8
1 Keberadaan Ruang Terbuka... J. Tek. Ling. Edisi Khusus 1 - 8 J. Tek. Ling Edisi Khusus Hal. 01-08 Jakarta Juli 2008 ISSN 1441-318X KEBERADAAN RUANG TERBUKA HIJAU DALAM PEMBANGUNAN KAWASAN INDUSTRI Adinda Arimbi Saraswati Peneliti di Pusat Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Abstrak Some functions that involves in Green Open Area ( the function of ecology, social, economic and architecture) and the estetic value of Green Open Area (object and environment) it is not only able to increase the ecological quality, but it is to be an indicator of the sustainability of ecological development. In getting Green Open Area with has function and esthetic, therefore minimal large, patern, structure and form and its distribution the must to be considered in build and develop the area. The ecological, condition, the wish of user, direction and the aim of development of area is to be a main part to fix the Green Open Area functions. Keyword: Green Open Area 1. PENDAHULUAN Dewasa ini kemajuan pertumbuhan kawasan industri semakin pesat adanya. Industri berlomba-lomba memperluas usaha dan jaringan kerjasamanya. Pembangunan instalasi yang mendukung kegiatan industri dipergiat dan usaha-usaha untuk menambah produksi dipercepat. Seringkali pihak industri hanya mengutamakan keuntungan produksi semata dan kurang atau bahkan tidak peduli terhadap kerusakan lingkungan yang ditimbulkan. Kerusakan lingkungan yang terjadi diakibatkan adanya buangan limbah tanpa proses terlebih dahulu, penggunaan air tanah yang tidak bijaksana sehingga menyebabkan makin berkurangnya jumlah air tanah dan hal-hal lain yang berhubungan dengan kondisi lingkungan sekitar. Pembangunan fisik kota telah menyita ruang terbuka dan ruang terbuka hijau dan dengan cepat terjadi ketidakseimbangan kuantitas antara ruang terbangun dengan ruang terbuka. Hal ini mengakibatkan menurunnya kenyamanan dan kesegaran serta mengganggu kesehatan dan menurunkan kinerja warga pengguna kawasan industri (RTH). Dalam kawasan industri, tata hijau atau ruang terbuka hijau, mempunyai peranan penting tidak saja hanya menambah keindahan dan keasrian lingkungan, tetapi juga mempunyai fungsi sebagai indikator lingkungan. Berkurangnya RTH disebabkan antara lain oleh perubahan dalam pola spasial kota dengan berkembangnya kawasan-kawasan permukiman, industri, perdagangan dan kawasan-kawasan terbangun lainnya. Perubahan tersebut telah mengkonversi lahan-lahan terbuka tanpa bangunan menjadi lahan untuk peruntukan lain yang memiliki fungsi bertolak belakang dengan lahan terbuka. Kondisi tersebut sangat memprihatinkan karena memacu timbulnya pencemaran, masalah kesehatan lingkungan serta masalah sosial. Percepatan pengurangan jumlah RTH yang memadai pada kenyataannya berbeda antara suatu kawasan dengan kawasan

KEBERADAAN RUANG TERBUKA HIJAU DALAM PEMBANGUNAN KAWASAN ...kelair.bppt.go.id/Jtl/2008/khusus/01ruanghijau.pdf · J. Tek. Ling Edisi Khusus Hal. 01-08 Jakarta Juli 2008 ISSN 1441-318X

  • Upload
    buithu

  • View
    214

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KEBERADAAN RUANG TERBUKA HIJAU DALAM PEMBANGUNAN KAWASAN ...kelair.bppt.go.id/Jtl/2008/khusus/01ruanghijau.pdf · J. Tek. Ling Edisi Khusus Hal. 01-08 Jakarta Juli 2008 ISSN 1441-318X

1Keberadaan Ruang Terbuka... J. Tek. Ling. Edisi Khusus 1 - 8

J. Tek. Ling Edisi Khusus Hal. 01-08 Jakarta Juli 2008 ISSN 1441-318X

KEBERADAAN RUANG TERBUKA HIJAU DALAMPEMBANGUNAN KAWASAN INDUSTRI

Adinda Arimbi SaraswatiPeneliti di Pusat Teknologi Lingkungan

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

AbstrakSome functions that involves in Green Open Area ( the function of ecology, social,economic and architecture) and the estetic value of Green Open Area (object andenvironment) it is not only able to increase the ecological quality, but it is to be anindicator of the sustainability of ecological development. In getting Green OpenArea with has function and esthetic, therefore minimal large, patern, structure andform and its distribution the must to be considered in build and develop the area.The ecological, condition, the wish of user, direction and the aim of development ofarea is to be a main part to fix the Green Open Area functions.

Keyword: Green Open Area

1. PENDAHULUAN

Dewasa ini kemajuan pertumbuhankawasan industri semakin pesat adanya.Industri berlomba-lomba memperluas usahadan jaringan kerjasamanya. Pembangunaninstalasi yang mendukung kegiatan industridipergiat dan usaha-usaha untuk menambahproduksi dipercepat. Seringkali pihakindustri hanya mengutamakan keuntunganproduksi semata dan kurang atau bahkantidak peduli terhadap kerusakan lingkunganyang ditimbulkan. Kerusakan lingkunganyang terjadi diakibatkan adanya buanganlimbah tanpa proses terlebih dahulu,penggunaan air tanah yang tidak bijaksanasehingga menyebabkan makinberkurangnya jumlah air tanah dan hal-hallain yang berhubungan dengan kondisilingkungan sekitar.Pembangunan fisik kota telah menyitaruang terbuka dan ruang terbuka hijau dandengan cepat terjadi ketidakseimbangankuantitas antara ruang terbangun denganruang terbuka. Hal ini mengakibatkanmenurunnya kenyamanan dan kesegaran

serta mengganggu kesehatan danmenurunkan kinerja warga penggunakawasan industri (RTH). Dalam kawasan industri, tata hijau atauruang terbuka hijau, mempunyai perananpenting tidak saja hanya menambahkeindahan dan keasrian lingkungan, tetapijuga mempunyai fungsi sebagai indikatorlingkungan. Berkurangnya RTH disebabkanantara lain oleh perubahan dalam polaspasial kota dengan berkembangnyakawasan-kawasan permukiman, industri,perdagangan dan kawasan-kawasanterbangun lainnya. Perubahan tersebut telahmengkonversi lahan-lahan terbuka tanpabangunan menjadi lahan untuk peruntukanlain yang memiliki fungsi bertolak belakangdengan lahan terbuka. Kondisi tersebutsangat memprihatinkan karena memacutimbulnya pencemaran, masalah kesehatanlingkungan serta masalah sosial.Percepatan pengurangan jumlah RTH yangmemadai pada kenyataannya berbedaantara suatu kawasan dengan kawasan

Page 2: KEBERADAAN RUANG TERBUKA HIJAU DALAM PEMBANGUNAN KAWASAN ...kelair.bppt.go.id/Jtl/2008/khusus/01ruanghijau.pdf · J. Tek. Ling Edisi Khusus Hal. 01-08 Jakarta Juli 2008 ISSN 1441-318X

2 Saraswati, A. A. 2008

lainnya. Hal tersebut dipengaruhi antara lainoleh strategi pengembangan kawasan yangditetapkan oleh Pemerintah Daerahsetempat dan preferensi masyarakat dalammemilih ruang untuk mendukungkegiatannya.

Kepentingan industri cenderung adalahmeminimisasi keberadaan RTH, karenadianggap mengurangi sisi ekonomis daripengembangan kawasan industri.Banyaknya lahan hijau yang seharusnyadikembangkan menjadi RTH, berubah fungsimenjadi daerah terbangun, sehinggakeberadaan RTH semakin sempit bahkantidak ada. Sementara itu kebijakanPemerintah dalam menerapkan keberadaanRTH sudah demikian jelas yaitu terdapatpada Peraturan Pemerintah tentang TataRuang.

RTH yang terletak pada suatu kawasandengan nilai komersial yang tinggicenderung untuk berubah menjadiperuntukan lain dengan lebih cepatdibandingkan dengan RTH pada kawasanlain yang memiliki nilai ekonomis lebihrendah. Selain faktor ekonomi, letak RTHyang umumnya berada pada tempat-tempatyang strategis sangat berperan terhadapkecepatan perubahan RTH menjadiperuntukan lain.

Dalam tahap awal perkembangan kotadan juga termasuk suatu kawasan industri,sebagian besar lahan merupakan ruangterbuka hijau. Namun, adanya kebutuhanruang untuk menampung aktivitas danpembangunan maka ruang hijau tersebutcenderung mengalami konversi guna lahanmenjadi kawasan terbangun. Sebagianbesar permukaannya, terutama di pusatkota, tertutup oleh jalan, bangunan dan lain-lain dengan karakter yang sangat kompleksdan berbeda dengan karakter ruang terbukahijau.

Polusi udara yang tinggi adalah faktorlain yang menjadi ciri kawasan industri yangtidak memiliki RTH dengan fungsi ekologisoptimal. Polusi udara yang terjadi terdiridari gas dan partikel/unsur/butir padat yangdiemisi oleh industri, transportasi, sistem

pemanas dan lain lain. Polusi udara yangteremisi, merubah komposisi atmosfirperkotaan, menurunkan transmissivitas danmeningkatkan daya serap terhadap radiasimatahari. Dengan kata lain, polusi udaramenyerap cahaya matahari dan visibilitasudara menurun, sehingga lebih sedikitradiasi matahari yang menjangkaupermukaan tanah.

2. FUNGSI EKOLOGIS RUANG TERBUKA HIJAU

Fungsi hijau dalam RTH pada suatukawasan sebagai ’paru-paru’ kotasebenarnya hanya merupakan salah satuaspek berlangsungnya fungsi daur ulangantara gas CO2 dan O2, hasil fotosintesiskhususnya pada dedaunan. Sistem tatahijau ini berfungsi sebagai semacamventilasi udara dalam bangunan.Penanaman tumbuhan atau vegetasiberkayu dapat memberikan manfaatlingkungan sebesar-besarnya dalammanfaat proteksi, estetika, rekreasi,penghasil O2 dan kegunaan khusus lainnya.Ruang Terbuka Hijau dapat membantumeningkatkan kualitas lingkungan kota dansecara mikro dapat menciptakan kondisiyang nyaman dan ketercapaiankeseimbangan antara lingkungan alamdengan lingkungan binaan.

Tanaman dengan kegiatan fisiologisdalam tubuhnya dapat berkemampuan untukmenetralisir keadaan lingkungan yangmasih berada di bawah daya tampunglingkungan. Kemampuan ini dapat berasaldari kerja fotosintesis, evapotranspirasi,aroma yang dikeluarkan tanaman maupunbentuk fisik tanaman. Dengan mengaitkankemampuan tersebut dengan fungsi RTHdalam pengendalian iklim mikro, makafungsi RTH sebagai :

1. ameliorasi iklim, artinya dapatmempengaruhi dan memperbaiki iklimmikro. Ruang terbuka Hijaumenghasilkan O2

dan uap air (H2O)yang menurunkan suhu sertamenyerap CO2. CO2 bersifat gas

Page 3: KEBERADAAN RUANG TERBUKA HIJAU DALAM PEMBANGUNAN KAWASAN ...kelair.bppt.go.id/Jtl/2008/khusus/01ruanghijau.pdf · J. Tek. Ling Edisi Khusus Hal. 01-08 Jakarta Juli 2008 ISSN 1441-318X

3Keberadaan Ruang Terbuka... J. Tek. Ling. Edisi Khusus 1 - 8

rumah kaca yang dapat menaikkansuhu udara dan berpengaruh padaiklim mikro setempat.

2. memberikan perlindungan terhadapterpaan angin kencang dan peredamsuara. Tanaman berfungsi sebagaiwindbreak (pamatah angin) danperedam suara (soundbreak).Sebagai pematah angin tanamanakan mengurangi kecepatan anginyang mengakibatkan laju angin yangberhembus akan menurun. Sebagaisoundbreak tanaman akanmengurangi kebisingan denganefektifitas yang ditentukan olehketebalan dan kerapatan tanaman.

3. perlindungan terhadap terik sinarmatahari. Kehadiran tanaman dalamRTH akan mengintersepsi danmemantulkan radiasi sinar matahariuntuk fotosintesis dan transpirasisehingga di bawah tajuk akan terasalebih sejuk. Ruang Terbuka Hijauberfungsi sebagai shelter belt yaitusabuk pelindung dari gangguan-gangguan alami dan buatan.

4. perlindungan terhadap asap dan gasberacun, serta penyaring udara kotordan debu. Pemakaian timah hitam(timbal, Pb) pada bensinmenimbulkan dampak negatif padaasap yang dikeluarkan. Adanyatanaman, Pb dapat masuk kedalamtanaman melalui penyerapan dariakar dan daun melalui prosespertukaran gas pada stomata daun1).

5. Setiap 1 jam 1 Ha daun-dauntumbuhan hijau mampu menyerap 8kg CO2, jumlah ini sama denganjumlah CO2 yang dihembuskan olehnapas manusia sekitar 200 orangdalam waktu yang bersamaan. RuangTerbuka Hijau dalam bentuk hutankota dengan luas 25 Ha dalam satutahun mampu menghasilkan 1 ton O2yang dilepas ke udara. Oksigendiperlukan manusia untuk bernapas.Manusia bernapas setiap 4 detik, 16

kali setiap menit, 960 kali setiap jam,23.040 kali setiap hari atau 8.409.600kali setiap tahun. Jika dianggap usiarata-rata manusia Indonesia 70 tahunmaka manusia akan menghirupsekitar 289 juta liter O2 kedalampembuluh paru-paru yang halus.

6. pengaman dan pembatas antara jalurlintas lintasan kereta api denganpemukiman penduduk, mengeraskantanah yang terkena lintasan kereta apisehingga melancarkan arustransportasi lalu lintas kereta,menyerap CO2 dan polutan lain yangdikeluarkan bersamaan asap,meredam kebisingan yang dihasilkanmesin lokomotif.

Adanya sembilan fungsi dan perananpenghijauan perkotaan di Indonesiasebagaimana dijelaskan2) bahwa pentingnyakeberadaan RTH, yaitu:

1. sebagai paru-paru kota;2. sebagai pengatur lingkungan

(mikro), vegetasi akan menimbulkanhawa lingkungan setempat sejuk,nyaman dan segar;

3. pencipta lingkungan hidup (ekologis);4. penyetimbangan alam (adaphis)

merupakan pembentukan tempat-tempat hidup alam bagi satwa yanghidup di sekitarnya;

5. perlindungan (protektif) terhadapkondisi fisik alami sekitarnya (anginkencang, terik matahari, gas ataudebu-debu);

6. keindahan (estetika);7. kesehatan (hygiene), misalnya untuk

terapi mata;8. rekreasi dan pendidikan (edukatif)9. sosial politik ekonomi.

Manfaat RTH juga digambarkan sangatbesar yaitu satu hektar pohon mampumentralisir 736.000 liter limbah cair buangan16.355 penduduk, menghasilkan 0,6 tonoksigen yang dapat menyegarkan 1.500

Page 4: KEBERADAAN RUANG TERBUKA HIJAU DALAM PEMBANGUNAN KAWASAN ...kelair.bppt.go.id/Jtl/2008/khusus/01ruanghijau.pdf · J. Tek. Ling Edisi Khusus Hal. 01-08 Jakarta Juli 2008 ISSN 1441-318X

4 Saraswati, A. A. 2008

warga per hari, menyimpan 900 meter kubikair tanah per tahun, serta menguapkan airuntuk kelembaban kota 4.000 liter perhari. Satu hektar pohon juga mampumenurunkan suhu 5 sampai 8 derajatCelsius atau setara dengan 5 unit alatpendingin udara berkapasitas 2.500 kcal per20 jam, meredam kebisingan suara 25-75persen, dan meredam kekuatan anginsebanyak 75 persen1). Hal berikutnya yangmenjadi pertimbangan adalah jenis tanamanapa yang telah tersedia dan dipertahankansebanyak mungkin (pohon peneduh, semakatau penutup tanah). Prinsip pembangunantaman ekologis dapat diterapkan dengan:

1. Pembentukan jalan setapak yangberaneka ragam dan berliku-liku.

2. Penciptaan sudut yang tenang, teduhdan nyaman

3. Penggunaan pagar hijau dengan perduberanekabentuk dan warna bunga

4. Pengarahan pemandangan dan cahayadengan aturan dan pilihan tanamantertentu

5. Pemilihan tanaman yang sesuaitempat dan mudah perawatannya.

3. PEMBANGUNAN KAWASAN INDUTRI RAMAH LINGKUNGAN

Perencanaan pembangunan yangramah lingkungan juga berdampak padakonsep perencanaan konstruksi, pengaturanjendela berkaca dan penempatan massa.Iklim sangat mempengaruhi konseppembangunan suatu gedung yang nyamanditambah pula dengan konsep penghematanenergi untuk pengaturan suhu denganmenggunakan AC (air conditioner). DiIndonesia yang mempunyai iklim tropispanas lembab membutuhkan efekpencahayaan yang tepat dan pengaturansuhu yang sesuai agar suasana kerja dapatnyaman. Suhu dan kelembaban yang tinggisangat tidak nyaman karena penguapansedikit dan gerak udara biasanya kurang.Beberapa unsur pembangunan suatukawasan baik perkotaan maupun industriyang perlu diamati antara lain 3):

1. Desain dan konstruksi bangunan.Adanya kemungkinan terdapat masalahbangunan dan geoteknik. Desain untukventilasi dan pendinginan dengan caraalami, mungkin akan sangat diperlukan.

2. Ruang terbuka dan ekologi perkotaan.Desain perkotaan sebaiknyamenggabungkan koridor-koridor habitat,badan air dan anak sungai, dan pohon-pohon peneduh. Penggunaan lahanmulti fungsi mungkin menjadi kunciadaptasi ekologi perkotaan, denganfokus pada kelompok permukiman baruuntuk perencanaan dan pemeliharaankarakter ekologis.

3. Utilitas. Area-area yang jauh daripelayanan fasilitas dan utilitas, sertaarea-area pantai akan menjadi areayang rentan. Pengaruh yang palingbesar akan terjadi pada perubahangeoteknik dalam hidrologi dan air tanah,yang akan mempengaruhi drainaseserta jaringan suplay air bersih.Infrastruktur utama lainnya sering kaliberada pada lintas otoritas kewenangandan membutuhkan pendekatan yangkolaboratif.

4. Transportasi. Berbagai prasaranatransportasi seperti jalan kereta api(terutama di daerah pantai dan daerah-daerah yang berpotensi banjir) kanal-kanal, pelabuhan laut dan udara harusdiadaptasikan terhadap kejadian-kejadian cuaca ekstrim.

5. Pengembangan sistem drainase danpembuangan air kotor. Area perkotaanakan membutuhkan desain engineeringyang memasukkan unsur areapermeabel dan soft engineering.

6. Perencanaan dan zoning sensitifterhadap iklim dan menuntutkonsistensi pembuatan keputusan-keputusan yang didasarkan padapengetahuan mengenai keterhubunganunsur-unsur iklim dan elemen kota sertaberbagai konsekuensi terhadapberbagai perubahan.

Page 5: KEBERADAAN RUANG TERBUKA HIJAU DALAM PEMBANGUNAN KAWASAN ...kelair.bppt.go.id/Jtl/2008/khusus/01ruanghijau.pdf · J. Tek. Ling Edisi Khusus Hal. 01-08 Jakarta Juli 2008 ISSN 1441-318X

5Keberadaan Ruang Terbuka... J. Tek. Ling. Edisi Khusus 1 - 8

Batas kemampuan suatu lingkunganmenerima beban adalah permasalahanglobal, sedangkan kegiatan manusiamembebani lingkungan secara individualmerupakan permasalahan lokal. Olehkarena itu manusia merupakan pusatperhatian pada pemikiran yangberkesinambungan terhadap perencanaanlingkungan dan pembangunan. Gambarberikut menerangkan daya tampungekosistem dan beban lingkungan maksimalyang dapat diakibatkan oleh kegiatanpembangunan. Beban lingkungan tersebutmengandung pencemaran yang disebabkanoleh persiapan pembangunan, yang meliputibahan, penggunaan dan pembongkaran.

Berdasarkan ambang batas dan faktorekonomi (statistik pengeluaran, statistik lalulintas, standar amdal dan pelaksanaannyata) akan dapat ditentukan pencemaranlingkungan maksimal yang diperbolehkanper unit hunian. Pada lahan yang akandigunakan untuk membangun gedung, adabeberapa hal yang harus diperhatikan yaitumengenai kesuburan tanah yang ada apakahdapat hilang dengan adanya pembangunan.Tanah yang berpotensi subur sebaiknyadipertahankan sebagai lahan hijau dan tidakdialihfungsikan sebagai daerah yangterbangun.

Gedung juga membutuhkanperlindungan terhadap radiasi matahari,hujan, serangga dan perlindungan terhadapangin keras3). Secara fisiologis iklimmempengaruhi kenyamanan termalmanusia. Suhu inti manusia adalah ± 37 ºCpada otot dan di permukaan kulit manusiasuhu menjadi lebih rendah yaitu 30 - 35ºCsedangkan pada ujung hidung dan telingayaitu 22ºC. Dengan metabolisme energidalam tubuh maka badan manusiamelepaskan kalor sebesar ± 100 Watt.Pertukaran panas manusia denganlingkungannya tergantung dari suhu udara,suhu permukaan yang berada disekelil ingnya, penyalur panas olehpermukaan tersebut, kelembapan danangin.

Pengaruh iklim terhadap bangunan jugadapat menjadi pertimbangan yaitusebaiknya dibuat secara terbuka denganjarak yang cukup di antara bangunantersebut agar gerak udara terjamin.Orientasi bangunan ditempatkan diantaralintasan matahari dan angin sebagaikompromi antara letak gedung berarah daritimur ke barat dan yang terletak tegak lurusterhadap arah angin. Gedung sebaiknyaberbentuk persegi panjang yangmemberikan efek penerapan ventilasi silang.Ruang di sekitar bangunan sebaiknyadilengkapi pohon peneduh tanpamenganggu aliran angin. Perlu dipersiapkansaluran dan resapan air hujan dari atap danhalaman yang telah diperkeras. Meskipundemikian tetap harus menyisakan minimal30% lahan terbuka untuk penghijauan.Pengaruh suhu terhadap bangunan dapatdiatur dengan memperhatikan letak, bentukdan lapisan permukaan gedung. Bidangyang kurang panas selalu akan menerimapanas dari bidang yang lebih panas. Halyang sama juga terjadi antara dua benda(lewat udara) maupun antara dua permukaandinding (lewat tembok) dimana bendahangat berupa udara yang hangat akibatradiasi matahari dan benda dingin berupaudara di dalam rumah. Penukaran panaspada lapisan bidang permukaan luar gedungdapat juga dipengaruhi oleh faktor pantulandan penyerapan sinar panas. Panas diserapoleh bagian dinding luar dan akanmenghangatkan juga permukaan dindingdalam sesudah beberapa saat menurutdaya serap panas dan tebalnya dinding.Perlindungan bangunan terhadap mataharimerupakan tuntutan utama pada iklim tropispanas lembab. Langkah yang palingsederhana adalah dengan penanaman pohonpeneduh di sekitar bangunan.Denganmelihat situasi pembangunan dan masalah-masalah lingkungan di perkotaan yangsangat kompleks dan parah danmengakibatkan kualitas lingkunganmenurun, maka pengembangan daerah hijau(hutan kota dan taman kota) sebagaiperedam sumber polusi udara harus

Page 6: KEBERADAAN RUANG TERBUKA HIJAU DALAM PEMBANGUNAN KAWASAN ...kelair.bppt.go.id/Jtl/2008/khusus/01ruanghijau.pdf · J. Tek. Ling Edisi Khusus Hal. 01-08 Jakarta Juli 2008 ISSN 1441-318X

6 Saraswati, A. A. 2008

d i k e m b a n g k a n . M a s a l a h - m a s a l a hlingkungan yang mendorong perlunyapengembangan daerah hijau adalah :

1. Tingkat polusi udara (debu, asap,aerosol dan sebagainya) sudahmelewati ambang batas. Satu hektarhutan memiliki potensi untuk mengikat1.000 kg debu/tahun yang diakibatkanoleh polusi udara dan mengolahnyamenjadi humus7)

2. Suhu udara yang semakin panas.Setiap pohon yang ditanammempunyai kapasitas mendinginkanudara sama dengan rata-rata limapendingin udara (AC) yang dioperasikanselama 20 jam setiap harinya.

3. Kebisingan yang semakin parah.Setiap 93 m² hutan mampu menyerapkebisingan sebesar 8 dB dan setiaphektar hutan dapat menetralisir CO2yang diakibatkan oleh 20 kendaraanbermotor.

4. Air tanah semakin terkuras. Setiappohon besar mampu menguapkan 280– 380 L air/hari dan 170 – 230 L air/haridapat diterserap oleh tanah di sekelilingakarnya dan kemudian air tersebutmeresap kedalam tanah menjadi airtanah 8).

5. Kebutuhan Oksigen setiap jam atausetiap hari bagi manusia terusmeningkat. Setiap pohon besar mampumemproduksi 4.580 kg O2 pertahundan setiap manusia membutuhkan 2,9kg O2 per hari, sedangkan sebuahmobil sedan 100 kg O2 untuk setiap100 km.

6. Ruang terbuka hijau yang seharusnya30% dari luas wilayah permukimansemakin sempit karena taman-tamanberubah fungsi menjadi bangunangedung. Hal ini perlu dihentikan segeradan melakukan penataan ulang.Telah diketahui perubahan iklim dapat

mempengaruhi fungsi dan struktur ruanghijau, yang pada akhirnya berdampak padalingkungan perkotaan pada kawasan itu

sendiri. Pengetahuan mengenai hal inimenjadi penting untuk memberikan responterhadap pengaruh-pengaruh perubahaniklim dengan strategi yang adaptif melaluimanajemen, perancangan dan perencanaanruang hijau perkotaan.

Adanya 3 (tiga) tujuan penataan RTH4), yaitu:

1. Dapat menciptakan tata ruang kotayang berwawasan lingkungan danmanusiawi serta serasi sesuai dengankeindahan kota;

2. Dapat meningkatkan dan memeliharamutu lingkungan hidup perkotaan yanghijau, segar, nyaman, bersih, indah danteratur dan

3. Dapat menjaga dan memeliharalingkungan alam dengan lingkunganbinaan yang berguna bagi kebutuhanhidup masyarakat penghuni.Banyak pendapat tentang luas RTH

ideal yang dibutuhkan oleh suatu kawasan.Hal tersebut dinyatakan bahwa dari sudutkesehatan5) seorang penduduk kotamaksimal memerlukan ruang terbuka seluas15 m2, kebutuhan normal 7 m2 dan minimalharus tersedia 3 m2. Pendapat lain berasaldari Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB)melalui World Development Report (1984)menyatakan bahwa prosentase RTH yangharus ada di kota adalah 50% dari luas kotaatau bila kondisi sudah sangat kritis minimal15% dari luas kota. Untuk Indonesia,Direktorat Jendral Cipta Karya DepartemenPekerjaan Umum menyatakan bahwa luasRTH yang dibutuhkan untuk satu orangadalah seluas 1,8 m2. Jadi RTH walaupunhanya sempit atau dalam bentuk tanamandalam pot tetap harus ada di sekitar individu.Lain halnya jika RTH akan dimanfaatkansecara fungsional, maka luasannya harusbenar-benar diperhitungkan danproporsional.

4. KEBERADAAN RTH DALAM KAWASAN INDUSTRI

Secara umum keberadaan RTHbertujuan untuk menjaga menjaga

Page 7: KEBERADAAN RUANG TERBUKA HIJAU DALAM PEMBANGUNAN KAWASAN ...kelair.bppt.go.id/Jtl/2008/khusus/01ruanghijau.pdf · J. Tek. Ling Edisi Khusus Hal. 01-08 Jakarta Juli 2008 ISSN 1441-318X

7Keberadaan Ruang Terbuka... J. Tek. Ling. Edisi Khusus 1 - 8

kelestarian, keserasian dan keseimbanganekosistem yang meliputi unsur-unsurlingkungan, sosial dan budaya. Demikianpula halnya dengan keberadaan RTH disuatu kawasan industri penelitian dari DirjenPenataan Ruang, Departemen PekerjaanUmum pada tahun 2006 dapat menjelaskanbahwa keberadaan RTH yang berkaitandengan suatu kawasan industri diharapkanmampu menjaga keseimbangan ekosistemdan dapat berfungsi antara lain sebagai:

1. Penahan dan penyaring partikel padatdari udaraDengan adanya RTH-kota, partikelpadat yang tersuspensi pada lapisanbiosfer bumi akan dapat dibersihkanoleh tajuk pohon melalui proses jerapandan serapan. Dengan adanyamekanisme ini jumlah debu yangmelayang-layang di udara akanmenurun. Partikel yang melayang-layang di permukaan bumi sebagianakan terjerap (menempel) padapermukaan daun, khususnya daunyang berbulu dan yang mempunyaipermukaan yang kasar dan sebagianlagi terserap masuk ke dalam ruangstomata daun. Manfaat dari adanyatajuk pada RTH-kota ini adalahmenjadikan udara yang lebih bersih dansehat jika dibandingkan dengan kondisiudara pada kondisi tanpa tajuk di RTH-kota.

2. Ameliorasi iklimKeberadaan RTH diupayakan untukmengelola lingkungan agar pada saatsiang hari tidak terlalu panas, sebagaiakibat banyaknya permukaan yangdiperkeras, misalnya jalan (beraspalmaupun dari beton), gedung bertingkat,jembatan laying, papan reklame,menara, antene pemancar radio danlain-lain. Sebaliknya pada malam haridapat lebih hangat karena tajukpepohonan dapat menahan radiasi balikdari bumi6). Selanjutnya dijelaskanbahwa jumlah pantulan radiasi suryasuatu RTH sangat dipengaruhi olehpanjang gelombang, jenis tanaman,

umur tanaman, posisi jatuhnya sinarmatahari, keadaan cuaca dan posisilintang. Suhu udara pada daerah hijaulebih nyaman daripada daerah yangtidak ditumbuhi oleh tanaman.

3. Pengelolaan SampahRTH-kota dapat diarahkan untukpengelolaan sampah yaitu dapatberfungsi sebagai penyekat bau,.penyerap bau, pelindung tanah hasilbentukan dekomposisi dari sampah danpenyerap zat yang berbahaya danberacun/B3 yang mungkin terkandungdalam sampah seperti logam berat,pestisida serta B3 lain.

4. Pelestarian air tanahSistem perakaran tanaman dan serasahyang berubah menjadi humus akanmemperbesar jumlah pori-pori tanah.Karena humus bersifat lebihhigroskopis dengan kemampuanmenyerap air yang lebih besar makakadar air tanah hutan akan meningkat.Selain itu sistem perakaran danserasahnya dapat memperbesarporositas tanah, sehingga air hujanbanyak yang meresap masuk kedalamtanah sebagai air infiltrasi dan hanyasedikit yang menjadi air limpasan(surface run off). Jika hujan lebatterjadi, maka air hujan akan turun masukmeresap ke lapisan tanah yang lebihdalam menjadi air infiltrasi dan air tanah(aquifer). Dengan demikian RTH-kotayang dibangun pada daerah resapan airakan dapat membantu mengatasimasalah kekurangan air baku (airdengan kualitas yang baik).

5. Mengurangi tekanan yang diakibatkanoleh pencemaran lingkunganKesejukan dan kenyamanan yangditimbulkan akibat adanya RTH mampumengurangi kejenuhan dan kepenatan.Cemaran timbal, CO, SOx, NOX danlainnya dapat dikurangi oleh tajuk dankeberadaan RTH tersebut. RTH jugamampu mengurangi kekakuan danmonotonitas suatu kegiatan dikawasan yang sudah mulai terkenadampak pencemaran lingkungan.

Page 8: KEBERADAAN RUANG TERBUKA HIJAU DALAM PEMBANGUNAN KAWASAN ...kelair.bppt.go.id/Jtl/2008/khusus/01ruanghijau.pdf · J. Tek. Ling Edisi Khusus Hal. 01-08 Jakarta Juli 2008 ISSN 1441-318X

8 Saraswati, A. A. 2008

5. KESIMPULAN

1. Ruang Terbuka Hijau berpotensi dapatmemperbaiki kondisi kualitas udara danair tanah. Tanaman dalam RTH melaluiproses fotosintesis dapat menyerappolutan udara yang dikeluarkan olehkendaraan bermotor dan cerobong asappabrik. Tanaman melalui prosesevapotranspirasi dapat menyimpan airhujan sebagai imbuhan untuk air tanah,meningkatkan kenyamanan dan paru-paru kota.

2. Bentuk fisik tanaman yang khas secaratidak langsung bermanfaat untukmelindungi, mencegah bising,mencegah erosi dan sedimentasi.

3. Keberadaan RTH dewasa ini semakinmenyusut dengan laju pertumbuhanpenduduk yang mendorong adanyaalihfungsi lahan, sebagai tempatpermukiman dan perluasan areal usahadan industri.

4. Keberadaan pengurangan jumlah RTHsangat dipengaruhi antara lain olehstrategi kebijakan pengembangankawasan yang ditetapkan olehPemerintah Daerah setempat danpreferensi masyarakat dalammenentukan skala prioritas kebutuhanruang bagi masing-masing kepentingankegiatan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Prayoto, Krisantini, Sudirman. Y,Pencemaran dan Penyebaran LogamBerat di LPA Cacing, dalam HimpunanKarya Ilmiah, KPPL, Jakarta, 1993

2. Slamet, Ruang Terbuka Hijau KotaJakarta, Antara Fungsi dnaKeberadaan, Laporan Penelitian HukumLingkungan, Program Studi IlmuLingkungan, Universitas Indonesia,Jakarta, 2003

3. Frick, Heinz. Arsitektur Ekologis, serike 2, Penerbit Kanisius, SoegijapranataUniversity Press, Jogjakarta, 2006

4. Hendrawan, A, Peran Serta MasyarakatDalam Pengelolaan dan PemeliharaanRuang Hijau Kota, studi kasus RuangHijau Kota DKI Jakarta, LaporanPenelitian Hukum Lingkungan, ProgramStudi Ilmu Lingkungan, UniversitasIndonesia, Jakarta, 2001

5. Bianpoen, Papan dan Masyarakat diJakarta, majalah Widyapura No.3 tahunVI, Jakarta, 1989

6. Grey, J.& Frederick. C.Deneke, UrbanForestry, John Wiley&Sons BookCompany,Inc, 1978

7. Minke, Gernot/Witter, Gottfried. Hausermit grunem Pelz. Edisi ke 3 Franfurt/M: Dieter Fricke, 1983

8. Vester, Frederic. Ein Baum ist mehr alsein Baum. edisi ke-2. Munchen: Kosel,1986