Upload
lytram
View
223
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah dan rahmat-Nya
sehingga pelaksanaan Penelitian Pengembangan Komoditi/Produk/Jasa/Usaha (KPJU)
Unggulan Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (UMKM) di Provinsi Sumatera Barat dapat
diselesaikan dengan baik.
Penelitian ini merupakan kerjasama Kantor Bank Indonesia dengan Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Padang (FE UNP). Penelitian yang dilaksanakan selama 6 (enam)
bulan, mulai Juli 2011 sampai dengan Desember 2011. Penelitian ini diarahkan untuk mem-
berikan informasi terhadap Komoditi/Produk/Jenis Usaha Unggulan yang perlu mendapat
prioritas untuk dikembangkan di Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi Sumatera Barat.
Penentuan KPJU Unggulan setiap daerah di Sumatera Barat dilakukan dengan
menggunakan analisis Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) dan Analytic Hierarchy
Process (AHP). Metode ini menggunakan pendekatan bottom-up yang diungkapkan dengan
prinsip “dari, oleh dan untuk daerah”. Setiap pemangku kepentingan dalam pengembangan
UMKM dilibatkan sebagai narasumber.
Penelitian ini memuat pula secara singkat profil daerah, profil UMKM beserta faktor
pendorong dan penghambat serta kebijakan pemerintah daerah dan perbankan. Karena itu,
penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan guna mendukung perekonomian
daerah sesuai dengan ketersediaan sumberdaya dan kapasitas kelembagaan setiap daerah.
Penelitian ini menghasilkan identifikasi KPJU Unggulan, pemetaan, prospek dan daya
saingnya pada setiap daerah maupun bagi Propinsi Sumatera Barat. Sehinngga hasil
penelitian ini diharapkan menjadi basis kebijakan dalam pengembangan UMKM.
Pengembangan UMKM yang berkontribusi bagi pertumbuhan ekonomi daerah, penyerapan
tenaga kerja dan peningkatan daya saing daerah. tenaga kerja berdasarkan kondisi saat ini.
Tim Peneliti menyadari bahwa penelitian ini tidak akan terlaksana dengan baik tanpa
bantuan dan kerjasama dari semua pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini Tim Peneliti
FEUNP dan Kantor Bank Indonesia Cabang Padang menyampaikan terima kasih kepada :
1. Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dan Pemerintah Kota/Kabupaten se Provinsi
Sumatera Barat yang telah memberikan berpartisipasi sebagai narasumber atas
masukan, data, fakta dan informasinya yang sangat berguna.
2. Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian
dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata,
Badan Pusat Statistik dan instansi pemerintah terkait lainnya, serta Pihak Perbankan
dan dunia usaha yang banyak memberikan informasi serta data yang diperlukan.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
3. Para narasumber yang terdiri dari para Pejabat Kecamatan, Mantri Tani dan Mantri
Statistik/Koordinator Statistik Kecamatan di tingkat kecamatan yang ada di wilayah
Provinsi Sumatera Barat.
4. Anggota Tim Peneliti Lapangan yang telah memberikan waktu serta tenaga dalam
pengumpulan data primer dan sekunder. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa
membimbing dan memberkahi kita sekalian dalam melaksanakan tugas.
Akhirnya kami berharap, semoga hasil penelitian menjadi bagian dari kontribusi
perguruan tinggi, khususnya FE UNP, bagi pengembangan UMKM dan pembangunan
ekonomi di Provinsi Sumatera Barat.
Padang, Desember 2011
Penanggung Jawab Penelitian
Dekan Fakultas Ekonomi UNP Ketua Tim Peneliti
Prof. Dr. Yunia Wardi, Drs, M.Si Prof. Dr. Yasri, MS
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ......................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... xxx
BAB I : PENDAHULUAN .................................................................................. I - 1
1.1. Latar Belakang Penelitian..................................................... I - 1
1.2. Tujuan Penelitian ............................................................. I - 3
1.3. Ruang Lingkup Penelitian .................................................. I - 4
1.4. Metoda Penelitian ............................................................. I - 5
1.4.1. Daerah Penelitian..................................................... I - 5
1.4.2. Jenis dan Sumber Data ......................................... I - 6
1.4.3. Analisis Data ........................................................ I - 6
BAB II : PROFIL DAERAH ................................................................................ II - 1
2.1. Provinsi Sumatera Barat .................................................... II - 1
2.1.1. Kondisi Geografis dan Demografis .......................... II - 2
2.1.2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia ........ II - 5
2.1.3. Infrastruktur ........................................................ II - 7
2.2. Kota Bukittinggi ................................................................ II - 11
2.2.1. Kondisi Geografis dan Demografis .......................... II - 11
2.2.2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia ........ II - 15
2.2.3. Infrastruktur ........................................................ II - 17
2.3. Kabupaten Pasaman.......................................................... II - 24
2.3.1. Kondisi Geografis dan Demografis .......................... II - 24
2.3.2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia ........ II - 28
2.3.3. Infrastruktur ........................................................ II - 29
2.4. Kota Solok........................................................................ II - 32
2.4.1. Kondisi Geografis dan Demografis .......................... II - 32
2.4.2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia ........ II - 35
2.4.3. Infrastruktur ........................................................ II - 36
2.5. Kota Pariaman .................................................................. II - 40
2.5.1. Kondisi Geografis dan Demografis .......................... II - 40
2.5.2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia ........ II - 42
2.5.3. Infrastruktur ........................................................ II - 43
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
2.6. Kota Padang Panjang ........................................................ II - 46
2.6.1. Kondisi Geografis dan Demografis .......................... II - 46
2.6.2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia ........ II - 50
2.6.3. Infrastruktur ........................................................ II - 51
2.7. Kota Sawahlunto ............................................................... II - 53
2.7.1. Kondisi Geografis dan Demografis .......................... II - 53
2.7.2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia ........ II - 56
2.7.3. Infrastruktur ........................................................ II - 58
2.8. Kabupaten Pesisir Selatan.................................................. II - 60
2.8.1. Kondisi Geografis dan Demografis .......................... II - 60
2.8.2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia......... II - 65
2.8.3. Infrastruktur ........................................................ II - 69
2.9. Kabupaten Pasaman Barat ................................................. II - 72
2.9.1. Kondisi Geografis dan Demografis .......................... II - 72
2.9.2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia ........ II - 76
2.9.3. Infrastruktur ........................................................ II - 78
2.10. Kabupaten Tanah Datar..................................................... II - 80
2.10.1. Kondisi Geografis dan Demografis .......................... II - 80
2.10.2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia ........ II - 90
2.10.3. Infrastruktur ........................................................ II - 91
2.11. Kota Payakumbuh ............................................................ II - 94
2.11.1. Kondisi Geografis dan Demografis .......................... II - 94
2.11.2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia ........ II - 97
2.11.3. Infrastruktur ........................................................ II - 98
2.12. Kabupaten Solok Selatan ................................................... II - 98
2.12.1. Kondisi Geografis dan Demografis .......................... II - 98
2.12.2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia ........ II - 102
2.12.3. Infrastruktur ........................................................ II - 104
2.13. Kabupaten Solok ............................................................... II - 108
2.13.1. Kondisi Geografis dan Demografis .......................... II - 108
2.13.2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia ........ II - 113
2.13.3. Infrastruktur ........................................................ II - 114
2.14. Kabupaten Agam............................................................... II - 119
2.14.1. Kondisi Geografis dan Demografis .......................... II - 119
2.14.2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia ........ II - 123
2.14.3. Infrastruktur ........................................................ II - 125
2.15. Kabupaten Sijunjung ......................................................... II - 116
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
2.15.1. Kondisi Geografis dan Demografis .......................... II - 126
2.15.2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia ........ II - 129
2.15.3. Infrastruktur ........................................................ II - 131
2.16. Kabupaten Mentawai ......................................................... II - 134
2.16.1. Kondisi Geografis dan Demografis .......................... II - 134
2.16.2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia ........ II - 140
2.16.3. Infrastruktur ........................................................ II - 141
2.17. Kabupaten Padang Pariaman.............................................. II - 143
2.17.1. Kondisi Geografis dan Demografis .......................... II - 143
2.17.2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia ........ II - 146
2.17.3. Infrastruktur ........................................................ II - 147
2.18. Kabupaten Limapuluh Kota ................................................ II - 151
2.18.1. Kondisi Geografis dan Demografis .......................... II - 151
2.18.2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia ........ II - 160
2.18.3. Infrastruktur ........................................................ II - 163
2.19. Kabupaten Dharmasraya.................................................... II - 170
2.19.1. Kondisi Geografis dan Demografis .......................... II - 170
2.19.2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia ........ II - 173
2.19.3. Infrastruktur ........................................................ II – 175
2.20. Kota Padang ..................................................................... II - 178
2.20.1. Kondisi Geografis dan Demografis .......................... II - 178
2.20.2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia ........ II - 181
2.20.3. Infrastruktur ........................................................ II – 182
BAB III : KONDISI PEREKONOMIAN WILAYAH ............................................ III - 1
3.1. Provinsi Sumatera Barat .................................................... III - 1
3.1.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ................. III - 1
3.1.2. Kondisi Produksi ................................................... III - 4
3.2. Kota Bukittinggi ................................................................ III - 15
3.2.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ................. III - 15
3.2.2. Kondisi Produksi ................................................... III - 18
3.3. Kabupaten Pasaman.......................................................... III - 26
3.3.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).................. III - 26
3.3.2. Kondisi Produksi .................................................... III - 28
3.4. Kota Solok........................................................................ III - 33
3.4.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).................. III - 33
3.4.2. Kondisi Produksi .................................................... III - 34
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
3.5. Kota Pariaman .................................................................. III - 44
3.5.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).................. III - 44
3.5.2. Kondisi Produksi .................................................... III - 45
3.6. Kota Padang Panjang ........................................................ III - 51
3.6.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).................. III - 51
3.6.2. Kondisi Produksi .................................................... III - 53
3.7. Kota Sawahlunto ............................................................... III - 60
3.7.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).................. III - 60
3.7.2. Kondisi Produksi .................................................... III - 61
3.8. Kabupaten Pesisir Selatan.................................................. III - 71
3.8.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).................. III - 71
3.8.2. Kondisi Produksi .................................................... III - 72
3.9. Kabupaten Pasaman Barat ................................................. III - 80
3.9.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).................. III - 80
3.9.2. Kondisi Produksi .................................................... III - 82
3.10. Kabupaten Tanah Datar..................................................... III - 84
3.10.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).................. III - 84
3.10.2. Kondisi Produksi .................................................... III - 90
3.11. Kota Payakumbuh ............................................................ III - 97
3.11.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).................. III - 97
3.11.2. Kondisi Produksi .................................................... III - 100
3.12. Kabupaten Solok Selatan ................................................... III - 104
3.12.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).................. III - 104
3.12.2. Kondisi Produksi .................................................... III - 107
3.13. Kabupaten Solok ............................................................... III - 116
3.13.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).................. III - 116
3.13.2. Kondisi Produksi .................................................... III - 119
3.14. Kabupaten Agam............................................................... III - 129
3.14.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).................. III - 129
3.14.2. Kondisi Produksi .................................................... III - 132
3.15. Kabupaten Sijunjung ......................................................... III - 146
3.15.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).................. III - 146
3.15.2. Kondisi Produksi .................................................... III - 147
3.16. Kabupaten Mentawai ........................................................ III - 155
3.16.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).................. III - 155
3.16.2. Kondisi Produksi .................................................... III - 158
3.17. Kabupaten Padang Pariaman.............................................. III - 168
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
3.17.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).................. III - 168
3.17.2. Kondisi Produksi .................................................... III - 171
3.18. Kabupaten Limapuluh Kota ................................................ III - 180
3.18.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).................. III - 180
3.18.2. Kondisi Produksi .................................................... III - 182
3.19. Kabupaten Dharmasraya.................................................... III - 193
3.19.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).................. III - 193
3.19.2. Kondisi Produksi .................................................... III - 194
3.20. Kota Padang ..................................................................... III - 201
3.20.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).................. III - 201
3.20.2. Kondisi Produksi .................................................... III - 202
BAB IV : PENGEMBANGAN UMKM................................................................... IV - 1
4.1. Kebijakan Pemerintah Pusat .............................................. IV - 1
4.2. Kebijakan Pemerintah Provinsi .......................................... IV - 4
4.3. Kebijakan Pemerintah Daerah ............................................ IV - 8
4.3.1. Kota Bukittinggi ..................................................... IV - 8
4.3.2. Kabupaten Pasaman .............................................. IV - 10
4.3.3. Kota Solok............................................................. IV - 11
4.3.4. Kota Pariaman....................................................... IV - 13
4.3.5. Kota Padang Panjang ............................................. IV - 14
4.3.6. Kabupaten Sawahlunto........................................... IV - 14
4.3.7. Kabupaten Pesisir Selatan....................................... IV - 16
4.3.8. Kabupaten Pasaman Barat...................................... IV - 19
4.3.9. Kabupaten Tanah Datar ......................................... IV - 23
4.3.10. Kabupaten Payakumbuh ........................................ IV - 24
4.3.11. Kabupaten Solok Selatan ........................................ IV - 25
4.3.12. Kabupaten Solok.................................................... IV - 27
4.3.13. Kabupaten Agam ................................................... IV - 29
4.3.14. Kabupaten Sijunjung.............................................. IV - 32
4.3.15. Kabupaten Mentawai.............................................. IV - 32
4.3.16. Kabupaten Padang Pariaman .................................. IV - 34
4.3.17. Kabupaten Limapuluh Kota ..................................... IV - 35
4.3.18. Kabupaten Dharmasraya ........................................ IV - 37
4.3.19. Kota Padang.......................................................... IV - 38
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
BAB V : KOMIDITI PRODUK/JENIS USAHA (KPJU) UNGGULAN .............. V - 1
5.1. Penetapan Bobot Tujuan dan Kriteria.................................. V - 1
5.2. Penetapan Alternatif KPJu Tingkat Kabupaten/Kota.............. V - 2
5.3. Penetapan KPJu Tingkat Kabupaten/Kota ............................ V - 3
5.3.1. Kota Bukittinggi ..................................................... V - 5
5.3.2. Kabupaten Pasaman .............................................. V - 9
5.3.3. Kota Solok............................................................. V - 10
5.3.4. Kota Pariaman....................................................... V - 13
5.3.5. Kota Padang Panjang ............................................. V - 13
5.3.6. Kabupaten Sawahlunto........................................... V - 15
5.3.7. Kabupaten Pesisir Selatan....................................... V - 16
5.3.8. Kabupaten Pasaman Barat...................................... V - 17
5.3.9. Kabupaten Tanah Datar ......................................... V - 19
5.3.10. Kabupaten Payakumbuh ........................................ V - 20
5.3.11. Kabupaten Solok Selatan ........................................ V - 21
5.3.12. Kabupaten Solok.................................................... V - 23
5.3.13. Kabupaten Agam ................................................... V - 25
5.3.14. Kota Sijunjung....................................................... V - 25
5.3.15. Kabupaten Mentawai.............................................. V - 20
5.3.16. Kabupaten Padang Pariaman .................................. V - 21
5.3.17. Kabupaten Limapuluh Kota ..................................... V - 23
5.3.18. Kabupaten Dharmasraya ........................................ V - 25
5.3.19. Kota Padang.......................................................... V - 25
BAB VI : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ................................................. VI - 1
5.1. Kesimpulan....................................................................... VI - 5
5.2. Rekomendasi .................................................................... VI - 4
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.4.1 Kriteria dan Unsur Penilaian Dalam Penentuan KPJu Unggulan.................. I - 11
2.1.1. Wilayah Administratif Provinsi Sumatera Barat 2010 ................................. II - 1
2.1.2 Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumbar tahun 2010....................... II - 3
2.1.3 Jumlah Penduduk Sumatera Barat Per Kabupaten/Kota Tahun 2010 ......... II - 4
2.1.4 Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia di Sumatera Barat Tahun
2005-2009 .............................................................................................. II - 6
2.1.5 Jumlah dan Total Daya PLTMH di Sumatera Barat Tahun 2007 ................. II - 8
2.1.6 Jumlah Sekolah, Murid dan Guru di Sekolah Negeri dan Swasta di Provinsi
Sumatera Barat Tahun 2009.................................................................... II – 9
2.1.7 Jumlah Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Klinik Bersalin Swasta
Tahun 2009 ............................................................................................ II - 10
2.1.8 Jumlah Puskesmas dan Fasilitas Tenaga Medis serta Paramedis Tahun
2009....................................................................................................... II - 10
2.2.1 Pembagian Wilayah Administrasi Kota Bukitinggi ...................................... II - 12
2.2.2 Jumlah Penduduk Kota Bukittinggi Menurut Jenis Kelamin ........................ II - 13
2.2.3 Kepadatan Penduduk Kota Bukittinggi...................................................... II - 13
2.2.4 Penduduk Kota Bukittinggi Menurut Kelompok Umur ................................ II - 14
2.2.5 Tata Guna Lahan di Kota Bukittinggi ........................................................ II - 15
2.2.6. Indek Pembangunan Manusia (IPM) dan Komponen Penyusun IPM Kota
Bukittinggi Tahun 2008 dan 2009 ............................................................ II - 16
2.2.7 Gambaran Umum Jalan Dalam Kota Bukittinggi........................................ II - 17
2.2.8 Panjang Jalan Menurut Kelas Jalan Dalam Kota Bukittinggi ....................... II - 17
2.2.9 Gambaran Umum Jembatan Dalam Kota Bukittinggi ................................. II - 18
2.2.10 Gambaran Umum Trotoar Dalam Kota Bukittinggi .................................... II - 18
2.2.11 Gambaran Umum Irigasi Kota Bukittinggi................................................. II - 20
2.2.12 Perhitungan Tingkat Pelayanan PDAM Kota Bukittinggi ............................. II - 20
2.2.13 Jumlah Sekolah, Rombongan Belajar dan Tenaga Pendidik (Guru) di Kota
Bukittinggi Tahun 2010 ........................................................................... II - 20
2. 2.14 Jumlah Murid / Siswa Pada Sekolah di Kota Bukittinggi Tahun 2010.......... II - 21
2.2.15 Rasio Murid : Sekolah, Murid : Rombongan Belajar dan Murid : Guru Di
Kota Bukittinggi Tahun 2010.................................................................... II - 22
2.2.16 Jumlah Perguruan Tinggi, Mahasiswa, Dosen dan Lulusan di Kota
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
Bukittinggi Tahun 2005 - 2009................................................................. II - 22
2.2.17 Sarana Prasarana dan Tenaga Kesehatan Milik Pemerintah Kota
Bukittinggi .............................................................................................. II - 22
2.2.18 Sarana Prasarana serta Tenaga Kesehatan Milik/ Dikelola Pemerintah
Pusat, Propinsi dan Swasta Di Kota Bukittinggi ......................................... II - 23
2.3.1 Luas Daerah Kecamatan dan Jumlah Nagari di Kabupaten Pasaman
Tahun 2010 ............................................................................................ II - 25
2.3.2 Luas Lahan Menurut Jenis Penggunaannya Tahun 2009 ........................... II - 27
2.3.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Komposisi Usia dan Jenis Kelamin di
Kabupaten Pasaman Tahun 2009............................................................. II - 28
2.3.4 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pasaman dan Peringkat di
Propinsi dan Nasional Tahun 2007-2009 .................................................. II - 29
2.3.5 Jumlah Sekolah, Murid dan Guru di Sekolah Negeri dan Swasta di
Kabupaten Pasaman Tahun 2009............................................................. II - 30
2.3.6 Banyaknya Dokter, Perawat Puskesmas dan Bidan Per Kecamatan di
Kabupaten Pasaman Tahun 2009............................................................. II - 31
2.4.1 Luas Kecamatan dan Jumlah Kelurahan di Kota Solok Tahun 2010............ II - 32
2.4.2 Luas Lahan Dilihat dari Penggunaannya di Kota Solok .............................. II - 33
2.4.3 Jumlah Penduduk dan Kepadatan per Kecamatan Tahun 2010 ................. II - 34
2.4.4 Komposisi Penduduk Kota Solok Periode 2006 – 2010 .............................. II - 34
2.4.5 Kelompok Umur dan Persentase Penduduk di Kota Solok.......................... II - 36
2.4.6 Banyaknya Pelanggan Air Minum PDAM di Kota Solok............................... II - 37
2.4.7 Jumlah Pelanggan yang Dialiri Listrik di Kota Solok Menurut Kecamatan
tahun 2010 ............................................................................................. II - 37
2.4.8 Jumlah Sekolah, Murid dan Guru di Sekolah Negeri dan Swasta di Kota
Solok tahun 2010 .................................................................................... II - 38
2.4.9 Banyak Perguruan Tinggi, Mahasiswa, dan dosen per Kecamatan di Kota
Solok ...................................................................................................... II - 38
2.4.10 Jumlah Tempat Pelayanan Kesehatan Menurut Kecamatan di Kota Solok . II - 39
2.4.11 Jumlah Tenaga Medis dan Para Medis di Kota Solok tahun 2010 ............... II - 39
2.5.1 Luas Wilayah Kota Pariaman Menurut Kecamatan .................................... II - 40
2.5.2 Curah Hujan Serta Temperatur Kota Pariaman ......................................... II - 41
2.5.3 Luas Tanah Kota Pariaman Menurut Penggunaan (ha).............................. II - 41
2.5.4 Jumlah Penduduk Kota Pariaman Menurut Jenis Kelamin, Sex Ratio, dan
Kepadatan penduduk .............................................................................. II - 42
2.5.5 Jumlah Penduduk Kota Pariaman Menurut Kecamatan.............................. II - 42
2.5.6 Jumlah Penduduk Kota Pariaman Berdasarkan Kelompok Umur ................ II - 42
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
2.5.7 Panjang Jalan Negara, Propinsi, dan Kota Berdasarkan Kecamatan ........... II - 43
2.5.8 Pemakaian Air Minum Menurut Jenis Langganan ...................................... II - 44
2.5.9 Jumlah Sekolah, Murid, dan Guru SD di Kota Pariaman............................. II - 44
2.5.10 Jumlah Sekolah, Murid, dan Guru SMP di Kota Pariaman .......................... II - 45
2.5.11 Jumlah Sekolah, Murid, dan Guru SMA di Kota Pariaman .......................... II - 45
2.5.12 Jumlah Puskesmas dan Prasarana Kesehatan di Kota Pariaman ................ II - 45
2.6.1. Luas Kecamatan dan Jumlah Kelurahan di Kota Padang Panjang 2009...... II - 46
2.6.2. Kelompok Umur dan Persentase Penduduk di Kotawaringin Barat Tahun
2006....................................................................................................... II - 51
2.7.1. Luas Kecamatan, Jumlah Kelurahan dan Desa di Kota Sawahlunto 2010 ... II - 54
2.7.2. Kelompok Umur dan Persentase Penduduk di Kota Sawahlunto Tahun
2009....................................................................................................... II - 57
2.7.3 Indek Pembangunan Manusia (IPM) dan Komponen Penyusun IPM Kota
Sawahlunto Tahun 2008 – 2009 .............................................................. II - 57
2.7.4 Jumlah Sekolah, Murid, Guru di Sekolah Negeri dan Swasta Di Kota
Sawahlunto Tahun 2009.......................................................................... II - 59
2.7.5. Jumlah Pelayanan Kesehatan di Kota Sawahlunto Tahun 2009.................. II - 60
2.8.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Pesisir Selatan................ II - 60
2.8.2 Luas dan Persebaran Kelas Lereng Wilayah Kabupaten Pesisir Selatan ...... II - 62
2.8.3 Penyebaran Kelas Topografi Wilayah Kabupaten Pesisir Selatan................ II - 62
2.8.4 Penggunaan Lahan Kabupaten Pesisir Selatan.......................................... II - 64
2.8.5 Jumlah Nagari, Penduduk dan Kepadatan Penduduk Tiap Kecamatan Di
Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2009..................................................... II - 65
2.8.6 Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pesisir Selatan
Dari Tahun 2007 s.d Tahun 2009............................................................. II - 67
2.8.7 Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK)
Kabupaten Pesisir Selatan dari Tahun 2005 – 2009 .................................. II - 68
2.8.8 Data Angkatan Kerja Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2005 – 2009 ......... II - 69
2.9.1 Luas Daerah Kabupaten Pasaman Barat Menurut Kecamatan.................... II - 73
2.9.2 Ketinggian Permukaan Laut, Berdasarkan Kecamatan............................... II - 74
2.9.3 Rata-rata Curah Hujan dan Jumlah Hari Hujan di Tempat-tempat Terpilih
Tahun 2008 ............................................................................................ II - 75
2.9.4 Tabel Persentase Luas Lahan Menurut Jenis Penggunaannya.................... II - 76
2.9.5 Jenis Permukaan Jalan, 2009................................................................... II - 78
2.10.1 Luas Wilayah Administrasi Kecamatan di Kabupaten Tanah Datar ............. II - 81
2.10.2 Topografi dan Kemiringan Lahan di Kabupaten Tanah Datar..................... II - 82
2.10.3 Jumlah Penduduk KabupatenTanah Datar Tahun 2010............................. II - 88
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
2.10.4 Laju Pertumbuhan dan Jumlah Penduduk Tahun 2005 – 2010 .................. II - 89
2.10.2. Indek Pembangunan Manusia (IPM) dan Komponen Penyusun IPM
Kabupaten Tanah Datar – 2010 .............................................................. II - 91
2.11.1 Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan di Kota Payakumbuh Tahun 2009 ..... II - 95
2.11.2. Tata Guna Lahan Wilayah Kota Payakumbuh Tahun 2010 ........................ II - 97
2.12.1 Luas Kecamatan Se-Kabupaten Solok Selatan .......................................... II - 99
2.12.2. Luas Lahan dan Kegunaannya tahun 2009 ............................................... II - 101
2.12.3. Kelompok Umur dan Persentase Penduduk di Kabupaten Solok Selatan
tahun 2009 ............................................................................................. II - 103
2.12.4. Jumlah Sekolah, Kelas, Murid dan Guru SD, SLTP dan SLTA Kabupaten
Solok Selatan tahun 2009........................................................................ II - 104
2.12.5. Jumlah Puskesmas, Pustu dan Posyandu di Solok Selatan tahun 2009....... II - 107
2.12.6. Jumlah Dokter, Perawat dan Tenaga Medis di Kabupaten Solok Selatan
Tahun 2009 ............................................................................................ II - 107
2.13.1 Luas Wilayah di Kabupaten Solok per-Kecamatan..................................... II - 109
2.13.2 Luas Lahan Menurut Jenis Penggunaannya Tahun 2010 ........................... II - 110
2.13.3 Jumlah Penduduk per-Kecamatan Tahun 2010......................................... II - 111
2.13.4 Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Solok Tahun 2000-2010............. II - 112
2.13.5 Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Menurut Kegiatan .................................. II - 112
2.13.3 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Solok dan Peringkat di Propinsi
dan Nasional Tahun 2007-2009 ............................................................... II - 114
2.13.7 Panjang Jalan (Km) Menurut Jenis Permukaannya dan Status
Pemerintahan yang Berwenang Tahun 2010 ............................................ II - 114
2.13.8 Perkembangan Ruas Jalan Menurut Kecamatan Tahun 2010..................... II - 115
2.13.9 Banyaknya Jembatan Pada Jalan Kabupaten Tahun 2010 ......................... II - 115
2.13.10 Banyaknya Satuan Sambungan Telepon di Kabupaten Solok..................... II - 116
2.13.11 Jumlah Sekolah Pada (SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA) Tahun 2010................ II - 116
2.13.12 Jumlah Murid Dan Guru Pada Sekolah (SD, SMP, SMA) Kabupaten Solok
Tahun 2010 ............................................................................................ II - 117
2.13.13 Banyaknya Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Posyandu Menurut
Kecamatan.............................................................................................. II - 118
2.13.14 Jumlah Tenaga Kesehatan di Kabupaten Solok Tahun 2010...................... II - 119
2.14.1. Luas Kabupaten Agam Berdasarkan Wilayah Kecamatan Tahun 2009 ....... II - 120
2.14.2. Topografi Kabupaten Agam 2010............................................................. II - 120
2.14.3 Luas Penggunaan Lahan Menurut Jenisnya .............................................. II - 122
2.14.4 Kepadatan Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Agam ........................ II - 122
2.14.5. Indek Pembangunan Manusia (IPM) dan Komponen Penyusun IPM
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
Kabupaten Agam Tahun 2005 dan 2009 .................................................. II - 125
2.14.6. Jumlah Sekolah, Murid dan Guru di Sekolah Negeri dan Swasta di
Kabupaten Agam Tahun 2009.................................................................. II - 126
2.15.1 Letak Geografis Kecamatan di Kabupaten Sijunjung ................................. II - 127
2.15.2 Banyak Curah Hujan di Kabupaten Sijunjung Menurut Bulan..................... II - 127
2.15.3 Luas Lahan di Kabupaten Sijunjung Menurut Penggunaannya................... II - 128
2.15.4 Jumlah Penduduk Kabupaten Sijunjung Menurut Jenis Kelamin, Sex ratio,
dan Kepadatan penduduk........................................................................ II - 129
2.15.5 Potensi Bahan Galian di Kabupaten Sijunjung Menurut Kecamatan............ II - 129
2.15.6 Jumlah Penduduk Kabupaten Sijunjung Menurut Kecamatan .................... II - 130
2.15.7 Penduduk Kabupaten Sijunjung Menurut Kelompok Umur......................... II - 130
2.15.8 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sijunjung dan Peringkat di
Propinsi dan Nasional Tahun 2007-2009 .................................................. II - 131
2.15.9 Panjang Jalan Negara, Propinsi, dan kota di Kabupaten Sijunjung
Menurut Kecamatan ................................................................................ II - 131
2.15.10 Jumlah Sekolah, Murid, dan Guru SD di Kabupaten Sijunjung ................... II - 133
2.15.11 Jumlah Sekolah, Murid, dan Guru SMP di Kabupaten Sijunjung ................. II - 133
2.15.12 Jumlah Sekolah, Murid, dan Guru SMA di Kabupaten Sijunjung................. II - 133
2.15.13 Jumlah Puskesmas, Puskel, dan Pustu di Kabupaten Sijunjung (Unit) ........ II - 134
2.15.14 Jumlah Tenaga Kesehatan di Kabupaten Sijunjung (orang)....................... II - 134
2.16.1 Luas Wilayah dan Prosentase Masing-masing Kecamatan Di Kabupaten
Kepulauan Mentawai Tahun 2011 ............................................................ II - 136
2.16.2 Luas Penggunaan Lahan Menurut Status Penggunaannya Di Kabupaten
Kepuluan Mentawai ................................................................................. II - 138
2.16.3 Jumlah Dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Kepulauan
Mentawai ................................................................................................ II - 139
2.16.4 Jumlah Penduduk Umur 10 Tahun Keatas Yang Bekerja Menurut Lap.
Usaha Di Kab. Kep. Mentawai Tahun 2007 – 2010.................................... II - 141
2.17.1. Luas Kecamatan dan Jumlah Nagari/Kelurahan di Kabupaten Padang
Pariaman tahun 2009 .............................................................................. II - 144
2.17.2. Luasan Tanah Menurut Penggunaannya di Kabupaten Padang Pariaman
Tahun 2009 ............................................................................................ II - 145
2.17.3 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Padang Pariaman dan
Peringkat di Propinsi dan Nasional Tahun 2007-2009................................ II - 147
2.17.4 Jumlah Sekolah, Murid dan Guru di Sekolah Negeri dan Swasta di
Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2009................................................ II - 149
2.17.5 Jumlah Puskesmas, Puskesmas Keliling, Puskesmas Pembantu dan Balai
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
Pengobatan Swasta di Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2009.............. II - 149
2.17.6. Jumlah Tenaga Medis dan Paramedis di Padang Pariaman Tahun 2009.....
2.18.1 Luas Lahan Per Kecamatan di Kabupaten 50 Kota .................................... II - 151
2.18.2 Klasifikasi Lereng dan Topografi Berdasarkan USDA, UNESCO, LPT, DAN
FAO di Kabupaten Lima Puluh Kota.......................................................... II - 152
2.18.3 Perubahan Luas Penggunaan Lahan Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun
2007 – 2009 ........................................................................................... II - 153
2.18.5 Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan ........................................................ II - 154
2.18.6 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk 2005-2009 ............................... II - 155
2.18.7 Jumlah dan Sebaran Penduduk Menurut Kecamatan dan Nagari 2009....... II - 156
2.18.8 Tingkat Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan dan Rumah Tangga
tahun 2009 ............................................................................................. II - 157
2.18.9 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Tahun 2009 .......................... II - 158
2.18.10 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia Sekolah Tahun 2009......................... II - 159
2.18.11 Luas Lahan Menurut Jenis Penggunaan Kabupaten Lima Puluh Kota
Tahun 2009 ............................................................................................ II - 160
2.18.12 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun
2005-2009 .............................................................................................. II - 161
2.18.13 Peringkat (IPM) Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2005-2009................. II - 163
2.18.14 Perkembangan Kondisi Jalan Kabupaten Tahun 2006-2010....................... II - 163
2.18.15 Kondisi Jaringan Irigasi Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2010 .............. II - 165
2.18.16 Proporsi Jumlah Penduduk Yang Mendapat Akses air Minum Dan Jumlah
Pendududk dari tahun 2006 s/d 2010 ...................................................... II - 166
2.18.17 Persentase Angka Partisipasi Kasar (APK) SD, SLTP dan SLTA di Kab.
Lima Puluh Kota Tahun 2005-2009 .......................................................... II - 167
2.18.18 Persentase Angka Partisipasi Murni (APM) SD, SLTP dan SLTA di Kab.
Lima Puluh Kota Tahun 2005-2009 .......................................................... II - 168
2.19.1 Letak Geografis Kecamatan di Kabupaten Dharmasraya............................ II - 171
2.19.2 Curah Hujan Kabupaten Dharmasraya ..................................................... II - 172
2.19.3 Luas Lahan Menurut Penggunaan ............................................................ II - 172
2.19.4 Jumlah Penduduk Kabupaten Dharmasraya Menurut Jenis Kelamin, Sex
ratio, dan Kepadatan penduduk ............................................................... II - 173
2.19.5 Potensi Bahan Galian Menurut Kecamatan ............................................... II - 173
2.19.6 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan..................................................... II - 174
2.19.7 Penduduk Kabupaten Dharmasraya Menurut Kelompok Umur................... II - 174
2.19.8 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Dharmasraya dan Peringkat di
Propinsi dan Nasional Tahun 2007-2009 .................................................. II - 175
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
2.19.9 Panjang Jalan Negara, Propinsi, dan kota Berdasarkan Kecamatan di
Kabupaten Dharmasraya Tahun 2009 ...................................................... II - 175
2.19.10 Jumlah Sekolah, Murid, dan Guru SD di Kabupaten Dharmasraya ............. II - 176
2.19.11 Jumlah Sekolah, Murid, dan Guru SMP di Kabupaten Dharmasraya ........... II - 177
2.9.12 Jumlah Sekolah, Murid, dan Guru SMA di Kabupaten Dharmasraya ........... II - 177
2.20.1. Luas Kecamatan dan Jumlah Kelurahan di Kota Padang Tahun 2009......... II - 178
2.20.2. Kelompok Umur dan Persentase Penduduk di Kota Padang Tahun 2006.... II - 182
3.1.1 Indikator-indikator Perkembangan Ekonomi Daerah ................................. III - 1
3.1.2. PDRB Provinsi Sumatera Barat Menurut Sektor Tahun 2009-2010 ............ III - 2
3.1.3. Struktur dan Potensi Ekonomi Sektoral Provinsi Sumatera Barat 2005-
2009....................................................................................................... III - 3
3.1.4. Struktur, Pertumbuhan dan Potensi Ekonomi Subsektor Pertanian Provinsi
Sumatera Barat 2005-2009...................................................................... III - 5
3.1.5. Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan di Provinsi Sumatera Barat
Tahun 2009 ............................................................................................ III - 6
3.1.6. Luas Panen dan Produksi Tanaman Sayur-sayuran di Provinsi Sumatera
Barat Tahun 2009 ................................................................................... III - 6
3.1.7. Luas Panen dan Produksi Tanaman Buah-buahan di Provinsi Sumatera
Barat Tahun 2009 ................................................................................... III - 7
3.1.8. Perkembangan Luas Dan Produksi Komoditi Utama Perkebunan Tahun
2008-2009 .............................................................................................. III - 8
3.1.9. Jumlah Populasi Ternak dan Produksi Daging di Provinsi Sumatera Barat
Tahun 2009 ............................................................................................ III - 9
3.1.10 Produksi Hasil Hutan Menurut Jenisnya Di Provinsi Sumatera Barat Tahun
2008-2009 .............................................................................................. III - 10
3.1.11 Perkembangan Nilai Produksi (Rp. Milyar) ............................................ III - 11
3.1.12. Jumlah Tenaga Kerja Masyarakat Perikanan tahun 2006 – 2009 (orang) III - 11
3.1.13. Nilai Location Quotient Subsektor Industri Pengolahan Provinsi
Sumatera Barat Tahun 2009................................................................ III - 12
3.2.1 Struktur Ekonomi Kota Bukittinggi Tahun 2007 – 2009 ............................ III - 16
3.2.2 Distribusi dan Pertumbuhan Kelompok Sektoral tahun 2007 – 2009 ......... III - 16
3.2.3 Hasil Perhitungan Location Quotient dan Penetapan Sektor/Sub sektor
Basis Kota Bukittinggi Berdasarkan PDRB Tahun 2009 menurut Harga
Konstan 2000.......................................................................................... III - 17
3.2.4 Luas sawah, tanam, panen dan produksi komoditi tanaman pangan di
Kota Bukittinggi....................................................................................... III - 18
3.2.5 Hasil Perhitungan Location Quotient dan Penetapan Rangking Kecamatan
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
Berdasarkan Sub Sektor Tanaman Pangan Kota Bukittinggi ...................... III - 19
3.2.6 Luas sawah, tanam, panen dan produksi komoditi sayur di Kota
Bukittinggi .............................................................................................. III - 19
3.2.7 Hasil Perhitungan Location Quotient dan Penetapan Rangking Kecamatan
Berdasarkan Sub Sektor Sayur Kota Bukittinggi ........................................ III - 20
3.2.8 Luas sawah, tanam, panen dan produksi komoditi buah di Kota
Bukittinggi tahun 2009 ............................................................................ III - 20
3.2.9 Hasil Perhitungan Location Quotient dan Penetapan Rangking Kecamatan
Berdasarkan Sub Sektor Buah Kota Bukittinggi ......................................... III - 21
3.2.10 Jenis Komoditi Perkebunan, Luas Tanam, Produksi dan Petani
3.2.11 Populasi Ternak di Kota Bukittinggi .......................................................... III - 21
3.2.12 Luas Area dan Produksi Budidaya Kolam Kota Bukittinggi ......................... III - 22
3.2.13 Jenis dan Jumlah Perizinan yang diterbitkan Pemerintah Kota Bukittinggi .. III - 23
3.2.14 Jumlah Wisatawan Asing dan Domestik yang Berkunjung ke Bukittinggi.... III - 24
3.2.15 Jumlah Hotel Bintang, Non Bintang, Kamar dan Tempat Tidur .................. III - 25
3.2.16 Gambaran Umum Jalan Dalam Kota Bukittinggi........................................ III - 26
3.3.1 PDRB Kabupaten Pasaman Atas Dasarharga Konstan 2000 Menurut
Lapangan Usaha (jutaan rupiah) 2008-2009............................................. III - 27
3.3.2 Nilai Location Quotient Sektor Pertanian di Kabupaten Pasaman Tahun
2010....................................................................................................... III - 28
3.3.3 Luas Tanam dan Produksi Sub-Sektor Tanaman Pangan dan Hortikultura
di Kabupaten Pasaman Tahun 2010......................................................... III - 29
3.3.4 Luas Tanam dan Produksi Sub-Sektor Tanaman Pangan dan Hortikultura
di Kabupaten Pasaman Tahun 2010......................................................... III - 29
3.3.5 Sebaran Luas Tanam dan Produksi Tanaman Buah, Per Kecamatan di
Kabupaten Pasaman Tahun 2010............................................................. III - 30
3.3.6 Sebaran Luas Tanam dan Produksi Tanaman Buah, Per Kecamatan di
Kabupaten Pasaman Tahun 2010............................................................. III - 30
3.3.7 Sebaran Luas Tanam dan Produksi Tanaman Buah, Per- Kecamatan di
Kabupaten Pasaman Tahun 2010............................................................. III - 31
3.3.8 Luas Tanam dan Produksi Tanaman Sayur di Kabupaten Pasaman Tahun
2010....................................................................................................... III - 31
3.4.1 PDRB Kota SolokMenurut Sektor Tahun 2009 – 2010 (Milyar Rp).............. III - 34
3.4.2 Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan di Kota Solok tahun 2010....... III - 35
3.4.3 Luas Tanam dan Produksi Tanaman Perkebunan Di Kota Solok................. III - 36
3.4.4 Jumlah Populasi Ternak di Kota Solok (Dalam ekor) ................................. III - 37
3.4.5 Produksi daging Ternak Menurut Jenisnya di Kota Solok tahun 2010......... III - 38
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
3.4.6 Produksi Telur Menurut Jenis di Kota Solok Tahun 2010 (kg) .................... III - 38
3.4.7 Produksi dan Nilai Budidaya Ikan Kolam, Ikan Sawah Menurut JenisnyaDi
Kota Solok .............................................................................................. III - 38
3.4.8 Jumlah Unit Usaha dan tenaga Kerja Menurut Sektor Di Kota Solok tahun
2010....................................................................................................... III - 39
3.4.9 Jumlah Pedagang Menurut Jenis Barang Dagangan Di Kota Solok Tahun
2010....................................................................................................... III - 40
3.4.10 Jumlah Penerbitan SIUP/TDP di Kota Solok Tahun 2010 ........................... III - 41
3.4.11 Jumlah Hotel, Losmen/wisma, Jumlah Kamar, Jumlah Tempat Tidur Di
Kota Solok Tahun 2010 ........................................................................... III - 42
3.4.12 Jenis dan Jumlah Kredit yang Diberikan Perbankan Kota Solok Tahun
2010....................................................................................................... III - 42
3.4.13 Jenis Koperasi dan Jumlah Anggota di Kota Solok Tahun 2010.................. III - 43
3.5.1 PDRB Kota Pariaman Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan tahun
2008 dan 2009........................................................................................ III - 45
3.5.2 Luas Panen, Jumlah Produksi, Serta Produktifitas Rata-rata Tanaman
Pangan di kota Pariaman......................................................................... III - 46
3.5.3 Luas Panen, Jumlah Produksi, Serta Produktifitas Rata-rata Sayur-
sayuran di Kota Pariaman........................................................................ III - 46
3.5.4 Luas Panen Serta Jumlah Produksi Buah-buahan di Kota Pariaman Tahun
2010....................................................................................................... III - 47
3.5.5 Luas Areal, Jumlah Produksi, serta Produktifitas Rata-Rata Hasil Kebun di
Kota Pariaman ........................................................................................ III - 47
3.5.6 Jumlah Populasi Ternak di Kota Pariaman ................................................ III - 48
3.5.7 Luas Areal dan Jumlah Produksi Perikanan di Kota Pariaman .................... III - 48
3.5.8 Jenis Industri dan Jumlah Tenaga Kerja Yang Terserap di Kota Pariaman.. III - 49
3.5.9 Jenis Koperasi di Kota Pariaman .............................................................. III - 50
3.5.10 Jenis Objek Wisata di Kota Pariaman Berdasarkan Kecamatan .................. III - 50
3.5.11 Jumlah Hotel dan Kamar Yang Tersedia di Kota Pariaman ........................ III - 51
3.6.1 PDRB Kota Padang Panjang Menurut Sektor Tahun 2008-2009 (milyar) .... III - 51
3.6.2 Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan di Kota Padang Panjang
Tahun 2009 ............................................................................................ III - 53
3.6.3 Luas Panen dan Produksi Tanaman Sayur-sayuran di Kota Padang
Panjang Tahun 2009 ............................................................................... III - 54
3.6.4 Luas Panen (ha), Produksi (Kg) dan Banyaknya Petani (KK) Tanaman
Perkebunan di Kota Padang Panjang Tahun 2009..................................... III - 54
3.6.5. Jumlah Populasi Ternak di Kota Padang Panjang Tahun 2009................... III - 55
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
3.6.6. Jumlah Produksi Daging (Kg) di Kota Padang Panjang Tahun 2009........... III - 55
3.6.7 Perkembangan Produksi (ton) Perikanan Kota Padang Panjang Tahun
2009....................................................................................................... III - 56
3.6.8 Jumlah Kelompok Industri dan Tenaga Kerja di Kota Padang Panjang
Tahun 2009 ............................................................................................ III - 57
3.6.9 Jumlah Penerbitan TDP di Kota Padang Panjang Tahun 2009 ................... III - 57
3.6.10 Jumlah Koperasi, Jumlah Anggota KUD di Kota Padang Panjang Tahun
2009....................................................................................................... III - 58
3.6.11. Industri Pariwisata Menurut Jenis usaha di Kota Padang Panjang Tahun
2009....................................................................................................... III - 58
3.6.12 Jumlah Wisatawan Yang Berkunjung ke Kota Padang Panjang Tahun
2009....................................................................................................... III - 59
3.7.1. PDRB Kota Sawahlunto Menurut Sektor tahun 2008 – 2009...................... III - 60
3.7.2. Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan di Kota Sawahlunto Tahun
2009....................................................................................................... III - 61
3.7.3. Nilai Location Quotient (LQ) Komoditas Tanaman Pangan di Kota
Sawahlunto Tahun 2009.......................................................................... III - 62
3.7.4 Peringkat Kecamatan di Kota Sawahlunto Berdasarkan Keunggulan
Komparatif Tanaman Pangan................................................................... III - 62
3.7.5 Luas Panen dan Produksi Tanaman Sayur-sayuran di Kota Sawahlunto
Tahun 2009 ............................................................................................ III - 63
3.7.6. Nilai Location Quotient (LQ) Komoditas Tanaman Sayur-sayuran di Kota
Sawahlunto Tahun 2009.......................................................................... III - 63
3.7.7 Peringkat Kecamatan di Kota Sawahlunto Berdasarkan Keunggulan
Komparatif Tanaman Sayuran.................................................................. III - 64
3.7.8. Luas Panen dan Produksi Tanaman Buah-buahan di Kota Sawahlunto
Tahun 2009 ............................................................................................ III - 64
3.7.9. Nilai Location Quotient (LQ) Komoditas Tanaman Buah-buahan di Kota
Sawahlunto Tahun 2009.......................................................................... III - 65
3.7.10 Peringkat Kecamatan di Kota Sawahlunto Berdasarkan Keunggulan
Komparatif Tanaman Buah-buahan.......................................................... III - 65
3.7.11. Luas Panen dan Produksi Tanaman Perkebunan di Kota Sawahlunto
Tahun 2009 ............................................................................................ III - 66
3.7.12. Nilai Location Quotient (LQ) Komoditas Tanaman Perkebunan di Kota
Sawahlunto Tahun 2009.......................................................................... III - 66
3.7.13 Peringkat Kecamatan di Kota Sawahlunto Berdasarkan Keunggulan
Komparatif Tanaman Perkebunan ............................................................ III - 67
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
3.7.14 Jumlah Populasi Ternak di Kota Sawahlunto Tahun 2009.......................... III - 67
3.7.15. Jumlah Populasi Unggas di Kota Sawahlunto Tahun 2009......................... III - 68
3.7.16. Luas Area Budidaya dan Produksi Perikanan darat di Kota Sawahlunto
Tahun 2009 ............................................................................................ III - 68
3.7.17. Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) di Kota Sawahlunto
Tahun 2009 ............................................................................................ III - 69
3.8.1 PDRB Kabupaten Pesisir Selatan Menurut Sektor Tahun 2008-2009 .......... III - 71
3.8.2 Hasil Perhitungan Location Quation dan Penetapan Sektor/Sub Sektor
Basis Kabupaten Pesisir Selatan Berdasarkan PDRB Tahun 2009 menurut
Harga Konstan Tahun 2000 ..................................................................... III - 72
3.8.2 Luas dan Panen Produksi Tanaman Pangan Kabupaten Pesisir Selatan
Tahun 2009 ............................................................................................ III - 73
3.8.3 Luas Panen dan Produksi Tanaman Sayur-Sayuran Kabupaten Pesisir
Selatan Tahun 2009 ................................................................................ III - 74
3.8.4 Luas Panen dan Produk Tanaman Buah-Buahan Kabupaten Pesisir
Selatan Tahun 2009 ................................................................................ III - 74
3.8.5 Luas Tanaman dan Produksi Tanaman Perkebunan Kabupaten Pesisir
Selatan Tahun 2009 ................................................................................ III - 75
3.8.6 Populasi Ternak Besar Menurut Jenisnya Per Kecamatan di Kabupaten
Pesisir Selatan Tahun 2009...................................................................... III - 76
3.8.7 Populasi Ternak Ayam Menurut Jenisnya Per Kecamatan di Kabupaten
Pesisir Selatan Tahun 2009...................................................................... III - 76
3.8.8 Produk Daging Ternak Menurut Jenisnya Per Kecamatan di Kabupaten
Pesisir Selatan Tahun 2009...................................................................... III - 77
3.8.9 Produksi (Ton) Perikanan Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2009.............. III - 78
3.8.10 Jumlah Usaha Industri Kecil Menurut Jenis Di Kabupaten Pesisir Selatan
Tahun 2009 ............................................................................................ III - 78
3.8.11 Perkembangan Industri Pariwisata Tahun 2008 sampai Tahun 2009 di
Kabupaten Pesisir Selatan........................................................................ III - 80
3.9.1 PDRB Kab Pasaman Barat Atas Dasar Harga Berlaku & Konstan 2000
Menurut Lapangan Usaha 2008-2009 (Jutaan Rupiah).............................. III - 81
3.9.1 Hasil Perhitungan Location Quotient dan Penetapan Sektor/Sub sektor
Basis Kabupaten Pasaman Barat Berdasarkan PDRB Tahun 2009 menurut
Harga Konstan 2000................................................................................ III - 81
3.10.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tanah Datar,2005-2010
(Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000)............................................... III - 85
3.10.2 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Kabupaten Tanah Datar Tahun
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
2005 - 2010 Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2000.................................. III - 86
3.10.3 Perkembangan PDRB Perkapita Kabupaten Tanah Datar Tahun 2005-
2010....................................................................................................... III - 87
3.10.4 Perbandingan Laju Pertumbuhan Ekonomi Nasional, Provinsi Sumatera
Barat dan Kabupaten Tanah Datar Tahun 2005-2010 ............................... III - 87
3.10.4 Target Laju Pertumbuhan Ekonomi Nasional, Provinsi Sumatera Barat dan
Kabupaten Tanah Datar, 2011-2015 ........................................................ III - 88
3.10.5 Proyeksi PDRB dan Kebutuhan Investasi Kabupaten Tanah Datar 2011 –
2015 (atas dasar berlaku)....................................................................... III - 88
3.10.6 Nilai Inflasi Rata-rata Kabupaten Tanah Datar Tahun 2005 – 2010............ III - 89
3.10.7 Peranan Pertanian Dalam Pembangunan di Kabupaten Tanah Datar
Tahun 2006-2010.................................................................................... III - 90
3.10.8 Produksi Beberapa Komoditi Utama Pertanian Tanaman Pangan dan
Hortikultura di Kabupaten Tanah Datar Tahun 2006 – 2010 (Ton) ............ III - 91
3.10.9 Perkembangan Populasi Peternakan di Kabupaten Tanah Datar Tahun
2006 – 2010 (Ekor) ................................................................................. III - 92
3.10.10 Luas Hutan menurut jenis di Kabupaten Tanah Datar Tahun 2008 ............ III - 93
3.10.11 Bantuan Pengembangan Ketenagalistrikan Tahun 2008-2009 yang
diberikan kepada Masyarakat................................................................... III - 94
3.10.12 Aspek Pelayanan Umum Bidang Pariwisata............................................... III - 95
3.10.13 Perkembangan Potensi Industri Formal Di Kabupaten Tanah Datar Tahun
2005-2009 .............................................................................................. III - 96
3.10.14 Perkembangan Potensi Industri Non Formal Di Kabupaten Tanah Datar
Tahun 2005-2009.................................................................................... III - 96
3.10.15 Jumlah Industri yang memiliki Izin Usaha Industri Di Kabupaten Tanah
Datar Tahun 2005-2009 .......................................................................... III - 96
3.11.1 PDRB Kota Payakumbuh Atas Dasar Harga Berlaku, tahun 2008/2009
Menurut Lapangan Usaha, dalam Jutaan rupiah ....................................... III - 98
3.11.2 Hasil Perhitungan Location Quotient dan Penetapan Sektor/Sub sektor
Basis Kota Payakumbuh Berdasarkan PDRB Tahun 2009 menurut Harga
Konstan 2000.......................................................................................... III - 99
3.11.3 Total Produksi Tanaman Pangan, dan Produksi rata-rata per-hektar, Kota
Payakumbuh, 2009 ................................................................................. III - 101
3.11.4 Jumlah Usaha dan Tenaga Kerja, Usaha Industri Hasil Pertanian, Kimia
dan Kehutanan di Kota Payakumbuh........................................................ III - 102
3.11.5 Banyaknya Kenderaan Angkutan Umum Bermotor dan Tidak bermotor ..... III - 103
3.12.1 PDRB Kabupaten Solok Selatan Atas Dasar Harga Berlaku Menurut
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
Lapangan Usaha Tahun 2005 - 2010 (Milyar Rupiah) ............................... III - 105
3.12.2 Laju Pertumbuhan PDRB Solok Selatan Atas Dasar Harga Konstan 2000
Menurut Lapangan Usaha (Dalam Persentase) ......................................... III - 106
3.12.3 Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Solok Selatan Atas Dasar Harga
Berlaku Menurut Lapangan Usaha, 2005 – 2010....................................... III - 107
3.12.4 Produksi Tanaman Pangan per Kecamatan di Kabupaten Solok Selatan
Tahun 2010 ............................................................................................ III - 108
3.12.5 Luas Kawasan Hutan di Kabupaten Solok Selatan Tahun 2010.................. III - 111
3.12.6 Jumlah Unit Usaha Dan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil/Kerajinan
Menurut Jenisnya Di Kabupaten Solok Selatan Tahun 2010 ...................... III - 112
3.12.7 Nilai Produksi dan Jumlah Usaha Industri Kecil di Kabupaten Solok
SelatanTahun 2010 (Rp.000) ................................................................... III - 113
3.13.1 PDRB Kabupaten Solok (Tahun 2008-2009) dan proporsinya tehadap
PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Juta Rupiah)................................ III - 117
3.13.2 Sektor Basis dan Non Basis Kabupaten Solok Atas Dasar Harga Konstan
2000 (Juta Rupiah).................................................................................. III - 118
3.13.3 Produksi Padi Sawah kabupaten Solok 2010............................................. III - 119
3.13.4 Produksi Palawija Kabupaten Solok 2010.................................................. III - 120
3.13.5 Produksi Sayuran Kabupaten Solok 2010.................................................. III - 120
3.13.6 Produksi Buah-Buahan Kabupaten Solok 2010.......................................... III - 121
3.13.7 Produksi Tanaman Perkebunan Kab. Solok 2010 ...................................... III - 122
3.13.8 Jumlah Populasi Ternak di Kabupaten Solok 2010 .................................... III - 123
3.13.9 Produksi Perikanan di perairan Umum, Kolam dan Sawah Di kabupaten
Solok 2010.............................................................................................. III - 124
3.13.10 Objek Pariwisata Per Kecamatan kabupaten Solok 2010 ........................... III - 126
3.13.11 Panjang Ruas Jalan Per kecamatan Kabupaten Solok, 2010 ...................... III - 127
3.13.12 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Kecil Kabupaten
Solok ...................................................................................................... III - 127
3.13.13 Perkembangan Jumlah Industri Kecil Kebupaten Solok ............................. III - 128
3.14.1. Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2005 – 2009 atas Dasar
Harga Konstan Kabupaten Agam (Dalam Jutaan Rupiah).......................... III - 129
3.14.2 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2005 – 2009 atas Dasar
Harga Berlaku Kabupaten Agam (Dalam Jutaan Rupiah)........................... III - 130
3.14.3 Luas Tanam, Panen, Produksi Dan Produktifitas Padi Tahun 2006-2009 .... III - 130
3.14.4. Produktivitas Tanaman Pangan di Kabupaten Agam Tahun 2009 .............. III - 133
3.14.5 Nilai LQ Sektor Tanaman Pangan Per Kecamatan 2009............................. III - 133
3.14.6. Produktivitas Tanaman Sayur-Sayuran di Kabupaten Agam 2009 .............. III - 134
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
3.14.7. Nilai LQ Sektor Sayur-Sayuran Per Kecamatan 2009 ................................. III - 134
3.14.8. Produktivitas Tanaman Buah-Buahan di Kabupaten Agam Tahun 2009 .... III - 135
3.14.9. Nilai LQ Sektor Buah-Buahan Per Kecamatan 2009................................... III - 135
3.14.10. Produktivitas Sektor Perkebunan 2009 ..................................................... III - 136
3.14.11. Nilai LQ Sektor Perkebunan Per Kecamatan 2009 ..................................... III - 137
3.14.12. Perkembangan Populasi Ternak (ekor) Tahun 2006 -2009 ........................ III - 138
3.14.13. Nilai LQ Sektor Peternakan Per Kecamatan 2009 ...................................... III - 138
3.14.14 Perkembangan Produksi Perikanan (Ton) Tahun 2006 -2009 .................... III - 139
3.14.15. Nilai LQ Sektor Perikanan Per Kecamatan 2009 ........................................ III - 140
3.14.16 Perkembangan Industri dan Pengrajin di Kabupaten Agam....................... III - 140
3.14.17. Kondisi Fisik pasar-pasar di Kabupaten Agam Tahun 2010........................ III - 142
3.14.18. Persentase Koperasi Aktif Kabupaten Agam Tahun 2005 – 2010 ............... III - 142
3.14.19. Potensi Objek Wisata di Kabupaten Agam ................................................ III - 145
3.14.20. Jumlah Kunjungan Wisata Kabupaten Agam Tahun 2005-2009................. III - 146
3.15.1. PDRB Kabupaten Sijunjung Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan
tahun 2008 dan 2009 .............................................................................. III - 147
3.15.2. Luas Panen, Jumlah Produksi, Serta Produktifitas rata-rata Tanaman
Pangan di Kabupaten Sijunjung ............................................................... III - 148
3.15.3. Luas Panen, Jumlah Produksi, Serta Produktifitas rata-rata Sayur-sayuran
di Kabupaten Sijunjung ........................................................................... III - 149
3.15.4. Luas Panen, Jumlah produksi, serta Produktifitas Rata-rata Buah-buahan
di Kabupaten Sijunjung ........................................................................... III - 149
3.15.5. Jumlah Produksi Produk Perkebunan di Kabupaten Sijunjung.................... III - 150
3.15.6. Jumlah Populasi Ternak di Kabupaten Sijunjung....................................... III - 150
3.15.7. Luas Areal dan Jumlah Produksi Perikanan di Kabupaten Sijunjung ........... III - 151
3.15.8. Luas Areal dan Jumlah Produksi Hasil Tambang di Kabupaten Sijunjung ... III - 151
3.15.9. Jenis Industri Tercatat dan Jumlah Tenaga Kerja Terserap di Kabupaten
Sijunjung ................................................................................................ III - 152
3.15.10. Jenis Industri Berizin dan Jumlah Tenaga Kerja Terserap di Kabupaten
Sijunjung ................................................................................................ III - 152
3.15.11. Banyak tanda daftar perusahaan menurut jenis perusahaan ..................... III - 153
3.15.12. Jumlah KUD dan non KUD di Kabupaten Sijunjung Beserta Jumlah
Anggotanya ............................................................................................ III - 153
3.15.13. Nama Hotel dan Jumlah Kamar yang Tersedia di Kabupaten Sijunjung...... III - 154
3.16.1 PDRB Kabupaten Kepulauan Mentawai dan proporsinya tehadap PDRB
Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Juta Rupiah) ......................................... III - 156
3.16.2 Hasil Perhitungan Koefisien Location Quotient (LQ) Kabupaten Kepulauan
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
Mentawai ................................................................................................ III - 157
3.16.3 Luas Tanam dan Produksi Keladi Perkecamatan Kabupaten Mentawai,
2009....................................................................................................... III - 158
3.16.4 Luas tanam dan hasil Produksi Komoditas Pisang Kabupaten Kepulauan
Mentawai, 2009 ...................................................................................... III - 159
3.16.5 Luas tanam dan hasil produksi tanaman Durian Kabupaten kepulauan
Mentawai 2009 ....................................................................................... III - 160
3.16.6 Luas Areal dan hasil produksi tanaman Kakao Kabupaten kepulauan
Mentawai ................................................................................................ III - 161
3.16.7 Luas Areal dan produksi tanaman cengkeh............................................... III - 161
3.16.8 Luas Areal dan Produksi Tanaman Kelapa kabupaten kepualauan
Mentawai ................................................................................................ III - 162
3.16.9 Populasi dan Pemotongan Sapi ................................................................ III - 163
3.16.10 Populasi dan pemotongan babi ................................................................ III - 163
3.16.11 Tabel populasi dan Pemotongan Unggas di kabupaten kepulauan
mentawai................................................................................................ III - 164
3.16.12 Jumlah Hasil Penangkapan Ikan Laut dan Kontribusi Per kecamatan
kabupaten kepulauan mentawai, 2009..................................................... III - 165
3.16.13 Objek Pariwisata dan Resort/Penginapan Per Kecamatan kabupaten
Kepulauan Mentawai 2010....................................................................... III - 166
3.16.14 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Kecil Kebupaten
Kepulauan Mentawai ............................................................................... III - 167
3.17.1. PDRB Kabupaten Padang Pariaman Menurut Sektor Tahun 2008-2009...... III - 169
3.17.2 Nilai Location Quotient (LQ) Sektor/SubSektor dan Posisi Kabupaten
Padang Pariaman di Provinsi Sumatera Barat, 2009.................................. III - 170
3.17.3. Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Padang
Pariaman Tahun 2009 ............................................................................. III - 171
3.17.4. Luas Panen dan Produksi Tanaman Sayuran di Kabupaten Padang
Pariaman Tahun 2009 ............................................................................. III - 172
3.17.5. Luas Panen dan Produksi Tanaman Sayuran di Kabupaten Padang
Pariaman Tahun 2009 ............................................................................. III - 172
3.17.6. Luas Tanam (ha), Produksi (Ton) Tanaman Perkebunan di Kabupaten
Padang Pariaman Tahun 2009 ................................................................. III - 173
3.17.7. Jumlah Populasi Ternak di Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2009........ III -174
3.17.8. Perkembangan Produksi (ton) Perikanan Kabupaten Padang Pariaman
Tahun 2009 ............................................................................................ III - 174
3.17.9. Produksi Tambang di Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2009 ............... III - 175
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
3.17.10 Jenis Industri, Jumlah Unit Usaha, dan Jumlah Tenaga Kerja di
Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2009................................................ III - 176
3.17.11. Jumlah Pedagang Yang Memiliki Izin Usaha Perdagangan (SIUP) di
Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2005-2009 ....................................... III - 177
3.17.12. Jumlah Pasar, Pasar Ternak dan Daya Tampung Pasar Ternak di
Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2005-2009 ....................................... III - 177
3.17.13 Jumlah Koperasi, Jumlah Anggota KUD dan Non KUDdi Kabupaten
Kotawaringin Barat Tahun 2006............................................................... III - 177
3.17.14. Jumlah Hotel, Jumlah Kamar dan Jumlah Tempat Tidur di Kabupaten
Padang Pariaman Tahun 2005-2009 ........................................................ III - 178
3.18.1. Nilai dan Kontribusi Sektor Ekonomi Dalam Pembentukan PDRB
Kabupaten Lima Puluh Kota Periode 2005 – 2009 Atas Dasar Harga
Konstan .................................................................................................. III - 180
3.18.2 Hasil Perhitungan Location Quotient dan Penetapan Sektor/Sub sektor
Basis Kabupaten Limapuluh Kota Berdasarkan PDRB Tahun 2009
menurut Harga Konstan 2000.................................................................. III - 181
3.18.3 Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten 50 kota ............ III - 182
3.8.4 Peringkat Kecamatan di Kabupaten 50 Kota Berdasarkan Keunggulan
Komparatif Komoditi Tanaman Pangan .................................................... III - 183
3.18.5. Luas Panen dan Produksi Tanaman Sayur-sayuran di Kabupaten 50 Kota . III - 183
3.18.6 Peringkat Kecamatan di Kabupaten 50 Kota Berdasarkan Keunggulan
Komparatif Komoditi Sayur ...................................................................... III - 184
3.18.7 Luas Panen dan Produksi Tanaman Buah-buahan di Kabupaten 50 Kota ... III - 185
3.18.8 Luas Panen (ha), Produksi (Ton) dan Produktivitas Tanaman Perkebunan
di Kabupaten 50 Kota.............................................................................. III - 186
3.18.9 Peringkat Kecamatan di Kabupaten 50 Kota Berdasarkan Keunggulan
Komparatif Komoditi Perkebunan............................................................. III - 186
3.18.10 Jumlah Produksi Telur dan Daging di Kabupaten 50 Kota.......................... III - 187
3.18.11 Jumlah Produksi Komoditi Peternakan Lainnya di Kabupaten 50 Kota........ III - 187
3.18.12 Peringkat Kecamatan di Kabupaten 50 Kota Berdasarkan Keunggulan
Komparatif Komoditi Peternakan.............................................................. III - 188
3.18.13 Luas Area dan Produksi Budidaya Kolam Kabupaten 50 Kota .................... III - 189
3.18.14. Jumlah Usaha Menurut Jenis Galian dan Kecamatan Di Kabupaten 50
Kota ....................................................................................................... III - 190
3.18.15 Jumlah Industri Kecil dan Tenaga Kerja Menurut Jenis Industri ................. III - 190
3.18.16 Jumlah Koperasi, Jumlah Anggota KUD di Kabupaten 50 Kota .................. III - 192
3.18.17 Jumlah Kunjungan Wisata Menurut Klasifikasi Objek Wisata ..................... III - 192
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
3.8.18 Jumlah Potensi Obyek Wisata menurut Wilayah Tujuan Wisata (WTW)
dan Klasifikasi Obyek Wisata di Kabupaten 50 Kota .................................. III - 193
3.19.1. PDRB Kabupaten Dharmasraya Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga
konstan tahun 2008 dan 2009 ................................................................. III - 194
3.19.2. Luas Panen, Jumlah Produksi, serta Produktifitas Rata-Rata Tanaman
Pangan di Kabupaten Dharmasraya ......................................................... III - 195
3.19.3. Luas Panen, Jumlah produksi, Serta Produktifitas Rata-rata Sayuran di
Kabupaten Dharmasraya ......................................................................... III - 195
3.19.4. Luas Panen, Jumlah Produksi, Serta Produktifitas Rata-rata Buah-buahan
di Kabupaten Dharmasraya...................................................................... III - 196
3.19.5. Jumlah Produksi Hasil Perkebunan di Kabupaten Dharmasraya ................. III - 196
3.19.6 Jumlah Populasi Ternak di Kabupaten Dharmasraya ................................. III - 197
3.19.7. Jumlah Produksi Ikan di Kabupaten Dharmasraya .................................... III - 197
3.19.8 Jumlah Kapasitas Produksi Hasil Tambang di Kabupaten Dharmasraya...... III - 198
3.19.9. Jenis Industri Tercatat dan Jumlah Tenaga Kerja Yang Terserap di
Kabupaten Dharmasraya ......................................................................... III - 198
3.19.10. Jenis Industri Kecil Tercatat (Formal dan Informal) dan Jumlah Tenaga
Kerja Yang Terserap di Kabupaten Dharmasraya ...................................... III - 199
3.19.11. Jumlah Pasar Tradisional di Kabupaten Dharmasraya Menurut Kecamatan III - 199
3.19.12. Jumlah KUD dan non KUD di Kabupaten Dharmasraya Menurut
Kecamatan.............................................................................................. III - 200
3.19.13. Jumlah Kendaraan Angkutan Penumpang dan Barang di Kabupaten
Dharmasraya .......................................................................................... III - 201
3.20.1. PDRB Kota Padang Menurut Sektor Tahun 2008-2009 (milyar) ................. III - 202
3.20.2. Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan di Kota Padang Tahun 2009... III - 203
3.20.3. Luas Panen dan Produksi Tanaman Sayur-sayuran di Kota Padang Tahun
2009....................................................................................................... III - 204
3.20.4. Luas Panen dan Produksi Tanaman Buah-buahan di Kota Padang Tahun
2009....................................................................................................... III - 204
3.20.5. Luas Panen (ha), Produksi (Ton) dan Banyaknya Petani (KK) Tanaman
Perkebunan di Kota Padang Tahun 2009.................................................. III - 205
3.20.6. Jumlah Populasi Ternak di Kota Padang Tahun 2009 ................................ III - 206
3.20.7. Jumlah Produksi Daging (ton) di Kota Padang Tahun 2009 ....................... III - 206
3.20.8. Perkembangan Produksi (ton) Perikanan Kota Padang Tahun 2009........... III - 207
3.20.9. Jumlah Kelompok Industri dan Tenaga Kerja di Kota PadangTahun 2009.. III - 208
3.20.10. Jumlah Koperasi dan Jumlah Anggota di Kota Padang Tahun 2009 ........... III - 208
3.20.11. Jumlah Hotel, Jumlah Kamar dan Jumlah Tempat Tidur di Kota Padang
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
Tahun 2009 ............................................................................................ III - 209
3.20.12. Jumlah Pengunjung ke Museum Adityawarman di Kota Padang Tahun
2009....................................................................................................... III – 210
4.2.1. Jumlah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Menurut Kabupaten/Kota Di
Sumatera Barat per September 2011 ....................................................... IV - 6
4.2.2. Kesepakatan Pengembangan Komoditi Unggulan Antara Provinsi dengan
Kabupaten/Kota Tahun 2008-2012 Menurut Kota/kabupaten di Sumatera
Barat ...................................................................................................... IV - 8
5.1.1. Bobot dan Rangking Kepentingan dari Tujuan dan Kriteria untuk
Penetapan KPJu Unggulan di Sumatera Barat........................................... V - 2
5.1.2 Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut
Aspek Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan
KPJu Unggulan di Kota Bukittinggi ........................................................... V - 6
5.1.3 Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha di Kota
Bukittinggi .............................................................................................. V - 6
5.1.3 10 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi
Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor Kota Bukittinggi.............................. V - 7
5.1.4 Kedudukan KPJU Lintas Sektor Kota bukittinggi ........................................ V - 8
5.3.1 Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut
Aspek Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan
KPJu Unggulan di Kabupaten Pasaman .................................................... V - 10
5.3.6. Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha
di Kabupaten Pasaman............................................................................ V - 10
5.3.7. 10 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi
Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Pasaman....................... V - 11
5.3.7. Kedudukan KPJu Lintas Sektor Kabupaten Pasaman ................................. V - 12
5.3.7. Skor Terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut
Aspek Tujuan dan Urutan Kepentingannya dalam Rangka Penetapan
KPJu Unggulan di Kota Pariaman ............................................................. V - 13
5.3.8. Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha di
Kabupaten Kota Pariaman ....................................................................... V - 14
5.3.9. 10 KPJu Unggulan Yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi
Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor Kota Pariaman................................ V - 15
5.3.10. Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor Kota Pariaman........................... V - 15
5.3.11. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut
Aspek Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan
KPJu Unggulan di Kota Padang Panjang.................................................. V - 18
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
5.3.12 Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha di Kota
Padang Panjang ...................................................................................... V - 18
5.3.13. 10 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi
Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor Kota Padang Panjang ..................... V - 19
5.3.14 Kedudukan KPJU Lintas Sektor Kota Padang Panjang ............................... V - 20
5.3.15. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut
Aspek Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan
KPJu Unggulan di Kota Sawahlunto.......................................................... V - 22
5.3.16. Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha
di Kota Sawahlunto ................................................................................. V - 22
5.3.17. 10 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi
Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor Kota Sawahlunto ............................ V - 23
5.3.18. Kedudukan KPJu Lintas Sektor Kota Sawahlunto ...................................... V - 24
5.3.19. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut
Aspek Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan
KPJu Unggulan di Kabupaten Pesisir Selatan ............................................ V - 26
5.3.20 Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha
di Kabupaten Pesisir Selatan.................................................................... V - 26
5.3.21. 10 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi
Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Pesisir Selatan............... V - 27
5.3.22. Kedudukan KPJu Lintas Sektor Kabupaten Pesisir Selatan ......................... V - 28
5.3.23. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut
Aspek Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan
KPJu Unggulan di Kabupaten Pasaman Barat ........................................... V - 30
5.3.24. Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha
di Kabupaten Pasaman Barat ................................................................... V - 30
5.3.25. 10 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi
Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Pasaman Barat.............. V - 31
5.3.26. Kedudukan KPJu Lintas Sektor Kabupaten Pasaman Barat ........................ V - 32
5.3.27. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut
Aspek Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan
KPJu ....................................................................................................... V - 34
5.3.28 Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha di
Kabupaten Tanah Datar .......................................................................... V - 34
5.3.29. 10 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi
Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Tanah Datar.................. V - 35
5.3.30. Kedudukan KPJu Lintas Sektor Kabupaten Tanah Datar
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
5.3.30. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut
Aspek Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan
KPJu Unggulan di Kota Payakumbuh........................................................ V - 38
5.3.31. Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha
di Kabupaten Payakumbuh ...................................................................... V - 38
5.3.32. 10 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi
Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor Kota Payakumbuh .......................... V - 39
5.3.33. Kedudukan KPJu Lintas Sektor Kota Payakumbuh..................................... V - 40
5.3.34. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut
Aspek Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan
KPJu Unggulan di Kabupaten Solok Selatan.............................................. V - 42
5.3.35. Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha
di Kabupaten Solok Selatan ..................................................................... V - 42
5.3.36. 10 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi
Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Solok Selatan ................ V - 43
5.3.37. Kedudukan KPJu Lintas Sektor Kabupaten Solok Selatan .......................... V - 44
5.3.38 Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut
Aspek Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan
KPJu Unggulan di Kabupaten Solok.......................................................... V - 46
5.3.39. Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha di
Kabupaten Solok ..................................................................................... V - 47
5.3.40. 10 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi
Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Solok ............................ V - 48
5.3.41. Kedudukan KPJu Lintas Sektor Kabupaten Kotawaringin Barat .................. V - 48
5.3.42. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut
Aspek Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan
KPJu Unggulan di Kabupaten Agam ......................................................... V - 50
5.3.43. Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha di
Kabupaten Agam..................................................................................... V - 51
5.3.44. 10 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi
Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor Kota Kabupaten Agam.................... V - 52
5.3.45. Kedudukan KPJU Lintas Sektor Kabupaten Agam...................................... V - 53
5.3.46. Skor Terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut
Aspek Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan
KPJu Unggulan di Kabupaten Sijunjung.................................................... V - 55
5.3.47. Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan di Kabupaten Kabupaten
Sijunjung ................................................................................................ V - 56
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
5.3.48. 10 KPJu Unggulan Yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi
Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Sijunjung ...................... V - 56
5.3.49. Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Sijunjung ................. V - 57
5.3.50. Skor Terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut
Aspek Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan
KPJu Unggulan di Kabupaten Mentawai.................................................... V - 61
5.3.51. Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan di Kabupaten Mentawai ........ V - 62
5.3.52. 10 KPJu Unggulan Yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi
Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Mentawai ...................... V - 63
5.3.53. Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Mentawai ................. V - 64
5.3.54. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut
Aspek Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan
KPJu Unggulan di Kabupaten Padang Pariaman........................................ V - 65
5.3.55. Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha
di Kabupaten Padang Pariaman ............................................................... V - 66
5.3.56. 10 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi
Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Padang Pariaman .......... V - 67
5.3.57. Kedudukan KPJu Lintas Sektor Kabupaten Padang Pariaman .................... V - 67
5.8.59. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut
Aspek Tujuan dan Urutan Kepentingannya dalam Rangka Penetapan
KPJu Unggulan di Kabupaten 50 Kota ...................................................... V - 69
5.8.60 Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha di
Kabupaten 50 Kota.................................................................................. V - 70
5.3.61. 10 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi
Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor Kabupaten 50 Kota......................... V - 71
5.3.62. Kedudukan KPJU Lintas Sektor Kabupaten 50 Kota................................... V - 72
5.3.63. Skor Terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut
Aspek Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan
KPJu Unggulan di Kabupaten Dharmasraya .............................................. V - 75
5.3.64. Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha di
Kabupaten Kabupaten Dharmasraya ........................................................ V - 75
5.3.65. 10 KPJu Unggulan Yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi
Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Dharmasraya ................ V - 76
5.3.66. Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Dharmasraya ........... V - 77
5.3.67. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut
Aspek Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan
KPJu Unggulan di Kota Padang ................................................................ V - 80
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
5.3.68. Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha di Kota
Padang ................................................................................................... V - 81
5.3.69. 10 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi
Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor Kota Padang .................................. V - 82
5.3.70. Kedudukan KPJu Lintas Sektor Kota Padan............................................... V – 82
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.4.1. Hierarki Konseptual Penentuan KPJu Unggulan Daerah............................. I – 7
1.4.2. Hierarki Operasional Penentuan KPJu Unggulan Daerah............................ I – 8
1.4.3. Hierarki Operasional Penentuan Tingkat Kepentingan Sektor/Subsektor
Ekonomi tiap kabupaten/kota dalam Penentuan KPJu Unggulan Lintas
Sektor..................................................................................................... I – 8
1.4.4. Pemetaan Kuadran KPJu Unggulan .......................................................... I – 13
1.4.5. Diagram Alir Proses Penentuan KPJu Unggulan Setiap Sektor/Subsektor
pada Kabupaten/Kota dan Provinsi dengan Metode AHP........................... I - 16
2.7.1 Luas Lahan Menurut Penggunaannya Kota Sawahlunto 2010.................... II – 55
2.8.1 Panjang Jalan Kabupaten Menurut Permukaan........................................ II – 70
2.12.1 Index Pembangunan Manusia Tahun 2008............................................... II – 103
2.18.1 Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Lima
puluh Kota Tahun 2005-2009 .................................................................. II – 161
2.18.2 Grafik Perkembangan Angka Kematian Bayi dan Balita Kabupaten Lima
Puluh KotaTahun 2005-2009 ................................................................... II – 168
2.18.3 Grafik Perkembangan Angka Kematian Ibu Melahirkan Tahun 2005-2009 . II - 169
2.18.4. Grafik Perkembangan Status Gizi Buruk Balita Tahun 2005-2009 .............. II - 170
3.1.1. Pemetaan Kualitas Pertumbuhan Ekonomi Menurut Kabupaten/Kota di
Sumatera Barat Tahun 2005-2008 ........................................................... II – 4
5.3.1. Posisi KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kota Bukittinggi ............................. V - 9
5.3.2. Posisi KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kota Pasaman................................ V - 13
5.3.4. Posisi KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kota Pariaman ............................... V - 16
5.3.5. Posisi KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kota Padang Panjang..................... V - 21
5.3.6. Posisi KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kota Sawahlunto............................ V - 25
5.3.7. Posisi KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Pesisir Selatan .............. V - 29
5.3.8. Posisi KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Pasaman Barat ............. V - 33
5.3.9. Posisi KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Tanah Datar ................. V - 37
5.3.10. Posisi KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kota Payakumbuh.......................... V - 41
.3.11. Posisi KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Solok Selatan................ V - 45
5.3.12. Posisi KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Solok ............................ V - 49
5.7.13. Posisi KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kota Kabupaten Agam ................... V - 54
5.3.14. Posisi KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Sijunjung ...................... V - 58
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
5.3.15. Posisi KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Mentawai...................... V - 64
5.3.16 Posisi KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Padang Pariaman.......... V - 68
5.3.17. Posisi KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten 50 Kota ........................ V - 74
5.3.18. Posisi KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Dharmasraya ................ V - 78
5.3.19. Posisi KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Solok ............................ V – 83
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
Susunan Personalia Tim Peneliti
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang
Penanggung Jawab Penelitian :
Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Padang
Ketua Tim Peneliti :
Prof. Dr. Yasri, MS
Anggota Tim :
Dr. Idris, MS
Dr. Sri Ulfa Sentosa, MS
Drs. Alianis, MS
Rosyeni Rasyid, SE, ME
Drs. Zul Azhar, M.Si
Dr. Susi Evanita, MS
Dr. Marwan, M.Si
Dr. Yulhendri, M.Si
Doni Satria, SE, ME
Novia Zulfa Riani, SE, M.Si
Perengki Susanto, SE, M.Sc
Hendri Agustin, SE, M.Sc
Gesit Thabrani, SE, MT
Dra. Armida, M.Si
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
I-1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Kebijakan ekonomi yang mendukung Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
dalam perekonomian nasional memiliki tiga argumen utama (World Bank, 1994, 2002,
2004). Pertama, UMKM dapat meningkatkan daya saing dan kemampuan kewirausahaan
masyarakat, sehingga mampu meningkatkan efisiensi perekonomian secara keseluruhan dan
berdampak pada pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Kedua, UMKM secara umum
diyakini memiliki daya saing yang lebih kuat dibandingkan dengan perusahaan besar namun
kondisi pasar keuangan yang tidak memihak pada UMKM cenderung menekan kinerja sektor
UMKM sehingga dukungan langsung secara finansial kepada sektor UMKM ini dapat
meningkatkan kinerja sktor UMKM. Ketiga, UMKM diyakini mampu meningkatkan kesem-
patan kerja lebih tinggi dibandingkan perusahaan besar karena UMKM lebih intensif pada
tenaga kerja (labor intensive).
Kondisi tersebut dapat dilihat dari berbagai data yang mendukung bahwa eksistensi
UMKM cukup dominan dalam perekonomian Indonesia. Pertama, jumlah industrinya yang
besar dan terdapat dalam setiap sektor ekonomi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik
dan Kementrian Koperasi dan UKM, jumlah UMKM tercatat 53,8 juta unit atau 99,9% dari
total unit usaha. Kedua, potensinya yang besar dalam penyerapan tenaga kerja. Setiap unit
investasi pada sektor UMKM dapat menciptakan lebih banyak kesempatan kerja jika
dibandingkan dengan investasi yang sama pada usaha besar. Sektor UMKM menyerap 99,4
juta tenaga kerja atau 97,2% dari total angkatan kerja. Ketiga, kontribusi UMKM dalam
pembentukan PDB cukup signifikan, yakni sebesar 57,12% dari total PDB (BPS, 2010).
Dalam rangka mendukung pengembangan dan pemberdayaan UMKM, Bank
Indonesia memiliki pilar-pilar kebijakan strategis yang meliputi (1) Pengaturan kepada
perbankan yang mendorong pengembangan dan pemberdayaan UMKM, (2) Pengembangan
kelembagaan yang menunjang, (3) Pemberian bantuan teknis, dan (4) Kerjasama dengan
berbagai pihak baik dengan lembaga pemerintah maupun lembaga lainnya. Salah satu pilar
kebijakan Bank Indonesia tersebut adalah mendorong pengembangan UMKM melalui
pemberian bantuan teknis. Kegiatan penelitian dan penyediaan informasi merupakan salah
satu kegiatan yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia dalam kerangka bantuan teknis.
Kegiatan tersebut diharapkan akan dapat memberikan informasi yang bermanfaat kepada
stakeholders, baik kepada pemerintah daerah, perbankan, kalangan swasta, maupun ma-
syarakat luas yang berkepentingan dalam upaya pemberdayaan UMKM.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
I-2
Bank Indonesia sejak tahun 1979 telah melaksanakan penelitian Baseline Economic
Survey (BLS). Penelitian ini berupaya mengidentifikasi berbagai peluang investasi di daerah
yang bermuara pada pemberian informasi potensi ekonomi suatu daerah. Dalam
perkembangan selanjutnya, pengembangan potensi ekonomi daerah ditujukan untuk
memberikan informasi kepada stakeholders mengenai komoditi/produk/jenis usaha yang
potensial yang menjadi unggulan daerah untuk dikembangkan. Penelitian BLS difokuskan
terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang merupakan pelaku ekonomi
mayoritas di daerah. Data dan informasi dalam BLS meliputi berbagai aspek. Aspek makro
berupa kebijakan, baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah dan potensi ekonomi
daerah Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat dalam rangka
pengembangan UMKM. Aspek mikro meliputi kondisi dan potensi UMKM. Hasil penelitian BLS
tersebut selanjutnya akan didesiminasikan dalam website Sistem Informasi Terpadu
Pengembangan UKM (SI-PUK) yang dapat diakses melalui internet di alamat www.bi.go.id.
Saat ini SIPUK terdiri dari Sistem Informasi BLS (SIB) yang meliputi 31 Provinsi, Sistem
Informasi Agroindustri Berorientasi Ekspor (SIABE) yang meliputi 31 Provinsi dan 16
komoditi agroindustri serta komoditi non-agroindustri, Sistem Informasi Prosedur
Memperoleh Kredit (SI-PMK), Sistem Informasi Pola Pembiayaan/Lending Model Usaha Kecil
(SI-LMUK) meliputi 70 jenis usaha, Sistem Penunjang Keputusan Untuk Investasi (SPKUI)
yang dapat digunakan untuk simulasi perhitungan interaktif kelayakan suatu usaha.
Pada kajian BLS tahun 2006, terdapat perubahan yang cukup mendasar dalam
penetapan Daftar Skala Prioritas, yang semula menggunakan kriteria data produksi,
pendapat instansi, dan data primer responden UMKM pada suatu komoditi/produk/jenis
usaha di suatu kecamatan, menjadi penetapan komoditi/produk/jenis usaha (KPJu)
unggulan daerah di Kabupaten/kota dengan menggunakan alat analisis Metode
Perbandingan Eksponensial (MPE) dan Analytic Hierarchy Process (AHP). Setiap kabupaten/
kota di suatu provinsi diharapkan memiliki KPJu unggulan dari berbagai sektor ekonomi yang
patut dan cocok untuk dikembangkan. Hal ini merupakan adopsi dari kesuksesan Thailand
melalui program One Tambon One Product (OTOP), yaitu program pengembangan komoditi
unggulan di suatu daerah (tambon) yang sukses dalam membantu pengembangan UMKM.
Dengan program yang lebih fokus, Pemerintah Daerah dapat memprioritaskan kebijakan
ekonomi melalui pengembangan komoditi unggulan tertentu di suatu kabupaten/kota
sebagai upaya untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dalam rangka mengurangi angka/tingkat kemiskinan di daerah. Pada akhirnya,
hal tersebut diharapkan meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal.
Dalam upaya untuk memberikan data dan informasi hasil penelitian BLS, dipandang
perlu untuk melakukan pengkinian data melalui penelitian yang dilaksanakan setiap 5 tahun.
Pembaharuan atau pengkinian data dan informasi tersebut dilakukan melalui suatu
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
I-3
penelitian BLS dan SIABE di suatu Provinsi secara bertahap. Dalam rangka memberikan
informasi yang lebih bermanfaat dan berdaya guna bagi stakeholders dalam pengembangan
UMKM, penelitian BLS perlu dipertajam dengan memilih dan menetapkan KPJu unggulan
daerah berdasarkan kriteria tertentu serta menambahkan berbagai informasi pendukung.
1.2. Tujuan Penelitian
Penelitian Pengembangan Komoditi/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM di Provinsi
Sumatera Barat dilaksanakan untuk memberikan landasan rasional bagi pembangunan
daerah yang meliputi berbagai sektor kegiatan ekonomi. Laporan tersebut mengandung
keterangan-keterangan lengkap sebagai dasar perencanaan, pengorganisasian, dan
pengambilan keputusan mengenai komoditi/produk/jenis usaha unggulan pada setiap
wilayah kabupaten/kota dalam wilayah Provinsi Sumatera Barat. Ketersediaan informasi
tentang keadaan sumber daya alam dan manusia serta tingkat pemanfaatannya dalam
berbagai sektor ekonomi yang berkembang sangat diperlukan sebagai bahan rujukan.
Secara rinci tujuan penelitian dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Mengenal dan memahami mengenai:
a. Profil daerah, meliputi: kondisi geografis, demografi, perekonomian dan potensi
sumberdaya;
b. Profil UMKM di Provinsi Sumatera Barat termasuk faktor pendorong dan
penghambat dalam pengembangan UMKM;
c. Kebijakan Pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah yang
terkait dengan pengembangan UMKM; dan
d. Peranan Perbankan dalam pengembangan UMKM.
2. Memberikan informasi tentang Komoditi/Produk/Jenis Usaha (KPJu) Unggulan yang
perlu mendapat prioritas untuk dikembangkan di suatu kabupaten/kota dalam rangka:
a. Mendukung pembangunan ekonomi daerah;
b. Menciptakan lapangan kerja dan penyerapan tenaga kerja; serta
c. Meningkatkan daya saing produk.
3. Memberikan rekomendasi kepada Pemerintah Daerah dalam rangka pengembangan
KPJu unggulan UMKM yang dikaitkan dengan:
a. Kebijakan Pemerintah Daerah; dan
b. Kebijakan perbankan
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
I-4
1.3. Ruang Lingkup Penelitian
a. Penelitian terhadap KPJu unggulan Daerah dilaksanakan untuk mengidentifikasi
dan menetapkan KPJU pada UMKM yang dikategorikan sebagai unggulan daerah
pada tingkat kabupaten dan provinsi di wilayah Provinsi Sumatera Barat;
b. UMKM yang dimaksudkan dalam penelitian ini mengacu kepada Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2008;
c. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha
perorangan, dengan kriteria:
(1) penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
(2) memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
(3) memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah).
d. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha
besar, dengan kriteria:
(1) memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
(2) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar
lima ratus juta rupiah).
e. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha
besar, dengan kriteria:
1) memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
2) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar
lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 50.000.000.000,00
(lima puluh milyar rupiah).
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
I-5
f. Komoditi/Produk/Jenis Usaha (KPJu) Unggulan adalah KPJu yang mendukung
perekonomian daerah serta mampu menciptakan dan menyerap tenaga kerja
berdasarkan kondisi saat ini dan prospeknya serta mempunyai daya saing tinggi.
g. KPJu yang dikaji adalah KPJu pada setiap sektor/subsektor ekonomi, yang meliputi
pertanian (tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan, kehutanan),
pertambangan, perindustrian, perdagangan dan jasa-jasa sebagaimana kategori 9
sektor ekonomi BPS.
h. Materi penelitian mencakup identifikasi dan analisis mengenai :
(1) Profil daerah, meliputi: struktur geografis, demografi, ekonomi, potensi
sumberdaya dana aspek lainnya yang terkait;
(2) Profil UMKM di Provinsi Sumatera Barat termasuk potensi, peluang, faktor
pendorong dan faktor penghambat dalam pengembangan UMKM;
(3) Penetapan KPJu unggulan baik usaha berskala mikro, kecil, maupun
menengah di daerah penelitian (tingkat kecamatan, kabupaten/kota dan
Provinsi);
(4) Kebijakan Pemerintah (Pusat/Daerah) dalam rangka pengembangan UMKM/
KPJu unggulan.
i. KPJu yang diidentifikasi minimal sampai dengan digit 4 pada Kode Lapangan Usaha
Indonesia (KLUI).
1.4. Metode Penelitian
1.4.1. Daerah Penelitian
1) Daerah penelitian seluruh wilayah atau 19 kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Barat.
2) Penetapan KPJu unggulan daerah di kabupaten/kota dilakukan dengan menghimpun
informasi dari sebagian besar kecamatan yang ada dengan mempertimbangkan
keterwakilan dari karakteristik wilayah secara geografis, jumlah UMKM, kontribusi
pembentukan PDRB kabupaten/kota serta kebijakan Pemerintah Daerah. Jumlah sampel
wilayah kecamatan yang tercakup dalam penelitian ini adalah sebanyak 176 kecamatan
yang tersebar di setiap wilayah kabupaten/kota dengan mempertimbangkan
keterwakilan karakteristik kabupaten/kota serta potensi ekonomi masing-masing
kecamatan, yang terdiri dari:
1. Kota Bukittinggi: 3 kecamatan
2. Kota Padang Panjang: 2 kecamatan
3. Kota Pariaman: 4 kecamatan
4. Kabupaten Pasaman: 12 kecamatan
5. Kota Sawahlunto: 4 kecamatan
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
I-6
6. Kota Solok: 2 kecamatan
7. Kabupaten Agam: 16 kecamatan
8. Kabupaten Dharmasraya: 11 kecamatan
9. Kabupaten Limapuluh Kota: 13 kecamatan
10. Kabupaten Padang Pariaman: 17 kecamatan
11. Kota Padang: 11 kecamatan
12. Kabupaten Pasaman Barat: 11 kecamatan
13. Kota Payakumbuh: 5 kecamatan
14. Kabupaten Sijunjung: 8 kecamatan
15. Kabupaten Solok Selatan: 7 kecamatan
16. Kabupaten Solok: 14 kecamatan
17. Kabupaten Tanah Datar: 14 kecamatan
18. Kabupaten Pesisir Selatan: 12 kecamatan
19. Kabupaten Mentawai: 10 kecamatan
1.4.2. Jenis dan Sumber Data
Data Primer, yaitu data dan informasi yang diperoleh secara langsung dari nara
sumber/responden, meliputi pejabat-pejabat Pemerintah Daerah, dinas/instansi terkait
(sektor pertanian, perindustrian, perdagangan, pertambangan, perhubungan), Bappeda.
Asosiasi/Kadinda, dan pada tingkat kecamatan dengan nara sumber Mantri Tani, Koordinator
Statistik Kecamatan, dan Camat atau Seksi Perekonomian Kecamatan. Pengumpulan data
dilakukan melalui ”Indepth Interview” kepada pejabat instansi/dinas terkait dan pemimpin/
pejabat bank pelaksana di daerah untuk mendapatkan penilaian pejabat terkait di tingkat
kecamatan dan kabupaten/kota dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner),
panduan diskusi, dan panduan wawancara serta melalui mekanisme Diskusi Kelompok
Terarah (Focus Group Discussion) untuk memperoleh pendapat nara sumber baik dalam
rangka menetapkan KPJu unggulan maupun menjaring informasi tentang kendala/
permasalahan, faktor penghambat dan pendukung serta kebijakan pemerintah dalam
pengembangan UMKM, khususnya untuk KPJu unggulan yang terpilih.
Data Sekunder, yaitu data dan informasi yang diperoleh dari dokumen/publikasi/
laporan penelitian dari dinas/instansi dan sumber data lainnya yang menunjang.
1.4.3. Analisis Data
Analisis data primer dan sekunder dilakukan dalam rangka menjawab tujuan
penelitian. Untuk menjawab tujuan pertama, analisis yang dilakukan adalah analisis
diskriptif, tabulasi silang, dan statistik deskriptif. Hasil analisis deskriptif tersebut digunakan
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
I-7
sebagai bahan untuk penyusunan rekomendasi. Khusus dalam rangka analisis dan
penetapan KPJu unggulan, metode analisis yang digunakan adalah Metode Perbandingan
Eksponensial (MPE) dan Analytic Hierarchy Process (AHP) dengan struktur hierarki
konseptual seperti dapat dilihat Gambar 1.4.1 dan Metode Borda. Proses penetapan KPJu
unggulan dengan menggunakan AHP dapat dilihat pada Gambar 1.4.2 dan Gambar 1.4.3.
Ketersediaan PasarHargaPenyerapan Tenaga KerjaSumbangan thd perekonomian
FOCUSMencari Komoditi
Unggulan
TUJUANa. Pertumbuhan Ekonomi
b. Penciptaan Lapangan Kerjac. Peningkatan Daya Saing
INPUT PROSES OUTPUT
Kriteria Kriteria Kriteria
Skilled Tenaga KerjaBahan BakuModalSarana Produksi/Usaha
TeknologiSosial BudayaManajeman Usaha
Unsur Penilaian
Ketersediaan skilled TK(pelaksana):• Tingkat Pendidikan• Pelatihan• Pengalaman kerja
• Jumlah lembaga pelatihan
• Ketersediaan bahan baku• Harga perolehan bahan baku• Retensi/parishability bahan
baku• Kesinambungan bahan baku• Mutu• Kemudahan• Aspek Lingkungan
• Kebutuhan investasi awal• Kebutuhan modal kerja• Aksesibilitas thd sumber
pembiayaan
• Ketersediaan Sarana Produksi• Harga• Kemudahan
• Ketersediaan• Kemudahan
(memperoleh teknologi)• Dampak lingkungan
Didukung oleh faktor:• Ciri khas lokal• Religion/Budaya• Turun temurun
Kemudahan untukmengelola
Unsur Penilaian
Kemudahan:• Menjual• Mendistribusikan (lokasi)
• Stabilitas Harga
• Nilai Tambah
Jumlah jenis usaha yang
terpengaruh karena
keberadaan usaha ini
(Backward & forward
linkages)
Unsur Penilaian
Penyerapan Tenaga Kerja
SEKTOR / SUBSEKTOR
SEKTOR / SUBSEKTOR
Gambar 1.4.1. Hierarki Konseptual Penentuan KPJu Unggulan Daerah
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
I-8
Gambar 1.4.2. Hierarki Operasional Penentuan KPJu Unggulan Daerah
Gambar 1.4.3. Hierarki Operasional Penentuan Tingkat Kepentingan Sektor/Subsektor Ekonomi tiap kabupaten/kotadalam Penentuan KPJu Unggulan Lintas Sektor
MENCARI KOMODITI UNGGULAN
Pertumbuhan Ekonomi
SkilledTenagaKerja
BahanBaku
ModalSarana
Produksi/Usaha
Teknologi SosialBudaya
ManajemanUsaha
KetersediaanPasar
HargaPenyerapan
TenagaKerja
Sumbanganterhadap
Perekonomian
Penciptaan Lapangan Kerja Peningkatan Daya Saing Produk
ALTERNATIF KPJu
LEVEL 1FOKUS
LEVEL 2TUJUAN
LEVEL 3KRITERIA
LEVEL 4ALT. KPJu
8...432
MENCARI KOMODITI UNGGULAN
Pertumbuhan Ekonomi Penciptaan Lapangan Kerja Peningkatan Daya Saing Produk
LEVEL 1FOKUS
LEVEL 2TUJUAN
LEVEL 3SEKTOR / SUBSEKTOR SEKTOR / SUBSEKTOR (Kabupaten / Kota 1)
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
I-9
a. Tahap Pertama
Tahap pertama adalah penentuan nilai bobot tujuan dan kriteria yang dilakukan
di tingkat Provinsi berdasarkan pendapat Tim Pakar lintas sektoral. Nilai bobot tujuan dan
kriteria berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan metode AHP digunakan sebagai
bobot tujuan dan kriteria untuk semua sektor/subsektor dan semua kabupaten/kota di
Provinsi Sumatera Barat. Dalam hal bobot kriteria yang dianalisis adalah:
1. Penentuan bobot masing-masing kriteria untuk:
a. penyaringan komoditi unggulan di tingkat Kecamatan,
b. penyaringan hasil komoditi unggulan di tingkat kecamatan menjadi short list
untuk masukan penyaringan komoditi tingkat kabupaten/kota:
c. Jumlah unit usaha/rumah tangga usaha atau volume produksi untuk masing-
masing KPJu dari setiap kecamatan yang bersumber dari data sekunder/statistik;
d. Pasar, dengan kriteria jangkauan pemasaran KPJu (persepsi nara sumber): (1)
Lokal kecamatan; (2) Antar kabupaten/kota; (3) Antar Provinsi dan (4) Ekspor.
e. Ketersediaan bahan baku/sarana produksi (persepsi nara sumber); (1) Sarana
produksi pertanian/bibit (sektor pertanian); (2) Sarana produksi/bahan baku
(sektor industri); dan (3) Sarana usaha (sektor perdagangan, angkutan, jasa).
f. Kontribusi KPJu terhadap perekonomian wilayah kecamatan dan kabupaten/kota
(persepsi nara sumber).
2. Penentuan bobot kriteria untuk penyaringan KPJu unggulan kabupaten/kota untuk
masing-masing sektor/subsektor dan lintas sektor:
a. Tenaga kerja terampil yang dibutuhkan (Skilled);
b. Bahan baku;
c. Modal;
d. Sarana produksi/usaha;
e. Teknologi;
f. Sosial budaya;
g. Manajemen usaha;
h. Ketersediaan pasar;
i. Harga;
j. Penyerapan tenaga kerja; dan
k. Sumbangan terhadap perekonomian. Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan
UMKM Sumatera Barat
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
I-10
b. Tahap Kedua
Tahap kedua dilaksanakan guna menghasilkan Identifikasi KPJu unggulan pada
setiap sektor ekonomi pada tingkat kecamatan, dengan menggunakan kriteria dan bobot
masing-masing kriteria berdasarkan hasil tahap pertama. Langkah awal yang dilakukan
pada tahap kedua ini adalah memperoleh data semua KPJu untuk setiap sektor/subsektor
yang ada pada setiap kecamatan (long list). Berdasarkan long list tersebut dilakukan
penyaringan untuk memperoleh KPJu unggulan untuk setiap sektor/subsektor dengan
menggunakan metode Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) (Marimin, 2004). Pada
awalnya digunakan Composite Performance Index (CPI) yang lebih mempertimbangkan
karakteristik data dari kriteria yang ditentukan, namun karena hasil penilaian terjadi
perbedaan nilai yang sangat besar maka metode ditransformasikan dalam scoring melalui
metode perbandingan eksponensial (MPE).
Penggunaan metode MPE untuk kriteria: (a) Jumlah unit usaha/rumahtangga
usaha atau volume produksi bersumber dari data sekunder, sedangkan (b) Pasar, (c)
Ketersediaan bahan baku/sarana produksi, dan (d) Kontribusi terhadap perekonomian
kecamatan dilakukan penilaian (pemberian skor dan bobot) terhadap setiap KPJu untuk
setiap sektor/subsektor yang ada pada long list. Penilaian dilakukan oleh nara sumber
melalui mekanisme indepth interview dan pengisian matrik identifikasi alternatif
komoditi/produk/jenis usaha unggulan tingkat kecamatan. Nara sumber tersebut adalah
mantri tani, mantri statistik, dan staf/seksi perekonomian dari semua kecamatan yang
dijadikan daerah penelitian.
Output dari analisis MPE adalah nilai skor terbobot dari setiap KPJu yang
diidentifkasi. Analisis berikutnya adalah melakukan pengurutan skor terbobot tertinggi ke
terendah (descending sorting). Akhirnya masing-masing kecamatan ditetapkan 5 (lima)
KPJu dari setiap sektor/subsektor yang memiliki skor terbobot tertinggi.
c. Tahap Ketiga
Tahap ketiga dilaksanakan untuk menghasilkan KPJu unggulan untuk setiap
sektor/subsektor dan lintas sektor pada tingkat kabupaten/kota. Tahap ketiga diawali
dengan penyaringan KPJu unggulan untuk semua kecamatan, yaitu dengan
menggabungkan hasil identifikasi KPJu unggulan semua kecamatan (hasil tahap kedua).
Proses penyaringan dilakukan dengan menggunakan metode Borda berdasarkan urutan
prioritas dan nilai skor KPJu dari hasil MPE yang telah dilaksanakan pada tahap
sebelumnya (oleh pejabat tingkat kecamatan). Berdasarkan skor-terbobot yang diperoleh
ditetapkan maksimal 10 KPJu untuk setiap sektor/subsektor yang memiliki skor
terbobot tertinggi, yang dijadikan sebagai alternatif untuk dipilih sebagai KPJu unggulan
untuk setiap sektor/subsektor.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
I-11
Kriteria yang digunakan untuk proses penetapan KPJu unggulan kabupaten/kota
ditinjau dari aspek Input-Proses-Output, yang diuraikan menjadi 11 kriteria, masing-
masing kriteria mempertimbangkan unsur penilaian seperti disajikan pada Tabel 1.4.1.
Tabel 1.4.1.Kriteria dan Unsur Penilaian Dalam Penentuan KPJu Unggulan
KriteriaUnsur Penilaian
A INPUT
1 Tenaga Kerja Terampil yangdibutuhkan (Skilled)
1) Tingkat Pendidikan
2) Pelatihan
3) Pengalaman Kerja
4) Jumlah Lembaga Pelatihan
2 Bahan Baku 1) Ketersediaan bahan baku
2) Harga perolehan bahan baku
3) Retensi/parishability bahan baku
4) Kesinambungan bahan baku
5) Mutu bahan baku
6) Kemudahan dalam memperoleh bahan baku
7) Aspek Lingkungan
3 Modal 1) Kebutuhan investasi awal
2) Kebutuhan modal kerja
3) Aksesibilitas terhadap sumber pembiayaan
4 Sarana Produksi/Usaha 1) Ketersediaan sarana produksi
2) Harga
3) Kemudahan dalam memperoleh
B PROSES 1)
5 Teknologi 2) Ketersediaan
3) Kemudahan (memperoleh teknologi)
4) Dampak Lingkungan
6 Sosial Budaya 1) Ciri khas local
2) Religion/Budaya
3) Turun temurun
7 Manajemen usaha Kemudahan memanage usaha
C OUTPUT
8 Ketersediaan Pasar 1) Jangkauan/wilayah pemasaran
2) Kemudahan Mendistribusikan
9 Harga 1) Stabilitas harga
2) Nilai tambah (Added Value)
10 Penyerapan Tenaga Kerja Kemampuan menyerap TK
11 Sumbangan terhadap perekonomianwilayah
Jumlah jenis usaha yang terpengaruh karenakeberadaan usaha ini (Backward & forward linkages)
Analisis untuk penetapan KPJu dilakukan dengan menggunakan metode
Analytical Hierarchy Process (Saaty, 2000). Bobot setiap kriteria yang digunakan adalah
berdasarkan hasil Tahap Pertama. Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM
Sumatera Barat Terhadap masing-masing kriteria, dilakukan penilaian perbandingan
tingkat kepentingan antar alternatif KPJu menurut skala ordinal Saaty, oleh nara sumber
yang diperoleh melalui mekanisme Focus Group Discussion (FGD) dan pengisian
kuesioner/matrik. Penilaian perbandingan (scoring) antar KPJu untuk setiap kriteria
didasarkan atas unsur penilaian seperti tertuang pada Tabel 2, baik pada kondisi saat ini
dan prospeknya di masa yang akan datang. Pelaksanaan kegiatan pada tahap ini
dilaksanakan di masing-masing Dinas/Instansi, dengan nara sumber adalah pejabat
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
I-12
dinas/instansi terkait pada tingkat kabupaten/kota yang terkait secara langsung dalam
pembinaan dan pengembangan UMKM untuk semua sektor ekonomi, pejabat bank
pelaksana, Bappeda, dan Pengurus Asosiasi/Kadinda. Pada tahap ini dilakukan juga
penilaian tingkat kepentingan Sektor/Subsektor Ekonomi pada masing-masing kabupa-
ten/kota dalam penetapan KPJu Unggulan Lintas Sektor.
Penilaian (scoring) terhadap setiap kriteria didasarkan atas prinsip kemudahan
bagi UMKM dalam rangka menjalankan usaha, usaha baru atau mengembangkan usaha,
serta sejauh mana dukungan wilayah pada setiap unsur penilaian. Output dari tahapan
ini adalah daftar KPJu unggulan beserta nilai skor terbobot untuk masing-masing KPJu.
Berdasarkan nilai skor terbobot masing-masing KPJu ditetapkan Analisis berikutnya
adalah menentukan 5 (lima) KPJu untuk setiap sektor/subsektor sebagai KPJu unggulan
kabupaten/kota yang mempunyai nilai skor terbobot tertinggi.
Tahapan berikutnya adalah menentukan KPJu unggulan lintas sektor ekonomi
tingkat kabupaten/kota. Langkah-langkah proses penentuan KPJu Unggulan Lintas
Sektoral adalah sebagai berikut:
1. Proses normalisasi nilai skor terbobot dari 5 (lima) KPJu Unggulan per Sektor;
2. Analisis AHP untuk memperoleh bobot atau tingkat kepentingan masing-masing
Sektor/Subsektor ekonomi dalam penetapan KPJu Unggulan Lintas Sektor;
3. Penggabungan KPJu Unggulan setiap Sektor, dan kemudian menetapkan nilai Skor
Terbobot setiap KPJu Unggulan berdasarkan teknik BAYES, yaitu perkalian hasil
normalisasi skor terbobot KPJu Unggulan per Sektor hasil langkah (i) dengan nilai
bobot kepentingan Sektor Ekonomi KPJu yang bersangkutan (hasil langkah ii);
4. Menetapkan 5 KPJu yang mempunyai nilai skor terbobot tertinggi (hasil langkah iii),
sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor.
d. Tahap Keempat
Tahap keempat terdiri dari dua kegiatan yaitu:
1. Proses re-konfirmasi hasil penetapan KPJu Unggulan per Sektor dan KPJu Unggulan
Lintas Sektor, berdasarkan hasil kegiatan tahap pertama sampai ketiga. Pada tahap
ini juga dilakukan proses penjaringan pendapat nara sumber untuk mengklasi-
fikasikan KPJu Unggulan berdasarkan Prospek dan berdasarkan Potensi kondisi saat
ini. Hasil penjaringan adalah pemetaan KPJu Unggulan menurut 4 Kuadran seperti
pada Gambar 1.4.4. berikut:
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
I-13
Gambar 1.4.4. Pemetaan Kuadran KPJu Unggulan
2. Proses identifkasi alternatif kebijakan pengembangan masing-masing KPJu Unggulan
tingkat kabupaten/kota. Kedua kegiatan tersebut dilakukan melalui mekanisme FGD
dengan nara sumber dari pejabat dinas/instansi terkait pada tingkat kabupaten/kota
yang terkait secara langsung dalam pembinaan dan pengembangan UMKM untuk
semua sektor ekonomi, pejabat bank pelaksana, Bappeda, dan Pengurus
Asosiasi/Kadinda.
e. Tahap Kelima
Tahap kelima adalah proses penyaringan lebih lanjut dalam rangka menetapkan
KPJu unggulan setiap sektor ekonomi dan lintas sektor tingkat Provinsi.
1. Penentuan KPJu unggulan per sektor/subsektor pada tingkat Provinsi dilakukan
terhadap gabungan KPJu unggulan per sektor/subsektor pada tingkat Kabupaten.
Dari hasil penggabungan tersebut dilakukan penyaringan KPJu unggulan untuk
setiap sektor/subsektor dengan menggunakan metode pembobotan Borda. Hasil
yang diperoleh adalah maksimal 5 (lima) KPJu unggulan yang memiliki total
nilai/skor tertinggi sebagai KPJu unggulan per sektor/subsektor tingkat Provinsi.
Fungsi Borda untuk penentuan KPJu per sektor/subsektor dilakukan melalui
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Urutkan 5 (lima) KPJu unggulan dari prioritas tertinggi hingga terendah;
b. KPJu yang menempati urutan tertinggi dalam sektor/subsektor tersebut diberi
bobot 5, urutan kedua diberi bobot 4, dan seterusnya;
c. Ulangi proses (i) dan (ii) untuk KPJu di masing-masing kabupaten/kota;
Kuadran I:KPJu Unggulandengan Prospekdan Potensi yangTinggi
Kuadran II:KPJu Unggulandengan Prospek Tinggidan Potensi yangRendah
Kuadran IV:KPJu Unggulandengan Prospek danPotensi yang Rendah
Kuadran III:KPJu Unggulandengan Prospek yangRendah dan Potensiyang Rendah
Prospek
Potensi
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
I-14
d. Berdasarkan hasil proses (iii) skor Borda untuk KPJu-i tingkat Provinsi dihitung
sebagai berikut :
e. Tetapkan 5 (lima) KPJu unggulan Provinsi yang mempunyai nilai skor Borda
tertinggi.
2. Penentuan KPJu unggulan lintas sektor pada tingkat Provinsi dilakukan terhadap
gabungan seluruh KPJu unggulan lintas sektor pada tingkat kabupaten/kota.
Dari hasil penggabungan tersebut dilakukan penyaringan KPJu unggulan lintas
sektor dengan menggunakan metode pembobotan Borda. Hasil yang diperoleh
adalah maksimal 5 (lima) KPJu unggulan yang memiliki total nilai/skor tertinggi
sebagai KPJu unggulan lintas sektor tingkat Provinsi.
Diagram alir proses penentuan KPJu Unggulan setiap sektor/subsektor pada
kabupaten/kota dan Provinsi secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 1.5.
e. Tahap Keenam
Berdasarkan hasil penentuan KPJu unggulan daerah, baik menurut sektor/
subsektor ekonomi maupun lintas sektoral, diberikan rekomendasi kebijakan atau saran-
saran pengembangan yang diperoleh berdasarkan hasil Focus Group Discussion (FGD),
baik di tingkat kabupaten/kota maupun Provinsi. Rekomendasi kebijakan diharapkan
dapat dimanfaatkan oleh Pemerintah Daerah, dinas/instansi terkait, perbankan, dan para
stakeholders sebagai referensi dalam pembuatan kebijakan lebih lanjut. Demikian pula,
fungsi Kantor Bank Indonesia baik sebagai advisor maupun penyedia data dan informasi
dapat diimplementasikan dari hasil penelitian ini.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
I-15
Mulai
Penilaian Tujuan
Memenuhi
standar CI
Penggabunganpendapat
Penilaian kriteriaberkaitan dengan
tujuan
Memenuhi
standar CI
Penggabunganpendapat
Perhitunganvertikal – bobotkriteria terhadap
Ultimate Goal
Penilaian kriteriaberkaitan dengan
tujuan
Memenuhi
standar CI
Penggabunganpendapat
Perhitungan vertikal –bobot kriteria
+ > 10%
Standar
+ > 10%
Standar
+ > 10%
Standar
T
RevisiY
Y
Y
Y
Y
T
T
Y
T
Y
A
T
RevisiY
T
RevisiY
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
I-16
Gambar 1.4.5. Diagram Alir Proses Penentuan KPJu Unggulan Setiap Sektor/Subsektorpada Kabupaten/Kota dan Provinsi dengan Metode AHP
Penilaian KPJu unggulanuntuk setiap sektor/sub
sektor di Kab/kota
Memenuhi
standar CI
Penggabunganpendapat
Penetapan 5 KPJusetiap sektor/sub sektor
Normalisasi bobot KPJusektor/sub sektor
Perhitungan bobot KPJusetiap sektor/sub sektor
Kab/kota
+ > 10% CI
T
RevisiY
Y
Y
T
A
Penetapan KPJuUnggulan Provinsi
Selesai
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-1
BAB II
PROFIL DAERAH
2.1 Provinsi Sumatera Barat
2.1.1. Kondisi Geografi dan Demografi
a. Letak Geografi dan luas wilayah
Sumatera Barat berada di bagian barat tengah pulau Sumatera, memiliki dataran
rendah di pantai barat, serta dataran tinggi vulkanik yang dibentuk Bukit Barisan
membentang dari barat laut ke tenggara. Garis pantai provinsi ini seluruhnya bersentuhan
dengan Samudera Hindia sepanjang 375 km. Kepulauan Mentawai terletak di Samudera
Hindia dan beberapa puluh kilometer lepas pantai Sumatera Barat.
Wilayah Sumatera Barat terletak antara 0 derajat Lintang Utara hingga 3 derajat
Lintang Selatan, serta 98 derajat dan 101 derajat Bujur Timur. Wilayah Sumatera Barat
dilalui oleh garis khatulistiwa (garis lintang nol derajat), tepatnya berada di kecamatan
Bonjol kabupaten Pasaman Barat, kondisi ini menyebabkan wilayah Sumatera Barat beriklim
tropis.
Batas-batas wilayah Sumatera Barat dengan propinsi lainnya sebagai berikut:
1) Sebelah Utara berbatasan dengan Propinsi Sumatera Utara
2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Propinsi Bengkulu dan Jambi
3) Sebelah Timur berbatasan dengan Propinsi Jambi dan Riau
4) Sebelah Barat berbatasan dengan Samudra Hindia
Luas wilayah sekitar 4.229.730 ha, setara dengan 2,17 % dari luas wilayah Negara
Kasatuan Republik Indonesia, dengan luas perairan laut diperkirakan 186.500 km2 dan
panjang garis pantai 2.420,57 km. Provinsi Sumatera Barat meliputi 19 Kabupaten dan
Kota, dengan luas setiap kabupaten/kota adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1.1.
Wilayah Administratif Provinsi Sumatera Barat 2010
Kabupaten/KotaLuas
wilayah(ha)
IbukotaJumlah
KecamatanJumlahNagari
JumlahDesa
/Kelurahan
Kabupaten
1. Kepulauan Mentawai 6.011,35 Tua Pejat 4 41
2. Pesisir Selatan 5.794,95 Painan 11 36
3. Solok 3.738,00 Kayu Aro 14 75
4. Sawahlunto Sijunjung 3.130,80 Muaro Sijunjung 8 46
5. Tanah Datar 1.336,00 Batusangkar 14 75
6. Padang Pariaman 1.328,79 Pariaman 17 43
7. Agam 2.232,30 Lubuk Basung 15 73
8. Limapuluh Kota 3.354,30 Payakumbuh 13 76
9. Pasaman 3.947,63 Lubuk Sikaping 8 30
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-2
Kabupaten/KotaLuas
wilayah(ha)
IbukotaJumlah
KecamatanJumlahNagari
JumlahDesa/
Kelurahan
10. Pasaman Barat 3.887,77 Simpang Empat 11 19
11. Dhamasraya 2.961,13 Koto Baru 4 21
12. Solok Selatan 3.346,20 Muaro Labuh 5 11
Kota
13. Padang 694,94 11 103
14. Solok 57,64 2 13
15. Sawahlunto 273,45 4 37
16. Padang panjang 23,00 2 16
17. Bukittinggi 25,24 3 24
18. Payakumbuh 80,43 3 73
19. Pariaman 73,36 3 71
Jumlah 42.297,30 152 546 337
Sumber : BPS Propinsi Sumatera Barat Tahun 2009
Dari tabel di atas terlihat bahwa Provinsi Sumatera Barat dibagi atas 3 (tiga) wilayah
administratif kabupaten, kecamatan, nagari dan pemerintah kota meliputi wilayah
kecamatan dan desa/ kelurahan. Pada tahun 2010 wilayah kecamatan di kabupaten/kota
Provinsi Sumatera Barat berjumlah sebanyak 152 kecamatan, dan 546 nagari, serta 337
desa/kelurahan.
b. Topografi dan iklim
Berdasarkan kondisi topografi, Propinsi Sumatera Barat dapat dibagi ke dalam 3
(tiga) satuan ruang morfologi yaitu : (1) Morfologi daratan, yang terdapat pada wilayah
bagian barat dengan ketinggian antara 0 s/d 50 mdpl, meliputi: bagian dari Kabupaten
Pasaman, Kabupaten Agam, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Pesisir Selatan dan
Koata Padang; (2) Morfologi bergelombang, daerah bagian tengah dengan ketinggian antara
50-100 mdpl, meliputi: bagian dari Kabupaten Solok, Kabupaten Tanah Datar, Kota Padang
Panjang, Kabupaten Agam dan Kabupaten Pasaman; dan (3) Morfologi perbukitan, daerah
bagian timur dengan ketinggian antara 100-500 mdpl, meliputi bagian dari Kota Sawahlunto,
Kabupaten Sawahlunto Sijunjung, Kota Bukittinggi, Kabupaten 50 Kota dan Kabupaten
Tanah Datar.
Suhu rata-rata di pantai barat berkisar antara 210 C - 380 C, pada daerah-daerah
perbukitan berkisar antara 150 - 340 C, pada umumnya di wilayah propinsi musim kemarau
jatuh pada bulan April-Agustus dan musim hujan jatuh pada bulan September-Maret, namun
di pantai barat musim sering terjadi hujan pada bulan-bulan di musim kemarau. Hampir di
setiap tahun di wilayah Propinsi Sumatera Barat terjadi 2 (dua) puncak curah hujan
maksimum yaitu pada bulan Maret dan Desember, dan curah hujan paling rendah terjadi
pada bulan Juni-Juli. Jumlah curah hujan rata-rata maksimum mencapai 4000 mm/tahun
terutama di wilayah pantai barat, sedangkan pada beberapa tempat di bagian timur
Sumatera Barat curah hujannya relatif kecil antara 1500-3000 mm/tahun.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-3
c. Lahan dan penggunaannya
Daratan Provinsi Sumatera Barat yang sangat luas termasuk pulau-pulau kecil
merupakan modal pembangunan yang sangat potensial untuk dikembangkan, tidak saja
untuk kegiatan pertanian (khususnya perkebunan) dan kehutanan (HTI), tetapi juga pada
beberapa bagian wilayahnya dapat dikembangkan untuk permukiman maupun industri.
Secara umum pemanfaatan lahan darat di provinsi ini telah berkembang secara intensif
untuk pengembangan ekonomi daerah, sementara daratan kepulauan khususnya Kepulauan
Mentawai pemanfaatannya masih menghadapi beberapa kendala, terutama terkait dengan
kondisi fisiografi. Secara fisik kondisi daratan Provinsi Sumatera Barat umumnya berupa
perbukitan dan pegunungan sehingga membutuhkan kehati-hatian agar tidak menimbulkan
bencana alam, terutama tanah longsor.
Pengunaan lahan merupakan manifestasi dari kegiatan sosial-budaya dan sosial-
ekonomi dalam upaya pemanfaatan potensi sumberdaya alam yang ada. Penggunaan lahan
di Provinsi Sumatera Barat secara umum meliputi kawasan lindung dan kawasan budidaya.
Kawasan lindung dibedakan menjadi kawasan yang memberikan perlindungan kawasan
bawahannya, dan kawasan perlindungan setempat, sedang kawasan budidaya diantaranya
berupa kawasan permukiman, kawasan pertanian tanaman pangan, kawasan perkebunan,
kawasan peternakan, kawasan industri, kawasan pertambangan, kawasan perikanan dan
kelautan, dan kawasan hutan.
Tabel 2.1.2Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumbar tahun 2010
Kawasan Luas (Ha) Prosentase (%)
1. Kawasan Lindung
- Hutan Lindung 719.989 17,02
- Suaka Alam & Cagar Budaya 796.604 18,83
Jumlah 1.516.593 35,86
2. Kawasan Budaya
- Hutan Produksi 287.563 6,80
- Hutan Produksi Konversi 239.123 5,65
- Hutan Produksi Terbatas 224.726 5,31
- Industri 432 0,01
- Danau/Perairan Darat 36.449 0,86
- Permukiman 70.328 1,66
- Perkebunan 576.012 13,62
- Pertanian 1.278.088 30,22
- Pertambangan 368 0,01
Jumlah 2.713.089 64,14
Total 4.229.682 100,00
Sumber :RTRW SUMBAR, 2010
d. Demografi
Hasil sensus penduduk oleh BPS pada tahun 2010 jumlah penduduk sementara
Sumatera Barat sudah mencapai 4.845.998 orang, yang terdiri dari 2.404.472 laki-laki dan
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-4
2.441.526 perempuan. Terlihat jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari laki-laki.
Sebaran penduduk 73,10 % berada di daerah Kabupaten dan 26,90% berada di Kota.
Jumlah penduduk terbanyak berada di Kota Padang yang berjumlah 833.584 orang
dan paling sedikit di Kota Padang Panjang berjumlah 47.008 orang. Dengan luas provinsi
Sumatra Barat sekitar 42.130,82 kilometer persegi yang didiami oleh 4.845.998 orang, maka
tingkat kepadatan penduduk Provinsi Sumbar adalah 115 orang per km persegi.
Tabel 2.1.3Jumlah Penduduk Sumatera Barat Per Kabupaten/Kota Tahun 2010
Kabupaten/Kota Laki – laki PerempuanJumlah
Penduduk
RatioJenis
Kelamin
Kabupaten
Kab. Kep. Mentawai 39.629 36.792 76.421 108
Kab. Pesisr Selatan 212.640 217.059 429.699 98
Kab. Solok 172.004 176.987 348.991 97
Kab. Sijunjung 100.759 100.868 201.627 100
Kab. Tanah Datar 164.857 173.727 338.584 95
Kab. Padang Pariaman 191.496 198.708 390.204 96
Kab. Agam 223.544 231.940 455.484 96
Kab. Lima Puluh kota 172.507 175.742 348.249 98
Kab. Pasaman 125.289 127.692 252.981 98
Kab. Solok Selatan 72.614 71.622 144.236 101
Kab. Dharmasraya 98.871 92.406 191.277 107
Kab. Pasaman Barat 183.828 180.759 364.587 102
Kota
Kota Padang 415.235 418.349 833.584 99
Kota Solok 29.261 30.056 59.317 97
Kota Sawahlunto 28.127 28.685 56.812 98
Kota Padang panjang 23.290 23.718 47.008 98
Kota Bukittinggi 53.745 57.209 110.954 94
Kota Payakumbuh 57.890 59.020 116.910 98
Kota Pariaman 38.886 40.187 79.073 97
Jumlah Total 2.404.472 2.441.526 4.845.998 98
Sumber : BPS, Sensus Penduduk 2010
Kota yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah Kota Bukittinggi
sebanyak 4.656 orang per kilometer persegi. Hasil pencacahan dengan `laping` rendah
adalah Kabupaten Kepulauan Mentawai yakni sebanyak 13 orang per kilometer persegi (BPS,
Sensus Penduduk 2010). Penduduk Sumatera Barat usia 15 tahun keatas/usia kerja cukup
besar yakni sebanyak 2.127.512 orang, angkatan kerja ini dapat dikelompokkan atas,
bekerja sebanyak 1.956.378 orang (91,96%) dan menganggur sebanyak 171.134 orang
(8,04), terbesar adalah angkatan kerja laki-laki sebanyak 1.280.972 orang, sedangkan
angkatan kerja perempuan sebanyak 846.540 orang. Penduduk bukan angkatan kerja
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-5
sebanyak 1.197.746 orang yang terdiri dari penduduk bersekolah, mengurus rumah tangga
dan lainnya (BPS, Sakernas 2008).
2.1.2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia
a. Sumber daya alam
Provinsi Sumatera Barat memiliki kondisi geografis yang bergunung dan hidrografi
sungai yang beragam. Struktur hidrografi dengan aliran sungai yang banyak di lerengnya
dan menjadi hulu beberapa sungai yang cukup besar di Pulau Sumatera. Beberapa sungai
besar yang berhulu dari provinsi ini adalah: Sungai Rokan, Sungai Inderagiri (disebut
sebagai Batang Kuantan di bagian hulunya), Sungai Kampar dan Batang Hari. Semua sungai
ini bermuara di pantai timur Sumatera, di Provinsi Riau atau Jambi. Sungai-sungai yang
bermuara di pantai barat pendek-pendek, diantaranya Batang Anai, Batang Arau dan Batang
Tarusan. Disamping itu Sumatera Barat juga memiliki beberapa danau besar dan kecil yang
tersebar di beberapa Kabupaten dan Kota. Diantaranya Danau Maninjau (99,5 km²), Danau
Singkarak (130,1 km²), Danau Diatas (31,5 km²), Danau Dibawah (14,0 km²), dan Danau
Talang (5,0 km²).
Saat ini terdapat Kawasan Hutan Konservasi, Kawasan Hutan Lindung dan Kawasan
Hutan Produksi. Kawasan Hutan Konservasi memiliki tiga fungsi pokok, yaitu : untuk
pemeliharaan keanekaragaman hayati, pemanfaatan sumber daya alam secara
berkelanjutan dan perlindungan sistem penyangga kehidupan. Kawasan Hutan Konservasi di
Sumatera Barat terdiri atas:
1) Cagar Alam seluas 3.044,93 Ha (Rimbo Panti, Lembah Harau, Batang Palupuh,
Lembah Anai dan Baringin Sakti),
2) Suaka Alam seluas 182.456,00 Ha (Malampah, Alahan Panjang, Maninjau, Sago,
Malintang, Air Puti, Marapi, Singgalang, Tandikat, Barisan I, Batang Pangean I dan
II, Sulasih Talang, Air Tarusan, dan Arau Hilir),
3) Suaka Margasatwa seluas 2.430.000,00 Ha (Pulau Penyu dan Pulau Panjang),
4) Taman Wisata seluas 86.802,00 Ha (Rimbo Panti, Lembah Harau, Mega Mendung,
Pulau Pieh, Teluk Saibi Sarabua dan Pulau Pagai),
5) Taman Hutan Raya seluas 240,00 Ha (Taman Hutan Raya Bung Hatta),
6) Taman Nasional seluas 417.630,00 Ha (Taman Nasional Kerinci Seblat dan Taman
Nasional Siberut),
7) Taman Buru seluas 86.854,00 Ha (Bukit Sidoali dan Pulau Sipora).
Kawasan hutan lindung memiliki fungsi untuk perlindungan sistem penyangga
kehidupan antara lain untuk pengaturan tata air, pencegahan banjir, pengendalian erosi,
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-6
pencegahan intrusi air laut dan pemeliharaan kesuburan tanah. Kawasan Hutan Lindung di
Sumatera Barat seluas 910.533,00 Ha dengan lokasi tersebar di 19 (sembilan belas)
Kabupaten dan Kota. Kawasan hutan koservasi dan kawasan hutan lindung di Provinsi
Sumatera Barat tidak saja memberikan manfaat ekologis, khususnya pengaturan dan
penyediaan sumber daya air bagi Provinsi Sumatera Barat tapi juga bagi provinsi-provinsi
tetangganya, terutama Provinsi Riau dan Provinsi Jambi.
b. Sumber daya manusia
Pencapaian Indek Pembangunan Manusia (IPM) selama periode 1990-2005 telah
menempatkan Sumatera Barat masih di bawah provinsi yang dijadikan pembanding, yaitu
Kalimantan Timur, Sulawesi Utara dan Yogyakarta. Sedangkan secara umum terlihat pula
bahwa posisi Sumatera Barat ternyata sudah lebih baik dari kondisi rata-rata Indonesia.
Diantara komponen yang lazim dinilai, pencapaian perpanjangan pendidikan justru lebih
lambat bilamana dibandingkan dengan Yogyakarta dan Kalimantan Timur. Sebaliknya,
pembangunan manusia di Sumatera Barat cukup berhasil meningkatkan angka melek huruf,
dibandingkan dengan daerah lain. Pencapaian indikator pada sub sektor kesehatan masih
menunjukkan tendensi yang tertinggal dibandingkan dengan daerah lainnya, namun
perpanjangan usia harapan hidup adalah suatu prestasi yang tidak dapat diabaikan. Secara
singkat, dari perkembangan capaian IPM, komponen pencapaian derajat kesehatan
menduduki persoalan utama, kemudian diikuti penyelesaian pemerataan kualitas pendidikan
dan peningkatan daya beli masyarakat.
Tabel 2.1.4
Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia di Sumatera Barat
Tahun 2005-2009
TahunAngka Melek Huruf
Rata-Rata Lamasekolah
Angka Harapan HidupIPM
Nilai Max Nilai Max Nilai Max
2005 96,0 100 8 15 68,2 85 71,2
2006 96,0 100 8 15 68,5 85 71,6
2007 96,10 100 8,18 15 68,8 85 72,23
2008 96,66 100 8,3 15 68,9 85 72,96
2009 96,81 100 8.43 15 69.25 85 73.44
Sumber : BPS, 2011
Berdasarkan tabel di atas dapat kita lihat bahwa indeks pembangunan Sumatera
Barat mengalami peningkatan selama periode 2005-2009. Secara umum indeks
pembangunan manusia Sumatera Barat masuk kategori menengah ke atas. Berdasarkan
indikator IPM tersebut, dapat kita lihat bahwa rata-rata lama sekolah Sumatera Barat adalah
8 tahun atau setara kelas 2 SLTP yang berarti masih di bawah standar 9 tahun.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-7
2.1.3. Infrastruktur
a. Prasarana transportasi
Prasarana transportasi di Provinsi Sumatera Barat meliputi transportasi darat, laut,
udara, dan kereta api. Prasarana transportasi darat ditunjang dengan adanya jaringan jalan
baik jalan nasional, jalan provinsi, maupun jalan kabupaten/kota. Untuk menunjang
perwujudan rencana struktur ruang dan pemanfaatan potensi ekonomi yang ada, maka
pengembangan dan pembangunan prasarana jalan masih dibutuhkan. Namun permasalahan
yang dihadapi adalah karena kondisi fisik provinsi ini yang menjadi kendala untuk
pengembangannya. Kendala-kendala tersebut diantaranya topografi, banyaknya aliran
sungai, dan luasnya kawasan hutan lindung termasuk taman nasional. Selanjutnya untuk
angkutan sungai, danau dan penyeberangan (ASDP) sangat dimungkinkan untuk
dikembangkan. Pengembangan angkutan danau yang memungkinkan dapat dikembangkan
adalah untuk menunjang pariwisata, seperti Danau Maninjau, Danau Singkarak, Danau
Diatas dan Danau Dibawah. Pengembangan angkutan sungai memiliki banyak
permasalahan, seperti kondisi fisik sungai, debit air, dan tingginya sedimentasi. Prasarana
transportasi laut provinsi ini telah ditunjang oleh pelabuhan internasional Teluk Bayur dan
beberapa pelabuhan skala lokal di beberapa kabupaten/kota yang memiliki perairan laut,
seperti Kabupaten Pesisir Selatan, Kota Padang, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten
Pasaman Barat dan Kabupaten Kepulauan Mentawai. Sama halnya dengan permasalahan
yang dihadapi pengembangan prasarana transportasi darat (jalan), pengembangan
pelabuhan di provinsi ini juga menghadapi kendala status kawasan untuk pengembangan
pelabuhan laut yang umumnya termasuk kawasan hutan dan kawasan konservasi.
Prasarana transportasi udara di Provinsi Sumatera Barat memiliki 3 (tiga) pelabuhan
udara yang berfungsi sampai saat ini, yaitu Bandara Internasional Minangkabau di Padang
Pariaman, Bandara Tabing (kepentingan militer) di Kota Padang, dan Bandara Rokot di
Kabupaten Kepulauan Mentawai. Pengembangan prasarana ini lebih tergantung pada
kecenderungan permintaan angkutan penumpang dan barang. Angkutan kereta api
cenderung menurun untuk angkutan penumpang. Pelayanan angkutan kereta api di provinsi
ini mengandalkan pada angkutan barang, khususnya hasil tambang batubara dan semen,
sedangkan angkutan penumpang terbatas untuk kereta api wisata. Kendala pengembangan
angkutan kereta api selain biaya investasi prasarana yang sangat mahal, juga karena kondisi
morfologi yang kurang sesuai dengan persyaratan jaringan jalan kereta api. Namun
demikian untuk jangka panjang pengembangan angkutan kereta api perlu dipertimbangkan
pengembangannya karena angkutan ini memiliki efisiensi yang tinggi dibandingkan angkutan
jalan.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-8
b. Prasarana listrik dan air minum
Pemenuhan energi listrik di Provinsi Sumatera Barat dilakukan oleh PT. PLN
(Persero) KITLUR SUMBAGSEL dan PLN (Persero) P3B Wilayah Sumatera. Pembangkit listrik
yang dikelola oleh KITLUR umumnya berkapasitas besar, yang terdiri dari PLTA, PLTG, PLTD
dan PLTU. Unit KITLUR telah dimekarkan untuk efektifitas operasional menjadi :
a. PT PLN (Persero) KIT Sumbagsel : mengelola pembangkitan berkapasitas besar
untuk wilayah Sumatera bagian Selatan.
b. PT PLN (Persero) P3B Sumatera : mengelola penyaluran dan pengaturan beban
untuk seluruh wilayah Sumatera.
Selain itu beberapa PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro) juga telah
dibangun oleh perusahaan swasta, koperasi dan swadaya masyarakat seperti ditunjukkan
pada Tabel 2.1.5. Namun demikian, sekitar 80 % PLTMH yang ada sudah tidak beroperasi
lagi karena sudah masuknya jaringan PLN. Kebutuhan tenaga listrik Provinsi Sumatera Barat
dalam 5 tahun terakhir mencapai rata-rata 6,2% per tahun. Pertumbuhan tertinggi terjadi
pada sektor komersil dengan tumbuh rata-rata sebesar 17,0 % per tahun, diikuti sektor
publik rata-rata 8,2% per tahun, sektor rumah tangga 4,9% per tahun dan sektor industri
tumbuh rata-rata 4,6 % per tahun. Kapasitas pembangkit energi listrik yang ada dan akan
dikembangkan kiranya mampu memenuhi kebutuhan energi listrik sampai tahun 2029 yang
diperkirakan sebesar 7.300 GWh (7.300.000 MWh), atau tumbuh rata-rata 6,3 % per tahun.
Tabel 2.1.5
Jumlah dan Total Daya PLTMH di Sumatera Barat Tahun 2007
No. Kabupaten Jumlah (Unit) Daya (KVA) Total Daya (KVA)
1 Kab. Agam 27 3-60 317
2 Kab. 50 Koata 8 3-10 51
3 Kab. Pasaman 30 2-60 280
4 Kab. Solok 14 3-60 338
5 Kab. Pesisir Selatan 8 2-40 85
6 Kab. SWL.Sijunjung 2 5-30 35
7 Kab. Tanah Datar 4 3-15 26
Total 93 2-60 1132
Sumber : Sumatera Barat Dalam Angka, 2010
c. Prasarana komunikasi
Pelayanan telekomunikasi di Provinsi Sumatera Barat dikelola oleh PT. Telkom Tbk,
Kandatel II Sumatera Barat. Wilayah yang telah terjangkau jaringan telekomunikasi
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-9
umumnya di wilayah perkotaan, termasuk di dalamnya adalah kota kecamatan dan kota
kabupaten. Pengembangan jaringan pelayanan telekomunikasi menghadapi kendala pada
terbatasnya kemampuan penyediaan jaringan dan satuan sambungan telepon. Namun
dengan berkembangnya teknologi telekomunikasi seluler/telepon genggam, maka
penyediaan sambungan telepon kabel sementara bisa diatasi dengan penggunaan telepon
seluler. Hal yang perlu diperhatikan adalah pengaturan menara telekomunikasi seluler
khususnya untuk kawasan perkotaan agar tidak mengganggu keindahan ruang udara di
kawasan perkotaan.
d. Prasarana pendidikan
Prasarana pendidikan di Provinsi Sumatera Barat sudah tersedia mulai dari tingkat
taman kanak-kanak (TK) sampai Universitas. Sekolah TK di Provinsi Sumatera Barat
sebanyak 1.804 unit yang tersebar di 19 kabupaten/kota, dengan jumlah murid tahun 2009
sebanyak 70.378 orang. Jumlah sekolah dasar (SD) sebanyak 3.815 unit. Tingkat sekolah
menengah pertama (SMP) terdapat sebanyak 618 unit SMP terdiri 532 SMP Negeri dan 86
SMP Swasta. Pada tingkat sekolah lanjutan atas (SLTA) terdapat SMU dan kejuruan 418 unit
dan jumlah siswa 183.700 siswa, dan Perguruan Tinggi 95 unit dengan jumlah mahasiswa
158.064 orang (Tabel 2.1.6).
Tabel 2.1.6Jumlah Sekolah, Murid dan Guru di Sekolah Negeri dan Swasta
di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2009
SekolahJumlah sekolah Murid Guru Jumlah
SekolahNegeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta
1. TK 1.804 - 70.378 - 5.849 - 1.804
2. SD 3.674 141 600.653 28.413 46.054 2.376 3.815
3. SLTP 532 86 220.509 15.993 19.262 2.992 618
4. SMU/K 268 150 139.652 44.048 14.262 5.027 418
5. PT 11 84 84.975 73.089 3.652 6.228 95
Jumlah 6.289 461 1.116.167 161.543 89.079 16.623 6.750
Sumber: Sumbar Dalam Angka, 2010
e. Prasarana kesehatan
Guna mememenuhi pelayanan kesehatan bagi masyarakat di Provinsi Sumatera
Barat terdapat 60 rumah sakit umum tersebar di setiap kabupaten/kota. Pada tingkat
kecamatan telah tersedia puskesmas dan telah merata di seluruh kecamatan, serta ditambah
puskesmas pembantu. Pada tahun 2007 jumlah puskesmas yang tersebar di kecamatan
terdiri dari puskesmas umum 245 unit, puskesmas pembantu 907 unit, dan rumah bersalin
22 unit. Jumlah tenaga kesehatan di Provinsi Sumatera Barat tahun 2009 terdiri dari 975
orang dokter umum, 3.191 bidan dan 3.328 perawat serta ditunjang oleh banyak tenaga
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-10
dan jasa para medis lainnya. Tenaga kesehatan khususnya dokter sudah tersedia di setiap
kabupaten, seperti dapat dilihat pada Tabel 2.1.8.
Tabel 2.1.7Jumlah Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Klinik Bersalin Swasta Tahun 2009
Kabupaten/KotaPuskesmas Puskesmas
Pembantu
Balai
PengobatanBKIA
R.S Bersalin
SwastaRawatan Non Rawatan
Kabupaten
Kab. Kep. Mentawai 5 2 17 0 0 1
Kab. Pesisr Selatan 8 10 88 0 0 0
Kab. Solok 7 11 84 0 0 0
Kab. Sijunjung 6 6 46 0 0 0
Kab. Tanah Datar 8 15 58 0 0 0
Kab. Padang Pariaman 8 16 62 0 0 0
Kab. Agam 8 14 123 4 0 0
Kab. Lima Puluh kota 4 17 92 0 0 0
Kab. Pasaman 6 7 40 0 0 0
Kab. Solok Selatan 2 6 44 0 0 0
Kab. Dharmasraya 3 7 47 0 0 0
Kab. Pasaman Barat 9 7 49 0 0 0
Kota
Kota Padang 7 13 61 18 0 11
Kota Solok 1 3 17 0 0 0
Kota Sawahlunto 2 4 25 2 0 0
Kota Padang panjang 3 0 7 0 0 0
Kota Bukittinggi 1 5 14 1 0 4
Kota Payakumbuh 1 7 23 0 0 6
Kota Pariaman 1 5 10 0 0 0
Jumlah 90 155 907 25 0 22
Sumber: Sumatera Barat Dalam Angka, 2010
Tabel 2.1.8
Jumlah Puskesmas dan Fasilitas Tenaga Medis serta Paramedis Tahun 2009
Kabupaten/Kota PuskesmasTenaga Medis dan Paramedis
Dokter Bidan Perawat
Kabupaten
Kab. Kep. Mentawai 7 0 0 0
Kab. Pesisr Selatan 18 62 45 276
Kab. Solok 18 30 291 128
Kab. Sijunjung 12 15 160 12
Kab. Tanah Datar 23 30 512 291
Kab. Padang Pariaman 24 57 278 165
Kab. Agam 22 60 324 343
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-11
Kabupaten/Kota PuskesmasTenaga Medis dan Paramedis
Dokter Bidan Perawat
Kab. Lima Puluh kota 21 37 248 100
Kab. Pasaman 13 26 129 146
Kab. Solok Selatan 8 39 122 93
Kab. Dharmasraya 10 46 143 145
Kab. Pasaman Barat 16 44 274 334
Kota
Kota Padang 20 265 144 208
Kota Solok 4 25 49 62
Kota Sawahlunto 6 0 69 9
Kota Padang panjang 3 10 27 30
Kota Bukittinggi 6 172 170 720
Kota Payakumbuh 8 22 86 29
Kota Pariaman 6 35 120 237
Jumlah 245 975 3191 3328
Sumber: Sumatera Barat Dalam Angka, 2010
2.2 KOTA BUKITTINGGI
2.2.1. Kondisi Geografi dan Demografi
a. Letak Geografi dan Luas Wilayah
Secara Geografis Kota Bukittinggi terletak di bagian tengah Provinsi Sumatera Barat
dan di tengah-tengah Kabupaten Agam, pada koordinat 1000 21’ - 1000 25’ Bujur Timur dan
000 19’-000 19’ Lintang Selatan. Dengan demikian secara administratif Kota Bukittinggi
berbatasan dengan wilayah Kabupaten Agam sebagai berikut:
1) Sebelah Utara dengan Nagari Gadut dan Nagari Kapau Kecamatan Tilatang
Kamang,
2) Sebelah Selatan dengan Nagari Banuhampu Kecamatan Banuhampu,
3) Sebelah Barat dengan Nagari Sianok, Guguk dan Koto Gadang Kec. IV Koto, dan
4) Sebelah Timur dengan Nagari Tanjung Alam, Ampang Gadang Kecamatan IV
Angkek Canduang, Kabupaten Agam.
Kota Bukittinggi memiliki luas wilayah 25.239 km2, sesuai dengan UU No. 9 Tahun
1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kota Besar dalam lingkungan daerah Sumatera
Tengah, ini relatif kecil, karena hanya 0,06% dari luas wilayah Propinsi Sumatera Barat.
Wilayah administratif Kota Bukittinggi terdiri atas 3 (tiga) kecamatan dan 24 kelurahan dengan
masing-masing luas wilayah sebagai berikut:
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-12
Tabel 2.2.1
Pembagian Wilayah Administrasi Kota Bukitinggi
No Kecamatan Jumlah Kelurahan Luas (km2)
1 Guguk Panjang 7 6,831
2 Mandiangin Koto Selayan 9 12,156
3 Aur Birugo Tigo Baleh 8 6,252
Jumlah 24 25,239
Sumber: Bukittinggi Dalam Angka Tahun, 2010
b. Topografi
Wilayah Kota Bukittinggi terletak pada ketinggian antara 780 – 950 m dari permukaan
laut dengan topografi wilayah pada umumnya bergelombang dan berbukit, sehingga
udaranya sejuk dan menyegarkan. Kondisi daerah seperti ini menyebabkan Kota Bukittinggi
menjadi daerah kunjungan wisata dan tempat peristirahatan yang terkenal di Provinsi
Sumatera Barat. Namun permukaan wilayah yang bergelombang dan berbukit ini juga
berakibat terhadap terbatasnya wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk pemukiman dan
kegiatan pembangunan perkotaan. Konsekuensinya penduduk tidak tersebar merata dalam
wilayah kota. Pada wilayah-wilayah tertentu penduduknya sangat padat dan sebaliknya pada
wilayah-wilayah tertentu sangat jarang. Walaupun demikian kondisi alam berupa perbukitan
dengan lapisan Tuff dari lereng Gunung Merapi ini menyebabkan tanahnya subur sehingga
sangat cocok untuk pertanian.
Kota Bukittinggi dialiri sungai kecil, yaitu Batang Tambuo di sebelah timur dengan
lebar 5 – 7 m, Batang Sianok di sebelah Barat dengan lebar 12 – 15 m dan Batang Agam di
wilayah kota dengan lebar 5 - 7 M. Sepanjang perbatasan sebelah Barat Kota Bukittinggi
dengan Kabupaten Agam membentang Ngarai yang disebut dengan Ngarai Sianok yang
dibawahnya mengalir Sungai Batang Sianok. Kondisi ini semakin mempercantik Kota
Bukittinggi untuk menjadi kota kunjungan dengan objek wisata alamnya.
c. Klimatologi
Kondisi iklim Kota Bukittinggi termasuk tropis basah dengan kelembaban minimum 82%
dan maksimum 92%, suhu udara minimum 16,10 C dan maksimum mencapai 21,90 C dan
tekanan udara berkisar antara 22 – 25 knots. Kondisi agro klimat di atas menunjukkan bahwa
Kota Bukittingg sangat sejuk dan sangat cocok untuk peristirahatan.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-13
d. Kondisi Demografis
Pada tahun 2009, penduduk Kota Bukittinggi berjumlah 107.805 jiwa dengan laju
pertumbuhan penduduk adalah 1,78%. Laju pertumbuhan penduduk ini sedikit menurun
dibandingka tahun 2008 yang sebesar 1,79%. Perkembangan dan dinamika kondisi
demografis Kota Bukittinggi ini dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.2.2Jumlah Penduduk Kota Bukittinggi Menurut Jenis Kelamin
NO. TAHUNJUMLAH PENDUDUK (Jiwa) LAJU
PERTUMBUHANLAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
1. 2009 52.234 54.571 107.805 1,78
2. 2008 52.366 53.679 106.045 1,79
3. 2007 51.496 52.782 104.278 1,81
4. 2006 50.491 51.737 102.228 1,78
Sumber : Bukittinggi Dalam Angka, 2010
Tabel di atas memperlihatkan bahwa komposisi antara penduduk laki-laki dengan
perempuan hampir seimbang. Laju pertumbuhan penduduk Kota Bukittinggi dalam kurun
waktu 2000 – 2009 rata-rata 1,78% pertahun. Pertumbuhan jumlah penduduk juga diikuti
dengan meningkatnya kepadatan penduduk di Kota Bukittinggi, sebagaimana terlihat pada
tabel berikut :
Tabel 2.2.3Kepadatan Penduduk Kota Bukittinggi
NO. TAHUN LUAS WILAYAH (km2)JUMLAH PENDUDUK
(jiwa)KEPADATAN(jiwa/km)
1. 2009 25,239 107.805 4.271
2. 2008 25,239 106.045 4.202
3. 2007 25,239 104.278 4.132
4. 2006 25,239 102.228 4.050
Sumber : Bukittinggi Dalam Angka, 2010
Berdasarkan tabel di atas, rata-rata kepadatan penduduk Kota Bukittinggi tahun
2009 adalah 4,271 jiwa/km, naik dibandingkan tahun 2008 yang hanya 4.202 jiwa/km.
Namun kepadatan ini tidak merata di seluruh kecamatan. Kecamatan Guguk Panjang adalah
kecamatan terpadat, yakni 5.774 jiwa/km diikuti Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh 3.896
jiwa/km dan Kecamatan Mandiangin Koto Selayan 3.620 jiwa/km.
Selanjutnya ditinjau menurut kelompok umur, penduduk kelompok umur 15-19
tahun adalah yang tertinggi di Kota Bukittinggi, yakni sebanyak 13,623 jiwa. Diikuti
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-14
penduduk kelompok umur 0-4 tahun sebanyak 11.942 jiwa. Komposisi penduduk Kota
Bukittinggi berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.2.4
Penduduk Kota Bukittinggi Menurut Kelompok Umur
No Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah
1 0-4 6.118 5.824 11.942
2 5-9 5.528 5.169 10.697
3 10-14 5.542 5.181 10.633
4 15-19 6.643 6.980 13.623
5 20-24 4.563 5.409 9.972
6 25-29 4.601 5.045 9.646
7 30-34 4.158 4.196 8.354
8 35-39 3.923 3.799 7.722
9 40-44 3.368 3.237 6.605
10 45-49 2.640 2.360 5.000
11 50-54 1.667 1.629 3.296
12 55-59 1.383 1.514 2.097
13 60-64 1.180 1.374 2.554
14 65 + 2.050 2.854 4.864
Sumber : Bukittinggi Dalam Angka, 2010
Dengan tingginya jumlah penduduk yang berusia 15 – 19 tahun, berarti penduduk
Kota Bukittinggi usia sekolah juga relatif besar. Dengan demikian kebijakan bidang
pendidikan harus memperoleh porsi lebih besar. Dan untuk kurun waktu 5 sampai 10 tahun
mendatang akan terjadi peningkatan penduduk berusia produktif 20 - 29. Artinya, harus ada
upaya peningkatan lapangan kerja baru agar penduduk produktif tersebut dapat tertampung
pada lapangan kerja yang ada, sehingga tidak terjadi peningkatan jumlah pengangguran.
Disamping penduduk tetap yang berdomisili dan ber KTP Bukittinggi sebagaimana
diuraikan di atas, ada situasi yang menarik dari demografis Kota Bukittinggi. Tingkat
mobilitas penduduk cukup tinggi antara Kota Bukittinggi sebagai pusat kegiatan lokal dan
regional yang mempunyai daya tarik (magnitude) terhadap daerah commutter dan
hinterland-nya, maka proyeksi penduduk Kota Bukittinggi pada siang hari diperkirakan
mencapai 350.000 jiwa. Migrasi penduduk sementara ke dalam Kota Bukittinggi pada tahun
2007 mengindikasikan kecenderungan meningkat antara lain disebabkan banyaknya
bermunculan pedagang kaki lima musiman, meningkatnya pelayanan kesehatan, pendidikan
serta kunjungan lain seperti: studi banding, seminar/ konferensi, serta kunjungan wisatawan
baik domestik maupun mancanegara.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-15
Apabila dikaitkan dengan kebijakan Pemerintah Kota, maka sebetulnya sasaran dari
setiap kebijakan yang diambil oleh Pemerintah Kota Bukittinggi adalah penduduk pada siang
hari yang berjumlah kurang lebih 350.000 jiwa, terutama pada sektor perdagangan & jasa
dan pariwisata. Berkaitan dengan hal ini, maka sudah suatu keharusan bagi Pemerintah Kota
Bukittinggi untuk melakukan kerjasama dengan daerah sekitar termasuk Pemerintah Propinsi
dalam membangun Kota Bukittinggi, karena hasil atau dampak pembangunan Kota
Bukittinggi tidak hanya untuk masyarakat Kota Bukittinggi tapi juga untuk masyarakat
daerah sekitar.
2.2.2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia
a. Sumber Daya Alam
Kota Bukittinggi tidak memiliki kekayaan berupa sumberdaya alam berupa hutan,
mineral, gas bumi, serta perikanan laut yang dapat dieksploitasi sebagai sumber
perekonomian kota. Namun Kota Bukittinggi memiliki alam yang indah dan posisi yang
sangat strategis, yakni berada pada posisi silang lintas ekonomi Barat–Timur dan Utara-
Selatan wilayah regional Sumatera. Kondisi yang demikian menjadikan Kota Bukittinggi
potensial sebagai sentra perekonomian tidak hanya di Provinsi Sumatera Barat tetapi
mencakup wilayah Sumatera Bagian Tengah.
Tabel di bawah ini menunjukkan bahwa dari 25,239 km2 luas Kota Bukittinggi,
27,38% merupakan permukiman, 26,02% penggunaan untuk lahan sawah, 11,20%
penggunaannya untuk ladang. Lebih lanjut komposisi penggunaan lahan/tanah Kota
Bukittinggi sampai tahun 2010.
Tabel 2.2.5Tata Guna Lahan di Kota Bukittinggi
No. Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persen Luas (%)
1. Hutan Primer 104.694 3,89%
2. Hutan Sekunder 1.887 0,07%
3. Hutan 222.937 8,28%
4. Kebun Campuran 247.569 9,19%
5. Kolam 2.792 0,10%
6. Ladang 301.561 11,20%
7. Sawah 700.982 26,02%
8. Semak Belukar 156.823 5,82%
9. Lapangan Olahraga & Rekreasi 9.913 0,37%
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-16
No. Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persen Luas (%)
10. Permukiman 737.561 27,38%
11. Perdagangan dan Jasa 98.899 3,67%
12. Fasilitas Pendidikan 52.027 1,93%
13. Fasilitas Kesehatan 5.797 0,22%
14. Fasilitas Peribadatan 1.712 0,06%
15. Fasilitas Sosial Budaya 3.827 0,14%
16. Pekantoran 18.986 0,70%
17. Pemerintahan 7.447 0,28%
18. Militer 11.584 0,43%
19. Industri 6,71 0,25%
Sumber: Hasil Analisis, 2010 RTRW Kota Bukittinggi
b. Sumber Daya Manusia
Ditinjau menurut kelompok umur, penduduk kelompok umur 15-19 tahun adalah
yang tertinggi di Kota Bukittinggi, yakni sebanyak 13.623 jiwa. Diikuti penduduk kelompok
umur 0-4 tahun sebanyak 11.942 jiwa Dengan jumlah penduduk kelompok usia produktif
(15-64 tahun), yang juga termasuk dalam kelompok usia kerja pada tahun 2009 mencapai
58,49% dari total keseluruhan.
Tabel 2.2.6.Indek Pembangunan Manusia (IPM) dan Komponen Penyusun IPM
Kota Bukittinggi Tahun 2008 dan 2009
DeskripsiTahun
2007 2008 2009
Angka Harapan Hidup 71,12 71,22 71,37
Angka Melek huruf 99,49 99,49 99,55
Rata-rata lama Sekolah 10,43 10,43 10,47
Pengeluaran riil per kapita ygdisesuaikan
641,33 646,58 648,49
I P M 77 13 77,59 77,86
Rangking (Propinsi) 1 1 1
Rangking (Nasional) 10 10 11
Sumber: Musrenbang Sumatera Barat Tahun 2011
Berdasarkan data Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Sumatera Barat
Tahun 2009, nilai IPM Kota Bukittinggi adalah 77.86 meningkat dibanding tahun 2008
dengan nilai IPM 77.59 (Tabel 2.2.6.). Tetapi peringkat secara nasional Kota Bukittinggi
berada pada posisi ke 11 menurun dari tahun 2008 dimana Kota Bukittinggi berada pada
posisi ke 10. Tetapi dalam propinsi Sumatera Barat, IPM Kota Bukittiinggi berada pada
urutan pertama. Tingginya angka IPM Kota Bukittinggi berarti semua indicator IPM yaitu
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-17
angka harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dan pengeluaran riil
perkapita Kota Bukittinggi masuk dalam kategori sangat baik.
2.2.3. Infrastruktur
a. Jalan dan Jembatan
Dalam jangka empat tahun terakhir kondisi struktur jalan di Kota Bukittinggi telah
mengalami peningkatan dengan adanya penambahan panjang jalan dalam kota sepanjang
45.32 km pada tahun 2010. Kondisi jalan rusak berat dalam kurun waktu 4 tahun ini
berkurang sebesar ± 50%. Kondisi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 2.2.7Gambaran Umum Jalan Dalam Kota Bukittinggi
No. UraianPanjang ( Km )
2007 2008 2009 2010
1. Jalan Nasional 5,30 5,30 5,30 5,30
2. Jalan Propinsi 6,60 6,60 6,60 6,60
3. Jalan Kota 152,40 160,43 178,40 220,42
4. Jalan Lokal/Lingkungan 21,18 24,20 27,50 30,80
5. Total Panjang Jalan Dalam Kota 185,48 196,53 217,80 263,12
6. Jalan Aspal (Flexible Pavement) 173,51 185,48 186,17 198,80
7. Jalan Kerikil 1,85 1,85 1,85 3,25
8. Jalan Tanah 10,12 9,20 29,78 61,75
9. Kondisi Jalan Baik 129,21 143,18 156,03 183,30
10. Kondisi Jalan Sedang 32,30 41,07 52,48 69,02
11. Kondisi Jalan Rusak 14,08 3,08 2,39 5,60
12. Rusak Berat 9,89 9,20 6,90 5,20
Sumber: Bidang Prasarana Jalan/Jembatan DPU Kota Bukittinggi
Kelas Jalan yang ada pada jaringan jalan dalam Kota Bukittinggi adalah sebagai
berikut:
Tabel 2.2.8Panjang Jalan Menurut Kelas Jalan Dalam Kota Bukittinggi
No Kelas JalanPanjang (Km)
Jalan Provinsi Jalan Kota
1. Kelas I - -
2. Kelas II - -
3. Kelas III - -
4. Kelas III A 14,47 129,21
5. Kelas III B - 32,30
6. Kelas III C - 4,08
7. Kelas tak dirinci - 14,17
Sumber: BDA Kota Bukittinggi, 2010
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-18
Kota Bukittinggi memiliki dua jenis jembatan berdasarkan konstruksi yaitu Jembatan
Konstruksi Beton Bertulang dan Jembatan Gantung. Jembatan Gantung saat ini masih dalam
kondisi baik sedangkan Jembatan Beton Bertulang terdapat 7 jembatan yang mengalami
kerusakan. Kondisi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 2.2.9Gambaran Umum Jembatan Dalam Kota Bukittinggi
No. UraianUnit
2007 2008 2009 2010
1. Konstruksi Beton Bertulang 27 31 31 31
2. Jembatan Gantung 1 1 1 1
3. Kondisi Jembatan
- Bagus 16 20 22 24
- Rusak 11 11 9 7
- Dalam Perbaikan - - - -
4. Jumlah Jembatan Dalam Kota 27 31 31 31
Sumber: Bidang Prasarana Jalan/Jembatan DPU Kota Bukittinggi
Keberadaan trotoar sangat penting bagi kenyamanan pejalan kaki. Pembangunan
trotoar dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 terus ditingkatkan, namun sampai saat
ini jumlah trotoar yang rusak masih cukup banyak yaitu 20,60 Km. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 2.2.10Gambaran Umum Trotoar Dalam Kota Bukittinggi
No. UraianPanjang (Km)
2007 2008 2009 2010
1. Panjang Trotoar 64,15 65,63 65,63 67,75
2. Kondisi Trotoar
- Bagus 36,50 39,20 43,45 48,15
- Rusak 27,65 76,49 22,18 20,60
- dalam perbaikan - - - -
Sumber: Bidang Prasarana Jalan/Jembatan DPU Kota Bukittinggi
Berdasarkan tabel Gambaran Umum Jalan, Jembatan dan Trotoar tersebut diatas,
selain peningkatan dan perawatan, khusus trotoar sesuai dengan fungsi kota wisata dan
panjang jalan kota, masih sangat dibutuhkan pembangunan dan penambahan trotoar.
b. Irigasi
Jaringan Irigasi yang merupakan salah satu Prasarana Sumber Daya Air untuk
penyediaan air baku pertanian dalam kesatuan daerah Irigasi:
1. Yang dipertahankan di Kota Bukittinggi terdiri atas:
a. Daerah Irigasi Semi Teknis Bandar Garegeh, Kelurahan Garegeh Kec. MKS
dengan luas ± 78 Ha.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-19
b. Daerah Irigasi Semi Teknis Bandar Pulai, Kel. Garegeh Kec. MKS dengan luas DI
± 87 Ha.
c. Bandar Durian Kel. Birugo Kec. ABTB dengan luas 210.5 Ha.
d. Bandar Rakik, Kel. Aur Kuning Kec. ABTB 117,10 Ha.
e. Bandar Kubu Banda, Kel. Pakan Labuah, Kel. Kubu Tanjung, Kel. Ladang Cakiah
Kec. ABTB dengan luas 612 Ha.
f. Batu Hampa, Kel. Aur Kuning Pakan Kurai Tarok Dipo, Campago Ipuh, Manggis
Ganting dengan luas 138,50 Ha.
2. Daerah Irigasi dengan kewenangan Pemerintah Kota
a. Daerah Irigasi Bandar Rumah Potong dengan luas 60 Ha.
b. Daerah Irigasi Surian dengan luas 69 Ha.
c. Daerah Irigasi Gulai Bancah dengan luas 45 Ha.
Areal persawahan yang masih aktif dan terkelola oleh masyarakat Kota Bukittinggi
sampai pada tahun 2010 ini adalah 700,982 Ha. Jaringan irigasi / pengairan yang sudah
tersedia adalah sepanjang 3,7 km yang mampu mengairi 28% persawahan yang ada di Kota
Bukittinggi.
Gambaran Umum Jaringan Irigasi Kota Bukittinggi sampai tahun anggaran 2010 ini
adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2.11Gambaran Umum Irigasi Kota Bukittinggi
No UraianPanjang
(Km)
1. Irigasi dengan konstruksi permanen 1,80
2. Irigasi Tanah / Alami 2,80
3. Irigasi kondisi layak pakai 2,40
4. Irigasi Kondisi Rusak 1,20
5. Irigasi Permukaan 0,80
6. Irigasi Lokal 5,30
7. Kebutuhan Jaringan Irigasi saat ini 12,90
Sumber: Bidang Pengairan dan Drainase DPU Kota Bukittinggi
c. Air Bersih
Pengelolaan Air Bersih sebagai sumber air minum dalam Kota Bukittinggi dilaksanakan
oleh Perusahaan Daerah Air Minum. Saat ini PDAM Kota Bukittinggi telah memiliki dan
melayani sebanyak 9.788 Pelanggan, yang menjangkau seluruh Kelurahan yang ada dalam
Kota Bukittinggi sebagaimana digambarkan dalam Tabel 2.2.12.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-20
Kemampuan PDAM Kota Bukittinggi dalam pelayanan air bersih adalah sebesar
72,72%. Adapun data Jaringan Pipa Kota Bukittinggi yaitu:
1. Pipa Transmisi/ Pipa Induk Pembawa dimana panjang pipa 44,897 m dengan kondisi
79, 28 % baik
2. Pipa distribusi dengan panjang pipa 542.570 m dengan dalam kondisi 99,57 % baik
Tabel 2.2.12Perhitungan Tingkat Pelayanan PDAM Kota Bukittinggi
No. Jenis PelangganBanyak
Langganan
PerkiraanJumlah Orang
TerlayaniJumlah Layanan
1. Rumah Tangga 7.530 6 45.180
Niaga Kecil 1.064 6 6.384
RT. Kubang Putih 211 6 1.266
RT. ABRI 481 6 2.886
2 Industri Kecil 32 10 320
Niaga Khusus 2 10 20
Niaga Besar 61 10 610
Kolam Renang 1 10 10
3 Kantor 76 20 1.520
Pemerintah Daerah 15 20 300
ABRI Kantor 18 20 360
4 Sekolah 76 100 7.600
Rumah Sakit 18 100 1.800
WC, HU, MCK, KU 59 50 2.950
Sosial 80 50 4.000
Hotel 64 50 3.200
Jumlah 9.788 474 78.406
Sumber: PDAM Kota Bukittinggi, 2010
d. Pendidikan
Untuk menunjang pelaksanaan urusan pendidikan ini, faktor utama yang diperlukan
adalah jumlah sekolah berikut dengan jumlah kelasnya serta jumlah tenaga pendidik (guru).
Kondisi jumlah sekolah, kelas dan tenaga pendidik untuk masing-masing tingkatan di Kota
Bukittinggi pada tahun 2010, dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.2.13Jumlah Sekolah, Rombongan Belajar dan Tenaga Pendidik (Guru)
di Kota Bukittinggi Tahun 2010
NO. URAIAN
JUMLAH
TK SD SLTP SLTA
N S Jml N S Jml N S Jml N S Jml
1. Sekolah 1 33 34 48 15 63 8 4 12 7 21 28
2.RombonganBelajar
6 130 136 407 164 571 135 24 159 214 92 306
3.TenagaPendidik
47 255 302 737 308 1.045 440 139 579 725 451 1176
Sumber : Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Bukittinggi
Ket : - N : NegeriS : Swasta
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-21
Sedangkan jumlah siswa/murid yang menempuh pendidikan di sekolah yang ada di
Kota Bukittinggi tersebut, dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2. 2.14Jumlah Murid / Siswa Pada Sekolah di Kota Bukittinggi Tahun 2010
NO. SEKOLAHJUMLAH MURID / SISWA
NEGERI SWASTA JUMLAH
1. TK 174 2.666 2.840
2. SD 12.185 3.174 15.559
3. SLTP 6.602 874 7.476
4. SLTA 8.185 2.488 10.673
Sumber : Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Bukittinggi
Berdasarkan data jumlah sekolah, kelas, guru dan murid pada tabel 2.2.15. dan
tabel 2.2.16. di atas, maka dapat digambarkan kondisi rasio ; murid : sekolah, murid : kelas
dan murid : guru sebagaimana terlihat pada tabel berikut:
Tabel 2.2.15Rasio Murid : Sekolah, Murid : Rombongan Belajar dan Murid : Guru
Di Kota Bukittinggi Tahun 2010
NO. URAIANRASIO
TK SD SLTP SLTA
1. Murid : Sekolah 84 247 623 381
2. Murid : RombonganBelajar
21 27 47 35
3. Murid : Guru 9 15 13 9
Sumber : Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Bukittinggi
Berdasarkan rasio diatas, dapat disimpulkan bahwa secara rata-rata rasio murid:
rombongan belajar pada tingkatan TK dan SD sudah melebihi standar nasional pendidikan
yaitu 1 : 28, sedangkan pada tingkatan SLTP dan SLTA masih dibawah Standar Nasional
Pendidikan yakni 1 : 32. Ini artinya, perlu penambahan ruang kelas baru atau bahkan unit
sekolah baru untuk mencapai standar nasional pendidikan.
Sementara itu, sampai tahun 2009 di Kota Bukittinggi terdapat 17 perguruan tinggi/
akademi negeri dan swasta dengan jumlah mahasiswa 11.020 orang dan jumlah dosen
sebanyak 1.053 orang. Jumlah dosen ini terdiri dari dosen tetap sebanyak 328 orang, dosen
tidak tetap sebanyak 689 orang dan asisten dosen sebanyak 36 orang. Tahun 2009, jumlah
lulusan perguruan tinggi ini sebanyak 1.128 orang, dimana 258 orang adalah lulusan dari
perguruan tinggi/akademi negeri dan 870 orang adalah lulusan perguruan tinggi/ akademi
swasta.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-22
Tabel 2.2.16Jumlah Perguruan Tinggi, Mahasiswa, Dosen dan Lulusan di Kota
Bukittinggi Tahun 2005-2009
TahunJumlah
perguruantinggi
Jumlah DosenJumlah
MahasiswaJumlahLulusanTetap Tidak tetap Asisten
2005 17 260 494 49 6.292 1.165
2006 17 270 569 43 6.876 1.349
2007 17 275 523 31 6.500 1.381
2008 17 321 654 33 9.163 1.424
2009 17 328 689 36 11.020 1.128
Sumber: Bukittinggi Dalam Angka, Tahun 2010
e. Kesehatan
Untuk menunjang pelaksanaan urusan kesehatan ini, maka sangat diperlukan
sarana dan prasarana kesehatan serta tenaga kesehatan yang mencukupi. Selain
puskesmas, di kota Bukittinggi juga ada puskesmas pembantu, puskesmas keliling, apotik
dan posyandu. Sampai tahun 2010, ada 6 unit puskesmas, 14 unit puskesmas pembantu,
dan 30 unit puskesmas keliling. Banyaknya puskemas yang ada di Bukittinggi yang juga
dilengkapi dengan Dokter umum sebanyak 22 orang, dan dokter gigi sebanyak 11 orang.
Puskesmas yang ada di Kota Bukittinggi dilengkapi dengan laboratorium, apotek dan
fisioteraphis. Sarana kesehatan untuk pelayanan untuk ibu dan balita juga terdapat di kota
ini berupa posyandu yang cukup banyak yaitu sebanyak 125 unit. Dengan banyaknya sarana
dan prasarana, diharapkan kesehatan masyarakat di Kota Bukittinggi lebih baik. Kondisi
jumlah sarana dan prasarana kesehatan serta tenaga kesehatan yang dimiliki Pemerintah
Kota Bukittinggi pada tahun 2010, dapat dilihat secara lengkap pada Tabel 2.2.17.
Tabel 2.2.17Sarana Prasarana dan Tenaga Kesehatan Milik Pemerintah Kota Bukittinggi
No Prasarana dan Sarana 2010
1. Puskesmas 6 Unit
2. Puskesmas Pembantu 14 Unit
3. Puskeskel 24 Unit
4. Puskesmas Keliling (mobil) 6 Unit
5. Apotek 44 Unit
6. Laboratorium Klinik - Unit
7. Laboratorium Air - Unit
8. Fisioteraphis 19 Unit
9. Posyandu 125 Unit
10. Dokter Umum 22 Orang
11. Dokter Spesialis 0 Orang
12. Dokter Gigi 11 Orang
13. Perawat 58 Orang
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-23
No Prasarana dan Sarana 2010
14. Bidan 61 Orang
15. Sarjana Kesehatan Masyarakat 16 Orang
16. Sanitarian 15 Orang
18. Entomolog kesehatan 0 Orang
19. Penyuluhan kesehatan 0 Orang
20. Epidemiolog kesehatan 6 Orang
21. Tenaga gizi 11 Orang
22. Apoteker 3 Orang
23. Asisten apoteker 14 Orang
24. Analis laboratorium 13 Orang
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi Tahun 2010
Disamping sarana prasarana kesehatan dan tenaga kesehatan yang berada di
bawah naungan Pemerintah Kota Bukittinggi, di Bukittinggi juga banyak terdapat sarana
prasarana kesehatan dan tenaga kesehatan yang menjadi milik dan dikelola oleh Pemerintah
Propinsi, Pemerintah Pusat serta Swasta. Adapun rumah sakit pemerintah yang ada di Kota
Bukittinggi tedapat 3 unit rumah sakit, sementara sarana kesehatan umum pemerintah
berupa rumah sakit swasta yang terdapat di Kota Bukittinggi ada 2 unit dan rumah sakit
khusus pemerintah juga terdapat di Kota ini sebanyak 2 unit. Rumah sakit ini dilengkapi
dengan dokter umum, dokter spesialis, apotik dan tesarana medis lainnya. Namun dilihat
dari banyaknya rumah sakit yang ada di Kota Bukittinggi ini tidak memperlihatkan semakin
menurunnya orang sakit yang menngunjungi rumah sakit. Hal ini mungkin disebabkan
karena semakin banyaknya jumlah penduduk yang tinggal di kota Bukittiinggi. Secara
lengkap mengenai sarana dan prasarananya dapat dilihat pada Tabel 2.2.18.
Tabel 2.2.18Sarana Prasarana serta Tenaga Kesehatan
Milik/ Dikelola Pemerintah Pusat, Propinsi dan Swasta Di Kota Bukittinggi
No Prasarana dan Sarana 2010
1. Rumah Sakit Umum Pemerintah 3 Unit
2. Rumah Sakit Umum Swasta 2 Unit
3. Rumah Sakit Khusus Pemerintah / Swasta 2 Unit
4. Klinik Swasta 4 Unit
5. Ambulan 7 Unit
6. Apotek 46 Unit
7. Toko Obat 13 Unit
8. Praktek Dokter Swasta
- Umum 105 Orang
- Spesialis 92 Orang
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-24
No Prasarana dan Sarana 2010
9. Praktek Dokter Gigi Swasta 37 Orang
10. Bidan Praktek Swasta 83 Orang
11. Dokter Umum 105 Orang
12. Dokter Spesialis 92 Orang
13. Dokter Gigi 37 Orang
14. Perawat 720 Orang
15. Bidan 171 Orang
16. Apoteker 25 Orang
17. Asisten apoteker 96 Orang
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi Tahun 2010
Berdasarkan data diatas terlihat bahwa di Bukittinggi, disamping milik Pemerintah
Kota juga banyak sarana prasarana dan tenaga kesehatan yang menjadi milik pemerintah
pusat, propinsi dan swasta. Hal ini menandakan Bukittinggi merupakan daerah yang
potensial untuk dikembangkan sebagai kota pelayanan kesehatan, karena disamping tempat
yang strategis dan udaranya yang sejuk dan nyaman juga sudah memiliki sarana prasarana
dan tenaga kesehatan yang relatif lengkap.
Untuk melihat kemajuan pembangunan kesehatan dapat dilihat dari beberapa
indikator sebagaimana tertuang dalam Indikator Indonesia Sehat 2010, yaitu: pelayanan
kesehatan, sumber daya kesehatan, keadaan lingkungan, perilaku hidup masyarakat, akses
dan mutu pelayanan kesehatan dan derajat kesehatan.
2.3 KABUPATEN PASAMAN
2.3.1. Kondisi Geografi dan Demografi
a. Letak geografi dan luas wilayah
Secara geografis Kabupaten Pasaman dilintasi khatulistiwa dan berada pada 0055'
Lintang Utara sampai dengan 000 6' Lintang Selatan dan 990 45' Bujur Timur sampai dengan
1000 21' Bujur Timur. Ketinggian antara 50 meter sampai dengan 2.912 meter di atas
permukaan laut. Wilayah Kabupaten Pasaman merupakan Kabupaten paling Utara dari
Propinsi Sumatera Barat dan berbatasan dengan yaitu :
1) Bagian Utara : Kabupaten Mandailing Natal dan Kab. Padang Lawas Propinsi
Sumatera Utara.
2) Bagian Timur : Kab. Kampar, Kab. Rokan Hulu Prop. Riau dan Kab. Lima Puluh Kota.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-25
3) Bagian Selatan : Kabupaten Agam.
4) Bagian Barat : Kabupaten Pasaman Barat.
Secara administratif terdiri dari 12 Kecamatan, dan 32 Nagari dengan luas wilayah
3.947,63 km2. Dilihat dari luas wilayah antar kecamatan, kecamatan yang paling luas adalah
kecamatan Mapattunggul dengan luas 605,29 km2 atau 15,33% dari luas keseluruhan
kapubaten Pasaman, diikuti oleh Rao utara dengan luas 598,63 km2 dan Mapattunggul
Selatan dengan luas 471,72 km2. Namun kalau dilihat dari topografi tanahnya ketiga
kecamatan ini terdiri dari lintasan bukit barisan dan kemiringan tanah cukup tinggi, dan
hanya sebagian kecil lahan yang bisa dimanfaatkan oleh penduduk untuk pola pertanian dan
perkebunan intensif. Sementara itu kecamatan yang relatif kecil adalah Simpang Alahan
Mati seluas 69,56 km2 atau hanya 1,76% dari luas keseluruhan kabupaten, diatasnya
Kecamatan Padang Gelugur 159,95 km2 dan Bonjol 194,32 km2. Walaupun demikian kalau
dilihat dari topografi tanah ketiga kecamatan ini memiliki tanah yang relatif datar, dan
penduduk ketiga kecamatan ini telah menggunakan pola pertanian intesif, persawahan dan
pusat perdagangan di Kabupaten Pasaman.
Pembagian wilayah dan jumlah nagari di Kabupaten Pasaman dapat dilihat pada
Tabel 2.3.1 berikut ini.
Tabel 2.3.1.Luas Daerah Kecamatan dan Jumlah Nagari di Kabupaten Pasaman Tahun 2010
No KecamatanLuas Daerah
(Km2)Persentase luas
JumlahNagari
1 Tigo Nagari 352,92 8,94 3
2 Bonjol 194,32 4,92 4
3 Simpang Alahan Mati 69,56 1,76 2
4 Lubuksikaping 346,5 8,78 6
5 Dua Koto 360,63 9,14 2
6 Panti 212,95 5,39 1
7 Padang Gelugur 159,95 4,05 1
8 Rao 236,18 5,98 2
9 Rao Utara 598,63 15,16 3
10 Rao Selatan 338,98 8,59 3
11 Mapat Tunggul 605,29 15,33 3
12 Mapat Tunggul Selatan 471,72 11,95 2
Jumlah 3.947,63 100,00 32
Sumber: BPS Pasaman Dalam Angka, 2010
b. Topografi dan iklim
Kabupaten Pasaman merupakan aliran bukit barisan yang membentang dari
Kabupaten Agam hingga ke Sumatera Utara, di dua sisi, sebelah Barat dan Timur. Sebelah
Barat berbatasan langsung dengan Kabupaten Pasaman, dan Sebelah Timur berbatasan
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-26
dengan Provinsi Riau. Di kabupaten ini membentang jalan dari selatan ke utara yang
merupakan lintasan jalan lintas Sumatera. Dan di ruas jalan tersebut daerah pemukiman
penduduk yang dominan. Lembah Bukit Gadang Kecamatan Lubuksikaping menjadi tempat
pemukiman penduduk di dataran rendah yang sejuk dan membentuk pola pemukiman
perkotaan sebagai Ibu Kabupaten Pasaman. Di Selatan terdapat daerah yang subur dan
punya sejarah besar dalam sejarah perjuangan Bangsa yakni Bonjol yang sekarang sudah
berkembang menjadi 3 Kecamatan yakni Bonjol, Simpati dan Tigo Nagari, merupakan
daerah dataran rendah yang subur yang mengalir aliran sungai Masang hingga ke
Kecamatan Kinali. Didaerah ini juga terdapat hutan lindung Hutan Malampah sebagai salah
satu paru-paru dunia yang memberikan kontribusi pada keseimbangan lingkungan.
Sementara itu di Utara Kabupaten terdapat 4 Kecamatan yakni Panti, Padang
Gelugur, Rao Selatan dan Rao yang memiliki lahan dataran rendah di aliran Sungai Sumpu,
tempat penduduk bersawah dan memelihara ikan dan pusat perdagangan. Dan ada 4
Kecamatan yakni Kecamatan Duo koto, Mapattungul Selatan, Mapattunggul dan Rao Utara
yang terdiri dari daerah dengan topografi lereng dan berbukit-bukit yang cocok untuk usaha
perkebunan dan pertanian semi intensif.
Kabupaten Pasaman merupakan daerah yang dilalui oleh garis khatulistiwa sehingga
curah hujan dan panas kemarau hampir tidak bisa diprediksi. Dari catatan Dinas Pekerjaan
Umum pada tahun 2009 rata-rata hari hujan sebanyak 11,31 hari setiap bulannya dan yang
paling tinggi terjadi pada bulan Nopember dan paling rendah terjadi pada bulan Mei. Yakni
rata-rata kurang dari 10 hari.
c. Lahan dan Penggunaanya
Kabupaten Pasaman merupakan daerah hulu sungai yang akan mengaliri dataran
rendah di Kabupaten Pasaman sendiri, ke Barat menuju kabupaten Pasaman Barat dan ke
Timur akan melewati daerah Provinsi Riau. Daerah aliran sungai itulah kehidupan usaha
rakyat berjalan. Sebagian besar lahan merupakan daerah yang bertopografi miring dan
ditumbuhi oleh padang ilalang dan hutan primer dan sebagian daerah kemiringan itu sudah
ditanami oleh masyarakat dengan berbagai tanaman tua seperti karet, coklat, kopi, kulit
manis (kasiavera), buah keras dan berbagai macam tanaman buah seperti durian, mangga,
rambutan dan lain-lain. Dan sebagian besar lahan tersebut diusahakan oleh rakyat sehingga
bentuk perkebunan adalah perkebunan rakyat. Luas lahan dan jenis penggunaannya dapat
dilihat pada Tabel 2.3.2.
Dari penggunaan lahan tersebut bisa dilihat karakteristik tanah dimana padang
rumput yang berjumlah 75.274,00 Ha atau 19,07 bukanlah padang rumput di dataran
rendah yang baik untuk mengembangkan peternakan besar, tapi pada rumput dengan
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-27
kemiringan tinggi, dan hutan dengan luas 190.427,66 Ha atau 48,24% dari luas lahan
adalah hutan lindung dan hutan yang berada di daerah hulu sungai, yang juga memiliki
tingkat kemiringan yang tinggi. Sementara itu lahan yang digunakan untuk pemukiman dan
perkampungan sebesar 7.207,79 hektar atau 1,83% dari total lahan yang tersedia.
Sementara itu untuk persawahan sebesar 6,72 hektar.
Tabel 2.3.2.Luas Lahan Menurut Jenis Penggunaannya Tahun 2009
No Penggunaan LahanLuas Area
(Ha)Persentase
(%)
1 Perkampungan/pemukiman 7.207,79 1,83
2 Kawasan hutan industri 30,70 0,01
3 Sawah Irigasi 16.472,00 4,17
4 Sawah Tadah hujan 10.059,32 2,55
5 Tegalan/ladang 8.211,00 2,08
6 Kebun Campuran 6.916,83 1,75
7 Perkebunan Rakyat 26.106,11 6,61
8 Perkebunan Besar 212,00 0,05
9 Hutan 190.427,66 48,24
10 Tanah Belukar 37.314,19 9,45
11 Tanah Rusak 7.992,00 2,02
12 Perairan 5.893,00 1,49
13 Padang Rumput 75.274,00 19,07
14 Hutan Sejenis / 894,40 0,23
15 Lain-lain 1.752,00 0,44
Jumlah 394.763,00 100,00
Sumber: BPS, Kabupaten Pasaman Dalam Angka, 2010
d. Demografi
Berdasarkan data BPS (2010) Jumlah penduduk kabupaten Pasaman tahun 2009
berjumlah 263.780 jiwa dengan komposisi 130.730 jiwa laki-laki dan 133.050 jiwa
perempuan, yang berada di 63.645 rumah tangga, dengan rasio perbandingan laki-laki dan
perempuan adalah 98 banding 100. Penduduk tersebut tersebar di 12 kecamatan, dimana
Kecamatan Lubuksikaping merupakan kecamatan yang paling banyak memiliki penduduk
yakni 45.728 jiwa, diikuti oleh Panti 34.014 jiwa dan Dua Koto 28.583 jiwa. Sedangkan
Mapatunggul Selatan memiliki penduduk yang paling rendah yakni hanya 7.203 jiwa.
Jumlah penduduk diatas 10 tahun keatas yang bekerja di Pasaman pada tahun
2010 sebanyak 115.482 orang, dengan komposisi 67.102 laki-laki dan 48.380 perempuan.
Dari sebanyak itu 14,77% bekerja pada usaha sendiri, dan 24,35% bekerja sebagai buruh
tidak tetap, 20,38% bekerja dengan orang lain, sebagai pekerja keluarga 25,73%.
Sementara itu yang menjadi pekerja lepas pertanian 7,4% dan pekerja lepas non pertanian
hanya 2,13%.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-28
2.3.2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia
a. Sumber daya alam
Kabupaten Pasaman memiliki potensi kekayaan yang beragam meliputi
sumberdaya hutan, pertanian, perkebunan, perairan darat, dan berbagai jenis bahan
tambang. Sebagian besar potensi sumberdaya alam tersebut masih dikelola oleh masyarakat
dan belum dilakukan investasi dan komersialisasi dalam skala besar oleh perusahaan
nasional dan multinasional. Dan inilah yang menjadi kabar baik di Kabupaten ini, artinya
kekayaan alam yang masih tersedia belum dikelola dan menjadi harapan untuk generasi
mendatang.
Kalau di foto dari udara, terlihat lebih dari 80% wilayah masih dalam bentuk hutan
dan pepohonan hijau, baik itu tanaman perkebunan rakyat maupun hutan primer yang
masih terjaga dengan baik. Tercatat terdapat 48,24% lahan masih dalam bentuk hutan
primer, 1,49% perairan dan 19,07% padang rumput.
b. Sumber daya manusia
Sumberdaya manusia (SDM) menjadi faktor penting dalam proses pembangunan,
potensi SDM dapat dilihat dari jumlah penduduk yang menamatkan pendidikan, komposisi
penduduk berdasarkan umur dan jenis keahlian yang dimiliki oleh penduduk. Pada Tabel
2.3.3 dapat dilihat jumlah penduduk berdasarkan komposisi usia dan jenis kelamin.
Tabel 2.3.3Jumlah Penduduk Berdasarkan Komposisi Usia dan Jenis Kelamin
di Kabupaten Pasaman Tahun 2009
Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah
0 - 4 16.205 15.494 31.699
5 - 9 16.411 15.562 31.973
10 - 14 15.416 14977 30.393
15 - 19 14.545 14.598 29.143
20 - 24 11.063 11.365 22.428
25 - 29 9.909 10149 20.058
30 - 34 8.504 8595 17.099
35 - 39 8.188 8960 17.148
40 - 44 7.729 8348 16.077
45 - 49 6.536 6613 13.149
50 - 54 5.077 4900 9.977
55 - 59 2.929 3150 6.079
60 - 64 3.222 3491 6.713
65 - 69 1.918 2419 4.337
70 - 74 1.611 2148 3.759
75 + 1.467 2281 3.748
Total 130.730 133.050 263.780
Sumber: Kabupaten Pasaman Dalam Angka Tahun 2010
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-29
Dilihat dari komposisi penduduk berdasarkan umur, terlihat penduduk Kabupaten
Pasaman didominasi oleh penduduk yang berusia pada usia 0 – 14 tahun sebanyak 94.065
orang atau 35,66% dari total penduduk dan penduduk di atas 65 tahun ke-atas sebanyak
11.844 orang atau 4,5% dari total penduduk. Jadi, jumlah penduduk kelompok usia
produktif (15-64 tahun), yang juga termasuk dalam kelompok usia kerja pada tahun 2009
mencapai 59,85% dari total keseluruhan.
Berdasarkan data Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Pasaman Tahun
2009, nilai indeks IPM adalah 67,10 atau sedikit meningkat dibanding tahun 2008 dengan
nilai IPM 66,76 (Tabel 2.3.4). Bila dibandingkan dengan nilai IPM di Provinsi Sumatera Barat,
maka nilai IPM Kabupaten Pasaman berada di rangking ke 10, sama dengan tahun 2008.
Tabel 2.3.4Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pasaman dan Peringkat di
Propinsi dan Nasional Tahun 2007-2009
DeskripsiTahun
2007 2008 2009
Angka Harapan Hidup 66,50 66,76 67,10
Angka Melek huruf 98,36 98,36 98,40
Rata-rata lama Sekolah 7,40 7,57 7,60
Pengeluaran riil per kapita ygdisesuaikan
628,19 633,12 638,48
I P M 71,05 71,71 72,32
Rangking (Propinsi) 10 10 10
Rangking (Nasional) 186 186 175
Sumber: Musrenbang Sumatera Barat Tahun 2011
2.3.3. Infrastruktur
a. Prasarana Jalan
Dari Catatan Dinas pekerjaan umum Kabupaten Pasaman (2009) panjang jalan negara
yang melintasi 7 kecamatan di Kabupaten Pasaman tercatat sepanjang 77,05 km dalam
kondisi baik dan 24 km dalam kondisi sedang. Jalan provinsi sepanjang 70,23 km dalam
kondisi baik. Jembatan yang dikelola negara ada 93 buah, semuanya dalam kondisi baik.
Sedangkan jembatan yang dikelola provinsi ada 49 buah dengan rincian 37 buah dalam
kondisi baik, kondisi sedang 10 buah dan 2 buah dalam kondisi rusak. Panjang jalan
kabupaten tahun 2009 adalah 1.032,18 km, tercatat sepanjang 326.18 km dalam kondisi
baik, sedang 43,70 km, rusak 102,60 km dan 559,70 km dalam keadaan rusak berat.
b. Prasarana Air Minum dan Listrik
Data air minum bersumber dari data yang dikumpulkan oleh Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM) dicatat oleh BPS (2010), yang meliputi 7 tempat atau lokasi unit penyaluran
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-30
di Kabupaten Pasaman, dimana pelanggan terbesar berada di Lubuk Sikaping. Adapun data
yang disajikan meliputi banyaknya pelanggan dan pemakaian menurut kelompok pelanggan
yang terdiri dari 4 kelompok berdasarkan luas lantai. Kelompok I terdiri dari kran
umum/tempat ibadah, kelompok II dengan luas lantai 0 – 21 m2, kelompok III dengan luas
lantai 22 – 70 m2 dan kelompok IV luas lantai > 70 m2. Meningkatnya jumlah pelanggan di
seluruh kelompok yang diikuti dengan peningkatan jumlah pemakaian kecuali untuk
kelompok III jumlah pelanggan turun menjadi 6.848 dengan pemakaian 1.396.169 m3.
Data listrik yang dikumpulkan diperoleh dari Perusahaan Listrik Negara (PLN)
Ranting Lubuk Sikaping Kabupaten Pasaman yang dipublikasikan di BPS (2010) banyaknya
pelanggan dan daya yang disalurkan menurut jenis pelanggan jenis pelanggan urutan
terbesar adalah rumahtangga 25.059 pelanggan, badan sosial 794 pelanggan, keperluan
usaha 844, kantor pemerintah 188 pelanggan, penerangan jalan 49 pelanggan. Menurut
urutan terbesar daya yang disalurkan adalah rumah tangga 18.109.450 Kwh, keperluan
usaha 1.802.700 Kwh, badan sosial 866.850 Kwh.
c. Prasarana Pendidikan
Dinas Pendidikan Kabupaten Pasaman tahun 2009 mempublikasikan bahwa jumlah
TK ada 54 unit. Banyaknya lokal 76 buah, tersebar di seluruh TK dengan guru sebanyak 184
orang, yang semuanya guru perempuan. Murid TK sebanyak 2.062 orang terdiri dari 1.042
orang laki-laki dan 1.020 murid perempuan dengan rasio murid terhadap guru 11 (artinya 1
orang guru menangani sekitar 11 orang murid). Sekolah Dasar berjumlah 239 unit, dengan
lokal 1.635 buah, guru 2.006 orang dan murid 38.281 orang. Sedang Madrasah Ibtidaiyah
ada 10 buah terdiri dari 2 MIN dan 8 MIS dengan lokal 63 buah, guru 107 orang dan murid
1.192 orang, dengan rasio murid dibanding guru sebesar 11.
Tabel 2.3.5Jumlah Sekolah, Murid dan Guru di Sekolah Negeri dan Swasta
di Kabupaten Pasaman Tahun 2009
Sekolah Jumlah Sekolah MuridNegeri + Swasta
GuruNegeri +Swasta
JumlahSekolahNegeri Swasta
1.TK 3 51 2.062 184 58
2. SD 238 1 39.281 2.006 239
MI 2 8 1.192 107 10
3. SLTP 33 1 9.264 802 34
M.Ts 5 11 4.557 391 16
4.- SLTA 11 5 617 7.507 16
- MA 2 10 1.436 215 12
- SMK 3 4 * * 7
5. PT/Univ 3 * * 3
Jumlah 297 94 58.409 11.212 395
Sumber: Kabupaten Pasaman Dalam Angka, BPS, 2010*data tidak tersedia
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-31
SLTP di Kabupaten Pasaman, ada yang dibawah pengelolaan Dinas Pendidikan dan
Departemen Agama. Untuk yang dikelola oleh Dinas Pendidikan, SLTP terdiri dari 34
sekolah, jumlah kelas 320, jumlah guru 802 orang dan jumlah murid sebanyak 9.264 orang
dengan rasio murid : guru sebesar 12. Sedangkan yang dibawah Departemen Agama, yaitu
Madrasah Tsanawiyah, terdiri dari madrasah negeri ada 5 buah dan madrasah swasta ada
11 buah. Dengan jumlah lokal 131 buah, guru 391 orang dan murid 4.557 orang.
Perbandingan antara murid terhadap guru untuk seluruh Madrasah Tsanawiyah adalah 1
orang guru menangani 12 orang murid. Banyaknya SLTA negeri ada 11 unit dan swasta ada
5 unit dengan lokal 212 buah. Banyaknya murid SLTA ada 7.507 orang dengan ditangani
oleh 617 orang guru. Sedangkan Madrasah Aliyah ada sebanyak 12 buah terdiri dari 2
Negeri dan 10 swasta, dengan jumlah lokal 66, murid 1.436 dan guru 215 orang, (BPS,
2010).
d. Prasarana Kesehatan
Pembangunan di bidang kesehatan, pemerintah telah menyediakan sarana
kesehatan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat Kabupaten Pasaman. Terdapat 2
buah Rumah Sakit Umum (RSU), 16 buah Puskesmas dan Puskesmas pembantu ada 38
buah yang tersebar di 12 kecamatan. Setiap kecamatan telah ditempati bidan desa yang
semuanya berjumlah 97 orang. Banyaknya Dokter, Perawat Puskesmas dan Bidan Per
Kecamatan di Kabupaten Pasaman Tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 2.3.6.
Tabel 2.3.6Banyaknya Dokter, Perawat Puskesmas dan Bidan Per Kecamatan di Kabupaten
Pasaman Tahun 2009
No Kecamatan Dokter Perawat Bidan
Spesialis Umum Gigi Umum Gigi Puskesmas Desa
1 Tigo Nagari 2 2 4 1 4 12
2 Bonjol 3 - 5 1 10 10
3 Simpang Alahan Mati 1 - 4 - 2 4
4 Lubuksikaping 3 1 11 3 13 15
5 Dua Koto 3 - 10 - 5 13
6 Panti 2 - 5 2 7 7
7 Padang Gelugur 2 - 6 2 9 10
8 Rao 3 1 6 1 4 8
9 Rao Utara 2 - 3 - 2 6
10 Rao Selatan 1 1 9 - 4 8
11 Mapat Tunggul 1 - 9 1 2 3
12 Mapat Tunggul Selatan 1 - 4 - 2 1
Jumlah 24 5 79 11 64 97
Sumber: Kabupaten Pasaman Dalam Angka, BPS, 2010
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-32
2.4 KOTA SOLOK
2.4.1. Kondisi Geografi dan Demografi
a. Letak Geografi dan Luas Wilayah
Kota Solok terletak pada posisi geografis yang sangat strategis dengan luas wilayah
57,64 km2 atau sebesar 0.14 persen dari luas Propinsi Sumatera Barat. Kota Solok dikelilingi
oleh beberapa nagari pada kabupaten Solok, dimana Kota Solok memiliki peran sentral di
dalam menunjang perekonomian masayarakat Kota Solok dan kabupaten Solok pada
umumnya.
Letak Geografis Kota Solok adalah 0o 44’28’’ – 0o49’12” LS dengan batas daerah;
1) Utara berbatasan dengan Nagari Tanjung Bingkung dan Kuncir Kab. Solok
2) Selatan berbatasan dengan Nagari gaung, panyakalan, Koto baru, Selayo Kab.
Solok
3) Barat berbatasan dengan Nagari pauh, Koto Tangah, Kota Padang
4) Timur berbatasan dengan nagari soak Laweh, Guguk Sarai, dan Gaung Kab.
Solok
Pada Tabel 2.4.1 disajikan data luas daerah per Kecamatan di Kota Solok. Dari data
dalam tabel, dapat diketahui bahwa terdapat 2 kecamatan di Kota Solok yaitu Kecamatan
Lubuk Sikarah dan Kecamatan Tanjung Harapan. Kecamatan Lubuk Sikarah merupakan
kecamatan yang terluas daerahnya dengan luas 35 km2 dan jumlah kelurahan di Kecamatan
Lubuk Sikarah juga lebih banyak dibandingkan Kecamatan Tanjung Harapan.
Tabel 2.4.1Luas Kecamatan dan Jumlah Kelurahan
di Kota Solok Tahun 2010
KecamatanLuas Jumlah
KelurahanKm2 Persentase
1. Lubuk Sikarah 35,00 60,72 7
2. Tanjung Harapan 22,64 39,28 6
Jumlah 57,64 100 13
Sumber : BPS Kota Solok (2010)
b. Topografi dan Iklim
Topografi Kota Solok bervariasi antara daratan dan berbukit dengan ketinggian 390
m di atas permukaan laut. Terdapat tiga anak sungai yang melintasi Kota Solok, yaitu
Batang Lembang, Batang Gawan dan Batang Air Binguang. Suhu udara maksimal 28,9o dan
minimal 26,1oC.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-33
c. Lahan dan Penggunaannya
Ditinjau dari jenis lahan, sebesar 21,42% lahan di Kota Solok merupakan lahan
sawah dan sebesar 78,518% merupakan lahan kering. Pada Tabel 2.4.2 diketahui bahwa
jenis penggunaan lahan terbesar di Kota Solok adalah berupa penggunaan untuk Hutan,
Sawah dan Perumahan.
Tabel 2.4.2Luas Lahan Dilihat dari Penggunaannya di Kota Solok
Jenis Penggunaannya Luas (ha) Persentase
1.Perumahan 812,26 14,09
2.lap.olahraga 12,50 0,22
3.Kuburan 13,50 0,23
4.Perkantoran 20,83 0,36
5. Pendidikan 13,87 0,24
6.Kesehatan 23,11 0,40
7.Sarana ibadah 14,87 0,26
8.Hotel 7,25 0,13
9. Pasar, Pertokoan, Terminal 158,38 2,75
10.Tempat Hiburan 12,44 0,20
11.Industri 30,95 0,54
12.Sawah 1.234,64 21,42
13.Perkebunan Rakyat 140,52 2,44
14. Kebun campuran 641,76 11,13
15.Semak, alang-alang 703,63 12,21
16.Hutan 1.358,83 23,57
17. tegalan 326,71 5,67
18.Kolam ikan, rawa 21,00 0,36
19. lain-lain 216,95 3,76
Jumlah 5764,00 100,00
Sumber : BPS Kota Solok (2010)
d. Demografi
1). Jumlah Penduduk
Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010 jumlah penduduk Kota Solok adalah
59.396 jiwa dengan laju pertumbuhan antar sensus rata-rata sebesar 2,13%. Dari Tabel
2.4.3 dapat diketahui bahwa Kecamatan Lubuk Sikarah lebih luas dari Kecamatan tanjung
Harapan, dengan jumlah penduduk yang juga lebih banyak. Jumlah penduduk Kecamatan
Lubuk Sikarah adalah 32.645 jiwa, sedangkan jumlah penduduk Kecamatan Tanjung
Harapan adalah sebanyak 26.751. Namun demikian Kecamatan Tanjung Harapan lebih
padat jika dibanding dengan Kecamatan Lubuk Sikarah di Kota Solok.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-34
Tabel. 2.4.3Jumlah Penduduk dan Kepadatan per Kecamatan Tahun 2010
Kecamatan/kelurahanLuas
WilayahJumlah
pendudukKepadatanPenduduk
I.Lubuk Sikarah 35,00 32.645 933
1.Tanah Garam 24,36 11.853 487
2.Enam Suku 3,6 5.854 1.626
3.Sinapa Piliang 0,64 1.312 2.050
4.IX Korong 1,50 1.615 1.077
5. K T K 1,35 2.235 1.656
5. Aro IV Korong 1,25 2.700 2.160
6. Simpang Rumbio 2,30 7.076 3.077
II. Tanjung Harapan 22,64 26.751 1.182
1. Koto Panjang 0,21 2.040 9.714
2.Pasar Pandan Air Mati 0,69 5.275 7.645
3.Tanjung Paku 2,35 5.493 2.337
4.Nan Balimo 7,59 6.911 911
5.Kampung Jawa 3,65 5.948 1.630
6.Laing 8,15 1.084 133
Jumlah 57.64 59.396 1.030
Sumber : BPS Kota Solok (2010)
2). Komposisi Penduduk di Kota Solok
Komposisi penduduk Kota Solok dapat dilihat dari rasio kelamin (sex ratio) dimana
jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari pada jumlah penduduk laki-laki. Sex ratio
penduduk Kota Solok selam 4 tahun terakhir adalah 96, sedangkan untuk tahun 2010 sex
ratio adalah sebesar 97,74. Pada Tabel 2.4.4 dapat diperoleh informasi bahwa
perkembangan penduduk laki-laki di Kota Solok periode 2006 hingga 2009 cenderung
mengalami peningkatan, sedangkan pada tahun 2010 mengalami penurunan. Sama halnya
dengan jumlah penduduk laki-laki, jumlah penduduk perempuan periode 2006 hingga 2009
cenderung mengalami peningkatan, dan juga mengalami penurunan pada tahun 2010. Hal
ini kemungkinan disebabkan oleh adanya migrasi penduduk laki-laki dan perempuan ke kota
atau daerah lain atau menurunnya jumlah kelahiran, atau berkurangnya migrasi dari kota
atau daerah lain ke Kota Solok.
Tabel 2.4.4Komposisi Penduduk Kota Solok Periode 2006 – 2010
TahunJumlah Penduduk
Sex RatioLaki-laki Perempuan
2006 26.784 27.880 96
2007 27.988 29.132 96
2008 28.989 30.173 96
2009 29.658 30.872 96
2010 29.359 30.037 97,74
Sumber : BPS Kota Solok (2010)
Distribusi Penduduk di Kota Solok adalah terdistribusi ke dalam dua Kecamatan
yaitu Kecamatan Lubuk Sikarah dan Kecamatan Tanjung Harapan. Distribusi penduduk di
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-35
kedua kecamatan yang memiliki 13 kelurahan adalah relatif bervariasi. Jumlah penduduk
yang terbanyak adalah terdapat dikelurahan tanah garam dengan jumlah penduduk
sebanyak 11.853 jiwa. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kelurahan ini terdapat banyak
kantor pemerintahan dan pusat perdagangan. Selain dari pada itu, kelurahan lainnya yang
banyak didiami oleh penduduk di Kota Solok adalah kelurahan Simpang Rumbio dengan
jumlah penduduk sebanyak 7.076 jiwa, kelurahan Nan Balimo dengan jumlah penduduk
sebanyak 6.911 jiwa, Kelurahan Kampong Jawa dengan jumlah penduduk sebanyak 5.948
jiwa, Kelurahan Enam Suku dengan jumlah penduduk sebanyak 5.854 jiwa, serta Kelurahan
Tanjung Paku dengan jumlah penduduk sebanyak 5.493 jiwa, Kelurahan Pasar Pandan Air
Mati dengan jumlah penduduk sebanyak 5.275 jiwa.
2.4.2. Sumberdaya Alam dan Sumberdaya Manusia
a. Sumberdaya Alam
Kota Solok memiliki sumberdaya pertanian yang meliputi; tanaman pangan,
perkebunan, peternakan, dan perikanan. Dalam komoditi tanaman pangan, padi sawah
merupakan komoditi andalan Kota Solok. Di Kota Solok, terdapat 11 kelurahan yang
menghasilkan komoditi padi sawah yang terdiri dari kelurahan Tanah Garam, IV Suku,
Sinapa Piliang, IX Korong, K T K, Simpang Rumbio. Kelurahan-kelurahan ini terdapat di
Kecamatan Sikarah. Kelurahan lainnya penghasil produksi padi sawah terdapat di Tanjung
Harapan. Kelurahan tersebut adalah Kelurahan Tanjung Paku, Kelurahan Nan Balimo,
Kampung Jawa, serta Kelurahan Laing. Dari 11 kelurahan tersebut, produksi terbesar padi
sawah terdapat di kelurahan Tanah Garam yaitu sebesar 4.836,3 ton , diikuti oleh kelurahan
VI Suku, IX Korong, dengan jumlah produksi berturut-turut adalah 2.609,3 ton dan 2.131,5
ton .
Perkebunan di Kota Solok merupakan usaha perkebunan dengan lahan terbatas,
dan hanya dijadikan sebagai usaha penunjang kehidupan keluarga. Jenis hasil perkebunan
rakyat yang ada di Kota Solok antara lain berupa kopi, cengkeh, kayu manis, karet, merica,
kunyit dan lain-lain. Dari beberapa jenis hasil perkebunan yang ada, kunyit merupakan
komoditi yang memiliki produktivitas yang tinggi dengan total produksi sebesar 5.725,5 ton
dengan luas lahan sebanyak 190,9 ha tahun 2010.
Peternakan di Kota Solok berupa sapi, kerbau, kuda dan kambing. Jumlah
populasi sapi adalah sebanyak 4.169 ekor, sedangkan kambing berjumlah 1.717 ekor. Selain
dari itu unggas juga banyak dibudidayakan masyarakat terutama untuk jenis ayam buras,
ayam pedaging, ayam petelur dan itik.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-36
Perikanan di Kota Solok meliputi budidaya ikan kolam, ikan sawah dan ikan
keramba. Pada tahun 2010 hanya terdapat budi daya ikan kolam dengan jenis ikan mas,
Nila, dan lele.
b. Sumberdaya Manusia
Pada Tabel 2.4.5 disajikan data penduduk Kota Solok berdasarkan kelompok
Umur. Berdasarkan data dalam tabel dapat diketahui bahwa sumberdaya manusia di Kota
Solok sebagian besar berada dalam kelompok umur 15 – 64 tahun dengan jumlah 38 347
(64,56%). Hal ini mengindikasikan bahwa penduduk Kota Solok sebagian besar tergolong
pada usia tenaga kerja, terdiri dari yang sedang sekolah, angkatan kerja yang bekerja atau
juga angkatan kerja yang sedang menganggur. Rasio ketergantungan di Kota Solok adalah
sebesar 1,78, menunjukkan bahwa 1 orang tenaga kerja yang bekerja di Kota Solok akan
menanggung sebanyak 2 orang yang tidak bekerja.
Tabel 2.4.5Kelompok Umur dan Persentase Penduduk di Kota Solok
Kelompok Umur Jumlah Persentase
0 – 14 18.771 31,60
15 – 64 38.347 64,56
65+ 2.278 3,84
Rasio Ketergantungan 1,78
Sumber : BPS Kota Solok (2010)
2.4.3. Infrastruktur
a. Prasarana Jalan
Dalam upaya menunjang sarana perhubungan di Kota Solok, sampai tahun 2010
tercatat panjang jalan 200,54 km dan jembatan 45 buah. Dilihat dari kondisi jalan, 96,563
km (48,15%) dalam kondisi baik, 42,047 km (20,97%) sedang, 17,47 km (8,71 %) rusak
dan 44,46 km (22,17%) rusak berat. Kondisi jalan ini tentu akan berpengaruh terhadap
pengembangan UMKM di Kota Solok.
b. Prasarana Air Minum dan Listrik
Air minum merupakan sumber kehidupan yang dibutuhkan oleh setiap individu,
baik yang bersumber dari mata air, sungai, maupun PDAM. Bertambahnya jumlah penduduk
akan berakibat kepada meningkatnya kebutuhan terhadap air. Berdasarkan data, pada
tahun 2010 pelanggan baru PDAM yang meliputi rumah tangga, niaga besar, niaga kecil,
sosial khusus, sosial umum, instansi pemerintah dan industri mengalami peningkatan sebesr
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-37
3,84 persen dari tahun sebelumnya atau dari 9.728 pelanggan menjadi 10.416 pelanggan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Tabel 2.4.6.
Tabel 2.4.6Banyaknya Pelanggan Air Minum PDAM di Kota Solok
Jenis Pelanggan Jumlah
1.Rumah tangga 9.408
2.Niaga besar 385
3.Niaga Kecil 205
4.Sosial Khusus 171
5.Sosial Umum 113
6.Instansi Pemerintah 118
7. industri 16
Total 10.416
Sumber : BPS Kota Solok (2010)
Pada Tabel 2.4.7. disajikan data jumlah pelanggan yang dialiri listrik di Kota
Solok Menurut Kecamatan tahun 2010. Berdasarkan data dapat diketahui bahwa sebagian
besar (53,86%) pelanggan PLN berada di Kecamatan Tanjung Harapan, dan sisanya(sebesar
46,14%) berdomisili di Kecamatan Lubuk Sikarah Kota Solok.
Tabel 2.4.7Jumlah Pelanggan yang Dialiri Listrik di Kota Solok
Menurut Kecamatan tahun 2010
KecamatanJumlah
PelangganPersentase
1.Lubuk Sikarah 6.557 46,14
2.Tanjung Harapan 7.653 53,86
Total 14.210 100
Sumber: Cabang PT PLN Kota Solok (2010)
c. Prasarana Komunikasi
Salah satu bentuk prasana komunikasi adalah pos. Jumlah surat yang dikirim
melalui kantor Pos Kota Solok tahun 2010 adalah sebanyak 114.075 buah, dimana 45,96%
surat pos kilat khusu. Jasa pengiriman paket juga banyak digunakan masyarakat di kantor
Pos Kota Solok. Tercatat sebanyak 7.112 buah paket yang dikirim, sebanyak 6.008 paket
yang diterima, 50 paket diantaranya berasal dari luar negeri.
Sarana komunikasi lain di Kota Solok adalah Wartel. Jumlah wartel di Kota Solok
adalah satu buah yaitu wartel KOPEGTEL. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan usaha
wartel di Kota Solok masih memungkinkan dilakukan sebagai bentuk usaha UMKN.
Prasarana komunikasi lainnya adalah telepon umum. Pada tahun 2010 tidak ada catatan
jumlah telepon umum di Kota Solok. Hal ini kemungkinan disebabkan berkembangnya
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-38
penggunaan telepon selular, sehingga masyarakat tidak membutuhkan adanya telepon
umum.
Di Kota Solok, jumlah saluran sambungan telepon menurut penggunaannya adalah
sebagai berikut: 1) Kantor /sekolah/residen dengan jumlah sambungan induk sebanyak 8
891, 2) Bisnis/Hotel/toko sebanyak 1.169 sambungan induk, 3) sosial/RS/yayasan sosial
sebanyak 23 sambungan induk, 4) flexi sebanyak 342 sambungan induk.
d. Prasarana Pendidikan
Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Daerah Kota Solok (2010) banyak sekolah
menurut tingkat pendidikan adalah sebagai berikut : TK berjumlah 18 unit, SD/MI
berjumlah 45 unit, SLTP/MTS berjumlah 8 unit, SMU/MA/SMK berjumlah 11 unit, dan
perguruan tinggi berjumlah 4 unit. Di Kota Solok pada tahun 2010 jumlah sekolah negeri
dan swasta untuk tingkat adalah 45 unit, jumlah SLTP adalah 8 unit, dan jumlah SLTA
sebanyak 11 unit seperti yang terlihat dalam Tabel 2.4.8.
Tabel 2.4.8Jumlah Sekolah, Murid dan Guru di Sekolah Negeri dan Swasta
di Kota Solok tahun 2010
TingkatPendidikan
Jumlah Sekolah Jumlah Murid Jumlah Guru
Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta
1. TK 1 18 87
2. SD 42 3 7654 315 511 25
3. SLP 7 1 3729 338
4. SLA 7 4 4491 789 485 121
Sumber: BPS Kota Solok (2010)
Selanjutnya pada Tabel 2.4.9 disajikan data Banyak Perguruan Tinggi, Mahasiswa,
dan dosen per Kecamatan di Kota Solok. Berdasarkan data dapat diketahui bahwa di Kota
Solok telah berkembang perguruan tinggi, sehingga dapat meningkatkan kualitas
sumberdaya manusia di Kota Solok.
Tabel 2.4.9Banyak Perguruan Tinggi, Mahasiswa, dan dosen per Kecamatan
di Kota Solok
KecamatanJumlah
Perguruan TinggiJumlah
mahasiswaJumlahDosen
1. Lubuk Sikarah 1 293 33
2. Tanjung Harapan 3 4.511 293
Total 4 4.804 326
Sumber : BPS Kota Solok (2010)
e. Prasarana Kesehatan
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-39
Prasana kesehatan yang tersedia di Kota Solok disajikan dalam Tabel 2.4.10.
Berdasarkan data dalam tabel dapat diketahui bahwa jumlah tempat pelayanan kesehatan di
Kota Solok adalah berupa; RSU/T, Rumah Bersalin, puskesmas induk, Puskesmas Pembantu,
Puskesmas keliling dan balai pengobatan. Tempat pelayanan kesehatan ini tersebar di kedua
Kecamatan yang ada di Kota Solok.
Tabel 2.4.10Jumlah Tempat Pelayanan Kesehatan Menurut Kecamatan
di Kota Solok
Kecamatan RSU/T RumahBersalin
Puskesmas BalaiPengobatanInduk Pembantu Keliling
1.Lubuk Sikarah 2 1 2 8 3 3
2.Tanjung Harapan 2 0 2 9 4 0
Total 4 1 4 17 7 3
Sumber: BPS Kota Solok (2010)
Pada Tabel 2.4.11. disajikan data Jumlah Tenaga Medis dan Para Medis di Kota
Solok tahun 2010 yaitu berupa; dokter spesialis, dokter umum, bidan, dan perawat pada
setiap kecamatan yang ada di Kota Solok.
Tabel 2.4.11Jumlah Tenaga Medis dan Para Medis
di Kota Solok tahun 2010
KecamatanDokter
SpesialisDokterUmum
Bidan Perawat
1. Lubuk Sikarah 0 9 32 21
2.Tanjung Harapan 1 10 33 29
Total 1 19 65 50
Sumber : BPS Kota Solok (2010)
Jumlah Tenaga Medis dan Para Medis di Kota Solok tahun 2010, tidak termasuk
tenaga medis dan Para Medis di RSU (Rumah Sakit Umum ) Kota Solok. Tenaga Medis di
RSU Kota Solok terdiri dari dokter ahli Neorologi, dokter ahli bedah, dokter ahli penyakit
dalam, dokter ahli anak, dokter ahli kandungan, dokter ahli mata, dokter ahli THT, yang
masing-masing berjumlah 1 orang, dokter gigi berjumlah 2 orang, dokter umum berjumlah
11 orang dan dokter spesialis anesthesia berjumlah 1 orang.
Selain dari pada itu di RSU Kota Solok juga terdapat tenaga para medis perawatan
yang meliputi guru rawat/guru bidan yang berjumlah 22 orang, pengatur rawat kesehatan/
D2 Kep berjumlah 4 orang, Bidan/Di berjumlah 62 orang, juru rawat/SPK berjumlah 1 orang,
D3 bidan berjumlah 2 orang, SPK berjumlah 55 orang, D1 bidan berjumlah 10 orang.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-40
2.5 KOTA PARIAMAN
2.5.1. Kondisi Geografi dan Demografi
a. Letak Geografi dan Luas Wilayah
Kota Pariaman merupakan wilayah baru yang berasal dari pemekaran kabupaten
Padang Pariaman. Kota ini terletak pada 000 33 ‘ 00 “ – 000 40 ‘ 43 “ Lintang Selatan dan
1000 04 ‘ 46 “ – 1000 10 ‘ 55 “ Bujur Timur. Pada sisi sebelah barat, kota ini berbatasan
langsung dengan samudra Indonesia, sedangkan pada sisi utara, selatan, dan timur
berbatasan langsung dengan Kabupaten Padang Pariaman. Kota Pariaman memiliki luas
wilayah sekitar 73,36 Km2. Luas daratan kota ini setara dengan 0,17% dari luas daratan
wilayah Propinsi Sumatera Barat.
Kota Pariaman terdiri dari empat kecamatan, yaitu kecamatan Pariaman Utara,
kecamatan Pariaman Tengah, kecamatan Pariaman Timur, dan Kecamatan Pariaman
Selatan. Kecamatan Pariaman timur merupakan kecamatan termuda, karena baru yang
terbentuk pada tahun 2011. Kecamatan Pariaman Utara tercatat memiliki wilayah paling
luas, yaitu 28,45 Km2. sedangkan Kecamatan Pariaman Selatan memiliki luas wilayah
terkecil, yakni 21,14 Km2. Informasi lebih detail dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2.5.1Luas Wilayah Kota Pariaman Menurut Kecamatan
No. Kecamatan Luas (Km2)
1. Pariaman Selatan 21,14
2. Pariaman Tengah 23,77
3. Pariaman Utara 28,45
4. Pariaman Timur Belum teridentifikasi
Sumber : Pariaman dalam Angka, 2010
b. Topografi dan Iklim
Kota Pariaman merupakan daerah yang masuk dalam kategori dataran rendah,
karena terletak pada ketinggian 10-25 m dari permukaan laut. Kecamatan yang terletak
paling dekat dengan garis pantai adalah kecamatan Pariaman Tengah dan Pariaman Selatan
(0-10 mdpl), sedangkan kecamatan yang terletak agak lebih tinggi dari garis pantai adalah
kecamatan Pariaman Utara (25 mdpl).
Kota Pariaman merupakan daerah yang beriklim tropis (panas) namun selalu
mendapatkan hujan setiap bulannya. Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 2.5.2
terlihat bahwa curah hujan terendah terdapat pada bulan Juli (yaitu 156 mm), sedangkan
curah hujan tertinggi terdapat pada bulan April (yaitu 623 mm). Suhu rata-rata kota ini
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-41
adalah 25,5° C. Suhu tertinggi terdapat pada bulan Mei (yaitu 26,1°C), sedangkan suhu
terendah terdapat pada bulan Nopember (yaitu 25,1°C).
Tabel 2.5.2Curah Hujan Serta Temperatur Kota Pariaman
Bulan Curah Hujan(mm)
Temperatur (°C)
Januari 424 25,7
Februari 313 25,2
Maret 214 25,7
April 623 25,8
Mei 161 26,1
Juni 254 25,7
Juli 156 25,1
Agustus 494 25,0
September 513 25,1
Oktober 504 25,3
November 448 25,1
Desember 584 25,6
Sumber : Pariaman dalam Angka, 2010
c. Lahan dan Penggunaannya
Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 2.5.3 terlihat bahwa lahan (tanah) yang
terdapat di kota Pariaman dialokasikan untuk pemukiman, sawah, tegalan, kebun campuran,
dan perkebunan rakyat. Mayoritas lahan yang ada di setiap kecamatan digunakan untuk
areal persawahan (total 2412 ha), perkebunan rakyat (total 1017,58 ha), serta pemukiman
(total 890,96 ha). Informasi lebih lengkap dapat dilihat pada tabel 2.5.3 berikut ini:
Tabel 2.5.3Luas Tanah Kota Pariaman Menurut Penggunaan (ha)
Kecamatan Pemukiman Sawah TegalanKebun
CampuranPerkebunan
rakyatHutansejenis
Semak/Alang
PariamanSelatan 295,96 966
-769,61 46,58 17,75
-
Pariamantengah 450 641
-10,03 237
-16,59
PariamanUtara 145 805
-11,41 734
-35,60
Pariamantimur
Belumteridentifikasi
Belumteridentifikasi
Belumteridentifikasi
Belumteridentifikasi
Belumteridentifikasi
Belumteridentifikasi
Belumteridentifikasi
Sumber: Pariaman Dalam Angka, 2010
d. Demografi
Pada tahun 2009, jumlah penduduk Kota Pariaman tercatat sebanyak 78.552 jiwa,
dengan perincian 38.659 jiwa adalah laki-laki dan 39.893 jiwa adalah perempuan. Angka
kepadatan penduduk kota ini pada tahun 2009 adalah 1.070,77 jiwa/km2, dan angka sex
ratio (perbandingan jumlah penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan) pada tahun
yang sama adalah 96,91. Sebagian besar penduduk kota Pariaman terdapat di kecamatan
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-42
Pariaman tengah (35.113 jiwa), sisanya terdapat di kecamatan Pariaman Utara (23.683 jiwa)
dan kecamatan Pariaman Selatan (19.756). Informasi lebih lengkap dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 2.5.4Jumlah Penduduk Kota Pariaman Menurut Jenis Kelamin, Sex Ratio, dan
Kepadatan penduduk
Kecamatan Penduduk Sex ratio Kepadatan/km2
Laki-Laki Perempuan Jumlah
Pariaman Selatan 9.683 10.073 19.756 96,13 934,53
Pariaman tengah 17.422 17.691 35.113 98,48 1.477,20
Pariaman Utara 11.554 12.129 23.683 95,26 832,44
Pariaman timur Belumteridentifikasi
Belumteridentifikasi
Belumteridentifikasi
Belumteridentifikasi
Belumteridentifikasi
Sumber: Pariaman Dalam Angka, 2010
2.5.2 Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia
a. Sumber Daya Alam
Tidak banyak kekayaan alam berupa bahan tambang yang terdapat di Kota
Pariaman. Tanahnya yang subur menyebabkan daerah ini lebih cocok dikembangkan untuk
usaha pertanian, perkebunan, serta peternakan.
b. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia di kota Pariaman didominasi oleh penduduk usia muda.
Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 2.4.5 berikut ini terlihat bahwa jumlah penduduk
yang berada pada usia produktif (15 – 64 tahun) berjumlah 46.397 orang (59,06%).
Sedangkan penduduk yang masuk dalam kategori usia non produktif (< 15 tahun serta > 64
tahun) berjumlah 32.155 orang (40,94%).
Tabel 2.5.5Jumlah Penduduk Kota Pariaman Menurut Kecamatan
Sumber: Pariaman dalam angka, 2010
Tabel 2.5.6Jumlah Penduduk Kota Pariaman Berdasarkan Kelompok Umur
Kelompok Umur Jumlah (jiwa)Persentase
(%)
0-14 tahun 26.044 33,15
15-64 tahun 46.397 59,06
65 (+) tahun 6. 111 7,79
Total 78.552 100
Sumber: Pariaman dalam angka, 2010
Kecamatan Jumlah Penduduk (jiwa)
Pariaman Utara 19.756
Pariaman Tengah 35.113
Pariaman Selatan 12.129
Pariaman Timur Belum teridentifikasi
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-43
Pada tahun 2008 nilai indeks Pembangunan Manusia (IPM) kota Pariaman adalah
73,43. Angka ini meningkat 0,61 dari IPM tahun sebelumnya (2007) yaitu 72,82. Dengan
angka IPM 73,43 tahun 2008 tersebut membawa kota Pariaman menempati peringkat 100
nasional dalam hal pembangunan manusia, meningkat 4 nomor dari posisi tahun
sebelumnya (2007) yaitu 104. Selain itu, angka IPM sebesar 73,43 tersebut membawa kota
Pariaman menempati peringkat 7 dari 19 kabupaten/kota di propinsi Sumatera Barat.
Dengan demikian dapat disimpulkan pembangunan manusia di kota Pariaman sebetulnya
telah berjalan cukup baik, namun harus tetap terus ditingkatkan.
2.5.3. Infrastruktur
a. Prasarana Jalan
Total panjang jalan raya di Kota Pariaman pada tahun 2009 adalah 280,875 km.
Jalan raya yang sudah diaspal panjangnya adalah 212,039 km. Sedangkan sisanya
merupakan jalan dengan permukaan kerikil (22,096 km) dan jalan tanah (46,74 km). Jalan
raya di kota Pariaman di dominasi oleh jalan kota (258,850 km). Sedangkan sisanya adalah
jalan negara (14,075 km) dan jalan propinsi (7,950 km).
Tabel 2.5.7Panjang Jalan Negara, Propinsi, dan Kota Berdasarkan Kecamatan
KecamatanPanjang Jalan (km)
Negara Propinsi Kota
Pariaman Selatan 3,375 5,650 70,650
Pariaman Tengah 4,650 2,300 93,740
Pariaman Utara 6,050 - 94,460
Pariaman Timur Belum teridentifikasi Belum teridentifikasi Belum teridentifikasi
Sumber: Pariaman dalam angka, 2010
b. Prasarana Air Minum dan Listrik
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) merupakan perusahaan yang bertanggung
jawab menyediakan kebutuhan air minum bagi penduduk kota Pariaman. Hingga tahun
2010, jumlah air minum yang sanggup diproduksi oleh PDAM kota Pariaman adalah 799.789
m3. Adapun sumber air yang digunakan untuk memproduksi air minum tersebut berasal dari
1 sumur bor dan 1 sumur pompa. Pelanggan terbesar air minum tersebut adalah rumah
tangga (412,350 m3) dan perkantoran (50,317 m3).
Tabel 2.5.8Pemakaian Air Minum Menurut Jenis Langganan
KecamatanRumahtangga
KantorPemerintah
SosialNiaga &Industri
KranUmum
Lainnya
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-44
Pariaman Selatan * * * * * *
Pariaman tengah 352.214 50.261 3.512 3.147 18.956 4.931
Pariaman utara 60.136 56 2.756 - 1.284 -
Pariaman timur Belumteridentifikasi
Belumteridentifikasi
Belumteridentifikasi
Belumteridentifikasi
Belumteridentifikasi
Belumteridentifikasi
Sumber: Pariaman dalam angka, 2010 * Data tidak tersedia
Sejak tahun 2008 seluruh desa/kelurahan yang terdapat di Kota Pariaman telah
dialiri oleh listrik. Pada tahun tersebut jumlah pelanggan tercatat sebanyak 15.415 orang.
Jumlah pelanggan sebanyak ini diperoleh dari pelanggan yang tercatat pada PLN Ranting
Pariaman dan PLN Unit Jaga Kurai Taji.
c. Prasarana Komunikasi
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi menyebabkan terjadinya di
masyarakat, khususnya berkenaan dengan penggunaan alat yang digunakan untuk
berkomunikasi. Jika sebelumnya didominasi oleh surat, maka sekarang ini lebih didominasi
oleh telepon seluler atau email.
d. Prasarana Pendidikan
Prasarana pendidikan seperti Gedung SD (negeri maupun swasta) hingga SMA
(negeri maupun swasta) telah tersedia di setiap kecamatan di Kota Pariaman. Jumlah
gedung SD yang sudah dibangun adalah 74 unit, SMP 9 unit, dan SMA 5 unit. Jumlah murid
SD adalah 11.237 orang, jumlah murid SMP 4.705 orang, dan murid SMA adalah 3.788
orang. Adapun jumlah guru SD 249 orang, guru SMP 274 orang, dan guru SMA 269 orang.
Tabel 2.5.9Jumlah Sekolah, Murid, dan Guru SD di Kota Pariaman Tahun 2009
Kecamatan Gedung SD (unit) Murid (orang) Guru (unit)
Pariaman selatan 17 2.601 157
Pariaman tengah 28 5.054 272
Pariaman utara 29 3.582 249
Pariaman timur Belumteridentifikasi
Belumteridentifikasi
Belumteridentifikasi
Jumlah 74 11.237 249
Sumber : Pariaman dalam angka, 2010
Tabel 2.5.10Jumlah Sekolah, Murid, dan Guru SMP di Kota Pariaman Tahun 2009
KecamatanGedung SMP
(unit)Murid (unit) Guru (unit)
Pariaman selatan 3 1.435 122
Pariaman tengah 3 2.020 146
Pariaman utara 3 1.250 106
Pariaman timur Belumteridentifikasi
Belumteridentifikasi
Belumteridentifikasi
Jumlah 9 4.705 274
Sumber : Pariaman dalam angka, 2010
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-45
Tabel 2.5.11Jumlah Sekolah, Murid, dan Guru SMA di Kota Pariaman Tahun 2009
KecamatanGedung SMA
(unit)Murid (unit) Guru (unit)
Pariaman selatan 1 1,213 46
Pariaman tengah 2 2,033 179
Pariaman utara 4 542 43
Pariaman timur Belumteridentifikasi
Belumteridentifikasi
Belumteridentifikasi
Jumlah 7 4.048 293
Sumber : Pariaman dalam angka, 2010
e. Prasarana Kesehatan
Berbagai prasarana kesehatan telah tersedia di Kota Pariaman. Pada setiap
kecamatan telah terdapat 2 unit puskesmas (total 6 unit) serta 4 unit puskesmas keliling
(total 12 unit). Selain itu, juga terdapat puskesmas pembantu sebanyak 12 unit, rumah
bersalin sebanyak 2 unit. Sedangkan untuk tenaga kesehatan, Kota Pariaman telah memiliki
21 orang dokter umum, 9 orang dokter gigi, 43 orang sarjana kesehatan masyarakat, 48
orang sarjana farmasi, 6 orang sarjana kesehatan. 1 orang dokter PTT, dan 60 orang bidan.
Tabel 2.5.12Jumlah Puskesmas dan Prasarana Kesehatan di Kota Pariaman Tahun 2009
KecamatanPuskesmas
(unit)Puskel(unit)
Pustu(unit)
Rumahbersalin(unit)
SarjanaKM
(orang)
SarjanaFarmasi(orang)
Pariaman selatan 2 4 5 - 11 10
Pariaman tengah 2 4 3 2 10 11
Pariaman utara 2 4 4 - 11 16
Pariaman timur - - - - - -
Sumber: Pariaman dalam angka, 2010
2.6 KOTA PADANG PANJANG
2.6.1. Kondisi Geografi dan Demografi
a. Keadaan Geografi
Padang Panjang merupakan kota terkecil dalam wilayah Propinsi Sumatera Barat
dengan luas 2.300 Ha atau sekitar 0,05 persen dari luas Sumatera Barat. Secara geografis
Kota Padang Panjang terletak antara 100o 20’ dan 100o 30’ Bujur Timur serta 0o 27’ dan 0o
32 Lintang Selatan. Kota Padang Panjang berbatasan langsung dengan Kabupaten Tanah
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-46
Datar, yakni sebelah utara, selatan, dan barat dengan Kecamatan X Koto serta sebelah timur
dengan Kecamatan Batipuh.
Kota Padang Panjang terdiri dari dua kecamatan yaitu Padang Panjang Barat dengan
luas 975 Ha dan Padang Panjang Timur dengan luas 1.325 ha, dimana masing-masing
kecamatan memiliki delapan kelurahan.
Tabel 2.6.1.Luas Kecamatan dan Jumlah Kelurahan
di Kota Padang Panjang 2009
No KecamatanLuas Jumlah
kelurahanHa Persentase
1 Padang Panjang Barat 975 42,39 8
2 Padang Panjang Timur 1.325 57,61 8
Jumlah 2.300 100 16
Sumber: BPS, 2010
Wilayah Kota Padang Panjang merupakan dataran tinggi yang berada pada
ketinggian antara 650 sampai 850 meter, dengan posisinya yang diapit oleh tiga gunung,
yaitu Gunung Merapi, Gunung Singgalang, dan Gunung Tandikat menyebabkan daerah ini
beriklim sejuk dengan temperatur udara rata-rata pada tahun 2009 sebesar 21,9 0C. Curah
hujan Kota Padang Panjang pada tahun 2009 cukup tinggi, yaitu 245 hari hujan. Temperatur
udara rata-rata tiap tahun selalu meningkat, selain itu jika diteliti dari lama penyinaran
matahari, tiap tahunnya juga terjadi peningkatan.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Stasiun Geofisika Kota Padang Panjang, pada
tahun 2009 tercatat terjadi 2.687 getaran gempa. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan
getaran gempa yang terjadi pada tahun 2008 yang tercatat hanya sebanyak 817. Intensitas
getaran gempa tertinggi terjadi pada bulan Agustus sebanyak 1.169 getaran gempa.
b. Pemerintahan
Sejarah Kota Padang Panjang berawal dari dibentuknya setelah proklamasi
kemerdekaan RI suatu kawedanan yang wilayahnya meliputi Padang Panjang, Batipuh dan X
Koto yang berkedudukan di Padang Panjang. Berdasarkan Ketetapan Ketua PDRI tanggal 1
Januari 1950 tentang Pembagian Propinsi juga sekaligus merupakan pembagian Kabupaten
dan Kota antara lain Bapituh dan X Koto masuk kedalam wilayah Kabupaten Tanah Datar,
sehingga Padang Panjang hanya merupakan tempat kedudukan Wedana yang
mengkoordinir Kecamatan X Koto. Kemudian berdasarkan UU No. 8 tahun 1956 tentang
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-47
Pembentukan Daerah Otonom Kota Kecil di lingkungan Propinsi Sumatera Tengah, maka
lahirlah secara resmi Kota Kecil Padang Panjang.
Berdasarkan keputusan DPRD tentang Peralihan Kota Praja tanggal 25 September
1957 No. 12/K/DPRD-PP/57, maka Kota Praja Padang Panjang dibagi kedalam 4 wilayah
administratif yang disebut dengan Resort, yaitu Resort Gunung, Resort Lareh Nan Panjang,
Resort Pasar dan Resort Bukit Surungan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun
1965 istilah Kota Praja diganti menjadi Kota Madya dan berdasarkan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 44 tahun 1980 dan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1982
tentang Susunan dan Tata Kerja Pemerintahan Kelurahan, maka Resort diganti menjadi
Kecamatan dan Jorong diganti menjadi Kelurahan. Kemudian berdasarkan Peraturan
Pemerintah No.13 tahun 1982, Kota Padang Panjang dibagi atas dua kecamatan dengan 16
kelurahan, dimana masing-masing kecamatan terdiri dari delapan kelurahan.
Khusus untuk tahun 2004 dan 2009 disamping memilih anggota legislatif seperti
pemilu-pemilu sebelumnya juga dilakukan pemilihan Dewan Perwakilan Daerah serta
Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara langsung. Sampai tahun 2009, telah
terlaksana sembilan kali pemilihan umum, yaitu tahun 1971, 1977, 1982, 1992, 1997, 1999,
2004, dan 2009.
Pada pemilu presiden dan wakil presiden tahun 2009, pemilu dilaksanakan hanya
satu putaran, berbeda dengan pelaksanaan pemilu tahun 2004 yang berlangsung dalam dua
putaran. Calon pasangan presiden dan wakil presiden dalam pemilu 2009 adalah
S.B.Yudhoyono-Boediono, M.Y Kalla-Wiranto, dan Megawati-Prabowo dengan perolehan
suara di Kota Padang Panjang berturut-turut adalah 16.163 suara, 2.948 suara, dan 729
suara .
Selain peta politik yang telah disebutkan, disajikan pula gambaran mengenai
keadaan SDM pada seluruh Dinas/Instansi di Kota Padang Panjang. Pada Dinas/ Instansi di
lingkungan Pemda dan Instansi Vertikal, apabila dilihat dari golongannya terdapat 73
pegawai Golongan I, 743 pegawai Golongan II, 1.455 pegawai Golongan III, 609 pegawai
Golongan IV. Sementara untuk Kantor BUMN/BUMD terdapat 224 orang pegawai. Jika dilihat
dari tingkat pendidikannya, terdapat: 32 pegawai lulusan SD, 165 pegawai lulusan SMP, 807
pegawai lulusan SMA, 811 pegawai lulusan D1- D3, 1234 pegawai lulusan S1, 104 pegawai
lulusan S2, dan satu pegawai lulusan S3.
c. Penduduk dan Angkatan Kerja
1) Penduduk
Berdasar hasil proyeksi, jumlah penduduk Kota Padang Panjang pada tahun 2009
adalah sebesar 54.880 jiwa. Dengan jumlah tersebut, Kota Padang Panjang memiliki
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-48
kepadatan penduduk sebesar 2.386 jiwa/km2. Jika dibandingkan antara kecamatan Padang
Panjang Barat dan Padang Panjang Timur, tampak bahwa kepadatan penduduk di Padang
Panjang Barat lebih tinggi hampir dua kali lipat dibandingkan Padang Panjang Timur, yaitu
3.409 jiwa/km2 dibanding 1.584 jiwa/km2. Untuk Kecamatan Padang Panjang Barat,
pemusatan penduduk terjadi di Kelurahan Balai-Balai sebesar 9.186 jiwa/km2, sedangkan
Kecamatan Padang Panjang Timur pada Kelurahan Tanah Pak Lambik sebesar 7.169
jiwa/km2
Dari total 54.880 jiwa, jumlah penduduk laki-laki dan perempuan masing-masing
adalah 27.293 jiwa dan 27.587 jiwa dengan sex ratio adalah 98,93. Artinya dalam setiap 100
orang perempuan terdapat sekitar 99 orang laki-laki di Kota Padang Panjang. Sementara jika
dilihat dari kelompok umur, jumlah penduduk kelompok umur 5-9 tahun memiliki populasi
paling tinggi yaitu sebesar 5.969 jiwa dan kelompok umur 70-74 tahun memiliki populasi
terkecil , yakni sebesar 869 jiwa.
Dari segi pendidikan, komposisi penduduk dapat dilihat menurut usia sekolah dan
tingkat pendidikan. Usia sekolah yang dipakai adalah usia 5-24 tahun, jadi jumlah penduduk
usia sekolah Kota Padang Panjang tahun 2009 sebesar 20.817 jiwa. Jika dilihat dari
kelompok umur, jumlah penduduk usia sekolah paling banyak terdapat pada kelompok umur
7-12 tahun sebesar 7.002 jiwa dan yang paling sedikit adalah kelompok umur 5-6 tahun
sebesar 2.395 jiwa.
2) Angkatan Kerja
Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja, dengan batasan yang selama ini
dipakai oleh BPS adalah usia 15-64 tahun. Sedangkan angkatan kerja adalah bagian dari
tenaga kerja yang sesungguhnya terlibat, atau berusaha untuk terlibat dalam kegiatan
produktif. Sementara bukan angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang tidak
bekerja ataupun tidak mencari pekerjaan (LDUI, 1981). Jadi, tenaga kerja meliputi angkatan
kerja dan bukan angkatan kerja.
Berdasarkan data Susenas tahun 2009 didapat jumlah 25.944 jiwa angkatan kerja
dengan 14.690 jiwa angkatan kerja laki-laki dan 11.254 jiwa angkatan kerja perempuan. Jika
dilihat menurut jenis kegiatannya, terdapat 23.091 jiwa yang bekerja dan 2.853 yang
sedang mencari pekerjaan. Untuk penduduk bukan angkatan kerja berjumlah 14.301 jiwa
dengan jumlah perempuan lebih dari dua kali lipat daripada laki-laki (9.601 jiwa dan 4700
jiwa, dimana sebagian besar memiliki kegiatan mengurus rumah tangga. Menurut lapangan
usahanya, jumlah angkatan kerja paling besar terdapat pada sektor Perdagangan, Rumah
makan, dan Hotel sebesar 36,27 persen.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-49
Untuk lapangan usaha selanjutnya yang mampu menyerap banyak angkatan kerja
adalah Jasa Kemasyarakatan, sebesar 30,07 persen. Sedangkan sektor-sektor tersebut,
sektor Listrik, Gas, dan Air dan sektor Pertambangan dan Penggalian hanya mampu
menyerap angkatan kerja sangat sedikit sebesar 0,55 persen dan 0,84 persen.
d. Sosial
1) Pendidikan
Pendidikan memegang peranan penting dalam memajukan suatu bangsa. Karena
dengan pendidikan dapat terbentuk sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu
berkompetisi dalam tantangan era globalisasi. Oleh karena itu bidang pendidikan harus
senantiasa mendapat prioritas utama dalam anggaran pembangunan suatu daerah.
Karena pentingnya pendidikan tersebut, hendaknya terdapat pemerataan
kesempatan pendidikan. Untuk itu, dapat dilakukan dengan penyediaan sarana dan
prasarana belajar, seperti gedung sekolah, tenaga pengajar, dan sebagainya. Di Padang
Panjang secara keseluruhan sarana pendidikan sudah cukup memadai mulai dari Taman
Kanak-kanak sampai dengan Perguruan Tinggi. Taman Kanak-kanak berjumlah 15 unit
dengan murid sebanyak 1103 orang dan jumlah guru sebanyak 109 orang. Sekolah Dasar
(SD) Negeri/Swasta serta Madrasah Ibtidaiyah (MI) pada tahun 2009 tercatat sebanyak 39
dengan murid sejumlah 6881 orang dan guru sebanyak 512 orang. Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP) Negeri dan Swasta tercatat 16 unit dengan jumlah murid sebanyak 4.732
orang dan jumlah guru sebanyak 558 orang. Selain itu SLTA (Umum dan Kejuruan) tercatat
19 unit dengan jumlah siswa 5.984 orang termasuk Madrasah Aliyah Negeri/Swasta dan
didukung oleh 792 orang guru.
2) Kesehatan
Kualitas sumber daya manusia tidak hanya dipengaruhi oleh faktor pendidikan,
tetapi yang juga tidak kalah pentingnya adalah faktor kesehatan. Seperti pada penilaian
Indeks Pembangunan Manusia yang penilaiannya terkonsentrasi pada tiga hal, yaitu
Pendidikan, Kesehatan, dan Daya Beli. Ketiga hal tersebut merupakan ukuran keberhasilan
pembangunan, baik pada level nasional, provinsi, maupun kabupaten/kota. Oleh karena itu,
sumber daya manusia yang memiliki fisik yang sehat dan mental yang kuat diharapkan
mampu menyerap/menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mewujudkan
keberhasilan pembangunan nasional yang dicita-citakan. Kesehatan yang memadai dapat
dipengaruhi oleh faktor ketersediaan sarana dan prasarana yang menunjang kesehatan.
Menurut data dari Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang, pada tahun 2009 Kota
Padang Panjang memiliki 2 unit Rumah Sakit, RSUD dan Rumah Sakit Ibnu Sina (Yarsi), 3
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-50
unit Puskesmas dengan 7 unit Puskesmas Pembantu. Tenaga Dokter, Bidan, Perawat dan
tenaga lainnya dari masing-masing sarana kesehatan tersebut adalah sebanyak 272 orang di
Rumah Sakit Umum, 87 orang di Rumah Sakit Swasta dan 206 orang di puskesmas. Baik
pada Rumah Sakit Pemerintah maupun Rumah Sakit Swasta, pasien yang paling banyak
dirawat adalah pasien penyakit dalam. Setelah itu pasien yang banyak dirawat adalah
kebidanan, kesehatan anak, dan bedah.
3) Keluarga Berencana
Menurut hasil pencatatan Kantor Pemberdayaan Perempuan dan KB, pada tahun
2009 terjadi peningkatan jumlah rumah tangga yang Sejahtera I, Sejahtera III, dan
Sejahtera III Plus sedangkan untuk jumlah rumah tangga dengan tingkat kesejahteraan
Prasejahtera dan Sejahtera II berkurang. Dengan adanya peningkatan pada Sejahtera III
Plus, dari 926 rumah tangga pada tahun 2008 menjadi 1318 rumah tangga dan penurunan
jumlah rumah tangga Prasejahtera dari 54 menjadi 28 rumah tangga.
Dilihat dari data jumlah Akseptor KB, suntikan merupakan akseptor KB yang paling
banyak dipakai oleh penduduk Padang Panjang, sementara itu yang paling sedikit dipakai
adalah akseptor MO.
2.6.2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia
a. Sumber daya alam
Padang Panjang adalah kota terkecil dalam lingkungan Provinsi Sumatera Barat
yang terletak pada jalur lalu lintas antara kota Padang dan Kota Bukittinggi. Kota Padang
Panjang dikenal sebagai kota dengan hawa yang sejuk dengan suhu udara maksimum
26.1 °C dan minimum 21.8 °C, dengan curah hujan yang cukup tinggi dengan rata-rata
3.295 mm/tahun. Di bagian utara dan agak ke barat berjejer tiga gunung: Gunung Marapi,
Gunung Singgalang, dan Gunung Tandikat.
Kota Padang Panjang berada pada daerah pegunungan yang sangat cocok untuk
daerah pertanian dan holtikultura. Walapupun demikian, sebagai kota dengan daerah yang
relatif kecil, maka sektor pertanian dan perkebunan tidak menjadi sumber utama yang
berkontribusi terhadap PDRB Kota Padang Panjang. Salah satu sektor yang memberikan
kontribusi kepada PDRB Kota Padang Panjang adalah transportasi dan komunikasi. Sektor ini
menjadi berkembang dengan pesat didukung oleh posisi kota sebagai salah satu pintu
gerbang ke kota Padang.
Sektor lain yang memberikan kontribusi kepada PDRB Kota Padang adalah industri
makanan, industri kerajinan bordir dan industri kerajinan kulit. Industri kulit menjadi salah
satu komoditi andalan di Kota Padang Panjang yang didukung dengan bahan baku dan
peluang pasar yang masih besar.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-51
b. Sumber daya manusia
Sumberdaya manusia di Kota Padang didominasi oleh penduduk usia muda. Bila
dilihat berdasarkan distribusi usia penduduknya, Kota Padang dapat digolongkan ke dalam
penduduk yang mayoritas memiliki produktivitas yang tinggi, dimana jumlah penduduk usia
0-14 tahun sebesar 31,49% dan penduduk usia 65 tahun ke atas sebesar 5,42%. Sisanya
sebesar 63,08% berusia antara 15 – 65 tahun. Besarnya jumlah penduduk tidak produktif
(usia muda dan usia tua) berdampak pada tingginya angka rasio ketergantungan.
Dengan jumlah penduduk kelompok usia produktif (15-64 tahun), yang juga
termasuk dalam kelompok usia kerja pada tahun 2009 mencapai 63,08% dari total
keseluruhan, ternyata memiliki nilai rasio ketergantungan sebesar 58,51%. Artinya secara
rata-rata setiap 100 penduduk produktif menanggung 59 penduduk tidak produktif.
Tabel 2.6.2.Kelompok Umur dan Persentase Penduduk
di Kota Padang Panjang Tahun 2009
Kelompok Umur Persentase
0 – 14 31,49%
15 – 64 63,08%
65 + 5,42%
Rasio Ketergantungan 58,51%
Penduduk yang termasuk dalam usia kerja (usia 15 tahun ke atas) di Kota Padang
pada tahun 2009 mencapai 63,08% dari total penduduk, atau sebanyak 34.621 orang.
2.6.3. Infrastruktur
a. Prasarana jalan
Pada tahun 2009 total panjang jalan Kota Padang Panjang adalah 94,67 km yang
terdiri dari 12,67 km jalan Negara dan 82 km jalan kota. Dari seluruh kendaraan bermotor
wajib uji yang diuji pada tahun 2009, jumlah terbesar adalah untuk kategori pick up tidak
umum dan truk tidak umum. Sedangkan di urutan berikutnya adalah untuk jenis kendaraan
minibus umum dan truk umum.
b. Prasarana air minum dan listrik
Jumlah pelanggan PLN di Kota Padang Panjang dari tahun ke tahun terus
mengalami peningkatan. Pada tahun 2007 pelanggan PLN berjumlah 891 pelanggan, dan
tahun 2008 menjadi 9260 pelanggan, tahun kemudiaan yakni tahun 2009 menjadi 9.398
pelanggan. Dilihat dari jenis tarif ternyata ternyata pelanggan PLN di Kota Padang Panjang
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-52
yang terbesar berasal dari jenis tarif R.1 yaitu 7.888 pelanggan dan kemudian diikuti oleh
B.1 sebanyak 947 pelanggan.
Air bersih merupakan kebutuhan dasar masyarakat apalagi untuk daerah perkotaan.
Dilihat dari jumlah pelanggan PDAM dari 5.645 pelanggan pada tahun 2008 menjadi 5.742
pelanggan pada tahun 2009. Jenis pelanggan terbesar dari PDAM Kota Padang Panjang
berasal dari pelanggan rumah tangga yaitu 4.960 pelanggan atau 83 persen dari seluruh
pelanggan. Sedangkan kalau dilihat perbandingan pelanggan PDAM antar kecamatan
sebagian besar atau 75 persen pelanggan PDAM di Kota Padang Panjang berdomisili di
Kecamatan Padang Panjang Barat dan 25 persennya berdomisili di Kecamatan Padang
Panjang Timur.
Dilihat dari debit pemakaian air, ternyata pada tahun 2009 di Kecamatan Padang
Panjang Barat telah dimanfaatkan air PDAM sebanyak 1.909.189 m3 untuk berbagai
keperluan hidup masyarakat. Sedangkan kalau ditinjau dari segi produksi ternyata pada
tahun 2009 PDAM telah memproduksi sebanyak 2.300.808 m3
c. Prasarana komunikasi
Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan sarana komunikasi untuk dapat
saling berinteraksi. Salah satu sarana komunikasi yang sudah lama dan akrab di masyarakat
adalah pos. Kalau kita perhatikan pemanfaatan jalur pos oleh masyarakat pada tahun 2009
mengalami penurunan baik untuk surat yang dikirim mapun yang diterima. Untuk surat biasa
yang dikirim, terjadi penurunan sebesar 23,5 persen dari 25.548 surat pada tahun 2008
menjadi 19.542 surat pada tahun 2009. Hal yang sama juga terjadi untuk surat tercatat
dimana surat tercatat yang dikirim turun dari 157 menjadi 142 surat, bahkan penurunan
yang sangat signifikan terjadi untuk surat tercatat yang diterima dari 455 surat tahun 2008
menjadi 31 surat tahun 2009.
Sarana komunikasi lain yang selama ini biasa dimanfaatkan masyarakat adalah
telepon. Akan tetapi pemanfaatan dari perusahaan telepon oleh masyarakat semakin
berkurang. Pada tahun 2008 pelanggan telepon di Kota Padang Panjang berjumlah 4.566
pelanggan sedangkan tahun 2009 turun menjadi 3.700 pelanggan.
Berbagai tempat wisata tersedia dan dapat dikunjungi di Kota Padang Panjang
diantaranya Minang Fantasi (MIFAN), PDIKM, Pemandian Lubuk Mata Kucing dll. Dilihat dari
jumlah pengunjung wisata untuk tahun 2009 terjadi penurunan dibandingkan tahun 2008
yaitu dari 660.562 pengunjung menjadi 292.004 pengunjung. Dari total pengunjung tahun
2009, tampaknya MIFAN menjadi tujuan wisata favorit dengan jumlah pengunjung sebanyak
264.000 orang.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-53
2.7 KOTA SAWAHLUNTO
2.7.1. Kondisi Geografi dan Demografi
a. Sejarah, letak geografis dan luas wilayah
Kota Sawahlunto merupakan kota tambang, yang dimulai sejak ditemukannya
cadangan batu bara di kota ini pada pertengahan abad ke-19 oleh Ir. de Greve, yang
kemudian sejak 1 Desember 1888 pemerintah Hindia-Belanda mulai melakukan investasi,
yaitu ketika uang sebesar 5.5 juta gulden ditanamkan oleh pemerintah Hindia-Belanda untuk
membangun berbagai fasilitas pengusahaan tambang batubara, dalam memenuhi kebutuhan
industri dan transportasi masa itu. Kemudian hari peristiwa ini diabadikan sebagai Hari Jadi
Kota Sawahlunto.
Kota ini mulai memproduksi batu bara sejak tahun 1892, dan seiring dengan itu kota
ini mulai menjadi kawasan pemukiman pekerja tambang, dan pemukiman ini terus
berkembang menjadi sebuah kota kecil dengan penduduk yang intinya adalah pegawai dan
pekerja tambang.
Selanjutnya pemerintah Hindia-Belanda juga membangun jalur kereta api dengan
biaya 17 juta Gulden untuk memudahkan pengangkutan batu bara keluar dari kota
Sawahlunto menuju kota Padang. Sebelumnya pada tahun 1888, jalur kereta api beroperasi
hanya sampai ke Muara Kalaban dan kemudian baru mencapai kota Sawahlunto pada tahun
1894.
Sebelumnya kota ini juga merupakan kampung tahanan, dimana sampai tahun 1898
usaha tambang ini masih mengandalkan pekerja paksa yaitu narapaidana yang dipaksa
bekerja untuk menambang dan dibayar dengan harga murah. Dan pada tahun 1908 untuk
upah buruh paksa adalah sebesar 18 sen/hari dan jika membangkang dapat dikenakan
sangsi hukum cambuk, upah buruh kontrak sebesar 32 sen/hari dan mendapatkan fasilitas
tempat tinggal serta jaminan kesehatan. Sedangkan untuk buruh bebas upahnya sebesar 62
sen/hari tanpa mendapat fasilitas apapun.
Pada tahun 1918 kota Sawahlunto telah dikategorikan sebagai Gemeentelijk Ressort
atau Gemeente dengan luas wilayah 778 Ha, atas keberhasilan kegiatan pertambangannya.
Adanya angkutan kereta api telah mendorong produksi pertambangan batu bara
memberikan hasil yang positif, dimana pada tahun 1920 produksi batu bara dari hanya
puluhan ribu ton menjadi ratusan ribu ton per tahun, dari usaha yang rugi menjadi usaha
dengan laba besar sampai 4,6 juta Gulden dalam setahun. Sehingga sampai pada tahun
1930, kota ini telah berpenduduk sebanyak 43.576 jiwa, diantaranya 564 jiwa adalah orang
Belanda (Eropa).
Setelah kemerdekaan Indonesia, selanjutnya hak penambangan dikelola oleh negara
dan diberikan kepada PT. Tambang Batubara Ombilin (TBO), namun kemudian perusahaan
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-54
ini dilikuidasi menjadi anak perusahan dari PT. Bukit Asam yang terdapat di Sumatera
Selatan. Dan seiring dengan reformasi pemerintahan dan bergulir otonomi daerah,
masyarakat setempat pun menuntut untuk dapat melakukan penambangan sendiri.
Kota Sawahlunto terletak antara 0o 33' 40"– 0o 48' 33" Lintang Selatan dan 100o 41'
59"– 100o 49' 60"Bujur Timur, Secara administratif Kota Sawahlunto terdiri dari 4
Kecamatan, 10 Kelurahan, dan 27 Desa. Wilayah Kota Sawahlunto berbatasan dengan 3
Kabupaten tetangga yaitu :
1) Sebelah utara : Kabupaten Tanah Datar
2) Sebelah selatan dan barat : Kabupaten Solok
3) Sebelah timur : Kabupaten Sijunjung
Wilayah Kota Sawahlunto tercatat memiliki luas 27.344,7 ha atau sekitar 0,65
persen dari luas Propinsi Sumatera Barat. Jarak dari Kota Sawahlunto ke kota Padang
(ibukota propinsi) adalah 94 km, dapat ditempuh melalui jalan darat dalam waktu sekitar 2
jam dengan kendaraan roda empat.
Tabel 2.7.1.Luas Kecamatan, Jumlah Kelurahan dan Desa
di Kota Sawahlunto 2010
No KecamatanLuas Jumlah
KelurahanJumlah Desa
Km2 Persentase
1 Silungkang 32,93 12,04 - 5
2 Lembah Segar 52,58 19,23 6 5
3 Barangin 88,55 32,38 4 6
4 Talawi 99,39 36,35 - 11
Jumlah 273,45 100 10 27
Sumber : Kota Sawahlunto dalam Angka tahun 2010
Bila dilihat dari luas wilayah Kecamatan, maka Kecamatan yang paling kecil luasnya
adalah Kecamatan Silungkang dengan luas 32,93 km², sedangkan Kecamatan yang paling
luas adalah Kecamatan Talawi, yakni 99,39 km², kemudian diikuti Kecamatan Barangin
dengan Luas 88,55 Km² dan Lembah Segar 52,58 km².
b. Topografi dan iklim
Secara topografi, Sawahlunto terletak pada daerah perbukitan dengan ketinggian
antara 250 - 650 meter di atas permukaan laut. Sebagian besar wilayah kota Sawahlunto
terletak pada ketinggian 100 – 500 meter, temperatur udara berkisar antara 220 C – 330C.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-55
Terdapat beberapa sungai yang melintasi Kota Sawahlunto yaitu :
1) Batang Lasi, di Kecamatan Silungkang
2) Batang Lunto, di Kecamatan Lembah Segar
3) Batang Sumpahan, di Kecamatan Barangin
4) Batang Malakutan, di Kecamatan Barangin
5) Batang Ombilin, di Kecamatan Talawi
c. Lahan dan penggunaannya
Wilayah Kota Sawahlunto tercatat memiliki luas 27.344,7 Ha dari luas lahan yang
ada terbesar digunakan untuk kebun campuran/sejenis seluas 9.801 Ha dan terbesar kedua
adalah wilayah hutan seluas 4.735 Ha. Pembagian luas lahan menurut penggunaannya
dapat dilihat pada gambar 2.7.1.
Gambar 2.7.1 Luas Lahan Menurut Penggunaannya Kota Sawahlunto 2010
d. Demografi
Penduduk Kota Sawahlunto berdasarkan Hasil Pengolahan Registrasi Penduduk di
seluruh Desa/Kelurahan, mencatat bahwa pada akhir Tahun 2009 jumlah penduduk Kota
Sawahlunto berjumlah 55.291 jiwa dengan jumlah rumah tangga sebanyak 13.891 rumah
tangga.
Bila dilihat distribusi Penduduk menurut Kecamatan, tampak bahwa Kecamatan
dengan jumlah penduduk terbesar ada di Kecamatan Talawi, sebanyak 17.388 jiwa, setelah
itu Kecamatan Barangin dengan jumlah penduduk sebanyak 16.304 jiwa, kemudian
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-56
Kecamatan Lembah Segar sebanyak 12.044 jiwa. Sedangkan yang paling sedikit
penduduknya adalah Kecamatan Silungkang, yaitu sebanyak 9.555 jiwa.
Menurut jenis kelamin, penduduk Kota Sawahlunto di tahun 2009 terdiri dari 27.241
orang laki-laki dan 28.050 orang perempuan, sehingga dengan komposisi penduduk
tersebut, menghasilkan rasio jenis kelamin sebesar 97,12.
Kepadatan penduduk Kota Sawahlunto tahun 2009 adalah sebesar 200,20 jiwa/km2.
Kecamatan yang terpadat penduduknya adalah Kecamatan Silungkang dengan kepadatan
290,13 jiwa/km2. Sedangkan yang terjarang adalah Kecamatan Talawi dengan kepadatan
174,95 jiwa/km2.
2.7.2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia
a. Sumber daya alam
Kota Sawahlunto memiliki wilayah sekitar 0.65% dari total luas provinsi Sumatera
Barat. Kota ini memiliki beragam potensi sumber daya alam yang meliputi sumber daya
hutan, tambang, pertanian dan perkebunan, dan sumber daya perairan yang meliputi sungai
dan kolam.
Kota Sawahlunto memiliki potensi sumber daya pertanian dan perkebunan. Sumber
daya perkebunan yang terbesar berupa kebun karet dan kakao. Selain sumber daya alam
tersebut diatas Kota Sawahlunto memiliki potensi untuk pengembangan peternakan, baik
peternakan besar, kecil maupun unggas.
b. Sumber daya manusia
Sumberdaya manusia di Kota Sawahlunto didominasi oleh penduduk usia muda. Bila
dilihat berdasarkan distribusi usia penduduknya, Kota Sawahlunto dapat digolongkan ke
dalam penduduk intermediate (dari ‘penduduk tua’ ke ‘penduduk muda’), dimana jumlah
penduduk usia 0-14 tahun sebesar 31,43% dan penduduk usia 65 tahun ke atas sebesar
5,75%. Besarnya jumlah penduduk tidak produktif (usia muda dan usia tua) berdampak
pada tingginya angka rasio ketergantungan.
Dengan jumlah penduduk kelompok usia produktif (15-64 tahun), yang juga
termasuk dalam kelompok usia kerja pada tahun 2009 mencapai 62,82% dari total
keseluruhan, ternyata memiliki nilai rasio ketergantungan sebesar 59,18%. Artinya secara
rata-rata setiap 100 penduduk produktif menanggung 59 penduduk tidak produktif.
Penduduk yang termasuk dalam usia kerja (usia 15 tahun ke atas) di Kota
Sawahlunto pada tahun 2009 mencapai 62,82% dari total penduduk, atau sebanyak 34.734
orang. Jumlah Pencari Kerja yang informasinya didapat dari Kantor Kependudukan Catatan
Sipil dan KB Kota Sawahlunto sebanyak 3.745 orang. Bila dilihat berdasarkan tingkat
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-57
pendidikannya sebagian besar pencari kerja di Sawahlunto berpendidikan Sekolah Menengah
Atas (66,65 %).
Tabel 2.7.2.Kelompok Umur dan Persentase Penduduk
di Kota Sawahlunto Tahun 2009
Kelompok Umur Persentase
0 – 14 31,43
15 – 64 62,82
65+ 5,75
Rasio Ketergantungan 59,18
Sumber : Kota Sawahlunto dalam Angka tahun 2010
Berdasarkan data Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Sumatera Barat
Tahun 2009, nilai IPM Kota Sawahlunto adalah 74,71 meningkat dibanding tahun 2008
dengan nilai IPM 74,29 (Tabel 2.7.3). Bila dibandingkan dengan nilai IPM kabupaten/kota
se-Provinsi Sumatera Barat, nilai IPM Kota Sawahlunto berada pada posisi ke 6 (enam)
diantara 19 kabupaten/kota. Hal ini mengindikasikan pembinaan SDM di wilayah ini masih
perlu ditingkatkan. Peringkat secara nasional berada pada posisi ke 81, sama dari tahun
sebelumnya.
Tabel 2.7.3Indek Pembangunan Manusia (IPM) dan Komponen Penyusun IPM
Kota Sawahlunto Tahun 2008 – 2009
IPM & KomponenKota Sawahlunto
2008 2009
Angka Harapan Hidup (tahun) 71,22 71,44
Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 8,77 8,95
Angka Melek Huruf (persen) 98,43 98,50
Pengeluaran Riil Per Kapita disesuaikan (Rp.000) 622,71 623,01
IPM 74,29 74,71
Peringkat SUMBAR 6 6
Peringkat Nasional 81 81
Sumber : IPM Sumatera Barat 2009
2.7.3. Infrastruktur
a. Prasarana jalan
Jalan merupakan prasarana pengangkutan darat yang penting untuk memperlancar
kegiatan perekonomian. Dengan makin meningkatnya usaha pembangunan maka akan
menuntut peningkatan pembangunan jalan untuk memudahkan mobilitas penduduk dan
memperlancar lalu lintas barang dari satu daerah ke daerah lain.
Panjang jalan di Kota Sawahlunto tercatat sepanjang 475,53 km; terdiri dari 8,15 km
Jalan Negara, 27,09 km Jalan Propinsi, dan 440,29 km Jalan Kota. Apabila dirinci menurut
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-58
kondisi; sepanjang 215,00 km berkondisi baik, 101,41 km berkondisi sedang, 63.31 km
rusak, serta 95,82 km kondisinya rusak berat.
b. Prasarana air minum dan listrik
Pelanggan air bersih PDAM Kota Sawahlunto selalu meningkat dari tahun ke tahun.
Berdasarkan data Survei Tahunan Perusahaan Air Bersih tahun 2009, jumlah pelanggan
PDAM Kota Sawahlunto sebanyak 5.012 pelanggan, terdapat sedikit penambahan dari tahun
sebelumnya yang berjumlah 4.788 pelanggan. Rumah tangga merupakan konsumen PDAM
terbesar, persentasenya mencapai 90,74 persen dari total pelanggan keseluruhan atau
berjumlah 4.548 pelanggan.
Selama tahun 2009 PT PLN tidak melakukan penambahan jaringan listrik baru. Dari
37 Desa/Kelurahan yang ada di Kota Sawahlunto, sampai dengan tahun 2009 masih
terdapat 1 (satu) Desa yang belum dialiri listrik, yaitu Desa Taratak Bancah di Kecamatan
Silungkang.
c. Prasarana komunikasi
Berbagai sarana komunikasi sudah tersedia di Kota Sawahlunto, seperti kantor pos
untuk sarana surat menyurat dan jaringan telepon untuk sarana hubungan secara langsung.
Jumlah desa/kelurahan yang telah tersambung jaringan telepon di Kota Sawahlunto
Pada tahun 2009 berjumlah 30 desa/kelurahan atau 81,08 persen. Jumlah pelanggan PT.
Telkom Sawahlunto seluruhnya berjumlah 3.008 unit, didominasi oleh pelanggan rumah
tangga sebanyak 2.859 unit atau 95,05 persen
Jasa pelayanan Kantor Pos yang paling banyak dipakai oleh masyarakat Kota
Sawahlunto adalah pengiriman surat biasa. Di tahun 2009 tercatat sebanyak 6.144 surat
biasa dikirim dari Kota Sawahlunto dan sebanyak 17.836 yang diterima. Pelayanan paket pos
pada tahun 2009 mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan tahun 2008. Pada tahun
2009 tercatat sebanyak 482 kg paket pos yang dikirimkan dari Kota Sawahlunto, sedangkan
di tahun 2008 jumlahnya sebanyak 438 kg; untuk paket pos yang diterima Kota Sawhlunto
berjumlah sebanyak 1.024 kg di tahun 2009, sedangkan di tahun 2008 berjumlah 931 kg.
d. Prasarana pendidikan
Jumlah Taman Kanak-kanak di Kota Sawahlunto di Tahun 2009 ada sebanyak 39
unit, dengan jumlah kelas sebanyak 70 kelas, jumlah gurunya sebanyak 197 orang, dan
murid sebanyak 1.379 orang.Jumlah Sekolah Dasar (SD) atau yang sederajat di Kota
Sawahlunto berjumlah sebanyak 62 unit. Jumlah keseluruhan kelas yang tersedia sebanyak
376 kelas, dengan jumlah guru 736 orang, dan daya tampung murid sebanyak 7.054 orang.
Pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau sederajat di Kota Sawahlunto
pada tahun 2009 berjumlah sebanyak 14 unit dengan jumlah kelas sebanyak 106 kelas.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-59
Jumlah murid yang tertampung di seluruh SMP pada tahun 2009 tercatat sebanyak 3.526
orang dan jumlah guru yang mengajar tercatat sebanyak 407 orang.
Pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA)/MA/SMK di Kota Sawahlunto berjumlah
sebanyak 9 unit, dengan jumlah kelas sebanyak 88 kelas, 377 tenaga guru yang bertugas,
dan menampung sebanyak 2.582 murid.
Tabel 2.7.4Jumlah Sekolah, Murid, Guru di Sekolah Negeri dan Swasta
Di Kota Sawahlunto Tahun 2009
SekolahJumlah Sekolah Murid Guru Jumlah
SekolahNegeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta
1. TK 39 1379 197 39
2. SD 54 4 6379 269 648 40 58
- MI 3 1 301 105 34 14 4
3. SLTP 8 2 2771 192 285 26 10
- MTs 3 1 466 97 70 26 4
4. SLTA 2 2 988 261 123 53 4
- MA 1 1 111 20 28 6 2
- SMK 2 1 1131 61 143 24 3
Jumlah 112 12 13526 1005 1528 189 124
Sumber : Kota Sawahlunto dalam Angka tahun 2010
e. Prasarana kesehatan
Fasilitas Kesehatan yang terdapat di kota Sawahlunto adalah 1 Rumah Sakit Umum,
6 buah Puskesmas, 25 Puskesmas Pembantu dan 37 Tempat Praktek Dokter serta fasilitas
kesehatan lainnya.
Tabel 2.7.5.Jumlah Pelayanan Kesehatan di Kota Sawahlunto Tahun 2009
Kecamatan RSUD PuskesmasPuskesmasPembantu
PraktekDokter
Silungkang - 1 4 6
Lembah Segar 1 2 5 18
Barangin - 2 9 6
Talawi - 1 7 7
Jumlah 1 6 25 37
Sumber : Kota Sawahlunto dalam Angka tahun 2010
2.8 KABUPATEN PESISIR SELATAN
2.8.1. Kondisi Geografi dan Demografi
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-60
a. Letak Geografi dan Luas Wilayah
Secara geografis Kabupaten Pesisir Selatan terletak antara 0º59’ - 2º28´ Lintang
Selatan dan 109º19´ - 101º18´ Bujur Timur dengan batas-batas :
1) Sebelah Utara dengan Kota Padang;
2) Sebelah Selatan dengan Kabupaten Muko-muko (Provinsi Bengkulu);
3) Sebelah Timur dengan Kabupaten Solok, Kabupaten Solok Selatan dan Kabupaten
Kerinci (Provinsi Jambi);
4) Sebelah Barat dengan Samudera Indonesia.
Dengan letak tersebut menjadikan Kabupaten Pesisir Selatan sebagai gerbang
masuk wilayah Selatan Provinsi Sumatera Barat yang perlu didukung oleh prasarana, baik
transportasi darat dan laut yang memadai, seperti jalan nasional Padang Bengkulu dan
pelabuhan Panasahan Carocok Painan. Luas daratan ± 5.794,95 km² dan luas perairan
(laut) ± 84,312 km² dengan panjang pantai ± 234 km yang memiliki 47 pulau-pulau kecil
dengan luas ± 1.212,67 km². Lebih jelasnya mengenai letak dan luas wilayah dapat dilihat
pada Tabel 2.8.1.
Tabel 2.8.1Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Pesisir Selatan
No Kecamatan Nagari KampungLuas Wilayah
(Km2)(%)
1. Koto XI Tarusan 12 34 425,63 7,4
2. Bayang 4 32 77,5 1,36
3. IV Nagari Bayang Utara 4 15 250,74 4,35
4. IV Jurai 6 30 373,8 6,50
5. Batang Kapas 5 23 359,07 6,24
6. Sutera 4 27 445,65 7,75
7. Lengayang 9 45 590,60 10,27
8. Ranah Pesisir 4 27 564,39 9,82
9. Linggo Sari Baganti 7 40 315,41 5,49
10. Pancung Soal 8 32 740,1 12,87
11. Basa Ampek Balai Tapan 8 22 677,50 11,78
12. Lunang Silaut 5 36 929,50 16,17
Jumlah 76 363 5.749,89 100
Sumber : Pesisir Selatan Dalam Angka, Tahun 2009
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-61
b. Topografi dan Iklim
Kondisi topografi wilayah Pesisir Selatan memiliki keberagaman kemiringan lereng
berkisar antara 0-40% dan > 40%. Klasifikasi Kemiringan lereng untuk wilayah Kabupaten
Pesisir Selatan meliputi :
1) Kemiringan 0 – 2% yang merupakan kemiringan datar, terdapat di seluruh
kecamatan yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan, dengan luas 181.654 Ha
(31,59%).
2) Kemiringan 2 – 15% yang merupakan kemiringan agak landai, terdapat dikecamatan
Lunang Silaut, Kecamatan Basa Ampek Balai Tapan, Kecamatan Pancung Soal,
Kecamatan Linggo Sari Baganti, Kecamatan Sutera, Kecamatan Batang Kapas, dan
Kecamatan Koto XI Tarusan, dengan luas 5.102 Ha (0,89%).
3) Kemiringan 15 – 25% yang merupakan kemiringan Landai terdapat di seluruh
kecamatan yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan, dengan luas 24.562 Ha (4,27%).
4) Kemiringan 25 – 40% yang merupakan kemiringan agak curam terdapat di seluruh
kecamatan yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan, dengan luas 59.436 Ha
(10,34%).
5) Kemiringan > 40% yang merupakan kemiringan curam terdapat di seluruh
kecamatan yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan, dengan luas 304.235 Ha
(52,91%).
Selanjutnya berdasarkan peta topografi dan klasifikasi kelas lereng wilayah,
diketahui bahwa sebagian besar wilayah Kabupaten Pesisir Selatan termasuk dalam kelas
lereng curam dengan kemiringan lereng di atas 40 % yang mencapai luas 304.235 Ha
(52,91 %). Luas wilayah dengan kemiringan lereng datar 0 – 2 % dengan luas 181.654 Ha
(31,59) juga terdapat diseluruh kecamatan, Kemiringan 2 – 15% dengan luas 5.102 Ha
(0,89%) terdapat di Kecamatan Lunang Silaut, Basa IV Balai Tapan, Pancung Soal, Linggo
Sari Baganti, Sutera, Batang Kapas dan Koto XI Tarusan, kemiringan 15 – 25% dengan luas
24.562 Ha (4,27%) terdapat diseluruh kecamatan, dan agak curam dengan kemiringan 25 –
40% dengan luas 304.235 Ha (52,91%) terdapat di seluruh Kecamatan. Rekapitulasi
lengkap tentang topografi wilayah Kabupaten Pesisir Selatan disajikan pada Tabel 2.8.2 dan
Tabel 2.8.3.
Tabel 2.8.2Luas dan Persebaran Kelas LerengWilayah Kabupaten Pesisir Selatan
NO KECAMATANKELAS KELERENGAN (%) JUMLAH
(Ha)0 – 2 2 - 15 15 - 25 25 - 40 > 40
1. Koto XI Tarusan 5.436 350 2.314 4.824 29.639 42.563
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-62
2. Bayang 3.668 - 1.152 2.088 1.624 8.532
3. IV Nagari Bayang Utara 724 - 1.080 4.104 18.384 24.292
4. IV Jurai 2.808 - 1.800 4.500 28.272 37.380
5. Batang Kapas 4.932 396 2.880 5.976 21.723 35.907
6. Sutera 9.792 468 2.304 6.408 25.593 44.565
7. Lengayang 9.432 - 252 3.348 46.028 59.060
8. Ranah Pesisir 6.804 - 1.296 13.428 34.911 56.439
9. Linggo Sari Baganti 9.720 396 1.584 8.388 11.453 31.541
10. Pancung Soal 34.380 504 3.672 2.124 33.330 74.010
11. Basa Ampek Balai Tapan 22.788 720 972 2.700 40.570 67.750
12. Lunang Silaut 71.170 2.268 5.256 1.548 12.708 92.950
TOTAL 181.654 5.102 24.562 59.436 304.235 574.989
Sumber : RTRW Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2010 - 2030
Tabel 2.8.3Penyebaran Kelas Topografi
Wilayah Kabupaten Pesisir Selatan
NO TOPOGRAFI KECAMATAN KAMPUNG/NAGARI
1 Datar sampaiagak datar
Koto XI tarusan Sebagian daerah Sungai Pinang, Sungai Nyalo, Madeh, Teluk, Raya,Pulau Karam, Kampung Pansur, Simpang Carocok, Gurun Panjang
Bayang Sebagian daerah Karang Pauh, Api-Api, Pasar Baru, SelayangPandang
IV Jurai Sebagian daerah Sago, Laban, Painan Selatan, Sungai Nipah, KotoSalido
Batang Kapas Sebagian daerah Teluk Batung, Teluk Kasai Sungai Bungin, Anakan,Bukit Tambun Tulang, Koto Nan Tigo, Taluak Limpaso
NO TOPOGRAFI KECAMATAN KAMPUNG/NAGARI
Sutera Sebagian daerah Taratak, Lansano, Rawang Gunung Malelo, GunungRajo, Surantiah, Aur Duri, Hamparan Perak, Padang Tarok, PantaiCamin
Lengayang Sebagian daerah Pasar Gompong, Pasar Kambang, Koto Nan IV 1,Lakitan, Pulakek
Ranah Pesisir Sebagian daerah Pasia Palangai, Nyiur Melambai, Pasia Harapan
Linggo Sari Baganti Sebagian daerah Punggasan Utara, Pasa Aia Haji, Aia Haji Barat,Pasa Punggasan
Pancung Soal Sebagian daerah Pasia Ganting
Lunang Silaut Sebagian daerah Suka Maju, Tanjung Makmur
2 Berbukit Koto XI tarusan Sebagian daerah Sungai Pinang, Sungai Nyalo, Mudiak Aia, SimpangCarocok, Gurun Panjang, Kapuh
Bayang Sebagian daerah Karang Pauh, Selayang Pandang
IV Jurai Sebagian daerah Sago, Laban, Painan Selatan, Sungai Nipah, KotoSalido
Batang Kapas Sebagian daerah Teluk Batung, Teluk Kasai Sungai Bungin, Anakan,Bukit Tambun Tulang, Koto Nan Tigo, Taluak Limpaso
Sutera Sebagian dearah Taratak, Padang Tarok, Rawang Gunung Malelo,Gunung Rajo Surantiah, Hamparan Perak
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-63
Lengayang Sebagian daerah Pasa Gompong
Ranah Pesisir Sebagian daerah Pasia Harapan
Linggo Sari Baganti
Pancung Soal
Lunang Silaut
2 Berbukit Koto XI tarusan Sebagian daerah Sungai Pinang, Sungai Nyalo, Mudiak Aia, SimpangCarocok, Gurun Panjang, Kapuh
Bayang Sebagian daerah Karang Pauh, Selayang Pandang
IV Jurai Sebagian daerah Sago, Laban, Painan Selatan, Sungai Nipah, KotoSalido
Batang Kapas
Sebagian daerah Teluk Batung, Teluk Kasai Sungai Bungin, Anakan,Bukit Tambun Tulang, Koto Nan Tigo, Taluak Limpaso
Sutera
Sebagian dearah Taratak, Padang Tarok, Rawang Gunung Malelo,Gunung Rajo Surantiah, Hamparan Perak
Lengayang Sebagian daerah Pasa Gompang
Ranah Pesisir Sebagian daerah Pasia Harapan
Linggo Sari Baganti
Pancung Soal
Lunang Silaut
3 Bergunung Koto XI Tarusan Sebagian daerah Sungai Pinang
Bayang
IV Jurai
Batang Kapas
Sutera
Lengayang
Ranah Pesisir Sebagian daerah Sungai Nipah
Linggo Sari Baganti
Pancung Soal
Lunang Silaut
c) Lahan dan Penggunaannya
Kabupaten Pesisir Selatan memiliki lahan yang dapat digunakan untuk kegiatan
sosial, budaya dan ekonomi. Penggunaan lahan secara umum meliputi kawasan Non
Budidaya dan kawasan budidaya. Kawasan Non Budidaya dibedakan menjadi kawasan yang
memberikan perlindungan kawasan bawahannya, dan kawasan perlindungan setempat,
sedang kawasan budidaya diantaranya berupa kawasan permukiman, kawasan pertanian
tanaman pangan, kawasan perkebunan, kawasan peternakan, kawasan industri, kawasan
pertambangan, kawasan perikanan dan kelautan dan kawasan hutan.
Sebagian besar atau 63,98 % atau 370.755 Ha dari lahan Kabupaten Pesisir
Selatan digunakan sebagai hutan lebat. Penggunaan terbesar selanjutnya adalah hutan
belukar sebesar 10, 79% atau 62.532 Ha. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian lahan yang
ada di Kabupaten Pesisir Selatan masih dapat dikembangkan lebih lanjut sebagai kawasan
ekonomi seperti perkebunan dan sebagainya. Penjelasan lebih lengkap tentang penggunaan
lahan di Kabupaten Pesisir Selatan disajikan pada Tabel 2.8.4.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-64
Tabel 2.8.4Penggunaan Lahan Kabupaten Pesisir Selatan
No Jenis Penggunaan Lahan Luas Areal (Ha) (%)
1. Pemukiman 15.531 2,68
2. Pertaniaan/sawah 27.185 4,69
3. Tegalan/kebun/ladang 624 0,11
4 Perkebunan 34.007 5,87
5 Kebun campuan 24.174 4,17
6 Hutan lebat 370.755 63,98
7 Hutan belukar 62.532 10,79
8 Hutan sejenis 2.086 0,36
9 Semak/ alang-alang 11.523 1,99
10 Hutan rawa 2.086 0,36
11 Lainnya 28.992 5
Jumlah 579.495 100
Sumber : RTRW Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2010-2030
c. Demografi
Jumlah penduduk Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2009 tercatat sebanyak 448.488
jiwa, yang terdiri dari 221.938 jiwa laki-laki dan 226.550 jiwa perempuan, dengan jumlah
rumahtangga sebanyak 102.138, dengan ratio jenis kelamin atau sex ratio sebesar 97,97
yang artinya dari tiap 100 penduduk perempuan terdapat lebih kurang 98 penduduk laki-
laki, seperti terlihat pada Tabel 5. Ditilik angka sex ratio selama tiga tahun ke belakang, dari
tahun 2007 angka ini terus mengalami peningkatan, walaupun tidak begitu signifikan. Tahun
2007 indeks sex ratio Pesisir Selatan adalah 97,15 naik menjadi 97,24 pada tahun 2008.
Kemudian naik menjadi 97,96 pada tahun 2009. Kepadatan penduduk Kabupaten Pesisir
Selatan pada tahun 2009 tercatat sekitar 78,00 jiwa per kilometer persegi. Jika dibandingkan
dengan tahun 2008 telah terjadi kenaikan sekitar 1 jiwa per kilometer persegi. Kecamatan
yang mempunyai kepadatan penduduk tertinggi adalah Kecamatan Bayang, yaitu 494,25
jiwa per kilometer persegi. Sedangkan kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk
terendah adalah Kecamatan IV Nagari Bayang Utara, yaitu dengan kepadatan penduduk
30,27 jiwa per kilometer persegi. Rekapitulasi tentang jumlah nagari, penduduk dan
kepadatan penduduk di Kabupaten Pesisir Selatan disajikan pada Tabel 2.8.5.
Tabel 2.8.5Jumlah Nagari, Penduduk dan Kepadatan Penduduk Tiap Kecamatan
Di Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2009
No. Kecamatan Nagari Penduduk Luas DaerahKepadatan Penduduk
Per Nagari Per Km
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-65
1 Lunang Silaut5 31.693 929,50 6.338,60 34,10
2 Basa IV Balai8 26.833 677,50 3.354,13 39,61
3 Pancung Soal8 39.080 740,10 4.885,00 52,80
4 Linggo Sari Baganti7 44.145 315,41 6.306,43 139,96
5 Ranah Pesisir4 31.406 564,39 7.851,50 55,65
6 Lengayang9 53.911 590,60 5.990,11 91,28
7 Sutera4 48.011 445,65 12.002,75 107,73
8 Batang Kapas5 32.150 359,07 6.430,00 89,54
9 IV Jurai6 45.250 373,80 7.541,67 121,05
10 Bayang4 38.304 77,50 9.576,00 494,25
11 IV Nagari Bayang Utara4 7.590 250,74 1.897,50 30,27
12 Koto XI Tarusan12 50.115 425,63 5.568,33 117,74
Jumlah76 448.488 5.749,89 77.742,02 1.373,98
Sumber: Pesisir Selatan Dalam Angka, 2010
2.8.2 Sumberdaya Alam dan Sumberdaya Manusia
a. Sumberdaya Alam
Kabupaten Pesisir Selatan memiliki sumber daya alam yang dapat dikelola dan
menghasilkan devisa bagi pemerintah dan kesejahteraan bagi masyarakat Kabupaten Pesisir
Selatan. Sesuai dengan kondisi alamnya, kabupaten Pesisir Selatan kaya dengan potensi
laut, hutan, dan pertanian. Sebagian besar penduduk Pesisir Selatan bergantung pada sektor
pertanian tanaman pangan, perikanan dan perdagangan. Sementara sumber daya potensial
lainnya adalah pertambangan, perkebunan dan pariwisata.
Pesisir Selatan masih memiliki banyak lahan yang dapat digunakan untuk
pengembangan sektor pertanian tanaman pangan seperti komoditi padi, jagung, kedelai,
dan kacang tanah. Sebagai contoh Kabupaten Pesisir Selatan memiliki potensi untuk
pengembangan komoditi padi seluas 6.953 Ha. Potensi ini terletak di Kecamatan Koto XI
Tarusan 150 Ha, Kecamatan Bayang 20 Ha, Kecamatan IV Jurai 20 Ha, Kecamatan Sutera
150 Ha, Kecamatan Lengayang 140 Ha, Kecamatan Ranah Pesisir 80 Ha, Kecamatan Linggo
Sari Baganti 167 Ha, Kecamatan Pancung Soal 50 Ha, Kecamatan Basa Ampek Balai Tapan
2.000 Ha, Kecamatan Lunang Silaut 4.176 Ha.
Sektor perkebunan terutama perkebunan sawit mulai berkembang pesat sejak
sepuluh tahun terakhir, yang berlokasi di Kecamatan Pancung Soal, Basa Ampek Balai dan
Lunang Silaut. Melibatkan beberapa investor nasional dengan pola perkebunan inti dan
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-66
plasma. Sebuah industri pengola minyak sawit CPO kini sudah berdiri di Kec. Pancung Soal,
dengan kapasitas produksi sebesar 4.000 ton per hari.
Dari sektor kelautan dan perikanan, Kabupaten Pesisir Selatan juga memiliki potensi
yang besar. Potensi tersebut diantaranya dari penangkapan ikan dilaut, budidaya ikan
kerapu, dan sebagainya. Disamping budidaya ikan laut, Pesisir Selatan juga memiliki potensi
yang besar dalam hal budidaya ikan bandeng umpan.
Pesisir Selatan juga memiliki panorama alam yang cukup cantik dan mempesona.
Kawasan Mandeh misalnya, sekarang kawasan wisata ini oleh pemerintah pusat masuk
dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Nasional (RIPPNAS) mewakili kawasan
barat Indonesia. Kawasan wisata potensial lainnya adalah Jembatan Akar, Water Pall Bayang
Sani, Cerocok Beach Painan, Bukit Langkisau, Nyiur Melambai serta sejumlah objek wisata
sejarah, seperti Pulau Cingkuak (Cengco), Peninggalan Kerajaan Inderapura dan Rumah
Gadang Mandeh Rubiah Lunang.
b. Sumberdaya Manusia
Indeks pembangunan manusia (IPM) merupakan salah satu indikator yang
digunakan untuk mengukur tingkat pencapaian pembangunan manusia suatu wilayah
termasuk kabupaten. IPM merupakan gabungan dari beberapa indikator, yaitu Indikator
kesehatan (indeks harapan hidup), indikator pendidikan (indeks melek huruf dan rata-rata
lama sekolah) dan indikator ekonomi (tingkat daya beli penduduk / purchasing power parity
/ PPP). Ketiga indikator dasar tersebut dianggap dapat mengukur tingkat kesejahteraan dan
keberhasilan pembangunan manusia di suatu wilayah. Penghitungan IPM ini merupakan
formula yang digunakan oleh UNDP (United Nation Development Program) sejak tahun 1990
untuk mengukur upaya pencapaian pembangunan manusia suatu wilayah / negara dan
mempublikasikannya dalam laporan tahunan Human Development Report (HDR).
Rekapitulasi perkembangan IPM Kabupaten Pesisir Selatan dari tahun 2007 sampai dengan
tahun 2009 disajikan pada Tabel 2.8.6.
Tabel 2.8.6Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia
Kabupaten Pesisir Selatan Dari Tahun 2007 s.d Tahun 2009
Keterangan 2007 2008 2009
Angka Harapan Hidup 66,54 66,75 67,03
Angka Melek Huruf 92,57 92,83 92,84
Rata-Rata Lama Sekolah 7,5 7,53 7,62
Pengeluaran Riil per Kapita 623,82 628,4 628,93
Indeks Pembangunan Manusia 69,52 70,07 70,61
Rangking Propinsi 12 13 13
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-67
Rangking Nasional 243 253 251
Sumber: Musrenbang Sumatera Barat, 2011
Berdasarkan data Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada Tabel 2.8.6 tersebut,
terlihat bahwa nilai IPM Kabupaten Pesisir Selatan pada tahun 2009 mengalami peningkatan
dibandingkan dengan tahun 2007 dan 2008. Namun dari sisi peringkat, rangking IPM
Kabupaten Pesisir Selatan berada pada posisi 13 (tiga belas) dari 19 kota dan kabupaten
yang ada di Provinsi Sumatera Barat. Kondisi ini menunjukkan bahwa pembinaan SDM di
Kabupaten Pesisir Selatan harus lebih ditingkatkan lagi.
Pada Tabel 2.8.6 diatas juga dapat dilihat bahwa angka harapan hidup Tahun 2009
di Kabupaten Pesisir Selatan mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2007 dan
2008. Angka harapan hidup menggambarkan bahwa setiap bayi yang lahir tahun 2009 ini
mempunyai harapan untuk hidup sampai dengan umur 67,03 tahun. Angka ini meningkat
dari tahun sebelumnya 66,75 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa derajat kesehatan
masyarakat semakin baik. Selanjutnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Kabupaten
Pesisir Selatan juga dapat dilihat dari angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah.
Peningkatan angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah dapat menunjukkan
meningkatnya kesadaran penduduk dalam menyekolahkan anaknya dan meningkatnya
kemampuan pemerintah daerah menyediakan fasilitas pendidikan. Hal ini penting artinya
karena jika dilihat dari potensi sumber daya manusia, penduduk Pesisir Selatan didominasi
oleh penduduk usia muda (usia antara 0 sampai dengan 20 tahun). Peningkatkan kualitas
pendidikan di kabupaten Pesisir Selatan dalam satu dekade ke depan akan menghasilkan
SDM yang berkualitas untuk membangun Kabupaten ini.
Perkembangan pembangunan di bidang pendidikan yang dilaksanakan sampai
dengan tahun 2009 dapat dilihat dari perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) dan
Angka Partisipasi Kasar (APK) seperti yang disajikan pada Tabel 2.8.7.
Tabel 2.8.7Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK)
Kabupaten Pesisir Selatan dari Tahun 2005 - 2009
No. Jenjang PendidikanAngka Partisipasi Murni Angka Partisipasi Kasar
2007 2008 2009 2007 2008 2009
1 SD/MI 96,00 96,67 97,08 123,76 123,87 124,32
2 SMP/MTs 71,82 78,92 82,75 95,63 96,08 97,21
3 SMA/MA/SMK 46,43 53,36 61,76 61,53 69,92 72,11
Sumber: LKPJ Kab.Pessel
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-68
Data pada Tabel 7 tersebut diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2008 APM
SD/MI Kabupaten Pesisir Selatan adalah sebesar 96,67 dan tahun 2009 sebesar 97,08. Hal
ini berarti bahwa tingkat partisipasi sekolah pada tingkat Dasar meningkat. APM pada
tingkat SMP/MTs sebesar 82,72 sedangkan APM tingkat SMA/MA adalah 61,76 untuk tahun
2009. Besarnya APM di tingkat Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah menunjukan bahwa pada
tingkat SD/MI anak usia sekolah yang bersekolah lebih banyak dibandingkan dengan tingkat
lainnya. Hal ini juga menunjukan bahwa tingkat pemerataan yang paling baik berada di
tingkat ini. Selanjutnya berdasarkan APK yang ada, APK yang tertinggi di Kabupaten Pesisir
Selatan terdapat di tingkat SD/MI yaitu sebesar 124.32 persen dan yang terendah di tingkat
SM yaitu 72.11 persen. Tingginya APK pada jenjang pendidikan SD/MI membuktikan pada
jenjang pendidikan ini banyak siswa di luar usia sekolah SD 7-12 tahun berada dijenjang
tersebut.
Selanjutnya kualitas SDM juga dapat dilihat dari tingkat pendidikan angkatan kerja
di Kabupaten Pesisir Selatan. Berdasarkan data angkatan kerja Kabupaten Pesisir Selatan
yang disajikan pada Tabel 2.8.8, angkatan kerja di Pesisir Selatan pada tahun 2009 tercatat
sebanyak 188.906 orang. Bila dilihat dari angkatan kerja yang ada, terdapat sebanyak
170.536 orang (90.27%) yang bekerja atau memiliki pekerjaan, sedangkan sisanya
sebanyak 18.370 orang (9.73 %) adalah mereka yang sedang mencari pekerjaan atau
menganggur. Jumlah pengangguran/pencari kerja sedikit meningkat bila dibandingkan
dengan tahun sebelumnya, yaitu 91,08 persen penduduk bekerja dan 8,92 persen adalah
penganggur atau naik sekitar 1 persen.
Tabel 2.8.8Data Angkatan Kerja Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2005 – 2009
TahunAngkatan Kerja Jumlah
Angkatan KerjaRasio Penduduk
Yang BekerjaBekerja Mencari Pekerjaan
2005 154.012 44.352 198.364 0,776
2006 160.128 47.126 207.254 0,773
2007 163.282 21.634 184.916 0,883
2008 160.929 15.761 176.690 0,911
2009 170.536 15.236 185.772 0,918
Sumber: Diolah dari data Inkesra Tahun2005 s/d 2009
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-69
Dari data yang ada juga diketahui bahwa tingkat pendidikan dari angkatan kerja
yang bekerja pada berbagai sektor lapangan usaha tersebut masih didominasi oleh tingkat
pendidikan yang rendah. 77,92 persen dari angkatan kerja masih mempunyai tingkat
pendidikan yang rendah (tingkat SLTP ke bawah). Sedangkan tenaga kerja yang tamat SLTA
tercatat sebesar 18,34 persen, serta 3,25 persen diantaranya yang tamat D1/ Universitas.
Hal tersebut menandakan bahwa kualitas tenaga kerja Sumber Daya Manusia (SDM) di
Kabupaten Pesisir Selatan masih rendah.
2.8.3 Infrastruktur
a. Prasarana jalan dan transportasi
Panjang jalan di Kabupaten Pesisir Selatan sampai akhir tahun 2009 tercatat
sepanjang 2452,5 km, yang terdiri dari 223,50 km jalan negara, 103 km jalan propinsi dan
2126 km jalan kabupaten. Berdasarkan kondisi jalan, maka tercatat sepanjang 651,19 km
dalam kondisi baik, 707,6 km kondisi sedang, 329 km dalam kondisi rusak dan sepanjang
438,4 km dalam kondisi rusak berat. Dilihat dari jenis permukaan jalan, maka terdapat
sepanjang 611,9 km merupakan jalan aspal, jalan kerikil sepanjang 512,56 km, jalan beton
sepanjang 197,3 km, jalan tanah sepanjang 804,49 km. Jumlah jembatan yang terletak
pada jalan negara sebanyak 123 buah dengan total panjang jembatan 3285,30 meter .
Sedang jumlah jembatan pada ruas jalan propinsi sebanyak 24 buah dengan total panjang
jembatan 416,20 meter.
Dalam kurun waktu tahun 2005-2009, telah dilaksanakan pembangunan jalan baru
sepanjang 787,50 km. Prioritas pembangunan jalan dan jembatan ditujukan untuk
menunjang pengembangan pariwisata, peningkatan akses dari dan ke sentra-sentra
produksi pertanian, peternakan dan perkebunan, ke lokasi transimigrasi dan beberapa lokasi
pemasaran. Hal ini bertujuan untuk menunjang laju pertumbuhan perekonomian
masyarakat. Peningkatan jalan ini dilakukan dengan melakukan pengaspalan, pengkerikilan
dan penyemenan (beton). Total panjang jalan yang telah ditingkatkan kualitasnya mencapai
582,10 km dan telah dapat dimanfaatkan untuk mendukung kelancaran transportasi
masyarakat. Sementara itu, pemeliharaan periodik jalan kabupaten telah dilakukan
disepanjang jalan kabupaten dengan total panjang jalan ± 2.126,00 km. Kegiatan ini setiap
tahunnya terus dilakukan sebagai upaya untuk menjaga dan mempertahankan kualitas jalan
yang ada. Seiring dengan dilakukannya pembangunan dan peningkatan maupun
pemeliharaan jalan juga dilakukan pembangunan jembatan dibeberapa tempat yang
berfungsi sebagai penghubung antar lokasi. Pembanguan jembatan ini letaknya menyebar
sesuai dengan kebutuhan untuk mendukung aktivitas dan transportasi masyarakat.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-70
Pada tahun 2005 jalan aspal sepanjang 447,60 km, meningkat pada tahun 2009
menjadi 582,10 km, atau bertambah sepanjang 134,50 atau (30,05 %) dari keseluruhan
panjang jalan. Jalan kerikil, pada tahun 2005 sepanjang 270,00 km meningkat pada tahun
2009 menjadi 486,20 km, bertambah sepanjang 216,10 km atau (80,07 %) dari keseluruhan
panjang jalan. Kemudian untuk jalan tanah tahun 2005 sepanjang 509,90 km meningkat
pada tahun 2009 menjadi 529,00 km terjadi penambahan jalan sepanjang 19,10 Km (03,74
%), dari keseluruhan panjang jalan tanah. Begitu juga jalan-jalan yang tidak dirinci yang
dimiliki sepanjang 110,90 km pada tahun 2009 meningkat menjadi 528,70 km, terjadi
penambahan jalan sepanjang 417,80 km atau (376,73 %) dari keseluruhan panjang jalan
yang tidak dirinci. Hal tersebut menunjukan bahwa pembukaan dan peningkatan jalan juga
merupakan upaya membuka keterisoliran desa-desa tertinggal. Dengan dibuka dan
ditingkatkannya kondisi jalan, diharapkan masyarakat dapat membawa hasil produksi
pertanian dan hasil alam lainnya ke pusat-pusat pemasaran, terbuka akses ke lokasi
pendidikan, kesehatan, serta fasilitas sosial lainnya. Kegiatan ini ditujukan untuk mengurangi
angka kemiskinan di Kabupaten Pesisir Selatan. Kondisi keberhasilan pembangunan
infrastruktur jalan ini dapat dilihat pada Gambar 2.8.1.
Peningkatan kondisi jalan, tahun 2005 ini sudah memiliki jalan berkondisi baik
379,30 km terjadi peningkatan jalan sepanjang 294,9 km atau (77,75 %) menjadi 674,20
km pada tahun 2009. Begitu juga kondisi jalan sedang pada tahun 2005 sepanjang 274,10
km terjadi peningkatan jalan menjadi 836,70 km pada tahun 2009 dengan peningkatan
sepanjang 562,60 km atau (205,25 %). Dengan lancarnya arus transportasi jalan tersebut
memberikan kontribusi terhadap laju perekonomian masyarakat Kabupaten Pesisir Selatan
sebesar 4,95%. Keberhaslian pembangunan infrastruktur jalan selama 5 tahun terakhir juga
menunjukan tingkat kesejahteraan masyarakat dan pengurangan angka kemiskinan karena
telah lancarnya akses barang dan jasa.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-71
Gambar 2.8.1 Panjang Jalan Kabupaten Menurut Permukaan
b. Prasarana Air Minum dan Listrik
Jumlah pelanggan air bersih PDAM dari tahun ke tahun terus mengalami
peningkatan. Tahun 2009 jumlah pelanggan adalah 7.662 pelanggan. Sedangkan tahun
2008 tercatat sebesar 6.311. Tetapi bertambahnya jumlah pelanggan tidak diiringi dengan
meningkatnya pendapatan PDAM. Tahun 2008 pendapatan PDAM tercatat sebesar
2.348.989 ribu rupiah atau mengalami penurunan sebesar 7,45 persen bila dibandingkan
dengan tahun 2008.
Sebagai salah satu sumber energi, kebutuhan akan listrik di Pesisir Selatan dari
tahun ketahun terus mengalami peningkatan. Jumlah pelanggan listrik PLN, pada tahun
2008 mencapai 54.358 pelanggan, pada tahun 2009 meningkat menjadi 55.297 pelanggan.
Jenis pelanggan terbanyak adalah rumah tangga, yaitu sebanyak 51.834 pelanggan. Bila
jumlah rumahtangga di Pesisir Selatan pada 2009 tercatat sebanyak 102.138 rumahtangga,
berarti baru sekitar 54,14 persen rumah tangga di Pesisir Selatan yang menikmati listrik PLN.
Dan jika dibandingkan dengan tahun 2008, terjadi kenaikan pengguna listrik PLN sekitar 939
pelangganga atau naik 1,73 persen.
c. Prasarana Komunikasi dan Penginapan
Prasarana komunikasi di Kabupaten Pesisir Selatan relatif masih kurang. Di
Kabupaten Pesisir Selatan terdapat beberapa Kantor Pos dan Kantor Telekomunikasi.
Penggunaan kantor pos sebagai sarana pengiriman surat relatif mulau berkurang.
Masyarakat kini lebih banyak berkomunikasi menggunakan telepon seluler maupun fasilitas
short message (sms) sesuai dengan kemajuan teknologi saat ini, dimana perdagangan
bebas sudah dimulai sehingga berbagai macam barang teknologi dari luar negeri mulai
membanjiri pasaran nasional. Hal inilah yang mebuat alat komunikasi seperti surat yang
2005 (Km) 2006 (Km) 2007 (Km) 2008 (Km) 2009 (Km)
1. ASPAL 447.60 481.00 526.32 547.70 582.10
2. KERIKIL 270.10 386.40 393.50 436.20 486.20
3. TANAH 509.90 422.70 453.80 507.60 529.00
4. TIDAK DIRINCI 110.90 132.60 313.75 488.30 528.70
JUMLAH 1338.50 1422.70 1687.37 1979.80 2126.00
PANJANG JALAN KABUPATEN MENURUT PERMUKAAN JALANTAHUN 2005-2009
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-72
semakin lama semakin tersingkirkan akan adanya kemajuan teknologi tersebut. Padahal dari
surat menyurat ini adalah alat komunikasi yang tahan lama sampai kapanpun juga.
d. Prasarana Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu komponen penting dalam membangun suatu
bangsa. Hanya bangsa yang berkualitas saja yang mampu berkompetisi dengan bangsa lain
dalam berbagai bidang, baik itu di bidang ekonomi, sains, olah raga, dan sebagainya. Untuk
itu penduduk perlu dibekali dengan modal pendidikan yang memadai, sehingga
menghasilkan kualitas SDM yang cukup dapat diandalkan dan diharapkan nantinya dapat
mempercepat proses laju pembangunan, khususnya daerah Kab. Pesisir Selatan. Salah satu
faktor utama dalam peningkatan pendidikan penduduk adalah tersedianya pengelola dan
sarana pendidikan yang memadai. Dengan tersedianya kedua faktor tersebut, diharapkan
program pemerintah tentang wajib belajar akan dapat direalisir. Bila kita perhatikan dari
sarana pendidikan yang ada, dari tahun ketahun tidak begitu banyak mengalami perubahan.
Sampai tahun 2009 di Kabupaten Pesisir Selatan terdapat Taman Kanak-Kanak 127 unit , SD
391 unit, Madrasah Ibtidaiyah 17 unit, SMP 67 unit, MTs 29 unit, SMU 21 unit, Sekolah
Menengah Atas Kejuruan 14 unit, dan Sekolah Madrasah Aliyah 14 unit. Sedangkan jumlah
guru pada masing-masing jenjang pendidikan tersebut, tercatat masing-masing sebanyak
345 orang, 4.286 orang, 320 orang, 1.579 orang, 890 orang, 958 orang, 364 orang, dan 436
orang.
e. Prasarana Kesehatan
Taraf kesehatan penduduk juga sangat berpengaruh terhadap kualitas SDM. Agar
kondisi kesehatan penduduk tetap sehat, maka penyediaan sarana kesehatan dan tenaga
kesehatan harus memadai, baik kuantitas maupun kualitasnya. Jumlah sarana kesehatan
seperti rumah sakit umum dan puskesmas pada tahun 2009 tidak jauh berbeda dengan
tahun-tahun sebelumnya, yaitu rumah sakit umum 1 unit dan puskemas 18 unit, sementara
itu jumlah puskemas pembantu pada tahun 2009 tetap sebanyak 89 buah. Jumlah dokter
spesialis, dokter umum, dokter gigi, bidan dan perawat kesehatan masing masing sebanyak
7 orang, 41 orang, 9 orang, 253 orang dan 251 orang.
2.9 KABUPATEN PASAMAN BARAT
2.9.1. Kondisi Geografi dan Demografi
a. Letak geografi dan luas wilayah
Kabupaten Pasaman Barat merupakan daerah yang dilalui garis khatulistiwa yang
terletak antara 00 03' Lintang Utara - 00 11' Lintang Selatan dan antara 990 10' - 1000 04' Bujur
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-73
Timur dengan luas wilayah sekitar 3.887,77 km2 atau 9,29 % dari luas wilayah Provinsi
Sumatera Barat. Kabupaten ini terletak pada ketinggian antara 0 - 2.912 meter di atas
permukaan laut. Gunung tertinggi di Kabupaten Pasaman Barat yaitu Gunung Talamau
dengan ketinggian 2.912 meter di atas permukaan laut. Sebagian besar wilayah datar,
sebahagian lagi berupa daerah berbukit, pegunungan dan pulau-pulau kecil. Dan didominasi
juga dengan sebahagian wilayah lautan dan pesisir pantai. Topografi datar terdapat di Kab.
Pasaman Barat di bagian barat Kecamatan Kinali, Luhak nan Duo, Sasak Ranah Pasisie,
Pasaman, Sungai Aur, lembah Melintang dan Koto Balingka, sedangkan bergelombang
hingga bergunung bagian timur dan utara kemiringan lereng antara 30 - 60% tersebar di
seluruh kecamatan.
Secara administratif, Kabupaten Pasaman Barat terdiri dari 11 Kecamatan dan 19
nagari dengan daerah dan batas wilayah sebagai berikut:
1) Bagian Utara : Kabupaten Mandailing Natal, Propinsi Sumatera Utara.
2) Bagian Timur : Kabupaten Pasaman
3) Bagian Selatan : Kabupaten Agam.
4) Bagian Barat : Samudera Indonesia
Kabupaten Pasaman Barat terdiri atas 11 kecamatan, dimana kecamatan terluas
adalah Kecamatan Koto Balingka 486.51 Km2 (12.51 %). Dan Kecamatan Sasak Ranah Pasisir
merupakan wilayah yang relatif kecil yakni tercatat 123.31 Km2 (3.17 %). Tabel 2.9.1
memberikan rincian luas wilayah menurut kecamatan.
Tabel 2.9.1Luas Daerah Kabupaten Pasaman Barat Menurut Kecamatan Tahun 2009
No Kecamatan Luas (km2)Jumlah Persentase
Luas (%)Nagari Jorong
1 Sungai Beremas 440,48 1 12 11,33 %
2 Ranah Batahan 534,88 2 30 9,13%
3 Koto Balingka 340,78 1 26 8,7%
4 Lembah Melintang 263,77 1 16 6,78%
5 Sungai Aur 420,16 1 22 10,81%
6 Gunung Tuleh 453,97 2 20 11.68%
7 Pasaman 508,93 3 22 13,09%
8 Sasak Ranah Pasisie 123,31 1 7 3.18%
9 Luhak Nan Duo 174,21 2 14 4,48%
10 Kinali 482,64 2 13 12.41%
11 Talamau 324,24 3 20 8,34%
Jumlah 3.887,77 19 202 100%
Sumber : Kabupaten Pasaman Barat dalam Angka, 2010
b. Topografi dan iklim
Kabupaten Pasaman Barat keadaan tanahnya bervariasi antara datar,
bergelombang, dan bukit bergelombang. Untuk melihat keadaan masing-masing kecamatan
dapat dilihat pada tabel 2.9.2.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-74
Tabel 2.9.2Ketinggian Permukaan Laut, Berdasarkan Kecamatan
No KecamatanKetinggian dari Pemukaan Laut
(mdpl)
1 Sungai Beremas 0-319
2 Ranah Batahan 23-753
3 Koto Balingka 0-811
4 Sungai Aur 0-1875
5 Lembah Melintang 15-725
6 Gunung Tuleh 26-1875
7 Talamau 225-2010
8 Pasaman 40-2913
9 Luhak Nan Duo 0-1250
10 Sasak Ranah Pasisie 0-10
11 Kinali 0-1332
Sumber: RPJM, Pasaman Barat, 2011
Wilayah topografi Kabupaten Pasaman Barat antara berada pada ketinggian 0-2913
mdpl. Apabila dilihat dari ketinggian tersebut wilayah Pasaman Barat dapat dikategorikan
kedala 4 kondisi yaitu:
1. Daratan yang berada pada ketinggian sampai dengan 5 Meter dari permukaan laut.
Satuan topografi ini, area daratan rendah seperti Sasak, Sikilang, Sikabau dan Air
Bangi dan desa-desa pantai lainnya.
2. Daratan yang bergelombang di atas 15 meter
3. Kawasan bergelombang yang menuju kawasan perbukitan dengan ketinggian diatas
50 meter
4. Areak perbukitan dengan ketinggian sampai dengan 2913 meter diatas permukaan
laut, yang sebahagian besar merupakan kawasan lindung.
Suhu udara di wilayah Kabupaten Pasaman Barat berkisar 20ºC - 26ºC dengan
kelembaban udara 88%. Kecepatan angin di wilayah darat minimal 4 km/jam dan maksimal
20 km/jam. Dari hasil pemantauan stasiun Meteorologi, pada tahun 2008 dengan rata curah
hujan berkisar antara 48 mm – 691 mm dengan rata-rata curah hujan 345 mm/bulan,
sedangkan jumlah hari hujan berkisar antara 6-22 hari dengan rata-rata 10 hari perbulan.
Berdasarkan iklim diatas, maka menurut Ferguson dan Scenet, Kabupaten Pasaman
Barat tergolong pada jenis/tipe iklim A (sangat basah) atau tropika basah.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-75
Tabel 2.9.3Rata-rata Curah Hujan dan Jumlah Hari Hujan di Tempat-tempat Terpilih
Tahun 2008
BulanXY Simpang Tiga Ujung Gading
Januari X 493 830
Y 12 17
Februari X 413 424
Y 10 13
Maret X 383 1118
Y 10 19
April X 434 750
Y 8 19
Mei X 250 321
Y 7 13
Juni X 394 316
Y 8 8
Juli X 330 238
Y 6 11
Agustus X 291 408
Y 11 11
September X 156 768
Y 11 11
Oktober X 524 209
Y 8 10
November X 264,8 126
Y 7 4
Desember X 115 500,2
Y 3 17
Rata-rata X 337 500
Y 8 13
Keterangan: X adalah curah hujan, Y adalah hari hujan
Sumber: RPJM, Kabupaten Pasaman Barat, 2011-2015
c. Lahan dan Penggunaanya
Penggunaan lahan di Kabupaten Pasaman Barat sampai saat ini didominasi oleh
pemanfaatan untuk perkebunan yaitu lebih dari 50% dari luas area yang terdiri dari
perkebunan rakyat 71.338 Ha (26,47%) dan perkebunan besar yang dikelola oleh perseroan
dan koperasi seluas 69.541 ha (25,80%). Sedangkan kawasan hutan (sudah termasuk hutan
lindung) seluas 30.045 Ha (11,15%), untuk kawasan perairan dan rawa seluas 20.707 Ha
(7,68%). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.9.4Tabel Persentase Luas Lahan Menurut Jenis Penggunaannya
No Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase %
1 Perkampungan 8.344 3,10
2 Kawasan Industri 1.120 0,42
3 Sawah
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-76
- Irigasi 15.904 5,90
- Tadah Hujan 11.156 4,14
No Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase %
4 Tegalan/Ladang 7.413 2,75
5 Kebun Campuran 13.939 5,17
6 Perkebunan Rakyat 71.338 26,47
7 Perkebunan Besar 69.541 25,80
8 Hutan 13.256 4,92
9 Tanah Belukar 30.045 11,15
10 Tanah Rusak 2.109 0,78
11 Perairan 20.707 7,68
12 Padang Rumput
13 Hutan Sejenis
14 Lain-lain 4.645 1,72
Total 269.517 100
Sumber: BPS, Kabupaten Pasaman Barat Dalam Angka, 2010 RPJM KabupatenPasaman Barat, 2011-2015
d. Demografi
Berdasarkan catatan yang dipublikasikan oleh BPS Kabupaten Pasaman Barat,
penduduk Kabupaten Pasaman Barat menurut hasil Proyeksi Penduduk Tahun 2009
berjumlah sebanyak 338.567 jiwa dengan komposisi 170.743 jiwa laki-laki dan 167.824 jiwa
perempuan. Dengan rasio jenis kelamin 102 jiwa laki-laki setiap 100 jiwa perempuan.
Penduduk tersebut tersebar pada 11 (sebelas ) kecamatan di Kabupaten Pasaman Barat.
Jika kita melihat distribusi penduduk per kecamatan, jumlah penduduk terbesar berdomisili
di Kecamatan Pasaman yakni 54.556 jiwa. Diikuti oleh Kecamatan Kinali dengan jumlah
penduduk 54.281 jiwa dan Kecamatan Lembah Melintang 39.616 jiwa. Sedangkan
Kecamatan Sasak Ranah Pasisie dengan jumlah penduduk 13.200 jiwa merupakan
kecamatan terkecil jumlah penduduknya di Kabupaten Pasaman Barat. Namun jika
dibandingkan dengan luas wilayah, penduduk terpadat berada di Kecamatan Luhak Nan Duo
dengan kepadatan penduduk 198 jiwa/Km2. Diikuti oleh Kecamatan Lembah Melintang
dengan 150 jiwa/Km2. Pada tahun 2009 jumlah rumah tangga di Kabupaten Pasaman Barat
sebanyak 79.766 rumahtangga. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk didapat rata-
rata penduduk per rumah tangga pada tahun 2009 di Kabupaten Pasaman sebanyak 4 jiwa
/rumahtangga.
2.9.2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia
a. Sumber daya alam
Pasaman Barat merupakan salah satu Kabupaten yang memiliki Sumberdaya Alam
yang kaya, tingkat kesuburan tanah yang baik, topografi tanah yang sebagian besar relatif
datar menjadikan daerah ini menjadi lahan yang cocok untuk sentra perkebunan kelapa
sawit, karet dan pertanian Jagung, dan berbagai jenis buah-buahan. Dan yang tidak kalah
penting juga kabupaten ini terkenal dengan sentra produksi ikan laut dan ikan perairan
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-77
darat. Sepanjang pantai dari perbatasan kabupaten Agam disebelah selatan hingga
perbatasan dengan Sumatera Utara, merupakan garis pantai Barat Sumatera yang kaya
dengan berbagai potensi kelautan. Terdapat 5 kecamatan yang memiliki garis pantai yakni
Kecamatan Sungai Beremas, Koto Balingka, Lembah Melintang, Sasak Ranah Pasisie dan
Kinali. Dan terdapat 144 Sungai besar dan kecil dan anak sungai yang didalamnya juga
mengandung berbagai jenis ikan, dan bahan tambang galian C yang biasanya digunakan
untuk bahan bangunan seperti pasir, sirtu dan batu sungai. Luas sungai mencapai 20.707
ha, atau 7,48% dari luas wilayah Kabupaten, BPS (2010).
Disisi lain, kabupaten ini juga memiliki minimal 13 gunung yang dipermukaannya
mengandung banyak kandungan alam yang melimpah, dan kandungan dalamnya juga
mengandung berbagai jenis tanah dan bebatuan yang bisa menjadi bahan baku berbagai
jenis industri pertambangan dikemudian hari. Dari ke-13 gunung tersebut, terdapat 5
pegunungan yang memiliki ketinggian diatas 1.500 meter, yakni Gunung Sigantang 1.573 m,
Gunung Kelabu 2.179, Gunung Melintang 1.983 m, gunung Pasaman 2.190 m, dan Gunung
Talamau 2.913.
Sebagian besar tanah yang layak untuk pertanian dan perkebunan di Kabupaten
Pasaman Barat telah termanfaatkan, baik untuk perkebunan rakyat maupun perkebunan
besar yang dimiliki oleh pemilik modal (coorporate). Dari data BPS (2010) diperoleh data
perkebunan rakyat hampir sama luasnya dengan perkebunan besar yakni 26,47%
berbanding dengan 25,80%. Sementara itu hutan primer (jungle) hanya tinggal 4,92%, dan
semak belukar bekas peladang masih ada 11,15%.
b. Sumber Daya Manusia
Dari 231.510 jiwa penduduk berumur 15 tahun ke atas, tercatat sebanyak 148.945
jiwa sebagai Angkatan Kerja di Kabupaten Pasaman Barat. Terdiri dari bekerja sebanyak
139.868 jiwa dan mencari pekerjaan sebanyak 9.077 jiwa penduduk yang bukan angkatan
kerja berjumlah 82.565 jiwa, terdiri dari yang bersekolah 23.014 jiwa, mengurus
rumahtangga 50.120 jiwa dan lainnya sebanyak 9.431 jiwa. Sektor Pertanian masih
merupakan sektor paling dominan sebagai lapangan usaha penduduk Pasaman Barat pada
tahun 2009. Ini terlihat dari kontribusinya dalam penyerapan tenaga kerja yang mencapai
102.282 jiwa dari penduduk yang bekerja. Diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan
restoran sebanyak 19.421. Sedangkan untuk sektor industri terlihat masih belum
berkembang di kabupaten ini. Jumlah tenaga kerja yang berusaha di sektor ini hanya
sebanyak 3.541 jiwa. Status pekerjaan penduduk usia 15 tahun ke atas di Kabupaten
Pasaman Barat didominasi oleh pekerja keluarga yaitu 41.982 jiwa, BPS (2010).
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-78
2.9.3. Infrastruktur
a. Prasarana Jalan
Jalan merupakan prasarana mempermudah mobilitas penduduk, disamping itu jalan
juga mempunyai fungsi untuk memperlancar kegiatan ekonomi. Jalan Negara dan jalan
propinsi memiliki panjang 115 km dan 76,5 km sedangkan jalan kabupaten memilikipanjang
1.257.81 km. Jembatan yang dikelola Negara ada 67 buah, dengan kondisi baik 66 buah dan
kondisi sedang 1 buah. Sedangkan jembatan yang dikelola Propinsi ada 38 buah yang
semuanya memiliki kondisi yang baik.
Tabel 2.9.5Jenis Permukaan Jalan, 2009
No Keadaan Panjang Jalan
1 a. Permukaan Aspal 324,50
b. Permukaan Kerikil 266,60
c. Permukaan Tanah 648,71
d. tidak dirinci -
Jumlah 1.257,81
2 Kondisi Baik 363,49
Kondisi sedang 164,50
Kondisi rusak 498,02
Kondisi rusak berat 231,80
Jumlah 1.257,81
3 Kelas Jalan
Kelas IIIC 342,50
Tidak dirinci 915,31
Jumlah 1.257,81
Sumber: Kabupaten Pasaman Barat Dalam Angka, 2010
b. Prasarana Listrik dan Air Minum
Data listrik yang dikumpulkan diperoleh dari Perusahaan Listrik Negara (PLN)
Ranting Simpang Empat Kabupaten Pasaman Barat. Adapun data yang dikumpulkan meliputi
banyaknya pelanggan dan daya yang disalurkan menurut jenis pelanggan seperti badan
sosial, rumahtangga, keperluan usaha dan kantor pemerintah, dimana pelanggan
rumahtangga 34.212 pelanggan, badan usaha 1.222, badan sosial 1.022 pelanggan dan
kantor pemerintah 157 pelanggan. Menurut urutan terbesar daya yang disalurkan adalah
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-79
rumahtangga 26.603.950 Kwh, badan usaha 3.134.000 Kwh, badan sosial 1.095.600 Kwh,
dan kantor pemerintah 871.100 Kwh (BPS, 2010)
Pemakaian air minum berdasarkan rumah tangga yang dilayani sebanyak 3.187,
dengan pemakian 50.782 m3. Sementara itu kantor pemerintah dan sosial sebanyak 37 unit
layanan dengan pemakian 783 m3. Pelayanan Air bersih PDAM tersebar di 8 Lokasi yakni di
Talu, Kajai Simpang Empat, Kinali, Simpang III, Ujung Gading, Kapa dan Sasak. Kalau dilihat
dari jumlah rumah tangga yang sebesar 79.766 rumah tangga, maka potensi untuk bisa
dilayani dengan air bersih sebesar 96% lagi rumah tangga di Kabupaten Pasaman Barat.
c. Prasarana Pendidikan
Prasarana pendidikan di Kabupaten Pasaman Barat, sudah mulai membaik seiring
dengan perhatian yang tinggi oleh Pemerintahan Daerah. Sampai tahun 2010, kondisi
satuan pendidikan berdasarkan satuan pendidikan yang dipublikasikan BPS (2010), yakni:
Taman Kanak-kanak (TK) sebanyaknya 130 buah. Banyaknya lokal 254 lokal, tersebar di
seluruh TK dengan guru sebanyak 425 orang. Murid TK sebanyak 5.391 orang terdiri dari
2.638 orang laki- laki dan 2.753 murid perempuan. Dengan rasio murid terhadap guru 13
(artinya 1 orang guru menangani sekitar 13 orang murid).
Sekolah Dasar (SD) dan sederajat banyaknya SD 252 buah, dengan lokal 2.042
buah, guru 3.288 orang dan murid 56.174 orang. Rasio antara murid dan guru di SD sebesar
17. Sedangkan Madrasah Ibtidaiyah ada 7 buah terdiri dari 2 MIN dan 5 MIS dengan lokal
61 buah, guru 95 dan murid 1.851. dengan Rasio antara murid dan guru di Madrasah
Ibtidaiyah sebesar 20.
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan sederajat yang dikelola oleh Dinas
Pendidikan dan Pengajaran dan Departemen Agama. Untuk yang dikelola oleh Dinas Dikjar,
SLTP terdiri dari 48 sekolah dengan 402 kelas, 971 guru dan murid sebanyak 14.140 orang
dengan rasio murid terhadap guru sebesar 15. Sedangkan yang dibawah Departemen
Agama, yaitu Madrasah Tsanawiyah, terdiri dari madrasah negeri ada 7 buah dan madrasah
swasta ada 43 buah. Dengan jumlah lokal 227 buah, guru 764 orang dan murid 6.840
orang. Perbandingan antara murid terhadap guru untuk seluruh madrasah Tsanawiah adalah
1 orang guru menangani 9 orang murid.
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), banyaknya SLTA negeri ada 14 buah dan
swasta ada 9 buah dengan lokal 256 buah. Banyaknya murid SLTA ada 9.754 orang dengan
ditangani oleh 684 orang guru. Sedangkan Madrasah Aliyah ada sebanyak 24 buah dengan
jumlah kelas 107, murid 2.899 dan guru 407 orang.
c. Prasarana Kesehatan
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-80
Dalam Pembangunan dibidang kesehatan, pemerintah telah menyediakan sarana
kesehatan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat Kabupaten Pasaman Barat. Rumah
Sakit Umum (RSU) terdapat 2 buah, Puskesmas ada 16 buah dan Puskesmas pembantu ada
36 buah tersebar di 11 kecamatan. Setiap jorong telah ditempati bidan desa sehingga
jumlah bidan desa ada 208 orang (BPS, 2010).
2.10 KABUPATEN TANAH DATAR
2.10.1. Kondisi Geografi dan Demografi
a. Letak geografi dan luas wilayah
Ibukota Kabupaten Tanah Datar berada di Batusangkar, uniknya Kota Batusangkar
ini berada pada tiga wilayah kecamatan, yatitu Kecamatan Lima Kaum, Kecamatan Tanjung
Emas, dan Kecamatan Sungai Tarab.
Sedangkan pusat pemerintahan berada di Kecamatan Tanjung Emas atau tepatnya
di Nagari Pagaruyung. Kota Batusangkar ini lebih dikenal sebagai Kota Budaya, karena di
Kabupaten Tanah Datar terdapat banyak peninggalan dan prasasti terutama peninggalan
Istana Basa Pagaruyung yang merupakan pusat Kerajaan Minangkabau.
Kabupaten Tanah Datar adalah salah satu kabupaten di Propinsi Sumatera Barat
yang dikenal sebagai “Luhak Nan Tuo” terletak pada 00°17” s.d. 00°39” LS dan 100°19” s/d
100°51 BT mempunyai luas 1336,00 Km².
Wilayah administasi Kabupaten Tanah Datar terdiri dari 14 Kecamatan dan pada level
Nagari (setingkat Kelurahan) terdapat 75 Nagari. Secara geografis wilayah Kabupaten Tanah
Datar berada di sekitar kaki gunung Merapi, gunung Singgalang, dan gunung Sago, dan
diperkaya pula dengan 25 sungai. Danau Singkarak yang cukup luas sebagian diantaranya
merupakan wilayah Kabupaten Tanah Datar yakni terletak di Kecamatan Batipuh Selatan
dan Rambatan.
Berdasarkan letak administrasinya, Kabupaten Tanah Datar mempunyai batas-batas
wilayah sebagai berikut:
1) Sebelah utara berbatas dengan Kabupaten Agam dan Kabupaten Lima Puluh Kota
2) Sebelah selatan berbatas dengan Kabupaten Solok
3) Sebelah barat berbatas dengan Kabupaten Padang Pariaman
4) Sebelah timur berbatas dengan Kota Sawahlunto dan Kabupaten Sijunjung.
Kabupaten Tanah Datar mempunyai luas sekitar 1.336 km2 atau 133.600 hektar, yang
terletak pada 00°17” - 00°39” Lintang Selatan dan 100°19” - 100°51” bujur timur dan
memiliki 14 kecamatan dengan 75 nagari yang memiliki komposisi luas lahan sebagai terlihat
pada Tabel 2.10.1 berikut ini:
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-81
Tabel 2.10.1Luas Wilayah Administrasi Kecamatan di Kabupaten Tanah Datar
No Kecamatan Luas (Ha)Persentase
(%)Ketinggian
(m.dpl)
1 X Koto 15.299 11,45 700 - 1.000
2 Batipuh 14.426 10,80 500 - 850
3 Batipuh Selatan 8.273 6,19 500 - 850
4 Pariangan 7.643 5,72 500 - 800
5 Rambatan 12.915 9,67 600 - 700
6 Lima Kaum 5.000 3,74 450 - 550
7 Tanjung Emas 11.205 8,39 450 - 550
8 Padang Ganting 8.360 6,26 450 - 550
9 Linatu Buo 6.022 4,51 200 - 750
10 Lintau Buo Utara 20.431 15,21 200 - 750
11 Sungayang 6.545 4,90 400 - 750
12 Sungai Tarab 7.185 5,38 450 - 550
13 Salimpaung 6.088 3,94 750 - 1.000
14 Tanjung Baru 4.314 3,84 750 - 1.000
J u m l a h 133.600 100,00
Sumber: BPS Kabupaten Tanah Datar 2010
b. Topografi dan iklim
Di Kabupaten Tanah Datar terdapat 14 kecamatan, diantaranya 3 kecamatan terletak
pada ketinggian antara 750 s.d. 1000 meter di atas permukaan laut, yaitu Kecamatan X
Koto, Salimpaung, dan Tanjung Baru. Sementara itu empat Kecamatan lainnya, yaitu
Kecamatan Lima Kaum, Tanjung Emas, Padang Ganting, dan Sungai Tarab terletak pada
ketinggian 450 s.d. 550 meter dari permukaan laut. Sedangkan 7 Kecamatan lagi terletak
pada ketinggian yang bervariasi, misalnya Kecamatan Lintau Buo yang terletak pada
ketinggian antara 200 s.d. 750 meter dari permukaan laut. Bila dilihat dari luas wilayah
kecamatan, maka kecamatan yang paling kecil luasnya adalah Kecamatan Lima Kaum
dengan luas 50,00 Km², sedangkan kecamatan yang paling luas adalah Kecamatan Lintau
Buo Utara, yakni 203,26 Km², kemudian diikuti Kecamatan X Koto yang luasnya 152,99 km².
Rata-rata hujan di kabupaten tanah datar 13 hari /bulan, dengan curah hujan
15,98mm/bulan. Disamping itu terdapat 3 buah gunung, Merapi, Singgalang, dan Gunung
Sago yang dialiri dengan 5 buah sungai besar dan satu buah danau Singkarak.
Pada umumnya topografi di Kabupaten Tanah Datar merupakan daerah
bergelombang dan berbukit sampai bergunung dengan rinciannya dapat dilihat pada Tabel
2.10.2.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-82
Tabel 2.10.2Topografi dan Kemiringan Lahan di Kabupaten Tanah Datar
No TopografiKemiringan
(%)
Luas
(ha)
Persentase(%)
1 Datar 0-3 6.160 4,61
2 Berombak 3-15 3.567 2,67
3 Bergelombang 15-25 44.023 32,95
4 Berbukit-Bergunung >25 79.850 59,77
J u m l a h 133.600 100,00
Sumber: BPS Kabupaten Tanah Datar 2010
Berdasarkan bentuk geomorforloginya, wilayah kabupaten Tanah Datar mempunyai
tiga kelompok bentang darat, yaitu:
1) Wilayah kipas vulkanik gunung api yang tersebar di kecamatan X Koto, Batipuh, Batipuh
Selatan, Lima Kaum, Rambatan, Sungai Tarab dan Salimpaung,
2) Wilayah berbukit-bukit yang tersebar di kecamatan X Koto, Sungayang, Lintau Buo,
Lintau Buo Utara, Tanjung Emas dan Padang Ganting,
3) Wilayah dataran alluvial dan teras sungai yang tersebar sepanjang aliran sungai utama
seperti Batang Sinamar Hilir, Batang Ombilin dan Batang Selo.
Berdasarkan peta geologi lembaran Padang dan lembaran Solok, Kabupaten Tanah
Datar secara geologi mempunyai beberapa formasi geologi:
1) Anggota bawah formasi Ombilin batu kuarsa yang mengandung mika, sisipan arkose,
serpih lempungan (liat), konglomerat kuarsa dan batubara
2) Anggota filit dan serpih formasi Kuantan, serpih dan filit sisipan batusabak, batu lanau,
rijang dan aliran lava
3) Andesit dari gunung berapi dan lahar di sekeliling gunung Merapi, konglomerat dan
endapan-endapan kolovium di bagian barat dan danau Singkarak
4) Granit kapur bersusunan leuco-granit sampai monzonit kuarsa, umumnya bertekstur
faneritik-forfiritik
5) Formasi brani, konglomerat dengan sisipan pasir dan Tuf batu apung,
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-83
Kabupaten Tanah Datar mempunyai sebaran curah hujan antara 1.750 – 4.000 mm
per tahun dengan sebaran wilayahnya sebagai berikut:
1) Wilayah dengan curah hujan antara 3.000 – 4.000 mm per tahun tanpa ada bulan
kering meliputi wilayah di sekitar pinggang Gunung Merapi yang meliputi wilayah di
kecamatan X Koto dan Pariangan.
2) Wilayah dengan curah hujan antara 2.500 – 3.000 mm per tahun dengan bulan kering
kurang dari 2 bulan, meliputi wilayah di sekitar kecamatan Pariangan, Lima Kaum,
Lintau Buo, Batipuh dan Batipuh Selatan.
3) Wilayah dengan curah hujan antara 2.000 – 2.500 mm per tahun dengan bulan kering
4 sampai 6 bulan, meliputi wilayah di sekitar kecamatan Batipuh, Batipuh Selatan,
Salimpaung, Sungai Tarab, Sungayang dan bagian utara kecamatan Tanjung Emas.
4) Wilayah dengan curah hujan antara 1.750 – 2.000 mm per tahun , meliputi wilayah di
sekitar kecamatan Batipuh, X Koto dan Rambatan.
Berdasarkan peta agroklimat propinsi Sumatera Barat (zona iklim menurut Oldeman),
Kabupaten Tanah Datar mempunyai beberapa zona agroklimat, yaitu:
1) Wilayah bagian barat mempunyai zona iklim A dan B1, dimana zona iklim A mempunyai
bulan basah lebih dari 9 bulan/tahun dan bulan kering kurang dari 2 bulan/tahun,
sedangkan zona iklim B1 mempunyai bulan basah 7-9 bulan/tahun dan bulan kering
kecil 2 bulan/tahun (bulan basah: curah hujan besar dari 200 mm/bulan dan bulan
kering: curah hujan kecil dari 100 mm/bulan).
2) Wilayah bagian tengah dan utara mempuyai zona iklim C1, dengan bulan basah 5-6
bulan/tahun dan bulan kering kurang dari 2 bulan /tahun, dan zona iklim D1 dengan
bulan basah 3-4 bulan/tahun dengan bulan keringnya kurang 2 bulan/tahun, dan
3) Wilayah bagian timur dan selatan mempunyai zona iklim D2 dengan bulan basah 3-4
bulan/tahun dengan bulan kering 2-3 bulan/tahun.
Berdasarkan faktor-faktor pembentukan tanah yang terdiri dari bahan induk, iklim,
topografi, vegetasi dan waktu geologis, maka di wilayah ini terdapat beragam jenis tanah
yaitu (1) Entisols, (2) Inceptisol, (3) Andisol, (4) Ultisols ,(5) Oxisol, (6) Vertisol dan (7)
Psamment/Regosols pergunungan.
Tanah Andisols tersebar di wilayah sekitar kaki Gunung Merapi, Inceptisol, Ultisols
dan Oxisol tersebar di wilayah bagian timur dan selatan, sedangkan Entisols tersebar sekitar
kawasan hutan lindung dan Vertisol tersebar di sekitar daerah Rambatan.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-84
Pola penggunaan lahan di Kabupaten Tanah Datar yang terluas penggunaannya
adalah untuk sawah, kebun campuran dan perkebunan. Data penggunaan lahan di
Kabupaten Tanah Datar dapat dilihat gambarannya sebagai berikut:
Tabel 2.10.3Pola Penggunaan Lahan di Kabupaten Tanah Datar
No Penggunaan Lahan
Luas Lahan
(ha)
Persentase
(%)
1. Pemukiman 12.170,00 ha 9,11%
2. Sawah 27.442,00 ha 20,54%
3. Pertanian lahan kering 6.005,50 ha 4,49%
4. Perkebunan 13.216,00 ha 9,89%
5. Kebun campuran 28.519,00 ha 21,35%
6. Lahan tandus (alang-alang/semak) 15.178,00 ha 11,36%
7. Hutan 24.029,00 ha 17,99%
8. Danau 6.660,00 ha 4,49%
9. Lainnya 382,00 ha 0,29%
Sumber: Kabupaten Tanah Datar Dalam Angka tahun 2010
Luas hutan sebesar 24.029,00 hektar tersebut terdiri dari hutan lindung seluas
18.359 hektar (13,74 %) dan hutan suaka alam dan wisata (PPA) yang tersebar di wilayah
kecamatan X Koto, Lintau Buo, Lintau Buo Utara, Sungai Tarab, dan Pariangan. Sedangkan
lahan kritis atau lahan tandus luasnya mencapai 11,36% dari luas wilayah Kabupaten Tanah
Datar (15.178,00 hektar) yang tersebar di semua kecamatan, dan yang terluas tersebar di
kecamatan Batipuh, Batipuh Selatan, Rambatan, dan X Koto atau disekitar DTA Singkarak,
dengan luas mencapai 10.728 hektar.
Kabupaten Tanah Datar memiliki bentang alam yang bervariasi, yaitu posisinya
berada di antara 2 (dua) gunung yang masih aktif yaitu Gunung Marapi dan Gunung
Singgalang, memiliki morfologi bergelombang, banyak dilalui sungai-sungai besar serta
dilalui jalur sesar besar Sumatera (Sesar Semangko) sehingga menyebabkan Kabupaten
Tanah Datar rentan terhadap bencana.
Potensi bencana yang ada di Kabupaten Tanah Datar diantaranya adalah:
1. Gempa Bumi
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-85
Gempa bumi atau juga sering disebut gempa tektonik di Kabupaten Tanah Datar
disebabkan oleh adanya jalur sesar aktif yang melalui wilayah Tanah Datar yang
memanjang mulai dari Teluk Semangko di tenggara hingga Banda Aceh. Diantara
gempa tektonik yang belum lama ini mengguncang Kota Padang Panjang dan
Kabupaten Tanah Datar terjadi pada tanggal 6 – 9 Maret 2007 hingga 8 kali guncangan
serta gempa susulan hampir mencapai 500 kali, gempa terbesar terjadi pada tanggal 6
Maret 2007 dengan kekuatan 6,3 SR. Kejadian gempa tersebut memakan korban jiwa
sebanyak 12 orang dan mengakibatkan 17.717 unit bangunan mengalami kerusakan,
mulai dari rusak ringan hingga rusak berat.
Daerah yang mengalami kerusakan cukup berat yaitu di Nagari Gunung Rajo dan
Nagari Pitalah karena kedua nagari tersebut berada tepat di jalur sesar, daerah yang
harus diwaspadai dengan gempa tektonik ini adalah Kecamatan Batipuh, Batipuh
Selatan, Salimpaung dan Kecamatan X Koto bagian Timur.
2. Gerakan Tanah (Longsoran)
Wilayah Kabupaten Tanah Datar yang merupakan bagian dari jajaran Pegunungan Bukit
Barisan secara geologi memiliki potensi terjadinya gerakan tanah. Beberapa penyebab
terjadinya gerakan, antara lain:
a. Faktor keairan (curah hujan) yang tinggi dan geologi yang kompleks pada wilayah
ini,
b. Faktor aktivitas manusia merupakan faktor yang paling dominan sebagai penyebab
terjadinya bencana gerakan tanah, misalnya: tataguna lahan yang tidak sesuai
dengan topografi dan struktur geologi setempat, pemotongan kaki bukit untuk
wilayah pemukiman, pemotongan dan pelebaran jalan,
c. Kondisi morfologi yang bergelombang.
Jenis Gerakan tanah yang sering terjadi adalah jenis longsoran bahan rombakan
(debris slide) dan aliran bahan rombakan (debris avalanche). Berdasarkan hasil studi
pemetaan mengenai gerakan tanah di Kabupaten Tanah Datar dan sekitarnya, jenis gerakan
tanah yang dijumpai berupa longsoran bahan rombakan dan nendatan. Selain itu dijumpai
juga beberapa gawir gerakan tanah lama. Di bawah ini akan diuraikan mengenai kondisi
lahan yang memiliki potensi bencana gerakan tanah, serta lokasi penyebarannya, sebagai
berikut:
a. Breksi, lapuk, bersifat berai - mudah tererosi, fragmen andesit dan material
vulkanik lainnya dengan ukuran fragmen kerikil-bongkah berada di zona patahan
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-86
sehingga sangat labil terhadap gerakan tanah terdapat di sekitar Jalan Padang
Panjang - Singkarak, Nagari Subang Anak Kecamatan Batipuh.
b. Pengamatan lapangan dari formasi endapan Kuarter Marapi yang relatif labil
terhadap gerakan tanah, terdapat di Jalan Padang Panjang - Batusangkar, Bukit
Tampang Biaro, Sikaladi, Kecamatan Pariangan
c. Pemaprasan tebing yang tidak mengikuti kaidah kestabilan lereng sangat
berbahaya bagi pengguna fasilitas jalan, terdapat di Desa Baruah Bukik Kecamatan
Sungayang.
d. Granit, coklat-putih, tergerus kuat, bidang gerusan terisi oleh lempung, lapukan
granit berukuran pasir kasar - kerikil kasar, mineral lapuk: kuarsa, feldspar, biotit
(inset: kontak antara granit lapuk dan masif yang dibatasi oleh bidang patahan).
e. Gerakan tanah bersifat rayapan terdiri dari material halus (klastik) berupa lahar,
abu-abu, fragmen rempah-rempah vulkanik terdiri dari andesit dan material
gunungapi lainnya. Lokasi terdapat di perbatasan Kota Padang Panjang –
Kabupaten Tanah Datar.
3. Gunung Merapi
Selain gempa bumi dan gerakan tanah, potensi bencana lainnya adalah letusan gunung
api aktif, yaitu Gunung Marapi. Bahaya yang ditimbulkan letusan gunung api adalah
terjadinya aliran lava, awan panas, gas beracun, lahar primer pada letusan gunung api
yang mempunyai danau kawah, lahar sekunder atau sering disebut lahar hujan dan
gelombang pasang. Daerah rawan letusan gunung api terdapat pada daerah sekitar
lembah sungai yang berhulu di lereng atas Gunung Marapi memanjang hingga ke
lereng bawah.
Daerah-daerah yang perlu diwaspadai jika aktifitas Gunung Marapi kembali aktif
diantaranya: Bulan Sarik, Guguk, Labuatan dan Batur (Kecamatan Pariangan);
Lumbung Bapereng, Tanjung Ateh Bukik, Pasir Laweh dan Talang Tangah (Kecamatan
Sungai Tarab); serta Koto Baru, Kayutanduak, Marapi, Hilia Balai (Kecamatan X Koto);
Andaleh dan Sabu (Kecamatan Batipuh); daerah-daerah tersebut diindikasikan sebagai
jalur lahar jika terjadi letusan.
Pengamanan daerah rawan letusan gunung api dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Kawasan Bahaya I dengan radius 0 – 2 Km dari puncak gunung.
b. Kawasan Bahaya II dengan radius 3 – 7 Km dari puncak gunung.
c. Kawasan bahaya III dengan radius 8 – 14 Km dari puncak gunung.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-87
Dari pembahasan mengenai potensi bencana di atas, berdasarkan kriteria kawasan
lindung untuk kawasan rawan bencana alam adalah kawasan yang diidentifikasi sering dan
berpotensi tinggi mengalami bencana alam seperti letusan gunung berapi, gempa bumi dan
tanah longsor serta gelombang pasang dan banjir, maka kawasan-kawasan yang berada
pada jalur atau radius bencana diarahkan menjadi kawasan berfungsi lindung
d. Demografi
Penduduk menjadi salah satu variabel utama dalam melakukan evaluasi dan
perencanaan pembangunan di segala bidang, karena tujuan akhir dari pembangunan adalah
mensejahterakan masyarakat. Penduduk selain menjadi sasaran yang harus ditingkatkan
kualitasnya juga menjadi salah satu komponen untuk menggerakkan program
pembangunan. Jumlah penduduk Kabupaten Tanah Datar setiap tahun terdapat
kecenderungan yang meningkat. Berdasarkan hasil registrasi penduduk yang dilakukan di
seluruh nagari dua kali dalam setahun memberikan informasi bahwa pada akhir tahun 2010
jumlah penduduk Kabupaten Tanah Datar mencapai 340.733 jiwa yang tersebar di seluruh
nagari atau seluruh jorong. Jumlah penduduk sebanyak itu jika dipilah menurut jenis
kelamin terdapat 166.034 jiwa diantaranya adalah penduduk laki-laki sedangkan sisanya
sebanyak 174.699 jiwa adalah perempuan. Dengan komposisi penduduk menurut jenis
kelamin pada tahun 2010 dimana yang terbanyak adalah penduduk perempuan
menghasilkan rasio jenis kelamin sebesar 95,04.
Distribusi penduduk menurut kecamatan, tampak untuk beberapa kecamatan
jumlah penduduknya relatif cukup banyak (30 ribu ke atas). Dari 14 kecamatan yang ada,
terdapat 6 kecamatan di antaranya yang memiliki jumlah penduduk di atas 30 ribu jiwa
seperti Kecamatan X Koto, Batipuh, Rambatan, Lima Kaum, Lintau Buo Utara & Sungai
Tarab. Namun demikian, jika jumlah penduduk dibandingkan dengan luas wilayah
masingmasing kecamatan, tampak bahwa kecamatan yang paling padat penduduknya
adalah di Kec. Lima Kaum yang mencapai 696 jiwa per km2 (Tanah Datar Dalam Angka
Tahun 2010).
Kecamatan Sungai Tarab merupakan kecamatan kedua yang terpadat penduduknya
yakni sebanyak 459 orang per km2. sedangkan Kecamatan Batipuh Selatan merupakan
kecamatan yang masih jarang dengan kepadatan penduduk sebesar 132 orang per km2.
Jumlah penduduk Kabupaten Tanah Datar pada tahun 2010 berjumlah 340.733 jiwa
dengan rincian penduduk laki-laki 166.034 jiwa dan perempuan 174.699 jiwa. Aspek
kependudukan merupakan hal paling mendasar dalam pembangunan, yang secara universal
penduduk merupakan pelaku dan sasaran pembangunan sekaligus yang menikmati hasil
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-88
pembangunan. Dalam hal kaitannya peran penduduk tersebut, maka kualitas penduduk
perlu ditingkatkan dan pertumbuhan serta mobilitasnya harus dikendalikan.
Tabel 2.10.3
Jumlah Penduduk KabupatenTanah Datar Tahun 2010
KecamatanPenduduk (jiwa)
Sex RatioLaki-Laki Perempuan Jumlah
X Koto 18.993 20.320 39.313 93,47
Batipuh 15.281 16.069 31.350 95.10
Batipuh Selatan 5.219 5.707 10.926 91.45
Pariangan 10.312 11.018 21.330 93.59
Rambatan 10.954 17.163 33.117 92.96
V Kaum 17.368 17.446 34.814 99.55
Tanjung Emas 10.593 10.702 21.295 98.98
Padang Ganting 6.676 7.186 13.862 92.90
Lintau Buo 7.847 7.817 15.664 100.38
Lintau Buo Utara 17.066 17.722 34.788 96.30
Sungayang 8.188 8.760 16.948 93.47
Sungai Tarab 15.910 17.064 32.974 93.24
Salimpaung 10.117 10.916 21.033 92.68
Tanjung Baru 6.510 6.809 13.319 95.61
Total 166.034 174.699 340.733 95,04
Sumber: BPS Kabupaten Tanah Datar 2010
Sementara, pertumbuhan penduduk Kabupaten Tanah Datar tahun 2010 adalah
sebesar 0,43 % per tahun. Laju pertumbuhan penduduk berdasarkan pada tahun 2005-2010
adalah sebagai berikut:
Tabel 2.10.4
Laju Pertumbuhan dan Jumlah Penduduk Tahun 2005 – 2010
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-89
NO URAIANTAHUN
2005 2006 2007 2008 2009
1. Laju Pertumbuhan Penduduk (%) 0.43 0,32 0,39 0,40 0,43
2. Jumlah Penduduk (jiwa) 335.470 336.576 337.889 339.274 340.733
Sumber: BPS Kabupaten Tanah Datar 2010
Laju pertumbuhan penduduk sangat dipengaruhi oleh struktur umur penduduk.
Struktur umur penduduk pada suatu daerah sangat ditentukan oleh perkembangan tingkat
kelahiran, kematian dan migrasi. Oleh karena itu, jika angka kelahiran pada suatu daerah
cukup tinggi, maka dapat mengakibatkan daerah tersebut tergolong sebagai daerah yang
berpenduduk usia muda dan kecendrungan laju pertumbuhan penduduknya tinggi. Kendali
yang dilakukan selama ini adalah melalui Program Keluarga Berencana (KB) melalui akseptor
KB dengan jumlah akseptor KB tahun 2006 sebesar 5.050 orang, tahun 2007 sebesar 6.601
orang, tahun 2008 sebesar 6.533 orang, tahun 2010 sebesar 7.752 orang dengan rata-rata
pertumbuhan per tahun 5.187 Orang atau 6,67%.
Penduduk dipandang dari sisi ketenagakerjaan merupakan suplai bagi pasar tenaga
kerja. Kondisi keadaan ketenagakerjaan Kabupaten Tanah Datar menunjukkan adanya
peningkatan pada kelompok penduduk yang bekerja dan sehingga terjadi penurunan tingkat
pengangguran. Angkatan kerja pada tahun 2010 mencapai 166.230 orang, naik sebesar
2.545 orang dibanding Tahun 2008. Jumlah penduduk yang bekerja bertambah sebanyak
2.443 orang dari 150.457 orang pada tahun 2008 menjadi 152.900 orang pada tahun 2010.
Permasalahan ketenagakerjaan di Kabupaten Tanah Datar saat ini sampai beberapa
tahun ke depan adalah terbatasnya kesempatan kerja, hal ini disebabkan karena
pertambahan jumlah angkatan kerja baru tidak diiringi dengan penciptaan lapangan
pekerjaan.
e.Ketenagakerjaan
Berdasarkan hasil Survey Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), dari seluruh jumlah
penduduk di Kabupaten Tanah Datar terdapat sebanyak 166.230 orang adalah penduduk
berumur 15 tahun ke atas yang termasuk ke dalam kelompok Angkatan Kerja. Kemudian,
dari 166.230 orang angkatan kerja sebanyak 152.900 orang adalah penduduk berumur 15
tahun ke atas yang sedang bekerja, sedangkan sisanya sebanyak 13.330 orang adalah
penduduk berumur 15 tahun ke atas yang sedang mencari pekerjaan atau sering juga
disebut pengangguran. Komposisi angkatan kerja menurut jenis kelamin, tampak bahwa
penduduk yang bekerja terbanyak adalah penduduk laki-laki sedangkan penduduk yang
mencari pekerjaan yang terbanyak adalah penduduk perempuan. Selanjutnya jika penduduk
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-90
berumur 15 tahun ke atas dilihat menurut jenis kegiatan lain terdapat 76.413 orang
penduduk berumur 15 tahun ke atas yang termasuk kedalam kelompok penduduk bukan
angkatan kerja. Secara rinci kelompok penduduk yang termasuk ke dalam kelompok bukan
angkatan kerja ini terbanyak memiliki kegiatan mengurus rumah tangga yang mencapai
43.533 orang sedangkan sisanya adalah penduduk yang sedang bersekolah dan penduduk
yang tidak mampu melakukan aktivitas (seperti jompo, lumpuh, penduduk pemalas dsb). Hal
ini sejalan dengan potensi perekonomian Tanah Datar yang didominasi oleh sektor
Pertanian, penduduk yang bekerja pun banyak terserap pada sektor Pertanian ( Tanah Datar
Dalam Angka Tahun 2010).
Dari seluruh penduduk yang berumur 15 tahun ke atas dan sedang bekerja
sebanyak 86.711 orang bekerja di sektor pertanian dengan komposisi 51.376 orang laki-laki
dan 35.335 orang perempuan. Selanjutnya, aktivitas ekonomi kedua terbesar yang
menyerap tenaga kerja di Kabupaten Tanah Datar adalah sektor perdagangan, hotel dan
restoran yang dapat mempekerjakan sebanyak 23.689 orang penduduk yang berumur 15
tahun ke atas. Jika dilihat menurut tingkat pendidikan, penduduk berumur 15 tahun ke atas
yang bekerja di Kabupaten Tanah Datar mayoritas masih berpendidikan rendah (SD ke
bawah). Dari 152.900 orang penduduk yang bekerja sekitar 50 ribu orang atau sekitar 33,10
persen diantaranya berpendidikan paling tinggi Sekolah Dasar.
Sementara itu penduduk yang bekerja dan berpendidikan D.III ke atas terdapat
sekitar 4.626 orang, sedangkan penduduk bekerja dengan pendidikan SLTA terdapat sekitar
29.179 orang. Selanjutnya untuk penduduk berumur 15 tahun ke atas yang sedang mencari
pekerjaan pada umumnya memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik, sekalipun masih
terdapat pula yang berpendidikan SD ke bawah yang tercatat sebanyak 989 orang.
Penduduk yang mencari pekerjaan tersebut mayoritas berpendidikan SLTA (Umum dan
Kejuruan) yang tercatat sekitar 5.648 orang, D.I/D.II sekitar 1.810 orang, D.III sebanyak
1.068 orang dan berpendidikan D.IV/S.1 sebanyak 1.478 orang.
Sementara itu, menurut data dari Dinas Pendidikan dan Tenaga Kerja Kabupaten
Tanah Datar, selama tahun 2008 jumlah pencari kerja yang terdaftar dinas tersebut tercatat
sebanyak 1.887 orang yang terdiri atas 1.178 orang pencari kerja perempuan dan sisanya
sebanyak 709 orang pencari kerja Laki-laki. Sedangkan pencari kerja yang terdaftar menurut
pendidikan terakhir diketahui bahwa pencari kerja yang terbanyak adalah lulusan SLTA yang
mencapai 860 orang bahkan pencari kerja lulusan Perguruan Tinggi juga cukup banyak
yakni sebanyak 584 orang.
2.10.2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia
a. Sumber daya alam
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-91
Kabupaten Tanah Datar memiliki wilayah sekitar 7% dari total luas Provinsi
Sumatera Barat. Kabupaten ini memiliki beragam potensi sumber daya alam yang meliputi
sumber daya, tambang, pertanian dan perkebunan, dan sumber daya perairan yang meliputi
sungai, rawa dan danau.
Kabupaten Tanah Datar memiliki memiliki potensi sumber daya pertanian dan
perkebunan terbesar kedua di Provinsi Sumatera Barat. Sumber daya perkebunan yang
terbesar berupa kebun kelapa sawit, karet dan kelapa dalam. Dibidang perikanan Kabupaten
Tanah Datar memiliki sumber daya perairan yang meliputi danau, sungai, dan rawa.
Selain sumber daya alam tersebut diatas Kabupaten Tanah Datar memiliki potensi
untuk pengembangan peternakan, baik peternakan besar, kecil maupun unggas. Di bidang
pertambangan, potensi sumber daya tambang masih banyak yang belum dimanfaatkan,
diantaranya berbagai jenis batuan dan mineral yang termasuk bahan galian golongan C.
b. Sumber daya manusia
Sumberdaya manusia di Kabupaten Tanah Datar didominasi oleh penduduk usia
muda. Bila dilihat berdasarkan distribusi usia penduduknya, Kabupaten Tanah Datar dapat
digolongkan ke dalam penduduk intermediate (dari ‘penduduk tua’ ke ‘penduduk muda’),
dimana jumlah penduduk usia 0-14 tahun sebesar 32,74% dan penduduk usia 65 tahun ke
atas sebesar 2,16%. Besarnya jumlah penduduk tidak produktif (usia muda dan usia tua)
berdampak pada tingginya angka rasio ketergantungan.
Penduduk yang termasuk dalam usia kerja (usia 15 tahun ke atas) di Kabupaten
Tanah Datar pada tahun 2010 mencapai 65,10% dari total penduduk, atau sebanyak
175.550 orang. Pada tahun 2010 diketahui jumlah penduduk usia kerja yang aktivitas
terbanyaknya bekerja, sebanyak 161.610 orang atau sekitar 65,10% dari total penduduk
usia kerja. Sedangkan jumlah pencari kerja yang kegiatannya bukan bekerja pada tahun
2010 sebanyak 295 orang. Berdasarkan data Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi
Sumatera Barat Tahun 2010, nilai IPM Tanah Datar adalah 71,9 meningkat dibanding
dengan nilai IPM 71,6 (Tabel 2.10.3). Bila dibandingkan dengan nilai IPM kabupaten/kota
se-Provinsi Sumatera Barat, nilai IPM Kabupaten Tanah Datar berada pada posisi ke 7
(tujuh) diantara 14 kabupaten/kota, hal ini mengindikasikan pembinaan SDM di wilayah ini
perlu ditingkatkan. Peringkat secara nasional berada pada posisi ke 120, menurun dari tahun
sebelumnya pada posisi 103.
Tabel 2.10.3.
Indek Pembangunan Manusia (IPM) dan Komponen Penyusun IPM
Kabupaten Tanah Datar Tahun 2002 - 2009
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-92
NO URAIANTAHUN
2002 2005 2006 2007 2008 2009
1. Tanah Datar 68,2 71,6 71,86 72,44 72,98 73,20
2. Propinsi Sumbar 67,5 71,2 71,65 72,23 72,96 73,44
Sumber: Musrenbang Sumatera Barat, 2011
2.10.3. Infrastruktur
a. Prasarana jalan
Jalan merupakan prasarana pengangkutan darat yang penting untuk memperlancar
kegiatan perekonomian. Dengan makin meningkatnya usaha pembangunan maka akan
menuntut peningkatan pembangunan jalan untuk memudahkan mobilitas penduduk dan
memperlancar lalu lintas barang dari satu daerah ke daerah lain. Jalan terdiri atas jalan
negara, jalan provinsi dan jalan kabupaten. Frekuensi aktivitas angkutan darat pada tahun
2010 cukup besar, hal ini ditunjukkan oleh jumlah kendaraan dan penumpang yang keluar
masuk terminal.
b. Prasarana air minum dan listrik
Berdasarkan data BPAM Kabupaten Tanah Datar tahun 2010 jumlah pelanggan air
bersih adalah 14.003 pelanggan yang terdiri dari rumah tangga, niaga, industri, social,
instansi pemerintah dan khusus. Volume air yang disalurkan sebanyak 6.341.855 m3 yang
meningkat bila dibandingkan yang hanya 2.930.910 m3. Secara keseluruhan selama tahun
2010 terjadi peningkatan jumlah pelanggan air bersih di Kabupaten Tanah Datar yakni dari
13.704 pelanggan pada tahun 2008 meningkat menjadi 14.003 pelanggan pada tahun 2010.
Jumlah pelanggan ini juga diiringi dengan kenaikan jumlah pemakaian air bersih. Volume air
bersih yang terjual tahun 2008 mencapai 2.930.910 m3 dan pada tahun 2010 meningkat dua
kali lipat menjadi 6.341.855 m3.
Bila dilihat dari produksi dan pemakaian listrik di Tanah Datar sejak Januari –
Desember 2010 dengan tingkat produksi 65.689.463 Kwh yang terjual mencapai 57.451.101
Kwh meningkat bila dibandingkan yang hanya 53.164.866 Kwh. Bila dilihat dari jumlah
pelanggan dan daya terpasang dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan,
dimana pada sebanyak 29.450 pelanggan menjadi 30.776 pelanggan pada tahun 2010
dengan daya tersambung mencapai 34.386.380 KVA. Selama tahun 2010 terdapat
penambahan jorong yang membangun jaringan listrik baru yaitu Jorong Mawar I dan Jorong
Mawar II. Kedua jorong tersebut berasal dari Kecamatan Lintau Buo Utara. Dari 395 jorong
yang ada di Kabupaten Tanah Datar, sampai dengan tahun 2010 telah seluruhnya dapat
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-93
diterangi listrik. Sehingga dapat dikatakan bahwa seluruh Nagari dan Jorong di wilayah
Kabupaten Tanah Datar telah 100 persen dialiri oleh listrik.
Kabupaten Tanah Datar memiliki 3 buah SPBU yang tersebar di Kecamatan X Koto
sebanyak 1 buah unit SPBU dan di Kecamatan Lima Kaum sebanyak 2 buah unit SPBU. Dari
seluruh SPBU tersebut selama tahun 2010 dapat disalurkan 19.446.597 liter premium per
bulan, naik dari tahun sebelumnya yang hanya menyalurkan 15.204.926 liter premium
perbulan. Sedangkan untuk bahan bakar solar di tahun 2010 dapat disalurkan 8.843.254
liter solar per bulan atau meningkat dari tahun 2010 yang hanya menyalurkan 7.167.570
liter solar perbulan.
c. Prasarana komunikasi
Berbagai sarana komunikasi sudah tersedia di Kabupaten Tanah Datar, seperti
kantor pos untuk sarana surat menyurat dan jaringan telepon untuk sarana hubungan
secara langsung.
Pos sebagai sarana komunikasi yang paling tua usianya masih merupakan pilihan
utama bagi masyarakat dalam melakukan hubungan komunikasi walaupun sudah ada sarana
komunikasi lainnya. Hal ini disebabkan biaya yang murah dan mampu menjangkau
konsumennya sampai pada daerah yang terjauh.
Kabupaten Tanah Datar memiliki 15 buah kantor pos yang tersebar di enam
kecamatan. Surat yang diterima oleh seluruh kantor pos jumlahnya mencapai 1.524,07 buah
surat yang diterima dari publik. Sedangkan untuk pengiriman dan penerimaan paket pos
selama tahun 2010 masing-masing adalah 1.284.867 buah paket pengiriman.
d. Prasarana pendidikan
Prasarana pendidikan di Kabupaten Tanah Datar sudah tersedia mulai dari tingkat
taman kanak-kanak (TK) sampai SLTA. Sekolah TK di Kabupaten Tanah Datar sebanyak 108
unit yang tersebar di 6 kecamatan. Jumlah sekolah dasar (SD) sebanyak 338 unit. Tingkat
sekolah menengah pertama (SMP) terdapat sebanyak 36 unit SMP terdiri 25 SMP Negeri dan
11 SMP Swasta. Pada tingkat sekolah lanjutan atas (SLTA) terdapat SMA 13 unit, 9 unit
negeri dan 4 unit swasta. MTs ada 11 unit yang terdiri dari 1 negeri dan 3 swasta. Sekolah
Pertanian Pembangunan Muhamadiyah ada 1 dan sekolah Menengah Kejuruan ada 6 yang
terdiri dari 3 swasta dan 3 negeri. Jumlah Sekolah, Murid dan Guru di Sekolah Negeri dan
Swasta di Kabupaten Tanah Datar.
Pada tahun 2010 jumlah Sekolah Dasar di Kabupaten Tanah Datar terdapat 305 unit
dan jumlah lokal yang tersedia sebanyak 2.070 loka serta jumlah murid yang dapat
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-94
ditampung sebanyak 3.624 orang. Terjadi sedikit penurunan pada jumlah Guru/pengajar,
dimana pada tahun 2008 jumlah guru SD tercatat sebanyak 3.285 orang dan pada tahun
2010 menjadi sebanyak 3.280 orang, dengan rincian 2.021 orang guru kelas, 337 orang
guru Agama, dan sebanyak 245 orang guru olahraga serta 380 orang guru lainnya.
Sedangkan jika dilihat menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan para guru SD di
Kabupaten Tanah Datar, tercatat 411 orang berpendidikan D-1 ke bawah, 1.904 orang D-2,
56 orang D-3/Sarjana Muda, dan sebanyak 909 orang tamat D-4/S-1. Sementara itu,
pencapaian prestasi anak-anak SD pada tahun 2010 terlihat dari nilai rata-rata UAN dan
pada tahun 2010 nilai rata-rata UAN mencapai 7,62. Nilai rata-rata ini meningkat jika
dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya mencapai nilai 7,08. Lain halnya dengan jumlah
SMP, pada tahun 2010 jumlahnya tercatat sebanyak 49 unit. Jumlah murid yang tertampung
di seluruh SMP di Kabupaten Tanah Datar pada tahun 2010 tercatat sebanyak 12.844 siswa.
Pada tahun 2010 jumlah guru yang mengajar tercatat sebanyak 1.269 orang guru. Dari
1.269 orang guru, jika dilihat menurut pendidikan yang ditamatkan tercatat yang
berpendidikan D-3 ke bawah sebanyak 139 orang, berpendidikan D-3 tercatat 249 orang
guru, D-4/S-1 sebanyak 869 orang dan guru yang berpendidikan S-2 tercatat sebanyak 12
orang guru.
e. Prasarana kesehatan
Kabupaten Tanah Datar memiliki satu rumah sakit umum (RSUD). Pada tingkat
kecamatan telah tersedia puskesmas yang tersebar di seluruh kecamatan. Pada tahun 2010
jumlah puskesmas yang tersebar di kecamatan terdiri dari puskesmas umum 12 unit, dan
puskesmas pembantu 75 unit
Jumlah Tenaga Kesehatan di Tanah Datar terdiri dari 19 orang dokter umum, 8
dokter gigi, 88 bidan, 124 perawat, 9 asisten apoteker, dan 67 orang tenaga teknisi lainnya.
Walaupun persentase penolong kelahiran oleh tenaga medis menurun, selama tahun 2010
terdapat perbaikan dalam bidang kesehatan lainnya yang ditunjukkan dengan semakin
mengecilnya jumlah balita gizi buruk. Menurut laporan Dinas Kesehatan, pada tahun 2010
dari 28.591 balita terdapat sebanyak 206 Balita atau sekitar 0,72 persen balita dengan
kondisi gizi buruk. Angka ini lebih rendah atau menurun jika dibandingkan tahun
sebelumnya yang mencapai 0,83 persen balita dengan gizi buruk. Persentase balita gizi
buruk ini diharapkan akan semakin turun di tahun-tahun berikutnya dengan semakin
bertambahnya sarana dan prasarana kesehatan serta bertambahnya tenaga kesehatan/
medis. Hal ini perlu mendapat perhatian yang cukup karena penopang bangsa di masa yang
akan datang berawal dari bayi atau balita yang sehat.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-95
2.11 KOTA PAYAKUMBUH
2.11.1. Kondisi Geografi dan Demografi
a. Letak geografi dan luas wilayah
Secara geografis Kota Payakumbuh terletak pada posisi 00° - 10° sampai dengan
0°- 17' LS dan 100°- 35' sampai dengan 100°- 48' BT. Tercatat memiliki luas wilayah ±
80,43 km2 atau setara dengan 0,19 persen dari luas propinsi Sumatera Barat dan
berbatasan langsung dengan lima kecamatan di Kabupaten Lima Puluh Kota.
Secara administrasi batas daerah Kota Payakumbuh berbatasan :
1) Bagian Utara : dengan kecamatan Harau, Kec. Payakumbuh kab. 50 Kota
2) Bagian Timur : dengan Kec. Luhak dan Kec. Harau Kab. 50 Kota
3) Bagian Selatan : dengan Kec. Luhak dan Kec. Situjuh Limo Nagari
4) Bagian Barat : dengan Kec. Payakumbuh dan Kec. Akabiluru
Pada tahun 2008, berdasarkan Peraturan Daerah Kota Payakumbuh nomor 12 dan
13 tahun 2008, diadakan pemekaran wilayah kecamatan, menjadi 5 Kecamatan. Wilayah
yang mengalami pemekaran adalah Kecamatan Payakumbuh Barat, pecah menjadi
Kecamatan Payakumbuh Barat dan Kecamatan Payakumbuh Selatan. Kecamatan
Payakumbuh Utara pecah menjadi Kecamatan Payakumbuh Utara dan Kecamatan Lamposi
Tigo Nagori.
b. Topografi dan iklim
Keadaan topografi Kota Payakumbuh bervariasi antara dataran dan berbukit dengan
ketinggian 514 meter diatas permukaan laut. Suhu udara rata-rata 26° Celsius dengan
kelembaban udara berkisar antara 45 persen sampai dengan 50 persen.
Curah hujan di Kota Payakumbuh rata-rata 192,75 mm, dengan intensitas rata-rata
setiap bulan bisa terjadi hujan 10 hari, dimana paling sering terjadi hujan pada bulan
Oktober, Maret dan Agustus, walaupun saat ini terkadang musim hujan dan kemarau tidak
terlalu ekstrim, namun kecenderungan umum masih bisa dilihat dari pantauan yang
dilakukan oleh dinas pertanian Kota Payakubuh selama tahun 2009.
Tabel 2.11.1Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan di Kota Payakumbuh Tahun 2009
NO Bulan Curah Hujan Hari Hujan
1 Januari 94 9
2 Februai 133 3
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-96
3 Maret 203 20
4 April 222 14
5 Mei 65 4
6 Juni 192 8
7 Juli 57 6
8 Agustus 104 14
9 September 134 6
10 Oktober 143 21
11 Nopember 462 8
12 Desember 504 10
Sumber: BPS, Kota Payakumbuh dalam angka, 2010
c. Lahan dan Penggunaanya
Payakumbuh merupakan salah satu kota di bagian timur Sumatera Barat yang
memiliki letak strategis, karena berbatasan langsung dengan Provinsi Riau. Dimana Provinsi
Riau merupakan daerah dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan merupakan
daerah yang memiliki prospek perekonomian yang baik di Pulau Sumatera. Provinsi Riau
menjadi tujuan investasi bagi pengusaha lokal dan pengusaha kawasan Asia Tenggara
dalam bidang industri perkebunan, energi dan Industri elektronika dan permesinan.
Sehingga keberadaan Kota Payakumbuh sebagai pintu gerbang Timur Provinsi
Sumatera Barat menjadi strategis, dan penting dalam rangka pendorong pertumbuhan kota.
Letak kota Payakumbuh sangat strategis bila dilihat dari segi lalu lintas angkutan darat
Sumbar-Riau. Kota Payakumbuh merupakan pintu gerbang masuk dari arah Pekan Baru
menuju kota-kota penting di Propinsi Sumatera Barat. Berbagai jenis angkutan penumpang
dan barang sangat ramai melewati kota ini pada waktu siang maupun pada malam hari.
Jarak kota Payakumbuh ke kota Pekan Baru 188 km dan dapat ditempuh selama ± 4,5 jam
perjalanan dengan angkutan pribadi, sedangkan jarak ke kota Padang sejauh 124 km, dapat
ditempuh dengan kendaraan pribadi selama ± 2,5 jam perjalanan. Kota Payakumbuh saat
ini dalam penggunaan lahannya, sudah mulai berubah dari dominan sektor pertanian
menjadi peruntukan pemukiman dan bangunan, pasar, jalan dan Bila dilihat dari segi
pengunaan tanah 34,45 persen tanah di Kota Payakumbuh merupakan tanah sawah, dan
sisanya 63,3 persen berupa tanah kering. Tanah kering ini sebagian besar dimanfaatkan
untuk bangunan sebesar 32,59 persen dan untuk usaha pertanian sebesar 32,42 persen,
serta sisanya berupa tanah untuk hutan negara, semak belukar, dan lain-lain.
d. Demografi
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-97
Dari catatan BPS (2010), Penduduk kota Payakumbuh tahun 2009 berjumlah
106.911 jiwa yang terdiri dari 52.906 jiwa penduduk laki-laki dan 54.005 jiwa penduduk
perempuan dengan sex ratio 98. Dibanding tahun lalu, terjadi peningkatan jumlah penduduk
sebanyak 0,86%. Peningkatan jumlah penduduk berdampak langsung kepada peningkatan
kepadatan yaitu dari 1.318 jiwa per kilometer bujursangkar tahun 2008, menjadi 1.329 jiwa
per kilometer bujursangkar tahun 2009. Kecamatan Payakumbuh Barat masih merupakan
kecamatan terpadat penduduknya dibanding empat kecamatan lainnya. Dilihat dari segi
jumlah penduduk dan jumlah rumah tangga, Payakumbuh Barat memiliki jumlah penduduk
dan jumlah rumah tangga yang terbanyak dibanding empat kecamatan lainnya.
2.11.2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia
a. Sumber daya alam
Pola penggunaan sumberdaya alam di Kota Payakumbuh lebih cenderung digunakan
untuk mendukung pertumbuhan kota yang semakin padat, akibat semakin tingginya
penggunaan lahan, pertumbuhan ekonomi, dan intensitas kebutuhan masyarakat kota untuk
pengembangan hutan perkotaan dan pertanian. Walaupun berstatus sebagai kota
Pemerintahan dan kota pusat pelayanan dan perdagangan, Kota Payakumbuh masih
menyisihkan lahan untuk pertanian seluas 2.771 hektar atau 34,45% dari luas Kota,
perkebunan rakyat 1.490 hektar atau 18,53%, kolam ikan dan tebat seluas 172 hektar atau
2,14% dan tempat pemukinan yang semakin padat untuk bangunan pasar, perumahan dan
pemerintahan seluas 1.718 hektar atau 21,35%. Rinciannya dapat dilihat pada tabel 2.11.2.
berikut ini:
Tabel 2.11.2.
Tata Guna Lahan Wilayah Kota Payakumbuh Tahun 2010
No Jenis Lahan Luas Persentase
1 Luas Sawah/Wet Land Area 2,771 34.45%
2 Tanah untuk bangunan dan sekitarnya/ 1,718 21.36%
3 Kebun/ladang/Garden/Shifting Cultivation 1,490 18.53%
4 Kolam/tebat/Water Ponds 172 2.14%
5 Ditanami pohon (hutan rakyat)/Forest 361 4.49%
6 Pengembalaan / Padang rumput/ 47 0.58%
7 Lainnya 1,484 18.45%
Jumlah 8,043 100.00%
Sumber: Kota Payakumbuh Dalam Angka, 2010
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-98
b. Sumber Daya Manusia
Tenaga kerja merupakan aspek penting dalam perekonomian dan pembangunan
kota. Penduduk pada usia 15 – 60 tahun bisa juga dikategorikan sebagai penduduk yang
produktif dan di Kota Payakumbuh berjumlah 63.785 orang. Dari sejumlah itu 46.058
bekerja pada beberapa sektor ekonomi pada sektor pertanian bekerja 8.002 orang, pada
sektor industri 3.808 orang, perdagangan rumah makan, hotel dan restoran 16.851 orang,
jasa kemasyarakatan (publik) 11.093 orang dan lainnya sebanyak 6.304 orang.
Angkatan kerja berjumlah 50.216 orang, dan dari jumlah itu yang bekerja 46.058
orang, yang sedang mencari kerja 4.158 orang, dan bukan angkatan kerja berjumlah 23.026
orang. Orang yang bukan angkatan kerja 6.441 orang masih bersekolah dan selebihnya
16.585 orang tidak mencari kerja atau dengan pertimbangan tertentu lebih memilih untuk
tidak mencari dan atau bekerja.
2.11.3. Infrastruktur
a. Prasarana Jalan
Total panjang jalan Kota Payakumbuh pada akhir tahun 2009 berjumlah 237,29 km.
Jenis permukaannya terdiri dari jalan aspal 96,10 persen, jalan kerikil 1,56 persen dan jalan
tanah 2,34 persen. Bila dilihat statusnya 90,11 persen jalan di Kota Payakumbuh adalah
jalan kota, 3,97 persen jalan propinsi dan 5,92 persen jalan nasional. Panjang jalan Aspal
pada tahun 2010 sepanjang 228,04 Km, jalan kerikil 3,71 km dan jalan tanah 5,54 km.
Sementara jumlah jembatan sebanyak 96 buah, dengan panjang 965,80 meter. Di
Kecamatan Payakumbuh Barat sebanyak 17 buah, Payakumbuh Timur 28 buah,
Payakumbuh Utara 234,10 meter, Payakumbuh Selatan 40,30 dan Lampiso Tigo Nagori 15
buah.
b. Prasarana Listrik dan Air Minum
Dilihat dari segi komposisinya, sebagian besar pelanggan PT.PLN Kota Payakumbuh
berasal dari rumahtangga yaitu 85,77 persen diikuti oleh perdagangan 10,92 persen, sosial
2,17 persen, dan sisanya instansi umum, industri dan lampu jalan Jumlah pelanggan PDAM
Kota Payakumbuh secara terus menerus meningkat, seiring dengan meningkatnya
kebutuhan masyarakat terhadap air bersih. Pada tahun 2009 jumlah pelanggan naik 3,58
persen dari 15.067 pelanggan tahun 2008 menjadi 15.607 pelanggan tahun 2009. Kenaikan
jumlah pelanggan PDAM lebih banyak dipengaruhi oleh kenaikan pelanggan rumahtangga
sebanyak 466 pelanggan dari 540 total tambahan pelanggan. Dilihat dari kontribusi jenis
tarif rumahtangga juga mempunyai kontribusi paling besar yaitu 89,49 persen.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-99
2.12 KABUPATEN SOLOK SELATAN
2.12.1. Kondisi Geografi dan Demografi
a. Letak geografi dan luas wilayah
Kabupaten Solok Selatan ibu kotanya Padang Aro, terletak kira-kira 166 km dari
Kota Padang. Kabupaten Solok Selatan pada mulanya termasuk Kabupaten Solok dan sejak
tahun 2004 dimekarkan menjadi Kabupaten tersendiri. Kabupaten Solok Selatan terletak
antara 010 17' 13' – 010 46' 45” Lintang Selatan dan 1000 53' 24” - 1010 26' 27” Bujur Timur.
Ketinggian daerah ini adalah 300-950 m dari permukaan laut. Secara administratif, luas
wilayah Solok Selatan adalah 3 346,20 km per segi yang didominasi oleh hutan negara, yaitu
sekitar 37,31 persen. Kabupaten Solok Selatan merupakan urutan ke-4 terluas di Propinsi
Sumatera Barat yaitu 7,92%. Kabupaten Solok Selatan terletak di bagian selatan dan
berbatasan dengan propinsi tetangga yaitu Propinsi Jambi. Adapun batas batas wilayah
Kabupaten Solok Selatan adalah sebagai berikut:
1) Sebelah Utara : Kabupaten Solok
2) Sebelah Selatan : Propinsi Jambi
3) Sebelah Barat : Kabupaten Pesisir Selatan
4) Sebelah Timur : Kabupaten Sijunjung
Jumlah kecamatan Kabupaten Solok Selatan, yaitu sebanyak 7 kecamatan. Daerah
Solok Selatan, cenderung berbukit-bukit dan merupakan daerah aliran sungai. Tercatat,
terdapat 13 buah sungai yang relatif besar mengaliri daerah ini. Kabupaten Solok Selatan
terdiri dari 7 kecamatan, 39 nagari dan 195 jorong pada tahun 2010. Kecamatan Sungai
Pagu merupakan kecamatan dengan jumlah jorong terbanyak yaitu hingga 40 jorong
dengan 11 jumlah nagari. Kecamatan kedua yang memiliki jorong terbanyak adalah
kecamatan Sangir Batang Hari, yaitu 34 jorong.
Tabel 2.12.1Luas Kecamatan Se-Kabupaten Solok Selatan
No. KecamatanLuas Wilayah
(km2)Persentase
1. Sangir 632.99 18,92
2. Sangir Jujuan 278.06 8,31
3. Sangir Balai Janggo 686.94 20,53
4. Sangir Batang Hari 280.01 8,36
5. Sungai Pagu 596.00 17,81
6. Batang Hari 348.10 10,40
7. Koto Parik Gadang Di ateh 524.10 15,66
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-100
Sumber : Solok Selatan Dalam Angka tahun 2010
Berdasarkan data pada tabel 2.12.1 di atas tergambar bahwa kecamatan terluas
adalah Sangir Balai Janggo (20,53%). Sedangkan kecamatan terkecil adalah kecamatan
Sangir (8,31%). Dari tabel tersebut juga terlihat bahwa kecamatan di daerah ini memiliki
luas yang relatif kecil.
b. Topografi dan iklim
Wilayah Kabupaten Solok Selatan terletak pada ketinggian 350 - 430 meter diatas
permukaan laut, dengan topografi (bentang alam) bervariasi antara dataran lembah
bergelombang, berbukit dan gunung yang merupakan rangkaian dari Bukit Barisan yang
membujur dari utara ke selatan di sepanjang pantai barat Sumatera.
Selanjutnya, secara topografis 60 % dari wilayah Solok Selatan berada pada
kelerengan di atas 40 % yang tergolong sangat curam dan rawan terhadap bahaya longsor.
Kabupaten Solok Selatan dapat diklasifikasikan menjadi tiga tipe wilayahnya: (1) kawasan
dataran tinggi bergelombang yang menempati wilayah bagian Timur, mulai dari Lubuk
Malako di Kecamatan Sangir Jujuan ke arah Utara sampai ke wilayah Kecamatan Sangir
Batang Hari; (2) kawasan perbukitan, lebih dominan menutupi wilayah Kabupaten Solok
Selatan, mulai dari bagian Utara sampai bagian tengahnya. (3) kawasan lembah kaki
pegunungan yang menempati wilayah bagian Barat berbatasan dengan Kabupaten Pesisir
Selatan dan bagian Selatan, yang merupakan kaki Gunung Kerinci.
Kabupaten Solok Selatan dilalui oleh 18 aliran sungai. Lima di antaranya terdapat di
Kecamatan Sangir, tiga di Sungai Pagu dan 10 sungai di kecamatan lainnya, masing-
masing diantaranya terdapat dua sungai. Sungai-sungai besar yang mengalir pada umumnya
mempunyai kedalaman yang cukup, bersifat permanen, dan memiliki arus yang cukup deras.
Dengan bentangan alamnya yang berbukit-bukit serta dilalui oleh banyak sungai seperti itu,
menjadikan Kabupaten Solok Selatan rawan terhadap bahaya banjir dan longsor. Di samping
itu, Kabupaten Solok Selatan juga merupakan salah satu dari empat kabupaten yang
termasuk daerah yang berada pada bagian hulu Daerah Pengaliran Sungai (DPS) Batang
Hari yang mengalir ke pantai timur.
Secara geologis, Kabupaten Solok Selatan berada pada Sistem Patahan Besar
Sumatera, yang dikenal dengan Patahan Semangko yang masih aktif sampai sekarang. Zona
tumbukan lempeng Samudera Hindia dan Lempeng Benua Eurasia ini masih aktif, dengan
laju pergerakan 7 cm/tahun. Jika terjadi pergerakan yang cukup besar, akan berpotensi
menimbulkan gempa bumi. Di sisi lain berdasarkan peta geologi terlihat adanya potensi
sumber daya mineral. Sumber daya mineral tersebut antara lain terdiri dari (a) mineral
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-101
logam berupa tembaga, emas, dan perak. (b) potensi panas bumi yang ditandai oleh
munculnya mata air panas. (c) bahan galian berupa batu gamping, pasir dan batu sungai.
Dari sisi vulkanologis, meskipun tidak memiliki gunung berapi, kabupaten ini terletak
di antara dua gunung berapi yang masih aktif, yang berada di luar kabupaten namun
berbatasan langsung dengannya, yaitu Gunung Talang di Kabupaten Solok dan Gunung
Kerinci di Kabupaten Kerinci. Jika terjadi aktivitas vulkanik dan seismik kedua gunung berapi
tersebut akan berdampak langsung terhadap aktivitas masyarakat di Kabupaten Solok
Selatan.
Daerah Kabupaten Solok Selatan secara umum beriklim tropis yang dipengaruhi oleh
musim kemarau/kering dan musim hujan. Musim kemarau pada bulan Maret sampai dengan
Agustus sedangkan musim penghujan pada bulan April sampai dengan Februari. Curah
hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember yaitu 26,54 mm. Jumlah hari hujan pada tahun
2010 tercatat 199 hari dan bulan Januari merupakan bulan dengan hari hujan terbanyak
yaitu 27 hari. Suhu udara maksimum berkisar antara 29,0OC – 32,3OC dan suhu minimum
antara 22,6OC -24,41OC kelembaban udara berkisar antara 82,35%.
c. Lahan dan penggunaannya
Luas wilayah Kabupaten Solok Selatan mencapai 3.346,2 km2. Kecamatan Sangir
Balai Janggo merupakan kecamatan terluas dengan luas 686,94 km2 (20,53% luas
kabupaten) dan kecamatan Sangir Jujuan merupakan yang terkecil dengan luas wilayah
278,06 km2 (8,31% luas kabupaten). Dari luasan lahan yang ada, sebanyak 29,39%
merupakan hutan negara dengan luasan berdasarkan fungsinya dapat dilihat pada Tabel
2.12.2.
Tabel 2.12.2.Luas Lahan dan Kegunaannya tahun 2009
No. KegunaanLuas Lahan
(ha)Persentase
1. Lahan Sawah 8.522 2,55
2. Pekarangan, bangunan dan Halaman 5.591 1,67
3. Tegal, kebun. ladang 15.129 4,52
4. Perkebunan 45.156 13,49
5. Kebun Campuran - -
6. Hutan Negara 98.410 29,39
7. Hutan rakyat 63.962 19,10
8. Sementara Tidak di Usahakan 82.659 24,69
9. Danau, kolam, rawa 9.667 2,89
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-102
10. Lainnya 5.681 1,70
Jumlah 334.777 100
Sumber: Solok Selatan Dalam Angka 2010
Dilihat dari jenis tanahnya, Kabupaten Solok Selatan, terdiri atas tanah Andosol dan
Litosol. Jenis tanah seperti ini memiliki tingkat hara yang tinggi dan sangat subur. Oleh
karena itu daerah ini sangat cocok untuk pengembangan kegiatan pertanian, terutama
tanaman holtikultura dan perkebunan. Berdasarkan peta kesesuaian lahan diperoleh
informasi bahwa, di samping tanaman pangan, komoditas perkebunan yang lebih sesuai
dengan potensi lahan adalah jenis tanaman dataran tinggi seperti teh, kakao dan kopi
daripada tanaman karet dan kelapa sawit.
Luas wilayah Kabupaten Solok Selatan mencapai 334.620 ha, terdiri atas 98.410 Ha
(29,39%) berstatus hutan negara, dan 63.962 Ha (19,10%) berstatus hutan rakyat.
Sementara itu untuk persawahan seluas 8.522 Ha (2,55%). Untuk tegal, kebun, ladang,
huma 15.129 Ha (4,52%). Sementara itu perkebunan yang dikelola oleh perusahaan
perkebunan seluas 45,156 Ha (13,49%).
d. Demografi
Jumlah penduduk di Kabupaten Solok Selatan pada tahun 2009 yaitu 133 ribu jiwa.
Dengan luas daerah 3347,20 km per segi, kepadatan penduduk di Kabupaten Solok Selatan
relatif masih rendah yaitu sekitar 39,99 jiwa per kilometer persegi. Dari ketujuh kecamatan
di Kabupaten Solok Selatan, Kecamatan Sangir merupakan kecamatan terpadat, yaitu
dengan 56,25 jiwa per kilometer (jumlah penduduk 35608 jiwa menempati luas daerah
632,99 km persegi) dan kecamatan yang masih relatif jarang adalah kecamatan Sangir Balai
Janggo, yaitu 18,55 jiwa per kilometer persegi ( jumlah penduduk 12.746 jiwa dengan luas
daerah 686.94 km per segi) sebanyak 204,906 jiwa, dimana jumlah penduduk laki-laki
sebanyak 106.229 jiwa atau 51,84% dan penduduk perempuan 98,677 jiwa atau 48,16%.
2.12.2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia
a. Sumber daya alam
Kabupaten Solok Selatan memiliki luas wilayah sekitar 7,92% dari total luas provinsi
Sumatera Barat. Kabupaten ini memiliki beragam potensi sumber daya alam yang meliputi
sumber daya hutan, tambang, pertanian dan perkebunan, dan sumber daya perairan
(sungai). Kabupaten Solok Selatan sangat potensial sebagai daerah perkebunan, khususnya
kebut karet, sawit dan teh.
Daerah Kabupaten Solok Selatan sebagian besar masih berupa hutan. Oleh sebab
itu sebagian wilayah Kabupaten Solok Selatan merupakan Taman Nasional Kerinci Seblat
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-103
(TNKS). Menurut Dinas Kehutanan dan Perkebunan pada tahun 2009, dari seluruh total
wilayah Kabupaten yang luasnya 334.620 ha, sekitar 29,39 % merupakan wilayah hutan
negara dan sekitar 19,10 persen merupakan hutan rakyat. Menurut luas kawasan hutan,
tercatat hutan produksi hanya berkisar 7,71 persen, hutan produksi terbatas sekitar 12,85
persen dan hutan produksi yang masih dapat dikonversikan sekitar 2,56 persen.
b. Sumber daya manusia
Jumlah Penduduk Kabupaten Solok Selatan sampai tahun 2009 adalah 133.804 jiwa
dengan kepadatan penduduk rata-rata 39,99 jiwa/km. Penduduk Kabupaten Solok Selatan
umumnya didominasi oleh penduduk usia muda yaitu berusia angkatan kerja dari 15-64
tahun sebesar 84.540 (63,18%). Sedangkan penduduk usia 0-14 tahun sebesar 42.708 jiwa
atau 31,92%, kemudian penduduk usia diatas 65 tahun sebanyak 6.556 jiwa atau 4,90%.
Oleh sebab itu kabupaten Solok Selatan dapat digolongkan sebagai wilayah dengan
penduduk intermediate (dari ‘penduduk tua’ ke ‘penduduk muda’), dimana jumlah penduduk
usia 0-14 tahun sebesar 31,92% dan penduduk usia 65 tahun ke atas sebesar 4,90%.
Besarnya jumlah penduduk tidak produktif (usia muda dan usia tua) berdampak pada
tingginya angka rasio ketergantungan.
Dengan jumlah penduduk kelompok usia produktif (15-64 tahun), yang juga
termasuk dalam kelompok usia angkatan kerja pada tahun 2009 mencapai 63,18% dari total
keseluruhan penduduk. Daerah ini ternyata memiliki nilai rasio ketergantungan sebesar
58,27%. Artinya secara rata-rata setiap 100 penduduk produktif menanggung 72 penduduk
tidak produktif. Dengan demikian rasio tingkat ketergantungan penduduk relatif sangat
tinggi. Kondisi ini akan sangat berpengaruh terhadap daya beli masyarakat. Tingkat
ketergantungan yang tinggi akan menurunkan daya beli masyarakat itu karena relatif
tingginya beban yang ditanggung seorang angkatan kerja.
Tabel 2.12.3.Kelompok Umur dan Persentase Penduduk
di Kabupaten Solok Selatan tahun 2009
No. Kelompok Umur Jumlah Persentase
1. 0 - 14 42.708 31,92
2. 15 - 64 85.540 63,93
3. > 65 6.556 4,90
Jumlah 133.804 100
Sumber: Solok Selatan Dalam Angka 2010
Berdasarkan data pada tabel 2.12.3 diatas, tergambar bahwa usia 0-14 tahun
adalah 42.708 jiwa atau 31,92%. Sedangkan penduduk dalam usia angkatan kerja sebesar
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-104
84.540 atau 63,18%. Selanjutnya jumlah penduduk manula sebesar 6.556 atau 4,90%.
Besarnya jumlah penduduk usia kerja juga menggambarkan besarnya kebutuhan lapangan
kerja sehingga angkatan kerja ini tidak menganggur.
Untuk mengukur kenaikan kualitas sumber daya manusia indikator yang dapat
dipakai yaitu Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Indeks Pembangunan Manusia dapat
menunjukkan kemajuan pembangunan manusia, baik bidang kesehatan, pendidikan dan
ekonomi. Kabupaten Solok Selatan berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia jika
dibandingkan dari tahun 2008 sampai 2009 menunjukkan trend kenaikan yang kurang baik
yaitu dari 68,06 tahun 2008 menjadi 68,67 pada tahun 2009 dan belum mampu melampaui
beberapa kabupaten kota di Provinsi Sumatera Barat, masih tetap berada dibawah rata-rata
IPM Provinsi Sumbar. Berdasarkan Rangking IPM Kab/Kota Di Sumatera Barat se Sumatera
Tahun 2009, Kabupaten Solok Selatan menduduki rangking ke 17 dari 19 Kabupaten/kota se
Sumatera Barat . Hal ini masih dapat ditingkatkan lagi untuk menaikkan IPM melalui potensi-
potensi yang dimiliki Kabupaten Solok Selatan.
Gambar 2.12.1 Index Pembangunan Manusia Tahun 2008
2.12.3. Infrastruktur
a. Prasarana jalan
Prasarana Jalan merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan suatu
negara dan daerah. Jalan sangat berpengaruh terhadap distribusi produk dari suatu tempat
ke tempat lain. Oleh sebab itu tidak mengherankan jika jalan adalah salah satu elemen
penting yang dibutuhkan masyarakat. Jalan juga semakin penting seiring dengan
peningkatan mobilitas penduduk di suatu daerah. Berdasarkan data yang ada di Kabupaten
Solok Selatan tidak terdapat jalan Nasional (negara) seluruh jalan di daerah ini merupakan
62646668707274767880
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten SolokTahun 2008
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-105
jalan propinsi. Panjang jalan propinsi yang melintasi daerah ini adalah 222,90 km. Kondisi
jalan propinsi tersebut terdiri dari 115,81 km dalam kondisi baik, dan sisanya 91,87 km
dalam kondisi jalan kurang baik. Panjang jalan yang sudah di aspal di daerah ini adalah
124,40 km, sedangkan jalan yang belum diaspal sepanjang 91,87 km.
b. Prasarana air minum dan listrik
Selama tahun 2009 Perusahaan daerah air Minum (PDAM) Kabupaten Solok Selatan
telah memasang sambungan air minum untuk rumah sebanyak 11.099 pelanggan
sedangkan tahun 2008 hanya sebanyan 9.856 pelanggan. Sedangkan sambungan kran
umum sebanyak 162 unit. Hal ini meningkat dibanding tahun 2008 yang hanya 130 unit.
Jumlah pelanggan air munim di kabupaten Solok Selatan sampai tahun 2009 adalah 5.218
unit, terdiri dari rumah tangga sebanyak 4.989 buah, niaga (bisnis) sebanyak 58 buah, sosial
sebanyak 69 buah. Sebanyak 12 buah kran dan 100 buah kantor. Kapasitas produksi air
minum terpasang adalah 590, sedangkan volume air sebanyak 1.224.070 m2. Jumlah
sambungan kerumah penduduk. Jumlah sambungan terpasang sebesar 5.484, yang aktif
sebanyak 5.217 dan non-aktif sebanyak 398 unit. Selanjutnya kran umum yang terpasang
sebanyak 81 unit, 10 yang aktif, dan 71 yang non-aktif.
Pembangkit listrik PLN di kabupaten Solok Selatan yang berfungsi ada 2 unit yang
terdapat di kecamatan Pauh duo dan kecamatan Parik Gadang Diateh. Apabila terjadi beban
puncak, pembangkit listrik di kecamatan Koto Parik Gadang Diateh tidak dapat beroperasi.
Kapasitas PLN yang tersedia di daerah ini adalan 189.845 JTM atau 147.779 JTR. Daya
tersambung sebesar 16.269.750. Sedangkan jumlah pelanggan rumah tangga sebanyak
19.189, pelanggan bisnis sebanyak 663, 2 buah industri dan 132 lainnya.
c. Prasarana komunikasi dan Pariwisata
Berbagai sarana komunikasi sudah tersedia di Kabupaten Solok Selatan, seperti
kantor pos dan jaringan telepon, jaringan internet. Perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi saat ini menggeser pemanfaatan Pos sebagai salah salah satu alat komunikasi
paling tua di Indonesia. Peranan Pos mulai bergeser kecuali untuk pengiriman paket dari dan
ke Kabupaten Solok Selatan. Penggunaan jaringan telepon juga mulai bergeser, karena
beralih ke penggunaan telepon seluler. Oleh sebab itu jaringan telepon semakin kecil
peminatnya. Pemasangan jaringan telepon baru umumnya tidak ada permintaan saat ini
kecuali untuk perkantoran dan jaringan internet. Jaringan internet juga mulai beralih ke
internet yang mobil.
Berbagai prasarana pariwisata juga mulai berkembang di Kabupaten Solok Selatan.
Penginapan mulai tumbuh dan saat ini berjumlah 9 buah, rumah makan menjadi 49 buah
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-106
dan toko cendramata sebanyak 1 buah. Terdapat setidaknya 2 jenis objek wisata yaitu objek
wisata alam dan budaya. Objek wisata alam berjumlah 44 buah dab budaya sebanyak 120
buah. Sedangkan jasa hiburan sampai tahun 2009 berjumlah 10 buah.
d. Prasarana pendidikan
Sebagai Kabupaten yang bari bediri, Kabupaten Solok Selatan juga sudah
membangun berbagai prasarana pendidikan mulai dari PAUD (pendidikan anak usia dini)
sampai SLTA. Di Kabupaten Solok Selatan juga berkembang sekolah-sekolah agama seperti
MDA, TPA dan pasantren.
Tabel 2.12.4.Jumlah Sekolah, Kelas, Murid dan Guru SD, SLTP
dan SLTA Kabupaten Solok Selatan tahun 2009
No. JenisSekolah
JumlahSekolah
JumlahKelas
JumlahMurid
JumlahGuru
1. TK 85 97 2.065 278
2. SD 141 939 21.503 1.875
3. SLTP 33 238 5.551 575
4. SLTA 12 124 4516 398
Sumber : Solok Selatan Dalam Angka 2010
Berdasarkan data pada tabel 2.12.4 diatas tergambar banyaknya lembaga
pendidikan, kelas, murid dan guru yang tersedia di Kabupaten Solok Selatan pada tahun
2009. Jumah Taman Kanak-Kanak terus meningkat dan saat ini sudah berjumlah sebanyak
85 buah. Jumlah TK negeri hanya 8 buah sementara TK swasta sebanyak 77 buah. Hal ini
menandakan meningkatnya perhatian orang tua terhadap pendidikan anaknya sejak usia
dini. Demikian juga halnya dengan jumlah Sekolah Dasar (SD) pada tahun 2009 sudah
mencapai 141 buah yang tersebar di seluruh kecamatan. Disamping itu jumlah Madrasah
Ibtidaiyah (MI) di daerah ini mencapai 10 buah. Seiring dengan meningkatnya jumlah
lulusan SD, maka jumlah SLTP juga terus meningkat dan tahun 2009 mencapai 33 buah dan
15 buah MTsN. Kemudian jumlah SLTA juga meningkat baik sekolah, murid dan gurunya.
Sampai tahun 2009 jumlah sekolah sebanyak 12 buah dan Madrasah Aliah (MA) sebanyak 7
buah. Sedangkan jumlah murid SLTA di daerah ini tahun 2009 sudah mencapai 4.516 orang
dengan jumlah guru 398 orang. Berarti rasio guru dengan siswa adalah 1:12 orang. Jika
dilihat dari rasionya, maka perbandingan ini masih dalam kategori sangat baik atau belum
mencapai 1:40 sesuai dengan standar pendidikan nasional. Artinya dalam beberapa tahun ke
depan daerah ini belum menghadapi kekurangan guru. Persoalannya muncul karena tidak
meratanya sebaran guru sesuai mata palajaran yang dibina.
e. Prasarana kesehatan
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-107
Sejak Kabupaten Solok Selatan dimekarkan tahun 2003 yang lalu, maka
pembangunan prasarana kesehatan juga terus meningkat. Sampai tahun 2009, berdasarkan
Tabel 2.12.5 diketahui bahwa Puskesmas berkembang menjadi 8 buah dan menyebar di
seluruh kecamatan. Sesuai dengan besaran jumlah penduduk dan lokasi maka di kecamatan
Sangir Balai Janggo terdapat 2 buah puskesmas. Demikian juga dengan jumlah Puskesmas
Pembantu yang terus bertambah sesuai dengan kebutuhan masyarakat akan pelayanan
kesehatan. Sampai tahun 2009 jumlah Puskesmas Pembantu di daerah ini sudah mencapai
39 unit. Sedangkan jumlah Posyandu sampai tahun 2009 sudah mencapai 226 unit. Kondisi
ini tentunya sangat positif dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat. Di satu sisi
kesadaran masyarakat meningkat dan di sisi lain perhatian Pemerintah daerah juga
meningkat, sehingga diharapkan kualitas kesehatan masyarakat di daerah ini terus
meningkat.
Tabel 2.12.5.Jumlah Puskesmas, Pustu dan Posyandu di Solok Selatan tahun 2009
No. Kecamatan JumlahPuskesmas
JumlahPustu
JumlahPusyandu
1. Sangir 1 8 55
2. Sangir Jujuan 1 3 20
3. Sangir Balai Janggo 2 5 21
4. Sangir Batang Hari 1 7 25
5. Sungai Pagu 1 6 39
6. Pauh Duo 1 5 28
7. Koto Parik Gadang Diateh 1 5 38
Jumlah 8 39 226
Sumber : Solok Selatan Dalam Angka 2010
Tabel 2.12.6.Jumlah Dokter, Perawat dan Tenaga Medis di Kabupaten Solok Selatan
Tahun 2009
No Tempat DokterDokter
GigiPerawat Bidan
NonPerawat
Non Tena-ga Medis
1. Pakan Rabaa - - 9 6 4 2
2. Muara Labuah 1 1 8 11 5 2
3. Pakan Salasa 1 -- 1 6 4 3
4. Lubuak Gadang 1 1 10 12 6 5
5. Bidar Alam 1 - 6 6 3 3
6. Talunan - - 5 5 2 2
7. Mercu 1 - 6 5 3 4
8. Abai - - 7 4 3 1
9. RSUD Muara Labuh 19 2 60 13 26 10
10. Dinas Kesehatan - - 4 1 14 4
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-108
11. Gudang Farmasi - - - - 1 -
Jumlah 24 4 116 69 71 36
Sumber: Kabupaten Solok Selatan Dalam Angka, Tahun 2010
Seiring dengan perkembangan Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Posyandu
maka kebutuhan akan dokter, perawat, bidan, dan tenaga non medis dibidang kesehatan
juga meningkat. Berdasarkan data pada tabel 12.12.6 di atas tergambar bahwa jumlah
tenaga dokter di daerah ini relatif sangat sedikit. Dari 24 orang dokter yang tersedia hanya 1
orang saja dokter spesialis. Demikian juga dengan perawat yang jumlahnya relatif sangat
sedikit yaitu hanya 116 orang dengan luas wilayah dan jumlah penduduk yang harus
dilayani. Oleh sebab itu daerah ini membutuhkan perhatian yang lebih luas dalam pelayanan
kesehatan. RSUD yang dimiliki saat ini harusnya terus ditingkatkan pemanfaatannya dan
kapasitasnya sehingga kelasnya juga meningkat. Hal ini sangat penting karena Solok Selatan
relatif jauh ke Pusat Kota Propinsi yaitu Kota Padang. Jarak Padang ke Padang Aro (pusat
pemerintahan Kabupaten Solok Selatan) adalah 166 km dan jarak tempuh normal 5-6 jam.
Artinya jika pasien akan dibawa dari Padang Aro ke Padang maka akan memakan waktu
yang sangat lama. Untuk itu diperlukan adalah rumah sakit yang menjadi rujukan di daerah
ini, karena disamping masyarakat daerah ini, kabupaten Solok Selatan juga bertetangga
dengan Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh. Di kedua daerah ini juga belum memiliki
Rumah Sakit yang lengkap sebagai Rumah Sakit rujukan karena sebagian besar dokter
spesialis masih didatangkan dari Kota Padang.
2.13 KABUPATEN SOLOK
2.13.1. Kondisi Geografi dan Demografi
a. Letak geografi dan luas wilayah
Kabupaten Solok merupakan salah satu kabupaten yang secara administratif
termasuk dalam bagian wilayah Provinsi Sumatera Barat. Wilayah Kabupaten Solok terletak
diantara 01°20’27’’ dan 01°21’39” Lintang Selatan dan 100°25’00” dan 100°33’43” Bujur
Timur.
Adapun batas-batas wilayah administrasi Kabupaten Solok adalah sebagai berikut:
1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tanah Datar ;
2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Solok Selatan;
3) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Pesisir Selatan dan Kota Padang;
4) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sijunjung dan kota Sawahlunto.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-109
Disamping itu di Kabupaten Solok banyak dijumpai mata air yang berasal dari lembah
atau kaki perbukitan. Daerah di Kabupaten Solok memiliki suhu udara yang cukup bervariasi
dan sangat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya daerah dari permukaan laut. Pada daerah
dataran rendah suhu berkisar antara 28,50°C – 31,30°C, sedangkan pada dataran tinggi
suhu berkisar antara 12,50°C – 24,60°C . Luas wilayah Kabupaten Solok ± 373.800 Ha yang
terbagi dalam 14 kecamatan, dengan 74 Nagari dan 403 Jorong. Kecamatan yang memiliki
nagari terbanyak adalah Kecamatan IX Koto Sungai Lasi dan Kecamatan X Koto Diatas
masing-masing memiliki 9 nagari, sedangkan kecamatan dengan jumlah nagari terkecil
terdapat di Kecamatan Pantai Cermin, Kecamatan Danau Kembar dan Kecamatan Junjung
Sirih masing-masing hanya memiliki 2 nagari. Kecamatan yang memiliki jorong terbanyak
adalah Kecamatan X Koto Diatas dengan jumlah 51 jorong dan kecamatan yang memiliki
jorong paling sedikit adalah Kecamatan Payung Sekaki dan Kecamatan Junjung Sirih dengan
jumlah masing-masing 11 jorong, sebagaimana terlihat pada tabel 2.13.1.
Tabel 2.13.1Luas Wilayah di Kabupaten Solok per-Kecamatan
No. KecamatanIbukota
KecamatanNagari Jorong
Luas Daerah(HA)
1 Pantai Cermin Surian 2 28 36.600
2 Lembah Gumanti Alahan Panjang 4 34 45.972
3 Hiliran Gumanti Talang Babungo 3 20 26.328
4 Payung Sekaki Kubang Nan Duo 3 11 36.450
5 Tigo Lurah Batu Bajanjang 5 22 60.250
6 Lembang Jaya Bukit Silaeh 6 43 9.990
7 Danau Kembar Simpang Tj.Nan IV 2 18 7.010
8 Gunung Talang Talang 8 40 38.500
9 Bukit Sundi Muara Panas 5 17 10.900
10IX Koto SuingaiLasi Sungai Lasi 9 258 17.100
11 Kubung Selayo 8 34 19.200
12 X Koto Singkarak Singkarak 8 46 25.700
13 Junjung Sirih Paninggahan 2 11 29.550
14 X Koto Diatas Tanjung Balik 9 51 10.250
Total 74 403 373.800
Sumber : Kabupaten Solok Dalam Angka, 2010
b. Topografi dan iklim
Kabupaten Solok mempunyai keadaan topografi yang cukup bervariasi, mulai dari
dataran tinggi di bagian selatan hingga dataran yang relatif rendah di bagian utara
dengan ketinggian berkisar antara 100 m hingga diatas 1.500 m diatas permukaan laut,
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-110
serta memiliki 1 (satu) buah gunung berapi, dan 5 (lima) buah danau yaitu Danau
Singkarak, Danau Diatas, Danau Dibawah, Danau Talang serta Danau Tuo. Ketinggian
wilayah di Kabupaten Solok ini dapat diklasifikasikan dalam 3 (tiga) kelas ketinggian,
yaitu:
1) Ketinggian antara 100 – 500 m diatas permukaan laut, tersebar di Kecamatan X
Koto Singkarak, Junjung Sirih, IX Koto Sungai Lasi, Kubung, dan Bukit Sundi.
2) Ketinggian antara 500 – 1.000 m diatas permukaan laut, tersebar dibagian utara,
yaitu Kecamatan Tigo Lurah, Gunung Talang, Kecamatan X Koto Diatas.
3) Ketinggian 1.000 – 1.500 m diatas permukaan laut, tersebar di kecamatan Lembah
Gumanti, Hiliran Gumanti, Pantai Cermin, Lembang Jaya dan Kecamatan Danau
Kembar.
c. Lahan dan penggunaannya
Dengan luas daerah sekitar 373.800 ha tersebut, penggunaan lahan di
Kabupaten Solok terdiri dari lahan terbangun (berupa pekarangan/bangunan dan
halaman sekitarnya) dan lahan tidak terbangun (lahan sawah,
tegalan/kebun/ladang/huma, perkebunan, kebun campuran, hutan dan lain-lain). Luas
lahan terbangun sekitar 6.669 Ha atau hanya sekitar 1,78% dari total luas Kabupaten
Solok. Untuk lebih jelasnya penggunaan lahan dapat dilihat pada tabel 2.13.2.
Tabel 2.13.2Luas Lahan Menurut Jenis Penggunaannya di Kabupaten Solok
No. Jenis Penggunaan Luas Lahan (Ha) Persentase
1 Lahan Sawah 23.561 63
2 Pekarangan/Bangunan dan Halaman Sekitar 6.669 1.78
3 Kebun/Ladang/Tegal/Huma 38.745 10.38
4 Perkebunan 8.165 2.18
5 Kebun Campuran 0 0
6 Hutan Negara 145.320 38.88
7 Hutan Rakyat 59.766 15.98
8 Sementara Tidak Diusahakan 35.736 9.56
9 Semak/ Alang-Alang 3.548 0.95
10 Rawa-Rawa 4 0.01
11 Kolam 373 0.1
12 Tambak 0 0
13 Lainnya 51.913 13.88
Total 373.800 100
Sumber : Kabupaten Solok Dalam Angka, 2010
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-111
Penggunaan lahan yang dominan saat ini adalah hutan yang terdiri dari hutan
negara seluas 145.320 Ha atau sekitar 38,88% dari keseluruhan luas daerah Kabupaten
Solok dan 15,98% berstatus hutan rakyat. Sementara luas lahan sawah adalah 23.561 Ha
yang merupakan areal sawah terbesar di Propinsi Sumatera Barat.
d. Demografi
Berdasarkan data Sensus Penduduk tahun 2010 jumlah penduduk Kabupaten Solok
sebanyak 348.566 jiwa. Perkembangan penduduk masing-masing kecamatan terlihat bahwa
Kecamatan Kubung tetap merupakan kecamatan terbesar jumlah penduduknya yaitu 55.303
jiwa, sementara kecamatan Lembah Gumanti merupakan kecamatan dengan jumlah
penduduk kedua terbanyak yaitu 53.178 jiwa atau sekitar 15,26% dari jumlah penduduk
Kabupaten Solok, selanjutnya kecamatan Gunung Talang berada pada urutan ketiga dengan
jumlah penduduk sekitar 46.738 jiwa, dengan persentase 13,41%. Sedangkan jumlah
penduduk yang paling sedikit adalah Kecamatan Payung Sekaki dengan jumlah penduduk
8.027 jiwa (2,3%). Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel beserta diagram
proporsinya di bawah ini.
Tabel 2.13.3Jumlah Penduduk per-Kecamatan di Kabupaten Solok
No. KecamatanLuas
Daerah(km2)
Jumlah Penduduk(jiwa)
1 Pantai Cermin 366 20.337
2 Lembah Gumanti 459.72 53.178
3 Hiliran Gumanti 263.28 16.053
4 Payung Sekaki 364.5 8.027
5 Tigo Lurah 602.5 9.574
6 Lembang Jaya 99.9 25.752
7 Danau Kembar 70.1 18.853
8 Gunung Talang 385 46.738
9 Bukit Sundi 109 22.827
10 IX Koto Suingai Lasi 171 9.671
11 Kubung 192 55.303
12 X Koto Singkarak 257 31.686
13 Junjung Sirih 295.5 12.106
14 X Koto Diatas 102.5 18.461
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-112
Jumlah 3.738 348.566
Sumber : Kabupaten Solok Dalam Angka, 2010
Selama sepuluh tahun terakhir, laju pertumbuhan kabupaten Solok adalah
sebesar 0,83 persen. Dengan persentase laju pertumbuhan terendah terdapat pada
kecamatan X Koto Diatas yakni -1,47; hal ini menunjukkan bahwa di kecamatan X Koto
Diatas telah berjalan program KB (Keluarga Berencana) dengan cukup baik. Sedangkan
Laju pertumbuhan tertinggi terdapat pada kecamatan Lembah Gumanti yakni sebesar
2,05.
Pada tahun 2010 tercatat sebanyak 225 orang yang terdaftar sebagai pencari
kerja pada Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kabupaten Solok. Dari jumlah yang terdaftar
tersebut sebagian besar diantaranya adalah wanita yaitu sebanyak 176 orang atau
sekitar 78%.
Tabel 2.13.4Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Solok Tahun 2000-2010
No. Kecamatan 2000 2010Laju Pertumbuhan
Penduduk
1 Pantai Cermin 19.791 20.337 0.27
2 Lembah Gumanti 43.491 53.178 2.05
3 Hiliran Gumanti 14.449 16.053 1.07
4 Payung Sekaki 7.573 8.027 0.59
5 Tigo Lurah 8.548 9.574 1.15
6 Lembang Jaya 23.740 25.752 0.82
No. Kecamatan 2000 2010Laju Pertumbuhan
Penduduk
7 Danau Kembar 17.120 18.853 0.98
8 Gunung Talang 40.760 46.738 1.39
9 Bukit Sundi 21.580 22.827 0.57
10 IX Koto Suingai Lasi 9.947 9.671 -0.28
11 Kubung 47.893 55.303 1.46
12 X Koto Singkarak 21.337 18.461 -1.47
13 Junjung Sirih 31.677 31.686 0.00
14 X Koto Diatas 13.105 12.106 -0.80
Jumlah 321.051 348.566 0.83
Sumber : Kabupaten Solok Dalam Angka, 2010
Tabel 2.13.5Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Menurut Kegiatan
No. Kegiatan Utama Jumlah
1 Penduduk Usia 15 Tahun Keatas 233.044
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-113
2 Angkatan Kerja 166.775
a. Bekerja 161.700
b. Pengangguran 5.075
3 Bukan Angkatan Kerja 67.259
4 Angkatan Kerja 166.775
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)71.57%
Tingkat Pengangguran Terbuka2.17%
Sumber : Kabupaten Solok Dalam Angka, 2010
Sedangkan kalau dikelompokkan menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan
jumlah terbesar ada di kelompok lulusan Diploma yaitu sebanyak 107 orang atau sekitar
48%, selanjutnya diikuti oleh lulusan Sarjana sebanyak 91 orang, lulusan SMA sebanyak 25
orang, kemudian lulusan SD dan SMP masing-masing 1 orang.
2.13.2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia
a. Sumber daya alam
Posisi Kabupaten Solok dalam tata lingkungan sumber daya alam (SDA) memiliki
sungai-sungai yang dapat dikelompokan kedalam 5 (lima) Daerah Aliran Sungai (DAS) besar
yaitu:
1) DAS Sumani yang bermuara ke Danau Singkarak
2) DAS Ombilin
3) DAS Batang hari
4) DAS Indra Giri Rokan
5) DAS Agam Kuantan
Disamping itu di Kabupaten Solok banyak dijumpai mata air yang berasal dari
lembah atau kaki perbukitan. Daerah di Kabupaten Solok memiliki suhu udara yang cukup
bervariasi dan sangat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya daerah dari permukaan laut. Pada
daerah dataran rendah suhu berkisar antara 28,50°C – 31,30°C, sedangkan pada dataran
tinggi suhu berkisar antara 12,50°C – 24,60°C.
b. Sumber daya manusia
Sektor pendidikan memiliki peran penting dalam upaya meningkatkan kualitas
sumber daya manusia. Hal ini didasari karena manusia merupakan kekuatan utama
pembangunan. Sistem pendidikan di Kabupaten Solok merupakan bagian integrasi di dalam
sistem pendidikan nasional yaitu berdasarkan Pancasila dan bertujuan untuk meningkatkan
dan mempertinggi ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan,
budi pekerti, kepribadian dan semangat kebangsaan, sehingga dapat ditumbuhkan manusia-
manusia pembangunan yang mampu membangun dirinya sendiri serta bersama-sama
bertanggungjawab atas pembangunan bangsa. Oleh karena itu, pemerintah daerah
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-114
mempunyai tangggung jawab besar untuk mewujudkan cita-cita tersebut sebagaimana
diamanatkan dalam pasal 31 UUD 1945 dan telah ditindaklanjuti dengan UU Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Berkaitan dengan konsep pembangunan berkelanjutan tersebut, tantangan
pembangunan Kabupaten Solok tahun 2006-2010 adalah bagaimana mendorong perbaikan
kualitas dan standar hidup masyarakat yang diukur dengan indikator IPM. Rangking IPM
Sumatera Barat Tahun 2008 menempatkan Kabupaten Solok pada posisi ke 14 dari 19
Kabupaten/Kota dan rangking ke 266 di Indonesia.
Tabel 2.13.3Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Solok dan Peringkat di Propinsi dan
Nasional Tahun 2007-2009
DeskripsiTahun
2007 2008
Angka Harapan Hidup 65.65 65.90
Angka Melek huruf 97.10 97.10
Rata-rata lama Sekolah 7.30 7.30
Pengeluaran riil per kapita ygdisesuaikan 616.11 621.05
I P M 69.29 69.81
Rangking (Propinsi) 14 14
Rangking (Nasional) 258 266
Sumber: Musrenbang Sumatera Barat Tahun 2011
2.13.3. Infrastruktur
a. Prasarana jalan
Total panjang jalan di Kabupaten Solok sampai akhir tahun 2010 berjumlah
1.421,63 km, dengan rinci menurut status jalan, jalan nasional 66.21 km, jalan propinsi
118.09 km dan jalan kabupaten 1.237,33 km. Jika dilihat dari kondisi jalan, terdapat
peningkatan jalan berkualitas baik sebesar 12.3 persen dari tahun lalu. Sedangkan jalan
berkualitas sedang, jalan berkualitas rusak dan jalan dalam kondisi rusak berat mengalami
penurunan 5.83 persen, 22.68 persen dan 2.7 persen dari tahun 2009.
Tabel 2.13.7Panjang Jalan (Km) Menurut Jenis Permukaannya dan
Status Pemerintahan yang Berwenang Tahun 2010
KlasifikasiStatus Pemerintahan yang Berwenang
JumlahNasional Provinsi Kabupaten
Aspal 66.21 118.09 654.15 838.45
Kerikil 0 0 124.11 124.11
Tanah 0 0 459.07 459.07
Lainnya 0 0 0 0
Jumlah 66.21 118.09 1.237,33 1.421,63
Sumber : Kabupaten Solok Dalam Angka, 2010
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-115
Peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat ditunjang oleh upaya
Pemerintah Kabupaten Solok membangun infrastruktur, terutama jalan, jembatan dan
irigasi. Tahun 2010 telah dibangun sebanyak 233 ruas jalan di seluruh kecamatan atau kira-
kira sepanjang 1.219,34 Km. Jembatan yang telah dibangun dan diperbaiki berjumlah 221
buah yang tersebar di seluruh kecamatan se-kabupaten Solok dengan panjang sekitar
2.248,6 meter.
Tabel 2.13.8Perkembangan Ruas Jalan Menurut Kecamatan Tahun 2010
No. KecamatanRuasJalan
PanjangJalan(km)
Jenis Permukaan Jalan
Aspal(km)
Kerikil(km)
Tanah(km)
1 Pantai Cermin 15 46.35 28.2 8.02 10.13
2 Lembah Gumanti 16 98.8 39.36 0.89 58.55
3 Hiliran Gumanti 14 143.5 36.52 8.11 98.87
4 Payung Sekaki 11 85.8 57.34 10.46 18
5 Tigo Lurah 14 179.1 20.9 28.55 129.65
6 Lembang Jaya 18 68.2 48.25 4.81 15.14
7 Danau Kembar 9 45.2 25.64 11.56 8
8 Gunung Talang 29 101.74 75.34 0 26.4
9 Bukit Sundi 12 45.95 43.13 2.82 0
10 IX Koto Sungai Lasi 12 43.1 30.14 1.6 11.36
11 Kubung 30 88.5 68.38 14.96 5.16
12 X Koto Singkarak 24 114.4 82.68 5.03 26.69
13 Junjung Sirih 3 18.9 11.87 1.03 6
14 X Koto Diatas 26 139.8 86.4 8.28 45.12
Sumber : Kabupaten Solok Dalam Angka, 2010
Tabel 2.13.9Banyaknya Jembatan Pada Jalan Kabupaten Tahun 2010
No. KecamatanJumlah
JembatanPanjang
Jembatan (m)
1 Pantai Cermin 5 54.9
2 Lembah Gumanti 22 118.1
3 Hiliran Gumanti 24 404.4
4 Payung Sekaki 10 88
5 Tigo Lurah 11 127.7
6 Lembang Jaya 13 89.6
7 Danau Kembar 2 7.4
8 Gunung Talang 20 183.55
9 Bukit Sundi 13 185.5
10 IX Koto Sungai Lasi 25 212.7
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-116
11 Kubung 26 251.36
12 X Koto Singkarak 16 240.1
13 Junjung Sirih 4 61.5
14 X Koto Diatas 30 223.8
Sumber : Kabupaten Solok Dalam Angka, 2010
b. Prasarana komunikasi
Sampai akhir tahun 2010 tersedia 7.232 satuan sambungan telepon dan 6.524
pelanggan. Pelanggan yang terbanyak ada pada STO Solok yaitu 4.603, dengan
kontribusi 63,64 persen dari seluruh pelanggan di Kabupaten Solok.
Tabel 2.13.10Banyaknya Satuan Sambungan Telepon di Kabupaten Solok
KantorSatuan
SambunganTelepon
BanyaknyaPelanggan
DaftarTunggu
STO Solok 4.603 4.049 0
STO Sulit Air 179 112 0
STO Talang 244 236 0
CTR Bukit Sileh 35 22 0
STO Sumani 343 306 0
DLC Paninggahan 86 72 0
STO Sangir/Lubuk Gading 310 225 0
STO Alahan Zpanjang 333 302 0
STO Muara Labuh 753 589 0
WWL Solok 0 0 0
Flexi Solok 0 342 0
DLC Cupak 346 269 0
Jumlah 7.232 6.524 0
Sumber : Kabupaten Solok Dalam Angka, 2010
c. Prasarana pendidikan
Pada tahun 2009/2010, jumlah sekolah yang terdata dari jenjang SD/MI sampai
dengan SMU/SMK/MA di Kabupaten Solok adalah sebanyak 826 unit sekolah. Disamping
membangun sekolah baru, juga dilakukan penambahan ruang kelas baru, ruang labor,
ruang perpustakaan dan sarana penunjang proses belajar mengajar lainnya sebagaimana
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.13.11Jumlah Sekolah Pada (SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA)
Tahun 2010
No. Kecamatan SD/MI SMP/MTs SMA/MA
1 Pantai Cermin 32 7 4
2 Lembah Gumanti 37 13 6
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-117
3 Hiliran Gumanti 16 4 2
4 Payung Sekaki 17 3 1
5 Tigo Lurah 45 15 4
6 Lembang Jaya 24 5 3
7 Danau Kembar 43 8 5
8 Gunung Talang 23 7 2
9 Bukit Sundi 15 4 1
10 IX Koto Sungai Lasi 9 4 1
11 Kubung 12 4 1
12 X Koto Singkarak 35 9 5
13 Junjung Sirih 17 8 3
14 X Koto Diatas 20 6 3
Jumlah 345 97 40
Sumber : Kabupaten Solok Dalam Angka, 2010
Tabel 2.13.12Jumlah Murid Dan Guru Pada Sekolah (SD, SMP, SMA) Kabupaten Solok
Tahun 2010
No. KecamatanSD SMP SMA
Murid Guru Murid Guru Murid Guru
1 Pantai Cermin 2.648 322 482 52 1.054 39
2 Lembah Gumanti 4.462 376 1.432 190 1.198 137
3 Hiliran Gumanti 2.021 149 610 75 575 37
4 Payung Sekaki 1.390 148 331 32 352 29
5 Tigo Lurah 7.345 520 1.723 147 1.553 136
6 Lembang Jaya 3.209 216 786 92 673 66
7 Danau Kembar 6.586 517 2.480 237 1.094 145
8 Gunung Talang 4.364 223 1.121 96 417 44
9 Bukit Sundi 3.117 148 521 41 289 23
10IX Koto SuingaiLasi 1.187 97 346 39 187 22
11 Kubung 1.520 92 331 24 79 6
12 X Koto Singkarak 7.738 394 1.820 110 920 86
13 Junjung Sirih 2.564 228 531 47 491 39
14 X Koto Diatas 3.258 190 903 61 664 37
Jumlah 61.409 3.620 13.417 1.243 9.546 846
Sumber :Kabupaten Solok Dalam Angka, 2010
Berdasarkan jumlahnya, guru yang mengajar SD/MI di kabupaten Solok
sebanyak 765 orang (sekitar 19,6 persen) adalah layak mengajar. Persentase terbesar
kelayakan mengajar SD/MI tersebut terdapat pada kecamatan Bukit Sundi yaitu sebesar
29,13 persen. Sementara guru yang mengajar di SMP/MTs sebanyak 1.132 orang (sekitar
69,36 persen) dikatakan layak mengajar, dimana kecamatan Lembah Gumanti memiliki
persentase kelayakan mengajar SMP/MTs tertinggi yakni 81,76 persen. Sedangkan guru
SMA/MA yang layak mengajar ada 667 orang ( sekitar 92,89 persen), dengan persentase
kelayakan mengajar SMA/MA yang tertinggi terdapat di 3 kecamatan; IX Koto Sungai Lasi,
Lembang Jaya dan Payung Sekaki masing-masing sebesar 100 persen. Pada kecamatan Tigo
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-118
Lurah, tingkat kelayakan mengajar SMA/MA berada pada tingkat memprihatinkan yakni nol
persen. Ini artinya di kecamatan Tigo Lurah belum ada guru SMA/MA yang berijazah S-1.
d. Prasarana kesehatan
Pemahaman akan pentingnya upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat
menjadi prioritas utama dalam pembangunan Kabupaten Solok. Hal ini sangat berkaitan
dengan kualitas sumber daya manusia sangat ditentukan oleh faktor kesehatan manusianya.
Untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat tersebut, Pemerintah Kabupaten Solok
telah membangun tempat pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau dan masyarakat
dapat terlayani tanpa harus membayar retribusi. Pemerintah telah membangun Rumah Sakit
Umum Daerah type C, Puskesmas, Puskesmas pembantu, Pos Kesehatan Nagari yang
dilengkapi dengan tenaga medis serta obat-obatan yang cukup memadai, seperti yang dapat
dilihat pada tabel 2.13.13.
Tabel 2.13.13Banyaknya Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Posyandu Menurut Kecamatan
No. KecamatanPuskesmas
Rawatan/NonRawatan
PuskesmasPembantu
Posyandu
1 Pantai Cermin 1 5 39
2 Lembah Gumanti 1 8 62
3 Hiliran Gumanti 1 4 31
4 Payung Sekaki 1 4 16
5 Tigo Lurah 1 5 15
6 Lembang Jaya 1 8 47
7 Danau Kembar 1 4 27
8 Gunung Talang 3 9 69
9 Bukit Sundi 1 6 36
10 IX Koto Suingai Lasi 1 4 27
11 Kubung 2 7 73
12 X Koto Singkarak 1 10 54
13 Junjung Sirih 1 2 32
14 X Koto Diatas 2 8 50
Jumlah 18 84 578
Sumber : Kabupaten Solok Dalam Angka
Bila dilihat dari tenaga medis yang ada di Kabupaten Solok, pada tahun 2010 telah
terjadi peningkatan dengan adanya tenaga dokter spesialis sebanyak 7 orang yang
ditempatkan di Rumah Sakit Umum Daerah. Disamping dokter spesialis, pemerintah daerah
juga menempatkan dokter umum dan dokter gigi masing-masing 44 orang dan 20 orang.
Secara keseluruhan terjadi kenaikan jumlah tenaga kesehatan di kabupaten Solok dari 823
orang tahun 2009 menjadi 829 orang tahun 2010. Sebagaimana yang terlihat pada tabel
2.13.14 di bawah ini.
Tabel 2.13.14
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-119
Jumlah Tenaga Kesehatan di Kabupaten Solok Tahun 2010
No. Unit Kerja Jumlah
1 Dokter Spesialis 7
2 Dokter Gigi 20
3 Dokter Umum 44
4 Apoteker/Non Perawat 152
5 SKM 37
6 Bidan 233
7 Perawat 238
8 Kader kesehatan (Non Paramedis) 98
Jumlah 829
Sumber : Kabupaten Solok Dalam Angka, 2010
2.14 KABUPATEN AGAM
2.14.1. Kondisi Geografi dan Demografi
a. Letak geografi dan luas wilayah
Secara Geografis Kabupaten Agam terletak diantara: 00001’34” Lintang Selatan dan
99046’39” – 1000032’50” Bujur Timur dengan ketinggian dari permukaan laut 0 – 2.891 m.
Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Agam adalah sebagai berikut:
1) Sebelah Utara : Kabupaten Pasaman dan Pasaman Barat
2) Sebelah Selatan : Kabupaten Padang Pariaman
3) Sebelah Timur : Kabupaten 50 Kota
4) Sebelah Barat : Samudera Indonesia
Secara administratif Kabupaten Agam terbagi menjadi 16 kecamatan dan 82 Nagari,
sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.3.1. Wilayah kecamatan yang paling luas adalah
Palembayan (349,81 km2) dan jumlah Nagari yang paling banyak adalah Nagari yang
teradapat di Kecamatan Tanjung Raya (9 Nagari), sedangkan kecamatan dengan luas
wilayah paling kecil adalah Kecamatan Banuhampu (28,45 km2).
Tabel 2.14.1.Luas Kabupaten Agam Berdasarkan Wilayah Kecamatan Tahun 2009
No KecamatanNama Ibu
KecamatanJumlah Nagari
(buah)Luas (km2)
1. Tanjung Raya Tiku 3 205,73
2. Lubuk Basung Lubuk Basung 5 278,40
3. Ampek Nagari Bawan 4 268,69
4. Tanjung Raya Maninjau 9 244,03
5. Matur Matur 6 93,69
6. IV Koto Balingka 7 68,72
7. Malalak Malalak 4 104,49
8. Banuhampu Sungai Buluh 7 28,45
9. Sungai Pua Limo Suku 5 44,29
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-120
10. Ampek Angkek Biaro 7 30,66
11. Canduang Lasi 3 52,29
12. Baso Baso 6 70,30
13. Tilatang Kamang Pakan Kamis 3 56,07
14. Kamang Magek Magek 3 99,60
15. Palembayan Palembayan 6 349,81
16. Palupuh Palupuh 4 237,08
Kabupaten Agam 82 2.232,30
Sumber: Agam dalam Angka 2010
b. Topografi dan iklim
Topografi Kabupaten Agam berada pada ketinggian antara 0-2.891 m dari
permukaan laut dan digolongkan menjadi 4 wilayah yaitu wilayah datar, wilayah datar
berombak, wilayah berombak dan bergelombang, dan wilayah berbukit bergunung. Hampir
semua kecamatan yang terdapat di Kabupaten Agam ini dilalui oleh sungai. Terdapat satu
Danau di Kabupaten Agam ini yaitu Danau Maninjau yang luasnya 9.950 Ha dengan
kedalaman dan kelilingnya masing-masing adalah 157 m dan 66 Km. Selain itu di Kabupaten
Agam juga terdapat 2 telaga yaitu Telaga Tanang dengan luas 0,50 Ha dan Telaga Jernih
dengan luas 0,25 Ha. Lembah dan Ngarai yang terdapat di Kabupaten Agam ini adalah
Lembah Sianok (di Kecamatan IV Koto), Ngalau Kamang (di Kecamatan Kamang Magek),
Ngalau Baso (di Kecamatan Baso) dan Ngalau Tambubung Raya Gumarang Palembayan (di
Kecamatan Palembayan).
Tabel 2.14.2.Topografi Kabupaten Agam 2010
Topografi Kemiringan (%) Luas (km²)
Wilayah Datar 0-3 662
Wilayah Datar Berombak 3-8 153
Wilayah Berombak danBergelombang
8-15 801
Wilayah Bukit Bergunung 15 616
Sumber: Agam dalam Angka 2010
Menurut kondisi fisiografinya, ketinggian atau elevasi wilayah Kabupaten Agam,
bervariasi antara 2 meter sampai 1.031 meter dpl. Adapun pengelompokkan yang
didasarkan atas ketinggian adalah sebagai berikut:
1. Wilayah dengan ketinggian 0-500 m dpl seluas 44,55% sebagian besar berada di
wilayah barat yaitu Kecamatan Tanjung Mutiara, Kecamatan Lubuk Basung,
Kecamatan Ampek Nagari dan sebagian Kecamatan Tanjung Raya.
2. Wilayah dengan ketinggian 500-1000 m dpl seluas 43,49% berada pada wilayah
Kecamatan Baso 725-1525 m dpl, Kecamatan Ampek Angkek Canduang,
Kecamatan Malalak 425 -2075 m dpl, Kecamatan Tilatang Kamang, Kecamatan
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-121
Palembayan 50 - 1425 m dpl, Kecamatan Palupuh 325 -1650 m dpl, Kecamatan
Banuhampu 925-2750 m dpl dan Kecamatan Sungai Pua 625-1150 m dpl.
3. Wilayah dengan ketinggian > 1000 m dpl seluas 11,96% meliputi sebagian
Kecamatan IV Koto 850-2750 m dpl, Kecamatan Matur 825-1375 m dpl dan
Kecamatan Canduang, Sungai Pua 1150-2625 m dpl.
Temperatur udara di Kabupaten Agam terdiri dari dua macam, yaitu di daerah
dataran rendah dengan temperatur minimum 250C dan maksimum 330C (Lubuk Basung),
sedangkan di daerah tinggi yaitu minimum 200C dan maksimum 290C (Tilatang Kamang).
Kelembaban udara rata-rata 88%, kecepatan angin antara 4-20 km/jam dan penyinaran
matahari rata-rata 58%.
Musim hujan di Kabupaten Agam terjadi antara bulan Januari sampai dengan bulan
Mei dan bulan September sampai bulan Desember, sedangkan untuk musim kemarau
berlangsung antara bulan Juni sampai dengan bulan Agustus.
Berdasarkan peta iklim yang dibuat Oldeman (1979) serta data base hidroklimat
yang diterbitkan Bakosurtanal (1987), wilayah Kabupaten Agam memiliki 4 kelas curah
hujan, yaitu:
1. Daerah dengan curah hujan > 4500 mm/tahun tanpa bulan kering (daerah dengan
iklim Tipe A), berada di sekitar lereng gunung Merapi-Singgalang meliputi sebagian
wilayah Kecamatan IV Koto dan Sungai Pua.
2. Daerah dengan curah hujan 3500-4500 mm/tahun tanpa bulan kering (daerah dengan
tipe A1) mencakup sebagian wilayah Kecamatan Tilatang Kamang, Baso dan Ampek
Angkek.
3. Daerah dengan curah hujan 3500-4000 mm/tahun dengan bulan kering selama 1-2
bulan berturut-turut meliputi sebagian Kecamatan Palembayan, Palupuh, dan IV Koto.
4. Daerah dengan curah hujan 2500-3500 mm/tahun dengan bulan kering selama 1-2
bulan berturut- turut, meliputi sebagian wilayah Kecamatan Lubuk Basung dan
Tanjung Raya.
Namun dewasa ini telah terjadi perubahan besar kondisi cuaca dan iklim, bukan
hanya di Kabupaten Agam namun hal ini terjadi diseluruh muka bumi yang disebabkan oleh
pemanasan global dan perubahan iklim. Sehingga hal tersebut sudah menjadi isu sentral
yang mempengaruhi kebijakan dan program pembangunan bidang pertanian, industri,
lingkungan hidup, penanggulangan bencana dan lain-lain.
c. Lahan dan penggunaannya
Luas wilayah Kabupaten Agam mencapai 2.232,30 km2. Kecamatan Palembayan
merupakan kecamatan terluas dengan luas 349,81 km2 (15,67% luas kabupaten) dan
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-122
Kecamatan Banuhampu merupakan yang terkecil dengan luas wilayah 28,45 km2(1,27%
luas kabupaten).
Dari luasan lahan yang ada, 78.607,90 ha merupakan wilayah kawasan lindung dan
144.644,34 ha merupakan kawasan budidaya dengan luasan berdasarkan jenis
penggunaannya yang paling besar adalah hutan (44.684,00 ha untuk kawasan lindung dan
51.836,77 ha untuk kawasan budidaya) secara lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel
2.14.3.
Tabel 2.14.3Luas Penggunaan Lahan Menurut Jenisnya
No. Jenis Penggunaan LahanKawasan
Lindung (ha)Kawasan
Budidaya (ha)Jumlah
1. Perumahan, Jasa dan Industri 682,95 3.843,48 4.526,43
2. Sawah Irigasi - 9.594,95 9.594,95
3. Sawah Tadah Hujan 3.799,20 22.319,23 26.118,43
4. Ladang 1.110,00 3.062,48 4.172,48
5. Kebun Campuran 9.506,10 16.385,19 25.91,29
6. Perkebunan Rakyat 9.564,80 5.691,82 15.256,62
7. Perkebunan Besar 4.570,00 16.892,86 21.462,86
8. Hutan 46.684,00 51.836,77 98.520,77
9. Semak Belukar 2.255,00 1.854,65 4.109,65
10. Tanah Kosong -
11. Tanah Tandus -
12. Perairan Darat 10.896,50 10.896,50
13. Sawah Pasang Surut -
14. Padang Rumput -
15. Tanah Rusak 938,43 938,43
16. Galian C -
17. Lain-lain 435,85 1.327,98 1.763,83
Sumber: Agam Dalam Angka 2010
d. Demografi
Jumlah penduduk di Kabupaten Agam pada tahun 2009 sebanyak 451.264 jiwa,
dimana jumlah penduduk laki-laki sebanyak 221.473 jiwa atau 49,08% dan penduduk
perempuan 229.791 jiwa atau 50,92%.
Komposisi penduduk dapat dilihat berdasarkan jenis kelamin. Perbandingan antara
laki-laki dan perempuan akan menghasilkan suatu ukuran yang didefinisikan sebagai rasio
jenis kelamin. Penduduk laki-laki di Kabupaten Agam tercatat lebih sedikit dibandingkan
penduduk perempuan dengan nilai sex ratio sebesar 96.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-123
Jika dilihat dari kepadatan penduduk rata-rata kepadatan penduduk di Kabupaten
Agam adalah 202,15, dengan kepadatan yang paling besar berada pada kecamatan Ampek
Angkek (1.400,72) sedangkan kepadatan penduduk paling kecil berada pada Kecamatan
Palupuh (54,51) yang dapat dilihat pada Tabel 2.14.4.
Tabel 2.14.4Kepadatan Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Agam
No Kecamatan Kepadatan
1. Tanjung Raya 136,34
2. Lubuk Basung 242,69
3. Ampek Nagari 83,22
4. Tanjung Raya 135,22
5. Matur 179,18
6. IV Koto 332,12
7. Malalak 88,17
8. Banuhampu 1.255,71
9. Sungai Pua 515,44
10. Ampek Angkek 1.400,72
11. Canduang 414,67
12. Baso 465,29
13. Tilatang Kamang 601,23
14. Kamang Magek 198,66
15. Palembayan 83,34
16. Palupuh 54,51
Rata-rata 202,15
Sumber: Agam Dalam Angka tahun 2010
2.14.2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia
a. Sumber daya alam
Kabupaten Agam memiliki wilayah sekitar 5% dari total luas provinsi Sumatera
Barat. Kabupaten ini memiliki beragam potensi sumber daya alam yang meliputi sumber
daya hutan, tambang, pertanian dan perkebunan, dan sumber daya perairan yang meliputi
sungai, rawa dan laut.
Kabupaten Agam memiliki memiliki potensi sumber daya pertanian dan perkebunan
terbesar kedua di Provinsi Sumatera Barat setelah Sijunjung. Sumber daya perkebunan yang
terbesar berupa kebun kelapa, kelapa sawit, karet, cengkeh, kulit manis, kopi dan kakao.
Dibidang perikanan Kabupaten Agam memiliki sumber daya perairan yang meliputi perairan
laut, sungai, dan rawa.
Selain sumber daya alam tersebut diatas Kabupaten Agam memiliki potensi untuk
pengembangan peternakan, baik peternakan besar, kecil maupun unggas. Dibidang
pertambangan, potensi sumber daya tambang masih banyak yang belum dimanfaatkan,
diantaranya berbagai jenis batuan dan mineral yang termasuk bahan galian golongan C.
b. Sumber daya manusia
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-124
Sumberdaya manusia di Kabupaten Agam didominasi oleh penduduk usia muda. Bila
dilihat berdasarkan distribusi usia penduduknya, Kabupaten Agam dapat digolongkan ke
dalam penduduk intermediate (dari ‘penduduk tua’ ke ‘penduduk muda’), dimana jumlah
penduduk usia 0-14 tahun sebesar 33,66% dan penduduk usia 65 tahun ke atas sebesar
7,85%. Besarnya jumlah penduduk tidak produktif (usia muda dan usia tua) berdampak
pada tingginya angka rasio ketergantungan.
Dengan jumlah penduduk kelompok usia produktif (15-64 tahun), yang juga
termasuk dalam kelompok usia kerja pada tahun 2009 mencapai 58,49% dari total
keseluruhan. Jika dilihat dari jumlah penduduk yang berusia produktif tersebut yang
termasuk dalam angkatan kerja di Kabupaten Agam adalah 206.201 orang yang terdiri dari
198.408 orang yang bekerja dan 7.793 orang yang tidak bekerja serta sebanyak 98.869
orang bukan angkatan kerja ( 21.709 orang bersekolah dan 77.160 orang merupakan
pengurus rumah tangga dan lain-lain.
Berdasarkan data Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Sumatera Barat
Tahun 2009, nilai IPM Kabupaten Agam adalah 72,90 meningkat dibanding tahun 2005
dengan nilai IPM 71,20 (Tabel 2.14.5). Peringkat secara nasional Kabupaten Agam berada
pada posisi ke 115, meningkat dari tahun 2005 dimana Kabupaten Agam berada pada posisi
ke 130.
Tabel 2.14.5.Indek Pembangunan Manusia (IPM) dan Komponen Penyusun IPM
Kabupaten Agam Tahun 2005 dan 2009
TahunIPM
RankingSumatera Barat Agam
2005 71,20 71,10 130
2009 73,44 72,90 115
Sumber : Agam dalam Angka 2010
2.2.3. Infrastruktur
a. Prasarana jalan
Jalan merupakan prasarana pengangkutan darat yang penting untuk memperlancar
kegiatan perekonomian. Dengan makin meningkatnya usaha pembangunan maka akan
menuntut peningkatan pembangunan jalan untuk memudahkan mobilitas penduduk dan
memperlancar lalu lintas barang dari satu daerah ke daerah lain.
Panjang jalan di Kabupaten Agam pada tahun 2009 adalah 1.711,20 km. Jalan
terdiri atas jalan Negara (138,50 km), jalan provinsi (106,20 km) dan jalan kabupaten
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-125
(1.466,50 km). Frekuensi aktivitas angkutan darat pada tahun 2009 cukup besar, hal ini
ditunjukkan oleh jumlah kendaraan dan penumpang yang keluar masuk terminal.
b. Prasarana air minum dan listrik
Berdasarkan data BPAM Kabupaten Agam tahun 2009 jumlah pelanggan air bersih
adalah 10.082 pelanggan yang terdiri dari rumah tangga, niaga ,industri, sosial, instansi
pemerintah dan khusus. Volume air yang disalurkan sebanyak 2.574.909 m3 yang
mengalami penurunan bila dibandingkan tahun 2008 yang sebesar 2.611.252 m3.
Bila dilihat banyaknya pelanggan listrik pada tahun 2009 di Kabupaten Agam adalah
113.943 pelanggan dengan daya tersambung sebesar 102.881,85 KVA yang mengalami
peningkatan dari tahun sebelumnya 2008 yang hanya sebanyak 84.638 pelanggan dengan
daya tersambung sebesar 64.154,87.
c. Prasarana komunikasi
Berbagai sarana komunikasi sudah tersedia di Kabupaten Agam, seperti kantor pos
untuk sarana surat menyurat dan jaringan telepon untuk sarana hubungan secara langsung.
Pos sebagai sarana komunikasi yang paling tua usianya masih merupakan pilihan
utama bagi masyarakat dalam melakukan hubungan komunikasi walaupun sudah ada sarana
komunikasi lainnya. Hal ini disebabkan biaya yang murah dan mampu menjangkau
konsumennya sampai pada daerah yang terjauh.
Di Kabupaten Agam terdapat 13 buah kantor pos yang tersebar di hampir semua
kecamatan kecuali Malalak, Canduang dan Kamang Magek. Adapun jasa pelayanan yang
dilakukan oleh kantor pos adalah Pos wesel, Surat Tercatat, Pos Paket, Surat Kilat, Surat
Kilat Khusus serta Giro dan Cek Pos.
d. Prasarana pendidikan
Prasarana pendidikan di Kabupaten Agam sudah tersedia mulai dari tingkat taman
kanak-kanak (TK) sampai SLTA. Sekolah TK di Kabupaten Agam sebanyak 247 unit yang
tersebar di 16 kecamatan (2 unit TK Negeri dan 245 unit TK Swasta & Subsidi). Semnetara
itu jumlah sekolah dasar (SD) sebanyak 438 unit yang terdiri dari 429 Unit SD Negeri dan 9
Unit SD Subsidi & Swasta. Tingkat sekolah menengah pertama (SMP) terdapat sebanyak 61
unit SMP terdiri 57 SMP Negeri dan 4 SMP Swasta. Pada tingkat sekolah lanjutan atas (SLTA)
terdapat SMA 24 unit, 20 unit negeri dan 4 unit swasta. SMK yang ada sebanyak 9 unit yang
terdiri dari 6 negeri dan 3 swasta. Madrasah yang terdapat di Kabupaten Agam adalah
sebnayak 26 Unit. Jumlah Sekolah, Murid dan Guru di Sekolah Negeri dan Swasta di
Kabupaten Agam Tahun 2009 selengkapnya disajikan pada Tabel 2.14.6.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-126
Tabel 2.14.6.Jumlah Sekolah, Murid dan Guru di Sekolah Negeri dan Swasta
di Kabupaten Agam Tahun 2009
No. SekolahJumlah Sekolah Murid Guru Jumlah
SekolahNegeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta
1. TK 2 245 204 7.473 31 570 247
2. SD
MI
429
8
9 61.427
978
531 3.795
107
39 438
8
3. SLTP
MTs
57
13
4 15.229
4.348
340 1525
437
68 61
13
4. SMA
SMK
MAN
20
6
5
4
3
9.171
2.473
891
305
250
963
322
64
97
136
24
9
5
Sumber: Agam dalam angka 2010
e. Prasarana kesehatan
Kabupaten Agam memiliki satu rumah sakit umum (RSUD) yang terdapat di
Kecamatan Lubuk Basung. Pada tingkat kecamatan tersedia puskesmas yang sudah
menyebar di semua kecamatan. Pada tahun 2009 jumlah puskesmas yang tersebar di
kecamatan terdiri dari puskesmas umum 22 unit, dan puskesmas pembantu 120 serta
puskesmas keliling sebanyak 30 unit.
2.15 KABUPATEN SIJUNJUNG
2.15.1. Kondisi Geografi dan Demografi
a. Letak Geografi Dan Luas Wilayah
Kabupaten Sijunjung terletak pada 0o
18’ 43” LS – 1o
41’ 46” LS & 101o
30’ 52” BT-
100o
37’ 40” BT. Pada sisi utara, kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Tanah Datar,
di sisi selatan berbatasan dengan Kabupaten Dharmasraya, di sisi timur berbatasan dengan
Kabupaten Kuantan Senggigi Riau, dan di sisi barat berbatasan dengan Kabupaten Solok dan
Kota Sawahlunto. Kabupaten Sijunjung memiliki luas wilayah sekitar 3.130,80 Km2
atau
sekitar 313.080 hektar. Informasi detail dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.15.1Letak Geografis Kecamatan di Kabupaten Sijunjung
No. Kecamatan Bujur Timur Lintang Selatan
1 Kamang Baru 101o 10' 5'' - 101o 30' 52'' 0o 48' 57'' - 1o 11' 35''
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-127
2 Tanjung Gadang 101o 2' 13'' - 101o 15' 43'' 0o 42' 35'' - 0o 59' 12''
3 Sijunjung 100o 55' 9'' - 101o 12' 28'' 0o 14' 44'' - 0o 39' 36''
4 Lubuk Tarok 100o 55' 44'' - 101o 6' 26'' 0o 45' 1'' - 0o 55' 27''
5 IV Nagari 100o 52' 37'' - 101o 0' 58'' 0o 34' 29'' - 0o 44' 17''
6 K u p i t a n 100o 37' 40'' - 100o 42' 52'' 0o 39' 21'' - 0o 47' 22''
7 Koto VII 100o 48' 1'' - 100o 58' 16'' 0o 33' 13'' - 0o 40' 39''
8 Sumpur Kudus 100o 48' 26'' - 101o 2' 16'' 0o 23' 31'' - 0o 42' 51''
Sumber : Sijunjung dalam angka, 2010
b. Topografi Dan Iklim
Kabupaten Sijunjung berada pada ketinggian sekitar 118 meter sampai 1.335 meter
dari permukaan laut. Kondisi dan topografi kabupaten Sijunjung bervariasi antara bukit,
bergelombang dan dataran. Kabupaten Sijujung merupakan daerah yang beriklim tropis
(panas) namun selalu mendapatkan hujan setiap bulannya. Curah hujan pada tahun 2009
rata-rata sebesar 190,94 mm/bulan. Curah hujan paling tinggi terjadi pada bulan Desember
(301,83 mm) dan terendah pada bulan Juli (58,17 mm). Informasi detail dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Tabel 2.15.2Banyak Curah Hujan di Kabupaten Sijunjung Menurut Bulan
BulanJumlah CurahHujan (mm)
Januari 175,00
Pebruari 175,83
Maret 236,83
April 292,00
Mei 86,17
Juni 224,83
Juli 58,17
Agustus 146,00
September 133,33
Oktober 214,00
Nopember 247,33
Desember 301,83
Rata-rata 190,94
Sumber : Sijunjung dalam angka, 2010
c. Lahan Dan Penggunaannya
Sebagian besar lahan yang terdapat di kabupaten Sijunjung adalah berupa hutan
(51,03%) dan perkebunan (23,21%). Sebanyak 1,57% lahan digunakan untuk pemukiman,
kebun campuran (3,87%), dan persawahan (3,68%). Sisanya digunakan untuk
pertambangan, industri, dan tanah terbuka. Informasi lebih lengkap dapat dilihat pada tabel
di bawah ini.
Tabel 2.15.3Luas Lahan di Kabupaten Sijunjung Menurut Penggunaannya
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-128
Penggunaan Tanah Luas (ha) Persentase (%)
Kampung/ Pemukiman 4901,75 1,57
Industri 607 0,01
Pertambangan 19 0,19
Sawah 9,300 3,68
Kebun Campuran 12,102 3,87
Perkebunan 72,681 23,21
Hutan 159 764,75 51,03
Tanah Terbuka 885,50 0,28
Sumber : Sijunjung dalam angka, 2010
d. Demografi
Jumlah penduduk Kabupaten Sijunjung pada tahun 2009 tercatat sebanyak 209.335
jiwa, dengan perincian jumlah penduduk perempuan adalah 104.596 jiwa dan jumlah
penduduk laki-laki adalah 104.739 jiwa. Dengan demikian sex ratio (perbandingan penduduk
perempuan dengan penduduk laki-laki adalah 99,86. Sebagian besar penduduk menetap
pada kecamatan Kamang Baru (42.659 jiwa) dan Kecamatan Sijunjung (42.888 jiwa)
Sedangkan kecamatan yang paling sedikit penduduknya ádalah Kecamatan Kupitan yang
hanya dihuni oleh penduduk sebanyak 12.948 jiwa. Informasi lebih rinci dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Tabel 2.15.4Jumlah Penduduk Kabupaten Sijunjung Menurut Jenis Kelamin,
Sex Ratio, dan Kepadatan penduduk
KecamatanPenduduk
Sex ratioLaki-Laki Perempuan Jumlah
Kamang Baru 21.676 20.983 42.659 103,3
Tanjung Gadang 11.754 12.082 23.836 97,3
Sijunjung 21.476 21.412 42.888 100,3
Lubuk Tarok 7.289 7.492 14.781 97,3
IV Nagari 7.319 7.333 14.652 99,8
K u p i t a n 6.271 6.677 12.948 93,9
Koto VII 16.877 16.954 33.831 99,5
Sumpur Kudus 11.934 11.806 23.740 101,1
Sumber: Sijunjung Dalam Angka, 2010
2.15.2 Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia
a. Sumber Daya Alam
Kabupaten Sijunjung memiliki berbagai potensi pertambangan, yang terbagi atas
bahan tambang golongan A, bahan tambang golongan B, dan bahan tambang golongan C.
Bahan tambang golongan A berupa Batubara yang tersebar di seluruh kecamatan kecuali
Kecamatan Tanjung Gadang. Bahan tambang golongan B berupa emas tersebar di seluruh
kecamatan kecuali Kecamatan Tanjung Gadang, Lubuk Tarok dan Sumpur Kudus.
Sedangkan bahan tambang golongan C seperti marmer, dolomite, oker, granit, andesit,
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-129
kaolin dan sirtukil tersebar di seluruh kecamatan. Informasi lebih lengkap dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Tabel 2.15.5Potensi Bahan Galian di Kabupaten Sijunjung Menurut Kecamatan
KecamatanJenis Bahan Galian
Gol A Gol B Gol C
Kamang Baru Batu bara Emas Marmer, mangan, biji besi
Tanjung Gadang - -Marmer, dolomite, granit, andesit, kaolin,tanah liat, biji besi
Sijunjung Batu bara Emas Marmer, granit, sirtukil, kalsit
Lubuk Tarok Batu bara Air raksa Granit, sirtukil,
IV Nagari Batu bara Air raksa, emas Tanah liat, sirtukil, batusabak
K u p i t a n Batu bara Emas Marmer, tahan liat, sirtukil
Koto VII Batu bara Emas Pasir, kaolin
Sumpur Kudus Batubara - Marmer, granit, dolomite, kalsit
Sumber: Sijunjung Dalam Angka, 2010
b. Sumber Daya Manusia
Jumlah penduduk Kabupaten Sijunjung pada tahun 2009 tercatat sebanyak 209.335
jiwa dengan rincian 104.596 jiwa laki-laki dan sisanya sebanyak 104.739 jiwa ádalah
penduduk perempuan. Dengan rasio jenis kelamin (sex rasio) penduduk untuk kabupaten ini
adalah 99,86%. mayoritas penduduk kabupaten Sijunjung berada di Kecamatan Kamang
Baru (42.659 jiwa) dan Kecamatan Sijunjung (42.888 jiwa).
Jumlah penduduk yang masuk dalam kelompok usia produktif (usia 15-65 tahun) di
Kabupaten Sijunjung pada tahun 2009 adalah 139.929 jiwa, dengan perincian 69.213 laki-
laki dan 70.716 perempuan. Dari jumlah penduduk usia kerja pada tahun 2009 tersebut,
yang termasuk angkatan kerja sebanyak 95.226 jiwa, sementara jumlah penduduk yang
bekerja sebanyak 90.455 jiwa atau sekitar 94,99 persen dari total penduduk usia kerja.
Dengan demikian penduduk yang sedang mencari pekerjaan sebanyak 4.771 jiwa atau
sekitar 5,01 persen dari seluruh penduduk berumur 15 tahun keatas.
Tabel 2.15.6Jumlah Penduduk Kabupaten Sijunjung Menurut Kecamatan
Sumber: Sijunjung dalam angka, 2010
Tabel 2.15.7Penduduk Kabupaten Sijunjung Menurut Kelompok Umur
KecamatanJumlah penduduk
(jiwa)
Kamang Baru 42.659
Tanjung Gadang 23.836
Sijunjung 42.888
Lubuk Tarok 14.781
IV Nagari 14.652
Kupitan 12.948
Koto VII 33.831
Sumpur Kudus 23. 740
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-130
Kelompok Umur Jumlah(jiwa)
Persentase(%)
0-14 tahun 69.406 33,16
15-64 tahun 130.224 62,20
65 (+) tahun 9.705 4,64
Jumlah 209.335 100
Sumber : Sijunjung dalam angka, 2010
Pada tahun 2008 nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Sijunjung
adalah 69,77. Angka ini meningkat 0,51 dari IPM tahun sebelumnya (2007) yaitu 69,26.
Dengan angka IPM 69,77 tahun 2008 tersebut membawa kabupaten Sijunjung menempati
peringkat 271 nasional dalam hal pembangunan manusia, turun 8 nomor dari posisi tahun
sebelumnya (2007) yaitu 263. Selain itu, angka IPM sebesar 69,77 tersebut membawa
kabupaten Sijunjung menempati peringkat 15 dari 19 kabupaten/kota di Propinsi Sumatera
Barat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembangunan manusia di Kabupaten
Sijunjung belum berjalan dengan baik, jadi harus tetap terus ditingkatkan.
Tabel 2.15.8Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sijunjung
dan Peringkat di Provinsi dan Nasional Tahun 2007-2009
DeskripsiTahun
2007 2008 2009
Angka Harapan Hidup 65,99 66,25 66,58
Angka Melek huruf 93,07 93,07 93,08
Rata-rata lama Sekolah 7,2 7,2 7,3
Pengeluaran riil per kapita ygdisesuaikan
625,77 630,49634,3
I P M 69,26 69,77 70,37
Rangking (Provinsi) 15 15 14
Rangking (Nasional) 263 271 270
Sumber: Musrenbang Sumatera Barat Tahun 2011
2.15.3. Infrastruktur
a. Prasarana Jalan
Total panjang jalan raya di Kabupaten Sijunjung pada tahun 2009 adalah 1.179,91
km. Jalan raya yang sudah diaspal panjangnya adalah 566,36 km. Sedangkan sisanya
merupakan jalan dengan permukaan kerikil 230,43 km dan jalan tanah (354,55 km). Jalan
raya di kabupaten Sijunjung di dominasi oleh jalan kabupaten (1.023,80 km). Sedangkan
sisanya adalah jalan negara (105,41 km) dan jalan propinsi (50,20 km).
Tabel 2.15.9Panjang Jalan Negara, Propinsi, dan kota di Kabupaten Sijunjung
Menurut Kecamatan
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-131
KecamatanPanjang Jalan (km)
Negara Propinsi Kabupaten
Kamang Baru 45,91 - 62,08
Tanjung Gadang 33,0 - 45,97
Sijunjung 11 14,50 100,38
Lubuk Tarok - - 53,28
IV Nagari 7,50 - 42,84
K u p i t a n 8,50 6,70 12,49
Koto VII - 24,0 103,92
Sumpur Kudus - 5,0 178,03
Sumber: Sijunjung dalam angka, 2010
b. Prasarana Air Minum dan Listrik
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) merupakan perusahaan yang bertanggung
jawab menyediakan kebutuhan air minum bagi penduduk Kabupaten Sijunjung. Jumlah
pelanggan PDAM ini pada tahun 2009 adalah 5.334 pelanggan, dan volume air bersih yang
terjual telah mencapai 966.282 m3. Akan tetapi masalah yang paling krusial berkenaan
dengan prasarana air minum ini adalah masih tingginya air yang hilang serta pendistribusian
air yang belum merata di setiap kabupaten yang terdapat di Kabupaten Sijunjung.
Hingga tahun 2009, aliran listrik belum bisa dinikmati oleh seluruh penduduk
Kabupaten Sijunjung. Dari 241 jorong yang terdapat di kabupaten ini, masih ada 20 Jorong
yang belum dapat diterangi listrik. Kecamatan Kamang Baru merupakan jorong yang paling
banyak teridentifikasi yang belum teraliri listrik (90.70%), disusul Kecamatan Tanjung
Gadang (80%), Kecamatan Sijunjung (84.91%), serta Kecamatan Sumpur Kudus (97.44%).
Sedangkan yang seluruh jorongnya telah 100 % dialiri listrik adalah Kecamatan IV Nagari,
Kecamatan Kupitan, dan Kecamatan Koto VII.
c. Prasarana Komunikasi
Kemajuan tehnologi informasi dan komunikasi menyebabkan terjadinya di
masyarakat, khususnya berkenaan dengan penggunaan alat yang digunakan untuk
berkomunikasi. Jika dulu penduduk warung telekomunikasi maupun telepon umum cukup
banyak terdapat di Kabupaten Sijunjung, maka pada tahun 2009 jumlahnya nihil. Hal ini
disebabkan karena masyarakat lebih memilih menggunakan telepon selular untuk melakukan
komunikasi dengan orang lain.
d. Prasarana Pendidikan
Prasarana Pendidikan seperti Gedung SD (negeri maupun swasta) hingga SMA
(negeri maupun swasta) telah tersedia di setiap kecamatan di Kabupaten Sijunjung. Jumlah
gedung SD yang sudah dibangun hingga tahun 2009 adalah 200 unit, SMP 50 unit, dan SMA
20 unit. Jumlah murid SD adalah 27.740 orang, jumlah murid SMP 8.281 orang, dan murid
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-132
SMA adalah 5.390 orang. Adapun jumlah guru SD adalah 2.106 orang, guru SMP 749 orang,
dan guru SMA 544 orang.
Sekolah dengan konsentrasi yang cukup besar pada pendidikan agama, terdapat
cukup banyak. Untuk MIs ada 2 unit, sementara MTs sebanyak 15 unit, terdiri dari 10 unit
swasta dan 5 unit Negeri. Sementara jumlah MAN hanya 3 unit. Murid yang terserap pada
jenis pendidikan ini cukup banyak, pada Tahun 2009 di MIS terdapat sebanyak 53 orang,
kemudian murid MTs sebanyak 2.053 orang, sedangkan murid pada MAN tercatat sebanyak
512 orang.
Selain fasilitas pendidikan seperti di atas, di Kabupaten Sijunjung juga terdapat 2
unit perguruan tinggi masing-masing STIT Al Yaqin yang resmi beroperasi sejak tahun 2001
dan Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIPER) yang beroperasi resmi sejak tahun 2002.
Tabel 2.15.10Jumlah Sekolah, Murid, dan Guru SD di Kabupaten Sijunjung
Kecamatan Gedung SD (unit) Murid (orang)Guru
(orang)
Kamang Baru 37 5.520 362
Tanjung Gadang 25 3.328 256
Sijunjung 38 5.606 400
Lubuk Tarok 16 2.172 171
IV Nagari 13 1.732 159
K u p i t a n 14 1.757 146
Koto VII 28 4.550 349
Sumpur Kudus 29 3.075 263
Jumlah 200 27.740 2.106
Sumber : Sijunjung dalam angka, 2010
Tabel 2.15.11Jumlah Sekolah, Murid, dan Guru SMP di Kabupaten Sijunjung
Kecamatan Gedung SMP (unit) Murid (orang) Guru (orang)
Kamang Baru 14 1.959 169
Tanjung Gadang 7 915 75
Sijunjung 9 1.916 170
Lubuk Tarok 2 370 36
IV Nagari 2 379 34
K u p i t a n 3 427 47
Koto VII 6 1.382 120
Sumpur Kudus 7 983 98
Jumlah 50 8.281 749
Sumber : Sijunjung dalam angka, 2010
Tabel 2.15.12Jumlah Sekolah, Murid, dan Guru SMA di Kabupaten Sijunjung
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-133
KecamatanGedung SMA
(Unit)Murid (orang)
Guru(orang)
Kamang Baru 5 1.009 99
Tanjung Gadang 1 261 25
Sijunjung 6 1.982 215
Lubuk Tarok 1 106 12
IV Nagari 1 76 20
K u p i t a n 2 471 45
Koto VII 2 1.072 84
Sumpur Kudus 2 413 44
Jumlah 20 5.390 544
Sumber : Sijunjung dalam angka, 2010
e. Prasarana Kesehatan
Berbagai prasarana kesehatan telah tersedia di setiap kecamatan di Kabupaten
Sijunjung. Hingga tahun 2009 jumlah puskesmas yang terdapat di Kabupaten Sijunjung
adalah 12 unit. Sedangkan Sedangkan sarana kesehatan lainnya seperti Puskesmas Keliling
dan Puskesmas Pembantu masing-masing tercatat sebanyak 21 unit dan 46 unit. Sedangkan
untuk tahun 2009, jumlah tenaga kesehatan berupa dokter umum adalah 25 orang dan
dokter gigi adalah 8 orang. Adapun tenaga kesehatan rincian jumlah tenaga kesehatan
lainnya adalah bidan (145 orang), perawat (158 orang), tenaga ahli kesehatan (13 orang),
dan asisten apoteker 3 orang.
Tabel 2.15.13Jumlah Puskesmas, Puskel, dan Pustu di Kabupaten Sijunjung (Unit)
Kecamatan Puskesmas Puskel Pustu
Kamang Baru 3 5 9
Tanjung Gadang 1 2 7
Sijunjung 2 4 8
Lubuk Tarok 1 1 3
IV Nagari 1 2 3
K u p i t a n 1 2 4
Koto VII 1 2 6
Sumpur Kudus 2 3 6
Jumlah 12 21 46
Sumber: Sijunjung dalam angka, 2010
Tabel 2.15.14Jumlah Tenaga Kesehatan di Kabupaten Sijunjung (orang)
KecamatanDokterumum
Doktergigi
Bidan Perawat
Sungai lansek 1 - 9 10
Kamang 2 2 14 10
Aia Amo 1 4 7
Tanjung gadang 2 1 16 17
Sijunjung 3 1 18 18
Gombok 3 1 16 14
Lubuk tarok 2 10 11
Muaro bodi 2 1 12 21
Padang sibusuk 2 13 17
Tanjung ampalu 2 1 16 11
Kumanis 3 10 10
Sumpur kudus 2 1 17 12
Jumlah 25 8 145 158
Sumber: Sijunjung dalam angka, 2010
2.16 KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-134
2.16.1. Kondisi Geografi dan Demografi
a. Letak Geografi Dan Luas Wilayah
Kabupaten Kepulauan Mentawai secara resmi telah menjadi sebuah kabupaten baru
di propinsi Sumatera Barat sejak tanggal 4 oktober 1999, yang dibentuk berdasarkan UU No
49 tahun 1999. Sebelumnya Kepulauan Mentawai adalah bagian dari Kabupaten Padang
Pariaman. Letak Kabupaten Kepulauan Mentawai berada di sebelah barat Pulau Sumatera,
yang dipisahkan oleh Selat Mentawai. Secara geografis terletak pada posisi 0 55 00 - 3
21 00 Lintang Selatan dan 98 35 00 - 100 32 00 Bujur Timur dengan luas wilayah
Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah 6.011,35 Km2 dan garis pantai sepanjang 1.402,66
km.
Kabupaten Kepulauan Mentawai terdiri dari empat buah pulau besar yaitu Pulau
Sipora, Pulau Siberut, Pulau Pagai Utara dan Pulau Pagai Selatan. Selain itu Kabupaten
Kepulauan Mentawai memiliki pulau-pulau kecil yang jumlahnya sekitar 94 buah pulau kecil.
Kabupaten Kepulauan Mentawai memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :
1) Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Siberut dan Kab. Nias. Provinsi Sumatera
Utara.
2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia.
3) Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia.
4) Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Mentawai.
Keberadaan administratif Kabupaten Kepulauan Mentawai ini dikukuhkan
berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 49 Tahun 1999 tentang Pembentukan
Kabupaten Kepulauan Mentawai di Provinsi Sumatera Barat Tanggal 7 Juni 2000 dengan
Kota Tua Pejat sebagai ibukota Kabupaten.
Secara administratif wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai, berdasarkan PERDA
No 15 Tahun 2003, telah mengalami pemekaran dari 4 (empat) kecamatan sebelumnya
menjadi 10 (sepuluh) kecamatan. Kesepuluh kecamatan tersebut adalah :
1. Di Pulau Siberut meliputi 5 (lima) kecamatan, yaitu: Kecamatan Siberut Selatan,
Kecamatan Siberut Utara, Kecamatan Siberut Barat, Kecamatan Siberut Barat Daya dan
Kecamatan Tengah.
2. Di Pulau Sipora meliputi 2 (dua) kecamatan, yaitu: Kecamatan Sipora Utara dan
Kecamatan Sipora Selatan.
3. Di Pulau Pagai Utara meliputi 2 (dua) kecamatan, yaitu: Kecamatan Pagai Utara dan
Kecamatan Sikakap.
4. Di Pulau Pagai Selatan terdapat 1 (satu) kecamatan, yaitu: Kecamatan Pagai Selatan.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-135
Adapun nama kecamatan, luas wilayah dan prosentasenya disajikan pada Tabel
2.16.1. Berdasarkan data pada Tabel 2.16.1 terlihat bahwa Kecamatan Siberut Barat
memiliki luas wilayah paling luas, yaitu sekitar 112.486 Ha atau sekitar 18,71 % dari total
wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai. Sementara itu kecamatan dengan luas paling kecil
adalah Kecamatan Sipora Selatan dengan luas sekitar 26.847 Ha atau 4,47%. Untuk jumlah
penduduk, Kecamatan Sipora Selatan merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk
terbesar yaitu sebesar 9.294 jiwa atau 12,20 % dari jumlah penduduk Kabupaten Kepulauan
Mentawai. Sedangkan, Kecamatan Pagai Utara merupakan kecamatan dengan jumlah
penduduk terkecil yaitu sebesar 5.543 jiwa atau sekitar 7,28 % dari jumlah penduduk
Kabupaten Kepulauan Mentawai.
Tabel 2.16.1Luas Wilayah dan Prosentase Masing-masing Kecamatan
Di Kabupaten Kepulauan Mentawai Tahun 2011
No Kecamatan Ibukota Luas (Ha) Luas (Km2)Prosentase
(%)
1. Pagai SelatanBulasat
90.108 901,08 14,99
2. SikakapSikakap
27.845 278,45 4,63
3. Pagai UtaraSaumanganyak
34.202 342,02 5,69
4. Sipora SelatanSioban
26.847 268,47 4,47
5. Sipora UtaraSido Makmur
38.308 383,08 6,37
6. Siberut SelatanMailleppet
50.833 508,33 8,45
7. Siberut Barat DayaPasakiat Taileleu
64.908 649,08 10,80
8. Siberut TengahSaibi Samukop
73.987 739,87 12,31
9. Siberut UtaraMuara Sikabaluan
81.611 816,11 13,58
10. Siberut BaratSimalegi (Betaet)
112.486 1.124,86 18,71
Kab. Kep. Mentawai 601.135 6.011,35 100
Sumber : Kabupaten Kepulauan Mentawai Dalam Angka, 2010
Secara pendekatan administratif, batas wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai ke
arah daratan yang digunakan adalah batas desa atau kecamatan. Sedangkan batas ke arah
laut, menurut aturan adalah 4 mil atau sepertiga dari batas provinsi (12 mil) yang diukur
dari batas desa pesisir. Dengan menggunakan batas desa pesisir dan untuk batas laut
menggunakan metode polygon sejauh 4 mil dari batas darat ke arah laut, diperoleh luasan
wilayah laut yang dimiliki Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah 801.300 Ha.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-136
b. Topografi dan Iklim
Keadaan topografi Kabupaten Kepulauan Mentawai terbagi atas:
1) Coastal land/Flat land, yaitu daerah yang bermula dari garis pantai pada kontur
elevasi 0 dan menaik menjadi zona kelerengan 0 – 3 % menuju daratan pada
ketinggian 5 meter dari permukaan laut. Pada daerah sekitar pantai merupakan
dataran rendah dan rawa-rawa serta berlumpur, pada saat pasang daerah ini
terendam air laut, seperti di Muara Siberut, Muara Sikabaluan serta desa-desa lainnya
di pinggir pantai.
2) Low land, yaitu daerah yang memiliki topografi yang bergelombang, elevasi diatas 15
meter dari permukaan laut dengan kelerengan antara 3 – 8 %, dan secara umum
sudah bebas dari pengaruh pasang surut.
3) Middle land, merupakan daerah berbatasan dengan Low land menuju arah perbukitan
dengan zona kemiringan 8 – 5 % mencapai elevasi 50 meter diatas permukaan laut.
Pada daerah ini sangat sesuai untuk pengembangan perkebunan atau tanaman keras
seperti nilam, coklat dan kelapa sawit.
4) Up land, bentuk berbukit-bukit hingga daerah cathment sungai-sungai baik yang
bermuara ke pantai barat maupun pantai timur pulau, dengan ketinggian antara 50 –
275 m diatas permukaan laut, dan sebagian besar merupakan kawasan lindung.
Keadaan topografi Kabupaten Kepulauan Mentawai cukup bervariasi mulai dari
dataran rendah yang berawal dari jenis pasang surut sampai dengan ketinggian 50 – 270 m
di atas permukaan laut. Dengan demikian wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai dapat
dijadikan areal perkebunan, pertanian dan permukiman.
Kepulauan Mentawai yang dikelilingi oleh Samudera Hindia dan terletak di daerah
khatulistiwa mempunyai iklim dengan udara yang panas dan lembab dengan curah hujan
yang tinggi. Iklimnya dipengaruhi oleh sirkulasi musim mansoon dan pergerakan
konvergensi inter tropis. Musim penghujan terjadi antara bulan Nopember hingga Maret,
musim kemarau mulai bulan Mei hingga Oktober.
Perbedaan pada saat bulan-bulan basah dan kering yang terjadi tidak begitu jelas,
karena hujan lebat dengan durasi pendek dapat terjadi pada musim kemarau atau selama
musim peralihan. Hal ini disebabkan oleh cuaca yang sering terganggu dengan terjadinya
angin taufan dari Samudera Indonesia yang bertiup menuju daratan Sumatera. Data curah
hujan yang dikumpulkan di Muara Siberut memperlihatkan rata-rata curah hujan pertahun
adalah sekitar 2500-4700 mm/tahun. Suhu dan kelembaban udara relatif konstan dengan
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-137
kelembaban udara berkisar antara 82 – 85 %, sedangkan rata-rata suhu minimum dan
maksimum adalah masing-masing 22 – 32 C setiap hari.
c. Lahan dan Penggunaannya
Penggunaan lahan di Kabupaten Kepulauan Mentawai sebagian besar didominasi
oleh hutan 512.077 ha atau 85,18 % dari total luas wilayah kabupaten (601.135 Ha).
Penggunaan lahan hutan terdiri hutan Taman Nasional Siberut 190.500 Ha, hutan
Perlindungan dan Pelestarian Alam (PPA) 2.635 ha, Hutan Lindung (HL) 2.507 Ha, Hutan
Produksi (HP) 273.805 Ha, Hutan Produksi yang dapat Dikonversi (HPK) 42.630, dan areal
penggunaan lainnya 89.058 Ha.
Tabel 2.16.2Luas Penggunaan Lahan Menurut Status Penggunaannya
Di Kabupaten Kepuluan Mentawai
No. STATUS PENGGUNAAN LAHAN LUAS ( Ha ) %
I Wilayah Hutan
a Taman Nasional 190.500 31,69
b Hutan Suaka Alam dan Wisata 2.635 0,44
c Hutan Lindung 2.507 0,42
a Hutan Produksi 273.805 45,55
b Hutan Produksi Konversi 42.630 7,10
Total I 512.077 85,18
II Areal Penggunaan Lainnya
a Sawah Terlantar 13.266 2.20
b Permukiman 15.132 2,51
c Ladang/Tegalan 26.025 4,33
d Kebun Campuran 13.059 2,17
e Semak belukar 7.335 1,22
f Kolam Air Tawar 791 0,13
g Padang Rumput alami 1.507 0,25
h Lainnya 11.943 1,98
Total II 89.058 14,81
Total I+II 601.135 100
Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Kepulauan Mentawai 2010
Penggunaan lahan lainnya di Kab. Kepulauan Mentawai terdiri dari lahan sawah
terlantar seluas 13.266 ha, lahan permukiman 15.132 ha, ladang/ tegalan 26.025 ha, kebun
campuran 13.059 ha, semak belukar 7.335 ha, kolam air tawar 791 Ha, padang rumput
alami 1.507 dan penggunaan lainnya 11.943 ha.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-138
d. Demografi
Berdasarkan data dari hasil SUSENAS BPS Propinsi Sumatera Barat jumlah penduduk
Kabupaten Kepulauan Mentawai pada tahun 2010 tercatat 70.174 jiwa yang terdiri dari
36.479 penduduk laki-laki dan 33.695 perempuan, atau sekitar 1,50% dari jumlah penduduk
Sumatera Barat. Penduduk ini tersebar di 10 kecamatan yakni di Kecamatan Pagai Selatan
8.243 jiwa, Kecamatan Sikakap 8.715 jiwa, Kecamatan Pagai Utara 4.690 jiwa dan
Kecamatan Sipora Selatan 7.903 jiwa, Kecamatan Sipora Utara 8.448 jiwa, Kecamatan
Siberut Selatan 7.743 jiwa, Kecamatan Siberut Barat Daya 5,555 jiwa, Kecamatan Siberut
Tengah 5,586, Kecamatan Siberut Utara 7,122 jiwa dan Siberut Barat 6,169 jiwa.
Sedangkan data yang tercatat dari hasil rekap monografi seluruh kecamatan yang ada di
Kabupaten Kepulauan Mentawai sampai dengan akhir juni tahun 2004 jumlahnya 70.803
jiwa, terdiri dari 35.443 jiwa laki-laki dan 35.360 jiwa perempuan dengan laju pertumbuhan
penduduk 6,49 % pertahun. Perkembangan jumlah penduduk di Kabupaten Kepulauan
Mentawai pada tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 2.16.3.
Tabel 2.16.3Jumlah Dan Laju Pertumbuhan Penduduk
Kabupaten Kepulauan Mentawai
No KecamatanLuas Daerah
(Km2)Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk
1 Pagai Selatan 901,08 8.243 9,15
2 Sikakap 278,45 8.715 31,30
3 Pagai Utara 342,02 4.690 13,71
4 Sipora Selatan 268,47 7.903 29,44
5 Sipora Utara 383,08 8.448 22,05
6 Siberut Selatan 508,33 7.743 15,23
7 Siberut Barat Daya 649,08 5.555 8,56
8 Siberut Tengah 739,87 5.586 7,55
9 Siberut Utara 816,11 7.122 8,73
10 Siberut Barat 1.124,86 6.169 5,48
Jumlah 6.011,35 70.174 11,67
Sumber : BPS Kab. Kep. Mentawai Dalam Angka Tahun 2010
Selain jumlah penduduk, komposisi atau struktur penduduk menurut kelompok umur
juga penting untuk diperhatikan. Dikabupaten Kepulauan Mentawai pada tahun 2010 Jumlah
penduduk menurut kelompok umur sebagian besar penduduk berusia diantara 15- 64 tahun
yaitu. Baik penduduk laki-laki maupun perempuan 60 persen berusia produktif yaitu 49.095
jiwa, usia 0 – 14 tahun sebanyak 34.879 jiwa dan usia 65 keatas sebanyak 781 jiwa.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-139
Komposisi penduduk menurut kelompok umur di Kabupaten Kepulauan Mentawai hasil
Susenas 2010 memperlihatkan kondisi yang tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya.
Penduduk usia muda (0 – 14) tahun memiliki proporsi yang cukup besar yaitu mencapai
37,62 % (25.013 jiwa). Sedangkan penduduk usia produktif (15 – 64) tahun mencapai 60,57
% (40.271 jiwa) dan usia tua (65+) tahun 1,81 % atau sebesar 1.012 jiwa.
2.16.2 Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia
a. Sumber Daya Manusia
Penduduk adalah salah satu sumberdaya pembangunan. Penduduk menyangkut dua
dimensi yakni kuantitas dan kualitas. Jumlah penduduk yang banyak belum tentu dapat
dijadikan sumberdaya pembangunan apabila kualitas penduduk tersebut rendah. Penduduk
sebagai sumberdaya pembangunan lebih dikenal dengan sebutan sumberdaya manusia
(human resources).
Sebagian besar tenaga kerja yang tersedia di kabupaten Kepulauan Mentawai hanya
dalam jumlah dan keterampilan yang terbatas. Kondisi ini sangat jauh dari yang diharapkan
karena untuk mengolah potensi alam yang begitu besar sangat dibutuhkan tenaga terampil
yang berkualitas dan handal. Angkatan kerja adalah penduduk usia 10 tahun ke atas yang
terdiri dari penduduk yang bekerja dan penduduk yang mencari pekerjaan. Sedangkan
Bukan Angkatan Kerja adalah mereka yang mengurus rumah tangga (RT), sekolah dan
lainnya.
Jumlah angkatan kerja dari tahun 2006 –2007 tampak mengalami penurunan yaitu
penduduk yang bekerja dari 32.874 orang tahun 2006 menurun menjadi 29.574 orang pada
tahun 2007. Sedangkan penduduk yang mencari pekerjaan dari tahun ke tahun terus
bertambah. Tahun 2006 sebesar 0,45 persen atau sebanyak 291 orang yang mencari
pekerjaan, pada tahun 2007 bertambah menjadi 2.041 orang atau sekitar 25,16 persen.
Sebagian besar penduduk Kabupaten Kepulauan Mentawai berkerja di lapangan
usaha pertanian. Penduduk yang di sektor pertanian pada tahun 2007 sebesar 53.062 jiwa,
Industri sebesar 3.980 jiwa, Perdagangan sebesar 4.956 jiwa, Jasa sebesar 3.821 dan
lainnya 1.997 jiwa. Pada tahun 2008 penduduk yang bekerja sektor Pertanian sebesar
53.178 jiwa, Industri sebesar 2.355 jiwa, Perdagangan sebesar 4.118 jiwa, Jasa sebesar
2.710 dan lainnya 1.937 jiwa. Sedangkan pada tahun 2009 penduduk yang bekerja sektor
Pertanian sebesar 44.775 jiwa, Industri sebesar 6.352 jiwa, Perdagangan sebesar 15.779
jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.16.4 jumlah penduduk umur 10 tahun
keatas yang bekerja menurut lapangan usaha di Kab. Kep. Mentawai.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-140
Tabel 2.16.4Jumlah Penduduk Umur 10 Tahun Keatas Yang Bekerja
Menurut Lap. Usaha Di Kab. Kep. MentawaiTahun 2007 – 2010
No Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010
12345
PertanianIndustriPerdaganganJasaLainnya
53.0623.9804.9563.8211.997
53.1782.3554.1182.7101.937
44.7756.352
15.7792.831
-
-----
Jumlah 67.816 64.298 69.737 -
Sumber : Susenas Sumatera Barat Tahun 2007 - 2010Ket: - data tidak tersedia
Dari segi tingkat pendidikan masyarakat Kabupaten Kepulauan Mentawai pada
umumnya masih tergolong rendah dan dapat dilihat pada tingkat pendidikan yang
ditamatkan oleh masyarakat Kabupaten Kepulauan Mentawai. Pendidikan Penduduk
Kabupaten Kepulauan Mentawai mulai dari yang tidak tamat SD/Sedang SD sampai
Perguruan Tinggi pada Tahun 2007 berjumlah 39.822 jiwa, Sekolah Dasar 18.140 jiwa, SLTP
6.550 jiwa, SMU 3.729 jiwa dan di tingkat perguruan tinggi 726 jiwa. Pada tahun 2008
Pendidikan Penduduk Kabupaten Kepulauan Mentawai mulai dari yang tidak tamat
SD/Sedang SD sampai Perguruan Tinggi berjumlah 30.467 jiwa, Sekolah Dasar 22.371 jiwa,
SLTP 7.077 jiwa, SMU 2.112 jiwa dan di tingkat perguruan tinggi 724 jiwa. Sedangkan pada
tahun 2009 Pendidikan Penduduk Kabupaten Kepulauan Mentawai mulai dari yang tidak
tamat SD/Sedang SD sampai Perguruan Tinggi berjumlah 20.049 jiwa, Sekolah Dasar 11.505
jiwa, SLTP 2.884 jiwa, SMU 1.899 jiwa, Akademi 287 jiwa dan di tingkat perguruan tinggi
121 jiwa.
2.16.3 Infrastruktur
a. Jalan dan Jembatan
Infrastruktur jalan dan jembatan di Kabupaten Kepulauan Mentawai sampai Tahun 2010
masih sangat kurang. Hal ini dikarenakan kondisi geografis daerah itu sendiri, yang
menyebabkan penduduknya terpencar diberbagai tempat serta kondisi topografi yang
kurang menguntungkan dalam pembangunan jalan karena memerlukan biaya yang sangat
besar.
Panjang jalan di sepuluh Kecamatan yang berhasil dihimpun dari Dinas Pekerjaan
Umum Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah sepanjang 465,00 km yang terdiri dari 9,80
km di Kecamatan Pagai Selatan, 28 Km di Kecamatan Sikakap, 100 Km di Kecamatan Pagai
Utara, 103,00 Km di Kecamatan Sipora Selatan, 90,20 Km di Kecamatan Sipora Utara, 14,50
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-141
km di Kecamatan Siberut Selatan, 47 Km di Kecamatan Siberut Tengah, dan 72,50 Km di
Kecamatan Siberut Utara.
Sementara itu, kondisi Jembatan sebagai sarana transportasi darat yang
menghubungkan jalan juga menunjukkan kondisi yang hampir serupa dengan prasarana
jalan. Total panjang jembatan di Kabupaten Kepulauan Mentawai mencapai 895 meter
dengan kondisi rusak ringan keseluruhannya. Infrastruktur jembatan terpanjang ada di
Kecamatan Sikakap yaitu 238 meter, kemudian di Kecamatan Pagai Selatan mencapai 195
meter, dan Kecamatan Pagai Utara mencapai 40 meter. Untuk panjang jembatan di
Kecamatan Sipora Utara dan Sipora Selatan adalah sepanjang 90 meter dan 50 meter,
sedangkan di Kecamatan Siberut Selatan dan Siberut Utara masing-masing adalah 92,50
meter dan 60 meter, selebih sepanjang 60 meter untuk Kecamatan Siberut Barat Daya, 60
meter untuk Kecamatan Siberut Tengah terakhir 10 meter untuk Kecamatan Siberut Barat.
b. Transportasi
Sarana transportasi laut merupakan komponen yang sangat penting sekali bagi
kelancaran transportasi masyarakat di Kabupaten Kepulauan Mentawai, mengingat daerah
ini dipisahkan oleh laut dan untuk menuju ke daerah-daerah lainnya di luar Kabupaten
Kepulauan Mentawai harus menggunakan sarana transportasi laut yang merupakan sarana
transportasi masyarakat Kabupaten Kepulauan Mentawai. Kabupaten Kepulauan Mentawai
tahun 2010 mempunyai 12 pelabuhan, yang terdiri dari 8 pelabuhan Beton, 1 pelabuhan
Besi, dan 1 pelabuhan Kayu serta 2 pelabuhan PPI antara lain 3 pelabuhan di Kecamatan
Pagai Utara Selatan (Sikakap), 5 pelabuhan di Kecamatan Sipora Selatan (Tuapejat dan
Sioban), 3 pelabuhan di Kecamatan Siberut Selatan (Maileppet), 1 pelabuhan di Kecamatan
Siberut Utara (Pokai). Jumlah pelabuhan ini lebih banyak daripada pelabuhan tahun 2009
yang hanya terdapat 11 pelabuhan yang hampir keseluruhannya adalah pelabuhan beton
dan pelabuhan kayu.
Selain telah tersedianya sarana transportasi darat dan laut, Kabupaten Kepulauan
Mentawai juga memiliki sarana transportasi udara. Hal ini terlihat dari ketersediaan fasilitas
transportasi udara, yaitu adanya lapangan udara (bandara), pesawat udara dan pelayanan
rute penerbangan yang sudah aktif dan regular dari Kabupaten Kepulauan Mentawai ke
Padang (Sumatera Barat). Kabupaten Kepulauan Mentawai telah memiliki sarana
transportasi udara, yaitu sebuah bandara Rokot yang terletak di Kecamatan Sipora dan
pesawat terbang berkapasitas penumpang 15 – 20 orang dengan rute penerbangan yang
tetap dan regular. Ketersediaan sarana transportasi udara ini tentunya akan semakin
memperlancar arus transportasi ke luar daerah, baik dari segi kecepatan, waktu maupun
jarak.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-142
2.17 KABUPATEN PADANG PARIAMAN
2.17.1. Kondisi Geografi dan Demografi
a. Letak geografi dan luas wilayah
Sejak dikeluarkannya Surat Keputusan (SK) DPRD No. 05/KEP.D/DPRD 2008 dan SK
Bupati No. 02/KEP/BPP/2008, tertanggal 2 Juli 2008, ibu kota kabupaten Padang Pariaman
ini dipindahkan dari Kota Pariaman ke Parit Malintang, yakni sebuah nagari di kecamatan
Enam Lingkung. Kabupaten ini terletak diantara: 00 11’ – 00 49‘ Lintang Selatan dan 980 36‘
– 1000 28‘ Bujur Timur dengan panjang garis pantai 60,50 km². Batas-batas Wilayah
Kabupaten Padang Pariaman adalah:
1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Agam
2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Padang
3) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Solok dan Kabupaten Tanah Datar
4) Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Indonesia
Wilayah Kabupaten Padang Pariaman tercatat memiliki luas wilayah sekitar 1.328,79
Km2, dengan panjang garis pantai 60,50 km. Luas daratan daerah ini setara dengan 3,15
persen dari luas daratan wilayah Provinsi Sumatera Barat.
Sampai akhir tahun 2009, Kabupaten Padang Pariaman terdiri dari 17 (tujuh belas)
kecamatan dengan Kecamatan 2 x 11 Kayu Tanam tercatat memiliki wilayah paling luas,
yakni 228,70 Km2, sedangkan Kecamatan Sintuk Toboh Gadang memiliki luas terkecil, yakni
25,56 Km2.
Tabel 2.17.1.Luas Kecamatan dan Jumlah Nagari/Kelurahan
di Kabupaten Padang Pariaman tahun 2009
No KecamatanLuas Jumlah
Nagari/KelurahanKm2 Persentase
1 Batang Anai 180.39 13.58 3
2 Lubuk Alung 111.63 8.40 1
3 Sintuk Toboh Gadang 25.56 1.92 2
4 Ulakan Tapakis 38.85 2.92 2
5 Nan Sabaris 29.12 2.19 5
6 2 x 11 Enam Lingkung 36.25 2.73 3
7 Enam Lingkung 39.20 2.95 5
8 2 x 11 Kayu Tanam 228.70 17.21 4
9 VII Koto Sungai Sarik 90.93 6.84 4
10 Patamuan 53.05 3.99 2
11 Padang Sago 32.06 2.41 3
12 V Koto Kampung Dalam 61.41 4.62 2
13 V Koto Timur 64.80 4.88 3
14 Sungai Limau 70.38 5.30 2
15 Batang Gasan 40.31 3.03 2
16 Sungai Geringging 99.35 7.48 2
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-143
17 IV Koto Aur Malintang 126.80 9.54 1
Kabupaten Padang Pariaman 1,328.79 100.00 46
Sumber: BPS Padang Pariaman Dalam Angka Tahun 2010
b. Topografi dan iklim
Dilihat dari topografi wilayah, Kabupaten Padang Pariaman terdiri dari wilayah
daratan pada daratan Pulau Sumatera dan 6 pulau-pulau kecil, dengan 40 % daratan rendah
yaitu pada bagian barat yang mengarah ke pantai. Daerah dataran rendah terdapat di
sebelah barat yang terhampar sepanjang pantai dengan ketinggian antara 0 – 10 meter di
atas permukaan laut, serta 60% daerah bagian timur yang merupakan daerah
bergelombang sampai ke Bukit Barisan. Daerah bukit bergelombang terdapat disebelah
timur dengan ketinggian 10 – 1000 meter di atas permukaan laut.
Terdapat 11 sungai yang melintasi Kabupaten Padang Pariaman yaitu Batang Sungai
Limau, Batang Kamumuan, Batang Paingan, Batang Gasan, Batang Sungai Sirah, Batang
Naras, Batang Piaman, Batang Mangau, Batang Ulakan, Batang Anai dan Batang Tapakis.
Sementara itu, panjang garis pantai di Kabupaten Padang Pariaman adalah 60,5 km yang
melewati 4 kecamatan, yaitu kecamatan Sungai Limau, Nan Sabaris, Ulakan Tapakis dan
Batang Anai. Rata-rata curah hujan secara keseluruhan untuk Kabupaten Padang Pariaman
pada tahun 2009 adalah sebesar 321,9 mm, dengan rata-rata hari hujan sebanyak 14 hari
per bulan. Tamperatur rata-rata untuk Kabupaten Padang Pariaman adalah 25,50 derajat
celcius dengan kelembaban relatif 86 persen.
c. Lahan dan penggunaannya
Luas wilayah Kabupaten Padang Pariaman mencapai 1328,789 Km2. Kecamatan 2 x
11 Kayu Tanam merupakan kecamatan terluas dengan luas 22,870 km2 dan kecamatan
Sintuk Toboh Gadang menjadi yang terkecil dengan luas wilayah 2,556 km2.
Dari luas lahan yang ada, penggunaan terbesar adalah untuk perkebunan rakyat
dengan luas 36,461 ha, sedangkan penggunaan terkecil adalah untuk kolam seluas 56 ha.
Luas tanah berdasarkan penggunaannya dapat dilihat pada Tabel 2.17.2.
Tabel 2.17.2.Luasan Tanah Menurut Penggunaannya di Kabupaten Padang Pariaman
Tahun 2009
Jenis Penggunaanya Luas (Ha)/Area Persentase (%)
Pemukiman 7,348 5,53
Sawah 27,129 20,42
Tegalan 644 0,48
Kebun Campuran 16,628 12,51
Perkebunan Rakyat 36,461 27,44
Hutan Belukar 11,232 8,45
Hutan 28,644 21,56
Hutan Sejenis 75 0,06
Semak / Alang-alang 2,489 1,87
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-144
Kolam 56 0,04
Lain-lain 2,173 1,64
Total 132,879 100
Sumber: BPS Padang Pariaman Dalam Angka Tahun 2010
d. Demografi
Jumlah penduduk Kabupaten Padang Pariaman tahun 2009 tercatat sebanyak
392.941 jiwa, yang terdiri dari 188.714 laki – laki dan 204.227 perempuan, sedangkan tahun
sebelumnya tercatat sebanyak 380.226 jiwa (187.390 laki – laki dan 202.836 perempuan ).
Tingkat kepadatan penduduk pada tahun 2009 ini terhitung sebanyak 296 jiwa / Km2.
Jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan Batang Anai, yakni 44.517 jiwa,
sedangkan jumlah penduduk terendah berada di Kecamatan Padang Sago yakni 8.371 jiwa.
Sedangkan jumlah orang yang bekerja sebanyak 154.674 orang dengan rincian
92.848 laki-laki dan 61.826 perempuan. Dilihat dari tingkat pendidikan pekerja di Kabupaten
Padang Pariaman terbanyak pada tingkat pendidikan tidak tamat SD sebanyak 36.902 orang,
selanjutnya 46.099 orang pada tingkat pendidikan SD dan sebanyak 9.178 orang
berpendidikan diatas sekolah menengah atas (Diploma/Universitas).
Dilihat dari tingkat kesejahteraan keluarga berdasarkan data dari Dinas
Kependudukan, Catatan Sipil dan Keluarga Berencana sebanyak 7.895 keluarga berada pada
tingkat pra sejahtera, 22.850 keluarga pada tingkat Sejahtera I, 31.911 keluarga pada
tingkat Sejahtera II, 26.432 pada tingkat Sejahtera III, dan sebanyak 1.832 keluarga pada
tingkat Sejahtera III Plus.
2.17.2 Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia
a. Sumber daya alam
Kabupaten Padang Pariaman memiliki beragam potensi sumber daya alam yang
meliputi sumber daya pertanian, hutan, perkebunan, peternakan dan perikanan. Selama
tahun 2009 luas panen Sawah di Kabupaten Padang Pariaman tercatat seluas 49.774 hektar.
Dengan luas lahan panen tersebut, Padang Pariaman pada tahun 2009 dapat memproduksi
padi sebanyak 267.180,63 ton, atau sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan produksi Padi
pada tahun sebelumnya (2008).
Hampir seluruh komoditi perkebunan di Kabupaten Padang Pariaman pada tahun
2009 mengalami penurunan produksi dibanding tahun sebelumnya, seperti kelapa, kulit
manis, kopi, dan Enau seluruhnya mengalami penurunan produksi. Sedangkan komoditi
Cengkeh, Pala, Pinang, Nilam, Merica, Gambir dan Kakao pada tahun 2009 mengalami
peningkatan produksi dibandingkan pada tahun sebelumnya (2008). Adanya peningkatan
produksi kakao pada tahun 2009 diharapkan akan terus mengalami peningkatan mengingat
komoditi tersebut menjadi komoditi yang diandalkan di Kabupaten Padang Pariaman.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-145
Sektor peternakan didukung oleh peningkatan jumlah populasi ayam ras broiler,
sapi, kerbau, dan kambing. jumlah pemotongan ternak selama tahun 2009 masing-masing
tercatat sebanyak 3.375 ekor pemotongan sapi, sebanyak 1.208 ekor untuk pemotongan
kerbau dan sebanyak 10.632 ekor untuk pemotongan kambing.
Padang Pariaman memiliki potensi yang cukup besar di sub sektor perikanan baik
perikanan darat maupun perikanan laut. Produksi perikanan laut di Kabupaten Padang
Pariaman selama tahun 2009 berjumlah 43.632,5 ton dengan nilai produksi sebesar 479,59
milyar rupiah. Produksi perikanan laut tahun 2009 ini mengalami penurunan jika
dibandingkan dengan produksi ikan laut pada tahun 2008 (50.101,5 ton)
b. Sumber daya manusia
Sumberdaya manusia di Kabupaten Padang Pariaman sebagian besar terdiri dari orang
dewasa sebanyak 249.373 orang, sedangkan anak-anak berjumlah 143.568 orang.
Sedangkan jumlah orang yang bekerja sebanyak 154.674 orang dengan rincian 92.848 laki-
laki dan 61.826 perempuan.
Dilihat dari tingkat pendidikan pekerja di Kabupaten Padang Pariaman terbanyak pada
tingkat pendidikan tidak tamat SD sebanyak 36.902 orang, selanjutnya 46.099 orang pada
tingkat pendidikan SD dan sebanyak 9.178 orang berpendidikan diatas sekolah menengah
atas (Diploma/Universitas).
Dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Kabupaten Padang Pariaman
mengalami peningkatan dari tahun 2007-2009 menjadi 71,15. Dengan nilai IPM tersebut,
Kabupaten Padang Pariaman berada pada peringkat 11 di Provinsi Sumatera Barat dan
peringkat 228 di tingkat Nasional.
Tabel 2.17.3Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Padang Pariaman dan
Peringkat di Propinsi dan Nasional Tahun 2007-2009
DeskripsiTahun
2007 2008 2009
Angka Harapan Hidup 67,63 67,92 68,28
Angka Melek huruf 94,45 94,45 9446
Rata-rata lama Sekolah 7,13 7,13 7,25
Pengeluaran riil per kapita ygdisesuaikan
621,35 626,29 629,31
I P M 70,09 70,63 71,15
Rangking (Propinsi) 11 11 11
Rangking (Nasional) 220 227 228
Sumber: Musrenbang Sumatera Barat Tahun 2011
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-146
2.17.3. Infrastruktur
a. Prasarana jalan
Sebagai penunjang kelancaran kegiatan ekonomi, jalan menjadi sarana yang sangat
menentukan. Peningkatan usaha pembangunan dan perekonomian menuntut peningkatan
pembangunan jalan demi memperlancar lalu lintas barang dari satu daerah ke daerah lain.
Panjang jalan raya di Kabupaten Padang Pariaman pada tahun 2008 tercatat
sepanjang 1.535 Km, dengan rincian menurut status jalan adalah Jalan Negara 84 Km, Jalan
Propinsi 84 Km dan Jalan Kabupaten 1.367 Km. Sedangkan jumlah dan panjang jembatan
negara sebanyak 47 buah jembatan dengan panjang 1.153,7 m, sedangkan jembatan
propinsi sebanyak 39 buah dengan panjang 741,15 m, dan jembatan kabupaten sebanyak
201 buah dengan panjang 2.610 m.
Sarana perhubungan darat lain yang mulai beroperasi di Kabupaten Padang
Pariaman adalah sarana transportasi kereta api. Sarana kereta api menjadi alternatif lain
transportasi darat yang dipilih untuk jalur Padang – Pariaman. Jumlah penumpang yang
memanfaatkan fasilitas ini pada tahun 2008 sebanyak 183.212 penumpang dengan nilai
pendapatan untuk PT. Kereta Api Indonesia sebesar Rp. 831.944.000,-.
b. Prasarana air minum dan listrik
Sumber air sebagai bahan baku air bersih Persahaan Daerah Air Minum (PDAM)
Kabupaten Padang Pariaman pada tahun 2009 tercatat sebanyak 16 lokasi terdiri dari 10
bersumber dari mata Air, dan 6 lokasi yang bersumber dari Sungai Grafitasi. Pelanggan
PDAM selama tahun 2009 berjumlah sebanyak 12.196 pelanggan dengan jumlah konsumsi
air bersih sebanyak 2.479.362 m3.
Hasil pencatatan Perusahaan Listrik negara ( PLN ) tahun 2009, seluruh nagari yang
ada di Kabupaten Padang Pariaman sudah dapat menikmati aliran listrik dengan jumlah
konsumen sebanyak 73.179 pelanggan, sedangkan tahun sebelumnya jumlah konsumen
PLN tercatat sebanyak 73.296 pelanggan.
c. Prasarana komunikasi
Sejalan dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi sangat berpengaruh
terhadap kegiatan Kantor Pos dan Giro, indikator ini terlihat dari semakin menurunnya lalu
lintas surat melalui Kantor Pos pada tahun 2008. Hampir semua jenis kegiatan Kantor Pos
dan Giro, terutama lalu lintas surat luar negeri, surat kilat dan wesel mengalami penurunan
kegiatan.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-147
Jumlah kantor pos yang ada di kabupaten Padang Pariaman tahun 2009 adalah
sebanyak 10 buah yang tersebar di 10 kecamatan. Selain itu, disediakan juga bis surat
sebanyak 10 buah dan pos keliling sebanyak 9 buah.
d. Prasarana pendidikan
Pada tahun 2009 jumlah sarana pendidikan pra sekolah yang terdapat di Kabupaten
Padang Pariaman mengalami peningkatan. Sarana pendidikan pra sekolah yang terdapat di
Kabupaten Padang Pariaman selama tahun 2009 adalah 3 buah TK negeri dan 94 TK swasta,
sedangkan pada tahun 2007 jumlah TK sebanyak 1 buah TK negeri dan 89 buah TK swasta.
Sarana pendidikan dasar baik negeri maupun swasta yang terdapat di Kabupaten
Padang Pariaman sepanjang tahun 2009 mengalami penurunan sebanyak 2 buah SD negeri.
Jumlah SD negeri dan swasta pada tahun 2009 masing-masing sebanyak 399 dan 2 unit.
Sedangkan jumlah sarana pendidikan dasar Islam seperti Madrasah Ibtidaiyah baik negeri
maupun swasta tidak mengalami peningkatan. Jumlah Madrasah Ibtidaiyah Negeri pada
tahun 2009 tercatat sebanyak 5 unit dan Madrasah Ibtidaiyah Swasta sebanyak 3 unit.
Jumlah sarana pendidikan menengah yang terdapat di Kabupaten Padang Pariaman
selama tahun 2009 mengalami sedikit peningkatan, yaitu jumlah SLTP negeri yang
bertambah dari 49 unit pada tahun 2008 menjadi 52 unit pada tahun 2009. Sedangkan pada
tingkat sekolah menengah lainnya tidak mengalami perubahan.
Jumlah Sekolah, Murid dan Guru di Sekolah Negeri dan Swasta di Kabupaten Padang
Pariaman Tahun 2009 selengkapnya disajikan pada Tabel 2.17.4.
Tabel 2.17.4Jumlah Sekolah, Murid dan Guru di Sekolah Negeri dan Swasta
di Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2009
Sekolah Jumlah Sekolah Jumlah Murid Jumlah Guru JumlahSekolahNegeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta
1. TK 3 94 170 2.685 20 251 97
2. SD 399 2 60.828 464 3.794 27 401
3. SLTP 52 3 18.509 310 1.519 70 55
4. SLTA 15 5 8.674 620 856 124 20
– SMK 2 8 404 1.132 50 141 10
Jumlah 471 112 88.585 5.211 6.239 613 583
Sumber: BPS Padang Pariaman Dalam Angka 2010
e. Prasarana kesehatan
Jumlah sarana kesehatan yang terdapat di Kabupaten Padang Pariaman selama
tahun 2009 tidak mengalami perubahan yang berarti. Seluruh kecamatan yang terdapat di
Kabupaten Padang Pariaman sudah memiliki Puskesmas, bahkan ada beberapa kecamatan
yang memiliki dua Puskesmas, yaitu Batang Anai, Lubuk Alung, 2 x 11 Enam Lingkung, 2 x
11 Kayu Tanam, V Koto Timur, dan Sungai Geringging, sedangkan kecamatan lainnya hanya
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-148
memiliki satu buah Puskesmas. Secara keseluruhan terdapat 23 Puskesmas, 23 Puskesmas
Keliling, 61 Puskesmas Pembantu, dan 21 Balai Pengobatan Swasta.
Tabel 2.17.5Jumlah Puskesmas, Puskesmas Keliling, Puskesmas Pembantu dan Balai
Pengobatan Swasta di Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2009
Kecamatan PuskesmasPuskesmas
kelilingPuskesmasPembantu
BalaiPengobatan
Swasta
Batang Anai 2 2 6 3
Lubuk Alung 2 2 4 2
Sintuk Toboh Gadang 1 1 4 1
Ulakan Tapakis 1 1 2 1
Nan Sabaris 1 1 3 3
2 x 11 Enam Lingkung 2 2 2 2
Enam Lingkung 1 1 4 0
2 x 11 Kayu Tanam 2 2 2 2
VII Koto Sungai Sarik 1 1 5 0
Patamuan 1 1 4 0
Padang Sago 1 1 2 0
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-149
Kecamatan PuskesmasPuskesmas
kelilingPuskesmasPembantu
BalaiPengobatan
Swasta
V Koto Kampung Dalam 1 1 5 1
V Koto Timur 2 2 1 0
Sungai Limau 1 1 7 4
Batang Gasan 1 1 4 0
Sungai Geringging 2 1 3 2
IV Koto Aur Malintang 1 1 3 0
Pariaman 23 23 61 21
Sumber: BPS Padang Pariaman Dalam Angka 2010
Untuk melayani kesehatan seluruh penduduk, Kabupaten Padang Pariaman pada
tahun 2009 memiliki 37 orang dokter umum, 10 orang dokter gigi, 17 orang sarjana
kesehatan masyarakat, 15 orang dokter PTT, 10 orang dokter gigi PTT, dan 262 orang
bidan.
Tabel 2.17.6.Jumlah Tenaga Medis dan Paramedis di Padang Pariaman Tahun 2009
KecamatanDokterUmum
DokterGigi
SarjanaKesehatanMasyarakat
DokterPTT
DokterGigiPTT
Bidan
Batang Anai 3 1 1 3 - 31
Lubuk Alung 5 2 0 0 - 26
Sintuk Toboh Gadang 1 0 1 1 1 13
Ulakan Tapakis 1 - 1 0 1 14
Nan Sabaris 1 0 0 2 0 21
2 x 11 Enam Lingkung 3 2 1 2 1 16
Enam Lingkung 3 1 1 0 - 14
2 x 11 Kayu Tanam 2 1 1 1 1 14
VII Koto Sungai Sarik 3 0 2 - 1 25
Patamuan 0 0 1 1 1 10
Padang Sago 2 0 0 - 1 9
V Koto Kampung Dalam 3 1 0 - - 9
V Koto Timur 1 0 3 1 2 11
Sungai Limau 4 1 0 2 - 15
Batang Gasan 1 - 3 - 1 8
Sungai Geringging 3 1 1 2 - 16
IV Koto Aur Malintang 1 - 1 0 0 10
Pariaman 37 10 17 15 10 262
Sumber: BPS Padang Pariaman Dalam Angka 2010
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-150
2.18 KABUPATEN LIMAPULUH KOTA
2.18.1. Kondisi Geografi dan Demografi
a. Letak Geografi dan luas wilayah
Kabupaten Lima Puluh Kota merupakan Kabupaten paling timur di Provinsi Sumatera
Barat yang merupakan pintu gerbang utama dijalur darat dengan provinsi riau. Secara
geografis Kabupaten lima puluh kota terletak pada 0º25’28,71’’ LU - 0º22’14,52’’ LS dan
100º15’44,10’’ BT - 100º50’47,80’’ BT dan memiliki luas wilayah 3.354,30 Km² yang berarti
7,94 persen dari daratan Provinsi Sumatera Barat yang luasnya 42.229,64 Km². Kabupaten
Lima Puluh Kota diapit oleh 4 Kabupaten dan 1 Provinsi yaitu Kabupaten Agam, Kabupaten
Tanah Datar, Kabupaten Sijunjung dan Kabupaten Pasaman serta Provinsi Riau. Secara
administrasi Kabupaten Lima Puluh Kota berbatasan dengan wilayah sebagai berikut :
1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Rokan Hulu dan Kabupaten Kampar
Provinsi Riau.
2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten
Sijunjung.
3) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Agam dan Kabupaten Pasaman.
4) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Kampar dan Provinsi Riau.
Kabupaten Lima Puluh kota terdiri dari 13 Kecamatan, 79 Nagari, dan 401 Jorong.
Kecamatan yang paling luas di wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota adalah Kecamatan Kapur
IX yaitu seluas 723,36 Km2 atau 21,57% dari total luas wilayah Kabupaten. Sedangkan
Kecamatan dengan luas terkecil adalah Kecamatan Luak (61,68 Km² atau 1,84% dari luas
Kabupaten). Luas wilayah per Kecamatan secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.18.1Luas Lahan Per Kecamatan di Kabupaten 50 Kota
No Kecamatan Luas (Km²) Persentase (%)
1 Payakumbuh 99,47 2,97
2 Akabiluru 94,26 2,81
3 Luak 61,68 1,84
4 Lareh Sago Halaban 394,85 11,77
5 Situjuah Limo Nagari 74,18 2,21
6 Harau 416,80 12,43
7 Guguak 106,20 3,17
8 Mungka 83,76 2,50
9 Suliki 136,94 4,08
10 Bukik Barisan 294,20 8,77
11 Gunung Omeh 156,54 4,67
12 Kapur IX 723,36 21,57
13 Pangkalan Koto Baru 712,06 21,23
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-151
Jumlah 3354,30 100,00
Sumber : 50 Kota Dalam Angka Tahun 2010
a. Topografi dan Kemiringan Lahan
Karakteristik fisik wilayah dapat ditemukenali melalui keadaan topografi, geologi,
morfologi wilayah, jenis tanah, iklim, hidrologi, dan sebagainya. Wilayah Kabupaten Lima
Puluh Kota memiliki variasi topografi dimana lebih dari setengah wilayah Kabupaten Lima
Puluh Kota memiliki topografi yang bergunung (dengan kelerengan lebih dari 40%) yaitu
sekitar 56,3% dari luas wilayah kabupaten. Sedangkan kelerengan yang dapat dimanfaatkan
sebagai kawasan budidaya yaitu dibawah 40% sekitar 46,7% dari luas wilayah kabupaten
sebagaimana yang terlihat pada tabel Tabel 2.18.2.
Topografi daerah Kabupaten Lima Puluh Kota bervariasi antara datar,
bergelombang, dan berbukit-bukit. Di daerah ini terdapat tiga buah gunung berapi yang
tidak aktif. Mengenai lokasi dan tinggi dari setiap gunung lebih rincinya dapat dilihat pada
Tabel 2.18.2.
Tabel 2.18.2Klasifikasi Lereng dan Topografi Berdasarkan USDA, UNESCO, LPT, DAN FAO
di Kabupaten Lima Puluh Kota
No Topografi LerengKelas
Lereng
Perbedaan RelatifElevasi Antara Titik
Tertinggi dan Terendah(M)
Luas
Ha %
1 Datar 0 – 2% A 1 14.924 4,4
2 Berombak 2 – 5% B 1 – 10 12.031 3,6
3 Bergelombang 5 – 8% C 1 – 10 6.007 1,8
4 Berbukit(Humocky)
8 – 15% D 10 – 50 26.289 7,8
5 Berbukit (Hillocky) 15 – 25% E 10 – 50 9.195 2,7
6 Berbukit (Hilly) 25 – 40% F 50 – 300 77.970 23,2
7 Bergunung(Montainous)
40% G > 300 189.014 56,5
TOTAL 335.430 100
Sumber: Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota tahun 2010
Penggunaan lahan dibedakan atas 4 jenis yaitu: a) hutan lindung, b) hutan suaka
alam dan wisata, c) hutan produksi, serta d) areal penggunaan lain. Guna lahan terbesar
Kabupaten Lima Puluh Kota pada tahun 2009 adalah hutan lindung dengan luas 142.738 Ha
(42.55 %) dan guna lahan yang terkecil adalah industri dengan luas 0.171 Ha (0,05%).
Guna lahan untuk kegiatan perkebunan seluas 38.250 Ha merupakan luas lahan terbesar
kedua. Dengan demikian dapat terlihat bahwa sebagian besar guna lahan di wilayah
Kabupaten Lima Puluh Kota masih merupakan guna lahan tidak terbangun.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-152
Terdapat sedikit perbedaan antara data penggunaan lahan menurut Badan
Pertanahan Nasional Kabupaten dengan Dinas Kehutanan, terutama untuk jenis guna lahan
hutan. Berdasarkan Dinas Kehutanan (Peta Kawasan Hutan Kabupaten Lima Puluh Kota
Tahun 1999), persentase luas kawasan hutan terdiri dari :
Hutan Lindung = 42,55 % (142.738 Ha)
Hutan Suaka Alam dan Wisata = 8.07 % (27.060 Ha)
Hutan Produksi Tetap = 1.86 % (6.236 Ha)
Hutan Produksi Terbatas = 2.45 % (8.223 Ha)
Hutan Dapat Dikonversi = 5.51 % (18.481 Ha)
Tabel 2.18.3Perubahan Luas Penggunaan Lahan
Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2007 - 2009
Jenis Penggunaan LahanLuas Lahan (Ha) Perubahan
(%)2007 2008 2009
Hutan Lindung 143.938 142.738 142.738 -0.23
Hutan Suaka Alam & Wisata 27.060 27.060 27.060 0,00
Hutan Produksi Tetap 6.200 6.236 6.236 0.10
Hutan Produksi Terbatas 8.915 8.223 8.223 0.61
Hutan Dapat dikonversi 15.185 18.481 18.481 3.48
Sawah Irigasi Produktif 14.090 14.090 14.090 0,00
Sawah Irigasi Tak Produktif 6.641 6.641 6.641 0,00
Sawah Non Irigasi 1.555 1.555 1.555 0,00
Rawa 0.221 0.221 0.221 0.00
Kolam/Tebat/Embung 1.320 1.320 1.320 0,00
Waduk/Danau 1.814 1.814 1.814 0,00
Perkebunan 38.250 38.250 38.250 0,00
Permukiman/Pekarangan 7.690 7.690 7.690 0,00
Industri 0.171 0.171 0.171 0,00
Pertambangan 0.395 0.395 0.395 0,00
Lahan Terlantar/Semak Belukar 36.648 36.648 36.648 0,00
Penggunaan Lain 25.337 23.897 23.897 0,09
Jumlah 335.430 335.430 335.430
Sumber: Kabupaten Lima Puluh Kota Dalam Angka Tahun 2010
Pada tabel di atas dapat dilihat perubahan penggunaan lahan dari tahun 2007
sampai 2009, sebagian besar penggunaan lahan tidak mengalami perubahan yang berarti.
Jenis penggunaan lahan yang mengalami perubahan paling besar adalah Hutan Dapat
dikonversi yaitu dari 15.185 Ha ke 18.481 Ha atau mengalami penambahan sebesar 3.48%.
Lahan yang mengalami perubahan kedua terbesar adalah Hutan Produksi Terbatas yaitu
sebesar 0.61%. Penggunaan lahan yang mengalami penurunan luas adalah lahan Hutan
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-153
Lindung dan penggunaan lainnya. Hutan Lindung mengalami penurunan sebesar 0.23%
sedangkan lahan untuk penggunaan lain mengalami penurunan sebesar 0,09%.
b. Klimatologi
Gambaran mengenai keadaan curah hujan di Kabupaten Lima Puluh Kota terlihat
dari jumlah curah hujan setiap bulan dan jumlah hari hujan dalam setiap tahunnya. Menurut
hasil pendataan dari Stasiun Klimatologi Sicincin menunjukkan perkembangan jumlah curah
hujan yang menurun dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2009 dengan tingkat penurunan
18,66%. Pada tahun 2009, jumlah curah hujan setiap bulannya relatif bervariasi.
Dari data yang diperoleh jumlah curah hujan terbanyak umumnya ditemukan pada
bulan Oktober, November, dan Desember. Curah hujan terendah umumnya terdapat pada
bulan Mei, secara rinci dapat di lihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.18.4Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan
No BulanCurah Hujan
(mm)Hari Hujan
1 Januari 159,80 9
2 Februari 172,90 9
3 Maret 194,50 16
4 April 289,30 18
5 Mei 76,30 9
6 Juni 270,30 13
7 Juli 108,50 5
8 Agustus 182,70 14
9 September 92,70 11
10 Oktober 288,60 17
11 Nopember 518,20 22
12 Desember 614,60 27
Jumlah 2.968,40 170
Sumber: Kabupaten Lima Puluh Kota Dalam Angka tahun 2010
c. Demografi
Dalam proses pembangunan, penduduk mempunyai peranan yang sangat penting
dan selalu mendapat perhatian, karena penduduk merupakan modal dasar pembangunan.
Disamping itu juga dapat menimbulkan masalah yang dapat menghambat pembangunan.
Masalah kependudukan yang terdapat di daerah bukan hanya menyangkut masalah
kelahiran, kematian dan migrasi, tetapi menyangkut pula masalah sosial budaya yang dapat
menghambat usaha peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu
pemerintah tidak saja menyerahkan pada upaya pengendalian penduduk tapi juga pada
upaya peningkatan sumber daya manusia.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-154
Upaya yang dilakukan untuk peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
merupakan suatu kebijakan yang harus direncanakan dan dijalankan sehingga modal
pembangunan ini dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien sehingga tidak menjadi
beban pembangunan. Pertumbuhan penduduk yang pesat harus diimbangi oleh kenaikan
produksi agar dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Pertumbuhan penduduk yang disebabkan oleh angka kelahiran yang tinggi akan
dapat memperbesar jumlah penduduk usia muda yang membutuhkan kehidupan layak dan
tersedianya lapangan pekerjaan yang memadai.
Jumlah laju penduduk merupakan indikator yang menunjukkan tentang komposisi,
distribusi dan perubahan penduduk di suatu daerah. Perkembangan penduduk yang begitu
pesat telah menuntut pemerintah untuk melengkapi berbagai sarana dan prasarana
pendukung, baik perumahan, pendidikan, transportasi maupun sarana dan prasarana umum
lainnya.
Jumlah penduduk Kabupaten Lima Puluh Kota pada tahun 2009 berjumlah 336.067
jiwa, dimana jumlah perempuan sedikit lebih banyak, yaitu 170.451 jiwa (50,71 %) dan laki-
laki sebanyak 165.616 jiwa (49,29 %). Sedangkan jumlah penduduk tahun 2008 adalah
336.067 jiwa yang terdiri dari perempuan 169.367 jiwa (50,39 %) dan laki-laki 164.562 jiwa
(48,97 %).
Selama lima tahun terakhir laju pertumbuhan penduduk relatif rendah setiap
tahunnya, dimana laju tertinggi terjadi tahun 2006 (0,88 %) dan terendah tahun 2007 (0,34
%). Sementara itu laju pertumbuhan penduduk tahun 2009 hanya 0,64 %. Dengan laju
seperti ini maka selama lima tahun terjadi pertambahan jumlah penduduk sebanyak 8.415
jiwa dengan rata-rata penambahan 1.683 jiwa pertahun. Laju pertumbuhan penduduk dapat
dilihat pada tabel 2.18.5 berikut.
Tabel 2.18.5Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk 2005-2009
Tahun Laki-Laki Perempuan JumlahLaju Pertumbuhan
(%)
2005
2006
2007
2008
2009
161.467
162.888
163.450
164.562
165.616
166.185
167.648
168.224
169.367
170.451
327.652
330.536
331.674
333.929
336.067
0,76
0,88
0,34
0,68
0,64
Sumber: Kabupaten Dalam Angka 2010
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-155
Adapun mengenai sebaran penduduk menurut kecamatan dan nagari dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Tabel 2.18.6Jumlah dan Sebaran Penduduk Menurut Kecamatan dan Nagari Tahun 2009
No Kecamatan Luas (KM2)Jumlah
PendudukLaki-Laki Perempuan
Rata-rataJumlah
PendudukNagari
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Payakumbuh
Akabiluru
Luak
Lareh Sago Halaban
Situjuah Limo Nagari
Harau
Guguak
Mungka
Suliki
Bukik Barisan
Gunuang Omeh
Kapur IX
Pangkalan Koto Baru
99,47
94,26
61,68
394,85
74,18
416,80
106,20
83,76
136,94
294,20
156,54
723,36
712,06
29.960
25.795
23.779
33.240
19.654
42.574
33.825
23.365
14.285
22.211
12.698
26.649
28.032
14.781
12.704
11.671
16.283
9.523
21.178
16.140
11.437
6.937
10.820
6.231
13.674
14.237
15.179
13.091
12.108
16.957
10.131
21.396
17.685
11.928
7.348
11.391
6.467
12.975
13.795
4.280
3.685
5.945
4.155
3.931
3.870
6.765
4.673
2.381
4.442
4.233
3.807
4.672
Total 3.354,30 336.067 165.616 170.451 336.067
Sumber: Kabupaten Dalam Angka 2010
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh informasi bahwa jumlah penduduk terbanyak
berada di Kecamatan Harau (42.574 jiwa) dan paling sedikit di Kecamatan Gunuang Omeh
(12.698 jiwa). Sedangkan untuk tingkat nagari, rata-rata jumlah penduduk terbanyak berada
di Kecamatan Guguak (6.765 jiwa) dan yang paling sedikit di Kecamatan Suliki (2.381 jiwa).
Penyebaran penduduk yang tidak merata ini kelihatannya dipengaruhi oleh kondisi geografis
dan letak kecamatan dan nagari dari pusat perlintasan. Hal ini yang juga ikut mempengaruhi
adalah potensi dan geografis satu kecamatan dan nagari.
Selanjutnya hal yang cukup penting dibahas dalam bidang kependudukan adalah
tingkat kepadatan penduduk. Tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Lima Puluh Kota pada
tahun 2009 adalah 100 jiwa per km2. Dan pada tahun-tahun sebelumnya relatif mendekati
sama, dimana pada tahun 2005 adalah 98 jiwa per km2. Berikut ini dapat dilihat penyebaran
kepadatan penduduk menurut kecamatan dan rumah tangga pada tahun 2009.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-156
Tabel 2.18.7Tingkat Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan dan Rumah Tangga tahun
2009
No Kecamatan Penduduk Kepadatan Rumah Tangga Kepadatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Payakumbuh
Akabiluru
Luak
Lareh Sago Halaban
Situjuah Limo Nagari
Harau
Guguak
Mungka
Suliki
Bukik Barisan
Gunuang Omeh
Kapur IX
Pangkalan Koto Baru
29.960
25.795
23.779
33.240
19.654
42.574
33.825
23.365
14.285
22.211
12.698
26.649
28.032
301
274
386
84
265
102
319
279
104
75
81
37
39
7.095
6.233
6.509
8.745
5.541
10.310
8.784
6.039
4.066
7.197
3.807
6.210
6.624
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
Jumlah/ Rata-rata 336.067 100 87.160 4
Sumber: Kabupaten 50 Kota Dalam Angka 2010
Kepadatan penduduk sangat tergantung kepada jumlah penduduk dan luas
wilayahnya. Berdasarkan hal ini, maka kepadatan tertinggi berada pada Kecamatan Luak
(386 jiwa/km2) dan paling rendah di Kecamatan Kapur IX (37 jiwa/km2). Oleh karena itu
meskipun wilayah sebuah kecamatan kecil tetapi kalau jumlah penduduknya kecil maka
kepadatannya juga kecil.
Tingkat kepadatan yang ideal disuatu daerah tidak dapat ditentukan dengan pasti,
karena tergantung pada potensi wilayah yang dimiliki dan kemampuan masyarakat untuk
memanfaatkan potensi yang ada, sehingga mau tinggal di wilayah tersebut.
Karakteristik penduduk yang paling berpengaruh terhadap tingkah laku sosial
ekonomi penduduk adalah umur, atau sering juga disebut komposisi penduduk menurut
umur. Cara lain yang dapat digunakan untuk menggambarkan komposisi penduduk menurut
umur adalah dengan piramida penduduk. Komposisi penduduk Kabupaten Lima Puluh Kota
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-157
berdasarkan kelompok umur dari 0-4 tahun sampai 65 tahun lebih. Secara lengkap distribusi
penduduk berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.18.8Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Tahun 2009
Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah
0 – 4
5 – 9
10 – 14
15 – 19
20 – 24
25 – 29
30 – 34
35 – 39
40 – 44
45 – 49
50 – 54
55 – 59
60 – 64
65 +
19.883
17.033
15.041
14.651
7.929
11.428
14.274
11.871
8.310
11.055
9.420
7.555
7.171
9.995
16.954
16.300
13.938
12.503
12.093
14.202
12.404
10.486
12.434
9.340
11.403
8.048
5.298
15.048
36.837
33.333
28.979
27.154
20.022
25.630
26.678
22.357
20.744
20.395
20.823
15.603
12.469
25.043
Jumlah 165.616 170.451 336.067
Sumber: Kabupaten 50 Kota Dalam Angka 2010
Berdasarkan kelompok umur terlihat bahwa jumlah terbesar berada pada penduduk
balita (0-4 tahun) dengan jumlah mencapai 36.837 atau 10,96 % dari jumlah penduduk.
Dan jumlah terbesar kedua adalah kelompok umur 5-9 tahun dengan jumlah 33.333 jiwa
atau 9,91 %. Selanjutnya penduduk usia 10-14 tahun 28.979 jiwa atau 8,62 %. Dan
penduduk usia 15-19 tahun 27.154 jiwa atau 8,07 %. Karena itu dari kelompok umur 0-19
tahun terdapat jumlah penduduk sebanyak 126.030 jiwa atau 37,58 %. Dari sini tergambar
bahwa jumlah penduduk berusia muda sangat mendominasi, sementara itu jumlah
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-158
penduduk kelompok usia paling sedikit adalah kelompok umur 60-64 tahun sebanyak 12.469
jiwa atau 3,71 % dan kelompok umur 55-59 tahun sebanyak 15.603 jiwa atau 4,64 %.
Di sisi lain, penduduk juga dikelompokkan berdasarkan usia sekolah.
Pengelompokkan in terdiri dari usia dini (0-4 tahun) sampai usia perguruan tinggi 19-24
tahun. Secara lengkap sebaran penduduk berdasarkan usia sekolah dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 2.18.9Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia Sekolah Tahun 2009
No KecamatanUsia Dini
(0 – 4)
Prasekolah
(5 – 6)
Usia SD
(7 – 12)
Usia SLTP
(13 – 15)
Usia SLTA
(16 – 18)
Usia PT
(19 – 24)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Payakumbuh
Akabiluru
Luak
Lareh Sago Halaban
Situjuah Limo Nagari
Harau
Guguak
Mungka
Suliki
Bukik Barisan
Gunuang Omeh
Kapur IX
Pangkalan Koto Baru
4.128
3.223
2.401
2.803
3.329
5.216
3.750
1.932
1.116
1.537
1.840
3.127
2.435
1.476
670
760
1.120
498
1.079
2.100
1.128
124
418
613
1.088
1.622
3.243
2.953
3.414
2.379
1.827
4.005
2.854
3.703
2.480
3.068
1.841
3.804
3.925
1.330
1.610
1.013
1.259
664
2.159
1.802
2.420
745
1.257
409
1.359
1.354
1.031
1.206
1.139
1.125
1.330
2.035
1.355
1.609
993
976
613
542
1.623
2.067
1.885
1.137
4.068
2.170
3.467
1.657
1.449
372
2.095
411
1.767
2.167
Jumlah 36.837 12.696 39.495 17.381 15.577 24.712
Sumber: Kabupaten Dalam Angka 2010
Secara total jumlah penduduk berdasarkan usia sekolah mencapai 146.698 jiwa atau
meliputi 43,65 % jumlah penduduk Kabupaten Lima Puluh Kota. Hal ini mengindikasikan
juga bahwa jumlah penduduk usia sekolah atau berusia muda menjadi mayoritas terbesar di
Kabupaten Lima Puluh Kota. Dari data di atas diperoleh gambaran bahwa jumlah penduduk
berdasarkan usia sekolah terbesar berada pada usia SD (39.495 jiwa) kemudian diikuti oleh
penduduk usia dini (36.837 jiwa) dan perguruan tinggi 24.712 jiwa. Sementara itu penduduk
usia prasekolah, SLTA dan SLTP relatif kecil dan rata-rata dibawah 18.000 jiwa. Hal ini juga
menunjukkan distribusi penduduk berdasarkan usia sekolah tidak merata. Namun dari data-
data ini belum bisa diperoleh informasi yang jelas mengenai jumlah penduduk yang
bersekolah sebenarnya, meskipun mereka memiliki usia sesuai dengan tingkat usia sekolah
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-159
tersebut. Hal ini terjadi disebabkan tidak semua penduduk usia sekolah ikut bersekolah
karena berbagai permasalahan sendiri-sendiri.
Dari uraian mengenai kependudukan ini dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk
Kabupaten Lima Puluh Kota relatif kecil dan didominasi oleh usia muda atau sekolah dimana
jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari laki-laki. Selain itu distribusi penduduk dan
kepadatannya tidak merata antar kecamatan disebabkan persoalan luas wilayah dan
konsentrasi pemukiman dan aktifitas sosial ekonomi dan sosial budaya masyarakat.
2.18.2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia
a. Sumber Daya Alam
Potensi sumber daya alam yang dimiliki oleh Kabupaten 50 Kota tergambar dalam
pembagian penggunaan lahan yang ada seperti tergambar pada Tabel 2.18.11. Pada tabel
tersebut terlihat bahwa sebagian besar lahan di Kabupaten 50 kota berupa hutan lindung
dan 14,13% merupakan hutan produksi termasuk hutan produksi tetap dan hutan produksi
terbatas.
Tabel 2.18.10Luas Lahan Menurut Jenis PenggunaanKabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2009
No. Jenis Penggunaan Lahan Luas Lahan (Ha) Persentase (%)
1. Hutan Lindung 142.738 42.55 %
2. Hutan Suaka Alam & Wisata 27.060 8.07 %
3. Hutan Produksi 32.940 9.82 %
Hutan Produksi Tetap 6.236 1.86 %
Hutan Produksi Terbatas 8.223 2.45 %
Hutan Dapat dikonversi 18.481 5.51 %
4. Areal Penggunaan Lain 131.905,8 39.32 %
A. Lahan Basah 25.420,22 7.58 %
Sawah Irigasi Produktif 14.090 4.20 %
Sawah Irigasi tak Produktif 6.641 1.98 %
Sawah Non Irigasi 1.555 0.46 %
Rawa 0,221 0.07 %
Kolam/Tebat/Embung 1.320 0.39 %
Waduk/Danau 1.814 0.54 %
B. Lahan Kering 106.485,6 31.75
Perkebunan 38.250 11.40 %
Permukiman/Pekarangan 7.690 2.29 %
Industri 0,171 0.05 %
Pertambangan 0,395 0.12 %
Lahan Terlantar/Semak Belukar 36.648 10.93 %
Penggunaan Lain 23.897 7.12 %
Jumlah 335.430 100 %
Sumber: Kabupaten Lima Puluh Kota Dalam Angka Tahun 2010
b. Indeks Pembangunan Manusia
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-160
Pembangunan sosial dan sumber daya manusia merupakan salah satu prioritas
pembangunan yang menjadi perhatian serius Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota
Periode 2005-2009. Hal ini dilatarbelakangi oleh sebuah kenyataan akan dominannya titik
berat pembangunan pada pembangunan fisik dan ekonomi, sehingga pembangunan sosial
dan sumber daya manusia mengalami sedikit ketertinggalan. Akibatnya, pembangunan fisik
dan ekonomi yang hakikatnya diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan dan taraf
hidup masyarakat tidak sepenuhnya dapat diwujudkan dengan baik.
Pembangunan sosial dan sumber daya manusia pada prinsipnya merujuk kepada
konsep pembangunan manusia yang pertama kali dipromosikan oleh United Nations
Development Programme (UNDP) pada tahun 1990. Menurut UNDP, pembangunan manusia
adalah sebuah usaha dalam meningkatkan produktifitas, pemberdayaan masyarakat secara
merata dan berkesinambungan yang dilakukan melalui investasi di bidang pendidikan,
kesehatan, pelayanan sosial lainnya, penciptaan lapangan kerja melalui pertumbuhan
ekonomi dan selanjutnya memberikan peluang yang luas bagi masyarakat untuk
berpartisipasi dalam pembangunan.
UNDP juga menetapkan Indikator yang digunakan untuk menggambarkan
pencapaian pembangunan manusia yang Human Development Indeks (HDI) atau dalam
Bahasa Indonesia dikenal dengan istilah Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM
merupakan indeks komposit yang disusun berdasarkan 4 (tiga) komponen, yaitu: Angka
Harapan Hidup (Life Expectancy at Age O), Angka Melek Huruf Orang Dewasa (Adult
Literacy Rate), Rata-rata Lama Sekolah (Mean Years of Schooling) dan Daya Beli (Purchasing
Power Parity).
Pemerintah Kabupaten Lima puluh Kota, selama lima tahun belakangan ini,
tepatnya sejak tahun 2005-2009, cukup konsisten dalam upaya pembangunan manusia.
Konsistensi ini dilakukan dalam rangka mewujudkan visi dan pelaksanaan misi Rencana
Pembangunan Jangka Menengah 2006-2010. Dengan dorongan visi dan misi tersebut maka
pembangunan manusia dilakukan melalui implementasi secara serius program-program di
bidang kesehatan, pendidikan dan perekonomian. Hasil nyata yang ditunjukkan oleh capaian
ke tiga bidang ini telah memacu peningkatan IPM Kabupaten Lima Puluh Kota dari tahun ke
tahun.
Tabel 2.18.11Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Lima Puluh Kota
Tahun 2005-2009
No Komponen IPMTahun
KondisiIdeal
2005 2006 2007 2008 2009
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
1 Angka harapan hidup (th.)
2 Rata-rata Lama sekolah (th
3 Angka Melek Huruf OrangDewasa (%)
4 Daya beli (Rp. 000)
IPM
Sumber : Badan Pusat Statistik Kab. Lima Puluh Kota.
Berdasarkan tabel
Kota mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, meskipun dengan peningkatan yang tidak
terlalu besar, dimana pada tahun 2005 tercatat sebesar 68,70 dan pada tahun 200
meningkat menjadi 70,82.
berikut:
Gambar 2.18.1 Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten
Kalau dilihat dari sisi
peringkat menengah, baik pada tingkat
Tahun 2009, pada tingkat propinsi menduduki peringkat 12 dari 19 Kab./Kota dan pada
tingkat nasional berada pada urutan 238.
bahwa kemajuan yang dicapai Kab. Lima Puluh Kota masih perlu ditingkatkan di masa
datang.
Peringkat (IPM) Kabupaten Lima Puluh Kota
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
) 66,7 67,0 67,42 67,72
rata Lama sekolah (th.) 7,3 7,3 7,3 7,7
Angka Melek Huruf Orang 98,1 98,1 98,14 98,7
579,9 599,2 603,2 607,9
68,70 69,00 69,52 70,47
Sumber : Badan Pusat Statistik Kab. Lima Puluh Kota.
Berdasarkan tabel 2.18.11 diperoleh gambaran bahwa IPM Kabupaten Lima Puluh
Kota mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, meskipun dengan peningkatan yang tidak
terlalu besar, dimana pada tahun 2005 tercatat sebesar 68,70 dan pada tahun 200
. Perkembangan IPM ini dapat dilihat secara lebih jelas pada grafik
Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) KabupatenLima puluh Kota Tahun 2005-2009
Kalau dilihat dari sisi peringkat IPM, Kab. Lima Puluh Kota masih berada pada
peringkat menengah, baik pada tingkat Provinsi Sumatera Barat maupun tingkat nasional.
ada tingkat propinsi menduduki peringkat 12 dari 19 Kab./Kota dan pada
tingkat nasional berada pada urutan 238. Capaian peringkat IPM ini memberikan makna
bahwa kemajuan yang dicapai Kab. Lima Puluh Kota masih perlu ditingkatkan di masa
Tabel 2.18.12Peringkat (IPM) Kabupaten Lima Puluh Kota
Tahun 2005-2009
II-161
67,72 85,0
7,7 15
98,7 100
607,9 732,7
70,82 ≥ 80
diperoleh gambaran bahwa IPM Kabupaten Lima Puluh
Kota mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, meskipun dengan peningkatan yang tidak
terlalu besar, dimana pada tahun 2005 tercatat sebesar 68,70 dan pada tahun 2009
IPM ini dapat dilihat secara lebih jelas pada grafik
Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten
masih berada pada
insi Sumatera Barat maupun tingkat nasional.
ada tingkat propinsi menduduki peringkat 12 dari 19 Kab./Kota dan pada
memberikan makna
bahwa kemajuan yang dicapai Kab. Lima Puluh Kota masih perlu ditingkatkan di masa
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-162
Tahun
Peringkat
Propinsi Nasional
2005 12 225
2006 13 246
2007 13 244
2008 12 238
2009 12 238
Sumber : Badan Pusat Statistik Kab. Lima Puluh Kota.
Peningkatan pembangunan sosial dan sumber daya manusia sangat berarti bagi
pemerintah daerah untuk mempercepat keberhasilan dan pemerataan hasil-hasil
pembangunan.
2.18.3. Infrastruktur
a. Jalan
Pembangunan Infrastruktur yang telah dicapai periode 2006-2010 dapat diukur
dengan beberapa indikator utama, antara lain proporsi panjang jalan dalam kondisi baik,
jaringan irigasi yang dapat melayani lahan pertanian, tingkat pelayanan air bersih, dan
beberapa hal lainnya yang erat kaitannya dengan dukungan terhadap sektor terkait
peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Jalan merupakan faktor penunjang utama pembangunan, baik pembangunan di
bidang ekonomi, sosial budaya, maupun infrastruktur lain. Adapun perubahan kondisi jalan
kabupaten setiap tahunya selama periode 2006 s/d 2010 dapat terlihat dari tabel berikut ini :
Tabel 2.18.13Perkembangan Kondisi Jalan Kabupaten Tahun 2006-2010
No KeadaanPanjang Jalan (Km)
2006 2007 2008 2009 2010
1 Kondisi Baik 289,95 Na 301,90 Na 323,51
2 Kondisi Sedang 117,61 Na 184,80 Na 170,25
3 Kondisi rusak 159,40 Na 275,00 Na 275,00
4 Kondisi rusak Berat 534,99 na 340,25 Na 333,19
Jalan secara keseluruhan 1.101,95 1.101,95 1.101,95
Sumber : Dinas PU Kabupaten Lima Puluh Kota tahun 2010Na : tidak ada data
Dari tabel diatas dapat dilihat selama kurun waktu 2006 s/d 2010 ditinjau dari
panjang ruas jalan tidak terjadi penambahan maupun pengurangan panjang ruas jalan
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-163
kabupaten hal ini disebabkan karena data panjang ruas jalan kabupaten ini didasarkan
kepada Peraturan Gubernur Sumatera Barat Nomor 4 Tahun 2006.
Ditinjau dari kondisi jalan kabupaten, diperoleh data terjadinya peningkatan kondisi
jalan dengan kondisi baik sepanjang 33,56 km dari semula 289,95 km di tahun 2006
manjadi 323,51 km di tahun 2010. Dengan demikian telah terjadi pengurangan jalan dengan
kondisi sedang sampai dengan kondisi rusak berat sebagaimana tabel 2.18.13. di atas.
Meskipun terjadi peningkatan jumlah panjang jalan dengan kondisi baik dalam kurun
waktu 2006 s/d 2010 namun jika dilihat dari proporsi jalan dengan kondisi baik pada tahun
2010 baru mencapai 29,36%, artinya kondisi jalan kabupaten di Kabupaten Lima Puluh Kota
masih didominasi oleh jalan dengan kondisi sedang sampai dengan kondisi rusak berat.
Mengingat jumlah dan panjang ruas jalan kabupaten mengalami perubahan sebagai
akibat adanya pembangunan jalan dan kebijakan pemerintah daerah, maka perlu kiranya
dilakukan penyesuaian kembali jumlah dan panjang ruas jalan kabupaten sesuai dengan
kondisi yang ada di lapangan. Disamping itu perlu juga dilakukan pembaharuan data
berkenaan dengan kondisi jalan untuk setiap tahunnya, supaya penanganan jalan kabupaten
akan menjadi lebih terarah dan tepat sasaran.
b. Irigasi
Jaringan irigasi merupakan faktor penunjang utama pembangunan pertanian,
jaringan irigasi yang berfungsi dengan baik akan berdampak kepada optimalisasi hasil
pertanian. Berkenaan dengan perkembangan kondisi jaringan irigasi yang ada di Kabupaten
Lima Puluh Kota selama periode 2006 s/d 2010 tidak diperoleh data lengkapnya, namun
untuk melihat kondisi terkini dari kondisi jaringan dan bangunan pelengkap irigasi dapat
dilihat pada tabel 2.18.14
Tabel 2.18.14Kondisi Jaringan Irigasi Kabupaten Lima Puluh Kota
Tahun 2010
No KondisiDaerah Irigasi (DI)
Jumlah Luas (ha) % Luas
1 Kondisi Baik 6 397,55 2,57
2 Kondisi Sedang 0 0 0,00
3 Kondisi Rusak Ringan 106 11.322,31 73,27
4 Kondisi Rusak Berat 26 3.733,20 24,16
Total 138 15.453,06 100,00
Sumber : Dinas PU Kabupaten Lima Puluh Kota tahun 2010
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-164
Dari tabel di atas dapat dilihat, bahwa luas Daerah Irigasi (DI) di Kabupaten Lima
Puluh Kota yang merupakan kewenangan kabupaten adalah seluas 15.453,06 ha yang
meliputi 138 DI. Jumlah dan luasan DI ini didasarkan kepada Kepmen PU 309/2007 yang
telah disesuaikan dengan kondisi aktual, dimana jumlah DI kewenangan kabupaten yang
ada dalam permen tersebut sebanyak 143 DI dengan luas 15.775,21 ha dan setelah
dilakukan pengecekkan ditemukan ada beberapa DI yang ditulis berulang sehingga diperoleh
jumlah dan luas DI.
Berkenaan dengan kondisi jaringan irigasi pada 2010, dari luas areal irigasi
15.453,06 ha, 73,27% atau 11.322,31 ha dalam kondisi rusak ringan dan sisanya masing-
masing sebesar 2,57% atau seluas 397,55 ha dengan kondisi baik dan 24,16% atau seluas
3.733,20 ha dalam kondisi rusak berat.
Dari data kondisi jaringan di atas diketahui bahwa sebagian besar jaringan irigasi di
Kabupaten Lima Puluh Kota dalam kondisi rusak ringan sementara jaringan irigasi dengan
kondisi baik hanya sebahagian kecil saja. Untuk itu perlu menjadi perhatian tersendiri bagi
pemerintah kabupaten mengingat sektor pertanian adalah sektor penyumbang terbesar bagi
PDRB Kabupaten Lima Puluh Kota, dimana pada Tahun 2009 sektor pertanian sebagai
penyumbang 33,59% bagi PDRB Kabupaten Lima Puluh Kota. Angka ini tidak jauh berbeda
dengan beberapa tahun sebelumnya, artinya sektor pertanian adalah sektor yang masih
menjadi tumpuan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Lima Puluh Kota sampai saat ini.
Dengan demikian perbaikan kondisi jaringan irigasi ke arah yang lebih baik akan berdampak
kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat.
c. Air Bersih
Untuk pelayanan air bersih sampai akhir tahun 2010, Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) baru mencapai cakupan pelayanan sebesar 7,46% atau melayani penduduk
sebanyak 25.254 orang, sedangkan untuk wilayah yang belum terjangkau oleh jaringan pipa
PDAM, masih menggunakan sumur gali dan pada sebagian kawasan lain secara bertahap
telah dibangun jaringan distribusi air bersih dalam skala kecil melalui Program Nasional
Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat (Pamsimas). Khusus untuk program pamsimas
ini mulai dilaksanakan pada Tahun 2008, dan sampai tahun 2010 telah mencakup 35 jorong.
Proporsi Jumlah penduduk yang mendapatkan akses air minum 5 tahun terakhir
dapat dilihat dari tabel berikut :
Tabel 2.18.14Proporsi Jumlah Penduduk Yang Mendapat Akses air Minum
Dan Jumlah Pendududk dari tahun 2006 s/d 2010
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-165
No Uraian 2006 2007 2008 2009 2010
1 Jumlah penduduk yang mendapatkan Akses airMinum (PDAM)
21.656 22.697 23.091 23.826 25.254
2 Jumlah penduduk yang mendapatkan Akses airMinum (Pamsimas)
- - 14.773 27.343 36.960
3 Jumlah penduduk yang mendapatkan Akses airMinum (PDAM + Pamsimas)
21.656 22.697 37.864 51.169 62.214
4 Jumlah Penduduk 330.536 331.674 333.929 336.067 338.630*
5 Persentase Penduduk Berakses air Minum (PDAM) 6,55 6,84 6,91 7,09 7,46
6 Persentase Penduduk Berakses air Minum(Pamsimas)
- - 4,42 8,14 10,91
7 Persentase Penduduk Berakses air Minum (PDAM+ Pamsimas)
6,55 6,84 11,34 15,23 18,37
Sumber : PDAM Kabupaten Lima Puluh Kota dan Analisis Bappeda
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sejak tahun 2006, jika penyediaan air bersih
ini hanya mengandalkan PDAM, maka peningkatan akses masyarakat terhadap air bersih
hanya sebesar 0,91% dari 6,55% pada Tahun 2006 menjadi 7,46% pada tahun 2010 atau
rata-rata peningkatan 0,23% pertahun. Namun jika diakumulasikan dengan hasil
pelaksanaan Program Pamsimas, maka peningkatan akses masyarakat terhadap air bersih
meningkat dari 6,55% pada Tahun 2006 menjadi 18,37% pada tahun 2010, artinya ada
tambahan persentase sebesar 10,91%.
Melihat realitas sebagaimana di atas, maka Program Pamsimas ini sangat layak
untuk dilanjutkan dan dikembangkan. Keuntungan lain dari Program Pamsimas ini adalah
terjadinya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat pada masyarakat di lokasi program.
d. Pendidikan
Tingkat pendidikan merupakan salah satu ukuran yang dapat digunakan untuk
melihat tingkat kualitas sumberdaya manusia. Secara umum dapat dikatakan bahwa kualitas
sumber daya manusia berbanding lurus dengan tingkat pendidikan. Semakin tinggi tingkat
pendidikan yang dicapai maka kualitas sumber daya manusia juga semakin tinggi.
Pendidikan juga merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan
sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran
normatif.
Pemerintah dalam setiap rencana pembangunannya selalu menyertakan sektor
pendidikan sebagai salah satu sektor yang mendapat perhatian serius. Strategi
pembangunan pendidikan dijabarkan melalui 4 (empat) sendi pokok yaitu pemerataan
kesempatan, relevansi pendidikan dengan pembangunan, kualitas pendidikan dan efisiensi
pengelolaan.
Ukuran lain yang digunakan dalam menentukan capaian pembangunan di bidang
pendidikan adalah Angka Partisipasi Sekolah (APS), yaitu jumlah penduduk yang masih
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-166
sekolah pada masing-masing kelompok usia sekolah dibagi dengan jumlah penduduk di
masing-masing kelompok usia sekolah yang bersangkutan. APS dibagi ke dalam 3 kelompok
umur, yaitu 7-12 tahun mewakili usia sekolah SD, 12-15 tahun mewakili usia SLTP dan 16-
18 tahun mewakili usia SLTA.
APS dapat dibedakan menjadi Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi
Murni (APM). Angka partisipasi kasar adalah rasio jumlah siswa, berapapun usianya yang
sedang bersekolah di tingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok usia
yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tersebut. APK didapat dengan membagi jumlah
penduduk yang sedang bersekolah tanpa memperhitungkan umur pada jenjang pendidikan
tertentu dengan jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang
pendidikan. Sedangkan APM adalah persentase siswa dengan usia yang berkaitan dengan
jenjang pendidikannya dari jumlah penduduk usia sekolah di tingkat pendidikan tertentu.
Secara sederhana indikator ini juga merupakan ukuran daya serap penduduk usia sekolah di
masing-masing jenjang pendidikan.
Tabel 2.18.15Persentase Angka Partisipasi Kasar (APK) SD, SLTP dan SLTA
di Kab. Lima Puluh Kota Tahun 2005-2009
No Komponen Th 2005 Th 2006 Th 2007 Th 2008 Th 2009
1. SD dan MI 108,83 104,59 105,45 105,75 105,45
2. SLTP dan MTs 77,79 79,81 83,62 84,40 83,62
3. SLTA dan MA 40,68 40,39 43,17 53,98 43,17
Sumber : Dinas Pendidikan Kab. Lima Puluh Kota.
Berdasarkan data partisipasi sekolah selama 5 tahun, diperoleh informasi bahwa
angka partisipasi kasar SD lebih tinggi, kemudian diikuti oleh SLTP dan terakhir SLTA. Bila
dibandingkan ketiganya, maka APK SD lebih besar dan bahkan melebihi 100. Artinya disini
secara kasar jumlah anak yang sekolah di level SD dari berbagai usia lebih besar dan
melebihi kapasitas anak yang usianya berkaitan dengan usia SD. Namun dari 2005 ke 2009
terjadi penurunan APK SD, namun dengan angka yang tidak terlalu besar.
Untuk APK SLTP dan SLTA, terlihat terjadi kenaikan dari tahun 2005 ke 2009.
Artinya jumlah anak yang sekolah SLTP serta SLTA cenderung bertambah setiap tahun.
Namun jumlah ini belum mampu memenuhi seluruh anak yang seharusnya sekolah di
tingkat SLTP dan SLTA, karena nilainya belum mencapai 100.
Tabel 2.18.16
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-167
Persentase Angka Partisipasi Murni (APM) SD, SLTP dan SLTAdi Kab. Lima Puluh Kota Tahun 2005-2009
No Komponen Th 2005 Th 2006 Th 2007 Th 2008 Th 2009
1. SD dan MI 98,70 90,60 92,54 93,27 92,54
2. SLTP dan MTs 58,38 57,90 61,86 66,94 61,86
3. SLTA dan MA 29,23 36,93 37,37 39,58 37,37
Sumber : Dinas Pendidikan Kab. Lima Puluh Kota.
Berbeda dengan APK maka APM di berbagai tingkatan pendidikan lebih rendah dari
dari APK tersebut. Hal ini terjadi karena APM merupakan presentasi dari partisipasi anak
pada usia sekolah terkait dengan usia yang seharusnya dipersyaratkan untuk itu. Dari ke
tiga level pendidikan tersebut terlihat bahwa APM SD melebihi APM SLTP maupun APM SLTA
dan APM SLTP juga lebih besar dari APM SLTA. Kondisi ini juga menunjukkan bahwa jumlah
anak yang bersekolah secara sistematis berkurang seiring dengan peningkatan jenjang
pendidikannya.
Selanjutnya ketiga tingkatan pendidikan tersebut APM-nya pada umumnya tidak
mencapai 100. Hal ini berarti bahwa tidak semua peserta didik pada usia berkaitan dapat
bersekolah atau menikmati dunia pendidikan. Hal ini bisa saja terjadi karena daya tampung
sekolah yang masih terbatas, atau bisa pula disebabkan oleh kurangnya akses dan
kemampuan masyarakat untuk mengikuti sekolah dan membiayai sekolah.
e. Kesehatan
Tujuan pembangunan kesehatan Kabupaten Lima Puluh Kota adalah Peningkatan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap warga agar terwujudnya
derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat yang hidup
dengan prilaku dan dalam lingkungan sehat serta memiliki kemampuan menjangkau
pelayanan bermutu, secara adil dan merata.
Selama Periode Pelaksanaan RPJMD I, berbagai upaya teah dilakukan untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat melalui berbagai progam, baik yang bersifat promotif,
preventif, maupun kuratif antara lain melalui pendidikan kesehatan, imunisasi,
pemberantasan penyakt menular, penyediaan air bersih dan sanitasi, serta pelayanan
kesehatan. Capaian dari pembangunan kesejahteraan sosial dan sumber daya manusia di
bidang kesehatan dapat diuraikan dengan melihat beberapa indikator derajat kesehatan.
Derajat kesehatan merupakan hasil akhir yang ingin dicapai dari Pembangunan
Kesehatan Indonesia. Indikator yang menentukan derajat kesehatan masyarakat adalah
mortalitas, morbiditas, dan status gizi. Mortalitas ditentukan oleh angka kematian bayi,
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
angka kematian balita, angka kematian ibu melahirkan, dan angka harapan hidup.
Morbiditas ditentukan oleh angka kesakitan malaria, angka kesembuhan penderita TB Paru
BTA (+), Prevalensi HIV, Angka “Acute Flaccid Paraly
dan angka kesakitan Demam Berdarah Dengue.
gizi gizi buruk dan presentase kecamatan bebas rawan gizi.
Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Lima Puluh Kota tahun 2009 adalah
11,2/1000 kelahiran hidup
11,2/1000 kelahiran hidup
tahun 2007 yaitu 16,1 /1000 kelahiran hidup (103 jiwa).
(AKABA) yang menggambarkan peluang untuk meninggal pada fase antara kelahiran dan
sebelum umur 5 tahun adalah 0,8/1000 kelahiran hidup (5
2,4/1000 kelahiran hidup pada
yaitu 4,4/1000 kelahiran hidup (28 jiwa)
jumlah kematian bayi dan balita
Gambar 2.18.2 Grafik PerkembanganLima Puluh Kota Tahun 2005
Jumlah kematian ibu (AKI) melahirkan tahun 2009 sebesar 5 jiwa, tahun 2008
sebesar 9 jiwa. Jumlah ini juga turun dari tahun 2007
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
angka kematian balita, angka kematian ibu melahirkan, dan angka harapan hidup.
ditentukan oleh angka kesakitan malaria, angka kesembuhan penderita TB Paru
BTA (+), Prevalensi HIV, Angka “Acute Flaccid Paralysis (AFP) pada anak usia < 15 tahun,
dan angka kesakitan Demam Berdarah Dengue. Status gizi ditentukan oleh presentase balita
gizi gizi buruk dan presentase kecamatan bebas rawan gizi.
Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Lima Puluh Kota tahun 2009 adalah
11,2/1000 kelahiran hidup (72 jiwa). Angka ini sama dengan angka di tahun 2008 yaitu
11,2/1000 kelahiran hidup (69 jiwa). Angka ini menurun cukup tajam daripada angka di
itu 16,1 /1000 kelahiran hidup (103 jiwa). Sedangkan Angka Kematian Balita
menggambarkan peluang untuk meninggal pada fase antara kelahiran dan
adalah 0,8/1000 kelahiran hidup (5 jiwa) pada tahun 2009
n hidup pada tahun 2008 (15 jiwa). Angka ini turun daripada tahun 2007
1000 kelahiran hidup (28 jiwa). Grafik dibawah ini menggambarkan
bayi dan balita dari tahun 2005 – 2009.
Gambar 2.18.2 Grafik Perkembangan Angka Kematian Bayi dan Balita KabupatenLima Puluh Kota Tahun 2005-2009
Jumlah kematian ibu (AKI) melahirkan tahun 2009 sebesar 5 jiwa, tahun 2008
sebesar 9 jiwa. Jumlah ini juga turun dari tahun 2007 yang berjumlah 12 jiwa. Grafik
II-168
angka kematian balita, angka kematian ibu melahirkan, dan angka harapan hidup.
ditentukan oleh angka kesakitan malaria, angka kesembuhan penderita TB Paru
sis (AFP) pada anak usia < 15 tahun,
ditentukan oleh presentase balita
Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Lima Puluh Kota tahun 2009 adalah
2 jiwa). Angka ini sama dengan angka di tahun 2008 yaitu
(69 jiwa). Angka ini menurun cukup tajam daripada angka di
Angka Kematian Balita
menggambarkan peluang untuk meninggal pada fase antara kelahiran dan
pada tahun 2009 dan
tahun 2008 (15 jiwa). Angka ini turun daripada tahun 2007
menggambarkan kecendrungan
Angka Kematian Bayi dan Balita Kabupaten
Jumlah kematian ibu (AKI) melahirkan tahun 2009 sebesar 5 jiwa, tahun 2008
12 jiwa. Grafik
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
dibawah ini menggamba
Gambar 2.18.3 Grafik Perkembangan2005-200
Indikator lain yang digunakan sebagai
kesehatan adalah status gizi
disebabkan oleh karena kurangnya asupan gizi dan serangan penyakit infeksi. Faktor
penyebab tidak langsung adalah rendahnya daya beli dan ketidaktersediaan pangan yang
bergizi serta keterbatasan pengetahuan
dan anak balita.
Pada grafik dibawah ini dapat di
dari tahun 2005 – 2009.
Grafik 2.18.3 Perkembangan Status Gizi Buruk
Status gizi balita dapat diukur berdasarkan 3 indikator yaitu berat badan/umur
(BB/U), tinggi badan/umur (TB/U), dan berat badan/tinggi badan (BB/TB). Indikator BB/U
dinyatakan dalam 4 katagori yaitu
TB/U dibagi atas 3 kategori yaitu
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
dibawah ini menggambarkan Angka Kematian Ibu (AKI) dari tahun 2005
Perkembangan Angka Kematian Ibu Melahirkan2009
Indikator lain yang digunakan sebagai salah satu ukuran dalam pencapaian derajat
tatus gizi. Status gizi buruk yang terjadi pada balita antara lain
karena kurangnya asupan gizi dan serangan penyakit infeksi. Faktor
penyebab tidak langsung adalah rendahnya daya beli dan ketidaktersediaan pangan yang
keterbatasan pengetahuan tentang pangan yang bergizi terutama untuk ibu
Pada grafik dibawah ini dapat dilihat status gizi buruk balita di Kab.
Perkembangan Status Gizi Buruk BalitaTahun 2005
Status gizi balita dapat diukur berdasarkan 3 indikator yaitu berat badan/umur
(BB/U), tinggi badan/umur (TB/U), dan berat badan/tinggi badan (BB/TB). Indikator BB/U
dinyatakan dalam 4 katagori yaitu gizi buruk, gizi kurang, gizi baik, dan gizi lebih
TB/U dibagi atas 3 kategori yaitu sangat pendek, pendek, dan normal. Sedangkan indikator
II-169
Kematian Ibu (AKI) dari tahun 2005 – 2009.
Angka Kematian Ibu Melahirkan Tahun
salah satu ukuran dalam pencapaian derajat
pada balita antara lain
karena kurangnya asupan gizi dan serangan penyakit infeksi. Faktor
penyebab tidak langsung adalah rendahnya daya beli dan ketidaktersediaan pangan yang
tentang pangan yang bergizi terutama untuk ibu
status gizi buruk balita di Kab. Lima Puluh Kota
alitaTahun 2005-2009
Status gizi balita dapat diukur berdasarkan 3 indikator yaitu berat badan/umur
(BB/U), tinggi badan/umur (TB/U), dan berat badan/tinggi badan (BB/TB). Indikator BB/U
gizi buruk, gizi kurang, gizi baik, dan gizi lebih. Indikator
. Sedangkan indikator
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-170
BB/TB terdiri dari 4 kategori yaitu sangat kurus, kurus, normal, dan gemuk. Grafik di atas
dapat dijelaskan lebih jauh dengan grafik berikut ini.
2.19 KABUPATEN DHARMASRAYA
2.19.1. Kondisi Geografi dan Demografi
a. Letak Geografi dan luas wilayah
Kabupaten Dharmasraya merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten
Sawahlunto/Sijunjung yang diresmikan tanggal 7 Januari 2004 oleh Presiden RI secara
simbolik di Istana Negara. Pembentukan kabupaten ini adalah untuk menjalankan Undang
Undang Nomor 38 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Dharmasraya.
Kabupaten Dharmasraya terletak pada posisi Geografis 00 47’7” LS – 10 41’ 56” LS
& 1010 9’ 21” BT – 1010 54’ 27” BT. Pada sisi sebelah barat, kabupaten ini berbatasan
dengan kabupaten Solok dan kabupaten Solok Selatan. Pada sisi sebelah timur berbatasan
dengan kabupaten Bungo dan kabupaten Tebo di propinsi Jambi. Pada sisi sebelah utara
berbatasan dengan kabupaten Sijunjung dan kabupaten Kuantan Senggigi, dan di sebelah
Selatan berbatasan dengan kabupaten Bungo dan kabupaten Kerinci di Provinsi Jambi.
Kabupaten Dharmasraya memiliki luas wilayah sekitar 2.961,13 km2 atau 296.113 ha.
Informasi detail dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.19.1Letak Geografis Kecamatan di Kabupaten Dharmasraya
No Kecamatan Bujur Timur Lintang Selatan
1 Sungai Rumbai 101o 42' 23'' - 101o 47'38'' 1o 10' 40'' - 1o 15' 48''
2 Koto Besar 101o 23' 57'' - 101o 42'20' 1o 05' 03'' - 1o 21' 30''
3 Asam Jujuhan 101o 25'35'' - 101o 43'00'' 1o 18' 09'' - 1o 41' 56''
4 Koto baru 101o 35' 10'' - 101o 46'35'' 1o 02' 58'' - 1o 11'42''
5 Koto salak 101o 44' 40'' - 101o 54' 27 1o 05'32'' - - 1o 13'16''
6 Tiumang 101o 42'12'' - 101o 47'06'' 1o 00' 50'' - 1o05' 33''
7 Padang laweh 101o 43' 04'' - 101o 49'55'' 0o 57'37'' - - 1o 06' 35''
8 Sitiung 101o 31' 59'' - 101o 43'30'' 0o 55'01'' - 1o 05' 43''
9 Timpeh 101o 26' 35'' 101o 44'08'' 0o 47' 07'' 1o 00' 00''
10 Pulau punjung 101o 23'36'' 101o 36'40'' 0o 50'40'' 1o 10' 04''
11 IX koto 101o 09' 21'' 0o 26' 50'' 0o 54' 20'' 0o 09' 06''
Sumber : Dharmasraya dalam angka, 2010
b. Topografi dan Iklim
Kabupaten Dharmasraya berada pada ketinggian sekitar 82 meter sampai 1.525
meter dari permukaan laut. Kabupaten Dharmasraya merupakan daerah yang beriklim tropis
(panas) namun selalu mendapatkan hujan setiap bulannya. Curah hujan pada tahun 2009
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-171
rata-rata sebesar 234,33 mm/bulan. Curah hujan paling tinggi terjadi pada bulan Desember
(585 mm) dan terendah pada bulan oktober (94 mm). Informasi detail dapat dilihat pada
tabel di bawah ini. Suhu di kabupaten ini berkisar antara 21-33oC.
Tabel 2.19.2Curah Hujan Kabupaten Dharmasraya
BulanCurah hujan
(mm)
Januari 361
Februari 228
Maret 326
April 446
Mei 160
Juni 63
Juli 229
Agustus 124
September 221
Oktober 94
November 195
Desember 585
Sumber : Dharmasraya dalam Angka, 2010
c. Lahan dan Penggunaannya
Sebagian besar lahan yang terdapat di kabupaten Dharmasraya digunakan untuk
kepentingan pertanian (91,13%). Sedangkan sisanya (8,87%) digunakan untuk non
pertanian, dimana mayoritas pemanfaatan lahan pertanian tersebut dialokasikan untuk
perkebunan (34,575) dan hutan rakyat (20,52%). Informasi lebih lengkap dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Tabel 2.19.3Luas Lahan Menurut Penggunaan
Penggunaan Tanah Luas (ha) %
Rumah, Bangunan dan Halaman 9.455,0 3.19
Hutan Negara 13.115,0 4.43
Sawah 9.201,0 3.09
Tegal 23.732,0 8.01
Hutan Rakyat 60.777,0 20.52
Perkebunan 102.380,0 34.57
Sumber : Dharmasraya dalam angka, 2010
d. Demografi
Jumlah penduduk Kabupaten Dharmasraya pada tahun 2009 tercatat sebanyak
186.354 orang., dengan perincian jumlah penduduk perempuan adalah 90.348 jiwa dan
jumlah penduduk laki-laki adalah 96.006 jiwa. Dengan demikian sex ratio (perbandingan
penduduk perempuan dengan penduduk laki-laki adalah 94,11%.
Sebagian besar penduduk menetap pada kecamatan pulau punjung (34.847 jiwa)
dan kecamatan koto baru (27.950 jiwa). Sedangkan kecamatan yang paling sedikit
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-172
penduduknya ádalah Kecamatan padang laweh yang hanya dihuni oleh penduduk sebanyak
5320 jiwa. penduduk yang paling padat berada di kecamatan sungai rumbai yaitu sebesar
368,82 orang per km2, dan paling jarang penduduknya di Kecamatan IX Koto yakni 15,71
orang per km2. Informasi lebih rinci dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.19.4Jumlah Penduduk Kabupaten Dharmasraya Menurut Jenis Kelamin, Sex ratio, dan
Kepadatan penduduk
KecamatanPenduduk
Sex ratioLaki-Laki Perempuan Jumlah
Sungai Rumbai 9 198 8 369 17 567 104,64
Koto Besar 11 537 10 730 22 267 112,26
Asam Jujuhan 5 519 4 751 10 270 107,91
Koto baru 14 291 13 658 27 950 104,64
Koto salak 7 461 7 205 14 666 103,56
Tiumang 5 565 5 243 10 807 106,15
Padang laweh 2 766 2 464 5 230 112,26
Sitiung 11 545 10 952 22 497 105,42
Timpeh 6 745 6 365 13 110 105,97
Pulau punjung 18 086 16 761 34 847 107,91
IX koto 3 613 3 532 7 144 102,29
Sumber: Dharmasraya Dalam Angka, 2010
2.19.2 Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia
a. Sumber Daya Alam
Kabupaten Dharmasraya memiliki berbagai potensi pertambangan, yang terbagi atas
bahan tambang golongan A, bahan tambang golongan B, dan bahan tambang golongan C.
Bahan tambang berupa batubara (galian A) terdapat di kecamatan Sungai Rumbai, Pulau
Punjung, Koto Baru dan Sitiung. Bahan tambang galian B (emas) terdapat di Bukit Gading.
Sedangkan bahan tambang golongan C seperti sirtukil terdapat di kecamatan Pulau Punjung,
Sitiung, Koto Baru, dan Sungai Rumbai. Informasi lebih lengkap dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 2.19.5Potensi Bahan Galian Menurut Kecamatan
Kecamatan Jenis Bahan Galian
Gol A Gol B Gol C
Sungai Rumbai Batu bara Biji besi Sirtukil
Koto baru Batubara - Bitumen padat, tanah liat, sirtukil
Sitiung Batubara Emas Bitume padat, batu kapur, batu gunung, sirtukil
Pulau punjung Batubara Biji besi Bitume padat, batu kapur, tanah liat, sirtukil
Sumber: Dharnasraya dalam angka, 2010
b. Sumber Daya Manusia
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-173
Jumlah penduduk Kabupaten Dharmasraya pada tahun 2009 tercatat sebanyak
186.354 jiwa dengan rincian 96.006 jiwa laki-laki dan sisanya sebanyak 90.348 jiwa ádalah
penduduk perempuan. Dengan demikian angka sex ratio perbandingan penduduk
perempuan dengan penduduk laki-laki) adalah 94,11%. Pada tahun 2009 jumlah penduduk
masuk dalam kelompok usia kerja adalah 124.318 orang.
Dari penduduk yang masuk kelompok usia kerja tersebut, yang termasuk ke dalam
kelompok angkatan kerja sebanyak 83.339 orang, namun yang bekerja tercatat hanya
77.818 orang (67,04%). Sisanya 5.521 orang sedang mencari pekerjaan. Selanjutnya, dari
77.818 orang yang bekerja tercatat tersebut, sebagian besar bekerja pada lapangan usaha
pertanian (55.133 orang atau 70,85%).
Tabel 2.19.6Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan
Sumber: Dharmasraya dalam angka, 2010
Tabel 2.19.7Penduduk Kabupaten Dharmasraya Menurut Kelompok Umur
Kelompok UmurJumlah(jiwa)
Persentase(%)
0-14 tahun 62.036 33,30
15-64 tahun 118.564 63,64
65 (+) tahun 5.704 3,06
Total 186.304 100
Sumber: Dharmasraya dalam angka, 2010
Pada tahun 2008 nilai indeks Pembangunan Manusia (IPM) kabupaten Dharmasraya
adalah 67,99. Angka ini meningkat 0,51 dari IPM tahun sebelumnya (2007) yaitu 67,48.
Dengan angka IPM 67,99 tahun 2008 tersebut membawa kabupaten Dharmasraya
menempati peringkat 359 nasional dalam hal pembangunan manusia, turun 9 nomor dari
posisi tahun sebelumnya (2007) yaitu 350. Selain itu, angka IPM sebesar 67,99 tersebut
membawa kabupaten Dharmasraya menempati peringkat 18 dari 19 kabupaten/kota di
propinsi Sumatera Barat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembangunan manusia
di kabupaten Dharmasraya sebetulnya belum berjalan dengan baik, sehingga masih harus
tetap terus ditingkatkan.
Kecamatan Jumlah penduduk(jiwa)
Sungai Rumbai 17.567
Koto Besar 22.267
Asam Jujuhan 10.270
Koto baru 27.950
Koto salak 14.666
Tiumang 10.807
Padang laweh 5230
Sitiung 22.497
Timpeh 13.110
Pulau punjung 34.847
IX koto 7.144
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-174
Tabel 2.19.8Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Dharmasraya dan Peringkat di
Propinsi dan Nasional Tahun 2007-2009
DeskripsiTahun
2007 2008 2009
Angka Harapan Hidup 65,31 65,50 65,75
Angka Melek huruf 95,54 95,54 96,16
Rata-rata lama Sekolah 7,34 7,37 7,54
Pengeluaran riil per kapita ygdisesuaikan
599,15 604,04 604,49
I P M 67,48 67,99 68,60
Rangking (Propinsi) 19 18 18
Rangking (Nasional) 350 359 358
Sumber: Musrenbang Sumatera Barat Tahun 2011
2.19.3. Infrastruktur
a. Prasarana Jalan
Total panjang jalan raya di Kabupaten Dharmasraya pada tahun 2009 adalah
1238,28 km. Jalan raya yang sudah diaspal panjangnya adalah 372,81 km. Sedangkan
sisanya merupakan jalan dengan permukaan kerikil (308,53 km) dan jalan tanah (646.94
km). Jalan raya di Kabupaten Dharmasraya didominasi oleh jalan kabupaten (1182,28 km).
Sedangkan sisanya adalah jalan negara (62,50 km) dan jalan propinsi (83,50 km).
Tabel 2.19.9Panjang Jalan Negara, Propinsi, dan kota Berdasarkan Kecamatan
di Kabupaten Dharmasraya Tahun 2009
KecamatanPanjang Jalan (km)
Negara Propinsi Kabupaten
Sungai Rumbai 8.50 8.10 71.00
Koto Besar - - 49.70
Asam Jujuhan - - 94.10
Koto Baru 15.00 46.40 135.16
Koto Salak - - 60.48
Tiumang - - 72.40
Padang laweh - - 77.00
Sitiung 13.00 29.00 103.85
Timpeh - - 149.13
Pulau Punjung 26.00 - 280.16
IX Koto - - 89.30
Sumber: Dharmasraya dalam angka, 2010
b. Prasarana Air Minum dan Listrik
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) merupakan perusahaan yang bertanggung
jawab menyediakan kebutuhan air minum bagi penduduk kabupaten Dharmasraya. Jumlah
pelanggan PDAM ini pada tahun 2009 adalah 132 pelanggan Hingga tahun 2010, jumlah air
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-175
minum yang dikonsumsi oleh pelanggan PDAM kabupaten Dharmasraya adalah 25.163 m3.
Adapun sumber air yang digunakan untuk memproduksi air minum tersebut berasal dari
batang pangian, batang piroko, batanghari, batang nili, dan batang nimpi.
Hingga saat ini, pembangunan kelistrikan masih terus diusahakan agar seluruh
kecamatan di kabupaten Dharmasraya dapat menikmati aliran listrik. Pelanggan listrik di
kabupaten Dharmasraya masih didominasi kelompok rumah tangga terutama kelompok tarif
R-1, dimana pada tahun 2009 jumlah pelanggan kelompok R-1 ini mencapai 23.161
pelanggan. Pelanggan listrik terbanyak pada tahun 2009 berada di Kecamatan Sungai
Rumbai sebanyak 5.821 pelanggan.
c. Prasarana Komunikasi
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi menyebabkan terjadinya di
masyarakat, khususnya berkenaan dengan penggunaan alat yang digunakan untuk
berkomunikasi. Jika dulu penduduk warung telekomunikasi maupun telepon umum cukup
banyak terdapat di kabupaten Dharmasraya, maka pada tahun 2009 jumlahnya nihil. Hal ini
disebabkan karena masyarakat lebih memilih menggunakan telepon selular untuk melakukan
komunikasi dengan orang lain.
d. Prasarana Pendidikan
Prasarana pendidikan seperti gedung SD (negeri maupun swasta) hingga SMA
(negeri maupun swasta) telah tersedia di setiap kecamatan di Kabupaten Dharmasraya.
Jumlah gedung SD yang sudah dibangun adalah 144 unit, SMP 31 unit, dan SMA 12 unit.
Jumlah murid SD adalah 24.802 orang, jumlah murid SMP 6805 orang, dan murid SMA
adalah 4336 orang. Adapun jumlah guru SD 1602 orang, guru SMP 541 orang, dan guru
SMA 637 orang.
Tabel 2.19.10Jumlah Sekolah, Murid, dan Guru SD di Kabupaten Dharmasraya
Kecamatan Guru (orang) Gedung (unit) Murid (orang)
Sungai Rumbai 135 9 2.569
Koto Besar 188 15 3.064
Asam Jujuhan 74 8 1.346
Koto baru 215 16 3.307
Koto salak 135 12 1.720
Tiumang 122 12 1.453
Padang laweh 48 4 666
Sitiung 199 19 2.876
Timpeh 128 12 2.064
Pulau punjung 301 24 4.538
IX koto 115 13 1.199
Jumlah 1.660 144 24.802
Sumber : Dharmasraya dalam angka, 2010
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-176
Tabel 2.19.11Jumlah Sekolah, Murid, dan Guru SMP di Kabupaten Dharmasraya
Kecamatan Guru (orang) Gedung (unit) Murid (orang)
Sungai Rumbai 46 2 795
Koto Besar 50 3 793
Asam Jujuhan 10 1 79
Koto baru 87 4 1.002
Koto salak 49 2 569
Tiumang 16 1 187
Padang laweh 8 1 82
Sitiung 64 3 709
Timpeh 59 4 617
Pulau punjung 125 7 1.696
IX koto 27 3 276
Jumlah 541 31 6.845
Sumber : Dharmasraya dalam angka, 2010
Tabel 2.9.12Jumlah Sekolah, Murid, dan Guru SMA di Kabupaten Dharmasraya
Kecamatan Guru (orang) Gedung (unit) Murid (orang)
Sungai Rumbai 78 2 731
Koto Besar 19 1 64
Asam Jujuhan - - -
Koto baru 196 3 1.313
Koto salak - - -
Tiumang - - -
Padang laweh - - -
Sitiung 103 1 770
Timpeh 46 1 232
Pulau punjung 195 4 1.226
IX koto 20 - -
Jumlah 637 12 4.336
Sumber : Dharmasraya dalam angka, 2010
e. Prasarana Kesehatan
Belum semua prasarana kesehatan telah tersedia pada setiap kecamatan di
Kabupaten Dharmasraya. Hingga tahun 2009 ini jumlah RSUD masih 1 unit yang terdapat di
kecamatan pulau punjung. Selanjutnya puskesmas maupun puskesmas keliling masih belum
berdiri di kecamatan koto besar dan kecamatan tiumang, sedangkan keberadaan puskesmas
pembantu belum terdapat di kecamatan koto besar dan asam jujuhan.
Selain itu, hingga tahun 2009 kabupaten Dharmasraya telah memiliki 34 orang dokter
umum, 9 orang dokter gigi, 118 orang bidan, 170 orang paramedic, 2 orang apoteker, serta
10 orang asisten apoteker.
2.20 KOTA PADANG
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-177
2.20.1. Kondisi Geografi dan Demografi
a. Keadaan Geografi
Kota Padang adalah ibukota Propinsi Sumatera Barat yang terletak di pantai barat
pulau Sumatera dan berada antara 00 44′ 00″ dan 10 08′ 35″ Lintang Selatan serta
antara 1000 05′ 05″ dan 1000 34′ 09″ Bujur Timur. Menurut PP No. 17 Tahun 1980,
luas Kota Padang adalah 694,96 km2 atau setara dengan 1,65 persen dari luas Propinsi
Sumatera Barat. Kota Padang terdiri dari 11 kecamatan dengan kecamatan terluas adalah
Koto Tangah yang mencapai 232,25 km2.
Dari keseluruhan luas Kota Padang sebagian besar atau 51,01 persen berupa
hutan yang dilindungi oleh pemerintah. Berupa bangunan dan pekarangan seluas 51,08
km2 atau 7,35 persen.
Selain daratan pulau Sumatera, Kota Padang memiliki 19 pulau dimana yang
terbesar adalah Pulau Bintangur seluas 56,78 ha, kemudian pulau Sikuai di Kecamatan
Bungus Teluk Kabung seluas 48,12 ha dan Pulau Toran di Kecamatan Padang Selatan seluas
33,67 ha.
Ketinggian wilayah daratan Kota Padang sangat bervariasi, yaitu antara 0 – 1853 m
diatas permukaan laut dengan daerah tertinggi adalah Kecamatan Lubuk Kilangan. Kota
Padang memiliki banyak sungai, yaitu 5 sungai besar dan 16 sungai kecil, dengan
sungai terpanjang yaitu Batang Kandis sepanjang 20 km. Tingkat curah hujan Kota
Padang mencapai rata-rata 302.35 mm per bulan dengan rata-rata hari hujan 17
hari per bulan pada tahun 2009. Suhu udaranya cukup tinggi yaitu antara 21,60 –
31,70 C. Kelembabannya berkisar antara 78 – 85 persen.
Tabel 2.20.1.Luas Kecamatan dan Jumlah Kelurahan
di Kota Padang Tahun 2009
No KecamatanIbu Kota
Kecamatan
Luas Jumlah kelurahan
Km2 PercantageSebelumOtonomi
SetelahOtonomi
1 Bungus Teluk Kabung Pasar Laban 100,78 14,50 13 6
2 Lubuk Kilangan Bandar Buat 85,99 12,37 7 7
3 Lubuk Begalung Lubuk Begalung 30,91 4,45 21 15
4 Padang Selatan Mata Air 10,03 1,44 24 12
5 Padang Timur Simpang Haru 8,15 1,17 27 10
6 Padang Barat Purus 7,00 1,01 30 10
7 Padang Utara Lolong Belanti 8,08 1,16 18 7
8 Nanggalo Surau Gadang 8,07 1,16 7 6
9 Kuranji Pasar Ambacang 57,41 8,26 9 9
10 Pauh Pasar Baru 146,29 21,05 13 9
11 Koto Tangah Lubuk Buaya 232,25 33,42 24 13
Sumber: BPS, 2010
b. Pemerintahan
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-178
Setelah pelaksanaan otonomi daerah, Kota Padang yang sebelumnya memiliki
11 kecamatan dan 193 kelurahan kini memiliki 11 kecamatan dan 104 kelurahan.
Kecamatan yang jumlah kelurahannya mengalami penurunan terbanyak adalah
Kecamatan Padang Barat, dari sejumlah 30 kelurahan menjadi hanya 10 kelurahan.
Berdasarkan hasil Pemilihan Umum yang dilaksanakan pada bulan April 2009
lalu, terjadi perubahan pada peta perpolitikan di Kota Padang dibandingkan dengan
Pemilu Tahun 2009. Untuk DPR baik tingkat Pusat, propinsi maupun kabupaten, suara
terbanyak diperoleh oleh Partai Demokrat. Partai Keadilan Sejahtera mengikuti di tempat
kedua untuk DPRD tingkat kabupaten dan DPR RI. Partai Amanah Nasional
memperoleh suara terbanyak kedua untuk DPRD tingkat Propinsi.
Berdasarkan hasil tersebut DPRD Kota Padang kini dipimpin oleh Zulherman,
SPd, MM, Dt. Bagindo Sati dari Fraksi Partai Demokrat. Dari 45 orang anggotanya, 42
diantaranya laki-laki dan 3 orang sisanya perempuan.
Di masa jabatan anggota DPRD Kota Padang Tahun 2009 telah dihasilkan
13 peraturan daerah, 30 keputusan, 14 keputusan pimpinan dan 1 rekomendasi DPRD
Kota Padang.
c. Penduduk dan Angkatan Kerja
Pengetahuan mengenai penduduk merupakan dasar utama dalam melakukan
kegiatan pembangunan baik perencanaan maupun evaluasi. Pada tahun 2009, penduduk
Kota Padang telah mencapai 875.750 jiwa, meningkat sejumlah 18.935 jiwa dari tahun
sebelumnya. Dengan demikian kepadatannya pun bertambah dari 1.233 jiwa/km2 menjadi
1.260 jiwa/km2.
Kecamatan terbanyak jumlah penduduknya adalah Koto Tangah dengan
166.033 jiwa, tetapi karena wilayahnya paling luas hingga mencapai 33 persen dari
luas Kota Padang maka kepadatan penduduknya termasuk rendah yaitu 715
jiwa/km2. Kecamatan yang paling kecil jumlah penduduknya (24.417 jiwa) dan
sekaligus paling rendah kepadatannya (242 jiwa/km2) adalah Bungus Teluk Kabung.
Kecamatan lain yang juga jarang penduduknya adalah Kecamatan Pauh yaitu 375 jiwa/km2
dan Lubuk Kilangan yaitu 518 jiwa/km2.
Menurut survei yang dilakukan BPS, 33,39 persen dari penduduk Kota Padang
berumur 10 tahun keatas yang merupakan angkatan kerja adalah bekerja atau sementara
tidak bekerja tetapi sebenarnya mempunyai pekerjaan. Sedangkan jumlah pencari kerja
yaitu 3,75 persen dari penduduk berumur 10 tahun keatas yang merupakan
angkatan kerja. Sisanya sebesar 62,87 persen dari penduduk Kota Padang berumur
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-179
10 tahun keatas adalah bukan angkatan kerja, termasuk didalamnya adalah orang
yang bersekolah, mengurus rumah tangga dan lain-lain.
Dari 16.410 orang pencari kerja yang terdaftar di Dinas Tenaga Kerja Kota Padang,
sebesar 7.220 orang lulusan SMU dan 5.669 orang Sarjana. Menurut catatan dinas tersebut,
hanya sebanyak 988 orang pencari kerja yang mendapatkan pekerjaan.
d. Sosial
Tersedianya data bidang sosial sangat diperlukan untuk memantau tingkat
kesejahteraan masyarakat, merumuskan program pemerintah dan mengevaluasi dampak
berbagai program yang telah dijalankan.
Pembangunan bidang pendidikan dapat dilihat dari sarana/fasilitas pendidikan
yang tersedia. Pemerintah telah meningkatkan sarana pendidikan pra sekolah dengan
memperbanyak jumlah PAUD di masing-masing kecamatan. Di tahun 2009 ini tercatat
terdapat 209 PAUD di Kota Padang. Sedangkan untuk TK negeri tercatat terdapat 4 sekolah
yang pada tahun 2009 menampung 240 anak. Kebutuhan masyarakat untuk pendidikan pra
sekolah juga banyak dipenuhi oleh berbagai yayasan swasta yang saat ini berjumlah 239
unit dan menampung 12.100 anak. Di tingkat sekolah dasar, terdapat SD negeri sebanyak
353 unit dan SD swasta sejumlah 61 unit. Keseluruhan jumlah murid yang ditampung pada
tahun 2009 adalah 99.112 siswa dan jumlah guru yang disediakan adalah 5.777 orang.
Sehingga rata-rata setiap guru akan mengajar 17 orang siswa. Rasio ini sangat baik
mengingat rasio ideal untuk guru murid adalah 30 orang siswa untuk setiap guru.
Untuk tingkat SMP, terdapat 37 sekolah negeri dan 43 sekolah swasta.
Jumlah keseluruhan guru adalah 2.941 orang dan jumlah seluruh murid adalah 38.659
orang sehingga rasio murid guru adalah 13. Di tingkat SMU (diluar SMK) terdapat sejumlah
1.980 orang guru dan 23.762 orang murid sehingga rasio murid gurunya adalah 12. Jumlah
sekolah yang tersedia adalah 16 unit sekolah negeri dan 34 unit sekolah swasta.
Di bidang kesehatan, saat ini pemerintah telah menyediakan 5 unit rumah sakit
yang tersebar di Kecamatan Padang Timur, Padang Utara, Pauh dan Kuranji. Rumah sakit
swasta berjumlah 6 unit, jauh menurun dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan
beberapa rumah sakit mengalami kerusakan berat akibat gempa berkekuatan 7,9 SR
yang melanda kota Padang tanggal 30 September 2009 sehingga tidak dapat beroperasi
lagi. Rumah Sakit khusus di Kota Padang tercatat berjumlah 15 unit. Untuk mempermudah
pelayanan kesehatan agar lebih terjangkau oleh masyarakat baik dari segi biaya dan
jarak, disetiap kecamatan telah tersedia puskesmas, puskesmas pembantu dan tenaga
medis. Di seluruh Kota Padang terdapat 20 puskesmas,61 pustu, dan 530 tenaga medis.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-180
Untuk menggambarkan kesejahteraan masyarakat secara umum, pemerintah telah
membuat beberapa kategori kesejahteraan yaitu mulai keluarga prasejahtera, keluarga
sejahtera I, II, III hingga keluarga sejahtera plus. Yang perlu mendapat perhatian
adalah kelompok terbawah yaitu kelompok keluarga prasejahtera. Saat ini jumlah
keluarga prasejahtera mencapai 4.246 keluarga, berkurang 513 keluarga bila
dibandingkan dengan tahun sebelumnya (4.759 keluarga).
Bagi anak-anak yang bernasib tidak beruntung, tersedia 20 panti asuhan
dengan penghuni sejumlah 944 orang. Untuk keperluan pembiayaannya, pemerintah
telah menyiapkan dana yang berasal dari APBN swadaya dari masyarakat sehingga
terkumpul 574 Juta rupiah lebih.
Dari data di Kantor Pengadilan Agama, tahun ini terjadi peningkatan pada
jumlah kasus talak dan cerai. Bila tahun sebelumnya terjadi 643 kasus talak dan cerai,
tahun ini terdapat 716 kasus talak dan cerai.
2.20.2. Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia
a. Sumber daya alam
Kota Padang adalah ibukota Propinsi Sumatera Barat yang berbatasan langsung
dengan Samudara Indonesia dengan luas daerah 694,96 km2 atau 1,65 persen dari luas
Propinsi Sumatera Barat. Dari keseluruhan luas Kota Padang sebagian besar atau 52,52
persen berupa hutan yang dillindungi oleh pemerintah. Berupa bangunan dan perkarangan
seluas 9,01 persen atau 62,63 km2 sedangkan yang digunakan untuk lahan sawah seluas
7,52 persen atau 52,25 km2. Selain di daratan pulau Sumatera, Kota Padang memiliki 19
pulau dimana yang terbesar adalah Pulau Sikuai di Kecamatan Bungus Teluk Kabung seluas
38,6 km2, Pulau Toran di kecamatan Padang Selatan seluas 25 km2 dan Pulau Pisang
Gadang seluas 21,12 km2 juga di Kecamatan Padang Selatan.
Sebagai ibu kota provinsi, Kota Padang memiliki potensi yang besar dalam sektor
perdagangan, industri dan jasa. Walaupun demikian, letak daerah yang berada pada pesisir
panatai menjadikan Kota Padang sebagai salah satu daerah penghasil ikan di Sumatera
Barat. Sektor pertanian dan perkebunan juga memiliki potensi yang besar dengan semakin
berkembang sektor perkebunan terutama perkebunan kulit manis.
Salah satu potensi unggulan dari Kota Padang yang lain adalah sektor pariwisata.
Kota Padang memiliki berbagai alternatif wisata yang bisa dikembangkan karena memiliki
beragam potensi seperti wisata laut, wisata kuliner, wisata budaya dan sebagainya.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-181
a. Sumber daya manusia
Sumberdaya manusia di Kota Padang didominasi oleh penduduk usia muda. Bila
dilihat berdasarkan distribusi usia penduduknya, Kota Padang dapat digolongkan ke dalam
penduduk yang mayoritas memiliki produktivitas yang tinggi, dimana jumlah penduduk usia
0-14 tahun sebesar 27,93% dan penduduk usia 65 tahun ke atas sebesar 4,24%. Sisanya
sebesar 67,83% berusia antara 15 – 65 tahun. Besarnya jumlah penduduk tidak produktif
(usia muda dan usia tua) berdampak pada tingginya angka rasio ketergantungan.
Dengan jumlah penduduk kelompok usia produktif (15-64 tahun), yang juga
termasuk dalam kelompok usia kerja pada tahun 2009 mencapai 67,83% dari total
keseluruhan, ternyata memiliki nilai rasio ketergantungan sebesar 47,43%. Artinya secara
rata-rata setiap 100 penduduk produktif menanggung 33 penduduk tidak produktif.
Penduduk yang termasuk dalam usia kerja (usia 15 tahun ke atas) di Kota Padang
pada tahun 2009 mencapai 72,07% dari total penduduk, atau sebanyak 631.918 orang.
Selengkapnya kelompok umur dan persentase penduduk di Kota Padang dapat dilihat pada
tabel 2.20.2.
Tabel 2.20.2.Kelompok Umur dan Persentase Penduduk
di Kota Padang Tahun 2006
Kelompok Umur Persentase
0 – 14 27,93%
15 – 64 67,83%
65 + 4,24%
Rasio Ketergantungan 47,43%
Sumber: Padang Dalam Kota, 2010
2.20.3. Infrastruktur
a. Prasarana jalan
Pengembangan dan Peningkatan Sarana dan Prasarana di sektor perhubungan
terus dilakukan oleh Pemerintah, baik pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah.
Kondisi Jalan Kota Padang Tahun 2009 tidak mengalami perubahan yang
signifikan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Menurut jenis permukaan,
jalan di Kota Padang sebagian besar telah beraspal yaitu sebesar 58 persen (958,03
km). Bila dilihat menurut kondisi, sebahagian besar jalan berkondisi baik yaitu sebesar 60,25
persen (1.050,13 km).
Jumlah angkutan umum pada tahun 2009 mengalami sedikit penurunan.
Sedangkan angkutan laut mengalami peningkatan yang cukup signifikan di Pelabuhan
Teluk Bayur Padang. Jumlah kapal penumpang yang bersandar sebanyak 232 unit dengan
jumlah penumpang yang naik maupun turun sebanyak 10.202 dan 8.320 orang.
Jumlah angkutan barang di Pelabuhan Teluk Bayur mengalami penurunan dari 1.897 kapal
pada tahun 2008 menjadi 1.391 kapal pada tahun 2009.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
II-182
b. Prasarana air minum dan listrik
Sektor industri yang dikembangkan pada umumnya adalah industri kecil hasil
pertanian dan kehutanan, industri logam dan mesin elektro, industri kimia dan aneka
industri. Sektor industri aneka merupakan sektor yang paling besar baik dari segi
penyerapan tenaga kerja maupun nilai investasi yang ditanamkan. Secara
keseluruhan, pada sektor industri kecil terjadi peningkatan jumlah unit usaha, jumlah
tenaga kerja serta nilai investasi yang ditanamkan. Sehingga terjadi pula peningkatan
jumlah produksi yang dihasilkan oleh industri kecil ini, namun nilainya tidak meningkat
pesat.
Di Kota Padang terdapat satu buah industri besar yaitu PT Semen Padang dengan
rata-rata produksi 447.059 ton/bln. Pada tahun 2009 terjadi penurunan produksi
dibandingkan tahun 2008 dari 5.840.189 ton menjadi 5.364.706 ton. Volume
penjualan tahun 2009 adalah 5.617.820 ton yang dipasarkan ke seluruh wilayah Sumatera
dan DKI Jakarta.
Jumlah pelanggan listrik dan total daya pada tahun 2009 ini adalah 368,546 dengan
total daya terjual 59.082.321 kwh.
Jumlah pelanggan PDAM Padang terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada
tahun 2009 jumlah pelanggan sebanyak 74.136, meningkat 3,74 persen bila dibanding
pelanggan tahun 2008 yang hanya 71463. Seiring dengan itu nilai penjualan juga meningkat
dari 59,07 milyar rupiah pada tahun 2007 menjadi 63,42 milyar rupiah pada tahun 2009.
c. Prasarana komunikasi
Berbagai sarana komunikasi sudah tersedia di Kota Padang, seperti kantor pos untuk
sarana surat menyurat dan jaringan telepon untuk sarana hubungan secara langsung.
Kegiatan PT.Pos Indonesia pada tahun 2009 mengalami peningkatan di setiap
kegiatannya. Pengiriman paket pos meningkat dari 16.289 buah pada Tahun 2008
menjadi 24.433 buah Tahun 2009, sedangkan pengeluaran giro dan cek pos meningkat
dari 591,572 milyar rupiah pada tahun 2008 menjadi 946,516 milyar rupiah pada
tahun 2009. Peningkatan yang signifikan ini terjadi karena diberlakukannya layanan baru
oleh PT Pos berupa giro online yang banyak dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan
untuk mentransfer dana ke cabangnya.
Dari kegiatan PT Telkom Cabang Padang terlihat bahwa kapasitas terpasang
mengalami penurunan, yaitu sebanyak 66.675 jaringan dari 69.810 yang tersedia. Hal ini
juga merupakan salah satu akibat dari terjadinya gempa tanggal 30 September 2009. Oleh
karena itu jumlah pelanggan juga mengalami penurunan drastis dari 135.989 pelanggan
tahun 2008 menjadi 66.675 tahun 2009.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 1
BAB III
KONDISI PEREKONOMIAN WILAYAH
3.1. PROVINSI SUMATERA BARAT
3.1.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Indikator awal untuk melihat kondisi perekonomain wilayah adalah perkembangan
PDRB. Dalam kurun waktu 2006-2010 terjadi trend peningkatan PDRB dalam berbagai
ukuran. PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun 2010 telah mencapai 87,22 trilyun.
Meningkat tajam dari tahun 2006 sebesar 53,03 trilyun. Ukuran PDRB per kapita
menunjukkan kecenderungan serupa. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku meningkat
dari 11,45 juta pada tahun 2006 menjadi 18 juta pada tahun 2010. Cuplikan perkembangan
PDRB dari berbagai indikator ditampilkan pada tabel 3.1.1.
Tabel 3.1.1Indikator-indikator Perkembangan Ekonomi Daerah
NO U R A I A NTA H U N
2006 2007 2008 2009 2010
1 PDRB SUMBAR, harga berlaku (T) 53,03 59,79 70,61 76,3 87,22
2PDRB Perkapita, harga berlaku
(000)11.448,00 12.729,00 14.729,00 15.700,00 18.000,00
3 Laju Pertumbuhan Ekonomi (%) 6,14 6,32 6,37 4,16 5,93
4 Inflasi (%) 8,05 8,41 12,68 2,05 7,85
Sumber : Bappeda Sumatera Barat, 2011
Laju pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat pada tahun 2010 tercatat sebesar 5,93
persen. Angka ini meningkat dibandingkan tahun 2009 yang terhitung sebesar 4,16 persen.
Namun demikian, laju pertumbuhan ekonomi belum sepenuhnya pulih sebagaimana kondisi
sebelum gempa 30 September 2009. Laju pertumbuhan ekonomi tahun 2010 diiringi oleh
relatif tingginya tingkat inflasi mencapai 7,85 persen. Padahal tahun sebelumnya tingkat
inflasi hanya 2,05 persen.
Tingkat pertumbuhan berbagai sektor usaha di Provinsi Sumatera Barat dalam kurun
waktu 2009-2010 tercatat sebesar 5,93%. Pada periode yang sama, pertumbuhan terbesar
terjadi pada sektor bangunan (13,73%), pengangkutan dan komunikasi (9,91%), Jasa-jasa
(9,17%). Selanjutnya pertumbuhan sektor Pertambangan dan Penggalian (5,80%),
Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan (5,75%), perdagangan, hotel dan restoran
(3,48%), industri pengolahan (2,51%), listrik, gas dan air bersih (2,35%). Sebagaimana
dapat dicermati dari tabel 3.1.2.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 2
Tabel 3.1.2.PDRB Provinsi Sumatera Barat Menurut Sektor Tahun 2009-2010
No LAPANGAN USAHA2009 2010 Perkembangan (%)
Berlaku Konstan Berlaku Konstan Berlaku Konstan
1 PERTANIAN 18,381,917.90 8,773,503.32 20,792,321.90 9,094,245.77 13.11 3.66
2 PERTAMBANGAN &
PENGGALIAN2,556,102.31 1,137,763.20 2,763,856.08 1,203,809.02 8.13 5.80
3 INDUSTRI
PENGOLAHAN9,279,510.11 4,670,605.07 10,197,209.32 4,787,847.71 9.89 2.51
4 LISTRIK, GAS & AIR
BERSIH898,655.14 431,225.75 924,623.75 441,350.12 2.89 2.35
5 BANGUNAN 4,317,976.73 1,822,283.08 5,498,725.09 2,072,420.52 27.34 13.73
6 PERDAGANGAN, HOTEL
& RESTORAN13,694,246.19 6,707,683.59 15,474,820.99 6,940,990.93 13.00 3.48
7 PENGANGKUTAN &
KOMUNIKASI11,670,807.95 5,256,339.28 13,439,310.29 5,777,504.58 15.15 9.91
8 KEUANGAN,
PERSEWAAN, & JS.
PRSH.
3,784,465.81 1,901,983.36 4,145,204.69 2,011,441.28 9.53 5.75
9 JASA-JASA 12,169,255.59 5,981,852.02 13,985,181.93 6,530,577.74 14.92 9.17
PRODUK DOMESTIK
REGIONAL BRUTO76,752,937.72 36,683,238.68 87,221,254.05 38,860,187.68 13.64 5.93
Sumber: Bank Indonesia 2011
Pembangunan ekonomi sektoral perlu didasarkan atas potensi sumberdaya yang
dimilikinya, prospek pertumbuhan dan daya saingnya. Potensi sumberdaya secara agregat
ditandai dari struktur perekonomian. Struktur perekonomian Provinsi Sumatera Barat
berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan rata-rata 2005-2009 didominasi oleh sektor
pertanian (24,75%). Artinya, sektor pertanian merupakan penopang utama dalam struktur
perekonomian Sumatera Barat. Sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan
kontributor kedua terbesar yaitu 17,74% terhadap PDRB. Diikuti sektor jasa-jasa (15,875),
pengangkutan dan komunikasi (14,83%), industri pengolahan (11,79%), bangunan
(5,56%), keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan (4,96%), pertambangan dan
penggalian (3,39%), listrik, gas serta air bersih (1,34%).
Kondisi pembangunan ekonomi sektoral berdasarkan potensi dan daya saing dapat
diketahui dengan menggunakan analisis indeks Location Quotient (LQ). Analisis ini
mengkategorikan sektor perekonomian menjadi sektor basis dan non-basis. Sektor basis
yaitu sektor yang memiliki nilai LQ>1 berarti sektor tersebut mampu memenuhi
kebutuhannya sendiri bahkan mengekspor ke provinsi lainnya. Dengan kata lain, sektor basis
memiliki daya saing dan keunggulan komparatif. Sebaliknya, nilai LQ < 1 menunjukkan
bahwa produksi suatu sektor tergantung kepada impor atau pemenuhan dari provinsi lain.
Struktur dan potensi ekonomi sektoral secara lengkap disajikan pada tabel 3.1.3.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 3
Berdasarkan metode LQ ditemukan hasil bahwa sektor-sektor basis Provinsi
Sumatera Barat secara berturut-turut dari yang tertinggi yaitu sektor pengangkutan dan
komunikasi (2,2); sektor jasa-jasa (1,8); sektor listrik, gas dan air bersih (1,7); sektor
pertanian (1,7) dan sektor perdagangan (1,1). Empat sektor lainnya merupakan sektor non-
basis yaitu sektor bangunan (0,8); sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan (0,6),
indutsri pengolahan (0,5) dan sektor Listrik, Gas dan Air Bersih (0,3). Struktur perekonomian
dan indeks koefisien lokasi disajikan pada tabel 3.1.3.
Tabel 3.1.3Struktur dan Potensi Ekonomi Sektoral
Provinsi Sumatera Barat 2005-2009
No Sektor/Sub-sektorStruktur
Ekonomi (%)Koefisien Lokasi
(Indek)
1. Pertanian 24.75 1,657
2. Pertambangan dan Penggalian 3.39 0,333
3. Industri Pengolahan 11.79 0,478
4. Listrik, Gas dan Air Bersih 1.34 1,709
5. Bangunan 5.56 0,846
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 17.50 1,107
7. Pengangkutan dan Komunikasi 14.83 2,194
8. Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan 4.96 0,555
9. Jasa- jasa 15.87 1,836
PDRB 100,0 -
Sumber : Bappeda Sumatera Barat, RPJMD 2011-2015
Catatan : 1. Struktur pertumbuhan ekonomi dihitung dengan persentase kontribusi PDRBdengan harga konstan tahun 2009;
2. Pertumbuhan ekonomi dihitung dari laju pertumbuhan rata-rata PDRB denganharga konstan tahun 2005-2009;
3. Potensi pengembangan ekonomi diukur berdasarkan Location Quotient Indexrata-rata tahun 2005-2009.
Pertumbuhan ekonomi tidak hanya mempertimbangkan aspek kuantitas. Capaian
pertumbuhan ekonomi setiap daerah perlu dipadu-padankan dengan tingkat kemiskinan
sebagai ukuran bagi kualitas pertumbuhan. Untuk itu, dapat disusun suatu kuadran yang
memetakan kualitas pertumbuhan ekonomi setiap daerah. Hasilnya, daerah yang
dikategorikan pada Kuadran I adalah daerah yang memiliki pertumbuhan tinggi melebihi
rata-rata dan pengurangan kemiskinan yang lebih besar dari rata-rata (pertumbuhan tinggi,
pro-poor) meliputi Pasaman Barat, Agam, Solok, Agam, Solok Selatan, Lima Puluh Koto.
Daerah pada kuadran II (Pertumbuhan Rendah, Pro-Poor) yaitu Kota Pariaman, Kota
Sawahlunto, Sawahlunto/Sijunjung, Pasaman. Daerah yang berada pada Kuadran III
(Pertumbuhan Rendah , Kurang Pro-Poor) yaitu Tanah Datar, Kota Padang, Kepulauan
Mentawai. Sebagian besar daerah berada pada Kuadran IV (pertumbuhan tinggi, kurang
Pro-Poor) yaitu Kota Bukit Tinggi, Dharmasraya, Padang Pariaman, Kota Solok, Kota Padang
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 4
Panjang, Kota Payakumbuh. Hasil pemetaan pertumbuhan ekonomi dan pengurangan
kemiskinan disajikan pada gambar 3.1.1.
Gambar 3.1.1.Pemetaan Kualitas Pertumbuhan Ekonomi Menurut Kabupaten/Kota
di Sumatera Barat Tahun 2005-2008
Sumber : Bappeda Sumatera Barat, 2011.
Catatan :
PDDmiskin0608 = rata-rata pengurangan tingkat kemiskinan tahun 2005-2008.
GPDR0508 = rata-rata pertumbuhan ekonomi tahun 2005-2008.
3.1.2. Kondisi Produksi
a. Sektor Pertanian
Sektor pertanian merupakan sektor potensial bagi pembangunan daerah Provinsi
Sumatera Barat. Kondisi ini dicerminkan oleh kontribusi terhadap pembentukan PDRB dan
nilai LQ > 1. Untuk itu perlu dipertajam dengan potensinya hingga subsektor dan komoditi.
Indeks LQ sektoral dapat diderivasi menjadi indeks LQ subsektor untuk mengetahui
keunggulan komparatif subsektor pertanian. Tingkat keuntungan komparatif yang dimiliki
oleh masing-masing subsektor pertanian tergolong cukup tinggi. Semua subsektor pertanian
memiliki nilai LQ>1 sehingga tergolong sebagai sektor basis. Subsektor perkebunan
merupakan potensi ekonomi sektor pertanian terbesar dengan nilai LQ 2,223. Berikutnya
secara berturut-turut, potensi subsektor kehutanan (1,754), tanaman pangan (1,725),
perikanan (1,238) dan peternakan (1,115). Selengkapnya disajikan pada tabel 3.1.4.
2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00
GPDRB0508
-1.50
-1.00
-0.50
0.00
0.50
1.00
1.50
PDDm
iski
n05
08
KEPULAUAN MENTAWAI
PESISIR SELATAN SOLOK
SAWAHLUNTO/SIJUNJUNG
TANAH DATAR
PADANG PARIAMAN
AGAM
LIMA PULUH KOTO
PASAMAN
SOLOK SELATAN
DHARMASRAYA
PASAMAN BARAT
KOTA PADANG
KOTA SOLOK
KOTA SAWAH LUNTO
KOTA PADANG PANJANG
KOTA BUKITTINGGI
KOTA PAYAKUMBUH
KOTA PARIAMAN
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 5
Tabel 3.1.4.Struktur, Pertumbuhan dan Potensi Ekonomi Subsektor Pertanian
Provinsi Sumatera Barat 2005-2009
No Sektor/Sub-sektorStruktur
Ekonomi (%)PertumbuhanEkonomi (%)
Koefisien Lokasi(Indek)
1. Pertanian 24.75 4.78 1,657
a. Tanaman Pangan 12.79 4.72 1,725
b. Perkebunan 5.48 7.11 2,223
c. Peternakan 2.02 3.49 1,115
d. Kehutanan 1.52 2.12 1,754
e. Perikanan 2.94 5.37 1,238
Sumber : Bappeda Sumatera Barat, RPJMD 2011-2015
Bila diamati sumbangan subsektoral terhadap PDRB atau pembentuk struktur
ekonomi, subsektor tanaman pangan merupakan penyumbang terbesar. Diikuti oleh sektor
perkebunan yang membentuk PDRB Sumatera Barat sebesar 5,48 persen. Subsektor lainnya
(peternakan, kehutanan, perikanan) menyumbang kurang dari 5 persen terhadap PDRB.
Pertumbuhan ekonomi sektoral menunjukkan hasil yang sedikit berbeda
dibandingkan struktur ekonomi. Pertumbuhan tertinggi dan substansial dicatatkan oleh
subsektor perkebunan, 7,11 persen. Pada peringkat kedua dicapai oleh pertumbuhan
subsektor perikanan sebesar 5,37 persen. Diikuti oleh pertumbuhan tanaman pangan
sebesar 4,72 persen. Peternakan dan kehutanan mencatatkan pertumbuhan yang rendah,
masing-masing 3,49 dan 2,12 persen.
1). Subsektor Tanaman Pangan
Perkembangan terakhir dalam subsektor tanaman bahan makanan memperlihatkan
bahwa pertumbuhannya 2,56 persen pada tahun 2010. Angka ini melambat dibanding rata-
rata 2005-2009 maupun terhadap tahun 2009 yang tercatat sebesar 4,08 persen. Nilai LQ
tanaman pangan yaitu sebesar 1,725 menandakannya sebagai sektor basis.
Detail produksi tanaman pangan dapat dicermati hingga ke unit komoditi. Diketahui
bahwa total produksi tanaman pangan pada tahun 2009 mencapai 2.717.281 ton dari total
luas areal panen 530.354 hektar. Produksi tanaman pangan didominasi oleh komoditi padi
sawah sebesar 2.088.055 atau sekitar 76,8 persen. Produksi padi sawah tersebut diperoleh
dari lahan panen seluas 432.147 ha, sehingga rata-rata produksi padi sawah yaitu 4,8 ton
per hektar. Produksi komoditi tanaman kedua terbesar yaitu jagung dengan produksi
404.795 ton dari 70.882 hektar luas lahan panen. Diikuti oleh komoditi ubi kayu dengan
produksi 77.476 ton dari 4.153 hektar lahan panen, padi ladang (17.735 ton). Selengkapnya
pada setiap komoditi tersaji pada tabel 3.1.5.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 6
Tabel 3.1.5.Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan
di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2009
KomoditiLuas Panen
(ha)Produksi
(ton)
Rata-rataProduksi(ton/ha)
Padi Sawah 432.147 2.088.055 4,8
Padi Ladang 7.395 17.735 2,4
Jagung 70.882 404.795 5,7
Ubi kayu 5020 115.492 23,0
Ubi Jalar 4153 7.7476 18,7
Kacang Tanah 7722 9.207 1,2
Kacang kedelai 1882 3.175 1,7
Kacang Hijau 1153 1.346 1,2
Total 530.354 2.717.281 7,3
Sumber : Sumatera Barat dalam Angka 2010
Pada kelompok tanaman sayur-sayuran, jumlah produksinya sepanjang tahun 2009
tercatat 5.148 ton dari luas panen 23.620 ha. Produksi komoditi sayuran tertinggi yaitu kol
dengan 90.320 ton. Diikuti oleh tomat sebnayak 35.776 ton, terung 33.843 ton, kentang
28.820 ton. Komoditi kol memiliki produktifitas lahan tertinggi mencapai 31,39 ton per
hektar. Hasil selengkapnya disajikan pada tabel 3.1.6
Tabel 3.1.6.Luas Panen dan Produksi Tanaman Sayur-sayuran
di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2009
KomoditiLuas Panen
(ha) Produksi (ton)Rata-rata Produksi
(ton/ha)
Bawang Merah 2416 21983 9,10
Bawang Putih 188 1229 6,54
Bawang Daun 1710 15291 8,94
Kentang 1661 28820 17,35
Kol 2877 90320 31,39
Petai 503 5841 11,61
Kacang panjang 1933 9952 5,15
Wortel 829 13141 15,85
Cabe Rawit 1134 5745 5,07
Tomat 1569 35776 22,80
Terung 2330 33843 14,52
Buncis 2067 22147 10,71
Ketimun 2068 16992 8,22
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 7
KomoditiLuas Panen
(ha) Produksi (ton)Rata-rata Produksi
(ton/ha)
Kangkung 1181 21635 18,32
Bayam 1012 7868 7,77
Labu 142 3164 22,28
Total 23620 5148 0,22
Sumber : Sumatera Barat Dalam Angka 2010
Pada kelompok tanaman buah-buahan, jumlah produksi pada tahun 2009 mencapai
233.284,2 ton dari luas panen 10.443,63 hektar. Komoditi dengan produksi terbesar yaitu
pisang 91.938,2 ton. Diikuti oleh durian 37.387,6 ton, jeruk 24.779,5 ton dan alpokat
23.092,3 ton. Adapun dari rata-rata produksi, pepaya memiliki rata-rata produksi tertinggi
mencapai 111,7 ton per hektar, diikuti nenas dengan produksi per hektar 107,64 ton.
Tabel 3.1.7.Luas Panen dan Produksi Tanaman Buah-buahan
di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2009
Komoditi Luas Panen (ha) Produksi (ton)Produksi rata-rata
(ton/ha)
Pisang 1653,31 91938,2 55,61
Jeruk 569,01 24779,5 43,55
Durian 3053,28 37387,6 12,25
Duku 317,77 2968,9 9,34
Sawo 723,60 14928,3 20,63
Nenas 9,14 984,3 107,64
Pepaya 80,66 9009,8 111,70
Rambutan 2227,68 18545,9 8,33
Alpokat 1176,04 23092,3 19,64
Mangga 633,14 9649,4 15,24
Total 10443,63 233284,20 403,92
Sumber : Sumatera Barat Dalam Angka 2010
2). Subsektor Perkebunan
Subsektor perkebunan memiliki basis, potensi dan prospek yang sangat besar bagi
perkembangan ekonomi Sumatera Barat. Ditandai oleh pertumbuhan subsektornya
merupakan yang tertinggi dan nilai LQ tertinggi terhadap subsektor pertanian lainnya,
meskipun kontribusinya terhadap PDRB masih berada dibawah tanaman pangan. Potensi
perkebunan Sumatera Barat didukung oleh lahan yang cukup luas dan iklim yang sesuai.
Komoditi-komoditi utama subsektor perkebunan Sumatera Barat adalah kelapa sawit, karet,
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 8
kelapa, kakao, dan kopi. Disamping itu, terdapat komoditi perkebunan daerah Sumatera
Barat yaitu gambir, nilam, dan kulit manis (cassiavera).
Produksi komoditi perkebunan terbesar tahun 2009 yaitu kelapa sawit dengan
jumlah 795.450 ton dari luas 328.337 ha. Lahan dan produksi komoditi karet mencatat
mencapai 151.628 hektar dengan produksi mencapai 103.993 ton. Komoditi yang juga
cukup penting adalah kelapa dalam, luas lahannya mencapai 91.348 hektar yang mampu
berproduksi 82.748 ton. Komoditi kakao dengan lahan seluas 82.620 hektar menghasilkan
40.000 ton. Tak kalah pentingnya sumbangan komoditi casiavera dengan produksi 37.499
ton dari lahan seluas 38.831 hektar. Luas lahan dan produksi komoditi utama subsektor
perkebunan tahun 2008-2009 dapat diamati dari tabel 3.1.8.
Tabel 3.1.8.Perkembangan Luas Dan Produksi
Komoditi Utama Perkebunan Tahun 2008-2009
NO KOMODITILUAS (Ha) PRODUKSI (Ton)
2008 2009 2008 2009
1 Kelapa sawit 331.550 328.337 793.468 795.450
2 Kelapa Dalam 90.951 91.348 81.854 82.748
3 Kopi 22.883 22.834 16.628 16.720
4 Casiavera 38.644 38.831 36.648 37.499
5 Cengkeh 6.919 6.994 1.710 1.760
6 Gambir 19.596 19.663 13.955 13.983
7 Kakao 63.218 82.620 32.889 40.000
8 Karet 150.967 151.628 103.880 103.993
9 Pinang 9.032 9.443 4.655 4.655
10 Nilam 3.034 3.076 395 407
Sumber : Dinas Perkebunan Prov. Sumbar
Kontribusi dan pertumbuhan signifikan komoditi perkebunan seperti kelapa sawit, karet
dan casiavera didorong oleh kompetitifnya harga komoditas tersebut di pasar internasional.
Namun demikian, ekspor komoditi perkebunan masih dalam bentuk produk primer dan
belum dikembangkan ke arah agroindustri maupun pengolahan hasil pertanian
(agroprocessing).
3) Subsektor Peternakan
Subsektor peternakan tergolong sebagai sektor basis dan prospektif, meskipun
masih mencatat kontribusi yang rendah dan pertumbuhan relatif lambat. Populasi dan
produksi daging ternak di Sumatera Barat tahun 2009 memperlihatkan perkembangan yang
cukup berarti, baik ternak besar, ternak kecil maupun unggas.
Populasi terbanyak pada ternak unggas yaitu ayam ras pedaging mencapai 13.495.318
ekor dibandingkan ayam ras petelur sebanyak 7.203.319 ekor maupun ayam buras sebanyak
5.873.480 ekor dan itik sebanyak 1.106.046 ekor.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 9
Pada ternak besar, populasi sapi potong jauh lebih banyak daripada kerbau, masing-
masing 492.272 ekor dan 202.997, sedangkan sapi perah hanya berjumlah 826 ekor. Pada
ternak kecil, populasi kambing mencapai 254.449 ekor, jauh melebihi populasi domba
maupun babi. Populasi setiap ternak dan produksi daging disajikan pada tabel 3.1.9.
Tabel 3.1.9.Jumlah Populasi Ternak dan Produksi Daging
di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2009
Jenis Ternak Populasi (ekor)Produksi Daging
(kg)
Sapi Perah 826 -
Sapi Potong 492.272 18.322.308
Kerbau 202.997 70.967
Kuda 3.467 3.134.664
Kambing 254.449 1.901.505
Domba 4.523 17.354
Babi 12.403 973.024
Ayam buras 5.873.480 7.193.122
Ayam ras pedaging 13.495.318 16.145.030
Ayam ras petelur 7.203.319 5.255.561
Itik 1.106.046 647.047
Sumber : Sumatera Barat Dalam Angka, 2010
Tabel 3.1.9 memperlihatkan pula produksi daging ternak Sumatera Barat. Pada tahun
2009, produksi daging paling banyak berasal dari produksi sapi mencapai 18.322 ton.
Berikutnya produksi daging ayam ras pedaging mencapai 16.145 ton, Selebihnya, produksi
dagingnya kurang dari 10 ribu ton.
4) Subsektor Kehutanan
Subsektor kehutanan sebagai sektor basis hanya menyumbang 1,52 persen
terhadap PDRB dan pertumbuhannya merupakan yang terendah dibandingkan subsektor
pertanian lainnya. Meningkatnya perhatian terhada isu lingkungan mengubah orientasi
pemanfaatan hutan dari hutan produksi kepada hutan konservasi dan jasa-jasa kehutanan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 422/KPTS-II/1999, kawasan
hutan Sumatera Barat ditetapkan seluas 2,6 juta Ha, yang terdiri atas Hutan suaka Alam dan
kawasan pelestarian Alam (0,85 juta Ha), hutan lindung 0,91 juta Ha, hutan produksi
terbatas 0,25 juta Ha, hutan produksi tetap 0,40 juta Ha, dan hutan produksi yang dapat
dikonversi 0,19 juta Ha. Luasan kawasan hutan tersebut diatas meliputi seluas 61% wilayah
provinsi Sumatera Barat. Berdasarkan data tersebut, kawasan hutan lindung dan kawasan
konservasi merupakan kawasan yang paling luas.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 10
Kegiatan pemanfaatan hasil hutan kayu (IUPHHK), hutan alam maupun hutan tanaman
terdapat pada 5 (lima) kabupaten. Bentuk-bentuk hasil hutan yang dihasilkan Sumatera
Barat adalah dalam bentuk Kayu Bulat, kayu olahan berupa kayu gergajian, dan Hasil Hutan
Bukan Kayu meliputi getah pinus, manau, rotan, damar, dan tabu-tabu. Produksi hasil
hutan berupa kayu bulat dari Sumatera Barat (dari IUPHHK, IPK, dan IPKTM) cenderung
menurun, pada tahun 2009 mencapai 82.183,04 m3. Kayu gergajian pada tahun 2009
mengalami peningkatan menjadi 2.653,82 m3. Penurunan produksi terutama disebabkan
oleh karena adanya program pembatasan produksi hutan dalam rangka perlindungan
lingkungan hidup.
Tabel 3.1.10Produksi Hasil Hutan Menurut Jenisnya
Di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2008-2009No. Jenis Hasil Hutan Satuan 2008 2009
1 Kayu Bulat m3 86.467,22 82.183,04
2 Kayu Gergajian m3 613,65 2.653,82
3 Getah Pinus kg 745.419,00 897.208,00
4 Manau batang 18.226,00 160.700,00
5 Rotan kg 1.050,00 90.000,00
6 Damar kg 214.875,00 131.075,00
7 Tabu-tabu batang 12.387,00 72.200,00
Sumber : Sumatera Barat Dalam Angka 2010
5) Subsektor Perikanan
Subsektor perikanan mencatat pertumbuhan yang tinggi sepanjang 2005-2009
mencapai 5,37 persen. Kontribusi, daya saing dan prospeknya terlihat semakin penting.
Kemajuan penting subsektor perikanan ditandai pula oleh pertumbuhan produksi perikanan
budidaya melebihi perikanan tangkap. Pertumbuhan produksi tahunan 2006-2009 pada
perikanan budidaya mencapai 43,33 persen. Angka ini sangat substansial dibandingkan
pertumbuhan produksi perikanan tangkap sebesar 1,52 persen. Meskipun demikian, total
produksi perikanan tangkap, terutama penangkapan di laut lebih besar daripada perikanan
budidaya.
Bila dirinci pada jenis kegiatan perikanannya, produksi perikanan tangkap sebagian
besar disumbangkan oleh penangkapan di laut. Bahkan produksi perikanan tangkap laut
mencapai 67% dari total nilai produksi perikanan Sumatera Barat. Hanya sebagian kecil
disumbangkan oleh produksi penangkapan di perairan umum. Pada perikanan budidaya,
sebagian besar produksi berasal dari budidaya air tawar dengan produksi pada tahun 2009
mencapai Rp. 1.596,5 milyar dari total produksi perikanan budidaya Rp. 1.599,6 milyar.
Perikanan budidaya laut dan tambak memiliki kontribusi kecil, namun menunjukkan
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 11
kecenderungan produksi yang semakin meningkat. Sebagaimana dapat diamati lebih rinci
pada tabel 3.1.11.
Tabel 3.1.11.Perkembangan Nilai Produksi (Rp. Milyar)
No Jenis Kegiatan 2006 2007 2008 2009Pertumb
(%)
1. Perikanan Tangkap 3.194,4 3.403,0 3.061,4 3.089,9 1,52
a Penangkapan di Laut 3.121,6 3.297,8 2.904,4 2.968.9 1,37
b Penangkapan di Perairan Umum 72,8 105,2 157,0 121,0 12,75
2. Perikanan Budidaya 607,8 646,1 766,8 1.599,5 43,33
a Air Tawar 606,8 644,3 765, 3 1.596,7 43,42
b Tambak 0,204 0,087 0,266 0,179 22,81
c Laut 0,677 1,702 1,234 2,555 44,02
Sumber : Statistik Perikanan Tangkap dan Budidaya Provinsi Sumatera Barat dalam RPJMD 2011-2015.
Produksi perikanan Sumatera Barat adalah salahsatu komoditi ekspor. Pada tahun 2009
telah berhasil diekspor sebesar 723 ton ikan dengan nilai US $. 10,3 juta. Ekspor komoditi
perikanan selama 5 tahun terakhir mengalami kenaikan rata-rata sebesar 887%/tahun.
Kenaikan ini terutama karena hadirnya perusahan industri perikanan dan berbagai
perusahaan penangkapan ikan tuna.
Diamati dari segi sumberdaya manusianya, maka pada tahun 2009 tercatat sebanyak
150.940 orang yang bekerja dalam bidang perikanan, antara lain sebagai nelayan laut,
nelayan perairan umum dan pembudidaya ikan. Jumlah ini mengalami peningkatan setiap
tahunnya rata-rata sebesar 1,13% setiap tahun. Jumlah terbanyak tercatat pada
pembudidaya ikan, yaitu mendominasi sebesar 62,40% dari angkatan kerja perikanan.
Dominasi ini juga selaras dengan target pengembangan produksi perikanan secara nasional,
yaitu yang mengarah kepada produksi perikanan budidaya. Sebagaimana dapat dilihat dari
tabel 3.1.12.
Tabel 3.1.12.Jumlah Tenaga Kerja Masyarakat Perikanan
tahun 2006 – 2009 (orang)
Angkatan Kerja 2006 2007 2008 2009Pertumbuhan
(%)
1.Nelayan Laut 34.220 34.220 34.220 34.984 0,58
2.Nelayan Perairan Umum 24.506 24.506 21.763 21.775 -10,04
3.Pembudidaya Ikan 81.678 82.825 84.027 94.181 4,23
Jumlah 140.404 141.551 140.010 150.940 1,13
Sumber : Laporan Tahunan Dinas Kelautan Perikatan Prov Sumbar dalam RPJMD 2011-2015.
b. Pertambangan dan Penggalian
Sektor pertambangan dan penggalian non-migas memiliki sumbangan relatif kecil
(3,39%) terhadap PDRB Sumatera Barat antara 2005-2009. Pertumbuhan produksinya pun
cenderung menurun. Namun demikian, pada tahun 2010 sektor ini mengalami pertumbuhan
sebesar 5,80%. Pendorong meningkatnya pertumbuhan sektor pertambangan dan
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 12
penggalian adalah subsektor penggalian sebesar 6,13%. Sedangkan subsektor
pertambangan non-migas sebesar 4,32%.
Kecenderungan penurunan pertumbuhan produksi pertambangan dan galian
disebabkan karena semakin menipisnya deposit tambang luar. Upaya peningkatan produksi
pertambangan dihadapkan pada besarnya investasi dan biaya produksi untuk eksploitasi
tambang.
Potensi komoditas pertambangan utama Sumatera Barat adalah batubara. Batubara
yang terdapat di Provinsi Sumatera Barat tersebar di beberapa wilayah kabupaten/kota,
yaitu Kabupaten Sijunjung, Kota Sawahlunto, Kabupaten Lima Puluh Kota, Kabupaten Pesisir
Selatan, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Tanah Datar, dan Kabupaten Solok. Total
sumber daya batubara yang ada pada 7 (tujuh) kabupaten/kota di atas berjumlah 951 juta
ton, sedangkan total cadangan mencapai 948 juta ton.
c. Industri Pengolahan
Sektor industri pengolahan tergolong sebagai sektor non-basis dengan nilai LQ sebesar
0,478. Kontribusi sektor ini juga tergolong masih relatif rendah yaitu 11,79%, sedangkan
laju pertumbuhannya juga relatif rendah, yaitu 4,80%. Tahun 2010 pertumbuhan sektor
industri pengolahan mencapai 2,51%. Subsektor industri pengolahan yang tergolong sebagai
subsektor basis, yaitu subsektor tekstil, barang kulit, dan alas kaki dan subsektor semen dan
barang galian bukan logam dengan indeks LQ masing-masing 3,64 dan 2,13.
Tabel 3.1.13.Nilai Location Quotient Subsektor Industri Pengolahan
Provinsi Sumatera Barat Tahun 2009
Subsektor Nilai LQ
INDUSTRI PENGOLAHAN 0,49
a. Industri Migas 0,00
1. Pengilangan Minyak Bumi 0,00
2. Gas Alam Cair 0,00
b. Industri Tanpa Migas **) 0,53
1. Makanan, Minuman dan Tembakau 0,49
2. Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki 2,13
3. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya 0,42
4. Kertas dan Barang Cetakan 0,03
5. Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 0,27
6. Semen & Brg. Galian bukan logam 3,64
7. Logam Dasar Besi & Baja 0,00
8. Alat Angk., Mesin & Peralatannya 0,03
9. Barang lainnya 0,02
Sumber : Hasil Olahan, 2011
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 13
Hampir sebagian besar subsektor industri seperti industri tekstil, barang dari kulit
dan alas kaki; industri barang kayu dan hasil hutan lainnya; hingga industri semen dan
barang galian bukan logam pada keseluruhan tahun 2010 menunjukkan pelemahan.
Percepatan pertumbuhan sektor industri pengolahan tahun 2010 tidak cukup untuk
mengangkat kinerjanya lebih tinggi sepanjang 2010.
Rendahnya kinerja sektor industri selama tahun 2010 secara umum terlihat pada
perkembangan impor bahan baku, baik untuk industri primer maupun olahan.
Perkembangan subsektor industri makanan, minuman dan tembakau patut dicermati.
Subsektor ini meski tergolong non-basis, namun pertumbuhannya terlihat stabil dengan
tetap tumbuh di kisaran 4%. Prospek subsektor ini di Sumatera Barat diperkirakan
menjanjikan karena terkait kebutuhan dasar masyarakat. Prospek subsektor ini terlihat dari
penyaluran kredit perbankan di Sumatera barat pada 2010 mencapai Rp1,49 triliun, atau
meningkat 121% dibandingkan tahun sebelumnya.
d. Listrik, Gas dan Air Bersih
Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih memiliki kontribusi kecil, yaitu 1,34 persen
terhadap PDRB 2005-2009. Namun demikian tergolong sebagai sektor basis. Kondisi terkini
pada tahun 2010 memperlihatkan terjadinya penurunan pertumbuhan, dari 5,80 persen
tahun 2009 menjadi 2,35 persen pada tahun 2010. Penurunan pertumbuhan sektor ini
disebabkan oleh penurunan PDRB pada subsektor listrik dengan pertumbuhan 2,42%.
Penurunan sub sektor ini juga diiringi dengan penurunan subsektor air bersih dengan
pertumbuhan 1,69% sedangkan tahun 2009 pertumbuhan sebesar 7,95%.
e. Bangunan
Perkembangan sektor bangunan menarik untuk diamati. Sektor ini tergolong non-
basis dengan kontribusi relatif kecil, 5,56 persen. Capaian selama 2010 justru
memperlihatkan sektor bangunan dan konstruksi mencatatkan pertumbuhan tertinggi. Pada
2010 sektor bangunan dan konstruksi tumbuh 13,73%, jauh lebih tinggi dibandingkan tahun
sebelumnya yang baru tumbuh sebesar 4,04% .
Sektor bangunan telah menjadi daya ungkit bagi pertumbuhan Sumatera Barat
pasca-gempa. Pertumbuhan sektor ini dimulai dan akan terus berlangsung sepanjang proses
rekonstruksi dan rehabilitasi yang terus berlangsung. Proses rekonstruksi dan rehabilitasi
meliputi pembangunan aset-aset kegiatan usaha maupun gedung dan perkantoran.
f. Perdagangan, Hotel dan Restoran
Sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) mencatatkan keunggulan komparatif
dan menjadi kontributor tertinggi kedua bagi struktur perekonomian setelah sektor
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 14
pertanian. Bila dirinci per subsektor pada tahun 2009, subsektor perdagangan besar dan
eceran memiliki keunggulan komparatif dengan nilai LQ 1,27. Sedangkan subsektor hotel
maupun subsektor restoran hanya memiliki nilai LQ masing-masing 0,25 dan 0,21. Patut
dicatat bahwa sektor ini telah menjadi karakteristik Provinsi Sumatera Barat yang memiliki
etos wirausaha dan jejaring perdagangan yang luas. Didukung pula oleh sektor hotel dan
restoran sebagai penunjang dan komplementaritas daya tarik dan potensi sangat besar yang
dimiliki Sumatera Barat pada sektor pariwisata.
Perkembangan terbaru pada 2010 sektor PHR tumbuh 3,48% , lebih rendah
dibandingkan pencapaian di 2009 yang mampu tumbuh 3,76% . Pada tahun 2010 masing-
masing subsektor baik perdagangan, hotel maupun restoran dapat tumbuh positif. Kondisi
ini menunjukkan telah terjadinya pemulihan setelah ketiga subsektor tersebut stagnan pasca
gempa 2009. Namun demikian, tahap pemulihan belum selesai, pertumbuhan masing-
masing subsektor masih lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Kunjungan jumlah
wisatawan mancanegara ke Sumbar masih belum mencapai kondisi sebelum gempa.
Sementara tingkat okupansi hotel mencapai 53,05%, lebih tinggi dibandingkan rata-ratanya
sebesar 46%. Namun demikian, tingginya okupansi ini lebih disebabkan oleh ketersediaan
jumlah hotel berbintang yang masih terbatas. Proses rekonstruksi dan rehabilitasi masih
berjalan dan membutuhkan waktu relatif panjang.
Subsektor perdagangan telah menunjukkan tanda-tanda kembali bergairah. Kondisi
ini terlihat dengan semakin maraknya arus keluar masuk barang di Pelabuhan Teluk Bayur,
terutama berasal dari perdagangan luar negeri yang mencapai 574 ribu ton pada Desember
2010, atau meningkat 47,69% dibandingkan tahun lalu. Di sisi perbankan, penyaluran kredit
di sektor perdagangan di Sumbar juga kembali marak. Pada 2010 kredit yang disalurkan
mencapai Rp5,05 triliun, lebih tinggi dibandingkan rata-rata selama tiga tahun terakhir yang
mencapai Rp4,97 triliun. Peningkatan terutama terjadi pada penyaluran kredit di subsektor
pembelian dan pengumpulan barang dagang; dan kredit subsektor perdagangan eceran.
g. Pengangkutan dan Komunikasi
Subsektor transportasi memiliki keterkaitan (linkage) kuat dengan berbagai sektor di
Sumatera Barat, sehingga memiliki nilai LQ sektoral tertinggi. Didukung oleh pertumbuhan
subsektor komunikasi yang mengikuti kecenderungan nasional.
Selama tahun 2010 pertumbuhan sektor ini melanjutkan trend pertumbuhannya,
sebesar 9,91%. Pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya sebesar
5,99%. Pendorong pertumbuhan berasal dari subsektor angkutan udara dan subsektor
komunikasi yang masing-masing tumbuh 13,46% dan 12,21%.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 15
h. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Pertumbuhan sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan memiliki koefisien
lokasi kurang dari 1. Artinya, sektor ini merupakan non-basis. Sumbangannya terhadap
pembentukan struktur ekonomi relatif rendah, 4,96 persen.
Pada tahun 2010 pertumbuhan sektor ini sebesar 5,75 persen. Pertumbuhan
tertinggi berasal dari subsektor Lembaga keuangan tanpa bank sebesar 6,55%. Diikuti
subsektor Bank (6,23), Jasa Perusahaan (5,32%), dan Sewa Bangunan (4,85%). Kontribusi
terbesar pada sektor ini yaitu subsektor sewa bangunan dengan PDRB sebesar Rp
1.703.364,35.
i. Sektor jasa-jasa
Sektor jasa-jasa tergolong sektor basis dengan nilai LQ sebesar 1,8. Perannya
terhadap struktur ekonomi juga relatif tinggi, berada pada peringkat ketiga.
Pada tahun 2010, sektor ini bertumbuh cukup signifikan sebesar 9,17% dari periode
sebelumnya sebesar 5,12%. Pertumbuhan tertinggi sektor ini disumbangkan oleh subsektor
pemerintahan umum sebesar 11,19%, sedangkan subsektor swasta hanya sebesar 5,28%.
Kontribusi terbesar juga disumbangkan oleh subsektor pemerintahan umum.
3.2. Kota Bukittinggi
3.2.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Struktur perekonomian Kota Bukittinggi tahun 2009, kontribusi sektor jasa-jasa
masih tetap merupakan penyumbang terbesar dalam pembentukan nilai tambah
perekoniman Kota Bukittinggi, dimana sektor ini menyumbang sebesar 24,50% dari total
PDRB, angka ini lebih besar dari tahun sebelumnya, yaitu sebesar 24,38%. Besarnya
kontribusi sektor jasa ini disebabkan karena meningkatnya peranan subsektor pemerintahan
umum dalam pembentukan nilai tambah pada sektor jasa.
Selanjutnya penyumbang terbesar kedua dalam pembentukan PDRB Kota Bukittinggi
adalah sektor Angkutan dan Komunikasi, dimana sektor ini memberikan kontribusi 22,72%
pada tahun 2009. Angka ini sedikit lebih kecil dibandingkan dengan tahun sebelumnya,
dimana pada tahun 2008 sektor ini menyumbang sebesar 22,84%. Kemudian sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran masih tetap sebagai penyumbang terbesar ketiga dalam
pembentukan PDRB Kota Bukittinggi. Peranan masing-masing sektor perekonomian pada
pembentukan PDRB Kota Bukittinggi dapat dilihat pada tabel berikut.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 16
Tabel. 3.2.1Struktur Ekonomi Kota Bukittinggi Tahun 2007 – 2009
No Lapangan UsahaDistribusi (%)
2007 2008 2009
1 Pertanian 2,69 2,42 2,28
2 Pertambangan & Penggalian 0,02 0,01 0,00
3 Industri Pengolahan 10,28 10,32 9,74
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 20,57 21,41 21,95
5 Bangunan 4,38 4,42 4,46
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 20,57 21,41 21,95
7 Angkutan dan Komunikasi 23,09 22,84 22,72
8Keuangan, Persewaan dan jasaPerusahaan
11,62 11,65 11,98
9 Jasa-jasa 24,52 24,38 24,50
Sumber : PDRB dan Tingkat Inflasi Kota Bukittinggi, 2009
Pada tahun 2009, sumbangan sektor tersier masih tetap dominan dalam struktur
perekoniman Kota Bukittinggi. Kalau dibandingkan dengan tahun 2008, sedikit mengalami
peningkatan, dimana pada tahun 2009 kontribusi kelompok ini sebesar 81,16% dan pada
tahun 2008 sebesar 80,28% atau naik sebesar 1,08%. Seiring dengan peningkatan
sumbangan sektor tersier, secara otomatis dua sektor lainnya mengalami pergeseran dalam
kontrbusinya. Secara rinci kontribusi dan pertumbuhan sektoral dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel. 3.2.2Distribusi dan Pertumbuhan Kelompok Sektoral tahun 2007 – 2009
Kelompok SektoralDistribusi Sektoral (%) Pertumbuhan Sektoral (%)
2007 2008 2009 2007 2008 2009
1. Primer 2,71 2,42 2,28 - 4,91 - 6,33 - 0,06
2. Sekunder 17,48 17,29 16,56 5,98 5,68 2,47
3. Tersier 79,81 80,29 81,16 6,97 7,14 6,28
PDRB 100,00 100,00 100,00 6,49 6,58 5,51
Sumber : PDRB dan Tingkat Inflasi Kota Bukittinggi, 2009
Kota Bukittinggi telah menjadikan pariwisata sebagai salah satu potensi unggulan
dan hal ini sesuai dengan visi dan misi Kota Bukittinggi. Ada empat jenis wisata yang dimiliki
Kota Bukittinggi. Pertama, wisata alam. Dengan udara yang sejuk serta alamnya yang indah,
menjadikan Bukittinggi menjadi tempat peristirahatan/berlibur yang aman dan
menyenangkan. Selain itu, Bukittinggi juga memiliki obyek wisata alam yang indah dan
menarik seperti Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan (TMSBK) dan panorama ngarai
Sianok.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 17
Wisata lain yang dimiliki Bukittinggi berupa wisata sejarah. Sebagai kota tua dan
kota perjuangan, terdapat banyak bangunan pusaka dan bersejarah (heritage) seperti Jam
Gadang yang dibangun pada tahun 1926, Benteng Fort de Kock dibangun tahun 1825,
jenjang 40 yang menghubungkan Pasar Atas dengan Pasar Banto dan Pasar Bawah
dibangun tahun 1898, jenjang Gantung sebagai jembatan penyeberangan dari Pasar Lereng
ke Pasar Bawah yang dibangun tahun 1932.
Wisata ketiga yang dimiliki Bukittinggi adalah wisata budaya. Warisan budaya yang
dimiliki Bukittinggi juga merupakan aset pariwisata yang potensial untuk “dijual” kepada
wisatawan. Sebagai bagian dari Minangkabau, adat dan budaya yang berkembang di
Bukittinggi juga tidak terlepas dari adat dan budaya minangkabau, diantaranya randai,
saluang dan tari-tarian tradisional.
Wisata belanja dan kuliner merupakan jenis wisata keempat yang dimiliki oleh
Bukittinggi. Pasar Simpang Aur Bukittinggi merupakan “tanah abang” nya Bukittinggi. Maka
tidaklah mengherankan apabila subsektor perhotelan dan rumah makan sebagai salah satu
sarana penunjang berkembangnya pariwisata menjadi subsektor unggulan dan basis secara
komparatif serta menempati posisi pertama dibandingkan dengan sektor/subsektor lainnya
seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.2.3Hasil Perhitungan Location Quotient dan Penetapan Sektor/Sub sektor Basis
Kota Bukittinggi Berdasarkan PDRB Tahun 2009 menurut Harga Konstan 2000
No Sektor/Sub Sektor LQ Basis Rangking
1. PERTANIAN 0.08 19
a. Tanaman Pangan & Hortikultura 0.07 19
b. Perkebunan 0.00 19
c. Peternakan 0.43 18
d. Kehutanan 0.00 16
e. Perikanan 0.06 18
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 0.00 19
a. Migas dan Gas Bumi 0.00 0
b. Non Migas 0.00 0
c. Penggalian 0.00 19
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 0.81 9
a. Industri Migas 0.00 0
b. Industri Tanpa Migas 0.81 9
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 1.91 BASIS 3
a. Listrik 1.84 BASIS 3
b. G a s 0.00 0
c. Air Bersih 2.62 BASIS 4
5. BANGUNAN 0.72 15
6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 1.16 BASIS 3
a. Perdagangan Besar dan Eceran 0.98 8
b. H o t e l 14.42 BASIS 1
c. Restoran 3.42 BASIS 1
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 18
No Sektor/Sub Sektor LQ Basis Rangking
7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 1.72 BASIS 3
a. Angkutan 1.40 BASIS 6
1. Kereta Api 0.00 0
2. Jalan Raya (Darat) 1.96 BASIS 4
3. Angkutan Laut 0.00 0
4. Angkutan Sungai, Danau & Penyebrangan 0.00 7
5. Angkutan Udara 0.00 3
6. Jasa Penunjang Angkutan 1.12 BASIS 2
b. Komunikasi 2.71 BASIS 1
8. KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN 1.98 BASIS 2
a. Bank 1.84 BASIS 3
b. Lembaga Keuangan Tanpa Bank & Jasa Penunjang 1.52 BASIS 5
c. Sewa Bangunan 2.43 BASIS 1
d. Jasa Perusahaan 1.65 BASIS 2
9. JASA-JASA 1.59 BASIS 2
a. Pemerintahan Umum & Pertahanan 1.16 BASIS 9
b. Swasta 2.51 BASIS 2
1. Sosial Kemasyarakatan 2.54 BASIS 1
2. Hiburan dan Rekreasi 1.74 BASIS 2
3. Perorangan dan Rumahtangga 2.65 BASIS 3
Sumber: hasil olahan
3.2.2. Kondisi Produksi
a. Sektor pertanian
Sektor pertanian bukanlah merupakan sektor unggulan di Kota Bukittinggi, hal bisa
dilihat dari hasil perhitungan nilai LQ seperti yang diperlihatkan tabel diatas. Dimana tidak
satupun subsektor yang termasuk dalam sektor pertanian yaitu tanaman pangan,
perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan yang menjadi sektor basis. Apabila
merujuk pada komoditas yang termasuk ke dalam kelompok tanaman pangan, maka
komoditas ubi jalar dan ubi kayu mempunyai produktivitas yang tinggi dibandingkan
komoditas lainnya. Hal ini sangat erat kaitannya dengan potensi dan prospek pasar yang
sangat besar bagi produk olahan yang berasal dari ubi jalar dan ubi kayu sebagai salah satu
produk oleh-oleh favorit dari Kota Bukittinggi.
Tabel 3.2.4Luas sawah, tanam, panen dan produksi
komoditi tanaman pangandi Kota Bukittinggi
No. Jenis Komoditi Luas Panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (ton/ha)
1. Padi 801 4.731,96 5,91
2. Jagung 77 308 4
3. Ubi Jalar 42 756 18
4. Ubi Kayu 18 316 17,5
5. Kacang tanah 4 64 16
Sumber: Bukittinggi Dalam Angka Tahun 2010
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 19
Dari hasil analisis LQ dapat disusun juga peringkat kecamatan se-Kota Bukittinggi
berdasarkan keunggulan komparatif dari komoditas tanaman pangan seperti dapat dilihat
pada Tabel dibawah ini, yang menyatakan bahwa Kecamatan Guguk Panjang merupakan
kecamatan dengan komoditi unggulan tanaman pangan dibandingkan kecamatan lainnya
yang berbasiskan pada komoditi jagung, ubi kayu, ubi jalar dan kacang tanah.
Tabel 3.2.5Hasil Perhitungan Location Quotient dan Penetapan Rangking Kecamatan
Berdasarkan Sub Sektor Tanaman Pangan Kota Bukittinggi
NO KomoditiGuguk
PanjangLQ Mandiangin LQ
AurBirugo
LQ
1 Padi Sawah 200,16 0,61 2.844 0,97 1.687,8 1,15 basis
2 Jagung 36 1,69 basis 144 0,75 128 1,34 basis
3 Ubi Kayu 53 2,42 basis 245 1,25 basis 18 0,18
4 Ubi Jalar 126 2,41 basis 558 1,19 basis 72 0,31
5 Kacang Tanah 12 2,71 basis 36 0,91 16 0,80
Rangking 1 3 2
Sumber: hasil olahan, 2011
Komoditi bawang daun merupakan komoditi kelompok sayur dengan jumlah
produksi yang paling besar dibandingkan dengan komoditi lainnya. Tetapi apabila kita
perbandingkan produktivitasnya maka komoditas tomat merupaka komoditas yang
mempunyai nilai produktivitas tertinggi seperti yang diperlihatkan tabel dibawah ini
Tabel 3.2.6Luas sawah, tanam, panen dan produksi komoditi sayur
di Kota Bukittinggi
No. Jenis KomoditiLuas Panen
(ha)Produksi
(ton)Produktivitas
(ton/ha)
1 Tomat 6 150 25
2. Cabe 33 182 5,5
3. Bawang daun 38 684 18
4. Buncis 16 72 4.5
5. Kacang panjang 1 4,5 4.5
6. Labu siam 6 57 9,5
7. Kangkung 9 36 4
Sumber: Bukittinggi Dalam Angka Tahun 2010
Dari hasil analisis LQ dapat disusun juga peringkat kecamatan se-Kota Bukittinggi
berdasarkan keunggulan komparatif dari komoditas sayur seperti dapat dilihat pada Tabel
dibawah ini, yang menyatakan bahwa Kecamatan Aur Birugo sebagai kecamatan sayur
karena merupakan kecamatan dengan komoditi sayur yang memiliki kunggulan komparatif
dibandingkan kecamatan lainnya yang berbasiskan pada komoditi cabe, kacang panjang,
labu siam dan bawang daun.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 20
Tabel 3.2.7Hasil Perhitungan Location Quotient dan Penetapan Rangking Kecamatan
Berdasarkan Sub Sektor Sayur Kota Bukittinggi
No KomoditiGuguk
PanjangLQ Mandiangin LQ
AurBirugo
LQ
1 Cabe 22,00 1,26 Basis 72,00 0,86 88,00 1,08 Basis
2 Tomat 150,00 2,19 Basis
3 Terong
4 Kangkung 24,00 6,94 Basis 12,00 0,75
5 Bayam
6 Buncis 4,40 0,64 49,50 1,50 Basis 18,00 0,56
7 Kacang Panjang 4,50 2,24 Basis
8 Ketimun
9 Bawang Daun 54,00 0,82 252,00 0,81 378,00 1,24 Basis
10 Labu siam 9,50 1,73 Basis 19,00 0,73 28,50 1,12 Basis
Rangking 2 3 1
Sumber: hasil olahan, 2011
Setidaknya ada lima jenis komoditas yang tergabung dalam subsektor tanaman
buah-buahan yang ada di kota Bukittinggi yaitu alpokat, jeruk siam, jambu biji, papaya dan
pisang. Komoditi yang mempunyai produksi terbesar adalah jeruk siam yang ditanam di
kecamatan Guguk Panjang dan Mandiangin.
Tabel 3.2.8Luas sawah, tanam, panen dan produksi komoditi buah
di Kota Bukittinggi tahun 2009
No. Jenis KomoditiLuas Panen
(ha)Produksi
(ton)Produktivitas
(ton/ha)
1 Alpokat 3,66 43,92 12
2 Jeruk siam 4,51 202,95 45
3 Jambu biji 1,74 10,44 6
4 Pepaya 3,24 93,31 2,8
5 Pisang 5,27 50,59 9,6
Sumber: Bukittinggi Dalam Angka Tahun 2010
Dari hasil analisis LQ dapat disusun juga peringkat kecamatan se-Kota Bukittinggi
berdasarkan keunggulan komparatif dari komoditas buah seperti dapat dilihat pada Tabel
dibawah ini, yang menyatakan bahwa Kecamatan Aur Birugo sebagai kecamatan buah
karena merupakan kecamatan dengan komoditi sayur yang memiliki kunggulan komparatif
dibandingkan kecamatan lainnya, khususnya pada tanaman pisang.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 21
Tabel 3.2.9Hasil Perhitungan Location Quotient dan Penetapan Rangking Kecamatan
Berdasarkan Sub Sektor Buah Kota Bukittinggi
No KomoditiGuguk
PanjangLQ
Mandiangin
LQAur
BirugoLQ
1 Durian
2 Manggis
3 Rambutan
4 Mangga
5 Duku
6 Jeruk 64,35 1,06 Basis 138.60 1,23 Basis -
7 Sawo
8 Cempedak
9 Pepaya 35,14 1,25 Basis 40,03 0,77 18,14 1,39 Basis
10 Pisang 4,61 0,3 18,43 0,65 27,55 3,89 Basis
11 Nenas
12 Salak
13 Jambu Biji 2,16 0,7 7,50 1,3 0,78 0,54
14 Belimbing Basis
15 Alpokat 8,64 1,17 Basis 8,64 0,63 7,08 2,06 Basis
Rangking 2 3 1
Sumber: hasil olahan, 2011
a. Subsektor perkebunan
Sektor perkebunan di Kota Bukittinggi diharapkan mampu untuk mendukung
perkembangan ekonomi dimana jenis komoditi perkebunan yang ada antara lain: kelapa,
Kopi, cengkeh dan kulit manis untuk lebih rincinya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
Tabel 3.2.10Jenis Komoditi Perkebunan, Luas Tanam, Produksi dan Petani
No. Jenis Komoditi Luas Tanam (ha) Produksi (kg) Petani (KK)
1. Kelapa 7,56 1.215 170
2. Kopi 13 6.016 118
3. Cengkeh 6 * 107
4. Kulit Manis 24 4.230 149
Sumber: Bukittinggi Dalam Angka Tahun 2010
b. Subsektor Peternakan
Sub sektor peternakan diharapkan menjadi salah satu penopang perekonomian
masyarakat di Kota Bukittinggi. Terdapat delapan jenis komoditas yang termasuk dalam
kelompok komoditi ternak, dan komoditas ayam bukan ras mempunyai jumlah populasi
terbanyak dibandingkan komoditas peternakan lainnya.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 22
Tabel 3.2.11Populasi Ternak di Kota Bukittinggi
No Komoditi Populasi
1 Sapi potong 897,00
2 Kerbau 173,00
3 Kambing 605,00
4 kuda 644,00
5 Ayam Ras Petelur 3.000,00
6 Ayam Buras 7.450,00
7 Itik 3.686,00
8 puyuh 3.300,00
Total 19.755,00
Sumber: Kota Bukittinggi dalam angka 2010
c. Subsektor Perikanan
Sub sektor perikanan terdiri dari tiga jenis komoditi dengan tingkat produktivitas
yang relative kecil. Hal ini disebabkan karena belum terkelolanya komoditi perikanan secara
baik dan masih berpola tradisional meneruskan pola pemeliharaan di kolam seperti yang
telah dilakukan oleh generasi terdahulu tanpa adanya usaha ekstensifikasi secara terencana.
Tabel 3.2.12Luas Area dan Produksi Budidaya Kolam Kota Bukittinggi
No Komoditi Areal (Ha) Produksi (ton) Produktivitas
1 Penangkapan Ikan Di Perairan Umum (sungai) 7,40 3,80 0,51
2 kolam 14,70 3,80 0,26
3 sawah 1,70 1,10 0,65
Total 23,80 8,70 0,37
Sumber: Kota Bukittinggi dalam angka tahun 2010
d. Sektor perindustrian
Penanaman modal yang dilakukan di Kota Bukittinggi tidak terlepas dari perijinan
yang dikeluarkan oleh Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu. Dalam usahanya meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu (KP2T) menggunakan
prinsip pelayanan yang sederhana, jelas, pasti, aman, terbuka, efisien dan ekonomis, adil
serta tepat waktu. Prinsip tersebut diharapkan dapat mendorong terciptanya suasana yang
kondusif dikalangan masyarakat, sehingga dapat menumbuhkan simpati masyarakat untuk
berperan aktif dalam penyelenggaraan pembangunan Kota Bukittinggi.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 23
Tabel 3.2.13Jenis dan Jumlah Perizinan yang diterbitkan Pemerintah Kota Bukittinggi
No KeteranganTahun
2006 2007 2008 2009
1 Izin SIUP - - 554 594
2 Izin SITU 836 870 1.020 1.063
3 Izin TDP - - 482 460
4 Izin TDI - - 131 78
5 Izin IMB - - 223 562
6 Izin pemakaian alat berat 16 24 44 54
7 Izin penggalian jalan, berm dan trotoar 11 9 10 3
8 Izin IUJK - 24 70 42
9 Izin SIUA 5 7 1 2
10 Izin mendirikan rumah makan - - 1 6
11 Izin penjualan dan penyewaan kaset video 5 6 3 3
12 Izin reklame - - 329 369
Sumber: Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu, 2010
f. Sektor Pariwisata, Hotel, dan Restoran
Sektor pariwisata, hotel dan restoran merupakan jenis usaha unggulan di Kota
Bukittinggi, secara komparatif dibandingkan dengan komoditas/ jenis usaha lainnya yang
ada di kota Bukittinggi, maka jenis usaha hotel dan restoran menempati urutan pertama dan
merupakan sektor basis. Artinya jenis usaha ini merupakan jenis usaha yang mempunyai
kontribusi terhadap perekonomian Kota Bukittinggi dan mempunyai potensi perkembangan
yang bagus secara komparatif.
Kota Bukittinggi telah menjadikan pariwisata sebagai salah satu potensi unggulan
dan hal ini sesuai dengan visi dan misi Kota Bukittinggi. Ada empat jenis wisata yang
dimiliki Kota Bukittinggi. Pertama, wisata alam. Dengan udara yang sejuk serta alamnya
yang indah, menjadikan Bukittinggi menjadi tempat peristirahatan atau berlibur yang aman
dan menyenangkan. Selain itu, Bukittinggi juga memiliki obyek wisata alam yang indah dan
menarik seperti Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan (TMSBK) dan panorama ngarai
Sianok.
Wisata lain yang dimiliki Bukittinggi berupa wisata sejarah. Sebagai kota tua dan
kota perjuangan, terdapat banyak bangunan pusaka dan bersejarah (heritage) seperti Jam
Gadang yang dibangun pada tahun 1926, Benteng Fort de Kock dibangun tahun 1825,
jenjang 40 yang menghubungkan Pasar Atas dengan Pasar Banto dan Pasar Bawah
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 24
dibangun tahun 1898, jenjang Gantung sebagai jembatan penyeberangan dari Pasar Lereng
ke Pasar Bawah yang dibangun tahun 1932.
Wisata ketiga yang dimiliki Bukittinggi adalah wisata budaya. Warisan budaya yang
dimiliki Bukittinggi juga merupakan aset pariwisata yang potensial untuk “dijual” kepada
wisatawan. Sebagai bagian dari Minangkabau, adat dan budaya yang berkembang di
Bukittinggi juga tidak terlepas dari adat dan budaya minangkabau, diantaranya randai,
saluang dan tari-tarian tradisional.
Wisata belanja dan kuliner merupakan jenis wisata keempat yang dimiliki oleh
Bukittinggi. Pasar Simpang Aur Bukittinggi merupakan “tanah abang” nya Bukittinggi. Pasar
Simpang Aur disamping menjual barang eceran juga merupakan pasar grosir yang
disalurkan kepada para pedagang di kota-kota Sumatera Barat bahkan hingga ke propinsi
tetangga seperti Riau dan Jambi. Disamping Pasar Simpang Aur, Bukittinggi juga memiliki
Pasar Atas dan Pasar Bawah. Selain sebagai tempat belanja barang-barang kebutuhan,
Bukittinggi juga merupakan tempat belanja makanan atau wisata kuliner. Terdapat berbagai
masakan dan makanan khas yang sudah dikenal bahkan hingga ke mancanegara,
diantaranya adalah masakan Kapau dan kerupuk Sanjai. Keempat jenis wisata yang dimiliki
Bukittinggi ini menjadikan banyak wisatawan baik dari dalam maupun dari luar negeri yang
berkunjung ke kota ini seperti yang terlihat pada tabel berikut:
Tabel 3.2.14Jumlah Wisatawan Asing dan Domestik yang Berkunjung ke Bukittinggi
KlasifikasiTahun
2006 2007 2008 2009
Wisatawan Mancanegara
Wisatawan Domestik
15.523
225.215
30.428
236.386
33.470
260.024
34.345
272.068
Sumber: Bukittinggi dalam Angka, 2009
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan jumlah kunjungan
wisatawan baik mancanegara maupun domestik ke Bukittinggi. Pada tahun 2009 terjadi
peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara/asing dari tahun 2008 yaitu sebesar 2,6%.
Wisatawan dari Malaysia masih menempati urutan pertama sebagaimana tahun-tahun yang
sebelumnya yang banyak berkunjung ke Bukittinggi. Hal ini diakibatkan oleh karena faktor
geografis juga disebabkan oleh faktor historis dan budaya, apalagi dengan adanya program
Kota Kembar antara Bukittinggi dengan Seremban Malaysia.
Wisatawan domestik baik dari dalam Propinsi Sumatera Barat maupun dari luar
Sumatera Barat seperti dari Riau tetap menjadikan Bukittinggi sebagai Kota pilihan tujuan
wisata. Lokasi Bukittinggi yang strategis dan mudah dijangkau dari berbagai arah khususnya
wilayah Sumatera Barat, membuat Bukittinggi banyak dikunjungi terutama pada hari sabtu
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 25
dan minggu.
Banyaknya kunjungan wisatawan ke Bukittinggi didukung oleh sejumlah fasilitas
seperti hotel dan rumah makan. Fasilitas hotel yang ada untuk mendukung kegiatan
pariwisata yang tersedia meliputi hotel berbintang 4 sebanyak 2 buah, hotel berbintang 2
sebanyak 4 buah, hotel berbintang 1 sebanyak 7 buah, 37 buah hotel melati, dan pondok
wisata sebanyak 5 buah. Berikut dapat dilihat Jumlah Hotel Bintang, Non Bintang, Kamar
dan Tempat Tidur yang ada di Bukittinggi.
Tabel 3.2.15Jumlah Hotel Bintang, Non Bintang, Kamar dan Tempat Tidur
KlasifikasiTahun
2005 2006 2007 2008
1. Hotel bintang
Jumlah kamar
Jumlah tempat tidur
2. Hotel Non bintang
Jumlah kamar
Jumlah tempat tidur
9
560
888
43
628
1160
11
636
993
46
622
1218
12
660
1083
44
630
1261
11
631
1266
46
662
1317
Sumber: Bukittinggi dalam Angka, 2009
Untuk jumlah rumah makan/restoran di Kota Bukittinggi tersedia sebanyak 60 buah,
terdiri dari 2 rumah makan/restoran dengan klasifikasi A, 2 rumah makan/restoran dengan
klasifikasi B, 4 rumah makan/restoran dengan klasifikasi C, 11 rumah makan dengan
klasifikasi D dan 41 rumah makan/restoran non klasifikasi. Sarana penunjang lainnya
tersedia 22 biro perjalanan.
Tantangan pembangunan pariwisata di Kota Bukittinggi harus mengacu pada
standar pelayanan internasional karena pengaruh globalisasi tidak dapat dihindarkan.
Dengan demikian pembangunan pariwisata pada masa yang akan datang menuntut kualitas
pelayanan yang tinggi, peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang memerlukan
pembenahan dan pelatihan, serta menciptakan pariwisata yang akrab dengan lingkungan.
Selain itu dituntut pula untuk menciptakan kondisi yang kondusif agar dapat meningkatkan
kunjungan wisata dan penerimaan pendapatan asli daerah yang berasal dari objek wisata
semakin meningkat. Seiring dengan upaya peningkatan PAD objek-objek wisata yang
terpencar dapat dikembangkan pada masa yang akan datang
g. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Dalam jangka empat tahun terakhir kondisi struktur jalan di Kota Bukittinggi telah
mengalami peningkatan dan adanya penambahan panjang jalan dalam kota sepanjang
45.32 Km pada tahun 2010. Kondisi jalan rusak berat dalam kurun waktu 4 tahun ini
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 26
berkurang sebesar ± 50%. Kondisi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Tabel 3.2.16Gambaran Umum Jalan Dalam Kota Bukittinggi
No. UraianPanjang ( Km )
2007 2008 2009 2010
1. Jalan Nasional 5,30 5,30 5,30 5,30
2. Jalan Propinsi 6,60 6,60 6,60 6,60
3. Jalan Kota 152,40 160,43 178,40 220,42
4. Jalan Lokal/Lingkungan 21,18 24,20 27,50 30,80
5. Total Panjang Jalan Dalam Kota 185,48 196,53 217,80 263,12
6. Jalan Aspal (Flexible Pavement) 173,51 185,48 186,17 198,80
7. Jalan Kerikil 1,85 1,85 1,85 3,25
8. Jalan Tanah 10,12 9,20 29,78 61,75
9. Kondisi Jalan Baik 129,21 143,18 156,03 183,30
10. Kondisi Jalan Sedang 32,30 41,07 52,48 69,02
11. Kondisi Jalan Rusak 14,08 3,08 2,39 5,60
12. Rusak Berat 9,89 9,20 6,90 5,20
Sumber: Bidang Prasarana Jalan/Jembatan DPU Kota Bukittinggi
h. Sektor jasa dan konstruksi
Struktur perekonomian Kota Bukittinggi tahun 2009, kontribusi sektor jasa-jasa
masih tetap merupakan penyumbang terbesar dalam pembentukan nilai tambah
perekoniman Kota Bukittinggi, dimana sektor ini menyumbang sebesar 24,50% dari total
PDRB, angka ini lebih besar dari tahun sebelumnya, yaitu sebesar 24,38%. Besarnya
kontribusi sektor jasa ini disebabkan karena meningkatnya peranan subsektor pemerintahan
umum dalam pembentukan nilai tambah pada sektor jasa.
3.3. Kabupaten Pasaman
3.3.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Ekonomi masyarakat Kabupaten Pasaman hingga tahun 2010 masih dominan pada
sektor pertanian dan setiap tahunnya cenderung mengalami kenaikan. Pada tahun 2007
sektor pertanian mampu menyumbang pada pembentukan PDRB sebesar Rp 52,72%, tahun
2008 naik menjadi 53,33% dan pada tahun 2009 kembali mengalami kenaikan menjadi
53,67%. Kenaikan ini disebabkan karena semakin naiknya harga komoditas pertanian,
perikanan, peternakan dan kehutanan sehingga konsentrasi sumberdaya terfokus pada
sektor pertanian ini. Sehingga dengan sendirinya dapat dikatakan meningkatnya surplus
pertanian akibat meningkatnya jumlah investasi yang ditanamkan di sektor pertanian, pem-
bukaan lahan pertanian baru dan meningkatnya penggunaan teknologi di sektor pertanian.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 27
Dominannya sektor pertanian atau sektor primer dalam perekonomian Pasaman
memberikan pengaruh langsung terhadap pertumbuhan sektor lain, sektor jasa dan
pengangkutan mulai merangkak naik. Sektor jasa memberikan kontribusi 16,96%, diikuti
oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran 11,54%, sektor industri dan pengolahan
4,39%, sektor pengangkutan dan komunikasi 3,94%, sektor pertambangan dan penggalian
2,17%, dan listrik, gas dan air bersih 0,43% (tabel 3.3.1)
Sementara itu sektor unggulan, dihitung dari nilai LQ, dimana nilai LQ ini bisa
diartikan sebagai didasarkan pada logika bahwa untuk mengembangkan suatu produk
dimana produk tersebut mengalami surplus, dimana ia bisa memenuhi kebutuhan lokal dan
juga bisa memenuhi pasar di luar daerah. Sehingga dengan sendirinya akan menaikkan
pendapatan bagi daerah tersebut dan akan manambah konsumsi dan terjadilah
pertumbuhan ekonomi. Location Quotient (LQ) merupakan pengukuran yang biasa
digunakan untuk konsistensi dan konsentrasi dari suatu kegiatan ekonomi (produksi), baik
yang berasal dari industri maupun pertanian.
Tabel 3.3.1PDRB Kabupaten Pasaman Atas Dasar harga Konstan 2000 dan Berlaku
Menurut Lapangan Usaha (jutaan rupiah) 2008-2009
No Lapangan Usaha2008 2009
konstan 2000 berlaku konstan 2000 berlaku
1 PERTANIAN / 630.008,71 1.374.762,56 669.569,31 1.550.586,59
2PERTAMBANGAN
&PENGGALIAN27.862,42 57.637,42 28.953 62.618,71
3 INDUSTRI PENGOLAHAN 54.100,79 116.713,07 57.328,90 126.703,36
4 LISTRIK,GAS, & AIR BERSIH 4.273,34 11.000,77 4.565,66 12.556,64
5 BANGUNAN 38.858,80 83.679,20 41.437,63 92.915,87
6PERDAGANGAN,HOTEL &
RESTORAN154.802,50 303.021,78 165.808,53 333.266,25
7PENGANKUTAN DAN
KOMUNIKASI50.702,29 104.085,78 54.400,03 113.961,70
8KEUANGAN,PERSEWAAN &
JASA PERUSAHAAN45.710,99 97.598,09 47.775,82 106.554,45
9 JASA-JASA 208.564,37 429.406,21 219.422,63 489.959,21
P D R B / G R D P 1.214.884,21 2.577.904,88 1.289.261,24 2 889122.78
Sumber: Kabupaten Pasaman Dalam Angka, 2010
Terdapat 7 sub-sektor yang memiliki potensi yang patut dikembangkan karena sub-
sektor ini mampu memenuhi pasar lokal dan juga mampu mengkontribusikan pada
penyediaan pasar luar daerah kota sehingga penghasilan yang bersumber dari 7 sektor ini
akan mampu meningkatkan konsumsi daerah dan juga akan memberikan efek ganda
terhadap perekonomian daerah disekitar Kabupaten. Adapun sub-sektor tersebut adalah:
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 28
Tanaman pangan dan hortikultu (3,11), Perkebunan (1,09), Kehutanan (1,02), Perikanan
(2,03), non migas (1,33), restoran (1,37), Pemerintahan umum dan pertahanan (1,38.
3.3.2. Kondisi Produksi
a. Sektor Pertanian
Sektor pertanian merupakan andalan kabupaten Pasaman dalam 4 sub-sektor
pertanian yakni: Tanaman Pangan dan Hortikultura, Perkebunan, Kehutanan dan Perikanan.
Berikut ini disajikan nilai perhitungan LQ untuk sektor pertanian.
Kalau diperhatikan dari nilai LQ sektor pertanian sub-sektor yang dominan adalah
sub sektor tanaman pangan, dimana komoditas unggulan pada sub-sektor tanaman pangan
ini adalah produksi padi Sawah, Jagung, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar, padi ladang dan
kacang hijau.
Tabel 3.3.2Nilai Location Quotient Sektor Pertaniandi Kabupaten Pasaman Tahun 2010 2010
Sektor/Sub Sektor LQ Basis
PERTANIAN 2,19 BASIS
a. Tanaman Pangan & Hortikultura 3,11 BASIS
b. Perkebunan 1,09 BASIS
c. Peternakan 0,84
d. Kehutanan 1,02 BASIS
e. Perikanan 2,03 BASIS
Sumber: Kabupaten Pasaman Dalam Angka, 2010
Pada tahun 2008 produksi padi sawah tercatat 216.139 ton dan padi ladang 4.370
ton dengan luas lahan 1.837 Ha yang tersebar di kecamatan Mapattunggul dan Mapatunggul
Selatan.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 29
Tabel 3.3.3Luas Tanam dan Produksi Sub-Sektor
Tanaman Pangan dan Hortikultura di Kabupaten Pasaman Tahun 2010
Komoditas Sub-sektorLuas
tanam(Ha)
Produksi(Ton)
Produksi/Hektar
Padi Sawah Tanpang 47.887 229.187 5
Padi Ladang Tanpang 1.952 4.370 2
Jagung Tanpang 1.899 6.412 3
Ubi Kayu Tanpang 200 2.263 11
Kacang Tanah Tanpang 425 567 1
Ubi Jalar Tanpang 95 903 10
Kacang kedele Tanpang 435 551 1
Kacang hijau Tanpang 136 156 1
Sumber: Kabupaten Pasaman Dalam Angka, 2010
Kalau diperhatikan dari tanaman buah, produksi pisang merupakan produksi yang
paling banyak jumlahnya, diikuti oleh durian, jeruk dan rambutan. Untuk lebih rincinya dapat
dilihat pada tabel 3.3.4 berikut ini.
Tabel 3.3.4Luas Tanam dan Produksi Sub-Sektor Tanaman Pangan dan Hortikultura di
Kabupaten Pasaman Tahun 2010
No KomiditasLuas
(ha)
Produksi
(ton)Produksi/ha Rangking
1 Pisang 447 8.647 19 1
2 Durian 293 3.125 11 2
3 Jeruk 327 2.547 8 3
4 Rambutan 209 762 4 4
5 Pepaya 39 730 19 5
6 Salak 33 327 10 6
7 Mangga 61 276 5 7
8 Alpokat 45 218 5 8
9 Duku 26 142 5 9
Jumlah 1.480 16.774 86 45
Sumber: Kabupaten Pasaman Dalam Angka, 2010
Sementara itu sebaran antar kecamatan, luas tanaman dan produksi buah paling
banyak ditanam dan menghasilkan buah di kecamatan Lubuksikaping.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 30
Tabel 3.3.5Sebaran Luas Tanam dan Produksi Tanaman Buah,Per Kecamatan di Kabupaten Pasaman Tahun 2010
No KecamatanPisang Pepaya Alpokat
Luas(ha)
Panen(ton)
Luas(ha)
Panen(ton)
Luas(ha)
Panen(ton)
1 Tigo Nagari 17 340 1 20 3 3
2 Bonjol 49 980 1 19 0 0
3 Simpang Alahan Mati 48 864 1 1 0 0
4 Lubuksikaping 118 2.478 29 580 28 156
5 Dua Koto 144 2.736 0 0 0 0
6 Panti 1 22 1 20 5 23
7 Padang Gelugur 2 36 2 36 2 9
8 Rao 11 220 2 37 2 8
9 Rao Utara 26 442 1 16 0 0
10 Rao Selatan 5 75 1 1 3 11
11 Mapattunggul 19 332 0 0 1 4
12 Mapattunggul Selatan 7 122 0 0 1 4
Jumlah 447 8.647 39 730 45 218
Sumber: Kabupaten Pasaman Dalam Angka, 2010
Dilihat dari sisi tanaman buah, kelihatannya tanaman buah banyak ditanami di
Kecamatan Lubuksikaping, dibawah lembah bukit Gadang nan subur dan lereng-lereng
perbukitan. Seluruh tanaman buah 42,43% ditanami di daerah Lubusikaping sehingga
kecamatan Lubuksikaping menjadi sentra tanaman buah khususnya tanaman buah durian,
rambutan, salak, pepaya, jeruk, pisang, Alpokat dan mangga.
Tabel 3.3.6Sebaran Luas Tanam dan Produksi Tanaman Buah, Per Kecamatan
di Kabupaten Pasaman Tahun 2010
No Kecamatan
Jeruk Salak Mangga
Luas
(ha)
Panen
(ton)
Luas
(ha)
Panen
(ton)
Luas
(ha)
Panen
(ton)
1 Tigo Nagari 9 94 0 0 24 124
2 Bonjol 0 0 0 0 8 40
3 Simpang Alahan Mati 0 0 0 0 2 2
4 Lubuksikaping 209 1.536 30 299 3 18
5 Dua Koto 58 487 3 28 0 0
6 Panti 38 319 0 0 3 15
7 Padang Gelugur 0 0 4 20
8 Rao 4 26 0 0 7 35
9 Rao Utara 0 0 0 0 7 7
10 Rao Selatan 0 0 0 0 0 0
11 Mapattunggul 0 0 0 0 1 5
12 Mapattunggul Selatan 9 85 0 0 2 10
Jumlah 327 2.547 33 327 61 276
Sumber: Kabupaten Pasaman Dalam Angka, 2010
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 31
Diikuti oleh kecamatan duo kota, daerah dataran tinggi yang subur, di Barat
Kecamatan Panti, diikuti oleh kecamatan Bonjol, Tigo Nagari, Rao, dan Simpang alahan Mati.
Tabel 3.3.7Sebaran Luas Tanam dan Produksi Tanaman Buah, Per- Kecamatan
di Kabupaten Pasaman Tahun 2010
No Kecamatan
Rambutan Duku Durian Jumlah Persentase
Sebaran
tanam
Luas
(ha)
Panen
(ton)
Luas
(ha)
Panen
(ton)
Luas
(ha)
Panen
(ton)
Luas
(ha)
Panen
(ton)
1 Tigo Nagari 19 60 8 56 25 225 106 922 7,16%
2 Bonjol 33 124 2 2 39 393 132 1558 8,92%
3SimpangAlahan Mati
15 15 1 6 12 120 79 1008 5,34%
4 Lubuksikaping 12 55 3 18 196 2156 628 7296 42,43%
5 Dua Koto 0 0 0 0 0 0 205 3251 13,85%
6 Panti 29 116 2 14 2 24 81 553 5,47%
7PadangGelugur
19 76 1 6 1 10 31 193 2,09%
8 Rao 78 303 2 12 6 60 112 701 7,57%
9 Rao Utara 1 4 3 3 7 81 45 553 3,04%
10 Rao Selatan 1 4 1 7 0 0 11 98 0,74%
11 Mapattunggul 1 4 2 12 3 36 27 393 1,82%
12MapattunggulSelatan
1 1 1 6 2 20 23 248 1,55%
Jumlah 209 762 26 142 293 3.125 1.480 16.774 100,0%
Sumber: Kabupaten Pasaman Dalam Angka, 2010
Tanaman sayur juga menjadi andalan bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
rumah tangga, namun juga sebagian mampu untuk dijual antar kabupaten. Beberapa
komoditi yang dihasilkan oleh petani di Kabupaten Pasaman yakni: cabe, ketimun, terung,
kacang panjang, bayam, buncis, dan kangkung.
Tabel 3.3.8Luas Tanam dan Produksi Tanaman Sayur
di Kabupaten Pasaman Tahun 2010
No Jenis Tanaman sayur Luas (ha)Produksi
(Ton)
1 Cabe/lombok 229 1140
2 Ketimun 91 745
3 Terung 97 760
4 Kacang Panjang 121 418
5 Bayam 133 514
6 Buncis 65 195
7 Kangkung 121 522
Sumber: Kabupaten Pasaman Dalam Angka, 2010
b. Sektor Pertambangan dan Penggalian
Sektor pertambangan mampu memberikan kontribusi sebesar 2,25% dalam
pembentukan PDRB Pasaman, kuat dugaan nilai PDRB ini berasal dari galian C yakni Pasir,
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 32
Batu dan Sirtu yang digunakan untuk bahan bangunan. Namun kalau dilihat dari sisi potensi
pertambangan sebenarnya Pasaman cukup berpotensi untuk diekploitasi namun karena
aspek lingkungan dan aspek hutan lindung dan kelayakan teknis dan pengangkutan usaha-
usaha pertambangan belum di ekploitasi secara bisnis.
Sudah ada 1 izin tambang yang sudah berjalan di Kecamatan Rao Utara yakni
tambang biji besi namun belum berjalan secara optimal dengan berbagai kendala dan
keterbatasan aspek ekonomi, bisnis dan sosial.
c. Sektor perindustrian pengolahan
Data industri bersumber dari data yang dikumpulkan oleh Dinas Perindustrian dan
Perdagangan dan UKM Kabupaten Pasaman. Banyaknya usaha industri ada 2.587 unit
dengan tenaga kerja 6.163 orang, dimana yang terbanyak adalah di Kecamatan Lubuk
Sikaping dengan jumlah usaha industri sebanyak 297 unit dan yang terendah di Kecamatan
Mapat Tunggul, hanya 161 unit usaha industri. Nilai produksi yang dapat dihasilkan sebesar
Rp 208,31 milyar terdiri dari industri mikro, kecil dan menengah Rp. 165,46 milyar, industri
logam, mesin elektronika dan aneka industri Rp. 42,85 milyar
d. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Sektor pengangkutan dan transportasi merupakan salah satu sektor unggulan di
Pasaman, karena jarak yang jauh antara sentra ekonomi dengan pusat pemasaran,
menyebabkan konsumsi atau pembelanjaan rumah tangga atas biaya tranportasi jadi tinggi.
Tercatat 3,94% kontribusi sektor ini terhadap pembentukan PDRB Pasaman. Rata-rata
setiap bulan kenderaan barang berjumlah 660 buah dengan kapasitas rata-rata 4,6 ton, dan
kenderaan tangki minyak berjumlah 6 buah dengan kapasittas 4 ton.
e. Perdagangan, pariwisata dan hotel.
Perdagangan, pariwisata dan hotel mampu memberikan kontribusi terhadap
pembentukan PDRB sebesar 11,54 % pada tahun 2009. Berbagai usaha-usaha
perdagangan menjadi usaha yang menjadi penggerak perekonomian di Pasaman. Usaha
perdagangan hasil bumi, karet, kopi coklat, kulit manis, TBS (tandan buah segar), dan
perdagangan pertanian buah, sayur dan perdagangan ikan kolam yang dihasilkan oleh para
petani kolam di kecamatan bagian utara Kabupaten Pasaman.
Pasar minggu ada di setiap Kecamatan, pada hari minggu pasar ada di Pasar Tapus,
Senin di Pasar Salibawan, Selasa di Lubuksikaping, Rabu di Bonjol, Kamis di Panti dan
Simpati, Jumat di Pasar Kauman dan Sabtu di Pasar Rao. Setiap hari pasar warga daerah
membeli kebutuhan harian, dan para pedagang pengumpul menjual barang dagangannya
secara eceran dan grosiran di Pasar-pasar mingguan.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 33
Sementara itu para pedagang pengumpul menjual barang mereka ke kota-kota
Besar di Sumatera Barat, seperti pasar Karet di kota Padang, Pasar Gambir di Payakumbuh,
Pasar kasia vera ke Padang, kopi ke Padang, Pasar Ikan ke Padang, Maninjau, koto Panjang
dan ke Sumatera Utara dan Riau.
Secara kelembagaan terdapat 22 KUD, 4 KUD perikanan, 34 KPN dan 3 Koperasi TNI
dan Polisi dan pensiunan. Banyak perusahaan yang telah diterbitkan izinnya pada tahun
2009 sebanyak 196, 3 dalam bentuk PT, 2 Koperasi, 37 CV dan 154 dalam bentuk usaha
perorangan (PO).
Objek Wisata yang sering dikunjungi oleh warga lokal dan penduduk dari daerah lain
ke Pasaman yakni, rimbo panti dan air panas di Kec. Panti, wisata museum Tuangku Imam
Bonjol, basis pertahanan Tuanku Imam, dan Equator di Kec. Bonjol, Puncak Bukik Tujuah di
Kecm Mapatunggul, dan Wisata alam di Lubuksikaping. Pusat keramaian pasar minggu di
daerah Tapus kecamatan Padang Gelugur.
Sementara itu jumlah penginapan ada 11 buah yang terletak di Lubuksikaping 5
unit, 4 unit di Panti dan 2 unit di Rao dengan jumlah kamar 109 buah. Sementara itu hotel
ada di Lubuksikping sebanyak 5 unit dengan jumlah kamar 57 kamar.
f. Sektor jasa
Sektor jasa menjadi salah satu sektor yang memberikan kontribusi besar dalam
perekonomian Kabupaten Pasaman khususnya jasa Pemerintahan. Jasa keuangan dan
perbankan dan jasa perusahaan mampu memberikan kontribusi 3,69% dalam pembentukan
PDRB, dan jasa-jasa lainnya sebesari 16,96%.
Dalam layanan perbankan Bank BRI dan Bank BPD mendominasi layanan perbankan
di Pasaman, dari catatan BPS tahun 2010 terdapat 34.606 jumlah penabung di Pasaman
dengan nilai tabungan Rp 49.851.978,988 juta. Sementara itu jumlah kreditor sebanyak
4.261 nasabah dengan jumlah pinjaman Rp 176.716,364 juta. Dan jumlah deposito
berjangka pada Bank Pemerintah sebanyak Rp 9.274.600 juta
3.4. Kota Solok
3.4.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Solok
Salah satu indikator keberhasilan pembangunan Kota Solok dapat diketahui dari
perkembangan Produk Domestik Regional Bruto. Berdasarkan Data BPS Kota Solok (2010)
PDRB Kota Solok dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Pada Tabel 3.4.1
disajikan data perkembangan PDRB Kota Solok tahun 2009 dan 2010 berdasarkan harga
berlaku dan harga konstan.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 34
Tabel 3.4.1PDRB Kota Solok Menurut Sektor Tahun 2009 – 2010 (Milyar Rp)
No SektorTahun 2009 Tahun 2010
Perkembangan(%)
Berlaku Konstan Berlaku konstanHarga
berlakuHarga
Konstan
1. Pertanian 86.088,77 41.559,85 96.335,70 43.446,54 11,9 4,54
2.Pertambangan dan
penggalian6.544,49 3.033,00 7.075,90 3.191,02 8,12 5,21
3. Industri pengolahan 89.502,82 48.320,29 97.925,04 50.620,34 9,41 4,76
4.Listrik dan air
minum29.245,74 15.214,30 31.733,00 16.251,44 na 6,82
5. Bangunan 140.852,87 61.602,45 161.459,64 65.889,98 14,63 6,96
6.
Perdagangan,
Restoran dan
Perhotelan
103.006,23 55.666,11 117.971,26 59.082,05 14,53 6,14
7.Pengangkutan dan
komunikasi211.340,29 111.880,79 235.370,95 118.583,61 11,37 5,99
8.Bank dan lembaga
keuangan75.939,02 38.784,23 84.380,05 40.946,52 11,11 5,58
9. Jasa-jasa 235.402,62 121.562,06 258.818,89 129.259,10 9,95 6,33
Sumber : BPS Kota Solok (2010)Na : tidak ada data
Dari data dalam Tabel 3.4.1 dapat diketahui bahwa terdapat tiga sektor yaitu
sektor Bangunan, Perdagangan, Restoran dan Perhotelan, serta sektor Pertanian
merupakan sektor-sektor yang memiliki jumlah PDRB berdasarkan harga berlaku yang besar
pada tahun 2009 dan 2010. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga sektor ini memiliki kontribusi
yang besar dalam perekonomian Kota Solok. Pada Tabel 3.4.1 dapat diperoleh informasi
bahwa berdasarkan harga konstan, perkembangan PDRB sektor Bangunan, Listrik dan air
minum, Jasa-jasa ternyata lebih tinggi dari sektor lainnya yaitu sektor Pertanian,
Pertambangan dan penggalian, Industri pengolahan, Perdagangan, Restoran dan
Perhotelan, Pengangkutan dan komunikasi Bank dan lembaga keuangan. Data dalam 3.4.1
mengindikasikan bahwa ke 9 sektor yang terdapat di Kota Solok penting peranannya dalam
perekonomian Kota Solok.
3.4.2.Kondisi Produksi
a. Sektor Pertanian
1). Sub Sektor Tanaman Pangan
Sub Sektor tanaman pangan yang dikembangkan di Kota Solok meliputi, padi sawah,
jagung, ubi kayu, ubi jalar, dan kacang tanah seperti yang terlihat dalam Tabel 3.4.2. pada
tabel 3.4.2. dapat diketahui bahwa padi sawah merupakan tanaman pangan yang banyak
diusahakan oleh rumah tangga petani di Kota Solok, diikuti oleh komoditi jagung, ubi kayu,
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 35
ubi jalar, dan kacang tanah. Hal ini menunjukkan bahwa padi sawah merupakan tanaman
yang memiliki peran penting dalam menunjang ketersediaan beras di Kota Solok dan daerah
lainnya di Propinsi Sumatera Barat. Ditinjau dari produktivitas rata-rata per ha, hingga tahun
2010 tingkat produktivitas lahan padi sawah relative tinggi yaitu sebesar 7,35 ton per ha.
Komoditi tanaman pangan lainnya yaitu jagung, ubi kayu, ubi jalar, dan kacang
tanah merupakan komoditi yang potensial dikembangkan di Kota Solok, mengingat
produktivitas rata-rata dari luas lahan per ha adalah relatif tinggi. Komoditas-komoditas ini
sangat penting dalam rangka diverisifikasi makanan bagi masyarakat Kota Solok.
Tabel 3.4.2Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan
di Kota Solok tahun 2010
Jenis Tanaman Luas Panen (ha) Produksi (ton)Rata-rata Produksi
(ton/ha)
1.Padi Sawah 2.677,00 19.676,30 7,35
2. Jagung 202,00 1.616,00 8,00
3. Ubi kayu 91,00 3.330,60 36,60
4.Ubi Jalar 29,00 435,00 15,00
5.Kacang Tanah 43,00 95,00 2,21
Sumber: BPS Kota Solok (2010)
Selain dari komoditas tanaman pangan di atas, komoditi sayuran yang teridiri dari
tanaman cabe dan bawang merah merupakan komoditi yang ditanam oleh rumah tangga
petani di Kota Solok. Luas panen tanaman cabe adalah 36 ha dengan total produksi sebesar
265,8 ton, produktivitas rata-rata per ha adalah 7, 38 ton per ha. Tanaman bawang merah
merupakan tanaman yang diusahakan oleh rumah tangga petani di Kecamatan Lubuk
Sikarah, luas panen bawang merah adalah 14 ha, dengan total produksi 63 ton atau
produktivitas rata-rata adalah 4,5 ton per ha. Berdasarkan data di atas maka komoditi cabe
dan bawang merah merupakan 2 komoditi yang potensial dikembangkan di Kota Solok,
mengingat kedua komoditi ini memiliki harga yang relatif tinggi .
2). Sub Sektor Perkebunan
Di Kota Solok terdapat berbagai jenis tanaman perkebunan yang dikembangkan
yaitu; tanaman kopi, kelapa, cengkeh, kayu manis, kemiri, jahe, karet, merica, kunyit,
pinang, kapulaga, kakao, dan komoditi serai wangi. Secara terperinci luas tanam dan
produksi komoditi perkebunan di Kota Solok disajikan dalam Tabel 3.4.3
Pada Tabel 3.4.3 dapat diperoleh informasi bahwa 5 jenis tanaman yang banyak
diusahakan oleh masyarakat Kota Solok adalah kakao, Kelapa, kunyit, kopi dan kemiri.
Luas tanam dari jenis tanaman tersebut berturut-turut 325,5 ha, 243,1 ha, 190,5 ha, 174,5
ha dan 110,3 ha, dengan tingkat produksi berturut turut sebesar 292,7 ton, 1 336,7 ton, 5
725,5 ton,158,8 ton, dan 80 ton. Data ini menunjukkan bahwa ke 5 tanaman perkebunan ini
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 36
merupakan tanaman perkebunan yang penting bagi penduduk Kota Solok.
Tabel 3.4.3Luas Tanam dan Produksi Tanaman Perkebunan
Di Kota Solok
Jenis Tanaman Luas Tanam (ha) Produksi (ton)
Kopi 174,50 158,80
Kelapa 243,10 1.336,70
Cengkeh 98,00 157,00
Kayu Manis 46,00 30,00
Kemiri 110,30 80,00
Jahe 20,50 717,50
Karet 15,00 45,00
Merica 1,50 3,00
Kunyit 190,90 5.725,50
Pinang 15,10 18,00
Kapulaga 0,90 3,70
Kakao 325,50 292,70
Serai Wangi 75,00 2.700
Sumber: Kota Solok dalam Angka (2010)
Selain tanaman perkebunan di atas, tanaman perkebunan: cengkeh, kayu manis,
Jahe, Karet, Merica, Pinang, Kapulaga, Serai Wangi, merupakan tanaman perkebunan yang
potensial dikembangkan dalam rangka peningkatan perekonomian masyarakat Kota Solok.
3). Sub Sektor Peternakan
Usaha peternakan di Kota Solok yang lebih disukai oleh petani adalah jenis ternak
besar berupa sapi, kerbau, kuda dan kambing. Populasi sapi pada tahun 2010 berjumlah
4.169 ekor dan ternak kambing yang dipelihara oleh masyarakat adalah sebanyak 1.717
ekor. Di samping ternak besar, unggas juga banyak dibudidayakan oleh masyarakat
terutama untuk jenis ayam buras, ayam pedaging, ayam petelur, dan itik. Pada Tabel 3.4.4
disajikan secara terperinci data jumlah populasi ternak di Kota Solok.
Pada Tabel 3.4.4 dapat diketahui bahwa jenis ternak besar yang banyak diusahakan
oleh peternak di Kota Solok adalah berupa sapi, kerbau, kuda dan kambing. Dari keempat
jenis ternak besar tersebut ternak sapi dan kambing merupakan ternak besar yang banyak
diusahakan di kecamatan Lubuk Sikarah maupun Kecamatan Tanjung Harapan. Hal ini
menunjukkan bahwa sapi dan kambing penting perannya dalam perekonomian Kota Solok.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 37
Tabel 3.4.4Jumlah Populasi Ternak di Kota Solok (Dalam ekor)
Kecamatan Sapi Kerbau Kuda KambingAyam
Itik PuyuhPedaging Buras
Lubuk Sikarah 2.435 79 108 756 0 96.795 7.837 1.500
Tj. Harapan 1.734 27 46 961 22.200 16.945 3.675 0
Total 4.169 106 154 1.717 22.200 113.740 11.512 1.500
Sumber : BPS Kota Solok (2010)
Jenis unggas yang dikembangkan di Kota Solok meliputi; Ayam (pedaging dan
buras), itik, dan puyuh. Dari ternak ayam ternyata ayam buras merupakan ayam yang
banyak diusahakan oleh peternak di Kecamatan Lubuk Sikarah dan Kecamatan Tanjung
Harapan. Hal ini ditunjukan dengan populasi ayam buras lebih besar dari ayam pedaging.
Ternak ayam pedaging hanya dikembangkan di Kecamatan Tanjung Harapan dengan total
populasi sebanyak 22.200 ekor.
Jenis unggas lain selain dari ternak ayam yang diusahakan oleh peternak di Kota
Solok adalah itik dan puyuh. Ternak itik terdapat di kedua kecamatan yang ada di Kota Solok
yaitu di Kecamatan Lubuk Sikarah dan Kecamatan Tanjung Harapan. Hal ini mengindikasikan
bahwa itik merupakan ternak yang relative banyak diusahakan oleh rumah tangga di Kota
Solok. Berbeda dengan ternak itik, ternak puyuh hanya terdapat di Kecamatan Tanjung
Harapan. Hal ini kemungkinan disebabkan pemasaran telur puyuh masih relatif terbatas,
sehingga peternak di Kecamatan Lubuk Sikarah tidak tertarik untuk membudidayakan ternak
puyuh.
Pada Tabel 3.4.5 di bawah disajikan data produksi daging ternak menurut jenisnya
di Kota Solok. Produksi daging sapi merupakan produksi daging yang banyak dihasilkan di
Kota Solok, yang diikuti oleh produksi daging kerbau dan Kambing. Jika ditinjau dari
Kecamatan, ternyaata kecamatan Lubuk Sikarah merupakan kecamatan di Kota Solok yang
banyak menghasilkan produksi daging ternak sapi, kerbau maupun kambing. Hal ini
mengindikasikan bahwa kecamatan Lubuk Sikarah memegang peranan yang penting dalam
ketersediaan produksi daging ternak di Kota Solok.
Tabel 3.4.5Produksi daging Ternak Menurut Jenisnya
di Kota Solok tahun 2010
KecamatanProduksi Daging (kg)
Sapi Kerbau Kambing
Lubuk Sikarah 552.334,00 1.279,00 553,00
Tj. Harapan 54.109,00 00,00 421,00
Total 606.453,00 1.279,00 974,00
Sumber: Dinas Peternakan Kota Solok (2010)
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 38
Data dalam Tabel 3.4.6 menggambarkan jumlah produksi telur menurut jenisnya
di Kota Solok. Berdasarkan data dapat diketahui bahwa kecamatan Lubuk Sikarah
merupakan salah satu kecamatan di Kota Solok yang banyak menghasilkan telur unggas
(telur ayam buras, telur itik dan telur puyuh). Hal ini berarti bahwa kecamatan Lubuk
Sikarang memegang peranan yang penting dalam penyediaan produksi telur di Kota Solok.
Walaupun demikian Kecamatan tanjung Harapan merupakan kecamatan yang potensial
dikembangkan unggas, sehingga dapat meningkatkan ketersediaan telur bagi masyarakat
Kota Solok dan masayarakat lainnya di Propinsi Sumatera Barat.
Tabel 3.4.6Produksi Telur Menurut Jenis di Kota Solok
Tahun 2010 (kg)
KecamatanProduksi Telur (kg)
Ayam Buras Itik Puyuh
Lubuk Sikarah 61.827,90 43 025,20 1 530,00
Tj. Harapan 10.823,60 20 175,80 0
Total 72 651,50 63 201,00 1 530,00
Sumber: Kota Solok Dalam Angka (2010)
4) Subsektor Perikanan
Di Kota Solok pada tahun 2010, jenis budidaya ikan adalah berupa budidaya ikan
kolam yang meliputi ikan Mas/raya, nila dan lele, serta budidaya ikan sawah. Pada Tabel
3.4.7 disajikan data Produksi dan nilai budidaya ikan kolam, ikan sawah menurut jenisnya.
Tabel 3.4.7Produksi dan Nilai Budidaya Ikan Kolam, Ikan Sawah
Menurut JenisnyaDi Kota Solok
Jenis IkanIkan Kolam Ikan Sawah
Produksi (ton)Nilai
(Rp.000)Produksi
(ton)Nilai (Rp.
000)
Mas/raya 10,79 1.942 5,00 95.634
Gurami 0,08 1.975 0,00 0
Nila 16,14 258.160 3,18 50.848
Lele 15,95 223.356 0,00 0
Lainnya 0,09 1.840 0,00 0
Total 43,05 676.623 8,18 146 482
Sumber: Kota Solok Dalam Angka (2010)
Pada Tabel 3.4.7 dapat dilihat bahwa jenis ikan kolam yang diusahakan oleh
petani di Kota Solok meliputi: ikan Mas/raya, Gurami, Nila, Lele, dan ikan lainnya.Dari
kelima jenis ikan kolam tersebut, ikan nilai merupakan jenis ikan yang banyak diusahakan di
Kota Solok. Hal ini dapat diketahui dari jumlah produksi ikan kolam nila yaitu sebesar 16.14
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 39
ton dengan total nilai produksi sebesar Rp. 258.160.000. Ikan kolam yang juga banyak
diusahakan oleh petani di Kota Solok adalah ikan lele dan ikan mas/raya. Total produksi ikan
lele adalah 15,95 ton dengan total nilai sebesar Rp. 223.356.000. Selanjutnya total produksi
ikan Mas/raya adalah sebesar 10,79 ton dengan total nilai produksi sebesar Rp 194.292.000.
Budidaya ikan sawah juga dilakukan di Kota Solok. Jumlah produksi ikan sawah
adalah sebesar 8,18 ton dengan total nilai sebesar Rp 146.482.000. Dua jenis ikan sawah
yang dibudidayakan di Kota Solok adalah ikan nila dan ikan Mas/raya. Dari kedua jenis ikan
sawah tersebut ikan nila merupakan ikan sawah yang banyak diusahakan oleh masyarakat
Kota Solok. Jumlah produksi ikan sawah nila adalah 3,18 ton dengan total nila sebesar Rp
50.848.000.
Selain dari budidaya ikan kolam dan ikan sawah, di Kota Solok juga dihasilkan ikan
sungai dan ikan telaga. Jumlah produksi ikan sungai pada tahun 2010 adalah sebesar 5,83
ton dengan total nilai sebesar Rp. 92.335.000. Selanjutnya jumlah produksi ikan telaga
adalah 1,76 ton dengan total nilai sebesar Rp. 24.453.000.
b. Sektor Perindustrian
Sektor industri memegang peranan penting dalam perekonomian Kota Solok, karena
industri yang berkembang di Kota Solok berhubungan langsung dengan industri kecil dan
rumah tangga. Industri kimia, agro dan hasil hutan usaha industri terbanyak di Kota Solok.
Pada Tabel 3.4.8 disajikan data jumlah unit usaha dan tenaga kerja yang dirinci menurut
sektor di Kota Solok.
Tabel 3.4.8Jumlah Unit Usaha dan tenaga Kerja Menurut Sektor
Di Kota Solok tahun 2010
Sektor Usaha Unit UsahaJumlah Tenaga
Kerja
Industri Kimia, Agro dan hasil Hutan 118 502
Industri Logam, Mesin dan Elektronika 45 162
Industri Aneka 45 218
Total 208 882
Sumber: Dinas Koperindag Kota Solok (2010)
Pada Tabel 3.4.8 diatas dapat diperoleh informasi bahwa terdapat tiga sektor usaha
industri yang dikembangkan di Kota Solok yaitu berupa Industri Kimia, Agro dan hasil Hutan,
Industri Logam, Mesin dan Elektronika, dan Industri Aneka. Dari ketiga jenis usaha tersebut
Industri Kimia, Agro dan hasil Hutan merupakan sektor usaha yang paling banyak, yang
dapat diketahui dari jumlah unit usaha yang terbesar diantara sektor usaha lainnya. Sektor
usaha ini juga menyerap tenaga kerja paling banyak yaitu sebanyak 502 orang tenaga kerja.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 40
Data ini mengindikasikan bahwa Industri Kimia, Agro dan hasil Hutan memegang peranan
penting dalam perekonomian Kota Solok dari sisi penyediaan kesempatan kerja dan
peningkatan pendapatan bagi penduduk Kota Solok.
Selanjutnya, Industri Logam, Mesin dan Elektronika dan Industri Aneka merupakan
dua sektor usaha yang juga memiliki kontribusi penting dalam perekonomian Kota Solok.
Kontribusi dari sektor usaha ini terutama dalam penyediaan lapangan kerja. Jumlah tenaga
kedrja yang terserap pada kedua industri ini adalah sebanyak 380 orang tenaga kerja.
c. Sektor Perdagangan
Kota Solok memiliki keunggulan komperatif, karena letak Kota Solok yang strategis
yang merupakan salah satu kota yang dilewati pada jalan lintas Sumatera, sehingga memiliki
keunggulan dalam pengembangan perdagangan. Untuk memacu perkembangan
perdagangan di Kota Solok, pemerintah membuka kesempatan kepada investor melakukan
investasi pada pasar modern tanpa mengesampingkan pasar tradisonal. Pada Tabel 3.4.9
disajikan data jumlah pedagang menurut jenis barang dagangannya tahun 2010.
Tabel 3.4.9Jumlah Pedagang Menurut Jenis Barang Dagangan
Di Kota Solok Tahun 2010
Jenis Barang Dagangan Jumlah Pedagang (Orang)
Sandang 442
Pangan 339
Bahan Bangunan 10
Obat-obatan 7
Elektronik 16
Sayuran 126
Buah-buahan 54
Barang P& D 79
Furniture 6
Buku 4
Emas 13
Jasa 170
Total 1.266
Sumber: Kota Solok Dalam Angka (2010)
Pada Tabel 3.4.9 dapat dilihat bahwa jumlah pedagang yang terbanyak menurut jenis
barang dagangannya adalah pedagang sandang, pangan dan jasa. Hal ini menunjukkan
bahwa pekerjaan berdagang komoditi sandang, pangan dan jasa ini merupakan kegiatan
perdagangan yang banyak menyerap tenaga kerja, sehingga kegiatan perdagangan ini
sangat penting bagi masyarakat Kota Solok. Di samping itu jenis kegiatan perdagangan
lainnya kegiatan perdagangan bahan bangunan, obat-obatan, elektronik, sayuran, buah-
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 41
buahan, barang P&D, furniture, buku, emas, merupakan jenis kegiatan perdagangan yang
juga memberikan kesempatan kerja dan sumber pendapatan bagi penduduk Kota Solok,
sehingga kegiatan perdagangan ini potensial untuk dikembangkan dimasa mendatang.
Pada Tabel 3.4.10 disajikan data jumlah SIUP/TDP yang diterbitkan menurut bentuk
perusahaannya dan menurut jenis pedagang di Kota Solok tahun 2010. Data Dalam Tabel
3.4.10 menunjukkan bahwa pedagang kecil merupakan jenis pedangan yang banyak
mendaftarkan perusahaan atau usahanya, kemudian diikuti oleh bentuk usaha
pengangkutan atau PO. Relatif lebih banyaknya jenis pedagang kecil ini yang mengurus izin
usaha menunjukkan bahwa kegiatan perdagangan di Kota Solok didominasi oleh
perdagangan skala kecil. Hal ini terbukti dengan data Statistik Kota Solok yang memuat
tentang perkembangan jumlah pedagang kecil di Pasar Raya Solok mengalami peningkatan
sebesar 27,37% pada tahun 2010 dibandingkan dengan tahun 2009 (BPS, Kota Solok,
2010).
Tabel 3.4.10Jumlah Penerbitan SIUP/TDP di Kota Solok Tahun 2010
Bentuk Perusahaan/Pedagang Jumlah SIUP/TDP
PT 14
CV 67
PO 154
Koperasi 5
Pedagang Kecil 173
Pedagang Menengah 36
Pedagangan Besar 19
Sumber : BPS Kota Solok (2010)
d. Sektor Pariwisata dan Hotel, Losmen/Wisma
Berdasarkan data BPS (2010) banyak objek wisata di Kota Solok adalah 2 yaitu: 1)
Taman Rekreasi Pulau Belibis yang memiliki jarak 3 km dari Pusat Kota Solok , 2) Sarasah
batimpo indah dengan jarak 7 km dari Pusat Kota Solok. Salah satu sarana dan prasarana
yang mendukung pengembangan objek wisata ini adalah ketersediaan penginapan seperti
Hotel, Losmen/Wisma. Data tentang akomodasi, jumlah kamar dan tempat tidur yang
tersedia disajikan dalam Tabel 3.4.11.
Pada Tabel 3.4.11 dapat dilihat bahwa untuk menunjang sektor pariwisata di Kota
Solok tersedia fasilitas akomodasi berupa hotel, losmen atau wisma dengan jumlah kamar
115 buah dengan total ketersediaan tempat tidur sebanyak 162. Data ini menunjukkan
bahwa fasilitas akomodasi di Kota Solok cukup tersedia.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 42
Tabel 3.4.11Jumlah Hotel, Losmen/wisma, Jumlah Kamar, Jumlah Tempat Tidur
Di Kota Solok Tahun 2010
Nama Akomodasi Jumlah Kamar (Unit) Tempat Tidur (Unit)
Wisma Melati 9 18
Caradek Hotel 37 66
Ully Hotel 24 48
Taufina Hotel 25 50
Wisma Eka 20 40
Total 115 162
Sumber : BPS Kota Solok (2010)
e. Sektor Perbankan dan Lembangan Keuangan Lainnya
1). Perbankan
Data BPS Kota Solok (2010) jumlah bank yang ada di Kota Solok adalah
sebanyak 9 buah, dengan jumlah dana yang terhimpun adalah sebesar Rp 283,34 M dalam
bentuk giro, deposito, tabungan, dan lainnya. Jumlah kredit yang diberikan oleh perbankan
Kota Solok dapat dilihat dalam Tabel 3.4.12.
Tabel 3.4.12Jenis dan Jumlah Kredit yang Diberikan Perbankan
Kota Solok Tahun 2010
No Jenis Kredit Jumlah (Rp 000)
1 Kredit Investasi Biasa 197.639.799
2 Kredit Konsumtif 499.949.728
3 KIK 41.946.000
4 KMK 213.558.289
5 KUK 16.750.000
6 Lainnya (Kupedes/Kukesra) 22.601.123
Total 992.444.939
Sumber: BPS Kota Solok (2010)
Pada Tabel 3.4.12 dapat diperoleh informasi bahwa ada 6 jenis kredit yang
diberikan oleh perbankan di Kota Solok, dari jenis kredit tersebut Kredit Konsumtif, KMK dan
Kredit Investasi Biasa merupakan tiga jenis Kredit yang paling besar jumlahnya. Hal ini
menunjukkan bahwa walaupun tingkat konsumsi masyarakat Kota Solok relatif tinggi,
namun jumlah kredit investasi biasa dan KMK juga relative tinggi. Baik tingkat konsumsi
maupun investasi keduanya akan mempengaruhi perekonomian Kota Solok.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 43
2). Pegadaian
Lembaga keuangan lainnya di Kota Solok adalah pegadaian. Berdasarkan data
BPS (2010) jumlah kredit yang dikucurkan oleh pegadaian Kota Solok adalah sebesar Rp
19,136 M dengan jumlah nasabah sebanyak 6.765 nasabah. Jumlah nasabah sektor industri
yang memperoleh kucuran kredit dari pegadaian adalah berjumlah 2 nasabah.
3) Koperasi
Pada Tabel 3.4.13 dapat diketahui jenis koperasi beserta jumlah anggotanya di
Kota Solok. Berdasarkan data BPS Kota Solok (2010) jumlah koperasi di Kota Solok adalah
sebanyak 12 jenis dengan jumlah anggota sebanyak 9926 anggota. Secara lebih terperinci
disajikan dalam Tabel 3.4.13
Tabel 3.4.13Jenis Koperasi dan Jumlah Anggota di Kota Solok
Tahun 2010
No. Jenis Koperasi Jumlah Anggota (Orang)
1. K U D 1.339
2. Koperasi simpan Pinjam 40
3. Koperasi Serba Usaha 1.319
4. Koperasi Pegawai Negeri 4.206
5. Koperasi Pedagang Pasar 1.302
6. Koperasi Angkutan 177
7. Koperasi Sekolah 73
8. Kop. Karyawan BUMN 775
9. Koperasi Darmawanita 112
10 Koperasi Pensiunan 165
11. Kopma UMMY 2.531
12. Koperasi Lainnya 358
Total 9.926
Sumber : Dinas Koperindag Kota Solok (2010)
Data dalam Tabel 3.4.13 menunjukkan bahwa terdapat perkembangan yang
cukup tinggi dari Koperasi di Kota Solok. Hal ini dapat dilihat dari berbagai jenis koperasi
yang ada di Kota Solok. Jenis Koperasi yang terbanyak jumlah anggotanya adalah koperasi
pegawai Negeri dengan jumlah anggota 4.206 orang, diiukuti oleh Kopma Universitas
Muhammad Yamin (UMMY) dengan jumlah anggota sebanyak 2.531 orang, KUD dengan
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 44
jumlah anggota sebanyak 1399 orang, Koperasi serba usaha dengan jumlah anggota
sebanyak 1.319 orang dan Koperasi pedagang pasar dengan jumlah anggota sebanyak
1.302 anggota. Data ini memberikan informasi bahwa sampai saat ini keberadaan koperasi
di Kota Solok sangat penting sekali baik bagi pegawai negeri, petani, pedagangan dan
masyarakat lainnya.
3.5. KOTA PARIAMAN
3.5.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Tumbuh atau tidaknya perekonomian suatu daerah tercermin dari total produksi
barang dan jasa yang dihasilkan para pelaku ekonomi yang terdapat di daerah tersebut.
Dalam hal ini, PDRB seringkali dijadikan acuan. Produk domestic regional bruto (PDRB) kota
Pariaman atas dasar harga berlaku pada tahun 2009 hampir mendekati angka Rp 1,49
trilyun, yaitu Rp 1.488.216.450.000. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, nilai PDRB
kota Pariaman tahun 2009 atas dasar harga berlaku tersebut meningkat sebesar 13,07%
atau hampir Rp 170.000.000.000 karena pada tahun 2008 nilai PDRB kota Pariaman atas
dasar yang sama adalah Rp 1.318.387.020.000. Apabila menggunakan harga konstan (tahun
2000) sebagai dasar, nilai Produk DomestiK Regional Bruto (PDRB) kota Pariaman tahun
2009 adalah Rp 685.632.240.000. Nilai PDRB tahun 2009 atas dasar harga konstan ini
meningkat 4,47% dari tahun sebelumnya (2008) yang nilainya adalah Rp 656.273.020.000.
Perekonomian Kota Pariaman untuk tahun 2009 masih didominasi 5 sektor utama
sebagai penghasil nilai tambah terbesar terhadap PDRB Kota, yaitu (1) sektor pertanian, (2)
sektor jasa-jasa, (3) sektor angkutan dan komunikasi, (4) sektor industri olahan, dan (5)
sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Sektor pertanian memberikan kontribusi sebesar
28,95% dari total PDRB Kota Pariaman tahun 2009, dilanjutkan dengan sektor
pengangkutan dan komunikasi (15,54%), sektor jasa-jasa (14,66%), sektor industri
pengolahan (11,02%), dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran (10,62%). Sedangkan
kontribusi dari 4 sektor lainnya (pertambangan, listrik air dan gas, dan keuangan) terhadap
PDRB kota Pariaman tahun 2009 hanyalah 19,21%.
Kenaikan nilai PDRB kota Pariaman tahun 2009 dibandingkan dengan nilai PDRB
atas dasar harga konstan (2000) dengan sendirinya meningkatkan pendapatan perkapita
penduduk kota tersebut. Jika menggunakan harga berlaku sebagai dasar, maka pendapatan
perkapita penduduk kota Pariaman tahun 2009 adalah Rp 21,04 juta per tahun; atau
meningkat sebesar 12,69% dari tahun sebelumnya (2008) sebesar Rp 18,67 juta per tahun.
Sedangkan jika menggunakan harga konstan (2000) sebagai dasar, maka pendapatan
perkapita penduduk kota Pariaman tahun 2009 adalah Rp 9,69 juta per tahun; atau
meningkat 4,30% dari tahun sebelumnya (2008) sebesar Rp 9,29 juta per tahun.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 45
Tabel 3.5.1PDRB Kota Pariaman Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan
tahun 2008 dan 2009
Lapangan usaha2008 (Rp juta) 2009 (Rp juta)
H. Berlaku H. Konstan H. Berlaku H. Konstan
Pertanian 380.235,68 183.807,69 430,837,85 191,991,53
Pertambangan & galian 23.584,37 10.885,68 26.541,22 11.104,47
Industri pengolahan 150.321,66 84.149,06 163.943,87 85.378,90
Listrik, gas, & air bersih 17.820,05 8.392,94 20.687,73 9.238,69
Bangunan 111.103,49 55.738,34 127.072,73 58.740,27
Perdagangan, hotel, & restoran 140.726,09 77.758,35 158.033,05 81.059,36
Pengangkutan & komunikasi 204.060,57 77.860,18 231.320,09 82.153,44
Keuangan, persewaan, & jasaperusahaan
98.450,72 55.335,34 111.543,74 58.437,27
Jasa-jasa 192.084,39 102.345,44 218.236,17 107.528,31
Total 1.318.387,02 656.273,02 1.488.216,45 685.632,24
Sumber: Pariaman dalam Angka, 2010
3.5.2. Kondisi Produksi
a. Sektor pertanian
1). Subsektor Tanaman Pangan
Subsektor tanaman pangan merupakan salah satu motor penggerak utama
perekonomian Kota Pariaman. Padi sawah merupakan komoditas utama produk yang
dihasilkan dari sub sektor tanaman pangan ini. Hingga tahun 2009, Kota Pariaman tercatat
memiliki lahan sawah seluas 2.883 ha; dimana 66,94% dari total lahan sawah tersebut
sudah menggunakan irigasi sebagai sistem pengairan. Dengan luas lahan sebesar itu, Kota
Pariaman pada tahun 2009 dapat memproduksi padi sebanyak 28.711 ton; naik 11,34% dari
produksi tahun sebelumnya (2008) sebesar 25.786 ton. Produktifitas produksi padi sawah
tercatat rata-rata 5,10 ton/ha
Selain padi sawah, komoditas lain yang dihasilkan dari sektor ini adalah tanaman-
tanaman palawija; seperti jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang kedelai, dan kacang tanah. Ubi
kayu dan jagung merupakan komoditas utama yang dihasilkan dari tanaman palawija ini.
Pada tahun 2009, produksi ubi kayu di kota Pariaman adalah 784,41 ton dengan rata-rata
produksi 15.99 ton/hektar. Sedangkan untuk jagung pada tahun 2009 jumlah produksinya
adalah 189,80 dengan rata-rata produksi 4,13 ton/ha.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 46
Tabel 3.5.2Luas Panen, Jumlah Produksi, Serta Produktifitas
Rata-rata Tanaman Pangan di kota Pariaman
Jenis tanamanLuas panen
(Ha)Jumlah Produksi
(ton)Produktifitas rata-rata
(ton/ha)
Padi sawah 5.648 28.711,00 5,10
Jagung 56 189,80 4,13
Ubi kayu 49 784,41 15,99
Ubi jalar 6 85,70 14,25
Kacang kedelai 5 7,16 1,43
Kacang tanah 26 33,29 1,28
Sumber : Pariaman dalam Angka, 2010
Untuk sub sektor sayur-sayuran, tercatat jenis komoditas sayur-sayuran yang sudah
ditanam di kota pariaman hingga tahun 2009 adalah kacang panjang, terung, ketimun, cabe
merah, bayam, dan kangkung. Cabe merah, ketimun, dan terung merupakan komoditas
sayuran utama dari kota Pariaman. Pada tahun 2009, jumlah produksi ketiga komoditas
tersebut masing-masing adalah 150,30 ton; 242,20 ton; dan 119,70 ton. Informasi lebih
lengkap dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel 3.5.3Luas Panen, Jumlah Produksi, Serta Produktifitas Rata-rata Sayur-sayuran di
Kota Pariaman
Jenis SayuranLuas Panen
(Ha)Jumlah Produksi
(ton)Produktifitas rata-rata
(ton/ha)
Kacang panjang 25 77,50 3,10
Terung 22 119,70 5,40
Ketimun 36 242,20 6,70
Cabe merah 27 150,30 5,56
Bayam 47 84,60 1,80
Kangkung 61 188,45 3,09
Sumber : Pariaman dalam Angka, 2010
Untuk sub sektor buah-buahan, tercatat jenis komoditas buah-buahan yang sudah
ditanam di kota Pariaman hingga tahun 2009 adalah alpokat, mangga, rambutan, duku,
jeruk, durian, jambu biji, pepaya, pisang, manggis, nangka, melinjo, nenas, dan sawo.
Pisang dan durian merupakan komoditas utama buah-buahan dari kota Pariaman; dengan
jumlah produksi tahun 2009 masing-masing adalah 3.082 ton dan 2499 ton Informasi lebih
lengkap dapat dilihat pada tabel berikut ini
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 47
Tabel 3.5.4Luas Panen Serta Jumlah Produksi Buah-buahan
di Kota Pariaman Tahun 2010
Jenis BuahLuas Areal
(Ha)Jumlahpohon
Jumlah Produksi(ton)
Alpokat 83,50 1.051 89,00
Mangga - 969 17,47
Rambutan 127,75 2.280 135,80
Duku 3,26 249 15,94
Jeruk - 239 9,77
Durian - 5.180 2.499,00
Jambu biji - 502 44,10
Pepaya 16,20 757 128,00
Pisang 230,80 29.267 3.082,00
Manggis - 467 19,30
Nangka - 1.765 92,70
Melinjo - 63.255 136,10
Nenas - 756 2,10
Sawo - 790 3,40
Sumber : Pariaman dalam Angka, 2010
2). Subsektor perkebunan
Untuk sub sektor perkebunan, tercatat jenis komoditas perkebunan yang sudah
ditanam di kota Pariaman hingga tahun 2009 adalah kelapa, kulit manis, cengkeh, pala,
pinang, kakao, dan sagu. Kelapa dan kakao merupakan komoditas utama perkebunan dari
kota Pariaman; dengan jumlah produksi tahun 2009 masing-masing adalah 2450 ton dan 39
ton Informasi lebih lengkap dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 3.5.5Luas Areal, Jumlah Produksi, serta Produktifitas Rata-Rata Hasil Kebun
di Kota Pariaman
Jenis buahLuas areal
(Ha)Produksi
(ton)Produktifitas Rata-rata
(Ton/ha)
Kelapa 2.957,00 2.450,00 0,83
Kulit manis 21,00 3,20 0,15
Cengkeh 5,00 2,00 0,40
Pala 11,00 2,20 0,20
Pinang 23,00 10,80 0,47
Kakao 243,00 39,00 0,16
Sagu 51,00 22,60 0,44
Sumber : Pariaman dalam Angka, 2010
3). Subsektor Peternakan
Untuk sub sektor peternakan, tercatat jenis komoditas peternakan yang sudah
dikembangkan di kota Pariaman hingga tahun 2009 adalah sapi, kerbau, kuda, kambing,
ayam buras, ayam ras, dan itik. Ayam ras dan sapi potong merupakan komoditas utama
peternakan dari kota Pariaman; dengan jumlah populasi tahun 2009 masing-masing adalah
319600 ekor dan 2477 ekor. Informasi lebih lengkap dapat dilihat pada tabel berikut ini
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 48
Tabel 3.5.6Jumlah Populasi Ternak di Kota Pariaman
Jenis Ternak Populasi (Ekor)
Sapi 2.477
Kerbau 570
Kuda 29
Kambing 1.717
Ayam buras 48.857
Ayam ras 319.600
Itik 10.100
Sumber : Pariaman dalam Angka, 2010
4). Subsektor Perikanan
Untuk sub sektor perikanan, tercatat jenis usaha perikanan yang sudah
dikembangkan di kota Pariaman hingga tahun 2009 adalah perairan umum, kolam rakyat,
kolam peternakan rakyat, mina padi, dan perikanan laut. Perikanan laut dan perikanan
kolam rakyat merupakan komoditas utama usaha perikanan dari kota Pariaman; dengan
jumlah produksi tahun 2009 masing-masing adalah 106 ton dan 557,6 ton. Informasi lebih
lengkap dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 3.5.7Luas Areal dan Jumlah Produksi Perikanan di Kota Pariaman
Jenis Usaha Perikanan Produksi (ton)
Perairan umum 21,18
Kolam rakyat 106,00
Perikanan laut 557,60
Sumber : Pariaman dalam Angka, 2010
b. Sektor Pertambangan
Kota Pariaman tidak memiliki kekayaan alam berupa bahan tambang yang
melimpah, sehingga tidak banyak bahan tambang yang bisa digali oleh penduduk maupun
investor dalam rangka meningkatkan pendapatan penduduk sekitar maupun pemerintah
kota
c. Sektor Perindustrian
Sektor perindustrian memegang peranan cukup penting dalam kegiatan
perekonomian Kota Pariaman, mengingat kedudukannya sebagai rangking 4 penyumbang
PDRB kota Pariaman tahun 2009. Untuk kota pariaman, sektor industri dibedakan atas
industri logam, mesin, dan kimia, industri hasil tani dan hutan, industri aneka, serta industri
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 49
kecil rumah tangga
Industri hasil tani dan hutan di kota Pariaman mampu menyerap tenaga kerja
sebanyak 1378 orang (formal) dan 1264 orang (informal). Industri aneka mampu menyerap
tenaga kerja sebanyak 2243 orang (formal) dan 1949 orang (informal). Industri logam,
mesin, dan kimia mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 542 (formal) dan 802 (informal).
Sedangkan industri kecil rumah tangga mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 581
(formal) dan 981 (informal).
Tabel 3.5.8Jenis Industri dan Jumlah Tenaga Kerja Yang Terserap
di Kota Pariaman
Jenis industri Tenaga kerja (orang)
Industri hasil tani dan hutan 2.642
Industri aneka 4.192
Industri logam, mesin, dan kimia 1.344
Industri kecil rumah tangga 1.562
Sumber : Pariaman dalam Angka, 2010
d. Sektor Perdagangan
Sektor perdagangan memegang peranan cukup penting dalam kegiatan
perekonomian kota Pariaman, mengingat kedudukannya sebagai rangking 5 (bersama sektor
hotel dan restoran) penyumbang PDRB kota Pariaman tahun 2009. Pada setiap kabupaten di
kota Pariaman telah terdapat 1 pasar tradisional yang berfungsi sebagai pusat perdagangan
barang. Jumlah pedagang kecil, menengah, dan besar yang telah memiliki SIUP hingga
tahun 2009 masing-masing adalah 168 (meningkat 17 orang dari tahun sebelumnya), 16
(turun dari 52 orang tahun sebelumnya), dan 7 orang (meningkat dari 1 orang tahun
sebelumnya).
e. Koperasi
Hingga tahun 2009, jenis koperasi primer yang telah berdiri di kota Pariaman adalah
78 unit, atau terjadi peningkatan sebanyak 1 unit dari tahun sebelumnya yang berjumlah 77
unit. Semua koperasi tersebut telah berbadan hukum, dengan jumlah anggota yang telah
bergabung adalah 9848 orang. Informasi lengkap dapat dilihat pada tabel berikut ini
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 50
Tabel 3.5.9Jenis Koperasi di Kota Pariaman
Sumber : Pariaman dalam Angka, 2010
f. Sektor Pariwisata, Hotel, dan Restoran
Kota Pariaman memiliki objek wisata yang relatif lengkap. Di kota ini terdapat 20
objek wisata; dengan perinciannya 4 objek wisata alam, 2 objek wisata budaya, 5 objek
wisata sejarah, 7 objek wisata pantai, serta 2 objek wisata khusus. Pemerintah kota
Pariaman nampaknya cukup serius menggarap objek wisata ini sebagai saloah satiu sektor
ekonomi yang menguntungkan. Dari tahun ke tahun jumlah wisatawan domestic maupun
wisatawan mancanegara semakin banyak datang ke kota Pariaman. Untuk tahun 2009,
jumlah wisatawan domestik yang berkunjung ke kota Pariaman berjumlah 609.699 orang
meningkat 29.034 orang dari tahun sebelumnya (580.665 orang). Sedangkan wisatawan
mancanegara yang berkunjung baru 75 orang meningkat 4 orang dari tahun sebelumnya (71
orang)
Tabel 3.5.10Jenis Objek Wisata di Kota Pariaman Berdasarkan Kecamatan
Sumber : Pariaman dalam angka, 2010
Sektor hotel dan restoran menempati rangking 5 penyumbang PDRB kota Pariaman
tahun 2009. Jika sektor pariwisata tumbuh, maka dengan sendirinya bisnis hotel dan
restoran juga diuntungkan Hingga tahun 2009, jumlah hotel/wisma/penginapan yang ada di
kota Pariaman adalah 8 unit. Kedelapan hotel tersebut mampu menyediakan 109 kamar.
Jenis Koperasi Jumlah
KUD 5
Kopentren 1
Kopinkra 2
KPN 27
Koperasi karyawan 4
Koperasi AD 1
Koperasi kepolisisan 2
Koperasi serba usaha 8
Koperasi pedagang pasar 2
Koperasi angkutan darat 1
Koperasi wanita 3
Kopersi wredatama 1
Koperasi pepabri 1
Koperasi jenis lain 23
KecamatanWisataalam
Wisatabudaya
Wisatasejarah
Wisatapantai
Wisata minatkhusus
Pariaman Utara 1 1 1 -
Pariaman tengah 2 1 4 4 2
Pariaman selatan 1 1 2 -
Pariaman timur - - - - -
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 51
Tabel 3.5.11Jumlah Hotel dan Kamar Yang Tersedia di Kota Pariaman
Sumber: Pariaman dalam angka, 2010
g. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Sektor angkutan yang berperan penting dalam menyokong industri pariwisata di
kota Pariaman adalah angkutan kereta api. Jika pada tahun 2006, jumlah penunpang kereta
api padang-pariaman baru berjumlah 25.827 orang; maka pada tahun 2007 meningkat
menjadi 173.138 orang. Peningkatan jumlah penumpang ini ikut menyebabkan
meningkatnya pendapatan PT KA sebagai operator. Jika pendapatan pada tahun 2006,
pendapatan PT KA dari jalur padang- Pariaman ini berjumlah Rp 114.041.000; maka pada
tahun 2007 meningkat jadi Rp 533.717.000. Sedangkan untuk sektor komunikasi,
keberadaan kantor pos sangat penting, terutama dalam pengiriman surat dan barang.
h. Sektor Jasa dan Konstruksi
Sektor jasa memberikan kontribusi yang cukup berarti terhadap PDRB kota
pariaman, karena menempati rangking 2 penyumbang PDRB kota Pariaman tahun 2009.
Jenis jasa yang perannya cukup dominan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi kota
Pariaman adalah jasa pemerintahan umum dan pertanahan. Kontribusi jasa ini terhadap
PDRB kota Pariaman adalah Rp 68.934.640.000. Sedangkan pada jasa yang diberikan oleh
sektor swasta, jasa yang dominan adalah jasa perorangan dan jasa sosial kemasyarakatan.
Kontribusi kedua jasa ini terhadap PDRB kota Pariaman masing-masing adalah Rp
22.597.140.000 dan Rp 12.898.420.000.
3.6. KOTA PADANG PANJANG
3.6.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu data statistik makro
yang dapat dipakai untuk mengukur pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Dengan data
PDRB juga akan dapat dilihat struktur perekonomian, distribusi persentase, dan beberapa
Nama hotelJumlah Kamar
(unit)
Hotel Nan Tongga 42
Hotel Atami 15
Hotel Syariah Safira 13
Hotel Tazkia 9
Wisma Esra 11
Wisma Putra Bungsu 6
Wisma Cindur Mato 6
Penginapan Annisa 7
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 52
indikator turunannya. Berdasarkan data PDRB atas dasar harga konstan 2000, pertumbuhan
ekonomi Kota Padang Panjang tahun 2009 tercatat sebesar 6,32 persen. Hal ini berarti laju
pertumbuhan ekonomi Kota Padang Panjang menunjukkan trend positif dan meningkat
dibandingkan tahun 2008 yang hanya sebesar 6,27 persen.
Berdasarkan nilai PDRB atas dasar harga berlaku, pada tahun 2009 jumlah nilai
tambah seluruh sektor ekonomi di Kota Padang Panjang mencapai 847.535,18 milyar rupiah.
Nilai yang dicapai selama tahun 2009 tersebut cukup tinggi dibandingkan dengan nilai PDRB
pada tahun 2008 yang tercatat sekitar 730.320,31 milyar rupiah. Perkembangan tersebut
dapat diartikan bahwa secara absolut PDRB Kota Padang Panjang tumbuh sebesar 16,05
persen.
Pada tahun 2009 ini sektor yang mengalami pertumbuhan di atas rata-rata
pertumbuhan ekonomi Kota Padang Panjang secara keseluruhan yaitu 6,32 persen adalah
sektor pengangkutan dan komunikasi yang mampu tumbuh sebesar 6,44 persen, kemudian
diikuti oleh sektor bangunan yang tumbuh sebesar 6,80 persen diikuti oleh sektor jasa-jasa
7,21 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan pertumbuhan sebesar 7,28
persen, dan terakhir sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 7,89 persen.
Kemudian untuk sektor-sektor lainnya hanya mampu tumbuh di bawah rata-rata
pertumbuhan ekonomi secara umum Kota Padang Panjang, seperti sektor listrik dan air
bersih dengan pertumbuhan sebesar 6,25 persen, sektor pertanian dengan pertumbuhan
sebesar 3,05 persen, sektor pertambangan dan penggalian hanya mampu tumbuh sebesar
1,79 persen, demikian juga untuk sektor industri pengolahan 4,11 persen.
Tabel 3.6.1PDRB Kota Padang Panjang Menurut Sektor
Tahun 2008-2009 (milyar)
No Sektor2008 2009
HargaBerlaku
HargaKonstan
HargaBerlaku
HargaKonstan
1 Pertanian 74.588,45 38.961,92 78.571,69 40.151,76
2 Pertambangan dan Penggalian 2.838,75 1.361,31 2.984,51 1.385,64
3 Industri Pengolahan 63.684,32 35.945,95 74.652,86 37.421,72
4 Listrik, Gas & Air Bersih 20.522,93 9.719,47 22.153,42 10.326,72
5 Bangunan 61.058,63 28.394,75 71.564,34 30.325,77
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 76.070,71 43.995,77 96.908,45 47.198,05
7 Pengangkutan dan Komunikasi 170.495,02 79.831,83 201.313,18 84.973,19
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 76.553,16 39.279,85 86.907,16 42.379,91
9 Jasa - Jasa 184.508,34 95.754,19 217.860,91 102.661,12
Sumber: BPS, 2010
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 53
3.6.2. Kondisi Produksi
a. Sektor pertanian
1). Subsektor tanaman pangan
Tanaman pangan terdiri dari padi dan palawija. Sedangkan yang tergolong kepada
tanaman palawija antara lain jagung, ubi jalar, ubi kayu, kacang tanah, kedelai, dan lain-
lain. Bila diperhatikan hasil produksi padi pada tahun 2009 sebesar 10.253 ton sedikit lebih
tinggi dibandingkan tahun lalu yang hanya 9.177 ton.
Untuk tanaman palawija, terjadi penurunan produksi pada jagung dan ubi kayu
masing-masing dari 276 ton dan 2110 ton tahun 2008 menjadi 266 ton dan 1440 ton pada
tahun 2009. Sedangkan untuk ubi jalar dan kacang tanah terjadi peningkatan produksi
masing-masing dari 503 ton dan 220 ton tahun 2008 menjadi 632 ton dan 242 ton tahun
2009.
Tanaman holtikultura terdiri dari sayur-sayuran, tanaman hias, dan buah- buahan.
Di Kota Padang Panjang jenis sayuran yang ada terdiri dari bawang merah, bawang putih,
bawang daun, kentang, petsai/sawi, cabe, tomat, terung, buncis, ketimun, kangkung, dan
bayam. Pada tahun 2009 terjadi peningkatan produksi petsai/sawi dan buncis. Namun untuk
bawang daun, cabe, tomat, terung, dan kangkung terjadi penurunan produksi tahun 2009.
Bila dilihat menurut komoditas, luas panen, dan produksi tanaman bahan makanan
tahun 2009 di Kota Padang Panjang yang terbesar adalah Padi Sawah dengan luas areal
1.899,00 ha dengan produksi 10.253,00 ton atau mencapai 91,39% dari total produksi
komoditas tanaman pangan. Selanjutnya jagung dengan luas panen 92,00 ha dan produksi
266,8 ton, Ubi kayu dengan luas panen 16,00 ha dan produksi 1440,00 ton, ubi jalar
(produksi 632,1 ton), Kacang tanah produksi 242,00 ton.
Tabel 3.6.2Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan
di Kota Padang Panjang Tahun 2009
Jenis Tanaman Luas Panen (Ha) Produksi (Ton)Hasil Perhektar
(Kw / Ha)
Padi Sawah 1.899 1.0253 5,4
Padi Ladang -- -- --
Jagung 92 266,8 2,9
Ubi Kayu 16 1440 90
Ubi Jalar 49 632,1 12,9
Kacang Tanah 22 242 11
Jumlah 2.078 12.833,9 122,2
Sumber: BPS, 2010
Selama tahun 2009 luas areal panen tanaman sayuran seluas 518,00 ha, dengan
produksi sebanyak 53.102 ton. Produksi tanaman sayur-sayuran yang tertinggi produksinya
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 54
adalah Petsai/sawi sebanyak 14.125 ton dengan luas panen 113 ha, bawang daun dengan
luas panen 112 ha, kangkung 8.379 ton dengan luas panen 32 ha, cabe dengan produksi
5.619 ton dengan luas panen 146, buncis dengan dengan produksi 4.915 ton dengan luas
lahan 55 ha, terung 4.876 ton dengan luas panen 38,00 ha. Rekapitulasi luas areal dan
produksi tanaman sayur-sayuran selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.6.3.
Tabel 3.6.3Luas Panen dan Produksi Tanaman Sayur-sayuran
di Kota Padang Panjang Tahun 2009Jenis
SayuranPanen(Ha)
Produksi(Ton)
Rata-rata Produksi(ton/Ha)
Bawang Daun 112 11.160,00 99,64
Petsai/Sawi 113 14.125,00 125,00
Cabe 146 5.619 38,49
Tomat 22 4.128,00 187,64
Terung 38 4.876,00 128,32
Buncis 55 4.915,00 89,36
Kangkung 32 8.279,00 258,72
Sumber: BPS, 2010
2). Subsektor perkebunan rakyat
Tanaman perkebunan di Kota Padang Panjang diantaranya kopi, kulit manis,
cengkeh, tebu, gardamunggu, kelapa, cacao, dan pinang. Produktivitas tertinggi tanaman
perkebunan tahun 2009 yaitu kulit manis dengan luas panen 5 ha dan produksi sebanyak 50
ton. Tanaman dengan produktivitas terendah yaitu tebu dengan luas panen 4 ha dan jumlah
produksi 0,45 ton.
Tabel 3.6.4Luas Panen (ha), Produksi (Kg) dan Banyaknya Petani (KK)Tanaman Perkebunan di Kota Padang Panjang Tahun 2009
JenisTanaman
LuasTanam (Ha)
LuasPanen (Ha)
Produksi(Kg)
Banyaknya Petani(KK)
Kopi 71,00 69,00 35.000 293
Kulit Manis 167,00 5,00 50.000 347
Cengkeh 10,00 10,00 5.000 37
Tebu 4,00 4,00 450 32
Gardamunggu/
kapulaga 2,00 2,00 600 74
Kelapa 10,00 10,00 6.500 5
Kakao 15,00 3,00 12.600 35
Pinang 11,00 11,00 6.000 54
Jumlah 290,00 114,00 1.050,00 877
Sumber: BPS, 2010
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 55
3). Subsektor peternakan
Subsektor peternakan dalam perekonomian kota Padang panjang adalah salah satu
sektor yang memiliki kontribusi yang cukup besar bagi produksi subsektor peternakan
Sumatera barat secara keseluruhan. Kota Padang panjang telah memiliki industri terkait
yang dapat mengolah hasil-hasil produksi peternakan.
Tabel 3.6.5.Jumlah Populasi Ternak di Kota Padang Panjang
Tahun 2009
KecamatanSapi
PerahSapi
PotongKerbau Kuda Kambing
AyamBuras
Itik /Itik
Manila
Padang PanjangBarat
89 247 28 50 253 4.452 1.318
Padang PanjangTimur
251 360 88 50 427 8.313 7.876
Jumlah 340 607 116 100 680 12.765 9.194
Sumber: BPS, 2010
Populasi ternak di Kota Padang Panjang pada tahun 2009 mengalami penurunan
kecuali kambing. Kerbau merupakan ternak yang paling besar mengalami penurunan
populasi yaitu sebesar 44,23 persen. Sedangkan ternak yang paling kecil penurunannya
adalah sapi perah yaitu sebanyak 0,2 persen.
Tabel 3.6.6.Jumlah Produksi Daging (Kg) di Kota Padang Panjang
Tahun 2009
Kecamatan Sapi Kerbau Kambing
Januari 33.312 21.889 363
Februari 33.833 21.298 300
Maret 37.650 25.636 388
April 36.262 23.664 375
Mei 31.751 18.734 400
Juni 28.454 18.931 363
Juli 40.079 33.327 450
Agustus 33.659 22.678 463
September 49.448 47.525 2.013
Oktober 35.047 27.016 688
Nopember 31.577 27.411 450
Desember 27.587 25.675 375
Jumlah 418.659 313.784 6.628
Sumber: BPS, 2010
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 56
Jumlah sapi yang dipotong meningkat dari 2.253 ekor tahun 2008 menjadi 2.413
ekor pada tahun 2009. Sedangkan untuk pemotongan kerbau terjadi penurunan dari 1.959
ekor tahun 2008 menjadi 1.591 ekor tahun 2009. Sejalan dengan meningkatnya jumlah
pemotongan sapi, jumlah kulit yang dihasilkan juga mengalami peningkatan.
Produksi daging di Kota Padang Panjang paling banyak di produksi dari ternak sapi
sebanyak 418.659 Kg, kerbau 31.378 Kg dan kambing 6.628 Kg. Jumlah Produksi daging
dapat dilihat pada tabel 3.6.6
4). Subsektor perikanan
Perikanan darat di Kota Padang Panjang terdiri dari kolam air tenang, kolam air
deras, perairan sungai, mina padi, dan keramba. Secara umum terdapat peningkatan
produksi ikan pada tahun 2009 dibanding tahun sebelumnya untuk kategori ikan air tenang,
kolam air deras, dan perairan sungai
Tabel 3.6.7Perkembangan Produksi (ton) Perikanan Kota Padang Panjang
Tahun 2009
KecamatanKolam AirTenang(Ton)
Kolam AirDeras (Ton)
PerairanSungai(Ton)
Mina PadiPaddy (Ton)
Keramba(Ton)
Padang PanjangBarat
104,30 2,50 17,60 2,60 1,50
Padang PanjangTimur
165,70 17,50 50,10 15,40 7,30
Jumlah 270,00 20,00 67,70 18,00 8,80
Sumber: BPS, 2010
c. Sektor pertambangan
Sektor pertambangan dan penggalian memberikan kontribusi terhadap PDRB Kota
Padang Panjang sebesar 1,36%.
d. Sektor perindustrian
Peran sektor perindustrian dalam perekonomian Kota Padang Panjang tahun 2009
terlihat dari sumbangan sektor perindustrian cukup signifikan terhadap penyerapan tenaga
kerja dan merupakan sektor tertinggi ke-6 dalam sumbangannya terhadap pembentukan
PDRB Kota Padang Panjang.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Perindustrian Kota Padang Panjang
industri yang terdapat di daerah ini dibedakan dalam dua kelompok yaitu: industri kimia,
agro dan hasil hutan, dan industri logam, mesin, elektronika dan aneka. Dilihat dari
kelompok industri menunjukkan bahwa industri kimia, agro dan hasil hutan merupakan unit
usaha terbanyak mencapai 315 unit usaha dan menyerap 1320 orang tenaga kerja,
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 57
kemudiaan diikuti kelompok industri logam, mesin, elektronika dan aneka dengan jumlah
unit usaha sebanyak 238 unit usaha dan menyerap tenaga kerja sebanyak 892 orang.
Jumlah unit usaha menurut kelompok industri di Kota Padang Panjang dapat dilihat pada
Tabel 3.6.8.
Tabel 3.6.8Jumlah Kelompok Industri dan Tenaga Kerja
di Kota Padang Panjang Tahun 2009
Jenis IndustriJumlah
PerusahaanJumlah tenaga
kerja
industri kimia, agro dan hasilhutan
315 1.320
industri logam, mesin,elektronika dan aneka
238 892
Sumber: BPS, 2010
Sektor perdagangan, hotel, dan restoran merupakan sektor ke tiga terbesar dalam
sumbangannya terhadap PDRB tahun 2009. Bila dilihat berdasarkan PDRB atas dasar harga
konstan tahun 2009, usaha dibidang perdagangan, hotel dan restoran memberikan
kontribusi terhadap perkembangan Kota Padang Panjang sebesar 47.198,05 milyar. Jumlah
perusahaan perdagangan dari tahun ke tahun semakin meningkat.
Berdasarkan bentuk perusahaan, dan jumlah perusahaan yang baru diterbitkan
tanda daftar perusahaan (TDT) di Kota Padang Panjang pada tahun 2009 mencapai 65
perusahaan. Pembuatan perusahaan yang baru dan perpanjangan adalah dalam bentuk
Perseroan Terbatas (PT) yaitu sebanyak 2 buah, kemudian Commanditaire Vennostchap
(CV) yang mencapai 28 buah dan berbentuk Perusahaan Perorangan sebanyak 35 buah.
Informasi lebih lengkap bisa dilihat di Tabel 3.3.9.
Tabel 3.6.9Jumlah Penerbitan TDP di Kota Padang Panjang
Tahun 2009
Jenis Perusahaan 2006 2007 2008 2009
Perseroan Terbatas (PT) 3 25 25 2
Koperasi - 11 1 1
Commanditairex Vennostchap (CV) 71 248 54 28
Firma (Fa) - - - -
Badan Usaha Lainnya 1 - 1 -
Perusahaan Perorangan 92 284 56 35
Sumber: BPS, 2010
f. Koperasi
Jumlah koperasi di Kota Padang Panjang tahun 2009 meningkat dari 63 menjadi 68
koperasi. Simpanan anggota juga mengalami peningkatan baik untuk non KUD maupun
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 58
KUD, masing-masing sebesar 42,9 persen dan 53,86 persen. Begitu juga untuk Sisa Hasil
Usaha (SHU), baik koperasi non KUD maupun KUD mengalami peningkatan yang pesat
dibandingkan tahun sebelumnya yakni masing-masing sebesar 99,39 persen dan 201,35
persen.
Jumlah koperasi di Kota Padang Panjang pada Tahun 2009 sebanyak 68 buah. Dari
Jumlah koperasi yang ada di Kota Padang Panjang sebanyak 68 buah memiliki anggota
sebanyak 9578 orang. Jumlah anggota koperasi yang terbanyak berada di Kecamatan
Padang Panjang yaitu sebanyak 9578 orang anggota. Melihat potensi koperasi yang
tersebar di seluruh kecamatan ini, dan sesuai dengan asas ekonomi kerakyatan yang
dewasa ini mendapat perhatian serius dari pemerintah, maka keberadaan koperasi harus
terus dikembangkan dengan meningkatkan profesionalitas manajemen para pengurus
koperasi.
Tabel 3.6.10Jumlah Koperasi, Jumlah Anggota KUD
di Kota Padang Panjang Tahun 2009
KecamatanJumlah
KoperasiJumlahAnggota
Padang Panjang Barat 39 4.629
Padang Panjang Timur 29 4.949
Jumlah 68 9.578
Sumber: BPS, 2010
g. Sektor pariwisata, hotel, dan restoran
Usaha di bidang perhotelan pada tahun 2009 turut memberikan sumbangan
terhadap PDRB Kota Padang Panjang sebanyak 96.908,45 milyar rupiah. Jumlah jenis usaha
yang bergerak dalam bidang pariwisata pada tahun 2009 adalah 57 buah.
Tabel 3.6.11.Industri Pariwisata Menurut Jenis usaha
di Kota Padang Panjang Tahun 2009
Jumlah Usaha 2006 2007 2008 2009
Hotel Berbintang 0 0 0 0
Penginapan 4 8 10 12
Biro Perjalanan 3 1 1 1
Agen Perjalanan - 3 5 5
Toko Souvenir 6 6 6 7
Rumah Makan dan Restoran 80 32 32 32
Jumlah / Total 93 50 54 57
Sumber: BPS, 2010
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 59
Dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi di Kota Padang Panjang peran usaha
dibidang perhotelan sangat menunjang. Jumlah Wisatawan ke Kota Padang Panjang
sebanyak 7.175 orang dari wisatawan asing dan 284829 dari domestik. Sampai saat ini
Pemerintah Kota Padan Panjang gmenggalakkan obyek wisata yang potensial untuk menarik
minat pengunjung datang ke Kota Padang Panjang. Tabel 3.6.12. memperlihatkan jumlah
wisatawan ke masing-masing objek wisata yang ada di Kota Padang Panjang.
Tabel 3.6.12Jumlah Wisatawan Yang Berkunjung ke Kota Padang Panjang
Tahun 2009
Nama Objek Wisata Asing Dalam Negeri
Minang Fantasi (MIFAN) 0 264.000
Pusat Dokumentasi dan Informasi
Kebudayaan Minangkabau
7.012 6.371
Pemandian Lubuk Mata Kucing 0 13.456
S T S I 73 440
Bukit Berbunga 90 512
Mesjid Azazi 0 50
Jumlah 7.175 284.829
Sumber: BPS, 2010
h. Sektor pengangkutan dan komunikasi
Sektor pengangkutan dan komunikasi pada tahun 2009 menyumbang Rp
201.313,18 milyar atau 23,6% dari total PDRB Kota Padang Panjang (atas harga berlaku).
Berdasarkan harga konstan tahun 2009 pada periode 2008-2009 sektor ini mengalami
pertumbuhan rata-rata sebesar 6,4% per tahun. Berbagai sarana komunikasi sudah tersedia
di Kota Padang, seperti kantor pos untuk sarana surat menyurat dan jaringan telepon untuk
sarana hubungan secara langsung.
Pos merupakan sarana komunikasi yang paling tua usianya namun masih
merupakan pilihan utama bagi masyarakat walaupun sudah ada sarana komunikasi lainnya.
Hal ini disebabkan biaya yang murah dan mampu menjangkau konsumennya sampai pada
daerah yang terjauh.
i. Sektor jasa
Kontribusi sektor jasa terhadap PDRB berdasarkan harga berlaku pada tahun 2009
sebesar Rp 217.860,91 milyar atau 39,89% dari total PDRB tahun 2009. Laju
pertumbuhannya dalam periode 2008-2009 berdasarkan harga konstan tahun 2009 sebesar
7,21%.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 60
3.7. KOTA SAWAHLUNTO
3.7.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Sawahlunto pada tahun 2009
atas dasar harga berlaku adalah sebesar Rp 976.280,96 juta atau meningkat sebesar
13,26% dibanding tahun 2008 sebesar Rp 861.957,23 juta. Struktur perekonomian Kota
Sawahlunto bila dilihat berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2009, masih
didominasi oleh sektor jasa (25,67%). Sektor pertambangan dan penggalian merupakan
sektor kedua terbesar yang memberi kontribusi sebesar 16,72% terhadap total PDRB.
Selanjutnya diikuti sektor perdagangan, hotel dan restoran (12,03%), industri pengolah
(11,14%), sektor pengangkutan dan komunikasi (10,79%), pertanian (9,79%), bangunan
(7,46%), dan sebagian kecil dari sektor lainnya.
Laju perkembangan berbagai sektor usaha di luar migas, di Kota Sawahlunto dilihat
berdasarkan perkembangan nilai PDRB-nya (berdasarkan harga konstan) mengalami
pertumbuhan sebesar 4,22% dalam kurun waktu 2008-2009. Pada periode yang sama
pertumbuhan terbesar terjadi pada sektor industri pengolahan (12,6%), diikuti sektor
perdagangan, hotel dan restoran (9,37%), Listrik, gas dan air minum (7,45%),
pengangkutan dan komunikasi (6,90%), jasa-jasa (6,76%), bangunan (6,09%), pertanian
(5,26%), keuangan dan persewaan (4,89%), sedangkan sektor pertambangan dan
penggalian terjadi penurunan sebesar (-8,86%).
Tabel 3.7.1.PDRB Kota Sawahlunto Menurut Sektor tahun 2008 – 2009
No Sektor2008 (Juta) 2009 (Juta) Pertumbuhan (%)
Berlaku Konstan Berlaku Konstan Berlaku Konstan
1. Pertanian 78.744,32 36.567,82 95.555,14 38.490,10 21,35 5,26
2.Pertambangan &Penggalian
168.865,75 100.196,29 163.255,7 91.318,41 -3,32 -8,86
3.IndustriPengolahan
91.546,17 59.207,09 108.799,8 66.666,26 18,85 12,60
4.Listrik, Gas & AirBersih
9.485,99 3.664,07 10.537,73 3.937,09 11,09 7,45
5. Bangunan 62.583,08 27.878,59 72.848,12 29.575,58 16,40 6,09
6.Perdagangan,Hotel & Restoran
97.326,75 49.028,46 117.474,84 53.622,94 20,70 9,37
7.PengangkutanDan Komunikasi
91.142,76 42.091,63 105.332,81 44.995,91 15,57 6,90
8.Keuangan,Persewaan &Jasa Perh.
45.719,575 26.396,20 51.875,89 27.688,23 13,47 4,89
9. Jasa-Jasa 216.542,83 129.349,12 250.600,93 138.097,86 15,73 6,76
Total 861.957,225 474.379,28 976280,96 494.392,38 13,26 4,22
Sumber : Kota Sawahlunto dalam Angka Tahun 2009
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 61
3.7.2. Kondisi Produksi
a. Sektor pertanian
1). Subsektor tanaman pangan
Menurut laporan dari Dinas Pertanian dan Kehutanan, produksi padi pada tahun
2009 tercatat sebanyak 11.689 ton atau mengalami penurunan dibandingkan produksi pada
tahun 2008 yang berjumlah sebesar 12.370 ton. Penurunan produksi padi pada tahun 2009
diakibatkan karena lahan mengalami puso (gagal panen), dimana luas lahan pada tahun
2008 sebesar 2.577 Ha menjadi seluas 2.329 Ha pada tahun 2009. Bila dilihat distribusi
produksi padi Kota Sawahlunto menurut kecamatan, terlihat bahwa Kecamatan Talawi
selama tahun 2009 menjadi kecamatan yang paling banyak produksinya yakni sejumlah
5.781 ton, sedangkan kecamatan yang paling sedikit produksi padinya adalah Kecamatan
Silungkang yang tercatat sebesar 450 ton.
Tabel 3.7.2.Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan
di Kota Sawahlunto Tahun 2009
Jenis TanamanLuas Panen
(Ha)Produksi (Ton)
Rata-rata Produksi
(Ton/Ha)
1. Padi Sawah 2329 11689 5,02
2. Jagung 53 185,50 3,50
3. Kedelai 18 21,60 1,20
4. Ubi Kayu 177 2832 16,00
5. Kacang Tanah 3 4 1,33
6. Kacang Hijau 1 1,1 1,10
Jumlah 2581 14733,2 28,15
Sumber : Kota Sawahlunto dalam Angka Tahun 2009
Bila dilihat menurut komoditas, luas panen, dan produksi tanaman pangan tahun 2009
di Kota Sawahlunto yang terbesar adalah padi sawah dengan luas panen 2329 ha dan
produksi 11689 ton atau mencapai 80% dari total produksi komoditas tanaman pangan.
Selanjutnya ubi kayu dengan luas areal 177 ha dengan produksi 2832 ton, jagung produksi
185,25 ton, kedelai dengan jumlah produksi 21,60 ton serta kacang tanah dan kacang hijau
(produksi masing-masing 4 ton dan 1,1 ton).
Terdapat 3 (tiga) komoditas tanaman pangan yang ada di Kota Sawahlunto
merupakan hasil kegiatan basis. Komoditas ini sudah mengarah untuk ekspor ke luar wilayah
kota, yaitu padi sawah, kedelai dan ubi kayu (lihat Tabel 3.7.3.)
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 62
Tabel 3.7.3.Nilai Location Quotient (LQ) Komoditas Tanaman Pangan
di Kota Sawahlunto Tahun 2009
Jenis Tanaman Nilai LQ
1. Padi Sawah 1,03
2. Jagung 0,08
3. Kedelai 1,25
4. Ubi Kayu 4,52
5. Kacang Tanah 0,08
6. Kacang Hijau 0,15
Sumber : Kota Sawahlunto dalam Angka Tahun 2009
Dari hasil analisis LQ dapat disusun juga peringkat kecamatan se-Kota Sawahlunto
berdasarkan keunggulan komparatif dari komoditas tanaman pangan seperti dapat dilihat
pada Tabel 3.7.4.
Tabel 3.7.4Peringkat Kecamatan di Kota Sawahlunto
Berdasarkan Keunggulan Komparatif Tanaman Pangan
No Kecamatan Jumlah Rerata Peringkat
1 Silungkang 1 0,78 IV
2 Lembah Segar 2 0,75 III
3 Barangin 4 2,03 I
4 Talawi 2 0,45 II
Sumber : Kota Sawahlunto dalam Angka Tahun 2009
Selama tahun 2009 luas areal panen tanaman sayuran seluas 127,00 ha, dengan
produksi sebanyak 499,70 ton. Produksi tanaman sayur-sayuran yang tertinggi produksinya
adalah cabe sebanyak 135 ton dengan luas panen 30,00 ha, kacang panjang dengan luas
panen 26,00 ha, terung 79,00 ton dengan luas panen 17,00 ha, kangkung 76,50 ton dengan
luas panen 17,00 ha, bayam produksi 60,00 ton dengan luas panen 25,0 ha, ketimun
produksi 24,00 dengan luas panen 5,00 ha, Buncis luas panen 5,00 ha dan produksi
mencapai 20,00 ton. Rekapitulasi luas areal dan produksi tanaman sayur-sayuran
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.7.5.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 63
Tabel 3.7.5Luas Panen dan Produksi Tanaman Sayur-sayuran
di Kota Sawahlunto Tahun 2009
Jenis TanamanLuas Panen
(Ha)Produksi (Ton)
Rata-rata Produksi
(Ton/Ha)
1. Cabe 30 135 4,50
2. Kacang Panjang 26 96,20 3,70
3. Tomat 2 9 4,50
4. Terung 17 79 4,65
5. Buncis 5 20 4,00
6. Ketimun 5 24 4,80
7. Kangkung 17 76,5 4,50
8. Bayam 25 60 2,40
Jumlah 127,00 499,70 33,05
Sumber : Kota Sawahlunto dalam Angka Tahun 2009
Terdapat 5 (lima) komoditas tanaman sayur-sayuran yang ada di Kota Sawahlunto
merupakan hasil kegiatan basis. Komoditas ini sudah mengarah untuk ekspor ke luar wilayah
kota, yaitu cabe, kacang panjang, terung, kangkung dan bayam (lihat Tabel 3.7.6.)
Tabel 3.7.6.Nilai Location Quotient (LQ) Komoditas Tanaman Sayur-sayuran
di Kota Sawahlunto Tahun 2009
Jenis Tanaman Nilai LQ
1. Cabe 1,14
2. Kacang Panjang 2,93
3. Tomat 0,08
4. Terung 1,08
5. Buncis 0,36
6. Ketimun 0,34
7. Kangkung 2,95
8. Bayam 5,74
Sumber : Kota Sawahlunto dalam Angka Tahun 2009
Pengembangan potensi unggulan tanaman sayur bisa dikarenakan peningkatan
produktivitas pada luas areal yang ada maupun perluasan arealnya yang diprioritaskan pada
wilayah-wilayah kecamatan. Peringkat masing-masing kecamatan berdasarkan keunggulan
komparatif tanaman sayuran terdapat pada Tabel 3.7.7
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 64
Tabel 3.7.7Peringkat Kecamatan di Kota Sawahlunto
Berdasarkan Keunggulan Komparatif Tanaman Sayuran
No Kecamatan Jumlah Rerata Peringkat
1 Silungkang 5 2,17 I
2 Lembah Segar 4 0,84 II
3 Barangin 2 0,78 IV
4 Talawi 3 0,74 III
Sumber : Kota Sawahlunto dalam Angka Tahun 2009
Berdasarkan Tabel 3.7.7 diketahui bahwa peringkat I dan II, adalah Kecamatan
Silungkang dan Lembah Segar. Oleh karena itu kedua kecamatan tersebut dapat dikatakan
sebagai “kecamatan tanaman sayur”.
Tanaman buah-buahan yang terbanyak produksinya di Kota Sawahlunto pada tahun
2009 adalah rambutan, dimana produksinya mencapai 382.80 ton, terjadi penurunan yang
cukup besar bila dibanding tahun 2008 yang jumlahnya mencapai 623 ton.
Tabel 3.7.8.Luas Panen dan Produksi Tanaman Buah-buahan
di Kota Sawahlunto Tahun 2009
Jenis TanamanLuas Panen
(Ha)Produksi
(Ton)Rata-rata Produksi
(Ton/Ha)
1. Alpukat 36,90 56,80 1,54
2. Mangga 18,23 126 6,91
3. Duku 1,32 2,60 1,97
4. Rambutan 51,36 382 7,44
5. Jeruk 7,27 48,50 6,67
6. Durian 6,53 342,20 52,40
7. Pisang 7,73 138,20 17,88
Jumlah 129,34 1096,3 94,81
Sumber : Kota Sawahlunto dalam Angka Tahun 2009
Terdapat 3 (tiga) komoditas tanaman buah-buahan yang ada di Kota Sawahlunto
merupakan hasil kegiatan basis. Komoditas ini sudah mengarah untuk ekspor ke luar wilayah
kota, yaitu mangga, rambutan dan durian (lihat Tabel 3.7.9.)
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 65
Tabel 3.7.9.Nilai Location Quotient (LQ) Komoditas Tanaman Buah-buahan
di Kota Sawahlunto Tahun 2009
Jenis Tanaman Nilai LQ
1. Alpukat 0,47
2. Mangga 2,48
3. Duku 0,17
4. Rambutan 3,91
5. Jeruk 0,37
6. Durian 1,74
7. Pisang 0,29
Sumber : Kota Sawahlunto dalam Angka Tahun 2009
Dari hasil analisis LQ dapat pula disusun peringkat kecamatan se Kota Sawahlunto
berdasarkan keunggulan komparatif buah-buahan seperti yang disajikan pada Tabel 3.7.10.
Berdasarkan Tabel 3.7.10 dapat diketahui bahwa Kecamatan Talawi dan Silungkang relatif
unggul dari kecamatan-kecamatan lainnya di Kota Sawahlunto karena memiliki 6 komoditas
unggulan tanaman buah-buahan. Oleh karena itu kedua kecamatan tersebut dapat disebut
sebagai ”kecamatan tanaman buah-buahan”.
Tabel 3.7.10Peringkat Kecamatan di Kota Sawahlunto
Berdasarkan Keunggulan Komparatif Tanaman Buah-buahan
No Kecamatan Jumlah Rerata Peringkat
1 Silungkang 4 1,52 II
2 Lembah Segar 2 0,86 IV
3 Barangin 2 0,68 III
4 Talawi 4 1,27 I
Sumber : Kota Sawahlunto dalam Angka Tahun 2009
2). Subsektor perkebunan
Komoditi tanaman perkebunan hasilnya cukup menjanjikan terhadap perekonomian
masyarakat Kota Sawahlunto karena komoditi tersebut dapat diekspor ke luar negeri. Jenis
tanaman perkebunan yang ada di Kota Sawahlunto adalah Kakao, Kopi, Karet dan Kemiri.
Namun demikian produksinya selama tahun 2009 relatif masih rendah, tidak terjadi
peningkatan yang besar bila dibandingkan dengan produksi tahun 2008. Ditahun-tahun
mendatang mudah-mudahan komoditi-komoditi tersebut dapat lebih dikembangkan
sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. Rekapitulasi luas areal dan
produksi tanaman perkebunan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.7.11.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 66
Tabel 3.7.11.Luas Panen dan Produksi Tanaman Perkebunan
di Kota Sawahlunto Tahun 2009
Jenis TanamanLuas Lahan
(Ha)Produksi (Ton)
Rata-rata Produksi(Ton/Ha)
1. Kelapa 380,30 380,90 1,00
2. Karet 1409,82 549,62 0,39
3. Kopi 140 51,93 0,37
4. Cengkeh 17 2,50 0,15
5. Kulit Manis 122,90 51,60 0,42
6. Enau 16 2,45 0,15
7. Pala 14,84 4,40 0,30
8. Kemiri 196,77 100,30 0,51
9. Kakao 2119,85 503,33 0,24
10. Lada 3,50 2 0,57
11. Gambir 5,00 1 0,20
Jumlah 4425,98 1650,03 4,30
Sumber : Kota Sawahlunto dalam Angka Tahun 2009
Terdapat 4 (empat) komoditas tanaman perkebunan yang ada di Kota Sawahlunto
merupakan hasil kegiatan basis. Komoditas ini sudah mengarah untuk ekspor ke luar wilayah
kota, yaitu kulit manis, kemiri, kakao dan lada (lihat Tabel 3.7.12.)
Tabel 3.7.12.Nilai Location Quotient (LQ) Komoditas Tanaman Perkebunan
di Kota Sawahlunto Tahun 2009
Jenis Tanaman Nilai LQ
1. Kelapa 0,97
2. Karet 0,70
3. Kopi 0,36
4. Cengkeh 0,32
5. Kulit Manis 1,02
6. Enau 0,44
7. Pala 0,91
8. Kemiri 4,32
9. Kakao 2,84
10. Lada 3,19
11. Gambir 0,02
Sumber : Kota Sawahlunto dalam Angka Tahun 2009
Dari hasil analisis LQ maka dapat disusun peringkat kecamatan se Kota Sawahlunto
berdasarkan keunggulan komparatif dan komoditas tanaman perkebunan seperti pada Tabel
3.7.13.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 67
Tabel 3.7.13Peringkat Kecamatan di Kota Sawahlunto
Berdasarkan Keunggulan Komparatif Tanaman Perkebunan
No Kecamatan Jumlah Rerata Peringkat
1 Silungkang 5 1,04 I
2 Lembah Segar 4 0,83 IV
3 Barangin 5 2,01 II
4 Talawi 4 0,77 III
Sumber : Kota Sawahlunto dalam Angka Tahun 2009
Berdasarkan Tabel 3.3.13 dapat diketahui bahwa Kecamatan Silungkang dan
Barangin relatif paling unggul dari kecamatan-kecamatan lainnya di Kota Sawahlunto,
karena memiliki 5 komoditas tanaman perkebunan. Keduanya dapat dikatakan sebagai
”kecamatan tanaman perkebunan”.
3). Subsektor peternakan
Jenis usaha ternak di Kota Sawahlunto terdiri dari ternak besar (sapi, kerbau,kuda),
dan ternak kecil (kambing) serta unggas (ayam buras, ayam arab/petelur, ayam pedaging
dan itik). Populasi hewan ternak pada tahun 2009 mencapai 14.221 ekor. Populasi sapi
paling banyak untuk jenis hewan besar sebanyak 7.540 ekor. Jumlah ternak sapi paling
banyak terdapat di Kecamatan Talawi, Barangin, Lembah Segar dan Silungkang. Ternak
kambing terbanyak terdapat di Kecamatan Talawi, Barangin, Lembah Segar dan Silungkang.
(Tabel 3.7.14).
Tabel 3.7.14Jumlah Populasi Ternak
di Kota Sawahlunto Tahun 2009
KecamatanSapi
Perah
Sapi
PotongKerbau Kuda Kambing
1. Silungkang - 557 42 - 70
2. Lembah Segar - 814 62 - 183
3. Barangin 18 1949 540 41 1870
4. Talawi - 4220 1929 6 1920
Jumlah 18 7540 2573 47 4043
Sumber : Kota Sawahlunto dalam Angka Tahun 2009
Sedangkan untuk populasi unggas paling banyak terdapat di Kecamatan Talawi,
Barangin, Lembah Segar dan Silungkang. (Tabel 3.7.15).
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 68
Tabel 3.7.15.Jumlah Populasi Unggas
di Kota Sawahlunto Tahun 2009
KecamatanAyam
Buras
Ayam Ras
Petelur
Ayam Ras
PedagingItik Puyuh
1. Silungkang 131 - 256 181 -
2. Lembah Segar 2631 - 797 508 500
3. Barangin 11276 26000 32500 4291 -
4. Talawi 45436 3118 16568 3386 -
Jumlah 59474 29118 50121 8366 500
Sumber : Kota Sawahlunto dalam Angka Tahun 2009
4). Subsektor perikanan
Usaha perikanan di Kota Sawahlunto hanya terdiri dari usaha perikanan darat. Total
produksi usaha perikanan di Kota Sawahlunto pada tahun 2009 mencapai 143,16 ton. Bila
dilihat dari produksinya usaha perikanan darat di Kota Sawahlunto didominasi oleh budidaya
perikanan di sungai dan kolam (Tabel 3.7.16).
Tabel 3.7.16.Luas Area Budidaya dan Produksi Perikanan darat
di Kota Sawahlunto Tahun 2009
Budidaya Perikanan Luas Area (Ha) Produksi (Ton)
1. Sungai 164,97 86,41
2. Kolam 57,02 52,22
3. Sawah 123 0,68
4. Karamba 13 3,85
Jumlah 357,99 143,16
Sumber : Kota Sawahlunto dalam Angka Tahun 2009
c. Sektor pertambangan
Kota Sawahlunto dikenal sebagai kota penghasil Batu Bara di Propinsi Sumatera
Barat. Data produksi batubara berasal dari Dinas Pertambangan, Industri, Perdagangan dan
Koperasi Kota Sawahlunto. Produksi batubara Kota Sawahlunto selama Tahun 2009 tercatat
sebanyak 639 ribu ton, jumlahnya mengalami kenaikan bila dibandingkan produksi 2008
yang sebesar 584 ribu ton.
d. Sektor perindustrian
Peran sektor perindustrian dalam perekonomian Kota Sawahlunto sangat besar.
Sektor industri pengolahan di Kota Sawahlunto dilihat dari nilai PDRB berdasarkan harga
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 69
konstan merupakan sektor dengan laju pertumbuhan terbesar diantara sektor-sektor lainnya
pada tahun 2009 yakni sebesar 12,6%. sumbangan sektor perindustrian juga cukup
signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja.
Sektor perindustrian di Kota Sawahlunto di dominasi oleh industri kecil dan kerajinan
rumah tangga. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pertambangan, Industri,
Perdagangan dan Koperasi jumlah unit usaha industri kecil dan dan kerajinan rumah tangga
berjumlah 432 unit pada tahun 2009 dan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 1.722
tenaga kerja.
e. Sektor perdagangan
Sektor perdagangan, hotel, dan restoran merupakan sektor dengan laju
pertumbuhan ke dua terbesar berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2009,
usaha dibidang perdagangan memberikan kontribusi terhadap perkembangan Kota
Sawahlunto.
Jika dilihat dari Jumlah SIUP yang diberikan oleh pemerintah daerah Kota
Sawahlunto terjadi penurunan yaitu pada tahun 2009 berjumlah 134 buah menurun dari
tahun sebelumnya yakni sebesar 183 (Tabel 3.7.17).
Tabel 3.7.17.Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
di Kota Sawahlunto Tahun 2009
KecamatanKlasifikasi Usaha
Jumlah
Besar Sedang Kecil
1. Silungkang 1 2 24 27
2. Lembah Segar 1 2 44 47
3. Barangin 1 3 25 29
4. Talawi 9 7 15 31
Jumlah 12 14 108 134
Sumber : Kota Sawahlunto dalam Angka Tahun 2009
f. Koperasi
Di Kota Sawahlunto, pada tahun 2009 ini terdapat koperasi sebanyak 77 unit yang
masih beroperasi, dibandingkan tahun 2008 terjadi kenaikan sebanyak 1 (satu) unit dari 76
unit koperasi. Tetapi untuk jumlah anggota koperasi terjadi penurunan dibandingkan tahun
2008, dimana pada tahun 2009 ini terdapat jumlah anggota koperasi sebanyak 8.69 orang,
sedangkan pada tahun 2008 terdapat jumlah anggota koperasi sebanyak 9.648 orang.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 70
g. Sektor Pariwisata
Jumlah kunjungan wisatawan di Kota Sawahlunto selama tahun 2009 terjadi
penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2008. Pada Tahun 2009 tercatat sebanyak
254.372 orang berkunjung ke Kota Sawahlunto, sedangkan pada tahun 2008 jumlahnya
mencapai 302.044 orang. Tempat wisata di Kota Sawahlunto yang paling banyak dikunjungi
wisatawan adalah Water Boom yang terdapat di Kecamatan Silungkang, penurunan ini
mungkin disebabkan karena sudah banyaknya daerah lain di Sumatera Barat yang juga
membangun objek wisata sejenis.
h. Sektor pengangkutan dan komunikasi
Jumlah desa/kelurahan yang telah tersambung jaringan telepon di Kota Sawahlunto
Pada tahun 2009 berjumlah 30 desa/kelurahan atau 81,08 persen. Jumlah pelanggan PT.
Telkom Sawahlunto seluruhnya berjumlah 3.008 unit, didominasi oleh pelanggan rumah
tangga sebanyak 2.859 unit atau 95,05 persen.
Jasa pelayanan Kantor Pos yang paling banyak dipakai oleh masyarakat Kota
Sawahlunto adalah pengiriman surat biasa. Di tahun 2009 tercatat sebanyak 6.144 surat
biasa dikirim dari Kota Sawahlunto dan sebanyak 17.836 yang diterima. Pelayanan paket pos
pada tahun 2009 mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan tahun 2008. Pada tahun
2009 tercatat sebanyak 482 kg paket pos yang dikirimkan dari Kota Sawahlunto, sedangkan
di tahun 2008 jumlahnya sebanyak 438 kg; untuk paket pos yang diterima Kota Sawhlunto
berjumlah sebanyak 1.024 kg di tahun 2009, sedangkan di tahun 2008 berjumlah 931 kg.
i. Sektor jasa dan konstruksi
Kontribusi sektor bangunan dan konstruksi terhadap PDRB berdasarkan harga
konstan pada tahun 2009 sebesar Rp 29.575,58 juta atau 5,98% dari total PDRB tahun
2009. Laju pertumbuhannya dalam periode 2008-2009 berdasarkan harga konstan tahun
2009 sebesar 6,09%, Sementara sektor jasa memberikan kontribusi terhadap PDRB
berdasarkan harga konstan pada tahun 2009 sebesar Rp 138.097,86 juta atau 27,93%.
dengan laju pertumbuhan berdasarkan PDRB dengan harga konstan tahun 2000 dalam
periode 2008-2009 sebesar 6,76%.
Kontribusi dari sektor jasa terhadap PDRB tahun 2009 lebih banyak berasal dari jasa
pemerintahan umum Rp 62.458,58 juta atau 12,63%, jasa perorangan dan rumahtangga
sebesar Rp. 54.687,78 juta atau 11,06%, jasa sosial kemasyarakatan, senilai Rp 18.094,25
juta atau 3,66%, serta jasa hiburan dan rekreasi sebesar Rp 2.857,25 Juta atau 0,58%.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 71
3.8. KABUPATEN PESISIR SELATAN
3.8.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Berdasarkan hasil penghitungan Badan Pusat Statistik Kabupaten Pesisir Selatan laju
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2009 tercatat sebesar 5,44 persen.
Sektor Pertambangan dan Penggalian adalah sektor yang tertinggi tingkat pertumbuhannya,
yaitu tercatat sebesar 7,06 persen. Kemudian diikuti oleh Sektor Bangunan, yaitu tercatat
sebesar 6,82 persen. Sementara itu Sektor Pertanian hanya mampu tumbuh sebesar 4,51
persen atau yang paling rendah tingkat pertumbuhannya dibandingkan sektor ekonomi yang
lain. PDRB Kabupaten Pesisir Selatan menurut harga berlaku tahun 2008 tercatat sebesar
3.581,15 Milyar Rupiah, tahun 2009 meningkat menjadi 4.080,89 Milyar Rupiah. Kontribusi
terbesar PDRB Kab.Pesisir Selatan tahun 2009 ini adalah Sektor Pertanian, yang mana
kontribusinya mencapai 34,55 persen dari total PDRB Kabupaten Pesisir Selatan. Ini berarti
ketergantungan perekonomian Kabupaten Pesisir Selatan terhadap Sektor Pertanian masih
sangat tinggi.
Dilihat dari perkembangan PDRB per lapangan usaha, diketahui bahwa sektor
bangunan mengalami perkembangan ekonomi yang lebih besar dibandingkan dengan sektor
yang lain. Hal ini diduga terkait dengan proses renovasi dan perbaikan bangunan pasca
gempa bumi 30 September 2009. Selanjutnya sektor lain yang relatif besar
perkembangannya adalah sektor perdagangan, pengangkutan dan komunikasi, bank dan
lembaga keuangan, pertambangan dan penggalian. Rekapitulasi perkembangan PDRB
Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2008-2009 disajikan pada Tabel 3.8.1
Tabel 3.8.1PDRB Kabupaten Pesisir Selatan Menurut Sektor Tahun 2008-2009
No
LAPANGAN USAHA/INDUSTRIAL ORIGIN
2008 (juta rupiah) 2009 (juta rupiah) Perkembangan (%)
Berlaku Konstan Berlaku Konstan Berlaku Konstan
1. Pertanian1.253.189 603.814 1.409.756 631.049
12 5
2.Pertambangan danPenggalian 61.825 30.018 71.042 32.138
15 7
3. Industri Pengolahan464.371 250.754 532.877 266.994
15 6
4. Listrik, Gas dan Air Bersih25.882 12.210 29.006 12.972
12 6
5. Bangunan172.644 77.563 201.135 82.854
17 7
6. Perdagangan745.980 424.332 864.418 448.045
16 6
7.Pengangkutan danKomunikasi 120.791 53.346 138.816 56.309
15 6
8.Bank dan LembagaKeuangan 135.926 75.880 155.821 80.586
15 6
9. Jasa-Jasa600.545 371.116 677.819 391.301
13 5
P D R B / G R D P3.581.153 1.899.033 4.080.690 2.002.249
14 5
Sumber: Kabupaten Pesisir Selatan Dalam Angka, 2010
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 72
Kegiatan ekonomi di Kabupaten Pesisir Selatan dapat digolongkan menjadi 2 sektor, yaitu
Industri Basic, yaitu kegiatan ekonomi yang tercipta mampu melayani pasar di daerah
tersebut dan Industri Non Basic, yaitu kegiatan ekonomi yang tercipta hanya mampu untuk
melayani pasar di dalam daerah itu sendiri. Penggolongan tersebut didasarkan suatu indeks
LQ (location quotient), dan berdasarkan nilai LQ sektor-sektor ekonomi di Kabupaten Pesisir
Selatan sebagai sektor basis dan non basis dapat dilihat pada Tabel 3.8.2
Tabel 3.8.2Hasil Perhitungan Location Quation dan Penetapan Sektor/Sub Sektor Basis
Kabupaten Pesisir SelatanBerdasarkan PDRB Tahun 2009 menurut Harga Konstan Tahun 2000
No. Sektor/Sub Sektor LQ Basis
1. PERTANIAN 1,33 BASIS
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 0,28
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 1,74 BASIS
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 0,11
5. BANGUNAN 0,62
6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 1,44 BASIS
7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 0,25
8. KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN 0,37
9. JASA-JASA 0,55 BASIS
Sumber: Kabupaten Pesisir Selatan Dalam Angka, 2010
Dari Tabel 3.8.2 tersebut diatas, terlihat bahwa sektor pertanian, industri pengolahan,
perdagangan/hotel/restoran, dan jasa-jasa dapat menjadi basis industri Kabupaten Pesisir
Selatan. Sedangkan sektor lain seperti pertambangan dan penggalian, listrik gas dan air
bersih, bangunan, pengangkutan dan komunikasi, serta keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan menjadi sektor non basis untuk Kabupaten Pesisir Selatan.
3.8.2 Kondisi Produksi
a. Sektor Pertanian
1) Sub sektor Tanaman Pangan
Produksi padi di Pesisir Selatan pada tahun 2009 mengalami peningkatan sebanyak
3.929 ton dibandingkan tahun sebelumnya. Bertambahnya produksi padi tersebut antara lain
disebabkan luas panen bertambah serta pertambahan rata-rata produksi untuk setiap
hektarnya, disamping adanya penambahan luas lahan sawah di beberapa kecamatan.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 73
Bertambahnya luas tanam dan panen pada tahun 2009, antara lain disebabkan karena
pengaruh musim, dan pengaruh perubahan iklim dimana curah hujan yang lebih banyak
dibanding tahun sebelumnya, sehingga memungkinkan lahan dapat ditanami sebanyak 2-3
kali setahun.
Subsektor tanaman pangan merupakan salah satu motor penggerak perekonomian
di Kabupaten Pesisir Selatan. Pada tahun 2009 total luas areal panen tanaman pangan
adalah 66.456 ha dengan total produksi 327.288 ton. Jumlah produksi terbesar dari
tanaman pangan terdapat pada komoditas padi sawah. Namun jika dilihat dari tingkat
produktivitasnya, ubi kayu merupakan komoditas yang rata-rata produksinya paling tinggi.
Lebih lengkap luas dan panen produksi tanaman pangan dapat dilihat pada Tabel 3.8.2
Tabel 3.8.2Luas dan Panen Produksi Tanaman Pangan
Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2009
No. Jenis Tanaman
Luas Panen Produksi Rata-Rata Produksi
(Ha) (Ton) (Ton/Ha)
1 Padi sawah 53.070 238.708 4
2 Padi Ladang 193 400 2
3 Jagung 11.362 77.697 7
4 Ubi Kayu 395 7.612 19
5 Ubi Jalar 58 488 8
6 Kacang Tanah 832 1.483 2
7 Kacang Kedelai 339 494 1
8 Kacang Hijau 207 346 2
Jumlah 66.456 327.228 46
Sumber: Kabupaten Pesisir Selatan Dalam Angka, 2010
Selanjutnya dari tanaman sayur-sayuran, selama tahun 2009 luas areal panen
tanaman sayuran seluas 2.301 ha, dengan produksi sebanyak 19.776 ton. Produksi
tanaman sayur-sayuran yang tertinggi produksinya adalah ketimun sebanyak 13.300 ton
dengan luas panen 136 ha, terung 1.894 ton dengan luas panen 200 ha, kacang-kacangan
1.837 ton dengan luas panen 1.378 ha, cabe 1.422 ton dengan luas panen 325 ha,
kangkung dengan produksi 552 ton dengan luas panen 127 ha, dan bayam 352 dengan luas
panen 87 ha. Rekapitulasi luas areal dan produksi tanaman sayur-sayuran selengkapnya
dapat dilihat pada Tabel 3.8.3
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 74
Tabel 3.8.3Luas Panen dan Produksi Tanaman Sayur-Sayuran
Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2009
No. Jenis SayuranLuas Panen Produksi
Rata-RataProduksi
(Ha) (Ton) (Ton/Ha)
1 Cabe 325 1.422 4
2 Terung 200 1.894 9
3 Ketimun 136 13.300 98
4 Bawang Merah 48 419 9
5 Kacang-kacangan 1.378 1.837 1
6 Bayam 87 352 4
7 Kangkung 127 552 4
Jumlah 2.301 19.776 130
Sumber: Kabupaten Pesisir Selatan Dalam Angka, 2010
Kabupaten Pesisir Selatan juga termasuk daerah penghasil tanaman buah-buahan.
Dalam tahun 2009 jumlah produksi tanaman buah-buahan di Kabupaten Pesisir Selatan
sebesar 518.423 ton dengan luas lahan panen 962.550 pohon. Produksi tertinggi dari
tanaman buah-buahan berasal dari dari tanaman durian dengan jumlah produksi 156.503
Kwintal dengan luas panen 42.430 pohon. Jumlah produksi terendah berasal dari tanaman
tomat dengan jumlah produksi 96 kwintal namun juga dengan luas panen yang paling kecil
yaitu sebanyak 12 pohon panen. Rekapitulasi luas panen dan produksi tanaman buah-
buahan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.8.4
Tabel 3.8.4Luas Panen dan Produk Tanaman Buah-Buahan
Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2009
No. Jenis Buah-BuahanLuas Panen Produksi Rata-Rata Produksi
(Pohon) (Kw) (Kw/Pohon)
1 Semangka 385 6.739 17,50
2 Jeruk 48.736 1.845 0,04
3 Rambutan 48.485 149.092 3,08
4 Mangga 49.162 90.206 1,83
5 Durian 42.430 156.503 3,69
6 Duku 6.214 3.050 0,49
7 Pepaya 9.008 1.414 0,16
8 Pisang 715.925 94.689 0,13
9 Belimbing 576 116 26,92
10 Salak 30.058 6.198 36,34
11 Alpukat 2.337 911 72,64
12 Manggis 9.158 7.148 142,20
13 Tomat 12 96 282,56
14 Talas 64 416 561,42
Jumlah 962.550 518.423 1.149
Sumber: Kabupaten Pesisir Selatan Dalam Angka, 2010
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 75
2) Sub sektor Perkebunan
Tanaman perkebunan rakyat yang paling banyak diusahakan masyarakat di Pesisir
Selatan saat ini adalah tanaman kelapa sawit (19.239 ha) yang setiap tahun terus
mengalami peningkatan. Kemudian diikuti oleh tanaman karet (11.770 ha), kulit manis
(7.477 ha), tanaman kelapa (5.980 ha ), coklat (2.609 ha), dan kopi (1.436 ha ). Namun jika
dilihat dari produksinya, kopi merupakan merupakan tanaman perkebunan yang
menghasilkan produk yang paling banyak selama tahun 2009 yaitu sebanyak 644.212 ton
dengan luas tanaman 1.436 Ha. Jika dilihat dari perbandingan antara jumlah produksi
dengan luas tanaman maka tanaman gardamunggu merupakan tanaman yang tingkat
produktivitasnya tinggi dengan rata-rata produksi sebesar 7.512 ton per Ha area tanaman
yang ada. Rekapitulasi luas panen dan produksi tanaman buah-buahan selengkapnya dapat
dilihat pada Tabel 3.8.5
Tabel 3.8.5Luas Tanaman dan Produksi Tanaman Perkebunan
Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2009
No. Jenis TanamanLuas Tanaman Produksi Rata-Rata Produksi
(Ha) (Ton) (Ton/Ha)
1 Karet 11.770 7.310 0,62
2 Kelapa 5.980 5.192 0,87
3 Kelapa Sawit 19.239 100.935 5,25
4 Kulit Manis 7.477 9.302 1,24
5 Cengkeh 1.115 3.284 2,95
6 Kopi 1.436 644.212 448,62
7 Pala 719 293 0,41
8 Gambir 314 3.401 10,83
9 Kemiri 129 912 470,78
10 Coklat 2.610 541 940,94
11 Pinang 1.005 724 1.881,01
12 Nilam 278 5.766 3.756,77
13 Gardamunggu 432 1.516 7.512,29
Jumlah 52.503 783.388 15.033
Sumber: Kabupaten Pesisir Selatan Dalam Angka, 2010
3) Sub sektor Peternakan
Jenis ternak besar di Kabupaten Pesisir Selatan terdiri dari sapi, kuda, kerbau dan
kambing. Pada tahun 2009, ternak sapi merupakan populasi terbesar yaitu 91.777 ekor.
Ternak sapi ini banyak terdapat di daerah Kecamatan Ranah Pesisir, Kecamatan Lengayang,
Kecamatan Sutera, dan Kecamatan Bayang. Pada urutan selanjutnya terdapat ternak
kambing dengan jumlah populasi sebesar 48.451 ekor, kerbau 32.503 ekor dan terakhir,
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 76
kuda dengan populasi sebanyak 109 ekor. Hal ini menunjukkan bahwa ternak besar dapat
menjadi salah satu produk unggulan sektor peternakan di Kabupaten Pesisir Selatan.
Rekapitulasi populasi ternak Besar menurut jenisnya dapat dilihat pada Tabel 3.8.6
Tabel 3.8.6Populasi Ternak Besar Menurut Jenisnya
Per Kecamatan di Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2009
No. Kecamatan Sapi Kuda Kerbau Kambing
1 Lunang Silaut 3.749 - 626 8.237
2 Basa IV Balai 2.987 - 4.509 8.135
3 Pancung Soal 6.592 - 2.184 5.380
4 Linggo Sari Baganti 2.518 1 1.480 1.886
5 Ranah Pesisir 17.816 9 8.550 5.514
6 Lengayang 12.622 65 1.655 3.138
7 Sutera 14.392 - 5.587 4.669
8 Batang Kapas 4.996 - 4.478 1.485
9 IV Jurai 5.575 11 1.143 3.661
10 Bayang 12.215 15 653 3.505
11IV Nagari BayangUtara 356 - 31 794
12 Koto XI Tarusan 7.959 8 1.607 2.047
Jumlah 91.777 109 32.503 48.451
Sumber: Pesisir Selatan Dalam Angka, 2009
Selanjutnya dari kelompok ternak ayam, terdapat ternak ayam buras yaitu sebanyak
793.529 ekor, selanjutnya ayam pedaging 145.810 ekor, itik sebanyak 113.405 ekor, dan
ayam ras sebanyak 85.293 ekor.
Tabel 3.8.7Populasi Ternak Ayam Menurut Jenisnya
Per Kecamatan di Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2009
No. Kecamatan Ayam BurasAyam
PedagingAyam Ras Itik
1 Lunang Silaut 45.236 424 25.000 4.681
2 Basa IV Balai 32.544 - 5.682 7.706
3 Pancung Soal 17.204 1.332 483 1.873
4 Linggo Sari Baganti 53.609 - - 6.324
5 Ranah Pesisir 17.846 4.578 5.000 5.710
6 Lengayang 57.212 - - 5.443
7 Sutera 53.975 - - 4.447
8 Batang Kapas 59.379 - - 19.667
9 IV Jurai 249.950 59.800 49.128 12.524
10 Bayang 121.549 47.807 - 29.720
11 IV Nagari Bayang Utara 7.719 - - 1.398
12 Koto XI Tarusan 77.306 31.869 - 13.912
Jumlah 793.529 145.810 85.293 113.405
Sumber: Pesisir Selatan Dalam Angka, 2009
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 77
Data ini menunjukkan bahwa Kabupaten Pesisir Selatan juga memiliki potensi yang
besar untuk dikembangkan menjadi sentra pengembangan ternak ayam khususnya ternak
ayam buras. Rekapitulasi penyebaran ternak ayam pada setiap kecamatan disajikan pada
Tabel 3.8.7
Dilihat dari produksi daging ternak, pada tahun 2009 jumlah produksi daging
tertinggi berasal dari produksi daging sapi yaitu sebesar 1.179.765 ton. Data ini
menunjukkan bahwa usaha peternakan sapi di Kabupaten Pesisir Selatan lebih diarahkan
kepada usaha peternakan sapi potong. Selanjutnya produk daging terbesar dari kelompok
peternakan ayam yaitu dari ternak ayam buras dengan jumlah produksi 851.033 ton. Lebih
lengkap rekapitulasi produk daging ternak di Kabupaten Pesisir Selatan pada Tahun 2009
dapat dilihat pada Tabel 3.8.8
Tabel 3.8.8Produk Daging Ternak Menurut Jenisnya
Per Kecamatan di Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2009
No. Kecamatan Sapi Kerbau KambingAyam
ItikBuras Pedaging Ras
1 Lunang Silaut 42.811 868 6.793 48.516 339 10.313 1.931
2 Basa IV Balai 37.892 33.840 4.648 34.903 - 2.344 3.179
3 Pancung Soal 56.292 16.920 4.176 18.451 1.066 199 773
4Linggo SariBaganti 68.316 14.967 780 57.469 - - 2.609
5 Ranah Pesisir 136.085 217 374 19.140 3.664 2.063 2.355
6 Lengayang 202.032 2.169 731 61.360 - - 2.245
7 Sutera 128.433 217 1.950 57.888 - - 1.834
8 Batang Kapas 79.610 4.772 358 63.684 - - 8.113
9 IV Jurai 98.739 1.085 4.404 268.071 47.855 20.265 5.166
10 Bayang 168.330 217 504 130.361 38.258 - 12.260
11IV Nagari BayangUtara 44.997 - 796 8.279 - - 577
12 Koto XI Tarusan 116.228 1.302 5.281 82.911 25.503 - 5.739
Jumlah 1.179.765 76.574 30.795 851.033 116.685 35.184 46.781
Sumber: Pesisir Selatan Dalam Angka, 2009
4) Sub sektor Perikanan
Sub sektor perikanan merupakan salah satu andalan Kabupaten Pesisir Selatan
untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. Dengan panjang pantai lebih kurang 234
km, maka sektor ini seharusnya menjadi tulang punggung dari perekonomian Kabupaten
Pesisir Selatan. Selama tahun 2009 jumlah produksi dari sektor perikanan di dominasi oleh
produksi ikan yang termasuk komoditas budidaya perikanan yaitu sebesar 1.792 ton.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 78
Produksi budidaya perikanan ini berasal dari budidaya kerapu dan budidaya bandeng
umpan. Selanjutnya produksi perikanan berasal dari produksi perikanan dari perairan umum
sebesar 6.760 ton dan perairan laut sebesar 29.548,70 ton. Lebih lengkap rekapitulasi
produksi perikanan Kabupaten Pesisir Selatan selama tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel
3.8.9
Tabel 3.8.9Produksi (Ton) Perikanan
Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2009
Komoditas Produksi (ton)
1. Budidaya 1.792,00
2. Perairan Umum 6.760,00
3. Perairan Laut 29.548,70
Jumlah 38.100,70
Sumber: Pesisir Selatan Dalam Angka, 2009
b. Sektor Industri
Perkembangan jumlah industri kecil baik industri kimia, agro dan hasil hutan
(IKAHH) maupun industri logam mesin, elektronika dan aneka (ILMEA) di Kabupaten Pesisir
Selatan pada tahun 2009 mengalami kenaikan sebesar 8,73 persen bila dibandingkan tahun
sebelumnya, yaitu 2921 buah pada tahun 2008 menjadi 3176 buah tahun 2009. Jumlah
tenaga kerja yang berkecimpung di sektor industri kecil juga mengalami kenaikan sebesar
12,20 persen, yaitu 17420 orang (2008) menjadi 19545 orang (2009). Sementara nilai
produksi dari kedua jenis industri diatas mengalami kenaikan yaitu dari 104,5 milyar pada
tahun 2008 menjadi 110,1 milyar di tahun 2009 ini atau naik menjadi 5,37 persen bila
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Rekapitulasi jumlah usaha industri kecil menurut
jenis industri di Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2009 disajikan pada Tabel 3.8.10
Tabel 3.8.10Jumlah Usaha Industri Kecil Menurut JenisDi Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2009
Jenis Industri Unit Usaha
1. Industri Kimia, Agro dan Hasil Hutan 1.574
2. Industri Logam Mesin Elektronika dan Aneka 1.602
Jumlah 3.176
Sumber: Pesisir Selatan Dalam Angka, 2009
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 79
c. Sektor Perdagangan dan Koperasi
Dilihat dari sisi harga, perkembangan sub sektor perdagangan di Kabupaten Pesisir
Selatan menunjukkan kecendrungan yang semakin baik. Perkembangan harga komoditi
ekspor di Kabupaten Pesisir Selatan mengalami kenaikan kecuali korpra. Rata- rata harga
komoditi ekspor pada tahun 2009 mengalami kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya.
Harga karet mengalami kenaikan sangat tinggi sebesar 80,39 persen, sementara harga rata-
rata kopi mengalami penurunan sebesar 2,69 persen, cengkeh kenaikan sebesar 5,13
persen,kulit manis kenaikan hingga 50 persen dan korpra turun hingga 12,88 persen.
Sementara rumput laut pada tahun 2008 mengalami kenaikan sebesar 2,38 persen
dibanding tahun 2008 lalu.
Disamping Jumlah koperasi di Pesisir Selatan pada tahun 2009 ini sebanyak 369
buah, dengan rincian sebanyak 46 buah berstatus KUD dan 323 buah adalah koperasi yang
berstatus non KUD. Jumlah anggota koperasi di Pesisir Selatan mengalami peningkatan
dimana pada tahun 2008 berjumlah 33.339 anggota dan tahun 2009 ini menjadi 33.506
anggota atau bertambah 167 anggota. Sisa Hasil Usaha yang dihasilkan dari koperasi pada
tahun 2009 yaitu 6,66 milyar.
d. Sektor Pariwisata, Hotel dan Restoran
Perkembangan industri pariwisata di Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2009
mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya, dimana jumlah wisatawan yang
berkunjung ke tempat wisata di Kabupaten Pesisir Selatan berjumlah 92.345 orang atau naik
sebesar 61,35 persen. Pemda Kabupaten Pesisir Selatan sudah mulai giat untuk
mengembalikan kepercayaan wisatawan untuk berkunjung ke Pesisir Selatan di antaranya
dengan menggelar lomba berskala nasional yang diadakan di Painan, diantaranya adalah
lomba renang antar pulau dan lomba paralayang di Bukit Langkisau. Industri pariwisata
yang ada di Pesisir Selatan terdiri dari penginapan sebanyak 22 buah, biro perjalanan
sebanyak 2 buah, agen perjalanan sebanyak 3 buah, toko souvenir sebanyak 3 buah dan
rumah makan/ restoran sebanyak 64 buah. Jumlah objek wisata di Pesisir Selatan berjumlah
64 buah, yang terdiri dari objek wisata alam sebanyak 16 buah, objek wisata bahari
sebanyak 27 buah, objek wisata sejarah sebanyak 19 buah dan objek karya wisata sebanyak
2 buah. Di antara objek wisata alam yang banyak dikunjungi adalah objek wisata Titian Akar
Kec. IV Nagari Bayang Utara dan Air Terjun Bayang Sani di Kecamatan Bayang. Rekapitulasi
perkembangan industri pariwisata di Kabupaten Pesisir Selatan disajikan pada Tabel 3.8.11
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 80
Tabel 3.8.11Perkembangan Industri Pariwisata Tahun 2008 sampai Tahun 2009
di Kabupaten Pesisir Selatan
Jenis Usaha 2008 (buah) 2009 (buah) Pekembangan %
1. Hotel Berbintang - 1 100
2. Penginapan 18 22 18
3. Biro Perjalanan 2 2 -
4. Agen Perjalanan 7 3 (133)
5. Toko Sovenir 3 3 -
6. Rumah Makan 47 63 25
Jumlah 77 94 10
Sumber: Pesisir Selatan Dalam Angka, 2009
e. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Pada tahun 20009 Jumlah kendaraan wajib uji di Kabupaten Pesisir Selatan,
berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Perhubungan tercatat sebanyak 2775 unit
kendaraan yang terdiri dari 5 unit mobil penumpang umum, 54 bus dan 2716 unit mobil
barang/truk. Dibandingkan tahun sebelumnya, jumlah kenderaan wajib uji ini mengalami
kenaikan sebesar 7,89 persen.
Selanjutnya dari sektor komunikasi, perkembangan sektor ini tidak begitu
menggembirakan. Dilihat dari surat-surat yang dikirim, surat-surat biasa dan surat tercatat
yang dikirim dan diterima di Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2009 mengalami penurunan
jumlah cukup tinggi dibandingkan tahun sebelumnya kecuali surat tercatat terima yang
tahun ini ternyata mengalami peningkatan sebesar 5,49 persen. Masyarakat kini lebih
banyak berkomunikasi menggunakan telepon seluler maupun fasilitas short message (sms)
sesuai dengan kemajuan teknologi saat ini, dimana perdagangan bebas sudah dimulai
sehingga berbagai macam barang teknologi dari luar negeri mulai membanjiri pasaran
nasional. Hal inilah yang mebuat alat komunikasi seperti surat yang semakin lama semakin
tersingkirkan akan adanya kemajuan teknologi tersebut. Padahal dari surat menyurat ini
adalah alat komunikasi yang tahan lama sampai kapan pun juga.
3.9. Kabupaten Pasaman Barat
3.9.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
PDRB tahunan merupakan pendapatan daerah (output) yang dihasilan dari proses
perjalanan ekonomi selama setahun. Nilai tambah ekonomi yang digambarkan oleh PDRB
merupakan gambaran tentang kesejahteraan ekonomi daerah yang dihitung dari
pendekatan produksi, konsumsi dan pendapatan masyarakat daerah. Dari data yang
publikasikan oleh BPS (2010) sektor pertanian merupakan sektor yang memiliki kontribusi
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 81
yang paling tinggi dalam perekonomian Pasaman Barat ykni 31,67%, diikuti oleh sektor
perdagangan, hotel dan restoran 25,69%, selanjutnya industri pengolahan 23,88%.
Nilai PDRB tahun 2008 pada nilai berlaku senilai Rp 8.868.176,61 juta dan pada
tahun 2009 terjadi pertumbuhan 6,26% menjadi Rp 5.517.733,25 juta. Berikut ini disajikan
PDRB Kabupaten Pasaman Barat tahun 2008 dan 2009 pada nilai konstan 2000 dan nilai
berlaku 2008 dan 2009.
Tabel 3.9.1PDRB Kab Pasaman Barat Atas Dasar Harga Berlaku & Konstan 2000
Menurut Lapangan Usaha 2008-2009 (Jutaan Rupiah)
No
Lapangan Usaha2008 2009
konstan2000
berlakukonstan
2000berlaku
1 PERTANIAN /774,821.14 1,555,877.36 830,296.34 1,747,596.29
2 PERTAMBANGAN &PENGGALIAN22,088.96 48,404.34 22,996.99 55,413.64
3 INDUSTRI PENGOLAHAN539,145.92 1,154,909.78 568,548.95 1,317,853.91
4 LISTRIK,GAS, & AIR BERSIH3,156.74 7,075.48 3,367.45 7,801.05
5 BANGUNAN75,168.86 145,515.49 80,102.50 163,871.91
6 PERDAGANGAN,HOTEL & RESTORAN627,925.49 1,221,695.09 672,147.25 1,417,365.74
7 PENGANKUTAN DAN KOMUNIKASI82,911.56 178,700.89 87,994.16 200,617.13
8KEUANGAN,PERSEWAAN & JASA
PERUSAHAAN 45,172.77 81,806.78 47,720.37 93,680.45
9 JASA-JASA224,543.10 474,191.40 231,681.10 513,533.13
Produk Domestik Regional Bruto(PDRB) 2,394,934.54 4,868,176.61 2,544,855.11 5,517,733.25
Sumber: Kabupaten Pasaman Barat Dalam Angka, 2010.
Data yang tersedia dari PDRB Kabupaten Pasaman Barat terdapat beberapa sub-
sektor yang memiliki nilai LQ diatas 1 yang menandakan sub-sektor tersebut bisa dijadikan
sektor basis untuk terus ditumbuh kembangkan dalam rangka meningkatkan pertumbuhan
ekonomi.
Tabel 3.9.1Hasil Perhitungan Location Quotient dan Penetapan Sektor/Sub sektor Basis
Kabupaten Pasaman Barat
Berdasarkan PDRB Tahun 2009 menurut Harga Konstan 2000
No. Sektor/Sub Sektor LQ Basis
1. PERTANIAN 1.38 Basis
a. Tanaman Pangan & Hortikultura 0.55
b. Perkebunan 3.85 Basis
c. Peternakan 0.45
d. Kehutanan 1.51 Basis
e. Perikanan 0.46
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 0.28
a. Migas dan Gas Bumi 0.00
b. Non Migas 0.00
c. Penggalian 0.35
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 82
No. Sektor/Sub Sektor LQ Basis
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 1.74 Basis
a. Industri Migas 0.00
b. Industri Tanpa Migas 1.74 Basis
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 0.11
a. Listrik 0.11
b. G a s 0.00
c. Air Bersih 0.12
5. BANGUNAN 0.62
6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 1.44 Basis
a. Perdagangan Besar dan Eceran 1.47 Basis
b. H o t e l 0.11
c. Restoran 0.54
7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 0.25
a. Angkutan 0.29
1. Kereta Api 0.00
2. Jalan Raya (Darat) 0.42
3. Angkutan Laut 0.20
4. Angkutan Sungai, Danau & Penyebrangan 0.00
5. Angkutan Udara 0.00
6. Jasa Penunjang Angkutan 0.02
b. Komunikasi 0.11
8. KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN 0.37
a. Bank 0.58
b. Lembaga Keuangan Tanpa Bank & Jasa Penunjang 0.29
c. Sewa Bangunan 0.22
d. Jasa Perusahaan 0.13
9. JASA-JASA 0.55
a. Pemerintahan Umum & Pertahanan 0.71
b. Swasta 0.21
1. Sosial Kemasyarakatan 0.25
2. Hiburan dan Rekreasi 0.02
3. Perorangan dan Rumahtangga 0.23
Sumber: Kabupaten Pasaman Barat Dalam Angka, 2010.
Terdapat 4 sub-sektor yang memiliki potensi yang patut dikembangkan di
Kabupaten Pasaman Barat, karena sub-sektor ini mampu memenuhi pasar lokal dan juga
mampu mengkontribusikan pada penyediaan pasar luar daerah kota sehingga penghasilan
yang bersumber dari 4 sektor ini akan mampu meningkatkan konsumsi daerah dan juga
akan memberikan multiflier effek terhadap perekonomian daerah disekitar daerah. Adapun
sub-sektor tersebut adalah: Perkebunan (3,85), Kehutanan (1,51), Industri dan pengolahan
(1,74), dan perdagangan besar dan eceran (1,47).
3.9.2. Kondisi Produksi
a. Sektor Pertanian
Sektor pertanian merupakan sektor dominan dalam perekonomian kabupaten
Pasaman Barat, kalau dilihat dari kontribusi dalam pembentukan PDRB dan penyerapan
angkatan kerja. Sektor pertanian masih memberikan kontribusi 32,35% pada tahun 2008
dan 31,67% pada tahun 2009. dan mampu menyerap angkatan kerja lebih dari 102.282
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 83
orang yakni 73,12% dari jenis pekerjaan yang ada di Pasaman Barat.
b. Sektor Pertambangan dan Penggalian
Sektor pertambangan dan galian dalam perekonomian Kabupaten Pasaman Barat
secara umum, paling banyak adalah usaha galian C, dalam bentuk pasir kali dan batu dan
Sirtu (pasir batu). Komoditas ini biasanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan
pembangunan, jalan, irigasi, bangunan dan perumahan penduduk serta pembangunan
infrastruktur publik lainnya yang sedang berkembang, pasca pemekaran Kabupaten. Sektor
pertambangan mampu mengkontribusikan 1% dalam pembentukan PDRB. Kelihatannya sub
sektor galian dan pertambangan ini, dikemudian hari akan terus berkembang seiring dengan
semakin menggeliatnya pertumbuhan ekonomi di daerah ini.
c. Sektor perindustrian pengolahan
Industri dan pengolahan non migas, merupakan lapangan usaha yang memberikan
kontribusi yang signifikan dalam perekonomian daerah. BPS (2010) mencatat sektor ini
memberikan kontribusi sebesar 22,34% dalam pembentukan PDRB. Sektor ini juga mampu
menyerap lapangan kerja sebanyak 3.541 orang dengan unit usaha sebanyak 1.066 unit
usaha dengan nilai produksi sebanyak Rp 94.345.755 juta.
d. Sektor pengangkutan dan komunikasi
Pengangkutan dan transportasi memberikan kontribusi sebesar 3,64% dalam
pembentukan PDRB, yakni senilai Rp 87.994,16 juta. Terdiri dari pengangkutan darat dan
perairan. Di Kecamatan Sungai Beremas Koto Balingka dan Sungai Aua, Sasak Ranah Pasisie
dan kinali terdapat pengangkutan kapal yang memanfaatkan sungai dan laut untuk
prasaran transportasi dan pengangkutan hasil nelayan.
Jumlah kapal perahu sebanyak 955 unit, kapal motor time 5 GT 200 buah, type 10
GT 418 unit, dan diaas 30 GT 54 unit. Terdapat 8 pelabuhan lokal dan tradisional yang
dimanfaatkan oleh warga untuk menunjang kegiatan nelayan dan ekonomi lainnya.
Sementara itu kenderaan roda dua tercatat sebanyak 24.958 unit, dan roda empat yang
terdiri dari minibus, bus dan truck sebanyak 4.274 buah dalam rangka memperlancar
mobilitas barang dan orang di Pasaman Barat.
e. Perdagangan, pariwisata dan hotel.
Seiring dengan kemajuan ekonomi primer, sektor perdagangan, hotel dan restoran
juga mengalami pertumbuhan yang baik, tercatat 26,41% kontribusi sektor ini dalam
pembentukan PDRB Kab. Pasaman Barat (BPS,2010).
Usaha perdagangan besar ada disetiap ibu Kecamatan dan pasar-pasar yang ada di
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 84
Kab.Pasaman, seperti Pasar Kinali, Pasar Simpang Empat, Pasar Talu, Pasar Padang tujuh,
Pasar Simpang Tiga, Pasar Ujung Gading, Pasar Aua Kuning dan Lain-lain. Sementara itu
disetiap pemukiman dan perkampungan hampir dijumpai banyak sekali kios-kios yang
menyediakan barang kebutuhan harian penduduk dan membeli hasil bumi yang dihasilkan
oleh warga Nagari.
Secara kelembagaan terdapat 12 koperasi wanit, 56 koperasi tani, KSU/dan koperasi
perkebunan, 400 koperasi kredit, 17 KUD dan 19 KPN. Dan Jumlah yang telah diterbitkan
izinnya oleh dinas koperasi, perindustrian dan perdagangan dan ukm sebanyak 623 buah.
Dengan rincian 20 dalam bentuk PT, 18 dalam bentuk Koperasi, 166 dalam bentuk CV dan
419 dalam bentuk PO.
Pasaman Barat memiliki garis pantai yang panjang, sehingga menjadi daya tarik
bagi penduduk di daerah daratan untuk berkunjung ke daerah pantai dan sebaliknya. Ada
berbagai macam jenis objek wisata diantaranya adalah wisata alam dan wisata sejarah.
Wisata panorama alam terdiri dari 28 objek yang tersebar di 11 kecamatan, danau 1 buah,
dan wisata alam ada di 37 lokasi di seluruh daerah di Kabupaten Pasaman Barat.
Catatan dinas Pemuda olahraga, parawisata dan kebudayaan Kabupaten Pasaman
tercatat 71.520 orang yang berkunjung ke daerah dengan rincian 320 orang, wisatawan
asing dan 71.200 orang wisatawan domestik. Untuk mendukung kegiatan rekreasi dan
wisata ini sudah ada 70 rumah makan, 5 buah toko cendera mata, 14 hotel dan penginapan,
145 kamar dan 1 agen perjalanan.
f. Sektor jasa
Sektor jasa mampu memberikan kontribusi yang cukup besar dalam perekonomian
Pasaman Barat. Selama tahun 2010 mencatat sektor jasa memberikan kontribusi 9,31%,
sementara itu sektor keuangan, persewaan dan dan jasa perusahaan memberikan kontribusi
1,70%.
3.10. KABUPATEN TANAH DATAR
3.10.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Selama periode 2005-2010 laju pertumbuhan ekonomi kabupaten Tanah Datar
berfluktuasi, dengan rata-rata 5,79% per-tahun. Ini berarti lebih tinggi dari laju
pertumbuhan ekonomi provinsi Sumatera Barat (5,51% per tahun). Laju pertumbuhan
ekonomi kabupaten ini pada tahun 2005 adalah 5,28%, kemudian terus meningkat hingga
mencapai 6,05% pada tahun 2007, dan tahun-tahun berikutnya menurun hingga mencapai
5,88% pada tahun 2010 (Tabel 2.5). Laju pertumbuhan sebesar 6,05% adalah relatif tinggi
dan belum pernah dicapai kabupaten ini selama 15 tahun terakhir.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 85
Secara keseluruhan, pertumbuhan masing-masing sektor adalah berimbang. Pada
tahun 2009 sektor-sektor yang mengalami pertumbuhan relatif tinggi adalah: (a) Keuangan,
Persewaan dan Jasa Pemerintahan (7,07%), (b) Angkutan dan Komunikasi (7,07%); (c)
Konstruksi (6,41%); serta (d) Listrik dan air (6,36%).
Tabel 3.10.1
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tanah Datar,2005-2009(Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000)
No Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008 2009
1 Pertanian 5,85 5,95 6,17 5,58 5,36
2 Pertambangan dan Penggalian 4,23 4,33 3,15 5,97 5,91
3 Industri Pengolahan 6,03 6,52 5,80 6,03 5,99
4 Listrik dan Air 8,88 9,17 9,05 6,14 6,36
5 Konstruksi 3,98 5,45 3,94 6,34 6,41
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 5,86 6,35 5,58 5,89 5,96
7 Angkutan dan Komunikasi 4,32 6,11 5,33 6,29 7,07
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa
Pemerintahan5,26 6,98 6,93 6,91 7,07
9 Jasa-jasa 3,97 4,58 7,36 6,31 5,97
Kabupaten Tanah Datar 5,28 5,83 6,05 5,91 5,88
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanah Datar 2010
Walaupun laju pertumbuhan ekonomi berfluktuasi, namun apabila ditinjau dari segi
harga berlaku, nilai PDRB selama 4 tahun terakhir dari tahun ke tahun terus meningkat
secara signifikan. Pada tahun 2006 nilai PDRB adalah Rp. 3,39 Triliun, kemudian menjadi Rp.
5,1 Triliun pada tahun 2009 atau meningkat sebesar 50,32%.
Tiga lapangan usaha utama di kabupaten Tanah Datar adalah: (a) Pertanian, (b)
Perdagangan, Hotel dan Restoran, dan (3) Industri Pengolahan. Sebagian besar usaha ini
berskala kecil, sebahagian kecil berskala menengah dan tidak ada yang berskala besar.
Sektor pertanian masih dominan dengan kontribusi sebesar 38,64% pada tahun 2005 dan
menurun secara perlahan hingga menjadi 37,77% pada tahun 2010. Ini berarti proses
industrialisasi di kabupaten ini berjalan lambat. Hal ini tercermin juga dari peningkatan
kontribusi sektor industri yang relatih kecil pada periode yang sama, yaitu dari 11,29%
pada tahun 2005 menjadi 11,75% pada tahun 2010. Dengan demikian selama periode 2005-
2010 tidak terdapat perubahan struktur ekonomi yang signifikan di kabupaten ini.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 86
Tabel 3.10.2
Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Kabupaten Tanah DatarTahun 2005 - 2010 Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2000
No. Sektor2005
(Rp. Milyar)
2006
(Rp.Milyar)
2007
(Rp.Milyar)
2008
(Rp.Milyar)
2010
(Rp.Milyar)
1 Pertanian 1.107,81
(38,64)
1.306,16
(38,48)
1.442,82
(37,84)
1.680,92
(38,40)
1.829,52
(37,77)
2 Pertambangan &Penggalian
57,54
(2,01)
65,87
(1,94)
70,36
(1,85)
79,33
(1,81)
88,96
(1,84)
3 IndustriPengolahan
323,68
(11,29)
382,62
(11,27)
453,75
(11,90)
510,82
(11,67)
569,08
(11,75)
4 Listrik, gas & AirBersih
30,61
(1,07)
34,43
(1,01)
41,49
(1,09)
44,77
(1,02)
48,25
(1,00)
5 Bangunan 212,14
(7,4)
257,61
(7,59)
297,18
(7,79)
336,14
(7,68)
382,48
(7,90)
6 Perdagangan,Hotel&Restauran
357,35
(12,47)
410,61
(12,10)
452,87
(11,88)
536,55
(12,26)
608,93
(12,57)
7 Pengangkutan &Komunikasi
159,89
(5,58)
217,41
(6,40)
248,87
(6,53)
287,78
(6,57)
320,49
(6,62)
8 Keuangan, Sewa &Jasa Perusahaan
97,35
(3,4)
113,48
(3,34)
129,41
(3,39)
148,76
(3,40)
166,99
(3,45)
9 Jasa-jasa 520,49
(18,16)
606,56
(17,87)
675,92
(17,73)
751,87
(17,18)
829,72
(17,13)
PDRB 2.866,85
(100)
3.394,76
(100,00)
3.812,67
(100,00)
4.366,79
(100,00)
4.844,42
(100,00)
Sumber : BPS Kabupaten Tanah Datar 2010+ Angka dalam kurung menunjukan kontribusi sektor terhadap usaha
Selama periode 2005 - 2010 pertumbuhan PDRB perkapita cenderung meningkat
dengan rata-rata cukup tinggi yaitu 13,57% per-tahun. Tetapi setelah dikoreksi dengan
angka inflasi selama periode yang sama, maka rata-rata laju pertumbuhan tersebut adalah
4,78 % per-tahun (harga konstan). Dan hal ini berarti bahwa secara keseluruhan selama
periode tersebut terdapat peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 87
Tabel 3.10.3
Perkembangan PDRB Perkapita Kabupaten Tanah DatarTahun 2005-2010
Tahun
PDRB Perkapita (Rp) Laju Pertumbuhan (%)
Harga berlaku Harga KonstanHarga
berlakuHarga
Konstan
2005 8.603.515,56 5.887.480,16 16,75 4,95
2006 10.076.448,71 6.162.438,12 17,12 4,67
2007 11.178.234,01 6.455.126,60 10,93 4,75
2008 12.620.790,44 6.739.149,68 13,17 4,40
2010 13.902.367,91 7.085.831,30 9,90 5,14
Sumber :Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanah Datar 2010
Prospek Pertumbuhan PDRB 2011-2015
Prospek pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tanah Datar untuk periode RPJM 2011-
2015 kedepan tidak terlepas dari potensi dan kondisi yang ada sebelumnya, baik di Tanah
Datar sendiri maupun pada tingkat provinsi Sumatera Barat dan nasional. Untuk keperluan
itu, maka dalam Tabel 3.10.4 berikut dikemukakan data laju pertumbuhan ekonomi
Nasional, provinsi Sumatera Barat dan kabupaten Tanah Datar selama periode 2005-2010.
Dari data dalam Tabel 3.10.4 dapat dilihat bahwa laju pertumbuhan ekonomi kabupaten
Tanah Datar selama periode 2005-2010 tidak berbeda jauh dari laju pertumbuhan ekonomi
Nasional dan provinsi Sumatera Barat, yaitu berfluktuasi pada angka mendekati 6,0% per-
tahun.
Tabel 3.10.4
Perbandingan Laju Pertumbuhan Ekonomi Nasional,Provinsi Sumatera Barat dan Kabupaten Tanah Datar Tahun 2005-2010
Tahun NasionalProvinsi Sumatera
BaratKabupaten Tanah
Datar
2005 5,7 5,73 5,28
2006 5,5 6,14 5,83
2007 6,3 6,34 6,05
2008 6,1 6,37 5,91
2010 4,3 4,16 5,88
Rata-rata 5,58 5,75 5,79
Sumber: Data diolah dari berbagai sumber
Berdasarkan data diatas, maka target pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tanah Datar
ditetapkan sebagaimana tabel berikut:
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 88
Tabel 3.10.5
Target Laju Pertumbuhan Ekonomi Nasional, Provinsi Sumatera Baratdan Kabupaten Tanah Datar, 2011-2015
Tahun NasionalProvinsi Sumatera
BaratKabupaten Tanah
Datar
2011 6,0 - 6,3 5,22 6,22
2012 6,4 - 6,9 5,97 6,34
2013 6,7 – 7,4 6,33 6,46
2014 7,0 – 7,7 6,64 6,58
2015 Nd 7,04 6,60
Sumber: Data diolah dari berbagai sumbernd = data tidak tersedia
Proyeksi PDRB dan Kebutuhan Investasi
Berdasarkan target laju pertumbuhan ekonomi yang dikemukakan dalam Tabel 3.10.6
diperoleh perhitungan proyeksi PDRB dan kebutuhan investasi selama periode RPJM 2011-
2015 yang hasilnya digambarkan pada Tabel 3.10.6.
Tabel 3.10.6Proyeksi PDRB dan Kebutuhan Investasi Kabupaten Tanah Datar
2011 – 2015 (atas dasar berlaku)
TahunPDRB (Milyar)
ICORKebutuhan Investasi
(Milyar)PDRB Δ PDRB
2010 5.103,06 258,64
2011 5.420,47 317,41 3,60 1.142,68
2012 5.764,13 343,66 3,60 1.237,18
2013 6.136,49 372,36 3,60 1.340,50
2014 6.540,27 403,78 3,60 1.453,61
2015 6.971,93 431,66 3,60 1.553,10
Jumlah 6.726,97
Sumber: Hasil analisis data dari berbagai sumber
Nota: Perhitungan kebutuhan investasi menggunakan ICOR provinsi Sumatera Barat 2005-2008. PDRB berdasarkan
harga berlaku
Dengan laju pertumbuhan ekonomi sebesar 6,22% pada tahun 2011, maka PDRB
pada tahun tersebut 2011 diperkirakan akan mencapai Rp. 5,4 Triliun atau meningkat
sebesar Rp. 317,4 milyar dari tahun 2010. Tahun-tahun berikutnya diprediksikan PDRB ini
akan terus meningkat secara proporsional dengan peningkatan target laju pertumbuhan
ekonomi sehingga mencapai lebih dari Rp. 6,97 Triliun pada tahun 2015.
Selanjutnya untuk mencapai laju pertumbuhan PDRB sebesar rata-rata 6,22% pada
tahun 2011 dibutuhkan dana untuk investasi dalam bentuk Pembentukan Modal Tetap
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 89
Bruto sebesar Rp. 1.142,68 milyar. Sesuai dengan target laju pertumbuhan ekonomi yang
meningkat setiap tahunnya, maka kebutuhan dana untuk investasi juga terus meningkat
sehingga mencapai Rp. 1.553,10 milyar pada tahun 2015. Dengan demikian untuk mencapai
laju pertumbuhan PDRB sebesar rata-rata 6,44% per-tahun selama RPJM Kedua (2011 –
2015) dibutuhkan dana untuk investasi sebesar Rp. 6.726,97 milyar.
Percepatan pertumbuhan ekonomi sampai tahun 2015 yang mencapai angka 6,6%
akan membutuhkan pertumbuhan investasi dalam bentuk pembentukan modal tetap bruto
sebesar lebih dari Rp. 1.553,10 milyar. Percepatan pertumbuhan ekonomi memerlukan
investasi yang semakin besar segala upaya yang mendorong peningkatan investasi mesti
menjadi prioritas. Investasi swasta sangat tergantung kepada insentif yang tersedia dan
disediakan oleh pemerintah daerah.
Sedangkan tingkat inflasi di Kabupaten Tanah Datar tahun 2005 – 2010 juga
menunjukkan angka yang berfluktuasi sebagaimana yang tergambar dalam tabel berikut:
Tabel 3.10.7
Nilai Inflasi Rata-rata Kabupaten Tanah DatarTahun 2005 – 2010
UraianTahun (%)
2006 2007 2008 2010
Inflasi 7,44 5,23 9,15 7,26
Sumber : BPS Kabupaten Tanah Datar
Terjadinya fluktuasi nilai inflasi sebagaimana yang digambarkan pada tabel diatas
dipengaruhi oleh kondisi perekonomian nasional dan provinsi, serta terjadinya bencana alam
tahun 2007 dan 2010 di Provinsi Sumatera Barat yang menyebabkan turunnya daya beli
masyarakat.
Disamping gambaran indikator ekonomi diatas, juga perlu dilihat perkembangan
tingkat kemiskinan yang tergambar pada data-data rumah tangga miskin (RTM). Dari hasil
pendataan jumlah RTM tahun 2005, didapatkan hasil sebesar 18.229 RTM, sedangkan pada
tahun 2008 besarnya 15.628 RTM. Berdasarkan hasil pendataan tahun 2005 dan 2008,
diperkirakan pada tahun 2010 jumlah RTM menjadi 14.846. Dari data tersebut, jumlah
Rumah Tangga Miskin di Kabupaten Tanah Datar dari tahun 2006 menunjukan penurunan
yang cukup berarti sebesar 22,63%. Hal ini disebabkan karena program dan kegiatan
diprioritaskan untuk Pengentasan Kemiskinan dan Penyediaan Lapangan Kerja.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 90
3.10.2. Kondisi Produksi
a. Sektor pertanian dan perikanan
Secara umum peran sektor pertanian dalam pembangunan di Tanah Datar tahun
2006- 2010 terlihat pada Tabel 3.10.8 berikut ini:
Tabel 3.10.8
Peranan Pertanian Dalam Pembangunan di Kabupaten Tanah DatarTahun 2006-2010
No Aspek 2006 2007 2008 2009
1 Angkatan Kerja yang bekerja
pada lapangan pekerjaan pertanian (%)56,80 56,75 56,75 56,71
2 Kontribusi pertanian dalam PDRB (%) 37,68 37,32 37,60 37,42
a. Tanaman pangan dan hortikuktura 30,75 30,66 30,52 30,38
b. Perkebunan 2,97 3,15 3,20 3,20
c. Peternakan 2,38 2,33 2,30 2,28
d. Kehutahanan 0,72 0,70 0,67 0,65
e. Perikanan 0,86 0,89 0,91 0,91
3 Pertumbuhan riil sektor pertanian (%) 37,68 37,73 37,6 37,42
Sumber: BPS Kabupaten Tanah Datar 2010
Dalam sektor pertanian, yang memberikan sumbangan besar terhadap
pembentukan nilai PDRB Tanah Datar diantaranya adalah sub sektor tanaman pangan dan
hortikultura, perkebunan, perikanan, dan peternakan. Ke empat sub sektor ini perlu
dikembangkan ke arah peningkatan nilai tambah produk. Untuk meningkatkan kualitas
perekonomian Tanah Datar dilakukan upaya pengembangan industri unggulan berbasis
produk pertanian rakyat.
Kondisi pertanian dan demografi Kabupaten Tanah Datar yang memiliki areal
pertanian yang luas serta sebagian besar penduduk bekerja pada bidang pertanian, baik
pada usaha tanaman pangan, holtikultura, perikanan dan perkebunan serta peternakan
menjadikan pertanian menjadi leading sektor dan dapat memicu sektor-sektor lainnya.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 91
Tabel 3.10.9
Produksi Beberapa Komoditi Utama Pertanian Tanaman Pangan danHortikultura di Kabupaten Tanah Datar Tahun 2006 – 2010 (Ton)
NO KOMODITI 2006 2007 2008 2010
1
2
3
4
5
6
7
Padi
Jagung
Kacang Tanah
Cabe
Kubis
Tomat
Wortel
215.873,39
14.212,00
1.518,15
3.885,56
12.436,85
4.881,50
3.870,00
230.095,56
15.110
1.187,25
5.482,00
10.425,00
4.998,00
4.039,10
228.383,12
15.646,00
1.769,45
6.979,60
12.637,80
5.883,40
5.156,80
232.607,94
17.704,60
1.798,70
5.417,10
14.558,90
4.940,30
4.422,70
Sumber Data : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Tanah Datar
Populasi ternak di kabupaten Tanah Datar sudah memperlihatkan perkembangan
yang menggembirakan, karena usaha peternakan bukan lagi bersifat sebagai usaha
sampingan bagi masyarakat. Gambaran ini dapat dilihat perkembangan selama tahun 2006-
2010:
a. Populasi ternak sapi potong pada tahun 2006 mencapai 45.348 ekor dan pada tahun
2010 terjadi peningkatan populasi menjadi 51.004 ekor,
b. Populasi kerbau pada tahun 2006 sebesar 18.844 ekor dan pada tahun 2010 mencapai
22.305 ekor
c. Populasi kambing pada tahun 2006 sebesar 23.634 ekor, tetapi pada tahun 2010 terjadi
peningkatan populasi menjadi 25.714 ekor.
d. Populasi ayam ras pedaging pada tahun 2006 sebesar 160.474 ekor dan tahun 2010
mencapai 346.043 ekor
e. Populasi itik pada tahun 2006 hanya 87.040 ekor naik menjadi 92,015 ekor pada tahun
2010.
Sedangkan produksi perikanan relatif masih rendah dan tetap seperti perikanan
dengan mina padi, keramba, kolam air tenang, telaga dan jaring apung, kecuali kolam ikan
air deras naik dari 54,6 ton pada tahun 2005 menjadi 199 ton pada tahun 2010. Begitu juga
produksi ikan bilih danau Singkarak pada tahun 2005 hanya 554,5 ton naik menjadi 901,4
ton pada tahun 2010.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 92
Tabel 3.10.10
Perkembangan Populasi Peternakan di Kabupaten Tanah DatarTahun 2006 – 2010 (Ekor)
NO KOMODITI 2006 2007 2008 2010
1
2
3
4
5
6
7
Sapi Potong
Kerbau
Kambing
Ayam Buras
Ayam Ras Petelur
Ayam Ras Pedaging
Itik
45.438
18.844
23.634
286.188
593.324
160.474
87.040
47.666
20.730
24.754
300.498
608.159
164.487
89.215
50.687
22.121
25.616
416.767
612.007
205.785
91.104
51.004
22.305
25.714
420.101
615.227
346.043
92.015
Sumber Data : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Tanah Datar
Produksi perikanan mengalami peningkatan selama tahun 2005 – 2010, dimana:
a. Produksi ikan mas pada tahun 2005 sebesar 704,90 ton dan pada tahun 2010
meningkat menjadi 1.221,00 ton atau terjadi kenaikan rata-rata setiap tahun
sebesar 34,6%.
b. Produksi ikan nila pada tahun 2005 sebesar 536,70 ton dan pada tahun 2010
meningkat menjadi 768,00 ton atau terjadi kenaikan rata-rata setiap tahun sebesar
28,6 %.
c. Produksi ikan gurami pada tahun 2005 sebesar 18,40 ton dan pada tahun 2010
meningkat menjadi 43,20 ton atau terjadi kenaikan rata-rata sebesar 47 % per
tahunnya.
Bila dilihat menurut komoditas, luas panen, dan produksi tanaman bahan makanan
tahun 2010 di Tanah Datar yang terbesar adalah ubi kayu dengan luas areal 944,00 ha
dengan produksi 7.729,70 ton atau mencapai 35,41% dari total produksi komoditas
tanaman pangan. Selanjutnya padi sawah dengan luas panen 2.138,00 ha dan produksi
5.817,23 ton, padi ladang dengan luas panen 3.682,00 ha dan produksi 4.926,44 ton, ubi
jalar (produksi 1.550,40 ton), jagung produksi 1.170,25 ton, kacang tanah dengan jumlah
produksi 558,82 ton serta kacang hijau dan kacang kedelai (produksi masing-masing 83 ton
dan 37 ton).
Selama tahun 2010 luas areal panen tanaman sayuran seluas 1.810,00 ha, dengan
produksi sebanyak 5.357,66 ton. Produksi tanaman sayur-sayuran yang tertinggi
produksinya adalah terung sebanyak 1.706,18 ton dengan luas panen 302,00 ha, cabe rawit
dengan luas panen 276,00 ha, ketimun 610,32 ton dengan luas panen 205,00 ha, cabe
besar 278,91 ton dengan luas panen 62,00 ha, bawang daun produksi 273,30 ton dengan
luas panen 49,0 ha, kangkung produksi 261,80 dengan luas panen 131,00 ha, Buncis luas
panen 62,00 ha dan produksi mencapai 260,60 ton.
Jumlah luas panen dan produksi tanaman buah-buahan pada tahun 2010 seluas
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 93
685,112 ha dengan produksi 10.753,87 kwintal. Produksi buah-buahan tertinggi dihasilkan
dari tanaman pisang sebanyak 4.550,00 kwintal dengan luas panen 265.267 ha,
nangka/cempedak produksi 2.868,63 kwintal dengan luas panen 75,839 ha, jambu biji
produksi 733,14 dengan luas panen 26,513 ha, rambutan 666,10 kw dengan luas panen
133.841 ha,
b.Kehutanan
Sumber daya hutan merupakan sumber daya strategis yang mempunyai manfaat
nyata bagi kehidupan, baik sebagai manfaat ekonomi, sosial maupun lingkungan.
Keragaman manfaat hutan yang tinggi, dalam pemanfaatan dan pengelolaannya haruslah
dilaksanakan secara bijaksana. Pemanfaatan sumber daya harus selalu mempertimbangkan
manfaat ekonomi, sosial dan lingkungan yang seimbang, dinamis dan berkesinambungan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di dalam dan diluar sektor kehutanan baik
untuk generasi sekarang maupun generasi yang akan datang.
Hutan dapat diusahakan sebagai sumber ekonomi dan pendapatan apabila dikelola
secara lestari dengan tetap menjaga plasma nutfah yang ada di dalamnya. Untuk itu
pembangunan kehutanan yang berkelanjutan dan berkeadilan dapat tercapai apabila ada
perubahan paradigma. Paradigma baru pembangunan kehutanan adalah pergeseran
orientasi dari pengelolaan hutan menjadi pengelolaan sumber daya (resources-based
management), pengelolaan yang sentralistik serta pengelolaan sumber daya yang lebih
berkualitas.
Secara geografis kondisi topografi Kabupaten Tanah Datar yang berbukit dan
bergelombang berdampak kepada luasnya hutan konservasi dan hutan lindung dibandingkan
hutan produksi. Sebagaiman disajikan pada Tabel 3.10.10. Berdasarkan fungsinya hutan di
Kabupaten Tanah Datar dibagi 4 yaitu masing-masing hutan konservasi dengan luas
21.960,840 Ha, hutan lindung dengan luas 31.120,680 Ha, hutan produksi dengan luas
11.696,00 Ha, dan hutan produksi terbatas dengan luas 702,00 Ha.
Tabel 3.10.11
Luas Hutan menurut jenis di Kabupaten Tanah DatarTahun 2008
No Jenis Hutan Luas (Ha)
1 Hutan Konservasi 21. 960,840
2 Hutan Lindung 31.120,680
3 Hutan Produksi 11.696,00
4 Hutan Produksi Terbatas 702,00
Jumlah 53,081,520
Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tanah Datar
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 94
Selama tahun 2005-2009 telah dilakukan rehabilitasi hutan seluas 800 Ha dalam
bentuk pembuatan hutan rakyat, rehabilitasi hutan, rehabilitasi lahan, dan reboisasi. Di
samping itu juga dilaksanakan pengembangan produksi non kayu seperti sutera alam, walet
dan gaharu.
c.Energi dan Sumberdaya Mineral
Kabupaten Tanah Datar memiliki potensi sumber daya mineral yang cukup banyak
antara lain bahan tambang galian C (Sirtu, Batu Andesit, Tanah Liat, Pasir Kwarsa, Marmar
dan lain-lain) yang tersebar diseluruh Kabupaten Tanah Datar. Untuk menunjang
pengembangan Sumber Daya Mineral tersebut telah dilaksanakan upaya-upaya pelayanan
kepada masyarakat dalam bentuk:
a. Program Pembinaan dan Pengawasan Pertambangan yang berpotensi merusak
lingkungan kepada 46 Perusahaan Pertambangan
b. Penyebaran peta rawan bencana dan peta daerah bahaya gunung merapi masing-masing
sebanyak 100 buah disertai buku data dan informasi.
Dalam bidang Ketenagalistrikan juga telah dibangun unit-unit pembangkit listrik dalam
skala mikro seperti tabel dibawah ini :
Tabel 3.10.12
Bantuan Pengembangan Ketenagalistrikan Tahun 2008-2009yang diberikan kepada Masyarakat
NO TAHUN BANTUAN YANG DIBERIKAN
1 2008
- 10 Unit Solar Home System (SHS)
- 2 Reaktor Bio Gas
- 1 Unit Pico Hidro
2 2009
- 300 SHS
- 3 Reaktor Bio Gas
Sumber: BPS Kabupaten Tanah Datar
Disamping itu juga dilaksanakan pembangunan jaringan listrik pedesaan yang pada
tahun 2009 telah mengaliri seluruh jorong yang ada di Kabupaten Tanah Datar yaitu
sebanyak 395 jorong.
d.Pariwisata
Potensi yang dimiliki oleh Kabupaten Tanah Datar untuk meningkatkan
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 95
pertumbuhan ekonomi adalah di bidang kepariwisataan. Kabupaten Tanah Datar termasuk
salah satu daerah tujuan wisata (DTW) Sumatera Barat dengan 150 objek wisata, baik objek
wisata alam, wisata sejarah dan wisata cagar budaya. Objek wisata tersebut sangat menarik
untuk dikunjungi, seperti Istano Basa Pagaruyung, Panorama Tabek Patah, Lembah Anai,
Puncak Pato, Batu Basurek, Batu Batikam dan lain-lain.
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan pariwisata selama periode 2005-2009
dengan indikator sebagaimana tabel 3.10.13 berikut:
Tabel 3.10.13
Aspek Pelayanan Umum Bidang Pariwisata
No Indikator
Tahun
2005 2006 2007 2008 2009
1. Kunjungan Wisata (orang) 270.857 276.449 185.116 178.528 170.000
2. Kontribusi Sektor pariwisataterhadap PDRB (%)
0,44 0,47 0,47 0,48 0,50
Sumber data: Dinas Pariwisata, Kesenian dan Kebudayaan Kab. Tanah Datar
Jumlah kunjungan wisatawan pada tahun 2005 dan 2006 mengalami peningkatan,
selanjutnya pada tahun 2007 sampai dengan 2009 mengalami penurunan. Penurunan
jumlah wisatawan ini disebabkan antara lain objek wisata Istano Basa Pagaruyung sebagai
ikon pariwisata Tanah Datar mengalami kebakaran pada tahun 2007 dan disusul dengan
terjadinya bencana gempa pada tahun 2007 sehingga minat wisatawan untuk mengunjungi
objek-objek wisata yang ada berkurang. Namun demikian Pemerintah Daerah bersama
masyarakat telah berupaya membangun kembali Istano Basa Pagaruyung dan objek-objek
wisata potensial lainnya serta menyelenggarakan event pariwisata atau alek nagari seperti
festival randai, talempong, Festifal Pagaruyung, Pacu Jawi dan Pacu Kuda yang dijadikan
agenda tahunan. Diharapkan kunjungan wisata akan kembali meningkat seiring dengan
membaiknya kualitas sarana prasarana, objek maupun destinasi wisata yang menarik dan
terintegrasi.
e. Industri
Sektor Industri di Kabupaten Tanah Datar didominasi oleh industri non formal.
Potensi industri formal dan non formal di Kabupaten Tanah Datar dari tahun 2005-2009
dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 96
Tabel 3.10.14
Perkembangan Potensi Industri FormalDi Kabupaten Tanah Datar Tahun 2005-2009
No. Tahun Unit Usaha Tenaga Kerja Nilai Investasi
1. 2005 269 1.555 4.016.809.000,-
2. 2006 465 1.698 5.144.103.950,-
3. 2007 492 1.897 6.115.490.950,-
4. 2008 525 2.195 7.281.806.550,-
5. 2009 564 2.314 8.451.806.550,-
Sumber: BPS Kabupaten Tanah Datar 2010
Dari tabel dia atas dapat dilihat bahwa dari tahun 2005-2009 peningkatan unit
usaha dan tenaga kerja pada industri formal tidak mengalami kenaikan yang cukup
signifikan sedangkan nilai investasi mengalami peningkatan rata-rata 20% per tahun.
Tabel 3.10.15
Perkembangan Potensi Industri Non FormalDi Kabupaten Tanah Datar Tahun 2005-2009
No. Tahun Unit Usaha Tenaga Kerja Nilai Investasi
1. 2005 7.339 16.663 1.354.306.000,-
2. 2006 7.339 16.663 1.354.306.000,-
3. 2007 7.339 16.663 1.354.306.000,-
4. 2008 7.235 16.572 1.392.029.000,-
5. 2009 7.455 17.014 1.433.789.870,-
Sumber: BPS Kabupaten Tanah Datar 2010
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai investasi industri non formal juga
mengalami peningkatan sebesar 3.00% dari tahun sebelumnya.
Tabel 3.10.16
Jumlah Industri yang memiliki Izin Usaha IndustriDi Kabupaten Tanah Datar Tahun 2005-2009
No. Tahun Unit Usaha Tenaga Kerja Nilai Investasi
1. 2005 2 290 11.525.027.249
2. 2006 4 325 14.038.027.249
3. 2007 4 108 14.038.027.249
4. 2008 4 165 14.902.870.955
5. 2009 4 175 18.902.870.955
Sumber: BPS Kabupaten Tanah Datar
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 97
Dari tabel diatas terlihat adanya peningkatan baik penyerapan tenaga kerja maupun
nilai investasi, namun dilihat dari segi unit usaha tidak mengalami perubahan. Karena pada
umumnya industri yang ada adalah industri kecil dan kerajinan sedangkan yang wajib Izin
Usaha Industri (IUI) adalah Industri Menengah keatas yang nilai Investasi diluar tanah dan
bangunan diatas Rp. 200.000.000,- (Dua ratus juta rupiah).
Untuk meningkatkan pertumbuhan industri di Kabupaten Tanah Datar, Pemerintah
daerah terus memfasilitasi bidang ini dalam bentuk fasilitasi perizinan, pembinaan industri
kecil dan rumah tangga, serta diversifikasi jenis produk yang diciptakan berupa inovasi
komoditi industri.
f. Perdagangan
Sektor perdagangan mempunyai peranan pentig dalam mendorong aktivitas
perekonomian terutama menyangkut pendistribusian barang dan jasa yang dibutuhkan
cepat. Selama tahun 2005-2009 pertumbuhan sektor perdagangan memperlihatkan kondisi
yang baik yaitu rata-rata tumbuh sebesar 6% pertahun. Keberhasilan pembangunan sektor
perdagangan sangat dipengaruhi oleh fasilitas transportasi, telekomunikasi, perbankan serta
sarana dan prasarana perdagangan lainnya.
3.11. KOTA PAYAKUMBUH
3.11.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Payakumbuh pada tahun 2009
atas dasar harga berlaku adalah sebesar Rp 166.800,8 ribu atau meningkat sebesar 10,3%
dibanding tahun 2007 sebesar Rp 158.243,29 ribu. Struktur perekonomian Kota
Payakumbuh dilihat berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2009
Kalau dilihat dari struktur perekonomian, Kota Payakumbuh sudah mencerminkan
pada struktur ekonomi sektor jasa, pengangkutan dan perdagangan yang mendominasi.
Sektor jasa mampu mengkontribusikan pada pembentukan PDRB sebesar 22,48%, diikuti
oleh sektor pengangkutan dan komunikasi 21,80%, perdagangan, hotel dan restoran
18,71%, dan ternyata sektor pertanian masih mampu berkontribusi cukup besar 10,07%,
sektor Bangunan 8,67% dan sektor industri pengolahan 7,24%.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 98
Tabel 3.11.1PDRB Kota Payakumbuh Atas Dasar Harga Berlaku, tahun 2008/2009
Menurut Lapangan Usaha, dalam Jutaan rupiah
No Lapangan Usaha
2008 2009 %
Berlaku Komposisiberlaku berlaku
1 PERTANIAN / 158.243,29 166.800,80 5,4% 10,07%
2 PERTAMBANGAN &PENGGALIAN 7.591,55 8.827,93 16,3% 0,53%
3 INDUSTRI PENGOLAHAN 104.878,09 119.876,05 14,3% 7,24%
4 LISTRIK,GAS, & AIR BERSIH 23.698,54 27.348,17 15,4% 1,65%
5 BANGUNAN 127.479,01 143.571,29 12,6% 8,67%
6 PERDAGANGAN,HOTEL &
RESTORAN
276.180,06 309.908,63 12,2% 18,71%
7 PENGANGKUTAN DAN
KOMUNIKASI
336.617,71 360.960,51 7,2% 21,80%
8 KEUANGAN,PERSEWAAN & JASA
PERUSAHAAN
127.765,31 146.442,32 14,6% 8,84%
9 JASA-JASA 338.574,38 372.216,67 9,9% 22,48%
Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB)
1.501.027,95 1.655.952,38 10,3% 100,00%
Sumber: Kota Payakumbuh Dalam Angka, 2010
Konsep sektor basis (economy bases) didasarkan pada logika bahwa untuk
mengembangkan suatu produk dimana produk tersebut mengalami surplus, dimana ia bisa
memenuhi kebutuhan lokal dan juga bisa memenuhi pasar di luar daerah. Sehingga dengan
sendirinya akan menaikkan pendapatan bagi daerah tersebut dan akan manambah konsumsi
dan terjadilah pertumbuhan ekonomi. Location Quotient (LQ) merupakan pengukuran yang
biasa digunakan untuk konsistensi dan konsentrasi dari suatu kegiatan ekonomi (produksi),
baik yang berasal dari industri maupun pertanian. Data yang tersedia dari PDRB Kota
Payakumbuh terdapat beberapa sub-sektor yang memiliki nilai LQ diatas 1 yang
menandakan sub-sektor tersebut bisa dijadikan sektor basis untuk terus ditumbuh
kembangkan dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Terdapat 7 sub-sektor yang memiliki potensi yang patut dikembangkan karena sub-
sektor ini mampu memenuhi pasar lokal dan juga mampu mengkontribusikan pada
penyediaan pasar luar daerah kota sehingga penghasilan yang bersumber dari 7 sektor ini
akan mampu meningkatkan konsumsi kota dan juga akan memberikan multiplier effect
terhadap perekonomian daerah disekitar kota. Adapun sub-sektor tersebut adalah:
Peternakan (1,32), Air bersih (4,10), Bangunan (1,43), Restoran (1,83), Angkutan jalan
raya barang dan penumpang (2,6), Perbankan (1,97), Pemerintahan umum dan
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 99
pertahanan (1,38), Jasa sosial kemasyarakatan (1,19) dan Jasa yang dihasilkan oleh
perorangan dan rumah tangga (1,99).
Tabel: 3.11.2Hasil Perhitungan Location Quotient dan Penetapan Sektor/Sub sektor Basis
Kota Payakumbuh Berdasarkan PDRB Tahun 2009menurut Harga Konstan 2000
No. Sektor/Sub Sektor LQ Basis
1. PERTANIAN 0,44
a. Tanaman Pangan & Hortikultura 0,57
b. Perkebunan 0,06
c. Peternakan 1,32 Basis
d. Kehutanan 0,00
e. Perikanan 0,26
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 0,12
a. Migas dan Gas Bumi 0,00
b. Non Migas 0,00
c. Penggalian 0,14
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 0,53
a. Industri Migas 0,00
b. Industri Tanpa Migas 0,53
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 1,25 Basis
a. Listrik 0,95
b. G a s 0,00
c. Air Bersih 4,10 Basis
5. BANGUNAN 1,43 Basis
6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 1,00 Basis
a. Perdagangan Besar dan Eceran 0,98
b. H o t e l 0,43
c. Restoran 1,83 Basis
7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 1,53 Basis
a. Angkutan 1,74 Basis
1. Kereta Api 0,00
2. Jalan Raya (Darat) 2,61 Basis
3. Angkutan Laut 0,00
4. Angkutan Sungai, Danau & Penyebrangan 0,00
5. Angkutan Udara 0,00
6. Jasa Penunjang Angkutan 0,38
b. Komunikasi 0,86
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 100
No. Sektor/Sub Sektor LQ Basis
8. KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN 1,97 BASIS
a. Bank 2,62 BASIS
b. Lembaga Keuangan Tanpa Bank & Jasa Penunjang 0,52
c. Sewa Bangunan 2,35 BASIS
d. Jasa Perusahaan 0,87
9. JASA-JASA 1,44 BASIS
a. Pemerintahan Umum & Pertahanan 1,38 BASIS
b. Swasta 1,55 BASIS
1. Sosial Kemasyarakatan 1,19 BASIS
2. Hiburan dan Rekreasi 0,63
3. Perorangan dan Rumahtangga 1,99 BASIS
Sumber: Data diolah dari BPS Kota Payakumbuh dalam Angka, 2010
3.11.2. Kondisi Produksi
a. Sektor Pertanian
Walaupun di perkotaan sektor pertanian mampu memberikan kontribusi pada
pembentukan PDRB sebesar 10,07%. Pada sektor pertanian terdapat 4 sub sektor yang
memberikan kontribusi pada pembentukan PDRB sektor partanian yakni, Sub sektor
Tanaman Pangan, Sub Sektor Perkebunan, Subsektor peternakan, Sub sektor perikanan.
Sub-sektor tanaman pangan merupakan komoditas yang memberikan kontribusi
65% dalam pembentukan PDRB. Beberapa produk yang patut diunggulkan dalam sub-sektor
tanaman pangan yakni: padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah dan kedelai.
Beberapa produk pertanian ini yakni ubi kayu dan ubi jalar menjadi bahan baku untuk
pengolahan tepung ubi dan kerupuk ubi yang diproduksi di Kota Payakumbuh dan
dipasarkan di Kota Bukittinggi. Sementara itu Padi mampu menjadi pemasok kebutuhan
masyarakat kota akan kebutuhan nutrisi makanan pokok beras/nasi, dan mendukung sub-
sektor hotel dan restoran yang cukup berkembang di Kota Batiah ini.
Sementara itu urutan kedua yakni sub-sektor peternakan dengan kontribusi sebesar
24,55%, dan sub sektor perikanan 7,48% dan sub Sektor Perkebunan 2,96%. Daerah yang
subur di dataran rendah, dibawah bayang-bayang gunung Merapi menjadikan daerah sekitar
ini, cocok untuk tanaman jagung, ubi jalar, ubi kayu, dan peternakan sapi dan ayam. Serta
perikanan tebat/kolam yang ada di pekarangan rumah, dan kerambah di aliran sungai dan
anak-anak sungai di sekitar kota menjadikan produksi ikan juga mampu memberikan
kontribusi pada perekonomian rumah tangga warga kota.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 101
Tabel 3.11.3Total Produksi Tanaman Pangan, dan Produksi rata-rata per-hektar, Kota
Payakumbuh, 2009
NOAlternatif
Komoditi/Produk/JenisUsaha (KPJu)
Sektor/Subsektor
Rekap Data Statistik
Areal (Ha)/ Populasi
/ UnitUsaha
Produksi(ton) /TenagaKerja
Produksi/ha
1 Padi Sawah Tanpang 6.054 23.054 3,8
2 Jagung Tanpang 486 1.612 3,3
3 Ubi Kayu Tanpang 251 3.266 13,0
4 Ubi Jalar Tanpang 7 88 12,6
5 Kacang Tanah Tanpang 12 24 2,0
Sumber: Data diolah dari BPS Kota Payakumbuh dalam Angka, 2010
b. Sektor Pertambangan dan Penggalian
Usaha-usaha penggalian khususnya galian C, batu dan pasir tetap ada di wilayah
Kota Payakumbuh, walaupun tidak terlalu besar namun mampu memberikan lapangan
pekerjaan bagi bagian kecil warga, pada tahun 2009 dicatat oleh BPS sektor ini mampu
memberikan kontribusi 0,53% pada pembentukan PDRB. Pada tahun 2009 dibandingkan
dengan 2008 sektor ini tumbuh 16,3%, ini menandakan banyaknya permintaan atas
komoditas pasir dan batu menjadi faktor pendorong warga kota mengusahakan usaha-usaha
galian ini. Namun tentu saja dalam konteks perkotaan sektor ini sesungguhnya tidak boleh
terlalu diintensifkan, karena akan mengganggu aspek lingkungan perkotaan.
c. Sektor perindustrian pengolahan
Sektor industri dan pengolahan mampu memberikan kontribusi pada perekonomian
Kota sebesar 7,24%, kalau didalami data yang tersedia jenis industri yang berkembang di
Kota Payakumbuh industri kimia, pertanian, dan hasil hutan sebanyak 495 pada unit formal,
363 belum formal (belum di badan hukumkan), mempekerjakan orang pada usaha formal
2.895 orang dan lembaga usaha non formal 1.388 orang. Industri kedua yakni logam,
mesin, kimia dan aneka industri 55 perusahaan telah formal, dan 32 masih usaha pribadi
non badan hukum, pada usaha ini mampu menyerap angkatan kerja 237 pada usaha formal
dan 72 orang pada usaha non formal.
Kalau dirangking 10 industri yang banyak dan memiliki tenaga kerja tertinggi dapat
di rangking sebagai berikut: Industri kerupuk dan sejenisnya menjadi urutan pertama dalam
menyerap angkatan kerja, diikuti oleh industri roti, industri furniture dari kayu, industri batu
bata dari tanah liat, industri makanan, industri moulding dan komponen bahan bangunan
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 102
dan industri kue basah, industri barang-barang dari semen industri makanan dari kedele,
industri teh dan kopi,. Untuk lebih detailnya jumlah industri dan jumlah orang yang bekerja
pada industri tersebut dapat dilihat pada tabel 3.11.4 berikut ini:
Tabel 3.11.4Jumlah Usaha dan Tenaga Kerja, Usaha Industri Hasil Pertanian,
Kimia dan Kehutanan di Kota Payakumbuh
No Jenis IndustriUnit
usahaTenagakerja
Rangking
1 Industri kerupuk dan sejenisnya 239 2507 1
2 Industri roti dan sejenisnya 105 492 2
3 Industri furniture dari kayu 103 426 3
4 Industri batu bata dari tanah liat 83 349 4
5 Industri makanan yang belum termasuk kelompok manapun 35 299 5
6 Industri moulding dan komponen bahan bangunan 31 181 6
7 Industri kue basah 35 178 7
8 Industri barang-barang dari semen 21 94 8
9 Industri makanan dari kedele dan kacang-kacangan lainnya 16 73 9
10 Industri pengolahan teh dan kopi (kopi) 17 72 10
11 Industri ramsum pakan ternak/ikan 17 65 11
12 Industri anyam-anyaman dari rotan dan bambu 10 10 58 12
13 Industri konsentrat pakan ternak 21 53 13
14 Industri makaroni, mie, spagheti, bihun, soun dan sejenisnya 9 47 14
15 Industri minuman ringan (soft drink) 6 44 15
16 Industri barang dari kayu, rotan, gabus yang belum 6 38 16
17 Industri tempe 5 36 17
18 Industri es (macam-macam es) 14 29 18
19 Industri percetakan 9 28 19
20 Industri peti kemas dari kayu kecuali peti mati 5 22 20
21 Industri berbagai macam tepung dari padi-padian, biji-bijian 7 22 21
22 Industri penggergajian kayu 1 21 22
23 Industri kerajinan ukir-ukiran dari kayu kecuali furniture 3 20 23
24 Industri bumbu masak dan penyedap makanan 2 18 24
25 Industri pengeringan dan pengolahan tembakau 7 14 25
26 Industri pengolahan dan pengawetan daging 2 5 26
27 Industri alat-alat dapur dari kayu, rotan dan bambu 1 5 27
28 Industri sabun dan bahan pembersih keperluan rumahtangga /pasta 2 5 28
29 Industri susu 1 3 29
30 Industri pengeringan buah-buahan dan sayuran 1 3 30
31 Industri kapur 1 3 31
32 Industri barang dari batu untuk keperluan RT dan pajangan 2 2 3 32
33 Industri pelumatan buah-buahan dan sayuran 1 2 33
34 Industri minyak dari kelapa 1 2 34
35 Industri barang-barang dari tanah liat untuk keperluan RT 1 1 35
Sumber: Data diolah dari BPS Kota Payakumbuh dalam Angka, 2010
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 103
d. Sektor pengangkutan dan komunikasi
Sektor pengangkutan dan komunikasi merupakan salah satu sektor yang memiliki
peran penting dalam perekonomian Kota Payakumbuh. Dan Sub sektor pengangkutan jalan
raya (darat) merupakan salah satu sektor basis di Kota Payakumbuh. Dimana mampu
memberikan sumbangan 85,27% dalam pembentukan PDRB sektor Pengangkutan dan
komunikasi. Dilihat dari aspek PDRB nilai berlaku sektor ini memberikan sumbangan 21,80%
pada PDRB tahun 2009, dan jika dibandingkan dengan tahun 2008 sektor ini mengalami
kenaikan 7,2%.
Pengangkutan umum ini di Kota Payakumbuh terdiri dari beberapa jenis angkutan
dengan jumlah unit yang ada yakni:
Tabel 3.11.5Banyaknya Kenderaan Angkutan Umum Bermotor dan Tidak bermotor
di Kota Payakumbuh
No Jenis Angkutan Jumlah
1 Oplet/Angkot 23
2 Mini Bus 219
3 Bus 86
4 Taksi -
5 Bendi -
6 Truck umum/non umum 664
7 Pick Up 1.599
Sumber: Dinas Perhubungan, Kota Payakumbuh Dalam Angka, 2010
Sementara itu kalau kalau mengacu dari data yang terdapat pada kantor UPTD
pelayanan pendapatan provinsi Sumatera Barat di Payakumbuh, terdapat 3.954 unit Jumlah
angkutan penumpang dari berbagai jenis seperti bus/micro bus 11 unit,, mobil bus
umum/oplet 429 unit mini bus/ST Wagon 3.514 unit. Sementara itu angkutan barang
berjumlah 3.818 unit yang terdiri dari pick upa 2.395 unit, truck/light truck 9.88 unit
e. Perdagangan, pariwisata dan hotel.
Kota Payakumbuh merupakan salah satu kota dengan intensitas perdagangan yang
cukup tinggi, pada sektor Perdagangan Pariwisata dan hotel, sub sektor perdagangan besar
dan Eceran menjadi sub-sektor yang dominan dimana lebih dari 95,09% dikontribusikan
oleh bidang perdagangan besar dan eceran. Sementara itu hotel dan restoran hanya
mampu memberikan kontribusi sebesar 4,94% dalam pembentukan PDRB sektor ini.
Sektor perdagangan, parawisata dan hotel mampu memberikan kontribusi pada
pembentukan PDRB sebesar Rp 309.908,63 juta atau 18,71%, urutan ketiga dalam
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 104
kontribusi pembentukan PDRB setelah jasa, pengangkutan dan komunikasi. Jumlah
perusahaan yang terdapat sebagai usaha yang memiliki izin perdagangan pada tahun 2009
sebanyak 231 buah perusahaan yang diterbitkan izinnya.
Hotel yang terdaftar sebanyak 11 hotel buah, dengan jumlah kamar sebanyak 292
.kamar, dan mampu mempekerjakan tenaga kerja sebanyak 59 kamar. Sementara itu
jumlah restoran sebanyak 72 buah, dengan rincian 36 buah restoran dan 36 buah rumah
makan yang berada di Payakumbuh Barat, Timur dan utara. Pada tahun 2009, dari catatan
kantor Parawisata, pemuda dan olahraga kunjungan wisatawan yang berkunjung ke Kota
Payakumbuh sebanyak 27.180 orang. Potensi wisata dalam bidang group kesenian
tradisional saluang tari, talempong, rabab dikia, randai, dan dabuih sebanyak 61 group yang
tersebar di berbagai kecamatan di Kota Payakumbuh.
f. Sektor jasa
Sektor jasa merupakan sektor unggulan di Kota Payakumbuh, terdapat beberapa
sub-sektor yang mampu memberikan sumbangan yang signifikan dalam perekonomian kota.
Sektor jasa keuangan dan perbankan mampu memberikan kontribusi sebesar 8,84% dan
jasa lainnya sebesar 22,48%. Bisnis perbankan mampu memberikan kontribusi sebesar
4,24%, lembaga keuangan non bank 0,59%, persewaan bangunan 3,92%. Sementara itu
jasa pemerintah mampu memberikan kontribusi pada pembentukan PDRB sebesar 14,56%,
diikuti oleh jasa pribadi (swasta) sebesar 7,92%.
3.12. KABUPATEN SOLOK SELATAN
3.12.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu wilayah
dalam suatu periode tertentu ialah berdasarkan data Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB), baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan.
Selama periode 2005-2010 Kinerja ekonomi kabupaten Solok Selatan sejak
terbentuknya (2004) terus meningkat. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan PDRB (atas
dasar harga berlaku) kabupaten ini selama periode 2005-2010. Pada tahun 2005 nilai PDRB
nya adalah sebesar 710,05 milyar rupiah, kemudian meningkat menjadi 817,87 milyar rupiah
pada tahun 2006 dan 1,41 triliun rupiah pada tahun 2010 atau terjadi peningkatan sebesar
13,31 % bila dibandingkan dengan keadaan tahun sebelumnya (2009).
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 105
Tabel 3.12.1PDRB Kabupaten Solok Selatan Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005 - 2010 (Milyar Rupiah)
No Sektor Ekonomi 2005 2006 2007 2008 2009* 2010**
1. Pertanian 284,71 326,98 367,57 421,59 473,70 539,26
2.Pertambangan dan
Penggalian46,97 56,17 66,27 78,11 92,37 107,42
3. Industri Pengolahan 74,67 81,73 87,18 100,06 111,32 125,92
4.Perdagangan, Hotel dan
Restoran115,96 139,55 155,68 184,89 216,32 254,03
5.Pengangkutan &
komunikasi45,27 53,80 63,69 73,49 84,92 98,58
6. Listrik Gas dan Air Bersih 6,41 7,71 10,05 11,09 12,29 13,61
7. Konstruksi 48,67 58,94 67,30 79,33 93,49 112,52
8.Keuangan, Persewaan
dan Jasa Perusahaan15,92 17,92 19,92 22,34 25,13 28,37
9. Jasa-Jasa 67,47 75,08 83,65 97,08 111,07 128,28
PDRB 710,05 817,87 921,30 1.067,99 1.220,62 1.407,99
*) Angka Diperbaiki
**) Angka sementara
Sumber: BPPPMD Kabupaten Solok Selatan bekerjasama dengan BPS Kabupaten Solok Selatan. PDRB Kabupaten
Solok Selatan 2005 – 2010 (diolah).
Laju pertumbuhan ekonomi kabupaten Solok Selatan relatif tinggi dan terus
meningkat. Laju pertumbuhan pada tahun 2007 adalah 6,08 %, kemudian terus meningkat
hingga menjadi 6,12% pada tahun 2008, dan terus mengalami peningkatan pada tahun
2010 yaitu sebesar 6,28 %. (Tabel 2.5). Rata-rata laju pertumbuhan selama periode
tersebut adalah 6,15 % yang berarti lebih tinggi dari laju pertumbuhan provinsi Sumatera
Barat yang hanya 5,51% per tahun. Ini mengindikasikan bahwa kabupaten ini mempunyai
prospek ekonomi yang cerah.
Sektor-sektor yang mengalami pertumbuhan relatif tinggi adalah:
(a)Pertambangan (b)Perdagangan, Hotel dan Restoran; (c)Industri Pengolahan; serta
(d)Jasa-jasa.
Sektor pertambangan dan penggalian, laju pertumbuhannya relatif tinggi yaitu dari
7,88% (2009) menjadi 8,25% (2010). Sektor lainnya yang mengalami pertumbuhan cukup
tinggi yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor industri pengolahan.
Sebagian besar industri di Solok Selatan adalah agroindustri, maka peningkatan ini juga
berarti peningkatan nilai tambah dan memperluas pasar sektor pertanian yang selanjutnya
akan mendorong pembangunan sektor pertanian lebih lanjut. Di sektor pertanian umumnya
terdapat underemployment dan disquised underemployment yang berarti penggunaan
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 106
sumber daya manusia disektor pertanian pedesaan umumnya tidak maksimal, maka
pembangunan industri berarti mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya manusia.
Tabel 3.12.2Laju Pertumbuhan PDRB Solok Selatan Atas Dasar Harga Konstan 2000
Menurut Lapangan Usaha (Dalam Persentase).
No Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008 2009* 2010**
1. Pertanian 5,08 4,97 5,17 5,42 5,34 4,57
2. Pertambangan & Penggalian 8,86 8,97 8,04 7,90 7,88 8,25
3. Industri Pengolahan 4,12 3,96 5,14 5,19 5,07 5,24
4. Listrik, Gas dan Air Bersih 8,94 9,27 7,86 7,74 8,13 8,02
5. Bangunan 7,49 8,68 8,71 8,76 8,73 8,86
6. Perdagangan, Hotel & Restoran 6,50 6,74 6,88 6,57 6,57 6,90
7. Pengangkutan & Komunikasi 6,85 7,31 7,34 7,34 7,43 7,41
8
.
Keuangan, Persewaan & Jasa
Perusahaan
4,18 6,51 6,59 6,20 6,28 5,99
9. Jasa-jasa 4,46 4,41 4,94 4,89 4,93 8,65
PDRB 5,68 5,85 6,08 6,12 6,10 6,28
Sumber : BPS Kabupaten Solok Selatan Tahun 2011
Catatan : *) Angka diperbaiki.
**) Angka sementara.
Kontribusi sektor pertanian walaupun berfluktuasi masih relatif tinggi, hal ini antara
lain karena tingginya kontribusi laju pertumbuhan sektor perkebunan. Usaha perkebunan
merupakan salah satu unggulan kabupaten Solok Selatan. Saat ini di kabupaten ini terdapat
13 perusahaan perkebunan besar aktif dengan luas ± 83.493 Ha, menyerap tenaga kerja ±
22.000 orang. Produk perkebunan di Kabupaten Solok Selatan meliputi kelapa sawit, karet,
teh, kopi, kayu manis dan sebagainya. Sektor Pertanian masih merupakan andalan
Kabupaten Solok Selatan dengan sumbangannya sebesar 38,30% terhadap PDRB pada
tahun 2010 (Tabel 3.12.3).
Seiring dengan laju pertumbuhan yang relatif tinggi kontribusi sektor pertanian
terhadap perekonomian Kabupaten Solok Selatan secara perlahan tetapi berkesinambungan
menurun yaitu dari 38,81% tahun 2009 menjadi 38,30% pada tahun 2010 (Tabel 3.12.3).
Walaupun demikian jumlah produknya terus meningkat secara berkesinambungan yaitu dari
Rp.473,7 M pada tahun 2009 menjadi Rp.539,26 M pada tahun 2010. Ini berarti
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 107
menurunnya kontribusi sektor pertanian adalah sebagai akibat meningkatnya kontribusi
sektor-sektor lainnya.
Tabel 3.12.3Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Solok Selatan Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Lapangan Usaha, 2005 – 2010
No Sektor EkonomiKontribusi Terhadap Pembentukan Nilai PDRB
2005 2006 2007 2008 2009* 2010**
1. Pertanian 40,10 39,98 39,90 39,48 38,81 38,30
2. Pertambangan dan Penggalian 6,62 6,87 7,19 7,31 7,57 7,63
3. Industri Pengolahan 10,52 9,99 9,46 9,37 9,12 8,94
4. Perdagangan, Hotel dan Restoran 16,93 17,06 16,90 17,31 17,72 18,04
5. Pengangkutan & komunikasi 6,38 6,58 6,91 6,88 6,96 7,00
6. Listrik Gas dan Air Bersih 0,90 0,94 1,09 1,04 1,01 0,97
7. Konstruksi 6,85 7,21 7,30 7,43 7,66 7,99
8. Keuangan, Persewaan dan JasaPerusahaan
2,21 2,19 2,16 2,09 2,06 2,01
9. Jasa-Jasa 9,50 9,18 9,08 9,09 9,10 9,11
PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber: BPS Kabupaten Solok Selatan Tahun 2011
Penyumbang kedua terbesar adalah sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran.
Sumbangan sektor ini meningkat secara terus menerus yaitu dari 17,72% pada tahun 2009
menjadi 18,04% pada tahun 2010. Hal ini terutama disebabkan menguatnya sumbangan
subsektor perdagangan besar dan eceran.
Sumbangan sektor industri pengolahan yang merupakan sektor ketiga terbesar
dalam membentuk nilai tambah perekonomian Kabupaten Solok Selatan mengalami
penurunan secara terus menerus, walaupun penurunan tersebut tidak begitu besar yaitu
dari 9,12% pada tahun 2009 menjadi 8,94% tahun 2010. Ini agak mengherankan karena
seperti dikemukakan dalam Tabel 2.5 pertumbuhan sektor industri pengolahan meningkat
secara signifikan. Tetapi setelah diteliti lebih lanjut ternyata hal ini disebabkan karena
sektor-sektor lainnya juga mengalami pertumbuhan yang pesat pula terutama sektor-sektor:
(a) Pertambangan dan Penggalian, (b) Konstruksi; (c) Listrik Gas dan Air Bersih; serta (d)
Pengangkutan & Komunikasi.
3.12.2. Kondisi Produksi
a. Pertanian
Sektor pertanian menempati urutan pertama di dalam struktur PDRB yaitu sebesar
38,30 % dengan nilai Rp 539,26 M. Hasil pertanian terbesar adalah padi, yang dihasilkan
antara lain oleh Kecamatan Sungai Pagu, Koto Parik Gadang Diateh dan Sangir. Luas areal
produksi padi seluas 20.643 Ha. Produksi beras di Kabupaten Solok Selatan pada tahun 2010
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 108
sebanyak 152.087 ton, sementara jumlah konsumsi beras sebanyak 28.066,50 ton/th. Hal ini
menunjukkan bahwa Kabupaten Solok Selatan merupakan daerah surplus produksi beras
sehingga dapat memasok daerah lain.
Komoditi lain yang sudah diusahakan masyarakat juga tanaman palawija seperti
jagung, sayur-sayuran seperti kentang, bawang merah, bawang putih, kubis, cabe,
mentimun, tomat dan jenis lainnya. Juga tidak ketinggalan, tanaman hortikultura atau buah-
buahan memiliki potensi yang melimpah untuk dikembangkan di Kabupaten Solok Selatan.
Buah-buahan seperti durian, manggis, jeruk dan pisang tengah dikembangkan masyarakat.
Mata pencaharian masyarakat di Kabupaten Solok Selatan sebagian besar adalah
petani (termasuk petani kebun). Pada tahun 2008, jumlah masyarakat petani di Kabupaten
Solok Selatan mencapai 30.372 jiwa (54,7%). Karakteristik masyarakat petani harus
dicermati oleh pemerintah agar tidak hanya menjadi sarana produksi (tenaga kerja) tetapi
harus dapat menjadi bagian dari ‘ownership’ yang mendapatkan bagian keuntungan dari
fluktuasi harga pasar komoditas. Juga diperlukan pembinaan terhadap pilihan komoditas
pertanian yang prospektif agar terjadi peningkatan kesejahteraan petani.
Pertanian Tanaman Pangan di Kabupaten Solok Selatan pada tahun 2009 memiliki
luas areal tanam sekitar 22.565 ha dengan luas panen sekitar 20.643 ha. Komoditas dengan
produksi terbesar adalah padi sawah. Produksi padi ini paling banyak terdapat di kecamatan
Sangir (40.852 ton). Pada tahun 2010, produksi ubi kayu mencapai 907,72 ton, selanjutnya
jagung mencapai 401,37 ton. Dari data PDRB Kabupaten Solok Selatan 2004 – 2010, laju
pertumbuhan sektor pertanian berkisar 5% per tahun. Produksi tanaman Pangan di
Kabupaten Solok Selatan dapat kita lihat pada tabel berikut :
Tabel 3.12.4Produksi Tanaman Pangan per Kecamatan
di Kabupaten Solok Selatan Tahun 2010
No KecamatanProduksi Tanaman Pangan(ton/thn)
Padi(ton)
Jagung(ton)
Ubi kayu(ton)
Ubi jalar(ton)
Kacangtanah (ton)
1 Sangir 40.852,00 95,90 122,66 81,68 47,92
2 Sangir Jujuan 13.680,00 56,83 85,87 70,01 17,83
3 Sangir B. Hari 5.426,00 - - 6,00 24,12
4 Sungai Pagu 33.670,00 188,26 588,79 81,68 51,26
5Koto Parikgadang Diateh
32.860,00 60,38 110,40 81,68 23,40
6 Sangir B.Janggo 589,00 - - - -
7 Pauh Duo 25.010,00 - - - -
Jumlah 152.087,00 248,64 699,19 321,05 164,53
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Solok Selatan 2010
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 109
Sementara untuk produksi tanaman sayuran juga mengalami peningkatan dari
tahun 2008 produksi untuk tanaman ini adalah 9.400 ton dan turun pada tahun 2009
sebanyak 9245 ton. Dari produksi yang ada di tanaman sayuran ini, jenis tanaman kubis dan
kentang merupakan tanaman yang memberikan produksi yang paling banyak. Kubis
memberikan sumbangan produksi sekitar 44 % dari produksi total tanaman sayuran ini,
sedangkan kentang sekitar 23 %. Disamping itu tanaman cabe juga merupakan komoditi
yang banyak produksinya jika kita lihat dari luas tanam sekitar 177 Ha memproduksi cabe
sebesar 643 ton.
Produksi buah-buahan meningkat pesat pada tahun 2009, dimana produksi pada
tahun 2008 sebanyak 2.695 ton dan pada tahun 2009 sebanyak 4927 ton, jenis komoditi
yang paling banyak produksinya jika dibandingkan jenis lain adalah jeruk, durian dan pisang,
dimana produksinya masing-masing sebanyak 1.672 ton jeruk, 1.169 ton untuk durian dan
558 ton pisang.
b. Peternakan
Dengan dukungan lahan yang luas untuk pemeliharaan ternak, sektor peternakan di
Kabupaten Solok Selatan sangat potensial untuk dikembangkan, terutama ternak besar
seperti kerbau, sapi dan kambing. Permasalahannya saat ini pemeliharaan ternak besar
belum dikelola secara baik dengan pendekatan bisnis, sebagian besar masyarakat masih
memelihara ternak dengan cara tradisional. Jumlah populasi sapi potong pada tahun 2009
telah mencapai 8.632 ekor dengan jumlah pemotongan 893 ekor per tahun. Sementara
untuk kambing berjumlah 9.798 ekor, kerbau 9.014 ekor dan kuda 6 ekor.
Untuk ternak unggas juga berpeluang besar untuk dikembangkan karena serapan
pasar yang baik terutama untuk memenuhi kebutuhan daging dan telur di Kabupaten Solok
Selatan sendiri. Jumlah ayam buras adalah 62.544 ekor dan ayam petelur 53.855 ekor. Total
produksi ayam sebanyak 116.399 ekor/thn. Dengan jumlah peternak mencapai 11.074
orang. Selain itu juga terdapat peternakan itik sebanyak 219.847 ekor.
Secara umum program pengembangan`pengembangan usaha peternakan di Solok
Selatan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pangan asal hewani, meningkatkan mutu
generik, populasi dan produksi daging ternak sehingga mampu menyediakan protein hewani
asal ternak. Khusus untuk usaha peternakan sapi, dalam peningkatan populasi secara umum
dapat dilakukan melalui bioteknologi reproduksi kawin suntik/inseminasi buatan (IB),
merupakan upaya penerapan teknologi tepat guna yang dalam peningkatan mutu genetik
dan jumlah ternak serta pembentukkan bibit ternak yang berkualitas.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 110
c. Perikanan
Kabupaten Solok Selatan di sub bidang perikanan mempunyai potensi sumber air
yang memadai untuk dikembangkan terutama di sungai. Adapun jumlah produksi perikanan
darat dan budidaya (usaha perikanan di kolam dan disawah) 279 Ton/tahun, sedangkan
produksi ikan perairan umum (sungai) sebanyak 78 Ton/tahun dan jumlah petani budidaya
sebanyak 353 orang dan nelayan ikan di perairan umum 171 orang.
Total Luas areal usaha perikanan di kabupaten ini seluas 360 Ha yang terdiri dari
usaha perikanan yang ada di kolam seluas 180,35 Ha dengan produksi 292 ton (data tahun
2009), 145 Ha perikanan di sawah dengan produksi 116 Ton serta 50 Ha perikanan di sungai
dengan produksi 66,6 Ton. Adapun Pelaksanaan program dan kegiatan di bidang Perikanan
telah dicapai beberapa hasil yang diantaranya dengan di bangunnya Balai Benih Ikan (BBI)
akan tersedianya benih ikan yang berkualitas di Kabupaten Solok Selatan dan akan
meningkatnya jumlah pembudidaya ikan dan produksi ikan dalam Kabupaten.
b. Perkebunan dan Kehutanan
Usaha perkebunan di Kabupaten Solok Selatan menurut jenis pengelolaanya dapat
dikelompok menjadi dua kelompok; usaha perkebunan rakyat dan usaha perkebunan besar.
Perkebunan rakyat menghasilkan komoditas ekspor, seperti ; karet, kopi, kelapa sawit, teh,
casiavera, kakao serta komoditas lainnya. Luas perkebunan Rakyat yang berada di
Kabupaten Solok Selatan sampai saat ini mencapai 25.176 Ha yang tersebar di 7 Kecamatan
dengan komoditi yang dihasilkan Kelapa, Karet, Kopi, Kakao, Kayu Manis, Sawit, Pinang,
Gardamunggu, dan lain-lain. Sementara itu terdapat 13 perusahaan besar yang bergerak
dibidang perkebunan (BUMN dan BUMS) di (Tabel 3.12.5) dengan total luas areal 83.493 ha.
Komoditi yang dihasilkan perkebunan besar adalah Kelapa Sawit dan Teh.
Pada tahun 2009, produksi karet di Kabupaten Solok Selatan mencapai 3.659 ton.
Selanjutnya disusul oleh kopi sebanyak 2.860 ton. Berikutnya kayu manis (2.232 ton),
kelapa (840 ton), pinang (1.749 ton) dan beberapa hasil perkebunan rakyat lainnya seperti
enau, coklat, cengkeh dan lain-lain.
Untuk bidang kehutanan, wilayah Kabupaten Solok Selatan sebagian besar masih
berupa hutan. Tidak mengherankan karena sebagian wilayah Kabupaten Solok Selatan ini
merupakan Taman Nasional Kerinci Seblat. Menurut data tahun 2010, total wilayah
Kabupaten yang berarea 334.620 ha, sekitar 27 persen merupakan wilayah hutan lindung
dan sekitar 23 persen merupakan hutan produksi. Menurut luas kawasan hutan, tercatat
hutan konservasi/suaka alam berkisar 20 persen dan areal penggunaan lain /APL sebesar 30
persen. Luas kawasan hutan di Kabupaten Solok Selatan Tahun 2010 dapat dilihat pada
tabel 3.12.5.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 111
Tabel 3.12.5Luas Kawasan Hutan di Kabupaten Solok Selatan
Tahun 2010
No Peruntukan ArealLuas
(Ha)Persentase (%)
1.
2.
3.
4.
Hutan Lindung
Hutan Produksi
Hutan Konservasi/Suaka Alam
Areal Penggunaan Lain / APL
90.546
77.318
67.579
99.177
27,00
23,00
20,00
30,00
Luas Total Hutan 334.620 100,00
Sumber: Renstra Dishutbun 2006-2010
c. Pertambangan
Sektor pertambangan memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan. Apalagi
selama ini, sektor pertambangan belum digali secara optimal. Potensi pertambangan di
Kabupaten Solok Selatan cukup beragam. Sebagian kecil masyarakat juga telah melakukan
penambangan secara tradisional di berbagai tempat, sedangkan potensi bahan - bahan
galian golongan C yang cukup besar dan tersebar di berbagai tempat telah dilakukan oleh
pengusaha secara mekanis. Pengolahan bahan galian golongan C ini sudah memberikan
kontribusi pada APBD Kabupaten Solok Selatan. Untuk masa depan merupakan salah
satusumber andalan PAD. Meskipun demikian, perhatian pengolahan harus tetap
memperhatikan kelestarian lingkungan.
Dengan topografi daerah seperti ini potensi sektor pertambangan Kabupaten Solok
Selatan sangat besar, namun belum dapat dimaksimalkan dan butuh investasi yang besar
untuk memaksimalkan produksi. Secara umum potensi pertambangan dapat dijadikan dua
kelompok yaitu bahan galian logam dan bahan galian batu-batuan.
Saat ini total luas wilayah izin usaha pertambangan di Kabupaten Solok Selatan
sebesar 38.521,83 Ha, yang terbagi atas luas wilayah izin usaha pertambangan eksplorasi
sebesar 25.703,40 Ha dan luas wilayah izin usaha pertambangan operasi produksi sebesar
12.818,43 Ha.
d. Perdagangan dan Perindustrian
Perkembangan kegiatan perdagangan dan perindustrian Kabupaten Solok Selatan
dapat dilihat dari 3 indikator utama yaitu : perkembangan pemberian Surat Izin Usaha
Perdagangan (SIUP), distribusi dan perkembangan harga 9 bahan pokok dan perkembangan
kegiatan pengujian mutu barang. Melalui perkembangan pemberian SIUP kan dapat
memberikan gambaran umum tentang banyaknya pengusaha yang meminta izin usaha baru
dan pelaksanaan kemetrologian dalam bentuk pelaksanaan tera baru dan tera ulang.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 112
Perkembangan distribusi serta harga barang akan dapat memberikan gambaran tentang
volume perdagangan dalam negari serta tingkat kestabilan harga.
Perkembangan distribusi barang ditekankan pada distribusi 9 bahan pokok yang
merupakan kebutuhan masyarakat secara umum, seperti; beras, minuman dan dan barang
kebutuhan masyarakat lainnya. Barang-barang tersebut umumnya adalah hasil produksi
dalam daerah dan impor baik dari daerah lain di Indonesia, maupun dari luar negeri. Sedang
barang lainnya umumnya merupakan peralatan elektronik untuk kebutuhan rumah tangga
yang umumnya di datang dari kota-kota besar di Jawa.
Usaha industri di Kabupaten Solok Selatan masih berupa industri kecil dan kerajinan.
Walaupun demikian pembangunan industri di kabupaten ini sangat penting bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat, karena meningkatkan nilai tambah, memperluas lapangan
pekerjaan dan mencerdaskan masyarakat. Negara-negara maju di dunia ini pada umumnya
adalah negara industri.
Tabel 3.12.6Jumlah Unit Usaha Dan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil/Kerajinan Menurut
Jenisnya Di Kabupaten Solok Selatan Tahun 2010
No. Jenis IndustriStatusUsaha
JumlahUnit
Usaha
Jumlah TenagaKerja (orang)
Rata-rata JumlahTenaga Kerja/unit
usaha
1. Industri Pangan FormalNonformal
1884
71207
43
Subtotal 102 278
2. Industri Sandang FormalNonformal
14
29
23
Subtotal 5 11
3. Industri Kimia danBahan Bangunan
FormalNonformal
80108
840131
112
Subtotal 188 971
4. Industri Logam danElektronika
FormalNonformal
47
1717
53
Subtotal 11 34
5. Industri Kerajinan FormalNonformal
737
4784
73
Subtotal 44 131
Jumlah 2010 FormalNonformal
110240
977448
92
Total 350 1.425
Sumber : Dinas Koperindag Kabupaten Solok Selatan tahun 2011.
Dari tabel diatas diketahui bahwa jumlah usaha industri pada tahun 2010 adalah
350 unit yang berarti meningkat pesat sebesar 32,5% dibandingkan tahun sebelumnya yang
hanya 264 unit. Dari segi status usaha, jumlah usaha industri formal meningkat dari 64
(2008) menjadi 110 (2010) atau meningkat sebesar 71,8%. Sementara usaha industri
nonformal meningkat jauh lebih tinggi yaitu dari 202 menjadi 240 atau meningkat sebesar
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 113
18,8%. Lebih dari setengah jumlah industri tersebut (68,6%) masih berstatus usaha
informal yaitu 110 unit formal dan 240 usaha nonformal.
Jumlah usaha nonformal lebih banyak daripada formal, akan tetapi jumlah tenaga
kerja per-unit usaha formal lebih banyak daripada nonformal yaitu 9 berbanding 2 atau
hampir 5 kali lipat (Tabel 3.12.10). Begitu pula laju pertumbuhan penyerapan tenaga kerja
di sektor formal jauh lebih tinggi dibandingkan dengan sektor nonformal. Jumlah tenaga
kerja yang bekerja disektor formal mengalami peningkatan yang pesat yaitu dari 414 orang
(2008) menjadi 977 orang (2010) atau meningkat sebesar 136%. Penurunan tenaga kerja
terjadi di sektor nonformal dari 484 orang (2008) menjadi 448 orang (2010) atau menurun
sebesar 7,4%. Seiring dengan itu nilai produk sektor formal adalah Rp. 24,9 Milyar atau
lebih 2 kali lipat nilai produk sektor informal (Tabel 3.12.11) pada hal jumlah usaha formal
lebih sedikit dari jumlah unit usaha informal. Ini karena ukuran usaha formal lebih besar
daripada informal.
Selain itu, usaha formal umumnya mempunyai tata kelola yang lebih baik,
mempunyai akses yang lebih besar kepada sumber-sumber keuangan dan jangkauan
pemasaran yang lebih luas, jika dibandingkan dengan usaha informal. Semua ini merupakan
indikasi bahwa industri formal mempunyai potensi yang besar untuk meningkatkan nilai
tambah dan perluasan lapangan kerja usaha dan oleh karena itu usaha industri informal
perlu didorong menjadi usaha industri formal.
Tabel 3.12.7Nilai Produksi dan Jumlah Usaha Industri Kecil
di Kabupaten Solok SelatanTahun 2010 (Rp.000)
No. Jenis Industri Status UsahaJumlah Usaha
UnitNilai produksi
(Rp. 000)
1. Industri Pangan FormalInformal
1884
1.486.0102.428.830
Subtotal 102 3.914.840
2. Industri Sandang FormalInformal
14
21.60063.020
Subtotal 5 84.620
3. Industri Kimia dan BahanBangunan
FormalInformal
80108
21.334.3505.895.636
Subtotal 188 27.229.986
4. Industri Logam dan Elektronika FormalInformal
47
593.300333.100
Subtotal 11 926.400
5. Industri Kerajinan FormalInformal
737
1.424.38811.624.602
Subtotal 44 13.048.990
Jumlah 2010 FormalInformal
110240
24.859.60211.624.602
Total 350 36.484.250
Sumber : Data diolah dari data Dinas Koperindag Kabupaten Solok Selatan Tahun 2011.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 114
Sebagian besar (83,4%) usaha industri kecil/kerajinan di Kabupaten Solok Selatan
termasuk kedalam kelompok agroindustri, sisanya termasuk kelompok industri logam, mesin
eloktronika dan aneka. Adapun produk agroindustri kabupaten ini antara lain adalah: sirup
markisa, bubuk kopi, pengeringan ikan, gula tebu, batu bata, batu asahan, batu aji, kerupuk
kulit, kue kacang, pengolahan ubi, anyaman pandan, anyaman bambu, anyaman rotan,
ukiran kayu, perabot, lidi hias, rendang. Sedangkan produk industri lainnya: tilam kasur,
sulaman terwang, terwang bordir, sulaman benang, sutra alam, dan pandai besi. Seiring
dengan itu nilai produksi agroindustri juga jauh lebih besar dibandingkan dengan nilai
produksi Industri Logam, Mesin Elektronika dan Aneka.
e. Telekomunikasi dan Informatika.
Keberadaan fasilitas pos dan telekomunikasi serta informatika sangatlah penting
sebagai media informasi.Untuk pelayanan pos telah ada 1 unit di Muara Labuh dan 1 unit di
padang aro.untuk layanan telepon juga telah tersedia 1.280 SST milik PT. Telkom,dan di
dukung oleh beberapa operator telepon seluler yang telah beroperasi di Kabupaten Solok
Selatan.
f. Hotel dan Restoran
Sebagai sarana untuk menginap, meeting dan pertemuan bagi para investor dan pe
bisnis, di Kabupaten Solok Selatan terdapat hotel dengan taraf Nasional yaitu Hotel Pesona
Alam Sangir dan wisma Duta Kencana yang terletak di Padang Aro kecamatan
Sangir.Sedangkan di Muaro Labuh terdapat wisma Umi Kalsum, baik di Muaro Labuh
maupun di Padang Aro masih terdapat penginapan-penginapan kecil kelas melati.
g. Pariwisata
Sektor pariwisata memiliki potensi yang besar pula untuk dikembangkan. Bentang
alam yang indah dan bangunan unik bersejarah merupakan potensi wisata yang bila
dioptimalkan pengelolaannya dapat menjadi penyumbang penting bagi PAD Kabupaten
Solok Selatan. Potensi objek wisata yang terdapat di Kabupaten Solok Selatan terutama
adalah objek wisata budaya dan sejarah serta objek wisata alam. Objek wisata yang telah
diinventaris adalah 71 objek wisata yakni, 30 objek wisata budaya dan sejarah, dan 41 objek
wisata alam. Di antara objek wisata budaya dan sejarah itu adalah Situs Pemerintah Darurat
Republik Indonesia (PDRI) di Bidar Alam; Nagari dengan Seribu Rumah Gadang di
Kecamatan Sungai Pagu dan Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh; Rumah Gadang Panjang
27 ruang di Nagari Abai Kecamatan Sangir Batang Hari; berbagai istana di beberapa
kecamatan; dan masjid-masjid tua beraksitektur kuno yang masih terperlihara baik. Di sisi
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 115
lain diyakini masih banyak terdapat situs budaya yang belum terinventaris dan potensial
untuk dikembangkan di masa mendatang.
Dibidang Pariwisata Solok Selatan memiliki potensi yang sangat baik untuk
dikembangkan, sampai tahun 2010 telah dikembangkan oleh investor tempat – tempat
wisata yang menarik, seperti Hot Waterboom, Arung jeram. Sedangkan tempat wisata lain
yang menarik adalah rumah gadang, rumah gadang panjang, perkebunan teh, perkebunan
kelapa sawit, air terjun yaitu air terjun Timbulun di Kecamatan Sangir dan air terjun Tansi
ampek di Sungai Lambai Kecamatan Sangir.
Arena arung jeram ada di beberapa sungai di kabupaten Solok Selatan sangat baik
dan menantang, dengan standard internasional pengarung jeram manca negara sudah
menjelajahi sungai dan air terjun yang ada di Solok Selatan. Dengan sungai yang curam,
berbatu dan berkelok-kelok, sangat diminati turis mancanegara, sehingga sangat potensial
untuk dikembangkan dan bahkan dijadikan event lomba arung jeram tingkat nasional
maupun internasional.
Beberapa Km menjelang Padang Aro terdapat sumber air panas Sapan Maluluang,
tempat ini sudah sejak lama menjadi areal rekreasi masyarakat Solok Selatan, pada tahun
2009 investor telah mengembangkan tempat ini menjadi areal wisata Hot Water Boom, satu-
satunya Water Boom yang airnya bersumber dari air panas bumi di Sumatera Barat, sampai
tahun 2010 pembangunan Hot Water Boom ini masih dalam pelaksanaan pekerjaan.
Dengan adanya pusat wisata ini diharapkan akan muncul pusat-pusat pertumbuhan
baru yang didukung oleh pengusaha dan investor lainnya. Karena airnya adalah air panas
yang mengandung belerang, maka tidak mustahil dapat dijadikan media pengobatan,
sehingga ada peluang untuk membuka klinik pengobatan air panas di kawasan ini. Sumber
air panas lainnya adalah di Pakan Salasa Kecamatan Pauh Duo dan air panas Sungai Cangka
di Kecamatan Sungai Pagu
Selain itu yang tidak kalah menarik dari objek wisata di Kabupaten Solok Selatan
adalah Wisata Sejarah, budaya dan Agro Wisata. Rumah Gadang di Solok Selatan
keadaannya masih utuh dan layak huni, beberapa yang rusak sudah diusahakan untuk
direnovasi yang dibantu oleh Dinas Pariwisata Kabupatan Solok Selatan, acara acara adat
seperti upacara panen kesawah, batombe (berbalas pantun) merupakan suguhan yang
menarik untuk dilihat para wisatawan. Di nagari Bidar Alam Kecamatan Sangir Jujuan
terdapat sebuah rumah gadang dimana pernah berlangsung sidang kabinet pada
pemerintahan PDRI tahun 1949 dengan perdana menteri Syafruddin Perwiranagara, untuk
mengenang sejarah tersebut di Bidar Alam juga dibangun sebuah tugu yang bernama tugu
PDRI
Sedangkan agro wisata wisatawan dapat mengunjungi perkebunan teh yang dilatar
belakangnya menjulang gunung Kerinci, perkebunan kelapa sawit, tambang emas, kegiatan
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 116
masyarakat mendulang emas dan tambang biji besi. Semua itu adalah tempat-tempat wisata
yang sangat potensial dan perlu ditata, dibangun dan dikembangkan agar para wisatawan
merasa nyaman mengunjunginya
Untuk objek wisata alam, Kabupaten Solok Selatan memiliki keragaman yang
potensial untuk dikembangkan. Di antara objek wisata alam tersebut mulai dari danau
Bontak di kaki Gunung Kerinci, sumber air panas pada berbagai tempat, Goa atau Ngalau di
beberapa tempat, arena arung jeram di beberapa sungai, serta pemandangan alam kebun
teh di Sungai Lambai dengan latar belakang Gunung Kerinci.
3.13. KABUPATEN SOLOK
3.13.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Solok pada tahun 2009 atas
dasar harga berlaku adalah sebesar Rp 4.639.066,332 Milyar atau meningkat sebesar
14,75% dibanding tahun 2008 sebesar Rp 4.042.808,21 Milyar. Struktur Perekonomian
Kabupaten Solok bila dilihat berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2007, masih
didominasi oleh sektor pertanian (44,73%) khususnya dari subsektor tanaman pangan dan
holtikultura. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran merupakan sektor kedua terbesar
yang memberi kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Solok, sebesar 13,38%. Kedua sektor
dalam perekonomian Kabupaten Solok ini tentunya akan sangat berperan dalam
pembanguna Kabupaten Solok. Pertumbuhan yang tinggi di kedua sektor tersebut akan
menyebabkan tingginya pertumbuhan ekonomi Kabupaten Solok, sebaliknya jika kedua
sektor ini mengalami kemunduran maka dampaknya juga akan sangat signifikan terhadap
kemunduran perekonomian di Kabupaten Solok. Dua sektor ekonomi ini merupakan sektor
strategis bagi pembangunan ekonomi Kabupaten Solok. Perkembangan terakhir PDRB
Kabupaten Solok sebagai indikator perkembangan perekonomian kabupaten ini dapat dilihat
dari tabel 3.13.1.
Berdasarkan tabel 3.13.1 menunjukan bahwa walaupun nilainya meningkat namun
kontribusi sektor pertanian sedikit menurun pada tahun 2009 dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Sebaliknya pada sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, sektor Industri dan
sektor Pengangkutan dan komunikasi mengalami peningkatan peran dalam pembentukan
PDRB Kabupaten Solok. Kondisi ini mengindikasikan bahwa perkembangan ketiga sektor ini
lebih tinggi dibandingkan perkembangan sektor pertanian yang merupakan kontributor
utama dalam perekonomian Kabupaten Solok.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 117
Tabel 3.13.1PDRB Kabupaten Solok (Tahun 2008-2009) dan proporsinya tehadap
PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Juta Rupiah)
No. SEKTOR
PDRB Kabupaten Solok
2008 2009
NilaiProporsi
(%)Nilai
Proporsi(%)
1. PERTANIAN 1.810.549,28 44,78 2.075.225,51 44,73
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 155.068,13 3,84 178.899,78 3,86
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 264.951,25 6,55 304.562,66 6,57
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 23.460,70 0,58 25.766,93 0,56
5. BANGUNAN 295.015,30 7,30 319.295,06 6,88
6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 523.462,24 12,95 620.571,58 13,38
7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 456.505,05 11,29 528.151,83 11,38
8.KEUANGAN, PERSEWAAN & JASAPERUSAHAAN 70.486,52 1,74 80.471,09 1,73
9. JASA-JASA 443.309,74 10,97 506.121,90 10,91
Jumlah 4.042.808,21 100,00 4.639.066,33 100,00
Sumber: BPS, Kabupaten Solok, 2010.
Telaah lebih jauh terhadap struktur perekonomian Kabupaten Solok dapat dilakukan
dengan menggunakan analisis Location Qoutient (LQ). Analisis ini menghasilkan kelompok
sektor ekonomi basis dan non basis di Kabupaten Solok. Analisis LQ bertujuan untuk
mengetahui sektor-sektor dan subsektor-subsektor ekonomi dalam PDRB yang tergolong
sektor basis dan non basis.LQ merupakan suatu perbandingan tentang besarnya peranan
suatu sektor di Kabupaten Kepulauan Mentawai terhadap besarnya peranan sektor
bersangkutan pada wilayah referensi yaitu Propinsi Sumatera Barat. Hasil perhitungan LQ
sektoral untuk Kabupaten Solok dapat disampaikan dalam tabel 3.17.2.
Nilai LQ > 1 berarti bahwa peranan suatu sektor di Kabupaten lebih dominan
dibandingkan sektor di tingkat Provinsi dan sebagai petunjuk bahwa Kabupaten surplus akan
produk sektor tersebut. Sebaliknya bila nilai LQ < 1 berarti peranan sektor tersebut lebih
kecil di Kabupaten dibandingkan peranannya di tingkat Provinsi. Nilai LQ menjadi basis untuk
menentukan sektor yang potensial untuk dikembangkan. Karena sektor tersebut tidak saja
dapat memenuhi kebutuhan di dalam daerah, akan tetapi dapat juga memenuhi kebutuhan
di daerah lain atau surplus. Berdasarkan hasil perhitungan LQ pada tabel 3.17.2.
menunjukan bahwa sektor pertanian khususnya di sub sektor tanaman pangan dan
holtikultura merupakan basis produksi bagi perekonomian Sumatera Barat. Kondisi ini
menunjukan bahwa struktur perekonomian kabupaten solok sangat tergantung dari hasil di
sektor pertanian. Sektor lain yang berperan cukup besar terhadap PDRB kabupaten Solok
merupakan sektor penunjang untuk sektor pertanian yang merupakan produksi utama di
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 118
kabupaten Solok. Selanjutnya walaupun peranan dari sektor perdagangan hotel dan restoran
cukup besar dalam pembentukan PDRB kabupaten Solok, namun bukanlah merupakan
sektor basis dalam perekonomian Kabupaten Solok. Kondisi ini mengindikasikan bahwa
secara komperatif kabupaten Solok masih lebih tertinggal dibandingkan dengan kabupaten
lainya di Sumatera Barat
Tabel 3.13.2Sektor Basis dan Non Basis Kabupaten Solok
Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Juta Rupiah)
No. Sektor/Sub Sektor LQ Basis
1. PERTANIAN 1,77 Basis
a. Tanaman Pangan & Hortikultura 2,75 Basis
b. Perkebunan 1,04 Basis
c. Peternakan 1,05 Basis
d. Kehutanan 0,39
e. Perikanan 0,24
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 1,15 Basis
a. Penggalian 1,43 Basis
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 0,58
a. Industri Tanpa Migas 0,58
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 0,34
a. Listrik 0,32
b. Air Bersih 0,51
5. BANGUNAN 1,09 Basis
6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 0,79
a. Perdagangan Besar dan Eceran 0,78
b. H o t e l 0,01
c. Restoran 1,27 Basis
7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 0,73
a. Angkutan 0,91
1. Jalan Raya (Darat) 1,39 Basis
2. Angkutan Sungai, Danau & Penyebrangan 0,05
3. Jasa Penunjang Angkutan 0,05
b. Komunikasi 0,14
8. KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN 0,40
a. Bank 0,60
b. Lembaga Keuangan Tanpa Bank & Jasa Penunjang 0,44
c. Sewa Bangunan 0,20
d. Jasa Perusahaan 0,19
9. JASA-JASA 0,86
a. Pemerintahan Umum & Pertahanan 0,99
b. Swasta 0,56
1. Sosial Kemasyarakatan 0,41
2. Hiburan dan Rekreasi 0,11
3. Perorangan dan Rumahtangga 0,76
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 119
3.13.2. Kondisi Produksi
a. Sektor Pertanian
a). Sub Sektor Tanaman Pangan dan Holtikultura
Sub sektor tanaman pangan merupakan penggerak utama perekonomian di
Kabupaten Solok. Dengan nilai produksi tanaman pangan dan holtikultura lainnya sebesar
Rp. 1.637.505,02 milyar, sub sektor ini merupakan sektor yang paling dominan dalam
pembentukan PDRB Kabupaten Solok secara keseluruhan (35%). Berdasarkan tabel 3.17.3
dapat diketahui hasil produksi dan luas panen padi sawah di Kabupaten Solok. Sebagaimana
diketahui Kabupaten solok merupakan sentra produksi beras di sumatera Barat, bahkan juga
untuk dijual ke propinsi sekitar sumatera barat (Jambi dan Riau). Beras hasil produksi
kabupaten solok terkenal sebagai beras dengan kualitas tinggi dan memiliki harga jual yang
tinggi dan stabil di pasar. Kalau diamati untuk produksi padi pada tahun 2010 adalah
sebesar 319.667,8 ton dengan sentra produksi padi sawah di kabupaten Solok di tiga
kecamatan yaitu Kecamatan Gunung Talang dengan produksi pada tahun 2010 sebanyak
56,6 ribu ton diikuti berturut-turut oleh kecamatan Kubung sebanyak 51,6 ribu ton, dan
Kecamatan Lembang Jaya sebanyak 45.3 ribu ton.
Tabel 3.13.3Produksi Padi Sawah kabupaten Solok 2010
No Kecamatan Luas Tanam (Ha)Luas Panen
(Ha)Produksi
(ton)
1 Pantai Cermin 3,700.00 3,689.00 17,965.20
2 Lembah Gumanti 1,382.00 1,516.00 4,699.50
3 Hiliran Gumanti 2,855.00 3,028.00 15,291.80
4 Payung Sekaki 3,668.00 3,153.00 15,435.70
5 Tigo Lurah 2,375.00 2,529.00 12,061.20
6 Lembang Jaya 6,045.00 6,004.00 36,203.90
7 Danau Kembar 49.00 49.00 170.00
8 Gunung Talang 7,963.00 8,123.00 56,616.20
9 Bukit Sundi 8,082.00 8,161.00 45,296.30
10IX Koto SungaiLasi
2,306.00 2,299.00 12,159.50
11 Kubung 7,867.00 8,006.00 51,638.30
12 X Koto Singkarak 5,117.00 4,833.00 28,949.30
13 Junjung Sirih 1,672.00 1,527.00 10,548.80
14 X Koto Diatas 2,515.00 2,740.00 12,632.11
Jumlah 55,596.00 55,657.00 3,119,667.80
Sumber: BPS, Kabupaten Solok, 2010.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 120
Tanaman palawija yang merupakan komponen produksi kelompok produksi tanaman
pangan selain padi sawah di Kabupaten Solok juga memiliki peranan yang cukup baik
walaupun tidak menjadi hasil produksi utama di sektor pertanian Kabupaten Solok.
Terutama komoditi kedelai, jagung, kacang hijau, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar dan
talas.
Tabel 3.13.4
Produksi Palawija Kabupaten Solok 2010
No Jenis komoditiLuas
Tanam(Ha)
Luas Panen (Ha)Produksi
(Ton)
1 Jagung 679 574 2,982.16
2 Kedelai 95 103 168.93
3 Kacang Tanah 169 154 331.53
4 kacang Hijau 55 53 67.00
5 Ubi kayu 361 434 17,816.10
6 Ubi Jalar 997 1,014 41,123.00
Jumlah 2,356 2,332 62,488.72
Sumber: BPS, Kabupaten Solok, 2010.
Komoditas tanaman sayuran terbanyak dihasilkan oleh sayuran kubis, yang mampu
memproduksi sekitar 68.930,10 ton sepanjang tahun 2010. Sedangkan komoditas terkecil
dihasilkan dari ketimun, yang hanya memproduksi sekitar 347,30 ton. Sentra utama
produksi tanaman sayuran di Kabupaten Solok adalah kecamatan danau kembar. Kondisi
iklim dan geografis wilayah kecamatan ini sangat mendukung untuk pengembangan usaha
tanaman sayuran.
Tabel 3.13.5Produksi Sayuran Kabupaten Solok 2010
No Jenis komoditiLuas Tanam
(Ha)Luas Panen
(Ha)Produksi
(Ton)
1 Bawang Merah 2,470 2,408 23,283.20
2 bawang putih 327 296 1,963.60
3 Bawang daun 617 580 5,099.40
4 Kentang 1,508 1,460 28,030.80
5 Kubis 2,009 2,047 68,930.10
6 Sawi/Petsai 100 91 772.90
7 Kacang panjang 124 120 865.90
8 Cabe 1,331 1,289 12,568.90
9 Tomat 1,469 1,372 41,037.60
10 Terung 109 99 806.70
11 Buncis 468 442 4,810.40
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 121
No Jenis komoditiLuas Tanam
(Ha)Luas Panen
(Ha)Produksi
(Ton)
12 Ketimun 53 55 347.30
13 Kangkung 52 53 442.40
14 Bayam 76 82 401.20
15 Wortel 416 367 8,926.60
16 Cabe rawit 97 100 927.40
Jumlah 11,226.00 10,861.00 99,214.40
Sumber: BPS, Kabupaten Solok, 2010.
Jumlah produksi tanaman buah-buahan pada tahun 2007 mencapai 168,3 ribu ton.
Produksi buah-buahan tertinggi dihasilkan dari tanaman markisa sebanyak 119.7 ribu ton
dengan jumlah pohon produktif lebih dari 1 juta pohon. Produksi buah markisa merupakan
buah-buahan utama yang dihasilkan oleh Kabupaten Solok dengan sentra produksi di
Kecamatan Danau Kembar, Gunung Talang dan Lembang Jaya. Produksi yang tinggi di
wilayah kecamatan tersebut tidak terlepas dari kondisi iklim dan geografisnya yang sangat
cocok untuk tanaman markisa. Potensi buah markisa di kabupaten Solok untuk menyediakan
bahan baku bagi industri pengolahan markisa sangatlah besar.
Tabel 3.13.6Produksi Buah-Buahan Kabupaten Solok 2010
No Jenis komoditiJumlah Tanam
(Ha)Tambah
Tanam (Ha)Produktif Hasil (Ton)
1 Alpokat 223,352 1,529 63,537 21,793.80
2 Duku 4,174 178 307 20.40
3 Durian 146,311 272 7,385 1,079.30
4 Jambu Biji 8,352 175 1,969 297.20
5 Jeruk 306,544 490 23,284 5,687.50
6 Mangga 143,055 330 1,790 405.00
7 Manggis 333,755 334 2,157 414.70
8 Nangka 11,403 162 3,503 888.70
9 Nenas 4,301 1,172 861 6.90
10 Pepaya 118,586 685 7,410 642.60
11 Pisang 235,249 8,356 124,375 15,109.30
12 Rambutan 100,196 105 11,603 1,407.80
13 Sawo 13,192 360 3,789 785.00
14 Markisa 1,386,092 3,732 1,203,252 119,736.60
15 Sirsak 3,640 205 512 42.20
16 Sukun 3,039 65 117 26.50
Jumlah 3,041,241 18,150 1,455,851 168,343.50
Sumber: BPS, Kabupaten Solok, 2010.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 122
2) Subsektor Tanaman Perkebunan
Tanaman perkebunan yang banyak diusahakan oleh masyarakat di Kabupaten Solok
adalah tanaman coklat, cengkeh, kayu manis, dan kopi. Luas areal tanaman perkebunan
tersebut di Kabupaten Solok tahun 2010 mencapai lebih dari 40 ribu hektar. Kondisi Luas
areal dan produksi Tanaman perkebunan di Kabupaten Solok dapat dilihat pada Tabel 3.13.7
Tabel 3.13.7 menunjukan bahwa kayu manis masih merupakan produksi utama
tanaman perkebunan. Namun demikian fluktuasi harga tanaman perkebunan ini di pasar dan
kendala keamanan pemeliharaan menyebabkan kecenderungan masyarakat untuk mulai
meningalkan komoditas ini sebagai tanaman perkebunan utama. Hasil perkebunan yang saat
ini harganya relatif stabil seperti komoditas cengkeh dan coklat mengalami perkembangan
yang baik dan komoditas perkebunan kelapa sebagai komoditas yang secara akar budaya
memiliki perkembangan yang relatif konstan jumlah areal tanam maupun produksinya
(Bappeda Kabupaten Solok, 2011). Hasil diskusi dengan pihak terkait di dinas perkebunan di
Kabupaten Solok, menunjukan bahwa perkebunan tebu merupakan salah satu jenis tanaman
perkebunan yang akan dikembangkan mengingat potensi yang besar sebagai bahan baku
untuk Industri gula merah di kabupaten Solok.
Tabel 3.13.7Produksi Tanaman Perkebunan Kab. Solok
2010
No Jenis komoditi Luas Area (Ha)Produksi
(Ton)
1 Karet 5,470.0 6,431.2
2 Kelapa 2,329.5 5,067.5
3 Kayu Manis 27,903.8 44,652.1
4 Cengkeh 2,248.9 790.9
5 Tebu 701.2 3,072.4
6 Tembakau 71.5 138.8
7 Pala 82.3 36.4
8 Kopi 9,639.7 7,185.8
9 Kapuk 101.0 53.0
10 Merica 10.5 4.7
11 Kunyit - -
12 Kemiri 871.8 1,405.2
13 The 1,250.5 4,761.5
14 Jahe - -
15 Coklat 3,740.0 3,035.9
Sumber: BPS, Kabupaten Solok, 2010.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 123
3) Subsektor Peternakan
Jenis usaha ternak di Kabupaten Solok terdiri dari ternak besar (sapi, kerbau, kuda),
dan ternak kecil (kambing, domba) serta unggas (ayam buras/kampung, ayam petelur,
ayam pedaging dan itik). Populasi hewan ternak besar pada tahun 2010 didominasi oleh sapi
yang jumlahnya mencapai 52.9211 ekor, usaha peternakan dan perdagangan sapi potong di
kabupaten Solok merupakan salah satu usaha peternakan yang sangat diminati oleh
masyarakat khususnya di kecamatan Junjung Sirih. Terdapat sarana pasar ternak yang
cukup terkenal di tingkat propinsi Sumatera Barat di kecamatan tepatnya di Kanagarian
Muaro Paneh. Pada usaha peternakan hewan lain misalnya unggas bukan merupakan usaha
peternakan yang memiliki akar budaya yang kuat di Kabupaten Solok, namun lebih
merupakan usaha sampingan rumah tangga. Tabel 3.13.8 menunjukan kondisi data sektor
peternakan di kabupaten Solok tahun 2010.
Tabel 3.13.8Jumlah Populasi Ternak di Kabupaten Solok
2010
No Jenis Ternak Satuan Hasil
1 Sapi ekor 52,921
2 Kerbau ekor 12,902
3 Kambing/Domba ekor 20,118
4 Kuda ekor 375
5 Itik/unggas lainnya ekor 134,992
6 Ayam Kampung ekor 250,690
7 Ayam Ras Pedaging ekor 30,925
8 Ayam Ras Petelur ekor 33,300
9 Burung Puyuh ekor 2,374
Produksi lainnya
1 Telur Itik Kg 728,956
2 Telur ayam Kampung Kg 175,483
3 Telur Ayam Ras Kg 500,955
4 Susu Liter 774,120
Sumber: BPS, Kabupaten Solok, 2010.
4) Subsektor Perikanan
Kabupaten Solok merupakan wilayah yang sangat potensial untuk usaha
penangkapan ikan di perairan umum maupun untuk usaha budidaya ikan air tawar.
Kabupaten Solok memiliki empat buah danau yaitu danau diatas dan danau dibawah, danau
talang dan danau singkarak. Khusus untuk danau Singkarak menghasilkan ikan endemic
danau singkarak yaitu ikan bilih yang menjadi ikon danau singkarak. Namun penangkapan
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 124
ikan di perairan umum masih jauh kalah jumlah produksinya dibandingkan dengan hasil
budidaya ikan di kolam yang dilakukan masyarakat di kabupaten Solok. Berdasarkan data
pada tabel 3.13.9 terlihat bahwa jenis ikan yang dibudidayakan di kolam seperti ikan
mas/rayo, ikan gurami dan ikan nila menghasilkan produksi sebesar 652 ton jauh lebih besar
dari hasil tangkapan nelayan di danau sebesar 82 ton saja.
Perbedaan hasil produksi perikanan penangkapan di danau dan hasil budidaya
sangat terkait dengan selera pasar di subsektor perikanan itu sendiri. Ikan danau yang lazim
dikonsumsi masyarakat di luar wilayah Kabupaten Solok hanya untuk jenis ikan bilih.
Sedangkan untuk ikan hasil budidaya memiliki jaringan pasar ang luas dan tidak hanya
untuk di sekitar kabupaten Solok saja.
Salah satu usaha pemerintah daerah Kabupaten solok untuk meningkatkan hasil
produksi sektor perikanan antara lain adalah dengan menggalakan pembibitan ikan dan
pemanfaatan danau sebagai lahan budidaya ikan. Pada saat ini pemerintah kabupaten Solok
telah memiliki balai pembenihan ikan yang berlokasi di kecamatan Lembang Jaya.
Tabel 3.13.9Produksi Perikanan di perairan Umum, Kolam dan Sawah
Di kabupaten Solok 2010
No Jenis Ikan
Produksi (ton)
Danau Sungai Kolam Sawah Total
1 Mas/Rayo - 20.77 214.89 24.36 260.02
2 Tawas - 8.82 - - 8.82
3 Paweh 13.67 1.02 - - 14.69
4 Garing - 5.04 - - 5.04
5 Sasau 8.50 2.20 - - 10.70
6 Bilih 32.00 9.98 - - 41.98
7 Nila 5.29 16.29 265.60 29.50 316.68
8 Gurami - - 165.09 - 165.09
9 Turiak 14.79 1.22 - - 16.01
10 Lele - 2.55 6.86 - 9.41
11 Gabus - 6.53 - - 6.53
12 Ikan Hias - - - - -
13 Lainnya 8.65 - - - 8.65
Jumlah 82.90 74.42 652.44 53.86 863.62
Sumber: BPS, Kabupaten Solok, 2010.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 125
b. Sektor Pertambangan
Sepanjang tahun 2010 sektor pertambangan mengalami pertumbuhan sebesar
153,56 Milyar rupiah atau mengalami peningkatan sekitar 3,03 persen dari tahun 2009 yang
hanya mampu memberikan kontribusi sebesar 149,04 milyar rupiah terhadap pembentukan
PDRB kabupaten Solok. Secara umum potensi sektor pertambangan di kabupaten Solok
hanya untuk sub sektor penggalian, sedangkan sektor Migas belum ada laporan hasil
temuan eksplorasi yang menunjukan wilayah kabupaten ini memilikinya.
Bila dilihat dari hasil laporan potensi sektor pertambagan yang dikemukakan dalam
profil kabupaten Solok (Bappeda Kabupaten Solok, 2011), menunjukan bahwa potensi
subsektor penggalian di kabupaten solok ccukup besar. Pemanfaatan potensi subsektor ini
tentunya memiliki konsekuensi langsung terhadap lingkungan hidup. Dengan demikian
pemanfaatan sektor ini membutuhkan perhitungan yang ektra hati-hati dampak
lingkungannya mengingat lokasi kabupaten solok yang sebagian besar merupakan wilayah
konservasi dan resapan air untuk danau Singkarak sebagai sumber energy di PLTA
singkarak.
c) Sektor Pariwisata
Kabupaten Solok terkenal dengan pesona alam, budaya maupun sejarahnya.
Keunggulan ini harus mampu dikelola dengan sebaik-baiknya, agar dapat mendatangkan
wisatawan sebanyak mungkin. Dengan peningkatan kunjungan wisatawan ini, diharapkan
akan mampu menggerakkan perekonomian dan meningkatkan pendapatan masyarakat.
Adanya pemandangan alam berupa panorama Danau Singkarak, Danau Diatas, Danau
Dibawah dan Danau Talang, Goa-Goa serta Agrowisata, Teawalk, Janjang Seribu dan objek
lainnya, merupakan salah satu tujan wisata yang menarik. Tak ketinggalan juga adanya
wisata sejarah dan budaya berupa Makam Dt Parpatiah Nan Sabatang yang merupakan
Bapak Demokrasi Adat Minang Kabau Kalarasan Bodi Chaniago. Dari segi budaya terdapat
arsitektur rumah gadang dibeberapa lokasi di Kabupaten Solok. Objek wisata tersebut ramai
dikunjungi hampir semua lapisan masyarakat dari yang muda sampai orang tua. Untuk
menempuh lokasi tersebut sudah ada peta wisata Kabupaten Solok yang akan memudahkan
bagi para wisatawan domestik atau luar negeri untuk berkunjung ke objek wisata.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 126
Tabel: 3.13.10Objek Pariwisata Per Kecamatan kabupaten Solok 2010
No KecamatanObjek Wisata
Alam Budaya Sejarah
1 Pantai Cermin 7 2 1
2 Lembah Gumanti 4 4 2
3 Hiliran Gumanti 1 1 1
4 Payung Sekaki 4 2 1
5 Tigo Lurah - - 3
6 Lembang Jaya 4 2 1
7 Danau Kembar 1 1 1
8 Gunung Talang 8 2 2
9 Bukit Sundi 2 - 3
10 IX Koto Sungai Lasi 3 3 2
11 Kubung 3 2 4
12 X Koto Singkarak 17 3 1
13 Junjung Sirih - 2 2
14 X Koto Diatas 9 7 4
Jumlah 63 31 28
Sumber: Dinas Pariwisata kabupaten Solok 2010
d) Sekor Pengangkutan dan Komunikasi
Total panjang jalan di Kabupaten Solok sampai akhir tahun 2010 berjumlah
1.421,63 km, dengan rinci menurut status jalan, jalan nasional 66.21 km, jalan propinsi
118.09 km dan jalan kabupaten 1 237.33 km. Jika dilihat dari kondisi jalan, terdapat
peningkatan jalan berkualitas baik sebesar 12.3 persen dari tahun lalu. Sedangkan jalan
berkualitas sedang, jalan berkualitas rusak dan jalan dalam kondisi rusak berat mengalami
penurunan 5.83 persen, 22.68 persen dan 2.7 persen dari tahun 2009. (Solok dalam Angka,
2011)
Sampai akhir tahun 2010 tersedia 7 232 satuan sambungan telepon dan 6 524
pelanggan. Pelanggan yang terbanyak ada pada STO Solok yaitu 4 603, dengan kontribusi
63.64 persen dari seluruh pelanggan di Kabupaten Solok. (Solok Dalam Angka, 2010).
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 127
Tabel 3.13.11Panjang Ruas Jalan Per kecamatan Kabupaten Solok, 2010
No KecamatanRuasJalan
Panjang Jalan(Km)
Jenis Permukaan
Aspal(Km)
Kerikil(Km)
Tanah(Km)
1 Pantai Cermin 15 46,35 28,20 8,02 10,13
2 Lembah Gumanti 16 98,8 39,36 0,89 58,55
3 Hiliran Gumanti 14 143,5 36,52 8,11 98,87
4 Payung Sekaki 11 85,8 57,34 10,46 18,00
5 Tigo Lurah 14 179,1 20,90 28,55 129,65
6 Lembang Jaya 18 68,2 48,25 4,81 15,14
7 Danau Kembar 9 45,2 25,64 11,56 8,00
8 Gunung Talang 29 101,74 75,34 - 26,40
9 Bukit Sundi 12 45,95 43,13 2,82 -
10IX Koto SungaiLasi
12 43,1 30,14 1,60 11,36
11 Kubung 30 88,5 68,38 14,96 5,16
12 X Koto Singkarak 24 114,4 82,68 5,03 26,69
13 Junjung Sirih 3 18,9 11,87 1,03 6,00
14 X Koto Diatas 26 139,8 86,40 8,28 45,12
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Solok.
e). Perindustrian
Industri kecil/kerajinan merupakan salah satu sektor andalan yang diharapkan dapat
menopang perekonomian Kabupaten Solok. Pada tahun 2010 terjadi kenaikan yang cukup
signifikan terhadap jumlah industri kecil/kerajinan dan tenaga kerja masing-masing sebesar
4.55 persen dan 43.63 persen. Pada Tahun 2010, jika ditinjau dari segi nilai produksi industri
kecil/kerajinan, terjadi penurunan dari 15.745 milyar rupiah dimana pada tahun 2009
sebesar 18.64 milyar rupiah. Sedangkan dilihat dari jenis industrinya, industri pangan
menyumbangkan nilai produksi tertinggi yaitu 6.66 milyar rupiah dengan kontribusi sebesar
42.35 persen.
Tabel 3.13.12Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Kecil
Kebupaten Solok
Jenis Industri 2007 2008 2009 2010
Industri Sandang 1,444 1,220 1,223 1,253
Industri Pangan 1,693 1,540 1,664 1,631
Industri Kerajinan 2,468 2,396 2,414 2,405
Industri Kimia dan Bahan Bangunan 1,714 1,587 1,628 1,672
Industri Logam, Bengkel danPermesinan
543 576 592 578
Jumlah 7,862 7,319 7,521 7,539
Sumber: BPS Kabupaten Solok (2011)
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 128
Jumlah Industri kecil dan penyerapan tenaga kerja di sub sektor industri kecil masih
relatif rendah di kabupaten Solok. Jika dilihat dalam tabel 3.13.12 dan 3.13.13, terlihat
bahwa perkembangan penyerapan tenaga kerja seiring dengan perkembangan jumlah
industri kecil berdasarkan jenisnya tidak mengalami perubahan yang cukup signifikan.
Kondisi ini mencerminkan terjadinya perkembangan jumlah saja dan tidak terjadi
peningkatan penyerapan tenaga kerja di industri kesil yang sudah ada.
Tabel 3.13.13Perkembangan Jumlah Industri Kecil Kebupaten Solok
Jenis Industri 2007 2008 2009 2010
Industri Sandang 106 90 90 109
Industri Pangan 508 511 554 530
Industri Kerajinan 609 595 597 611
Industri Kimia dan Bahan Bangunan 380 379 388 391
Industri Logam, Bengkel danPermesinan 124 115 119 118
Jumlah 1.727 1.690 1.748 1.759
Sumber: BPS kabupaten Solok (2011)
d).Sektor Perdagangan
Dari sektor perdagangan, Kabupaten Solok memiliki potensi yang menjanjikan untuk
dikembangkan. Hal ini didasarkan kepada meningkatnya jumlah penduduk Kabupaten Solok
dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010 terdapat sebanyak 321 pengusaha yang melakukan
pendaftaran perusahaan baru maupun memperpanjang status perusahaan. Dari jumlah
tersebut, 262 diantaranya tercatat sebagai pendaftaran baru dan 59 lainnya pendaftaran
perpanjangan. Perusahaan yang paling banyak ada pada Kabupaten Solok yaitu perusahaan
perorangan, sebesar 72.58 persen (lihat, Kabupaten Solok Dalam Angka, 2011).
Sektor perdagangan memiliki potensi yang lebih menjanjikan untuk dikembangkan,
terutama di sektor kerajinan/industri kecil dan industri pangan. Pertumbuhan ini didukung
oleh sub sektor perdagangan eceran, sub sektor hotel dan sub sektor restoran. Diharapkan
pada masa yang akan datang terjadi penambahan investasi dibidang industri kecil dan
kerajinan yang dapat menyerap tenaga kerja lebih besar.
Sebagai sektor yang memiliki kontribusi kedua terbesar dalam pembentukan PDRB
Kabupaten Solok, perkembangan perdagangan sebagai sektor yang menunjang distribusi
hasil produksi pertanian kabupaten Solok cukup baik. Hal ini diindikasikan dengan
meningkatnya peran sektor ini dari tahun 2009 ke tahun 2010. Peningkatan yang cukup
besar untuk pendaftaran perusahaan di kabupaten Solok menunjukan bahwa pelaku usaha
perdagangan di Kabupaten Solok adalah perusahaan yang berdomisili di kabupaten Solok.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 129
Keberadaan perusahaan ini tentunya dapat diharapkan untuk meningkatkan perekonomian
masyarakat dan penyerapan tenaga kerja kedepannya.
3.14. KABUPATEN AGAM
3.14.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Dari tahun ke tahun perekonomian Kabupaten Agam terus mengalami
perkembangan. Pertumbuhan ekonomi setiap tahun merupakan agregat dari pertumbuhan
sektor-sektor lain. Untuk melihat kinerja masing-masing sektor atau sub sektor ekonomi
dapat dilihat perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektoral. PDRB
merupakan hasil penjumlahan dari seluruh nilai tambah (produk barang dan jasa yang
diproduksi di suatu wilayah tertentu dalam waktu tertentu).
Perkembangan yang terjadi di masing-masing sektor ekonomi dapat lebih pesat
atau lebih lambat dibandingkan dengan perkembangan PDRB secara total. Artinya
pertumbuhan nilai tambah masing-masing sektor atau sub sektor yang terjadi selama satu
periode tertentu akan menunjang pertumbuhan ekonomi suatu wilayah secara keseluruhan
pada periode tersebut. Untuk lebih jelasnya berikut diuraikan perkembangan PDRB
Kabupaten Agam Tahun 2005- 2009 baik atas dasar harga berlaku maupun harga konstan.
PDRB atas dasar harga berlaku adalah PDRB yang menggambarkan nilai tambah barang dan
jasa yang dihitung dengan menggunakan harga pada tahun bersangkutan ( harga yang
terjadi setiap tahunnya ). PDRB atas dasar harga konstan adalah PDRB yang menunjukkan
nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan menggunakan harga pada tahun
tertentu sebagai tahun dasar. Penghitungan PDRB ini menggunakan Tahun 2000 sebagai
tahun dasar.
Tabel 3.14.1.Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2005 – 2009 atas Dasar Harga
Konstan Kabupaten Agam (Dalam Jutaan Rupiah).
Sumber: PDRB Kabupaten Agam 2005-2009
No. Sektor2005 2008 2009
(Rp). % (Rp.) % (Rp) %
1. Pertanian 813.823,80 35 1.040.225,40 37,25 1.096.917,80 37,44
2. Pertambangan 88.977,89 3,83 106,488,76 3,81 110.002,90 3,75
3. Industri Pengolahan 327.923,50 14,10 327.027,32 13,32 387.838,48 13,24
4. Listrik, Gas dan Air Bersih 21.232,67 0,91 24.910,27 0,89 26.426,66 0,90
5. Bangunan 103.554,88 4,45 121.435,50 4,35 130.640,31 4,46
6.Perdagangan, Hotel danRestoran
407.574,24 17,53 492.154,02 17,62 507.251,21 17,31
7. Pengangkutan dan Komunikasi 102.693,90 4,42 119.724,38 4,29 128.143,94 4,37
8.Keuangan, Persewaan dan JasaPerusahaan
82.437,83 3,55 96.028,49 3,44 100.294,40 3,42
9. Jasa-Jasa 376.942,98 16,21 419.893,13 15,03 442.355,98 15,10
PDRB 2.325.161,69 100 2.792.887,2 100 2.929.871,6 100
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 130
Struktur perekonomian yang terjadi di suatu wilayah menunjukkan besar kecilnya
pengaruh sektor perekonomian tertentu terhadap pembentukan PDRB di daerah tersebut.
Sebagai daerah agraris struktur ekonomi masih didominasi sektor pertanian dengan sub
sektor terdiri dari tanaman pangan dan hortikultura, tanaman perkebunan, peternakan dan
hasil-hasilnya serta perikanan. Peran sektor pertanian sejak Tahun 2005 hingga Tahun 2009
memperlihatkan trend meningkat. Tahun 2005 peranan sektor pertanian dalam
pembentukan PDRB adalah sebesar 36,44 %, meningkat menjadi 40,90 % Tahun 2008, dan
pada Tahun 2009 menjadi 41,38 % dari total PDRB menurut harga berlaku.
Tabel 3.14.2Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2005 – 2009 atas Dasar Harga
Berlaku Kabupaten Agam (Dalam Jutaan Rupiah).
Sumber: PDRB Kabupaten Agam 2005-2009
Jika dilihat menurut sub sektor pembentuknya, sub sektor tanaman pangan dan
hortikultura memberikan sumbangan yang terbesar. Pada Tahun 2008 sub sektor tanaman
pangan dan hortikultura memberi kontribusi sebesar 23 % terhadap PDRB, menjadi 23,63 %
pada Tahun 2009. Sektor tanaman perkebunan juga memberikan peranan yang cukup besar
terhadap pembentukan PDRB, namun berfluktuatif. Tahun 2005 peranan perkebunan
sebesar 10,71 %. Pada tahun 2008 peranannya turun menjadi 11,75 % dan kembali turun
pada Tahun 2009 menjadi 11,60 %. Sub sektor lainnya yang tergabung dalam sektor
pertanian adalah sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya. Tahun 2008 sumbangan sub
sektor peternakan dan hasil-hasilnya terhadap total PDRB adalah 3,17 %, sedangkan pada
Tahun 2009 peranannya cenderung sama yaitu 3,18 %. Sub sektor kehutanan memberikan
sumbangan terkecil. Tahun 2008 sub sektor kehutanan hanya memberi kontribusi 0,77 %,
Tahun 2009 turun menjadi 0,72 %. Sub sektor perikanan Tahun 2005 kontribusinya sebesar
1,82 %, terus meningkat menjadi 2,22 % di Tahun 2008 dan 2,25 % di Tahun 2009.
No. Sektor2005 2008 2009
(Rp.) % (Rp.) % (Rp) %
1. Pertanian1.230.982,18 36,44 2.129.236,29 40,90 2.412.971,90 41,38
2. Pertambangan dan Penggalian 148.991,21 4,41 214.102,03 4,11 239.413,71 4,11
3. Industri Pengolahan432.553.56 12,81 592.565,11 11,38 617.749.13 10,59
4. Listrik, Gas dan Air Bersih 36.115,97 1,07 47.884.94 0,92 52.514.57 0,90
5. Bangunan 167.339,59 4,95 271.381,14 5,21 307.7031,83 5,28
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran538.188,59 15,93 796.698,69 15,30 874.203,11 14,99
7. Pengangkutan dan Komunikasi 171.948,27 5,09 270.620,85 5,20 302.877,04 5,19
8. Keuangan, Persewaan dan JasaPerusahaan 136.872,63 4,05 202.900,41 3,90 225.500,34 3,87
9. Jasa-Jasa514.965,22 15,24 680.546,85 13,07 798.021,41 13,69
PDRB 2.914.488,22 100 5.205.936,30 100 5.830.983,04 100
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 131
Dengan struktur ekonomi yang didominasi oleh sektor pertanian, Kabupaten Agam
mempunyai potensi yang cukup besar untuk dikembangkan. Berbagai jenis produk hasil
pertanian dan perikanan sebagai bahan baku menjadi pendorong berkembangnya industri
pengolahan untuk meningkatkan nilai tambah produk dan menyerap tenaga kerja.
Disamping itu meningkatkan produktifitas sektor pertanian juga masih sangat penting untuk
menjadi perhatian, karena produktifitas pertanian di Kabupaten Agam masih relatif rendah.
Masih banyak lahan-lahan tidur yang tidak dimanfaatkan. Perlu juga dibentuk regulasi yang
jelas untuk menekan alih fungsi lahan pertanian.
Sektor kedua yang memberikan peranan terbesar dalam membentuk PDRB adalah
sektor perdagangan, hotel dan restoran. Namun peranannya dari Tahun 2005 sebesar 15,93
% dan tahun 2008 meningkat menjadi 15,30 % dan Tahun 2009 kembali menurun menjadi
14,99 %. Jika dilihat menurut sub sektor penyusunnya, sub sektor perdagangan besar dan
eceran merupakan sub sektor yang mempunyai peranan terbesar dan dominan dalam
pembentukan nilai tambah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Tahun 2005 peranannya
sebesar 15,14 %, pada tahun 2008 naik menjadi 14,59 % dan kembali turun pada Tahun
2009 menjadi 14,22 %. Sedangkan pada sub sektor hotel dari tahun 2005 sebesar 0,42 %
dan pada Tahun 2008 sebesar 0,46% dan tahun 2009 kembali menurun yaitu sebesar 0,44
%.Sub sektor lainnya yang tergabung dalam sektor perdagangan, hotel dan restoran adalah
sub sektor restoran. Sub sektor ini dari Tahun 2005 sampai dengan Tahun 2009 terus
mengalami penurunan, yaitu sebesar 0,38 % Tahun 2005 menjadi 0,33 % Tahun 2009.
Sektor ketiga yang memberikan kontribusi terbesar dalam membentuk PDRB adalah
sektor jasa-jasa, namun kontribusinya dari tahun 2005 sampai dengan Tahun 2008 terus
menurun dan pada Tahun 2009 meningkat kembali, sama halnya dengan kontribusi sub
sektornya. Besarnya kontribusi sektor jasa-jasa pada Tahun 2005 yaitu 15,24 %, dan pada
Tahun 2009 13,69 %. Peningkatan kontribusi ini didorong oleh meningkatnya kontribusi sub
sektor pelayanan umum dan pertanahan yaitu 11,19 % di Tahun 2008 dan 11,79 di Tahun
2009. Sub sektor jata memberikan kontribusi 1,89 % di Tahun 2008 meningkat menjadi 1,90
% di Tahun 2009.
Industri pengolahan merupakan sektor keempat yang peranannya cukup besar
dalam pembentukan nilai tambah PDRB. Tahun 2005 kontibusinya 12,81 %, Tahun 2008
sebesar 11,38 % dan Tahun 2009 10,59 %. Sektor ini didominasi sub sektor industri non
migas.
Sektor lainnya yang turut andil dalam pembentukan PDRB adalah sektor bangunan.
Peranannya dalam PDRB sedikit mengalami peningkatan yaitu 5,21 % pada Tahun 2008 dan
meningkat menjadi 5,28 pada Tahun 2009. Sektor pengangkutan dan komunikasi
memberikan peranan cenderung konstan. Pada Tahun 2008 peranan sektor pengangkutan
dan komunikasi adalah 5,20 % kemudian pada Tahun 2009 peranannya sedikit menurun
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 132
menjadi 5,19%. Sektor pertambangan dan penggalian memiliki kontribusi sebesar 4,41 %
pada Tahun 2005, dan 4,11 % pada Tahun 2008 dan 2009.
Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan memberikan kontribusi berturut-
turut dari Tahun 2005, 2008 dan 2009 yaitu 4,05 %, 3,90 % dan 3,87 %, cenderung
konstan. Dan sektor yang terkecil memberikan kontribusi dalam membentuk PDRB
Kabupaten Agam adalah sektor listrik, gas dan air bersih yaitu 1,07 % Tahun 2005, 0,92 %
Tahun 2008 dan 0,90 % Tahun 2009, juga cenderung konstan.
3.14.2. Kondisi Produksi
a. Sektor Tanaman Pangan
Pembangunan pertanian subsektor tanaman pangan dan hortikultura Tahun 2005-
2009 difokuskan kepada peningkatan produksi dan produktifitas melalui penerapan
teknologi, perlindungan tanaman dan penanganan pasca panen, perluasan areal tanam,
peningkatan kapasitas kemampuan kelembagaan tani/petani. Selama periode Tahun 2006-
2009, produksi padi sebagai komoditi utama tanaman pangan menunjukkan perkembangan
yang menggembirakan, dapat dilihat pada Tabel berikut :
Tabel 3.14.3Luas Tanam, Panen, Produksi Dan Produktifitas Padi
Tahun 2006-2009
Uraian 2006 2007 2008 2009
Luas Tanam (ha) 52.715 53.449 51.192 54,005
Luas Panen (ha) 49.585 51.157 51.462 52.787
Produksi (ton) 233.490 233.561 243.119 269.382
Produktivitas (Ton/Ha) 4,71 4,57 4,72 5,10
Persentase Peningkatan 0,57 0,03 4,09 10,80
IP (%) 182,92 185,46 177,79 184,04
Sumber: Kabupaten Agam dalam Angka 2010
Peningkatan produksi ini telah menempatkan Kabupaten Agam meraih salah satu
dari 9 kabupaten/kota di Sumatera Barat yang mencapai peningkatan produksi padi diatas
5%. Hasil ini dapat dicapai disamping sudah semakin baiknya distribusi dan ketersediaan
pupuk bersubsidi, penerapan teknologi padi tanam sebatang dan penggunaan pupuk organik
sudah semakin memasyarakat dikalangan petani.
Selain padi di Kabupaten Agam juga dikembangkan tanaman pangan lainnya seperti
jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang hijau dan kacang kedelai. Perkembangan
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 133
luas tanam dan produksinya dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 3.14.4.Produktivitas Tanaman Pangan di Kabupaten Agam Tahun 2009
No. Komoditi
2009
Produksi
(ton)
Luas Panen
(ha)
Produktivitas
(ton/ha)
1. Padi 360.375 55.655 6,48
2. Jagung 17.260 3.984 4,42
3. Ubi Kayu 10.882 621 17,52
4. Ubi Jalar 20.172 1.259 16,02
5. Kacang Tanah 2.039 1.023 1,99
6. Kacang Hijau 103 60 1,72
7. Kacang Kedelai 302 172 1,76
Sumber: Kabupaten Agam dalam Angka 2010
Produktivitas tanaman pangan yang paling besar tahun 2009 terjadi pada sekor ubi
kayu sebesar 17,52 ton/ha. Hal ini disebabkan karena banyak penduduknya yang
memproduksi kerupuk yang bahan mentahnya berasal dari ubi kayu. Ini juga dapat dilihat
bahwa ubi kayu di kabupaten agam memiliki nilai LQ yang yang besar untuk sektor ubi kayu
yang artinya komoditi Ubi kayu masih menjadi sektor basis untuk perkembangan dari Agam
itu sendiri. Sementara jika dilihat per komoditi tamanan pangan yang masih menjadi sektor
basis untuk Kabupaten Agam adalah komoditi padi hal ini terlihat dari nilai LQ hampir di
semua kecamatan tersebut memiliki nilai yang lebih dari satu.
Tabel 3.14.5Nilai LQ Sektor Tanaman Pangan Per Kecamatan 2009
No. Kecamatan Padi JagungUbi
KayuUbi
JalarKacangTanah
KacangHijau
Kedelai
1 Tanjung Mutiara 0.96 2.48 1.30 0.00 1.09 1.59 1.39
2 Lubuk Basung 1.09 1.30 0.12 0.00 0.03 0.14 0.17
3 Ampek Nagari 0.84 5.51 0.19 0.00 0.63 0.71 0.00
4 Tanjung Raya 1.14 0.27 0.00 0.00 1.52 0.00 4.31
5 Matur 1.14 0.20 0.00 0.19 2.93 0.00 0.00
6 IV Koto 1.09 0.65 0.87 1.06 1.65 0.00 0.00
7 Malalak 1.17 0.00 0.00 0.58 0.00 0.00 0.00
8 Banuhampu 1.15 0.18 0.17 0.00 0.38 0.00 0.00
9 Sungai Pua 1.06 0.26 0.00 0.44 4.21 0.00 0.00
10 Ampek Angkek 1.00 2.28 0.87 0.21 0.95 0.00 0.00
11 Canduang 1.09 0.42 1.05 11.46 2.48 0.00 3.36
12 Baso 0.97 0.60 4.45 0.94 0.76 0.00 0.00
13 Tilatang Kamang 1.02 0.40 3.33 1.19 0.34 0.00 0.00
14 Kamang Magek 1.10 0.06 1.68 3.46 0.84 2.18 0.85
15 Palembayan 1.13 0.19 0.64 0.10 0.07 0.00 0.00
16 Palupuh 1.09 0.69 1.06 0.37 0.00 0.00 0.00
Sumber: Data Diolah dari Kabupaten Agam dalam Angka 2010
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 134
Disamping komoditas tanaman pangan, juga memiliki beberapa komoditas
hortikultura yang merupakan produk unggulan. Produk unggulan yang diusahakan
masyarakat seperti cabe, tomat, kubis, wortel, kentang, pisang, jeruk, pepaya, alpukat dan
lain-lain. Tingkat produktivitas tanaman hortikultura ini juga memperlihatkan hasil yang
cukup produktif, sebagimana dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.14.6.Produktivitas Tanaman Sayur-Sayuran di Kabupaten Agam 2009
No. Komoditi2009
Produksi(ton)
Luas Panen(ha)
Produktivitas(ton/ha)
1. Kentang 1.489 144 10,34
2. Kubis 3.325 139 23,92
3. Buncis 7.425 1.159 6,41
4. Sawi 4.045 311 13,01
5. Ketimun 2.777 143 2,30
6. Terung 7.594 1.206 6,30
7. Kacang Panjang 503 100 5,03
8. Cabe 6.856 1.979 3,46
9. Bawang Merah 574 87 6,60
10. Bawang Putih 40 8 5,00
11 Tomat 4.777 362 13,20
Sumber: Kabupaten Agam dalam Angka 2010
Sementara dilihat dari nilai LQ rata-rata untuk sektor sayur-sayuran kecamatan
yang memiliki nilai LQ lebih dari 1 sebanyak 5 kecamatan. Artinya kecamatan-kecamatan
inilah sektor sayuran dapat dijadikan sektor unggulan daerahnya.
Tabel 3.14.7.Nilai LQ Sektor Sayur-Sayuran Per Kecamatan 2009
No. Kecamatan LQ
1 Tanjung Mutiara 0.52
2 Lubuk Basung 1.22
3 Ampek Nagari 0.52
4 Tanjung Raya 0.52
5 Matur 0.51
6 IV Koto 0.87
7 Malalak 0.86
8 Banuhampu 0.69
9 Sungai Pua 1.25
10 Ampek Angkek 1.24
11 Canduang 1.01
12 Baso 1.32
13 Tilatang Kamang 0.49
14 Kamang Magek 0.96
15 Palembayan 0.52
16 Palupuh 0.52
Sumber: Data Diolah
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 135
Kabupaten Agam dalam hal produktivitas sektor buah-buahan masih terbilang
rendah. Hal ini dapat dilihat dari hampir semua nilai produktivitasnya yang kecil. Nilai
produktivitas yang paling tinggi berada pada komoditi papaya dan diikuti dengan komoditi
jeruk.
Tabel 3.14.8.Produktivitas Tanaman Buah-Buahan di Kabupaten Agam Tahun 2009
No. Komoditi2009
Produksi(ton)
Batang(ha)
Produktivitas(ton/batang)
1. Pisang 10.691 174.340 0,01
2. Jeruk 8.817 66.499 0,13
3. Pepaya 962 3.664 0,26
4. Rambutan 1.132,2 44.056 0,03
5. Nenas 106,8 3.763 0,03
6. Alpukat 3.054,5 115.009 0,03
7. Mangga 183 3.352 0,05
8. Durian 4.570 263.533 0,02
9. Duku 563 12,50 0,02
Sumber: Kabupaten Agam dalam Angka 2010
Sementara jika dilihat dari nilai LQ rata-rata untuk sektor buah-buahan 12 dari 16
Kecamatan yang terdapat di Kabupaten Agam memiliki rata-rata nilai LQ yang lebih dari 1.
Ini menunjukkan sektor buah-buahan juga bias dijadikan sebagai sektor unggulan di
Kabupaten Agam
Tabel 3.14.9.Nilai LQ Sektor Buah-Buahan Per Kecamatan 2009
No. Kecamatan LQ
1Tanjung Mutiara
1.00
2Lubuk Basung
1.06
3Ampek Nagari
0.30
4Tanjung Raya
2.70
5Matur
3.06
6IV Koto
2.39
7Malalak
0.33
8Banuhampu
1.81
9Sungai Pua
5.89
10Ampek Angkek
9.05
11Canduang
6.73
12Baso
3.63
13Tilatang Kamang
0.94
14Kamang Magek
0.78
15Palembayan
1.62
16Palupuh
1.74
Sumber: Data Diolah 2011
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 136
b. Sektor Perkebunan
Sektor perkebunan, memiliki potensi yang cukup besar dalam meningkatkan
perekonomian masyarakat. Hal ini didukung oleh lahan yang cukup luas dan iklim yang
sesuai. Komoditi tanaman yang dominan dan prospektif dikembangkan di Kabupaten Agam
diantaranya adalah kelapa sawit, kelapa dalam, gambir, tebu dan kakao. Untuk perkebunan
rakyat Komoditi tanaman perkebunan rakyat terluas yaitu kelapa sawit dengan luas 16.769
ha dengan hasil produksi 150.921 ton. Selanjutnya diikuti oleh kakao perkebunan rakyat
seluas 4.832 ha dengan produksi 3.924,50 Ha. Tanaman perkebunan lainnya yang dominan
diusahakan masyarakat adalah kelapa dalam, cengkeh, gambir, pinang casiavera, tebu,
karet, pala, kemiri, gardamunggu, kopi arabika dan kopi robusta. Tanaman perkebunan ini
memberikan kontribusi sebesar 10,71 % pada Tahun 2005 dan meningkat pada Tahun 2009
sebesar 11,60 %. Sementara jika dilhat dari produktivitas sektor perkebunan tahun 2009
komoditi kelapa sawit memiliki produktivitas terbesar sebesar 20.85 ton/ha. Hal ini terlihat
banyaknya tanaman kelapa sawit terutama di daerah Lubuk Basung.
Tabel 3.14.10.Produktivitas Sektor Perkebunan 2009
No. KomoditiProduksi
(ton)Luas Area
(ha)Produktivitasn(ton/ha)
1 Kelapa 32917 11150 2.95
2 Kelapa Sawit 182741 8764 20.85
3 Karet 914 814 1.12
4 Cengkeh 54.1 414 0.13
5 Kulit Manis 17542 7493.1 2.34
6 Kopi 2078 3297.2 0.63
7 Gardamungu 52 106 0.49
8 Kemiri 2224.5 297.3 7.48
9 Pinang 9671.2 2519.7 3.84
10 Kakao 1064.8 1277.1 0.83
11 Pala 1091.4 1051.2 1.04
12 Tebu 2967.9 2188.4 1.36
13 Jahe 14.66 4.08 3.59
14 Laos 7.93 1.97 4.03
15 Kunyit 16.51 5.49 3.01
16 Kejibeling 0.65 0.42 1.55
17 Kapulaga 0.8 0.95 0.84
Sumber: Agam Dalam Angka 2010
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 137
Jika dilihat dari nilai LQ rata-rata di sektor perkebunan maka hampir semua
kecamatannya memiliki LQ yang lebih besar dari 1 sehingga sektor perkebunan bias juga
dijadikan sebagai sektor ungulan untuk daerah Agam. Bila dilihat dari komoditinya maka
daerah Tanjung Raya dan Baso memiliki nilai LQ yang paling banyak untuk sektor
perkebunan sehingga daerah inilah yang dapat dikatakan unggul untuk sektor
perkebunannya dibandingkan daerah lainnya di Kabupaten Agam.
Tabel 3.14.11.Nilai LQ Sektor Perkebunan Per Kecamatan 2009
No. Kecamatan LQ
1 Tanjung Mutiara 3,07
2 Lubuk Basung 1,35
3 Ampek Nagari 1,50
4 Tanjung Raya 1,66
5 Matur 2,54
6 IV Koto 2,20
7 Malalak 2,13
8 Banuhampu 1,31
9 Sungai Pua 1,35
10 Ampek Angkek 1,92
11 Canduang 1,97
12 Baso 1,29
13 Tilatang Kamang 0,60
14 Kamang Magek 1,09
15 Palembayan 1,71
16 Palupuh 1,73
Sumber: Data Diolah
c. Subsektor Peternakan
Sektor peternakan, pembangunan sektor peternakan difokuskan untuk memenuhi
kebutuhan protein hewani disamping peningkatan perekonomian masyarakat. Ternak besar
yang dominan dikembangkan adalah sapi potong, kerbau dan kambing dan ternak unggas
yaitu ayam dan itik. Perkembangan populasi ternak dan produksi hasil ternak kurun waktu
Tahun 2006-2009 cenderung meningkat, dapat dilihat pada tabel 3.14.12
Untuk meningkatkan populasi dan produksi telah diupayakan peningkatan distribusi
sapi induk, Inseminasi buatan, pelayanan kesehatan hewan dan penyuluhan sehingga
keberadaan ternak di kabupaten Agam mampu memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap
protein hewani.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 138
Tabel 3.14.12.Perkembangan Populasi Ternak (ekor) Tahun 2006 -2009
No. Jenis Ternak 2006 2007 2008 2009
1. Sapi Potong 28.763 30.057 32.017 32.723
2. Sapi Perah 33 35 40 55
3. Kerbau 17.959 18.704 17.787 18.634
4. Kambing 13.506 13.956 13.139 13.089
5. Ayam Kampung 317.941 300.061 432.315 324.747
6. Ayam Ras Petelur 167.770 162.350 161.548 177.884
7. Ayam Ras Pedaging 51.390 54.500 53.700 69.481
8. Itik 103.275 99.978 105.067 109.830
9. Kelinci 1.302 2.430 7.320 8.847
Sumber: Kabupaten Agam dalam Angka 2010
Sama dengan sektor-sektor sebelumnya, hampir semua kecamatan sektor
peternakan di Kabupaten Agam memiliki nilai LQ rata-rata lebih dari satu yang menunjukkan
untuk sektor peternakan bisa juga dijadikan sektor unggulan di Kabupaten Agam ini. Hanya
ada satu kecamatan untuk sektor peternakan yang belum bisa dijadikan sebagai sektor
basis yaitu kecamatan Tilatang Kamang.
Tabel 3.14.13.Nilai LQ Sektor Peternakan Per Kecamatan 2009
No. Kecamatan LQ
1 Tanjung Mutiara 3,07
2 Lubuk Basung 1,35
3 Ampek Nagari 1,50
4 Tanjung Raya 1,66
5 Matur 2,54
6 IV Koto 2,20
7 Malalak 2,13
8 Banuhampu 1,31
9 Sungai Pua 1,35
10 Ampek Angkek 1,92
11 Canduang 1,97
12 Baso 1,29
13 Tilatang Kamang 0,60
14 Kamang Magek 1,09
15 Palembayan 1,71
16 Palupuh 1,73
Sumber: Data Diolah 2011
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 139
d. Subsektor Perikanan
Sebagai salah satu daerah yang memiliki sumber daya perairan yang cukup luas
yaitu laut seluas 313,04 km2, hutan mangroove 65 ha, terumbu karang 27,5 ha, danau
9.950 ha, sungai, telaga dan perairan umum lainnya seluas 568 ha, selama lima tahun
terakhir ini usaha di bidang kelautan dan perikanan di Kabupaten Agam telah mengalami
perkembangan yang cukup baik meliputi usaha perikanan tangkap dan perikanan budidaya
air tawar. Sentra perikanan tangkap berada di Kecamatan Tanjung Mutiara, sedangkan
untuk budidaya perikanan air tawar berada di Tanjung Raya dan Lubuk Basung dengan jenis
kegiatan budidaya Keramba Jaring Apung, Keramba Irigasi, Kolam Air Deras dan Kolam Air
Tenang serta Usaha Pembenihan Rakyat (UPR). Secara umum, total produksi perikanan
Kabupaten Agam selama Tahun 2005 s/d 2009 ini mengalami peningkatan. Hal ini juga
dapat dilihat dari nilai LQ pada kecamatan tersebut yang lebih dari satu yang artinya di
daerah tersebut dapat dijadikan sektor unggulan untuk sektor perikanan.
Tabel 3.14.14Perkembangan Produksi Perikanan (Ton) Tahun 2006 -2009
Uraian 2006 2007 2008 2009
Perikanan Laut 4.967,62 5.181,02 3.814,51 4.195,96
Peraiaran Umum 611,98 696,25 755,98 767,6
Sumber: Kabupaten Agam dalam angka 2010
Produksi perikanan budidaya tersebut didukung dengan adanya Balai Benih Induk di
Gumarang Kecamatan Palembayan dan BBI Lubuk Basung. Usaha budidaya selama Tahun
2005 s/d 2009 juga terus mengalami peningkatan dimana sampai Tahun 2009 jumlah
Keramba Jaring Apung (KJA) mencapai 2.850 unit dengan produksi 7.830 ton, kolam air
deras 1.440 unit dengan produksi 5.015 ton, keramba di saluran irigasi 924 unit dengan
produksi 1.487,20 ton dan kolam air tenang sebanyak 742,4 ha dengan produksi sebanyak
871,2 ton. Khusus pengembangan keramba di Danau Maninjau perlu dilakukan pembatasan
sesuai dengan daya dukung danau sehingga tidak menimbulkan pencemaran lingkungan.
Terkait dengan indikator pembangunan pada subsektor perikanan dan kelautan
selain dengan tingkat produksi dan cakupan bina kelompok, indicator konsumsi ikan juga
merupakan indikator yang menggambarkan kinerja daerah. Sampai Tahun 2010 konsumsi
ikan per kapita di Kabupaten Agam mencapai 30,5 kg.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 140
Tabel 3.14.15.Nilai LQ Sektor Perikanan Per Kecamatan 2009
No. Kecamatan LQ
1 Tanjung Mutiara 2,47
2 Lubuk Basung 1,53
3 Ampek Nagari 4,58
4 Tanjung Raya 0,75
5 Matur 0,40
6 IV Koto 0,64
7 Malalak 0,40
8 Banuhampu 0,40
9 Sungai Pua 0,40
10 Ampek Angkek 0,40
11 Canduang 0,40
12 Baso 0,86
13 Tilatang Kamang 0,67
14 Kamang Magek 1,10
15 Palembayan 1,78
16 Palupuh 0,40
Sumber: Data Diolah 2011
e. Sektor Pertambangan
Saat ini kegiatan pertambangan di Kabupaten Agam belum dikelola dan
dikembangkan, padahal di dalam tanahnya tersimpan bahan galian strategis yang belum
tersentuh sama sekali. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan pertambangan masih tebuka
lebar untuk dikembangkan. Untuk itu, Pemerintah Kabupaten Agam memberikan kemudahan
investasi usaha pertambangan berupa kemudahan perijinan, seperti tersedianya jalan
kabupaten sampai di lokasi, serta jaringan dan cadangan listrik, sebagai bentuk insentif
pengembangan pertambangan.
Di kawasan Kabupaten Agam terindikasi zona alterasi dan mineralisasi, yang
membawa mineral logam, endapan pasir besi, serta bahan galian industri lebih kurang 12
macam yang tercakup dalam wilayah 8 kecamatan di Kabupaten Agam, seperti:
1. Pasir besi (logam) : Tiku, Tanjung Mutiara.
2. Granit (Industri) Bukit Cipago, Malalak IV Koto.
3. Trass/ Tufa(industri) : Matur, Mudik Pelupuh, Baso, Palembayan, IV Koto, Batu
Kambing, Sipisang dan Tilkam.
4. Dolomit(industri) : Bukit Kerang, Mudik Palupuh dan palupuh,
5. Marmer (Industri) : Kamang, Matru dan Palupuh.
6. Obsidian (Industri) : Lubuk Basung, Tanjung Raya.
7. Andesit (Industri) : Batu Kambing Malabur dan batas
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 141
Pelaksanaan urusan bidang Pertambangan dan Energi diarahkan pada upaya
pemantauan dan pengendalian distribusi bahan bakar minyak bersubsidi, Pengawasan dan
Pembinaan Pertambangan Umum terutama dan Energi, Pembinaan dan Pengawasan Bidang
Pertambangan, Koordinasi Pengembangan Ketenagalistrikan dan Program Pembinaan dan
Fasilitasi Pengelolaan Sumber Daya Alam. Pertambangan umum yang ada di Kabupaten
Agam hanya kegiatan usaha penambangan Mineral Logam (pasir besi) dan mineral non
logam (dolomite dan batu kapur).
Sampai Tahun 2010 Jumlah usaha penambangan Mineral Logam (pasir besi)
berjumlah 4 perusahaan dengan luas 17.280 Ha dan mineral non logam (dolomite dan batu
kapur) 7 perusahaan. Permasalahan yang dihadapi adalah keterbatasan dana dan
sumberdaya sehingga tidak semua usaha pertambangan belum dapat dipantau bahkan
beberapa lokasi pertambangan yang telah membahayakan belum dapat dihentikan
operasinya. Adanya kesulitan dalam mendapatkan data riil hasil pemanfaatan sumberdaya
alam dari pengelola. Solusinya adalah dengan mengintensifkan koordinasi dengan pihak
terkait dan alternatif untuk mengalihkan usaha masyarakat serta secara intensif
mengupayakan bagaimana pihak pengelola selalu mengirimkan laporan secara kontinyu.
Walaupun belum optimalnya pembinaan dan pengawasan yang dilakukan karena
permasalahan di atas, namun kontribusi sektor pertambangan (pertambangan bahan galian
C) terhadap PDRB Kabupaten Agam pada Tahun 2005 sebesar 4,41 % dan Tahun 2009
sebesar 4,11 %. Data tersebut menunjukkan bahwa sumbangan dari usaha pertambangan
yang ada di Kabupaten Agammengalami penurunan rata-rata 0,06 % pertahun.
f. Sektor Industri
Bidang industri yang ada di Kabupaten Agam berupa industri kecil. Perkembangan
industrl tersebut selama kurun waktu 2005 hingga 2009 terjadi peningkatan jumlah industri
kecil dan menengah di Kabupaten Agam. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah Industri kecil
dan menengah pada Tahun 2005 sebanyak 5.551 buah dengan menyerap tenaga kerja
sebanyak 19.399 orang. Pada Tahun 2009 meningkat menjadi 5.886 buah dengan menyerap
tenaga kerja sebanyak 30.150 orang, dengan pertumbuhan selama lima tahun sebesar 7,39
% (rata pertumbuhan pertahun sebesar 1,85 %). Secara umum pertumbuhan Industri
mengalami peningkatan walaupun paa Tahun 2007 terjadi pertumbuhan yang negative yaitu
sebesar 1,29 %. Hal tersebut sebagai bukti bahwa kegiatan ekonomi masyarakat melalui
industri semakin meningkatkan taraf kehidupan sehingga minat masyarakat makin
meningkat pula, disamping itu banyaknya peluang modal yang disediakan pemerintah.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 142
Tabel 3.14.16Perkembangan Industri dan Pengrajin di Kabupaten Agam
No. Uraian 2005 2006 2007 2008 2009
1. Jumlah Industri 5.551 5.565 5.493 5.886 5.961
2. Pertumbuhan (%) 0,25 -1,29 7,16 1,27
3. Kontribusi terhadap PDRB (%) 12,81 11,95 11,40 11,38 10,59
4. Jumlah Pengrajin 19.399 19.551 12.314 22.670 22.996
5. Kelompok Pengrajin Binaan 21 27 36 48 54
6. Cakupan Bina Kelompok Pengrajin 5 6 9 12 6
Sumber : Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Agam Tahun 2010
Industri yang berkembang di Kabupaten Agam umumnya merupakan industri yang
menunjang kegiatan pariwisata, seperti industri kerajinan dan cenderamata. Saat ini tercatat
terdapat industri keramik, meja rajutan, aksesoris magic jar, kerajian sepatu dan sandal
cantik, kerajian mukena, pembuatan sprei pengantin, pembuatan baju anak-anak, kerajinan
bambu dan anyaman, kerajinan pembuatan peci haji, kerajian sarung bantal, kebaya, jilbab,
baju muslim bordir, selendang sulaman, serta kerajinan logam.
g. Sektor Perdagangan
Perkembangan bidang perdagangan dapat dilihat dari ketersediaan sarana
perdagangan dan jumlah pasar. Jenis sarana perdagangan sudah cukup lengkap, mulai dari
mini market, restoran/rumahmakan, warung/kedai makanan minuman sampai dengan
toko/warung kelontong. Namun secara kewilayahan sarana tersebut masih kurang jika
dilihat dari jumlah nagari. Hal ini terlihat dari jumlah nagari yang memiliki mini market baru
15 nagari dari 82 nagari yang ada. Begitu juga dengan jumlah sarana warung/kedai
makanan minuman baru 78 nagari.
Sedangkan bila dilihat jumlah pasar yang ada, terdapat pasar sebanyak 42 buah
yang terdiri dari 12 pasar serikat, 3 pasar Pemda, 1 pasar swasta dan 26 pasar nagari. Pasar
yang sudah mempunyai bukti status kepemilikan secara tertulis sebanyak 12 buah, dan 13
pasar sudah mempunyai Badan Pengelola Pasar yang ditetapkan dengan Surat Keputusan
Bupati. 14 pasar sudah mempunyai anggaran pendapatan dan pengeluaran. Tabel berikut
memperlihatkan kondisi fisik pasar kondisi Tahun 2010.
Sedangkan bila dilihat jumlah pasar yang ada, terdapat pasar sebanyak 37 buah. Hal
ini menunjukkan bahwa jumlah pasar tersebut masih jauh kurang dibandingkan jumlah
nagari sebanyak 82 nagari arinya 41 nagari belum memiliki pasar permanen/semi permanen,
yang berakibat masih sulitnya masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Apalagi
jumlah pasar ternak yang hanya terdapat 2 buah pasar dengan daya tamping sebesar 7.200
ekor.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 143
Tabel 3.14.17.Kondisi Fisik pasar-pasar di Kabupaten Agam Tahun 2010
No. Bangunan JumlahRusak
Ringan
Rusak
Sedang
Rusak
Berat
1. Toko Permanen 529 170 63 116
2. Toko Semi Permanen 345 111 30 16
3. Kios Permanen 764 74 140 44
4. Kios Semi Permanen 164 136 40 24
5. LOS 152
6. Draenase pasar 18 3 6 3
Sumber : Dinas KOPERINDAG Agam 2010
Indikator kinerja sektor perdagangan yang digunakan adalah Jumlah Kelompok
Pedagang/Usaha Informal yang Mendapat Bantuan Binaan, Kontribusi Sektor Perdagangan
terhadap PDRB dan Cakupan Bina Kelompok Pedagang.
h. Sektor Koperasi
Perkembangan jumlah koperasi selama lima tahun terakhir dan persentase koperasi
yang aktif Tahun 2005 sampai dengan Tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 3.14.18.Persentase Koperasi Aktif Kabupaten Agam Tahun 2005 – 2010
No. Uraian 2005 2006 2007 2008 2009 2010
1. Jumlah Koperasi (unit) 263 266 257 264 261 267
2. Jumlah Koperasi Aktif (unit) 186 187 182 185 185 185
3. Persentase Koperasi Aktif (%) 70,7 70,3 70,8 70,1 70,9 69,3
Sumber : Dinas Koperindag Tahun 2010
Dari tabel diatas terlihat bahwa perkembangan persentase koperasi yang aktif
sangat kecil bahkan Tahun 2010 menurun. Kondisi ini selayaknya mendapat perhatian dari
Pemerintah Daerah mengingat peranan koperasi sebagai sokoguru perekonomian sangat
penting. Diperlukan pembinaan yang intensif sehingga koperasi yang sudah ada tidak
mundur dan jumlah koperasi yang aktif ditingkatkan.
Disamping koperasi juga terdapat lembaga keuangan mikro syariah Baitul Maal wat
Tamwil (BMT) di 82 Nagari dengan total asset Rp. 41.512.257.770,- dan total pembiayaan
Rp. 30.729.465.965,- 16 diantaranya sudah mempunyai badan hokum. Kedepan diharapkan
semua BMT sudah mempunyai badan hukum.
Lembaga keuangan mikro ini bertujuan untuk lebih mendekatkan Rumah Tangga
Miskin kepada akses permodalan dalam rangka pengembangan usaha rumah tangga dan
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 144
peranannya perlu ditingkatkan untuk mendorong ekonomi masyarkat.
i. Sektor Pariwisata
Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan,
pembangunan kepariwisataan dilakukan melalui pengembangan industri pariwisata, destinasi
pariwisata, pemasaran dan kelembagaan pariwisata. Upaya pengembangan kepariwisataan
juga tetap dikaitkan dengan daerah tujuan wisata (destinasi) Provinsi yaitu Kota Bukittinggi
dan Kota Padang serta nasional; Jakarta, Yogjakarta, dan Bali sebagai satu kesatuan
destinasi wisata nasional sekaligus untuk menarik minat pengunjung, ditujukan terhadap
wisatawan nusantara maupun mancanegara.
Daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata adalah
kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang didalamnya
terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta
masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan.
Pengembangan kepariwisataan untuk masa yang akan datang, Kabupaten Agam
masuk kedalam Destinasi Pengembangan Pariwisata I (DPP I) dimana DPP I ini meliputi
koridor Bukittinggi, Kabupaten Agam, Kabupaten Pasaman, Kabupaten Limapuluh Kota, dan
Kota Payakumbuh.
DPP ini dominasi atraksi Budaya, Belanja, Meeting Incentive Convention Exibition
(MICE), kerajinan, kesenian, peninggalan sejarah, danau, pegunungan, serta flora dan fauna
dengan pusat layanan di Kota Bukittinggi. Pengembangan kepariwisataan di Kabupaten
Agam secara umum dibagi dalam tiga wilayah dengan rincian sebagai berikut:
1. Wilayah Barat
a. Kawasan Pesisir Tiku: sentra perikanan laut dan darat merupakan salah satu
outlet komoditi unggulan perikanan Kabupaten Agam.
b. Produk wisata alam dan budaya bahari (rekreasi pantai, pulau, diving/
snorkling, budaya, nelayan dan lain-lain) memanfaatkan potensi perikanan,
sumber daya alam bahari, dan budaya bahari; pendukung: wisata kuliner.
2. Wilayah Tengah
a. Kawasan pariwisata Danau Maninjau, memiliki fungsi untuk menjaga
keseimbangan lingkungan alam sekitarnya.
b. Produk wisata alam (rekreasi gunung, danau) dan wisata budaya (sejarah
dan event), pendukung: kuliner, agrotourism.
c. Objek wisata Danau Maninjau, Puncak Lawang, Embun Pagi, Rumah
Kelahiran Buya Hamka, core event (paralayang) dan supporting events
(seperti off road, pacu biduk dll).
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 145
3. Wilayah Timur
a. Kawasan Agropolitan Ampek Angkek, Canduang-Baso: sentra
pengembangan kegiatan pertanian (agrowisata)
b. Produk wisata minat khusus: agrowisata dan wisata perdesaan
c. Lahan pertanian: padi, palawija, buah-buahan, perkebunan kakao.
Pembangunan kepariwisataan mempunyai peranan penting dalam mendorong
kegiatan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan perluasan kesempatan
kerja. Pariwisata juga berperan dalam upaya meningkatkan jati diri bangsa dan mendorong
kesadaran dan kebanggaan masyarakat terhadap kekayaaan budaya bangsa dengan
memperkenalkan produk-produk wisata seperti kekayaan dan keunikan alam, seni dan
budaya tradisional. Melalui sektor pariwisata ini diharapkan akan dapat menggerakkan
ekonomi masyarakat terutama dibidang usaha kecil terkait dengan dunia kepariwisataan,
karena daerah ini merupakan salah satu tujuan wisata regional, nasional dan manca negara.
Sampai saat ini jumlah objek wisata potensial di Kabupaten Agam sebanyak 140
objek yang terdiri dari objek wisata alam 56 objek, objek wisata bahari 1 buah, objek wisata
minat dan bakat 4 buah, objek wisata minat khusus 84 objek, dan objek wisata yang paling
potensial terhadap daya tarik wisata adalah kawasan Maninjau dan kawasan Pantai Tiku .
Pengembangan pariwisata Kabupaten Agam terkendala oleh kondisi objek wisata yang
kurang terpelihara dengan baik, tidak didukung dengan fasilitas umum yang memadai
seperti MCK, tempat ibadah, air bersih, restoran dan lain-lain serta kurangnya kenyamanan
wisatawan. Berikut adalah tabel yang menjelaskan potensi objek wisata yan terdapat di
Kabupaten Agam.
Tabel 3.14.19.Potensi Objek Wisata di Kabupaten Agam
No. Kecamatan Objek Wisata AlamObjek Wisata
MinatKhusus
Objek Wisata Sejarah danBudaya
1. Lubuk Basung - Arung JeramLubuk Sao
Istana Putri Sakti, BatuMesjid, Lesung Batu, BatuKuda, Pemandian Gadih Ranti,Tugu Siti Manggopoh, RumahGadang Asli Minangkabau,Perkampungan Tradisional danAsli Sepak Rago.
2. Banuhampu SungaiPuar
Sarasah Aie Terjun, AirTerjun Badoran 1, 2, dan3, Pemandian Alam Sei.Tanang
- Arena Aadu Kerbau KawasanPusat Pengrajin TalempongKawasan Pusat Sulaman KainTradisional
3. Baso Ngalau Simarasok, NgalauBaso, Bukit Tanjua, BukitLayang.
- Sungai Janiah
4. Tilatang Kamang Ngalau, Gaung Batu, AirTerjun Badorai 1, 2 dan 3,Panorama Alam, BukitKapal Sarasah, Bukit Kb.Jernih, Bukit Gadang
- Monumen Tuanku Nan Renceh,Makam Haji Abdul Manan,Tugu Perang Kamang,Kawasan Wisata Pacu Kuda
5. Kamang - - Makam Tuanku Nan Renceh,Tugu Perjuangan AVRO ANSON
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 146
No. Kecamatan Objek Wisata AlamObjek Wisata
MinatKhusus
Objek Wisata Sejarah danBudaya
6. Palupuh Cagar Alam, KawasanHutan Bunga RaflesiaArnoldi
Area BerburuBabi, WisataTeknologi Kt.Tabang
-
7. Tanjung Raya Danau Maninjau, TamanWisata Unggai, TamanWisata Muko-Muko, Airterjun Gadih Ranti, MataAir Panas, KawasanKolam Air 3 Rasa,Perkebunan Tebu, EmbunPagi, Kelok Ampek PuluahAmpek, Bukit Asahan,Bukit Karambie, BukitGadang, Bukit Rangkiang,Bukit Amp. Sikikih, BukitAir Sonsang, Bukit AirSurian, Bukit Tanjung.
Obyek WisataArum Jeram.
Perkampungan Tradisional, AreGadang Pansa Bali Beta,Kawasan Pengrajin Talempong,Kawasan Pengrajin TukangKerbau dan Sapi, KawasanPerkampungan Nelayan,Jorong Qoriyah Tharbiyah,Situs Purbakala Malam syechAmmarullah, PerkampunganKelahiran Prof. DR. Hamka,Makam dan Pustaka Inyiak DR.
8. IV Koto Bukit Taman Raya BinaliRaya Balingka, Air TerjunMalalak, PuncakSinggalang, Ngarai KotoGadang, Ngarai SianokAnam Suku, TalagoRahayu,
- Kerajinan Perak Koto Gadang,Batu Bertulis Malak, MakamTuanku Luma Koto Tuo
Sumber: Kabupaten dalam Angka 2010
Secara umum perkembangan sektor pariwisata di Kabupaten Agam selama lima
tahun terakhir telah mengalami kemajuan, hal ini terlihat dari semakin meningkatnya jumlah
kunjungan wisata ke Kabupetan Agam. Perkembangan jumlah kunjungan wisatawan ke
Kabupaten Agam tergambar dari sebagaimana Tabel berikut :
Tabel 3.14.20.Jumlah Kunjungan Wisata Kabupaten Agam Tahun 2005-2009
2005 2006 2007 2008 2009
Jumlah Wisatawan (orang) 36.157 30.869 80.289 77.743 114.337
Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Agam , Tahun 2010
3.15. KABUPATEN SIJUNJUNG
3.15.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Tumbuh atau tidaknya perekonomian suatu daerah tercermin dari total produksi
barang dan jasa yang dihasilkan para pelaku ekonomi yang terdapat di daerah tersebut.
Dalam hal ini, PDRB seringkali dijadikan acuan. Produk domestic regional bruto (PDRB)
kabupaten Sijunjung atas dasar harga berlaku pada tahun 2009 mencapai Rp 2,7 trilyun,
yaitu Rp 2.712.528.650.000. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, nilai PDRB kabupaten
Sijunjung tahun 2009 atas dasar harga berlaku tersebut meningkat sebesar 12,18% atau Rp
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 147
294.546.790.000 karena pada tahun 2008 nilai PDRB kabupaten Sijunjung atas dasar yang
sama adalah Rp 2.417.981.860.000. Apabila menggunakan harga konstan (tahun 2000)
sebagai dasar, nilai produk domestic regional bruto (PDRB) kabupaten Sijunjung tahun 2009
adalah Rp 1,273,140.010,000. Nilai PDRB tahun 2009 atas dasar harga konstan ini
meningkat 5,59% dari tahun sebelumnya (2008) yang nilainya adalah Rp
1,205,702.940.000.
Perekonomian Kabupaten Sijunjung untuk tahun 2009 masih didominasi 3 sektor
utama sebagai penghasil nilai tambah terbesar terhadap PDRB Kota, yaitu (1) sektor
pertanian, (2) sektor pertambangan dan penggalian, dan (3) sektor jasa. Sektor pertanian
memberikan kontribusi sebesar 27,19% dari total PDRB Kabupaten Sijunjung tahun 2009,
dilanjutkan dengan sektor pertambangan dan penggalian (16,03%), dan sektor jasa-jasa
(16,52%). Sedangkan kontribusi dari 6 sektor lainnya (industri, listrik air dan gas, keuangan,
bangunan, perdagangan hotel dan restoran, serta pengangkutan dan transportasi) terhadap
PDRB kabupaten Sijunjung tahun 2009 adalah 40,26%.
Tabel 3.15.1.PDRB Kabupaten Sijunjung Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan
tahun 2008 dan 2009
Lapangan Usaha2008 (Rp juta) 2009 (Rp juta)
H.Berlaku H.Konstan H.Berlaku H.Konstan
Pertanian 644378.95 320343.21 737654.50 337904.88
Pertambangan & galian 387090.61 205682.87 434702.93 221786.57
Industri pengolahan 106699.33 63378.27 116226.34 66281.29
Listrik, gas, & air bersih 34471.53 14681.93 38054.09 15720.89
Bangunan 289397.71 123179.25 323047.24 129543.15
Perdagangan, hotel, & restoran 272248.06 137576.08 300509.99 143848.12
Pengangkutan & komunikasi 202138.38 82221.95 223914.61 87264.34
Keuangan, persewaan, & jasaperusahaan 81917.00 44435.33 90328.16 46370.45
Jasa-jasa 399640.29 214204.05 448090.80 224420.32
Total 2417981.86 1205702.94 2712528.65 1273140.01
Sumber: Sijunjung dalam Angka, 2010
Kenaikan nilai PDRB kabupaten Sijunjung tahun 2009 dibandingkan dengan nilai
PDRB atas dasar harga konstan (2000) maupun atas dasar harga berlaku tersebut dengan
sendirinya meningkatkan pendapatan perkapita penduduk kota tersebut. Jika menggunakan
harga berlaku sebagai dasar, maka pendapatan perkapita penduduk kabupaten Sijunjung
tahun 2009 adalah Rp 13,11 juta per orang pertahun; atau meningkat sebesar 9,71% dari
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 148
tahun sebelumnya (2008) sebesar Rp 11,95 juta per tahun. Sedangkan jika menggunakan
harga konstan (2000) sebagai dasar, maka pendapatan perkapita penduduk kabupaten
Sijunjung tahun 2009 adalah Rp 6,15 juta per tahun; atau meningkat 3,18% dari tahun
sebelumnya (2008) sebesar Rp 5,96 juta per tahun.
3.4.2. Kondisi Produksi
a. Sektor Pertanian
1). Subsektor Tanaman Pangan
Subsektor tanaman pangan merupakan salah satu motor penggerak utama
perekonomian Kabupaten Sijunjung. Padi sawah merupakan komoditas utama produk yang
dihasilkan dari sub sektor tanaman pangan ini. Hingga tahun 2009, Kabupaten Sijunjung
tercatat memiliki lahan sawah seluas 18.516 Ha. Dengan luas lahan sebesar itu, kabupaten
Sijunjung pada tahun 2009 dapat memproduksi padi sawah sebanyak 91.390 ton; naik
8,58% dari produksi tahun sebelumnya (2008) sebesar 84.168 ton. Produktifitas produksi
padi sawah tahun tercatat rata-rata 4,94 ton/ha
Selain padi sawah, komoditas lain yang dihasilkan dari sektor ini adalah tanaman-
tanaman palawija; seperti jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang hijau, kacang kedelai, dan
kacang tanah. Ubi kayu dan jagung merupakan komoditas utama yang dihasilkan dari
tanaman palawija ini. Pada tahun 2009, produksi ubi kayu di kabupaten Sijunjung adalah
1326 ton dengan rata-rata produksi 24,56 ton/hektar. Sedangkan untuk jagung pada tahun
2009 jumlah produksinya adalah 1390 ton dengan rata-rata produksi 5,79 ton/ha.
Tabel 3.15.2.Luas Panen, Jumlah Produksi, Serta Produktifitas rata-rata Tanaman Pangan di
Kabupaten Sijunjung
Jenis TanamanLuas Panen
(Ha)
Produksi
(ton)
Produktifitas Rata-rata
(ton/ha)
Padi sawah 18516 91390 4,94
Jagung 240 1390 5,79
Ubi kayu 54 1326 24,56
Ubi jalar 7 32 4,57
Kacang kedelai 39 1,71 68
Kacang hijau 24 35 1,46
Kacang tanah 91 220 2,42
Sumber : Sijunjung dalam Angka, 2010
Untuk sub sektor sayur-sayuran, tercatat jenis komoditas sayur-sayuran yang sudah
ditanam di kabupaten Sijunjung hingga tahun 2009 adalah kacang panjang, terung, dan
cabe merah. Pada tahun 2009, jumlah produksi ketiga komoditas tersebut masing-masing
adalah 181 ton; 140 ton; dan 274,95 ton. Informasi lebih lengkap dapat dilihat pada tabel di
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 149
bawah ini
Tabel 3.15.3.Luas Panen, Jumlah Produksi, Serta Produktifitas rata-rata Sayur-sayuran di
Kabupaten Sijunjung
Jenis SayuranLuas Panen
(Ha)Jumlah Produksi
(ton)Produktifitas rata-rata
(ton/ha)
Kacang panjang 71 181 2,55
Terung 17 140 8,24
Cabe merah 60 274,95 4,58
Sumber : Sijunjung dalam Angka, 2010
Untuk sub sektor buah-buahan, tercatat jenis komoditas buah-buahan yang sudah
ditanam di kabupaten Sijunjung hingga tahun 2009 adalah alpokat, mangga, rambutan,
duku, jeruk, durian, jambu biji, belimbing, papaya, pisang, manggis, nangka, melinjo, nenas,
dan sawo. Jeruk siam, rambutan, dan durian merupakan komoditas utama buah-buahan dari
kabupaten Sijunjung; dengan jumlah produksi tahun 2009 masing-masing adalah 7753,65
ton, 2380,90 ton, dan 1695,40 ton. Informasi lebih lengkap dapat dilihat pada tabel berikut
ini
Tabel 3.15.4.Luas Panen, Jumlah produksi, serta Produktifitas Rata-rata Buah-buahan di
Kabupaten Sijunjung
Jenis buah Luas Panen (Ha)Jumlah Produksi
(ton)
Produktifitas Rata-rata
(ton/ha)
Alpokat 803 173,50 0,21
Mangga 3 373 477,40 0,14
Rambutan 39 085 2 380,90 0,06
Duku 5 538 587,90 0,11
Jeruk siam 6 858 1 192,10 0,17
Durian 15 430 1 695,40 0,11
Jambu biji 1 086 85,97 0,08
Jambu air 392 59,70 0,15
Pepaya 5 144 870,35 0,17
Pisang 49 549 7753,65 0,16
Manggis 10 881 885,90
Nangka 1 875 461,70
Melinjo 1 018 75,10
Nenas 2 040 15,50
Sawo 1 922 352,40
Belimbing 285 42,70
Petai 2 339 333,40
Sumber : Sijunjung dalam Angka, 2010
2). Subsektor perkebunan
Untuk sub sektor perkebunan, tercatat jenis komoditas perkebunan yang sudah
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 150
ditanam di kabupaten Sijunjung hingga tahun 2009 adalah kelapa, kelapa sawit, karet, kulit
manis, gambir, pinang, kakao, tebu, nilam, dan kemiri. Karet, kelapa sawit, dan kakao
merupakan komoditas utama perkebunan dari kabupaten Sijunjung; dengan jumlah produksi
tahun 2009 masing-masing adalah 64.126 kg, 53.188 kg, dan 1247,63 kg. Informasi lebih
lengkap dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 3.15.5.Jumlah Produksi Produk Perkebunan di Kabupaten Sijunjung
Jenis Buah Produksi (kg)
Kelapa 1476
Kopi 760
Kulit manis 850
Gambir 24
Kelapa sawit 53.188
Pinang 1288
Kakao/coklat 1247,63
Kemiri 6,70
Tebu 45
Karet 64.216
Nilam 56,70
Sumber : Sijunjung dalam Angka, 2010
3). Subsektor Peternakan
Untuk sub sektor peternakan, tercatat jenis komoditas peternakan yang sudah
dikembangkan di kabupaten Sijunjung hingga tahun 2009 adalah sapi, kerbau, kambing,
ayam kampung, ayam ras, dan itik. Ayam kampung dan ayam ras merupakan komoditas
utama peternakan dari kabupaten Sijunjung; dengan jumlah populasi tahun 2009 masing-
masing adalah 141.897 ekor dan 177.000 ekor. Informasi lebih lengkap dapat dilihat pada
tabel berikut ini
Tabel 3.15.6.Jumlah Populasi Ternak di Kabupaten Sijunjung
Jenis TernakPopulasi
(ekor)
Sapi 16 861
Kerbau 18 672
Kambing 13 847
Ayam kampung 141 897
Ayam ras 177 000
Itik 23 993
Sumber : Sijunjung dalam Angka, 2010
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 151
4). Subsektor Perikanan
Untuk sub sektor perikanan, tercatat jenis usaha perikanan yang sudah
dikembangkan di kabupaten Sijunjung hingga tahun 2009 adalah perairan umum, kolam,
sawah, keramba, sungai, telaga, dan budidaya. Ikan yang diternakan di sawah serta ikan
yang dibudidayakan merupakan komoditas utama usaha perikanan dari kabupaten
Sijunjung; dengan jumlah produksi tahun 2009 masing-masing adalah 6990,74 ton dan
3934,47 ton. Informasi lebih lengkap dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 3.15.7.Luas Areal dan Jumlah Produksi Perikanan di Kabupaten Sijunjung
Jenis Usaha Perikanan Luas (Ha) Produksi (Ton)
Kolam 568,94 1 944,22
Sawah 814,02 6 990,74
Karamba 1 074,00 792,47
Sungai 1 210,46 717,90
Telaga 16,25 9,55
Perairan umum 1 236,71 728,21
Budidaya 1 413,28 3 934,47
Sumber : Sijunjung dalam Angka, 2010
b. Sektor Pertambangan
Kabupaten Sijunjung sebetulnya memiliki potensi kekayaan alam berupa bahan
tambang yang melimpah, namun belum semuanya tergali secara optimal. Tercatat jenis
bahan tambang yang sudah digali di kabupaten Sijunjung hingga tahun 2009 adalah
batubara dan sirtukil, dengan kapasitas produksi masing-masing adalah 217.910,37 metrik
ton dan 21.896,96 m3. Sedangkan potensi bahan tambang yang sudah teridentifikasi namun
belum tergali adalah emas, marmer, dolomite, oker, granit, andesit, dan kaolin. Informasi
lebih lengkap dalah sebagai berikut.
Tabel 3.15.8.Luas Areal dan Jumlah Produksi Hasil Tambang di Kabupaten Sijunjung
Jenis bahan tambang Produksi (ton)
Batubara 217 910,37
Sirtukil 21 857
Sumber : Sijunjung dalam Angka, 2010
c. Sektor Perindustrian
Pemerintah kabupaten Sijunjung mengklasifikasikan sektor usaha perindustrian ke
dalam industri logam, mesin, dan kimia, industri hasil tani dan hutan, industri aneka, serta
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 152
industri kecil. Pada Tahun 2009, jumlah unit usaha industri kecil untuk Industri hasil
pertanian dan kehutanan tercatat sebanyak 27 unit usaha, berikutnya industri hasil logam,
mesin dan kimia sebanyak 43 unit usaha.
Tabel 3.15.9.Jenis Industri Tercatat dan Jumlah Tenaga Kerja Terserap di Kabupaten
Sijunjung
Jenis industriJumlah
(Unit)
Investasi
(Rp 000)
Tenaga Kerja
(Orang)
Industri hasil tani dan hutan 27 1 412 600 78
Industri aneka - - -
Industri logam, mesin, dan kimia 43 131 410 778
Industri kecil - - -
Sumber : Sijunjung dalam Angka, 2010
Sementara itu, jumlah tenaga kerja yang dapat diserap pada industri kecil
mengalami penurunan dari 1.247 orang pada tahun 2008 menjadi sebanyak 856 orang pada
tahun 2009. Penurunan jumlah unit usaha juga diiringi dengan menurunnya jumlah investasi
dan produksinya. Jika pada tahun 2008 sebesar Rp. 2,024 milyar, pada tahun 2009 menurun
menjadi sebesar Rp. 1,544 milyar.
Tabel 3.15.10.Jenis Industri Berizin dan Jumlah Tenaga Kerja Terserap di Kabupaten Sijunjung
Jenis IndustriJumlah
(unit)
Tenaga Kerja
(orang)
Investasi (Rp
)
Industri hasil tani dan hutan 99 475 1.170. 225
Industri aneka - - -
Industri logam, mesin, dan kimia 116 653 1.586. 352
Industri kecil - - -
Sumber : Sijunjung dalam Angka, 2010
d. Sektor Perdagangan
Pada tahun 2009 di Kabupaten Sijunjung banyaknya perusahaan yang memiliki
Tanda Daftar Perusahaan mengalami kenaikan dari sebanyak 354 unit (2008) menjadi 355
unit (2009). Namun, kenaikan tersebut tidak diiringi dengan kenaikan jumlah SIUP yang
dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah, dimana selama tahun 2009 jumlah Surat Izin Usaha
Perdagangan (SIUP) yang diterbitkan masih sebanyak 352 unit usaha. Perinciannya adalah 1
unit usaha Besar, 24 unit usaha menengah dan 327 unit usaha kecil.
Selain itu, pada setiap kecamatan telah berdiri pasar tradisional sebagai sarana
perdagangan. Perinciannya adalah kamang baru (13 unit), tanjung gadang (8 unit), sitiung
(6 unit), lubuk tarok (2 unit), sumpur kudus (8 unit), koto VII (3 unit), kupitan (4 unit), dan
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 153
IV nagari (6 unit)
Tabel 3.15.11.Banyak tanda daftar perusahaan menurut jenis perusahaan
Bentuk Badan UsahaJumlah
(unit)
PT 5
Koperasi 6
CV 42
Fa
Perusahaan perseorangan 302
Sumber : Sijunjung dalam Angka, 2010
e. Koperasi
Tidak terdapat peningkatan Jumlah KUD di kabupaten Sijunjung pada tahun 2009,
karena jumlahnya masih sama dengan tahun 2008 (41 unit). Sedangkan jumlah Non KUD
pada tahun 2009 meningkat 6 unit dari tahun 2008 (121), sehingga jumlahnya menjadi 127
unit. Jumlah anggota KUD pada tahun 2009 mencapai 12.881 orang, atau terjadi
peningkatan anggota baru sebanyak 16 orang dari tahun 2008 (12.865 orang). Sementara
itu, jumlah anggota Non KUD pada tahun 2009 tercatat sebanyak 14.539 orang, atau terjadi
peningkatan anggota baru sebanyak 53 orang dari tahun 2008 (14.486 orang).
Tabel 3.15.12.Jumlah KUD dan non KUD di Kabupaten Sijunjung
Beserta Jumlah Anggotanya
Kecamatan KUDAnggota
KUDNon KUD Anggota Non KUD
Kamang Baru 18 6 078 10 1 012
Tanjung Gadang 4 544 10 471
Sijunjung 5 849 42 4 895
Lubuak Tarok 1 552 10 870
IV Nagari 3 693 6 489
Kupitan 2 1 034 6 810
Koto VII 4 1 464 22 3 022
Sumpur Kudus 4 1 667 21 2 970
Sumber : Sijunjung dalam Angka, 2010
f. Sektor Pariwisata, Hotel, dan Restoran
Kabupaten Sijunjung memiliki objek wisata yang cukup variatif, dengan perincian
ada 26 objek wisata alam, 16 wisata budaya, tujuh wisata khusus dan tiga kawasan wisata
buatan. Selain itu, di kabupaten Sijunjung juga terdapat objek wisata sejarah berupa bekas
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 154
rel kereta api dan lokomotif uap peninggalan jaman kerja paksa Jepang.
Pemerintah Kabupaten Sijunjung nampaknya belum serius menggarap objek wisata
ini sebagai salah satu sektor ekonomi yang menguntungkan. Dari tahun ke tahun jumlah
wisatawan domestic maupun wisatawan mancanegara semakin banyak datang ke kabupaten
Sijunjung. Untuk tahun 2009, jumlah wisatawan domestik yang berkunjung ke kabupaten
Sijunjung berjumlah 51.487 orang; meningkat 27 orang dari tahun sebelumnya (51.461
orang) orang dari tahun sebelumnya. Sedangkan wisatawan mancanegara yang berkunjung
baru 51 orang; meningkat 8 orang dari tahun sebelumnya (43 orang).
Untuk menyokong perkembangan sektor pariwisata, maka keberadaan hotel
maupun penginapan sangat penting. Hingga tahun 2009, jumlah hotel/wisma/penginapan
yang terdapat di kabupaten Sijunjung adalah 6 unit. Kedelapan hotel tersebut mampu
menyediakan 91 kamar.
Tabel 3.15.13.Nama Hotel dan Jumlah Kamar yang Tersedia di Kabupaten Sijunjung
Sumber : Sijunjung dalam angka, 2010
g. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Sektor angkutan yang berperan penting dalam menyokong industri pariwisata di
kabupaten Sijunjung adalah angkutan penumpang dan angkutan barang. Jenis kendaraan
yang mengalami perkembangan pesat adalah sepeda motor dan mini bus. Jumlah sepeda
motor pada tahun 2009 tercatat sebanyak 50.597 unit, atau meningkat sebanyak 6.835 unit
dari Tahun 2008. Sedangkan jumlah mini Bus pada tahun 2009 tercatat sebanyak 3.253
unit.
Perkembangan telekomunikasi menyebabkan banyak penduduk lebih banyak
menggunakan handphone untuk kelancaran komunikasi. Akibatnya, sejak tahun 2008 sudah
tidak terdapat lagi telepon umum di kabupaten Sijunjung. Selain itu, fasilitas telepon belum
tersedia untuk seluruh kecamatan, karena masih terfokus pada kecamatan Sijunjung, IV
Nagari, dan Koto VII.
Nama Hotel Jumlah Kamar (unit)
PINK hotel 13
RHS 10
Hotel nabilla 5
Hotel bukit gadang 25
Penginapan muaro indah 13
Hotel wisma anggrek 25
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 155
h. Sektor Jasa dan Konstruksi
Sektor jasa memberikan kontribusi yang cukup berarti terhadap PDRB kabupaten
Sijunjung, karena menempati rangking 3 penyumbang PDRB kabupaten Sijunjung tahun
2009. Jenis jasa yang perannya cukup dominan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi
kabupaten Sijunjung adalah jasa pemerintahan umum dan pertanahan. Kontribusi jasa ini
terhadap PDRB kabupaten Sijunjung adalah Rp 194,340.010.000. Sedangkan pada jasa yang
diberikan oleh sektor swasta, jasa yang dominan adalah jasa perorangan. Kontribusi jasa ini
terhadap PDRB kabupaten Sijunjung masing-masing adalah Rp 18,030.970.000
.
3.16 KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI
3.16.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Kepulauan Mentawai pada
tahun 2009 atas dasar harga konstan tahun 2000 adalah sebesar Rp 509.396,33 juta atau
meningkat sebesar 4,67% dibanding tahun 2008 sebesar Rp 486.658,71 Juta. Struktur
Perekonomian Kabupaten Kepulauan Mentawai bila dilihat berdasarkan PDRB atas dasar
harga berlaku tahun 2007, masih didominasi oleh sektor pertanian (53,93%) khususnya dari
subsektor kehutanan dan perkebunan. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran khususnya
subsektor perdagangan besar dan eceran merupakan sektor kedua terbesar yang memberi
kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Kepulauan Mentawai, sebesar 22,17%. Kedua sektor
dalam perekonomian Kabupaten Kepulauan Mentawai ini tentunya akan sangat berperan
dalam pembangunan Kabupaten Kepulauan Mentawai. Pertumbuhan yang tinggi di kedua
sektor tersebut akan menyebabkan tingginya pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kepulauan
Mentawai, sebaliknya jika kedua sektor ini mengalami kemunduran maka dampaknya juga
akan sangat signifikan terhadap kemunduran perekonomian di Kabupaten Kepulauan
Mentawai. Dua sektor ekonomi ini merupakan sektor strategis bagi pembangunan ekonomi
Kabupaten Kepulauan Mentawai. Perkembangan terakhir PDRB Kabupaten Kepulauan
Mentawai sebagai indikator perkembangan perekonomian kabupaten ini dapat dilihat dari
tabel 3.16.1
Berdasarkan tabel 3.16.1 menunjukan bahwa walaupun nilainya meningkat namun
kontribusi sektor pertanian sedikit menurun pada tahun 2009 dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Sebaliknya pada sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, sektor Jasa
pemerintahan umum dan sektor Pengangkutan dan komunikasi mengalami peningkatan
peran dalam pembentukan PDRB Kabupaten Kepulauan Mentawai. Kondisi ini
mengindikasikan bahwa perkembangan ketiga sektor ini lebih tinggi dibandingkan
perkembangan sektor pertanian yang merupakan kontributor utama dalam perekonomian
Kabupaten Kepulauan Mentawai.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 156
Tabel 3.16.1PDRB Kabupaten Kepulauan Mentawai dan proporsinya tehadap PDRB
Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Juta Rupiah)
LAPANGAN USAHA2008 2009
(Nilai) (%) (Nilai) (%)
PERTANIAN 263.744,61 54,19 274.694,39 53,93
a. Tanaman Pangan & Hortikultura 38.991,99 8,01 41.069,88 8,06
b. Perkebunan 36.116,46 7,42 39.161,93 7,69
c. Peternakan 11.148,97 2,29 11.910,87 2,34
d. Kehutanan 115.569,48 23,75 115.482,23 22,67
e. Perikanan 61.917,71 12,72 67.069,48 13,17
PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 1.879,31 0,39 1.978,98 0,39
INDUSTRI PENGOLAHAN 43.158,92 8,87 44.201,05 8,68
LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 602,93 0,12 626,36 0,12
a. Listrik 593,04 0,12 615,97 0,12
c. Air Bersih 9,89 0,00 10,39 0,00
BANGUNAN 12.210,78 2,51 13.360,38 2,62
PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 107.193,52 22,03 112.928,88 22,17
a. Perdagangan Besar dan Eceran 104.057,09 21,38 109.698,56 21,54
b. H o t e l 296,72 0,06 315,12 0,06
c. Restoran 2.839,71 0,58 2.915,20 0,57
PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 28.960,10 5,95 30.996,71 6,08
a. Angkutan 28.610,21 5,88 30.607,02 6,01
b. Komunikasi 349,89 0,07 389,69 0,08
KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN 5.167,61 1,06 5.561,07 1,09
a. Bank 327,35 0,07 345,29 0,07
b. Lembaga Keuangan Tanpa Bank 325,52 0,07 344,96 0,07
c. Sewa Bangunan 4.443,41 0,91 4.796,69 0,94
d. Jasa Perusahaan 71,33 0,01 74,13 0,01
JASA-JASA 23.740,93 4,88 25.048,51 4,92
a. Pemerintahan Umum & Pertahanan 20.662,37 4,25 21.761,69 4,27
b. Swasta / Private Services 3.078,56 0,63 3.286,82 0,65
P D R B 486.658,71 100,00 509.396,33 100,00
Sumber: BPS, Kabupaten Kepulauan Mentawai, 2010.
Telaah lebih jauh terhadap struktur perekonomian Kabupaten Kepulauan Mentawai
dapat dilakukan dengan menggunakan analisis Location Qoutient (LQ). Analisis ini
menghasilkan kelompok sektor ekonomi basis dan non basis di Kabupaten Kepulauan
Mentawai. Analisis LQ bertujuan untuk mengetahui sektor-sektor dan subsektor-subsektor
ekonomi dalam PDRB yang tergolong sektor basis dan non basis. LQ merupakan suatu
perbandingan tentang besarnya peranan suatu sektor di Kabupaten Kepulauan Mentawai
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 157
terhadap besarnya peranan sektor bersangkutan pada wilayah referensi yaitu Propinsi
Sumatera Barat. Hasil perhitungan LQ sektoral untuk Kabupaten Kepulauan Mentawai dapat
disampaikan dalam tabel 3.17.2.
Nilai LQ > 1 berarti bahwa peranan suatu sektor di Kabupaten lebih dominan
dibandingkan sektor di tingkat Provinsi dan sebagai petunjuk bahwa Kabupaten surplus akan
produk sektor tersebut. Sebaliknya bila nilai LQ < 1 berarti peranan sektor tersebut lebih
kecil di Kabupaten dibandingkan peranannya di tingkat Provinsi. Nilai LQ menjadi basis untuk
menentukan sektor yang potensial untuk dikembangkan. Karena sektor tersebut tidak saja
dapat memenuhi kebutuhan di dalam daerah, akan tetapi dapat juga memenuhi kebutuhan
di daerah lain atau surplus. Berdasarkan hasil perhitungan LQ pada tabel 3.16.2.
menunjukan bahwa sektor pertanian khususnya di sub sektor kehutanan dan perikanan
merupakan basis produksi bagi perekonomian Sumatera Barat. Kondisi ini menunjukan
bahwa struktur perekonomian kabupaten Kepulauan Mentawai sangat tergantung dari hasil
di sektor pertanian. Sektor lain yang berperan cukup besar terhadap PDRB kabupaten
Kepulauan Mentawai adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran merupakan sektor
penunjang untuk sektor pertanian yang merupakan produksi utama di kabupaten Kepulauan
Mentawai. Selanjutnya peranan dari sektor perdagangan hotel dan restoran cukup besar
dalam pembentukan PDRB kabupaten Kepulauan Mentawai, dan merupakan sektor basis
dalam perekonomian Kabupaten Kepulauan Mentawai. Kondisi ini memberikan gambaran
keterkaitan subsektor kehutanan dan perikanan sangat erat dengan sektor perdagangan
hotel dan restoran di Kabupaten Kepulauan Mentawai.
Tabel 3.16.2Hasil Perhitungan Koefisien Location Quotient (LQ)
Kabupaten Kepulauan Mentawai
No. Sektor/Sub Sektor LQ Basis
1. PERTANIAN 2.28 BASIS
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 0.12
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 0.68
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 0.11
5. BANGUNAN 0.52
6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 1.21 BASIS
7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 0.44
8. KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN 0.21
9. JASA-JASA 0.30
Sumber: BPS, 2010. Data diolah
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 158
3.16.2. Kondisi Produksi
a. Sektor Pertanian
1). Sub Sektor Tanaman Pangan dan Holtikultura
Tidak seperti kabupaten kebanyakan lainnya di Sumatera Barat Sub sektor tanaman
pangan bukan merupakan penggerak utama perekonomian di Kabupaten Kepulauan
Mentawai. Sub sektor ini hanya menyumbang kurang dari 10% terhadap pembentukan
PDRB kabupaten Kepulauan Mentawai dalam tahun 2008-2009. Budaya masyarakat asli
kepulauan Mentawai yang tidak mengkonsumsi beras sebagai makanan utama
menyebabkan komoditas padi sawah bukanlah komoditas utama di wilayah ini. Makanan
pokok di Kepulauan Mentawai adalah Sagu (wilayah Pulau Siberut) dan Keladi (Pulau Sipora
dan Pagai).
Perkembangan tanaman keladi sebagai makanan pokok di kabupaten Mentawai baik
dari sisi areal tanam, areal panen maupun hasil produksi menunjukan kenaikan yang sangat
tinggi dari tahun 2008 ke tahun 2009. Sedangkan berdasarkan wilayah produksi per
kecamatan dapat diketahui bahwa hanya dua kecamatan di wilayah pulau Siberut yang
menghasilkan produksi keladi. Produksi terbesar berada di pulau Sipora tepatnya di
kecamatan Sipora Utara. Sedangkan di pulau siberut, hanya kecamatan siberut barat daya
dan siberut utara yang menghasilkan keladi. Tiga kecamatan lain di pulau ini mayoritas
penduduknya memakan sagu sebagai makanan pokok mereka.
Tabel 3.16.3Luas Tanam dan Produksi Keladi Perkecamatan
Kabupaten Mentawai, 2009
No. KecamatanLuas Tanam
(Ha)Luas Panen
(Ha)Produksi
(ton)
Rata-rataProduksi(Ton/Ha)
1 Pagai Selatan 85.00 63.00 567.00 9.00
2 Sikakap 82.00 72.00 643.00 8.93
3 Pagai Utara 105.00 76.00 684.00 9.00
4 Sipora Selatan 115.00 90.00 810.00 9.00
5 Sipora Utara 137.00 105.00 945.00 9.00
6 Siberut Selatan 95.00 69.00 - -
7 Siberut Barat Daya 130.00 109.00 225.00 2.06
8 Siberut Tengah 70.00 49.00 - -
9 Siberut Barat 75.00 61.00 918.00 15.05
10 Siberut Utara 63.00 47.00 - -
Total 957.00 741.00 4,792.00 6.47
Sumber: BPS, 2010. Data diolah
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 159
Tanaman sayuran yang terdapat di Kabupaten Kepulauan Mentawai berdasarkan
registrasi data (terdaftar) di Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Kepulauan
Mentawai adalah tanaman kacang panjang, terong, ketimun, cabe besar, cabe rawit,
kangkung, dan tomat. Sama dengan tanaman palawija, rata-rata tanaman sayuran ini juga
mengalami peningkatan yang cukup bervariasi dalam hal luas tanam, luas panen dan jumlah
produksi jika dibandingkan pada tahun 2008. (lihat Kepulauan Mentawai dalam angka,
2010).
Secara umum untuk konsumsi kebutuhan sayuran Kabupaten Kepulauan Mentawai
masih sangat tergantung dari pasokan daerah lain di Sumatera Barat. Kendala akses
transportasi murah menuju ke Kepulauan Mentawai menyebabkan harga tanaman sayuran
relative mahal di wilayah ini. Kendala transportasi hasil produksi sayuran dari daerah
produksi ke pasar menyebabkan komoditas sayuran yang dihasilkan di Kabupaten Kepulauan
Mentawai sulit untuk dikembangkan.
Kabupaten Kepulauan Mentawai merupakan daerah yang memiliki jumlah tanaman
pisang terbesar diantara jenis tanaman buah-buahan yang lain. Jumlah tanaman pisang
yang terdaftar pada tahun 2009 di Kabupaten Kepulauan Mentawai mencapai 4.262.280
pohon atau meningkat 33 kali lipat jika dibandingkan dengan tahun 2008 (122.114 pohon),
jumlah produksinya meningkat sebesar 17,94 kali (204.589,44 kwintal) jika dibandingkan
dengan produksi pada tahun 2008 (10.801,12 kwintal).
Tabel 3.16.4Luas tanam dan hasil Produksi Komoditas Pisang
Kabupaten Kepulauan Mentawai, 2009.
No. Kecamatan
Jumlah
tanaman
(Pohon)
Belum
menghasilkan
(Pohon)
Produktif
(pohon)
Produksi
(kwintal)
1 Pagai Selatan 579,480.00 347,688.00 231,792.00 27,815.04
2 Sikakap 630,300.00 378,180.00 252,120.00 30,254.40
3 Pagai Utara 338,910.00 203,346.00 135,564.00 16,267.68
4 Sipora Selatan 394,680.00 236,808.00 157,872.00 18,944.64
5 Sipora Utara 304,920.00 182,952.00 121,968.00 14,636.16
6 Siberut Selatan 391,710.00 235,026.00 156,684.00 18,802.09
7 Siberut Barat Daya 341,220.00 204,732.00 136,488.00 16,378.56
8 Siberut Tengah 320,760.00 192,456.00 128,304.00 15,396.48
9 Siberut Barat 514,470.00 308,682.00 205,788.00 24,694.56
10 Siberut Utara 445,830.00 267,498.00 178,332.00 21,399.84
Total 4,262,280.00 2,557,368.00 1,704,912.00 204,589.45
Sumber: BPS, 2010. Data diolah
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 160
Jenis buah lain selain pisang yang relative cukup besar populasinya di Kabupaten
Kepulauan mentawai adalah buah durian, namun kendala utama pemasaran dan stabilitas
harga sebagai buah musiman menyebabkan potensi komoditas buah durian yang sangat
besar di Kabupaten kepulauan mentawai menjadi tidak cukup tergali dengan baik. Dilihat
dari sebaran lokasi perkebunan secara geografis terlihat bahwa buah durian di Kabupaten
Kepulauan Mentawai tersebar secara merata. Hal ini mengindikasikan bahwa pada tiap
musim durian pendapatan masyarakat di seluruh pelosok mentawai bisa meningkat dengan
asumsi akses pemasaran bagi durian ini cukup mudah. Hal lain yang dapat dikembangkan
adalah dengan menjadikan durian sebagai bahan baku untuk pengolahan produk turunan
berbahan baku durian. Lebih lengkap mengenai kondisi produksi durian di kabupaten
kepulauan mentawai dapat dilihat pada tabel 3.16.5 berikut ini.
Tabel 3.16.5Luas tanam dan hasil produksi tanaman Durian
Kabupaten kepulauan Mentawai 2009
No. KecamatanJumlah
tanaman(Pohon)
Belummenghasilkan
(Pohon)
Produktif(pohon)
Produksi(kwintal)
1 Pagai Selatan 6,146 2,151 3,995 1,797.75
2 Sikakap 5,730 2,006 3,724 1,675.80
3 Pagai Utara 3,080 1,078 2,002 900.90
4 Sipora Selatan 5,130 1,796 3,334 1,500.30
5 Sipora Utara 5,543 1,941 3,602 1,620.90
6 Siberut Selatan 5,085 1,780 3,305 1,487.25
7 Siberut Barat Daya 3,648 1,277 2,371 1,066.95
8 Siberut Tengah 3,643 1,276 2,367 1,065.15
9 Siberut Barat 4,677 1,636 3,041 1,368.45
10 Siberut Utara 4,051 1,418 2,633 1,184.85
Total 46,733.00 16,359.00 30,374.00 13,668.30
Sumber: BPS Kabupaten Kepulauan Mentawai
2) Subsektor Tanaman Perkebunan
Tanaman perkebunan utama yang banyak diusahakan oleh masyarakat di
Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah tanaman coklat, cengkeh, dan kelapa. Dalam skala
produksi dan luas tanam yang lebih kecil masyarakat mentawai juga mengusahakan kulit
manis,, nilam, dan pala.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 161
Tabel: 3.16.6Luas Areal dan hasil produksi tanaman Kakao Kabupaten kepulauan Mentawai
No. KecamatanLuas lahanProduktif
(Ha)
Belummenghasilkan
(Ha)
Total LuasLahan (Ha)
Produksi(ton)
1 Pagai Selatan 280 71 351 252
2 Sikakap 224 57 281 201
3 Pagai Utara 261 66 327 234
4 Sipora Selatan 448 112 560 403
5 Sipora Utara 247 62 309 222
6 Siberut Selatan 190 48 238 171
7 Siberut Barat Daya 305 77 382 274
8 Siberut Tengah 322 81 403 289
9 Siberut Barat 460 115 575 414
10 Siberut Utara 228 58 286 205
Total 2,965 747 3,712 2,665
Sumber: BPS, 2010. Data diolah
Tiga tanaman perkebunan yang banyak diusahakan oleh masyarakat mentawai
tersebut diatas tidak terlepas dari stabilnya harga pasar ketiga jenis komoditi perkebunan
tersebut. Khusus untuk hasil perkebunan kelapa, biasanya dijual dalam bentuk bungkil
kopra.
Tabel: 3.16.7Luas Areal dan produksi tanaman cengkeh
No. KecamatanLuas lahanProduktif
(Ha)
Belummenghasilkan
(Ha)
Total LuasLahan (Ha)
Produksi(ton)
1 Pagai Selatan 185 37 222 55
2 Sikakap 107 7 114 32
3 Pagai Utara 146 24 170 43
4 Sipora Selatan 172 81 253 51
5 Sipora Utara 116 54 170 34
6 Siberut Selatan 124 6 130 37
7 Siberut Barat Daya 206 7 213 61
8 Siberut Tengah 187 6 193 56
9 Siberut Barat 105 2 107 31
10 Siberut Utara 198 6 204 59
Total 1,546 230 1,776 459
Sumber: BPS, 2010. Data diolah
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 162
Berdasarkan data perbandingan antara luas areal produktif dan yang belum
produktif dalam ketiga komoditas perkebunan diatas, terlihat bahwa proporsi tanaman yang
belum produktif cukup besar terhadap jumlah total tanaman. Kondisi ini mencerminkan
bahwa proses penanaman dan pengembangan usaha perkebunan untuk ketiga jenis
komoditas perkebunan ini di kabupaten kepulauan mentawai cukup antusias. Khusus untuk
perkembangan perkebunan kakao saat ini memperoleh dukungan yang cukup besar dari
pemerintah daerah kabupaten kepulauan mentawai melalui bantuan bibit bagi petani coklat.
Tabel 3.16.8Luas Areal dan Produksi Tanaman Kelapa kabupaten kepualauan Mentawai
No. KecamatanLuas lahanProduktif
(Ha)
Belummenghasilkan
(Ha)
Total LuasLahan (Ha)
Produksi(ton)
1 Pagai Selatan 825 93 918 825
2 Sikakap 612 89 701 612
3 Pagai Utara 824 108 932 824
4 Sipora Selatan 993 149 1,142 993
5 Sipora Utara 846 126 972 846
6 Siberut Selatan 325 42 367 325
7 Siberut Barat Daya 783 55 838 783
8 Siberut Tengah 675 63 738 675
9 Siberut Barat 529 106 635 529
10 Siberut Utara 654 153 807 654
Total 7,066 984 8,050 7,066
Sumber: BPS, 2010. Data diolah
3) Subsektor Peternakan
Jenis usaha ternak di Kabupaten Kepulauan Mentawai terdiri dari ternak besar (sapi,
kerbau, kuda), dan ternak kecil (kambing, domba) serta unggas (ayam buras/kampung,
ayam petelur, ayam pedaging dan itik). Jenis ternak besar yang cukup besar populasinya di
kabupaten kepulauan mentawai adalah sapi potong. Sedangkan kerbau dan kuda relatif
sangat sedikit populasinya di Kabupaten Kepulauan Mentawai. Sedangkan untuk ternak kecil
babi merupakan ternak utama yang dipelihara oleh masyarakat di kabupaten kepulauan
mentawai. Data populasi kedua jenis ternak ini dapat disampaikan sebagai berikut:
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 163
Tabel 3.16.9Populasi dan Pemotongan Sapi
No. KecamatanPopulasi(ekor)
Pemotongan(ekor)
1 Pagai Selatan 14 -
2 Sikakap 22 7
3 Pagai Utara 15 -
4 Sipora Selatan 45 9
5 Sipora Utara 60 25
6 Siberut Selatan 14 13
7 Siberut Barat Daya 10 -
8 Siberut Tengah 12 -
9 Siberut Barat 24 5
10 Siberut Utara 10 2
Total 226 61
Sumber: BPS, 2010. Data diolah
Berdasarkan data dalam tabel 3.16.9 dan 3.16.10 Diatas terlihat bahwa pada ternak
sapi, populasi terbesarnya berada di daerah kecamatan sipora Utara dan sipora selatan.
Sipora sebagai pulau yang ditempati oleh tua pejat sebagai ibu kota kabupaten memiliki
etnis pendatang yang cukup banyak. Sehingga kebutuhan protein yang bersumber dari
daging yang halal terbesar disediakan untuk kawasan ini. Sedangkan untuk rata-rata
kecamatan lain di kabupaten kepulauan mentawai terlihat bahwa peranan babi sebagai
sumber protein hewani masyarakat mentawai cukup besar. Selanjutnya untuk hasil
peternakan dari unggas dapat dilihat dari tabel 3.16.11.
Tabel 3.16.10Populasi dan pemotongan babi
No. KecamatanPopulasi(ekor)
Pemotongan(ekor)
1 Pagai Selatan 300 200
2 Sikakap 175 75
3 Pagai Utara 650 350
4 Sipora Selatan 2,660 170
5 Sipora Utara 300 170
6 Siberut Selatan 450 250
7 Siberut Barat Daya 450 250
8 Siberut Tengah 450 290
9 Siberut Barat 310 130
10 Siberut Utara 280 125
Total 6,025 2,010
Sumber: BPS, 2010. Data diolah
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 164
Berdasarkan data yang dilihat dalam tabel 3.16.11. menunjukan bahwa unggas
sebagai sumber protein bagi kebutuhan konsumsi masyarakat kabupaten mentawai tidak
dihasilkan di mentawai. Berdasarkan tabel 3.16.11 jumlah populasi ternak yang terdata oleh
BPS kabupaten Kepulauan Mentawai bahkan lebih rendah dari jumlah populasi babi yang
tercatat. Populasi ternak unggas yang sangat sedikit ini mengindikasikan bahwa pasokan
telur dan daging ayam di mentawai berasal dari daerah lain di sumatera barat.
Tabel 3.16.11Tabel populasi dan Pemotongan Unggas di kabupaten kepulauan mentawai.
No. KecamatanPopulasi(ekor)
Pemotongan(ekor)
1 Pagai Selatan 350 120
2 Sikakap 450 250
3 Pagai Utara 250 130
4 Sipora Selatan 500 350
5 Sipora Utara 550 375
6 Siberut Selatan 310 200
7 Siberut Barat Daya 210 80
8 Siberut Tengah 347 150
9 Siberut Barat 550 300
10 Siberut Utara 250 80
Total 3,767 2,035
Sumber: BPS, 2010. Data diolah
4) Subsektor Perikanan
Kabupaten Kepulauan Mentawai merupakan wilayah yang sangat potensial untuk
usaha penangkapan ikan di perairan umum maupun untuk usaha budidaya ikan laut.
Kabupaten Kepulauan Mentawai memiliki empat buah pulau besar yaitu Pulau Pagai Selatan,
Pulau pagai Utara, Pulau Sipora dan Pulau siberut serta puluhan pulau kecil disekitarnya.
Dengan garis pantai yang panjang tentunya potensi perikanan laut bagi daerah ini
seharusnya sangat besar. Kendala alam dan permodalan yang besar untuk sarana alat
tangkap dalam usaha perikanan laut menyebabkan potesi yang sangat besar ini belum
tergarap dengan optimal. Selain itu keberadaan infrastruktur yang dapat mendukung
industri perikanan laut berkembang di kabupaten kepulauan mentawai juga tidak memadai.
Gambaran hasil produksi perikanan laut di kabupaten kepulauan mentawai dapat
disampaikan sebagai berikut:
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 165
Tabel 3.16.12Jumlah Hasil Penangkapan Ikan Laut dan Kontribusi Per kecamatan kabupaten
kepulauan mentawai, 2009
No. KecamatanProduksi
(ton)Persentase
1 Pagai Selatan 90 3.64
2 Sikakap 510 20.64
3 Pagai Utara 119 4.82
4 Sipora Selatan 112 4.53
5 Sipora Utara 520 21.04
6 Siberut Selatan 440 17.81
7 Siberut Barat Daya 80 3.24
8 Siberut Tengah 120 4.86
9 Siberut Barat 420 17.00
10 Siberut Utara 60 2.43
Total 2,471 100
Sumber: BPS, 2010. Data diolah
Dari sebaran wilayah penghasil produksi perikanan laut yang cukup besar di
kabupaten kepulauan mentawai terlihat bahwa kecamatan yang memiliki pantai di sebelah
barat dan menghadap kearah samudera hindia tidak memiliki produksi hasil tangkapan yang
tinggi, sedangkan untuk yang berada di wilayah pantai timur Kabupaten Kepulauan
Mentawai memiliki hasil tangkapan yang tinggi. Hal ini mengindikasikan rendahnya teknologi
penangkapan ikan yang digunakan nelayan di kabupaten kepulauan mentawai sehingga
penangkapan di perairan laut yang lebih dalam hasilnya menjadi lebih rendah dibandingkan
dengan hasil tangkapan di pantai timur yang relatif lebih dangkal.
b. Sektor Pertambangan
Sektor Pertambangan di Kabupaten Kepulauan Mentawai memiliki peran yang
sangat kecil bagi pembentukan PDRB kabupaten Kpeulauan Mentawai. Subsektor yang ada
dari sektor ini hanya subsektor penggalian yang nilai tambah produksinya rendah.
Berdasarkan data PDRB tidak terjadi perubahan kontribusi dari tahun 2008 ke tahun 2009,
yaitu hanya sebesar 0.39 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak terdapat peningkatan
hasil eksploitasi sektor pertambangan khususnya subsektor penggalian di mentawai.
c) Sektor Pariwisata
Kabupaten Kepulauan Mentawai merupakan salah satu daerah kepulauan dengan
potensi pariwisata pesisir yang sangat potensial. Dengan garis pantai sepanjang 1,402.66
km persegi dengan 4 pulau besar ditambah pulau-pulau kecil (94 buah), Kondisi geografis
wilayah pesisir di Kabupaten Kabupaten Kepulauan Mentawai dengan ombak, pantai, wisata
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 166
serta didukung dengan terjaganya kebudayaan asli Mentawai dapat menjadi daya tarik
wisata. Potensi daerah kepulauan dan wilayah pesisir yang dimiliki ini dikembangkan oleh
Pemerintah Daerah untuk kegiatan pariwisata dan menjadikan sektor pariwisata sebagai
salah satu sektor andalan guna meningkatkan perekonomian masyarakat dan peningkatan
pendapatan asli daerah.
Kondisi pemanfaatan kekayaan alam mentawai untuk pengembangan perekonomian
masyarakat mentawai dapat dilihat pada data yang disampaikan pada tabel 3.16.14.
Berdasarkan tabel ini, menunjukan bahwa kecamatan Siberut Barat Daya merupakan
wilayah yang memiliki potensi terbesar sebagai lokasi pariwisata. Dalam perencanaan
pemerintah daerah kabupaten kepulauan Mentawai saat ini dilakukan pengembangan objek
wisata budaya di Desa Madobag Kecamatan Siberut Selatan dan pantai (surfing) di desa
Bosua kecamatan Sipora Selatan.
Tabel: 3.16.13Objek Pariwisata dan Resort/Penginapan Per Kecamatan
kabupaten Kepulauan Mentawai 2010
No. Kecamatan Alam Maritim Budaya Jumlah
1 Pagai Selatan 1 1 0 2
2 Sikakap 0 0 0 0
3 Pagai Utara 0 1 0 1
4 Sipora Selatan 0 1 0 1
5 Sipora Utara 2 4 0 6
6 Siberut Selatan 0 0 1 1
7 Siberut Barat Daya 4 8 0 12
8 Siberut Tengah 1 1 0 2
9 Siberut Barat 2 2 0 4
10 Siberut Utara 0 0 1 1
Total 10 18 2 30
No. Kecamatan Resort Wisma Penginapan Jumlah
1 Pagai Selatan 1 0 0 1
2 Sikakap 0 0 7 7
3 Pagai Utara 1 0 0 1
4 Sipora Selatan 2 0 3 5
5 Sipora Utara 2 0 5 7
6 Siberut Selatan 0 0 3 3
7 Siberut Barat Daya 3 0 0 3
8 Siberut Tengah 0 0 0 0
9 Siberut Barat 0 0 3 3
10 Siberut Utara 1 0 0 1
Total 10 0 21 31
Sumber: BPS, 2010. Data diolah
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 167
d). Sektor Perindustrian
Seluruh usaha yang bergerak di sektor Industri di kabupaten kepulauan mentawai
merupakan Industri kecil yang tergolong kedalam kelompok UMKM. Industri kecil yang
terdaftar oleh Dinas Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro Kecil
Menengah Kabupaten Kepulauan Mentawai hanya meliputi industri kecil hasil pertanian dan
kehutanan, industri kecil tekstil serta industri kecil logam, mesin dan kimia. Unit usaha
industri kecil hasil pertanian dan kehutanan yang terdaftar hanya ada 208 unit usaha,
dimana 208 unit adalah Non Formal dan tidak ada unit usaha Formal, sedangkan total
tenaga kerja dari jenis unit usaha tersebut adalah sebanyak 419 orang, dimana
keseluruhannya merupakan tenaga kerja non formal.
Tabel 3.16.14Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Kecil
Kebupaten Kepulauan Mentawai
No Jenis Industri JumlahTenagaKerja
1 Roti dan Kue Kering 2 24
2 Macam-macam Es 50 100
3 Industri Kerupuk 3 6
4 Industri Makanan Lainnya 5 10
5 Industri Tahu 3 6
6 Anyaman rotan, Bambu dan Pandan 25 25
7 Perabot perlengkapan Rumah tangga 11 33
8 Minyak Atsiri 100 200
9 Penggaraman Ikan 6 6
10 Industri kapal/Perahu 1 10
Sumber: BPS Kabupaten Kepulauan Mentawai (2011)
Sebagai daerah yang relatif paling tertingal pembangunan wilayahnya di Sumatera
Barat, terlihat bahwa sektor industri di Mentawai sangat rendah peranannya dalam
penyerapan tenaga kerja. Permasalahan tidak berkembangnya kondisi sektor perindustrian
di mentawai lebih disebabkan oleh faktor teknis/teknologi, ketersediaan pasar domestik dan
ketersediaan tenaga kerja. Jika dilihat dari sisi ketersediaan bahan baku, maka berbagai
industri kecil yang berbasis sektor perkebunan, perikanan dan kehutanan sangat berpotensi
untuk dikembangkan di kabupaten kepulauan Mentawai ini.
Sebagai contoh adalah prospek industri pengolahan hasil tangkapan ikan laut,
antara lain penggaraman ikan. Berdasarkan data BPS tahun 2009, menunjukan bahwa
hanya ada 6 usaha yang bergerak di usaha penggaraman ikan di seluruh Kepulauan
Mentawai. Sementara dari sisi bahan baku, bisa dikatakan untuk industri ini tidak ada
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 168
kendalanya. Dari hasil kunjungan peneliti ke lapangan diketahui bahwa dalam menjalankan
usaha penggaraman ikan tersebut kendala utama mereka adalah teknologi berproduksi dan
pemasaran produknya.
e. Sektor Perdagangan
Sektor perdagangan Kepulauan mentawai merupakan salah satu sektor basis bagi
wilayah kepulauan Mentawai. Namun dilihat dari jumlah perusahaan perdagangan yang
terdaftar di kabupaten kepulauan mentawai jumlahnya hanya 75 perusahaan. Dari
perusahaan yang terdaftar tersebut seluruhnya masuk kedalam kategori UMKM di sektor
perdagangan, dimana 48 perusahaan merupakan perusahaan kecil dan 27 perusahaan
merupakan perusahaan menegah (Mentawai dalam angka 2011).
Sementara itu jika dikaitkan dengan kontribusi sektor perdagangan kabupaten
Kepulauan mentawai dan nilai LQ dai sektor perdagangan ini, menunjukan peran dan
kontribusi yang cukup besar. Penjelasan terhadap kontradiksi jumlah perusahaan dan
sumbangan sektoral ini adalah sebagian besar pelaku ekonomi di sektor ini merupakan
pelaku usaha informal yang tidak mendaftarkan perusahaannya. Kemungkinan lain adalah
pelaku usaha di sektor perdagangan di kabupaten Mentawai adalah perusahaan
perdagangan yang terdaftar di wilayah lain di luar kabupaten kepulauan mentawai.
3.17. KABUPATEN PADANG PARIAMAN
3.17.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Padang Pariaman atas dasar
harga berlaku pada tahun 2009 adalah sebesar 5.595,43 milyar rupiah. Pada tahun 2008
nilai PDRB Kabupaten Padang Pariaman atas dasar harga berlaku sebesar 5.128,39 milyar
rupiah, berarti terdapat kenaikan sekitar 467 milyar rupiah.
Kenaikan nilai PDRB atas dasar harga berlaku ini belum dapat mencerminkan
perbaikan produktivitas ekonomi secara riil, karena kenaikan ini masih mengadung unsur
inflasi. Kenaikan produktivitas ekonomi secara riil dapat dilihat dari kenaikan nilai Produk
Domestik Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan tahun 2009.
PDRB Kabupaten Padang Pariaman atas dasar harga konstan pada tahun 2008
mencapai 2.645,12 milyar rupiah, dan selama tahun 2009 nilai PDRB tercatat sebesar
2.749,34 milyar atau meningkat sekitar 104 milyar rupiah di bandingkan tahun 2008.
Peningkatan tersebut juga sekaligus memberikan gambaran pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Padang Pariaman pada tahun 2009 yang tumbuh sebesar 3,94 persen.
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Padang Pariaman tersebut didukung oleh
berbagai sektor dalam perekonomian Kabupaten Padang Pariaman, namun sub sektor yang
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 169
dominan dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Padang Pariaman tersebut
adalah sektor angkutan udara. Hal ini terlihat dari kontribusi sektor angkutan udara sebesar
11,29 persen pada tahun 2009.
Selanjutnya, peningkatan PDRB Kabupaten Padang Pariaman atas dasar harga
berlaku mengakibatkan adanya peningkatan nilai pendapatan per kapita penduduk
Kabupaten Padang Pariaman yakni dari 12,34 juta rupiah per kapita per tahun pada tahun
2008 menjadi 13,12 juta rupiah per kapita per tahun pada tahun 2009.
Tabel 3.17.1.PDRB Kabupaten Padang Pariaman Menurut Sektor Tahun 2008-2009
No Sektor2008 2009 Perkembangan %
Berlaku Konstan Berlaku Konstan Berlaku Konstan
1 Pertanian 1.269.375,23 661.564,23 1.359.186,87 675.380,62 7,08 2,09
2 Penggalian 195.195,82 90.791,66 198.401,18 89.777,08 1,64 -1,12
3 Industri
Pengolahan583.370,33 319.718,04 624.830,73 326.348,41 7,11 2,07
4 Listrik & Air
Minum74.453,72 36.438,55 78.129,29 37.017,65 4,94 1,59
5 Bangunan 239.493,77 123.012,40 252.722,85 124.086,34 5,52 0,87
6 Perdagangan,
Hotel dan
Restoran
561.151,72 318.130,80 611.576,93 322.240,34 8,99 1,29
7 Angkutan &
Komunikasi1.259.644,13 605.691,51 1.451.892,51 668.203,25 15,26 10,32
8 Keuangan,
Persewaan dan
Jasa Perusahaan
116.336,24 57.258,39 124.355,70 58.295,59 6,89 1,81
9 Jasa-Jasa 829.367,07 432.513,48 894.334,08 447.987,46 7,83 3,58
PDRB
Kabupaten
Padang
Pariaman
5.128.388,03 2.645.119,06 5.595.430,14 2.749.336,74 9,11 3,94
Sumber: Padang Pariaman Dalam Angka, BPS, 2010
Berdasarkan nilai Location Quotient (LQ) sektor/subsektor di Kabupaten Padang
Pariaman, diketahui bahwa sektor pertanian, pertambangan dan galian, listrik gas dan air
bersih, pengangkutan dan komunikasi, dan jasa merupakan hasil kegiatan basis.
Berdasarkan data pada Tabel 3.17.2, nilai LQ terbesar adalah pengangkutan terutama
angkutan udara yang memiliki nilai LQ sebesar 13,60 dan berada di peringkat 1 seluruh
Sumatera Barat. Hal ini disebabkan sudah adanya Bandara Internasional Minangkabau (BIM)
di Kabupaten Padang Pariaman.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 170
Tabel 3.17.2Nilai Location Quotient (LQ) Sektor/SubSektor dan
Posisi Kabupaten Padang Pariaman di Provinsi Sumatera Barat, 2009
No. Sektor/Sub Sektor LQ Basis Rangking
1. PERTANIAN 1,04 BASIS 13
a. Tanaman Pangan & Hortikultura 1,36 BASIS 6
b. Perkebunan 0,61 11
c. Peternakan 0,90 15
d. Kehutanan 0,17 12
e. Perikanan 1,06 BASIS 6
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 1,02 BASIS 8
a. Migas dan Gas Bumi 0,00 0
b. Non Migas 0,00 0
c. Penggalian 1,28 BASIS 8
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 0,93 8
a. Industri Migas 0,00 0
b. Industri Tanpa Migas 0,93 8
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 1,16 BASIS 7
a. Listrik 1,24 BASIS 6
b. G a s 0,00 0
c. Air Bersih 0,45 12
5. BANGUNAN 0,89 11
6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 0,64 14
a. Perdagangan Besar dan Eceran 0,64 13
b. H o t e l 0,01 19
c. Restoran 0,59 17
7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 1,74 BASIS 2
a. Angkutan 2,25 BASIS 1
1. Kereta Api 0,00 0
2. Jalan Raya (Darat) 0,46 15
3. Angkutan Laut 0,00 0
4. Angkutan Sungai, Danau &Penyebrangan
0,00 7
5. Angkutan Udara 13,60 BASIS 1
6. Jasa Penunjang Angkutan 0,60 4
b. Komunikasi 0,14 12
8.KEUANGAN, PERSEWAAN & JASAPERUSAHAAN
0,41 16
a. Bank 0,34 17
b. Lembaga Keuangan Tanpa Bank &Jasa Penunjang
0,41 16
c. Sewa Bangunan 0,52 15
d. Jasa Perusahaan 0,13 9
9. JASA-JASA 0,98 11
a. Pemerintahan Umum & Pertahanan 1,20 BASIS 6
b. Swasta 0,52 13
1. Sosial Kemasyarakatan 0,55 9
2. Hiburan dan Rekreasi 0,09 13
3. Perorangan dan Rumahtangga 0,59 13
Sumber: Padang Pariaman Dalam Angka, BPS, 2010, diolah.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 171
3.17.2. Kondisi Produksi
a. Sektor pertanian
1). Subsektor tanaman pangan
Subsektor tanaman pangan merupakan salah satu penggerak utama perekonomian
di Kabupaten Padang Pariaman. Subsektor ini memberikan kontribusi sebesar Rp.915.756,65
juta atau sekitar 17,85% dari PDRB Kabupaten Padang Pariaman. Pada tahun 2006 total
luas areal panen tanaman pangan adalah 89.953 ha dengan total produksi 318.606 ton.
Tabel 3.17.3.Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangandi Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2009
Jenis Tanaman Luas Panen (ha) Produksi (ton)Rata-rata
Produksi (ton/ha)
Padi Sawah 49.774 267.180,63 5,37
Jagung 1.461 7.428,7 5,08
Ubi Kayu 561 11.669,27 20,80
Ubi Jalar 3 54,2 18,07
Kacang Kedelai 24 51,9 2,16
Kacang Hijau 7 14,06 2,01
Kacang Tanah 301 825,33 2,74
Jumlah 52.131 287.224 56
Sumber: Padang Pariaman Dalam Angka, BPS, 2010
Bila dilihat menurut komoditas, luas panen, dan produksi tanaman bahan makanan
tahun 2009 di Kabupaten Padang Pariaman yang terbesar adalah padi sawah dengan luas
areal 49.774 ha dengan produksi 267.180,63 ton atau mencapai 93,02% dari total produksi
komoditas tanaman pangan. Selanjutnya adalah ubi kayu dengan luas panen 561 ha dan
produksi 11.669,27 ton, jagung dengan luas panen 1.461 ha dan produksi 7.428,7 ton,
kacang tanah (produksi 825,33 ton), ubi jalar dengan produksi 54,2 ton, kacang kedelai
dengan jumlah produksi 51,9 ton serta kacang hijau dengan produksi 14,06 ton.
Selama tahun 2009 luas areal panen tanaman sayuran seluas 1.623 ha, dengan
produksi sebanyak 11.048,83 ton. Produksi tanaman sayur-sayuran yang tertinggi
produksinya adalah kacang panjang sebanyak 1.851,79 ton dengan luas panen 335 ha,
terung dengan luas panen 140 ha dan produksi 1.435,04 ton, ketimun 3.987 ton dengan
luas panen 318 ha, cabe merah 2.574 ton dengan luas panen 425 ha, bayam 644 ton
dengan luas panen 250 ha, kangkung produksi 557 ton dengan luas panen 155 ha.
Rekapitulasi luas areal dan produksi tanaman sayur-sayuran selengkapnya dapat dilihat pada
Tabel 3.17.4.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 172
Tabel 3.17.4.Luas Panen dan Produksi Tanaman Sayurandi Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2009
Jenis Tanaman Luas Panen(ha)
Produksi(ton)
Rata-rata Produksi(ton/ha)
Kacang Panjang 335 1.851,79 5,53
Terung 140 1.435,04 10,25
Ketimun 318 3.987 12,54
Cabe Merah 425 2.574 6,06
Bayam 250 644 2,58
Kangkung 155 557 3,59
Jumlah 1.623 11.048,83 40,55
Sumber: Padang Pariaman Dalam Angka, BPS, 2010
Jumlah luas panen dan produksi tanaman buah-buahan pada tahun 2009 seluas
13.140,20 ha dengan produksi 1.473.228,51 ton. Produksi buah-buahan tertinggi dihasilkan
dari tanaman pisang sebanyak 578.435 ton dengan luas panen 1.676 ha, pepaya dengan
jumlah produksi 532.324 ton dengan luas panen 8.579 ha, melinjo produksi 102.988 ton
dengan luas panen 317,75 ha, rambutan 74.643 ton dengan luas panen 667,82 ha. Jumlah
luas panen dan produksi tanaman buah selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.17.5.
Tabel 3.17.5.Luas Panen dan Produksi Tanaman Sayurandi Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2009
Jenis Tanaman Luas Panen(ha)
Produksi(ton)
Rata-rata Produksi(ton/ha)
Alpukat 53,23 3.962 495,31
Semangka 64 1.435 22,42
Mangga 322,52 32.575 4.886,25
Rambutan 667,82 74.643 9.330,39
Duku 36,45 2.546 443,3
Jeruk 108,77 6.284 778,97
Durian 727,93 59.785 15.544,10
Jambu Biji 53,94 7.376 368,8
Pepaya 8.579 532.324 62,05
Pisang 1.676 578.435 6.945,32
Manggis 264,51 44.922 8.984,40
Nangka 171,59 21.040 3.148,25
Melinjo 317,75 102.988 8754
Nanas 66,43 164,51 2,15
Sawo 29,84 4.749 474,9
Jumlah 13.140,20 1.473.228,51 60.240,61
Sumber: Padang Pariaman Dalam Angka, BPS, Tahun 2010
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 173
2). Subsektor perkebunan
Luas panen dan produksi tanaman perkebunan selama tahun 2009, seperti terlihat pada
Tabel 3.17.6, produksi tanaman perkebunan tertinggi dihasilkan oleh komoditas kakao yaitu
sebanyak 6.992,90 ton dengah luas tanam mencapai 15.978,90 ha, hal ini dikarenakan
kakao menjadi komoditi andalan dan menjadi program pemerintah kabupaten.
Tabel 3.17.6.Luas Tanam (ha), Produksi (Ton)
Tanaman Perkebunan di Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2009
Jenis Tanaman Luas Tanam(Ha)
Produksi(Ton)
1. Karet 2.845 2.499,52
2. Kelapa 39.194 34.757
3. Kulit Manis 4.547 6.006,73
4. Cengkeh 281 78,09
5. Kopi 432 205,8
6. Pala 300 115,62
7. Kapuk 18 4,5
8. Pinang 1.488 891,8
9. Nilam 59 7,76
10. Kakao 15.978,90 6.992,90
11. Enau 52 62,55
12. Sagu 196 294,14
13. Merica 10 2,05
14. Kelapa Sawit 729 1.465,20
15. Garda Munggu 465 138,9
16. Gambir 185 105
Jumlah 66.780 53.628
Sumber: BPS. Padang Pariaman Dalam Angka Tahun 2010
3). Subsektor peternakan
Jenis usaha ternak di Kabupaten Padang Pariaman terdiri dari ternak besar (sapi,
dan kerbau), dan ternak kecil (kambing) serta unggas (ayam ras, ayam buras, ayam ras
petelur dan itik). Populasi hewan ternak pada tahun 2009 mencapai 5.856.677 ekor.
Populasi sapi terbanyak untuk ukuran ternak besar yaitu 71.581 ekor dan kerbau sebanyak
47.178 ekor. Sedangkan untuk unggas, terbanyak adalah ayam ras dengan jumlah populasi
sebanyak 3.398.823 ekor, diikuti dengan ayam buras dengan populasi sebanyak 1.752.817
ekor dan ayam ras petelur dengan populasi 376.000 ekor. Populasi itik yang paling sedikit
dengan populasi sebanyak 175.187 ekor.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 174
Tabel 3.17.7.Jumlah Populasi Ternak di Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2009
Jenis Ternak JumlahPopulasi
JumlahPemotongan
Sapi 71.581 ekor 3.375 ekor
Kerbau 47.178 ekor 1.208 ekor
Kuda 86 ekor -
Kambing 35.005 ekor 35.005 ekor
Ayam Buras 1.752.817 ekor 2.629.228 kg
Ayam Ras Petelur 376.000 ekor 188.000 kg
Ayam Ras 3.398.823 ekor 19.781.150 kg
Itik 175.187 ekor 87.597 kg
Jumlah 5.856.677 ekor
Sumber: Padang Pariaman Dalam Angka, BPS Tahun 2010
Produksi daging di Kabupaten Padang Pariaman yang paling banyak dari ternak sapi
sebanyak 3.375 ekor atau sekitar 308.036 kg daging. Kerbau sebanyak 1.208 ekor atau
sekitar 143.550 kg daging dan kambing sebanyak 35.005 ekor. Sementara untuk ayam,
yang paling banyak dihasilkan adalah ayam ras dengan pemotongan sebanyak 19.781.150
kg, diikuti oleh ayam buras dengan pemotongan sebanyak 2.629.228 kg, ayam ras petelur
sebanyak 188.000 kg dan itik sebesar 87.597 kg.
4). Subsektor perikanan
Usaha perikanan di Kabupaten Padang Pariaman terdiri dari usaha perikanan darat
dan usaha perikanan laut. Produksi ikan terbesar adalah dari kolam peternakan rakyat
dengan produksi sebesar 142.791.300 ton selama tahun 2009. Selanjutnya adalah mina padi
dengan produksi 1.153.000 ton dan perikanan laut sebanyak 43.632,5 ton .
Tabel 3.17.8.Perkembangan Produksi (ton) Perikanan Kabupaten Padang Pariaman
Tahun 2009
Komoditas Luas Area(ha)
Produksi(ton)
Perairan Umum 1.135 0.0
Kolam Rakyat 501,7 0.0
Kolam Peternakan Rakyat 87,75 142.791.300
Mina Padi 3,2 1.153.000
Perikanan Laut - 43.632,5
Sumber: Padang Pariaman Dalam Angka, BPS, Tahun 2010
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 175
c. Sektor pertambangan
Kabupaten Padang Pariaman sebenarnya mempunyai potensi yang cukup besar di
sektor pertambangan dan penggalian untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD),
tetapi sampai saat ini masih banyak potensi tersebut yang belum dimanfaatkan secara
optimal. Jenis barang dan galian yang banyak terdapat di daerah ini antara lain, Obsidian,
Trass, Perlit, Batu Kapur, Batu Apung, Andesit, Pasir Besi, Pasir dan Batu, Trakhit, dan Batu
Sabak. Diperkirakan potensi dari masing-masing bahan tambang dan galian tersebut sebesar
6.899.000 m3 untuk Obsidian, 11.440.000 ton Trass, 6.925.000 m3 Perlit, 1.700 ton Batu
Kapur, 326.000 m3 Andesit, 2.435 ton Pasir dan Batu, 700.000 m3 Trakhit, 25.000 m3 Batu
Sabak. Sedangkan bahan tambang dan galian lainnya belum dapat diperkirakan potensinya.
Tabel 3.17.9.Produksi Tambang di Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2009
Jenis Tambang Deposit Produksi( 000 m3)
Obsidian 0 1.360
Tanah Urug Berbatu 0 4.130
Batu Apung (Perlit) 0 0
Trass Pasiran 0 75
Trass 0 900
Trass Berbatu
Apung
0 6 .610
Sirtukil 2.480 65
Andesit 880 8
Tanah Liat 470 70
Sumber: Padang Pariaman Dalam Angka, BPS, Tahun 2010
d. Sektor perindustrian
Dilihat dari jumlah usaha dan tenaga kerja yang terserap, Industri Kecil dan Industri
Kerajinan rumah tangga merupakan salah satu sub sektor yang diharapkan dapat
menunjang perekonomian Kabupaten Padang Pariaman. Selama tahun 2009 jumlah unit
usaha industri kecil baik formal maupun non formal yang terdapat di Kabupaten Padang
Pariaman mengalami kenaikan jika dibandingkan tahun 2008. Jumlah industri kecil hasil
pertanian baik formal maupun non formal pada tahun 2008 masing-masing berjumlah 103
unit dan 365 unit sedangkan pada tahun 2009 masing-masing tercatat 115 unit formal dan
sebanyak 591 unit informal. Tingkat penyerapan tenaga kerja pada industri kecil hasil
pertanian formal dan non formal masing-masing sebanyak 602 orang dan 1.507 orang.
Selanjutnya, jumlah unit usaha industri aneka baik formal dan non formal pada
tahun 2009 masing- masing sebanyak 150 unit formal dan 159 unit informal, sedangkan
jumlah tenaga kerja masing-masing sebanyak 1.349 orang pada usaha formal dan sebanyak
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 176
865 orang pada usaha informal. Jumlah unit usaha industri logam, mesin, dan kimia pada
tahun 2009 formal dan non formal masing-masing 39 unit dan 285 unit, sedangkan jumlah
tenaga kerjanya masing-masing 331 orang pada usaha formal dan sebanyak 733 orang pada
usaha informal.
Jumlah unit usaha bordir yang tercatat di Kabupaten Padang Pariaman selama tahun
2009 adalah sebanyak 147 unit dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 845 orang.
Sedangkan jumlah industri anyaman pandan yang tercatat selama tahun 2009 sebanyak 263
unit dengan tenaga kerja sebanyak 443 orang.
Tabel 3.17.10Jenis Industri, Jumlah Unit Usaha, dan Jumlah Tenaga Kerja di Kabupaten
Padang Pariaman Tahun 2009
IndustriJumlah Unit Usaha Tenaga Kerja
Formal Non Formal Formal Non Formal
Industri Kecil Hasil
Pertanian dan Kehutanan
115 591 602 1.507
Industri Aneka 150 159 1.349 865
Industri Kecil Logam, Mesin
dan Kimia
39 285 331 733
Sulaman Indah 20 135
Bordir 147 845
Anyaman Pandan 263 443
Sumber: Padang Pariaman Dalam Angka, BPS, 2010
e. Sektor perdagangan
Selama tahun 2009 Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Padang
Pariaman mengeluarkan izin usaha perdagangan sebanyak 191 SIUP untuk pedagang kecil,
7 SIUP untuk pedagang menengah, dan hanya 2 SIUP untuk pedagang besar. Untuk
menunjang kegiatan perdagangan setiap kecamatan di Kabupaten Padang Pariaman telah
memiliki pasar sebagai tempat transaksi jual beli. Bahkan Kecamatan VII Koto Sei Sariak
memiliki 4 pasar, Kecamatan V Koto Timur 3 pasar dan Kecamatan Sungai Limau memiliki 2
buah pasar.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 177
Tabel 3.17.11.Jumlah Pedagang Yang Memiliki Izin Usaha Perdagangan (SIUP) di Kabupaten
Padang Pariaman Tahun 2005-2009
TahunBentuk Perusahaan
JumlahPedagang Kecil
PedagangMenengah
Pedagang Besar
2009 191 7 2 200
2008 338 13 7 358
2007 208 6 4 218
2006 218 17 4 239
2005 208 9 1 218
Sumber: Padang Pariaman Dalam Angka, BPS, Tahun 2010
Tabel 3.17.12.Jumlah Pasar, Pasar Ternak dan Daya Tampung Pasar Ternak di Kabupaten
Padang Pariaman Tahun 2005-2009
Tahun Pasar Pasar Ternak Daya Tampung PasarTernak
2009 27 9 775
2008 32 9 775
2007 32 9 775
2006 20 5 1.405
2005 24 5 0
Sumber: Padang Pariaman Dalam Angka, BPS, Tahun 2010
f. Koperasi
Jumlah koperasi primer di Kabupaten Padang Pariaman mengalami peningkatan dari
204 unit pada tahun 2008 menjadi 207 unit pada tahun 2009. Demikian juga dengan jumlah
anggota koperasi yang meningkat dari 21.685 orang pada tahun 2008 menjadi 22.402 orang
pada tahun 2009. Sedangkan jumlah KUD tidak mengalami perubahan. Melihat potensi
koperasi yang telah ada di setiap kecamatan, perlu kiranya bagi pemerintah daerah untuk
mengembangkan dkoperasi dengan meningkatkan profesionalisme pengelolaan koperasi.
Tabel 3.17.13Jumlah Koperasi, Jumlah Anggota KUD dan Non KUD
di Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2006
KecamatanKoperasi
Jumlah AnggotaKUD Non KUD
Batang Anai 3 18 1.903
Lubuk Alung 4 28 3.228
Sintuk Toboh Gadang 2 6 485
Ulakan Tapakis 2 10 515
Nan Sabaris 2 14 1.213
2 x 11 Enam Lingkung 3 18 2.767
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 178
KecamatanKoperasi
Jumlah AnggotaKUD Non KUD
Enam Lingkung 2 13 1.748
2 x 11 Kayu Tanam 2 13 1.154
VII Koto Sungai Sarik 2 17 2.389
Patamuan 1 5 818
Padang Sago 1 3 312
V Koto Kampung Dalam 3 15 1.666
V Koto Timur 3 6 884
Sungai Limau 3 15 1.368
Batang Gasan 1 3 286
Sungai Geringging 1 14 1.025
IV Koto Aur Malintang 1 9 641
Sumber: Padang Pariaman Dalam Angka, BPS, Tahun 2010
g. Sektor pariwisata, hotel, dan restoran
Jumlah objek pariwisata di Kabupaten Padang Pariaman terdapat sebanyak 69 lokasi
objek wisata, yang terdiri dari 19 objek wisata alam, 2 objek wisata budaya, 32 objek wisata
sejarah, 9 objek wisata pantai, dan 7 objek wisata khusus. Jumlah wisatawan yang
berkunjung ke Kabupaten Padang Pariaman sebanyak 3.563.313 wisatawan domestik dan
586 wisatawan asing.
Tabel 3.17.14.Jumlah Hotel, Jumlah Kamar dan Jumlah Tempat Tidur
di Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2005-2009
TahunJumlah Hotel/
PenginapanJumlahKamar
Jumlahtempat Tidur
PenginapAsing
PenginapDomestik
2009 2 40 56 210 1.500
2008 2 40 66 0 501
2007 1 35 66 0 402
2006 1 35 60 50 1.500
2005 1 35 60 65 2.104
Sumber: Padang Pariaman Dalam Angka, BPS, Tahun 2010
h. Sektor pengangkutan dan komunikasi
Sektor pengangkutan di Kabupaten Padang Pariaman terdiri dari pengangkutan
darat dan pengangkutan udara. Pengangkutan darat terdiri dari angkutan untuk barang dan
angkutan penumpang. Sarana perhubungan darat lain yang mulai beroperasi di Kabupaten
Padang Pariaman adalah sarana transportasi kereta api. Sarana kereta api menjadi alternatif
lain transportasi darat yang dipilih untuk jalur Padang – Pariaman. Jumlah penumpang yang
memanfaatkan fasilitas ini pada tahun 2008 sebanyak 183.212 penumpang dengan nilai
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 179
pendapatan untuk PT. Kereta Api Indonesia sebesar Rp. 831.944.000,-.
Seiring dengan telah beroperasinya Bandara Internasional Minangkabau (BIM) di
Nagari Ketaping Kecamatan Batang Anai semenjak 2006, maka Kabupaten Padang Pariaman
memiliki fasilitas bandara yang dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat Sumatera Barat.
Dilihat dari jumlah penumpang pada tahun 2008 terjadi peningkatan jumlah
penduduk yang memanfaatkan fasilitas ini. Pada tahun 2008 jumlah penumpang pada BIM
sebanyak 1.470.268 penumpang untuk penerbangan domestik/nasional dengan rincian
sebanyak 737.152 penumpang yang datang,733.116 penumpang yang berangkat.
Sedangkan jumlah penumpang untuk penerbangan internasional sebanyak 154.750
penumpang dengan rincian 74.263 penumpang yang datang dan 77.487 penumpang yang
berangkat.
Sejalan dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi sangat berpengaruh
terhadap kegiatan Kantor Pos dan Giro, indikator ini terlihat dari semakin menurunnya lalu
lintas surat melalui Kantor Pos pada tahun 2008. Hampir semua jenis kegiatan Kantor Pos
dan Giro, terutama lalu lintas surat luar negeri, surat kilat dan wesel mengalami penurunan
kegiatan.
Jumlah kantor pos yang ada di Kabupaten Padang Pariaman tahun 2009 adalah
sebanyak 10 buah yang tersebar di 10 kecamatan. Selain itu, disediakan juga bis surat
sebanyak 10 buah dan pos keliling sebanyak 9 buah.
i. Sektor jasa dan konstruksi
Kontribusi sektor bangunan dan konstruksi terhadap PDRB berdasarkan harga
berlaku pada tahun 2009 sebesar Rp 124.086,34 ribu atau 4,51% dari total PDRB tahun
2009. Laju pertumbuhannya dalam periode 2008-2009 berdasarkan harga konstan tahun
2009 sebesar 0,87%. Sementara sektor jasa memberikan kontribusi terhadap PDRB
berdasarkan harga konstan pada tahun 2009 sebesar Rp 447.987,46 ribu atau 16,29%,
dengan laju pertumbuhan berdasarkan PDRB dengan harga konstan tahun 2009 dalam
periode 2008-2009 sebesar 3,58%.
Kontribusi dari sektor jasa terhadap PDRB tahun 2009 lebih banyak berasal dari jasa
pemerintahan umum Rp 754.592,23 ribu atau 27,45%, jasa swasta sebesar Rp. 139.741,85
ribu, jasa perorangan dan rumah tangga sebesar Rp 82,879.75 ribu, jasa, jasa sosial
kemasyarakatan sebesar Rp 54.571,29, dan jasa hiburan dan rekreasi senilai Rp 2.290,81
ribu.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 180
3.18. KABUPATEN 50 KOTA
3.18.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Sektor yang memiliki nilai terbesar dalam pembentukan PDRB Kabupaten Lima
Puluh Kota pada RPJMD Tahun 2005 – 2009 adalah sektor pertanian yang pada tahun 2005
berjumlah 745.854,99 juta rupiah atau kontribusinya adalah sebesar 35,09 persen dari total
PDRB Tahun 2005. Hal ini terus mengalami kenaikan dalam nilainya yang Tahun 2009
mencapai 925.455,69 juta rupiah atau kontribusinya adalah sebesar 34,47 persen seperti
disajikan pada tabel dibawah ini,
Tabel 3.18.1.Nilai dan Kontribusi Sektor Ekonomi Dalam Pembentukan PDRB Kabupaten Lima
Puluh Kota Periode 2006 – 2009 Atas Dasar Harga Konstan
Sektor2006 2007 2008 2009
Rp Juta % Rp Juta % Rp Juta % Rp Juta %
Pertanian 789.141,71 34,99 836.942,61 34,89 877.628,17 34,47 925.455,69 34,47
PertambangandanPenggalian
138.556,20 6,14 152.812,89 6,37 172.049,92 6,76 182.457,77 6,80
IndustriPengolahan
214.655,14 9,52 223.975,78 9,34 235.628,48 9,26 245.588,59 9,15
Listrik, Gasdan Air Bersih
9.314,03 0,41 9.941,37 0,41 10.640,30 0,42 11.354,02 0,42
Bangunan 58.757,25 2,61 63.826,24 2,66 70.116,75 2,75 77.736,92 2,90
Perdagangan,Hotel danRestoran
520.485,99 23,08 555.683,26 23,17 587.013,40 23,06 615.574,81 22,93
PengangkutandanKomunikasi
103.421,20 4,59 111.160,19 4,63 119.775,46 4,70 127.167,71 4,74
Keuangan,Persewaandan JasaPerusahaan
61.331,80 2,72 65.588,11 2,73 70.252,96 2,76 75.503,78 2,81
Jasa - Jasa 359.439,12 15,94 378.667,14 15,79 402.696,27 15,82 423.735,87 15,78
PDRB 2.255.102,44 100,00 2.398.597,59 100,00 2.545.801,71 100,00 2.684.575,16 100,00
Sumber : BPS Kab. Lima Puluh Kota 2010
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa selama periode 2005-2009 pembentukan
PDRB Kabupaten Lima Puluh Kota sangat dipengaruhi oleh sektor pertanian. Tahun 2005
sektor pertanian memberikan kontribusi 35,09 persen, namun selama 5 tahun terakhir
mengalami penurunan hingga tahun 2009 kontribusi sektor pertanian menjadi 34,47 persen
yang diikuti oleh penurunan sektor industri pengolahan, perdagangan hotel dan restoran
serta jasa-jasa. Walaupun dalam periode 2005 – 2009 ini sektor perdangan hotel dan
restoran serta jasa-jasa juga mengalami peningkatan namun diakhir tahun 2009 terjadi
penurunan pada sektor ini.
Kabupaten 50 Kota merupakan Kabupaten sentra pertanian, baik itu tanaman
pangan, perkebunan, peternakan maupun kehutanan. Hal ini dibuktikan dengan hasil
perhitungan LQ seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini dimana sektor pertanian
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 181
merupakan sektor yang unggul secara komparatif dibandingkan dengan sektor yang lainnya.
Subsektor yang berada dalam kelompok sektor pertanian juga merupakan subsektor yang
mempunyai keunggulan komparatif dibandingkan sektor/subsektor yang lain kecuali
subsektor perikanan. Tetapi bukan berarti subsektor perikanan bukan subsektor unggul
karena potensi yang dimiliki subsektor perikanan pada masa mendatang sangatlah besar
dan tidak tertutup kemungkinan akan menjadi subsektor yang juga unggul secara
komparatif.
Tabel 3.18.2
Hasil Perhitungan Location Quotient dan Penetapan Sektor/Sub sektor BasisKabupaten Limapuluh Kota Berdasarkan PDRB Tahun 2009
menurut Harga Konstan 2000
No. Sektor/Sub Sektor LQ Basis Rangking
1. PERTANIAN 1.45 Basis 8a. Tanaman Pangan & Hortikultura 1.20 Basis 7b. Perkebunan 1.71 Basis 5c. Peternakan 1.95 Basis 3d. Kehutanan 2.91 Basis 3e. Perikanan 0.92 7
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 2.13 Basis 3a. Migas dan Gas Bumi 0.00 0b. Non Migas 0.43 5c. Penggalian 2.55 Basis 3
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 0.71 13a. Industri Migas 0.00 0b. Industri Tanpa Migas 0.71 13
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 0.37 15a. Listrik 0.38 15b. G a s 0.00 0c. Air Bersih 0.23 16
5. BANGUNAN 0.57 186. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 1.25 Basis 12
a. Perdagangan Besar dan Eceran 1.26 Basis 2b. H o t e l 0.04 15c. Restoran 1.21 Basis 13
7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 0.34 15a. Angkutan 0.41 15
1. Kereta Api 0.00 02. Jalan Raya (Darat) 0.62 133. Angkutan Laut 0.00 04. Angkutan Sungai, Danau & Penyebrangan 0.00 75. Angkutan Udara 0.00 36. Jasa Penunjang Angkutan 0.03 15
b. Komunikasi 0.12 158. KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN 0.55 14
a. Bank 0.51 15b. Lembaga Keuangan Tanpa Bank & Jasa Penunjang 0.69 11c. Sewa Bangunan 0.53 14d. Jasa Perusahaan 0.07 15
9. JASA-JASA 0.95 13a. Pemerintahan Umum & Pertahanan 1.20 Basis 7b. Swasta 0.42 15
1. Sosial Kemasyarakatan 0.33 152. Hiburan dan Rekreasi 0.05 173. Perorangan dan Rumahtangga 0.57 14
Sumber : BPS Kab. Lima Puluh Kota 2010
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 182
3.18.2. Kondisi Produksi
a. Sektor pertanian
Sektor pertanian merupakan sektor unggulan di Kabupaten 50 Kota, hal bisa dilihat
dari hasil perhitungan nilai LQ seperti yang diperlihatkan tabel diatas. Dimana hamper
semua subsektor yang termasuk dalam kelompok pertanian yaitu tanaman pangan,
perkebunan, kehutanan, peternakan yang menjadi sektor basis.
Apabila merujuk pada komoditi yang termasuk ke dalam kelompok tanaman pangan,
maka komoditi ubi jalar dan ubi kayu mempunyai produktivitas yang tinggi dibandingkan
komoditi lainnya. Hal ini sangat erat kaitannya dengan potensi dan prospek pasar yang
sangat besar bagi produk olahan yang berasal dari ubi jalar dan ubi kayu sebagai salah satu
produk oleh-oleh favorit. Keberadaan Kabupaten 50 Kota yang berdekatan dengan pusat
tujuan wisata Sumatera Barat dan juga menjadi salah satu tujuan wisata menyebabkan
produk olahan yang berasal dari ubi mempunyai potensi besar untuk menunjang
perekonomian masyarakat.
Tabel 3.18.3Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan
di Kabupaten 50 kota
No Jenis Tanaman Areal (Ha) Produksi (ton) Rata-rata Produksi Ton/Ha
1 Padi Sawah 44223 208,870 4.72
2 Jagung 2139 12,432 5.81
3 Ubi Kayu 875 20,123 23.00
4 Ubi Jalar 77 1,334 17.32
5 Kacang Tanah 155 232 1.50
6 Kacang Hijau 2 2 1.00
Jumlah 47,471 242,991 5.12
Sumber: Kabupaten 50 Kota Dalam Angka, 2010
Dari hasil analisis LQ dapat disusun juga peringkat kecamatan se-Kabupaten 50
Kota berdasarkan keunggulan komparatif dari komoditi tanaman pangan seperti dapat
dilihat pada Tabel dibawah ini, yang menyatakan bahwa Kecamatan Akabiluru merupakan
kecamatan dengan komoditi unggulan tanaman pangan dibandingkan kecamatan lainnya
yang berbasiskan komoditi jagung, ubi kayu dan ubi jalar.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 183
Tabel 3.8.4Peringkat Kecamatan di Kabupaten 50 Kota
Berdasarkan Keunggulan Komparatif Komoditi Tanaman Pangan
Kecamatan
Komoditi
RangkingPadiSawah
Jagung Ubi Kayu Ubi JalarKacangTanah
LQ LQ LQ LQ LQ
PAYAKUMBUH 2.2 Basis 10
AKABILURU 2.86 Basis 7.61 Basis 1.16 Basis 1
LUAK 1.57 Basis 1.63 Basis 6
LAREH SAGOHALABAN 1.02 Basis 5.71 Basis 2.09 Basis 2
SITUJUAH 5NAGARI 1.32 Basis 2.12 Basis 5
HARAU 1.05 Basis 1.1 Basis 9
GUGUAK 1.03 Basis 1.35 Basis 7
MUNGKA 4.52 Basis 1.99 Basis 4
SULIKI 1.1 Basis 12
BUKIT BARISAN 1.14 Basis 1.16 Basis 8
GUNUNG OMEH 1.02 Basis 1.06 Basis 6.6 Basis 3
KAPUR IX 1.1 Basis 13
PANGKALANKOTOBARU 1.12 Basis 11
Sumber: Kabupaten 50 Kota Dalam Angka, 2010
Komoditi cabe merupakan komoditi kelompok sayur dengan jumlah produksi yang
paling besar dibandingkan dengan komoditi lainnya. Tetapi apabila kita perbandingkan
produktivitasnya maka komoditi terong merupakan komoditi yang mempunyai nilai
produktivitas tertinggi seperti yang diperlihatkan tabel dibawah ini.
Tabel 3.18.5.Luas Panen dan Produksi Tanaman Sayur-sayuran
di Kabupaten 50 Kota
No KomoditiAreal(Ha)
Produksi(Ton)
Produktivitas(Ton/Ha)
1 Cabe 547 3894.7 7.12
2 Tomat 23 227.4 9.89
3 Terong 210 2463.1 11.73
4 Kangkung 4 30.4 7.60
5 Bayam 4 14.6 3.65
6 Buncis 215 1736 8.07
7 Kacang Panjang 109 818.2 7.51
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 184
No KomoditiAreal(Ha)
Produksi(Ton)
Produktivitas(Ton/Ha)
8 Ketimun 215 2513.5 11.69
9 Bawang Daun 20 32 1.60
10 Bawang Merah 20 102.6 5.13
Total 1367 11832.5 8.66
Sumber : Kabupaten 50 Kota Dalam Angka, 2010
Dari hasil analisis LQ dapat disusun juga peringkat kecamatan se-Kabupaten 50
Kota berdasarkan keunggulan komparatif dari komoditi sayur seperti dapat dilihat pada
Tabel dibawah ini, yang menyatakan bahwa Kecamatan Bukit Barisan sebagai kecamatan
sayur karena merupakan kecamatan dengan komoditi sayur yang memiliki kunggulan
komparatif dibandingkan kecamatan lainnya yang berbasiskan pada komoditi cabe, terong,
bayam, kacang panjang dan bawang merah.
Tabel 3.18.6Peringkat Kecamatan di Kabupaten 50 Kota
Berdasarkan Keunggulan Komparatif Komoditi Sayur
No Kecamatan Jumlah Komoditi Unggul Rerata Rangking
1 PAYAKUMBUH 3 1.45 6
2 AKABILURU 1 2.24 13
3 LUAK 4 2.58 2
4 LAREH SAGO HALABAN 2 2.28 8
5 SITUJUAH 5 NAGARI 2 4.57 7
6 HARAU 4 1.22 4
7 GUGUAK 2 1.42 9
8 MUNGKA 4 1.38 3
9 SULIKI 1 2.74 12
10 BUKIT BARISAN 5 3.3 1
11 GUNUNG OMEH 1 3.04 11
12 KAPUR IX 3 17.73 5
13 PANGKALAN KOTOBARU 1 3.04 10
Sumber : Kabupaten 50 Kota Dalam Angka, 2010
Setidaknya ada delapan belas jenis komoditi yang tergabung dalam subsektor
tanaman buah-buahan yang ada di Kabupaten 50 Kota. Komoditi buah yang mempunyai
produksi terbesar adalah nenas yang banyak ditanam di kecamatan Harau.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 185
Tabel 3.18.7Luas Panen dan Produksi Tanaman Buah-buahan
di Kabupaten 50 Kota
No Komoditi Areal (Ha) Produksi (ton) Produktivitas (Ton/Ha)
1 Durian 208.16 2178.01 10.46
2 Manggis 454.11 5558.7 12.24
3 Rambutan 611.43 4,404.80 7.20
4 Mangga 0 0
5 Duku 7.75 36.98 4.77
6 Jeruk 117.91 3219.66 27.31
7 Sawo 46.07 277.41 6.02
8 Cempedak 73.14 642.46 8.78
9 Pepaya 8.62 433.10 50.24
10 Pisang 558.48 16397.27 29.36
11 Nenas 7,969.06 469,331.80 58.89
12 Salak 1.43 24.01 16.79
13 Jambu Biji 6.97 60.56 8.69
14 Belimbing 1.03 60.56 58.80
15 Alpukat 71.89 762.07 10.60
16 Semangka 8.00 126.62 15.83
17 Jambu Air 8.00 126.62 15.83
18 Sirsak 3.42 32.86 9.61
Total 10155.47 503673.491 49.60
Sumber : Kabupaten 50 Kota Dalam Angka, 2010
2). Subsektor perkebunan
Subsektor perkebunan di Kabupaten 50 Kota adalah subsektor unggulan. Apabila
kita menyebutkan komoditi Gambir maka akan mengarah pada produksi Gambir di
Kabupaten 50 Kota. Dibandingkan dengan komoditi perkebunan lainnya, maka gambir
mempunyai jumlah produksi terbesar. Tetapi saat ini Kabupaten 50 Kota juga sedang
mengembangkan komoditi coklat dengan adanya bantuan dari Departemen Ristek guna
memperbaiki kualitas bibit dan tanam, sehingga produktivitas komoditi coklat menjadi lebih
baik dibandingkan komoditi lainnya seperti yang bias dilihat pada tabel dibawah ini.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 186
Tabel 3.18.8Luas Panen (ha), Produksi (Ton) dan Produktivitas
Tanaman Perkebunan di Kabupaten 50 Kota
No Komoditi Areal (Ha)Produksi
(ton)Produktivitas
(ton/Ha)
1 Kelapa Dalam 3,175.40 3,040.32 0.96
2 Kopi 1,227.00 1,160.20 0.95
3 Cengkeh 119.90 35.97 0.30
4 Karet 9,930.70 9,003.70 0.91
5 Pinang 667.15 482.28 0.72
6 Tembakau 264.00 255.57 0.97
7 Kulit Manis 10,191.85 10,695.50 1.05
8 Gambir 13,972.50 14,601.10 1.04
9 Enau 198.25 285.38 1.44
10 Coklat 1,460.85 2,637.67 1.81
Total 41,207.60 42,197.69 1.02
Sumber : Kabupaten 50 Kota Dalam Angka, 2010
Dari hasil analisis LQ dapat disusun juga peringkat kecamatan se-Kabupaten 50
Kota berdasarkan keunggulan komparatif dari komoditi perkebunan seperti dapat dilihat
pada Tabel dibawah ini, yang menyatakan bahwa Kecamatan Gunung Omeh sebagai
kecamatan perkebunan karena merupakan kecamatan dengan komoditi perkebunan yang
memiliki kunggulan komparatif dibandingkan kecamatan lainnya, yaitu pada komoditi
kelapa, kopi, cengkeh, pinang, tembakau, kulit manis, enau dan coklat. Komoditi Gambir
sendiri merupakan komoditi unggulan di kecamatan Lareh, Harau, Bukit Barisan, Kapur IX,
dan Pangkalan..
Tabel 3.18.9Peringkat Kecamatan di Kabupaten 50 Kota
Berdasarkan Keunggulan Komparatif Komoditi Perkebunan
No KecamatanJumlah Komoditi
Unggul SecaraKomparatif
Rerata Rangking
1 PAYAKUMBUH 6 2.49 7
2 AKABILURU 7 4.86 2
3 LUAK 6 8.03 4
4 LAREH SAGO HALABAN 6 3.75 5
5 SITUJUAH 5 NAGARI 4 4.24 9
6 HARAU 4 1.91 10
7 GUGUAK 6 6.42 5
8 MUNGKA 5 3.44 8
9 SULIKI 7 2.61 3
10 BUKIT BARISAN 4 1.62 11
11 GUNUNG OMEH 8 3.09 1
12 KAPUR IX 2 1.76 13
13 PANGKALAN KOTOBARU 2 1.82 12
Sumber : Kabupaten 50 Kota Dalam Angka, 2010
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 187
3). Subsektor peternakan
Kabupaten 50 Kota merupakan kabupaten sentra penghasil telur di Sumatera Barat,
maka tidaklah mengherankan apabila komoditi yang tergabung dalam kelompok peternakan
merupakan komoditi unggulan yang sudah terkenal di Sumatera Barat dan Kecamatan
Guguk merupakan kecamatan penghasil telur ayam ras terbesar di Kabupaten 50 Kota.
Populasi terbesar komoditi ayam bukan ras berada di kecamatan Payakumbuh meskipun
jumlah telur ayam bukan ras yang dihasilkan masih dibawah produksi telur ayam bukan ras
di kecamatan Guguk seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.18.10Jumlah Produksi Telur dan Daging di Kabupaten 50 Kota
NoKECAMATAN
Telur Daging
Ayam RasAyamBuras
itik Sapi Kerbau
1 PAYAKUMBUH 6,948,113 37,147 234,879 76,801 14,066
2 AKABILURU 314,568 6,757 50,231 65,358 9,164
3 LUAK 1,434,060 3,550 44,469 35,879 3,197
4LAREH SAGOHALABAN 1,684,635 29,313 93,143 31,225 5,115
5 SITUJUAH 5 NAGARI 612,945 33,695 58,990 56,437 1,918
6 HARAU 1,405,455 31,846 116,322 67,298 1,492
7 GUGUAK 9,081,609 48,969 83,530 274,814 56,904
8 MUNGKA 8,969,082 30,993 38,501 46,158 34,943
9 SULIKI 828,825 22,561 54,900 58,376 37,084
10 BUKIT BARISAN 6,168 23,953 27,697 34,328 8,738
11 GUNUNG OMEH 1,542 13,150 6,478 8,533 1,066
12 KAPUR IX 7,818 29,826 47,055 40,534 28,985
13PANGKALANKOTOBARU - 1,811 6,676 32,388 4,476
Total 31,294,820 313,571 862,871 828,129 207,148
Sumber: Kabupaten 50 Kota Dalam Angka Tahun 2010
Tabel 3.18.11Jumlah Produksi Komoditi Peternakan Lainnya di Kabupaten 50 Kota
No KECAMATANAyamBuras
Itik Ayam PetelurAyam
Pedaging
1 PAYAKUMBUH 376,500 66,855 1,228,770 834
2 AKABILURU 7,868 8,869 39,800 240,500
3 LUAK 40,706 6,900 187,000 348,000
4 LAREH SAGO HALABAN 48,563 18,264 245,800 368,000
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 188
No KECAMATANAyamBuras
Itik Ayam PetelurAyam
Pedaging
5 SITUJUAH 5 NAGARI 56,240 11,245 82,000 54,000
6 HARAU 54,880 21,608 377,000 1,364,000
7 GUGUAK 103,226 17,755 1,371,500 235,800
8 MUNGKA 50,065 7,245 1,080,603 15,000
9 SULIKI 36,950 11,500 121,000 -
10 BUKIT BARISAN 45,000 4,989 - 4,000
11 GUNUNG OMEH 28,811 1,181 725 -
12 KAPUR IX 32,399 4,649 1,000 -
13 PANGKALAN KOTOBARU 1,290 358 - -
Total 882,498 181,418 4,735,198 2,630,134
Sumber: Kabupaten 50 Kota Dalam Angka Tahun 2010
Dari hasil analisis LQ dapat disusun juga peringkat kecamatan se-Kabupaten 50 Kota
berdasarkan keunggulan komparatif dari komoditi peternakan seperti dapat dilihat pada
Tabel dibawah ini, yang menyatakan bahwa Kecamatan Kapur IX sebagai kecamatan
peternakan karena merupakan kecamatan dengan komoditi peternakan yang memiliki
kunggulan komparatif dibandingkan kecamatan lainnya, yaitu pada komoditi telur ayam
buras, telur itik, sapi, kerbau, ayam buras, itik, daging sapi, dan daging kerbau.. Komoditi
telur ayam ras sendiri merupakan komoditi unggulan di kecamatan Payakumbuh, Luak,
Guguk dan Mungka.
Tabel 3.18.12Peringkat Kecamatan di Kabupaten 50 Kota
Berdasarkan Keunggulan Komparatif Komoditi Peternakan
No Kecamatan Jumlah Komoditi yang Unggul Rerata Rangking
1 PAYAKUMBUH 5 1.6 10
2 AKABILURU 7 3.0 4
3 LUAK 4 1.5 11
4 LAREH SAGO HALABAN 5 1.8 9
5 SITUJUAH 5 NAGARI 5 3.4 8
6 HARAU 6 2.3 7
7 GUGUAK 4 1.2 12
8 MUNGKA 2 1.2 13
9 SULIKI 6 3.0 6
10 BUKIT BARISAN 7 9.6 3
11 GUNUNG OMEH 7 10.1 2
12 KAPUR IX 8 9.6 1
13 PANGKALAN KOTOBARU 6 8.3 5
Sumber: Kabupaten 50 Kota Dalam Angka Tahun 2010
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 189
4). Subsektor perikanan
Subsektor perikanan bukanlah sektor basis di Kabupaten 50 Kota, seperti yang
diperlihatkan oleh hasil perhitungan LQ Kabupaten diatas. Tetapi subsektor perikanan
mempunyai protensi dan prospek pasar yang sangat besar yaitu daerah tetangga terdekat
propindi Riau yang sedang giat mengembangkan budidaya ikan di Waduk Koto Panjang.
Untuk itu sangatlah mungkin perkembangan subsektor perikanan kedepan menjadi jauh
lebih baik.
Pada saat ini, produksi perikanan banyak terpusat di Kecamatan Situjuh 5 nagari
dan kecamatan Mungka dengan hasil perikanan budidaya ikan di kolam.
Tabel 3.18.13Luas Area dan Produksi Budidaya Kolam Kabupaten 50 Kota
No KECAMATANLuasArea(Ha)
Produksi(Ton)
Rata-rataProduksi(Ton/Ha)
1 PAYAKUMBUH 52.3 288.69 5.52
2 AKABILURU 84.8 356.09 4.20
3 LUAK 124.1 1,804.36 14.54
4 LAREH SAGO HALABAN 100.49 1,237.05 12.31
5 SITUJUAH 5 NAGARI 107 4,426.20 41.37
6 HARAU 169.75 1,643.09 9.68
7 GUGUAK 161.47 1,555.52 9.63
8 MUNGKA 80 3,813.15 47.66
9 SULIKI 60.51 801.89 13.25
10 BUKIT BARISAN 13.85 136.8 9.88
11 GUNUNG OMEH 53.38 800.8 15.00
12 KAPUR IX 30.6 479.7 15.68
13 PANGKALAN KOTOBARU 53.7 441.39 8.22
Total 1091.95 17784.73 16.29
Sumber: Kabupaten 50 Kota Dalam Angka Tahun 2010
a. Sektor pertambangan
Kabupaten 50 Kota tidak mempunyai potensi pertambangan yang cukup besar,
kontribusi sektor pertambangan pada tahun 2009 sebesar 0% dan bukan menjadi sektor
basis di Kabupaten 50 Kota seperti yang diperlihatkan tabel LQ di atas.
Beberapa jenis galian yang terdapat di masing-masing kecamatan diperlihatkan
tabel dibawah ini. Kecamatan Harau memiliki potensi yang besar untuk kategori bahan
galian tanah liat, maka di kecamatan ini banyak berkembang jenis industri pembuatan batu
bata.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 190
Tabel 3.18.14.Jumlah Usaha Menurut Jenis Galian dan Kecamatan Di Kabupaten 50 Kota
No KECAMATAN Batu Gunung Pasir Kapur Tanah Liat Sirtukil
1 PAYAKUMBUH - 6 - 16 2
2 AKABILURU - 2 - 15 10
3 LUAK - - 1 1 12
4 LAREH SAGO HALABAN 10 4 4 10 0
5 SITUJUAH 5 NAGARI - - 1 0 2
6 HARAU - 11 - 87 0
7 GUGUAK - 1 - 12 8
8 MUNGKA - - - 3 9
9 SULIKI - 3 - 5 8
10 BUKIT BARISAN - - - 3 0
11 GUNUNG OMEH - - - 0 5
12 KAPUR IX - - 2 0 21
13 PANGKALAN KOTOBARU 6 1 - 0 9
Total 16 28 8 152 86
Sumber: Kabupaten 50 Kota Dalam Angka Tahun 2010
b. Sektor perindustrian
Peran sektor perindustrian dalam perekonomian Kabupaten 50 Kota Barat tahun
2009 terlihat dari sumbangan sektor perindustrian sebesar 0.49% terhadap pembentukan
PDRB, dan bukan merupakan sektor basis untuk Kabupaten 50 Kota.. Berdasarkan data
yang diperoleh dari Dinas Perindustrian Kabupaten Lima Puluh Kota industri yang terdapat di
daerah ini dibedakan dalam dua kelompok yaitu: industri kimia agro dan hasil hutan, industri
logam, mesin elektronika dan aneka industri, dimana nilai investasi terbesar di kelompok
industri kimia agro dan hasil hutan yaitu sebesar 81%. Penyerapan tenaga kerja juga lebih
banyak terjadi pada kelompok industri kimia agro dan hasil hutan.
Tabel 3.18.15Jumlah Industri Kecil dan Tenaga Kerja Menurut Jenis Industri
No Jenis Industri Unit Usaha Tenaga Kerja Nilai Investasi % Nilai Investasi
1 Industri Kimia Agro 8,278 21,834 57,806,335 0.81
dan Hasil Hutan
2 Industri Logam, Mesin 813 4,487 13,924,390 0.19
Elektronika dan
Aneka Industri
Total 9,091 26,321 71,730,725 1.00
Sumber: Kabupaten 50 Kota Dalam Angka Tahun 2010
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 191
f. Koperasi
Jumlah koperasi di Kabupaten 50 kota pada Tahun 2009 sebanyak 213 buah yang
terdiri dari Koperasi KUD 46 unit dan 167 unit non KUD. Dari Jumlah koperasi yang ada di
Kabupaten 50 Kota memiliki anggota sebanyak 39.582 orang. Jumlah anggota koperasi yang
terbanyak berada di Kecamatan Guguk yaitu sebanyak 8.501 orang anggota. Melihat
potensi koperasi yang tersebar di seluruh kecamatan ini, dan sesuai dengan asas ekonomi
kerakyatan yang dewasa ini mendapat perhatian serius dari pemerintah, maka keberadaan
koperasi harus terus dikembangkan dengan meningkatkan profesionalitas manajemen para
pengurus koperasi. Tetapi sayangnya sebagian besar koperasi yang terdapat di Kabupaten
50 Kota adalah koperasi non KUD.
Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan anggota Koperasi dan UKM dan untuk
memacu laju produksi lokal dan lapangan kerja baru, maka dilakukan pembinaan dan
pengembangan terhadap Koperasi dan UKM baik kelembagaan maupun terhadap usaha.
Pembinaan dan pengembangan yang dilakukan antara lain melalui kegiatan pelatihan teknis
dan magang, bantuan permodalan, bimbingan teknis, temu usaha pemasaran, kerjasama
dan kemitraan, peningkatan akses pasar bagi produk Koperasi dan UKM. Permasalahan yang
dihadapi saat ini adalah pembangunan Koperasi dan UKM saat ini masih menghadapi
keterbatasan kualitas sumberdaya manusia pelaksana dan pembina, keterbatasan akses
dalam permodalan, teknologi, manfaat dan pasar, sehingga masih lemah dalam
meningkatkan daya saing.
Dengan demikian maka kebijakan pengembangan koperasi diarahkan dan didorong
untuk berkembang luas sesuai dengan kebutuhan menjadi wahana yang efektif untuk
meningkatkan posisi tawar dan efisiensi kolektif para anggotanya, baik produsen maupun
konsumen di berbagai sektor kegiatan ekonomi sehingga menjadi gerakan ekonomi yang
berperan nyata dalam upaya peningkatan kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat.
Sementara itu, pemberdayaan usaha mikro menjadi pilihan strategis untuk meningkatkan
pendapatan kelompok masyarakat berpendapatan rendah dalam rangka mengurangi
kesenjangan pendapatan dan kemiskinan melalui peningkatan kapasitas usaha dan
keterampilan pengelolaan usaha serta sekaligus mendorong adanya kepastian,
perlindungan, dan pembinaan usaha.
Sedangkan untuk pengembangan usaha kecil menengah diarahkan agar menjadi
pelaku ekonomi yang semakin berbasis IPTEK dan berdaya saing dengan produk impor,
khususnya dalam menyediakan barang dan jasa kebutuhan masyarakat sehingga mampu
memberikan kontribusi yang signifikan dalam perubahan struktural dan memperkuat
perekonomian daerah. Untuk itu, pengembangan usaha kecil menengah dilakukan melalui
kebijakan pemberdayaan Usaha Kecil Menengah dalam penumbuhan iklim usaha,
Pembinaan dan pengembangan usaha kecil menengah, Fasilitasi akses penjaminan dalam
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 192
penyediaan pembiayaan bagi Usaha Kecil Menengah. Pengembangan usaha kecil menengah
secara nyata akan berlangsung terintegrasi dalam modernisasi agribisnis dan agroindustri,
termasuk yang mendukung ketahanan pangan, serta perkuatan basis produksi dan daya
saing industri melalui pengembangan rumpun industri, percepatan alih teknologi, dan
peningkatan mutu sumberdaya manusia
Tabel 3.18.16Jumlah Koperasi, Jumlah Anggota KUD
di Kabupaten 50 Kota
No KECAMATAN Jumlah Koperasi KUD Non KUD Jumlah Anggota
1 PAYAKUMBUH 18 4 14 2,535
2 AKABILURU 12 2 10 1,544
3 LUAK 20 2 18 4,849
4 LAREH SAGO HALABAN 17 5 12 2,483
5 SITUJUAH 5 NAGARI 16 3 13 1,521
6 HARAU 37 4 33 6,345
7 GUGUAK 23 5 18 8,501
8 MUNGKA 10 1 9 2,364
9 SULIKI 13 2 11 2,352
10 BUKIT BARISAN 10 3 7 1,619
11 GUNUNG OMEH 6 2 4 1,319
12 KAPUR IX 13 7 6 1,661
13 PANGKALAN KOTOBARU 18 6 12 2,489
Total 213 46 167 39582
Sumber: Kabupaten 50 Kota Dalam Angka Tahun 2010
g. Sektor pariwisata, hotel, dan restoran
Tabel 3.18.17
Jumlah Kunjungan Wisata Menurut Klasifikasi Objek Wisata
No Objek Wisata Wisnu Wisman Jumlah
1 Lembah Harau 119,027 718 119,745
2 Pusako Rumah Gadang 557 46 603
3 Batang Tabit 46,094 78 46,172
4 Kapalo Banda 67,092 51 67,143
5 Home Stay Echo 1,881 328 2,209
Sumber: Kabupaten 50 Kota Dalam Angka Tahun 2010
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 193
Tabel 3.18.18Jumlah Potensi Obyek Wisata menurut
Wilayah Tujuan Wisata (WTW) dan Klasifikasi Obyek Wisatadi Kabupaten 50 Kota
Wilayah TujuanWisata
KecamatanWisataAlam
WisataBudaya
WisataSejarah
Jumlah
IKec. Pangkalan Koto Baru,Kec. Kapur IX
4 2 0 6
IIKec. Suliki, Kec. GunuangOmeh, Kec. Bukik Barisan
5 5 4 14
IIIKec. Guguak, Kec. Mungka,Kec. Payakumbuh, Kec. Harau
19 10 6 35
IVKec. Situjuah Limo Nagari,Kec. Akabiluru
5 2 0 7
VKec. Luak, Kec. Lareh SagoHalaban
21 4 0 25
Sumber: Kabupaten 50 Kota Dalam Angka Tahun 2010
3.19. KABUPATEN DHARMASRAYA
3.19.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Tumbuh atau tidaknya perekonomian suatu daerah tercermin dari total produksi
barang dan jasa yang dihasilkan para pelaku ekonomi yang terdapat di daerah tersebut.
Dalam hal ini, PDRB seringkali dijadikan acuan. Produk domestic regional bruto (PDRB)
kabupaten Dharmasraya atas dasar harga berlaku pada tahun 2009 mencapai Rp 2,35
trilyun, yaitu Rp 2,346,484,200,000. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, nilai PDRB
kabupaten Dharmasraya tahun 2009 atas dasar harga berlaku tersebut meningkat sebesar
11,21% atau Rp 236.537.530.000 karena pada tahun 2008 nilai PDRB kabupaten
Dharmasraya atas dasar yang sama adalah Rp 2,109,946.670.000. Apabila menggunakan
harga konstan (tahun 2000) sebagai dasar, nilai produk domestic regional bruto (PDRB)
kabupaten Dharmasraya tahun 2009 adalah Rp 1,088,105.300.000. Nilai PDRB tahun 2009
atas dasar harga konstan ini meningkat 6,67% dari tahun sebelumnya (2008) yang nilainya
adalah Rp 1,020,079.52.
Perekonomian Kabupaten Dharmasraya untuk tahun 2009 masih didominasi 4 sektor
utama sebagai penghasil nilai tambah terbesar terhadap PDRB Kota, yaitu (1) sektor
pertanian, (2) sektor bangunan, dan (3) sektor perdagangan, hotel, dan restoran, serta (4)
sektor jasa-jasa. Sektor pertanian memberikan kontribusi sebesar 35,26% dari total PDRB
Kabupaten Dharmasraya tahun 2009, dilanjutkan dengan sektor bangunan (13,55%), sektor
perdagangan hotel dan restoran (12,44%), serta sektor jasa-jasa (14,54%). Sedangkan
kontribusi dari 6 sektor lainnya (pertambangan, industri, listrik air dan gas, keuangan, serta
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 194
pengangkutan dan transportasi) terhadap PDRB kabupaten Dharmasraya tahun 2009 adalah
24,21%.
Kenaikan nilai PDRB kabupaten Dharmasraya tahun 2009 dibandingkan dengan nilai
PDRB atas dasar harga konstan (2000) maupun atas dasar harga berlaku tersebut dengan
sendirinya meningkatkan pendapatan perkapita penduduk kota tersebut. Jika menggunakan
harga berlaku sebagai dasar, maka pendapatan perkapita penduduk kabupaten
Dharmasraya tahun 2009 adalah Rp 12,59 juta per orang pertahun; atau meningkat sebesar
7,97% dari tahun sebelumnya (2008) sebesar Rp 11,66 juta per tahun. Sedangkan jika
menggunakan harga konstan (2000) sebagai dasar, maka pendapatan perkapita penduduk
kabupaten Dharmasraya tahun 2009 adalah Rp 5,84 juta per tahun; atau meningkat 3,57%
dari tahun sebelumnya (2008) sebesar Rp 5,64 juta per tahun.
Tabel 3.19.1.PDRB Kabupaten Dharmasraya Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga konstan
tahun 2008 dan 2009
Lapangan usaha2008 ( Rp juta) 2009 (Rp juta)
H.Berlaku H.Konstan H.Berlaku H.Konstan
Pertanian 750,707.87 380,541.52 827,446.78 407,725.48
Pertambangan & galian 130,275.58 59,953.21 142,895.55 63,444.49
Industri pengolahan 126,260.43 69,374.72 134,263.94 72,302.46
Listrik, gas, & air bersih 25,542.88 10,286.38 26,339.82 10,343.05
Bangunan 279,818.41 114,201.62 318,005.29 122,502.72
Perdagangan, hotel, & restoran 255,275.16 116,304.39 291,985.85 124,619.02
Pengangkutan & komunikasi 151,638.31 65,009.48 165,835.47 68,861.33
Keuangan, persewaan, & jasaperusahaan 86,159.17 41,696.64 98,473.81 45,106.33
Jasa-jasa 304,268.86 162,711.56 341,237.69 173,200.42
Total 2,109,946.67 1,020,079.52 2,346,484.20 1,088,105.30
Sumber: Dharmasraya dalam Angka, 2010
3.19.2. Kondisi Produksi
a. Sektor Pertanian
1). Subsektor Tanaman Pangan
Subsektor tanaman pangan merupakan salah satu motor penggerak utama
perekonomian Kabupaten Dharmasraya. Padi sawah merupakan komoditas utama produk
yang dihasilkan dari sub sektor tanaman pangan ini. Hingga tahun 2009, Kabupaten
Dharmasraya tercatat memiliki lahan sawah seluas 10.660 Ha. Dengan luas lahan sebesar
itu, kabupaten Dharmasraya pada tahun 2009 dapat memproduksi padi sawah sebanyak
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 195
50.545 ton; naik 3,12% dari produksi tahun sebelumnya (2008) sebesar 49.015 ton.
Produktifitas produksi padi sawah tahun 2009 tercatat rata-rata 4,74 ton/ha
Selain padi sawah, komoditas lain yang dihasilkan dari sektor ini adalah tanaman-
tanaman palawija; seperti jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang hijau, kacang kedelai, dan
kacang tanah. Jagung dan ubi kayu merupakan komoditas utama yang dihasilkan dari
tanaman palawija ini. Pada tahun 2009, produksi jagung di kabupaten Dharmasraya adalah
4523 ton dengan rata-rata produksi 5,52 ton/hektar. Sedangkan untuk ubi kayu pada tahun
2009 jumlah produksinya adalah 2833 ton dengan rata-rata produksi 18,40 ton/ha.
Tabel 3.19.2.Luas Panen, Jumlah Produksi, serta Produktifitas Rata-Rata Tanaman Pangan di
Kabupaten Dharmasraya
Jenis tanamanLuas panen
(Ha)Produksi
(Ton)Produktifitas Rata-Rata
(ton/ha)
Padi sawah 10.660 50.545 4,74
Jagung 770 4 253 5.52
Ubi kayu 154 2 833 18.40
Ubi jalar 34 10.52 358
Kacang kedelai 73 1.52 111
Kacang hijau 25 1.21 30
Kacang tanah 80 1.36 108
Sumber : Dharmasraya dalam Angka, 2010
Untuk sub sektor sayur-sayuran, tercatat jenis komoditas sayur-sayuran yang sudah
ditanam di kabupaten Dharmasraya hingga tahun 2009 adalah kacang panjang, terung, cabe
merah, dan ketimun. Pada tahun 2009, jumlah produksi ketiga komoditas tersebut masing-
masing adalah 183 ton; 85 ton; 216 ton, dan 45 ton. Informasi lebih lengkap dapat dilihat
pada tabel di bawah ini
Tabel 3.19.3.Luas Panen, Jumlah produksi, Serta Produktifitas Rata-rata Sayuran di
Kabupaten Dharmasraya
Jenis SayuranLuas Panen
(Ha)Produksi
(Ton)Produktifitas rata-rata
(Ton/ha)
Kacang panjang 73 183 2.51
Terung 21 85 4.04
Cabe merah 62 216 3.48
Ketimun 10 45.00 4.50
Sumber : Dharmasraya dalam Angka, 2010
Untuk sub sektor buah-buahan, tercatat jenis komoditas buah-buahan yang sudah
ditanam di kabupaten Dharmasraya hingga tahun 2009 adalah rambutan, duku, jeruk siam,
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 196
durian, pepaya, pisang, dan nenas. Durian, duku, dan jeruk siam merupakan komoditas
utama buah-buahan dari kabupaten Dharmasraya; dengan jumlah produksi tahun 2009
masing-masing adalah 3878,30 ton, 826,18 ton, dan 494,71 ton. Informasi lebih lengkap
dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 3.19.4.Luas Panen, Jumlah Produksi, Serta Produktifitas Rata-rata Buah-buahan di
Kabupaten Dharmasraya
Jenis Buah Luas panen (Ha)Produksi
(ton)Produktifitas rata-rata
(Ton/ha)
Rambutan 2171 379.36 5,72
Duku 8840 826.18 10,70
Jeruk siam 8306 494.71 16,79
Durian 14579 3878.30 3,76
Pepaya 444 22.55 19,69
Pisang 4575 296.49 15,43
Nenas 724 146.09 4,95
Sumber : Dharmasraya dalam Angka, 2010
2). Subsektor Perkebunan
Untuk sub sektor perkebunan, tercatat jenis komoditas perkebunan yang sudah
ditanam di kabupaten Dharmasraya hingga tahun 2009 adalah kelapa, kelapa sawit, karet,
pinang, kakao, kopi, kulit manis, lada, dan cengkeh. Karet, kelapa sawit, dan kakao
merupakan komoditas utama perkebunan dari kabupaten Dharmasraya; dengan jumlah
produksi tahun 2009 masing-masing adalah 33054,53 kg, 434.951,93 kg, dan 2123,95 kg.
Informasi lebih lengkap dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 3.19.5.Jumlah Produksi Hasil Perkebunan di Kabupaten Dharmasraya
Jenis Buah Produksi (Kg)
Kelapa 814.91
Kopi 469.89
Kelapa sawit 434 951.93
Pinang 9.16
Kakao/coklat 2123.95
Karet 33 054.53
Cengkeh 1.64
Kulit manis 162
Lada 8,0
Sumber : Dharmasraya dalam Angka, 2010
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 197
3). Subsektor Peternakan
Untuk sub sektor peternakan, tercatat jenis komoditas peternakan yang sudah
dikembangkan di kabupaten Dharmasraya hingga tahun 2009 adalah sapi, kerbau, kambing,
ayam kampung, ayam ras, dan itik. Sapi, ayam ras, dan ayam kampung merupakan
komoditas utama peternakan dari kabupaten Dharmasraya; dengan jumlah populasi tahun
2009 masing-masing adalah 32.555 ekor, 309.500, dan 91.719 ekor. Informasi lebih
lengkap dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 3.19.6Jumlah Populasi Ternak di Kabupaten Dharmasraya
Jenis Ternak Populasi (ekor)
Sapi 32.555
Kerbau 6 257
Kambing 11.247
Ayam kampung 91.719
Ayam ras 309.500
Itik 14.093
Sumber : Dharmasraya dalam Angka, 2010
4). Subsektor Perikanan
Untuk sub sektor perikanan, tercatat jenis ikan yang sudah dikembangkan di
kabupaten Dharmasraya hingga tahun 2009 adalah ikan hasil budidaya seperti ikan nila,
mas, gurame, lele, gurame, dan patin. Ikan nila, mas, dan lele merupakan komoditas utama
usaha perikanan dari kabupaten Dharmasraya; dengan jumlah produksi tahun 2009 masing-
masing adalah 697 ton, 461 ton, dan 296 ton. Informasi lebih lengkap dapat dilihat pada
tabel berikut ini
Tabel 3.19.7.Jumlah Produksi Ikan di Kabupaten Dharmasraya
Jenis Ikan Produksi (ton)
Nila 697
Mas 461
Lele 296
Gurame 10
Patin 54
Sumber : Dharmasraya dalam Angka, 2010
b. Sektor pertambangan
Kabupaten Dharmasraya sebetulnya memiliki potensi kekayaan alam berupa bahan
tambang yang melimpah, namun belum semuanya tergali secara optimal. Tercatat jenis
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 198
bahan tambang yang sudah digali di kabupaten Dharmasraya hingga tahun 2009 adalah
batubara dan sirtukil, dengan kapasitas produksi masing-masing adalah 201.028.763 metrik
ton dan 47.282,47 m3. Sedangkan potensi bahan tambang yang sudah teridentifikasi namun
belum tergali adalah bitumen padat, biji besi, emas, batu kapur, batu gunung, tanah liat,
dan tanah urug. Informasi lebih lengkap dalah sebagai berikut.
Tabel 3.19.8Jumlah Kapasitas Produksi Hasil Tambang di Kabupaten Dharmasraya
Jenis Bahan Tambang Kapasitas Produksi
Batubara 201.028.763 metrik ton
Sirtukil 47.282,47 m3
Sumber : Dharmasraya dalam Angka, 2010
c. Sektor perindustrian
Pemerintah kabupaten Dharmasraya mengklasifikasikan sektor usaha perindustrian
ke dalam industri logam, mesin, dan kimia, industri hasil tani dan hutan, dan industri aneka.
Pada Tahun 2009, jumlah unit usaha industri kecil untuk Industri hasil pertanian dan
kehutanan tercatat sebanyak 213 unit usaha, berikutnya industri hasil logam, mesin dan
kimia sebanyak 6 unit usaha. Total nilai investasi yang dikeluarkan pada industri ini adalah
Rp 1.535 300 000.000.
Selain itu, di kabupaten Dharmasraya juga banyak pada industri kecil (baik formal
maupun informal), yang juga bergerak pada industri hasil tani dan hutan, industri logam,
serta industri aneka. Pada tahun 2009, jumlah industri kecil yang bergerak pada industri
hasil tani dan hutan adalah 234 unit dan mampu menyerap 876 orang tenaga kerja.
Berikutnya disusul industri logam (9 unit, 19 orang), dan industri aneka (3 unit, 17 orang).
Total investasi yang dikeluarkan untuk ketiga industri tersebut adalah Rp 2 639 760.000.
Tabel 3.19.9.Jenis Industri Tercatat dan Jumlah Tenaga Kerja Yang Terserap di Kabupaten
Dharmasraya
Jenis industriJumlah(unit)
Nilai Investasi(Rp 000)
Jumlah Tenagakerja (orang)
Industri hasil tani dan hutan 213 1 458 170 000 528
Industri aneka - - -
Industri logam, mesin, dan
kimia6 77 130 000 14
Sumber : Dharmasraya dalam Angka, 2010
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 199
Tabel 3.19.10. Jenis Industri Kecil Tercatat (Formal dan Informal) dan JumlahTenaga Kerja Yang Terserap di Kabupaten Dharmasraya
Jenis industriJumlah(unit)
Jumlah TenagaKerja (orang)
Nilai Investasi (Rp000)
Industri hasil tani dan hutan 234 876 2 582 260
Industri aneka 3 17 35 000
Industri logam, mesin, dan kimia 9 19 22 500
Sumber : Dharmasraya dalam Angka, 2010
d. Sektor Perdagangan
Pasar tradisional merupakan instrument penting yang dibutuhkan untuk
menggerakan perdagangan di suatu derah. Untuk kabupaten Dharmasraya terlihat bahwa
pada setiap kecamatan telah berdiri pasar tradisional. Perinciannya adalah sungai rumbai (2
unit), koto besar (3 unit), asam jujuhan (3 unit), koto baru (3 unit), koto salak (1 unit),
tiumang (1 unit), padang laweh (1 unit), sitiung (2 unit), timpeh (4 unit), pulau punjung (2
unit), dan IX koto (6 unit).
Tabel 3.19.11.Jumlah Pasar Tradisional di Kabupaten Dharmasraya Menurut Kecamatan
KecamatanJumlah(unit)
Hari Pasar
Sungai Rumbai 2 Minggu/jumat
Koto Besar 3 Selasa, kamis, Jumat
Asam Jujuhan 3 Jumat
Koto baru 3 Rabu, sabtu, senin
Koto salak 1 Selasa
Tiumang 1 Senin
Padang laweh 1 Jumat
Sitiung 2 Selasa, kamis
Timpeh 4 Jumat
Pulau punjung 2 Minggu/jumat
IX koto 6 Senin-jumat
Sumber : Dharmasraya dalam Angka, 2010
e. Koperasi
Selama tahun 2009 terjadi peningkatan Jumlah KUD di kabupaten Dharmasraya
sebanyak 3 unit dari tahun sebelumnya, Jika pada tahun 2008 jumlah KUD 46 unit, maka
pada tahun 2009 menjadi 49 unit. Hal yang sama juga terjadi pada non KUD, dimana pada
tahun 2009 meningkat 12 unit dari tahun 2008 (99), sehingga jumlahnya menjadi 111 unit.
Jumlah anggota KUD di pada tahun 2009 mencapai 21.281 orang, atau terjadi
penurunan anggota sebanyak 509 orang dari tahun 2008 (21.790 orang). Akan tetapi,
jumlah anggota Non KUD pada tahun 2009 tercatat sebanyak 9605 orang, atau terjadi
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 200
peningkatan anggota baru sebanyak 682 orang dari tahun 2008 (8923 orang).
Tabel 3.19.12.Jumlah KUD dan non KUD di Kabupaten Dharmasraya Menurut Kecamatan
Kecamatan KUD Non KUD Jumlah
Sungai Rumbai 2 8 10
Koto Besar 4 18 22
Asam Jujuhan 3 3 7
Koto baru 6 20 26
Koto salak 5 3 8
Tiumang 6 3 9
Padang laweh 3 1 4
Sitiung 10 21 31
Timpeh 1 3 4
Pulau punjung 4 28 32
IX koto 4 2 6
Sumber : Dharmasraya dalam Angka, 2010
f. Sektor Pariwisata, Hotel, dan Restoran
Kabupaten Dharmasraya memiliki objek wisata yang cukup variatif, dengan
perincian ada 8 objek wisata alam, 4 wisata sejarah, 5 wisata budaya, 1 wisata belanja, dan
2 wisata kuliner.
Pemerintah kabupaten Dharmasraya nampaknya belum serius menggarap objek
wisata ini sebagai salah satu sektor ekonomi yang menguntungkan. Hal ini terlihat dari tidak
adanya data jumlah wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara yang berkunjung
ke kabupaten Dharmasraya dari tahun ke tahun pada buku Dharmasraya dalam angka.
Ketidaan data juga berlaku untuk publikasi jumlah hotel/penginapan yang terdapat di
kabupaten tersebut. Hal ini jelas menyulitkan calon wisatawan untuk mendapatkan informasi
tempat menginap selama berkunjung ke kabupaten Dharmasraya.
g. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Sektor angkutan yang berperan penting dalam menyokong kegiatan ekonomi
maupun sosial di kabupaten Dharmasraya adalah angkutan penumpang dan angkutan
barang. Jumlah kendaraan untuk penumpang hingga tahun 2009 adalah 2008 unit, dimana
kendaraan minibus menempati peringkat pertama dengan jumlah kendaraan 1634 unit.
Sedangkan jumlah kendaraan untuk barang hingga tahun 2009 berjumlah 2931 unit, dimana
mobil pick up dan light truk menempati posisi pertama dan kedua dengan jumlah kendaraan
masing-masing adalah 1580 unit dan 1017 unit.
Perkembangan telekomunikasi menyebabkan banyak penduduk lebih banyak
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 201
menggunakan handphone untuk kelancaran komunikasi. Akibatnya, jumlah wartel maupun
telepon umum menurun drastis.. Selain itu, fasilitas telepon belum tersedia untuk seluruh
kecamatan.
Tabel 3.19.13.Jumlah Kendaraan Angkutan Penumpang dan Barang
di Kabupaten Dharmasraya
Jenis kendaraan Pribadi Umum Dinas
Mobil Angkutan Penumpang
1. Sedan
2. Jeep
3. Minibus
4. Microbus
5. Bus
1880
122
212
1544
2
-
33
32
1
95
2
3
90
-
-
Mobil Angkutan Barang
1. Pick up
2. Light truck
3. Truck
2701
1562
954
185
201
-
53
148
29
18
10
1
Sumber: Dharmasraya dalam angka, 2010
h. Sektor Jasa dan Konstruksi
Sektor jasa memberikan kontribusi yang cukup berarti terhadap PDRB kabupaten
Dharmasraya, karena menempati rangking 4 penyumbang PDRB kabupaten Dharmasraya
tahun 2009. Jenis jasa yang perannya cukup dominan dalam meningkatkan pertumbuhan
ekonomi kabupaten Dharmasraya adalah jasa pemerintahan umum dan pertanahan.
Kontribusi jasa ini terhadap PDRB kabupaten Dharmasraya adalah Rp 140,886.870.000.
Sedangkan pada jasa yang diberikan oleh sektor swasta, jasa yang dominan adalah jasa
perorangan dan rumah tangga. Kontribusi jasa ini terhadap PDRB kabupaten Dharmasraya
masing-masing adalah Rp 21,409.140.000
3.20. KOTA PADANG
3.20.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Produk Domestik Reginal Bruto (PDRB) menggambarkan aktifitas perekonomian
suatu daerah, semakin tinggi produktivitas daerah maka PDRB nya akan semakin besar.
Perkembangan PDRB merupakan salah satu indicator ekonomi yang digunakan untuk
melihat tingkat perkembangan aktivitas ekonomi daerah.
Pada Tahun 2009 perekonomian Kota Padang masih terlihat tetap mengalami
peningkatan. Ini ditandai dengan tingkat pertumbuhan PDRB pada tahun 2009 sebesar 1,05
persen yaitu dari 10.797,26 milyar rupiah pada tahun 2008 menjadi 11.345,64 milyar rupiah
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 202
pada tahun 2009 atau secara nominal naik sebesar 548,38 milyar rupiah.
Struktur perekonomian Kota Padang pada tahun 2009 ini masih didominasi oleh
sektor Pengangkutan dan Komunikasi dengan sumbangannya sebesar 2.805,27 milyar
rupiah atau 24,31 persen kemudian diikuti oleh sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
dengan konstribusi sebesar 2.432,01 milyar rupiah atau 21,44 persen.
PDRB perkapita Kota Padang pada tahun 2009 adalah sebesar 13,24 juta rupiah
meningkat sebesar 0,64 juta rupiah bila dibandingkan dengan tahun 2008 yang hanya 12,60
juta rupiah.atau meningkat sebesar 5,08 persen (BPS, 2010).
Tabel 3.20.1.PDRB Kota Padang Menurut Sektor
Tahun 2008-2009 (milyar)
No Sektor2008 2009
HargaBerlaku
HargaKonstan
HargaBerlaku
HargaKonstan
1 Pertanian 1.160,39 552.96 1.250,73 583.18
2 Pertambangan dan Penggalian 352,03 165.25 381,05 173.46
3 Industri Pengolahan 3.072,48 1,787.05 3.269,94 1,854.25
4 Listrik, Gas & Air Bersih 434,84 191.46 456,83 203.48
5 Bangunan 912,13 458.91 994,63 481.03
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 4.207,80 2,351.21 4.553,22 2,432.01
7 Pengangkutan dan Komunikasi 4.867,88 2,623.52 5.307,50 2,805.27
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 1.736,04 864.31 1.912,89 915.99
9 Jasa - Jasa 3.398,64 1,802.60 3.710,27 1,896.97
Sumber: BPS, 2010
3.20.2. Kondisi Produksi
a. Sektor pertanian
Di bidang pertanian, produksi padi sawah tahun ini mengalami peningkatan
dari 58.290 ton pada tahun 2009 menjadi 76.207 ton. Dari jumlah itu, 31,43 persen
disumbangkan oleh Kecamatan Kuranji, 20,60 persen oleh Kecamatan Koto Tangah
dan 16,85 persen oleh Kecamatan Pauh.
Secara umum produksi palawija mengalami peningkatan dari 2.433 ton
menjadi 2.990 ton. Dari kelima jenis tanaman palawija, hanya ubi jalar dan kacang
tanah yang mengalami penurunan produksi. Sedangkan sumbangan terbesar produksi
palawija diberikan oleh ubi kayu yang jumlah produksinya tahun ini meningkat juga
menjadi 2.175 ton atau 72,74 persen dari keseluruhan produksi palawija. Kota
Padang memang memiliki banyak industri makanan kecil yang berbahan dasar ubi
kayu atau singkong.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 203
Hasil penangkapan ikan pada tahun 2009 mengalami peningkatan, yaitu dari
15.680,5 ton menjadi 16.473,2 ton. Jenis ikan terbanyak yang ditangkap adalah Cakalang
yaitu sebesar 32,92 persen (5.423 ton).
Selama tahun 2009 populasi ternak mengalami penurunan sedangkan pemotongan
ternak mengalami peningkatan. Populasi unggas selama tahun 2009 masih didominasi oleh
ayam ras pedaging yaitu sebesar 81,94 persen (3.608.778 ekor).
1). Subsektor tanaman pangan
Subsektor tanaman pangan merupakan salah satu motor penggerak utama
perekonomian di Kota Padang. Walaupun bukan yang terbesar, tetapi sumbangan sektor
pertanian terhadap PDRB cukup besar. Subsektor ini memberikan kontribusi terbesar
terhadap pembentukan PDRB sebagaimana telah diuraikan di atas. Pada tahun 2009 total
luas areal panen tanaman pangan adalah 14.295,00 ha dengan total produksi 79.197,00 ton.
Tabel 3.20.2.Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan
di Kota Padang Tahun 2009
Jenis TanamanLuas Panen
(Ha)Produksi
(Ton)Hasil Perhektar
(Kw / Ha)
Padi Sawah 14.023,00 76.207,00 54,34
Padi Ladang -- -- --
Jagung 5,00 16,00 32,00
Ubi Kayu 154,00 2.175,00 141,22
Ubi Jalar 50,00 715,00 143,00
Kacang Tanah 43,00 59,00 13,61
Kedelai 12,00 17,00 14,10
Kacang Hijau 8,00 8,00 10,00
Jumlah 14.295,00 79.197,00 408,27
Sumber: BPS, 2010
Bila dilihat menurut komoditas, luas panen, dan produksi tanaman bahan makanan
tahun 2009 di Kota Padang yang terbesar adalah Padi Sawah dengan luas areal 14.023,00
ha dengan produksi 76.207,00 ton atau mencapai 96,22% dari total produksi komoditas
tanaman pangan. Selanjutnya Ubi Kayu dengan luas panen 50,00 ha dan produksi 2.175,00
ton, Ubi Jalar dengan luas panen 3.682,00 ha dan produksi 715,00 ton, Kacang Tanah
(produksi 59 ton), Kedelai produksi 17 ton, Kacang Hijau dengan jumlah produksi 8 ton
serta kacang hijau dan Jagung dengan jumlah produksi 16 ton.
Selama tahun 2009 luas areal panen tanaman sayuran seluas 1.256 ha, dengan
produksi sebanyak 9321 ton. Produksi tanaman sayur-sayuran yang tertinggi produksinya
adalah ketimun sebanyak 5065 ton dengan luas panen 486 ha, Kangkung dengan luas
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 204
panen 287 ha, kacang panjang 525 ton dengan luas panen 134 ha, Bayam dengan produksi
868 ton dengan luas panen 118, terung dengan dengan produksi 492 ton dengan luas lahan
77 ha, cabe ton dengan luas panen 95,00 ha. Rekapitulasi luas areal dan produksi tanaman
sayur-sayuran selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.20.3.
Tabel 3.20.3.Luas Panen dan Produksi Tanaman Sayur-sayuran
di Kota Padang Tahun 2009
Jenis SayuranPanen(Ha)
Produksi(Ton)
Rata-rataProduksi (ton/Ha)
Kacang Panjang 134 525 3,92
Cabe 95 347 3,65
Terung 77 492 6,39
Ketimun 486 5065 10,42
Kangkung 287 1846 6,43
Bayam 118 868 7,36
Lainnya 59 178 3,02
Jumlah 1256 9321 41,19
Sumber: BPS, 2010
Jumlah luas panen dan produksi tanaman buah-buahan pada tahun 2009 seluas
1056,05 ha dengan produksi 14.379,33 ton. Produksi buah-buahan tertinggi dihasilkan dari
tanaman pisang sebanyak 5.123,86 ton dengan luas panen 130,54 ha, durian dengan
produksi 3.400,62 ton dengan luas panen 368,84, rambutan degan produksi 1.684,12
dengan luas panen 273,2 ha, pepaya dengan produksi 391,5 Ton dengan luas panen 7,08
ha. Jumlah luas panen dan produksi tanaman buah selengkapnya dapat dilihat pada Tabel
3.20.4.
Tabel 3.20.4.Luas Panen dan Produksi Tanaman Buah-buahan
di Kota Padang Tahun 2009
Jenis Buahan Panen (Ha)Produksi
(Ton)Rata-rata Produksi
(ton/Ha)
Pisang 130,54 5123,86 39,25
Jeruk 11,02 148,01 13,43
Durian 368,84 3400,62 9,22
Duku 5 34,6 6,92
Sawo 48,07 213,8 4,45
Nenas 0,12 13,72 114,33
Pepaya 7,08 391,5 55,30
Rambutan 273,2 1684,12 6,16
Alpokat 52,46 119,4 2,28
Mangga 67,72 323,7 4,78
Bingkuang 92 2926 31,80
Jumlah 1056,05 14379,33 287,92
Sumber: BPS, 2010
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 205
2). Subsektor perkebunan
Produksi tanaman perkebunan selama tahun 2009, seperti terlihat pada Tabel
3.20.5, produksi tanaman perkebunan tertinggi dihasilkan oleh komoditas Kulit Manis yaitu
sebanyak 95,01 ton.
Tabel 3.20.5.Luas Panen (ha), Produksi (Ton) dan Banyaknya Petani (KK)
Tanaman Perkebunan di Kota Padang Tahun 2009
JenisTanaman
LuasTanaman (Ha)
Produksi(Ton)
BanyaknyaPetani (KK)
Kulit Manis na 95,01 na
Kopi na 24,39 na
Karet na 159,2 na
Pala na 42,75 na
Coklat na 114,84 na
Pinang na 48,6 na
Gambir na 16,24 na
Kelapa na 639,94 na
Cengkeh na 2,68 na
Jumlah 1143,65
Sumber: BPS, 2010
Jenis tanaman perkebunan yang potensial untuk menjadi tanaman andalan dewasa
ini adalah Kulit manis dan kopi, dengan produksi kulit manis pada tahun 2009 95,01 ton.
Produksi tanaman Kopi pada tahun 2009 mencapai 24,39 ton.
3). Subsektor peternakan
Jenis usaha ternak di Kota Padang terdiri dari ternak besar (sapi, kerbau, kuda), dan
ternak kecil (kambing, domba) serta unggas (ayam buras, ayam ras pedaging, ayam ras
petelor dan itik). Populasi hewan ternak pada tahun 2009 mencapai 4.465.129 ekor.
Populasi sapi potong terbanyak untuk ukuran ternak besar yaitu 29.338 ekor dan terbanyak
terdapat di Kecamatan Kuranji. Populasi ayam ras pedaging paling banyak untuk jenis
hewan ternak unggas sebanyak 3.608.778 ekor, dimana ternak itik paling banyak terdapat di
Kecamatan Koto Tangah (Tabel 3.20.6)
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 206
Tabel 3.20.6.Jumlah Populasi Ternak di Kota Padang
Tahun 2009
KecamatanSapi
Perah
Sapi
PotongKerbau Kuda Kambing Domba
AyamItik /
Itik
ManilaAyam
Buras
Ayam Ras
Pedaging
Ayam
Ras
Petelor
Bungus Teluk
Kabung- 3.260 1.640 - 2.416 22 30.589 20.587 - 11.654
Lubuk
Kilangan7 2.344 397 - 2.311 - 40.256 125.879 23.749 2.811
Lubuk
Begalung12 1.837 347 51 3.039 - 22.479 35.895 - 2.541
Padang
Selatan23 345 - 53 1.094 12 3.453 4.259 - 190
Padang Timur 23 394 - 21 399 59 15.675 45.875 - 325
Padang Barat - 91 - 13 591 - 1.123 - - -
Padang Utara 9 336 - 11 759 325 15.456 14.395 - 615
Nanggalo - 1.902 165 15 1.313 64 12.567 48.521 - 2.070
Kuranji 11 6.722 355 86 3.090 875 60.897 735.871 112.358 14.752
Pauh Pasar 21 6.082 229 24 2.443 62 41.859 256.198 102.564 2.316
Koto Tangah 19 6.025 1.882 70 6.680 827 50.879 2.321.298 212.174 11.796
Jumlah 125 29.338 5.015 344 24.135 2.246 295.23 3.608.778 450.845 49.070
Sumber: BPS, 2010
Produksi daging di Kota Padang paling banyak di produksi dari ternak sapi sebanyak
2.900 ton, kambing 955 ton dan babi dan kerbau 521 ton. Daging sapi paling banyak
diproduksi di Kecamatan Koto Tangah mencapai 964,62 ton, dan paling sedikit di Kecamatan
Bungus Teluk Kabung yang memproduksi daging sapi sebanyak 19,67 ton. Jumlah Produksi
daging dapat dilihat pada tabel 3.20.7
Tabel 3.20.7.Jumlah Produksi Daging (ton) di Kota Padang
Tahun 2009
Kecamatan Sapi Kerbau Kuda Kambing Domba Babi
Bungus Teluk Kabung 19,67 - - 4,6 - -
Lubuk Kilangan 411,53 20,39 - 76,65 2,12 -
Lubuk Begalung 156,49 11,93 - 64,35 1,43 -
Padang Selatan 119,87 - - 34,25 - -
Padang Timur 117,5 - - 35,25 - -
Padang Barat 164,32 - - 32,15 - -
Padang Utara 137 - - 28,1 - -
Nanggalo 106,94 - - 15,7 - -
Kuranji 426,47 57,7 - 411,7 16,37 -
Pauh Pasar 276 27,12 - 166,75 6,12 -
Koto Tangah 964,62 404,34 - 85,15 - 52,39
Jumlah 2.900 521 0 955 26 52
Sumber: BPS, 2010
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 207
4). Subsektor perikanan
Usaha perikanan di Kota Padang terdiri dari usaha perikanan darat dan usaha
perikanan laut. Total produksi usaha perikanan di Kota Padang pada tahun 2009 mencapai
16.473,20 ton. Bila dilihat dari produksinya usaha perikanan di Kota Padang masih
didominasi oleh usaha perikanan laut (Tabel 3.12.7).
Kota Padang sebagai daerah yang berbatasan langsung dengan Samudra Indonesia
tentunya kaya akan potensi kelautan. Hal ini ditunjukkan oleh jumlah produksi hasil laut
utamanya ikan. Produksi ikan dari perairan laut pada tahun 2009 sebesar 824,68 ton.
Jumlah nelayan penuh yang terbyak berada di kecamatan Bungus Teluk kabung dengan
jumlah nelayan 1.598 orang dan di kecamatan koto tangah sebanyak 1.786 orang.
Tabel 3.20.8.Perkembangan Produksi (ton) Perikanan
Kota Padang Tahun 2009
Komoditas Produksi (Ton)
Budidaya 3.752,40
Perairan Umum 673,00
Perairan Laut 824,68
Jumlah 16.473,20
Sumber: BPS, 2010
c. Sektor pertambangan
Sektor pertambangan dan penggalian memberikan kontribusi terhadap PDRB Kota
Padang sebesar 1,74%. Produksi bahan galian dengan kontribusi terhadap PDRB pada tahun
2009 sebesar 381,05 milyar. Data tentang pertambangan sangat terbatas dan tidak terlalu
besar dalam memberikan kontribusi terhadap PDRB Kota Padang.
d. Sektor perindustrian
Peran sektor perindustrian dalam perekonomian Kota Padang tahun 2009 terlihat
dari sumbangan sektor perindustrian cukup signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja
dan merupakan sektor tertinggi ke-3 dalam sumbangannya terhadap pembentukan PDRB
Kota Padang, yaitu sebesar Rp 3.072,48 milyar.
Dilihat dari kelompok industri menunjukkan bahwa unit usaha industri aneka
merupakan jenis usaha terbanyak mencapai 1996 unit usaha dan menyerap 11070 orang
tenaga kerja, kemudiaan diikuti kelompok industri hasil pertanian dan kehutanan dengan
jumlah unit usaha sebanyak 1.381 unit usaha dan menyerap tenaga kerja sebanyak 7.769
orang, kemudian diikuti Unit usaha industri logam, mesin elektro sebanyak 877 unit dan
menyerap tenaga kerja 3.505 orang. Kelompok yang paling rendah adalah industri kimia
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 208
dengan 738 unit usaha dengan menyerap tenaga kerja 2692 orang. Jumlah unit usaha
menurut kelompok industri di Kota Padang dapat dilihat pada Tabel 3.20.9.
Tabel 3.20.9.Jumlah Kelompok Industri dan Tenaga Kerja
di Kota PadangTahun 2009
Kelompok IndustriJumlah
Usaha
Jumlah tenaga
Kerja
Industri Hasil Pertanian
dan Kehutanan
1381 7769
Logam, Mesin Elektronika 877 3505
Industri Kimia 738 2692
Industri Aneka 1996 11070
Jumlah 4992 25035
Sumber: BPS, 2010
f. Koperasi
Jumlah koperasi dan anggotanya di Kota Padang selama tahun 2009 mengalami
penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2008 yakni dari 583 unit menjadi 575 unit dan
dari 132.552 orang menjadi 132.278 orang. Sedangkan dari segi jumlah simpanan terjadi
peningkatan yaitu dari 21.200 milyar rupiah pada tahun 2008 menjadi 21.549 milyar rupiah
pada tahun 2009.
Tabel 3.20.10.Jumlah Koperasi dan Jumlah Anggota di Kota Padang
Tahun 2009
KecamatanJumlah
KoperasiJumlah Anggota
Bungus Teluk Kabung 12 3,859
Lubuk Kilangan 25 7,727
Lubuk Begalung 36 4,674
Padang Selatan 4 7,239
Padang Timur 72 13,929
Padang Barat 126 23,904
Padang Utara 108 23,880
Nanggalo 20 3,169
Kuranji 36 11,144
Pauh 22 11,135
Koto Tangah 54 21,618
Jumlah 575 132,278
Sumber: BPS, 2010
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 209
g. Sektor pariwisata, hotel, dan restoran
Usaha di bidang perhotelan pada tahun 2009 turut memberikan sumbangan
terhadap PDRB Kota Padang. Jumlah hotel di Kota Padang sebanyak 36 buah buah yang
terdiri dari 692 kamar dan 1.086 tempat tidur.
Tabel 3.20.11.Jumlah Hotel, Jumlah Kamar dan Jumlah Tempat Tidur
di Kota Padang Tahun 2009
Klasifikasi HotelJumlah
Hotel
Jumlah
Kamar
Jumlah tempat
tidur
Jumlah tamu
asing dalam negeri
Hotel Bintang
a. Bintang Satu 4 84 170 241 52017
b. Bintang Dua 3 97 108 4625 20785
c. Bintang Tiga 2 50 90 2262 32006
d. Bintang Empat 1 176 268 1323 40537
Hotel Tak Berbintang
a. Kurang dari 10 Kamar 25 389 710 3187 61523
b. 10 - 24 Kamar 16 102 177 1833 11044
c. 25 - 40 Kamar 10 276 443 1838 76684
Sumber: BPS, 2010
Kota Padang memiliki objek wisata yang cukup bervariasi yaitu terdiri dari objek
wisata alam, wisata sejarah, kepurbakalaan serta objek wisata bahari yang sangat menarik
untuk dikunjungi.
Sarana penunjang kepariwisataan yang dimiliki oleh Kota Padang relatif memadai.
Pada tahun 2009 jumlah hotel yang ada sebanyak 61 buah yang terdiri dari 10 hotel
berbintang dan 51 hotel tak berbintang dengan jumlah kamar sebanyak 1.174 buah dan
tempat tidur sebanyak 1.966 buah. Sarana penunjang lain seperti biro perjalanan sebanyak
108 buah, toko suvenir sebanyak 17 buah dan rumah makan sebanyak 275 buah.
Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kota Padang tahun 2009 adalah sebanyak
1.794.975 orang yang terdiri dari 1.748.832 wisatawan domestik dan 46.143 wisatawan
asing. Kunjungan wisatawan ini meningkat sebesar 9,73 persen bila dibandingkan dengan
tahun 2008 yang hanya 1.635.753 orang yang terdiri dari 1.593.725 wisatawan domestik
dan 42.028 wisatawan asing.
Pengunjung Museum Adityawarman pada tahun 2009 (98.816 orang) mengalami
peningkatan yang cukup signifikan sebesar 120,08 persen bila dibandingkan dengan tahun
2008 (44.899 orang).
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 210
Tabel 3.20.12.Jumlah Pengunjung ke Museum Adityawarman
di Kota Padang Tahun 2009
BulanBanyaknya Pengunjung
Dewasa Anak-anak Rombongan Jumlah
Januari 5,681 2,591 2,123 10,395
Februari 2,671 994 5,929 9,594
Maret 3,438 1,291 3,931 8,660
April 2,845 1,321 3,277 7,443
Mei 3,549 1,671 8,141 13,361
Juni 4,179 1,769 3,690 9,638
Juli 11,675 4,174 4,650 20,499
Agustus 1,507 547 818 2,872
September 4,770 4,673 401 9,844
Oktober - - - -
Nopember 1,197 316 1,194 2,707
Desember 2,180 982 641 3,803
Sumber: BPS, 2010
h. Sektor pengangkutan dan komunikasi
Pengembangan dan Peningkatan Sarana dan Prasarana di sektor perhubungan terus
dilakukan oleh Pemerintah, baik pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah.
Kondisi Jalan Kota Padang Tahun 2009 tidak mengalami perubahan yang signifikan
bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Menurut jenis permukaan, jalan di Kota
Padang sebahagian besar telah beraspal yaitu sebesar 58 persen (958,03 Km). Bila dilihat
menurut kondisi, sebahagian besar jalan berkondisi baik yaitu sebesar 60,25 persen
(1.050,13 Km).
Jumlah angkutan umum pada tahun 2009 mengalami sedikit penurunan. Sedangkan
angkutan laut mengalami peningkatan yang cukup signifikan di Pelabuhan Teluk Bayur
Padang. Jumlah kapal penumpang yang bersandar sebanyak 232 unit dengan jumlah
penumpang yang naik maupun turun sebanyak 10.202 dan 8.320 orang. Jumlah angkutan
barang di Pelabuhan Teluk Bayur mengalami penurunan dari 1.897 kapal pada tahun 2008
menjadi 1.391 kapal pada tahun 2009.
Kegiatan PT.Pos Indonesia pada Tahun 2009 mengalami peningkatan di setiap
kegiatannya. Pengiriman paket pos meningkat dari 16.289 buah pada Tahun 2008 menjadi
24.433 buah Tahun 2009, sedangkan pengeluaran giro dan cek pos meningkat dari 591,572
milyar rupiah pada tahun 2008 menjadi 946,516 milyar rupiah pada tahun 2009.
Peningkatan yang signifikan ini terjadi karena diberlakukannya layanan baru oleh PT Pos
berupa giro online yang banyak dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan untuk
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
III - 211
mentransfer dana ke cabangnya.
Dari kegiatan PT Telkom Cabang Padang terlihat bahwa kapasitas terpasang
mengalami penurunan, yaitu sebanyak 66.675 jaringan dari 69.810 yang tersedia. Hal ini
juga merupakan salah satu akibat dari terjadinya gempa tanggal 30 September 2009. Oleh
karena itu jumlah pelanggan juga mengalami penurunan drastis dari 135.989 pelanggan
tahun 2008 menjadi 66.675 tahun 2009.
i. Sektor jasa dan konstruksi
Sektor jasa memberikan kontribusi terhadap PDRB berdasarkan harga konstan pada
tahun 2009 sebesar Rp 1.896,97 milyar atau 16,99%. dengan laju pertumbuhan
berdasarkan PDRB dengan harga konstan tahun 2000 dalam periode 2008-2009 sebesar
5,24%.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
IV-1
BAB IV
PENGEMBANGAN UMKM
4.1. Kebijakan Pemerintah Pusat
Pemerintah telah menyadari bahwa UMKM telah memberikan berbagai sumbangsih
dalam proses pembangunan nasional. Pemetaan dengan analisis SWOT Kementerian
Koperasi dan UMKM terungkap sejumlah kekuatan dan sumbangsih UMKM bagi pereko-
nomian nasional. Berdasarkan pendataan akhir tahun 2008, diketahui jumlah pelaku UMKM
mencapai 51,3 juta unit. Jumlah tersebut berarti bahwa UMKM merupakan pelaku ekonomi
yang dominan karena mencapai 99,99% dan seluruh pelaku ekonomi nasional. Keberadaan
jumlah UMKM yang besar dengan penyebaran hingga ke pelosok daerah merupakan
kekuatan ekonomi yang sesungguhnya dalam struktur pelaku ekonomi nasional.
Ditinjau dari penyerapan tenaga kerja, UMKM mampu menyerap sebanyak 90.896.270 orang
tenaga kerja. Artinya 97,22% dari 93.491.243 jumlah pekerja nasional bekerja di sektor
UMKM. Mestinya disadari bahwa tingkat penyerapan tenaga kerja yang tinggi, sektor ini
telah menjamin stabilitas pasar tenaga kerja, penekanan pengangguran dan menjadi sarana
bangkitnya wirausaha baru, serta tumbuhnya wirausaha nasional yang tangguh dan mandiri.
Potensi lainnya dapat dilihat dari kontribusi UMKM terhadap pembentukan PDB
menurut harga berlaku, yang sesuai data BPS tahun 2008 mencapai Rp.2.609,4 trilyun.
Dengan jumlah tersebut berarti bahwa 55,56% dari PDB nasional yang totalnya mencapai
Rp.4.696,5 trilyun bersandar pada produktivitas UMKM. Di sisi lain, kontribusi UMKM dalam
ekspor non migas mencapai sekitar Rp.183 trilyun. Setidaknya UMKM telah menjadi penguat
ekspor non migas hingga 20,17% dan total ekspor non migas sebesar Rp.910,9 trilyun.
Peran UMKM dalam ekspor ini merupakan bukti kemampuan dan daya saing produk UMKM
di pasar persaingan bebas, sekaligus merupakan potensi yang perlu terus dipelihara untuk
menjaga kesinambungan perdagangan internasional dan meraih devisa lebih besar.
Dilihat dan nilai investasi (pembentukan modal tetap bruto) UMKM menurut harga
berlaku tahun 2008 mencapai Rp.640 trilyun atau sebesar 52,89% dari total nilai investasi
nasional yang mencapai sebesar Rp.1.210 trilyun. Dengan tingkat investasi tersebut,
dibandingkan dengan usaha besar, maka pengembangan UMKM hanya membutuhkan
tingkat investasi yang lebih rendah, dengan konsekuensinya akan mampu memberikan
kontribusi yang besar bagi pembangunan ekonomi nasional.
Diantara berbagai sumbangsih UMKM bagi perekonomian nasional, terdapat pula
sejumlah kelemahan yang masih dihadapi UMKM di Indonesia. Kelembagaan UMKM
merupakan aspek penting yang perlu dicermati dalam membedah permasalahan Koperasi
dan UMKM. Lebih dan 51 juta usaha yang ada, atau lebih dan 99,9% pelaku usaha adalah
Usaha Mikro dan Kecil, dengan skala usaha yang sulit berkembang karena tidak mencapai
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
IV-2
skala usaha yang ekonomis. Dengan badan usaha perorangan, kebanyakan usaha dikelola
secara tertutup, dengan Legalitas usaha dan administrasi kelembagaan yang sangat tidak
memadai. Upaya pemberdayaan UMKM makin rumit karena jumlah dan jangkauan UMKM
demikian banyak dan luas, terlebih bagi daerah tertinggal, terisolir dan perbatasan.
UMKM juga menghadapi persoalan rendahnya kualitas sumberdaya manusia.
Kebanyakan SDM UMKM berpendidikan rendah dengan keahlian teknis, kompetensi,
kewirausahaan dan manajemen yang seadanya. Hal ini perlu disadari sedari dini, karena
sebagai penopang penciptaan wirausaha baru, jumlah dan keberadaan lembaga
pengembangan usaha, Lembaga diklat dan inkubator sangat sedikit dan jauh dari memadai.
Masalah klasik lain yang dihadapi UMKM adalah terbatasnya akses UMKM kepada
sumberdaya produktif. Akses kepada sumberdaya produktif terutama terhadap bahan baku,
permodalan, teknologi, sarana pemasaran serta informasi pasar. Dalam hal pendanaan
utamanya UMKM memiliki permasalahan karena modal sendiri yang terbatas, tingkat
pendapatan rendah, aset jaminan dan administrasi tidak memenuhi persyaratan perbankan.
Bahkan bagi Usaha Mikro dan Kecil sering kali terjerat rentenir/pihak ketiga dan kurang
tersentuh lembaga pembiayaan.
Adapun berkaitan dengan akses teknologi, kebanyakan UMKM mengunakan
teknologi sederhana, kurang memanfaatkan teknologi yang lebih memberikan nilai tambah
produk. Demikian juga UMKM sulit untuk memanfaatkan informasi pengembangan produk
dan usahanya. Upaya pemberdayaannya juga diliputi dengan adanya ketimpangan dalam
penguasaan sumberdaya produktif baik antar pelaku usaha, antar daerah maupun antara
pusat dan daerah.
Kondisi di atas telah berakibat serius terhadap rendahnya produktivitas dan daya
saing produk UMKM. Terlebih UMKM tidak memiliki jaringan pasar dan pemasaran yang luas.
Kebanyakan mereka hanya memiliki akses pasar di tingkat lokal, atau yang paling maju
mereka dapat melakukan sedikit ekspor melalui usaha menengah dan besar yang berlaku
sebagai perantara.
Dengan pemahaman yang utuh terhadap potensi dan permasalahan UMKM tersebut,
pemerintah telah menempatkan kebijakan pengembangan UMKM menjadi bagian dari sistem
kebijakan pembangunan nasional yang tertuang dalam RPJPN 2005-2025 maupun RPJMN
kedua (2010-2014). Pengembangan UMKM merupakan bagian dari upaya mencapai cita-cita
luhur bangsa yaitu terwujudnya peningkatan kesejahteraan rakyat, melalui pembangunan
ekonomi yang berlandaskan pada keunggulan daya saing, kekayaan sumber daya alam,
sumber daya manusia dan budaya bangsa. Beberapa kebijakan yang telah ditempuh selama
2004-2009 untuk mencapai pertumbuhan yang berkualitas, pertumbuhan yang disertai
dengan penurunan kemiskinan dan perbaikan distribusi pendapatan, melalui pengembangan
UMKM yaitu dialokasikannya anggaran untuk dana penjaminan kredit/pembiayaan bagi
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
IV-3
usaha mikro, kecil, menengah (UMKM) dan koperasi melalui Program Kredit Usaha Rakyat
(KUR). Dalam pengembangan kelembagaan, pemerintah telah menerbitkan Inpres No 6
/2007 dan Inpres 5 /2008 yang memuat program aksi yang kongkrit dalam memperbaiki
iklim berusaha bagi UMKM.
Peran strategis UMKM tercermin pula pada RPJMN Kedua. Visi yang Ingin dicapai
pada RPJMN kedua, dikenal dengan Visi Indonesia 2014 adalah “Terwujudnya Indonesia
yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan”. Untuk itu, agenda pertama dari lima agenda
untuk mewujudkan Indonesia sejahtera yaitu Pembangunan Ekonomi dan Peningkatan
Kesejahteraan Rakyat. Diantara programnya yaitu mendorong sektor riil dan pemihakan
kepada usaha kecil menengah dan koperasi serta terus menjaga stabilitas ekonomi makro.
Pada RPJMN 2010-2014 dikemukakan sasaran pembangunan ekonomi dan
kesejahteraaan berkaitan dengan pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah. Dinyatakan
bahwa langkah-langkah yang dilakukan adalah untuk peningkatan kesejahteraan dilakukan
dengan meningkatkan dan memajukan usaha kecil menengah dengan menambah akses
terhadap modal termasuk perluasan Kredit Usaha Rakyat (KUR), meningkatkan bantuan
teknis dalam aspek pengembangan produk dan pemasaran, melaksanakan kebijakan
pemihakan untuk memberikan ruang usaha bagi pengusaha kecil dan menengah, serta
menjaga fungsi, keberadaan serta efisiensi pasar tradisional.
Lebih daripada itu, pengembangan UMKM pada dasarnya menjadi amanat konstitusi
sebagaimana tertuang dalam UU No. 20/2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Di
dalam UU ini dinyatakan tujuan Pemberdayaán UMKM adalah (Pasal 5): (i) mewujudkan
struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang, dan berkeadilan; (ii)
menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
menjadi usaha yang tangguh dan mandiri; dan (iii) meningkatkan peran Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah dalam pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan
pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dan kemiskinan
Kementerian Koperasi dan UKM sesuai dengan UU merupakan kementerian yang
secara khusus mendapatkan amanah dalam melakukan pemberdayaan Koperasi dan UKM.
Oleh karena itu peran dan posisinya dalam pemberdayaan Koperasi dan UKM, tidak saja
penting tetapi juga strategis, khususnya dalam rangka mempercepat kesejahteraan rakyat
yakni mengurangi kemiskinan dan menekan pengangguran. Kementerian Koperasi dan
UMKM telah menetapkan sasaran strategis dalam pengembangan Koperasi dan UMKM.
Pertama, peningkatan jumlah dan peran Koperasi dan UMKM dalam perekonomian nasional,
diantara indikatornya yaitu meningkatnya produktifitas UMKM (5%) per tahun, meningkat-
nya sumbangan UMKM dalam pembentukan PDB (6%) pertahun, meningkatnya rata-rata
jumlah penyerapan tenaga kerja Koperasi dan UMKM sebesar (5%) per tahun, meningkat-
nya rata-rata nilai investasi Koperasi dan UMKM sebesar 10% per tahun dan meningkatnya
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
IV-4
nilai ekspor produk UMKM (15%) per tahun.
Kedua, peningkatan pemberdayaan Koperasi dan UMKM. Upaya untuk itu dicapai
dengan meningkatnya jumlah SDM Koperasi dan UMKM yang mengikuti Diklat, penye-
lenggaraan diklat dan dukungan lembaga Diklat. Ketiga, meningkatnya daya saing produk
Koperasi dan UMKM dengan menjaga 65% pangsa pasar Koperasi dan UMKM di bidang
bisnis retail dan meningkatnya ekspor non migas UMKM sehingga pangsa terhadap ekspor
non migas nasional minimal sebesar 20% per tahun. Keempat, peningkatan pemasaran
produk Koperasi dan UMKM dengan tumbuh dan berkembangnya trading house di seluruh
Provinsi, meningkatnya kualitas sarana dan prasarana produksi dan pemasaran, mening-
katnya promosi produk Koperasi dan UMKM, meningkatnya jumlah dan kualitas warung
retail modern milik Koperasi dan UMKM, mewujudkan Smeco UKM menjadi Icon Industri
Kreatif dan pemberdayaan Koperasi dan UMKM Nasional.
Kelima, penyediaan akses pembiayaan dan penjaminan bagi Koperasi dan UMKM.
Hal ini dicapai dengan tersedianya SKIM pembiayaan yang mudah, terjangkau dan cepat,
dan penjaminan bagi Koperasi dan UMKM. Selanjutnya meningkatnya jumlah dan kualitas
KSP/USP dan Lembaga pembiayaan lainnya, memperkuat permodalan bagi produk Koperasi
dan UMKM di sentra-sentra termasuk daerah tertinggal, terisolir dan perbatasan.
Keenam, perbaikan iklim usaha yang lebih berpihak pada Koperasi dan UMKM
dengan terselenggaranya penataan birokrasi dan tata kelola pemerintahan, tersedia dan
terlaksananya peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang berpihak pada pember-
dayaan Koperasi dan UMKM.
Ketujuh, pengembangan wirausaha Koperasi dan UKM baru. Dicapai melalui
penciptaan 5.000 wirausaha baru dari kalangan sarjana dan tersedianya modul-modul untuk
meningkatkan kesadaran berwirausaha.
4.2. Kebijakan Pemerintah Provinsi
Arah dan Kebijakan ekonomi Provinsi Sumatera Barat tertuang dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang 2005-2025. Dokumen RPJPD ini disusun untuk mewujudkan
visi pembangunan daerah yang pada dasarnya merupakan kondisi objektif yang diinginkan
dapat dicapai oleh masyarakat Provinsi Sumatera Barat pada 20 tahun mendatang.
Dinyatakan bahwa visi Sumatera Barat yaitu “Menjadi Provinsi Terkemuka Berbasis
Sumberdaya Manusia Yang Agamais Pada Tahun 2025”
Visi tersebut dituangkan pada sejumlah misi, diantaranya misi untuk mewujudkan
usaha ekonomi produktif dan mampu bersaing di dunia global. Sebagai daerah berbasis
agraris dan etos dagang yang tinggi, misi ini dicapai dengan mewujudkan pertanian modern
dan agribisnis maju. Pada RPJM ke 2 (2010-2014) skala prioritas pembangunan daerah
dalam menuju terwujudnya pertanian modern adalah pada peningkatan kualitas sumberdaya
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
IV-5
teknis yang terlibat dalam pengembangan pertanian dan agribisinis melalui pelaksanaan
latihan teknis dan pendidikan lebih lanjut. Sejalan dengan kegiatan tersebut, ditingkatkan
pula pemanfaatan teknologi pertanian yang lebih tinggi melalui pengembangan balai-balai
penelitian pertanian dan Holtikultura. Untuk medorong pertumbuhan kegiatan pertanian,
pada phase ini mulai pula dilakukan pengembangan Kawasan Sentra Produksi dan Kawasan
Industri Masyarakat Perkebunan (KIMBUN) serta pengembangan berbagai Agrocity/Agropo-
litan secara tersebar di pelosok daerah. Upaya-upaya tersebut juga diiringi dengan upaya
sistematis dalam membuka permintaan (peluang pasar) terhadap produk yang dihasilkan.
Pada RPJMD keduanya berupaya pula mewujudkan Kegiatan Perdagangan dan Jasa
Yang Mampu Bersaing. Untuk itu, kebijakan pembangunan diarahkan pada upaya
mewujudkan pengembangan kewirausahaan dan manajemen pengelolaan usaha secara
lebih intensif. Sasaran utama dalam hal ini adalah untuk mengembangan manajemen usaha
perdagangan dan jasa secara modern yang didukung dengan kemampuan kewirausahaan
yang tangguh. Sejalan dengan hal tersebut, pada periode ini telah dapat pula dikembangkan
manajemen dan kewirausahaan kegiatan jasa, yang dilaksanakan melalui pelaksanaan
pelatihan praktis serta pelaksanaan magang pada perusahaan yang lebih besar. Disamping
itu, diharapkan pula telah dapat terwujud peningkatan keahlian dan keterampilan bagi para
pekerja dan pengusaha yang terlibat dalam kegiatan jasa tersebut agar dapat mengelola
usaha secara efektif dan efisien serta produktif. Sejalan dengan hal tersebut, pada tahap ini
sudah akan dapat pula diwujudkan pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah
(UMKM) dan koperasi yang merupakan embrio dan cikal bakal dari wirausaha yang tangguh
dan berdaya saing tinggi.
Kegiatan UMKM di Sumatera Barat tergolong aktif. Pendataan oleh Dinas Koperasi,
Perindustrian, Perdagangan dan UMKM Provinsi Sumatera Barat mengungkapkan bahwa
hingga September 2011 tercatat sekurangnya terdapat 34.303 unit UMKM yang tersebar di
berbagai kabupaten/kota. Jumlah UMKM tersebut telah mampu menyerap tenga kerja seku-
rangnya 74.945 orang. Berdasarkan ukurannya, sebagian besar UMKM tergolong usaha
mikro, diikuti oleh usaha kecil, serta sebagian kecil tergolong sebagai usaha menengah. Hal
ini menunjukkan karakteristik UMKM di Sumatera Barat tidak jauh berbeda dengan gambar-
an rata-rata pada tingkat nasional. Tabel 4.2.1. menyajikan data ini secara lebih lengkap.
Tabel tersebut memperlihatkan pula persebaran UMKM menurut kabupaten/kota.
Dapat diketahui bahwa jumlah UMKM terbanyak terdapat di Kabupaten Agam (8.470 unit).
Diikuti oleh Kabupaten Padang Pariaman (4.855 unit) dan Kabupaten Solok (4.334 unit)
serta Kota Pariaman (4.209 unit). Jumlah UMKM pada setiap daerah ini beriringan dengan
kemampuannya dalam menyerap tenaga kerja.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
IV-6
Tabel 4.2.1.Jumlah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Menurut Kabupaten/Kota
Di Sumatera Barat per September 2011
Sumber: Dinas Koperasi, Perindustrian, Perdagangan dan UMKM Provinsi Sumatera Barat, 2011.
Implementasi lebih detail dalam meningkatkan daya saing kegiatan pertanian,
perdagangan dan jasa dilakukan pemerintah Provinsi Sumatera Barat dengan menetapkan
pengembangkan komoditi dan industri unggulan. Kebijakan ini dilatari oleh pengalaman
selama krisis ekonomi yang telah memberikan isyarat bahwa usaha kecil dan menengah
yang didukung oleh sumber daya lokal (daerah) terutama di bidang pertanian dan industri
kecil mempunyai daya resistensi terhadap pengaruh dampak krisis ekonomi, sehingga relatif
mampu bertahan dibandingkan usaha skala besar yang menggunakan komponen bahan
baku dari impor.
Disamping itu, usaha skala kecil merupakan lapangan usaha yang menjadi sumber
pendapatan dari sebagian besar penduduk Sumatera Barat, yaitu mencapai sekitar 80 %
dari rumah tangga yang ada di daerah ini. Namun karena permasalahan yang dihadapinya
dalam mengembangkan usaha seperti keterbatasan modal, penguasaan teknologi dan
pemasaran, menyebabkan sebagian besar usaha skala kecil ini belum mampu mengangkat
pendapatan pelakunya ke tingkat yang lebih layak untuk dapat memenuhi kebutuhan-
NO. KABUPATEN/KOTA
JUMLAH UMKMTOTAL UMKM
USAHA MIKRO USAHA KECILUSAHA
MENENGAH
UNITTENAGAKERJA UNIT
TENAGAKERJA UNIT
TENAGAKERJA UNIT
TENAGAKERJA
1 Kab. 50 kota 607 1.661 79 191 1 15 687 1.867
2 Kab. Solok Selatan 94 0 221 0 0 0 315 0
3 Kab. Pasaman 5 0 0 0 0 0 5 0
4 Kab. Tanah Datar 430 3.330 86 657 55 439 571 4.426
5 Kab. Pasaman Barat 12 0 0 0 0 0 12 0
6 Kab. Pesisir Selatan 844 2.039 153 864 5 40 1.002 2.943
7 Kab. Solok 4.156 10.952 168 646 10 52 4.334 11.650
8 Kab. Pdg. Pariaman 4.774 9.818 69 266 12 1.463 4.855 11.547
9 Kab. Agam 8.321 16.642 126 936 23 345 8.470 17.923
10 Kab. Sijunjung 264 264 817 1.789 0 0 1.081 2.053
11 Kab. Dharmasraya 2.068 3.678 274 1.192 1 5 2.343 4.875
12 Kab. Kep. Mentawai 383 699 50 168 2 10 435 877
13 Kota Padang 259 854 157 737 2 19 418 1.610
14 Kota Sawahlunto 57 254 30 567 1 20 88 841
15 Kota Padang Panjang 3.259 4.441 47 507 2 18 3.308 4.966
16 Kota Bukittinggi 77 0 0 0 0 0 77 0
17 Kota payakumbuh 129 156 28 191 0 0 157 347
18 Kota Solok 335 1.453 1.601 0 0 0 1.936 1.453
19 Kota Pariaman 3.567 5.018 596 2.144 46 405 4.209 7.567
TOTAL 29.641 61.259 4.502 10.855 160 2.831 34.303 74.945
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
IV-7
kebutuhan hidupnya.
Dari titik anjak itulah, maka untuk memperkuat perekonomian daerah dan sekaligus
meningkatkan pendapatan masyarakat dari kelompok mayoritas pelaku usaha yang ada,
pilihan kebijakannya adalah bagaimana memberdayakan kelompok usaha kecil yang
merupakan 'Usaha Rakyat' menjadi usaha yang kuat dan profesional sehingga mampu
menjadi motor penggerak pembangunan daerah.
Upaya yang telah dilaksanakan selama ini dalam pengembangan usaha kecil dan
menengah perlu terus disempurnakan dengan melakukan pembinaan yang lebih
komprehensif dengan mengedepankan pengembangan partisipasi dan kemandirian
masyarakat dalam melakukan usaha. Peran pemerintah yang lebih menonjol sebagai pelaku
dan pengelola pembangunan sudah saatnya digeser sejalan dengan tuntutan reformasi dan
semakin terbatasnya dana pembangunan yang dapat dialokasikan untuk mendorong
kegiatan pengembangan ekonomi rakyat.
Peran pemerintah sebagai fasilitator pembangunan usaha kecil perlu terus
ditingkatkan terutama dalam membantu pelaku usaha tersebut mengatasi permasalahan
yang dihadapi dalam pengembanagan usahanya. Upaya peningkatan kemampuan SDM,
perbaikan teknologi, pelayanan informasi dalam pengembangan pemasaran, peningkatan
kelembagaan usaha serta akses ke sumber modal dan pusat pemasaran, akan menjadi
bagian penting peran pemerintah dalam pembinaan pengembangan usaha kecil dan
menengah pada masa ke depan.
Secara operasional pembinaan dan pemberdayaan ekonomi rakyat telah menjadi
kewenangan daerah kabupaten-kota, karena pada umumnya lapangan usaha yang menjadi
basis ekonomi kerakyatan di daerah ini terkait dengan lapangan usaha pertanian, industri
dan kerajinan, perdagangan dan jasa dan lapangan usaha lainnya yang merupakan
kewenangan wajib pemerintah kabupaten/kota. Sedangkan program di provinsi bersifat
memberikan dukungan bagi kelangsungan pelaksanaan program di kabupaten kota, antara
lain dalam bentuk fasilitasi promosi dan pemasaran, penyiapan pedoman pembinaan,
penyusunan standar pelayanan dan kegiatan lainnya yang sesuai dengan kewenangan
provinsi.
Salah satu bentuk dukungan provinsi dalam pemberdayaan ekonomi kerakyatan
yaitu melalui “Road Show” 6 SKPD lingkup Bidang Ekonomi (Dinas Pertanian Tanaman
Pangan, Dinas Peternakan, Dinas Perkebunan, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Koperasi
dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan) ke Kabupaten/Kota se Sumatera Barat “ untuk
membuat kesepakatan dengan masing-masing Kepala Daerah Kabupaten/Kota tentang
Komoditi Unggulan yang akan dikembangkan tahun 2008-2012.
Kesepakatan Pengembangan Komoditi Unggulan Antara Provinsi dengan Kabupaten/
Kota Tahun 2008-2012 yang disepakati disajikan pada tabel 4.2.2.:
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
IV-8
Tabel 4.2.2.Kesepakatan Pengembangan Komoditi Unggulan Antara Provinsi dengan
Kabupaten/Kota Tahun 2008-2012 Menurut Kota/kabupaten di Sumatera Barat
No Kab/Kota Komoditi Unggulan
1 Kab. Agam Sayur-sayuran, Sapi Potong
2 Kab. Pasaman Kakao, Perikanan Air Tawar
3 Kab. Pasaman Barat Jagung, Perikanan Laut
4 Kab. Lima Puluh Kota Gambir, Jeruk
5 Kab. Solok Sayur-sayuran, Sapi Potong
6 Kab. Solok Selatan Perikanan Air Tawar, Sapi Potong
7 Kab. Padang Pariaman Kakao, Sapi Potong
8 Kab. Pesisir Selatan Perikanan Laut, Sapi Potong
9 Kab. Tanah Datar Kambing, Casiavera
10 Kab. Sijunjung Sapi Potong, Perikanan Air Tawar
11 Kab. Darmasraya Sapi Potong, Perikanan Air Tawar
12 Kab. Kep. Mentawai Kakao, Pisang
13 Kota Bukittinggi Tanaman Hias, Produk Olahan Hasil Pertanian
14 Kota Padang Perikanan laut, Ayam Potong
15 Kota Sawahlunto Kakao, Karet
16 Kota Padang Panjang Kulit, Sapi Perah
17 Kota Solok Minyak Atsiri, Makanan Ringan
18 Kota Payakumbuh Makanan Ringan, Sapi Potong
19 Kota Pariaman Pisang, Kelapa
Pada sektor lain, secara khusus pemerintah Sumatera Barat telah merespon Perpres
Nomor 28 Tahun 2008 dengan menetapkan industri unggulan provinsi. Industri unggulan ini
meliputi 10 jenis yaitu:
1. Industri Hasil Laut
2. Industri Pengolahan Kakao
3. Industri Pengolahan Makanan Ringan
4. Industri Kulit dan Alas Kaki
5. Industri Kerajinan Sulaman/Tenun
6. Industri Gambir
7. Industri Minyak Atsiri
8. Industri Maritim
9. Industri Alsintan
10. Industri Semen
4.3. Kebijakan Pemerintah Daerah
4.3.1. Kota Bukittinggi
Salah satu misi penting dari pemerintah Kota Bukittinggi yang tertuang dalam
dokumen Renstra daerah 2011-2015 adalah “Menumbuhkembangkan ekonomi kerakyatan
berbasis potensi unggulan daerah (perdagangan dan jasa, pariwisata, pelayanan pendidikan
dan pelayanan kesehatan)” . Dimana tujuan dari misi tersebut adalah: (1) Berkembangnya
koperasi sehingga terjadi peningkatan kinerja koperasi, peningkatan jangkauan pelayanan
koperasi, (2) Berkembangnya Usaha mikro kecil dan menengah, berupa peningkatan jumlah
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
IV-9
UMKM, peningkatan produk UMKM (usaha makanan, pakaian, jasa dan lainnya),
pengembangan/Perluasan Pasar Ekspor UMKM, pengembangan Sarana Pemasaran UMKM,
dan pengembangan Desain Produk UMKM, (3) Pertumbuhan dan Pemerataan ekonomi
masyarakat, berupa pengurangan angka kemiskinan dan pengurangan angka pengangguran
dengan cara meningkatkan peluang berusaha bagi penduduk miskin, meningkatkan
keterampilan ketenagakerjaan, meningkatkan akses peluang kerja dan pasar kerja.
Kota Bukittinggi telah menetapkan sektor perdagangan dan jasa sebagai sektor
unggulan daerah, dimana semua berawal dan sejalan dengan fungsi Kota Bukittinggi itu
sendiri. Dari sejarah Kota Bukittinggi, dimulai dengan didirikannya Pasar Atas diatas Bukit
Kandang Kabau pada tahun 1858 yang dimaksudkan sebagai tempat transaksi bagi
masyarakatnya. Lokasi inilah yang berkembang dan diperluas menjadi pusat kegiatan
masyarakat Bukittinggi. Dengan demikian sejak semula Bukittinggi dimaksudkan dan
mempunyai fungsi sebagai tempat perdagangan. Seiring dengan pesatnya perkembangan
kegiatan perdagangan, sekaligus melekat pada fungsi penyediaan jasa. Disamping itu sektor
Perdagangan dan jasa merupakan sektor penyumbang utama bagi pendapatan Kota
Bukittinggi, dimana hampir setengah pendapatan daerah berasal dari sektor perdagangan
dan jasa yang menuunjukkan bahwa Kota Bukittinggi menjadi Pusat Pelayanan perdagangan
dan jasa
Fungsi sebagai kota Perdagangan dan Jasa yang berkembangnya dewasa ini
demikian pesatnya, apalagi dengan didukung 4 pusat pasar induk yaitu: (a) Pasar Atas, (b)
Pasar Bawah, (c) Pasar Simpang Aur, (d) Pasar Banto, telah menjadikan Bukittinggi sebagai
sentral perdagangan, yang bukan hanya berskala lokal tetapi sudah berskala regional,
khususnya untuk barang-barang konveksi, pakaian jadi dan barang-barang kerajinan
tangan. Produk ini merupakan kerajinan masyakat sekitar Bukittinggi dan pada umumnya
dipasarkan di Pasar Aur dan potensi ini juga berskala nasional dan bahkan mancanegara.
Disamping itu untuk mendukung dunia perdagangan dan jasa, kota ini juga
berpotensi di bidang industri. Salah satunya adalah industri hasil pertanian dan kehutanan di
Kota Bukittinggi berjumlah 810 jenis usaha industri, 5 jenis usaha industri yang cukup besar
antara lain :
- Industri Roti Kue Kering
- Industri Kerupuk
- Moudelling Komponen Bahan Bangunan
- Industri perabot
- Industri Kopi Bubuk
Sedangkan jumlah unit usaha yang bergerak pada sektor industri aneka jumlah 434
unit usaha. Perusahaan yang relatif besar dan mengalami peningkatan pesat adalah industri
pakaian jadi, konveksi, bordir dan industri sepatu/sandal.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
IV-10
Sesuai dengan hasil kesepakatan di tingkat provinsi tentang penetapan komoditi
unggulan di masing-masing daerah kabupaten/kota, maka komoditi unggulan untuk kota
Bukittinggi adalah tanaman hias dan produk olahan hasil pertanian, beranjak dari hal ini,
maka kesesuaian antara penetapan komoditi unggulan dengan penjabaran visi kota dalam
bentuk misi menumbuhkembangkan ekonomi kerakyatan berbasis potensi unggulan daerah,
maka tidaklah salah untuk mengembangkan UMKM yang berbasis pada komoditi produk
olahan hasil pertanian seperti kerupuk sanjai. Tetapi terlepas dari itu, keberadaan kota
Bukittinggi sebagai daerah tujuan wisata utama di Sumatera Barat tentu menjadi daya tarik
tersendiri bagi pelaku-pelaku usaha yang memproduksi produk-produk penunjang pariwisata
seperti oleh-oleh dalam bentuk kerajinan tangan, sulaman, bordin dan tenunan. Untuk itu
pemerintah kota Bukittinggi berupaya agar UMKM bisa berkembang dengan melakukan
berbagai strategi pengembangan UMKM seperti melakukan pembinaan industri mikro, kecil
dan menengah yang ada sehingga dapat memproduksi barang-barang yang mempunyai
daya saing global melalui pelatihan-pelatihan serta menjalin kerjasama dengan daerah lain
dan bahkan dengan luar negeri.
4.3.2. Kabupaten Pasaman
Salah satu misi yang ingin dicapai oleh Kabupaten Pasaman adalah “Meningkatkan
kesejahteraan masyarakat berbasis ekonomi kerakyatan”. Dimana pengembangan potensi
ekonomi daerah juga harus membuka ruang bagi terciptanya demokrasi ekonomi yang
bertumpu pada ekonomi kerakyatan, menciptakan lapangan kerja serta mendorong
berkembangnya kegiatan ekonomi masyarakat. Apabila potensi tersebut dikelola dan
dikembangkan dengan baik, akan mampu meningkatkan kemampuan usaha masyarakat,
membuka peluang usaha dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Dengan demikian,
masalah kemiskinan dapat diminimalisir yang berarti juga akan berpengaruh pada
berkurangnya masalah sosial masyarakat.
Pembangunan kesejahteraan sosial dan ekonomi dapat juga dilakukan dengan
memberi perhatian yang lebih besar pada kelompok masyarakat yang kurang beruntung,
termasuk masyarakat miskin dan masyarakat yang tinggal di daerah terpencil, tertinggal,
dan daerah bencana. Pembangunan kesejahteraan sosial ekonomi dalam rangka memberi-
kan perlindungan pada kelompok masyarakat yang kurang beruntung disempurnakan
melalui penguatan pemberian jaminan sosial dan penggalangan perkoperasian dengan
mempertimbangkan budaya dan kelembagaan yang sudah berakar di masyarakat.
Sejalan dengan pembangunan ekonomi masyarakat yang dilakukan melalui pende-
katan ekonomi berbasis nagari melalui penguatan kelembagaan yang ada di nagari baik
lembaga pemerintahan maupun lembaga-lembaga keuangan dan lembaga lainnya yang
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
IV-11
berada di tingkat nagari.
Pengembangan potensi ekonomi daerah juga harus membuka ruang bagi
terciptanya demokrasi ekonomi yang bertumpu pada ekonomi kerakyatan, menciptakan
lapangan kerja serta mendorong berkembangnya kegiatan ekonomi masyarakat. Apabila
potensi tersebut dikelola dan dikembangkan dengan baik, akan mampu meningkatkan
kemampuan usaha masyarakat, membuka peluang usaha dan meningkatkan pendapatan
masyarakat. Dengan demikian, masalah kemiskinan dapat diminimalisir yang berarti juga
akan berpengaruh pada berkurangnya masalah sosial masyarakat.
Strategi yang bisa dilakukan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat berbasis
ekonomi kerakyatan dari Pembangunan kesejahteraan sosial dan ekonomi dapat juga
dilakukan dengan memberi perhatian yang lebih besar pada kelompok masyarakat yang
kurang beruntung, termasuk masyarakat miskin dan masyarakat yang tinggal di daerah
terpencil, tertinggal, dan daerah bencana. Pembangunan kesejahteraan sosial ekonomi da-
lam rangka memberikan perlindungan pada kelompok masyarakat yang kurang beruntung
disempurnakan melalui penguatan pemberian jaminan sosial dan penggalangan perkopera-
sian mempertimbangkan budaya dan kelembagaan yang sudah berakar di masyarakat.
Sejalan dengan pembangunan ekonomi masyarakat yang dilakukan melalui pende-
katan ekonomi berbasis nagari melalui penguatan kelembagaan yang ada di nagari baik
lembaga pemerintahan maupun lembaga-lembaga keuangan dan lembaga lainnya yang
berada di tingkat nagari.
4.3.3. Kota Solok
Berdasarkan permasalahan pokok pembangunan dan analisa isu-isu strategis serta
mengacu kepada RPJPD Kota Solok Tahun 2005-2025, dapat dirumuskan visi untuk
mewujudkan pembangunan lima tahun ke depan sebagai berikut :”Terwujudnya Masyarakat
Yang Beriman, Bertaqwa, Sehat, Edukatif dan Sejahtera Dengan Pemerintahan Yang Baik
Dan Bersih Menuju Kota Perdagangan Dan Jasa Yang Maju Dan Modern”.
Untuk mewujudkan visi kota Solok khususnya yang berkaitan dengan
pengembangan UMKM dijabarkan dalam misi ke 7 (tujuh) yaitu Meningkatkan aktivitas
perdagangan, jasa, agribisnis dan pariwisata. Aktivitas perdagangan, jasa, agribisnis dan
pariwisata merupakan unsur penting untuk dapat mendorong kemajuan ekonomi dan
kemakmuran masyarakat, tertutama dalam era globalisasi dewasa ini. Dengan
mempertimbangkan peluang yang ada dan disertai dengan potensi yang dimiliki oleh Kota
Solok, maka diharapkan kota ini akan dapat berkembang pesat pada bidang perdagangan
dan jasa.
Meningkatkan aktivitas perdagangan, jasa, agribisnis dan pariwisata merupakan
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
IV-12
unsur penting untuk mendorong kemajuan ekonomi dan kemakmuran masyarakat, terutama
dalam era globalisasi dewasa ini. Kondisi tersebut dapat diwujudkan melalui peningkatan
kuantitas prasarana dan sarana perdagangan, fasilitasi permodalan bagi UMKM, kemitraan
dengan lembaga pemerintah dan non pemerintah serta meningkatkan kualitas objek
kepariwisataan.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari peningkatan aktivitas perdagangan, jasa,
agribisnis dan pariwisata adalah meningkatkan kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana
perdagangan dan jasa, meningkatnya nilai tambah dan kualitas produk IKM dan UMKM,
meningkatkan pengembangan destinasi wisata daerah, meningkatkan iklim investasi yang
kondusif dan mengembangkan usaha pertanian yang berwawasan agribisnis.
Dengan sasaran tersedianya prasarana dan sarana perdagangan dan jasa yang
representatif, meningkatnya kompetensi dan daya saing pelaku usaha perdagangan dan jasa
serta industri kecil/rumah tangga, terwujudnya pemanfaatan teknologi informasi untuk
pengembangan ekonomi daerah, meningkatnya daya tarik obyek wisata, meningkatnya daya
tarik obyek wisata, terciptanya lingkungan tempat usaha yang aman dan nyaman dan
meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk pertanian.
Sejalan dengan perkembangan usaha perdagangan dan jasa di atas, perlu pula
dikembangkan kegiatan usaha pariwisata yang dikelola secara profesional dan bermartabat.
Kegiatan pariwisata meliputi perhotelan, pengelolaan objek wisata dan penjualan cendera
mata (souvenir). Pengembangan kegiatan pariwisata ini dilakukan secara bermartabat
dengan menjunjung tinggi unsur agama dan budaya dan menghindari unsur prostitusi dan
perjudian.
Kota Solok dikelilingi oleh daerah penghasil produk pertanian tanaman pangan,
peternakan dan perkebunan seperti Kabupaten Solok, Solok Selatan, Sijunjung dan Tanah
Datar, pada umumnya hasil produksi tersebut diolah dan dipasarkan melalui Kota Solok.
Memperhatikan potensi ini, Kota Solok dapat dijadikan sebagai pusat agribisnis yang meliputi
kegiatan pengolahan hasil produk pertanian dan pemasarannya baik dalam daerah Provinsi
Sumatera Barat, Provinsi Riau maupun Provinsi Sumatera Utara dan Jambi. Untuk itu, perlu
dikembangkan berbagai industri pengolahan hasil pertanian dan fasilitas pasar khusus untuk
produk-produk pertanian, peternakan dan perkebunan.
Pemerintah Daerah Kota Solok sangat peduli pada membangunan ekonomi
rakyat dengan melakukan usaha-usaha pemberdayaan UMKM. Pembangunan ekonomi
rakyat yang berdaya saing merupakan landasan utama dalam memperkuat fondasi
perekonomian nasional umumnya dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada
khususnya. Melalui agenda ini yang akan diwujudkan adalah peningkatkan pertumbuhan
ekonomi, terciptanya lingkungan berusaha yang aman dan nyaman, peningkatan kompe-
tensi dan daya saing pelaku usaha perdagangan dan jasa serta industri kecil/rumah tangga.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
IV-13
Pembangunan ekonomi rakyat yang berdaya saing, dengan Peningkatan daya saing
produk UMKM dan fasilitas pendukung produksi dan pemasaran, Peningkatan kualitas sarana
dan prasarana pariwisata. Prioritas peningkatan daya saing UMKM dan fasilitas pendukung
produksi dan pemasaran menjadi sangat strategis dalam pelaksanaan otonomi daerah
karena peningkatan daya saing UMKM dapat mengatasi masalah ekonomi dan sosial
sekaligus. Selain pertumbuhan ekonomi, meningkatnya daya saing UMKM juga berdampak
terhadap pemerataan pendapatan dan hal ini akan berimplikasi dalam mengurangi
kesenjangan sosial. Oleh karena itu, substansi inti dari prioritas ini adalah 1) peningkatan
kelembagaan dan dukungan modal usaha bagi UMKM, 2) peningkatan kualitas dan kuantitas
pelaku usaha dan produk UMKM serta 3) peningkatan investasi, iklim berusaha dan
penciptaan lapangan kerja.
4.3.4. Kota Pariaman
Program dan kegiatan prioritas dalam pengembangan Koperasi dan UMKM yang
telah dirumuskan oleh pemerintah Kota Pariaman antara lain:
1) Program Peningkatan Iklim Usaha yang Kondusif bagi Koperasi dan UMKM. Kegiatan
pokok program ini mencakup (a) Menerapkan kaidah good governance pada
penyelenggaraan urusan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM), (b) Menerapkan
kebijakan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) yang menyeluruh, terpadu dan
merupakan solusi terhadap masalah daerah, (c) Memenuhi Standar Pelayanan Minimum
(SPM) urusan wajib Koperasi dan UKM, (d) Memenuhi Standar Pelayanan Minimum (SPM)
urusan wajib Koperasi dan UKM, (e) menyusun road map industri kecil dan menengah
untuk memfasilitasi bantuan dari sumber-sumber dana lainnya.
2) Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif UMKM. Kegiatan
pokok pada program ini mencakup (a) Memfasilitasi pengembangan sumber daya
ekonomi lokal, (b) Fasilitasi promosi dan pameran produk Koperasi dan UMKM, (c)
Pelatihan manajemen pengelola koperasi/KUD, (i) Pelatihan kewirausahaan, (d)
Dukungan pemasaran produk dan jasa koperasi dan UMKM, (e) Meningkatkan sistem dan
manajemen pembinaan lembaga dan pengelola koperasi dan UKM, (f) Meningkatkan
kinerja jaringan koperasi dan UKM, (g) Regulasi untuk meningkatkan akses Koperasi dan
UKM terhadap modal, teknologi, dan pasar.
3) Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Koperasi dan UMKM.
Kegiatan pokok pada program ini mencakup (a) Pengembangan dan penguatan sentra-
sentra produksi/gugus (cluster) usaha skala mikro dan kecil, terutama di daerah
tertinggal dan terisolir, (b) Mengembangkan dan melaksanakan sistem registrasi UKM
termasuk kaki lima dan melakukan pemutakhiran data setiap tahun, (c) Mendorong
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
IV-14
terbentuknya bapak angkat dari usaha besar terhadap UMKM. (alih teknologi, penyerapan
produk, pelatihan, magang dll.
4.3.5. Kota Padang Panjang
Padang Panjang merupakan kota dengan luas daerah yang kecil yang berada di
Sumatera Barat. Kota Padang Panjang merupakan kota dengan visi untuk menjadi kota
dengan pertumbuhan pendidikan, ekonomi dan kesehatan untuk mencapai kesejahteraan
masyarakat. Salah satu misi yang ditetapkan pemerintah Kota Padang Panjang adalah
mewujudkan ekonomi rakyat yang mandiri.
Perkembangan UMKM di Padang Panjang diarahkan kepada makanan, bordir dan
kulit. Permasalahan yang muncul bisaanya dalam UMKM adalah permasalah modal dan
pangsa pasar. Karena itu, pemerintah berusaha untuk meningkatkan daya saing pelaku
UMKM dengan cara memberikan bantuan mesin bordir dan mesin penyamak kulit bagi
pelaku UMKM di Kota Padang Panjang.
Posisi Kota Padang Panjang yang berada pada jalur lalu lintas antar padang dan
Bukittinggi meembawa dampak yang positif terhadap kemajuan industri pariwisata di Kota
Padang Panjang. Wisata keluarga, wisata alami, wisata budaya dan wisata kuliner
merupakan sektor pariwisata yang dikembangkan oleh pemerintah. Hal ini didukung dengan
sarana dan prasaran yang mendukung sektor pariwisata tersebut seperti transportasi dan
hotel/penginapan yang memadai. Pemandian lubuk mata kucing, tempat berrsejarah, Jalur
kereta api dan Minang fantasi waterpark merupakan tempat wisata utama yang banyak
dikunjungi oleh wisatawan.
4.3.6. Kota Sawahlunto
Kota Sawahlunto secara resmi belum mempunyai dokumen perencanaan jangka
panjang sebagaimana yang disyaratkan oleh Undang-Undang No.25 tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, yaitu dokumen Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah (RPJPD). Walaupun demikian, sejak tahun 2000 Kota Sawahlunto telah
mempunyai “Visi” jangka panjang daerah hingga tahun 2020 yang hingga kini tetap menjadi
pegangan bagi pimpinan daerah dan jajarannya.
Visi jangka panjang Kota Sawahlunto disusun berkaitan dengan upaya daerah untuk
menghidupkan kembali perekonomian kota, yaitu dengan semakin menurunnya potensi dan
kegiatan pertambangan batubara yang selama ini menjadi basis ekonomi kota.
Skenario perekonomian Kota Sawahlunto dalam jangka panjang tidak lagi meng-
andalkan pertambangan batubara sebagai basis ekonomi daerah, tetapi upaya-upaya untuk
membangun basis ekonomi non-pertambangan terus dilakukan dengan menggali potensi-
potensi yang ada di daerah.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
IV-15
a. Penjelasan Visi:
1. Sawahlunto akan berkembang menjadi Kota Wisata yang dikenal secara luas dengan
objek-objek wisata yang unik dan menjadi prioritas utama Daerah Tujuan Wisata di
Sumatera Barat.
2. Sawahlunto menampilkan sisi-sisi menarik dari sejarah perjalanan panjang kegiatan
penambangan batubara. Baik berupa bekas peralatan, aktivitas dan terowongan
tambang, budaya multi etnis serta keindahan arsitektur sisa-sisa bangunan lama
3. Wisatawan juga dapat menikmati budaya lokal Minangkabau dan budaya lainnya, serta
suasana tenang dan nyaman sebuah kota kecil dan berbagai keanekaragaman makanan
dan cendera mata.
Kegiatan pertambangan batubara di Kota Sawahlunto dimulai sejak abad ke-18 oleh
Pemerintah kolonial Belanda. Berkembangnya kegiatan pertambangan batubara telah
mendorong berkembangnya kegiatan-kegiatan pendukung baik yang berkaitan dengan
kebutuhan ekonomi, sosial maupun budaya penghuninya, yang secara fisik dapat dilihat dari
peninggalan bangunan-bangunan kuno dan sarana prasarana pertambangan. Peninggalan
bersejarah inilah yang akan dijadikan aset wisata heritage oleh daerah.
Untuk mewujudkan Visi tersebut maka kota Sawahlunto sejak tahun 2000 telah
mempunyai “skenario pembangunan jangka panjang”, dimana “pariwisata” akan menjadi
basis perekonomian daerah
b. Misi Perkotaan Kota Sawahlunto
1. Peningkatan aksesibilitas lokal dan regional khususnya dengan ibu kota Provinsi dan
daerah sekitarnya.
2. Peningkatan kondisi sarana dan prasarana serta utilitas kota, baik untuk hunian
maupun untuk usaha.
3. Peningkatan kualitas lingkungan perkotaan memperhatikan estetika kota, kebutuhan
interaksi sosial, kesehatan lingkungan, peranserta masyarakat.
4. Peningkatan ekonomi lokal berbasis potensi daerah/ekonomi kerakyatan.
5. Keseimbangan dan Kelestarian lingkungan hidup.
c. Konsep Pengembangan kota Sawahlunto
1. Kota Sawhlunto akan menjadi daerah tujuan wisata utama di Provinsi Sumatera
Barat.
2. Kota Sawahlunto akan menjadi kota yang sehat, aman, nyaman, bersih.
3. Kota Sawahlunto menjadi salah satu kota pusat pendidikan di wilayah Timur
Sumatera.
4. UKM mampu melakukan inovasi-inovasi baru dan mampu membuka lapangan kerja
baru.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
IV-16
5. UKM bisa berkembang secara terkoordinir dan bersinergi
6. Perkembangan potensi pertanian sehingga mampu mendorong perkembangan UKM
yang terkait ke hulu maupun ke hilir.
7. Kerja sama antar daerah dalam mendorong perkembangan UKM.
8. Tersedianya sarana dan prasarana transportasi yang mendukung pengembangan
pariwisata dan UKM.
9. Terselenggaranya manajemen pemerintahan yang efisien dan tepat sasaran
4.3.7. Kabupaten Pesisir Selatan
Pesisir Selatan merupakan Kabupaten dengan wilayah yang cukup luas di Provinsi
Sumatera Barat. Daerah ini memiliki keberagaman kandungan sumberdaya alam yang dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat terutama
melalui usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) termasuk koperasi. Pembangunan
Ekonomi lima tahun terakhir termasuk pembangunan UMKM telah berhasil menunjukan
perkembangan yang positif. Pertumbuhan ekonomi terus menunjukan peningkatan secara
konsisten, sehingga pada tahun 2008 mencapai 5,41%. Demikian juga dengan PDRB
perkapita, peningkatan juga terus terjadi hingga mencapai Rp 9,1 juta, namun masih ada
beberapa catatan yang perlu diperbaiki yakni pendapatan perkapita dan pertumbuhan
ekonomi yang masih dibawah rata-rata nasional dan Provinsi.
Pengembangan UMKM yang dilakukan dalam lima tahun terakhir termasuk dalam
upaya pemenuhan kebutuhan dasar seperti infrastruktur dasar, meliputi infrastruktur
pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Pengembangan UMKM melalui pembangunan
infrastruktur ekonomi dilakukan melalui pembukaan jalan-jalan baru menuju pusat produksi
dan daerah terisolir. Melalui pembukaan jalan-jalan baru ini, berbagai permasalahan yang
dihadapi masyarakat dalam menjalankan aktivitas ekonominya seperti ekonomi biaya tinggi
akibat ketiadaan infrastruktur jalan dapat diminimalisir. Kesulitan pengembangan usaha
akibat keterbatasan modal dapat diatasi secara bertahap.
Pembangunan ekonomi khususnya pembangunan dan pengembangan UMKM yang
berkelanjutan dan menjamin pemerataan (growth with equity) mensyaratkan stabilitas dan
dukungan fundamental negara yang kuat. Suatu proses pertumbuhan ekonomi yang
mengikutsertakan semua lapisan masyarakat (shared growth) hanya tercapai bila
keberpihakan dalam alokasi anggaran belanja pemerintah secara sungguh-sungguh,
dirancang untuk membantu mereka keluar dari lingkaran kemiskinan. Perlindungan sosial,
juga harus terus diberikan bukan hanya karena merupakan kewajiban konstitusional, namun
juga karena pertimbangan strategis untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia
Indonesia yang produktif, terdidik, terampil, dan sehat. Manusia seperti ini akan menjadi
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
IV-17
modal bangsa yang kuat, kukuh dan berharga dalam menghadapi berbagai kondisi dan
tantangan pada lingkup nasional, regional maupun global.
Pengembangan UMKM di Kabupaten Pesisir Selatan didasarkan kepada visi
pembangunan Kabupaten Pesisir Selatan yaitu “Terwujudnya Masyarakat Pesisir Selatan
yang Sejahtera”. Masyarakat sejahtera adalah masyarakat dengan pendapatan perkapita
yang telah mampu memenuhi segala kebutuhan dasar yang harus dipenuhi yakni kebutuhan
pangan, sandang, papan, pendidikan, kesehatan dan berdemokrasi. Dengan terpenuhinya
kebutuhan ini, maka dapat diartikan masyarakat Pesisir Selatan telah merdeka dari berbagai
tekanan yang akan menganggu kebutuhan hidupnya. Kesejahteraan juga ditunjukkan
dengan perolehan tingkat kehidupan yang layak dipandang dari kelayakan ekonomi dan
berkeseimbangan baik dilihat sisi agama mapun sosial budaya. Perwujudan visi tersebut
dilaksanakan melalui Pembangunan Ekonomi, Agama dan Sosial Budaya, secara menyeluruh
(holistik), dengan tetap berpegang pada prinsip-prinsip di Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Upaya-upaya pengembangan UMKM di Kabupaten Pesisir Selatan tergambar dari
misi Pembangunan Pesisir Selatan 2011-2015. Misi pembangunan 2011-2015 adalah
rumusan dari usaha-usaha yang diperlukan untuk mencapai visi 2015 yaitu Terwujudnya
Masyarakat Pesisir Selatan sejahtera. Misi pembangunan 2011-2015 diarahkan untuk
meletakkan fondasi yang lebih kokoh bagi pembangunan Pesisir Selatan ke depan.
Misi pertama dari Kabupaten Pesisir Selatan yang terkait dengan pengembangan
UMKM yaitu misi: “Melanjutkan mengembangkan perekonomian lokal dan pusat-pusat
pertumbuhan ekonomi dengan mengoptimalkan pengembangan kawasan ekonomi secara
terpadu”. Beberapa produk unggulan telah mulai ditetapkan, sehingga dalam lima tahun
terakhir pemerintah daerah fokus pada produk-produk tersebut dalam pengembangannya.
Beberapa produk unggulan daerah tersebut antara lain di bidang pertanian yang terdiri dari
sub sektor pertanian tanaman pangan dengan komoditi unggulan padi, jagung, bawang
merah, kacang kedele, semangka dan melon. Pada subsektor perkebunan terdapat 4
(empat) komoditi unggulan yakni gambir, coklat, sawit dan karet, sedangkan subsektor
peternakan komoditinya adalah sapi, itik bayang, dan ayam petelur. Selanjutnya untuk
pengembangan kelautan dan perikanan difokuskan pada pengembangan penangkapan tuna,
budidaya bandeng, rumput laut, kerapu dan perikanan darat.
Dalam rangka mengejar pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, pembukaan
lapangan kerja dan kesejahteraan yang lebih merata, maka pada periode pembangunan
2011-2015 Pemerintah Daerah mulai mengembangkan beberapa komoditi yang dapat
didorong pengembangannya sebagai produk industri pangan. Pengembangan ini terlebih
dahulu diawali dengan melakukan berbagai pelatihan yang dibutuhkan dalam pengem-
bangan usaha yakni pengembangan jiwa kewirausahaan dan manajemen usaha. Beberapa
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
IV-18
kampung akan didorong sebagai daerah industri yang akan dijadikan sebagai pilot project.
Seluruh perangkat menuju ke arah tersebut mesti disiapkan secara komprehensif, sehingga
tujuan ini tidak putus ditengah jalan.
Program-program pengembangan wilayah yang telah ditetapkan pada periode 2006
– 2010 seperti Kawasan Agropolitan, Kawasan Minapolitan dan Kota Terpadu Mandiri dapat
dijadikan sebagai dasar pengembangan agroindustri Pesisir Selatan dimasa mendatang.
Produk-produk agro industri yang dihasilkan dipasarkan dengan strategi-strategi
pengembangan rasa cinta produk-produk daerah yang akhirnya berimbas pada rasa cinta
produksi nasional, mensinergikan dengan pengembangan pariwisata. Dengan semakin
berkembangnya dunia pariwisata Pesisir Selatan akan berdampak pada meningkatnya
permintaan akan berbagai produk yang mencirikan kekhasan suatu daerah. Hal ini tentu
merupakan peluang bagi pengembangan dan pemasaran produksi industri daerah.
Pembangunan nagari juga terus didorong melalui pengembangan agroindustri padat
pekerja, terutama bagi kawasan yang berbasiskan pertanian dan kelautan; peningkatan
kapasitas sumber daya manusia di perdesaan khususnya dalam pengelolaan dan
pemanfaatan sumber daya alam melalui penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat
guna; pengembangan jaringan infrastruktur penunjang kegiatan produksi di kawasan
perdesaan dan kota-kota kecil terdekat dalam upaya menciptakan keterkaitan fisik, sosial
dan ekonomi yang saling komplementer dan saling menguntungkan; peningkatan akses
informasi dan pemasaran, lembaga keuangan, kesempatan kerja, dan teknologi;
pengembangan social capital dan human capital yang belum tergali potensinya sehingga
kawasan perdesaan tidak semata-mata mengandalkan sumber daya alam saja; serta
intervensi harga dan kebijakan perdagangan yang berpihak ke produk pertanian, terutama
terhadap harga dan upah.
Sasaran dari pengembangan Kawasan Ekonomi dan Destinasi Wisata di Kabupaten
Pesisir Selatan adalah meningkatnya jumlah kunjungan wisman dan wisnu ke Pesisir Selatan,
pengembangan kawasan Agropolitan, Minapolitan dan KTM, meningkatnya sarana dan
prasarana pasar nagari, berkembangnya permodalan, pemasaran dan SDM UMKM dan
meningkatnya produksi dan produktifitas pertanian. Beberapa strategi yang di terapkan oleh
Pemerintah daerah Kabupaten Pesisir Selatan adalah meningkatkan frekuensi dan mutu
promosi wisata, mengembangkan dan menata kawasan wisata, menyediakan pasar-pasar
yang layak untuk aktifitas perdagangan, meningkatkan produksi dan memperbaiki
penanganan pasca panen, menerapkan pola pertanian yang maju dan ramah lingkungan,
menyediakan prasarana pendukung kawasan, mengembangkan industri pengolahan
pertanian, mengembangkan usaha mikro kecil, menengah dan koperasi.
Kebijakan pengembangan UMKM menjadi salah satu agenda penting dari lima
agenda pembangunan Kabupaten Pesisir Selatan. Dalam rangka mewujudkan Visi dan Misi
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
IV-19
Pembangunan Kabupaten Pesisir Selatan 2011-2015 ditetapkam lima agenda pembangunan
daerah yang salah satunya adalah melanjutkan Pembangunan Ekonomi dan infrastruktur.
Pembangunan ekonomi tetap dipandang sebagai sebuah elemen penting dalam mengejar
dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Pesisir Selatan. Periode pemerintahan 2006-
2010 yang lalu agenda ini ditetapkan sebagai agenda ke III, selanjutnya periode
pemerintahan 2011 – 2015, agenda ini dilanjutkan dan ditetapkan sebagai agenda pertama.
Hal ini mengisyaratkan bahwa peningkatan pendapatan, penurunanan angka pengangguran
dan peningkatan kualitas hidup masyarakat serta pembangunan kampung tertinggal telah
menjadi prioritas penting dalam 5 (lima) tahun mendatang.
Dengan telah ditetapkannya beberapa komoditi penting di Kabupaten Pesisir
Selatan, pada periode pemerintahan 2006-2010, telah dilakukan perluasan tanaman dan
penambahan populasi komoditi yang dianggap penting bagi daerah. Upaya ini telah
menghasilkan penambahan produksi berbagai komoditi tersebut. Namun penambahan
produksi ini ternyata belum diikuti dengan peningkatan pengolahan produksi komoditi
tersebut menjadi barang-barang setengah jadi dan barang jadi. Untuk itu, hal yang menjadi
penekanan kebijakan pembangunan agenda ekonomi adalah meningkatkan pengolahan
komoditi unggulan daerah. Untuk meningkatkan peranan dan partisipasi daerah dalam
pembangunan ekonomi nasional, tidak ada cara lain selain daripada membangun
perekonomian daerah dengan menerapkan Strategi Agroindustri Berorientasi Ekspor.
Dalam rangka peningkatan daya saing UMKM, kebijakan pengembangan Usaha Kecil
dan Menengah termasuk koperasi di Kabupaten Pesisir Selatan difokuskan kepada
penambahan akses terhadap modal termasuk perluasan Kredit Usaha Rakyat (KUR),
peningkatan bantuan teknis di bidang pengembangan produk, pemasaran, pelaksanaan
kebijakan pemihakan untuk memberikan ruang usaha bagi pengusaha kecil dan menengah,
dan menjaga fungsi dan keberadaan serta efisiensi pasar tradisional.
4.3.8. Kabupaten Pasaman Barat
Sesuai dengan harapan terwujudnya visi “Membangun Pasaman Barat diatas Tadah
Agama untuk Kesejahteraan Umat Dunia dan Akhirat”, maka salah satu penjabaran
pencapaian visi dalam salah satu misi yaitu ”Melaksanakan pembangunan berbasis nagari (1
Milyar/ Nagari), meningkatkan perekonomian masyarakat melalui sistem ekonomi
kerakyatan (koperasi), mengurangi pengangguran melalui kegiatan padat karya” yang
bertujuan untuk Peningkatan ekonomi masyarakat. Sasaran yang ingin dicapai guna
meningkatkan ekonomi masyarakat yaitu:
1. Pengembangan Pertanian, pangan, peternakan dan perkebunan
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
IV-20
a. Membangun sistem ketahanan dan keamanan pangan di tingkat kabupaten yang
dapat menjamin ketahanan pangan di tingkat rumah tangga.
b. Membangun dan mengembangkan sistem pertanian terpadu berbasis bahan organic;
c. Merevitalisasi sistem kelembagaan dalam penyuluhan pertanian/ pendampingan
terhadap petani tanaman pangan dan holtikultura, perkebunan dan peternakan
d. Meningkatkan kemampuan/kualitas sumberdaya manusia pelaku usaha Pertanian,
Perkebunan dan peternakan
2. Pengembangan Perikanan dan Kelautan
a. Pengembangan dan pengelolaan perikanan tangkap di perairan Barat Sumatera.
b. Pengembangan perikanan budidaya
c. Peningkatan infrastruktur dan daya saing produksi perikanan
d. Pengelolaan sumberdaya laut, pesisir dan pulau-pulau kecil dengan baik secara
sustainable
e. Pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan
f. Pengembangan sumberdaya manusia kelautan dan perikanan.
3. Pengembangan agro industri, Jasa, perdagangan, investasi dan pariwisata
a. Meningkatkan daya saing komoditi ekspor melalui pengembangan teknologi dan
efisiensi produksi
b. Mendorong dan memfasilitas pengembangan komoditi ekspor menuju daerah-
daerah pemasaran baru
c. Mendorong pengembangan kegiatan perdagangan dalam negeri melalui perbaikan
dan pengembangan fasilitas pasar;
d. Menyediakan jaminan resiko dan kredit bagi usaha agro industri dan agro bisnis
pertanian
e. Perwilayahan Industri Agro melalui Penataan areal lokasi industri pengolahan sub
sektor perkebunan, perikanan, dan perternakan
f. Peningkatan fasilitasi investasi dan Promosi Investasi
g. Mengembangkan industri pariwisata dengan menciptakan iklim yang kondusif bagi
pertumbuhan investasi dan peluang usaha yang berorientasi pada pertumbuhan
ekonomi dan penyerapan tenaga kerja.
h. Mengembangkan destinasi pariwisata dengan mendorong perbaikan dan
peningkatan kualitas jaringan prasarana dan sarana pendukung pariwisata,
mengembangkan kawasan strategis dan daya tarik pariwisata berbasis wisata
bahari, alam, dan budaya
i. Meningkatkan pemasaran dan promosi pariwisata melalui saluran pemasaran dan
pengiklanan yang kreatif dan efektif, serta menguatkan strategi pemasaran dan
promosi pariwisata terpadu berbasis teknologi informasi dan komunikasi.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
IV-21
j. Mengembangkan sumber daya pariwisata dengan meningkatkan kapasitas
pemerintah dan pemangku kepentingan pariwisata lokal, meningkatkan kualitas
penelitian dan pengembangan kepariwisataan.
4. Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (KUMKM)
a. Meningkatkan kualitas SDM Koperasi dan UKM melalui pendidikan dan pelatihan
b. Mendorong terujudnya kemitraan Koperasi dan UKM dengan usaha besar dalam
bentuk kerjasama saling memerlukan dan saling menguntungkan
c. Meningkatkan bantuan dana bergulir dari APBD/APBN, perusahaan BUMN, perusa-
haan swasta nasional/asing dan sumber dana lainnya sehingga selalu tersedia dana
murah yang dapat diakses oleh Koperasi dan UKM.
d. Menyediakan bantuan asuransi kredit bagi Koperasi UKM yang ingin mendapatkan
akses ke perbankan
e. Meningkatkan peran lembaga pemasaran (trading house) untuk mendorong partum-
buhan Koperasi dan UKM.
f. Menyediakan fasilitas produksi bersama (common service facilities) di sentra-sentra
produksi kerajinan rakyat yang dilaksanakan dalam skala mikro dan rumah tangga.
5. Percepatan Penurunan Tingkat Pengangguran dan Kemiskinan
a. Pengembangan kesempatan kerja dengan mendorong perluasan kesempatan kerja
b. Peningkatan kesejahteraan tenaga kerja dan jaminan sosial perlindungan kerja serta
kebebasan berserikat
c. Peningkatan produktivitas tenaga kerja, keterampilan, kompetensi dan kemandirian
melalui pendidikan dan pelatihan
d. Peningkatan dan pemberdayaan SDM Transmigrasi melalui penempatan, pendidikan
dan pelatihan
e. Peningkatan kerjasama antar wilayah, antar pelaku dan antar sektor dalam
pengembangan kawasan transmigrasi
f. Meningkatkan Penyediaan dan pengelolaan prasarana dan sarana sosial dan
ekonomi di kawasan transmigrasi
g. Menurunkan jumlah penduduk miskin terutama di daerah pesisir pantai, tertinggal
dan terisolir
h. Meningkatkan daya beli masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan dasar pangan
6. Pemberdayaan masyarakat, peningkatan partisipasi perempuan dan kesejahteraan
keluarga
a. Meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat serta lembaga ekonomi
dalam membangun desa/Nagari
b. Meningkatkan kapasitas aparatur dan kelembagaan pemerintah desa/ nagari
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
IV-22
c. meningkatkan kualitas SDM perempuan, kedudukan dan perannya dalam
pembangunan daerah
d. Meningkatkan kesejahteraan, Keluarga berencana dan perlindungan anak terutama
bidang kesehatan, pendidikan maupun hukum
e. Peningkatan kelembagaan perlindungan terhadap anak dan orang tua usia lanjut
7. Pembangunan Infrastruktur Penunjang Ekonomi Rakyat
a. Memaksimalkan perencanaan, pengawasan, pembangunan, peningkatan dan
pemeliharaan prasarana jalan dan jembatan.
b. Pengembangan jalan baru diarahkan kepada daerah potensial yang masih terisolasi
dan membuka hubungan ke pusat-pusat perkembangan ekonomi.
c. Meningkatkan peranan Swasta dan Masyarakat dalam pembangunan jalan dan
jembatan.
d. Meningkatkan dan mengembangkan sistem saluran irigasi melalui kegiatan
pembangunan, rehabilitasi, pemeliharaan dan swadaya masyarakat.
e. Memadukan pembangunan saluran irigasi dengan pembangunan sistem drainase,
pembuangan air limbah, dan lain-lain.
f. Meningkatkan pengawasan dan pembinaan terhadap bendungan dan saluran irigasi
yang sudah ada sehingga berfungsi dengan baik.
g. Mengembangkan dan optimalisasi sumberdaya dan potensi energi/energi baru dan
terbarukan.
h. Mengembangkan infrastruktur jaringan dan penyediaan pembangkit listrik dari
energi pemenuhan tenaga listrik terutama daerah tertinggal (Kawasan Pesisir dan
Pegunungan).
i. Menciptakan pemerataan dan pemenuhan distribusi energi yang tepat dan efisien
j. Mengembangkan sistem pelayanan informasi dan promosi dalam rangka menarik
minat investor khususnya di bidang pengembangan energi.
k. Melaksanakan pengendalian/pemantauan/ pengawasan terhadap pencurian arus
listrik oleh masyarakat.
l. Penyediaan lahan yang diperlukan bagi investor dalam pemenuhan sarana dan
prasarana telekomunikasi.
m. Memberi berbagai kemudahan dan informasi kepada calon investor secara reguler
tentang peluang investasi yang tersedia dalam bidang telekomunikasi.
n. Menambah jaringan telepon di semua daerah Pasaman Barat.
o. Meningkatkan pelayanan Telekomunikasi Pos dan Giro.
p. menyediakan perumahan dan pemukiman layak huni yang akan diprioritaskan bagi
penduduk berpenghasilan rendah.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
IV-23
q. peningkatan kapasitas terpasang debit air bersih untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat.
r. Meningkatkan sarana dan prasarana pengelolaan persampahan.
s. Mendorong partisipasi swasta dan masyarakat dalam pengelolaan sampah.
t. Meningkatkan Prasarana dan Sarana perhubungan.
u. Meningkatkan Sarana dan Fasilitas Lalulintas.
v. Meningkatkan Disiplin dan Keselamatan Lalulintas.
4.3.9. Kabupaten Tanah Datar
Untuk dapat mewujudkan visi, misi dan arah pembangunan jangka panjang
Kabupaten Tanah Datar tahun 2005-2025 secara bertahap, jelas dan konkrit, diperlukan
pentahapan pembangunan daerah dan skala prioritas untuk masing-masing periode 5
tahunan. Tahapan dan skala prioritas tersebut berisikan capaian dan sasaran yang
diharapkan dapat diwujudkan pada masing-masing tahap pembangunan. Oleh karena itu,
skala prioritas pada masing-masing tahapan pembangunan akan berbeda-beda, tapi
semuanya itu harus berkesinambungan dari satu periode ke periode berikutnya dalam
rangka mewujudkan arah pembangunan jangka panjang yang telah ditetapkan di atas.
Pentahapan dan skala prioritas pembangunan tersebut nantinya akan dirinci lebih lanjut
dalam strategi, kebijakan dan program pembangunan jangka menengah pada masing-
masing RPJM. Dengan demikian, akan dapat dilihat dengan jelas “Road Map” pembangunan
Kabupaten Tanah Datar dalam mencapai arah pembangunan jangka panjang daerah. Setiap
arah pembangunan masing-masing misi pembangunan jangka panjang daerah ditetapkan di
dalamnya pentahapan dan skala prioritasnya untuk masing periode RPJM, baik secara umum
maupun sektoral. Prioritas pada masing-masing tahapan dapat abstraksikan menjadi
beberapa prioritas untuk setiap arah pembangunan daerah utama pembangunan. Skala
prioritas pembangunan ini menggambarkan makna strategis dan urgensi permasalahan
pembangunan. Atas dasar pertimbangan tersebut, pentahapan dan skala prioritas yang
diperlukan dalam mewujudkan visi, misi dan arah pembangunan jangka panjang Kabupaten
Tanah Datar periode 2005-2025 adalah sebagai berikut:
1. Mewujudkan Kehidupan Agama dan Budaya Berdasarkan Filosofi Adat Basandi Syarak,
Syarak Basandi Kitabullah.
2. Mewujudkan Sistem Hukum dan Tata Pemerintah yang Baik.
3. Mewujudkan Sumberdaya Insani yang Berkualitas, Amanah dan Berdaya Saing Tinggi.
4. Mewujudkan Usaha Ekonomi Produktif dan Mampu Bersaing di Dunia Global.
5. Mewujudkan Kualitas Lingkungan Hidup yang Baik dengan Pengelolaan Sumberdaya
Alam Berkelanjutan.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
IV-24
6. Mewujudkan Pembangunan Sarana dan Prasarana.
7. Mewujudkan Pembangunan Tata Ruang dan Pembangunan Wilayah.
4.3.10. Kota Payakumbuh
Kota Payakumbuh menetapkan visi “Terwujudnya Payakumbuh Sebagai Kota Sehat
dan Mandiri yang didukung Sumber Daya Manusia yang Berkualitas, Beriman dan Bertaqwa”
Untuk mewujudkan visi tersebut khususnya dalam rangka pengembangan UMKM maka
dijabarkan dalam misi “Mendorong dan memfasilitasi tumbuh dan berkembangnya
perekonomian masyarakat dan memperbaiki distribusinya”.
Berbagai strategi yang dilakukan oleh pemerintah Kota Payakumbuh dalam rangka
pengembangan UMKM diantaranya:
1. Pemantapan Kawasan Sentra Agribisnis Pertanian, dengan cara:
a. Menetapkan komoditas unggulan masing2 kecamatan yang punya prospek pasar
b. Menciptakan daya saing produk yang kompetitif dan komperatif
c. Memudahkan memperkenalkan produk unggulan keluar daerah
d. Jaminan dalam pemasaran kerjasama/kemitraan dengan pihak lain
e. Meningkatkan nilai tambah produk pertanian
f. Memudahkan dalam pembinaan serta menerapkan konsep agropolitan
2. Untuk komoditas perdagangan dan industri:
a. Penetapan sentra industri untuk komoditas perdagangan yang potensial berasal
dari industri-industri rumahan yang banyak membuat sulaman, bordiran, tenun
tradisional, dan makanan khas daerah dari beras seperti batiah, beras rendang,
dan gelamai (semacam dodol, yang berada di Kecamatan Payakumbuh Barat
dan Payakumbuh Utara).
b. Membuka peluang pasar bagi industri-industri berskala kecil, namun mampu
berproduksi untuk memenuhi permintaan pasar luar negeri. Terdapat sekitar 10-
15 eksportir yang memasarkan sulaman bordir dan songkok kepala ke Malaysia
melalui Pelabuhan Teluk Bayur.
c. Membuka peluang ekspor komoditas andalan baru yang terbuka bagi pengusaha
garmen.
d. Membuka peluang pasar bagi pengusaha makanan khas daerah agar mampu
memasarkan produknya secara lokal (kawasan Sumatera Barat) dan dapat
menjangkau pasar luar negeri.
3. Mewujudkan sentra perdagangan dengan melengkapi empat unit pasar dan pusat
pertokoan yang menampung kegiatan pedagang serta membangun sistem
pergudangan yang mendukung aktivitas perdagangan yang modern.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
IV-25
4.3.11. Kabupaten Solok Selatan
Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang No. 25 Tahun 2004, visi dan misi
pembangunan jangka menengah adalah visi dan misi kepala daerah yang terpilih dalam
Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada). Visi dan misi ini dijadikan dasar utama
penyusunan kebijakan umum pembangunan daerah dalam RPJMD ini karena telah disetujui
oleh mayoritas masyarakat Kabupaten Solok Selatan yang dibuktikan oleh hasil pemungutan
suara dalam pemilukada 2010 yang lalu. Hal ini dilakukan sesuai dengan prinsip
pembangunan dalam era demokratisasi dan otonomi yaitu seluruh kebijakan pembangunan
daerah harus sesuai dengan keinginan dan aspirasi masyarakat daerah secara keseluruhan.
Visi jangka menengah daerah pada dasarnya merupakan kondisi objektif yang
diinginkan dapat dicapai oleh masyarakat Kabupaten Solok Selatan pada 5 tahun
mendatang. Kondisi yang diinginkan tersebut ditetapkan dengan mengacu pada visi misi
jangka panjang daerah sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Kabupaten Solok Selatan 2005-2025. Disamping itu, visi tersebut juga ditetapkan
dengan memperhatikan keadaan umum daerah dewasa ini, prediksi untuk 5 tahun
mendatang dan keinginan, aspirasi serta cita-cita yang berkembang dalam masyarakat
secara keseluruhan. Dengan demikian, visi ini sebenarnya adalah merupakan kondisi realistis
yang diharapkan akan dapat dicapai oleh Kabupaten Solok Selatan.
Visi pembangunan pada RPJM ini diformulasikan dalam bentuk yang ringkas dan
singkat, tapi padat, sehingga mudah dipahami dan diingat oleh seluruh lapisan masyarakat.
Bila masyarakat sudah memahami dan mengingat visi tersebut, maka diharapkan akan
dapat pula mempedomaninya dalam pelaksanaan kegiatan sehari-sehari serta
menjadikannya sebagai pedoman dan arah dalam melaksanakan gerak langkah
pembangunan daerah dalam jangka panjang. Bila hal ini dapat diwujudkan, diharapkan
partisipasi masyarakat dalam menggerakkan dan sekaligus mengawasi kegiatan
pembangunan akan pula dapat dioptimalkan sehingga terwujud keterpaduan dan keserasian
antara peranan pemerintah daerah, peranan masyarakat, dan dunia usaha dalam proses
pembangunan daerah secara keseluruhan.
Visi jangka menengah kepala daerah terpilih Kabupaten Solok Selatan untuk periode
2010-2015 adalah sebagai berikut: “Terwujudnya Masyarakat Solok Selatan Sejahtera dan
Bertaqwa melalui Percepatan Pengembangan Kualitas SDM, Sistem Ekonomi Kerakyatan
serta Peningkatan Infrastruktur dan Sarana Dasar.”
Sejahtera yang dimaksudkan disini adalah suatu kondisi masyarakat yang terlihat
dari tingkat pendapatan perkapita yang cukup tinggi sehingga dapat memenuhi semua
kebutuhan pokok yang diperlukan. Ini berarti bahwa aspek pembangunan ekonomi
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
IV-26
merupakan arah pembangunan yang sangat penting untuk dapat mengangkat taraf hidup
masyarakat Kabupaten Solok Selatan. Namun demikian, aspek pemerataan perlu mendapat
perhatian melalui penurunan jumlah penduduk miskin yang terdapat di daerah sehingga
distribusi pendapatan masyarakat menjadi lebih merata. Hal ini penting artinya untuk dapat
mencegah terjadinya kecemburuan sosial yang dapat pula memicu ketegangan dalam
masyarakat.
Selanjutnya bertaqwa yang dimaksudkan disini adalah suatu kondisi masyarakat
yang patuh dalam menjalankan ajaran agama Islam secara baik. Disamping itu kondisi
tersebut juga terlihat dari moral dan ahklak masyarakat yang baik dan mulia yang tercermin
dari masyarakat yang jujur, aman dan saling menghargai satu sama lainnya serta jauh dari
kekerasan dan mempunyai kepedulian sosial yang cukup tinggi. Masyarakat yang bertaqwa
bukan berarti bersifat fanatik dan ekstrem, tetapi saling menghargai sesama umat
beragama.
Sedangkan Ekonomi Kerakyatan yang dimasudkan disini adalah kondisi
perekonomian masyarakat yang mengutamakan kepentingan rakyat banyak dan bukan
dikuasai oleh segelintir pengusaha besar yang memiliki modal kuat. Kegiatan ekonomi yang
diutamakan adalah dalam bentuk kegiatan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang
tidak memerlukan modal besar dan bersifat padat karya sehingga dapat menyediakan
lapangan kerja yang cukup banyak bagi masyarakat berpenghasilan menengah kebawah.
Kebijakan pengembangan UMKM tergambar pada salah satu misi Kabupaten Solok
Selatan yaitu Misi 5: Memberdayakan Dan Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Di Bidang
Ekonomi
Tujuan yang hendak dicapai dalam misi ini adalah terwujudnya kesejahteraan
masyarakat yang berdasarkan pada pengembangan ekonomi kerakyatan bidang pertanian,
perikanan, perkebunan, perdagangan dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Sasaran yang
akan dicapai berdasarkan misi kelima ini adalah: 1) Meningkatnya produksi komoditi
unggulan bidang pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan yang berwawasan
agribisnis, 2) Meningkatnya jumlah kawasan sentra produksi pertanian, 3) Meningkatnya
jumlah UKM yang berkualitas, 4) Meningkatnya pendapatan perkapita masyarakat dan 5)
Terciptanya lingkungan tempat usaha yang aman dan nyaman.
Untuk mencapai sasaran dalam mewuiudkan Misi 5, ditempuh strategi sebagai
berikut: 1) Peningkatan kegiatan ekonomi daerah dengan memanfaatkan semangat otonomi
daerah baru, 2) Pengembangan dunia usaha daerah dengan memanfaatkan keterkaitan
ekonomi antar daerah, 3) Peningkatan optimalisasi pemanfaatan lahan untuk meningkatkan
kegiatan ekonomi masyarakat, 4) Pengembangan kemampuan wirausaha untuk mening-
katan daya saing baik pada tingkat regional, nasional dan internasional dan 5) Pengem-
bangan kemampuan IPTEK untuk meningkatkan daya saing daerah
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
IV-27
Arah kebijakan yang diperlukan untuk melaksanakan strategi pengembangan UKM
dan perdagangan adalah: 1) Meningkatkan kualitas SDM Koperasi dan UKM melalui
pendidikan dan pelatihan, 2) Meningkatkan bantuan dana bergulir dari APBD/APBN,
perusahaan BUMN, perusahaan swasta nasional/asing dan sumber dana lainnya sehingga
selalu tersedia dana murah yang dapat diakses oleh Koperasi dan UKM, 3) Menyediakan
bantuan asuransi kredit bagi Koperasi UKM yang ingin mendapatkan akses ke perbankan, 4)
Menyediakan fasilitas produksi bersama (common service facilities) di sentra-sentra produksi
kerajinan rakyat yang dilaksanakan dalam skala mikro dan rumah tangga, erus
meningkatkan daya saing komoditi ekspor melalui pengembangan teknologi dan efisiensi
produksi dalam rangka meningkatkan perdagangan dalam negeri dan ekspor Solok Selatan
dalam era persaingan bebas China-ASEAN (CAFTA) yang sudah dimulai sejak tahun 2010
dan 5) Mendorong pengembangan kegiatan perdagangan dalam negeri melalui perbaikan
dan pengembangan fasilitas pasar. Sementara arah kebijakan yang diperlukan untuk
melaksanakan strategi pengembangan pertanian adalah: 1) melindungi system property
right (protection of property right) terutama pada penguasaan atas tanah (system land
tenure) di wilayah pertanian, 2) Mendorong penyusunan kontrak (enforcing contractual)
antara petani kecil dengan petani pengusaha, untuk memperkuat dan mempercepat
persaingan dalam menghasilkan industri dari produk unggulan, 3) Penyediakan barang
publik (public goods) seperti penelitian-penelitian produk pertanian yang memberikan nilai
tambah yang tinggi bagi petani produsen, 4) Pengembangan teknologi tepat guna untuk
memperbesar skala ekonomi dan/atau skala usaha agroindustri, 5) Penyediaan informasi
tentang pasar yang menyangkut bukan hanya harga, tetapi juga informasi bisnis secara
keseluruhan, 6) Menyediakan infrastruktur perekonomian lainnya yang mendukung usaha
agribisnis komoditi pertanian, 7) Melakukan stabilisasi harga untuk produk unggulan yang
banyak diusahakan petani, 8) Membangun sistem ketahanan pangan hewani domestik
dalam konteks peningkatan kemampuan produksi, distribusi dan konsumsi, 9)
Memberdayakan petani untuk penerapan teknologi dan informasi pertanian, peternakan dan
10) Membangun sarana dan prasarana pendukung pengembangan wilayah produksi.
4.3.12. Kabupaten Solok
Dalam konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development), proses
pembangunan terdiri tiga dimensi yang berintegrasi; 1) peningkatan kualitas dan standar
hidup masyarakat, 2) optimalisasi sumber daya alam dan lingkungan hidup, 3)
pembangunan ekonomi. Keberhasilan pembangunan tidak hanya dilihat dari pencapaian
Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) tetapi juga bagaimana tingkat pendidikan,
derajat kesehatan serta kemampuan ekonomi masyarakatnya. Pembangunan dikatakan
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
IV-28
berhasil apabila mampu meningkatkan kualitas kesejahteraan dan kehidupan serta masa
depan seluruh lapisan masyarakat dan lingkungannya. Ukuran keberhasilan ini dikenal
dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan telah dipakai oleh Dunia Internasional
untuk menilai keberhasilan dan kemajuan satu bangsa.
Berdasarkan konsep tersebut di atas, proses pembangunan paling tidak memiliki tiga
sasaran utama:
1. Peningkatnya standar hidup, tidak hanya berupa pendapatan tetapi juga perbaikan
kualitas pendidikan, kesehatan serta peningkatan perhatian terhadap nilai-nilai
kultural dan kemanusiaan.
2. Meningkatnya ketersediaan dan perluasan distribusi kebutuhan pokok masyarakat;
pangan, sandang, papan dan perlindungan (rasa aman).
3. Perluasan pilihan-pilihan sosial dan ekonomi bagi setiap individu. Membebaskan
masyarakat dari belitan dan kungkungan sikap menghamba dan ketergantungan.
Tidak hanya terhadap orang lain tetapi juga terhadap setiap kekuatan yang
berpotensi merendahkan nilai-nilai kemanusiaan mereka.
Kabupaten Solok mengandung potensi alam yang sangat baik sebagai potensi
ekonomi. Anugerah ini harus kita syukuri dan dimanfaatkan secara optimal dengan tetap
menjaga keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup. Kajian sumber daya lahan dan
kajian-kajian ilmiah lainnya yang telah dilakukan pada tahun-tahun yang lalu, juga harus
dijadikan pedoman dalam menyusun kebijakan. Begitu pula dengan kearifan lokal yang telah
turun- temurun hidup di tengah masyarakat.
Berkenaan dengan hal tersebut, agenda pembangunan ekonomi didasarkan pada
potensi dan kearifan lokal yang dipadu dengan tekhnologi dengan tetap menjaga kelestarian
alam. Kita tidak menginginkan eksploitasi yang berlebihan terhadap sumber-sumber yang
dimiliki.
Dalam pengembangan kawasan, sesuai denga Rencana Tata Ruang, Kabupaten
Solok kepada tiga kawasan pertumbuhan. Yakni; Kawasan Danau Kembar, Kawasan Arosuka
dan Kawasan Singkarak. Sedangkan dari sisi komoditi, dikembangkan pendekatan sentra
produksi yakni;
1. Sentra produksi beras solok dan tanaman pangan. Meliputi daerah Kecamatan Gunung
Talang, Kubung, Bukit Sundi, Lembang Jaya, X Koto Singkarak, Junjung Sirih, Hiliran
Gumanti dan Pantai Cermin. Dengan upaya yang intensif diharapkan lima tahun yang
akan datang kita mampu meningkatkan produktifitas padi dari 49,59 kwintal/Ha menjadi
59,32 kwintal/Ha.
2. Sentra produksi hortikultura, meliputi daerah Kecamatan Lembah Gumanti, Danau
Kembar, Lembang Jaya dan sebagian Gunung Talang sebagai upaya untuk
memperkokoh Kabupaten Solok sebagai penghasil sayur mayur.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
IV-29
3. Kawasan potensial pertanian, perkebunan dan peternakan meliputi daerah Kecamatan
IX Koto Sungai Lasi, Junjung Sirih, X Koto Diatas, Payung Sekaki dan Tigo Lurah.
Pembangunan kawasan pertanian diselaraskan dengan pengembangan peternakan
dan perikanan. Hal ini berkaitan dengan tekad menjadikan Kabupaten Solok sebagai Sentra
Produksi Ternak di kawasan Sumatera, sehingga mampu berswasembada daging dan
perikanan pada Tahun 2015. Oleh karena itu, segera disusun Rencana Strategis Pertanian
secara terpadu yang berbasis organik.
Pertanian organik ini secara parsial telah mulai dikembangkan oleh masyarakat.
Misalnya di Nagari Sariak Alahan Tigo, yang dipelopori oleh anak-anak muda kreatif. Mereka
telah mampu mengembangkan padi organik seluas 69 Ha yang dipadukan dengan
pemeliharan kambing ottawa. Gagasan ini telah pula menular ke nagari lain meskipun masih
dalam skala terbatas. Yang paling sulit dalam hal ini adalah merubah kebisaaan dan pola
bertani masyarakat, sehingga dibutuhkan kiat-kiat khusus.
Di samping sektor petanian, juga direncanakan mengembangkan sektor lainnya
seperti industri dan UMKM, perdagangan, jasa, pertambangan, energi, serta keuangan dan
permodalan. Ke semua sektor yang disentuh diarahkan untuk penanganan hulu-hilir secara
bersinergi sehingga nilai tambah produksi lokal dapat dinikmati oleh masyarakat lokal.
4.3.13. Kabupaten Agam
Sesuai dengan harapan Terwujudnya Kabupaten Agam Yang “ALAMI” maka
ditetapkan Misi Pembangunan Kabupaten Agam Tahun 2011-2015 sebagai upaya dalam
mewujudkan salah satu Visi yang dekat dengan pengembangan UMKM yaitu visi untuk
“Meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja, dan kesejahteraan masyarakat”.
dimana visi ini bertujuan untuk:
1. Meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian, perikanan dan kelautan dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan petani serta mendukung ketahanan dan
keamanan pangan, melalui pencapaian sasaran:
a. Meningkatnya produksi dan produktivitas komoditi tanaman pangan
b. Meningkatnya kawasan sentra produksi sayuran, buah-buahan dan tanaman
hias
c. Meningkat dan berkembangnya kelompok usaha pengolahan hasil pertanian
d. Meningkatnya penerapan manjemen pembangunan pertanian yang akuntabel
dan good governance
e. Meningkatnya produksi perkebunan yang berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
IV-30
f. Meningkatkan pengelolaan pasca panen dan akses pemasaran hasil produksi
perkebunan
g. Peningkatan kapasitas kelembagaan kelompok usaha tani perkebunan
h. Meningkatnya PNBP sektor perkebunan
i. Meningkatnya populasi dan produksi daging
j. Meningkatkan mutu bahan pangan asal hewan
k. Meningkatkan usaha pengolahan dan pemasaran komoditi peternakan
l. Meningkatkan sumberdaya dan kelembagaan peternakan
m. Perlindungan masyarakat dari resiko penyakit Zoonosis
n. Meningkatkan ketahanan dan keamanan pangan daerah
o. Peningkatan kesejahteraan dan kelembagaan petani
p. Meningkatkan produksi perikanan budidaya dan tangkap
q. Meningkatkan pelestarian dan pengawasan terhadap sumberdaya kelautan dan
perikanan
r. Meningkatkan pengelolaan pasca panen
2. Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi, melalui pencapaian
sasaran:
a. Meningkatnya keterampilan dan kewirausahaan pelaku usaha (kemampuan
manajerial, kualitas produk, packaging , dll)
b. Meningkatnya kemitraan antara UMKM dengan pengusaha besar
c. Meningkatnya jumlah pelaku usaha kecil pengolahan sehingga meningkatkan
nilai tambah produk dan penyerapan tenaga kerja
d. Meningkatkan akses pemasaran produk UMKM
e. Meningkatkan akses pelaku usaha terhadap permodalan
f. Tersusunnya Road Map industri kecil dan menengah dan dibentuknya kawasan
sentra-sentra produksi.
g. Meningkatnya peran koperasi dalam mendukung usaha kecil dan ekonomi rakyat
di Nagari
h. Meningkatnya perberdayaan koperasi
3. Revitalisasi Pasar Tradisonal, melalui pencapaian sasaran:
a. Meningkatnya sarana prasarana pasar
b. Meningkatnya perlindungan konsumen
4. Pengembangan Pariwisata Daerah, melalui pencapaian sasaran:
a. Meningkatnya jumlah wisatawan domestik dan mancanegara yang berkunjung
ke Agam.
b. Meningkatnya rata-rata lama tinggal wisatawan di Kabupaten Agam .
5. Peningkatan Investasi Daerah, melalui pencapaian sasaran:
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
IV-31
a. Meningkatnya jumlah investor yang tertarik menanamkan modalnya di
Kabupaten Agam
b. Meningkatnya nilai investasi di Kabupaten Agam
6. Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat, melalui pencapaian sasaran:
a. Penanganan Rumah Tangga Miskin.
Kabupaten Agam adalah daerah Agraris maka aspek peningkatan produksi, produk-
tifitas dan nilai tambah sektor pertanian dengan sub-sub sektornya menjadi fokus
pengembangan ekanomi. Disamping itu pengembangan usaha mikro, industri kecil dan
menengah terutama yang bergerak dalam pengolahan hasil pertanian diharapkan akan
mampu meningkatkan nilai tambah produk yang didukung dengan peranan koperasi dan
lembaga-lembaga keuangan masyarakat. Selanjutnya pengembangan industri ini diharapkan
juga mampu mendukung berkembangnya industri pariwisata dan jasa-jasa lainnya.
Salah satu bentuk strategi yang dilakukan pemerintah adalah menentapkan daerah
tertentu menjadi sentra untuk komoditi tertentu seperti penetapan kawasan sentra produksi
jagung di Kecamatan IV Nagari, kangkung di Kecamatan Lubuk Basung, ubi jalar di
Kecamatan Baso. Selain itu juga dikembangkan tanaman hortikultura yang meliputi tanaman
sayur-sayuran, buah-buahan dan bunga-bungaan diarahkan ke Kecamatan Ampek Angkek,
Baso, Canduang, Sungai Pua, Banuhampu, IV Koto dan Matur, juga diarahkan untuk
pembentukan kawasan sentra produksi, kawasan pengembangan pertanian organik,
pemanfaatan lahan terlantar, pemanfaatan pekarangan. Pemanfaatan lahan pekarangan
diharapkan dapat membantu memenuhi kebutuhan rumah tangga terhadap kebutuhan
pangan dan gizi.
Pengembangan peternakan menyebar hampir merata di wilayah Kabupaten Agam
terutama di Kecamatan Tanjung Mutiara, Lubuk Basung dan IV Nagari merupakan kawasan
pengembangan Sapi Bali. Kecamatan IV Angkek, Tilatang Kamang dan Baso, lebih banyak
dikembangkan sapi hasil persilangan yaitu Simental, Brahman, PO (Peranakan Ongole),
Limousine, sedangkan di Kecamatan Tanjung Raya dan Malalak dikembangkan Sapi PO dan
Brahman.Pembangunan peternakan di Kabupaten Agam dikembangkan melalui kebijakan
pengembangan kawasan/wilayah, yaitu:
1. Kawasan Integrasi ternak – sayuran
2. Kawasan Integrasi ternak – sawit
3. Kawasan Village Breeding Center (VBC)
Pengembangan industri diarahkan pada industri makanan ringan dan industri
pengolahan tekstil menjadi barang jadi dan masih di dominasi oleh industri kecil dan rumah
tangga. Perhatian dan dorongan dari pemerintah daerah sangat penting terutama untuk
aspek promosi, peningkatan kemampuan manajerial dan kerwirausahaan serta fasilitasi
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
IV-32
permodalan. Kebijakan yang mengarahkan masyarakat untuk menggunakan produksi sendiri
sangat baik untuk membantu peningkatan produksi dan sekaligus media promosi.
4.3.14. Kabupaten Sijunjung
Program dan kegiatan prioritas dalam pengembangan Koperasi dan UMKM yang
telah dirumuskan oleh pemerintah kabupaten Sijunjung antara lain :
1) Program Peningkatan Iklim Usaha yang Kondusif bagi Koperasi dan UMKM. Kegiatan
pokok pada program ini mencakup (a) Sosialisasi regulasi terkait pemberdayaan UMKM
dan Koperasi, (b) Fasilitasi kemudahan formalisasi Badan Usaha Lembaga Keuangan
Mikro (LKM), (c) Mengembangkan dan melaksanakan sistem registrasi UKM termasuk
kaki lima dan melakukan pemutakhiran data setiap tahun, (d) Regulasi untuk
memfasilitasi penyediaan ruang bagi koperasi, UKM, dan kaki lima
2) Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif UMKM. Kegiatan
pokok pada program ini mencakup (a) Pengembangan dan penguatan sentra-sentra
produksi/gugus (cluster) usaha skala mikro dan kecil, terutama di daerah tertinggal dan
terisolir, (b) Dukungan pemasaran produk dan jasa koperasi dan UMKM, (c) Fasilitasi
promosi dan pameran produk Koperasi dan UMKM, (d) Regulasi untuk meningkatkan
akses Koperasi dan UKM terhadap modal, teknologi, dan pasar
3) Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Koperasi dan UMKM. Kegiatan pokok
pada program ini mencakup (a) Program Kemitraan dan Bina Lingkungan dan CSR, (b)
Peningkatan akses UMKM dan Koperasi ke Perbankan untuk akses program Kredit Usaha
Rakyat (KUR), (c) Memenuhi Standar Pelayanan Minimum (SPM) urusan wajib Koperasi
dan UKM.
4) Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan UMKM. Kegiatan pokok pada program ini
mencakup (a) Pembinaan, pengawasan dan penghargaan koperasi yang berprestasi, (b)
Pengelolaan dana bergulir bagi Koperasi dan UMKM, (c) pengembangan koperasi berbasis
komoditi, jasa dan usaha warung serba ada, (d) Mendorong terbentuknya bapak angkat
dari usaha besar terhadap UMKM. alih teknologi, penyerapan produk, pelatihan, magang
4.3.15. Kabupaten Mentawai
Kebijakan pengembangan ekonomi melalui UMKM merupakan salah satu upaya
untuk mewujudkan visi pembangunan jangka Menengah Kabupaten Kepulauan Mentawai
yaitu “Mewujudkan Masyarakat Yang Madani Dan Sejahtera Melalui Penyelenggaraan
Pemerintahan Yang Baik, Bersih Dan Berwibawa Berlandaskan Kebersamaan “
Untuk mewujudkan visi pembangunan jangka menengah Kabupaten Kepulauan
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
IV-33
Mentawai (2007-2011), ditetapkan beberapa misi pembangunan jangka menengah yang
akan dilaksanakan, diantaranya yang terkait dengan ekonomi yaitu mengembangkan
ekonomi kerakyatan yang berwawasan lingkungan di tiga wilayah pertumbuhan.
Tujuan strategis yang ingin dicapai dalam bidang perekonomian Daerah yaitu:
Meningkatkan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan pertumbuhan Investasi, menurun-
kan tingkat ketimpangan pembangunan.
Strategi pokok pembangunan bidang pereonomian daerah agar mampu mencapai
tujuan dan sasaran pembangunan daerah adalah Penciptaan iklim usaha yang kondusif
dalam upaya percepatan pembangunan yang berkeadilan dan pro rakyat. Strategi ini
diarahkan untuk mewujudkan stabilitas sosial-ekonomi, kemandirian, pertumbuhan ekonomi
yang cepat, pemerataan hasil dan kesempatan dalam pembangunan, jaminan dan kepastian
hukum yang dapat mempercepat pelaksanaan pembangunan. Letak Kepulauan Mentawai
yang kurang menguntungkan secara geografis memerlukan iklim yang dapat mendukung
masuknya arus modal, barang dan orang/wisatawan ke Kepulauan Mentawai. Melalui
strategi di atas diharapkan besaran kebutuhan investasi, baik investasi pemerintah maupun
investasi swasta dan masyarakat (baik PMDN maupun PMA) dapat diwujudkan dalam 5
tahun ke depan. Kebutuhan investasi pemerintah pada tahun 2007 sebesar Rp. 81,33 miliar
dan pada tahun 2011 meningkat kebutuhan investasi pemerintah tersebut menjadi Rp.
143,11 miliar. Jadi, pertumbuhan kebutuhan investasi pemerintah rata-rata per tahun adalah
18,99 persen.
Dari sisi kebutuhan investasi swasta dan masyarakat (baik PMDN maupun PMA)
pada tahun 2007 sebesar Rp. 244,00 miliar dan pada tahun 2011 meningkat kebutuhan
investasi swasta dan masyarakat tersebut menjadi Rp. 372,09 miliar. Jadi, pertumbuhan
kebutuhan investasi swasta dan masyarakat (PMDN dan PMA) rata-rata per tahun adalah
13,12 persen. Dengan demikian, Pemerintah daerah kabupaten Kepulauan Mentawai perlu
melakukan deregulasi dan debirokratisasi dalam bidang investasi agar kebutuhan investasi
swasta dan masyarakat tersebut bisa dipenuhi untuk periode 2007-2011. Apabila strategi
pemenuhan kebutuhan investasi, baik investasi pemerintah maupun investasi swasta dan
masyarakat dapat dicapai, maka bidang perekonomian daerah akan mampu mendukung
prospek ekonomi daerah baik ekonomi sektoral maupun ekonomi agregat.
Sehubungan dengan itu, pemerintah daerah perlu mempersiapkan: (a) Debirokra-
tisasi Bidang Investasi, dilakukan melalui pemangkasan proses penerbitan izin-izin yang
terkait dengan kegiatan investasi. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan pelayanan
perizinan satu pintu (One Stop Service/OSS); (b) Deregulasi bidang investasi, dilakukan
melalui penciptaan produk hukum bidang investasi, sehingga dengan adanya produk hukum
bidang investasi yang memberikan keyakinan dan kepercayaan para investor untuk mau
melakukan investasi di Kabupaten Kepulauan Mentawai pada masa yang akan datang.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
IV-34
4.3.16. Kabupaten Padang Pariaman
Visi Pembangunan Daerah pada dasarnya merupakan kondisi objektif yang
diinginkan dapat dicapai oleh masyarakat Kabupaten Padang Pariaman pada 20 tahun
mendatang. Kondisi yang diinginkan tersebut ditetapkan dengan memperhatikan keadaan
umum daerah dewasa ini, prediksi untuk 20 tahun mendatang dan keinginan, aspirasi serta
cita-cita yang berkembang dalam masyarakat secara keseluruhan. Dengan demikian, visi ini
sebenarnya adalah merupakan kondisi realistis yang diharapkan akan dapat dicapai oleh
Kabupaten Padang Pariaman. Tahun 2005-2015 adalah sebagai berikut: “Padang Pariaman
2025 Unggul di bidang Agribisnis dan Perdagangan berdasarkan Sumberdaya Manusia
yang Berkualitas”
Misi Kabupaten Padang Pariaman, sebagai berikut: (1) Mewujudkan Sistem Agribisnis
dan Agroindustri yang Tangguh berbasiskan Nagari, didukung oleh Teknologi dan Informasi
Mutakhir, (2) Mewujudkan Sistim Perdagangan yang Kuat dan berorientasi Ekspor, (3)
Mewujudkan Sumberdaya Manusia yang Berkualitas, dan Berdaya Saing Tinggi (4)
Mewujudkan Kehidupan Beragama yang Baik dan Berkualitas, berlandaskan “adat basandi
syarak, syarak basandi kitabullah”, (5) Mewujudkan Tata Pemerintahan yang Bersih dan
Berwibawa, (6) Mewujudkan Pembangunan yang Berkelanjutan sesuai dengan Kaidah-
Kaidah Kelestarian Lingkungan.
Dari misi tersebut dapat kita lihat bahwa Kabupaten Padang Pariaman ingin
mewujudkan sistem agribisnis dan agroindustri berbasis nagari serta sistem perdagangan
yang kuat dan berorientasi pasar. Karena itu, pemerintah ingin mewujudkan kekuatan
ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada mekanisme pasar dan sumber daya daerah.
Strategi dan arah kebijakan pembangunan dalam mewujudkan pembangunan
ekonomi yang tangguh dan berdaya saing berbasiskan sistem agrobisnis dan agro industri
meliputi: Peningkatan kualitas dan kuantitas produk pertanian dan perkebunan, Pember-
dayaan petani miskin, Penguatan hutan rakyat, Pengembangan ketahanan dan kemandirian
pangan, Pengembangan penganekaragaman pangan, Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
Pesisir, Peningkatan produksi hasil kelautan dan perikanan, Pengembangan kelembagaan
koperasi, Pengembangan akses pelayanan dan sumber pendanaan Koperasi dan UMKM,
Pengembangan kebijakan peningkatan ekonomi lokal, Pengembangan kualitas SDM
koperasi, Pengembangan kebijakan dan infrastruktur investasi, Pengembangan kerjasama
investasi, Pengembangan jaringan kerjasama promosi pariwisata, Pengembangan kualitas
obyek dan event-event pariwisata, Pengembangan pasar tradisional, Pengembangan
kebijakan industri dan industri penunjang.
Secara lengkap arah kebijakan pemerintah Kabupaten Padang Pariaman dalam
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
IV-35
mewujudkan pembangunan ekonomi yang tangguh dan berdaya saing berbasiskan sistem
agribisnis dan agroindustri adalah: (1) Memfasilitasi Akses Permodalan KUMKM terhadap
sumber permodalan, Meningkatkan Mutu Produk dan Pasar IKM, (2) Memfasilitasi dan
penyediaan sarana Penumbuhan IKM berbasiskan sistem agribisnis dan agroindustri, (3)
Menata Sistem dalam Pusat Perdagangan dan Distribusi Barang Kebutuhan, Pembinaan
terhadap Pedagang Asongan/PKL, (4) Merintis Pengembangan Ekspor Komoditi Unggulan,
(5) Pengawasan Perdagangan dan Pengembangan BPSK, (6) Pembangunan Sarana &
Prasarana Pertanian /Perkebunan, (7) Peningkatan Penerangan Inovasi Teknologi, (8)
Pengendalian Hama & Penyakit Tanaman Pertanian & Perkebunan, (9) Pengembangan
Agribisnis melalui Pengembangan dan Penanganan serta pengolahan pasca panen guna
peningkatan nilai tambah hasil pertanian dan perkebunan, (10) Menerapkan sistem jaminan
mutu untuk meningkatkan daya saing produk segar dan olahan, (11) Memfasilitasi
pemasaran hasil pertanian dan perkebunan, (12) Mengembangkan Lumbung Pangan Nagari,
(13) Meningkatkan ketersediaan mutu bibit/ benih melalui peningkatan pelayanan
inseminasi buatan, (14) Mendistribusikan dan integrasi sapi dan kakao, (15) pengujian gizi
dan bahan pakan ternak, (16) Pengembangan kawasan agropolitan, (17) Mengembangkan
infrastruktur produksi, budidaya dan pasca panen ternak usaha peternakan, (18)
Melaksanakan pemusnahan Penyakit Hewan Menular, (19) Meningkatkan dan
mempertahankan status kesehatan hewan, (20) Meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat melalui pengembangan kelembagaan peternakan, (21) Melaksanakan Pelatihan
dan bimbingan teknis bagi peternak, (22) Melaksanakan pelatihan dan bimbingan teknis bagi
aparatur peternakan, (23) Peningkatan produktifitas perikanan tangkap dan kesejahteraan
nelayan, (24) Pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat melalui peningkatan modal dan
etos kerja masyarakat pesisir yang lebih berorientasi kepada budaya pembangunan yang
berkelanjutan, (25) Pengembangan produk olahan dan pemasaran bernilai tambah, jaminan
mutu dan keamanan hasil perikanan.
4.3.17. Kabupaten Limapuluh Kota
Perekonomian Kabupaten 50 Kota mengarah pada ekonomi kerakyatan dalam arti
pemilikan modal dikuasai masyarakat dan skala usaha berupa industri rumah tangga, kecil
dan menengah. Dan ekonomi kerakyatan pada umumnya bergerak di sektor riil dan bukan
sektor finansial. Sektor riil adalah sektor yang secara efektif melakukan proses produksi
barang dan jasa dalam bentuk investasi langsung, yaitu investasi yang langsung terkait
dalam menggerakkan perekonomian daerah secara aktif. Pengembangan UMKM tidak
terlepas dari pengembangan sektor riil di Kabupaten Lima Puluh Kota yang dimulai dari
sektor primer seperti pertanian, pertambangan dan industri pengolahan, yang kemudian
berdampak bagi pengembangan sektor lainnya seperti perdagangan, hotel dan restoran
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
IV-36
sampai ke jasa. Karena sektor rill merupakan nadi perekonomian rakyat dan daerah, maka
sektor riil perlu dikembangkan dan dikuatkan sehingga dampak baliknya punya pengaruh
terhadap peningkatan kebersamaan, kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.
Sesuai dengan kebijakan pemerintah Kabupaten 50 Kota dalam pengembangan
UMKM maka salah satu misi penting yang ingin dicapai yang berkaitan dengan ekonomi
kerakyatan adalah “mewujudkan pengembangan ekonomi kerakyatan yang berbasis sektor
riil dengan investasi yang kondusif”, Misi ini bertujuan untuk:
1. Terwujudnya pengembangan ekonomi lokal berbasis sumber daya alam, sehingga
tercapai sasaran:
a. Meningkatnya PDRB, Pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita masyarakat
b. Meningkatnya ketersediaan lapangan pekerjaan dan berkurangnya jumlah
pengangguran
2. Terwujudnya peningkatan skala usaha rumah tangga, usaha kecil dan menengah
menjadi industri rumah tangga, industri kecil, dan menengah melalui penguatan
permodalan kelembagaan dan akses pasar, sehingga tercapai sasaran:
a. Tumbuh dan berkembangnya industri pengolahan gambir, industri makanan dan
minuman serta industri sulaman dan tenunan
b. Meningkatnya jumlah dan akses permodalan yang diterima pengusaha dari koperasi,
BPR , BMT, LKMA dan Perbankan dan dana bergulir
c. Meningkatnya nilai investasi pada sektor pertambangan, industri, perdagangan dan
jasa di Kabupaten Lima Puluh Kota
3. Terwujudnya peningkatan dan pengembangan pasar tradisional menjadi pasar
tradisional yang modern dalam rangka peningkatan perlindungan konsumen dan
persaingan usaha, sehingga tercapai sasaran:
a. Tumbuhnya pasar tradisional yang modern di beberapa kecamatan.
4. Terwujudnya peningkatan pengembangan pariwisata berbasis sumber daya lokal
sehingga tercapai sasaran:
a. Meningkatnya jumlah kunjungan wisata dan majunya pengelolaan objek wisata
unggulan daerah, yang berbasis wisata alam, sejarah dan budaya.
b. Meningkatnya produksi produk kreatif dalam rangka menunjang industri pariwisata
4.3.18. Kabupaten Dharmasraya
Program dan kegiatan prioritas dalam pengembangan Koperasi dan UMKM yang
telah dirumuskan oleh pemerintah kabupaten Dharmasraya antara lain :
1) Program Peningkatan Iklim Usaha yang Kondusif bagi Koperasi dan UMKM. Kegiatan
pokok program ini mencakup (a) Penataan regulasi koperasi dan UMKM, baik yang
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
IV-37
sektoral maupun spesifik daerah, (b) Penyusunan kebijakan pengembangan UMKM, (c)
Perencanaan, koordinasi dan Pengembangan Koperasi dan UMKM, (d) Sosialisasi regulasi
terkait pemberdayaan UMKM dan Koperasi, (e) Fasilitasi kemudahan formalisasi Badan
Usaha Lembaga Keuangan Mikro (LKM).
2) Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif UMKM. Kegiatan
pokok pada program ini mencakup (a) Penyediaan sistem insentif dan pembinaan bagi
UKM yang berbasis inovasi dan berorientasi ekspor, (b) Inventarisasi dan validasi data
UMKM, (c) Pengembangan dan penguatan sentra-sentra produksi/gugus (cluster) usaha
skala mikro dan kecil, terutama di daerah tertinggal dan terisolir, (d) Dukungan
pemasaran produk dan jasa koperasi dan UMKM, (e) Fasilitasi pengembangan Koperasi
dan UMKM, (f) Pelatihan pembekalan dan Operasional Penyuluh Koperasi, LKM dan
UMKM, (g) Fasilitasi promosi dan pameran produk Koperasi dan UMKM, (h) Pelatihan
manajemen pengelola koperasi/KUD, (i) Pelatihan kewirausahaan.
3) Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Koperasi dan UMKM. Kegiatan pokok
pada program ini mencakup (a) Fasilitasi perkuatan permodalan UMKM dan koperasi
dengan BUMN/Swasta melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan dan CSR, (b)
Peningkatan akses UMKM dan Koperasi ke Perbankan untuk akses program Kredit Usaha
Rakyat (KUR), (c) Pengembangan sarana dan prasarana Koperasi dan UMKM, (d)
Pembangunan informasi dan manajemen koperasi dan UKM
4) Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi. Kegiatan pokok pada program ini
mencakup (a) Penetapan dan penyelesaian administrasi pembubaran koperasi yang tidak
aktif, (b) Pembinaan, pengawasan dan penghargaan koperasi yang berprestasi, (c)
Pembinaan dan penilaian kesehatan KSP/USP Koperasi, (d) Monitoring, evaluasi dan
pelaporan pembinaan kelembagaan koperasi, (e) Sosialisasi prinsip-prinsip perkoperasian,
(f) Pengembangan dan pemberdayaan Dekopinda, lembaga inkubasi bisnis UMKM dan
lembaga sejenis, (g) Pengembangan koperasi berbasis komoditi, jasa dan usaha warung
serba ada, (h) Fasilitasi pengembangan Koperasi dan UMKM, (i) Pengelolaan dana
bergulir bagi Koperasi dan UMKM
4.3.19. Kota Padang
Salah satu misi pembangunan ekonomi di Kota Padang adalah meningkatkan fungsi
dan modal UMKM serta perluasan akses pasar agar terbentuk masyarakat madani yang
berbasis industri, perdagangan dan jasa yang unggul dan berdaya saing tinggi dalam
kehidupan perkotaan yang tertib dan teratur. Kebijakan ini secara spesifik berusaha untuk
mengatasi penghalang dan kendala, biasanya menjadi masalah bagi pengembangan UMKM.
Perluasan akses pasar merupakan salah satu cara yang dtempuh oleh pemerintah
Kota Padang dalam rangka meningkatkan pangsa pasar UMKM yang ada di Kota Padang.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
IV-38
Karena itu, pemerintah kota sering melakukan even berupa pameran yang sangat
membantu Pelaku UMKM dalam memperkenalkan produknya. Perluasan pangsa pasar ini
juga diiringi dengan melakukan pelatihan bagi para pengerajin UMKM agar hasil kualitas
produk bisa lebih ditingkatkan. Pemerintah juga berusaha membantu dalam bidang
pemodalan dengan cara memberikan bantuan modal melalui perbankan atau BUMN maupun
Kredit Usaha Rakyat yang diajukan secara langsung oleh pelaku UMKM. Salah satu cara
pengucuran dana kepada UMKM adalah melalui Kelompok Usaha Bersama (Kube) yang akan
berlanjut kalau usaha yang didanai mengalami kemajuan dan dapat mempertanggung
jawabkan dana yang mereka peroleh.
Sebagai daerah yang ada dipinggir laut, maka sektor perikanan menjadi salalah satu
andalan di Kota Padang. Jenis produksi ikan yang utama adalah kerapu, kepiting dan tuna.
Pengelolaan perikanan, baik laut maupun darat, akan memiliki dampak positif terhadap
perekonomian Kota padang dan akan berdampak terhadap sektor lain. Pemerintah Kota
Padang berusaha mendorong sektor perikanan dengan cara melengkapi sarana dan prasa-
rana, memberikan bantuan berupa mesin robin, alat tangkap dan sebagainya.
Industri pariwisata merupakan sektor yang menjadi perhatian pemerintah Kota
Padang. Untuk meningkatkan potensi wisata, maka pemerintah Kota Padang mencoba untuk
melakukan pengembangan pada wisata pantai, dengan cara mengembangkan wisata ter-
padu gunung padang, objek wisata taman siti nurbaya, dan pengembangan wisata pantai
lainya. Selain wisata pantai, pemerintah Kota Padang juga mengembangkan objek wisata
taman Bung Hatta dan terowongan pengambiran-bungus di Bukit Pengambiran.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 1
BAB V
PENETAPAN KOMODITI/PRODUK/JENIS USAHA (KPJu) UNGGULAN
5.1. Penetapan Bobot Tujuan dan Kriteria
Hasil penetapan KPJu unggulan diuraikan untuk setiap kabupaten/kota dan pada
tingkat provinsi, serta kebijakan pengembangan KPJu unggulan. Penetapan KPJu unggul-
an dilakukan secara bertingkat yang diawali dengan penetapan KPJu unggulan tingkat
kecamatan, kemudian tingkat kabupaten/kota dan terakhir pada tingkat provinsi. Hasil
penetapan KPJu unggulan pada tingkat kecamatan merupakan kandidat KPJu unggulan
tingkat kabupaten/kota yang proses penetapannya dilakukan dengan metode Analytical
Hierarchy Process (AHP). Penetapan KPJu unggulan pada tingkat provinsi menggunakan/
memanfaatkan hasil proses Agregasi KPJu unggulan tingkat kabupaten/kota.
Hasil KPJu unggulan ditentukan oleh kriteria dan sub-kriteria yang ditetapkan
sebelumnya, dan penentuan kriteria tersebut dilandasi oleh Tujuan dari penetapan KPJu
unggulan UMKM, yaitu: (a) Penciptaan lapangan kerja, (b) Pertumbuhan ekonomi daerah,
dan (c) Peningkatan daya saing produk. Untuk memperoleh keseragaman dan konsistensi
dalam proses penetapan KPJu unggulan, maka bobot setiap Tujuan dan bobot setiap
Kriteria yang digunakan pada semua kabupaten/kota adalah sama. Sehubungan dengan itu
maka proses penentuan bobot kepentingan tujuan dan kriteria tersebut dilakukan pada
tingkat provinsi. Dalam hubungan ini maka pada tanggal 14 Juni 2011 telah dilaksanakan
Focus Group Discussion (FGD) di Aula Bank Indonesia Padang Provinsi Sumatera Barat diikuti
pejabat dari Dinas/Instansi Tingkat Provinsi dan setiap kabupaten/kota di Sumatera Barat.
Dalam pelaksanaan FGD tersebut, selain dilakukan penjelasan oleh Tim Peneliti
tentang maksud dan tujuan kegiatan serta metodologi, maka salah satu tahapan pokok
dalam penelitian ini adalah memperoleh penilaian dari peserta berupa skor kepentingan
setiap Tujuan, serta skor tingkat kepentingan suatu Kriteria dibandingkan dengan Kriteria lain
untuk Tujuan yang sama dengan menggunakan metode pairwise comparison. Hasil penilaian
oleh nara sumber tersebut, dijadikan input analisis dengan menggunakan AHP untuk
memperoleh nilai skor terbobot setiap Tujuan dan setiap Kriteria KPJu unggulan. Hasil
analisis dengan menggunakan metode AHP berdasarkan masukan pendapat dari pejabat
Dinas/Instansi yang terkait dan pihak berkepentingan lainnya terhadap KPJu unggulan
UMKM disajikan pada Tabel 5.1.1.
Berdasarkan metodologi telah dikemukakan untuk menetapkan KPJu unggulan lintas
sektor diperlukan informasi seberapa besar bobot kepentingan sektor ekonomi untuk
mencapai tujuan dari penetapan KPJu unggulan UMKM. Mengingat setiap kabupaten/
kota mempunyai karakteristik wilayah dan potensi ekonomi yang berbeda, maka penetapan
bobot kepentingan sektor/subsektor ekonomi tersebut dilakukan di tingkat kabupaten/kota
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 2
dengan nara sumber pejabat dinas/instansi yang berkepentingan dalam pengembangan UMKM
di tingkat kabupaten/kota.
Tabel 5.1.1.Bobot dan Rangking Kepentingan dari Tujuan dan Kriteria untuk Penetapan KPJu
Unggulan di Sumatera Barat
No. ASPEK BOBOT
1 Tujuan Penetapan KPJu Unggulan UKM
1.1. Penciptaan Lapangan Kerja 0,3217
1.2. Pertumbuhan Ekonomi 0,3387
1.3. Peningkatan Daya Saing Produk 0,3396
2. Kriteria Penetapan KPJu Unggulan Tingkat Kecamatan
2.1. Jangkauan Pasar 0,1645
2.2. Kontribusi Terhadap Perekonomian Kecamatan. 0,1943
2.3. Ketersediaan Input, Sarana Produksi atau Usaha 0,4401
2.4. Jumlah Unit Usaha, Rumah Tangga, Produksi, Luas Areal atau Populasi KPJu yang ada 0,2010
3. Kriteria Penetapan KPJu Unggulan Tingkat Kabupaten/ Kota
3.1 Ketersedian Pasar 0,1326
3.2. Teknologi 0,1292
3.3. Manajemen Usaha 0,1162
3.4 Keterampilan Tenaga Kerja yang Dibutuhkan 0,0956
3.5. Penyerapan Tenaga Kerja 0,0978
3.6. Sarana Produksi dan Usaha 0,0845
3.7. Harga / Nilai Tambah 0,0887
3.8 Sumbangan Terhadap Perekonomian Daerah 0,0735
3.9. Bahan Baku 0,0588
3.10. Aksesibilitas dan Kebutuhan Modal 0,0731
3.11 Aspek Sosial Budaya (termasuk Ciri Khas/Karakteristik Daerah) 0,0499
5.2. Penetapan Alternatif KPJU Tingkat Kabupaten/Kota
Penelitian Pengembangan Komoditi Unggulan UMKM di Sumatera Barat pada tahun
2011 dilaksanakan di seluruh wilayah kabupaten/kota atau sebanyak 19 kabupaten/kota.
Pada tahap awal, dilakukan identifikasi KPJu per sektor untuk semua kecamatan mengacu
pada data sekunder/data statistik daerah. Berdasarkan hasil identifikasi tersebut yang
berupa long list KPJu, dilakukan konfirmasi kepada pejabat dan atau tokoh masyarakat
serta penilaian keunggulan masing-masing KPJu di masing-masing kecamatan. Pada tahapan
ini, setiap pejabat dan atau tokoh masyarakat diminta tanggapan dan penilaiannya terhadap
KPJu yang ada di kecamatan tersebut dengan melakukan pengisian Matrik Identifikasi
Alternatif KPJu Unggulan Tingkat Kecamatan berdasarkan empat kriteria, yaitu:
1) Jumlah unit usaha, rumah tangga, produksi, luas areal atau populasi KPJu yang ada;
2) Jangkauan pasar;
3) Ketersediaan input, sarana produksi atau usaha; dan
4) Kontribusi terhadap perekonomian kecamatan.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 3
Hasil analisis dengan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
berdasarkan 4 (empat) kriteria dan bobot kepentingannya (Tabel 5.1.1) dihasilkan
masing-masing 5 (lima) alternatif KPJu unggulan setiap sektor usaha pada setiap tingkat
kecamatan. Secara lengkap hasil identifikasi alternatif KPJu unggulan tingkat kecamatan di 6
kabupaten/kota sebagai daerah penelitian awal di Provinsi Sumatera Barat dapat dilihat pada
uraian dimasing-masing kota/kabupaten.
Berdasarkan KPJu unggulan pada setiap sektor ekonomi di setiap kecamatan
dilakukan proses agregasi untuk menentukan calon KPJu unggulan per sektor ekonomi untuk
tingkat kabupaten/kota. Hasil proses agregasi dengan menggunakan metode Borda,
ditetapkan maksimum 10 kandidat KPJu unggulan kabupaten/kota yang mempunyai nilai
skor tertinggi. Secara lebih lengkap, kandidat KPJu unggulan tingkat kabupaten/kota.
5.3. Penetapan KPJu Unggulan Tingkat Kabupaten/Kota
Proses penetapan KPJu unggulan tingkat kabupaten/kota dilakukan melalui dua
tahapan. Tahap pertama dilakukan melalui FGD, in depth interview, dan pengisian
kuesioner kepada pejabat pemerintah daerah (Sekda dan Bappeda, dinas/instansi terkait,
perbankan dan pihak kepentingan di setiap kabupaten/kota). Dalam hal ini Tim Peneliti
mengadakan FGD yang difasilitasi pemerintah Kabupaten/kota terkait dengan mengundang
semua dinas/instansi terkait, pelaku usaha, perbankan, dan organisasi terkait dengan subjek
komoditi diunggulkan. Pada tahap ini setiap narasumber memberikan penilaian terhadap: (1)
Tingkat kepentingan antar sektor secara umum, dan (2) Untuk memperoleh penilaian dari nara
sumber tentang keunggulan suatu KPJu terhadap KPJu yang lain berdasarkan kriteria yang
telah ditetapkan (11 kriteria). Penilaian (scoring) terhadap setiap kriteria didasarkan atas
prinsip kemudahan bagi UMKM dalam rangka menjalankan usaha, membuka usaha baru
atau mengembangkan usaha, serta sejauh mana dukungan wilayah pada setiap unsur penilaian.
Analisis dengan metode AHP menghasilkan nilai skor terbobot setiap kandidat KPJu unggulan
untuk setiap kabupaten/kota per sektor ekonomi. KPJu Unggulan kabupaten/kota ditetapkan
5 (lima) KPJu untuk setiap sektor/subsektor yang memiliki skor terbobot tertinggi.
Berdasarkan hasil identifikasi KPJu Unggulan setiap sektor/subsektor, nilai skor masing-masing
KPJu Unggulan dan tingkat kepentingan Sektor/subsektor ekonomi untuk KPJu yang
bersangkutan ditetapkan KPJu unggulan lintas sektor tingkat kabupaten/kota. Metode yang
digunakan adalah Metode Bayes.
Tahap kedua dalam proses penentuan KPJu tingkat kabupaten/kota dilaksanakan
Focus Group Discussion (FGD) dengan narasumber pejabat pemerintah daerah, dinas/instansi terkait
dan pemangku kepentingan lainnya. Tahap ini merupakan tahapan konfirmasi kepada
pejabat pemerintah daerah, dinas/instansi terkait, pelaku usaha, dan organisasi-organisasi
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 4
yang terkait dengan komoditi unggulan serta perbankan terhadap hasil KPJu Unggulan per
sektor/sub sektor dan lintas sektor yang telah diperoleh pada tahap pertama, serta hasil
pelaksanaan penelitian tingkat kecamatan dan kabupaten/kota. Dalam kegiatan diskusi
tersebut juga didiskusikan permasalahan pengembangan UMKM serta kebijakan dan program
untuk pengembangan UMKM terutama KPJu unggulan. Pelaksanaan diskusi di masing-
masing kabupaten/kota adalah sebagai berikut:
1) Kota Bukittinggi = 11 Juli 2011
2) Kabupaten Pasaman = 13 Juli 2011
3) Kota Solok = 21 Juli 2011
4) Kota Pariaman = 20 Juli 2011
5) Kota Sawahlunto = 21 Juli 2011
6) Kota Padang Panjang = 28 Juli 2011
7) Kota Padang = 22 November 2011
8) Kabupaten Pesisir Selatan = 23 November 2011
9) Kabupaten Pasaman Barat = 23 November 2011
10) Kabupaten Tanah Datar = 15 November 2011
11) Kota Payakumbuh = 1 Desember 2011
12) Kabupaten Solok Selatan = 8 Desember 2011
13) Kabupaten Solok = 17 November 2011
14) Kabupaten Agam = 18 November 2011
15) Kabupaten Sijunjung = 7 Desember 2011
16) Kabupaten Mentawai = 8 Desember 2011
17) Kabupaten Padang Pariaman = 24 November 2011
18) Kabupaten Lima Puluh Kota = 6 Desember 2011
19) Kabupaten Dharmasraya = 7 Desember 2011
Pada FGD tersebut juga dilakukan pengumpulan pendapat peserta diskusi dalam
rangka memetakan KPJu Unggulan Lintas Sektor yang telah diidentifikasi menurut
Aspek Prospek dan Aspek Potensi KPJu Unggulan saat ini.
Prospek dinilai berdasarkan faktor:
1) Kesesuaian dengan Kebijakan Pemda;
2) Prospek pasar;
3) Minat Investor;
4) Dukungan dan Program Pembangunan Infrastrukutur Usaha;
5) Resiko terhadap lingkungan; dan
6) Tingkat persaingan.
Potensi saat ini dinilai berdasarkan faktor:
1) Jumlah unit usaha/pengusaha saat ini;
2) Kesesuaian dengan budaya/keterampilan masyarakat;
3) Penguasaan masayarakat terhadap teknologi dan pengelolaan usaha;
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 5
4) Ketersediaan sumber daya alam (bahan baku, lahan);
5) Insentif harga jual komoditi/produk; dan
6) Daya serap pasar domestik.
Penilaian dalam bentuk nilai skor untuk setiap KPJu Unggulan Lintas Sektor menurut
faktor tersebut diberikan oleh pejabat instansi/SKPD dan nara sumber lain pada pertemuan FGD
di tingkat kabupaten/kota tersebut. Berdasarkan jumlah skor pada aspek Prospek dan Potensi
saat ini, KPJu Unggulan Lintas Sektor dikelompokkan dalam 4 Kuadran, yaitu:
1) KPJu Unggulan dengan Prospek dan Potensi saat ini yang Sangat Baik/Baik;
2) KPJu Unggulan dengan Prospek Baik tetapi Potensi saat ini Kurang Baik;
3) KPJu Unggulan dengan Prospek Cukup/Kurang Baik tetapi mempunyai Potensi
saat ini yang Baik/Sangat Baik; dan
4) KPJu Unggulan dengan Prospek dan Potensi Saat ini yang Cukup/Kurang Baik.
5.3.1 Kota Bukittinggi
Hasil analisis dengan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
berdasarkan 4 (empat) kriteria dan bobot kepentingannya menghasilkan KPJu unggulan
untuk setiap sektor usaha UMKM di setiap kecamatan di Kota Bukittinggi. Berdasarkan KPJu
unggulan pada setiap sektor usaha di setiap kecamatan dilakukan proses agregasi untuk
menentukan calon KPJu unggulan per sektor usaha untuk tingkat Kota Bukittinggi. Hasil
proses agregasi dengan menggunakan metode Borda, ditetapkan maksimum 10 kandidat
KPJu unggulan Kota Bukittinggi yang nilai skor tertinggi.
Berdasarkan hasil FGD, analisis AHP menghasilkan skor terbobot setiap sektor
ekonomi untuk setiap tujuan penetapan KPJu unggulan, serta skor terbobot total/gabungan
dari masing-masing sektor usaha seperti disajikan pada Tabel 5.3.1. Pada Tabel 5.3.1. dapat
dilihat bahwa bobot atau prioritas tertinggi untuk mencapai tujuan pertumbuhan ekonomi
dan peningkatan daya saing produk maka sektor pariwisata merupakan sektor dengan bobot
tertinggi, untuk tujuan penciptaan lapangan kerja maka sektor perindustrian merupakan
sektor dengn bobot tertinggi. Dengan memperhatikan bobot kepentingan dari masing-
masing tujuan, secara keseluruhan dalam rangka mencapai tujuan penetapan KPJu
unggulan UMKM maka sektor usaha perdagangan merupakan prioritas pertama. Sektor
usaha lain berdasarkan kepentingannya adalah pariwisata, perindustrian, jasa, angkutan,
tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan pertambangan.
Tabel 5.3.1 mengenai sektor ekonomi mempunyai skor terbobot tertinggi untuk
masing-masing kriteria tujuan penetapan KPJU menunjukkan sektor perdagangan, sub
sektor pariwisata dan sektor perindustrian merupakan sektor unggulan di Kota Bukittinggi.
Hal ini didukung dengan keberadaan Kota Bukittinggi sebagai kota tujuan wisata utama di
Propinsi Sumatera Barat.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 6
Tabel 5.3.1.Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek
Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan diKota Bukittinggi
SektorPertumbuhan
Ekonomi
PenciptaanLapangan
Kerja
PeningkatanDaya Saing
Produk
BobotGabungan
Ranking
0.3217 0.3387 0.3396
Perdagangan 0.1426 0.1558 0.2047 0.1681 1
Pariwisata 0.2006 0.1405 0.1512 0.1635 2
Perindustrian 0.1351 0.1831 0.1416 0.1536 3
Jasa 0.1776 0.1501 0.0982 0.1413 4
Angkutan 0.0900 0.1062 0.0953 0.0973 5
Tanaman Pangan 0.0844 0.0912 0.1129 0.0964 6
Perkebunan 0.0521 0.0504 0.0538 0.0521 7
Peternakan 0.0465 0.0560 0.0468 0.0498 8
Perikanan 0.0451 0.0403 0.0598 0.0485 9
Pertambangan 0.0261 0.0263 0.0357 0.0294 10
Selanjutnya, kerupuk sanjai merupakan produk oleh-oleh khas Kota Bukittinggi
sehingga juga memunculkan industri-industri kecil kerupuk sanjai. Disamping itu,
keberadaan sentra perdagangan tekstil dan barang-barang tekstil di pasar Aur, merupakan
suatu magnet tersendiri untuk kehadiran pelaku-pelaku industri tekstil dan barang-barang
tekstil untuk mengembangkan usahanya karena kemudahan dan aksesibilitas yang tinggi
bagi penyediaan bahanbaku dan pasar produk mereka.
Tabel 5.3.2Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha di Kota
Bukittinggi
No.Sektor Usaha/
KPJuSkor-
TerbobotNo.
Sektor Usaha/KPJu
Skor-Terbobot
Tanaman Pangan Peternakan
1 Ubi Kayu 0.3532 1 Ayam Ras Petelur 0.1717
2 Padi Sawah 0.2900 2 Ayam Buras 0.1634
3 Kacang Tanah 0.1568 3 Itik 0.1634
4 Jagung 0.1007 4 Kambing 0.1544
5 Ubi Jalar 0.0993 5 Sapi Potong 0.1476
Sayur-sayuran Perikanan
1 Cabe 0.3236 1 Budidaya ikan kolam 0.5980
2 Tomat 0.2411 2 Penangkapan Ikan di perairanumum
0.2242
3 Buncis 0.1159 3 Budidaya ikan sawah 0.1778
4 Terong 0.1090 4
5 Wortel 0.0974
Buah-buahan Industri
1 Jeruk 0.3813 1 Barang-barang tekstil 0.1872
2 Pisang 0.2318 2 Konveksi/Pakaian Jadi 0.1527
3 Pepaya 0.2110 3 Kerupuk dan sejenisnya 0.1177
4 Alpukat 0.1211 4 Moulding dan komponen bahanbangunan
0.1145
5 Jambu 0.0549 5 Perabot 0.1054
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 7
No.Sektor Usaha/
KPJuSkor-
TerbobotNo.
Sektor Usaha/KPJu
Skor-Terbobot
Perkebunan Perdagangan
1 Kopi 0.2995 1 Komoditi Makanan 0.2067
2 Kelapa 0.2663 2 Pakaian Jadi 0.1621
3 Cengkeh 0.2182 3 Hotel Melati 0.1114
4 Kayu Manis 0.2160 4 Restoran 0.1112
5 5 Toko Kelontong /Waserda 0.0806
Jasa-jasa Angkutan
1 Wisata Alam 0.2139 1 Angkutan Bermotor Barang 0.3896
2 Wisata Minat Khusus 0.2113 2 Angkutan Bermotor Penumpang 0.3372
3 Wisata Sejarah 0.1959 3 Ojek 0.2732
4 Jasa Warnet 0.0842
5 Wisata Budaya 0.0827
Berdasarkan hasil penelitian tingkat kota Bukittinggi dan pelaksanaan FGD beserta
bobot kepentingan masing-masing kriteria yang telah dihasilkan sebelumnya (Tabel 5.3.1),
analisis AHP menghasilkan KPJU Unggulan setiap sektor UMKM dengan urutan dan nilai skor
terbobot seperti disajikan pada 5.3.2.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan kompetensi inti
daerah dilakukan penetapan KPJu unggulan Lintas sektor. Penetapan dilakukan dengan
menggunakan Metoda Bayes, dengan mempertimbangkan bobot kepentingan atau prioritas
setiap sektor usaha serta hasil skor KPJu unggulan setiap sektor usaha yang telah diperoleh.
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh 10 (sepuluh) KPJu unggulan lintas sektor berdasarkan
urutan nilai skor terbobot KPJu yang bersangkutan, seperti disajikan pada Tabel 5.3.3 yang
mana 5 (lima) KPJu unggulan lintas sektor usaha adalah komoditi makanan, industri barang-
barang tekstil, perdagangan pakaian jadi, wisata alam dan wisata minat khusus. Hasil lengkap
berupa rangking atau urutan KPJu unggulan lintas sektor usaha berdasarkan nilai skor
terbobot masing-masing KPJu dapat dilihat pada Tabel 5.3.3.
Tabel 5.3.310 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi Sebagai
KPJu Unggulan Lintas Sektor Kota Bukittinggi
Rangking Sektor/ Subsektor KPJu Bobot
1 Perdagangan Komoditi Makanan 0.0517
2 Industri Barang-barang tekstil 0.0424
3 Perdagangan Pakaian Jadi 0.0406
4 Jasa-Jasa Wisata Alam 0.0384
5 Jasa-Jasa Wisata Minat Khusus 0.0379
6 Jasa-Jasa Wisata Sejarah 0.0351
7 Industri Konveksi/Pakaian Jadi 0.0346
8 Perdagangan Hotel Melati 0.0279
9 Perdagangan Restoran 0.0278
10 Industri Kerupuk dan sejenisnya 0.0267
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 8
Pada urutan keenam dan seterusnya, sebagai KPJu Unggulan lintas sektor berturut-
turut adalah wisata sejarah, industri konveksi/pakaian jadi, Hotel Melati, restoran dan
industri kerupuk dan sejenisnya. Apabila ditelaah lebih lanjut dari 10 KPJU Unggulan lintas
sektor, maka berdasarkan sektornya 3 komoditi merupakan sektor jasa, 3 komoditi termasuk
pada sektor Industri dan 4 sektor lainnya adalah sektor perdagangan. Bila dilihat bahwa 3
KPJU merupakan bagian usaha dari sektor jasa, maka terpilihnya KPJU Ungguln tersebut
menunjukkan bahwa orientasi kegiatan ekonomi di Kota Bukittinggi berbasis pada sektor
jasa khsususnya pariwisata. Hal ini sejalan juga dengan hasil Skor terbobot penentuan KPJu
unggulan sektor/sub sektor, dimana sektor/subsektor yang mempunyai skor terbobot
tertinggi adalah sektor perdagangan, pariwisata dan industri. KPJu Unggulan lintas sektor
yang dihasilkan pada tabel di atas yaitu komoditi makanan, perdagangan tekstil, dan wisata
merupakan KPJU unggulan yang erat kaitannya dengan rangking sektor/subsektor unggulan
di Kota Bukittinggi.
Tabel 5.3.4Kedudukan KPJU Lintas Sektor Kota bukittinggi
No. KPJU Prospek Potensi ProspekPotensiSaat ini
Kuadran
1 Komoditi Makanan 3,30 3,5 Baik Baik I
2 Barang-barang tekstil 3,85 4,3 Sangat Baik Baik I
3 Pakaian Jadi 4,45 4,22 Sangat Baik Sangat Baik I
4 Wisata Alam 4,06 3,68 Baik Sangat Baik I
5 Wisata Minat Khusus 4,12 3,87 Baik Sangat Baik I
6 Wisata Sejarah 4,08 3,93 Baik Sangat Baik I
7 Konveksi/Pakaian Jadi 4,28 3,88 Baik Sangat Baik I
8 Hotel Melati 3,57 3,62 Baik Baik I
9 Restoran 3,42 3,98 Baik Baik I
10 Kerupuk dan sejenisnya 3,67 3,37 Baik Baik I
11Moulding dan komponen bahanbangunan
2,12 2,5 Cukup Baik Cukup Baik IV
12 Perabot 2,23 2,53 Cukup Baik Cukup Baik IV
13 Angkutan Bermotor Barang 2,47 2,18 Cukup Baik Cukup Baik IV
14 Ubi Kayu 3,68 3,67 Baik Baik I
15 Toko Kelontong /Waserda 2,93 3,27 Baik Cukup Baik II
16 Angkutan Bermotor Penumpang 2,58 2,07 Cukup Baik Cukup Baik IV
17 Budidaya ikan kolam 2,75 2,31 Cukup Baik Cukup Baik IV
18 Padi Sawah 3,65 3,48 Baik Baik I
19 Ojek 2,23 2,57 Cukup Baik Cukup Baik IV
20 Jasa Warnet 3,40 3,18 Baik Baik I
Kedudukan KPJU Unggulan lintas sektor di Kota Bukittinggi berdasarkan hasil
penilaian faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini. Seperti dapat dilihat pada tabel di atas,
diantara 10 KPJU Unggulan lintas sektor yang mempunyai skor terbobot tertinggi, seluruh
KPJU berada pada kuadran I, yaitu mempunyai Prospek dan Potensi saat ini yang sangat
baik, dan baik. Jenis usaha atau komoditas angkutan bermotor untuk barang, angkutan
bermotor untuk penumpang dan penangkapan ikan kolam berada pada kuadran IV dengan
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 9
Prospek dan Potensi saat ini pada kategori cukup baik.
Diluar 10 KPJU Unggulan lintas sektor tersebut, dengan pospek dan Potensi saat ini
pada kategori baik adalah ubi kayu, padi sawah dan jasa warnet. Usaha toko kelontong atau
waserda berada pada kuadran II dengan Prospek yang baik walaupun Potensi saat ini masih
dalam kategori cukup baik. Sedangkan usaha angkutan ojek, barang bangunan dan perabot
berada pada kuadran IV dengan Prospek dan Potensi saat ini cukup baik.
Kedudukan KPJU Unggulan lintas sektor di Kota Bukittinggi berdasarkan hasil
penilaian terhadap faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini dapat digambarkan pada grafik
kuadran sebagai berikut:
Gambar 5.3.1. Posisi KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kota Bukittinggi
5.3.2. KABUPATEN PASAMAN
Berdasarkan hasil olahan penelitian di Kabupaten Pasaman menggunakan analisis
AHP menunjukkan skor terbobot setiap sektor ekonomi untuk setiap tujuan penetapan KPJu
unggulan, serta skor terbobot total/gabungan dari masing-masing sektor usaha seperti
disajikan pada tabel 5.3.5. yang mana bobot atau prioritas tertinggi untuk penciptaan
lapangan kerja dan peningkatan daya saing ditunjukkan oleh sektor perkebunan. Dengan
memperhatikan bobot kepentingan dari masing-masing tujuan, secara keseluruhan dalam
rangka mencapai tujuan penetapan KPJu unggulan UMKM maka sektor perkebunan
merupakan skala perioritas sektor unggul di Pasaman. Sektor usaha lain berdasarkan tingkat
kepentingannya adalah tanaman pangan, perikanan, jasa, perternakan, perdagangan,
angkutan, peternakan, pertambangan, industri, dan dan pariwisata.
1
23
4
16
7 8
910
19
12
13
14
615
17
11 18
20
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
5
1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5
Pro
spe
k
Potensi
5
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 10
Tabel 5.3.5Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek
Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulandi Kabupaten Pasaman
Sektor Usaha
Tujuan (Skor Terbobot)
SkorTerbobotGabungan
RangkingPertumbuhanEkonomi(0,3217)
PenciptaanLapanganKerja
(0,3387)
PeningkatanDaya Saing
Produk(0,3396)
Perkebunan 0.0888 0.1539 0.1537 0.1329 1
Tanaman Pangan 0.1283 0.1350 0.1301 0.1312 2
Perikanan 0.1311 0.1364 0.1061 0.1244 3
Jasa 0.0876 0.1188 0.1000 0.1024 4
Perdagangan 0.1130 0.0992 0.0879 0.0998 5
Angkutan 0.1098 0.0909 0.0889 0.0963 6
Peternakan 0.0883 0.0845 0.0988 0.0906 7
Pertambangan 0.0967 0.0763 0.0909 0.0878 8
Perindustrian 0.1004 0.0666 0.0804 0.0822 9
Pariwisata 0.0561 0.0385 0.0633 0.0526 10
Berdasarkan hasil penelitian tingkat Kabupaten Pasaman dan pelaksanaan FGD
beserta bobot kepentingan masing-masing kriteria yang telah dihasilkan sebelumnya (Tabel
5.3.5), analisis AHP menghasilkan KPJU Unggulan setiap sektor UMKM dengan urutan dan
nilai skor terbobot seperti disajikan pada Tabel 5.3.6. Hasil tersebut menunjukkan 5 (lima)
KPJu unggulan disetiap sektor.
Tabel 5.3.6.Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha
di Kabupaten Pasaman
No.Sektor Usaha/
KPJuSkor-
TerbobotNo.
Sektor Usaha/KPJu
Skor-Terbobot
Tanaman Pangan Peternakan
1 Padi Sawah 0.1989 1 Ayam Ras Petelur 0.2900
2 Kacang Tanah 0.1473 2 Ayam Ras Pedaging 0.2392
3 Kacang hijau 0.1286 3 Sapi Potong 0.1726
4 Jagung 0.1195 4 Itik 0.1336
5 Ubi Jalar 0.1135 5 Kambing 0.1231
Sayur-sayuran Perikanan
1 Cabe 0.3333 1 Budidaya ikan kolam 0.3261
2 Ketimun 0.1155 2 Budidaya ikan sawah 0.3123
3 Kangkung 0.0995 3 Budidaya Ikan Keramba 0.2389
4 Bayam 0.0840 4 Penangkapan Ikan di perairanumum
0.1227
5 Tomat 0.0770
Buah-buahan Industri
1 Jeruk 0.146 1 Kue dan makanan ringan 0.2400
2 Durian 0.114 2 Kerupuk dan sejenisnya 0.2304
3 Duku 0.113 3 Tempe 0.1754
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 11
No.Sektor Usaha/
KPJuSkor-
TerbobotNo.
Sektor Usaha/KPJu
Skor-Terbobot
4 Semangka 0.107 4 Perabot 0.1446
5 Pisang 0.104 5 Batu Bata 0.1268
Perkebunan Perdagangan
1 Coklat 0.1690 1 Sembako 0.1298
2 Nilam 0.1398 2 Barang Elektronik 0.1254
3 Kopi 0.1195 3 Bahan Bakar 0.1200
4 Karet 0.1171 4 Toko Kelontong /Waserda 0.1083
5 Kayu Manis 0.0829 5 Restoran 0.1037
Jasa-jasa Angkutan
1 Percetakan 0.1456 1 Angkutan Bermotor Barang 0.4456
2 Reparasi Kendaraan bermotor 0.1144 2 Angkutan Bermotor Penumpang 0.4356
3 Kursus Bahasa Inggris 0.1132 3 Motor Tempel 0.1188
4 Salon kecantikan 0.1071
5 Reparasi elektronika 0.1040
Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan kompetensi inti
daerah dilakukan penetapan KPJu unggulan Lintas sektor. Penetapan dilakukan dengan
menggunakan Metoda Bayes, dengan mempertimbangkan bobot kepentingan atau prioritas
setiap sektor usaha serta hasil skor KPJu unggulan setiap sektor usaha yang telah diperoleh.
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh 10 (sepuluh) KPJu unggulan lintas sektor
berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJu yang bersangkutan, seperti disajikan pada Tabel
5.3.7, dapat dilihat bahwa 5 (lima) KPJu unggulan lintas sektor usaha adalah perkebunan coklat,
usaha budidaya ikan kolam, budidaya ikan sawah, perkebunan nilam dan peternakan ayam
petelur. Hasil lengkap berupa rangking atau urutan KPJu unggulan lintas sektor usaha
berdasarkan nilai skor terbobot masing-masing KPJu dapat dilihat pada Tabel 5.3.7.
Tabel 5.3.7.10 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi
Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Pasaman
No KPJu Skor Terbobot Sektor Usaha
1 Coklat 0.0358 Perkebunan
2 Budidaya ikan kolam 0.0324 Perikanan
3 Budidaya ikan sawah 0.0311 Perikanan
4 Nilam 0.0296 Perkebunan
5 Ayam Ras Petelur 0.0274 Peternakan
6 Angkutan Bermotor Barang 0.0257 Angkutan
7 Percetakan 0.0255 Jasa-Jasa
8 Kopi 0.0253 Perkebunan
9 Angkutan Bermotor Penumpang 0.0252 Angkutan
10 Karet 0.0248 Perkebunan
Pada urutan keenam dan seterusnya, sebagai KPJU Unggulan lintas sektor berturut-
turut adalah angkutan bermotor untuk barang, percetakan, perkebunan kopi, angkutan
bermotor untuk penumpang dan perkebunan karet. Apabila ditelaah lebih lanjut dari 10
KPJU Unggulan lintas sektor, maka berdasarkan sektornya maka angkutan, perikanan dan
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 12
perkebunan menjadi sektor unggulan di daerah Pasaman. Bila dilihat bahwa 4 dari 10 KPJu
merupakan bagian sektor perkebunan seperti cokelat, nilam dan karet. Terpilihnya KPJU
Unggulan tersebut menunjukkan bahwa orientasi kegiatan ekonomi di Kabupaten Pasaman
berbasis pada perkebunan.
Selanjutnya, kedudukan KPJU Unggulan lintas sektor di Kabupaten Pasaman
berdasarkan hasil penilaian indikator prospek dan potensi saat ini sebagai berikut:
Tabel 5.3.8.Kedudukan KPJu Lintas Sektor Kabupaten Pasaman
No KPJu Potensi Prospek ProspekPotensiSaat i ni
Kuadran
1 Coklat 4.415 3.733 Sangat Baik Baik I
2 Budidaya ikan kolam 3.673 3.404 Baik Baik I
3 Budidaya ikan sawah 2.563 2.708 Cukup Baik Cukup Baik IV
4 Nilam 2.740 3.013 Cukup Baik Baik II
5 Ayam Ras Petelur 2.167 2.171 Cukup Baik Cukup Baik IV
6 Angkutan Bermotor Barang 2.583 2.438 Cukup Baik Cukup Baik IV
7 Percetakan 2.458 2.838 Cukup Baik Cukup Baik IV
8 Kopi 2.825 2.594 Cukup Baik Cukup Baik IV
9 Angkutan Bermotor Penumpang 2.688 2.619 Cukup Baik Cukup Baik IV
10 Karet 3.417 3.913 Baik Baik I
11 Budidaya Ikan Keramba 2.438 2.700 Cukup Baik Cukup Baik IV
12 Ayam Ras Pedaging 2.542 2.604 Cukup Baik Cukup Baik IV
13 Padi Sawah 3.529 3.713 Baik Baik I
14 Sembako 3.355 3.263 Baik Baik I
15 Kue dan makanan Ringan 2.396 2.667 Cukup Baik Cukup Baik IV
16 Barang Elektronik 2.500 2.667 Cukup Baik Cukup Baik IV
17 Kerupuk dan sejenisnya 2.083 2.146 Cukup Baik Cukup Baik IV
18 Bahan Bakar 2.313 2.604 Cukup Baik Cukup Baik IV
19 Reparasi Kenderaan bermotor 2.542 2.688 Cukup Baik Cukup Baik IV
20 Kursus Bahasa Inggris 2.021 2.104 Cukup Baik Cukup Baik IV
Seperti dapat dilihat pada tabel di atas, diantara 20 KPJU Unggulan lintas sektor
yang mempunyai skor terbobot tertinggi, 5 KPJU berada pada kuadran I, yaitu mempunyai
Prospek dan Potensi saat ini yang sangat baik, dan baik yaitu budidaya ikan kolam,
perkebunan coklat, perkebunan karet, budidaya padi sawah dan perdagangan sembako.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 13
Gambar 5.3.2. Posisi KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kota Pasaman
5.3.3. Kota Solok
Berdasarkan Pelaksanaan FGD di Kota Solok dengan teknik analisis AHP
menunjukkan skor terbobot setiap sektor ekonomi untuk setiap tujuan penetapan KPJu
unggulan, serta skor terbobot total/gabungan dari masing-masing sektor usaha seperti
disajikan pada Tabel 5.3.9. Pada Tabel Tabel 5.3.9. dapat dilihat bahwa bobot atau prioritas
tertinggi untuk mencapai tujuan pertumbuhan ekonomi dalam rangka penetapan KPJu
unggulan di Kota Solok adalah sektor perdagangan, sedangkan sektor usaha angkutan
memiliki skor terbobot tertinggi untuk tujuan penciptaan lapangan kerja dan tujuan
peningkatan daya saing produk. Dengan memperhatikan bobot kepentingan dari masing-
masing tujuan, secara keseluruhan dalam rangka mencapai tujuan penetapan KPJu
unggulan UMKM maka sektor usaha angkutan merupakan prioritas pertama. Sektor usaha
lain berdasarkan tingkat kepentingannya berturut-turut adalah sektor usaha jasa,
perdagangan, tanaman pangan, perikanan, peternakan, perindustrian, perkebunan,
pertambangan, dan pariwisata.
1
2
3
4
5
67
8
9
10
1112
13
14
1516
17 1819
20
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
4.000
4.500
5.000
1.000 1.500 2.000 2.500 3.000 3.500 4.000 4.500 5.000
Po
ten
si
Prospek
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 14
Tabel 5.3.9Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek
Tujuan dan Rangking Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJuUnggulan di Kota Solok
Sektor Usaha
Tujuan (Skor Terbobot)
Skor BobotGabungan
RankingPertumbuhanekonomi
Penciptaanlapangan
kerja
Peningkatandaya saing
produk
0,3217 0,3387 0,3396
Angkutan 0,1473 0,2093 0,2387 0,1993 1
Jasa 0,1429 0,1408 0,1190 0,1341 2
Perdagangan 0,1678 0,1232 0,0918 0,1269 3
Tanaman Pangan 0,1366 0,0956 0,0910 0,1072 4
Perikanan 0,0897 0,1018 0,1164 0,1029 5
Peternakan 0,0809 0,0515 0,1562 0,0965 6
Perindustrian 0,0770 0,1179 0,0513 0,0821 7
Perkebunan 0,0507 0,0478 0,0724 0,0571 8
Pertambangan 0,0465 0,0814 0,0377 0,0553 9
Pariwisata 0,0606 0,0308 0,0254 0,0386 10
Berdasarkan hasil dari penelitian lapangan tingkat kota dan pelaksanaan FGD
beserta bobot kepentingan masing-masing kriteria yang telah dihasilkan sebelumnya (Tabel
5.3.9), analisis AHP menghasilkan KPJu unggulan setiap sektor ekonomi UMKM dengan
urutan dan nilai skor terbobot seperti disajikan pada Tabel 5.3.10.
Tabel 5.3.10.Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha di Kota Solok
No. Sektor Usaha/KPJuSkor
No. Sektor Usaha/KPJuSkor
Terbobot Terbobot
Tanaman Pangan Sayuran
1 Padi Sawah 0,4094 1 Cabe 0,3998
2 Jagung 0,1821 2 Kacang Panjang 0,1616
3 Ubi Kayu 0,1725 3 Bayam 0,1585
4 Ubi Jalar 0,1496 4 Buncis 0,1510
5 Kacang Tanah 0,0863 5 Terong 0,1289
Buah-Buahan Perkebunan
1 Jeruk 0,2863 1 Coklat 0,2087
2 Durian 0,2145 2 Kopi 0,1941
3 Alpukat 0,1922 3 Kelapa 0,1196
4 Mangga 0,1708 4 Kunyit 0,1172
5 Rambutan 0,1361 5 Jahe 0,1101
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 15
No. Sektor Usaha/KPJu Skor No. Sektor Usaha/KPJu Skor
Peternakan Perikanan
1 Ayam Ras Petelur 0,2937 1 Budi Daya Ikan Sawah 0,3020
2 Sapi potong 0,2162 2 Budi Daya Ikan Kolam 0,2850
3 Kambing 0,1780 3 Budidaya Ikan Sungai 0,1953
4 Ayam Buras 0,1730 4 Budidaya ikan danau/telaga 0,1349
5 Ayam Ras Pedaging 0,1390 5 Budidaya ikan Rawa 0,0828
Industri Perdagangan
1 Kue dan makanan ringan 0,3894 1 Apotik 0.1677
2 Kerupuk dan sejenisnya 0,3347 2 Sembako 0.1480
3 Perabot 0,1553 3 Barang Elektronik 0.1464
4 Anyaman Rotan 0,1206 4 Bahan Bagunan 0.1336
5 5 Toko Kelontong /Waserda 0.1085
Jasa-Jasa Angkutan
1 Reparasi Kendaraan bermotor 0.2358 1Angkutan Bermotor Barang 0.5737
2 Percetakan 0.2131 2Angkutan Bermotor Penumpang 0.4262
3 Jasa Kursus Menjahit 0.1565 3
4 Reparasi elektronika 0.1449 4
5 Kursus Komputer 0.1305 5
Selanjutnya hasil analisis lintas sektor diperoleh 10 (sepuluh) KPJu unggulan lintas
sektor berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJu yang bersangkutan, seperti disajikan
pada Tabel 5.3.11. Pada Tabel 5.3.11 dapat dilihat bahwa 5 (lima) KPJu unggulan lintas
sektor di Kota Solok adalah usaha angkutan bermotor untuk barang, jasa reparasi kendaraan
bermotor, usaha angkutan bermotor untuk penumpang, jasa percetakan dan budidaya ikan
di sawah.
Tabel 5.3.11.10 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi
Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor Kota Solok
No. KPJu Skor terbobot Sektor Usaha
1 Angkutan Bermotor Barang 0.0457 Angkutan
2 Reparasi Kendaraan bermotor 0.0359 Jasa-Jasa
3 Angkutan Bermotor Penumpang 0.0340 Angkutan
4 Percetakan 0.0324 Jasa-Jasa
5 Budidaya ikan sawah 0.0311 Perikanan
6 Apotik 0.0302 Perdagangan
7 Budidaya ikan kolam 0.0293 Perikanan
8 Ayam Ras Petelur 0.0283 Peternakan
9 Sembako 0.0267 Perdagangan
10 Barang Elektronik 0.0264 Perdagangan
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 16
Urutan ke enam dan seterusnya, sebagai KPJu unggulan lintas sektor berasal dari
luar sektor usaha angkutan dan jasa-jasa, yaitu berturut-turut adalah usaha apotik,
budidaya ikan kolam, peternakan ayam ras petelur, perdagangan sembako dan perdagangan
barang elektronik. Apabila ditelaah lebih lanjut dari 10 KPJu unggulan lintas sektor, dimana
4 besar KPJu lintas sektor di Kota Solok adalah pada sektor usaha angkutan dan jasa-jasa.
Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kota Solok berdasarkan hasil penilaian terhadap
faktor-faktor prospek dan potensi saat ini sebagai berikut:
Tabel 5.3.12Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kota Solok
No KPJu Prospek PotensiProspek Saat
IniPotensiSaat Ini
Kuadran
1 Angkutan Bermotor Barang 3,14 3,08 Baik Baik I
2 Reparasi Kendaraan bermotor 3,10 3,20 Baik Baik I
3 Angkutan Bermotor Penumpang 3,16 3,07 Baik Baik I
4 Percetakan 3,07 3,02 Baik Baik I
5 Budidaya ikan sawah 2,89 3,19 Cukup Baik Baik II
6 Apotik 3,03 3,06 Baik Baik I
7 Budidaya ikan kolam 2,92 3,19 Cukup Baik Baik II
8 Ayam Ras Petelur 3,07 3,13 Baik Baik I
9 Sembako 3,54 3,50 Baik Baik I
10 Barang Elektronik 3,06 2,97 BaikCukupBaik
III
11 Padi Sawah 3,77 3,72 Baik Baik I
12 Kue dan makanan ringan 3,82 3,84 Baik Baik I
13 Bahan Bagunan 3,21 3,10 Baik Baik I
14 Jasa Kursus Menjahit 2,88 3,06 Cukup Baik Baik II
15 Reparasi elektronika 3,06 2,97 BaikCukupBaik
III
16 Kerupuk dan sejenisnya 3,38 3,50 Baik Baik I
17 Sapi Potong 3,20 3,22 Baik Baik I
18 Budidaya Ikan Sungai 2,86 2,99 Cukup BaikCukupBaik
IV
19 Kursus Komputer 3,02 3,07 Baik Baik I
20 Toko Kelontong /Waserda 3,11 3,43 Baik Baik I
Seperti dapat dilihat pada Tabel 5.3.12 diantara 10 KPJu Unggulan Lintas Sektor
yang mempunyai skor terbobot tertinggi, sebanyak 7 (tujuh) KPJu berada pada kuadran I,
yaitu angkutan darat untuk barang, angkutan darat untuk penumpang, jasa reparasi
kendaraan bermotor, jasa percetakan, industri makanan, peternakan ayam ras petelur dan
sembako. Seluruh KPJu unggulan lintas sektor yang berada pada kuadran satu tersebut
mempunyai prospek dan potensi saat ini yang masuk dalam kategori baik. Jenis usaha
budidaya ikan sawah dan ikan kolam berada pada kuadran II, saat ini mempunyai prospek
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 17
yang cukup baik dan potensi yang baik. Di luar 10 KPJu Unggulan Lintas Sektor tersebut,
KPJu yang berada pada Kuadran I, dengan potensi saat ini pada katagori baik dan prospek
yang juga baik adalah usaha perdagangan sembako, padi sawah, perdagangan bahan
bangunan, peternakan sapi potong, jasa kursus komputer dan perdagangan bidang usaha
toko kelontong/waserda. Selanjutnya yang berada pada kuadran II yaitu usaha jasa
menjahit yang pada saat ini mempunyai prospek yang cukup baik dan potensi baik.
Sedangkan KPJU yang berada pada kuadran III yang saat ini memiliki prospek baik dan
potensi cukup baik yaitu usaha perdagangan barang elektronik dan jasa reparasi elektronik.
Terakhir, KPJu pada kuadran IV yaitu usaha perikanan ikan sungai dengan prospek dan
potensi saat ini masuk kategori cukup baik.
Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kota Solok berdasarkan hasil penilaian
terhadap faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini dapat digambarkan pada grafik kuadran
sebagai berikut:
Gambar 5.3.3. Kuadran Posisi KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kota Solok
5.3.4. Kota Pariaman
Pada Tabel 5.3.13. dapat dilihat bahwa bobot atau prioritas tertinggi untuk
mencapai tujuan pertumbuhan ekonomi dan tujuan peningkatan daya saing produk dalam
rangka penetapan KPJu unggulan di Kota Pariaman adalah sektor perindustrian. Sedangkan
untuk tujuan penciptaan lapangan kerja adalah sektor perdagangan. Dengan
12
3
4
5
6
7
89
10 11
12
13
1415
16
17
18 19
20
2
2.2
2.4
2.6
2.8
3
3.2
3.4
3.6
3.8
4
2 2.2 2.4 2.6 2.8 3 3.2 3.4 3.6 3.8 4
Po
ten
si
Prospek
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 18
memperhatikan bobot kepentingan dari masing-masing tujuan, secara keseluruhan dalam
rangka mencapai tujuan penetapan KPJu unggulan UMKM di kota Pariaman, maka sektor
usaha perindustrian merupakan prioritas pertama. Sektor usaha lain berdasarkan tingkat
kepentingannya berturut-turut adalah perdagangan, perikanan, angkutan, pariwisata,
tanaman pangan, jasa-jasa, peternakan, perkebunan, dan pertambangan.
Tabel 5.3.13.Skor Terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek
Tujuan dan Urutan Kepentingannya dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan diKota Pariaman
Sektor Usaha
Tujuan (Skor Terbobot)Skor
TerbobotGabungan
RangkingPertumbuhan
Ekonomi(0,3217)
PenciptaanLapangan
Kerja(0,3387)
PeningkatanDaya Saing
Produk(0,3396)
Perindustrian 0,1626 0,1036 0,1939 0,1532 1
Perdagangan 0,0879 0,2075 0,1473 0,1486 2
Perikanan 0,1427 0,1001 0,0742 0,1050 3
Angkutan 0,0618 0,0934 0,1397 0,0989 4
Pariwisata 0,1380 0,0811 0,0793 0,0988 5
Tanaman Pangan 0,1327 0,0734 0,0644 0,0894 6
Jasa-jasa 0,1072 0,0829 0,0724 0,0872 7
Peternakan 0,0590 0,0900 0,0995 0,0833 8
Perkebunan 0,0615 0,0869 0,0780 0,0757 9
Pertambangan 0,0465 0,0812 0,0513 0,0599 10
Berdasarkan hasil dari penelitian lapangan tingkat kota dan pelaksanaan FGD
beserta bobot kepentingan masing-masing kriteria yang telah dihasilkan sebelumnya Tabel
5.3.13. analisis AHP menghasilkan KPJu unggulan setiap sektor ekonomi UMKM dengan
urutan dan nilai skor terbobot seperti disajikan pada 5.3.14.
Tabel 5.3.14.Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha
di Kabupaten Kota Pariaman
No
Sektor Usaha/KPJu SkorTerbobot
No. Sektor Usaha/KPJu SkorTerbobot
Tanaman Pangan Sayur-Sayuran
1. Padi Sawah 0,1798 1. Cabe 0,2498
2. Jagung 0,1686 2. Bayam 0,1568
3. Kacang Tanah 0,1573 3. Kacang panjang 0,1421
4. Kacang hijau 0,1353 4. Terong 0,1364
5. Ubi Kayu 0,1343 5. Ketimun 0,1170
Buah-Buahan Perkebunan
1. Pisang 0,1616 1. Kelapa 0,1909
2. Pepaya 0,1435 2. Coklat 0,1749
3. Melinjo 0,1360 3. Kayu Manis 0,1550
4. Jambu Biji 0,1257 4. Pinang 0,1392
5. Nangka 0,1200 5. Sagu 0,1239
Peternakan Perikanan
1.Ayam Buras 0,2212
1. Penangkapan Ikan di perairanumum 0,3905
2. Ayam Ras Petelur 0,2209 2. Budidaya ikan sawah 0,1811
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 19
No
Sektor Usaha/KPJu SkorTerbobot
No. Sektor Usaha/KPJu SkorTerbobot
3. Sapi Potong 0,2003 3. Budidaya Ikan Keramba 0,1802
4. Itik 0,1348 4. Budidaya ikan kolam 0,1697
5. Kerbau 0,1125 5. Budidaya ikan laut 0,0785
Industri Jasa-Jasa
1. Bordir/Sulaman 0,2018 1. Jasa Kursus Menjahit 0,1613
2. Kapal dan perahu 0,1593 2. Photo Studio 0,1428
3. Pemeliharaan dan reparasisepeda motor 0,1253
3.Percetakan 0,1202
4. Perhiasan berharga dari logammulia 0,1164
4.Jasa Warnet 0,1025
5. Batu Bata 0,0962 5. Wisata pantai 0,0925
Perdagangan Angkutan
1. Sembako 0,2005 1. Angkutan Bermotor Penumpang 0,3788
2. Komoditi Makanan 0,1948 2. Angkutan Bermotor Barang 0,3194
3. Bahan Bakar 0,1589 3. Motor Tempel 0,1513
4. Toko Kelontong /Waserda 0,1058 4. Speed Boad 0,1504
5. Restoran 0,0859 5.
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh 10 (sepuluh) KPJu unggulan lintas sektor
berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJu yang bersangkutan, seperti disajikan pada Tabel
5.3.15 dapat dilihat bahwa 5 (lima) KPJu unggulan lintas sektor usaha adalah industri bordir
(sulaman), penangkapan ikan di perairan umum, sembako, perdagangan komoditas
makanan, serta kapal dan perahu. Hasil lengkap berupa rangking atau urutan KPJu
unggulan lintas sektor usaha berdasarkan nilai skor terbobot masing-masing KPJu dapat
dilihat di bawah ini.
Tabel 5.3.15.10 KPJu Unggulan Yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi
Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor Kota Pariaman
No. KPJU Skor Terbobot Sektor Usaha
1. Bordir/Sulaman 0,0442 Industri
2. Penangkapan Ikan di perairan umum 0,0410 Perikanan
3. Sembako 0,0399 Perdagangan
4. Komoditi Makanan 0,0388 Perdagangan
5. Kapal dan perahu 0,0349 Industri
6. Bahan Bakar 0,0317 Perdagangan
7. Angkutan Bermotor Penumpang 0,0300 Angkutan
8. Pemeliharaan dan reparasi sepeda motor 0,0275 Industri
9. Perhiasan berharga dari logam mulia 0,0255 Industri
10. Angkutan Bermotor Barang 0,0253 Angkutan
Pada urutan ke enam dan seterusnya, sebagai KPJu unggulan lintas sektor berturut-
turut adalah bahan bakar, angkutan bermotor penumpang, pemeliharaan dan reparasi
sepeda motor, industri perhiasan berharga dari logam mulia dan angkutan bermotor barang.
Apabila ditelaah lebih lanjut dari 10 KPJu unggulan lintas sektor, maka berdasarkan
sektornya 4 komoditi berasal dari subsektor industri, 3 komoditi berasal dari subsektor
perdagangan, 2 komoditi berasal dari subsektor angkutan, dan 1 komoditi berasal dari
subsektor perikanan. Bila dilihat bahwa 4 KPJu merupakan bagian usaha dari sektor industri,
maka terpilihnya KPJu unggulan lintas sektor tersebut menunjukkan bahwa orientasi
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 20
kegiatan ekonomi di Kota Pariaman berbasis pada sektor perindustrian.
Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kota Pariaman berdasarkan hasil
penilaian terhadap faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini adalah sebagai berikut:
Tabel 5.3.16.Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor Kota Pariaman
No KPJURata-Rata
PotensiRata-RataProspek
ProspekPotensisaat ini
Kuadran
1 Bordir/Sulaman 3,8333 3,1429 Baik Baik I
2Penangkapan Ikan diperairan umum
3,8452 3,5833 Baik Baik I
3 Sembako 3,8333 3,5238 Baik Baik I
4 Komoditi Makanan 3,8214 3,5000 Baik Baik I
5 Kapal dan perahu 3,0357 2,7976 Cukup baikBaik II
6 Bahan Bakar 2,9643 3,2500 Baik Cukup baik III
7Angkutan BermotorPenumpang
2,8810 2,7500 Cukup baik Cukup baik IV
8Pemeliharaan dan reparasisepeda motor
2,9405 3,1310 Baik Cukup baik III
9Perhiasan berharga darilogam mulia
2,9048 2,8810 Cukup baik Cukup baik IV
10 Angkutan Bermotor Barang 3,0119 2,9762 Cukup baik Baik II
Seperti dapat dilihat pada table di atas, di antara 10 KPJu Unggulan Lintas Sektor
kota Pariaman yang mempunyai skor terbobot tertinggi, 4 KPJu berada pada Kuadran I,
yaitu mempunyai Prospek dan Potensi Saat ini yang Sangat Baik atau Baik, yaitu Bordir
(sulaman), sembako, penangkapan ikan di perairan umum, dan komoditi makanan. Jenis
usaha kapal dan perahu serta angkutan bermotor untuk barang berada pada kuadran II
yang mempunyai Prospek yang Cukup Baik dan Potensi saat ini pada katagori Baik.
Selanjutnya jenis usaha bahan bakar serta pemeliharaan dan reparasi sepeda motor berada
pada kuadran III dengan potensi saat ini berada dalam kategori baik serta prospek yang
cukup baik. Sedangkan jenis usaha angkutan bermotor untuk penumpang serta perhiasan
berharga dari logam mulia berada pada kuadran IV dengan potensi saat ini dan
prospeknya berada pada kategori cukup baik.
Di luar 10 KPJu Unggulan Lintas Sektor tersebut, KPJu yang berada pada Kuadran
I yaitu Potensi saat ini pada katagori Baik dan Prospek yang juga Baik adalah jasa kursus
menjahit, telur ayam buras, toko kelontong/waserba, daging sapi, ayam buras, telur ayam
ras, ayam ras, dan ikan yang dihasilkan dari kolam peternakan rakyat. Sedangkan KPJU
lainnya berada pada Kuadran II yaitu mempunyai prospek yang cukup baik walaupun
potensi saat ini masih pada katagori Baik adalah usaha pembuatan batu bata serta jasa
photo sudio. Kedudukan KPJu unggulan lintas sektor di Kota Pariaman berdasarkan hasil
penilaian terhadap faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini dapat digambarkan pada grafik
kuadran sebagai berikut.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 21
Gambar 5.3.4. Posisi KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kota Pariaman
Berdasarkan kriteria dan tingkat kepentingannya, KPJu Unggulan Kota Pariaman
yang mempunyai skor terbobot tertinggi pada masing masing sektor adalah:
(1) Padi sawah pada sub sektor tanaman pangan,
(2) Cabe pada kelompok sayur-sayuran,
(3) Pisang pada kelompok buah-buahan,
(4) Kelapa dalam pada sub sektor perkebunan,
(5) Ayam buras pada sub sektor peternakan,
(6) Perikanan laut pada sektor perikanan,
(7) Telur ayam buras pada sub sektor hasil ternak,
(8) Roti dan kue kering pada sub sektor industri hasil tani dan hutan,
(9) Bordir (sulaman) pada sub sektor industri aneka,
(10) Jasa kursus menjahit pada sektor jasa-jasa,
(11) Sembako pada sektor perdagangan,
(12) Angkutan bermotor untuk penumpang pada sektor angkutan.
Berdasarkan skor komoditi unggulan tiap sektor dan tingkat kepentingan sektor
ekonomi masing-masing kecamatan terhadap tujuan penetapan KPJu Unggulan, telah
teridentifikasi 5 (lima) KPJu Unggulan (lintas sektor) kota Pariaman yang mempunyai skor
terbobot tertinggi yaitu:
(1) Bordir (sulaman) pada sektor industri (yaitu industri aneka)
(2) Sembako pada sektor perdagangan
(3) komoditi makanan pada sektor perdagangan,
(4) Perikanan laut pada sektor perikanan, dan
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 22
(5) Angkutan bermotor untuk penumpang pada sektor angkutan.
Empat nomor pertama KPJu Unggulan lintas sektor kota Pariaman tersebut
(bordir/sulaman, perdagangan sembako dan komoditi makanan, serta perikanan laut)
berada pada kuadran I, yaitu mempunyai prospek dan kondisi saat ini yang sangat
baik/baik. Sedangkan KPJu unggulan lintas sektor kota Pariaman nomor urut kelima
(angkutan bermotor untuk penumpang) berada pada kuadran IV, yaitu mempunyai
prospek dan kondisi yang cukup baik.
5.3.5. Kota Padang Panjang
Berdasarkan hasil FGD, analisis AHP menghasilkan skor terbobot setiap sektor
ekonomi untuk setiap tujuan penetapan KPJu unggulan, serta skor terbobot total/gabungan
dari masing-masing sektor usaha seperti disajikan pada Tabel 5.3.17, dapat dilihat bahwa
bobot atau prioritas tertinggi untuk mencapai tujuan pertumbuhan ekonomi maka sektor
jasa merupakan sektor dengan bobot tertinggi, untuk tujuan penciptaan lapangan kerja
maka sektor pariwisata merupakan sektor dengn bobot tertinggi dan untuk tujuan
peningkatan daya saing produk maka sektor jasa merupakan sektor bobot tertinggi. Bobot
kepentingan dari masing-masing tujuan, secara keseluruhan dalam rangka mencapai tujuan
penetapan KPJu unggulan UMKM maka sektor usaha jasa merupakan prioritas pertama.
Sektor usaha lain berdasarkan kepentingannya adalah pariwisata, perindustrian,
perdagangan, angkutan, tanaman pangan, peternakan, perikanan, pertambangan dan
perkebunan.
Tabel 5.3.17.Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek
Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulandi Kota Padang Panjang
SektorPertumbuhan
ekonomi
Penciptaanlapangan
kerja
Peningkatandaya saing
produkBobot
GabunganRangking
Bobot Tujuan => 0.3217 0.3387 0.3396
Jasa 0.1856 0.2021 0.2006 0.1963 1
Pariwisata 0.1497 0.2032 0.1938 0.1828 2
Perindustrian 0.1722 0.1263 0.1449 0.1474 3
Perdagangan 0.1178 0.1239 0.0941 0.1118 4
Angkutan 0.1098 0.0769 0.0667 0.0840 5
Tanaman Pangan 0.0719 0.0795 0.0962 0.0827 6
Peternakan 0.0881 0.0557 0.0558 0.0661 7
Perikanan 0.0413 0.0545 0.0565 0.0509 8
Pertambangan 0.0304 0.0455 0.0519 0.0428 9
Perkebunan 0.0333 0.0324 0.0395 0.0351 10
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 23
Berdasarkan hasil penelitian tingkat kota Padang Panjang dan pelaksanaan FGD
beserta bobot kepentingan masing-masing kriteria yang telah dihasilkan sebelumnya,
analisis AHP menghasilkan KPJU Unggulan setiap sektor UMKM dengan urutan dan nilai skor
terbobot seperti disajikan pada Tabel. 5.3.18.
Tabel 5.3.18Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha
di Kota Padang Panjang
No Sektor Usaha / KPJuSkor
TerbobotNo Sektor Usaha / KPJu
SkorTerbobot
Tanpang Perikanan
1 Jagung 0.3495 1 Budidaya Ikan Belut 0.2388
2 Ubi Kayu 0.1875 2 Pembibitan Ikan 0.2198
3 Kacang Tanah 0.1774 3 Budidaya ikan kolam 0.1909
4 Padi Sawah 0.1946 4 Budidaya Ikan Lele 0.1837
5Ubi Jalar 0.0911
5Penangkapan Ikan di perairanumum
0.0659
Sayur Industri
1 Cabe 0.2678 1 Pengolahan Kulit 0.2795
2 Tomat 0.2463 2 Kapur 0.1576
3 Buncis 0.2286 3 Kerupuk dan sejenisnya 0.1474
4 Ketimun 0.0914 4 Tempe 0.1366
5 Kacang panjang 0.0360 5 Perabot 0.0879
Buah Perdagangan
1 Pisang 0.2563 1 Sembako 0.1856
2 Jeruk 0.2019 2 Restoran 0.1533
3 Jambu 0.1102 3 Komoditi Makanan 0.1463
4 Durian 0.0992 4 Alas Kaki 0.1153
5 Mangga 0.0767 5 Pakaian Jadi 0.0816
Perkebunan Jasa-Jasa
1 Cengkeh 0.4198 1 Jasa Warnet 0.1146
2 Kopi 0.3758 2 Reparasi Kendaraan bermotor 0.1162
3 Kelapa 0.1192 3 Kursus Mengemudi 0.1089
4 Karet 0.0852 4 Percetakan 0.1060
5 Reparasi elektronika 0.0986
Peternakan Angkutan
1 Sapi Perah 0.3767 1 Angkutan Bermotor Penumpang 0.7096
2 Sapi Potong 0.1859 2 Angkutan Bermotor Barang 0.2213
3 Kerbau 0.1157 3 Bendi/Delman 0.0691
4 Ayam Ras Pedaging 0.0849
5 Ayam Buras 0.0674
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh 10 (sepuluh) KPJu unggulan lintas sektor
berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJu yang bersangkutan, seperti disajikan pada Tabel
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 24
5.3.19. Pada Tabel 5.3.19 dapat dilihat bahwa 5 (lima) KPJu unggulan lintas sektor usaha adalah
industri pengolahan kulit, reparasi kendaraan bermotor, jasa warnet, kursus mengemudi dan
percetakan. Hasil lengkap berupa rangking atau urutan KPJu unggulan lintas sektor usaha
berdasarkan nilai skor terbobot masing-masing KPJu dapat dilihat pada Tabel 5.3.19.
Tabel 5.3.19.10 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi Sebagai
KPJu Unggulan Lintas Sektor Kota Padang Panjang
No KPJu Skor Terbobot Sektor Usaha
1 Pengolahan Kulit 0.0509 Industri
2 Reparasi Kendaraan bermotor 0.0419 Jasa-Jasa
3 Jasa Warnet 0.0413 Jasa-Jasa
4 Kursus Mengemudi 0.0393 Jasa-Jasa
5 Percetakan 0.0382 Jasa-Jasa
6 Angkutan Bermotor Penumpang 0.0358 Angkutan
7 Reparasi elektronika 0.0356 Jasa-Jasa
8 Sembako 0.0304 Perdagangan
9 Sapi Perah 0.0300 Peternakan
10 Kapur 0.0287 Industri
Pada urutan keenam dan seterusnya, sebagai KPJU Unggulan lintas sektor berturut-
turut adalah usaha angkutan bermotor untuk penumpang, usaha reparasi elektronika,
perdagangan sembako, peternakan sapi perah dan industri kapur. Apabila ditelaah lebih
lanjut dari 10 KPJU Unggulan lintas sektor, maka berdasarkan sektornya 5 komoditi
merupakan sub sektor jasa, 2 komoditi termasuk pada masing-masing sektor industri, dan
masing-masing 1 komoditi merupakan subsektor angkutan, perdagangan dan peternakan.
Bila dilihat bahwa 5 KPJU merupakan bagian usaha dari sektor jasa, maka terpilihnya KPJU
Unggulan tersebut menunjukkan bahwa orientasi kegiatan ekonomi di Kota Padang Panjang
berbasis pada sektor jasa.
Kedudukan KPJU Unggulan lintas sektor di Kota Padang Panjang berdasarkan hasil
penilaian faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini adalah sebagai berikut:
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 25
Tabel 5.3.20Kedudukan KPJU Lintas Sektor Kota Padang Panjang
No KPJU Prospek Potensi Prospek Potensi Kuadran
1 Pengolahan Kulit 3.817 3.567 Baik Baik I
2Reparasi Kendaraanbermotor 2.600 2.667 Cukup Baik Cukup Baik IV
3 Jasa Warnet 2.600 2.683 Cukup Baik Cukup Baik IV
4 Kursus Mengemudi 2.083 2.300 Cukup Baik Cukup Baik IV
5 Percetakan 2.550 2.417 Cukup Baik Cukup Baik IV
6Angkutan BermotorPenumpang 2.667 2.433 Cukup Baik Cukup Baik IV
7 Reparasi elektronika 2.717 2.533 Cukup Baik Cukup Baik IV
8 Sembako 3.900 3.900 Baik Baik I
9 Sapi Perah 3.683 3.417 Baik Baik I
10 Kapur 2.733 2.950 Cukup Baik Cukup Baik IV
11 Kerupuk dan sejenisnya 3.700 3.617 Baik Baik I
12 Restoran 3.750 3.433 Baik Baik I
13 Tempe 2.917 2.867 Cukup Baik Cukup Baik IV
14 Komoditi Makanan 3.800 3.350 Baik Baik I
15 Alas Kaki 2.933 2.817 Cukup Baik Cukup Baik IV
16 Jagung 3.367 3.017 Baik Baik I
17 Perabot 3.083 2.683 Baik Cukup Baik II
18 Sapi Potong 3.733 3.283 Baik Baik I
19 Budidaya Ikan Belut 3.167 2.967 Baik Cukup Baik II
20 Pakaian Jadi 2.367 2.167 Cukup Baik Cukup Baik IV
Seperti dapat dilihat pada tabel diatas, diantara 10 KPJU Unggulan lintas sektor yang
mempunyai skor terbobot tertinggi, 3 KPJU berada pada kuadran I, yaitu mempunyai
Prospek dan Potensi saat ini yang sangat baik, dan baik yaitu komoditi pengolahan kulit,
sembako dan sapi perah. Jenis usaha atau komoditas angkutan bermotor untuk penumpang,
reparasi kendaraan bermotor, warnet, kursus mengemudi, percetakan, reparasi elektronika
dan kapur berada pada kuadran IV dengan Prospek dan Potensi saat ini pada kategori cukup
baik.
Diluar 10 KPJU Unggulan lintas sektor tersebut, dengan pospek dan Potensi saat ini
pada kategori baik adalah kerupuk dan sejenisnya, restoran, komoditi makanan, jagung dan
sapi potong. Usaha angkutan bermotor untuk barang dan mebel kayu berada pada kuadran
II dengan Prospek yang baik walaupun Potensi saat ini masih dalam kategori cukup baik.
Sedangkan usaha tempe, alas kaki dan pakaian berada pada kuadran IV dengan Prospek
dan Potensi saat ini cukup baik.
Kedudukan KPJU Unggulan lintas sektor di kota Padang Panjang berdasarkan hasil
penilaian terhadap faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini dapat digambarkan pada grafik
kuadran sebagai berikut.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 26
Gambar 5.3.5. Posisi KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kota Padang Panjang
5.3.6. Kota Sawahlunto
Hasil pelaksanaan FGD di Kota Sawahlunto menggunakan analisis AHP menghasilkan
skor terbobot setiap sektor ekonomi untuk setiap tujuan penetapan KPJu unggulan, serta
skor terbobot total/gabungan dari masing-masing sektor usaha, dapat dilihat bahwa bobot
atau prioritas tertinggi untuk mencapai tujuan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan daya
saing produk maka sektor perkebunan merupakan sektor dengan bobot tertinggi, untuk
tujuan penciptaan lapangan kerja maka sektor pariwisata merupakan sektor dengn bobot
tertinggi. Dengan memperhatikan bobot kepentingan dari masing-masing tujuan, secara
keseluruhan dalam rangka mencapai tujuan penetapan KPJu unggulan UMKM maka sektor
pariwisata merupakan prioritas utama. Sektor usaha lain berdasarkan kepentingannya
adalah perkebunan, peternakan, perindustrian, dan tanaman pangan.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 27
Tabel 5.3.21.Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek
Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan diKota Sawahlunto
Sektor Usaha
Tujuan (Skor Terbobot)
SkorTerbobotGabungan
RangkingPertumbuhanEkonomi(0,3217)
PenciptaanLapanganKerja
(0,3387)
PeningkatanDaya Saing
Produk(0,3396)
Pariwisata 0,1854 0,2447 0,1544 0,1949 1
Perkebunan 0,1941 0,1894 0,1705 0,1845 2
Peternakan 0,1654 0,1071 0,1236 0,1314 3
Perindustrian 0,0792 0,0927 0,1286 0,1005 4
Tanaman Pangan 0,0701 0,0980 0,1023 0,0905 5
Angkutan 0,0986 0,0526 0,0836 0,0779 6
Perdagangan 0,0955 0,0561 0,0690 0,0732 7
Jasa 0,0471 0,0756 0,0852 0,0697 8
Pertambangan 0,0362 0,0431 0,0432 0,0409 9
Perikanan 0,0284 0,0408 0,0398 0,0365 10
Berdasarkan hasil penelitian tingkat kota Sawahlunto dan pelaksanaan FGD beserta
bobot kepentingan masing-masing kriteria yang telah dihasilkan sebelumnya (Tabel 5.3.21),
analisis AHP menghasilkan KPJU Unggulan setiap sektor UMKM dengan urutan dan nilai skor
terbobot seperti disajikan pada Tabel 5.3.22. sebagai berikut:
Tabel 5.3.22.Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha
di Kota Sawahlunto
No.Sektor Usaha/
KPJuSkor-
TerbobotNo.
Sektor Usaha/KPJu
Skor-Terbobot
Padi dan Palawija Sayuran
1 Padi Sawah 0.3243 1 Cabe 0.46782 Jagung 0.2006 2 Terong 0.10733 Ubi Kayu 0.1944 3 Bayam 0.10704 Kacang Kedele 0.0963 4 Kangkung 0.10675 Kacang hijau 0.0863 5 Kacang panjang 0.1056
Buah-Buahan Perkebunan
1 Durian 0.2526 1 Coklat 0.2988
2 Pisang 0.1639 2 Karet 0.2965
3 Manggis 0.1512 3 Kemiri 0.0947
4 Rambutan 0.1225 4 Kopi 0.0775
5 Sawo 0.1097 5 Kelapa 0.0708
Peternakan Perikanan
1 Sapi Potong 0.2825 1 Budidaya Ikan Lele 0.3539
2 Ayam Ras Pedaging 0.2067 2 Budidaya Ikan Nila 0.1540
3 Kerbau 0.1420 3 Budidaya ikan kolam 0.1520
4 Itik 0.1132 4Penangkapan Ikan di perairanumum
0.1148
5 Ayam Buras 0.1011 5 Budidaya Ikan Belut 0.1087
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 28
No.Sektor Usaha/
KPJuSkor-
TerbobotNo.
Sektor Usaha/KPJu
Skor-Terbobot
Angkutan Industri1 Angkutan Barang 0,7238 1 Bordir/Sulaman 0.32572 Angkutan Penumpang 0,2762 2 Kue dan makanan ringan 0.29283 3 Batu Bata 0.12284 4 Perabot 0.12065 5 Kerupuk dan sejenisnya 0.0839
Perdagangan Jasa-jasa1 Restoran 0.1790 1 Percetakan 0.17762 Bahan Bakar 0.1480 2 Photo Studio 0.15573 Sembako 0.1456 3 Salon kecantikan 0.13344 Barang Elektronik 0.1393 4 Kursus Komputer 0.11305 Komoditi Makanan 0.1362 5 Kursus Bahasa Inggris 0.0941
Upaya pemenuhan kebutuhan informasi tentang penetapan kompetensi inti daerah
dilakukan penetapan KPJu unggulan Lintas sektor. Penetapan dilakukan dengan menggunakan
Metoda Bayes, dengan mempertimbangkan bobot kepentingan atau prioritas setiap sektor
usaha serta hasil skor KPJu unggulan setiap sektor usaha yang telah diperoleh.
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh 10 (sepuluh) KPJu unggulan lintas sektor
berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJu yang bersangkutan, seperti disajikan pada Tabel
5.3.23. Pada Tabel 5.3.23 dapat dilihat bahwa 5 (lima) KPJu unggulan lintas sektor usaha adalah
komoditi perkebunan coklat, perkebunan karet, peternakan sapi potong, bordir/sulaman dan
peternakan ayam ras pedaging. Hasil lengkap berupa rangking KPJu unggulan lintas sektor
usaha berdasarkan nilai skor terbobot masing-masing KPJu dapat dilihat pada Tabel
5.3.23.
Tabel 5.3.23.10 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi
Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor Kota Sawahlunto
No KPJu Skor Terbobot Sektor Usaha
1 Coklat 0.0657 Perkebunan
2 Karet 0.0653 Perkebunan
3 Sapi Potong 0.0439 Peternakan
4 Bordir/Sulaman 0.0346 Industri
5 Ayam Ras Pedaging 0.0321 Peternakan
6 Kue dan makanan ringan 0.0311 Industri
7 Angkutan Bermotor Barang 0.0226 Angkutan
8 Kerbau 0.0221 Peternakan
9 Kemiri 0.0208 Perkebunan
10 Padi Sawah 0.0195 Tanpang
Pada urutan keenam dan seterusnya, sebagai KPJU Unggulan lintas sektor berturut-
turut adalah industri kue dan makanan ringan, usaha angkutan bermotor untuk barang,
peternakan kerbau, perkebunan kemiri, dan padi sawah. Apabila ditelaah lebih lanjut dari 10
KPJU Unggulan lintas sektor, maka berdasarkan sektornya 3 komoditi merupakan sub sektor
perkebunan, 1 usaha angkutan dan tanaman pangan, 3 produk dari sektor peternakan, dan
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 29
2 berasal dari sektor industri. Bila dilihat bahwa 3 KPJU merupakan bagian usaha dari sektor
perkebunan, maka terpilihnya KPJU Ungguln tersebut menunjukkan bahwa orientasi
kegiatan ekonomi di Kota Sawahlunto berbasis pada sektor perkebunan.
Kedudukan KPJU Unggulan lintas sektor di Kota Sawahlunto berdasarkan hasil
penilaian faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini adalah sebagai berikut:
Tabel 5.3.24.Kedudukan KPJu Lintas Sektor Kota Sawahlunto
No KPJu Potensi Prospek Potensi Saat ini Prospek Kuadran
1 Coklat 3,89 3,89 Baik Baik I
2 Karet 3,67 3,67 Baik Baik I
3 Sapi Potong 2,92 3,33 Baik Baik II
4 Bordir/Sulaman 3,38 3,54 Baik Baik I
5 Ayam Ras Pedaging 2,96 3,02 Baik Baik II
6 Kue dan makanan ringan 2,92 3,17 Baik Baik II
7 Angkutan Bermotor Barang 2,43 2,47 Cukup Baik Cukup Baik IV
8 Kerbau 1,96 2,17Cukup Baik Cukup Baik IV
9 Kemiri 2,47 2,50 Cukup Baik Cukup Baik IV
10 Padi Sawah 2,92 3,33 Baik Baik II
Seperti dapat dilihat pada tabel di atas, diantara 10 KPJU Unggulan lintas sektor
yang mempunyai skor terbobot tertinggi, 3 KPJU berada pada kuadran I, yaitu mempunyai
Prospek dan Potensi saat ini yang sangat baik, dan baik yaitu coklat, karet, dan
bordir/sulaman (tenunan). Sedangkan yang termasuk kuadran II (prospek tinggi tetapi
potensi rendah) adalah sapi potong, ayam ras pedaging dan kue dan makanan ringan.
Selanjutnya KPJu Unggulan yang masuk kuadran IV (potensi dan prospek rendah) adalah
angkutan barang, peternakan kerbau, dan perkebunan kemiri.
Kedudukan KPJU Unggulan lintas sektor di kota Sawahlunto berdasarkan hasil
penilaian terhadap faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini dapat digambarkan pada grafik
kuadran sebagai berikut:
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 30
Gambar 5.3.6. Posisi KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kota Sawahlunto
5.3.7. Kabupaten Pesisir Selatan
Berdasarkan hasil pengolahan data penelitian KPJu Unggulan di Kabupaten Pesisir
Selatan diketahui skor terbobot setiap sektor ekonomi untuk setiap tujuan penetapan KPJu
unggulan, serta skor terbobot total/gabungan dari masing-masing sektor usaha. Dari hasil
pengolahan data seperti yang disajikan pada Tabel 5.3.25. diketahui bahwa bobot atau
prioritas tertinggi untuk pertumbuhan ekonomi dapat dicapai melalui sektor usaha
perkebunan. Selanjutnya untuk penciptaan lapangan kerja, bobot atau prioritas tertinggi
dicapai melalui sektor perdagangan.
Terakhir, KPJu yang memiliki bobot atau prioritas tertinggi dalam peningkatan daya
saing ditunjukkan oleh sektor perkebunan dan perikanan. Dengan memperhatikan bobot
kepentingan dari masing-masing tujuan, secara keseluruhan dalam rangka mencapai tujuan
penetapan KPJu unggulan UMKM maka sektor perkebunan merupakan skala perioritas sektor
unggulan UMKM di Kabupaten Pesisir Selatan. Sektor usaha lain berdasarkan tingkat
kepentingannya adalah perdagangan, perikanan, tanaman pangan, angkutan, perindustrian,
peternakan, jasa-jasa, pariwisata dan pertambangan.
1
2
3
4
5
67
8
910
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
4.50
5.00
1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00 4.50 5.00
Pro
spe
k
Potensi
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 31
Tabel 5.3.25.Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek
Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulandi Kabupaten Pesisir Selatan
Sektor Usaha
Tujuan (Skor Terbobot)
SkorTerbobotGabungan
RangkingPertumbuhanEkonomi(0,3217)
PenciptaanLapanganKerja
(0,3387)
PeningkatanDaya Saing
Produk(0,3396)
Perkebunan 0,1626 0,1325 0,1564 0,1503 1
Perdagangan 0,0521 0,2451 0,1140 0,1385 2
Perikanan 0,1207 0,0723 0,1564 0,1164 3
Tanaman Pangan 0,1585 0,0848 0,0943 0,1117 4
Angkutan 0,1585 0,0848 0,0943 0,1117 5
Perindustrian 0,1207 0,0907 0,1159 0,1089 6
Peternakan 0,0755 0,0986 0,1105 0,0952 7
Jasa 0,0933 0,0455 0,0666 0,0681 8
Pariwisata 0,0643 0,0583 0,0646 0,0624 9
Pertambangan 0,0612 0,0372 0,0551 0,0510 10
Berdasarkan hasil penelitian tingkat Kabupaten Pesisir Selatan dan pelaksanaan FGD
beserta bobot kepentingan masing-masing kriteria yang disajikan pada Tabel 5.3.25, analisis
AHP menghasilkan 5 (lima) KPJU Unggulan setiap sektor UMKM dengan urutan dan nilai skor
terbobot seperti disajikan pada Tabel 5.3.26.
Tabel 5.3.26Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha
di Kabupaten Pesisir Selatan
No.Sektor Usaha/
KPJuSkor-
TerbobotNo.
Sektor Usaha/KPJu
Skor-Terbobot
Tanaman Pangan Peternakan
1 Jagung 0.1726 1 Ayam Buras 0.1726
2 Padi Sawah 0.1539 2 Sapi Potong 0.1539
3 Padi Ladang 0.1393 3 Ayam Ras Petelur 0.1393
4 Ubi Jalar 0.1288 4 Itik 0.1288
5 Kacang Tanah 0.0942 5 Kerbau 0.0942
Sayur-sayuran Perikanan
1 Ketimun 0.1726 1 Budidaya ikan laut 0.3594
2 Cabe 0.1539 2 Budidaya di Tambak 0.3071
3 Tomat 0.1393 3 Pengambilan Lokan 0.1786
4 Bayam 0.1288 4 Penangkapan Ikan di perairanumum
0.1549
5 Kacang panjang 0.0942
Buah-buahan Industri
1 Mangga 0.2026 1 Kerupuk dan sejenisnya 0.2674
2 Pisang 0.1730 2 Perabot 0.1939
3 Pepaya 0.1457 3 Pengolahan Kayu 0.1763
4 Durian 0.0993 4 Tempe 0.1322
5 Rambutan 0.0893 5 Bordir/Sulaman 0.1083
Perkebunan Perdagangan
1 Gambir 0.2026 1 Restoran 0.2026
2 Karet 0.1730 2 Perdagangan Ikan Teri 0.1730
3 Coklat 0.1457 3 Barang Elektronik 0.1457
4 Kelapa 0.0993 4 Toko Kelontong /Waserda 0.0993
5 Kelapa Sawit 0.0893 5 Pakaian Jadi 0.0893
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 32
No.Sektor Usaha/
KPJuSkor-
TerbobotNo.
Sektor Usaha/KPJu
Skor-Terbobot
Jasa-jasa Angkutan
1 Jasa Kursus Menjahit 0.2026 1 Angkutan Bermotor Penumpang 0.3594
2 Reparasi elektronika 0.1730 2 Motor Tempel 0.3071
3 Kursus Bahasa Inggris 0.1457 3 Speed Boad 0.1786
4 Reparasi Kendaraan bermotor 0.0993 4 Angkutan Bermotor Barang 0.1549
5 Kursus Komputer 0.0893
Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan kompetensi inti
daerah dilakukan penetapan KPJu unggulan Lintas sektor. Penetapan dilakukan dengan
menggunakan Metoda Bayes, dengan mempertimbangkan bobot kepentingan atau prioritas
setiap sektor usaha serta hasil skor KPJu unggulan setiap sektor usaha yang telah diperoleh.
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh 10 (sepuluh) KPJu unggulan lintas sektor
berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJu yang bersangkutan seperti yang disajikan pada
Tabel 5.3.27. Dari Tabel 5.3.27 tersebut terlihat bahwa 5 (lima) KPJu unggulan lintas sektor
usaha adalah perkebunan gambir, usaha restoran, perkebunan karet, perdagangan ikan teri dan
budidaya ikan di laut khusus budidaya ikan kerapu.
Tabel 5.3.27.10 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi
Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Pesisir Selatan
No KPJu Skor Terbobot Sektor Usaha
1 Gambir 0.0436 Perkebunan
2 Restoran 0.0402 Perdagangan
3 Karet 0.0372 Perkebunan
4 Perdagangan Ikan Teri 0.0343 Perdagangan
5 Budidaya ikan laut 0.0340 Perikanan
6 Kerupuk dan sejenisnya 0.0337 Industri
7 Angkutan Bermotor Penumpang 0.0326 Angkutan
8 Coklat 0.0314 Perkebunan
9 Budidaya di Tambak 0.0291 Perikanan
10 Barang Elektronik 0.0289 Perdagangan
Pada urutan keenam dan seterusnya, sebagai KPJU Unggulan lintas sektor berturut-
turut adalah industri kerupuk dan sejenisnya, usaha angkutan bermotor untuk penumpang,
perkebunan coklat, budidaya ikan tambak (bandeng), dan perdagangan barang elektronik.
Apabila dicermati lebih lanjut dari 10 KPJU Unggulan lintas sektor, berdasarkan sektornya
maka sektor perkebunan, perikanan dan perdagangan menjadi sektor unggulan di daerah
Kabupaten Pesisir Selatan. Ketiga sektor UMKM dengan KPJu Unggulan yang ada harus
menjadi perhatian pemangku kepentingan dalam rangka meningkatkan pertumbuhan
ekonomi, menciptakan lapangan kerja dan peningkatan daya saing produk. Selanjutnya,
kedudukan KPJU Unggulan lintas sektor di Kabupaten Pesisir Selatan juga dapat dilihat
berdasarkan hasil penilaian indikator prospek dan potensi dari masing-masing KPJu seperti
disajikan pada Tabel 5.3.28.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 33
Tabel 5.3.28.Kedudukan KPJu Lintas Sektor Kabupaten Pesisir Selatan
No KPJu Potensi Prospek ProspekPotensiSaat ini
Kuadran
1 Gambir 3,76 3,68 Baik Baik I
2 Restoran 3,39 3,88 Baik Baik I
3 Karet 3,47 3,68 Baik Baik I
4 Perdagangan Ikan Teri 3,49 3,76 Baik Baik II
5 Budidaya ikan laut 3,60 3,82 Baik Baik I
6 Kerupuk dan sejenisnya 3,40 3,73 Baik Baik I
7 Angkutan Bermotor Penumpang 2,94 3,90 Cukup Baik Baik I
8 Coklat 3,57 3,40 Baik Baik I
9 Budidaya di Tambak 3,39 3,64 Baik Baik II
10 Barang Elektronik 3,02 3,44 Baik Baik I
Berdasarkan Tabel 5.3.28. di atas terlihat bahwa diantara 10 KPJU Unggulan lintas
sektor yang mempunyai skor terbobot tertinggi, terdapat 8 KPJU berada pada kuadran I,
yaitu mempunyai Prospek dan Potensi saat ini yang baik yaitu komoditi gambir, restoran,
karet, budidaya ikan laut, keupuk dann sejenisnya, angkutan bermotor untuk penumpang,
coklat dan barang elektronik. Pada kuadran II terdapat perdagangan ikan teri dan budidaya
ikan ditambak. Secara grafis pengelompokan KPJu Unggulan lintas sektor pada masing-
masing kuadran dapat dilihat pada Gambar 5.3.7.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 34
Gambar 5.3.7. Posisi KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Pesisir Selatan
5.3.8. Kabupaten Pasaman Barat
Berdasarkan hasil olahan penelitian di Kabupaten Pasaman Barat menggunakan
analisis AHP menunjukkan skor terbobot setiap sektor ekonomi untuk setiap tujuan
penetapan KPJu unggulan, serta skor terbobot total/gabungan dari masing-masing sektor
usaha. yang mana bobot atau prioritas tertinggi untuk penciptaan lapangan kerja dan
peningkatan daya saing ditunjukkan oleh sektor perkebunan. Dengan memperhatikan bobot
kepentingan dari masing-masing tujuan, secara keseluruhan dalam rangka mencapai tujuan
penetapan KPJu unggulan UMKM maka sektor perkebunan merupakan skala perioritas sektor
unggul di Pasaman Barat. Sektor usaha lain berdasarkan tingkat kepentingannya adalah
perkebunan, perikanan, tanaman pangan, jasa, perdagangan, angkutan, pertambangan,
peternakan, perindustrian dan pariwisata.
12
3
4
5
6
7
89
10 11
12
13
1415
16
17
1819
20
2
2.2
2.4
2.6
2.8
3
3.2
3.4
3.6
3.8
4
2 2.5 3 3.5 4
Pro
spe
k
Potensi
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 35
Tabel 5.3.29.Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek
Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulandi Kabupaten Pasaman Barat
Sektor Usaha
Tujuan (Skor Terbobot)
SkorTerbobotGabungan
RangkingPertumbuhanEkonomi(0,3217)
PenciptaanLapanganKerja
(0,3387)
PeningkatanDaya Saing
Produk(0,3396)
Perkebunan 0.087359 0.146924 0.151168 0.129203 1
Perikanan 0.134740 0.141262 0.107787 0.127795 2
Tanaman Pangan 0.112357 0.118320 0.119202 0.116701 3
Jasa 0.089926 0.123214 0.101809 0.105236 4
Perdagangan 0.118195 0.100853 0.090196 0.102813 5
Angkutan 0.108692 0.092644 0.089655 0.096791 6
Pertambangan 0.099112 0.080878 0.096183 0.091941 7
Peternakan 0.088102 0.085929 0.095751 0.089963 8
Perindustrian 0.103076 0.069600 0.082456 0.084735 9
Pariwisata 0.058442 0.040377 0.065795 0.05482 10
Berdasarkan hasil penelitian tingkat Kabupaten Pasaman Barat dan pelaksanaan
FGD beserta bobot kepentingan masing-masing kriteria yang telah dihasilkan sebelumnya
(Tabel 5.3.29), analisis AHP menghasilkan KPJU Unggulan setiap sektor UMKM dengan
urutan dan nilai skor terbobot seperti disajikan pada Tabel 5.3.30. hasil tersebut
menunjukkan 5 (lima) unggulan di setiap sektor.
Tabel 5.3.30.Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha
di Kabupaten Pasaman Barat
No.Sektor Usaha/
KPJuSkor-
TerbobotNo.
Sektor Usaha/KPJu
Skor-Terbobot
Tanaman Pangan Peternakan
1 Jagung 0.3542 1 Sapi potong 0.3102
2 Padi Sawah 0.2159 2 Ayam Buras 0.1409
3 Ubi Jalar 0.0999 3 Ayam Ras Pedaging 0.1402
4 Padi Ladang 0.0984 4 Kerbau 0.1357
5 Ubi Kayu 0.0875 5 Kambing 0.1323
Sayur-sayuran Perikanan
1 Cabe 0.4938 1Penangkapan Ikan di PerairanUmum
0.6204
2 Terong 0.1874 2 Budidaya Ikan Sungai 0.1018
3 Ketimun 0.1558 3 Budidaya Ikan Kolam 0.1003
4 Kangkung 0.0666 4 Budidaya Ikan Keramba 0.0987
5 Kacang Panjang 0.0663 5 Budidaya Ikan Laut 0.0788
Buah-buahan Industri
1 Pisang 0.2881 1 Tempe 0.3980
2 Jeruk 0.1903 2 Kayu Lapis 0.1067
3 Durian 0.1157 3 Gula Merah 0.0999
4 Mangga 0.0813 4 Anyaman Rotan 0.0928
5 Manggis 0.0682 5 Batu Bata 0.0858
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 36
No.Sektor Usaha/
KPJuSkor-
TerbobotNo.
Sektor Usaha/KPJu
Skor-Terbobot
Perkebunan Perdagangan
1 Kelapa Sawit 0.4635 1 Restoran 0.1457
2 Nilam 0.1091 2 Sembako 0.1314
3 Coklat 0.1044 3 Barang Elektronik 0.1309
4 Enau 0.0640 4 Komoditi Makanan 0.1257
5 Kelapa 0.0637 5 Perhiasan 0.1060
Jasa-jasa Angkutan
1 Reparasi Kendaraan bermotor 0.3970 1 Angkutan Bermotor Barang 0.4787
2 Jasa Kursus Menjahit 0.1062 2 Ojek 0.2656
3 Tukang Sablon 0.0994 3 Motor Becak 0.0692
4 Reparasi elektronika 0.0924 4 Motor Tempel 0.0685
5 Salon kecantikan 0.0854 5 Angkutan Bermotor Penumpang 0.0658
Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan kompetensi inti
daerah dilakukan penetapan KPJu unggulan Lintas sektor. Penetapan dilakukan dengan
menggunakan Metoda Bayes, dengan mempertimbangkan bobot kepentingan atau prioritas
setiap sektor usaha serta hasil skor KPJu unggulan setiap sektor usaha yang telah diperoleh.
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh 10 (sepuluh) KPJu unggulan lintas sektor
berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJu yang bersangkutan, seperti disajikan pada Tabel
5.3.31. dapat dilihat bahwa 5 (lima) KPJu unggulan lintas sektor usaha adalah penangkapan ikan
di perairan umum, kelapa sawit, reparasi kendaraan bermotor, angkutan barang, dan industri
tempe. Hasil lengkap berupa rangking atau urutan KPJu unggulan lintas sektor usaha
berdasarkan nilai skor terbobot masing-masing KPJu dapat dilihat pada Tabel 5.3.31.
Tabel 5.3.31.10 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi
Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Pasaman Barat
No KPJu Skor Terbobot Sektor Usaha
1 Penangkapan Ikan di Perairan Umum 0.0793 Perikanan
2 Kelapa sawit 0.0744 Perkebunan
3 Reparasi Kendaraan bermotor 0.0535 Jasa-Jasa
4 Angkutan Bermotor Barang 0.0489 Angkutan
5 Tempe 0.0431 Industri
6 Sapi potong 0.0325 Peternakan
7 Jagung 0.0290 Tanpang
8 Ojek 0.0271 Angkutan
9 Restoran 0.0234 Perdagangan
10 Sembako 0.0211 Perdagangan
Pada urutan keenam dan seterusnya, sebagai KPJU Unggulan lintas sektor berturut-
turut adalah sapi potong, jagung, ojek, restoran dan sembako. Apabila ditelaah lebih lanjut
dari 10 KPJU Unggulan lintas sektor, maka berdasarkan sektornya perikanan, perkebunan,
jasa, angkutan industri, peternakan, tanaman pangan, dan perdagangan menjadi sektor
unggulan di daerah Pasaman Barat. Penangkapan ikan di perairan umum memiliki skor
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 37
tertinggi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Pasaman Barat
menjadikan aktivitas nelayan sebagai sumber pendapatan keluarga. Faktor yang mendukung
hal tersebut adalah kondisi geografis daerah kabupaten Pasaman barat yang berada di
sepanjang pantai barat Sumatera. Selanjutnya, kelapa sawit menjadi primadona Pasaman
Barat namun KPJu ini hanya sebagian kecil yang dikelola oleh UMKM.
Berdasarkan Tabel 5.3.32 kedudukan KPJU Unggulan lintas sektor di Kabupaten
Pasaman Barat berdasarkan hasil penilaian indikator prospek dan potensi saat ini sebagai
berikut:
Tabel 5.3.32.Kedudukan KPJu Lintas Sektor Kabupaten Pasaman Barat
No KPJu Potensi Prospek ProspekPotensiSaat ini
Kuadran
1 Penangkapan Ikan di Perairan Umum 3.64 3.52 Baik Baik I
2 Kelapa sawit 3.86 3.48 Baik Baik I
3 Reparasi Kendaraan bermotor 3.19 3.14 Baik Baik I
4 Angkutan Bermotor Barang 3.17 2.98 Baik Cukup Baik III
5 Tempe 2.98 2.83 Cukup Baik Cukup Baik IV
6 Sapi potong 2.88 2.38 Cukup Baik Cukup Baik IV
7 Jagung 3.76 3.50 Cukup Baik Cukup Baik IV
8 Ojek 2.43 2.38 Cukup Baik Cukup Baik IV
9 Restoran 3.10 2.95 Baik Cukup Baik III
10 Sembako 3.12 2.98 Baik Cukup Baik III
11 Barang Elektronik 3.00 2.69 Baik Cukup Baik III
12 Komoditi Makanan 3.17 3.05 Baik Baik I
13 Cabe 3.07 2.93 Cukup Baik Baik II
14 Padi Sawah 2.90 2.69 Baik Baik I
15 Nilam 2.71 2.64 Cukup Baik Cukup Baik IV
16 Perhiasan 2.60 2.67 Cukup Baik Cukup Baik IV
17 Coklat 3.10 3.00 Baik Baik I
18 Ayam Buras 2.74 2.71 Cukup Baik Cukup Baik IV
19 Ayam Ras Pedaging 3,12 2,70 Baik Cukup Baik III
20 Jasa Kursus Menjahit 2.45 2.36 Cukup Baik Cukup Baik IV
Seperti dapat dilihat pada tabel di atas, diantara 20 KPJU Unggulan lintas sektor
yang mempunyai skor terbobot tertinggi, 6 KPJU berada pada kuadran I, yaitu mempunyai
Prospek dan Potensi saat ini yang baik. KPJu tersebut adalah penangkapan ikan diperairan
umum, perkebunan kelapa sawit, usaha jasa reparasi kendaraan bermotor, perdagangan
komoditi makanan, budidaya padi sawah, dan perkebunan coklat. Berdasarkan hasil FGD
yang telah dilakukan menunjukan bahwa 8 dari 20 KPJu yang memiliki peringkat skor
terbobot lintas sektor tertinggi berada di kuadran ke IV.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 38
Gambar 5.3.8. Posisi KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Pasaman Barat
5.3.9. Kabupaten Tanah Datar
Hasil analisis dengan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
berdasarkan 4 (empat) kriteria dan bobot kepentingannya menghasilkan KPJu unggulan
untuk setiap sektor usaha UMKM di setiap kecamatan di Kabupaten Tanah Datar.
Berdasarkan KPJu unggulan pada setiap sektor usaha di setiap kecamatan dilakukan proses
agregasi untuk menentukan calon KPJu unggulan per sektor usaha untuk tingkat Kabupaten
Tanah Datar. Hasil proses agregasi dengan menggunakan metode Borda, ditetapkan
maksimum 10 kandidat KPJu unggulan Kabupaten Tanah Datar yang mempunyai nilai skor
tertinggi, seperti disajikan pada tabel berikut.
Berdasarkan hasil FGD, analisis AHP menghasilkan skor terbobot setiap sektor
ekonomi untuk setiap tujuan penetapan KPJu unggulan, serta skor terbobot total/gabungan
dari masing-masing sektor usaha seperti disajikan pada berikut, dapat dilihat bahwa bobot
atau prioritas tertinggi untuk mencapai tujuan pertumbuhan ekonomi dan tujuan penciptaan
lapangan kerja dalam rangka penetapan KPJu unggulan di Kabupaten Tanah Datar adalah
sektor tanaman pangan dan perdagangan, dan untuk tujuan peningkatan daya saing produk
adalah sektor tanaman pangan. Dengan memperhatikan bobot kepentingan dari masing-
masing tujuan, secara keseluruhan dalam rangka mencapai tujuan penetapan KPJu
unggulan UMKM maka sektor usaha tanaman pangan merupakan prioritas pertama.
12
34
16
7
8
910
19
12 13
1415
6
17
11 18
20
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
4.50
5.00
1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00 4.50 5.00
Pro
spe
k
Potensi
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 39
Tabel 5.3.33.Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek
Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJu
SektorPertumbuhan
ekonomi
Penciptaanlapangan
kerja
Peningkatandaya saing
produk
BobotGabungan
Ranking
Bobot Tujuan => 0,3217 0,3387 0,3396
Tanaman Pangan 0,2237 0,1868 0,2326 0,2142 1
Perdagangan 0,1606 0,1931 0,1168 0,1567 2
Peternakan 0,1417 0,1011 0,1148 0,1188 3
Angkutan 0,0896 0,0900 0,0789 0,0861 4
Perindustrian 0,0453 0,0740 0,1335 0,0849 5
Pariwisata 0,0536 0,1067 0,0684 0,0766 6
Perikanan 0,0873 0,0624 0,0803 0,0765 7
Jasa 0,1002 0,0624 0,0560 0,0724 8
Perkebunan 0,0661 0,0624 0,0803 0,0697 9
Pertambangan 0,0319 0,0612 0,0384 0,0440 10
Berdasarkan hasil dari penelitian lapangan tingkat kabupaten dan pelaksanaan FGD
beserta bobot kepentingan masing-masing kriteria yang telah dihasilkan sebelumnya,
analisis AHP menghasilkan KPJu unggulan setiap sektor yang disajikan pada Tabel 5.3.34.
Tabel 5.3.34Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha
di Kabupaten Tanah Datar
No.Sektor Usaha/
KPJuSkor-
TerbobotNo.
Sektor Usaha/KPJu
Skor-Terbobot
Tanaman pangan Tambang
1 Jagung 0.1722 1 Tanah Liat 0,4107
2 Ubi Kayu 0.1715 2 Tanah Urug 0,1493
3 Padi Sawah 0.1576 3 Marmer 0,1472
4 Ubi Jalar 0.1208 4 Andesit ( Batu pecah) 0,1302
5 Kacang hijau 0.1131 5 Biji besi 0,1102
Sayur Industri
1 Cabe 0.1853 1 Makanan dari kacang-kacangan 0.1754
2 Kubis 0.1735 2 Kerupuk dan sejenisnya 0.1427
3 Tomat 0.1576 3 Roti dan sejenisnya 0.1189
4 Bawang Merah 0.1461 4 Pengolahan Teh dan Kopi 0.0956
5 Buncis 0.0744 5 Tempe 0.0825
Buah Perdagangan
1 Jeruk 0.1411 1 Bahan Bakar 0.1764
2 Pisang 0.1280 2 Komoditi Makanan 0.1757
3 Alpukat 0.1083 3 Barang Elektronik 0.1328
4 Durian 0.1038 4 Sembako 0.1101
5 Sawo 0.1014 5 Restoran 0.0956
Perkebunan Jasa-Jasa
1 Karet 0.2454 1 Reparasi Kendaraan bermotor 0.1917
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 40
No.Sektor Usaha/
KPJuSkor-
TerbobotNo.
Sektor Usaha/KPJu
Skor-Terbobot
2 Coklat 0.2291 2 Jasa Kursus Menjahit 0.1114
3 Kelapa 0.1032 3 Salon kecantikan 0.1085
4 Cengkeh 0.0734 4 Kursus Komputer 0.1143
5 Pinang 0.0680 5 Tukang Sablon 0.0879
Peternakan Angkutan
1 Ayam Ras Petelur 0.2938 1 Angkutan Bermotor Barang 0.4598
2 Kambing 0.1626 2 Angkutan Bermotor Penumpang 0.2283
3 Ayam Buras 0.1453 3 Rental mobil 0.1798
4 Ayam Ras Pedaging 0.1327 4 Motor Tempel 0.1039
5 Sapi Potong 0.1156 5 Speed Boad 0.0281
Perikanan
1 Budidaya Ikan Nila 0.3030
2 Budidaya Ikan mas 0.1602
3 Ikan Bilih 0.1586
4Penangkapan Ikan di perairanumum
0.0897
5 Budidaya Ikan Sungai 0.0897
Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan kompetensi inti
daerah dilakukan penetapan KPJu unggulan Lintas sektor. Penetapan dilakukan dengan
menggunakan Metoda Bayes, dengan mempertimbangkan bobot kepentingan atau prioritas
setiap sektor usaha (Tabel 5.3.35.) serta hasil skor KPJu unggulan setiap sektor usaha yang
telah diperoleh (Tabel 5.3.35).
Tabel 5.3.35.10 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi
Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Tanah Datar
RangkingSektor/
SubsektorKpju
Skorterbobot
1 Peternakan Ayam Ras Petelur 0.0411
2 Perdagangan Bahan Bakar 0.0400
3 Perdagangan Komoditi Makanan 0.0399
4 Angkutan Angkutan Bermotor Barang 0.0396
5 Perdagangan Barang Elektronik 0.0301
6 Tanpang Jagung 0.0301
7 Tanpang Ubi Kayu 0.0300
8 Perikanan Budidaya Ikan Nila 0.0289
9 Tanpang Padi Sawah 0.0276
10 Perdagangan Sembako 0.0250
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh 10 (sepuluh) KPJu unggulan lintas sektor
berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJu yang bersangkutan, seperti disajikan pada Tabel
5.3.35. Pada Tabel 5.3.35. dapat dilihat bahwa 5 (lima) KPJu unggulan lintas sektor usaha
adalah Ayam ras petelur, perdagangan bahan bakar, perdagangan komoditi makanan,
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 41
angkutan bermotor barang dan perdagangan barang elektronik. Hasil lengkap berupa
rangking atau urutan KPJu unggulan lintas sektor usaha berdasarkan nilai skor terbobot
masing-masing KPJu dapat dilihat pada Tabel 5.3.35.
Pada urutan ke enam dan seterusnya, sebagai KPJu unggulan lintas sektor berturut-
turut adalah jagung, ubi kayu, Budidaya Ikan Nila, padi sawah dan sembako. Apabila
ditelaah lebih lanjut dari 10 KPJu unggulan lintas sektor, maka berdasarkan sektornya 4
komoditi merupakan subsektor Perdagangan, 3 KPJu dari sektor Tanpang, satu KPJU dari
sektor peternakan, satu KPJU dari sektor angkutan. Bila dilihat bahwa 4 KPJu merupakan
bagian usaha dari sektor perdagangan dan 3 KPJU dari Sektor Tanpang, maka terpilihnya
KPJu unggulan lintas sektor tersebut menunjukkan bahwa orientasi kegiatan ekonomi dii
Kabupaten Tanah Datar berbasis pada sektor perdagangan dan Tanpang. Kedudukan KPJu
Unggulan Lintas Sektor di Kota Padangberdasarkan hasil penilaian terhadap faktor-faktor
Prospek dan Potensi saat ini adalah sebagai berikut:
Tabel 5.3.36.Kedudukan KPJu Lintas Sektor Kabupaten Tanah Datar
No KPJU Prospek Potensi Prospek Potensi Kuadran
1 Ayam Ras Petelur 4,083 3,850 Sangat Baik Baik I
2 Bahan Bakar 4,517 4,167 Sangat Baik Sangat Baik I
3 Komoditi Makanan 4,350 3,917 Sangat Baik Baik I
4Angkutan BermotorBarang
4,133 3,967 Sangat Baik Baik I
5 Barang Elektronik 4,317 4,083 Sangat Baik Sangat Baik I
6 Jagung 4,800 3,367 Sangat Baik Baik I
7 Ubi Kayu 4,717 3,800 Sangat Baik Baik I
8 Budidaya Ikan Nila 4,783 3,367 Sangat Baik Baik I
9 Padi Sawah 4,750 3,367 Sangat Baik Baik I
10 Sembako 4,200 3,367 Sangat Baik Baik I
11Makanan darikacang-kacangan
4,083 3,850 Sangat Baik Baik I
12 Karet 4,517 4,167 Sangat Baik Sangat Baik I
13 Kambing 4,350 3,917 Sangat Baik Baik I
14Reparasi Kendaraanbermotor
4,133 3,967 Sangat Baik Baik I
15 Coklat 4,317 4,083 Sangat Baik Sangat Baik I
16 Restoran 4,800 3,367 Sangat Baik Baik I
17 Ubi Jalar 4,717 3,800 Sangat Baik Baik I
18 Ayam Buras 4,783 3,367 Sangat Baik Baik I
19 Kacang hijau 4,750 3,367 Sangat Baik Baik I
20Kerupuk dansejenisnya
4,200 3,367 Sangat Baik Baik I
Seperti dapat dilihat pada Tabel 5.3.36. di atas, di antara 10 KPJu Unggulan Lintas
Sektor yang mempunyai skor terbobot tertinggi, semua KPJu berada pada Kuadran I, yaitu
mempunyai Prospek dan Potensi saat ini yang Sangat Baik atau Baik, yaitu Ayam Ras
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 42
Petelur, Bahan Bakar, Komoditi Makanan, Angkutan Bermotor Barang, Barang Elektronik,
Jagung, Ubi Kayu, Budidaya Ikan Nila, Padi Sawah dan Sembako.
Di luar 10 KPJu Unggulan Lintas Sektor tersebut, KPJu yang berada pada Kuadran I,
dengan Potensi saat ini pada katagori Baik dan Prospek yang juga Baik adalah Makanan dari
kacang-kacangan, Karet, Kambing, Reparasi Kendaraan Bermotor, Coklat, Restoran, Ubi
Jalar, Ayam Buras, Kacang Hijau dan Kerupuk Dan Sejenisnya. Kedudukan KPJu unggulan
lintas sektor di Kota Padangberdasarkan hasil penilaian terhadap faktor-faktor Prospek dan
Potensi saat ini dapat digambarkan pada grafik kuadran sebagai berikut (Gambar 5.3.9):
Gambar 5.3.9. Posisi KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Tanah Datar
5.3.10. Kota Payakumbuh
Berdasarkan hasil olahan penelitian di Kota Payakumbuh menggunakan analisis AHP
menunjukkan skor terbobot setiap sektor usaha untuk setiap tujuan penetapan KPJu
unggulan, serta skor terbobot total/gabungan dari masing-masing sektor usaha seperti
disajikan pada Tabel 5.3.37. yang mana bobot atau prioritas tertinggi untuk penciptaan
lapangan kerja dan peningkatan daya saing ditunjukkan oleh sektor perdagangan. Hal ini
menunjukkan bahwa Kota Payakumbuh mengandalkan sektor perdagangan sebagai basis
pengerak pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja dan peningkatan daya saing
produk unggulan daerah. Dengan memperhatikan bobot kepentingan dari masing-masing
tujuan, secara keseluruhan dalam rangka mencapai tujuan penetapan KPJu unggulan UMKM
maka sektor perdagangan merupakan skala perioritas sektor unggul di Kota Payakumbuh
pada masa sekarang ini. Sektor usaha lain berdasarkan tingkat kepentingannya adalah
tanaman pangan, jasa, perkebunan, perikanan, pariwisata, angkutan, peternakan,
perindustrian dan pertambangan.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 43
Tabel 5.3.37.Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek
Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulandi Kota Payakumbuh
Sektor Usaha
Tujuan (Skor Terbobot)
SkorTerbobotGabungan
RangkingPertumbuhanEkonomi(0,3217)
PenciptaanLapanganKerja
(0,3387)
PeningkatanDaya Saing
Produk(0,3396)
Perdagangan 0.1388 0.1390 0.1275 0.1350 1
Tanaman Pangan 0.1080 0.1307 0.1064 0.1151 2
Jasa 0.1037 0.1201 0.1097 0.1113 3
Perkebunan 0.1236 0.1039 0.1059 0.1109 4
Perikanan 0.0844 0.1222 0.1218 0.1099 5
Pariwisata 0.1096 0.1163 0.1005 0.1088 6
Angkutan 0.1043 0.0803 0.0907 0.0916 7
Peternakan 0.0922 0.0736 0.0828 0.0827 8
Perindustrian 0.0778 0.0582 0.0851 0.0737 9
Pertambangan 0.0575 0.0557 0.0696 0.0610 10
Berdasarkan hasil penelitian tingkat Kota Payakumbuh dan pelaksanaan FGD beserta
bobot kepentingan masing-masing kriteria yang telah dihasilkan sebelumnya (Tabel 5.3.37),
analisis AHP menghasilkan KPJU Unggulan setiap sektor UMKM dengan urutan dan nilai skor
terbobot seperti disajikan pada Tabel 5.3.38. Hasil tersebut menunjukkan 5 (lima) unggulan
disetiap sektor.
Tabel 5.3.38.Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha
di Kabupaten Payakumbuh
No.Sektor Usaha/
KPJuSkor-
TerbobotNo.
Sektor Usaha/KPJu
Skor-Terbobot
Tanaman Pangan Peternakan
1 Padi Sawah 0.2968 1 Sapi Potong 0.3253
2 Jagung 0.2376 2 Ayam Ras Petelur 0.1966
3 Ubi Kayu 0.1909 3 Ayam Ras Pedaging 0.1562
4 Kacang Kedele 0.1288 4 Ayam Buras 0.1416
5 Ubi Jalar 0.0427 5 Kambing 0.0877
No.Sektor Usaha/
KPJuSkor-
TerbobotNo.
Sektor Usaha/KPJu
Skor-Terbobot
Sayur-sayuran Perikanan
1 Cabe 0.3999 1 Budidaya ikan kolam 0.5211
2 Bayam 0.1197 2 Budidaya Ikan Keramba 0.3583
3 Tomat 0.1197 3 Penangkapan Ikan di perairan umum 0.0741
4 Kacang panjang 0.0902 4 Budidaya Ikan Sungai 0.0465
5 Terong 0.0864 5
Buah-buahan Industri
1 Manggis 0.2881 1 Pengolahan Teh dan Kopi 0.2136
2 Rambutan 0.1903 2 Pengolahan Pakan Ternak 0.1842
3 Pisang 0.1157 3 Kerupuk dan sejenisnya 0.1315
4 Belimbing 0.0813 4 Anyaman Rotan 0.0892
5 Jeruk 0.0682 5 Tempe 0.0869
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 44
No.Sektor Usaha/
KPJuSkor-
TerbobotNo.
Sektor Usaha/KPJu
Skor-Terbobot
Perkebunan Perdagangan
1 Coklat 0.2221 1 Perdagangan Hasil Pertanian 0.1506
2 Pinang 0.1483 2 Komoditi Makanan 0.1395
3 Kelapa 0.1388 3 Hotel Melati 0.1385
4 Cengkeh 0.1212 4 Toko Kelontong /Waserda 0.1330
5 Karet 0.1147 5 Mobil Dan Sepeda Motor 0.1031
Jasa-jasa Angkutan
1 Kursus Bahasa Inggris 0.1518 1 Angkutan Bermotor Penumpang 0.2766
2 Reparasi Kendaraan bermotor 0.1365 2 Ojek 0.2481
3 Kursus Mengemudi 0.1357 3 Angkutan Bermotor Barang 0.2269
4 Kursus Kecantikan 0.1254 4 Motor Becak 0.1392
5 Photo Studio 0.1121 5 Bendi/Delman 0.1093
Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan kompetensi inti
daerah dilakukan penetapan KPJu unggulan Lintas sektor. Penetapan dilakukan dengan
menggunakan Metoda Bayes, dengan mempertimbangkan bobot kepentingan atau prioritas
setiap sektor usaha serta hasil skor KPJu unggulan setiap sektor usaha yang telah diperoleh
tersebut.
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh 10 (sepuluh) KPJu unggulan lintas sektor
berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJu yang bersangkutan, seperti disajikan pada Tabel
5.3.39. dapat dilihat bahwa 5 (lima) KPJu unggulan lintas sektor usaha adalah budidaya ikan
kolam, coklat, budidaya ikan keramba, perdagangan hasil pertanian, dan peternakan sapi
potong. Hasil lengkap berupa urutan KPJu unggulan lintas sektor usaha sebagai berikut:
Tabel 5.3.39.10 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi
Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor Kota Payakumbuh
No KPJu Skor Terbobot Sektor Usaha
1 Budidaya ikan kolam 0.0458 Perikanan
2 Coklat 0.0331 Perkebunan
3 Budidaya Ikan Keramba 0.0315 Perikanan
4 Perdagangan Hasil Pertanian 0.0306 Perdagangan
5 Sapi Potong 0.0296 Peternakan
6 Komoditi Makanan 0.0283 Perdagangan
7 Hotel Melati 0.0281 Perdagangan
8 Toko Kelontong /Waserda 0.0270 Perdagangan
9 Kursus Bahasa Inggris 0.0255 Jasa-Jasa
10 Angkutan Bermotor Penumpang 0.0253 Angkutan
Pada urutan keenam dan seterusnya, sebagai KPJU Unggulan lintas sektor berturut-
turut adalah komoditi makanan, hotel melati, toko kelontong/waserda, kursus bahasa
inggris, dan angkutan bermotor penumpang. Apabila ditelaah lebih lanjut dari 10 KPJU
Unggulan lintas sektor, maka 4 (empat) KPJU didominasi oleh sektor perdagangan seperti
barang-barang hasil bumi, komoditi makanan, hotel melati dan toko kelontong/waserda. Hal
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 45
ini sejalan dengan kontribusi utama sektor perdagangan pada pertumbuhan ekonomi,
penciptaan lapangan kerja dan peningkatan daya saing produk.
Tabel 5.3.40.Kedudukan KPJu Lintas Sektor Kota Payakumbuh
No KPJu Potensi Prospek ProspekPotensiSaat ini
Kuadran
1 Budidaya ikan kolam 3.15 3.22 Baik Baik I
2 Coklat 3.01 3.33 Baik Baik I
3 Budidaya Ikan Keramba 3.10 3.46 Baik Baik I
4 Perdagangan Hasil Pertanian 3.32 3.21 Baik Baik I
5 Sapi Potong 2.90 2.83 Cukup Baik Cukup Baik IV
6 Komoditi Makanan 3.17 2.94 Baik Cukup Baik II
7 Hotel Melati 2.74 2.74 Cukup Baik Cukup Baik IV
8 Toko Kelontong /Waserda 2.92 2.90 Cukup Baik Cukup Baik IV
9 Kursus Bahasa Inggris 2.51 2.44 Cukup Baik Cukup Baik IV
10 Angkutan Bermotor Penumpang 2.76 2.44 Cukup Baik Cukup Baik IV
11 Reparasi Kendaraan Bermotor 2.500 2.667 Cukup Baik Cukup Baik IV
12 Padi Sawah 3.355 3.263 Baik Baik I
13 Kursus Mengemudi 2.396 2.667 Cukup Baik Cukup Baik III
14 Ojek 2.67 2.93 Cukup Baik Cukup Baik IV
15 Pengolahan Teh dan Kopi 2.81 2.79 Cukup Baik Cukup Baik IV
16 Pinang 2.021 2.104 Cukup Baik Cukup Baik IV
17 Kursus Kecantikan 2.313 2.604 Cukup Baik Cukup Baik IV
18 Mobil dan Sepeda Motor 2.542 2.688 Cukup Baik Cukup Baik IV
19 Angkutan Barang 3.529 3.713 Baik Baik I
20 Kelapa 2.083 2.146 Cukup Baik Cukup Baik IV
Selanjutnya, kedudukan KPJU unggulan lintas sektor di Kota Payakumbuh
berdasarkan hasil penilaian indikator prospek dan potensi saat ini dapat dilihat pada Tabel di
atas. Berdasarkan diantara 20 KPJU Unggulan lintas sektor yang mempunyai skor terbobot
tertinggi, 6 (enam) KPJU berada pada kuadran I, yaitu mempunyai Prospek dan Potensi saat
ini yang baik, dan cukup baik yaitu budidaya ikan kolam, coklat, budidaya ikan keramba,
perdagangan hasil pertanian, padi sawah, angkutan barang. Hal ini menunjukkan bahwa
prospek dan potensi saat ini mengambarkan bahwa Kota Payakumbuh sebagai pusat
perdagangan terutama perdagangan hasil pertanian dan komoditas makanan yang menjadi
ciri khas Kota Payakumbuh. Selain itu, coklat dan padi sawah saat ini dinilai masih memiliki
potensi dan prospek karena masih banyak masyarakat Kota Payakumbuh yang
mengandalkan usaha padi sawah dan coklat sebagai sumber pendapatan utama keluarga
mereka. Dengan memperhatikan PDRB Kota Payakumbuh tiga tahun terakhir menunjukkan
bahwa sektor tanam pangan dan perkebunan mengalami peningkatan yang cukup berarti
setiap tahunnya (BPS, 2010).
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 46
Gambar 5.3.10. Posisi KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kota Payakumbuh
5.3.11. Kabupaten Solok Selatan
Hasil analisis dengan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
berdasarkan 4 (empat) kriteria dan bobot kepentingannya menghasilkan KPJu unggulan
untuk setiap sektor usaha UMKM di setiap kecamatan di Kabupaten Solok Selatan.
Berdasarkan KPJu unggulan pada setiap sektor usaha di setiap kecamatan dilakukan proses
agregasi untuk menentukan calon KPJu unggulan per sektor usaha untuk tingkat Kabupaten
Solok Selatan. Hasil proses agregasi dengan menggunakan metode Borda, ditetapkan
maksimum 10 kandidat KPJu unggulan Kabupaten Solok Selatan yang mempunyai nilai skor
tertinggi, seperti disajikan pada Tabel 5.3.43.
Berdasarkan hasil FGD, analisis AHP menghasilkan skor terbobot setiap sektor
ekonomi untuk setiap tujuan penetapan KPJu unggulan, serta skor terbobot total/gabungan
dari masing-masing sektor usaha seperti disajikan pada Tabel 5.3.41. Pada Tabel 5.3.41.
dapat dilihat bahwa bobot atau prioritas tertinggi untuk mencapai tujuan pertumbuhan
ekonomi adalah sektor perindustrian, sedangkan untuk tujuan penciptaan lapangan kerja
dan peningkatan daya saing produk maka sektor perkebunan merupakan sektor dengan
bobot tertinggi. Dengan memperhatikan bobot kepentingan dari masing-masing tujuan,
secara keseluruhan dalam rangka mencapai tujuan penetapan KPJu unggulan UMKM maka
sektor perkebunan merupakan prioritas pertama. Sektor usaha lain berdasarkan
kepentingannya berturut-turut adalah perindustrian, pariwisata, perdagangan, tanaman
pangan, dan jasa.
12
3
416
78
9 10
19
12 131415
6
1711
18
20
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
4.000
4.500
5.000
1.000 1.500 2.000 2.500 3.000 3.500 4.000 4.500 5.000
Pro
spe
k
Potensi
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 47
Tabel 5.3.41.Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek
Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulandi Kabupaten Solok Selatan
Sektor Usaha
Tujuan (Skor Terbobot)
SkorTerbobotGabungan
RangkingPertumbuhanEkonomi(0,3217)
PenciptaanLapanganKerja
(0,3387)
PeningkatanDaya Saing
Produk(0,3396)
Perkebunan 0,1296 0,1666 0,1689 0,1555 1
Perindustrian 0,1569 0,1256 0,1305 0,1373 2
Pariwisata 0,1127 0,1182 0,1213 0,1175 3
Perdagangan 0,1053 0,1165 0,1042 0,1087 4
Tanaman Pangan 0,1245 0,0829 0,1057 0,1040 5
Jasa 0,0972 0,1059 0,0741 0,0923 6
Peternakan 0,0611 0,0942 0,0976 0,0847 7
Pertambangan 0,0757 0,0652 0,0721 0,0709 8
Perikanan 0,0848 0,0534 0,0650 0,0674 9
Angkutan 0,0972 0,1059 0,0741 0,0923 10
Berdasarkan hasil penelitian tingkat Kabupaten Solok Selatan dan pelaksanaan FGD
beserta bobot kepentingan masing-masing kriteria yang telah dihasilkan sebelumnya (Tabel
5.3.41), analisis AHP menghasilkan KPJU Unggulan setiap sektor UMKM dengan urutan dan
nilai skor terbobot seperti disajikan pada table 5.3.42.
Tabel 5.3.42.Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha
di Kabupaten Solok Selatan
No.Sektor Usaha/
KPJu
Skor-
TerbobotNo.
Sektor Usaha/
KPJu
Skor-
TerbobotPadi dan Palawija Sayuran
1 Padi Sawah 0.5004 1 Cabe 0.3337
2 Jagung 0.1386 2 Tomat 0.2205
3 Kacang Tanah 0.1386 3 Buncis 0.0686
4 Kacang Kedele 0.1386 4 Terong 0.0673
5 Ubi Kayu 0.0426 5 Kacang panjang 0.0673
Buah-Buahan Perkebunan
1 Jeruk 0.3314 1 Karet 0.1767
2 Pisang 0.2224 2 Kelapa Sawit 0.1726
3 Durian 0.1126 3 Kopi 0.1263
4 Pepaya 0.0731 4 Coklat 0.1254
5 Sawo 0.0591 5 Garda munggu 0.1193
Peternakan Perikanan
1 Sapi Potong 0.2640 1 Budidaya ikan kolam 0.5090
2 Kerbau 0.1872 2 Penangkapan Ikan di perairanumum
0.3978
3 Kambing 0.1721 3 Budidaya ikan sawah 0.0933
4 Ayam Ras Petelur 0.1153 4
5 Itik 0.1070 5
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 48
Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan kompetensi inti
daerah dilakukan penetapan KPJu unggulan Lintas sektor. Penetapan dilakukan dengan
menggunakan Metoda Bayes, dengan mempertimbangkan bobot kepentingan atau prioritas
setiap sektor usaha serta hasil skor KPJu unggulan setiap sektor usaha yang telah diperoleh.
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh 10 (sepuluh) KPJu unggulan lintas sektor
berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJu yang bersangkutan, seperti disajikan pada Tabel
5.3.43. Pada Tabel 5.3.43. dapat dilihat bahwa 5 (lima) KPJu unggulan lintas sektor usaha
adalah komoditi/produk/usaha perabot, karet, kelapa sawit, padi sawah dan reparasi kendaraan
bermotor. Hasil lengkap berupa rangking atau urutan KPJu unggulan lintas sektor usaha
berdasarkan nilai skor terbobot masing-masing KPJu dapat dilihat pada Tabel 5.3.43.
Tabel 5.3.43.10 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi
Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Solok Selatan
No. KPJu Skor Terbobot Sektor Usaha
1 Perabot 0.0470 Industri
2 Karet 0.0381 Perkebunan
3 Kelapa Sawit 0.0373 Perkebunan
4 Padi Sawah 0.0326 Tanpang
5 Reparasi Kendaraan bermotor 0.0311 Jasa-Jasa
6 Bordir/Sulaman 0.0309 Industri
7 Kue dan makanan ringan 0.0281 Industri
8 Kopi 0.0273 Perkebunan
9 Coklat 0.0271 Perkebunan
10 Sapi Potong 0.0264 Peternakan
No.Sektor Usaha/
KPJu
Skor-
TerbobotNo.
Sektor Usaha/
KPJu
Skor-
Terbobot
Angkutan Industri
1 Angkutan Bermotor Penumpang 0.5857 1 Perabot 0.3272
2 Angkutan Bermotor Barang 0.4143 2 Bordir/Sulaman 0.2147
3 Kue dan makanan ringan 0.1955
4 Batu Bata 0.1657
5 Kerupuk dan sejenisnya 0.0524
Perdagangan Jasa-jasa
1 Komoditi Makanan 0.1578 1 Reparasi Kendaraan bermotor 0.2232
2 Sembako 0.1384 2 Reparasi elektronika 0.1254
3 Pakaian Jadi 0.1340 3 Jasa Kursus Akuntansi 0.1110
4 Bahan Bakar 0.1240 4 Kursus Bahasa Inggris 0.1107
5 Restoran 0.1068 5 Jasa Kursus Menjahit 0.0916
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 49
Pada urutan keenam dan seterusnya, sebagai KPJU Unggulan lintas sektor berturut-
turut adalah, bordir, kue dan makanan ringan, kopi, coklat dan peternakan sapi potong.
Apabila ditelaah lebih lanjut dari 10 KPJU Unggulan lintas sektor, maka berdasarkan
sektornya 3 unit usaha merupakan sektor industri, 3 komoditi adalah sektor perkebunan, 2
usaha berada di sektor jasa, dan 1 usaha berasal dari sektor perikanan dan 1 lagi dari sub
sektor tanaman pangan. Berdasarkan hasil analisis diatas dapat disimpulkan bahwa sektor
perkebunan dengan komoditi karet, kelapa sawit dan kopi serta industri dengan usaha
perabot, bordiran dan kue merupakan dua sektor dengan jumlah komoditi dan usaha paling
banyak muncul. Artinya perekonomian Kabupaten Solok Selatan berbasis pada sektor
perkebunan dan industri.
Kedudukan KPJU Unggulan lintas sektor di Kabupaten Solok Selatan berdasarkan
hasil penilaian faktor-faktor prospek dan potensi saat ini adalah sebagai berikut:
Tabel 5.3.44.Kedudukan KPJu Lintas Sektor Kabupaten Solok Selatan
No KPJu Potensi Prospek Potensi Saat ini Prospek Kuadran
1 Perabot 3,61 3,22 Baik Baik I
2 Karet 4,33 3,89 Baik Baik I
3 Kelapa Sawit 3,36 3,25 Baik Baik I
4 Padi Sawah 4,17 3,56 Baik Baik I
5 Reparasi kendaraan bermotor 3,44 3,00 Baik Baik IV
6 Bordir 3,61 3,39 Baik Baik I
7 Kue dan Makanan Ringan 4,11 3,56 Sangat baik Baik I
8 Kopi 3,64 3,22 Baik Baik I
9 Coklat 3,86 3,09 Baik Baik I
10 Sapi Potong 3,92 3,83 Baik Baik I
Seperti dapat dilihat pada tabel diatas, diantara 10 KPJU Unggulan lintas sektor yang
mempunyai skor terbobot tertinggi, 9 KPJU berada pada kuadran I, yaitu mempunyai
Prospek sangat baik dan Potensi saat ini yang sangat baik juga. Ke delapan KPJu unggulan
tersebut adalah perabot, karet, kelapa sawit, padi sawah, bordir, kue dan makanan ringan,
kopi, coklat dan sapi potong. Sedangkan reparasi kendaraan bermotor berada di kuadran IV
yang berarti memiliki potensi dan prospek yanng rendah.
Kedudukan KPJU Unggulan lintas sektor di Kabupaten Solok Selatan berdasarkan
hasil penilaian terhadap faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini dapat digambarkan pada
grafik kuadran sebagai berikut (Gambar 5.3.11.).
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 50
Gambar 5.3.11. Posisi KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Solok Selatan
5.3.12. Kabupaten Solok
Hasil analisis dengan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
berdasarkan 4 (empat) kriteria dan bobot kepentingannya menghasilkan KPJu unggulan
untuk setiap sektor usaha UMKM di setiap kecamatan di Kabupaten Solok. Berdasarkan KPJu
unggulan pada setiap sektor usaha di setiap kecamatan dilakukan proses agregasi untuk
menentukan calon KPJu unggulan per sektor usaha untuk tingkat Kabupaten Solok. Hasil
proses agregasi dengan menggunakan metode Borda, ditetapkan maksimum 10 kandidat
KPJu unggulan Kabupaten Solok yang mempunyai nilai skor tertinggi.
Berdasarkan hasil FGD, analisis AHP menghasilkan skor terbobot setiap sektor
ekonomi untuk setiap tujuan penetapan KPJu unggulan, serta skor terbobot total/gabungan
dari masing-masing sektor usaha seperti disajikan pada Tabel 5.3.45. Pada Tabel 5.3.45
dapat dilihat bahwa bobot atau prioritas tertinggi untuk mencapai tujuan peningkatan daya
saing produk dan tujuan penciptaan lapangan kerja dalam rangka penetapan KPJu unggulan
di Kabupaten Solok adalah sektor perindustrian, dan untuk tujuan pertumbuhan ekonomi
adalah sektor usaha tanaman pangan. Dengan memperhatikan bobot kepentingan dari
masing-masing tujuan, secara keseluruhan dalam rangka mencapai tujuan penetapan KPJu
unggulan UMKM maka sektor usaha perindustrian merupakan prioritas pertama. Sektor
1
2
3
4
5
67
8
910
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
4.50
5.00
1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00 4.50 5.00
Pro
spe
k
Potensi
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 51
usaha lain berdasarkan tingkat kepentingannya berturut-turut adalah tanaman pangan, jasa-
jasa, perdagangan, perkebunan, perikanan, pariwisata, pertambangan, peternakan dan
angkutan.
Berdasarkan hasil FGD yang tercermin dalam tabel 5.3.45, menunjukan bahwa
kontribusi yang besar dari sektor pertanian terhadap pembentukan PDRB kabupaten Solok,
khususnya sektor tanaman pangan sebagaimana digambarkan pada bab 3 laporan penelitian
ini, menyebabkan pentingnya peran sektor tanaman pangan sebagai sumber utama
pertumbuhan ekonomi kabupaten Solok. Selanjutnya hasil FGD menunjukan bahwa para
pihak terkait menyadari pentingnya peran sektor Industri khususnya Industri kecil dan
menengah dalam usaha penyerapan tenaga kerja dan peningkatan daya saing produk.
Sehingga secara keseluruhan walaupun peran subsektor tanaman pangan dan holtikultura
sangat besar terhadap perekonomian kabupaten solok, namun hasil diskusi ini
menyimpulkan bahwa sektor perindustrian memiliki tingkat kepentingan yang lebih baik
dibandingkan sektor ekonomi lainnya.
Berdasarkan hasil dari penelitian lapangan tingkat kabupaten dan pelaksanaan FGD
Beserta bobot kepentingan masing-masing kriteria yang telah dihasilkan sebelumnya (Tabel
5.3.45), analisis AHP menghasilkan KPJu unggulan setiap sektor ekonomi UMKM dengan
urutan dan nilai skor terbobot seperti disajikan pada Tabel 5.3.46
Tabel 5.3.45Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek
Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan diKabupaten Solok
Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan kompetensi inti
daerah dilakukan penetapan KPJu unggulan Lintas sektor. Penetapan dilakukan dengan
menggunakan Metoda Bayes, dengan mempertimbangkan bobot kepentingan atau prioritas
setiap sektor usaha serta hasil skor KPJu unggulan setiap sektor usaha yang telah diperoleh
(Tabel 5.3.46).
SektorPertumbuhan
ekonomi
Penciptaan
lapangan
kerja
Peningkatan
daya saing
produk
Bobot Tujuan => 0.3217 0.3387 0.3396
Perindustrian 0.1340 0.1615 0.2222 0.1733 1
Tanaman Pangan 0.1969 0.1400 0.1604 0.1652 2
Jasa 0.1319 0.1248 0.0760 0.1105 3
Perdagangan 0.1028 0.1525 0.0690 0.1081 4
Perkebunan 0.0838 0.1012 0.1029 0.0962 5
Perikanan 0.0961 0.0568 0.0887 0.0803 6
Pariwisata 0.0660 0.0679 0.1028 0.0791 7
Pertambangan 0.0610 0.0504 0.0879 0.0666 8
Peternakan 0.0722 0.0636 0.0550 0.0634 9
Angkutan 0.0554 0.0814 0.0351 0.0573 10
Bobot
GabunganRanking
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 52
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh 10 (sepuluh) KPJu unggulan lintas sektor
berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJu yang bersangkutan, seperti disajikan pada Tabel
5.3.47. Pada Tabel 5.3.47 dapat dilihat bahwa 5 (lima) KPJu unggulan lintas sektor usaha
adalah perindustrian gula merah, tanaman pangan padi sawah, perindustrian kerupuk ubi,
industri pengeringan ikan dan jasa kursus menjahit. Hasil lengkap berupa rangking atau
urutan KPJu unggulan lintas sektor usaha berdasarkan nilai skor terbobot masing-masing
KPJu dapat dilihat pada Tabel 5.3.47.
Tabel 5.3.46.Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha
di Kabupaten Solok
No.Sektor Usaha/
KPJuSkor-
TerbobotNo.
Sektor Usaha/KPJu
Skor-Terbobot
Tanaman Pangan Peternakan
1 Padi Sawah 0.3939 1 Sapi Potong 0.3218
2 Kacang Kedele 0.2800 2 Ayam Ras Pedaging 0.1188
3 Jagung 0.0965 3 Kambing 0.1241
4 Ubi Jalar 0.0902 4 Itik 0.1062
5 Kacang Tanah 0.0580 5 Kerbau 0.0958
Sayur-sayuran Perikanan
1 Cabe 0.2232 1 Pembibitan Ikan 0.3321
2 Bawang Merah 0.2126 2 Budidaya Ikan Lele 0.2251
3 Cabe Rawit 0.0966 3 Budidaya Ikan mas 0.1052
4 Bawang Putih 0.0826 4 Budidaya Ikan Nila 0.1049
5 Terong 0.0839 5 Penangkapan Ikan di perairanumum
0.0831
Buah-buahan Industri
1 Durian 0.2077 1 Gula Merah 0.1575
2 Pepaya 0.1532 2 Kerupuk dan sejenisnya 0.1457
3 Alpukat 0.1383 3 Penggaraman ikan 0.1154
4 Jeruk 0.1167 4 Batu Bata 0.1050
5 markisa 0.1150 5 Anyaman Rotan 0.0999
Perkebunan Perdagangan
1 Coklat 0.2268 1 Pakaian Jadi 0.1637
2 Kelapa 0.1397 2 Mesin dan Alat Pertanian 0.1439
3 Tea 0.1308 3 Restoran 0.1238
4 Karet 0.1235 4 Kios Pupuk 0.1302
5 Cengkeh 0.1051 5 Apotik 0.0902
Jasa-jasa Angkutan
1 Jasa Kursus Menjahit 0.2045 1 Angkutan Bermotor Barang 0.3023
2 Jasa Warnet 0.1483 2 Angkutan Bermotor Penumpang 0.2543
3 Reparasi Kendaraan bermotor 0.1343 3 Ojek 0.2268
4 Jasa Pelaminan 0.1413 4 Bendi/Delman 0.2167
5 Reparasi elektronika 0.0771
Pada urutan ke enam dan seterusnya, sebagai KPJu unggulan lintas sektor berturut-
turut adalah pembibitan ikan, komoditi kedelai, perkebunan cokelat, industri batu bata dan
industri anayaman pandan/rotan/bamboo. Apabila ditelaah lebih lanjut dari 10 KPJu
unggulan lintas sektor, maka berdasarkan sektornya 5 komoditi merupakan sektor industri.
Bila dilihat bahwa 5 KPJu merupakan bagian usaha dari sektor indsutri, maka terpilihnya
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 53
KPJu unggulan lintas sektor tersebut menunjukkan bahwa orientasi kegiatan ekonomi di
Kabupaten Solok yang berbasis pada sektor pertanian dapat mengembangkan sektor industri
kecil dan menegah di wilayahnya.
Tabel 5.3.47.10 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi
Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor Kabupaten SolokNo. KPJu Skor Terbobot Sektor Usaha
1 Gula Merah 0.0438 Industri
2 Padi Sawah 0.0425 Tanpang
3 Kerupuk dan sejenisnya 0.0405 Industri
4 Penggaraman ikan 0.0321 Industri
5 Jasa Kursus Menjahit 0.0320 Jasa-Jasa
6 Pembibitan Ikan 0.0314 Perikanan
7 Kacang Kedele 0.0302 Tanpang
8 Coklat 0.0301 Perkebunan
9 Batu Bata 0.0292 Industri
10 Anyaman Rotan 0.0278 Industri
Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Solok berdasarkan hasil
penilaian terhadap faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini adalah sebagai berikut:
Tabel 5.3.48.Kedudukan KPJu Lintas Sektor Kabupaten Solok
No KPJU Prospek Potensi ProspekPotensiSaat ini Kuadran
1 Gula Merah 3.561 3.227 Baik Baik I
2 Padi Sawah 4.152 4.182 Sangat Baik Sangat Baik I
3 Kerupuk dan sejenisnya 2.591 2.606 Cukup Baik Cukup Baik IV
4 Penggaraman ikan 3.348 3.197 Baik Baik I
5 Jasa Kursus Menjahit 2.742 2.697 Cuku Baik Cukup Baik IV
6 Pembibitan Ikan 4.076 3.379 Sangat Baik Baik I
7 Kacang Kedele 2.773 2.152 Cukup Baik Cukup Baik IV
8 Coklat 3.909 3.605 Baik Baik II
9 Batu Bata 3.409 3.167 Baik Baik I
10 Anyaman Rotan 3.470 2.833 Baik Cukup baik III
11 Pakaian Jadi 2.500 2.750 Cukup baik Cukup Baik IV
12 Sapi Potong 3.985 3.455 Baik Baik I
13Mesin dan AlatPertanian
2.924 2.500Cukup Baik Cukup Baik IV
14 Jasa Warnet 2.742 2.955 Cukup Baik Cukup Baik IV
15 Jasa Pelaminan 3.000 3.212 Baik Baik I
16 Kios Pupuk 3.742 3.333 Baik Baik I
17 Budidaya Ikan Lele 3.561 3.106 Baik Baik I
18Reparasi Kendaraanbermotor
3.030 3.167Baik Baik I
19 Restoran 3.106 3.439 Baik Cukup III
20 Kelapa 2.933 2.791 Cukup baik Cukup baik IV
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 54
Seperti dapat dilihat pada Tabel 5.3.48. di atas, di antara 10 KPJu Unggulan Lintas
Sektor yang mempunyai skor terbobot tertinggi, 5 KPJu berada pada Kuadran I, yaitu
mempunyai Prospek dan Potensi Saat ini yang Sangat Baik atau Baik, yaitu industri gula
merah, padi sawah, penggaraman ikan, pembibitan ikan, batu bata. Sedangkan satu KPJu
berada pada kuadran II, yaitu prospek baik dan potensi saat ini baik yaitu coklat. Kemudian
satu KPJu berada pada kuadran III yang berarti prospek baik dan potensi saat ini cukup baik
yaitu anyaman rotan. Sedangkan tiga KPJu berada pada kuadran IV yaitu prospek dan
potensi cukup baik yaitu komoditi kerupuk dan sejenisnya, jasa kursus menjahit dan kacang
kedele.
Kedudukan KPJu unggulan lintas sektor di Kabupaten Solok berdasarkan hasil
penilaian terhadap faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini dapat digambarkan pada grafik
kuadran sebagai berikut (Gambar 5.3.12.).
Gambar 5.3.12. Posisi KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Solok
5.3.13. Kabupaten Agam
Hasil analisis dengan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
berdasarkan 4 (empat) kriteria dan bobot kepentingannya menghasilkan KPJu unggulan
untuk setiap sektor usaha UMKM di setiap kecamatan di Kabupaten Agam yang disajikan
pada. Berdasarkan KPJu unggulan pada setiap sektor usaha di setiap kecamatan dilakukan
proses agregasi untuk menentukan calon KPJu unggulan per sektor usaha untuk tingkat
Kota Kabupaten Agam. Hasil proses agregasi dengan menggunakan metode Borda,
1
2
3
4
5
6
7
8
910
11
12
13
14
15
1617
181920
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
4.000
4.500
5.000
1.000 1.500 2.000 2.500 3.000 3.500 4.000 4.500 5.000
Po
ten
si
Prospek
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 55
ditetapkan maksimum 10 kandidat KPJu unggulan Kota Kabupaten Agam yang mempunyai
nilai skor tertinggi.
Berdasarkan hasil FGD, analisis AHP menghasilkan skor terbobot setiap sektor
ekonomi untuk setiap tujuan penetapan KPJu unggulan, serta skor terbobot total/gabungan
dari masing-masing sektor usaha seperti disajikan pada Tabel 5.3.49. Pada Tabel 5.3.49.
dapat dilihat bahwa bobot atau prioritas tertinggi untuk mencapai tujuan pertumbuhan
ekonomi adalah sektor tanaman pangan, untuk peningkatan daya saing produk maka sektor
industri merupakan sektor dengan bobot tertinggi, untuk tujuan penciptaan lapangan kerja
maka subsektor perikanan merupakan sektor dengan bobot tertinggi. Dengan memperhati-
kan bobot kepentingan dari masing-masing tujuan, secara keseluruhan dalam rangka
mencapai tujuan penetapan KPJu unggulan UMKM maka sektor industri merupakan prioritas
pertama. Sektor usaha lain berdasarkan kepentingannya adalah perkebunan, perikanan,
tanaman pangan, jasa, perdagangan, peternakan, pariwisata, pertambangan dan angkutan.
Hasil yang disajikan pada tabel 5.3.49 mengenai sektor ekonomi yang mempunyai
skor terbobot tertinggi untuk masing-masing kriteria tujuan penetapan KPJU menunjukkan
bahwa sektor industri, sub sektor perkebunan dan sub sektor perikanan merupakan sektor
unggulan di Kabupaten Agam. Hal ini didukung dengan keberadaan Kabupaten Agam yang
merupakan Hinterland dari Kota Bukittinggi dan dekatnya kabupaten Agam dengan pusat
tujuan pemasaran produk tekstil berupa konveksi, sulaman dan bordiran menyebabkan
industri di kabupaten Agam cukup potensial menjadi komoditi unggulan. Kedekatan
Kabupaten Agam dengan Kota Bukittinggi sebagai kota tujuan wisata utama di Sumatera
Barat, tentu tidak bisa dilepaskan dari kemunculan beberapa jenis usaha pendukung
pariwisata seperti souvenir dan oleh-oleh. Kerupuk sanjai merupakan produk oleh-oleh khas
Kota Bukittinggi, dan Kabupaten Agam sebagai daerah pendukung juga memunculkan
industri-industri kecil kerupuk sanjai dan industri kecil penghasil souvenir seperti di Pandai
Sikek yang terkenal dengan tenunannya, daerah Empat Angkat yang terkenal sebagai sentra
sulaman dan bordir, Koto Gadang yang terkenal dengan pandai perak. Disamping itu
keberadaan sentra perdagangan tekstil dan barang-barang tekstil di pasar Aur, merupakan
suatu magnet tersendiri untuk kehadiran pelaku-pelaku industri tekstil dan barang-barang
tekstil untuk mengembangkan usahanya karena kemudahan dan aksesibilitas yang tinggi
bagi penyediaan bahan baku dan pasar produk mereka.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 56
Tabel 5.3.49.Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek
Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulandi Kabupaten Agam
SektorPertumbuhan
ekonomi
Penciptaanlapangan
kerja
Peningkatandaya saing
produk
BobotGabungan
Ranking
0.3217 0.3387 0.3396
Perindustrian 0.1049 0.2692 0.1601 0.1793 1
Perkebunan 0.1828 0.1358 0.1612 0.1595 2
Perikanan 0.1143 0.1358 0.1648 0.1387 3
Tanaman Pangan 0.1939 0.0836 0.0453 0.1061 4
Jasa 0.0506 0.1466 0.0956 0.0984 5
Perdagangan 0.1135 0.0485 0.1280 0.0964 6
Peternakan 0.0919 0.0398 0.1160 0.0824 7
Pariwisata 0.0484 0.0861 0.0501 0.0618 8
Pertambangan 0.0407 0.0398 0.0501 0.0436 9
Angkutan 0.0506 0.1466 0.0956 0.0984 10
Berdasarkan hasil penelitian tingkat Kabupaten Agam dan pelaksanaan FGD beserta
bobot kepentingan masing-masing kriteria yang telah dihasilkan sebelumnya, analisis AHP
menghasilkan KPJU Unggulan setiap sektor UMKM dengan urutan dan nilai skor terbobot
seperti disajikan pada tabel. 5.3.50.
Tabel 5.3.50.Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha
di Kabupaten Agam
No. Sektor Usaha/KPJuSkorTerbobot
No. Sektor Usaha/KPJuSkorTerbobot
Tanaman Pangan Sayur-Sayuran
1 Padi Sawah 0.1873 1 Cabe 0.2248
2 Jagung 0.1282 2 Tomat 0.1653
3 Ubi Kayu 0.1229 3 Kentang 0.1407
4 Kacang Kedele 0.1200 4 Bawang Merah 0.0969
5 Kacang hijau 0.1170 5 Wortel 0.0931
Buah-Buahan Perkebunan
1 Pisang 0.1475 1 Kelapa Sawit 0.2139
2 Jeruk 0.1243 2 Coklat 0.1996
3 Manggis 0.1161 3 Kopi 0.1529
4 Durian 0.1051 4 Karet 0.0906
5 Semangka 0.1001 5 Kelapa 0.0705
Peternakan Perikanan
1 Sapi Potong 0.2743 1 Budidaya Ikan mas 0.1824
2 Kambing 0.1449 2 Budidaya Ikan Nila 0.1722
3 Kerbau 0.1133 3 Budidaya Ikan Belut 0.1530
4 Ayam Buras 0.0792 4 Budidaya Ikan Majalaya 0.1464
5 Ayam Ras Pedaging 0.0760 5 Budidaya ikan kolam 0.0922
Industri Perdagangan
1 Konveksi/Pakaian Jadi 0.1894 1 Pakaian Jadi 0.1564
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 57
No. Sektor Usaha/KPJuSkorTerbobot
No. Sektor Usaha/KPJuSkorTerbobot
2 Bordir/Sulaman 0.1562 2 Mesin dan Alat Pertanian 0.1509
3 Kerupuk dan sejenisnya 0.1285 3 Sembako 0.1261
4 Pandai Besi 0.1148 4 Mobil Dan Sepeda Motor 0.1122
5Perhiasan berharga dari logammulia
0.0908 5 Barang Elektronik 0.1090
Jasa Angkutan
1 Wisata Budaya 0.1641 1 Angkutan Bermotor Barang 0.3750
2 Salon kecantikan 0.1143 2 Angkutan Bermotor Penumpang 0.2343
3 Reparasi Kendaraan bermotor 0.1135 3 Ojek 0.1820
4 Kursus Komputer 0.1107 4 Motor Tempel 0.1757
5 Tukang Sablon 0.0989 5
Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan kompetensi inti
daerah dilakukan penetapan KPJu unggulan Lintas sektor. Penetapan dilakukan dengan
menggunakan Metoda Bayes, dengan mempertimbangkan bobot kepentingan atau prioritas
setiap sektor usaha serta hasil skor KPJu unggulan setiap sektor usaha yang telah diperoleh.
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh 10 (sepuluh) KPJu unggulan lintas sektor
berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJu yang bersangkutan, seperti disajikan pada Tabel
5.3.51. Pada Tabel 5.3.51. dapat dilihat bahwa 5 (lima) KPJu unggulan lintas sektor usaha
adalah industri konveksi/pakaian jadi, perkebunan kelapa sawit, perkebunan coklat, industri
bordir/sulaman, dan budidaya ikan mas. Hasil lengkap berupa rangking atau urutan KPJu
unggulan lintas sektor usaha berdasarkan nilai skor terbobot masing-masing KPJu dapat
dilihat pada Tabel 5.3.51.
Tabel 5.3.51.10 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi Sebagai
KPJu Unggulan Lintas Sektor Kota Kabupaten Agam
Rangking Sektor/ Subsektor KPJU Bobot
1 Industri Konveksi/Pakaian Jadi 0.0469
2 Perkebunan Kelapa Sawit 0.0441
3 Perkebunan Coklat 0.0411
4 Industri Bordir/Sulaman 0.0387
5 Perikanan Budidaya Ikan mas 0.0319
6 Industri Kerupuk dan sejenisnya 0.0318
7 Perkebunan Kopi 0.0315
8 Peternakan Sapi Potong 0.0309
9 Perikanan Budidaya Ikan Nila 0.0301
10 Industri Pandai Besi 0.0284
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 58
Pada urutan keenam dan seterusnya, sebagai KPJU Unggulan lintas sektor berturut-
turut adalah industri kerupuk dan sejenisnya, perkebunan kopi, peternakan sapi potong,
budidaya ikan nila dan industri pandai besi. Apabila ditelaah lebih lanjut dari 10 KPJU
Unggulan lintas sektor, maka berdasarkan sektornya 4 komoditi termasuk dalam sektor
industri, 3 komoditi termasuk pada sub sektor perkebunan, 3 komoditi termasuk subsektor
perikanan. Bila dilihat bahwa 4 KPJU merupakan bagian usaha dari sektor industri, maka
terpilihnya KPJU Unggulan tersebut menunjukkan bahwa orientasi kegiatan ekonomi di
Kabupaten Agam berbasis pada sektor industri. Hal ini sejalan juga dengan hasil Skor
terbobot penentuan KPJu unggulan sektor/sub sektor, dimana sektor/subsektor yang
mempunyai skor terbobot tertinggi adalah sektor industri.
Keberadaan Kabupaten Agam yang merupakan Hinterland dari Kota Bukittinggi
dan dekatnya kabupaten Agam dengan pusat tujuan pemasaran produk tekstil berupa
konveksi, sulaman dan bordiran menyebabkan industri sulaman dan bordir menjadi jenis
usaha yang mempunyai prospek dan potensi yang baik saat ini di Kabupaten Agam dan
potensial menjadi komoditi unggulan.
Kedekatan Kabupaten Agam dengan Kota Bukittinggi sebagai kota tujuan wisata
utama di Sumatera Barat, tentu tidak bisa dilepaskan dari kemunculan beberapa jenis usaha
pendukung pariwisata seperti souvenir dan oleh-oleh. Kerupuk sanjai merupakan produk
oleh-oleh khas Kota Bukittinggi, dan Kabupaten Agam sebagai daerah pendukung juga
memunculkan industri-industri kecil kerupuk sanjai.
Industri kecil penghasil souvenir seperti di Pandai Sikek yang terkenal dengan
tenunannya, daerah, Koto Gadang yang terkenal dengan pandai perak. Disamping itu
keberadaan sentra perdagangan tekstil dan barang-barang tekstil di pasar Aur, merupakan
suatu magnet tersendiri untuk kehadiran pelaku-pelaku industri tekstil dan barang-barang
tekstil untuk mengembangkan usahanya karena kemudahan dan aksesibilitas yang tinggi
bagi penyediaan bahan baku dan pasar produk mereka seperti yang terjadi di daerah Empat
Angkat yang terkenal sebagai sentra sulaman dan bordir.
Tabel 5.3.52.Kedudukan KPJU Lintas Sektor Kabupaten Agam
No KPJU Prospek Potensi ProspekPotensiSaat ini Kuadran
1 Konveksi/pakaian jadi 3.85 3.86 Baik Baik I
2 Kelapa Sawit 3.98 3.77 Baik Baik I
3 Coklat 3.9 3.43 Baik Baik I
4 Bordir/Sulaman 3.52 3.73 Baik Baik I
5 Budidaya Ikan Mas 3.08 3.28 Baik Baik I
6 Kerupuk dan sejenisnya 3.25 3.77 Baik Baik I
7 Kopi 2.93 3.07 Cukup Baik II
8 Sapi Potong 3.97 3.7 Baik Baik I
9 Budidaya Ikan Nila 3.68 3.72 Baik Baik I
10 Pandai Besi 2.82 2.97 Cukup Cukup IV
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 59
Seperti dapat dilihat pada tabel diatas, diantara 10 KPJU Unggulan lintas sektor yang
mempunyai skor terbobot tertinggi, 8 KPJU berada pada kuadran I, yaitu mempunyai
Prospek dan Potensi saat ini yang baik, dan baik yaitu komoditi Konveksi/pakaian jadi,
kelapa sawit, coklat, bordir/sulaman, budidaya ikan mas, kerupuk dan sejenisnya, sapi
potong dan budidaya ikan nila. Jenis usaha atau komoditas kopi pada kuadran II dengan
Prospek cukup baik dan Potensi kategori baik. Komoditas pandai besi berada pada kuadran
ke IV dengan prospek cukup dan potensi cukup
Kedudukan KPJU Unggulan lintas sektor di kota Kabupaten Agam berdasarkan hasil
penilaian terhadap faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini dapat digambarkan pada grafik
kuadran sebagai berikut (Gambar 5.3.13.)
Gambar 5.3.13. Posisi KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kota Kabupaten Agam
5.3.14. Kabupaten Sijunjung
Hasil analisis dengan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
berdasarkan 4 (empat) kriteria dan bobot kepentingannya menghasilkan KPJu unggulan
untuk setiap sektor usaha UMKM di setiap kecamatan di Kabupaten Sijunjung. Berdasarkan
KPJu unggulan pada setiap sektor usaha di setiap kecamatan dilakukan proses agregasi
untuk menentukan calon KPJu unggulan per sektor usaha untuk tingkat Kabupaten
Sijunjung. Hasil proses agregasi dengan menggunakan metode Borda, ditetapkan maksimum
10 kandidat KPJu unggulan Kabupaten Sijunjung yang mempunyai nilai skor tertinggi.
Berdasarkan hasil FGD, analisis AHP menghasilkan skor terbobot setiap sektor ekonomi
1
23
4
6
78
9
10
1213
14
15
11
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
5
1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5
Pro
spe
k
Potensi
5
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 60
untuk setiap tujuan penetapan KPJu unggulan, serta skor terbobot total/gabungan dari
masing-masing sektor usaha seperti disajikan pada Tabel 5.3.53, dapat dilihat bahwa bobot
atau prioritas tertinggi untuk mencapai tujuan pertumbuhan ekonomi serta daya saing
produk dalam rangka penetapan KPJu unggulan di Kabupaten Sijunjung adalah sektor
perkebunan. Sedangkan untuk tujuan penciptaan lapangan kerja adalah sektor
perindustrian. Dengan memperhatikan bobot kepentingan dari masing-masing tujuan, secara
keseluruhan dalam rangka mencapai tujuan penetapan KPJu unggulan UMKM di kabupaten
Sijunjung, maka sektor usaha perkebunan merupakan prioritas pertama. Sektor usaha lain
berdasarkan tingkat kepentingannya berturut-turut adalah perindustrian, tanaman pangan,
peternakan, jasa, perdagangan, pertambangan, pariwisata, angkutan, dan perikanan.
Tabel 5.3.53.Skor Terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek
Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulandi Kabupaten Sijunjung
Sektor Usaha
Tujuan (Skor Terbobot)Skor
TerbobotGabungan
RangkingPertumbuhan
Ekonomi(0,3217)
PenciptaanLapangan
Kerja(0,3387)
PeningkatanDaya Saing
Produk(0,3396)
Perkebunan 0,1675 0,1241 0,1271 0,1391 1
Perindustrian 0,0835 0,1310 0,1254 0,1138 2
Tanaman Pangan 0,1565 0,0875 0,0941 0,1120 3
Peternakan 0,1308 0,0845 0,1095 0,1078 4
Jasa 0,1035 0,1181 0,0901 0,1039 5
Perdagangan 0,0949 0,1011 0,0889 0,0950 6
Pertambangan 0,0464 0,1090 0,1122 0,0900 7
Pariwisata 0,0616 0,0928 0,1020 0,0859 8
Angkutan 0,0840 0,0805 0,0715 0,0786 9
Perikanan 0,0712 0,0714 0,0792 0,0740 10
Berdasarkan hasil dari penelitian lapangan tingkat kabupaten dan pelaksanaan FGD
beserta bobot kepentingan masing-masing kriteria yang telah dihasilkan sebelumnya,
analisis AHP menghasilkan KPJu unggulan setiap sektor ekonomi UMKM dengan urutan dan
nilai skor terbobot seperti disajikan pada 5.3.54.
Tabel 5.3.54.Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan di Kabupaten Sijunjung
No. Sektor Usaha/KPJu SkorTerbobot
No. Sektor Usaha/KPJu SkorTerbobot
Tanaman Pangan Sayur-Sayuran
1. Kacang Tanah 0,205 1. Cabe 0,194
2. Padi Sawah 0,167 2. Kangkung 0,174
3. Ubi Kayu 0,140 3. Ketimun 0,139
4. Jagung 0,137 4. Kacang panjang 0,128
5. Ubi Jalar 0,134 5. Buncis 0,127
Buah-Buahan Perkebunan
1. Nangka 0,143 1. Nilam 0,183
2. Mangga 0,123 2. Kayu Manis 0,154
3. Rambutan 0,107 3. Kelapa Sawit 0,122
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 61
No. Sektor Usaha/KPJu SkorTerbobot
No. Sektor Usaha/KPJu SkorTerbobot
4. Durian 0,101 4. Kelapa 0,096
5. Manggis 0,099 5. Karet 0,089
Peternakan Perikanan
1. Kerbau 0,237 1. Budidaya Ikan Nila 0,236
2. Sapi Potong 0,226 2. Budidaya Ikan Gurame 0,118
3. Ayam Buras 0,154 3. Budidaya Ikan mas 0,098
4. Kambing 0,144 4. Budidaya Ikan Sungai 0,092
5. Ayam Ras Petelur 0,127 5. Budidaya ikan kolam 0,092
Industri Pedagangan
1. Perabot 0,179 1. Sembako 0,193
2. Batu Bata 0,123 2. Toko Kelontong /Waserda 0,179
3. Pengolahan Kayu 0,111 3. Komoditi Makanan 0,150
4. Kerajinan 0,109 4. Perdagangan Hasil Pertanian 0,150
5. Barang-barang tekstil 0,098 5. ATK 0,123
Angkutan Jasa
1. Angkutan Bermotor Barang 0,555 1. Reparasi elektronika 0,172
2. Angkutan Bermotor Penumpang 0,204 2. Tata Boga 0,148
3. Speed Boad 0,157 3. Salon kecantikan 0,120
4.Motor Tempel 0,045
4. Reparasi Kendaraanbermotor 0,116
5. Tongkang 0,038 5. Kursus Komputer 0,108
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh 10 (sepuluh) KPJu unggulan lintas sektor
berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJu yang bersangkutan. Pada 5.3.55 dapat dilihat
bahwa 5 (lima) KPJu unggulan lintas sektor usaha adalah usaha angkutan bermotor untuk
barang, perkebunan nilam, kebun kayu manis, industri perabot, dan ternak kerbau. Hasil
lengkap berupa rangking atau urutan KPJu unggulan lintas sektor usaha berdasarkan nilai
skor terbobot masing-masing KPJu dapat dilihat 5.3.55.
Tabel 5.3.55.10 KPJu Unggulan Yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi
Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Sijunjung
No KPJU Skor Terbobot Sektor Usaha
1. Angkutan Bermotor Barang 0,0436 Angkutan
2. Nilam 0,0395 Perkebunan
3. Kayu Manis 0,0333 Perkebunan
4. Perabot 0,0329 Industri
5. Kerbau 0,0288 Peternakan
6. Sapi Potong 0,0274 Peternakan
7. Budidaya Ikan Nila 0,0274 Perikanan
8. Reparasi elektronika 0,0269 Jasa-Jasa
9. Kelapa Sawit 0,0263 Perkebunan
10. Tata Boga 0,0232 Jasa-Jasa
Pada urutan ke enam dan seterusnya, sebagai KPJu unggulan lintas sektor berturut-
turut adalah ternak sapi potong, budidaya ikan nila, usaha reparasi elektronika, kebun
kelapa sawit dan usaha tata boga. Apabila ditelaah lebih lanjut dari 10 KPJu unggulan lintas
sektor, maka berdasarkan sektornya 3 komoditi berasal dari subsektor perkebunan, 2
komoditi berasal dari subsektor peternakan dan jasa, 1 komoditi masing-masing berasal dari
subsektor angkutan, sub sektor perikanan dan sektor industri. Bila dilihat bahwa 3 KPJu
merupakan bagian usaha dari sektor perkebunan, maka terpilihnya KPJu unggulan lintas
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 62
sektor tersebut menunjukkan bahwa orientasi kegiatan ekonomi di Kabupaten Sijunjung
berbasis pada sektor perkebunan.
Tabel 5.3.56.Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Sijunjung
No. KPJU Rata-RataProspek
Rata-Rata
Potensi
Prospek Potensisaat ini
Kuadran
1. Angkutan BermotorBarang
3.01111 3.21111 Baik Baik I
2. Nilam 2.61111 2.60000 Cukup baik Cukup baik IV
3. Kayu Manis 3.00000 3.20000 Baik Baik I
4. Perabot 3.11111 2.83333 Baik Cukup baik II
5. Kerbau 3.82222 4.27778 Baik Sangat baik I
6. Sapi Potong 3.30000 3.50000 Baik Baik I
7. Budidaya Ikan Nila 4.05556 4.13333 Sangat baik Sangat baik I
8. Reparasi elektronika 3.10000 3.20000 Baik Baik I
9. Kelapa Sawit 3.40000 3.30000 Baik Baik I
10. Tata Boga 2.82222 3.31111 Cukup baik Baik III
Seperti dapat dilihat di atas, di antara 10 KPJu Unggulan Lintas Sektor kabupaten
Sijunjung yang mempunyai skor terbobot tertinggi, 7 KPJu berada pada Kuadran I, yaitu
mempunyai Prospek dan Potensi Saat ini yang Sangat Baik atau Baik, yaitu angkutan
bermotor barang, kayu manis, kerbau, sapi potong, budidaya ikan nila, reparasi elektronik
dan kelapa sawit. perabot berada pada kuadran II yang mempunyai Prospek yang Cukup
Baik dan Potensi saat ini pada katagori Baik. Sedangkan nilam berada pada kuadran IV
dengan potensi saat ini dan prospeknya berada pada kategori cukup baik.
Kedudukan KPJu unggulan lintas sektor di Kabupaten Sijunjung berdasarkan hasil
penilaian terhadap faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini dapat digambarkan pada grafik
kuadran sebagai berikut.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 63
Gambar 5.3.14. Posisi KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Sijunjung
Ketika sesi presentasi FGD tahap 2 berakhir, pada umumnya narasumber
menyatakan keterkejutannya karena beberapa output hasil analisa data tidak sama dengan
kondisi actual yang terjadi di kabupaten Sijunjung.Hasil selengkapnya catatan/masukan dari
narasumber yang diungkap dalam acara FGD tahap 2 kabupaten Sijunjung adalah sebagai
berikut:
1) Narasumber dari dinas pertanian mengatakan bahwa seharusnya urutan rangking 1
hingga rangking 5 KPJU dari sektor tanaman pangan di kabupaten Sijunjung adalah (1)
padi sawah, (2) jagung, (3) kacang tanah, (4) ubi kayu dan ubi jalar. Sementara dalam
penelitian ini, hasil pengolahan data memperlihatkan bahwa justru perangkingan adalah
(1) kacang tanah, (2) padi sawah, (3) jagung, (4) ubi kayu, (5) ubi jalar. Menurut
narasumber tersebut, memang di kabupaten Sijunjung ada kacang tanah yang ditanam,
tapi tidak merata di semua kecamatan (hanya kecamatan tertentu saja yaitu padang
tarok). Sehingga multiplier effect-nya bagi kegiatan ekonomi sangat terbatas. Namun,
karena dalam penelitian ini tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rangking 1
menurut kondisi aktual dengan temuan riset (padi sawah menempari urutan kedua KPJU
unggulan dari sektor tanaman pangan), maka narasumber tersebut mengungkapkan
bahwa ke depan diputuskan saja bahwa KPJU unggulan kabupaten Sijunjung dari sektor
tanaman pangan adalah padi sawah.
2) Narasumber dari dinas holtikultura mengatakan bahwa seharusnya urutan rangking 1
hingga rangking 5 KPJU dari sektor sayuran di kabupaten Sijunjung adalah (1) cabe, (2)
kacang panjang, (3) terung, (4) kangkung, dan (5) bayam. Sementara dalam penelitian
ini, hasil pengolahan data memperlihatkan bahwa peringkat (1) cabe, (2) kangkung, (3)
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 64
ketimun, (4) kacang panjang, dan (5) buncis. Namun, mengingat bahwa rangking 1
hasil olahan data telah sama dengan kondisi ril yang terjadi di lapangan, maka
narasumber dari dinas holtikultura menyatakan dapat menerima temuan penelitian.
3) Selain itu, narasumber dari dinas holtikultura juga mengatakan bahwa seharusnya
urutan rangking 1 hingga rangking 5 KPJU dari sektor buah-buahan di kabupaten
Sijunjung adalah (1) mangga, (2) rambutan, (3) nangka, (4) durian, (5) manggis.
Sementara dalam penelitian ini rangking (1) nangka, (2) mangga, (3) rambutan, (4)
durian, (5) manggis. Namun, karena dalam penelitian ini, mangga menempari urutan
kedua KPJU unggulan dari sektor buah-buahan, dan temuan ini tidak berbeda jauh
dengan kondisi riel di lapangan maka narasumber tersebut mengungkapkan dapat
menerima temuan penelitian, dan mengungkapkan bahwa ke depan diputuskan saja
bahwa KPJU unggulan kabupaten Sijunjung dari sektor buah-buahan adalah mangga
dan manggis. Pertimbangannya adalah selain karena tanaman ini memang banyak
ditanam oleh masyarakat kabupaten Sijunjung, juga karena buah manggis ini sudah
diekspor
4) Narasumber dari dinas pertanian mengatakan bahwa seharusnya urutan rangking 1
hingga rangking 5 KPJU dari sektor perkebunan di kabupaten Sijunjung adalah (1) karet,
(2) kakao/coklat, (3) kayu manis, (4) sawit, (5) pinang. Sementara dalam penelitian ini
rangking (1) nilam, (2) kulit manis, (3) kelapa sawit, (4) kelapa, (5) karet. Khusus untuk
nilam, narasumber mengatakan bahwa tidak rasional jika ke depan akibat temuan
penelitian ini lantas ditetapkan bahwa nilam mesti dikembangkan di Sijunjung. Hal
tersebut disebabkan karena sentral penanaman nilam sudah ditetapkan pada kabupaten
Pasaman, kecuali jika Sijunjung ditetapkan sebagai daerah penyangga penanaman
nilam. Padahal karakteristik tekstur tanah yang ada di Sijunjung tersebut paling pas
untuk ditanami karet dan kakao. Mengingat ada perbedaan yang signifikan antara
kondisi aktual dengan temuan penelitian, maka disarankan untuk berkonsultasi dengan
Kantor Bappeda Propinsi Sumatera Barat untuk merumuskan rangking 1 KPJU sektor
perkebunan untuk kabupaten Sijunjung
5) Narasumber dari dinas peternakan mengatakan bahwa seharusnya urutan rangking 1
dari sektor peternakan di kabupaten Sijunjung adalah (1) sapi potong, (2) kerbau, (3)
ayam ras dan ayam buras. Sementara dalam penelitian ini rangking (1) kerbau, (2) sapi
potong, (3) ayam buras, (4) kambing/domba, (5) ayam ras. Namun mengingat tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara peringkat 1 menurut fakta dilapangan
dengan rangking 1 menurut temuan penelitian, maka narasumber tersebut dapat
menerima temuan penelitian dan mengungkapkan agar ke depan diputuskan saja bahwa
KPJU dari sektor peternakan adalah sapi potong dan kerbau. Pertimbangannya adalah
selain karena kabupaten Sijunjung telah ditetapkan sebagai daerah sentral
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 65
pengembangan sapi potong dan kerbau untuk propinsi Sumatera Barat, hampir semua
masyarakat di kabupaten Sijunjung telah memelihara sapi potong dan kerbau untuk
meningkatkan pendapatan
6) Narasumber dari kantor Bappeda mengatakan bahwa pada dasarnya dapat menerima
temuan penelitian bahwa rangking 1 dan rangking 2 untuk KPJU sektor jasa adalah
reparasi elektronika dan reparasi kendaraan bermotor. Hal tersebut disebabkan karena
faktanya hampir berimbang antara reparasi elektronika dengan reparasi kendaraan
bermotor. Namun, jika diharuskan untuk memilih narasumber tersebut lebih memilih
agar ke depan difokuskan pada reparasi kendaraan bermotor daripada reparasi
elektronik. Hal ini disebabkan karena karakteristik daerah Sijunjung yang berada di
daerah perlintasan, mengakibatkan sektor angkutan berperan penting. Oleh karena itu
prospek usaha reparasi kendaraan bermotor akan jauh lebih tinggi daripada usaha
reparasi elektronika
7) Narasumber dari dinas pertambangan mengatakan bahwa seharusnya urutan rangking 1
hingga rangking 3 KPJU dari sektor pertambangan di kabupaten Sijunjung adalah (1)
mangan, (2) batubara, (3) sirtukil. Sementara dalam penelitian ini rangking (1) emas,
(2) batubara, (3) biji besi. Mengingat ada perbedaan yang signifikan antara temuan
penelitian dan kondisi aktual yang terjadi di kabupaten Sijunjung mengenai KPJU sektor
pertambangan, narasumber tersebut menyarankan agar berkonsultasi dengan kantor
dinas pertambangan propinsi untuk merumuskan apa rangking 1 KPJU sektor
pertambangan kabupaten Sijunjung. Dari persepsi narasumber tersebut, dia lebih
memilih mangan yang dikembangkan, mengingat cadangan/deposit mangan di
kabupaten Sijunjung cukup besar, dan multiplier effeknya bagi pertumbuhan ekonomi
dan PAD lebih besar.
5.3.15. Kabupaten Mentawai
Hasil analisis dengan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
berdasarkan 4 (empat) kriteria dan bobot kepentingannya menghasilkan KPJu unggulan
untuk setiap sektor usaha UMKM di setiap kecamatan di Kabupaten Kepulauan Mentawai.
Berdasarkan KPJu unggulan pada setiap sektor usaha di setiap kecamatan dilakukan proses
agregasi untuk menentukan calon KPJu unggulan per sektor usaha untuk tingkat Kabupaten
Kepulauan Mentawai. Hasil proses agregasi dengan menggunakan metode Borda, ditetapkan
maksimum 10 kandidat KPJu unggulan Kabupaten Kepulauan Mentawai yang mempunyai
nilai skor tertinggi.
Berdasarkan hasil FGD, analisis AHP menghasilkan skor terbobot setiap sektor
ekonomi untuk setiap tujuan penetapan KPJu unggulan, serta skor terbobot total/gabungan
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 66
dari masing-masing sektor usaha seperti disajikan pada Tabel 5.3.57. Pada Tabel 5.3.57.
dapat dilihat bahwa bobot atau prioritas tertinggi untuk mencapai tujuan peningkatan daya
saing produk dalam rangka penetapan KPJu unggulan di Kabupaten Kepulauan Mentawai
adalah sektor angkutan, dan tujuan penciptaan lapangan kerja dalam rangka penetapan
KPJu unggulan di Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah sektor perindustrian, serta untuk
tujuan pertumbuhan ekonomi adalah sektor usaha tanaman pangan. Dengan
memperhatikan bobot kepentingan dari masing-masing tujuan, secara keseluruhan dalam
rangka mencapai tujuan penetapan KPJu unggulan UMKM maka sektor usaha perkebunan
merupakan prioritas pertama. Sektor usaha lain berdasarkan tingkat kepentingannya
berturut-turut adalah perindustrian, perikanan, angkutan, jasa-jasa, perdagangan, tanaman
pangan, pariwisata, peternakan dan pertambangan.
Berdasarkan hasil FGD yang tercermin dalam tabel 5.3.57, menunjukan bahwa
kontribusi yang besar dari sektor pertanian khususnya subsektor kehutanan terhadap
pembentukan PDRB kabupaten Kepulauan Mentawai. Selanjutnya hasil FGD menunjukan
bahwa para pihak terkait menyadari pentingnya peran sektor perikanan khususnya budidaya
ikan laut dalam usaha penyerapan tenaga kerja dan peningkatan daya saing produk.
Sehingga secara keseluruhan walaupun peran subsektor tanaman pangan dan holtikultura
sangat besar terhadap perekonomian kabupaten Kepulauan Mentawai, namun hasil diskusi
ini menyimpulkan bahwa sektor perindustrian memiliki tingkat kepentinmgan yang lebih baik
dibandingkan sektor ekonomi lainnya.
Tabel 5.3.57.Skor Terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek
Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulandi Kabupaten Mentawai
SektorPertumbuhan
ekonomi
Penciptaanlapangan
kerja
Peningkatandaya saing
produkBobot
GabunganRanking
Bobot Tujuan => 0.3217 0.3387 0.3396
Perkebunan 0.1230 0.1532 0.1142 0.1302 1
Perindustrian 0.1156 0.1535 0.1165 0.1287 2
Perikanan 0.1196 0.1358 0.1224 0.1261 3
Angkutan 0.1269 0.0821 0.1436 0.1174 4
Jasa 0.0938 0.1349 0.0789 0.1027 5
Perdagangan 0.0872 0.0817 0.1354 0.1017 6
Tanaman Pangan 0.1358 0.0627 0.0643 0.0867 7
Pariwisata 0.0713 0.0903 0.0891 0.0838 8
Peternakan 0.0975 0.0549 0.0829 0.0781 9
Pertambangan 0.0293 0.0509 0.05260.0446
10
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 67
Berdasarkan hasil dari penelitian lapangan tingkat kabupaten dan pelaksanaan FGD
beserta bobot kepentingan masing-masing kriteria yang telah dihasilkan sebelumnya (Tabel
5.3.57), analisis AHP menghasilkan KPJu unggulan setiap sektor ekonomi UMKM dengan
urutan dan nilai skor terbobot seperti disajikan pada Tabel 5.3.58.
Tabel 5.3.58.Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan di Kabupaten Mentawai
No Sektor/Subsektor/KPJu Bobot No Sektor/Subsektor/KPJu Bobot
Tanaman Pangan Perikanan
1 Padi Sawah 0.2031 1 Budidaya ikan laut 0.3183
2 Keladi 0.1591 2 Udang, Lobster, dan Kepiting 0.2863
3Sagu 0.1404
3Penangkapan Ikan di perairanumum 0.2540
4 Kacang hijau 0.1191 4 Budidaya ikan kolam 0.1413
5 Jagung 0.1155
No Sektor/Subsektor/KPJu Bobot No Sektor/Subsektor/KPJu Bobot
Sayuran Industri
1 Terong 0.2131 1 Penggaraman ikan 0.1802
2 Cabe 0.1323 2 Kerupuk dan sejenisnya 0.1738
3 Cabe Rawit 0.1285 3 Tempe 0.1532
4 Tomat 0.1260 4 Minyak Atsiri 0.1443
5 Ketimun 0.1153 5 Industri Es 0.0965
Buah-buahan Perdagangan
1 Pisang 0.3005 1 Restoran 0.1713
2 Durian 0.2036 2 Bahan Bakar 0.1700
3 Duku 0.1017 3 Pakaian Jadi 0.1642
4 Alpukat 0.0905 4 Toko Kelontong /Waserda 0.1409
5 Manggis 0.0870 5 Sembako 0.1366
Perkebunan Jasa
1 Coklat 0.2104 1 Reparasi Kendaraan bermotor 0.1888
2 Cengkeh 0.1720 2 Kursus Bahasa Inggris 0.1540
3 Nilam 0.1610 3 Kursus Komputer 0.1270
4 Karet 0.1236 4 Travel Guide 0.1254
5 Kelapa 0.1229 5 Kursus Kecantikan 0.0893
Peternakan Angkutan
1 Babi 0.4043 1 Speed Boad 0.3281
2 Ayam Buras 0.1760 2 Angkutan Bermotor Barang 0.2912
3 Sapi Potong 0.1540 3 Motor Tempel 0.1949
4 Kambing 0.1350 4 Angkutan Bermotor Penumpang 0.1858
5 Kerbau 0.1306
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 68
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh 10 (sepuluh) KPJu unggulan lintas sektor
berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJu yang bersangkutan, seperti disajikan pada Tabel
5.3.59. Pada Tabel 5.3.59. dapat dilihat bahwa 5 (lima) KPJu unggulan lintas sektor usaha
adalah perkebunan coklat, budidaya ikan laut, peternakan babi, industri penggaraman ikan
dan angkutan speed boat. Hasil lengkap berupa rangking atau urutan KPJu unggulan lintas
sektor usaha berdasarkan nilai skor terbobot masing-masing KPJu dapat dilihat pada Tabel
5.3.59.
Pada urutan ke enam dan seterusnya, sebagai KPJu unggulan lintas sektor berturut-
turut adalah industri kerupuk dan sejenisnya, perikanan udang, lobster dan kepiting,
perkebunan cengkeh, jasa reparasi kendaraan bermotor dan angkutan bermotor barang.
Tabel 5.3.59.10 KPJu Unggulan Yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi
Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Mentawai
Rangking Sektor/ Subsektor KPJu Bobot
1 Perkebunan Coklat 0.0347
2 Perikanan Budidaya ikan laut 0.0321
3 Peternakan Babi 0.0316
4 Industri Penggaraman ikan 0.0310
5 Angkutan Speed Boad 0.0308
6 Industri Kerupuk dan sejenisnya 0.0299
7 Perikanan Udang, Lobster, dan Kepiting 0.0289
8 Perkebunan Cengkeh 0.0284
9 Jasa-Jasa Reparasi Kendaraan bermotor 0.0283
10 Angkutan Angkutan Bermotor Barang 0.0273
Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Kepulauan Mentawai
berdasarkan hasil penilaian terhadap faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini adalah
Seperti dapat dilihat pada Tabel 5.3.60. di atas, di antara 10 KPJu Unggulan Lintas Sektor
yang mempunyai skor terbobot tertinggi, 3 KPJu berada pada Kuadran I, yaitu mempunyai
Prospek dan Potensi Saat ini yang Sangat Baik atau Baik, yaitu perkebunan coklat,
[eternakan babi dan perkebunan cengkeh. Sedangkan lima KPJu berada di kuadran II dan
dua KPJu berada di kuadran IV.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 69
Tabel 5.3.60.Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Mentawai
No KPJU Prospek Potensi Kuadran
1 Budidaya Ikan Laut 3.625 2.854 II
2 Speed Boat 3.354 2.771 II
3 Udang Lobster, Kepiting 3.313 2.729 II
4 Coklat 3.792 3.208 I
5 Angkutan Bemotor untuk Barang 3.292 2.688 II
6 Reparasi Kendaraan Bermotor 2.750 2.679 IV
7 Babi 3.042 3.167 I
8 Penggaraman ikan 3.167 2.958 II
9 Kerupuk dan sejenisnya 2.926 2.667 IV
10 Cengkeh 3.708 3.583 I
Kedudukan KPJu unggulan lintas sektor di Kabupaten Kepulauan Mentawai
berdasarkan hasil penilaian terhadap faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini dapat
digambarkan pada grafik kuadran sebagai berikut (Gambar 5.3.53.):
Gambar 5.3.15. Posisi KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Mentawai
5.3.16. Kabupaten Padang Pariaman
Hasil analisis dengan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
berdasarkan 4 (empat) kriteria dan bobot kepentingannya menghasilkan KPJu unggulan
untuk setiap sektor usaha UMKM di setiap kecamatan di Kabupaten Padang Pariaman.
Berdasarkan KPJu unggulan pada setiap sektor usaha di setiap kecamatan dilakukan proses
123
4
56
789
10
11
12
13
1415
1617
18
19
20
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
4.000
4.500
5.000
1.000 1.500 2.000 2.500 3.000 3.500 4.000 4.500 5.000
Po
ten
si
Prospek
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 70
agregasi untuk menentukan calon KPJu unggulan per sektor usaha untuk tingkat Kabupaten
Padang Pariaman. Hasil proses agregasi dengan menggunakan metode Borda, ditetapkan
maksimum 10 kandidat KPJu unggulan Kabupaten Padang Pariaman yang mempunyai nilai
skor tertinggi.
Berdasarkan hasil FGD, analisis AHP menghasilkan skor terbobot setiap sektor
ekonomi untuk setiap tujuan penetapan KPJu unggulan, serta skor terbobot total/gabungan
dari masing-masing sektor usaha. Pada Tabel 5.3.61 dapat dilihat bahwa bobot atau
prioritas tertinggi untuk mencapai tujuan penciptaan lapangan kerja dan peningkatan daya
saing produk adalah sektor perdagangan. Sedangkan untuk mencapai tujuan pertumbuhan
ekonomi sektor tanaman pangan memiliki bobot tertinggi. Dengan memperhatikan bobot
kepentingan dari masing-masing tujuan, secara keseluruhan dalam rangka mencapai tujuan
penetapan KPJu unggulan UMKM maka sektor perdagangan merupakan prioritas pertama.
Sektor usaha lain berdasarkan kepentingannya adalah perindustrian, peternakan,
perkebunan, angkutan, tanaman pangan, perikanan, jasa, pariwisata, pertambangan.
Tabel 5.3.61.Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek
Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulandi Kabupaten Padang Pariaman
Sektor Usaha
Tujuan (Skor Terbobot)
SkorTerbobotGabungan
RangkingPertumbuhanEkonomi(0,3217)
PenciptaanLapanganKerja
(0,3387)
PeningkatanDaya Saing
Produk(0,3396)
Perdagangan 0,0968 0,1753 0,1664 0,1470 1
Perindustrian 0,1137 0,1233 0,1261 0,1212 2
Peternakan 0,1146 0,1135 0,1219 0,1167 3
Perkebunan 0,1024 0,1192 0,1093 0,1104 4
Angkutan 0,1096 0,1058 0,0989 0,1047 5
Tanaman Pangan 0,1629 0,0670 0,0798 0,1022 6
Perikanan 0,1252 0,0671 0,0836 0,0914 7
Jasa 0,0507 0,0955 0,0674 0,0715 8
Pariwisata 0,0636 0,0647 0,0846 0,0711 9
Pertambangan 0,0605 0,0686 0,0620 0,0637 10
Berdasarkan hasil penelitian tingkat kabupaten Padang Pariaman dan pelaksanaan
FGD beserta bobot kepentingan masing-masing kriteria yang telah dihasilkan sebelumnya,
analisis AHP menghasilkan KPJu Unggulan setiap sektor UMKM dengan urutan dan nilai skor
terbobot seperti disajikan pada tabel 5.3.62. Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi
tentang penetapan kompetensi inti daerah dilakukan penetapan KPJu unggulan Lintas sektor.
Penetapan dilakukan dengan menggunakan Metoda Bayes, dengan mempertimbangkan
bobot kepentingan atau prioritas setiap sektor usaha serta hasil skor KPJu unggulan setiap
sektor usaha yang telah diperoleh.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 71
Tabel 5.3.62.Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha
di Kabupaten Padang Pariaman
No.Sektor Usaha/
KPJuSkor-
TerbobotNo.
Sektor Usaha/KPJu
Skor-Terbobot
Padi dan Palawija Sayuran
1 Padi Sawah 0.3061 1 Cabe 0.4137
2 Jagung 0.1944 2 Bayam 0.1713
3 Ubi Kayu 0.1466 3 Kacang panjang 0.1402
4 Kacang Tanah 0.1022 4 Kangkung 0.1106
5 Kacang hijau 0.1005 5 Ketimun 0.0997
Buah-Buahan Perkebunan
1 Durian 0.1567 1 Kelapa 0.2226
2 Pepaya 0.1376 2 Coklat 0.1662
3 Pisang 0.1155 3 Kelapa Sawit 0.1605
4 Buah Naga 0.1008 4 Kayu Manis 0.1427
5 Mangga 0.0969 5 Karet 0.1071
Peternakan Perikanan
1Sapi Potong 0.3435
1Budidaya ikan kolam 0.2019
2 Ayam Ras Pedaging 0.2065 2 Budidaya Ikan Gurame 0.1894
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 72
No.Sektor Usaha/
KPJuSkor-
TerbobotNo.
Sektor Usaha/KPJu
Skor-Terbobot
3 Kerbau 0.1187 3 Budidaya Ikan Nila 0.1778
4 Ayam Ras Petelur 0.1137 4 Budidaya Ikan Lele 0.1715
5 Ayam Buras 0.0945 5 Budidaya ikan sawah 0.1613
Angkutan Industri
1 Angkutan Bermotor Barang 0.3924 1 Batu Bata 0.2817
2 Angkutan BermotorPenumpang
0.3431 2 Bordir/Sulaman 0.1878
3 Ojek 0.2645 3 Kerajinan 0.1539
4 Perabot 0.1238
5 industri Kulit 0.1112
Perdagangan Jasa-jasa
1 Barang Elektronik 0.1923 1 Reparasi Kendaraan bermotor 0.2379
2 Komoditi Makanan 0.1633 2 Reparasi elektronika 0.1263
3 Bahan Bakar 0.1102 3 Photo Studio 0.1159
4 Sembako 0.0980 4 Tukang Sablon 0.1094
5 Mobil Dan Sepeda Motor 0.0962 5 Jasa Kursus Menjahit 0.1030
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh 10 (sepuluh) KPJu unggulan lintas sektor
berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJu yang bersangkutan, seperti disajikan pada Tabel
5.3.63. Pada Tabel 5.3.63 dapat dilihat bahwa 5 (lima) KPJu unggulan lintas sektor usaha adalah
komoditi sapi potong, perdagangan barang elektronik, industri batu bata, perdagangan komoditi
makanan, perkebunan kelapa. Hasil lengkap berupa rangking atau urutan KPJu unggulan
lintas sektor usaha berdasarkan nilai skor terbobot masing-masing KPJu dapat dilihat
pada Tabel 5.3.63.
Pada urutan keenam dan seterusnya, sebagai KPJU Unggulan lintas sektor berturut-
turut adalah peternakan ayam ras pedaging, industri bordir/sulaman, angkutan bermotor
barang, jasa reparasi kendaraan bermotor dan perdagangan bahan bakar. Apabila ditelaah
lebih lanjut dari 10 KPJU Unggulan lintas sektor, maka berdasarkan sektornya 3
perdagangan, 2 peternakan, 2 industri, 1 perkebunan, 1 jasa dan 1 angkutan.
Tabel 5.3.63.10 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot TertinggiSebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Padang Pariaman
No KPJu Skor Terbobot Sektor Usaha
1 Sapi Potong 0.0457 Peternakan
2 Barang Elektronik 0.0428 Perdagangan
3 Batu Bata 0.0398 Industri
4 Komoditi Makanan 0.0364 Perdagangan
5 Kelapa 0.0308 Perkebunan
6 Ayam Ras Pedaging 0.0275 Peternakan
7 Bordir/Sulaman 0.0265 Industri
8 Angkutan Bermotor Barang 0.0246 Angkutan
9 Reparasi Kendaraan bermotor 0.0246 Jasa-Jasa
10 Bahan Bakar 0.0245 Perdagangan
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 73
Kedudukan KPJU Unggulan lintas sektor di Kabupaten Padang Pariaman berdasarkan
hasil penilaian faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini adalah sebagai berikut
Tabel 5.3.64.
Kedudukan KPJu Lintas Sektor Kabupaten Padang Pariaman
No KPJu Potensi Prospek ProspekPotensiSaat ini
Kuadran
1 Sapi potong 3,25 3,45 Baik Baik I
2 Kelapa 3,52 3,27 Baik Baik I
3 Kakao 2,92 2,98 Cukup Baik Cukup Baik IV
4 Kelapa Sawit 2,30 2,40 Cukup Baik Cukup Baik IV
5 Batu Bata 3,23 3,03 Baik Baik I
6 Kayu Manis 2,56 2,39 Cukup Baik Cukup Baik IV
7 Ayam Ras Pedaging 3,30 3,33 Baik Baik I
8 Angkutan Bermotor Unt Barang 2,58 2,70 Cukup Baik Cukup Baik IV
9 Angkutan Bermotor Unt Penumpang 2,63 2,85 Cukup Baik Cukup Baik IV
10 Karet 2,10 2,30 Cukup Baik Cukup Baik IV
Seperti dapat dilihat pada tabel diatas, diantara 10 KPJU Unggulan lintas sektor yang
mempunyai skor terbobot tertinggi, 4 KPJU berada pada kuadran I, yaitu mempunyai
prospek dan potensi saat ini yang sangat baik, yaitu sapi potong, kelapa, batu bata, dan
ayam ras pedaging. Sedangkan yang termasuk kuadran IV (prospek dan potensi rendah)
adalah kakao, kelapa sawit, kayu manis, angkutan bermotor untuk barang, angkutan
bermotor untuk penumpang dan karet.
Di luar 10 KPJu Unggulan Lintas Sektor tersebut, KPJu yang berada pada Kuadran I,
dengan Potensi saat ini pada katagori Baik dan Prospek yang juga Baik adalah usaha bordir,
padi sawah, komoditi makanan dan ayan ras petelur. Usaha yang berada di kuadran III yaitu
mempunyai prospek cukup baik, sedangkan potensi saat ini pada katagori Baik adalah
angkutan ojek, kerbau, perabot dan anyaman lidi. sedangkan usaha angkutan bermotor
untuk barang berada pada kuadran III. Beberapa jenis usaha seperti reparasi kendaraan
bermotor dan perdagangan barang elektronik berada pada kuadran IV yang dinilai cukup
baik potensi dan prospeknya.
Kedudukan KPJU Unggulan lintas sektor di Kabupaten Padang Pariaman berdasarkan
hasil penilaian terhadap faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini dapat digambarkan pada
grafik kuadran sebagai berikut (Gambar 5.3.16.).
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 74
Gambar 5.3.16. Posisi KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten PadangPariaman
5.3.17. Kabupaten Limapuluh Kota
Hasil analisis dengan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
berdasarkan 4 (empat) kriteria dan bobot kepentingannya menghasilkan KPJu unggulan
untuk setiap sektor usaha UMKM di setiap kecamatan di Kabupaten 50 Kota. Berdasarkan
KPJu unggulan pada setiap sektor usaha di setiap kecamatan dilakukan proses agregasi
untuk menentukan calon KPJu unggulan per sektor usaha untuk tingkat Kabupaten 50 Kota.
Hasil proses agregasi dengan menggunakan metode Borda, ditetapkan maksimum 10
kandidat KPJu unggulan Kabupaten 50 Kota yang mempunyai nilai skor tertinggi.
Berdasarkan hasil FGD, analisis AHP menghasilkan skor terbobot setiap sektor
ekonomi untuk setiap tujuan penetapan KPJu unggulan, serta skor terbobot total/gabungan
dari masing-masing sektor usaha seperti disajikan pada Tabel 5.3.65. Pada Tabel 5.3.65
dapat dilihat bahwa bobot atau prioritas tertinggi untuk mencapai tujuan pertumbuhan
ekonomi dan peningkatan daya saing produk dan untuk tujuan penciptaan lapangan kerja
maka sektor peternakan merupakan sektor dengan bobot tertinggi. Dengan memperhatikan
bobot kepentingan dari masing-masing tujuan, secara keseluruhan dalam rangka mencapai
tujuan penetapan KPJu unggulan UMKM maka sektor peternakan merupakan prioritas
pertama. Sektor usaha lain berdasarkan kepentingannya adalah perindustrian, perdagangan,
tanaman pangan, perkebunan, perikanan, jasa, angkutan, pariwisata dan pertambangan
1
2
3
4
5
6
7
89
10
11
12
1314
15
16
171819
20
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
4.50
5.00
1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00 4.50 5.00
Pro
spe
k
Potensi
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 75
Hasil yang disajikan pada table 5.3.65 mengenai sektor ekonomi yang mempunyai
skor terbobot tertinggi untuk masing-masing kriteria tujuan penetapan KPJU menunjukkan
bahwa sektor peternakan, sektor perindustrian dan sektor perdagangan merupakan sektor
unggulan di Kabupaten 50 Kota. Kabupaten 50 Kota memang dikenal sebagai sentra
penghasil telur dan pemasok ayam terbesar di Sumatera Barat, maka tidaklah mengheran-
kan apabila sektor peternakan merupakan sektor yang paling dominan di daerah ini.
Tabel 5.3.65.Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek
Tujuan dan Urutan Kepentingannya dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulandi Kabupaten 50 Kota
Sektor Pertumbuhanekonomi
Penciptaanlapangan kerja
Peningkatan dayasaing produk
BobotGabungan
Ranking
Bobot 0.3217 0.3387 0.3396
Peternakan 0.3064 0.3636 0.2330 0.3009 1
Perindustrian 0.1396 0.0856 0.1344 0.1195 2
Perdagangan 0.1089 0.0784 0.1126 0.0998 3
Tanaman Pangan 0.1326 0.0607 0.1043 0.0986 4
Perkebunan 0.0755 0.0850 0.1027 0.0879 5
Perikanan 0.0712 0.0727 0.0727 0.0692 6
Jasa 0.0411 0.0588 0.1033 0.0682 7
Angkutan 0.0693 0.0665 0.0599 0.0651 8
Pariwisata 0.0322 0.0890 0.0577 0.0601 9
Pertambangan 0.0232 0.0396 0.0283 0.0305 10
Berdasarkan hasil penelitian tingkat Kabupaten 50 Kota dan pelaksanaan FGD
beserta bobot kepentingan masing-masing kriteria yang telah dihasilkan sebelumnya,
analisis AHP menghasilkan KPJu Unggulan setiap sektor UMKM dengan urutan dan nilai skor
terbobot seperti disajikan pada tabel 5.3.66.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan kompetensi inti
daerah dilakukan penetapan KPJu unggulan Lintas sektor. Penetapan dilakukan dengan
menggunakan Metoda Bayes, dengan mempertimbangkan bobot kepentingan atau prioritas
setiap sektor usaha serta hasil skor KPJu unggulan setiap sektor usaha yang telah diperoleh.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 76
Tabel 5.3.66Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha
di Kabupaten 50 Kota
No.Sektor Usaha/
KPJuSkor-
TerbobotNo.
Sektor Usaha/KPJu
Skor-Terbobot
Tanaman Pangan Sayuran
1 Padi Sawah 0.3610 1 Cabe 0.2812
2 Jagung 0.2640 2 Bayam 0.0933
3 Kacang Tanah 0.1177 3 Bawang Merah 0.0933
4 Ubi Kayu 0.1109 4 Buncis 0.0927
5 Kacang hijau 0.0978 5 Ketimun 0.0927
Buah-Buahan Perkebunan
1 Jeruk 0.1898 1 Coklat 0.2683
2 Pepaya 0.1596 2 Gambir 0.1792
3 Manggis 0.1510 3 Karet 0.1202
4 Semangka 0.1341 4 Kelapa 0.0825
5 Durian 0.1280 5 Pinang 0.0717
Peternakan Perikanan
1Ayam Ras Petelur 0.2065
1Budidaya ikan kolam 0.4971
2 Kerbau 0.1603 2 Budidaya ikan sawah 0.2039
3 Sapi Potong 0.1542 3 Budidaya Ikan Sungai 0.1737
4 Telur 0.0826 4 Penangkapan Ikan di perairanumum
0.0763
5 Ayam Ras Pedaging 0.0788 5 Budidaya ikan Rawa 0.0490
Perdagangan Industri
1 Toko Kelontong /Waserda 0.1574 1 Bordir/Sulaman 0.2556
2 Mobil Dan Sepeda Motor 0.1350 2 Kerupuk dan sejenisnya 0.1242
3 ATK 0.1253 3 Batu Bata 0.1144
4 Bahan Bakar 0.1022 4 Kerajinan 0.1075
5 Komoditi Makanan 0.1011 5 Industri Es 0.1017
Angkutan Jasa-jasa
1 Angkutan Bermotor Barang 0.4110 1 Kursus Bahasa Inggris 0.1261
2 Angkutan BermotorPenumpang
0.3009 2 Reparasi elektronika 0.1186
3 Ojek 0.2881 3 Photo Studio 0.1093
4 4 Jasa Kursus Akuntansi 0.1038
5 5 Reparasi Kendaraan bermotor 0.1030
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh 10 (sepuluh) KPJu unggulan lintas sektor
berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJu yang bersangkutan, seperti disajikan pada Tabel
5.3.67. Pada Tabel 5.3.67. dapat dilihat bahwa 5 (lima) KPJu unggulan lintas sektor usaha
adalah Ayam Ras Petelur, Kerbau, Sapi Potong, Bordir/sulaman dan telur (telur ayam, telur itik,
Telur puyuh). Hasil lengkap berupa rangking atau urutan KPJu unggulan lintas sektor
usaha berdasarkan nilai skor terbobot masing-masing KPJu dapat dilihat pada Tabel
5.3.67.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 77
Tabel 5.3.67.10 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi Sebagai
KPJu Unggulan Lintas Sektor Kabupaten 50 Kota
Rangking Sektor/ Subsektor KPJU Bobot
1 Peternakan Ayam Ras Petelur 0.0911
2 Peternakan Kerbau 0.0707
3 Peternakan Sapi Potong 0.0680
4 Industri Bordir/Sulaman 0.0434
5 Peternakan Telur 0.0364
6 Peternakan Ayam Ras Pedaging 0.0348
7 Perikanan Budidaya ikan kolam 0.0344
8 Perkebunan Coklat 0.0327
9 Sayuran Cabe 0.0253
10 Tanpang Padi Sawah 0.0225
Pada urutan keenam dan seterusnya, sebagai KPJU Unggulan lintas sektor berturut-
turut adalah Ayam ras pedaging, budidaya ikan kolam, coklat, cabe dan padi sawah. Apabila
ditelaah lebih lanjut dari 10 KPJU Unggulan lintas sektor, maka berdasarkan sektornya 5
komoditi merupakan termasuk kedalam sub sektor peternakan, 1 komoditi termasuk pada
masing-masing sub sektor perikanan, sektor industri, subsektor perkebunan, subsektor
sayuran dan subsektor tanaman pangan. Sub sektor peternakan merupakan sub sektor
yang dominan dalam hal kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi, peningkatan daya
saing produk dan penciptaan lapangan kerja, dan ternyata secara lintas sektoral, sub sektor
peternakan merupakan sub sektor yang menjadi penyumbang jenis komoditi terbanyak yang
memiliki nilai bobot paling tinggi dibandingkan komoditi lainnya. Hal ini mensiratkan bahwa
Kabupaten 50 Kota bisa dikategorikan sebagai daerah sentra bagi usaha-usaha dibidang
peternakan. Kedudukan KPJU Unggulan lintas sektor di Kabupaten 50 Kota berdasarkan hasil
penilaian faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini adalah sebagai berikut. Seperti dapat
dilihat pada tabel 5.3.68, diantara 10 KPJU Unggulan lintas sektor yang mempunyai skor
terbobot tertinggi, 9 KPJU berada pada kuadran I, yaitu mempunyai Prospek dan Potensi
saat ini yang sangat baik, dan baik yaitu Jenis usaha atau komoditas ayam ras petelur, sapi
potong, bordir/sulaman, telur, ayam ras pedaging, budidaya ikan kolam, coklat, cabe dan
padi sawah. Sedangkan jenis usaha atau komoditas kerbau berada pada kuadran IV dengan
Prospek dan Potensi saat ini pada kategori cukup baik.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 78
Tabel 5.3.68.Kedudukan KPJU Lintas Sektor Kabupaten 50 Kota
No. KPJU Prospek Potensi ProspekPotensi Saat
iniKuadran
1 Ayam Ras Petelur 4.28 3.88 Sangat Baik Baik I
2 Kerbau 2.23 2.57 Cukup Baik Cukup Baik IV
3 Sapi potong 3.38 3.1 Baik Baik I
4 Bordir/Sulaman 4.12 3.87 Sangat Baik Baik I
5 Telur 4.10 3.98 Sangat Baik Baik I
6 Ayam Ras Pedaging 3.68 3.42 Baik Baik I
7 Budidaya Ikan Kolam 4.06 3.68 Sangat Baik Baik I
8 Coklat 3.85 4.3 Baik Sangat Baik I
9 Cabe 3.32 3.17 Baik Baik I
10 Padi Sawah 3.3 3.5 Baik Baik I
11 Gambir 4.08 3.93 Sangat Baik Baik I
12 Ubi Kayu 3.65 3.48 Baik Baik I
13 Kerupuk dan sejenisnya 3.42 3.98 Baik Baik I
14 Kacang Tanah 3.57 3.30 Baik Baik I
15 Batubata 2.8 2.92 Cukup Baik Cukup Baik IV
16 Kerajinan 3.77 3.72 Baik Baik I
17 Karet 3.57 3.67 Baik Baik I
18 Jeruk 3.68 3.67 Baik Baik I
19 Jagung 4.45 4.22 Sangat Baik Sangat Baik I
20 Komoditi Makanan 3.57 3.62 Baik Baik I
Diluar 10 KPJU Unggulan lintas sektor tersebut, dengan prospek dan Potensi saat ini
pada kategori sangat baik dan baik adalah jenis usaha atau komoditi gambir, ubi kayu,
kerupuk dan sejenisnya, kacang tanah, kerajinan, karet, jeruk, jagung, komoditi makanan
berada pada kuadran I. Sedangkan jenis usaha atau komoditi batubata berada pada kuadran
IV dengan Prospek dan Potensi saat ini cukup baik.
Kabupaten 50 Kota dikenal sebagai sentra penghasil telur, maka budidaya ayam ras
petelur sangat pesat dilakukan. Berbagai usaha perbaikan yang dilakukan berupa
mengurangi polusi lingkungan dengan memberikan obat pada makanan ayam sehingga bisa
diminimalisir bau yang dihasilkan. Tetapi terlepas dari faktor lingkungan, hasil kotoran ayam
juga merupakan produk yang sangat laku untuk dijual sehingga faktor lingkungan bukan lagi
kendala bagi pengembangan komoditi ayam petelur.
Padi sawah merupakan komoditi yang mempunyai prospek sangat baik dan potensi
baik, hal ini terkait dengan dukungan dari pemerintah daerah dalam bentuk penyediaan
sarana irigasi dan adanya kebijakan secara nasional bahwa diharapkan adanya surplus beras
pada tahun 2014. Sementara potensinya sedikit terhambat dengan susahnya untuk
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 79
melakukan ekstensifikasi lahan persawahan. Komoditi coklat merupakan komoditi yang
unggul di Kabupaten 50 Kota disamping Gambir. Selain itu komoditi coklat mendapatkan
perhatian yang lebih dari pemerintah pusat dalam bentuk bantuan dari ristek penelitian
coklat guna perbaikan mutu tanaman coklat.
Komoditi jagung menjadi salah satu komoditi tanaman pangan yang mulai
dikembangkan di Kabupaten 50 Kota. Karena pasar bagi komoditi jagung sangat terbuka
lebar, baik untuk konsumsi masyarakat lokal dan non lokal disamping menjadi makanan
penunjang bagi komoditi peternakan yang sangat besar populasinya di kabupaten 50 Kota.
Budidaya ikan mulai menjadi salah satu primadona penunjang perekonomian
masyarakat. Baik budidaya ikan maupun budidaya bibit ikan. Keberadaan waduk Koto
Panjang di Propinsi Riau dan mulai membanjirnya budidaya ikan di waduk tersebut
menyebabkan terbukanya pasar bagi bibit ikan yang berasal dari Kabupaten 50 Kota.
Berbagai jenis ikan yang dibudidayakan oleh masyarakat yaitu ikan gurami, ikan garing, ikan
nila dan benih ikan nila.
Komoditi tekstil dan hasil tekstil berupa bordir, sulaman dan tenunan merupakan
jenis usaha yang bias menyerap banyak tenaga kerja tanpa memandang usia. Pasar bagi
produk ini juga sangat besar karena faktor lokasi yang tidak terlalu jauh dari Bukittinggi
sebagai sentra penjualan barang-barang tekstil dan pusat kegiatan wisata Sumatera Barat
yang tentunya menarik minat para wisatawan untuk membeli oleh-oleh berupa hasil
sulaman, bordir dan tenunan yang bisa dipasok dari Kabupaten 50 Kota. Selain itu, produk-
produk makanan dan kerajinan juga menjadi produk yang unggul di daerah ini. Banyak
komoditi makanan yang hanya dihasilkan di Kabupaten 50 Kota seperti rendang telur yang
sudah menjadi salah satu produk oleh-oleh favorit dari daerah ini.
Kalau kita berbicara komoditi unggulan, maka komoditi gambir merupakan komoditi
yang menjadi mascot Kabupaten 50 Kota karena Kabupaten 50 kota merupakan sentra
penghasil gambir untuk wilayah Sumatera Barat.
Kedudukan KPJU Unggulan lintas sektor di Kabupaten 50 Kota berdasarkan hasil
penilaian terhadap faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini dapat digambarkan pada grafik
kuadran sebagai berikut (Gambar 5.3.17.)
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 80
Gambar 5.3.17. Posisi KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten 50 Kota
5.3.18. Kabupaten Dharmasraya
Berdasarkan hasil FGD, analisis AHP menghasilkan skor terbobot setiap sektor
ekonomi untuk setiap tujuan penetapan KPJu unggulan, serta skor terbobot total/gabungan
dari masing-masing sektor usaha. dapat dilihat bahwa bobot atau prioritas tertinggi untuk
mencapai tujuan pertumbuhan ekonom, tujuan penciptaan lapangan kerja, serta tujuan
peningkatan daya saing produk dalam rangka penetapan KPJu unggulan di Kabupaten
Dharmasraya adalah pada sektor perkebunan. Dengan memperhatikan bobot kepentingan
dari masing-masing tujuan, secara keseluruhan dalam rangka mencapai tujuan penetapan
KPJu unggulan UMKM di kabupaten Dharmasraya, maka sektor usaha perkebunan
merupakan prioritas pertama. Sektor usaha lain berdasarkan tingkat kepentingannya
berturut-turut adalah tanaman pangan, peternakan, jasa, perindustrian, perdagangan,
perikanan, angkutan, pariwisata, dan pertambangan.
1
2
3
4
167
8
9
10
19
12
13
14
15
61711
18
20
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
5
1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5
Pro
spe
k
Potensi
5
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 81
Tabel 5.3.69.Skor Terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek
Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulandi Kabupaten Dharmasraya
Sektor Usaha
Tujuan (Skor Terbobot)Skor
TerbobotGabungan
RangkingPertumbuhan
Ekonomi(0,3217)
PenciptaanLapangan Kerja
(0,3387)
PeningkatanDaya Saing
Produk(0,3396)
Perkebunan 0.2127 0.1995 0.1955 0.2024 1
Tanaman pangan 0.1399 0.1487 0.1408 0.1432 2
Peternakan 0.1149 0.1046 0.1247 0.1147 3
Jasa 0.0687 0.1091 0.1299 0.1032 4
Perindustrian 0.0681 0.1860 0.0528 0.1029 5
Perdagangan 0.1528 0.0620 0.0739 0.0953 6
Perikanan 0.0895 0.0421 0.0946 0.0752 7
Angkutan 0.0633 0.0636 0.0787 0.0686 8
Pariwisata 0.0417 0.0475 0.0603 0.0500 9
Pertambangan 0.0482 0.0370 0.0487 0.0446 10
Berdasarkan hasil dari penelitian lapangan tingkat kabupaten dan pelaksanaan FGD
beserta bobot kepentingan masing-masing kriteria yang telah dihasilkan sebelumnya,
analisis AHP menghasilkan KPJu unggulan setiap sektor ekonomi UMKM dengan urutan dan
nilai skor terbobot.
Tabel 5.3.70.Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha
di Kabupaten Kabupaten Dharmasraya
No Sektor Usaha/KPJuSkor
TerbobotNo Sektor Usaha/KPJu
SkorTerbobot
Tanaman Pangan Sayur-Sayuran
1. Padi Sawah 0,2164 1. Cabe 0,2460
2. Jagung 0,1909 2. Tomat 0,1136
3. Padi Ladang 0,1365 3. Kacang panjang 0,1067
4. Kacang Tanah 0,1297 4. Bayam 0,1059
5. Kacang Kedele 0,1237 5. Bawang Daun 0,1019
Buah-Buahan Perkebunan
1. Mangga 0,2645 1. Karet 0,2198
2. Salak 0,1573 2. Kelapa Sawit 0,2037
3. Pisang 0,1333 3. Coklat 0,1457
4. Duku 0,1165 4. Pinang 0,1187
5. Durian 0,0762 5. Kayu Manis 0,0865
Peternakan Perikanan
1. Sapi Potong 0,2678 1. Budidaya Ikan Lele 0,1915
2. Ayam Buras 0,1890 2. Budidaya ikan patin 0,1826
3. Ayam Ras Petelur 0,1659 3. Budidaya Ikan Nila 0,1364
4. Kerbau 0,1413 4. Budidaya ikan Rawa 0,0878
5. Kambing 0,1192 5. Budidaya Ikan Sungai 0,0858
Perdagangan Industri
1. Apotik 0.1831 1. Tempe 0,3165
2. Komoditi Makanan 0.1726 2. Kerupuk dan sejenisnya 0,2279
3. Bahan Bakar 0.1708 3.Moulding dan komponen bahanbangunan
0,1149
4. Sembako 0.1565 4. Anyaman Rotan 0,1050
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 82
No Sektor Usaha/KPJuSkor
TerbobotNo Sektor Usaha/KPJu
SkorTerbobot
5. Toko Kelontong /Waserda 0.1096 5. Kue dan makanan ringan 0,0881
Angkutan Jasa-Jasa
1. Angkutan Bermotor Penumpang 0,4894 1. Reparasi Kendaraan bermotor 0.1817
2. Angkutan Bermotor Barang 0,2409 2. Tukang Sablon 0.1224
3. Motor Tempel 0,1635 3. Photo Studio 0.1123
4. Speed Boad 0,0721 4. Wisata Alam 0.1030
5. Tongkang 0,0340 5. Reparasi elektronika 0.0969
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh 10 (sepuluh) KPJu unggulan lintas sektor
berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJu yang bersangkutan, seperti disajikan pada Tabel
5.3.71. Pada Tabel 5.3.71. dapat dilihat bahwa 5 (lima) KPJu unggulan lintas sektor usaha
adalah karet, kelapa sawit, tempe, coklat, dan sapi potong. Hasil lengkap berupa rangking
atau urutan KPJu unggulan lintas sektor usaha berdasarkan nilai skor terbobot masing-
masing KPJu dapat dilihat pada tabel 5.3.71.
Tabel 5.3.71.10 KPJu Unggulan Yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi
Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Dharmasraya
No. KPJU Skor Terbobot Sektor Usaha
1. Karet 0,0574 Perkebunan
2. Kelapa Sawit 0,0532 Perkebunan
3. Tempe 0,0382 Industri
4. Coklat 0,0381 Perkebunan
5. Sapi Potong 0,0348 Peternakan
6. Angkutan Bermotor Penumpang 0,0336 Angkutan
7. Pinang 0,0310 Perkebunan
8. Reparasi Kendaraan bermotor 0,0298 Jasa-Jasa
9. Kerupuk dan sejenisnya 0,0275 Industri
10. Ayam Buras 0,0246 Peternakan
Pada urutan ke enam dan seterusnya, sebagai KPJu unggulan lintas sektor berturut-
turut adalah angkutan bermotor untuk penumpang, pinang, reparasi kendaraan bermotor,
kerupuk dan sejenisnya, serta ayam buras.. Apabila ditelaah lebih lanjut dari 10 KPJu
unggulan lintas sektor, maka berdasarkan sektornya 4 komoditi berasal dari subsektor
perkebunan, 2 komoditi berasal dari subsektor industri, 2 komoditi berasal dari subsektor
peternakan, dan 1 komoditi berasal dari subsektor angkutan. Bila dilihat bahwa 4 KPJu
merupakan bagian usaha dari sektor perkebunan, maka terpilihnya KPJu unggulan lintas
sektor tersebut menunjukkan bahwa orientasi kegiatan ekonomi di Kabupaten Dharmasraya
didominasi oleh sektor perkebunan.
Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Dharmasraya berdasarkan
hasil penilaian terhadap faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini adalah sebagai berikut:
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 83
Tabel 5.3.72.Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Dharmasraya
No.
KPJURata-RataProspek
Rata-RataPotensi
ProspekPotensisaat ini
Kuadran
1. Karet 4.06667 4.50000 Sangat baik Sangat baik I
2. Kelapa sawit 4.00000 4.06667 Sangat baik Sangat baik I
3. Tempe 3.43333 3.56667 Baik Baik I
4. Coklat 3.26667 3.40000 Baik Baik I
5. Sapi potong 3.66667 3.70000 Baik Baik I
6. Angkutan bermotor untukbarang
2.80000 3.23333 Baik Cukup baik II
7. Pinang 2.96667 3.20000 Baik Cukup baik II
8. Reparasi kendaraan bermotor 2.50000 2.96667 Kurang baik Kurangbaik
IV
9. Kerupuk dan sejenisnya 2.96667 3.06667 Baik Cukup baik II
10. Ayam buras 3.26667 3.30000 Baik Baik I
Seperti dapat dilihat pada tabel 5.3.72 di atas, di antara 10 KPJu Unggulan Lintas
Sektor kabupaten Dharmasraya yang mempunyai skor terbobot tertinggi, 6 KPJu berada
pada Kuadran I, yaitu mempunyai Prospek dan Potensi Saat ini yang Sangat Baik atau
Baik, yaitu karet, kelapa sawit, tempe, coklat, sapi potong, dan ayam ras. Pinang, angkutan
bermotor untuk barang, serta kerupuk dan sejenisnya berada pada kuadran II yang
mempunyai Prospek yang Baik dan Potensi saat ini pada katagori cukup baik. Sisanya
reparasi kendaraan bermotor berada pada kuadran IV dengan potensi saat ini dan
prospeknya berada pada kategori kurang baik.
Di luar 10 KPJu Unggulan Lintas Sektor tersebut, KPJu yang berada pada Kuadran
I yaitu Potensi saat ini pada katagori Baik dan Prospek yang juga Baik adalah padi sawah,
kayu manis, apotik, ayam ras petelur, komoditi makanan, budidaya ikan lele dan jagung.
Budidaya ikan patin berada pada kuadran III, yaitu prospeknya cukup baik namun potensi
pada saat ini berada pada kategori kurang baik. Sedangkan KPJU lainnya berada pada
Kuadran IV yaitu mempunyai prospek serta potensinya saat ini masih pada katagori kurang
baik adalah usaha bahan bakar serta jasa sablon.
Kedudukan KPJu unggulan lintas sektor di Kabupaten Dharmasraya berdasarkan
hasil penilaian terhadap faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini dapat digambarkan pada
grafik kuadran sebagai berikut.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 84
Gambar 5.3.18. Posisi KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Dharmasraya
Ketika sesi presentasi FGD tahap 2 berakhir, pada umumnya narasumber yang hadir
tidak mempermasalahkan output hasil pengolahan data, karena sebagian besar output hasil
analisa data telah mencerminkan kondisi sebesarnya yang terjadi di kabupaten
Dharmasraya. Hasil selengkapnya rincian masukan/catatan lainnya yang diberikan oleh
narasumber sewaktu acara FGD tahap 2 kabupaten Dharmasraya adalah sebagai berikut:
1) Mangga menempati rangking 1 sebagai KPJU yang dihasilkan dari sektor buah-buahan.
Menurut pengamatan narasumber, di kabupaten Dharmasraya sendiri mangga lebih
banyak ditanam pada rumah-rumah penduduk, bukan ditanam pada kebun tertentu
yang ditujukan untuk kepentingan industri. Selain itu, andaikata nantinya karena
menempati predikat 1 kandidat KPJU sektor buah-buahan lantas, akan dikembangkan
secara masal penanaman mangga di kabupaten Dharmasraya, dikhawatirkan hasilnya
tidak optimal, mengingat iklim serta tekstur tanah tidak mendukung. Oleh karena itu
narasumber menyarankan agar KPJU yang dikembangkan di kabupaten Dharmasraya
adalah yang sesuai dengan tekstur tanahnya (seperti durian, salak, dan duku), meskipun
mereka tidak menempati peringkat atas kandidat KPJU dari sektor buah-buahan
2) Manggis tidak masuk rangking 5 besar sebagai kandidat KPJU dari sektor buah-buahan.
Padahal buah ini sudah mulai dikembangkan di sejumlah kecamatan (lahan yang
terpakai untuk ditanami manggis sudah mencapai 400 ha), dan cocok dengan tekstur
tanah di kabupaten Dharmasraya. Mengingat prospek usaha serta potensi yang ada
cukup tinggi, maka ke depan diharapkan perbankan mau mempertimbangkan
memberikan kredit kepada petani manggis
3) Apotik, komoditi makanan, bahan bakar, sembako, dan toko kelontong menempati
rangking 1-5 sebagai KPJU yang dihasilkan dari sektor perdagangan. Menurut
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 85
narasumber, urutan yang lebih mendekati kenyataan riel di lapangan mestinya adalah
toko kelontong (rangking 1), sembako (rangking 2), bahan bakar dan apotik (3-4), serta
komoditi makanan. Hal tersebut disebabkan karena mengingat jarak antar kecamatan
yang relatif cukup jauh, maka usaha yang paling menguntungkan adalah berjualan toko
kelontong atau sembako.
4) Tempe menempati peringkat 1 sebagai KPJU yang dihasilkan dari sektor industri.
Menurut narasumber, realitanya pembuatan tempe tersebut tidak dilakukan di semua
kecamatan, melainkan hanya terkonsentrasi pada kecamatan yang dihuni oleh
masyarakat transmigran (seperti kecamatan situng). Selain itu, mayoritas masyarakat
kabupaten Dharmasraya belum menyukai tempe sebagai alternatif lauk pauk (meskipun
kadar gizinya tinggi). Oleh karena itu jika kemudian KPJU ini dikembangkan, karena
menempati rangking 1 KPJU yang dihasilkan dari sektor industri, dikhawatirkan hasilnya
tidak optimal. Akan lebih baik, KPJU yang dikembangkan dari sektor industri ini adalah
untuk menghasilkan produk turunan yang dihasilkan dari rangking dan rangking 2 KPJU
dari sektor perkebunan (karet dan kelapa sawit). Misalnya pabrik minyak goreng, atau
pabrik ban karena 2 bahan bakunya (karet dan kelapa sawit) tersedia sangat banyak di
kabupaten ini
5) Sudah ada berdiri usaha pembuatan baju batik dari tanah liat. Dari segi bahan baku
(tanah liat), jumlahnya sangat mencukupi. Cuma karena baru berdiri, perkembangan
usaha ini tidak mencolok. Oleh karena itu, narasumber menyarankan agar perbankan
dapat memberikan bantuan modal agar usaha ini dapat semakin berkembang.
6) Narasumber mengkhawatirkan bahwa temuan riset ini berhenti hanya sebatas laporan,
sementara tindak lanjutnya tidak jelas. Pemerintah daerah menginginkan adanya
langkah konkrit yang terintegrasi dari pihak terkait (BI, perbankan, pemerintah propinsi,
dan pemerintah daerah kabupaten), dalam bentuk rumusan kebijakan strategis yang
nantinya bisa menggerakan perekonomian daerah serta menciptakan lapangan kerja
baru untuk mengentaskan pengangguran. Misalnya, karena karet dan kelapa sawit
terbukti sebagai KPJU lintas sektor yang paling strategis di kabupaten Dharmasraya
(rangking 1 dan rangking 2), maka hendaknya perbankan menciptakan lebih banyak lagi
skema kredit usaha yang bisa diberikan pada masyarakat kecil, tidak melulu pada
perusahaan besar. Selain itu, kedepan diharapkan agar perbankan tidak terlalu
menganak emaskan kelapa sawit. Kredit banyak mengucur ke kelapa sawit karena
pengusahanya bermodal besar dan resiko usahanya kecil (pangsa pasarnya pasti).
Namun disisi lain, karena karet merupakan KPJU yang dikembangkan oleh masyarakat
kecil, serta resiko usahanya lebih besar (pangsa pasarnya tidak pasti), maka perbankan
mempersulit pengajuan kredit pengembangan usaha karet yang diajukan masyarakat.
Akibatnya kesejahteraan petani karet tidaklah sebaik dari petani kelapa sawit.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 86
5.3.19. Kota Padang
Berdasarkan hasil FGD, analisis AHP menghasilkan skor terbobot setiap sektor
ekonomi untuk setiap tujuan penetapan KPJu unggulan, serta skor terbobot total/gabungan
dari masing-masing sektor usaha. Pada Tabel 5.3.73 dapat dilihat bahwa bobot atau
prioritas tertinggi untuk mencapai tujuan pertumbuhan ekonomi, tujuan penciptaan
lapangan kerja dan peningkatan dayasaing produk adalah sektor perindustrian. Sehingga
secara keseluruhan untuk mencapai tujuan penetapan KPJu unggulan UMKM sektor industri
merupakan prioritas pertama. Sektor usaha lain berdasarkan tingkat kepentingannya
berturut-turut adalah Perdagangan, jasa, angkutan, perikanan, pariwisata, tanaman pangan,
pertambangan, perkebunan, peternakan.
Tabel 5.3.73.Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi
Menurut Aspek Tujuan dan Urutan KepentingannyaDalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan di Kota Padang
Tujuan (Skor Terbobot)
SektorPertumbuhan
ekonomi
Penciptaan
lapangan
kerja
Peningkatan
daya saing
produk
Skor
Terbobot
Gabungan
Ranking
Bobot Tujuan => 0,3217 0,3387 0,3396
Perindustrian 0,2153 0,2157 0,1684 0,1995 1
Perdagangan 0,1289 0,1062 0,1435 0,1262 2
Jasa 0,0878 0,1135 0,1104 0,1042 3
Angkutan 0,1256 0,0894 0,0954 0,1031 4
Perikanan 0,0904 0,1052 0,0946 0,0968 5
Pariwisata 0,0583 0,0838 0,1150 0,0862 6
Tanaman Pangan 0,1024 0,0787 0,0657 0,0819 7
Pertambangan 0,0607 0,0870 0,0731 0,0738 8
Perkebunan 0,0693 0,0681 0,0617 0,0663 9
Peternakan 0,0613 0,0523 0,0722 0,0619 10
Berdasarkan hasil dari penelitian lapangan tingkat kabupaten dan pelaksanaan FGD
beserta bobot kepentingan masing-masing kriteria yang telah dihasilkan sebelumnya (Tabel
5.3.73), analisis AHP menghasilkan KPJu unggulan setiap sektor ekonomi UMKM dengan
urutan dan nilai skor terbobot seperti disajikan pada Tabel 5.3.74.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 87
Tabel 5.3.74.Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha
di Kota Padang
No Sektor Usaha/KPJu Bobot No Sektor Usaha/KPJu Bobot
Tanpang Perikanan
1Padi Sawah 0.3697
1Budidaya ikan laut 0.3784
2Kacang hijau 0.1258
2Budidaya Ikan Nila 0.1674
3Kacang Kedele 0.1209
3Budidaya Ikan mas 0.1277
4Jagung 0.0998
4Budidaya Ikan Gurame 0.0822
5Kacang Tanah 0.1100
5Budidaya Ikan Lele 0.0670
Sayur Industri
1Cabe 0.4386
1industri Kulit 0.1403
2Ketimun 0.1773
2Kue dan makanan ringan 0.1170
3Kacang panjang 0.1200
3Perabot 0.1167
4Terong 0.1157
4Kerupuk dan sejenisnya 0.1177
5Kangkung 0.0616
5Bordir/Sulaman 0.1182
Buah Perdagangan
1Jeruk 0.2259
1Komoditi Makanan 0.1306
2Pepaya 0.1835
2Mobil Dan Sepeda Motor 0.1303
3Bingkuang 0.1654
3sulaman 0.1239
4Pisang 0.1380
4Bahan Bakar 0.1088
5Mangga 0.0764
5perabotan rumah tangga 0.1097
Perkebunan Jasa
1Coklat 0.1812
1Photo copy 0.2084
2Karet 0.1422
2Bimbel 0.1252
3Kopi 0.1256
3Photo Studio 0.1305
4Cengkeh 0.1049
4Rental mobil 0.1171
Peternakan Angkutan
1Sapi Potong 0.2173
1Bendi/Delman 0.2788
2Sapi Perah 0.1840
2Angkutan Bermotor Barang 0.2433
3Ayam Ras Pedaging 0.1633
3Speed Boad 0.1309
4Kambing 0.1092
4Rental mobil 0.1183
5Ayam Ras Petelur 0.1022
5Angkutan Bermotor Penumpang 0.1174
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh 10 (sepuluh) KPJu unggulan lintas sektor
berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJu yang bersangkutan, seperti disajikan pada Tabel
5.3.75. Pada Tabel 5.3.75 dapat dilihat bahwa 5 (lima) KPJu unggulan lintas sektor usaha
adalah industri kulit, budidaya ikan laut, bordir/sulaman, kerupuk dan sejenisnya, kue dan
makanan ringan. Hasil lengkap berupa rangking atau urutan KPJu unggulan lintas sektor
usaha berdasarkan nilai skor terbobot masing-masing KPJu dapat dilihat pada Tabel 5.3.75.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 88
Tabel 5.3.75.10 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi
Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor Kota Padang
No KPJU Skor Terbobot Sektor Usaha
1 industri Kulit 0.0459 Industri
2 Budidaya ikan laut 0.0445 Perikanan
3 Bordir/Sulaman 0.0387 Industri
4 Kerupuk dan sejenisnya 0.0385 Industri
5 Kue dan makanan ringan 0.0383 Industri
6 Perabot 0.0382 Industri
7 Bendi/Delman 0.0323 Angkutan
8 Photo copy 0.0321 Jasa-Jasa
9 Angkutan Bermotor Barang 0.0282 Angkutan
10 Komoditi Makanan 0.0273 Perdagangan
Pada urutan ke enam dan seterusnya, sebagai KPJu unggulan lintas sektor berturut-
turut adalah Perabot, bendi/delman, Photo copy, angkutan bermotor untuk barang dan
komoditi makanan. Apabila ditelaah lebih lanjut dari 10 KPJu unggulan lintas sektor, maka
berdasarkan sektornya 5 komoditi merupakan subsektor industri, 2 KPJu dari sektor
angkutan, satu KPJU dari sektor perikanan dan 1 dari perdagangan. Bila dilihat bahwa 5
KPJu merupakan bagian usaha dari sektor industri, maka terpilihnya KPJu unggulan lintas
sektor tersebut menunjukkan bahwa orientasi kegiatan ekonomi di Kota Padang berbasis
pada sektor industri. Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kota Padang berdasarkan
hasil penilaian terhadap faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini adalah sebagai berikut:
Tabel 5.3.76.Kedudukan KPJu Lintas Sektor
Kota Padang
No KPJU Prospek Potensi Prospek Potensi Kuadran
1 industri Kulit 3,333 2,875 Baik Cukup Baik II
2 Budidaya ikan laut 3,583 3,479 Baik Baik I
3 Bordir/Sulaman 3,063 3,042 Baik Baik I
4 Kerupuk dan sejenisnya 3,250 3,333 Baik Baik I
5 Kue dan makanan ringan 3,250 3,396 Baik Baik I
6 Perabot 3,188 3,125 Baik Baik I
7 Bendi/Delman 2,667 2,813 Cukup Baik Cukup Baik III
8 Photo copy 3,063 3,313 Baik Baik I
9 Angkutan Bermotor Barang 3,208 3,583 Baik Baik I
10 Komoditi Makanan 3,438 3,625 Baik Baik I
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 89
Seperti dapat dilihat pada Tabel 5.3.76. di atas, di antara 10 KPJu Unggulan Lintas
Sektor yang mempunyai skor terbobot tertinggi, 8 KPJu berada pada Kuadran I, yaitu
mempunyai Prospek dan Potensi Saat ini yang Sangat Baik atau Baik, yaitu budidaya ikan
laut, bordir/sulaman, kerupuk dan sejenisnya, kue dan makanan ringan, perabot, photo
copy, angkutan bermotor barang dan komoditi makanan. Jenis usaha industri kulit berada
pada kuadran II yang mempunyai Prospek yang Cukup Baik dan Potensi saat ini pada
katagori Baik. Jenis Usaha angkutan bendi/delman berada pada kuadran III dengan potensi
saat ini dan prospeknya berada pada kategori kurang baik.
Di luar 10 KPJu Unggulan Lintas Sektor tersebut, KPJu yang berada pada Kuadran I,
dengan Potensi saat ini pada katagori Baik dan Prospek yang juga Baik adalah sulaman,
perabotan rumah tangga, Bahan Bakar, Padi Sawah, Photo Studio, Bimbel, Coklat, dan
Rental mobil. Beberapa jenis usaha seperti Mobil Dan Sepeda Motor dan Budidaya Ikan
(nila) berada pada kuadran IV yang dinilai cukup baik potensi dan prospeknya. Kedudukan
KPJu unggulan lintas sektor di Kota Padang berdasarkan hasil penilaian terhadap faktor-
faktor Prospek dan Potensi saat ini dapat digambarkan pada grafik kuadran sebagai berikut:
Gambar 5.3.19. Posisi KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kota Padang
5.4. PENETAPAN KPJU UNGGULAN TINGKAT PROVINSI
KPJu unggulan tingkat provinsi terdiri dari KPJu unggulan per sektor ekonomi dan
KPJu unggulan lintas sektor. Penetapan KPJu unggulan tersebut, sesuai dengan Metodologi
yang telah dikemukakan merupakan agregasi dari KPJu unggulan per sektor dan lintas
sektor tingkat kabupaten/kota tersebut yang ditetapkan dengan menggunakan metode
Borda.
Berdasarkan hasil KPJu unggulan per sektor di setiap kabupaten/kota, KPJu
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 90
unggulan per sektor tingkat provinsi ranking pertama adalah sebagai berikut; usaha
budidaya padi sawah (Tanaman Pangan), cabe (sayuran), pisang (buah-buahan), usaha
perkebunan coklat, usaha budidaya sapi potong (peternakan), usaha penangkapan ikan di
perairan umum (perikanan), industri kerupuk dan sejenisnya (industri), perdagangan
komoditi makanan (perdagangan), jasa reparasi kendaraan bermotor (jasa) dan angkutan
darat untuk barang (angkutan). Lima KPJu unggulan secara berurutan berdasarkan nilai
skor-terbobot pada setiap sektor/sub-sektor ekonomi disajikan pada Tabel 5.4.1.
Tabel 5.4.1KPJu Unggulan per Sektor Tingkat Provinsi Sumatera Barat
NoSektor Usaha/
KPJuSkor-
TerbobotNo
Sektor Usaha/KPJu
Skor-Terbobot
Tanaman Pangan Sayuran
1 Padi Sawah 23,9049 1 Cabe 26,9274
2 Jagung 13,3815 2 Tomat 5,5256
3 Ubi Kayu 6,5885 3 Ketimun 3,5261
4 Kacang Tanah 4,6720 4 Terong 3,4006
5 Kacang Kedele 2,5737 5 Bayam 3,2811
Buah-Buahan Perkebunan
1 Pisang 10,9200 1 Coklat 13,4439
2 Jeruk 10,8748 2 Karet 7,4073
3 Durian 7,1206 3 Kelapa 6,0182
4 Pepaya 4,3254 4 Kelapa Sawit 5,8274
5 Mangga 3,5810 5 Kopi 5,5053
Peternakan Perikanan
1Sapi Potong
18,4671 1 Penangkapan Ikan di perairanumum
16,5416
2 Ayam Ras Petelur 9,5518 2 Budidaya Ikan Nila 9,7918
3 Ayam Buras 6,5946 3 Budidaya ikan laut 5,8210
4 Ayam Ras Pedaging 5,1929 4 Budidaya ikan sawah 5,4384
5 Kerbau 5,0313 5 Budidaya Ikan Lele 5,2739
Perdagangan Industri
1 Komoditi Makanan 7,8555 1 Kerupuk dan sejenisnya 8,8012
2 Sembako 6,8832 2 Bordir/Sulaman 6,3766
3 Restoran 5,0915 3 Kue dan makanan ringan 5,4607
4 Bahan Bakar 4,4729 4 Tempe 5,2654
5 Barang Elektronik 3,5181 5 Perabot 5,0946
Angkutan Jasa-Jasa
1 Angkutan Bermotor Barang 33,4481 1 Reparasi Kendaraan bermotor 11,1076
2 Angkutan BermotorPenumpang
26,7138 2Jasa Kursus Menjahit
4,3768
3 Ojek 5,7581 3 Reparasi elektronika 3,8870
4 Motor Tempel 3,9007 4 Kursus Bahasa Inggris 3,0974
5 Speed Boad 3,5137 5 Percetakan 3,0408
KPJu unggulan lintas sektor di tingkat provinsi merupakan hasil agregasi KPJu lintas
sektor pada setiap kabupaten/kota. Dengan metoda Borda, maka hasil nilai skor-terbobot
dan urutan KPJu unggulan lintas sektor setiap kabupaten/kota adalah sebagai berikut,
urutan 5 (lima) KPJu dengan skor terbobot tertinggi sebagai KPJu unggulan lintas sektor di
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
tingkat Provinsi Sumatera B
dan kelapa sawit, kemudian diikuti oleh kegiatan/usaha peternakan ayam ras petelur dan
sapi potong. Hasil lengkap berupa
skor terbobot masing-masing KPJu dapat
Hasil telaah lebih mendalam terhadap perhitungan kandidat KPJu lintas sektor
menunjukan bahwa terdapat 22
masing-masing kabupaten/kota
sektor perkebunan sebanyak 1
(13,68%), sektor perdagangan sebanyak
mempunyai nilai yang sama yaitu sebanyak 11
KPJu (6,32%), dan terakhir sektor tanaman pangan sebanyak 2 KPJu (2.11%).
Selanjutnya berdasarkan gambar 5.4.1 menunjukan bahwa dari
KPJu unggulan lintas sektoral
diperoleh sebagai kandidat KPJU unggulan, 25.49 persen adalah berasal dari sektor industri.
Terdapat 13 jenis KPJu di sektor industri yang termasuk dalam KPJu unggulan lintas sektor
di kota dan kabupaten seluruh Provinsi Sumatera Barat. Sedangkan sektor usaha yang
paling sedikit jenis KPJu adalah sektor tanaman pangan (1.96%).
Berdasarkan tabel 5.4.2, dapat dilihat 10 jenis KPJu yang paling unggul untuk
provinsi Sumatera Barat. Hasil ini menunjuk
sektor yang memiliki skor terbobot gabungan yang terbesar.
13.73
11.76
11.76
Gambar 5.4.1. Rekapitulasi Sektor Terindeks
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
Sumatera Barat didominasi oleh kegiatan/usaha perkebunan coklat, karet
dan kelapa sawit, kemudian diikuti oleh kegiatan/usaha peternakan ayam ras petelur dan
Hasil lengkap berupa rangking atau urutan KPJu lintas sektor berdasarkan nilai
masing KPJu dapat dilihat pada Tabel 5.4.2.
Hasil telaah lebih mendalam terhadap perhitungan kandidat KPJu lintas sektor
terdapat 22,11% dari total 95 kandidat KPJu unggulan lintas sektoral
masing kabupaten/kota berada pada sektor usaha industri, selanjutnya diikuti oleh
sebanyak 19 KPJu (20,00%), sektor peternakan sebanyak 1
, sektor perdagangan sebanyak 12 KPJu (12,63%), sektor perikanan dan jasa
mempunyai nilai yang sama yaitu sebanyak 11 KPJu (11.58%), sektor angkutan sebanyak
, dan terakhir sektor tanaman pangan sebanyak 2 KPJu (2.11%).
Selanjutnya berdasarkan gambar 5.4.1 menunjukan bahwa dari
KPJu unggulan lintas sektoral masing-masing kabupaten/kota terdapat 51 jenis KPJU yang
diperoleh sebagai kandidat KPJU unggulan, 25.49 persen adalah berasal dari sektor industri.
Terdapat 13 jenis KPJu di sektor industri yang termasuk dalam KPJu unggulan lintas sektor
aten seluruh Provinsi Sumatera Barat. Sedangkan sektor usaha yang
paling sedikit jenis KPJu adalah sektor tanaman pangan (1.96%).
Berdasarkan tabel 5.4.2, dapat dilihat 10 jenis KPJu yang paling unggul untuk
provinsi Sumatera Barat. Hasil ini menunjukan bahwa sektor perkebunan coklat merupakan
sektor yang memiliki skor terbobot gabungan yang terbesar.
25.49
15.69
13.7313.73
5.88 1.96
Gambar 5.4.1. Rekapitulasi Sektor Terindeks
V - 91
/usaha perkebunan coklat, karet
dan kelapa sawit, kemudian diikuti oleh kegiatan/usaha peternakan ayam ras petelur dan
rangking atau urutan KPJu lintas sektor berdasarkan nilai
Hasil telaah lebih mendalam terhadap perhitungan kandidat KPJu lintas sektor
kandidat KPJu unggulan lintas sektoral
selanjutnya diikuti oleh
sebanyak 13 KPJu
, sektor perikanan dan jasa
, sektor angkutan sebanyak 6
, dan terakhir sektor tanaman pangan sebanyak 2 KPJu (2.11%).
total 95 kandidat
masing kabupaten/kota terdapat 51 jenis KPJU yang
diperoleh sebagai kandidat KPJU unggulan, 25.49 persen adalah berasal dari sektor industri.
Terdapat 13 jenis KPJu di sektor industri yang termasuk dalam KPJu unggulan lintas sektor
aten seluruh Provinsi Sumatera Barat. Sedangkan sektor usaha yang
Berdasarkan tabel 5.4.2, dapat dilihat 10 jenis KPJu yang paling unggul untuk
an bahwa sektor perkebunan coklat merupakan
Industri
Perdagangan
Perkebunan
Jasa-Jasa
Perikanan
Peternakan
Angkutan
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
V - 92
Tabel 5.4.2KPJu Unggulan Lintas Sektor Tingkat Provinsi,
Menurut Urutan Nilai skor terbobot atau Urutan Unggulan
No KPJuSektor /
SubsektorSkor Terbobot
Gabungan
1 Coklat Perkebunan 1,0128
2 Karet Perkebunan 0,8125
3 Kelapa Sawit Perkebunan 0,7986
4 Ayam Ras Petelur Peternakan 0,6881
5 Sapi Potong Peternakan 0,6289
6 Angkutan Bermotor Barang Angkutan 0,6238
7 Bordir/Sulaman Industri 0,5707
8 Penangkapan Ikan di perairan umum Perikanan 0,5604
9 Komoditi Makanan Perdagangan 0,5286
10 Reparasi Kendaraan bermotor Jasa-Jasa 0,5029
Secara keseluruhan dari tabel 5.4.2 terlihat bahwa sesuai dengan struktur
perekonomian Sumatera Barat, sektor primer masih merupakan sektor unggulan di provinsi
Sumatera Barat. Dari 10 KPJu peringkat lima besar didominasi oleh subsektor perkebunan.
Sektor pertanian dengan sub sektor perkebunan dan peternakan adalah sektor yang
memiliki KPJu unggul untuk provinsi Sumatera Barat. Selanjutnya dengan teridentifikasinya
KPJu unggulan per sektor/sub-sektor ekonomi dan lintas sektor, menuntut diperlukan
koordinasi dan integrasi kebijakan dan penyusunan program yang bersifat lintas sektoral
atau lintas dinas/instansi pemerintah provinsi dan kabupaten/kota.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
VI-1
BAB VI
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
6.1. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan KPJu unggulan UMKM di provinsi
Sumatera Barat. Selanjutnya tujuan dari penetapan KPJu unggulan UMKM Provinsi
Sumatera Barat adalah: (a) Penciptaan lapangan kerja, (b) Pertumbuhan ekonomi daerah,
dan (c) Peningkatan daya saing produk. Untuk memperoleh keseragaman dan konsistensi
dalam proses penetapan KPJu unggulan, maka bobot ketiga Tujuan dan bobot setiap
Kriteria yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut pada seluruh kabupaten/kota adalah
sama. Berdasarkan hasil FGD yang dilaksanakan di tingkat provinsi pada tahap pertama
penelitian ini, bobot untuk setiap tujuan di atas ditetapkan tingkat kepentingannya sebagai
berikut: penciptaan lapangan kerja bobot kepentinganya adalah 0,3217, pertumbuhan ekonomi
0,3387 dan peningkatan daya saing produk sebesar 0,3396. Bobot tujuan ini digunakan sebagai
penentu tingkat kepentingan lintas sektor dalam perhitungan hasil FGD di tingkat
kabupaten/kota.
Untuk mencapai ketiga tujuan diatas ditetapkan 11 kriteria dengan masing-masing
bobotnya sebagai berikut: ketersediaan pasar (0,1326), teknologi (0,1292), manajemen usaha
(0,1162), ketrampilan tenaga kerja yang dibutuhkan (0,0956), ppenyerapan tenaga kerja
(0,0978), sarana produksi dan usaha (0,0845), harga/nilai tambah (0,0887), sumbangan
terhadap perekonomian daerah (0,0735), bahan baku (0,0588), aksesibilitas dan kebutuhan
modal (0,0731), serta aspek sosial budaya (0,0499). Bobot ini digunakan sebagai bobot kriteria
untuk menentukan tingkat kepentingan antar KPJu dalam suatu sektor pada saat dilaksanakan
FGD di tingkat kabupaten/kota.
Selanjutnya berdasarkan hasil FGD propvinsi ditetapkan kriteria yang digunakan untuk
menyaring KPJu tingkat kecamatan untuk menjadi kandidat KPJu pada tingkat kabupaten.
Kriteria dan bobotnya adalah: jangkauan pasar dengan bobot 0,1645, kontribusi terhadap
perekonomian kecamatan dengan bobot 0,1943, ketersediaan input, sarana produksi dan usaha
dengan bobot 0,4401. Selanjutnya jumlah unit usaha, rumah tangga, produksi, luas areal, atau
populasi KPJu yang ada dengan bobot 0,2010.
Berdasarkan informasi yang terkait dengan pembobotan tujuan dan criteria yang
dilakukan dapat disimpulkan bahwa tujuan untuk peningkatan daya saing produk memiliki
bobot terbesar atau dipandang sebagai tujuan utama untuk pengembangan UMKM di provinsi
Sumatera Barat oleh seluruh stakeholders di tingkat provinsi. Selanjutnya, berdasarkan kriteria
yang ditetapkan untuk mencapai tujuan bobot terbesar adalah untuk kriteria ketersediaan
pasar. Sedangkan untuk penentuan bobot untuk penentuan kandidat KPJu dari tingkat
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
VI-2
kecamatan, bobot terbesar adalah untuk kriteria ketersediaan input dan sarana produksi.
Dengan kata lain ketersediaan pasar dan sarana produksi dipandang sebagai sarana untuk
mencapai peningkatan daya saing produk UMKM di Sumatera Barat. Sehingga UMKM yang
memiliki karakteristik seperti ini diharapkan akan mampu berkembang dengan baik di wilayah
provinsi Sumatera Barat.
Berdasarkan kriteria dan tingkat kepentingannya, setelah melalui proses pemilihan
kandidat KPJu di tingkat kecamatan di seluruh kabupaten/kota Provinsi Sumatera Barat,
berdasarkan hasil FGD di tingkat kabupaten/kota, kesimpulan untuk KPJu Unggulan
Kabupaten/Kota seluruh provinsi Sumatera Barat adalah:
1. Kota Bukittinggi, skor terbobot tingkat kepentingan untuk 3 sektor ekonomi tertinggi
menurut aspek tujuan adalah perdagangan (0,1681), pariwisata (0,1635), dan
perindustrian (0,1536). Rangking dan skor KPJu unggulan masing-masing
sektor/subsektor adalah, ubi kayu untuk subsektor tanaman pangan, cabe untuk
subsektor sayur-sayuran, jeruk untuk subsektor buah-buahan, ayam ras petelur untuk
subsektor peternakan, budidaya ikan kolam untuk subsektor perikanan, barang-barang
tekstil untuk sektor industri, komoditi makanan untuk sektor perdagangan, kopi untuk
subsektor perkebunan, wisata alam untuk sektor jasa, dan angkutan barang untuk sektor
transportasi.
2. Kabupaten Pasaman, skor terbobot tingkat kepentingan untuk 3 sektor ekonomi tertinggi
menurut aspek tujuan adalah perkebunan (0,1329), tanaman pangan (0,1312), dan
perikanan (0,1244). Rangking dan skor KPJu unggulan masing-masing sektor/subsektor
adalah, padi sawah untuk subsektor tanaman pangan, cabe untuk subsektor sayur-
sayuran, jeruk untuk subsektor buah-buahan, coklat untuk subsektor perkebunan, ayam
ras petelur untuk subsektor peternakan, budidaya ikan kolam untuk subsektor perikanan,
kue dan makanan ringan untuk sektor industri, sembako untuk sektor perdagangan,
percetakan untuk sektor jasa, dan angkutan bermotor untuk barang untuk sektor
transportasi.
3. Kota Pariaman, skor terbobot tingkat kepentingan untuk 3 sektor ekonomi tertinggi
menurut aspek tujuan adalah perindustrian (0,1532), perdagangan (0,1486), dan
perikanan (0,1050). Rangking dan skor KPJu unggulan masing-masing sektor/subsektor
adalah, padi sawah untuk subsektor tanaman pangan, cabe untuk subsektor sayur-
sayuran, pisang untuk subsektor buah-buahan, kelapa untuk subsektor perkebunan,
ayam buras untuk subsektor peternakan, perikanan laut untuk subsektor perikanan,
bordir/sulaman untuk subsektor industri, sembako untuk sektor perdagangan, jasa
kursus menjahit untuk sektor jasa, dan angkutan bermotor penumpang untuk sektor
transportasi.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
VI-3
4. Kota Padang Panjang, skor terbobot tingkat kepentingan untuk 3 sektor ekonomi
tertinggi menurut aspek tujuan adalah jasa (0,1963), pariwisata (0,1828), dan
perindustrian (0,1474). Rangking dan skor KPJu unggulan masing-masing
sektor/subsektor adalah, jagung untuk subsektor tanaman pangan, cabe untuk subsektor
sayur-sayuran, pisang untuk subsektor buah-buahan, cengkeh untuk subsektor
perkebunan, sapi perah untuk subsektor peternakan, budi daya ikan (belut) untuk
subsektor perikanan, pengolahan kulit untuk sektor industri, sembako untuk sektor
perdagangan, warnet untuk sektor jasa, dan angkutan bermotor penumpang untuk
sektor transportasi.
5. Kota Sawahlunto, skor terbobot tingkat kepentingan untuk 3 sektor ekonomi tertinggi
menurut aspek tujuan adalah pariwisata (0,1949), perkebunan (0,1845), dan peternakan
(0,1314). Rangking dan skor KPJu unggulan masing-masing sektor/subsektor adalah,
padi sawah untuk subsektor tanaman pangan, cabe untuk subsektor sayur-sayuran,
durian untuk subsektor buah-buahan, coklat untuk subsektor perkebunan, sapi potong
untuk subsektor peternakan, budi daya ikan (lele) untuk subsektor perikanan,
bordir/sulaman untuk sektor industri, restoran untuk sektor perdagangan, percetakan
untuk sektor jasa, dan angkutan barang untuk sektor transportasi.
6. Kabupaten Pesisir Selatan, skor terbobot tingkat kepentingan untuk 3 sektor ekonomi
tertinggi menurut aspek tujuan adalah perkebunan (0,1503), perdagangan (0,1385), dan
perikanan (0,1164). Rangking dan skor KPJu unggulan masing-masing sektor/subsektor
adalah, jagung untuk subsektor tanaman pangan, ketimun untuk subsektor sayur-
sayuran, mangga untuk subsektor buah-buahan, Gambir untuk subsektor perkebunan,
ayam buras untuk subsektor peternakan, budi daya ikan laut (kerapu) untuk subsektor
perikanan, kerupuk dan sejenisnya untuk sektor industri, restoran untuk sektor
perdagangan, kursus menjahit untuk sektor jasa, dan angkutan bermotor penumpang
untuk sektor transportasi.
7. Kabupaten Pasaman Barat, skor terbobot tingkat kepentingan untuk 3 sektor ekonomi
tertinggi menurut aspek tujuan adalah perkebunan (0,1292), perikanan (0,1277), dan
tanaman pangan (0,1167). Rangking dan skor KPJu unggulan masing-masing
sektor/subsektor adalah, jagung untuk subsektor tanaman pangan, cabe untuk subsektor
sayur-sayuran, pisang untuk subsektor buah-buahan, kelapa sawit untuk subsektor
perkebunan, sapi potong untuk subsektor peternakan, penangkapan ikan di perariran
umum untuk subsektor perikanan, tempe untuk sektor industri, restoran untuk sektor
perdagangan, reparasi kendaraan bermotor untuk sektor jasa, dan angkutan barang
untuk sektor transportasi.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
VI-4
8. Kabupaten Tanah Datar, skor terbobot tingkat kepentingan untuk 3 sektor ekonomi
tertinggi menurut aspek tujuan adalah tanaman pangan (0,2142), perdagangan (0,1567),
dan peternakan (0,1188). Rangking dan skor KPJu unggulan masing-masing
sektor/subsektor adalah, jagung untuk subsektor tanaman pangan, cabe untuk subsektor
sayur-sayuran, jeruk untuk subsektor buah-buahan, karet untuk subsektor perkebunan,
ayam ras petelur untuk subsektor peternakan, budi daya ikan (nila) untuk subsektor
perikanan, makanan dari kacang-kacangan untuk sektor industri, bahan bakar untuk
sektor perdagangan, reparasi kendaraan bermotor untuk sektor jasa, dan angkutan
bermotor penumpang untuk sektor transportasi.
9. Kota Payakumbuh, skor terbobot tingkat kepentingan untuk 3 sektor ekonomi tertinggi
menurut aspek tujuan adalah perdagangan (0,1350), tanaman pangan (0,1151), dan jasa
(0,1113). Rangking dan skor KPJu unggulan masing-masing sektor/subsektor adalah,
padi sawah untuk subsektor tanaman pangan, cabe untuk subsektor sayur-sayuran,
manggis untuk subsektor buah-buahan, coklat untuk subsektor perkebunan, sapi potong
untuk subsektor peternakan, budi daya ikan kolam untuk subsektor perikanan,
pengolahan teh dan kopi untuk sektor industri, perdagangan hasil pertanian untuk sektor
perdagangan, kursus bahasa inggris untuk sektor jasa, dan angkutan penumpang untuk
sektor transportasi.
10.Kabupaten Solok Selatan, skor terbobot tingkat kepentingan untuk 3 sektor ekonomi
tertinggi menurut aspek tujuan adalah perkebunan (0,1555), perindustrian (0,1373), dan
pariwisata (0,1175). Rangking dan skor KPJu unggulan masing-masing sektor/subsektor
adalah, padi sawah untuk subsektor tanaman pangan, cabe untuk subsektor sayur-
sayuran, jeruk untuk subsektor buah-buahan, karet untuk subsektor perkebunan, sapi
potong untuk subsektor peternakan, budi daya ikan kolam untuk subsektor perikanan,
perabot untuk sektor industri, komoditi makanan untuk sektor perdagangan, reparasi
kendaraan bermotor untuk sektor jasa, dan angkutan bermotor untuk penumpang untuk
sektor transportasi.
11.Kabupaten Solok, skor terbobot tingkat kepentingan untuk 3 sektor ekonomi tertinggi
menurut aspek tujuan adalah perindustrian (0,1733), tanaman pangan (0,1652), dan jasa
(0,1105). Rangking dan skor KPJu unggulan masing-masing sektor/subsektor adalah,
padi sawah untuk subsektor tanaman pangan, cabe untuk subsektor sayur-sayuran,
durian untuk subsektor buah-buahan, coklat untuk subsektor perkebunan, sapi potong
untuk subsektor peternakan, pembibitan ikan untuk subsektor perikanan, gula merah
untuk sektor industri, pakaian jadi untuk sektor perdagangan, jasa kursus menjahit untuk
sektor jasa, dan angkutan bermotor barang untuk sektor transportasi.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
VI-5
12.Kabupaten Agam, skor terbobot tingkat kepentingan untuk 3 sektor ekonomi tertinggi
menurut aspek tujuan adalah perindustrian (0,1793), perkebunan (0,1595), dan
perikanan (0,1387). Rangking dan skor KPJu unggulan masing-masing sektor/subsektor
adalah, padi sawah untuk subsektor tanaman pangan, cabe untuk subsektor sayur-
sayuran, pisang untuk subsektor buah-buahan, kelapa sawit untuk subsektor
perkebunan, sapi potong untuk subsektor peternakan, budi daya ikan (mas) untuk
subsektor perikanan, konveksi/pakaian jadi untuk sektor industri, pakaian jadi untuk
sektor perdagangan, wisata budaya untuk sektor jasa, dan angkutan bermotor barang
untuk sektor transportasi.
13.Kabupaten Sijunjung, skor terbobot tingkat kepentingan untuk 3 sektor ekonomi tertinggi
menurut aspek tujuan adalah perkebunan (0,1391), perindustrian (0,1138), dan tanaman
pangan (0,1120). Rangking dan skor KPJu unggulan masing-masing sektor/subsektor
adalah: kacang tanah untuk subsektor tanaman pangan, cabe untuk subsektor sayur-
sayuran, nangka untuk subsektor buah-buahan, nilam untuk subsektor perkebunan,
kerbau untuk subsektor peternakan, budi daya ikan (nila) untuk subsektor perikanan,
perabot untuk sektor industri, reparasi elektronik untuk sektor jasa, sembako untuk
sektor perdagangan dan angkutan bermotor barang untuk sektor transportasi,.
14.Kabupaten Kepulauan Mentawai, skor terbobot tingkat kepentingan untuk 3 sektor
ekonomi tertinggi menurut aspek tujuan adalah perkebunan (0,1302), perindustrian
(0,1287), dan perikanan (0,1261). Rangking dan skor KPJu unggulan masing-masing
sektor/subsektor adalah, padi sawah untuk subsektor tanaman pangan, terong untuk
subsektor sayur-sayuran, pisang untuk subsektor buah-buahan, coklat untuk subsektor
perkebunan, babi untuk subsektor peternakan, budi daya ikan laut untuk subsektor
perikanan, penggaraman ikan untuk sektor industri, restoran untuk sektor perdagangan,
reparasi kendaraan bermotor untuk sektor jasa, dan speed boat untuk sektor
transportasi.
15.Kabupaten Padang Pariaman, skor terbobot tingkat kepentingan untuk 3 sektor ekonomi
tertinggi menurut aspek tujuan adalah perdagangan (0,1470), perindustrian (0,1212),
dan peternakan (0,1167). Rangking dan skor KPJu unggulan masing-masing
sektor/subsektor adalah, padi sawah untuk subsektor tanaman pangan, cabe untuk
subsektor sayur-sayuran, durian untuk subsektor buah-buahan, kelapa untuk subsektor
perkebunan, sapi potong untuk subsektor peternakan, budi daya ikan kolam untuk
subsektor perikanan, batu bata untuk sektor industri, barang elektronik untuk sektor
perdagangan, reparasi kendaraan bermotor untuk sektor jasa dan angkutan bermotor
barang untuk sektor transportasi.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
VI-6
16.Kabupaten 50 Kota, skor terbobot tingkat kepentingan untuk 3 sektor ekonomi tertinggi
menurut aspek tujuan adalah peternakan (0,3009), perindustrian (0,1195), dan
perdagangan (0,0998). Rangking dan skor KPJu unggulan masing-masing
sektor/subsektor adalah, padi sawah untuk subsektor tanaman pangan, cabe untuk
subsektor sayur-sayuran, jeruk untuk subsektor buah-buahan, coklat untuk subsektor
perkebunan, ayam ras petelur untuk subsektor peternakan, budi daya ikan kolam untuk
subsektor perikanan, bordir/sulaman untuk sektor industri, toko kelontong/waserda untuk
sektor perdagangan, kursus bahasa Inggris untuk sektor jasa, dan angkutan bermotor
barang untuk sektor transportasi.
17.Kabupaten Dharmasraya, skor terbobot tingkat kepentingan untuk 3 sektor ekonomi
tertinggi menurut aspek tujuan adalah perkebunan (0,2024), tanaman pangan (0,1432),
dan peternakan (0,1147). Rangking dan skor KPJu unggulan masing-masing
sektor/subsektor adalah, padi sawah untuk subsektor tanaman pangan, cabe untuk
subsektor sayur-sayuran, mangga untuk subsektor buah-buahan, karet untuk subsektor
perkebunan, sapi potong untuk subsektor peternakan, budi daya ikan (lele) untuk
subsektor perikanan, tempe untuk sektor industri, apotik untuk sektor perdagangan,
reparasi kendaraan bermotor untuk sektor jasa, dan angkutan bermotor penumpang
untuk sektor transportasi.
18.Kota Padang, skor terbobot tingkat kepentingan untuk 3 sektor ekonomi tertinggi
menurut aspek tujuan adalah perindustrian (0,1995), perdagangan (0,1262), dan jasa
(0,1042). Rangking dan skor KPJu unggulan masing-masing sektor/subsektor adalah,
padi sawah untuk subsektor tanaman pangan, cabe untuk subsektor sayur-sayuran, jeruk
untuk subsektor buah-buahan, coklat untuk subsektor perkebunan, sapi potong untuk
subsektor peternakan, budi daya ikan laut untuk subsektor perikanan, industri kulit untuk
sektor industri, komoditi makanan untuk sektor perdagangan, photo copy untuk sektor
jasa, dan bendi/delman untuk sektor transportasi.
19.Kota Solok, skor terbobot tingkat kepentingan untuk 3 sektor ekonomi tertinggi menurut
aspek tujuan adalah angkutan (0,1993), jasa (0,1341), dan perdagangan (0,1269).
Rangking dan skor KPJu unggulan masing-masing sektor/subsektor adalah, padi sawah
untuk subsektor tanaman pangan, cabe untuk subsektor sayur-sayuran, jeruk untuk
subsektor buah-buahan, coklat untuk sektor perkebunan, ayam ras petelur untuk
subsektor peternakan, budi daya ikan di sawah untuk subsektor perikanan, kue dan
amkanan ringan untuk sektor industri, apotik untuk sektor perdagangan, reparasi
kendaraan bermotor untuk sektor jasa, dan angkutan bermotor untuk barang untuk
sektor transportasi.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
VI-7
Setelah memperoleh hasil perhitungan untuk penetapan KPJu sektoral tingkat
kabupaten/kota, dengan menggunakan metode bayes dan melakukan normalisasi terhadap
skor terbobot masing-masing KPJu, maka diperoleh hasil untuk perhitungan KPJu lintas
sektoral masing-masing kabupaten/kota Provinsi Sumatera Barat. Dengan menggunakan
hasil perhitungan KPJu sektoral dan lintas sektoral di provinsi Sumatera Barat, maka
diperoleh skor terbobot untuk KPJu sektoral dan lintas sektoral tingkat provinsi.
Berdasarkan proses perhitungan yang dilakukan tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa KPJu utama masing-masing sektor untuk Provinsi Sumatera Barat adalah; pada
subsektor tanaman pangan yang menjadi KPJu unggulan UMKM adalah komoditas padi
sawah, pada subsektor sayuran yang menjadi KPJu unggulan adalah tanaman cabe, pada
subsektor buah-buahan yang menjadi KPJu unggulan UMKM adalah komoditi buah pisang,
pada subsektor perkebunan yang menjadi KPJu unggulan UMKM adalah komoditas coklat,
pada subsektor peternakan yang menjadi KPJu unggulan UMKM adalah ternak sapi potong,
pada subsektor perikanan yang menjadi KPJu unggulan UMKM adalah usaha penangkapan
ikan di perairan umum, pada sektor perdagangan yang menjadi KPJu unggulan UMKM
adalah perdagangan komoditi makanan, pada sektor industry yang menjadi KPJu unggulan
UMKM adalah produksi kerupuk dan sejenisnya, pada sektor angkutan yang menjadi KPJu
unggulan UMKM adalah usaha angkutan bermotor untuk barang dan terakhir untuk sektor
jasa yang menjadi jenis usaha unggulan adalah reparasi kendaraan bermotor.
Berdasarkan hasil perhitungan KPJu unggulan UMKM lintas sektor provinsi Sumatera
Barat, dapat diketahui bahwa 5 KPJu unggul dari total 51 KPJu yang terjaring di tingkat
provinsi berturut-turut adalah komoditi Coklat, karet, kelapa sawit, ayam ras petelur dan
sapi potong. Informasi ini memberikan kesimpulan bahwa Provinsi Sumatera Barat
merupakan wilayah yang memiliki keunggulan di subsektor perkebunan dan peternakan.
Secara garis besar jika pemerintah Provinsi Sumatera Barat merencanakan
pengembangan UMKM yang mampu mendorong pertumbuhan pertumbuhan ekonomi,
meningkatkan penyerapan tenaga kerja, dan memiliki daya saing dari produksi yang
dihasilkan. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa focus pengembangan UMKM di Provinsi
Sumatera Barat adalah subsektor perkebunan dan peternakan dengan jenis komoditi yang
telah dikemukakan diatas.
6.2. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang dikemukakan, dapat
direkomendasikan beberapa kebijakan sebagai berikut:
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
VI-8
1. Pemerintah Daerah dan Provinsi Sumatera Barat, perlu membuat grand design
pengembangan UMKM Sumatera Barat. Berdasarkan grand desain tersebut maka setiap
daerah mengembangkan komoditi/produk/jenis usaha Unggulan masing-masing, karena
berdasarkan hasil penelitian terdapat beberapa KPJu unggulan yang berbeda antar
daerah, sehingga antar daerah memiliki kompetensi inti yang berbeda-beda.
2. Berdasarkan grand design tersebut akan terpetakan KPJu masing-masing daerah
sehingga bisa dibangun integrasi horizontal antar daerah yang memiliki KPJu unggulan
yang sama. Integrasi horizontal tersebut akan menciptakan adanya sharing resources
dan akhirnya mampu menciptakan skala ekonomis yang menyebabkan penurunan biaya
sehingga terbangun keunggulan bersaing bersama.
3. Pemda Provinsi Sumatera Barat perlu membangun integrasi vertikal dari hulu-hilir untuk
setiap KPJu unggulan. Integrasi vertikal tersebut dibangun mulai dari bahan baku sampai
ke distribusi produk, sehingga terbangun supply chain setiap KPJu unggulan di daerah ini.
4. Untuk meningkatkan keunggulan bersaing KPJu unggulan Sumatera Barat, perlu
dibangun kolaborasi antar daerah. Artinya pengembangan KPJu unggulan antar daerah
yang terkait dapat dibangun kolaborasi strategik jangka panjang sehingga akan
menciptakan keterjaminan bahan baku dan pemasaran KPJu unggulan di daerah
Sumatera Barat.
5. Pengembangan KPJu unggulan membutuhkan keterlibatan dan perhatian semua stake
holders UMKM itu sendiri. Untuk itu, Pemda Provinsi dan kabupaten/kota perlu
membangun kolaborasi saling menguntungkan antar seluruh komponen stakeholders,
sehingga pengembangan UMKM tersebut berjalan dengan baik dan masalah yang
dihadapi dapat diselesaikan secara komprehensif.
6. Pengembangan KPJu unggulan yang dikelola UMKM kedepan juga membutuhkan
sentuhan teknologi, karena teknologi merupakan salah satu alat untuk menciptakan
keunggulan bersaing KPJu itu sendiri.
7. PKJu unggulan setiap daerah secara terus menerus membutuhkan pengembangan, oleh
sebab itu diperlukan upaya untuk membangun kreatifitas pengusaha atau masyarakat
produser atau pengelola KPJu unggulan itu sendiri. Hal ini dapat dilakukan dengan
pendidikan dan pelatihan khusus.
8. KPJu Unggulan seyogyanya dituangkan kedalam bentuk ketentuan hukum (seperti Perda
atau Surat Keputusan Kepala Daerah, atau dituangkan dalam dokumen RPJM), sehingga
bersifat mengikat dan menjadi acuan bagi semua instansi dan pemangku
pemangkukepentingan lain dalam pengembangan UMKM pada bisnis KPJu Unggulan
yang telahdiidentifikasi.
Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat
VI-9
9. Untuk membangun supply chain KPJu unggulan tersebut dapat dilakukan dengan
pendekatan Klaster yang terintegrasi menurut rantai nilai dari hulu ke hilir, baik dari sisi
rantai produksi maupun rantai pemasaran sehingga tercipta daya saing produk di tingkat
global. Untuk itu pemerintah Provinsi Sumatera Barat bisa memberikan dukungan dalam
bentuk pengembangan sistem informasi untuk seluruh KPJu unggulan, baik ditingkat
provinsi maupun kabupaten/kota di Sumatera Barat secara komprehensif dan terencana.
10.Untuk membangun keunggulan bersaing maka salah satu faktor penting adalah
pembangunan infrastruktur dan kelembagaan yang mendukung pengembangan KPJu
tersebut. Lembaga dapat berupa koperasi atau organisasi lain yang menjadi wadah
penguatan bargaining power UMKM pengelola KPJu tersebut.