24
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA INOVASI BARU PENGEMBANGAN HIDROLISAT PATI BONGGOL PISANG SEBAGAI SUMBER UTAMA PEMBUATAN PLASTIK BIODEGRADABLE POLY-β-HIDROKSIALKANOAT BIDANG KEGIATAN: PKM GAGASAN TERTULIS Disusun oleh: Rahman (F34070100/ 2007) Ahmad Jaelani Manurung (F34080050/ 2008) Nadita Zairina Suchesdian (G24080044/ 2008) INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

KARYA TULIS LENGKAP

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KARYA TULIS LENGKAP

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

INOVASI BARU PENGEMBANGAN HIDROLISAT PATI BONGGOL

PISANG SEBAGAI SUMBER UTAMA PEMBUATAN PLASTIK

BIODEGRADABLE POLY-β-HIDROKSIALKANOAT

BIDANG KEGIATAN:

PKM GAGASAN TERTULIS

Disusun oleh:

Rahman (F34070100/ 2007)

Ahmad Jaelani Manurung (F34080050/ 2008)

Nadita Zairina Suchesdian (G24080044/ 2008)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010

Page 2: KARYA TULIS LENGKAP

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul kegiatan : Inovasi Baru Pengembangan Hidrolisat Pati Bonggol

Pisang sebagai Sumber Utama Pembuatan Plastik

Biodegradable Poly-β-Hidroksialkanoat

2. Bidang kegiatan : ( ) PKM-AI ( √ ) PKM-GT

3. Ketua Pelaksana Kegiatan :

a. Nama Lengkap : Rahman

b. NIM : F34070100

c. Jurusan : Teknologi Industri Pertanian

d. Universitas/ Institut/ Politeknik : Institut Pertanian Bogor

e. Alamat Rumah dan No Tel./ HP : Asrama PPSDMS NF Regional 5

Jln. Seraung Utama, Kec. Ciampea

Bogor, 16620/ 0852 7435 7436

f. Alamat email : [email protected]

4. Anggota Pelaksana Kegiatan/ Penulis : 2 orang

5. Dosen Pendamping:

a. Nama Lengkap dan Gelar : Dr. Ir. Mulyorini Rahayuningsih, M.Si

b. NIP : 19640810 198803 2 002

c. Alamat Rumah dan No Tel./ HP : Komplek Sindangsari, Blok.G, No. 1

dan 2, Ciampea, Bogor, 08128534505

Bogor, 28 Maret 2010

Menyetujui,

Ketua Departemen Teknologi Industri Pertanian

(Prof. Dr. Ir. Nastiti Siswi Indrasti)

NIP. 19621009 198903 2 001

Dosen Pendamping,

(Dr. Ir. Mulyorini Rahayuningsih, M.Si)

NIP. 19640810 198803 2 002

Wakil Rektor Bidang Akademik dan

Kemahasiswaan

(Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, MS.)

NIP. 19581228 198503 1 003

Ketua Pelaksana Kegiatan,

(Rahman)

NIM. F34070100

Page 3: KARYA TULIS LENGKAP

KATA PENGANTAR

Segenap puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha

Kuasa atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat

menyelesaikan karya tulis yang berjudul “Pemanfaatan Hidrolisat Pati Bonggol

Pisang (Musa paradisiaca) sebagai Bahan Baku dalam Pembuatan Plastik

Biodegradable Poly-β-Hidroksialkanoat.”

Karya tulis ini ditujukan untuk mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa

Gagasan Tertulis (PKM-GT) 2010 yang diadakan oleh DIKTI. Melalui karya tulis

ini, penulis ingin memberikan solusi terhadap permasalahan lingkungan yang

difokuskan pada bidang kemasan plastik.

Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis

sampaikan kepada Dr. Ir. Mulyorini Rahayuningsih, M.Si selaku dosen

pendamping dan Prof. Dr. Ir. Nastiti Siswi Indrasti selaku Ketua Departemen

Teknologi Industri Pertanian yang telah memberikan banyak bimbingan dan

arahan kepada penulis dalam penyusunan karya tulis ini. Tidak lupa penulis juga

mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan

memberikan dukungan selama proses pembuatan karya tulis ini.

Penulis menyadari terdapat banyak kekurangan baik dari segi materi,

ilustrasi, contoh, dan sistematika penulisan dalam pembuatan karya tulis ini. Oleh

karena itu, saran dan kritik dari para pembaca yang bersifat membangun sangat

penulis harapkan. Besar harapan penulis, karya tulis ini dapat bermanfaat baik

bagi penulis pribadi dan bagi pembaca pada umumnya terutama bagi dunia

teknologi pertanian di Indonesia.

Bogor, 28 Maret 2010

Penulis

Page 4: KARYA TULIS LENGKAP

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………. i

LEMBAR PENGESAHAN……………………..….………………… ii

KATA PENGANTAR…………………………..…….………………… iii

DAFTAR ISI………………………………………...…………………… iv

DAFTAR GAMBAR………………………………..…………………... v

DAFTAR TABEL.…………………………………….………………... vi

RINGKASAN..………………………………………………………….. vii

PENDAHULUAN……………………………………………………….. 1

Latar Belakang……………………………………………………….. 1

Tujuan dan Manfaat………………………………………………..... 2

GAGASAN…………...………………………………………………...… 2

Kerangka Gagasan…………………..……….………………………. 2

Kemasan Plastik dan Teknologi Pengembangannya.....…………… 4

Pati Bonggol Pisang………………………………...………………… 7

Model Plastik Biodegradable Berbasis Pati Bonggol Pisang...……. 9

Tahap Ekstraksi Pati..…..…………………………………………. 9

Tahap Produksi PHA…...…………………………………………. 9

Tahap Produksi Kemasan Plastik Biodegradable…………………. 11

Prospek Pengembangan Masa Depan………………………………. 12

Penyusunan Proposal Pengajuan Dana Penelitian….……………… 13

Penelitian Plastik Biodegradable Berbasis Pati Bonggol Pisang..… 13

Sosialisasi Kemasan Plastik Biodegradable kepada Petani

dan Masyarakat…………………………………………………..… 13

KESIMPULAN…………………………………………………………... 13

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………..... 14

Page 5: KARYA TULIS LENGKAP

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tahapan Pencetusan Gagasan……………..……………... 2

Gambar 2. Kerangka Pemikiran…..…………………………………… 3

Gambar 3. Kemasan Plastik Polistirena………………………………. 5

Gambar 4. Bonggol Pisang…………………………………………….. 8

Gambar 5. Struktur Kimia Pati...………………………………………. 8

Gambar 6. Struktur Kimia PHA………..………………………………. 10

Gambar 7.Diagram Alir Produksi PHA………………………………… 10

Gambar 8 Model Kemasan Plastik Biodegradable

Pati Bonggol Pisang……………………………………………………... 12

Page 6: KARYA TULIS LENGKAP

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jenis Plastik……………………………………………………... 4

Tabel 2. Data Produksi Pisang Nasional.………………..……………… 7

Page 7: KARYA TULIS LENGKAP

RINGKASAN

Salah satu kemasan plastik konvensional yang saat ini banyak digunakan

adalah plastik dari polimer polistirena. Pada dasarnya, proses pembuatan plastik

konvensional menggunakan bahan baku utama berupa minyak bumi dengan

penambahan beberapa bahan kimia, seperti: kadmium, timbal, nikel, dan klor.

Penggunaan kemasan plastik konvensional dapat menyebabkan pencemaran

lingkungan dan berisiko bagi kesehatan manusia. Hal tersebut dikarenakan

kemasan plastik konvensional sulit diuraikan secara biologis, sehingga

penggunaannya secara terus-menerus akan meyebabkan terjadinya penumpukan

limbah plastik yang dapat merusak kesuburan tanah dan menjadi sumber penyakit.

Di samping itu, penggunaan plastik konvensional sebagai kemasan makanan akan

berisiko bagi kesehatan karena adanya potensi migrasi zat kimia karsinogenik dari

kemasan plastik konvensional ke dalam makanan sehingga sangat berbahaya

apabila dikonsumsi.

Plastik biodegradable berbasis pati merupakan solusi tepat untuk

mengurangi pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan akibat penggunaan

plastik konvensional. Meskipun demikian, plastik biodegradable yang

dikembangkan saat ini masih mengalami beberapa hambatan dikarenakan bahan

baku yang digunakan berasal dari bahan pangan, seperti jagung dan singkong. Hal

tersebut dapat menimbulkan masalah baru bagi ketahanan pangan. Oleh sebab itu,

perlu adanya suatu diversifikasi bahan baku dalam pembuatan plastik

biodegradable.

Bonggol pisang (Musa paradisiaca) merupakan potensi bahan baku

alternatif untuk membuat plastik biodegradable berbasais pati. Potensi ini belum

dimanfaatkan secara optimal, padahal bonggol pisang memiliki komponen yang

terdiri dari 76% pati, 20% air, dan 4% bahan lainnya (Yuanita et al., 2008). Untuk

itu, perlu adanya upaya pemanfaatan bonggol pisang yang bertujuan mengetahui

potensi pati yang terkandung di dalamnya sebagai bahan baku alternatif plastik

biodegradable. Bonggol pisang yang ketersediaannya melimpah, mempunyai

kandungan pati yang dapat dikonversi menjadi polimer poly-β-hidroksialkanoat

(PHA) dengan bantuan mikroorganisme. Polimer PHA ini selanjutnya akan

diproduksi menjadi plastik biodegradable.

Beberapa bakteri yang digunakan dalam menghasilkan PHA, antara lain:

Acetobacter latus, Acetobacter vinelandi, dan pseudomonas olevorans. Bakteri ini

dapat dikulturkan secara efektif untuk menghasilkan polimer PHA. Polimer PHA

dihasilkan pada tahap kultivasi mikroba. Untuk mengambil polimer PHA yang

dihasilkan, selanjutnya dilakukan proses isolasi. Tahap isolasi dapat digunakan

melalui dua cara, yaitu dengan menggunakan pelarut dan tanpa menggunakan

pelarut. Setelah proses isolasi, tahap terakhir adalah proses polimerisasi PHA,

yaitu tahap memproduksi plastik biodegradable dalam bentuk film atau serat.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa bonggol pisang dapat

dimanfaatkan sebagai bahan baku plastik biodegradable. Untuk pengembangan di

masa yang akan datang, diperlukan adanya kerjasama dengan para stakeholders

yang ada, seperti: petani pisang, lembaga riset bioteknologi, LSM Lingkungan,

pemerintah, dan masyarakat, sehingga implementasi gagasan dapat dilakukan

secara efektif dan efisien.

Page 8: KARYA TULIS LENGKAP

PENDAHULUAN

Latar belakang

Hingga saat ini, plastik merupakan bahan yang sangat diperlukan dalam

berbagai sektor kegiatan, terutama dalam sektor perekonomian. Plastik pada

umumnya digunakan sebagai bahan kemasan. Kemasan plastik tersebut

merupakan plastik konvensional yang terbuat dari beberapa jenis polimer, seperti:

polietilen tereftalat (PET), polivinil klorida (PVC), polietilen (PE), polipropilen

(PP), polistirena (PS), polikarbonat (PC) dan melamin (Badan POM RI, 2008).

Polimer–polimer penyusun kemasan plastik konvensional ini pada dasarnya

merupakan senyawa turunan dari minyak bumi yang diprediksi akan habis pada

tahun 2025 (Prihandana, 2007). Ketergantungan terhadap penggunaan kemasan

plastik konvensional akan menyebabkan semakin sedikitnya cadangan minyak

bumi yang selama ini masih digunakan sebagai sumber utama penghasil energi.

Penggunan kemasan plastik konvensional sebenarnya disebabkan oleh

keistimewaan sifat plastik yang dapat dimodifikasi sesuai dengan fungsi dan jenis

kemasan yang diinginkan. Akan tetapi, hal tersebut telah menimbulkan dampak

negatif bagi lingkungan dan kesehatan. Plastik konvensional ini dibuat dengan

penambahan beberapa zat kimia, seperti: kadmium, timbal, nikel, dan klor. Zat

kimia tersebut apabila terurai ke tanah akan mengganggu keseimbangan

ekosistem air dan tanah, sedangkan jika digunakan sebagai kemasan makanan, ada

risiko terjadinya migrasi zat-zat kimia karsinogenik dari kemasan ke dalam

makanan sehingga sangat berbahaya apabila makanan tersebut dikonsumsi oleh

manusia.

Oleh sebab itu, diperlukan adanya suatu tindakan untuk mengatasi

permasalahan tersebut, yaitu dengan pemanfaatan plastik biodegradable yang

ramah lingkungan dan aman bagi kesehatan. Saat ini telah dikembangkan plastik

biodegradable berbasis pati dan beberapa diantaranya telah dimanfaatkan sebagai

bahan kemasan makanan. Meskipun demikian, prospek pengembangan plastik

biodegradable tersebut tidak cukup baik karena sebagian besar bahan baku yang

digunakan berasal dari bahan pangan, seperti jagung dan singkong. Penggunaan

bahan pangan sebagai bahan baku plastik biodegradable akan berdampak negatif

terhadap ketahanan pangan. Untuk itu, diperlukan bahan baku non pangan yang

ketersediaannya melimpah sebagai bahan baku alternatif dalam pembuatan plastik

biodegradable berbasis pati.

Bonggol pisang (Musa paradisiaca) merupakan salah satu bahan baku

alternatif plastik biodegradable yang ketersediaannya melimpah di Indonesia.

Potensi tersebut hingga saat ini belum dimanfaatkan secara optimal karena sejauh

ini, bonggol pisang hanya digunakan sebagai obat-obatan tradisional untuk

penyakit disentri dan pendarahan usus (Rosdiana, 2009). Padahal, bonggol pisang

memiliki komposisi berupa 76% pati, 20% air, dan 4% bahan lainnya (Yuanita et

al., 2008) yang berpotensi besar dalam pembuatan plastik biodegradable.

Bonggol pisang mampu menjadi solusi yang efektif dan efisien dalam mengatasi

permasalahan akibat penggunaan plastik konvensional.

Page 9: KARYA TULIS LENGKAP

Tujuan dan Manfaat

Penulisan karya ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut.

a. Memaparkan dampak negatif yang diakibatkan oleh pemanfaatan plastik

konvensional terhadap lingkungan.

b. Menemukan solusi untuk menanggulangi dampak negatif dari pemanfaatan

plastik konvensional.

c. Menganalisis potensi pati yang terkandung dalam bonggol pisang sebagai

bahan baku plastik biodegradable.

d. Menyusun proses pembuatan plastik biodegradable berbasis bonggol pisang.

Adapun penulisan karya ini memberi manfaat antara lain:

a. Menemukan solusi tepat guna untuk mengatasi permasalahan akibat

penggunaan plastik konvensional.

b. Dapat menyumbangkan ide penganekaragaman jenis plastik biodegradable

yang ramah lingkungan dan tidak berpengaruh terhadap ketahanan pangan.

c. Memberikan alternatif pengolahan bonggol pisang kepada para petani pisang,

sehingga mampu menciptakan sistem pertanian terpadu.

GAGASAN

Gagasan kreatif yang diajukan dalam karya tulis ini dilakukan melalui kajian

pustaka terhadap permasalahan yang berkembang di masyarakat berdasarkan

konsep ilmiah. Gagasan tersebut dicetuskan setelah dilakukan pengumpulan data

melalui penelusuran pustaka berupa buku, jurnal, serta skripsi. Selain itu,

pengumpulan data pun dilakukan melalui diskusi dengan kakak tingkat dan dosen.

Setelah data terkumpul, dilakukan pengolahan dan analisis terhadap data tersebut

sehingga diperoleh gagasan kreatif berupa solusi atas permasalahan yang

diangkat. Selanjutnya dilakukan penyusunan saran-saran berkaitan dengan

permasalahan. Tahapan pencetusan gagasan dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Tahapan Pencetusan Gagasan

Permasalahan Konsep ilmiah

Pengumpulan Data

Pengolahan dan Analisis Data

Perumusan Solusi

Penarikan Simpulan

Page 10: KARYA TULIS LENGKAP

Kerangka Gagasan

Kerangka gagasan yang digunakan dalam penyusunan karya tulis ini

diperlihatkan pada Gambar 2. Pembahasan diawali dengan penjelasan mengenai

pencemaran lingkungan akibat penggunaan plastik konvensional, yang difokuskan

pada kemasan plastik. Setelah itu, pembahasan diarahkan pada dampak negatif

penggunaan plastik konvensional terhadap ketahanan energi dan kesehatan.

Selanjutnya, pembahasan difokuskan pada aspek pemanfaatan plastik

biodegradable untuk mengatasi masalah yang ada. Kemudian dilakukan analisis

terhadap adanya masalah baru yang disebabkan solusi berupa pemanfaatan plastik

biodegradable yang sudah ada. Setelah mengidentifikasi masalah baru yang

diperoleh dari analisis data, penulis membangun gagasan berupa pengembangan

ide yang merupakan perbaikan solusi yang pernah ada, sehingga dihasilkan solusi

berupa pemanfaatan bonggol pisang sebagai bahan baku pembuatan plastik

biodegradable. Setelah itu, dilakukan analisis terhadap pihak-pihak yang

diperkirakan dapat membantu dalam pengimplementasian gagasan kreatif. Setelah

diketahui pihak-pihak yang dapat membantu, dilakukan penyusunan langkah-

langkah strategis untuk mengimplementasikan gagasan kreatif tersebut.

Pencemaran Lingkungan

Kemasan Plastik

Konvensional

Penggunaan Minyak Bumi

Gangguan Kesehatan Krisis Energi

Penggunaan Bahan Kimia

Penggunaan Plastik Biodegradable

Kriris Pangan Mengandung Pati Krisis Pangan

Bahan Baku

Pangan

Bahan Baku

Pangan

Bahan Baku

Non Pangan

Berbahan Baku

Jagung

Berbahan Baku

Bonggol Pisang

Berbahan Baku

Singkong

Page 11: KARYA TULIS LENGKAP

Gambar 2. Kerangka Pemikiran

Kemasan Plastik dan Teknologi Pengembangannya

Plastik konvensional adalah produk yang berasal dari senyawa

hidrokarbon yang diperoleh dari minyak. Senyawa ini dapat diproduksi dari arang,

kayu, gas alam dan juga gasoline. Sumber utama dari pembuatan plastik pada saat

ini berasal dari minyak bumi. Terdapat berbagai macam plastik yang diproduksi

dari minyak bumi (Mark, 1980). Tabel 1 menunjukkan berbagai macam plastik

yang berasal dari senyawa-senyawa minyak bumi.

Tabel 1. Jenis Plastik

Sumber: Mark (1980)

Penggunaan plastik konvensional hampir menyentuh seluruh aspek

kehidupan. Pangan yang beredar saat ini praktis tidak lepas dari penggunaan

kemasan dengan berbagai maksud, selain untuk melindungi kualitas pangan juga

dimaksudkan untuk promosi. Teknologi proses pembuatan plastik konvensional

juga tidak terlepas dari penambahan bahan-bahan logam berupa kadmium, nikel,

dan timbal, serta bahan tambahan seperti klor. Kandungan logam dan senyawa

hidrokarbon pada minyak bumi tersebut merupakan senyawa kimia yang sulit

Senyawa (Dari Minyak Bumi) Jenis Plastik

Metanol (CH4) Plastik Beklit Fenolat (C7H8O2)X

Plastik Urea (C2H6O2H2)X

Plastik Melamin (C4H8ON6)X

Plastik Poliformaldehida (CH2O)X

Plastik ClF (C2ClF3)X

Plastik Vinyl (C2H3Cl)X

Etilena (C2H4) Plastik Polistirena (C8H8)X

Plastik Polivinyl (C2H3Cl)X

Plastik Polietilena (C2H2)X

Propilena (C3H8) Plastik Polipropilena

Plastik Beklit Fenolat (C2H8O2)X

Benzena (C6H6) Plastik Polistirena (C8H8)X

Plastik Beklit Venolat (C7H8O2)X

Hidrolisat Pati Bonggol Pisang sebagai Bahan Baku

Plastik Biodegradable

Polimer PHA

Kultivasi Mikrobial

Page 12: KARYA TULIS LENGKAP

terurai secara biologis, sehingga penggunaan plastik konvensional ini dapat

menimbulkan dampak negatif berupa pencemaran lingkungan. Bahan tambahan

berupa klor yang ditambahkan dalam proses pembuatan plastik konvensional juga

merupakan bahan beracun yang dapat mengganggu kesehatan apabila terkonsumsi

baik secara langsung maupun tidak langsung. Di sisi lain, penggunaan bahan baku

minyak bumi secara terus-menerus dalam jangka waktu lama akan memperbesar

peluang terjadinya krisis energi.

Dari beberapa jenis plastik yang diperoleh dari turunan senyawa minyak

bumi yang dijelaskan pada tabel sebelumnya, polistirena merupakan salah satu

jenis plastik konvensional yang saat ini kerap digunakan sebagai kemasan

makanan. Polistirena foam dihasilkan dari campuran 90-95% polistirena dan 5-

10% gas seperti n-butana atau n-pentana. Dahulu, blowing agent yang digunakan

adalah CFC (Freon), karena golongan senyawa ini dapat merusak lapisan ozon

maka saat ini tidak digunakan lagi, kini digunakan blowing agent yang lebih

ramah lingkungan.

Polistirena dibuat dari monomer stirena melalui proses polimerisasi.

Polistirena foam dibuat dari monomer stirena melalui polimerisasi suspensi pada

tekanan dan suhu tertentu, selanjutnya dilakukan pemanasan untuk melunakkan

resin dan menguapkan sisa blowing agent. Polistirena bersifat kaku, transparan,

rapuh, inert secara kimiawi, dan merupakan insulator yang baik. Sedangkan

polistirena foam merupakan bahan plastik yang memiliki sifat khusus dengan

struktur yang tersusun dari butiran dengan kerapatan rendah, mempunyai bobot

ringan, dan terdapat ruang antar butiran yang berisi udara yang tidak dapat

menghantar panas sehingga hal ini membuatnya menjadi insulator panas yang

sangat baik. Pada umumnya, semakin rendah kerapatan foam, akan semakin tinggi

kapasitas insulasinya.

Gambar 3. Kemasan Plastik Polistirena

Sumber: (http://images.google.co.id/imglanding?q=kemasan polistirena…)

Penggunaan plastik polistirena sebagai kemasan makanan dapat

menimbulkan bahaya bagi kesehatan. Hal ini dikarenakan adanya potensi

terjadinya migrasi dari monomer stirena ke dalam pangan yang dapat

menimbulkan risiko bagi kesehatan. Bahaya monomer stirena terhadap kesehatan

setelah terpapar dalam jangka panjang, antara lain:

Menyebabkan gangguan pada sistem syaraf pusat, dengan gejala seperti sakit

kepala, letih, depresi, disfungsi system syaraf pusat (waktu reaksi, memori,

akurasi dan kecepatan visiomotor, fungsi intelektual), hilang pendengaran, dan

neurofati periperal.

Beberapa penelitian epidemiologik menduga bahwa terdapat hubungan antara

paparan stirena dan meningkatnya risiko leukemia dan limfoma.

Page 13: KARYA TULIS LENGKAP

Selain berdampak negatif bagi kesehatan, penggunaan kemasan plastik polistirena

juga menimbulkan masalah bagi lingkungan karena bahan ini sulit mengalami

peruraian secara biologis dan sulit didaur ulang. Kemasan plastik konvensional

juga mempunyai bahaya dan risiko yang tidak kalah berbahaya dengan kemasan

plastik polistirena.

Dualisme dampak negatif penggunaan plastik konvensional secara umum

menuntut adanya solusi bijak yang mampu mengatasi masalah tersebut. Untuk itu,

salah satu upaya yang telah dilakukan saat ini adalah membuat plastik

biodegradable berbasis pati. Plastik biodegradable menjadi solusi tepat atas

permasalahan yang disebabkan oleh penggunaan plastik konvensional. Selain

ramah lingkungan, plastik biodegradable dapat diproduksi secara berkelanjutan

karena ketersediaan bahan baku yang melimpah dan bersifat dapat diperbaharui

(renewable). Pemanfaatan plastik biodegradable merupakan solusi atas

permasalahan yang muncul akibat pemanfaatan plastik konvensional. Hal ini

didasarkan pada beberapa keunggulan yang dimiliki oleh plastik biodegradable,

di antaranya ialah sebagai berikut:

a. Berbahan baku bahan-bahan yang dapat diperbaharui (renewable)

Plastik biodegradable merupakan plastik yang berbahan baku bahan-bahan

yang dapat diperbaharui (renewable) (Van Der Zee et al., 2001). Hal ini

menjadi sebuah keunggulan bagi plastik biodegradable karena tidak akan

pernah kehabisan bahan baku selama masih terdapat sinar matahari, air, dan

tanah. Sifat bahan baku plastik biodegradable tersebut dapat menjadi langkah

untuk mengurangi ketergantungan terhadap minyak bumi.

b. Dapat diuraikan oleh mikroba

Makna biodegradable adalah mampu terurai menjadi komponen-komponen

yang tidak menimbulkan polusi terhadap lingkungan (Narayan di dalam

Barangerg et al., 1990). Berdasarkan definisi tersebut dapat dikatakan bahwa

plastik biodegradable mempunyai sifat ramah lingkungan. Proses penguraian

platik biodegradable dilakukan oleh aktivitas enzim yang dihasilkan oleh

mikroorganisme. Hal tersebut menjadi sebuah keunggulan dari pemanfaatan

plastik biodegradable jika dibandingkan dengan pemanfaatan plastik

konvensional yang dapat merusak lingkungan.

Pada dasarnya, plastik biodegradable merupakan plastik yang memiliki

bahan dasar berupa bahan-bahan yang dapat diperbaharui (Van Der Zee et al.,

2001). Plastik biodegradable dapat dikategorikan ke dalam polimer degradable

yang diklasifikasikan menjadi 3 kelas, yaitu:

1. Polimer alami dari tanaman dan hewan, seperti selulosa dan protein.

2. Polimer biosintesis yang diproduksi oleh mikroba kultivar, seperti (PHA).

3. Polimer sintetik yang memiliki sifat alami berupa dapat terdegradasi, seperti

poli-asam laktat.

Menurut Narayan dalam Barengerg (1990), polimer degradable merupakan

suatu bahan polimer yang dapat terurai pada kondisi lingkungan tertentu serta

dalam jangka waktu tertentu. Penguraian suatu polimer dapat terjadi melalui

beberapa cara berikut ini (Swiff dalam Glass dan Swiff, 1990).

a. Biodegradasi, yaitu penguraian yang disebabkan oleh enzim, baik secara aerob

maupun anaerob.

b. Fotodegradasi, yaitu penguraian yang disebabkan oleh pengaruh radiasi suatu

sinar, seperti sinar matahari.

Page 14: KARYA TULIS LENGKAP

c. Erasi lingkungan, yaitu degradasi yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan

(alam), seperti angin, hujan, dan suhu.

d. Degradasi kimia, yaitu degradasi suatu polimer yang disebabkan oleh reaksi

kimia yang memecah ikatan kimia pada monomer-monomer dalam polimer

tersebut.

Dalam pengimplementasiannya, pemanfaatan plastik biodegradable yang

dikembangkan hingga saat ini sebagian besar berbasis pati. Pati yang digunakan

diperoleh dari tanaman-tanaman penghasil pati, seperti jagung dan singkong.

Pengembangan plastik biodegradable beebasis pati jagung dan pati singkong

menimbulkan masalah baru yang tidak kalah serius dengan plastik konvensional,

yaitu krisis pangan. Hal ini disebabkan konversi bahan pangan berupa singkong

dan jagung menjadi bahan baku plastik biodegradable akan mengurangi suplai

bahan pangan dan pakan yang merupakan kebutuhan primer dalam siklus hidup

manusia dan hewan. Kondisi di atas harus diimbangi dengan upaya pencarian

bahan baku alternatif dalam membuat plastik biodegradable.

Sebenarnya, ada banyak bahan baku alternatif yang merupakan potensi lokal

dalam membuat plastik biodegradable berbasis pati yang ketersediaannya

melimpah dan bukan merupakan bahan pangan. Potensi bonggol pisang sebagai

bahan baku plastik biodegradable berbasis pati menjadi alternatif yang tepat

karena mempunyai prospek yang menjanjikan ditinjau dari ketersediaan bahan

yang melimpah dan belum dimanfaatkan secara optimal.

Pati Bonggol Pisang

Potensi bonggol pisang dapat dilihat dari produksi pisang di Indonesia yang

cukup tinggi, bahkan Indonesia menjadi salah satu penghasil pisang terbesar di

dunia. Tabel 2 menunjukkan jumlah produksi pisang di Indonesia pada tahun

2001 hingga tahun 2008.

Tabel 2. Data Produksi Pisang Nasional.

Tahun Jumlah Produksi (ton)

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

4,300,422

4,384,384

4,177,155

4,874,439

5,177,607

5,037,472

5,454,226

6,004,615

Sumber: BPS (2009)

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa produksi pisang di

Indonesia terus mengalami peningkatan sejak tahun 2001 hingga 2008, kecuali

pada tahun 2006 yang mengalami penurunan jumlah produksi. Peningkatan

jumlah produksi pisang setiap tahunnya sama halnya dengan peningkatan

persediaan bahan baku bonggol pisang.

Tanaman pisang yang utuh memiliki bagian-bagian yang penting diantaranya

daun, batang, buah, jantung, dan bagian bonggol pisang. Bagian-bagian tersebut

memiliki berbagai macam manfaat. Buah pisang sebagai sumber berbagai macam

Page 15: KARYA TULIS LENGKAP

mineral dan vitamin yang bermanfaat bagi manusia. Daun pisang biasa digunakan

sebagai pembungkus bahan makanan, seperti tempe. Batang pisang dapat

digunakan sebagai bahan dasar kertas daur ulang serta digunakan sebagai bahan

untuk pakan ternak. Jantung pisang dapat digunakan sebagai bahan makanan

seperti dendeng jantung pisang. Kulit pisang juga dapat dimanfaatkan sebagai

produk olahan makanan seperti nata dan roti. Bagian bonggol pisang bermanfaat

sebagai bahan baku obat tradisional dengan cara diambil airnya yang mampu

mengobati penyakit disentri dan pendarahan usus, serta dapat dijadikan obat

kumur dan untuk menghitamkan rambut (Rosdiana, 2009).

Selain itu, bonggol pisang (Gambar 2) dapat dimanfaatkan untuk diambil

patinya. Pati tersebut menyerupai pati sagu dan tapioka. Bonggol pisang memiliki

komposisi yang terdiri atas 76% pati dan 20% air (Yuanita et al., 2008). Potensi

kandungan pati bonggol pisang yang besar tersebut dapat dimanfaatkan sebagai

bahan baku dalam pembuatan plastik biodegradable (Prihandana, 2007).

Gambar 4. Bonggol Pisang

Sumber: (http://www.google.co.id/imglanding....)

Pati merupakan polisakarida dari sejumlah molekul glukosa dengan

sejumlah ikatan α-glikosidik. Ikatan tersebut merupakan ikatan antara gugus

hidroksil atom C nomor 1 dengan atom C nomor 4 molekul glukosa lain dengan

melepaskan 1 mol air (Almatsier, 2001). Oleh karena itu, pati dapat dikategorikan

sebagai karbohidrat kompleks. Pati merupakan polisakarida jenis heksosan,

(C6H10O5)x yang jumlahnya paling melimpah di alam (Keenan et al., 1992).

Pati terdiri atas butiran-butiran kecil yang dinamakan granula. Bentuk dan

ukuran granula bervariasi. Granula dapat berbentuk bulat, oval, atau tidak

beraturan. Ukurannya bervariasi antara 1μm-150μm, tergantung sumber pati.

Bentuk granula secara spesifik berupa semikristalin yang tersusun atas unit kristal

dan unit amorf (Hart dan Schmetz, 1972). Menurut Hodge dan Osman (1976),

unit kristal granula pati lebih tahan terhadap perlakuan asam kuat dan enzim.

Bagian amorf dapat menyerap hingga 30% air tanpa mengubah struktur pati

secara keseluruhan. Selain itu, dalam granula, pati terperangkap secara kuat. Hal

tersebut mengakibatkan pati menjadi sulit untuk diakses oleh enzim-enzim

pencernaan. Gambar struktur kimia pati dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 5. Struktur Kimia Pati

Sumber: (http://images.google.co.id)

Page 16: KARYA TULIS LENGKAP

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bonggol pisang mempunyai

kandungan pati yang sangat tinggi. Pati bonggol pisang berpotensi besar untuk

dijadikan bahan baku plastik biodegradable.

Model Plastik Biodegradable Berbasis Pati Bonggol Pisang

Inovasi baru dalam pembuatan plastik biodegradable berbasis pati bonggol

pisang dilakukan dengan teknik kultivasi mikroba. Mikroba sebagai agen biologis

berfungsi untuk menghasilkan polimer PHA yang selanjutnya akan diproduksi

menjadi plastik biodegradable. Secara lebih terperinci, proses pembuatan plastik

biodegradable berbasis pati bonggol pisang terdiri dari beberapa tahap berikut ini,

yaitu: tahap ekstraksi pati, tahap kultivasi mikroba, tahap isolasi polimer, dan

tahap produksi kemasan plastik biodegradable.

Tahap Ekstrasi Pati

Ekstraksi pati pada bonggol pisang dilakukan dengan metode yang hamper

sama dengan metode ekstraksi pati yang berasal dari singkong dan jagung.

Bonggol pisang segar mula-mula dibersihkan dari kotoran. Selanjutnya bonggol

pisang direndam dengan air bersih untuk mempermudah proses ekstraksi. Setelah

perendaman, tahap selanjutnya dilakukan proses pengecilan ukuran (size

reduction). Tahap selanjutnya adalah dilakukan proses pengepresan untuk

melepaskan pati dari ikatan granula. Proses pengepresan akan menghasilkan

ekstrak pati yang masih bercampur dengan air. Ekstrak pati selanjutnya didiamkan

selama satu jam agar terjadi pemisahan antara pati dan air. Setelah terjadi

dekantasi, air yang ada di lapisan bagian atas pati selanjutnya dibuang, lalu

diperoleh pati yang masih basah. Pati bonggol pisang yang masih basah

selanjutnya dijemur agar diperoleh pati dengan kadar air yang lebih rendah

(sekitar 13%). Tahap akhir dari ektraksi pati bonggol pisang adalah proses

penyaringan. Setelah proses penyaringan, akan diperoleh pati yang berbentuk

butiran halus.

Tahap Produksi PHA

PHA merupakan bahan baku utama dalam pembuatan plastik biodegradable

berbasis pati bonggol pisang. PHA disintesis oleh kebanyakan mikroorganisme

sebagai sumber energi. PHA akan terkumpul pada sel bagian dalam

mikroorganisme (diameter: 0,3-1,0 µm) dan biasanya proses sintesis ini terjadi

apabila nutrien yang diperlukan seperti nitrogen atau fosforous terbatas dalam

sumber karbon yang berlebihan (Lee et al., 1996b; Anderson dan Dawes, 1990;

Poirier et al., 1996).

Page 17: KARYA TULIS LENGKAP

Gambar di bawah ini menunjukkan struktur kimia PHA.

Gambar 6. Struktur Kima PHA (Madison dan Huisman, 1999)

Menurut Kesler et al. (2001), PHA diproduksi dalam dua tahap, yaitu tahap

kultivasi dan tahap isolasi. Proses produksi PHA dijelaskan pada diagram alir di

bawah ini.

Gambar 7. Diagram Alir Produksi PHA

Berdasarkan diagram alir pada halaman sebelumnya, produksi PHA secara

lebih spesifik terjadi melalui empat tahap, yaitu: kultivasi tahap I, kultivasi tahap

II, pemanenan, dan proses isolasi. Tahap kultivasi I merupakan tahap

pertumbuhan biomassa sel, sedangkan kultivasi tahap II merupakan tahap

akumulasi biopolimer PHA. Beberapa bakteri yang digunakan dalam kultivasi,

seperti: Acetobacter latus, Acetobacter vinelandi, Methylotrophs, Pseudomonas

olevorans, dan Escherecia coli, telah diteliti sebagai bakteri yang mempunyai

Rantai Atom

Pendek

Rantai Atom

Sederhana

Kultivasi Tahap I

Pemanenan

Produksi Biomassa

ltivasi Tahap I

Kultivasi Tahap II

Akumulasi Polimer PAH

Isolasi

Dengan Pelarut Tanpa Pelarut

Polimer PHA

Page 18: KARYA TULIS LENGKAP

peoduktivitas yang tinggi dalam memproduksi PHA (Lee dan Choi, 1997).

Bakteri ini dipilih karena dapat dikulturkan secara efektif untuk meningkatkan

PHA yang dihasilkan di dalam sel bakteri tersebut. Produktivitas yang tinggi

tersebut merupakan salah satu faktor penting dalam produksi polimer

biodegradable agar lebih ekonomis dan efisien.

Setelah tahap kultivasi berakhir, selanjutnya dilakukan pemanenan biomassa

dan biopolimer PHA. Untuk memisahkan biopolimer dengan biomassa, dilakukan

proses isolasi. Isolasi biopolimer dapat dilakukan dengan menggunakan pelarut

atau tanpa pelarut. Terdapat sebuah perbedaan mendasar antara proses isolasi

dengan menggunakan pelarut dan isolasi tanpa menggunakan pelarut. Isolasi

biopolimer PHA dengan menggunakan pelarut diikuti oleh proses presipitasi

menggunakan air atau metanol (Kesler et al. di dalam Schepler, 2001), sedangkan

isolasi tanpa menggunakan pelarut merupakan proses melarutkan biomassa non-

PHA yang diikuti dengan sentrifugasi atau ultrafiltrasi. Polimer PHA yang telah

diperoleh selanjutnya diproduksi menjadi plastik biodegradable.

Tahap Produksi Kemasan Plastik Biodegradable

Tahap ini merupakan tahap terakhir dalam proses pembuatan plastik

biodegradable. Proses akhir ini merupakan proses polimerisasi untuk

memproduksi plastik biodegradable. Plastik biodegradable dapat diproduksi

dalam dua bentuk, yaitu dalam bentuk film dan dalam bentuk serat. Film plastik

dapat diproduksi dengan menggunakan dua teknik berbeda, yaitu molten polymer

dan solution casting. Cara molten polymer merupakan proses polimerisasi melalui

pemanasan hingga mencapai suhu di atas titik lelehnya.

Berbeda dengan cara molten polymer, pembuatan polimer dengan

menggunakan cara solution casting dilakukan dalam bentuk larutan. Pelarut yang

cocok digunakan adalah pelarut yang mengandung klorin, seperti kloroform

(CHCl3). Larutan dibuat dengan konsentrasi 20% (b/v) untuk menghasilkan

larutan dengan viskositas yang sesuai. Diperlukan proses pengadukan untuk

mempercepat kelarutan, misalnya pengadukan dengan menggunakan strirrer.

Selanjutnya larutan yang dihasilkan dituangkan ke dalam cetakan yang bidang

permukaannya rata. Cetakan yang digunakan harus terbuat dari bahan yang

bersifat non adesif, sehingga lebih mempermudah tahap pengambilan produk.

Kemudian larutan didiamkan hingga pelarut menguap sampai habis. Plastik film

yang sudah kering kemudian diangkat dari cetakkan (Allock dan Lampe, 1981).

Plastik film yang diperoleh selanjutnya dimodifikasi menjadi kemasan plastik ke

dalam berbagai bentuk dan ukuran, sesuai dengan fungsi dan kebutuhan yang

diiginkan. Kemasan plastik biodegradable yang dihasilkan nantinya dapat

diaplikasikan sebagai kemasan makanan, baik makanan kering maupun makanan

basah. Kemasan tersebut dapat berfungsi untuk menjaga kualitas produk sekaligus

sebagai sarana promosi produk. Selain sebagai kemasan makanan, plastik

biodegradable yang dihasilkan juga dapat digunakan sebagai kemasan untuk

membawa barang-barang belanjaan di pasaran atau di swalayan-swalayan.

Page 19: KARYA TULIS LENGKAP

Gambar 8. Model Kemasan Plastik Biodegradable Pati Bonggol Pisang

Sumber: (http://images.google.co.id/imglanding?q=kemasan biodegradable....)

Prospek Pengembangan Masa Depan

Pada dasarnya, pemanfaatan plastik biodegrable berbasis pati bonggol pisang

memiliki keunggulan yang lebih banyak dibandingkan pemanfaatan plastik

konvensional dan plastik biodegradable lainnya yang berbasis pati singkong dan

jagung. Selain unggul dari segi ketersediaan bahan baku yang melimpah, plastik

biodegradable berbasis pati bonggol pisang juga dapat mengurangi

ketergantungan terhadap minyak bumi. Sifat non pangan pada bonggol pisang

sangat baik untuk dikembangkan karena tidak berpengaruh terhadap ketahanan

pangan. Oleh sebab itu, pemanfaatan bonggol pisang untuk dijadikan plastik

biodegradable mempunyai prospek yang cerah untuk diimplementasikan.

Dalam tahap pengimplementasian ide dari gagasan tertulis ini, kedepannya

akan dilakukan kerjasama dengan stakeholders yang ada, seperti: petani pisang,

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) lingkungan, lembaga-lembaga penelitian di

bidang bioteknologi, masyarakat, dan pemerintah. Petani pisang yang berperan

sebagai produsen bonggol pisang dijadikan mitra dalam penyediaan bahan baku

plastik biodegradable. Hal tersebut dapat meningkatkan nilai tambah bagi

tanaman pisang yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan petani. Pada

tahap awal produksi, dilakukan kerjasama dengan lembaga penelitian bidang

bioteknologi untuk menemukan formulasi terbaik dalam pembuatan plastik

biodegradable berbasis pati bonggol pisang. Selanjutnya, dalam upaya

mengkampanyekan penggunaan plastik biodegradable kepada masyarakat,

dilakukan kerjasama dengan LSM peduli lingkungan sehingga masyarakat dapat

mengenal dan menggunakan plastik biodegradable berbasis pati bonggol pisang

secara lebih cepat. Pemerintah selaku pembuat regulasi diharapkan dapat menjadi

mitra di tataran teknis dan finansial. Adapun langkah-langkah strategis dalam

mengimplementasikan gagasan keatif yang diajukan dalam karya tulis ini terdiri

atas beberapa tahap, yaitu: pengajuan proposal dana penelitian, penelitian plastik

biodegradable berbasis pati bonggol pisang, dan sosialisasi kemasan plastik

bonggol pisang kepada petani dan masyarakat.

Page 20: KARYA TULIS LENGKAP

Penyusunan Proposal Pengajuan Dana Penelitian

Tahap pertama yang dilakukan dalam mengimplementasikan gagasan kreatif

ini adalah penyusunan proposal pengajuan dana penelitian kepada pihak-pihak

yang dipertimbangkan dapat memberikan bantuan berupa dana penelitian, seperti

Kementerian Lingkungan Hidup dan LSM lingkungan. Dana yang diperoleh

selanjutnya digunakan untuk memulai proses penelitian terhadap pemanfaatan

bonggol pisang sebagai bahan baku plastik biodegradable.

Penelitian Plastik Biodegradable Berbasis Pati Bonggol Pisang.

Langkah kedua yang perlu dilakukan dalam mengimplementasikan gagasan

kreatif ini adalah melakukan penelitian mengenai proses pembuatan plastik

biodegradable berbasis pati bonggol pisang. Selain perlu dilakukan penelitian

terhadap proses yang paling efektif dan efisien, juga perlu dilakukan penelitian

terhadap karakteristik produk yang dihasilkan. Dengan mengetahui karakteristik

produk yang dihasilkan, dapat lebih mudah dalam penerapan plastik

biodegradable sebagai kemasan.

Sosialisasi Kemasan Plastik Biodegradable kepada Petani dan Masyarakat

Tahap terakhir dalam mengimplementasikan gagasan kreatif ini adalah

melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan petani, terutama petani pisang.

Alasan utama pemilihan masyarakat dan petani sebagai target sosialisasi adalah

karena kedua objek tersebut merupakan pihak yang paling berkepentingan atas

produk yang dihasilkan. Sosialisasi kepada masyarakat bertujuan agar masyarakat

tahu dan mulai terbiasa menggunakan plastik biodegradable yang berbahan baku

bonggol pisang. Sedangkan sosialisasi kepada petani bertujuan untuk

meningkatkan semangat petani dalam bertani pisang, karena terdapat nilai tambah

bagi pohon pisang yang mereka tanam, sehingga suplai bahan baku bonggol

pisang terus terjaga, bahkan semakin meningkat. Sosialisasi dapat dilakukan

melalui kerja sama dengan pemerintah daerah setempat, mulai dari Kelurahan,

Kecamatan, Kabupaten, Provinsi, dan Kementerian Lingkungan Hidup. Selain itu,

sosialisasi produk juga dapat dilakukan melalui kerja sama dengan LSM

Lingkungan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya, maka penulis dapat

menyimpulkan bahwa senyawa kimia pada kemasan plastik konvensional dapat

berisiko bagi kesehatan dan menimbulkan pencemaran lingkungan. Plastik

biodegradable menjadi solusi atas permasalahan yang diakibatkan penggunaan

kemasan plastik konvensional. Dalam hal ini, penulis menawarkan bahan baku

alternatif pembuatan plastik biodegradable berupa bonggol pisang dengan

Page 21: KARYA TULIS LENGKAP

kandungan pati sebesar 76%. Pembuatan plastik biodegradable dari pati bonggol

dilakukan melalui proses ektraksi pati yang kemudian dimodifikasi menjadi

polimer PHA dengan bantuan mikroba. Polimer PHA kemudian diproduksi

menjadi plastik biodegradable.

Upaya implementasi dari gagasan ini dilakukan dengan cara bekerjasama

dengan stakeholder yang ada, seperti: petani pisang, lembaga penelitian

bioteknologi, LSM lingkungan, dan pemerintah. Banyaknya stakeholder strategis

yang mampu mendukung pengimplementasian gagasan tertulis ini, diharapkan

tulisan ini mampu menjadi solusi efektif atas permasalahan akibat penggunaan

plastik konvensional.

DAFTAR PUSTAKA

Allock, H.R. dan Lampe, F.W. 1981. Contemporary Polymer Chemistry. New

Jersey: Prentice-Hall, inc.

Almatsier, Sumita. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

Anderson AJ, Dawes EA. (1990). Occurance, Metabolism, Metabolic Role and

Industrial Uses of Bacterial PHA. Microbiol Rev. 54:450-72.

Badan POM RI. 20008. InfoPOM. Vol. 9, No. 5, September 2008

BPS. 2009. (www.bps.go.id). [23 Maret 2010]

Hart, H dan R.D. Schmetz. 1972. Organic Chemistry: A Short Course. Michigan:

Michigan University.

Hodge, J.E. dan E.M. Osman. 1976. Carbohydrate. Di dalam: Fennema, O.R

(eds.). Principels of Food Science. New York: Marcel Dekker.Inc.

Keenan, C.W., Kleinfelter, D.C., dan Wood, J.H. 1992. Ilmu Kimia untuk

Universitas. A.H. Pudjaatmaka (penerjemah). Jakarta: Erlangga.

Kesler,B., Weisthuis, B., dan Eggink, G. 2001. Production of Microbial:

Fermentation and Downstream Process. Di dalam: Schepor, T., Managing Editor

Biopolymer: Advances in Biochemical Engineering/ Biotechnology. Berlin:

Springer-Verloy.

Lee dan Choi, J. 1997. Process Analysis and Economic Evaluation for Poly (3-

hidroxbutyrate) Production by Fermentation. Bioprocess Eng. 17:335-342.

Madison, L.L. dan Huisman, G.W. 1999. Metabolic Engineering of Poly-(3-

hydroxyalkanoates): from DNA to Plastic. Microbiol. Mol. Biol. Rev. 63:21-53

Mark, H. F.1980. Molekul Raksasa. Jakarta: Tira Pustaka.

Mukhlis, F. 1992. Karakterisasi Sifat Fisiko-Kimia Tepung dan Pati Umbi

Ganyong (Canna edulls kerr.) dan Suweg (Amorp[hopallus campanulatus Bl.)

serta Sifat penerimaan α-amilase terhadap Pati (skripsi). Bogor: Fakutas

Teknologi Pertanian Bogor, IPB.

Narayan, R. 1990. Introduction. Di dalam: S.A. Berangerg, J.L. Brash, R.

Narayan, dan A.E. Redpath (eds.). Degradable Materials: Properties, Issues, and

Opportunities. Boston: CRC.

Poirer Y, Nawrath C, Somerville C. 1995. Production of Polyhidroxyalkanoates,

a Family of Biodegradable Plastik and Elastomers, in Bacteria and Plants.

Biotechnology 13:142-50

Page 22: KARYA TULIS LENGKAP

Prihandana. 2007. Bioetanol Ubi kayu Bahan Bakar Masa Depan. Jakarta:

Agromedia.

Rosdiana, R. 2009. Pemanfaatan Limbah dari Tanaman Pisang.

Swiff, G. 1990. Degradablelity of Commodity Plastics and Speciality Polymers:

An Overview. Di dalam: J.E. Glass and G. Swiff (eds.) Agricultural and Syntetic

Polymers Biodegradablity and Utilization. Washington DC: American Chemical

Society Press.

Van Der Zee, M., Pras, J., Haveren, H.V., dan Tuil, V.R. 2001. Recent

Advencement in The Development of Material and Product from Renewable

Resourches. Netherland: Department Polymer, Composites and Additives.

Yuanita, et al. 2008. Pabrik Sorbitol dari Bonggol Pisang (Musa Paradisiaca)

dengan Proses Hidrogenasi Katalitik. Jurnal Ilmiah Teknik Kimia. ITS. Surabaya.

Page 23: KARYA TULIS LENGKAP

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS

1. Ketua Kelompok

a. Nama Lengkap : Rahman

b. Tempat, Tanggal Lahir : Jambi, 11 Februari 1989

c. Karya-karya Ilmiah yang pernah dibuat:

Royal Tea: Minuman Segar Teh Daun Jambu Biji Dan Madu Yang

Berkhasiat dengan Sensasi Herbal

Pemanfaatan Limbah Tanaman Jagung sebagai Bahan Baku

Pembuatan Pulp dengan Delignifikasi Biologis Menggunakan Jamur

Pelapuk Putih

Rice Husk Stove as an Effective Solution of Oil Crisis and

Environmental Pollution

Integrasi dan Sinergisitas Badan Pemeriksa Keuangan dengan

Lembaga Penegak Hukum sebagai Upaya Peningkatan Transparansi

dan Akuntabilitas Keuangan Negara

d. Penghargaan Ilmiah:

Juara I lomba Pemanfaatan Biomassa untuk Kelestarian Lingkungan

2. Anggota Kelompok

a. Nama Lengkap : Ahmad Jaelani Manurung

b. Tempat, Tanggal Lahir : Bogor, 13 Oktober 1989

c. Karya-karya Ilmiah yang pernah dibuat:

Studi terhadap Kasus Pengoplosan Gas LPG Menurut Perspektif Islam

dan Peraturan Perundang-undangan

Analisis Pemanfaatan Bekatul sebagai Pencegah Diabetes Melitus

Pembuatan Prototype Alat Pemetik Jagung dalam Skala Menengah dan

Besar

Babi; Itulah Mengapa Al Quran Mengharamkannya

d. Penghargaan Ilmiah:

Lulusan Terbaik Jurusan IPA MAN 2 Kota Bogor 2008

Masuk IPB Melalui Jalur USMI

Finalis LKTIA Tingkat IPB 2009

3. Anggota Kelompok

a. Nama Lengkap : Nadita Zairina Suchesdian

b. Tempat, Tanggal Lahir : Balikpapan, 14 Juli 1990

c. Karya-karya Ilmiah yang pernah dibuat:

Analisis Potensi Bekatul Sebagai Bahan Pangan Fungsional Pencegah

Diabetes Mellitus Melalui Pendekatan Konsep Pangan Siap Saji (Fast

food)”

Pemanfaatan Limbah Industri Agar-Agar sebagai Bahan Baku dalam

Pembuatan Kertas Berkarakteristik Ramah Lingkungan

Pengujian Efektivitas Campuran Bacillus thuringiensis dengan

Alkaloid Biji Srikaya sebagai Biofungisida

Page 24: KARYA TULIS LENGKAP

d. Penghargaan Ilmiah:

Finalis Kompetisi Hak Kekayaan Intelektual se-Jabodetabek

Juara I Lomba Lintas Sejarah Universitas Negeri Jakarta se-

Jabodetabek