Upload
sri-andiani
View
254
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
Hikayat Inderaputra - (Sastra Melayu Klasik)
Indraputera, putra Maharaja Bikrama Puspa adalah seorang putera yang sangat arif bijaksana, lagi terlalu perkasa dan saktinya. Tetapi nasibnya mula-mula tidak seberapa mujur. Semasa masih kecil, ia telah diterbangkan oleh sekor merak emas. Ia jatuh di suatu taman dan dipelihara oleh nenek kebayan. Sesudah beberapa lama ia diangkat menjadi anak perdana menteri.
Tersebutlah perkataan Raja Syahsian tiada mempunyai seorang anak. Pada suatu hari baginda pergi berburu dan melihat seekor kijang menangisi ibunya yang telah dipanah mati. Baginda terharu dan ingin berputera. Kemudian terdengar khabar bahwa di sebuah gunung yang jauh ada tinggal seorang maharesi pertapa yang terlalu sakti, Berma Sakti namanya. Barang siapa ingin beranak boleh meminta obat daripadanya. Akan tetapi, karena tempat gunung terlalu jauh dan harus melewati hutan rimba yang penuh dengan binatang buas, tiada seorang pun yang sanggup pergi ke gunung itu. Indraputera menawarkan diri untuk pergi ke gunung itu.
Maka pergilah Indraputera mencari obat itu. Bermacam-macam pengalaman dialami. Ia pernah bertemu dengan tengkorak yang dapat berkata-kata, membunuh raksasa dan bota yang makan manusia. Ia juga pernah mengunjungi negeri jin Islam, negeri yang penghuninya kera belaka dan kalau siang hari menjadi manusia. Ia bersahabat dengan anak raja-raja yang berasal dari golongan manusia dan jin. Berbagai hikmat diperolehnya; ada hikmat yang dapat menciptakan negeri langkap dengan segalanya, menciptakan angin ribut, menghidupkan orang yang telah mati. Akhirnya sampai ia di gunung tempat pertapaan Berma Sakti. Berma Sakti memberikan obat kepada Indraputera; di samping itu Indraputera juga diajar berbagai hikmat. Berkata Berma Sakti kepada Indraputera,” Hai anakku, pejamkan matamu dan citalah barang yang engkau kehendaki niscaya sampailah ke tempat itu”.
Indraputera memejamkan matanya. ketika dibuka matanya, ia sudah ada kembali di kebun nenek kebayan di negerinya.
Raja Syahsian dan perdana menteri sangat gembita. Setelah memakan obat yang dibawa Indraputera, yaitu sekuntum bunga tunjung, permaisuri hamillah dan melahirkan seorang anakyang elok parasnya yang dinamakan Tuan Puteri Indra Seri Bulan. Pada suatu ketika Indraputera dituduh berbuat jahat dengan dayang-dayang istana dan akhirnya Indraputera dibuang di sebuah negeri yang kotanya terbuat dari batu hitam. Raja negeri ini sangat memuliakan Indraputera dan memberikan hadiah sehelai kain yang dapat menyembuhkan segala macam penyakit kepada Indraputera.
Tuan Puteri Indra Seri Bulan pun besarlah. Ramai anak raja yang datang meminang tuan puteri. Tidak lama kemudian, tuan puteri pun sakit dan semua tabib istana tidak dapat menyembuhkan. Maka gong pun dipalu,” Barang siapa dapat mengobati tuan puteri, jika hina sekalipun bangsanya akan diangkat menjadi menantu raja.” Indraputera muncul dan menyembuhkan tuan putri. setelah dengan berbagai masalah yang menerjang akhirnya Indraputera dapat meminang Tuan Puteri Indra Seri Bulan.
http://mengerjakantugas.blogspot.com/2009/08/hikayat-inderaputra-sastra-melayu.html
Gurindam Dua Belas
Kamis, 06/01/2011 - 07:32 — pandu
Sastra Lama | Gurindam |
Raja Ali Haji
inilah GURINDAM DUA BELASkarya Raja Ali Haji
persimpanan yang indah-indahyaitulah ilmu yang memberi faedah
aku hendak bertuturakan gurindam yang beratur
GURINDAM FASAL YANG PERTAMA
barang siapa tiada memegang agamasekali-kali tiada boleh dibilangkan nama
barang siapa mengenal yang empatmaka yaitulah orang yang makrifat
barang siapa mengenal Allahsuruh dan tegahnya tiada ia menyalah
barang siapa mengenal dirimaka telah mengenal akan tuhan yang bahri
barang siapa mengenal duniatahulah ia barang yang terperdaya
barang siapa mengenal akhirattahulah ia dunia mudharat
GURINDAM FASAL YANG KEDUA
barang siapa mengenal yang tersebuttahulah ia makna takut
barang siapa meninggalkan sembahyangseperti rumah tiada bertiang
barang siapa meninggalkan puasatidaklah mendapat dua termasa
barang siapa meninggalkan zakattiada hartanya beroleh berkat
barang siapa meninggalkan hajitiadalah ia menyempurnakan janji
GURINDAM FASAL YANG KETIGA
apabila terpelihara matasedikitlah cita-cita
apabila terpelihara kupingkhabar yang jahat tiadalah damping
apabila terpelihara lidahniscaya dapat daripadanya faedah
bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangandaripada segala berat dan ringan
apabila perut terlalu penuhkeluarlah fi’il yang tiada senonoh
anggota tengah hendaklah ingatdi situlah banyak orang yang hilang semangat
hendaklah peliharakan kakidaripada berjalan yang membawa rugi
GURINDAM FASAL YANG KEEMPAT
hati itu kerajaan di dalam tubuhjikalau zalim segala anggota pun rubuh
apabila dengki sudah bertanahdatang daripadanya beberapa anak panah
mengumpat dan memuji hendaklah pikirdi situlah banyak orang yang tergelincir
pekerjaan marah jangan dibelananti hilang akal di kepala
jika sedikit pun berbuat bohong boleh diumpamakan mulutnya itu pekung
tanda orang yang amat celakaaib dirinya tiada ia sangka
bakhil jangan diberi singgahitulah perompak yang amat gagah
barang siapa yang sudah besarjanganlah kelakuannya membuat kasar
barang siapa perkataan kotormulutnya itu umpama ketor
di manatah tahu salah dirijika tiada orang lain yang berperi
pekerjaan takbur jangan direpihsebelum mati didapat juga sepih
GURINDAM FASAL YANG KELIMA
jika hendak mengenal orang berbangsalihat kepada budi dan bahasa
jika hendak mengenal orang yang berbahagiasangat memeliharakan yang sia-sia
jika hendak mengenal orang mulia
lihatlah kepada kelakuan dia
jika hendak mengenal orang yang berilmubertanya dan belajar tiadalah jemu
jika hendak mengenal orang yang berakaldi dalam dunia mengambil bekal
jika hendak mengenal orang yang baik perangailihat pada ketika bercampur dengan orang ramai
GURINDAM FASAL YANG KEENAM
cahari olehmu akan sahabatyang boleh dijadikan obat
cahari olehmu akan guruyang boleh tahukan tiap seteru
cahari olehmu akan isteri yang boleh menyerahkan diri
cahari olehmu akan kawanpilih segala orang yang setiawan
cahari olehmu akan abdiyang ada baik sedikit budi
GURINDAM FASAL YANG KETUJUH
apabila banyak berkata-katadi situlah jalan masuk dusta
apabila banyak berlebih-lebihan sukaitulah tanda hampirkan duka
apabila kita kurang siasatitulah tanda pekerjaan hendak sesat
apabila anak tidak dilatihjika besar bapanya letih
apabila banyak mencacat orangitulah tanda dirinya kurang
apabila orang yang banyak tidursia-sia sahajalah umur
apabila mendengar akan khabarmenerimanya itu hendaklah sabar
apabila mendengar akan aduanmembicarakannya itu hendaklah cemburuan
apabila perkataan yang lemah lembutlekaslah segala orang mengikut
apabila perkataan yang amat kasarlekaslah orang sekalian gusar
apabila pekerjaan yang amat benartiada boleh orang berbuat honar
GURINDAM FASAL YANG KEDELAPAN
barang siapa khianat akan dirinyaapalagi kepada lainnya
kepada dirinya ia aniayaorang itu jangan engkau percaya
lidah suka membenarkan dirinyadaripada yang lain dapat kesalahannya
daripada memuji diri hendaklah sabarbiar daripada orang datangnya khabar
orang yang suka menampakkan jasasetengah daripada syirik mengaku kuasa
kejahatan diri sembunyikan kebajikan diri diamkan
keaiban orang jangan dibukakeaiban diri hendaklah sangka
GURINDAM FASAL YANG KESEMBILAN
tahu pekerjaan tak baik tapi dikerjakanbukannya manusia ia itulah syaitan
kejahatan seorang perempaun tuaitulah iblis punya penggawa
kepada segala hamba-hamba rajadi situlah syaitan tempatnya manja
kebanyakan orang yang muda-muda di situlah syaitan tempat bergoda
perkumpulan laki-laki dengan perempuandi situlah syaitan punya jamuan
adapun orang tua yang hematsyaitan tak suka membuat sahabat
jika orang muda kuat bergurudengan syaitan jadi berseteru
GURINDAM FASAL YANG KESEPULUH
dengan bapa jangan durhakasupaya Allah tidak murka
dengan ibu hendaklah hormatsupaya badan dapat selamat
dengan anak janganlah lalaisupaya boleh naik ke tengah balai
dengan isteri dan gundik janganlah alpasupaya kemaluan jangan menerpa
dengan kawan hendaklah adilsupaya tangannya jadi kapil
GURINDAM FASAL YANG KESEBELAS
hendaklah berjasakepada yang sebangsa
hendaklah jadi kepalabuang perangai yang cela
hendak memegang amanatbuanglah khianat
hendak marahdahulukan hujjah
hendak dimaluijangan memalui
hendak ramaimurahkan perangai
GURINDAM FASAL YANG KEDUABELAS
raja mufakat dengan menteriseperti kebun berpagar duri
betul hati kepada rajatanda jadi sebarang kerja
hukum adil atas rakyat tanda raja beroleh inayat
kasihkan orang yang berilmutanda rahmat atas dirimu
hormat akan orang yang pandai tanda mengenal kasa dan cindai
ingatkan dirinya matiitulah asal berbuat bakti
akhirat itu terlalu nyatakepada hati yang tidak buta
Gurindam Dua Belas merupakan hasil karya Raja Ali Haji di Pulau Penyengat, Riau, pada tarikh 23 Rajab 1263 Hijriyah atau 1847 Masehi dalam usia 38 tahun. Berisikan nasihat dan petunjuk menuju hidup yang diridhoi Allah, serta pelajaran dasar Ilmu Tasawuf tentang mengenal “yang empat” : yaitu syari‘at, tarikat, hakikat, dan makrifat. Diterbitkan pada tahun 1854 dalam Tijdschrft van het Bataviaasch Genootschap No. II, Batavia, dengan huruf Arab dan terjemahannya dalam bahasa Belanda oleh Elisa Netscher.
Sumber: rajaalihaji.com & wikipedia.org dengan tambahan "Inilah GURINDAM DUA BELAS... akan gurindam yang beratur." seperti yang tertulis pada dinding makam Engku Puteri Hamidah di Pulau Penyengat.
http://www.jendelasastra.com/karya/sastra-lama/gurindam-dua-belas
Syair Nasehat Kepada Anak
Rabu, 05/01/2011 - 13:22 — pandu
Sastra Lama | Syair |
Raja Ali Haji
Dengarkan tuan ayahanda berperi,Kepada anakanda muda bestari,Jika benar kepada diri,Masihat kebajikan ayahanda beri.
Ayuhai anakanda muda remaja,Jika anakanda mengerjakan raja,Hati yang betul hendaklah disahaja,Serta rajin pada bekerja.
Mengerjakan gubernemen janganlah malas,Zahir dan batin janganlah culas,Jernihkan hati hendaklah ikhlas,Seperti air di dalam gelas.
Jika anakanda menjadi besar,Tutur dan kata janganlah kasar,Janganlah seperti orang sasar,Banyaklah orang menaruh gusar.
Tutur yang manis anakanda tuturkan,Perangai yang lembut anakanda lakukan,Hati yang sabar anakanda tetapkan,Kemaluan orang anakanda fikirkan.
Kesukaan orang anakanda cari,Supaya hatinya jangan lari,Masyurlah anakanda dalam negeri,Sebab kelakuan bijak bestari.
Nasehat ayahanda anakanda fikirkan,Keliru syaitan anakanda jagakan,Orang berakal anakanda hampirkan,Orang jahat anakanda jauhkan.
Setelah orang besar fikir yang karu,Tidak mengikut pengajaran guru,Tutur dan kata haru-biru,Kelakuan seperti anjing pemburu.
Tingkah dan laku tidak kelulu,Perkataan kasar keluar selalu,Tidak memikirkan orang empunya malu,Bencilah orang hilir dan hulu.
Itulah orang akalnya kurang,Menyangka diri pandai seorang,Takbur tidak membilan orang,Dengan manusia selalu berperang.
Anakanda jauhkan kelakukan ini,Sebab kebencian Tuhan Rahmani,Jiwa dibawa ke sana sini,Tiada laku suatu dewani.
Setengah yang kurang akal dan bahasa,Sangatlah gopoh hendak berjasa,Syarak dan adat kurang periksa,Seperti harimau mengejar rusa.
Ke sana ke mari langgar dan rampuh,Apa yang terkena habislah roboh,Apa yang berjumpa lantas dipelupuh,Inilah perbuatan sangat ceroboh.
Patut juga mencari jasa,Kepada raja yang itu masa,Tetapi dengan budi dan bahasa,Supaya negeri ramai temasya.
Apabila perintah lemah dan lembut,Semua orang suka mengikut,Serta dengan malu dan takut,Apa-apa kehendak tidak tersangkut.
Jika mamerintah dengan cemeti,Ditambah dengan perkataan mesti,Orang menerimanya sakit hati,Barangkali datang fikir hendak mati.
Inilah nasehat ayahanda tuan,Kepada anakanda muda bangsawan,Nafsu yang jahat anakanda lawan,Supaya kita jangan tertawan.
Habislah nasehat habislah kalam,Ayahanda memberi tabik dan salam,Kepada Orang Masihi dan Islam,Mana-mana yang ada bekerja di dalam.
(Raja Ali Haji)
Hikayat Nabi Sulaiman: Hikmah Berbakti Pada Ibu Bapak
Senin, 14/09/2009 - 22:27 — ombi
Sastra Lama | Hikayat
Selain seorang nabi, Sulaiman a.s. juga seorang raja terkenal. Atas izin Allah, ia berhasil menundukkan Ratu Balqis dengan jin ifrit-Nya. Dia dikenal sebagai manusia yang dapat berdialog dengan segala binatang.
Dikisahkan, Nabi Sulaiman sedang berkelana antara langit dan bumi hingga tiba di satu samudera yang bergelombang besar. Untuk mencegah gelombang, ia cukup memerintahkan angin agar tenang, dan tenang pula samudera itu. Kemudian Nabi Sulaiman memerintahkan jin Ifrit menyelam ke samudera itu sampai ke dasarnya. DIsana jin Ifrit melihat sebuah kubah dari permata putih yang tanpa lubang, kubah itudiangkatnya ke atas samudera dan ditunjukkannya kepada Nabi Sulaiman. Melihat kubah tanpa lubang penuh permata dari dasar laut itu Nabi Sulaiman sangat heran, “Kubah apakah gerangan ini?” fikirnya. Dengan minta pertolongan Allah, Nabi Sulaiman membuka tutup kubah. Betapa terkejutnya dia begitu melihat seorang pemuda tinggal di dalamnya.
“Sipakah engkau ini? Kelompok jin atau manusia?” tanya Nabi Sulaiman keheranan. “Aku adalah manusia”, jawab pemuda itu perlahan.
“Bagaimana engkau boleh memperolehi karomah semacam ini?” tanya Nabi Sulaiman lagi.
Kemudian pemuda itu menceritakan riwayatnya sampai kemudian memperolehi karomah dari Allah boleh tinggal di dalam kubah dan berada di dasar lautan. Diceritakan, ibunya dulu sudah tua dan tidak berdaya sehingga dialah yang memapah dan menggendongnya ke mana jua dia pergi. Si anak selalu berbakti kepada orang tuanya, dan ibunya selalu mendoakan anaknya. Salah satu doanya itu, ibunya selalu mendoakan anaknya diberi rezeki dan perasaan puas diri. Semoga anaknya ditempatkan di suatu tempat yang tidak di dunia dan tidak pula di langit.
“Setelah ibuku wafat aku berkeliling di atas pantai. Dalam perjalanan aku melihat sesuatu terbuat dari permata. Aku mendekatinya dan terbukalah pintu kubah itu sehingga aku masuk ke dalamnya.” Tutur pemuda itu kepada Nabi Sulaiman. Nabi Sulaiman yang dikenali boleh berjalan di antara bumi dan langit itu menjadi kagum terhadap pemuda itu.
“Bagaimana engkau bisa hidup di dalam kubah di dasar lautan itu?” tanya Nabi Sulaiman ingin mengetahui lebih lanjut.
“Di dalam kubah itu sendiri, aku tidak tahu di mana berada. Di langitkah atau di udara, tetapi Allah tetap memberi rezeki kepadaku ketika aku tinggal di dalam kubah.”
“Bagaimana Allah memberi makan kepadamu?”
“Jika aku merasa lapar, Allah menciptakan pohon di dalam kubah, dan buahnya yang aku makan. Jika aku merasa haus maka keluarlah air yang teramat bersih, lebih putih daripada susu dan lebih manis daripada madu.”
“Bagaimana engkau mengetahui perbedaan siang dan malam?” tanya Nabi Sulaiman a.s yang merasa semakin heran.
“Bila telah terbit fajar, maka kubah itu menjadi putih, dari situ aku mengetahui kalau hari itu sudah siang. Bila matahari terbenam kubah akan menjadi gelap dan aku mengetahui hari sudah malam.” Tuturnya. Selesai menceritakan kisahnya, pemuda itu lalu berdoa kepada Allah, maka pintu kubah itu tertutup kembali, dan pemuda itu tetap tinggal di dalamnya.
Itulah karomah bagi seorang pemuda yang berbakti kepada kedua orang tuanya
http://www.jendelasastra.com/karya/sastra-lama/hikayat-nabi-sulaiman-hikmah-berbakti-pada-ibu-bapak
Hikayat Abu Nawas: Pesan Bagi Para Hakim
Senin, 14/09/2009 - 22:10 — ombi
Sastra Lama | Hikayat
Siapakah Abu Nawas ? Tokoh yang dinggap badut namun juga dianggap ulama besar ini- sufi, tokoh super lucu yang tiada bandingnya ini aslinya orang Persia yang dilahirkan pada tahun 750 M di Ahwaz meninggal pada tahun 819 M diBaghdad. Setelah dewasa ia mengembara ke Bashra dan Kufa. Di sana ia belajar bahasa Arab dan bergaul rapat sekali dengan orang-orang badui padang pasir. Karena pergaulannya itu ia mahir bahasa Arab dan adat istiadat dan kegemaran orang Arab, la juga pandai bersyair, berpanlun dan menyanyi. la sempat pulang ke negerinya, namun pergi lagi ke Baghdad bersama ayahnya, keduanya menghambakan diri kepada Sultan Harun Al Rasyid Raja Baghdad.
Mari kita mulai kisah penggeli hati ini. Bapaknya Abu Nawas adalah Penghulu Kerajaan Baghdad bernama Maulana. Pada suatu hari bapaknya Abu Nawas yang sudah tua itu sakit parah dan akhirnya meninggal dunia.
Abu Nawas dipanggil ke istana. la diperintah Sultan (Raja) untuk mengubur jenazah bapaknya itu sebagaimana adat Syeikh Maulana. Apa yang dilakukan Abu Nawas hampir tiada bedanya dengan Kadi Maulana baik mengenai tatacara memandikan jenazah hingga mengkafani, menyalati dan men-do’akannya. Maka Sultan bermaksud mengangkat Abu Nawas menjadi Kadi atau penghulu menggantikan kedudukan bapaknya.
Namun..,demi mendengar rencana sang Sultan. Tiba-tiba saja Abu Nawas yang cerdas itu tiba-tiba nampak berubah menjadi gila.
Usai upacara pemakaman bapaknya. Abu Nawas mengambil batang sepotong batang pisang dan diperlakukannya seperti kuda, ia menunggang kuda dari batang pisang itu sambil berlari-lari dari kuburan bapaknya menuju rumahnya. Orang yang melihat menjadi terheran-heran dibuatnya.
Pada hari yang lain ia mengajak anak-anak kecil dalam jumlah yang cukup banyak untuk pergi ke makam bapaknya. Dan di atas makam bapaknya itu ia mengajak anak-anak bermain rebana dan bersuka cita.
Kini semua orang semakin heran atas kelakuan Abu Nawas itu, mereka menganggap Abu Nawas sudah menjadi gila karena ditinggal mati oleh bapaknya.
Pada suatu hari ada beberapa orang utusan dari Sultan Harun Al Rasyid datang menemui Abu Nawas.
“Hai Abu Nawas kau dipanggil Sultan untuk menghadap ke istana.” kata wazir utusan Sultan.
“Buat apa sultan memanggilku, aku tidak ada keperluan dengannya.” jawab Abu Nawas dengan entengnya seperti tanpa beban.
“Hai Abu Nawas kau tidak boleh berkata seperti itu kepada rajamu.”
“Hai wazir, kau jangan banyak cakap. Cepat ambil kudaku ini dan mandikan di sungai supaya bersih dan segar.” kata Abu Nawas sambil menyodorkan sebatang pohon pisang yang dijadikan kuda-kudaan.
Si wazir hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan Abu Nawas. “Abu Nawas kau mau apa tidak menghadap Sultan?” kata wazir.
“Katakan kepada rajamu, aku sudah tahu maka aku tidak mau.” kata Abu Nawas.
“Apa maksudnya Abu Nawas?” tanya wazir dengan rasa penasaran.
“Sudah pergi sana, bilang saja begitu kepada rajamu.” sergah Abu Nawas sembari menyaruk debu dan dilempar ke arah si wazir dan teman-temannya.
Si wazir segera menyingkir dari halaman rumah Abu Nawas. Mereka laporkan keadaan Abu Nawas yang seperti tak waras itu kepada Sultan Harun Al Rasyid.
Dengan geram Sultan berkata,”Kalian bodoh semua, hanya menghadapkan Abu Nawas kemari saja tak becus! Ayo pergi sana ke rumah Abu Nawas, bawa dia kemari dengan suka rela ataupun terpaksa.”
Si wazir segera mengajak beberapa prajurit istana. Dan dengan paksa Abu Nawas di hadirkan di hadapan raja.
Namun lagi-lagi di depan raja Abu Nawas berlagak pilon bahkan tingkah-nya ugal-ugalan tak selayaknya berada di hadapan seorang raja.
“Abu Nawas bersikaplah sopan!” tegur Baginda.
“Ya Baginda, tahukah Anda……?”
‘Apa Abu Nawas…?”
“Baginda…terasi itu asalnya dari udang !”
“Kurang ajar kau menghinaku Nawas !”
“Tidak Baginda! Siapa bilang udang berasal dari terasi?”
Baginda merasa dilecehkan, ia naik pitam dan segera memberi perintah kepada para pengawalnya.
“Hajar dia ! Pukuli dia sebanyak dua puluh lima kali.”
Wah-wah! Abu Nawas yang kurus kering itu akhirnya lemas tak berdaya dipukuli tentara yang bertubuh kekar.
Usai dipukuli Abu Nawas disuruh keluar istana. Ketika sampai di pintu gerbang kota, ia dicegat oleh penjaga.
“Hai Abu Nawas! Tempo hari ketika kau hendak masuk kekota ini kita telah mengadakan perjanjian. Masak kau lupa pada janjimu itu?Jika engkau diberi hadiah oleh Baginda maka engkau berkata: Aku bagi dua; engkau satu bagian, aku satu bagian. Nan, sekarang mana bagianku itu?”
“Hai penjaga pintu gerbang, apakah kau benar-benar menginginkan hadiah Baginda yang diberikan kepadaku tadi?”
“lya, tentu itu kan sudah merupakan perjanjian kita?”
“Baik, aku berikan semuanya, bukan hanya satu bagian!”
“Wah ternyata kau baik hati Abu Nawas. Memang harusnya begitu, kau kan sudah sering menerima hadiah dari Baginda.”
Tanpa banyak cakap lagi Abu Nawas mengambil sebatang kayu yang agak besar lalu orang itu dipukulinya sebanyak dua puluh lima kali.Tentu saja orang itu menjerit-jerit kesakitan dan menganggap Abu Nawas telah menjadi gila.
Setelah penunggu gerbang kota itu klenger Abu Nawas meninggalkannya begitu saja, ia terus melangkah pulang ke rumahnya.
Sementara itu si penjaga pintu gerbang mengadukan nasibnya kepada Sultan Harun Al Rasyid.
“Ya, Tuanku Syah Alam, ampun beribu ampun. Hamba datang kemari mengadukan Abu Nawas yang telah memukul hamba sebanyak dua puluh lima kali tanpa suatu kesalahan. Hamba mohom keadilan dari Tuanku Baginda.”
Baginda segera memerintahkan pengawal untuk memanggil Abu Nawas. Setelah Abu Nawas berada di hadapan Baginda ia ditanya.”Hai Abu Nawas! Benarkah kau telah memukuli penunggu pintu gerbang kota ini sebanyak dua puluh limakali pukulan?”
Berkata Abu Nawas, “Ampun Tuanku, sudah sepatutnya dia menerima pukulan itu
“Apa maksudmu? Coba kau jelaskan !”
“Tuanku,”kata Abu Nawas.”Hamba dan penunggu pintu gerbang mengadakan perjanjian bahwa jika hamba diberi hadiah tersebut akan dibagi dua. Satu bagian saya. Nah pagi tadi hamba menerima hadiah, maka saya berikan pula hadiah dua puluh lima."
“Hai penunggu pintu gerbang, benarkah kau seperti itu dengan Abu Nawas?” tanya Baginda
“Benar Tuanku,”jawab penunggu pintu gerbang mengira jika Baginda memberikan hadiah pada Abu Nawas.
“Hahahahaha…….!Dasar tukang peras,
sahut Baginda.”Abu Nawas tiada bersalah bahwa penjaga pintu gerbang kota Baghdad suka memeras orang! Kalau kau tidak mengubah tingkah laku, aku akan memecat dan menghukum kamu!”
“Ampun Tuanku,”sahut penjaga pintu gerbang.
Abu Nawas berkata,”Tuanku, hamba tiba-tiba diwajibkan hadir di tempat ini, Hamba mohon ganti rugi. Sebab jatah waktu untuk keluarga hamba habis karena panggilan Tuanku. Padahal besok bukan jatah untuk keluarga hamba.”
Sejenak Baginda melengak, terkejut, tiba-tiba ia tertawa terbahak-bahak,” Hahahah...."
Baginda kemudian memerintahkan bendahara sekantong uang perak kepada Abu Nawas. Abu Nawas pulang dengan hati gembira.
Tetapi sesampai di rumahnya, Abu Nawas semakin nyentrik seperti orang gila.
Pada suatu hari Raja Harun Al Rasyid mengumpulkan para menterinya.
“Apa pendapat kalian mengenai Abu N. sebagai kadi?”
Wazir atau perdana meneteri berkata,”Melihat keadaan Abu Nawas yang semakin parah otaknya maka sebaiknya Tuanku mengangkat orang lain saja menjadi kadi.”
Menteri-menteri yang lain juga mengutarakan pendapat yang sama. “Tuanku, Abu Nawas telah menjadi gila karena itu dia tak layak menjadi kadi.”
“Baiklah, kita tunggu dulu sampai dua puluh satu hari, karena bapaknya baru saja mati. Jika tidak sembuh-sembuh juga bolehlah kita mencari kadi yang lain saja.”
Setelah lewat satu bulan Abu Nawas masih dinggap gila, maka Sultan Harun Al Rasyid mengangkat orang lain menjadi kadi atau penghulu kerajaan Baghdad.
Konon dalam seuatu pertemuan besar ada seseorang bernama Pulan yang sejak lama berambisi menjadi Kadi. la mempengaruhi orang-orang di sekitar Baginda untuk menyetujui jika ia diangkat menjadi Kadi. Maka tatkala ia mengajukan dirinya menjadi Kadi kepada Baginda, dengan mudah Baginda menyetujuinya.
Begitu mendengar Pulan diangkat menjadi kadi , Abu Nawas mengucapkan syukur kepada Tuhan. “Alhamdulillah….. aku telah terlepas dari balai yang mengerikan.Tapi….sayang sekali kenapa harus Pulan yang menjadi Kadi, kenapa tidak yang lain saja.”
..................................
Mengapa Abu Nawas bersikap seperti orang gila? Ceritanya begini: Pada suatu hari ketika ayahnya sakit parah dan hendak meninggal dunia ia panggil Abu Nawas untuk menghadap. Abu Nawas pun datang mendapati bapaknya yang sudah lemah lunglai.
Berkata bapaknya, “Hai anakku, aku sudah hampir mati. Sekarang ciumlah telinga kanan dan telinga kiriku.”
Abu Nawas segera menuruti permintaan terakhir bapaknya. la cium telinga kanan bapaknya, ternyata berbau harum, sedangkan yang sebelah kiri berbau sangat busuk.
“Bagamaina anakku? Sudah kau cium?”
“Benar Bapak!”
“Ceritakan dengan sejujurnya, baunya kedua telingaku ini.”
“Aduh Pak, sungguh mengherankan, telinga Bapak yang sebelah kanan berbau harum sekali. Tapi… yang sebelah kiri kok baunya amat busuk?”
“Hai anakku Abu Nawas, tahukah apa sebabnya bisa terjadi begini?”
“Wahai bapakku, cobalah ceritakan kepada anakmu ini."
Berkata Syeikh Maulana."Pada suatu hari datang dua orang mengadukan masalahnya kepadaku. Yang seorang aku dengarkan keluhannya. Tapi yang seorang lagi karena aku tak suka maka tak kudengar pengaduannya. Inilah resiko menjadi Kadi (Penghulu). Jika kelak kau suka menjadi Kadi maka kau akan mengalami hal yang sama, namun Jika kau tidak suka menjadi Kadi maka buatlah alasan yang masuk akal agar kau tidak dipilih sebagai Kadi oleh Sultan Harun Al Rasyid. Tapi tak bisa tidak Sultan Harun Al Rasyid pastilah tetap memilihmu sebagai Kadi.”
Nah, itulah sebabnya Abu Nawas pura-pura menjadi gila. Hanya untuk menghindarkan diri agar tidak diangkat menjadi kadi. Seorang kadi atau penghulu pada masa itu kedudukannya seperti hakim yang memutus suatu perkara. Walaupun Abu Nawas tidak menjadi Kadi, namun dia sering diajak konsultasi oleh sang Raja untuk memutus suatu perkara. Bahkan ia kerap kali dipaksa datang ke istana hanya sekedar untuk menjawab pertanyaan Baginda Raja yang aneh-aneh dan tidak masuk akal.
Bahasa dalam hikayat ini sudah kami ubah ke dalam bahasa Indonesia (masa kini) untuk memudahkan pemahaman bagi pembaca yang kurang memahami bahasa Melayu.
Sumber: www.syadiashare.com
http://www.jendelasastra.com/karya/sastra-lama/hikayat-abu-nawas-pesan-bagi-para-hakim