66
LAPORAN KASUS SEORANG ANAK DENGAN OBSERVASI KEJANG DEMAM, PROSES SPESIFIK, DAN KURANG ENERGI PROTEIN RINGAN KRONIS Diajukan guna melengkapi tugas Kepaniteraan Senior Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Oleh : RIMA SITI ROHIMAH G2A 098 150

Kasbes Kdk

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Kasbes Kdk

LAPORAN KASUS

SEORANG ANAK DENGAN OBSERVASI KEJANG DEMAM, PROSES SPESIFIK, DAN

KURANG ENERGI PROTEIN RINGAN KRONIS

Diajukan guna melengkapi tugas Kepaniteraan Senior

Bagian Ilmu Kesehatan Anak

Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Oleh :

RIMA SITI ROHIMAH

G2A 098 150

Penguji : dr. Elli Delliana, Sp.A(K)

Pembimbing : dr. Maria CM Warwe

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

Page 2: Kasbes Kdk

2003HALAMAN PENGESAHAN

Nama Mahasiswa : Rima Siti Rohimah

N I M : G2A 098 150

Bagian : Ilmu Kesehatan Anak Universitas Diponegoro

Judul Kasus : Seorang Anak dengan Observasi Kejang Demam, Proses

Spesifik dan Kurang Energi Protein Ringan Kronis

Penguji : dr. Elly Deliana S, SpA

Pembimbing : dr. Maria CM Warwe

Semarang, September 2003

Penguji

( dr. Elly Deliana S, SpA )

Pembimbing

( dr. Maria CM Warwe )

ii

Page 3: Kasbes Kdk

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa atas segala

rahmat-Nya, sehingga laporan kasus “Seorang Anak dengan Observasi Kejang

Demam, Proses Spesifik, dan Kurang Energi Protein RinganKronis” dapat

terselesaikan.

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas dalam menempuh Kepaniteraan

Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Semarang.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. dr. Elly Deliana S, SpA, selaku penguji dalam laporan kasus ini.

2. dr. Maria CM Warwe, atas bimbingannya dalam penulisan laporan kasus ini.

3. Teman-teman Co-Ass dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

laporan kasus ini.

Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Semarang, September 2003

Penulis

iii

Page 4: Kasbes Kdk

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................. ii

KATA PENGANTAR ......................................................................... iii

DAFTAR ISI ........................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................... 1

A. Latar Belakang .............................................................. 1

B. Tujuan dan Masyarakat ................................................. 2

BAB II LAPORAN KASUS ............................................................ 3

A. Identitas Penderita ......................................................... 3

B. Data Dasar ..................................................................... 3

C. Daftar Masalah .............................................................. 10

D. Diagnosis ....................................................................... 10

E. Penatalaksanaan ............................................................. 11

F. Program ......................................................................... 11

Catatan Kemajuan ......................................................... 12

G. Hasil Kunjungan Rumah ............................................... 15

BAB III PEMBAHASAN ................................................................. 19

A. Diagnosis ....................................................................... 19

B. Pengelolaan ................................................................... 22

C. Prognosis ....................................................................... 24

D. Bagan Permasalahan ...................................................... 26

BAB IV RINGKASAN ..................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 28

iv

Page 5: Kasbes Kdk

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kejang demam merupakan bentuk kejang akut simtomatik, ini terjadi pada 2-

5% anak dan merupakan bentuk kejang tersering pada masa anak-anak. Kejang

demam lebih sering terjadi pada usia 6 bulan sampai 3 tahun dimana insidensi

terbanyak pada usia 18 bulan. Kejang demam menurut International League Against

Epilepsy (ILAE) ialah bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh

tanpa adanya infeksi pada sistem saraf pusat ataupun ketidakseimbangan elektrolit

yang terjadi pada anak usia lebih dari 1 bulan tanpa riwayat kejang tanpa panas

sebelumnya. Mortalitas pada kejang demam sangat rendah, hanya sekitar 0,46 - 0,74

%. Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang

sebelumnya normal.(1)

Tuberkulosis (TB) masih merupakan penyakit yang masih sangat luas

didapatkan dinegeri yang sedang berkembang seperti Indonesia, baik pada anak

maupun orang dewasa yang jug dapat menjadi sumber infeksi. Menurut penyelidikan

WHO dan Unicef di daerah Yogyakarta 0,6% penduduk menderita tuberkulosis

dengan basil tuberkulosis positif dalam dahaknya, dengan perbedaan prevalensi

antara di kota dan di desa masing-masing 0,5 – 0,8% dan 0,3 – 0,4%. Uji

tuberkulosis (uji Mantoux) pada 50% penduduk menunjukkan hasil positif dengan

perincian berdasar golongan umur sebagai berikut : (2)

1 – 6 tahun : 25,9%

7 – 14 tahun : 42,4%

15 tahun ke atas : 58,6%

Penyakit Tuberkulosis (TB) anak merupakan penyakit sistemik yang dapat

bermanifestasi pada berbagai organ terutama paru. Sifat sistemik ini karena adanya

penyebaran hematogen dan limfogen setelah terjadinya infeksi primer

Mycobacterium tuberculosis. Faktor yang menentukan tejadinya penyakit, tergantung

pada virulensi, jumlah kuman dan frekuensi infeksi. Keadaan umum dan status gizi

1

Page 6: Kasbes Kdk

penderita juga mempengaruhi terjadinya penyakit. Juga faktor kekebalan

alami/spesifik yang tergantung umur, daya tahan sangat rendah pada bayi dan Balita,

mempengaruhi lebih mudah terjadinya infeksi/penyakit tuberkulosis pada kelompok

umur tersebut.Diagnosis paling tepat adalah dengan ditemukannya basil TB dari

bahan yang diambil dari pasen, misalnya sputum, bilasan lambung, biopsi dan lain-

lain. Pada anak spesimen tersebut sulit dan jarang didapat, di samping itu sensitivitas

pemeriksaan biakan rendah, belum lagi sangat terbatasnya fasilitas laboratorium

yang mampu melakukaknnya. Oleh karena itu, sebagian bsar diagnosis TB anak

didasarkan atas gambaran klinis, uji tuberkulin, dan gambaran radiologis.(3,4)

Kurang Energi Protein (KEP) adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan

rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak

memenuhi angka kecukupan gizi (AKG). Anak usia di bawah lima tahun (balita)

adalah golongan anak yang rentan terhadap kesehatan dan gizi, diantaranya adalah

masalah kurang energi protein (KEP) yang merupakan masalah gizi utama di

Indonesia. Hal ini dapat mengakibatkan gangguan dalam pertumbuhan dan

perkembangan anak.(5)

Berdasar latar belakang tersebut penulis tertarik untuk menyajikan kasus

seorang anak dengan observasi kejang demam dengan tuberkulosis paru, dan kurang

energi protein ringan kronis yang mendapatkan perawatan rawat inap di bangsal CILII

RSUP Dr. Karyadi Semarang.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disebutkan di atas dirumuskan

permasalahan sebagai berikut : “Bagaimana cara mendiagnosis dan mengelola

seorang anak dengan observasi kejang demam, tuberkulosis paru, dan kurang energi

protein ringan kronis.

C. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dan manfaat laporan kasus besar ini adalah agar mahasiswa kedokteran

mengetahui cara menegakkan diagnosis, melakukan pengelolaan penderita kejang

demam, tuberkulosis paru, kurang energi protein ringan kronis serta tindakan

penatalaksanaan yang diberikan sesuai dengan penulisan ilmiah berdasar

kepustakaan atau prosedur yang ada.

2

Page 7: Kasbes Kdk

BAB II

PENYAJIAN KASUS

A. IDENTITAS PENDERITA

Nama : An.s

Umur : 1 tahun 8 bulan

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Karangrejo Selatan Rt.7 / Rw.3 Kelurahan Tinjomoyo

Semarang

Agama : Islam

No. CM : 724564

Bangsal : CI LII

Tanggal Masuk : 29 Agustus 2003

Tanggal Keluar : 3 September 2003

IDENTITAS ORANG TUA

Nama Ibu : Ny. A S

Umur : 34 tahun

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Pendidikan : SD

Nama Ayah : Tn. D K

Umur : 41 tahun

Pekerjaan : Buruh

Pendidikan : SD

3

Page 8: Kasbes Kdk

B. DATA DASAR

1. ANAMNESIS

Dengan ibu penderita tanggal 29 Agustus 2003 pukul 17.30 WIB

a. Keluhan utama : kejang

b. Riwayat Penyakit Sekarang

- 6 bulan anak sering batuk, pilek, keringat malam hari, tidak sesak, tidak

kejang, tidak mual, tidak muntah, buang air kecil, dan buang air besar

lancar.

- 2 minggu anak panas naik turun,ada batuk, ada pilek,ada keringat malam

hari,tidak sesak, tidak muntah,tidak kejang,tidak ada bintik-bintik merah

seperti gigitan nyamuk,buang air kecil dan buang air besar lancar.Anak

dibawa berobat ke Puskesmas diberi obat,panas turun tapi kemudian naik

lagi sampai tiga kali ke Puskesmas tidak ada perubahan. Anak ada

riwayat kontak dengan bapak kandung.

- 31/2 jam sebelum masuk RSDK anak kejang seluruh tubuh, sebelum

kejang anak sadar,saat kejang anak tidak sadar, setelah kejang anak sadar

kurang lebih 3 menit, tidak muntah, tidak mencret.Anak dibawa ke UGD

RSDK disarankan untuk mondok.

c. Riwayat Penyakit Dahulu

- Riwayat kejang saat panas disangkal.

- Riwayat kejang tanpa panas sebelumnya disangkal.

- Riwayat sakit telinga dan keluar cairan dari telinga disangkal.

- Riwayat kepala terbentur disangkal.

- Penyakit yang pernah diderita batuk, pilek, mencret.

d. Riwayat Penyakit Keluarga

- Riwayat kejang dalam keluarga disangkal

- Keluarga dan tetangga dekat rumah saat ini tidak ada yang sakit.

- Bapak kandung dalam masa pengobatan TB

e. Riwayat Sosial Ekonomi

Ayah penderita bekerja sebagai buruh . Ibu penderita tidak bekerja.

Penghasilan Rp 200.000,- per bulan. Menanggung 4 orang anak.

4

Page 9: Kasbes Kdk

Kesan sosial ekonomi: kurang

f. Riwayat pemeliharaan prenatal

Pemeliharaan pernatal di Puskesmas mendapat imunisasi TT 2x. Selama

hamil ibu penderita tidak sakit, minum vitamin dan tablet tambah darah.

g. Riwayat kelahiran

No. Kehamilan dan persalinan Umur

1

2

3

4

Perempuan, aterm, spontan, bidan, 2600 gram.

Perempuan, aterm, spontan, bidan, 3000 gram.

Perempuan, aterm, spontan, bidan, 2700 gram.

Perempuan, aterm, spontan, bidan,2500 gram.

14 tahun

13 tahun

61/2tahun

1 tahun 8 bulan

h. Riwayat pemeliharaan post natal

Pemeliharaan post natal di Puskesmas, keadaan anak sehat.

i. Riwayat kontrasepsi

Ibu penderita mengikuti KB suntik 9 bulan. Sikap dan kepercayaan terhadap

KB yang dipilih yakin dan percaya.

j. Riwayat imunisasi

BCG : 1 x ( 1 bulan ) scar (+)

DPT : 3 x ( 2,3,4 bulan )

Polio : 4 x ( 1,2,3,4 bulan )

Hepatitis B : 3 x ( 1,3,7 bulan )

Campak : 1 x ( 9 bulan )

Kesan : imunisasi dasar lengkap sesuai umur

k. Riwayat makan dan minum anak

ASI diberikan sejak lahir sampai sekarang.

Umur 0 - sekarang : anak diberikan ASI

Umur 2 – 7 bulan : anak mulai diberi nasi pisang 2x sehari @ 1 piring

kecil habis

Umur 7 – sekarang : diberikan nasi tim + telur, bayam, wortel 2x sehari @

1 piring kecil kadang habis kadang tidak habis. Juga

5

Page 10: Kasbes Kdk

diberikan buah pisang / pepaya @ 1 potong 1x sehari

habis.

Kesan : ASI tidak diberikan eksklusif, kualitas kurang,kuantitas kurang

l. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Pertumbuhan :

Berat badan lahir 2500 gram, panjang badan lupa, berat badan sekarang 8 kg,

tinggi badan sekarang 74 cm, lingkar kepala 44 cm (mesosefal).

Perkembangan :

- tersenyum 2 bulan - gigi keluar 6 bulan

- miring 3 bulan - merangkak 8 bulan

- tengkurap 4 bulan - berdiri 9 bulan

- duduk 7 bulan - berjalan 12 bulan

Kesan : Pertumbuhan dan perkembangan sesuai umur

2. PEMERIKSAAN FISIK

Tanggal 29 Agustus 2003 pukul 17.30 WIB

Seorang anak perempuan, umur 1 tahun 8 bulan, Berat badan (BB)= 8 kg, Tinggi

Badan (TB)=74 cm.

Keadaan umum : sadar, aktif, tidak kejang,tidak sesak, tangan kiri

terpasang infus

Tanda vital : Tensi : 100/60 mmHg

Nadi : 120 x/ menit isi dan tegangan cukup

Frekuensi nafas : 28 x/ menit

Suhu : 39,8 C

Kepala : Mesosefal , lingkar kepala : 44 cm

Ubun-ubun besar sudah menutup

Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut

Mata : Conjungtiva palpebra tidak anemis, sklera tidak ikterik,

pupil Isokor 3mm, reflek cahaya +/+ normal, reflek

kornea +/+ Normal, reflek bulu mata +/+ normal.

Telinga : Nyeri tekan tragus -/- ,discharge -/-

6

Page 11: Kasbes Kdk

Hidung : nafas cuping tidak ada, tidak ada sekret

Mulut : tidak sianosis, bibir dan selaput lendir tidak kering, lidah

tidak kotor dan tidak tremor, tidak ada karies gigi.

Tenggorok : T1-1 faring hiperemis (+)

Leher : Asimetris, ada pembesaran kelenjar limfe sebelah kanan,

tidak ada kaku kuduk

Dada :

Inspeksi : Simetris statis dinamis, tidak ada bagian yang tertinggal

waktu bernafas, tidak ada retraksi.

Palpasi : Stem fremitus kanan=kiri

Perkusi : Sonor seluruh lapangan paru

Auskultasi : Suara dasar vesikuler normal

Suara tambahan : wheezing -/- , ronkhi -/- , hantaran -/-

Jantung :

Inspeksi : iktus kordis tak tampak

Palpasi : iktus kordis teraba di sela iga V, 2 cm medial garis

medio-klavikularis sinistra, tidak kuat angkat, tidak

melebar.

Perkusi : Batas kiri : Sela iga V 2cm medial garis

medioklavikularis sinistra

Batas atas : sela iga II linea parasternal sinistra

Batas kanan : linea sternalis dextra

Auskultasi : Suara jantung I dan II normal. M1>M2, A1<A2, P1< P2

Abdomen :

Inspeksi : datar, venektasi tidak ada

Palpasi : supel, lemas, tidak ada nyeri tekan, turgor cukup, hepar

dan lien tidak teraba.

Perkusi : timpani, pekak sisi (+) normal, pekak alih (-)

Auskultasi : bising usus (+) normal

Genital : Perempuan, dalam batas normal

7

Page 12: Kasbes Kdk

Ekstremitas Superior Inferior

Sianosis -/- -/-

Akral dingin -/- -/-

Udem -/- -/-

Capillary refill < 2” < 2”

Reflek fisiologis +N/+N +N/+N

Reflek patologis -/- -/-

Gerak +/+ +/+

(pada semua sendi ke segala arah)

Kekuatan sulit dinilai sulit dinilai

Tonus +N/+N +N/+N

Klonus -/-

Tanda rangsang meningeal :

- Brudzinsky I (-)

- Brudzinsky II (-)

- Kernig Sign (-)

Genital : Perempuan, dalam batas normal.

3. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

a. Pemeriksaan darah ( 29 Agustus 2003)

Hb : 11,2 gr/dl

Ht : 32,5 %

Lekosit : 43.700 /mm3

Trombosit : 343.000/ mm3

Kesan : Lekositosis

Preparat darah hapus

Hitung jenis : E 3 B 0 St 1 Sg 62 L3o M4

Sistem eritropoetik : anisositosis (-), Poikilositosis (-), burr cell (-)

polikromasi (-)

Krenasi (-)

Sistem granulopoetik : hipersegmentasi (+), hipergranulasi (-), vakuolisasi (-)

8

Page 13: Kasbes Kdk

Sistem trombopoetik : trombosit bentuk normal, tersebar merata, clump cell

(+)

Kesan : gambaran infeksi bakteri

4. PEMERIKSAAN FOTO THORAX

COR : CTR tidak dapat dinilai

PULMO : Corak vaskuler kasar

Bercak pada paracardial dan parahiler kiri-kanan

Difragma kanan setinggi costa VIII posterior

Kedua sinus lancip

Kesan : bronkhopneumoni

5. PEMERIKSAAN ANTROPOMETRI

Perempuan, 1 tahun 8 bulan BB= 8 kg PB= 74 cm t=39,8oc BBK=10,8 kg

Status gizi menurut WHO NCHS

Presentase terhadap median:

BB/U = 8/11,2 x 100% = 71,42 %

PB/U =74/82,9 x 100 % = 89,26 %

BB/PB = 8/9,4 x 100% = 85,10 %

Kesan : KEP Ringan Kronis

C. DAFTAR MASALAH

No. Masalah aktif Tanggal No Masalah pasif Tanggal

1. Observasi kejang demam 29/8/03

2. Lymphadenopati colli

dextra

29/8/03

3.

4.

KEP Ringan Kronis

Proses Spesifik

29/8/03

01/8/03

9

Page 14: Kasbes Kdk

D. DIAGNOSIS

a. Diagnosis Banding

1. Observasi Kejang Demam

DD : Kejang demam komplek

Kejang demam simplek

2. Lymphadenopati colli dextra

DD : Lymphadenopati reaktif

Lymphadenopati adenitis

Lymphadenopati spesifik

3. KEP Ringan Kronis

b. Diagnosis Sementara

1. Observasi Kejang Demam

2. Lymphadenopati colli dextra

3. KEP Ringan kronis

E. PENATALAKSANAAN

a. Medikamentosa

- Infus D5 % 480/20/5 tetes

- Injeksi Ampisilin 3x250 mg i.v (tes dulu)

- Injeksi Diazepam 2,5 mg i.v pelan ( bila kejang)

- Injeksi Luminal 75 mg i.m (loading dose)

- p.o : - Parasetamol 100 mg (k/p)

- Vitamin B komplek 3x ½ tablet

- Vitamin C 3 x 1/2 tablet

b. Diet

- 3x 1 porsi lunak

- 3x 200 cc susu

- 1x buah

Energi 1480 kilokalori. Protein 75,45 gram

10

Page 15: Kasbes Kdk

Kebutuhan 24 jam Cairan ( 1040 cc) Kalori (800 kkal) Protein(32 gr)

Infus D 5 % 480 96 -

3 x lunak 300 1218 45,45

3 x 200 cc susu 600 375,6 20,4

Jumlah 1480 1739,6 75,45

Kecukupan 142,30% 217,45% 235,78%

c. Perawatan

Penderita dirawat di bangsal infeksi IRNA C1 lantai II

F. RENCANA PEMECAHAN MASALAH ( INITIAL PLAN )

i. Assesment : Observasi kejang demam

Initial Dx : S : -

O : Lumbal Pungsi

Rx : Infus D5% 480/20/5 tetes

Injeksi luminal 75 mg i.m (loading dose)

Injeksi Diazepam 2,5 mg iv bila kejang

p.o : Luminal 3x 10 mg

Vitamin Bc 3x1/2 tab

Vitamin C 3x1/2 tab

Paracetamol 100 mg jika panas

Diit : 3x lunak lauk saring

3x 200 cc SGM II

1x buah

Mx : kejang berulang, kesadaran, tanda rangsang meningeal, reflek

fisiologis, reflek patologis, mata (pupil, reflek bulumata,

reflek kornea, reflek cahaya), tonus otot

Keadaan umum, tanda vital

11

Page 16: Kasbes Kdk

Ex : - Menjelaskan kepada orangtua tentang penyakit dan

penatalaksanaan

- Menjelaskan pada orang tua agar jika panas segera

turunkan panas dengan membuka pakaian, kompres dingin

dan brikan obat penurun panas dan anti kejang yang sudah

disediakan

- Menjelaskan pada orang tua jika anak kejang agar

diberkan benda lunak untuk digigit dan jangan diberi

makanan atau minuman terlebih dahulu

ii. Assesment : Lymphadenopati colli dextra

Initial Dx : S : -

O :

Rx :

Mx :

Ex :

iii. Assesment : Kurang Energi Protein Ringan Kronis

Initial Dx : S : Riwayat pola makanan, riwayat berat badan sukar naik

O : Antropometri

Rx : Diet :

3 x lunak

3 x 200 cc susu

1 x buah

Mx : Pemantauan akseptabilitas makanan,penimbangan berat

badan

Ex : - Menjelaskan pada ibu agar telaten memberikan makanan

bergizi pada anak dam memotivasi anak untuk

menghabiskan makanan

- Menjelaskan perlunya membuat variasi makanan dalm

menu sehari-hari

12

Page 17: Kasbes Kdk

CATATAN KEMAJUAN

Tanggal Pemeriksaan FisikPx

penunjangAssesment Terapi Program

29-08-03Pkl. 17.30

KU : Sadar, Kurang aktif, kejang (-), sesak (-)

Keluhan : (-)

Tanda vital :

Tensi : 100/60 mmHg

Nadi : 120x/menit, isi dan tegangan cukup

RR : 28x/menit

Suhu : 39,80C

Kepala : mesosefal, LK = 44 cm (mesosefal)

Mata : conj palp. Anemis -/-

Sklera ikterik -/-, pupil isokor 3 mm, reflek cahaya +/+ N, reflek kornea +/+ N, reflek bulu mata +/+ N

Telinga : discharge (-)

Hidung : nafas cuping (-), sekret (-)

Mulut : sianos (-), bibir kering (-)

Tenggorok: T1-1 faring hiperemis (+)

Leher : pembesaran nnll (+) coli dextra, kaku kuduk (-)

Dada : simetris, retraksi (-)

Jantung : dalam batas normal

Paru : dalam batas normal

Abdomen : dalam batas normal

Darah rutin

Hb 11,2 g/dl

Ht 32,5%

Leukosit 43700/mm3

Trombosit 343.000/mm3

Kesan Leukositosis

Foto Thoraks

Kesan :

Bronkhopneumoni

- Observasi kejang demamDD :Kejang demam komplekKejang Demam Simplek

- Limpadenopati Coli DextraDD :Limpadenopati reaktifLimpadenopati adenitisLimpadenopati spesifik

- LeukositosisDD :KeganasanInfeksi

- Kurang energi protein ringan Kronis

Infus D5% 480/20/5 tts + NaCl 5% 19 cc dalam 500 cc KCl RSDK 14 cc D5%Injeksi ampicilin 3 x 250 mg IVInjeksi Diazepam 250 mg IV (bila kejang)Injeksi Luminal 75 mg IV (loading dose)PO. Paracetamol 100 mg (klp)Vitamin Bc 3 x ½ tabVitamin C 3 x ½ tab luminal 10 mg 3 x 1 tabDiet :3 x lunak3 x 200 cc susu 1 x buah

Pengawasan KU, tanda vitalLPGDSElektrolitPPD 5 TUBiopsi kelenjar BMP X foto thorak ulang

13

Page 18: Kasbes Kdk

Ektremitas Sup Inf

Sianosis -/- -/-

Akral dingin -/- -/-

Udem -/- -/-

Cap refill < 2” <2”

R.fisio +N/+N +N/+N

R.pato -/- -/-

Rgs meningeal (-)

29-08-03pkl 20.00

KU : Sadar, kurang aktif, kejang (-), sesak (-)

Keluhan : (-)

Tanda Vital :

Nadi : 120 x/ menit, isi dan tegangan cukup

RR : 20 x/ menit

Suhu : 37,5 0C

PF tetap

Tetap

29-08-03pkl 24.00

KU : Tidur

Keluhan : (-)

Tanda Vital :

Nadi : 110 x/ menit, isi dan tegangan cukup

RR : 28 x/ menit

Suhu : 37,5 0C

PF tetap

30-08-03pkl 04.00

KU : Sadar, kurang aktif, kejang (-), sesak (-)

Keluhan : (-)

Tanda vital :

Nadi : 110 x/menit, isi dan tegangan cukup

Pengawasan KU,TV

14

Page 19: Kasbes Kdk

RR : 20 x/menit

Suhu : 37,6 0C

PF tetap

Pemeriksaan Fisik Px penunjang Assesment Terapi Program

30-8-2003pkl 07.00

KU : sadar, kurang aktif, kejang (-)sesak(-)

Keluhan : (-)

Tanda vital:

Nadi : 116x/mnt, isi dan tegangan cukup

RR : 28x/menit

Suhu : 37,8C

PV tetap

Pengawasan keadaan umum, tanda vital, kejang berulang

30-8-2003pkl 16.00

Keadaan umum: sadar, kurang aktif, kejang (-)sesak(-)

Keluhan : (-)

Tanda vital:

nadi=110x/menit,isidan tegangan cukup

RR = 24x/menit

Suhu : 37,20C

PF tetap

30-8-2003pkl 20.00

Keadaan umum: sadar, kurang aktif, kejang (-)sesak(-)

Keluhan : (-)

Tanda vital:

nadi= 120x/menit,isi dan tegangan cukup

RR = 28x/menit

Suhu : 370C

PF tetap

15

Page 20: Kasbes Kdk

30-8-2003pkl 24.00

Keadaan umum: sadar, kurang aktif, kejang (-)sesak(-)

Keluhan : (-)

Tanda vital:

nadi= 115x/menit,isi dan tegangan cukup

RR = 26x/menit

Suhu : 370C

PF tetap

31-8-2003pkl 04.00

Keadaan umum: sadar, kurang aktif, kejang (-)sesak(-)

Keluhan : (-)

Tanda vital:

nadi= 115x/menit,isi dan tegangan cukup

RR = 28x/menit

Suhu : 37,20C

PF tetap

31-8-2003pkl 08.00

KU : Sadar, kurang aktif, kejang (-), sesak (-)

Keluhan : (-)

Tanda Vital :

Nadi = 116 x/menit,isi dan tegangan cukup

RR = 26 x/menit

Suhu = 37,2 0C

PF tetap

31-8-2003pkl 12.00

KU : Sadar, kurang aktif, kejang (-), sesak (-)

Keluhan : (-)

Tanda vital :

Nadi = 116 x/menit,isi dan tegangan cukup

16

Page 21: Kasbes Kdk

RR = 24x/menit

Suhu = 370C

PF tetap

31-8-2003pkl 16.00

KU : Sadar, kurang aktif, kejang (-), sesak (-)

Keluhan : (-)

Tanda Vital :

Nadi = 116 x/menit,isi dan tegangan cukup

RR = 26 x/menit

Suhu = 37 0C

PF tetap

31-8-2003pkl 20.00

KU : Sadar, kurang aktif, kejang (-), sesak (-)

Keluhan : (-)

Tanda Vital :

Nadi = 110 x/menit,isi dan tegangan cukup

RR = 28 x/menit

Suhu = 37 0C

PF tetap

31-8-2003pkl 24.00

KU : Tidur

Keluhan : (-)Keluhan : (-)

Tanda Vital :

Nadi = 112 x/menit,isi dan tegangan cukup

RR = 28 x/menit

Suhu = 37 0C

PF tetap

01-8-2003pkl 04.00

KU : Sadar, kurang aktif, kejang (-), sesak (-)

Keluhan : (-)Keluhan : (-)

17

Page 22: Kasbes Kdk

Tanda Vital :

Nadi = 115 x/menit,isi dan tegangan cukup

RR = 28 x/menit

Suhu = 37,2 0C

PF tetap

01-08-03pkl 16.00

KU : Sadar, kurang aktif, kejang (-), sesak (-)

Tanda Vital :

Nadi = 100 x/menit,isi dan tegangan cukup

RR = 24 x/menit

Suhu = 37 0C

PF tetap

01-08-03pkl 20.00

KU : Sadar, kurang aktif, kejang (-), sesak (-)

Tanda Vital :

Nadi = 100 x/menit,isi dan tegangan cukup

RR = 24 x/menit

Suhu = 37 0C

PF tetap

01-08-03pkl 24.00

KU : Sadar, kurang aktif, kejang (-), sesak (-)

Tanda Vital :

Nadi = 100 x/menit,isi dan tegangan cukup

RR = 24 x/menit

Suhu = 37 0C

PF tetap

02-08-03pkl 04.00

KU : Sadar, kurang aktif, kejang (-), sesak (-)

Tanda Vital :

Nadi = 120 x/menit,isi dan tegangan cukup

18

Page 23: Kasbes Kdk

RR = 24 x/menit

Suhu = 37 0C

PF tetap

2-09-03pk. 07.00

Keluhan :-Keadaan umum: sadar, aktif,

kejang(-)Tanda vital: Nadi : 100x/mntRR= 24x/mntSuhu= 37CPx fisik = tetap

Observasi Kejang Demam Simplek Proses Spesifik

Infus dilepasInjeksi ampicilin dan Injeksi Diazepam distopPO : Tx. OATRimfapisin 80mgINH 80 mgPZA 160 mgVitamin Bc 10 mgDiit tetap

Pengawasan

KU, tanda vital

02-09-03Pkl. 13.00

KU : Sadar, kurang aktif, kejang (-), Sesak (-)

Keluhan : (-)Tanda Vital :Nadi = 124x/menit, isi dan

tegangan cukupRR = 28x/menitSuhu = 370C

02-09-03Pkl. 16.00

KU : Sadar, kurang aktif, kejang (-), Sesak (-)

Keluhan : (-)Tanda Vital :Nadi = 120x/menit, isi dan

tegangan cukupRR = 28x/menitSuhu = 370C

02-09-03Pkl. 20.00

KU : Sadar, kurang aktif, kejang (-), Sesak (-)

19

Page 24: Kasbes Kdk

Keluhan : (-)Tanda Vital :Nadi = 124x/menit, isi dan

tegangan cukupRR = 28x/menitSuhu = 370C

02-09-03Pkl. 24.00

KU : Sadar, kurang aktif, kejang (-), Sesak (-)

Keluhan : (-)Tanda Vital :Nadi = 120x/menit, isi dan

tegangan cukupRR = 24x/menitSuhu = 370C

03-09-03Pkl. 07.00

KU : Sadar, kurang aktif, kejang (-), Sesak (-)

Keluhan : (-)Tanda Vital :Nadi = 110x/menit, isi dan

tegangan cukupRR = 26x/menitSuhu = 370C

Tetap PO :Amoxillin 3x250 mgParacetamol 100 mg (klp)Vit Bc/C 3x1/2 tabLuminal 3x10 mgOAT :Rimfapicin 80 mg 1x1 pulv acINH 80 mgPZA 80 mgVit B6 160 mgDiit :3xlunak3x200 cc susuASI ad lib

Pengawasan

KU,TV

Rencana

Pulang

kirim kembali

ke puskesmas

20

Page 25: Kasbes Kdk

BAGAN PERMASALAHAN

Genetik Lingkungan :Fisik

Biologik

Pelayanan kesehatan :PengobatanPencegahan

Pendidikan& Perilaku

Kejang Demam Simplek

Status Gizi Daya tahan Tubuh KEP Ringan Kronis

Tuberkulosis

Promotif

PreventifRehabilitatif

Asah

AsihAsuh

Tumbuh kembang optimal

21

Page 26: Kasbes Kdk

HASIL KUNJUNGAN RUMAH

Kunjungan rumah dilaksanakan pada tanggal 7 September 2003 pukul 09.30 WIB.

1. Keadaan rumah

Status rumah : Rumah sendiri

Ukuran : 8 x 8 m2

Penghuni : 6 orang

Halaman rumah : tidak ada

Dinding rumah : tembok

Lantai rumah : semen

Atap : genteng

Ruangan : ruang tamu, 2 ruang tidur, 1 dapur, 1 kamar mandi dan

WC

Ventilasi : terdapat 2 jendela pada ruang tamu, 1 jendela pada 1 kamar

tidur (kurang memadai)

Pencahayaan : pencahayaan kurang, karena sinar matahari yang masuk

rumah sedikit.

Kebersihan : rumah disapu 1x sehari (kurang )

Sumber air : air PDAM,jumlah air cukup, kualitas air cukup

Tempat sampah : cukup memadai, jumlah 1 dan tak ada tutupnya

Kesan : rumah sempit dan kurang bersih

Kebiasaan sehari-sehari

22

Page 27: Kasbes Kdk

Ayah bekerja sebagi buruh.Ibu tidak bekerja.Anak diasuh oleh

ibunya.Makanan dan minuman dimasak sebelum dimakan.Sumber air minum

dari PDAM.Alat makn dicuci dengan air PDAM dan sabun cuci piring.Mandi

dua kali sehari menggunakan air PDAM dan sabun.Pakaian kotor dicuci kadang

2x sehari. Rumah disapu 2x sehari, sampah dibuang di tempat sampah. Jika ada

keluarga yang sakit dibawa ke puskesmas.

2. Lingkungan

Rumah penderita terletak di kelurahan Tinjomoyo.Rumah berjarak 1m

dengan tetangga,memiliki teras dan tidak terdapat halaman.Keadaan sekitar

agak kotor dan selokan tidak mengalir lancar.

Rumah penderita berdinding tembok, jendela hanya ada di ruang tamu dan

dikamar tidur sehingga ventilasi kurang.Kamar mandi dan WC berada di luar

rumah.Penghuni 6 orang : ayah,ibu,dan 4 orang anak.

3. Gambar denah rumah

KM/WC

R. TamuR. Tidur

R. Tidur

DapurTeras

23

Page 28: Kasbes Kdk

4. Pemeriksaan fisik

Tanggal 29 Agustus 2003 pukul 17.30 WIB

Keadaan umum : sadar, aktif, tidak ada kejang, tidak rewel

Tanda vital : Tensi : 100/60 mmHg

Nadi : 120x/menit isi dan tegangan cukup

Frekuensi nafas : 28 x/ menit

Suhu : 37 C

Kepala : Mesosefal , lingkar kepala : 44 cm

Ubun-ubun besar sudah menutup

Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut

Mata : Conjungtiva palpebra tidak anemis, sklera tidak

ikterik, pupil isokor 3mm, reflek cahaya +/+

normal, reflek kornea +/+ Normal, reflek bulu mata

+/+ normal.

Telinga : Nyeri tekan tragus -/- ,discharge -/-

Hidung : nafas cuping tidak ada, tidak ada sekret, mimisan

tidak ada

Mulut : tidak sianosis, bibir dan selaput lendir tidak kering,

lidah tidak kotor dan tidak tremor, tidak ada karies

gigi.

Tenggorok : T1-1 hiperemis (-)

Leher : simetris, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak

ada kaku Kuduk

24

Page 29: Kasbes Kdk

Dada :

Inspeksi : Simetris statis dinamis, tidak ada bagian yang

tertinggal waktu bernafas, tidak ada retraksi.

Palpasi : Stem fremitus kanan=kiri

Perkusi : Sonor seluruh lapangan paru

Auskultasi : Suara dasar vesikuler normal

Suara tambahan : wheezing -/- , ronkhi -/- , hantaran -/-

Jantung

Inspeksi : iktus kordis tak tampak

Palpasi : iktus kordis teraba di sela iga V, 2 cm medial garis

medio-klavikularis sinistra, tidak kuat angkat, tidak

melebar.

Perkusi : Batas kiri : Sela iga V 2cm medial garis

medioklavikularis sinistra

Batas atas : sela iga II linea parasternal sinistra

Batas kanan : linea sternalis dextra

Auskultasi : Suara jantung I dan II normal. M1 > M2 , A1 < A2,

P1 < P2

Abdomen

Inspeksi : datar, venektasi tidak ada

Palpasi : supel, lemas, tidak ada nyeri tekan, turgor cukup,

hepar dan lien tidak teraba.

Perkusi : timpani, pekak sisi (+) normal, pekak alih (-)

25

Page 30: Kasbes Kdk

Auskultasi : bising usus (+) normal

Genitalia : laki-laki , desencus testis +/+

Ekstremitas

Superior Inferior

Sianosis -/- -/-

Akral dingin -/- -/-

Udem -/- -/-

Capillary refill < 2” < 2”

Reflek fisiologis +N/+N +N/+N

Reflek patologis -/- -/-

Gerak +/+ +/+

pada semua sendi ke segala arah

Kekuatan sulit dinilai sulit dinilai

Tonus +N/+N +N/+N

Klonus -/-

Tanda rangsang meningeal

Brudzinsky I (-)

Brudzinsky II (-)

Kernieg sign (-)

26

Page 31: Kasbes Kdk

BAB III

PEMBAHASAN

A. DIAGNOSIS

1. Kejang Demam Simplek

Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh

( suhu rektal >38C ) tanpa adanya infeksi pada sistem saraf pusat ataupun

ketidakseimbangan elektrolit yang terjadi pada anak usia lebih dari 1 bulan

tanpa riwayat kejang tanpa panas sebelumnya.

Faktor yang penting pada kejang demam ialah umur, genetik, prenatal

dan perinatal. Demam sering disebabkan infeksi saluran pernafasan atas,

otitis media, pneumonia, gastroenteritis dan infeksi saluran kemih. Kejang

tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi kadang-kadang demam yang tidak

begitu tinggi sudah dapat menyebabkan kejang. Bila kejang telah terjadi pada

demam yang tidak tinggi, anak mempunyai resiko tinggi untuk berulangnya

kejang.

Pada keadaan demam kenaikan suhu 1C akan mengakibatkan

kenaikan metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat

20%. Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari

seluruh tubuh, dibandingkan dewasa yang hanya 15%. Jadi pada kenaikan

suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan membran dan

dalam waktu yang singkat terjadi difusi ion K+ maupun Na+ melalui membran

sel neuron, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik yang dapat meluas

ke seluruh sel maupun ke membran sel tetangganya dengan bantuan bahan

27

Page 32: Kasbes Kdk

yang disebut neurotransmitter dan terjadilah kejang. Tiap anak mempunyai

ambang kejang yang berbeda. Pada anak dengan ambang kejang rendah,

kejang telah terjadi pada suhu 38C sedangkan pada ambang kejang yang

tinggi kejang baru terjadi pada suhu 40C atau lebih.

Umumnya kejang demam berlangsung singkat berupa serangan

kejang klonik atau tonik klonik bilteral. Seringkali kejang berhenti, anak tidak

memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa menit anak

terbangun sadar kembali tanpa defisit neurologis. Kejang dapat diikuti

hemiparesis sementara yang berlangsung beberapa jam sampai beberapa

hari. Kejang unilateral yang lama dapat diikuti dengan hemiparesis yang

menetap. Bangkitan kejang yang berlangsung lama sering terjadi pada kejang

demam yang pertama.

Fukuyama membagi kejang demam menjadi 2 golongan yaitu :

1. Kejang demam sederhana

2. Kejang demam komplek

Kejang demam sederhana harus memenuhi semua kriteria berikut,

yaitu :

1. Di keluarga penderita tidak ada riwayat epilepsi

2. Sebelumnya tidak ada riwayat cedera otak oleh penyebeb apapun

3. Serangan kejang demam yang pertama terjadi antara usia 6 bulan – 6

tahun

4. Lamanya kejang berlangsung tidak lebih dari 20 menit

5. Kejang tidak bersifat fokal

28

Page 33: Kasbes Kdk

6. Tidak terdapat gangguan atau abnormalitas pasca kejang

7. Sebelumnya tidak didapatkan abnormalitas neurologis atau

abnormalitas perkembangan

8. Kejang tidak berulang dalam waktu singkat

Bila tidak memenuhi kriteria diatas, maka digolongkan ke dalam kejang

demam komplek

Pada kasus ini seorang anak laki-laki usia 2 tahun didapatkan panas

tinggi selama 1 hari, mendadak, terus-menerus, tidak menggigil, kejang

seluruh tubuh 2 kali, setiap kali kejang kurang lebih 5 menit, jarak antar

kejang kurang lebih 4 jam, selama kejang tidak sadar, sebelum dan sesudah

kejang sadar. Pada penderita ini terdapat lebih dari 1 kali kejang dalam 1

episode demam sehingga digolongkan dalam kejang demam komplek.

Penyebab kejang dari infeksi intra kranial dapat disingkirkan karena tidak

didapatkan penurunan kessadaran setelah kejang, defisit neurologis dan tanda

rangsang meningeal. Penyebab kejang berupa gangguan metabolik dapat

disingkirkan karena tidak didapatkan riwayat mencret, muntah dan dari hasil

laboratorium elektrolit dalam bataas normal. Hiperglikemi dengan kadar gula

darah sewaktu 172 mg/dl tidak menyebabkan kejang. Proses desak ruang

disingkirkan karena tidak ada riwayat muntah sebelumnya, tangis anak tidak

melengking dan hasil konsul mata tidak didapatkan gambaran udem papil

N.II yang merupakan salah satu tanda peningkatan tekanan intra kranial.

Kejang karena trauma serebral disingkirkan dengan tidak adanya riwayat

trauma kepala pada penderita ini. Lumbal pungsi tidak dilakukan karena

29

Page 34: Kasbes Kdk

orang tua penderita menolak tindakan tersebut. Pemeriksaan penunjang kausa

kejang demam kompleks berupa EEG belum dilakukan karena harus

menunggu 7 hari setelah demam turun. EEG dapat memperjelas adanya lesi

struktural pada kejang demam yang bersifat fokal dan berkepanjangan.

2. Tuberkulosis

Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis dan Myobacterium bovis (sangat jarang

disebabkan oleh Mycobacterium avium). Mycobacterium tuberculosis

ditemukan oleh Robert Koch dalam tahun 1882. Basil tuberkulosis dapat

hidup dan tetap virulen beberapa minggu dalam keadaan kering, tetapi dalam

cairan mati pada suhu 600 C dalam 15 – 20 menit. Fraksi protein basil

tuberkulosis menyebabkan nekrosis jaringan, sedangkan lemaknya

menyebabkansifat tahan asam dan merupakan aktor penyebabterjadinya

fibrosis dan terbentuknya sel epiteloid dan tuberkel.

Basil tuberkulosis tidak membentuk toksin (baik endotoksin maupun

eksotoksin). Penularan Mycobacterium tuberculosis pada anak biasanya

melalui :

Udara terutama dari batuk orang dewasa, Anak kecil yang terinfeksi hampir

selalu tertular oleh anggota keluarganya atau tetangga dekat. Bila anak lebih

besar telah terinfeksi, tetapi tidak ditemukan sumber infeksi di antara

keluarganya, carilah kemungkinan orang yang menularinya di sekolah, klinik,

tempat ibadah, angkutan umum atau dimana saja anak tersebut berhadapan

dengan orang dewasa di dalam suatu gedung atau ruangan sempit. Selain

30

Page 35: Kasbes Kdk

melalui udara penularan dapat peoral misalnya minum susu yang

mengandung basil tuberkulosis, biasanya Mycobcterium bovis. Dapat juga

terjadi dengan kontak langsung misalnya melalui luka atau lecet di kulit.

Masuknya basil tuberkulosis dalam tubuh tidak selalu menimbulkan

penyakit. Terjadinya infeksi dipengaruhi oleh virulensi dan banyaknya basil

tuberkulosis serta daya tahan tubuh manusia. Basil tuberkulosis masuk ke

dalam paru melalui udara dan dengan masuknya basil tuberkulosis maka

terjadi eksudasi dan konsolidasi yang terbatas dan disebut fokus primer. Basil

tuberkulosis akan menyebar dengan cepat melalui saluran getah bening

menuju kelenjar regional yang kemudian akan mengadakan reaksi eksudasi.

Fokus primer, limfangitis dan kelenjar getah bening regional yang membesar,

membentuk kompleks primer. Komplek primer terjadi 2 – 10 minggu (6 – 8

minggu) setelah infeksi. Bersamaan dengan terbentuknya komplek primer

terjadi hipersensitivitas terhadap tuberkuloprotein yang dapat diketahui dari

uji tuberkulin.

Pada anak lesi dalam paru dapat terjadi dimana pun, terutama

diperifer dekat pleura. Lebih banyak terjadi di lapangan bawah paru

dibanding dengan lapangan atas.Pembesaran kelenjar regional lebih banyak

terdapat pada anak dibanding orang dewasa. Pada anak penyembuhan

terutama kalsifikasi, sdangkan pad orang dewasa terutama ke arah fibrosis.

Penyebaran hematogen lebih banyak terjadi pada bayi dan anak kecil.

Diagnosis paling tepat adalah dengan ditemukannya basil TB dari

bahan yang diambil dri pasien, misalnya sputum, bilasan lambung, biopsi,

31

Page 36: Kasbes Kdk

dan lain-lain. Pada anak spesimen tersebut sulit dan jarang didapat, di

samping itu sensitivitas pemeriksaan biakan rendah, belum lagi sabgat

terbatasnya fasilitas laboratorium yang mampu melakukannya. Oleh karena

itu sebagian besar diagnosis TB anak didasarkan atas gambaran klinis, uji

tuberkulin, dan gambaran radiologis.

Untuk itu penting memikirkan adanya TB pada anak kalau terdapat

keadaan atau tanda-tanda yang mencurigakan sebagai berikut :

1. Kontak erat ( serumah, semobil dll ) dengan pasien TB sputum BTA (+)

2. Reaksi cepat BCG, yaitu timbul kemerahan di lokasi suntikan dalam 3 –

7 hari setelah imunisasi BCG

3. Gejala umum TB :

o Berat badan turun atau malnutrisi tanpa sebab yang jelas, atau berat

badan kurang yang tidak naik dalam 1 bulan dengan penanganan gizi

o Nafsu makan tidak ada (anoreksi) dengan gagal tumbuh dan berat

badan tidak naik (failure to thrive) dengan tatalaksana gizi yang

adekuat

o Demam lama atau berulang tanpa sebab yang jelas, dapat disertai

keringat malam

o Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang khas (multipel, tidak

nyeri tekan),terlebih jika menyatu (confluens); paling sering di daerah

leher, aksila, dan inguinal

o Gejala – gejala respiratorik (batuk lama > 3mgg; tanda cairan di dada;

nyeri dada)

32

Page 37: Kasbes Kdk

o Gejala gastrointestinal (diare persisten; benjolan / massa di abdomen;

tanda – tanda cairan dalam abdomen)

4. Gejala spesifik TB

o TB kulit / skrofuderma

o TB tulang dan sendi : dengan gejala gibbus, sulit membyngkuk,

pincan, pembengkakan sendi

o TB susunan saraf pusat :

Meningitis TB : dengan gejala iritabel, kaku kuduk, muntah-muntah,

dan kesadaran menurun

o TB abdomen ( fenomena papan catur )

o Gejala mata ( conjunctivitis phlyctenularis ; tuberkel koroid )

5. Uji tubekulin positif

Uji tuberkulin dilakukan dengan cara Mantoux (penyuntikan intrakutan)

Menggunakan semprit tuberkulin 1 cc jarum no 26. Tuberkulin yang

dipakai adalah tuberkulin PPD RT 23 kekuatan 2TU atau PPD-S kekutan

5TU. Pembacaan dilakukan 48 – 72 jam setelah penyuntikan. Diukur

diameter tranversal dari indurasi yang terjadi, bukan dari eritemnya.

Ukuran dinyatakan dalam milimeter

o Uji tuberkulin positif menunjukkan adanya infeksi TB, dan

kemungkinan ada TB aktif (sakit TB) pada anak

o Dapat mendeteksi TB secara dini

o Uji tuberkulin dapat negatif oada TB berat dan anergi (malnutrisi,

penyakit sabgat berat, pemberian imunosupresif, dll)

33

Page 38: Kasbes Kdk

o Uji tuberkulin dengan tuberkulin baku PPD RT23 2TU dikatakan

positif bila indurasi : > 10 mm pada gizi baik ; > 5mm pada gizi buruk

o Jika uji tuberkulin meragukan (hasil 5 – 9 mm bukan pada gii buruk)

dilakukan uji ulang dalam waktu minimal 2 minggu

6. Foto Rontgen paru sugestif

o Tidak selalu dapat mendeteksi TB aktif karena sebagian besar tidak

khas

o Pembacaan sulit (kemungkinan over atau underdiagnosis)

Gambaran rontgen paru sugestif TB :

o Pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal dengan / tanpa infiltrat

o Konsolidasi segmental / lober

o Atelektasis

o Milier

o Kavitas

o Kalsifikasi

7. Pemeriksaan mikrobiologi dan serologi

Diagnosis pasti dengan menemukan BTA. Tetapi sulit pada bayi dan

anak. Jalan lain menegakkan dengan mengumpulkan sputum, dengan cara

bilasan lambung 3 kali berturut – turut pada pagi hari, bila umur kurang 7

tahun.

Pada umur lebih 7 tahun, pemeriksaan bakteriologik dari pemeriksaan

sputum.

Pemeriksaan dapat juga dilakukan dengan ;

34

Page 39: Kasbes Kdk

o Pemeriksaan LCS

o Cairan pleura

o Cairan Perikard

8. Pemeriksaan patologi anatomik

Hanya pada indikasi

9. Respons terhadap pengobatan dengan OAT

Kalau dalam 2 bulan terdapat perbaikan nyat secara klinis dan radiologis,

akan menunjan atau memperkuat diagnosis TB.

Bila dijumpai 3 atau lebih hal – hal yang mencuigakan di atas, maka anak

dianggap Tb dan diberi terapi dengan obat anti tuberkulosis (OAT). Terapi awal

diberikan selama 2 bulan kemudian dievaluasi. Bila menunjukkan perbaikan yang

nyata maka akan menunjang atau memperkuat diagnosis TB, dan OAT diteruskan

sampai pasien sembuh.

Pengelolaan penderita TB anak :

1. Istirahat yang cukup : - di rumah sakit

- di rumah

2. Makanan yang bergizi : TKTP, kaya vitamin dan mineral

3. Imobilisasi

4. Operatif

5. Obat – obatan : khemoterapi

Prinsip dasar pengobatan TB anak yang perlu mendapat perthatian :

o Susunan paduan obat TB anak adalah 2HRZ – 4HR. Tahap

intensif terdiri dari isoniazid (H), rifampisin (R), dan pirazinamid

35

Page 40: Kasbes Kdk

(Z) selama 2 bulan. Tahap lanjutan terdiri dari isoniazid (H), dan

rifampisin (R), sel;ama 4 bulan diberikan setiap hari.

o Pemberian obat baik pada tahap intensif maupun tahap lanjutan

diberikan setiap hari bukan 2 kali perminggu

o Dosis obat yang diberikan harus disesuaikan dengan berat badan

anak

o Obat diberikan secara cuma – cuma bila tak mampu, untuk

keliarga mampu sebaiknya membayar.

Obat yang dipakai dan dosisnya:

o INH : 5 – 15 mg/kg BB /hari (maks 300 mg/hari)

o Rifampisin : 10 – 15 mg/kg BB/hari (maks 600 mg/hari)

o Pirazinamid : 25 – 35 mg/kg BB/hari (maks 2 gram/hari)

diberikan 1x/2x

o Streptomisin : 15 – 30 mg/kg BB/hari (maks 1 gram/hari)

o Etambutol : 15 – 20 mg/kg BB/hari (maks 2,5 gram/hari)

Obat profilaksis (pencegahan) dengan INH 5 – 10 mg/kg BB/hari :

1. Profilaksis primer : Anak yang kntak erat dengan pasien TB

menular (BTA +).Diberikan selama ada kontak, minimal 3 bulan.

2. Profilaksis sekunder : Diberikan selama 1 tahun atau sesuai

indikasinya

Anak dengan infeksi TB yaitu uji tuberkulosis positif dan klinis

baik :

o Umur di bawah 5 tahun

36

Page 41: Kasbes Kdk

o Menderita penyakit infeksi (morbili, varicella)

o Mendapat obat imunosupresif yang lama (sitostatik, steroid

dll)

o Umur akil balik, atau

o Infeksi baru TB (kurang dari 12 bulan = konversi baru uji

tuberkulin)

Evaluasi

o 2 bulan pengobatan klinis membaik obat diteruskan

o 2 bulan pengobatan klinis memburuk atau tidak ada perbaikan, rujuk ke

rumah sakit atau dokter ahli (untuk evaluasi diagnosis)

o Bagi yang makan obat tidak teratur (tidak makan obat setelah makan obat

teratur 2 bulan) diberikan tambahan etambutol selama 4 bulan

Penghentian Pengobatan

Bila telah menjalani 6 – 12 bulan pengobatan, evaluasi perbaikan klinis :

o Berat badan meningkat

o Nafsu makan membaik

o Gejala hilang : demam, batuk

Maka pengobatan dapat dihentikan

Pencegahan

o Vaksinasi BCG

Pemberian BCG meninggikan daya tahan tubuh terhadap infeksi oleh

basil tuberkulosis yang virulen. Imunitas timbul 6 – 8 minggu setelah

pemberian BCG. Imunitas yang terjadi tidaklah lengkap sehingga masih

37

Page 42: Kasbes Kdk

mungkin terjadi superinfeksi meskipun biasanya tidak progresif dan

menimbulkan komplikasi yang berat.

o Kemoprofilaksis

Diberikan untuk mencegah terjadinya infeksi pada anak dengan kontak

tuberkulosis dan uji tuberkulin masih negatif yang berarti masih belum

terkena infeksi atau masuh dalam masa inkubasi.Biasanya dipakai INH

dengan dosis 10 mg/kg BB/hari selama 1 tahun.

3. Kurang Energi Protein Kronis

Kurang Energi Protein (KEP) adalah keadaan kurang gizi yag

disebabkan rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-

hari sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi.

Balita merupakan kelompok rawan gizi, baik dalam keadaan sakit

maupun sehat. Gizi kurang merupakan bentuk malnutrisi yang sering

dijumpai pada balita. Faktor penyebab gizi kurang antaralain faktor diet,

sosial ekonomi, infeksi dan lain-lain.

Kurang Energi Protein pada anak dapat merupakan kelanjutan

keadaan kurang gizi yang dimulai pada masa bayi, atau dapat timbul dari

faktor-aktor yang terjadi selama masa anak. Pada umumnya penyebabnya

adalah akibat dari masukan makanan yang tidak sesuai atau tidak cukup atau

dapat akibat penyerapan makanan yang tidak cukup. Penyediaan makanan

yang tidak cukup, kebiasaan diet yang jelekn dan faktor-faktor emosi dapat

membatasi asupan. Kelainan metabolik tertentu dapat juga menyebabkan

malnutrisi. Kebutuhan nutrien pokok dapat bertambah selama stres dan sakit

38

Page 43: Kasbes Kdk

serta selama pemberian antibiotik atau obat-obat katabolik atau anabolik.

KEP dapat akut atau kronik.

Dasar diagnosis KEP tergantung pada adanya pola pemberian makan

yang kurang baik sehingga kebutuhan nutrisi tidak mencukupi,

penyimpangan nilai pengukuran dari rata-rata tinggi badab dan berat badan,

lingkar lengan atas, tebal lemak bawah kulit dan tes-tes kimia.

KEP tidak selalu menyebabkan kurang gizi berat. Kelelahan, lemah,

gelisah dan iritabilitas merupakan maninfestasi yang sering ada. Anireksia,

gangguan digestif yang dengan mudah terimbas, dan kostipasi merupakan

keluhan yang sering ada, dan bahkan pada anak yang lebih tua mungkin

ditemukan diare dengan tinja mukoid tipe kelaparan. Anak kurang gizi sering

memilki perhatian yang terbatas dan kurang perhatian di sekolah. Evaluasi

harus selalu memasukan riwayat tentang kebiasaan diet yang teliti, kurang

penyesuaian diri psikososial, higiene fisik,dan penyakit, disamping

pemeriksaan fisik menyeluruh. Pemeriksaan laborat biasanya tidak

diperlukan

Penilaian status gizi pada anak dapat dilakukan dengan cara :

1. Anamnesis untuk menilaio pemasukan diet

2. Pemeriksaan klinis dengan mencari ada tidaknya tanda-tanda kurang gizi

3. Pemeriksaan antropometri yang disesuaikan dengan standar tertentu

(WHO/NCHS)

4. Pemeriksaan laboratorium dengan melihat kadar hemoglobin, protein, dan

kolesterol.

39

Page 44: Kasbes Kdk

5. Cara interprestasi status gizi berdasarkan kombinasi berat badab terhadap

panjang badan, berat badan terhadap umur dan panjang badan terhadap

umur menurut baku WHO – NCHS

Klasifikasi kurang enegi protein menurut WHO - NCHS

BB/U (%) TB/U (%) BB/TB (%)

Gizi Baik 80-110 >95 90-110

KEP Ringan 70-80 90-95 80-90

KEP Sedang 60-70 85-90 70-80

KEP Berat <60 <85 <70

Pada penderita ini didapatkan BB/U= 82,53% TB/U= 95,60% BB/TB=

92,03% sehingga penderita ini termasuk dalam gizi baik.

40