Karya Tulis Ilmiah

Embed Size (px)

Citation preview

Karya Tulis Ilmiah MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE PROBLEM-BASED LEARNING PADA POKOK BAHASAN LOGIKA MATEMATIKA DI KELAS X-1 SMA NEGERI 3 BLITAR TAHUN PELAJARAN 2006 / 2007

Oleh: Drs. LULUS PRIYOANANTO, M.Pd NIP. 131 998 743 Disusun Dalam Rangka Pengembangan Profesi Keguruan

PEMERINTAH KOTA BLITAR DINAS PENDIDIKAN DAERAH SMA NEGERI 3 BLITAR Jl. Bengawan Solo Telp (0342) 807225 Blitar 66122

LEMBAR PENGESAHAN

Ketua Pengurus Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kota Blitar menerangkan dengan sebenarnya, bahwa: Nama : Drs. LULUS PRIYOANANTO, M.Pd NIP : 131998743 Jenis Kelamin : Laki-laki Pangkat/Golongan : Pembina IV/a Jabatan : Guru Pembina dan Tugas Tambahan sebagai Kepala Sekolah Mengajar : Matematika Alamat Sekolah : Jalan Bengawan Solo Blitar Alamat Rumah : Perumnas F 34 Tanjungsari Blitar Telepon (0342) 805307 Nama yang identitasnya tersebut di atas telah menyusun Karya Tulis Ilmiah dengan mengadakan penelitian tindakan kelas yang berjudul Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Dengan Metoda Problem-Based Learning Pada Pokok Bahasan Logika Matematika Di Kelas X-1 SMA Negeri 3 Blitar Tahun Pelajaran 2006 2007 Karya Tulis Ilmiah ini sudah kami teliti dan layak untuk diajukan sebagai persyaratan kenaikan pangkat/mengajukan Daftar Usulan Penetapan Angka Kredit (DUPAK) untuk periode penilaian Oktober 2007. Demikian, harap maklum dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Blitar, 30 April 2007 Ketua PGRI Kota Blitar

Drs. Pratignyo Yitno Sutomo, M.Pd NPA: 1317010001

SURAT KETERANGAN No: Kepala Sekolah Menengah Atas( SMA ) Negeri 3 Blitar, menerangkan, bahwa: Nama : Drs. LULUS PRIYOANANTO, M.Pd NIP : 131998743

Pangkat/Golongan : Pembina IV/a Jabatan : Guru Pembina dan Tugas Tambahan sebagai Kepala Sekolah Status Sebagai : Guru Matematika Unit Kerja : SMA Negeri 3 Blitar Jl. Bengawan Solo Telp (0342) 807225 Blitar Telah menyusun Karya Tulis Ilmiah dengan mengadakan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Dengan Metoda ProblemBased Learning Pada Pokok Bahasan Logika Matematika Di Kelas X-1 SMA Negeri 3 Blitar Tahun Pelajaran 2006 2007 sebagai bukti sebuah laporan tertulis dan diharapkan Karya Tulis Ilmiah ini bisa dijadikan referensi pada perpustakaan. Demikian Surat Pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Blitar, 25 April 2007 Kepala Sekolah

Drs. LULUS PRIYOANANTO, M.Pd NIP. 131998743

PENGELOLA PERPUSTAKAAN Pada tanggal 25 April 2007, Pengelola Perpustakaan SMA Negeri Blitar telah menerima Buku Karya Tulis Ilmiah yang berjudul: Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Dengan Metoda Problem-Based Learning Pada Pokok Bahasan Logika Matematika Di Kelas X-1 SMA Negeri 3 Blitar Tahun Pelajaran 2006 2007, hasil karya dari: Nama : Drs. LULUS PRIYOANANTO, M.Pd NIP : 131998743 Pangkat/Golongan : Pembina IV/a Jabatan : Guru Pembina dan Tugas Tambahan sebagai Kepala

Sekolah Status Sebagai : Guru Matematika Unit Kerja : SMA Negeri 3 Blitar Demikian tanda terima ini dibuat sebagai ucapan terima kasih dan semoga hasil karya yang didokumentasikan ini bermanfaat. Blitar, 25 April 2007 Petugas Perpustakaan

SUTADJI, S.Pd NIP. 131483239

ABSTRAK Priyoananto,Lulus.2007. Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Dengan Metode Problem-Based Learning Pada Pokok Bahasan Logika Matematika di Kelas X-1 SMA Negeri 3 Blitar Tahun Pelajaran 2006 / 2007. Kata kunci : Logika, Problem-Based Learning Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya mata pelajaran matematika perlu dicarikan upaya-upaya yang tepat dan efektif serta efisien. Salah satu upayanya adalah pemilihan strategi pembelajaran yang lebih menekankan pada aktivitas belajar siswa dan bukan pada aktifitas mengajar guru. Ada beberapa strategi pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika. Salah satunya adalah Problem-Based Learning. Dalam pembelajaran matematika, khususnya dalam penyelesaian soal-soal logika dibanding dengan strategi pembelajaran lainnya, strategi Problem-Based Learning memiliki beberapa keunggulan, diantaranya siswa lebih aktif untuk berdiskusi dan berkolaborasi dalam menyelesaikan masalah. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal soal pada pokok bahasan Logika Matematika. (2) mengetahui prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Logika Matematika. (3) mengetahui dampak metode Problem-Based Learning dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Logika Matematika. Sedangkan manfaat hasil penelitian diharapkan antara lain bagi siswa: (1) Meningkatkan minat siswa dalam memahami Logika Matematika. (2) Memiliki rasa setia kawan, kerjasama dan tanggung jawab. (3) Memotifasi siswa untuk lebih mantap dalam belajar

matematika terutama pada pokok bahasan Logika Matematika. (4) Siswa mengerti akan pentingnya belajar berkelompok. (5) Siswa dapat saling berinteraksi dalam kelompok untuk menyampaikan pendapat atau mendiskusikan setiap soal pada pokok bahasan Logika Matematika. (6) Siswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam memecahkan masalah melalui pemberian tugas secara berkelompok. Bagi guru: (1) Mendorong untuk meningkatkan profesionalisme guru. (2) Memperbaiki kinerja guru. (3) Menumbuhkan wawasan berfikir ilmiah. (4) Mempermudah pelaksanaan pembelajaran. Bagi sekolah (1) Hasil pembelajaran sebagai umpan balik untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pembelajaran. (2) Meningkatkan kualitas atau mutu sekolah melalui peningkatan prestasi siswa dan kinerja guru Waktu penelitian dilaksanakan mulai tanggal 3 April s/d 18 April 2007. penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus dan setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan tindakan dan refleksi tindakan. Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan dengan tes prestasi belajar, angket dan observasi. Untuk penyajian data disajikan dalam bentuk tabel agar lebih mudah untuk dibaca dengan teknik analisa diskriptif. Pada akhir pelaksanaan tindakan pada setiap siklus tampak ada peningkatan rasa senang, antusias dan keaktifan siswa selama pembelajaran dan hasil pembelajaran disetiap siklus meningkat pula yaitu nilai rata-rata sebelum diadakan penelitian 42,8, pada siklus I 69,4 dan pada siklus II 74,4 dengan prosentase kenaikan nilai rata-rata ulangan harian sebelum diadakan PTK ke siklus I naik 62,15% dari siklus I ke siklus II naik 7,20 %. Jadi dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode Problem-Based Learning dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan logika matematika dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas X-1 SMA Negeri 3 Blitar Tahun Pelajaran 2006-2007.

KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, karena bimbinganNyalah penelitian ini dapat

diselesaikan. Dalam penyusunan penelitian yang berjudul Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Dengan Metode Problem-Based Learning Pada Pokok Bahasan Logika Matematika di Kelas X-1 SMA Negeri 3 Blitar Tahun Pelajaran 2006 / 2007 Peneliti sadari masih jauh dari sempurna, oleh karena itu peneliti sangat mengharapkan koreksi, kritik dan saran dari berbagai pihak untuk perbaikan dan penyempurnaannya. Pada kesempatan yang baik ini peneliti menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada : 1. Bapak Drs. Pratignyo Yitno Sutomo, M.Pd selaku Kepala Dinas Pendidikan Daerah Tingkat II Kota Blitar. 2. Bapak dan Ibu Guru Matematika SMA Negeri 3 Blitar. 3. Semua pihak yang telah ikut membantu dan mendukung kegiatan penelitian ini. Harapan Peneliti semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi para pembaca. Blitar, 25 April 2007 Peneliti DAFTAR ISI Hal ABSTRAK i KATA PENGANTAR iii DAFTAR ISI iv DAFTAR TABEL vi DAFTAR LAMPIRAN vii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 B. Rumusan Masalah 4 C. Tujuan Penelitian 5 D. Manfaat Penelitian 5 E. Batasan Masalah 7 F. Penegasan Istilah 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakekat Belajar dan Pembelajaran 9 B. Prinsip-prinsip Belajar 10 C. Motivasi Belajar 11 D. Pendekatan Belajar 13 E. Masalah-masalah Belajar 14 F. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning) G. Logika Matematika 20 H. Penelitian Tindakan Kelas 25 I. Hipotesis 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Seting Penelitian 29 B. Siklus Penelitian 29 C. Instrumen Penelitian 33 D. Teknik analisa data 35

18

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Siklus I 38 1. Perencanaan 38 2. Pelaksanaan 38 3. Pengamatan 41 4. Refleksi Perbaikan dan Pengayaan 49 B. Siklus II 49 1. Perencanaan 49 2. Pelaksanaan 50 3. Pengamatan 52 4. Refleksi Perbaikan dan Pengayaan 59 C. Pembahasan Hasil Penelitian 60 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 66 B. Saran 67 DAFTAR PUSTAKA 68 DAFTAR TABEL Hal Tabel 1. Data Nilai Ulangan Harian PRA PTK Siswa Kelas X-1 SMA Negeri 3 Blitar Tahun Pelajaran 2006-2007 39 Tabel 2. Tabel 3. Tabel 4. Tabel 5. Tabel 6. Tabel 7. Nilai hasil ulangan Harian Siklus I 42 46

Distribusi Frekuensi Data Perolehan Nilai Siswa pada Siklus I Keaktifan Siswa Mencatat pada Siklus I 46 46

Keaktifan Siswa dalam Belajar Kelompok Siklus I Nilai Hasil Ulangan Harian Siklus II 53

Distribusi Frekuensi Data Perolehan Nilai Siswa pada Siklus II 57 57 58

56

Tabel 8. Keaktifan Siswa Mencatat pada Siklus II Tabel 9.

Keaktifan Siswa dalam Belajar Kelompok Siklus II

Tabel 10. Ringkasan Hasil Pengamatan Kolaborator pada Siklus II

Tabel 11. Hasil Angket tentang Metode Pembelajaran dengan Metode ProblemBased Learning (yang ditujukan dalam bentuk proses) 60 Tabel 12. Data Hasil Belajar Sebelum Diadakan Penelitian 61 62

Tabel 13. Data Hasil Kenaikan Nilai Ulangan Secara Keseluruhan

Tabel 14. Data Hasil Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai dari Siklus I dan Siklus II 62 Tabel 15. Data Hasil Kreatifitas Siswa Mencatat Materi Pelajaran Siklus I dan Siklus II 63

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Silabus 69 2. Tes Evaluasi Siklus I 71 3. Kunci Jawaban Tes Evaluasi Siklus I 4. Tabel Monitoring Kolaborator Siklus I 5. Tes Evaluasi Siklus II 75 6. Kunci Jawaban Tes Evaluasi Siklus II 7. Tabel Monitoring Kolaborator Siklus II 8. Angket 80 9. Foto-Foto Pelaksanaan 81

72 74 77 79

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran matematika banyak guru yang mengeluhkan rendahnya kemampuan siswa dalam menerapkan konsep matematika. Hal ini terlihat dari banyaknya kesalahan siswa dalam memahami konsep matematika sehingga mengakibatkan kesalahan kesalahan dalam mengerjakan soal sehingga mengakibatkan rendahnya prestasi belajar siswa (skor) baik dalam ulangan harian, ulangan semester, maupun ujian akhir sekolah, padahal dalam pelaksanaan proses pembelajaran di kelas biasanya guru memberikan tugas (pemantapan) secara kontinu berupa latihan soal. Kondisi riil dalam pelaksanaannya latihan yang diberikan tidak sepenuhnya dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menerapkan konsep matematika. Rendahnya mutu pembelajaran dapat diartikan kurang efektifnya proses pembelajaran. Penyebabnya dapat berasal dari siswa, guru maupun sarana dan prasarana yang ada, minat dan motivasi siswa yang rendah, kinerja guru yang rendah, serta sarana dan prasarana yang kurang memadai akan menyebabkan pembelajaran menjadi kurang efektif. Saat sekarang ini sistem pembelajaran harus sesuai dengan kurikulum yang menggunakan sistem KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi). Jadi pendidikan tidak hanya ditekankan pada aspek kognitif saja tetapi juga afektif dan psikomotorik.

Metode pembelajaran yang kurang efektif dan efisien, menyebabkan tidak seimbangnya kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik, misalnya pembelajaran yang monoton dari waktu ke waktu, guru yang bersifat otoriter dan kurang bersahabat dengan siswa, sehingga siswa merasa bosan dan kurang minat belajar. Untuk mengatasi hal tersebut maka guru sebagai tenaga pengajar dan pendidik harus selalu meningkatkan kualitas profesionalismenya yaitu dengan cara memberikan kesempatan belajar kepada siswa dengan melibatkan siswa secara efektif dalam proses pembelajaran. Juga mengupayakan siswa untuk memiliki hubungan yang erat dengan guru, dengan teman temannya dan juga dengan lingkungan sekitarnya. Keberhasilan pembelajaran dalam arti tercapainya standar kompetensi, sangat bergantung pada kemampuan guru mengolah pembelajaran yang dapat menciptakan situasi yang memungkinkan siswa belajar sehingga merupakan titik awal berhasilnya pembelajaran (Semiawan, 1985).Banyaknya teori dan hasil penelitian para ahli pendidikan yang menunjukkan bahwa pembelajaran akan berhasil bila siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Atas dasar ini munculah istilah Cara Belajar Siswa Aktif ( CBSA ). Salah satu pendekatan pembelajaran yang mengakomodasi CBSA adalah pembelajaran dengan pemberian tugas secara berkelompok. Pembelajaran Berbasis Masalah dikembangkan dari pemikiran nilai nilai demokrasi, belajar efektif perilaku kerja sama dan menghargai keanekaragaman dimasyarakat. Dalam pembelajaran guru harus dapat menciptakan lingkungan belajar sebagai suatu sistem sosial yang memiliki ciri proses demokrasi dan proses ilmiah. Pembelajaran berbasis masalah merupakan jawaban terhadap praktek pembelajaran kompetensi serta merespon perkembangan dinamika sosial masyarakat. Selain itu pembelajaran berbasis masalah pada dasarnya merupakan pengembangan lebih lanjut dari pembelajaran kelompok. Dengan demikian, metode pembelajaran berbasis masalah memiliki karakteristik yang khas yaitu menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks belajar bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan ketrampilan memecahkan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep esensial dari materi pelajaran. Pembelajaran berbasis masalah digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi dengan situasi berorientasi pada masalah, termasuk didalamnya belajar bagaimana belajar. Menurut Ibrahim dan Nur (2000:2 dalam Nurhadi dkk,2004), Pembelajaran berbasis masalah dikenal dengan nama lain seperti Project-Based Learning (Pembelajaran Proyek), Eksperience-Based Education (Pendidikan Berdasarkan Pengalaman), Authentic learning (Pembelajaran Autentik), dan Anchored instruction (Pembelajaran berakar pada dunia nyata). Peran guru dalam pembelajaran berbasis masalah adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog. Pembelajaran berbasis masalah tidak dapat dilaksanakan tanpa guru mengembangkan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadinya pertukaran ide secara terbuka secara garis besar pembelajaran berbasis masalah terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukankan penyelidikan secara inkuiri. Terkait dengan kurikulum 2004, pembelajaran dengan pemberian tugas secaraberkelompok menjadi salah satu pendekatan yang sebaiknya di kuasai oleh guru baik secara teoritis maupun praktis. Berangkat dari pemikiran tersebut Peneliti

memilih judul Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Dengan Metoda ProblemBased Learning Pada Pokok Bahasan Logika Matematika Di Kelas X-1 SMA Negeri 3 Blitar Tahun Ajaran 2006 2007 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah dengan metode Problem-Based Learning dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengerjakan soal soal latihan pada pokok bahasan Logika Matematika di kelas X-1 SMA Negeri 3 Blitar Tahun Ajaran 2006 - 2007? 2. Apakah dengan metode Problem-Based Learning dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas pada pokok bahasan Logika Matematika di kelas X-1 SMA Negeri 3 Tahun Ajaran 2006 - 2007? 3. Bagaimanakah dampak metode Problem-Based Learning dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Logika Matematika siswa kelas X-1 SMA Negeri 3 Blitar Tahun Ajaran 2006 - 2007?

C. Tujuan Penelitian Untuk memberi arah yang jelas tentang maksud dari penelitian ini dan berdasar pada rumusan masalah yang diajukan, maka tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal soal pada pokok bahasan Logika Matematika di kelas X-1 SMA Negeri 3 Blitar Tahun Ajaran 2006 2007 yang diajarkan dengan metode Problem-Based Learning. 2. Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Logika Matematika di kelas X-1 SMA Negeri 3 Blitar Tahun Ajaran 2006 2007 yang diajarkan dengan metode Problem-Based Learning.. 3. Untuk mengetahui dampak metode Problem-Based Learning dalam meningkatkan prestasi belajar siswa X-1 SMA Negeri 3 Blitar Tahun Ajaran 2006 2007 pada pokok bahasan Logika Matematika. D. Manfaat Penelitian Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, diharapkan dapat memberikan mamfaat bagi : 1. Bagi Siswa a. Meningkatkan minat siswa dalam memahami Pokok Bahasan Logika Matematika. b. Memiliki rasa setia kawan, kerjasama dan tanggung jawab. c. Memotivasi siswa untuk lebih mantap dalam belajar matematika terutama pada pokok bahasan Logika Matematika. d. Siswa mengerti akan pentingnya belajar berkelompok. e. Siswa dapat saling berinteraksi dalam kelompok untuk menyampaikan pendapat atau mendiskusikan setiap soal pada pokok bahasan Logika Matematika. f. Siswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam memecahkan masalah melalui pemberian tugas secara berkelompok

2. Bagi Guru a. Mendorong untuk meningkatkan profesionalisme guru. b. Memperbaiki kinerja guru c. Menumbuhkan wawasan berfikir ilmiah d. Meningkatkan kualitas pembelajaran. 3. Bagi Sekolah a. Hasil pembelajaran sebagai umpan balik untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pembelajaran. b. Meningkatkan kualitas atau mutu sekolah melalui peningkatan prestasi siswa dan kinerja guru.

E. Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Proses pembelajaran matematika dengan metode Problem-Based Learning untuk meningkatkan prestasi belajar matematika dilaksanakan di kelas X-1 SMA Negeri 3 Blitar semester genap tahun pelajaran 2006 / 2007 2. Materi yang diajarkan adalah pada pokok bahasan Logika Matematika F. Penegasan Istilah Sehubungan dengan luasnya permasalahan yang ada dan untuk menghindari kesalahan penafsiran, maka diberikan penegasan istilah sebagai berikut : 1. Prestasi belajar Prestasi belajar adalah suatu nilai yang menunjukkan hasil tertinggi dalam belajar yang dicapai menurut kemampuan anak dalam mengerjakan sesuatu pada saat tertentu pula. (Sumartono, 1971). Dalam penelitian ini yang dimaksud mengerjakan sesuatu adalah menyelesaikan soal soal pokok bahasan Logika Matematika. Sedang yang dimaksud pada saat tertentu adalah pada saat dilakukan ulangan harian. 2. Logika Matematika Logika Matematika adalah Pokok bahasan dalam pelajaran matematika yang diajarkan di kelas X SMA pada semester genap. 3. Pemberian Tugas Secara Berkelompok Pemberian tugas secara berkelompok adalah pemberian tugas kepada siwa yang dikerjakan oleh dua orang siswa atau lebih, dimana siswa belajar dapat bekerjasama untuk sampai pada pengalaman belajar yang optimal, baik pengalaman individu maupun kelompok .(Johnson, 1991 dalam Santoso, 1998 ). 4. Pengajaran Berbasis Masalah Pengajaran berbasis masalah (Problem-Based Learning) adalah suatu pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan ketrampilan pemecahannya, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.(Nurhadi, Burhan & Agus, 2004

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakekat Belajar dan Pembelajaran Belajar pada prinsipnya adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara siswa dengan sumber-sumber atau obyek belajar baik secara sengaja dirancang atau tanpa sengaja dirancang (Suliana,2005). Kegiatan belajar tersebut dapat dihayati (dialami) oleh orang yang sedang belajar. Selain itu kegiatan belajar juga dapat di amati oleh orang lain. Belajar yang di hayati oleh seorang pebelajar (siswa) ada hubungannya dengan usaha pembelajaran, yang dilakukan oleh pembelajar (guru). Pada satu sisi, belajar yang di alami oleh pebelajar terkait dengan pertumbuhan jasmani yang siap berkembang. Pada sisi lain, kegiatan belajar yang juga berupa perkembangan mental tersebut juga didorong oleh tindakan pendidikan atau pembelajaran. Dengan kata lain, belajar ada kaitannya dengan usaha atau rekayasa pembelajar. Dari segi siswa, belajar yang dialaminya sesuai dengan pertumbuhan jasmani dan perkembangan mental, akan menghasilkan hasil belajar sebagai dampak pengiring, selanjutnya, dampak pengiring tersebut akan menghasilkan program belajar sendiri sebagai perwujudan emansipasi siswa menuju kemandirian. Dari segi guru, kegiatan belajar siswa merupakan akibat dari tindakan pendidikan atau pembelajaran. Proses belajar siswa tersebut menghasilkan perilaku yang dikehendaki, suatu hasil belajar sebagai dampak pengajaran. (Dimyati & Mudjiono, 2002) B. Prinsip-prinsip Belajar Para ahli meneliti gejala-gejala dari berbagai sudut pandang ilmu. Mereka telah menemukan teori-teori dan prinsip-prinsip belajar. Diantara prinsip-prinsip belajar yang penting berkenaan dengan : 1. Perhatian dan motivasi belajar siswa 2. Keaktifan belajar 3. Keterlibatan dalam belajar 4. Pengulangan belajar 5. Tantangan semangat belajar 6. Pemberian balikan dan penguatan belajar 7. Adanya perbedaan individual dalam perilaku belajar Perhatian dapat memperkuat kegiatan belajar, menggiatkan perilaku untuk mencapai sasaran belajar. Perhatian berhubungan dengan motivasi sebagai tenaga penggerak belajar. Motivasi dapat bersifat internal atau eksternal, maupun intrinsik atau ekstrinsik. Yang dimaksud dengan motivasi yang bersifat internal adalah motivasi yang datang dari diri sendiri. Motivasi yang bersifat eksternal adalah motivasi yang datang dari orang lain. Yang dimaksud dengan motivasi yang bersifat intrinsik adalah tenaga pendorong yang sesuai dengan perbuatan yang dilakukan. Sebagai contoh, seorang siswa yang dengan sungguh-sungguh mempelajari matapelajaran disekolah karena ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya. Sedang motivasi ekstrinsik adalah tenaga pendorong yang ada di luar perbuatan yang dilakukannya tetapi menjadi penyertanya. Sebagai contoh, seorang siswa belajar sungguh-sungguh bukan disebabkan karena ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya tetapi didorong oleh keinginan untuk naik kelas atau

mendapatkan ijazah. Naik kelas dan mendapatkan ijazah adalah penyerta dari keberhasilan belajar. Dewasa ini para ahli memandang siswa adalah seorang individu yang aktif. Oleh karena itu, peran guru bukan sebagai satu-satunya pembelajar, tetapi sebagai pembimbing, fasilitator dan pengarah. Belajar memang bersifat individual, oleh karena itu belajar berarti suatu keterlibatan langsung atau pemerolehan pengalaman individual yang unik. Belajar tidak terjadi sekaligus, tetapi akan berlangsung penuh pengulangan berkali-kali, bersinambungan, tanpa henti. Belajar yang berarti bila bahan belajar tersebut menantang siswa. Belajar juga akan menjadi terarah bila ada balikan dan penguatan dari pembelajar. Betapapun pembelajaran yang telah direkayasa secara pedagogis oleh guru, hasil belajar akan terpengaruh oleh karakteristik psikis, kepribadian dan sifat-sifat individual pebelajar. C. Motivasi Belajar Siswa belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya. Kekuatan mental itu berupa keinginan, perhatian atau cita-cita. Kekuatan mental tersebut dapat tergolong rendah atau tinggi. Ada sebagian ahli psikologi pendidikan yang menyebut kekuatan mental yang mendorong terjadinya belajar tersebut sebagai motivasi belajar. Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap dan perilaku pada individu belajar (Koeswara, 1989; Siagia, 1989; Sehein, 1991; Biggs & Telfer, 1987 dalam Dimyati & Mudjiono, 2002 ). Sebagai kekuatan mental, motivasi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu: 1. Motivasi Primer Motivasi Primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar. Motif-motif dasar tersebut umumnya berasal dari segi biologis atau jasmani manusia. (Dimyati & Mudjiono, 2002) 2. Motivasi Sekunder Motivasi Sekunder adalah motivasi yang dipelajari. Hal ini berbeda dengan motivasi primer. Sebagai ilustrasi seorang yang lapar akan tertarik pada makan dibanding belajar. Untuk memperoleh makanan tersebut orang harus bekerja terlebih dahulu. Agar dapat bekerja dengan baik, orang harus belajar bekerja. Bekerja dengan baik merupakan motivasi sekunder. Bila orang bekerja dengan baik, maka ia akan memperoleh gaji berupa uang. Uang tersebut merupakan penguat motivasi sekunder. Uang merupakan penguat umum, agar orang bekerja dengan baik. Bila orang memiliki uang setelah ia bekerja dengan baik, maka ia dapat membeli makanan untuk menghilangkan rasa lapar. (Jalaludin Rahmad, 1991; Sumadi Suryabrata, 1991 dalam Dimyati & Mudjiono, 2002) Berdasarkan sifatnya, motivasi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu : 1. Motivasi Intrinsik Motivasi Intrinsik adalah motivasi yang dikarenakan orang tersebut senang melakukannya.(Dimyati & Mudjiono, 2002) 2. Motivasi Ekstrinsik Motivasi Ekstrinsik adalah dorongan terhadap perilaku seseorang yang ada diluar perbuatan yang dilakukannya. Orang berbuat sesuatu, karena dorongan dari luar seperti adanya hadiah dan menghindari hukuman.(Dimyati & Mudjiono, 2002)

D. Pendekatan Belajar Belajar dapat dilakukan di sembarang tempat, kondisi, dan waktu. Cepatnya informasi lewat radio, televisi, film, internet, surat kabar, majalah, dapat mempermudah belajar. Meskipun informasi dapat dengan mudah diperoleh, tidak dengan sendirinya seseorang terdorong untuk memperoleh pengetahuan, pengalaman, pengetahuan dan ketrampilan daripadanya. Guru profesional memperlukan pengetahuan dan keterampilan pendekatan pembelajaran agar mampu mengelola berbagai pesan sehingga siswa terbiasa belajar sepanjang hayat. Pendekatan pembelajaran dapat berarti anutan pembelajaran yang berusaha meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik siswa dalam pengolahan pesan sehingga tercapai sasaran belajar. Dalam belajar tentang pendekatan belajar tersebut, orang dapat melihat pengorganisasian siswa, posisi guru-siswa dalam pengolahan pesan, dan pemerolehan kemampuan dalam pembelajaran. Pendekatan pembelajaran dengan pengorganisasian siswa dapat dilakukan dengan pembelajaran secara individual, pembelajaran secara kelompok, dan pembelajaran secara klasikal. (Dimyati & Mudjiono, 2002) E. Masalah-masalah Belajar Dari sisi siswa yang bertindak belajar akan menimbulkan masalah-masalah internal belajar. Dari sisi guru, yang memusatkan perhatian pada pebelajar yang belajar maka akan muncul faktor-faktor eksternal yang memungkinkan terjadinya belajar. Faktor internal yang dialamai oleh siswa meliputi hal-hal seperti; sikap terhadap belajar, motivasi belajar, konsentrasi belajar, kemampuan mengolah bahan belajar, kemampuan menyimpan perolehan hasil belajar, kemampuan menggali hasil belajar yang tersimpan, kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar, rasa percaya diri siswa, intelegensi dan keberhasilan belajar, kebiasaan belajar dan cita-cita siswa. Faktor-faktor internal ini akan menjadi masalah sejauh siswa tidak dapat menghasilkan tindak belajar yang menghasilkan hasil belajar yang baik. (Dimyati & Mudjiono, 2002) Faktor eksternal meliputi hal-hal sebagai berikut; guru sebagai pembimbing belajar, prasarana dan sarana pembelajaran, kebijakan penilaian, lingkungan siswa di sekolah, dan kurikulum sekolah. Dari sisi guru sebagai pembelajar maka peranan guru dalam mengatasi masalah-masalah eksternal belajar merupakan prasyarat terlaksanannya siswa dapat belajar.(Dimyati & Mudjiono, 2002) Sumadi Suryabrata (1984) mengklasifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar sebagai berikut : 1. Faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelajar, dan ini masih lagi digolongkan menjadi dua golongan, yaitu : a. Faktor-faktor non-sosial Kelompok faktor-faktor ini boleh dikatakan juga tidak terbilang jumlahnya, seperti misalnya : keadaan suhu, suhu udara, cuaca, waktu (pagi, siang atau malam), tempat (letaknya, pergedungannya), alat-alat yang dipakai untuk belajar (alat tulis, buku, alat peraga, dan sebagainya yang dapat kita sebut sebagai alat pelajaran). b. Faktor-faktor sosial Yang dimaksud dengan faktor sosial disini adalah faktor manusia (semua manusia), baik manusia itu hadir maupun kehadirannya itu dapat disimpulkan, jadi tidak langsung hadir.

Kehadiran orang atau orang-orang lain pada waktu seseorang sedang belajar, banyak kali mengganggu belajar itu; misalnya kalau satu kelas murid sedang melaksanakan ujian, lalu banyak anak-anak lain bercakap-cakap di samping kelas, atau seseorang sedang belajar di kamar, satu atau dua orang hilir mudik keluar masuk kamar belajar itu dan sebagainya. Selain kehadiran yang langsung seperti yang dikemukakan di atas, mungkin juga orang lain itu hadir tidak secara langsung atau dapat disimpulkan kehadirannya; misalnya saja potret dapat merupakan representasi dari seseorang, suara nyanyian yang dihidangkan lewat radio maupun tape recorder juga dapat merupakan representasi bagi kehadiran seseorang. 2. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pelajar, dan ini pun dapat lagi digolongkan menjadi dua golongan yaitu : a. Faktor-faktor fisiologi Faktor-faktor fisiologi ini masih dapat lagi dibedakan menjadi dua macam, yaitu : 1) Keadaan tonus jasmani pada umumnya Keadaan tonus jasmani pada umumnya ini dapat dikatakan melatar belakangi aktivitas belajar, keadaan jasmani yang segar akan lain pengaruhnya dengan keadaan jasmani yang kurang segar, keadaan jasmani yang lelah lain pengaruhnya dari pada yang tidak lelah. Dalam hubungannya dengan hal ini ada dua hal yang perlu dikemukakan yaitu : (a) Nutrisi harus cukup karena kekurangan kadar makanan ini akan mengakibatkan kurangnya tonus jasmani, yang pengaruhnya dapat berupa kelesuan, lekas mengantuk, lekas lelah dan lain sebagainya. (b) Beberapa penyakit yang kronis sangat mengganggu belajar itu. 2) Keadaan fungsi-fungsi fisiologi tertentu terutama fungsi-fungsi alat indra. b. Faktor-faktor psikologi Arden N. Frandsen (dalam S. Suryabrata, 1984) mengatakan bahwa hal yang mendorong seseorang untuk belajar adalah sebagai berikut: 1) Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas 2) Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan temanteman. 3) Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan kooperasi maupun kompetensi 4) Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran 5) Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari pada belajar.

F. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning) Pembelajaran berbasis masalah (Problem-Based Learning) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Pembelajaran berbasis masalah digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah, termasuk didalamnya belajar bagaimana belajar. Menurut Ibrahim dan Nur (2002:2 dalam Nurhadi dkk, 2004), Pembelajaran berbasis

masalah dikenal dengan nama lain seperti Project-based Teaching (pembelajaran proyek), Experience-Based Education (pendidikan berdasarkan pengalaman), Authentic learning (Pembelajaran autentik), dan Anchored instructian (pembelajaran berakar pada kehidupan nyata). Peran guru dalam pembelajaran berbasis masalah adalah menyajikan masalah, mengajukan masalah tidak dapat dilaksanakan tanpa guru mengembangkan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadinya pertukaran ide secara terbuka. Secara garis besar pembelajaran berbasis masalah terdiri dari penyajian kepada siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri. 1. Ciri-ciri pengajaran berbasis masalah Berbagai pengembangan pembelajaran berbasis masalah menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut : a. Pengajuan pertanyaan atau masalah b. Berfokus pada ketrampilan antar disiplin c. Penyelidikan autentik d. Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya 2. Tujuan pembelajaran dan hasil pembelajaran Pengajaran berbasis masalah dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pembelajaran berbasis masalah dikembangkan terutama untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual; belajar tentang berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi; dan menjadi pembelajar yang otonom dan mandiri. (Nurhadi, Burhan & Agus, 2004) 3. Tahapan pembelajaran berbasis masalah Pengajaran berbasis masalah biasanya terdiri dari lima tahapan utama yang dimulai guru memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah yang diakhiri dengan penyajian dan analisa hasil kerja siswa. a. Tahap pertama adalah orientasi siswa terhadap masalah. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa agar terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih. b. Tahap kedua adalah mengorganisasi siswa untuk belajar. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. c. Tahap ketiga adalah membimbing penyelidikan individual dan kelompok. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan penyelesaian masalahnya. d. Tahap keempat adalah mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Guru membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai dengan laporan, video dan model serta membantu mereka berbagi tugas dengan temannya. e. Tahap kelima adalah menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-peoses yang mereka gunakan. G. Logika Matematika 1. Pernyataan

Pernyataan adalah suatu kalimat yang deklaratif yang bernilai benar saja atau salah saja, tetapi tidak sekaligus benar dan salah. Yang dimaksud benar atau salah adalah sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Setiap pernyataan adalah kalimat tetapi tidak semua kalimat adalah pernyataan. Contoh : a. 4 kurang dari 5 (benar) b. 6 adalah bilangan prima (salah) Suatu pernyataan biasanya dilambangkan dengan memakai huruf kecil, seperti a,b,c,.......o,p,q, dan seterusnya. Contoh : Pernyataan 4 kurang dari 5 Ditulis p : 4 kurang dari 5 Benar atau salah dari suatu pernyataan dapat ditentukan melalui dasar empiris dan tak empiris. Dasar empiris yaitu menentukan benar atau salah dari suatu pernyataan berdasarkan fakta yang ada atau dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh : Ibu kota Indonesia adalah Jakarta, merupakan pernyataan benar. Dasar tak empiris yaitu menentukan benar atau salah dari suatu pernyataan dengan memakai bukti atau perhitungan-perhitungan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh : Akar persamaan 3X - 2 = 4 adalah 2, merupakan pernyataan benar. 2. Kalimat Terbuka Kalimat terbuka adalah kalimat yang mengandung variabel, dan jika variabel tersebut di ganti konstanta dengan semesta yang sesuai maka kalimat itu akan menjadi kalimat yang bernilai benar saja atau salah saja. Variabel adalah simbol yang menunjukkan suatu anggota yang belum spesifik dalam semesta pembicaraan. Dan konstanta adalah simbol yang menunjukkan anggota tertentu (yang sudah spesifik) dalam semesta pembicaraan. Contoh : a. 2 + x = 5, untuk nilai x variabel bilangan cacah. b. 4x+3>9, untuk nilai x variabel bilangan asli. 3. Ingkaran dan Negasi (~) Ingkaran atau negasi adalah kebalikan dari suatu pernyataan. Jika pernyataan yang semula bernilai benar jika dinegasi maka akan menjadi bernilai salah, atau sebaliknya pernyataan yang semula bernilai salah bila dinegasi maka akan bernilai benar.Contoh : a bila dinegasi ~a (berarti bukan a). Adapun tabel kebenarannya adalah sebagai berikut: p ~p B S S B ) Konjungsi ( 4. Konjungsi adalah dua pernyataan bernilai benar jika kedua komponennya bernilai benar. Konjungsi adalah kata lain dari perangkai dan. Tabel kebenarannya adalah sebagai berikut: q Q p P B B B B S S S B S S S S

) Disjungsi ( 5. Disjungsi adalah dua pernyataan bernilai benar jika salah satu komponennya bernilai benar atau bernilai salah bila kedua komponennya bernilai salah. Disjungsi adalah kata lain dari perangkai atau. Tabel kebenarannya adalah sebagai berikut: p q B B B S S B S S pvq B B B S

)6. Implikasi ( Implikasi adalah dua pernyataan majemuk yang disusun dari dua buah pernyataan p q) pernyataan tersebut bernilaidan q dengan bentuk jika p maka q (p salah jika p bernilai benar dan q bernilai salah dan yang lainnya bernilai benar. Tabel kebenarannya adalah sebagai berikut: qp q p B B B B S S S B B S S B )7. Biimplikasi ( Biimplikasi adalah pernyataan yang dibentuk dari dua pernyataan p dan q dengan menggunakan kata hubung jika dan hanya jika. Biimplikasi dua pernyataan akan bernilai benar jika komponen-komponennya memiliki kebenaran yang sama. Tabel kebenarannya adalah sebagai berikut: qp q p B B B B S S S B S S S B 8. Pernyataan Majemuk Pernyataan majemuk adalah pernyataan yang dibentuk dari beberapa pernyataan tunggal (komponen) yang dirangkai dengan menggunakan kata hubung logika. ~q) ! Contoh : tunjukkan dengan nilai kebenaran pernyataan majemuk ~(p ~q) Jawab : tabel kebenaran ~(p ~q) ~q) ~(p q ~q (p p B B S B S B S B B S S B S S B S S B B S

9. Tautologi Tautologi adalah suatu pernyataan majemuk yang selalu selalu benar untuk semua kemungkinan nilai kebenaran dari pernyataan-pernyataan komponennya. 10. Ekuivalen Dua buah pernyataan dikatakah ekuivalen jika kedua pernyataan majemuk itu mempunyai nilai kebenaran yang sama. 11. Kuantor Universal Kuantor universal adalah pernyataan yang menggunakan kata semua atau setiap pernyataan yang berkuantor universal semua A adalah B 12. Kuantor Eksistensi Kuantor Ekstensial adalah pernyataan yang menggunakan kata ada atau beberapa. H. Penelitian Tindakan Kelas 1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) adalah suatu bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru yang hasilnya dimanfaatkan sebagai alat untuk pengembangan keahlian mengajar peningkatan profesionalisme guru, pengembangan sekolah, pengembangan kurikulum dan lain lain ( Mc. Niff ; 1992 : 1 dalam Djuweni, 2005 : 2 ). Jenis penelitian ini merupakan penelitian praktis yang dilakukan dikelas dan bertujuan untuk menemukan strategi pembelajaran yang tepat untukmemperbaiki praktik pembelajaran yang ada. 2. Karakteristik PTK Penelitian tindakan kelas mempunyai ciri yang nampak jelas yaitu: a. Situasional artinya sesuai dengan diagnosa masalah dalam konteks tertentu yang diangkat dari praktik pembelajaran sehari-hari yang dirasakan oleh guru dan siswa. b. Bersifat self evaluatif yaitu dalam memodifikasi kegiatan praktis dilakukan sendiri secara kontinu dan dievaluasi hingga mencapai perbaikan yang nyata. c. Kolaboratif artinya dalam pelaksanaan tindakan kelas guru dapat bekerja sama secara partisipatif dengan guru lain, kepala sekolah, peneliti ahli ataupun siswa sehingga perspektif terhadap obyek dan hasil penelitian objektif. d. Penelitian tindakan kelas memanfaatkan data hasil pengamatan dan perilaku empiris yang bukan sekedar kesan impresionistik subjektif. 3. Manfaat PTK Ditinjau dari segi akademik penelitian tindakan kelas bermanfaat untuk membantu guru menghasilkan pengetahuan yang valid dan relevan dengan kondisi kelas mereka untuk memperbaiki proses pembelajaran jangka pendek ( Raka Joni, 1995 dalam Djuweni, 2005 :4) a. Pelaksanaan inovasi pembelajaran dari bawah ( bottom up) b. Pengembangan kurikulum ditingkat kelas dan sekolah c. Meningkatkan profesionalisme guru yaitu melalui pengkajian dan pengembangan secara sistematik dan berkelanjutan. 4. Menurut model Kemis dan Mc. Taggart, pelaksanaan penelitian tindakan mencakup empat langkah : a. Merumuskan masalah dan merencanakan tindakan. b. Melaksanakan tindakan dan melaksanakan monitoring.

c. Refleksi hasil pengamatan. d. Perubahan / revisi perencanaan untuk kegiatan selanjutnya. Mc. Kernan menyebutkan tujuh langkah dalam PTK a. Analisis situasi atau mengenal medan b. Perumusan dan klasifikasi masalah c. Hipotesis tindakan d. Perencanaan tindakan dan monitoring e. Implementasi tindakan dan monitoring f. Evaluasi hasil tindakan g. Refleksi dan pengambilan keputusan untuk pengembangan selanjutnya. 5. Identifikasi dan Merumuskan Masalah Untuk membantu pengidentifikasian masalah, ada beberapa sumber yang dapat dijadikan acuan : 1) Bacaan terutama yang berisi laporan penelitian, 2) Seminar, diskusi dan pertemuan ilmiah, 3) Pernyataan ahli atau orang orang yang memegang otoritas, 4) Pengamatan, 5) Pengalaman pribadi dan 6) Perasaan intuitif. ( Suryabrata, 1983). I. Hipotesis Keberhasilan pembelajaran, dalam arti tercapainya tujuantujuan pembelajaran, sangat bergantung pada kemampuan guru dalam mengolah Pembelajaran. Pembelajaran yang baik dapat menciptakan situasi yang memungkinkan anak belajar sehingga merupakan awal keberhasilan pembelajaran. Didalam kurikulum 2004 yaitu KBK siswa dituntut untuk lebih kreatif, imajinatif, mandiri, bekerja sama dan solider. Pengalaman dan kegiatan pembelajaran menunjukkan aktifitas belajar yang perlu dilakukan siswa dalam rangka mencapai penguasaan standart kompetensi. Pengalaman belajar yang diciptakan harus mampu mengembangkan ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik, Oleh karena itu keahlian guru dalam memilih model pembelajaran yang sesuai dengan standart kompetensi yang akan dicapai sangat diperlukan. Model pembelajaran yang mungkin digunakan guru diantaranya adalah pembelajaran dengan metode Problem-Based Learning. Dimana didalam pembelajaran berbasis masalah siswa dituntut untuk lebih kreatif, bertanggungjawab terhadap diri, kelompok dan lingkungannya. Berdasarkan kerangka teoritik diatas, maka hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Dengan metode Problem-Based Learning dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengerjakan soal soal latihan pada pokok bahasan Logika Matematika di kelas X-1 SMA Negeri 3 Blitar Tahun Ajaran 2006 - 2007? 2. Dengan metode Problem-Based Learning dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas pada pokok bahasan Logika Matematika di kelas X-1 SMA Negeri 3 Tahun Ajaran 2006 - 2007? 3. Dampak metode Problem-Based Learning sangat baik dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Logika Matematika siswa kelas X-1 SMA Negeri 3 Blitar Tahun Ajaran 2006 - 2007? BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Seting Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 3 Blitar pada kelas X-1 semester genap tahun pelajara 2006/2007 dengan pokok bahasan Logika Matematika dengan Metode ProblemBased Learning. SMA Negeri 3 Blitar adalah salah satu sekolah negeri yang berada dibawah Dinas Pendidikan Daerah Kota Blitar yang beralamatkan di Jl. Ahmad Yani No. 94A Telp (0342) 801525 Blitar. Jumlah siswa sebanyak 411 siswa terdiri dari 11 kelas yang terbagi menjadi 3 tingkatan yaitu tingkat X, XI dan XII adapun dari masing-maisng tingkat terbagi menjadi 4 kelas dan 3 kelas yaitu kelas X-1, X-2, X-3, X-4, XI-IA, XI IS-1, XI IS-2, XI IS-3,XII IA,XII IS-1 dan XII IS-2 jumlah guru sebanyak 37 orang. Sebagai obyek dalam penelitian ini adalah kelas X-1 yang berjumlah 40 siswa dimana Peneliti mengajar pada kelas tersebut. B. Siklus Penelitian Setelah persiapan dianggap cukup baru penelitian dimulai, Peneliti membagi penelitian menjadi dua siklus. Sedangkan waktunya mulai tanggal 3 April s/d 18 April 2007. Langkah langkah yang di tempuh dalam penelitian ini adalah : 1. Siklus I 1. Perencanaan ( Planing ) Dalam tahap Perancanaan Peneliti bersama Kolaborator mempersiapkan : Silabus Soal soal ulangan harian Instrumen penelitian Materi pelajaran yaitu Logika Matematika 2. Pelaksanaan ( Acting ) Tahap pelaksanaan dilaksanakan didalam kelas dengan melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan silabus yang telah disediakan. Peneliti membimbing siswa dalam menyelesaikan soal Logika Matematika dengan pendekatan Problem-Based Learning membentuk suatu diskusi kelompok kecil. Peneliti memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya, Sementara Kolaborator mengamati proses pembelajaran sebagai bahan diskusi selanjutnya. 3. Pengamatan ( Observing ) Kolaborator melakukan pengamatan terhadap kegiatan siswa, baik tentang sikap maupun tingkah laku selama kegiatan pembelajaran 4. Refleksi ( Reflecting ) Dalam tahap ini merupakan kegiatan menganalisa, mensintesa dari hasil pengamatan selama proses pembelajaran pada siklus I berlangsung dan diadakan ulangan harian yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar baik secara individu maupun klasikal. Bila ternyata pada tahap ini seluruh siswa telah mencapai standart ketuntasan minimal, maka langsung dilanjutkan dengan siklus II. e. Perbaikan dan Pengayaan Jika pengamatan dan penilaian dari hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan hasilnya kurang sesuai dengan yang diharapkan, dengan pedoman ketuntasan belajar secara klasikal maupun individu maka dicari penyebab dan penyelesaian untuk mengatasi

permasalahan yang dihadapi, kemudian dilakukan perbaikan dengan mengadakan ulangan kembali sebagai remedial dan pengayaan bagi siswa yang telah mendapat standart ketuntasan minimal. 2. Siklus II Pada siklus II merupakan tindak lanjut dari siklus I dengan memperhatikan hasil observasi, dan hasil diskusi dengan Kolaborator serta hasil belajar siswa juga mengetahui ketuntasan belajar siswa secara individu maupun klasikal, maka Peneliti bersama Kolaborator merencanakan proses pembelajaran selanjutnya. Adapun langkah langkah pada siklus II adalah sebagai berikut: 1. Perencanaan Menyiapkan silabus Menyiapkan soal soal evaluasi II Instrumen penelitian Materi pelajaran yaitu Logika Matematika 2. Pelaksanan Tindakan Siswa melaksanakan kegiatan belajar sesuai dengan perencanaan pembelajaran yang telah ditentukan. Pada siklus II pelaksanaan pembelajaran perlu dimodofikasi sedikit, ini diharapkan akan lebih memberi motivasi dan semangat siswa dalam belajar. 3. Pengamatan ( Observasi ) Ketika siswa melakukan kegiatan belajar pada siklus II, Kolaborator mengamati perubahan sikap dengan memberikan instrumen (angket) yang harus diisi oleh siswa dan juga diamati pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan memperlihatkan hasil nilai ulangan II. 4. Refleksi Dalam tahap ini merupakan kegiatan menganalisa, mensintesa dari hasil pengamatan selama proses pembelajaran pada siklus II berlangsung, dan diadakan ulangan harian yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar baik secara individu maupun klasikal e. Perbaikan Jika dari hasil pengamatan dan penilaian dari hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan hasilnya kurang sesuai dengan yang diharapkan, sesuai dengan pedoman ketuntasan belajar secara klasikal maupun individu, maka dicari penyebab dan penyelesaian untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi, kemudian dilakukan perbaikan dengan mengadakan ulangan kembali sebagai remedial dan pengayaan bagi siswa yang telah mencapai standart ketuntasan minimal. C. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan pada waktu melaksanakan penelitian dalam upaya mencari dan mengumpulkan data penelitian dalam masalah ini hasil ulangan harian pada pokok bahasan Logika Matematika pada kelas X-1 semester genap SMA Negeri 3 Blitar tahun pelajaran 2006 / 2007 dan respon kondisi pembelajaran dari siswa. Untuk mencapai maksud tersebut di atas, peneliti dalam hal ini menggunakan metode pengumpulan data, yaitu : Metode Test Metode Angket Metode Observasi

Penjelasan. a. Metode Test Yang dimaksud dengan metode tes adalah suatu metode yang digunakan untuk mengetahui pengetahuan yang dimiliki seseorang dengan menggunakan soal soal isian dengan batasan tertentu. Tes digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan intelegensi kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok dan sebagainya yang telah dipilih dengan sempurna dan standart tertentu. Metode tes yang digunakan pada ini adalah ulangan harian yang dilakukan pada akhir siklus guna memperoleh data yang diinginkan. b. Metode Angket Metode angket adalah suatu metode pengumpulan data dengan jalan mengajukan suatu daftar pertanyaan tertulis kepada sejumlah individu dan individu yang diberi daftar pertanyaan tersebut diminta untuk memberikan jawaban secara tertulis pula. Pada penelitian ini digunakan sejumlah angket langsung dan tertutup. Dikatakan angket langsung, karena individu yang diberi agket tersebut adalah orang yang diinginkan langsung datanya yaitu siswa. Dikatakan angket tertutup, karena pertanyaan pertanyaan dalam angket sudah disediakan alternatif alternatif jawaban dan siswa tinggal memilih salah satu jawaban tersebut. Pada penelitian ini metode angket digunakan untuk mengetahui pendapat siswa terhadap pelajaran matematika terutama pada pokok bahasan Logika Matematika. Sedang angket yang digunakan adalah angket langsung dan tertutup Metode Observasi. Didalam pengertian psikologi, observasi atau yang disebut dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap obyek dengan menggunakan seluruh alat indra. Jadi mengobservasi adalah pengamatan langsung melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba dan pengecap. Disini guru sebagai peneliti melakukan pengamatan terhadap segala fenomena yang muncul dalam setiap siklus. Kehadiran guru sebagai penelitidan kolaborator tidak diketahui obyek penelitian, karena observasi yang dilakukan adalah obserasi partisipasif dalam bentuk team teaching. Teknik observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi dengan menggunakan format yang sudah disiapkan (check list) pada lembarsehingga kolaborator tinggal memberi tanda observasi. D. Teknik analisa data Teknik analisa data merupakan unsur yang sangat penting dalam setiap kali melakukan penelitian. Semua data yang telah terkumpul tidak akan berarti kalau tidak diadakan penganalisaan. Hasil dari penganalisaan akan memberikan gambaran, arah serta tujuan dan maksud penelitian. Penelitian ini menggunakan analisa statistik sederhana, yaitu dengan analisa diskriptif. Analisa diskriptif adalah model analisa dengan cara membandingkan rata-rata prosentasenya, kemudian kenaikan rata-rata pada setiap siklus. Disini yang dianalisa yaitu tentang hasil ulangan pada tiap siklus. Dari hasil ulangan tersebut, dapat ditafsirkan tentang ketuntasan belajar siswa. Dalam

penelitian ini untuk ketuntasan belajar siswa individu maupun klasiklal digunakan pedoman ketuntasan siswa, sebagai berikut. 1. Ketuntasan Perorangan. Seorang siswa dikatakan berhasil (mencapai ketuntasan) belajar bila telah mencapai taraf penguasaan minimal 60% atau dengan nilai 60. Bagi siswa yang taraf penguasaannya kurang dari 60% diberikan remidi pada pokok bahasan yang belum dikuasai, sedangkan bagi siswa yang telah mencapai penguasaan 60% atau lebih dapat melanjutkan kepokok bahasan berikutnya. 2. Ketuntasan Klasikal Suatu kelas dikatakan telah berhasil (mencapai ketuntasan belajar) jika paling sedikit 85% data jumlah siswa dalam kelas tersebut telah mencapai ketuntasan perorangan dengan ketentuan sebagai berikut : a. Apabila sudah terdapat 85% dari jumlah siswa keseluruhan dalam kelas yang mencapai tingkat ketuntasan belajar maka kelas tersebut dapat melanjutkan kegiatan pada satuan pembelajaran berikutnya. b. Apabila jumlah siswa yang mencapai tingkat ketuntasan belajar masih kurang dari 85% maka: Siswa yang taraf penguasaannya kurang dari 60% harus diberi program perbaikan mengenai bagian-bagian pelajaran yang belum dikuasai. Siswa yang telah mencapai taraf penguasaan 60% atau lebih dapat diberikan program pengayaan. c. Untuk menentukan prosentase dari pencapaian ketuntasan siswa maupun kelas adalah sebagai berilut : Prosentase ketuntasan siswa = x 100 % Prosentase ketuntasan kelas = x 100 % Keterangan : sp = skor perolehan st = skor total s = jumlah siswa yang mencapai ketuntasan t = jumlah siswa total dalam kelas Jika dalam suatu kelas ketuntasan siswa lebih atau sama dengan 85% maka pembelajaran yang dilaksanakan guru dapat dikatakan berhasil. Tetapi jika ketuntasan siswa kurang dari 85% maka pembelajaran yang dilaksanakan guru belum berhasil dan perlu diperhatikan mengenai metode dalam pembelajarannya. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Agar dalam penelitian ini Peneliti mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan maka Peneliti menggunakan metode siklus. Adapun pelaksanaan dari siklus-siklus tersebut adalah sebagai berikut : A. Siklus I 1. Perencanaan a. Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai yang direncanakan dengan Kolaborator dengan bentuk klasikal. b. Siswa duduk berkelompok sesuai dengan tempat duduk yang berdekatan dalam satu garis bangku dengan anggota 4 5 orang. c. Guru memberikan tugas secara berkelompok dan individu.

d. Guru mengamati proses berlangsungnya belajar kelompok. e. Kolaborator membuat catatan pribadi (catatan lapangan). f. Guru memberikan tes kepada siswa. 2. Pelaksanaan Siklus I ini merupakan tahap awal dari penelitian yaitu dengan mengambil data ulangan harian siswa yang terakhir sebelum diadakan penelitian, hal ini digunakan sebagai pembanding. Data ulangan harian kelas X-1 yang terakhir adalah sebagai berikut : Tabel 1. Data nilai ulangan harian PRA PTK siswa kelas X-1 SMA Negeri 3 Blitar Tahun Pelajaran 2006 2007. No Nama Siswa Nilai Ulangan 1 Beny Purbo W. 50 2 Benny Candra Irawan 30 3 Adiwena Nugroho 30 4 Agiek Donaya 50 5 Ajeng Maretya Nur Utami 60 6 Aknes Dwi Anggraini 70 7 Andri Wibisono 70 8 Andry Wahyu Saputra 30 9 Anik Imama 40 10 Apris Novita 30 11 Aulia Sintya Puspaningrum 40 12 Burhanuddin AuzaI 50 13 Dea Rianingtyas 40 14 Dezery Natalia 20 15 Arfan Arie Noorcahya 20 16 Evik Dwi Priagung 70 17 Fahmi Kurniawan 50 18 Fisiko Riski Saputra 20 19 Frischa Santoso 50 20 Gatut Bayu Kurniawan 30 21 Gita Rizki Permatasari 30 22 Hendra Dwi Ary Wardana 50 23 Heni Aprianiningsih 60 24 Indriani Fitria Ningrum 70 25 Irvan Hendra Sukmawan 70 26 Kurnia Margajaya 30 27 Linda Rulias Diana 40 28 Lucky Novitasari 30 29 M. Ignatia Desti Dwitia Warkadiany 40 30 Meiska Susi Andry Astuti 50 31 N. Yesy Gustami 40 32 Nene Yulieka Hariati 20 33 Nina Yuli Kurnianingtyas 20 34 Oscar Dhiaz Wahyu Pamungkas 70 35 R.rr. Ken Berlian Kautsari 50

36 Riadhini Febrianty 20 37 Romi Asmoro 50 38 Vitria Devianti 40 39 Eka Dian Rahmawati 40 40 Wydha Mustika Maharani 40 Rata-rata 42,8 Pelaksanaan pembelajaran siklus I dilaksanakan pada tanggal 3 April 2007 yang pelaksanaannya sebagai berikut : Setelah tanda pelajaran dimulai Peneliti masuk ke kelas X-1 yang dipilih untuk obyek penelitian. Peneliti mengucapkan salam kemudian dibahas tentang pernyataan dan kalimat terbuka. Peneliti memberikan pertanyaan-pertanyaan tentang pernyataan dan kalimat terbuka dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa tentang pernyataan dan kalimat terbuka. Selain diharapkan dapat membangkitkan kreativitas siswa dalam mengungkapkan pendapat dan apa yang siswa ketahui tentang pernyataan dan kalimat terbuka. Kemudian siswa disuruh menyebutkan contoh-contoh pernyataan dan kalimat terbuka dalam kehidupan sehari-hari. Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang apa yang belum difahami. Kemudian Peneliti menerangkan apa yang belum dimengerti oleh siswa sehingga siswa menjadi faham. Apabila siswa telah paham, maka Peneliti memberikan soal-soal untuk dikerjakan. Terlebih dahulu siswa disuruh membentuk kelompok secara heterogen yang beranggotakan 4 5 orang dan soal tersebut dikerjakan secara berkelompok. Peneliti mengamati dan berkeliling untuk memberikan bimbingan bagi siswa yang masih mengalami kesulitan. Selanjutnya Peneliti menunjuk siswa untuk mengerjakan kedepan dari hasil pekerjaan yang telah dikerjakan. Sebelum kegiatan pembelajaran pertama berakhir, Peneliti memberikan soal-soal latihan (evaluasi 1) yang harus dikerjakan siswa dan selanjutnya dikumpulkan. Dari hasil latihan ini dijadikan sebagai sumber data pertama. Pada kegiatan ini soal yang Peneliti berikan berjumlah 2 butir soal dengan nomor 1 (a sampai dengan e) dan nomor 2 (a sampai dengan e) dengan alokasi waktu 30 menit. 3. Pengamatan Berdasarkan dari catatan lapangan, pada saat berlangsungnya belajar kelompok ada diantara salah satu kelompok yang dua anggotanya bercengkerama sendiri tentang hal diluar materi diskusi. Peneliti menegur dan menyuruh untuk aktif berinteraksi dengan kelompoknya dalam mendiskusikan masalah yang telah diberikan oleh Peneliti. Sementara itu ada seorang siswa yang makan makanan ringan didalam kelas kemudian ditegur oleh Peneliti. Pada setiap kelompok yang antusias membahas tugas yang diberikan rata-rata 2 atau 3 orang sedang anggota lain cukup aktif. Pengamatan diluar proses belajar kelompok yaitu Peneliti memeriksa buku catatan masing-masing siswa setelah penyajian materi. Ternyata ada beberapa siswa yang tidak mencatat dengan berbagai alasan. Ditinjau dari ketuntasan siswa, datanya dapat dilihat dari tabel 2 Tabel 2. Nilai Hasil Ulangan Harian Siklus I ANALISA HASIL ULANGAN HARIAN SIKLUS

Mata Pelajaran : Matematika Pokok Bahasan : Logika Matematika / pernyataan dan Ingkaran Kelas/Semester : X-1 / Genap Tahun Ajaran : 2006 2007 Jumlah Soal : 10 soal Jumlah Siswa : 40 No Nama Skor yang diperoleh tiap item soal Jml % pencapaian ketuntasan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 Beny Purbo W. 10 10 10 0 10 10 10 0 0 10 70 70% Tuntas 2 Benny Candra Irawan 10 0 10 10 0 10 10 0 0 10 60 60% Tuntas 3 Adiwena Nugroho 10 0 10 0 0 10 10 10 10 0 60 60% Tuntas 4 Agiek Donaya 10 10 10 10 10 0 10 0 10 0 70 70% Tuntas 5 Ajeng Maretya Nur Utami 10 10 10 10 10 10 10 0 0 0 70 70% Tuntas 6 Aknes Dwi Anggraini 10 10 10 10 10 10 10 0 10 10 90 90% Tuntas 7 Andri Wibisono 10 10 10 0 10 10 10 10 10 10 90 90% Tuntas 8 Andry Wahyu Saputra 10 10 10 0 10 0 10 0 0 10 60 60% Tuntas 9 Anik Imama 10 10 10 0 0 10 10 0 10 10 70 70% Tuntas 10 Apris Novita 10 10 10 0 0 10 10 0 10 10 70 70% Tuntas 11 Aulia Sintya Puspaningrum 10 0 10 0 10 10 10 10 10 10 80 80% Tuntas 12 Burhanuddin AuzaI 10 10 10 10 0 10 0 0 10 10 70 70% Tuntas 13 Dea Rianingtyas 10 0 0 0 10 10 10 10 0 10 60 60% Tuntas 14 Dezery Natalia 10 10 10 0 0 10 0 0 10 10 60 60% Tuntas 15 Erfan Arie Noorcahya 10 0 10 0 0 10 10 0 10 10 60 60% Tuntas 16 Evik Dwi Priagung 10 0 10 10 10 10 10 10 10 10 90 90% Tuntas 17 Fahmi Kurniawan 10 0 10 0 0 0 10 10 10 10 60 60% Tuntas 18 Fisiko Riski Saputra 10 10 10 0 0 10 0 0 10 10 60 60% Tuntas 19 Frischa Santoso 10 10 10 0 10 10 10 0 0 10 70 70% Tuntas 20 Gatut Bayu Kurniawan 10 0 10 10 0 10 10 0 0 10 60 60% Tuntas 21 Gita Rizki Permatasari 10 0 10 0 0 10 10 10 10 0 60 60% Tuntas 22 Hendra Dwi Ary Wardana 10 10 10 10 10 0 10 0 10 0 70 70% Tuntas

23 Heni Aprianiningsih 10 10 10 10 10 10 10 0 0 0 70 70% Tuntas 24 Indriani Fitria Ningrum 10 10 10 10 10 10 10 0 10 10 90 90% Tuntas 25 Irvan Hendra Sukmawan 10 10 10 0 10 10 10 10 10 10 90 90% Tuntas 26 Kurnia Margajaya 10 10 10 0 10 0 10 0 0 10 60 60% Tuntas 27 Linda Rulias Diana 10 10 10 0 0 10 10 0 10 10 70 70% Tuntas 28 Lucky Novitasari 10 10 10 0 0 10 10 0 10 10 70 70% Tuntas 29 M. Ignatia Desti Dwitia W 10 0 10 0 10 10 10 10 10 10 80 80% Tuntas 30 Meiska Susi Andry Astuti 10 10 10 10 0 10 0 0 10 10 70 70% Tuntas 31 N. Yesy Gustami 10 0 0 0 10 10 10 10 0 10 60 60% Tuntas 32 Nene Yulieka Hariati 10 10 10 0 0 10 0 0 10 10 60 60% Tuntas 33 Nina Yuli Kurnianingtyas 10 0 10 0 0 10 10 0 10 10 60 60% Tuntas 34 Oscar Dhiaz Wahyu P 10 0 10 10 10 10 10 10 10 10 90 90% Tuntas 35 R.rr. Ken Berlian Kautsari 10 0 10 0 0 0 10 10 10 10 60 60% Tuntas 36 Riadhini Febrianty 10 10 10 0 0 10 0 0 10 10 60 60% Tuntas 37 Romi Asmoro 10 0 10 0 0 10 10 0 10 10 60 60% Tuntas 38 Vitria Devianti 10 0 10 10 10 10 10 10 10 10 90 90% Tuntas 39 Eka Dian Rahmawati 10 0 10 0 0 0 10 10 10 10 60 60% Tuntas 40 Wydha Mustika Maharani 10 10 10 0 0 10 0 0 10 10 60 60% Tuntas Jumlah skor 400 230 380 130 190 330 380 140 300 340 2770 Jumlah skor maks 400 400 400 400 400 400 400 400 400 400 4000 Skor rata-rata 10,0 5,9 9,5 3,3 4,8 8,3 9,5 3,5 7,5 8,5 69,3 Skor tercapai 100% 59% 95% 33% 48% 83% 95% 35% 75% 85% 69,3% Hasil Analisa a. Ketuntasan belajar Banyak siswa seluruhnya 40 siswa Banyak siswa yang tuntas belajarnya 40 siswa Prosentase banyaknya siswa yang tuntas 100 %

b. Kesimpulan 1) Tidak perlu diadakan perbaikan karena siswa tuntas semua 2) Perlu perbaikan pengajaran untuk soal no. 4, 5 dan 8 Dari analisa diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan telah berhasil sebab prosentase siswa yang tuntas belajar mencapari 100 % dari siswa kelas X-1. Suatu kelas dikatakan berhasil jika mencapai ketuntasan belajar minimal 85% dari jumlah siswa dalam kelas tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran telah berhasil dan dapat dilajutkan ketahap pembelajaran berikutnya. Sedangkan dari soal yang diberikan, ternyata soal no. 4, 5 dan 8 perlu mendapatkan perbaikan karena dari skor yang tercapai ada 33% untuk soal no. 4, 48 % untuk soal no. 5 dan 35 % untuk soal no. 8. Nilai rata-rata secara klasikal adalah 69,3 Ditinjau dari perolehan nilai hasil tes datanya dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Data Perolehan Nilai Siswa pada Siklus I Kelompok Nilai Itervsl nilai Siklus I Kualitas Nilai F % 1 0 59 0 0% Kurang 2 60 89 33 83% Cukup 3 90 100 7 17% Baik Dari tabel 3. dapat dilihat bahwa siswa yang memperoleh nilai kurang tidak ada. Ditinjau dari keaktifan siswa mencatat materi pelajaran, datanya dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Keaktifan Siswa Mencatat pada Siklus I No Keaktifan Siswa Mencatat pada materi pelajaran Siklus I F % 1 Aktif 33 Orang 83% 2 Tidak Aktif 7 Orang 17% Jumlah 40 Orang 100% Ditinjau dari keaktifan siswa dalam belajar kelompok melalui lembar catatan lapangan, datanya dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Keaktifan Siswa dalam Belajar Kelompok Siklus I No Keaktifan Siswa Siklus I F % 1 Aktif 22 Orang 56% 2 Cukup aktif 11 Orang 28% 3 Tidak Aktif 7 Orang 17% Jumlah 40 Orang 100% Hasil pengamatan kinerja pada bagian pendahuluan, penutup dan situasi kelas termasuk kategori cukup. Tetapi pada bagian tertentu misalnya ketrampilan mengarahkan siswa untuk menjawab soal, mengamati cara siswa menyelesaikan masalah masih perlu ditingkatkan lagi. Dari hasil pengamatan kinerja guru pada siklus I masih diperlukan

upaya dalam memotivasi siswa, menghubungkan dengan pelajaran yang telah lalu dan memberikan waktu yang cukup kepada siswa yang belum selesai mengerjakan soal. Hasil pengamatan pada siklus I tentang kinerja dapat dilihat pada tabel berikut : Table 5. Ringkasan Hasil Pengamatan Kolaborator Pada Siklus I No Aspek Yang Diamati Penilaian dan pengamatan Kurang Cukup Baik 1 Pendahuluan a. Memotivasi minat siswa b. Menghubungkan dengan pelajaran yang lalu c. Menyampaikan tujuan pembelajaran 2 Kegiatan inti a. Memberikan masalah Problem-Based Learning b. Mengarahkan siswa untuk menemukan jawaban dan cara menjawab soal dengan memberi bantuan seperlunya c. Mengamati cara siswa menyelesaikan masalah secara bergiliran d. Mengajak siswa membandingkan / mendiskusikan jawaban dengan jawaban temannya e. Mendorong siswa untuk mengemukakan pemikirannya atau menanggapi pendapat temannya. f. Menghargai berbagai pendapat g. Mengarahkan siswa menarik kesimpulan h. Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya atau menjawab pertanyaan

3. Penutup a. Menegaskan kembali kesimpulan materi b. Memberi tugas pada siswa 4. Pengelolaan waktu 5 Penampilan guru (ceria, bersih dan rapi) 6 Suasana kelas a. Antusias siswa b. Antusias guru Kolaborator

4. Refleksi Perbaikan dan Pengayaan Berdasarkan hasil pelaksanaan dan pengamatan pada siklus I ditemukan kegagalan yaitu : a. Dilihat dari perolehan nilai tes, siswa yang memperoleh nilai baik (90 100) adalah 7 orang (17%), yang memperoleh nilai cukup (60 89) adalah 33 siswa (83 %), tetapi yang memperolah nilai kurang (0 59) tidak ada (0 %). b. Dilihat dari keaktifan mencatat materi yang diberikan, siswa yang tidak aktif mencatat ada 7 orang ( 17 %) dari 40 siswa. c. Dilihat dari keaktifan siswa dalam belajar kelompok, siswa yang tidak aktif ada 7 siswa (17%) dari 40 siswa. B. Siklus II 1. Perencanaan Pada siklus II Peneliti lebih meningkatkan kegiatan pembelajaran dari apa yang telah dilakukan pada siklus I yaitu ingin meningkatkan kreatifitas siswa kelas X1 SMA Negeri 3 Blitar dalam pembelajaran kelompok. Adapun perencanaannya adalah sebagi berikut : a. Peneliti menyajikan materi pelajaran yang telah dirancang bersama Kolaborator

b. Siswa diminta belajar kelompok untuk membahas penyelesaian soal-soal Logika Matematika c. Peneliti memberikan tugas secara berkelompok dan individu d. Siswa diberi kesempatan secara kelompok untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas e. Peneliti memberikan bimbingan kepada setiap kelompok yang mengalami kesulitan menyelesaikan soal-soal logika matematika. f. Kolaborator membuat catatan pribadi g. Peneliti memberikan tes dan angket kepada siswa. 2. Pelaksanaan Suklus II dilaksanakan pada tanggal 11 Maret 2007 yang membahas tentang disjungsi dan konjungsi. Adapun pelaksanaanya sama seperti siklus I tetapi dimodifikasi sedikit lebih menekankan pada kreativitas siswa dalam belajar. Setelah menyampaikan materi berkenaan dengan disjungsi dan konjungsi kemudian Peneliti memberikan soal di papan tulis. Peneliti membagi semua siswa dalam kelompok heterogen yang tediri atas 4 5 orang tiap kelompok : a. Tiap orang dalam masing-masing kelompok membuat soal-soal yang ada hubungannya dengan pokok bahasan seperti yang dicontohkan di papan tulis. b. Membicarakan soal yang telah dibuat masing-masing orang dalam kelompok. c. Mendiskusikan soal yang dipilih sebagai soal kelompoknya d. Masing-masing anggota kelompok mengerjakan soal berdasarkan pertanyaan hasil kesepakatan. e. Membandingkan jawaban antar anggota kelompok. Dengan tugas yang terstuktur tersebut diharapkan mereka belajar bagaimana menggunakan pertanyaan untuk membantu mereka dalam merencanakan, memantau dan mengevaluasi pemecahan masalah yang mereka hadapi. Hal serupa dilakukan oleh kelompok-kelompok lain dalam kelas tersebut. Setelah masing-masing kelompok mendiskusikan kegiatan diatas, masing-masing anggota kelompok berusaha untuk menjawab soal berdasarkan pertanyaan hasil diskusi kelompok. Sedangkan siswa sedang membuat jawaban soal secara individu, Peneliti berkeliling memantau kemajuan siswa, antara lain memeriksa apakan siswa sudah bekerja sesuai dengan rencana atau belum. Jika Peneliti mendapati siswa menemui kesulitan, maka Peneliti perlu memberi bantuan antara lain mengingatkan langkahlangkah penyelesaiaan soal, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi. Jawaban masing masing kelompok didiskusikan dalam kelompok tersebut. Secara acak Peneliti menunjuk salah satu anggota kelompok tersebut untuk mempresentasikan penyelesaiaanya dan menjelaskan kepada semua siswa tentang proses penyelesaian soal yang dikerjakan. Peneliti membantu siswa yang menemui kesulitan dalam menyelesaikan soal.Sebelum kegiatan pembelajaran berakhir, peneliti memberikan soal-soal latihan (evaluasi 2) yang harus dikerjakan siswa dan selanjutnya diberikan angket untuk diisi oleh siswa. 3. Pengamatan Berdasarkan catatan lapangan, pada saat berlangsungnya belajar kelompok pada awalnya

setiap siswa kelihatan aktif dalam kelompoknya masing-masing. Hal ini disebabkan karena Peneliti berkeliling melihat-lihat cara kerja masing-masing kelompok, secara bergantian Peneliti membimbing bagai mana cara yang benar dalam menyelesaikan soalsoal logika yang diberikan. Pada saat bersamaan, sewaktu Peneliti memberikan bimbingan kepada kelompok III ada seorang dari kelompok I sedang makan makanan ringan dan Peneliti menegurnya supaya aktif berinteraksi dengan kelompoknya. Adapun pengamatan diluar proses belajar kelompok yaitu Peneliti memeriksa catatan setiap siswa setelah materi diberikan. Ternyata ada seorang siswa yang tidak mencatat. Ditinjau dari keaktifan siswa dalam belajar kelompok melalui lembar catatan lapangan, dapat dilihat pada tabel 6. Ditinjau dari ketuntasan siswa, datanya dapat dilihat dari table 6. Tabel 6. Nilai Hasil Ulangan Harian siklus II ANALISA HASIL ULANGAN HARIAN SIKLUS II Mata Pelajaran : Matematika Pokok Bahasan : Logika Matematika / Disjungsi dan Konjungsi Kelas/Semester : X 1 / Genap Tahun Ajaran : 2006 2007 Jumlah Soal : 10 soal Jumlah Siswa : 40 No Nama Skor yang diperoleh tiap item soal Jml % pencapaian ketuntasan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 Beny Purbo W. 10 0 10 0 10 10 10 0 10 10 70 70% Tuntas 2 Benny Candra Irawan 10 10 10 0 0 10 10 0 0 10 60 60% Tuntas 3 Adiwena Nugroho 10 10 0 10 0 10 10 10 0 0 60 60% Tuntas 4 Agiek Donaya 10 10 10 0 10 0 10 0 10 10 70 70% Tuntas 5 Ajeng Maretya Nur Utami 10 10 10 10 10 10 10 0 10 10 90 90% Tuntas 6 Aknes Dwi Anggraini 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 100 100% Tuntas 7 Andri Wibisono 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 100 100% Tuntas 8 Andry Wahyu Saputra 10 10 0 0 10 10 10 0 0 10 60 60% Tuntas 9 Anik Imama 10 10 10 10 10 10 10 10 0 0 80 80% Tuntas 10 Apris Novita 10 10 10 10 0 10 10 0 10 0 70 70% Tuntas 11 Aulia Sintya Puspaningrum 10 10 10 10 10 10 10 0 10 10 90 90% Tuntas 12 Burhanuddin AuzaI 10 0 10 0 10 10 10 0 10 10 70 70% Tuntas 13 Dea Rianingtyas 10 10 0 10 10 10 10 0 0 10 70 70% Tuntas 14 Dezery Natalia 10 10 10 0 10 10 0 0 10 0 60 60% Tuntas

15 Erfan Arie Noorcahya 10 10 10 10 0 10 0 10 0 0 60 60% Tuntas 16 Evik Dwi Priagung 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 100 100% Tuntas 17 Fahmi Kurniawan 10 0 10 10 0 10 10 0 10 10 70 70% Tuntas 18 Fisiko Riski Saputra 10 10 10 0 0 10 10 10 0 0 60 60% Tuntas 19 Frischa Santoso 10 0 10 0 10 10 10 0 10 10 70 70% Tuntas 20 Gatut Bayu Kurniawan 10 10 10 0 0 10 10 0 0 10 60 60% Tuntas 21 Gita Rizki Permatasari 10 10 0 10 0 10 10 10 0 0 60 60% Tuntas 22 Hendra Dwi Ary Wardana 10 10 10 0 10 0 10 0 10 10 70 70% Tuntas 23 Heni Aprianiningsih 10 10 10 10 10 10 10 0 10 10 90 90% Tuntas 24 Indriani Fitria Ningrum 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 100 100% Tuntas 25 Irvan Hendra Sukmawan 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 100 100% Tuntas 26 Kurnia Margajaya 10 10 0 0 10 10 10 0 0 10 60 60% Tuntas 27 Linda Rulias Diana 10 10 10 10 10 10 10 10 0 0 80 80% Tuntas 28 Lucky Novitasari 10 10 10 10 0 10 10 0 10 0 70 70% Tuntas 29 M. Ignatia Desti Dwitia W 10 10 10 10 10 10 10 0 10 10 90 90% Tuntas 30 Meiska Susi Andry Astuti 10 0 10 0 10 10 10 0 10 10 70 70% Tuntas 31 N. Yesy Gustami 10 10 0 10 10 10 10 0 0 10 70 70% Tuntas 32 Nene Yulieka Hariati 10 10 10 0 10 10 0 0 10 0 60 60% Tuntas 33 Nina Yuli Kurnianingtyas 10 10 10 10 0 10 0 10 0 0 60 60% Tuntas 34 Oscar Dhiaz Wahyu P 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 100 100% Tuntas 35 R.rr. Ken Berlian Kautsari 10 0 10 10 0 10 10 0 10 10 70 70% Tuntas 36 Riadhini Febrianty 10 10 10 0 0 10 10 10 0 0 60 60% Tuntas 37 Romi Asmoro 10 10 10 10 0 10 0 10 0 0 60 60% Tuntas 38 Vitria Devianti 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 100 100% Tuntas 39 Eka Dian Rahmawati 10 0 10 10 0 10 10 0 10 10 70 70% Tuntas

40 Wydha Mustika Maharani 10 10 10 0 0 10 10 10 0 0 60 60% Tuntas Jumlah skor 400 330 390 250 250 380 350 170 240 260 2970 Jumlah sekor maks 400 400 400 400 400 400 400 400 400 400 4000 Sekor rata-rata 10,0 8,3 9,8 6,3 6,3 9,5 8,8 4,3 6,0 6,5 74,3 Skor tercapai 100% 83% 98% 63% 63% 95% 88% 43% 60% 65% 74,3%

Hasil Analisa a. Ketuntasan belajar Banyak siswa seluruhnya 40 siswa Banyak siswa yang tuntas belajarnya 40 siswa Prosentase banyaknya siswa yang tuntas 100 % b. Kesimpulan 1) Pada siklus II Tidak perlu diadakan perbaikan karena siswa tuntas semua. 2) Perlu perbaikan pengajaran untuk soal no 8 3) Dari analisa diatas, kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan berhasil dengan tuntas sebab prosentase siswa yang tuntas belajar mencapai 100 % dari jumlah siswa secara keseluruhan. Dalam hal ini menunjukan kegiatan penilaian yang dilaksanakan telah berhasil. Dan perlu perbaikan pengajaran untuk soal no 8 Ditinjau dari perolehan nilai tes dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7. Distribusi Frekuensi Data Perolehan Nilai Siswa pada Siklus II Kelompok Nilai Itervsl nilai Siklus II Kualitas Nilai F % 1 0 59 0 0% kurang 2 60 89 29 72% cukup 3 90 100 11 28% baik Ditinjau dari keaktifan siswa mencatat materi pelajaran, datanya dapat dilihat pada tabel 8. Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa ada 2 siswa (6%) dari 40 siswa yang tidak aktif mencatat materi. Tabel 8. Keaktifan Siswa Mencatat pada Siklus II No Keaktifan Siswa Mencatat pada materi pelajaran Siklus II F % 1 Aktif 38 Orang 94% 2 Tidak Aktif 2 Orang 6% Jumlah 40 Orang 100% Tabel 9. Keaktifan Siswa dalam Belajar Kelompok Siklus II No Keaktifan Siswa Siklus II F % 1 Aktif 33 Orang 83%

2 3

Cukup aktif 7 Orang 17% Tidak Aktif 0 Orang 0% Jumlah 40 Orang 100%

Hasil pengamatan kinerja pada bagian pendahuluan, penutup dan situasi kelas termasuk kategori baik. Tetapi pada bagian tertentu misalnya ketrampilan mengarahkan siswa untuk menjawab soal, mengamati cara siswa menyelesaikan masalah masih perlu ditingkatkan lagi. Dari hasil pengamatan kinerja pada siklus II masih diperlukan upaya dalam memotifasi siswa, menghubungkan dengan pelajaran yang telah lalu dan memberikan waktu yang cukup kepada siswa yang belum selesai mengerjakan soal. Hasil pengamatan pada siklus II tentang kinerja dapat dilihat pada tabel berikut : Table 10. Ringkasan Hasil Pengamatan Kolaborator Pada Siklus II No Aspek Yang Diamati Penilaian dan pengamatan Kurang Cukup Baik 1 Pendahuluan a. Memotivasi minat siswa b. Menghubungkan dengan pelajaran yang lalu c. Menyampaikan tujuan pembelajaran 2 Kegiatan inti a. Memberikan masalah Problem-Based Learning b. Mengarahkan siswa untuk menemukan jawaban dan cara menjawab soal dengan memberi bantuan seperlunya c. Mengamati cara siswa menyelesaikan masalah secara bergiliran d. Mengajak siswa membandingkan / mendiskusikan jawaban dengan jawaban temannya e. Mendorong siswa untuk mengemukakan pemikirannya atau menanggapi pendapat temannya. f. Menghargai berbagai pendapat g. Mengarahkan siswa menarik kesimpulan h. Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya atau menjawab pertanyaan

3. Penutup a. Menegaskan kembali kesimpulan materi b. Memberi tugas pada siswa 4. Pengelolaan waktu 5 Penampilan guru (ceria, bersih dan rapi)

6 Suasana kelas a. Antusias siswa b. Antusias guru Kolaborator

4. Refleksi Berdasarkan hasil pelaksanaan dan pengamatan pada siklus II dilihat adanya peningkatan bila dibadingkan dengan siklus I yaitu : a. Dilihat dari distribusi frekuensi perolehan nilai adanya peningkatan peningkatan

yaitu nilai 90 100 sebebanyak 11 siswa (28% dari 40 siswa) b. Dilihat dari keaktifan mencatat meteri pelajaran yang diberikan, siswa yang tidak aktif mencatat ada 2 siswa (6%) dari 40 siswa c. Dilihat dari keaktifan siswa dalam belajar kelompok, siswa yang tidak aktif tidak ada.. d. Dilihat dari nilai tes, yang mendapat nilai kurang (0 - 60) tidak ada. Meskipun nilai siswa pada siklus I ke siklus II ada yang mengalami peningkatan dan ada yang mengalami penurunan tetapi semua sudah mencapai ketuntasan. Dengan demikian pelaksanaan siklus II dikatakan berhasil. Setelah pembelajaran diberikan angket yang hasilnya adalah sebagai berikut : Table 11. hasil angket tentang metode pembelajaran dengan menggunakan metode Problem-Based Learning (yang ditunjukkan dalam bentuk proses) No Hal-hal yang dinilai Sangat Suka Suka Biasa Tidak Suka 1 Mempelajari matematika dengan cara menggunakan Problem-Based Learning 33% 56% 11% 0% 2 Dengan model pembelajaran tersebut lebih mudah dalam memahami soal-soal logika matematika 6% 39% 44% 11% 3 Memudahkan dalam menyelesaikan soal-soal logika matematika 11% 44% 39% 6% 4 Menyukai model pembelajaran dengan cara Problem-Based Learning 17% 50% 22% 11% 5 Sikap terhadap matematika setelah adanya model pembelajaran dengan metode Problem-Based Learning 11% 56% 22% 11% C. Pembahasan Hasil Penelitian Dari hasil penelitian tindakan kelas selama siklus I sampai dengan siklus II dilakukan pengelompokan hasil-hasil nilai ulangan harian. Hal ini agar lebih mudah menganalisanya. Sedangkan analisa data dilakukan dengan menggunakan teknik statistik sederhana yaitu dengan menggunakan analisa diskriptif. Analisa diskriptif adalah model analisa dengan cara membandingkan rata-rata prosentasenya. Kemudian kenaikan ratarata pada tiap-tiap siklus. Hasil analisa hari keseluruhan siklus adalah sebagai berikut : Tabel 12. data hasil belajar sebelum diadakan penelitian No Uraian PRA PTK Siklus I Siklus II 1 Rata-rata nilai ulangan harian 42,8 69.3 74,3 Hasil Analisa 1. Kenaikan prosentase rata-rata PRA PTK dan siklus I T = x 100 % = = 62,9% 2. Kenaikan prosentase siklus I dan siklus II T = x 100 %

= = 7,2 % Dari hasil analisa diatas diperoleh kenaikan siklus yaitu sebagai berikut : 1. Rata-rata kenaikan siklus I dibanding rata-rata nilai ulangan PRA PTK naik 62,9 % 2. Rata-rata nilai ulangan siklus II dibanding rata-rata nilai ulangan siklus I naik 7,2 % Dari hasil kenaikan rata-rata diatas juga dapat dilihat kenaikan prosentase secara keseluruhan sebagai berikut : Tabel 13. Data Hasil Kenaikan Nilai Ulangan Secara Keseluruhan No Uraian PRA PTK Siklus I Siklus II Kenaikan keberhasilan 1 Rata-rata kenaikan nilai tiap siklus 42,8 69,3 74,3 31,5 Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa penghitungan kenaikan keberhasilan secara keseluruhan diperoleh dari rata-rata setelah diadakan PTK atau siklus II dikurangi ratarata sebelum diadakan PTK. Dengan analisa = 74,3 42,8 = 31,5. Hasil analisa dari distribusi frekuensi perolehan nilai dari keseluruhan siklus adalah sebagai berikut : Tabel 14. Data Hasil Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai dari Siklus I dan Siklus II No Uraian Siklus I Siklus II 1 2 Nilai < 90 Nilai 90 33 7 29 11 Hasil Analisa Kenaikan prosentase perolehan nilai siklus I dan siklus II 1. Untuk nilai < 90 T = x 100 % = x 100 % = -12,12 % 2. Untuk nilai 90 T = x 100 % = x 100 % = 57,14 % Dari hasil analisa diatas diperoleh: 1. Untuk nilai < 90 antara siklus I dan siklus II mengalami penurunan yaitu sebesar 12,12 % 2. Untuk nilai 90 antara siklus I dan siklus II mengalami kenaikan sebesar 57,14 % Hasil analisa dari keaktifan siswa mencatat dari keseluruhan siklus adalah sebagai berikut : Tabel 15. Data Hasil Kreatifitas Siswa Mencatat Materi Pelajaran Siklus I dan Siklus II No Keaktifan siswa mencatat materi pelajaran Siklus I Siklus II 1 2 Aktif Cukup Aktif 33 7 38

2 Hasil Analisa Kanaikan prosentase dalam mencatat materi pelajaran antara siklus I dan siklus II 1. Untuk siswa aktif T = x 100 % = x 100 % = 15,15 % 2. Untuk siswa tidak aktif T = x 100 % = x 100 % = - 71,42 % Dari hasil analisa diatas diperoleh: 1. Untuk keaktifan siswa dalam mencatat materi pelajaran antara siklus I dan siklus II mengalami kenaikan yaitu sebesar 15,15 % 2. Untuk siswa tidak aktif dalam mencatat materi pelajaran antara siklus I dan siklus II mengalami penurunan yaitu sebesar 71,42 % Hasil analisis keaktifan siswa dalam belajar kelompok antara siklus I dan siklus II adalah sebagai berikut : 1. Untuk siswa aktif T = x 100 % = x 100 % = 50 % 2. Untuk siswa cukup aktif T = x 100 % = x 100 % = - 36,36 % 3. Untuk siswa tidak aktif T = x 100 % = x 100 % = - 100 % Dari hasil analisa diatas diperoleh: 3. Untuk keaktifan siswa dalam belajar kelompok antara siklus I dan siklus II mengalami kenaikan yaitu sebesar 50 % 4. Untuk siswa cukup aktif dalam belajar kelompok antara siklus I dan siklus II mengalami penurunan yaitu sebesar -40 % 5. Untuk siswa tidak aktif dalam belajar kelompok antara siklus I dan siklus II mengalami penurunan yaitu sebesar -100 % Meskipun dalam PTK ini dalam siklus I dan siklus II semua siswa tuntas semua, maka PTK tetap dilaksanakan pada siklus-siklus berikutnya karena untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam menerima materi pelajaran dan untuk mengetahui kesulitan apa yang dihadapi siswa dalam menerima materi pelajaran. BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan Setelah Peneliti cermati selama dalam kegiatan Penelitian Tindakan Kelas dari proses sampai hasil maka Peneliti menyimpulkan sebagai berikut : 1. Dengan metode Problem-Based Learning dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal latihan pada pokok bahasan logika matematika di kelas X-1 SMA Negeri 3 Blitar Tahun Ajaran 2006 - 2007 2. Dengan menggunakan metode Problem-Based Learning prestasi belajar siswa kelas X-1 SMA Negeri 3 Blitar Tahun Ajaran 2006 2007 pada pokok bahasan Logika Matematika menjadi lebih baik. Hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai rata-rata ulangan harian yang semula sebelum diadakan penelitian 42,8 dengan ketuntasan 43 % . pada siklus I 69,3 dengan ketuntasan 69 % dan pada siklus II 74,3 dengan ketuntasan 74 % 3. Problem-Based Learning pada pokok bahasan logika matematika telah memberikan nuansa baru dalam pembelajaran matematika sehingga pembelajaran lebih efektif. Hal ini terlihat pada saat belajar siswa lebih kreatif, aktif, bertanggung jawab dan bekerja sama dalam kelompok dan juga dari jawaban terhadap angket tentang metode pembelajaran Problem-Based Learning yang diisi siswa. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang peneliti laksanakan dapat dikemukakan saran saran yang bermanfaat bagi peneliti selanjutnya, guru dan sekolah sebagai berikut : 1. Pembelajaran matematika hendaknya bervariasi dan tidak monoton sehingga hasil pembelajaran dapat lebih maksimal. 2. Agar kegiatan pembelajaran dapat berhasil dengan baik, maka seorang guru hendaknya selalu aktif dalam melibatkan siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. 3. Seorang guru hendaknya terampil dan dapat menguasai berbagai metode pembelajaran agar siswa tidak bosan dan lebih mudah memahami materi pelajaran. 4. Hendaknya guru selalu memotivasi siswa agar membaca dulu dirumah tentang materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya, supaya dalam pembelajaran siswa memiliki gambaran materi yang akan dibahas berikutnya.