Upload
jian-septian
View
420
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
kategori pangan
Vol. 12 No. 5 September - Oktober 2011
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA BADAN RI POM
InfoPOMISSN 1829-9334
Pembaca yang terhormat,
Karena penggunaan bahasa Indonesia dalam komunikasi sehari-hari telah memasyarakat dan meluas di seluruh wilayah nusantara, sebagaimana
seharusnya, maka pemberian informasi baik lisan ataupun tertulis dalam bahasa Indonesia menjadi sangat penting, termasuk dalam memberikan
informasi tentang produk pangan olahan yang beredar di pasaran. Saat ini, begitu banyak jumlah produk pangan beredar di pasaran, dengan tren
yang menunjukkan bahwa terus meningkatnya jumlah produk pangan olahan impor. Disisi lain, informasi produk yang terdapat pada label di
kemasan pangan olahan sangatlah penting untuk diketahui dan dipahami oleh konsumen. Oleh karena itu penggunaan bahasa Indonesia dalam
label pangan akan sangat bermanfaat bagi masyarakat, karena selain agar informasi dapat diterima dan dipahami dengan mudah dan tepat, juga
akan memudahkan pemerintah dalam melakukan pengawasan produk pangan yang beredar. Ulasan mengenai hal ini dapat disimak pada artikel
Pentingnya Label Pangan Berbahasa Indonesia.
Masih tentang produk pangan, untuk melengkapi artikel diatas, kami sajikan juga tulisan pendek tentang sistem pengelompokan pangan, agar
pembaca mengetahui bahwa setiap jenis produk pangan dalam suatu kelompok memiliki definisi dan karakteristik dasar, yang masing-masing
berbeda dengan yang lain. Sistem pengelompokan ini disebut kategori pangan dan telah ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala Badan POM RI
Nomor. HK.00.05.52.4040 tentang Kategori Pangan. Dengan adanya pengkategorian pangan, maka diharapkan produk pangan yang beredar di
Indonesia sesuai dengan definisi dan karakteristiknya tersebut. Sebagai contoh yang dikemukakan adalah satu jenis kategori pangan yaitu susu dan
produk susu.
Selain kedua artikel tersebut di atas, kami juga hadirkan siaran pers tentang Operasi Pangea IV Berantas Obat Ilegal Online dan siaran pers tentang
Hasil Pengawasan Obat Tradisional Mengandung Bahan Kimia Obat.Seperti biasa, pada halaman terakhir dimuat forum PIO Nas dan SIKer Nas
yang berisi tanya jawab seputar informasi obat dan informasi keracunan dan penting diketahui oleh pembaca.
Demikian, semoga infoPOM edisi ini dapat memberikan manfaat. Selamat membaca.
E T IDI OR AL
1
PENTINGNYA LABEL PANGAN
BERBAHASA INDONESIA
MENGULAS SUSU DAN PRODUK SUSU
Susu adalah cairan berwarna putih yang dihasilkan oleh kelenjar susu
mamalia dan mengandung banyak vitamin serta protein. Susu memiliki
banyak manfaat, diantaranya untuk membantu proses pertumbuhan
dan mencegah pengeroposan tulang. Sumber susu tidak hanya dari
sapi, tetapi juga dari beberapa hewan mamalia lainnya seperti
domba, kambing, kuda dan unta.
Tidak semua orang bisa meminum susu segar, karena tidak
terbiasa dengan aromanya. Namun dengan perkembangan
teknologi, susu dapat diolah menjadi bentuk lain seperti
yoghurt, keju dan es krim, sehingga produk tersebut dapat
menjadi alternatif pilihan bagi konsumen untuk tetap dapat
mengkonsumsi susu. Prinsip dasar pengolahan susu adalah
dengan pasteurisasi dan sterilisasi, yang bila tidak dilakukan
dengan baik dikhawatirkan dapat terkontaminasi bakteri.
Kontaminasi dapat terjadi karena pemerahan yang tidak higienis,
penyimpanan, pengolahan dan transportasi yang tidak memenuhi
ketentuan yang seharusnya.
SIARAN PERS
HASIL PENGAWASAN OBAT
TRADISIONAL MENGANDUNG
BAHAN KIMIA OBAT
SIARAN PERS
OPERASI PANGEA IV
BERANTAS OBAT ILEGAL
ONLINE
InfoPOM
SajianUtama
Susu dalam Kategori Pangan
Dalam rangka melakukan
pengawasan produk pangan yang
beredar, Badan Pengawas Obat
dan Makanan (Badan POM)
mengembangkan sistem
pengelompokan pangan dimana
setiap jenis produk pangan dalam
suatu kelompok memiliki definisi
dan karakteristik dasar yang sama
Sistem pengelompokan ini disebut
kategori pangan dan telah
ditetapkan oleh Surat Keputusan
Kepala Badan POM RI Nomor.
HK.00.05.52.4040 tentang
Kategori Pangan. Dengan adanya
pengkategorian pangan, maka
diharapkan produk pangan yang
beredar di Indonesia sesuai
dengan definisi dan
karakteristiknya.
Kategori Pangan disusun dengan
mengacu pada ketetapan dari
Codex Alimentarius Commision
(CAC) dan Standar Nasional
Indonesia (SNI). CAC adalah
komisi bersama yang dibentuk
oleh organisasi pangan dan
pertanian dunia (Food
and Agricultural
Organization,
FAO) dan
organisasi
kesehatan dunia
(World Health
Organization,
WHO) untuk
menyusun
standar
keamanan, mutu,
dan gizi pangan
yang
berlaku
secara
internasi
onal.
Ada 16
kategori
pangan dimana
setiap kategori
terdiri dari
beberapa sub
kategori. Susu merupakan
kategori pangan nomor 01.0.
Produk – produk susu dan terdiri
dari 8 sub kategori sebagai
berikut:
01.1 Susu dan minuman berbasis
susu
Contoh produk yang termasuk
dalam sub kategori ini diantaranya
susu segar, UHT, susu
pasteurisasi, susu skim, susu
lemak nabati, buttermilk, minuman
susu berperisa.
01.2 Susu fermentasi dan produk
susu hasil hidroliza enzim renin
(tawar)
Termasuk dalam sub kategori ini
diantaranya susu yang
difermentasikan, susu yang
diasamkan, yoghurt, dan susu
yang digumpalkan dengan enzim
renin.
01.3 Susu kental dan tiruannya
Termasuk diantaranya produk
susu kental manis, susu
evaporasi, susu skim kental
manis, krim kental manis, krimer
kental manis.
01.4 Krim (tawar) dan sejenisnya
Krim diperoleh dengan proses
pemisahan antara lemak susu dan
komponen lainnya. Contoh produk
dalam sub kategori ini adalah krim
pasteurisasi, whipped cream, krim
rendah lemak, krim asam.
2Vol. 12 No. 5 September - Oktober 2011 InfoPOM
3
01.5 Susu bubuk dan krim bubuk
dan bubuk tiruan (tawar)
Sub Kategori ini diperoleh dengan
penghilangan air dari susu dan
krim sehingga berbentuk bubuk.
Contoh produk dalam kategori ini
diantaranya susu bubuk fullcream,
susu bubuk berlemak instant, krim
bubuk, campuran susu dan krim
bubuk, bubuk buttermilk.
01.6 Keju dan keju tiruan (analog)
Termasuk dalam sub kategori ini
adalah keju dan produk keju serta
keju analog. Contoh
produk dalam sub
kategori ini
diantaranya
keju, keju
krim, keju
mozarela,
keju
peram,
bubuk keju,
keju olahan,
keju olahan
berperisa.
01.7 Makanan pencuci mulut
berbahan dasar susu (contoh:
puding, yoghurt berperisa atau
yoghurt dengan buah)
Termasuk dalam sub kategori ini
adalah es krim, es susu, yoghurt
berperisa, dan permen susu.
01.8 Whey dan produk whey,
selain keju whey
Whey merupakan cairan yang
dipisahkan dari susu setelah
penggumpalan susu dalam
pembuatan keju dan produk
sejenis lainnya. Produk whey
dapat berbentuk cair
maupun bubuk.
Susu formula bayi dan
lanjutan tidak masuk
dalam kategori ini tetapi
masuk dalam kategori
pangan 13.0. Produk
Pangan untuk
Keperluan Gizi Khusus,
karena susu formula
bayi merupakan formula
pengganti ASI untuk
bayi yang secara
khusus diformulasikan untuk
menjadi salah satu sumber gizi
pada bulan – bulan awal sampai
nanti diperkenalkan dengan
makanan pendamping.
Kategori pangan di atas bersifat
dinamis, yang dapat berkembang
seiring dengan berkembangnya
teknologi.
(Direktorat Standardisasi Produk
Pangan)
Pustaka:
1. Surat Keputusan Kepala
Badan Pengawas Obat dan
Makanan RI No.
HK.00.05.52.4040 tentang
Kategori Pangan, 2006
2. Eniza Saleh. Dasar
Pengolahan Susu dan Hasil
Ikutan Ternak. Program Studi
Produksi Ternak Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera
Utara
Vol. 12 No. 5 September - Oktober 2011 InfoPOM
SajianUtama
InfoPOM4Vol. 12 No. 5 September - Oktober 2011
Artikel
Pendahuluan
Penggunaan bahasa Indonesia
dalam komunikasi sehari-hari
telah memasyarakat dan meluas
di seluruh wilayah nusantara.
Tentu saja hal ini melalui
beberapa tahap penyebaran
penggunaan, dimulai dengan
dinyatakannya bahasa Indonesia
sebagai bahasa persatuan pada
Sumpah Pemuda tanggal 28
Oktober 1928 sampai dengan
didorongnya penggunaan bahasa
Indonesia pada berbagai media
informasi yang dibutuhkan oleh
masyarakat melalui ketentuan
pemerintah, peraturan dan
perundang-undangan. Lalu
bagaimanakah penggunaan
bahasa Indonesia dalam rangka
menyampaikan informasi kepada
konsumen melalui label yang ada
pada produk pangan?
Artikel ini memberikan gambaran
mengenai betapa pentingnya
informasi yang ada pada label
untuk dapat diterima dan diketahui
oleh pembacanya secara mudah
dan tepat. Untuk itulah sangat
penting menyampaikan informasi
ini dalam bahasa Indonesia.
Produk Pangan di Indonesia
Pangan olahan yang beredar di
masyarakat merupakan produksi
dalam negeri dan produksi luar
negeri. Tren jumlah pangan
olahan yang terdaftar pada Badan
Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM) sejak tahun 2006 sampai
dengan tahun 2010 menunjukkan
terjadi peningkatan yang lebih
besar pada pangan impor (65%)
dibandingkan dengan pangan 1)produk dalam negeri (15%). Data
ini menunjukkan betapa besarnya
jumlah produk impor yang beredar
di Indonesia dan ketatnya
persaingan yang dihadapi oleh
produk dalam negeri untuk
memenangkan minat konsumen.
Label Produk Pangan
Sebagaimana diatur pada
Undang-Undang Perlindungan
Konsumen bahwa pelaku usaha
wajib mencantumkan informasi
dan/atau petunjuk penggunaan
5Vol. 12 No. 5 September - Oktober 2011
barang dalam bahasa Indonesia
sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang 2)berlaku. Oleh karena itu sudah
selayaknya produk pangan yang
beredar di wilayah Indonesia
diwajibkan memiliki label yang
berbahasa Indonesia, seperti
yang juga diamanatkan pada
Undang-Undang Pangan.
Ketentuan pada Undang –
Undang pangan ini menyatakan
bahwa keterangan pada label
yang beredar di Indonesia wajib
ditulis atau dicetak dengan
menggunakan bahasa Indonesia,
angka Arab dan huruf latin.
Penggunaan istilah asing, selain
yang dimaksud diatas dapat
dilakukan sepanjang tidak ada
padanannya, tidak dapat
diciptakan padanannya atau
digunakan untuk perdagangan ke 3)luar negeri.
Melihat semakin pentingnya
penggunaan bahasa Indonesia
pada label, maka melalui Surat
Edaran tentang Penerapan
Ketentuan Label Pangan yang
diterbitkan oleh Kepala BPOM
pada tanggal 1 September 2010
secara jelas dinyatakan kembali
bahwa dengan masih
ditemukannya label yang tidak
memenuhi ketentuan peraturan
perundang undangan maka
diingatkan dan ditegaskan kepada
seluruh produsen, importir dan
distributor pangan untuk
mencantumkan label pangan
dengan menggunakan bahasa 4)Indonesia.
Tidak hanya sekedar harus
berbahasa Indonesia, masyarakat
berhak memperoleh informasi
mengenai produk pangan yang
benar dan tidak menyesatkan.
Dengan demikian, akan
memudahkan konsumen untuk
memahami semua informasi yang
diperlukan sehingga membantu
konsumen untuk memilih dan
memutuskan produk pangan yang
sesuai dengan kebutuhan dan
menghindari pangan tertentu.
Informasi yang perlu diketahui
oleh konsumen melalui label
antara lain adalah nama produk,
daftar bahan dan keterangan
tentang kadaluwarsa
(kedaluwarsa).
Nama Produk Pangan
Nama produk pangan merupakan
identitas, pemberian nama produk
atau disebut sebagai nama jenis
adalah berdasarkan Standar
Nasional Indonesia dan atau
berdasarkan Surat Keputusan
Kepala BPOM tentang Kategori 5)Pangan. Ada beberapa jenis
produk pangan yang kalau dilihat
secara fisik memiliki bentuk dan
warna yang sama tetapi
merupakan jenis yang berbeda.
Hal ini dapat disebabkan adanya
perbedaan komponen atau bahan
yang digunakan. Misalnya produk
“Minuman Sari Buah” dan
“Minuman Rasa Buah”,
merupakan 2 jenis yang berbeda,
dimana “Minuman Sari Buah”
terbuat dari 35% sari buah,
sedangkan “Minuman Rasa Buah”
hanya menggunakan 10% sari 6)buah. Dengan mencantumkan
nama produk dalam bahasa
Indonesia maka konsumen dapat
lebih mudah melihat perbedaan
dari dua jenis minuman tersebut,
dan bisa menentukan pilihan yang
tepat sesuai kebutuhan.
InfoPOM
Artikel
6
Vol. 12 No. 5 September - Oktober 2011
Bahan yang Digunakan
Informasi mengenai bahan yang
digunakan tentu saja sangat
penting. Beberapa zat atau jenis
pangan tertentu dapat
menimbulkan alergi, misalnya
udang untuk orang yang intoleran
terhadap protein yang terdapat di
dalam udang. Jika pada daftar
bahan tidak dicantumkan
informasi dalam bahasa Indonesia
maka bisa jadi konsumen tidak
mengetahui dengan jelas bahan
yang digunakan didalam produk
pangan tersebut. Dan jika
konsumen mengkonsumsi produk
pangan yang mengandung zat
yang tidak boleh di konsumsi,
maka akan mengalami efek
negatif yang mungkin
menimbulkan bahaya kesehatan
yang pada kasus tertentu bisa
berujung pada kematian.
Keterangan tentang Kadaluwarsa
Keterangan yang memberikan
informasi mengenai batas waktu
masih layaknya produk pangan
dikonsumsi disebut sebagai
kadaluwarsa. Begitu pentingnya
informasi ini untuk konsumen
sehingga pada Undang-Undang
Pangan dinyatakan bahwa setiap
orang dilarang mengganti,
melabel kembali, atau menukar
tanggal, bulan dan tahun
kadaluwarsa pangan yang 7)diedarkan. Kemudian pada
Peraturan Pemerintah tentang
Label dan Iklan Pangan
ditegaskan kembali bahwa setiap
orang dilarang menukar tanggal, 8)bulan dan tahun kadaluwarsa.
Jadi sangat penting menuliskan
keterangan tentang kadaluwarsa
dalam bahasa Indonesia, angka
Arab dan huruf latin, karena
apabila tidak, maka informasi
mengenai tanggal, bulan dan
tahun kadaluwarsa pun tidak
dapat diketahui / dipahami oleh
konsumen.
Penutup
Penggunaan bahasa Indonesia
pada label tidak hanya
bermanfaat bagi konsumen
sehingga informasi dapat diterima
dengan mudah dan tepat,
melainkan juga akan
memudahkan pengawasan
produk pangan yang beredar.
Pengawasan produk pangan
merupakan tanggung jawab
semua pihak, yaitu pemerintah,
industri pangan, akademisi dan
konsumen itu sendiri.
Pengawasan oleh semua pihak
pada produk pangan yang
beredar melalui label akan
menjadi seleksi secara tidak
InfoPOM
Artikel
langsung terhadap kualitas produk
pangan. Produk pangan yang
labelnya tidak memberikan
informasi yang jelas sebaiknya
tidak menjadi pilihan konsumen,
selain akan menimbulkan
kerugian karena produk pangan
yang dikonsumsi tidak sesuai
dengan yang diinginkan,
ketidakjelasan informasi pada
label juga dapat juga berisiko
karena produk pangan mungkin
mengandung bahan yang
berbahaya bagi kesehatan pada
orang-orang tertentu.
(Direktorat Standardisasi Produk
Pangan)
7Vol. 12 No. 5 September - Oktober 2011 InfoPOM
Pustaka
1) Sumber: Direktorat Penilaian
Keamanan Pangan – BPOM (2011)
2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Pasal 8.
3) Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1996 tentang Pangan. Pasal 31 ayat (2)
dan (3).
4) Surat Edaran Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor
HK.05.01.1.52.09.10.8502 Tahun 2010
tentang Penerapan Ketentuan Label
Pangan.
5) Peraturan Pemerintah Nomor 69
Tahun 1999 tentang Label dan Iklan
Pangan. Pasal 18 ayat (1) dan (2).
6) Surat Keputusan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor HK.00.05.52.4040
Tahun 2006 tentang Kategori Pangan.
Lampiran XIV Kategori Pangan 14.1.4.2
Minuman Berbasis Air Berperisa Tidak
Berkarbonat, Termasuk Punches dan
Ades.
7) Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1996 tentang Pangan. Pasal 32.
8) Peraturan Pemerintah Nomor 69
Tahun 1999 tentang Label dan Iklan
Pangan. Pasal 29 huruf b.
ULPK adalah unit layanan yang dibentuk untuk menampung pengaduan masyarakat yang berkaitan dengan mutu, keamanan dan aspek legalitas produk :
ObatMakanan dan minuman
Kosmetika dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT)Obat tradisional
Narkoba
Melalui telepon di nomor 021-4263333 , 32199000Melalui faksimili di nomor 021-4263333 , 4209221
Melalui Email [email protected],
Datang langsung ke:
Unit Layanan Pengaduan KonsumenBadan Pengawas Obat dan Makanan
Jln. Percetakan Negara No. 23 Jakarta 10560
Bagaimana cara menyampaikan pengaduan ke ULPK?
Unit Layanan Pengaduan Konsumen (ULPK)
Artikel
8
Vol. 12 No. 5 September - Oktober 2011
Siaran Pers
SIARAN PERS
OPERASI PANGEA IV BERANTAS OBAT ILEGAL ONLINE
Untuk melindungi kesehatan masyarakat dan menerapkan tindakan kehati-hatian terhadap kemungkinan
peredaran obat ilegal termasuk palsu, Badan POM secara terus menerus dan berkesinambungan telah
melakukan pengawasan baik pre-market maupun post-market, termasuk pengawasan promosi. Dari
hasil pantauan beberapa tahun terakhir marak ditemukan penjualan obat ilegal termasuk palsu melalui
media internet.
Penertiban obat ilegal termasuk palsu yang dipromosikan melalui internet telah dikoordinasikan oleh
International Criminal Police Organization (ICPO)-Interpol yang diberi sandi OPERASI PANGEA yaitu
suatu aksi internasional yang dilakukan dalam satu minggu dengan sasaran penjualan produk obat ilegal
termasuk palsu secara online. Operasi Pangea baru pertama kali diikuti oleh Indonesia. Pada tahun 2008
Operasi Pangea I diikuti oleh 8 negara, Operasi Pangea II tahun 2009 diikuti oleh 25 negara, Operasi
Pangea III tahun 2010 diikuti oleh 44 negara dan Operasi Pangea IV tahun 2011 diikuti oleh 81 negara
termasuk Indonesia yang difasilitasi oleh National Central Bureau (NCB)-Interpol dengan tujuan
meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap risiko kesehatan terkait obat, suplemen makanan ilegal
serta produk palsu dan mengungkap semua pelaku sindikat jaringan yang terlibat termasuk melakukan
penyitaan, penangkapan dan penahanan termasuk menutup situs yang mempromosikan produk ilegal
termasuk produk palsu.
Pelaksanaan Operasi Pangea IV di Indonesia dilakukan oleh Satuan Tugas Pemberantasan Obat dan
Makanan Ilegal yang terdiri dari Badan POM, Kepolisian RI, Direktorat Jenderal Bea Cukai pada tanggal
20 – 27 September 2011 dan bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika RI.
Dari Operasi Pangea IV berhasil diidentifikasi sebanyak 30 situs website yang mempromosikan obat
ilegal termasuk palsu. Serta dilakukan penyitaan terhadap produk obat, obat tradisional, dan suplemen
makanan ilegal. Dari hasil operasi tersebut dilakukan pemeriksaan 4 (empat) sarana, dimana berhasil
ditangkap dan ditahan 2 (dua) orang pelaku yang mempromosikan dan mengedarkan produk ilegal
termasuk palsu serta 2 (dua) orang diperiksa guna pengembangan untuk memperoleh informasi sumber
perolehan produk ilegal.
InfoPOM
BADAN RI POM
9Vol. 12 No. 5 September - Oktober 2011
Jumlah produk yang disita sebanyak 57 item umumnya obat ilegal sebanyak 43 item (75,4%) terdiri dari
kategori disfungsi ereksi sebanyak 26 item (45,6%), perangsang wanita/female libido drugs sebanyak 10 item
(17,5%), anestesi lokal sebanyak 7 item (12,3%), dan obat tradisional ilegal sebanyak 12 item (21,1%) terdiri
dari kategori penurun berat badan sebanyak 5 item (8,8%) dan minyak gosok 7 item (12,3%) serta suplemen
makanan ilegal sebanyak 2 item (3,5%), dengan jumlah sebanyak 1.225 kotak, 115 botol, 24 tube, 13 sachet,
240 tablet, dengan nilai sekitar Rp. 82.000.000 (delapan puluh dua juta rupiah). Tren temuan Operasi Pangea
IV di Indonesia ini hampir sama dengan tren temuan Operasi Pangea III yang dilakukan secara internasional
tahun 2010 yaitu obat disfungsi ereksi dan perangsang wanita/ female libido drugs. Kedua obat ini adalah
jenis obat yang paling banyak ditemukan, diikuti jenis anestesi lokal dan obat penurun berat badan.
Untuk situs website yang telah teridentifikasi mempromosikan dan menawarkan produk ilegal termasuk palsu
tersebut, Kepala Badan POM selaku Ketua Satuan Tugas Pemberantasan Obat dan Makanan Ilegal telah
mengajukan kepada Kementerian Komunikasi dan Informatika RI untuk melakukan upaya pemblokiran
website.
Sebagai informasi, keberadaan Satgas Pemberantasan Obat dan Makanan Ilegal telah dicanangkan oleh
Wakil Presiden RI pada tanggal 31 Januari 2011 di Jakarta.
Berkenaan dengan hal tersebut diatas, apabila masyarakat menemukan hal-hal yang dicurigai terkait
peredaran produk obat, obat tradisional, dan suplemen makanan ilegal termasuk produk palsu yang
diedarkan melalui internet, dapat melaporkan kepada Unit Layanan Pengaduan Konsumen (ULPK) Badan
POM dengan nomor telepon 021-4263333 dan 021-32199000 atau email
[email protected] atau Layanan Informasi Konsumen di Balai Besar/Balai POM di seluruh Indonesia.
Jakarta, 5 Oktober 2011
Biro Hukum dan Humas Badan POM RI
InfoPOM
Siaran Pers
10Vol. 12 No. 5 September - Oktober 2011
SIARAN PERS
HASIL PENGAWASAN OBAT TRADISIONAL MENGANDUNG BAHAN KIMIA OBAT
Untuk melindungi masyarakat dari penggunaan Obat Tradisional (OT) yang tidak memenuhi persyaratan
keamanan, manfaat dan mutu, Badan POM RI secara rutin dan berkesinambungan melakukan pengawasan
peredaran obat tradisional, termasuk kemungkinan dicampurnya Obat Tradisional dengan Bahan Kimia Obat
(OT-BKO).
Berdasarkan hasil pengawasan Badan POM di seluruh Indonesia sampai dengan bulan Juli tahun 2011
ditemukan 21 OT-BKO, 20 diantaranya merupakan OT tidak terdaftar (ilegal), dan oleh sebab itu Badan
POM mengeluarkan peringatan/public warning sebagaimana terlampir I, dengan tujuan agar masyarakat
tidak mengkonsumsi OT-BKO karena dapat membahayakan kesehatan.
Analisis temuan OT-BKO selama 5 tahun terakhir, terjadi penurunan temuan OT mengandung BKO dari
1,65% menjadi 0,72% dari seluruh OT yang disampling dengan rincian, pada tahun 2007 (1,65%); tahun
2008 (1,27%); tahun 2009 (1,06%) tahun 2010 (0,84%); dan tahun 2011 sejumlah 0,72% Obat Tradisional
mengandung Bahan Kimia Obat.
Bahan Kimia Obat (BKO) yang diidentifikasi terkandung dalam OT tersebut menunjukkan tren yang berbeda
dari tahun-tahun sebelumnya. Pada kurun waktu 2001-2007 temuan OT-BKO menunjukkan tren ke arah obat
rematik dan penghilang rasa sakit antara lain obat tradisional mengandung bahan obat Fenilbutason,
Metampiron, Parasetamol, dan Asam Mefenamat. Sedangkan pada periode 2008 - pertengahan 2011
temuan OT-BKO menunjukkan perubahan tren ke arah obat pelangsing dan obat penambah
stamina/aprodisiaka antara lain mengandung bahan obat Sibutramin, Sildenafil, dan Tadalafil.
Sebagai tindak lanjut terhadap temuan OT-BKO tersebut diatas, dilakukan penarikan produk dari peredaran
dan pemusnahan. Untuk OT yang telah terdaftar dan ditemukan mengandung BKO maka nomor registrasi
dicabut. Selanjutnya kepada siapapun diperingatkan untuk tidak melakukan produksi dan/atau mengedarkan
OT-BKO karena hal tersebut melanggar hukum.
Karena temuan ini merupakan tindak pidana, maka kasusnya dibawa ke pengadilan bekerja sama dengan
aparat penegak hukum lainnya. Selama lima tahun terakhir sejumlah 114 kasus diajukan ke pengadilan
dengan sanksi putusan pengadilan paling tinggi hukuman kurungan 6 (enam) bulan dengan masa percobaan
InfoPOM
Siaran Pers
BADAN RI POM
11Vol. 12 No. 5 September - Oktober 2011
8 (delapan) bulan dan denda berkisar antara Rp 500.000 – Rp. 1.500.000,-. Putusan pengadilan ini belum
menimbulkan efek jera bagi pelaku tindak pidana di bidang obat dan makanan.
Badan POM terus melakukan koordinasi lintas sektor antara lain dengan Pemda Kab/Kota (Dinas
Kesehatan/Dinas Perindustrian/Dinas Perdagangan) serta Asosiasi dalam melaksanakan pengawasan OT.
Kepada UMKM produsen jamu juga dilakukan pembinaan/advokasi agar dapat memenuhi persyaratan OT
yang ditetapkan.
Kepada masyarakat:
1. Ditegaskan untuk tidak mengkonsumsi OT-BKO sebagaimana tercantum dalam lampiran
peringatan/public warning ini termasuk peringatan/public warning yang sudah diumumkan
sebelumnya, karena dapat menyebabkan risiko bagi kesehatan bahkan dapat berakibat fatal.
2. Diharapkan melaporkan kepada Badan POM atau Pemda setempat apabila diduga adanya produksi dan
peredaran OT secara ilegal kepada Unit Layanan Pengaduan Konsumen Badan POM RI di Jakarta, nomor
telepon: 021-4263333 dan 021-32199000 atau email [email protected] atau melalui
Layanan Informasi Konsumen di Balai Besar/Balai POM di seluruh Indonesia.
Demikian peringatan ini disampaikan untuk diketahui dan disebarluaskan.
Jakarta, 5 Oktober 2011
Biro Hukum dan Humas Badan POM RI
InfoPOM
Siaran Pers
Pertanyaan
Pada wajah saya terdapat banyak bekas jerawat. Obat apa yang cocok saya gunakan agar flek-flek hitam di wajah dapat hilang?
(Debora T., Asisten Apoteker)
Jawaban
Jerawat merupakan gangguan pada kelenjar lemak (kelenjar sebasea) yang ditandai dengan pembentukan sebum (zat berminyak yang dihasilkan oleh kelenjar lemak) yang berlebihan sehingga tertimbun di folikel (kantong rambut) dan menyebabkan folikel membengkak.
Jerawat terbagi menjadi dua jenis, yaitu tidak meradang dan meradang. Jerawat yang tidak meradang terdiri dari komedo tertutup (whitehead) dan komedo terbuka (blackhead). Sedangkan pada jerawat yang meradang, folikel tidak hanya tersumbat oleh sebum tetapi juga oleh bakteri, kemudian folikel pecah dan sebum serta bakteri keluar ke dermis (lapisan kulit dalam) dan menyebabkan peradangan di kulit. Akibat peradangan tersebut, timbul luka yang akhirnya menimbulkan bekas luka jerawat.
Bekas luka jerawat, seperti halnya bekas luka lain, terjadi akibat proses penyembuhan luka dimana timbul jaringan parut dari pembentukan kolagen (protein yang merupakan komponen utama pembentuk kulit) secara terus-menerus. Perbedaan bekas luka jerawat dengan bekas luka lainnya adalah, luka yang disebabkan oleh jerawat terdapat di dalam kulit bukan di permukaan kulit, sedangkan bekas luka lainnya umumnya di permukaan kulit. Hal itu menyebabkan bekas luka jerawat sulit hilang. Bekas luka jerawat juga dipengaruhi oleh lama dan keparahan peradangan; makin lama dan makin parah peradangan, maka makin parah bekas luka yang timbul.
Pada proses peradangan, selain menimbulkan kemerahan pada daerah yang meradang, kemungkinan juga memicu melanogenesis (pembentukan melanin, zat yang memberikan warna/pigmen hitam di kulit) yang akhirnya menimbulkan hiperpigmentasi atau flek-flek hitam di kulit. Karenanya lebih utama untuk mengobati jerawat dengan mengurangi peradangan agar tidak meninggalkan bekas luka jerawat.
Bekas luka jerawat berupa flek hitam dapat dihilangkan dengan menggunakan obat-obat topikal yang dioleskan di kulit. Namun karena tergolong sebagai obat keras, penggunaannya harus di bawah pengawasan dokter. Obat-obat tersebut biasanya mengandung hidrokinon, tretinoin, dan asam azeleat, yang bekerja dengan cara menghambat melanogenesis serta memicu pengelupasan kulit. Selain terapi dengan obat, terapi lain untuk menghilangkan bekas jerawat adalah terapi peeling atau laser. Kedua terapi tersebut juga harus dilakukan di bawah pengawasan dokter, oleh karena itu, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter kulit terlebih dahulu.
Pertanyaan
Apakah styrofoam aman digunakan sebagai kemasan pangan? Jika tidak
aman, apa bahayanya bagi kesehatan?
(Heri, karyawan)
Jawaban
Polistirene foam atau yang lebih dikenal sebagai Styrofoam terbuat dari
monomer yang bersifat relatif stabil dan tidak aktif yang terbentuk melalui
proses pembentukan polimer (polimerisasi) dari monomer stiren. Bentuk fisik
styrofoam terlihat seperti busa biasanya berwarna putih, lunak, getas dan
berinteraksi dengan lemak serta pelarut tertentu.
Styrofoam dapat digunakan untuk mengemas pangan,
namun perlu diwaspadai kemungkinan terjadinya
migrasi monomer stiren ke dalam pangan tersebut.
Migrasi dipengaruhi oleh tipe pangan, suhu, dan lama
kontak, seperti contohnya kontak langsung dengan
makanan berlemak, makanan dalam keadaan panas dan
kontak makanan dengan kemasan dalam waktu cukup
lama.
Dalam tubuh monomer stiren akan berakumulasi dalam
jaringan lemak sehingga dampaknya baru akan
dirasakan setelah terpapar dalam jangka panjang. Efek
yang ditimbulkan seperti gangguan pada system saraf
pusat, dengan gejala sakit kepala, letih, depresi,
disfungsi sistem saraf, hilang pendengaran, dan
neuropati periferal. Beberapa penelitian epidemiologi
menduga stiren dapat meningkatkan risiko penyakit
leukemia dan limfoma serta endocrine disrupter (EDC).
EDC adalah suatu penyakit yang terjadi akibat adanya
gangguan pada system endokrin dan reproduksi
manusia akibat bahan kimia karsinogen dalam
makanan.
Tips penggunaan Styrofoam untuk kemasan pangan:
1. Hindari menggunakan microwave untuk memanaskan makanan yang
dikemas dengan Styrofoam
2. Hindari menggunakan kemasan Styrofoam yang rusak atau sudah
berubah bentuk untuk wadah makanan yang berminyak dan atau panas.
3. Perlu diperhatikan bahwa Styrofoam hanya dapat digunakan 1 kali
FORUM SIKerNasFORUM SIKerNasFORUM PIONasFORUM PIONasIO Nas adalah Pusat Informasi Obat Nasional yang menyediakan akses informasi terstandar (Approved Label) dari semua obat yang beredar di Indonesia yang telah P
disetujui oleh Badan POM sebagai NRA (National Regulatory Authority). PIONas melayani permintaan informasi dan konsultasi terkait dengan penggunaan Obat. Permintaan informasi ke PIONas dapat disampaikan secara langsung dengan datang ke PIONas (Ged. A, lt.1, BPOM, Jl. Percetakan Negara No.23 Jakarta Pusat) atau melalui telepon di nomor 021-42889117/021-4259945, HP nomor 08121899530, email : [email protected]
IKerNas adalah Sentra Informasi Keracunan Nasional yang secara aktif mencari dan mengumpulkan data/informasi Skeracunan dan menyiapkannya sebagai informasi yang teliti,
benar dan mutakhir serta siap pakai untuk diberikan/diinformasikan kepada masyarakat luas, profesional kesehatan, serta instansi pemerintah/swasta yang membutuhkannya dalam rangka mencegah dan mengobati keracunan. Permintaan informasi ke SIKerNas dapat disampaikan secara langsung dengan datang ke SIKerNas (Ged. A, lt.1, BPOM, Jl. Percetakan Negara No.23 Jakarta Pusat) atau melalui telepon di nomor 021-42889117/021-4259945, HP nomor 081310826879, email : [email protected]
Redaksi menerima sumbangan artikel yang berisi informasi terkait dengan obat, makanan, kosmetika, obat tradisional, komplemen makanan, zat adiktif dan bahan berbahaya. Kirimkan tulisan melalui alamat redaksi dengan melampirkan identitas diri penulis.
Redaksi menerima sumbangan artikel yang berisi informasi terkait dengan obat, makanan, kosmetika, obat tradisional, komplemen makanan, zat adiktif dan bahan berbahaya. Kirimkan tulisan melalui alamat redaksi dengan melampirkan identitas diri penulis.
PUSAT INFORMASI OBAT DAN MAKANAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA Jl. Percetakan Negara No. 23 Jakarta Pusat Tlp. 021-4259945; Fax. 021-42889117 e-mai [email protected]
Penasehat Pengarah PenanggungjawabRedaktur Editor
Kontributor
Sekretariat
Desain grafis Fotografer
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Sekretaris Utama Badan POM Kepala Pusat Informasi Obat dan Makanan Kepala Bidang Informasi Obat Dra. Tri Asti I, Apt, Mpharm; Dra. Murti Hadiyani; Sandhyani ED, S.Si, Apt DR. Tepy Usia, Apt, M.Phil, Ph.D; Dra. Deksa Presiana, Apt, M.Kes; Dra. Dyah Nugraheni, Apt; Dra. Lucky Hayati, Apt; Dra. Sutanti Siti Namtini Ph.D; Dra. Sri Mulyani, Apt; Drh. Rachmi Setyorini, MKM; Yustina Muliani, S.Si, Apt; Judhi Saraswati, SP. MKM; Ellen Simanjuntak, SE; drg. Indah Ratnasari; Galih Prima Arumsari, S.Farm, Apt; Dewi Sofiah Yulinar, SKM, Msi; Arief Dwi Putranto, S.Si, Apt; Denik Prasetiawati, S.Farm, Apt; Tanti Kuspriyanto, S.Si, M.Si; Arlinda Wibiayu, S.Si, Apt; Netty Sirait, Surtiningsih Indah Widyaningrum, S.Si, Apt; Eriana Kartika, S.Si, Apt Ridwan Sudiro, S.Sos