Upload
vanhuong
View
220
Download
0
Embed Size (px)
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
i
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Kehadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan Karunia-Nya sehingga Buku Data Potensi dan Data daya Dukung Kawasan Ekosistem dapat diselesaikan. Bahwa Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, memberikan kewenangan wajib yang mutlak dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Oleh karena itu sumber daya alam yang dimiliki dalam daerah ini harus dikelola dengan baik demi mewujudkan Visi Kabupaten Wakatobi yaitu “ Terwujudnya Surga Nyata Bawah Laut di Pusat Segi Tiga Karang Dunia “. Sehingga untuk menjawab amanat undang-undang dan visi Kabupaten Wakatobi tersebut diatas,dibutuhkan sentuhan tangan kreatif dan akuntabel dalam mengelola potensi sumber daya alam yang dimiliki dan didukung oleh ketersediaan data dan informasi yang valid. Oleh karena itu dengan terbitnya “ Buku Data Potensi dan Data daya Dukung Kawasan Ekosistem “ ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dalam mengenal potensi sumber daya alam yang ada dalam Kabupaten Wakatobi.
Buku Data Potensi dan Data Daya Dukung Kawasan Ekosistem ini, merupakan gambaran umum potensi sumber daya alam yang dimiliki Kabupaten Wakatobi diberbagai sektor sehingga diharapkan dengan terbitnya buku ini dapat menarik minat investor baik lokal maupun asing untuk menanamkan modal dan menjadi sumber informasi bagi pemerintah, dunia usaha, masyarakat, yang berkeinginan berinvestasi dan mengenal lebih jauh potensi-potensi sumber daya alam di Kabupaten Wakatobi serta mendukung tercapainya Visi dan Misi Pembangunan Daerah Kabupaten Wakatobi Tahun 2012-2016.
Kepada Badan/Dinas/Kantor/Lembaga Pemerintah maupun Swasta agar selalu membantu memberikan informasi data yang akurat, tepat waktu serta dapat dipertanggung jawabkan demi peningkatan kualitas penerbitan di masa yang akan datang.
Semoga Buku Data Potensi dan Data daya Dukung Kawasan Ekosistem ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Wangi-Wangi, Desember 2014
Sekretaris Daerah Kabupaten Wakatobi, Drs. Sudjiton, MM
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
ii
DAFTAR ISI Halaman
KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii DAFTAR TABEL iv DAFTAR GRAFIK v DAFTAR GAMBAR VII BAB I PENDAHULUAN 1
A. GAMBARAN UMUM DAERAH 1 1. Kondisi Geografis 2
1.1 Kondisi Geografis 2 1.2 Batas Administrasi 3 1.3 Luas Wilayah 3 1.4 Topografi 4 1.5 Hidrologi dan Geologi 5 1.6 Iklim dan Musim 5
2. Gambaran umum Demografi 6 2.1 Jumlah dan Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin 6 2.2 Komposisi Penduduk Menurut Struktur Usia 7 2.3 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan 8 2.4 Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan 9 2.5 Komposisi Penduduk Menurut Rumah Tangga 9 3. Gambaran Perekonomian Daerah 10 3.1 Struktur Perekonomian Daerah 10 3.2 Pertumbuhan Ekonomi 12
B. MAKSUD DAN TUJUAN 15 1. Maksud 15 2. Tujuan 15 C. METODOLOGI 16 1. Sumber Data 16 2. Analisis Data 16 3. Organisasi Pelaksana 16 4. Waktu Pelaksanaan 16 5. Biaya 16
BAB II DATA POTENSI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM 17 A. Sektor Pertanian 17 B. Holtikultura 18 C. Kehutanan 20 D. Perkebunan 22 E. Peternakan 26 F. Sektor Perikanan dan Kelautan 28 G. Sektor Pariwisata 33
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
iii
1. Potensi Wisata Alam Bawah Laut, Pesisir dan Daratan Pulau
Binongko 37 1.1 Wisata Alam Bawah Laut Binongko 37 1.2 Potensi Wilayah Pesisir dan Daratan Pulau Binongko 37
2. Potensi Wisata Bawah Laut, Pesisir dan Daratan Pulau Tomia 48 2.1 Wisata Bawah Laut 48 2.2 Potensi Wilayah Pesisir dan Daratan Pulau Tomia 50 1. Pantai Huntete 50 2. Pantai Onemobaa 50 3. Panorama Puncak Kahianga 51 4. Hutan Mangrove 52 5. Liang Kuri-Kuri 52 6. Benteng Rambi Randa 53 7. Makam Ince Sulaiman 53 8. Benteng Suo-Suo 54 9. Benteng Patua 55 3. Potensi Alam Bawah laut, Pesisir dan Daratan Pulau Kaledupa 56 3.1 Potensi Alam Bawah Laut 56 3.2 Potensi Wilayah Pesisir dan Daratan Kaledupa 57 1. Goa Alam “ Sangka’a Nukiye” 57 2. Benteng Tobelo 58 3. Benteng Kamali 58 4. Pantai Sombano 59 5. Pantai Langgira 59 6. Talaga Sombano 60 7. Goa Alam Darawa 60 8. Pantai Hoga 61 4. Potensi Alam Wilayah Bawah Laut, Pesisir dan Daratan Pulau Wangi-Wangi 62 4.1 Potensi Bawah Laut Wangi-Wangi 62 4.2 Potensi Wilayah Pesisir dan Daratan Pulau Wangi-Wangi 64 1. Pantai Moli’i Sahatu 65 2. Pantai Sousu 66 3. Pantai Waha 66 4. Panorama Puncak Waginopo 67 5. Gua Alam Bhewata di Kapota 68
PENUTUP 69
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
iv
DAFTAR TABEL Halaman
Tabel 1. Luas Wilayah Daratan Kabupaten Wakatobi Menurut Wilayah
Administrasi Kecamatan, Tahun 2013 4
Tabel 2. Komposisi Penduduk Kabupaten Wakatobi Menurut Jenis Kelamin Tahun 2013
4
Tabel 3. Kepadatan Penduduk Kabupaten Wakatobi Menurut Kecamatan Tahun 2013
6
Tabel 4. Penduduk Kabupaten Wakatobi Menurut Kelompok Usia Tahun 2013
8
Tabel 5. Komposisi Penduduk Kabupaten Wakatobi Menurut Jenis Pekerjaan Utama Tahun 2013
9
Tabel 6. Komposisi Penduduk Kabupaten Wakatobi Usia 15 Tahun ke atas menurut Pendidikan Tahun 2013
9
Tabel 7. Komposisi Penduduk Menurut Rumah Tangga Per Kecamatan di Kabupaten Wakatobi Tahun 2013
10
Tabel 8. Nilai dan Kontribusi Sektor Terhadap Struktur PDRB Kabupaten Wakatobi Tahun 2009-2013
11
Tabel 9. Andil dan Kontribusi Sektor terhadap Pertumbuhan Ekonomi kabupaten Wakatobi Tahun 2009-2013
13
Tabel 10. Luas Panen Tanaman Pangan Menurut Jenis (Ha) 2011-2013 17 Tabel 11. Produksi Tanaman Pangan Menurut Jenis (ton) 2011-2013 17 Tabel 12. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Tanaman Pangan
menurut Jenis 2011-2013 18
Tabel 13. Luas Panen Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman dan Kecamatan (Ha) 2013
18
Tabel 14. Luas Panen Sayuran dan Buahan dipanen sekaligus menurut Jenis (Ha) 2011-2013
19
Tabel 15. Produksi Sayuran dan Buahan Dipanen Sekaligus Menurut Jenis (Kuintall) 2011-2013
19
Tabel 16. Luas Panen Sayuran dan Buahan Dipanen Berkali-kali Menurut Jenis (Ha) 2011-2013
19
Tabel 17. Jumlah Tanaman Menghasilkan Sayuran dan Buahan Tahunan Menurut Komoditas (Pohon), 2011-2013
20
Tabel 18. Areal Kawasan Hutan di Kabupaten Wakatobi Menurut Fungsinya Tahun 2013
21
Tabel 19. Luas Tanaman Berproduksi Perkebunan Rakyat Menurut Jenis Tanaman (Ha) Tahun 2011-2013
23
Tabel 20. Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat Menurut Jenis Tanaman (Ton), di Kabupaten Wakatobi Tahun 2011-2013
23
Tabel 21. Luas Tanaman Perkebunan Rakyat Menurut Jenis Tanaman dan Kecamatan (Ha), 2013
24
Tabel 22. Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat Menurut Jenis Tanaman dan Kecamatan (Ton), 2013
24
Tabel 23. Jumlah KK Petani Perkebunan Rakyat Menurut Jenis Tanaman Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat, 2011-2013
25
Tabel 24. Luas Areal Perkebunan Rakyat Menurut Jenis Tanaman (Ha) Tahun 2013
25
Tabel 25. Populasi Ternak Menurut Jenisnya (Ekor) 2011-2013 26 Tabel 26. Jumlah Ternak dan Unggas Menurut Jenis dan Kecamatan (Ekor),
2013 27
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
v
Tabel 27. Produksi Ikutan Ternak Menurut Jenisnya (Kg), 2011 - 2013
27
Tabel 28. Produksi Perikanan Laut Menurut Jenis dan Kecamatan (Ton) Tahun 2013
29
Tabel 29. Lokasi-Lokasi penangkapan ikan tuna di wakatobi setiap bulan selama Tahun 2011-2013
30
Tabel 30. Jumlah Sarana Penangkap Ikan Menurut Jenis dan Kecamatan (Unit), 2013
31
Tabel 31. Jumlah Sarana Penangkap Ikan Menurut Jenis dan Kecamatan (Unit), 2013
31
Tabel 32. Kriteria presentase tutupan terumbu karang hidup, berdasarkan standar yang digunakan
63
Tabel 33. Persentase Tutupan Terumbu Karang di Lokasi Penyelaman 64
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
vi
DAFTAR GRAFIK Halaman
Grafik 1. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wakatobi Tahun 2009-2023 12 Grafik 2. Presentase Tutupan Terumbu Karang Hidup di Kab. Wakatobi 35 Grafik 3. Presentase Tutupan Terumbu Karang Keras 35 Grafik 4. Presentase Tutupan Terumbu Karang Lunak 36
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
vii
DAFTAR GAMBAR Halaman
Gambar 1.1 Letak Geografis Kabupaten Wakatobi 2 Gambar 1.2 Peta Batas Wilayah Kabupaten Wakatobi 3 Gambar 1.3 Wakatobi Dalam Posisi Pusat Segi Tiga Karang Dunia 13 Gambar 1.4 Zona Taman Nasional Wakatobi 14 Gambar 2.1 Wakatobi ditetapkan sebagai Cagar Biosfer oleh UNESCO 21 Gambar 2.2 Perkebunan Rakyat Kabupaten Wakatobi 22 Gambar 2.3 Beberapa Tanaman Hasil Perkebunan Rakyat Wakatobi 23 Gambar 2.4 Hasil Ternak Unggas Kabupaten Wakatobi 27 Gambar 2.5 Salah satu Hasil Laut di Kabupaten Wakatobi 28 Gambar 2.6 WPP 714 Laut Banda 29 Gambar 2.7 Sarana Penangkapan Ikan Kabupaten Wakatobi 31 Gambar 2.8 Ikan Tuna sebagai Salah satu hasil komoditas unggulan bidang
Kelautan Wakatobi 32
Gambar 2.9 Beberapa Jenis Ikan karang di Wakatobi 32 Gambar 2.10 Kawasan Strategis Pariwisata Kabupaten Wakatobi 33 Gambar 2.11 Keindahan Bawah laut di Perairan Wakatobi 34 Gambar 2.12 Keindahan Bawah laut di Perairan Wakatobi 34 Gambar 2.13 Keindahan Bawah laut di Perairan Wakatobi 36 Gambar 2.14 Peta Lokasi Penyelaman Pulau Binongko 37 Gambar 2.15 Benteng Wali 38 Gambar 2.16 Benteng Tadu 39 Gambar 2.17 Benteng Baluara 40 Gambar 2.18 Benteng Watiua 41 Gambar 2.19 Benteng Palahidu 42 Gambar 2.20 Koncu Kapala 43 Gambar 2.21 Topa Waode Goa 43 Gambar 2.22 Topa La Bago 44 Gambar 2.23 Pantai Ooro 45 Gambar 2.24 Pantai Belaa 45 Gambar 2.25 Pantai Palahidu 46 Gambar 2.26 Pantai One Melangka 47 Gambar 2.27 Pantai Wee 47 Gambar 2.28 Hutan Mangrove 48 Gambar 2.29 Peta Daya Tarik Wisata bawah Laut di Pulau Tomia 49 Gambar 2.30 Jenis Hewan Unik Yang Dapat Ditemui di Perairan Wakatobi 49 Gambar 2.31 Pantai Huntete 50 Gambar 2.32 Pantai Onemobaa 50 Gambar 2.33 Keindahan Pantai Onemobaa 51 Gambar 2.34 Panorama Puncak kahianga 51 Gambar 2.35 Hutan Mangrove 52 Gambar 2.36 Liang Kuri-Kuri 52 Gambar 2.37 Benteng Rambi Randa 53 Gambar 2.38 Makam Ince Sulaiman 53 Gambar 2.39 Benteng Sou-Sou 54 Gambar 2.40 Benteng Patua 55 Gambar 2.41 Peta Daya Tarik Wisata Bawah Laut di Pulau Kaledupa 56
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
viii
Gambar 2.42 Goa Alam “ Sangka’a Nukiye” 57 Gambar 2.43 Benteng Tobelo 58 Gambar 2.44 Benteng Kamali 58 Gambar 2. 45 Benteng Sombano 59 Gambar 2.46 Pantai Langgira 59 Gambar 2.47 Talaga Sombano 60 Gambar 2.48 Goa Alam Darawa 60 Gambar 2.49 Pantai Hoga 61 Gambar 2.50 Peta Daya Tarik Wisata Bawah Laut di Pulau Wangi Wangi 62 Gambar 2.51 Keindahan Bawah Laut Karang Wangi-Wangi 63 Gambar 2.52 Pantai Moli’i Sahatu 65 Gambar 2.53 Pantai Sousu 66 Gambar 2.54 Pantai Waha 66 Gambar 2.55 Panorama Puncak Waginopo 67 Gambar 2.56 Gua Alam Bhewata di kapota 68
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
1
A. GAMBARAN UMUM DAERAH
Kabupaten Wakatobi merupakan salah satu kabupaten pemekaran di Sulawesi
Tenggara yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 29 tahun 2003
tentang pembentukan Kabupaten Bombana, Kabupaten Wakatobi dan Kabupaten
Kolaka Utara.
Penyelenggaraan Pemerintahan Kabupaten Wakatobi sebagai daerah otonom
secara resmi ditandai dengan pelantikan Syarifudin Safaa, SH, MM sebagai Pejabat
Bupati Wakatobi pada tanggal 19 Januari 2004 sampai dengan tanggal 19 Januari
2006. Kemudian dilanjutkan oleh H. LM. Mahufi Madra, SH, MH sebagai Pejabat
Bupati selanjutnya sejak tanggal 19 Januari 2006 sampai dengan tanggal 28 Juni
2006.
Kemudian berdasarkan hasil pemilihan kepala daerah secara langsung maka
pada tanggal 28 Juni 2006 Bupati dan Wakil Bupati Wakatobi yang terpilih yaitu Ir.
Hugua dan Ediarto Rusmin, BAE dilantik oleh Gubernur Sulawesi Tenggara Ali Mazi,
SH atas nama Menteri Dalam Negeri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam
Negeri Nomor 132.74-314 tanggal 13 Juni 2006 tentang pengesahan pengangkatan
Bupati Wakatobi Ir. Hugua dan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor:
132.74-315 tanggal 13 Juni 2006 tentang pengesahan pengangkatan Wakil Bupati
Wakatobi Ediarto Rusmin, BAE untuk masa bhakti 2006-2011.
Saat ini kepemimpinan daerah di Kabupaten Wakatobi dijabat oleh pasangan
Bupati dan Wakil Bupati Ir. Hugua dan H. Arhawi, SE sejak dilantik oleh Gubernur
Sulawesi Tenggara H. Nur Alam, SE pada tanggal 28 Juni 2011 atas nama Menteri
Dalam Negeri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor: 132.74-
403, tanggal 30 Mei 2011 tentang pengesahan pengangkatan Bupati Wakatobi Ir.
Hugua dan Wakil Bupati Wakatobi H. Arhawi, SE untuk masa bhakti 2011-2016.
BBAABB II PPEENNDDAAHHUULLUUAANN
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
2
Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Tahun 1945, pemerintah daerah
berwewenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut
asas otonomi dan tugas pembantuan. Disamping itu, dalam rangka mewujudkan
pelaksanaan otonomi daerah sejalan dengan upaya menciptakan pemerintahan yang
bersih, bertanggungjawab serta mampu menjawab tuntutan perubahan secara
efektif dan efisien dengan prinsip Tata Pemerintahan yang baik
(Good Governance), maka pemerintah daerah wajib untuk mengelola segenap
potensi yang dimiliki dalam rangka mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran dan
kesejahteraan masyarakatnya.
1. Kondisi Geografis
1.1. Kondisi Georafis
Letak geografis, Kabupaten Wakatobi berada dalam gugusan pulau-pulau di
jazirah Tenggara Kepulauan Sulawesi Tenggara, tepatnya di sebelah Tenggara
Pulau Buton. Secara astronomis terletak pada bagian selatan garis khatulistiwa,
membentang dari Utara ke Selatan pada posisi garis lintang 5º12’-6º25’ Lintang
Selatan (sepanjang kurang lebih 160 km) dan garis bujur 123º20’-124º39’ Bujur
Timur (sepanjang kurang lebih 120 km), sebagaimana disajikan pada Gambar 1
di bawah ini:
Posisi Geostrategis, Kabupaten
Wakatobi terletak pada posisi sangat
strategiskarena:
(1). Perairan laut Kabupaten
Wakatobi dilalui oleh jalur pelayaran
kawasan Timur dan Barat Indonesia;
(2). Ditinjau dari sisi bioregion, letak
geografis Kabupaten Wakatobi
sangat penting karena berada pada
kawasan yang sangat potensial
yakni diapit oleh Laut Banda dan
Laut Flores yang memiliki potensi
sumberdaya keragaman hayati
kelautan dan perikanan yang cukup
Gambar 1.1 Letak Geografis Kabupaten Wakatobi.
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
3
besar; dan (3). Kabupaten Wakatobi
berada pada Pusat Kawasan Segi
Tiga Karang Dunia (Coral Tri-angle Center) yang meliputi 6 (enam) negara,
yakni Indonesia, Malaysia, Philipines, Papua New Guine, Solomon Island, dan
Timor Leste
1.2. Batas Administrasi
Wilayah Kabupaten Wakatobi diapit
oleh perairan laut Buton, laut
Banda dan laut Flores. Dengan
demikian, maka batas-batas
administratif daerah Kabupaten
Wakatobi berada pada wilayah
perairan laut, sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan
wilayah perairan laut Kabupaten
Buton dan Buton Utara
- Sebelah Timur berbatasan dengan
Laut Banda
- Sebelah Selatan berbatasan dengan
Laut Flores
- Sebelah Barat berbatasan dengan
wilayah perairan laut Kabupaten
Buton.
1.3. Luas Wilayah
Luas wilayah Kabupaten Wakatobi adalah sekitar 19.200 km², terdiri dari
daratan seluas ± 823 km² atau hanya sebesar 3%, dan luas perairan
± 18.377 km2 atau sebesar 97 % dari luas Kabupaten Wakatobi adalah perairan
laut. Secara administratif Kabupaten Wakatobi terdiri dari 8 wilayah kecamatan,
75 desa dan 25 kelurahan. Wilayah kecamatan terluas adalah kecamatan Wangi-
Wangi dengan luas 241 km² (29,40%) yang sekaligus merupakan wilayah
ibokota kabupaten, sedangkan kecamatan yang wilayahnya paling kecil adalah
Gambar 1. 2. Peta Batas Wilayah Kabupaten Wakatobi
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
4
kecamatan Kaledupa, yaitu seluas 45,50 km² (5,53%), selengkapnya disajikan
pada Tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1. Luas Wilayah Daratan Kabupaten Wakatobi Menurut Wilayah
Administrasi Kecamatan, Tahun 2013.
No Kecamatan Jumlah
Desa
Jumah
Kelurahan
Luas
Daratan
(km²)
Prosentase
(%)
1. Wangi-Wangi 14 6 241,98 29,40
2. Wangi-Wangi Selatan 18 3 206,02 25,03
3. Kaledupa 12 4 45,50 5,53
4. Kaledupa Selatan 10 - 58,50 7,11
5. Tomia 8 2 47.10 5,72
6 Tomia Timur 5 4 67,90 8,25
7 Binongko 5 4 93,10 11,31
8 Togo Binongko 3 2 62,90 7,64
Total 75 25 823,00 100,00
Sumber : Kabupaten Wakatobi Dalam Angka, 2013
1.4. Topografi
Kepulauan Wakatobi merupakan gugusan pulau-pulau karang yang
sebagian besar (70%) memiliki topografi landai, terutama dibagian selatan pulau
Wangi-Wangi, bagian utara dan selatan pulau Kaledupa, bagian Barat dan Timur
pulau Tomia, serta wilayah bagian selatan pulau Binongko, dengan ketinggian
tempat berkisar antara 3-20 meter diatas permukaan laut. Sedangkan bentuk
topografi perbukitan, berada di tengah-tengah pulau dengan ketinggian berkisar
antara 20-350 m dpl.
Selain bentangan pulau-pulau kecil, relief dan topografi, di Kabupaten Wakatobi
juga membentang Gunung Tindoi di Pulau Wangi-Wangi, Gunung Pangilia di
Pulau Kaledupa, Gunung Patua di Pulau Tomia dan Gunung Watiu’a di Pulau
Binongko. Pada puncak gunung di empat pulau besar tersebut, terdapat situs
peninggalan sejarah berupa benteng dan makam yang sangat erat kaitannya
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
5
dengan penyebaran agama Islam di Kabupaten Wakatobi maupun sejarah
perkembangan kejayaan Kesultanan Buton, Tidore, dan Ternate. Situs sejarah
dimaksud ialah Benteng Liya, Benteng Tindoi, Benteng Patu’a, dan Benteng
Suosuo serta peninggalan benda-benda purbakala lainnya. Kesemuanya
merupakan aset daerah yang sangat berharga, terutama dalam pengembangan
ilmu pengetahuan dan sebagai obyek wisata budaya, baik nasional maupun
internasional
1.5. Hidrologi dan Geologi
Secara umum di Kabupaten Wakatobi tidak terdapat sungai yang mengalir
sepanjang tahun. Sumber mata air umumnya berasal dari air tanah (ground
water) dari wilayah perbukitan dan gua-gua karst yang oleh penduduk setempat
disebut “Tofa/Loba/Lia”. Daerah Aliran Sungai (DAS) seperti DAS Posalu,
Banduha-nduha, dan Waginopo di Kecamatan Wangi-Wangi mempunyai peranan
penting pada ketersediaan air tanah. Dalam konteks ini, peranan vegetasi
terutama hutan sangat penting dalam konservasi air tanah. Permukaan air
terutama pada gua-gua karst dan sumur penduduk banyak dipengaruhi oleh naik
turunnya muka air laut, memberikan indikasi tentang pentingnya perlindungan
daerah pantai dari pengaruh abrasi.
Berdasarkan peta geologi Lembar Kepulauan Tukang Besi Sulawesi
Tenggara skala 1 : 25.000 tahun 1994 menunjukkan bahwa secara umum
formasi geologi Wakatobi dikelompokkan dalam formasi geologi Qpl dengan jenis
bahan induk batu gamping koral. Jenis tanah yang tersebar pada beberapa
tempat di empat pulau Kabupaten Wakatobi ialah jenis organisol, alluvial,
grumosol, mediteran, latosol, serta didominasi oleh podsolik. Formasi geologi
batuan daratan dengan bahan induk batu gamping jenis koral dan dominasi
tanah podsolik, secara umum mengindikasikan kesuburan tanah yang rendah
akibat pH dan bahan organik rendah. Terkait hal tersebut, pemerintah daerah
akan mencanangkan program pertanian terpadu yang berbasis ekologi
(integrated ecofarming).
1.6. Iklim dan Musim
Menurut klasifikasi Schmidt-Fergusson, iklim di Kepulauan Wakatobi
termasuk tipe C, dengan dua musim yaitu musim kemarau (musim timur: April–
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
6
Agustus) dan musim hujan (musim barat: September–April). Musim angin barat
berlangsung dari bulan Desember sampai dengan Maret yang ditandai dengan
sering terjadi hujan. Musim angin timur berlangsung bulan Juni sampai dengan
September. Peralihan musim yang biasa disebut musim pancaroba terjadi pada
bulan Oktober-November dan bulan April-Mei.
Berdasarkan pencatatan dari Stasiun Meteorologi Kls III Betoambari, curah
hujan di Kepulauan Wakatobi 10 tahun terakhir berkisar antara 0,4-288,2 mm
(Gambar 5), curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember dengan rata-rata
mencapai 19,51 mm (Gambar 6). Jumlah hari hujan mengikuti pola jumlah
curah hujan dengan kisaran antara 1-19 hari hujan. Suhu udara maksimum
berkisar 31,5-34,40C dan suhu udara minimum berkisar pada 22,3-24,90C,
dengan kisaran suhu rata-rata antara 23,7-32,40C. Kelembaban udara antara
71-86%.
2. Gambaran Umum Demografi
2.1. Jumlah dan Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Penduduk Kabupaten Wakatobi menurut hasil sensus penduduk tahun 2010
adalah berjumlah 92,995 jiwa, terdiri dari laki-laki 44.640 jiwa dan perempuan
48.355 jiwa. Pada tahun 2013, jumlah penduduk Kabupaten Wakatobi menjadi
95.157 Jiwa. Komposisi dan penyebaran penduduk Kabupaten Wakatobi menurut
jenis kelamin per Kecamatan pada tahun 2013 selengkapnya disajikan pada
Tabel 2, sebagai berikut:
Tabel 2. Komposisi Penduduk Kabupaten Wakatobi Menurut Jenis Kelamin Tahun
2013.
No Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah
1. Wang-Wangi 11.724 12.304 24.028
2. Wangi-Wangi Selatan 12.055 13.071 25.126
3. Kaledupa 4.887 5.301 10.188
4. Kaledupa Selatan 3.037 3.744 6.781
5. Tomia 3.391 3.650 7.041
6. Tomia Timur 4.130 4.463 8.593
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
7
7. Binongko 4.123 4.440 8.563
8. Togo Binongko 2.331 2.506 4.837
Jumlah 45.678 49.479 95.157
Sumber : BPS Kabupaten Wakatobi, Kondisi Juni 2013
Kepadatan penduduk Kabupaten Wakatobi pada tahun 2013 rata-rata 116
jiwa/km2. dengan pertumbuhan selama 10 tahun terakhir rata-rata 0,33% per
tahun. Wilayah yang tertinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah Kecamatan
Kaledupa yaitu rata-rata 224 jiwa/km2, dan terendah di kecamatan Togo
Binongko, yaitu rata-rata 77 jiwa/km2, selengkapnya disajikan pada Tabel 3,
sebagai berikut:
Tabel 3. Kepadatan Penduduk Kabupaten Wakatobi Menurut Kecamatan Tahun
2013.
No. Kecamatan Luas (km2) Penduduk (jiwa) Kepadatan (jiwa/km2)
1 Wang-Wangi 241,98 24.028 99
2 Wangi-Wangi Selatan 206,02 25.126 122
3 Kaledupa 45,50 10.188 224
4 Kaledupa Selatan 58,50 6.781 116
5 Tomia 47,10 7.041 149
6 Tomia Timur 67,90 8.593 127
7 Binongko 93.10 8.563 92
8 Togo Binongko 62,90 4.837 77
Jumlah 823,00 95.157 116
Sumber : BPS Kabupaten Wakatobi, Kondisi Juni 2013
2.2. Komposisi Penduduk Menurut Struktur Usia
Berdasarkan kelompok usia, penduduk Kabupaten Wakatobi pada tahun
2013 adalah dominan pada kelompok usia produktif (usia 15 - 64 tahun), yaitu
sebesar 59,05% dari total penduduk atau mencapai 56.193 jiwa. Selebihnya
adalah kelompok usia belum produktif secara ekonomi (usia 0 - 14 tahun)
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
8
sebanyak 32.635 jiwa (34,30%) dan kelompok usia non produktif (usia 0 - 14
usia 65 tahun ketas) sebanyak 6.329 jiwa (6,65%).
Komposisi penduduk Kabupaten Wakatobi berdasarkan kelompok usia
selengkapnya disajikan pada Tabel 4, sebagai berikut:
Tabel 4. Penduduk Kabupaten Wakatobi Menurut Kelompok Usia Tahun 2013
Golongan Umur Laki-Laki (Jiwa) Perempuan (Jiwa) Jumlah (Jiwa)
75 + 976 1.412 2.388 70 – 74 751 1.090 1.841 65 – 69 898 1.202 2.100 60 – 64 1.221 1.459 2.680 55 – 59 1.381 1.421 2.802 50 – 54 1.937 2.171 4.108 45 – 49 2.221 2.381 4.602 40 – 44 2.732 2.849 5.581 35 – 39 2.958 3.230 6.188 30 – 34 3.047 3.530 6.577 25 – 29 3.345 4.187 7.532 20 – 24 3.062 3.768 6.830 15 – 19 4.540 4.753 9.293 10 – 14 5.769 5.421 11.190
5 – 9 5.556 5.496 11.052 0 – 4 5.284 5.109 10.393
Jumlah 45.678 49.479 95.157 Sumber : BPS Kabupaten Wakatobi, Kondisi Juni 2013
2.3. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan
Komposisi penduduk Kabupaten Wakatobi menurut jenis pekerjaan utama
sampai dengan tahun 2013 masih dominan (45,96%) yaitu sebesar 17.411 jiwa
bekerja pada sektor pertanian. Data selengkapnya disajikan pada Tabel 5,
sebagai berikut:
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
9
Tabel 5. Komposisi Penduduk Kabupaten Wakatobi Menurut Jenis Pekerjaan Utama Tahun 2013
No. Lapangan Usaha Utama Laki-Laki (Jiwa)
Perempuan (Jiwa)
Jumlah (Jiwa)
Persen (%)
1. Pertanian 10.215 7.196 17.411 45,96 2. Pertambangan, Penggalian 84 26 110 0,29 3. Industri 436 498 934 2,47 4. Listrik, Air 47 9 56 0,15 5. Konstruksi 2.119 15 2.134 5,63 6. Perdagangan, Akomodasi 2.990 5.573 8.563 22,60 7. Transportasi, Komunikasi 2.796 14 2.810 7,42 8. Keuangan, Persewaan 175 25 200 0,53 9. Jasa Kemasyarakatan, Sosial 2.950 2.716 5.666 14,96
Jumlah 21,812 16.072 37.884 100,00 Sumber : BPS Kabupaten Wakatobi, Olahan Sakernas Agustus 2013
2.4. Komposisi Penduduk Menurut Pendidkan
Penduduk Kabupaten Wakatobi umur 15 tahun keatas umumnya telah
mengenyam pendidikan formal. Berdasakan hasil sensus penduduk tahun 2013,
sebagian besar (71,20%) telah menamatkan pendididikan formal, yaitu SD
sederajat 26,50%, SMP sederajat 20,08%, SMA sederajat 18,98%
Diploma(D1/D2/D3) 1,85% dan Sarjana (S1/S2/S3) 3,80%. Data selengkapnya
disajikan pada Tabel 6, sebagai berikut : Tabel 6. Komposisi Penduduk Kabupaten Wakatobi Usia 15 Tahun Keatas Menurut Pendidikan Tahun 2013
No. Pendidikan Tertinggi Laki-Laki (Jiwa)
Perempuan (Jiwa)
Jumlah (Jiwa)
Persen (%)
1 Tidak Pernah Sekolah 1.642 4.731 6.373 10,37 2 Tidak Tamat SD 4.643 6.676 11.319 18,42 3 SD sederajat 7.913 8.371 16.284 26,50 4 SMP sederajat 6.609 5.728 12.337 20,08 5 SMA sederajat 5.792 5.867 11.659 18,98 6 Diploma (D1/D2/D3) 578 558 1.136 1,85 7 Sarjana(S1/S2/S3) 1.391 942 2.333 3,80
Jumlah 28.568 32.873 61.441 100,00 Sumber : BPS Kabupaten Wakatobi, Olahan Sakernas Agustus 2013
2.5. Kompsisi Penduduk Menurut Rumah Tangga
Jumlah rumah tangga di Kabupaten Wakatobi pada tahun 2013 adalah sebanyak 23.054 rumah tangga dengan rata-rata jiwa per rumah tangga sebesar 4,1 jiwa. Rincian jumlah rumah tangga per Kecamatan selengkapnya disajikan pada Tabel 7 sebagai berikut :
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
10
Tabel 7. Komposisi Penduduk Menurut Rumah Tangga Per Kecamatan di Kabupaten Wakatobi Tahun 2013.
No. Kecamatan Rumah Tangga
Penduduk (Jiwa)
Penduduk per Rumah Tangga
(Jiwa) 1. Wang-Wangi 5.655 24.028 4,2 2. Wangi-Wangi Selatan 5.669 25.126 4,2 3. Kaledupa 2.625 10.188 3,9 4. Kaledupa Selatan 1.860 6.781 3,6 5. Tomia 1.825 7.041 3,9 6. Tomia Timur 2.264 8.593 3,8 7. Binongko 2.038 8.563 4,2 8. Togo Binongko 1.122 4.837 4,3
Jumlah 23.054 95.157 4,1 Sumber : BPS Kabupaten Wakatobi, Kondisi per Desember 2013
3. Gambaran Perekonomian Daerah
3.1. Struktur Perekonomian Daerah
Selama periode tahun 2009-2013, kontribusi sektor primer terhadap PDRB
baik Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) maupun Atas Dasar Harga Konstan
(ADHK) terus mengalami penurunan yaitu untuk pada PDRB ADHB menurun dari
48,54% pada tahun 2009 menjadi 43,26% tahun 2013 dan pada PDRB ADHK
menurun dari 38,58% pada tahun 2009 menjadi 33,16% tahun 2013. Sedangkan
kontribusi sektor sekunder terus mengalami kenaikan, yaitu pada PDRB ADHB
meningkat dari 8,26% pada tahun 2009 menjadi 10,15% tahun 2013 dan pada
PDRB ADHK, meningkat dari 12,22% pada tahun 2009 menjadi 14,47% tahun
2013. Demikian halnya sektor tersier juga mengalami peningkatan, yaitu pada
PDRB ADHB meningkat dari 43.21% pada tahun 2009 menjadi 46,59% tahun
2013 dan pada PDRB ADHK, meningkat dari 49,20% pada tahun 2009 menjadi
52,37% tahun 2013. Hal ini mengindikasikan bahwa struktur perekonomian
Kabupaten Wakatobi mulai mengarah pada struktur ekonomi modern. Struktur
perekonomian Kabupaten Waktobi 2009-2013, dapat dilihat pada Tabel 8 sebagai
berikut:
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
11
Tabel 8. Nilai dan Kontribusi Sektor Terhadap Struktur PDRB Kabupaten Wakatobi Tahun 2009-2013.
No U r a i a n Nilai dan Konribusi Sektor Terhadap PDRB 2009 2010 2011 2012 2013***)
(Milyar) % (Milyar) % (Milyar) % (Milyar) % (Milyar) % I, Konribusi Sektor Terhadap PDRB Atas Dasar Harga Berlaku A Sektor Primer 342,68 48,54 377,73 46,83 428,96 46,00 468,39 44,37 514,37 43,26 1 Pertanian,Perkebunan,
Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
321,01 45,47 351,72 43,60 396,81 42,55 431,46 40,87 472,35 39,72
2 Pertambangan dan Penggalian
21,68 3,07 26,01 3,23 32,15 3,45 36,93 3,50 42,02 3,53
B Sektor Sekunder 58,28 8,26 70,82 8,78 85,52 9,17 101,67 9,63 120,69 10,15 3 Industri Pengolahan 20,07 2,84 22,39 2,78 27,77 2,98 32,97 3,12 37,76 3,18 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 5,44 0,77 6,40 0,79 7,53 0,81 9,00 0,85 11,12 0,94 5 Konstruksi/Bangunan 32,78 4,64 42,03 5,21 50,23 5,39 59,71 5,66 71,80 6,04 C Sektor Tersier 305,07 43,21 358,06 44,39 418,10 44,83 485,69 46,00 554,04 46,59 6 Perdagangan, Hotel dan
Restoran 132,55 18,77 165,96 20,58 197,65 21,19 232,64 22,04 270,70 22,76
7 Pengangkutan dan Komunikasi
15,15 2,15 17,79 2,21 20,33 2,18 23,17 2,19 26,52 2,23
8 Keuangan, Persewaan Bangunan dan Jasa Perusahaan
41,36 5,86 46,98 5,82 55,12 5,91 69,30 6,56 79,32 6,67
9 Jasa-Jasa 116,01 16,43 127,33 15,79 145,00 15,55 160,58 15,21 177,51 14,93 Total PDRBHarga Berlaku 706,03 100,00 806,61 100,00 932,58 100,00 1.055,76 100,00 1.189,09 100,00
II, Konribusi Sektor Terhadap PDRB Atas Dasar Harga Konstan A Sektor Primer 90,56 38,58 96,82 36,98 104,12 36,03 107,98 34,10 113,63 33,16 1 Pertanian, Perkebunan,
Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
80,02 34,09 84,63 32,33 89,64 31,02 91,88 29,02 95,96 28,00
2 Pertambangan dan Penggalian
10,54 4,49 12,19 4,66 14,49 5,01 16,10 5,09 17,67 5,16
B Sektor Sekunder 28,67 12,22 33,48 12,79 38,44 13,30 44,02 13,90 49,59 14,47 3 Industri Pengolahan 11,78 5,02 12,66 4,84 14,95 5,17 17,15 5,42 18,88 5,51 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 1,77 0,75 2,03 0,78 2,31 0,80 2,74 0,86 3,14 0,92 5 Konstruksi/Bangunan 15,12 6,44 18,79 7,18 21,18 7,33 24,13 7,62 27,57 8,04 C Sektor Tersier 115,47 49,20 131,49 50,23 146,41 50,67 164,62 51,99 179,46 52,37 6 Perdagangan, Hotel dan
Restoran 40,42 17,22 48,73 18,61 54,87 18,99 61,72 19,49 68,50 19,99
7 Pengangkutan dan Komunikasi
6,95 2,96 8,37 3,20 9,27 3,21 10,56 3,33 11,55 3,37
8 Keuangan, Persewaan Bangunan dan Jasa Perusahaan
18,40 7,84 20,62 7,87 23,17 8,02 28,37 8,96 31,42 9,17
9 Jasa-Jasa 49,70 21,18 53,78 20,54 59,10 20,45 63,97 20,21 68,00 19,84 Total PDRBHarga Konstan 234,70 100,00 261,79 100,00 288,98 100,00 316,61 100,00 342,69 100,00
Sumber : BPS Kabupaten Wakatobi, 2009 - 2013, diolah
Keterangan: ***) = Angka Sangat Sementara.
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
12
3.2. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Wakatobi selama tahun 2009 sampai tahun 2013 cenderung menurun, yaitu pada tahun 2009 tumbuh 13,67%, sedangkan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2013 sebesar 8,24%. Perkembangan pertumbuhan ekonomi dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 terlihat pada Gambar 2 sebagai berikut:
Grafik 1. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wakatobi Tahun 2009-2013
Tingkat pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wakatobi selama tahun 2009-2013
adalah rata-rata sebesar 10,68%. Tiga sektor pendukung utama yang
memberikan andil dan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Wakatobi adalah: (1). Sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan andil rata-
rata sebesar 2,87% atau memberikan kontribusi rata-rata 26,57%, (2). Sektor
jasa-jasa dengan andil rata-rata sebesar 1,93% atau memberikan kontribusi rata-
rata 19,06%, dan (3). Sektor pertanian dengan andil rata-rata sebesar 1,71%
atau memberikan kontribusi rata-rata 15,48%. Andil dan Kontibusi dari masing-
masing sektor terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wakatobi tahun 2009-
2013 secara rinci disajikan pada Tabel 9 di bawah ini:
(a) Nilai PDRB b) Pertumbuhan Ekonomi
706,03 806,61932,58
1.055,761.189,09
234,70 261,79 288,98 316,61 342,69
0200400600800
100012001400
2009 2010 2011 2012 2013
(Mily
ar R
upiah
)
TahunPDRB Harga Berkaku PDRB Harga Konstan
13,67
11,5410,38
9,368,24
5.0 6.0 7.0 8.0 9.0
10.0 11.0 12.0 13.0 14.0 15.0
2009 2010 2011 2012 2013( %
)Tahun
Pertumbuhan Ekonomi
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
13
Tabel 9. Andil dan Kontibusi Sektor Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Wakatobi Tahun 2009-2013.
No Sektor Andil dan Kontribusi (%) Rata-Rata 2009 2010 2011 2012 2013***)
Andil Kontri-busi Andil Kontri-busi
Andil Kontri-busi
Andil Kontri-busi
Andil Kontri-busi
Andil Kontri-busi
1, Pertanian 3,15 23,03 1,96 17,01 1,91 18,44 0,77 8,09 1,29 15,67 1,82 16,45
2, Pertambangan dan Penggalian
0,47 3,43 0,71 6,12 0,88 8,43 0,56 5,85 0,50 6,01 0,62 5,97
3, Industri Pengolahan
0,67 4,94 0,38 3,26 0,87 8,42 0,76 7,96 0,55 6,65 0,65 6,24
4, Listrik, Gas dan Air Bersih
0,11 0,82 0,11 0,96 0,11 1,02 0,15 1,55 0,13 1,56 0,12 1,18
5, Bangunan 1,48 10,83 1,56 13,54 0,91 8,80 1,02 10,67 1,09 13,18 1,21 11,40
6, Perdagangan, Hotel dan Restoran
4,49 32,81 3,54 30,65 2,35 22,61 2,37 24,76 2,14 26,00 2,98 27,37
7, Pengangkutan dan Komunikasi
0,59 4,35 0,60 5,23 0,34 3,32 0,45 4,67 0,31 3,80 0,46 4,27
8, Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
0,41 3,01 0,94 8,18 0,98 9,40 1,80 18,81 0,96 11,69 1,02 10,22
9, Jasa-Jasa 2,29 16,78 1,74 15,05 2,03 19,56 1,69 17,64 1,27 15,44 1,80 16,90
Pertumbuhan Ekonomi 13,67 100,00 11,54 100,00 10,38 100,00 9,56 100,00 8,24 100,00 10,68 100,00
Sumber: BPS Kabupaten Wakatobi 2009-2013, di olah
Keterangan: ***) = Angka Sangat Sementara.
Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah, Kabupaten
Wakatobi membuka diri untuk penanaman investasi. Potensi investasi di
Kabupaten Wakatobi terdiri dari berbagai sektor, terutama sektor kelautan dan
perikanan serta pariwisata yang menjadi unggulan Kabupaten Wakatobi. Potensi
investasi di bidang pariwisata antara lain meliputi usaha wisata pantai, wisata
laut/bahari (bawah laut) dan wisata budaya.
Gambar 1.3 Wakatobi Dalam Posisi Pusat Segi
Tiga Karang Dunia
Kabupaten Wakatobi berada pada Pusat Segi Tiga Karang Dunia (Coral Tri-angle Center) dan memiliki jumlah keanekaragaman hayati kelautan tertinggi di dunia, yakni 750 jenis karang dari 850 spesies karang dunia, 900 jenis ikan dunia dengan 46 dive sites teridentifikasi (salah satunya Marimabok). Wakatobi memiliki 90.000 ha terumbu karang dan atol Kaledupa (48 km) yang merupakan atol tunggal terpanjang di dunia (Operation Wallacea, 2006).
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
14
Kekayaan dan keanekaragaman jenis biota laut tersebut sangat menjanjikan
apabila dikelola secara profesional, karena disamping potensinya cukup besar,
juga mempunyai nilai jual tinggi, baik di pasar domestik maupun pasar
internasional. Disamping itu terdapat potensi wisata budaya yang memiliki
keunikan tersendiri yang dijumpai di semua pulau di Kabupaten Wakatobi.
Potensi pariwisata ini merupakan salah satu sektor unggulan pembangunan yang
diharapkan dapat memacu laju pertumbuhan pembangunan dan mengangkat
nama Kabupaten Wakatobi bukan hanya di dalam negeri tetapi juga di manca
negara.
Oleh karena potensi kekayaan dan keanekaragaman hayati laut tersebut,
maka Pemerintah RI melalui Menteri Kehutanan menetapkan Wakatobi sebagai
Taman Wisata Alam Laut (SK Menteri Kehutanan RI nomor 462/KPTS-II/1995).
Selanjutnya pada tahun 1996 ditingkatkan statusnya menjadi wilayah konservasi
dengan status Taman Nasional (SK Menteri Kehutanan RI nomor 393/Kpts-
VI/1996). Kondisi ini menempatkan Kabupaten Wakatobi menjadi spesifik dan
unik, dimana Wakatobi sebagai daerah otonom sekaligus daerah konservasi laut
(Kabupaten konservasi) baik dalam konteks ruang wilayah provinsi Sulawesi
Tenggara maupun dalam skala yang lebih luas.
Pada tahun 2007 Pemerintah Daerah Kabupaten Wakatobi menerapan
konsep konservasi melalui Zonasi Taman Nasional Wakatobi yang telah
disingkronisasikan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (Gambar 4), yang dibagi
menjadi zona inti, zona perlindungan bahari, zona wisata, zona pemanfaatan
tradisional, zona pemanfaatan umum dan zona khusus untuk perlindungan
keanekaragaman hayati terestrial, diharapkan akan dapat menjamin pelestarian
sumber daya alam hayati sekaligus menjaga keberlangsungan perekonomian
masyarakat dan pembangunan ekonomi Kabupaten Wakatobi.
Gambar 1.4 Zona Taman Nasional Wakatobi
Gambar 4. Peta Zonasi Taman Nasional Wakatobi
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
15
Kebijakan ekonomi makro Kabupaten Wakatobi diarahkan pada
peningkatan pertumbuhan Ekonomi Daerah melalui upaya peningkatan
fasilitas penunjang sektor unggulan daerah, yaitu sektor Perikanan dan
Kelautan serta Pariwisata. Kebijakan strategis yang ditempuh Pemerintah
Daerah Kabupaten Wakatobi dalam meningkatkan peranan dari sektor
penggerak utama perekonomian tersebut adalah melalui peningkatan
pembangunan sarana dan prasarana ekonomi dasar di wilayah-wilayah yang
memiliki potensi dan daya dorong lebih baik untuk dikembangkan seperti
pembangunan jalan, pelabuhan laut dan udara, kemudahan perizinan dan
kepastian berusaha dengan tetap memperhatikan wilayah lainnya secara
seimbang.
B. MAKSUD DAN TUJUAN
1. Maksud
Maksud penyusunan Data Base Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kabupaten
Wakatobi Tahun 2014 ini adalah:
a. Mengidentifikasi potensi sumber daya alam dan ekosistem Kabupaten Wakatobi.
b. Mengidentifikasi persebaran potensi sumber daya alam dan ekosistem Kabupaten
Wakatobi di seluruh kecamatan di wilayah Kabupaten Wakatobi.
2. Tujuan
Tujuan Penyusunan Data Base Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kabupaten
Wakatobi Tahun 2014 ini adalah:
a. Memberikan informasi tentang potensi sumber daya alam dan ekosistem
Kabupaten Wakatobi.
b. Memberikan Informasi persebaran potensi sumber daya alam dan ekosistem
Kabupaten Wakatobi.
c. Sebagai informasi dan bahan dalam pengambilan keputusan/kebijakan
perencanaan pembangunan daerah.
d. Menyajikan informasi yang lebih komprehenship tentang potensi dan peluang
investasi;
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
16
C. METODOLOGI
1. Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam Penyusunan Data Base Sumber Daya Alam
dan Ekosistem Kabupaten Wakatobi Tahun 2014 adalah data sekunder yang
dihimpun melalui data base potensi sumber daya alam dan ekosistem pada
SKPD/instansi terkait.
2. Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah analisis dekspritif secara kualitatif dan
kuantitatif.
3. Organisasi Pelaksana
Penanggungjawab pelaksana kegiatan adalah Bagian Administrasi Ekonomi
dan Sumber Daya Alam Sekretariat Daerah Kabupaten Wakatobi.
4. Waktu Pelaksanaan
Waktu pelasanaan kegiatan Penyusunan Data Base Potensi Sumber Daya
Alam dan Ekosistem Kabupaten Wakatobi Tahun 2014 dilaksanakan selama 90
(sembilan puluh) hari kalender mulai dari tanggal 1 September sampai dengan 30
November 2014.
5. Biaya
Pembiayaan kegiatan ini bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) Kabupaten Wakatobi Tahun Anggaran 2014, melalui DPA Sekretariat
Daerah Kabupaten Wakatobi Bagian Administrasi Ekonomi dan Sumber Daya Alam.
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
17
A. Sektor Pertanian
Pada Sektor Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Wakatobi, capaian hasil tanaman pertanian untuk tahun 2011-2013 tergambar pada tabel berikut :
Tabel 10. Luas Panen Tanaman Pangan Menurut Jenis (Ha), 2011-2013
No Komoditi 2011 2012 2013 1 Padi Sawah - - -
2 Padi Ladang 11 1 -
3 Jagung 40 197 378
4 Ubi Kayu 948 466 1094
5 Ubi Jalar 8 10 11
6 Kacang Tanah - 3 26
7 Kacang Kedele - - -
8 Jagung Muda - 406 27
9 Talas - - 16
Sumber : Survei Pertanian, BPS
Tabel 11. Produksi Tanaman Pangan Menurut Jenis (Ton) 2011-2013
No Komoditi 2011 2012 2013 1 Padi Sawah - - -
2 Padi Ladang 35 3 -
3 Jagung 93 514 708
4 Ubi Kayu 17518 9235 23837
5 Ubi Jalar 66 79 81
6 Kacang Tanah - 2 16
7 Kacang Kedele - - -
8 Talas - - 34
Sumber : Survei Pertanian, BPS
BBAABB IIII DDAATTAA PPOOTTEENNSSII SSUUMMBBEERR DDAAYYAA AALLAAMM DDAANN EEKKOOSSIISSTTEEMM
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
18
Tabel 12. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Tanaman Pangan Menurut Jenis, 2013
No Komoditi Luas Panen
(Ha) Produktivitas
(Kw/Ha) Produksi
(Ton) 1 Padi Sawah - - -
2 Padi Ladang - - -
3 Jagung 378 18,73 708
4 Ubi Kayu 1094 217,89 23837
5 Ubi Jalar 11 73,64 81
6 Kacang Tanah 26 6,15 16
7 Kacang Kedele - - -
8 Talas 16 21,25 34
Sumber : Survei Pertanian, BPS
Tabel 13. Luas Panen Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman dan Kecamatan (Ha), 2013
No Kecamatan Jagung Ubi Kayu Ubi
Jalar Kacang Tanah
Talas Lainnya
1 Binongko 9 77 2 2 1 2
2 Togo Binongko 21 89 3 - 2 2
3 Tomia 19 83 2 2 - 3
4 Tomia Timur 23 94 1 - 2 3
5 Kaledupa 94 94 1 3 1 -
6 Kaledupa Selatan 145 117 1 1 1 -
7 Wangi-Wangi 33 278 - 18 8 8
8 Wangi-Wangi Selatan
34 262 1 - 1 9
Wakatobi 378 1094 11 26 16 27
Survei Pertanian, BPS B. Holtikultura
Untuk mengetahui luas panen dan jumlah produksi jenis holtikultura (sayur-
sayuran, bawang dan berbagai jenis tanaman semusin lainnya), maka dapat dilihat
pada table-tabel dibawah ini :
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
19
Tabel 14. Luas Panen Sayuran dan Buahan dipanen sekaligus menurut Jenis (Ha) 2011-2013
No Jenis
Tanaman 2011 2012 2013
1 Bawang Merah 12 6 28
2 Kembang Kol - 2 -
3 Sawi 23 6 20
4 Kacang Merah 1 2 7
Sumber : Survei Pertanian Holtikultura-SBS, BPS
Tabel 15. Produksi Sayuran dan Buahan Dipanen Sekaligus Menurut Jenis (Kuintall) 2011-2013
No Jenis
Tanaman 2011 2012 2013
1 Bawang Merah 316 62 145
2 Kembang Kol - 4 -
3 Sawi 542 10 61
4 Kacang Merah 35 8 27
Sumber : Survei Pertanian Holtikultura-SBS, BPS
Tabel 16. Luas Panen Sayuran dan Buahan Dipanen Berkali-kali Menurut Jenis (Ha) 2011-2013
No Jenis Tanaman 2011 2012 2013 1 Kacang Panjang 72 19 42
2 Cabe Besar 69 7 1
3 Cabe Rawit 99 10 8
4 Tomat 98 17 27
5 Terong 181 18 28
6 Buncis - - 1
7 Ketimun 5 8 11
8 Labu Siam - - 1
9 Kangkung 91 17 57
10 Bayam 53 8 12
11 Semangka 7 7 3
Sumber : Survei Pertanian Holtikultura-SBS, BPS
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
20
Tabel 17. Jumlah Tanaman Menghasilkan Sayuran dan Buahan Tahunan Menurut Komoditas (Pohon), 2011-2013
No Jenis Tanaman 2011 2012 2013 1 Alpukat 25 28 77
2 Belimbing 183 14 597
3 Jambu Biji 3215 1696 1797
4 Jambu Air 1319 1198 1029
5 Jeruk Siam 205 50 1030
6 Jeruk Besar 602 156 540
7 Mangga 7422 5873 5491
8 Nangka 4301 2757 3662
9 Nenas 3566 2647 1952
10 Pepaya 13324 11949 5299
11 Pisang 12365 17613 8636
12 Sirsak 1505 2207 1505
13 Sukun 750 995 933
14 Melinjo - - 50
Sumber : Survei Pertanian Holtikultura-SBS, BPS
C. Kehutanan
Hutan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting bagi pembangunan
berkelanjutan baik dari segi ekologi. Total wiayah hutan pada wilayah sudah
berkembang, serta jumlah seluruh hutan alamiah dan wilayah perkebunan pada
daerah tropis dan sedang berkembang.
Jenis hutan berdasarkan fungsinya yang terdapat di kabupaten wakatobi pada
tahun 2013 yaitu hutan lindung, hutang adat, hutan rakyat dan hutan mangrove
yang terbatas dengan lahan masing-masing dimana hutan lindung dengan luas :10.
021,75 Ha, hutan adat dengan luas : 100,12 Ha, hutan rakyat dengan luas :
8.687Ha dan hutan mangrove dengan luas 1.200 Ha. Dengan demikian luas areal
hutan dikabupaten wakatobi seluas 20.008,87 Ha. Prosentase jenis hutan tersebut
dapat dilihat pada Tabel berikut :
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
21
Tabel 18. Areal Kawasan Hutan di Kabupaten Wakatobi Menurut Fungsinya Tahun 2013 No Kawasan Hutan
Menurut Fungsinya Luas Total
(Ha) Lokasi
Per Pulau Luas (Ha)
Ket.
1. Hutan Lindung 10.021,75 Wangi-Wangi 6.632,06 Kaledupa 1.008,73 Tomia 1.337,01 Binongko 1.043,95
2. Hutan Adat 100,12 Hutan Kota (Motika Mandati)
15,4
Kaindea Teo 12 Kaindea Malarau
9,8
Kaindea Kareke 50 HL Kaindea Wanse 12,92 HL Hutan Lagiampa 18 HL
3. Hutan Rakyat 8.687 - - 4. Hutan Mangrove 1.200 - -
Gambar 2.1 Wakatobi Ditetapkan Sebagai Cagar Biosfer oleh UNESCO
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
22
D. Perkebunan
Perkebunan adalah tegakan hutan yang ditanam secara sengaja, dengan
pembentukan hutan baru maupun penghutanan kembali, baik untuk kepentingan
industri serta nonindustri. Penghutanan kembali tidak meliputi regenerasi pohon tua
(baik regenerasi alamiah maupun melalui kegiatan manajemen hutan),walapun
beberapa Negara mungkin melaporkan regenerasi sebagai penghutanan kembali.
Banyak jenis pohon yang juga ditanam untuk kepentingan non industri, misalnya
keperluan kayu warga desa, dimana umumnya tidak di masukan dalam kegiatan
penghutanan kembali . luas areal perkebunan rakyat di kabupaten wakatobi tahun
2008 mencapai 5.945 ha dan penggunaan tegal/kebun seluas 9.621 ha.
Gambar 2.2
Kawasan perkebunan yang dominan dikembangkan di kabupaten wakatobi
adalah kelapa dan jambu mete, dimana luasan areal perkebunan kelapa sekitar
3.513 ha dan jambu mete sekitar 676 ha. Jenis komoditas perkebunan lainnya yang
ada di kabupaten wakatobi adalah aren, asam jawa, cengkeh, kakao, kapuk, kelapa
hibrida dan kemiri yang tentunya dengan luas tanam dan hasil panen yang masih
terbatas. Hasil perkebunan dan jambu mete hanya ditujukan untuk kebutuhan
kabupaten wakatobi sendiri, bahkan jumlahnya masih belum mencukupi.
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
23
Tabel 19. Luas Tanaman Berproduksi Perkebunan Rakyat Menurut Jenis Tanaman (Ha) Tahun 2011-2013
No Komoditas 2011 2012 2013
(1) (2) (3) (4) 1 Kelapa Dalam 3 192 3 194 815,32 2 Kopi 28 30 28,6 3 Kapuk 4 3 3 4 Pala 4 4 4 5 Cengkeh 9 9 10 6 Jambu mete 545 545 548,15 7 Kemiri 3 3 3 8 Coklat 40 40 40,5 9 Enau/Aren 19 19 19,7 10 Kelapa Hibrida 13 15 15,05 11 Asam Jawa 38 23 26,57 12 Pinang 10 10 10,4
Sumber Dinas Pertanian, Kehutanan, Perkebunan, Peternakan Kab. Wakatobi
Tabel 20. Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat Menurut Jenis Tanaman (Ton), di Kabupaten Wakatobi Tahun 2011-2013
No Komoditas 2011 2012 2013
(1) (2) (3) (4) 1 Kelapa Dalam 1 971 4 747 26 547,28 2 Kopi 8 2 271 3 Kapuk 1 0,2 - 4 Pala 1 0,4 - 5 Cengkeh 4 6 151,4 6 Jambu mete 120 360 5 188,09 7 Kemiri 1 1 - 8 Coklat 21 46 356,65 9 Kelapa Hibrida 8 21 492 10 Asam Jawa 16 31 171,26 11 Pinang 1 1 194,4
Sumber Dinas Pertanian, Kehutanan, Perkebunan, Peternakan Kab. Wakatobi Gambar 2.3
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
24
Tabel 21. Luas Tanaman Perkebunan Rakyat Menurut Jenis Tanaman dan Kecamatan (Ha), 2013
NO Kecamatan
Kelapa Dalam
Kopi Kapuk Pala cengkeh Jambu Mete
Kemiri Coklat Enau Kelapa Hibrida
Asam Jawa
Pinang
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) 1 Binongko 2,61 - - - - 2,15 - - - - 15,87 -
2 Togo Binongko 1,51 - - - - 1 - - - - 2 - 3 Tomia 43 2,3 - - - 67 - 3,5 - 4 1 - 4 Tomia Timur 18 11 - 3 - 24 1 2 - 1 4 - 5 Kaledupa 149,7 - - - - 126 - 13 - 8,5 - - 6 Kaledupa Selatan 89 - - - - 65 - 9 - - - - 7 Wangi-Wangi 424 12 2 1 9 224 2 10 13 2 3 10 8 Wangi-Wangi Selatan 103 3,3 1 - 1 39 - 3 6,7 - 0,7 0,4
Wakatobi 830,82 28,6 3 4 10 584,15 3 28,6 19,7 15,5 26,57 10,4
Sumber Dinas Pertanian, Kehutanan, Perkebunan, Peternakan Kab. Wakatobi Tabel 22. Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat Menurut Jenis Tanaman dan Kecamatan (Ton), 2013
NO Kecamatan
Kelapa Dalam
Kopi Cengkeh Jambu Mete
Coklat Kelapa Hibrida
Asam Jawa
Pinang
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1 Binongko 471,76 - - 570 - - 9,18 - 2 Togo Binongko 32,02 - - 6,7 - - 56,68 - 3 Tomia 516,7 36,8 - 15,14 24,15 52 - - 4 Tomia Timur 494 - - 180 14 30 24 - 5 Kaledupa 5093,2 - - 18,25 123,5 322 - - 6 Kaledupa Selatan 3204 - - 97 86 - - - 7 Wangi-Wangi 7970,6 144 131,24 4000 70 88 66 180 8 Wangi-Wangi Selatan 8775 79,2 30 388,3 39 - 15,4 14,4
Wakatobi 26547,28 271 151,4 5 188,09 356,65 492 171,26 194,4 Sumber Dinas Pertanian, Kehutanan, Perkebunan, Peternakan Kab. Wakatobi
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
25
Tabel 23. Jumlah KK Petani Perkebunan Rakyat Menurut Jenis Tanaman Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat, 2011-2013
No Komoditas 2011 2012 2013
(1) (2) (3) (4) 1 Kelapa Dalam 4 306 4 306 4 402
2 Kopi 275 255 280
3 Kapuk - 40 40
4 Pala 16 16 28
5 Cengkeh 164,5 152 152
6 Jambu mete 2 773,5 2 741 2 729
7 Kemiri 30 30 43
8 Coklat 325 311 311
9 Enau/Aren 16 16 43
10 Kapas - - -
11 Kelapa Hibrida 222 222 222
12 Tembakau - - -
13 Asam Jawa 493 418 435
14 Pinang 176 165 157
Sumber Dinas Pertanian, Kehutanan, Perkebunan, Peternakan Kab. Wakatobi
Tabel 24. Luas Areal Perkebunan Rakyat Menurut Jenis Tanaman (Ha) Tahun 2013
No Komoditas TBM TM TTM Total (1) (2) (3) (4)
1 Kelapa Dalam 218,43 815,32 62,66 1072,42 2 Kopi 7,2 28,6 8,8 44,6 3 Kapuk 0,4 3 - 3,4 4 Pala - 4 1 5 5 Cengkeh 2 10 7 19 6 Jambu mete 99,55 548,15 15 667,7 7 Kemiri 1 3 1 5 8 Coklat 2 40,5 7 51,5 9 Enau/Aren 5 19,7 1 25,7 10 Kelapa Hibrida 2 15,5 3 20,5 11 Asam Jawa 419,02 26,57 4,88 50,2 12 Pinang 2,8 10,4 1 14,2
Sumber Dinas Pertanian, Kehutanan, Perkebunan, Peternakan Kab. Wakatobi
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
26
E. Peternakan
Peternakan merupakan salah satu komponen dalam system usaha tani
lahan kering yang mempunyai hubungan paling kuat dengan sub system
lainnya. Populasi ternak terbanyak di Kabupaten Wakatobi ialah ayam buras
dan terus menagalami peningkatan dari tahun ke tahun. Populasi sapi juga terus
meningkat. Senaliknya populasi kambing yang terus menagalami penurunan.
Sesuai dengan potensinya makan rencana pengembangan peternakan di
Kabupaten Wakatobi diarahkan pada ternak besar, yaitu kambing dan sapi
dengan tetap mempertahankan populasi ternak lainnya. Potensi untuk
penggembalaan ternak ialah seluas 1.759,5 Ha. Rencana wilayah pengembangan
sektor peternakan adalah di pulau Kaledupa dan Tomia. Selain intensifikasi,
pengembangan peternakan juga diarahkan pada sistem pertanian terpadu
berbasis ekologi (integrated ecofaming system), yaitu mengintegrasikan
peternakan ke dalam pertanian tanaman pangan, perkebunan, dan kehutanan
(Agro-Forestry Pasteur). Dalam konteks ini, selain sapid an kambing, juga dapat
dikembangkan ayam buras dan ras.
Berikut ini adalah beberapa table tentang populasi ternak menurut
jenisnya, jumlah ternak dan unggas menurut jenis dan kecamatan, dan produksi
ikutan ternak menurut jenisnya
Tabel 25. Populasi Ternak Menurut Jenisnya (Ekor) 2011-2013
No Jenis Ternak 2011 2012 2013 (1) (2) (3) (4) 1 Sapi / Cow 858 858 1010
2 Kambing 6712 6712 7681
3 Ayam Kampung / Native Chiken
22948 22948 24971
4 Ayam Ras / Broiler 2554 2554 29324
5 Itik / Duck 4948 4948 5307
Sumber Dinas Pertanian, Kehutanan, Perkebunan, Peternakan Kab. Wakatobi
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
27
Tabel 26. Jumlah Ternak dan Unggas Menurut Jenis dan Kecamatan (Ekor), 2013
NO Kecamatan
Sapi
Kambing Ayam Kampung
Ayam Ras
Bebek
(1) (2) (3) (6) (7) (9) 1 Binongko - 880 1.320 - 332 2 Togo Binongko - 725 1.201 - 140
3 Tomia 95 918 1.112 450 158
4 Tomia Timur 54 871 1.450 - 185
5 Kaledupa 349 799 1.075 - 212
6 Kaledupa Selatan 90 894 1.100 1.200 390
7 Wangi-Wangi 290 1.562 10.483 18.080 2.980
8 Wangi-Wangi Selatan
132 1.032 7.230 9594 910
Wakatobi 1.010 7.681 24.971 29.324 5.307
Sumber Dinas Pertanian, Kehutanan, Perkebunan, Peternakan Kab. Wakatobi Gambar 2.4
Tabel 27. Produksi Ikutan Ternak Menurut Jenisnya (Kg), 2011 - 2013
No Jenis Ternak 2011 2012 2013 (1) (2) (3) (4) 1 Kulit Sapi - - 16
2 Kulit Kambing - - 161
3 Telur Ayam Kampung
22.356 22.356 1.369
4 Telur Ayam Ras 3.195 3.195 -
5 Telur Itik 18.463 18.463 1.013
Sumber Dinas Pertanian, Kehutanan, Perkebunan, Peternakan Kab. Wakatobi
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
28
F. SEKTOR PERIKANAN DAN KELAUTAN
Kegiatan budidaya perikanan di Kabupaten Wakatobi yang berpeluang
dikembaangkan adalah budidaya keramba dan tambak. Peluang tersebut
didukung oleh ketersediaan lahan yang tersebar diseluruh kecamatan. Oleh
karena itu, dalam rentang lima tahun (2012-2016), pengembangan budidaya
perikanan menjadi program proritas pemerintah daerah. Secara umum potensi
kawasan pengembangan budidaya perikanan berada di sepanjang area pantai
pesisir pulau yang meliputi Kecamatan Wangi-Wangi Selatan, Kaledupa,
Kaledupa Selatan, Togo Binongko, Tomia dan Tomia Timur.
Komoditas budidaya perikanan unggulan Kabupaten Wakatobi salah
satunya adalah rumput laut. Produksi rumput laut dengan luasan area lahan
terbesar terdapat di Kecamatan Wangi-Wangi Selatan. Selain rumput laut, pilot
project program Bajo berupa Rumah Budidaya yang dikembangkan oleh
COREMAP II Desa Mola Kecamatan Wangi-Wangi Selatan, Samabahari
Kecamatan Kaledupa dan Lamanggau Kecamatan Tomia, telah berhasil dalam
budidaya ikan kerapu, bobara, dan jenis ikan lainnya. Gambar 2.5
Untuk pengembangan perikanan tangkap di laut, luas wilayah perairan laut
Kabupaten Wakatobi mencapai sekitar 18.337 Km2. Jenis/species ikan yang
terdapat di perairan lautnya tidak kurang dari 942 jenis ikan. Namun potensi
tersebut belum dapat dimanfaatkan secara maksimal karena keterbatasan
teknologi alat tangkap maupun perahu yang digunakan oleh para nelayan local.
Pada tahun 2010, produksi perikanan tangkap dilaut terdiri dari rumput laut
(14.849,8 Ton), Ikan Pelagis (2.270,8 Ton) Ikan Dasar (1.465,9 Ton), Ikan Sunu
91,3 Ton, Teripang (49,6 Ton) dan Gurita (54,9 Ton).
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
29
Tabel 28. Produksi Perikanan Laut Menurut Jenis dan Kecamatan (Ton) Tahun 2013 No Kecamatan Ikan Tuna dan Jenis Ikan Laut Lainnya 1 Binongko 629,2 2 Togo Binongko 498,6 3 Tomia 815,4 4 Tomia Timur 935,7 5 Kaledupa 796,5 6 Kaledupa Selatan 683,9 7 Wangi-Wangi 997,8 8 Wangi-Wangi Selatan 1.502,3 Total 6.859,4
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Wakatobi
Perairan Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara dan sekitarnya, adalah
salah satu lokasi penangkapan ikan tuna di Indonesia, khususnya jenis tuna sirip
kuning (yellowfin-Thunus Albacares). Wilayah ini masuk dalam wilayah
pengelolaan perikanan (WPP) 714, yaitu daerah Laut Banda. Armada
penangkapan ikan tuna dikawasan perairan wakatobi umumnya menggunakan
perahu motor (bodi batang) dengan kapasitas di bawah 5 GT (gross tones)
dengan beberapa jenis alat tangkap seperti pancing ulur, pancing laying-layang,
pancing tonda, dan pancing hanyut. Setiap armada terdiri dari 1-2 orang
nelayan yang melakukan penangkapan. Wilayah jangkauannya adalah daerah
penangkapan tidak lebih dari zona propinsi dengan trip hanya 1 hari, yaitu
berangkat jam 2-4 dini hari dan pulang sekitar jam 2-3 sore.
Gambar 2.6 WPP 714 Laut Banda
Tempat penangkapan adalah sekitar rumpon dengan jarak perjalanan
sekitar 0,5 – 2 Jam dari pulau fishing base dengan menggunakan bodi batang. Lokasi paling jauh adalah kearah selatan sekitar laut flores, kearah utara dekat buton dan keerah timur ditengah laut banda. Nelayan wakatobi dengan armada kecil tidak pernah melakukan trip lebih dari 1 hari. Jika pada jam 3 atau 4 sore
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
30
hari ada nelayan yang belum pulang, maka nelayan lain akan melakukan pencarian.
Berikut adalah lokasi-lokasi penangkapan ikan tuna di wakatobi setiap bulan selama 2011-2013.
Tabel 29. Lokasi-Lokasi penangkapan ikan tuna di wakatobi setiap bulan
selama Tahun 2011-2013
Bulan Lokasi Penangkapan
Januari Runduma
Februari Perairan Runduma, P. Hoga, P. Wanci
Maret Tidak Ada Data
April Ereke, Runduma, Binongko, Lasalimu, Perariran Wanci, Binongko, Belakang Kaledupa, Belakang Karang Kapota, Belakang Tomia
Mei Waelumu, Ereke, Runduma, Lasalimu, Perairan Wanci, Selat Kaledupa, Belakang dan Ujung Binongko, Perairan Tomia, Pulau Lentea
Juni Waelumu, Waha Timur, Runduma, Binongko, Wanci, Kaledupa, Perairan dan Belakang Waha, Belakang Runduma, Belakang Binongko, Belakang Kapota, Perairan dan Ujung Ereke, Perairan Hoga, Perairan Tomia, Pulau Wali, Ujung Lasalimu
Juli Waha Timur, Belakang Waha, Perairan Runduma, Binongko, Tomia, Waha, Ereke, Kaledupa, Ujung Ereke, Batu Atas
Agustus Runduma, Binongko, Kaledupa, Waha, Tomia, Kapota, Ereke, Binongko, Belakang Karang Kaledupa, Batu Atas Tubu-Tubu
September Waelumu, Perairan Runduma, Binongko, Hoga, Waha, Tomia, Kapota, Tanah Besar, Wawoni,i, monseh, Perairan Ereke, Batu Aras
Oktober Perairan Runduma, Kapota, Waha, Tomia, Belakang Binongko, Belakang Kaledupa, Belakang Karang Kapota, Perairan Hoga, Ereke, Wali, Batu Atas
November Tubu-Tubu, Perairan dan Belakang Ujung Binongko, Ereke, Hoga, Tomia, Runduma, Belakang Kapota, Waha dan Belakang Waha, Koromaha, Laut Flores
Desember Ujung Binongko, Laut Runduma
Penangkapan ikan tuna di Wakatobi berlangsung sepanjang tahun mulai
bulan Januari-Desember. Hal ini berdasarkan data dari 15 koordinator
penerimaan potongan (loin) ikan tuna. Data menjelaskan bahwa setiap bulan,
sepanjang tahun, selalu ada armada yang turun dan menangkap ikan tuna.
Berdasarkan data ini pula, periode yang paling berhasil menangkap ikan tuna
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
31
adalah bulan April, Mei, Juni, September, dan November, yaitu sebanyak 42-64
armada. Sedangkan bulan Januari, Juli, Agustus dan Oktober, yaitu sebanyak
25-27 armada, serta bulan Februari, Maret, dan Desember hanya 17-21 armada
yang beroperasi.
Tabel 30. Jumlah Sarana Penangkap Ikan Menurut Jenis dan Kecamatan (Unit), 2013
No Kecamatan Motor
Tempel Perahu Tanpa Motor
Kapal Motor
(<5GT)
Kapal Motor (> 5 GT
1 Binongko 24 126 38 3 2 Togo Binongko 9 74 8 2 3 Tomia 17 77 125 - 4 Tomia Timur 62 126 75 1 5 Kaledupa 88 423 277 1 6 Kaledupa Selatan 170 83 18 - 7 Wangi-Wangi 202 204 146 - 8 Wangi-Wangi Selatan 181 325 408 7 Total 753 1.538 1.095 14
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Wakatobi Gambar 2.7
Tabel 31. Jumlah Sarana Penangkap Ikan Menurut Jenis dan Kecamatan (Unit), 2013 No Kecamatan Perikanan Tangkap Perikanan
Budidaya Jumlah
1 Binongko 241 - 241 2 Togo Binongko 160 - 160 3 Tomia 435 13 448 4 Tomia Timur 335 21 356 5 Kaledupa 951 55 1.006 6 Kaledupa Selatan 280 182 462 7 Wangi-Wangi 635 - 635 8 Wangi-Wangi Selatan 2.857 259 3.116 Total 5.894 530 6.424
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Wakatobi
Pemerintah Kabupaten Wakatobi menaruh perhatian cukup besar terhadap
perikanan tuna, teristimewa ikan tuna dalam bentuk segar yang diekspor ke
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
32
mancanegara karena mempunyai pemasaran yang cukup baik serta harga yang
relative tinggi bila dibandingkan dengan produk ikan lainnya.
Ikan tuna sebagai komoditi unggulan Kabupaten Wakatobi yang memiliki
prospek cerah dibidang penangkapan dan pasca penangkapan. Menurut data
Kementerian Kelautan Perikanan (KKP) perairan wakatobi merupakan habitat
khususnya jenis tuna sirip kuning (Yellowfin-Thunnus Albacares). Gambar 2.8
Ikan tuna ini memiliki cita rasa lebih lekat ketimbang ikan tuna Albacore,
dagingnya pun berwarna daging merah muda, berada di perairan subtropis, dan
jarang ditemukan pada olahan makanan.
Gambar 2.9 Beberapa Jenis-Jenis Ikan Karang di Wakatobi
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
33
G. SEKTOR PARIWISATA
Daya tarik Wakatobi tidak bisa dilepaskan dengan potensi keindahan alam
bawah lautnya. Slogan yang dicanangkan oleh Pemda Wakatobi “Surga nyata
bawah laut” merupakan sebutan yang diberikan kepada kawasan perairan
Wakatobi yang juga merupakan kawasan Taman Nasional Wakatobi yang
terletak di pusat segitiga karang dunia (The heart of coral triangle centre).
Hampir 95,87% wilayah Kabupaten Wakatobi merupakan wilayah perairan
dengan luas tutupan karang 54.500 Ha. Dengan kekayaan sumberdaya laut
yang melimpah, air laut yang jernih, terumbu karang yang mempesona dan
dihuni oleh beragam hewan laut layaknya sebagai sebuah taman di lautan.
Gambar 2.10 Kawasan Strategis Pariwisata Kabupaten Wakatobi
Wilayah Taman Nasional Wakatobi dibagi menjadi enam zona dengan
peruntukkan yang berbeda, yakni perikanan, budidaya dan ekowisata. Enam
zona tersebut terdiri dari tiga zona larang ambil (Zona Inti, Zona Perlindungan
Laut dan Zona Pariwisata), dua zona pemanfaatan (lokal dan umum), serta satu
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
34
zona khusus daratan yang diperuntukkan bagi pengembangan infrastruktur
untuk masyarakat dan pemerintah.
Zona Inti merupakan kawasan yang sepenuhnya dilindungi. Zona
Perlindungan Bahari dan Pariwisata terlarang bagi kegiatan perikanan, tetapi
memungkinkan bagi pemanfaatan yang tidak merusak, seperti rekreasi
penyelaman, keduanya diperuntukkan untuk melindungi sumberdaya yang
penting dan berfungsi sebagai bank ikan. Zona Pemanfaatan Lokal yang sangat
luas khusus diperuntukkan bagi masyarakat lokal Wakatobi. Zona Pemanfatan
Umum diperuntukkan bagi perikanan pelagis laut dalam.
Gambar 2.11 Keindahan bawah laut di Perairan Wakatobi
Sumber: Audrey, Indecon 2013
Menurut data Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Wakatobi tahun
2010, diketahui bahwa presentase tutupan terumbu karang hidup terbesar
secara umum pada tahun 2008 terdapat di Pulau Wangi-Wangi. Namun pada
tahun 2009, presentase karang hidup di Pulau Wang-Wangi menurun drastis
hingga 48%. Sementara itu sebaliknya di wilayah Tomia, presentase tutupan
terumbu karang hidup mengalami peningkatan dari 58% pada tahun 2008,
menjadi 64% pada tahun 2009, atau merupakan yang tertinggi di seluruh
wilayah Wakatobi.
Gambar 2.12 Keindahan Bawah Laut Wakatobi
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
35
Grafik 2. Presentase Tutupan Terumbu Karang Hidup di Kab. Wakatobi
Sumber: Indecon
Data hasil pengamatan yang dilakukan organisasi TNC/WWF pada tahun
2009 hingga 2011 menunjukkan bahwa kondisi kesehatan terumbu karang di
zona larang ambil cenderung lebih baik jika dibandingkan dengan kondisi
kesehatan terumbu karang di zona pemanfaatan. Hal ini membuktikan bahwa
penetapan kawasan sebagai zona larang ambil dapat memberikan manfaat bagi
proses perbaikan kondisi terumbu karang. Ancaman lain yang muncul terhadap
terumbu karang di Wakatobi adalah pengambilan karang oleh penduduk untuk
digunakan sebagai bahan bangunan.
Grafik 3. Presentase Tutupan Terumbu Karang Keras
Sumber: Indecon
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
36
Berdasarkan gambar diketahui bahwa presentase tutupan karang keras di
zona larang ambil meningkat di tahun 2011, setelah sempat mengalami
penurunan pada tahun 2010. Sementara itu pada zona pemanfaatan, presentase
tutupan karang keras umumnya meningkat, kecuali pada wilayah outer reefs.
Grafik 4. Presentase Tutupan Terumbu Karang Lunak
Sumber: Indecon
Berdasarkan gambar diketahui bahwa presentase tutupan karang lunak
cenderung mengalami penuruan dibanding tahun sebelumnya, kecuali pada
wilayah main island. Pada tahun 2011, presentase tutupan karang lunak
terbesar terdapat pada wilayah south attols. Sementara itu, pada wilayah main
island dan outer reefs presentase karang lunak di kawasan larang ambil lebih
kecil dibandingkan dengan presentase karang lunak di wilayah pemanfaatan.
Gambar 2.13 Keindahan Bawah Laut Wakatobi
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
37
1. Potensi Wisata Alam Bawah Laut, Pesisir dan Daratan Pulau
Binongko
1.1. Wisata Alam Bawah Laut Binongko
Pulau Binongko mempunyai 8 (delapan) titik penyelaman yang telah
teridentifikasi dan dikunjungi, sebagian besar terletak pada karang-karang
berlokasi di timur Pulau Binongko.Sementara kegiatan snorkeling banyak
dilakukan pada tepian-tepian ‘drop off’ di sekeliling pulau. Kemungkinan
besar masih banyak lokasi titik penyelaman di Pulau Binongko yang belum
teridentifikasi karena kurangnya kegiatan eksplorasi penyelaman akibat
aksesibilitas yang sulit dan lokasi yang cukup jauh dari pusat kota. Beberapa
lokasi pantai di Pulau Binongko mempunyai pantai pasir putih yang bersih
dengan area padang lamun yang luas. Lokasi ini merupakan tempat
bertelurnya dan tempat mencari makan (feeding ground) penyu sisik
(Eretmochelys imbricata) dan penyu hijau (Chelonia mydas).
Gambar 2.14 Peta Lokasi Penyelaman Pulau Binongko
Sumber: Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
38
1.2. Potensi Wilayah Pesisir dan Daratan Pulau Binongko
Selain keindahan bawah lautnya, Wakatobi juga memiliki potensi
wisata di Pesisir dan daratan. Dengan kondisi wilayah yang merupakan
kepulaun, membuat daerah ini memiliki pantai dengan hamparan pasir
putih serta susunan batuan dari pengangkatan bawah laut. Selain itu untuk
daerah daratannya Wakatobi mempunyai keindahan perbukitan karst serta
gua alam. Untuk potensi yang ada adalah sebagai berikut :
1.2.1 BENTENG WALI
Gambar 2.15
Benteng Wali terdapat di 05°58.396” LS & 124°03.863”BT, memiliki 7
Lawa(pintu gerbang). Dari tujuh Lawa, ada Lawa yang tak utuh. Benteng
ini berada di wilayah administrasi Kelurahan Wali. Dahulu sebagai pusat
pemerintahan pertama di Pulau Binongko. Disana masih ada pemukiman
warga yang kebanyakan masih mempertahankan tradisi dan budayanya
seperti bentuk rumah panggung dan Tradisi Karia Ajamani Ampalinga
(Pesta Adat Sunatan dan Pingitan 8 Tahun Sekali).
Di dalam benteng terdapat Loji di 05°58.377” LS & 124°03.942”BT.
Loji adalah Istana Kolaki(Pemimpi ) I di Wali Muhammad Asyikin, dia juga
Sultan Buton Ke 33 Buton. Bangunan Istana berupa rumah panggung. Disana ada meriam Badili Barakati, 2 Alat Musik gong dan guci naga (ada
dirumah kerabat Sultan). Saat ini bangunan tersebut ditinggali cucu
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
39
turunan III Sultan bernama Wa Ode Harisa. Menurutnya Istana ini
berukuran 25 x 20 meter. Di depan pintu istana ada kuburan kerabat
Sultan yang ditumbuhi pohon cempaka. Juga ada kebun singkong
dihalamannya. Istana Kolaki ini dikelilingi juga oleh Benteng.
Selanjutnya ada Kuburan Kota, makam para bangsawan di Wali
tepantnya di 05°58.416” LS & 124°04.005”BT. Lalu ada Baruga Sarano
Wali di 05°58.373” LS & 124°03.988”. Baruga ini sebagai tempat
berkumpul dan berdiskusi tentang persoalan kampung. Terbuat dari kayu.
Pada tahun 2008 bangunan ini dibangun kembali. Di depan baruga ada
Mesjid dan makam kuno.
1.2.2 Benteng Tadu
Gambar 2.16
Benteng Tadu terletak di Desa Haka, Kecamatan Togo Binongko
Kabupaten Wakatobi. Letak geografisnya berada pada titik koordinat 06°
01.729’ Lintang Selatan (LS) dan 124°02.524’ Bujur Timur (BT). Jarak
dari Desa Haka kurang lebih 5 Kilometer. Sementara jarak dari jalan ke
benteng kurang lebih 80 meter. Kondisi benteng telah banyak dipadati
tumbuhan semak belukar sehingga situs-situs sulit terlihat. Tangganya
masih terbuat dari susunan batu. Begitu pula jalan di sana masih dalam
tahap pengerasan (masih berbatu). Untuk mengelilingi benteng ini
sebaiknya di pagi hari atau sore hari.
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
40
Benteng tersebut terdiri dari susunan batu gunung berwarna hitam
dan batu karang yang telah membatu. Memiliki dua pintu masuk yang
bersusun. Pintu masuk ini bisa disebut lawa. Lawa I tingginya 200 cm, tebal
250 cm, dan lebarnya 180 cm. Lawa ini berada pada titik 06°01.717’ LS
dan 124°02.544’BT. Kemudian Lawa II ukuranya sama dengan Lawa I
berada di 06°01.715’ LS dan 124°02.552’BT.
Sekitar 500 meter dari Benteng Tadu tampak kokoh Mercusuar dan
rimbunan pohon bakau dan setigi mengelilingi mercusuar. Di situ juga
lautnya jernih dan warnah biru kehijauan, bila musim teduh banyak
nelayan yang datang memancing disana. Pasalnya ikan disana jumlahnya
banyak dan ukuranya besar-besar. Para penduduk setempatnya
menyebutnya juga lokasi pemijahan ikan.
1.2.3 Benteng Baluara
Gambar 2.17
Benteng Baluara terdapat di Desa Taipabu Kecamatan Togo Binongko,
Kabupaten Wakatobi. Letak geografisnya berada di 05° 55.860’ LS dan
123°58.302’ BT. Dibawah benteng tepatnya 5 meter terdapat Topa Kaluku
yang konon dijadikan sebagai tempat bagi warga benteng untuk mengambil
air minum dengan titik koordinat 05°55.796’ LS dan 123°58.312’ BT.
Dengan lebar mulutnya 320 cm, panjang 330 cm, dan dalamnya 290 cm.
Jarak dari Desa Taipabu 5 Kilometer, namun dari jalan raya 80 meter.
Jalanan masuk ke benteng melewati kebun ubi kayu warga setempat.
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
41
Kemudian menaiki beberapa tangga batu yaitu tangga I 2700 cm, tempat
yang rata (datar)pertama ukuranya 4500 cm, tangga 2 2025 cm, datar 2
1350 cm,tangga 3 2030 cm. Lalu menemukan Lawa I (Pintu Masuk I) pada
titik 05°55.857’ LS dan 123° 53.303’ dengan lebar 180 cm, tinggi 250 cm,
dan tebal 300 cm.
Sementara dinding benteng berukuran tebal 150 cm dan tinggi 170
cm. Di sebelah timur terdapat Lawa 2 di 05°55.868’LS dan 123°58.321’ BT
ukuranya lebar 140 cm, tinggi 220 cm, tebal 190 cm. Lalu di sebelah barat
terdapat Lawa 3 yang berada di 05°55.922’ LS dan 123°58.272’BT dengan
ukuran tinggi 180 cm, lebar mulut pintu 140cm, tebal 290 cm. Untuk Lawa
ke 4 berada di sebelah selatan kurang lebih 1 Kilometer dari Lawa 3
ukuranya juga sama.
1.2.4 Benteng Watiua Gambar 2.18
Benteng Watiua berada di Kelurahan Palahidu Kecamatan Binongko.
Jaraknya sekitar 3 Kilometer. Letak geografisnya berada di 05° 55. 568’ LS
dan 124° 01. 133’ BT. Jalanan menuju lokasi benteng masih berbatu.
Lokasi benteng itu berada di daerah ketinggian. Untuk sampai ke benteng
melewati enam kali pendakian di bukit batu. Begitu pula saat menuju lokasi
benteng harus mendaki beberpa bukit batu, pada pendakian pertama
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
42
3630 cm. Di atas pendakian I ini menemukan susunan batu yang dulunya
dijadikan sebagai Pos Jaga tepat pada titik 05° 54. 513’ LS dan 124° 01.
139’ BT. Kurang lebih 100 80 meter dari pos Jaga ada Topa Hangku yang
dulu digunakan sebagi tempat mandi. Di sebelah kiri Lawa ini ada 41 guci
kuno yang masih utuh digunakan untuk menampung air hujan sebagi air
minum. Setiapo mulut guci dipasangi sebuah bambu yang sudah dibelah
agar air hujan yang menetes bisa langsung masuk ke guci. Cara
menampung air seperti itu masyarakat setempat meyebutya Simbu atau
Sooha.
1.2.5 Benteng Palahidu
Gambar 2.19
Benteng Palahidu ada di 05°53.348” LS & 124°00.465” BT. Jaraknya
dari jalan raya sekitar 45 Meter. Benteng Palahidu berasal dari kata Pala
yang berarti telapak kaki Kapitan Waloindi (Sang Pemimpin di Binongko
yang berjuang melawan Kerajaan Buton), Hidu berasal dari kata hidup
berarti hayat.
Di Benteng ini masih terdapat Pintu Batu yang disebut Lawa mengarah
ke laut. Di samping Lawa terdapat benteng. Masih ada situs batu fondasi
mesjid dan kuburan tua. Benteng ini merupakan perkampungan tua dari
warga Palahidu. Konon warga Palahidu yang sekarang ini berasal dari
Benteng ini, mereka meninggalkan benteng karena ada wabah penyakit
yang membahayakan warga akhirnya mereka pindah ke tempatnya yang
sekarang. Akhirnya menjadi satu desa yaitu Palahidu Barat.
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
43
1.2.6 Benteng Oihu
Benteng Oihu jaraknya dari Desa Oihu (05°58.655” LS & 124°01.982”
BT), kurang lebih 3 Kilometer. Ini merupakan perkampungan tua bagi
warga Desa Oihu. Di dalam benteng terdapat Kuburan Tua, Rumah
Panggung tempat peristirahatan, 7 Lawa (Pintu batu), batu fondasi mesjid,
serta ada satu tiang kayu mesjiod yang masih berdiri kokoh, saat ini sudah
diatapi dan dikeramatkan tiang tersebut olehb warga setempat.
Di sekitar benteng ini ada sumber air bersih yang ada dalam gua, dan
menjadi sumber air minum bagi desa tetangga seperti Haka, Wali dan
lainya.
1.2.7 Koncu Kapala Gambar 2.20
Koncu Kapal merupakan Perkampungan tua di Kelurahan Wali pada
05°59.479” LS & 124°03.893” BT, bentuknya menyerupai Kapal kandas.
Berada 3 Kilometer dari Kelurahan Wali. Jalanannya masih berbatu. Di
dalam Koncu Kapala terdapat Lawa (Pintu) yaitu Lawa Warindo-rindo
(Pintu samar-samar). Ketika musuh melihat ke arah pintu ini orang yang
didalam tampak samar-samar. Selanjutnya Lawa di bawah Makam La Ode
Simbo. Lawa Wagalapu (Pintu Gelap), Ketika musuh melihat ke arah pintu
ini, orang didalamnya tak tampak. Lawa ini berada di 05°59.484” LS &
124°03.893” BT. Lawa Parigi di 05°59.479” LS & 124°03.893” BT. Lawa
Patua I, Lawa Patua II dan Lawa Patua III.
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
44
1.2.8 Topa Wa Ode Goa Gambar 2.21
Topa Wa Ode Goa, ada di Kelurahan Wali, Tempat ini merupakan
permandian tua, disini selain mandi, warga tidak diperbolehkan untuk
mencuci. Sehingga airnya jernih, tampak stalgmit dan stalagtit di dalam
permandian ini. Ada di 05°59.238” LS & 124°04.427”BT. Jaraknya dari
jalan raya 2 meter. Tumbuhan yang ada disekitarnya semak-semak, pohon
ketapang, pohon besar menyerupai pohon nangka.
1.2.9 Topa Raja
Topa Raja ada di 05°58.327” LS & 124°03.866” BT Kelurahan Wali. 10
Meter dari Jalan Raya. 20 Meter dari Pemukiman Warga. Konon sebagai
tempat permandian Raja Wali. Kini digunakan warga setempat sebagai
tempat mandi dan mencuci. Di dalamnya terdapat stalagmit dan stalagtit.
Vegetasi yang tubuh disekitarnya ada kebun singkong warga, dan 3 Pohon
besar, warga setempatnya menyebutnya pohon Rita. Milik adat.
1.2.10 Topa Surabi
Topa Surabi ada di 05°58.308” LS & 124°03.849” BT Kelurahan Wali.
10 Meter dari Jalan Raya. 20 Meter dari Pemukiman Warga. Konon sebagai
tempat permandian permaisuri Raja Wali. Kini digunakan warga setempat
sebagai tempat mandi dan mencuci. Di dalamnya terdapat stalagmit dan
stalagtit. Vegetasi yang tubuh disekitarnya ada kebun singkong warga, dan
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
45
1 Pohon besar, warga setempatnya menyebutnya pohon Rita, dan pohon
asam.
1.2.11 Topa La Bago Gambar 2.22
Topa La Bago ini ada di 05°52.846” LS & 123°59.227” BT, 20 meter
dari jalan raya, 200 meter dari pemukiman di desa Makoro. Terdapat
stalagti dan stalgmit. Difungsikan sebagai tempat mandi dan mencuci
warga sekitar. Tumbuhan yang hidup seperti kelapa, beringin dan semak-
semak, ada juga mangga. Sudah ada jalan rabat beton dari jalan raya.
1.2.12 Pantai Ooro Gambar 2.23
Pantai Ooro berada di Kelurahan Wali pada titik koordinat
05°59.428”LS & 124°04.572” BT. Lokasinya 200 meter dari Jalan Raya.
Pasir pantai putih kemerah-merahan, air jernih, pantainya melengkung,
didepan bibir pantai terdapat dua pulau karang yang ditumbuhi cempaka
dan sentigi. Bergelombang pada bulan Juli-Agustus, sementara
gelombangnya teduh pada Oktober-April. Sementara ditenganya ada batu
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
46
karang. Sering menjadi tempat penyu bertelur. Ada lamun dan karang.
Terdapat ikan-ikan karang yang beraneka ragam.
Di Pantai ini ditumbuhi pohon kelapa yang padat sehingga statusnya
hak milik. Juga ada Pon pandan berduri. 10 meter dari bibir pantai terdapat
hutan mangrove yang luasnya 500 meter. Di hutan ini dapat ditemukan
kepiting bakau, udang, burung kiwi, dan ikan gabus. Pantai ini berpotensi
abrasi. Dipantai ini juga bisa melihat sunrise. Tak ada pemukiman. Aktifitas
nelayan di daerah ini pada musim teduh untuk memancing, menjaring dan
meti-meti.
1.2.13 Pantai Belaa Gambar 2.24
Pantai Belaa berada Kilometer dari Desa Hakka, letaknya di
06°01.669”LS & 124°03.524” BT. Pasir pantai putih halus, airnya jernih,
ada gundukan pasir, pantainya stabil, berpotensi abrasi. Bergelombang
pada bulan Juli-Agustus, sementara gelombangnya teduh pada Oktober-
April. Jaraknya 3 Meter dari Jalan raya. Ada 3 jejak penyu bertelur, dan
ada dua cangkang telur penyu yang masih ada kuningnya. Di arah timur
pantai ada pulau karang yang ditumbuhi pandan berduri dan sentigi. 10
Meter dari pantai ada hutan Mangrove yang padat dan tumbuhan kelapa.
Status kawasan hak milik. Disini terdapat terumbu karang dan lamun.
Sementara Ikannya beraneka ragam dan warna seperti kakap merah.
Aktifitas nelayan hanya pada musim teduh untuk memancing dan
menjaring.
1.2.14 Pantai Buku
Pantai Buku ada di sebelah utara Kelurahan Wali, letaknya di
05°57.425” LS & 124°03.759” BT. Pantainya stabil. Memiliki pasir putih
kemerahan. Masuk dalam gugusan pantai panjang di Wali. Panjangnya
kurang lebih 2 Kilometer. Bergelombang pada bulan Juli-Agustus,
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
47
sementara gelombangnya teduh pada Oktober-April. Biota laut yang ada
padang lamun merah, terumbu karang yang berbentuk dinding. Berada 40
meter dari jalan raya. 2 Km dari pemukiman warga Kelurahan Wali.
Vegetasi yang tumbuh di Pantai ini antara lain Kelapa padat, pohon pantai,
sentigi, pandan berduri dan pohon pantai lainya.
1.2.15 Pantai Palahidu
Gambar 2.25
Pantai Palahidu ada di 05°53.321” LS & 124°00.440” BT. 50 Meter
dari Jalan Raya, dan berada dibawah benteng Palahidu. Ada beberapa batu
karang, dan berada dibawah tebing. Pasir putih halus dan bersih, pantainya
stabil, airnya jernih. Bergelombang pada bulan Juli-Agustus, sementara
gelombangnya teduh pada Oktober-April.
1.2.16 Pantai One Melangka
Gambar 2.26
Pantai One Melangka berada 75 meter dari Hutan Mangrove. 10 meter
dari jalan raya. Pasir putih halus, airnya jernih, pantainya stabil, panjang
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
48
pantai kurang lebih 1 Km. Abrasi sedang, ada lamun dan karang.
Bergelombang pada bulan Juli-Agustus, sementara gelombangnya teduh
pada Oktober-April. Di pantai ini ditumbuhi pohon kelapa yang padat,
pohon pandan berduri dan tumbuhan pantai lainnya. Aktifitas nelayan
hanya memancing. Disini bisa melihat sun set (Matahari terbenam).
Ancaman pantai ini adalah pengambilan pasir. Status pantai ini hak milik
karena ada pohon kelapa warga setempat. Terdapat ikan-ikan karang yang
beraneka ragam.
1.2.17 Pantai Wee
Gambar 2.27
Pantai ini di 05°58.593” LS & 124°01.234”BT, letaknya di Desa Popalia
Kecamatan Binongko. 10 Meter dari jalan raya, airnya jernih, abrasi tinggi,
pasirnya sudah tidak ada, yang ada tinggal tumpukan karang-karang mati.
Bergelombang pada bulan Juli-Agustus, sementara gelombangnya teduh
pada Oktober-April. 100 meter dari Pantai Wee terdapat Hutan Mangrove
milik adat luasnya kurang lebih 400 meter. Ada pohon kelapa dan pandan
berduri. Tidak ada pemukiman. Berpotensi melihat sun rise. Terdapat ikan-
ikan karang yang beraneka ragam.
1.2.18 Hutan Mangrove
Gambar 2.28
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
49
Hutan Magrove ini ada di 05°56.898” LS & 123°58.662” BT. Dan
masuk wilayah Desa Sowa Kecamatan Togo Binongko. Luasnya kurang
lebih 500 Meter. Biota yang hidup kepiting, udang, ikan. lokasinya 5 meter
dari jalan raya. Kurang lebih 10 meter dari pantai karang yang ditumbuhi
sentigi. Selain itu ada kelapa, pohon pandan berduri. Mangrovenya padat.
Hutan ini milik adat syara. Hutan ini dijaga para syara setempat agar tidak
diambil kayunya. Tidak ada pemukiman disekitarnya.
2. Potensi Wisata Bawah Laut, Pesisir dan Daratan Pulau Tomia 2.1 Wisata Bawah Laut
Di Pulau Tomia dan sekitarnya tercatat 28 titik penyelaman yang telah
teridentifikasi dan digunakan, yang merupakan tempat ideal bagi
wisatawan yang menyukai kegiatan penyelaman.Pulau Tomia merupakan
pulau pertama di Wakatobi yang melakukan pengembangan pariwisata
melalui pembangunan Wakatobi Dive Resort di Tolandono. Resort ini dirintis
sejak tahun 1996 dan terus beroperasi hingga kini dan telah memiliki
bandara tersendiri sejak tahun 2001 untuk membawa para tamu resort.
Gambar 2.29 Peta Daya Tarik Wisata Bawah Laut di Pulau Tomia
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
50
Seperti halnya di Kaledupa, kondisi terumbu karang yang ada di Pulau
Tomia juga telah mengalami degradasi kecuali pada beberapa tempat
tertentu. Kegiatan snorkeling dapat dilakukan di lokasi-lokasi titik
penyelaman, baik di atas ‘drop off’, maupun di Karang Pulau Tolandono.
Ekosistem padang lamun dan terumbu karang mengitari pulau ini, areal
pasang surut cukup luas kecuali di daerah-daerah timur-utara dimana
terdapat pantai-pantai yang membentuk tebing-tebing tinggi.
Gambar 2. 30 Jenis Hewan Unik Yang Dapat Ditemui di Perairan Wakatobi
2. 2 Potensi Wilayah Pesisir dan Daratan Pulau Tomia
2.1.1 Pantai Huntete
Gambar 2.31
Pantai Huntete berada di Desa Kulati Kecamatan Tomia Timur. Pantai
ini pantai terpanjang di Pulau Tomia, sempadan pantai yang sangat luas,
pantai berpasir putih , hamparan pohon kelapa. Bentuk pantai tersebut
melengkung.
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
51
2.1.2 Pantai Onemobaa
Gambar 2.32
Pantai One Mobaa berada di Desa Lamanggau Kecamatan Tomia.
Untuk sampai ke Pantai tersebut anda dapat menggunakan perahu
tradisional seperti Katinting, ± 30 menit dari ibukota kecamatan. Pantai ini
memiliki hamparan pasir putih, air lautnya jernih. Di sana terdapat
tumbuhan pepohonan pantai seperti kelapa, cemara, bakau, dan pohon
pantai lainnya. Selain itu juga terdapat beberapa fauna seperti biawak,
pipit, udang merah dan fauna lainnya.
Panorama bawah laut di Pantai One Mobaa sangat indah dan eksotik
karena terdapat gugusan terumbu karang yang berwarna-warni, padang
lamun serta hidup beberapa spesies ikan yang beranekaragam serta biota
laut lainnya yang masih tetap terjaga dan alami. Sehingga tempat tersebut,
sangat tepat untuk beraktivitas snorkeling dan diving, serta menikmati
panorama sunset. Di pantai One Mobaa ini telah dibangun sebuah resort
yang berstandar internasional, yakni Wakatobi Dive Resort.
Gambar Keindahan Pantai One Mobaa
Gambar 2.33
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
52
2.1.3 Panorama Puncak Kahianga
Gambar 2. 34
Puncak Khayangan salah satu objek wisata dataran tinggi yang berada
di Desa Khayangan, Kecamatan Tomia timur, dapat ditempuh dengan
kendaraan roda dua maupun roda empat ± 8 menit dari ibu kota
kecamatan. Di puncak tersebut terdapat beberapa fosil kima yang
berukuran besar, serta fosil batu karang. Selain itu ditumbuhi oleh semak
dan hamparan rumput yang menghijau.
Dari atas Puncak Khayangan, para wisatawan dapat menyaksikan
panorama alam di Pulau Tomia. Selain itu juga tampak jelas pemandangan
Pulau Lentea, Tolandono dan Pulau Binongko.
2.1.4 Hutan Mangrove
Gambar 2.35
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
53
Hutan Mangrove yang ada di Pulau Tomia berada di Desa Lamanggau,
Kecamatan Tomia. Di sana terdapat 17 jenis manggrove sejati diantaranya
xylocarpus sprhozopora sp,. Ceriops sp,. Avecenia sp,. Serta manggrove
ikutan yang masih cukup bagus.
2.1.5 Liang Kuri-Kuri
Gambar 2.36
Liang Kuri-Kuri adalah sebuah gua yang berada di tanjung Desa
Kulati. Masyarakat setempat menyebutnya Ujuu Nu Liang Kuri-Kuri.
Tepatnya dibangian barat Pantai Huntete Desa Kulati Kecamatan Tomia
Timur. Jaraknya dari Desa Kulati sekitar 30 menit bila menggunakan
kendaraan roda dua. Titik koordinat Liang Kuri-Kuri berada pada 05°
45.371’ LS dan 124°40. 096’ BT. Dengan ukuran mulut gua, dimana
lebarnya 2500 cm, tinggi 2200 cm dan Kedalamanya 1750 cm. Di dalam
gua ini terdapat Stalagmit dan Stalagtit. Selain itu juga ada sekitar 15 ekor
burung walet dan 10 sarangnya. Dinding gua ditutupi lumut yang berwarna
kuning, lantainya berwarna perak, permukaanya rata. Di dalam gua juga
terdapat empat bongkahan batu besar. Di depan gua ini terdapat laut yang
jernih berwarna biru.
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
54
2.1.6 Benteng Rambi Randa
Gambar 2. 37
Benteng Rambi Randa itu, nama aslinya adalah Benteng La Gole.
Jaraknya 4 Kilometer dari Desa Wawotimu Kecamatan Tomia Timur. Posisi
benteng berada di titik 05° 45.641’ LS dan 123°57. 805’ BT. Tinggi
dindingnya 214 cm. Di sini juga terdapat 5 Lawa atau pintu masuk yaitu
Lawa Kampo Bua, Lawa Tano, Lawa Rambi Randa, Lawa Tiroau, Lawa Dopi.
Lawa Kampo Bua, tingginya 192 cm, tebal 70 cm, lebar 90 cm. Posisinya
ada 05° 45.641’ LS dan 123°57. 805’ BT.
2.1.7 Makam Ince Sulaiman
Gambar 2. 38
Makam Ince Sulaiman ini bagi masyarakat Tomia menyebutnya Moori.
Makam ini terdapat di Desa Kahianga Kecamatan Tomia Timur. Jarak dari
desa kurang lebih 30 meter. Makam ini berada di dalam Hutan Adat Desa
Kahianga. Tepatnya berada pada titik 05° 45.240’ LS dan 123°56. 943’ BT.
Memiliki ukuran yakni panjang 440 cm, lebar 270 cm, tinggi 110 cm, dan
tebal 100 cm. Makam ini disemen pada tahun 1965. Selanjutnya di tehel
pada tahun 2001. Di belakang kuburan ada dinding benteng Suo-Suo. Di
samping itu juga banyak pohon besar yang hidup disekitar makam mulai
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
55
dari beringin, kapuk, rita, jati, nipah dan ketapang dan pohon besar
lainnya. Sehingga suasana di makam ini terasa sejuk karena ditutupi oleh
pohon besar.
2.1.7 Benteng Sou-Suo
Gambar 2.39
Benteng Suo-Suo berada dibelakang Moori tepatnya di 05° 45.290’ LS
dan 123°56. 928’ BT. Di sini terdapat pintu masuk yang disebut Lawa 1
berukuran panjang 400 cm, tinggi 240 cm,tebal 700 cm dan lebar 200 cm.
Kemudian Lawa 2 di 05° 45.295’ LS dan 123°56. 908’ BT. Lawa ini
berukuran panjang 400 cm, tinggi 240 cm, tebal 700 cm, lebar 200 cm.
Lalu Lawa 3 di 05° 45.254’ LS dan 123°56. 897’ BT. 10 meter dari lawa ini
ada bekas mesjid yang masih ada batu fondasinya tepatnya di 05° 45.256’
LS dan 123°56. 883’ BT yang panjangnya 1000 cm, lebar 1000 cm.
2.1.9 Benteng Patua
Gambar 2. 40
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
56
Benteng Patua berada di Desa Patua II Kecamatan Tomia. Jaraknya
dari Desa Patua II 100 meter. Lokasinya berada diperbukitan. Jalan
masuknya berukuran 9000 cm, lalu belok dan jalanan rata yang berukuran
3500 cm. Kemudian menaiki tangga pendakian 3000 cm. Sesampai di atas
ada Lawa Liku Mbua di 05° 43.830’ LS dan 123°55. 679’ BT, lebarnya 220
cm, tebal 330 cm, dan tinggi 270 cm. 10 meter dari Lawa Liku Mbua
menuju sebelah utara terdapat Lawa Ngkiao di 05° 45.727’ LS dan 123°40.
821’ BT dengan tinggi 200 cm, lebar 106 cm, dan tebal 110 cm. Di sini ada
juga lobang pengintaian.
Selanjutnya menuju ke bagian tengah akan menemukan jalanan rata
3500 cm, lalu pendakian 1500 cm. Di atas pendakian ada Kuburan Tua di
05° 43.809’ LS dan 123°55. 639’ BT dengan panjang 340 cm, lebar 250
cm, tinggi 170 cm berbahan batu kapur. Selanjutnya ada bekas mesjid di
05° 43.811’ LS dan 123°55. 649’BT, lebarnya 830 cm, tinggi 260 cm,
panjang 1430 cm, terbuat dari batu gunung dan batu kapur.
Di samping mesjid ada kuburan tua di 05° 43.820’ LS dan 123°55.
643’ dengan panjang 125 cm, lebar 157 cm, tinggi 49 cm. Di belakang
mesjid ada jamban batu, yang disebut Jamba Katepi, lalu ada Lelea (Jalan
seperti terowongan).
3. Potensi Alam Bawah Laut, Pesisir dan Daratan Pulau Kaledupa
3.1 Potensi Alam Bawah Laut
Di Pulau Kaledupa terdapat 20 titik penyelaman yang telah diidentifikasi
dan digunakan dengan konsentrasi utama di bagian barat Pulau Hoga. Pulau
Hoga juga merupakan tempat yang banyak dikunjungi wisatawan untuk
melakukan kegiatan snorkelling, walaupun karang yang masih cukup bagus
hanya tersisa di batas ‘drop off’. Buku wisata Lone Traveler’s Guide to the
Island of Wakatobi, menyebutkan terumbu karang di Kaledupa dan
sekitarnya telah mengalami degradasi kecuali di beberapa tempat tertentu.
Degradasi ini terjadi akibat aktifitas manusia di masa lalu yaitu cara mencari
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
57
ikan dengan pengeboman dan penggunaan sianida, serta pengambilan
karang dan pasir untuk material bangunan.
Gambar 2.41 Peta Daya Tarik Wisata Bawah Laut di Pulau Kaledupa
Selain memiliki titik-titik untuk penyelaman dan snorkeling, Pulau Hoga
mempunyai pantai berpasir putih dengan pemandangan indah. Pulau Hoga
sendiri telah dikenal oleh kalangan wisatawan terutama para peneliti,
mahasiswa dan pelajar dari Inggris karena sejak tahun 1995 hingga kini,
suatu lembaga bernama Operation Wallacea mengorganisir kedatangan para
pengunjung dari Inggris ke tempat ini. Tidak mengherankan di tempat ini
telah tersedia beberapa fasilitas penunjang seperti operator selam, serta
pondok-pondok penginapan milik masyarakat.
Atol kaledupa merupakan atol dengan gugusan terumbu karang paling
panjang dan luas di wakatobi. Kompleks atol Kaledupa mempunyai lebar
terumbu 4,5 km sampai 14,6 km. Panjang atol Kaledupa ± 48 km. Karang
Kaledupa merupakan atol memanjang ke Tenggara dan Barat Laut 49,26 km
dan lebar 9,75 km (atol tunggal terpanjang di Asia Pasifik). Pada saat
tertentu terutama musim laut tenang, para nelayan pencari ikan dan biota
laut lainnya biasa berkumpul dilokasi ini.Berdasarkan informasi dari para
nelayan Bajo Kaledupa yang biasa mencari teripang di malam hari dengan
menggunakan lampu petromak, , aktifitas nelayan sangat ramai sehingga
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
58
cahaya lampu nelayan terlihat dari kejauhan seperti sebuah kota di tengah
lautan
3. 2 Potensi Wilayah Pesisir dan Daratan Pulau Kaledupa
3.2.1 GOA ALAM “SANGKA’A NUKIYE”
Gambar 2.42
Pada zaman dahulu gua ini digunakan sebagai tempat berlindung /
persembunyian dari gerombolan pengacau. Setelah tidak digunakan
sebagai tempat persembunyian, gua ini digunakan oleh masyarakat sebagai
tempat untuk menganyam tikar (sanka’a nukiye). Hawa sejuk langsung
terasa saat kita sampai di gua ini. Kini gua yang dikenal juga dengan
sebutan gua lembah sejuk ini menjadi tempat wisata. Letaknya di dusun
Palea Desa Pajam. Dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua sekitar 9
km dari Ambeua. Bentuk gua ini adalah ruang lapang yang berdiameter 8
meter. Kondisinya sangat terawat.
3.2.2 Benteng Tobelo
Gambar 2.43
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
59
Benteng ini didirikan pada masa kerajaan Tobelo di Maluku masih
berkuasa. Dahulu benteng ini berfungsi untuk menutupi jalan masuk ke
benteng utama (Benteng Kamali) dari pandangan para pendatang (orang
Tobelo yang beragama Nasrani) sekaligus sebagai tempat pengintaian.
Benteng ini terletak di dusun Palea, Desa Pajam. Dapat ditempuh dengan
kendaraan roda dua sekitar 9 km dari Ambeua. Bentuknya memanjang
dengan ukuran 20 x 50 meter. Sampai sekarang kondisi benteng cukup
bagus. Hal yang unik dan menarik dari benteng ini adalah bentuknya yang
berbeda dengan benteng lain pada umumnya (pintu masuk berbeda dengan
benteng - benteng lainnya). Benteng Tobelo ini juga memiliki sebuah
lubang yang dahulu dipakai oleh prajurit untuk mengintai kapal – kapal
yang datang.
3.2.3 Benteng Kamali
Gambar 2.44
Merupakan sebuah benteng tua yang didirikan pada masa Kerajaan
Tobelo di Maluku masih berkuasa. Dahulu benteng ini dijadikan sebagai
pusat pertahanan dari serangan orang – orang Tobelo yang masih Nasrani.
Benteng ini terdapat di dusun Palea Desa Pajam dan kondisinya masih
bagus. Dapat di tempuh dengan kendaraan roda dua sekitar 9 km dari
Ambeua. Benteng ini berbentuk luasan persegi dengan ukuran luas 20 x 50
meter. Hal – hal yang unik dan menarik dari benteng ini adalah disusun
dari batu – batu alam tanpa perekat, Lawa (pintu masuk) yang belum
mengalami perubahan sejak pertama kali dibangun, di dalam benteng
terdapat kuburan tua serta lubang kecil tempat memasukkan uang bagi
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
60
setiap pengunjung serta adab melewati kawasan benteng dimana setiap
orang tidak diperkenankan memakai payung.
3.2.4 Pantai Sombano
Gambar 2.45
Terletak di Desa Sombano, sekitar 9 km dari Ambeua. Dapat ditempuh
dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Kawasan ini berstatus
milik masyarakat. Kualitas pasir dan air laut pantai ini sangat bagus. Pada
musim-musim tertentu, gelombang dan arus laut sangat kuat. Kawasan ini
memilki tingkat abrasi yang rendah. Kawasan ini belum memilki badan
penyelamat pantai. Kita dapat menikmati pemandangan sunset dari pantai
ini. Jenis-jenis biota laut yang terdapat di kawasan ini adalah mata tujuh,
kima, ikan, bintang laut dan bulu babi.
3.2.5 Pantai Langgira
Gambar 2.46
Terletak di Desa Sombano. Dapat ditempuh dengan kendaraan roda
dua, roda empat dan perahu bermotor. Terletak sekitar 9 km dari Ambeua.
Status kawasan ini milik masyarakat. Kualitas pasir dan air lautnya sangat
bagus. Pada musim-musim tertentu, gelombang dan arus laut sangat kuat.
Memiliki tingkat abrasi yang sangat rendah. Pantai ini belum memiliki
badan penyelamat pantai. Keindahan sunrise dan sunset bisa dinikmati di
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
61
pantai ini. Jenis –jenis biota laut yang terdapat di kawasan ini adalah bulu
babi, kima, bintang laut, ikan, mata tujuh dll.
3.2.6 Talaga Sombano
Gambar 2.47
Danau Sombano terletak di Desa Sombano sekitar 10 km dari
Ambeua. Dapat di akses dengan menggunakan kendaraan roda dua dan
dilanjutkan dengan berjalan kaki sekitar 2 km. Juga dapat di tempuh
dengan menggunakan perahu bermotor. Kualitas air telaga ini bagus.
Rasanya asin seperti air laut. Mempunyai kedalaman yang sedang dengan
karakter arus yang tenang. Keindahan sunrise dan sunset dapat dinikmati
dari telaga ini. Biota laut yang ada dan menjadi daya tarik tempat ini
adalah udang merah serta terumbu yang indah.
3.2.7 Goa Alam Darawa
Gambar 2. 48
Goa ini terletak di Desa Darawa. Memiliki bentuk yang masih alami
dengan ukuran diameter 5 meter . Lokasi ini dapat ditempuh dengan
menggunakan speedboat sekitar 45 menit dari Ambeua. Dahulu gua alam
ini digunakan sebagai tempat persembunyian pada zaman Bonto Kaledupa
masih berkuasa. Hal-hal unik yang dapat kita temui di gua ini adalah
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
62
memiliki stalaktit, sarang kelelawar, sarang burung walet, kulit kima
raksasa, ada bekas aliran sungai serta pohon beringin di dekat mulut gua.
Kondisi goa alam ini sangat baik.
3.2.8 Pantai Hoga
Gambar 2. 49
Pantai Hoga merupakan sebuah pantai yang sangat indah. Terdapat di
sebelah Utara Pulau Kaledupa. Pantai ini statusnya milik pemerintah. Dapat
di akses dengan menggunakan perahu bermotor sekitar 15 menit dari
Dermaga Ambeua. Pantai ini memiliki kualitas pasir dan air laut yang
sangat bagus dengan tingkat abrasi yang sedang. Memiliki karakter
gelombang yang agak keras. Kawasan ini sudah memiliki badan
penyelamat pantai. Di Pantai Hoga ini kita dapat menikmati indahnya
sunrise dan sunset. Jenis-jenis kegiatan wisata di pantai itu adalah Diving,
snorkling, scuba diving dan lain sebagainya. Di pantai itu kita bisa
menemukan rumah adat yang sekarang dijadikan sebagai restoran.
Fasilitas yang ada di pantai Hoga dintaranya restoran, homestay, diving
resort, meeting room dan lain sebagainya. Jumlah wisatawan yang
berkunjung ke pantai itu lebih dari 2000 orang/tahun. Masyarakat
memanfaatkan pantai itu sebagai tempat wisata. Pemerintah daerah
memberlakukan kebijakan pada pengelolaan pantai itu seperti melakukan
penarikan pajak/retribusi penghasilan bagi pengelola.
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
63
4. Potensi Alam Wilayah Bawah Laut, Pesisir dan Daratan Pulau
Wangi-Wangi
4.1 Potensi Bawah Laut Pulau Wangi-Wangi
Menurut informasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Wakatobi,
di sekitar Wangi Wangi dan Karang Kapota tercatat 20 titik penyelaman yang
sudah ditemukan. Titik selam tersebut sebagian besar tersebar di bagian
utara dan barat perairan pulau Wangi Wangi yang mempunyai tipe rataan
terumbu karang ‘reef plate” dan ‘drop off’. Sementara untuk kegiatan
snorkeling dapat dilakukan di tepian ‘drop off’ seperti di Waha yang memiliki
keanekaragaman ikan cukup tinggi. Berdasarkan wawancara dengan
pengelola Waha Tourism Center (WTC) dan pemandu selam, secara
geografis dan kondisi perairan di lokasi tersebut cocok sebagai lokasi tempat
memijah untuk jenis ikan karang tertentu seperti kerapu; walaupun kawasan
bukan merupakan fish spawning aggregation site dari identifikasi taman
nasional.
Gambar 2.50 Peta Daya Tarik Wisata Bawah Laut di Pulau Wangi Wangi
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
64
Berdasarkan penelitian mandiri 4 yang diadakan pada bulan oktober
2011 ditemukan bahwa presentase tutupan terumbu karang hidup di
beberapa titik penyelaman di Wangi-Wangi dan Kapota rata-rata lebih dari
50%, atau dapat dikategorikan sebagai kondisi baik.Pengambilan data
terumbu karang dilakukan dengan metode Line Intercept Transect (LIT) di
enam titik penyelaman yang berada di sekitar Pulau Wangi-Wangi dan
Kapota. Pada setiap titik dilakukan dua kali transek, yakni pada kedalaman
lima meter dan lima belas meter.
Tabel 32. Kriteria presentase tutupan terumbu karang hidup, berdasarkan standar yang digunakan
Dari hasil pengambilan data terumbu karang, diketahui bahwa
persentase tutupan terumbu karang terbesar berada pada stasiun Kapota
Ujung di kedalaman lima meter, dengan total persen tutupan 86%.
Sementara itu lokasi dengan persentase tutupan karang lunak terbesar
berada di Waha, yakni sebanyak 38%.
Gambar Keindahan Bawah Laut Karang Wangi-Wangi
Gambar 2. 51
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
65
Tabel 33. Persentase Tutupan Terumbu Karang di Lokasi Penyelaman
Sumber: Indecon
Dari hasil pengambilan data terumbu karang, diketahui bahwa
persentase tutupan terumbu karang terbesar berada pada stasiun Kapota
Ujung di kedalaman lima meter, dengan total persen tutupan 86%.
Sementara itu lokasi dengan persentase tutupan karang lunak terbesar
berada di Waha, yakni sebanyak 38%.
4.2 Potensi Wilayah Pesisir dan Daratan Pulau Wangi-Wangi
Wangi-wangi merupakan pintu masuk utama untuk melakukan
perjalanan wisata di Wakatobi. Hal ini dikarenakan ketersediaan transportasi
udara yang menghubungkan Wakatobi dengan daerah lain terdapat di pulau
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
66
Wangi-wangi. Selain ketersedian bandara sebagai tempat transportasi
dipulau ini juga mempunyai fasilitas serta infrastruktur yang memadai dan
lebih berkembang dari pulau yang lain, dikarenakan Wangi-wangi
merupakan ibu kota Kabupaten Wakatobi. Pulau Wangi-wangi memiliki
potensi daya tarik wisata baik pantai, danau, gua maupun puncak (dataran
tinggi).Pantai di pesisir pulau Wangi-wangi memiliki pasir yang berwarna
putih dan halus, selain itu dari beberapa pantai yang terdapat di Wangi-
wangi juga bisa menikmati sensasi matahari terbit dan terbenam yang
indah. Pantai yang umum dikunjungi oleh wisatawan di pulau Wangi-wangi
antara lain adalah pantai Cemara/ Oa Yi Ogu, pantai Matahora, pantai
Tompu One Patuno, Pantai Sousu. Selain pantai ini terdapat beberapa pantai
yang memiliki hamparan pasir putih antara lain Pantai Molii Sahatu, Kaluku
Kapala/Hugua, Oa Warinsi, Dongkala, Roda/Sahara, Topakula/Bayangkara,
Onelonge, Topanuanda, Butu, One Satanda, Oa Mélanga, Kolo, Watu
Posunsu, Bontu, Melai One, Ponta, Oa Yi Ogu/Cemara, Wambulinga, Yija La
Iyai, One Satanda Waha, Tengko dan Onowa.
Selain pantai yang memanjang dan berpasir putih, pulau Wangi-wangi
juga memiliki gua serta sumber mata air atau masyarakat menyebutnya
Topa (sumber mata air gua).Sumber mata air ini sering dimanfaatkan oleh
penduduk sekitar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti untuk
mandi dan mencuci. Jika dilihat dari ketinggian, pulau wangi-wangi memiliki
dataran tinggi atau puncak. Berikut adalah beberapa potensu wisata pesisir
dan daratan yang ada di pulau wangi-wangi :
4.2.1 Pantai Moli’i Sahatu
Gambar 2.52
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
67
Pantai Moli’i Sahatu merupakan salah satu pantai yang indah di
Kabupaten Wakatobi. Disebut Molii Sahatu, berasal dari kata Molii dalam
bahasa daerah setempat berarti mata air, sedang Sahatu berarti seratus.
Pantai ini mempunyai keunikan, yakni terdapat ± seratus mata air yang
muncul dari dasar laut, meskipun keluar dari dasar laut, namun airnya, tetap
terasa tawar.
Pantai ini juga memiliki hamparan pasir putih, yang bersih. Selain itu,
terdapat beberapa tumbuhan seperti tanaman kelapa (Scaevola.sp).
Pantai Moli’i Sahatu terletak di Desa Patuno Kecamatan Wangi-Wangi,
dengan jarak tempuh ± 10 Km dari pusat kota. Untuk menuju ke Pantai ini
dapat menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat.
4.2.2 Pantai Sousu
Gambar 2.52
Pantai Sousu merupakan salah satu pantai yang indah di Kabupaten
Wakatobi. Pantai ini memiliki hamparan pasir putih yang bersih. Dari Pantai
ini dapat menyaksikan pemandangan Pulau Matahora. Selain itu juga
wisatawan dapat melakukan aktivitas snorkeling dan diving, berenang, untuk
menikmati panorama bawah laut yang indah. Pantai ini terletak di Desa
Matahora Kecamatan Wangi-Wangi Selatan, berjarak ± 15 Km dari Pusat Ibu
Kota. Untuk menuju ke Pantai ini dapat menggunakan kenderaan roda dua
maupun roda empat.
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
68
4.2.3 Pantai Waha
Gambar 2.53
Pantai Waha memiliki pesona yang menarik, karena terbentang luas
hamparan pasir putih, airnya jernih dan bersih. Seperti kebanyakan pantai
lainnya, di pantai ini juga tumbuh pepohonan pantai seperti Cemara, Kelapa
dan tumbuhan pantai lainnya, yang makin menambah keindahan dan
kesejukannya, pantai ini oleh masyarakat Wakatobi lebih dikenal dengan
sebutan “Pantai Cemara”
Pantai Waha memiliki pemandangan bawah laut yang menarik,
sehingga wisatawan dapat melakukan aktivitas snorkling dan diving. Para
wisatawan juga dapat menikamti sunset di Pantai ini.
Pantai ini terletak di Desa Waha, Kecamatan Wangi-Wangi, berjarak ±
7Km dari Pusat Ibu Kota. Untuk menuju ke Pantai ini dapat menggunakan
kenderaan roda dua maupun roda empat.
4.2.4 Panorama Puncak Waginopo
Gambar 2.54
Puncak Waginopo merupakan salah satu objek wisata dataran tinggi.
Dari atas puncak ini para wisatawan dapat menikmati pemandangan alam,
dan areal perkebunan penduduk yang ditanami beberapa tanaman seperti
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
69
mete, singkong, kacang. Di samping itu juga wisatawan dapat menikmati
panoram laut dan matahari terbenam (Sunset).
Puncak Waginopo terletak di Desa Waginopo Kecamatan Wangi-Wangi.
Jarak ± 1,5 Km dari pusat kota, dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua
dan roda empat.
4.2.5 Gua Alam Bhewata di Kapota
Gambar 2.55
Gua Alam Bhewata di Pulau Kapota. Untuk sampai ke Gua ini,
wisatawan dapat menggunakan perahu tradisional sekitar ± 20 menit dari
Pulau Wangi-Wangi, kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki ± 20 menit
ataupun dengan menaiki kendaraan roda dua ± 5 menit dari pemukiman
penduduk.
Kondisi Gua ini cukup besar dan menarik, dimana terdapat stalagmit
dan stalaktik yang beragam. Tidak jauh dari gua ini terdapat Pohon Kelapa
Bercabang dan beberapa hutan bambu yang rindang. Sehingga sangat
menarik untuk berkunjung kesana, dan merupakan salah satu objek wisata
bagi pecinta hiking.
DATA POTENSI DAN DATA DAYA DUKUNG KAWASAN EKOSISTEM Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Administrasi Ekonomi dan SDA
69
PENUTUP
uku Data Potensi dan Data Daya Dukung Kawasan Ekosistem yang diterbitkan oleh Pemerintah Kabupaten Wakatobi ini memegang peranan penting dalam penyebaran data dan informasi kepada masyarakat, investor dan pemerintah daerah, bahkan
memberikan sumbangan yang besar dalam menentukan arah kebijakan pembangunan di sektor sumber daya alam. Untuk itu, Buku Data Potensi dan Data Daya Dukung Kawasan Ekosistem memberikan andil dalam pembangunan daerah khususnya pengelolaan sektor sumber daya alam yang dimiliki untuk dapat dijadikan potensi unggulan daerah dan dalam rangka pengembangan potensi sumber daya alam untuk dipromosikan kepada masyarakat, swasta yang berkeinginan berinvestasi, mengembangkan potensi daerah dengan mempertimbangkan potensi lestari sumber daya alam yang ada.
Pengembangan sektor sumber daya alam daerah harus seiring dengan penyediaan data dan informasi sumber daya alam yang dimiliki sehingga data dan informasi tersebut menjadi destinasi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki dan dalam rangka mendukung pencapaian visi misi dan arah kebijakan Pemerintah Kabupaten Wakatobi Tahun 2012-2016. Dengan terbitnya Buku Data Potensi dan Data Daya Dukung Kawasan Ekosistem ini menjadi jawaban terhadap perlunya ketersediaan data dan informasi sumber daya alam yang valid dalam rangka mengembangkan dan menguatkan ekonomi kerakyatan berbasis potensi lokal dan kelestarian lingkungan sesuai visi misi dan arah kebijakan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Wakatobi.
B