39
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Katarak merupakan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi lensa, denaturasi protein lensa, ataupun keduanya. Katarak dapat terjadi akibat pengaruh kelainan kongenital atau penyulit mata lokal menahun, dan bermacam-macam penyakit mata dapat mengakibatkan katarak, seperti glaucoma, ablasi, uveitis dan retinitis pigmentosa. Berdasarkan riset tahun 2007, prevalensi nasional kebutaan di Indonesia sebesar 0,9%, dengan penyebab utama adalah katarak. Prevalensi kasus katarak di Indonesia pada tahun 2007 sebesar 1,8%. Angka ini mengalami peningkatan dibandingkan dengan data tahun 2001, yaitu 1,2%. Penelitian di Amerika Serikat mengidentifikasikan adanya katarak pada 10% penduduk. Angka ini meningkat 50% untuk mereka yang berusia 65 hingga 74 tahun. Untuk warga yang berusia lebih dari 75 tahun, angka prevalensinya 70%. 1 Sebagian besar katarak timbul pada usia senja sebagai akibat pajanan secara terus menerus

katarak juvenile

Embed Size (px)

DESCRIPTION

penyakit pada mata

Citation preview

Page 1: katarak juvenile

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Katarak merupakan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat

hidrasi lensa, denaturasi protein lensa, ataupun keduanya. Katarak dapat

terjadi akibat pengaruh kelainan kongenital atau penyulit mata lokal

menahun, dan bermacam-macam penyakit mata dapat mengakibatkan

katarak, seperti glaucoma, ablasi, uveitis dan retinitis pigmentosa.

Berdasarkan riset tahun 2007, prevalensi nasional kebutaan di

Indonesia sebesar 0,9%, dengan penyebab utama adalah katarak. Prevalensi

kasus katarak di Indonesia pada tahun 2007 sebesar 1,8%. Angka ini

mengalami peningkatan dibandingkan dengan data tahun 2001, yaitu 1,2%.

Penelitian di Amerika Serikat mengidentifikasikan adanya katarak pada

10% penduduk. Angka ini meningkat 50% untuk mereka yang berusia 65

hingga 74 tahun. Untuk warga yang berusia lebih dari 75 tahun, angka

prevalensinya 70%.1

Sebagian besar katarak timbul pada usia senja sebagai akibat pajanan

secara terus menerus terhadap lingkungan dan sedangkan katarak juvenil

timbul di usia muda pengaruh lainnya seperti herediter, radiasi ultraviolet,

dan peningkatan kadar gula darah. tidak kalah penting katarak juvenil juga

merupakan kekeruhan lensa yang konsistensinya seperti bubur. 1,2

Katarak merupakan penyebab utama kebutaan (WHO). Sebanyak

tujuh belas juta populasi dunia mengidap kebutaan yang disebabkan oleh

katarak dan dijangka menjelang tahun 2020, angka ini akan meningkat

menjadi empat puluh juta. Pembedahan pada katarak juvenil tergantung

pada umur penderita, bentuk katarak.

Page 2: katarak juvenile

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana etiologi, patogenesis, diagnosis dan penatalaksanaan katarak

juvenil.

1.3 Tujuan

1.3.1 Mengetahui etiologi, patogenesis, diagnosis dan penatalaksanaan katarak

juvenil.

1.4 Manfaat

1.4.1 Menambah wawasan mengenai penyakit mata khususnya katarak juvenil.

I.4.2 Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikuti

kepaniteraan klinik bagian ilmu penyakit mata.

Page 3: katarak juvenile

BAB II

STATUS PASIEN

2.1 Identitas Pasien

Nama : An.I

Jenis Kelamin : laki-laki

Umur : 16 tahun

Alamat : Kepanjen

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Pelajar

Suku Bangsa : Jawa

Tanggal Periksa : 4-02-2013

No. RM : 311555

2.2 Anamnesis

Keluhan Utama : Penglihatan mata kiri kabur

Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien datang ke poliklinik mata RSUD kanjuruhan dengan keluhan

penglihatan mata kiri kabur, muncul secara perlahan-lahan, makin lama

makin kabur seperti melihat kabut, kurang lebih sejak 3 tahun yang lalu.

Pasien merasa mata kiri semakin kabur dengan membesarnya putih putih

bulat yang ada di mata dan mengganggu penglihatan, maka pasien

memutuskan untuk berobat ke dokter.

Selain itu pasien juga mengeluhkan mata kanan jika melihat jauh tidak

jelas, cepat merasa lelah, jika terkena cahaya silau, kadang melihat

bayangan bulat hitam yang jalan perlahan, dan kadang berair, selama

kurang lebih 3 minggu yang lalu. Pasien menyangkal pernah mengalami

trauma.

Page 4: katarak juvenile

Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien pernah mengalami penyakit yang sama pada mata kanan saat

usia 11 tahun tetapi sudah di operasi (dimasukkan lensa tanam) pada

usia 12 tahun. Setelah satu tahun mata kiri mulai timbul setitik putih

yang lama lama membesar.

Hipertensi (-), DM (-)

Riwayat trauma (-).

Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada keluarga dengan keluhan yang sama.

Karena anak angkat, ibu pasien tidak mengetahui latar belakang

tumbuh kembang si pasien saat di kandungan.

Tidak ada keluarga yang buta

Hipertensi (-), DM (-)

Riwayat Pengobatan :

Pernah menjalani operasi lensa tanam pada mata kanan saat usia 12

tahun di RS lawang.

Riwayat Kebiasaan:

Mata kanan jika kelilipan sering dikucek.

Riwayat Gizi: tidak pernah makan sayur sayuran.

2.3 Status Generalis

Kesadaran : compos mentis (GCS 456)

Vital sign

Tensi : 130/70 mmHg

Nadi : 80x/mnt

Pernafasan : 20x/mnt

Suhu : dalam batas normal

TIO OD : 5/5.5

TIO OS : 6/5.5

Page 5: katarak juvenile

2.4 Status Oftalmologis

ODPemeriksaan

MataOS

5/155/8.5 PH(-)

VisusVisus KM

LP+-

N/P TIO N/P

Ortophoria Kedudukan Ortophoria

Pergerakan

Hiperemi (-), Edema (-), spasme (-)

Palpebra Hiperemi (-), Edema (-),

spasme (-)Hiperemi (-) CI (–),

PCI (–), jaringan fibrovaskular (-)

KonjungtivaHiperemi (-)CI (–), PCI

(–), jaringan fibrovaskular (-)

Putih Sklera Putih

Jernih, Edema(-), infiltrate (-), Arkus

senilis (-)Kornea

Jernih, Edema (-), infiltrate (-), Arkus

senilis (-)

Dalam COA Dalam

normal Iris normal

Sentral, elips , Reflek cahaya (+), 3 mm

PupilSentral, round,Reflek

cahaya (+), 3 mm

IOL disentral, Jernih dibagian bawah ada

putih2nyaLensa

Keruh

(+) Dengan gerakan bola

mataFundus Refleks -

5/5,5 Tonometri 6/5.5

2.5 Diagnosis

OS Katarak Juvenil

OD Pseudofakia + Miop Astigmat compositus

Page 6: katarak juvenile

2.6 Penatalaksanaan

OD Vitrolenta ( sodium iodide, kalium iodide) ED 6 dd gtt 1

OD C.Asthenof ED 6 dd gtt 1

Saran terapi Mata OSPhakoemulsifikasi + IOL

2.7 Edukasi

Menjelaskan kepada penderita dan keluarganya mengenai keadaan mata

penderita saat ini yang mengalami katarak, yaitu suatu kekeruhan pada lensa,

yang bisa mengakibatkan kebutaan.

Menjelaskan bahwa terapi yang diberikan sifatnya hanya memperlambat

progresivitas penyakit, tidak mengobati secara permanen.

Menjelaskan kemungkinan timbulnya komplikasi pada pasien seperti

glaukoma dan uveitis selama terapi konservatif berlangsung.

Menjelaskan pilihan terapi yang dilakukan selanjutnya adalah operasi.

Menjelaskan perlunya pemeriksaan lebih lanjut untuk rencana terapi

selanjutnya

2.8 Saran

Pemeriksaan funduskopi untuk mata OD

2.9 Prognosis

Ad vitam : dubia ad bonam

Ad Functionam : dubia ad bonam

Ad Sanationam : dubia ad bonam

Page 7: katarak juvenile

BAB III

TELAAH KASUS

3.1 Anatomi dan Fisiologi Lensa

3.1.1 Anatomi Lensa

Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular tak berwarna dan

transparan. Jaringan ini berasal dari ectoderm permukaan pada lensplate.1 Tebal

sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Dibelakang iris lensa digantung oleh

zonula (zonula Zinnii) yang menghubungkan dengan korpus siliare. Disebelah

anterior lensa terdapat humour aquos dan disebelah posterior terdapat vitreus.

Kapsul lensa adalah suatu membran semipermeabel yang dapat dilewati air dan

elektrolit. Disebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus lensa

lebih keras daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat

lamelar subepitel terus diproduksi, sehingga lensa lama-kelamaan menjadi

kurang elastik.2

Lensa terdiri dari enam puluh lima persen air, 35% protein, dan sedikit

sekali mineral yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium

lebih tinggi di lensa daripada di kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan

glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat

nyeri, pembuluh darah atau pun saraf di lensa.2

Gambar 1. Anatomi Lensa

3.1.2 Fisiologi Lensa

Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk

memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi,

menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa

Page 8: katarak juvenile

sampai ukurannya yang terkecil, daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas

cahaya paralel atau terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda

dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul

lensa yang elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi

oleh peningkatan daya biasnya. Kerjasama fisiologik tersebut antara korpus

siliaris, zonula, dan lensa untuk memfokuskan benda dekat ke retina dikenal

sebagai akomodasi. Seiring dengan pertambahan usia, kemampuan refraksi

lensa perlahan-lahan berkurang. Selain itu juga terdapat fungsi refraksi, yang

mana sebagai bagian optik bola mata untuk memfokuskan sinar ke bintik

kuning, lensa menyumbang +18.0- Dioptri.2

3.1.3 Metabolisme Lensa Normal

Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation

(sodium dan kalium). Kedua kation berasal dari humour aqueous dan vitreous.

Kadar kalium di bagian anterior lensa lebih tinggi di bandingkan posterior. Dan

kadar natrium di bagian posterior lebih besar. Ion K bergerak ke bagian

posterior dan keluar ke aqueous humour, dari luar Ion Na masuk secara difusi

dan bergerak ke bagian anterior untuk menggantikan ion K dan keluar melalui

pompa aktif Na-K ATPase, sedangkan kadar kalsium tetap dipertahankan di

dalam oleh Ca-ATPase. Metabolisme lensa melalui glikolsis anaerob (95%) dan

HMP-shunt (5%). Jalur HMP shunt menghasilkan NADPH untuk biosintesis

asam lemak dan ribose, juga untuk aktivitas glutation reduktase dan aldose

reduktase. Aldose reduktse adalah enzim yang merubah glukosa menjadi

sorbitol, dan sorbitol dirubah menjadi fructose oleh enzim sorbitol dehidrogen

3.2 Klasifikasi Katarak

Berdasarkan usia dapat diklasifikasikan dalam :

1. Katarak kongenital , Katarak yang sudah terlihat pada usia dibawah 1 tahun

2. Katarak juvenile, Katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun

3. Katarak senilis, katarak setelah usia 50 tahun

Page 9: katarak juvenile

Bila mata sehat dan tidak terdapat kelainan sistemik maka hal ini

biasanya terdapat pada hamper semua katarak senil, katarak herediter dan

katarak kongenital.

3.2.1 KATARAK KONGENITAL

Katarak kongenital adalah kekeruhan lensa yang terlihat saat lahir.

Kekeruhan lensa yang terjadi pada tahun pertama kehidupan disebut katarak

infantil. Katarak kongenital sering kali luput dari deteksi saat lahir sehingga

baru diketahui pada tahun pertama kelahiran sehingga para klinisi sulit

membedakan antara katarak kongenital dan katarak infantil. Tatalaksana yang

diterapkan tidak berbeda antara katarak kongenital dan infantil. Oleh sebab itu

katarak kongenital dan katarak infantil sering disamakan.3,4

Gambar 2 : Katarak Kongenital

Katarak kongenital merupakan penyebab hampir 10 % kebutaan pada

anak-anak diseluruh dunia. Frekuensi atau jumlah kejadian total katarak

kongenital di seluruh dunia belum diketahui pasti. Di Amerika Serikat

disebutkan sekitar 500-1500 bayi lahir dengan katarak kongenital tiap tahunnya

dengan insiden 1,2-6 kasus per 10.000 kelahiran. Sedangkan di Inggris, kurang

lebih 200 bayi tiap tahunnya lahir dengan katarak kongenital dengan insiden

2,46 kasus per 10.000 kelahiran.5,6

Page 10: katarak juvenile

Kekeruhan lensa yang terjadi pada katarak kongenital dapat akibat

kelainan lokal intraokular atau kelainan umum yang menampakan proses

penyakit pada janin atau bersamaan dengan proses penyakit ibu yang sedang

mengandung.3,4

Pada umumnya katarak kongenital bersifat sporadik dan tidak diketahui

penyebabnya. Dua puluh tiga persen dari katarak kongenital merupakan

penyakit keturunan yang diwariskan secara autosomal dominan. Penyakit

penyerta katarak kongenital yang merupakan penyakit herediter adalah

mikroftalmus, aniridia, kolobama iris, keratokonus, lensa ektopik, displasia

retina dan megalokornea. Selain itu katarak kongenital dapat ditemukan pada

bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita infeksi seperti rubella, rubeola,

chiken pox, cytomegalo virus, herpes simpleks, herpes zoster, poliomyelitis,

influenza, Epstein-Barr virus, sifilis dan toxoplasmosis saat kehamilan terutama

pada trimester I. Sementara yang behubungan dengan penyakit metabolik adalah

galaktosemia, homosisteinuria, diabetes mellitus dan hipoparatiroidisme.5,6

Katarak kongenital juga ditemukan pada bayi prematur dan gangguan

sistem saraf seperti retardasi mental. Katarak kongenital juga mungkin bisa

disebabkan oleh Chondrodysplasia syndrome, Down syndrome (trisomi 21),

Pierre-Robin syndrome, Hallerman-Streiff syndrome, Lowe syndrome, Trisom i

13, Conradi syndrome, Ectodermal dysplasia syndrome dan Marinesco-Sjogren

syndrome.9,10

Dikenal bentuk-bentuk katarak kongenital sebagai berikut :

a. Katarak Piramidalis Polaris Anterior

Ada beberapa pendapat mengenai penyebab kekeruhan lensa pada

polaris anterior. Mungkin terjadi akibat uveitis anterior intra uterin, ada

juga yang berpendapat kekeruhan lensa terjadi akibat

ketidaksempurnaan pelepasan kornea terhadap lensa dalam

perkembangan embrional dan lainnya berpendapat terjadi akibat sisa dari

vesikulosa lentis yang persisten. Letaknya terbatas pada polaris anterior.

Biasanya ukurannya 1 mm, namun dapat lebih kecil tapi jarang lebih

Page 11: katarak juvenile

besar. Berbentuk piramid yang mempunyai dasar dan puncak karena ini

disebut katarak piramidalis anterior. Puncaknya dapat kedalam atau

keluar. Kekeruhan lensa dapat unilateral atau bilateral. Keluhan tidak

berat, stasioner dan penglihatan kabur waktu terkena sinar. Karena pada

waktu ini pupil mengecil, sehingga sinar terhalang oleh kekeruhan di

polus anterior. Sinar yang redup tidak terlalu mengganggu, karena pada

saat cahaya redup, pupil melebar, sehingga lebih banyak cahaya yang

dapat masuk. Pada umumnya tidak menimbulkan gangguan stasioner,

sehingga tidak memerlukan tindakan operatif. Dengan pemberian

midriatika seperti sulfas atropin 1 % atau homatropin 2% dapat

memperbaiki visus, karena pupil menjadi lebih lebar. Bila timbul

gangguan visus yang hebat dan tidak terlihat fundus pada pemeriksaan

oftalmoskop maka dilakukan pembedahan. Dapat dipertimbangkan

iridektomi optis yang dapat dilakukan pada daerah lensa yang masih

jernih. Sering terjadi anisometropi, sehingga perlu diperhatikan refraksi

pada penderita.11,12

Gambar 3 : Katarak Polaris Anterior

b. Katarak Piramidalis Polaris Posterior

Terjadi karena resorbsi selubung vaskuler yang tidak sempurna sehingga

menimbulkan kekeruhan dibelakang lensa.Kadang-kadang terdapat arteri

hialoiea menetap.Arteri hialoiea merupakan cabang dari arteri centralis

yang memberi suplai nutrisi pada lensa.Pada umur 6 bulan dalam

Page 12: katarak juvenile

kandungan arteri ini mulai diserap, sehingga pada keadaan normal pada

waktu lahir arteri ini sudah tak tampak lagi.Kadang-kadang penyerapan

tidak berlangsung sempurna sehingga masih tertinggal bintik putih

dibelakang lensa, berbentuk ekor di posterior lensa.Gangguan terhadap

visus tak banyak, kekeruahannya stasioner sehingga tak memerlukan

tindakan. Kelainan ini bersifat unilateral dan biasanya diikuti ukauran

mata yang lebih kecil (mikroftalmia).13

Gambar 4 : Katarak Polaris Posterior

c. Katarak Zonularis atau Lamelaris

Mengenai daerah tertentu dan biasanya disertai kekeruhan yang lebih

padat, tersususn sebagai garis-garis yang mengelilingi bagian yang keruh

dan disebut riders, merupakan tanda khas untuk katarak zonularis.

Katarak ini paling sering didapatkan pada anak-anak.Kadang-kadang

bersifat herediter. Kekeruhannya berupa cakram dengan diameter lebih

dari nukleus lensa, biasanya 5 mm, mengelilingi bagian tengah yang

jernih, korteks diluarnya juga jernih. Biasanya progresif tapi

lambat.Kelainan ini selalu bilateral, tetapi dapat dengan kepadatan yang

berbeda dan dapat menyebabkan ambliopia.Ukuran mata dan diameter

kornea normal.Kadang-kadang keluhan sangat ringan tapi dapat juga

kekeruhannya bertambah, sehingga visus sangat terganggu. Bila

kekeruhan sangat tebal sehingga fundus tidak terlihat pada pemeriksaan

ophtalmoskop maka perlu dilakukan aspirasi dan irigasi lensa.12

Page 13: katarak juvenile

Gambar 5 : Katarak Lamelaris

d. Katarak Nukleus

Katarak ini jarang ditemukan.Terjadi akibat adanya gangguan kehamilan

pada 3 bulan pertama.Kekeruhan biasanya pada nukleus lensa, biasanya

berdiameter 3 mm, dengan densitas yang bervariasi. Kepadatan biasanya

bersifat stabil tetapi dapat juga bersifat progresif dan menjadi lebih besar

dalam ukurannya.Dapat unilateral atau bilateral. Kelainan ini biasanya

disertai oleh mikrokornea, terutama pada kasus yang unilateral.12

Gambar 6 : Katarak Nukleus

Tanda yang sangat mudah untuk mengenali katarak kongenital adalah

bila pupil terlihat berwana putih atau abu-abu. Hal ini disebut dengan leukoria,

pada setiap leukoria diperlukan pemeriksaan yang teliti untuk menyingkirkan

diagnosis banding lainnya.Walaupun 60 % pasien dengan leukoria adalah

katarak kongenital. Leukoria juga terdapat pada retiboblastoma, ablasio retina,

fibroplasti retrolensa dan lain-lain.9,12

Page 14: katarak juvenile

Pada katarak kongenital total penyulit yang dapat terjadi ádalah makula

lutea yang tidak cukup mendapatkan rangsangan. Proses masuknya sinar pada

saraf mata sangat penting bagi penglihatan bayi pada masa mendatang, karena

bila terdapat gangguan masuknya sinar setelah 2 bulan pertama kehidupan,

maka saraf mata akan menjadi malas dan berkurang fungsinya. Makula tidak

akan berkembang sempurna hinggá walaupun dilakukan ekstraksi katarak maka

biasanya visus tidak akan mencapai 5/5. Hal ini disebut ambliopia sensoris.6,11

Selain itu, katarak kongenital dapat menimbulkan gejala nistagmus,

strabismus dan fotofobia. Apabila katarak dibiarkan, maka bayi akan mencari-

cari sinar melalui lubang pupil yang gelap dan akhirnya bola mata akan

bergerak-gerak terus karena sinar tetap tidak ditemukan. 9

3.2.2 KATARAK JUVENIL

Katarak juvenil adalah penurunan penglihatan secara bertahap dan

kekeruhan lensa terjadi pada saat masih terjadi perkembangan serat- serat

lensa sehingga konsistensinya lembek seperti bubur atau soft cataract.

Mulai terbentuknya pada usia kurang dari 40 tahun dan lebih dari 3 bulan.

Katarak juvenil biasanya merupakan lanjutan katarak kongenital.1

Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik

ataupun metabolik dan penyakit lainnya seperti1 :

1. Katarak metabolik

- katarak diabetik dan galaktosemik

- katarak hipokalsemik (tetani)

- katarak defisiensi gizi

- katarak aminoasiduria

2. Otot : distrofi miotonik

3. Katarak traumatik

4. Katarak komplikata

- kelainan kongenital dan herediter (mikroftalmia , aniridia , dll)

Page 15: katarak juvenile

- katarak degeneratif (dengan miopia dan distrofi vitreoretinal)

- katarak anoksik

- toksik (kortikosteroid sistemik atau topikal , ergot , dll)

- katarak radiasi

- lain-lain kelainan kongenital , sindrom tertentu , disertai kelainan

kulit , tulang , dan kromosom.

Katarak memberikan pengaruh yang berbeda pada anak yang berbeda.

Katarak biasanya menyebabkan buramnya penglihatan. Semakin keruh lensa,

semakin buramlah penglihatan. Banyak anak dengan katarak pada satu mata

mempunyai penglihatan yang baik pada mata lainnya. Anak ini tidak begitu

mengeluhkan masalah penglihatannya1,2.

Anak dengan katarak bilateral merasa bahwa penglihatan mereka

normal. Awalnya mereka berpikir bahwa orang lain memiliki penglihatan yang

sama dengan mereka. Kekeruhan penglihatan tergantung pada1,2 :

- kekeruhan lensa

- bagian lensa yang keruh

- apakah terdapat ’mata malas’

- adanya kondisi lain pada mata yang menurunkan penglihatan

Jika hanya sebagian kecil lensa yang kabur, jauh dari bagian sentral,

anak akan memiliki penglihatan yang bagus. Jika bagian sentral lensa yang

keruh, sehingga sangat sedikit cahaya yang masuk, anak akan memiliki

penglihatan yang buruk.

Jika katarak telah timbul pada usia yang lebih kecil , anak kemungkinan

akan mengalami ambliopia. Ambliopia mempengaruhi bagian penglihatan

khusus pada otak. Otak hanya dapat melihat gambaran yang tajam yang

diberikan ke mata. Jika otak tidak diberikan gambaran yang tajam karena

katarak pada mata , otak tidak dapat belajar untuk melihat dengan jelas.

Walaupun katarak telah diangkat dengan operasi , penglihatannya akan tetap

Page 16: katarak juvenile

kabur karena otak tidak mengembangkan kemampuannya untuk melihat dengan

jelas1,2.

3.2.3 Etiologi

Penyebab sebenarnya dari katarak juvenil belum diketahui dan pada kasus-

kasus yang ditemukan biasanya bersifat familial, jadi sangat penting untuk

mengetahui riwayat keluarga pasien secara detil. Katarak dapat ditemukan tanpa

adanya kelainan mata atau sistemik ( katarak senilis, katarak juvenile, katarak

herediter ) atau kelainan kongenital mata. katarak disebabkan oleh berbagai

macam faktor seperti :

- Fisik

- Kimia

- Penyakit predisposisi

- Genetic dan gangguan perkembangan

- Infeksi virus dimasa pertumbuhan janin

- Usia

3.2.4 Tanda dan gejala

Katarak didiagnosa melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan penunjang yang lengkap.

Keluhan yang membawa pasien datang antara lain:

1. Pandangan kabur

Kekeruhan lensa mengakibatkan penurunan penglihatan yang

progresif atau berangsur-angsur dan tanpa nyeri, serta tidak

mengalami kemajuan dengan pin-hole.

2. Penglihatan silau

Page 17: katarak juvenile

Penderita katarak sering kali mengeluhkan penglihatan yang

silau, dimana tingkat kesilauannya berbeda-beda mulai dari

sensitifitas kontras yang menurun dengan latar belakang yang terang

hingga merasa silau di siang hari atau merasa silau terhadap lampu

mobil yang berlawanan arah atau sumber cahaya lain yang mirip

pada malam hari. Keluhan ini sering kali muncul pada penderita

katarak kortikal.

3. Sensitifitas terhadap kontras

Sensitifitas terhadap kontras menentukan kemampuan pasien

dalam mengetahui perbedaan-perbedaan tipis dari gambar-gambar

yang berbeda warna, penerangan dan tempat. Cara ini akan lebih

menjelaskan fungsi mata sebagai optik dan uji ini diketahui lebih

bagus daripada menggunakan bagan Snellen untuk mengetahui

kepastuian fungsi penglihatan; namun uji ini bukanlah indikator

spesifik hilangnya penglihatan yang disebabkan oleh adanya

katarak.

4. Miopisasi

Perkembangan katarak pada awalnya dapat meningkatkan

kekuatan dioptri lensa, biasanya menyebabkan derajat miopia yang

ringan hingga sedang. Namun setelah sekian waktu bersamaan

dengan memburuknya kualitas lensa,rasa nyaman ini berangsur

menghilang dan diikuti dengan terjadinya katarak sklerotik nuklear.

Perkembangan miopisasi yang asimetris pada kedua mata bisa

menyebabkan anisometropia yang tidak dapat dikoreksi lagi, dan

cenderung untuk diatasi dengan ekstraksi katarak.

5. Variasi Diurnal Penglihatan

Pada katarak sentral, kadang-kadang penderita mengeluhkan

penglihatan menurun pada siang hari atau keadaan terang dan

membaik pada senja hari, sebaliknya paenderita katarak kortikal

Page 18: katarak juvenile

perifer kadang-kadang mengeluhkan pengelihatan lebih baik pada

sinar terang dibanding pada sinar redup.

6. Distorsi

Katarak dapat menimbulkan keluhan benda bersudut tajam

menjadi tampak tumpul atau bergelombang.

7. Halo

Penderita dapat mengeluh adanya lingkaran berwarna pelangi yang

terlihat disekeliling sumber cahaya terang, yang harus dibedakan

dengan halo pada penderita glaucoma.

8. Diplopia monokuler

Gambaran ganda dapat terbentuk pada retina akibat refraksi ireguler

dari lensa yang keruh, menimbulkan diplopia monocular, yang

dibedakan dengan diplopia binocular dengan cover test dan pin hole.

9. Perubahan persepsi warna

Perubahan warna inti nucleus menjadi kekuningan menyebabkan

perubahan persepsi warna, yang akan digambarkan menjadi lebih

kekuningan atau kecoklatan dibanding warna sebenarnya.

10. Bintik hitam

Penderita dapat mengeluhkan timbulnya bintik hitam yang tidak

bergerak-gerak pada lapang pandangnya. Dibedakan dengan

keluhan pada retina atau badan vitreous yang sering bergerak-

gerak.3,16,17,18

Page 19: katarak juvenile

Gambar 7. Bintik hitam yang tidak bergerak pada katarak

Pemeriksaan Fisik

- Penurunan ketajaman penglihatan

Katarak sering kali berkaitan dengan terjadinya penurunan ketajaman

penglihatan, baik untuk melihat jauh maupun dekat. Ketajaman penglihatan

dekat lebih sering menurun jika dibandingkan dengan ketajaman pengihatan

jauh, hal ini mungkin disebabkan adanya daya konstriksi pupil yang kuat. 16,17,18

3.2.5 Manajemen Katarak

Indikasi operasi katarak dibagi dalam 3 kelompok:

1. Indikasi Optik

Merupakan indikasi terbanyak dari pembedahan katarak. Jika

penurunan tajam penglihatan pasien telah menurun hingga mengganggu

kegiatan sehari-hari, maka operasi katarak ias dilakukan.

2. Indikasi Medis

Pada beberapa keadaan di bawah ini, katarak perlu dioperasi segera,

bahkan jika prognosis kembalinya penglihatan kurang baik:

- Katarak hipermatur

- Glaukoma sekunder

- Uveitis sekunder

- Dislokasi/Subluksasio lensa

- Benda asing intra-lentikuler

- Retinopati diabetika

- Ablasio retina

Page 20: katarak juvenile

3. Indikasi Kosmetik

Jika penglihatan hilang sama sekali akibat kelainan retina atau

nervus optikus, namun kekeruhan katarak secara kosmetik tidak dapat

diterima, misalnya pada pasien muda, maka operasi katarak dapat

dilakukan hanya untuk membuat pupil tampak hitam meskipun

pengelihatan tidak akan kembali.3,22

Teknik-teknik pembedahan katarak

Penatalaksanaan utama katarak adalah dengan ekstraksi lensa melalui

tindakan bedah. Dua tipe utama teknik bedah adalah Intra Capsular Cataract

Extraction/Ekstraksi katarak Intra Kapsular (ICCE) dan Extra Capsular Cataract

Extraction/Ekstraksi katarak Ekstra Kapsular (ECCE). Di bawah ini adalah

metode yang umum digunakan pada operasi katarak, yaitu ICCE, ECCE dan

phacoemulsifikasi.16

Operasi katarak intrakapsular/ Ekstraksi katarak intrakapsular

Metode yang mengangkat seluruh lensa bersama kapsulnya melalui insisi

limbus superior 140-160 derajat. Metode ini sekarang sudah jarang digunakan.

Masih dapat dilakukan pada zonula Zinn yang telah rapuh atau berdegenerasi

atau mudah putus. Keuntungannya adalah tidak akan terjadi katarak sekunder. 2,4,16,17

Meskipun demikian, terdapat beberapa kerugian dan komplikasi post

operasi yang mengancam dengan teknik ICCE. Insisi limbus superior yang lebih

besar 160-180º dihubungkan dengan penyembuhan yang lebih lambat,

rehabilitasi tajam penglihatan yang lebih lambat, angka kejadian astigmatisma

yang lebih tinggi, inkarserata iris, dan lepasnya luka operasi. Edema kornea juga

dapat terjadi sebagai komplikasi intraoperatif dan komplikasi dini.16

Operasi katarak ekstrakapsular

Page 21: katarak juvenile

Metode ini mengangkat isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul

lensa anterior, sehingga masa lensa dan korteks lensa dapat keluar melalui

robekan tersebut. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien

dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa okuler

posterior. Keuntungan dari metode ini adalah karena kapsul posterior untuh

maka dapat dimasukan lensa intraokuler ke dalam kamera posterior serta insiden

komplikasi paska operasi (ablasi retina dan edema makula sistoid) lebih kecil

jika dibandingkan metode intrakapsular. Penyulit yang dapat terjadi yaitu dapat

timbul katarak sekunder.2,3,16

Gambar 8. Extraksi Ekstrakapsular

Fakoemulsifikasi

Merupakan modifikasi dari metode ekstrakapsular karena sama-sama

menyisakan kapsul bagian posterior. Insisi yang diperlukan sangat kecil yaitu 5

mm yang berguna untuk mempercepat kesembuhan paska operasi. Kemudian

kapsul anterior lensa dibuka. Dari lubang insisi yang kecil tersebut dimasukan

alat yang mampu mengeluarkan getaran ultrasonik yang mampu memecah lensa

menjadi kepingan-kepingan kecil, kemudian dilakukan aspirasi. Teknik ini

bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik dan kebanyakan katarak senilis.

Namun kurang efektif untuk katarak senilis yang padat.

Keuntungan dari metode ini antara lain:

(Insisi yang dilakukan kecil, dan tidak diperlukan benang untuk menjadhit

karena akan menutup sendiri. Hal ini akan mengurangi resiko terjadinya

astigmatisma, dan rasa adanya benda asing yang menempel setelah operasi.

Hal ini juga akan mencegah peningkatan tekanan intraokuli selama

pembedahan, yang juga mengurangi resiko perdarahan.

Page 22: katarak juvenile

Cepat menyembuh.

Struktur mata tetap intak, karena insisi yang kecil tidak mempengaruhi

struktur mata. 16,20

Gambar 9. Fakoemulsifikasi

3.2.6 Intraokular Lens (IOL)

Setelah pembedahan, pasien akan mengalami hipermetropi karena

kahilangan kemampuan akomodasi. Maka dari itu dilakukan penggantian

dengan lensa buatan (berupa lensa yang ditanam dalam mata, lensa

kontak maupun kacamata). IOL dapat terbuat dari bahan plastik, silikon

maupun akrilik.

Untuk metode fakoemulsifikasi digunakan bahan yang elastis

sehingga dapat dilipat ketika akan dimasukan melalui lubang insisi yang

kecil.3,22

3.2.7 Komplikasi Katarak

Komplikasi katarak yang tersering adalah glaukoma yang dapat

terjadi karena proses fakolitik, fakotopik, fakotoksik. 9,16

Fakolitik

- Pada lensa yang keruh terdapat lerusakan maka substansi lensa akan

keluar yang akan menumpuk di sudut kamera okuli anterior terutama

bagian kapsul lensa.

- Dengan keluarnya substansi lensa maka pada kamera okuli anterior

akan bertumpuk pula serbukan fagosit atau makrofag yang berfungsi

merabsorbsi substansi lensa tersebut.

Page 23: katarak juvenile

- Tumpukan akan menutup sudut kamera okuli anterior sehingga timbul

glaukoma.

Fakotopik

- Berdasarkan posisi lensa

- Oleh karena proses intumesensi, iris, terdorong ke depan sudut kamera

okuli anterior menjadi sempit sehingga aliran humor aqueaous tidak

lancar sedangkan produksi berjalan terus, akibatnya tekanan

intraokuler akan meningkat dan timbul glaukoma

Fakotoksik

- Substansi lensa di kamera okuli anterior merupakan zat toksik bagi

mata sendiri (auto toksik)

- Terjadi reaksi antigen-antibodi sehingga timbul uveitis, yang

kemudian akan menjadi glaukoma.

3.3 Pseudofakia

3.3.1 Definisi

Pseudofakia adalah Lensa yang ditanam pada mata (lensa intra

okuler) yang diletakkan tepat ditempat lensa yang keruh dan sudah

dikeluarkan.1 Lensa ini akan memberikan penglihatan lebih baik. Lensa

intraokular ditempatkan waktu operasi katarak dan akan tetap disana

untuk seumur hidup. Lensa ini tidak akan mengganggu dan tidak perlu

perawatan khusus dan tidak akan ditolak keluar oleh tubuh.4

Letak lensa didalam bola mata dapat bermacam – macam, seperti :

1. Pada bilik mata depan, yang ditempatkan didepan iris dengan kaki

penyokongnya bersandar pada sudut bilik mata.

2. Pada daerah pupil, dimana bagian optik lensa pada pupil dengan

fiksasi pupil.

3. Pada bilik mata belakang, yang diletakkan pada kedudukan lensa

normal dibelakang iris. Lensa dikeluarkan dengan ekstraksi lensa

ekstra kapsular.

4. Pada kapsul lensa.

Page 24: katarak juvenile

Pada saat ini pemasangan lensa terutama diusahakan terletak

didalam kapsul lensa. Meletakkan lensa tanam didalam bilik mata

memerlukan perhatian khusus :4

1. Endotel kornea terlindung

2. Melindungi iris terutama pigmen iris

3. Melindungi kapsul posterior lensa

4. Mudah memasukkannya karena tidak memberikan cedera pada

zonula lensa.

Keuntungan pemasangan lensa ini :4

1.Penglihatan menjadi lebih fisiologis karena letak lensa yang

ditempatkan pada tempat lensa asli yang diangkat.

2. Lapang penglihatan sama dengan lapang pandangan normal

3. Tidak terjadi pembesaran benda yang dilihat

4. Psikologis, mobilisasi lebih cepat.

Pemasangan lensa tidak dianjurkan kepada :4

1. Mata yang sering mengalami radang intra okuler (uveitis)

2. Anak dibawah 3 tahun

3. Uveitis menahun yang berat

4. Retinopati diabetik proliferatif berat

5. Glaukoma neovaskuler

3.4 MAC

Compound astigmatism, dimana tidak ada dari dua focus yang jatuh tepat di retina

tetapi keduanya terletak di depan atau dibelakang retina. Bentuk refraksi kemudian

Page 25: katarak juvenile

hipermetropi atau miop. Bentuk ini dikenal dengan compound hypermetropic

astigmatism dan compound miopic astigmatism.

Gambar 10. Compound miopic astigmatism

DAFTAR PUSTAKA

Page 26: katarak juvenile

1. Setiohadji, B., Community Opthalmology., Cicendo Eye Hospital/Dept of Ophthalmology Medical Faculty of,Padjadjaran University. 2006.

2. Ilyas, Prof. Sidarta, dr., Sp.M. 2005. Ilmu Penyakit Mata.Jakarta: FKUI3. Dhawan, Shanjay. Lens and Cataract. Diakses dari internet

http://sdhawan.com/ophthalmology/lens.html tanggal 21 Mei 2006.4. Perhimpunan Spesialis Mata Indonesia. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter

Umum dan Mahasiswa Kedokteran.2002. Jakarta : Sagung Seto5. insight.med.utah.edu. diakses 19 Mei 20066. www.onjoph.com diakses 19 Mei 20067. www.austenoptometrists.co.uk/images/starcat.j diakses 19 Mei 20068. www.opt.indiana.edu/NewHorizons/Graphics/Zonu diakses 19 Mei 20069. Bashour, M et al. Cataract, Congenital. Diakses dari internet

http://www.emedicine.com. 21 Mei 200610. Wijana, Nana, dr., Ilmu Penyakit Mata. Bandung.11. dro.hs.columbia.edu/lc1/antpolarb.jpg diakses 19 Mei 200612. www.opt.indiana.edu/NewHorizons/Graphics/AntP diakses 19 Mei 200613. www.journals.uchicago.edu/AJHG/Journal/issues diakses 19 Mei 200614. www.mrcophth.com/cataract/lamellarcataract.jp diakses 19 Mei 200615. www.opt.indiana.edu/NewHorizons/Graphics/Sutu diakses 19 Mei 200616. www.opt.indiana.edu/riley/HomePage/Congenital diakses 19 Mei 200617. Victor V. Cataract Senile (Diambil tanggal 19 mei 2006). Tersedia di :

http://www.emedicine.com18. Vaughan DG, Asbury T, riordan-Eva P. Oftalmology Umum Edisi 14.

Penerbit Widya medika. Jakarta: 2000.19. Bradford C. Basic Ophtalmology. 8th Edition. San Fransisco-American

Academy of opthalmology. 2004.20. AAO. Cataract surgery in special situation. In Basic and clinical science

course : lens and cataract. United State of America. Lifelong Education for The Ophthalmology (LEO). 2003. p-72-80,187-213.

21. Cataracts. Diambil tanggal 19 Mei 2006). Tersedia di http://www.nortwesteyeclinic.com

22. www.nei.nih.gov diakses 19 Mei 200623. Cataract Surgery (Diambil tanggal 19 mei 2006). Tersedia di

http://en.wikipedia.org/wiki/cataractsurgery24. Kanski, J. Jack. Lens. InL Clinical Ophthalmology : a systematic approach, 5 th

ed. Toronto. Butterworth heinemann. 2003. p 168.25. Boyd Benjamin, prof, MD, F.A.C.S. Indication for surgery-preoperative

evaluation. Dalam : The Art and The Science of Cataract Surgery. Colombia. Highlight of Ophthalmology.2001.p11-33

26. Ratnaningsih. N., Penetlaksanaan Katarak Komplikata. Bagian Ilmu Penyakit Mata FKUP/RS Mata Cicendo.2005