42
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang memiliki areal hutan yang sangat luas. Hutan tersebut tentunya mempunyai manfaat yang sangat besar bagi kelangsungan hidup semua mahluk dimuka bumi ini, tak terkecuali dengan manusia. Hutan sangat bermanfaat sebagai paru- paru dunia, dalam upaya mencegah efek Pemanasan Global (Global Warming). Selain manfaat tersebut, hutan juga memiliki manfaat lain bagi umat manusia sebagai penyedia tanaman ataupun tumbuhan yang dapat dimanfaatkan dalam bidang kesehatan, salah satunya adalah Tanaman Jati (Tectona grandis). Tanaman jati (Tectona grandis) merupakan tanaman yang dapat tumbuh diberbagai tempat, termasuk dapat tumbuh pada lahan kering ataupun daerah tandus. Selama ini, tanaman jati oleh masyarakat umum hanya dimanfaatkan kayunya yang memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi, sementara bagian daun hanya sebagian kecil masyarakat yang memanfaatkannya secara tradisional yakni sebagai pembungkus, termasuk pembungkus makanan. Didaerah Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa

Karya Tulis Ilmiah

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Karya Tulis Ilmiah

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara yang memiliki areal hutan yang sangat luas.

Hutan tersebut tentunya mempunyai manfaat yang sangat besar bagi

kelangsungan hidup semua mahluk dimuka bumi ini, tak terkecuali dengan

manusia. Hutan sangat bermanfaat sebagai paru-paru dunia, dalam upaya

mencegah efek Pemanasan Global (Global Warming). Selain manfaat tersebut,

hutan juga memiliki manfaat lain bagi umat manusia sebagai penyedia tanaman

ataupun tumbuhan yang dapat dimanfaatkan dalam bidang kesehatan, salah

satunya adalah Tanaman Jati (Tectona grandis).

Tanaman jati (Tectona grandis) merupakan tanaman yang dapat tumbuh

diberbagai tempat, termasuk dapat tumbuh pada lahan kering ataupun daerah

tandus. Selama ini, tanaman jati oleh masyarakat umum hanya dimanfaatkan

kayunya yang memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi, sementara bagian

daun hanya sebagian kecil masyarakat yang memanfaatkannya secara

tradisional yakni sebagai pembungkus, termasuk pembungkus makanan.

Didaerah Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur daun jati dimanfaatkan

sebagai pembungkus tempe.

Sebagian masyarakat belum mengetahui manfaat lain dari daun jati yang

dapat dimanfaatkan dalam bidang kesehatan yakni dalam penyembuhan luka,

sebagai alternative penanganan luka.

Luka merupakan suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit (Taylor,

1997). Luka adalah kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa membrane, dan

tulang atau organ tubuh lain (Kozier, 1995). Akibat akhir yang ditimbulkan

Page 2: Karya Tulis Ilmiah

2

berupa kerusakan kulit, bahkan pada keadaan cedera multisistemik dapat

menyebabkan gangguan yang serius pada paru-paru, ginjal, dan hati.

Luka tidak dapat dibiarkan sembuh sendiri, karena jika luka tidak dirawat

dapat menyebabkan komplikasi penyembuhan luka yaitu dapat terjadi infeksi,

perdarahan, dehiscence dan eviscerasi. Percepatan kesembuhan luka yang saat

ini banyak dilakukan yaitu dengan cara mempertemukan kedua sisi luka,

pemberian obat-obatan seperti salep antibiotic, dibalut dengan teknik tertentu

seperti menggunakan hidrogel (Thomas, 1997; Fossum, 1997) atau dengan

teknik vakum (tenaga negatif) diatas luka dalam beberapa menit (Thomas,

2001).

Dari dulu sampai sekarang, penyembuhan luka yang dilakukan oleh medis

yaitu dengan pemberian antibiotik dan membiarkannya hingga kering.

Pemberian antibiotik berupa obat (pil, sirup, salep) seperti amoxicillin biasanya

diberikan pada penderita yang dinilai akut yaitu yang masih belum cukup

parah.

Disisi lain, pemberian antibiotik ini dinilai oleh masyarakat sebagai

pengobatan yang kurang efektif sebab antibiotik dibuat dari bahan yang

mengandung bahan kimia yang berefek samping baik pada jangka pendek

maupun pada jangka panjang. Selain itu, jika pemakaian antibiotik dapat

menyebabkan ketergantungan maka antibiotik ini akan berdampak buruk jika

diberikan secara terus menerus yang tanpa ada perubahan. Penggunaan

antibiotik ini juga memerlukan biaya yang mahal, sedangkan pemakaian daun

jati tidak memerlukan biaya yang mahal dan mudah untuk mendapatkannya

serta tidak tercampur oleh bahan kimia yang dapat berdampak buruk pada

kulit.

Page 3: Karya Tulis Ilmiah

3

Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh manfaat

yang dapat diperoleh dari daun jati (Tectona grandis) terhadap penyembuhan

luka, degan judul “Pengaruh Penggunaan Daun Jati (Tectona grandis) sebagai

Alternatif Penanganan Luka”.

I.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut :

1. Bagaimanakah pengaruh daun jati (Tectona grandis) sebagai alternatif

penanganan luka ?

2. Apakah yang terkandung dalam daun jati (Tectona grandis) sehingga

dapat digunakan sebagai alternatif penanganan luka ?

I.3. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh daun jati (Tectona grandis) sebagai

alternatif penanganan luka.

2. Untuk mengetahui kandungan yang terdapat dalam daun jati (Tectona

grandis) sehingga dapat digunakan sebagai alternatif penanganan luka.

I.4. Manfaat Penulisan

Manfaat yang diharapkan dari penulisan karya tulis ilmiah ini sebagai

berikut :

1. Memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat khususnya

penderita luka tentang penggunaan daun jati (Tectona grandis) sebagai

bahan alternatif penanganan luka, sehingga daun jati dapat dipergunakan

secara maksimal.

2. Sebagai bahan referensi bagi pihak terkait dalam penulisan maupun

kajian berikutnya.

Page 4: Karya Tulis Ilmiah

4

3. Sebagai bahan informasi kepada pengusaha industri obat untuk memakai

daun jati, karena alternatif ini dinilai cukup murah, mudah diperoleh,

dan memiliki nilai guna yang tinggi terhadap proses penyembuhan luka.

Page 5: Karya Tulis Ilmiah

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Tinjauan Umum Mengenai Tanaman Jati (Tectona grandis)

II.1.1. Taksonomi Tanaman Jati ( Tectona grandis )

Tanaman jati yang tumbuh di Indonesia berasal dari India.

Tanaman yang mempunyai nama ilmiah Tectona grandis, secara

historis, nama Tectona berasal dari bahasa Portugis (tekton) yang

berarti tumbuhan yang memiliki kualitas tinggi. Dinegara asalnya,

tanaman jati ini dikenal dengan banyak nama daerah, seperti;

Ching-jagu (diwilayah asal), Saigun (Bengali), Tekku (Bombay),

dan Kyun (Burma). Tanaman ini dalam bahasa Jerman dikenal

dengan nama Teck atau Teakbun, sedangkan di Inggris dikenal

dengan nama Teak (Sumarna, 2004).

Klasifikasi tanaman jati (Tectona grandis) :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Class : Dicotylodonae

Ordo : Solanales

Famili : Verbenaceae

Genus : Tectona

Spesies : Tectona Grandis

Gambar 1 : Taksonomi pohon jati

(Tectona grandis).

II.1.2. Morfologi Tanaman Jati ( Tectona grandis )

Secara morfologis, tanaman jati memiliki tinggi yang dapat

mencapai sekitar 30-45 m, dengan pemangkasan batang yang bebas

cabang dapat mencapai antara 15-20 cm.

Page 6: Karya Tulis Ilmiah

6

Diameter batang dapat mencapai 220 cm. Kulit kayu berwarna

kecoklatan atau abu-abu yang mudah terkelupas. Pangkal batang

berakar papan pendek dan bercabang sekitar 4. Daun berbentuk

jantung membulat dengan ujung meruncing, berukuran panjang 20-

50 cm dan lebar 15-40 cm, permukaannya berbulu. Daun muda

(petiola) berwarna hijau kecoklatan, sedangkan daun tua berwarna

hijau tua keabu-abuan.

Tanamana jati tergolong tanaman yang menggugurkan daun

pada saat musim kemarau, antara bulan Nopember hingga Januari.

Setelah gugur, daun akan tumbuh lagi pada bulan Januari atau

Maret.Tumbuhnya daun ini juga secara umum ditentukan oleh

kondisi musim (Sumarna, 2004)

Gambar 2 : Morfologi pohon jati (Tectona grandis)

II.1.3. Kandungan Zat yang Terdapat dalam Daun Jati ( Tectona grandis )

Selain dapat digunakan sebagai pembungkus, daun jati

merupakan salah satu tanaman obat unggulan Direkturat Jendral

POM yang berkhasiat untuk melangsingkan tubuh (Obesitas).

Permintaan pasar terhadap jati cukup tinggi. Daunnya dibutuhkan

oleh industri obat diet diantaranya PT Indofarma sekitar 8-12

Page 7: Karya Tulis Ilmiah

7

ton/bulan (Anon…., 2007) sehingga peluang tanaman ini sebagai

obat fitofarmaka cukup potensial.

Hasil identifikasi senyawa bioaktif daun jati belanda dengan

menggunakan ekstrak methanol menunjukkan bahwa ditemui

beberapa senyawa diantaranya alkaloid, saponin, flavonoid, steroid,

tannin, dan kuinon. (Iswantini et al.2003)

Flavoniod berfungsi sebagai anti bakteri dengan cara

membentuk senyawa kompleks terhadap protein extraseluler yang

mengganggu integritas membrane sel bakteri. Flavonid merupakan

senyawa fenol sementara senyawa fenol dapat bersifat koagulator

protein (Dwidjoseputro D, 1994). Saponin mempunyai tingkat

toksisitas yang tinggi melawan fungi. Aktifitas fungisida terhadap

trichoderma viride telah digunakan sebagai metode untuk

mengaktifikasikan saponin. (Faure, D; 2002)

Alkaloid memiliki kemampuan sebagai antibakteri, tannin

diduga dapat mengkerutkan dinding sel atau membran sel sehingga

mengganggu permeabilitas sel itu sendiri. Akibat terganggunya

permeabilitas, sel tidak dapat melakukan aktifitas hidup sehingga

pertumbuhannya terhambat atau bahkan mati. (Ajizah, 2004)

Tannin juga mempunyai daya antibakteri dengan cara

mempresipitasi protein, karena diduga tannin mempunyai efek

yang sama dengan senyawa fenolik (Masduki, 1996). Minyak atsiri

secara kimiawi tersusun dari campuran senyawa lainnya yang

berperan sebagai antibakteri dengan cara mengganggu proses

terbentuknya membran atau dinding sel sehingga tidak terbentuk

atau terbentuk tidak sempurna.

Page 8: Karya Tulis Ilmiah

8

Minyak atsiri yang aktif sebagai antibakteri dan mengandung

proxeronin pada umumnya mengandung gugus fungsi hidroksil (-

OH) dan karbonil. Turunan fenol berinteraksi dengan sel bakteri

melalui proses adsorpsi yang melibatkan ikatan hydrogen. Pada

kadar rendah terbentuk kompleks protein fenol dengan ikatan yang

lemah dan segera mengalami peruraian, diikuti penetrasi fenol

kedalam sel dan menyebabkan presipitasi serta clenaturasi protein.

Pada kadar tinggi fenol menyebabkan koagulasi protein dan sel

membran mengalami lisis. (Parwata et al, 2008)

Dari segi biogenetik, alkaloid diketahui berasal dari sejumlah

kecil asam amino. Berikut adalah beberapa contoh senyawa

alkaloid yang telah umum dikenal dalam bidang farmakologi :

Tabel 1 : Beberapa senyawa alkaloid dibidang farmakologi

Senyawa Alkaloid (Nama trivial) Aktifitas Biologi

Nikotin Stimulan pada syaraf otonom

Atropin Obat tetes mata

Kokain Analgesik

Quinin Obat malaria

Ergotamin Analgesik pada migraine

Skopolamin Sedatif jelang operasi

Morfin Analgesik

Piperin Anti freedant

Vinkristin Obat kanker

Kodein Analgesic, obat batuk

Vinblastin Antineoplastik, obat kanker

ReserpinPengobatan simptomatis

disfungsi ereksi

Saponin Antibakteri

Mitroginin Analgesic dan antitosif

Page 9: Karya Tulis Ilmiah

9

II.2. Tinjauan Umum Mengenai Kulit dan Luka

II.2.1. Tinjauan Umum Mengenai Kulit Manusia

Kulit meutupi seluruh tubuh dan melindunginya dari berbagai

tipe stimulus eksternal yang merusak. Permukaan kulit orang dewasa

sekitar 1,6 m2. Kulit terbagi atas tiga lapisan yang disebut epidermis,

dermis dan jaringan subkutan. Epidermis tersusun dari beberapa

lapisan sel yang ketebalannaya sekitar 0,1 – 0,3 mm. Fungsi

terpenting dari epidermis adalah perlindungan melawan rangsangan

eksternal seperti dehidrasi dan sinar UV (Mitsui, 1997).

Epidermis, bagian terluar kulit dibagi menjadi dua lapisan utama

; lapisan sel-sel tidak berinti (stratum korneum atau lapisan tanduk),

dan lapisan dalam yaitu stratum malfigi. Stratum malfigi ini

merupakan asal sel-sel permukaan bertanduk setelah mengalami

proses diferensiasi. Stratum malfigi dibagi menjadi ; stratum

granulosum, lapisan sel basal (stratum germinativum), dan stratum

spinosum. Lapisan basal sebagian besar terdiri dari sel-sel epidermis

yang tidak berdiferensiasi yang terus mengalami mitosis,

memperbaharui epidermis.

Sel diferensiasi utama stratum spinosum adalah keratinosit yang

membentuk keratin, suatu protein fibrosa. Stratum granulosum

berada langsung dibawah stratum korneum dan memilimi fungsi

penting dalam menghasilkan protein dan ikatan kimia stratum

korneum.

Sel utama kedua epidermis (setelah kreatinosit) adalah

melanosit, dan terdiri dari serabut-serabut kolagen, elastin dan

retikulin yang tertanam dalam suatu substansi dasar. Disekitar

Page 10: Karya Tulis Ilmiah

10

pembuluh darah yang kecil terdapat limfosit, histiosit, sel mast dan

neutrofil polimorfonuklear yang melindungi tubuh dari infeksi.

Dibawah dermis terdapat laisan ketiga yaitu lemak subkutan.

Lapisan ini merupakan bantalan untuk kulit, isolasi untuk

mempertahankan suhu tubuh dan tempat penyimpanan energi (Price

dan Wilson, 1986). pH permukaan kulit memiliki peranan penting

pada fisiologi kulit. Keasaman kulit telah diteliti oleh Heuss pada

tahun 1892 dan divalidasi oleh Schade dan Marchonini pada tahun

1928, yang menekankan bahwa tingkat keasaman sebagai fungsi

protektif dan menyebutnya sebagai “mantel asam” (Barel, et al,

2009) pH umumnya berkisar antara 4,5 – 6,5. Fungsi pokok “mantel

asam” kulit yaitu :

1. Sebagai penyangga (buffer) yang berusaha menetralisir

bahan kimia yang terlalu asam atau terlalu alkalis yang

masuk ke kulit.

2. Membunuh atau menekan pertumbuhan mikroorganisme

yang membahayakan kulit.

3. Dengan sifat lembabnya, sedikit banyak mencegah

kekeringan kulit. (Tranggono dan Latifah, 2007)

II.2.2. Tinjauan Umum Mengenai Luka

Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit

(Taylor, 1997). Luka adalah kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa

membran, dan tulang atau organ tubuh lain (Kozier, 1995). Ditinjau

dari penyebabnya, luka dibedakan menjadi dua yaitu luka iris dan

luka bakar.

Page 11: Karya Tulis Ilmiah

11

Luka iris merupakan luka yang disebabkan oleh benda tajam.

Luka ini memiliki sifat tepi-tepi luka licin, tidak terdapat hubungan

antara jaringan dan tidak ada jaringan nekrosa (Marsoeki, 1993).

Luka iris dapat ditemukan pada luka insisi akibat pembedahan,

kesembuhannya lebih cepat, dan sedikit jaringan nekrosis pada tepi-

tepi luka, keadaan yang berlawanan ditemukan pada luka

menggunakan gunting, electroscalpel atau laser (Fossum, 1997).

Luka bakar pada dasarnya merupakan fenomena pemindahan panas,

meskipun sumber panasnya dapat bervariasi.

Efek sistemik dan mortalitas yang disebabkan karena luka bakar

sangat ditentukan oleh luas dan dalamnya kulit yang terkena luka

(Ollstein, 1996). Luka tidak dapat dibiarkan sembuh sendiri karena

jika luka tidak dirawat maka dapat menyebabkan komplikasi

penyembuhan luka yaitu dapat terjadi infeksi, perdarahan,

dehiscence dan eviscerasi.

Tujuan merawat luka yaitu untuk mencegah trauma (injury)

pada kulit, membrane mukosa atau jaringan lain yang disebabkan

oleh adanya trauma, fraktur, luka oprasi yang dapat merusak

permukaan kulit (Ismail, 2006). Pengobatan yang dapat dilakukan

selama ini dengan menggunakan antiseptik yang mengandung alat

dan bahan sebagai berikut : Alkohol 70 % ; Aqueos and tincture of

clorhexidine glukonate (hibitane); Aqueos and tincture of

benzalkonium chloride (zephiran chloride); Hydrogen peroxide;

Natrium chloride 0,9 %. Adapun bahan untuk menutup luka meliputi

: Verband dengan berbagai ukuran; sedangkan bahan untuk

mempertahankan balutan adalah : Adhesi ve tapes; Bandages and

binders. Teknik penyembuhan luka yang dianggap terbaik saat ini

adalah dengan membuat lingkungan luka tetap kering (Potter.P,

Page 12: Karya Tulis Ilmiah

12

1998). Perkembangan perawatan luka sejak tahun 1940 hingga tahun

1970, tiga peneliti telah memulai tentang perawatan luka. Hasilnya

menunjukkan bahwa lingkungan yang lembab lebih baik daripada

lingkungan kering. Winter (1962) mengatakan bahwa laju epitelisasi

luka yang ditutup poly-etylen dua kali lebih cepat dari pada luka

yang dibiarkan kering. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

migrasi epidermal pada luka superficial lebih cepat pada suasana

lembab daripada kering, dan ini merangsang perkembangan balutan

luka modern (Potter.P, 1998). Perawatan luka lembab tidak

meningkatkan infeksi. Pada kenyataannya tingkat infeksi pada

semua jenis balutan lembab adalah 2.5% lebih baik disbanding 9%

pada balutan kering (Thompson,J; 2000). Rowel (1970)

menunjukkan bahwa lingkungan lembab meningkatkan megrasi sel

epitel ke pusat luka dan melapisinya sehingga luka lebih cepat

sembuh. Konsep penyembuhan luka dengan teknik lembab ini

merubah penatalaksanaan luka dan memerikan rangsangan bagi

perkembangan balutan lembab (Potter.P, 1998). Penggantian balutan

dilakukan sesuai kebutuhan tidak hanya berdasarkan kebiasaan,

melainkan disesuaikan terlebih dahulu dengan tipe dan jenis luka.

Penggunaan antiseptik hanya untuk yang memerlukan saja karena

efek toksinnya terhadap sel sehat. Untuk membersihkan luka hanya

memakai normal saline (Dewi, 1999). Citotoxic Agent seperti

povidine iodine, asam asetat, seharusnya tidak secara sering

digunakan untuk membersihkan luka karena dapat menghambat

penyembuhan dan mencegah repitelisasi. Luka dengan sedikit debris

dipermukaannya dapat dibersihkan dengan kasa yang dibasahi

dengan sodium klorida dan tidak terlalu banyak manipulasi gerakan

(Walker.D, 1996).

Page 13: Karya Tulis Ilmiah

13

II.3. Tinjauan Umum Mengenai Carboxymethyl Cellulosa Natrium (CMC Na)

Carboxymethyl Cellulose Natrium (CMC Na) dibuat dari selulosa alkali

yang melalui proses kimia diubah, sehingga substitusi baik –CH3 atau

-CH2OOONa untuk proton (H) pada gugus –OH hidroksil pada unit glukosa

polimer sellulosa

CH2OCH2CO2Na

H H -O-

-O- OH H H

H OH

Gambar 3 : Struktur Carboxymethyl Cellulose Natrium (CMC Na).

Penggunaan CMC Na (Sodium Carboxymethyl Cellulose) banyak

dijumpai dalam kehidupan sehari-hari seperti pada produk : Pasta gigi, obat

pencahar atau pil diet begitupun juga dapat dijumpai pada produk es krim,

cat berbasis air, deterjen dan berbagai produk kertas. Karakteristik utama

yang terdapat pada CMC Na sehingga sangat berguna adalah memiliki

viskositas yang tinggi pada konsentrasi rendah, kemampuan penghilang

busa, surfaktan dan kemampuan bulking. Keistimewaan lain dari CMC Na

adalah tidak beracun dan tidak menunjukkan reaksi alergi pada manusia.

Fungsi utama CMC Na adalah sebagai perekat dan juga berfungsi sebagai

pembawa untuk enzim kental, CMC Na benar-benar cukup kuat untuk

digunakan sebagai perekat, sifat CMC Na adalah sangat polar. Polimer

CMC Na juga bertindak sebagai agen di defloc culating hal tersebut

menyebabkan partikel seperti serat untuk tinggal disuspensi dan tidak

menggumpal.

Kelarutan eter dalam air atau pelarut organic tergantung pada derajat

substitusi atau DS, DS maksimum adalah 3,0 tetapi hal tersebut jarang

tercapai, untuk CMC Na sendiri memiliki DS antara 0,38 – 1,40. Umunya

tingkat yang lebih rendah dari DS yang larut dalam air atau alkali; rentang

Page 14: Karya Tulis Ilmiah

14

menengah yang larut dalam air dingin dan DS yang lebih tinggi nilai-nilai

kelarutan menunjukkan peningkatan dalam pelarut organic, sehingga CMC

Na dapat larut dalam air baik dingin maupun panas, dapat juga diencerkan

sampai tingkat tertentu oleh pelarut organic seperti etanol atau aseton. Jenis-

jenis CMC antara lain : CMC Gum 7H (Herculles, Inc, USA), Cellofas B

3500 (ICI, Inggris). Adapun informasi yang dapat diperoleh dari CMC

tersebut adalah : CMC 7H memiliki DS antara 0.65 – 0,85 dengan kadar

Natrium dari 7,0 – 8,5 %, memiliki viskositas tinggi pada konsentrasi 1 %

pada 25˚C (Douglas Adams, 1978), sedangkan Cellofas B 3500 terdiri atas

97,54 % natrium karboksilmetil selulosa, o,98 % natrium klorida, dan 1,48

% natrium glikolat (Douglas Adams, 1978).

Page 15: Karya Tulis Ilmiah

15

BAB III

METODE PENULISAN

III.1. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dipergunakan dalam penulisan karya

tulis ilmiah ini adalah metode studi pustaka dan eksperimen. Metode studi

pustaka (Library research) dilakukan dengan mengumpulkan, membaca,

serta menelaah berbagai literatur yang berhubungan dengan masalah yang

dikaji, informasi tersebut diperoleh dari berbagai sumber seperti ; buku,

kamus, laporan penelitian serta melalui penelusuran situs-situs internet.

Adapun metode eksperimen yang dilakukan adalah dengan memberikan

perlakuan terhadap masing-masing control yaitu control positif dan kontrol

negative. Kontrol positif adalah luka yang diberikan perlakuan dengan

menggunakan obat luka, sedangkan kontrol negatif yakni luka yang

diberikan perlakuan dengan daun jati, maupun luka yang diberikan

perlakuan dari kombinasi antara daun jati dengan CMC Na (Carboxymethyl

Cellulosa Natrium).

III.2. Metode Pengolahan Data

Metode pengolahan data pada karya tulis ilmiah ini adalah data yang

diperoleh diolah dengan melakukan korelasi atau perbandingan diantara

kontrol positif dengan kontrol negatif yakni dengan membandingkan data

antara luka yang diberikan perlakuan dengan daun jati muda yang terlebih

dahulu ditumbuk lalu dibandingkan juga dengan luka yang diberikan

perlakuan dari kombinasi antara daun jati dengan CMC Na, terhadap

kecepatan proses penyembuhan luka.

Page 16: Karya Tulis Ilmiah

16

III.3. Analisis dan Sintesis

III.3.1. Analisis

Data ataupun informasi yang diperoleh selanjutnya dianalisis

dengan cara menghubungkan antara data yang diperoleh dari hasil

perlakuan terhadap kontrol positif dengan kontrol negatif dengan

teori yang terdapat dalam telaah pustaka untuk mengkaji

permasalahan yang ada yang selanjutnya digunakan untuk

pembuatan pembahasan.

III.3.2. Sintesis

Interprestasi data akan dibahas secara kritis dengan cara

mengkaji korelasi positif zat yang terkandung dalam daun jati

(Tectona grandis) terhadap penanganan luka sehingga dapat

digunakan sebagai obat alternatif dengan penanganan luka. Oleh

karena itu, bentuk sintesis dalam karya tulis ilmiah ini merupakan

alternatif untuk lebih memanfaatkan daun jati (Tectona grandis)

secara lebih maksimal oleh masyarakat maupun industri obat dalam

penanganan luka, sehingga daun jati dapat lebih memiliki nilai

ekonomis dan daya guna yang lebih tinggi.

Page 17: Karya Tulis Ilmiah

17

BAB IV

PEMBAHASAN

IV.1. Pengaruh Daun Jati (Tectona grandis) Sebagai Alternatif Penanganan Luka

Tabel 2 : Data hasil eksperimen

Hari

Perlakuan Luka

Obat Luka Daun JatiKombinasi Daun Jati dan

CMC Na

T. Sembuh Sembuh T. Sembuh Sembuh T. Sembuh Sembuh

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

Keterangan :

(Hasil Percobaan)

Berdasarkan data tersebut dapat dilihat perbedaan yang sangat signifikan

pada fase penyembuhan luka untuk setiap kontrol maupun perlakuan, untuk

perlakuan dengan menggunakan obat penyembuh luka diperlukan waktu selama

Page 18: Karya Tulis Ilmiah

18

14 hari sampai luka tersebut benar-benar sembuh, sementara untuk perlakuan

dengan menggunakan daun jati muda (Tectona grandis) yang terlebih dahulu

ditumbuk diperlukan waktu selama 10 hari. Untuk data pada perlakuan luka

dengan pemberian campuran daun jati dengan CMC Na belum diperoleh karena

akan diadakan penelitian lanjutan.

IV.2. Kandungan dalam Daun Jati (Tectona grandis) Sebagai Alternatif

Penanganan Luka

Didalam daun jati (Tectona grandis) mengandung beberapa senyawa

bioaktif seperti alkaloid, saponin, flavonoid, steroid, tannin dan kuinon

(Iswantini et al, 2003) yang mana senyawa tersebut diketahui memiliki sifat

antibakteri sehingga mempercepat proses penyembuhan luka. Mekanisme

kerja dari alkaloid terhadap luka dengan cara mengganggu komponen

penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak

terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel tersebut, sedangkan

untuk saponin dengan tingkat toksisitas yang tinggi melawan fungi

berhubungan dengan interaksi saponin dengan sterol membran sehingga

dapat mengganggu proses terbentuknya membran atau dinding sel sehingga

tidak terbentuk atau terbentuk tidak sempurna.

Flavonoid berfungsi sebagai antibakteri dengan cara membentuk

senyawa kompleks terhadap protein extraseluler yang mengganggu

integritas membran sel bakteri, flavonoid merupakan senyawa fenol

sementara senyawa fenol dapat bersifat koagulator protein, selain itu

flavonoid juga berfungsi menyingkat fase peradangan karena mengandung

antiinflamasi (anti radang) dan juga dapat mencegah terjadinya infeksi pada

luka.

Tannin memiliki aktifitas antibakteri, secara garis besar mekanisme yang

diperkirakan adalah sebagai berikut ; Toksisitas tannin dapat merusak

Page 19: Karya Tulis Ilmiah

19

membran sel bakteri, senyawa astringen tannin dapat menginduksi

pembentukan kompleks senyawa ikatan terhadap enzim atau substrat

mikroba dan pembentukan suatu kompleks ikatan tannin terhadap ion logam

yang dapat menambah daya toksisitas tannin itu sendiri. Tannin diduga

dapat mengkerutkan dinding sel atau membran sel sehingga mengganggu

permeabilitas sel itu sendiri. Akibat terganggunya permeabilitas, sel tidak

dapat melakukan aktifitas hidup sehingga pertumbuhannya terhambat atau

bahkan mati. Tannin juga mempunyai daya antibakteri dengan cara

mempresipitasi protein, karena tannin mempunyai efek yang sama dengan

senyawa fenolik. Efek antibakteri tannin antara lain meliputi ; reaksi dengan

membran sel, inaktifasi enzim dan destruksi atau inaktifasi fungsi materi

genetik.

Untuk itu, kemampuan daun jati (Tectona grandis) untuk menyembuhkan

luka disebabkan adanya zat anti bakteri, dimana zat tersebut berperan

sebagai anti mikroba dan anti jamur. Dengan adanya zat tersebut sebagai

anti bakteri dapat mencegah terjadinya infeksi pada luka sehingga

kesembuhan luka dapat dipercepat. Selain kandungan tersebut, daun jati

juga mengandung proxeronin, zat itu berperan dalam peremajaan sel,

meregenerasi sel yang rusak serta meningkatkan kerja sel. Dengan adanya

proxeronin dalam daun jati dapat meregenerasi sel yang rusak akibat luka

sehingga luka dapat sembuh. Hal ini dapat menjadi suatu terobosan baru

untuk pemanfaatan daun jati yaitu sebagai alternatif penyembuhan dalam

penanganan luka yang mudah dan tanpa efek samping.

Adapun teknik implementasi yang dilakukan dalam penggunaan daun jati

yaitu dengan cara menumbuk daun jati kemudian mengoleskan daun jati

yang sudah ditumbuk tersebut pada bagian tubuh yang luka secara teratur

setiap hari hingga luka tersebut sudah kering dan dinilai sudah sembuh

hingga tidak berbekas lagi pada kulit. Namun disisi lain, penggunaan daun

Page 20: Karya Tulis Ilmiah

20

jati dengan menempelkan daun jati pada kulit harus sering dilakukan karena

keberadaan daun jati tersebut cepat kering sehingga mudah lepas dari kulit.

Sementara itu untuk perlakuan luka dengan menggunakan kombinasi

atau campuran antara daun jati muda dengan CMC Na (Carboxymethyl

Cellulose) belum diperoleh data karena hal tersebut masih dalam proses

tahap penelitian dengan cara mencampurkan daun jati muda yang telah

ditumbuk dengan CMC Na melalui perbandingan 80 % ekstrak daun jati

muda dan 20 % CMC Na dan akan dicobakan pada hewan, setelah hewan

tersebut diberikan campuran antara ekstrak daun jati muda dan CMC Na

maka akan dilihat perkembangan mengenai jumlah angiogenesis, kepadatan

kolagen dan jumlah osteoblas pada proses penyembuhan luka. Berdasarkan

literatur yang ada maka dimungkinkan penyembuhan luka akan lebih cepat

yakni selama 5 hari, jika dibandingkan dengan dua perlakuan awal yang

datanya telah diperoleh, karena fungsi utama dari CMC Na adalah sebagai

perekat, sehingga lebih mempercepat proses penyembuhan luka. Selain itu

keistimewaan lain dari CMC Na adalah tidak beracun dan tidak

menunjukkan reaksi alergi pada manusia. Namun setelah hasilnya nanti

diperoleh sebelum diujikan pada manusia terlebih dahulu harus melalui

serangkaian pengujian seperti uji kandungan, uji toksisitas maupun uji

klinis.

Page 21: Karya Tulis Ilmiah

21

BAB V

PENUTUP

V.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis permasalahan dalam pembahasan maka dapat

disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1. Penggunaan daun jati (Tectona grandis) memiliki pengaruh yang

sangat signifikan terhapap proses penyembuhan luka sehingga dapat

digunakan secara lebih maksimal dalam penanganan luka.

2. Kandungan dari daun jati (Tectona grandis) merupakan senyawa

bioaktif yaitu alkaloid, saponin, flavonoid, steroid, tannin dan kuinon

yang memiliki sifat anti bakteri dan anti mikroba melalui mekanisme

kerja masing-masing sehingga sangat tepat digunakan sebagai

alternative penanganan luka, sehingga luka lebih cepat disembuhkan.

V.2. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini

adalah sebagai berikut :

1. Diharapkan agar masyarakat luas lebih memanfaatkan daun jati

(Tectona grandis) secara maksimal dalam penanganan luka dengan

mengetahui kandungan yang terdapat didalamnya, sehingga lebih

menambah nilai ekonomis yang tinggi dari daun jati tersebut.

2. Diharapkan agar industri obat segera memanfaatkan daun jati sebagai

bahan alternative pembuatan obat luka, karena hal ini dinilai cukup

murah, mudah diperoleh, dan memiliki nilai guna yang tinggi serta

diperoleh proses penyembuhan luka yang cepat.

3. Diharapkan kepada berbagai pihak agar membantu dalam proses uji

kandungan, uji toksisitas maupun uji klinis terhadap hasil yang

nantinya diperoleh dari kombinasi campuran antara ekstrak daun jati

(Tectona grandis) dengan CMC Na (Carboxymethyl Cellulose).

Page 22: Karya Tulis Ilmiah

22

DAFTAR PUSTAKA

Ajizah,  A.,  2004,  Sensitivitas Salmonella  Typhimurium  Terhadap Ekstrak  Daun  Psidium  Guajava  L. Bioscientiae, Vol. 1, No. 1 : 31-8.

Alstair Smith.2006.Campuran dan Senyawa.Bandung : Pakar Raya

Anonymous. 2007. Pasar Tumbuhan Obat; Agrofarmasi (Bagian 1). Naturalife. Pharmacy Bussiness; An Overview of Pharmacy Related and Healthcare Industry.

Anonymous. 2008. Jati Belanda Si Pelangsing Pengusir Kaki Gajah. Al Jazirah Herbal Center.8/07020008. http://aljazirah.blogspot.com/2008/08.

Dwidjoseputro  D.  1994.  Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan

Fossum, T.W. 1997. Small Animal Surgery. USA : Mosby New York

Faure, D. 2002. The family-3 glycoside hydrolises: from housekeeping function to host-microbe interction. APPLED AND ENVIRONMENTAL MICROBIOLOGY 64(4):1485-1490.

Iswantini, D., dkk. 2003.  Identifikasi senyawa bioaktif daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) sebagai pelangsing dengan menggunakan metode enzimatis (enzyme lipase). Jurnal Ilmiah Pertanian Gakuryoku. IX (2) : 138-142.

Lis Maryamah.2008.Hemostatis.Bogor : CV. Arya Duta

Lis Maryamah.2008.Sehat atau Sakit.Bogor : CV. Arya Duta

Marzoeki, D. 1993. Ilmu Bedah Luka dan Perawatannya.Surabaya : Airlangga University Press

Masduki  I,  1996.  Efek  Antibakteri Ekstrak  Biji  Pinang  (Areca  catechu) terhadap  S.  aureus  dan  E.  coli. Cermin Dunia Kedokteran 109 : 21-4.

Ollstein, R.N. 1996. Luka Bakar. Dalam Keterampilan Pokok Ilmu Bedah. Edisi Keempat. T.F. Nealon dan W.H. Nealon. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Page 23: Karya Tulis Ilmiah

23

Parwata  I.M.O.A.  &    Dewi    P.F.S., 2008,    Isolasi  Dan  Uji  Aktivitas Antibakteri  Minyak  atsiri  Dari Rimpang  Lengkuas  (Alpinia  Galanga L). Jurnal Kimia 2 (2) : 100-4.

Robinson,  T.,  1991,  Kandungan OrganikTumbuhan  Tingkat  Tinggi, ITB, Bandung : 132-6.

Thomas, S. 1997. The Management of Extravasation Injury In Neonates. World Wide Wound.

Thomas, S. 2001. An Introduction to The Use of Vacum Assisted Closure. World Wide Wound.

http://erlian-ff07.web.unair.ac.id/artikel_detail-35060.html. [online]. Access on 15 Februari 2012

http://id.wikipedia.org/wiki/Jati. [Online]. Access On 15 Februari 2012

www.webstatsdomain.com/keywords/inventaris+tanaman+Jati. [online]. Access On 14 Februari 2012

www.dephut.go.id/INFORMASI/RRL/IFSP. [online]. Access On 17 Februari 2012

repository.usu.ac.id/../chapter II.pdf. [online]. Access On 17 Februari 2012

Page 24: Karya Tulis Ilmiah

24

LAMPIRAN

Gambar 4 : Alat dan Bahan.

Gambar 5 : Luka pada hewan (tikus).

Gambar 6 : Kontrol positif

Page 25: Karya Tulis Ilmiah

25

Gambar 7 : Kontrol negative.

Gambar 8 : Proses penyembuhan hari ke-9

.

Gambar 9 : Hari ke-10 pada k.positif.

Gambar 10 : Hari ke-10 k.negatif.

Page 26: Karya Tulis Ilmiah

26

Gambar 11 : Hari ke-14 k.positif

Gambar 12 : Praktikan.

Page 27: Karya Tulis Ilmiah

27

BIODATA PENULIS

Nama : Isnaeni Azis

NISN : 9957918426

Alamat : Kel. Raraa

TTL : Ladongi, 09 Januari 1995

Orang Tua : Ayah (Drs. H. Abd. Azis T)

Ibu (Alm. Hj. Nurhaedah, S.Pd)

Karya Ilmiah Yang Pernah dibuat :

1. Pengaruh Polutan Deterjen Terhadap

Populasi Ikan Air Tawar

2. Pemanfaatan Zat Kerak (Crust)

dalam Kulit Kepiting (Cancer SP.)

bagi Kesehatan Manusia

Penghargaan Ilmiah Yang Pernah di Raih :

1. Juara 2 Scientific Student Competition 2011

Page 28: Karya Tulis Ilmiah

28

BIODATA PENULIS

Nama : Muh. Galih Bahtiar

NISN : 9947179415

Alamat : Kel. Ladongi

TTL : Ladongi,24 September 1994

Orang Tua : Ayah (Ansari Togala)

Ibu (Ramlah)

Karya Ilmiah Yang Pernah dibuat :

1. Pemanfaatan Zat Kerak (Crust)

dalam Kulit Kepiting (Cancer SP.)

bagi Kesehatan Manusia

Penghargaan Ilmiah Yang Pernah di Raih :

1. Juara 2 Scientific Student

Competition 2011

Page 29: Karya Tulis Ilmiah

29

BIODATA PENULIS

Nama : Desna Anggara

NISN : 9947179184

Alamat : Desa G. Jaya

TTL : Malaysia, 27 juni 1994

Orang Tua : Ayah (Densi)

Ibu (Hasnawati)

Karya Ilmiah Yang Pernah dibuat :

1. Pemanfaatan Zat Kerak (Crust)

dalam Kulit Kepiting (Cancer SP.)

bagi Kesehatan Manusia

Penghargaan Ilmiah Yang Pernah di Raih :

1. Juara 2 Scientific Student

Competition 2011