43
KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PENGGUNAAN ETHREL TERHADAP PRODUKSI GETAH KARET OLEH : NAMA: YULIANA NISN: 9944718760 KELAS: XII IA 3 DINAS PENDIDIKAN KEBUDAYAAN PEMUDA DAN OLAHRAGA i

KARYA TULIS ILMIAH yuyiiiiiiii.docx

Embed Size (px)

Citation preview

KARYA TULIS ILMIAHPENGARUH PENGGUNAAN ETHREL TERHADAP PRODUKSI GETAH KARET

OLEH :NAMA: YULIANANISN: 9944718760KELAS: XII IA 3

DINAS PENDIDIKAN KEBUDAYAAN PEMUDA DAN OLAHRAGASMA NEGERI 2 KABUPATEN TEBO2012PENGARUH PENGGUNAAN ETHREL TERHADAP PRODUKSI GETAH KARET

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memenuhi Mata Pelajaran Keterampilan di SMA Negeri 2 Kabupaten Tebo Tahun Pelajaran 2012/2013

Oleh: Nama: YulianaNISN: 9944718760Kelas: Xii Ia 3

DINAS PENDIDIKAN KEBUDAYAAN PEMUDA DAN OLAHRAGASMA NEGERI 2 KABUPATEN TEBO2012LEMBAR PENGESAHAN

Penelitian berjudul Pengaruh Penggunaan Ethrel Terhadap Produksi Getah Karet yang disusun oleh Yuliana, NISN 9944718760 telah disetujui dan disahkan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi mata pelajaran keterampilan di SMA Negeri 2 Kabupaten Tebo tahun ajaran 2012/2013.

Disetujui Oleh:

Pembimbing Teknis, Pembimbing Materi,

Dwi Ani Fitria S.Pd. Mardianto Dawim S.Pd.NIP. - NIP. -

Mengetahui,Kepala SMA Negeri 2 Tebo,

Edi Widodo S.Pd. NIP. 196812201991011001KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas berkat rahmat karunia-Nya penulis apat menyelesaikan penelitian ini tepat pada waktunya.Penelitian yang berjudul Pengaruh Penggunaan Ethrel Terhadap Produksi Getah Karet disusun sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Ujian Sekolah dan Ujian Nasional di SMA Negeri 2 Kabupaten Tebo tahun pelajaran 2012/2013.Dalam penyusunan penelitian ini, penulis menemui berbagai kendala. Namun, kendala tersebut dapat penulis atasi berkat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:1. Bapak Edi Widodo, S.Pd selaku Kepala SMA Negeri 2 Kabupaten Tebo yang telah memberikan pengesahan.2. Ibu Dwi Ani Fitria, S.Pd selaku pembimbing teknis yang telah membantu dan memberikan bimbingan dalam penulisan penelitian ini.3. Bapak Mardianto Dawim, S.Pd selaku pembimbing materi yang telah memberikan arahan dalam penulisan materi. 4. Semua pihak yang belum tersebut namanya yang telah turut membantu dalam penyelesaian penelitian ini. Penulis menyadari bahwa dalam penelitian ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca. Akhirnya, penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pelajar pada khususnya, dan bagi pembaca pada umumnya.

Rimbo Bujang,Oktober 2012

Penulis,

DAFTAR ISIHalaman HALAMAN JUDUL i LEMBAR PENGESAHAN ii KATA PENGANTARiii DAFTAR ISI ivBAB 1 PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Masalah 11.2 Rumusan masalah 11.3 Tujuan penelitian 21.4 Manfaat penelitian 21.5 Batasan masalah 21.6 Metode penelitian 21.6.1 Data Dan Sumber Data 21.6.2 Teknik pengambilan data 21.6.3 Analisis data penelitian 31.6.4 Lokasi penelitian3 BAB II KAJIAN PUSTAKA2.1 Karet 42.2 Lateks 62.3 Ethrel 82.4 Biosintesis etilena9BAB III METODOLOGI PENELITIAN3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian 11 3.2 Alat dan bahan 113.3 Prosedur kerja 11BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN4.1 Hasil Penelitian 124.2 pembahasan 12BAB V PENUTUP5.1 Kesimpulan 175.2 Saran17DAFTAR PUSTAKA 18LAMPIRAN 19BIODATA PENULIS 22

BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Karet merupakan salah satu komoditi pertanian yang penting di Indonesia dalam penunjang perekonomian negara dan juga sebagai perkebunan penting bagi Indonesia dilihat dari banyaknya petani, tenaga kerja, dan pengusaha yang terlibat dalam pengusahaan karet alam (Nurhaimi-Haris et al. 2003 dalam Ariantari 2009). Tingginya permintaan dunia akan karet alam menyebabkan para peneliti melakukan upaya dalam meningkatkan produksi karet alam, dan tentu juga memacu petani terus berupaya menggenjot peningkatan produksi karet. Upaya untuk meningkatkan produksi karet adalah dengan menggunakan obat perangsang karet. Pada saat ini telah banyak petani yang menggunakan obat perangsang karet tertentu, salah satunya yaitu ethrel. Obat karet tersebut sangatlah berpengaruh terhadap produksi getah karet. Penggunaan ethrel memang menghasilkan getah karet yang banyak, namun jika digunakan secara berlebihan akan mengakibatkan pohon karet tersebut mati.Hal inilah yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian tentang pengaruh penggunaan ethrel terhadap produksi getah karet. 1.2 Perumusan MasalahDari latar belakang masalah di atas maka permasalahan yang akan penulis bahas adalah:1. Apa pengaruh penggunaan ethrel terhadap produksi getah karet?2. Bagaimana cara kerja ethrel dalam memproduksi getah karet?3. Apa saja dampak positif dan dampak negatif dari penggunaan ethrel?1.3 Tujuan PenelitianAdapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:1. Mengetahui pengaruh penggunaan ethrel terhadap produksi getah karet2. Mengetahui cara kerja ethrel dalam memproduksi getah karet3. Mengetahui dampak positif dan dampak negatif dari penggunaan ethrel1.4 Manfaat PenelitianPenelitian yang penulis lakukan ini mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi penulis sendiri, maupun bagi para pembaca atau bagi pihak-pihak yang berkepentingan terutama bagi petani yang menggunakan ethrel sebagai obat perangsang getah karet. 1.5 Batasan MasalahDalam pembahasan ini penulis membatasi ruang lingkup masalah agar tidak menyimpang dari pokok permasalahan dan untuk mendapatkan suatu gambaran tentang apa yang akan diuraikan dalam penulisan ini nanti. Adapun ruang lingkup permasalahannya, mengenai penggunaan ethrel pada pohon karet yang berumur lebih kurang 25 tahun.1.6 Metode Penelitian1.6.1 Data dan Sumber DataData yang diteliti diperoleh dari hasil getah karet akibat penggunaan ethrel sebagai obat perangsang getah karet oles. 1.6.2 Teknik Pengambilan DataUntuk mendapatkan data penelitian, peneliti mengambil data dengan melakukan observasi serta mencari data-data pada buku-buku yang relevan.1.6.3 Analisis Data PenelitianAnalisis data penelitian ini adalah analisis data kualitatif. Analisis data kualitatif adalah suatu penelitian yang mengelola data yang berasal dari lapangan kemudian dijadikan dalam bentuk kata kata atau dideskripsikan sesuai keadaan sebenarnya. 1.6.4 Lokasi PenelitianPenelitian ini berlokasi di Jalan 32, Desa Perintis, Kecamatan Rimbo Bujang.

BAB IIKAJIAN PUSTAKA2.1 Karet (Hevea brasiliensis)Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar. Pada awalnya, tanaman karet merupakan tanaman liar yang tumbuh di pedalaman Amerika. Tahun 1898 adalah awal dirintisnya perkebunan karet di Asia oleh perusahaan The Nort Borneo Trading Company. Tanaman yang menghasilkan lateks ini dimanfaatkan oleh masyarakat untuk pembuatan bola tenis, alas kaki, tempat air, bola karet, pakaian tahan air, dan karet penghapus sebagai penghasilan tambahan. Hevea brasiliensis yang tumbuh liar tingginya dapat mencapai 40 m dan hidup lebih dari 100 tahun. Sedangkan untuk tanaman karet dewasa yang dibudidayakan mempunyai tinggi 15-25 m dengan umur relatif singkat, yaitu 25-35 tahun (Ariantari 2009). Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi. Daun karet berwarna hijau. Apabila rontok warna daun menjadi kuning atau merah. Tanaman karet umumnya rontok pada musim kemarau. Daun karet terdiri atas tangkai utama dan tangkai anak daun. Tangkai utama memiliki panjang 3-20 cm dan tangkai anak daun memiliki panjang 3- 10 cm (Tim Penulis Penebar Swadaya 1999 dalam Ariantari 2009). Bunga karet terdiri atas bunga jantan dan betina. Bunga betina berambut vilt dan ukurannya lebih besar dari bunga jantan. Selain itu, bunga betina mengandung bakal buah yang beruang tiga. Kepala putik yang akan dibuahi dalam posisi duduk berjumlah tiga buah. Bunga jantan mempunyai sepuluh benang sari yang tersusun menjadi suatu tiang. Kepala sari terbagi dalam dua karangan dengan susunan satu lebih tinggi dari yang lain. Paling ujung adalah bakal buah yang tidak tumbuh sempurna. Buah karet memiliki pembagian ruang yang jelas, masing-masing ruang berbentuk setengah bola yang terdiri dari 3-6 ruang.Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi jumlah biji biasanya ada tiga kadang enam sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras. Warnaya coklat kehitaman dengan bercak-bercak berpola yang khas. Sesuai dengan sifat dikotilnya, akar tanaman karet merupakan akar tunggang. Akar ini mampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi dan besar. Lebih lengkapnya, struktur botani tanaman karet ialah tersusun sebagai berikut :Divisi : SpermatophytaSubdivisi : AngiospermaeKelas : Dicotyledonae Ordo : Euphorbiales Famili : Euphorbiaceae Genus : HeveaSpesies : Hevea braziliensis (APP,2008 dalam Ariantari 2009)Hevea brasiliensis merupakan sumber penghasil karet alam (cis-1,4-polisoprena) di dunia. Selain itu, Hevea brasiliensis dikenal sebagai tanaman komersil karena setiap bagian yang dimilikinya mempunyai nilai ekonomi terutama lateks. Oleh karena itu, tanaman ini merupakan penghasil devisa negara terbesar bagi Indonesia. Saat ini Indonesia menduduki peringkat ke-2 terbesar penghasil karet alam (Budiman 2005 dalam Ariantari 2009).2.2 LateksLateks berupa cairan getah seperti susu, merupakan emulsi kompleks yang mengandung protein, alkaloid, pati, gula, minyak, tanin, resin, dan gum. Umumnya lateks lengket dan berwarna putih seperti susu namun ada pula yang berwarna kuning, jingga, dan merah. Lateks termasuk ke dalam hormone isoprenoid seperti giberelin maupun asam absisat. Proses polimerisasi rangkai isoprene merupakan proses alami yang umum dan proses ini terdapat pada proses pembentukan karet alam. Lateks diperoleh dengan cara penyadapan atau pelukaan pada bagian kulit batang tanaman karet. Proses sadap akan membuka pembuluh lateks pada kulit pohon agar lateks dapat mengalir cepat. Kecepatan aliran lateks berkurang apabila takaran cairan lateks pada kulit berkurang. Kesalahan proses sadap akan mengurangi produksi lateks. Adapun syarat lateks yang baik sebagai berikut, disaring dengan saringan berukuran 40 mesh, tidak terdapat kotoran atau benda-benda lain seperti daun atau kayu, tidak bercampur dengan bubur lateks, air, ataupun serum lateks, warna putih dan berbau karet segar, serta bermutu dengan kadar karet kering untuk mutu 1 adalah 28% dan mutu 2 dengan kadar karet kering 20% (Tim Penulis Penebar Swadaya 1999 dalam Ariantari 2009). Menurut Hess dalam Dalimunthe (2004), terdapat 2000 spesies tanaman yang menghasilkan lateks tetapi hanya beberapa spesies yang memiliki kualitas baik terutama famili Apocynaceae, Asclepiadaceae, Compositae, Euphorbiaceae dan Moraceae. Selain itu, lateks merupakan hasil fotosintesis dalam bentuk sukrosa yang ditranslokasikan dari daun melalui pembuluh tapis ke dalam pembuluh lateks. Di dalam pembuluh lateks terdapat enzim seperti invertase yang akan mengatur proses perombakan sukrosa untuk pembentukan karet. Biosintesis lateks berlangsung dalam sel-sel pembuluh lateks dengan bahan dasar berupa sukrosa yang ditranport dari daun sebagai hasil fotosintesis yang telah mengalami perubahan secara enzimatik melalui asam mevalonat, asam mevalonat-5-fospat, asam mevalonat-5- pirofospat, sehingga isopentenil pirofospat (IPP) merupakan sumber penting produksi lateks (Dalimunthe 2004 dalam Ariantari 2009). Latek memiliki tiga bagian utama dari hasil sentrifugasi, yaitu fraksi atas (partikel karet), fraksi tengah (serum C/sitosol), dan fraksi dasar (partikel lutoid). Fraksi atas berwarna putih dan mengandung sekitar 36% hidrokarbon karet berupa molekul cis-1,4- poliisoprena yang berbentuk bulat berukuran 5 nm-3 m. Fraksi ini mengandung bahan yang bukan karet, seperti fosfolipid, lemak, lilin, protein, logam, dan enzim rubber transferase yang berfungsi dalam pembentukan partikel karet. Fraksi tengah merupakan cairan bening yang kaya akan kandungan protein dan mudah teroksidasi sehingga warnanya dapat berubah menjadi cokelat. Lutoid merupakan fraksi dasar lateks yang banyak mengandung kation. Apabila lutoid pecah kation-kation ini akan bereaksi dengan partikel karet yang bermuatan negatif sehingga terjadi koagulasi (Junaidi et al 2007 dalam Ariantari 2009). Fraksi dasar ini bersifat kental seperti gelatin dan diselubungi oleh membrane semipermeabel yang berisi cairan serum B. Cairan ini mengandung ion-ion kalsium dan magnesium yang bermuatan positif (Ariantari 2009).2.3 EthrelEtefon (Ethrel) (CEPA, asam-2-kloroetilfosfonat) merupakan stimulan atau perangsang tanaman karet. Etefon secara umum telah terbukti dapat mendorong peningkatan produksi lateks selama periode tertentu. Pengaruh pemberian etefon yang spesifik pada tanaman karet memiliki kaitan yang luas dengan reaksi-reaksi enzimatis yang kompleks (Sumarmadji et al 2004 dalam Ariantari 2009). Stimulasi etefon yang merupakan generator bagi etilena dapat menginduksi ekspresi protein tertentu pada tanaman karet. Kemudian protein akan menginduksi reaksi berantai yang bermuara pada bentuk peningkatan produksi lateks. Etilena dari etefon, baik secara endogen ataupun eksogen berperan sebagai penginduksi perubahan fisiologis dalam sistem sel pembuluh lateks. Perlakuan etefon yang berakibat penundaan penggumpalan lateks justru meningkatkan ekspresi protein (Sumarmadji et al 2004 dalam Ariantari 2009). Pemakaian etefon yang berlebihan dapat mengakibatkan penyimpangan proses metabolisme, seperti penebalan kulit batang, nekrosis, terbentuknya retakan pada kulit, dan timbulnya bagian yang tidak produktif pada irisan sadap (Paranjothy et al 1979 dalam Ariantari 2009). Selain itu, pemakaian etefon yang berlebihan juga dapat menghentikan aliran lateks yang disebabkan oleh koagulasi partikel yang dikenal dengan kering alur sadap (KAS) (Tistama & Siregar 2005 dalam Ariantari 2009).2.4 Biosintesis EtilenaEtilen adalah salah satu hormon yang mempengaruhi proses pertumbuhan tanaman dan pematangan buah terutama buah yang tergolong klimaterik, respon terhadap cekaman biotik dan abiotik, mempengaruhi proses perkecambahan biji, serta pemanjangan akar tanaman dan mempengaruhi lama aliran lateks pada tanaman karet (Jones et al 1999; Bleecker et al 2000; Michelle et al 1999; Salibury & Ross 1995; Li N et al 1996 dalam Ariantari 2009). Biosintesis etilena pada tanaman dibagi dalam tiga tahap utama, yaitu pembentukan Sadenosil metionin (SAM) dari metionin dengan bantuan SAM sintetase (EC 2.5.1.6) yang membutuhkan 1 molekul ATP. Tahap kedua adalah perubahan SAM menjadi asam 1-aminosiklopropana-1-karboksilat (ACC) yang dikatalisis oleh ACC sintase (EC 4.4.1.14). Pada tahap ini juga dihasilkan metiltioadenosin (MTA) yang akan digunakan kembali untuk pembentukan metionin, sehingga konsentrasi metionin selular dapat tetap terjaga ketika terjadi peningkatan laju biosintesis etilena. SAM merupakan precursor dalam lintasan biosintesis poliamin (spermidin atau spermin) dan juga donor bagi molekulmolekul selular contohnya asam nukleat, protein, dan lipid. Tahap terakhir adalah oksidasi ACC menjadi etilena yang dikatalisis oleh enzim ACC oksidase atau dikenal juga sebagai ethylene forming enzyme (EFE). Untuk mencegah efek toksik dari akumulasi sianida yang terbentuk dalam tahap ini, sianida akan diubah menjadi -sianoalanin oleh - sianoalanin sintase (-CAS, EC 4.4.1.9) (Wang et al 2002 dalam Ariantari 2009).

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN3.1 Tempat dan Waktu PenelitianPenelitian ini dilakukan di Jalan 32 Desa Perintis pada tanggal 30 September sampai 5 Oktober 2012.3.2 Alat dan Bahan Ethrel Air Sikat gigi yang sudah tidak dipakai Pisau deres Timbangan3.3 Prosedur Kerja1) Tambahkan cairan ethrel 1 gram dengan sedikit air.2) Aduk sampai merata. 3) Hilangkan getah tarik dari alur sadap.4) Celupkan sikat gigi ke dalam ethrel sebanyak lebih kurang 1 gram.5) Oleskan secara perlahan dan merata dialur sadap, untukmemastikan cairan meresap dengan sempurna.6) Biarkan setidaknya 4 jam tidak terkena air hujan dan 24 jam untukdapat dilakukan penyadap

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN4.1 Hasil PenelitianBerdasarkan percobaan di atas didapat perbedaan antara pohon karet yang menggunakan ethrel dengan pohon karet yang tidak menggunakan ethrel dalam tabel di bawah ini.No.Perbedaan dilihat dari sisiPohon karet yang

Menggunakan ethrelTidak menggunakan ethrel

1.Jumlah tetesan dalam satu menit32 tetes15 tetes

2.Berat getah karet100 gram40 gram

3.Lama aliran lateks10 jam5 jam

4.Kondisi getah karetPermukaan getah berwarna kuning pudar, bagian dalam belum mengental dan seperti air yang encerKondisi getah yaitu kental, tidak encer

4.2 PembahasanBerdasarkan hasil percobaan di atas, untuk pohon karet yang tidak menggunakan ethrel lama aliran lateks yaitu 5 jam, dan jumlah tetesan dalam satu menit yaitu 15 tetes. Hal ini disebabkan karena pohon karet tersebut tidak menggunakan ethrel yang di dalamnya mengandung etefon. Sedangkan untuk pohon karet yang menggunakan ethrel lama aliran lateks yaitu 10 jam, dan jumlah tetesan dalam satu menit yaitu 32 tetes. Hal ini disebabkan karena adanya etefon (Ethrel) (CEPA, asam-2-kloroetilfosfonat) yang dapat mendorong peningkatan produksi lateks selama periode tertentu. (Sumarmadji et al 2004 dalam Ariantari 2009). Banyaknya tetesan dan lamanya aliran lateks tentu juga akan meningkatkan getah karet yang diproduksi.Jadi, ethrel adalah stimulan atau perangsang tanaman karet. Ethrel dikenal juga sebagai etefon. Etefon merupakan nama komersial dari senyawa penghasil etilena yang efektif untuk memacu produksi lateks dengan cara memperpanjang waktu aliran lateks (Sumarmadji et al. 2004 dalam Arlyny Fitri Astuti 2008). Penggunaan ethrel sangat berpengaruh terhadap karet maupun produksi getah karet. Penggunaan ethrel akan meningkatkan getah karet dalam jumlah yang banyak. 4.2.1 Cara Kerja Ethrel Dalam Memproduksi Getah Karet Dalam memproduksi getah karet, etefon yang terdapat dalam ethrel melepaskan gas etilena eksogen ke jaringan kulit tanaman yang berfungsi sebagai agen anti penyumbatan pembuluh lateks. Lalu etilena menstabilkan lutoid dengan cara meningkatkan permeabilitas membrannya (Arlyny Fitri Astuti 2008).Lutoid merupakan fraksi dasar lateks dan banyak mengandung kation. Peran stabilisasi lutoid sangat penting karena jika lutoid pecah, maka kation-kation akan bereaksi dengan partikel karet yang bermuatan negatif sehingga terjadi koagulasi. Proses koagulasi menyebabkan lateks berhenti menetes. Etefon memperpanjang waktu aliran lateks yang menunda terbentuknya sumbat pada pembuluh-pembuluh lateks dan memperluas areal drainase lateks (Arlyny Fitri Astuti 2008).Penggunaan ethrel memiliki dampak positif dan dampak negatif. Berikut ini ada beberapa bentuk dampak positif dan dampak negatif dari penggunaan ethrel, diantaranya yaitu: 4.2.2 Dampak Positif Penggunaan Ethrel Dampak positif penggunaan ethrel, antara lain yaitu:1. Peningkatan produksi akibat lama aliran lateks yang meningkat secara tajam setelah aplikasi gas stimulan (gas etilen).2. Konsumsi kulit pohon karet dalam penyadapan lebih kecil.3. Hemat tenaga.Demikianlah dampak positif dan manfaat yang didapat dari penggunaan ethrel dalam memproduksi getah karet. 4.2.3 Dampak Negatif Penggunaan Ethrel Tidak banyak petani yang mengetahui dampak negatif dari penggunaan ethrel tersebut. Para petani hanya mengetahui penggunaan ethrel akan menghasilkan getah dalam jumlah yang banyak. Penggunaan ethrel yang berlebihan akan memberikan dampak negatif bagi tanaman karet. Penggunaan ethrel yang berlebihan akan mempercepat tanaman karet mati. Memang getah karetnya banyak, tetapi getahnya lebih banyak mengandung air dan tingkat kekentalan getah karetnya rendah. Hal tersebut telah dibuktikan pada hasil percobaan. Berikut gambar hasil pengamatan.

Gambar 1. Kondisi getah yang encer

Pemakaian ethrel yang berlebihan dapat mengakibatkan penyimpangan proses metabolisme, seperti penebalan kulit batang, nekrosis, terbentuknya retakan pada kulit, dan timbulnya bagian yang tidak produktif pada irisan sadap (Paranjothy et al 1979 dalam Ariantari 2009). Selain itu, pemakaian etefon yang berlebihan juga dapat menghentikan aliran lateks yang disebabkan oleh koagulasi partikel yang dikenal dengan kering alur sadap (KAS) (Tistama & Siregar 2005 dalam Ariantari 2009). Berikut adalah gambar pohon karet yang terkena penyakit kering alur sadap (KAS).Gambar 2. Pohon karet yang mengalami KAS

Tahapan gejala penyakit KAS: Tidak keluar getah di sebagian alur sadap. Beberapa minggu kemudian keseluruhan alur sadap ini kering dan tidak mengeluarkan getah. Getah menjadi encer dan Kadar Karet Kering (K3) berkurang. Kekeringan menjalar sampai ke kaki gajah baru ke panel sebelahnya. Bagian yang kering akan berubah warnanya menjadi cokelat dan kadang-kadang terbentuk gum (blendok). Pada gejala lanjut seluruh panel / kulit bidang sadap kering dan pecah-pecah hingga mengelupas.Jadi itulah beberapa dampak negatif yang ditimbulkan dari penggunaan ethrel. Bukan hanya dampak positif yang menguntungkan, namun juga ada dampak negatifnya. Maka dari itu, kita harus lebih berhati-hati dalam merawat atau menjaga hasil kebun kita agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

BAB VPENUTUP

5.1 KESIMPULANBerdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas tersebut, dapat disimpulkan bahwa ethrel merupakan stimulan atau perangsang tanaman karet. Dalam ethrel tersebut terkandung etefon yang dapat meningkatkan produksi getah karet. Penggunaan ethrel memberikan sejumlah dampak positif, diantaranya yaitu dapat meningkatkan produksi getah karet, konsumsi kulit pohon karet dalam penyadapan lebih kecil, dan hemat tenaga.Penggunaan ethrel yang berlebihan akan memberikan dampak negatif bagi petani maupun bagi tanaman karet tersebut, seperti penyimpangan proses metabolisme, penebalan kulit batang, nekrosis, terbentuknya retakan pada kulit, menyebabkan penyakit KAS, dan timbulnya bagian yang tidak produktif pada irisan sadap.

5.2 SARANAdapun saran yang dapat penulis cantumkan dalam penelitian ini, yaitu dalam menggunakan ethrel, seharusnya menggunakan takaran yang sesuai untuk setiap satu pohon karet, dan jangan berlebihan dalam menggunakan ethrel.

BAB VIDAFTAR PUSTAKA

Astuti, Arlyny Fitri. 2008. Ekspresi Gen Responsif Terhadap Reactive Oxygen Spesies Pada Hevea Brasiliensis Akibat Pelukaan Dan Etilena Eksogen. Bogor: Institut Pertanian BogorInstitut Pertanian Bogor. Tinjauan Pustaka.http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/16986/G09rar3_BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf?sequence=7 (31 Agustus 2012)Jaya. Pengaruh Pemupukan Kalium Dan Penyemprotan Ethrel Terhadap Hasil Rimpang Jahe Badak (Zingiber officinale Rocs.). http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/29357/A90JAY_abstract.pdf?sequence=1. (04 september 2012)Setyaningsih, Retno B. Sadarkah petani karet berapa kerugian yang disebabkan karena getah karet tidak keluar .............! http://ditjenbun.deptan.go.id/perlindungan/index.php?option=com_content&view=article&id=73:sadarkah-petani-karet-berapa-kerugian-yang-disebabkan-karena-getah-karet-tidak-keluar-&catid=15:home (25 Agustus 2012)Anonymous,Uraian Teoritis.https://docs.google.com/viewer?a=v&q= cache:WGTL9hfP97IJ:repository.usu. (31 Agustus 2012)

Gambar 1. Pisau penyadapGambar 2. Sebotol ethrel

Gambar 3. Menghilangkan getah tarikGambar 4. Pengolesan ethrel

Gambar 3. Hasil getah karet tanpa ethrelGambar 6. Hasil getah karet yang menggunakan ethrelDAFTAR ISTILAH

Etefon (Ethrel): merupakan stimulan atau perangsang tanaman karet.Etilen: adalah salah satu hormon yang mempengaruhi proses pertumbuhan tanaman dan pematangan buah terutama buah yang tergolong klimaterik, respon terhadap cekaman biotik dan abiotik, mempengaruhi proses perkecambahan biji, serta pemanjangan akar tanaman dan mempengaruhi lama aliran lateks pada tanaman karet.Lateks: cairan getah seperti susu, merupakan emulsi kompleks yang mengandung protein, alkaloid, pati, gula, minyak, tanin, resin, dan gum.Lutoid: fraksi dasar lateks yang banyak mengandung kation.Kering Alur Sadap: adalah penyakit pada tanaman karet yang semula mengeluarkan getah tetapi lambat laun stop tidak mengeluarkan getah lagi. Proses koagulasi: adalah proses yang menyebabkan lateks berhenti menetes.Sadenosil metionin: merupakan precursor dalam lintasan biosintesis poliamin (spermidin atau spermin) dan juga donor bagi molekul-molekul selular contohnya asam nukleat, protein, dan lipid.

BIODATA PENULISNama: Yuliana Tempat Tanggal Lahir: Rimbo Bujang, 20 Desember 1994Alamat: Jalan 32 Desa PerintisPendidikan: TK Pertiwi Kabupaten Tebo SD Negeri 73/VIII Kabupaten Tebo SMP Negeri 3 Kabupaten Tebo SMA Negeri 2 Kabupaten Tebo

Sedikit oret2an dri pnulis.: Assalamualaikummm..(heheh..) Emphuffttt,, akhir na klar uga nih KI. Duh rasa na tuh lega baanngeeed yahh alhamdulilah yach,, meskipun pontang-panting, kcna-kmari nyari sumber informasi tuk nyelesain nih KI. Bahkan, mkn tag enak, tdur pun tag nyenyak uga, (hedeh-hedeh.yak ape aje?) Hmmpi cmua na tuh malah bkin seru & sneng gtuh, coz knpa? ? coz, slma ngrjain nih KI, paz nyari narasumber , tw ndak? Gw (haah.. gw ? sjak kpn loe d jkarte? Heheh) eh, saye pey bolak-balik k tko tkag pnjual ethrel tuh (sbut ja nma na pakde), (eh tp knpa gw kstu? Coz gw ndak tw cpa yang pke ethrel gtuh..loh, n dijalur gw yang pke ethrel sgad jrag.) hmsyang na pakde ndak tw nma mreka yg srig bli ethrel tuh, nah gw mntak tlong ma pakde tuh wat nanyain cp nma org yg pke ethrel tuh n dmnkah mreka tggal?? Hmmm... biz tuh gw balik, tyuzz gw kctu agi lbih krag 1 bulan dengan optmiz (???) optmiz bkalan dpet nrasmber gtuh, wah sneg dech rsa na pi paz gw tnya,,, & jwban na adlah (jeng-jeng-jeng.) yeee. (pa?) hm pakde na ndak tw coz orag yag sring bli ethrel kt4 na blum uga nongol eeewaduhhyah sdah lah dgan tgan hmpa gw balik krmh dgandgan..( ?? ) dgn ndak papa (heheh). So, akhrna gw gk pke mtde wwncra, gw plih metode kjian pstka & uga mlkkan prcbaan scra lgsung. Dan alhmdlilahhh berhasil(I did ityeyeee) :D Hm,,untuk sneg, tuh krena gw ngrjain nih KI hsil krja gw ndren nge-bwa kbggaan bgi dri gw..hehehSo,,untuk adik2 q, yg skrag lg ngrjain tgas KI, bwat lah KI yang bgus tntu na, bwt tuh emg bner2 hsil kryamu ndiri yachh, coz rsa bgga tmbul dri hsil krja qt ndri..biarpun gmna nlai na mw ckup/krag, tuh lbih mnynagkan, pi untuk kdpan na hruz lbih baik lg yahoceehhh?? Yah udah dch, sgtu aja oret2an nahamsamidaaa(jiahh,,sok korea lu, hehe)..Wassalamualaikum.... xxix