Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.M DENGAN DIAGNOSA
MEDIS PNEUMONIA DI RUANG TERATAI RSUD BANGIL
PASURUAN
Oleh:
ERNY SETYONINGSIH
NIM. 1601048
PROGRAM DIII KEPERAWATAN
AKADEMI KEPERAWATAN KERTA CENDEKIA
SIDOARJO
2019
KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.M DENGAN DIAGNOSA
MEDIS PNEUMONIA DI RUANG TERATAI RSUD BANGIL
PASURUAN
Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar
Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep) Di Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo
Oleh:
ERNY SETYONINGSIH
NIM. 1601048
PROGRAM DIII KEPERAWATAN
AKADEMI KEPERAWATAN KERTA CENDEKIA
SIDOARJO
2019
ii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Erny Setyoningsih
NIM : 1601048
Tempat, tanggal lahir : Sidoarjo, 16 Mei 1997
Institusi : Akper Kerta Cendekia Sidoarjo
Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah berjudul: “ ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Tn. M DENGAN DIAGNOSA MEDIS PNEUMONIA DI RUANG
TERATAI RSUD BANGIL PASURUAN” adalah bukan Karya Tulis Ilmiah
orang lain baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang
telah disebutkan sumbernya.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila ini
tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi.
Sidoarjo, 24 Mei 2019
Yang Menyatakan,
Erny Setyoningsih
NIM.1601048
Mengetahui,
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Ns. Meli Diana, S.Kep., M.Kes Ns. Dini Prastyo Wijayanti, S.Kep., M.Kep
NIDN. 0724098402 NPP. 89060022
iii
LEMBAR PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH
Nama
: Erny Setyoningsih
Judul
: Asuhan Keperawatan Dengan Diagnosa Medis Pneumonia di
Ruang Teratai RSUD Bangil
Telah disetujui untuk dihadapkan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah pada tanggal: 25 Juni 2019.
Oleh:
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Ns. Meli Diana, S.Kep., M.Kes Ns. Dini Prastyo Wijayanti, S.Kep., M.Kep
NIDN. 0724098402 NPP. 89060022
Direktur
Agus Sulistyowati, S.Kep,M.Kes
(NIDN. 0703087801)
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Telah diuji dan disetujui oleh Tim Penguji pada sidang di Program
Keperawatan di Akademi Kerta Cendekia Sidoarjo.
D3
Tanggal
: 25 Juni 2019
TIM PENGUJI
Ketua : Agus Sulistyowati,S.Kep.,M.Kes (
Anggota : 1. Ns. Dini Prastyo Wijayanti, S.Kep., M.Kep (
2. Ns. Meli Diana, S.Kep., M.Kes (
)
)
)
Mengetahui,
Direktur
Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo
Agus Sulistyowati,S.Kep.,M.Kes
NIDN.0703087801
v
MOTTO
Bersikaplah kukuh seperti batu karang yang tidak putus-
putusnya dipukul ombak. Ia tidak saja tetap berdiri kukuh,
bahkan ia menentramkan amarah ombak dan gelombang itu.
The Time you enjoy wasting is not called as a wasted time.
( Waktu yang kamu nikmati dengan percuma tidak dapat di katakana waktu yang terbuang ) ☺.
Erny Setyoningsih.
vi
PERSEMBAHAN
Tiada yang maha pengasih dan maha penyayang selain
engkau ya Allah..syukur Alhamdulillah berkat rahmat dan
ridho Muya Allah, saya bisa menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini. Tugas akhir KARYA TULIS ILMIAH ku ini akan
kupersembahkan untuk :
1. Kedua orang tua kutercinta, Ibu, Ayah, Adik, terima
kasih yang tak terhingga atas semua dukungan, doa,
semangat, kesabaran dan dukungan materil selama ini,
semoga kelak saya dapat membahagiakan kalian.
2. Untuk kedua calon mertua dan calon suami Ricky
Bayu Aditiya terimakasih suda menjadi salah satu
motivasiku, terimasih atas dukungan-dukungan dan
semangat yang kalian berikan untuk menuntaskan
tugas akhir saya Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Untuk Sahabatku spesialku ku Barkah dan Immas
lailatul faizah dan Rekan-rekan alumni BEM Akper
kerta cendekia terimakasih atas semangat dan doanya
dan motivasinya, semoga kita tetap menjadi keluarga
walaupun kelak sudah punya urusan sendiri-sendiri.
vii
4. Untuk kedua Dosen Pembimbing Ibu Ns. Meli Diana,
S.Kep., M.Kes, Ns. Dini Prastyo Wijayanti, S.Kep., M.Kep
T
erima kasih atas bimbingan, doa dan motivasinya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugasm akhir ini
dengan lancar tanpa satu halangan apapun.
5. Terima kasih untuk para Dosen dan Staf AKADEMI
KEPERAWATAN KERTA CENDEKIA SIDOARJO
yang telah memberi saya banyak ilmu yang
bermanfaat untuk kedepannya nanti dan memberi
banyak pengalaman yang tak terlupakan selama saya
menempuh pendidikan dikampus kita tercinta ini.
6. Untuk teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu
persatu tetap semangat karena kehidupan yang
sesungguhnya baru kita mulai.
Almamater kutercinta terimakasih, akan kubawa nama
baik Akper Kerta Cendekia
viii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan
Proposal dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSA
MEDIS PNEUMONIA DI TERATAI RSUD BANGIL PASURUAN” ini
dengan tepat waktu sebagai persyaratan akademik dalam menyelesaikan Program
D3 Keperawatan di Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo.
Penulisan Proposal ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak,
untuk itu saya mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan sehingga bisa
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 2. Orang Tua yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil
selama penulisan Karya Tulis Ilmiah ini. 3. Agus Sulistyowati, S.Kep., M.Kes, selaku Direktur Akademi Keperawatan
Kerta Cendekia. 4. Meli Diana, S.Kep.Ns., M.Kes selaku Pembimbing 1 dalam pembuatan
Karya Tulis Ilmiah ini . 5. Ns. Dini Prasetyo Wijayanti, S.Kep., M.Kep selaku Pembimbing 2 dalam
penulisan Karya Tulis Ilmiah . 6. Pihak-pihak yang turut berjasa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini
yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Penulis sadar bahwa Karya Tulis Ilmiah ini belum mencapai
kesempurnaan, sebagai bekal perbaikan, penulis akan berterima kasih apabila para
pembaca berkenan memberikan masukan, baik dalam bentuk kritikan maupun
saran demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis berharap Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi
keperawatan.
Sidoarjo, 25 Juni 2019
Erny Setyoningsih
NIM. 1601048
ix
DAFTAR ISI
Sampul Depan ....................................................................................................................... i
Lembar Judul ......................................................................................................................... ii
Lembar Pernyataan............................................................................................................... iii
Lembar Persetujuan ............................................................................................................. iv
Halaman pengesahan ........................................................................................................... v
Motto ........................................................................................................................................ vi
Lembar persembahan........................................................................................................... vii
Kata Pengantar ...................................................................................................................... ix
Daftar Isi .................................................................................................................................. x
Daftar Gambar ....................................................................................................................... xii
Daftar tabel ............................................................................................................................. xiii
Daftar Lampiran .................................................................................................................... xiv BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................................... 3
1.3.1 Tujuan Umum ...................................................................................................... 3
1.3.2 Tujuan Khusus ..................................................................................................... 4
1.4 Manfaat ............................................................................................................................. 4
1.5 Metode Penulisan .......................................................................................................... 5
1.5.1 Metode ................................................................................................................... 5
1.5.2 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................... 5 1.5.3 Sumber Data ......................................................................................................... 6
1.5.4 Studi Kepustakaan .............................................................................................. 6
1.6 Sistematika Penulisan Metode ................................................................................... 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................... 8
2.1 Konsep Teori Pneumonia ............................................................................................ 8 2.1.1 Pengertian ............................................................................................................. 8
2.1.2 Etiologi .................................................................................................................. 8
2.1.3 Manifestasi klinis ................................................................................................ 9
2.1.4 Pemeriksaan penunjang .................................................................................... 9
2.1.5 Komplikasi ............................................................................................................ 10
2.1.6 Penatalaksanaan .................................................................................................. 11
2.1.7 Pencegahan ........................................................................................................... 11
2.1.8 Dampak masalah ................................................................................................. 11
2.2 Konsep Penyakit Pneumonia ..................................................................................... 11
2.2.1 Pengertian ............................................................................................................. 12 2.2.2 Etiologi .................................................................................................................. 12
2.2.3 Klasifikasi ............................................................................................................. 12
2.2.4 Manifestasi Klinis ............................................................................................... 12
2.2.5 Patofisiologi ......................................................................................................... 12
2.2.6 Diagnosa Banding .............................................................................................. 12
2.2.7 Komplikasi ............................................................................................................ 12
2.2.8 Pemeriksaan Penunjang .................................................................................... 12
2.2.9 Pencegahan ........................................................................................................... 13
x
2.2.10 Penatalaksanaan ................................................................................. 13
2.2.11 Dampak Masalah ................................................................................ 14
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan ....................................................................... 15
2.3.1 Pengkajian ............................................................................................ 15
2.3.2 Pemeriksaan Fisik ................................................................................ 16
2.3.3 Diagnosa Keperawatan......................................................................... 18
2.3.4 Perencanaan.......................................................................................... 19
2.3.5 Pelaksanaan .......................................................................................... 27
2.3.6 Evaluasi ................................................................................................ 29
2.4 Kerangka Masalah ......................................................................................... 31
BAB 3 TINJAUAN KASUS 3.1 Pengkajian ..................................................................................................... 32
3.1.1 Identitas ................................................................................................. 32
3.1.2 Keluhan Utama ................................................................. ..................... 32
3.1.3 Riwayat Penyakit Saat Ini ..................................................................... 32
3.1.4 Riwayat penyakit masa lampau ............................................................. 33
3.1.5 Riwayat kesehatan keluarga .................................................................. 33
3.1.6 Status Cairan dan Nutrisi ....................................................................... 34
3.1.7 Pengkajian Keluarga .............................................................................. 35
3.1.8 keadaan umum ( penampilan Umum ) .................................................. 35
3.1.9 Tanda-tanda Vital .................................................................................. 35
3.1.10 Pemeriksaan Fisik................................................................................ 35
3.1.11 Data Psikososial .................................................................................. 39
3.1.13Data Spiritual ........................................................................................ 42
3.1.14 Pemeriksaan penunjang ....................................................................... 42
3.2 Analisa Data ................................................................................................. 45
3.2.1 Daftar masalah keperawatan ................................................................. 46
3.2.2 Daftar diagnose keperawatan berdasarkan prioritas .............................. 46
3.3 Rencana Tindakan keperawatan .................................................................... 47
3.4 Implementasi keperawatan ............................................................................ 50
3.5 Catatan perkembangan .................................................................................. 53
3.6 Evaluasi keperawatan .................................................................................... 55
BAB 4 PEMBAHASAN .............................................................................. ...... 56
4.1 Pengkajian ..................................................................................................... 56
4.2 Diagnosa keperawatan .................................................................................. 64
4.3 Perencanaan Tindakan Keperawatan ............................................................ 65
4.4 Pelaksanaan Tindakan Keperawatan ............................................................. 67
4.5 Evaluasi Keperawatan ................................................................................... 67
BAB 5 PENUTUP .............................................................................................. 69
5.1 Simpulan ................................................................................ ....................... 69
5.2 Saran .............................................................................................................. 71
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 72
xi
DAFTAR GAMBAR
No Gambar
Judul Gambar
Hal
Gambar 2.1 Kerangka Masalah ........………………………………………. 31
xii
DAFTAR TABEL
No Gambar
Judul Gambar
Hal
Tabel 3.2 Analisa data ………………………………………………………45
Tabel 3.3 Rencana Tindakan Keperawatan………………………………….47
Table 3.4 Implementasi Keperawatan ………………………………………50
Tabel 3.5 Catatan Perkembangan …………………………………………...53
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
No Lampiran Judul Lampiran Hal
Lampiran 1 Informed Consent ............................................................................................ 73
Lampiran 2 Surat Ijin Pengambilan Studi Pendahuluan ............................................. 74
Lampiran 3 Balasan Surat Ijin Pengambilan Studi Pendahuluan ........................... 75
Lampiran 4 Format Pengkajian Keperawatan Medikal Bedah …………………76
Lampiran 5 Lembar Konsultasi ........................................................................................... 77
xiv
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pneumonia adalah peradangan paru biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri
(stafilokokus, pnemokokus, atau streptokokus), atau virus (respiratory syncytial virus)
(Speer,2008). Pneumonia adalah penyakit infeksi yang sering menyebabkan kematian
dengan pria menduduki peringkat ke-empat dan wanita peringkat ke-lima. Penyakit
ini disebabkan oleh infeksi mikroorganisme seperti virus, bakteri, jamur, dan parasit
(Ockenberry dan Wilson, 2009). Gejala yang sering terjadi yaitu batuk, demam, nyeri
dada, penurunan aktivitas dan susah untuk bernafas. Peningkatan kejadian Pneumonia
di masyarakat diakibatkan oleh tingginya tingkat polusi udara yang berasal dari asap
pabrik dan kendaraan bermotor. Selain itu, kebiasaan yang kurang sehat dari
masyarakat, seperti kebiasaan merokok dan rendahnya tingkat asupan nutrisi semakin
meningkatkan angka kejadian Pneumonia (Depkes RI, 2006). Banyak anggapan di
masyarakat terkait gejala, ciri-ciri maupun penyebab pneumonia, antara lain sering
terkena angina malam, bepergian malam hari tanpa menggunakan jaket, tidur di lantai
tanpa alas atau alas tipis, sering menggunakan AC atau kipas angin dengan jarak
dekat ke tubuh, tangan mudah basah, mudah merasa lelah, wajah menjadi membiru
(Charlene,2001).
Data WHO menujukkan, sekitar mencakup 74% dari 156 juta kasus di seluruh
dunia yang meninggal dunia tiap tahun akibat pneumonia. Pneumonia disebutkan
WHO sebagai kematian tertinggi dari pada penyakit-penyakit lain seperti campak,
malaria, serta AIDS. World pneumonia day (WPD) melaporkan Indonesia menjadi
1
2
Negara dengan kejadian kematian nomor tiga setelah kardiovaskuler dan TBC.
Dari seluruh kematian dewasa, proporsi kematian yang mencakup 20-30% insiden
pneumonia tahun 2013 di jawa timur sebesar (77,9%) dari sebanyak 38.318.791
jiwa( Kementrian kesehatan RI, 2013) Dan data yang di dapat dari studi kasus di
RSUD Bangil Pasuruan di dapatkan data insiden pneumonia adalah sebanyak 123
insiden selama 1 tahun terakhir pada tahun 2017.
Pneumonia bakteri dan virus sulit untuk dibedakan. Bronkopneumonia
merupakan jenis pneumonia tersering pada orang dewasa. Pneumonia lobaris lebih
sering ditemukan dengan pertambahan umur. Umumnya Pneumonia terjadi akibat
inhalasi atau aspirasi mikroorganisme, sebagian kecil melalui aliran darah
(hematogen). Penyakit pneumonia menyebar melalui kontak dengan orang yang
terinfeksi. Hal ini disebabkan ketika seseorang menghirup mikroorganisme yang
terinfeksi mikroorganisme kecil yang hidup seperti bakteri, virus, jamur dan lain-
lain yang menyebar dan masuk ke tubuh kita melalui mulut, hidung dan mata. Jika
tidak mampu melawan mikroorganisme ini maka mereka tersebar di paru-paru dan
kantong udara sehingga perlahan-lahan kantong udara penuh dengan nanah dan
cairan. Jika tidak ditangani dengan cepat bisa mengakibatkan gagal nafas,
pericarditis, meningitis, atelectasis, hipotensi, delirium akibat asidosis metabolik,
Pneumonia berat dapat mengakibatkan hipoksemia, hiperkapnea, asidosis
respiratorik, asidosis metabolic, dan gagal nafas, sehingga pemenuhan kebutuhan
oksigenasi pada pasien yang paling diutamakan (Setiawan,2008).
Penyakit Pneumonia dapat dicegah dengan memberikan vaksinasi. Adapun
vaksinasi yang tersedia untuk mencegah pneumonia secara langsung yakni
Haemophilus influenza type b ( Hib), Penumococcus (PCV), pertussis, dan vaksin
3
campak. Perawat dapat meningkatkan pengetahuan keluarga dan masyarakat
tentang penyakit pneumonia dengan memberikan penyuluhan tentang penyakit
pneumonia dan cara hidup sehat yang meliputi menghindari konsumsi alkohol,
menghindari merokok. Pada pasien yang mengeluh adanya batuk berdahak dan
sesak nafas dapat diberikan tindakan berupa bantuan oksigen untuk mengurangi
sesak nafas dan memberikan minum Air hangat untuk mengencerkan sekret.
Tindakan kolaboratif untuk menangani masalah pernafasan pasien yaitu dengan
memberikan obat bronkodilator, antibiotik, ampisilin, klorampenikol, cefotaxim,
amikasin. Untuk mencegah kekambuhan kekambuhan kembali, perawat dapat
memberikan penjelasan kepada keluarga untuk menjaga pola makan yang sehat,
olahraga yang teratur, menjaga kebersihan, menutup saluran pernafasan jika
berada di tempat udara yang tidak bersih, menhindari merokok (Mansjoer, 2000).
1.2 Rumusan Masalah
Untuk mengetahui lebih lanjut dari peraw atan penyakit ini maka penulis
akan melakukan kajian lebih lanjut dengan melakukan asuhan keperawatan
pneumonia dengan membuat rumusan masalah sebagai berikut “Bagaimana
asuhan keperawatan pada pasien Tn.M dengan diagnose medis pneumonia di
Ruang teratai RSUD Bangil? “.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengidentifikasi asuhan keperawatan pada pasien Tn.M dengan diagnose
pneumonia di Ruang teratai RSUD Bangil.
4
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengkaji pasien Tn.M dengan diagnosa pneumonia di Teratai RSUD
Bangil.
1.3.2.2 Merumuskan diagnosa pada Tn.M keperawatan pada pasien dengan
diagnose pneumonia di Ruang teratai RSUD Bangil
1.2.2.3 Merencanakan asuhan keperawatan pada pasien Tn.M dengan diagnosa
Pneumonia di Ruang teratai RSUD Bangil.
1.2.2.4 Melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien Tn.M dengan diagnose
pneumonia di Ruang teratai RSUD Bangil.
1.2.2.5 Mengvaluasi asuhan keperawatan pada pasien Tn.M dengan diagnosa
pneumonia di Ruang teratai RSUD Bangil
1.2.2.6 Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada pasien Tn.M dengan
diagnosa pneumonia di Ruang teratai RSUD Bangil.
1.4 Manfaat
Terkait dengan tujuan maka tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan
manfaat :
1.4.1 Akademis, hasil studi kasus ini merupakan sumbangan sebagai ilmu
pengetahuan khususnya dalam hal asuhan keperawatan pada pasien
pneumonia.
1.4.2 Secara praktis, tugas akhir ini akan bermanfaat bagi :
1.4.2.1 Bagi pelayanan keperawatan di rumah sakit
Hasil studi kasus ini, dapat menjadi masukan bagi pelayanan di RS agar
dapat melakukan asuhan keperawatan klien dengan pneumonia dengan
baik.
5
1.4.2.2 Bagi peneliti
Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi peniliti
berikutnya, yang akan melakukan studi kasus pada asuhan keperawatan
pada klien dengan pneumonia.
1.4.2.3 Bagi profesi kesehatan
Sebagai tambahan ilmu bagi profesi keperawatan dan memberikan
pemahaman yang kebih baik tentang asuhan keperawatan pada klien
pneumonia.
1.5 Metode Penulisan
1.5.1 Metode
Metode deskriptif yaitu metode yang sifatnya mengungkapkan peristiwa
atau gejala yang terjadi pada waktu sekarang yang meliputi studi
kepustakaan yang mempelajari, mengumpulkan , membahas data dengan
studi pendekatan proses keperawatan dengan langkah-langkah pengkajian,
diagnosis, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
1.5.2 Teknik pengumpulan data
1.5.2.1 Wawancara
Data diambil/diperoleh melalui percakapan baik dengan klien , keluarga,
maupun tim kesehatan lain.
1.5.2.2 Observasi
Data yang diambil melalui pengamatan pada klien.
6
1.5.2.3 Pemeriksaan
Meliputi pemeriksaan fisik dan laboratorium yang dapat menunjang
menegakkan diagnosa dan penanganan selanjutnya.
1.5.3 Sumber Data
1.5.3.1 Data primer
Data primer adalah data yang di peroleh dari klien.
1.5.3.2 Data sekunder
Data skunder adalah data yang diperoleh dari keluarga atau orang terdekat
klien, catatan medic perawat, hasil-hasil pemeriksaan dan tim kesehatan
lain.
1.5.4 Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan yaitu mempelajari buku sumber yang berhubungan
dengan judul studi kasus dan masalah yang di bahas.
1.6 Sistemik Penulisan Metode
Supaya lebih jelas dan lebih mudah dalam mempelajari dan memahamu
studi kasus ini, secara keseluruhan di bagi menjadi tiga bagian, yaitu :
1.6.1 Bagian awal, memuat halaman judul, persetujuan pembimbing, pengesahan,
motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi.
1.6.2 Bagian inti, terdiri dari lima bab, yang masing-masing bab terdiri dari sub
bab sebagai berikut :
Bab 1 : Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, tujuan, manfaat
penelitian, sistematika penulisan studi kasus.
7
Bab 2 :Tinjauan pustaka, berisi tentang konsep penyakit dari sudut medis.
dan asuhan keperawatan klien dengan diagnosa pneumonia serta kerangka
masalah.
Bab 3 : tujuan kasus berisi tentang deskripsi data hasil pengkajian,
diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Bab 4 : Pembahasan berisi tentang perbandingan antara teori dengan
kenyataan yang ada di lapangan.
Bab 5 : Penutup , berisi tentang simpulan dan saran.
1.6.3 Bagian akhir, terdiri dari daftar pustaka dan lampiran.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab 2 ini akan diuraikan secara teoritis mengenai konsep penyakit
dan asuhan keperawatan pada klien pneumonia. Konsep penyakit akan diuraikan
definisi, etiologi dan cara penanganan secara medis. Asuhan keperawatan akan
diuraikan masalah-masalah yang muncul pada penyakit hernia dengan melakukan
asuhan keperawatan terdiri dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi.
2.1 Konsep Penyakit Pneumonia
2.1.1 Pengertian
Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru yang di sebabkan oleh berbagai
miro-organisme, termasuk bakteria, mikrobakteria, jamur, dan virus. Pneumonia
dapat di klasifiksikan sebagai pneumonia didapat di komunitas (community
acquired pneumonia [CAP]), pneumonia didapat di rumah sakit (nosocomial)
(hospital-acquired pneumonia [HAP]). Mereka yang mengalami resiko
pneumonia sering kali menderita penyakit kronis utama, penyakit akut berat,
sistem imun yang tertekan karena penyakit atau medikasi, imobilitas, dan faktor
lain yang mengganggu mekanisme perlindungan paru normal. Lansia juga
beresiko tinggi. ( Brunner & Suddarth,2011).
2.1.2 Etiologi
Penyebab pneumonia adalah streptococcus pneumonia dan haemophilus
influenza. Pada bayi dan anak kecil di temukan staphylococcus aureus
8
9
sebagai penyebab pneumonia yang berat, dan sangat profesif dengan
mortalitas tinggi. ( Arif mansjoer,dkk,)
1.Bakteri : Stapilokokus, streplokokus, aeruginosa, eneterobacter.
2.Virus : Virus influenza, adenovirus, mycoplasma pneumonia.
3. Micoplasma pneumonia
2.1.3 Klasifikasi
Beberapa sistem digunakan untuk mengklasifikasikan pneumonia, secara
klasik, pneumonia di masukkan kedalam empat kategori; bacterial atau
typical, anaerobic atau cavitary, dan opportunistic. Akan tetapi dalam
pengkategorian ini, terjadi tumpang tindih dalam menentukan
mikroorganisme yang menjadi penyebab pneumonia typical dan atypical.
Sehingga, pengklasifikasian yang lebih luas dilakukan dengan
mengkategorikan pneumonia menjadi pneumonia yang diperoleh di
masyarakat atau CAP (Community Acquired Pneumonia),Pneumonia pada
pejamu yang mengalami penurunan sistem imun, dan pneumonia akibat
aspirasi. Tetapi sudah diklasifikasikan, disini pun terjadi tumpang tindih
tentang bagaimana penyebab pneumonia yang spesifik diklasifikasikan
berdasarkan perbedaan tempat terjadinya pneumonia ( Brunner & Suddarths,
2008).
2.1.4 Patofisiologi
Adanya etiologi seperti jamur dan inhalasi mikroba ke dalam tubuh
manusia melalui udara, aspirasi organisme, hematogen dapat menyebabkan
10
reaksi inflamasi hebat sehingga membrane paru-paru meradang dan
berlubang. Dari reaksi inflamasi akan timbul panas, anoreksia, mual, muntah
serta nyeri pleuritis. Selanjutnya RBC, WBC dan cairan keluar masuk
alveoli sehingga terjadi sekresi, edema dan bronkospasme yang
menimbulkan manifestasi klinis dyspnoe, sianosis, dan batuk, selain itu juga
menyebabkan adanya partial oklusi yang akan membuat daerah paru
menjadi padat (konsolidasi). Konsolidasi paru menyebabkan meluasnya
permukaan membrane respirasi dan penurunan rasio ventilasi perfusi, kedua
hal ini dapat menyebabkan kapasitas difusi menurun dan selanjutnya terjadi
hipoksemia( Sipahutar,2007).
2.1.5 Faktor Resiko
2.1.5.1 Merokok
2.1.5.2 Polusi udara
2.1.5.3 ISPA
2.1.5.4 Alkoholisme, trauma kepala, kejang, overdosis obat, general anestesi
2.1.5.5 Inhalasi endoktrakeal
2.1.5.6 imobilisasi lama
2.1.5.7 Imunospresif terapi : kotikosteroid, kemotrapi
2.1.5.8 AIDS, malnutrisi, dehidrasi
2.1.5.9 Penyakit kronik
2.1.5.10 Apirasi oral / gastric materi ( Mansjoer,2000).
11
2.1.6 Gejala klinis
Gejala klinis tergantung pada lokasi, tipe kuman dan tingkat berat penyakit
Adapun tanda dan gejala dari pneumonia yaitu :
2.1.6.1 Dispnoe
2.1.6.2 Hemoptisis
2.1.6.3 Nyeri dada
2.1.6.4 Takipneu
2.1.6.5 Demam, menggigil
2.1.6.6 Malaise
2.1.6.7 Kepala pusing
2.1.6.8 Batuk produktif berupa sputum
2.1.6.9 Peningkatan suhu tubuh
2.1.6.10 Hipoksemia (Betz & Sowden,2009).
2.1.7 Diagnosa banding
Diagnosa banding pneumonia yaitu :
2.1.7.1 Pneumonia non-bakterial
Pneumonia pada mas a neonatus bisa terjadi sebagai akibat infeksi
congenital atau infeksi yang diperoleh pada saat proses kelahiran misalnya
rubella, toksoplasmosis, herpes simplex, sifilis. Pada anak usia 2 minggu – 6
bulan, C.Trachomatis merupakan penyebab penting dari sindrom afebrile
12
pneumonia. Selama masa kanak, kebanyakan pneumonia disebabkan oleh
viral respiratorik misalnya adenovirus, virus influenza, virus
parainfluenza, viruscoxsackie A dan B. Mycoplasma pneumonia
merupakanpenyebab yang jarang pada masa anak prasekolah, tetapi
merupakan penyebab penting pneumonia pada masa sekolah, remaja dan
dewasa muda(Syaifudin, 2014).
2.1.7.2 Penyakit paru penyebab bukan infeksi
1) Pneumonia aspirasi isi lambung
2) pneumonia aspiri benda asing
3) Sekuestrasi lobus paru
4) Atelektasis (Syaifuddin,
2014). 2.1.8 Komplikasi
Komplikasi dari pneumonia adalah sebagai beriut
: 2.1.8.1 Gagal nafas
2.1.8.2 perikarditis
2.1.8.3 Meningitis
2.1.8.4 Hipotensi
2.1.8.5 Delirium
2.1.8.6 Dehidrasi (Misnadiarly, 2008).
2.1.9 Pemeriksaan penunjang
13
2.1.9.1 Pemeriksaan radiology (Chest X-ray) teridentifikasi adanya
penyebaran (missal lobus dan bronchial), menunjukkan multiple
abses/infiltrate, empyema (Staphylococcus), penyebaram atau lokasi
infiltrasi (bacterial), penyebaran/extensive nodul infiltrate (viral).
2.1.9.2 Pemeriksaan laboratorium (DL, Derologi, LED) leukositosis
menunjukkan adanya infeksi bakteri, menentukan diagnosis secara
spesifik, LED biasanya meningkat, Elektrolit : sodium dan Klorida
menurun. Bilirubin biasanya meningkat.
2.1.9.3 Analisis gas darah dan pulse oximetry menilai tingkat hipoksia dan
kebutuhan O2.
2.1.9.4 Pewarnaan Gram/Cultur sputum dan darah untuk mengetahui
organisme penyebab.
2.1.9.5 Pemeriksaan fungsi paru-paru voleume mungkin menurun, tekanan
saluran udara meningkat, kapasitas pemenuhan udara menurun dan
hipoksemia(Mansjoer,2000).
2.1.10 Penatalaksaan Medis
2.1.10.1 Terapi Metabolic
Merupakan Teraoi utama pada pasien pneumonia dengan manifestasi
apapun, yang dimaksudkan sebagai terapi kasual terhadap kuman
penyebabnya.
2.1.1.0.2 Terapi Suportif Umum
14
1) Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-
96 % berdasarkan pemeriksaan AGD.
2) Humedifikasi dengan nebulizer untuk mengencerkan dahak yang
kental.
3) Fisioterapi dada untuk mengeluarkan dahak, khususnya anjuran
untuk batuk dan napas dalam.
4) Pengaturan cairan : pada pasien pneumonia, paru menjadi lebih
sensistif terhadap pembebanan cairan terutama pada
pneumonia bilateral.
5) Pemberian kortikosteroid, diberikan pada fase sepsis.
6) Ventilasi mekanis : indikasi intubasi dan pemasangan ventilator
dilakukan bila terjadi hipoksemia persisten, gagal nafas
yang disertai peningkatan respiratory distress da
respiratory arrest (Irchan,2005).
2.3 Dampak masalah
Dampak biologis, psikologis, social, dan spiritual klien yang menderita
pneumonia akan memepengaruhi respon psikologis yang bervariasi tergantung
koping yang dimiliki oleh klien. Umumnya klien merasa bosan dengan program
pengobatan yang lama serta rasa cemas terhadap penyakitnya hal ini dapat
mengakibatkan klien menjadi putus asa dan tidak semangat hidup. Kelemahan
tubuh dalam melakukan aktivitas dan penampilan keadaan tubuhnya pada klien
pneumonia akan mengakibatkan klien untuk menarik diri
15
dan mengurangi interaksi social. Dampak pada keluarga klien dengan
pneumonia adalah bertambahnya beban dan tugas keluarga untuk merawat
klien dengan pneumonia ketika klien di rawat di rumah maupun di rumah
sakit untuk menjalani pengobatan serta kecemasan keluarga tertular penyakit
dari klien sedangkan dampak pada masyarakat, biasanya cenderung untuk
menjahui orang dengan penyakit pneumonia, Karena merasa takut akan
tertutular penyakit tersebut (Notoatmodjo, 2011).
2.3 Konsep Asuhan pada klien dengan Pneumonia
2.3.1 Pengkajian
2.3.1.1 Identitas Klien
Pneumonia dapat menyerang semua usia tergantung kuman
penyebabnya diantaranya adalah pneumonia bakterialis dapat terjadi pada
semua usia, Pneumonia atipika sering pada anak dan dewasa muda, dan
pneumonia virus sering pada bayi dan anak.
2.3.1.2 Keluhan Utama
Keluhan utama dengan infeksi saluran nafas, kemudian mendadak
panas tinggi disertai batuk yang hebat, dan nyeri dada.
2.3.1.3 Riwayat penyakit sekarang
Pada klien pneumonia yang sering di jumpai pada waktu anamneses
adalah klien mengeluh mendadak panas tinggi (38◦C – 41◦C) disertai
menggigil. Kadang-kadang muntah, nyeri pleura dan batuk, pernafasan
16
terganggu (takipneu), batuk kering akan menghasilkan sputum seperti
karat dan purulent.
2.3.1.4 Riwayat penyakit dahulu
Pneumonia sering diakui oleh suatu infeksi saluran pernafasan atas,
pada penyakit PPOM, tuberculosis, DM, pasca influenza dapat mendasari
timbulya pneumonia.
2.3.1.5 Riwayat penyakit keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dan
dengan klien atau asma bronkiale, tuberculosis, DM, atau penyakit ispa,
dan lainnya.(Raharjoe,2008).
2.3.1.6 Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
2.13.1.7 Pemeriksaan fisik
1) B1 Breathing (Pernafasan/Respirasi)
(1) Inspeksi gerakan pernafasan simetris dan biasanya ditemukan
peningkatan frekuensi pernafasan cepat dan dangkal, adanya
retraksi dinding dada, nafas cuping hidung.
(2) Palpasi: pada palpasi yang dilakukan biasanya didapatkan gerakan
dan saat bernafas biasanya normal dan seimbang antara bagian kiri
dan kanan. Tectil biasanya normal.
(3) Perkusi: pasien pneumonia tanpa komplikasi biasanya didapatkan
bunyi ronsen atau sonor pada seluruh lapang paru. Bunyi redup pada
17
pasien pneumonia biasanya didapatkan apabila bronkopneumonia
menjadi satu tempat.
(4) Auskultasi : pada pasien pneumonia didapatkan bunyi napas
melemah dan bunyi napas tambahan ronchi pada posisi yang sakit.
2) B2 Blood ( Kardiovaskuler/Sirkulasi)
Pengkajian Pada pasien pneumonia pada sistem kardiovaskuler
meliputi:
(1) Inspeksi : didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum
(2) palpasi : denyut nadi perifer melemah
(3) Perkusi : batas jantung tidak mengalami pergeseran
(4) Auskultasi : tekanan darah biasanya normal, bunyi jatung
tambahan biasanya tidak didapatkan.
3) B3 Brain ( Sistem Persyarafan/Neurologik)
Klien dengan pneumonia yang berat sering mengalami penurunan
kesadaran, didapatkan adanya sianosis perifer apabila gangguan
perfusi jaringan berat.
4) B4 Bladder (Sistem Genitourinari)
Pengukuran volunme output urine berhubungan dengan intake
cairan, karena oliguria merupakan tanda awal terjadinya syok.
5) B5 Bowel (Sistem Gastrointestinal)
Klien biasanya mengalami mual muntah, penurunan nafsu makan,
dan perubahan berat badan.
18
6) B6 Bone (Sistem Muskuloskeletal dan Integumen)
Kelemahan dan kelelahan fisik secara umum sering menyebabkan
ketergantungan klien terhadap bantuan orang lain dalam melakukan
aktivitas sehari-hari terdapat gejala demam, di tandai dengan
berkeringat, penurunan toleransi terhadap aktivitas (Muttaqin 2008).
2.3.2 Analisa Data
Analisa data adalah upaya atau cara untuk mengolah data
menjadi informasi sehingga karakteristik data tersebut bisa di pahami
dan bermanfaat untuk solusi permasalahan, terutama masalah yang
berkaitan dengan penelitian. Atau definisi dari lain analisa data yaitu
kegiatan yang di lakukan untuk mengubah data hasil dari penelitian
menjadi informasi yang nantinya bisa dipergunakan dalam
mengambil kesimpulan.
Adapun tujuan dari analisis data ialah untuk mendeskripsikan
data sehingga bisa di pahami, lalu untuk membuat kesimpulan atau
menarik kesimpulan mengenai karakteristik populasi berdasarkan
data yang didapatkan dari sampel, biasanya ini dibuat berdasarkan
pendugaan dan pengujian hipotesis ( Asih & Effendy : 2004).
2.3.3 Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan
status kesehatan atau masalah aktual atau potensial. Perawat memakai
proses keperawatan dalam mengidentifikasi dan mensintesis data klinis
dan menentukan intervensi keperawatan untuk mengurangi,
menghilangkan atau mencegah masalah kesehatan klien yang ada
19
pada tanggungjawabnya. Diagnosa keperawatan yang muncul pada
pasien pneumonia Nurarif (2013) menurut adalah:
2.3.2.1 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
peningkatan produksi sputum.
2.3.2.2 Ketidakefektifan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, yang
berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder
terhadap demam dan proses infeksi.
2.3.2.3 Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan proses inflamasi.
2.3.2.4 Keletihan yang berhubungan dengan peningkatan kelemahan fisik.
2.3.2.5 Hipertermi yang berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
umum sekunder dari reaksi sistemis bakteremia/viremia.
2.3.4 Perencanaan
Setelah pengumpulan data pasien, mengorganisasi data dan
menetapkan diagnosis keperawatan maka tahap berikutnya adalah
perencanaan. Pada tahap ini perawat membuat rencana perawatan dan
menentukan pendekatan apa yang digunakan untuk memecahkan
masalah klien. Ada tiga fase dalam tahap perencanaan yaitu menentukan
prioritas, menentukan tujuan dan merencanakan tindakan keperawatan.
Berikut adalah perencanaan dari diagnosa keperawatan pada pasien
dengan pneumonia menurut Nurarif (2013) adalah:
2.3.4.1 Diagnosa Keperawatan 1
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan
produksi sputum.
20
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
jalan nafas kembali efektif
Kriteria Hasil:
1) Mengidentifikasi atau menunjukkan perilaku mencapai bersihan jalan
nafas
2) Menunjukkan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih, tidak ada
dispnea, sianosis
1) Observasi frekuensi/kedalaman pernapasan dan gerak dada
Rasional : Takipnea, pernapasan dangkal, dan gerak dada tak
simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada
dan/atau cairan paru
2) Bantu pasien latihan napas sering. Tunjukkan/bantu pasien
mempelajari melakukan batuk, misal : menekan dada dan batuk
efektif sementara posisi duduk tinggi
Rasional: Napas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru/
jalan napas lebih kecil. Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan
napas alami, membantu silia untuk mempertahankan jalan napas
paten. Penekanan menurunkan ketidaknyamanan dada dan posisi
duduk memungkinkan upaya napas lebih dalam dan lebih kuat
3) Penghisapan sesuai indikasi
Rasional: Merangsang batuk atau pembersihan jalan napas secara
mekanik pada pasien yang tidak mampu melakukan karena batuk tak
efektif atau penurunan tingkat kesadaran
21
4) Berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari (kecuali kontraindikasi).
Tawarkan air hangat, daripada dingin
Rasional: Cairan (khususnya air hangat) memobilisasi dan
mengeluarkan sekret
5) Bantu mengawasi efek pengobatan nebuliser dan fisioterapi lain.
Lakukan tindakan diantara waktu makan dan batasi cairan bila
mungkin
Rasional: Memudahkan pengenceran dan pembuangan sekret.
Drainase postural tidak efektif pada pneumonia interstisial atau
menyebabkan eksudat alveolar/kerusakan. Koordinasi
pengobatan/jadwal dan masukan oral menurunkan muntah karena
batuk, pengeluaran sputum
Ketidakefektifan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, yang berhubungan
dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan
proses infeksi.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan nutrisi klien terpenuhi
1) Menunjukkan peningkatan nafsu makan
2) Mempertahankan/ meningkatkan berat badan
Intervensi:
1) Identifikasi faktor yang menimbulkan mual muntah, misal sputum
banyak, pengobatan aeorosol, dispnea berat, nyeri.
22
Rasional: Pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah
2) Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin.
Berikan/ bantu kebersihan mulut setelah muntah, setelah tindakan
aerosol dan drainase postural, dan sebelum makan.
Rasional: Menghilangkan tanda bahaya, rasa, bau, dari lingkungan
pasien dan dapat menurunkan mual.
3) Jadwalkan pengobatan pernapasan sedikitnya 1 jam sebelum makan
Rasional: Menurunkan efek mual yang berhubungan dengan pengobatan
ini..
4) Auskultasi bunyi usus, observasi/palpasi distensi abdomen
Rasional: Bunyi usus mungkin menurun/tak ada bila proses infeksi
berat/memanjang. Distensi abdomen, terjadi sebagai akibat menelan
udara atau menunjukkan pengaruh toksin bakteri pada saluran GI.
5) Berikan makanan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering (roti
panggangkrekers) dan/atau makanan yang menarik untuk pasien.
Rasional: Tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun nafsu
makan mungkin lambat untuk kembali.
2.3.3.3 Diagnosa Keperawatan 3
Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan proses inflamasi
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan pola nafas kembali efektif.
Kriteria Hasil:
1) Mempertahankan pola napas normal/ efektif bebas sianosis.
23
2) Tanda/ gejala lain dari hipoksia dengan bunyi napas sama secara
bilateral, area paru bersih.
Intervensi:.
1) Observasi frekuensi, kedalama pernafasan dan ekspansi dada. Catat
upaya pernafasan, termasuk penggunaan otot bantu, pelebaran nasal.
Rasional: Kecepatan biasanya meningkat. Dispnea dan terjadi
peningkatan kerja nafas ( pada awal atau hanya tanpa EP subakut).
Kedalaman pernafasan bervarias tergantung derajat gagal nafas.
Ekspandi dada terbatas yang berhubungan dengan etelektasis dan atau
nyeri dada pleuritik.
2) Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas adventisius, seperti
krekels, mengi, gesekan pleural.
Rasional: Bunyi nafas menurun atau tidak ada bila jalan nafas obstruksi
sekunder terhadap perdarahan, pembekuan atau kolaps jalan nafas kecil (
atelektasi). Ronki dan mengi menyertai obstruksi jalan nafas atau
kegagalan pernafasan.
3) Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi. Bangunkan pasien turun
tempat tidur dan ambulasi sesegera mungkin.
Rasional: Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan
pernafasan.
4) Bantu fisioterapi dada
Rasional: memudahkan upaya bernafas dalam dan meningkatkan drainas
sekret dari segmen paru kedalaman bronkus, dimana dapat lebih
mempercepat pembuangan dengan batuk atau penghisapan.
24
5) berikan oksigen tambahan
R/ Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas.
Keletihan berhubungan dengan peningkatan kelemahan fisik
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam
diharapkan kelemahan dan energy meningkat.
1) Memverbalisasikan peningkatan energy dan merasa lebih baik.
2) Menjelaskan penggunaan energy untuk mengatasi kelelahan.
3) Mempertahankan kemampuan untuk
berkonsentrasi. Intervensi:
1) Evaluasi deskripsi kelelahan pasien tingkat keparahan, perubahan,
tingkat keparahan dari waktu ke waktu, faktor agregasi atau faktor
pengurang. Rasional: Dengan menggunakan skala penilaian kuantitatif
yang tepat, 1 sampai 10 misalnya, dapat membantu pasien merumuskan
jumlah kelelahan yang di alami.
2) Tentukan kemungkinan penyebab kelelahan
Rasional: Mengidentifikasi faktor-faktor terkait dengan kelelahan dapat
bermanfaat dalam mengenali penyebab potensial dan membangun
rencana perawatan kolaboratif.
3) Kaji kemampuan pasien untuk melakukan ADL, aktivitas instrumental
kehidupan sehari-hari (ADLs), dan tuntutan hidup sehari-hari (DDLs).
25
Rasional: Kelelahan dapat membatasi kemampuan pasien untuk
berpartisipasi dalam perawatan diri dan melakukan tanggung jawab
perannya dalam keluarga dan masyarakat, seperti bekerja di luar rumah.
4) Kaji konsumsi nutrisi pasien untuk sumber energy dan kebutuhan
metabolic yang memadai.
Rasional: Kelelahan mungkin merupakan gejala kekurangan gizi protein,
defisiensi vitamin, atau kekurangan zat gizi.
5) Evaluasi perkiraan pasien untuk keletihan lelah, keinginan untuk
berpartisipasi dalam strategi mengurangi kelelahan, dan tingkat
dukungan keluarga dan social.
Rasional:Ini akan mempromosikan partisipasi aktif dalam
merencanakan, menerapkan, dan mengevaluasi manajemen teraupetik
untuk mengurangi kelelahan.
Hipertermi yang berhubungan dengan peningkatan laju
metabolisme umum sekunder dari reaksi sistemis bakteremia/viremia.
Tujuan : Setelah dilakuakn tindakan keperawatan 3 X 24 jam diharapkan
suhu tubuh pasien menurun.
1) Suhu tubuh norma ( 36,5-37,5°C)
Intervensi dan Rasional :
1) Observasi saat timbulnya demam
Rasional: mengidentifikasi pola demam
2) Observasi tanda-tanda vital terutama suhu tiap 3 jam sekali
26
Rasional: acuan untuk mengetahui keadaan umum klien.
3) Berikan kebutuhan cairan
Rasional: Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan caran
tubuh meningkat, sehingga perlu diimbangi dengan intake cairan yang
banyak.
4) Berikan kompres dingin
Rasional: Kondisi suhu membantu menurunkan suhu tubuh. Mandi
dengan air dingin dan selimut yang tidak terlalu tebal memungkinkan
terjadinya pelepasan panas secara konduksi dan evaporasi (penguapan).
5) Kenakan pakaian minimal.
Rasional: pakaian yang tipis akan membantu mengurangi penguapan
tubuh.
6) Berikan tindakan untuk memberikan rasa nyaman seperti mengelap
bagian punggung klien, mengganti alat tenun yang kering setelah
diaforesis, memberikan minum hangat, lingkungan tenang dengan
cahaya yang redup, dan sedatif ringan jika dianjurkan serta memberikan
pelembab pada kulit bibir.
Rasional: Tindakan tersebut akan meningkatkan relaksasi. Pelembab
membantu mencegah kekeringan dan pecah-pecah di mulut dan bibir.
7) Berikan tindakan kolaborasi berupa terapi cairan intravena RL 0,5 dari
pemberian antipiretik.
Rasional: Pemberian cairan sangat penting bagi klien dengan suhu
tinggi.
27
8) Berikan antiboitik sesuai dengan anjuran dan evaluasi keefektifannya.
Tinjau kembali obat-obatan yang telah diberikan. Untuk menghindari
efek merugikan akibat
Rasional: Antibiotik diperlukan untuk mengatasi infeksi. Efek terapiutik
maksimum yang efektif dapat dicapai, jika kadar obat yang ada dalam
darah telah konsisten dan dapat dipertahankan. Resiko akibat interaksi
obat-obatan yang diberikan meningkat dengan adanya efek farmakoterapi
berganda. Efek samping akibat obat interaksi satu obat dengan yang
lainnya dapat mengurangi keefektifan pengobatan dari salah
satu atau keduannya
2.3.1 Pelaksanaan
Pelaksanaan atau implementasi merupakan pelaksanaan dari
perencanaan keperawatan yang dilakukan oleh perawat. Seperti tahap-tahap
yang lain dalam proses keperawatan, fase pelaksanaan terdiri dari beberapa
kegiatan antara lain validasi (pengesahan) rencana keperawatan,
menulis/mendokumentasikan rencana keperawatan, melanjutkan
pengumpulan data, dan memberikan asuhan keperawatan.
Pelaksanaan atau implementasi dari diagnose ketidakefektifan
bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sputum
antara lain memonitor frekuensi/kedalamanpernapasan dan gerak dada,
membantu pasien mempelajari tata cara batuk efektif dengan cara inspirasi
dua kali lalu pasien di anjurkan untuk batuk dua kali untuk mempermudah
mengeluarkah sputum, penghisapan sesuai indikasi, mengawasi efek
pengobatan nebuliser dan fisioterapi lain.
28
Pelaksanaan atau implementasi dari diagnosa ketidakefektifan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, yang berhubungan dengan toksin bakteri
dengan antara lain, memonitor bunyi usus setiap 8 jam sekali,
observasi/palpasi distensi abdomen, memberikan makanan porsi kecil dan
sering termasuk makanan kering (roti panggang krekers) dan/atau makanan
yang menarik untuk pasien.
Pelaksanaan atau implementasi dari diagnosa ketidakefektifan pola
nafas, yang berhubungan dengan proses inflamasi antara lain, memposisikan
semi fowler, melakukan pemberian tambahan oksigen dengan kanula atau
masker sesuai indikasi pasien.
Pelaksanaan atau implementasi dari diagnose keletihan yang
berhubungan dengan peningkatan kelemahan fisik dengan kriteria hasil
menunjukkan Memverbalisasikan peningkatan energy dan merasa lebih baik,
Menjelaskan penggunaan energy untuk mengatasi kelelahan,
Mempertahankan kemampuan untuk berkonsentrasi.
Pelaksanaan atau implementasi dari diagnosa hipertermi yang
berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme umum sekunder dari
reaksi sistemis bakteremia/viremia antara lain, mengobservasi tanda-tanda
vital secara berkala 3 jam sekali, memberikan kebutuhan cairan, memberikan
kompres dingin, mengenakan pakaian minimal, memberikan posisi yang
aman dan nyaman pada klien, memberikan cairan RL 0,5 dari memberikan
antipiretik yang konsisten, memberikan antibiotik sesuai dengan anjuran sdan
evaluasi keefektifannya, dan meninjaukembali obat-obatakan yang telah
diberikan.
29
2.3.2 Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan yang
merupakan kegiatan sengaja dan terus-menerus yang melibatkan klien atau
pasien dengan perawat dan anggota tim kesehatan lainnya.
Evaluasi pada diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan nafas
berhubungan dengan peningkatan produksi sputum adalah, klien mampu
mengidentifikasi dan menunjukkan perilaku mencapai bersihan jalan nafas
dan menunjukkan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih, tidak ada
dispnea, sianosis.
Evaluasi pada diagnosa ketidakefektifan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh, yang berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder
terhadap demam dan proses infeksi adalah, klien mampu menunjukkan
peningkatan nafsu makan, mempertahankan/ meningkatkan berat badan.
Evaluasi pada diagnose ketidakefektifan pola nafas, yang berhubungan
dengan proses inflamasi adalahh, klien mampu menunjukkan pola napas
normal/ efektif bebas sianosis, tanda/ gejala lain dari hipoksia dengan bunyi
napas sama secara bilateral, area paru bersih.
Evaluasi pada diagnosa peningkatan kelemahan fisik setelah dilakukan
asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan peningkatan energy
meningkat, menunjukkan peningkatan energy dapat di ukur dengan tidak
adanya kelemahan, keletihan.
Evaluasi pada diagnosa hipertermi yang berhubungan dengan
peningkatan laju metabolisme umum sekunder dari reaksi sistemis
30
bakteremia/viremia adalah, klien menunjukkan rasa nyaman pada posisinya,
tubuh klien menunjukkan perubahan suhu dalam batas normal.
32
BAB III
TINJAUAN KASUS
Untuk mendapatkan gambaran nyata pelaksanaan asuhan keperawatan pada
pasien dengan Pneumonia, maka penulis menyajikan suatu kasus yang penulis
amati mulai tanggal 26 Desember 2018 sampai 28 Desember 2018 dengan data
pengkajian pada tanggal 26 Desember 2018 jam 13.00 WIB. Anamnesa diperoleh
dari pasien dan status pasien.
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas
Klien adalah seorang laki-laki bernama “Tn.M” usia 68 tahun, beragama
islam, bahasa yang sering digunakan adalah bahasa jawa. Klien adalah anak
ketiga. Klien tinggal bersama anaknya bernama “Ny. U “ Umur 55 tahun,
beragama islam dan pekerjaan swasta. Klien tinggal di Geneng waru bangil
pasuruan. Klien MRS pada tanggal 26 Desember 2018 jam 16.38 WIB.
3.1.2 Keluhan Utama
Pasien mengatakan mengeluh batuk
3.1.3 Riwayat Penyakit Saat ini
Pasien mengatakan mulai merasa sesak, mual, batuk sejak tanggal 20
Desember 2018. Pasien baru di bawa ke IGD RSUD Bangil pada tanggal 24
Desember 2018 pukul 16.38, kemudian pasien dipindahkan ke ruang teratai pada
jam 19.15. Pengkajian di lakukan pada tanggal 26 Desember 2018 pukul 13.00,
saat pengkajian pasien mengeluh batuk dan sesak nafas. Pasien tidak mengetahui
32
33
tentang penyakit Pneumonia. Pasien terlihat bingung terhadap penyakit yang
dideritanya.
3.1.4 Riwayat Penyakit Masa Lampau
3.1.4.1 Penyakit yang pernah diderita
Pasien mengatakan menderita hipertensi sejak 3 tahun yang lalu,
pasien mengatakan tidak pernah di rawat di rumah sakit dan tidak
pernah menderita penyakit paru-paru.
3.1.4.2 Tindakan ( Operasi atau tindakan lain)
Pasien mengatakan tidak pernah operasi.
3.1.4.3 Alergi
Pasien mengatakan tidak memiliki alergi makanan atau obat-obatan
tertentu.
3.1.5 Riwayat Kesehatan Keluarga
3.1.5.1 Penyakit yang pernah di derita oleh anggota keluarga
Keluarga pasien mengatakan tidak pernah menderita penyakit
menular pernafasan/paru0paru, dan tidak pernah memiliki penyakit
menurun seperti DM, ASMA, HIPERTENSI, TB, EFUSI PLEURA
dll.
3.1.5.2 Lingkungan rumah dan komunitas
Lingkungan rumah selokan psien bersih, terdapat ventilasi disetiap
ruangan, sinar matahari juga masuk dan tidak dekat dengan pabrik.
34
3.1.5.3 Perilaku yang mempengaruhi kesehatan
Pasien mengatakan sudah merokok sejak muda, bahkan biasanya
sehari pasien menghabiskan 1 pak rokok.
3.1.6 Status Cairan Dan Nutrisi
Status nutrisi sebelum masuk rumah sakit baik, pola makan dirumah 3x
sehari dengan lauk pauk dan sayuran, sedangkan dirumah sakit nafsu
makan pasien bertambah dan tidak mengalami penurunan nafsu makan.
Posi makan pasien 3x sehari kadang juga di tambah dengan makanan yang
dari luar atau sering makan camilan-camilan kering dan posi makanan
pasien sudah disediakan dari rumah sakit. Minum : Jenis air putih dengan
jumlah 1500cc/hari, tidak ada pantangan makanan, pasien mengeluh BB
nya menurun saat di rumah sakit, sebelum sakit 68kg pada saat sakit 66kg,
pasien dan keluarga pasien tidak mengetahui tentang diet atau pantangan
yang harus dihindari, di tandai dengan pasien selalu bertanya tentang
pantangan apa yang harus dihindar saat ini. Keluarga pasien dan pasien
mengatakan tidak tahu tentang penyakit Pneumonia. Pasien mengatakan
sesak, mual , batuk sejak tanggal 20 desember 2018.
35
3.1.7 Pengkajian Keluarga : Klien
3.1.7.1 Genogram (3 Generasi)
: Laki-laki
: Perempuan
: Menikah
:Tinggal satu rumah
:Meninggal
3.1.8 Keadaan Umum (Penampilan Umum)
3.1.8.1 Cara masuk
Tanggal 24 Desember 2018 pasien dating ke IGD RSUD Bangil di antar
oleh anaknya. Pasien di antar ke ruang teratai dengan berangkat.
3.1.8.2 Keadaan Umum
Keadaan umum pasien saat di kaji tampak lemah dan kesadaran
composmentis, GCS 4-5-6.
3.1.9 Tanda-tanda Vital
Tanda-tand avital observasi klien tekanan darah diperoleh 100/60 mmHg,
Suhu 37,2 ◦C (Lokasi pengukuran Axilla), Nadi : 84x/menit(Lokasi
perhitungan : Arteri Radialis), Respirasi : 24x.menit.
3.1.10 Pemeriksaan Fisik (Per System B1-B6)
36
3.1.10.1 Respirasi
Pada inspeksi bentuk dada klien simetris, pola nafas klien
irama teratur dengan jenis regular. Terpasang alat bantu nafas O2
Nasal kanul 3 lpm. Terdapat retraksi otot bantu nafas intercostae.
Pada palpasi terdapat RR: 24x/menit, perafasan cuping hidung,
tidak ada nyeri tekan. Vocal fremitus sama antara kanan dan kiri.
Susunan ruas tulang belakang normal. Pada perkusi thorax di
dapatkan sonor. Pada auskultasi di dapatkan susara nafas
vesikuler dan tidak ada suara tambahan.
Masalah Keperawatan : Ketidakefektifan bersihan jalan nafas.
3.1.10.2 Kardiovaskuler (B2)
Pada inspeksi klien tidak terdapat cyanosis, clubbing
finger tidak ada. Pada palpasi ictus cordis teraba lemah, tidak ada
nyeri dada, nadi 84x/menit, CRT dapat kembali ≤3 detik. Pada
perkusi suara sonor. Pada auskultasi di dapatkan irama regular.
Pulsasi kuat, bunyi jantung S1 dan S2 tunggal dan tidak ada suara
tambahan Gallop Rhytme ataupun Murmur.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
3.1.10.3 Persyarafan (B3)
Kesadaran klien baik/composmentis (GCS 4-5-6), tidak ada
disorientasi, pada klien orientasi baik ( pasien mengenali orang,
waktu, dan tempat). Pasien juga tidak mengalami kejang, kaku
37
kuduk, brudsky, nyeri kepala, ataupun kelainan dari nervus
cranialis yang lainnya. Pola tidur selama dirumah sakit pasien
tidak ada kesulitanuntuk istirahat. Tidur siang ±4 jam dan tidur
malam ±7 jam mulai dari jam 22.00-04.00.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
3.1.10.4 Genetourinaria (B4)
Pada inspeksi di dapatkan bentuk alat kelamin normal,
tidak ada massa/benjolan, kebersihan alat kelamin cukup bersih.
Frekuensi berkemih selama di RS 4x sehari ±900cc/24 jam. Bau
khas, warna kuning dan tempat yang di gunakan klien adalah
kamar mandi. Klien tidak menggunakan kateter.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
3.1.10.5 Pencernaan (B5)
Pada inspeksi mukosa bibir klien lembab, tidak terdapat
massa, tidak Nampak cyanosis, lidah kotor. Bentuk bibir simetris.
Gigi kotor tidak terdapat carries selama sakit klien tidak pernah
menggosok gigi. Leher simetris terpusat pada posisi kepala, tidak ada
kesulitan menelan. Abdomen tidak terdapat massa/benjolan ataupun
asites. Pada palsasi tidak ada pembesaran kelenjar getah bening,
tidak ada pembesaran thyroid. Tidak ada nyeri tekan di leher maupun
abdomen. Pada perkusi di dapatkan bunyi thympani. Pada auskultasi
pristaltik usus 13x/menit. Kebiasaan BAB 1x/hari
38
konsistensi padat, warna kuning, bau khas, yang di gunakan
kamar mandi.
Masalah Keperawatan : Defisit Pengetahuan tentang kebersihan
diri
3.1.10.6 Muskuluskeletal dan integument (B6)
Pada klien tidak terdapat fraktur. Kemampuan pergerakan
sendi dan tungkai bebas. Pada inspeksi kulit Nampak bersih, tidak
terdapat lessi ataupun pembengkakan. Pada palpasi kelembaban
kulit lembab, akral hangat, turgor kulit dapat kembali ≤3 detik.
Kekuatan otot tangan dan kaki kanan (5,4) sedangkan tangan dang
kaki kiri (5,4). Tetapi saat melakukan aktivitas klien di bantu oleh
keluarga seperti ke kamar mandi, mandi dll, dengan cara di
popang oleh keluarga.
Masalah Keperawatan : Keletihan.
3.1.10.7 Penginderaan (B7)
Pada pemeriksaan fisik mata klien pupil isokor, reflek
cahaya normal, konjungtiva anemis, sclera putih, palpebral normal,
tidak ada strabismus. Ketajaman penglihatan klien baik. Klien tidak
menggunakan alat bantu penglihatan. Pada hidung klien bentuk
simetris, mukosa hidung lembab, tidak ada secret, ketajaman
penciuman normal. Pada telinga pasien bentuk simetris antara kanan
dan kiri, ketajaman baik dengan melakukan tes ketajaman
pendengaran menggunakan detik jam dan berbisik. Tidak ada
39
keluhan pada pendengarannya dank lien tidak menggunakan alat
bantu apapun untuk mendengarnya. Pada indra perasa klien juga
baik klien dapat membedakan rasa manis, pahit, asam, dan asin.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3.1.10.8 Endokrin (B8)
Tidak ditemukan adanya pembesaran kelenjar Thyroid,
pembesaran kelenjar getah bening pada klien. Klien tidak
memiliki luka gangrene.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
3.1.11Data Psikososial
1) Gambaran diri/citra diri :
(1) Tanggapan tentang tubuhnya
Px bersyukur mempunyai anggota tubuh lengkap
(2) Bagian tubuh yang disukai :
Semua anggota tubuhnya
(3) Bagian tubuh yang kurang
disukai Tidak ada
(4) Persepsi terhadap kehilangan bagian tubuh :
Pasien merasa sedih bila kehilangan salah satu bgian tubuhnya
40
2) Identitas
(1) Status pasien dalam keluarga :
Kepala Keluarga
(2) Kepuasan pasien terhadap status dan posisi dalam keluarga :
Pasien mengatakan puas dengan posisinya sebagai suami dan ayah.
(3) Kemampuan pasien terhadap jenis kelamin :
3) Peran
(1) Tanggapan pasien tentang perannya :
Pasien merasa bangga dengan perannya menjadi kepala keluarga.
(2) Kemampuan/kesanggupan pasien melaksanakan perannya
: Pasien merasa mampu menjadi kepala keluarga
4) Ideal diri
Harapan pasien terhadap :
(1) Tubuhnya :
Pasien berhjarap bisa sembuh
(2) Status (Dalam keluarga )
Pasien ingin kembali sehat, agar dapat berkumpul kembali dengan
anak.
41
(3) Keluarga :
Tetap sabar menjaga pasien yang sedang sakit.
(4) Masyarakat :
Tetap menerima saat pasien kembali pulang kerumah.
(5) Harapan pasien tentang penyakit yang diderita dan tenaga
kesehatan: Pasien berharap agar penyakitnya yang dideritanya akan
segera sembuh, para tenaga medis dan memberikan perawatan serta
pengobatan sebaik mungkin.
(6) Harga diri
(1) Tanggapan pasien terhadap harga dirinya:
Pasien merasa cukup puas dengan apa yang dia punya sekarang.
(7) Data social :
(1) Hubungan pasien dengan keluarga :
Baik
(2) Hubungan psien dengan pasien lain :
Baik
(3) Dukungan keluarga terhadap pasien :
Keluarga mendukung dan memberi semangat
(4) Reaksi pasien saat interaksi “
42
Kooperatif dan angat menanggapi dengan baik.
3.1.13 Data Spiritual
1) Konsep terhadap penguas kehidupan :
Pasien mengganggap sakit yang diderita adalah cobaan.
2) Sumber kekuatan/harapan saat sakit :
Keluarga
3) Ritual agama yang bermakna/berarti/harapan saat ini :
Berdoa kepada Allah SWT
4) Sarana /peralatan/ orang yang diperlukan untuk melaksanakan ritual :
Pasien mengatakan berdoa sendiri dan tidak membutuhkan bantuan orang
lain.
5) Keyakinan terhadap kesembuhan penyakit :
Pasien yakin akan sembuh
3.1.14 Pemeriksaan penunjang
Neutrofil % H: 94,7 39,3-73,7
Limfosit % L:4,1 18,0-48,3
Monosit % L:1,0 4,40-12,7
Eosinofil % L:0,0
RBC L:4,523 4,6-6,2 10◦/µL
HGB L:9,16 13,5-18,0 g/dL
HCT L:30,66 40-54 %
MCV L:67,79 81,1-96,0 µm³
43
MCH
MCHC
L:20,24
L:29,86
27,0-31,2 pg
31,8-35,4 g/dL
1.1.15 Terapi
Inf
Inj
Nebul
1.1.15.1 Fungsi Obat
: Asering + Aminophiline 14tpm 500cc
: Moxi 400mg 1x1 sehari
: Meropenem 3x500 mg per IV
: Antrain 3x1g per IV
:Omeprazole 3x40 mg per IV
:Levofloxgan 2x500 mg per IV
: Nebul Pulmicort 2x2,5 mg
(1). Fungsi infus asering : asering di indikasikan untuk perawatan darah
dan kehilangan cairan. Meningkatkan kalsium
yang rendah, hipokalsemia, kekurangan
kalium, ketidakseimbangan elektrolit, natrium
yang rendah dalam darah, kadar kalium yang
rendah.
(2). Fungsi Aminophiline : obat untuk mengobati dan mencegah batuk dan
kesulitan bernafas karena sakit paru-paru
berkepanjangan contoh nya (asma,
emphysema, bronchitis kronis).
(3) Fungsi moxifloxacin : obat yang digunakan untuk mengobati
berbagai infeksi bakteri.
(4). Fungsi Meropenem : untuk menangani penyebaran berbagai variasi
infeksi bakteri.
44
(5). Fungsi antrain
: obat yang dikonsumsi untuk menangani
demam dan anti nyeri.
(6). Fungsi Omeprazole : obat yang mampu menurunkan kadar asam
yang diproduksi di dalam lambung.
(7). Fungsi Levofloxgan : antibiotic yang digunakan untuk mengobati
infeksi bakteri, seperti infeksi saluran kemih,
pneumonia, sinusitis, infeksi kulit, jaringan
lunak, dan infeksi prostat.
(8). Fungsi Pumicort : obat aerosol yang digunakan untuk
mengontroldan mencegah gejala asma.
45
ANALISA DATA
Tabel 3,2 Analisa data pada Tn.M dengan diagnose medis pneumonia di Ruang
Teratai RSUD Bangil
Dx DATA ETOILOGI PROBLEM
1DS : Px mengatakan Sesak dan akumulasi secret Ketidakefektifan
batuk bersihan jalan nafas
DO : - Px Nampak sesak
- Px menggunakan O2
nasal kanul 4lpm
- Batuk Produktif
dengan sputum
berwarna putih encer
- TTV
TD : 100/60
N : 84x/mnt
S : 37,2◦C
RR : 24x/mnt
2DS : Px mengatakan kelemahan otot Keletihan
aktivitasnya di bantu oleh
keluarganya dalam hal apapun
seperti kekamar mandi dll.
DO : - TD : 100/60
N : 84x/mnt
S : 37,2◦C
RR : 24x/mnt
- Kekuatan otot :
5 5 4 4
46
- Aktivitas pasien
dibantu oeh keluarga
- Px di popang keluarga
saat beraktivitas
- HGB pasien 9,16
- Konjungtiva anemis
3 DS : Px dan keluarga px kurangnya Defisit pengetahuan
mengatakan tidak tahu tentang informasi
penyakit pneumonia.
DO : Klien terlihat bingung
terhadap penyakit yang
di deritanya
- Px dan keluarga px
bertanya tentang apa
itu pneumonia ?
DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
2. Keletihan
3. Defisit pengetahuan
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubunga dengan akumulasi secret
2. keletihan berhubungan dengan kelemahan otot
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan Kurangnya informasi
47
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Tabel 3.3 Rencana Tindakan Keperawatan pada Tn.M Dengan diagnose medis
Pneumonia di Ruang Teratai RSUD BANGIL
DX Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Setelah dilakukan asuhan 1. BHSP antara perawat 1.Untuk
keperawatan selama 3x24 dengan pasien. mempermudah
jam dengan tujuan bersihan 2. Jelaskan cara tindakan
jalan nafas kembali efektif. mengeluarkan dahak keperawatan kepada
Kriteria hasil: dengan cara batuk efektif. pasien.
- Mendemonstrasiikan 3. Ajarkan pada pasien batuk 2.Membantu pasien
batuk efektif. efektif. mempermudah
- suara nafas yang 4. Berikan posisi semi mengeluarkan dahak.
bersih. fowler. 3.Dapat mengurangi
- tidak ada sianosis 5. Anjurkan pasien untuk secret pada paru-
dan dyspnea ( meminum air hangat. paru.
mampu bernafas 6. Observasi tanda-tanda 4. Meningkatkan
dengan mudah, tidak vital. ekpansi
ada pursed lips). 7. Observasi oksigenasi paru,ventilasi
- Menunjukkan jalan pasien (pola, irama, maksimal membuka
nafas yang paten frekuensi, kedalaman). area atelectasis.
(klien tidak meras 8. Kolaborasi dalam 5.Air hangat dapat
tercekik). pemberian terapi mengencerkan
-Tanda-tanda vital Bronchodilator. dahak.
dalam batas normal : 6.Mengetahui kondisi
Tekanan darah 100- tanda-tanda vital.
139/60-90 mmHg. 7.Untuk mengetahui
Nadi 80-100x/menit. suara nafas,
Respirasi 16- kedalaman irama dan
20x/menit. frekuensi pernafasan.
Suhu 36,5-37,5◦C
48
- Mampu 8.Untuk
mengidentifikasikan mempermudah
dan mencegah faktor mengeluarkan secret.
yang dapat
menghambat jalan
nafas.
- Suara nafas bersih
- Tidak menggunakan
alat bantu nafas.
2. Setelah di lakukan tindakan 1. Observasi adanya faktor 1.Untuk mengetahui
keperawatan selama 3x24 yang menyebabkan faktor penyebab
jam di harapkan pasien keletihan. keletihan klien.
mempunyai energy yag 2. Monitor pasien akan 2.Memantau klien
cukup untuk melakukan adanya keletihan fisik akan adanya tanda-
aktivitas . 3. Monitor kardiovaskuler tanda keletihan fisik
Kriteria Hasil : terhadap aktivitas. saat beraktifitas.
- Pasien mampu 4. Monitor nutrisi dan 3.Memantau tanda-
mengidentifikasi sumber energy yang tanda vital klien
aktivitas yang adekuat. dalam batas normal
mampu di lakukan 5. Bantu klien untuk saat beraktivits.
- Menjelaskan mengidentifikasi aktivitas 4.Memantau nutrisi
penggunaan energy yang mampu dilakukan. dan memberikan
49
untuk mengatasi 6. Bantu pasien untuk nutrisi yang sesuia
kelelahan. mengembangkan motivasi dan dapat
- Pasien melaporkan diri dan penguatan. mempercepat
dapat beristirahat 7. tingkatkan tirah baring dan penyembuhan.
dengan baik. pembatasan aktivitas. 5.Membantu klien
- Pasien menunjukkan 8. Kolaborasi dengan ahli dalam beraktivitas
peningkatan gizi untuk meningkatkan yang mudah yang
aktivitas. asupan makanan yang dapat di lakukan
- Tanda-tanda vital berenergi. oleh klien.
dalam batas normal : 6.Dukung klien untuk
Tekanan darah 100- mempunyai motivasi
139/60-90 mmHg. untuk
Nadi 80-100x/menit. mengembangkan diri.
Respirasi 16- 7.Untuk mencegah
20x/menit. keletihan klien saat
- Suhu 36,5-37,5◦C beraktivitas
berlebihan.
8.Memberikan nutrisi
yang sesuai dan
yang dapat
mempercepat
penyembuhan.
50
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tabel 3.4 Implementasi Tn.M dengan diagnose medis Pneumonia di
Ruang Teratai RSUD Bangil
No.TanggalJam Implementasi Nama/T
an
da
tangan
1. 26-12-2018 08.00 1. Membina hubungan saling percaya antara pasien
dengan perawat dengan cara memperkenalkan diri.
Respon : Pasien juga mengenalkan nama dan
alamat
2. Menjelaskan cara mengeluarkan dahak.
09.00 - Mengeluarkan dahak dengan cara yang
benar akan membantu pasien dalam
mengeluarkan dahak tanpa paksaan.
- Respon : px mengatakan faham cara
mengeluarkan dahak dengan benar.
3. Mengajarkan pasien batuk efektif dengan cara :
- Mintalah pasien untuk Tarik nafas selama
3x.
- Kemudian saat Tarik nafas ketika dan saat
ekspirasi pasien disuruh untuk menahan 10
detik, lalu batukkan.
- Respon : px mempraktikkan apa yang telah
di ajari oleh perawat, pasien masih
kesulitan untuk mengeluarkan dahak.
4. Memberikan obat :
- Inj. Levofloxgan 500mg
5. Mengobservasi tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 100/60 mmHg
Nadi : 84x/menit
Suhu : 37,2 ◦C
10.00 Respirasi : 24x/menit
6 . Monitoring Oksigen, dengan hasil :
- O2 nasal kanul terpasang dengan baik.
1. Mengobservasi adanya pembatasan klien
dalam aktivitas.
Respon : pasien mobilisasi hanya di lingkup
ruangan kamarnya saja
51
2. Mengobservasi adanya faktor yang
2 26-12-2018 11.00 menyebabkan klien keletihan.
Respon : pasien mengatakan lemas saat
mau beraktivitas, seperti ke kamar mandi.
3. Membantu aktivitas sehari-hari sesuai
. kebutuhan klien.
Respon : pasien saat beraktivitas di bantu
oleh keluarga dengan cara di popang
dengan keluarga seperti ke kamar mandi.
4. 4.Memonitor nutrisi dan sumber energy
yang adekuat bagi klien .
Respon : pasien mengatakan porsi makan
nya 3x1 sehari dan nafsu makannya
meningkat.
5. Meningkatkan tirah baring dan pembatasan
aktivitas.
Respon : pasien mengatakan bahwa pasien
lemas saat beraktivitas dan sering
beristirahat, pasien juga selalu dibantu oleh
keluarga dalam melakukan aktivitasnya.
1. 27-12-18 09.00 1. Monitoring TTV
2. Memberikan posisi semi fowler agar pasien
nyaman.
3. Memberikan obat :
• Inj. Levofloxgan 500mg
4. Mengobservasi irama frekuensi dan kedalaman
pola nafas, dengan hasil:
10.00 - Frekuensi : 25x/mnt
- Irama nafas : regular
- Kedalaman : normal
2. 12.00 1.Mengobservasi faktor yang menyebabkan
keletihan.
52
Respon : pasien mengatakan lemas saat
beraktivitas, seperti ke kamar mandi.
2. Monitor pasien akan adanya keletihan fisik
Respon : pasien mengatakan saat
beraktivitas selalu di bantu oleh keluarga.
3. Monitor nutrisi dan sumber aktivitas.
Respon : pasien mengatakan porsi makan
3x1 sehari dan nafsu makan tidak menurun.
1 28-12-18 13.00 1. Monitoring TTV
2. Memberikan pasien posisi semi fowler.
3. Memberikan Obat :
• Inj. Levofloxgan 500mg.
4. Berkolaborasi dalam pemberian terapi
bronchodilator.
5. Megobservasi irama, frekuensi, dan kedalaman
pola nafas, dengan hasil :
• Frekuensi : 25x/mnt
• Irama nafas : Reguler
• Kedalaman : normal
2 28-12-18 13.30 1. Monitoring pasien akan kelemahan fisik.
2. Memonitoring kardiovaskuler terhadap aktivitas
klien.
3. Monitoring nutrisi dan sumber energy yang
adekuat.
4. Membantu klien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang mampu dilakukan.
5. Membantu pasien untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan
53
CATATAN PERKEMBANGAN
Tabel 3.5 Catatan Perkembangan pada Tn.M Dengan diagnose medis
Pneumonia di Ruang Teratai RSUD BANGIL
No. Tanggal Diagnosa Keperawatan Catatan Perkembangan Paraf
1. 26-12-18 Ketidakefektifan S : Klien mengatakan sesak.
bersihan jalan nafas O : - Klien belum bisa
mendemonstrasikan batuk efektif.
- Klien masih belum mampu
bernafas dengan mudah.
- Klien belum menunjukkan
jalan nafas yang paten.
- TTV
• TD : 100/60 mmHg
• Nadi 84x/mnt
• RR: 25x/mnt
• Suhu: 37,2
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi di lanjutkan No
1,2,3,4,5,6,7
2. 26-12-18 Keletihan S : Klien mengatakan badannya lemas
dan aktivitasnya di bantu oleh
keluarganya.
O : - Klien belum mampu
mengidentifikasi aktivitas yang
mampu dilakukan.
- Klien belum menunjukkan
peningkatan aktivitas.
- Klien belum mampu
menjelaskan penggunaan
energy untuk mengatsi
kelelahan.
- TTV :
• TD : 100/60 mmHg
• Nadi : 84x/mnt
• RR: 25x/mnt
• Suhu : 37,2
A : Masalah belum teratasi
54
P : Intervensi dilanjutkan No 1,2,3 4,
5, 6, 7,8
1. 27-12-18 Ketidakefektifan S : Klien mengatakan sesaknya
Bersihan jalan Nafas berkurang.
O : - Klien sudah mampu
mendemonstrasikan batuk efektif.
• Klien sudah sedikit mampu
bernafas dengan mudah
• Klien sedikit menunjukkan
jalan nafas yang paten.
• TTV
TD : 100/60 mmHG
• Nadi : 84x/mnt
• RR : 25x/mnt
• Suhu : 37,2
A : Masalah Terasatasi sebagian
P : Intervensi di lanjutkan nomer
1,3,4,5
2 27-12-18 Keltihan S : Klien mengatakan badan klien
mulai membaik dan aktivitas klien
sudah tidak banyak di bantu oleh
keluarga.
O :Klien sedikit mampu
mengidentifikasi aktifitas yang
mampu di lakukan sendiri.
- Klien sudah mampu
menjelaskan penggunaan
energy untuk mengatasi
kelelahan.
- Klien menunjukkan
peningkatan aktivitas.
- TTV
• Td : 100/60 mmHg
• Nadi : 84x/mnt
• RR: 25x/mnt
• Suhu : 37,2
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan 2, 3, 5,7
55
EVALUASI KEPERAWATAN
Tabel 3.6 Evaluasi Keperawatan pada Tn.M Dengan diagnose medis
Pneumonia di Ruang Teratai RSUD BANGIL
No. Tanggal Diagnosa Keperawatan Evaluasi Paraf
1. 28-12-18 Ketidakefektifan pola S : pasien mengatakan sudah tidak
nafas merasakan sesak kembali
O :-Kliensudahmampu
mendemonstrasikan batuk efektif
dengan baik dan benar.
- Suara nafas klien bersih
- Klien sudah mampu bernafas
dengan mudah.
- Klien menunjukkan jalan nafas
yang paten.
- TTV
RR : 22x/mnt
- N : 87x/mnt
- TD : 110/70mmHg
- S : 37.4
A : Masalah Teratasi
P : Intervensi dihentikan klien pulang.
2. Keletihan S : Klien mengatakan bahwan badannya
sudah tidak lemas lagi dan bisa
melakukan aktivitas sendiri.
O : - pasien sudah mampu
mengidentifikasi aktifitas yang
mampu dilakukan.
- Klien melaporkan dapat
beristirahat dengan baik.
- Klien sudah mampu
menunjukkan peningkatan
aktivitasnya.
- TTV
- RR: 25x/mnt
- N : 84x/mnt
- TD : 100/60 mmHg
- S : 37,2
A : Masalah Teratasi
P : Intervensi dihentikan klien pulang
56
BAB 4
PEMBAHASAN
Dalam pembahasan ini penulis akan menguraikan tentang kesenjangan yang
terjadi antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus dalam asuhan keperawatan pada
Ny.K dengan diagnose pneumonia di ruang Teratai RSUD Bangil yang meliputi
pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
4.1 Pengkajian
4.1.4 Identitas
Pada tinjauan pustaka, Menurut Jeremy,dkk, (2008) orang yang beresiko
menderita Pneumonia yaitu usia >65 Tahun. Pada tinjauan kasus dijabarkan
bahwa, klien adalah seorang laki-laki bernama “Tn.M” berusia 68 tahun,
beragama islam, klien tinggal di Geneng waru bangil pasuruan, klien bekerja
sebagai petani dengan pendidikan terakhir SD, klien adalah anak ke tiga dan
klien tinggal bersama anaknya “Ny.U” berumur 55 tahun.
4.1.2 Riwayat Kesehatan
4.1.2.1 Keluhan Utama
Pada tinjauan pustaka, biasanya klien datang ke rumah sakit dalam
kondisi sesak nafas. Sedangkan pada tinjauan kasus, klien datang dengan
keluhan sesak, mual, batuk. Untuk keluhan utama disini disini tidak terjadi
kesenjangan klien dengan Pneumonia mengalami peningkatan produksi
secret yang menghambat jalan nafas sehingga mengalami sesak nafas.
56
57
4.1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
pada tinjauan kasus, klien mengeluh sesak, mual, batuk sejak 4 hari
yang lalu. Sedangkan Pada tinjauan pustaka, Menurut Raharjoe, (2008)
Kronologi peristiwa klien mengeluh mendadak panas tinggi (38◦C – 41◦C)
disertai menggigil. Kadang-kadang muntah, nyeri pleura dan batuk,
pernafasan terganggu (takipneu), batuk kering akan menghasilkan sputum
seperti karat dan purulent (Raharjoe,2008).
4.1.2.3 Riwayat Kesehatan Dahulu
Pada tinjauan kasus klien juga mengalami alergi terhadap obat dan
riwayat operasi sebelumnya. Pada tinjauan pustaka, Raharjoe, (2008)
Pneumonia sering diakui oleh suatu infeksi saluran pernafasan atas, pada
penyakit PPOM, tuberculosis, DM, pasca influenza dapat mendasari
timbulya pneumonia ( Raharjoe, 2008). Pada pengkajian ini tidak
ditemukan kesenjangan karena sebelumnya klien tidak pernah mempunyai
penyakit menular saluran pernafasan. Karena klien saat ini berusia 55
tahun dan imun klien sudah turun.
4.1.2.4 Riwayat Kesehatan Keluarga
Pada tinjauan kasus, Klien mengatakan tidak ada keluarga yang
menderita penyakit menular maupun menahun. Sedangkan pada tinjauan
pustaka, Menurut Raharjoe, (2008), Riwayat penyakit keluarga yang
biasanya menderita penyakit asma bronkiale, tuberculosis, DM, atau
penyakit ispa, dan lainnya. Pada pengkajian ini terdapat kesenjangan
58
dikarenakan penyebab dan faktor resiko terjadinya penyakit pneumonia
beragam. Diantaranya seperti penyakit keturunan dan menahun.
4.1.2.5 Lingkungan Rumah Dan Komunitas
Pada tinjauan pustaka tidak dijabarkan tentang lingkungan rumah
dan komunitas. Sedangkan pada tinjauan kasus, Klien mengatakan
lingkungan rumah selokan pasien bersih, terdapat ventilasi ruangan,
sinar matahari juga masuk dan tidak dekat dengan pabrik.
4.1.2.6 Perilaku Yang Mempengaruhi Kesehatan
Pada tinjauan pustaka pustaka, Menurut Nurarif & Kusuma, (2008)
kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan biasanya merokok dan tidak
menggunakan masker penutup wajah saat berkendara. Sedangkan pada
tinjauan kasus, klien mengatakan sudah merokok sejak muda, bahkan
biasanya satu hari klien bisa menghabiskan 1 pack rokok. Pada pengkajian
ini tidak ditemukan kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus
dikarenakan asap rokok mengganggu aktifitas mukosiliaris dan magrofag
alveolar, (Jeremy,et al, 2008).
4.1.2.7 Pemeriksaan Fisik
1) Sistem Pernafasan (B1)
Pada tinjauan pustaka, Menurut Muttaqin, (2008) gerakan
pernafasan simetris dan biasanya ditemukan peningkatan frekuensi
pernafasan cepat dan dangkal, adanya retraksi dinding dada, nafas cuping
hidung, pada palpasi yang dilakukan biasanya didapatkan gerakan dan
59
saat bernafas biasanya normal dan seimbang antara bagian kiri dan
kanan. Tectil biasanya normal. Pada perkusi pasien pneumonia tanpa
komplikasi biasanya didapatkan bunyi ronsen atau sonor pada seluruh
lapang paru, bunyi redup pada pasien pneumonia biasanya didapatkan
apabila bronkopneumonia menjadi satu tempat. Pada auskultasi pada
padien pneumonia didapatkan bunyi napas melemah dan bunyi napas
tambahan ronchi pada posisi yang sakit.(Muttaqin, 2008).
Pada Tinjauan kasus, bentuk dada klien simetris, pola nafas
klien teratur dengan jenir regular. Terpasang alat bantu nafas O2 Nasal
kanul 3lpm. Terdapat retraksi otot bantu nafas. Pada palpasi terdapat
RR : 24x/menit, tifdak ada nyeri tekan. Vocal fremitus sama antara
kanan dan kiri. Susunan ruas tulang belakang normal. Pada perkusi
thorax didapatkan sonor. Pada auskultasi di dapatkan suara nafas
vesikuler dan tidak ada suara tambahan.
Pada sistem pernafasan ada kesenjangan antara tinjauan pustaka
Meurut Muttaqin, (2008), dan tinjauan kasus, pada tinjauan pustaka
ditemukan peningkatan frekuensi nafas, nafas cepat dan dangkal,
adanya retraksi dinding dada dan nafas cuping hidung, pada tinjauan
kasus di temukan, irama nafas teratur, terdapat otot bantu nafas, tidak
ada penfasan cuping hidung. Hal ini disebabkan klien sudah
mendapatkan bantuan O2 sehingga kebutuhan oksigenasinya tercukupi.
2). Sistem Kardiovaskuler (B2).
Pada tinjauan pustaka Menurut Muttaqin (2008) didapatkan
adanya kelemahan fisik secara umum palpasi denyut nadi perifer
60
melemah, batas jantung mengalami pergeseran, tekanan darah biasanya
normal, dan bunyi jantung biasanya tidak didapatkan.
Pada tinjauan kasus, tidak terdapat cyanosis, clubbing finger
tidak ada. Ictus cordis teraba lemah, tidak ada nyeri dada, nadi
84x/menit, tekanan darah 100/60 mmHg. Didapatkan irama regular,
pulsasi kuat, bunyi jantung S1 dan S2 tunggal dan tidak ada suara
tambahan Gallop Rhytme ataupun Murmur.
Pada sistem kardiovaskuler didapat kan kesenjangan antara
tinjaun pustaka dan tinjaun kasus. Pada tinjauan pustaka didapatkan
nadi perifer melemah. Pada tinjauan kasus di dikatakan bahwa denyut
nadi perifet klien teraba kuat. Hal ini disebabkan karena kondisi hidrasi
klien tercukupi sehingga tanda-tanda vital dalam batas normal.
3). Sistem Persyarafan (B3)
Pada tinjaun pustaka menurut Muttaqin, (2008) Klien dengan
pneumonia yang berat sering mengalami penurunan kesadaran,
didapatkan adanya sianosis perifer apabila gangguan perfusi jaringan
berat.
Pada Tinjauan kasus, kesadaran composmentis dengan GCS 4-
5-6, orientasi klien terhadap tempat, waktu, dan orang baik. Pasien
juga tidak mengalami kejang, kaku kuduk, brudsky, nyeri kepala,
ataupun kelainan dari nervus cranialis yang laninnya. Pola tidur selama
dirumah sakit pasien tidak ada kesulitan untuk istirahat. Tidur siang ±4
jam dan tidur malam ±7 jam.
61
Pada sistem persyarafan tidak didapatkan kesenjangan antara
tinjauan pustaka dan tinjauan kasus dikarenakan klien tidak mengalami
pneumonia yang berat dan gangguan jaringan perfusi yang berat.
4). Sistem perkemihan (B4)
Pada tinjauan pustaka menurut Muttaqin, (2008) Pengukuran
volunme output urine berhubungan dengan intake cairan, karena
oliguria merupakan tanda awal terjadinya syok.
Pada tinjauan kasus, didapatkan bentuk kelamin normal, tidak
ada massa/benjolan, kebersihan alat kelamin cukup bersih, Frekuensi
berkemih selama di RS 4x sehari ±900cc/24jam. Bau khas, warna
kuning dan tempat yang di gunakan kamar mandi.
Pada sistem perkemihan tidak didapatkan kesenjangan antara
tinjauan pustaka dan tinjauan kasus, dikarenakan intake cairan
terpenuhi sehingga klien tidak ditemukan oliguria.
5). Sistem Pencernaan (B5)
Pada tinjauan pustaka menurut Muttaqin,(2008) Klien biasanya
mengalami mual muntah, penurunan nafsu makan, dan perubahan
berat badan.
Pada tinjauan kasus klien mengatakan saat sakit 3x1 hari
sedangkan sebelum sakit 3x1 hari, menu diet sekarang nasi, lauk, sayur.
Klien tidak mempunyai pantangan makan dan alergi makanan, berat
badan klien saat ini 66 kg dan sebelum sakit klien mengatakan berat
badannya 68 kg, keadaan mulut klien bersih, mukosa bibir klien lembab,
tidak terdapat massa, tidak Nampak cyanosis, lidah klien kotor bentuk
62
bibir simetris, gigi kotor tidak terdapat carries selama sakit klien tidak
pernah menggosok gigi. Leher simetris terpusat pada posisi kepala, tidak
ada kesulitan menelan. Abdomen tidak terdapat massa/ benjolan ataupun
asites. Pada palpasi tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada
pembesaran thyroid. Tidak ada nyeri tekan di leher maupun abdomen.
Pada perkusi didapatkan bunyi thympani, pada auskultasi pristaltik usus
13x/menit. Kebiasaan BAB 1x/hari konsistensi padat, warna kuning, bau
khas, yang digunakan kamar mandi.
Pada sistem pencernaan didapatkan kesenjangan, pada tinjauan
pustaka Menurut Muttaqin,(2008), klien mengalami mual, muntah,
penurunan nafsu makan. Sedangkan pada tinjauan kasus didapatkan
Nafsu makan klien normal karena klien tidak mengalami mual dan
muntah.
6). Sistem Muskuluskeletal dan Integumen (B6)
Pada Tinjauan pustaka Kelemahan dan kelelahan fisik secara
umum sering menyebabkan ketergantungan klien terhadap bantuan
orang lain dalam melakukan aktivitas sehari-hari terdapat gejala
demam, ditandai dengan berkeringat, penurunan toleransi terhadap
aktivitas (Muttaqin 2008).
Pada tinjauan kasus, kemampuan pergerarakan sendi dan tungkai
(ROM): Bebas, dengan kekuatan otot terdapat kelemahan otot ekstermitas
bawah, tidak ada fraktur, kulit namoak bersih, tidak terdapat lessi ataupun
pembengkakan. Kelembaban kulit lembab, akral hangat, turgor kulit dapat
kembali ≤3 detik. Saat melakukan aktivitas klien
63
dibantu oleh kelurga seperti ke kamar mandi, mandi, dll, dengan cara
di popang oleh keluarga.
Pada sistem Muskuluskeletal dan Integumen tidak terjadi
kesenjangan, pada tinjauan pustaka didapatkan kelemahan dan
kelelahan fisik secara umum, sering menyebabkan ketergantungan
klien terhadap bantuan orang lain dalam melakukan aktivitas sehari-
hari. Sedangkan pada tinjauan kasus didapatkan kemampuan
melakukan aktivitas persial, klien mengatakan bahwa klien harus
dibantu saat melakukan aktivitas seperti ke kamar mandi, mandi dll,
dengan cara di topang oleh keluarga.
7). Sistem pengindraan (B7).
Pada tinjauan pustaka, menurut Muttaqin, (2008) pada klien
penderita pneumonia yidak ditemukan adanya kerusakan pengindraan.
Pada tinjauan kasus, pada pemeriksaan mata didapatkan data
konjungtiva anemis, skelera putih, ketajaman penglihatan normal,
klien tidak menggunakan alat bantu untuk melihat. Pada pemeriksaan
hidung ditemukan bentuk hidung normal, mukosa hidung lembab,
tidak terdapat secret, ketajaman penciuman normal. Pada pemeriksan
telinga didapatkan bentuk simetris antara kanan dan kiri, ketajaman
pendengaran normal dan klien tidak menggunakan alat bantu. Perasa
klien mengatakan dapat merasakan anis, pahit, asam, dan manis.
Pada sistem pengindraan tidak terjadi kesenjangan antara tinjauan
pustaka dan tinjauan kasus, dikarenakan pada tinjauan kasus tidak
64
terjadi kerusakan pada indra penglihatan, penciuman, perabaan dan
pendengaran.
8). Sistem endokrin (B8)
Pada tinjauan pustaka, pada penderita pneumonia tidak
ditemukan adanya oembesaran kelenjar endokrin (Muttaqin,2008).
Pada tinjauan kasus, pada saat dilakukan pemeriksaan fisik tidak
ditemukan pembesaran kelenjar thyroid maupun karotis, juta tidak ada
luka gangrene.
Pada sistem endkorin tidak terjadi kesenjangan antara tinjauan
pustaka dan tinjauan kasus, dikarenakan pasien tidak mempunyai
riwayat penyakit endokrin.
4.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien pneumonia menurut
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien pneumonia Nurarif (2013)
menurut adalah:
4.2.1 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
peningkatan produksi sputum.
4.2.2 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, yang
berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder
terhadap demam dan proses infeksi.
4.2.3 Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan proses inflamasi.
4.2.4 Keletihan yang berhubungan dengan peningkatan kelemahan fisik.
4.2.5 Hipertermi yang berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
umum sekunder dari reaksi sistemis bakteremia/viremia.
65
Sedangkan pada tinjauan kasus, penulis mendapatkan 3 diagnosa
keperawatan yang muncul pada klien dengan pneumonia yaitu,
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi secret,
keletihan berhubungan dengan kelemahan otot, defisit pengetahuan
berhubungan dengan kurangnya informasi.
Pada diagnose keperawatan didapatkan kesenjangan antara tinjuan
pustaka dan tinjauan kasus, pada tinjauan kasus terdapat 3 diagnosa yang
tidak muncul pada tinjauan kasus yaitu, diagnose keperawatan
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan
proses infeksi, karena pasien tidak mengalami penurunan nafsu makan, dan
penurunan BB klien 3%, Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan
proses inflamasi, Hipertermi yang berhubungan dengan peningkatan laju
metabolisme umum sekunder dari reaksi sistemis bakteremia/viremia,
dikarenakan pasien tidak mengalami peningkatan suhu tubuh.
Pada tinjauan kasus terdapat 2 diagnosa keperawatan yang muncul dan
tidak muncul pada tinjauan pustaka yaitu diagnose keperawatan
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan
produksi sputum, dan Keletihan yang berhubungan dengan peningkatan
kelemahan fisik karena klien mengalami kelemahan secara umum sehingga
klien membutuhkan bantuan untuk perawatan diri ( Nurarif , 2013).
4.3. Rencana Tindakan Keperawatan
Intervensi ketidakefektifan bersihan jalan nafas menurut teori BHSP antara
perawat dengan pasien, jelaskan cara mengeluarkan dahak dengan cara batuk
66
efektif, ajarkan pada pasien batuk efektif, berikan posisi semi fowler,
anjurkan pasien untuk meminum air hangat, observasi tanda-tanda vital,
observasi oksigenasi pasien (pola, irama, frekuensi, kedalaman), Kolaborasi
dalam pemberian terapi Bronchodilator.Pada rencana tidakan keperawatan
terdapat kesenjangan antara antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus. Pada
tinjauan ksus, pada diagnose keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan
nafas berhubungan dengan produksi secret pada tinjauan kasus ditambahkan
intervensi yang menjelaskan kepada klien tentang penyebab dan cara
mencegah terhambatnya jalan nafas dikarenakan untuk meningkatkan
pengetahuan klien dan membantu klien dalam menangani penyakitnya,
berikan posisi semi fowler dikarenakan untuk menurunkan ekpansi paru.
Intervensi keletihan berhubungan dengan kelemahan otot menurut teori
Observasi adanya faktor yang menyebabkan keletihan, monitor pasien akan
adanya keletihan fisik, monitor kardiovaskuler terhadap aktivitas, monitor
nutrisi dan sumber energy yang adekuat, bantu klien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang mampu dilakukan, bantu pasien untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan, tingkatkan tirah baring dan pembatasan
aktivitas, Kolaborasi dengan ahli gizi untuk meningkatkan asupan makanan
yang berenergi. Rencana tindakan keperawatan keletihan berhubungan
dengan kelemahan fisik tinjauan kasus ditambahkan pasien dapat melaporkan
dapat beristirahat dengan baik, pasien menunjukkan peningkatan
aktivitas.Tujuannya untuk mengetahui bahwa klien kooperatif dalam
melakukan apa yang diperintahkan dan diajarkan oleh tim tenaga kesehatan.
67
4.4 Pelaksanaan tindakan keperawatan.
Pada diagnose keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas
berhubunga dengan peningkatan produksi secret, setelah dilakukan tindakan
asuhan keperawatan selama 3x24 jam dan semua perencaan tindakan
keperawatan telah dilakukan tetapi pada diagnose ini terdapat kesenjangan
antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus. Pada tinjauan kasus ditambahkan
menjelaskan kepada klien tentang penyebab dan cara mencegah
terhambatnya jalan nafas dan memberikan posisi semi fowler.
Pada diagnose keperawatan keletihan berhubungan dengan kelemahan
fisik, setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam dan semua
perencanaan tindakan keperawatan telah dilakukan tetapi pada diagnose ini
terdapat kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus. Pada
tinjauan kasus ditambahkan klien dapat melaporkan dapat beristirahat dengan
baik, pasien menunjukkan peningkatan aktivitas.
4.5 Evaluasi Keperawatan
Pada tinjauan pustaka evaluasi keperawatan belum dapat dilaksanakan
karena merupakan kasus semu sedangkan pada tindakan kasus evaluasi
keperawatan dapat dilaksanakan karena dapat diketahui keadaan klien dan
masalahnya secara langsung.
Pada akhirnya evaluasi keperawatan diagnose ketidakefektifan bersihan
jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi secret disimpulkan
bahwa masalah keperawatan klien teratasi karena sudah sesuai dengan tujuan
yang ditetapkan oleh perawat yaitu jalan nafas kembali bersih. Hal ini sesuai
68
dngan teori menurut Nurarif,(2013), bahwa tujuan keperawatan dari diagnose
ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan
produksi secret yaitu jalan nafas kembali bersih.
Diagnosa keperawatan keletihan berhubungan dengan kelemahan fisik
disimpulkan bahwa masalah teratasi karena sudah sesuai dengan tujuan yang
ditetapkan oleh perawat yaitu pasien mempunyai energy yang cukup untuk
melakukan aktivitas. Hal ini sesuia dengan teori menurut Nurarif,(2013),
bahwa tujuan keperawatan dari diagnose keletihan berhubungan dengan
kelemahan fisik sudah teratasi dan kembali normal.
69
BAB 5
PENUTUP
Setelah melakukan pengamatan dan melaksanakan asuhan keperawatan secara
langsung pada klien dengan kasus Pneumonia diruang melati RSUD Bangil
Pasuruan, maka penulis dapat menarik kesimpulan sekaligus saran yang dapat
bermanfaat dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan klien dengan
Pneumonia.
5.1 Simpulan
Dari hasil uraian yang telah menguraikan tentang asuhan keperawatan pada
klien dengan Pneumonia, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai
berikut :
5.1.1 Fokus pengkajian pada Tn.M yaitu pada sistem pernafasan dengan data
sebagai berikut: bentuk dada simetris, pola nafas teratur dengan jenis regular,
terpasang alat bantu nafas O2 nasal kanul 3 lpm, terdapat retraksi otot bantu nafas,
RR: 24x/menit, tidak ada nyeri tekan, vocal fremitus sama antara kanan dan kiri,
susunan ruas tulang belakang normal, pada perkusi thorax didapatkan suara sonor,
suara navas vesikuler dan tidak ada suara tambahan, terdapat batuk dengan sputum
putih kental.
5.1.2 Diagnosa prioritas pada pasien meliputi : Ketidakefektifan bersihanjalan
nafas berhubungan dengan akumulasi secret, Keletihan berhubungan dengan
kelemahan fisik.
69
70
5.1.3 Intervensi pada Tn.M dengan diagnose Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
berhubungan dengan akumulasi secret yaitu : BHSP antara perawat dengan pasien,
Jelaskan cara mengeluarkan dahak dengan cara batuk efektif, Ajarkan pada pasien
batuk efektif, Berikan posisi semi fowler, Anjurkan pasien untuk meminum air
hangat, Observasi tanda-tanda vital, Observasi oksigenasi pasien (pola, irama,
frekuensi, kedalaman), Kolaborasi dalam pemberian terapi Bronchodilator. Yang
bertujuan supaya bersihan jalan nafas kembali efektif. Sedangkan intervensi pada
Tn.M dengan diagnose keletihan berhubungan dengan kelemahan fisik yaitu :
Observasi adanya faktor yang menyebabkan keletihan, Monitor pasien akan
adanya keletihan fisik, Monitor kardiovaskuler terhadap aktivitas, Monitor nutrisi
dan sumber energy yang adekuat, Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan, Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan
penguatan, tingkatkan tirah baring dan pembatasan aktivitas, Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk meningkatkan asupan makanan yang berenergi. Yang bertujuan
supaya aktivitas klien kembali normal.
5.1.4 Semua tindakan yang diimplementasikan kepada pasien sesuai dengan
rencana tindakan keperawatan yang telah diterapkan oleh perawat. Pada diagnose
keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi
secret dan diagbosa keletihan berhubungan dengan kelemahan fisik dibutuhkan
pelaksanaan selama 3 hari.
5.1.5 Dari dua diagnose keperawatan yang terjadi pada Tn.M didapatkan 2 masalah
terasai, Dan kondisi Tn.M sudah cukup membaik sehingga Tn.M dianjurkan untuk
KRS.
71
5.2 Saran
Bertolak dari kesimpulan diatas penulis memberikan saran sebagai berikut:
5.2.1 Untuk pencapaian hasil keperawatan yang diharapkan, diperlukakn
hubungan yang baik dan keterlibatan klien, keluarga, dan tim kesehatan lainnya.
5.2.2 Perawat sebagai tugas pelayanan kesehatan hendaknya mempunyai
pengetahuan, keterampilan yang cukup serta bekerjasama dengan tim kesehatan
lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan Pneumonia.
5.2.3 Dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan yang profesional alangkah
baiknya diadakan suatu seminar atau suatu pertemuan yang membahas tentang
masalah kesehatan yang ada pada klien.
5.2.4 Pendidikan dan pengetahuan perawatan secara berkelanjutan perlu
ditingkatkan baik secara formal dan informal.
5.2.5 Kembangkan dan tingkatkan pemahanan perawat terhadap konsep manusia
secara kooperatif sehingga mampu menerapkan asuhan keperawatan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Amin H. H. Hardi K. Hall 68. (2015). Buku Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa & NIC NOC Edisi Revisi Jilid 3. Yogyakarta : Penerbit Mediaction Publishing.
Arif Mansjoer, dkk. Hal 466. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Fakultas Kedokteran UI.
Betz & Sawden. (2009). Buku Saku Keperawatan Pediatrick edisi 3 Tambayong. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Bunner & Suddarth. (2013). Keperawatan Medical-Bedah Edisi 12. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Doengoes E, Moorhouse M. (2013). Rencana Asuhan Keperawatan :
Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawat Pasien. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Efendy N. (2001). Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC.
Irchan, Fitramayo. (2007). Metodologi Penelitian. Penerbit : Salemba Humanika, Yogyakarta
Marilynn E.D, dkk Hal 164 (2011). Buku Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta :
Buku Kedokteran EGC.
Misnadiarly. (2008). Penyakit Infeksi Saluran Nafas Pneumonia pada Anak, Balita, Orang Dewasa, Usia Lanjut. Jakarta : Pustaka Obor Populer.
Mutaqqin (2008). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan System Pernafasan. Jakarta :
Salemba Medika.
Notoatmodjo (2015), Buku Metodologi Penelitian Kesehatan.
Nurarif .A.H dan Kusuma. H.(2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction.
Sipahutar , Dian Pratiwi ( 2017), BukuTeori Dan aplikasi Pengumpulan Data Kesehatan:
Termasuk Biostatika Dasar. Penerbit : Andi Publisher, Jakarta.
Somantri. (2007). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Pernafasan Edisi 2. Penerbit : Salemba, Yogyakarta.
Syaifuddin, A.(2006). ANATOMI FISIOLOGI untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi.3. Jakarta:EGC.