Upload
others
View
67
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN CARSINOMA MAMMAE DI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ABDUL WAHAB SJAHRANIE
SAMARINDA
OLEH:
Nama :TRI WINARTI
NIM : PO7220116033
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN
SAMARINDA
2018
KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN CARSINOMA MAMMAE DI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ABDUL WAHAB SJAHRANIE
SAMARINDA
Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep) Pada Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur
OLEH:
Nama :TRI WINARTI
NIM : PO7220116033
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN
SAMARINDA
2018
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Data Diri
Nama : Tri Winarti
Tempat/tanggal lahir : Tenggarong, 22 Juni 1998
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Durian Menok, RT. 06, Kelurahan Bukit-biru,
Kecamatan Tenggarong
B. Riwayat Pendidikan
1. Tahun 2004-2010 : SDN 002 Tenggarong
2. Tahun 2010-2013 : SMP Kosgoro 2 Tenggarong
3. Tahun 2013-2016 : SMAN 2 Tenggarong
4. Tahun 2015-Sekarang : Mahasiswa Prodi DIII Keperawatan
Samarinda
Poltekkes Kemenkes Kaltim
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan
propsal ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pasien dengan Carsinoma
Mammae di Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie Samarinda”.
Penulisan proposal ini disusun sebagai syarat untuk pengantar Ujian Akhir
Program Diploma III Keperawatan Politeknik Kemenkes Kaltim. Penulis
menyadari segala kekurangan dalam penulisan ini, namun atas bantuan baik moril
maupun materil dari berbagai pihak dapatlah terpenuhi segala kelengkapan dan
penulisannya. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah memberi
bantuan, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Supriadi B. S.Kp., M.Kep selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kementrian Kesehatan Kalimantan Timur.
2. Ibu Hj. Umi Kalsum, S. Pd., M. Kes selaku ketua jurusan keperawatan
Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Kalimantan Timur.
3. Ibu Ns. Andi Lis AG, S. Kep., M. Kep selaku ketua Prodi D-III Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Kalimantan Timur.
4. Ibu Dr. Hj. Endah Wahyutri, M.Kes selaku dosen pembimbing utama yang
telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan karya tulis
ilmiah ini hingga selesai.
5. Ibu Ns. Nilam Noorma, S. Kep., M.Kes selaku dosen pembimbing
pendamping telah memberikan bimbingan dan pengarahan pada penulisan
karya tulis ilmiah ini hingga selesai.
6. Ibu Ns. Jasmawati, S.Kep., M.Kes selaku dosen penguji utama yang
memberikan masukan ilmu dan bantuan serta arahannya.
7. Kepala Ruangan Aster beserta staf, yang telah memberikan kesempatan dan
bantuan kepada penulis dalam melaksanakan studi kasus pada pasien
Carsinoma mammae.
8. Ny. S beserta keluarga yang bersedia menjadi pasien dalam karya tulis ilmiah
ini.
9. Ny. S.A beserta keluarga yang bersedia menjadi pasien dalam karya tulis
ilmiah ini.
10. Staf Dosen D-III Keperawatan Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.
11. Ayah dan ibu tercinta yang selalu mendukung dan memberikan doa sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas – tugasnya semasa kuliah.
Teman-teman seperjuangan Mahasiswa Politeknik Kesehatan Kemenkes
Kaltim Jurusan Keperawatan Prodi D III Keperawatan angkatan 2016
khususnya tingkat IIIA yang telah memberi dukungan, masukan, juga kritik
untuk laporan ini.
Semoga arahan, saran dan bantuan yang telah diberikan menjadi amal
ibadah dan memperoleh balasan yang lebih dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis
menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan
penulisan proposal ini.
Samarinda, Juni 2019
Penulis
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN CARSINOMA MAMMAE
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ABDUL WAHAB SJAHRANIE
SAMARINDA
Tri winarti 1), Endah Wahyutri 2), Nilam Noorma 3) 1)Mahasiswa Prodi Diploma III Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Kaltim
2)Dosen Jurusan Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Kaltim
ABSTRAK
Pendahuluan : Carsinoma mammae/kanker payudara adalah kelainan atau
kacaunya pertumbuhan sel-sel di duktus atau lobus payudara. Penelitian ini
bertujuan untuk memepelajari dan memahami secara mendalam mengenai asuhan
keperawatan pada pasien carsinoma mammae di Rumah Sakit Umum Daerah
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
Metode : Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan
Asuhan Keperawatan dengan mengambil satu kasus sebagai unit analisa. Unit
analisa adalah dua responden pasien carsinoma mammae di Rumah Sakit Umum
Daerah Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Metode pengambilan data
menggunakan asuhan keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi, implementasi dan evaluasi. Intrumen pengumpulan data menggunakan
format pengkajian Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Reproduksi sesuai
ketentuan yang berlaku di prodi keperawatan Poltekkes Kemenkes Kaltim.
Analisa data secara deskriptif.
Hasil dan Pembahasan : Berdasarkan analisa data diperoleh pada pasien 1 dan
pasien 2 terdapat masalah keperawatan yang sama, yaitu nyeri kronis dan
gangguan pola tidur. Masalah keperawatan yang berbeda antar pasien, yaitu pada
pasien 1 muncul pola nafas tidak efektif, defisit nutrisi,gangguan mobilitas fisik,
defisit perawatan diri dan pada pada pasien 2 muncul gangguan integritas kulit,
gangguan citra tubuh, ansietas, ganggian pola tidur, resiko infeksi.
Kesimpulan dan Saran : Setelah dilakukan perawatan kurang lebih 3 hari pada
kedua pasien terdapat 4 masalah keperawatan yang teratasi dengan baik, 4
masalah keperawatan yang teratasi sebagian dan 4 maslah keperawatan tidak
teratasi. Di harapkan untuk peneliti selanjutnya, agar dapat memperpanjang
waktu dalam memberikan asuhan keperawatan pasien carsinoma mammae
sehingga hasil yang didapat lebih optimal.
Kata kunci : Asuhan Keperawatan, Carsinoma mammae, Masalah keperawatan.
DAFTAR ISI
Halaman Sampul Depan ..................................................................................... i
Halaman SampulbDalam ................................................................................... ii
Halaman Pernyataan .......................................................................................... iii
Halaman persetujua ............................................................................................ iv
Halaman pengesahan .......................................................................................... v
Kata Pengantar ................................................................................................... vi
Daftar Isi .............................................................................................................. viii
Daftar tabel .......................................................................................................... x
Daftar Lampiran ................................................................................................. xi
Daftar Singkatan ................................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 6
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................ 6
1.3.1 Tujuan Umum .............................................................................................. 6
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................................................. 7
1.4 Manfat Penulisan ........................................................................................... 7
1.4.1 Manfaat Bagi Penulis ................................................................................... 7
1.4.2 Manfaat Bagi Tempat Praktik ...................................................................... 7
1.4.3 Manfaat Bagi Ilmu Pengetahuan ................................................................ 8
BAB II TINJAUAN PUSTAK
4.1 Konsep Dasar Kasus ...................................................................................... 9
2.1.1 Definisi Kanker Payudara ............................................................................ 9
2.1.2 Etiologi ........................................................................................................ 9
2.1.3 Tanda dan Gejala ......................................................................................... 13
2.1.4 Patofisiologi ................................................................................................. 14
2.1.5 Klasifikasi .................................................................................................... 14
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang ............................................................................... 17
2.1.7 Penatalaksanaan ........................................................................................... 17
2.1.8 Komplikasi ................................................................................................... 20
2.1.9 Skrining ....................................................................................................... 20
4.2 Konsep Asuhan Keperawatan ........................................................................ 22
2.2.1 Pengkajian.................................................................................................... 22
2.2.2 Diagnosa Keperawatan ................................................................................ 28
2.2.3 Intervensi Keperawatan ............................................................................... 30
2.2.4 Implementasi Keperawatan ......................................................................... 35
2.2.5 Evaluasi Keperawatan ................................................................................. 35
2.2.6 Dokumentasi ................................................................................................ 36
BAB III MENOTE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penulisan ..................................................................................... 37
3.2 Subjek Studi Kasus ........................................................................................ 37
3.3 Batasa Istilah .................................................................................................. 37
3.4 Lokasi dan Waktu Studi Kasus ...................................................................... 38
3.5 Prosedur Studi Kasus ..................................................................................... 38
3.6 Teknik dan Isntrumen Pengumpulan Data ..................................................... 39
3.6.1 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 39
3.6.2 instrumen Pengumpulan Data ...................................................................... 40
3.7 Keabsahan Data.............................................................................................. 40
3.8 Analisis Data .................................................................................................. 40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hail ................................................................................................................. 41
4.1.1 Gambaran Lokasi Studi ............................................................................... 41
4.1.2 Pengkajian.................................................................................................... 42
4.1.3 Diagnosa ...................................................................................................... 53
4.1.4 Perencanaan Keperawatan ........................................................................... 58
4.1.5 Pelaksanaan keperawatan ............................................................................ 64
4.1.6 Evaluasi Keprawatan ................................................................................... 77
4.2 Pembahasan .................................................................................................... 88
4.2.1 Pola Nafas Tidak Efektif Berhubungan dengan Deformitas Dinding Dada
(D.0005) ....................................................................................................... 90
4.2.2 Nyeri Kronis Berhubungan dengan Infiltrasi Tumor (D.0078) ................... 92
4.2.3 Defisit Nutrisi Berhubungan dengan Ketidakmampuan Mengabsorbsi
Nutrien Ke Jaringan (D.0019) ..................................................................... 95
4.2.4 Gangguan Integritas Kulit/jaringan Berhubungan dengan Efek Samping
Terapi Mastektomi (D.0129) ....................................................................... 97
4.2.5 Ansietas Berhubungan dengan Krisis Situasional (D.0080)........................ 98
4.2.6 Gangguan Mobilitas Fisik Berhubungan dengan Penurunan Kekuatan Otot
(D.0054) ....................................................................................................... 100
4.2.7 Gangguan Citra Tubuh Berhubungan dengan Perubahan Struktur/bentuk
Tubuh (D.0083) ........................................................................................... 102
4.2.8 Gangguan Pola Tidur Berhubungan dengan Kurangnya Kontrol Tidur
(D.0055) ....................................................................................................... 104
4.2.9 Defisit perawatan diri Berhubungan dengan kelemahan (D.0109) ............. 106
4.2.10 Resiko Infeksi Berhubungan dengan Faktor Risiko Efek Prosedur Invasif
(D.0142) .................................................................................................... 107
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 111
5.2 Saran ............................................................................................................... 113
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRA – LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 ................................................................................................................ 29
Tabel 4.1 ................................................................................................................ 42
Tabel 4.4 ................................................................................................................ 44
Tabel 4.3 ................................................................................................................ 46
Tabel 4.4 ................................................................................................................ 48
Tabel 4.5 ................................................................................................................ 48
Tabel 4.6 ................................................................................................................ 49
Tabel 4.7 ................................................................................................................ 51
Tabel 4.8 ................................................................................................................ 52
Tabel 4.9 ................................................................................................................ 53
Tabel 4.10 .............................................................................................................. 55
Tabel 4.11 .............................................................................................................. 58
Tabel 4.12 .............................................................................................................. 61
Tabel 4.13 .............................................................................................................. 64
Tabel 4.14 .............................................................................................................. 70
Tabel 4.15 .............................................................................................................. 77
Tabel 4.16 .............................................................................................................. 82
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Format Lembar Persetujuan (informed concent)
Lampiran 2 Lembar Monitor Hamilton Rating Scale For Anxiety (Hars)
Lampiran 3 Surat Persetujuan Pelaksanaan Riset Keperawatan
Lampiran 4 Lembar Konsultasi Proposal
Lampiran 5 Dokumentasi
DAFTAR SINGKATAN
BRCA : Brest care Susceptibility Gene
CBE : Clinical Breast Examination
DNA : Deoxyribo Nucleic Acid
CT : Computed Tomography
GCS : Glosgow Coma Scale and Score
GLOBOCAN : Global Burden Cancer
HARS : Hamilton Rating Scale For Anxiety
HIV : Human Immunodeficiency Virus
IARC : International Agency For Research On Cancer
IGFs : Insulin Like Growth Factors
MRI : Magnetic Resonance Imaging
MRM : Mastektomi Radikal Modifikasi
NRS : Numeric Rating Scale
NSAID : Non-Steroid Anti Inflamasi Drugs
PQRST : Provokate Quality Region Saver Timing
SADARI : Pemeriksaan Payudara Sendiri
SADANIS : Pemeriksaan Payudara Klinis
SEER : Surveilance Epidemiology and Result
TBC : Tuborculosis
USG : Ultrasonografi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Carsinoma mammae atau kanker payudara merupakan tumor ganas pada
payudara yang menginvasi daerah sekitar payudara dan menyebar keseluruh
tubuh (American Cancer Society, 2014). Kanker payudara secara global
menyebabkan angka kematian tertinggi untuk wanita dan epidemiologinya
menyebar merata tanpa terkendali, prevelensi angka kejadian kanker payudara
cukup tinggi mulai dari luar negeri sampai dalam negeri.
Menurut data GLOBOCAN, International Agency For Reserch On Cancer
(IARC) (2012), diketahui bahwa pada tahun 2012 terdapat 14.067.894 kasus baru
kanker dan 8.201.575 kematian akibat kanker di seluruh dunia. Kasus kanker
pada penduduk laki-laki dan perempuan dengan persentase kasus tertinggi,
kanker payudara 43,3%, kanker prostat 30,7%, dan kanker paru 23,1%.
Sementara itu untuk kasus kanker yang dialami penduduk laki-laki, kanker paru
ditemukan pada penduduk laki-laki yaitu sebesar 34,2%, sedangkan kematian
akibat kanker paru pada penduduk laki-laki sebesar 30,0%. Pada penduduk
perempuan, kanker payudara masih menempati urutan pertama yaitu sebesar
43,3% dan kematian akibat kanker payudara 12,9%. Menunrut Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO), tahun 2013 setiap 11 menit ada satu penduduk yang
meninggal karena kanker, termasuk didalamnya kanker payudara. Serta
diprediksi oleh estimasi Interational Agency For Research of Cancer, pada tahun
2020 akan ada 1,15 juta kasus baru
kanker payudara dengan 411.000 kematian. Sebanyak 70% kasus baru dan 55%
kematian terjadi di negara berkembang.
Di Indonesia kanker payudara berada diurutan nomor dua setelah kanker
leher rahim jumlah pasien kanker payudara didapatkan prevelensi sebesar 26 per
100.000 wanita, penderita sekitar 60-70% datang pada stadium tiga, yang
kondisinya terlihat semakin parah (Depkes, 2013).
Tigginya jumlah kanker payudara di Indonesia disebabkan karena
perubahan gaya hidup masyarakat. Faktor-faktor risiko yang menyebabkan
tingginya kejadian kanker di Indonesia menurut jenis kelamin yaitu pada laki-
laki prevensi merokok 56,7%, sering konsumsi makanan berlemak 39,4%, sering
konsumsi makanan hewani berpengawet 4,4%, kurang konsumsi sayur dan buah
96,9%, sering konsumsi makanan dibakar atau dipanggang 4,7%, kurang aktivitas
26,3%. Sedangkan pada perempuan prevelensi meroko 1,9%, sering konsumsi
makanan berlemak 41,9%, sering konsumsi makanan hewani berpengawet 4,2%,
kurang konsumsi sayur dan buah 96,6%, sering konsumsi makanan dibakar atau
dipanggang 4,4%, kurang aktivitas 25,8% (Riskesdas, 2013). Faktor risiko tinggi
penyebab kanker payudara meliputi jenis kelamin, usia, riwayat keluarga,
genetik, siklus mentruasi, melahirkan dan riwayat kanker sebelumnya (Breast
Care Indonesia, 2017). Di Indonesia jenis penanganan yang dilakukan pada
pasien kanker termasuk didalamnya kanker payudara, tercatat pada tahun 2018
tertinggi pembedahan 61,8%, kemotrapi 24,9%, radiasi atau penyinaran 17,3%
(Riskesdas, 2018).
Di Kalimantan Timur pada tahun 2013 etimasi jumlah kasus penderita
kanker payudara sejumlah 1.879 kasus (Riskesdas, 2013). Di Kalimantan Timur
berdasarkan deteksi dini kanker payudara dengan pemeriksaan Clinical Breast
Examination (CBE) pada 180 puskesmas yang berjumlah 569.767 perempuan
umur 30-50 tahun diperoleh hasil benjolan atau tumor di payudara sebanyak 49
orang (0,81%) (Profil Kesehatan Kalimantan Timur, 2015).
Di Samarinda tepatnya di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda, tahun
2014 tercatat 10 macam penyakit kanker pada 750 pasien rawat inap, tertinggi
kanker payudara sebanyak 216 orang dan data pada bulan Agustus hingga
Desember 2014 tercatat 55 orang pasien baru dengan kanker payudara yang
dirawat di ruangan kemoterapi. Terbanyak kelompok usia 41-49 tahun dengan
jumlah 20 orang, usia 50-59 tahun dengan jumlah 15 orang, usia 30-40 tahun
dengan jumlah 12 orang dan usia 60-69 tahun dengan jumalah 7 orang (Rekam
Medik RSUD Abdul Wahab Sjahranie, 2015). Menurut penelitian Noorhidayah
(2015), di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda diproleh dari 10 responden
dengan kejadian kanker payudara 72,1% dipengaruhi oleh usia responden
pertama haid, usia responden saat pertama melahirkan dan riwayat kanker dalam
keluarga sedangkan 27,9% dipengaruhi oleh faktor lain. Prevelensi pasien kanker
payudara yang berkunjung rawat jalan dan rawat inap di RSUD Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda mengalami peningkatan, dilihat dari data pada tahun 2016
pasien kanker payudara yang menjalani rawat jalan berjumlah 1001 orang, pasien
kanker payudara yang menjalani rawat inap berjumlah 262 orang dan pasien yang
meninggal karena kanker payudara berjumlah 33orang, sedangkan pada tahun
2017 pasien kanker payudara yang menjalani rawat jalan meningkat menjadi
1901 orang, pasien kanker payudara yang menjalani rawat inap meningkat
menjadi 451 orang, dan pasien yang meninggal karena kanker payudara
berjumlah 32 orang (Profil RSUD Abdul Wahab Sjahranie, 2017).
Kanker payudara akan berdampak pada penderita baik secara fisik maupun
pisikologis. Dampak fisik yang ditemukan berupa kerontokan rambut akibat
kemotrapi, penurunan berat badan yang drastis akibat kurang nutrisi, gangguan
integritas kulit akibat terapi radiasi, nyeri pada massa yang membesar, dan
gangguan nafsu makan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Oetami,dkk
(2014), dampak kanker payudara dan pengobatannya terhadap aspek pisikologis
akan memberikan dampak ketidakberdayaan, kecemasan, rasa malu, harga diri
menurun, setres, amarah dan ancaman body image.
Pasien kanker payudara biasannya mengalami nyeri. Nyeri dari penyakit
kanker payudara dapat berupa nyeri akut maupun nyeri kronik. Keluhan nyeri
kronik merupakan keluhan yang paling menakutkan bagi penderita kanker
payudara. Penatalaksanaan nyeri di rumah sakit biasanya diberikan terapi
farmakologis yaitu obat analgesik jenis NSAID (Non-Steroid Anti Inflamasi
Drugs) (Astuti, 2016).
Dampak dari kecemasan bisa meningkatkan rasa nyeri pada pasien kanker
payudara. Efek kecemasan pada pasien kanker payudara bisa meningkatkan rasa
nyeri, mengganggu kemampuan tidur, meningkatkan mual dan muntah setelah
kemotrapi, juga terganggunya kualitas hidup diri sendiri (Mohammed S., dkk,
2012). Kecemasan yang terjadi pada pasien kanker yang menjalani kemotrapi
bisa mengakibatkan pasien menghentikan kemotrapinya, untuk mengurangi
kecemasan dapat mengajarkan teknik relaksasi, memberi dukungan dan motivasi,
serta mendorong pasien untuk melakukan aktivitas fisik (Pratiwi, 2017).
Kanker payudara bukanlah kasus yang dapat diabaikan karena prevelensi
kejadian kanker payudara yang tinggi maka diperlukan solusi yang tepat untuk
menghadapi kanker payudara baik cara penatalaksanaan kanker payudara maupun
pencegahannya. Secara garis besar penatalaksanaan kanker payudara dibagi
menjadi dua, terapi lokal yaitu berupa konservatif, mastektomi dengan
rekontruksi, mastektomi dengan radikal yang dimodifikasi. Yang kedua yaitu
terapi sistemik yang berupa kemotrapi dan terapi radiasi (Astana, 2009). Upaya
pencegahan tersebut berupa dengan edukasi pemeriksa payudara sendiri
(SADARI) dan pemeriksaan payudara klinis (SADANIS) (Kemkes RI, 2017).
SADARI dan SADANIS bertujuan untuk menemukan benjolan pada
payudara sedini mungkin agar dapat dilakukan tindakan secara dini (Kemenkes
RI, 2015). Selain dari SADARI dan SADANIS pemeriksaan yang akurat bisa dari
mammografi. Keefektifan mammografi dalam mendeteksi kanker payudara
sekitar 90%. Mammografi mendeteksi kanker payudara kecil dalam 2 tahun
sebelum kanker dapat dipalpasi, dengan adanya massa payudara yang
mencurigakan biopsi harus dilakukan meskipun sudah ada hasil mamografi
karena mamografi tidak bisa mendeteksi kanker payudara sangat padat (Martin
dan Griffin, 2014).
Pasien yang menderita kanker payudara sangat penting membutuhkan
perawatan berupa asuhan keperawatan. Perawat sebagai salah satu anggota tim
yang terlibat langsung dalam memberikan asuhan keperawatan, sehingga harus
bisa memberikan kontribusi dalam upaya meningkatkan kualitas hidup pasien
dengan memberikan asuhan keperawatan yang holistik dan komprehensif,
melalui proses keperawatan yang dimulai dengan pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi tindakan keperawatan,
evaluasi tindakan keperawatan dan dokumentasi keperawatan.
Dari data tersebut diatas menunjukan prevelensi penyakit kanker payudara
yang cukup tinggi di dunia, di Indonesia dan di Kalimantan Timur khususnya di
Samarinda, serta dampak dari penyakit tersebut yang sangat luarbiasa, maka
penulis tertarik untuk menuangkan hal tersebut didalam karya tulis ilmiah
sehingga dapat lebih memahami dan meningkatkan mutu asuhan keperawatan
pada pasien kanker payudara secara holistik dan komprehensif dengan judul
“Asuhan Keperawatan Pasien dengan Carsinoma Mammae di Rumah Sakit
Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie Samarinda”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah
pada studi kasus karya ilmiah ini, yaitu bagaimana asuhan keperawatan pada
pasien dengan Carsinoma mammae secara holistik dan komprehensif di Rumah
Sakit Umumm Daerah Abdul Wahab Sjahranie Samarinda ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Mendapatkan gambaran secara umum tentang asuhan keperawatan pada
pasien dengan Carsinoma mammae secara holistik dan komprehensif.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengkaji pada pasien Carsinoma mammae
1.3.2.2 Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien Carsinoma mammae
secara holistik dan komprehensif
1.3.2.3 Menyusun perencanaan keperawatan pada pasien Carsinoma mammae
1.3.2.4 Melaksanakan implementasi keperawatan yang sesuai dengan
perencanaan keperawatan pada pasien Carsinoma mammae
1.3.2.5 Mengevaluas tindakan keperawatan pada pasien Carsinoma mammae
1.3.2.6 Mendokumentasikan tindakan keperawatan pada pasien Carsinoma
mammae
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Manfaat Bagi Penulis
Menambah informasi dan menambah wawasan penulis dalam
mengaplikasikan asuhan keperawatan pada pasien Carsinoma mammae meliputi
pengkajian, merumuskan diagnosa, menyusun perencanaan, melaksanakan
intervensi, mengevaluasi tindakan, dan mendokumentasikan tindakan.
1.4.2 Manfaat Bagi Tempat Praktik
Studi kasus karya tulis ilmiah ini diharapkan menjadi masukan untuk
melakukan asuhan keperawatan pada pasien Carsinoma mammae secara holistik
dan komprehensif.
1.4.3 Manfaat Bagi Ilmu Pengetahuan
Karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memberi informasi yang bermanfaat
untuk pengembangan ilmu pengetahuan keperawatan maternitas khususnya
mengenai asuhan keperawatan pada pasien Carsinoma mammae.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Medis
2.1.1 Definisi Kanker Payudara
Carsinoma mammae atau kanker payudara merupakan gangguan dalam
pertumbuhan sel normal mammae dimana sel abnormal timbul dari sel-sel
normal, berkembang biak dan menginfiltrasi jarinagan limfe dan pembuluh darah
(Nurarif, 2015).
Kanker payudara adalah suatu tumor (maligna) yang berkembang dari sel-
sel di payudara. Biasanya kanker payudara tumbuh di lobulus yaitu kelenjar yang
memproduksi susu, atau pada duktus saluran kelenjar susu yaitu saluran yang
menghubungkan lobulus ke puting susu. Kanker payudara tumbuh dan
berkembang dengan cepat tanpa terkoordinasi di dalam jaringan dan menyebar
ke pembuluh darah (Putra, 2015).
Kanker payudara adalah pertumbuhan sel di jaringan payudara yang tidak
normal. Sel tersebut mengalami mutasi, tumbuh lebih cepat dan tidak terkendali
serta dapat tumbuh lebih lanjut menyebar ke bagian tubuh lainnya.
2.1.2 Etiologi
Menurut Brunner dan Suddart dalam NANDA, (2015), penyebab kanker
payudara belum dapat ditentukan, tetapi terdapat beberapa faktor genetik. Kanker
payudara memeperlihatkan proliferasi keganasan sel epitel yang membatasi
duktus atau lobus payudara. Pada awalnya hanya terdapat hyperplasia sel dengan
perkembangan sel-sel yang atipikal dan kemudian berlanjut menjadi karsinoma
insitu dan sel menjadi massa. Hormon steroid yang dihasilkan oleh ovarium juga
berperan dalam pembentukan kanker payudara (estradiol dan progesteron
mengalami perubahan dalam lingkungan seluler).
Menurut Putra (2015) faktor risiko yang dapat menyebabkan kanker
payudra terbagi menjadi dua kelompok yaitu faktor resiko yang dapat diubah dan
faktor resiko tidak dapat diubah. Faktor-faktor tersebut sebagai berikut :
2.1.2.1 Faktor risiko yang dapat diubah
1) Obesitas
Obesetitas adalah kegemukan yang diakibatkan oleh kelebihan lemak
dalam tubuh. Jaringan lemak dalam tubuh merupakan sumber utama estrogen,
jadi jika memiliki jaringan lemak lebih banyak berarti memiliki estrogen lebih
tinggi yang meningkatkan risiko kanker payudara.
2) Pecandu alkohol
Alkohol bekerja dengan meningkatkan kadar darah didalam insulin darah,
seperti faktor pertumbuhan atau insulin like growth factors (IGFs) dan estrogen.
Oleh karena itu alkohol dapat meningkatkan risiko kanker payudara.
3) Perokok berat
Rokok merupakan salah satu faktor risiko kanker payudara pada
perempuan, rokok mengandung zat-zat kimia yang dapat mempengaruhi organ –
organ tubuh. Menurut penelitian WHO menyatakan setiap jam tembakau rokok
membunuh 560 oranng di seluruh Dunia. Kematian tersebut tidak terlepas dari
3800 zat kimia yang sebagian besar merupakan racun dan karsinogen (zat pemicu
kanker).
4) Stres
Stres dapat menjadi faktor risiko kanker payudara karena stres pisikologi
yang berat dan terus menerus dapat melemahkan daya tahan tubuh dan penyakit
fisik dapat mudah menyerang.
5) Terpapar zat karsinogen
Zat karsinogen di antaranya yaitu zat kimia, radiasi, dan pembakaran asap
tembakau. Zat karsinogen dapat memicu tumbuhnya sel kanker payudara
(Depkes, 2015).
2.1.2.2 Faktor risiko yang tidak dapat diubah
1) Faktor genetik atau keturunan
Kanker payudara sering dikatakan penyakit turun temurun, ada dua gen
yang dapat mewarisi kanker payudara maupun ovarium yaitu gen BRCA1 (Brest
Care Susceptibility Gene 1) dan BRCA2 (Brest Care Susceptibility Gene 2) yang
terlibat dari perbaikan DNA (Deoxyribo Nucleic Acid). Kedua gen ini hanya
mencapai 5% dari kanker payudara, jika pasien memiliki riwayat kelurga kanker
payudara uji gen BRCA dapat dilakukan. Jika memiliki salah satu atau kedua gen
BRCA1 dan BRCA2 risiko terkena kanker payudara akan meningkat, BRCA1
berisiko lebih tinggi kemungkinan 60%-85% berisko kanker payudara sedangkan
BRCA2 berisiko 40% - 60% berisiko kanker payudara.
2) Faktor seks atau jenis kelamin
Perempuan memiliki risiko lebih besar mengalami kanker payudara, tetapi
laki-laki juga dapat terserang kanker payudara. Hal ini disebabkan laki-laki
memiliki lebih sedikit hormon estrogen dan progesteron yang dapat memicu
pertumbuhan sel kanker, selain itu payudara laki-laki sebagian besar adalah
lemak, bukan kelenjar seperti perempuan.
3) Faktor usia
Faktor risiko usia dapat menentukan seberapa besar risko kanker payudara.
presentase risiko kanker payudara menurut usia yaitu, dari usia 30-39 tahun
berisiko 1 dari 233 perempuan atau 0,43%, usia 40-49 tahun berisiko 1 dari 69
perempuan atau 1,4%, usia 50-59 tahun berisiko 1 dari 38 perempuan atau 2,6%,
usia 60-69 tahun berisiko 1 dari 27 perempuan atau 3,7%. Jadi, Semakin tua usia
seseorang kemungkinan terjadinya kanker payudara semakin tinggi karena
kerusakan genetik (mutasi) semakin meningkat dan kemampuan untuk
beregenerasi sel menurun.
4) Riwayat kehamilan.
Perempuan yang belum pernah hamil (nullipara) memiliki risiko kanker
payudara lebih tinggi. Pertumbuhan sel payudara pada usia remaja bersifat imatur
(belum matang) dan sangat aktif. Sel payudara yang imatur lebih rentan
mengalami mutasi sel yang abnormal, ketika seseorang hamil akan mengalami
kematuran sel pada payudaranya dan menurunkan risiko kanker payudara.
5) Riwayat menstruasi
Perempuan yang mendapatkan menstruasi pertama kali sebelum umur 12
tahun (menarche dini) berisiko 2-4 kali lebih tinggi terkena kanker payudara.
Risiko yang sama juga dimiliki perempuan yang menopause pada usia di atas 55
tahun. Setelah wanita menstruasi akan mengalami perubahan bentuk tubuh tidak
terkecualai payudara, payudara akan mulai tumbuh dan terdapat hormon yang
dapat memicu pertumbuhan sel abnormal.
6) Riwayat menyusui
Perempuan yang menyusui anaknya, terutama selama lebih dari satu tahun,
berisiko lebih kecil menderita kanker payudara. Selama menyusui, sel payudara
menjadi lebih matang (matur). Dengan menyusui mentruasi akan mengalami
penundaan. Hal ini akan mengurangi paparan hormon estrogen terhadap tubuh
sehingga menurunkan risiko kanker payudara.
2.1.3 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala kanker payudara pada stadium awal biasanya massa
tunggal, massa teraba keras dan padat, dapat digerakan atau terfiksasi pada kulit
atau jaringan yang berada dibawahnya, tidak memiliki batasan yang jelas atau
tidak teratur. Tanda lanjutan lainnya berupa adanya rabas pada puting atau terjadi
retraksi pada puting, edema atau cekungan pada kulit, payudara tidak simetris,
dan pembesaran nodus limfe aksila. Pasien yang menderita Carsinoma mamme
biasanya ada yang merasakan nyeri dan ada yang tidak merasakan nyeri, dan
berat badan menurun menunjukan adanya metastase (Nurarif, 2015).
2.1.4 Patofisiologi
Faktor predisposisi dan
resiko tinggi hiperplasi
pada sel maame Mendesak sel syaraf Interupsi sel syaraf
Nyeri (D.0077)
Mendesak pembuluh darah Mensuplai nutrisi ke
jaringan Ca
Mendesak jaringan sekitar
Menekan jaringan pada
maame Hipermetabolisme ke
jaringan
Aliran darah terhambat
Hipoksia
Nekrosis jaringan
Bakteri patogen
Resiko infeksi
(D.0142)
Penurunan
hipermetabolisme jaringan
Penurunan berat badan
Defisit nutrisi (D.0019)
Peningkatan konsistensi
maame
Peningkatan konsistensi
maame
Ukuran maame abnormal
Mamae ansimetris
Defisit pengetahuan
(D.0111)
Ansietas (D.0080)
Gangguan citra
tubuh (D.0083)
Massa tumor
mendesak kejaringan
Perfusi jaringan terganggu
ulkus
Kerusakan integritas
kulit /jaringan
(D.0129)
Infiltrasi pleura peritalr
Ekspansi paru menurun
Pola nafas tidak efektif
(D.0005)
(Nurarif, 2015)
Gangguan pola tidur (D.0055)
Gangguan mobilitas fisik
(D.0054)
Kesulitan dalam bergerak
2.1.4 Klasifikasi
Secara umum jenis kanker payudara dapat dibagi menjadi tiga yaitu kanker
payudara non-invasive, kanker payudara invasive dan kanker payudara paget’s
disease. Uraian lengkapnya sebagai berikut: (Putra, 2015)
2.1.5.1 Kanker payudara non-invasive
Kanker terjadi pada kantong (tube) susu (penghubung antara alveolus,
kelenjar yang memproduksi susu, dan puting payudara). Jenis kanker ini biasanya
disebut dengan kanker carsinoma insitu, dimana kanker payudara belum
menyebar ke bagian luar jaringan kantong susu.
2.1.5.2 Kanker payudara invasive
Sel kanker merusak seluruh kelenjar susu serta menyerang lemak dan
jaringan di sekitarnya. Pada tahap ini kanker telah menyebar keluar dari kantong
susu dan menyerang jaringan disekitarnya, bahkan menyebabkan metastase
seperti ke jaringan kelenjar limfe.
2.1.5.3 Paget’s Disease
Kanker bermula tumbuh di saluran susu, kemudian menyebar ke kulit
areola dan puting. Tandanya terlihat kulit pecah-pecah, memerah, dan
mengeluarkan cairan. Penyembuhan pada jenis kanker ini lebih baik jika tidak
disertai dengan massa.
Klasifikasi kanker payudara menurut stadium dan harapan hidup: (National
Cancer Institute-surveilance, Epidemiology and Result (SEER), 2001 dalam
NANDA, 2015).
2.1.2.1 Stadium 0
Tidak terbukti adanya tumor primer, tidak ada tumor dalam kelenjar getah
bening region, tidak ada metastase ke bagian lain, dan memeiliki harapan hidup
99% selama 5 tahun kedepan.
2.1.2.2 Stadium I
Tumor berukuran kurang atau sama dengan 2 cm, tidak ada tumor dalam kelenjar
getah bening region, tidak ada metastase jauh dan memiliki harapan hidup 92%
selama 5 tahun kedepan.
2.1.2.3 Stadium IIA
Tumor tidak ditemukan pada payudara, tetapi sel-sel kanker ditemukan di
kelenjar getah bening di ketiak yang terletak di bawah lengan dapat berpindah-
pindah, tidak mengalami metastase jauh dan memiliki harapan hidup 82% selama
5 tahun kedepan.
2.1.2.4 Stadium IIB
Tumor berukuran lebih besar dari 2 cm tidak lebih dari 5 cm, sel-sel kanker
ditemukan di kelenjar getah bening di ketiak yang terletak di bawah lengan dapat
berpindah-pindah dan tidak mengalami metastase jauh.
2.1.2.5 Stadium IIIA
Tumor tidak ditemukan di payudara, tetapi ditemukan di kelenjar getah
bening melekat bersama atau pada struktur yang lain, tidak ada metastase jauh
dan memiliki harapan hidup 47% selama 5 tahun kedepan.
2.1.2.6 Stadium IIIB
Tumor telah menyebar ke dinding dada atau menyebabkan pembengkakan,
juga terdapat luka bernanah di payudara atau didiagnosis sebagai inflammatory
breast cancer, menyebar ke kelenjar getah bening dan memiliki harapan hidup
44% selama 5 tahun kedepan.
2.1.2.7 Stadium IV
Ukuran tumor sudah tidak dapat ditentukan dan telah menyebar atau
bermetastasis ke lokasi yang jauh, seperti tulang, paru-paru, liver, tulang rusuk,
atau organ-organ tubuh lainnya dan memiliki harapan hidup 15% selama 5 tahun
kedepan.
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan : (Nurarif, 2015)
2.1.5.1 Scan (misalnya, MRI, CT). Dilakukan untuk diagnostik, identifikasi
metastatik dan evaluasi.
2.1.5.2 Termografi yaitu suatu cara yang menggunakan sinar infra red.
2.1.5.3 Mamografi untuk mendeteksi massa maligna kecil dalam 2 tahun sebelum
kanker dapat dipalpasi.
2.1.5.4 Biopsi untuk mendiagnosis adanya BRCA1 dan BRCA2 (Breast Cancer
Susceptibility Gene).
2.1.5.5 USG (ultrasonografi) untuk membedakan lesi solid dan kistik.
2.1.5.6 Pemeriksaan laboratorium berupa darah lengkap dan kimia darah.
2.1.7 Penatalaksanaan
Penangan pada pasien kanker payudara meliputi:
2.1.8.1 Mastektomi
Mastektomi adalah pmbedahan yang dilakukan untuk mengangkat
payudara.
Tipe-tipe mastektomi menurut Martin dan Griffin (2014) terbagi menjadi 7 yaitu:
1) Mastektomi radikal luas
Terdiri prosedur di atas di tambah eksisi klenjar limfe mammae internal.
Beberapa bagian rusuk harus diangkat untuk mencapai kelenjar mammae internal.
Operasi ini jarang dilakukan
2) Mastektommi radikal (haisted klasik)
Melalui insisi vertikal, seluruh payudara diangkat dengan batas kulit yang
bermakna disekitar puting, areola, dan tumor. Otot pektoralis mayor dan minor
diangkat, vena aksila dipotong. Dalam pembedahan kulit yang tipis ditinggalkan.
3) Mastektomi radikal modifikasi
Seluruh payudara dan sebagian besar kelenjar limfe pada aksila
diangkat,vena aksila dipotong, otot pektoralis dipertahankan.
4) Mastektomi sederhana (total)
Seluruh payudara diangkat, tetapi kelenjar aksila dan otot pektoralis tidak.
Apabila kanker telah menyebar, aksila diradiasi atau dilakukan mastektomi
radikal.
5) Mastektomi sebagian (reseksi segmen, reseksi potongan)
Tumor dan besar segmen di sekitar jaringan payudara, dibawah fasia, dan
kulit di atasnya diangkat biasanya sekitar sepertiga payudara.
6) Lumpektomi, tilektomi atau eksisi lokal
Tumor berukuran 3 cm sampai 5 cm jaringan pada kedua sisi diangkat,
memepertahankan jaringan dan kulit payudara lainnya.
7) Mastektomi subkutan
Jaringan payudara, termasuk kedua aksila, diangkat melalui insisi di bawah
payudara. Semua kulit payudara, termasuk puting dan areola serta tonjolan
jaringankecil di bawah puting, dibiarkan ditempatnya. Implan silikon disisipkan,
baik pada saat pembedahan awal atau beberapa bulan sesudahnya.
2.1.8.2 Radioterapi
Radiotrapi yaitu proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker
dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel
kanker yang masih tersisa di payudara setelah operasi. Tindakan ini mempunyai
efek kurang baik seperti tubuh menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna
kulit di sekitar payudaar menghitam, serta Hb dan leukosit cenderung menurun
sebagai akibat dari radiasi. Pengobatan ini biasanya diberikan bersamaan dengan
lumpektomi atau mastektomi (Putra, 2015).
2.1.8.3 Kemoterapi
Kemoterapi merupakan proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam
bentuk pil, kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker.
Sistem ini diharapkan mencapai target pada pengobatan kanker yang
kemungkinan telah menyebar ke bagian tubuh lainnya. Dampak dari kemoterapi
adalah pasien mengalami mual dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh
obat-obatan yang diberikan pada saat kemoterapi (Putra, 2015).
2.1.8.4 Terapi Hormonal
Terapi ini biasa disebut trapi anti-estrogen yang sistem kerjannya memblok
kemampuan estrogen dalam menstimulus perkembangan kanker payudara (Putra,
2015).
2.1.8.5 Lintas metabolisme
Asam bifosfonat merupakan senyawa penghambat aktivitas osteoklas dan
resorbsi tulang yang sering digunakan untuk melawan osteoporosis yang
diinduksi oleh ovarian suppression, hiperkalsemia dan kelainan metabolisme
tulang, menunjukan evektivitas untuk menurunkan metastasis sel kanker
payudara menuju tulang. Penggunaan asam bifosfonat dalam jangka panjang
dapat menimbulkan efek samping seperti osteonekrosis dan turunnya fungsi
ginjal (Nurarif, 2015).
2.1.8 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit kanker payudara stdium lanjut
atau pasca mastektomi yaitu, metastase ke organ lain seperti tulang rusuk menjadi
kanker tulang, terjadi limfederma karena saluran limfe untuk menjamin aliran
balik limfe ke sirkulasi umum tidak berfungsi dengan adekuat karena nodus
eksilaris dan sistem limfe diangkat.
2.1.9 Skrining
Skrining untuk kanker payudara berguna untuk mendeteksi seorang atau
kelompok orang yang mempunyai kelainan atau abnormalitas yang mungkin
kanker payudara dan selanjutnya memerlukan diagnosa konfirmasi. Skrining juga
ditujukan untuk mendapatkan kanker payudara dini sehingga hasil pengobatan
menjadi efektif dengan demikian menurunkan mortalitas dan memperbaiki
kualitas hidup.
Tindakan untuk skrining antara lain sebagai berikut:
2.1.9.1 Pemeriksa payudara sendiri (SADARI)
SADARI adalah pengembangan kepedulian seorang perempuan terhadap
kondisi payudaranya sendiri. Tindakanan ini dilengkapi dengan langkah-langkah
khusus
untuk mendeteksi secara awal penyakit kanker payudara untuk mengetahui
perubahan-perubahan yang terjadi pada payudara. SADARI dilakukan setiap
bulan sekitar 7-10 hari setelah mentruasi (Putra, 2015).
2.1.9.2 Pemeriksaan payudara klinis (SADANIS)
Pemeriksaan payudara klinis dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
profesional dengan cara seperti pemeriksaan payudara sendiri biasanya dilakukan
setiap setahun sekali. Pemeriksaan SADANIS sangat penting untuk umur 40
tahun lebih saat risiko kanker payudara mulai meningkat, untuk perempuan usia
20-30an tahun di anjurkan pula untuk melakukan pemeriksaan ini disamping
tenaga kesehatan menguatkan SADARI (Martin dan Griffin, 2014).
2.1.9.3 Termografi (clinical infrared imaging)
Termografi adalah tes yang digunakan untuk mendeteksi dan mencatat
perubahan suhu pada permukaan kulit. Pencitraan termal inframerah digital
digunakan dalam skrining kanker payudara, menggunakan kamera termal
inframerah untuk memotret area suhu yang berbeda di sekitar payudara. Area
payudara yang terkena kanker biasanya memiliki suhu lebih tinggi yang akan
terdeteksi melalui prosedur termografi.
2.1.9.4 Mammografi
Mammografi adalah prosedur skrining dan diagnostik yang menggunakan
sinar X untuk mengetahi kondisi payudara. Lebih dari 90% kanker payudara
dapat terdeteksi dengan mammografi tetapi hanya 20% sampai 50% lesi pada
payudara hanya dapat terdeteksi oleh mammografi. Mammografi lebih dini
menemukan kanker yang lebih kecil dalam 2 tahun sebelum kanker dapat
dipalpasi, dengan lebih sedikit metastase ke nodus limfe (Martin dan Griffin,
2014). Skrining mammografi dianjurkan untuk perempuan berusia 40 tahun
dengan resiko standar dan untuk wanita yang berisiko tinggi dapat dilakukan
pada umur 25 tahun.
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah proses atau kegiatan pada praktik
keperawatan yang diberikan secara langsung kepada pasien dalam upaya
memenuhi kebutuhan dasar pasien dan membantu pasien untuk mendapatkan
kesehatan yang optimal. Proses keperawatan mencakup tahap-tahap pengkajian,
diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi, evaluasi dan
dokumentasi (Martin dan Griffin, 2014).
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
upaya untuk mengumpulkan data pasien secara lengkap dan sistematis mulai dari
pengumpulan data, identitas pasien, dan validasi status kesehatan pasien.
Pengkajian bertujuan untuk menegaskan drajat kesehatan atau kesakitan pasien
dan untuk mendiagnosa kemungkinan masalah (Martin dan Griffin, 2014).
Pengkajian kanker payudara berfokus pada hal-hal berikut: berapa lama
muncul massa, penebalan massa atau gejala kanker lain dan apakah telah
mengalami perubahan payudara, karakteristik nyeri payudara, rabas dari puting,
adanya ruam, atau eksem pada puting, riwayat trauma pada payudara, dan riwayat
keluarga memiliki penyakit kanker (Martin dan Griffin, 2014).
Pengkajian dalam proses keperawatan meliputi:
2.2.1.1 Anamnesis
Anamnesis atau wawancara merupakan metode pengumpulan data secara
langsung antara perawat dan pasien. Data wawancara merupakan semua
ungkapan perasaan yang dirasakan pasien atau orang lain yang berkepentingan
termasuk keluarga pasien, teman dan orang terdekat pasien.
Data yang mencakup wawancara meliputi:
1) Identitas pasien
Identitas pasien mencakup nama pasien, tanggal lahir/usia, suku/bangsa,
agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk rumah sakit, jam masuk
rumah sakit, nomor rekam medik dan diagnosa medis.
2) Keluhan utama
Keluhan utama terbagi menjadi dua yaitu keluhan utama saat masuk rumah
sakit dan keluhan saat pengkajian. Keluhan utama pada pasien dengan kanker
payudara dapat nerupa adanya massa tumor di payudara, rasa sakit di payudara,
keluar cairan pada puting, kemerahan pada payudara, payudara terasa restraksi.
3) Riwayat penyakit
(1) Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit yang dialami pasien dari penjelasan sebelum terjadinya
keluhan utaman sampai terjadi keluhan utama dan hingga pada saat pengkajian.
Riwayat kanker payudara dari tanda gejala munjul, penetapan biopsi, keluhan
yang paling dirasakan hingga penanganan yang sudah diberikan untuk menangani
keluhan tersebut.
(2) Riwayat penyakit terdahulu
Riwayat penyakit dahulu adalah riwayat penyakit yang pernah di derita
oleh pasien dan berhubungan dengan penyakit yang sekarang ini.
(3) Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit kelurga adalah berisi tentang semua anggota kelurga
pasien yang memiliki penyakit kronis, menular, menurun dan menahun seperti
penyakit jantung, hipertensi, diabetes melitus, TBC, HIV, hepatits B, penyakit
kelamin, dan apakah kelurga ada yang memiliki riwayat kanker payudara.
(4) Perilaku yang mempengaruhi kesehatan
Prilaku yang mempengaruhi kesehatan berisi tentang aktivitas atau prilaku
sebelum pasien sakit yang dapat mempengaruhi kesehatan pasien, seperti
peminum alkohol atau tidak, merokok atau tidak, ketergantungan obat-obatan
atau tidak, dan bagaimana dengan aktivitas berolahraga.
4) Data pisikososial
Data pisikososial diperlukan untuk mengetahui koping yang dimiliki
pasien, persepsi pasien tentang penyakitnya dan untuk mengetahaui apakah
terjadi gangguan konsep diri pada pasien.
5) Personal hygine
Data personal hygine diperlukan untuk mengetahui frekuensi mandi,
kramas, menyikat gigi, memotong kuku dan ganti pakaian dalam sehari.
6) Pengkajian spiritual
Pengkajian spiritual dapat ditanyakan bagaimana kebiasaan beribadah
selama sebelum sakit dan sesudah sakit ini. Biasanya pada pasien yang
mengalami penyakit kronis akan lebih mendekatkan diri kepada tuhan guna untuk
mencari ketenangan hidupnya.
2.2.1.2 Observasi
Observasi merupakan metode pengumpulan data dengan cara melihat
kondisi pasien maupun lingkungan sekitar pasien atau respon pasien dengan
penyakit kanker, biasanya terdapat nyeri sehingga respon pasien terlihat meringis
menahan nyeri.
2.2.1.3 Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik merupakan proses pemeriksaan fisik dengan
menggunakan metode head to toe yaitu dari ujung rambut hingga ujung kaki
untuk menemukan tanda tanda klinis atau kelainan pada suatu sistem.
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan teknik inspeksi, palpasi, auskutasi dan
perkusi:
Pemeriksaan fisik meliputi:
Keadaan umum berupa keadaan kesadaran pasien, apakah pasien dalam
keadaan sadar, apatis, somnolen, sopor atau koma. Pemeriksaan tanda-tanda vital
untuk mendapatkan data objektif dari keadaan pasien, pemeriksaan ini meliputi
tekanan darah, suhu, respirasi, dan jumlah denyut nadi.
Pada pemeriksaan pertama di mulai dari kepala sampai leher meliputi
pemeriksaan bentuk kepala, penyebaran rambut, warn arambut, struktur wajah ,
warna kulit, kelengkapan dan kesimetrisan mata, kelopak mata, kornea mata,
konungtiva dan sklera, pupil dan iris, ketajaman penglihatan, lapang pandang
penglihatan, keadaan lubang hidung, kesimetrisan septum nasal, ukuran telinga
kanan dan kiri, ketajaman pendengaran, keadaan bibir, keadaan gusi dan gigi,
keadaan lidah, keadaan platum dan orofaring, posisi trakea, apakah ada tiroid,
kelenjar limfe, apakah ada penonjolan vena jugularis, dan cek denyut nadi
karotis.
Pada payudara meliputi inspeksi (biasanya terjadi perubahan pigmentasi
kulit seperti kemerahan,papila mamae tertarik kedalam, hiperpigmentasi aerola
maame, ada atau tidak pengeluaran cairan pada puting susu, ada atau tidak
oedem, dan ansimetris payudara serta apakah terlihat adanya ulkus pada bagian
payudara). Jika terdapat ulkus pada payudara lakukan pengkajian luka meliputi
jenis luka, panjang luka, lebar luka, kedalaman luka, warna luka. Palpasi hasil
(biasanya teraba ada massa pada payudara, ada atau tidak pembesaran kelenjar
getah bening, kemudian disertai dengan pengkajian nyeri tekan).
Pada pemeriksaan dada atau torak meliputi ispeksi (bentuk payudara
simetris atau tidak, apakah terlihat mempergunakan otot bantu pernafasan dan
lihat bagaimana pola nafas), plapasi (penilaian vokal premitus), perkusi
(melakukan perkusi di semua lapang paru), auskultasi (penilaian suara nafas,
suara uacapan suara).
Pada pemeriksaan kardiovaskuler meliputi inspeksi dan palpasi melihat
bagaimana bentuk dada, mengamati pulsasi dan ictus cordis, dan palpasi
menentukan batas-batas jantung untuk mengetahui ukuran jangtung, auskultasi
mendengarkan bunyi jantung, bunyi jantung tambahan ada atau tidak. Cantumkan
juga apakah pasien menggunakan alat bantu pernapasan
Pemeriksaan abdomen meliputi inspeksi (melihat bentuk abdomen, ada atau
tidak benjolan, ada atau tidak bayangan pembuluh darah), auskultasi (bising usus
dengan hasil yang normal 5-35x/menit), palpasi (teraba ada atau tidak massa, ada
atau tidak pembesaran limfe dan line serta ada atau tidak nyeri tekan) dan perkusi
(penilaian suara abdomen suara normalnya berupa timpani dan jika abdomen
terlihat membesar lakukan pemeriksaan shifting dullnes).
Pemeriksaan genetalia dan perkemihan meliputi pemeriksaan bagian-bagian
genetalia apakah ada kelainan atau tidak, kebersihan genetalia, kemempuan
berkemih, intake dan output cairan serta menghitung belance cairan.
Pemeriksaan muskuloskeletal meliputi pemeriksaan kekuatan otot, kelainan
pada tulang belakang, dan kelainan pada ekstremitas.
Pemeriksaan integumen meliputi kebersihan kulit, warna kulit, kelembaban,
turgor kulit, apakah ada lesi dan apakah ada penyekit kulit serta berapa hasil
penilaian resiko dekubitus.
Sistem persyafan meliputi pemeriksaan glasgow coma scale and score
(GCS) cantum kan hasil pemeriksaan hasil eye, verbal, dan best motor,
pemeriksaan ingatan memory, cara berkomunikasi, kognitif, orientasi
(tempt,waktu,orang), saraf sensori (nyeri tusuk, suhu, san senetuhan),
pemeriksaan syaraf otak (NI-NXII), fungsi motorik dan sensorik, serta
pemeriksaan ferleks fisiologis.
2.2.2 Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah sebuah gambarkan respon manusia mengenai
keadaan kesehatan pada individu atau klompok (Martin dan Griffin, 2014).
Diagnosa keperawatan sejalan dengan diagnosa medis karena saat
mengumpulkan data-data untuk menegakan diagnosa keperawatan ditinjau dari
keadaan penyakit dalam diagnosa medis.
Setelah melakukan pengkajian keperawatan dan timbul diagnosa yang
tepat. Menurut Martin dan Griffin (2014), diagnosa keperawatan pada pasien
kanker payudara meliputi: defisiensi pengetahuan berhubugan dengan tes yang
dilakukan dan penanganan yang dipilih, gangguan citra tubuh berhubungan
dengan kemungkinan kehilanga bagian tubuh atau fungsi tubuh, gangguan harga
diri berhubungan dengan kehilangan bagian tubuh atau feminitas, kecemasan
berhubungan dengan penyakit yang mengancam jiwa, nyeri berhubungan dengan
insisi bedah pascaoperasi, ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit yang
berpengaruh pada aktivitas, gangguan proses keluarga berhubungan dengan
dampak penyakit pada keluarga dan perubahan pola seksualitas berhubungan
dengan ketakutan akan penolakan dari pasangan.
Menurut Nurarif (2015), diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien
kanker payudara yaitu:
2.2.2.1 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan deformitas dinidng dada,
hambatan upaya nafas (misalny nyeri saat bernafas). Kategori: fisiologi,
subkategori: respirasi, kode: D.0005.
2.2.2.2 Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologi. kategori:
pisikologi, subkategori: nyeri dan kenyamanan, kode: D.0077.
2.2.2.3 Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrien ke jaringan. Kategori: fisiologi, subkategori: Nutrisi dan cairan
Kode: D.0019.
2.2.2.4 Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan faktor mekanik
(penekanan massa kanker). Kategori: lingkungan, subkategori:
keamanan dan proteksi, kode: D.0139.
2.2.2.5 Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri. Kategori: fisiologi,
subkategori: aktivitas dan istirahat, kode: D.0054.
2.2.2.6 Gangguan cinta tubuh berhubungan dengan perubahan struktur/bentuk
tubuh. Kategori: psikologi, subkategori: integritas ego, kode: D.0083.
2.2.2.7 Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian. Kategori:
psikologi, subkategori: integritas ego, kode: D.0080.
2.2.2.8 Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur.
Kategori: fisiologi, subkategori: aktivitas dan istirahat, kode: D.0055.
2.2.2.9 Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi.
Kategori: perilaku, subkategori: penyuluhan dan pembelajaran, kode:
D.0111.
2.2.2.10 Resiko infeksi berhubugan dengan faktor resiko tindakan invasif.
Kategori: lingkungan, subkategori: keamanan dan proteksi, kode:
D.0142.
2.2.3 Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan adalah berbagai perawatan yang berdasarkan
penilaian klinis dan pengetahuan yang dilakukan oleh perawat untuk
meningkatkan hasil klien/pasien (NANDA, 2015).
Membuat intervensi keperawatan membutuhkan keterampilan meliputi,
penetapan prioritas, penetapan tujuan klien (dalam prilaku yang dapat diukur) dan
kriteria hasil serta menetukan tindakan keperawatan (Martin dan Griffin, 2014).
. Membuat prioritas masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan yang
telah dirumuskan sebelumnya karena tidak semua diagnosa keperawatan
diselesaikan secara bersama. Menentukaan tujuan, tujuan ada dua yaitu tujuan
jangka panjang untuk mengatasi masalah secara umum dan tujuan jangka pendek
untuk mengatasi etiologi guna mencapai tujuan jangka panjang. Rumusan tujuan
mencakup SMART yaitu specific (rumusan tujuan harus jelas), measurabel
(dapat diukur), achievable (dapat dicapai bersma pasien ), realistic (dapat dicapai
dan nyata), dan timing (harus ada target waktu).
Tabel 2.2
Intervensi keperawatan pada pasien kanker payudara
No. Diagnosa Keperawatan
(SDKI)
Tujuan & Kriteria Hasil
(NOC)
Intervensi
(SIKI)
1. Kategori : fisiologi
Subkategori : respirasi
Kode : D.0005
Pola nafas tidak efektif
berhubungan dengan
deformitas dinidng dada, hambatan
upaya nafas (misalny nyeri saat
bernafas)
Dibuktikan dengan :
Mayor
DS:
- Pasien mengatakan sesak nafas
DO:
- Penggunaan otot bantu
pernafasan
- Fase ekspirasi terlihat
memanjang
- Pola nafas abnormal
(hiperventilasi)
Minor
DS:
- Pasien mengatakan sesak pada
Respiratory status :
ventilasi
Respiratory status :
airway patency
Vital sign status
Tujuan : pola nafas
menjadi efektif
Kriteria hasil :
RR dalam batas normal
(16 – 24x/menit), jalan
nafas paten, suara nafas
vasikuler, pola nafas
normal, irama nafas
reguler, tidak ada suara
nafas tambahan
Manajemen pernafasan
dan pemantauan respirasi
1.1 Monitor pola nafas
(frekuensi,
kedalaman, usaha
nafas)
1.2 Monitor saturasi
oksigen
1.3 Posisikan semi
fowler atau fowler
Berikan oksigen
No. Diagnosa Keperawatan
(SDKI)
Tujuan & Kriteria Hasil
(NOC)
Intervensi
(SIKI)
posisi tidur saja
DO:
- Pernapasan cuping hidung
- Diameter toraks anterior dan
posterior meningkat
2. Kategori : pisikologi
Subkategori : nyeri dan
kenyamanan
Kode : D.0077
Nyeri akut berhubungan dengan
agen cedera fisiologi
Dibuktikan dengan:
Mayor
DS:
- Pasien mengeluh nyeri
- Pasien mengatakan sulit tidur
DO:
- Terlihat meringis
- Bersikap protektif (mis.
waspada, posisi menghindari
nyeri)
- Gelisah
- Frekuensi nadi meningkat
Minor
DO:
- Tekanan darah meningkat
- Pola nafsu makan berubah
- Proses berfikir terganggu
- Menarik diri
- Berfokus pada diri sendiri
Pain level
Pain kontrol
Tujuan : nyeri hilang atau
nyeri berkurang
Kriteria hasil :
- Skala nyeri berkurang
(skala nyeri 2-3)
- Klien mampu
mengontrol nyeri dengan
manajemen nyeri non
farmakologi
- Klien mampu
menyatakan nyaman
setelah nyeri berkurang
Manajemen nyeri
2.1 Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
2.2 Identifikasi respon
nyeri non verbal
2.3 Berikan analgesik
sesuai terapi
2.4 Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
nyeri
3.
Kategori : fisiologi
Subkategori : Nutrisi dan cairan
Kode : D.0019
Defisit nutrisi berhubungan dengan
ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrien ke jaringan
Dibuktikan dengan:
Mayor
DS:
- Pasien mengatakan BB turun
DO:
- Berat badan turun minimal
- 10% dibawah rentang normal
Minor
DS:
- Pasien mengatakan cepat
kenyang
- Pssien mengatakan nafsu makan
Nutrition status : food
and fluid intake
Weiht control
Tujuan : nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :
- Tidak terjadi penurunan
berat badan
- Adanya peningkatan
berat badan
- Tidak ada mual dan
muntah
- Mampu menghabiskan
porsi makannya
Manajemen nutrisi
3.1 Identifikasi status
nutrisi
3.2 Monitor asupan
makanan
3.3 Monitor berat badan
3.4 Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium
3.5 Berikan medikasi
sebelum atau sesudah
makan
No. Diagnosa Keperawatan
(SDKI)
Tujuan & Kriteria Hasil
(NOC)
Intervensi
(SIKI)
menurun
- Pasien mengatakan mual
muntah
DO:
- Membran mukosa pucat
- Serum albumin turun
- Rambut rontok berlebihan
- Diare
4. Kategori : lingkungan
Subkategori : keamanan dan
proteksi
Kode : D.0139
Gangguan integritas kulit/jaringan
berhubungan dengan faktor
mekanik (penekanan massa kanker)
Dibuktikan dengan :
Mayor
DS:
- Pasien mengatakan nyeri
- Pasien mengatakan gatal
DO:
- Kerusakan jaringan dan lapisan
kulit
- Adanya ulkus kanker
Minor
DO:
- Perdarahan
- Kemerahan
- Hematoma
Tissue integrity : skin
and musous
Tujuan: Integritas kulit
membaik
Kriteria hasil:
- Menunjukan proses
penyembuhan luka
- Kebersihan dan
kelembapan kulit terjaga
- Kehangatan kulit merata
Perawatan luka
4.1 Monnitor
karakteristik luka
(mis. drainase,
warna, ukuran, bau)
4.2 Monitor tanda-tanda
infeksi
4.3 Pertahankan teknik
steril saat melakukan
perawatan luka
4.4 Ajarkan prosedur
perawatan luka
secara mandiri
5.
.
Kategori : fisiologi
Subkategori : aktivitas dan istirahat
Kode : D.0054
Gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan nyeri
Dibuktikan dengan :
Mayor
DS:
- Pasien mengatakan sulit
- menggerakan esktremitas
DO:
- Kekuatan otot menurun
Minor
DS:
- Pasien mengatakn nyeri saat
bergerak
DO:
- Fisik terlihat lemah
- Gerakan terbatas
Join movement : active
Self care : ADLs
Tujuan: Pergerakan
aktifitas fisik meningkat
Kriteria hasil:
- Klien meningkat dalam
aktifitas fisik
- Memverbalisasi
perasaan dalam
meningkatkan kekuatan
dan kemampuan
berpindah.
- Mengerti tujuan dari
mobilisasi
Dukungan mobilisasi
5.1 Monitor TTV
sebelum meulai
mobilisasi
5.2 Fasilitasi melakukan
mobilisasi fisikd
5.3 Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
pergerakan
5.4 Jelaskan tujuan dan
prosdur mobilisasi
No. Diagnosa Keperawatan
(SDKI)
Tujuan & Kriteria Hasil
(NOC)
Intervensi
(SIKI)
6. Kategori : psikologi
Subkategori : integritas ego
Kode : D.0083
Gangguan cinta tubuh berhubungan
dengan perubahan struktur/bentuk
tubuh
Dibuktikan dengan :
Mayor
DS:
- Mengungkapkan kehilangan
bagian tubuh
DO:
- Fungsi/struktur tubuh
berubah/hilang
- Terlihat kehilangan bagian
tubuh
Minor:
DS:
- Mengungkapkan perasaan
negatif tentang perubahan tubuh
- Mengungkapkan kekhawatiran
pada penolakan
DO:
- Menghindari melihat atau
menyentuh bagian tubuh
- Respon nonverbal pada
perubahan bagian tubuh
- Hubungan sosial berubah
Body image
Tujuan : klien mampu
beradaptasi dengan
perubahan tubuhnya
Kriteria hasil :
- Body image positif
- Mampu mengidentifikasi
kekuatan personal
Promosi citra tubuh dan
koping
6.1 Identifikasi
kemampuan yang
dimiliki
6.2 Monitor frekuensi
pernyataan kritik
terhadap diri sendiri
6.3 Anjurkan keluarga
ter;ibat untuk
memotivasi pasien
6.4 Diskusikan
perubahan tubuh dan
fungsinya
7. Kategori : psikologi
Subkategori : integritas ego
Kode : D.0080
Ansietas berhubungan dengan
ancaman terhadap kematian
Dibuktikan dengan :
Mayor
DS:
- Pasien mengatakan khawatir
dengan kondisinya
- Sulit berkonsentrasi
- Pasien mengatakan sulit tidur
DO:
- Terlihat gelisah
- Terlihat tegang
Minor
DS:
- Pasien mengeluh pusing
DO:
- Frekuensi nadi menngkat
- Tekanan darah meningkat
Anxiety self-control
Tujuan : Ansietas
berkurang
Kriteria hasil :
klien mampu
mengidentifikasi dan
mengungkapkan prasaan
cemas serta dapat
mengontrol cemas
Anxiety reduction
Reduksi ansietas
7.1 Identifikas penyebab
ansietas
7.2 Berikan terapi
relaksasi
7.3 Anjurkan keluarga
untuk tatap bersama
pasien
7.4 Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi
yang akan dialami
No. Diagnosa Keperawatan
(SDKI)
Tujuan & Kriteria Hasil
(NOC)
Intervensi
(SIKI)
8. Kategori : fisiologi
Subkategori : aktivitas dan istirahat
Kode : D.0055
Gangguan pola tidur berhubungan
dengan kurang kontrol tidur
Dibuktikan dengan :
Mayor
DS:
- Pasien mengatakan sulit tidur
- Pasien mengeluh pola tidur
berubah
Mayor
DS:
- Mengeluh kemampuan
beraktivitas menurun
Pain level
Sleep : extent and
pattern
Tujuan : Pola tidur pasien
efektif
Kroteria hasil :
- Jumlah jam tidur dalam
batas normal 6-8
jam/hari
- Perasaaan segar setelah
bangun tidur
Dukungan tidur
8.1 Identifikasi faktor
pengganggu tidur
8.2 Monitor kuantitas
dan kualitas tidur
pasien
8.3 Modifikasi
lingkungan (mis.
kebisingan)
8.4 Anjurkan menepati
waktu tidur
8.5 Jelaskan pentngnya
waktu tidur
9.
Kategori : perilaku
Subkategori : penyuluhan dan
pembelajaran
Kode : D.0111
Defisit pengetahuan berhubungan
dengan kurang terpapar informasi
Dibuktikan dengan :
Mayor
DS:
- Pasien menanyakan masalah
pengobatan kanker
- Pasien menanyakan seputar
masalah yang sedang dihadapi
DO:
- Menunjukan persepsi yang
- kliru terhadap masalah
Minor
DO:
- Menunjukan prilaku berlebihan
(mis. apatis, agitasi)
Knowledge : disease
process
Tujuan : pengetahuan
pasien meningkat
Kriteria hasil :
- Pasien dan keluarga
menyatakan
pemahamannya tentang
penyakit, prognosisi dan
pengobatan
- Pasien dan keluarga
dapat menjelaskan
kembali apa yang
dijelaskan oleh perawat
Teaching : disease process
9.1 Kaji tingkat
pengetahuan pasien
mengenai penyakitnya
9.2 Jelaskan patofisiologis
dari penyakit dengan
cara yang tepat
9.3 Jelaskan tanda dan
gelaja penyakit
9.4 Jelaskan kepada
keluarga mengenai
cara skrining penyakit
9.5 Sediakan informasi
mengenai kondisi
dengan cara yang tepat
10. Kategori : lingkungan
Subkategori : keamanan dan
proteksi
Kode : D.0142
Resiko infeksi berhubugan dengan
faktor resiko tindakan invasif
Dibuktikan dengan :
DO:
- Pasien telah melakukan
tindakan mastektomi
- Terihat luka insisi panjang..
lebar...
Immune status
Knowledge : infection
control
Tujuan : tidak terjadi
infeksi
Kriteria hasil :
- Pasien terbebas dari
tanda dan gejala infeksi
- Menunjukan proses
penyembuhan luka
- Menunjukan
kemampuan untuk
Pencegahan infeksi
10.1 Monitor tanda dan
gejala infeksi lokal
dan sistemik
10.2 Berikan perawatan
luka
10.3 Berikan antibiotik
sesuai terapi
10.4 Cuci tang an sesudah
dan sebelum kontak
pasien dan
lingkungan
No. Diagnosa Keperawatan
(SDKI)
Tujuan & Kriteria Hasil
(NOC)
Intervensi
(SIKI)
mencegah timbulnya
infeksi
10.5 Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
2.2.4 Implementasi keperawatan
Implementasi adalah tahap tindakan dalam proses keperawatan dimana
harus membutuhkan penerapan intelektual, interpersonal, dan teknis (Martin dan
Griffin, 2014).
Implementasi keperawatan adalah suatau tindakan keperawatan yang
sebelumnya telah di rencanakan pada intervensi keperawatan. Setelah melakukan
implementasi hendaklah perawat melihat respon subjektif maupun objektif
pasien.
2.2.5 Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah tahap akhir proses keperawatan yang meliputi evaluasi
proses (formatif) dan evaluasi hasil (sumatif) dan mencakup penilaian hasil
tindakan asuhan keperawatan yang telah dilakukan (Martin dan Griffin, 2014).
Evaluasi formatif adalah evalusi yang dilakukan setelah perawat melakukan
tindakan keperawatan yang dilakukan terus menerus hingga mencapai tujuan.
Evaluasi somatif adalah evaluasi yang dilakukan setiap hari setelah semua
tindakan sesuai diagnosa keperawatan dilakukan. Evaluasi somatif terdiri dari
SOAP (subjek, objektif, analisis dan planing). Subjek berisi respon yang
diungkapkan oleh pasien dan objektif berisi respon nonverbal dari pasien respon-
respon tersebut didapat setelah perawat melakukan tindakan keperawatan.
Analisis merupakan kesimpulan dari tindakan dalam perencanaan masalah
keperawatan dilihat dari kriteria hasil apakah teratasi, teratasi sebagiam atau
belum teratasi. Sedangkan planing berisi perencanaan tindakan keperawatan yang
harus dilakukan selanjutnya.
Ada tiga kemungkinan hasil evaluasi yang terkait dengan keberhasilan
tujuan tindakan yaitu tujuan tercapai apabila pasien menunjukan perubahan
sesuai kriteria hasil yang telah ditentukan, tujuan tercapai sebagian apabila jika
klien menunjukan perubuahan pada sebagian kriteria hasil yang telah ditetapkan,
tujuan tidak tercapai jika klien menunjukan sedikit perubahan dan tidak ada
kemajuan sama sekali.
2.2.6 Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan adalah kegiatan mencatat seluruh tindakan
yang telah dilakukan, dokumentasi keperawatan sangat penting untuk dilakukan
karena berguna untuk menghindari kesalahan, menhindari kejadian tumpang
tindih, memebrikan informasi ketidaklengkapan asuhan keperawatan, dan
terbinanya koordinasi antara teman sejawat atau pihak lain.
BAB III
METODE PENULISAN
3.1 Rancangan Penulisan
Jenis penulisan karya tulis ilmiah ini adalah deskriptif dalam bentuk studi
kasus untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan pasien dengan
Carsinoma mammae (kanker payudara) secara holistik dan komprehensif.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan asuhan keperawatan yang
meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi
dan dokumentasi.
3.2 Subjek Studi Kasus
Subjek dalam studi kasus ini adalah dua responden yang sedang dirawat di
RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda, dengan diagnosa medis Carsinoma
mammae.
3.3 Batasan Istilah (Definisi Oprasional)
Pelaksanaan studi kasus pada karya tulis ilmiah ini dengan menerapkan
asuhan keperawatana pada pasien carsinoma Mamae (kanker payudara) dengan
masalah keperawatan secara holistik dan komprehensif.
Definisi oprasional pada studi kasus ini yaitu pasien carsinoma mammae
yang dirawat di RSUD Abdul Wahab Sjahranie yang telah terdiagnosa carsinoma
mammae stadium I, IIA, IIB, IIIA, IIIB dan IV.
Alat ukur dalam studi kasus ini menggunakan format asuhan keperawatan
maternitas gangguan reproduksi yang terdiri dari pengkajian, diagnosa,
perencanaan, intervensi dan evaluasi.
3.4 Lokasi dan Waktu Studi Kasus
Studi kasus dilakukan di Ruangan Cempaka RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda selama 3-6 hari.
3.5 Prosedur Studi Kasus
Prosedur studi kasusu pada karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut:
3.5.1. Melakukan penyusunan proposal mengenai kasus kanker payudara.
3.5.2. Pembimbing menyetujui proposal studi kasus.
3.5.3. Meminta izin untuk mengumpulkan data dengan metode studi kasus
melalui surat isin pelaksanaan studi kasus kepada pihak RSUD Abdul
Wahab Sjahranie Samarinda.
3.5.4. Menentukan responden sebanyak dua orang dengan diagnosa medis kanker
payudara.
3.5.5. Memberikan informasi singkat mengenai tujuan dan manfaat dari studi
kasus terhadap responden dalam keikut sertaan dan partisipasi responden di
dalam studi kasus.
3.5.6. Memberikan lembar persetujua (informed concent) kepada responden yang
setuju untuk di tanda tangani serta meminta keluarga untuk turut serta
berpartisipasi dalam studi kasus.
3.5.7. Melakukan pemeriksaan fisik kepada pasien kanker payudara.
3.5.8. Merumuskan diagnosa yang muncul pada pasien kanker payudara secara
holistik dan menyeluruh.
3.5.9. Menentukan intervensi keperawatan sesuai dengan masalah keperawatan
yang muncul.
3.5.10. Melakukan implementasi keperawatan terhadap masalah keperawatan
yang muncul.
3.5.11. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan yang telah di berikan kepada
pasien.
3.5.12. Melakukan dokumentasi tindakan ynag telah dilakukan selama perawatan.
3.5.13. Membandingkan hasil asuhan keperawatan dari dua responden.
3.5.14. Menyusun dan mengumpulkan hasil studi kasus
3.5.15. Melaporkan hasil studi kasus dalam seminar hasil.
3.6 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
3.6.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah kegiatan yang terpinting dalam penelitian.
Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data adalah dengan melakukan:
3.6.1.1. Wawancara. Hasil dari wawancara berupa anamnesis berisi tentang
identitas pasien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat
penyakit terdahulu, riwayat penyakit keluarga. Sumber dari wawancara
bisa di dapat dari pasien, keluarga pasien, orang terdekat pasien dan
perawat lainnya.
3.6.1.2. Observasi. Mengamati kejadian, tingkah laku atau respon dari pasien.
3.6.1.3. Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi pada
sistem tubuh pasien.
3.6.1.4. Studi dokumentasi.
3.6.2 Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data pada karya tulis ilmiah ini yaitu menggunakan
format pengkajian asuhan keperawatan sesuai ketentuan yang berlaku. Terdiri
dari pengkajian diagnosa, intervensi keperawatan, implementasi dan evaluasi.
3.7 Keabsahan Data
Keabsahan data dilakukan dengan cara memvalidasi data-data yang telah
terkempul melalui perbandingan data-data wawancara, observasi pemeriksaan
fisik dan dokumentasi yang diperoleh di lapangan tempat penelitian. Dari semua
data-data tersebut di kategorikan kedalam data-data yang sama sehingga
menghasilkan data dengan validitas tinggi.
3.8 Analisis Data
Analisis data dilakukan sejak penelitian di lapangan, sewaktu pengumpulan
data sampai dengan semua data terkumpul. Analisis data diakukan dengan cara
mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan ketegori data-data tersebut
dengan konsep teori yang ada dan menghasilkan satu kesimpulan. Analisis data
dalam karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui penerapan asuhan
keperawatan pada dua responden pasien carsinoma mamae secara holistik dan
komprehensif.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis Carsinoma
mammae di ruang Aster RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda terhitung dari
tanggal 02 April 2019 sampai 06 April 2019. Pada bab ini akan diuraikan hasil
penelitian dan pembahasan mengenai hasil asuhan keperawatan pasien dengan
diagnosa medis Carsinoma mammae yang dilakukan pada 02 April 2019 sampai
06 April 2019 dengan jumlah sampel sebanyak dua pasien. Adapun hasil studi
kasus ini diuraikan sebagai berikut:
4.1 Hasil
4.1.1 Gambaran Lokasi Studi
Studi kasus ini dilakukan di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
yang terletak di Jalan Palang Merah No.1 Sidodadi, Samarinda Ulu, Kota
Samarinda, Kalimantan Timur. RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
diresmikan pada tanggal 22 Februari 1986. Rumah sakit ini adalah rumah sakit
tipe A yang memeiliki fasilitas antara lain: intalasi rawat jalan, instalasi rawat
inap, instalasi farmasi, laboratorium PA, laboratorium Pk, instalasi kedokteran
nuklir, radiologi, radiotrapi, instalasi penunjang medik, hemodialysis, ruang
kemotrapi, rehabilitasi medik, instalasi perawatan intensif, IGD 24 jam dan
instalasi bedah sentral.
Penulis menggunakan ruangan Aster dari tanggal 02 April-06 april 2019,
ruangan ini adalah ruangan yang dikhususkan untuk pasien-pasien pre dan post
operasi laki-laki dan perempuan baik tua dan anak-anak. Pasien yang di
rawat di ruangan ini sebagian besar adalah pasien pre dan post operasi fraktur,
tetapi banyak juga pasien dengan penyakit lain seperti Carsinoma mammae.
Bangunan ruang Aster terdiri dari 10 kamar yang masing-masing kamar
dapat menampung 5-6 pasien, 1 ruangan isolasi untuk menampung 6 pasien, 1
ruangan tindakan, 1 ruang mushola, 1 ruang rapat dan ruang perawat, 1 ruang
dapur, 1 ruang untuk kepala ruangan dan wakil kpala ruangan serta 2 kamar
mandi pegawai.
Kasus yang dirawat di rungan Aster meliputi kasus Fraktur, Anemia,
Ulkus diabetic food , Laparatomy, Combutio, App perforasi, Carsinoma
mammae.
Pada pembahasan di bab ini dijelaskan hasil perbandingan dari asuhan
keperawatan degan dua responden yang dimulai dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi sebagai berikut:
4.1.2 Pengkajian
Tabel 4.1 Hasil anamnesa identitas pasien dengan Carsinoma mammae
di Ruangan Aster RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
Identitas Klien Pasien 1 Pasien 2
Nama (insial) Ny. S Ny. S.A
Umur 58 Tahun 46 Tahun
Jenis Kelamin Perempuan Perempuan
Status Perkawinan Menikah Menikah
Pekerjaan IRT IRT
Agama Islam Islam
Pendidikan terakhir Tidak tamat SD SD
Alamat Jl.Perintis, Samarinda Jl.Beringin, Malinau Kota
No. Register 90.78.XX 01.02.89.XX
Tanggal MRS 02 April 2019 02 April 2019
Tanggal Pengkajian 02 April 2019 03 April 2019
Diagnosa Medis Carsinoma Mammae Sinistra Post MRM Carsinoma Mammae Dextra
Genogram
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Meninggal
: Serumah
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Meninggal
: Serumah
Penjelasan: Dari tabel 4.1 data pengakajian dilakukan di hari yang
berbeda yaitu, pada selasa 02 April 2019 pada pukul 08.00 WITA didapatkan
data pasien 1, yaitu Ny.S berusia 58 tahun, jenis kelamin perempuan, telah
menikah, suku jawa, beragama islam, dengan tidak tamat SD, pekerjaan ibu
rumah tangga, alamat di Jl. Perintis, Samarinda, pasien masuk di rumah sakit
pada tanggal 02 April 2019 pukul 03.00 WITA dengan No. Register 90.78.XX
diagnosa medis Carsinoma mammae sinistra yang telah melakukan MRM
(Mastektomi Radikal Modifikasi). Pada rabu 03 April 2019 pukul 07.00 WITA
didapatkan data pasien 2, yaitu Ny.S.A berusia 46 tahun, jenis kelamin
perempuan, telah menikah, suku dayak, beragama islam, dengan pendidikan
tamat SD, pekerjaan ibu rumah tangga, alamat Jl. Beringin, Malinau Kota, pasien
masuk di rumah sakit pada tanggal 02 April 2019 pukul 15.00 wita dengan No.
Register 01.02.89.XX dan diagnosa medis Carsinoma mammae dextra.
Tabel 4.2 Hasil anamnesa riwayat kesehatan pasien dengan
Carsinoma mammae di Ruangan Aster
RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda
Pengkajian Pasien 1 Pasien 2
Keluhan
Utama
Pasien mengatakan nyeri pada area
dada sebelah kiri sampai ke lengan
bagian atas
Pasien mengatakan nyeri pada
payudara sebelah kanan
Riwayat
penyakit
sekarang
Pasien mengatakan telah terdiagnosa
kanker payudara sejak 3 tahun yang
lalau, awalnya muncul benjolan kecil
pada payudara kiri tanpa menimbulkan
rasa nyeri pasien tidak memeriksakan
kesehatannya, beberapa bulan
kemudian benjolan semakin besar dan
menimbulkan rasa nyeri disertai ulkus
lalu pasien pergi ke rumah sakit dan
terdiagnosa kanker payudara pada
akhir tahun 2017 pasien melakukan
MRM (Mastektomi Radikal
Modifikasi) dan menjalankan
kemotrapi pada awal tahun 2018
hingga sekarang, kemudian kurang
lebih 6 bulan yang lalau benjolan
tumbuh lagi pada area dada dan terus
membesar serta terasa nyeri. Klien
masuk rumah sakit pada tanggal 02
April 2019 pukul 03.00 WITA dengan
mengeluh nyeri menjalar ke lengan
kiri. Saat dilakukan pengkajian pada
tanggal 02 April 2019 pukul 08.00
WITA pasien masih mengeluh nyeri
pada area dada sebelah kiri sampai ke
lengan. Nyeri yang dirasakan akibat
benjolan yang tumbuh pada dada di
bagian atas yang semakin membesar,
nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk ,
nyeri terasa disekitar area dada kiri
samapai ke lengan dengan skala 5
(nyeri sedang) dan berlangsung terus
menerus. Pasien direncanakan
kemotrapi yang ke 12 setelah keadaan
umum pasien membaik.
Pasien mengatakan merasakan ada
benjolan di ketiak sebelah kanan
sejak kurang lebih 10 tahun yang
lalau, pasien tidak memeriksakan
benjolan tersebut karena tidak
merasakan nyeri. kemudian benjolan
tersebut terasa semakin membesar
dan terasa nyeri sehingga pada
tanggal 14 maret 2019 pasien
memutuskan memeriksakan diri ke
Rumah Sakit Malinau dan telah
dilakukan USG dengan hasil tumor
payudara dan melakukan pemriksaan
lanjutan pada tanggal 20 maret 2019
di RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda untuk melakukan
pemeriksaan PA dengan hasil tumor
ganas payudara, Pasien dianjurkan
untuk melakukan pembedahan namun
pasien belum siap. Pada tanggal 01
april 2019 pasien datang ke Rumah
Sakit Malinau dengan keluhan nyeri
pada payudara kanannya, nyeri yang
dirasakan kurang lebih sudah 4 bulan
dan terasa semakin parah. Lalu pasien
dirujuk ke RSUD Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda, pasien tiba di
UGD pada tanggal 02 april 2019
pukul 15.00 WITA lalu di transfer ke
Ruang Aster untuk melanjutkan
perawatan. Saat dilakukan pengkajian
pada tanggal 03 april 2019 pukul
07.00 WITA pasien merasakan nyeri
pada payudara kanan, nyeri yang
dirasakan akibat benjolan payudara
yang semakin membesar, nyeri terasa
seperti tertusuk-tusuk pada area
payudara sampai ke ketiak dengan
skala nyeri 4 (nyeri sedang) nyeri
yang dirasakan timbul ketika pasien
menggerakan tangan kanannya hilang
ketika pasien berbaring. Pasien
direncanakan MRM (Mastektomi
Radikal Modifikasi) pada tanggal 03
Pengkajian Pasien 1 Pasien 2
april 2019 pukul 09.30 wita.
Riawayat
Kesehatan
Dahulu
Pasien mengatakan bahwa sudah keluar
masuk dirawat di rumah sakit karena
penyakit yang sama dan tidak pernah
dirawat di rumah sakit karena penyakit
serius lainnya.
Pasien mengatakan bahwa
sebelumnya tidak pernah dirawat di
rumah karena penyakit yang sama
atau pun karena penyakit serius
lainnya.
Riwayat
Kesehatan
Keluarga
Anak pasien mengatakan bahwa tidak
ada anggota keluarga yang mengalami
penyakit keturunan (seperti, kanker,
hipertensi, diabetes melitus, dan
penyakit jantung) serta penyakit
meular (seperti HIV, TBC, hepatitis)
Pasien mengatakan bahwa tidak ada
anggota keluarga yang mengalami
penyakit keturunan (seperti, kanker,
hipertensi, diabetes melitus, dan
penyakit jantung) serta penyakit
meular (seperti HIV, TBC, hepatitis)
Riwayat
Haid
Pasien mengtakan dulu siklus haid 1
bulan sekali dialami teratur kurang
lebih 5 hari tidak ada masalah yang
timbul selama haid. Sekarang sudah
tidak mengalami haid lagi.
Pasien mengatakan dulu sklus haid 1
bulan sekli dialami teratur kurang
dari seminggu, tidak ada masalah
selama haid berlangsung. Sekarang
sudah tidak mengalami haid lagi.
Penjelasan: Dari tabel 4.2 data pengkajian riwayat kesehatan pada pasien
1 (Ny.S) dan pasien 2 (Ny.S.A). Pada kedua pasien terdapat persamaan hasil
pengkajian, yaitu kedua pasien ditemukan data senjang nyeri kronis. Ny.S
mengeluh nyeri pada area pertumbuhan massa, nyeri yang dirasakan akibat
benjolan yang tumbuh pada dada di bagian atas yang semakin membesar, nyeri
terasa seperti ditusuk-tusuk, nyeri terasa disekitar area dada kiri samapai ke
lengan dengan skala 5 (nyeri sedang) dan berlangsung terus menerus. Ny.S.A
mengeluh nyeri pada payudara kanan, nyeri yang dirasakan akibat benjolan
payudara yang semakin membesar, nyeri terasa seperti tertusuk-tusuk pada area
payudara sampai ke ketiak dengan skala nyeri 4 (nyeri sedang) nyeri yang
dirasakan timbul ketika pasien menggerakan tangan kanannya hilang ketika
pasien berbaring.
Perbedaan hasil pengkajian yaitu, Ny.S sudah keluar masuk dirawat di
rumah sakit karena kankernya, sudah melakukan pembedahan mastektomi radikal
modifikasi dan telah melakukan kemotrapi yang ke 11 sedangka Ny.S.A baru
pertama kali dirawat di rumah sakit dan direncanakan melakukan pembedahan
mastektomi radikal modifikasi.
Tabel 4.3 Hasil anamnesa pola aktivitas pasien dengan Carsinoma mammae
di Ruangan Aster RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
Pola Aktivitas
Sehari - hari Pasien 1 Pasien 2
Pola
Tidur/Istirahat
Pasien mengatakan waktu tidur
dirumah pukul 23.00 dan bangun
pukul 05.00 subuh, waktu tidur di RS
pukul 05.00 sampai 07.00 pagi.
Pasien mengatakan sulit untuk tidur
apa lagi di rumah sakit.
Pasien mengatakan mudah tidur saat
pagi hari setelah mandi dan mudah
bangun saat ada orang datang.
Pasien mengatakan waktu tidur
dirumah pukul 22.00 dan bangun
pukul 05.00 subuh, waktu tidur di
RS pukul 01.00 dan bangun pukul
05.00 subuh.
Pasien mengatakan tidak merasa
nyenyak dan sering terbangun saat
tidur.
Pasien mengatakan mudah tidur
saat siang hari dan mudah bangun
jika nyeri muncul.
Pola Eliminasi Pasien mengatakan dirumah BAB 1
kali sehari dan di rumah sakit pasien
sudah BAB 1 kali.
Masalah BAB tidak ada
Pasien mengatakan di rumah BAK 3-
4 kali sehari dan di rumah sakit
sudah BAK 3-5 kali
Masalah BAK tidak ada
Pasien mengatakan dirumah BAB 2
kali sehari dan di rumah sakit
pasien sudah BAB 1 kali.
Masalah BAB tidak ada
Pasien mengatakan di rumah BAK
3-5 kali sehari dan di rumah sakit
3-5 kali
Masalah BAK tidak ada
Pola Makan dan
Minum
Pasien mengatakan di rumah makan
2 kali sehari: nasi, sayur, lauk pauk
(ikan, tahu, tempe) namum sering
sekali tidak habis dan untuk minum
air putih 5-6 gelas/hari yang
dilakukan setelah makan dan
sewaktu-waktu.
Pasien mengatakan di rumah sakit
makan 3 kali sehari: nasi, sayur, lauk
pauk, buah, namum pasien mengeluh
tidak nafsu makan, pasien hanya
makan ½ porsi atau kurang lebih 5
sendok saja dan untuk minum air
putih 2-3 gelas/hari yang dilakukan
setelah makan dan sewaktu-waktu
Pasien mengatakan di rumah makan
3 kali sehari: nasi, sayur, lauk pauk
(ikan, tahu, tempe) pasien selalu
menghabiskan porsi makannya dan
untuk minum air putih 5-8
gelas/hari yang dilakukan setelah
makan dan sewaktu-waktu.
Pasien mengatakan di rumah sakit
makan 3 kali sehari: nasi, sayur,
lauk pauk, buah, pasien selalu
menghabiskan porsi makannya dan
untuk minum air putih 3-6
gelas/hari yang dilakukan setelah
makan dan sewaktu-waktu
Kebersihan Diri Pasien mengatakan di rumah
dimandikan anaknya 2 kali sehari,
pemeliharaan gigi 1 kali sehari dan
Pasien mengatakan di rumah mandi
2-3 kali sehari, pemeliharaan gigi 2
kali sehari dan untuk pemeliharaan
Pola Aktivitas
Sehari - hari Pasien 1 Pasien 2
untuk pemeliharaan kuku di rumah 1
kali seminggu.
Pasien mengatakan di rumah sakit
pagi tadi hanya diseka-seka, selama
di rumah sakit belum gosok gigi dan
untuk pemeliharaan kuku di rumah
sakit belum ada memotong kuku.
kuku di rumah 1 kali seminggu.
Pasien mengatakan di rumah sakit
telah mandi 2 kali, selama di rumah
sakit gosok gigi 2 kali dan untuk
pemeliharaan kuku di rumah sakit
belum ada memotong kuku.
Pola Kegiatan
Lain
Paien terlihat hanya bisa berbaring,
tampak berhati-hati saat miring kanan
dan mirinng kiri disebabkan karena
adanya benjolan di dada kiri dan
pembengkakan pada tangan kiri
Pasien terlihat dapat berjalan dan
melakukan aktivitasnya secara
mandiri.
Penjelasan: Dari tabel 4.3 data pengkajian pola aktivitas pada pasien 1
(Ny.S) ditemukan data senjang, yaitu gangguan pola tidur berupa pasien
mengeluh sulit tidur waktu tidur kurang dari 8 jam dan mudah terbangun saat ada
orang yang datang, defisit nutrisi berupa pasien mengeluh tidak nafsu makan dan
hanya makan ½ porsi atau kurang lebih 5 sendok saja, defisit perawatan diri
berupa pasien mengatakan di rumah sakit pagi tadi hanya diseka-seka, selama di
rumah sakit belum gosok gigi, paien terlihat hanya bisa berbaring. Pada pasien 2
(Ny.S.A) ditemukan data gangguan pola tidur berupa pasien mengeluh sulit
tidur karena nyeri, waktu tidur kurang dari 8 jam dan tidak merasa nyenyak,
mudah terbangun saat nyeri muncul.
Tabel 4.4 Hasil anamnesa data pisikologi pasien dengan Carsinoma
Mammae di Ruangan Aster RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
Data Pisikosisial
Pasien 1 Pasien 2
Status pisikologi pasien baik,
tidak stres berlebihan interaksi
klien baik dengan keluarga
maupun dengan orang lain.
Status pisikologi pasien
baik, interaksi klien baik
dengan keluarga maupun
dengan orang lain.
Pasien terlihat tegang Pasien
mengatakan takut dengan
oprasi yang akan dilakukan.
Penjelasan: Dari tabel 4.4 data pengkajian psikososial, pasien 1 (Ny.S)
memiliki status psikologi dan sosial yang baik sedangkan pasien 2 (Ny.S.A) dari
segi sosial pasien baik, pasien dapat berinteraksi dengan orang lain, sedang dari
segi psikologi ditemukan data senjang ansietas berupa pasien mengatakan takut
dengan oprasi yang akan berlangung dan pasien terlihat tegang.
Tabel 4.5 Hasil anamnesa status mental pasien dengan Carsinoma mammae
di Ruangan Aster RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
Pemeriksaan
Status Mental
Pasien 1 Pasien 2
Kondisi emosi atau perasaan pasien
baik, perasaan emosi stabil tidak
berubah-ubah
Orientasi pasien mengenai tempat
(pasien tau sekarang beraada di
rumah sakit), waktu (pasien tau hari
dan tanggal sekarang), orang (pasien
dapat mengenali orang dan mampu
berinteraksi dengan orang tersebut)
Proses berfikir (ingatan, atensi,
keputusan, perhitungan) pasien
kurang mengingat bagaimna proses
penyakit yang pasien alami hingga
sekarang ini. Pasien bisa mengambil
keputusan dibantu oleh suami dan
anaknya
Motivasi pasien ingin sembuh agar
bisa berkumpul kembali dengan
cucunya.
Persepsi, pasien mengentahui tentang
penyakitnya, pasien menerima
Kondisi emosi atau perasaan pasien
baik, perasaan emosi stabil tidak
berubah-ubah
Orientasi pasien mengenai tempat
(pasien tau sekarang beraada di
rumah sakit), waktu (pasien tau hari
dan tanggal sekarang), orang
(pasien dapat mengenali orang dan
mampu berinteraksi dengan orang
tersebut)
Proses berfikir (ingatan, atensi,
keputusan, perhitungan) pasien
mengingat bagaimna proses
penyakit yang pasien alami hingga
sekarang ini. Pasien bisa
mengambil keputusan dengan
mandiri
Motivasi pasien ingin sembuh agar
bisa berkumpul kembali dengan
keluarganya.
Persepsi, pasien mengetahui tentang
Pasien 1 Pasien 2
dengan keadaannya sekarang.
Bahasa (pola komunikasi) bahsa
sehari-hari yang digunakan yaitu
bahasa jawa namun pasien mengerti
bahasa indonesia
penyakitnya, pasien mengatakan
merasa tidak nyaman dengan
perubahan kondisi tubuhnya dan
mengatakan bahwa dirinya telah
cacat.
Bahasa (pola komunikasi) bahsa
sehari-hari yang digunakan yaitu
bahasa indonesia
Penejlasan: Dari tabel 4.5 data pengkajian status mental kedua pasien
secara keseluruhan kedua pasien memiliki kondisi mental yang baik. Namun pada
pasien 2 (Ny.S.A) ditemukan data senjang gangguan citra tubuh berupa pasien
mengatakan merasa tidak nyaman dengan perubahan kondisi tubuhnya dan
mengatakan bahwa dirinya telah cacat.
Tabel 4.6 Hasil anamnesa pemeriksaan fisik pasien dengan
Carsinoma mammae di Ruangan Aster
RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda
Pemeriksaan Fisik Pasien 1 Pasien 2
Keadaan Umum Compos mentis Compos mentis
Tanda – Tanda
Vital
TD: 120/70 mmHg
Nadi: 80x/m
RR: 26x/m
T: 37 ℃
Spo2: 98%TB:
TD: 140/80 mmHg
N: 90x/m
RR: 20x/m
T: 36,5 ℃
Antropometri BB: 38 Kg
TB: 150 cm
IMT: 16,8
LILA: 22 cm
BB: 60 cm
TB: 150 kg
IMT: 26
Pemeriksaan
Intgumen
Kulit terlihat kurang bersih, badan
klien teraba hangat, warna kulit
pasien sawo matang, turgor kulit
baik kembali dalam <2 detik, kulit
tampak kering dan elastis, terlihat
adanya koloid bekas luka insisi
pada dada kiri.
Kulit terlihat bersih, badan klien
teraba hangat, warna kulit pasien
sawo matang, turgor kulit baik
kembali dalam <2 detik, kulit
tampak lembab kenyal dan elastis,
terdapat luka post op MRM
payudara kanan.
Pemeriksaan
payudara dan ketiak
Payudara tidak simetris, Pasien
telah melakukan MRM pada
payudara kirinya, warna payudara
kiri kecoklatan aerola kecoklatan,
Ukuran dan bentuk payudara tidak
simetris kanan dan kiri, warna
payudara dan aerola normal warna
kecoklatan, pada payudara kiri
Pemeriksaan Fisik Pasien 1 Pasien 2
kelainan pada payudara terlihat
tunggal hanya tersisa sebelah
kanan dalam keadaan puting
normal tidak ada kelainan, axsila
terdapat pembengkakan dan
clavikula tidak simetris antara
kanan dan kiri karena terdapat
penonjolan masa pada area dada
kiri.
terdapat benjolan batas tidak tegas
dengan konsistensi padat tidak
disertai ulkus, puting normal tidak
mengeluarkan cairan, axila tidak
ada pemebengkakan dan clavikula
simetris kanan dan kiri.
Pemeriksaan dada Inpeksi: bentuk thoraks tidak
simetris antara kanan dan kiri
(deformitas bentuk dada)
pernafasan hiperventilasi RR
26x/m
Palpasi: adanya tanda kesulitan
bernafas penggunaan otot bantu
pernafasan, getaran suara (vokal
premitus) simetris anatara kanan
dan kiri,
Perkusi: suara dada kanan dan kiri
sonor
Auskultasi: suara nafas cepat dan
dalam, suara ucapan intensitas
dan kualitas suara simetris, tidak
ada suara nafas tambahan
Inspeksi: bentuk thoraks simetris
antara kanan dan kiri, pernafasan :
Tidak ada anda kesulitan bernafas:
Palpasi: tidak adanya tanda
kesulitan bernafas , tidak ada
penggunaan otot bantu pernafasan,
getaran suara (vokal premitus)
simetris anatara kanan dan kiri,
Perkusi: suara dada kanan dan kiri
sonor
Auskultasi: suara nafas vasikuler,
suara ucapan intensitas dan
kualitas suara simetris, tidak ada
suara nafas tambahan
Pemeriksaan
muskuloskeletal
(ekstremitas)
Kekuatan otot menurun, terdapat
pembengkakan limfaderma pada
tangan kiri, tangan kiri tidak dapat
digerakan untuk beraktivitas,
kekuata otot 5 2
4 4
Kekuatan otot simetris, tidak ada
pembengkakan ataupun edem, tidak
ada kelainan pada ekstremitas,
kekuata otot 5 5
5 5
Penjelasan: Dari tabel 4.6 pemeriksaan fisik pada pasien 1 (Ny.S)
ditemukan data senjang, yaitu pola nafas tidak efektif berupa terlihat respiratory
rate 26x/m suara nafas cepat dan dalam, adanya penggunaan otot bantu
pernafasan, defisit nutrisi berupa IMT: 16.8 (berat badan kurang).
Kondisi payudara pada pasien 1 (Ny.S) tidak lengkap, bentuk dada tidak
simetris terdapat pertumbuhan masa pada dada kiri dan terdapat limfaderma pada
ketiak kiri. Pada pasien 2 (Ny.S.A) didapatkan bentuk payudara antara kanan dan
kiri tidak simetris, terdapat benjolan batas tidak tegas dengan konsistensi padat.
4.7 Hasil anamnesa pemeriksaan penunjang pasien dengan
Carsinoma mammae di Ruangan Aster
RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda
Pemeriksaan
Penujang
Pasien 1 Pasien 2
Laboratorium Hematologi tanggal: 02/04/2019
Leukosit 15,70 (4.80-10.80
10��/µl) Eritrosit 3,16 (4.20-5.40 10��/µl) Hemoglobin 11,3 (12.0-16.0 g/dl)
Hematokrit 35.4 (37.0-54.0 %)
kimia klinik tanggal: 02/04/2019
GDS 118 (70-140 mg/dL)
Albumin 3.4 (3.5-5.5 g/L)
Hematologi tanggal: 02/04/2019
Leukosit 7.85 (4.80-10.80
10��/µl) Eritrosit 3,40 (4.20-5.40 10��/µl) Hemoglobin 13.0 (12.0-16.0 g/dl)
Hematokrit 40.2 (37.0-54.0 %)
kimia klink tanggal: 02/04/2019
GDS 117 (70-140 mg/dL)
Albumin 4.5 (3.5-5.5 g/L)
USG USG mammae dextra tanggal
14/03/2019
Hasil:
Mammae dextra dengan
bentuk ovale batas tegas
ukuran 29,9 x 19,1mm dan
arah jam 11 dengan ukuran
11,5 x 12,8 mm
Tidak tampak retraksi
papillae
Tampak pembesaran di
axila dengan ukuran 9,5 x
6,8 mm
Rongen Foto thorax tanggal: 21/01/2019
Klinis: Ca mamae
Hasil:
Pulmo tak tampak kelainan
Cor dalam batas normal
Tak tampak pulmo maupun
skeletal metastasis
Foto thorax tanggal: 20/03/2019
Klinis: Ca mamae
Hasil:
Pulmo tak tampak kelainan
Cor ukuran dalam batas
normal
Tidak tampak lesi
patologis tulang
EKG Tidak ada Tidak ada
Lain – lain Tidak ada Tidak ada
Penjelasan: Dari tabel 4.7 data pemeriksaan penunjang ditemukan pada
pasien 1 (Ny.S) terdapat pemeriksaan laboratorium dan rongen, berdasarkan
data hasil pemeriksaan laboratorium memiliki nilai hematokrit di rentang normal,
nilai leukosit lebih dari batas normal, nilai hemoglobin dibawah batas norma dan
albumin di bawah nila normal, sedangkan dari hasil foto rongen menunjukan
adanya pertumbuhan Carsinoma mamme. Ditemukan pada pasien 2 (Ny.S.A)
terdapat pemeriksaan penunjang berupa laboratorium, USG dan rongen,
ditemukan berdasarkan data hasil pemeriksaan laboratorium memiliki nilai
leukosit, eritrosit, hemoglobin, hematokrit, albumin dalam rentang normal,
sedangkan dari hasil USG dan rongen menunjukan adanya pertumbuhan
Carsinoma mamme.
Tabel 4.8 Hasil penatalaksanaan terapi pasien dengan Carsinoma mammae
di Ruangan Aster RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
Penatalaksanaan Terapi
Pasien 1 Pasien 2
IVFD Nacl 0,9% 20 Tpm
Vit.K 2x1 ampul via IV
Santagesik 3x1 ampul via IV
Ranitidin 3x1 ampul via IV
Nasakanul 6 liter
Diet TKTP
IVFD Futrolit:RL 1:1 20 Tpm
Antibiotik (ceftriaxsone) 2x1
via Iv
Santagesik 3x1 ampul via IV
Perawatan luka setiap 3 hari
Penjelasan: Dari tabel 4.8 penatalaksanaan terapi pada pasien 1 (Ny.S)
mendapatkan penatalaksanaan terapi yaitu IVFD Nacl 0.9% 20 tpm, Vit.K 2x1,
santagesik 3x1, ranitidin 3x1 semua obat diberikan melalui IV, alat bantu
pernafasan berupa nasakanul dengan konsentrasi 6 liter dan diberikan diet tinggi
karbohidrat tinggi protein. Sedangkan pada pasien 2 (Ny.S.A) mendapatkan
penatalaksanaan terapi yaitu IVFD Futrolit banding Rl 1:1 20 tpm, antibiotik 2x1,
santagesik 3x1 semua obat diberikan melalui IV dan dilakukan perawatan luka
setiap 3 hari sekali.
4.1.3 Diagnosa Keperawatan
Tabel 4.9 Diagnosa keperawatan pasien 1 (Ny.S) dengan Carsinoma
mammae di Ruangan Aster RSmD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
No Tanggal
Ditemukan
Data Problrm
(Masalah)
Etiologi
(Penyebab)
1. Selasa,
02/04/2019
DS:
- Pasien mengatakan nafasnya
terasa sesak
DO:
- Terlihatan pergerakan
intercosta pada saat bernafas
- Terlihat adanya pernafasan
cuping hidung
- Terlihat terpasang nasakanul
6L
- TD: 110/70 mmHg
- Nadi: 70x/m
- RR: 26x/m
- Spo2: 98%
Pola nafas
tidak efektif
Deformitas
dinidng dada
2. Selasa,
02/04/2019
DS:
- Pasien mengatakan nyeri di
dada kiri dan tangan kirinya
sejak 6 bulan yang lalu
- Pasien mengatakan nyeri saat
miring kanan dan miring kiri
- P: nyeri akibat benjolan di dada
kiri yang membesar
Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk
R: nyeri terasa di area dada
sampai ke lengan tangan kiri
S: skala nyeri 5
- T: nyeri berlangsung terus
menerus
DO:
- Pasien terlihat meringis
- Terdapat benjolan di daerah
dada kiri yang membesar
dengan konsistensi padat
Nyeri
kronis
Infiltrasi tumor
3. Selasa,
02/04/2019
DS:
- Pasien mengatakan berat
badannya turun sejak mengidap
penyakit ini
- Pasien mengatakan tidak nafsu
makan
- Anak pasien mengatakan
Defisit
nutrisi
Kurangnya
asupan makanan
No Tanggal
Ditemukan
Data Problrm
(Masalah)
Etiologi
(Penyebab)
ibunya selalu tidak
menghabiskan makannya
DO:
- A: BB: 38 kg, TB:150 cm,
IMT: 16,8, Lila: 22 cm
- B: eritrosit 3,16 10��/µL
(menurun), hemoglobin 11,3
g/dL (menurun) , Albumin 3.4
g/L (menurun), GDS 118
mg/dL.
- C: kulit terlihat kering, rambut
terlihat rontok berlebihan.
- D: diit TKTP (tinggi kalori
tinggi protein)
4. Selasa,
02/04/2019
DS:
- Pasien mengatakan jarang
mandi
- Pasien mengatakn di rumah
sakit hanya diseka-seka dengan
anaknya
DO:
- Pasien terlihat tidak mampu
mandi, makan dan ketoilet
sendiri
- Pasien terlihat lemah
Defisit
perawatan
diri
Kelemahan
5. Selasa,
02/04/2019
DS:
- Anak pasien mengatakan di RS
ibunya tidur pukul 05.00
sampai 07.00 pagi
- Pasien mengatakan sulit untuk
tidur apa lagi di rumah sakit
- Pasien mengatakan mudah
tidur saat siang hari dan
mudah bangun saat ada orang
datang
Gangguan
pola tidur
Kurangnya
kontrol tidur
DO:
- TD: 110/70 mmHg
- Nadi: 70x/m
- RR: 26x/m
- T: 37 ℃
Tabel 4.10 Diagnosa keperawatan pasien 2 (Ny.S.A) dengan
Carsinoma mammae di Ruangan Aster
RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda
No Tanggal
Ditemukan
Data Problrm
(Masalah)
Etiologi
(Penyebab)
1. Rabu,
03/04/2019
DS:
- Pasien mengatakan nyeri di
dada kiri (payudara) sejak 4
bulan yang lalu
- Pasien mengatakan nyeri saat
banyak beraktivitas
- P: nyeri akibat benjolan di
area dada (payudara) yang
membesar
- Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk
- R: nyeri terasa di area dada
sampai ke ketiak
- S: skala nyeri 4
- T: nyeri berlangsung hilang
timbul
DO:
- Pasien terlihat meringis
- Terdapat benjolan di area dada
(payudara) yang membesar
dengan konsistensi padat
Nyeri kronis Infiltrasi tumor
2. Rabu,
03/04/2019
DS:
- Pasien mengatakan nyeri
DO:
- Terdapat luka post op MRM
payudara kanan
- Panjang luka ±20 cm (29
jahitan) lebar ±1 cm
Gangguan
integritas
kulit
Efek samping
terapi mastektomi
3. Rabu,
03/04/2019
DS:
- Pasien mengatakan cemas
dengan keadaannya sekarang
- Pasien mengatakan takut
dengan oprasi yang akan
dihadapi
- Pasien mengatakan semalam
sulit tidur karena kepikiran
Ansietas Krisis situasional
- nanti oprasi
DO:
- Skor HARS 16 (kecemasan
ringan)
- Terlihat gelisah
- Td : 140/80 mmHg
No Tanggal
Ditemukan
Data Problrm
(Masalah)
Etiologi
(Penyebab)
Nadi: 90x/m
RR: 20x/m
T: 36,5 ℃
4. Rabu,
03/04/2019
DS:
- Pasien mengatakan tidak
nyaman dengan perubahan
kondisi tubuhnya apalagi
setelah melakukan oprasi
- Pasien mengatakan tidak
menyangka sekarang hanya
memiliki satu payudara
- Pasien mengatakan dirinya
telah cacat
DO:
- Pasien terlihat telah
menjalankan mastektomi
(pengangkatan payudara
kanan)
Gangguan
citra tubuh
Perubahan
struktur/bentuk
tubuh
5. Rabu,
03/04/2019
DS:
- Pasien mengatakan sulit tidur
- Pasien mengatakan sering
terbangun saat tidur ketika
rasa nyeri timbul
- Pasien mengatakan kurang
tidur
DO:
- Pasien terlihat lesu karena
kurang tidur
- TD: 140/80 mmHg
Nadi: 90x/m
RR: 20x.m
T: 36,5 ℃
Gangguan
pola tidur
Kurangnya
kontrol tidur
6. Rabu,
03/04/2019
DS: -
DO:
- Terlihat luka jahitan pasca
MRM
- Leukosit : 7.85 10��/µL
(dalam rentang normal)
Risiko
infeksi
Faktor risiko efek
prosedur invasif
Penjelasan: Dari tabel 4.9 dan 4.10 data diagnosa keperawatan ditemukan
masing-msing, pada pasien pasien 1 (Ny.S) terdapat 5 (lima) diagnosa
keperawatan dan pada pasien 2 (Ny.S.A) terdapat 6 (enam diagnosa keperawatan.
Pada pasien 1 (Ny.S) dengan prioritas masalah utama pola nafas tidak efektif
berhubungan dengan deformitas dinidng dada dengan kode diagnosa D.0005,
prioritas kedua nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor dengan kode
diagnosa D.0078, prioritas ketiga defisit nutrisi berhubungan dengan
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien ke jaringan dengan kode diagnosa
D.0019, prioritas keempat defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan
dengan kode diagnosa D.0109, prioritas kelima gangguan pola tidur berhubungan
dengan kurangnya kontrol tidur dengan kode diagnosa D.0055.
Pada pasien 2 (Ny.S.A) dengan prioritas masalah utama nyeri kronis
berhubungan dengan infiltrasi tumor dengan kode diagnosa D.0078, prioritas
kedua gangguan integritas kulit/jaringan dengan efek samping terapi mastektomi
kode diagnosa D.0129, prioritas ketiga ansietas berhubungan dengan krisis
situasional dengan kode diagnosa D.0080, prioritas keempat gangguan citra tubuh
berhubungan dengan perubahan struktur/bentuk tubuh dengan kode diagnosa
D.0083, prioritas kelima gangguan pola tidur berhubungan dengan kurangnya
kontrol tidur dengan kode diagnosa D.0055 dan prioritas keenam faktor risiko
berhubungan dengan faktor risiko efek prosedur invasif dengan kode diagnosa
D.0142.
4.1.4 Perencanaan Keperawatan
Tabel 4.11 Perencanaan keperawatan pasien 1 (Ny.S) dengan Carsinoma
mammae di Ruangan Aster RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda
No Dx Keperawatan
(SDKI)
Tujuan dan Kriteria Hasil
(NOC)
Perencanaan
(SIKI)
1. Pola nafas tidak efektif
berhubungan dengan
deformitas dinidng dada
(D.0005)
Ditandai dengan:
Respiratory status :
ventilasi
Respiratory status :
airway patency
Vital sign status
Manajemen pernafasan
dan pemantauan
respirasi
1.4 Monitor pola
nafas (frekuensi,
No Dx Keperawatan
(SDKI)
Tujuan dan Kriteria Hasil
(NOC)
Perencanaan
(SIKI)
DS:
Pasien mengatakan
nafasnya terasa sesak
DO:
Pasien terlihat pergerakan
intercosta saat bernafas
Terlihat pernafasan cuping
hidung
Terlihat terpasang
nasakanul 6L
TD: 110/70 mmHg
Nadi: 70x/m
RR: 26x/m
Spo2: 98%
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24
jam diharapkan pola nafas
pasien menjadi efektif
Dengan kriteria hasil :
RR dalam batas normal (16-
20x/menit), jalan nafas
paten, suara nafas vasikuler,
pola nafas normal, irama
nafas reguler, tidak ada
suara nafas tambahan
kedalaman, usaha
nafas)
1.5 Monitor saturasi
oksigen
1.6 Posisikan semi
fowler atau
fowler
1.7 Berikan oksigen
2. Nyeri kronis berhubungan
dengan infiltrasi tumor
(D.0078)
Ditandai dengan:
DS:
Pasien mengatakan nyeri di
dada kiri dan tangan kirinya
sejak 6 bulan yang lalu
Pasien mengatakan nyeri
saat miring kanan dan
miring kiri
P: nyeri akibat benjolan di
dada kiri yang membesar
Q: nyeri seperti tertusuk-
tusuk
R: nyeri terasa di area dada
sampai ke lengan tangan
kiri
S: skala nyeri 5
T: nyeri berlangsung terus
DO:
Pasien terlihat meringis
Terdapat benjolan di daerah
dada kiri yang membesar
dengan konsistensi padat
Pain level
Pain kontrol
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24
jam diharapkan nyeri pasien
hilang atau nyeri berkurang
Dengan kriteria hasil :
- Skala nyeri berkurang
(skala nyeri 2)
- Klien mampu mengontrol
nyeri dengan manajemen
nyeri non farmakologi
Klien mampu menyatakan
nyaman setelah nyeri
berkurang
Manajemen nyeri
2.5 Identifikasi
lokasi,
karakteristik,
durasi, frekuensi,
kualitas,
intensitas nyeri
2.6 Identifikasi
respon nyeri non
verbal
2.7 Berikan analgesik
sesuai terapi
2.8 Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk
mengurangi nyeri
3. Defisit nutrisi berhubungan
dengan
Kurangnya asupan makanan
(D.0019)
Ditandai dengan:
DS:
Pasien mengatakan berat
badannya turun sejak
mengidap penyakit ini
Pasien mengatakan tidak
nafsu makan
Nutrition status : food
and fluid intake
Weiht control
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24
jam diharapkan nutrisi
pasien terpenuhi
Dengan kriteria hasil :
- Tidak terjadi penurunan
berat badan
- Adanya peningkatan berat
Manajemen nutrisi
3.6 Identifikasi status
nutrisi
3.7 Monitor asupan
makanan
3.8 Monitor berat
badan
3.9 Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium
3.10 Berikan medikasi
No Dx Keperawatan
(SDKI)
Tujuan dan Kriteria Hasil
(NOC)
Perencanaan
(SIKI)
Anak pasien mengatakan
ibunya selalu tidak
menghabiskan makannya
DO:
A: BB: 38 kg, TB:150 cm,
IMT: 16,8, Lila: 22 cm
B: eritrosit 3,16 10�� / µL
(menurun), hemoglobin
11,3 g/dL (menurun) ,
Albumin 3.4 g/L (menurun),
GDS 118 mg/dL.
C: kulit terlihat kering,
rambut terlihat rontok
berlebihan.
D: diit TKTP (tinggi kalori
tinggi protein)
badan
- IMT dalam rentang
normal
- Mampu menghabiskan
porsi makannya
- Hasil laboratorium
menunjukan albumin
dalam rentang normal
(3.5-5.5 g/L), hemoglobin
dalam rentang normal (3
(12.0-16.0 g/dl)
-
sebelum atau
sesudah makan
4. Defisit perawatan diri
berhubungan dengan
kelemahan (D.0109)
Ditandai dengan:
DS:
Pasien mengatakan jarang
mandi
Pasien mengatakn di rumah
sakit hanya diseka-seka
dengan anaknya
DO:
Pasien terlihat tidak mampu
mandi, makan dan ketoilet
sendiri
Pasien terlihat lemah
Mobility: physical
impaired
Self care deficit hygiene
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24
jam di harapkan
kemampuan pasien dalam
merawat diri meningkat
Dengan kriteria hasil:
- Perawatan diri :aktivitas
kehidupan seharii-hari
(ADLs) mampu untuk
melakukan aktivitas
perawatan fisik dan
pribadi secara mandiri
atau dengan alat bantu
Dukungan perawatan
diri
4.1 Monitor tingkat
kemandirian
4.2 Fasilitasi
kemandirian, bantu
jika tidak mampu
melakukan
perawatan diri
4.3 Anjurkan
melakukan
perawatan diri
secara konsisten
sesuai kemampuan
5. Gangguan pola tidur
berhubungan dengan
kurangnya kontrol tidur
(D.0055)
Ditandai dengan:
DS:
DS:
Anak pasien mengatakan di
RS ibunya tidur pukul 05.00
sampai 07.00 pagi
Pasien mengatakan sulit
untuk tidur apa lagi di
rumah sakit
Pasien mengatakan mudah
tidur saat siang hari dan
mudah bangun saat ada
orang datang
DO:
TD: 110/70 mmHg
Pain level
Sleep : extent and
pattern
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24
jam diharapkan pola tidur
pasien efektif
Dengan kriteria hasil :
- Jumlah jam tidur dalam
batas normal 6-8 jam/hari
- Perasaaan segar setelah
bangun tidur
- Pasien mengetahui
pentingnya waktu tidur
yang cukup
Dukungan tidur
5.1 Identifikasi faktor
pengganggu tidur
5.2 Monitor kuantitas,
kualitas tidur
pasien dan
perasaan setelah
bangun tidur
5.3 Modifikasi
lingkungan (mis.
kebisingan)
5.4 Anjurkan menepati
waktu tidur
5.5 Jelaskan pentngnya
waktu tidur
No Dx Keperawatan
(SDKI)
Tujuan dan Kriteria Hasil
(NOC)
Perencanaan
(SIKI)
Nadi: 70x/m
RR: 26x/m
T: 37 ℃
Tabel 4.12 Perencanaan keperawatan pasien 2 (Ny.S.A) dengan Carsinoma
mammae di Ruangan Aster RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda
No Dx Keperawatan
(SDKI)
Tujuan dan Kriteria Hasil
(NOC)
Perencanaan
(SIKI)
1. Nyeri kronis berhubungan
dengan infiltrasi tumor
(D.0078)
Ditandai dengan:
DS:
Pasien mengatakan nyeri di
dada kiri (payudara) sejak 4
bulan yang lalu
Pasien mengatakan nyeri
saat banyak beraktivitas
P: nyeri akibat benjolan di
area dada (payudara) yang
membesar
Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk
R: nyeri terasa di area dada
sampai ke ketiak
S: skala nyeri 4
T: nyeri berlangsung hilang
timbul
DO:
Pasien terlihat meringis
Terdapat benjolan di area
dada (payudara) yang
membesar dengan
konsistensi padat
Pain level
Pain kontrol
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24
jam diharapkan nyeri pasien
hilang atau nyeri berkurang
Dengan kriteria hasil :
- Skala nyeri berkurang
(skala nyeri 2)
- Klien mampu mengontrol
nyeri dengan manajemen
nyeri non farmakologi
- Klien mampu menyatakan
nyaman setelah nyeri
berkurang
Manajemen nyeri
1.1 Identifikasi
lokasi,
karakteristik,
durasi, frekuensi,
kualitas,
intensitas nyeri
1.2 Identifikasi
respon nyeri non
verbal
1.3 Berikan analgesik
sesuai terapi
1.4 Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk
mengurangi nyeri
2. Gangguan integritas kult
berhubungan dengan efek
terapi mastektomi (D.0129)
Ditandai dengan :
DS:
- Pasien mengatakan nyeri
DO:
- Terdapat luka post op
MRM payudara kanan
- Panjang luka ±20 cm (29
jahitan) lebar ±1 cm
Tissue integrity : skin
and musous
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24
jam diharapkan Integritas
kulit pasien membaik
Kriteria hasil:
- Tidak ada tanda – tanda
infeksi
-Menunjukan proses
penyembuhan luka
- Pasien menunjukan
pemahaman dalam
perawatan luka
Perawatan luka
4.5 Monnitor
karakteristik luka
(mis. drainase,
warna, ukuran,
bau)
4.6 Monitor tanda-
tanda infeksi
4.7 Pertahankan
teknik steril saat
melakukan
perawatan luka
4.8 Ajarkan prosedur
perawatan luka
secara mandiri
No Dx Keperawatan
(SDKI)
Tujuan dan Kriteria Hasil
(NOC)
Perencanaan
(SIKI)
3. Ansietas berhubungan dengan
krisis situasional (D.0080)
Ditandai dengan:
DS:
Pasien mengatakan cemas
dengan keadaannya
Anxiety self-control
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x30
menit diharapkan ansietas
berkurang
Dengan kriteria hasil :
Reduksi ansietas
3.1 Identifikas
penyebab ansietas
3.2 Berikan terapi
relaksasi
3.3 Anjurkan
sekarang
Pasien mengatakan takut
dengan oprasi yang akan
dihadapi
Pasien mengatakan
semalam sulit tidur karena
kepikiran nanti oprasi
DO:
- Skor HARS 16 (kecemasan
ringan)
- Terlihat gelisah, tegang
- Td : 140/80 mmHg
Nadi: 90x/m
RR: 20x/m
T: 36,5 ℃
- Klien mampu
mengidentifikasi dan
mengungkapkan prasaan
cemas serta dapat
mengontrol cemas
- Skala HARS menurun
menjadi < 14
keluarga untuk
tatap bersama
pasien
3.4 Jelaskan
prosedur,
termasuk sensasi
yang akan
dialami
4. Gangguan citra tubuh
berhubungan dengan
perubahan struktur/bentuk
tubuh (D.0083)
Ditandai dengan:
DS:
Pasien mengatakan tidak
nyaman dengan perubahan
kondisi tubuhnya apalagi
setelah melakukan oprasi
Pasien mengatakan tidak
menyangka sekarang
hanya memiliki satu
payudara
Pasien mengatakan dirinya
telah cacat
DO:
Pasien telah menjalankan
mastektomi (pengangkatan
payudara kanan)
Body image
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24
jam diharapkan pasien
mampu beradaptasi dengan
perubahan tubuhnya
Dengan kriteria hasil :
- Body image positif
Mampu mengidentifikasi
kekuatan personal
- Mampu menerima
keadaannya
- Koping keluarga adekuat
Promosi citra tubuh
dan koping
6.5 Identifikasi
kemampuan yang
dimiliki
6.6 Monitor frekuensi
pernyataan kritik
terhadap diri
sendiri
6.7 Anjurkan
keluarga ter;ibat
untuk memotivasi
pasien
6.8 Diskusikan
perubahan tubuh
dan fungsinya
5. Gangguan pola tidur
berhubungan dengan
kurangnya kontrol tidur
(D.0055)
Ditandai dengan:
DS:
Pasien mengatakan sulit
tidur
Pasien mengatakan sering
terbangun saat tidur ketika
Pain level
Sleep : extent and
pattern
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24
jam diharapkan pola tidur
pasien efektif
Dengan kriteria hasil :
- Jumlah jam tidur dalam
batas normal 6-8 jam/hari
Dukungan tidur
8.6 Identifikasi faktor
pengganggu tidur
8.7 Monitor kuantitas
dan kualitas tidur
pasien
8.8 Modifikasi
lingkungan (mis.
kebisingan)
8.9 Anjurkan
No Dx Keperawatan
(SDKI)
Tujuan dan Kriteria Hasil
(NOC)
Perencanaan
(SIKI)
rasa nyeri timbul
Pasien mengatakan kurang
tidur
DO:
Pasien terlihat lesu karena
kurang tidur
- Perasaaan segar setelah
bangun tidur
- Pasien mengetahui
pentingnya waktu tidur
yang cukup
menepati waktu
tidur
8.10 Jelaskan
pentngnya waktu
tidur
TD: 140/80 mmHg
Nadi: 90x/m
RR: 20x.m
T: 36,5 ℃
6. Faktor risiko berhubungan
dengan faktor risiko efek
prosedur invasif (D.0142)
Ditandai dengan:
DS: -
DO:
- Terlihat luka jahitan pasca
MRM Leukosit : 7.85
10�� / µL (dalam rentang
normal)
Immune status
Knowledge : infection
control
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24
jam diharapkan paien tidak
terjadi infeksi
Dengan kriteria hasil :
- Pasien terbebas dari tanda
dan gejala infeksi
- Menunjukan proses
penyembuhan luka
- Pasien dan keluarga
paham tentang tanda dan
gejala infeksi
- Leukosit dalam rentang
normal (4.80-10.80
10��/µl)
Pencegahan infeksi
10.6 Monitor tanda
dan gejala infeksi
lokal dan
sistemik
10.7 Berikan
perawatan luka
10.8 Berikan antibiotik
sesuai terapi
10.9 Cuci tang an
sesudah dan
sebelum kontak
pasien dan
lingkungan
10.10 Jelaskan tanda
dan gejala infeksi
Penjelasan: Tabel 4.11 dan 4.12 data dari perencanaan keperawatan yang
dibuat sesuai dengan diagnosa keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah
keperawatan yang ada pada pasien. Pada pasien 1 (Ny.S) dan pasien 2 (Ny.S.A)
terdapat perencanaan yang sama pada diagnosa utama nyeri kronis yaitu
identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri,
identifikasi respon nyeri non verbal, berikan analgesik sesuai terapi, dan ajarkan
teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri. Perencanaan yang sama lainnya
yaitu pada diagnosa keperawatan gangguan pola tidur yaitu identifikasi faktor
pengganggu tidur, monitor kuantitas, kualitas tidur pasien dan perasaan setelah
bangun tidur, modifikasi lingkungan (mis. kebisingan), anjurkan menepati waktu
tidur, jelaskan pentingnya waktu tidur. Pada perencanaan yang lainnya dibuat
sesuai dengan masing-masing diagnosa yang ditemukan pada pasien.
4.1.5 Pelaksanaan Keperawatan
Tabel 4.13 Pelaksanaan keperawatan pasien 1 (Ny.S) Carsinoma mammae
di Ruangan Aster RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
Hari/tgl
Jam
Implementasi
Keperawatan
Evaluasi TTD
Selasa
02/04/2019
08.15
1.3 Memposisikan pasien
semi fowler
1.3 DS:
- Pasien mengatakan merasa lebih
nyaman
DO:
- Terlihat pasien dalam posisi
semi foeler
TRIWINA
5.1 Menanyakan apakah
pasien pagi ini sudah
mandi dan menggosok
gigi
5.1 DS:
- Pasien mengatakan belum
mandi dan menggosok gigi
- Pasien mengatakan ingin
dimandikan anaknya saja
DO:
- Pasien terlihat kurang bersih dan
kurang rapi
TRIWINA
08.18
1.1 Menghitung dan
melihat respirasi serta
usaha nafas pasien
1.1 DS:
- Pasien mengatakan masih sesak
DO:
- RR: 28x/m
- Pernafasan cepat dan dalam
- Adanya otot pernafasan
tambahan berupa otot intercosta
TRIWINA
08.20
1.2 Mengecek saturasi
pasien
1.2 DO:
- Spo2 : 98%
TRIWINA
09.00
2.3 Memberikan injeksi
santagesik 1 amp
(5cc)
via IV sesuai dengan
anjuran dokter
3.5 Memberikan injeksi
ranitidin 1 amp (2cc)
via IV sesuai anjuran
dokter
TRIWINA
09.03
3.2 Melihat dan
menanyakan apakah
pasien menghabiskan
posi makannya
3.2 DS:
- Anak pasien mengatakan ibunya
hanya makan 4 sdm
DO:
TRIWINA
Hari/tgl
Jam
Implementasi
Keperawatan
Evaluasi TTD
- Terlihat masih banyak makanan
di ransumnya
09.10
3.1 Menghitung indeks
massa tubuh pasien
dengan BB: 38kg TB:
150 cm
3.1 DO:
- Hasil IMT: 16,8 (berat badan
kurang)
- Status nutrisi kurang
TRIWINA
09.30
2.2 Melihat ekspresi
pasien menahan nyeri
yang dirasakan
2.2 DO:
- Pasien terlihat meringis
menahan nyeri
TRIWINA
09.31
2.1 Menanyakan nyeri
yang dirasakan pasien
2.1 DS:
- Pasien mengatakan nyeri di
dada kiri belum berkurang
- P: nyeri akibat benjolan di dada
kiri yang membesar
Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk
R: nyeri terasa di area dada
sampai ke lengan tangan kiri
S: skala nyeri 5
T: nyeri berlangsung terus
menerus
DO:
- Pasien terlihat berhati-hati saat
bergerak memiringkan
tubuhnya
TRIWINA
09.35
2.4 Mengajarkan teknik
nafas dalam untuk
meredakan rasa nyeri
2.4 DS:
- Pasien mengatakan dapat
melakukannya
- Pasien mengatakan merasa lebih
nyaman namun tidak
mengurangi rasa nyeri
DO:
- Pasien terlihat mempraktikan
teknik nafas dalam
TRIWINA
16.00
2.3 Memberikan
santagesik 1 amp
(5cc) via IV sesuai
dengan anjuran dokter
3.5 Memberikan ranitidin
1 amp (2cc) via IV
sesuai anjuran dokter
TRIWINA
16.03
2.1 Menanyakan nyeri
yang dirasakan pasien
2.1 DS:
- Pasien mengatakan nyeri di
dada kiri belum berkurang
- P: nyeri akibat benjolan di dada
kiri yang membesar
Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk
R: nyeri terasa di
area dada sampai ke lengan
tangan kiri
S: skala nyeri 5
T: nyeri berlangsung terus
TRIWINA
Hari/tgl
Jam
Implementasi
Keperawatan
Evaluasi TTD
menerus
DO:
- Klien terlihat berhati-hati saat
bergerak memiringkan
tubuhnya
16.05
2.4 Megingatkan pasien
teknik nafas unutk
mengurangi nyeri
2.4 DS:
- Pasien mengatakan melakukan
teknik nafas dalam untuk
mengurangi nyeri
- Pasien mengatakan merasa lebih
nyaman setelah menggunakan
teknik nafas dalam
DO:
- Pasien terlihat mempraktikan
teknik nafas dalam
TRIWINA
20.00 5.1 Menanyakan mengapa
pasien sulit untuk
tidur
5.1 DS:
- Pasien mengatakan sulit tidur
karena nyeri
DO:
- Pasien terlihat lesu
TRIWINA
Rabu
03/04/2019
09.00
1.4 Mengatur konsentrasi
oksigen sesuai terapi
pasien
1.4 DS:
- Pasien mengatakan merasa lebih
nyaman dari sebelumnya
TRIWINA
09.05 5.2 Menayakan kepada
pasien semalam
apakah bisa tidur?
5.2 DS:
- Pasien mengatakan tidur pukul
02.00 sampai 06.00 dan tidak
nyenyak
DO:
- Tidur kurang dari 8 jam
TRIWINA
09.15
4.1 Menanyakan apakah
pasien pagi ini sudah
mandi
4.1 DS:
- Pasien mengatakan pagi ini
belum mandi karen anaaknya
belum datang
- Pasien mengatakan memakaai
baju yang tadi saja
TRIWINA
09.20
4.2 Memandikan pasien
dan membantu pasien
menggosok gigi
4.2 DS:
- Pasien mengatakan mau
dimandikan oleh perawat
DO:
- Pasien terlihat bersih, rapi dan
tercium wangi
TRIWINA
09.30
4.3 Meminta pasien untuk
menggosok gigi setiap
pagi dan sesudah
makan
4.3 DS:
- Pasien mengatakan menunggu
anaknya saja
DO:
- Pasien terlihat enggan untuk
- Menggosok gigi secara mandiri
dan teratur
TRIWINA
Hari/tgl
Jam
Implementasi
Keperawatan
Evaluasi TTD
09.33
1.3 Mengatur posisi
pasien semi fowler
1.3 DS:
- Pasien mengatakan merasa lebih
nyaman, sesak berkurang
TRIWINA
09.35
1.1 Menghitung dan
melihat respirasi dan
usaha nafas pasien
1.1 DO:
- RR: 25x/m cepat dan dalam
- Penggunaan otot bantu
pernafasan pergerakan intercosta
TRIWINA
09.45
2.3 Memberikan injeksi
santagesik 1 amp
(5cc) via IV sesuai
dengan anjuran dokter
3.5 Memberikan injeksi
ranitidin 1 amp (2cc)
via IV sesuai anjuran
dokter
TRIWINA
10.00
2.1 Menanyakan nyeri
yang dirasakan pasien
2.1 DS:
- Pasien mengatakan nyeri di
dada kiri belum berkurang
- P: nyeri akibat benjolan di dada
kiri yang membesar
Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk
R: nyeri terasa di area dada
sampai ke lengan tangan kiri
S: skala nyeri 5
T: nyeri terus menerus
DO:
- Terlihat ada masa pada dada
kiri pasien
TRIWINA
10.01
2.4 Megingatkan pasien
teknik nafas dalam
unutk mengurangi
nyeri
2.4 DS:
- Pasien mengatakan merasa lebih
nyaman setelah menggunakan
teknik nafas dalam
TRIWINA
13.00
3.2 Melihat dan
menanyakan apakah
pasien menghabiskan
posi makannya
3.2 DS:
- Anak pasien mengatakan ibunya
menghabiskan ½ porsi
DO:
- Terlihat pasien tidak
menghabiskan porsi makannya
TRIWINA
16.00
2.3 Memberikan injeksi
santagesik 1 amp
(5cc) via IV sesuai
dengan anjuran dokter
3.5 Memberikan injeksi
ranitidin 1 amp (2cc)
via IV sesuai anjuran
dokter
TRIWINA
16.03 2.2 Melihat ekspresi
wajah pasien
2.2 DO:
- Pasien terlihat meringis
menahan nyeri
TRIWINA
Hari/tgl
Jam
Implementasi
Keperawatan
Evaluasi TTD
- Pasien terlihat kesakitan ketika
meubah posisinya
16.05 2.1 Menanyakan nyeri
yang dirasakan pasien
2.1 DS:
- Pasien mengatakan nyeri di
dada kiri belum berkurang
- P: nyeri akibat benjolan di dada
kiri yang membesar
Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk
R: nyeri terasa di area dada
sampai ke lengan tangan kiri
S: skala nyeri 5
T: nyeri terus menerus
DO:
- Terlihat ada masa pada dada kiri
pasien
TRIWINA
21.00 5.4 Menganjurkan pasien
untuk tidur
5.4 DS:
- Pasien mengatakan belum bisa
tidur
TRIWINA
Kamis
04/04/2019
08.30
5.2 Menayakan kepada
pasien semalam
bagaimana tidurnya,
apakah bisa tidur?
5.2 DS:
- Anak pasien mengatakan ibunya
malam ini tidur lebih awal pukul
12.00
- bangun jam 06.00
- Pasien mengatakan malam ini
dapat tidur dengan lebih nyenyak
TRIWINA
08.35 2.1 Menanyakan nyeri
yang dirasakan pasien
2.1 DS:
- Pasien mengatakan nyeri di dada
kiri sedikit berkurang
- P: nyeri akibat benjolan di dada
kiri yang membesar
Q: nyeri seperti tertusuk –
tusukR: nyeri terasa di area dada
sampai ke lengan tangan kiri
S: skala nyeri 4
T: nyeri berlangsung terus
menerus
TRIWINA
08.38 2.4 Megingatkan pasien
teknik nafas dalam
unutk mengurangi
nyeri
2.4 DS:
- Pasien mengatakan merasa lebih
nyaman setelah menggunakan
teknik nafas dalam
TRIWINA
08.45 2.3 Memberikan injeksi
santagesik 1 amp
(5cc) via IV sesuai
dengan anjuran dokter
3.5 Memberikan injeksi
ranitidin 1 amp (2cc)
TRIWINA
Hari/tgl
Jam
Implementasi
Keperawatan
Evaluasi TTD
via IV sesuai anjuran
dokter
O9.05 2.2 Menghitung dan
melihat respirasi
pasien
2.2 DS:
- Pasien mengatakan nafasnya
masih terasa sesak
DO:
- RR: 28x/m cepat dan dalam
TRIWINA
09.08 1.4 Memastikan nasakanul
terpasang dengan
benar
1.4 DO:
- Terlihat terpsang nasakanul
dengan konsentrasi 6 liter/menit
TRIWINA
09.10 4.1 Menanyakan apakah
pasien pagi ini sudah
mandi
4.1 DS:
- Pasien mengatakan pagi ini
belum mandi
DO:
- Pasien terlihat memakai pakaian
yang kemarin
- Pasien terlihat tidak rapi
TRIWINA
09.15 4.2 Memandikan pasien
dan membantu pasien
menggosok gigi
4.2 DS:
- Pasien mengatakan mau
dimandikan oleh perawat
- Pasien mengatakan merasa
TRIWINA
- senang
DO:
- Pasien terlihat bersih, rapi dan
tercium wangi
09.40 1.3 Mengatur posisi
pasien semi fowler
1.3 DS:
- Pasien mengatakan merasa lebih
nyaman
TRIWINA
16.05 2.3 Memberikan
santagesik 1 amp
(5cc) via IV sesuai
dengan anjuran dokter
3.5 Memberikan ranitidin
1 amp (2cc) via IV
sesuai anjuran dokter
TRIWINA
19.00 1.1 Menghitung dan
melihat respirasi dan
usaha nafas pasien
1.1 DS:
- Pasien mengatakan nafasnya
masih terasa sesak dan tidak ada
perubahan
DO:
- RR: 29x/m cepat dan dalam
- Terlihat penggunaan otot bantu
pernafasan pergerakan intercosta
TRIWINA
19.03 1.3 Mengatur posisi
pasien semi fowler
1.3 DS:
- Pasien mengatakan merasa lebih
nyaman dengan posisinya yang
sekarang
TRIWINA
Tabel 4.14 Pelaksanaan keperawatan pasien 2 (Ny.S.A) Carsinoma mammae
di ruangan Aster RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
Hari/tgl
Jam
Implementasi
Keperawatan
Evaluasi TTD
Rabu
03/04/2019
08.00
1.2 Melihat ekspresi pasien
menahan nyeri yang
dirasakan
1.1 DO:
- Pasien terlihat meringis ketika
rasa nyeri muncul
TRIWINA
08.01
1.1 Menanyakan nyeri
yang dirasakan pasien
1.1 DS:
- Pasien mengatakan nyeri
hilang timbul di payudara
kanan menjalar sampai ke
ketiak
- P: nyeri akibat benjolan di area
dada (payudara) yang
membesar
Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk
R: nyeri terasa di
area dada sampai ke ketiak
S: skala nyeri 4
T: nyeri hilang timbul
DO:
- Pasien terlihat meringis
- Terdapat benjolan di area dada
(payudara) yang membesar
dengan konsistensi padat
TRIWINA
08.03
1.4 Mengajarkan teknik
nafas dalam untuk
meredakan rasa nyeri
1.4 DS:
- Pasien mengatakan merasa lebih
nyaman
DO:
- Pasien terlihat mempraktik-kan
teknik nafas dalam
TRIWINA
08.05
3.1 Menanyakan penyebab
cemas
3.1 DS:
- Pasien mengatakan
cemasdengan keadaannya
sekarang dan cemas karena mau
oprasi
DO:
- Terliht kontak mata pasien
kurang
TRIWINA
08.08
3.2 Menganjurkan pasien
ntuk menarik nafas
dalam dan
memposisikan pasien
untuk relaks
3.2 DS:
- Pasien mengatakan merasa lebih
tenang
DO:
- Pasien terlihat
TRIWINA
Hari/tgl
Jam
Implementasi
Keperawatan
Evaluasi TTD
- Mengontrol cemasnya dengan
- Terapi relaksasi nafas dalam
08.10
3.4 Berdiskusi dengan
pasien mengenai
prosedur dan rasa saat
dioprasi
3.4 DS:
- Pasien mengatakan merasa lebih
tenang dan merasa tidak cemas
lagi
TRIWINA
08.15
3.3 Meminta keluarga
pasien untuk menemani
pasien
3.3 DS:
- Adik pasien mengatakan akan
selalu mendampingi pasien
TRIWINA
16.10
1. 3 Memberikan injeksi
santagesik 1 amp (5cc)
via IV sesuai dengan
anjuran dokter
6.3 Memberikan injeksi
antibiotik (ceftriakson)
1 vial (5cc) via IV
sesuai dengan anjuran
dokter
TRIWINA
16.05 2.1 Melihat keadaan
drainase pasien
2.1 DO:
- Terlihat drainase dengan cairan
100cc
TRIWINA
16.30
1.2 Melihat ekspresi wajah
pasien
1.1 DO:
- Pasien terlihat meringis
menahan nyeri
- Paien terlihat melokalisasi posisi
menghindari nyeri
TRIWINA
16.32
1.1 Menanyakan nyeri
yang dirasakan pasien
1.1 DS:
- Pasien mengatakan nyeri terasa
terus menerus di area kanan
menjalar sampai ke ketiak
- P: nyeri akibat post op MRM
Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk
R: nyeri terasa di area dada
sampai ke ketiak
S: skala nyeri 5
T: Terus menerus
DO:
- Pasien terlihat meringis
Pasien post MRM payudara
kanan
TRIWINA
20.00
4.2 Mendengarkan keluhan
negatif dari diri pasien
4.2 DS:
- Pasien mengeluh bahwa dirinya
cacat
- Adik pasien mengatakan
kakanya lebih banyak diam
DO:
- Pasien terlihat murung
- Kontak mata kurang
TRIWINA
20.05
4.4 Mendiskusikan manfaat
dari tindakan MRM
4.4 DS:
- Pasien mengatakan tidak percaya
dengan keadaannya yang
TRIWINA
Hari/tgl
Jam
Implementasi
Keperawatan
Evaluasi TTD
sekarang
DO:
- Pasien terlihat mulai terbuka
dalam bercakap-cakap
20.10 4.3 Meinta adik pasien
untuk selalu memotivasi
pasien
4.3 DS:
- Adik pasien mengatakan selalu
memotivasi kakanya
TRIWINA
22.00 5.1 Menanyakan mengapa
pasien sulit untuk tidur
5.1 DS:
- Pasien mengatakan sulit tidur
karena nyeri
DO:
- Pasien terlihat belum tidur
TRIWINA
Kamis
04/04/2019
08.00
5.2 Menayakan kepada
pasien semalam
bagaimana tidurnya,
apakah bisa tidur?
5.2 DS:
- Pasien mengatakan semalam
tidur pukul 01.00 bangun pukul
04.00
- Pasien mengatakan kurang tidur
- Pasien mengatakan sekarang
ngantuk
TRIWINA
08.05 1.2 Melihat ekspresi wajah
pasien
1.1 DS:
- Pasien terlihat tenang
TRIWINA
08.10 1.1 Menanyakan nyeri
yang dirasakan pasien
1.1 DS:
- Pasien mengatakan nyerinya
sudah berkurang
- Pasien mengatakan nyeri
kadang-kadang muncul
- P: nyeri akibat post op MRM
Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk
R: nyeri terasa di area dada
sampai ke ketiak
S: skala nyeri 4
T: hilang timbul
TRIWINA
08.15 1.4 Mengingatkan pasien
menggunakan teknik
nafas dalam untuk
meredakan rasa nye ri
1.4 DS:
- Pasien mengatakan merasa lebih
nyaman setelah menggunakan
teknik nafas dalam
DO:
Pasien terlihat tersenyum
TRIWINA
08.15 3.1 Melihat dan
membersihkan
drainase
3.1 DS:
- Drainase terlihat terpasang
dengan kuat, darah yang
tertampung 80cc
TRIWINA
09.00 1.3 Memberikan injeksi
santagesik 1 amp (5cc)
via IV sesuai dengan
anjuran dokter
5.5 Memberikan
injeksi antibiotik
(ceftriakson) 1 vial
TRIWINA
Hari/tgl
Jam
Implementasi
Keperawatan
Evaluasi TTD
(5cc) via IV sesuai
dengan anjuran dokter
10.00 4.2 Melihat dan
mendengarkan apakah
masih ada keluhan
mengritik diri sendiri
4.2 DS:
- Pasien mengatakan sudah
menerima keadaannya
TRIWINA
10.05 4.1 Mendiskusikan
kemampuan yang
dimiliki pasien
4.1 DS:
- Pasien mengatakan bersyukur
masih diberikan hidup yang
lebih baik dari pada orang yang
diluar sana
- Pasien mengatakan bersyukur
masih bisa beraktivitas secara
normal
DO:
- Pasien terlihat mampu
menyebutkan hal-hal positif
yang ada diri pasien
TRIWINA
16.00 1. 3 Memberikan injeksi
santagesik 1 amp (5cc)
via IV sesuai dengan
anjuran dokter
6.3 Memberikan injeksi
antibiotik (ceftriakson)
1 vial (5cc) via IV
sesuai dengan anjuran
dokter
TRIWINA
18.00 1.2 Melihat ekspresi wajah
pasien
1.2 DS:
- Pasien terlihat tenang
TRIWINA
18.05 1.1 Menanyakan nyeri
yang dirasakan pasien
1.1 DS:
- pasien mengatakan nyeri
hilang timbul diluka oprasi
P: nyeri akibat post op MRM
Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk
R: nyeri terasa di area dada
sampai ke ketiak
S: skala nyeri 3
T: hilang timbul
DO:
- Pasien terlihat meringis
Terlihat ada perban pada dada
kanan
TRIWINA
18.10 5.5 Jelaskan pentingnya
waktu tidur
5.5 DS:
- Pasien mengatakan pahanm
apa yang disampaikan oleh
perawat
DO:
- Pasien terlihat memperhatikan
perawat
TRIWINA
Jumat TRIWINA
Hari/tgl
Jam
Implementasi
Keperawatan
Evaluasi TTD
05/04/2019
08.30
5.2 Menayakan kepada
pasien semalam
bagaimana tidurnya,
apakah bisa tidur?
5.2 DS:
- Pasien mengatakan semalam
tidur pukul 22.00 bangun pukul
05.00
- Pasien mengatakan tadi malam
bisa tidur dengan nyenyak
08.33 1.2 Melihat ekspresi wajah
pasien
1.2 DS:
- Pasien terlihat tenang
TRIWINA
08.05 1.1 Menanyakan nyeri yang
dirasakan pasien
1.1 DS:
- Pasien mengatakan nyeri hilang
timbul di payudara kanan
menjalar sampai ke ketiak
- Pasien mengatakan nyeri
terkadang muncul
DO:
- Pasien terlihat meringis
- Terlihat ada perban pada dada
kanan
- P: nyeri akibat post op MRM
Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk
R: nyeri terasa di area dada
sampai ke ketiak
S: skala nyeri 3
T: hilang timbul
TRIWINA
08.10 1.4 Mengingatkan pasien
menggunakan teknik
nafas dalam untuk
meredakan rasa nye ri
1.4 DS:
- Pasien mengatakan merasa
lebih nyaman setelah
menggunakan teknik nafas
dalam
DO:
- Pasien terlihat tersenyum
TRIWINA
08.45 1. 4 Memberikan injeksi
santagesik 1 amp (5cc)
via IV sesuai dengan
anjuran dokter
6.3 Memberikan injeksi
antibiotik
(ceftriakson) 1 vial
(5cc) via IV sesuai
dengan anjuran dokter
TRIWINA
09.00 6.2 Melakukan perawatn
luka pasien
6.2 DS:
- Pasien mengatakan merasa
senang lukanya dibersihkan
DO:
- Luka pasien terlihat bersih
- Luka pasien tidak terlihat adanya
tanda-tanda infeksi
- Panjang luka ±20 cm (29 jahitan)
lebar ±1 cm
TRIWINA
09.03 3.3 Menggunakan 3.3 DO: TRIWINA
Hari/tgl
Jam
Implementasi
Keperawatan
Evaluasi TTD
peralatan seteril seperti
handscoond steril, bak
intrumen steril saat
melakukan perawatan
luka
- Teknik steril dapat dipertahankan
09.05 3.1 Melihat keadaan luka 3.1 DS:
- Pasien mengatakan nyeri pada
lukanya
DO:
- Luka terlihat bersih
- Luka tidak berbau
- Panjang luka ±20 cm (29
jahitan) lebar ±1 cm
- Terdapat sedikit kemerahan
pada lokasi jahitan
TRIWINA
09.15 6.1 Melihat tanda dan
3.2 gejala infeksi pada
luka dan area sekitar
luka pasien
6.1 DO:
3.2 - Tidak terlihat tanda rubor,
kalor, dolor, tumor pada
luka dan area sekitar luka
pasien
TRIWINA
O9.30 6.5 Menjelaskan tanda dan
gejala infeksi
6.5 DS:
- Pasien dan kelurga pahan
mengenai tanda dan gejala
infeksi yang di sampaikan oleh
perawat
DO:
- Pasien terlihat dapat mengulang
tanda dan gejala yang telah
disampaikan oleh perawat
TRIWINA
3.4 Berdiskusi cara
melakukan perawatan
luka dirumah
3.4 DS:
- Pasien mengatakan paham
dengan apa yang perawat
sampaikan
- Pasien mengatakan jadi tahu cara
merawat luka yang benar
DO:
- Pasien terlihat memperhatikan
perawat
TRIWINA
09.05 6.4 Mencuci tangan setelah
melakukan tindakan
TRIWINA
16.00 1. 3 Memberikan injeksi
santagesik 1 amp (5cc)
via IV sesuai dengan
anjuran dokter
6.3 Memberikan injeksi
antibiotik (ceftriakson)
1 vial (5cc) via IV
sesuai dengan anjuran
dokter
TRIWINA
Hari/tgl
Jam
Implementasi
Keperawatan
Evaluasi TTD
17.00 1.1 Menanyakan nyeri
yang dirasakan pasien
1.1 DS:
- Pasien mengatakan masih
terasa nyeri pada lukanya
- Pasien mengatakan masih
terasa nyeri pada lukanya
- P: nyeri akibat post op MRM
Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk
R: nyeri terasa di area dada
TRIWINA
sampai ke ketiak
S: skala nyeri 3
- T: hilang timbul
DO:
- Pasien terlihat meringis
Sabtu
06/04/2019
08.30
1.2 Melihat ekspresi wajah
pasien
1.1 DO:
- Pasien terlihat tennag dan sering
tersenyum
TRIWINA
1.1 Menanyakan nyeri yang
dirasakan pasien
1.1 DS:
- Pasien mengatakan nyeri terasa
saat tangannnya di angkat ke
atas
P: nyeri akibat post op MRM
Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk
R: nyeri terasa di area dada
sampai ke ketiak
S: skala nyeri 3
T: hilang timbul
TRIWINA
09.00 1. 3 Memberikan injeksi
santagesik 1 amp (5cc)
via IV sesuai dengan
anjuran dokter
6.3 Memberikan injeksi
antibiotik (ceftriakson)
1 vial (5cc) via IV
sesuai dengan anjuran
dokter
TRIWINA
09.05 6.5 Mengingatkan tanda
dan gejala infeksi
6.5 DS:
- Kelurga pasien menyebutkan
tanda-tanda infeksi dengan
benar dan mengatakan jika ada
tanda-tanda tersebut segera
meemriksakan diri ke
puskesmas/RS
TRIWINA
Penjelasan: Dari tabel 4.13 dan 4.14 data pelaksanaan tindakan
keperawatan dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang ditemukan pada
pasien secara holistik dan komprehensif sesuai dengan perencanaan yang telah
dibuat sebelumnya. Pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien 1 (Ny.S)
dilakukan selama 3 hari pada tanggal 02 April 2019 sampai tanggal 04 april 2019
dan pada pasien 2 (Ny.S.A) dilakukan selama kurang lebih 4 hari pada tanggal
03 April 2019 sampai 06 April 2019
4.1.6 Evaluasi Keperawatan
Tabel 4.15 Evaluasi keperawatan pasien 1 (Ny.S) Carsinoma Mammae
di Ruangan Aster RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
Hari/tgl No. Dx Subyektif/Obyektif/Analisa/Planning
Hari ke 1
Selasa
02/04/2019
I
S:
- Pasien mengatakan masih sesak
O:
- RR: 28x/m
- Pernafasan cepat dan dalam
- Adanya otot pernafasan tambahan berupa otot intercosta
- Spo2 98%
A: Masalah pola nafas tidak efektif belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Manajemen pernafasan dan pemantauan respirasi
1.1 Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
1.2 Monitor saturasi oksigen
1.3 Posisikan semi fowler atau fowler
1.4 Berikan oksigen
Selasa
02/04/2019
II
S:
- Pasien mengatakan nyeri di dada kiri belum berkurang
- P: nyeri akibat benjolan di dada kiri yang membesar
Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk
R: nyeri terasa di area dada sampai ke lengan tangan kiri
S: skala nyeri 5
T: nyeri berlangsung terus menerus
- Pasien mengatakan merasa lebih nyaman setelah menggunakan
teknik nafas dalam namun tidak mengurangi rasa nyeri
O:
- Pasien terlihat meringis menahan nyeri
- Pasien terlihat berhati-hati saat bergerak terutam asaat memiringkan
tubuhnya
A: Masalah Nyeri Kronis belumteratasi
Hari/tgl No. Dx Subyektif/Obyektif/Analisa/Planning
P: Lanjutkan intervensi
Manajemen nyeri
2.1 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
2.2 Identifikasi respon nyeri non verbal
2.3 Berikan analgesik sesuai terapi
2.4 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
Selasa
02/04/2019
III
S:
- Anak pasien mengatakan ibunya hanya makan 4 sdm
O:
- IMT 16,8 (berat badan kurang)
- Terlihat pasien tidak menghabiskan porsi makannya
- Tidak ada peningkatan BB
- Belum ada hasil lab yang terbaru
Eeritrosit 3,16 10��/µL (menurun), hemoglobin 11,3 g/dL
(menurun), Albumin 3.4 g/L (menurun), GDS 118 mg/dL
A: Masalah Defisit nutrisi belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Manajemen nutrisi
3.2 Monitor asupan makanan
3.3 Monitor berat badan
3.4 Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Berikan medikasi sebelum atau sesudah makan
Selasa
02/04/2019
IV
S:
- Pasien mengatakan belum mandi dan menggosok gigi
- Pasien mengatakan ingin dimandikan anaknya saja
O:
- Pasien terlihat kurang bersih dan kurang rapi
- Pasien terlihat tidak mampumelakukan aktivitas sehari-hari secara
mandiri
A: Masalah Defisit perawatan diri belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Dukungan perawatan diri
4.1 Monitor tingkat kemandirian
4.2 Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu melakukan
perawatan diri
4.3 Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai
kemampuan
Selasa
02/04/2019
V
S:
- Pasien mengatakan sulit tidur karena nyeri
O: -
A: Masalah gangguan pola tidur belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Dukungan tidur
5.1 Monitor kuantitas, kualitas tidur pasien dan perasaan setelah
bangun tidur
5.2 Modifikasi lingkungan (mis. kebisingan)
5.3 Anjurkan menepati waktu tidur
5.4 Jelaskan pentngnya waktu tidur
Hari ke 2
I
S:
Hari/tgl No. Dx Subyektif/Obyektif/Analisa/Planning
Rabu
03/04/2019
- Pasien mengatakan merasa lebih nyaman, sesak berkurang
O:
- RR: 25x/m cepat dan dalam
- Terlihat penggunaan otot bantu pernafasan pergerakan intercosta
A: Masalah pola nafas tidak efektif belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Manajemen pernafasan dan pemantauan respirasi
1.1 Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
1.2 Monitor saturasi oksigen
1.3 Posisikan semi fowler atau fowler
1.4 Berikan oksigen
Rabu
03/04/2019
II
S:
- Pasien mengatakan nyeri di area dada kiri belum berkurang
- P: nyeri akibat benjolan di dada kiri yang membesar
Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk
R: nyeri terasa di area dada sampai ke lengan tangan kiri
S: skala nyeri 5
T: nyeri terus menerus
- Pasien mengatakan merasa lebih nyaman setelah menggunakan
teknik nafas dalam namun tidak mengurangi rasa nyeri
O:
- Pasien terlihat meringis menahan nyeri
- Pasien terlihat kesakitan ketika meubah posisinya
A: Masalah Nyeri Kronis belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Manajemen nyeri
2.1 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
2.2 Identifikasi respon nyeri non verbal
2.3 Berikan analgesik sesuai terapi
2.4 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
Rabu
03/04/2019
III
S:
- Anak pasien mengatakan ibunya menghabiskan ½ porsi
O:
- Terlihat pasien tidak menghabiskan porsi makannya
- Belum ada hasil lab yang terbaru
Eeritrosit 3,16 10��/µL (menurun), hemoglobin 11,3 g/dL
(menurun), Albumin 3.4 g/L (menurun), GDS 118 mg/dL
A: Masalah Defisit nutrisi belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Manajemen nutrisi
3.2 Monitor asupan makanan
3.3 Monitor berat badan
3.4 Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
3.5 Berikan medikasi sebelum atau sesudah makan
Rabu
03/04/2019
IV
S:
- Pasin mengatakan mau dimandikan oleh perawat
- Pasien mengatakan tidak mau mengosok gigi
- Pasien mengatakan memakai baju yang tadi dipakai saja
Hari/tgl No. Dx Subyektif/Obyektif/Analisa/Planning
O:
- Pasien terlihat tidak mampumelakukan aktivitas sehari - hari secara
mandiri
A: Masalah Defisit perawatan diri belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Dukungan perawatan diri
4.1 Monitor tingkat kemandirian
4.2 Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu melakukan
perawatan diri
4.3 Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai
kemampuan
Rabu
03/04/2019
V
S:
- Pasien mengatakan kurang tidur dan tidurnya tidak nyenyak
O:
- jumlah waktu tidur pasien kurang dari 8 jam
A: Masalah gangguan pola tidur belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Dukungan tidur
5.1 Monitor kuantitas, kualitas tidur pasien dan perasaan setelah
bangun tidur
5.2 Modifikasi lingkungan (mis. kebisingan)
5.3 Anjurkan menepati waktu tidur
5.4 Jelaskan pentngnya waktu tidur
Hari ke 3
Kamis
04/04/2019
I
S:
- Pasien mengatakan nafasnya masih terasa sesak dan tidak ada
perubahan
O:
- RR: 29x/m cepat dan dalam
- Terlihat penggunaan otot bantu pernafasan pergerakan intercosta
A: Masalah pola nafas tidak efektif belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Manajemen pernafasan dan pemantauan respirasi
1.1 Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
1.2 Monitor saturasi oksigen
1.3 Posisikan semi fowler atau fowler
1.4 Berikan oksigen
Kamis
04/04/2019
II
S:
- Pasien mengatakan nyeri di area dada kiri sedikit berkurang
- P: nyeri akibat benjolan di dada kiri yang membesar
Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk
R: nyeri terasa di area dada sampai ke lengan tangan kiri
S: skala nyeri 4
T: nyeri terus menerus
- Pasien mengatakan merasa lebih nyaman setelah menggunakan
teknik nafas dalam
O:
- Pasien terlihat meringis menahan nyeri
A: Masalah Nyeri Kronis teratasi sebagian
Hari/tgl No. Dx Subyektif/Obyektif/Analisa/Planning
P: Lanjutkan intervensi
Manajemen nyeri
2.1 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
2.2 Identifikasi respon nyeri non verbal
2.3 Berikan terapi analgesik sesuai terapi
2.4 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
Kamis
04/04/2015
III
S:
- Anak pasien mengatakan ibunya menghabiskan ½ porsi
O:
- Terlihat pasien tidak menghabiskan porsi makannya
- Belum ada hasil lab yang terbaru
Eeritrosit 3,16 10��/µL (menurun), hemoglobin 11,3 g/dL
(menurun), Albumin 3.4 g/L (menurun), GDS 118 mg/dL
A: Masalah defisit nutrisi belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Manajemen nutrisi
3.2 Monitor asupan makanan
3.3 Monitor berat badan
3.4 Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
3.5 Berikan medikasi sebelum atau sesudah makan
Kamis
04/04/2019
IV
S:
- Pasin mengatakan merasa senang dimandikan oleh perawat
O:
- Pasien terlihat tidak mampumelakukan aktivitas sehari - hari secara
mandiri
A: Masalah Defisit perawatan diri belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Dukungan perawatan diri
4.1 Monitor tingkat kemandirian
4.2 Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu melakukan
perawatan diri
4.3 Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai
kemampuan
Kamis
04/04/2019
V
S:
- Anak pasien mengatakan ibunya malam ini tidur lebih awal pukul
12.00 bangun jam 06.00
- Pasien mengatakan tidurnya tidak nyenyak, sering terbangun -
bangun
O:
- jumlah waktu tidur pasien kurang dari 8 jam
A: Masalah gangguan pola tidur belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Dukungan tidur
5.1 Monitor kuantitas, kualitas tidur pasien dan perasaan setelah
bangun tidur
5.2 Modifikasi lingkungan (mis. kebisingan)
5.3 Anjurkan menepati waktu tidur
Hari/tgl No. Dx Subyektif/Obyektif/Analisa/Planning
5.4 Jelaskan pentngnya waktu tidur
Tabel 4.16 Evaluasi keperawatan pasien 2 (Ny.S.A) Carsinoma Mammae
di Ruangan Aster RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
Hari/tgl No. Dx Subyektif/Obyektif/Analisa/Planning
Hari ke 1
Rabu
03/04/2019
I
S:
- Pasien mengatakan nyeri terasa terus menerus di area kanan menjalar
sampai ke ketiak
- P: nyeri akibat post op MRM
Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk
R: nyeri terasa di area dada sampai ke ketiak
S: skala nyeri 5
T: Terus menerus
- Pasien mengatakan merasa lebih nyaman setelah menggunakan
- teknik nafas dalam namun tidak mengurangi rasa nyeri
O:
- Pasien terlihat meringis menahan nyeri
- Paien terlihat melokalisasi posisi menghindari nyeri
- Pasien post MRM payudara kanan
A: Masalah Nyeri Kronis belumteratasi
P: Lanjutkan intervensi
Manajemen nyeri
1.1 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
1.2 Identifikasi respon nyeri non verbal
1.3 Berikan analgesik sesuai terapi
Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
Rabu
03/04/2019
II
S: -
O:
- Terdapat luka post op MRM pada payudara kanan
- Terdapat drainase
A: Masalah gangguan integritas kulit belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Perawatan luka
2.1 Monnitor karakteristik luka (mis. drainase, warna, ukuran, bau)
2.2 Monitor tanda-tanda infeksi
2.3 Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka
2.4 Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
Rabu
03/04/2019
III
S:
- Pasien mengatakan merasa lebih tenang dan merasa tidak cemas lagi
- Adik pasien mengatakan akan selalu menn-dampingi pasien
O:
Hari/tgl No. Dx Subyektif/Obyektif/Analisa/Planning
- Pasien terlihat mengontrol cemasnya dengan relaksasi nafas dalam
A: Masalah Ansietas teratasi
P: Intervensi dihentikan
Rabu
03/04/2019
IV
S:
- Pasien mengeluh bahwa dirinya cacat
- Pasien mengatakan tidak percaya dengan keadaannya sekarang
O:
- Pasien terlihat murung dan lebih bnyak diam
A: Masalah gangguan citra tubuh belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Promosi citra tubuh dan koping
4.1 Identifikasi kemampuan yang dimiliki
4.2 Monitor frekuensi pernyataan kritik terhadap diri sendiri
4.3 Anjurkan keluarga ter;ibat untuk memotivasi pasien
4.4 Diskusikan perubahan tubuh
Rabu
03/04/2019
V
S:
- Pasien mengatakan sulit tidur karena nyeri
O: -
A: Masalah gangguan pola tidur belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Dukungan tidur
5.2 Monitor kuantitas, kualitas tidur pasien dan perasaan setelah
bangun tidur
5.3 Modifikasi lingkungan (mis. kebisingan)
5.4 Anjurkan menepati waktu tidur
5.5 Jelaskan pentngnya waktu tidur
Rabu
03/04/2019
VI
S: -
O:
- Terlihat perban luka pos op MRM payudara kanan
- Leukosit: 7,85 10��/µL
A: Masalah Resiko infeksi belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Pencegahan infeksi
6.1 Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
6.2 Berikan perawatan luka
6.3 Berikan antibiotik sesuai terapi
6.4 Cuci tang an sesudah dan sebelum kontak pasien dan lingkungan
6.5 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
Hari ke 2
Kamis
04/04/2019
I
S:
- Pasien mengatakan nyerinya sudah berkurang
- P: nyeri akibat post op MRM
Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk
R: nyeri terasa di area dada sampai ke ketiak
S: skala nyeri 3
T: terus menerus
- Pasien mengatakan merasa lebih nyaman dan nyeri berkurang setelah
menggunakan teknik nafas dalam
O:
- Pasien terlihat tenang
Hari/tgl No. Dx Subyektif/Obyektif/Analisa/Planning
A: Masalah Nyeri Kronis teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
Manajemen nyeri
1.1 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
1.2 Identifikasi respon nyeri non verbal
1.3 Berikan analgesik sesuai terapi
1.4 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
Kamis
04/04/2019
II S: -
O:
- Terdapat luka post op MRM pada payudara kanan
- Terdapat drainase
A: Masalah gangguan integritas kulit belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Perawatan luka
2.5 Monnitor karakteristik luka (mis. drainase, warna, ukuran, bau)
2.6 Monitor tanda-tanda infeksi
2.7 Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka
2.8 Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandir
Kamis
04/04/2019
IV
S:
- Pasien mengatakan telah menerima keadaannya yang sekarang
- Pasien mengatakan bersyukur masih bisa beraktivitas secara mandiri
- Adik pasien mengatakan selalu memotivasi kakanya
O:
- Pasien terlihat mampu mengungkapkan hal positif yang dimiliki
A: Masalah gangguan citra tubuh teratasi
P: intervensi dihentikan
Kamis
04/04/2019
V
S:
- Pasien mengatakan paham mengenai pentingnya waktu tidur yang
cukup
O:
- Jumlah waktu tidur pasien kurang dari 8 jam
A: Masalah gangguan pola tidur belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Dukungan tidur
5.2 Monitor kuantitas, kualitas tidur pasien dan perasaan setelah
bangun tidur
5.3 Modifikasi lingkungan (mis. kebisingan)
5.4 Anjurkan menepati waktu tidur
5.5 Jelaskan pentngnya waktu tidur
kamis
04/04/2019
VI
S: -
O:
- Terlihat perban luka pos op MRM payudara kanan
- Leukosit: 7,85 10��/µL
A: Masalah Resiko infeksi belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Pencegahan infeksi
6.1 Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
Hari/tgl No. Dx Subyektif/Obyektif/Analisa/Planning
6.2 Berikan perawatan luka
6.3 Berikan antibiotik sesuai terapi
6.4 Cuci tang an sesudah dan sebelum kontak pasien dan lingkungan
6.5 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
Hari ke 3
jum’at
05/04/2019
I
S:
- Pasien mengatakan nyerinya sudah berkurang
- Pasien mengatakan nyeri tergadang masih muncul
- P: nyeri akibat post op MRM
Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk
R: nyeri terasa di area dada sampai ke ketiak
S: skala nyeri 3
T: nyeri hilang timbul
- Pasien mengatakan merasa lebih nyaman setelah menggunakan
teknik nafas dalam namun tidak mengurangi rasa nyeri
O:
- Pasien terlihat tenang
A: Masalah Nyeri Kronis teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
Manajemen nyeri
1.1 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
1.2 Identifikasi respon nyeri non verbal
1.3 Berikan analgesik sesuai terapi
1.4 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
Jum’at
05/04/2019
II
S:
- Pasien mengatakan nyeri pada area jahitan
- Pasien mengatakan menjadi tau cara merawat luka yang benar
O:
- Terlihat perban luka pos op MRM payudara kanan panjang ±20
(terdapat 29 jahitan) cm lebar ±1 cm
- Terdapat drainase
- Tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka dan area sekitar luka
- Luka terlihat lembab dan mengelurkan cairan
A: Masalah gangguan integritas kulit teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
Perawatan luka
2.1 Monnitor karakteristik luka (mis. drainase, warna, ukuran, bau)
2.2 Monitor tanda-tanda infeksi
2.3 Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka
2.4 Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
jum’at
05/04/2019
V
S:
- Pasien mengatakan semalam tidur pukul 22.00 bangun pukul 05.00
- Pasien mengatakan tadi malam bisa tidur dengan nyenyak
- Pasien mengatakan segar saat bangun tidur
O:
- Jumlah waktu tidur pasien 8 jam
A: Masalah gangguan pola tidur teratasi
P: intervensi dihentikan
Jum’at
05/04/2019
VI
S:
Hari/tgl No. Dx Subyektif/Obyektif/Analisa/Planning
- Pasien dan kelurga pasien mengatakan paham mengenai tanda dan
gejala infeksi
O:
- Terlihat perban luka pos op MRM payudara kanan panjang ±20
(terdapat 29 jahitan) cm lebar ±1 cm
- Tidak terlihat adanya tanda-tanda infeksi seperti rubor kalor, dolor,
tumor
- Leukosit: 7,85 10��/µL
A: Masalah Resiko infeksi teratasi sebagian
P: Pertahankan intervensi
Pencegahan infeksi
6.1 Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
6.2 Berikan perawatan luka
6.3 Berikan antibiotik sesuai terapi
6.4 Cuci tangan sesudah dan sebelum kontak pasien dan lingkungan
6.5 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
Hari ke 4
Sabtu
06/04/2019
I
S:
- Pasien mengatakan nyeri terasa saat tangannnya di angkat ke atas
- P: nyeri akibat post op MRM
Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk
R: nyeri terasa di area dada sampai ke ketiak
S: skala nyeri 3
T: nyeri hilang timbul
O:
- Pasien terlihat tenang dan sering tersenyum
A: Masalah Nyeri Kronis teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
Manajemen nyeri
1.5 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
1.6 Identifikasi respon nyeri non verbal
1.7 Berikan analgesik sesuai terapi
1.8 Ingatkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
Sabtu
06/04/2019
VI
S:
- Pasien dan kelurga pasien mengatakan paham mengenai tanda dan
gejala infeksi
O:
- Terlihat perban luka pos op MRM payudara kanan panjang ±20
(terdapat 29 jahitan) cm lebar ±1 cm
- Tidak terlihat adanya tanda-tanda infeksi seperti rubor kalor, dolor,
tumor
- Leukosit: 7,85 10��/µL
A: Masalah Resiko infeksi teratasi sebagian
P: Pertahankan intervensi
Pencegahan infeksi
6.1 Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
6.2 Berikan perawatan luka
6.3 Berikan terapi antibiotik sesuai terapi
Hari/tgl No. Dx Subyektif/Obyektif/Analisa/Planning
6.4 Cuci tang an sesudah dan sebelum kontak pasien dan lingkungan
6.5 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
Penjelasan: Tabel 4.15 dan 4.16 data dari evaluasi tindakan keperawatan
dilakukan kurang lebih 3x24 jam dan dilihat dari evaluasi di atas kedua pasien
memiliki hasil yang berbeda. Masalah keperawatan pada pasien 1 (Ny.S) dari 5
(lima) masalah keperawatan, ada 4 (empat) masalah keperawatan yang belum
teratasi yaitu, pola nafas tidak efektif, defisit nutrisi, defisit perawatan diri dan
gangguan pola tidur, keempat masalah tersebut tidak menunjukan perubahan
yang diharapkan dan 1 (satu) masalah keperawatan lainnya yaitu, nyeri kronik
yang keduanya teratasi sebagian.
Nyeri kronis menunjukan perubahan skala nyeri berkurang dari 5 menajdi
4, pasien mengatakan merasa nyaman setelah nyeri berkurang, dan pasien dapat
mengontrol nyeri dengan menggunakan teknik relaksasi nafas dalam
Pada masalah keperawatan pada pasien 2 (Ny.S.A) dari 6 (enam) masalah
keperawatan, ada 3 (tiga) masalah keperawatan yang teratasi sebagian yaitu, nyeri
kronis, gangguan integritas kulit/jaringan dan resiko infeksi, nyeri kronis
menunjukan perubahan berkurangnya skala nyeri dari 5 menjadi 3, merasa
nyaman setelah nyeri berkurang, dan dapat mengontrol nyeri dengan teknik
relaksasi nafas dalam, gangguan integritas kulit menunjukan tidak ada tanda-
tanda infeksi, luka menunjukan proses pennyembuhan, dan resiko infeksi
menunjukan leukosit dalam rentang normal, pasien dan kelurga pasien
memahami mengenai tanda-tanda infeksi dan tidak ada tanda dan gejala infeksi
berupa kalor, dolor, tumor, rubor di luka dan sekitar area luka pasien. Sedangkan
3 (tiga) masalah keperawatan lainnya yaitu, ansietas, gangguan citra tubuh dan
gangguan pola tidur menunjukan perubahan sesuai dengan tujuan sehingga
masalah keperawatan dapat teratasi.
4.2 Pembahasan
Asuhan keperawatan pada pasien 1 (Ny.S) dan pasien 2 (Ny.S.A) dengan
diagnosa medis Carsinoma nmammae di ruang Aster RSUD Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda terhitung dari tanggal 02 April 2019 sampai 06 April 2019.
Dalam pembahasan ini penulis akan mebahas mengenai kesenjangan anatara teori
dan kenyataan yang diperoleh sebagai hasil pelaksanaan studi kasus.
Dignosa kemungkinan muncul menurut teori Nurarif (2015) ada 10
(sepuluh) diagnosa keperawatan pada pasien Carsinoma mammae, yaitu: Pola
nafas tidak efektif berhubungan dengan deformitas dinidng dada, hambatan
upaya nafas (misalny nyeri saat bernafas) (D.0005), nyeri akut berhubungan
dengan agen cedera fisiologi (D.0077), defisit nutrisi berhubungan dengan
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien ke jaringan (D.0019), gangguan integritas
kulit/jaringan berhubungan dengan faktor mekanik (penekanan massa kanker)
(D.0139), gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri (D.0054),
gangguan cinta tubuh berhubungan dengan perubahan struktur/bentuk tubuh
(D.0083), ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian (D.0080),
gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur (D.0055), defisit
pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi (D.0111) resiko
infeksi berhubugan dengan faktor resiko tindakan invasif (D.0142).
Dari 10 (sepuluh) diagnosa keperawatan yang sesuai dengan teori, pada
pasien 1 (Ny.S) terdapat 4 (empat) diagnosa keperawatan yang muncul, yaitu
pola nafas tidak efektif berhubungan dengan deformitas dinidng dada (D.0005),
nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor (D.0078), defisit nutrisi
berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien ke jaringan
(D.0019), gangguan pola tidur berhubungan dengan kurangnya kontrol tidur
(D.0055) dan ada 1 (satu) diagnosa keperawatan yang diluar dari teori, yaitu
defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan (D.0109). Ada 6 (enam)
diagnosa keperawatan yang tidak muncul, yaitu gangguan integritas kulit/jaringan
(D.0139), gangguan cinta tubuh (D.0083), gangguan mobilitas fisik (D.0054),
ansietas (D.0080), resiko infeksi (D.0142) dan defisit pengetahuan (D.0111),
diagnosa tersebut tidak muncul karena tidak ada data mayor atau minor yang
menunjang pada pasien Ny.S.
Pada pasien 2 (Ny.S.A) terdapat 6 (enam) diagnosa kepoerawatan sesuai
teori yang muncul, yaitu nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor
(D.0078), gangguan integritas kulit/jaringan dengan faktor mekanik (luka oprasi)
(D.0080), resiko infeksi berhubungan dengan faktor resiko berhubungan dengan
tindakan invasif (D.0142), gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan
struktur/bentuk tubuh (D.0083), ansietas berhubungan dengan krisis situasional
(D.0080) dan gangguan pola tidur berhubungan dengan kurangnya kontrol tidur
(D.0055). ada 4 (empat) diagnosa keperawatan yang tidak muncul, yaitu pola
nafas (D.0005), defisit nutrisi (D.0019),gangguan mobilitas fisik (D.0054) dan
defisit pengetahuan (D.0111). Diagnosa tersebut tidak muncul karena tidak ada
data mayor atau minor yang menunjang pada pasien Ny.S.A.
Berikut uraian dari masing-masing diagnosa yang muncul pada kedua
pasien dalam studi kasus ini, sebagai berikut:
4.2.1 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan deformitas dinidng
dada (D.0005)
Pola nafas tidak efektif merupakan masalah pada pernafasan berupa
inspirasi dan atau ekspirasi sehingga memberikan ventilasi yang tidak adekuat.
Biasanya ditandai dengan respiratory rate meningkat, adanya penggunaan otot
pernafasan pada saat bernafas, adanya pergerakan cuping hidung saat bernafas
(SDKI, 2016). Dalam penyakit Carsinoma mammae biasanya masalah ini lazim
muncul karena disebabkan pertumbuhan massa kanker yang mendesak dinding
dada sehingga mengurangi perkembangan paru-paru.
Menurut Marmi (2016) posisi yang sesuai untuk keadekuatan oksigen
adalah posisi semi fowler, posisi ini dapat mendorong isi perut kebawah dan
mengurangi tekanan dinding thorak pada paru-paru sehingga ekspansi maksimal
sehingga dapat membuat pasien mudah untuk bernafas. Hal ini sejalan dengan
penelitian Boki, Rolly dan Onibala (2013) pada penelitiannya yang berjudul
Pengaruh Pemberian Posisi Semi Fowler Terhadap Kestabilan Pola Nafas
menjelaskan adanya pengaruh terhadap kestabilan pola napas sebelum dan
sesudah diberikan posisi semi fowler.
Pada saat pengkajian pasien 1 (Ny.S) masalaha ini merupakan prioritas
utama karena menurut maslow kebutuhan fisiologi yaitu salah satunya oksigenasi
merupakan kebutuhan utama yang harus diatasi terlebih dahulu. Pada saat
pengkajian ditemukan data pada Ny.S, yaitu bernafas menggunakan otot bantu
pernafasan berupa pergerakan interkosta, adanya pernafasan cuping hidung dan
respirasi rate 26x/m.
Menurut NIC (2015) tujuan dari masalah pol anafas tidak efektif, yaitu
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pola nafas
pasien menjadi efektif dengan kriteria hasil: RR dalam batas normal (16-
20x/menit), jalan nafas paten, suara nafas vasikuler, pola nafas normal, irama
nafas reguler, tidak ada suara nafas tambahan. Menurut SIKI (2018) tindakan
keperawatan yang dapat dilakukan natara lain, yaitu monitor pola nafas
(frekuensi, kedalaman, usaha nafas), monitor saturasi oksigen, posisikan semi
fowler atau fowler, berikan oksigen.
Beberapa tindakan asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan selama
3x24 jam yaitu melihat pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas),
menghitung saturasi oksigen, mengatur posisi semi fowler atau fowler, memasang
oksigen sesuai terapi.
Adapun hasil dari tindakan keperawatan pada pasien 2 (Ny.S) pada hari
selasa 02 April sampai kamis 04 April yaitu pasien masih sesak merasakan sesak
yang sama, respirasi rate masih diatas normal, adanya otot pernafasan tambahan.
Berdasarkan evaluasi hasil keperawatan yang telah dilakukan oleh penulis
masalah keperawatan pola nafas tidak efektif pada Ny.S tidak teratasi karena
tidak menunjukan perubahan sesuai tujuan.
4.2.2 Nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor (D.0078)
Nyeri kronis merupakan keadaan ketidak nyamanan berkaitan dengan
kerusakan jaringan yang berlangsung lebih dari 3 bulan (PPNI, 2016). Nyeri
merupakan suatu pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan
akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial di sertai
penatalaksanaan pengobatan. Dalam penyakit Carsinoma mammae nyeri
merupakan tanda gejala yang umum terjadi karena akibat pertumbuhan massa
yang mendesak organ lain, nyeri karena ulkus pada carsinoma maame dan nyeri
efek dari terapi pengobatan yang dijalani.
Nyeri dari penyakit Carsinoma mammae berupa nyeri akut maupun nyeri
kronis. Keluhan nyeri kronis merupakan keluhan yang paling menakutkan bagi
penderita kanker payudara. Data nyeri di ungkapkan dengan PGRST,
P=Provokate (faktor pencetus timbulnya nyeri), Q=Quality (kualitas nyeri yang
diungkpkan oleh pasien), R=Region (lokasi dirasakan nyeri), S=Saver (tingkat
keparahan biasanya menggambarkan nyeri yang dirasakan sebagai nyeri ringan,
sedang, atau berat) dan T=Timing (seberapa sering nyeri dirasakan). Pengukuran
skala nyeri dapat menggunakan alat ukur NRS (Numeric Rating Scale).
Menurut Diyono (2013) dalam penelitiannya Pengaruh Teknik Relaksasi
Terhadap Penurunan Skala Nyeri Post Operasi menjelaskan bahwa sekala nyeri
dapat berkurang dengan menggunakan teknik relaksasi nafas dalam. Selain teknik
relaksasi untuk mengatasi nyeri menurut Astuti (2016) penatalaksanaan nyeri di
rumah sakit biasanya diberikan terapi farmakologis yaitu obat analgesik jenis
NSAID (Non-Steroid Anti Inflamasi Drugs).
Dalam studi kasus ini nyeri merupakan masalah utama pada pasien 2
(Ny.S.A) dan masalah kedua pada pasien 1 (Ny.S). pada saat dilakukan
pengkajian pada pasien 2 (Ny.S.A) ditemukan data P: nyeri akibat benjolan di
area dada (payudara) yang membesar kurang lebih sudah 6 bulan, Q: nyeri seperti
tertusuk-tusuk, R: nyeri terasa di area dada sampai ke ketiak, S: skala nyeri 4, T:
nyeri berlangsung hilang timbul. Data P berubah setelah pasien menjalankan
oprasi mastektomi P menjadi nyeri akibat post op MRM dan pada pasien 1 (Ny.S)
ditemukan data P: nyeri akibat benjolan di area dada (payudara) yang membesar
kurang lebih sudah 3 bulan, Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk, R: nyeri terasa di area
dada sampai ke ketiak, S: skala nyeri 4, T: nyeri berlangsung hilang timbul dan
terlihat ekspresi wajah meringis menahan nyeri.
Menurut NIC (2015) tujuan dari masalah nyeri konis, yaitu setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri pasien hilang
atau nyeri berkurang dengan kriteria hasil: skala nyeri berkurang (skala nyeri 2),
klien mampu mengontrol nyeri dengan manajemen nyeri non farmakologi, klien
mampu menyatakan nyaman setelah nyeri berkurang. Menurut SIKI (2018) ada
beberapa tindakan keperawatan yang dapat dilakukan, yaitu identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, identifikasi respon nyeri
non verbal, berikan analgesik sesuai terapi, ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri.
Beberapa tindakan asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan selama
3x24 jam yaitu mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri, meidentifikasi respon nyeri non verbal, mengajarkan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, dan dilakukan kolaborasi obat
analgesik yang bertujuan membantu dalam mengurangi nyeri.
Adapun hasil dari tindakan keperawatan pada pasien 2 (Ny.S.A) hari
pertama rabu 03 April yaitu nyeri post MRM dengan skala nyeri meningkat
menjadi 5 dan dirasakan terus menerus, pada hari kedua kamis 04 april yaitu
nyeri nyeri berkurang dengan skala nyeri menjadi 3 dan dirasakan terus menerus,
pada hari keempat sabtu 06 April dan jum’at 05 april 2 nyeri yang dirasakan
dengan skala 3 dan rasa nyeri hilang timbul, pasien dapat mengontrol nyeri
dengan menggunakan teknik nafas dalam, dan pasien mengatakan merasa lebih
nyaman setelah nyeri berkurang. Pada pasien 1 (Ny.S) pada hari pertama selasa
02 April yaitu nyeri di dada kiri belum berkurang dengan sekala nyeri 5 nyeri
terasa terus menerus, pada hari kedua rabu 03 April yaitu nyeri di dada kiri juga
tidak kunjung berkurang dengan skala nyeri 5 nyeri terasa terus menerus dan
pada hari ketiga kamis 04 April yaitu nyeri sedikit berkurang dengan skala nyeri
4 nyeri terasa hilang timbul, pasien dapat mengontrol nyeri dengan teknik nafas
dalam.
Jadi, berdasarkan hasil evaluasi keperawatan yang telah dilakukan oleh
penulis masalah keperawatan nyeri pada pasien 1 (Ny.S) teratasi sebagain pada
keperawatan hari ketiga dan pada pasien 2 (Ny.S.A) teratasi sebagian pada
keperawatan hari kedua.
4.2.3 Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan
(D.0019)
Defisit nutrisi merupakan keadaan asupan nutrisi yang tidak mencukupi
kebutuhan tubuh dengan tanda-tanda penurunan berat badan minimal 10% di
bawah rentang ideal, nafsu makan menurun, tidak menghabiskan porsi makannya,
rambut rontok, serum albumin menurun (SDKI, 2016). Masalah gizi pada
penderita kanker pada umumnya tubuh membutuhkan nutrisi yang lebih akibat
adanya pertumbuhan kanker namun pasien sulit menerima makanan akibat efek
dari terapi pengobatan, bila tidak diatasi dapat memperburuk kondisi
kesehatannya (Kusmawardani, 2017).
Diagnosa ini dapat ditegakkan jika ditemukan data ABCD (Antropometri,
biokimia, clinis, diit). Antropometri yaitu ukurann tubuh seperi BB, TB dan
LILA, biokimia yaitu pemeriksaan spesimen dari laboratorium seperi albumin,
eritrosit dan hemoglobin, clinis yaitu keadaan atau perubahan dari tubuh yang
menunjukan kurangnya zat gizi seperti kulit yang kering dan kusam, rambut
rontok berlebihan dan konjungtiva anemis.
Pada saat pengkajian ditemukan data pada pasien 1 (Ny.S) yaitu A: BB:
38 kg, TB:150 cm, IMT: 16,8, Lila: 22 cm, B: eritrosit 3,16 10��/µL (menurun),
hemoglobin 11,3 g/dL (menurun) , Albumin 3.4 g/L (menurun), GDS 118 mg/dL,
C: kulit terlihat kering, rambut terlihat rontok berlebihan, D: diit TKTP (tinggi
kalori tinggi protein), sehingga penulis mengangkat diagnosa ini menjadi prioritas
ke tiga setelah pola nafas tidak efektif dan nyeri kronis.
Menurut NIC (2018) tujuan dari masalah defisit nutrisi, yaitu setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nutrisi pasien
terpenuhi dengan kriteria hasil: tidak terjadi penurunan berat badan, adanya
peningkatan berat badan, IMT dalam rentang normal, mampu menghabiskan
porsi makannya, hasil laboratorium menunjukan albumin dalam rentang normal
(3.5-5.5 g/L), hemoglobin dalam rentang normal (3 (12.0-16.0 g/dl). Menurut
SIKI (2018) ada beberapa tindakan keperawatan yang dapat dilakukan, yaitu
identifikasi status nutrisi, monitor asupan makanan, monitor berat badan, monitor
hasil pemeriksaan laboratorium dan berikan medikasi sebelum atau sesudah
makan.
Beberapa tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan selama 3x24 jam
yaitu mengidentifikasi status nutrisi pasien dengan menghitung IMT, memantau
asupan nutrisi pasien dengan melihat seberapa banyak makanan yang masuk, dan
memeberikan ranitidin untuk mencegah mual. Adapun hasil dari tindakan
keperawatan pada pasien 1 (Ny.S) pada hari selasa 02 April yaitu IMT 16,8 yang
berarti berat badan kurang, pasien hanya menghabiskan 4 sdm dari porsi
makannya, pada hari rabu 03 April dan kamis 04 April yaitu asupan makanan
meningkat, pasien menghabiskan ½ dariporsi makannya. Jadi, berdasarkan hasil
evaluasi keperawatan yang telah dilakukan oleh penulis masalah keperawatan
defisit nutrisi pada pasien 1 (Ny.S) tidak teratasi karena tidak menunjukan
perubahan sesuai tujuan.
4.2.4 Gangguan integritas kulit/jaringan dengan faktor mekanik (luka
oprasi) (D.0080)
Gangguan integritas kulit merupakan kerusakan pada kulit/jaringan,
biasanya pada penyakit Carsinoma mammae masalah ini lazim muncul akibat
adanya ulkus atau tindakan pengonatan yang dilakukan. Tanda dan gejala yang
muncul berupa adanya keursakan jaringan dan/lapisan kulit, nyeri luka,
perdarahan, hematoma dan kemerahan (SDKI,2015).
Pada saat pengkajian ditemukan data pada pasien 2 (Ny.S.A) berupa luka
pada area dada sebelah kiri karen post oprasi MRM (Mastektomi Radikal
Modifikasi) dengan panjang luka ±20 cm (29 jahitan) lebar ±1 cm, sehingga
penulis harus menegakkan diagnosa ini kedalam prioritas kedua setelah nyeri
kronis.
Menurut NIC (2015) tujuan dari masalah gangguan integritas kulit, yaitu
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan Integritas
kulit pasien membaik dengan kriteria hasil: tidak ada tanda-tanda infeki,
menunjukan proses penyembuhan luka dan pasien menunjukan pemahaman
dalam perawatan luka. Menurut SIKI (2018) terdapat beebrapa tindakan
keperawatan yang dapat dilakukan, yaitu monnitor karakteristik luka (mis.
drainase, warna, ukuran, bau), monitor tanda-tanda infeksi, pertahankan teknik
steril saat melakukan perawatan luka dan ajarkan prosedur perawatan luka secara
mandiri.
Tindakan keperawatan yang telah dilakukan selama 3x24 jam yaitu
melihat karakteristik luka, memantau adanya tanda-tanda infeksi pada luka dan
area sekitar luka, pada hari jum’at tanggal 05 April pukul 09.05 penulis
melakukan perawatan luka dengan teknik steril menggunakan peralatan-peralatan
yang steril, dan memberikan edukasi cara merawat luka dengan benar. Adapun
hasil dari tindakan keperawatan pada pasien 2 (Ny.S.A) pada hari jum’at 05 April
yaitu tidak ada tanda-tanda infeksi, pasien menunjukan pemahaman dalam
perawatan luka, luka terlihat lembab dan mengelurkan cairan, luka belum
menunjukan adanya penyembuhan luka. Jadi, berdasarkan hasil evaluasi
keperawatan yang telah dilakukan oleh penulis masalah keperawatan gangguan
integritas kulit/jaringan pada pasien 2 (Ny.S.A) teratasi sebagian.
4.2.5 Ansietas berhubungan dengan krisis situasional (D.0080)
Ansietas merupakan kondisi emosi yang di rasakan akibat antisipasi
bahaya yang memungkinkan dapat membahayakan diri, tanda dan gejalanya
berupa sulit berkonsentrasi, tampah gelisah, tampak tegang, sulit tidur, frekuensi
nafas meningkat, frekuensi nadi meningkat (SDKI, 2015). Pada pasien
Carsinoma mammae ditemukan kondisi cemas karena memikirkan penyakitnya
dan cemas karena menghadapi pengobatan yang akan dijalani. Tanda dan gejala
yang muncul sesuai kondisi tersebut yaitu, merasa khawatir dengan kondisi ynag
dihadapi, tampak gelisah, tampak tegang, sulit tidur, sulit berkonsentrasi,
frekuensi nafas meningkat, frekuenai nadi meningkat. Efek kecemasan pada
pasien kanker payudara bisa meningkatkan rasa nyeri dan mengganggu
kemampuan tidur (Mohammed S., dkk, 2012).
Penilaian tingkat kecemasan dapat dilakukan dengan kuesioner HARS
(Hamilton Rating Scale For Anxiety), pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner
HARS memiliki skala 0-4, nilai rata-rata yang dipeoleh responden selanjutnya
diklasifikasikan berdasarkan rentang nilai level tingkat kecemasan yaitu sekor 0-
14 (artinya tidak ada kecemasan), skor 14-20 (artinya kecemasan ringan), skor
21-27 (artinya kecemasan sedang), skor14-20 (artinya kecemasan ringan), skor
21-27 (artinyakecemasan sedang), skor 28-41 (artinya kecemasanberat) dan skor
42-56 (artinya kecemasan berat sekali) (Kristina, 2017). Salah satu intervensi
untuk mengurangi skor HARS dapat dilakukan dengan teknik relaksasi, menurut
Sari Apriliya (2015) dalam penelitiannya yang berjudul Pelatihan Teknik
Relaksasi Untuk Menurunkan Kecemasan Pada Pasien Kanker Payudara
menjelaskan bahwa pelatihan teknik relaksasi terbukti efektif menurunkan tingkat
kecemasan pada pasien kanke payudara.
Pada saat pengkajian ditemukan data pada pasien 2 (Ny.S.A), yaitu nilai
skor HARS 16 (kecemasan ringan) pasien mengatakan cemas, pasien mengatakan
takut dan sulit tidur karena nanti akan dioprasi, pasien terlihat gelisah dan tegang,
sehingga penulis mengankat diagnosa ini menjadi prioritas ketiga setelah nyeri
kronik dan gangguan integritas kulit.
Menurut NIC (2015) tujuan masalah keperawatan ansietas, yaitu setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 1x30 menit diharapkan ansietas
berkurang dengan kriteria hasil: klien mampu mengidentifikasi dan
mengungkapkan prasaan cemas serta dapat mengontrol cemas. Menurut SIKI
(2018) ada beberapa tindakan keperawatan yang dapat dilakukan, yaitu
identifikas penyebab ansietas, berikan terapi relaksasi, anjurkan keluarga untuk
tatap bersama pasien dan jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang akan dialami.
Tindakan keperawatan yang telah dilakukan selama 1x30 jam yaitu
mencari tau penyebab ansietan pasien, mengajarkan pasien teknik relaksasi untuk
mengurangi cemas, berdiskusi mengenai manfaat, prosedur dan rasa saat dioprasi,
meminta kelurga pasien untuk selalu menemani pasien.
Adapun hasil dari tindakan keperawatan ansietas pada pasien 2 (Ny.S.A)
pada hari rabu 03 April pasien pasien mampu mengungkapkan penyebab cemas,
pasien mengatakan cemas berkurang, pasien mampu mengontrol cemas dengan
teknik relaksasi. Jadi, berdasarkan hasil evaluasi keperawatan yang telah
dilakukan oleh penulis masalah ansietas pada pasien 2 (Ny.S.A) telah teratasi
karena menunjukan perubahan sesuai dengan tujuan.
4.2.6 Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan
struktur/bentuk tubuh (D.0083)
Gangguan citra tubuh merupakan persepsi mengenai penampilan, struktur
dan fungsi tubuh karena trauma atau karena efek samping pengobatan. Pada
pasien Carsinoma mammae hal ini lazim terjadi karena ketidak mampuan pasien
dalam menerima keadaannya, tanda dan gejala yang muncul berupa
mengucapkan kecacatan, mengungkapkan perasaan negatif dari perubahan
tubunya, kehilangan bagian tubuh, fungsi struktur tubuh berubah, fokus
berlebihan pada perubahan tubuh (SDKI,2015). Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Oetami,dkk (2014) perubahan fisik yang ditemukan berupa
kerontokan rambut akibat kemotrapi, penurunan berat badan yang drastis akibat
kurang nutrisi, gangguan integritas kulit akibat terapi radiasi, nyeri pada massa
yang membesar, perubahan bentuk payudara akibat dari pertumbuhan massa
kanker atau efek dari mastektomi.
Memotivasi merupakan dukungan sosial untuk mencipkatan kenyaman
bagi pasien maka, motivasi merupakan salah satu intervensi terpenting dalam
diagnosa ini hal ini sejalan dengan penelitian Puspita Rika.T (2017) dengan judul
Hubungan Dukungan Sosial Dengan Citra Tubuh Pasien Kanker Payudara Post
Op Mastektomi yang di dalamnnya menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang
signifikas terhadap dukungan sosial dan gangguan citra tubuh pada pasien kanker
payudara setelah menjalankan post op mastektomi.
Pada saat pengkajian data yang ditemukan pada pasien 2 (Ny.S.A), yaitu
pasien mengatakan tidak nyaman dengan perubahan kondisi tubuhnya apalagi
setelah melakukan oprasi, pasien mengatakan tidak menyangka sekarang hanya
memiliki satu payudara dan mengatakan bahwa dirinya telah cacat, sehingga
penulis mengangkat diagnosa ini menjadi prioritas empat setelah nyeri kronis,
gangguan intergritas kulit dan ansietas.
Menurut NIC (2015) tujuan dari masalah gangguan citra tubuh, yaitu,
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan pasien
mampu beradaptasi dengan perubahan tubuhnya dengan kriteria hasil: body
image positif Mampu mengidentifikasi kekuatan personal, mampu menerima
keadaannya dan oping keluarga adekuat. Menurut SIKI (2018) ada beberapa
tindakan keperawatan yang dapat dilakukan, yaitu identifikasi kemampuan yang
dimiliki, monitor frekuensi pernyataan kritik terhadap diri sendiri, anjurkan
keluarga terlibat untuk memotivasi pasien, diskusikan perubahan tubuh dan
fungsinya.
Tindakan keperawatan yang telah dilakukan selama 2x24 jam yaitu
mendiskusikan kemampuan positif yang pasien miliki, melihat apakah masih ada
kritikan diri yang pasien katakan, meminta kelurga pasien untuk memotivasi
pasien, mendiskusikan mengenai manfaat pengobatan yng pasien jalani. Adapun
hasil dari tindakan keperawatan gangguan imobilisasi pada pasien 2 (Ny.S.A)
pada hari rabu 03 April dan kamis 04 April yaitu pasien mengatakan telah
menerima keadaannya, mampu mengidentifikasi hal positif yang pasien miliki
dan koping kelurga adekuat. Jadi, berdasarkan hasil evaluasi keperawatan yang
telah dilakukan oleh penulis masalah gangguan citra tubuh pada pasien 2
(Ny.S.A) telah teratasi karena menunjukan perubahan sesuai dengan tujuan.
4.2.7 Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurangnya kontrol tidur
(D.0055)
Gangguan pola tidur merupakan gangguan yang sering dialami oleh
pasien dengan penyakit kronis seperi Carsinoma mammae dimana nyeri
mengganggu kualitas dan kuantitas tidur. Tanda gejala yang muncul dari masalah
tersebut yaitu, mengeluh sulit tidur, tidak puas saat tidur, pola tidur berubah, dan
istirahat tidak cukup (SDKI, 2016). Menurut Hananta (2014) pada pasien kanker
insomnia merupakan gangguan tidur yang umum terjadi, pola tidur pasien kanker
dapat terganggu karena sakit fisik akibat nyeri pertumbuhan kanker, efek
samping obat-obatan atau terapi kanker lainnya. Dari hasil penelitiannya juga
menjelaskan adanya keterkaitan antara nyeri dan depresi dengan gangguan tidur,
depresi meningkatkan 4,4 kali mengalami gangguan tidur dan nyeri 3,9 kali
meningkatkan gangguan tidur.
Pada saat pengkajian diagnosa ini muncul pada kedua pasien, pada pasien
1 (Ny.S) yaitu gangguan pola tidur dengan keluhan Pasien mengatakan sulit
untuk tidur apa lagi di rumah sakit dan masalah yang muncul pada pasien 2
(Ny.S.A) yaitu gangguan pola tidur dengan keluhan sering terbangun dari tidur
saat rasa nyeri timbul. Sehingga penulis mengangkat diagnosa ini pada pasien 1
(Ny.S) menjadi prioritas kelima setelah pola nafas tidak efektif, nyeri kronis,
defisit nutrisi, dan defisit perawatan diri sedangkan pada pasien 2 (Ny.S.A)
menjadi prioritas kelima setelah nyeri kronis, gangguan intergritas kulit dan
jaringan, ansietas dan gangguan cintra tubuh.
Menurut NIC (2015) tujuan dari masalah gangguan pol atidur, yaitu
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pola tidur
pasien efektif dengan kriteria hasil: jumlah jam tidur dalam batas normal 6-8
jam/hari, perasaaan segar setelah bangun tidur dan pasien mengetahui pentingnya
waktu tidur yang cukup. Menurut SIKI (2018) ada beebrapa tindakan
keperawatan yang dapat dilakukan, yaitu identifikasi faktor pengganggu tidur,
monitor kuantitas dan kualitas tidur pasien, modifikasi lingkungan (mis.
kebisingan), anjurkan menepati waktu tidur dan jelaskan pentngnya waktu tidur.
Beberapa tindakan keperawatan yang telah dilakukan selama 3x24 jam
yaitu, menemukan faktor penyebab sulit tidur, memantau kualitas dan kuantitas
tidur pasien, menyarankan pasien untuk tidur, memberika informasi pentingnya
tidur bagi orang yang sakit. Adapun hasil dari tindakan keperawatan gangguan
pola tidur pada pasien 1 (Ny.S) dengan hasil evaluasi akhir waktu tidur pasien
kurang dari 8 jam, pasien masih mengeluh sulit tidur sedangkan pada pasien 2
(Ny.S.A) dengan hasil evaluasi akhir pasien mengatakan dapat tidur dengan
nyenyak, merasa segar saat bangun tidur dan waktu tidur 8 jam. Jadi, berdasarkan
hasil evaluasi keperawatan yang telah dilakukan oleh penulis masalah gangguan
pola tidur pada pasien 1 (Ny.S) tidak teratasi karena tidak menunjukan
perubahan sesuai tujuan dan pada pasien 2 (Ny.S.A) teratasi karena menunjukan
perubahan sesuai tujuan.
4.2.8 Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan (D.0109)
Defisit perawatan diri merupakan kondisi diman tidak dapat melakukan
perawatan diri meliputi kegiatan sehari-hari seperti eliminasi, makan dan mandi
secara mandiri, biasanya dikarenakan keterbatasan fisik atau kelemahan pada
fisik, tanda dan gejala menolak melakukan perawatann diri, tidak mampu
melakukan mandi, mengenakan pakaaian,ke toilet mandi, berhias secara mandiri
dan melakukan perawatan diri kurang (SDKI,2015). Defisit perawatan diri
merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami penurunan kemampuan
dalam melakukan atau melengkapi aktivitas sehari-hari secara mandiri seperti
mandi (hygiene), berpakaian/berhias, makan, dan BAB/BAK (Pinendedi,2015).
Pada Carsinoma mammae diagnosa ini tidak ada dalam tinjauan teori
tetapi penulis harus mengangkat diagnosa ini karena masalah ini muncul pada
pasien 1 (Ny.S) dimana ditemukan data pasien tidak dapat melakukan ADLs
secara mandiri, pasien terlihat kotor tidak rapi dan tidak ada yang
memandikannya sehingga harus membutuhkan bantuan dari perawat, sehingga
penulis mengangkat diagnosa ini menjadi prioritas keempat setelah pola nafas
tidak efektif, nyeri kronis, dan defisit nutrisi.
Menurut NIC (2015) tujuan dari masalah defisit perawatan diri, yaitu
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam di harapkan
kemampuan pasien dalam merawat diri meningkat dengan kriteria hasil: aktivitas
kehidupan seharii-hari (ADLs) mampu untuk melakukan aktivitas perawatan fisik
dan pribadi secara mandiri atau dengan alat bantu. Menurut SIKI (2018) ada
beberapa tindakan keperawatan yang dapat dilakukan, yaitu monitor tingkat
kemandirian, fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu melakukan
perawatan diri dan njurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai
kemampuan.
Beberapa tindakan yang telah dilakukan selama 3x24 jam yaitu
menanyakan pasien apakah pasien sudah melakukan hygine secara mandiri,
membantu pasien untuk mandi, menyarankan pasien untuk menggosok gigi
secara teratur. Adapun hasil dari tindakan keperawatan defisit perawatan diri
pada pasien 1 (Ny.S) dengan hasil evaluasi akhir pasien tidak mampu melakukan
aktifitas perawatan fisik dan pribadi secara mandiri. Jadi, berdasarkan hasil
evaluasi keperawatan yang telah dilakukan oleh penulis masalah defisit
perawatan diri pada pasien 1 (Ny.S) tidak teratasi karena tidak menunjukan
perubahan sesuai tujuan.
4.2.9 Resiko infeksi berhubungan dengan faktor resiko berhubungan
dengan tindakan invasif (D.0142)
Resiko infeksi merupakan kondisi dimana pasien beresiko mengalami
peningkatakan terserang organisme patogen. Pada pasien Carsinoma mammae
yang telah melaukan pembedahan mastektomi beresiko mengalami infeksi pada
area luka karena bakteri anaerob mudah tumbuh dalam keadaan tersebut sehingga
memerlukan manajemen luka kanker yang bertujuan untuk memantau nyeri,
infeksi, jumlah eksudat, perdarahan dan maserasi sekitar luka (Kozier et al, 200).
Pada studi kasus ini ditegakkan resiko infeksi karena pada saat pengkajian
ditemukan data pada pasien 2 (Ny.S.A) memiliki luka post oprasi pengangkatan
payudara yang luka tersebut beresiko terjadi infeksi, leukosit 7.85 10�� / µl
sehingga harus mendapatkan perawatan luka yang benar. Pada studi kasus ini
penulis mengangkat resiko infeksi kedalam prioritas keenam setelah nyeri kronis,
gangguan integritas kulit/jaringan, ansietas, gangguan citra tubuh dan gangguan
pola tidur.
Menurut NIC (2015) tujuan masalah resiko infeksi, yaitu setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan paien tidak terjadi
infeksi dengan kriteria hasil: pasien terbebas dari tanda dan gejala infeksi,
menunjukan proses penyembuhan luka, pasien dan keluarga paham tentang tanda
dan gejala infeksi dan leukosit dalam rentang normal (4.80-10.80 10�� / µl ).
Menurut SIKI (2018) ada beberapa tindakan keperawatan yang dapat dilakukan,
yaitu monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik, berikan perawatan luka,
berikan antibiotik sesuai terapi, cuci tangan sesudah dan sebelum kontak pasien
dan lingkungan dan jelaskan tanda dan gejala infeksi.
Tindakan keperawatan yang telah dilakukan selama 3x24 jam yaitu
melakukan perawatan luka, melihat adanya tanda dan gejala infeksi pada luka dan
area sekitar luka, menjelaskan tanda dan gejala infeksi, dan mencuci tangan
sesudah dan sebelum kontak langsung dengan pasien. Adapun hasil dari tindakan
keperawatan pada pasien 2 (Ny.S.A) pada hari jum’at 05 April yaitu tidak ada
tanda – tanda infeksi pada luka dan area sekitar luka, luka terlihat bersih dan
berada dalam tahap inflamasi, pasien dan kelurga paham mengenai tanda dan
gejala infeksi, leukosit dalam rentang normal (4.80-10.80 10�� / µl ). Jadi,
berdasarkan hasil evaluasi keperawatan yang telah dilakukan oleh penulis
masalah resiko infeksi pada pasien 2 (Ny.S.A) teratasi, namun intervesi tetap di
pertahankan karena masih memerlukan perawatn luka.
4.3 Keterbatasan Penulisan
Keterbatasan dalam studi kasus ini adalah lingkungan rumah sakit yang
kurang kondusif, seperti pengunjung pasien terlalu banyak, cahaya lampu yang
terlalu terang bahkan suara-suara yang berisik yang ditimbulkan keluarga pasien
lain dan sering kali hal tersebut mempengaruhi tingkat kenyamaanan pasien dan
pasien yang menginginkan pulang sebelum asuhan keperawatan selesai (pulang
paksa).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan studi kasus dalam penerapan asuhan keperawatan pada
pasien Carsinoma Mammae selama kurang lebih tiga hari di ruang Aster RSUD
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Hasil pengkajian yang didapat dari anamnesa pasien dengan Carsinoma
mammae yang dikelola dalam studi kasus ini menunjukan adanya
kesesuaian dalam teori yang telah dibuat, hasil pengkajian sesuai dengan
tingkat keparahan penyakit pasien berupa data subjektif dan objektif.
Pemeriksaaan fisik dilakukan dengan cara head to toe pada Ny. S
ditemukan keadaaan klinis adanya pertumbuhan masa yang berkonsisten
padat pada area dada dan ada pembengkakan pada lengan kiri
(limfaderma) sedangkan pada Ny.S.A ditemukan keadaan klinis adanya
pertumbuhan masa berkonsisten padat pada payudara kanan, kedua pasien
mengatakan nyeri dan susah tidur.
2. Diagnosa keperawatan, tidak semua diagnosa keperawatan yang ada pada
teori muncul pada masing-masing pasien. Pada masing-masing pasien
terdapat 6 (enam) diagnosa, antar dua pasien tersebut memiliki 2 (dua)
diagnosa yang sama, yaitu nyeri kronis dan gangguan pola tidur
sedangkan 4 (empat) lainnya dengan diagnosa yang berbeda. Hal ini
sesuai dengan
keyakinan bahwa manusia sebagai makhluk yang holistik, merupakan satu
kesatuan dari bio, psiko, sosial dan spiritual, sehingga tergantung dari
respon dan penurunan faal hati masing-masing individu. Pada hasil
pengkajian pada klien Ny.S ditemukan 5 (lima) diagnosa keperawatan
yaitu : nyeri kronis, pola nafas tidak efektif, defisit nutrisi,defisit
perawatan diri dan gangguan pola tidur sedangkan pada Ny.S.A
ditemukan 6 (enam) diagnosa yaitu: nyeri kronis, ansietas, gangguan
integritas kulit, gangguan citra tubuh, gangguan pola tidur dan resiko
infeksi.
3. Perencanaan pada studi kasus ini pada dasarnya sesuai dengan teori,
karena penulis menggunakan buku sumber yang ada dan sesuai dengan
diagnosa keperawatan yang didapatkan, di dalam perencanaan
keperawatan memuat unsur SMART, yaitu Specific (rumusan tujuan harus
jelas), Measurabel (dapat diukur), Achievable (dapat dicapai bersma
pasien), Realistic (dapat dicapai dan nyata), dan Timing (harus ada target
waktu). Adanya penambahan dan pengurangan dari rencana asuhan
keperawatan dengan teori yang ada dikarenakan penulis berusaha untuk
menyesuaikan antara rencana dengan kondisi klien dan fasilitas yang
tersedia.
4. Pelaksanaan tindakan keperawatan pada studi kasus ini dilaksanakan
selama kurang lebih 3x24 jam dan sesuai dengan intervensi yang sudah di
buat. Pada dasarnya rata-rata intervensi yang telah direncanakan dapat
diimplementasikan dengan baik, penulis juga menemukan faktor
penunjang yaitu respon dan tanggapan yang baik dari klien dan keluarga
serta kerjasama yang baik antara penulis, dokter dan perawat yang ada di
Ruang Aster.
5. Akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan
keperawatan yang telah dilakukan kurang lebih 3x24 jam. Pada asuhan
keperawatan Ny.S didapatkan bahwa ada 4 (empat) masalah keperawatan
yang belum teratasi yaitu, pola nafas tidak efektif, defisit nutrisi, defisit
perawatan diri dan gangguan pola tidur, keempat masalah tersebut tidak
menunjukan perubahan yang diharapkan dan 1 (satu) masalah
keperawatan lainnya yaitu, nyeri kronis yang teratasi sebagian, sedangkan
pada Ny.S.A ada 3 (tiga) masalah keperawatan teratasi sebagian yaitu,
nyeri kronis, gangguan integritas kulit/jaringan dan resiko infeksi, nyeri
kronik dan 3 (tiga) masalah keperawatan lainnya yaitu, ansietas, gangguan
citra tubuh dan gangguan pola tidur menunjukan perubahan sesuai dengan
tujuan sehingga masalah keperawatan dapat teratasi.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi penulis
Hasil studi kasus yang penulis dapatkan dalam karya tulis ilmiah ini dapat
meemberikan informasi lebih lanjut, sehingga dapat memperluas
pengetahuan tentang Carsinoma mammae. Bagi penulis selanjutnya
diharapkan dapat melakukan asuhan keperawatan komprehensif dalam
waktu yang lama sehingga mendapatkan hasil yang lebih maksimal.
5.2.2 Bagi tempat pelaksanaan studi kasus
Instansi rumah sakit dapat menjadikan hasil studi ini sebagai dasar
pertimbangan untuk memberikan asuhan keperawatan secara
komprehensif sehingga meningkatkan pelayanan kepada pasien sehingga
pasien merasa puas dengan pelayanan yang diberikan dan dapat
meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.
5.2.3 Bagi perkembangan ilmu keperawatan
Karya tulis ilmiah ini dapat dijadikan sebagai bahan ajar untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan sebagai pertimbangan untuk
mengambil kebijakan dalam upaya memberikan asuhan keperawatan
secara komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, P., dkk. (2016). Pengaruh Teknik Relaksasi Hand Massage Terhadap
Nyeri Pada Pasien Kanker Payudara di Yayasan Kanker Indonesia
Surabaya. Journal Ilmiah Kesehatan Volume 9 nomor 2, (221-226)
Auran, K., P., isfandiarti, M., A. (2015). Hubungan Dukungan Sosial Terhadap
Pengobatan Kanker Payudara Di Yayasan Kanker Wisnuwardhana. Journal
Promkes Volume 3 Nomor 2, (218-228)
Diyono. (2013). Pengaruh Teknik Relaksasi Terhadap Penurunan Skala Nyeri
Post Operasi. https://docplayer.info/31788404-Pengaruh-teknik-relaksasi-
terhadap-penurunan-skala-nyeri-post-operasi-di-rumah-sakit-dr-oen-
surakarta.html. (diakses 30 mei 2019)
Boki Majapoh.A.,dkk. (2013). Pengaruh Pemberian Posisi Semi Fowler Terhadap
Kestabilan Pola Nafas. Journal Keperawatan Volume 3 Nomor 1
Brest Care Indonesia. (2017). Kanker payudara.
https://www21.ha.org.hk/smartpatient/EM/MediaLibraries/EM/Diseases/Ca
ncer/Breast%20Cancer/Cancer-Breast-Cancer-Indonesian.pdf?ext=.pdf.
(diakses 2 Desember 2018)
Dinas Kesehatan Kalimantan Timur. (2016). Profil Kesehatan Provinsi
Kalimantan Timur Tahun 2015.
http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PROVI
NSI_2015/23_KALTIM_2015.pdf. (diakses 06 Desember 2018)
Doenges, Marilynn, E. (2001). Rencana Asuhan Keperawatan & Pedoman Untuk
Perencanaan Keperawatan Pasien, Edisi 2. Jakarta:EGC.
Dyanna, Lenny. (2015). Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Mekanisme
Koping Pasien Post Op Operasi Mastektomi. Journal Keperawatan volume
2 nomor 1
Hananta. (2014). Gangguan Tidur Pada Pasien Kanker Payudar di Rumah Sakit
Dharmais Jakarta. Journal Dharmais Volume 13 Nomor 2, (84-94)
Indotang, Farach, E., F. (2015). Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan
Mekanisme Koping Pada Pasien Ca Mamae. Journal Keperawatan Volume
2 Nomor 4
Kementrian Kesehatan Republik indonesia. (2015). Buletin Jendela Data dan
Informasi Kesehatan Situasi Penyakit Kanker.
https://www.google.com/search?q=buletin+jendela+data+dan+informasi+k
esehatan+situasi+penyakit+kanker&ie=utf-8&oe=utf-8&client=firefox-b-
ab. (diakses 19 November 2018)
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Hasil Utama Riskesdas 2018.
https://drive.google.com/file/d/1Vpf3ntFMm3A78S8Xlan2MHxbQhqyMV
5i/view. (diakses 2 Desember 2018)
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Profil Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia Ajak Masyarakat Cegah dan Kendalikan Kanker.
http://www.depkes.go.id/article/view/17020200002/kementerian-kesehatan-
ajak-masyarakat-cegah-dan-kendalikan-kanker.html. (diakses 19 November
2018)
Kementrian Kesehatan Republic Indonesia. (2015). Infodatin Situasi Kanker
Payudara.
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-
kanker.pdf. (diakses 19 Desember 2018)
Kusmawardani, Nunik. (2017). Penanganan Nutrisi Pada Penderita Kanker.
https://media.neliti.com/media/publications/238464-penanganan-nutrisi-
pada-penderita-kanker-71770d9a.pdf. (diakses 30 mei 2019)
Kristina. (2017). Pengaruh Kegiatan Mewarnai Pola Mandala Terhadap Tingkat
Kecemasan Mahasiswa Akademi Keperawatan Dirgahayu Samarinda.
Journal Nurseline Volume 2 Nomor 1
Marmi. (2016). Penatalaksanaan pola nafas.
http://eprints.ums.ac.id/download/52333/1/karya%20tulis%20ilmiah.pdf.
(diakses 30 mei 2019)
Martin, Reeder, G., Koniak. (2014). Keperawatan Maternitas, Volume 1.
Jakarta:EGC.
Noorhidayah. (2015). Faktor – faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Penyakit Kanker Payudara Pada Pasien Yang Dirawat di Ruang Kemotrapi
Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Journal
Citra Keperawatan Volume 3 Nomor 1, (45-56)
Nurarif, Amin H., Kusuma, Hardi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Jakarta:Medication.
Pelima, Citra, T., Pinonton, R., Odi. (2016). Hubungan Antara Sumber Informasi
dan Pengetahuan dengan Sikap Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
Siswa Puteri SMA Negeri 2 Kota Kotamobagu. Journal Kesehatan
Masyarakat volume 2 nomor 2
Pinendedi. (2015). Pengaruh Penerapan Asuhan Keperawatan Defisit Perawatan
Diri Terhadap Kemandirian Personal Hygiene Pada Pasien di RSJ. Journal
Keperawatan Volume 4 Nomor 2
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI.
Priyatin, C., Ulfiana, E., Sumarni, S. (2013). Faktor Risiko yang Berpengaruh
Terhadap Kejadian Kanker Payudara di RSUP Kasiadi Semarang. Journal
Kebidanan Volume 2 Nomor 2, (2089-7669)
Pratiwi, S., R., dkk. (2017). Gambaran Faktor – Faktor yang Berhubungan
dengan Kecemasan Pasien Kanker Payudara dalam Menjalani Kemotrapi.
Journal Pendidikan Keperawata Indonesia Volume 1 Nomor 1, (167-174)
Puspita, Rika., T. (2017). Hubungan Dukungan Sosial Dengan Citra Tubuh
Pasien Kanker Payudara Post Op Mastektomi. Journal Ners Indonesia
Volume 8 Nomor 1
Putra., S., R. (2015). Kanker Payudara Lengkap. Yogyakarta:Laksana.
Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie. (2017). Profil 2017 Rumah
Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie 10 Penyakit Terbanyak.
http://www.rsudaws.co.id/uploads/DOWNLOAD/Profil%20RSUD%20AW
S%202017.pdf. (diakses 05 Desember 2018)
Sari, Apriliya. (2015). Pelatihan Teknik Relaksasi Untuk Menurunkan
Kecemasan Pada Pasien Kanker Payudara. Journal Gajah Mada Volume 1
Nomor , (173-192)
Lampiran 2
HAMILTON RATING SCALE FOR
ANXIETY (HARS)
Nomor Responden : 01.02.89.XX
Nama Responden : Ny.S.A
Tanggal Pemeriksaan : 03 April 2019 pukul 08.00
Skor : 0 = tidak ada
1 = ringan
2 = sedang
3 = berat
4 = berat sekali
Total Skor Kurang dari 14 = tidak ada kecemasan
14 – 20 = kecemasan ringan
21 – 27 = kecemasan sedang
28 – 41 = kecemasan berat
42 – 56 = kecemasan berat sekali
No Pertanyaan 0 1 2 3 4
1 Perasaan Ansietas - Cemas
- Firasat Buruk
- Takut Akan Pikiran Sendiri - Mudah Tersinggung
√
2 Ketegangan - Merasa Tegang
- Lesu
- Tak Bisa Istirahat Tenang
- Mudah Terkejut
- Mudah Menangis
- Gemetar - Gelisah
√
3 Ketakutan
- Pada Gelap
- Pada Orang Asing
- Ditinggal Sendiri
- Pada Binatang Besar
- Pada Keramaian Lalu Lintas - Pada Kerumunan Orang Banyak
√
4 Gangguan Tidur - Sukar Masuk Tidur
- Terbangun Malam Hari
- Tidak Nyenyak
- Bangun dengan Lesu
- Banyak Mimpi-Mimpi
- Mimpi Buruk - Mimpi Menakutkan
√
5 Gangguan Kecerdasan - Sukar Konsentrasi - Daya Ingat Buruk
Type equation√
6 Perasaan Depresi - Hilangnya Minat
- Berkurangnya Kesenangan Pada Hobi
- Sedih
- Bangun Dini Hari - Perasaan Berubah-Ubah Sepanjang Hari
√
7 Gejala Somatik (Otot) - Sakit dan Nyeri di Otot-Otot
- Kaku
- Kedutan Otot
- Gigi Gemerutuk
- Suara Tidak Stabil
√
8 Gejala Somatik (Sensorik) - Tinitus
- Penglihatan Kabur
- Muka Merah atau Pucat
- Merasa Lemah - Perasaan ditusuk-Tusuk
√
9 Gejala Kardiovaskuler - Takhikardia
- Berdebar
- Nyeri di Dada
- Denyut Nadi Mengeras
- Perasaan Lesu/Lemas Seperti Mau Pingsan
- Detak Jantung Menghilang (Berhenti
Sekejap)
√
10 Gejala Respiratori - Rasa Tertekan atau Sempit Di Dada
- Perasaan Tercekik
- Sering Menarik Napas - Napas Pendek/Sesak
11 Gejala Gastrointestinal - Sulit Menelan
- Perut Melilit
- Gangguan Pencernaan
- Nyeri Sebelum dan Sesudah Makan
- Perasaan Terbakar di Perut
- Rasa Penuh atau Kembung
- Mual
- Muntah
- Buang Air Besar Lembek
- Kehilangan Berat Badan - Sukar Buang Air Besar (Konstipasi)
√
12 Gejala Urogenital - Sering Buang Air Kecil
- Tidak Dapat Menahan Air Seni
- Amenorrhoe
- Menorrhagia
- Menjadi Dingin (Frigid)
- Ejakulasi Praecocks
- Ereksi Hilang - Impotensi
√
13 Gejala Otonom - Mulut Kering
- Muka Merah
- Mudah Berkeringat
- Pusing, Sakit Kepala - Bulu-Bulu Berdiri
√
14 Tingkah Laku Pada Wawancara - Gelisah
- Tidak Tenang
- Jari Gemetar
- Kerut Kening
- Muka Tegang
- Tonus Otot Meningkat
- Napas Pendek dan Cepat - Muka Merah
√
Skor Total = 16
HAMILTON RATING SCALE FOR
ANXIETY (HARS)
Nomor Responden : 01.02.89.XX
Nama Responden : Ny.S.A
Tanggal Pemeriksaan : 03 April 2019 pukul 15.00
Skor : 0 = tidak ada
1 = ringan
2 = sedang
3 = berat
4 = berat sekali
Total Skor Kurang dari 14 = tidak ada kecemasan
14 – 20 = kecemasan ringan
21 – 27 = kecemasan sedang
28 – 41 = kecemasan berat
42 – 56 = kecemasan berat sekali
No Pertanyaan 0 1 2 3 4
1 Perasaan Ansietas - Cemas
- Firasat Buruk
- Takut Akan Pikiran Sendiri - Mudah Tersinggung
√ Type equation
2 Ketegangan - Merasa Tegang
- Lesu
- Tak Bisa Istirahat Tenang
- Mudah Terkejut
- Mudah Menangis
- Gemetar - Gelisah
√ Type equation
3 Ketakutan - Pada Gelap
- Pada Orang Asing - Ditinggal Sendiri
- Pada Binatang Besar
- Pada Keramaian Lalu Lintas - Pada Kerumunan Orang Banyak
√ Type equation
4 Gangguan Tidur - Sukar Masuk Tidur
- Terbangun Malam Hari
- Tidak Nyenyak
- Bangun dengan Lesu
- Banyak Mimpi-Mimpi
- Mimpi Buruk - Mimpi Menakutkan
√
5 Gangguan Kecerdasan - Sukar Konsentrasi - Daya Ingat Buruk
√ Type equation
6 Perasaan Depresi - Hilangnya Minat
- Berkurangnya Kesenangan Pada Hobi
- Sedih
- Bangun Dini Hari - Perasaan Berubah-Ubah Sepanjang Hari
√
7 Gejala Somatik (Otot) - Sakit dan Nyeri di Otot-Otot
- Kaku
- Kedutan Otot
- Gigi Gemerutuk
- Suara Tidak Stabil
√
8 Gejala Somatik (Sensorik) - Tinitus
- Penglihatan Kabur
- Muka Merah atau Pucat
- Merasa Lemah - Perasaan ditusuk-Tusuk
√
9 Gejala Kardiovaskuler - Takhikardia
- Berdebar
- Nyeri di Dada
- Denyut Nadi Mengeras
- Perasaan Lesu/Lemas Seperti Mau Pingsan
- Detak Jantung Menghilang (Berhenti
Sekejap)
√ Type equation
10 Gejala Respiratori - Rasa Tertekan atau Sempit Di Dada
- Perasaan Tercekik
- Sering Menarik Napas - Napas Pendek/Sesak
√
11 Gejala Gastrointestinal - Sulit Menelan
- Perut Melilit
- Gangguan Pencernaan
- Nyeri Sebelum dan Sesudah Makan
- Perasaan Terbakar di Perut
- Rasa Penuh atau Kembung
- Mual
- Muntah
- Buang Air Besar Lembek
- Kehilangan Berat Badan - Sukar Buang Air Besar (Konstipasi)
√
12 Gejala Urogenital - Sering Buang Air Kecil
- Tidak Dapat Menahan Air Seni
- Amenorrhoe
- Menorrhagia
- Menjadi Dingin (Frigid)
- Ejakulasi Praecocks
- Ereksi Hilang - Impotensi
√ Type equation
13 Gejala Otonom - Mulut Kering
- Muka Merah
- Mudah Berkeringat
- Pusing, Sakit Kepala - Bulu-Bulu Berdiri
√ Type equation
14 Tingkah Laku Pada Wawancara - Gelisah
- Tidak Tenang
- Jari Gemetar
- Kerut Kening
- Muka Tegang
- Tonus Otot Meningkat
- Napas Pendek dan Cepat - Muka Merah
√ Type equation
Skor Total =7
Lampiran 5