55
IDENTIFIKASI RHODAMIN B DALAM MINUMAN SIRUP TIDAK BERMEREK YANG BEREDAR DI KOTA MAKASSAR SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS Oleh Sandy Tumari 10.005.AF

Karya Tulis Ilmiah

Embed Size (px)

Citation preview

IDENTIFIKASI RHODAMIN B DALAM MINUMAN SIRUP TIDAK BERMEREK YANG BEREDAR DI KOTA MAKASSAR SECARA

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

Oleh

Sandy Tumari

10.005.AF

AKADEMI FARMASI YAMASIMAKASSAR

2013

IDENTIFIKASI RHODAMIN B DALAM MINUMAN SIRUP TIDAK BERMEREK YANG BEREDAR DI KOTA MAKASSAR SECARA

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

Karya Tulis Ilmiah Diajukan Untuk Memenuhi SyaratDalam Menyelesaikan Tugas Akhir Program

Pendidikan Ahli Madya Farmasi

Oleh

Sandy Tumari

10.005.AF

AKADEMI FARMASI YAMASI

i

MAKASSAR2013

LEMBAR PENGESAHAN

KARYA TULIS ILMIAH

IDENTIFIKASI RHODAMIN B DALAM MINUMAN SIRUP TIDAK

BERMEREK YANG BEREDAR DI KOTA MAKASSAR SECARA

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

Menyetujui,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Ronny Horax, S.Si.,M.Sc Rusmin, S.Si., M.Si.,Apt

Mengetahui,

Direktur

Akademi Farmasi Yamasi Makassar

Rusmin, S.Si., M.Si.,Apt

ii

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI

Karya Tulis Ilmiah ini telah diuji dan di pertahankan didepan tim penguji ujian

karya tulis ilmiah Akademi Farmasi Yamasi Makassar untuk memperoleh

gelar Ahli Madya Farmasi (Amd. Farm)

Pada Tanggal 24 Agustus 2013

TIM PENGUJI

1. Dr. Ronny Horax, S.Si., M.Sc : (……………………)

2. Rusmin, S.Si., M.Si., Apt : (……………………)

3. Yusriani, S.Si., M.Kes., Apt : (……………………)

MengetahuiDirektur

Akademi Farmasi Yamasi Makassar

R usmin Rivai., S.Si.M.Si.,Apt

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

penyertaan dan perlindungan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian dan karya tulis ilmiah ini sebagai salah satu persyaratan untuk

memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi di Akademi Farmasi YAMASI

Makassar.

Sungguh banyak kendala, hambatan, dan tantangan yang penulis

hadapi dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini sejak dari pemilihan judul,

pengerjaan penelitian hingga penyusunan laporan. Namun berkat dukungan

dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat melewati kendala-

kendala tersebut. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis

dengan tulus menghaturkan banyak terima kasih dan penghargaan yang

setinggi-tingginya kepada BapakDr. Ronny Horax, S.Si., M.Sc selaku

pembimbing pertama dan Bapak Rusmin, S.Si.,M.Si.,Aptselaku pembimbing

kedua, terima kasih yang sebesar-besarnya atas waktu, bimbingan, motivasi,

dan nasehatnya selama penulis menyusun sampai terselesainya karya tulis

ilmiah ini.

Pada kesempatan ini pula, penulis haturkan terima kasih yang tak

terhingga kepada :

iv

1. Bapak Rusmin, S.Si.,M.Si.,Apt, sebagai Direktur Akademi Farmasi

Yamasi Makassar yang telah memberikan kesempatan kepada

saya mengikuti pendidikan di Akademi Farmasi Yamasi Makassar.

2. Bapak Arief Azis, S.Si.,M.Kes.,Apt, sebagai Pembantu Direktur

bagian Kurikulum Pendidikan Akademi Farmasi Yamasi Makassar

3. Bapak dan Ibu dosen Akademi Farmasi Yamasi Makassar yang

telah membantu, dan memberikan motivasi dan saran selama

mengikuti pendidikan.

4. Staf tata usaha Akademi Farmasi Yamasi Makassar yang telah

banyak membantu mulai dari administrasi pendidikan sampai

penyelesaian tugas akhir.

5. Keluarga besar Yayasan Ma’bulo Sibatang

6. Kepala Laboratorium Kimia dan Kepala Laboratorium

Farmakognosi

7. Kak Tahir dan kak Ika yang telah meluangkan waktu untuk

membantu selama penelitian ini

8. Rekan-rekan mahasiswa(i) Akademi Farmasi Yamasi Makassar

angkatan 2010, atas segala bantuan, dorongan dan kerjasama

yang terjalin dalam suka dan duka selama menjalani pendidikan di

Akademi Farmasi Yamasi Makassar

v

9. Adik-adik mahasiswa(i) Akademi Farmasi Yamasi Makassar

angkatan 2011 dan angkatan 2012, atas bantuan dan

dukungannya dalam menyelesaikan karya tulis ini.

Rasa hormat dan terima kasih penulis hanturkan kepada Ayahanda

tercinta KamantonN. dan Ibunda terkasih KatrinaS. yang telah yang

membesarkan dengan penuh doa dan banyak berkorban demi keberhasilan

penulis, dan yang selalu memberikan nasehat-nasehat, materi, dan berjuta

kasih sayang yang tulus. Kepada saudara-saudaraku tersayang terima kasih

atas nasehat, dukungan, dan bantuannya baik materi maupun moril.

Akhir kata, semoga Tuhan Yesus selalu melimpahkan rahmat dan

memberkati kita semua. Semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi

pembaca dan dapat menambah wawasan dalam kefarmasian. Oleh karena

itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.

Makassar, Juni 2013

Penulis

vi

ABSTRAK

SANDY TUMARI, “IDENTIFIKASI RHODAMIN B DALAM MINUMAN

SIRUP TIDAK BERMEREK YANG BEREDAR DI KOTA MAKASSAR

SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS.”(dibimbing oleh : Ronny Horax

dan Rusmin Rivai)

Telah dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi rhodamin B dalam

minuman sirup tidak bermerek yang beredar di Makassar secara

kromatografi lapis tipis. Penilitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya

rhodamin B yang terkandung di dalam minuman tidak bermerek yang

dijual di pinggir jalan, terutama di sekitar sekolah.Penelitian ini

menggunakan tigasampel yang diperoleh dari beberapa pedagang yang

mengolah sendiri minuman sirup tersebut. Penelitian dilakukan dengan

membandingkan nilai Rf sampel dengan nilai Rf standar, setelah

penarikan pewarna dari sampel, sampel dielusi pada lempeng gel

menggunakan larutan NaCl 2% dalam methanol 50%. Hasil penelitian

yang diperoleh menunjukkan bahwa semua sampel minuman sirup tidak

bermerek tidak mempunyai nilai Rf yang sama dengan larutan standar.

Hal ini menunjukkan bahwa pada semua sampel minuman sirup tersebut

tidak ditemukan adanya pewarna Rhodamin B.

Kata kunci : Rhodamin B, Kromatografi Lapis Tipis, sampel sirup tidak

bermerek

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

LEMBAR PRASYARAT............................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... iii

KATA PENGANTAR .................................................................................. v

ABSTRAK .................................................................................................. viii

DAFTAR ISI ............................................................................................... ix

DAFTAR TABEL......................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................ 2

C. Tujuan Penelitian .................................................................. 2

D. Manfaat Penelitian ................................................................ 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Makanan dan Minuman Jajanan........................................... 4

B. Bahan Tambahan Makanan.................................................. 4

C. Zat Pewarna.......................................................................... 5

D. Kromatografi Untuk Identifikasi Pewarna............................... 11

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian..................................................................... 13

B. Waktu dan Tempat Penelitian.............................................. 13

C. Alat dan Bahan...................................................................... 13

D. Pengambilan Sampel............................................................ 13

E. Prosedur Kerja....................................................................... 14

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ..................................................................... 16

B. Pembahasan......................................................................... 17

viii

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................... 18

B. Saran .................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 19

LAMPIRAN

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Sifat – sifat bahan pewarna alami.................................................20

Tabel 2. Bahan pewarna sintesis yang diizinkan

untuk makanan di Indonesia.........................................................21

Tabel 3. Bahan pewarna sintesis yang dilarang

untuk makanan di Indonesia.........................................................22

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Sampel minuman sirup tidak bermerek..................................... 23

Gambar 2. Hasil penguapan pada Sampel minuman sirup tidak bermerek 23

Gambar 3. Penotolan Sampel pada lempeng............................................. 24

Gambar 4.Pengamatan sampel dibawah sinar UV 254 nm........................ 25

xi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Banyaknya kasus keracunan makanan yang terjadi dimasyarakat saat

ini mengidentifikasikan adanya kesalahan yang dilakukan masyarakat dalam

mengolah bahan makanan baik yang dikonsumsi maupun yang dijual.

Industri makanan dan minuman sebagai pelaku penyedia produk makanan

dan minuman seringkali melakukan tindakan yang tidak terpuji dan hanya

berorientasi mengejar keuntungan dalam menyediakan berbagai produk

makanan dan minuman. Hal itu diantaranya adalah menekan biaya produksi

dengan menyalahgunakan bahan berbahaya yang lebih murah untuk sebagai

bahan tambahan makanan (BTM) dalam pengolahan dan penyiapan

makanan untuk masyarakat diantaranya seperti kasus penggunaan berbagai

bahan pewarna non makanan yang seharusnya tidak layak dikonsumsi.

Minuman-minuman yang banyak dijual dipinggir jalan tanpa merek

dagang, umumnya ditambahkan zat pewarna untuk lebih menarik perhatian

pembeli terutama anak-anak usia sekolah. Penggunaan zat pewarna sudah

diatur dalam Permenkes RI No.722/MenKes/Per/IX/1988 tentang Bahan

Tambahan Makanan. Namun sebagian penjual makanan dan

minuman,sering menyalahgunakan bahan pewarna terutama bahan pewarna

yang dilarang ditambahkan pada minuman yang dijualnya. Salah satu

pewarna yang banyak disalahgunakan adalah rhodamin B, pewarna tekstil

1

yang tidak boleh digunakan untuk makanan dan minuman, oleh sebagian

penyedia produk makanan dan minuman yang menggunakannya sebagai

pewarna merah (Yuliarti, 2007). Padahal, penggunaan pewarna jenis ini

dilarang, karena bisa menimbulkan gangguan fungsi hati maupun kanker

Berdasarkan uraian di atas, maka telah dilakukan penelitian yaitu

identifikasi rhodamin B dalam minuman sirup tidak bermerek yang dijual

menggunakan gerobak di pinggir jalan secara kromatografi lapis tipis.

Dipilihnya penelitian ini karena kebanyakan penggemar dari minuman sirup

tersebut adalah anak-anak, apalagi minuman ini tersedia dalam kemasan

yang praktis dan harganya terjangkau oleh masyarakat luas.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang timbul

yaitu apakah terdapat rhodamin B dalam minuman sirup yang tidak bermerek

yang dijual menggunakan gerobak di pinggir jalan, terutama di sekitar

sekolah ?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahuiadanya rhodamin B yang terkandung didalam

minumansirup yang tidak bermerek yang dijual menggunakan gerobak di

pinggir jalan.

2

D. Manfaat penelitian

Untuk memberikan informasi tentang kemungkinan adanya rhodamin

B yang ditambahkan pada minuman yang tidak bermerek yang dijual

menggunakan gerobak di pinggir jalan.

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Makanan dan Minuman Jajanan

Makanan dan minuman merupakan bahan yang sangat dibutuhkan

oleh makhluk hidup yang berguna bagi kelangsungan hidupnya. Makanan

dan minuman yang kita butuhkan tidak hanya untuk pertumbuhan dan

perkembangan fisik saja, namun makanan dan minuman dapat pula

membahayakan kesehatan manusia, karena dapat berperan sebagai

perantara berbagai penyakit. Makanan yang kita konsumsi selain makanan

pokok ada juga makanan jajanan. Makanan dan minuman jajanan

merupakan makanan dan minuman yang diolah dan dijual oleh pedagang

kaki lima di jalanan dan ditempat-tempat yang keramaian umum lain yang

langsung dikonsumsi tanpa pengolahan dan persiapan lebih lanjut. Makanan

dan minuman jajanan ini memiliki bentuk, cita rasa yang berbeda dan warna

yang mencolok yang dapat menarik perhatian dan mempengaruhi anak-

anak.

B.Bahan Tambahan Makanan

Bahan tambahan makanan (BTM) atau bahan tambahan pangan

(BTP) adalah bahan atau campuran bahan yang biasanya tidak digunakan

sebagai bahan makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas

4

makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi yang umumnya

ditambahkan ke dalam makanan untuk maksud teknologi pada pembuatan,

pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan dan

penyimpanan (Cahyadi, 2009).Sejak pertengahan abad ke-20 ini, peranan

BTP menjadi semakin penting sejalan dengan kemajuan teknologi produksi

bahan tambahan pangan sintesis. Banyaknya BTP dalam bentuk lebih murni

dan tersedia secara komersil dengan harga yang relatif murah akan

mendorong meningkatnya pemakaian BTP yang berarti meningkatkan

konsumsi bahan tersebut bagi setiap individu (Cahyadi, 2009).

Berdasarkan Peraturan MenKes RI No.722/MenKes/Per/IX/1988, BTP

terdiri dari bahan tambahan yang diizinkan ditambahkan dan yang dilarang

digunakan dalam makanan. Tujuan penggunaan BTP adalah dapat

meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi, kualitas, atau penampilan

fisik pangan. Salah satu BTP yang dijual untuk mempengaruhi penampilan

fisik dari pangan terutama pangan siap saji adalah pewarna. Salah satu

pewarna yang banyak di pakai adalah warna merah.

C. ZAT PEWARNA

Zat pewarna adalah BTP yang ditambahkan sehingga dapat

memperbaiki atau memberi warna pada makanan. Penambahan pewarna

pada makanan dan minuman dimaksud untuk memperbaiki warna makanan

yang berubah atau memucat selama proses pengolahan atau memberi

5

warna pada makanan dan minuman yang tidak berwarna agar kelihatannya

lebih menarik.

1) Macam-Macam Zat Pewarna

Secara garis besar, berdasarkan sumbernya ada dua jenis zat pewarna

yang termasuk dalam golongan BTP yaitu :

1. Pewarna Alami

Pewarna alami merupakan warna yang diperoleh dari bahan

alami, baik nabati, hewani ataupun mineral. Secara kuantitas,

dibutuhkan zat pewarna alami yang lebih banyak daripada zat

pewarna sintesis untuk menghasilkan tingkat pewarnaan yang sama.

Zat pewarna alami juga menghasilkan karakteristik warna yang lebih

pudar dan kurang stabil bila dibandingkan dengan zat pewarna

sintesis.

Beberapa pewarna alami yang telah banyak dikenal masyarakat

misalnya adalah daun suji untuk membuat warna hijau, kunyit untuk

warna kuning, daun jati untuk warna merah, dan gula merah untuk

warna coklat. Zat pewarna alami ini lebih aman digunakan sebagai

pewarna makanan daripada zat pewarna sintetis. Pewarna alami yang

sering digunakan pada makanan adalah sebagi berikut :

6

a. Antosianin, pewarna ini memberikan pengaruh warna oranye,

merah, dan biru. Warna ini secara alami terdapat pada buah

anggur, strawberry, apel.

b. Karotenoid, dapat memberikan warna kuning, merah dan oranye.

c. Klorofil, zat warna hijau yang terdapat dalam daun, permukaan

batang tanaman, dan kulit buah-buahan.

d. Caramel, adalah cairan atau serbuk berwarna coklat gelap yang

diperoleh dari pemanasan karbohidrat secara terkontrol yaitu

dektrosa, laktosa.

e. Kurkumin, merupakan zat warna alami yang diperoleh dari

tanaman kunyit.

2. Pewarna Buatan (Sintesis)

Zat pewarna sintesis merupakan zat pewarna buatan manusia.

Karakteristik dari zat pewarna sintesis adalah warnanya lebih cerah, lebih

homogen dan memiliki variasi warna yang lebih banyak bila dibandingkan

dengan zat pewarna alami. Zat warna yang akan digunakan harus menjalani

pengujian dan prosedur penggunaannya, yang disebut proses sertifikasi.

Proses sertifikasi ini meliputi pengujian kimia, biokimia,toksikologi, dan

analisis media terhadap zat warna tersebut.

Proses pembuatan zat warna sintesis biasanya melalui perlakuan

pemberian asam sulfat atau asam nitrat yang sering kali terkontaminasi oleh

7

arsen atau logam berat lain yang bersifat racun. Secara lebih khusus,

pewarna sintetik masih dibagi menjadi dua macam yaitu dyes dan lakes.

Dyes adalah zat warna yang larut dalam air sehingga larutannya

menjadi berwarna dan dapat digunakan untuk mewarnai bahan, biasanya

diperjual-belikan dalam bentuk granula (butiran), cairan, campuran warna dan

pasta. Dyes umumnya disalahgunakan untuk mewarnai

minumanberkarbonat, minuman ringan, roti dan kue, produk-produk susu,

kulit sosis dan lain-lain. Zat warna ini stabil untuk berbagai macam

penggunaan dalam bahan pangan.

Sedangkan lakes adalah zat pewarna yang dibuat melalui proses

pengendapan dan absorpsi dari penyerapan dyes pada bahan dasar. Produk-

produk makanan yang kadar airnya terlalu rendah untuk dapat melarutkan

dyes biasanya menyalahgunakan lakes sebagai pewarna, misalnya

campuran adonan kue, cake dan donat. Dibandingkan dengan dyes, maka

lakes pada umumnya bersifat lebih stabil terhadap cahaya, kimia dan panas

sehingga harga lakes umumnya lebih mahal daripada harga dyes.

Dari berbagai jenis pewarna tekstil yang disalahgunakan sebagai

pewarna makanan dan minuman, yang paling banyak digunakan adalah

Rhodamin B dan Metanyl Yellow, padahal keduanya dapat mengakibatkan

ganguan kesehatan yang mungkin baru muncul bertahun-tahun setelah kita

mengonsumsinya.

3. Rhodamin B

8

Rhodamin B merupakan pewarna sintetis produksi Inggris yang

digunakan untuk pewarna dasar kertas, bulu domba dan sutra. Rhodamin B

adalah zat warna sintetik , kristal berwarna hijau atau ungu kemerahan,

sangat mudah larut dalam air, berfluoresensi bila terkena cahaya matahari.

Nama Kimia : N-[9-(2-Carboxyphenyl)-6-(Diethylamino)-3H-

Xanthen-3-(Ylindene)]-N-Ethylenthanaminium

Choride.

Nama Lain : Tetraethylrhodamine, D&C Red No.19, C.I. Basic

Violet10, C.145170

Rumus Molekul : C28H31C1N2O3

Berat Molekul : 479,02

Rumus Bangun :

9

Pemerian : Hablur hijau atau serbuk ungu kemerahan

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, menghasilkan larutan

merah kebiruan berfluoresensi kuat jika diencerkan,

sangat mudah larut dalam etanol, sukar larut dalam

asam encer dan dalam larutan alkali. Larutan dalam

asam kuat, membentuk senyawa dengan kompleks

antimon berwarna merah muda yang larut dalam

isopropil eter.

Kegunaan : Sebagai zat warna untuk kertas, tekstil dan sebagai

reagensia untuk antimon, bismuth, Kobalt, emas,

mangan dan merkuri (FI Edisi IV, 1995)

Pewarna ini sebenarnya adalah pewarna untuk kertas, tekstil, dan

reagensia untuk pengujian antimony, cobalt, dan bismut. Penggunaan

rhodamin B pada makanan minuman dalam waktu yang lama akan dapat

mengakibatkan gangguan fungsi hati maupun kanker. Namun demikian, bila

terpapar rhodamin B dalam jumlah besar maka dalam waktu singkat akan

terjadi gejala akut keracunan rhodamin B. Bila rhodamin B tersebut masuk

melalui makanan dan minuman maka akan mengakibatkan iritasi pada

saluran pencernaan dan mengakibatkan gejala keracunan dengan urin yang

berwarna merah ataupun merah muda. Jangankan lewat makanan,

10

menghirup rhodamin B dapat mengakibatkan gangguan kesehatan, yakni

terjadinya iritasi pada saluran pernafasan. Demikian pula apabila zat kimia ini

mengenai kulit maka kulit pun akan mengalami iritasi. Mata yang terkena

rhodamin B juga akan mengalami iritasi yang ditandai dengan mata

kemerahan dan timbunan cairan atau udem pada mata.

D. Kromatografi UntukIdentifikasi Pewarna

Kromatografi adalah metode pemisahan fisik suatu campuran zat-zat

kimia yang berdasar pada perbedaan migrasi dari masing-masing komponen

campuran yang terpisah dari fase diam dibawah pengaruh pergerakan fase

gerak.

a. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

KLT ialah metode pemisahan fisikokimia. Lapisan yang

memisahkan, yang terdiri dari bahan yang berbutir-butir (fase diam),

ditempatkan pada penyangga berupa plat gelas, logam, atau lapisan yang

cocok. Campuran yang dipisah, berupa larutan, ditotolkan berupa bercak

atau pita (awal). Setelah plat atau lapisan ditaruh di dalam bejana tertutup

rapat yang berisi larutan pengembang yang cocok (fase gerak),

pemisahan terjadi selama perambatan kapiler (pengembangan).

b. Deteksi Bercak

Untuk melihat senyawa berwarna pada lempeng, biasanya

digunakan metode sebagai berikut :

1. Melihat kromatogram di bawah sinar ultraviolet (254 atau 366 nm)

11

2. Menyemprot dengan pereaksi yang menghasilkan warna dan atau

berfluoresensi, metode yang sering digunakan adalah metode deteksi

dengan senyawa yang mempunyai aktifitas fisiologi tertentu.

c. Nilai Rf

Perbandingan kecepatan bergerak komponen terlarut pada fase

gerak (pelarut) adalah merupakan dasar untuk mengidentifikasi

komponen yang dipisahkan, perbandingan kecepatan ini dinyatakan

dengan Rf (Rate of Flow), dengan persamaan :

Beberapa faktor yang mempengaruhi nilai Rf adalah :

a. Ukuran partikel dari zat penyerap

b. Derajat keaktifan zat penyerap

c. Kemurnian pelarut

d. Kejenuhan chamber

12

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian survey lapangan dengan

identifikasi keberadaan pewarna sintetik (Rhodamin B) melalui

laboratorium.

B.Waktu Penelitian dan Tempat Penelitian

Pengujian identifikasi ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Akademi

Farmasi Yamasi Makassar pada bulan Juni 2013.

C. Alat dan Bahan

1. Alat-alat yang digunakan

a. Lampu UV 254nm

b. Lempeng silica gel

c. Benang wol untuk penyerap pewarna

2. Bahan yang digunakan

a. Eluen NaCl 2 % dalam methanol 50 %

b. Baku pembanding rhodamin B

D. Pengambilan Sampel

Sampel yang dianalisis adalah tiga minuman siruptidak bermerek yang

dijual menggunakan gerobak disekitar sekolah yang berbeda di Makassar.

13

E. Prosedur Kerja

Analisa Kualitatif

Identifikasi zat pewarna sintetis pada analisa kualitatif dilakukan

dengan metode kromatografilapis tipis.

Prinsip

Prinsip identifikasi adalah zat warna dalam contoh minuman diserap

oleh benang wool dalam suasana asam dengan pemanasan kemudian

dilanjutkan dengan pelarutan benang wol yang telah berwarna, lalu di KLT

dan dibandingkan antara nilai Rf sampel dengan nilai Rf standar.

1. Persiapan benang wol bebas lemak

Benang wol harus dibebaslemakkan dengan cara benang wol

dicuci3 kali dengan eter secukupnya.

2. Larutan Sampel

10 ml sampel dimasukkan kegelas piala 100 ml, kemudian

sampel diasamkan dengan menambahkan 10 ml asam asetat encer,

dan dicukupkan volumenya hingga 100 ml kemudian dimasukkan

benang wol bebaslemak, lalu dipanaskan diatas nyala api kecil selama

30 menit sambil diaduk. Benang wol dicuci dan dibilas dengan aqua

destilata. Pewarna yang terikat dilarutkan dari benang wol dengan

penambahan 25 ml ammonia 10 %, dilanjutkan dengan pemanasan

sampai warna dari benang luntur. Setelah benang wol yang sudah

14

luntur dikeluarkan, larutan diuapkan diatas waterbath sampai kering.

Sisa kering yang diperoleh lalu ditambahkan beberapa tetes methanol

untuk melarutkan kembali zat warna, untuk identifikasi secara KLT

3. Larutan Baku

Pewarna rhodamin B ditimbang seksama 10 mg, kemudian

dilarutkan dalam 10 ml HCl 0,1 N dan dicukupkan volumenya hingga

100 ml.

4. Uji Penegasan

Larutan sampel dan larutan rhodamin B tersebut ditotolkan

secara bersama pada lempeng kromatografi, kemudian dielusi dengan

eluen NaCl 2 % dalam methanol 50 %. Lempeng kromatografi

dibiarkan mengering, kemudian noda yang dihasilkan diamati di bawah

sinar UV 254 nm, lalu dibandingkan antara nilai Rf sampel dengan nilai

Rf standar dengan cara mengukur nilai Rf dari masing-masing noda

tersebut dan membagi jarak gerak zat terlarut oleh jarak gerak zat

pelarut.

15

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian pada minuman tidak bermerek mengenai

keberadaan rhodamin B yang secara kromatografi lapis tipis diperoleh hasil sebagai

berikut :

No Sampel Rf Noda Keterangan

1 Standar 0,4 Merah muda terang

2 A

0,8

0,88

0,52

Biru terang

Merah muda

Merah muda

-

-

-

3 B 0,76 Biru terang -

4 C 0,78 Biru terang -

Tabel 1. Hasil analisis kualitatif pewarna rhodamin B dalam minuman

sirup tidak bermerek yang beredar di sekitar sekolah-sekolah

Kota Makassar

Keterangan :

+ (positif) : terdapat rhodamin B

- (negative) : tidak terdapat rhodamin B

16

B. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi ada tidaknya bahan

pewarna rhodamin B dalam minuman sirup tidak bermerek yang beredar

di sekitar sekolah Kota Makassar. Keberadaan rhodamin B perlu diteliti

karena jenis pewarna ini merupakan pewarna tekstil yang bersifat

karsinogenik dan menyebabkan kerusakan hati, itulah sebabnya dalam

peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/MenKes/Per/IX/1988 menyatakan

bahwa zat pewarna rhodamin B merupakan salah satu bahan berbahaya

dan dilarang digunakan dalam makanan dan minuman karena dapat

membahayakan kesehatan.

Dari hasil penelitian menggunakan KLT menunjukkan noda

larutan standar memberikan warna merah muda terang dengan nilai Rf

0,42. Dari tiga sampel yang diteliti menunjukkan bahwa tiga sampel

minuman sirup tidak bermerek tersebut mempunyai bercak dan nilai Rf

yang berbeda antara sampel dan baku pembanding. Oleh karena itu dapat

disimpulkan bahwa semua sampel minuman sirup tak bermerek tidak

ditemukan rhodamin B.

17

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat

disimpulkan bahwa : semua sampel minuman sirup tidak bermerek

yang diteliti tidak mengandung pewarna rhodamin B.

B. Saran

Perlu dilakukan penelitian pada makanan dan minuman lain

yang memiliki warna yang mencolok.

18

DARTAR PUSTAKA

Cahyadi, W. 2009, Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan

Pangan, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta

Departemen Perindustrian RI. 1992. Cara Uji Pewarna Tambahan

Makanan. SNI 01-2895-1992. Jakarta.

Khomsan, A. 2003, Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan, Penerbit Raja

Grafindo Persada, Jakarta

Purba, R. 2009, Analisis Zat Pewarna Pada Minuman Sirup yang Dijual di

SD Kel. Lubuk Pakam III Kec. Lubuk Pakam, Fakultas Kesehatan

Masyarakat. Universitas Sumatera Utara.

Prasanti, S. 2008, Analisis Pewarna Rhodamin B Dalam Lipstik yang

Beredar Di Makassar, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan

Alam, Universitas Pancasakti Makassar.

Stahl, E. 1985, Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi,

Penerbit Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Watson, G. 2009, Analisis Farmasi, Penerbit Buku Kedokteran EGC,

Jakarta.

Yuliarti, N. 2007, Awas Bahaya di Balik Lezatnya Makanan, Penerbit Andi

Offset, Yogyakarta

19

LAMPIRAN

Tabel 1 Sifat – Sifat Bahan Pewarna Alami

Kelompok Warna SumberKelaruta

nStabilita

s

Karamel CokelatGula

dipanaskanAir Stabil

FlavonoidTanpa kuning

tanaman AirStabil

terhadap panas

Leucoantho sianin

Tidak berwarna

tanaman airStabil

terhadap panas

TianninTidak

berwarnatanaman air

Stabil terhadap

panas

BatalainKuning merah

tanaman airSensitif

terhadap panas

QuinonKuning –

hitam

Tanaman batreria lumut

airStabil

terhadap panas

Xanthon Kuning tanaman airStabil

terhadap panas

KaratenoidTanpa kuning merah

Tanaman / hewan

lipidiaStabil

terhadap panas

KlorofilHijau,

Cokelattanaman

Lipidia dan air

Sensitif terhadap

panas

HemeMerah, cokelat

hewan airSensitif

terhadap panas

20

Tabel 2. Bahan Pewarna Sintesis yang Diizinkan untuk Makanan di IndonesiaPewarna No Indeks

warna (C.I.No.)Batas Maksimum

PenggunaanAmaran

Biru berlian

Eritrosin

Hijau FCF

Hijau S

Indigotin

Ponceau 4R

KuningKuning Kuinelin

Kuning FCF

Riboflavina Tartrazine

Amaranth: CI Food Red 9Briliant blue FCF : CIFood red 2Eritrosin : CIFood red 14 fast Green FCF : CIFood Green 3Green S : CI. Food Green 4Indigotin : CI.FoodBlur IPonceau 4R : CIFood red 7Quineline yellowCI. Food yellow 13Sunset yellow FCF CI. Food yellow 3RiboflavinaTartrazine

16185

42090

45430

44090

73015

73015

16255

7400515980

-

19140

Secukupnya

Secukupnya

Secukupnya

Secukupnya

Secukupnya

Secukupnya

Secukupnya

SecukupnyaSecukupnya

Secukupnya

Sumber : Peraturan Menkes RI Nomor 722/Menkes/Per/IX/1988

21

Tabel 3. Bahan Pewarna Sintetis yang Dilarang untuk Makanan di IndonesiaBahan Pewarna Nomor Indeks

Warna (C.I.No.)Citrus red No.2Ponceau 3 RPonceau SXRhodamine BGuinea Green BMagentaChrysoidineButter YellowSudan IMethanil YellowAuramineOil Oranges SSOil Oranges XOOil Yellow ABOil Yellow OB

(Red G)(Food Red No. 1)(Food Red No. 5)(Acid Green No. 3)(Basic Violet No. 14)(Basic Orange No. 2)(Solvent yellow No. 2 )(Food Yellow No. 2)(Food Yellow No. 14)(Ext. D & C Yellow No.1)(Basic Yellow No. 2)(Solvent Oranges No. 7)(Solvent Oranges No. 5)(Solvent Oranges No. 6)

121561615514700451704208542510112701102012055130654100012100121401138011390

Sumber: Peraturan Menkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/1988

22

LAMPIRAN

GAMBAR

Gambar 1. Sampel minuman tidak bermerek

A B C

Gambar 2. Hasil penguapan pada sampel

23

Gambar 3. Penotolan sampel pada lempeng

Gambar 4. Pengamatan dibawah sinar UV 254 nm

24

Gambar 5. Pengamatan dibawah sinar UV nm

Gambar 6. Hasil pengamatan dibawah sinar UV 254 nm

25