22
Pengertian Sungai dan Jenis-jenisnya Dalam Peraturan Pemerintah RI No. 35 Tahun 1991 tentang sungai disebutkan bahwa sungai adalah tempat-tempat dan wadah- wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan. Sungai juga bisa diartikan sebagai bagian permukaan bumi yang letaknya lebih rendah dari tanah disekitarnya dan menjadi tempat mengalirnya air tawar menuju ke laut, danau, rawa atau ke sungai yang lain. Sungai adalah bagian dari permukaan bumi yang karena sifatnya, menjadi tempat air mengalir (Syarifuddin dkk, 2000 : 63). Dapat disimpulkan bahwa sungai adalah bagian dari daratan yang menjadi tempat tempat aliran air yang berasal dari mata air atau curah hujan. Kawasan tepian sungai adalah termasuk kawasan tepian air yang memiliki beberapa kelebihan, terutama berkaitan dengan fungsi dan aksessibilitas yang lebih strategis. Dengan memanfaatkan sungai manusia dapat berpindah-pindah, mendapatkan permukiman baru mereka untuk selanjutnya menetap dan berkembang menjadi permukiman yang lebih ramai, menjadi desa, lalu berkembang menjadi kota. 1. Ada bermacam-macam jenis sungai. Berdasarkan sumber airnya sungai dibedakan menjadi tiga macam yaitu:

kawasan tepian air

Embed Size (px)

DESCRIPTION

resume

Citation preview

Page 1: kawasan tepian air

Pengertian Sungai dan Jenis-jenisnya

Dalam Peraturan Pemerintah RI No. 35 Tahun 1991 tentang sungai disebutkan

bahwa sungai adalah tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan pengaliran air

mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya serta sepanjang

pengalirannya oleh garis sempadan.

Sungai juga bisa diartikan sebagai bagian permukaan bumi yang letaknya lebih

rendah dari tanah disekitarnya dan menjadi tempat mengalirnya air tawar menuju ke

laut, danau, rawa atau ke sungai yang lain.

Sungai adalah bagian dari permukaan bumi yang karena sifatnya, menjadi

tempat air mengalir (Syarifuddin dkk, 2000 : 63). Dapat disimpulkan bahwa sungai

adalah bagian dari daratan yang menjadi tempat tempat aliran air yang berasal dari

mata air atau curah hujan.

Kawasan tepian sungai adalah termasuk kawasan tepian air yang memiliki

beberapa kelebihan, terutama berkaitan dengan fungsi dan aksessibilitas yang lebih

strategis. Dengan memanfaatkan sungai manusia dapat berpindah-pindah,

mendapatkan permukiman baru mereka untuk selanjutnya menetap dan berkembang

menjadi permukiman yang lebih ramai, menjadi desa, lalu berkembang menjadi kota.

1. Ada bermacam-macam jenis sungai. Berdasarkan sumber airnya sungai dibedakan

menjadi tiga macam yaitu:

a. Sungai Hujan, adalah sungai yang airnya berasal dari air hujan atau sumber

mata air. Contohnya adalah sungai-sungai yang ada di pulau Jawa dan Nusa

Tenggara.

b. Sungai Gletser, adalah sungai yang airnya berasal dari pencairan es. Contoh

sungai yang airnya benar-benar murni berasal dari pencairan es saja (ansich)

boleh dikatakan tidak ada, namun pada bagian hulu sungai Gangga di India

(yang berhulu di Peg. Himalaya) dan hulu sungai Phein di Jerman (yang

berhuludi Pegunungan Alpen) dapat dikatakan sebagai contoh jenis sungai ini.

Page 2: kawasan tepian air

c. Sungai Campuran, adalah sungai yang airnya berasal dari pencairan es

(gletser), dari hujan, dan dari sumber mata air. Contoh sungai jenis ini adalah

sungai Digul dan sungai Mamberamo di Papua (Irian Jaya).

2. Berdasarkan debit airnya menurut (Syarifuddin dkk 2000 : 64 ) sungai dibedakan

menjadi 4 macam yaitu:

a. Sungai Permanen, adalah sungai yang debit airnya sepanjang tahun relatif

tetap. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Kapuas, Kahayan, Barito dan

Mahakam di Kalimantan. Sungai Musi, Batanghari dan Indragiri di Sumatera.

b. Sungai Periodik, adalah sungai yang pada waktu musim hujan airnya banyak,

sedangkan pada musim kemarau airnya kecil. Contoh sungai jenis ini banyak

terdapat di pulau Jawa misalnya sungai Bengawan Solo, dan sungai Opak di

Jawa Tengah. Sungai Progo dan sungai Code di Daerah Istimewa Yogyakarta

serta sungai Brantas di Jawa Timur.

c. Sungai Episodik, adalah sungai yang pada musim kemarau airnya kering dan

pada musim hujan airnya banyak. Contoh sungai jenis ini adalah sungai

Kalada di pulau Sumba.

d. Sungai Ephemeral, adalah sungai yang ada airnya hanya pada saat musim

hujan. Pada hakekatnya sungai jenis ini hampir sama dengan jenis episodik,

hanya saja pada musim hujan sungai jenis ini airnya belum tentu banyak.

3. Berdasarkan asal kejadiannya (genetikanya) sungai dibedakan menjadi 5 jenis

yaitu:

a. Sungai Konsekuen, adalah sungai yang airnya mengalir mengikuti arah lereng

awal.

b. Sungai Subsekuen atau strike valley adalah sungai yang aliran airnya

mengikuti strike batuan.

Page 3: kawasan tepian air

c. Sungai Obsekuen, adalah sungai yang aliran airnya berlawanan arah dengan

sungai konsekuen atau berlawanan arah dengan kemiringan lapisan batuan

serta bermuara di sungai subsekuen.

d. Sungai Resekuen, adalah sungai yang airnya mengalir mengikuti arah

kemiringan lapisan batuan dan bermuara di sungai subsekuen.

e. Sungai Insekuen, adalah sungai yang mengalir tanpa dikontrol oleh litologi

maupun struktur geologi.

4. Berdasarkan struktur geologinya sungai dibedakan menjadi dua yaitu:

a. Sungai Anteseden adalah sungai yang tetap mempertahankan arah aliran

airnya walaupun ada struktur geologi (batuan) yang melintang. Hal ini terjadi

karena kekuatan arusnya, sehingga mampu menembus batuan yang

merintanginya.

b. Sungai Superposed, adalah sungai yang melintang, struktur dan prosesnya

dibimbing oleh lapisan batuan yang menutupinya.

5. (Tim Geografi, Yudhistira) Berdasarkan pola alirannya sungai dibedakan menjadi 6

macam yaitu :

a. Radial atau menjari, jenis ini dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Radial sentrifugal, adalah pola aliran yang menyebar meninggalkan

pusatnya. Pola aliran ini terdapat di daerah gunung yang berbentuk

kerucut.

Page 4: kawasan tepian air

Gambar 1. Sungai Radial Sentrifugal

2. Radial sentripetal, adalah pola aliran yang mengumpul menuju ke pusat.

Pola ini terdapat di daerah basi (cekungan).

Gambar 2. Sungai Radial Sentripetal.

b. Dendritik, adalah pola aliran yang tidak teratur. Pola alirannya seperti pohon, di

mana sungai induk memperoleh aliran dari anak sungainya. Jenis ini biasanya

terdapat di daerah datar atau daerah dataran pantai.

Gambar 3. Sungai dendritic

c. Trellis, adalah pola aliran yang menyirip seperti daun.

Page 5: kawasan tepian air

Gambar 4. Sungai trellis

d. Rektangular, adalah pola aliran yang membentuk sudut siku-siku atau hampir siku-

siku 90°.

Gambar 5. Sungai rektanguler

e. Pinate, adalah pola aliran di mana muara-muara anak sungainya membentuk sudut

lancip.

Gambar 6. Sungai pinate

f. Anular, adalah pola aliran sungai yang membentuk lingkaran.

Page 6: kawasan tepian air

Gambar 7. Sungai anular

6. Bagian-bagian Sungai dan Ciri-cirinya

Bagian-bagian dari sungai bisa dikategorikan menjadi tiga, yaitu: bagian hulu, bagian

tengah dan bagian hilir.

a. Bagian Hulu

Bagian hulu memiliki ciri-ciri: arusnya deras, daya erosinya besar, arah erosinya

(terutama bagian dasar sungai) vertikal. Palung sungai berbentuk V dan lerengnya

cembung (convecs), kadang-kadang terdapat air terjun atau jeram dan tidak terjadi

pengendapan.

b. Bagian Tengah

Bagian tengah mempunyai ciri-ciri: arusnya tidak begitu deras, daya erosinya mulai

berkurang, arah erosi ke bagian dasar dan samping (vertikal dan horizontal), palung

sungai berbentuk U (konkaf), mulai terjadi pengendapan (sedimentasi) dan sering

terjadi meander yaitu kelokan sungai yang mencapai 180° atau lebih.

c. Bagian Hilir

Bagian hilir memiliki ciri-ciri: arusnya tenang, daya erosi kecil dengan arah ke samping

(horizontal), banyak terjadi pengendapan, di bagian muara kadang- kadang terjadi

delta serta palungnya lebar.

Page 7: kawasan tepian air

Daerah Aliran Sungai

Daerah aliran sungai (DAS) dapat diartikan sebagai kawasan yang dibatasi oleh

pemisah topografis yang menampung, menyimpan dan mengalirkan air hujan yang

jatuh di atasnya ke sungai yang akhirnya bermuara ke danau/laut (Manan, 1979).

Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan ekosistem yang terdiri dari unsur utama

vegetasi, tanah, air dan manusia dengan segala upaya yang dilakukan di dalamnya

(Soeryono, 1979). Sebagai suatu ekosistem, di DAS terjadi interaksi antara faktor

biotik dan fisik yang menggambarkan keseimbangan masukan dan keluran berupa

erosi dan sedimentasi. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa pengertian DAS

adalah sebagai berikut :

a. Suatu wilayah daratan yang menampung, menyimpan kemudian mengalirkan

air hujan ke laut atau danau melalui satu sungai utama.

b. Suatu daerah aliran sungai yang dipisahkan dengan daerah lain oleh pemisah

topografis sehingga dapat dikatakan seluruh wilayah daratan terbagi atas

beberapa DAS.

c. Unsur-unsur utama di dalam suatu DAS adalah sumberdaya alam (tanah,

vegetasi dan air) yang merupakan sasaran dan manusia yang merupakan

pengguna sumberdaya yang ada.

d. Unsur utama (sumberdaya alam dan manusia) di DAS membentuk suatu

ekosistem dimana peristiwa yang terjadi pada suatu unsur akan mempengaruhi

unsur lainnya.

Daerah aliran sungai dapat dibedakan berdasarkan bentuk atau pola dimana

bentuk ini akan menentukan pola hidrologi yang ada. Corak atau pola DAS

dipengaruhi oleh faktor geomorfologi, topografi dan bentuk wilayah DAS.

Sosrodarsono dan Takeda (1977) mengklasifikasikan bentuk DAS sebagai berikut :

DAS bulu burung. Anak sungainya langsung mengalir ke sungai utama. DAS

atau Sub-DAS ini mempunyai debit banjir yang relatif kecil karena waktu tiba

yang berbeda.

DAS Radial. Anak sungainya memusat di satu titik secara radial sehingga

Page 8: kawasan tepian air

menyerupai bentuk kipas atau lingkaran. DAS atau sub-DAS radial memiliki

banjir yang relatif besar tetapi relatif tidak lama.

Das Paralel. DAS ini mempunyai dua jalur sub-DAS yang bersatu.

DAS merupakan kumpulan dari beberapa Sub-DAS. Mangundikoro (1985)

mengemukakan Sub-DAS merupakan suatu wilayah kesatuan ekosistem yang

terbentuk secara alamiah, air hujan meresap atau mengalir melalui sungai. Manusia

dengan aktivitasnya dan sumberdaya tanah, air, flora serta fauna merupakan

komponen ekosistem di Sub-DAS yang saling berinteraksi dan berinterdependensi.

Pengelolaan DAS dapat dianggap sebagai suatu sistem dengan input manajemen

dan input alam untuk menghasilkan barang dan jasa yang diperlukan baik di tempat

(on site) maupun di luar (off-site). Secara ekonomi ini berarti bentuk dari proses

produksi dengan biaya ekonomi untuk penggunaan input manajemen dan input alam

serta hasil ekonomi berupa nilai dari outputnya (Hulfschmidt, 1985). Tujuan

pengelolaan DAS secara ringkas adalah :

a. menyediakan air, mengamankan sumber-sumber air dan mengatur pemakaian

air.

b. menyelamatkan tanah dari erosi serta meningkatkan dan mempertahankan

kesuburan tanah.

c. Meningkatkan pendapatan masyarakat.

Untuk mewujudkan tujuan ini maka perlu diperhatikan aspek-aspek seperti :

Aspek fisik teknis yaitu pengolaan tata guna lahan sebagai prakondisi dalam

mengusahakan dan menerapkan teknik atau perlakuan yang tepat sehingga

pengelolaan DAS akan memberikan manfaat yang optimal dan kelestarian

lingkungan tercapai

Aspek manusia, yaitu mengembangkan pengertian, kesadaran sikap dan

kemauan agar tindakan dan pengaruh terhadap sumberdaya alam di DAS

dapat mendukung usaha dan tujuan pengelolaan

Aspek institusi yaitu menggerakkan aparatur sehingga struktur dan prosedur

Page 9: kawasan tepian air

dapat mewadahi penyelenggaraan pengelolaan DAS secara efektif dan efisien

Aspek hukum, yaitu adanya peraturan perundangan yang mengatur

penyelenggaraan pengelolaan DAS

Contoh kota / kawasan tepian air sungai :

Page 10: kawasan tepian air

1. Kota Banjarmasin

Banjarmasin merupakan salah satu ibukota provinsi di Pulau Kalimantan yang

memiliki banyak sungai sebagai salah satu sumber daya alamnya. Kota Banjarmasin

merupakan sebuah kota delta atau kota kepulauan yang terdiri dari sedikitnya 25 buah

pulau kecil dan merupakan bagian-bagian kota yang dipisahkan oleh sungai-sungai.

Kondisi ini memberikan pengaruh terhadap pembentukan karakter kota

Banjarmasin secara fisik karena 40% dari wilayahnya terdiri dari sungai-sungai besar

maupun kecil yang saling berpotongan. Banjarmasin merupakan kota yang berbasis

budaya perairan (water culture), hal ini bisa ditelusuri dari catatan sejarah

perkembangan Kota Banjarmasin. Sungai dan kehidupan budaya disekililingnya

merupakan saksi sejarah terbentuknya Kota Banjarmasin. Diperkirakan muncul pada

perempat kedua abad ke 16, Kota Banjarmasin awalnya dibangun di daerah muara

tepian Sungai Kuin dan Alalak (Subiyakto, 2005). Banyaknya sungai yang mengaliri

kota ini telah ada secara alami, ditambah juga adanya kanal-kanal (saluran air/kali)

dan anak sungai yang banyak dibuat oleh pemerintah Belanda pada jaman

penjajahan.

Sungai juga menjadi lokasi pusat pemerintahan Kerajaan Banjar di beberapa titik

di sepanjang tepian sungai. Besarnya fungsi sungai dan kayanya sejarah yang

tersimpan disana sehingga bisa dikatakan pertumbuhan dan perkembangan Kota

Banjarmasin dapat ditelusuri dari pertumbuhan dan perkembangan permukiman tepi

sungainya. Perkembangan kota Banjarmasin sebagai ibukota propinsi Kalimantan

Selatan semakin pesat. Fungsinya sebagai kota perdagangan (industri) dan kota

pelabuhan yang dikenal dengan “Kota Seribu Sungai”

Aktifitas yang terdapat pada tepi sungai Banjarmasin :

1. Permukiman Tepi Sungai di Banjarmasin

Pada awal perkembangan pola permukiman di Kota Banjarmasin berbentuk linier

mengikuti alur sungai-sungainya. Hal ini dapat dilihat dari rumah- rumah tradisional

yang masih bertahan hingga sekarang. para pemukim mendekati sumber air untuk

kegiatan mereka sehari- hari serta berkaitan dengan mata pencaharian mereka

sebagai pedagang yang menggunakan sungai sebagai jalur transportasi

Page 11: kawasan tepian air

perdagangan dan berbagai bangunan yang diperuntuhkan bagi kelengkapan

permukiman penduduk seperti pabrik, pelabuhan dan kegiatan ekonomi lainnya.

2. Ragam Keruangan Permukiman Produktif

kota Banjarmasin sebagai kota tepian sungai menunjukkan adanya perkembangan

kota dengan kegiatan industrinya yang meningkat cukup pesat, hal ini

mengakibatkan kawasan-kawasan di kota Banjarmasin mengalami perubahan

suatu fungsi lahan dari pertanian atau tambak menjadi permukiman dan industri

sehigga terjadi urbanisasi secara cepat seiring dengan perkembangan industrinya.

3. Permukiman Produktif (Industri Pengolahan Kayu) Sepanjang Tepi Sungai di

Banjarmasin

Seperti halnya di darat, kota yang berlokasi di tepi sungai berupaya untuk

memanfaatkan potensi letaknya, yaitu dalam hal menyediakan ruang dan akses

untuk kegiatan industri dan komersial untuk mendukung keberadaan permukiman di

sekitarnya tepi sungai. Disamping jalur darat, sampai saat ini penggunaan jalur

sungai merupakan jalur penting bagi aktivitas perekonomian untuk transportasi

guna memperlancar perhubungan dan pengangkutan komoditas antar tempat atau

daerah lain, seperti halnya di tepi sungai Kelurahan Alalak Tengah dan Alalak

Page 12: kawasan tepian air

Selatan. Kawasan permukiman tersebut memanfaatkan tepi sungai untuk

melakukan aktivitas ekonomi berupa industi pengolahan kayu.

Akibat yang ditimbulkan :

Adanya aktivitas bermukim di kawasan Alalak Tengah dan Alalak Selatan

memunculkan ragam keruangan (berbagai macam tipe keruangan) tersendiri dan

mengakibatkan kondisi ruang sepanjang tepi sungai di kawasan dalam

perkembangannya terus mengalami perubahan secara fisik berupa:

a. Degradasi Lingkungan Pendangkalan alur, penyempitan sungai dan

penyumbatan aliran air akibat semakin banyaknya permukiman liar yang di

bangun sepanjang bantaran sungai dan sampah permukiman yang dibuang ke

sungai.

b. Permukiman KumuhPertumbuhan massa bangunan yang terus berkembang

dan terkonsentrasi di sepanjang tepian sungai yang menyebabkan padatnya

permukiman penduduk, dimana hampir tidak ada jarak yang memisahkan antar

bangunan dan keberadaan fungsi lain yang berbaur menjadi satu (industri saw

mill/pengolahan kayu).

c. Peralihan Oriantasi Akibat Dinamisme PambangunanSungai tidak lagi menjadi

„muka depan‟ aktivitas namun justru menjadi „muka belakang‟, permukiman

menghadap ke jalan darat sebagai akses utama aktivitas (dari menghadap

sungai menjadi membelakangi sungai).

d. Modernisasi Dan Perubahan Budaya Serta Pola Hidup Masyarakat Nilai-nilai

budaya lokal yang akrab dengan sungai, kini kian memudar karena

pembangunan permukiman kota lebih berorientasi pada model pembangunan

Page 13: kawasan tepian air

berbasis lahan (daratan) sehingga rumah panggung tidak diminati lagi karena

dianggap kuno bahkan keberadaan rumah lanting sudah mulai hilang.

e. Pergeseran Fungsi Dan Paradigma Perlakuan Terhadap Sungai Perubahan

orientasi fungsi secara tidak langsung memberikan andil besar terhadap

perubahan „perlakuan‟ terhadap sungai, contohnya sungai menjadi lokasi bagi

pembuangan sampah rumah tangga serta aktivitas „belakang‟ lainnya seperti

MCK. Hal tersebut mengubah wajah sungai menjadi tidak teratur, kotor dan

bahkan tidak sehat.

f. Hilangnya Ruang Terbuka Hijau dan Ruang Terbuka PublikHilangnya ruang

untuk bersosialisasi di sepanjang tepian sungai seperti lapangan olahraga,

taman bermain ataupun area parkir semakin terbatas, akibat peran sungai

yang cukup penting bagi aspek kehidupan masyarakat menyebabkan

permukiman penduduk yang ada di sepanjang tepian sungai tersebut menjadi

sangat padat dengan aksesibilitas antar bangunan yang minim.

2. Sungai Seine Paris

Sungai Seine merupakan salah satu sungai yang paling terkenal di Perancis dan

telah dibuat bahkan lebih populer sebagai objek wisata di kota Paris. ketika desa

nelayan suku pertama kali didirikan persis di sepanjang tepi, air sungai Seine

meskipun sungai ini tidak banyak digunakan sebagai jalur air komersial, digunakan

secara ekstensif untuk berlayar.

Page 14: kawasan tepian air

Namun terdapat kapal laut yang masih bisa menyusuri Sungai Seine dari The

Havre ke Rouen, yang berjarak sekitar 120 km, meskipun perahu yang berpesiar

menyusuri Sungai Seine dapat menavigasi sekitar 560 km dan Sungai meluas sampai

ke Dijon di pegunungan Alpen. Tapi karena Sungai lambat mengalir itu membuat

mudah untuk menavigasi dan perjalanan yang sangat menyenangkan bagi pada

sebuah kapal pesiar.

Ketika Paris makmur melalui sungainya perdagangan kembali di Romawi, kanal

yang diletakkan di tempat untuk menghubungkan sungai-sungai besar lain seperti

sungai Loire dan Sungai Rhine. Kemudian dalam ratusan delapan belas kunci

dipasang untuk membuat hidup lebih mudah sebagai tingkat air bervariasi cukup

drastis, terutama di sekitar wilayah Paris, yang sekarang sangat erat dikendalikan.

ketika berlayar di Sungai Seine akan menemukan banyak jembatan yang terdapat

di sungai ini, yang sudah ada dari berabat-abat tahun, salah satunya disebut Pont-

Neuf yang batu pertama diletakkan oleh raja Henri III pada tahun 1578. Namun

penambahan terbaru ini dibangun pada tahun 1996 untuk mengakomodasi lebih

banyak lalu lintas, terutama untuk stadion sepak bola baru dibangun untuk Piala Dunia

FIFA. karena Anda bisa melihat banyak monumen terkenal seperti Menara Eiffel,

Louvre dan Notre Dame untuk nama tapi beberapa.

Wisata kapal pesiar di Sungai Seine di Paris yang dikenal sebagai bateaux

mouches adalah salah satu cara yang paling santai untuk bisa melihat beberapa

bangunan-bangunan bersejarah yang paling terkenal dan monumen lainnya yang

ditawarkan di kota romantis. yang mulai berkembang setelah Perang Dunia II yang

memperlihatkan kapal-kapal yang berkembang di Paris pada longboats asli yang

disebut bateaux-mouches yang dikonversi ke wisata perahu. Dan hari ini, sekarang

ada semakin banyak operator tur yang juga memiliki perahu yang serupa, namun

nama bateaux-mouches telah menjadi identic dengan tur keliling Paris di Seine.

Pilihan pendek cruises tersedia benar-benar luar biasa dari pesiar pendek satu

jam, untuk makan siang yang menyenangkan atau makan malam yang penuh cruise

untuk makan romantis gourmet Perancis, sementara melayang melewati semua situs

yang diterangi oleh lampu menyala di malam hari.

Beberapa operator pelayaran bahkan menawarkan paket lengkap sehingga dapat

mengunjungi beberapa atraksi utama, atau bahkan pergi ke kabaret seperti Moulin

Page 15: kawasan tepian air

Rouge, sebelum kembali untuk menyelesaikan tur. Yang tentunya akan memberikan

pengalamn yang tak terlupakan.

Page 16: kawasan tepian air

Daftar Pustaka

http://www.artikelsiana.com/

http://diglilib.unimed.ac.id

Page 17: kawasan tepian air

REVIEW KAWASAN TEPIAN AIR SUNGAI

OLEH :

R. NURFATIN DH

D52113511

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA

JURUSAN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN2015