65
PENDAHULUAN 1. Sebagaimana kita ketahui bahwa penerimaan dan pengeluaran negara berpengaruh pada pendapatan nasional; 2. Pengaruh pengeluaran pemerintah bersifat memperbesar Pendapatan Nasional ( Expansionary), sementara penerimaan pemerintah berpengaruh dengan sifat memperkecil pendapatan nasional (Contractionary); 3. Pengaruh pengeluran pemerintah terhadap pendapatan nasional tergantung pada jenis pengeluarannya, sedangkan untuk penerimaan pemerintah pengaruhnya tergantung pada jenis sumber penerimaan itu; 4. Pajak sebagai sumber penerimaan negara, pengaruhnya bersifat memperkecil pendapatan nasional, dibanding dengan pinjaman negara, sementara pinjaman negara lebih bersifat memperkecil pendapatan nasional, dibanding dengan pencetakan uang baru sebagai sumber penerimaan negara

Kebijakan Fiskal Dan Meneter

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Kebijakan Fiskal Dan Meneter

PENDAHULUAN

1. Sebagaimana kita ketahui bahwa penerimaan dan pengeluaran negara berpengaruh pada pendapatan nasional;

2. Pengaruh pengeluaran pemerintah bersifat memperbesar Pendapatan Nasional ( Expansionary), sementara penerimaan pemerintah berpengaruh dengan sifat memperkecil pendapatan nasional (Contractionary);

3. Pengaruh pengeluran pemerintah terhadap pendapatan nasional tergantung pada jenis pengeluarannya, sedangkan untuk penerimaan pemerintah pengaruhnya tergantung pada jenis sumber penerimaan itu;

4. Pajak sebagai sumber penerimaan negara, pengaruhnya bersifat memperkecil pendapatan nasional, dibanding dengan pinjaman negara, sementara pinjaman negara lebih bersifat memperkecil pendapatan nasional, dibanding dengan pencetakan uang baru sebagai sumber penerimaan negara

Page 2: Kebijakan Fiskal Dan Meneter

SEJARAH KEBIJAKAN FISKAL

• Kesadaran terhadap pengaruh penerimaan dan pengeluaran pemerintah terhadap pendapatan nasional belum lama muncul dalam dunia ilmu pengetahuan;

• Berdasarkan kesadaran tersebut, lahirlah gagasan/ide untuk dengan sengaja mengubah-ubah pengeluaran dan penerimaan pemerintah guna mencapai kestabilan ekonomi;

• Teknik mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah tersebut yang kita kenal sebagai kebijakan fiskal;

• Sebelum Tahun 1930 an, pengeluaran pemerintah hanya dipandang sebagai instrumen untuk membiayai program-program pemerintah dan dinilai berdasarkan asas manfaat langsung yang dapat ditimbulkannya, tanpa memandang pengaruhnya terhadap pendapatan nasional;

• Sebaliknya pajak hanya dipandang sebagai sumber pembiayaan pengeluaran negara dan belum diketahui pengaruhnya terhadap pendapatan nasional

Page 3: Kebijakan Fiskal Dan Meneter

lanjutan

• Akibatnya pada saat terjadi depresi tahun 1930-an, dimana penerimaan pemerintah negara menurun, maka pengeluaran pemerintah pun harus disesuaikan (menurun);

• Penurunan pengeluaran pemerintah tersebut justru berakibat pada menurunnya pendapatan nasional dan semakin lesunya perekonomian nasioanal, dan semakin menurunnya pendapatan nasioanal, pada gilirannya akan menurunkan penerimaan negara, demikian seterusnya;

• Untuk memecahkan hal tersebut, diambilah kebijakan moneter, yang biasanya hanya berguna untuk merangsang kegiatan individu atau swasta;

• Pada saat terjadi pengangguran dan harga-harga turun (depresi) cara yang ditempuh untuk memecahkannya adalah dengan menambah uang beredar lewat politik diskonto, yakni dengan enurunkan tingkat bunga, atau menurunkan deking (reserve requirement) atau dengan politik pasar terbuka, dimana pemerintah membeli surat berharga;

• Karena harga tetap cenderung turun, para investor tidak berani melakukan investasi, sehingga penerimaan agregat tidak meningkat dan depresi tidak dapat diobati;

Page 4: Kebijakan Fiskal Dan Meneter

lanjutan

• Atas dasar kenyataan tersebut pemerintah dipandang perlu campur tangan, dengan menciptakan proyek-proyek yang membutuhkan pengeluaran pemerintah;

• Tahun 1936, Keynes menerbitkan buku “The General Theory of Employment Interest and Money” . Dan buku inilah yang melandasi perkembangan teori tentang Kebiajakan Fiskal, dan sejak tahun 1936 itulah peranan pemerintah dalam perekonomian menjadi semakin menonjol dengan orientasi utama memecahkan masalah pengangguran.

• Dengan adanya perang dunia II kebijakan fiskal mulai mengarah pada enanggulangi inflasi yang mulai berkembang;

• Perkembangan selanjutnya kebijakan fiskal dan moneter, secara bersama-sama dan saling melengkapi dipergunakan untuk memecahkan masalah perekonomian nasional, baik pada masa depresi, inflasi, serta penyakit ekonomi lainnya yang memang harus disembuhkan, sehingga roda perekonomian terus berputar, kesejahteraan masyarakat makin meningkat dan negara menjadi semakin kuat.

Page 5: Kebijakan Fiskal Dan Meneter

DASAR PIKIRAN KEBIJAKAN FISKAL

• Kebijakan fiskal didasarkan pada pemikran bahwa “pemerintah tidak dapat disamakan dengan dengan individu dalam pengaruh dari tindakan masing-masing terhadap masyarakat sebagai keseluruhan” (Suparmoko : 1986)

• Umumnya individu akan mengurangi pengeluaran, apabila penerimaannya menurun, sedangkan pemerintah sebaliknya, karena apabila pemerintah mengurangi pengeluarannya, maka hal itu justru akan berakibat menyusahkan atau memperberat jalannya perekonomian, karena menurunnya pengeluaran pemerintah akan berarti menurunnya pendapatan masyarakat, dan menurunnya pendapatan masyarakat berarti akan menurunkan penerimaan pemerintah dikemudian hari;

• Selaian itu dalam masa depresi, banyak dana masyarakat yang menganggur, sehingga peningkatan dalam pengeluaran pemerintah, tidak akan mengurangi investasi sektor swasta lewat kenaikan tingkat bunga.

Page 6: Kebijakan Fiskal Dan Meneter

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP KEBIJAKAN FISKAL

• Kebijakan fiskal atau yang sering juga disebut sebagai kebijakan stabilitas dan pembangunan adalah penyesuaian dalam pendapatan dan pengeluaran-pengeluaran pemerintah untuk mencapai kestabilan ekonomi yang lebih baik dan laju pembangunan ekonomi yang dikehendaki (John F.Doe :1968)

• Kebijakan fiskal mempunyai tujuan tujuan yang sama dengan kebijakan moneter atau kredit, yang berusaha untuk mencapai tujuan tujuan tersebut dengan mengubah penyediaan dan biaya modal uang, terutama dengan mengubah posisi cadangan bank komersiil;

• Ruang lingkup Kebijakan fiskal meliputi semua tindakan atau usaha untuk meningkatkan keejahteraan umum melalui pengawasan pemerintah terhadap sumber-sumber ekonomi dengan menggunakan penerimaan dan pengeluaran pemerintah, mobilisasi sumberdaya, dan penentuan harga barang dan jasa dari perusahaan –perusahaan. (Dirk,J.Wolson Dalam Suparmoko :1968)

Page 7: Kebijakan Fiskal Dan Meneter

MACAM KEBIJAKAN FISKAL

• Pembiayaan Fungsional (Functional finance)• Pengelolaan anggaran (the managed budget

approach)• Stabilisasi anggaran otomatis ( the stabilizing budget)• Anggaran belanja berimbang ( Balanced budget

approach)

Page 8: Kebijakan Fiskal Dan Meneter

Pembiayaan Fungsional (Functional finance)(AP Lerner)

• Pengeluaran pemerintah ditentukan dengan melihat akibat-akibat tidak langsung terhadap pendapatan nasional terutama dilihat dalam fungsinya untuk meningkatkan kesempatan kerja (employment);

• Di lain pihak, pajak dimaksudkan (berfunsi) untuk mengatur pengeluaran swasta dan bukan untuk meningkatkan penerimaan pemerintah, sehingga dalam masa dimana ada pengangguran, pajak sama sekali tidak diperlukan;

• Pinjaman akan dipakai sebagai alat untuk menekan inflasi lewat pengurangan dana yang tersedia dalam masyarakat;

• Selanjutnya apabila pajak dan pinjaman dirasa tidak tepat, maka pemerintah menempuh dengan cara pencetakan uang;

• Dengan demikian pengeluaran pemerintah dan perpajakan, dipertimbangkan sebagai suatu hal yang terpisah, Namun demikian terdapat kekhawatiran, bahwa tanpa ada hubungan langsung antara keduanya akan ada bahayanya, yakni kemungkinan pegeluaran pemerintah menjadi berlebihan.

Page 9: Kebijakan Fiskal Dan Meneter

Pengelolaan anggaran (the managed budget approach)(Alvin Hansen)

• Pengeluaran pemerintah, pajak dan pinjaman dimaksudkan untuk mencapai stabilitas ekonomi yang mantab;

• Hubungan langsung antara pengeluaran pemerintah dan pajak selalu dipertahankan, tetapi penyesuaian dalam anggaran selalu dibuat, guna memperkecil ketidak satabilan ekonomi;

• Kebijakan anggaran (surplus, defisit, berimbang) dimaksudkan untuk mencapai dan atau mempertahankan stabilitas ekonomi yang dinamis;

• Dalam masa depresi ekonomi dan banyak pengangguran, pengeluaran pemerintah yang meningkat merupakan solusi yang tepat;

• Dalam masa inflasi, kebijakan defisit anggaran merupakan cara menstabilkan erekonomian;

• Dalam keadaan normal, kebijakan surplus anggaran merupakan cara untuk mempertahankan stailitas ekonomi;

• Penetapan kebijakan/politik anggaran sangat ditentukan oleh kondisi obyektif yang dihadapi pemeritah;

• Kelebihan pendekatan ini adalah bahwa pinjaman negara tidak akan meningkat, sedang kelemahannya, sektor swasta menjadi kurang bersemangat dan kurang percaya diri.

Page 10: Kebijakan Fiskal Dan Meneter

Stabilisasi anggaran otomatis (the stabilizing budget)

• Pengeluaran pemerintah ditentukan berdasarkan atas perkiraan manfaat dan biaya relatif dari berbagai program, dan jenis serta besaran pajak akan ditentukan, sehingga menimbulkan surplus dalam pereode kesempatan kerja penuh (full employment);

• Bila ada kemunduran dalam kegiatan usaha, program pengeluaran pemerintah dan pajak tidak akan diubah, namun penerimaan pajak akan menurun, khususnya dari pajak pendapatan;

• Jumlah pengeluaran pemerintah akan meningkat terutama dikaitkan dengan gaji, pensiun, bantuan sosial dsb, sehingga akibatnya defisit anggaran belanja pemerintah akan muncul dan mendorong sektor swasta kembali sampai tercapai kembali kesempatan kerja penuh;

• Sebaliknya dalam asa inflasi, ada kenaikan dalam penerimaan pemerintah yang berasal dari pajak pendapatan dan tidak perlu banyak tunjangan pengangguran, sehingga akan ada surplus dalam anggaran belanja;

• Peranan “built in flexibility” dapat ditingkatkan dengan penambahan pegeluaran pemeritah pada proyek-proyek pekerjaan umum.

Page 11: Kebijakan Fiskal Dan Meneter

Anggaran Belanja Berimbang (balanced budget approach)

• Merupakan modifikasi dari pembelanjaan atas dasar anggaran yang disesuaikan dengan keadaan (managed budget);

• Pembelanjaan berimbang yang diberlakukan dalam jangka panjang;• Diubah menjadi difisit pada masa depresi dan surplus pada masa inflasi;• Kegagalan dalam mempertahankan keseimbangan anggaran dalam jangka

panjang berdampak pada ketidak percayaan masyarakat terhadap pemerintah (distrust);

• Dalam masa depresi, pengeluaran pemerintah ditingkatkan tetaoi diikuti dengan peningkatan penerimaan, sehingga tidak akan memperbesar hutang negara;

• Apabila sudah mencapai kestabilan ekonomi, (dalam keadaan normal) anggaran berimbang kembali diberlakukan

Page 12: Kebijakan Fiskal Dan Meneter

TUJUAN KEBIJAKAN FISKAL

Secara umum tujuan Kebijakan Fiskal adalah untuk mencptakan stabililitas ekonomi yang lebih mantab, artinya tetap mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi yang wajar tanpa adanya pengangguran yang berarti di satu pihak atau adanya ketidak stabian harga-harga umum dilain pihak. Dengan kata lain, pendapatan nasional riil terus meningkat pada laju pertumbuhan ekonomi yang dimungkinkan oleh perubahan teknologi dan tersedianya faktor-faktor produksi dengan tetap mempertahankan stabilitas harga harga umum. Stabilitas harga tidak berarti kestabilian harga untuk semua sektor perekonomian, karena perubahan harga relatif sangat diperlukan bagi penyesuaian dalam perubahan teknologi, preferensi konsumen dan tersedianya faktor produksi, agar penggunaan optimum sumberdaya ekonomi dapat terealisai

Page 13: Kebijakan Fiskal Dan Meneter

Tujuan untuk mencegah pengangguran

• Mencegah pengangguran merupakan tujuan utama kebijakan fiskal;• Kegagalan dalam mencapai kesempatan kerja penuh (full employment)

bukan saja berarti tidak tercapainya tingkat pendapatan nasional, tetapi juga berarti laju pertumbuhan ekonomi tidak optimum dan juga berarti akan mengecewakan masyarakat yang tidak memperoleh kesempatan kerja (menganggur);

• Kesempatan kerja penuh adalah suatu keadaan dimana semua pemilik faktor produksi yang ingin mempekerjakannya pada tingkat harga atau upah yang berlaku dapat memperoleh pekerjaan bagi faktor faktor produksi tersebut;

• Konsep keempatan kerja penuh lebih menitikberatkan pada faktor tanaga kerja (manusia) karena hal faktor tersebut mempunyai pengaruh sosial yang sangat luas

Page 14: Kebijakan Fiskal Dan Meneter

Tujuan menciptakan stabilitas harga

• Menciptakan dan mempertahanan stabilitas harga umum pada tingkat yang wajar adalah tujuan penting dari Kebijakan fiskal;

• Penurunan yang tajam terhadap harga barang-barang umum, akan mendorong timbulnya pengangguran sumberdaya, karena sektor swasta akan kehilangan harapan memperoleh keuntungan, atau setidak-tidaknya keuntungan mereka semakin berkurang;

• Akibatnya investasi swasta, akan berkurang (bahkan tidak ada lagi) apabila harga –harga terus menurun;

• Sebaliknya harga harga umum yang terus meningkat, akan mendorong sektor swasta berinvestasi dengan harapan memperoleh keuntungan;

• Inflasi memang dapat menciptakan kesempatan kerja penuh dan memberikan keuntungan, tetapi juga akan mempersulit kehidupan rakyat, terutama yang berpenghasilan tetap;

• Inflasi yang terus menajam dan tak terkendali, cenderung melemahkan sektor swasta sendiri, karena kenaikan harga yang tak terkendali menyebabkan banyak spekulan yang mengambil keuntungan dengan cara menimbun barang, atau pemilik modal akan cenderung menginvestasikan uangnya dalam bentuk tanah, rumah , emas dan barang barang tahan lama lainnya.

Page 15: Kebijakan Fiskal Dan Meneter

Konflik tujuan

• Antara tujuan untuk mengurangi pengangguran (menciptakan kesempatan kerja) dengan menciptakan stabilitas harga, sering bertolak belakang, artinya tercapainya tujuan yang satu terkadang harus mengorbankan tujuan yang lain;

• Optimalisasi untuk menciptakan stabilitas harga, sering mempunyai akibat sampingan yang bersifat mengurangi kesempatan kerja, atau bahkan menambah pengangguran;

• Sebaliknya usaha mengurangi pengangguran sering dibarengi dengan adanya laju inflasi yang semakin meningkat;

• Kurva Philips menunjukkan adanya hubungan antara tingginya laju kenaikan harga dengan tingginya pengangguran, dengan kata lain, kenaikan harga akan diikuti dengan menurunnya tingkat penganggran dan sebaliknya penurunan harga akan diikuti dengan naiknya tingkat pengangguran;

• Persoalan pokok kebijakan fiskal dengan demikian adalah,bagaimana menyeimbangkan/menyelaraskan tercapainya kedua tujuan sekaligus, artinya baik inflasi (kenaikan harga) maupun depresi (penurunan harga) harus berada dalam batas-batas yang dapat dikendalikan oleh pemerintah, sesuai dengan tujuan kebijakan yang dipilihnya.

Page 16: Kebijakan Fiskal Dan Meneter

HUBUNGAN KEBIJAKAN FISKAL DAN KEBIJAKAN MONETER

• Antara kebijakan fiskal dan kebijakan moneter memiliki hubungan yang erat dan saling melengkapi dan atau memperkuat satu sama lain;

• Pada awalnya pemerintah pemerintah menggunakan kebijakan moneter untuk mencapai tujuan (mengurangi ketidak stabilan ekonomi) yakni dengan kebijakan uang ketat (tight money polecy) pada saat terjadi inflasi dan memperlonggar kredit (easy money polecy) pada saat terjadi depresi ;

• Kebijakan moneter dilakukan oleh Bank -Bank Umum dibawah kendali bank sentral; yakni dengan cara mempengaruhi jumlah uang beredar di masyarakat, sampai tercapai stabilitas perekonomian;

• Apabila kebijakan moneter tersebut ternyata tidak dapat menormalkan keadaan ekonomi ( stabilitas) maka pemerintah melengkapinya dengan kebijakan fiskal, kendati kebijakan fiskal cenderung kaku dan kurang bisa diterima oleh masyarakat, berbeda halnya dengan kebijakan moneter yang lebih luwes dan dalam banyak hal lebih dapat diterima oleh masyarakat.

Page 17: Kebijakan Fiskal Dan Meneter

KEBIJAKAN MONETER DAN SASARANNYA

• Kebijakan moneter adalah segenap upaya untuk mengendalikan jumlah uang beredar di masyarakat,

• Pada hakekatnya kebijakan moneter merupakan bagian integral dari kebijakan ekonomi makro, guna mendukung tercapainya berbagai sasaran akhir pembangunan ekonomi;

• Sasaran kebijakan moneter mencakup (1) pertumbuhan ekonomi; (2) perluasan kesempatan kerja; (3) stabilitas harga, dan (4) keseimbangan neraca pembayaran;

• Dibandingkan dengan negara maju, kebijakan fiskal di negara berkembang jauh lebih berat, karena disamping untuk menciptakan stabilitas harga, juga diarahkan untuk mendorong kegiatan pembangunan dan pemerataan hasil-hasilnya

Page 18: Kebijakan Fiskal Dan Meneter

Faktor faktor yang mempengaruhi kurang efektivitas kebijakanfiskal di Indonesia

• Kelembagaan yang belum memadai, terutama dalam tingkat pelaksanaanya;

• Tingkat monetisasi perekonomian relatif masih rendah, demikian pula tingkat penggunaan jasa per bankan;

• Peranan uang giral relatif masih rendah atau belum optimal;• Jaringan perbankan sekalipun sudah cukup luas dan didukung oleh

teknologi yang canggih, tetapi pasar uang dalam negeri masih belum cukup berkembang, sehingga piranti moneter belum dapat digunakan secara efektif dan efisien;

• Piranti moneter adalah berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan uang primer (yang merupakan kewajiban otoritas moneter) dan dikuasai otoritas moneter;

Page 19: Kebijakan Fiskal Dan Meneter

Pasar uang dan sektor riil

• Interaksi antara kekuatan penawaran dan permintaan terhadap uang beredar akan menentukan kondisi pasar uang;

• Kondisi pasar uang tercermin dari perkembangan tingkat suku bunga dan jumlah uang beredar;

• Interaksi antara pasar uang dan pasar barang, akan menentukan keadaan sektor riil yang meliputi : Pendapatan nasional, pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja, tingkat harga dan neraca pembayaran;

• Sebagai gambaran, bahwa peningkatan uang beredar akan mendorong masyarakat membelanjakan uangnya yang berarti akan meningkatkan permintaan akan barang dan jasa untuk konsumsi maupun untuk faktor –faktor produksi guna menjalankan investasi. Sepanjang kapasitas dan faktor faktor produksi masih tersedia, kenaikan permintaan tersebut akan meningkatkan produksi dan memperluas kesempatan kerja, namun apabila kapasitas produksi tidak memadai, maka hal tersebut akan mendorong kenaikan harga barang dan jasa dan menyulitkan neraca pembayaran, terutama berkenaan dengan permintaan akan barang-barang import.

Page 20: Kebijakan Fiskal Dan Meneter

KEBIJAKAN MONETER DALAM KERANGKA EKONOMI MAKRO

• Kebijakan moneter banyak dipengaruhi oleh berbagai variabel ekonomi; sementara disisi lain, kebijakan moneter secara langsung juga mempengaruhi kondisi moneter dan keuangan yang pada gilirannya akan mempengaruhi kondisi sektor riil;

• Implementasi kebijakan moneter tidak terpisah dengan kebijakan makro ekonomi lainnya ( kebijakan fiskal dan kebijakan sektoral) yang semuanya diarahkan pada tercapainya tujuan akhir yakni kesejahteraan masyarakat;

• Secara keseluruhan kebijakan moneter dan kebijakan fiskal (terkait dengan APBN) akan mempengaruhi sisi permintaan (demand side), sementara kebijakan sektoral (Departeman Teknis, dll ) akan mempengaruhi sisi penawaran ( suplay side) dari perekonomian;

• Kebijakan yang diterapkan secara bersamaan dapat saja memberikan pengaruh yang saling bertentangan, sehingga saling memperlemah (benturan kebijakan atau polecy conflic)

Page 21: Kebijakan Fiskal Dan Meneter

lanjutan

• Sebagai ilustrasi, dalam suatu perekonomian yang sedang mengalami tekanan inflasi, Bank Sentral pada umumnya melakukan pengetatan moneter, Sementara pada saat yang bersamaan, pemerintah melakukan ekspansi di sektor fiskal dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi. Bila kedua kebijakan tersebut tidak diharmonisasikan (dikombinasikan dengan baik) maka akan berakibat pada memanasnya aktivitas ekonomi, sehingga tujuan menekan inflasi tidak tercapai.

• Agar tidak terjadi benturan kebijakan, yang berakibat saling memperlemah satu sama lain, maka perlu ditempuh suatu bauran kebijakan (polecy mix) yang terkoordinasi dengan baik.

• Koordinasi antar kebijakan dimaksudkan agar kebjakan makro ekonomi dapat optimal, sehingga mengarah pada pencapaian sasaran secara keseluruhan, dan dampak yang kurang menguntungkan dapat dihindari

Page 22: Kebijakan Fiskal Dan Meneter

Skenario baruran kebijakan

skenario Keb,fiskal Keb.moneter keterangan

ekspansif ekspansif Efektif pada saat terjadi resesi

Kebijakanekspansif kontraktif Cenderung

menaikkan suku bunga pasar

kontraktif eksansif Tergantung kekuatan relatif

kontraktif kontraktif Efektif pada saat terjadi inflasi

Page 23: Kebijakan Fiskal Dan Meneter

ilustrasi

• Pada saat terjadi resesi ekonomi, dimana terjadi kelesuan ekonomi, ditempuh kebijakan fiskal dan moneter ekspansif, (lihat skenario 1)

• Pemerintah menaikkan pengeluaran, dan Bank sentral menurunkan suku bunga acuan, sehingga peredaran uang di masyarakat bertambah, pelaku ekonomi bergairah, karena banyak permintaan akan barang dan jasa, dan harga cenderung naik;

• Pertumbuhan ekonomi meningkat, pendapatan nasional meningkat, kesempatan kerja bertambah,pendapatan perkapita meningkat, dan akhirnya pendapatan pemerintah juga meningkat;

• Bila kapasitas produksi masih tersedia, kondisi perekonomian akan terus atraktif, tetapi jika kapasitas produksi dalam negeri sudah tidak sanggup merespon permintaan masyarakat, akan menaikkan import barang dari luar negeri dan pada akhirnya akan mempersulit neraca pembayaran

Page 24: Kebijakan Fiskal Dan Meneter

lanjutan

• Apabila terjadi benturan kebijakan antara fiskal dan moneter (lihat skenario 2 ) maka kebiasaan yang terjadi adalah adanya kecenderungan meningkatnya suku bunga pasar uang yang berlebihan yang pada gilirannya akan menghambat kegiatan investasi masyarakat;

• Ekspansi pemerintah yang berlebihan akan memberikan dampak negatif terhadap minat investasi oleh masyarakat. Fenomena ini disebut Crowding out;

• Apabila yang terjadi adalah (skenario 3) dimana terjadi kebijakan moneter ekspansif dan kebijakan fiskal kontraktif, maka akibatnya sangat ditentukan oleh kekuatan relatif dari masing masing kebijakan;

• Akbatnya, dapat kedua-duanya saling melemahkan, dan atau salah satu kebijakan menjadi lemah, akibat berbenturan dengan kebjakan lainnya

Page 25: Kebijakan Fiskal Dan Meneter

ilustrasi

• Baik (skenario 1) maupun (skenario 4) memiliki tigkat efektivitas yang tinggi, karena kedua bersifat searah dalam mencapai tujuan kebijakan (counter-cyclical);

• Skenario 4, ditempuh ketika perekonomian dalam keadaan bomming, dan dikhawatirkan akan terjadi inflasi yang tidak terkendali, sehingga pemerintah mangambil kebijakan fiskal kontraktif, sementara bank sentral juga mengambil kebijakan yang sama dan terkoordinasi dengan baik;

• Dampak yang ditimbulkan adalah, laju pertumbuhan ekonomi akan melambat secara moderat, sehingga dampak negatif yang dikhawatirkan dapat diantisipasi;

• Pertumbuhan ekonomi yang berlebihan dan tidak terkendali, akan mengakibatkan terjadinya inflasi yang tidak terkendali pula, sebaliknya depresi ekonomi yang berlebihan, juga akan mengakibatkan terjadinya kelesuan kegiatan ekonomi;

• Yang ideal adalah pertumbuhan ekonomi yang terkendali, sehingga akibat negatif yang timbul dapat diantisipasi secara dini.

Page 26: Kebijakan Fiskal Dan Meneter

MEKANISME TRANSMISI KEBJAKAN MONETER

• Mekanisme transmisi kebijakan moneter adalah tahapan tahapan yang dilalui oleh suatu kebijakan moneter hingga sampai mempengaruhi sektor riil;

• Tahapan dimulai sejak otoritas meneter menggunakan instrumen moneter dalam implementasi kebijakan moneternya sampai terlihat pengaruhnya terhadap aktivitas perekonomian, baik secara langsung maupun secara bertahap;

• Pengaruh tindakan otoritas meneter terhadap aktivitas perekonomian terjadi melalui berbagai saluran yakni (1) saluran uang atau langsung; (2) saluran suku bunga; (3) saluran kredit; (4) saluran nilai tukar; (5) saluran harga aset dan (6) saluran ekspektasi;

• Dalam bidang keuangan kebijakan moneter berpengaruh terhadap perkembangan suku bunga, nilai tukar, dan harga saham disamping volume dana masyarakat yang disimpan di bank , serta kredit yang disalurkan bank ke dunia usaha, penanaman dana pada obligasi dan saham;

• Sementara di sektr riil, kebijakan moneter selanjutnya mempengaruhi aktivitas konsumsi, investasi, produksi, eksport dan import serta harga-harga barang dan jasa pada umumnya.

Page 27: Kebijakan Fiskal Dan Meneter

Tahapan transmisi moneter

Tahap kegiatan

pertama Interaksi antara bank sentral dengan perbankan dan lembaga keuangan non bank dalam berbagai transaksi keuangan di pasar uang. Di satu sisi, Bank sentral melakukan operasi moneter melalui transaksi keuangan dgn dunia perbankan; di sisi lain perbankan dan lembaga keuangan non bank melakukan transaksi keuangan dalam portofolio investasinya, baik untuk kepentingan sendiri maupun masabahnya

Kedua Interaksi yang berkaitan dengan fungsi intermediasi, yaitu interaksi antara perbankan dengan lembaga keuangan non bank, dengan para pelaku ekonomi dalam berbagai aktivitas di sektor riil ( pasar barang)Perbankan berperan sebagai Lembaga intermediasi yakni memobilisasi dana masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk kredit dan pembiayaan lainnya kepada masyarakat dan dunia usaha

Page 28: Kebijakan Fiskal Dan Meneter

Saluran transmisi kebijakan moneter(saluran langsung)

Tahap aktivitaspertama Bank sentral melakukan operasi moneter untuk

mengendalikan uang beredar di masyarakat melalui pengaturan uang primer (base money) sebagai sasaran opersional

kedua Bank-bank umum mengelola likuiditasnya dalam bentuk cadangan (bank reserves) yang dapat dipergunakan sewaktu-waktu sebagai muara kegiatan utama bank-bank di bidang perkreditan dan pengerahan dana, yang pada gilirannya perubahan jumlah uang beredar di masyarakat akan mempengaruhi berbagai kegiatan ekonomi, khusnya inflasi dan output sektor riil

Page 29: Kebijakan Fiskal Dan Meneter

Saluran suku bunga

Tahap aktivitas

pertama Bank sentral melakukan operasi moneter untuk mempengaruhi suku bunga jangka pendek, seperti suku bunga SBI dan suku bunga pasar uang antar bank (PUAB).Perubahan ini akan memberikan pengarh pada suku bunga deposito yang ditawarkan bank ke masyarakat penabung, dan pada suku bunga kredit yang dibebankan bank kepada para debiturnya.

kedua Transmisi suku bunga dari sektor keuangan ke sektor riil, akan tergantung pada pengaruhnya terhadap permintaan konsumsi dan investasi. Pengaruh suku bunga terhadap konsumsi berkaitan erat dengan peranan bunga sebagai komponen pendapatan masyarakat dari deposito dan bunga kredit sebagai sumber pembiayaan konsumsi. Sementara itu pengaruh suku bunga terhadap investasi, terjadi karena bunga kredit merupakan biaya modal. Pengaruh suku bunga terhadap investasi dan konsumsi, selanjutnya akan berdampak pada permintaan agregat (agregat demand) yang pada gilirannya akan menentukan tingkat inflasi dan out put sektor riil.

Page 30: Kebijakan Fiskal Dan Meneter

Saluran kredit

Tahap aktivitas

pertama Interaksi antara bank sentral dengan perbankan terjadi di pasar uang domestik.Di satu sisi bank sentral melakukan operasi moneter sesuai tujuan opersional yang akan dicapai, sementara di sisi lain bank-bank melakukan transaksi di pasar uang untuk pengelolaan likuiditasnya. Interaksi ini tidak saja mempengaruhi perkembangan suku bunga jangka pendek di pasar uang, tetapi juga besarnya dana yang dialokasikan bank bank dalam instrumen likuiditas dan dalam pemberian kredit

kedua Transmisi kebijakan moneter ke sektor riil, melalui pemberian kredit yang dipengaruhi oleh berbagai faktor baik internal bank maupun eksternal.Perkembangan kredit perbankan selanjutnya akan berpengaruh terhadap sektor riil, seperti : kegiatan konsumsi, investasi, produksi dan pada gilirannya mempengaruhi harga-harga barang dan jasa.

Page 31: Kebijakan Fiskal Dan Meneter

Saluran nilai tukar

• Saluran nilai tukar menekankan pentingnya aspek perubahan harga aset finansial terhadap berbagai aktivitas perekonomian;

• Pentinya saluran nilai tukar dalam transmisi kebijakan moneter terletak pada pengaruh aset finansial dalam valuta asing yang berasal dari hubungan kegiatan ekonomi suatu negara dengan negara lain;

• Pengaruhnya bukan saja pada perubahan nilai tukar, tetapi juga pada aliran dana masuk dan keluar suatu negara yang terjadi antara lain karena aktivitas perdagangan antar negara, dan aliran modal investasi yang tercermin dala neraca pembayaran;

• Selanjutnya perubahan nilai tukar dan aliran dana dari dan keluar negeri, berpengaruh terhadap kegiatan ekonomi riil di negara yang bersangkutan;

• Kesimpulannya semakin terbuka perekonomian suatu negara, yang disertai dengan sistim nilai tukar mengambang dan sistim devisa bebas, maka akan semakin besar pula pengaruh nilai tukar dan aliran dana luar negeri terhadap prekonomian dalam negeri

Page 32: Kebijakan Fiskal Dan Meneter

lanjutan

tahap aktivitas

pertama Operasi moneter oleh Bank Sentral untuk mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap perkembangan nilai tukar. Pengaruh langsung dilankuan dengan melakukan intervensi jual beli valuta asing untuk menstabilkan nilai tukar. Pengaruh tidak langsung dilakukan dengan operasi moneter untuk menetapkan suku bunga yang tepat di pasar uang dalam negeri, sehingga mempengaruhi perbedaan suku bunga di luar negeri. Perbedaan suku bunga tersebut selanjutnya akan mempengaruhi besaran aliran dana dari dan keluar negeri

kedua Sebagai tindak lanjut dari perubahan nilai tukar, akan mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung terhadap perkembangan harga-harga barang dan jasa di dalam negeri.Pengaruh langsung terjadi karena perubahan nilai tukar mempengaruhi pola pembentukan harga, khususnya untuk barang import. Seentara pengaruh tidak langsung terjadi karena, perubahan nilai tukar mempengaruhi kegiatan eksport import yang pada gilirannya berdampak pada output, dan perkembangan harga-harga barang dan jasa.

Page 33: Kebijakan Fiskal Dan Meneter

Saluran harga aset

• Perubahan harga aset, baik aset finansial seperti obligasi dan saham, maupun aset fisik seperti properti dan emas banyak dipengaruhi secara langsung oleh kebijakan moneter;

• Perubahan suku bunga dan nilai tukar akan berpengaruh pada volume transaksi dan harga aset finansial dan aset fisik;

• Selanjutnya perubahan harga aset tsb pada gilirannya akan berdampak pada berbagai aktivitas di sektor riil, seperti permintaan terhadap konsumsi, baik karena perubahan kekayaan yang dimiliki (wealth effect) maupun karena perubahan tingkat pendapatan yang dikonsumsi sebagai akibat dari penanaman aset finansial dan aset fisik;

• Pengaruh harga aset terhadap sektor riil juga terjadi pada permintaan investasi oleh dunia usaha. Hal ini berkaitan dengan perubahan harga aset yang memberikan dampak pada biaya modal yang harus dikeluarkan dalam berproduksi dan berinvestasi, yang pada akhirnya akan mempengaruhi permintaan agregat, output dan inflasi

Page 34: Kebijakan Fiskal Dan Meneter

Saluran ekspektasi

• Dengan kondisi yang penuh ketidak pastian dewasa ini saluran ekspektasi menjadi begitu penting dalam mekanisme transmisi kebijakan moneter ke sektor riil;

• Para pelaku ekonomi dalam suasana seperti ini mendasarkan diri pada prospek ekonomi di masa depan. Mereka membentuk persepsi tertentu terhadap kecenderungan perkembangan ekonomi, kedepan yang tercermin dari indikator ekonomi dan keuangan;

• Ekspektasi para pelaku ekonomi tsb pada umumnya dipangaruh oleh informasi mengenai indikator ekonomi dan keuangan serta antisipasinya terhadap langkah-langkah kebijakan ekonomi dan moneter yang ditempuh oleh pemerintah dan bank sentral;

• Dalam konteks kebijakan moneter yang paling diperhatikan adalah ekspektasi inflasi oleh masyarakat.

• Teori ekspektasi menyatakan bahwa , apabila masyarakat cukup rasional, mereka akan mengambil tindakan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya inflasi, dengan cara membelanjakannya kedalam bentuk barang-barang ril, untuk mengurangi resiko bila inflasi benar-benar terjadi.

• Ekspektasi masyarakat terhadap inflasi (kenaikan harga) pada gilirannya akan mendorong kenaikan tingakt suku bunga, dan apabila kenaikan suku bunga lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan harga, secara riil rate of return atas aset finansial menurun, dan penurunan tersebut akan mendorong terjadinya pengalihan kekayaan ke bentuk aset riil.

Page 35: Kebijakan Fiskal Dan Meneter

lanjutan

• Apabila sebagian besar masyarakat atau bahkan seluruh masyarakat melakukan tindakan antisipasi seperti dijelaskan diatas, maka tindakan tersebut akan berimplikasi moneter yang sangat penting, yaitu :

• Pertama, kebijakan moneter menjadi tidak efektif, karena kebijakan tsb tidak mampu memengaruhi sektor riil, yaitu konsumsi, produksi dan investasi serta kesempatan kerja, karena yang terjadi hanyalah perubahan tingkat harga;

• Kedua, ekspektasi masyarakat terhadap inflasi akan benar-benar mengakibatkan inflasi, yang semula hanya merupakan dugaan, justru menjadi kenyataan;

• Oleh karena itu, diperlukan kebijakan moneter yang kredibel, karena semakin kredibel kebijakan moneter, maka semakin rendah deviasi ekspektasi masyarakat dari sasaran inflasi yang ditetapkan oleh bank sentral, yang pada gilirannya akan semakin kecil distorsi yang ditimbulkan terhadap perkembangan output dan pencapaian sasaran inflasi.

Page 36: Kebijakan Fiskal Dan Meneter

TEORI KEBIJAKAN MONETER

• KERANGKA KEBIJAKAN MONETER• STRATEGI KEBIJAKAN MONETER• EFEKTIVITAS KEBIJAKAN MONETER

Page 37: Kebijakan Fiskal Dan Meneter

KERANGKA KEBIJAKAN MONETER

• Kerangka umum kebijakan moneter terdiri atas unsur target, indikator dan instrumen kebijakan moneter;

• Target kebijakan moneter, sama dengan target kebijakan fiskal dan kebijakan sektoral, yakni : (1) terciptanya stabilitas harga; (2) pertumbuhan ekonomi; (3) terbukanya kesempatan kerja dan (4) keseimbangan neraca pembayaran;

• Indikator kebijakan moneter adalah sejumlah variabel yang ingin dikontrol oleh bank sentral agar target (sasaran) akhir tersebut dapat dicapai;

• Indikator tersebut merupakan sasaran antara (intermediate target) dalam usaha mencapai sasaran akhir dari kebijakan moneter;

• Sasaran antara dimaksud adalah : (1) besaran moneter ( M1, M2 dan kredit) ; (2) suku bunga;

• Instrumen kebijakan moneter adalah sejumlah variabel (operasi pasar terbuka, cadangan wajib minimum, fasilitas diskonto dan imbauan) yang dimiliki dan sepenuhnya dapat digunakan oleh bank sentral untuk mengontrol indikator sedemikian rupa sehingga target yang ditetapkan dapat dicapai

• Adapun sasaran operasional dalam penggunaan instrumen kebijakan moneter guna mencapai sasaran antara adalah uang primer (M0) dan reserve bank

Page 38: Kebijakan Fiskal Dan Meneter

Gambar kerangka umum kebijakan fiskal

instrumen Sasaran operasional

Sasaran antara Sasaran akhir

Operasi pasar; Cadangan wajib minimal;Fasilitas diskonto;Himbauan

-Uang primer;- reserve Bank

-Besaran moneter (M1, M2 dan kredit;-Suku bunga

-Stabilitas harga ;-Pertumbuhan ekonomi;-Kesempatan kerja;-Keseimbangan neraca pembayaran

Page 39: Kebijakan Fiskal Dan Meneter

Penjelasan gambar

• Bank sentral pertama-tama menetapkan target kebijakan yang akan dicapai, apakah stabilitas harga, pertumbuhan ekonomi, terbukanya kesempatan kerja atau keseimbangan neraca pembayaran;

• Target tersebut ditetapkan untuk mendukung kebijakan ekonomi makro yakni terwujudnya kesejahteraan rakyat;

• Berhubung bahwa variabel variabel utama pasar uang, yakni suku bunga dan jumlah uang beredar mempunyai peranan yang sangat menentkan dapat dicapainya target atau tidak maka tahap selanjutnya adalah;

• Memilih variabel pasar uang yang paling tepat untuk dikontrol, agar perkembangannya dapat mencapai sasaran;

• Indikator pasar uang sering bergejolak sesuai dengan perubahan perubahan yang terjadi pada kekuatan kekuatan yang bergerak di pasar uang, yaitu berupa permintaan dan penawaran uang;

• Indikator yang dipilih harus dapat dikendalikan, kearah perkembangan yang menunjang pencapaian target yang telah ditentukan;

• Pengendalian dilakukan oleh bank sentral dengan menggunakan instrumen moneter yang dimiliki, yakni reserve requirement, open market operation dan discount rate policy

Page 40: Kebijakan Fiskal Dan Meneter

Trade off antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi

• Idealnya tujuan/sasaran kebijakan eknomi makro dan utamanya kebijakan fiskal dapat dicapai secara serempak dan optimal;

• Kenyataan menunjukkan bahwa upaya pencapaian tujuan tersebut tidak dapat direalisir, karena adanya unsur-unsur yang bersifat kontradikstif dalam proses pencapaian semua tujuan;

• Sebagai ilustrasi, apabila bank sentral melakukan ekspansi moneter untuk mendorong tingakt pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan kerja, tindakan tersebut akan berakibat negatif terhadap stabilitas harga dan keseimbangan neraca pembayaran;

• Ekspansi yang berlebihan akan mendorong laju inflasi, yang pada gilirannya akan mempengaruhi kegiatan eksport, import barang dan jasa. Sebaliknya kebijakan moneter yang ketat akan menunjang stabilitas harga dan keseimbangan neraca pembayaran, namun kebijakan tsb akan mendorong kenaikan suku bunga yang pada akhirnya akan berakibat menghambat investasi dan produksi dan akibat lebih lanjut adalah memperlambat pertumbuhan ekonomi dan meluasnya tingkat pengangguran

Page 41: Kebijakan Fiskal Dan Meneter

Pilihan kebjakan

• Sebagai otoritas moneter, Bank Sentral dihadapkan pada pilihan, berkenaan dengan trade off antara pertumbuhan ekonomi dan inflasi;

• Pertama , Bank sentral dapat memilih salah satu dari sasaran untuk dicapai secara optimal dengan mengabaikan sasaran lainnya. Misalnya, memilih tingkat pertumbuhan yang tinggi dengan mengabaikan tingkat inflasi;

• Kedua, Bank sentral memilih pencapaian semua sasaran secara serempak, tetapi tidak ada satupun yang dapat dicapai secara optimal, misalnya menginginkan pertumbuhan ekonomi yang relatif rendah, demi tetap terpeliharanya stabilitas harga.

• Pilihan terhadap sasaran mana yang akan dicapai, sangat ditentukan oleh kondisi obyektif perekonomian negara yang dihadapi

Page 42: Kebijakan Fiskal Dan Meneter

Indikator kebijakan moneter

• Indikator kebijakan fiskal memiliki peranan yang penting, karena berfungsi sebagai kompas penunjuk arah, apakah kebijakan yang diambil mengarah pada pencapaian sasaran atau tidak, sekaligus sebagai alat pengukur sejauh mana hasil dari kebijakan moneter yang diambil.

• Indikator atau intermediate target terdiri atas variabel-variabel ekonomi yang mempengaruhi keseimbangan pasar uang.

• Ada dua pilihan variabel yang dapat digunakan, yakni tingkat suku bunga (interest rate) dan julah uang beredar (monetary agregat)

• Sebagai gambaran apabila Bank sentral menetapkan bahwa suku bunga adalah x % per tahun, adalah tingkat suku bunga ideal untuk mndorong kegiatan investasi yang pada giirannya akan mendorong pertumbuhan ekonomi pada tingkat tertentu. Untuk mencapai sasaran pertumbuhan ekonomi tsb dibutuhkan waktu yang cukup panjang. Apabila dengan perjalanan waktu, ternyata suku bunga meningkat melebihi x%, maka bank sentral akan melakukan ekspansi moneter dengan harapan suku bunga turun, demikian pula sebaliknya, apabila suku bunga turun dibawah x%, maka Bank sentral akan melakukan kontraksi moneter;

• Dari gambaran tsb, terlihat bahwa kebijakan moneter suku bunga akan dipengaruhi sedemikian rupa sehingga tetap stabil, sementara itu jumlah uang beredar akan bergejolak naik turun demi mempertahankan suku bunga tetap pada tngkat yg diinginkan. Bergejolaknya uang beredar akan mengganggu stabilitas harga.

Page 43: Kebijakan Fiskal Dan Meneter

lanjutan

• Jumlah uang beredar, sebagai indikator, akan memberikan dampak posisitf, yaitu tingkat harga yang stabail, sebab apabila jumlah uang beredar bergejolak, maka bank sentral akan melakukan ekspansi, atau kontraksi moneter, sampai jumlah uang beredar relatif konstan pada suatu jumlah yang ditetapkan;

• Konsekuensi dari tindakan tersebut akan berakibat pada bergejolaknya suku bunga, karena permintaan akan uang tidak diimbangi dengan penawaran akan uang.

• Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa baik suku bunga maupun uang beredar, selain sebagai indikator, juga berfungsi sebagai sasaran antara yang ingin dikontrol oleh bank sentral dalam mencapai sasaran target akhir yang teah ditentukan

Page 44: Kebijakan Fiskal Dan Meneter

INSTRUMEN KEBIJAKAN MONETER

• Untuk mengontrol baik suku bunga maupun uang beredar bank sentral perlu melakukan intervensi dengan menggunakan instrumen kebijakan yang dimiliki;

• Secara umum instrumen kebijakan moneter, dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) bagian yakni saluran langsung dan saluran tidak langsung;

• Saluran langsung terdiri dari : (1) Penetapan suku bunga; (2) Pagu kredit; (3) Rasio likuiditas; (4) Kredit langsung, dan (5) kuota penjualan kembali surat berharga;

• Sedangkan Instrumen tidak langsung terdiri dari : (1) Cadangan wajib minimal (2) Fasilitas diskonto dan rediskonto; (3) Operasi pasar terbuka (OPT); (4) Fasilitas simpanan bank Sentral; (5) Intervensi Valuta Asing (Valas); (6) Fasilitas Overdraft; (7) Simpanan Sektor Pemerintah; (8) Lelang Kredit; (9) Moral suasion)

Page 45: Kebijakan Fiskal Dan Meneter

Penetapan suku bunga

• Bank Sentral menetapkan tingkat suku bunga, baik suku bunga simpanan, maupun suku bunga pinjaman;

• Dengan penetapan tingkat suku bunga tersebut, Bank Sentral dapat melakukan ekspansi atau kontraksi moneter, sesuai kebutuhan;

• Namun demikian semakin mengglobalnya perkonomian dunia, penetapan suku bunga makinke hari, makin tidak efektif;

• Efektivitas penetapan suku bunga akan sangat tergantung pada penegakan dari pihak regulator dalam hal ini bank sentral;

• Indonesia pernah menggunakan instrumen ini, namun sekarang tidak lagi, dan besaran suku bunga, baik simpanan maupun pinkaman dilepas ke mekanisme pasar

Page 46: Kebijakan Fiskal Dan Meneter

Pagu kredit

• Instrumen ini, dipergunakan oleh Bank sentral untuk menjaga likuiditas di pasar dengan cara menetapkan besaran maksimum (Pagu Kredit) Perbankan yang dapat disalurkan (credit ceilings) ;

• Berapa jumlah maksimum bank menyalurkan kreditnya diatur oleh otoritas moneter ( Bank Sentral);

• Dengan pembatasan jumlah kredit tersebut, uang beredar dapat dikendalikan;

• Pagu Kredit dinaik-turunkan sesuai kebutuhan

Page 47: Kebijakan Fiskal Dan Meneter

Rasio likuiditas

• Untuk keperluan tertentu, Bank Sentral dapat mewajibkan bank-bank, memeliharan cadangan tertentu, memelihara surat berharga tertentu, atau valuta asing tertentu, dengan proporsi yang ditetapkan;

• Biasanya langkah ini dilakukan untuk membiayai anggaran pemerintah melalui surat berharga;

• Dengan rasio likuiditas tersebut, secara otomatis bank-bank wajib menyimpan surat berharga sebagai cadangan

Page 48: Kebijakan Fiskal Dan Meneter

Kredit langsung

• Pada era pasca krisis kita mengenal kredit likuiditas, dimana bank Indonesia memberikan kredit untuk keperluan rioritas tertentu, misalnya program /proyek tertentu yang sedang digalakkan oleh pemerintah;

• Kredit langsung ini merupakan bentuk instrumen langsung yang dikendalikan oleh Bank Sentral;

• Instrumen ini sekarang tidak dipergunakan lagi, karena dinilai terlalu mahal

Page 49: Kebijakan Fiskal Dan Meneter

Kuoto penjualan kembali Surat Beharga

• Bank Sentral dapat menetapkan kuota untuk penjualan surat berharga yang belum jatuh tempo;

• Biasanya ditransaksikan dengan tingkat bunga dibawah tingkat bunga pasar uang antar bank;

• Instrumen ini, tidak ubahnya pemberian kredit bank sentral secara langsung, hanya saja dijamin dengan surat berharga pasar uang;

• Kuota biasanya diberikan sebagai insentif kepada sektor tertentu;• Ada juga instrumen lain (langsung) yang digunakan pada saat –saat tertentu, yakni ketika

inflasi sudah sedemikian parah dan sulit diatasi,yakni dengan cara : pengguntingan uang, pembersihan uang

• Pengguntingan uang pernah dilakukan di Indonesia pada tahun 1950 yang dikenal dengan gunting safrudin

• Ada juga instrumen langsung lainnya, yakni penetapan uang muka import;• Melalui penetapan uang muka import, importir yang akan melakukan transaksi

pembelian dari luar negeri, diwajibkan menyetorkan sejumlah persentase tertentu sebagai uang muka untuk pembelian valuta asing, Dengan cara ini uang beredar akan berkurang

Page 50: Kebijakan Fiskal Dan Meneter

Cadangan wajib minimum

• Cadangan wajib minimum (reserve requirement) merupakan ketentuan bank sentral yang mrewjibkan bank-bank untuk memelihara sejumlah alat-alat likuid (reserve) sebesar persentase tertentu dari kewjiban lancarnya;

• Semakin kecil persentase cadangan wajib minimum berarti semakin besar kemampuan bank untuk memberikan pinjaman dalam jumlah yang lebih besar. Demikian pula sebaliknya;

• Cadangan dapat dijaga daam bentuk kas, atau dalam bentuk rekening giro, di bank sentral;

• Biasanya cadangan dibedakan dalam bentuk cadangan primer dan cadangan sekunder;

• Cadangan wajib minimum pada umumnya lebih mengacu pada cadangan primer, sementara cadangan sekunder merupakan tabahan dalam bentuk surat berharga;

• Apabila cadangan diturunkan, berarti terjadi ekspansi moneter, sementara apabila dinaikkan berarti terjadi kontraksi moneter

Page 51: Kebijakan Fiskal Dan Meneter

Fasilitas diskonto dan rediskonto

• Fasilitas diskonto (discount rate polecy) adalah kebijakan moneter dalam mempengaruhi jumlah uang beredar melalui pengaturan suku bunga pemberian kredit bank sentral kepada bank-bank;

• Bila bank sentral menetapkan tingkat diskonto lebih tinggi, maka bank –bank akan mengurangi permintaan kredit dari bank sentral, yang pada gilirannya akan mengurangi kemampuan bank bank untuk memberikan pinjaman, sehingga jumlah uang beredar akan menurun;

• Sebaliknya bila bank sentral menetapkan tingkat diskonto lebih rendah, bank-bank akan meningkatkan permintaan kredit ke bank sentral untuk disalurkan lebih lanjut, berupa pemberian pinjaman, sehingga jumlah uang beredar akan bertambah

Page 52: Kebijakan Fiskal Dan Meneter

Operasi Pasar Terbuka

• Operasi Pasar Terbuka (OPT) merupakan instrumen yang paling banyak digunakan oleh otoritas moneter dalam melaksanakan kebijakan moneter, mengingat instrumen ini lebih berorientasi pasar dan arah kebijakan lebih mudah ditangkap oleh pelaku pasar, serta tidak membebankan pajak pada bank;

• OPT adalah kegiatan bank sentral melakukan jual beli surat berharga jangka pendek dalam rangka mengatur jumlah uang beredar atau suku bunga jangka pendek;

• Bila bank sentral bermaksud mengurangi jumlah uang beredar, bank sentral akan menjual surat berharga kepada bank-bank agar, reserve bank-bank berkurang, sehingga kemampuan bank bank untuk memberikan pinjaman menurun, sehingga jumlah uang beredar menurun ( Kontraksi moneter);

• Demikian pula sebaliknya, bila bank sentral bermaksud menambah jumlsh uang beredar,maka bank sentral akan membeli surat-surat berharga untuk menambah kemampuan bank-bank memberika pinjaman, sehngga jumlah uang beredar bertambah ( ekspansi moneter)

• Pembelian atau penjualan surat-surat berharga tersebut dapat juga dilakukan bank sentral langsung kepada masyarakat, agar langsung dapat menambah/mengurangi jumlah uang beredar

Page 53: Kebijakan Fiskal Dan Meneter

Intervensi valuta asing

• Istrumen ini memiliki karakteristik hampir sama dengan OPT;• Bank Sentral melakukan jual beli valas dengan mata uang

sendiri (rupiah);• Cara ini untuk mempengaruhi jumlah uang beredar, yang

dalam praktiknya, intervensi valas ini banyak dilakukan untuk menstabilkan (smothing) pergerakan nilai tukar rupiah;

• Dalam sistim nilai tukar mengambang (floating exchange rate system), intervensi jual valas dimaksudkan untuk memperkuat mata uang rupiah, sementara, untuk intervensi beli valas adalah untuk mengurangi kecenderungan menguatnya mata uang rupiah

Page 54: Kebijakan Fiskal Dan Meneter

Fasilitas over draft

• Bank sentralmemberikan pinjaman jangka pendek kepada bank-bank yang mengalami kesulitan likuiditas jangka sangat pendek (harian);

• Kesulitan likuiditas jangka pendek terjadi, pada saat kliring bank akan terjadi menang atau kalah;

• Menang berarti kewajibannya (hutang) lebih kecil daripada tagihannya kepada bank-bank, sedangkan kalah berarti kewajibannya (hutang) lebih besar daripada tagihannya kepada bank-bank;

• Dalam kondisi kalah kliring, bank harus enyediakan likuiditas untuk menutupi kewajiban tersebut;

• Dalam situasi seperti inilah, bank dapat meminjam kepada bank sentral melalui fasilitas overdraft, dimana pinjaman ini memiliki tingkat suku bunga diatas bunga pasar

Page 55: Kebijakan Fiskal Dan Meneter

Simpanan Sektor Pemerintah

• Simpanan sektor pemerintah dapat menjadi instrumen tidak langsung yang kerap digunakan oleh banyak negara;

• Si mpanan sektor pemerintah dapat dipindahkan, dari bank umum ke bank sentral atau sebaliknya;

• Langkah ini secara tidak langsung akan berdampak pada uang beredar;• Ketika uang beredar terlalu banyak (inflasi) dilakukan realokasi simpanan

pemerintah di bank umum ke bank sental (kontraksi moneter);• Sebaliknya dalam keadaan resesi dimana uang beredar sangat kurang,

maka dilakukan realokasi simpanan dari bank sentral ke bank umum , atau bank pelaksana (ekspansi moneter)

Page 56: Kebijakan Fiskal Dan Meneter

Lelang kredit

• Dalam kondisi pasar uang belum berkembang dan suku bunga acuan antar bank belum terbentuk, bank sentral memerlukan instrumen sementara untuk mengubah sistem pemberian kredit langsung ke alokasi pasar;

• Untuk melaksanakan maksud tersebut, bank sentralmelakukan lelang kredit

Page 57: Kebijakan Fiskal Dan Meneter

Moral suasion

• Moral suasion atau himbauan dapat menjadi instrumen tidak langsung dalam kebijakan moneter;

• Bank sentral/otoritas moneter memberi himbaua n kepada bank-bank umum ( PerBankan) untuk melakukan langkah tertentu yang dibutuhkan;

• Efektivitas instrumen ini sangat tergantung pada kredibilitas bank sentral

Page 58: Kebijakan Fiskal Dan Meneter

STRATEGI KEBIJAKAN MONETER

• Secara siklikal (siklus) perekonomian mengalami pereode dimana kegiatan ekonomi menurun sampai titik balik terendah, (resesi) untuk kemudian diikuti, oleh pereode dimana kegiatan ekonomi meningkat sampai titik balik tertinggi (Boom);

• Siklus masa resesi dan masa boom terjadi secara bergantian dan berlangsung dari waktu, ke waktu yang dikenal dengan bussiness cycle;

• Pada saat resesi, biasanya ditandai dengan banyaknya pengangguran yang tinggi yang disebabkan oleh lesunya kegiatan ekonomi , sedangkan pada masa boom biasanya ditandai dengan inflasi yang disebabkan oleh naiknya ongkos-ongkos produksi sebagai akibat kegiatan ekonomi yang meningkat;

• Dari kacamata moneter, kelesuan ekonomi, akan mengakibatkan demand for money untuk keperluan transaksi menurun, sebaliknya pada saat boom, demand for money untuk keperluan ransaksi meningkat;

Page 59: Kebijakan Fiskal Dan Meneter

lanjutan

• Untuk mengahadapi gejolak perekonomian tersebut, ada dua pendapat yang berbeda di kalangan ahli moneter mengenai strategi apa yang semestinya diterapkan oleh bank sentral;

• Pertama, Bank sentral perlu secara aktif melakukan tindakan moneter, untuk memperlunak konjungtur sedemikian rupa, sehingga gelombang konjungtur menjadi lebih lunak. Kebijakan ini dikenal sebagai counter cyclical monetary policy;

• Kedua, Sebaliknya bank sentral bertindak pasif, usaha untuk melunakkan gelombang konjungtur/fluktuasi perekonomian, hendaknya dihindari, dan kebijakan moneter diarahkan agar siklus bisnis berjalan secara wajar (accomodative monetery policy)

• Pendukung counter cyclical monetary policy mangatakan bahwa pada saat perekonomian akan mengalami resesi, bank sentral harus menempuh strategi kebijakan moneter ekspansif, demikian pula sebaliknya pada saat boom bank sentral harus melakukan strategi kebijakanmoneter yang bersufat kontraktif untuk memperlambat perekonomian, agar terhindar dari inflasi

Page 60: Kebijakan Fiskal Dan Meneter

Masalah pokok dalam formulasi kebijakan moneter

• Pertama. Yakni menentukan monetery aggregate mana yang akan dipilih, apakah base money/reserve money (RM), narrow money (M1) atau Broad money (M2)

• Kedua, adalah menentukan besarnya monetary aggregate yang dilakukan dengan langkah langkah : (1) menformulasikan fungsi demand for money, yakni mencari hubungan fungsional demand for money dengan variabel-variabel ekonomi seperti tingkat pendapatan, tingkat harga dan tingkat bunga; (2) Melakukan proyeksi tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, dan tingkat bunga untuk suatu ereode yang akan datang; (3) Memperkirakan tingkat pendapatan, harga dan tingkat bunga tsb, selanjutnya disubtitusikan kedalam fungsi demand for money, sehingga akan diperoleh besarnya monetary aggregate yang diminta oleh perekonomian tsb untuk masa yang akan datang;

• Besarnya monetary aggregate tsb, merupakan sasaran perencanaan oneter bank sentral, artinya bank sentral akan mengatur pasokan uang baik secara langsung maupun tidak langsung, sama besarnya dengan permintaan uang, sehingga proyeksi pertumbuhan ekonomi, tingkat harga dan suku bunga dapat dicapai.

Page 61: Kebijakan Fiskal Dan Meneter

EFEKTIVITAS KEBIJAKAN MONETER

• Efektivitas kebjakan moneter diukur berdasarkan tujuan yang akan dicapai, tetapi sejauh mana kebijakan moneter efektif terdapat dua pendapat yakni;

• Pertama, Natural Rate Hypothesis berpendapat bahwa kebijakan moneter hanya efektif dalam jangka pendek dan menjadi tidak efektif untuk jangka panjang;

• Kedua, Rational expectation hypothesis berpendapat bahwa kebijakan moneter tidak efektif baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang;

Page 62: Kebijakan Fiskal Dan Meneter

Pajak dan belanja pemerintah sebagai instrumen kebijakan fiskal

• Pajak dan Belanja/Pengeluaran Pemerintah merupakan instrumen kebijakan fiskal yang dapat diperguanakan untuk, mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, perluasan kesempatan kerja, dan stabilitas harga barang dab jasa;

• Pajak sebagai instrumen kebijakan karena memiliki beberapa fungsi, yakni (1) fungsi anggaran, (2) fungsi pengatur perekonomian, (3) fungsi stabilisasi dan (4) fungsi re distribusi pendapatan;

• Disamping hal tersebut sistem perpajakan dapat digunakan untuk menghalangi dihasilkannya barang-barang tertentu yang tidak dikehandaki pemerintah, disaming dapat juga digunakan untuk mencegah konsumsi barang barang tertentu yang diperkirakan mengganggu kesehatan atau dinilai kurang penting;

• Sebaliknya dengan keringanan pajak/penghapusan pajak, pemerintah dapat mendorong majunya kegiatan tertentu yang dikehendaki pemerintah.

Page 63: Kebijakan Fiskal Dan Meneter

Pengaruh pajak terhadap perekonomian

• Pajak dapat berpengaruh terhadap kemauan dan kemampuan orang untuk bekerja dan mengadakan investasi;

• Atas dasar hal tersebut, maka sistem perpajakan harus dibuat sedemikian rupa sehingga jangan sampai masyarakat/perekonomian kehilangan kemampuan dan kemauannya untuk bekerja maupun berinvestasi, tetapi sebaliknya justru mendorong orang untuk kegiatan produksi dan investasi;

• Secara umum pajak akan mengurangi kemampuan berproduksi dan berinvestasi, tetapi juga dapat sebaliknya;

• Mendorong atau menghambat sangat ditentukan oleh jenis dan obyek pajak yang bersangkutan;

• Sebagai fungsi anggaran, pajak menjadi sumber penerimaan negara untuk membiayai pembangunan disatu fihak, sementara di fihak lain dapat mengekang laju inflasi, dapat dipergunakan untuk mengarahkan investasi kearah penggunaan sosial yang paling tinggi

Page 64: Kebijakan Fiskal Dan Meneter

lanjutan

• Melalui pajak , khususnya pajak langsung, pemerintah dapat melakukan redistribusi pendapatan , yang berarti pajak menjadi insrumen pula untuk mewujudkan rasa keadilan dan pemerataan .

• Selanjutnya pajak dan tarif import dapat digunakan oleh pemerintah untuk melakukan re alokasi faktor-faktor produksi;

• Bahan baku dan alat alat mesin yang bersifat padat karya dikenakan tarif rendah, dengan tujuan akan serapan tenaga karja dan penggunaan bahan baku dalam negeri dapat lebih diperbesar; demikian pula sebaliknya untuk produksi yang bersifat padat modal dikenakan tarf yang tinggi;

Page 65: Kebijakan Fiskal Dan Meneter

Pengaruh Pengeluaran/Belanja Pemerintah

• Secara sederhana pengeluaran pemerintah dapat dikelompokkan dalam bagian belanja yang bersifat rutin dan bagian belanja pembangunan;

• Sekalipun belanja yang bersifat rutin bersifat konsumtif, tetapi tetap saja akan mendorong pertumbuhan ekonomi, karena semakin banyaknya kebutuhan barang dan jasa yang dikonsumsi, berarti akan semakin mendorong para produsen untuk menyediakan barang/jasa tersebut, yang berarti akan terbuka kesempatan kerja dan pada gilirannya akan menguarangi angka pengangguran;

• Sementara anggaran pembangunan/investasi disusun untuk mencerminkan pola pola kebijakan, prioritas dan program program pembangunan untuk setiap tahun anggaran;

• Dampak anggaran pembangunan terhadap pertumbuhan ekonomi dan perubahan struktur perekonomian ditentukan oleh besaran alokasi belanja pembangunan sektoral;

• Alokasi belanja sektor pertanian yang besar, akan memberikan kontribusi pendapatan nasional dari sektor pertanian, demikian pula bila alokasi belanja sektor industri dan perdagangan besar, maka akan menciptakan pendapatan nasional yang besar dari sektor industri dan perdagangan;

• Perubahan alokasi belanja sektoral, berpengaruh terhadap penciptaan GDP sektoral dan pada gilirannya akan merubah struktur perekonomian nasional.