Upload
ave-harysakti
View
238
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Artikel ini membahas tentang strategi pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan (Surya/Matahari) bagi pendampingan sumber energi fosil dari PLN. Dilakukan simulasi pada Permukiman Danau Seha di Kota Palangkaraya untuk memberikan gambaran tentang potensi daerah-daerah perkotaan di Indonesia dapat menjadi ladang penghasil energi terbarukan (energi surya) dan berkelanjutan yang potensial.
Citation preview
1
KONSEP KAWASAN MANDIRI ENERGI PERKOTAAN
(Lokasi Studi: Permukiman Danau Seha di Palangkaraya, Kalimantan Tengah)
Ave Harysakti
(Pascasarjana Arsitektur Lingkungan Binaan, Universitas Brawijaya)
1. Pendahuluan
1.1. Kondisi Energi Kelistrikan di Palangkaraya, Kalimantan Tengah
Indonesia sebagai negara kepulauan mengalami sangat banyak hambatan dalam
mengembangkan ketenagalistrikannya. Sampai dengan tahun 2011, rasio elektrifikasi di
Indonesia baru mencapai 72,95% dari total 62 juta rumah tangga nasional. Jadi masih terdapat
kurang lebih 19 juta rumah tangga yang belum mendapatkan akses tenaga listrik (ESDM, 2012
p12). Adapun sumber energi yang diandalkan sebagai pasokan utama konversi energi adalah
sumber energi fosil yaitu minyak bumi, batubara dan gas. Sebagaimana kita ketahui
kenyataannya bahwa sumber energi fosil ini semakin lama semakin berkurang dan diikuti
dengan harga yang akan terus meningkat. Kita ketahui pula bahwa energi listrik ini sangat
berperan penting bagi masyarakat dalam mereka menjalani kehidupan sehari-hari serta
berperan dalam proses pembangunan. Kehidupan rata-rata masyarakat perkotaan dan
sebagian perdesaan yang telah terjangkau listrik di era modern ini hampir semua peralatan
sehari-harinya menggunakan alat elektronik yang sumber dayanya menggunakan energi listrik.
Jika terjadi kekurangan pasokan listrik maka akan sangat mempengaruhi kualitas kehidupan
sehari-hari bagi masyarakat.
Sejak beberapa tahun terakhir ini seiring dengan berkembangnya Kota Palangkaraya
melalui pertumbuhan penduduk, kawasan permukiman, industri dan ekonomi mengakibatkan
terjadinya kekurangan pasokan listrik di Kota Palangkaraya sehingga sering terjadinya
pemadaman secara bergilir. Menurut PT.PLN (2012a p1), total kapasitas terpasang pembangkit
tenaga listrik di wilayah Kalimantan Tengah adalah sebesar 78,05 MW dengan daya mampu
pembangkit 53,67 MW, beban puncak sebesar 58,40 MW sehingga cadangan operasi (reserve
margin) sebesar 19,65 MW (25%) yang artinya margin standar keandalan sistem tidak tercapai
karena selisih daya dan kebutuhan sangat kecil sehingga rentan terjadi krisis energi listrik. Lebih
detail lagi untuk Kota Palangkaraya menurut data BPS Kalteng (2012 p252), daya listrik
terpasang sebesar 68,16 KW dengan daya mampu 48,35 KW, beban puncak sebesar 35,95 KW
sehingga cadangan operasi diperoleh hanya sebesar 8,4 KW (12%). Sedangkan menurut
PT.PLN (2012b p205), cadangan operasional (reserve margin) yang ideal bagi ketenagalistrikan
adalah 30% dari total daya mampu jaringan, jika kurang dari itu maka akan mengakibatkan
operator tidak memiliki keleluasaan dalam mengatur distribusi energi listrik pada jaringannya.
Berdasarkan nilai statistik ketenagalistrikan di atas dapat dipastikan bahwa pasokan
listrik untuk Kota Palangkaraya sangatlah pas-pasan sehingga tidaklah mengherankan
pemadaman listrik sering terjadi di kota ini yang imbasnya mempengaruhi aktivitas dan
menghambat produktivitas masyarakatnya. Pemadaman listrik ini seringkali terjadi apabila
terjadi gangguan pada salah satu pembangkit listrik Sistem Barito (PLTU Asam-Asam, PLTA
2
Riam Kanan, PLTD Trisakti dan PLTG Trisakti), hal ini terjadi karena ketenagalistrikan
Kalimantan Tengah terinterkoneksi dan mengalami ketergantungan dengan Sistem Barito ini
(Situs 1, 2012). Kinerja pembangkit listrik di wilayah Kalselteng ini juga sangat dipengaruhi oleh
musim kemarau dan musim penghujan. Pada saat musim kemarau, debit air di bendungan
Riam Kanan menurun sehingga mengurangi jumlah produksi energi listriknya. Demikian pula
setiap tahunnya PLTU Asam-Asam harus rutin melakukan perawatan mesin (overhaul) yang
mengakibatkan asupan daya listrik Kalselteng menurun. Serta terkadang karena kondisi alam
(air surut sehingga tongkang tidak dapat merapat) menyebabkan pasokan bahan bakar Solar
dan Gas ke PLTD dan PLTG Trisakti terhambat dan pembangkit listrik tidak dapat beroperasi
untuk sementara.
Untuk mengatasi defisit energi listrik seperti tersebut di atas, perlu segera dilakukan
penerapan teknologi penghasil energi alternatif dengan menggunakan sumber Energi Baru
Terbarukan/EBT (renewable energy/non-fossil) seperti energi dari sinar matahari, air, angin,
pasang surut air laut, panas bumi, minyak nabati, dan biomass. Sumber EBT ini adalah sangat
ramah lingkungan (eco-friendly) sehingga dapat dikembangkan secara luas sebagai sumber
energi pendamping dari pembangkit tenaga listrik berbasis fosil (Ren21, 2013 p85).
Berbeda dengan energi fosil dimana eksploitasinya yang ekstensif mengakibatkan
kerusakan lingkungan baik di lokasi tempat penambangannya maupun akibat pemanfaatan
energi fosil ini yang menimbulkan efek rumah kaca dari emisi CO2 yang dihasilkannya.
Sedangkan EBT memiliki keunggulan dari tingkat polusinya yang rendah sehingga dampaknya
tidak mempercepat terjadinya global warming. Sifat sumbernya yang berkelanjutan (sustainable)
membuat kita tidak perlu khawatir akan kehabisan bahan penghasil energi tersebut. Dari segi
produksipun EBT ini membuka lebar peluang partisipasi masyarakat secara aktif karena dapat
dikelola oleh kelompok-kelompok kecil masyarakat diperkotaan dan perdesaan.
1.2. Potensi Sumber Daya Energi Baru Terbarukan di Indonesia
Energi Baru dan Terbarukan (EBT) adalah energi yang bersumber daya dari nonfosil
yang dapat diperbaharui atau bila dikelola dengan baik maka sumber dayanya tidak akan habis.
Sumber daya yang baru adalah energi angin, energi surya dan energi samudera. Sedangkan
yang terbarukan adalah biomassa dan air (Jos, 2010 p8).
Potensi Energi Baru Terbarukan (EBT) di Indonesia adalah sebesar 160 GigaWatt (GW),
dapat mencukupi kebutuhan energi di Indonesia hingga 100 tahun mendatang (Sukarna, 2012
p1). Potensi EBT di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1 pada halaman lampiran. Dari Tabel 1
tersebut potensi EBT di Indonesia adalah sekitar 160 GigaWatt, namun pemanfaatannya masih
sekitar 17% saja. Hal ini disebabkan karena kurang seriusnya penanganan EBT selama ini,
kemungkinan besar disebabkan oleh ketergantungan kita pada energi fosil.
Dari uraian detail jenis-jenis EBT pada Tabel 2 di halaman lampiran, didapatkan
karakteristik jenis Energi Baru dan Terbarukan (EBT) yang paling cocok diterapkan di daerah
perkotaan yaitu Energi Surya. Hal ini disebabkan karena pengaplikasian Energi Surya ini
sifatnya lebih fleksibel dalam pemasangannya untuk skala rumah tangga (Stand Alone System)
3
maupun diinterkoneksikan dengan jaringan listrik PLN (Grid Connected PV System) (Situs 3,
2007). Teknologi Thermal Surya dan Panel Surya (PhotoVoltaics/PV) saat ini telah
memungkinkan untuk menempatkan peralatannya pada atap maupun dinding bangunan tanpa
membutuhkan tanah yang lapang. Dari segi sumberdaya Energi Surya, sinar matahari akan
selalu tersedia dan gratis, tanpa perlu menyedot sumber daya alam berbasis fosil yang
persediaannya semakin menipis. Dalam pengembangan sistem energi surya ini, masyarakat
kota dapat turut berpartisipasi dalam pengelolaan produksi energinya dan dalam pemeliharaan
peralatannya.
Permasalahan pemadaman listrik pada Kota Palangkarya akibat kekurangan daya listrik
saat beban puncak ataupun saat terjadi kerusakan dan kendala lainnya pada pembangkit listrik
Sistem Barito dapat dicarikan solusinya dengan menggunakan alternatif pemanfaatan EBT ini.
Tulisan ini bersifat deskriptif normatif yaitu mendefinisikan permasalahan ketenagalistrikan di
Kota Palangkaraya dan mensimulasikan solusi permasalahannya yaitu Konsep Kota Mandiri
Energi Perkotaan. Pada tulisan ini akan mencoba membahas strategi dan implementasi EBT
dari jenis Energi Surya di Kota Palangkaraya sebagai salah satu komponen ketenagalistrikan
kota guna menambah kapasitas daya listrik PLN (pendampingan penghasil energi) dengan
memanfaatkan potensi yang dimiliki oleh Kota Palangkaraya.
Tinjauan dilakukan dari perspektif Arsitektur Lingkungan Binaan dan mengoptimalkan
peran pemerintah selaku stakeholder, peran dan partisipasi masyarakat selaku warga kota, dan
peran pihak swasta (private sector) secara kemitraan mewujudkan Sistem Pendampingan
Ketenagalistrikan Kota Palangkaraya yang Berkelanjutan (Sustainable) dan Ramah Lingkungan
(Eco-Friendly) Sebagai Salah Satu Upaya Akselerasi Pelaksanaan Otonomi Daerah Dalam
Rangka Penguatan NKRI. Lokasi studi dipilih pada daerah Permukiman Danau Seha,
Kecamatan Pahandut di Kota Palangkaraya karena pada lokasi tersebut terdapat permukiman
kumuh yang membutuhkan penanganan segera dalam peningkatan kualitas lingkungan
binaannya agar dapat menjadi permukiman yang layak huni dan memiliki kontribusi positif bagi
Kota Palangkaraya melalui produksi energi listrik berbasis PLTS.
2. Peran Pemerintah Daerah dalam Percepatan Pembangunan Infrastruktur Energi
Paradigma utama yang mengemuka dari Otonomi Daerah menurut UU No.32/2004 dan
perubahannya dalam UU No.12/2008 adalah pelaksanaan demokrasi dan peningkatan
kesejahteraan rakyat (Noor, 2012a p6). Paradigma ini sejalan dengan semangat yang
terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat yaitu memajukan kesejahteraan
rakyat. Untuk mencapai tujuan ini pemerintah telah melakukan berbagai usaha diseluruh bidang
pembangunan seperti membuka lapangan pekerjaan, meningkatkan mutu pendidikan,
meningkatkan kualitas kesehatan, membangun berbagai infrastruktur, dan lain-lain. Upaya yang
lebih intensif lagi dari pemerintah untuk percepatan pembangunan guna tercapainya
kesejahteraan rakyat ini adalah dengan membuat keputusan yang krusial yaitu menyerahkan
sebagian wewenangnya kepada daerah otonom untuk menciptakan tata kelola pemerintahan
daerah yang baik guna melayani dan mensejahterakan rakyat dalam kerangka penguatan NKRI.
4
Kewajiban pemerintah daerah sehubungan dengan Otonomi Daerah telah dirumuskan
dalam UU No.32/2004 pasal 22 yang antara lain disebutkan meningkatkan kualitas kehidupan
masyarakat; menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak; mengembangkan
sumber daya produktif di daerah; dan melestarikan lingkungan hidup. Berdasarkan kewajiban-
kewajiban tersebut, sangat jelas bahwa pemerintah daerah memiliki tugas dan tanggung jawab
yang berat. Untuk itu pemerintah daerah harus memiliki terobosan dan strategi yang tepat untuk
memenuhi kewajibannya itu.
Menurut Martin (2010 p14), tingkat kesejahteraan masyarakat akan sangat tergantung
kepada tingkat ”pelayanan publik” yang disediakan oleh pemerintah daerah. Pelayanan publik
ini berupa produk Goods and Regulations untuk kepentingan masyarakat. Goods berupa
infrastruktur dan fasilitas-fasilitas umum yang dihasilkan oleh pemerintah daerah seperti jalan,
jembatan, pembangkit energi dan jaringan kelistrikan, sekolah, puskesmas, pasar, dan lain-lain.
Sedangkan Regulations berupa peraturan-peraturan seperti peraturan kependudukan, peraturan
perindustrian dan perdagangan, peraturan bangunan dan gedung, dan lain-lain.
Dengan memahami paradigma otonomi daerah di atas, jelas bahwa pemerintah daerah
merupakan faktor penting bagi keberhasilan pembangunan infrastruktur energi baik ditingkat
lokal, regional maupun nasional, karena aspirasi dan kebutuhan masyarakat akan energi
ditampung pemerintah daerah sebagai input untuk kemudian diolah sampai menghasilkan
output berupa Goods and Regulations yang mendukung terwujudnya pembangunan
infrastruktur energi yang dibutuhkan masyarakat setempat..
Pemikiran di atas menjadi salah satu dasar dalam mencukupi kebutuhan pasokan
ketenagalistrikan di Kota Palangkaraya, karena merupakan kewajiban Pemerintah Kota
Palangkaraya untuk memfasilitasi dan mencarikan solusi permasalahannya. Pemerintah Kota
dalam hal ini dapat mengambil inisiatif untuk menjalankan Public Private Partnership,
menggandeng pihak swasta untuk membangun kemitraan dalam penyediaan infrastruktur
energi daerah berbasis Energi Baru dan Terbarukan (EBT) serta meningkatkan peran warga
negara dalam mengusahakan sumber daya energi guna meningkatkan produksi
ketenagalistrikan domestik (ESDM, 2006 p2). Kemitraan ini dilakukan untuk mengatasi
keterbatasan sumber dana pemerintah sehingga dengan bantuan pihak swasta, pembangunan
infrastruktur energi ini dapat segera terwujud agar kebutuhan masyarakat akan kestabilan
pasokan listrik dapat terpenuhi.
Dalam Blueprint Pengelolaan Energi Nasional 2006-2025 (ESDM, 2006 p17), dapat
dikembangkan kawasan khusus energi yang lokasinya disediakan oleh pemerintah untuk
memproduksi energi. Untuk melancarkan kemitraan ini pemerintah daerah selanjutnya
melakukan pengaturan dengan membentuk kerangka regulasi maupun kerangka investasi guna
memantapkan percepatan pembangunan infrastruktur energi tersebut (Bappenas, 2010 p33-1).
Berdasarkan UU No.30/2007 Pasal 22 ayat 1, pemerintah daerah dapat memberikan
kemudahan dan atau insentif terhadap pemanfaatan energi baru dan terbarukan; dan ayat 2,
pemerintah daerah dapat menyediakan dan memanfaatkan energi tersebut.
5
Jadi dalam mewujudkan pertumbuhan yang berkeadilan dan berkelanjutan, diperlukan
akselerasi penambahan infrastruktur dan peningkatan kualitas infrastruktur khususnya di luar
Jawa. Pemerintah Pusat dalam hal ini diharapkan tidak ragu mendukung baik dalam pendanaan
maupun regulasi agar upaya pemerintah daerah dalam melakukan percepatan pembangunan
infrastruktur energi ini dapat terlaksana dengan baik.
3. Kawasan Mandiri Energi Perkotaan
3.1. Pengertian Kawasan Mandiri Energi Perkotaan
Pada kongres United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) di
Bali tahun 2007 dihasilkan kesepakatan tentang Green Energy Concept yaitu mengefesienkan
penggunaan energi, menggunakan energi terbarukan, dan menggunakan teknologi energi
bersih untuk energi fosil dan non-fosil (Sumiarso, 2011 p10). Hal ini sangat perlu dikemukakan
sedini mungkin guna mengantisipasi kelangkaan energi di masa depan. Pemerintah saat ini
telah berupaya mengubah paradigma dalam pengelolaan energi dari manajemen berdasar
suplai ke arah manajemen berdasarkan pemanfaatan. Berdasarkan paradigma ini dilihat dari
kacamata Arsitektur Lingkungan Binaan bahwa perkotaan memiliki potensi yang besar dalam
menghasilkan daya listrik dari energi surya terutama memanfaatkan bidang atap dan dinding
dari bangunan perkotaan untuk memenuhi kebutuhan ketenagalistrikan di kota itu sendiri (City
of San Diego, 2010 p2).
Untuk memanfaatkan potensi penghasil energi listrik pada perkotaan tersebut maka perlu
segera dipikirkan konsep dan strategi pemanfaatannya, dalam hal ini didiskusikan pemikiran
tentang konsep pengembangan Kawasan Mandiri Energi Perkotaan. Konsep ini sekaligus dapat
digabungkan dengan konsep Perbaikan Permukiman Kumuh, dimana masyarakat pada
permukiman kumuh tersebut dapat diberdayakan untuk turut mengelola dan merawat peralatan
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang dipasang pada atap-atap rumah yang ada pada
permukiman tersebut dengan imbalan memperoleh energi listrik dalam skema penggratisan
ataupun skema potongan harga listrik. Dengan melakukan peningkatan kapasitas SDM melalui
pelatihan, lokakarya dan seminar bagi masyarakat permukiman kumuh ini dalam mengelola dan
memelihara peralatan, maka diharapkan dapat berimbas pula pada kesadaran masyarakat
untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidupnya menjadi lebih baik dan layak huni. Ditambah
pula dengan memperoleh energi listrik secara gratis atau dengan harga lebih murah, diharapkan
turut meningkatkan perekonomian masyarakat dipermukiman tersebut.
Kawasan Mandiri Energi Perkotaan (KMEP) adalah suatu kawasan dalam kota yang
terpilih karena karakteristik atau potensi kawasannya dikembangkan untuk dapat menghasilkan
ketenagalistrikan yang mencukupi kebutuhan listrik kawasan itu sendiri dengan menggunakan
teknologi Energi Baru dan Terbarukan (EBT).
Tujuan dari pengembangan Kawasan Mandiri Energi Perkotaan adalah:
1. Menghasilkan energi listrik mandiri untuk memenuhi kebutuhan listrik kawasan;
2. Membantu meringankan beban ketenagalistrikan kota secara keseluruhan;
3. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengadaan kebutuhan energi listriknya;
6
4. Menunjang pencapaian target 25% energi bersumber EBT yang dicanangkan pemerintah
pada tahun 2025;
5. Mengurangi ketergantungan pada pemanfaatan energi fosil;
6. Meningkatkan kualitas lingkungan hidup di kawasan tersebut; dan
7. Menunjang pembangunan berkelanjutan dan ramah lingkungan.
3.2. Studi Banding Kawasan Energi Mandiri Perkotaan di Dunia
a. Ota City, Gunma Prefektur – Jepang
Kawasan Pal Town Josai-no-Mori merupakan salah satu bagian dari Kota Ota,
Provinsi Gunma di Jepang dibangun pada tahun 2004 dan masih beroperasi hingga sekarang
(Situs 4, 2013). Kawasan ini merupakan daerah permukiman yang ketenagalistrikannya
sepenuhnya disuplai secara mandiri oleh PLTS yang dipasang disetiap atap rumah pada
kawasan tersebut (lihat gambar 7 pada lampiran). Terdapat total 553 buah rumah dan
bangunan yang ada pada kawasan ini, setiap atap rumah dipasang 1 unit PLTS yang dapat
menghasilkan 2,6-5,0 kWH/rumah (rata-rata 3,85 kWH/rumah). Sehingga dari seluruh sistem
PLTS-nya dapat menghasilkan 2.160 KW. Sistem PLTS ini berbentuk jaringan (Grid
Connected-demand side) menggunakan jenis PV Framed Regular Module dan jenis PV
Crystalline Silicon. Modul PV yang digunakan bermerk Sanyo, Kyocera, Sharp, Mitsubishi,
dan Matsushita, dengan usia garansi PV 25-30 tahun.
b. 'Pitrus - Mattenbies - Rietgors' Nieuwland, Utrecht, Belanda
Kawasan permukiman ini merupakan bagian dari kota Nieuwland, Utrecht di Belanda,
dibangun pada tahun 1999 dan masih beroperasi hingga sekarang (Situs 5, 2013). Terdapat
119 unit rumah sewa, dimana 96 buah unit pada atapnya dipasang PLTS dengan
kemampuan menghasilkan energi sebesar 2,66 kWp/unit, dan 20 unit pada atapnya dipasang
PLTS yang menghasilkan 2,05 kWp/unit (lihat gambar 8 pada lampiran). Jadi diperoleh total
energi listrik yang dihasilkan sebesar 303 kWp, dan total energi listrik yang dihasilkan
pertahun adalah sekitar 215.000 kWh. PLTS di kawasan ini menggunakan sistem Grid
Connected – Demand Side (sistem jaringan / tidak stand alone), menggunakan jenis PV
Regular Laminate, jenis solar cell-nya Crystalline Silicon-Multi, merk PV Shell dan merk
inverter Mastervolt Sunmaster.
Masih terdapat ribuan proyek PLTS yang berhasil di seluruh dunia dari skala kecil
sampai skala megaproyek, contohnya seperti di Abu Dhabi, PLTS “Shams 1” mampu
menghasilkan daya sebesar 100 MW yang mampu menerangi kira-kira 20.000 rumah serta
mampu mengurangi emisi CO2 sekitar 175.000 ton pertahunnya (situs 6, 2013).
3.3. Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Kawasan Mandiri Energi Danau Seha Kota
Palangkaraya
3.3.1. Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Surya
Pembangkit Listrik Tenaga Surya adalah pembangkit listrik yang memanfaatkan
energi sinar matahari yang diterima oleh Solar Cell Photovoltaics (Panel Surya) untuk
dikonversi menjadi listrik arus DC (Situs 7, 2013).
7
Besaran daya listrik yang dihasilkan oleh PLTS tergantung pada jumlah modul Panel
Surya yang disusun secara seri atau pararel yang dikenal dengan istilah Solar Array. Panel
Surya terbaik saat ini terbuat dari Crystalline Silicon dengan efisiensi 15-18%, menghasilkan
arus listrik DC sebesar 3.5 A. Untuk memperoleh arus listrik AC, maka perlu ditambahkan
alat inverter pada sistem.
Perhitungan daya maksimum dari panel surya menggunakan Wattpeak (Wp). Untuk
mengkonversikan Wp ke Watthours (Wh) maka Wp harus dikalikan dengan lama
penyinaran panel surya. Misalnya panel surya berkapasitas 100 Wp dan lama penyinaran 6
jam maka diperoleh 100 Wp x 6 jam = 600 Wh. Daya sebesar 600 Wh ini dapat menyalakan
sebuah lampu 25 Watt selama 24 jam atau sebuah TV LCD 50 Watt selama 12 jam. Adapun
komponen-komponen utama pembentuk PLTS adalah Panel Surya, Voltage Regulator &
Charger, Battery, dan Inverter AC (lihat gambar 9 pada lampiran).
3.3.2. Simulasi Perhitungan Ketenagalistrikan PLTS Danau Seha
Perhitungan ini adalah simulatif dan masih merupakan perhitungan kasar dan banyak
menggunakan data-data asumsi guna memperoleh sedikit gambaran potensi kinerja PLTS
pada KMEP Permukiman Danau Seha ini. Juga diharapkan mendapatkan gambaran
keefektifan PLTS (potensi energi yang diproduksi) dan keefisienannya (harga listrik per-
kWh-nya).
Permukiman Danau Seha terletak di Kecamatan Pahandut, Kota Palangkaraya
dengan luas wilayah 8,5 Ha (lihat Gambar 10 pada lampiran), terdiri 2 kelurahan, 6 RW, dan
18 RT, dan jumlah penduduk sebanyak 733 KK / 3.865 jiwa, dimana tercatat status pemilik
rumah sebanyak 581 KK dan penyewa rumah sebanyak 152 KK (BPS Kota, 2012b p15).
Permukiman Danau Seha ini tergolong kumuh, hal ini disebabkan penghidupan
penduduknya rata-rata masuk dalam golongan ekonomi lemah.
Tipologi bangunan yang ada pada permukiman ini adalah tipe Rumah Panggung
dengan luas bangunan rata-rata 30 m2, kecuali pada tipe bangunan infrastruktur yang
berukuran lebih besar (Budayanti, 2004 p78). Atap bangunan dominan berjenis atap pelana
(sloped roof) dengan konstruksi kuda-kuda kayu, jenis penutup atap adalah seng dan sirap
(lihat Gambar 11 pada lampiran). Sebelum panel-panel surya PLTS dipasang, maka perlu
dilakukan evaluasi kelayakan kekuatan struktur atap untuk menentukan bangunan mana
saja yang perlu direnovasi atap-atapnya agar dapat meletakkan panel surya diatasnya.
Berdasarkan jumlah dan tipe bangunan pada permukiman Danau Seha, didapatkan
kebutuhan daya listrik kawasan sebesar 1236,8 kWh/hari, selanjutnya diperoleh Total
Potensi Energi PLTS sebesar 15246,8 kWh/hari serta Harga Listrik PLTS sebesar
Rp.6.000/kWh (lihat Perhitungan 1, 2, dan 3 pada halaman lampiran). Saat ini tarif harga
listrik produksi PT.PLN (persero) adalah Rp.1.342/kWh, jika dibandingkan dengan harga
daya listrik produksi PLTS ini maka terlihat harga listrik hasil produksi PLTS jauh lebih
mahal. Namun perlu diketahui bahwa harga listrik PT.PLN (persero) adalah harga
bersubsidi dan dalam proses produksinya selalu membutuhkan bahan bakar fosil,
8
sedangkan harga listrik PLTS ini tanpa subsidi, bersifat sekali melakukan investasi untuk 25
tahun ke depan (kecuali mengeluarkan dana untuk pemeliharaan tahunan) serta tidak
membutuhkan biaya untuk membeli bahan bakar untuk proses produksinya karena
sumberdayanya adalah sinar matahari yang sifatnya gratis.
Prakiraan pemasangan PLTS pada unit-unit bangunan dipermukiman Danau Seha
dapat dilihat pada Gambar 12 di halaman lampiran. Direncanakan pula penyediaan titik-titik
lampu penerangan jalan lingkungan dan pompa-pompa air bersih bertenaga surya untuk
meningkatkan kualitas infrastruktur lingkungan binaannya. Sistem persampahan diperbaiki
dengan tujuan memanfaatkan sampah organik permukiman untuk diolah menjadi bahan
bakar gas (biogas) skala rumah tangga (lihat Gambar 13 pada lampiran).
Berdasarkan Kepmen No.1122 K/30/MEM/2002 pasal 1 ayat 1 (ESDM, 2002 p3)
PLTS Danau Seha ini tergolong Pembangkit Tenaga Listrik Skala Kecil Tersebar. Pihak
swasta dapat turut menanamkan modalnya secara jangka panjang dan memperoleh profit
dengan cara menjual kelebihan daya listrik hasil produksi PLTS kepada PT.PLN (persero).
Hal ini turut diatur pada Pasal 14 ayat 1 Kepmen No.1122 K/30/MEM/2002 dimana untuk
wilayah yang dilalui jaringan listrik, kelebihan daya dari pembangkit tenaga listrik skala kecil
tersebar dapat dijual kepada PT.PLN (persero) dengan ketentuan harga yang telah
ditetapkan, yaitu:
a. Harga jual tenaga listrik apabila terinterkoneksi pada tegangan menengah adalah 80%
dari harga pokok penjualan tegangan menengah.
b. Harga jual tenaga listrik apabila terinterkoneksi pada tegangan rendah adalah 60% dari
harga pokok penjualan tegangan rendah.
Dengan memasukkan skema keuntungan, akan lebih memberikan nilai tambah lain dengan
kehadiran Kawasan Mandiri Energi Perkotaan ini bagi semua pihak terkait yaitu pemerintah
daerah, masyarakat dan swasta.
3.4. Pemberdayaan Masyarakat Permukiman Danau Seha dalam Pengusahaan
Ketenagalistrikan EBT Tenaga Surya
Pemberdayaan masyarakat merupakan proses pengkayaan dan pemanfaatan modal
sosial (social capital) dengan cara memfasilitasi dan mendorong masyarakat untuk
memperkuat kapasitas diri agar mampu menempatkan diri secara proporsional dan dapat
menjadi pelaku utama dalam memanfaatkan peluang dan sumberdaya yang ada pada
lingkungannya secara keberlanjutan (Chavis et al, 1990 p56). Sebagaimana salah satu
tujuan dari Kawasan Mandiri Energi Perkotaan adalah meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam pengadaan kebutuhan energi listriknya, untuk mencapai tujuan tersebut maka
masyarakat Danau Seha harus meningkatkan kapasitas dirinya. Kegiatan-kegiatan
pemberdayaan masyarakat dapat dimulai sebelum dilaksanakannya pengembangan
Kawasan Mandiri Energi Perkotaan (KMEP) di lokasi yang direncanakan. Pihak pemerintah
daerah menyiapkan para calon pendamping pemberdayaan masyarakat ini yang kemudian
diseleksi secara ketat untuk mendapatkan pendamping yang benar-benar kompeten.
9
Dimulai dengan kegiatan membangun kesadaran masyarakat menggunakan metode
sosialisasi primer (pendekatan kekeluargaan agar tepat sasaran), dimana keluaran dari
sosialisasi ini diharapkan masyarakat menyadari bahwa mereka memiliki tujuan yang harus
diperjuangkan. Masyarakat yang sadar lebih dapat diharapkan akan menemukan peluang-
peluang, sumberdaya-sumberdaya dan memanfaatkannya. Dengan adanya kesadaran
masyarakat Danau Seha bahwa mereka memiliki peluang memperbaiki kualitas kehidupan
dan lingkungan hidupnya maka akan memperbesar pula peluang KMEP untuk
mensejahterakan masyarakat di kawasan tersebut.
Kegiatan selanjutnya adalah peningkatan pengetahuan dan keterampilan masyarakat
sehubungan dengan PLTS dan aspek-aspek pendukungnya. Kegiatan ini dilakukan saat
awal pemasangan PLTS pada unit-unit bangunan. Kader relawan dari masyarakat Danau
Seha dilatih untuk menjadi instalitir PLTS sehingga akhirnya diperoleh tenaga-tenaga
potensial dari masyarakat dalam melakukan perawatan dan pemeliharaan PLTS saat
beroperasinya nanti. Pihak swasta yang menanamkan modal pada KMEP ini dapat
mempekerjakan tenaga masyarakat terlatih ini dengan upah yang pantas untuk menjadi
tenaga lapangan PLTS. Bagi seluruh masyarakat ditanamkan pengetahuan dasar tentang
PLTS mulai dari cara bekerjanya sampai pada pengenalan tanda-tanda kerusakan
peralatan sehingga jika terjadi kerusakan akan dapat segera diperbaiki.
Tingkatan selanjutnya dari pemberdayaan masyarakat KMEP Danau Seha ini adalah
pengorganisasian, dimana dalam kegiatan ini masyarakat diajarkan untuk mengerjakan
segala hal dengan teratur. Terdapat pembagian tugas yang jelas dari masing-masing
individu sesuai tanggung jawabnya. Ditentukan struktur organisasi KMEP yang melibatkan
masyarakat Danau Seha sebagai batang tubuh organisasi karena masyarakat inilah yang
menjadi kunci keberhasilan PLTS ini.
4. Kesimpulan
Berdasarkan deskripsi dan perhitungan di atas, dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Sering terjadinya pemadaman listrik bergilir di Kota Palangkaraya diakibatkan rendahnya
cadangan operasi (reserve margin) yaitu hanya sekitar 12% (8,4 KW) dari standar ideal 30%
(PT.PLN, 2012b p205). Ketergantungannya dengan jaringan Sistem Barito mengakibatkan
rentannya ketahanan ketenagalistrikan di Kota Palangkaraya. Sedikit saja terjadi gangguan
di Sistem Barito maka akan berujung pemadaman listrik di Kota Palangkaraya.
2. Percepatan pembangunan infrastruktur energi dibutuhkan untuk memecahkan permasalahan
ketenagalistrikan di Kota Palangkaraya, untuk itu Konsep Kota Mandiri Energi Perkotaan
(KMEP) dapat dijadikan sebagai solusinya. KMEP merupakan langkah strategis dalam
memanfaatkan Energi Baru dan Terbarukan (EBT) Energi Surya, dimana menurut City of
San Diego (2010 p2), dengan memanfaatkan bidang-bidang atap dan dinding dari bangunan
perkotaan dapat diperoleh Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang produktif. PLTS ini
tidak membutuhkan lahan yang luas, tidak memerlukan perawatan yang intensif, tahan lama
10
(usia Panel Surya digaransi 20-30 tahun), menghemat penggunaan bahan bakar fosil, dan
ramah lingkungan (mengurangi emisi CO2). Konsep KMEP dapat digabungkan dengan
Konsep Perbaikan Permukiman Kumuh, dimaksudkan sebagai katalisator perbaikan dan
peningkatan kualitas lingkungan binaan (Chavis et al, 1990 p57). Metode Pemberdayaan
Masyarakat diterapkan pada KMEP ini, yaitu menempatkan masyarakat KMEP selaku
pemeran utama dalam mengoperasikan dan merawat PLTS didalamnya.
3. Otonomi daerah telah memperkokoh sendi-sendi perekonomian daerah dengan semakin
berkembangnya pembangunan infrastruktur yang menggerakkan pusat-pusat pertumbuhan
ekonomi lokal (local economic growth) serta peningkatan pelayanan kebutuhan dasar
masyarakat (Noor, 2012a p12). Konsep KMEP sejalan dengan pemikiran tersebut, bahwa
Konsep KMEP akan menggerakkan pertumbuhan ekonomi dikawasannya tersebut karena
akan membuka peluang lapangan kerja yang berdampak pada perbaikan taraf hidup
masyarakat, dan meringankan beban masyarakat akan kebutuhan dasar (permukiman yang
layak, kualitas lingkungan binaan dan kesehatan yang baik).
4. Penguatan daerah dalam memelihara, menjaga dan mempertahankan kedaulatan NKRI
dengan memadukan strategi sosial-ekonomi, pertahanan dan keamanan serta ketertiban
dan penegakan hukum juga strategi pelestarian lingkungan hidup berkelanjutan menjadi
sangat penting berlandaskan konsep, policy, dan regulasi otonomi daerah Noor (2012a p16).
Jadi konsep KMEP yang mengusung azas kemanfaatan strategi sosial-ekonomi dan strategi
pelestarian lingkungan hidup berkelanjutan diperkotaan adalah merupakan salah satu
langkah nyata otonomi daerah dalam rangka penguatan daerah dan penguatan NKRI.
== Terima Kasih & Semoga Bermanfaat ==
11
HALAMAN LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
Buku Teks, Jurnal, Prosiding:
BPS Kalteng, 2012. Kalimantan Tengah Dalam Angka. Palangkaraya: BPS Kalteng.
BPS Kota Palangkaraya, 2012. Kecamatan Pahandut Dalam Angka 2012. Palangkaraya: BPS
Kota Palangkaraya.
Budayanti, Tari, 2004. Evaluasi Rencana Teknik Ruang Kawasan Khusus Permukiman
Flamboyant Bawah, Danau Seha, Kota Palangkaraya. Tesis. Semarang: Universitas
Diponegoro.
Chavis, D. dan Wandersman, A. 1990. Sense of Community in the Urban Environment: A
Catalyst for Participation and Community Development. American Journal of Community
Psychology, 18 (1): 55-81.
Jos, Bakti, 2010. Peran Teknologi Separasi Dalam Pengembangan Energi Terbarukan. Pidato
Pengukuhan Guru Besar. Semarang: Universitas Diponegoro.
Martin, Stephen. 2010. Regulation and Public Service Improvement. Dalam Ashworth, R.,
Boyne, G.A. and Entwistle, T. 2010. Theories of Public Service Improvement: Theories and
Evidence. Oxford: Oxford University Press.
Sukarna, Djajang, 2012. Sosialisasi Program dan Kebijakan Bidang Energi Baru Terbarukan
dan Konservasi Energi (EBTKE). Samarinda, 20 November 2012.
Sumiarso, Luluk. 2011. Kebijakan Energi Baru, Energi Terbarukan, dan Konservasi Energi.
Jakarta: ESDM, Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi.
Internet:
Bappenas, 2010. Percepatan Pembangunan Infrastruktur. Diunduh dari
http://www.bappenas.go.id/get-file-server/node/6149/ , pada tanggal 03 Juni 2013.
City of San Diego. 2010. Solar Energy Implementation Plan. Diunduh dari
http://www.sandiego.gov/environmental-services/pdf/sustainable/SolarImplementationPlan-
May2010.pdf , pada tanggal 03 Juni 2013.
Kementerian ESDM, 2012. Draft Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional 2012-2031.
Diunduh dari http://www.djlpe.esdm.go.id/modules/_website/files/1030/File/121010%20---
%20Draft%20RUKN%202012%20-%202031.pdf, pada tanggal 02 Juni 2013.
Kementerian ESDM, 2006. Blueprint Pengelolaan Energi Nasional 2006-2025. Diunduh dari
http://www.esdm.go.id/batubara/doc_download/714-blue-print-pengelolaan-energi-nasional-
pen.html, pada tanggal 02 Juni 2013
Kementerian ESDM, 2002. Pedoman Pengusahaan Pembangkit Tenaga Listrik Skala Kecil
Tersebar. Diunduh dari http://www.djmbp.esdm.go.id/library/sijh/kepmen-1122-2002.pdf, pada
tanggal 02 Juni 2013.
PT.PLN, 2012a. Statistik PLN 2011. Diunduh dari
http://www.pln.co.id/dataweb/STAT/STAT2011IND.pdf, pada tanggal 02 Juni 2013.
PT.PLN, 2012b. Annual Report PLN 2011. Diunduh dari
http://www.pln.co.id/dataweb/AR/ARPLN2011.pdf, pada tanggal 02 Juni 2013.
12
Ren21, 2013. Ren21’s Renewables Global Status Report. Diunduh dari
http://www.ren21.net/Portals/0/documents/Resources/GSR/2013/GSR2013_highres.pdf, pada
tanggal 02 Juni 2013.
Situs 1, 2012. Berita Pemadaman Bergilir Kalselteng Bulan Oktober dan Desember.
http://radarsampit.net/berita-pemadaman-bergilir-kalselteng-oktober--desember, diakses tanggal
03 Juni 2013.
Situs 2, 2013. Subsidi Listrik Bengkak Hampir Rp9 Triliun.
http://www.metrotvnews.com/metronews/read/2013/05/24/2/156270/Subsidi-Listrik-Bengkak-
Hampir-Rp9-Triliun , diakses tanggal 03 Juni 2013.
Situs 3, 2007. Types of PV Systems. University of Florida.
http://www.fsec.ucf.edu/en/consumer/solar_electricity/basics/types_of_pv.htm, diakses tanggal 03
Juni 2013.
Situs 4, 2010. Japan: Pal Town Josai-no-Mori - PVdatabase. Diunduh dari
http://www.pvdatabase.org/pdf/PalTownJosai-no-Mori.pdf, pada tanggal 04 Juni 2013.
Situs 5, 2013. 'Pitrus - Mattenbies - Rietgors' Nieuwland Solar Energy Project. Diunduh dari
http://www.pvdatabase.org/pdf/1MWproject3.pdf, pada tanggal 04 Juni 2013.
Situs 6, 2013. Shams Solar Power Station.
http://en.wikipedia.org/wiki/Shams_solar_power_station, diakses tanggal 04 Juni 2013.
Situs 7, 2013. Solar Energy Generating Systems.
http://en.wikipedia.org/wiki/Solar_Energy_Generating_Systems, diakses tanggal 05 Juni 2013.
Tester, Jefferson W. 2007. The Future of Geothermal Energy. Massachusetts Institute of
Technology. Diunduh dari http://geothermal.inel.gov/publications/future_of_geothermal_energy.pdf,
pada tanggal 03 Juni 2013.
TABEL:
Tabel 1. Potensi Sumber Daya Energi Baru Terbarukan di Indonesia
(sumber: Dirjen EBTKE, 2012)
No. Jenis Energi Keterangan
1.
Energi Angin
Tiupan angin akan menimbulkan energi gerak pada baling-baling yang kemudian menggerakkan turbin sehingga menghasilkan ketenagalistrikan (lihat Gambar 1 pada lampiran). Di Indonesia pembangkit listrik tenaga angin (bayu) hanya menghasilkan 1,87 MW (lihat Tabel 1 pada lampiran). Hal ini disebabkan di Indonesia pada umumnya kecepatan anginnya relatif rendah, berkisar rata-rata 3,5m/dt. Untuk daerah tertentu dapat mencapai kecepatan rata-rata 5m/dt, yaitu di daerah seperti NTT, NTB, Sulawesi Selatan dan Pantai Selatan Jawa. Pembangkit listrik tenaga angin ini juga berpotensi mengurangi emisi CO2 sebesar 700gram untuk setiap kWH yang dibangkitkannya.
2.
Energi Air
Energi yang dihasilkan berasal dari pemanfaatan aliran air. Potensi pembangkitan listrik dari tenaga air di Indonesia adalah sebesar 75.000 MW. Sampai saat ini baru
13
termanfaatkan sekitar 9,11% atau sebesar 6.848,46 MW atau sekitar 23,40% dari jumlah total ketenagalistrikan yang dihasilkan PT.PLN. Terdapat pula jenis pembangkit listrik tenaga air dalam skala kecil yang disebut MiniHydro, MicroHydro dan PicoHydro, yang dapat menghasilkan energi cukup untuk memenuhi kebutuhan penerangan beberapa buah rumah sampai dengan sebuah kampung (lihat Gambar 2 pada lampiran). Potensi Mikrohydro di Indonesia ada sekitar 459 MW dan baru termanfaatkan sekitar 187 MW.
3.
Energi Surya
Indonesia sebagai negara tropis sangat ideal kondisi iklimnya untuk menerapkan teknologi pembangkit listrik energi surya. Potensi bangkitan energi listrik dari energi surya ini di Indonesia adalah sebesar 4,80kWH/m2/hari, sedangkan saat ini energi surya baru termanfaatkan sebesar 22,45 MW atau sekitar 0,08% dari jumlah total ketenagalistrikan yang dihasilkan PT.PLN. Pada saat ini terdapat dua macam teknologi pemanfaatan potensi energi ini yaitu Thermal Surya dan PhotoVoltaics (PV). Thermal Surya digunakan untuk alat pemanas air, pengering ikan dan padi, dan panci memasak (lihat Gambar 3 pada lampiran). Sedangkan PV digunakan untuk menyalakan lampu penerangan, pompa air, televisi dan alat-alat elektronik kecil lainnya (lihat Gambar 4 pada lampiran). Keuntungan dari energi surya adalah memiliki sifat tidak mengotori lingkungan, selalu tersedia setiap terang hari, dapat dipasang dimana saja baik diperkotaan maupun diperdesaan selama radiasi mataharinya mencukupi, dan yang paling penting adalah gratis. Sedangkan kelemahannya adalah harga peralatan teknologi energi surya ini masih cukup mahal, namun diyakini harga akan terus menurun dan akan bersaing dengan harga produksi energi berbasis fosil. Menurut REN21 (2013 p) harga produksi energi dari PV ini pada tahun 2008 berada dikisaran $7 USD/watt dan pada tahun 2012 telah turun berada dikisaran $2.20 USD/watt ($2.200 USD/kWH). Sedangkan harga produksi listrik berbasis fosil di Indonesia berada dikisaran USD 0,12/kWH (Situs 2, 2013). Dari perbandingan harga per-kWH, nampak besaran harga produksi PV jauh lebih mahal dari harga produksi energi fosil, namun perlu menjadi catatan adalah PV sumberdayanya gratis dan tak terbatas ketersediaan cahaya mataharinya di terang hari, sedangkan energi fosil harus selalu dipasok sumberdayanya (minyak, batubara, dan gas) dan sumberdayanya semakin hari semakin menyusut sampai akhirnya habis.
4.
Energi Samudera
Terdapat berbagai jenis pemanfaatan energi yang dihasilkan oleh samudera, yaitu energi gelombang, energi pasang surut dan energi panas laut. Namun sampai saat ini pemanfaatan energi ini masih dalam tahap uji coba dan belum sampai pemanfaatan secara ekonomi. Potensi gabungan dari ketiga jenis dalam membangkitkan ketenagalistrikan adalah sebesar 49 GigaWatt, namun saat ini pemanfaatannya hanya sebatas ujicoba oleh BPPT dan dapat menghasilkan energi listrik sebesar 0,01 MW (lihat Tabel 1 dan Gambar 5 pada lampiran).
5.
Energi Panas Bumi
Energi Panas Bumi (Geothermal) merupakan energi panas yang tersimpan dalam batuan di bawah permukaan bumi beserta dan fluida yang terkandung didalamnya (Tester, 2007 p). Secara langsung panas bumi dapat diolah dan dimanfaatkan hasil energinya untuk ketenagalistrikan. Potensi panas bumi untuk ketenagalistrikan di Indonesia adalah sebesar 29.164 MW (sekitar 30-40% potensi panas bumi di dunia) dan baru termanfaatkan sekitar 1.226 MW (lihat Tabel 1 dan Gambar 6 pada lampiran). Selain itu fluida dari panas bumi ini dapat dimanfaatkan untuk pemanasan ruangan, pemanasan air, pemanasan rumah kaca, pengeringan kayu, dan sebagainya.
6.
Energi Biomassa
Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki potensi yang cukup besar untuk menghasilkan ketenagalistrikan nasional. Energi hasil Biomassa ini sering disebut dengan istilah Bioenergi, yaitu energi yang dihasilkan dari pemanfaatan material organik seperti tanaman pertanian, sekam, kayu, sampah, dan kotoran hewan. Terdapat tiga cara pemanfaatan Biomassa menjadi energi, yaitu pembakaran biomassa padat menjadi energi panas, produksi bahan bakar gas, dan produksi bahan bakar cair. Potensi Energi Biomassa di Indonesia adalah sekitar 49.810 MW dan baru termanfaatkan sekitar 1.618,40 MW.
Tabel 2. Uraian Jenis-Jenis Potensi Sumber Daya Energi Baru Terbarukan di Indonesia
(sumber: berbagai sumber, 2013)
14
GAMBAR:
Gambar 1. Contoh aplikasi teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Angin untuk rumah tangga
(http://muhammadghazalye.blogspot.com/2012/08/pembangkit-listrik-tenaga-angin-plta.html)
Gambar 2. Contoh Aplikasi Sistem Microhydro di Kampung Parakan, Banten
(sumber: http://lemlit.uhamka.ac.id/index.php?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=25&judul=implementasi-pembangunan-
pembangkit-listrik-tenaga-mikro-hidro-.html)
Kompor Tenaga Surya Pengering Padi/Ikan Tenaga Surya Pemanas Air Tenaga Surya Sumber: http://informasisurabaya.com/canggih-tidak-harus-mahal-kompor-tenaga-surya-contohnya/
Sumber: http://tmb.ipb.ac.id/about-us/scientific-development/renewable-energy-engineering/pengering-tenaga-surya
Sumber: http://www.alpensteel.com/article/46-102-energi-matahari-surya-solar/3020--solar-water-heater-system.html
Gambar 3. Contoh aplikasi Thermal Surya
Aplikasi PhotoVoltaics (PV) diperkotaan Australia Aplikasi PV di Desa Salenrang, Kabupaten Maros Sumber: http://teknotrek.blogspot.com/2012/01/plts-untuk-perkotaan-di-beberapa-negara.html
Sumber: http://www.green-pnpm.com/pnpmlmp/baru/BeritaNew/DetailBerita.php?kodeberita=B0089
Gambar 4. Contoh aplikasi Panel Surya (PhotoVoltaics/ PV)
15
Prototype Turbin Gorlov milik BPPT di Selat Larantuka Marine Current Energy for Electricity (MARCEE) buatan Italia, 1 Turbin menghasilkan 1-1,2 MW
Sumber: http://www.engineeringtown.com/teenagers/index.php/berita/2156-pengembangan-energi-laut-di-ntt.html
Sumber: http://www.mgi.esdm.go.id/content/ebt-listrik-sebagai-infrastruktur
Gambar 5. Contoh aplikasi Energi Samudera
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi PT.PGE di Jambi
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi PT.Geo Dipa Energi di Dieng Jawa Tengah
Sumber: http://energitoday.com/2013/01/28/pge-optimis-target-listrik-sungai-penuh-jambi-pada-2015-tercapai/
Sumber: http://www.tempo.co/read/news/2013/02/05/090459340/Dengan-Rp-3-T-PT-Geo-Dipa-Eksplorasi-8-Sumur-Baru
Gambar 6. Contoh aplikasi Energi Panas Bumi
Sumber: http://www.pvdatabase.org/pdf/PalTownJosai-no-Mori.pdf
Gambar 7. Ota City, Provinsi Gunma, Jepang
Sumber: http://www.pvdatabase.org/pdf/1MWproject3.pdf
Gambar 8. 'Pitrus - Mattenbies - Rietgors' Nieuwland, Utrecht, Belanda
16
Sumber: http://www.leonics.com/system/solar_photovoltaic/customized/image/stgobain_gridtie_1.jpg
Gambar 9. Skema PLTS dan komponen-komponen peralatannya.
Sumber: Budayanti, 2004
Gambar 10. Layout Kawasan Permukiman Danau Seha.
Sumber: Pribadi
Gambar 11. Tipe atap bangunan pada Permukiman Danau Seha
17
Sumber: Pribadi
Gambar 12. Prakiraan pemasangan Panel Surya PLTS pada atap bangunan di permukiman Danau Seha.
Penerangan Jalan Umum Tenaga Surya Kompor Biogas Skala Rumah Tangga Sumber: http://energitoday.com/2013/01/04/jasa-marga-pakai-solar-cell/
Sumber: http:// biogas-energi.biz
Gambar 13. Contoh aplikasi lampu jalan lingkungan tenaga surya dan aplikasi kompor biogas skala rumah tangga.
PERHITUNGAN:
Perhitungan 1. Jumlah Kebutuhan Daya Listrik dan Komponen PLTS Pada Permukiman Danau Seha
Untuk memperoleh total daya listrik sehari-hari yang dibutuhkan oleh permukiman Danau Seha dilakukan perhitungan sebagai berikut:
Tabel 3. Pemakaian Listrik Harian 1 Rumah Tangga di Permukiman Danau Seha
No. Jenis Beban Watt
(kWh) Banyaknya
Beban Jam
Pemakaian Penggunaan Watt
Harian (kWh)
1. Lampu LED 0,005 4 10 0,2
2. TV LCD 0,075 1 10 0,75
3. Pompa Air 0,125 1 2 0,25
4. Kipas Angin 0,05 1 8 0,4
Total Pemakaian Watt Harian 1,6
Dari Tabel 3 di atas diketahui bahwa jumlah total pemakaian watt harian 1 rumah tangga = 1,6 kWh/hari Terdapat 773 rumah tangga di Permukiman Danau Seha, sehingga total daya listrik harian di permukiman
tersebut adalah = 773 x 1,6 = 1236,8 kWh/hari atau 1236800 watt/hari Rata-rata Amp-Hours (AH) perhari = 1236800 watt : 24 V = 51534 AH Jumlah Baterei keseluruhan yang dibutuhkan untuk menyimpan daya dari Panel Surya adalah:
18
Rata-rata Amp-Hours (AH) perhari 51534
Dibagi dengan efesiensi Inverter (lihat spesifikasi pada Tabel 4) 0,96 53681 Dibagi dengan efesiensi Baterei (lihat spesifikasi pada Tabel 4) 0,8 67101 Dibagi dengan minimal discharge (normalnya 50%) 50% 134202 Dikalikan dengan jumlah hari otomatis (situasi tanpa pengisian baterei)
5 671010
Jumlah total AH pada PLTS 671010 AH Baterei yang digunakan 3000 Jumlah Total Baterei pada PLTS 223 Unit
Jumlah Panel Surya yang dibutuhkan untuk mencukupi kebutuhan listrik KMEP (tanpa kelebihan daya):
Total daya listrik harian KMEP 1236800 Watt/hari
Kyocera 350 Wattpeak Solar Panel, dengan kapasitas penghasil daya sehari (5-6 jam) 1750 – 2100 watt/hari, diasumsikan 2000 watt/hari
618.4 Unit
Jadi jumlah total panel surya pada PLTS KMEP adalah sebanyak 619 Unit
Jumlah Gridtie Solar Inverter yang dibutuhkan PLTS adalah sebanyak:
Total daya listrik harian KMEP 1236800 Watt/hari
Kemampuan daya yang diolah dari Panel Surya menjadi arus AC 13100 Wp x 6 jam = 78600
Wh
Total Inverter yang dibutuhkan adalah sebanyak 16 Unit
Jumlah Solar Regulator yang dibutuhkan adalah sebanyak:
Total jumlah Baterei pada PLTS 223 Unit
Jumlah maksimal baterei yang dapat dirangkai pada 1 unit regulator 40 Unit Total Regulator yang dibutuhkan adalah sebanyak 6 Unit
Jumlah Charge Controller yang dibutuhkan adalah sebanyak:
Total jumlah Baterei pada PLTS 223 Unit
Jumlah maksimal baterei yang dapat dirangkai pada 1 unit Charge Controller
40 Unit
Total Charge Controller yang dibutuhkan adalah sebanyak 6 Unit
Tabel 4. Harga Komponen PLTS (Kurs $1 USD = Rp.9800,-)
Nama Komponen Spesifikasi Harga
Kyocera 350-Watt Solar Panel
Model KD350GX-LPB
Power (W) 350 Watts
Open Circuit Voltage (V) 49.2 Voc
Short Circuit Current (A) 8.50 Isc
Maximum Power Voltage (V) 39.8 Vmp
Maximum Power Current (A) 7.92 Imp
Quality Grade A
Cell Type Multi-Crystalline
Frame Type: Black
Junction Box: Yes
Length 65.40"
Width 52.0"
Depth 1.80"
Weight 25 Kg
$280 USD (Rp.2.744.000,-)
PROSTAR Battery 48 V 3000AH
Product China
Voltage 48 V
Capacity 3000 AH
Battery Effeciency 80%
Dimension (33 x 18 x 23 ) cm
Weight 30 Kg
$418 USD
(Rp.4.096.400,-)
19
Fronius Gridtie Solar Inverter
Recommended PV-Power (Wp) 9700-13100
MPPT-Voltage range 230 - 500 V
Nominal output power 11400 W
Nominal AC output voltage 220V/240V/277V
Max. Efficiency 96,2%
Consumption during operation 22 W
Unit Dimensions (W x H x D) 17.1 x 48.1 x 9.6 inch
Inverter Weight 37 Kg
$3500 USD
(Rp.34.300.000,-)
Victron BlueSolar BSR5 40A Solar Regulator
40 Amp PWM Solar Regulator Low Voltage Load Disconnect Suit 24V or 48V Systems
$55 USD
(Rp.539.000,-)
SunSaver 20L-24/48 Charge Controller
24/48 Volts 40 Amps Series Design
$83 USD
(Rp.813.400,-)
Perhitungan 2. Jumlah Energi Listrik Hasil PLTS di Permukiman Danau Seha
Luasan rata-rata atap bangunan di KMEP Danau Seha adalah 36 m2. Jumlah luasan atap total = 36 m2 x 773 =
27828 m2. Luas efektif atap yang dapat dipasangi panel surya adalah seluas 27828 x 60% = 16697 m2.
Luasan sebuah panel surya kyocera 350 Wp adalah 1,66 m x 1,32 m = 2,19 m2.
Jumlah total luasan panel surya pada PLTS KMEP tanpa kelebihan daya adalah 2,19 m2 x 619 = 1355,61 m2.
Jumlah total panel surya kyocera 350 Wp yang dapat dipasang lagi menjadi 16697 : 2,19 = 7624 – 619 = 7005
Jumlah potensi produksi energi maksimal yang dapat dihasilkan dari PLTS menggunakan panel surya kyocera 350
Wp adalah sebesar 2000 watt/hari x 7005 unit = 14010000 watt/hari = 14010 kWh.
Jumlah maksimal potensi energi yang dihasilkan oleh PLTS KMEP menggunakan panel surya kyocera 350 Wp
adalah sebesar 14010 kWh + 1236,8 kWh = 15246,8 kWh/hari.
Untuk produksi kWh tahunan PLTS KMEP sebesar: A kWh = 15246,8 x 365 = 5565082 kWh/tahun
Perhitungan 3. Harga Listrik PLTS Per-kWh Dibandingkan Harga Listrik PT.PLN (persero)
Tabel 5. Perhitungan Biaya Pembangunan PLTS
No. Nama Barang Jumlah Barang
Harga Per-Unit (Rp.)
Jumlah (Rp.)
1. Panel Surya Kyocera 350 Wp 619 2.744.000 1.698.536.000
2. Baterei Prostar 48 V 3000 AH 233 4.096.400 954.461.200
3. Fronius Gridtie Solar Inverter 16 34.300.000 548.800.000 4. Victron BlueSolar BSR5 40A Solar Regulator 6 539.000 3.234.000
5. SunSaver 20L-24/48 Charge Controller 6 813.400 4.880.400 Jumlah 3.209.911.600
6. Sistem Perkabelan dan Jaringan + Instalasi adalah 10% dari jumlah harga peralatan di atas
1 3.209.911.600 x 10% 320.991.160
Jumlah Total 3.530.902.760
Harga pada Tabel 5 tersebut di atas adalah untuk menghasilkan daya sebesar 1236,8 kWh/hari, maka untuk
menghasilkan total daya sebesar 15246,8 kWh/hari dibutuhkan biaya sebesar 15246,8 : 1236,8 = 12,32 dikalikan
Rp.3.530.902.760,- = Rp.43.500.722.003,-
Faktor Pemulihan Modal (Capital Recovery Factor) , berdasarkan pada discount rate (i). Dimana
dengan n adalah periode (umur) PLTS yaitu 25 tahun dan i discount rate dari Bank Indonesia
2013 adalah 5,75% maka:
= 0,0764
20
Berdasarkan perhitungan, TPV=Rp.43.500.722.003,- CRF=0,0764 dan A kWh=5.565.082 kWh/tahun maka besar
biaya energi pada PLTS KMEP Danau Seha adalah:
= Rp.5.971,98/kWh ~ Rp.6.000/kWh
Harga Listrik produksi PLTS KMEP Danau Seha per 1 kWh adalah Rp.6.000,-
Harga listrik produksi PT.PLN (persero) per 1 kWh adalah Rp.1.342,-