20
1 KONSEP KAWASAN MANDIRI ENERGI PERKOTAAN (Lokasi Studi: Permukiman Danau Seha di Palangkaraya, Kalimantan Tengah) Ave Harysakti (Pascasarjana Arsitektur Lingkungan Binaan, Universitas Brawijaya) 1. Pendahuluan 1.1. Kondisi Energi Kelistrikan di Palangkaraya, Kalimantan Tengah Indonesia sebagai negara kepulauan mengalami sangat banyak hambatan dalam mengembangkan ketenagalistrikannya. Sampai dengan tahun 2011, rasio elektrifikasi di Indonesia baru mencapai 72,95% dari total 62 juta rumah tangga nasional. Jadi masih terdapat kurang lebih 19 juta rumah tangga yang belum mendapatkan akses tenaga listrik (ESDM, 2012 p12). Adapun sumber energi yang diandalkan sebagai pasokan utama konversi energi adalah sumber energi fosil yaitu minyak bumi, batubara dan gas. Sebagaimana kita ketahui kenyataannya bahwa sumber energi fosil ini semakin lama semakin berkurang dan diikuti dengan harga yang akan terus meningkat. Kita ketahui pula bahwa energi listrik ini sangat berperan penting bagi masyarakat dalam mereka menjalani kehidupan sehari-hari serta berperan dalam proses pembangunan. Kehidupan rata-rata masyarakat perkotaan dan sebagian perdesaan yang telah terjangkau listrik di era modern ini hampir semua peralatan sehari-harinya menggunakan alat elektronik yang sumber dayanya menggunakan energi listrik. Jika terjadi kekurangan pasokan listrik maka akan sangat mempengaruhi kualitas kehidupan sehari-hari bagi masyarakat. Sejak beberapa tahun terakhir ini seiring dengan berkembangnya Kota Palangkaraya melalui pertumbuhan penduduk, kawasan permukiman, industri dan ekonomi mengakibatkan terjadinya kekurangan pasokan listrik di Kota Palangkaraya sehingga sering terjadinya pemadaman secara bergilir. Menurut PT.PLN (2012a p1), total kapasitas terpasang pembangkit tenaga listrik di wilayah Kalimantan Tengah adalah sebesar 78,05 MW dengan daya mampu pembangkit 53,67 MW, beban puncak sebesar 58,40 MW sehingga cadangan operasi (reserve margin) sebesar 19,65 MW (25%) yang artinya margin standar keandalan sistem tidak tercapai karena selisih daya dan kebutuhan sangat kecil sehingga rentan terjadi krisis energi listrik. Lebih detail lagi untuk Kota Palangkaraya menurut data BPS Kalteng (2012 p252), daya listrik terpasang sebesar 68,16 KW dengan daya mampu 48,35 KW, beban puncak sebesar 35,95 KW sehingga cadangan operasi diperoleh hanya sebesar 8,4 KW (12%). Sedangkan menurut PT.PLN (2012b p205), cadangan operasional (reserve margin) yang ideal bagi ketenagalistrikan adalah 30% dari total daya mampu jaringan, jika kurang dari itu maka akan mengakibatkan operator tidak memiliki keleluasaan dalam mengatur distribusi energi listrik pada jaringannya. Berdasarkan nilai statistik ketenagalistrikan di atas dapat dipastikan bahwa pasokan listrik untuk Kota Palangkaraya sangatlah pas-pasan sehingga tidaklah mengherankan pemadaman listrik sering terjadi di kota ini yang imbasnya mempengaruhi aktivitas dan menghambat produktivitas masyarakatnya. Pemadaman listrik ini seringkali terjadi apabila terjadi gangguan pada salah satu pembangkit listrik Sistem Barito (PLTU Asam-Asam, PLTA

Kawasan Mandiri Energi Perkotaan - Ave Harysakti

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Artikel ini membahas tentang strategi pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan (Surya/Matahari) bagi pendampingan sumber energi fosil dari PLN. Dilakukan simulasi pada Permukiman Danau Seha di Kota Palangkaraya untuk memberikan gambaran tentang potensi daerah-daerah perkotaan di Indonesia dapat menjadi ladang penghasil energi terbarukan (energi surya) dan berkelanjutan yang potensial.

Citation preview

Page 1: Kawasan Mandiri Energi Perkotaan - Ave Harysakti

1

KONSEP KAWASAN MANDIRI ENERGI PERKOTAAN

(Lokasi Studi: Permukiman Danau Seha di Palangkaraya, Kalimantan Tengah)

Ave Harysakti

(Pascasarjana Arsitektur Lingkungan Binaan, Universitas Brawijaya)

1. Pendahuluan

1.1. Kondisi Energi Kelistrikan di Palangkaraya, Kalimantan Tengah

Indonesia sebagai negara kepulauan mengalami sangat banyak hambatan dalam

mengembangkan ketenagalistrikannya. Sampai dengan tahun 2011, rasio elektrifikasi di

Indonesia baru mencapai 72,95% dari total 62 juta rumah tangga nasional. Jadi masih terdapat

kurang lebih 19 juta rumah tangga yang belum mendapatkan akses tenaga listrik (ESDM, 2012

p12). Adapun sumber energi yang diandalkan sebagai pasokan utama konversi energi adalah

sumber energi fosil yaitu minyak bumi, batubara dan gas. Sebagaimana kita ketahui

kenyataannya bahwa sumber energi fosil ini semakin lama semakin berkurang dan diikuti

dengan harga yang akan terus meningkat. Kita ketahui pula bahwa energi listrik ini sangat

berperan penting bagi masyarakat dalam mereka menjalani kehidupan sehari-hari serta

berperan dalam proses pembangunan. Kehidupan rata-rata masyarakat perkotaan dan

sebagian perdesaan yang telah terjangkau listrik di era modern ini hampir semua peralatan

sehari-harinya menggunakan alat elektronik yang sumber dayanya menggunakan energi listrik.

Jika terjadi kekurangan pasokan listrik maka akan sangat mempengaruhi kualitas kehidupan

sehari-hari bagi masyarakat.

Sejak beberapa tahun terakhir ini seiring dengan berkembangnya Kota Palangkaraya

melalui pertumbuhan penduduk, kawasan permukiman, industri dan ekonomi mengakibatkan

terjadinya kekurangan pasokan listrik di Kota Palangkaraya sehingga sering terjadinya

pemadaman secara bergilir. Menurut PT.PLN (2012a p1), total kapasitas terpasang pembangkit

tenaga listrik di wilayah Kalimantan Tengah adalah sebesar 78,05 MW dengan daya mampu

pembangkit 53,67 MW, beban puncak sebesar 58,40 MW sehingga cadangan operasi (reserve

margin) sebesar 19,65 MW (25%) yang artinya margin standar keandalan sistem tidak tercapai

karena selisih daya dan kebutuhan sangat kecil sehingga rentan terjadi krisis energi listrik. Lebih

detail lagi untuk Kota Palangkaraya menurut data BPS Kalteng (2012 p252), daya listrik

terpasang sebesar 68,16 KW dengan daya mampu 48,35 KW, beban puncak sebesar 35,95 KW

sehingga cadangan operasi diperoleh hanya sebesar 8,4 KW (12%). Sedangkan menurut

PT.PLN (2012b p205), cadangan operasional (reserve margin) yang ideal bagi ketenagalistrikan

adalah 30% dari total daya mampu jaringan, jika kurang dari itu maka akan mengakibatkan

operator tidak memiliki keleluasaan dalam mengatur distribusi energi listrik pada jaringannya.

Berdasarkan nilai statistik ketenagalistrikan di atas dapat dipastikan bahwa pasokan

listrik untuk Kota Palangkaraya sangatlah pas-pasan sehingga tidaklah mengherankan

pemadaman listrik sering terjadi di kota ini yang imbasnya mempengaruhi aktivitas dan

menghambat produktivitas masyarakatnya. Pemadaman listrik ini seringkali terjadi apabila

terjadi gangguan pada salah satu pembangkit listrik Sistem Barito (PLTU Asam-Asam, PLTA

Page 2: Kawasan Mandiri Energi Perkotaan - Ave Harysakti

2

Riam Kanan, PLTD Trisakti dan PLTG Trisakti), hal ini terjadi karena ketenagalistrikan

Kalimantan Tengah terinterkoneksi dan mengalami ketergantungan dengan Sistem Barito ini

(Situs 1, 2012). Kinerja pembangkit listrik di wilayah Kalselteng ini juga sangat dipengaruhi oleh

musim kemarau dan musim penghujan. Pada saat musim kemarau, debit air di bendungan

Riam Kanan menurun sehingga mengurangi jumlah produksi energi listriknya. Demikian pula

setiap tahunnya PLTU Asam-Asam harus rutin melakukan perawatan mesin (overhaul) yang

mengakibatkan asupan daya listrik Kalselteng menurun. Serta terkadang karena kondisi alam

(air surut sehingga tongkang tidak dapat merapat) menyebabkan pasokan bahan bakar Solar

dan Gas ke PLTD dan PLTG Trisakti terhambat dan pembangkit listrik tidak dapat beroperasi

untuk sementara.

Untuk mengatasi defisit energi listrik seperti tersebut di atas, perlu segera dilakukan

penerapan teknologi penghasil energi alternatif dengan menggunakan sumber Energi Baru

Terbarukan/EBT (renewable energy/non-fossil) seperti energi dari sinar matahari, air, angin,

pasang surut air laut, panas bumi, minyak nabati, dan biomass. Sumber EBT ini adalah sangat

ramah lingkungan (eco-friendly) sehingga dapat dikembangkan secara luas sebagai sumber

energi pendamping dari pembangkit tenaga listrik berbasis fosil (Ren21, 2013 p85).

Berbeda dengan energi fosil dimana eksploitasinya yang ekstensif mengakibatkan

kerusakan lingkungan baik di lokasi tempat penambangannya maupun akibat pemanfaatan

energi fosil ini yang menimbulkan efek rumah kaca dari emisi CO2 yang dihasilkannya.

Sedangkan EBT memiliki keunggulan dari tingkat polusinya yang rendah sehingga dampaknya

tidak mempercepat terjadinya global warming. Sifat sumbernya yang berkelanjutan (sustainable)

membuat kita tidak perlu khawatir akan kehabisan bahan penghasil energi tersebut. Dari segi

produksipun EBT ini membuka lebar peluang partisipasi masyarakat secara aktif karena dapat

dikelola oleh kelompok-kelompok kecil masyarakat diperkotaan dan perdesaan.

1.2. Potensi Sumber Daya Energi Baru Terbarukan di Indonesia

Energi Baru dan Terbarukan (EBT) adalah energi yang bersumber daya dari nonfosil

yang dapat diperbaharui atau bila dikelola dengan baik maka sumber dayanya tidak akan habis.

Sumber daya yang baru adalah energi angin, energi surya dan energi samudera. Sedangkan

yang terbarukan adalah biomassa dan air (Jos, 2010 p8).

Potensi Energi Baru Terbarukan (EBT) di Indonesia adalah sebesar 160 GigaWatt (GW),

dapat mencukupi kebutuhan energi di Indonesia hingga 100 tahun mendatang (Sukarna, 2012

p1). Potensi EBT di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1 pada halaman lampiran. Dari Tabel 1

tersebut potensi EBT di Indonesia adalah sekitar 160 GigaWatt, namun pemanfaatannya masih

sekitar 17% saja. Hal ini disebabkan karena kurang seriusnya penanganan EBT selama ini,

kemungkinan besar disebabkan oleh ketergantungan kita pada energi fosil.

Dari uraian detail jenis-jenis EBT pada Tabel 2 di halaman lampiran, didapatkan

karakteristik jenis Energi Baru dan Terbarukan (EBT) yang paling cocok diterapkan di daerah

perkotaan yaitu Energi Surya. Hal ini disebabkan karena pengaplikasian Energi Surya ini

sifatnya lebih fleksibel dalam pemasangannya untuk skala rumah tangga (Stand Alone System)

Page 3: Kawasan Mandiri Energi Perkotaan - Ave Harysakti

3

maupun diinterkoneksikan dengan jaringan listrik PLN (Grid Connected PV System) (Situs 3,

2007). Teknologi Thermal Surya dan Panel Surya (PhotoVoltaics/PV) saat ini telah

memungkinkan untuk menempatkan peralatannya pada atap maupun dinding bangunan tanpa

membutuhkan tanah yang lapang. Dari segi sumberdaya Energi Surya, sinar matahari akan

selalu tersedia dan gratis, tanpa perlu menyedot sumber daya alam berbasis fosil yang

persediaannya semakin menipis. Dalam pengembangan sistem energi surya ini, masyarakat

kota dapat turut berpartisipasi dalam pengelolaan produksi energinya dan dalam pemeliharaan

peralatannya.

Permasalahan pemadaman listrik pada Kota Palangkarya akibat kekurangan daya listrik

saat beban puncak ataupun saat terjadi kerusakan dan kendala lainnya pada pembangkit listrik

Sistem Barito dapat dicarikan solusinya dengan menggunakan alternatif pemanfaatan EBT ini.

Tulisan ini bersifat deskriptif normatif yaitu mendefinisikan permasalahan ketenagalistrikan di

Kota Palangkaraya dan mensimulasikan solusi permasalahannya yaitu Konsep Kota Mandiri

Energi Perkotaan. Pada tulisan ini akan mencoba membahas strategi dan implementasi EBT

dari jenis Energi Surya di Kota Palangkaraya sebagai salah satu komponen ketenagalistrikan

kota guna menambah kapasitas daya listrik PLN (pendampingan penghasil energi) dengan

memanfaatkan potensi yang dimiliki oleh Kota Palangkaraya.

Tinjauan dilakukan dari perspektif Arsitektur Lingkungan Binaan dan mengoptimalkan

peran pemerintah selaku stakeholder, peran dan partisipasi masyarakat selaku warga kota, dan

peran pihak swasta (private sector) secara kemitraan mewujudkan Sistem Pendampingan

Ketenagalistrikan Kota Palangkaraya yang Berkelanjutan (Sustainable) dan Ramah Lingkungan

(Eco-Friendly) Sebagai Salah Satu Upaya Akselerasi Pelaksanaan Otonomi Daerah Dalam

Rangka Penguatan NKRI. Lokasi studi dipilih pada daerah Permukiman Danau Seha,

Kecamatan Pahandut di Kota Palangkaraya karena pada lokasi tersebut terdapat permukiman

kumuh yang membutuhkan penanganan segera dalam peningkatan kualitas lingkungan

binaannya agar dapat menjadi permukiman yang layak huni dan memiliki kontribusi positif bagi

Kota Palangkaraya melalui produksi energi listrik berbasis PLTS.

2. Peran Pemerintah Daerah dalam Percepatan Pembangunan Infrastruktur Energi

Paradigma utama yang mengemuka dari Otonomi Daerah menurut UU No.32/2004 dan

perubahannya dalam UU No.12/2008 adalah pelaksanaan demokrasi dan peningkatan

kesejahteraan rakyat (Noor, 2012a p6). Paradigma ini sejalan dengan semangat yang

terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat yaitu memajukan kesejahteraan

rakyat. Untuk mencapai tujuan ini pemerintah telah melakukan berbagai usaha diseluruh bidang

pembangunan seperti membuka lapangan pekerjaan, meningkatkan mutu pendidikan,

meningkatkan kualitas kesehatan, membangun berbagai infrastruktur, dan lain-lain. Upaya yang

lebih intensif lagi dari pemerintah untuk percepatan pembangunan guna tercapainya

kesejahteraan rakyat ini adalah dengan membuat keputusan yang krusial yaitu menyerahkan

sebagian wewenangnya kepada daerah otonom untuk menciptakan tata kelola pemerintahan

daerah yang baik guna melayani dan mensejahterakan rakyat dalam kerangka penguatan NKRI.

Page 4: Kawasan Mandiri Energi Perkotaan - Ave Harysakti

4

Kewajiban pemerintah daerah sehubungan dengan Otonomi Daerah telah dirumuskan

dalam UU No.32/2004 pasal 22 yang antara lain disebutkan meningkatkan kualitas kehidupan

masyarakat; menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak; mengembangkan

sumber daya produktif di daerah; dan melestarikan lingkungan hidup. Berdasarkan kewajiban-

kewajiban tersebut, sangat jelas bahwa pemerintah daerah memiliki tugas dan tanggung jawab

yang berat. Untuk itu pemerintah daerah harus memiliki terobosan dan strategi yang tepat untuk

memenuhi kewajibannya itu.

Menurut Martin (2010 p14), tingkat kesejahteraan masyarakat akan sangat tergantung

kepada tingkat ”pelayanan publik” yang disediakan oleh pemerintah daerah. Pelayanan publik

ini berupa produk Goods and Regulations untuk kepentingan masyarakat. Goods berupa

infrastruktur dan fasilitas-fasilitas umum yang dihasilkan oleh pemerintah daerah seperti jalan,

jembatan, pembangkit energi dan jaringan kelistrikan, sekolah, puskesmas, pasar, dan lain-lain.

Sedangkan Regulations berupa peraturan-peraturan seperti peraturan kependudukan, peraturan

perindustrian dan perdagangan, peraturan bangunan dan gedung, dan lain-lain.

Dengan memahami paradigma otonomi daerah di atas, jelas bahwa pemerintah daerah

merupakan faktor penting bagi keberhasilan pembangunan infrastruktur energi baik ditingkat

lokal, regional maupun nasional, karena aspirasi dan kebutuhan masyarakat akan energi

ditampung pemerintah daerah sebagai input untuk kemudian diolah sampai menghasilkan

output berupa Goods and Regulations yang mendukung terwujudnya pembangunan

infrastruktur energi yang dibutuhkan masyarakat setempat..

Pemikiran di atas menjadi salah satu dasar dalam mencukupi kebutuhan pasokan

ketenagalistrikan di Kota Palangkaraya, karena merupakan kewajiban Pemerintah Kota

Palangkaraya untuk memfasilitasi dan mencarikan solusi permasalahannya. Pemerintah Kota

dalam hal ini dapat mengambil inisiatif untuk menjalankan Public Private Partnership,

menggandeng pihak swasta untuk membangun kemitraan dalam penyediaan infrastruktur

energi daerah berbasis Energi Baru dan Terbarukan (EBT) serta meningkatkan peran warga

negara dalam mengusahakan sumber daya energi guna meningkatkan produksi

ketenagalistrikan domestik (ESDM, 2006 p2). Kemitraan ini dilakukan untuk mengatasi

keterbatasan sumber dana pemerintah sehingga dengan bantuan pihak swasta, pembangunan

infrastruktur energi ini dapat segera terwujud agar kebutuhan masyarakat akan kestabilan

pasokan listrik dapat terpenuhi.

Dalam Blueprint Pengelolaan Energi Nasional 2006-2025 (ESDM, 2006 p17), dapat

dikembangkan kawasan khusus energi yang lokasinya disediakan oleh pemerintah untuk

memproduksi energi. Untuk melancarkan kemitraan ini pemerintah daerah selanjutnya

melakukan pengaturan dengan membentuk kerangka regulasi maupun kerangka investasi guna

memantapkan percepatan pembangunan infrastruktur energi tersebut (Bappenas, 2010 p33-1).

Berdasarkan UU No.30/2007 Pasal 22 ayat 1, pemerintah daerah dapat memberikan

kemudahan dan atau insentif terhadap pemanfaatan energi baru dan terbarukan; dan ayat 2,

pemerintah daerah dapat menyediakan dan memanfaatkan energi tersebut.

Page 5: Kawasan Mandiri Energi Perkotaan - Ave Harysakti

5

Jadi dalam mewujudkan pertumbuhan yang berkeadilan dan berkelanjutan, diperlukan

akselerasi penambahan infrastruktur dan peningkatan kualitas infrastruktur khususnya di luar

Jawa. Pemerintah Pusat dalam hal ini diharapkan tidak ragu mendukung baik dalam pendanaan

maupun regulasi agar upaya pemerintah daerah dalam melakukan percepatan pembangunan

infrastruktur energi ini dapat terlaksana dengan baik.

3. Kawasan Mandiri Energi Perkotaan

3.1. Pengertian Kawasan Mandiri Energi Perkotaan

Pada kongres United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) di

Bali tahun 2007 dihasilkan kesepakatan tentang Green Energy Concept yaitu mengefesienkan

penggunaan energi, menggunakan energi terbarukan, dan menggunakan teknologi energi

bersih untuk energi fosil dan non-fosil (Sumiarso, 2011 p10). Hal ini sangat perlu dikemukakan

sedini mungkin guna mengantisipasi kelangkaan energi di masa depan. Pemerintah saat ini

telah berupaya mengubah paradigma dalam pengelolaan energi dari manajemen berdasar

suplai ke arah manajemen berdasarkan pemanfaatan. Berdasarkan paradigma ini dilihat dari

kacamata Arsitektur Lingkungan Binaan bahwa perkotaan memiliki potensi yang besar dalam

menghasilkan daya listrik dari energi surya terutama memanfaatkan bidang atap dan dinding

dari bangunan perkotaan untuk memenuhi kebutuhan ketenagalistrikan di kota itu sendiri (City

of San Diego, 2010 p2).

Untuk memanfaatkan potensi penghasil energi listrik pada perkotaan tersebut maka perlu

segera dipikirkan konsep dan strategi pemanfaatannya, dalam hal ini didiskusikan pemikiran

tentang konsep pengembangan Kawasan Mandiri Energi Perkotaan. Konsep ini sekaligus dapat

digabungkan dengan konsep Perbaikan Permukiman Kumuh, dimana masyarakat pada

permukiman kumuh tersebut dapat diberdayakan untuk turut mengelola dan merawat peralatan

Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang dipasang pada atap-atap rumah yang ada pada

permukiman tersebut dengan imbalan memperoleh energi listrik dalam skema penggratisan

ataupun skema potongan harga listrik. Dengan melakukan peningkatan kapasitas SDM melalui

pelatihan, lokakarya dan seminar bagi masyarakat permukiman kumuh ini dalam mengelola dan

memelihara peralatan, maka diharapkan dapat berimbas pula pada kesadaran masyarakat

untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidupnya menjadi lebih baik dan layak huni. Ditambah

pula dengan memperoleh energi listrik secara gratis atau dengan harga lebih murah, diharapkan

turut meningkatkan perekonomian masyarakat dipermukiman tersebut.

Kawasan Mandiri Energi Perkotaan (KMEP) adalah suatu kawasan dalam kota yang

terpilih karena karakteristik atau potensi kawasannya dikembangkan untuk dapat menghasilkan

ketenagalistrikan yang mencukupi kebutuhan listrik kawasan itu sendiri dengan menggunakan

teknologi Energi Baru dan Terbarukan (EBT).

Tujuan dari pengembangan Kawasan Mandiri Energi Perkotaan adalah:

1. Menghasilkan energi listrik mandiri untuk memenuhi kebutuhan listrik kawasan;

2. Membantu meringankan beban ketenagalistrikan kota secara keseluruhan;

3. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengadaan kebutuhan energi listriknya;

Page 6: Kawasan Mandiri Energi Perkotaan - Ave Harysakti

6

4. Menunjang pencapaian target 25% energi bersumber EBT yang dicanangkan pemerintah

pada tahun 2025;

5. Mengurangi ketergantungan pada pemanfaatan energi fosil;

6. Meningkatkan kualitas lingkungan hidup di kawasan tersebut; dan

7. Menunjang pembangunan berkelanjutan dan ramah lingkungan.

3.2. Studi Banding Kawasan Energi Mandiri Perkotaan di Dunia

a. Ota City, Gunma Prefektur – Jepang

Kawasan Pal Town Josai-no-Mori merupakan salah satu bagian dari Kota Ota,

Provinsi Gunma di Jepang dibangun pada tahun 2004 dan masih beroperasi hingga sekarang

(Situs 4, 2013). Kawasan ini merupakan daerah permukiman yang ketenagalistrikannya

sepenuhnya disuplai secara mandiri oleh PLTS yang dipasang disetiap atap rumah pada

kawasan tersebut (lihat gambar 7 pada lampiran). Terdapat total 553 buah rumah dan

bangunan yang ada pada kawasan ini, setiap atap rumah dipasang 1 unit PLTS yang dapat

menghasilkan 2,6-5,0 kWH/rumah (rata-rata 3,85 kWH/rumah). Sehingga dari seluruh sistem

PLTS-nya dapat menghasilkan 2.160 KW. Sistem PLTS ini berbentuk jaringan (Grid

Connected-demand side) menggunakan jenis PV Framed Regular Module dan jenis PV

Crystalline Silicon. Modul PV yang digunakan bermerk Sanyo, Kyocera, Sharp, Mitsubishi,

dan Matsushita, dengan usia garansi PV 25-30 tahun.

b. 'Pitrus - Mattenbies - Rietgors' Nieuwland, Utrecht, Belanda

Kawasan permukiman ini merupakan bagian dari kota Nieuwland, Utrecht di Belanda,

dibangun pada tahun 1999 dan masih beroperasi hingga sekarang (Situs 5, 2013). Terdapat

119 unit rumah sewa, dimana 96 buah unit pada atapnya dipasang PLTS dengan

kemampuan menghasilkan energi sebesar 2,66 kWp/unit, dan 20 unit pada atapnya dipasang

PLTS yang menghasilkan 2,05 kWp/unit (lihat gambar 8 pada lampiran). Jadi diperoleh total

energi listrik yang dihasilkan sebesar 303 kWp, dan total energi listrik yang dihasilkan

pertahun adalah sekitar 215.000 kWh. PLTS di kawasan ini menggunakan sistem Grid

Connected – Demand Side (sistem jaringan / tidak stand alone), menggunakan jenis PV

Regular Laminate, jenis solar cell-nya Crystalline Silicon-Multi, merk PV Shell dan merk

inverter Mastervolt Sunmaster.

Masih terdapat ribuan proyek PLTS yang berhasil di seluruh dunia dari skala kecil

sampai skala megaproyek, contohnya seperti di Abu Dhabi, PLTS “Shams 1” mampu

menghasilkan daya sebesar 100 MW yang mampu menerangi kira-kira 20.000 rumah serta

mampu mengurangi emisi CO2 sekitar 175.000 ton pertahunnya (situs 6, 2013).

3.3. Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Kawasan Mandiri Energi Danau Seha Kota

Palangkaraya

3.3.1. Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Surya

Pembangkit Listrik Tenaga Surya adalah pembangkit listrik yang memanfaatkan

energi sinar matahari yang diterima oleh Solar Cell Photovoltaics (Panel Surya) untuk

dikonversi menjadi listrik arus DC (Situs 7, 2013).

Page 7: Kawasan Mandiri Energi Perkotaan - Ave Harysakti

7

Besaran daya listrik yang dihasilkan oleh PLTS tergantung pada jumlah modul Panel

Surya yang disusun secara seri atau pararel yang dikenal dengan istilah Solar Array. Panel

Surya terbaik saat ini terbuat dari Crystalline Silicon dengan efisiensi 15-18%, menghasilkan

arus listrik DC sebesar 3.5 A. Untuk memperoleh arus listrik AC, maka perlu ditambahkan

alat inverter pada sistem.

Perhitungan daya maksimum dari panel surya menggunakan Wattpeak (Wp). Untuk

mengkonversikan Wp ke Watthours (Wh) maka Wp harus dikalikan dengan lama

penyinaran panel surya. Misalnya panel surya berkapasitas 100 Wp dan lama penyinaran 6

jam maka diperoleh 100 Wp x 6 jam = 600 Wh. Daya sebesar 600 Wh ini dapat menyalakan

sebuah lampu 25 Watt selama 24 jam atau sebuah TV LCD 50 Watt selama 12 jam. Adapun

komponen-komponen utama pembentuk PLTS adalah Panel Surya, Voltage Regulator &

Charger, Battery, dan Inverter AC (lihat gambar 9 pada lampiran).

3.3.2. Simulasi Perhitungan Ketenagalistrikan PLTS Danau Seha

Perhitungan ini adalah simulatif dan masih merupakan perhitungan kasar dan banyak

menggunakan data-data asumsi guna memperoleh sedikit gambaran potensi kinerja PLTS

pada KMEP Permukiman Danau Seha ini. Juga diharapkan mendapatkan gambaran

keefektifan PLTS (potensi energi yang diproduksi) dan keefisienannya (harga listrik per-

kWh-nya).

Permukiman Danau Seha terletak di Kecamatan Pahandut, Kota Palangkaraya

dengan luas wilayah 8,5 Ha (lihat Gambar 10 pada lampiran), terdiri 2 kelurahan, 6 RW, dan

18 RT, dan jumlah penduduk sebanyak 733 KK / 3.865 jiwa, dimana tercatat status pemilik

rumah sebanyak 581 KK dan penyewa rumah sebanyak 152 KK (BPS Kota, 2012b p15).

Permukiman Danau Seha ini tergolong kumuh, hal ini disebabkan penghidupan

penduduknya rata-rata masuk dalam golongan ekonomi lemah.

Tipologi bangunan yang ada pada permukiman ini adalah tipe Rumah Panggung

dengan luas bangunan rata-rata 30 m2, kecuali pada tipe bangunan infrastruktur yang

berukuran lebih besar (Budayanti, 2004 p78). Atap bangunan dominan berjenis atap pelana

(sloped roof) dengan konstruksi kuda-kuda kayu, jenis penutup atap adalah seng dan sirap

(lihat Gambar 11 pada lampiran). Sebelum panel-panel surya PLTS dipasang, maka perlu

dilakukan evaluasi kelayakan kekuatan struktur atap untuk menentukan bangunan mana

saja yang perlu direnovasi atap-atapnya agar dapat meletakkan panel surya diatasnya.

Berdasarkan jumlah dan tipe bangunan pada permukiman Danau Seha, didapatkan

kebutuhan daya listrik kawasan sebesar 1236,8 kWh/hari, selanjutnya diperoleh Total

Potensi Energi PLTS sebesar 15246,8 kWh/hari serta Harga Listrik PLTS sebesar

Rp.6.000/kWh (lihat Perhitungan 1, 2, dan 3 pada halaman lampiran). Saat ini tarif harga

listrik produksi PT.PLN (persero) adalah Rp.1.342/kWh, jika dibandingkan dengan harga

daya listrik produksi PLTS ini maka terlihat harga listrik hasil produksi PLTS jauh lebih

mahal. Namun perlu diketahui bahwa harga listrik PT.PLN (persero) adalah harga

bersubsidi dan dalam proses produksinya selalu membutuhkan bahan bakar fosil,

Page 8: Kawasan Mandiri Energi Perkotaan - Ave Harysakti

8

sedangkan harga listrik PLTS ini tanpa subsidi, bersifat sekali melakukan investasi untuk 25

tahun ke depan (kecuali mengeluarkan dana untuk pemeliharaan tahunan) serta tidak

membutuhkan biaya untuk membeli bahan bakar untuk proses produksinya karena

sumberdayanya adalah sinar matahari yang sifatnya gratis.

Prakiraan pemasangan PLTS pada unit-unit bangunan dipermukiman Danau Seha

dapat dilihat pada Gambar 12 di halaman lampiran. Direncanakan pula penyediaan titik-titik

lampu penerangan jalan lingkungan dan pompa-pompa air bersih bertenaga surya untuk

meningkatkan kualitas infrastruktur lingkungan binaannya. Sistem persampahan diperbaiki

dengan tujuan memanfaatkan sampah organik permukiman untuk diolah menjadi bahan

bakar gas (biogas) skala rumah tangga (lihat Gambar 13 pada lampiran).

Berdasarkan Kepmen No.1122 K/30/MEM/2002 pasal 1 ayat 1 (ESDM, 2002 p3)

PLTS Danau Seha ini tergolong Pembangkit Tenaga Listrik Skala Kecil Tersebar. Pihak

swasta dapat turut menanamkan modalnya secara jangka panjang dan memperoleh profit

dengan cara menjual kelebihan daya listrik hasil produksi PLTS kepada PT.PLN (persero).

Hal ini turut diatur pada Pasal 14 ayat 1 Kepmen No.1122 K/30/MEM/2002 dimana untuk

wilayah yang dilalui jaringan listrik, kelebihan daya dari pembangkit tenaga listrik skala kecil

tersebar dapat dijual kepada PT.PLN (persero) dengan ketentuan harga yang telah

ditetapkan, yaitu:

a. Harga jual tenaga listrik apabila terinterkoneksi pada tegangan menengah adalah 80%

dari harga pokok penjualan tegangan menengah.

b. Harga jual tenaga listrik apabila terinterkoneksi pada tegangan rendah adalah 60% dari

harga pokok penjualan tegangan rendah.

Dengan memasukkan skema keuntungan, akan lebih memberikan nilai tambah lain dengan

kehadiran Kawasan Mandiri Energi Perkotaan ini bagi semua pihak terkait yaitu pemerintah

daerah, masyarakat dan swasta.

3.4. Pemberdayaan Masyarakat Permukiman Danau Seha dalam Pengusahaan

Ketenagalistrikan EBT Tenaga Surya

Pemberdayaan masyarakat merupakan proses pengkayaan dan pemanfaatan modal

sosial (social capital) dengan cara memfasilitasi dan mendorong masyarakat untuk

memperkuat kapasitas diri agar mampu menempatkan diri secara proporsional dan dapat

menjadi pelaku utama dalam memanfaatkan peluang dan sumberdaya yang ada pada

lingkungannya secara keberlanjutan (Chavis et al, 1990 p56). Sebagaimana salah satu

tujuan dari Kawasan Mandiri Energi Perkotaan adalah meningkatkan partisipasi masyarakat

dalam pengadaan kebutuhan energi listriknya, untuk mencapai tujuan tersebut maka

masyarakat Danau Seha harus meningkatkan kapasitas dirinya. Kegiatan-kegiatan

pemberdayaan masyarakat dapat dimulai sebelum dilaksanakannya pengembangan

Kawasan Mandiri Energi Perkotaan (KMEP) di lokasi yang direncanakan. Pihak pemerintah

daerah menyiapkan para calon pendamping pemberdayaan masyarakat ini yang kemudian

diseleksi secara ketat untuk mendapatkan pendamping yang benar-benar kompeten.

Page 9: Kawasan Mandiri Energi Perkotaan - Ave Harysakti

9

Dimulai dengan kegiatan membangun kesadaran masyarakat menggunakan metode

sosialisasi primer (pendekatan kekeluargaan agar tepat sasaran), dimana keluaran dari

sosialisasi ini diharapkan masyarakat menyadari bahwa mereka memiliki tujuan yang harus

diperjuangkan. Masyarakat yang sadar lebih dapat diharapkan akan menemukan peluang-

peluang, sumberdaya-sumberdaya dan memanfaatkannya. Dengan adanya kesadaran

masyarakat Danau Seha bahwa mereka memiliki peluang memperbaiki kualitas kehidupan

dan lingkungan hidupnya maka akan memperbesar pula peluang KMEP untuk

mensejahterakan masyarakat di kawasan tersebut.

Kegiatan selanjutnya adalah peningkatan pengetahuan dan keterampilan masyarakat

sehubungan dengan PLTS dan aspek-aspek pendukungnya. Kegiatan ini dilakukan saat

awal pemasangan PLTS pada unit-unit bangunan. Kader relawan dari masyarakat Danau

Seha dilatih untuk menjadi instalitir PLTS sehingga akhirnya diperoleh tenaga-tenaga

potensial dari masyarakat dalam melakukan perawatan dan pemeliharaan PLTS saat

beroperasinya nanti. Pihak swasta yang menanamkan modal pada KMEP ini dapat

mempekerjakan tenaga masyarakat terlatih ini dengan upah yang pantas untuk menjadi

tenaga lapangan PLTS. Bagi seluruh masyarakat ditanamkan pengetahuan dasar tentang

PLTS mulai dari cara bekerjanya sampai pada pengenalan tanda-tanda kerusakan

peralatan sehingga jika terjadi kerusakan akan dapat segera diperbaiki.

Tingkatan selanjutnya dari pemberdayaan masyarakat KMEP Danau Seha ini adalah

pengorganisasian, dimana dalam kegiatan ini masyarakat diajarkan untuk mengerjakan

segala hal dengan teratur. Terdapat pembagian tugas yang jelas dari masing-masing

individu sesuai tanggung jawabnya. Ditentukan struktur organisasi KMEP yang melibatkan

masyarakat Danau Seha sebagai batang tubuh organisasi karena masyarakat inilah yang

menjadi kunci keberhasilan PLTS ini.

4. Kesimpulan

Berdasarkan deskripsi dan perhitungan di atas, dapat diambil beberapa kesimpulan

sebagai berikut:

1. Sering terjadinya pemadaman listrik bergilir di Kota Palangkaraya diakibatkan rendahnya

cadangan operasi (reserve margin) yaitu hanya sekitar 12% (8,4 KW) dari standar ideal 30%

(PT.PLN, 2012b p205). Ketergantungannya dengan jaringan Sistem Barito mengakibatkan

rentannya ketahanan ketenagalistrikan di Kota Palangkaraya. Sedikit saja terjadi gangguan

di Sistem Barito maka akan berujung pemadaman listrik di Kota Palangkaraya.

2. Percepatan pembangunan infrastruktur energi dibutuhkan untuk memecahkan permasalahan

ketenagalistrikan di Kota Palangkaraya, untuk itu Konsep Kota Mandiri Energi Perkotaan

(KMEP) dapat dijadikan sebagai solusinya. KMEP merupakan langkah strategis dalam

memanfaatkan Energi Baru dan Terbarukan (EBT) Energi Surya, dimana menurut City of

San Diego (2010 p2), dengan memanfaatkan bidang-bidang atap dan dinding dari bangunan

perkotaan dapat diperoleh Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang produktif. PLTS ini

tidak membutuhkan lahan yang luas, tidak memerlukan perawatan yang intensif, tahan lama

Page 10: Kawasan Mandiri Energi Perkotaan - Ave Harysakti

10

(usia Panel Surya digaransi 20-30 tahun), menghemat penggunaan bahan bakar fosil, dan

ramah lingkungan (mengurangi emisi CO2). Konsep KMEP dapat digabungkan dengan

Konsep Perbaikan Permukiman Kumuh, dimaksudkan sebagai katalisator perbaikan dan

peningkatan kualitas lingkungan binaan (Chavis et al, 1990 p57). Metode Pemberdayaan

Masyarakat diterapkan pada KMEP ini, yaitu menempatkan masyarakat KMEP selaku

pemeran utama dalam mengoperasikan dan merawat PLTS didalamnya.

3. Otonomi daerah telah memperkokoh sendi-sendi perekonomian daerah dengan semakin

berkembangnya pembangunan infrastruktur yang menggerakkan pusat-pusat pertumbuhan

ekonomi lokal (local economic growth) serta peningkatan pelayanan kebutuhan dasar

masyarakat (Noor, 2012a p12). Konsep KMEP sejalan dengan pemikiran tersebut, bahwa

Konsep KMEP akan menggerakkan pertumbuhan ekonomi dikawasannya tersebut karena

akan membuka peluang lapangan kerja yang berdampak pada perbaikan taraf hidup

masyarakat, dan meringankan beban masyarakat akan kebutuhan dasar (permukiman yang

layak, kualitas lingkungan binaan dan kesehatan yang baik).

4. Penguatan daerah dalam memelihara, menjaga dan mempertahankan kedaulatan NKRI

dengan memadukan strategi sosial-ekonomi, pertahanan dan keamanan serta ketertiban

dan penegakan hukum juga strategi pelestarian lingkungan hidup berkelanjutan menjadi

sangat penting berlandaskan konsep, policy, dan regulasi otonomi daerah Noor (2012a p16).

Jadi konsep KMEP yang mengusung azas kemanfaatan strategi sosial-ekonomi dan strategi

pelestarian lingkungan hidup berkelanjutan diperkotaan adalah merupakan salah satu

langkah nyata otonomi daerah dalam rangka penguatan daerah dan penguatan NKRI.

== Terima Kasih & Semoga Bermanfaat ==

Page 11: Kawasan Mandiri Energi Perkotaan - Ave Harysakti

11

HALAMAN LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA

Buku Teks, Jurnal, Prosiding:

BPS Kalteng, 2012. Kalimantan Tengah Dalam Angka. Palangkaraya: BPS Kalteng.

BPS Kota Palangkaraya, 2012. Kecamatan Pahandut Dalam Angka 2012. Palangkaraya: BPS

Kota Palangkaraya.

Budayanti, Tari, 2004. Evaluasi Rencana Teknik Ruang Kawasan Khusus Permukiman

Flamboyant Bawah, Danau Seha, Kota Palangkaraya. Tesis. Semarang: Universitas

Diponegoro.

Chavis, D. dan Wandersman, A. 1990. Sense of Community in the Urban Environment: A

Catalyst for Participation and Community Development. American Journal of Community

Psychology, 18 (1): 55-81.

Jos, Bakti, 2010. Peran Teknologi Separasi Dalam Pengembangan Energi Terbarukan. Pidato

Pengukuhan Guru Besar. Semarang: Universitas Diponegoro.

Martin, Stephen. 2010. Regulation and Public Service Improvement. Dalam Ashworth, R.,

Boyne, G.A. and Entwistle, T. 2010. Theories of Public Service Improvement: Theories and

Evidence. Oxford: Oxford University Press.

Sukarna, Djajang, 2012. Sosialisasi Program dan Kebijakan Bidang Energi Baru Terbarukan

dan Konservasi Energi (EBTKE). Samarinda, 20 November 2012.

Sumiarso, Luluk. 2011. Kebijakan Energi Baru, Energi Terbarukan, dan Konservasi Energi.

Jakarta: ESDM, Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi.

Internet:

Bappenas, 2010. Percepatan Pembangunan Infrastruktur. Diunduh dari

http://www.bappenas.go.id/get-file-server/node/6149/ , pada tanggal 03 Juni 2013.

City of San Diego. 2010. Solar Energy Implementation Plan. Diunduh dari

http://www.sandiego.gov/environmental-services/pdf/sustainable/SolarImplementationPlan-

May2010.pdf , pada tanggal 03 Juni 2013.

Kementerian ESDM, 2012. Draft Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional 2012-2031.

Diunduh dari http://www.djlpe.esdm.go.id/modules/_website/files/1030/File/121010%20---

%20Draft%20RUKN%202012%20-%202031.pdf, pada tanggal 02 Juni 2013.

Kementerian ESDM, 2006. Blueprint Pengelolaan Energi Nasional 2006-2025. Diunduh dari

http://www.esdm.go.id/batubara/doc_download/714-blue-print-pengelolaan-energi-nasional-

pen.html, pada tanggal 02 Juni 2013

Kementerian ESDM, 2002. Pedoman Pengusahaan Pembangkit Tenaga Listrik Skala Kecil

Tersebar. Diunduh dari http://www.djmbp.esdm.go.id/library/sijh/kepmen-1122-2002.pdf, pada

tanggal 02 Juni 2013.

PT.PLN, 2012a. Statistik PLN 2011. Diunduh dari

http://www.pln.co.id/dataweb/STAT/STAT2011IND.pdf, pada tanggal 02 Juni 2013.

PT.PLN, 2012b. Annual Report PLN 2011. Diunduh dari

http://www.pln.co.id/dataweb/AR/ARPLN2011.pdf, pada tanggal 02 Juni 2013.

Page 12: Kawasan Mandiri Energi Perkotaan - Ave Harysakti

12

Ren21, 2013. Ren21’s Renewables Global Status Report. Diunduh dari

http://www.ren21.net/Portals/0/documents/Resources/GSR/2013/GSR2013_highres.pdf, pada

tanggal 02 Juni 2013.

Situs 1, 2012. Berita Pemadaman Bergilir Kalselteng Bulan Oktober dan Desember.

http://radarsampit.net/berita-pemadaman-bergilir-kalselteng-oktober--desember, diakses tanggal

03 Juni 2013.

Situs 2, 2013. Subsidi Listrik Bengkak Hampir Rp9 Triliun.

http://www.metrotvnews.com/metronews/read/2013/05/24/2/156270/Subsidi-Listrik-Bengkak-

Hampir-Rp9-Triliun , diakses tanggal 03 Juni 2013.

Situs 3, 2007. Types of PV Systems. University of Florida.

http://www.fsec.ucf.edu/en/consumer/solar_electricity/basics/types_of_pv.htm, diakses tanggal 03

Juni 2013.

Situs 4, 2010. Japan: Pal Town Josai-no-Mori - PVdatabase. Diunduh dari

http://www.pvdatabase.org/pdf/PalTownJosai-no-Mori.pdf, pada tanggal 04 Juni 2013.

Situs 5, 2013. 'Pitrus - Mattenbies - Rietgors' Nieuwland Solar Energy Project. Diunduh dari

http://www.pvdatabase.org/pdf/1MWproject3.pdf, pada tanggal 04 Juni 2013.

Situs 6, 2013. Shams Solar Power Station.

http://en.wikipedia.org/wiki/Shams_solar_power_station, diakses tanggal 04 Juni 2013.

Situs 7, 2013. Solar Energy Generating Systems.

http://en.wikipedia.org/wiki/Solar_Energy_Generating_Systems, diakses tanggal 05 Juni 2013.

Tester, Jefferson W. 2007. The Future of Geothermal Energy. Massachusetts Institute of

Technology. Diunduh dari http://geothermal.inel.gov/publications/future_of_geothermal_energy.pdf,

pada tanggal 03 Juni 2013.

TABEL:

Tabel 1. Potensi Sumber Daya Energi Baru Terbarukan di Indonesia

(sumber: Dirjen EBTKE, 2012)

No. Jenis Energi Keterangan

1.

Energi Angin

Tiupan angin akan menimbulkan energi gerak pada baling-baling yang kemudian menggerakkan turbin sehingga menghasilkan ketenagalistrikan (lihat Gambar 1 pada lampiran). Di Indonesia pembangkit listrik tenaga angin (bayu) hanya menghasilkan 1,87 MW (lihat Tabel 1 pada lampiran). Hal ini disebabkan di Indonesia pada umumnya kecepatan anginnya relatif rendah, berkisar rata-rata 3,5m/dt. Untuk daerah tertentu dapat mencapai kecepatan rata-rata 5m/dt, yaitu di daerah seperti NTT, NTB, Sulawesi Selatan dan Pantai Selatan Jawa. Pembangkit listrik tenaga angin ini juga berpotensi mengurangi emisi CO2 sebesar 700gram untuk setiap kWH yang dibangkitkannya.

2.

Energi Air

Energi yang dihasilkan berasal dari pemanfaatan aliran air. Potensi pembangkitan listrik dari tenaga air di Indonesia adalah sebesar 75.000 MW. Sampai saat ini baru

Page 13: Kawasan Mandiri Energi Perkotaan - Ave Harysakti

13

termanfaatkan sekitar 9,11% atau sebesar 6.848,46 MW atau sekitar 23,40% dari jumlah total ketenagalistrikan yang dihasilkan PT.PLN. Terdapat pula jenis pembangkit listrik tenaga air dalam skala kecil yang disebut MiniHydro, MicroHydro dan PicoHydro, yang dapat menghasilkan energi cukup untuk memenuhi kebutuhan penerangan beberapa buah rumah sampai dengan sebuah kampung (lihat Gambar 2 pada lampiran). Potensi Mikrohydro di Indonesia ada sekitar 459 MW dan baru termanfaatkan sekitar 187 MW.

3.

Energi Surya

Indonesia sebagai negara tropis sangat ideal kondisi iklimnya untuk menerapkan teknologi pembangkit listrik energi surya. Potensi bangkitan energi listrik dari energi surya ini di Indonesia adalah sebesar 4,80kWH/m2/hari, sedangkan saat ini energi surya baru termanfaatkan sebesar 22,45 MW atau sekitar 0,08% dari jumlah total ketenagalistrikan yang dihasilkan PT.PLN. Pada saat ini terdapat dua macam teknologi pemanfaatan potensi energi ini yaitu Thermal Surya dan PhotoVoltaics (PV). Thermal Surya digunakan untuk alat pemanas air, pengering ikan dan padi, dan panci memasak (lihat Gambar 3 pada lampiran). Sedangkan PV digunakan untuk menyalakan lampu penerangan, pompa air, televisi dan alat-alat elektronik kecil lainnya (lihat Gambar 4 pada lampiran). Keuntungan dari energi surya adalah memiliki sifat tidak mengotori lingkungan, selalu tersedia setiap terang hari, dapat dipasang dimana saja baik diperkotaan maupun diperdesaan selama radiasi mataharinya mencukupi, dan yang paling penting adalah gratis. Sedangkan kelemahannya adalah harga peralatan teknologi energi surya ini masih cukup mahal, namun diyakini harga akan terus menurun dan akan bersaing dengan harga produksi energi berbasis fosil. Menurut REN21 (2013 p) harga produksi energi dari PV ini pada tahun 2008 berada dikisaran $7 USD/watt dan pada tahun 2012 telah turun berada dikisaran $2.20 USD/watt ($2.200 USD/kWH). Sedangkan harga produksi listrik berbasis fosil di Indonesia berada dikisaran USD 0,12/kWH (Situs 2, 2013). Dari perbandingan harga per-kWH, nampak besaran harga produksi PV jauh lebih mahal dari harga produksi energi fosil, namun perlu menjadi catatan adalah PV sumberdayanya gratis dan tak terbatas ketersediaan cahaya mataharinya di terang hari, sedangkan energi fosil harus selalu dipasok sumberdayanya (minyak, batubara, dan gas) dan sumberdayanya semakin hari semakin menyusut sampai akhirnya habis.

4.

Energi Samudera

Terdapat berbagai jenis pemanfaatan energi yang dihasilkan oleh samudera, yaitu energi gelombang, energi pasang surut dan energi panas laut. Namun sampai saat ini pemanfaatan energi ini masih dalam tahap uji coba dan belum sampai pemanfaatan secara ekonomi. Potensi gabungan dari ketiga jenis dalam membangkitkan ketenagalistrikan adalah sebesar 49 GigaWatt, namun saat ini pemanfaatannya hanya sebatas ujicoba oleh BPPT dan dapat menghasilkan energi listrik sebesar 0,01 MW (lihat Tabel 1 dan Gambar 5 pada lampiran).

5.

Energi Panas Bumi

Energi Panas Bumi (Geothermal) merupakan energi panas yang tersimpan dalam batuan di bawah permukaan bumi beserta dan fluida yang terkandung didalamnya (Tester, 2007 p). Secara langsung panas bumi dapat diolah dan dimanfaatkan hasil energinya untuk ketenagalistrikan. Potensi panas bumi untuk ketenagalistrikan di Indonesia adalah sebesar 29.164 MW (sekitar 30-40% potensi panas bumi di dunia) dan baru termanfaatkan sekitar 1.226 MW (lihat Tabel 1 dan Gambar 6 pada lampiran). Selain itu fluida dari panas bumi ini dapat dimanfaatkan untuk pemanasan ruangan, pemanasan air, pemanasan rumah kaca, pengeringan kayu, dan sebagainya.

6.

Energi Biomassa

Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki potensi yang cukup besar untuk menghasilkan ketenagalistrikan nasional. Energi hasil Biomassa ini sering disebut dengan istilah Bioenergi, yaitu energi yang dihasilkan dari pemanfaatan material organik seperti tanaman pertanian, sekam, kayu, sampah, dan kotoran hewan. Terdapat tiga cara pemanfaatan Biomassa menjadi energi, yaitu pembakaran biomassa padat menjadi energi panas, produksi bahan bakar gas, dan produksi bahan bakar cair. Potensi Energi Biomassa di Indonesia adalah sekitar 49.810 MW dan baru termanfaatkan sekitar 1.618,40 MW.

Tabel 2. Uraian Jenis-Jenis Potensi Sumber Daya Energi Baru Terbarukan di Indonesia

(sumber: berbagai sumber, 2013)

Page 14: Kawasan Mandiri Energi Perkotaan - Ave Harysakti

14

GAMBAR:

Gambar 1. Contoh aplikasi teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Angin untuk rumah tangga

(http://muhammadghazalye.blogspot.com/2012/08/pembangkit-listrik-tenaga-angin-plta.html)

Gambar 2. Contoh Aplikasi Sistem Microhydro di Kampung Parakan, Banten

(sumber: http://lemlit.uhamka.ac.id/index.php?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=25&judul=implementasi-pembangunan-

pembangkit-listrik-tenaga-mikro-hidro-.html)

Kompor Tenaga Surya Pengering Padi/Ikan Tenaga Surya Pemanas Air Tenaga Surya Sumber: http://informasisurabaya.com/canggih-tidak-harus-mahal-kompor-tenaga-surya-contohnya/

Sumber: http://tmb.ipb.ac.id/about-us/scientific-development/renewable-energy-engineering/pengering-tenaga-surya

Sumber: http://www.alpensteel.com/article/46-102-energi-matahari-surya-solar/3020--solar-water-heater-system.html

Gambar 3. Contoh aplikasi Thermal Surya

Aplikasi PhotoVoltaics (PV) diperkotaan Australia Aplikasi PV di Desa Salenrang, Kabupaten Maros Sumber: http://teknotrek.blogspot.com/2012/01/plts-untuk-perkotaan-di-beberapa-negara.html

Sumber: http://www.green-pnpm.com/pnpmlmp/baru/BeritaNew/DetailBerita.php?kodeberita=B0089

Gambar 4. Contoh aplikasi Panel Surya (PhotoVoltaics/ PV)

Page 15: Kawasan Mandiri Energi Perkotaan - Ave Harysakti

15

Prototype Turbin Gorlov milik BPPT di Selat Larantuka Marine Current Energy for Electricity (MARCEE) buatan Italia, 1 Turbin menghasilkan 1-1,2 MW

Sumber: http://www.engineeringtown.com/teenagers/index.php/berita/2156-pengembangan-energi-laut-di-ntt.html

Sumber: http://www.mgi.esdm.go.id/content/ebt-listrik-sebagai-infrastruktur

Gambar 5. Contoh aplikasi Energi Samudera

Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi PT.PGE di Jambi

Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi PT.Geo Dipa Energi di Dieng Jawa Tengah

Sumber: http://energitoday.com/2013/01/28/pge-optimis-target-listrik-sungai-penuh-jambi-pada-2015-tercapai/

Sumber: http://www.tempo.co/read/news/2013/02/05/090459340/Dengan-Rp-3-T-PT-Geo-Dipa-Eksplorasi-8-Sumur-Baru

Gambar 6. Contoh aplikasi Energi Panas Bumi

Sumber: http://www.pvdatabase.org/pdf/PalTownJosai-no-Mori.pdf

Gambar 7. Ota City, Provinsi Gunma, Jepang

Sumber: http://www.pvdatabase.org/pdf/1MWproject3.pdf

Gambar 8. 'Pitrus - Mattenbies - Rietgors' Nieuwland, Utrecht, Belanda

Page 16: Kawasan Mandiri Energi Perkotaan - Ave Harysakti

16

Sumber: http://www.leonics.com/system/solar_photovoltaic/customized/image/stgobain_gridtie_1.jpg

Gambar 9. Skema PLTS dan komponen-komponen peralatannya.

Sumber: Budayanti, 2004

Gambar 10. Layout Kawasan Permukiman Danau Seha.

Sumber: Pribadi

Gambar 11. Tipe atap bangunan pada Permukiman Danau Seha

Page 17: Kawasan Mandiri Energi Perkotaan - Ave Harysakti

17

Sumber: Pribadi

Gambar 12. Prakiraan pemasangan Panel Surya PLTS pada atap bangunan di permukiman Danau Seha.

Penerangan Jalan Umum Tenaga Surya Kompor Biogas Skala Rumah Tangga Sumber: http://energitoday.com/2013/01/04/jasa-marga-pakai-solar-cell/

Sumber: http:// biogas-energi.biz

Gambar 13. Contoh aplikasi lampu jalan lingkungan tenaga surya dan aplikasi kompor biogas skala rumah tangga.

PERHITUNGAN:

Perhitungan 1. Jumlah Kebutuhan Daya Listrik dan Komponen PLTS Pada Permukiman Danau Seha

Untuk memperoleh total daya listrik sehari-hari yang dibutuhkan oleh permukiman Danau Seha dilakukan perhitungan sebagai berikut:

Tabel 3. Pemakaian Listrik Harian 1 Rumah Tangga di Permukiman Danau Seha

No. Jenis Beban Watt

(kWh) Banyaknya

Beban Jam

Pemakaian Penggunaan Watt

Harian (kWh)

1. Lampu LED 0,005 4 10 0,2

2. TV LCD 0,075 1 10 0,75

3. Pompa Air 0,125 1 2 0,25

4. Kipas Angin 0,05 1 8 0,4

Total Pemakaian Watt Harian 1,6

Dari Tabel 3 di atas diketahui bahwa jumlah total pemakaian watt harian 1 rumah tangga = 1,6 kWh/hari Terdapat 773 rumah tangga di Permukiman Danau Seha, sehingga total daya listrik harian di permukiman

tersebut adalah = 773 x 1,6 = 1236,8 kWh/hari atau 1236800 watt/hari Rata-rata Amp-Hours (AH) perhari = 1236800 watt : 24 V = 51534 AH Jumlah Baterei keseluruhan yang dibutuhkan untuk menyimpan daya dari Panel Surya adalah:

Page 18: Kawasan Mandiri Energi Perkotaan - Ave Harysakti

18

Rata-rata Amp-Hours (AH) perhari 51534

Dibagi dengan efesiensi Inverter (lihat spesifikasi pada Tabel 4) 0,96 53681 Dibagi dengan efesiensi Baterei (lihat spesifikasi pada Tabel 4) 0,8 67101 Dibagi dengan minimal discharge (normalnya 50%) 50% 134202 Dikalikan dengan jumlah hari otomatis (situasi tanpa pengisian baterei)

5 671010

Jumlah total AH pada PLTS 671010 AH Baterei yang digunakan 3000 Jumlah Total Baterei pada PLTS 223 Unit

Jumlah Panel Surya yang dibutuhkan untuk mencukupi kebutuhan listrik KMEP (tanpa kelebihan daya):

Total daya listrik harian KMEP 1236800 Watt/hari

Kyocera 350 Wattpeak Solar Panel, dengan kapasitas penghasil daya sehari (5-6 jam) 1750 – 2100 watt/hari, diasumsikan 2000 watt/hari

618.4 Unit

Jadi jumlah total panel surya pada PLTS KMEP adalah sebanyak 619 Unit

Jumlah Gridtie Solar Inverter yang dibutuhkan PLTS adalah sebanyak:

Total daya listrik harian KMEP 1236800 Watt/hari

Kemampuan daya yang diolah dari Panel Surya menjadi arus AC 13100 Wp x 6 jam = 78600

Wh

Total Inverter yang dibutuhkan adalah sebanyak 16 Unit

Jumlah Solar Regulator yang dibutuhkan adalah sebanyak:

Total jumlah Baterei pada PLTS 223 Unit

Jumlah maksimal baterei yang dapat dirangkai pada 1 unit regulator 40 Unit Total Regulator yang dibutuhkan adalah sebanyak 6 Unit

Jumlah Charge Controller yang dibutuhkan adalah sebanyak:

Total jumlah Baterei pada PLTS 223 Unit

Jumlah maksimal baterei yang dapat dirangkai pada 1 unit Charge Controller

40 Unit

Total Charge Controller yang dibutuhkan adalah sebanyak 6 Unit

Tabel 4. Harga Komponen PLTS (Kurs $1 USD = Rp.9800,-)

Nama Komponen Spesifikasi Harga

Kyocera 350-Watt Solar Panel

Model KD350GX-LPB

Power (W) 350 Watts

Open Circuit Voltage (V) 49.2 Voc

Short Circuit Current (A) 8.50 Isc

Maximum Power Voltage (V) 39.8 Vmp

Maximum Power Current (A) 7.92 Imp

Quality Grade A

Cell Type Multi-Crystalline

Frame Type: Black

Junction Box: Yes

Length 65.40"

Width 52.0"

Depth 1.80"

Weight 25 Kg

$280 USD (Rp.2.744.000,-)

PROSTAR Battery 48 V 3000AH

Product China

Voltage 48 V

Capacity 3000 AH

Battery Effeciency 80%

Dimension (33 x 18 x 23 ) cm

Weight 30 Kg

$418 USD

(Rp.4.096.400,-)

Page 19: Kawasan Mandiri Energi Perkotaan - Ave Harysakti

19

Fronius Gridtie Solar Inverter

Recommended PV-Power (Wp) 9700-13100

MPPT-Voltage range 230 - 500 V

Nominal output power 11400 W

Nominal AC output voltage 220V/240V/277V

Max. Efficiency 96,2%

Consumption during operation 22 W

Unit Dimensions (W x H x D) 17.1 x 48.1 x 9.6 inch

Inverter Weight 37 Kg

$3500 USD

(Rp.34.300.000,-)

Victron BlueSolar BSR5 40A Solar Regulator

40 Amp PWM Solar Regulator Low Voltage Load Disconnect Suit 24V or 48V Systems

$55 USD

(Rp.539.000,-)

SunSaver 20L-24/48 Charge Controller

24/48 Volts 40 Amps Series Design

$83 USD

(Rp.813.400,-)

Perhitungan 2. Jumlah Energi Listrik Hasil PLTS di Permukiman Danau Seha

Luasan rata-rata atap bangunan di KMEP Danau Seha adalah 36 m2. Jumlah luasan atap total = 36 m2 x 773 =

27828 m2. Luas efektif atap yang dapat dipasangi panel surya adalah seluas 27828 x 60% = 16697 m2.

Luasan sebuah panel surya kyocera 350 Wp adalah 1,66 m x 1,32 m = 2,19 m2.

Jumlah total luasan panel surya pada PLTS KMEP tanpa kelebihan daya adalah 2,19 m2 x 619 = 1355,61 m2.

Jumlah total panel surya kyocera 350 Wp yang dapat dipasang lagi menjadi 16697 : 2,19 = 7624 – 619 = 7005

Jumlah potensi produksi energi maksimal yang dapat dihasilkan dari PLTS menggunakan panel surya kyocera 350

Wp adalah sebesar 2000 watt/hari x 7005 unit = 14010000 watt/hari = 14010 kWh.

Jumlah maksimal potensi energi yang dihasilkan oleh PLTS KMEP menggunakan panel surya kyocera 350 Wp

adalah sebesar 14010 kWh + 1236,8 kWh = 15246,8 kWh/hari.

Untuk produksi kWh tahunan PLTS KMEP sebesar: A kWh = 15246,8 x 365 = 5565082 kWh/tahun

Perhitungan 3. Harga Listrik PLTS Per-kWh Dibandingkan Harga Listrik PT.PLN (persero)

Tabel 5. Perhitungan Biaya Pembangunan PLTS

No. Nama Barang Jumlah Barang

Harga Per-Unit (Rp.)

Jumlah (Rp.)

1. Panel Surya Kyocera 350 Wp 619 2.744.000 1.698.536.000

2. Baterei Prostar 48 V 3000 AH 233 4.096.400 954.461.200

3. Fronius Gridtie Solar Inverter 16 34.300.000 548.800.000 4. Victron BlueSolar BSR5 40A Solar Regulator 6 539.000 3.234.000

5. SunSaver 20L-24/48 Charge Controller 6 813.400 4.880.400 Jumlah 3.209.911.600

6. Sistem Perkabelan dan Jaringan + Instalasi adalah 10% dari jumlah harga peralatan di atas

1 3.209.911.600 x 10% 320.991.160

Jumlah Total 3.530.902.760

Harga pada Tabel 5 tersebut di atas adalah untuk menghasilkan daya sebesar 1236,8 kWh/hari, maka untuk

menghasilkan total daya sebesar 15246,8 kWh/hari dibutuhkan biaya sebesar 15246,8 : 1236,8 = 12,32 dikalikan

Rp.3.530.902.760,- = Rp.43.500.722.003,-

Faktor Pemulihan Modal (Capital Recovery Factor) , berdasarkan pada discount rate (i). Dimana

dengan n adalah periode (umur) PLTS yaitu 25 tahun dan i discount rate dari Bank Indonesia

2013 adalah 5,75% maka:

= 0,0764

Page 20: Kawasan Mandiri Energi Perkotaan - Ave Harysakti

20

Berdasarkan perhitungan, TPV=Rp.43.500.722.003,- CRF=0,0764 dan A kWh=5.565.082 kWh/tahun maka besar

biaya energi pada PLTS KMEP Danau Seha adalah:

= Rp.5.971,98/kWh ~ Rp.6.000/kWh

Harga Listrik produksi PLTS KMEP Danau Seha per 1 kWh adalah Rp.6.000,-

Harga listrik produksi PT.PLN (persero) per 1 kWh adalah Rp.1.342,-