Upload
anggavikiingmaniaselaloe
View
19
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
sari kedelai
Citation preview
PENGARUH PENAMBAHAN EKSTRAK JAHE
(Zingiber Officinale Rosc) TERHADAP MUTU ORGANOLEPTIK DAN
TINGKAT KESUKAAN MINUMAN SARI KEDELAI
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk Kenaikan Kelas
OLEH :
ANGGA TRI CAHYA PUTRA
JURUSAN IPA
Tahun Ajaran 2014/2015
PENGESAHAN
Karya tulis ilmiah ini disusun dan diajukan guna melengkapi persyaratan ulangan kenaikan kelas SMA Negeri 1 Prambon tahun pelajaran 2014/ 2015.
Telah disetujui dan disahkan pada :
Hari : ………………………………….
Tanggal : ………………………………….
Nganjuk, ………………………. 2014
Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Pembimbing
Sarjono, M.M Dra. Puyarmi
i
PERSEMBAHAN
Karya tulis ini penulis persembahkan kepada :
1. Bapak Sarjono, M.M selaku Kepala SMA Negeri 1 Prambon.
2. Ibu Dra. Puyarmi selaku guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dan pembimbing dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
3. Bapak dan Ibu guru serta karyawan karyawati SMA Negeri 1 Prambon
4. Teman Teman Kelas X, XI Dan XII
5. Pembaca yang budiman.
ii
MOTTO
Pengalaman adalah guru terbaik.
Ikatlah ilmu dengan menulisnya.
Gemakan kata – kata yang baik dan Anda akan mendengar pantulannya.
Ilmu adalah sebaik – baik warisan.
Dimana ada kemauan, niscaya ada jalan.
Ilmu adalah teman dekat dalam kesendirian dan sahabat dalam kesunyian.
Tidak ada kedudukan yang lebih tinggi daripada akhlak.
Sebaik – baik teman di setiap waktu adalah buku.
Ilmu tanpa agama.
iii
ABSTRAK
Pengaruh Penambahan Ekstrak Jahe (Zingiber Officinale Rosc) Terhadap Mutu Organoleptik dan Tingkat Kesukaan Minuman Sari Kedelai.
Kacang-kacangan merupakan salah satu bahan pangan yang biasa dikonsumsi salah satunya kacang kedelai. Penggunaan kedelai sebagai bahan makanan pada umumnya tidak langsung dimasak, melainkan diolah terlebih dahulu, sesuai dengan kegunaannya, misalnya dibuat minuman sari kedelai. Akan tetapi sari kedelai memiliki aroma langu, aroma tersebut timbul akibat aktivitas enzim lipoksigenase yang secara alami terdapat pada kedelai. Pemberian flavor tersebut dapat juga dengan menambahkan ekstrak jahe, karena jahe mengandung minyak atsiri yang memberi aroma khas jahe yang tajam sehingga dapat mengurangi aroma langu pada minuman sari kedelai. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari formula minuman sari kedelai, mengidentifikasi pengaruh penambahan konsentrasi ekstrak jahe terhadap rasa aroma, warna, konsentrasi dan tingkat kesukaan dengan penambahan ekstrak jahe 0%, 5%, 10%, dan 15%. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental.
Cara pembuatan minuman sari kedelai yaitu pilih kacang kedelai kering yang bermutu baik, direndam selama 8 jam, dikupas kulitnya, lalu direbus + 5 menit dari air mendidih. Kemudian dihaluskan, lalu diambil filtratnya dengan kain kasa. Filtrat yang diperoleh ditambahkan gula 10% dari filtrat, lalu ditambahkan ekstrak jahe 0%, 5%, 10%, dan 15%. Masing-masing perlakuan lalu diuji organoleptik meliputi rasa, aroma, warna, konsistensi dan tingkat kesukaan kepada panelis.
Hasil yang diperoleh bahwa minuman sari kedelai yang disukai oleh panelis dari uji organoleptik yang meliputi rasa, aroma, warna, konsistensi dan tingkat kesukaan adalah minuman sari kedelai dengan penambahan ekstrak jahe 5%.
Disarankan agar dapat dilakukan peningkatan penganekaragaman produk lain yang menggunakan bahan dasar kacang kedelai selain minuman sari kedelai seperti membuat yoghurt kacang kedelai dengan penambahan berbagai macam flavor. Selain itu untuk membuat produk minuman sari kedelai dalam bentuk serbuk, agar lebih praktis dalam penyajian.
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelasaikan karya ilmiah ini tanpa ada suatu halangan apapun. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW yang kita nanti – nantikan syafaatnya di dunia dan di akhirat. Karya tulis ilmiah ini kami susun dengan metode dan kajian pustaka tentang lingkungan hidup dan sumber – sumber yang lain. Dengan demikian, semua pihak secara aktif mengembangkan ide – idenya dari hasil kajian.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Sarjono, M.M selaku Kepala SMA Negeri 1 Prambon.
2. Ibu Dra. Puyarmi selaku guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dan pembimbing dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
3. Bapak dan Ibu guru serta karyawan karyawati SMA Negeri 1 Prambon
4. Ayah dan Ibu tercinta di rumah yang selalu memberi dukungan dan do’a sehingga karya tulis ini dapat terselesaikan.
5. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan karya tulis in
Namun, penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi peningkatan karya tulis ilmiah ini.
Penulis berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Wassalamu’alaikum wr.wb
Nganjuk, 20 Juni 2014
Penulis
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN......................................................................... i
PERSEMBAHAN ........................................................................................ii
MOTO.........................................................................................................iii
ABSTRAK.................................................................................................iv
KATA PENGANTAR...................................................................................v
DAFTAR ISI............................................................................................. vi
DAFTAR TABEL..................................................................................... vii
DAFTAR SKEMA .................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang...............................................................................1
B Rumusan Masalah........................................................................ 3
C Tujuan Penelitian.......................................................................... 3
D Hipotesa....................................................................................... 4
E Manfaat Hasil ............................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A Kerangka Teori ............................................................................... . . 5
1. Kacang Kedelai ............................................................................. 5
2. Minuman Sari Kedelai ................................................................... 9
3. Jahe ...............................................................................................13
4. Uji Organeleptik ........................................................................... 17
5. Uji Daya Terima ........................................................................... 18
B Kerangka Konsep ............................................................................ 20
C Definisi Operasional ........................................................................ 21
BAB III METODE PENELITIAN
A Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 23
B Cara Penelitian ................................................................................. 23
C Jenis Penelitian ................................................................................ 23
D Rancangan Penelitian ...................................................................... 24
E Alat dan Bahan ................................................................................ 24
F Prosedur Penelitian ......................................................................... 25
G Data yang Dikumpulkan ................................................................... 26
H Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 26
I Pengolahan Data .............................................................................. 28
vi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A Penelitian Pendahuluan ................................................................... 31
B Penelitian Utama .............................................................................. 31
C Komposisi Zat Gizi Minuman Sari Kedelai dengan Penambahan Ekstrak
Jahe .................................................................................................. 34
D Uji Organoleptik ............................................................................... 35
1. Warna ........................................................................................... 35
2. Aroma ........................................................................................... 37
3. Rasa ...............................................................................................38
4. Konsistensi ................................................................................... 40
5. Tingkat Kesukaan ......................................................................... 41
E Analisis Biaya .................................................................................. 43
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A Simpulan .......................................................................................... 45
B Saran ............................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 KOMPOSISI ZAT GIZI KACANG KEDELAI PER 100 g...............8
Tabel 2 KRITERIA MUTU KEDELAI ........................................................9
Tabel 3 STANDAR MUTU MINUMAN SARI KEDELAI ..........................12
Tabel 4 KOMPOSISI ZAT GIZI MINUMAN SARI KEDELAI PER 100 g 13
Tabel 5 KOMPOSISI ZAT GIZI JAHE PER 100 g ..................................13
Tabel 6 KOMPOSISI MINUMAN SARI KEDELAI DENGAN PENAMBAHAN
EKSTRAK JAHE ...................................................................... 32
Tabel 7 GAMBARAN UMUM PRODUK MINUMAN SARI KEDELAI .....33
Tabel 8 KANDUNGAN ZAT GIZI MINUMAN SARI KEDELAI PER RESEP
...................................................................................................34
Tabel 9 HASIL PENILAIAN UJI ORGANOLEPTIK TERHADAP WARNA
MINUMAN SARI KEDELAI .......................................................36
Tabel 10 HASIL PENILAIAN UJI ORGANOLEPTIK TERHADAP AROMA
MINUMAN SARI KEDELAI .......................................................37
Tabel 11 HASIL PENILAIAN UJI ORGANOLEPTIK TERHADAP RASA
MINUMAN SARI KEDELAI .......................................................39
Tabel 12 HASIL PENILAIAN UJI ORGANOLEPTIK TERHADAP
KONSISTENSI MINUMAN SARI KEDELAI ..............................41
Tabel 13 HASIL PENILAIAN UJI ORGANOLEPTIK TERHADAP TINGKAT
KESUKAAN MINUMAN SARI KEDELAI ...................................42
Tabel 14 RINCIAN BIAYA MINUMAN SARI KEDELAI DENGAN
PENAMBAHAN EKSTRAK JAHE PER RESEP ........................43
viii
DAFTAR SKEMA
Skema 1 PEMBUATAN MINUMAN SARI KEDELAI DENGAN
PENAMBAHAN EKSTRAK JAHE ............................................ 35
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pangan adalah bahan-bahan yang dimakan sehari-hari oleh
manusia untuk memenuhi kebutuhan bagi pemeliharaan, pertumbuhan,
aktifitas dan pengganti jaringan tubuh yang rusak. (Suhardjo, 1986).
Kacang-kacangan merupakan salah satu bahan pangan yang biasa
dikonsumsi, diantaranya yaitu kacang tanah, kacang hijau, kacang
merah, kacang kedelai, dll.
Kebutuhan kedelai di Indonesia setiap tahun meningkat seiring
dengan pertambahan penduduk dan perbaikan pendapatan per kapita.
(Dr. T. Adisarwanto, 2005). Hal ini didukung dengan produksi kacang
kedelai di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2008 ke tahun
2009. Dari data Badan Pusat Statistik yang menunjukkan bahwa pada
tahun 2008 produksi kacang kedelai sebanyak 775.710 ton dan
meningkat pada tahun 2009 sebanyak 974.512 ton. (BPS, 2008-2009)
Sejumlah penelitian intervensi telah dilakukan untuk produk kedelai
mengandung isoflavon. Isoflavon adalah senyawa polifenol yang dapat
memperlihatkan peranan seperti estrogen, sehingga seringkali disebut
sebagai fitoestrogen, yaitu senyawa yang mempunyai aktivitas estrogenik
tetapi berasal dari tanaman. Isoflavon juga mempunyai kemampuan
sebagai antioksidan. Kacang-kacangan, khususnya kedelai, merupakan
sumber utama isoflavon bagi manusia. (Deddy Muchtadi, 2010)
Penggunaan kedelai sebagai bahan makanan pada umumnya tidak
langsung dimasak, melainkan diolah terlebih dahulu, sesuai dengan
kegunaannya, misalnya dibuat tempe, tahu, kecap, tauco, bahkan diolah
secara modern menjadi minuman sari kedelai. (Aak, 1995)
Minuman sari kedelai merupakan salah satu produk kedelai yang
memiliki kelebihan, harganya relatif lebih murah dan bernilai gizi tinggi.
Adapun khasiat minuman sari kedelai untuk kesehatan yaitu diantaranya
untuk penderita lactose intolerance, menghambat menopause, mencegah
osteoporosis, mencegah penuaan dini, mengurangi kadar kolesterol
darah, mencegah aterosklerosis, hipertensi, penyakit jantung koroner dan
stroke. (Eddy Setyo, 2005)
Kandungan zat gizi minuman sari kedelai dalam 100 gram
mengandung energi 41 kkal, protein 3,5 g, lemak 2,5 g, karbohidrat 5 g,
kalsium 50 mg, fosfor 45 mg, zat besi 0,7 mg, karoten total 200 ug, tiamin
0,08 mg dan vitamin C 2 mg. (TKPI, 2008)
1
Akan tetapi sari kedelai memiliki aroma langu, aroma tersebut
timbul akibat aktivitas enzim lipoksigenase yang secara alami terdapat
pada kedelai. Terjadinya aroma langu muncul terutama pada proses
pembuatan minuman sari kedelai, yaitu setelah tercampurnya
lipoksigenase dengan lemak kedelai. Dari reaksi yang paling banyak
menghasilkan aroma langu adalah etilfenilketon. Perlakuan perendaman
dalam air, pelepasan kulit, pemanasan, pemberian gula, esence dapat
mengurangi aroma langu.
Berbagai usaha dalam mengurangi aroma langu dilakukan untuk
meningkatkan konsumsi minuman sari kedelai. Diantaranya dengan
penambahan flavor coklat bubuk, vanili, dan pandan.
Pemberian flavor tersebut dapat juga dengan menambahkan
ekstrak jahe, karena jahe mengandung minyak atsiri yang memberi
aroma khas jahe yang tajam sehingga dapat mengurangi aroma langu
pada minuman sari kedelai. Komponen utama minyak atsiri adalah
zingiberen dan zingiberol. Zingeberen adalah senyawa paling utama
dalam minyak jahe sementara zingiberol merupakan penyebab aroma
khas pada jahe. Kandungan gizi setiap 100 g jahe segar mengandung
energi 51 kkal, protein 1,5 gram, lemak 1 gram, karbohidrat 10,1 gram,
kalsium 21 mg, fosfor 39 mg, zat besi 1,6 mg, karoten total 9 ug, tiamin
0,02 mg, vitamin C 4 mg. (TKPI, 2008)
Di Indonesia produksi jahe (Zingiber Officinale Rosc) cukup tinggi,
pada tahun 1981 ekspor jahe bisa mencapai 5.856 ton dan setelah
berjalan beberapa tahun melonjak menjadi 31.002 ton. Sedangkan
berdasarkan data BPS produksi jahe pada tahun 2009 yaitu
122.181.084/kg. (BPS, 2009)
Sehingga jahe banyak dimanfaatkan seperti jahe kering, jahe
bubuk, asinan jahe, jahe dalam sirup, dan jahe kristal. (Farry, 1991).
Sedangkan komponen utama jahe dapat dijadikan sebagai penghilang
aroma langu pada campuran minuman sari kedelai yang belum pernah
dilakukan sehingga perlu dilakukan penelitian bagaimana pengaruh
penambahan ekstrak jahe terhadap mutu organoleptik dan tingkat
kesukaan minuman sari kedelai.
B. Rumusan Masalah
Apakah ada pengaruh penambahan ekstra jahe terhadap mutu
organoleptik dan tingkat kesukaan minuman sari kedelai ?
2
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh penambahan konsentrasi ekstrak jahe
terhadap mutu organoleptik dan tingkat kesukaan minuman sari
kedelai.
2. Tujuan Khusus
a) Mempelajari formula minuman sari kedelai dengan penambahan
konsentrasi ekstrak jahe
b) Mengidentifikasi pengaruh penambahan konsentrasi ekstrak jahe
terhadap rasa minuman sari kedelai.
c) Mengidentifikasi pengaruh penambahan konsentrasi ekstrak jahe
terhadap warna minuman sari kedelai.
d) Mengidentifikasi pengaruh penambahan konsentrasi ekstrak jahe
terhadap aroma minuman sari kedelai.
e) Mengidentifikasi pengaruh penambahan konsentrasi ekstrak jahe
terhadap tingkat kesukaan minuman sari kedelai.
f) Menganalisis produk minuman sari kedelai yang paling disukai
oleh panelis.
D. Hipotesa
Ada pengaruh penambahan konsentrasi ekstrak jahe terhadap mutu
organoleptik dan tingkat kesukaan minuman sari kedelai.
E. Manfaat Hasil
1. Penulis berharap bahwa ilmu yang didapat selama belajar di Politeknik
Kesehatan Jakarta II jurusan Gizi dapat mengaplikasikan ilmu
khususnya dibidang teknologi pangan.
2. Dapat menambah pengetahuan masyarakat dalam
penganekaragaman hasil olahan kedelai dan jahe.
3. Masyarakat dapat mengetahui bahwa kedelai dapat menjadi sari yang
bermanfaat untuk kesehatan dengan penambahan ekstrak jahe
sebagai penghilang aroma langu.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Kacang kedelai
Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah
dibudidayakan oleh manusia sejak 2500 SM. Pada awalnya, kedelai
dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja dan Soja
max. Namun demikian, pada tahun 1948 telah disepakati bahwa
botani yang dapat diterima dalam istilah ilmiah yaitu Glycine max (L)
Merill. (Dr. T. Adisarwanto, 2005)
Klasifikasi tanaman kedelai sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Cormobionta
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Subkelas : Archichlamydae
Ordo : Rosales
Subordo : Leguminosinae
Famili : Leguminosae
Subfamili : Papilionaceae
Tribe : Phaseoleae
Subtribe : Phaseolinae
Genus : Glycine
Subgenus : Glycine
Spesies : Glycine max (L) Merill.
Isoflavon Kedelai
Isoflavon adalah senyawa polifenol yang dapat memperlihatkan
peranan seperti estrogen, sehingga sering sekali disebut sebagai
fiotoestrogen, yaitu senyawa yang mempunyai aktivitas estrogenik
tetapi berasal dari tanaman. Isoflavon juga mempunyai kemampuan
sebagai antioksidan. Kacang-kacangan, khususnya kedelai,
merupakan sumber utama isoflavon bagi manusia. (Deddy Muchtadi,
2010)
4
Sejumlah penelitian intervensi telah dilakukan dengan
menggunakan produk kedelai mengandung isoflavon, terutama yang
berhubungan dengan penurunan kadar kolesterol dan penyakit
kardiovaskuler (Anderson et al, 1995 dalam buku Deddy Muchtadi,
2010). US-FDA (United States-Food & Drug Administration) telah
menyetujui kesehatan protein kedelai untuk mengurangi risiko
penyakit jantung, yang sebagian berdasarkan hasil studi meta analisis
yang dilakukan oleh Anderson et al (1995), bahwa bahan pangan
kaya akan fitoestrogen tersebut mempunyai sifat hipokoleserolemik.
Potensi pangan kedelai yang mengandung isoflavon,
nampaknya lebih cenderung pada pencegahan timbulnya penyakit
jantung dan bukan untuk pengobatan. Oleh karena itu, meskipun
jumlah yang dikonsumsi lebih rendah dari yang direkomendasikan (25
g protein kedelai per hari), nampaknya hal ini tetap berguna. (Deddy
Muchtadi, 2010)
Banyak penelitian telah dilakukan untuk mempelajari potensi
isoflavon kedelai dalam memberikan efek seperti hormon. Potensi
isoflavon kedelai dalam meringankan efek vasomotor pada wanita
menopause telah dibuktikan. Telah terbukti bahwa fitoestrogen tidak
dapat bersaing dengan estrogen replacement therapy standar dalam
hal efektifitas untuk meringankan gejala menopause. (Deddy
Muchtadi, 2010)
Kandungan isofavon produk olahan kedelai bervariasi dan
dipengaruhi bukan saja oleh jenis kedelai yang digunakan tetapi juga
oleh proses pengolahannya. Kemungkinan selama pengolahan
kedelai ada beberapa bagian isoflavon yang hilang (terbuang) atau
rusak akibat proses pemanasan. (Deddy Muchtadi, 2010)
Produk Olahan Kedelai
Telah sejak lama penduduk di negera-negara Asia
menggunakan kedelai sebagai bahan pangan. Jepang merupakan
negara konsumen kedelai terbesar, dalam bentuk produk-produk
olahan kedelai tradisional maupun kedelai yang telah diolah secara
modern. (Deddy Muchtadi, 2010)
Penggunaan kedelai sebagai bahan makanan pada umumnya
tidak langsung dimasak, melainkan diolah terlebih dahulu, sesuai
dengan kegunaannya, misalnya dibuat tempe, tahu, kecap, tauco,
bahkan diolah secara modern menjadi minuman sari kedelai. (Aak,
1995)
5
Penyebab Bau Langu
Bau dan rasa langu merupakan salah satu masalah dalam
pengolahan kedelai . Rasa langu yang tidak disukai ini dihasilkan oleh
adanya enzim lipoksidase pada kedelai. Hal ini terjadi karena enzim
lipoksidase menghidrolisis atau menguraikan lemak kedelai
menghasilkan senyawa penyebab bau langu, yang tergolong dalam
kelompok heksanal dan heksanol. Bau dan rasa langu terutama terjadi
jika kedelai digiling dengan air dingin. Sebaiknya kedelai digiling
dengan air mendidih, bau dan rasa langu kedelai akan hilang, karena
dalam suhu tinggi enzim lipoksigenase menjadi tidak aktif. (Sutrisno
Koswara, 1995)
Komposisi Zat Gizi Kacang Kedelai
Komposisi rata-rata kedelai menurut Tabel Komposisi Bahan
Makanan, dalam 100 g kedelai mengandung energi sebesar 381 kkal,
protein 40,4 g, lemak 16,7 g dan karbohidrat 24,9 g. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
TABEL 1
KOMPOSISI ZAT GIZI KACANG KEDELAI PER 100 g
Komposisi Jumlah
Kalori (kkal)
Protein (g)
Lemak (g)
Karbohidrat (g)
Kalsium (mg)
Fosfor (mg)
Besi (mg)
Karoten total (ug)
Tiamin (mg)
Air (g)
381
40,4
16,7
24,9
222
682
10
31
0,52
12,7
Sumber: Tabel Komposisi Pangan Indonesia, 2008.
Perkembangan Produksi Kedelai Indonesia
Di Indonesia, selama periode Pelita V peningkatan produksi
hanya mencapai rata-rata 6,55% per tahun, sedangkan kebutuhan
kedelai pada periode yang sama sudah mencapai 9,55% per tahun.
Kenaikan yang cukup tinggi karena kebutuhan kedelai ini seiring
dengan perkembangan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat
6
yang berminat pada makanan berprotein nabati. (Adisarwanto, T.
2002) Kedelai masih merupakan bahan pangan sumber protein nabati
yang paling murah sehingga tidak mengherankan bila total kebutuhan
kedelai untuk pangan mencapai 95% dari total kebutuhan kedelai di
Indonesia.
Kriteria Mutu Kacang Kedelai
Untuk memperoleh produk olahan kedelai yang bermutu baik,
biji kedelai yang diperdagangkan harus memenuhi dua persyaratan
yang telah ditetapkan oleh Departemen Perdagangan, yaitu
persyaratan umum dan persyaratan pokok.
a) Persyaratan umum
Persyaratan biji kedelai sebagai bahan baku pangan secara
umum sebagai berikut :
- Bebas dari sisa tanaman, baik berupa kulit polong, potongan
batang, ranting, batu, kerikil, tanah, atau biji-bijian yang lain.
- Biji kedelai tidak terdapat luka atau bebas serangan hama dan
penyakit.
- Biji tidak memar, rusak, atau keriput.
b) Syarat pokok
Ada tiga tingkatan mutu kedelai yang telah diklarifikasi, yaitu
mutu I, mutu II dan mutu III
TABEL 2
KRITERIA MUTU KEDELAI
Kriterian (% bobot) Mutu I Mutu II Mutu III
Kadar air maksimal 13 14 16
Kotoran maksimal 1 2 5
Butiran rusak 2 3 5
Butiran keriput 0 5 8
Butiran pecah 1 3 5
Butir warna lain 0 5 10
2. Minuman Sari Kedelai
Sari kedelai merupakan minuman sari kedelai dan kaya gizi
yang berasal dari Cina, kemudian tersebar ke Jepang dan negara Asia
lainnya, termasuk Indonesia. Minuman sari kedelai adalah produk
yang tampilannya seperti susu sapi, tetapi dibuat dari ekstrak kedelai.
Minuman sari kedelai diperoleh dengan cara penggilingan
kacang kedelai yang telah direndam dengan air. hasil penggilingan
7
kemudian disaring untuk memperoleh filtrat, yang kemudian didihkan
dan diberi flavor untuk meningkatkan rasanya. Minuman sari kedelai
merupakan salah satu produk kedelai yang memiliki kelebihan,
harganya relatif lebih murah, bernilai gizi tinggi, dan dapat diminum
dengan aman oleh mereka yang menderita lactose intolerance.
Hal yang sering dipermasalahkan dalam pembuatan minuman
sari kedelai adalah munculnya bau langu. Bau langu terbentuk dari
reaksi peroksida lemak yang terkandung dalam kedelai oleh enzim
lipoksigenase. Timbulnya bau langu pada minuman sari kedelai dapat
dikurangi antara lain dengan perlakuan perendaman dalam air,
pelepasan kulit, pemanasan, pemberian gula, dan esence.
Tahap Pembuatan Minuman Sari Kedelai
Tahap pertama yang harus dilakukan dalam pembuatan
minuman sari kedelai adalah perendaman kedelai dan pengupasan
kulitnya. Perendaman kedelai dimaksudkan agar memudahkan
pengupasan kulit.
Tahap kedua adalah penggilingan (penghancuran) kedelai dan
penyaringan. Kedelai dihancurkan dalam suatu blender dengan
menambahkan air. Hancuran tersebut disaring menggunakan kain
blacu, filtrat yang diperoleh adalah sari kedelai mentah.
Sari kedelai mentah selanjutnya dididihkan selama 5-10 menit
dan siap untuk dikonsumsi. Minuman sari kedelai dapat diberi
tambahan pemanis (gula) dan flavoring (misalnya coklat bubuk atau
vanila). (Muchtadi, Deddy, 2010)
Khasiat Minuman sari Kedelai
a. Untuk penderita lactose intolerance
Lactose intolerance diartikan sebagai kondisi seseorang yang
kandungan enzim laktosanya rendah sehingga tidak mampu
mencerna laktosa dari susu sapi dan mengakibatkan terjadinya
diare jika mengonsumsi susu sapi. Sebagai alternatif, minuman
sari kedelai dapat dijadikan pengganti susu sapi. Karena itu, anak
ataupun orang dewasa yang alergi terhadap susu sapi sangat
dianjurkan untuk mengonsumsi minuman sari kedelai.
b. Hambat menopause dan cegah osteoporosis
Kendati proses alami, tak sedikit kaum perempuan merasa takut
dan khawatir menghadapi masa menopause. Tidak jarang
mengalami osteoporosis (tulang keropos). Solusi yang bisa
8
dilakukan adalah terus mencari dan meneliti fitoestrogen atau
estrogen yang berasal dari tanaman. Salah satu fitoestrogen yang
telah diketahui dan terbukti efektif mengatasi sindroma menopause
adalah isoflavon. Sumber isoflavon yang paling baik dan paling
tinggi bersal dari kacang kedelai. Selain isoflavon, zat gizi pada
minuman sari kedelai yang dapat menghambat menopause adalah
vitamin E.
c. Mencegah terjadinya penuaan dini
Salah satu cara yang diyakini paling ampuh menangkal penuaan
dini adalah dengan mengandalkan antioksidan yang bersumber
dari makanan atau minuman. Minuman sari kedelai layak
dimasukan ke dalam daftra menu diet agar tetap awet muda.
Minuman sari kedelai mengandung berbagai zat dan senyawa
anti-aging (menghambat penuaan dini). Minuman sari kedelai
mengandung senyawa antioksidan, yakni vitamin B, vitamin E,
selenium, isoflavon, lesitin dan asam amino triptopan.
d. Mengurangi kadar kolesterol darah
Minuman sari kedelai mampu menghalau kolesterol jahat (LDL)
karena mengandung lesitin yang bersifat melarutkan kolesterol
dalam darah. Lesitin merupakan penyusun alami pada tanaman
dan hewan. Pada tanaman, sumber lesitin yang paling baik dan
jumlahnyaz banyak terdapat pada kacang kedelai beserta produk
olahannya.
e. Mencegah aterosklerosis, hipertensi, penyakit jantung koroner dan
stroke.
Selain leseitin dan isoflavon, zat gizi dalam minuman sari kedelai
yang dapat membantu mencegah penyakit jantung koroner dan
stroke adalah vitamin E. Kandungan asam folat dan vitamin B6
dalam minuman sari kedelai dapat mencegah penyakit jantung
koroner. Minuman sari kedelai mengandung mineral magnesium
yang mampu mengatur tekanan darah seseorang.
(Eddy Setyo, 2005)
9
Persyaratan Mutu Minuman Sari Kedelai
Persyaratan mutu untuk minuman sari kedelai di luar negeri
memang belum ada, tetapi di Indonesia telah ditentukan standart mutu
minuman sari kedelai.
TABEL 3
SYARAT MUTU MINUMAN SARI KEDELAI
(SNI. 01-3830-1995)
No. Kriteria Uji Satuan Persyaratan
1. Keadaan
1.1 Bau - Normal
1.2 Rasa - Normal
1.3 Warna - Normal
2. pH - 6,6 – 7,0
3. Protein % b/b min 1,0
4. Lemak % b/b min 0,30
Komposisi Zat Gizi Minuman Sari Kedelai
Komposisi minuman sari kedelai menurut Tabel Komposisi
Bahan Makanan, dalam 100 g jahe mengandung energi sebesar 41
kkal, protein 30,5 g, lemak 2,5 g dan karbohidrat 5 g. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
TABEL 4
KOMPOSISI ZAT GIZI MINUMAN SARI KEDELAI PER 100 g
Komposisi Jumlah
Kalori (kkal)
Protein (g)
Lemak (g)
Karbohidrat (g)
Kalsium (mg)
Fosfor (mg)
Zat Besi (mg)
Karoten total (ug)
Tiamin (mg)
Vitamin C (mg)
41
3,5
2,5
5
50
45
0,7
200
0,08
2
Sumber: Tabel Komposisi Pangan Indonesia, 2008
3. Jahe (Zingiber officanale)
Tanaman jahe (zingiber) termasuk famili Zingiberaceae (temu-
temuan). Jahe tergolong sebagai tanaman tahunan, berbatang semu,
berdiri tegak, dan tingginya berkisar 30 cm. Batangnya berwarna hijau,
10
pangkal batang berwarna putih sampai kemerah-merahan, dan
berbentuk silindris. Rimpang jahe (akar tongkang) tumbuh mendatar
dekat permukaan tanah dan bercabang. (Haryoto, 1998)
Dalam klasifikasi atau sistematika kerajaan tumbuhan, posisi
jahe sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberales
Genus : Zingiber
Spesies : Zingiber officinale
Rimpang jahe digunakan untuk bumbu masak, pemberi aroma,
dan rasa pada makanan dan berbagai jenis makanan. Selain itu, jahe
juga dapat digunakan pada industri obat.(Harmono. 2005)
Kandungan dan Kegunaan
Jahe mengandung komponen minyak menguap (volatile oil),
minyak tak menguap (non volatile oil). Minyak menguap yang biasa
disebut minyak atsiri merupakan komponen pemberi bau yang khas,
sedangkan minyak tak menguap yang biasa disebut oleoresin
merupakan komponen pemberi rasa pedas dan pahit. Komponen yang
terdapat pada oleoresin merupakan gambaran utuh dari kandungan
jahe, yaitu minyak atsiri dan fixed oil yang terdiri dari zingerol, shogaol,
dan resin.
1. Kandungan
a. Oleoresin
Oleoresin adalah salah satu senyawa yang dikandung
jahe yang bisa diambil. Oleoresin inilah penyebab rasa pedas
dan pahit. Selain itu jenis jahe juga menentukan kandungan
oleoresin. Jahe yang rasa pedasnya tinggi, seperti jenis emprit,
kandungan oleoresinnya tinggi. Sedangkan jenis badak rasa
pedasnya kurang, kandungan oleoresinnya pun sedikit.
Komponen dalam oleoresin adalah zingerol, zingerone, shogoal,
resin, dan minyak atsiri. Ekstraksi zingerol yang menyebabkan
rasa pedas, dalam bentuk murni, sulit dilakukan karena
senyawa itu mudah bereaksi dengan pelarut.
b. Minyak atsiri
11
Minyak atsiri biasa disebut minyak eteris, minyak
menguap/terbang atau essential oil. Minyak atsiri merupakan
salah satu dari dua komponen utama minyak jahe. Minyak atsiri
itu sendiri terdapat pada rimpang jahe segar dan jahe kering.
Jahe kering mengandung minyak atsiri sebanyak 1–3%,
sedangkan jahe segar kandungan minyak atsirinya lebih banyak
dari jahe kering. Minyak atsiri merupakan pemberi aroma khas
pada jahe. Komponen utama minyak jahe adalah zingeberen
dan zingiberol. Zingiberen adalah senyawa paling utama dalam
minyak jahe, sedangkan zingiberol menyebabkan aroma khas
pada minyak jahe.
2. Kegunaan
Jahe segar dan jahe kering banyak digunakan sebagai
bumbu masak atau pemberi aroma pada makanan kecil dan
sebagainya. Jahe muda diolah menjadi jahe awet yang berupa
jahe asin, jahe dalam sirup, atau jahe kristal. Jahe tuapun bisa
diawetkan sebagai jahe kering dan jahe bubuk.
Jenis-jenis jahe
Tanaman jahe memiliki sekitar 80 jenis. Namun, secara garis
besar tanaman jahe dibedakan menjadi tiga klon, yaitu jahe merah,
jahe putih besar, dan jahe putih kecil.
a) Jahe merah
Jahe merah memiliki rimpang kecil berwarna merah sampai
jingga muda dan berserat kasar, aromanya tajam dan rasanya
sangat pedas. Kandungan minyak atsirinya lebih tinggi
dibandingkan dengan kedua klon jahe lainny, yakni 2,58% -
2,72% dihitung atas dasar berat kering.
b) Jahe putih besar
Jahe putih besar memiliki rimpang yang besar, berwarna kuning
atau kuning muda, seratnya sedikit dan lembut. Aromanya kurang
tajam dan rasanya kurang pedas, kandungan minyak atsirinya
0,82% - 1,68% dihitung atas dasar berat kering.
c) Jahe putih kecil
Rimpang jahe putih besar lebih besar daripada jahe merah, tetapi
lebih kecil dibandingkan dengan jahe putih besar. Rimpangnya
12
berwarna putih, bentuknya agak pipih, seratnya lembut, dan
aromanya tidak tajam. Kandungan minyak atsirinya 1,5% - 3,3%
dari berat kering.
Komposisi Zat Gizi Jahe
Komposisi jahe menurut Tabel Komposisi Bahan Makanan,
dalam 100 g jahe mengandung energi sebesar 51 kkal, protein 1,5 g,
lemak 1 g dan karbohidrat 10,1 g. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel berikut ini :
TABEL 5
KOMPOSISI ZAT GIZI JAHE PER 100 g
Komposisi Jumlah
Kalori (kkal)
Protein (g)
Lemak (g)
Karbohidrat (g)
Kalsium (mg)
Fosfor (mg)
Zat Besi (mg)
Karoten total (ug)
Tiamin (mg)
Vitamin C (mg)
51
1,5
1
10,1
21
39
1,6
9
0,02
4
Sumber: Tabel Komposisi Pangan Indonesia, 2008
4. Uji organoleptik
Penilaian dengan indera yang juga disebut penilaian
organoleptik. Penilaian dengan indera banyak digunakan untuk menilai
mutu komoditi hasil pertanian dan makanan. Penilaian cara ini banyak
disenangi karena dapat dilaksanakan dengan cepat dan langsung
serta dapat memberi hasil penilaian yang sangat teliti dengan berbagai
macam cara. Metode pengujian ini bersifat subyektif karena kepekaan
indera yang berbeda dari setiap orang. Dengan adanya kepekaan
yang berbeda inilah, maka sering terjadi penilaian yang berbeda untuk
produk yang sama.
Untuk melakukan penilaian organoleptik diperlukan panel yang
bertindak sebagai instrumen yang terdiri dari sekelompok orang yang
disebut panelis yang bertugas menilai sifat atau mutu bahan
berdasarkan kesan subyektif.
Dalam memilih panelis ada beberapa faktor yang harus
diperhatikan, yaitu :
13
a. Orang yang akan dijadikan panelis harus punya perhatian terhadap
pekerjaan penilaian organoleptik.
b. Bersedia dan mempunyai waktu untuk melakukan penilaian
organoleptik.
c. Memiliki sensitifitas yang diperlukan dalam penilaian organolpetik,
seperti tidak buta warna, dalam kondisi sehat dan tidak dalam
pengaruh minuman keras atau obat.
d. Tidak dalam kondisi kenyang atau lapar.
e. Tidak terlibat dalam pembuatan sampel produk, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
f. Tidak phobia seperti tertekan, frustasi, sedih, dan gembira
berlebihan, atau terburu.
Berdasarkan tingkat sensitifitas dan tujuan dari setiap
pengujian. Ada 6 macam panel yang biasa digunakan dalam penilaian
organoleptik yaitu sebagai berikut :
a. Panel pencicip perorangan, disebut juga pencicip tradisional yang
mempunyai kepekaan yang sangat tinggi. Tingkat kepekaan ini
diperoleh dari pembawaan lahir serta pengalaman dan latihan
yang lama.
b. Panel pencicip terbatas, terdiri dari 3-5 orang penilai yang
mempunyai kepekaan tinggi. Biasanya panel ini dari personal
laboratorium yang sudah mempunyai pengalaman luas.
c. Panel terlatih, terdiri dari 15-25 orang dari karyawan atau pegawai.
Untuk menjadi panel ini perlu diseleksi dan yang terpilih kemudian
dilatih.
d. Panel tidak terlatih, umumnya untuk menguji kesukaan (preference
test). Panel tidak terlatih diambil dari luar dan anggotanya tidak
tetap.
e. Panel agak terlatih, sekelompok mahasiswa atau staf peneliti yang
dijadikan panelis secara musiman atau hanya kadang-kadang
sebelumnya diberi penjelasan secukupnya.
f. Panel konsumen, terdiri dari 30-1000 orang yang biasanya mengenai
uji kesukaan (preference test) dan dilakukan sebelum pengujian pasar.
(Soekarto, soewarno T. 1985.)
5. Uji Daya Terima (Acceptance Test)
a. Uji Kesukaan (Hedonik)
14
Dalam uji hedonik panelis dimintai tanggapan pribadinya
tentang kesukaan atau sebaliknya ketidaksukaan. Selain itu dalam
uji ini, tanggapan mengenai suka atau tidak suka dinyatakan
dalam skala hedonik seperti : amat sangat suka, sangat suka,
suka, agak suka. Sebaliknya jika tanggapan itu tidak suka
dinyatakan dalam skala hedonik seperti : amat sangat tidak suka,
sangat tidak suka, tidak suka, agak tidak suka. Dalam
penganalisisan skala hedonik ini dapat diubah menjadi skala
numerik dengan angka menaik menurut tingkat kesukaan.
b. Uji Mutu Hedonik
Uji mutu hedonik berbeda dengan uji kesukaan, uji mutu
hedonik tidak menyatakan suka atau tidak suka melainkan
menyatakan kesan tentang baik atau buruk. Kesan baik atau buruk
ini disebut dengan kesan mutu hedonik. Mutu hedonik dapat
bersifat umum yaitu baik atau buruk dan bersifat spesifik seperti
empuk-keras untuk daging, pulen-keras untuk nasi, renyah-lembek
untuk mentimun. Skala kesukaan pada uji mutu hedonik sesuai
dengan tingkat mutu hedonik. Data penilaian dapat diubah menjadi
skala numerik untuk menganalisisa.
15
B. Kerangka Konsep
= Variabel yang diuji
= Variabel yang tidak diuji
C. Definisi Operasional
1. Minuman Sari Kedelai Ekstrak Jahe
Adalah produk minuman sari kedelai yang dibuat dengan cara
mengkombinasikan sari kedelai dan ekstrak jahe dengan beberapa
penambahan konsentrasi ekstrak jahe.
Skala : nominal
2. Konsentrasi Ekstrak Jahe
Adalah banyaknya ekstrak jahe yang ditambahkan dalam pembuatan
sari kedelai dari banyaknya filtrat sari kedelai yang digunakan. Cara
pengukurannya yaitu mengukur banyaknya beberapa konsentrasi (0%,
5%, 10%, 15%) ekstrak jahe dengan menggunakan gelas ukur.
Skala : interval
3. Mutu Organoleptik
16
Tingkat kesukaan
Mutu Organoleptik- Warna- Aroma- Rasa- Konsistensi
Sari kedelai ekstrak
jahe
Pengolahan
Gula pasir
Konsentrasi ekstrak jahe
Bahan utama:Kacang kedelai
Adalah suatu penilaian terhadap produk minuman sari kedelai yang
dilakukan oleh panelis yang meliputi rasa, warna, aroma, dan
konsistensi dari minuman sari kedelai.
Skala : ordinal
4. Warna
Adalah penilaian dengan indera penglihatan atau mata yang dilakukan
oleh panelis terhadap minuman sari kedelai melalui uji organoleptik
dengan gradasi warna: putih, putih kekuningan, putih kehijauan dan
coklat.
Skala : ordinal
5. Aroma
Adalah penilaian dengan indera penciuman atau hidung yang
dilakukan oleh panelis terhadap minuman sari kedelai melalui uji
organoleptik dengan gradasi aroma: tidak langu, agak langu, langu
dan sangat langu.
Skala : ordinal
6. Rasa
Adalah penilaian dengan indera pengecap atau lidah yang dilakukan
oleh panelis terhadap minuman sari kedelai yang tidak ditambahkan
ekstrak jahe melalui mutu organoleptik dengan gradasi rasa: tidak
terasa pedas, agak berasa pedas, terasa pedas dan sangat terasa
pedas.
Skala : ordinal
7. Konsistensi
Adalah penilaian mutu fisik dari produk minuman sari kedelai yang
dinilai dengan uji organoleptik dengan hasil kental, agak kental, encer
dan sangat encer.
Skala : ordinal
8. Tingkat Kesukaan
Adalah penilaian terhadap minuman sari kedelai yang dilakukan oleh
panelis terhadap rasa, warna, aroma yang berhubungan dengan
tingkat kesukaan dinyatakan secara tertulis dengan mengisi form uji
organoleptik dan tingkat kesukaan minuman sari kedelai yang telah
disediakan dengan kriteria sangat suka, suka, agak suka dan tidak
suka.
17
Skala : ordinal
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini dilakukan untuk mengetahui mutu
organoleptik (rasa, warna, aroma) dan tingkat kesukaan minuman sari
kedelai dengan penambahan ekstrak jahe. Penelitian ini dilakukan di
laboratorium ITP (Ilmu Teknologi Pangan) dan laboratorium uji cita rasa
Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II bulan Juni 2011.
B. Cara Penelitian
Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap yaitu:
1. Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan dilakukan sebelum melakukan penelitian
utama, tujuannya untuk mengetahui penambahan konsentrasi ekstrak
jahe yang sesuai dalam pembuatan minuman sari kedelai.
2. Penelitian Utama
Penelitian utama dilakukan berdasarkan konsentrasi yang telah
ditentukan pada penelitian pendahuluan maka dilanjutkan dengan
penelitian utama. Kemudian dilakukan uji organoleptik meliputi rasa,
warna, aroma, konsistensi dan tingkat kesukaan minuman sari kedelai.
C. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat eksperimental, yaitu membuat minuman sari
kedelai dengan menambahkan beberapa konsentrasi ekstrak jahe,
kemudian dilakukan penelitian mutu organoleptik yang terdiri dari rasa,
warna, aroma, konsistensi dan tingkat kesukaan.
D. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yaitu satu perlakuan dengan empat konsentrasi yang
berbeda (0%, 5%, 10%, 15%) dengan tiga replikasi sehingga
didapat 12 unit percobaan dari sampel yang diujikan hasil dari
penelitian N = t x r
Keterangan : N = jumlah unit percobaan
18
t = treatment
r = replikasi
dimana t = 4
r = 3
sehingga N = 4 x 3
= 12 unit percobaan
pendahuluan.
Untuk menentukan jumlah unit percobaan digunakan rumus:
kode sampel yang digunakan dibuat secara random untuk masing-
masing perlakuan, yaitu :
T1 T2 T3 T4
398 778 148 998
755 492 872 234
453 833 213 552
Nomor unit percobaan
1) 148 4) 398 7) 552 10) 833
2) 213 5) 453 8) 755 11) 872
3) 234 6) 492 9) 778 12) 998
E. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan dalam pembuatan minuman sari kedelai
adalah alat-alat yang terdapat di laboratorium ITP (Ilmu Teknologi
Pangan) Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II.
Diantaranya: waskom, panci, gelas, sendok kayu, sendok stainless
stell, gelas ukur, blender, kain kasa, kompor, termometer, timbangan
digital, dan triple bean balance.
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat minuman sari
kedelai adalah
a) Kacang kedelai adalah salah satu jenis kacang-kacangan
dengan nama botani Glycine max (L) Merill yang berwarna kulit
19
biji kuning, bentuk biji kedelai umumnya bulat lonjong yang
dibeli di pasar Mayestik.
b) Ekstrak jahe adalah jahe putih besar yang didapat dengan cara
jahe diparut kemudian diperas tanpa adanya penambahan air
untuk mendapatkan ekstrak yang dibeli di pasar Mayestik.
c) Gula pasir adalah pemanis alami yang ditambahkan dalam
pembuatan minuman sari kedelai dengan merk Gulaku yang
dibeli di supermarker Carefour Blok M.
F. Prosedur Penelitian
a) Prosedur Pembuatan Minuman Sari Kedelai
Cara pembuatan minuman sari kedelai, yaitu :
1. Kacang kedelai dipilih yang bermutu baik
2. Direndam + selama 8 jam
3. Kemudian dicuci dan direbus sebentar + 5 menit (waktu yang
dibutuhkan untuk merebus kacang kedelai dalam proses
pembuatan minuman sari kedelai) dari air mendidih (80oC)
temperatur yang ditentukan untuk memasak minuman sari kedelai
4. Blender kacang kedelai dengan air matang (kacang kedelai : air, 1 :
4)
5. Disaring dengan kain kasa
6. Tambahkan gula 10% (sebagai pemanis alami yang ditambahkan
ke dalam produk minuman sari kedelai) dari filtrat kacang kedelai
(diukur dengan refraktometer)
7. Pemasakan (80oC) temperatur yang ditentukan untuk memasak
minuman sari kedelai
8. Minuman sari kedelai
b) Prosedur Pembuatan Ekstrak Jahe
1. Pilih jahe yang masih baik kondisinya dan segar. Jahe dikatakan
dalam kondisi baik jika rimpang tidak lecet atau memar, dan
kulitnya tidak bercak atau berlendir.
2. Bersihkan jahe tersebut dengan air bersih, tiriskan.
3. Kemudian siapkan waskom plastik lalu parut jahe dengan
menggunakan parutan.
4. Setelah diparut tanpa penambahan air, jahe yang telah diparut
disaring. Setelah disaring didapatkan ekstrak jahe.
G. Data yang Dikumpulkan
20
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data tentang
cita rasa minuman sari kedelai yaitu yang diperoleh dari uji organoleptik
terhadap rasa, warna, aroma dan konsistensi minuman sari kedelai.
Selain itu data yang dikumpulkan adalah data tingkat kesukaan yang
diperoleh dari uji organoleptik terhadap tingkat kesukaan.
H. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui uji organoleptik oleh panelis
dengan formulir uji organoleptik. Hal ini dilakukan untuk mengetahui mutu
organoleptik dan tingkat kesukaan oleh panelis. Pengujian organoleptik
ini dilakukan oleh panelis yang berasal dari mahasiswa tingkat II dan III
Jurusan Gizi Jakarta II sebanyak 30 orang panelis memiliki kriteria
sebagai berikut :
1. Berminat untuk berpartisipasi dalam uji organoleptik
2. Bersedia dan memiliki waktu untuk menilai
3. Tidak dalam keadaan sakit
4. Tidak dalam keadaan lapar dan haus
5. Tidak buta warna
6. Memiliki kepekaan
Pengujian organoleptik, panelis diminta untuk menyatakan
penilaiannya terhadap minuman sari kedelai yang disediakan sebanyak
12 (dua belas) sampel yang sudah diberi tanda.
Semua sampel yang ada telah disesuaikan ke dalam formulir uji
organoleptik. Minuman sari kedelai yang akan disajikan telah disiapkan
dengan penambahan ekstrak jahe. Penilaian mutu organoleptik terhadap
rasa, warna, aroma dan konsistensi dengan kriteria sebagai berikut :
Rasa : (4) Tidak terasa pedas
(3) Agak terasa pedas
(2) Terasa pedas
(1) Sangat terasa pedas
Warna : (4) Putih
(3) Putih kekuningan
(2) Putih kehijauan
(1) Coklat
Aroma : (4) Tidak langu
(3) Agak langu
(2) Langu
(1) Sangat langu
21
Konsistensi : (4) kental
(3) agak Kental
(2) Encer
(1) Sangat encer
Tingkat Kesukaan : (4) Sangat suka
(3) Suka
(2) Agak suka
(1) Tidak suka
I. Pengolahan Data
Data hasil penelitian tersebut disusun dalam tabel-tabel persentase
kemudian untuk mengetahui apakah ada pengaruh penambahan flavor
ekstrak jahe terhadap mutu organoleptik dan tingkat kesukaan minuman
sari kedelai, diuji dengan menggunakan uji statistik non parametrik “uji
friedman” hasil kemudian dibandingkan dengan angka pada tabel X2
untuk uji Friedman.
Rumus :
X2 = 12
Nk ( k + 1)
Keterangan : X2 = Nilai Friedman
∑(Rj)2 = Jumlah nilai pangkat 2 dari seluruh perlakuan
N = Jumlah panelis
K = Jumlah perlakuan
Nilai X2 tabel dibandingkan dengan X2 hitung :
1. Jika X2 hitung lebih kecil dari X2 tabel maka Ho ditolak
2. Jika X2 hitung lebih besar dari X2 tabel maka Ho diterima
Hipotesa :
1. Ho = tidak ada pengaruh penambahan flavor ekstrak jahe terhadap
mutu organoleptik dan tingkat kesukaan minuman sari kedelai.
2. Ha = ada pengaruh penambahan flavor ekstrak jahe terhadap mutu
organoleptik dan tingkat kesukaan minuman sari kedelai.
Untuk mengetahui dua perlakuan bermakna atau tidak, maka
dilakukan uji perbandingan berganda Wayne W Daniel dengan α = 0,05,
menggunakan rumus :
22
(Rj)2 – 3 N ( k + 1)∑
Z = 1 - α
k (k+1)
Selanjutnya bandingkan Z hitung dengan Z tabel X2, jika Z koreksi lebih kecil
dari Z tabel, maka kesimpulannya adalah Ho diterima.
SKEMA PEMBUATAN MINUMAN SARI KEDELAI DENGAN
PENAMBAHAN EKSTRAK JAHE
Kacang Kedelai
Sortir
Perendaman (8 jam) Jahe
Perebusan + 5 menit dari air mendidih (80oC) Sortir
Blender Bersihkan jahe dan tiriska
(air matang : kacang kedelai, 4 : 1)
Parut Jahe menggunakan parutan
Penyaringan
Penyaringan
Penambahan gula
(10% dari filtrat kacang kedelai) Ekstrak Jahe (0%, 5%, 10%, 15%)
Pemasakan (80oC)
Uji organoleptik dan tingkat kesukaan
Sumber:
Koswara, Sutrisno. 1995. Teknologi Pengolahan Kedelai Menjadi Makanan Bermutu. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
23
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan dilakukan sebelum penelitian utama untuk
menentukan konsentrasi flavor yang sesuai untuk ditambahkan ke dalam
minuman sari kedelai. Flavor yang ditambahkan adalah ekstrak jahe yang
berasal dari jahe yang diparut kemudian diperas tanpa adanya
penambahan air untuk mendapatkan ekstrak.
Konsentrasi flavor ekstrak jahe yang mula-mula ditambahkan
adalah 10%, 20%, dan 30%. Dari penelitian pendahuluan dengan
menggunakan konsentrasi yang berbeda, dihasilkan produk minuman
sari kedelai yang sesuai dengan kriteria secara umum meliputi warna,
rasa, aroma, konsitensi dan tingkat kesukaan. Dan berdasarkan penilaian
didapat bahwa konsentrasi yang sesuai adalah 10%, karena bila
menggunakan konsentrasi 20% atau 30%, minuman sari kedelai terasa
pahit dan sangat terasa pedas.
Dari penelitian pendahuluan, terpilih persentase pengaruh
penambahan ekstrak jahe yang akan digunakan dalam penelitian utama
adalah 0%, 5%, 10% dan 15%. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh
penambahan ekstrak jahe dalam proses pembuatan minuman sari
kedelai dengan penambahan ekstrak jahe terhadap mutu organoleptik
dan tingkat kesukaan, maka dilakukan uji organoleptik dan tingkat
kesukaan pada penelitian utama.
B. Penelitian Utama
Penelitian utama merupakan penelitian lanjutan dari penelitian
pendahuluan dan merupakan penelitian inti untuk mengetahui mutu
organolpetik serta tingkat kesukaan minuman sari kedelai dengan
penambahan ekstrak jahe. Sesuai dengan hasil pendahuluan, maka
flavor yang ditambahkan adalah ekstrak jahe dengan konsentrasi 10%.
Penelitian utama ini dilakukan di laboratorium ITP (Ilmu Teknologi
Pangan) Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II. Pada
tanggal 14 Juni 2011, pukul 08.00 s.d 14.00 WIB berikut dengan uji
organoleptik. Berikut ini adalah tabel komposisi produk minuman sari
kedelai :
24
TABEL 6
KOMPOSISI MINUMAN SARI KEDELAI
DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK JAHE
Bahan T1 T2 T3 T4
Kacang
kedelai450 g 450 g 450 g 450 g
Air matang 1800 ml 1800 ml 1800 ml 1800 ml
Gula pasir 180 g 180 g 180 g 180 g
Ekstrak jahe - 90 ml 180 ml 270 ml
Keterangan :
T1 : Tanpa penambahan
T2 : Penambahan ekstrak jahe 5%
T3 : Penambahan ekstrak jahe 10%
T4 : Penambahan ekstrak jahe 15%
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian utama
akan dijabarkan di bawah ini :
1. Alat-alat :
Alat yang digunakan dalam pembuatan minuman sari kedelai
adalah alat-alat yang terdapat di laboratorium ITP (Ilmu Teknologi
Pangan) Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II.
Diantaranya: waskom, panci, gelas, sendok kayu, sendok stainless
stell, gelas ukur, blender, kain kasa, kompor, termometer, timbangan
digital, dan triple bean balance.
2. Bahan-bahan :
a) Kacang kedelai adalah salah satu jenis kacang-kacangan dengan
nama botani Glycine max (L) Merill yang berwarna kulit biji
kuning, bentuk biji kedelai umumnya bulat lonjong yang dibeli di
pasar Mayestik.
b) Ekstrak jahe adalah jahe putih besar yang didapat dengan cara
jahe diparut kemudian diperas tanpa adanya penambahan air
untuk mendapatkan ekstrak yang dibeli di pasar Mayestik.
c) Gula pasir adalah pemanis alami yang ditambahkan dalam
pembuatan minuman sari kedelai dengan merk Gulaku yang
dibeli di supermarker Carefour Blok M.
25
TABEL 7
GAMBARAN UMUM PRODUK MINUMAN SARI KEDELAI
Perlakuan Rasa Warna Aroma Konsistensi
T1 Tidak terasa
pedasPutih Tidak langu Encer
T2 Agak terasa
pedas
Putih
kekuninganTidak langu Encer
T3 Agak terasa
pedas
Putih
kehijauanTidak langu Encer
T4 Sangat terasa
pedas
Putih
kehijauanTidak langu Encer
Keterangan :
T1 : Tanpa penambahan
T2 : Penambahan ekstrak jahe 5%
T3 : Penambahan ekstrak jahe 10%
T4 : Penambahan ekstrak jahe 15%
C. Komposisi Zat Gizi Minuman Sari Kedelai dengan Penambahan
Ekstrak Jahe
Nilai gizi yang terkandung dalam minuman sari kedelai yang telah
ditambahkan ekstrak jahe dengan empat tingkatan konsentrasi yang
berbeda, yaitu 0%, 5%, 10% dan 15%, dihitung dengan menggunakan
TKPI (Tabel Komposisi Pangan Indonesia) dan menghasilkan kandungan
nilai gizi.
Nilai gizi minuman sari kedelai yang ditambahkan dengan ekstrak
jahe yang dihasilkan berbeda. Nilai gizi akan terlihat berbeda jika
dijadikan per resep dan per saji (200 ml) dari setiap perlakuan.
Komposisi zat gizi minuman sari kedelai per resep dan per saji
disajikan dalam tabel berikut ini :
26
TABEL 8
KANDUNGAN ZAT GIZI MINUMAN SARI KEDELAI
PER RESEP DAN PER SAJI
Bahan
T1 T2 T3
Per
Resep
(1750ml
)
Per Saji
(200ml)
Per
Resep
(1800ml)
Per
Saji
(200ml)
Per
Resep
(1870ml
)
Per
Saji
(200ml)
Energi (kkal) 893,7 102,1 939,6 104,4 985,5 105,4
Protein (g) 15,75 1,8 17,1 1,9 18,45 1,97
Lemak (g) 11,25 1,2 12,5 1,38 13,05 1,39
Karbohidrat
(g)191,7 21,9 200,79 22,3 209,88 22,4
Kalsium (mg) 225 25,7 243,9 27,1 262,8 28,1
Fosfor (mg) 202,5 23,1 237,6 26,4 272,7 29,1
Zat Besi (mg) 3,33 0,38 4,77 0,53 6,21 0,66
Karoten total
(ug)900 102,8 908,1 100,9 916,2 97,9
Tiamin (mg) 0,36 0,04 0,378 0,042 0,396 0,042
Vitamin C
(mg)9 1,02 12,6 1,4 16,2 1,7
Keterangan :
T1 : Tanpa penambahan T3 : Penambahan ekstrak jahe 10%
T2 : Penambahan ekstrak jahe 5%
Berdasarkan tabel 8, dapat diketahui bahwa nilai gizi yang
terkandung dalam minuman sari kedelai berbeda-beda pada setiap
tingkatan penambahannya. Jika dibandingkan dengan minuman sari
kedelai tanpa penambahan ekstrak jahe, nilai gizi minuman sari kedelai
dengan penambahan ekstrak jahe lebih tinggi, hal ini dikarenakan
semakin tinggi tingkatan konsentrasi penambahannya, maka semakin
tinggi pula nilai gizinya.
D. Uji Organoleptik
Uji organoleptik dilakukan pada tanggal yang sama dengan
penelitian utama yaitu 14 Juni 2011 pada pukul 14.30 WIB, di
laboratorium uji citarasa. Minuman sari kedelai disajikan menggunakan
gelas plastik bening dilengkapi dengan sendok plastik kecil. Uji
organoleptik ini melibatkan 31 orang panelis agak terlatih, yaitu
sekelompok mahasiswa atau staf peneliti yang dijadikan panelis secara
27
musiman atau hanya kadang-kadang sebelumnya diberi penjelasan
secukupnya. Untuk masing-masing panelis diberikan sendok plastik kecil
untuk mencicipi, air untuk membilas sendok, tissue untuk membersihkan
sendok, dan air mineral kemasan gelas plastik untuk menetralisir indera
pengecap setiap akan mencicipi sampel serta formulir uji organoleptik
untuk melakukan penelitian. Adapun hasil dari uji organoleptik akan
dijabarkan di bawah ini :
a. Warna
Warna adalah penilaian dengan indera penglihatan atau mata
yang dilakukan oleh panelis terhadap minuman sari kedelai melalui uji
organoleptik dengan gradasi warna: putih, putih kekuningan, putih
kehijauan dan coklat. Panelis melihat produk minuman sari kedelai
dengan masing-masing perlakuan lalu menentukan warnanya dalam
formulir uji organoleptik, hasil penilaian panelis adalah sebagai
berikut :
TABEL 9
HASIL PENILAIAN UJI ORGANOLEPTIK TERHADAP
WARNA MINUMAN SARI KEDELAI
WarnaT1 T2 T3 T4
n % n % n % n %
Putih 68 73,1 9 9,6 3 3,2 0 0
Putih kekuningan 20 21,5 52 55,9 36 38,7 13 13,9
Putih Kehijauan 5 5,3 32 34,4 54 58 78 83,8
Coklat 0 0 0 0 0 0 2 2,1
Total 93 100 93 100 93 100 93 100
Keterangan :
T1 : Tanpa penambahan
T2 : Penambahan ekstrak jahe 5%
T3 : Penambahan ekstrak jahe 10%
T4 : Penambahan ekstrak jahe 15%
Pada tabel 9, dapat dikatakan bahwa untuk perlakuan T1
kecenderungan panelis memilih warna putih sebesar 73,1%, untuk
perlakuan T2 memilih warna putih kekuningan sebesar 55,9%, untuk
perlakuan T3 dan T4 memilih warna putih kehijauan untuk masing-
masing perlakuan T3 sebesar 58% dan T4 sebesar 83,3%.
Dapat dilihat bahwa semakin tinggi jumlah penambahan ekstrak
jahe, maka semakin putih kehijauan warna yang dihasilkan pada
28
minuman sari kedelai tersebut. Hal ini disebabkan warna pada kacang
kedelai sendiri yaitu kekuningan dan jahe yang digunakan yaitu jahe
putih besar yang berwarna kuning, sehingga saat mencampurkan
filtrat sari kedelai dengan penambahan konsentrasi jahe yang semakin
tinggi maka perpaduan warna yang dihasilkan menjadi putih kehijauan.
Berdasarkan analisis statistik Friedman yang dilakukan dengan
tingkat kepercayaan 95% menunjukan bahwa ada pengaruh
penambahan ekstrak jahe terhadap warna minuman sari kedelai (X2
hitung = 158,66 > dari X2 tabel = 19,675). Untuk mengetahui adanya
perbedaan bermakna antara dua perlakuan maka dilakukan uji
perbandingan Wayne W Daniel dengan α = 0,05, perlakuan paling
nyata yaitu antara T1 dengan T4 sebesar 195,7. Berdasarkan hal
tersebut, maka semakin banyak penambahan ekstrak jahe yang
ditambahkan ke dalam minuman sari kedelai dapat mempengaruhi
warna dari minuman sari kedelai tersebut.
b. Aroma
Aroma adalah penilaian dengan indera penciuman atau hidung
yang dilakukan oleh panelis terhadap minuman sari kedelai melalui uji
organoleptik dengan gradasi aroma: tidak langu, agak langu, langu
dan sangat langu. Kemudian panelis diminta mengisi formulir uji
organoleptik yang sesuai dengan penilaiannya, hasil penilaian panelis
terhadap aroma adalah sebagai berikut :
TABEL 10
HASIL PENILAIAN UJI ORGANOLEPTIK TERHADAP
AROMA MINUMAN SARI KEDELAI
AromaT1 T2 T3 T4
n % n % n % n %
Tidak langu 44 47,3 66 70,9 59 63,4 75 80,6
Agak langu 36 38,7 25 26,8 30 32,2 13 13,9
Langu 13 13,9 2 2,1 2 2,1 5 5,3
sangat langu 0 0 0 0 2 2,1 0 0
Total 93 100 93 100 93 100 93 100
Keterangan :
T1 : Tanpa penambahan
T2 : Penambahan ekstrak jahe 5%
T3 : Penambahan ekstrak jahe 10%
T4 : Penambahan ekstrak jahe 15%
29
Berdasarkan analisis statistik Friedman yang dilakukan dengan
tingkat kepercayaan 95% menunjukan bahwa ada pengaruh
penambahan ekstrak jahe terhadap aroma minuman sari kedelai (X2
hitung = 20,58 > dari X2 tabel = 19,675). Untuk mengetahui adanya
perbedaan bermakna antara dua perlakuan maka dilakukan uji
perbandingan Wayne W Daniel dengan α = 0,05, perlakuan yang
paling nyata antara T1 dengan T4 sebesar 65. Berdasarkan hal
tersebut, maka semakin banyak penambahan ekstrak jahe yang
ditambahkan ke dalam minuman sari kedelai akan semakin tidak
beraroma langu di minuman sari kedelai tersebut.
Berdasarkan tabel 10, dapat dikatakan bahwa penilaian pada
masing-masing perlakuan kecenderungan panelis memilih aroma tidak
langu, untuk perlakuan T1 sebesar 47,3%, untuk perlakuan T2 sebesar
70,9%, untuk perlakuan T3 sebesar 63,4% dan untuk perlakuan T4
sebesar 80,6%.
Pada semua perlakuan yaitu T1, T2, T3, dan T4 semua panelis
menyatakan produk minuman sari kedelai tidak beraroma langu. Hal
ini disebabkan karena perlakuan perendaman dalam air, pelepasan
kulit, pemanasan, pemberian gula, dan esence, menurut Koswara
(1995), aroma langu dalam kacang-kacangan dapat berkurang.
Sedangkan dalam penambahan ekstrak jahe terdapat minyak atsiri
yang merupakan pemberi aroma khas pada jahe. Sehingga aroma
langu pada minuman sari kedelai dapat berkurang karena
penambahan ekstrak jahe tersebut.
c. Rasa
Rasa adalah penilaian dengan indera pengecap atau lidah yang
dilakukan oleh panelis terhadap minuman sari kedelai yang tidak
ditambahkan ekstrak jahe melalui mutu organoleptik dengan gradasi
rasa: tidak terasa pedas, agak berasa pedas, terasa pedas dan sangat
terasa pedas. Kemudian panelis diminta mengisi formulir uji
organoleptik yang sesuai dengan penilaiannya, hasil penilaian panelis
terhadap rasa adalah sebagai berikut :
30
TABEL 11
HASIL PENILAIAN UJI ORGANOLEPTIK TERHADAP
RASA MINUMAN SARI KEDELAI
RasaT1 T2 T3 T4
n % n % n % n %
Tidak terasa pedas 91 97,8 23 24,7 8 8,6 2 2,1
Agak terasa pedas 2 2,1 63 67,7 45 48,3 26 27,9
Terasa pedas 0 0 7 7,5 36 38,7 29 31,1
Sangat terasa pedas 0 0 0 0 4 4,3 36 38,7
Total 93 100 93 100 93 100 93 100
Keterangan :
T1 : Tanpa penambahan
T2 : Penambahan ekstrak jahe 5%
T3 : Penambahan ekstrak jahe 10%
T4 : Penambahan ekstrak jahe 15%
Untuk tabel 11, dapat terlihat bahwa penilaian untuk perlakuan
T1 kecenderungan panelis memilih rasa tidak berasa pedas sebesar
97,8%, untuk perlakuan T2 dan T3 memilih rasa agak terasa pedas
untuk masing-masing perlakuan sebesar T2 67,7% dan T3 48,3%,
untuk perlakuan T4 memilih rasa sangat terasa pedas sebesar 38,7%.
Rasa pedas yang ditimbulkan berasal dari jahe yang memiliki
kandungan oleoresin. Komponen dalam oleoresin adalah zingerol,
zingerone, shogoal, resin, dan minyak atsiri. Ekstraksi zingerol yang
menyebabkan timbulnya rasa pedas tersebut. (Haryoto. 1998).
Berdasarkan analisis statistik Friedman yang dilakukan dengan
tingkat kepercayaan 95% menunjukan bahwa ada pengaruh
penambahan ekstrak jahe terhadap rasa minuman sari kedelai (X2
hitung = 199,36 > dari X2 tabel = 19,675). Untuk mengetahui adanya
perbedaan antara dua perlakuan maka dilakukan uji perbandingan
Wayne W Daniel dengan α = 0,05, perlakuan paling nyata yaitu antara
T1 dengan T4 sebesar 221,1. Berdasarkan hal tersebut, maka
semakin banyak penambahan ekstrak jahe yang ditambahkan ke
dalam minuman sari kedelai dapat mempengaruhi rasa dari minuman
sari kedelai tersebut.
d. Konsistensi
31
Konsistensi adalah penilaian mutu fisik dari produk minuman
sari kedelai yang dinilai dengan uji organoleptik dengan hasil kental,
agak kental, encer dan sangat encer. Penilaian kekentalan dapat
dilakukan dengan cara mengaduk minuman sari kedelai dan
menuangkannya dengan menggunakan sendok yang tersedia. Hasil
penilaian panelis terhadap konsistensi minuman sari kedelai adalah
sebagai berikut :
TABEL 12
HASIL PENILAIAN UJI ORGANOLEPTIK TERHADAP
KONSISTENSI MINUMAN SARI KEDELAI
KonsistensiT1 T2 T3 T4
n % n % n % n %
Kental 3 3,2 1 1 0 0 1 1
Agak kental 31 33,3 15 16,1 17 18,2 11 11,8
Encer 52 55,9 66 70,9 64 68,8 64 68,8
Sangat encer 7 7,5 11 11,8 11 11,8 17 18,2
Total 93 100 93 100 93 100 93 100
Keterangan :
T1 : Tanpa penambahan
T2 : Penambahan ekstrak jahe 5%
T3 : Penambahan ekstrak jahe 10%
T4 : Penambahan ekstrak jahe 15%
Pada tabel 12, dapat dikatakan bahwa penilaian pada masing-
masing perlakuan kecenderungan panelis memilih konsistensi encer,
untuk perlakuan T1 sebesar 55,9%, untuk perlakuan T2 sebesar
70,9%, untuk perlakuan T3 sebesar 68,8% dan untuk perlakuan T4
sebesar 68,8%.
Untuk seluruh perlakuan, sebagian besar panelis menilai bahwa
minuman sari kedelai ekstrak jahe yang dihasilkan encer. Hal ini
disebabkan perbandingan pengenceran yang kurang tepat sehingga
menyebabkan konsistensi minuman sari kedelai ini menjadi encer.
Berdasarkan analisis statistik Friedman yang dilakukan dengan
tingkat kepercayaan 95% menunjukan bahwa tidak ada pengaruh
penambahan ekstrak jahe terhadap konsistensi minuman sari kedelai
(X2 hitung = 15,83 < dari X2 tabel = 19,675). Dapat disimpulkan bahwa
semakin besar konsentrasi penambahan ekstrak jahe ke dalam
minuman sari kedelai tidak mempengaruhi konsistensi minuman sari
kedelai.
32
e. Tingkat Kesukaan
Tingkat kesukaan merupakan nilai subjektif dari masing-masing
panelis terhadap produk minuman sari kedelai yang disajikan meliputi
warna, aroma, rasa, dan konsistensi. Berikut ini adalah hasil penilaian
panelis :
TABEL 13
HASIL PENILAIAN UJI ORGANOLEPTIK TERHADAP
TINGKAT KESUKAAN MINUMAN SARI KEDELAI
Tingkat KesukaanT1 T2 T3 T4
n % n % n % n %
Sangat suka 22 23,6 9 9,6 0 0 2 2,1
Suka 40 43 31 33,3 28 30,1 12 12,9
Agak suka 19 20,4 41 44 36 38,7 33 35,4
Tidak suka 12 12,9 12 12,9 29 31,1 46 49,4
Total 93 100 93 100 93 100 93 100
Keterangan :
T1 : Tanpa penambahan
T2 : Penambahan ekstrak jahe 5%
T3 : Penambahan ekstrak jahe 10%
T4 : Penambahan ekstrak jahe 15%
Berdasarkan tabel 13, dapat dikatakan bahwa penilaian pada
perlakuan T1 kecenderungan panelis menyatakan suka sebesar 43%,
untuk perlakuan T2 dan T3 panelis menyatakan agak suka untuk
masing-masing perlakuan T2 sebesar 44% dan T3 sebesar 38,7%.
Untuk perlakuan T4 panelis menyatakan tidak suka sebesar 49,4%.
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar
panelis menyukai minuman sari kedelai ekstrak jahe. Kriteria minuman
sari kedelai terbesar dari semua perlakuan menghasilkan tingkat
kesukaan sama yaitu agak menyukai karena dari semua bahan dan
teknik pembuatan minuman sari kedelai yang sama, hanya saja yang
berbeda pada jumlah penambahan ekstrak jahe ke dalam minuman
sari kedelai yang sesuai dengan konsentrasinya. Persentase penilaian
33
panelis terhadap tingkat kesukaan minuman sari kedelai ekstrak jahe
tertinggi terdapat pada perlakuan T2 sebesar 44%.
Berdasarkan analisis statistik Friedman yang dilakukan dengan
tingkat kepercayaan 95% menunjukan bahwa ada pengaruh
penambahan ekstrak jahe terhadap tingkat kesukaan minuman sari
kedelai (X2 hitung = 58,36 > dari X2 tabel = 19,675). Untuk mengetahui
adanya perbedaan antara dua perlakuan maka dilakukan uji
perbandingan Wayne W Daniel dengan α = 0,05, perlakuan paling
nyata yaitu antara T1 dengan T4 sebesar 110,5. Berdasarkan hal
tersebut, dapat disimpulkan semakin banyak penambahan ekstrak
jahe yang ditambahkan ke dalam minuman sari kedelai dapat
mempengaruhi tingkat kesukaan dari minuman sari kedelai tersebut.
E. Analisis Biaya
TABEL 14
RINCIAN BIAYA MINUMAN SARI KEDELAI DENGAN
PENAMBAHAN EKSTRAK JAHE PER RESEP DAN PER SAJI
Produk minuman sari kedelai ekstrak jahe bila dibandingkan dengan
produk minuman sari kedelai yang beredar di pasaran, minuman sari kedelai
ekstrak jahe ini masih memiliki kelebihan yang bisa diunggulkan. Minuman
sari kedelai yang beredar di pasaran dengan harga berkisar Rp 2.000 – 3.000
per 200 ml dibandingkan dengan produk minuman sari kedelai ekstrak jahe
dengan rincian pengeluaran biaya produksi sebesar Rp 1.003 per 200 ml,
memiliki nilai tambah yaitu aroma khas jahe yang dapat mengurangi bau
langu pada minuman sari kedelai tersebut.
34
Jenis bahanT1 T2
Jumlah Harga (Rp) Jumlah Harga (Rp)
Kacang kedelai 450 g 2.970 450 g 2.970
Air matang - 0 - 0
Gula pasir 180 g 2.160 180 g 2.160
Ekstrak jahe - 0 90 ml 3.900
Jumlah (Rp) 5.130 9.030
Per saji (200ml) 586,2 1.003
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Penambahan ekstrak jahe pada pembuatan minuman sari kedelai
adalah 0%, 5%, 10% dan 15%.
2. Ada pengaruh penambahan ekstrak jahe terhadap rasa minuman sari
kedelai.
3. Ada pengaruh penambahan ekstrak jahe terhadap warna minuman
sari kedelai.
4. Ada pengaruh penambahan ekstrak jahe terhadap aroma minuman
sari kedelai.
5. Tidak ada pengaruh penambahan ekstrak jahe terhadap konsistensi
minuman sari kedelai.
6. Ada pengaruh penambahan ekstrak jahe terhadap tingkat kesukaan
minuman sari kedelai.
7. Untuk tingkat kesukaan panelis persentase yang paling besar pada
perlakuan T2 yaitu dengan penambahan ekstrak jahe sebesar 44%
panelis menyatakan agak suka bila minuman sari kedelai
ditambahkan ekstrak jahe 5%.
B. Saran
1. Disarankan untuk melanjutkan penelitian ini melakukan penelitian
penentuan zat gizi makro dengan penentuan uji proksimat.
2. Disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut untuk membuat
produk minuman sari kedelai dalam bentuk serbuk, agar lebih praktis
dalam penyajian.
3. Agar dapat dilakukan peningkatan penganekaragaman produk lain
yang menggunakan bahan dasar kacang kedelai selain minuman sari
kedelai seperti membuat yoghurt kacang kedelai dengan
penambahan berbagai macam flavor.
35
DAFTAR PUSTAKA
Aak. 1995. Kedelai. Yogyakarta : Kanisius.
Adisarwanto, T. 2002. Meningkatkan Hasil Panen Kedelai Di Lahan Sawah,
Kering, Pasang Surut. Jakarta : Penebar Swadaya.
Adisarwanto, T. 2005. Kedelai. Jakarta : Penebar Swadaya.
Eddy Setyo Mudjajanto dan Fauzia R. Kusuma. Susu Kedelai Susu Nabati
yang Menyehatkan.
Harmono. 2005. Budidaya dan Peluang Bisnis Jahe. Jakarta : AgroMedia
Pustaka.
Harper, Laura J. 1986. Pangan, Gizi dan Pertanian. Jakarta : Universitas
Indonesia (UI-Press).
Haryoto. 1998. Sirup Jahe. Yogyakarta : Kanisius.
Kardinan, Agus. 2005. Budi Daya dan Pascapanen Tanaman Penghasil
Minyak Atsiri. Jakarta : AgroMedia Pustaka.
Mahmud K. Mien, MS dkk. 2008. Tabel Komposisi Bahan Makanan. Jakarta :
PT Gramedia Pustaka Utama.
Muchtadi, Deddy. 2010. Kedelai Komponen Untuk Kesehatan. Bandung :
Alfabeta.
Novijanti, Tri. 2007. Pengaruh Penambahan Ekstrak Jahe Merah (Zingeber
Officinale Rosc) Terhadap Mutu dan Organoleptik dan Daya Terima
Dodol yang ditambahkan Terong Ungu (Selanum Melongena).
Jakarta : Jurusan Gizi Poltekkes Jakarta II.
Koswara, Sutrisno. 1995. Teknologi Pengolahan Kedelai Menjadi Makanan
Bermutu. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
Paimin, Farry B. 2006. Budi Daya, Pengolahan, Perdagangan Jahe. Jakarta :
Penebar Swadaya.
36
Santoso, Hieronymus. 1993. Susu dan Yoghurt. Yogyakarta : Kanisius.
Siegel, Sidney. 1994. Statistik Nonparametrik untuk Ilmu-ilmu Sosial.
Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Sumarno. 1991. Kedelai dan Cara Budidayanya. C.V. Yasaguna.
Soekarto, Soewarno T. 1985. Penilaian Organoleptik untuk Industri Pangan
dan Hasil Pertanian. Jakarta : Bhratara Karya Aksara.
Soliah, Alvia. 2007. Organoleptik dan Daya Terima Susu Kacang Merah
(Phasedus Vulgaris L) dengan Penambahan Flavor Coklat, Stroberi
dan Pandan. Jakarta : Jurusan Gizi Poltekkes Jakarta II.
Somali, Lanita. 2006. Buku Pegangan Praktek Ilmu Teknologi Pangan.
Jakarta : Depkes RI Poltekkes Jakarta II Jurusan Gizi Jakarta.
37