Upload
isnaeniazis
View
288
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara yang memiliki areal hutan yang sangat luas.
Hutan tersebut tentunya mempunyai manfaat yang sangat besar bagi
kelangsungan hidup semua mahluk dimuka bumi ini, tak terkecuali dengan
manusia. Hutan sangat bermanfaat sebagai paru-paru dunia, dalam upaya
mencegah efek Pemanasan Global (Global Warming). Selain manfaat tersebut,
hutan juga memiliki manfaat lain bagi umat manusia sebagai penyedia tanaman
ataupun tumbuhan yang dapat dimanfaatkan dalam bidang kesehatan, salah
satunya adalah Tanaman Jati (Tectona grandis).
Tanaman jati (Tectona grandis) merupakan tanaman yang dapat tumbuh
diberbagai tempat, termasuk dapat tumbuh pada lahan kering ataupun daerah
tandus. Selama ini, tanaman jati oleh masyarakat umum hanya dimanfaatkan
kayunya yang memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi, sementara bagian
daun hanya sebagian kecil masyarakat yang memanfaatkannya secara
tradisional yakni sebagai pembungkus, termasuk pembungkus makanan.
Didaerah Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur daun jati dimanfaatkan
sebagai pembungkus tempe.
Sebagian masyarakat belum mengetahui manfaat lain dari daun jati yang
dapat dimanfaatkan dalam bidang kesehatan yakni dalam penyembuhan luka,
sebagai alternative penanganan luka.
Luka merupakan suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit (Taylor,
1997). Luka adalah kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa membrane, dan
tulang atau organ tubuh lain (Kozier, 1995). Akibat akhir yang ditimbulkan
2
berupa kerusakan kulit, bahkan pada keadaan cedera multisistemik dapat
menyebabkan gangguan yang serius pada paru-paru, ginjal, dan hati.
Luka tidak dapat dibiarkan sembuh sendiri, karena jika luka tidak dirawat
dapat menyebabkan komplikasi penyembuhan luka yaitu dapat terjadi infeksi,
perdarahan, dehiscence dan eviscerasi. Percepatan kesembuhan luka yang saat
ini banyak dilakukan yaitu dengan cara mempertemukan kedua sisi luka,
pemberian obat-obatan seperti salep antibiotic, dibalut dengan teknik tertentu
seperti menggunakan hidrogel (Thomas, 1997; Fossum, 1997) atau dengan
teknik vakum (tenaga negatif) diatas luka dalam beberapa menit (Thomas,
2001).
Dari dulu sampai sekarang, penyembuhan luka yang dilakukan oleh medis
yaitu dengan pemberian antibiotik dan membiarkannya hingga kering.
Pemberian antibiotik berupa obat (pil, sirup, salep) seperti amoxicillin biasanya
diberikan pada penderita yang dinilai akut yaitu yang masih belum cukup
parah.
Disisi lain, pemberian antibiotik ini dinilai oleh masyarakat sebagai
pengobatan yang kurang efektif sebab antibiotik dibuat dari bahan yang
mengandung bahan kimia yang berefek samping baik pada jangka pendek
maupun pada jangka panjang. Selain itu, jika pemakaian antibiotik dapat
menyebabkan ketergantungan maka antibiotik ini akan berdampak buruk jika
diberikan secara terus menerus yang tanpa ada perubahan. Penggunaan
antibiotik ini juga memerlukan biaya yang mahal, sedangkan pemakaian daun
jati tidak memerlukan biaya yang mahal dan mudah untuk mendapatkannya
serta tidak tercampur oleh bahan kimia yang dapat berdampak buruk pada
kulit.
3
Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh manfaat
yang dapat diperoleh dari daun jati (Tectona grandis) terhadap penyembuhan
luka, degan judul “Pengaruh Penggunaan Daun Jati (Tectona grandis) sebagai
Alternatif Penanganan Luka”.
I.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimanakah pengaruh daun jati (Tectona grandis) sebagai alternatif
penanganan luka ?
2. Apakah yang terkandung dalam daun jati (Tectona grandis) sehingga
dapat digunakan sebagai alternatif penanganan luka ?
I.3. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh daun jati (Tectona grandis) sebagai
alternatif penanganan luka.
2. Untuk mengetahui kandungan yang terdapat dalam daun jati (Tectona
grandis) sehingga dapat digunakan sebagai alternatif penanganan luka.
I.4. Manfaat Penulisan
Manfaat yang diharapkan dari penulisan karya tulis ilmiah ini sebagai
berikut :
1. Memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat khususnya
penderita luka tentang penggunaan daun jati (Tectona grandis) sebagai
bahan alternatif penanganan luka, sehingga daun jati dapat dipergunakan
secara maksimal.
2. Sebagai bahan referensi bagi pihak terkait dalam penulisan maupun
kajian berikutnya.
4
3. Sebagai bahan informasi kepada pengusaha industri obat untuk memakai
daun jati, karena alternatif ini dinilai cukup murah, mudah diperoleh,
dan memiliki nilai guna yang tinggi terhadap proses penyembuhan luka.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Tinjauan Umum Mengenai Tanaman Jati (Tectona grandis)
II.1.1. Taksonomi Tanaman Jati ( Tectona grandis )
Tanaman jati yang tumbuh di Indonesia berasal dari India.
Tanaman yang mempunyai nama ilmiah Tectona grandis, secara
historis, nama Tectona berasal dari bahasa Portugis (tekton) yang
berarti tumbuhan yang memiliki kualitas tinggi. Dinegara asalnya,
tanaman jati ini dikenal dengan banyak nama daerah, seperti;
Ching-jagu (diwilayah asal), Saigun (Bengali), Tekku (Bombay),
dan Kyun (Burma). Tanaman ini dalam bahasa Jerman dikenal
dengan nama Teck atau Teakbun, sedangkan di Inggris dikenal
dengan nama Teak (Sumarna, 2004).
Klasifikasi tanaman jati (Tectona grandis) :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotylodonae
Ordo : Solanales
Famili : Verbenaceae
Genus : Tectona
Spesies : Tectona Grandis
Gambar 1 : Taksonomi pohon jati
(Tectona grandis).
II.1.2. Morfologi Tanaman Jati ( Tectona grandis )
Secara morfologis, tanaman jati memiliki tinggi yang dapat
mencapai sekitar 30-45 m, dengan pemangkasan batang yang bebas
cabang dapat mencapai antara 15-20 cm.
6
Diameter batang dapat mencapai 220 cm. Kulit kayu berwarna
kecoklatan atau abu-abu yang mudah terkelupas. Pangkal batang
berakar papan pendek dan bercabang sekitar 4. Daun berbentuk
jantung membulat dengan ujung meruncing, berukuran panjang 20-
50 cm dan lebar 15-40 cm, permukaannya berbulu. Daun muda
(petiola) berwarna hijau kecoklatan, sedangkan daun tua berwarna
hijau tua keabu-abuan.
Tanamana jati tergolong tanaman yang menggugurkan daun
pada saat musim kemarau, antara bulan Nopember hingga Januari.
Setelah gugur, daun akan tumbuh lagi pada bulan Januari atau
Maret.Tumbuhnya daun ini juga secara umum ditentukan oleh
kondisi musim (Sumarna, 2004)
Gambar 2 : Morfologi pohon jati (Tectona grandis)
II.1.3. Kandungan Zat yang Terdapat dalam Daun Jati ( Tectona grandis )
Selain dapat digunakan sebagai pembungkus, daun jati
merupakan salah satu tanaman obat unggulan Direkturat Jendral
POM yang berkhasiat untuk melangsingkan tubuh (Obesitas).
Permintaan pasar terhadap jati cukup tinggi. Daunnya dibutuhkan
oleh industri obat diet diantaranya PT Indofarma sekitar 8-12
7
ton/bulan (Anon…., 2007) sehingga peluang tanaman ini sebagai
obat fitofarmaka cukup potensial.
Hasil identifikasi senyawa bioaktif daun jati belanda dengan
menggunakan ekstrak methanol menunjukkan bahwa ditemui
beberapa senyawa diantaranya alkaloid, saponin, flavonoid, steroid,
tannin, dan kuinon. (Iswantini et al.2003)
Flavoniod berfungsi sebagai anti bakteri dengan cara
membentuk senyawa kompleks terhadap protein extraseluler yang
mengganggu integritas membrane sel bakteri. Flavonid merupakan
senyawa fenol sementara senyawa fenol dapat bersifat koagulator
protein (Dwidjoseputro D, 1994). Saponin mempunyai tingkat
toksisitas yang tinggi melawan fungi. Aktifitas fungisida terhadap
trichoderma viride telah digunakan sebagai metode untuk
mengaktifikasikan saponin. (Faure, D; 2002)
Alkaloid memiliki kemampuan sebagai antibakteri, tannin
diduga dapat mengkerutkan dinding sel atau membran sel sehingga
mengganggu permeabilitas sel itu sendiri. Akibat terganggunya
permeabilitas, sel tidak dapat melakukan aktifitas hidup sehingga
pertumbuhannya terhambat atau bahkan mati. (Ajizah, 2004)
Tannin juga mempunyai daya antibakteri dengan cara
mempresipitasi protein, karena diduga tannin mempunyai efek
yang sama dengan senyawa fenolik (Masduki, 1996). Minyak atsiri
secara kimiawi tersusun dari campuran senyawa lainnya yang
berperan sebagai antibakteri dengan cara mengganggu proses
terbentuknya membran atau dinding sel sehingga tidak terbentuk
atau terbentuk tidak sempurna.
8
Minyak atsiri yang aktif sebagai antibakteri dan mengandung
proxeronin pada umumnya mengandung gugus fungsi hidroksil (-
OH) dan karbonil. Turunan fenol berinteraksi dengan sel bakteri
melalui proses adsorpsi yang melibatkan ikatan hydrogen. Pada
kadar rendah terbentuk kompleks protein fenol dengan ikatan yang
lemah dan segera mengalami peruraian, diikuti penetrasi fenol
kedalam sel dan menyebabkan presipitasi serta clenaturasi protein.
Pada kadar tinggi fenol menyebabkan koagulasi protein dan sel
membran mengalami lisis. (Parwata et al, 2008)
Dari segi biogenetik, alkaloid diketahui berasal dari sejumlah
kecil asam amino. Berikut adalah beberapa contoh senyawa
alkaloid yang telah umum dikenal dalam bidang farmakologi :
Tabel 1 : Beberapa senyawa alkaloid dibidang farmakologi
Senyawa Alkaloid (Nama trivial) Aktifitas Biologi
Nikotin Stimulan pada syaraf otonom
Atropin Obat tetes mata
Kokain Analgesik
Quinin Obat malaria
Ergotamin Analgesik pada migraine
Skopolamin Sedatif jelang operasi
Morfin Analgesik
Piperin Anti freedant
Vinkristin Obat kanker
Kodein Analgesic, obat batuk
Vinblastin Antineoplastik, obat kanker
ReserpinPengobatan simptomatis
disfungsi ereksi
Saponin Antibakteri
Mitroginin Analgesic dan antitosif
9
II.2. Tinjauan Umum Mengenai Kulit dan Luka
II.2.1. Tinjauan Umum Mengenai Kulit Manusia
Kulit meutupi seluruh tubuh dan melindunginya dari berbagai
tipe stimulus eksternal yang merusak. Permukaan kulit orang dewasa
sekitar 1,6 m2. Kulit terbagi atas tiga lapisan yang disebut epidermis,
dermis dan jaringan subkutan. Epidermis tersusun dari beberapa
lapisan sel yang ketebalannaya sekitar 0,1 – 0,3 mm. Fungsi
terpenting dari epidermis adalah perlindungan melawan rangsangan
eksternal seperti dehidrasi dan sinar UV (Mitsui, 1997).
Epidermis, bagian terluar kulit dibagi menjadi dua lapisan utama
; lapisan sel-sel tidak berinti (stratum korneum atau lapisan tanduk),
dan lapisan dalam yaitu stratum malfigi. Stratum malfigi ini
merupakan asal sel-sel permukaan bertanduk setelah mengalami
proses diferensiasi. Stratum malfigi dibagi menjadi ; stratum
granulosum, lapisan sel basal (stratum germinativum), dan stratum
spinosum. Lapisan basal sebagian besar terdiri dari sel-sel epidermis
yang tidak berdiferensiasi yang terus mengalami mitosis,
memperbaharui epidermis.
Sel diferensiasi utama stratum spinosum adalah keratinosit yang
membentuk keratin, suatu protein fibrosa. Stratum granulosum
berada langsung dibawah stratum korneum dan memilimi fungsi
penting dalam menghasilkan protein dan ikatan kimia stratum
korneum.
Sel utama kedua epidermis (setelah kreatinosit) adalah
melanosit, dan terdiri dari serabut-serabut kolagen, elastin dan
retikulin yang tertanam dalam suatu substansi dasar. Disekitar
10
pembuluh darah yang kecil terdapat limfosit, histiosit, sel mast dan
neutrofil polimorfonuklear yang melindungi tubuh dari infeksi.
Dibawah dermis terdapat laisan ketiga yaitu lemak subkutan.
Lapisan ini merupakan bantalan untuk kulit, isolasi untuk
mempertahankan suhu tubuh dan tempat penyimpanan energi (Price
dan Wilson, 1986). pH permukaan kulit memiliki peranan penting
pada fisiologi kulit. Keasaman kulit telah diteliti oleh Heuss pada
tahun 1892 dan divalidasi oleh Schade dan Marchonini pada tahun
1928, yang menekankan bahwa tingkat keasaman sebagai fungsi
protektif dan menyebutnya sebagai “mantel asam” (Barel, et al,
2009) pH umumnya berkisar antara 4,5 – 6,5. Fungsi pokok “mantel
asam” kulit yaitu :
1. Sebagai penyangga (buffer) yang berusaha menetralisir
bahan kimia yang terlalu asam atau terlalu alkalis yang
masuk ke kulit.
2. Membunuh atau menekan pertumbuhan mikroorganisme
yang membahayakan kulit.
3. Dengan sifat lembabnya, sedikit banyak mencegah
kekeringan kulit. (Tranggono dan Latifah, 2007)
II.2.2. Tinjauan Umum Mengenai Luka
Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit
(Taylor, 1997). Luka adalah kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa
membran, dan tulang atau organ tubuh lain (Kozier, 1995). Ditinjau
dari penyebabnya, luka dibedakan menjadi dua yaitu luka iris dan
luka bakar.
11
Luka iris merupakan luka yang disebabkan oleh benda tajam.
Luka ini memiliki sifat tepi-tepi luka licin, tidak terdapat hubungan
antara jaringan dan tidak ada jaringan nekrosa (Marsoeki, 1993).
Luka iris dapat ditemukan pada luka insisi akibat pembedahan,
kesembuhannya lebih cepat, dan sedikit jaringan nekrosis pada tepi-
tepi luka, keadaan yang berlawanan ditemukan pada luka
menggunakan gunting, electroscalpel atau laser (Fossum, 1997).
Luka bakar pada dasarnya merupakan fenomena pemindahan panas,
meskipun sumber panasnya dapat bervariasi.
Efek sistemik dan mortalitas yang disebabkan karena luka bakar
sangat ditentukan oleh luas dan dalamnya kulit yang terkena luka
(Ollstein, 1996). Luka tidak dapat dibiarkan sembuh sendiri karena
jika luka tidak dirawat maka dapat menyebabkan komplikasi
penyembuhan luka yaitu dapat terjadi infeksi, perdarahan,
dehiscence dan eviscerasi.
Tujuan merawat luka yaitu untuk mencegah trauma (injury)
pada kulit, membrane mukosa atau jaringan lain yang disebabkan
oleh adanya trauma, fraktur, luka oprasi yang dapat merusak
permukaan kulit (Ismail, 2006). Pengobatan yang dapat dilakukan
selama ini dengan menggunakan antiseptik yang mengandung alat
dan bahan sebagai berikut : Alkohol 70 % ; Aqueos and tincture of
clorhexidine glukonate (hibitane); Aqueos and tincture of
benzalkonium chloride (zephiran chloride); Hydrogen peroxide;
Natrium chloride 0,9 %. Adapun bahan untuk menutup luka meliputi
: Verband dengan berbagai ukuran; sedangkan bahan untuk
mempertahankan balutan adalah : Adhesi ve tapes; Bandages and
binders. Teknik penyembuhan luka yang dianggap terbaik saat ini
adalah dengan membuat lingkungan luka tetap kering (Potter.P,
12
1998). Perkembangan perawatan luka sejak tahun 1940 hingga tahun
1970, tiga peneliti telah memulai tentang perawatan luka. Hasilnya
menunjukkan bahwa lingkungan yang lembab lebih baik daripada
lingkungan kering. Winter (1962) mengatakan bahwa laju epitelisasi
luka yang ditutup poly-etylen dua kali lebih cepat dari pada luka
yang dibiarkan kering. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
migrasi epidermal pada luka superficial lebih cepat pada suasana
lembab daripada kering, dan ini merangsang perkembangan balutan
luka modern (Potter.P, 1998). Perawatan luka lembab tidak
meningkatkan infeksi. Pada kenyataannya tingkat infeksi pada
semua jenis balutan lembab adalah 2.5% lebih baik disbanding 9%
pada balutan kering (Thompson,J; 2000). Rowel (1970)
menunjukkan bahwa lingkungan lembab meningkatkan megrasi sel
epitel ke pusat luka dan melapisinya sehingga luka lebih cepat
sembuh. Konsep penyembuhan luka dengan teknik lembab ini
merubah penatalaksanaan luka dan memerikan rangsangan bagi
perkembangan balutan lembab (Potter.P, 1998). Penggantian balutan
dilakukan sesuai kebutuhan tidak hanya berdasarkan kebiasaan,
melainkan disesuaikan terlebih dahulu dengan tipe dan jenis luka.
Penggunaan antiseptik hanya untuk yang memerlukan saja karena
efek toksinnya terhadap sel sehat. Untuk membersihkan luka hanya
memakai normal saline (Dewi, 1999). Citotoxic Agent seperti
povidine iodine, asam asetat, seharusnya tidak secara sering
digunakan untuk membersihkan luka karena dapat menghambat
penyembuhan dan mencegah repitelisasi. Luka dengan sedikit debris
dipermukaannya dapat dibersihkan dengan kasa yang dibasahi
dengan sodium klorida dan tidak terlalu banyak manipulasi gerakan
(Walker.D, 1996).
13
II.3. Tinjauan Umum Mengenai Carboxymethyl Cellulosa Natrium (CMC Na)
Carboxymethyl Cellulose Natrium (CMC Na) dibuat dari selulosa alkali
yang melalui proses kimia diubah, sehingga substitusi baik –CH3 atau
-CH2OOONa untuk proton (H) pada gugus –OH hidroksil pada unit glukosa
polimer sellulosa
CH2OCH2CO2Na
H H -O-
-O- OH H H
H OH
Gambar 3 : Struktur Carboxymethyl Cellulose Natrium (CMC Na).
Penggunaan CMC Na (Sodium Carboxymethyl Cellulose) banyak
dijumpai dalam kehidupan sehari-hari seperti pada produk : Pasta gigi, obat
pencahar atau pil diet begitupun juga dapat dijumpai pada produk es krim,
cat berbasis air, deterjen dan berbagai produk kertas. Karakteristik utama
yang terdapat pada CMC Na sehingga sangat berguna adalah memiliki
viskositas yang tinggi pada konsentrasi rendah, kemampuan penghilang
busa, surfaktan dan kemampuan bulking. Keistimewaan lain dari CMC Na
adalah tidak beracun dan tidak menunjukkan reaksi alergi pada manusia.
Fungsi utama CMC Na adalah sebagai perekat dan juga berfungsi sebagai
pembawa untuk enzim kental, CMC Na benar-benar cukup kuat untuk
digunakan sebagai perekat, sifat CMC Na adalah sangat polar. Polimer
CMC Na juga bertindak sebagai agen di defloc culating hal tersebut
menyebabkan partikel seperti serat untuk tinggal disuspensi dan tidak
menggumpal.
Kelarutan eter dalam air atau pelarut organic tergantung pada derajat
substitusi atau DS, DS maksimum adalah 3,0 tetapi hal tersebut jarang
tercapai, untuk CMC Na sendiri memiliki DS antara 0,38 – 1,40. Umunya
tingkat yang lebih rendah dari DS yang larut dalam air atau alkali; rentang
14
menengah yang larut dalam air dingin dan DS yang lebih tinggi nilai-nilai
kelarutan menunjukkan peningkatan dalam pelarut organic, sehingga CMC
Na dapat larut dalam air baik dingin maupun panas, dapat juga diencerkan
sampai tingkat tertentu oleh pelarut organic seperti etanol atau aseton. Jenis-
jenis CMC antara lain : CMC Gum 7H (Herculles, Inc, USA), Cellofas B
3500 (ICI, Inggris). Adapun informasi yang dapat diperoleh dari CMC
tersebut adalah : CMC 7H memiliki DS antara 0.65 – 0,85 dengan kadar
Natrium dari 7,0 – 8,5 %, memiliki viskositas tinggi pada konsentrasi 1 %
pada 25˚C (Douglas Adams, 1978), sedangkan Cellofas B 3500 terdiri atas
97,54 % natrium karboksilmetil selulosa, o,98 % natrium klorida, dan 1,48
% natrium glikolat (Douglas Adams, 1978).
15
BAB III
METODE PENULISAN
III.1. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dipergunakan dalam penulisan karya
tulis ilmiah ini adalah metode studi pustaka dan eksperimen. Metode studi
pustaka (Library research) dilakukan dengan mengumpulkan, membaca,
serta menelaah berbagai literatur yang berhubungan dengan masalah yang
dikaji, informasi tersebut diperoleh dari berbagai sumber seperti ; buku,
kamus, laporan penelitian serta melalui penelusuran situs-situs internet.
Adapun metode eksperimen yang dilakukan adalah dengan memberikan
perlakuan terhadap masing-masing control yaitu control positif dan kontrol
negative. Kontrol positif adalah luka yang diberikan perlakuan dengan
menggunakan obat luka, sedangkan kontrol negatif yakni luka yang
diberikan perlakuan dengan daun jati, maupun luka yang diberikan
perlakuan dari kombinasi antara daun jati dengan CMC Na (Carboxymethyl
Cellulosa Natrium).
III.2. Metode Pengolahan Data
Metode pengolahan data pada karya tulis ilmiah ini adalah data yang
diperoleh diolah dengan melakukan korelasi atau perbandingan diantara
kontrol positif dengan kontrol negatif yakni dengan membandingkan data
antara luka yang diberikan perlakuan dengan daun jati muda yang terlebih
dahulu ditumbuk lalu dibandingkan juga dengan luka yang diberikan
perlakuan dari kombinasi antara daun jati dengan CMC Na, terhadap
kecepatan proses penyembuhan luka.
16
III.3. Analisis dan Sintesis
III.3.1. Analisis
Data ataupun informasi yang diperoleh selanjutnya dianalisis
dengan cara menghubungkan antara data yang diperoleh dari hasil
perlakuan terhadap kontrol positif dengan kontrol negatif dengan
teori yang terdapat dalam telaah pustaka untuk mengkaji
permasalahan yang ada yang selanjutnya digunakan untuk
pembuatan pembahasan.
III.3.2. Sintesis
Interprestasi data akan dibahas secara kritis dengan cara
mengkaji korelasi positif zat yang terkandung dalam daun jati
(Tectona grandis) terhadap penanganan luka sehingga dapat
digunakan sebagai obat alternatif dengan penanganan luka. Oleh
karena itu, bentuk sintesis dalam karya tulis ilmiah ini merupakan
alternatif untuk lebih memanfaatkan daun jati (Tectona grandis)
secara lebih maksimal oleh masyarakat maupun industri obat dalam
penanganan luka, sehingga daun jati dapat lebih memiliki nilai
ekonomis dan daya guna yang lebih tinggi.
17
BAB IV
PEMBAHASAN
IV.1. Pengaruh Daun Jati (Tectona grandis) Sebagai Alternatif Penanganan Luka
Tabel 2 : Data hasil eksperimen
Hari
Perlakuan Luka
Obat Luka Daun JatiKombinasi Daun Jati dan
CMC Na
T. Sembuh Sembuh T. Sembuh Sembuh T. Sembuh Sembuh
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Keterangan :
(Hasil Percobaan)
Berdasarkan data tersebut dapat dilihat perbedaan yang sangat signifikan
pada fase penyembuhan luka untuk setiap kontrol maupun perlakuan, untuk
perlakuan dengan menggunakan obat penyembuh luka diperlukan waktu selama
18
14 hari sampai luka tersebut benar-benar sembuh, sementara untuk perlakuan
dengan menggunakan daun jati muda (Tectona grandis) yang terlebih dahulu
ditumbuk diperlukan waktu selama 10 hari. Untuk data pada perlakuan luka
dengan pemberian campuran daun jati dengan CMC Na belum diperoleh karena
akan diadakan penelitian lanjutan.
IV.2. Kandungan dalam Daun Jati (Tectona grandis) Sebagai Alternatif
Penanganan Luka
Didalam daun jati (Tectona grandis) mengandung beberapa senyawa
bioaktif seperti alkaloid, saponin, flavonoid, steroid, tannin dan kuinon
(Iswantini et al, 2003) yang mana senyawa tersebut diketahui memiliki sifat
antibakteri sehingga mempercepat proses penyembuhan luka. Mekanisme
kerja dari alkaloid terhadap luka dengan cara mengganggu komponen
penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak
terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel tersebut, sedangkan
untuk saponin dengan tingkat toksisitas yang tinggi melawan fungi
berhubungan dengan interaksi saponin dengan sterol membran sehingga
dapat mengganggu proses terbentuknya membran atau dinding sel sehingga
tidak terbentuk atau terbentuk tidak sempurna.
Flavonoid berfungsi sebagai antibakteri dengan cara membentuk
senyawa kompleks terhadap protein extraseluler yang mengganggu
integritas membran sel bakteri, flavonoid merupakan senyawa fenol
sementara senyawa fenol dapat bersifat koagulator protein, selain itu
flavonoid juga berfungsi menyingkat fase peradangan karena mengandung
antiinflamasi (anti radang) dan juga dapat mencegah terjadinya infeksi pada
luka.
Tannin memiliki aktifitas antibakteri, secara garis besar mekanisme yang
diperkirakan adalah sebagai berikut ; Toksisitas tannin dapat merusak
19
membran sel bakteri, senyawa astringen tannin dapat menginduksi
pembentukan kompleks senyawa ikatan terhadap enzim atau substrat
mikroba dan pembentukan suatu kompleks ikatan tannin terhadap ion logam
yang dapat menambah daya toksisitas tannin itu sendiri. Tannin diduga
dapat mengkerutkan dinding sel atau membran sel sehingga mengganggu
permeabilitas sel itu sendiri. Akibat terganggunya permeabilitas, sel tidak
dapat melakukan aktifitas hidup sehingga pertumbuhannya terhambat atau
bahkan mati. Tannin juga mempunyai daya antibakteri dengan cara
mempresipitasi protein, karena tannin mempunyai efek yang sama dengan
senyawa fenolik. Efek antibakteri tannin antara lain meliputi ; reaksi dengan
membran sel, inaktifasi enzim dan destruksi atau inaktifasi fungsi materi
genetik.
Untuk itu, kemampuan daun jati (Tectona grandis) untuk menyembuhkan
luka disebabkan adanya zat anti bakteri, dimana zat tersebut berperan
sebagai anti mikroba dan anti jamur. Dengan adanya zat tersebut sebagai
anti bakteri dapat mencegah terjadinya infeksi pada luka sehingga
kesembuhan luka dapat dipercepat. Selain kandungan tersebut, daun jati
juga mengandung proxeronin, zat itu berperan dalam peremajaan sel,
meregenerasi sel yang rusak serta meningkatkan kerja sel. Dengan adanya
proxeronin dalam daun jati dapat meregenerasi sel yang rusak akibat luka
sehingga luka dapat sembuh. Hal ini dapat menjadi suatu terobosan baru
untuk pemanfaatan daun jati yaitu sebagai alternatif penyembuhan dalam
penanganan luka yang mudah dan tanpa efek samping.
Adapun teknik implementasi yang dilakukan dalam penggunaan daun jati
yaitu dengan cara menumbuk daun jati kemudian mengoleskan daun jati
yang sudah ditumbuk tersebut pada bagian tubuh yang luka secara teratur
setiap hari hingga luka tersebut sudah kering dan dinilai sudah sembuh
hingga tidak berbekas lagi pada kulit. Namun disisi lain, penggunaan daun
20
jati dengan menempelkan daun jati pada kulit harus sering dilakukan karena
keberadaan daun jati tersebut cepat kering sehingga mudah lepas dari kulit.
Sementara itu untuk perlakuan luka dengan menggunakan kombinasi
atau campuran antara daun jati muda dengan CMC Na (Carboxymethyl
Cellulose) belum diperoleh data karena hal tersebut masih dalam proses
tahap penelitian dengan cara mencampurkan daun jati muda yang telah
ditumbuk dengan CMC Na melalui perbandingan 80 % ekstrak daun jati
muda dan 20 % CMC Na dan akan dicobakan pada hewan, setelah hewan
tersebut diberikan campuran antara ekstrak daun jati muda dan CMC Na
maka akan dilihat perkembangan mengenai jumlah angiogenesis, kepadatan
kolagen dan jumlah osteoblas pada proses penyembuhan luka. Berdasarkan
literatur yang ada maka dimungkinkan penyembuhan luka akan lebih cepat
yakni selama 5 hari, jika dibandingkan dengan dua perlakuan awal yang
datanya telah diperoleh, karena fungsi utama dari CMC Na adalah sebagai
perekat, sehingga lebih mempercepat proses penyembuhan luka. Selain itu
keistimewaan lain dari CMC Na adalah tidak beracun dan tidak
menunjukkan reaksi alergi pada manusia. Namun setelah hasilnya nanti
diperoleh sebelum diujikan pada manusia terlebih dahulu harus melalui
serangkaian pengujian seperti uji kandungan, uji toksisitas maupun uji
klinis.
21
BAB V
PENUTUP
V.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis permasalahan dalam pembahasan maka dapat
disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Penggunaan daun jati (Tectona grandis) memiliki pengaruh yang
sangat signifikan terhapap proses penyembuhan luka sehingga dapat
digunakan secara lebih maksimal dalam penanganan luka.
2. Kandungan dari daun jati (Tectona grandis) merupakan senyawa
bioaktif yaitu alkaloid, saponin, flavonoid, steroid, tannin dan kuinon
yang memiliki sifat anti bakteri dan anti mikroba melalui mekanisme
kerja masing-masing sehingga sangat tepat digunakan sebagai
alternative penanganan luka, sehingga luka lebih cepat disembuhkan.
V.2. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini
adalah sebagai berikut :
1. Diharapkan agar masyarakat luas lebih memanfaatkan daun jati
(Tectona grandis) secara maksimal dalam penanganan luka dengan
mengetahui kandungan yang terdapat didalamnya, sehingga lebih
menambah nilai ekonomis yang tinggi dari daun jati tersebut.
2. Diharapkan agar industri obat segera memanfaatkan daun jati sebagai
bahan alternative pembuatan obat luka, karena hal ini dinilai cukup
murah, mudah diperoleh, dan memiliki nilai guna yang tinggi serta
diperoleh proses penyembuhan luka yang cepat.
3. Diharapkan kepada berbagai pihak agar membantu dalam proses uji
kandungan, uji toksisitas maupun uji klinis terhadap hasil yang
nantinya diperoleh dari kombinasi campuran antara ekstrak daun jati
(Tectona grandis) dengan CMC Na (Carboxymethyl Cellulose).
22
DAFTAR PUSTAKA
Ajizah, A., 2004, Sensitivitas Salmonella Typhimurium Terhadap Ekstrak Daun Psidium Guajava L. Bioscientiae, Vol. 1, No. 1 : 31-8.
Alstair Smith.2006.Campuran dan Senyawa.Bandung : Pakar Raya
Anonymous. 2007. Pasar Tumbuhan Obat; Agrofarmasi (Bagian 1). Naturalife. Pharmacy Bussiness; An Overview of Pharmacy Related and Healthcare Industry.
Anonymous. 2008. Jati Belanda Si Pelangsing Pengusir Kaki Gajah. Al Jazirah Herbal Center.8/07020008. http://aljazirah.blogspot.com/2008/08.
Dwidjoseputro D. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan
Fossum, T.W. 1997. Small Animal Surgery. USA : Mosby New York
Faure, D. 2002. The family-3 glycoside hydrolises: from housekeeping function to host-microbe interction. APPLED AND ENVIRONMENTAL MICROBIOLOGY 64(4):1485-1490.
Iswantini, D., dkk. 2003. Identifikasi senyawa bioaktif daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) sebagai pelangsing dengan menggunakan metode enzimatis (enzyme lipase). Jurnal Ilmiah Pertanian Gakuryoku. IX (2) : 138-142.
Lis Maryamah.2008.Hemostatis.Bogor : CV. Arya Duta
Lis Maryamah.2008.Sehat atau Sakit.Bogor : CV. Arya Duta
Marzoeki, D. 1993. Ilmu Bedah Luka dan Perawatannya.Surabaya : Airlangga University Press
Masduki I, 1996. Efek Antibakteri Ekstrak Biji Pinang (Areca catechu) terhadap S. aureus dan E. coli. Cermin Dunia Kedokteran 109 : 21-4.
Ollstein, R.N. 1996. Luka Bakar. Dalam Keterampilan Pokok Ilmu Bedah. Edisi Keempat. T.F. Nealon dan W.H. Nealon. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
23
Parwata I.M.O.A. & Dewi P.F.S., 2008, Isolasi Dan Uji Aktivitas Antibakteri Minyak atsiri Dari Rimpang Lengkuas (Alpinia Galanga L). Jurnal Kimia 2 (2) : 100-4.
Robinson, T., 1991, Kandungan OrganikTumbuhan Tingkat Tinggi, ITB, Bandung : 132-6.
Thomas, S. 1997. The Management of Extravasation Injury In Neonates. World Wide Wound.
Thomas, S. 2001. An Introduction to The Use of Vacum Assisted Closure. World Wide Wound.
http://erlian-ff07.web.unair.ac.id/artikel_detail-35060.html. [online]. Access on 15 Februari 2012
http://id.wikipedia.org/wiki/Jati. [Online]. Access On 15 Februari 2012
www.webstatsdomain.com/keywords/inventaris+tanaman+Jati. [online]. Access On 14 Februari 2012
www.dephut.go.id/INFORMASI/RRL/IFSP. [online]. Access On 17 Februari 2012
repository.usu.ac.id/../chapter II.pdf. [online]. Access On 17 Februari 2012
24
LAMPIRAN
Gambar 4 : Alat dan Bahan.
Gambar 5 : Luka pada hewan (tikus).
Gambar 6 : Kontrol positif
25
Gambar 7 : Kontrol negative.
Gambar 8 : Proses penyembuhan hari ke-9
.
Gambar 9 : Hari ke-10 pada k.positif.
Gambar 10 : Hari ke-10 k.negatif.
26
Gambar 11 : Hari ke-14 k.positif
Gambar 12 : Praktikan.
27
BIODATA PENULIS
Nama : Isnaeni Azis
NISN : 9957918426
Alamat : Kel. Raraa
TTL : Ladongi, 09 Januari 1995
Orang Tua : Ayah (Drs. H. Abd. Azis T)
Ibu (Alm. Hj. Nurhaedah, S.Pd)
Karya Ilmiah Yang Pernah dibuat :
1. Pengaruh Polutan Deterjen Terhadap
Populasi Ikan Air Tawar
2. Pemanfaatan Zat Kerak (Crust)
dalam Kulit Kepiting (Cancer SP.)
bagi Kesehatan Manusia
Penghargaan Ilmiah Yang Pernah di Raih :
1. Juara 2 Scientific Student Competition 2011
28
BIODATA PENULIS
Nama : Muh. Galih Bahtiar
NISN : 9947179415
Alamat : Kel. Ladongi
TTL : Ladongi,24 September 1994
Orang Tua : Ayah (Ansari Togala)
Ibu (Ramlah)
Karya Ilmiah Yang Pernah dibuat :
1. Pemanfaatan Zat Kerak (Crust)
dalam Kulit Kepiting (Cancer SP.)
bagi Kesehatan Manusia
Penghargaan Ilmiah Yang Pernah di Raih :
1. Juara 2 Scientific Student
Competition 2011
29
BIODATA PENULIS
Nama : Desna Anggara
NISN : 9947179184
Alamat : Desa G. Jaya
TTL : Malaysia, 27 juni 1994
Orang Tua : Ayah (Densi)
Ibu (Hasnawati)
Karya Ilmiah Yang Pernah dibuat :
1. Pemanfaatan Zat Kerak (Crust)
dalam Kulit Kepiting (Cancer SP.)
bagi Kesehatan Manusia
Penghargaan Ilmiah Yang Pernah di Raih :
1. Juara 2 Scientific Student
Competition 2011