijakannya, baik faktor domestik maupun faktor eksternal.

Faktor domestic diantaranya yaitu atribut nasional, struktur pemerintahan/filosofi,

Page 91: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

80

opini publik, dan pertimbangan etik. Atribut nasional terkait kebijakan Jerman ini

yaitu mengacu kepada permasalahan populasi atau demografi dengan tingkat

pertumbuhan dan pembangunan ekonomi di negara tersebut. Jerman disebut

sebagai ”The Country Ageing Population” dimana diperkirakan di masa yang

akan datang Jerman akan mengalami penurunan dalam pertumbuhan ekonominya

karena semakin banyaknya populasi yang menua di Jerman dibandingkan dengan

angka usia produktif. Sehingga hal tersebut membuat Jerman memiliki harapan

pada para pengungsi yang melakukan perjalanan menuju Eropa. Disamping itu,

beberapa sumber data menjelaskan bahwa pengungsi yang mayoritas berasal dari

Suriah tersebut memiliki potensi yang baik dan mayoritas yang melakukan

perjalanan menuju Eropa adalah mereka yang berusia produktif. Hal tersebut

menjadi salah satu faktor yang membuat Jerman optimis terhadap kebijakannya.

Selanjutnya yaitu opini publik, opini publik di Jerman memang mengalami pro

dan kontra, karena ada partai yang mendukung kebijakan pengungsi ada yang

anti-immigran policy. Namun, setelah banyak jajak pendapat yang dilakukan,

masyarakat banyak yang mendukung kebijakan Jerman terkait pengungsi tersebut.

Selanjutnya yaitu struktur pemerintahan/filosofi, Angela Merkel yang

berasal dari partai CDU dimana CDU dikatakan merupakan partai rakyat yang

mendukung sikap positif terhadap negara sosial yang menjamin pendapatan bagi

orang lanjut usia, orang sakit, penyandang cacad, dan pengangguran. Hal ini tentu

sangat berkaitan dengan kebijakan pengungsi tersebut, karena dengan adanya

angka kelahiran yang rendah dan semakin banyaknya orang yang lanjut usia akan

menambah pengeluaran negara. Dan yang terakhir dari faktor domestik yaitu

Page 92: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

81

pertimbangan etik, dimana Jerman melakukan tindakan untuk para pengungsi

karena Jerman sendiri memiliki kepentingan nasional yang ingin dicapainya.

Faktor eksternal dari kebijakan Jerman yaitu kebijakan dan tindakan aktor

lain dan hukum internasional. Kebijakan dan tindakan aktor lain disini mengacu

kepada tindakan Hungaria terhadap pengungsi yang kurang baik ketika terjadi

penumpukan pengungsi di negaranya karena negaranya merupakan titik

perbatasan untuk menuju negara Eropa Barat sehingga Jerman merespon dengan

sebuah kebijakan. Dan faktor eksternal yang kedua yaitu hukum internasional,

dimana Jerman terikat dengan beberapa hukum internasional seperti Refugees

Convention 1951, Dublin Convention, dan European Union Law. Keterikatan

Jerman dengan beberapa hukum internasional terkait pengungsi tersebut juga

menjadi salah satu faktor yang membuat Jerman mengeluarkan kebijakannya.

Dari beberapa faktor-faktor yang telah disebutkan pada penelitian ini

membuktikan bahwa dalam suatu kebijakan yang dikeluarkan oleh negara

memiliki komponen-komponen dasar yang menjadi tolak ukur dalam

merumuskan kebijakan. Jerman dengan kebijakan pengungsi yaitu Open door

policy dan sejumlah program lainnya dijalankan karena Jerman memiliki beberapa

kepentingan dimana pengungsi yang mayoritas adalah berasal dari Suriah menjadi

harapan untuk pertumbuhan ekonomi di negaranya.

Page 93: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

--l

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Bealey, Fnanh, Chapmaq Richard A., dan Mchael Sheehan. Elements in politicalSciewe. Edinburgh: Edinburgh University press, 1999.

Burchi[ Scott. Ihe National Interest in Internationol Relations Th*ry.New york:Palgraye Macmillaq 2005.

Denzin dan Lincoln. TIe Sage Hmdbook of Qualitative Research- United Stmes: SagePublicationq 2005.

Departerneir [flar NEIeri Berlin. Fakta mengenai Jer'mat. Kedutaaa Besar RepublikF€d€rd Jerman. Iulcarta: PT IkrarMandiri Abadi, 2005.

E Tuarh fill dan Axel [fildebrandt, Etwisioning social justice in contem2nrary geftwmc*Ifire, Camdenltrouse, New Yorh 2ALS.

Elrich, Reese. "Ittside Syria: the backstory of iheir eivil war od whot the world cnteryecf .New Yort: Prometheus Book, 2014.

Hancoc\ Beverley. An Introdtction to Qualitative Resewch. Trent Focus, ZOO2.Harrison, Lisp, Metodologi Penelitian potitik. Jakarta: Kenoanq 2007.Holsti, K.l. Intematiorul Politics : A Framework for Analysis. University of British

Colombia. 1983.Holstl K.!. Imerwtiorurl Politics: a Franeworks far Anatysis: Sifih kfition. Nemr Jersey:

Prentice rlall,1992.Islanr, Rafiqul., dan Jahid Hossain Bhuiyan. An Intr&rction to Interndional Refugee Law,

Leiden-Boston: Martinus Nijhof{, ZOt3 .

Klusmayer, Douglas B., dan Demetrios G. Papademetrion. "Immigration poliqt in the

lederal Repblic of Germany, Negotiating membersltip ardremaking the-nstion,,.Bergah Boots, ZWg.

IvI, Griffiths., dan O'CaltagarlT- bfiernational Relatiorc : The Key Concepts New york& London: Rotrtledge, ZOO2.

Malhotra" YK Internotional Relations.New Delhi: .Anmol publications I\t Lt4 2004.Neumaq Lawrence W. Basic of Social Research. Boston: Pearson Education, 2007.Okyayua Mehmet., Herrmann, Peter., dan Claire Donity. Migration: Ctitat processes

canght in rrutional cmswers. Bremen Europaischer Hochschulverlag ZAru.Romsan' Achmad. Pengantar Hukum Pengungsi InternssionaL Banduig: Sainc Offset,

2003.Rosenau, rames N., Thompsorq Kenneth w., dan Gavin Boyd. world politics: An

Intr&tction New York: The Free press, 1976.Waltz, Kenneth. Theory of International Pglitics. Addison-Wesley Re*ding,lg7g.

Jurnal

xilt

Page 94: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

Benedeth B€tti , Ilw $t'm Refugee Cnsls: Regional md Human Seatnry Inplicdions,Vol: 17 No: 4, 2015, hal. 41

Handayani, kawati. "Perl*t&ngan terhadap Pengungsi Domestik Qnternal DisplacedPersw) dalon kngkcta Bersenjata Internal Merutrut Huhm Interrusional."Jurnal HI LII{PAD, Vol. 1 No. 2, Bandung 2001. hal. 158

Myunghee Kiur,Anna. *Forergn Labour Migration and the Economic Crisis in the EU:Ongoing and Remaining Iszues of the Migrant Workforce in Germany," Instifiitefor the Study of Labor Document IZA Ge.rmany,5134, 8, 2010. Hial. z

Ostrand Nicole. The Syrion Refiigee Crisisr A Comparison of Responses by Germany,&ve&n, T'lp Wited Kingdom, and Ihe United States, JMHS, Vol:3 No:3, NewYorh 2015. Hial-257

Media Onlioe

Aljazeerq "Germany Registers record 1.1 milliou asylum seekers in 2015", diakses pada 5juni 2016, http://america.aljazeera.com/articleV20l6/l/6/refugees-germany-more-than-lmillion.html

Adarq Nina. "Migrwtts offer Hope for Aging Germur Workforce," yFSf, diakses pada 3November 2016, http:/iwww.wsj.com/articles/migrants-offer-hope-for-aging-german-wortforce- I 44 I 92893 I

BBC, "Graphics, Europe Asylum seekers", diakses pada 6 oktober 2015,http : llwww. bbc. conr/news/world-europe-2463 6868

BBC, "Mgrant Crisis: Mgration to Europe Explained in Seven Charts", diakses pada 16September 201 6, ntp/uuu-bbc.con/newVwoAa-europe-g4 I 3 I 9II

BBC, *,ria ; The srr,lry "f the conflict, diakses pada 25 Desember zol4,http://www.bbc.com/newVworld-middle-east-26 1 I 6868

BBC, Wty we ilrousads od Germus protesting odwho we PegidaT, diakses pada 28agustus 2016, www.bbc.co.uVnewsbeat/afticle/30694252/why-are-thousands-of-

Blach Ian. *&mmi vs Shia: Wry the conllict is more political tlun religiaus." TheGuw&an, diakses pada ZB September ZOl5,http://www.theguardian.con/world/20I5/aprl05/sunni-shia-why-conflict-more-political-tlran-rdigious- sectarian-middle-east

Charlton, Corey dan Anrthony Joseph. "A World Divided: Yiolent closhes break out across

Damon, Arwa dan Laura Smith-Spark. "Euroqrc's Migrort Cisis : Cluas ss troha arestoppd in Hungary," CIW, diakses pada Z November 2016,

I 5 I O9 I O3 I anrone/er rrone-mi orartt-rrisiDonahuq Patrick. "Germany Saw

Bloomberg, diaksesl.l million migrants in 2015 as Debate Intensifies,,,

pada

tlu glabe as t wrssds take to the streels in anti-islam protests orgurized by far-fsnt group PEGIDA," Daily Mail, diakses pada zg agrrstus

'2n16,

xtv

8 Agustus 2016,

Page 95: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

million-asylum-see,kers-arrived-in-20 I 5DW, .9rrvqy sllorps lwlf ol alt Germans favor taking in more refugees, diakses paf1a 28

Norermber 2016, www.dw.comlerlzurvey/-shows-haltof-all-germans-favor-taking-in-morerefirgees/a- I 840 5 4 5E

Fleming Melissa. "Six Reasons wlry Syrians ore Jleeing to Europe in increasing mtrnbeFs,"The Cbardian, diakses pada I Juni 2016, https://www.theguardiaaco,m/global-deneloprnent-professionals-network/2015/oct/25lsix-reasons-v&y-syrialls-ue-fl eein g-to-europe-in-increasin g-numb ers

Fronterq "western Balkan Route", diakses pada 27 Juli 2016,http ://frontex. europa. er-r/trends'and-routes/western-balkan-route/

Gratram, Luke. "How European Hwe Reacted to Migrant Crisis," CNBC, diakses pada 2gnovember 2A16, http:/ vww.cnbc.conr/20 1 5/09l08lhow-europeans-have-reacted-to-migrart-crisis.html

Graham,Emma dan Patrick Kingsley. "First refugees arrive from Huryry afier Austriawd Gemory open borders," The Guwdior, diakses pada zl egust"s 2016,https:/furyw.theeuardian.com/world/2015/sep/05/refugees-travelling-from-hungary- can-enter- germany -and- au stri a

Jordaq Frank dan George lahn. "Merkel Demntds EU prtners share burden af migrantinflux," The Jakarta Post, diakses pada 7 september iot6,WwW.the-j*artapost.conr/news/2015/09/07/merkeldemands-eu-partners-share-h;glen-ml fant-innux. trtmt

Pop, Valentina. "EU Presents Plan to Distribute Refugees Across Europg" Wsll StreetJournal, diakses_ pada 7 Agustus 2016, http://www.wsj.com/articles/eus-junker-proposes-new-refugee-quota-plan- I 44 I 792202

Ramirez, Luiz. *Austliq Germany Open Borders to Thausards of Migrmts,- VOA,diakses pada 2 november 2016, http://www.voanews.com/a/re-fugees-finally:arriving-in-germany/294903 2. html

Regev, Dana."A perilous trek. Refugees Journey from Syria to Gertrlany," DZ, diaksespada 28 juli 2016, http:syria-tegermanyig- I 86968 I 7.

RT, "Fortres Europe: PEGIDA to be joined by 14 anti-islam allies for mass FebruaryProtests", diakses pada29 agustus 2016, https:l/www.rt.codnewV330075-pegida-@

RT, F"tr Nsht P*y Skyrockets to top 3 ilt Gerntwr polls amid Refugee crtsigpada 26 November 2016, https:i/www.rt.com/newsllZZSh_afa_sermarwing-rise/

Shubert, Atika- "CreEnananti-Migrant protest: "We don't want to be strangers in our owncourtr5r"," CNN, diakses pada 1.1 Okrober 2015,

sly, Liz."8 reasons Europe's refugee crisis is happeningoo*,- w*hirrgt*Vort, diaksespada 28 Juli ),,,17.

Than, Krisztina dan Irene_Preisinger. "Austris and Germaty open borders to migrantsofflwded by Htmgff1s," Reuters, diakses puAu V Agustus Zel6,

Page 96: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

http ://www. rzuters. ctm/arti cle/us-europe-mi srants-huneary-idusKcNoR4oFo2o I 5 090 s

The Cruardiarl "Germany on course to accept one million refugees in 2015-, diakses pada28 April 2016 httpr://www.the8uardian.com/world/2Ol5idecl08/germany-on-course-to-acceptone-million-refu gees-in-20 I 5

The Guardiaa Refugee Crisis Intensifies as Thousands Pour into Austria, diakses pada I Inovernber 2016, https://www.theguardian.com/world/2015/sep/20lthousands-of-refu effi -pour-into-austria-as-europeatr-sri si s-intensifies

Treynor, Ian. "Crermany to push for compulsory EU quotas to tacHe refugee cl.isis," TheGufffu4 diakses pada 23 Oktober 2015,http://urq/w.theguardian. con/world/20 1 5/oct/23 irefugee-crisis-germany-push-corupulsory-eu-quotas

Wagstyl, Stef,an- "Germ,wq)'s demographics: Yentng people wfltted," f4, diakse$ pada27oktober 2016, https://www.ft.cour/content/b30c8de4-4754-l le5-a2f-4d6e0e5eda22

Warren, Rossalyn. *why are refugees going to germany and will they stay?,- Buzzfeed,diakses pada 15 Juli 2016, http:/lwww.buzzfeed.com/rossalynwarren/why-are-refugoes-goingto-germany-and-will-they-stav

Artikel

Angenendl Steffeq Marcus Engler, dan Jan Schneider, EuropeanP*hways to Fairer Burden-Sharing, German Institute forSeeurity Affairg 2013, diakses pada 3 September 2A16,

Ruf*gee Palicy:International andhttps://www.swD-

dfAsseburg Mnniel dan Heiko Wimmen, Civil Wor in Syria;Exttrnal Acnrs ard Interest as

Driuers of Co$lia, SWP Berlin" diunduh pada 3 maret 2016, https://www.swp-

Bell, ldafitrew. "Germany's refugee crisis is fueling the far-right p.gda movement",diakses pada 27 agustus 2016, http://www.pri,orglstories/2015-i2-10/germany-s-refir gee-cri si s-fu eligg-far-righrpegida-movement

Citizenship and Immigration Canadq Popalation Profile : Sy'ian Refugees, diakses pada26 a8$sttls 2016, www.lifelinesyria.calwp-contentluploadgl20l5/l lEN-syrian-Populaion-kofi Ie. pdt, hal. 4

Citizenship and Immigration Canada" Population Profile : Syrian Refugees, diakses pada26 Agusnrs 2016, www.lifelinesyria.calwp-content/uploads20l5/l UEN-Syrian-Population-Profi le. pdf

Davis, Rochelle, Refugeesfrom Syrio, Cultural Orientation Resource c€nter, United StatesDepartmerl diakses pada t7 agustus 2016,www. teslontario. net/uploadVnews/Refu geesfromSyriabackgrounderCulturalOrientationReso.pdf . hal. 4

Engleq Dr.Marcus Germany in the refugee crisis - backgrottnd, reactiory and challenge,Insyn* Zachodni, Heinrich Boll Stiftrng Warszaw4 diakses pada 15 Septem6er

xvt

Page 97: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

2016, https:/ipl.boell.org/erf20l6/04/22lgermany-refuqee-crisis-background-reactions-and-chal lenge s

Falordg Thernbisa. Germmy Efforts to Resolve the Refugee Crisis, N-Iazeera ReportOocumeff, diakses pada 16 November 2015,http:l/studies.aljaaeera.neVmritemslDocuments/2015/11/16i201511161210tr3713580Germany.pdf

Fargues, Phillipe dan Ctuistine Fandrictr, "The Europewt Response to the Wrffi RefugeeCrtsrs WM Nert? ", European University Institutg 2012.

FR.\ Hanbook on Eurapean law relatfug to asylum, borders and immigrotion, diaksespada 2 November 2016, http://fra.europa.eu/-siteVdefault/files/handbooklaw-asylum-migration-borders-2nded_en. pdf,

G.Hammond, Timothy. The MeditelTane(m Migration Cnvs, diakses pada 12 Agustus2016, trttp ://www. foreignpolicyjournal. conl2O I 5105/ I 9/the-mediterranean-migration-crisis/

Hagen-zankeq Jessica dan Richard Mallett. Journeys to Europe the role of poliqt inmigrant &cision-+naking, ODI Insight, Londoq 2A16, diakses pada?;l April 2016,https:/lwww. odi. ore/publicationV 1 03 I 7-journeys-europe-role-policy-misrant-deciqion-making

Holliday, Joseph. "The assad regime from counterinsurgency to civil waf', Middle Eastsecurity Report 8, Institute for the Study of war (ISw), washingtorq DC, 2013.

Institute for Mgration Research and Intercultural Studies (IMIS),Policy Brie{ "GermanyAsylum Policy and EU Refugee Protection, The Prospects of The CommonEuropean Asylum System (CEAS)", University of Osnabruck, No.29, 52015.

Kasiaficas,Caitlh. "Seeking Refugees:Asylum Seekers in Germwty,' EU Migration policyWo,rking Paper, No.18, 2014.

L, Martio, Phillip. Germany: Managtng lv{igration in the 2I't Century, working papercIIP-l, University of california, z0oz, diakses pada 3 Agustus 2016,http :#ies.berkeley. edu/B,rbd*orkioepupers/Cilp- I -pLM_G€"-any. pdf

Laubenthaf Barbara. Refugees Welcome? Federalism and Asylum policies in Germory,Fieri Working papers, University of Konstanz, 2015, diakses pada 28 Agustus2016, http://fieri.it/wo-

Library of Congress, Refugee l"aw and Policy: Germany, diakses pada li Agustus 2016,https:lAn ww. loc. gov/ladhelp/refugee-ladgermany. php

Mayeq lvlatthias. Germury's Response to the Relugee Situdion: Remorkoble trzadership9r falt acewnpli?, Bertelsmann foundatioq 2016, diunduh pada 2s agrshrs 2016,

Michael Jenkins, Brian. The Dyrumics of Syria's Civil War, diunduh pada 29 September20r5,

Pop, Roland. "The Synan Civil War ; Between Escalation and Intervention", CSS Analysisin Security Poilicy, No. rz4, diunduh pada 10 rraaret zdl6,

Page 98: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

Uniya: Jwdt Social fustice Centrg "Ove*iew of Germmy's Asylam.S)rsrsrr", diaksespada 9 April 20 I 6, http://www.uniya.org/researcUasylum germany.pdf

Website Resmi

ESI European Stability Initiativg The Merkel Plan, Restoring cantrd;retainingc$ryrrzlssion, a prapawl lo th" $rlan Refugee Cnsls, diakses pada 17 Juli 2016,http :l/www. esiweb. org/pdf/ESl9/o20-%20The%20Merkel%20P1 an%20-%20Cornpassion%20aad%20Control7o20-%2047o20october9'o2020 I 5 . pdf

European Cornission Humanitarian aid and Civil Protectio*, "Syria Crisis Fact Sheet,diakses p*da 7 oktober 201 5, http://ec.europa.erfecho

European Comissio4 "Addressing the Refirgee Crisis in Europe: The Role of,EU ExternalAction", Brusselq 9,9, 2015, diunduh pada 13 Oktober 2015,http ://e-c. europa. eu/esho

European Comission, "llumanitarian Aid and Civil Protection, Syria Crisis", diunduh padaI april 2A16, https://ec.europa.erlecholfiledaid/countries/factsheet#syria*ea.pdf

European Corrrnission, Eurostat Stdistics F-rylahed, diakses pada 5 Srywber 2A16,http :l/ec- europa. eu/euro*atlstatistics-explained/index. php/Glossary : Asylum:reco gnition_rate

European Commission, Schengen Agreement, diakses pada 6 Septernber 2016,hltp : llec. europa. eu/dgslhome-affairs/e-library/docVschengen_brochure/schengen:brochure_dr3 I I I 126_en.pdf

European Commissio4 Who qnlifiesfor interrwtiansl protection, diakses par&T Agustus2016, http://ec.anropaenldgs&ome-affairdwhat-w+dolpolicies/asylumlrefugee-stahslindex:en.htm

Federal Foreign Offrce, Refugee Cnsls * *lwt German Foreign Policy is daing, diaksespada 23 Septenrber 2416, hup :llwww. auswaertiges-amt.de/EN/AussenErlitik/GlobaleFragenlFluechtlinge/Aussenplitik aode.htrnl

Federal Ministry of the Interior, Humanitarim A&flissian Progronnes ot Fe&ral lcvel,diakses pada l0 September 2A16, http:/lwww.bmi.bund.ddEN/Topics/Migration-IntegrdiodAsylum-Re.fu gee-Protection/f lumanitarian-admission-programmes/f lurnanitarian-admi s sion-programme s*node. html

Federal Ministry of tlre Interior, Migration and Integratian: Residence Inw ardpoticy onmigratian and integrution in Germ*ry 2A14, diakses pada I september 2A16,https://wvw. bmi. bund. delSharedDocslDownloadslENlBroschuere*/Z0 I 4lmigrationand:integration.pdf? blob=ublicationFile

IOhA 'Migratiorl Asylum, and Refugees in Germant'', Global Migration Data Analysiscentre Data Briefing Series, I Januari 2016, diunduh pada 4 juni 2016,http : lliorngmdac. org/mieration:asylum*andJefu eees_ir=germanyl

Refugee Couocif 77re Dxblin Corwentiur ut asylum W?st it Hecrns ad how,,tb saposed to wark, diakses pada Z Septernber 2016,https:llwww.refugeecouucil.ore.uk/assetd0t)0U5851ldublin_aug20t)2.pdf

The Expert Council of German Foundations on Intergration and lWgratioq lheIlumoxitarian Admissian Progr*nmesfor Syrian Refugees in Germwqt, ResearchUnit, diakses pada 2 Juli 2016, https://www.stiftung-

xvilt

Page 99: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

mercator.de/media/downloadV3-Publikationen/SVR_Policy_Paper_Safe*Access.pdf

UNHC& "Convention and Protocol Relating tothe Status of Refugees", article l, diunduhpada 2015,http;/irirurw.unhcr. org/protectlPROTEeTlON/3b66c2.aa I 0. pdf

UNHC& *Inter dgency Regional Update-Syrian Refugeet'' , diakses pada 7 Oktober

2015, www.uhcr.org hal.2UNHCR, *I\dry New Asylum: Applications Europe April 20ll-september 2015 Syria

Regiocal Refugee Response", diakses pada tanggal 8 ohober ZOIS,http://datAunhcr. org/syrianrefu geesiasy lum. php

LINHC& 'RefugeeVmigrants Emergency Response - Mediterranian", diakses pada 27 Juli2016, hup ://data.unhcr. ore/mediterranean/rggional. php

UNHC& 'Tle Sea Route to Europe: Mediterranian Passage in the age of Refugees'',diunduh pada I 8 April 20 I 6, ht@://www.unhcr. org/5 592bd059.pdf

UNHC& Cmwntian od Protocol Relating to tle Status af Refugees, article l, diaksespda 20t6,http://www,urhcr. org/BrotectlPROTECTION/3b66c2aa I 0. pdf

UNHC& International Refogu law, diakses pada 8 agustus 2016, http:/Avww.unhcr-centraletrrope. orden/resources/legal-documents/ifi €rnational-refugeelaw. html

TINHC& Regtuwl Relugee md.Migrant Response Planfor Europe, EasternMeditteranianand Western Balkans Route 2016, diunduh pada I jmi 2016,http:/finrwwunhcr.org/partnerVdonorV570669806/regional-refugee-migrant-response-plan-europe-january-december-20 I G I 9.ht$l

UNHCR, Tlre 1951 Refugee Corwention, diakses pada 8 agustus 2016,http :fkurw.tmhcr. org/ I 95 I -refu gee-convention"hfinl

UNHC& Trp 1951 Refugee corwention, diakses pada 8 Agustus 2016,http:/fumrw.unhcr.orgll 95 1 -refugee-convention.hturl

xrx

Page 100: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

Disclaimer: The opinions expressed in this briefing are those of the authors and do not necessarily reflect the views of the International Organization for Migration (IOM). The designations employed and the presentation of material throughout the briefing do not imply the expression of any opinion whatsoever on the part of IOM concerning the legal status of any country, territory, city or area, or of its authorities, or concerning its fronties or boundaries. Data correct at time of writing (early January 2016) and are subject to change following publication. Editors: Frank Laczko (Head of GMDAC) and Ann Singleton (on secondment to GMDAC, University of Bristol). Authors: Ann Singleton (on secondment to GMDAC, University of Bristol), Adrián Carrasco Heiermann (Consultant, GMDAC), and Denis Kierans (Data and Research Officer, GMDAC). Notes: (1) Der Spiegel (2016) http://www.spiegel.de/politik/deutschland/bundesregierung- sieht-kein-ende-der-fluechtlingskrise-a-1071136.html.

Migration, asylum and refugees in Germany: Understanding the data During 2015, more than one million migrants and refugees arrived in Germany

Syrians were the largest group of first time asylum applicants, with numbers increasing each month throughout the year. The peak figures were seen in November, when more than 30,000 applications were recorded (see Figure 1). On 9th January 2016, Ole Schröder, Parliamentary State Secretary in the Federal Ministry of the Interior (BMI), referred to a possible one million asylum-seekers coming to Europe during the coming year, mostly through Turkey.1

Frank Jürgen Weise, Head of the Federal Office for Migration and Refugees (BAMF), has estimated that around half that number, 500,000 refugees, will arrive in Germany.2 This briefing aims to present the available official data and to explain some of the differences between the data types.

Figure 1: First time asylum applications in Germany, by main citizenships and month, 20153

Global Migration Data Analysis Centre

Data Briefing Series

Issue No. 1, January 2016

Figure 2: Main countries of origin registered in EASY, Jan? Dec 20154

Page 101: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

Notes: (2) Mitteldeutsche Zeitung (2016) http://www.mz-web.de/politik/prognose-fuer-2016-weise-rechnet-mit-halber-millionen-fluechtlinge,20642162,33489292.html. (3) Eurostat (2015) migr_asyappctzm; According to regulation 862/2007 and the methodological note attached to migr_asyappctzm, Member States can submit their data up to two months after the end of the reference period. Hence, the available data is not complete from November on. The dotted lines reflect this lack of data and the respective trends should therefore be interpreted with cau-tion. (4) BAMF (2016) http://www.bamf.de/SharedDocs/Meldungen/DE/2016/201610106-asylgeschaeftsstatistik-dezember.html. (5) BMI (2016) http://www.bmi.bund.de/SharedDocs/Pressemitteilungen/DE/2016/01/ asylantraege-dezember-2015.html.(6) BAMF (2015) https://www.bamf.de/SharedDocs/Anlagen/DE/Downloads/Infothek/DasBAMF/2015-08-20-prognoseschreiben- asylantraege.pdf. (7) BAMF (2015) http://www.bamf.de/EN/Migration/AsylFluechtlinge/Asylverfahren/Verteilung/verteilung-node.html. (8) §47 Asylgesetz (as of 23.12.2015) https://www.gesetze-im-internet.de/asylvfg_1992/BJNR111260992.html.

Using the EASY figures in combination with the number of asylum applications received, on behalf of the Federal Ministry of the Interior, BAMF estimates the number of accommodation places that will be needed annually.

Before the summer of 2015, these calculations had been made mainly on the basis of the asylum application data. This was because the rapidly increasing numbers of refugees in 2015 had resulted in a growing discrepancy between the number of asylum applications and of registrations in EASY.

The differences between the two figures can be significant, for example, on 31 July 2015, BAMF had counted 218,221 asylum applications (first and subsequent applications) whilst 309,075 people had already registered in EASY.6

A quota ? the so-called ?Königsteiner Schlüssel? ? regulates the distribution of asylum-seekers among the German states, the Länder. This allocates a specific percentage of asylum applicants, based on tax receipts and population numbers, to each of the Länder, which the latter are obliged to accept.7 From January to September 2015, North Rhine-Westphalia, Bavaria and Baden-Württemberg registered about 50% of all asylum-seekers recorded in EASY (see Figure 3).

Changes made to the Asylgesetz (German Asylum Law) on 23 October 2015, now requires asylum applicants to stay in their initial reception facility for up to six months (instead of three).8

However, there are no available data on how many people actually live in the reception centres at any one time. This gap in the data became public in early November 2015, when a member of the Green Party requested information on this.9

Figure 3: Share of selected Länder, respective numbers of registrations10

Locations: Länder and Camps

Record monthly inflows during 2015, with peaks in October and November, resulted in 1,091,894 registrations in the German EASY system, which records those who intend to apply for asylum.5

The EASY system collects two variables, "the receiving German state" and "country of origin" but not data on the profile of asylum-seekers and refugees.

Of those registered in EASY between January and the end of December 2015, the main countries of origin were Syria, Afghanistan and Iraq, followed by Albania and Kosovo (UN1244/99) (see Figure 2, above).

Arrivals

Migration, asylum and refugees in Germany: Understanding the data

Page 2 / 6

Page 102: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

Germany and the relocation of refugees across the EU

The latest European Commission figures show that the EU?s emergency relocation scheme introduced in September 2015, with a target of 160,000 places, is barely functioning yet.

The EU scheme, within which 4,237 places have been made available by 17 EU Member States, has so far only resulted in the relocation of 272 persons. Of these, Germany has made 40 places available, with 11 people relocated from Italy and 10 from Greece.11

In context:

- 4,237 places have been made available in total by 17 EU Member States.

- 190 people have been located from Italy, of a target 39,600.

- 82 people have been relocated from Greece, of a target 66,400.

- 97,982 places remain to be allocated, of an initial 98,256 places.

- 7,744 of the 40,000 decision and 54,000 of the 120,000 decision remain to be allocated.

The EU?s Dublin III Regulation, which should facilitate a fair sharing of responsibility among EU Member States has also proven to be slow.12

By the end of November, Germany had made 41,217 ?Dublin requests', with peaks in January (4,405, of which 3,117 were based on EURODAC matches) and July (4,839, of which 3,803 were based on EURODAC matches).13 In comparison, throughout 2014, 35,100 requests had been made to other Member States, and around 4,800 people were transferred.14

Germany in the EU: distribution of asylum applications by main receiving Member States, 2015

Germany is the main country of destination in Europe for migrants and refugees (see Figure 4). The majority of first time asylum applicants in Germany, in each month since April, were Syrians (see Figure 1, above).

Figure 4: First time asylum applications in the EU and main five receiving countries, 201515

- These asylum applications take place during the weeks and months after registration.

- Final data for October, November and December are not yet available for many EU Member States (see footnote 3).

Data Briefing Series

No. 1 January 2016Page 3 / 6

Migration, asylum and refugees in Germany: Understanding the data

Page 3 / 6

Page 103: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

Notes: (9) Süddeutsche Zeitung (2015) http://www.sueddeutsche.de/politik/fluechtlinge-bundesregierung-kennt-zahl-der-menschen-in-erstaufnahmeeinrichtungen-nicht-1.2733590. (10) See footnote 7; Die Bundesregierung (2015) http://dipbt.bun-destag.de/dip21/btd/18/068/1806860.pdf, p.20. (11) European Commission (2016) http://ec.europa.eu/dgs/home-affairs/what-we-do/policies/european-agenda-migration/press-material/docs/state_of_play_-_relocation_en.pdf. (12) Fratzke, S. (2015) http://www.migrationpolicy.org/research/not-adding-fading-promise-europes-dublin-system, Migration Policy Institute Europe. (13) BAMF (2016) https://www.bamf.de/SharedDocs/Anlagen/DE/Downloads/Infothek/Statistik/Asyl/statistik-anlage-teil-4-aktuelle-zahlen-zu-asyl.pdf. (14) Die Bun-desregierung (2015) http://dip21.bundestag.de/dip21/btd/18/038/ 1803850.pdf, p. 35. (15) Eurostat (2016) (migr_asyappctzm); see footnote 3. (16) BMI (2015) http://www.bmi.bund.de/SharedDocs/Pressemitteilungen/DE/2015/05/zahl-der-asylantraege-steigt.html; EurActiv (2015) http://www.eu-ractiv.com/ sections/global-europe/germany-expects-number-asylum-seekers-double-2015-314391. (17) BMI (2015) http://www.bmi.bund.de/SharedDocs/ Kurzmeldungen/DE/2015/08/neue-asylprognose-vorgelegt.html; see also footnote 6.

The experience of 2015 indicates that caution is needed in estimating future numbers of arrivals. In May 2015, the German Government announced that Germany could expect as many as 400,000 first time asylum applications by the end of 2015, almost double the 2014 figure.16 Only three months later, in August, the official method of estimating the numbers was revised and a figure of 800,000 was then estimated to be the final total of arrivals in 2015.17 This reflected the need to account for a growing disparity between first time asylum applications and arrivals. The final figure was even higher, at one million.

It is possible to say that high numbers of asylum-seekers are likely to continue to arrive in Germany during 2016, but there is no certainty about the precise number of asylum-seekers in Germany (the ?stock?) at any one time, let alone how many will arrive ? even in the short-medium term.

There is insufficient richness to the data to analyze the characteristics of migrants and refugees, as EASY was not designed as a system to collect and store demographic data: it collects only two variables, namely, ?the receiving German state? and ?country of origin?; there is a high likelihood of double counting, as around 10 per cent of those registered in EASY do not arrive at their allocated reception facilities and are registered again in another location; and certain groups, such as unaccompanied minors and people placed in detention, are excluded from the figures altogether.

Changes in EU policy have also affected the numbers and are likely to continue to do so, (to what extent, when and how, is not yet known). For example, the European Union and the Western Balkans have selected different groups of countries of origin in

their refugee and related border policies. The EU decided on 14th September 2015 that only refugees from Syria, Iraq and Eritrea would be eligible for relocation. This selection of nationalities was based on a 75% recognition rate threshold, based on Eurostat quarterly data for 2014 and 2015.18

Policy and practice in the Western Balkan countries differs from this EU-wide policy, as there are now common refusals at the borders to accept citizenships other than Syria, Afghanistan and Iraq. Added to this are the most recent (as of the 4th of January 2016) re-impositions of border controls inside the Schengen area, by Sweden and Denmark following other (temporary) border controls in Hungary, Austria and Germany in late 2015.19

As such, forecasting the trends in 2016 is problematic. Forecasts provided by BAMF take into consideration the following factors: developments in countries of origin; information from the German institutions dealing with migration issues (the Federal Foreign Office, intelligence services, federal police, liaison staff); the number of asylum applications in Germany as well as in other EU countries, policy responses to migration and finally recent trends and seasonal fluctuations.

It is also likely that the 23 October 2015 designation of Albania, Kosovo and Montenegro as safe countries of origin will affect the future distribution of countries of origin among arrivals to Germany by restricting the numbers of asylum-seekers from these countries. While arrivals from these countries had already been decreasing for a few months, this policy contributed to a further fall in numbers ? notably in the arrivals of Albanians.

What is expected in 2016?

Data Briefing Series

No. 1 January 2016

Migration, asylum and refugees in Germany: Understanding the data

Page 4 / 6

Page 104: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

Notes: (18) Council Decision (EU) 2015/1523, of 14 September 2015, establishing provisional measures in the area of international protection for the benefit of Italy and of Greece. (19) Bilefsky, D. (2016) http://www.nytimes.com/2016/01/05/world/europe/sweden-denmark- border-check-migrants.html, New York Times. (20) Parlemeter Survey (2015) http://www.europarl.europa.eu/atyourservice/en/20150630PVL00108/2015-parlemeter (21) Financial Times (2015) http://www.ft.com/cms/s/0/379d4afe-8930-11e5-9f8c-a8d619fa707c.html#axzz3tMDhYe6n (22) BAMF (2016) http://www.bamf.de/SharedDocs/Anlagen/DE/ Publikationen/Migrationsberichte/migrationsbericht-2014.pdf, p.29. (23) See footnote 22. (24) IOM and UNICEF (2015) http://www.iom.int/sites/default/files/press_release/file/IOM-UNICEF-Data-Brief-Refugee-and-Migrant-Crisis-in-Europe-30.11.15.pdf. (25) BAMF (2015) https://www.bamf.de/SharedDocs/Anlagen/DE/Publikationen/Broschueren/bundesamt-in-zahlen-2014.pdf.

The needs of refugee children crossing Europe have been highlighted in the UNICEF/GMDAC Briefing.24 Half of the residence permits granted to Syrians, on the grounds of family reunification, were issued to children.25

Children seeking refuge and unaccompanied minors are an increasing policy concern in Germany. This concern is not alleviated by a lack of transparency in the data and no national level stock figures of the numbers living in the country, nor of those in detention. This is the result both of a lack of Federal co-ordination of the state level data and the absence of information on family ties in the central register of foreigners (Ausländerzentralregister).

Throughout 2015 it became apparent that speedy decision-making on asylum applications was not happening and at the end of December, 364,664 applications were still pending (337,331 of them first time asylum applications).26

Regulations that oblige asylum-seekers to stay within specific geographical boundaries or cause them to stay in the initial reception facilities for longer time-periods may act as impediments to integration into the German labour market and German society.27

Children Integration

Data Briefing Series

No. 1 January 2016

There has been much discussion of the short-term costs of accepting asylum-seekers. This will be the subject of a separate briefing. It is worth noting that there has been less discussion of the longer-term policy needs and economic potential of immigration.

According to the European Commission, the arrival of asylum-seekers has had a positive economic impact on the GDP of EU Member States, with an anticipated average contribution of 0.2? 0.3% by 2017.28 This is especially meaningful in high refugee-receiving countries such as Germany Despite increased spending on accommodation and infrastructure for refugees, Germany?s budget is expected to remain ?in sizeable surplus?.

The economic impact, in particular how refugees will affect the German labour market, has been extensively discussed in Germany throughout 2015. This debate is often centred around the short-term costs that will inevitably emerge because of the need for integration measures as well as accommodation, education and health care provision.

The German Institute for Economic Research (DIW) has highlighted some positive long-term effects in an article based on simple simulated calculations, suggesting that the immigration of refugees to Germany will positively contribute to the country?s economic performance and per capita income.29

These findings are supported by the OECD, which also highlights positive outcomes, including a possible boost in aggregate demand in the EU economy, due to the need for additional expenditure to support asylum-seekers in the short-term.30

Although long-term effects could be positive for both refugees and receiving economies, the realization of this economic potential is intertwined with (and depends on) their integration into society, as well as into the labour market. It may also be dependent on the ability of employers and policy makers to identify where their skills are most needed.

Economic Impact

Migration, asylum and refugees in Germany: Understanding the data

Page 5 / 6

Page 105: KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41229/1/MARNIZA... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI JERMAN TERHADAP PENGUNGSI SURIAH

Notes: (26) See footnote 5. (27) BAMF (2016) http://www.bamf.de/SharedDocs/Anlagen/DE/Publikationen/Kurzanalysen/kurzanalyse1_qualifika-tionsstruktur_asylberechtigte.pdf. (28) European Commission (2015) http://ec.europa.eu/economy_finance/publications/eeip/pdf/ip011_en.pdf. (29) Fratzscher, M., Junker, S. (2015) http://www.diw.de/documents/publikationen/73/ diw_01.c.518244.de/15-45.pdf, Deutsches Institut für Wirtschafts-forschung, p.1083-88. (30) OECD (2015) http://www.oecd.org/migration/How-will-the-refugee-surge-affect-the-European-economy.pdf.

Data Briefing Series

No. 1 January 2016

This GMDAC Briefing has outlined what the main data show about the arrivals of migrants and refugees, as well as asylum-seekers in Germany during 2015. The Briefing discusses the rising monthly numbers of arrivals in Germany, it explores the reasons for differences in the numbers which reach the media and public debate. The policy challenges which face Germany and the whole of the EU will require reasoned and responsible use of the data, in order to develop appropriate labour market and integration measures, humanitarian protection, integration measures and importantly provision for children. As the first GMDAC Data Briefing in 2016, it aims to provide a short guide to inform policy, research and analysis. It is hoped that this will help to inform discussion of the policy challenges which lie ahead in 2016.

Understanding the data and policy needs for the future

GMDAC

In response to growing calls for better data on migration, and better use and presentation of migration data, IOM has created a Global Migration Data Analysis Centre (GMDAC). As a global hub for data and statistics on migration, GMDAC aims to conduct and coordinate research and data projects. Located in the heart of Berlin, Germany, the Centre aims to provide authoritative and timely analysis of data on global migration issues.

Data Briefing Series

The GMDAC Data Briefing Series aims to explain what lies behind the numbers and the data used in migration policy and public debates. The Briefings explain what ?the numbers? really tell us about movements of migrants, refugees and asylum-seekers, on a range of topics for policy, across the globe.

The way the data are presented has an important influence on public perceptions of migration in Europe and on the development of policy. The Series will serve to clarify, explain and exchange specialist knowledge in an accessible format for wider public and policy audiences, for capacity-building and evidence for policy. Briefings will be of interest to expert, as well as lay audiences, including journalists, students, local authority and city planners and lawyers.

About

Contact information

For more information about the Data Briefing Series please contact the editors:

Frank Laczko, Head of GMDAC Tel: +49 30 278 778 23 Email: [email protected]

Ann Singleton, on secondment to GMDAC University of Bristol Email: [email protected]

Global Migration Data Analysis Centre (GMDAC) International Organization for Migration (IOM) Taubenstr. 20-22 D- 10117 Berlin, Germany Tel.: +49 30 278 778 22 Fax: +49 30 278 778 99

Please visit the GMDAC website for publications, resources, and events: http://gmdac.iom.int

Migration, asylum and refugees in Germany: Understanding the data

Page 6 / 6