Upload
alexander-dicky
View
76
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
kerajaan islam pada zaman dahulu kala, terutama pada kerajaan demak yang terdapat di Jawa. kita sangat perlu dalam memahami apa dan bagaimana perkembangan kerajaan tersebut. maka teman teman semua perlu untuk membaca ini, agar perkembangan sejarah kita tidak punah dan hilang dengan perkembangan zaman.
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karena amat langkanya sumber-sumber sejarah yang otentik dan hampir
tidak adanya prasasti-prasasti atau inskripsi-inskripsi yang mengungkapkan
sejarah yang sebenarnya dari para wali, itu menyebarkan sulitnya menulios
sejarah para wali. Dan ternyata dalam masyarakat luas telah tersebar banyak
sekali cerita rakyat dan dongeng yang dihubungkan dengan para tokoh wali. Itulah
yang dimiliki oleh rakyat. Dongeng dan cerita rakyat itu telah diwariskan oleh
generasi ke generasi dan di bumbui dengan tahayul dan gugum Tuhan di
hubungkan dengan tempat-tempat angker dan makan keramat, sehingga cerita-
cerita tersebut mirip dengan dongeng seribu satu malam saja.
Terlebih pula mengenai silsilah dan keturunan para wali di antaranya satu
sumber dengan sumber lainnya terkadang amat jauh bedanya, dan bahkan telah
terjadi pula silsilah para wali itu di hubungkan urutannya hingga sampai kepada
para tokoh-tokoh alam pewayangan dan para dewa.
1.2 Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan identifikasi
sebagai berikut;
Bagaimanakah sejarah tentang Sunan Bonang?
Bagaimanakah situasi dan makam Sunan Bonang?
1.3 Tujuan Penelitian
Penyusunan karya tulis ini bertujuan untuk;
Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti ujian nasional dan akhir
sekolah
Meningkatkan wawasan dan ilmu pengetahuan tentang agama
Sebagai latihan dasar dan penyusun karya tulis, khususnya bagi kami
penulis
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini yang dapat kami ambil adalah sebagai
berikut;
Untuk memperluas pengetahuan dan pengalaman serta wawasan bagi
siswa-siswi terhadap sejarah tentang Sunan Bonang yang ada di Indonesia
khususnya yang bernilai agama
Dapat menjadi salah satu cara untuk mengetahui di mana letak makam
Sunan Bonang di Jawa Timur
1.5 Pembatasan Masalah
Dari berbagai obyek Sunan Bonang yang telah diteliti pada saat stadi tur
yang telah di laksanakan, penulis pembatasan penelitian terlebih memfokuskan
pada sejarah Sunan Bonang, sedangkan yang lainnya oleh penulis di jadikan
sebagai lampiran sekedar sebagai tambahan wawasan, tentang sejarah Sunan
Bonang yang ada di Jawa Timur.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Lahirnya Sunan Bonang
Berdasarkan cerita tutur dari berbagai sumber di sebutkan Sunan Bonang
adalah putra Sunan Ampel Denta dari istrinya yang bernama Nyai Ageng Manila,
dan di kemudian hari ia menjadi Imam yang pertama di masjid Demak.
Sunan Bonang diperkirakan lahir antara tahun 1440 M atau 1465 M, dan
meninggal tahun 1525 M. Waktu memperdalam agama di tempuh di bawah
gemblengan ayahnya sendiri. Nama aslinya adalah Makdum Ibrahim, dan
dikarenakan tidak menikah maka ia di sebut Sunan Wadat Anyakrawati.
Diriwayatkan konon beliau dan Raden Paku bermaksud naik haji ke
Mekkah dan sebelumnya berguru kepada Maulana Ishak atau sering di sebut Wali
Lanang. Ayahnya dari Raden Paku, di Malaka, tetapi kemudian di minta kembali
untuk syiar agama Islam di Jawa oleh gurunya.
Menurut Abdul Hadi W.M dalam Sunan Bonang perintis dan pendekar
sastra suluk (1993). Pada tahun 1503 M, setelah beberapa tahun menjabat sebagai
Imam masjid agung Demak yan gakhirnya meletakan jabatannya, kemudian
pindah ke kota Lasem. Di situlah beliau memilih Desa Bonang sebagai tempat
tinggalnya. Yang kemudian mendirikan pesantren dan pasujudan (tempat tafakur),
sebelum akhirnya kembali ke kampung halamannya, yaitu kota Tuban.
2.2 Kisah Brahmana Dari India
Ada suatu kisah tentang seorang Brahmana yang berlayar dari India ke
kota Tuban Jawa Timur. Ia bermaksud mengadu kesaktian dengan Sunan Bonang
yang tenar sebagai ulama berilmu tinggi. Namun sebelum mendaratnya kapal di
Tuban, telah di hajar oleh gelombang laut, sehingga semua kitab yang memuat
mantra kesaktiannya tertelan air laut. Untungnya sang Brahmana selamat, Ia
terdampar di pantai Tuban dan pingsan.
Ketika sadar di lihat olehnya seorang pria bersorban dan berjubah putih
berjalan menggunakan tongkat, “Di mana saya berada?” tanya sang Brahmana
kepada pria berjubah putih. “Memang anda berasal dari mana?” tanya orang
bersorban putih. “Saya dari India, hendak menuju Tuban ingin bertemu Sunan
Bonang yang tersohor itu”, jawab Brahmana. “Saya ingin berdebat dengan dia
tentang masalah-masalah agama. Tapi sayang semua kitab saya yang memuat
mantra kesaktian saya hilang ditelan ombak”.
Mendengar itu si jubah putih segera mencabut tongkatnya yang tertancap
di pasir pantai. Maka terpancarlah air dari lubang tempat tongkat itu tertancap,
disusul munculnya kitab-kitab sang Brahmana. “Benarkah ini semua kitab-kitab
Anda?”, tanya si jubah putih. Tentu saja sang Brahmana sangat terkejut.
“Alangkah tingginya ilmu orang ini”, katanya dalam hati. Lalu sungkan dia
bertanya, “Siapakah Anda?”. Lelaki bersorban itu menyebutkan namanya, yang
tak lain adalah Sunan Bonang. Tak ayal sang Brahmana bertekuk lutut, kontan
memohon maaf. Adapun lubang bekas tongkat, lama kelamaan menjadi perigi,
dan di kenal dengan sumur Serumbung.
2.3 Lokasi Pemakaman Sunan Bonang
2.3.1 Lokasi Pertama
Makam yang paling populer adalah yang dibelakang masjid Tuban.
Barangsiapa berkunjung ke sana akan melewati suatu kontras antara masjid agung
tuban yang arsitekturnya megah dan berwarna warni. Dengan astana masjid Sunan
Bonang di belakangnya yang sederhana. Di dekat masjid yang mungil itulah
terletak makam Sunan Bonang. Untuk mencapai tempat itu, kita harus menelusuri
gang sempit di samping masjid besar. Ini bagaikan perlambangan keterpinggiran
alam mistik dalam kehidupan pragmatik masa sekarang.
2.3.2 Lokasi Kedua
Letaknya adalah di sebuah bukit pantai utara, antara kota palembang dan
lasem. Tempat yang tekenal sebagai desa bonang, dan dari sanalah memang
ternisabkan nama sang Sunan, di kaki itu konon juga terdapat makam Sunan
Bonang tanpa cungkup dan tanpa nisan, hanya tertandai oleh bunga melati.
Namun penampilan utama justru terdapat batu yang digunakan sebagai alas untuk
solat terdapat jejak kaki sunan Bonang. Konon kesaktiannya membuat batu itu
meledak. Situs ini berdampingan dengan makam putri Cempa.
2.3.3 Lokasi Ketiga
Letaknya di tambak keramat di pulau bawean di makamnya terpelihara
dan baik karena dibuatkan cungkup dan diberi kelambu. Tentang makam di
bawean terdapat legenda yang bisa diikuti dari karya Ridin Sofwan Cs, wali songo
penyebar Islam di Jawa menurut penuturan Babad (2000). Konon setelah sunan
Bonang wafat di Bawean, murid-muridnya di Tuban menghendaki agar sunan
Bonang di makamkan di Tuban, tetapi para santri di bawean berpendapat,
sebaiknya di makamkan di bawean saja.
Mengingat lamanya perjalanan menyebrangi laut. Akhirnya para penjaga
jenazah di bawean, di sirep (ditidurkan dengan mantra), oleh para santri tuban
yang datang ke bawean pada malam hari. Dikisahkan akhirnya, kuburan di
bongkar dan jenazah di bawa berlayar ke tuban malam itu juga untuk dimakamkan
di dekat astana masjid Sunan Bonang.
2.3.4 Lokasi Keempat
Terletak didesa singkal di tepi sungai brantas di kediri. Konon dari tempat
itu seperti dituturkan dalam babat kediri. Menurut graaf dan pigeaud, adanya
masjid yang cukup penting di desa singkal, pada abad ke 17 menyebabkan
legenda yang mengisahkan tempat itu, sebagai pusat propoganda agama Islam
pada permulaan abad ke 16, menjadi agak lebih di percaya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari pembahasan yang diperoleh dalam karya tulis ini penulis
mengemukakan beberapa kesimpulan diantaranya; sunan Bonang salah seorang
Wali sanga yang makamnya di empat tempat.
3.2 Saran
Dari kesimpulan di atas, penulis menyarankan;
Agar bisa mengetahui sejarah sunan Bonang dan letak makamnya.
Agar bisa meningkatkan ke Imanan aqidah dan takwa
Agar bisa berziarah kubur kemakam-makam wali songo terutama sunan
Bonang.