118
KARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENGATASI NYERI AKUT PADA PASIEN APENDIKTOMI HARI KE-0 (Studi Ini Dilakukan Di Ruang Janger RSUD Mangusada Badung Tahun 2018) Oleh : NI MADE YUNI ANTARI P07120015027

KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK

MENGATASI NYERI AKUT PADA PASIEN APENDIKTOMI

HARI KE-0

(Studi Ini Dilakukan Di Ruang Janger RSUD Mangusada Badung Tahun 2018)

Oleh :NI MADE YUNI ANTARI

P07120015027

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKESDENPASAR

JURUSAN KEPERAWATANDENPASAR

2018

Page 2: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK

MENGATASI NYERI AKUT PADA PASIEN APENDIKTOMI

HARI KE-0

(Studi Ini Dilakukan Di Ruang Janger RSUD Mangusada Badung Tahun 2018)

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu SyaratMenyelesaikan Mata Kuliah Karya Tulis Ilmiah

Jurusan KeperawatanProgram DIII Keperawatan Reguler

Oleh :NI MADE YUNI ANTARI

NIM. P07120015027

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATANDENPASAR

2018

ii

Page 3: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

iii

Page 4: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

DESCRIPTION OF NURSING CARE OF EARLY MOBILIZATION TO RESOLVE ACUTE PAIN FOR DAY 0 OF POST

OPERATIVE APPENDICTOMY

ABSTRACTAppendictomy is an appendix surgery that rise the acute pain problem. Patients who assigned by early mobilization shows decreased pain level average pain scale of respondents is 7,75 including severe pain scale becomes 5,62 included in moderate pain scale after early mobilization. This research aims describe nursing care for giving early mobilization procedure to resolve acute pain in appendictomy patients day 0.This research usedescriptive and document collection techniques by observation documentation.Number of subjects are two document. Result of this study shows the first and second assessment document obtained subjective data that patients saidpain, objective data patients seemed grimace and restless. Nursing diagnoses were formulated in the first and second document explains by only nursing problem is acute pain. Interventions are planned in first document and second is early mobilization in accordance with nursing activityconducted on the subject.Implementation of first and second is according with the procedure. Evaluation obtained in first and second document given 3x24-hour nursing care for acute pain problems experienced by patients was reduced. Accordingto the results of this study can concluded that the existence of some differences with theories have been presented by researchers both from the assessment or the evaluation of nursing.

Keywords: Nursing care, Appendicitis, Appendictomy, Acute Pain, Early Mobilization

iv

Page 5: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENGATASI NYERI AKUT

PADA PASIEN APENDIKTOMI HARI KE-0

ABSTRAKApendiktomi merupakan pembedahan apendiks yang memunculkan masalah nyeri akut. Pasien yang diberikan mobilisasi dini mengalami penurunan tingkat nyeri rata-rata skala nyeri responden yaitu 7,75 termasuk skala nyeri berat menjadi 5,62 termasuk dalam skala nyeri sedang setelah pemberian mobilisasi dini.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan pemberian prosedur mobilisasi dini untuk mengatasi nyeri akut pada pasien apendiktomi hari ke-0.Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dan menggunakan teknik pengumpulan data dengan pedoman observasi dokumentasi.Jumlah subjek yang diteliti yaitu dua dokumen.Hasil penelitian ini menunjukkan pengkajian dokumen pertama dan kedua didapatkan hasil data subjektif pasien mengatakan nyeri, data objektif pasien tampak meringis dan gelisah. Diagnosa keperawatan yang dirumuskan pada dokumen pertama dan kedua sama. Intervensi yang direncanakan pada dokumen pertama dan kedua adalah mobilisasi dini yang sesuai dengan nursing activity.Implementasi yang dilakukan pada subjek pertama dan kedua sudah sesuai dengan prosedur. Hasil evaluasi yang didapatkan pada dokumen pertama dan kedua setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam masalah nyeri akut yang dialami pasien berkurang.Berdasarkan hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa adanya beberapa perbedaan dengan teori yang telah disampaikan peneliti baik dari pengkajian sampai dengan evaluasi keperawatan.

Kata kunci: Asuhan Keperawatan, Apendiksitis, Apendiktomi, Nyeri Akut, Mobilisasi Dini

v

Page 6: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

RINGKASAN PENELITIAN

Gambaran Asuhan Keperawatan Pemberian Prosedur Mobilisasi Dini Untuk Mengatasi Nyeri Akut Pada

Pasien Apendiktomi Hari Ke-0

Oleh: NI MADE YUNI ANTARI (NIM : P07120015027)

Berdasarkan data World Health Organization (2010) yang dikutip oleh

Faridah (2015), angka mortalitas akibat apendiksitis adalah 21.000 jiwa, di mana

populasi laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan, di Amerika Serikat

kejadian apendiksitis terdapat 70.000 kasus apendiksitis setiap

tahunnya.Apendiktomi merupakan pembedahan atau operasi klasik pengangkatan

apendiks (Mansjore et al., 2008). Pembedahan apendiktomi menyebabkan nyeri

akut (Potter and Perry, 2010).

Berdasarkan penelitian Caecilia and Pristahayuningtyas (2016) sebanyak

delapan pasien dijadikan responden dalam pemberian mobilisasi dini Tingkat

nyeri sebelum dilakukan mobilisasi dini yaitu didapat dari nilai rata-rata skala

nyeri yang dialami responden yaitu 7,75 atau termasuk dalam kategori skala nyeri

berat, namun setelah dilakukan mobilisasi dini skala nyeri yang didapat dari

responden menjadi berkurang menjadi 5,62 yang termasuk dalam kategori skala

nyeri sedang.

Penelitian ini bertujuan untuk mengobservasi data hasil pengkajian pada

pasien apendiktomi hari ke-0 dengan masalah nyeri akut, mengobservasi diagnosa

keperawatan yang dirumuskan pada pasien apendiktomi hari ke-0 dengan masalah

nyeri akut, mengobservasi intervensi yang direncanakan pada asuhan keperawatan

pemberian prosedur mobilisasi dini untuk mengatasi nyeri akut pada pasien

apendiktomi hari ke-0, mengobservasi implementasi yang dilakukan pada asuhan

keperawatan pemberian prosedur mobilisasi dini untuk mengatasi nyeri akut pada

pasien apendiktomi hari ke-0, mengobservasi hasil evaluasi pada asuhan

keperawatan pemberian prosedur mobilisasi dini untuk mengatasi nyeri akut pada

pasien apendiktomi hari ke-0.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dan menggunakan

teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman

obsevasi dokumentasi. Fokus studi kasus pada penelitian ini adalahasuhan

vi

Page 7: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

keperawatan pemberian prosedur mobilisasi dini untuk mengatasi nyeri akut pada

pasien apendiktomi hari ke-0. Jumlah pasien yang digunakan yaitu dua dokumen.

Hasil penelitian ini menunjukkan pengkajian pada dokumen pasien

pertama dan kedua data subjektif pada pasien pertama pasien mengatakan nyeri

dengan skala nyeri 6 dari (0-10) skala nyeri. Data objektif pasien tampak

meringis. Pasien kedua data subjektif pasien mengatakan nyeri dengan skala nyeri

9 dari (0-10) skala nyeri. Data objektif pasien tampak meringis dan gelisah.

Diagnosa keperawatan yang dirumuskan pada dokumen pasien pertama dan kedua

sama. Intervensi yang direncanakan pada dokumen pasien pertama dan kedua

adalah mobilisasi dini yaitu dengan menggunakan standar nursing activity yang

ada dalam Nursing Intervetion Classification (NIC) yang sesuai dengan tindakan

yang diberikan di ruang Janger RSUD Mangusada Badung, Implementasi yang

dilakukan pada pasien pertama dan kedua telah sesuai dengan intervensi yang

telah direncanakan yaitu mobilisasi dini. Pasien pertama pada hari ke-0

apendiktomi tanggal 11 April 2018 pukul 16.20 WITA dan pasien kedua tanggal

13 April 2018 pukul 17.45 WITA. Hasil evaluasi yang didapat pada pasien

pertama dan kedua setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam

didapatkan S: Pasien mengeluh nyeri,O: Pasien tampak meringis. Bersikap

protektif, Ku lemah. Kes.CM,A: Nyeri akut, P: Masalah nyeri akut teratasi.

Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat diinterpretasikan bahwa data

pengkajian yang tidak ditemukan pada dokumen pertama dan kedua yaitu

bersikap protektif (mis, menghindari daerah nyeri, waspada), tekanan darah

meningkat, sulit tidur, nadi meningkat, frekuensi nafas meningkat, diagnosa

keperawatan pada dokumen pertama dan kedua sama dan tidak terjadi

kesenjangan dengan teori. Nursing activity prosedur mobilisasi dini yang

direncakan oleh peneliti tidak jauh berbeda dengan tindakan yang diberikan di

ruang Janger RSUD Mangusada Badung sehingga tidak terdapat perbedaan pada

intervensi dokumen pertama dan dokumen kedua. Implementasi pada dokumen

pertama dan kedua sudah sesuai dengan teori pemberian prosedur mobilisasi dini.

Evaluasi pada dokumen pertama dan kedua terdapat perbedaan teori pada bagian

obyektif, assessment, planning. Hal ini terjadi karena perawat menyesuaikan

dengan kondisi pasien.

vii

Page 8: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi

Wasa/Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan

Karya tulis ilmiah dengan judul “Gambaran Asuhan Keperawatan Pemberian

Prosedur Mobilisasi Dini untuk Mengatasi Nyeri Akut Pada Pasien

Apendiktomi Hari ke-0” tepat waktu dan sesuai dengan harapan.Karya tulis

ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan D-

III di Politeknik Kesehatan Denpasar Jurusan Keperawatan.

Karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan bukanlah semata-mata usaha

peneliti sendiri, melainkan berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak,

untuk itu melalui kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Anak Agung Ngurah Kusumajaya, SP.,MPH, selaku Direktur Poltekkes

Denpasar yang telah memberikan kesempatan menempuh program pendidikan

D-III keperawatan Poltekkes Denpasar.

2. Ibu V.M Endang S. P Rahayu, SKp.,M.Pd, selaku Ketua Jurusan Keperawatan

Poltekkes Denpasar, yang telah memberikan bimbingan secara tidak langsung

selama pendidikan di Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar

serta atas dukungan moral dan perhatian yang diberikan kepada peneliti.

3. Bapak I Made Mertha, S.Kp.,M.Kep, selaku Ketua Kaprodi D-III yang telah

memberikan bimbingan secara tidak langsung selama pendidikan di Jurusan

Keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar serta atas dukungan moral dan

perhatian yang diberikan kepada peneliti.

viii

Page 9: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

4. Bapak I Wayan Surasta,SKP.,M.Fis,AIFO selaku pembimbing utama yang

telah banyak memberikan masukan, pengetahuan dan koreksi penulisan dalam

menyelesaikan Karya tulis ilmiah ini.

5. Bapak Ns. Drs. I Made Widastra,S.Kep.,M.Pd, selaku pembimbing

pendamping yang telah banyak memberikan masukan, pengetahuan dan

bimbingan serta mengarahkan pneliti dalam menyelesaikan Karya tulis ilmiah

ini.

6. Mahasiswa angkatan XXX DIII Keperawatan Poltekkes Denpasar yang

banyak memberikan masukkan dan dorongan kepada peneliti.

7. Bapak I Wayan Untara,S.Pd, Ibu Ni Nyoman Kuningan,S.Sos, serta Ni Putu

Diah Untari Ningsih,S.Pd selaku keluarga peneliti yang telah memberikan

dukungan dan doa baik secara moral maupun material.

8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Karya tulis ilmiah ini

yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu.

Peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk

kesempurnaan karta tulis ilmiah ini.

Denpasar, Mei 2018

Peneliti

DAFTAR ISI

Halaman

ix

Page 10: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................ii

LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................................iii

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................iv

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT........................................................v

ABSTRACT...........................................................................................................vi

ABSTRAK.............................................................................................................vii

RINGKASAN PENELITIAN..............................................................................viii

KATA PENGANTAR.............................................................................................x

DAFTAR ISI.........................................................................................................xii

DAFTAR TABEL................................................................................................xiv

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xv

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xvi

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang..................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.............................................................................................4

C. Tujuan Penelitian..............................................................................................5

1. Tujuan umum............................................................................................5

2. Tujuan khusus............................................................................................5

D. Manfaat Penelitian............................................................................................5

1. Manfaat teoritis..........................................................................................5

2. Manfaat praktis..........................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................7

A. Konsep Dasar Penyakit Apendiksitis................................................................7

1. Apendiksitis...............................................................................................7

2. Etiologi penyakit apendiksitis...................................................................7

3. Penatalaksanaan apendiksitis....................................................................8

B. Konsep Dasar Nyeri Akut Pada Pasien Apendiktomi......................................8

1. Pengertian nyeri akut.................................................................................8

2. Penyebab nyeri akut pada pasien apendiktomi..........................................8

3. Penilaian nyeri.........................................................................................10

4. Interpretasi skala nyeri............................................................................11

5. Strategi penatalaksanaan nyeri................................................................12

x

Page 11: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Prosedur Mobilisasi Dini Untuk Mengatasi Nyeri Akut Pada Pasien Apendiktomi..........................................16

1. Pengkajian...............................................................................................16

2. Diagnosa Keperawatan............................................................................18

3. Intervensi keperawatan............................................................................21

4. Implementasi Keperawatan.....................................................................23

5. Evaluasi Keperawatan.............................................................................23

BAB III KERANGKA KONSEP..........................................................................27

A. Kerangka Konsep............................................................................................27

B. Definisi Operasional Variabel........................................................................28

BAB IV METODE PENELITIAN........................................................................29

A. Jenis Penelitian...............................................................................................29

B. Tempat dan Waktu Penelitian.........................................................................30

C. Subyek Studi Penelitian..................................................................................30

D. Fokus Studi Kasus..........................................................................................31

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data..............................................................31

1. Jenis data.................................................................................................31

2. Cara mengumpulkan data........................................................................32

3. Instrumen pengumpulan data..................................................................33

F. Metoda Analisis Data.....................................................................................34

G. Etika Studi Kasus............................................................................................34

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN........................................36

A. Hasil Studi Kasus............................................................................................36

B. Pembahasan....................................................................................................41

C. Keterbatasan Penelitian..................................................................................47

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................48

A. Kesimpulan.....................................................................................................48

B. Saran...............................................................................................................49

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................53

DAFTAR TABEL

xi

Page 12: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

Tabel 1. Definisi Operasional Gambaran Pemberian Prosedur Mobilisasi Dini

Untuk Mengatasi Nyeri Akut pada Pasien Apendiktomi Hari ke-0.........28

Tabel 2. Data Pengkajian Keperawatan Dokumen Pasien....................................36

Tabel 3. Data Diagnosa Keperawatan Dokumen Pasien.......................................37

Tabel 4. Data Intervensi Keperawatan Dokumen Pasien......................................38

Tabel 5. Data Implementasi Keperawatan Dokumen Pasien................................39

Tabel 6. Data Evaluasi Keperawatan Dokumen Pasien........................................41

DAFTAR GAMBAR

xii

Page 13: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

Gambar 1. Skala Nyeri Deskriptif..........................................................................10

Gambar 2. Numerik Rating Scale...........................................................................11

Gambar 3. Faces Scale...........................................................................................11

Gambar 4. Kerangka Konsep Pemberian Prosedur Mobilisasi Dini untuk

Mengatasi Nyeri Akut pada pasien Apendiktomi hari ke-0................27

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.Jadwal Kegiatan Penelitian...............................................................55

xiii

Page 14: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

Lampiran 2.Realisasi Anggaran Biaya Penelitian.................................................56

Lampiran 3.Hasil Observasi Dokumen Pasien Pertama........................................57

Lampiran 4.Hasil Observasi Dokumen Pasien Kedua..........................................62

Lampiran 5.Standar Operasional Latihan Mobilisasi Dini....................................67

xiv

Page 15: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Apendiksitis merupakan peradangan yang terjadi pada apendiks

verniformis,dan merupakan penyebab masalah abdomen akut yang paling sering

dan dapat mengenai semua umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih

sering menyerang laki-laki berusia 10-30 tahun (Mansjore et al., 2008).

Berdasarkan data World Health Organization (2010) yang dikutip oleh Faridah

(2015), angka mortalitas akibat apendiksitis adalah 21.000 jiwa, di mana populasi

laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan, di Amerika Serikat kejadian

apendiksitis terdapat 70.000 kasus apendiksitis setiap tahunnya.

Menurut Faridah (2015), kejadian apendiksitis yang terjadi di ruang bedah

(Bougenvile) rumah sakit Dr.Soegiri Lamongan pada tahun 2013 sebanyak 126

orang, pada tahun 2014 sebanyak 104 orang. Berdasarkan data Dinas Kesehatan

Provinsi Bali kasus apendiksitis tahun 2014 sebanyak 362 kasus, tahun 2015

meningkat menjadi 1.422 kasus. Menurut data yang diperoleh di RSUD Manusada

Badung, didapatkan data kasus apendiksitis yang terjadi pada tahun 2015

sebanyak 273 kasus, tahun 2016 sebanyak 36 kasus.

Apendiksitis bila tidak ditangani secara cepat, maka akan menimbulkan

komplikasi, komplikasi tersering yang dialami pasien apendiksitis akut adalah

apendiksitis perforasi dengan pasien apendiksitis perforasi tanpa peritonitis

umum 23 orang (39,7%), sedangkan yang telah mengalami peritonitis umum

sebanyak 14 orang (24,1%) (Shiddiq, 2013). Pembedahan yang dilakukan untuk

Page 16: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

pengangkatan apendiks dalam menangani apendiksitis yang telah terjadi disebut

dengan apendiktomi (Muttaqin and Sari, 2009).

Apendiktomi merupakan pembedahan atau operasi klasik pengangkatan

apendiks yang diindikasikan bila diagnosa apendiksitis telah ditegakkan(Mansjore

et al., 2008). Pembedahan apendiktomi menyebabkan kerusakan jaringan dan

menimbulkan nyeri, kerusakan tersebut mempengaruhi sensitivitas ujung-ujung

saraf, adanya hal ini menstimulus jaringan untuk aktivasi pelepasan zat-zat kimia,

hal ini merupakan penyebab munculnya nyeri terutama nyeri post operasi

apendiktomi (Potter and Perry, 2010).

Prevalensi nyeri klien pasca bedah dengan tingkat nyeri berat yaitu 34,8%,

sedangkan dengan nyeri sedang yaitu 57,0% (Milutinovi, Milovanovi and Pjevi,

2009). Berdasarkan penelitian Indri, Karim and Elita (2014), prevalensi nyeri post

operasi apendiktomi dengan tingkat nyeri berat yaitu 70,4%, dengan tingkat nyeri

sedang yaitu 29,9%.

Menurut penelitian Indri, Karim and Elita (2014), nyeri post operasi

apendiktomi apabila tidak ditangani akan berakibat pada kualitas tidur klien

persentase klien dengan kualitas tidur buruk yaitu 68,5% sedangkan persentase

klien dengan kualitas tidur baik yaitu 31,5%. Perawatan klien apendiktomi salah

satunya adalah dengan dilakukannya mobilisasi(Maryunani, 2014).

Latihan mobilisasi dapat meningkatkan sirkulasi darah yang akan memicu

penurunan nyeri dan bertujuan untuk merangsang peristaltik, mempercepat proses

penyembuhan luka(Maryunani, 2014). Mobilisasi bila tidak dilakukan akan

menyebabkan gangguan fungsi tubuh, aliran darah tersumbat dan peningkatan

intensitas nyeri. Mobilisasi dini mempunyai peranan penting dalam mengurangi

2

Page 17: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

rasa nyeri dengan cara menghilangkan konsentrasi klien pada lokasi nyeri,

mengurangi aktivitas mediator kimiawi pada proses peradangan yang

meningkatkan respon nyeri serta meminimalkan transmisi saraf nyeri menuju

saraf pusat (Potter and Perry, 2010).

Penelitian yang dilakukan oleh Mitrawati tia, Andoko (2015), dengan

jumlah sampel sebanyak 15 orang klien, delapan orang klien (53,3%) bergerak,

sedangkan tujuh orang klien (46,67%) tidak bergerak. Lamanya penyembuhan

luka tercepat adalah tiga hari dan terlama adalah delapan hari. Rata-rata lamanya

penyembuhan dengan mobilisasi dini bergerak adalah empat hari sedangkan

penyembuhan luka dengan mobilisasi dini tidak bergerak adalah enam hari.

Keberhasilan mobilisasi dini untuk mengurangi tingkat nyeri yang

dirasakan sudah dibuktikan oleh Caecilia and Pristahayuningtyas (2016) dalam

jurnal Pustaka Kesehatan, menyatakan bahwa ada perbedaan antara tingkat nyeri

sebelum dilakukan mobilisasi dini dengan tingkat nyeri setelah dilakukan

mobilisasi dini. Tingkat nyeri sebelum dilakukan mobilisasi dini yaitu didapat dari

nilai rata-rata skala nyeri yang dialami responden yaitu 7,75 atau termasuk dalam

kategori skala nyeri berat menurut Mac Caffery dan Beebe, namun setelah

dilakukan mobilisasi dini skala nyeri yang didapat dari responden menjadi

berkurang menjadi 5,62 yang termasuk dalam kategori skala nyeri sedang.

Penelitian Caecilia and Pristahayuningtyas (2016), menunjukkan bahwa

nilai skala nyeri responden sebelum dan sesudah dilakukan mobilisasi dini secara

keseluruhan mengalami penurunan. Penurunan skala nyeri tersebut dapat

dipengaruhi oleh adanya pengalihan pemusatan perhatian pasien, yang

sebelumnya berfokus pada nyeri yang dialami, namun saat dilakukan mobilisasi

3

Page 18: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

dini, pemusatan perhatian terhadap nyeri dialihkan pada kegiatan mobilisasi dini

(Ganong, 2008).

Studi pendahuluan yang dilakukan pada hari kamis tanggal 11 Januari 2018

di Ruang Janger RSUD Mangusada Badung didapatkan 1klien yang mengalami

apendiktomi hari ke-0 dan mengeluh nyeri. Berdasarkan hasil observasi calon

peneliti, mobilisasi dini di ruang janger dilakukan pada 6-8 jam pertama agar

klien tidak susah bergerak, luka tidak kaku dan mengurangi nyeri. Pelaksaan

mobilisasi dini dengan menggerakkan ekstremitas dan miring kiri miring kanan,

saat sebelum melakukan mobilisasi dini nyeri klien berada pada skala 7 yaitu

skala nyeri berat terkontrol, setelah melakukan mobilisasi dini skala nyeri klien

berada pada skala 4 yaitu nyeri sedang. Berdasarkan uraian di atas peneliti sangat

tertarik untuk membuat karya tulis ilmiah yang berjudul “Gambaran Asuhan

Keperawatan Pemberian Prosedur Mobilisasi Diniuntuk Mengatasi Nyeri Akut

pada Pasien Appendiktomi Hari Ke-0”.

B. Rumusan Masalah

Masalah keperawatan utama pada pasien Apendiktomi pada pasien

Apendiksitis yaitu nyeri akut. Menurut PPNI (2017), Nyeri akut adalah

pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan

akutual atau fungsional. Salah satu tindakan untuk mengatasi nyeri akut pada

pasien apendiktomi yaitu mobilisasi dini. Permasalah dalam penelitian ini adalah

“Bagaimanakah asuhan keperawatan dengan pemberian prosedur mobilisasi dini

untuk mengatasi nyeri akut pada pasien apendiktomi hari ke-0?”

4

Page 19: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk menerapkan dan mengetahui asuhan keperawatan dengan pemberian

prosedur mobilisasi dini untuk mengatasi nyeri akut pada pasien apendiktomi hari

ke-0 melalui proses keperawatan.

2. Tujuan khusus

a. Mengobservasi pengkajian pada klien dengan apendiktomi untuk mengatasi

nyeri akut.

b. Mengobservasi diagnosa keperawatan pada klien apendiktomi untuk mengatasi

nyeri akut.

c. Mengobservasi rencana asuhan keperawatan pemberian prosedur mobilisasi

dini pada klien apendiktomi untuk mengatasi nyeri akut.

d. Mengobservasi implementasi keperawatan pemberian prosedur mobilisasi dini

pada klien apendiktomi untuk mengatasi nyeri akut.

e. Mengobservasi evaluasi keperawatan pemberian prosedur mobilisasi dini pada

klien apendiktomi untuk mengatasi nyeri akut.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

a. Bagi peneliti

Memberikan pengalaman yang nyata untuk melakukan observasi dalam

memberikan asuhan keperawatan pemberian prosedur mobilisasi dini untuk

mengatasi nyeri akut pada pasien apendiktomi hari ke-0 dan untuk menambah

pengetahuan peneliti khususnya dalam penatalaksanaan keperawatan pada pasien

post operasi.

5

Page 20: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

b. Bagi ilmu pengetahuan

1) Dapat digunakan sebagai masukan dalam pengetahuan ilmu keperawatan

tentang asuhan keperawatan pemberian prosedur mobilisasi dini untuk

mengatasi nyeri akut pada pasien apendiktomi hari ke-0.

2) Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan asuhan

keperawatan pemberian prosedur mobilisasi dini untuk mengatasi nyeri akut

pada pasien apendiktomi hari ke-0.

2. Manfaat praktis

a. Bagi pelayanan kesehatan

1) Dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang gambaran asuhan

keperawatan pemberian prosedur mobilisasi dini untuk mengatasi nyeri akut

pada pasien apendiktomi hari ke-0.

2) Dapat membantu menerapkan asuhan keperawatan pemberian prosedur

mobilisasi dini untuk mengatasi nyeri akut pada pasien apendiktomi hari ke-0

b. Bagi pasien

Memberikan pengetahuan tambahan pada pasien dan keluarga sehingga

dapat lebih mengetahui tentang penyakit apendiks, dan dapat mengetahui cara

merawat anggota keluarga yang mengalami penyakit apendiks pasca operasi.

c. Bagi intitusi pendidikan

Dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi institusi pendidikan

dalam pengetahuan, pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan di masa

yang akan datang.

6

Page 21: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Penyakit Apendiksitis

1. Apendiksitis

Apendiksitis adalah peradangan yang terjadi pada apendiks verniformis.

Apendiks verniformis merupakan suatu kondisi dimana infeksi terjadi di umbai

cacing.Apendiks atau lebih dikenal dengan nama usus buntu, merupakan kantung

kecil buntu yang melekat pada sekum.Sumbatan berupa tinja yang lama kelamaan

menumpuk pada lumen apendiksitis, hyperplasia jaringan limfe, tumor

apendiksitis, erosi mukosa oleh cacing askaris dan E.Histolytica merupakan

faktor pencetus terjadinya peradangan(Sjamsuhidayat and Jong, 2004).

2. Etiologi penyakit apendiksitis

Apendiksitis akut merupakan infeksi bakteria. Berbagai berperan sebagai

faktor pencetusnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor yang diajukan

sebagai faktor pencetus disamping hiperplasia jaringan limfe, fekalit, tumor

apendiksitis dan cacing askaris dapat pula menyebabkan sumbatan. Penyebab lain

yang diduga dapat menimbulkan apendiksitis adalah erosi mukosa apendiks

karena parasit seperti E. Histolyca. Penelitian epidemiologi menunjukkan peran

kebiasaan makan makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap

timbulnya apendiksitis. Konstipasi akan menaikkan tekanan intrasekal yang

berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya

pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semua ini mempermudah timbulnya

apendiksitis akut (Sjamsuhidayat and Jong, 2004).

Page 22: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

3. Penatalaksanaan apendiksitis

Pembedahan diindikasi bila diagnosa apendiksitis telah ditegakkan.

Antibiotik dan cairan IV diberikan serta pasien diminta untuk membatasi aktivitas

fisik sampai pembedahan dilakukan. Apendiktomi (pembedahan untuk

mengangkat apendiks) dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko

perforasi. Pendekatan laparoskopi (insersi endoskop untuk melihat isi abdomen)

atau laparotomi (membuka abdomen secara bedah) dapat digunakan untuk

apendiktomi. Apendiktomi laparoskopik memerlukan insisi yang sangat kecil

untuk memasukkan laparoskop. Apendiktomi terbuka dilakukan dengan

laparotomi. Irisan melintang kecil untuk insersi dubuat pada titik Mc

Burney(LeMone, 2015).

B. Konsep Dasar Nyeri Akut Pada Pasien Apendiktomi

1. Pengertian nyeri akut

Nyeri akut adalah respon normal fisiologi yang dapat diramalkan akibat

suatu stimulus kuat kimia, atau mekanik yang terkait pembedahan yang bersifat

melindungi, memiliki penyebab yang dapat diidentifikasi, berdurasi pendek, dan

memiliki sedikit kerusakan jaringan serta respon emosional (Potter and Perry,

2010).

Menurut Mubarak, Indrawati and Susanto (2015), berdasarkan durasi dan

lamanya, nyeri akut biasanya berlangsung tidak lebih dari enam bulan, awitan

gejalanya mendadak dan biasanya penyebab serta lokasi nyeri sudah diketahui.

2. Penyebab nyeri akut pada pasien apendiktomi

Menurut Potter and Perry (2010), metode operasi dapat memunculkan

berbagai keluhan dan gejala. Apendiktomi merupakan prosedur yang juga

8

Page 23: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

termasuk faktor yang mempengaruhi terjadinya nyeri, yakni termasuk dalam

faktor presipitasi trauma jaringan tubuh. Trauma jaringan tubuh mengakibatkan

kerusakan sel, semua kerusakan sel dapat disebabkan oleh stimulus suhu,

mekanik, atau kimia yang mengakibatkan pelepasan neurotransmitter eksitatoris

seperti prostaglandin, bradikinin, kalium, histamine, dan substansi P. Subtansi

yang peka terhadap nyeri yang terdapat disekitar serabut nyeri di cairan

ekstraselular menyebarkan pesan adanya nyeri dan menyebabkan inflamasi

(peradangan).Serabut nyeri memasuki medulla spinalis melalui tulang belakang

dan melewati beberapa rute hingga berakhir di gray matter (garis abu-abu)

medulla spinalis. Subtansi P dilepaskan di tulang belakang yang menyebabkan

terjadinya transmisi sinapsis dari saraf perifer aferen (panca indra) ke system saraf

spinotalamik, yang melewati sisi yang berlawanan.

Impuls-impuls saraf dihasilkan dari stimulus nyeri yang berjalan di

sepanjang serabut saraf perifer aferen (panca indra). Ada dua macam serabut saraf

perifer yang mengontrol stimulus nyeri: yang tercepat, serabut A-delta yang

diselubungi oleh myelin dan sangat kecil; lambat, serabut C yang tidak

diselubungi oleh myelin. Serabut A mengirimkan sensasi yang tajam,

terlokalisasi, dan jelas/nyata yang membatasi sumber nyeri dan mendeteksi

intensitas dan nyeri tersebut.Serabut C menghantarkan impuls-impuls yang tidak

terlokalisasi secara jelas.

Sepanjang system spinotalamik, impuls-impuls nyeri berjalan melintasi

medulla spinalis. Setelah impuls nyeri naik ke medulla spinalis, thalamus

mentransmisikan informasi ke pusat sampai ke korteks serebral, maka otak akan

menginterpretasikan kualitas nyeri dan memproses informasi terkait nyeri. Hal

9

Page 24: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

tersebut merupakan penyebab munculnya nyeri terutama nyeri post operasi

apendiktomi.

3. Penilaian nyeri

Sebelum melakukan manajemen nyeri, perlu dilakukan penilaian atau

asesment intesitasnya.Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah

nyeri dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subyektif dan

individual, serta kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirakan sangat

berbeda oleh dua orang yang berbeda. Banyak cara untuk menentukan intensitas

nyeri, namun yang paling sederhana ada 2 macam yakni; Numeric Rating Scale

(NRS) dan Faces Scale dari Wong-Backer(Mubarak, Indrawati and Susanto,

2015):

a. Skala nyeri deskriptif

Skala nyeri deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri

yang objektif. Skala ini juga disebut sebagai skala pendeskripsian verbal Verbal

descriptor scale (VDS) merupakan garis yang terdiri tiga sampai lima kata

pendeskripsian yang tersusun dengan jarak yang sama disepanjang garis.

Pendeskripsian ini mulai dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri tak tertahankan”,

dank lien diminta untuk menunjukkan keadaan yang sesuai dengan keadaan nyeri

saat ini.

Gambar 1. Skala Nyeri Deskriptif

10

Page 25: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

b. Numerical rating scale (NRS) (Skala numerik angka)

Pasien menyebutkan intensitas nyeri berdasarkan angka 0 – 10. Titik 0

berarti tidak nyeri, 5 nyeri sedang, dan 10 adalah nyeri berat yang tidak

tertahankan. NRS digunakan jika ingin menentukan berbagai perubahan pada

skala nyeri, dan juga menilai respon turunnya nyeri pasien terhadap terapi yang

diberikan. Jika pasien mengalami disleksia , autism, atau geriatri yang demensia

maka ini bukan metode yang cocok.

Gambar 2. Numerik rating scale

c. Faces scale (Skala wajah)

Pasien disuruh melihat skala gambar wajah. Gambar pertama tidak nyeri

(anak tenang) kedua sedikit nyeri dan selanjutnya lebih nyeri dan gambar paling

akhir, adalah orang dengan ekpresi nyeri yang sangat berat. Setelah itu, pasien

disuruh menunjuk gambar yang cocok dengan nyerinya. Metode ini digunakan

untuk pediatri, tetapi juga dapat digunakan pada geriatri dengan gangguan

kognitif.

Gambar 3. Faces scale

4. Interpretasi skala nyeri

Menurut Mubarak, Indrawati and Susanto (2015) menyatakan secara

umum level nyeri dibagi menjadi atas 3 bagian yaitu:

11

Page 26: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

a. Nyeri Ringan: dalam intensitas rendah.

b. Nyeri Sedang: menimbulkan suatu reaksi fisiologis dan psikologis.

c. Nyeri Berat: dama intensitas tinggi.

5. Strategi penatalaksanaan nyeri

a. Manajemen nyeri farmakologi

Menurut Mubarak, Indrawati and Susanto (2015), penanganan nyeri

farmakologi dibagi menjadi dua bagian yaitu:

1) Analgesik narkotik

Analgesik narkotik terdiri atas berbagai derivet opium seperti morfin dan

kodein. Narkotik dapat memberikan efek penurunan nyeri dan kegembiraan

karena obat ini membuat ikatan dengan reseptor opiot dan mengaktifkan

penekanan nyeri endogen pada susunan saraf pusat, namun penggunaan obat ini

menimbulkan efek menekan pusat pernapasan di medulla batang otak sehingga

perlu pengkajian secara teratur terhadap perubahan dalam status pernapasan jika

menggunakan analgesic jenis ini.

2) Analgesik non narkotik

Analgesik non narkotik seperti aspirin, paracetamol, asetaminofen, dan ibu

profen selain memiliki efek antinyeri juga memiliki efek antiinflamasi dan

antipiretik.Obat golongan ini menyebabkan penurunan nyeri dan menghambat

produksi prostaglandin dari jaringan yang mengalami trauma atau inflamasi.Efek

samping yang paling umum terjadi adalah gangguan pencernaan seperti adanya

ulkus gaster dan perdarahan gaster.

12

Page 27: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

b. Manajemen nyeri non farmakologi

Penatalaksanaan nyeri non farmakologi diantaranya adalah distraksi dan

tehnik relaksasi. Distraksi merupakan salah satu cara dalam mengubah fokus

perhatian pada suatu hal selain nyeri. Salah satu distraksi adalah dengan cara

mengajak klien yang mengalami nyeri untuk bergerak dan melakukan aktivitas,

sehingga dengan demikian fokus perhatian klien bukan pada nyeri, namun pada

aktivitas atau gerakan yang dilakukan. Aktivitas dan gerakan yang dilakukan

dapat merilekskan otot-otot dan memperlancar peredaran darah, sehingga dapat

mempercepat penyembuhan dan dapat mengurangi nyeri yang dirasakan.

Intervensi setelah operasi diantaranya adalah meningkatkan ekspansi paru dan

juga menghilangkan ketidaknyamanan post operatif yang beberapa diantaranya

adalah meredakan nyeri dan memulihkan mobilitas (Mubarak, Indrawati and

Susanto, 2015), (Maryunani, 2014).

Menurut Smeltzer and Bare (2002), latihan mobilisasi dini dapat

meningkatkan sirkulasi darah yang akan memicu penurunan nyeri dan

penyembuhan luka lebih cepat. Terapi latihan dan mobilisasi merupakan

modalitas yang tepat untuk memulihkan fungsi tubuh bukan saja pada bagian

yang mengalami cedera tetapi juga keseluruhan anggota tubuh. Terapi latihan juga

berupa passive dan active exercise, terapi latihan juga dapat berupa transfer,

posisioning dan mobilisasi untuk meningkatkan kemampuan aktivitas mandiri.

Menurut Potter and Perry (2006), mobilisasi dini sangat penting sebagai

tindakan pengembalian secara berangsur-angsur ke tahap mobilisasi sebelumnya.

Dampak mobilisasi yang tidak dilakukan bisa menyebabkan gangguan fungsi

tubuh, aliran darah tersumbat dan peningkatan intensitas nyeri. Mobilisasi dini

13

Page 28: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

mempunyai peranan penting dalam mengurangi rasa nyeri dengan cara

menghilangkan konsentrasi pasien pada lokasi nyeri atau daerah operasi,

mengurangi aktivitas mediator kimiawi pada proses peradangan yang

meningkatkan respon nyeri serta meminimalkan transmisi saraf nyeri menuju

saraf pusat.

Mobilisasi dini adalah suatu pergerakan pada otot-otot tubuh yang dilakukan

sedini mungkin, 24 jam pertama setelah operasi, tujuan mobilisasi dini untuk

meningkatkan sirkulasi dan mencegah terjadinya kontraktur dan juga

memungkinkan klien kembali secara penuh fungsi fisiologinya (Mansjore et al.,

2008).

Latihan mobilisasi dini tersebut membuat klien untuk berkonsentrasi

memfokuskan pikiran terhadap gerakan yang dilakukan. Tingkatan di mana klien

memfokuskan perhatiannya terhadap nyeri yang dirasakan memengaruhi persepsi

nyeri, dengan memfokuskan perhatian dan konsentrasi klien terhadap mobilisasi

dini, kesadaran mereka akan adanya nyeri menjadi menurun. Hal tersebut memicu

pelepasan noreepinefrin dan serotonin. Pelepasan senyawa tersebut menstimulasi

atau memodulasi sistem kontrol desenden. Dalam sistem kontrol desenden

terdapat dua hal, yang pertama terjadi pelepasan substansi P oleh neuron delta-A

dan delta-C. Hal kedua yakni mekanoreseptor dan neuron beta-A melepaskan

neurotranmiter penghambat opiat endogen seperti endorfin dan dinorfin. Hal

tersebut menjadi lebih dominan untuk menutup mekanisme pertahanan dengan

menghambat substansi P. Terhambatnya substansi P menurunkan transmisi saraf

menuju saraf pusat sehingga menurunkan persepsi nyeri (Potter and Perry, 2010).

14

Page 29: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

c. Tahap mobilisasi dini klien post operasi

Mobilisasi pasca operasi yaitu proses aktivitas yang dilakukan pasca

pembedahan dimulai dari latihan ringan di atas tempat tidur (latihan pernapasan,

latihan batuk, dan menggerakkan tungkai) sampai dengan pasien bisa turun dari

tempat tidur, berjalan ke kamar mandi dan berjalan keluar kamar (Maryunani,

2014).

Tahap-tahap mobilisasi pada pasien post operasi menurut (Cetrione, 2009)

yaitu:

1. Pada saat awal 6 jam sampai 8 jam setelah operasi

Pergerakan fisik bisa dilakukan di atas tempat tidur dengan menggerkkan

tangan dan kaki yang bisa ditekuk dan diluruskan, mengkontraksikan otot

termasuk juga menggerakkan badan lainnya, miring ke kiri atau ke kanan.

2. Pada 12 sampai 24 jam berikutnya atau bahkan lebih awal lagi

Badan sudah bisa diposisikan duduk, baik bersandar maupun tidak dan

fase selanjutnya duduk diatas tempat tidur dengan kaki yang dijatuhkan atau

ditempatkan di lantai sambil digerak-gerakkan.

3. Pada hari kedua pasca operasi

Rata-rata untuk pasien yang dirawat di kamar atau ruangan dan tidak ada

hambatan fisik untuk berjalan, semestinya memang sudah bisa berdiri dan berjalan

di sekitar kamar atau keluar kamar, misalnya ke toilet atau kamar mandi sendiri.

Pasien harus diusakan untuk kembali ke aktivitas biasa sesegera mungkin, hal ini

perlu dilakukan sedini mungkin pada pasien pasca operasi untuk mengembalikan

fungsi pasien kembali normal.

15

Page 30: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Prosedur Mobilisasi Dini Untuk

Mengatasi Nyeri Akut Pada Pasien Apendiktomi

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Disini semua

data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan status kesehatan pasien saat

ini. Pengkajian harus dilakukan secara komprehensif terkait dengan aspek

biologis, psikologis, social, maupun spiritual pasien (Kozier et al., 2010).

a. Identitas pasien

Meliputi Nama, No.RM, Umur, Jenis Kelamin, Pekerjaan, Pekerjaan,

Agama, Status, Tanggal masuk rumah sakit, Tanggal pengkajian.

b. Keluhan utama

Keluhan utama merupakan jawaban yang diberikan atas pertanyaan “Apa

yang menjadi masalah klien? ” atau “Apa yang membuat klien dibawa ke rumah

sakit?” Keluhan utama harus dicatat dengan kata-kata klien sendiri. Keluhan

utama klien nyeri adalah klien mengeluh nyeri (Mubarak, Indrawati and Susanto,

2015).

c. Riwayat kesehatan

1) Riwayat kesehatan dahulu

Riwayat kesehatan dahulu meliputi penyakit pada masa kanak-kanak,

imunisasi pada masa kanak-kanak dan tanggal injeksi, alergi terhadap obat

ataupun lingkungan, kecelakaan dan cedera: bagaimana, kapan, dan di mana

insiden terjadi, tipe cedera, pengobatan yang diterima, hospitalisasi untuk

penyakit serius: alas an hospitalisasi, tanggal, pembedahan yang dilakukan, proses

16

Page 31: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

pemulihan, medikasi: semua obat resep dan obat bebas yang digunakan saat ini

(Kozier et al., 2010).

2) Riwayat kesehatan sekarang

Riwayat kesehatan sekarang meliputi pertanyaan berupa kapan gejala

mulai muncul, apakah awitan gejala mendadak atau bertahap, berapa kali masalah

terjadi, lokasi gangguan yang pasti, karakter keluhan mis, intensitas nyeri, faktor

yang meningkatkan atau mengurangi masalah yang diungkapkan oleh

klien.misalnya: pada klien nyeri pengkajian dilakukan dengan pendekatan PQRST

(provokatif/paliatif, yaitu factor yang mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri;

quality, kualitas dari nyeri, seperti apakah rasa tajam, tumpul, atau tersayat;

region yaitu daerah penjalaran nyeri; severity, adalah keparahan atau intensitas

nyeri; time adalah lama atau waktu serangan atau frekuensi nyeri) (Mubarak,

Indrawati and Susanto, 2015).

3) Riwayat kesehatan keluarga

Memastikan faktor resiko tertentu, usia saudara kandung, orang tua, dan

kakek nenek serta status kesehatan mereka saat ini. Perhatian khusus diberikan

untuk gangguan seperti penyakit jantung, hipertensi, diabetes mellitus, kanker,

obesitas, alergi dan setiap gangguan jiwa.

d. Fisiologi nyeri akut

1) Pasien mengatakan mengeluh nyeri

2) Pasien tampak meringis

3) Pasien tampak bersikap Protektif (mis, waspada, posisi menghindari nyeri)

4) Pasien tampak gelisah

5) Frekuensi nadi pasien tampak meningkat

17

Page 32: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

6) Pasien mengatakan sulit tidur

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah fase kedua proses keperawatan yang dibuat

oleh perawat professional yang memberikan gambaran tentang masalah atau status

kesehatan klien baik actual maupun potensial. Pada fase ini, perawat

menggunakan ketrampilan berpikir kritis untuk menginterpretasi data pengkajian

dan mengidentifikasi kekuatan serta masalah klien (Kozier et al., 2010).

Menurut PPNI (2017), Nyeri akut adalah pengalaman sensorik yang

emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional,

dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang

berlangsung kurang dari 3 bulan. Pasien post Apendiktomi penyebab terjadinya

nyeri akut karena adanya agen pencendera fisik berupa prosedur operasi (PPNI,

2017). Gejala dan tanda menurut PPNI (2017), adalah sebagai berikut:

a. Mayor

1) Subjektif

a) Mengeluh nyeri

Mengeluh nyeri merupakan respon prilaku yang dirasakan saat nyeri

muncul, klien pada saat itu juga dimulai suatu siklus yang apabila tidak diobati

atau tidak dilakukan upaya untuk menghilangkannya, dapat mengubah kualitas

kehidupan individu secara bermakna(Potter and Perry, 2006)

2) Objektif

a) Tampak meringis

Tampak meringis, merupakan respon prilaku yang dirasakan saat nyeri

muncul. Pada saat itu juga dimulai suatu siklus yang apabila tidak diobati atau

18

Page 33: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

tidak dilakukan upaya untuk menghilangkannya, dapat mengubah kualitas

kehidupan individu secara bermakna. Gerakan tubuh yang khas dan ekspresi

wajah ini dapat mengindikasikan nyeri dan dapat memudahkan perawat dengan

segera akan belajar mengenali pola prilaku yang menunjukkan nyeri(Potter and

Perry, 2006).

b) Bersikap protektif (mis, waspada, posisi menghindari nyeri, posisi melindungi

daerah nyeri).

Bersikap protektif merupakan respon prilaku yang dirasakan saat nyeri

muncul.Pada saat itu juga dimulai suatu siklus yang apabila tidak diobati atau

tidak dilakukan upaya untuk menghilangkannya, dapat mengubah kualitas

kehidupan individu secara bermakna. Gerakan tubuh yang khas dan ekspresi

wajah ini dapat mengindikasikan nyeri dan dapat memudahkan perawat dengan

segera akan belajar mengenali pola prilaku yang menunjukkan nyeri (Potter and

Perry, 2006).

c) Gelisah

Gelisah merupakan respon prilaku yang dirasakan saat nyeri muncul. Pada

saat itu juga dimulai suatu siklus yang apabila tidak diobati atau tidak dilakukan

upaya untuk menghilangkannya, dapat mengubah kualitas kehidupan individu

secara bermakna. Gerakan tubuh yang khas dan ekspresi wajah ini dapat

mengindikasikan nyeri dan dapat memudahkan perawat dengan segera akan

belajar mengenali pola prilaku yang menunjukkan nyeri(Potter and Perry, 2006).

d) Frekuensi nadi meningkat

Frekuensi nadi meningkat adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri

bila di pompa keluar jantung. Denyut nadi ini mudah diraba di suatu tempat

19

Page 34: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

dimana ada arteri melintas.Nyeri yang dirasakan klien post operasi akan

menyebabkan frekuensi nadi meningkat(Potter and Perry, 2006).

e) Sulit tidur

Klien post operasi apendiktomi akan merasakan nyeri yang akan

mengganggu kualitas tidur klien, Gangguan-gangguan tidur memberikan

pengaruh terhadap kualitas dan terdapat banyak hal yang menyebabkan seseorang

tidak dapat mempertahankan tidurnya sehingga sering terbangun.Nyeri dapat

membangunkan klien selama malam hari dan membuat klien akan sulit untuk

kembali tidur(Potter and Perry, 2006). Faktor-faktor yang mempengaruhi tidur

seperti lingkungan, penyakit, pengobatan dapat menjadi penyebab munculnya

masalah tidur(Kozier et al., 2010).

b. Minor

1) Objektif

a) Tekanan darah meningkat

Tekanan darah meningkat adalah kondisi klinis dalam kisaran sistolik

melebihi 100-140 mmHg dan diastolic melebihi 60-90 mmHg (Potter and Perry,

2006).

b) Pola napas berubah

Perubahan pola nafas mengacu pada freukensi, volume, irama, dan usaha

pernapasan. Pola nafas yang normal ditandai dengan pernapasan yang tenang,

berirama, dan tanpa usaha (Mubarak, Indrawati and Susanto, 2015).

20

Page 35: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

c) Nafsu makan berubah

Nafsu makan berubah merupakan keadaan yang dialami seseorang

mengalami perubahan untuk memenuhi asupan nutrisi untuk kebutuhan

metabolism (Mubarak, Indrawati and Susanto, 2015).

Rumusan diagnose keperawatan adalah Nyeri Akut berhubungan dengan

agen pencedera fisik prosedur operasi ditandai dengan pasien mengeluh nyeri,

pasien tampak meringis, gelisah, sulit tidur, bersikap protektif (mis, waspada,

posisi menghindari nyeri), frekuensi nadi meningkat.

3. Intervensi keperawatan

Perencanaan merupakan fase proses keperawatan yang penuh pertimbangan

dan sistematis dan mencangkup pembuatan keputusan dan penyelesaian masalah,

perencanaan merujuk pada data pengkajian klien dan pernyataan diagnose sebagai

petunjuk dalam merumuskan tujuan klien dan merancang intervensi keperawatan

yang diperlukan untuk mencegah, mengurangi, atau mengilangkan masalah klien

(Kozier et al., 2010).

Tujuan dan criteria hasil untuk masalah nyeri akut mengacu pada Nursing

Outcome Clacification (NOC) menurut Moorhead et al. (2013), adalah sebagai

berikut:

a. Tujuan dan kriteria hasil

1) NOC:

a) Kontrol nyeri

Kontrol nyeri adalah tindakan pribadi untuk mengontrol nyeri

2) Kriteria hasil:

a) Mengenali kapan nyeri terjadi (skala 5)

21

Page 36: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

b) Menggambarkan factor penyebab (skala 5)

c) Menggunakan tindakan pencegahan (skala 5)

d) Menggunakan tindakan pengurangan nyeri tanpa analgesic (skala 5)

e) Menggunakan analgesic yang direkomendasikan (skala 5)

f) Melaporkan nyeri terkontrol (skala 5)

b. Intervensi

Intervensi keperawatan untuk menangani masalah nyeri akut pada Nursing

Intervention Clasification (NIC) menurut (Bulechek et al.2013). NIC yang

direkomendasikan yaitu Mobilisasi Dini.

Penelitian ini difokuskan pada intervensi mobilisasi dini. Mobilisasi dini

adalah tindakan pengembalian secara berangsur-angsur ke tahap mobilisasi

sebelumnya (Bulechek et al.2013).

Menurut Maryunani (2014), keuntungan dari mobilisasi dini yaitu:

merilekskan otot-otot dan memperlancar peredaran darah yang dapat mengurangi

nyeri yang dirasakan, merangsang peristaltic dan mempercepat proses

penyembuhan.

Prosedur mobilisasi dini menurut (Cetrione, 2009) dan Maryunani (2014)

yaitu:

(a) Pastikan klien dalam keadaan sadar dan 6-8 jam pasca operasi

(b) Kaji intensitas nyeri klien sebelum dilakukan mobilisasi dini dengan

menggunakan rentang skala nyeri (0-10)

(c) Langkah pertama dengan bantuan perawat melakukan pergerakan di atas

tempat tidur menekuk dan meluruskan ektremitas atas dan bawah lakukan

rangkaian ini sekurang-kurangnya 5 kali

22

Page 37: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

(d) Langkah kedua melakukan posisi miring kanan dan miring kiri selama 15

menit

(e) Kaji intensitas nyeri klien sesudah dilakukan mobilisasi dini dengan

menggunakan rentang skala nyeri (0-10)

(f) Pada 12-24 jam atau hari pertama pasca operasi posisikan badan klien dengan

posisi duduk dengan kaki menjuntai kebawah

(g) Pada hari kedua pasca operasi klien sudah dapat untuk berdiri dan berjalan.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah fase ketika perawat

mengimplementasikan intervensi keperawatan. Perawat melaksanakan atau

mendelegasikan tindakan keperawatan untuk intervensi yang disusun dalam tahap

perencanaan dan kemudian mengakhiri tahap implementasi dengan mencatat

tindakan keperawatan dan respons klien terhadap tindakan tersebut (Kozier et al.,

2010).

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah fase kelima dan fase terakhir proses keperawatan, dalam

konteks ini aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan dan terarah ketika klien

dan professional kesehatan menentukan kemajuan kemajuan klien menuju

pencapaian tujuan/hasil dan keefektifan rencana asuhan keperawatan. Evaluasi

adalah aspek penting proses keperawatan karena kesimpulan yang ditarik dari

evaluasi menentukan apakah evaluasi keperawatan harus diakhiri, dilanjutkan,

atau dirubah (Kozier et al., 2010).

Format yang dapat digunakan untuk evaluasi keperawatan menurut (Dinarti

et al., 2009) yaitu format SOAP yang terdiri dari :

23

Page 38: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

a. Subjective, yaitu pernyataan atau keluhan dari pasien. Pada pasien

apendiktomi dengan nyeri akut diharapkan pasien tidak mengeluh nyeri

b. Objektive, yaitu data yang diobservasi oleh perawat atau keluarga. Pada

pasien dengan retensi urin indikator evaluasi menurut Moorhead et al. (2013)

yaitu :

1) Mengenali kapan nyeri terjadi

2) Menggambarkan factor penyebab

3) Menggunakan tindakan pencegahan

4) Menggunakan tindakan pengurangan nyeri tanpa analgesic

5) Menggunakan analgesic yang direkomendasikan

6) Melaporkan nyeri terkontrol

c. Analisys, yaitu kesimpulan dari objektif dan subjektif (biasaya ditulis dala

bentuk masalah keperawatan). Ketika menentukan apakah tujuan telah

tercapai, perawat dapat menarik satu dari tiga kemungkinan simpulan :

1) Tujuan tercapai; yaitu, respons klien sama dengan hasil yang diharapkan

2) Tujuan tercapai sebagian;, yaitu hasil yang diharapkan hanya sebagian yang

berhasil dicapai (4 indikator evaluasi tercapai)

3) Tujuan tidak tercapai

d. Planning, yaitu rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan analog

24

Page 39: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

Faktor presipitasiTrauma jaringan tubuh pasca apendiktomi

Kerusakan selMempengaruhi

sensitivitas ujung-ujung saraf

Pelepasan zat-zat kimia seperti prostaglandin, bradikinin, kalium, histamine, dan subtansi P

Asuhan keperawatan pada pasien apendiktomi dengan nyeri akut PengkajianDiagnosaIntervensiImplementasi(Mobilisasi Dini)Evaluasi

Dampak:Gangguan pola tidur

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau ikatan antara

konsep satu terhadap konsep lainnya dari masalah yang ingin diteliti(Setiadi,

2013). Berdasarkan teori dan kajian pustaka, dapat disusun sebuah kerangka

pemikiran dari penelitian ini dalam bentuk bagan sebagai berikut.

Keterangan:

: Ada hubungan

: Tidak diteliti : Diteliti

Gambar 4.Kerangka Konsep Asuhan Keperawatan Pemberian Prosedur Mobilisasi Dini untuk Mengatasi Nyeri Akut pada pasien Apendiktomi hari ke-0

Page 40: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

B. Definisi Operasional Variabel

1. Definisi operasional

Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah yang

akan digunakan dalam penelitian secara operasional sehinga akhirnya

mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian (Setiadi, 2013).

Untuk menghindari perbedaan persepsi, maka perlu disusun definisi operasional

yang merupakan penjelasan lanjutdari variabel sebagai berikut:

Tabel 1.

Definisi Operasional Gambaran Asuhan Keperawatan Prosedur Pemberian Mobilisasi Dini pada Pasien Apendiktomi Hari ke-0 untuk Mengatasi Nyeri Akut.

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Pengumpulan

Data

1. Gambaran

asuhan

keperawatan

pemberian

prosedur

mobilisasi dini

untuk

mengatasi nyeri

akut pada

pasien

apendiktomi

hari ke-0.

Pelayanan

keperawatan

mobilisasi dini untuk

mengatasi nyeri akut

pada pasien

apendiktomi hari ke-

0 mulai dari

pengkajian,diagnosa

keperawatan,

perencanaan,

implementasi, dan

evaluasi

Pedoman

observasi

dokumentasi

Studi dokumentasi

28

Page 41: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

BAB IV

METODE PENELITIAN

Metode penelitian atau metode ilimiah adalah Kumpulan hukum, aturan

dan tata cara tertentu yang diatur berdasarkan kaidah dalam menyelenggarakan

penelitian bidang keilmuan tertentu dan hasilnya dapat dipertanggung jawabkan

(Herdiansyah, 2014). Pada bab ini diuraikan tentang metode penelitian yang

diterapkan mahasiswa dalam studi kasus yang akan dilaksanakan. Bab ini terdiri

dari :

A. Jenis Penelitian

Menurut Nursalam (2016)penelitian keperawatan dibedakan menjadi

empat, yaitu penelitian deskriptif, faktor yang berhubungan (relationship), faktor

yang berhubungan (asosiasi), pengaruh (causal). Jenis penelitian dalam penelitian

ini peneliti memilih penelitian dengan jenis penelitian Deskriptif yang merupakan

penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau memaparkan peristiwa-

peristiwa penting yang terjadi pada masa kini. Deskripsi peristiwa dilakukan

secara sistematis dan lebih menekankan pada data faktual daripada penyimpulan

(Nursalam, 2016).

Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Studi Kasus,

penelitian studi kasus merupakan penelitian dengan cara meneliti suatu

permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal. Unit tunggal ini

dapat berarti satu orang, kelompok pendudukyang terkena suatu masalah. Unit

yang menjadi masalah tersebut secara mendalam dianalisa baik dari segi yang

berhubungan dengan kasusnya sendiri, faktor risiko, yang memengaruhi, kejadian

Page 42: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

yang berhubungan dengan kasus maupun tindakan dan reaksi dari kasus terhadap

suatu perlakuan atau pemaparan tertentu, meskipun yang ditelitidalam kasus

tersebut hanya berbentuk unit tunggal, namun dianalisis secara mendalam(Setiadi,

2013).

Pendekatan yang digunakan padapenelitian ini adalah pendekatan

prospektif. Pendekatan prospektif yaitu pendekatan dengan mengikuti subjek

untuk meneliti peristiwa yang belum terjadi (Setiadi, 2013). Penelitian dilakukan

pada hari ke-0 setelah pasien selesai menjalani pembedahan apendiktomi.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Ruang Janger RSUD Mangusada Badung.

Penelitian ini dilaksanakan padatanggal 11 April 2018 sampai dengan 15 April

2018.

C. Subyek Studi Penelitian

Penelitian pada studi kasus ini tidak mengenal populasi dan sampel,

namun lebih mengarah kepada istilah subyek studi kasus oleh karena yang

menjadi subyek studi kasus sejumlah dua pasien (individu), yang diamati secara

mendalam.Subyek pada kasus ini perlu dirumuskan dengan adanya kriteria

inklusi dan eksklusi sebagai berikut:

1. Kriteria subyek penelitian

Sampel dalam penelitian ini klien apendiktomi. Klien yang dijadikan sampel

adalah klien yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

30

Page 43: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu

populasi target yang terjangkau dan akan diteliti(Nursalam, 2016). Kriteria inklusi

dari penelitian ini yaitu:

1) Klien apendiktomi yang diberikan mobilisasi dini untuk mengatasi nyeri akut.

2) Klien yang 6-8 jam telah menjalani prosedur apendiktomi hari ke-0 dan telah

dipindahkan ke ruang rawat inap.

3) Dokumen pasien apendiktomi yang mengalami nyeri akut yang lengkap.

b. Kriteria ekslusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subyek yang

memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2016).

Kriteria eksklusi dari penelitian ini yaitu:

1) Klien apendiktomi yang tidak sadarkan diri dan berpindah ke ruang intensif.

D. Fokus Studi Kasus

Fokus studi kasus merupakan kajian utama dari masalah yang akan

dijadikan titik acuan studi kasus. Fokus studi kasus pada penelitian ini adalah

asuhan keperawatan pemberian prosedur mobilisasi dini untuk mengatasi nyeri

akut pada pasien apendiktomi hari ke-0.

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis data

Data yang dikumpulkan dari subjek study kasus adalah data sekunder.

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain, badan/ instansi yang

31

Page 44: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

secara rutin mengumpulkan data diperoleh dari rekam medik pasien (Setiadi,

2013). Pada penelitian ini menggunakan data sekunder diperoleh dengan teknik

pedoman studi dokumentasi. Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini

adalah pemberian prosedur mobilisasi diniuntuk mengatasi nyeri akut pada pasien

apendiktomi hari ke-0 yang bersumber dari catatan keperawatan pasien di Ruang

Janger RSUD Mangusada Badung.

2. Cara mengumpulkan data

Pengumpulan data merupakan suatu proses pendekatan kepada subyek dan

proses pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dalam suatu penelitian.

(Nursalam, 2016).Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah studi dokumentasi dengan mengobservasi dokumen pada pasien. Observasi

merupakan cara melakukan pengumpulan data penelitian dengan melakukan

pengamatan secara langsung terhadap responden penelitian dalam mencari

perubahan atau hal-hal yang akan diteliti (Hidayat, 2010).

Observasi dilakukan terhadap catatan asuhan keperawatan pemberian

prosedur mobilisasi dini untuk mengatasi nyeri akut pada pasien apendiktomi hari

ke-0. Obersevasi tersebut dilakukan mulai dari catatan hasil pengkajian sampai

evaluasi pasien apendiktomi dengan nyeri akut.

Langkah-langkah pengumpulan data yaitu:

Langkah-langkah pengumpulan data diperlukan agar dalam pengumpulan

data, data yang akan di jadikan kasus kelolaan menjadi sistematis. Adapun

langkah-langkah pengumpulan data adalah sebagai berikut :

a. Mengajukansurat permohonan izin penelitian di kampus Jurusan Keperawatan

Poltekkes Kemenkes Denpasar.

32

Page 45: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

b. Mengajukansurat permohonan izin penelitian di Direktorat Poltekkes

Kemenkes Denpasar.

c. Mengajukansurat permohonan izin penelitian di Badan Perizinan dan

Penanaman Modal Provinsi Bali.

d. Mengajukan ijin penelitian ke Direktur Rumah Sakit Mangusada Badung

e. Melakukan pemilihan subjek studi kasus dan dokumen keperawatan yang

sesuai dengan kriteria inklusi.

f. Peneliti melakukan observasi terhadap gambaran asuhan keperawatan

pemberian prosedur mobilisasi diniuntuk mengatasi nyeri akut pada pasien

apendiktomi hari ke-0 dengan mengambil data dari dokumentasi asuhan

keperawatan yang sudah ada setelah pemeriksaan selesai dilakukan

3. Instrumen pengumpulan data

Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalahpedoman studi

dokumentasi.Pedoman studi dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data

proses asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi.

Data pengkajian terdiri dari enam pernyataan dimana berisi tentang data

subjektif dan data objektif.Data diagnosa terdiri dari sepuluh pernyataan berisi

tentang rumusan diagnosa keperawatan dengan komponen problem.Etiology, sign

and symptom (PES).Data intervensi terdiri dari tujuh pernyataan berisi tentang

rencana keperawatan mengenai mobilisasi dini.Data implementasi terdiri dari

sepuluh pernyataan yang berisi tentang implementasi yang dilakukan pada

prosedur mobilisasi dini.Serta data evaluasi terdiri dari enam pernyataan yang

berisi tentang indikator kriteria hasil yang dicapai.

33

Page 46: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

Pedoman studi dokumentasiberupa check list yang harus diisi oleh

peneliti, bila ditemukan diberi tanda “√” pada kolom “Ya”, dan bila tidak

ditemukan diberi tanda “√” pada kolom “Tidak”.

F. Metoda Analisis Data

Data penelitian akan dianalisis dengan cara analisis deskriptif. Analisis

deskriptif adalah suatu usaha mengumpulkan dan menyusun data. Setelah data

tersusun langkah selanjutnya adalah mengolah data dengan menggambarkan dan

meringkas data secara ilmiah dalam bentuk tabel atau grafik (Nursalam, 2016).

Data akan disajikan dengan uraian tentang temuan dalam bentuk tulisan.

G. Etika Studi Kasus

Pada bagian ini, dicantumkan etika yang mendasari penyusunan studi

kasus, yang terdiri dari darirespect for persons, beneficience dan distributive

justice.

1. Menghormati individu (Respect for persons).

Menghormati otonomi (Respect for autonomy) yaitu menghargai kebebasan

seseorang terhadap pilihan sendiri, Melindungi subyek studi kasus (Protection of

persons) yaitu melindungi individu/subyek penelitian yang memiliki keterbatasan

atau kerentanan dari eksploitasi dan bahaya. Pada bagian ini diuraikan tentang

informed consent, anonimity, dan kerahasiaan.

Penelitian ini tidak menggunakan informed consent karena peneliti hanya

melakukan studi dokumentasi terhadap dokumen pasien. Peneliti tidak

mencantumkan nama responden dalam pengolahan data melainkan menggunakan

34

Page 47: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

nomor atau kode responden. Semua data yang terkumpul dijamin kerahasiaannya

oleh peneliti.

2. Kemanfaatan (Beneficience).

Kewajiban secara etik untuk memaksimalkan manfaat dan meminimalkan

bahaya.Semua penelitian harus bermanfaat bagi masyarakat, desain penelitian

harus jelas, peneliti yang bertanggung jawab harus mempunyai kompetensi yang

sesuai.

3. Berkeadilan (Distributive justice).

Keseimbangan antara beban dan manfaat ketika berpartisipasi dalam

penelitian.Setiap individu yang berpartisipasi dalam penelitian harus di

perlakukan sesuai dengan latar belakang dan kondisi masing-masing. Perbedaan

perlakuan antara satu individu/kelompok dengan lain dapat dibenarkan bila dapat

dipertanggung jawabkan secara moral dan dapat diterima oleh masyarakat.

Penelitian ini hanya melakukan studi dokumentasi pada dokumen pasien,

sehingga tidak ada perbedaan perlakukan antara satu subjek dengan subjek yang

lain.

35

Page 48: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Studi Kasus

Hasil pengamatan yang telah dilakukan terhadap dua dokumen yang

diamati berdasarkan fokus studi kasus asuhan keperawatan pemberian prosedur

mobilisasi dini pada pasien apendiktomi hari ke-0 untuk mengatasi nyeri akut di

ruang janger RSUD Mangusada Badung pada tanggal 11 April 2018 sampai

dengan 15 April 2018 yang terdiri dari lima proses keperawatan dimulai dari

pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

1. Pengkajian keperawatan

Dalam penelitian ini telah dilakukan pengamatan mengenai pengkajian

pada dua dokumen pasien dengan apendiktomi hari ke-0. Dokumen pasien pertana

yaitu Ny.WN umur 43 tahun dengan No.RM 223367. Dokumen pasien kedua

Tn.MS, umur 36 tahun dengan No.RM 293679. Data pengkajian dipaparkan pada

table 2.

Tabel 2

Data pengkajian dokumen pasien pertama (Ny.WN) dan dokumen pasien

kedua (Tn.MS)

Pasien pertama (Ny.WN) Pasien kedua (Tn.MS)

Data subyektif: pasien mengeluh nyeri

dengan skala nyeri 6 dari (0-10) skala

nyeri.Data obyektif: pasien tampak

meringis, dan pasien bersikap protektif.

Data subyektif: pasien mengeluh nyeri

dengan skala nyeri 9 dari(0-10) skala

nyeri.Data obyektif: pasien tampak

meringis dan gelisah.

Page 49: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

Dari data tabel 2, pada dokumen pasien pertama (Ny.WN) dan dokumen

pasien kedua (Tn.MS) pada tanggal 11 April-15 April 2018 berupa data

pengkajian yang didokumentasikan oleh perawat terdiri dari data subyektif dan

obyektif.

2. Diagnosa keperawatan

Setelah melakukan pengkajian, proses kedua dari asuhan keperawatan yaitu

merumuskan diagnose keperawatan. Dalam penelitian ini telah dilakukan

pengamatan diagnose keperawatan yang dirumuskan oleh perawat didokumen

pasien pertama (Ny.WN) dan dokumen pasien kedua (Tn.MR). Hal ini akan

dijabarkan pada table 3.

Tabel 3

Data diagnose keperawatan pada dokumen pasien pertama dan pasien kedua

Diagnosa Keperawatan

Pasien pertama (Ny.WN) Pasien kedua (Tn.MR)

Nyeri akut, berhubungan dengan agen

injuri fisik insisi luka operasi, ditandai

dengan data subyektif pasien mengeluh

nyeri dengan skala nyeri 6 dari (0-10)

skala nyeri dan data obyektif pasien

tampak meringis dan bersikap protektif.

Nyeri akut, berhubungan dengan agen

injuri fisik insisi luka operasi, ditandai

dengan data subyektif pasien mengeluh

nyeri dengan skala nyeri 9 dari (0-10)

skala nyeri dan data obyektif pasien

tampak meringis dan gelisah.

Dari data table 3, diagnose yang dirumuskan dari kedua dokumen pasien

adalah sama.

3. Intervensi keperawatan

37

Page 50: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, proses keperawatan selanjutnya

yaitu merumuskan intervensi keperawatan. Dalam penelitian ini telah dilakukan

pengamatan intervensi keperawatan yang dirumuskan oleh perawat pada

dokumentasi pasien pertama (Ny.WN) dan dokumentasi pasien kedua (Tn.MR).

Intervensi yang dirumuskan oleh perawat, dipaparkan pada tabel 4.

Tabel 4

Data intervensi dokumen pasien pertama (Ny.WN) dan dokumen pasien kedua

(Tn.MR)

Intervensi Keperawatan

Pasien pertama (Ny.MR) Pasien kedua (Tn.MR)

setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama 3x24 jam

secara koperhensif diharapkan

nyeri berkurang atau hilang

dengan kriteria hasil pasien

melaporkan secara verbal: nyeri

berkurang atau hilang, skala nyeri

pasien 0-3, vital sign dalam batas

normal, pasien tampak

tenang/rileks. Intervensi

keperawatan yang

didokumentasikan perawat berupa

ajarkan dan anjurkan teknik

nonfarmakologis berupa distraksi

setelah dilakukan asuhan keperawatan

selama 3x24 jam secara koperhensif

diharapkan nyeri berkurang atau

hilang dengan kriteria hasil pasien

melaporkan secara verbal: nyeri

berkurang atau hilang, skala nyeri

pasien 0-3, vital sign dalam batas

normal, pasien tampak tenang/rileks.

Intervensi keperawatan yang

didokumentasikan perawat berupa

ajarkan dan anjurkan teknik

nonfarmakologis berupa distraksi

(aktivitas mobilisasi dini).

38

Page 51: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

(aktivitas mobilisasi dini).

Dari data tabel 4, intervensi dari kedua dokumen pasien pertama dan kedua

(Ny.WN) dan pasien kedua (Tn.MR), kedua dokumen memiliki intervensi yang

sama yaitu merencanakan mobilisasi dini.

4. Implementasi keperawatan

Dalam penelitian ini telah dilakukan pengamatan implementasi yang

dilakukan oleh perawat pada dokumentasi pasien pertama (Ny.WN) dan

dokumentasi pasien kedua (Tn.MR). Data implementasi dari kedua dokumen

dipaparkan pada tabel 5.

Tabel 5

Data implemntasi keperawatan dokumen pasien pertama (Ny.WN) dan pasien

kedua (Tn.MR)

Implemetasi Keperawatan

Pasien pertama Pasien kedua

1. Mobilisasi dini dilakukan pada hari

ke-0, 6-8 jam setelah apendiktomi

tanggal 11 April 2018 pukul 16.20

WITA.

2. Kaji nyeri sebelum dilakukan

mobilisasi dini yaitu nyeri yang

dirasakan pasien skala 6.

3. Menggerakkan ekstremitas bawah

diatas tempat tidur.

4. Miring kiri miring kanan.

1. Mobilisasi dini dilakukan pada hari

ke-0, 6-8 jam setelah apendiktomi

tanggal 11 April 2018 pukul 16.20

WITA.

2. Kaji nyeri sebelum dilakukan

mobilisasi dini yaitu nyeri yang

dirasakan pasien skala 9.

3. Menggerakkan ekstremitas bawah

diatas tempat tidur.

4. Miring kiri miring kanan.

39

Page 52: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

5. Nyeri yang dirasakan pasien

berkurang menjadi skala 4 setelah

dilakukan mobilisasi dini.

6. Hari pertama mobilasi duduk dengan

kaki menjuntai.

7. Hari kedua mobilisasi berdiri dan

berjalan.

5. Nyeri yang dirasakan pasien

berkurang menjadi skala 5 setelah

dilakukan mobilasi dini.

6. Hari pertama mobilisasi duduk

dengan kaki menjuntai.

7. Hari kedua mobilisasi berdiri dan

berjalan.

Berdasarkan data pada tabel 5, implementasi dari kedua dokumen tidak

memiliki perbedaan, kedua dokumen sudah melaksanakan intervensi yang

direncanakan pada lembar implementasi keperawatan. Mobilisasi dini dilakukan

secara bertahap dari hari ke hari hingga pasien pulang.

5. Evaluasi keperawatan

Setelah melakukan proses implementasi keperawatan. Proses akhir dari proses

keperawatan yaitu evaluasi keperawatan. Dalam penelitian ini telah dilakukan

pengamatan mengenai evaluasi yang dirumuskan oleh perawat dalam

dokumentasi pasien pertama (Ny.WN) dan dokumentasi pasien kedua (Tn.MR).

Data evaluasi dipaparkan pada tabel 6.

40

Page 53: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

Tabel 6

Data evaluasi dokumen pasien pertama (Ny.WN) dan dokumen pasien kedua

(Tn.MR)

Evaluasi Keperawatan

Pasien pertama Pasien kedua

S: Pasien mengeluh nyeri,

O: Pasien tampak meringis,bersikap

protektif, Ku lemah, kes. CM,

A: Nyeri akut,

P: Mengatasi nyeri akut selama 3x24

jam dengan kriteria hasil nyeri

(-),tanda tanda vital dalam batas

normal.

S: Pasien mengeluh nyeri,

O: Pasien tampak meringis, gelisah, Ku

lemah, kes. CM,

A: Nyeri akut,

P: Mengatasi nyeri akut selama 3x24

jam dengan kriteria hasil nyeri (-),tanda

tanda vital dalam batas normal.

Berdasarkan data tabel 6 pengamatan evaluasi asuhan keperawatan kedua

dokumen pasien yaitu dokumen pasien pertama dan dokumen pasien kedua antara

kedua pasien memiliki data subyektif, assessment, dan plnning yang sama. Data

evaluasi asuhan keperawatan yang berbeda antar kedua pasien adalah data

obyektif.

B. Pembahasan

Pembahasan studi pada studi kasus menguraikan tentang perbandingan

antara hasil studi kasus dengan teori yang dijadikan acuan oleh peneliti, serta

argumentasi peneliti itu sendiri terhadap dua asuhan keperawatan yang diteliti

41

Page 54: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

berdasarkan dokumen keperawatan pasien apendiktomi hari ke-0 di Ruang Janger

RSUD Mangusada Badung yang dimulai pada tanggal 11 April sampai dengan 15

April 2018. Disini peneliti membahas berdasarkan tahap proses keperawatan,

meliputi : pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

1. Pengkajian keperawatan

Teori yang dijadikan peneliti sebagai acuan yaitu menurut PPNI, (2017)

manifestasi klinis dari nyeri akut terdapat gejala dan tanda mayor. Adapun gejala

dan tanda mayor nyeri akut adalah mengeluh nyeri, tampak meringis, bersikap

protektif (mis, waspada, posisi menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi

meningkat, sulit tidur. Gejala dan tanda minor pada nyeri akut adalah tekanan

darah meningkat, pola nafas berubah, nafsu makan menurun, menarik diri.

Menurut peneliti, setelah membandingkan hasil perbandingan antara data

pengkajian yang di dokumentasikan perawat pada dokumen klien pertama dan

dokumen klien kedua dengan teori yang dipergunakan peneliti, dapat peneliti

simpulkan bahwa data pengkajian yang didokumentasikan perawat tidak terdapat

perbedaan atau telah sejalan dengan teori yang dipergunakan oleh peneliti baik

data subyektif dan data obyektif, dimana data subyektifnya pasien mengeluh

nyeri, data obyektif pasien tampak meringis, gelisah dan bersikap protektif (mis,

waspada, posisi menghindari nyeri).Walaupun tidak semua yang terdapat pada

teori sesuai dengan keluhan pasien dilapangan, karena setiap pasien memiliki

kondisi yang berbeda-beda.

2. Diagnosa keperawatan

Teori yang dijadikan peneliti sebagai acuan yaitu PPNI (2017) perumusan

diagnosa keperawatan menggunakan format problem, etiology, sign and symptom

42

Page 55: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

(PES). Nyeri akut adalah pengalaman sensorik yang emosional yang berkaitan

dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau

lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari tiga

bulan. Penyebab nyeri akut adalah agen pencedera fisiologi, agen pencedera

kimiawi, agen pencedera fisik (mis, prosedur operasi). Gejala dan tanda mayor

minor nyeri akut adalah mengeluh nyeri, tampak meringis, bersikap protektif

(mis, waspada, posisi menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit

tidur, tekanan darah meningkat, pola nafas berubah, nafsu makan menurun,

menarik diri.

Berdasarkan hasil pengamatan dokumen pasien diagnosa yang digunakan

di Ruang Janger RSUD Mangusada Badung yaitu menggunakan sistem PES

dengan problem nyeri akut etiology berhubungan dengan agen injuri fisik insisi

luka operasi dan symptom ditandai dengan pasien mengeluh nyeri, pasien tampak

meringis, gelisah dan bersikap protektif (mis, waspada, posisi menghindari nyeri).

Menurut peneliti, setelah membandingkan hasil perbandingan antara data

diagnosa yang di dokumentasikan perawat pada dokumen pasien pertama dan

dokumen pasien kedua dengan teori yang dipergunakan oleh peneliti,

mendapatkan hasil bahwa data diagnosa yang didokumentasikan perawat terdapat

perbedaan antara rumusan yang ditegakkan pada dokumen pasien dengan teori

yang ada, yaitu pada bagian etiology yang digunakan yaitu agen injuri fisik insisi

luka operasi, sedangkan menurut (PPNI ,2017)etiology pada rumusan diagnosa

keperawatan nyeri akut yaitu agen pencedera fisik prosedur operasi. Tidak

terdapat kesenjangan antara teori dengan rumusan diagnosa yang ditegakkan

43

Page 56: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

karena etiology injuri fisik merupakan nama lain dari pencedera fisik dan insisi

luka operasi merupakan bagian dari prosedur operasi.

3. Intervensi keperawatan

Penelitian ini sudah ditemukan kriteria hasil di dokumen pasien pertama dan

dokumen pasien kedua. Berdasarkan NOC kriteria hasil pada pasien dengan

masalah nyeri akut yaitu melaporkan nyeri terkontrol secara verbal (Moorhead et

al., 2016).

Menurut (Bbulechek et al. 2013)intervensi yang dapat diberikan kepada

pasien post operasi dengan nyeri akut sesuai dengan Nursing Intervention

Classification (NIC) adalah dengan pemberian latihan mobilisasi dini. Aktivitas-

aktivitas pada pemberian latihan mobilisasi dini yaitu:

1. Cuci tangan, pakai sarung tangan (bila perlu)

2. Kaji intensitas nyeri sebelum dilakukan mobilisasi dini dengan menggunakan

rentang skala nyeri (0-10)

3. Langkah pertama melakukan pergerakan di atas tempat tidur menekuk dan

meluruskan ektremitas atas dan bawah.

4. Langkah kedua melakukan posisi miring kiri dan miring kanan selama 15

menit

5. Kaji intensitas nyeri klien setelah dilakukan mobilisasi dini dengan

menggunakan rentang skala (0-10)

6. Pada hari pertama posisikan badan klien dengan posisi duduk dengan kaki

menjuntai kebawah

7. Pada hari kedua pasca operasi klien sudah dapat berdiri dan berjalan

44

Page 57: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

Menurut peneliti, intervensi yang dirumuskan dan dijadikan acuan oleh

ruang janger RSUD Mangusada Badung tidak ada perbedaan dengan teori yang

dijadikan acuan, baik dalam Nursing Outcome Classification (NOC) maupun

aktivitas-aktivitas mobilisasi dini dalam Nursing Interventions Classification

(NIC) tidak terdapat perbedaan. Hal ini dikarenakan acuan yang digunakan oleh

pihak rumah sakit dan peneliti sama yaitu Nursing Outcome Classification (NOC)

dan Nursing Interventions Classification (NIC), sehingga tidak terdapat

kesenjangan pada intervensi yang direncanakan pada dokumen pasien pertama

dan pasien kedua.

4. Implementasi keperawatan

Implementasi atau pelaksanaan sesuai dengan landasaran teori adalah

melaksanakan tindakan sesuai yang tercantum di dalam intervensi. Implementasi

pada dokumen pasien pertama (Ny.WN) dan dokumen pasien kedua (Tn.MR)

sudah sesuai dengan intervensi yang direncanakan sebelumnya. Implementasi

yang didokumentasikan akan ditandatangai pada jam berapa perawat melakukan

implementasi yang telah diintervensikan.

Teori yang dijadikan acuan yaitu menurut (Potter and Perry, 2010) latihan

mobilisasi dini membuat klien untuk berkonsentrasi memfokuskan pikiran

terhadap gerakan yang dilakukan. Tingkatan di mana klien memfokuskan

perhatiannya terhadap nyeri yang dirasakan memengaruhi persepsi nyeri, dengan

memfokuskan perhatian dan konsentrasi klien terhadap mobilisasi dini, kesadaran

mereka akan adanya nyeri menjadi menurun. Mobilisasi dini dilakukan pada 6-8

jam setelah operasi atau pada hari ke-0. Mobilisasi dini dilakukan untuk

45

Page 58: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

pengembalian aktivitas secara berangsur-ansur ke tahap mobilisasi sebelumnya

dan mengurangi peningkatan intensitas nyeri (Cetrione,2009).

Setelah membandingkan hasil perbandingan antara data implementasi

keperawatan yang telah didokumentasikan oleh perawat pada dokumen pertama

dan dokumen kedua dengan teori yang dipergunakan peneliti, didapatkan

implementasi telah sesuai dengan teori baik dari aktifitas keperawatan sampai

waktu pelaksanaan.Pendokumentasian pada lembar implementasi dalam

pemberian mobilisasi dini sudah didokumentasikan oleh perawat pada dokumen

pasien.

5. Evaluasi keperawatan

Teori yang digunakan sebagai acuan yaitu format yang dapat digunakan

untuk evaluasi keperawatan menurut (Dinarti et al., 2009) yaitu format

SOAPdimana Subjective, yaitu pernyataan atau keluhan dari pasien, Objektive,

yaitu data yang diobservasi oleh perawat atau keluarga dengan indikator evaluasi

berdasarkan Nursing Outcome Classification(Moorhead, Johnson, Maas,

&Swanson, 2013) adalah mengenali kapan nyeri terjadi, menggambarkan faktor

penyebab, menggunkan tindakan pencegahan, menggunakan tindakan

pengurangan nyeri tanpa analgetik, melaporkan nyeri terkontrol., Analisys, yaitu

kesimpulan dari objektif dan subjektif (biasaya ditulis dala bentuk masalah

keperawatan). Ketika menentukan apakah tujuan telah tercapai, perawat dapat

menarik satu dari tiga kemungkinan simpulan : tujuan tercapai; yaitu, respons

klien sama dengan hasil yang diharapkan, tujuan tercapai sebagian;, yaitu hasil

yang diharapkan hanya sebagian yang berhasil dicapai (4 indikator evaluasi

tercapai), tujuan tidak tercapai, Planning, yaitu rencana tindakan yang akan

46

Page 59: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

dilakukan berdasarkan analisis tercapai, tujuan tercapai sebagian, tujuan tidak

tercapai, Planning, yaitu rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan

analisis.

Evaluasi pada dokumen pasien pertama (Ny.WN) dan dokumen pasien

kedua (Tn.MR) menggunakan format SOAP, dimana format ini pada bagian data

objektif tidak menuliskan indikator evaluasi sesuai dengan NOC, pada bagian

Assesment kurang menuliskan diganosa keperawatan secara lengkap dan kurang

menuliskan kemungkinan simpulan untuk mengetahui apakah tujuan itu tercapai,

tercapai sebagian atau tidak tercapai sama sekali, pada bagian data planning yang

telah didokumentasikantidak terdapat penjelasan intervensi yang harus

dilanjutkan, dihentikan, dimodifikasi atau ditambah dari rencana yang

direncanakan sebelumnya.Hal ini terjadi kemungkinan disebabkan karena standar

acuan yang digunakan oleh rumah sakit sudah dimodifkasi dan memiliki standar

operasional yang sesuai dengan keadaan klien yang berbeda dengan standar

acuan dari peneliti.

C. Keterbatasan Penelitian

Dalam pengumpulan data penulis menemukan keterbatasan dan hambatan

dalam penelitianini yaitu diantaranya terdapat beberapa hal dalam proses

keperawatan baik pengkajian, diagnose, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

yang belom didokumentasikan secara lengkap oleh tenaga kesehatan yang

bertugas, dan juga ada beberapa alat yang belum tersedia untuk kelengkapan

pasien, selain itu hambatan yang penulis rasakan yaitu keterbatasan waktu untuk

melakukan penelitian dengan jadwal praktik kerja lapangan yang telah diikuti

penulis, namun hal-hal tersebut dapat penulis lewati dan peneltian dapat berjalan

47

Page 60: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

dengan lancar karena pasien pertama dan pasien kedua dapat menerima penulis

serta ikut berpartisipasi selama penelitian ini dan didukung oleh pihak-pihak

terkait.

48

Page 61: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Tahap pengkajian keperawatan

Dari pengumpulan data pengkajian didapatkan data subyektif pasien mengeluh

nyeri, data obyektif pasien tampak meringis, gelisah dan bersikap protektif. Tidak

terdapat perbedaan teori atau telah sejalan dengan teori yang dipergunakan

peneliti.

2. Tahap diagnosa keperawatan

Diagnosa didapat dari analisa data didapatkan satu diagnosa yang muncul

yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik insisi luka operasi ditandai

dengan data subyektif dan obyektif pasien yang sesuai dengan teori yang

dipergunakan peneliti yaitu (PPNI,2017).

3. Tahap intervensi keperawatan

Intervensi yang direncanakan pada dokumen pertama dan kedua yaitu

mobilisasi dini yang ada dalam Nursing Intervention Classification (NIC) yang

dilakukan di Ruang Janger RSUD Mangusada Badung.

4. Tahap implementasi keperawatan

Implementasi yang terdapat pada dokumen pasien sesuai dengan intervensi

yang sudah direncanakan.

5. Tahap evaluasi keperawatan

Evaluasi yang dilakukan berpedomanpada tujuan keperawatan yang telah

disusun dengan menggunakan SOAP, namun ada sedikit perbedaan pada data

Page 62: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

obyektif assesmentdata planning. Hal ini terjadi disebabkan karena kemungkinan

standar yang digunakan rumah sakit di modifikasikan sesuai dengan keaadan di

tempat penelitian sehingga berbeda dengan teori acuan yang digunakan peneliti.

B. Saran

1. Bagi pelayanan kesehatan

Kepada pelayanan kesehatan, diharapkan pihak rumah RSUD Mangusada

Badung, khusunya pemberian asuhan keperawatan di Ruang Janger lebih

memperhatikan ilmu asuhan keperawatan sesuai teori terbaru sehingga dalam

memberikan asuhan keperawatan dapat dilakukan secara maksimal dan secara

keseluruhan, serta untuk menyedikan SPO mobilisasi dini untuk dijadikan acuan

dalam melakukan tindakan pelaksanaan asuhan keperawatan pemberian prosedur

mobilisasi dini untuk mengatasi nyeri akut pada pasien apendiktomi hari ke-0.

50

Page 63: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G. M. et al. (2013) Nursing Intervention Classification (NIC). 6th edn. Jakarta: Elsevier.

Caecilia, R. and Pristahayuningtyas, Y. (2016) ‘Pengaruh Mobilisasi Dini terhadap Perubahan Tingkat Nyeri Klien Post Operasi Apendektomi di Rumah Sakit Baladhika Husada Kabupaten Jember ( The Effect of Early Mobilization on The Change of Pain Level in Clients with Post Appendectomy Operation at Mawar S’, Pustaka Kesehatan, 4(1), p. 103.

Cetrione (2009) Tahap-Tahap Mobilisasi Pada Pasien Pasca Bedah. Jakarta: EGC.

Dinarti, Aryani, R., Nurhaeni, H., & Chairani, R. (2009). Dokumentasi Keperawatan. (Jusirman, Ed.) (1st ed.). Jakarta Timur: Cv. Trans Info Media.

Faridah, V. N. (2015) ‘Penurunan Tingkat Nyeri Post OP Apendisitis Dengan Tehnik Distraksi Nafas Ritmik’, Surya, 7(2).

Ganong, W. (2008) ‘Buku ajar fisiologi kedokteran’, in Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 22. Jakarta: EGC.

Gunawan, I. (2015) Metode Penelitian Kualitatif. 1st edn. Edited by Suryani. Jakarta: Bumi Aksara.

Hidayat, A. A. A. (2010) Metodelogi Penelitian Kesehatan : Paradigma Kuantitif. 1st edn. Edited by M. Uliyah. Surabaya: Health Books.

Hidayat, A. A. A. (2011) metode penelitian keperawatan dan teknik analisis data. 1st edn. Jakarta: Salemba Medika.

Indri, U. V., Karim, D. and Elita, V. (2014) ‘Hubungan antara Nyeri, Kecemasan dan Lingkungan dengan Kualitas Tidur pada Pasien Post Operasi Apensiditis’, Jom Psik, 1(2), pp. 1–8.

Kozier, B. et al. (2010) Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik. 7th edn, Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik. 7th edn. Jakarta: EGC.

LeMone, P. (2015) ‘Buku ajar keperawatan medikal bedah’, in Buku ajar keperawatan medikal bedah. Edisi 5. Jakarta: EGC, pp. 832–836.Mansjore, A. et al. (2008) Kapita Selekta Kedokteran. 3rd edn. Jakarta: MediaAesculapius.

Maryunani, A. (2014) Asuhan Keperawatan Perioperatif-Pre Operatif. Jakarta: CV.Trans Info Media.

Page 64: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

Milutinovi, D., Milovanovi, V. and Pjevi, M. (2009) ‘Assessment of quality of care in acute postoperative pain management Procena kvaliteta zdravstvene nege u tretmanu akutnog postoperativnog bola’, 66(2), pp. 156–162.

Mitrawati tia, Andoko, H. dessy (2015) ‘Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Lamanya Penyembuhan Luka Pasien’, Kesehatan Holistik, 9(2), pp. 71–75.

Moorhead, S. et al. (2013) Nursing Outcomes Classification (NOC). 5th edn. Jakarta: Elsevier.

Mubarak, W. I., Indrawati, L. and Susanto, J. (2015) Buku Ajar Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Muttaqin, A. and Sari, K. (2009) Asuhan Keperawatan Perioperatif. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam (2016) Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. 4th edn. Edited by P. P. Lestari. Jakarta: Salemba Medika.

Potter, P. A. and Perry, A. G. (2006) Fundamental Keperawatan. Edisi 4, Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4. Jakarta: EGC.

Potter, P. A. and Perry, A. G. (2010) Fundamental Keperawatan. 7th edn. Jakarta: Elsevier.

PPNI, T. P. S. D. (2017) Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. 1st edn. Edited by H. Fadhillah. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat.

Setiadi (2013) Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan. 2nd edn. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Shiddiq, M. (2013) ‘Di Rsud Dokter Soedarso Pontianak Tahun 2012 Muhammad Shiddiq Program Studi Pendidikan Dokter’, pp. 1–15.

Sjamsuhidayat, R. and Jong, W. De (2004) ‘Buku Ajar Ilmu Bedah’, in Buku Ajar Ilmu Bedah. Revisi. Jakarta: EGC.

Smeltzer, S. C. and Bare, B. G. (2002) ‘Keperawatan Medikal Bedah Brunner and Suddart’, inKeperawatan Medikal Bedah Brunner and Suddart. Edisi 8. Jakarta: EGC.

World Health Organization (2010) ‘World Health Statistics 2010’, World Health Organization, p. 177.

54

Page 65: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

55

Page 66: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

Lampiran 1.

JADWAL KEGIATAN PENELITIANGAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENGATASI NYERI AKUT PADA PASIEN APENDIKTOMI HARI KE-0 DI RUANG JANGER RSUD MANGUSADA BADUNG TAHUN 2018

No Kegiatan Waktu

Feb 2018 Mar 2018 Apr 2018 Mei 2018

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Penyusunan proposal

2 Seminar proposal

3 Revisi proposal

4 Pengurusan izin penelitian

5 Pengumpulan data

6 Pengolahan data

7 Analisis data

8 Penyusunan laporan

9 Sidang hasil penelitian

10 Revisi laporan

11 Pengumpulan KTI

56

Page 67: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

Lampiran 2.

REALISASI PENELITIANGAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR

MOBILISASI DINI UNTUK MENGATASI NYERI AKUT PADA PASIEN APENDIKTOMI HARI KE-0 DI RUANG JANGER RSUD MANGUSADA

BADUNG TAHUN 2018

Alokasi dana yang diperlukan dalam penelitian ini direalisasikan sebagai

berikut:

No Keterangan Biaya

A Tahap Persiapan

PenyusunanProposal Rp. 150.000

Penggandaan Proposal Rp. 100.000

Revisi Proposal Rp. 100.000

B Tahap Pelaksanaan

Pengurusan Izin Penelitian Rp. 100.000

Transportasi dan Akomodasi Rp. 200.000

C Tahap Akhir

Penyusunan Laporan Rp. 200.000

Penggandaan Laporan Rp. 200.000

Revisi Laporan Rp. 150.000

Biaya Tidak Terduga Rp. 300.000

Total biaya Rp. 1.500.000

57

Page 68: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

Lampiran 3.

HASIL OBSERVASI DOKUMENTASI

Petunjuk Pengisian :

1. Bacalah setiap pertanyaan lembar observasi dengan teliti dan benar

2. Jawablah pada kolom yang tersedia, dengan cara memberi tanda pada

kolom yang sesuai dengan dokumen yang tertulis pada rekam medis (RM)

Judul : Gambaran Asuhan Keperawatan Pemberian Prosedur

Mobilisasi Dini Untuk Mengatasi Nyeri Akut Pada Pasien

Apendiktomi Hari Ke-0

Nama Responden: Ny. WR

Umur : 43 tahun

Tanggal : 11 April 2018

A. PENGKAJIAN

No DS,DO, dan Masalah Keperawatan

Tanda dan Gejala

Ya Tidak

1 Nyeri Akut

a. Mengeluh Nyeri pada skala nyeri (0-10)

b. Tampak Meringis

c. Bersikap Protektif (mis, waspada, posisi

menghindari nyeri

d. Gelisah

58

Page 69: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

e. Frekuensi Nadi Meningkat

f. Sulit Tidur

B. RUMUSAN DIAGNOSA

No Diagnosa Keperawatan

Dirumuskan

Ya Tidak

1 Problem

Nyeri Akut

2 Etiologi

a. Agen pencedera fisiologi ( mis, inflamasi,

iskemia, neoplasma)

b. Agen pencedera kimiawi(mis, terbakar, bahan

kimia iritasi)

c. Agen pencedera fisik(mis, abses, amputasi,

terbakar, terpotong, prosedur operasi)

3 Sign and Symptom

a. Mengeluh nyeri dengan skala nyeri (0-10)

b. Tampak meringis

c. Bersikap protektif(mis, waspada, posisi

menghindari nyeri)

59

Page 70: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

d. Gelisah

e. Frekuensi nadi meningkat

f. Sulit tidur

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Intervensi Keperawatan

Direncanakan

Ya Tidak

1 Mobilisasi Dini

a. Pastikan klien dalam keadaan sadardan 6-8 jam

pasca operasi

b. Kaji intensitas nyeri klien sebelum dilakukan

mobilisasi dini dengan menggunakan rentang skala

nyeri (0-10)

c. Langkah pertama melakukan pergerakan di atas

tempat tidur menekuk dan meluruskan ektremitas

atas dan bawah

d. Langkah kedua melakukan posisi miring kanan

dan miring kiri selama 15 menit

60

Page 71: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

e. Kaji intensitas nyeri klien setelah dilakukan

mobilisasi dini dengan menggunakan rentang skala

(0-10)

f. Pada 12-24 jam atau hari pertama pasca operasi

posisikan badan klien dengan posisi duduk dengan

kaki menjuntai kebawah

g. Pada hari kedua pasca operasi klien sudah dapat

untuk berdiri dan berjalan.

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No Intervensi Keperawatan

Dilaksanakan

Ya Tidak

1 Mobilisasi Dini

a. Pastikan klien dalam keadaan sadardan 6-8 jam

pasca operasi

b. Kaji intensitas nyeri klien sebelum dilakukan

mobilisasi dini dengan menggunakan rentang skala

nyeri (0-10)

61

Page 72: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

c. Langkah pertama melakukan pergerakan di atas

tempat tidur menekuk dan meluruskan ektremitas

atas dan bawah

d. Langkah kedua melakukan posisi miring kanan

dan miring kiri selama 15 menit

e. Kaji intensitas nyeri klien setelah dilakukan

mobilisasi dini dengan menggunakan rentang skala

(0-10)

f. Pada 12-24 jam atau hari pertama pasca operasi

posisikan badan klien dengan posisi duduk dengan

kaki menjuntai kebawah

g. Pada hari kedua pasca operasi klien sudah dapat

untuk berdiri dan berjalan.

E. HASIL ASUHAN KEPERAWATAN

No Evaluasi Dievaluasi

Ya Tidak

1. Subjective

62

Page 73: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

a. Mengeluh Nyeri

2. Objective

a. Mengenali kapan nyeri terjadi

b. Menggambarkan factor penyebab

c. Menggunakan tindakan pencegahan

d. Menggunakan tindakan pengurangan nyeri

tanpa analgesic

e. Menggunakan analgesic yang

direkomendasikan

f. Melaporkan nyeri terkontrol

3. Analisis

a. Tujuan tercapai

b. Tujuan tercapai sebagian

c. Tujuan tidak tercapai

4. Plaining

Lampiran 4.

HASIL OBSERVASI DOKUMENTASI

Petunjuk Pengisian :

3. Bacalah setiap pertanyaan lembar observasi dengan teliti dan benar

63

Page 74: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

4. Jawablah pada kolom yang tersedia, dengan cara memberi tanda pada

kolom yang sesuai dengan dokumen yang tertulis pada rekam medis (RM)

Judul : Gambaran Asuhan Keperawatan Pemberian Prosedur

Mobilisasi Dini Untuk Mengatasi Nyeri Akut Pada Pasien

Apendiktomi Hari Ke-0

Nama Responden: Tn. MS

Umur : 36 tahun

Tanggal : 13 April 2018

A. PENGKAJIAN

No DS,DO, dan Masalah Keperawatan

Tanda dan Gejala

Ya Tidak

1 Nyeri Akut

d. Mengeluh Nyeri pada skala nyeri (0-10)

e. Tampak Meringis

f. Bersikap Protektif (mis, waspada, posisi

menghindari nyeri

g. Gelisah

g. Frekuensi Nadi Meningkat

h. Sulit Tidur

B. RUMUSAN DIAGNOSA

Dirumuskan

64

Page 75: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

No Diagnosa Keperawatan Ya Tidak

1 Problem

Nyeri Akut

2 Etiologi

a. Agen pencedera fisiologi ( mis, inflamasi,

iskemia, neoplasma)

b. Agen pencedera kimiawi(mis, terbakar, bahan

kimia iritasi)

c. Agen pencedera fisik(mis, abses, amputasi,

terbakar, terpotong, prosedur operasi)

3 Sign and Symptom

g. Mengeluh nyeri dengan skala nyeri (0-10)

h. Tampak meringis

i. Bersikap protektif(mis, waspada, posisi

menghindari nyeri)

j. Gelisah

k. Frekuensi nadi meningkat

l. Sulit tidur

65

Page 76: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Intervensi Keperawatan

Direncanakan

Ya Tidak

1 Mobilisasi Dini

h. Pastikan klien dalam keadaan sadardan 6-8 jam

pasca operasi

i. Kaji intensitas nyeri klien sebelum dilakukan

mobilisasi dini dengan menggunakan rentang skala

nyeri (0-10)

j. Langkah pertama melakukan pergerakan di atas

tempat tidur menekuk dan meluruskan ektremitas

atas dan bawah

k. Langkah kedua melakukan posisi miring kanan

dan miring kiri selama 15 menit

l. Kaji intensitas nyeri klien setelah dilakukan

mobilisasi dini dengan menggunakan rentang skala

(0-10)

m.Pada 12-24 jam atau hari pertama pasca operasi

posisikan badan klien dengan posisi duduk dengan

kaki menjuntai kebawah

n. Pada hari kedua pasca operasi klien sudah dapat

untuk berdiri dan berjalan.

66

Page 77: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No Intervensi Keperawatan

Dilaksanakan

Ya Tidak

1 Mobilisasi Dini

h. Pastikan klien dalam keadaan sadardan 6-8 jam

pasca operasi

i. Kaji intensitas nyeri klien sebelum dilakukan

mobilisasi dini dengan menggunakan rentang skala

nyeri (0-10)

j. Langkah pertama melakukan pergerakan di atas

tempat tidur menekuk dan meluruskan ektremitas

atas dan bawah

k. Langkah kedua melakukan posisi miring kanan

dan miring kiri selama 15 menit

l. Kaji intensitas nyeri klien setelah dilakukan

mobilisasi dini dengan menggunakan rentang skala

(0-10)

m.Pada 12-24 jam atau hari pertama pasca operasi

posisikan badan klien dengan posisi duduk dengan

67

Page 78: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

kaki menjuntai kebawah

n. Pada hari kedua pasca operasi klien sudah dapat

untuk berdiri dan berjalan.

E. HASIL ASUHAN KEPERAWATAN

No Evaluasi Dievaluasi

Ya Tidak

1. Subjective

b.Mengeluh Nyeri

2. Objective

g. Mengenali kapan nyeri terjadi

h. Menggambarkan factor penyebab

i. Menggunakan tindakan pencegahan

j. Menggunakan tindakan pengurangan nyeri

tanpa analgesic

k. Menggunakan analgesic yang

direkomendasikan

68

Page 79: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

l. Melaporkan nyeri terkontrol

3. Analisis

d. Tujuan tercapai

e. Tujuan tercapai sebagian

f. Tujuan tidak tercapai

4. Plaining

Lampiran 5.Standar Operasional Latihan Mobilisasi Dini

LATIHAN MOBILISASI DINI

PENGERTIAN Mobilisasi dini yaitu proses aktivitas yang dilakukan secara lebih dini post operasi apendiktomi dalam 6-8 jam pertama.

TUJUAN Sebagai acuan dan langkah –langkah dalam :

1. Memperlancar peredaran darah2. Mengurangi nyeri klien post operasi apendiktomi3. Mendorong klien post operasi apendiktomi untuk

melakukan mobilisasi lebih dini.INDIKASI 1. Klien post operasi apendiktomi 6-8 jam pertama

2. Klien yang merasakan nyeri post operasi apendiktomi

3. Klien yang memiliki tanda-tanda vital normal dan dapat diajak untuk berkomunikasi

PROSEDUR TAHAP PRE INTERAKSI

1. Baca catatan medis klien 2. Siapkan alat dan privacy ruangan3. Cuci tangan

69

Page 80: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

TAHAP ORIENTASI

1. Berikan salam, panggil klien dengan namanya2. Memberitahu pasien tentang hal yang akan

dilakukan

TAHAP KERJA

1. Cuci tangan, pakai sarung tangan bila perlu2. Beritahu klien dan keluarga bahwa kegiatan

mobilisasi dini akan segera dilakukan3. Pastikan klien dalam keadaan sadar dan 6-8 jam

pasca apendiktomi4. Kaji intensitas nyeri klien sebelum dilakukan

mobilisasi dini menggunakan rentang nyeri (0-10)5. Langkah pertama pada 6-8 jam pertamadengan

bantuan perawat melakukan pergerakan di atas tempat tidur menekuk dan meluruskan ektremitas atas dan bawah lakukan rangkaian ini sekurang-kurangnya 5 kali.

6. Langkah kedua melakukan posisi miring kiri dan miring kanan selama 15 menit

7. Kaji intensitas nyeri klien setelah dilakukan mobilisasi dini dengan rentang skala nyeri (0-10)

8. Pada hari pertama posisikan badan klien dengan posisi duduk dengan kaki menjuntai kebawah

9. Pada hari kedua klien sudah dapat untuk berdiri dan berjalan

TAHAP TERMINASI

1. Evaluasi respon pasien 2. Berikan reinforcement positif3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya 4. Mengakhiri kegiatan dengan baik

TAHAP DOKUMENTASI

1. Catat kegiatan yang telah dilakukan dalam catatan keperawatan

2. Catat respon klien 3. Dokumentasikan evaluasi tindakan: SOAP

70

Page 81: KARYA TULIS ILMIAHrepository.poltekkes-denpasar.ac.id/438/9/KTI (Yuni... · Web viewKARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN PROSEDUR MOBILISASI DINI UNTUK MENG ATASI

71