38
POTENSI WISATA KAWASAN KONSERVASI LAUT DAERAH PULAU BIAWAK KABUPATEN INDRAMAYU Dosen: Prof. Dr. Hadi Susilo Arifin Disusun oleh: NUR IKHSANUDIN P052140751 PROGRAM STUDI PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2015

kebijakan dan pengelolaan ekowisata

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kebijakan dan pengelolaan ekowisata KKLD Pulau Biawak

Citation preview

Page 1: kebijakan dan pengelolaan ekowisata

POTENSI WISATA KAWASAN KONSERVASI LAUT DAERAH

PULAU BIAWAK KABUPATEN INDRAMAYU

Dosen:

Prof. Dr. Hadi Susilo Arifin

Disusun oleh:

NUR IKHSANUDIN P052140751

PROGRAM STUDI PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM

DAN LINGKUNGAN

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2015

Page 2: kebijakan dan pengelolaan ekowisata

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan kekuatan dan senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya

kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul “POTENSI WISATA

PULAU BIAWAK KABUPATEN INDRAMAYU”. Karya tulis ini merupakan

salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Kebijakan dan Manajemen

Ekowisata Sekolah Pascasarjana Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Institut Pertanian Bogor.

Penulis sudah berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan

penulisan karya tulis ini, namun tidak menutup kemungkinan masih banyak

kekurangan yang membutuhkan masukan baik berupa kritik maupun saran yang

bersifat membangun dari semua pihak.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis sangat banyak mendapat bantuan dari

berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih

kepada: Prof. Dr. Hadi Susilo Arifin yang membimbing dan mengarahkan selama

mata kuliah Kebijakan dan Manajemen Ekowisata, semoga selalu diberi kesehatan

dan kebahagiaan. Penulis juga mengucapkan kepada Bapak Masduki dan Ibu

Tasmiyah yang merupakan kedua orang tua penulis yang selalu mendukung dan

mendoakan dari kampong halaman yang selalu dirindukan, semoga diberi panjang

umur dan selalu istiqamah.

Penulis juga sampaikan terima kasih kepada teman-teman satu kelas yang

sama-sama menimba ilmu di mata kuliah Kebijakan dan Manajemen ekowisata:

Pak Widodo dan Bu Ernesta yang dianggap paling senior semoga sukses dengan

danau Sentarum dan danau Kelimutunya, Mas Gema semoga menajadi pemburu

foto burung handal, Muaz semoga sukses dengan ombak bono, dan perempuan luar

biasa penggila traveling Mbak Intan, Ichi, Cici, Cinni, Tyas dan Nde.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih untuk semua warga PSL 2014,

semoga kita sukses dengan ilmu yang luar biasa dan penuh perjuangan untuk

mendapatkannya.

Bogor, April 2015

Nur Ikhsanudin

Page 3: kebijakan dan pengelolaan ekowisata

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR TABEL iii

DAFTAR GAMBAR iv

BAB I: PENDAHULUAN 1

1.1 LATAR BELAKANG 1

2.1 TUJUAN 2

BAB II: METODE 3

2.1. LOKASI 3

2.2. PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA 3

BAB III: ANALISIS SITUASIONAL 4

BAB IV: ANALISIS SUPPLY WISATA 7

4.1 Wisata Alam 7

4.2 Wisata Ziarah 8

4.3 Mercusuar 8

4.4 Transportasi dan Penginapan 8

BAB V: ANALISIS DEMAND WISATA 10

BAB VI: ANLISIS DAYA DUKUNG 15

BAB VII: ANLISIS KELAYAKAN 18

BAB VIII: REKOMENDASI 29

DAFTAR PUSTAKA 31

Page 4: kebijakan dan pengelolaan ekowisata

iii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Data kunjungan wisatawan KKLD Pulau Biawak (2000-2012) 10

Tabel 4.2 Data kunjungan wisatawan KKLD Pulau Biawak (2011-2013) 13

Tabel 7.1 Daftar penelitian yang dilakukan di KKLD Pulau Biawak 22

Page 5: kebijakan dan pengelolaan ekowisata

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta KKLD Pulau Biawak dalam skala 1:350.000 3

Gambar 3.1 Peta spasial KKLD Pulau Biawak dalam skala 1;75.000 5

Gambar 5.1 Grafik trend perkembangan pengunjung KKLD Pulau Biawak (2000-

2012) 11

Gambar 5.2 Grafik Tren kunjungan wisata KKLD Pulau Biawak berdasarkan

kategori (2000-2012) 11

Gambar 5.3 Grafik Variasi tujuan kunjungan (2011-2013) 13

Gambar 5.4 Grafik Tipe Kunjungan 14

Gambar 6.1 Peta spasial KKLD Pulau Biawak sesuai zonasi 16

Gambar 6.2 Zonasi Pulau Biawak 17

Gambar 7.1 Bagan keterkaitan ekosistem mangrove, lamun, dan terumbu

karang 19

Gambar 7.2 Foto kawasan hutan mangrove KKLD Pulau Biawak 20

Gambar 7.3 Panorama ekosistem terumbu karang KKLD Pulau Biawak 24

Gambar 7.4 Fauna yang bisa menjadi obyek bidikan kamera photographer 27

Gambar 7.5 Makam Syaikh Syarif Khasan dan mercusuar Z,M, Willem III 28

Page 6: kebijakan dan pengelolaan ekowisata

5

Page 7: kebijakan dan pengelolaan ekowisata

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah

pulau mencapai 17.504 pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke dimana

jumlah pulau yang telah diverifikasi 13.466 pulau dengan pulau berpenduduk

sebanyak 1.659 pulau dan pulau tak berpenduduk sebanyak 11.807 pulau.

(Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2011). Melihat hal tersebut, masyarakat

Indonesia memanfaatkan keunggulan dari segi geografis dalam produksi perikanan

dan kelautan yang bersumber dari wilayah laut. Pemanfaatan tersebut dapat dilihat

dari hamparan tambak budi daya ikan baik tambak ikan air laut maupun payau,

udang, dan kerang yang umumnya terhampar luas di wilayah pesisir.

Kekayaan bahari Indonesia tidak hanya dimanfaatkan untuk produksi

prikanan dan kelautan saja, akan tetapi potensi wisata bahari di Indonesia sangat

menjanjikan untuk diperkenalkan pada dunia dengan berbagai kekayaan alamnya.

Untuk melindungi objek wisata terutama kawasan lindug dan konservasi perlu

diterapkan strategi dan pengelolaan ekowisata. Konsep ekowisata sesungguhnya

diperkenalkan oleh The International Ecotourism Society-TIES (2002, dalam

Dirawan) “Suatu bentuk perjalanan wisata yang bertanggung jawab ke kawasan

alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan

kehidupan serta kesejahteraan penduduk setempat”. Dengan merujuk pada definisi

ekowisata yang dirumuskan pada Rencana Strategi Pengembangan Ekowisata

Nasional yang menyatakan bahwa ekowisata adalah suatu konsep pengembangan

dan penyelenggaraan kegiatan pariwisata berbasis pemanfaatan lingkungan untuk

perlindungan serta berintikan partisipasi aktif masyarakat dengan penyajian produk

bermuatan pendidikan dan pembelajaran, berdampak negatif terhadap lingkungan,

memberikan konstribusi positif terhadap pembangunan daerah dan diberlakukan

pada kawasan lindung, kawasan terbuka, kawasan binaan serta kawasan budaya

(Sekartjakrarini, 2004 dalam Khairunnisa, 2011).

Pengelolaan ekowisata perlu direncanakan dengan baik karena supply

wisata yang disajikan sebagian besar merupakan kekayaan alam. Selain itu, karena

konsep ekowisata yang memanfaatkan supply dari alam, maka keberlanjutan supply

Page 8: kebijakan dan pengelolaan ekowisata

2

ini akan sangat penting diperhitungkan karena konsep ekowisata tidak terbatas pada

daya dukung yang habis oleh waktu. Untuk itu diperlukan kekuatan manajemen

untuk mengatur dan mengawasi, sangat dibutuhkan pula aturan yang mengikat,

menjaga, mengawasi dan memberi aturan yang jelas bagi siapapun yang melanggar

dan merusak kawasan ekowisata karena akan mengganggu daya dukung dan

kestabilan ekosistem dikawasan ekowisata agar keberlanjutan kawasaan ekowisata

tetap berlanjut.

1.2 TUJUAN

1. Mengetahui potensi pariwisata di KKLD Pulau Biawak.

2. Merekomendasikan pariwisata di KKLD Pulau Biawak ekowisata dan

wisata terbatas.

Page 9: kebijakan dan pengelolaan ekowisata

3

BAB II

METODE

2.1 LOKASI

Secara administratif, Kabupaten Indramayu berbatasan dengan Kabupaten

Subang di sebelah Barat, di sebelah Utara dengan Laut Jawa, di sebelah Timur

dengan Kabupaten Cirebon dan Laut Jawa, dan sebelah Selatan dengan Kabupaten

Sumedang, Majalengka dan Cirebon.

Pulau Biawak dan sekitarnya adalah kawasan konservasi laut daerah yang

terletak di sebelah utara Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Dasar hukum

Penetapan Pulau Biawak dan sekitarnya sebagai Kawasan Konservasi dan Wisata

Laut adalah SK Bupati Indramayu No. 556/Kep.528 Diskanla/2004 yang

dikeluarkan pada tanggal 7 April 2004 (Dirjen Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil, 2015).

Gambar 2.1 Peta KKLD Pulau Biawak dalam skala 1:350.000 (Sunarto, dkk, 2013)

2.2. PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA

Data yang ada diperoleh dari pengumpulan data sekunder yang diambil dari

beberapa sumber antara lain dari jurnal, tesis, laporan penelitian, data dari dinas

terkait.

Page 10: kebijakan dan pengelolaan ekowisata

4

BAB III

ANALISIS SITUASIONAL

Indramayu merupakan kabupaten di Pantai Utara Jawa Barat yang memiliki

luas daratan ±204.000 ha dengan garis pantai sepanjang 114 km. Secara geografis

Kabupaten Indramayu terletak pada 107o51’-108o36’ Bujur Timur dan 6o15’-6o40’

Lintang Selatan. Letak Kabupaten Indramayu yang membentang sepanjang pesisir

pantai utara P.Jawa membuat suhu udara di kabupaten ini cukup tinggi, yaitu

berkisar antara 22,9° - 30° Celcius. Sementara rata-rata curah hujan sepanjang

Tahun 2012 adalah sebesar 1.215 mm dengan jumlah hari hujan 79 hari. Adapun

curah hujan tertinggi terjadi di Kecamatan Gantar kurang lebih sebesar 2.094 mm

dengan jumlah hari hujan tercatat 86 hari, sedang curah hujan terendah terjadi di

Kecamatan Patrol kurang lebih sebesar 544 mm dengan jumlah hari hujan tercatat

72 hari (BPS Kabupaten Indramayu, 2012). Berdasarkan pendapat Dahuri (1996

dalam Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu, 2013), karakteristik

pasang surut Cirebon dan sekitarnya mempunyai tipe ganda campuran, dengan

tinggi air pasang surut di pantai adalah 0,5 - 0,7 meter. Sementara itu, arus di ketiga

pulau (Biawak, Gosong dan Candikian) cukup tinggi pada waktu angin barat dan

timur, dengan kecepatan mencapai 5-10 m/dtk. Gelombang laut di Pulau Biawak

dan sekitarnya dipengaruhi oleh gelombang musiman, yaitu musim barat dan timur

serta musim peralihan dengan ketinggian mencapai 0,5 - 0,8 meter. Sedangkan suhu

perairan berkisar antara 280C - 290C, dan salinitas air laut berkisar antara 32-34 ppt.

Sebagai wilayah yang berada di pesisir pantai, Indramayu merupakan salah satu

kabupaten penghasil ikan. Produksi perikanan pada tahun 2012 mencapai

290.313,03 ton dengan nilai produksi sebesar Rp. 4.760.332.768.939. Masyarakat

pesisir Indramayu menggantungkan hidupnya dari sumberdaya pesisir dan laut

berjumlah 39,399 orang nelayan dan juragan, 18,966 orang pembudidaya ikan di

tambak, 11,005 orang pembudidaya ikan di kolam, 60 orang pembudidaya di laut,

5,050 orang penangkap ikan di perairan umum, 6,021 orang pengolah produk

perikanan, 1,205 orang pedagang ikan / bakul ikan, 10,670 orang penggarap garam

rakyat (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu, 2013).

Wilayah pesisir Indramayu mencakup 12 kecamatan dari 31 kecamatan

yang terdapat di Indramayu dengan 32 desa pesisir dan memiliki gugusan pulau-

Page 11: kebijakan dan pengelolaan ekowisata

5

pulau kecil yaitu: Pulau Biawak, Pulau Gosong, dan Pulau Candikian (Rasdiana,

2010). Dengan luas daratan ±742 Ha yang sebagian besar terdiri dari hutan bakau,

pulau Biawak menjadi kawasan konservasi endemik burung-burung liar dan (tentu

saja) bagi biawak-biawak yang ada disana. Kepulauan Biawak sebenarnya terdiri

dari 3 (tiga) kepulauan besar yaitu Pulau Gosong dengan letak koordidnat

5o52’076”LS dan 108o24’337’’ BT, Pulau Candikian dengan letak koordinat

5o48’089”LS dan 108o24’487’’BT dan Pulau Biawak itu sendiri dengan letak

koordinat 6o56’022’’ LS dan 108o22’015’’ BT (Dirjen Kelautan, Pesisir dan Pulau-

Pulau Kecil, 2015).

Gambar 3.1 Peta spasial KKLD Pulau Biawak dalam skala 1;75.000 (Sunarto,

2013)

Page 12: kebijakan dan pengelolaan ekowisata

6

KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya yang terletak di sebelah utara

Indramayu, yaitu sekitar 26 mil (±50 km) dari daratan Indramayu ini dapat

dijangkau dengan menggunakan kapal nelayan dengan lama perjalanan 4-6 jam.

Akses menuju pulau ini berasal dari beberapa daerah sekitarnya, misalnya

Brondong dan Karangsong. Untuk menuju pulau tersebut harus memakai perahu

yang disewa dari nelayan karena tidak ada angkutan khusus yang berangkat setiap

hari.

Page 13: kebijakan dan pengelolaan ekowisata

7

BAB IV

ANALISIS SUPPLY WISATA

4.1 Wisata Alam

Pulau Biawak merupakan pulau hutan yang banyak ditumbuhi berbagai

jenis bakau sebagai ciri khas eksosistem mangrove. Kondisi ekosistem mangrove

masih baik dengan tumbuhnya berbagai ragam jenis mangrove yang sudah langka

sebagaimana jarang dijumpai di pantai utara Jawa. Jenis-jenis bakau yang tumbuh

diantaranya adalah Sonneratia spp, Avicennia sp, Bruguiera sp, Rhizophora sp,

Ceriops sp, Acanthus sp, Lummitterae, Xylocarpus, Aigicera, Nipa sp, dan Heriera

sp. Sementara di Pulau Gosong terdapat jenis Avicennia sp dan di Pulau Candikian

terdapat jenis Bruguiera sp (Dirjen Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, 2015).

Selain itu, disekeliling Pulau Biawak terdapat ekosistem lamun dengan

presentase tutupan berkisar antara 5-10%. Semua jenis lamun yang ada masuk ke

dalam spesies Enhalus acoroides dengan substrat berupa pasir (Sunarto, dkk, 2013).

Ekosistem terumbu karang di Pulau Biawak dan sekitarnya berada pada

kedalaman 3-5 meter. Komponen penyusun terumbu karangnya sangat padat dan

banyak didominasi oleh karang-karang keras, seperti karang semi padat (Acropora

digitata) dan karang meja (Acropora tabulate). Selain itu, terdapat juga karang

bercabang (Acropora branching), karang biru (Coral heliopora), karang api (Coral

millepora), karang padat (Coral Massive), karang menempel (Acropora dan Coral

encrusting), karang lingkar daun (Coral foliose), dan karang jamur (Coral

mushroom). Dan dijumpai beberapa karang lunak seperti Sinularia sp (Dirjen

Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, 2015). Sedangkan menurut Sunarto, dkk

(2013) tipe terumbu karang di P. Biawak termasuk dalam tipe terumbu karang tepi,

sementara di P. Gosong dan P. Candikian termasuk kedalam tipe atol dimana di

kedua pulau ini terdapat laguna yang dikelilingi terumbu (Dirjen Kelautan, Pesisir

dan Pulau-Pulau Kecil, 2015).

Jenis ikan hias yang ditemukan di perairan Pulau Biawak dan sekitarnya

diantaranya adalah kiper (Scatophagus argus), samandar (Siganus verniculator),

kerapu (Chremileptis altivelia), dokter (Labroides dmidiatus), kakatua (Callyodon

ghabbon), tikus (Cinhiticthy aprianus), zebra (Dendrichirus zebra), kupu-kupu

(Chaetodon chrysurus), kokotokan, merakan (Pterois valiteus), pisau-pisau, petek

Page 14: kebijakan dan pengelolaan ekowisata

8

perak (Desayllus reticulates), kapasan, buntul, kerong-kerong (Plectorhynchus

spp), pembersih (Thallasoma sp), sersan mayor (Abudefduf sexfasciatus), kerapu

lumpur (Cheilinus sp), dan ekor kuning (Caesio cuning). Jenis fauna yang dijumpai

dan menjadi ciri khas Pulau Biawak adalah biawak (Varanus salvator). Fauna

lainnya adalah dari jenis burung diantaranya trinil pantai (Bubulcus ibis), cangak

abu (Ardea cinerea), cangak laut (Ardea sumatrana), cekaka (Halycon chloris),

burung udang biru (Alcedo caerulescens), trulek (Pluvalis dominica), dan lain-lain

(Dirjen Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, 2015).

4.2 Wisata Ziarah

Tidak hanya wisata alam dan sejarah, di pulau ini pun Anda bisa

melaksanakan wisata ziarah. Pasalnya di pulau itu terdapat sejumlah makam, dua

di antaranya adalam makam Syekh Syarif Khasan yang konon salah satu tokoh

penyebar agama Islam di Indramayu. Selain itu ada makam Z.M. Willem III,

seorang bangsa Belanda yang peryama datang ke pulau Biawak dan membangun

Mercusuar (Disbudpar Jabar, 2013).

4.3 Mercusuar

Keberadaan pulau ini sangat berbahaya bagi alur pelayaran kapal-kapal laut

yang melintas di kepulauan tersebut. Maka tak heran, bangsa Belanda semasa

menjajah kepulauan Indonesia, mendirikan bangunan menara mercusuar.

Mercusuar dengan ketinggian sekitar 65 meter itu dibangun oleh ZM Willem pada

1872. Ini terlihat dari papan nama yang bertuliskan "Onder De Efcering van Z.M.

Willwm III. Koning des Nederlanden, ENZ., ENZ.,. Opgerigt Ovh Draailicht

1872". Hingga kini, bangunan itu masih berfungsi untuk memandu kapal-kapal

besar maupun kecil yang melintas. Melihat usia bangunan tersebut, mercusuar itu

diperkirakan seumur dengan mercusuar di Pantai Anyer (Disbudpar Jabar, 2013).

4.4 Transportasi dan Penginapan

Pemerintah Kabupaten Indramayu pun hanya memiliki dua kapal

penyebrangan bantuan dari Pemprov Jawa Barat berkapasitas 30 orang dan 10

orang. Kedua kapal ini hanya dioperasikan setiap hari Sabtu dan Minggu dengan

Page 15: kebijakan dan pengelolaan ekowisata

9

tarif sewa Rp 290 ribu/orang. Namun Anda bisa menyewa perahu motor nelayan

seharga Rp 2juta/10 orang. Untuk penginapan, di Pulau Biawak terdapat tiga mess

dan dua homestay yang diperuntukkan sebagai tempat penginapan oleh pengelola,

akan tetapi pengelola tidak melarang pengunjung untuk membawa tenda untuk

menginap (Disparbud Jabar, 2013).

Page 16: kebijakan dan pengelolaan ekowisata

10

BAB V

ANALISIS DEMAND WISATA

Sebagai obyek wisata, salah satu target yang harus terpenuhi adalah jumlah

pengunjung yang datang. Berikut merupakan data pengunjung yang datang dari

tahun 2000-2012 yang terdata oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten

Indramayu.

No. Katagori

Tujuan

Kunjungan

Tahun Ke- Jumlah

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

1. Pengawasan dan

Perlindungan

0 0 0 25 35 50 31 100 0 6 0 20 33 300

2. Pendidikan dan

Penelitian,

Survey

0 15 41 49 24 19 38 82 94 262 43 162 161 990

3. Wisata Alam /

Bahari / Mancing

13 0 55 0 11 71 25 112 47 28 56 85 55 558

4. Wisata Budaya /

Ziarah

27 124 60 32 50 225 74 64 32 39 17 14 16 774

5. Tujuan Lainnya

(mencari ikan,

teripang, udang,

dll)

17 58 0 0 7 17 2 10 76 12 18 0 0 217

J UM L A H = 57 197 156 106 127 382 170 368 249 347 134 281 265 2,839

Tabel 5.1. Data kunjungan wisatawan KKLD Pulau Biawak 2000-2012 (Dinas

Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu, 2013)

Jika data dituangkan kedalam diagram berdasarkan trend tahun kunjungan,

maka akan diperoleh data sebagai berikut:

Page 17: kebijakan dan pengelolaan ekowisata

11

Gambar 5.1 Grafik trend perkembangan pengunjung KKLD Pulau Biawak 2000-

2012 (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu, 2013)

Jika data dituangkan kedalam diagram berdasarkan trend atau jenis wisata,

maka akan diperoleh data sebagai berikut:

Gambar 5.2 Tren kunjungan wisata KKLD Pulau Biawak berdasarkan kategori

2000-2012 (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu, 2013)

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Trend Perkembangan Pengunjung Per Tahun (2000-2012)

300

990

558

774

217

Trend Kunjungan Berdasarkan Kategori (2000-2012)

Pengawasan dan Perlindungan

Pendidikan, Penelitian, Survey

Wisata Alam/Bahari/Mancing

Wisata Budaya/Ziarah

Tujuan Lainnya (mencari ikan, teripang, udang,dll)

Page 18: kebijakan dan pengelolaan ekowisata

12

Menurut data pengunjung yang datang dari tahun 2011-2013, rata-rata

pengunjung yang datang adalah dari lembaga pendidikan. Berikut merupakan

rincian data pengunjung sesuai lembaga dan tujuan kedatangan.

No Hari / Tanggal Jumlah Lembaga / Alamat Tujuan

1 Sabtu, 28-01-2011 12 Univ Hang Tuah - Surabaya Riset

2 Sabtu, 28-01-2011 7 Sekolah Tinggi Pariwisata - Bandung Riset

3 Selasa, 01-02-2011 4 Trans 7 Liputan

4 Rabu, 23-03-2011 20 Diskanla - Indramayu Kunjungan Bupati

5 Kamis, 24-03-2011 10 Trans 7 Liputan

6 Senin, 21-03-2011 6 UNPAD Penelitian Terumbu Karang

7 Jumat, 22-04-2011 13 Karang Taruna Desa Legok dan Slaur - Im Peringatan Hari Bumi Sedunia

8 Selasa, 26-04-2011 11 SMK Nasional - Indramayu Survei

9 Rabu, 28-04-2011 4 TPI Eretan Wetan - Indramayu Survei

10 Minggu, 15-05-2011 10 - Ziarah

11 Minggu, 15-05-2011 26 AFI - Jakarta Survei

12 Jumat, 25-04-2011 13 LANAL - Jabar Wisata Alam

13 Jumat, 28-10-2011 113 Unwir Jambore Bahari

14 11-11-2011 19 Couch Surfing - Jakarta Survei

15 27-12-2011 13 Poltek Negri Bandung Survei

16 23-03-2012 10 UNPAD Survei

17 23-03-2012 2 - Ziarah

18 09-04-2012 40 Sekolah Alam Bogor Wisata Alam

19 12-05-2012 10 UI - Jakarta Wisata Alam

20 24-05--2012 16 FPIK UNPAD Jelajah Pulau

21 15-06-2012 18 Hitch Hiker Indonesia Wisata Alam

22 23-09-2012 22 Kementrian Kelautan dan Perikanan Wisata Alam

23 15-09-2012 17 Biawak Scuba Daiving Wisata Alam

24 30-09-2012 30 UNMA – Majalengka Observasi

25 13-10-2012 45 Kelautan – UNPAD Penelitian

26 27-10-2012 10 Asosiasi Fotografer Indonesia Wisata Alam

27 13-11-2012 11 PUS Balongan - Indramayu Survei

28 15-11-2012 10 Serli Diving

Page 19: kebijakan dan pengelolaan ekowisata

13

29 16-11-2012 9 - ziarah

30 27-11-2012 5 Susukan ziarah

31 31-12-2012 10 UNPAD Survei

32 01-01-2013 40 UPN Kertajaya Hunting Foto

33 09-03-2013 19 Biawak Scuba Daiving Survei

34 12-03-2013 33 Dispora Budpar - Indramayu Monitoring dan Evaluasi

J U M L A H = 638

Tabel 5.2 Data kunjungan wisatawan KKLD Pulau Biawak 2011-2013 (Dinas

Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu, 2013)

Gambar 5.3 Grafik Variasi tujuan kunjungan 2011-2013 (Dinas Kelautan dan

Perikanan Kabupaten Indramayu, 2013)

Jika data kujungan ini dikelompokkan menjadi tipe kunjungan dengan tipe

pengelompokkan antara lain pendidikan dan riset (jambore bahari, riset, dan

observasi), kunjungan lembaga pemerintah (monitoring dan kunjungan bupati),

wisata (wisata alam, ziarah, jelajah pulau, dan diving), dan kategori lain-lain

(liputan dan peringatan hari bumi sedunia), maka diperoleh data sebagai berikut:

10

13

14

16

20

26

30

33

40

70

113

113

140

Diving

Peringatan Hari Bumi Sedunia

Liputan

Jelajah Pulau

Kunjuungan Bupati

Ziarah

Observasi

Monitoring dan Evaluasi

Hunting Foto

Riset

Jambore Bahari

Survei

Wisata Alam

0 20 40 60 80 100 120 140 160

Variasi Tujuan Kunjungan

Page 20: kebijakan dan pengelolaan ekowisata

14

Gambar 5.4 Grafik Tipe Kunjungan (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten

Indramayu, 2013)

326

53

222

27

Tipe Kunjungan

Pendidikan dan Riset Kunjungan Lembaga Pemerintah Wisata Lain-lain

Page 21: kebijakan dan pengelolaan ekowisata

15

BAB VI

ANLISIS DAYA DUKUNG

Daya dukung kawasan (DDK) ditujukan untuk menentukan jumlah

maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang

disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan

manusia (Darmasyah, 2010). Dalam hubungannya dengan pariwisata maka konsep

daya dukung dinyatakan sebagai jumlah atau kapasitas wisatawan yang dapat

ditampung dalam suatu ruang tertentu yang tergantung pada kemampuan sumber

daya wisata (Dirawan, 2006).

Berdasarkan penelitian yang dilakukakn Damarsyah (2010), nilai daya

dukung kawasan untuk wisata bahari kategori selam pada kawasan perairan Pulau

Biawak dan sekitarnya berkisar antara 10 orang/hektar dengan luas area

pemanfaatan 125 hektar (sebelah Utara P. Biawak) sampai dengan 17 orang/hektar

dengan luas area pemanfaatan 50 hektar (P. Gosong).

Menurut Bengen (2005, dalam Nuriadi 2012) bahwa suatu pengelolaan

dikatakan berkelanjutana apabila kegiatan tersebut dapat mencapai tiga tujuan,

yaitu ekologi, sosial dan ekonomi. Berkelanjutan secara ekologi mengandung arti,

bahwa pengelolaan dapat mempertahankan integritas ekosistem, memelihara daya

dukung lingkungan dan konservasi sumberdaya ikan termasuk keanekaragaman

hayati (biodiversity), sehingga pemanfaatan dapat berkesinambungan.

Berkelanjutan secara social mensyaratkan bahwa kegiatan pengelolaan hendaknya

dapat menciptakan pemerataan hasil, mobilitas sosial, kohesi sosial, partisipasi

masyarakat, pemberdayaan masyarakat, identitas sosial dan pengembangan

kelembagaan.

Bersasarkan landasan hukum yang memayungi, KKLD merupakan

kawasan konservasi yang tercantum dalam PERDA Kabupaten Indramayu No. 14

Tahun 2006, Tentang Pengelolaan Kawasan Konservasi Laut Daerah dan Penataan

Fungsi Pulau Biawak, P. Gosong dan P. Candikian, Keputusan Bupati Indramayu,

No.: 523.1.05/Kep.80A-Diskanla /2006. Tanggal 12 Januari 2006. Tentang

Pembentukan Forum Pengelola KKLD Kabupaten Indramayu, dan Keputusan

Bupati Indramayu, Nomor : 523.1.05/Kep.446A-Diskanla/2007. Tanggal 12 Mei

2007 (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu, 2013). Tentang

Page 22: kebijakan dan pengelolaan ekowisata

16

Pembentukan Forum Pengelola KKLD Kabupaten Indramayu, untuk itu dibagi

menjadi tiga zonasi, yaitu:

1. ZONA INTI : sebagai zona perlindungan mutlak, zona ini diperlukan untuk

kepentingan perlindungan kawasan (melindungi habitat dan populasi biota

laut dan pesisir). Pada blok ini tidak diperkenankan adanya pengembangan

fisik kecuali dalam rangka pengamanan kawasan.

2. ZONA PENYANGGA : merupakan zona pemanfaatan terbatas untuk

kegiatan WISATA MINAT KHUSUS (semi intensif /terbatas). Kegiatan

antara lain; wisata bahari, wana wisata, wisata alam laut (diving, snorkling,

memancing) pemanfaatan pada zona ini adalah semi intensif dan multiguna.

3. ZONA BUDIDAYA TERBATAS adalah zona pemanfaatan untuk kegiatan

budidaya laut (marine culture) dan penangkaran jenis-jenis biota laut langka

dan jenis-jenis ikan hias. Dalam upaya untuk meningkatkan taraf hidup

masyarakat pesisir.

Gambar 6.1 Peta spasial KKLD Pulau Biawak sesuai zonasi(Dinas Kelautan dan

Perikanan Kabupaten Indramayu, 2013)

Page 23: kebijakan dan pengelolaan ekowisata

17

Selain zonasi, KKLD memiliki luas area total ± 15.540 Ha yang dibagi

menjadi daratan seluas ± 742 Ha pulau (terrestrial) dan wilayah perairan (aquatic)

pantai dan laut sekitarnya seluas ± 14.798 Ha (Dinas Kelautan dan Perikanan

Kabupaten Indramayu, 2013). Berikut merupakan peta batas-batas pembagian

KKLD Pulau Biawak:

Gambar 6.2 Zonasi Pulau Biawak (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten

Indramayu, 2013)

Page 24: kebijakan dan pengelolaan ekowisata

18

BAB VII

ANLISIS KELAYAKAN

1. Potensi Sebagai Objek Riset

Ekosistem yang terdapat di Pulau Biawak bisa dikatakan ekosistem mantap

karena terdapat tiga ekosistem yang saling terintegrasi yaitu ekosistem mangrove

dengan berbagai manfaat dan fungsinya, ekosistem lamun, ekosistem terumbu

karang. Menurut Kusmana (2010) komunitas mangrove, padang lamun dan

terumbu karang memiliki peran yang saling mendukung bagi keutuhan ekosistem

perairan. Mangrove memiliki peran sebagai penjebak hara dan sedimen, pelindung

daratan dari abrasi dan instrusi air laut dan menjadi tempat berlindung bagi banyak

organisme laut. Komunitas lamun memiliki peranan yaitu mengurangi kekeruhan,

mejebak zat hara, serta menjadi tempat bertelur dan mencari makan. Sedangkan

terumbu karang sendiri mempunyai peranan yaitu mengurangi energi gelombang,

juga memperkokoh daerah pesisir secara keseluruhan dan menjadi habitat bagi

banyak jenis organisme laut. Dari hal tersebut hubungan ke 3 komunitas ini saling

terkait dan tergantung satu sama lain.

a Arus laut

Karang pada umumnya memiliki struktur tubuh yang keras sehingga tahan

terhadap hantaman gelombang laut dan memiliki peran pertama dalam menghambat

kuatnya arus laut yang menuju ke arah darat sehingga mengurangi kerasnya

hantaman arus, kemudian komunitas lamun juga mempunyai peran dalam hal ini

walaupun sedikit tapi setidaknya dapat menurunkan arus ombak yang akhirnya

menghantam daerah pesisir dimana mangrove terdapat di daerah ini.

b Kekeruhan

Dapat di ketahui bahwa mangrove hidup di daerah pesisir yang memiliki

tingkat kekeruhan yang tinggi. Masuknya kiriman air dari hulu (sumber mata air)

yang melewati anak-anak sungai tentunya memiliki tingkat kekeruhan yang tinggi

yang nantinya akan sampai ke hilir kemudian diteruskan ke laut. Mangrove

memiliki peran pertama dalam mengikat sedimen-sedimen berupa lumpur dari air

sehingga mengurangi tingkat kekeruhan, kemudian komunitas lamun meneruskan

penyaringan yang kemudian di teruskan ke daerah komunitas karang. Karang

Page 25: kebijakan dan pengelolaan ekowisata

19

sendiri membutuhkan air yang jernih untuk memperoleh sinar matahari untuk

kehidupannya karena jika air keruh karang tidak dapat bertahan hidup.

Gambar 7.1 Bagan keterkaitan ekosistem mangrove, lamun, dan terumbu karang.

a. Fungsi Ekosistem Mangrove

Setidaknya ada tiga fungsi utama ekosistem mangrove, yaitu: (1) fungsi

fisis, meliputi: pencegah abrasi, perlindungan terhadap angin, pencegah intrusi

garam dan sebagai penghasil energi serta unsur hara; (2) fungsi biologis, meliputi:

sebagai tempat bertelur dan sebagai asuhan berbagai biota; (3) fungsi ekonomis,

meliputi: sebagai sumber bahan bakar (kayu bakar dan arang), bahan bangunan

(balok, atap dan sebagainya), perikanan, pertanian, makanan, minuman, bahan baku

kertas, keperluan rumah tangga, tekstil, serat sintetis, penyamakan kulit, obat-

obatan, dan lain-lain (Nontji, 1992 dalam Kordi 2012). Sejalan dengan hal tersebut,

Nirarita (1996) membagi fungsi hutan mangrove menjadi tiga fungsi yaitu fungsi

fisik, biologi, dan komersial. Fungsi fisik antara lain meliputi: menjaga garis pantai,

mempercepat pembentukan lahan baru, sebagai pelindung terhadap gelombang dan

arus, sebagai pelindung tepi sungai atau pantai, mendaur ulang unsur-unsur yang

penting seperti nitrogen dan sulfur. Fungsi biologi antara lain meliputi: sebagai

tempat asuhan (nusery ground) dan berkembang biak bagi berbagai jenis udang,

ikan, binatang lain, dan habitat berbagai kehidupan liar, serta tempat

berlindung/habitat bagi sejumlah besar spesies burung. Fungsi komersial antara lain

MANGROVE

LAMUNKARANG

Page 26: kebijakan dan pengelolaan ekowisata

20

meliputi: aquakultur (seperti tambak), pariwisata dan rekreasi, kolam garam, serta

penghasil kayu.

Gambar. 7.2 Foto kawasan hutan mangrove KKLD Pulau Biawak (Dinas

Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu, 2013).

b. Fungsi Ekosistem Lamun

Secara ekologis padang lamun mempunyai beberapa fungsi penting bagi

wilayah pesisir dan laut (Bengen 2001 dan Azkab 2006 dalam Sunarto 2013), yaitu:

1. Lamun berperan sebagai produsen primer yang mampu memfiksasi

sejumlah karbon organik dan sebagian besar memasuki rantai makanan,

baik melalui pemangsaan langsung oleh herbivora maupun melalui

dekomposisi sebagai serasah. Lamun juga memberikan sumbangan

terhadap produktivitas terumbu karang. Serasah yang diproduksi oleh

lamun dapat membantu meningkatkan kelimpahan fitoplankton dan

zooplankton di perairan terumbu karang sehingga energi yang diambil

lamun akan dialihkan ke ekosistem terumbu karang.

2. Lamun sebagai penangkap sedimen yang dapat mengikat sedimen dan

menstabilkan substrat lunak dengan system perakaran yang padat dan

saling menyilang. Daun lamun yang lebat akan memperlambat aliran

air yang disebabkan oleh arus dan ombak, sehingga perairan di

sekitarnya menjadi tenang. Disamping itu, rizhome dan akar lamun

Page 27: kebijakan dan pengelolaan ekowisata

21

dapat menahan serta mengikat sedimen, sehingga dapat menguatkan

dan menstabilkan dasar perairan.

3. Lamun sebagai habitat biota yang berperan sebagai tempat berlindung

mencari makan, tumbuh besar, dan memijah bagi beberapa jenis biota

laut. Beberapa organisme hanya menghabiskan sebagian dari siklus

hidupnya di padang lamun dan beberapa dari mereka adalah ikan dan

udang yang mempunyai nilai ekonomis penting. Lamun dapat dimakan

langsung oleh organisme avertebrata seperti bulu babi serta berbagai

jenis ikan dari family Scaridae dan Acanthuridae. Selain itu lamun juga

dapat dimakan oleh penyu dan duyung.

4. Lamun berperan sebagai tudung pelindung yang melindungi penghuni

padang lamun dari sengatan matahari

5. Lamun memegang peranan yang berarti dalam daur berbagai zat hara

dan elemen-elemen langka di lingkungan bahari.

6. Lamun sebagai makanan dan kebutuhan lain. Selain peranan-peranan

lamun yang telah dibahas di atas juga masih ada beberapa hal yang tidak

kalah penting khususnya lamun sebagai makanan, baik makanan hewan

maupun manusia, serta kegunaan lain seperti sebagai bahan baku dalam

pembuatan kertas.

7. Lamun dapat menjadi objek wisata bahari dan wisata pendidikan.

c. Fungsi Ekosistem Terumbu Karang

Terumbu karang mempunyai fungsi yang sangat penting sebagai tempat

memijah, mencari makan, daerah asuhan bagi biota laut dan sebagai sumber

plasma nutfah. Terumbu karang juga merupakan sumber makanan dan bahan baku

substansi bioaktif yang berguna dalam farmasi dan kedokteran. Selain itu terumbu

karang juga mempunyai fungsi yang tidak kalah pentingnya yaitu sebagai

pelindung pantai dari degradasi dan abrasi. Terumbu karang sangat penting

peranannya bagi kehidupan manusia, sehingga layak mendapat perhatian yang

khusus. Besar tutupan karang di dunia tidak lebih dari 1% dari luas wilayah lautan,

namun dapat menyokong kehidupan hampir sepertiga dari jumlah spesies ikan laut

di dunia, menyediakan sekitar 10% dari total jumlah ikan yang di konsumsi oleh

Page 28: kebijakan dan pengelolaan ekowisata

22

manusia, dan dapat menjadi objek yang penting dalam industri wisata (Rinkevich

2008 dalam Nuriadi, 2012).

d. Fungsi Ekosistem Perairan Laut Dalam

Dengan ekosistem yang mantap ini, kehidupan yang ada didalamnya akan

berjalan dengan baik walaupun tanpa intervesi dari manusia. Dari ekosistem yang

mantap dan asri ini pula dapat dijadikan objek penelitian dengan berbagai tujuan

dan latar belakang. Hal ini ditunjukkan dengan data judul penelitian yang tercatat

termasuk banyak dan variatif. Berikut merupakan data daftar penelitian di KKLD

Pulau Biawak dari tahun 2010-2011 (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten

Indramayu, 2013):

No Penelitian

(S1/S2) Tema Penelitian Asal Lembaga/PT Peneliti

1 S-2 Karakteristik dan

Potensi Wisata Alam

di P. Biawak

Sekolah Tingggi

Pariwisata Bdg

(STPB Bandung)

SMK Anjatan

2 S-2 Implementasi

Kebijakan Aspek

Konservasi dalam

Pengelolaan KKLD

P.Biawak

Univ. Hangtuah

Surabaya,

Jurusan FISIP.

Seskoal

Jakarta

3 S-2 Implementasi

Kebijakan Aspek

Wisata Alam dalam

Pengelolaan KKLD

P.Biawak

Univ. Hangtuah

Surabaya,

Jurusan FISIP.

Seskoal

Jakarta

4 S-2 Implementasi

Kebijakan Aspek

Perlindungan dalam

Pengelolaan KKLD

P.Biawak

Univ. Hangtuah

Surabaya,

Jurusan FISIP.

Seskoal

Jakarta

Page 29: kebijakan dan pengelolaan ekowisata

23

5 S-1 Analisis

Pengembangan

Obyek Wisata P.

Biawak

Sekolah Tinggi

Pariwisata AMPTA

Yogyakarta

Reguler

6 S-1 Karakteristik dan

Penyebaran Terumbu

Karang di P. Biawak

UNPAD, Bandung

FPIK

Reguler

7 S-1 Kelimpahan

Macrozoobenthos di

Ekosistem Mangrove

KKLD P.Biawak

UNPAD, Bandung

FPIK

Reguler

8 S-1 Analisis Keseuaian

Lahan untuk Potensi

Wisata Diving dan

Snorkling di Pulau

Biawak

UNPAD, Bandung

FPIK

Reguler

9 S-2 Kajian Kondisi

Ekologis dan Manfaat

KKLD P. Biawak

Pasca IPB

Prodi PSPL

KKP + Cormep

10 S-2 Kajian Kondisi

Terumbu Karang dan

Evaluasi Pengelolaan

di KKLD P. Biawak

Pasca IPB

Prodi PSPL

KKP + Cormep

11 S-2 Daya Dukung

terumbu Karang

untuk Wisata Bahari

di KKLD P.Biawak

Pasca IPB

Prodi PSPL

KKP + Cormep

12 S-1 Kontribusi Wisata

Bahari Terhadap

Pendapatan Rumah

Tangga Nelayan

UNPAD, Bandung

FPIK

Reguler

Page 30: kebijakan dan pengelolaan ekowisata

24

Tabel 7.1 Daftar penelitian yang dilakukan di KKLD Pulau Biawak (Dinas

Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu, 2013).

2. Potensi Diving dan Snorkeling

Secara umum kondisi lingkungan perairan Pulau Biawak masih dalam

kondisi baik, begitu juga dengan jumlah ikan karang dan tutupan serta life-form

terumbu karang masih mempunyai potensi yang baik untuk dikembangkan sebagai

kawasan ekowisata karena faktor-faktor tersebut sangat penting untuk dapat

memberikan kepuasan bagi wisatawan, hal ini sesuai dengan beberapa survey yang

dilakukan para peneliti secara khusus terhadap wisatawan yang melakukan

penyelaman dimana berbagai karakteristik biofisik dapat dilihat dalan satu lokasi

snorkeling atau penyelaman, dan juga anatara satu lokasi dengan lokasi lainnya.

Perbedaan karakteristik biofisik seperti itu memberikan peluang bagi wisatawan

untuk mengunjungi suatu lokasi penyelaman pada berbagai kesempatan menyelam

(Miller 2005, dalam Damarsyah, 2010). Perairan Pulau Biawak dan sekitarnya

memiliki terumbu karang yang beragam/heterogen, ini berarti bahwa lokasi tersebut

mampu memberikan pengalaman dan sensasi tersendiri bagi wisatawan yang

melakukan penyelaman. Secara umum kondisi lingkungan perairan Pulau Biawak

masih dalam kondisi baik, begitu juga dengan jumlah ikan karang dan tutupan serta

life-form terumbu karang masih mempunyai potensi yang baik untuk

dikembangkan sebagai kawasan ekowisata (Damarsyah, 2010).

Page 31: kebijakan dan pengelolaan ekowisata

25

Gambar 7.3 Panorama ekosistem terumbu karang KKLD Pulau Biawak (Dinas

Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu, 2013).

Sedangkan menurut Leonard, dkk (2014) dalam penelitiannya, daya dukung

kawasan wisata peruntukan selam disesuaikan berdasarkan sebaran dan kondisi

terumbu karang. Luas area yang dapat dimanfaatkan pada wisata selam adalah

18.499 m2, maka hasil DDK yang didapatkan adalah ± 74 orang/hari. Dari

perhitungan Daya dukung kawasan tersebut, maka jumlah pengunjung yang sesuai

dengan DDP pada Perairan Pulau Biawak adalah sebanyak ± 7 orang/hari. Lebih

lanjut lagi, Leonard, dkk (2014) menyatakan kesesuaian wisata snorkeling hasil

IKW pada beberapa titik di KKLD Pulau Biawak termasuk dalam kategori sangat

sesuai (S1) dan cukup sesuai (S2) dengan nilai IKW. Selain itu untuk wisata

selamnyapun terdapat beberapa titik yang termasuk kategori sangat sesuai (S1).

3. Potensi Photo Hunting

Para Photographer tidak akan kehabisan objek bidik kamera karena banyak

sekali objek unggulan yang akan menjadi kepuasan dan surge bagi para

photographer antara lain lanskap pulau, hutan mangrove, hutan pantai, flora dan

fauna. Jenis fauna yang dijumpai dan menjadi ciri khas Pulau Biawak adalah

biawak (Varanus salvator). Fauna lainnya adalah dari jenis burung diantaranya

trinil pantai (Bubulcus ibis), cangak abu (Ardea cinerea), cangak laut (Ardea

sumatrana), cekaka (Halycon chloris), burung udang biru (Alcedo caerulescens),

trulek (Pluvalis dominica), dan lain-lain (Dirjen Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil, 2015).

Page 32: kebijakan dan pengelolaan ekowisata

26

Tidak hanya di darat, photographer akan dimanjakan dengan pemandangan

bawah laut yang eksotis dari berbagai macam lamun, terumbu karang dan jenis ikan

yang hidup disela-selanya. Ekosistem terumbu karang di Pulau Biawak dan

sekitarnya berada pada kedalaman 3-5 meter. Komponen penyusun terumbu

karangnya sangat padat dan banyak didominasi oleh karang-karang keras, seperti

karang semi padat (Acropora digitata) dan karang meja (Acropora tabulate). Selain

itu, terdapat juga karang bercabang (Acropora branching), karang biru (Coral

heliopora), karang api (Coral millepora), karang padat (Coral Massive), karang

menempel (Acropora dan Coral encrusting), karang lingkar daun (Coral foliose),

dan karang jamur (Coral mushroom). Dan dijumpai beberapa karang lunak seperti

Sinularia sp (Dirjen Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, 2015). Sedangkan

menurut Sunarto, dkk (2013) tipe terumbu karang di P. Biawak termasuk dalam tipe

terumbu karang tepi, sementara di P. Gosong dan P. Candikian termasuk kedalam

tipe atol dimana di kedua pulau ini terdapat laguna yang dikelilingi. Jenis ikan hias

yang ditemukan di perairan Pulau Biawak dan sekitarnya diantaranya adalah kiper

(Scatophagus argus), samandar (Siganus verniculator), kerapu (Chremileptis

altivelia), dokter (Labroides dmidiatus), kakatua (Callyodon ghabbon), tikus

(Cinhiticthy aprianus), zebra (Dendrichirus zebra), kupu-kupu (Chaetodon

chrysurus), kokotokan, merakan (Pterois valiteus), pisau-pisau, petek perak

(Desayllus reticulates), kapasan, buntul, kerong-kerong (Plectorhynchus spp),

pembersih (Thallasoma sp), sersan mayor (Abudefduf sexfasciatus), kerapu lumpur

(Cheilinus sp), dan ekor kuning (Caesio cuning). Jenis fauna yang dijumpai dan

menjadi ciri khas Pulau Biawak adalah biawak (Varanus salvator). Fauna lainnya

adalah dari jenis burung diantaranya trinil pantai (Bubulcus ibis), cangak abu

(Ardea cinerea), cangak laut (Ardea sumatrana), cekaka (Halycon chloris), burung

udang biru (Alcedo caerulescens), trulek (Pluvalis dominica), dan lain-lain (Dirjen

Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, 2015).

Page 33: kebijakan dan pengelolaan ekowisata

27

Gambar 7.4 Fauna yang bisa menjadi obyek bidikan kamera photographer(Dinas

Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu, 2013).

4. Potensi Wisata Mercusuar dan Ziarah

Keberadaan pulau ini sangat berbahaya bagi alur pelayaran kapal-kapal laut

yang melintas di kepulauan tersebut. Maka tak heran, bangsa Belanda semasa

menjajah kepulauan Indonesia, mendirikan bangunan menara mercusuar.

Mercusuar dengan ketinggian sekitar 65 meter itu dibangun oleh ZM Willem pada

1872. Ini terlihat dari papan nama yang bertuliskan "Onder De Efcering van Z.M.

Willwm III. Koning des Nederlanden, ENZ., ENZ.,. Opgerigt Ovh Draailicht

1872". Hingga kini, bangunan itu masih berfungsi untuk memandu kapal-kapal

besar maupun kecil yang melintas. Melihat usia bangunan tersebut, mercusuar itu

diperkirakan seumur dengan mercusuar di Pantai Anyer (Disbudpar Jabar, 2013).

Dari mercusuar bisa kita jadikan tempat mengambil gambar bagi para photographer

karena dari atas mercusuar dapat melihat seluruh area pulau karena merupakan

bangunan tertinggi.

Tidak hanya wisata alam dan sejarah, di pulau ini pun Anda bisa

melaksanakan wisata ziarah. Pasalnya di pulau itu terdapat sejumlah makam, dua

di antaranya adalam makam Syekh Syarif Khasan yang konon salah satu tokoh

penyebar agama Islam di Indramayu. Selain itu ada makam Z.M. Willem III,

seorang bangsa Belanda yang peryama datang ke pulau Biawak dan membangun

Mercusuar (Disbudpar Jabar, 2013).

Page 34: kebijakan dan pengelolaan ekowisata

28

Gambar 7.5 Makam Syaikh Syarif Khasan dan mercusuar Z,M, Willem III(Dinas

Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu, 2013)

Page 35: kebijakan dan pengelolaan ekowisata

29

BAB VIII

REKOMENDASI

1. Banyak diantara kita berfikir jika pariwisata akan maju dengan banyaknya

investasi yang menyokong pembangunan suatu lokasi pariwisata. Berbeda

dengan KKLD yang merupakan kawasan konservasi yang selalu

mengutamakan keberlanjutan suatu ekosistem. KKLD sudah memenuhi

beberapa kriteria ekowisata dan wisata terbatas antara lain terbatasnya

pengunjung yang datang karena jadwal penyeberangan yang hanya satu

minggu dua kali yaitu pada hari sabtu dan minggu. Selain itu, jumlah

penginapan yang terbatas yaitu hanya terdapat tiga mess dan 2 homstay. Hal

ini justru harus dipertahankan, karena jika tipe wisata diubah menjadi wisata

masal akan berdampak pada berkurangnya daya dukung KKLD Pulau Biawak.

Hal ini akan berdampak pada pembangunan penginapan secara besar-besaran

dan land use yang tidak teratur yang justru akan mengancam kelestarian KKLD

Pulau Biawak sebagai kawasan Konservasi.

2. Perlu ditambah jumlah pengawas pulau karena selama ini yang bertugas

menjadi penjaga pulau hanya berjumlah dua orang yang merupakan petugas

penjaga mercusuar. Penambahan ini sangat penting karena akan dibutuhkan

orang untuk menjaga kelestarian dan keberlangsungan KKLD Pulau Biawak.

Setidaknya harus ada penambahan pengawas antara lain yang bertugas sebagai

penerima tamu di mess dan homestay, penjaga dermaga kapal, tour guide dua

orang, pengawas pantai dan hutan mangrove empat orang.

3. Pemerintah bisa memberdayakan nelayan setempat dengan berkerjasama

dibidang pengadaan transportasi penyeberangan pulau. Hal ini sangat

diperlukan karena keterbatasan kapal untuk penyeberangan dan untuk

menumbuh kembangkan ekonomi masyarakat.

4. Selain kerjasama transportasi penyeberangan antar pulau, pemerintah juga bisa

memberdayakan masyarakat sebagai penyedia souvenir.

5. Pembuatan regulasi dan aturan yang jelas oleh pihak terkait dalam ini pengelola

yakni pemerintah kabupaten untuk mengatur kegiatan kunjungan, peraturan

selama berada di pulau, dan denda yang sesuai untuk setiap pelanggaran.

Page 36: kebijakan dan pengelolaan ekowisata

30

Peraturan ini dibuat untuk melindungi KKLD Pulau Biawak yang merupakan

kawasan konservasi.

Page 37: kebijakan dan pengelolaan ekowisata

31

DAFTAR PUSTAKA

BPS Kabupaten Indramayu. 2012. Indramayu dalam Angka. Indramayu: BPS

Kabupaten Indramayu.

Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu. 2013. Profil Dinas Kelautan

dan Perikanan Kabupaten Indramayu. (Tidak diterbutkan). Indramayu:

Diskanla

Dinas Kelautan dan Perikanan. 2012. Roadmap KKLD Pulau Biawak. (Tidak

diterbitkan). Indramayu: Dinas Kelautan dan Perikanan

Darmasyah, Sukendi. 2010. Daya Dukung Ekosistem Terumbu Karang Untuk

Wisata Bahari Di Perairan Pulau Biawak Dan Sekitarnya, Kabupaten

Indramayu, Jawa Barat. (Tesis: Tidak diterbitkan). Bogor; IPB.

Dirawan, Gufran Darma. 2006. Strategi Pengembangan Ekowisata Pada Suaka

Margasatwa (Studi Kasus: Suaka Margasatwa Mampie Lampoko). (Tesis:

Tidak diterbitkan) IPB: Bogor.

Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. 2015. Data Kawasan

Konservasi. Online: http://kkji.kp3k.kkp.go.id/index.php/basisdata-

kawasan-konservasi/details/1/79.

Disbudpar Jabar. 2013. Pulau Biawak Ekstisme Indramayu. Online:

http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/stcontent.php?id=104&lang=

id

Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2011. Kelautan dan Perikanan dalam Angka.

Kementerian Kelautandan Perikanan: Jakarta.

Leonar J, Oscar., Pratikto, Ibnu., Munasik. 2014. Kesesuaian Perairan untuk Wisata

Selam dan Snorkelin di Pulau Biawak, Kabupaten Indramayu. JOURNAL

OF MARINE RESEARCH: Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman

216-225. Unpad: Semarang.

Khairunnisa, Waode. 2011. Evaluasi Pengelolaan Lanskap Wisata Bahari Taman

Nasional Bnaken Sulawesi Utara. (Tesis: Tidak diterbitkan). IPB: Bogor

Kordi, K. M. G. H. (2012). EKOSISTEM MANGROVE: Potensi, Fungsi, dan

Pengelolaan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nirarita, Endah CH., dkk. (1996). Ekosistem Lahan Basah Indonesia: Buku

Panduan untuk Guru dan Praktisi Pendidikan. Bogor: Wetlands

Internasional - Indonesia Programe.

Page 38: kebijakan dan pengelolaan ekowisata

32

Nuriadi, Leri. 2012. Evaluasi Pengelolaan Terumbu Karang Di Kawasan

Konservasi Laut Daerah Pulau Biawak dan Sekitarnya Kabupaten

Indramayu Provinsi Jawa Barat. (Tesis: Tidak diterbitkan). Bogor: IPB.

Rasdiana, Heri. 2010. Kajian Kondisi Terumbu Karang Dan Komunitas Ikan

Karang Di Kawasan Konservasi Dan Wisata Laut Pulau Biawak Dan

Sekitarnya, Kabupaten Indramayu Propinsi Jawa Barat. (Tesis: Tidak

diterbitkan). Bogor: IPB.

Sunarto., Riyantini, Indah., Ihsan, Yudi Nurul., Harahap, Syawaludin. 2013. Kajian

Sumberdaya Kelautan Pulau Biawak Dan Laut Sekitarnya Kabupaten

Indramayu Jawa Barat. Laporan Akhir Penelitian Unggulan Perguruan

Tinggi. (Tidak Diterbitkan). Unpad: Bandung-Jatinangor.

Taofiqurohman, Ankiq. 2013. Penilaian tingkat risiko terumbu karang akibat

dampak aktivitas penangkapan ikan dan wisata bahari di Pulau Biawak,

Jawa Barat. Depik, 2(2): 50-57. Unpad: Bandung-Jatinagor.