26
PERKAWINAN CAMPURAN

kawin beda agama.pptx

Embed Size (px)

DESCRIPTION

materi

Citation preview

Page 1: kawin beda agama.pptx

PERKAWINAN CAMPURAN

Page 2: kawin beda agama.pptx

Ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan dan yang merupakan suatu pranata dalam budaya setempat

Perkawinan

Page 3: kawin beda agama.pptx

Perkawinan Secara Etimologis

Perkawinan adalah kata benda turunan dari kata kerja dasar kawin; kata itu berasal dari kata jawa kuno ka-awin atau ka-ahwin yang berarti dibawa, dipikul, dan diboyong; kata ini adalah bentuk pasif dari kata jawa kuno awin atau ahwin; selanjutnya kata itu berasal dari kata vini dalam Bahasa Sanskerta

Page 4: kawin beda agama.pptx

UU No. 1/1974 tentang perkawinan

Pasal 1 berbunyi: “Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seseorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Selanjutnya dalam pasal 2 dinyatakan : “Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaan itu”.

Page 5: kawin beda agama.pptx

Moral Perkawinan

1. Perkawinan sebagai Lembaga Sosial2. Perkawinan sebagai Persekutuan Hidup

dan Cinta3. Nilai – nilai Dasar Perkawinan

Monogami Tak Terceraikan Subur Heteroseksual

Page 6: kawin beda agama.pptx

1. Perkawinan sebagai Lembaga Sosial

Semua negara mengakui, mengatur, dan melindungi lembaga perkawinan warganya.

Masyarakat mengakui bahwa perkawinan merupakan ikatan yang memberi hidup dan moral pasutri untuk hidup bersama

Page 7: kawin beda agama.pptx

2. Perkawinan sebagai Persekutuan Hidup dan Cinta

Cinta suami-istri adalah bentuk cinta yang total, sebab cinta mereka memperlihatkan komitmen yang menyebabkan munculnya komunitas yang disebut keluarga.

Page 8: kawin beda agama.pptx

3. Nilai – nilai Dasar Perkawinan

Monogami Perkawinan antara satu suami dan satu istri Bersifat utuh, total, tak terbagi Martabat dan tanggung jawab suami istri

tampak sama, tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah

Page 9: kawin beda agama.pptx

3. Nilai – nilai Dasar Perkawinan

Tak Terceraikan Cinta tidak bersifat egosentris Suami istri harus menjadi sepasang pribadi

(partner)

Page 10: kawin beda agama.pptx

3. Nilai – nilai Dasar Perkawinan

Subur Hubungan seksual suami-istri bersifat

prokreatif Hubungan seksual dipandang luhur dan

terhormat Tidak terbatas pada keturunan

Page 11: kawin beda agama.pptx

3. Nilai – nilai Dasar Perkawinan

Heteroseksual Hubungan seks

adalah ungkapan cinta sejati yang khas antara suami dan istri

Fungsi hubungan seks adalah reproduksi, maka perkawinan sejenis kelamin homoseks secara moral tidak dapat dipertanggungjawabkan

Page 12: kawin beda agama.pptx

Perkawinan Campuran

Perkawinan yang mengikat sepasang suami-istri dimana mereka memiliki keyakinan yang berbeda namun mempunyai tujuan yang sama yaitu membangun bahtera rumah tangga.

Page 13: kawin beda agama.pptx

Perkawinan Campuran

1. Pandangan Islam2. Pandangan Katolik3. Pandangan Buddha4. Pandangan Protestan5. Pandangan Hindu

Page 14: kawin beda agama.pptx

Perkawinan Campuran

Pandangan Islam Pandangan Agama Islam terhadap perkawinan antar

agama, pada prinsipnya tidak memperkenankannya. Dalam Alquran dengan tegas dilarang perkawinan antara orang Islam dengan orang musrik seperti yang tertulis dalam Al-Quran yang berbunyi :

“Janganlah kamu nikahi wanita-wanita musrik sebelum mereka beriman. Sesungguh nya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walupun dia menarik hati. Dan janganlah kamu menikahkah orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik daripada orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu”. (Al-Baqarah [2]:221)

Page 15: kawin beda agama.pptx

Perkawinan Campuran

Pandangan Katolik Bagi Gereja Katholik menganggap

bahwa perkawinan antar seseorang yang beragama katholik dengan orang yang bukan katholik, dan tidak dilakukan menurut hukum agama Katholik dianggap tidak sah

Page 16: kawin beda agama.pptx

Perkawinan Campuran

Pandangan Buddha Perkawinan antar agama di mana salah

seorang calon mempelai tidak beragama Budha, menurut keputusan Sangha Agung Indonesia diperbolehkan, asal pengesahan perkawinannya dilakukan menurut cara agama Budha.

Di samping itu, dalam upacara perkawinan itu kedua mempelai diwajibkan untuk mengucapkan atas nama Sang Budha, Dharma dan Sangka

Page 17: kawin beda agama.pptx

Perkawinan Campuran

Pandangan Protestan Pada prinsipnya agama

Protestan menghendaki agar penganutnya kawin dengan orang yang seagama, karena tujuan utama perkawinan untuk mencapai kebahagiaan sehingga akan sulit tercapai kalau suami istri tidak seiman.

Page 18: kawin beda agama.pptx

Perkawinan Campuran

Pandangan Hindu Perkawinan orang yang beragama Hindu yang

tidak memenuhi syarat dapat dibatalkan. Untuk mensahkan suatu perkawinan menurut

agama Hindu, harus dilakukan oleh Pedande/Pendeta yang memenuhi syarat untuk itu. Di samping itu tampak bahwa dalam hukum perkawinan Hindu tidak dibenarkan adanya perkawinan antar penganut agama Hindu dan bukan Hindu yang disahkan oleh Pedande.

Dalam agama Hindu tidak dikenal adanya perkawinan antar agama.

Page 19: kawin beda agama.pptx

Perkawinan Campuran menurut Katolik

Perkawinan campur, yaitu perkawinan antara seorang baptis Katolik dan pasangan yang bukan Katolik. Gereja memberi kemungkinan untuk perkawinan campur karena membela dua hak asasi, yaitu hak untuk menikah dan hak untuk memilih pegangan hidup (agama) sesuai dengan hati nuraninya.

Page 20: kawin beda agama.pptx

Perkawinan Campuran menurut Katolik

Dua jenis Perkawinan Campur1. Perkawinan campur beda gereja2. Perkawinan campur beda agama

Page 21: kawin beda agama.pptx

Perkawinan Campur Beda Gereja

Berbeda dengan perkawinan antara seorang Katolik dan Protestan dapat dirayakan dengan perayaan ekumene seperti yang dirumuskan dalam buku “Upacara perkawinan”.

Dikatakan bahwa: bila seorang Katolik ingin menikah dengan seorang Kristen dari Gereja lain, harus diusahakan jangan sampai “perkawinan campur” ini menimbulkan tekanan batin bagi salah satu pihak, atau merugikan dialog dan usaha ekumenis antara Gereja Katolik dan Gereja Protestan.

Berbeda dengan perkawinan antara seorang Katolik dan Protestan dapat dirayakan dengan perayaan ekumene seperti yang dirumuskan dalam buku “Upacara perkawinan”.

Dikatakan bahwa: bila seorang Katolik ingin menikah dengan seorang Kristen dari Gereja lain, harus diusahakan jangan sampai “perkawinan campur” ini menimbulkan tekanan batin bagi salah satu pihak, atau merugikan dialog dan usaha ekumenis antara Gereja Katolik dan Gereja Protestan.

Page 22: kawin beda agama.pptx

Dalam upacara tersebut yang menanyakan kesepakatan bukan Pastor, harus dimohonkan dispensasi dari forma canonica(tata peneguhan kanonik). Akan tetapi jangan diadakan upacara keagamaan di mana Pastor dan Pendeta secara bersama-sama menanyakan kesepakatan mempelai, masing-masing melakukan upacara sendiri 

Page 23: kawin beda agama.pptx

Perkawinan campur beda agama

Kodeks memberikan peluang untuk menerima kemurahan dari Ordinaris setempat dalam bentuk dispensasi atas halangan perkawinan beda agama

Tentang dispensasi dari halangan beda agama (disparitas cultus) atau memohon izin untuk melangsungkan perkawinan beda gereja (mixta religio), pastor hendaknya mengindahkan syarat-syarat yang ditentukan dalam kanon 1125-1126

Page 24: kawin beda agama.pptx

Upacara perkawinan dengan dispensasi dari halangan perkawinan beda agama yang dilangsungkan dalam perayaan ekaristi pada prinsipnya tidak dilarang, kecuali jika Ordinaris wilayah menentukan lain.

Page 25: kawin beda agama.pptx

Perkawinan Campuran menurut Katolik

Persyaratan mendapatkan Ijin atau Dispensasi 1. Pihak Katolik menyatakan bersedia menjauhkan bahaya

meninggalkan iman serta memberikan janji dengan jujur bahwa ia akan berbuat segala sesuatu dengan sekuat tenaga, agar semua anaknya dididik dalam Gereja Katolik (kan.1125, 1°).

2. Pihak yang non-Katolik diberitahu pada waktunya mengenai janji-janji yang harus dibuat pihak Katolik, sedemikian sehingga jelas bahwa ia sadar akan janji dan kewajiban pihak Katolik (kan.1125, 2°).

3. Kedua pihak hendaknya diberi penjelasan mengenai tujuan-tujuan serta sifat-sifat hakiki perkawinan, yang tidak boleh dikecualikan oleh seorang pun dari keduanya (kan.1125, 3°).

Page 26: kawin beda agama.pptx