130
NILAI-NILAI MORAL DALAM NOVEL WARUNG BU SASTRO TIDAK RUGI BERBISNIS DENGAN HATI KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II (PENDEKATAN MORAL) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh Beti Meliana Fitri 101224081 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

NILAI-NILAI MORAL

DALAM NOVEL WARUNG BU SASTRO TIDAK RUGI BERBISNIS DENGAN HATI

KARYA PAULINE LEANDER

DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA

DI SMA KELAS XI SEMESTER II

(PENDEKATAN MORAL)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh

Beti Meliana Fitri

101224081

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2016

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

i

NILAI-NILAI MORAL

DALAM NOVEL WARUNG BU SASTRO TIDAK RUGI BERBISNIS DENGAN HATI

KARYA PAULINE LEANDER

DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA

DI SMA KELAS XI SEMESTER II

(PENDEKATAN MORAL)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh

Beti Meliana Fitri

101224081

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2016

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

iv

PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan sekaligus sebagai ucapan terima kasih kepada:

Allah SWT atas rahmat yang dilimpahkan sehingga selesainya skripsi ini.

Bapak dan Ibu, terima kasih banyak atas do’a dan dukungan yang senantiasa

diberikan selama penyusunan skripsi.

Devi dan Tata, adek-adekku, yang sering mengejek agar segera pendadaran.

Mbak Kristin, Gregoria Septi, Cicilia Evi, Margareta Dina, Mbak Dwi, Eko Prasetyo,

Agustinus Datu, dan Yudi, teman baik selama kuliah yang telah memberikan

kebahagiaan selama ini.

The Ganks (Dian, Dukut, Wendi Wendut, Wawan Baxpo, Rino, Mas Andik), yang

selalu melontarkan guyonan tentang ‘kapan wisuda?’, yang memberikan semangat

tersendiri.

Teman-teman yang sangat baik, yang sama-sama sedang berjuang menyelesaikan

skripsi (Mbak Etik, Wahyu, dan Mbak Tita), terima kasih karena selalu mau

direpotkan. Terima kasih banyak karena selalu membantu dan saling mengingatkan

untuk tidak malas mengerjakan skripsi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

v

MOTO

Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang

(Imam Syafi’i)

Memahami diri sebagai orang yang belum cukup pandai, selalu

berusaha bekerja keras serta senantiasa yakin bahwa Tuhan akan

menunjukkan jalan

(Penulis)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

viii

ABSTRAK

Meliana Fitri, Beti. 2016. Nilai-Nilai Moral dalam Novel Warung Bu Sastro Tidak Rugi

Berbisnis dengan Hati Karya Pauline Leander dan Relevansinya dengan

Pembelajaran Sastra di SMA Kelas XI Semester II (Pendekatan Moral). Skripsi.

Yogyakarta: PBSI, FKIP. Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan: (1) mendeskripsikan tokoh, penokohan, dan latar dalam

novel Warung Bu Sastro Tidak Rugi Berbisnis dengan Hati karya Pauline Leander,

(2) mendeskripsikan nilai-nilai moral dalam novel tersebut ditinjau dari aspek pendekatan

moral, (3) mendeskripsikan relevansi novel tersebut dengan pembelajaran sastra di SMA

kelas XI dengan menggunakan KTSP.

Data yang diperoleh berupa kalimat yang mengandung nilai-nilai moral dalam novel

Warung Bu Sastro Tidak Rugi Berbisnis dengan Hati karya Pauline Leander. Analisis data

dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil analisis menunjukkan

bahwa tokoh utama dalam novel tersebut adalah Bu Sastro, sedangkan tokoh tambahannya

adalah Pak Sastro, Mono, Simbolon, Kang Asep, Dasman.

Tokoh utama, Bu Sastro, digambarkan sebagai tokoh yang jujur, sabar, dan

penyayang yang ditunjukkan pada saat menghadapi pelanggan warungnya. Sedangkan

penokohan pada tokoh tambahan ditunjukkan oleh tokoh Pak Sastro, yang memiliki

tanggung jawab terhadap keluarga meski tidak lagi bekerja di Toko Luwes dengan mencari

penghasilan tambahan. Tokoh tambahan lainnya, Kang Asep, yang merupakan anak sulung

Bapak dan Ibu Sastro memiliki kreatifitas membuat perabotan rumah tangga. Sang adik

yaitu Mono memiliki sifat cerdas dan berkemauan keras untuk dapat mencapai cita-cita.

Selain itu, Dasman yang merupakan pencetus asal-usul didirikannya warung Bu Sastro

adalah seorang yang cerdas. Ia mampu memberikan ide yang cemerlang pada saat Bu

Sastro membutuhkan jalan keluar bagi permasalahannya. Sedangkan tokoh Simbolon,

merupakan mahasiswa indekos yang mampu memberikan ide secara tidak langsung dalam

perkembangan warung Bu Sastro ketika ia minta.

Cerita pada novel tersebut terjadi dalam kurun waktu yang lama, yaitu semenjak

Pak Sastro, suami Bu Sastro, tidak lagi bekerja di Toko Luwes hingga akhirnya Bu Sastro

mampu menyekolahkan Mono ke luar negeri. Latar cerita terjadi di sekitar rumah Bu

Sastro, yaitu di rumah sederhana bernomor 34A/58 di gang Pelesiran Balubur, Taman Sari,

Bandung. Di dalam novel Warung Bu Sastro Tidak Rugi Berbisnis dengan Hati karya

Pauline Leander terdapat tujuh nilai moral, yaitu kejujuran, nilai otentik, kesediaan

bertanggung jawab, kemandirian moral, kerendahan hati, serta realitas dan kritis. Namun,

yang paling dominan dari ketujuh nilai tersebut adalah kejujuran dan nilai otentik yang

ditunjukkan oleh tokoh utama, yaitu Bu Sastro.

Hasil penelitian dapat diimplementasikan pada pembelajaran sastra di SMA kelas

XI semester II. Hasil penelitian yang telah dilakukan ini, diharapkan memudahkan guru

dalam mengajarkan siswa tentang analisis nilai moral. Mahasiswa ataupun peneliti yang

akan meneliti nilai-nilai moral diharapkan penelitian ini menjadi referensi dan bahan

pertimbangan dalam penyusunan laporannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

ix

ABSTRACT

Meliana Fitri, Beti. 2016. Moral Values in the Novel of Pauline Leander’s

Warung Bu Sastro Tidak Rugi Berbisnis dengan Hati and Its Relevance

in Teaching of Literature in Senior High School of Grade XI, Second

Semester (Moral Approach). Script. Yogyakarta: PBSI, FKIP. Sanata

Dharma University.

The aims of this research were to describe: (1) the characters and the story

background in a novel entitled Warung Bu Sastro Tidak Rugi Berbisnis dengan

Hati written by Paulin Leander, the characterization, and the background of the

novel of Pauline Leander’s Warung Bu Sastro Tidak Rugi Berbisnis dengan Hati,

(2) the moral values in that novel using morality approach, (3) the relevance of the

novel and literature learning process in Senior High School using the Unit of

Educational Curriculum Based.

The data which had been gathered were in form of sentences which

containts of moral values in the novel. The data analysis technique which was

used by the researcher was the descriptive qualitative method. The result of the

analysis showed that the main character in the novel was Bu Sastro and the

additional characters were Mono, Simbolon, Kang Asep, and Dasman.

The main character, Bu Sastro was an honest woman, a virtue seen in her

daily life. Besides, Bu Sastro was also patient and compassionate. All of these

were seen from the fact that Bu Sastro who was always being patient in dealing

with her customers in her stall, and her compassionate towards her family as told

in the novel. The other character was Kang Asep. He was the oldes son of Pak

Sastro and Bu Sastro which has creativity in making some house equipments.

Another character was Mono. He was a smart boy. The other one was Dasman.

He was the one who had an idea in creating a shop for Bu Sastro. He was a smart

boy. The other character was Simbolon. He was a students who live and stay in

Bu Sastro’s boarding house who gave some idea for Bu Sastro’s shop indirectly.

The story happened for a long time, starting since Pak Sastro who stopped

working in Luwes’ Shop until when Bu Sastro could send Mono to study abroad.

The settings were in Bu Sastro’s House and around, a simple house of No 34A/ 58

in a small alley of Pelesiran Balubur, Taman Sari, Bandung. There are seven

moral values in the novel by Pauline Leander, Warung Bu Sastro Tidak Rugi

Berbisnis dengan Hati, namely, honesty, autheticity, ready to be responsible,

moral integrity, humility, and being real, and criticallity. But, the most dominant

of the seven values is honesty and authentic values, integrated in the main

Character, Bu Sastro.

The result of the research could be implemented in the learning process of

literature in the Second Semester of Grade XI of Senior High school. The author

hope that the result could facilitate the teacher and also the students in teaching

and learning the moral values. University students as well as researchers who are

making researches on moral values could also use this research as a reference and

some tips in their reports.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan

hidayahNya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi. Penulisan skripsi ini bertujuan

memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak skripsi ini tidak dapat

segera selesai. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang

telah memberikan dukungan dan motivasi selama proses penyelesaian skripsi ini kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Ibu Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd. selaku Ketua Program Studi PBSI beserta

seluruh dosen PBSI yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.

3. Bapak Drs. B. Rahmanto, M.Hum. selaku dosen pembimbing pertama yang

selalu ramah selama penyusunan skripsi.

4. Bapak Dr. Y. Karmin, M.Pd. selaku dosen pembimbing kedua yang dengan

sabar dan penuh ketelitian membimbing penulis menyelesaikan skripsi.

5. Bapak Robertus Marsidiq selaku Staf administrasi Program Studi PBSI USD

yang telah banyak membantu menyelesaikan keperluan administrasi selama

perkuliahan hingga penyelesaian skripsi.

6. Teman-teman seangkatan yang senantiasa memberikan dukungan dan

kebahagiaan selama menempuh perkuliahan: Gregoria Septi Rahmayudati,

Cicilia Ika Evi Wijayanti, Kristin Anggraeni, Dwi Rahmawati Hanung Puguh

Wijayanti, Etik Safilah, Wahyu Mintarsih, Leonardus Yudi Kristianto, dan

seluruh teman-teman seangkatan 2010.

7. Mas Ino yang dengan senang hati membantu dalam penyusunan abstrak skripsi.

8. Seluruh keluarga dan saudara, untuk kedua adiku, Arnelia Seneca Devi dan

Gusnata Destina Putri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

xi

9. Yang utama, kedua orang tuaku, Bapak Sujarwo dan Ibu Eni Maryati.

10. Semua pihak yang telah membantu dan tidak saya sebutkan satu persatu pada

kesempatan ini.

Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu khususnya

pembelajaran sastra. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu diharapkan kritik dan saran yang membangun demi

kesempurnaan skripsi.

Yogyakarta, 3 Mei 2016

Beti Meliana Fitri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... iv

MOTO ................................................................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................................. vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ........................................... vii

ABSTRAK ............................................................................................................ viii

ABSTRACT ........................................................................................................... ix

KATA PENGANTAR .......................................................................................... x

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 4

C. Tujuan Penelitian ............................................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian............................................................................................. 5

E. Batasan Penelitian .............................................................................................. 5

F. Sistematika Penelitian ........................................................................................ 7

BAB II STUDI KEPUSTAKAAN ...................................................................... 8

A. Penelitian Terdahulu yang Relevan................................................................... 8

B. Landasan Teori .................................................................................................. 9

1. Tokoh ............................................................................................................. 9

2. Penokohan ..................................................................................................... 10

3. Teknik Pelukisan Tokoh ................................................................................ 11

4. Latar ............................................................................................................... 14

5. Pengertian Nilai-Nilai Moral ......................................................................... 16

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

xiii

6. Nilai Moral dalam Karya Sastra ................................................................... 17

7. Bentuk Penyampaian Pesan Moral dalam Karya Sastra ................................ 17

8. Bentuk Nilai Moral yang Kuat ...................................................................... 17

C. Pembelajaran Sastra di Sekolah Menengah Atas (SMA) .................................. 20

D. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)................................................ 21

a. Silabus ........................................................................................................... 22

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ................................................... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 29

A. Jenis Penelitian .................................................................................................. 29

B. Sumber Data ...................................................................................................... 29

C. Instrumen Penelitian .......................................................................................... 30

D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................ 30

E. Langkah-Langkah Analisis Data ...................................................................... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 32

A. Deskripsi Data ................................................................................................... 32

B. Analisis Data ..................................................................................................... 32

1. Sinopsis Novel .............................................................................................. 32

2. Tokoh ............................................................................................................ 33

3. Penokohan ..................................................................................................... 35

1. Bu Sastro ................................................................................................... 35

2. Pak Sastro ................................................................................................. 41

3. Kang Asep ................................................................................................. 45

4. Mono ......................................................................................................... 46

5. Dasman ...................................................................................................... 48

6. Simbolon ................................................................................................... 49

4. Analisis Latar ................................................................................................. 50

1. Latar Waktu ............................................................................................... 50

2. Latar Tempat ............................................................................................. 63

3. Latar Sosial................................................................................................ 66

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

xiv

5. Analisis Nilai Moral ...................................................................................... 70

1. Kejujuran ................................................................................................... 70

2. Nilai-Nilai Otentik .................................................................................... 73

3. Kesediaan untuk Bertanggung Jawab ....................................................... 74

4. Kemandirian Moral ................................................................................... 76

5. Keberanian Moral .................................................................................... 77

6. Kerendahan Hati ...................................................................................... 78

7. Realitas dan Kritis ..................................................................................... 79

6. Relevansi Hasil Penelitian sebagai Bahan Pembelajaran Sastra di SMA ..... 80

1. Bahasa ....................................................................................................... 81

2. Kematangan Jiwa ...................................................................................... 82

3. Latar Belakang Budaya ............................................................................. 84

7. Silabus ........................................................................................................... 86

8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran .............................................................. 86

C. Pembahasan ....................................................................................................... 86

BAB V PENUTUP ............................................................................................... 87

A. Simpulan .......................................................................................................... 87

B. Implikasi ............................................................................................................ 90

C. Saran .................................................................................................................. 91

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 92

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ 94

BIODATA PENULIS …………………………………………………………... 115

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan zaman sering ditandai dengan berkembangnya sarana dan prasarana,

tidak terkecuali bidang teknologi. Dengan perkembangan zaman, munculnya teknologi

yang menyelimuti setiap aspek kehidupan seakan mampu menggiring setiap orang menuju

kualitas hidup yang lebih baik. Kemajuan teknologi tentu berdampak baik positif maupun

dampak negatif. Berdampak positif apabila masyarakat mampu menggunakan dan

memanfaatkan teknologi dengan baik, sebaliknya apabila tidak mampu menggunakan

dengan bijak akan menimbulkan dampak yang negatif.

Pesatnya perkembangan zaman, seharusnya diimbangi dengan sikap dan perilaku

masyarakat. Namun, kenyataannya dalam masyarakat sedikit bertolak belakang dengan

norma-norma. Masyarakat belum mampu memanfaatkan perkembangan tersebut dengan

bijak. Sebagai contoh, akses internet yang seharusnya digunakan sebagai sarana pendukung

untuk mengetahui berbagai ilmu dari seluruh dunia disalahgunakan untuk mengakses

sumber-sumber yang tidak bermoral. Hal ini dapat berdampak perilaku menyimpang.

Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa dengan perkembangan zaman ada hal yang

dilupakan masyarakat dan berangsur-angsur akan hilang dari diri masyarakat, yaitu nilai-

nilai moral.

Masalah moral menjadi masalah yang menggelisahkan apabila tidak segera diatasi.

Dengan rutinitas yang mengharuskan untuk selalu berfokus pada diri sendiri sering kali

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

2

membuat seseorang lupa bahwa manusia adalah makhluk sosial. Manusia merupakan

bagian dari masyarakat, perlu berinteraksi dengan masyarakat pula. Dalam berinteraksi itu,

tentu harus menggunakan norma-norma moral. 0leh sebab itu nilai moral sangat dibutuhkan

dalam berbagai hal di dalam bermasyarakat terlebih ditanamkan kepada peserta didik.

Penanaman nilai moral pada dasarnya terdapat dalam dunia pendidikan, salah

satunya yaitu pembelajaran sastra dalam bentuk cerita fiksi. Pembelajaran sastra dirasa

mampu memberikan pengertian tentang nilai moral kepada peserta didik. Karena, sastra

tidak seperti halnya ilmu kimia atau sejarah, tidaklah menyuguhkan ilmu pengetahuan

dalam bentuk jadi. Sastra berkaitan erat dengan semua aspek manusia dan alam dengan

keseluruhannya. Setiap karya sastra selalu menghadirkan sesuatu dan kerap menyajikan

banyak hal apabila dihayati benar-benar akan semakin menambah pengetahuan (Rahmanto,

2005 : 17).

Sebagai sebuah karya imajiner, fiksi menawarkan berbagai permasalahan manusia

dan kemanusiaan, hidup dan kehidupan. Menurut Altenbernd dan Lewis (via Nurgiyantoro,

2007 : 14) fiksi dapat diartikan sebagai prosa naratif yang bersifat imajinatif, namun

biasanya masuk akal dan mengandung kebenaran yang mendramatisasikan hubungan-

hubungan antarmanusia. Bagaimanapun, karya sastra fiksi merupakan sebuah cerita,

betapapun syaratnya pengalaman dan permasalahan kehidupan yang ditawarkan. Sebuah

karya fiksi haruslah tetap merupakan cerita yang menarik, tetap merupakan bangunan

struktur yang koheren, dan tetap mempunyai tujuan estetik (Wellek dan Warren via

Nurgiyantoro, 1956 : 212).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

3

Salah satu karya sastra fiksi yang dikenal oleh masyarakat adalah novel. Novel

merupakan salah satu bentuk prosa fiksi yang panjangnya cukupan, tidak terlalu panjang,

namun juga tidak terlalu pendek (Nurgiyantoro, 2007 : 9-10). Berbeda dengan cerpen,

formalitas bentuk cerita novel jauh lebih panjang. Sejumlah cerita yang panjang, katakanlah

berjumlah ratusan halaman jelas tidak dapat disebut sebagai cerpen, melainkan lebih tepat

sebagai novel.

Dalam penelitian ini, peneliti tertarik untuk menggunakan novel Warung Bu Sastro

Tidak Rugi Berbisnis dengan Hati karya Pauline Leander sebagai subjek penelitian. Novel

ini mengisahkan kehidupan sang pemilik sekaligus pengelola warung nasi, Bu Sastro. Bu

Sastro menjalankan bisnisnya dengan cara yang unik, yaitu menyediakan rumah, tangan

dan kaki, bahkan telinga, dan terutama hatinya bagi setiap pelanggan yang hadir di

warungnya yang mayoritas adalah mahasiswa. Perjuangan di dalam menjalankan bisnisnya

sama sekali tidak ringan, namun semua tantangan senantiasa dihadapinya dengan disertai

doa, cinta, dan kasih. Semua hanya untuk para mahasiswa yang dikasihinya, agar mereka

tetap sehat, bisa belajar baik, berhasil, dan sukses dalam studinya.

Novel Warung Bu Sastro Tidak Rugi Berbisnis dengan Hati menarik untuk diteliti

dan dianalisis karena bahasanya lugas dan mudah dimengerti, jalan ceritanya runtut, serta

mengandung nilai-nilai moral di dalamnya. Hasil penelitian ini diharapkan mampu

memberikan bantuan terhadap pengajaran nilai-nilai moral dalam pembelajaran sastra di

SMA kelas XI Semester 2.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, peneliti merumuskan

masalah penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimana gambaran unsur tokoh, penokohan, dan latar membangun novel Warung

Bu Sastro Tidak Rugi Berbisnis dengan Hati karya Pauline Leander?

2. Nilai-nilai moral apa saja yang terkandung dalam novel Warung Bu Sastro Tidak

Rugi Berbisnis dengan Hati karya Pauline Leander ditinjau dari aspek pendekatan

sosiologi sastra?

3. Bagaimana relevansi novel Warung Bu Sastro Tidak Rugi Berbisnis dengan Hati

karya Pauline Leander dengan pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester 2?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan tiga masalah di atas, peneliti merumuskan tujuan penelitian ini sebagai

berikut.

1. Mendeskripsikan tokoh, penokohan dan latar dalam novel Warung Bu Sastro Tidak

Rugi Berbisnis dengan Hati karya Pauline Leander.

2. Mendeskripsikan nilai-nilai moral dalam novel Warung Bu Sastro Tidak Rugi

Berbisnis dengan Hati karya Pauline Leander ditinjau dari aspek pendekatan moral.

3. Mendeskripsikan relevansi novel Warung Bu Sastro Tidak Rugi Berbisnis dengan

Hati karya Pauline Leander dengan pembelajaran sastra di SMA kelas XI dengan

menggunakan KTSP.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

5

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi berbagai aspek baik teoritis maupun

paraktis. Manfaat teoritis, diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai studi

analisis terhadap sastra Indonesia terutama novel. Sedangkan manfaat secara praktis, hasil

penelitian dapat menambah referensi penelitian karya sastra Indonesia serta

mengembangkan apresiasi terhadap karya Pauline Leander khususnya novel Warung Bu

Sastro tidak Rugi Berbisnis dengan Hati. Selain itu, menambah koleksi penelitian

mengenai analisis nilai-nilai moral dalam novel Warung Bu Sastro tidak Rugi Berbisnis

dengan Hati karya Pauline Leander.

E. Batasan Istilah

Berikut ini disajikan batasan istilah untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman

yaitu Fiksi, Novel, Nilai Moral, Unsur Intrinsik, Pendekatan Moral, Relevansi, Kurikulum,

Silabus, RPP.

1. Fiksi

Fiksi adalah prosa naratif yang bersifat imajinatif, namun biasanya masuk akal dan

mengandung kebenaran yang mendramatisasikan hubungan-hubungan antarmanusia

(Altenbernd dan Lewis via Nurgiyantoro, 2007 : 14).

2. Novel

Novel adalah sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cukupan, tidak terlalu

panjang, namun juga tidak terlalu pendek (Nurgiyantoro, 2007 : 23).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

6

3. Nilai Moral

Nilai Moral adalah standar-standar perbuatan dan sikap yang menentukan siapa kita,

bagaimana kita hidup, dan bagaimana kita memperlakukan orang lain (Esteban via

Adisusilo, 2012 : 56).

4. Unsur Intrinsik

Unsur Intrinsik (intrinsic) adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu

sendiri (Nurgiyantoro, 2009 : 23).

5. Pendekatan Moral

Pendekatan moral adalah suatu pendekatan yang menitikberatkan misi sastra

sebagai alat perjuangan meningkatkan mutu kehidupan umat manusia,

meningkatkan budi pekerti anggota masyarakat (Semi, 2010 : 72).

6. Relevansi

Relevansi adalah hubungan atau kaitan (Depdiknas, 2008 : 37).

7. Kurikulum

Kurikulum adalah sebuah dokumen perencanaan yang berisi tentang tujuan yang

harus dicapai, isi materi dan pengalaman belajar yang harus dilakukan siswa,

strategi dan cara yang dapat dikembangkan, evaluasi yang dirancang untuk

mengumpulkan informasi tentang pencapaian tujuan, serta implementasi dari

dokumen yang dirancang dalam bentuk nyata (Wina, 2010 : 9).

8. Silabus

Silabus adalah suatu produk pengembangan kurikulum berupa penjabaran lebih

lanjut dari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ingin dicapai, dan pokok-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

7

pokok serta uraian materi yang perlu dipelajari siswa dalam rangka pencapaian

standar kompetensi dan kompetensi dasar (Muslich, 2007 : 23).

9. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rancangan pembelajaran mata

pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas (Muslich,

2007 : 53).

F. Sistematika Penyajian

Sistematika penyajian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Bab pertama

adalah pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika penyajian. Bab kedua adalah studi

kepustakaan yang terdiri dari penelitian terdahulu yang relevan dan landasan teori. Bab

ketiga adalah metodologi penelitian yang terdiri dari jenis penelitian, sumber data, teknik

pengumpulan data, instrumen penelitian, dan teknik analisis data. Bab keempat terdiri dari

hasil penelitian dan pembahasan. Bab kelima terdiri dari kesimpulan, implikasi dan saran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

8

BAB II

STUDI KEPUSTAKAAN

A. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Sri Windarti Susiani (2005) dengan penelitiannya yang berjudul “Nilai-nilai Moral

dalam Novel Ramayana karya Sunardi D.M : Analisis Tokoh, Penokohan, Alur, Latar, dan

Tema dan Relevansinya sebagai Bahan Pembelajaran Sastra untuk SMA Kelas X.”Dari

penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa tokoh Rama sebagai tokoh utama protagonis

mempunyai sifat berbakti dan taat kepada ayahnya, bijaksana, tabah, lapang dada, mawas

diri, dan setia kepada istri. Penelitian ini menganalisis tokoh, penokohan, alur, latar, tema,

dan nilai- nilai moral dalam novel Ramayana karya Sumardi D.M. serta implementasinya

dalam pembelajaran sastra di SMA kelas X. Berdasarkan hasil analisis nilai moral yang

ditelitinya, Sri Windarti Susiani menemukan sembilan nilai moral. Nilai-nilai moral

tersebut adalah, mawas diri, cinta, taat, setia, sabar, rela berkorban, bela negara, hormat

kepada orang tua, dan menjaga kesucian diri.

Penelitian kedua dilakukan oleh Merry Yohanna (2000) dengan judul “Modernitas

dan Tuntutan Nilai Moral Tokoh Laila dalam Novel Saman karya Ayu Utami Suatu

Tinjauan Psikologi Sastra di SMU.” Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa

tokoh Laila merupakan tokoh sentral atau tokoh utama, selain tokoh Wisanggeni. Laila

dilukiskan sebagai sosok wanita modern yang berkarakter lemah, defensif, agresif, supel,

keras kepala, dan kurang percaya diri. Di dalam novel Saman, di satu pihak tokoh Laila

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

9

menginginkan kebebasan sebagai wanita modern yang mandiri dan bebas menentukan

pilihan. Sedangkan di lain pihak nilai-nilai moral itu mengikat kebebasannya.

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu, peneliti mampu mendeskripsikan

nilai moral yang terkandung dalam novel Saman berdasarkan teori Maslow yaitu, (1) nilai

kebaikan, (2) nilai kebenaran, (3) nilai keadilan. Peneliti memilih menganalisis novel

dengan judul“Nilai-nilai Moral novel Warung Bu Sastro Tidak Rugi Berbisnis dengan Hati

karya Pauline Leander dan Relevansinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA Kelas XI”

sebagai subjek penelitian karena penelitian dengan menggunakan novel tersebut belum

pernah dilakukan.

B. Landasan Teori

1. Tokoh

Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan dalam

berbagai peristiwa dalam cerita (Sudjiman, 1990 : 86).Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro

1981 : 20), tokoh cerita (character) adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya

naratif atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan

tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.

a). Pembedaan Tokoh

Berdasarkan perbedaan sudut pandang penamaan, tokoh dibedakan menjadi dua yaitu

tokoh utama dan tokoh tambahan. Dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh

dalam sebuah cerita, ada tokoh yang tergolong penting dan ditampilkan terus-menerus

sehingga terasa mendominasi sebagian besar cerita, dan sebaliknya, ada tokoh-tokoh yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

10

hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita, dan itu pun mungkin dalam porsi

penceritaan yang relatif pendek.

(1) Tokoh Utama

Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel

yangbersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku

kejadian maupun yang dikenai kejadian (Nurgiyantoro, 2010 : 176-177). Tokoh yang disebut

pertama adalah tokoh utama cerita (central character, main character), sedang yang kedua

adalah tokoh tambahan (peripheral character).

(2) Tokoh Tambahan

Tokoh tambahan adalah tokoh yang tidak sentral kedudukannya dalam cerita tetapi

kehadirannya sangat diperlukan untuk mendukung tokoh utama (Wahyuningtyas, 2011 : 3).

Menurut Sudjiman (1988 : 18), kriterium yang digunakan untuk menentukan tokoh utama

bukan frekuensi kemunculan tokoh itu di dalam cerita, melainkan intensitas keterlibatan tokoh

dalam peristiwa-peristiwa yang membangun cerita. Sudjiman menambahkan, judul cerita

seringkali juga mengungkapkan siapa yang dimaksudkan sebagai tokoh protagonis.

2. Penokohan

Istilah penokohan lebih luas pengertiannya dari tokoh, sebab ia sekaligus mencakup

masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan dan bagaimana penempatan dan

pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada

pembaca. Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang

ditampilkan dalam sebuah cerita (Jones dalam Nurgiyantoro, 1968 : 33). Penokohan sekaligus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

11

menyaran pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh dalam sebuah cerita. Dapat

disimpulkan bahwa, tokoh adalah orang yang ada dalam sebuah cerita naratif, sedangkan

penokohan adalah pelukisan gambaran watak dari seorang tokoh dalam sebuah cerita naratif

atau karya sastra.

3. Teknik Pelukisan Tokoh

a). Teknik Ekspositori

Teknik ekspositori yang sering disebut juga sebagai teknik analitis, pelukisan tokoh

cerita dilakukan dengan memberikan deskripsi, uraian, atau penjelasan secara langsung.

Tokoh cerita hadir dan dihadirkan oleh pengarang ke hadapan pembaca secara tidak berbelit-

belit, melainkan begitu saja dan langsung disertai deskripsi kediriannya, yang mungkin berupa

sikap, sifat, watak, tingkah laku, atau bahkan juga ciri fisiknya. Pengarang dengan cepat dan

singkat dapat mendeskripsikan kedirian tokoh ceritanya. Namun, sebenarnya walau berbagai

informasi kedirian tokoh cerita telah dideskripsikan, hal itu tak berarti bahwa tugas yang

berkaitan dengan penokohan telah selesai.

Pengarang haruslah tetap mempertahankan konsistensi tentang jati diri tokoh itu.

Tokoh harus tak dibiarkan berkembang keluar jalur sehingga sikap dan tingkah lakunya tetap

mencerminkan pola kediriannya itu.

b). Teknik Dramatik

Penampilan tokoh cerita dalam teknik dramatik, artinya mirip dengan yang

ditampilkan pada drama, dilakukan secara tak langsung. Artinya, pengarang tidak

mendeskripsikan secara eksplisit sifat dan sikap serta tingkah laku tokoh. Pengarang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

12

membiarkan (baca: menyiasati) para tokoh cerita untuk menunjukkan kediriannya sendiri

melalui berbagai aktivitas yang dilakukan, baik secara verbal lewat kata maupun

nonverbal lewat tindakan atau tingkah laku, dan juga melalui peristiwa yangterjadi.

Penampilan tokoh secara dramatik dapat dilakukan dengan sejumlah teknik, yaitu: 1)

teknik cakapan, 2) teknik tingkah laku, 3) teknik pikiran dan perasaan, 4) teknik arus

kesadaran, 5) teknik reaksi tokoh, 6) teknik reaksi tokoh lain, 7) teknik pelukisan latar, dan

8) teknik pelukisan fisik Nurgiyantoro (2010 : 201-211).

(1) Teknik cakapan

Percakapan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh cerita biasanya juga dimaksudkan untuk

menggambarkan sifat-sifat tokoh yang bersangkutan. Bentuk percakapan dalam sebuah karya

fiksi, khususnya novel, umumnya cukup banyak, baik percakapan yang pendek maupun yang

(agak) panjang. Tidak semua percakapan, memang, mencerminkan kedirian tokoh, atau paling

tidak, tidak mudah untuk menafsirkannya sebagai demikian. Namun, seperti dikemukakan di

atas, percakapan yang baik, yang efektif, yang lebih fungsional, adalah yang menunjukkan

perkembangan plot dan sekaligus mencerminkan sifat kedirian tokoh pelakunya

(Nurgiyantoro, 2010 : 201).

(2) Teknik tingkah laku

Teknik tingkah laku menyaran pada tindakan yang bersifat nonverbal, fisik. Apa yang

dilakukan orang dalam wujud tindakan dan tingkah laku, dalam banyak dapat dipandang

sebagai menunjukkan reaksi, tanggapan, sifat, dan sikap yang mencerminkan sifat-sifat

kediriannya. Namun, dalam sebuah karya fiksi, kadang-kadang tampak ada tindakan dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

13

tingkah laku tokoh yang bersifat netra, kurang menggambarkan sifat kediriannya. Kalaupun

hal itu merupakan penggambaransifat-sifat tokoh juga, ia terlihat tersamar sekali

(Nurgiyantoro, 2010 : 203).

(3) Teknik pikiran dan perasaan

Perbuatan dan kata-kata merupakan pewujudan konkret tingkah laku pikiran dan

perasaan. Di samping itu, dalam bertingkah laku secara fisik dan verbal, orang mungkin

berlaku atau dapat berpura-pura, berlaku secara tidak sesuai dengan yang ada dalam pikiran

dan hatinya. Namun, orang tidak mungkin dapat berlaku pura-pura terhadap pikiran dan

hatinya sendiri.Dalam karya fiksi, keadaan tersebut akan lain. Karena karya itu merupakan

sebuah bentuk yang sengaja dikreasikan dan disiasati oleh pengarang, maka jika terjadi

kepura-puraan tingkah laku tokoh yang tidak sesuai dengan pikiran dan hatinya, hal itu akan

“diberitahukan” kepada pembaca.

(4) Teknik arus kesadaran

Teknik arus kesadaran berkaitan erat dengan teknik pikiran dan perasaan. Keduanya

tak dapat dibedakan secara pilah, bahkan mungkin dianggap sama karena memang sama-sama

menggambarkan tingkah laku batin tokoh. Arus kesadaran merupakan sebuah teknik narasi

yang berusaha menangkap pandangan dan aliran proses mental tokoh, di mana tanggapan

indera bercampur dengan kesadaran dan ketaksadaran pikiran, perasaan, ingatan, harapan, dan

asosiasi-asosiasi acak (Abrams dalam Nurgiyantoro, 1981 : 187).

(5) Teknik reaksi tokoh

Teknik reaksi tokoh dimaksudkan sebagai reaksi tokoh terhadap suatu kejadian,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

14

masalah, keadaan, kata, dan sikap-tingkah-laku orang lain, dan sebagainya yang berupa

“rangsang” dari luar diri tokoh yang bersangkutan. Bagaimana reaksi tokoh terhadap hal-hal

tersebut dapat dipandang sebagai suatu bentuk penampilan yang mencerminkan sifat-sifat

kediriannya (Nurgiyantoro, 2010 : 209).

(6) Teknik reaksi tokoh lain

Reaksi tokoh(-tokoh) lain dimaksudkan sebagai reaksi yang diberikan oleh tokoh lain

terhadap tokoh utama, atau tokoh yang dipelajari kediriannya, yang berupa pandangan,

pendapat, sikap, komentar, dan lain-lain (Nurgiyantoro, 2010: 209).

(7) Teknik pelukisan latar

Pelukisan keadaan latar sekitar tokoh secara tepat akan mampu mendukung teknik

penokohan secara kuat walau latar itu sendiri sebenarnya merupakan sesuatu yang berada di

luar kedirian tokoh (Nurgiyantoro, 2010: 210).

(8) Teknik pelukisan fisik

Pelukisan keadaan fisik tokoh, dalam kaitannya dengan penokohan, kadang-kadang

memang terasa penting. Keadaan fisik tokoh perlu dilukiskan, terutama jika ia memiliki

bentuk fisik khas sehingga pembaca dapat menggambarkan secara imajinatif (Nurgiyantoro,

2010: 210).

4. Latar

Latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian

tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang

diceritakan (Abrams via Nurgiyantoro, 1981 : 175).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

15

Menurut Nurgiyantoro (2009 : 227-234) latar dapat dibedakan menjadi tiga unsur pokok,

yaitulatar tempat, latar waktu dan latar sosial.

a). Latar tempat

Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam

sebuah karya fiksi. Deskripsi tempat secara teliti dan realistis sangat penting untuk

membuat pembacaterkesan seolah-olah hal yang diceritakan itu sungguh-sungguh terjadi,

yaitu tempat (dan waktu) seperti yang diceritakan itu. Namun, tidak menutup

kemungkinan unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan

nama tertentu, inisial tertentu, lokasi tertentu tanpa nama jelas.

b). Latar waktu

Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa

yang diceritakan pada sebuah karya fiksi. Masalah “kapan” tersebut biasanya

dihubungkan dengan waktu faktual, fakta yang ada kaitannya dan dikaitkan dengan

peristiwa.

c). Latar sosial

Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan

sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi (Nurgiyantoro,

1995:233).Latar sosial dapat berupa kebiasaan hidup,adat istiadat, cara berpikir, dan pola sikap

tokoh. Selain itu, latar sosial berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan

misalnya kelas menengah, rendah dan kelas atas. Sudjiman (1988: 44) dalam bukunya

Memahami Cerita Rekaan mengungkapkan bahwa, peristiwa-peristiwa di dalam cerita itulah

terjadi pada suatu waktu atau di dalam suatu rentang tertentu dan pada suatu tempat tertentu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

16

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang

berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya

membangun suatu cerita.

5. Pengertian Nilai-nilai Moral

Nilai berasal dari bahasa Latin, valere yang artinya berguna, mampu akan, berdaya,

berlaku, sehingga nilai diartikan sebagai sesuatu yang dipandang baik, bermanfaat dan paling

benar menurut keyakinan seseorang atau sekelompok orang. Menurut Steeman (Eka

Darmaputera, 1987 : 65) nilai adalah sesuatu yang memberi makna pada hidup, yang memberi

acuan, titik tolak dan tujuan hidup.

Moral berasal dari kata mores yang berarti dalam kehidupan adat-istiadat atau

kebiasaan. Kata moral selalu mengacu pada baik-buruknya manusia sebagai manusia. Norma-

norma moral adalah tolak ukur untuk menentukan betul salahnya sikap dan tindakan manusia

dilihat dari segi baik buruknya. Nilai moral bertolak pada sikap, kelakuan yang dapat dilihat

melalui perbuatan. Perbuatan yang dapat terlihat terpuji dan baik secara lahiriah akan dinilai

memiliki nilai yang baik (Suseno, 1987 : 19). Burhan Nurgiyantoro (2005 : 265), menegaskan

bahwa moral, amanat, atau massage dapat dipahami sebagai sesuatu yang ingin disampaikan

kepada pembaca. Sesuatu itu selalu berkaitan dengan berbagai hal yang berkonotasi positif,

bermanfaat bagi kehidupan, dan mendidik.

Sementara itu, nilai moral (moral values), oleh Esteban (1990) dirumuskan sebagai

berikut: nilai akan selalu berhubungan dengan kebaikan, kebajikan dan keluhuran budi serta

akan menjadi sesuatu yang dihargai dan dijunjung tinggi serta akan menjadi sesuatu yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

17

dihargai dan dijunjung tinggi serta dikejar oleh seseorang sehingga ia merasakan adanya suatu

kepuasan, dan ia merasa menjadi manusia yang sebenarnya.

6. Nilai Moral dalam Karya Sastra

Moral dalam karya sastra dapat dipandang sebagai amanat, pesan, message. Pesan

moral sastra lebih memberat pada sifat kodrati manusia yang hakiki, bukan pada aturan-aturan

yang dibuat, ditentukan, dan dihakimi oleh manusia. Moral dalam karya sastra, atau hikmah

yang diperoleh pembaca lewat sastra, selalu dalam pengertian yang baik (Nurgiyantoro, 2010

: 322).

7. Bentuk Penyampaian Pesan Moral dalam Karya Sastra

Nurgiyantoro (2010: 335) mengemukakan bahwa secara umum dapat dikatakan bahwa

bentuk penyampaian moral dalam karya fiksi munngkin bersifat langsung, atau sebaliknya tak

langsung. Bentuk penyampaian pesan moral yang bersifat langsung, boleh dikatakan, identik

dengan cara pelukisan watak tokoh yang bersifat uraian, telling, atau penjelasan, expository.

Artinya, moral yang ingin disampaikan atau diajarkan kepada pembaca itu dilakukan secara

langsung dan eksplisit.

Bentuk penyampaian moral tidak langsung yaitu pesan hanya tersirat dalam cerita,

berpadu secara koherensif dengan unsur-unsur cerita yang lain (Nurgiyantoro, 2010: 339).

Nurgiyantoro menambahkan, yang ditampilkan dalam cerita adalah peristiwa-peristiwa,

konflik, sikap, dan tingkah laku para tokoh dalam menghadapi peristiwa dan konflik itu.

8. Bentuk Nilai Moral yang Kuat

Kekuatan moral adalah kekuatan kepribadian seseorang yang mantap dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

18

kesanggupannya untuk bertindak sesuai dengan apa yang diyakininya sebagai benar (Suseno,

1989 : 141). Menurut Suseno, sikap atau keutamaan yang mendasari kepribadian yang

memiliki nilai moral yang kuat, yaitu sebagai berikut.

a). Kejujuran

Bersikap jujur terhadap orang lain berarti dua sikap, yaitu bersikap terbuka dan

bersikap fair. Bersikap terbuka adalah kita selalu muncul sebagai diri kita sendiri (terbuka

berarti: orang boleh tahu, siapa kita ini).Yang kedua, bersikap wajar atau fair, yaitu bersikap

jujur terhadap orang lain maupun terhadap diri kita sendiri. Dalam artian, kita harus berani

melihat diri seadanya, membuang tindakan yang bersifat kepalsuan, ketidakadilan, dan

kebohongan (Suseno, 1989: 142-143).

b). Nilai-nilai otentik

Otentik berarti “aseli”, yaitu kita menjadi diri kita sendiri. Manusia otentik adalah

manusia yang menghayati dan menunjukkan diri sesuai dengan keasliannya, dengan

kepribadiannya yang sebenarnya (Suseno, 1989: 143).

c). Kesediaan untuk bertanggung jawab

Kejujuran sebagai kualitas dasar kepribadian moral menjadi operasional dalam

kesediaan untuk bertanggung jawab. Bertanggung jawab berarti suatu sikap terhadap tugas

yang membebani kita. Kita terikat untuk menyelesaikannya, demi tugas itu sendiri. Sikap itu

tidak memberikan ruang pada pamrih kita (Suseno, 1989: 145).

d). Kemandirian moral

Kemandirian moral berarti bahwa tidak pernah ikut-ikutan saja dengan pelbagai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

19

pandangan moral dalam lingkungan, melainkan selalu membentuk penilaian dan pendirian

sendiri dan bertindak sesuai dengannya (Suseno, 1989: 146). Mandiri secara moral adalah kita

tidak dapat “dibeli” oleh mayoritas, bahwa kita tidak pernah akan rukun hanya demi

kebersamaan kalau kerukunan itu melanggar keadilan.

e). Keberanian moral

Keberanian moral menunjuk diri dalam tekad untuk tetap mempertahankan sikap yang

telah diyakini sebagai kewajiban pun pula apabila tidak disetujui atau secara aktif dilawan

oleh lingkungan. Keberanian moral berarti berpihak pada yang lebih lemah melawan yang

kuat, yang memperlakukannya dengan tidak adil (Suseno, 1989: 147-148).

f). Kerendahan hati

Bersikap rendah hati tidak hanya berarti bahwa kita sadar akan keterbatan kebaikan

kita, melainkan juga bahwa kemampuan kita untuk memberikan penilaian moral terbatas.

Kerendahan hati ini tidak bertentangan dengan keberanian moral, melainkan justru prasarat

kemurniannya (Suseno, 1989: 148-149).

g). Realistik dan kritis

Sikap realistik tidak berarti bahwa kita menerima realitas begitu saja, mempelajari

keadaan dengan serealis-realisnya supaya dapat kita sesuaikan dengan tuntutan prinsip-prinsip

dasar. Dengan kata lain, sikap realistik mesti berbarengan dengan sikap kritis (Suseno, 1989:

150).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

20

C. Pembelajaran Sastra di Sekolah Menengah Atas (SMA)

Rahmanto mengklasifikasikan tiga aspek penting dalam memilih bahan pengajaran

sastra, yaitu : pertama dari segi bahasa, kedua dari segi kematangan jiwa (psikologi) dan

ketiga dari sudut latar belakang kebudayaan para siswa (1988: 27).

1. Bahasa

Bahasa merupakan aspek penting dalam berkomunikasi, begitu juga dalam

pembelajaran sastra. Oleh karena itu, guru harus memperhatikan faktor-faktor seperti: cara

penulisan yang dipakai pengarang, ciri-ciri karya sastra pada waktu penulisan karya itu, dan

kelompok pembacayang ingin dijangkau pengarang. Dalam meneliti ketepatan teks yang

dipilih, guru hendaknya tidak hanya mempertimbangkan kosa kata dan tata bahasa, tetapi

perlu mempertimbangkan situasi dan pengertian isi wacana termasuk ungkapan dan

referensi yang ada. Selain itu, perlu juga diperhatikan cara penulis menuangkan ide-idenya

dan hubungan antar kalimat.

2. Kematangan Jiwa (Psikologi)

Tahap-tahap perkembangan psikologis ini hendaknya harus diperhatikan karena

tahap-tahap ini sangat besar pengaruhnya terhadap minat dan keenggaanan anak didik

dalaam banyak (Rahmanto, 1988: 29– 30).

3. Latar belakang kebudayaan

Latar belakang karya sastra ini meliputi hampir semua faktor kehidupan manusia

dan lingkungannya, seperti geografi, sejarah,topologi, iklim, mitologi, legenda, pekerjaan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

21

kepercaayaan, cara berfikir, nilai-nilai masyarakat, seni, olahraga, hiburan, moral, etika

(Rahmanto, 1988: 31). Biasanya siswa akan mudah tertarik pada karya-karya sastra dengan

latar belakang yang erat hubungannya dengan latar belakang kehidupan mereka.

D. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

KTSP mempunyai pengertian sebagai kurikulum operasional yang disusun dan

dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan/sekolah (Muslich, 2007: 10).

Penyusunan KTSP yang dipercayakan pada setiap tingkat satuan pendidikan hampir senada

dengan prinsip implementasi KBK yang disebut dengan Pengelolaan Kurikulum Berbasis

Sekolah. Prinsip ini diimplementasikan untuk memberdayakan daerah dan sekolah dalam

merencanakan, melaksanakan dan mengelola serta menilai pembelajaran sesuai kondisi dan

aspirasi mereka (Muslich, 2007: 10).

Menurut Muslich (2007: 11), KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip

berikut.

1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan

lingkungannya.

2. Beragam dan terpadu.

3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan.

5. Menyeluruh dan berkesinambungan.

6. Belajar sepanjang hayat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

22

7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.

Berikut merupakan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang sesuai dengan

pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester 2.

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Membaca

15. Memahami buku biografi, novel dan

hikayat

15.1 Mengungkapkan hal-hal yang

menarik dan dapat diteladani dari tokoh

a). Silabus

Silabus adalah suatu produk pengembangan kurikulum berupa penjabaran lebih

lanjut dari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ingin dicapai, dan pokok-pokok

serta uraianmateri yang perlu dipelajari siswa dalam rangka pencapaian standar kompetensi

dan kompetensi dasar (Muslich, 2007: 23). Prinsip pengembangan silabus menurut Muslich

(2007: 25-26) antara lain :

(1) Ilmiah

Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dana

dapat dipertanggung jawabkan secara keilmuan.

(2) Relevan

Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus

sesuai atau ada keterkaitan dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

23

sosial,emosional, dan spiritual peserta didik.

Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai

kompetensi.

1. Konsisten

Ada hubungan yang konsisten (ajek, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator,

materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar dan sistem penilaian.

2. Memadai

Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar dan sistem

penilaian cukup untuk penunjang pencapaian kompetensi dasar.

3. Aktual dan Kontekstual

Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem

penilaian memerhatikan perkembangan ilmu, teknologi dan seni mutakhir dalam

kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.

4. Fleksibel

Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik,

pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi disekolah dan tuntutan masyarakat.

5. Menyeluruh

Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif,

psikomotor). Muslich (2007: 28-30), mengungkapkan langkah-langkah

pengembangan silabus meliputi:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

24

a). Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran sebagaimana

yang tercantum pada Standar Isi, dengan memerhatikan hal-hal berikut.

(1) Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan /atau tingkat kesulitan

materi.

(2) Keterkaitan antarstandar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata

pelaajaran.

(3) Keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar antarmata pelajaran.

b). Mengidentifikasi Materi Pokok

Mengidentifikasi materi pokok yang menunjang pencapaian standarkompetensi

dan kompetensi dasar dengan mempertimbangkan :

(1) Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual

peserta didik.

(2) Kebermanfatan bagi peserta didik.

(3) Struktur keilmuan.

(4) Kedalamaan dan keluasan materi.

(5) Relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan.

(6) Alokasi waktu.

c). Mengembangkan Pengalaman Belajar

Pengalaman belajar merupakan kegiatan mental dan fisik yang dilakukan

peserta didik dalam berinteraksi dengan sumber belajar melalui pendekatan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

25

pembelajaran yang bervariasi dan mengaktifkan peserta didik.

d). Merumuskan Indikator Keberhasilan Belajar

Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan, potensi

daerah dan peserta didik, dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang

terukurdan/atau dapat diobservasi.

e). Penentuan Jenis Penilaian

Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan

indikator.

f). Menentukan Alokasi Waktu

Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah

minggu efektif dan alokasi waktu mataa pelajaran perminggu dengan

mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat

kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar.

g). Menentukan Sumber Belajar

Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk

kegiatan pembelajaran. Sumber belajar dapat berupa media cetak dan elektronik,

narasumber, serta lingkungan fisik, alam,sosial dan budaya.

Format silabus menurut Muslich (2007: 30-37) paling tidak memuat sembilan

komponen yaitu :

1. Komponen Identifikasi

2. Komponen Standar Kompetensi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

26

3. Komponen Kompetensi Dasar

4. Komponen Materi Pokok

5. Komponen Pengalaman Belajar

6. Komponen Indikator

7. Komponen Jenis Penilaian

8. Komponen Alokasi Waktu

9. Komponen Sumber Belajar

b). Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Tugas guru dalam kaitannya dengan dokumen kurikulum adalah membuat rencana

pembelajaran yang akan dijadikan pedoman pelaksanaan pembelajaran dan pembentukan

kompetensi peserta didik. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rancangan

pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di

kelas. Berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran inilah seorang guru (baik yang

menyusun RPP itu sendiri maupun yang bukan) diharapkan bisa menerapkanpembelajaraan

secara terprogram. Karena itu, RPP harus mempunyai daya terap yang tinggi (Muslich,

2007 : 53).

(1) RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam

upaya mencapai KD.

(2) Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan

sistematis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

27

(3) RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau

lebih.

(4) Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan

penjadwalan di satuan pendidikan.

Menurut Muslich (2007:46) langkah yang patut dilakukan guru dalam penyusunan

RPP, yaitu:

(1) Ambillah satu unit pembelajaran yang akan diterapkan dalam pembelajaran.

(2) Tulis standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam unit tersebut.

(3) Tentukan indikator untuk mencapai kompetensi dasar tersebut.

(4) Tentukan alokasi waktu yang diperlukan untuk mecapai indikator tersebut.

(5) Rumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran tersebut.

(6) Tentukan materi pembelajaran yang akan diberikan/dikenakan kepada siswa

untukmencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

(7) Pilihlah metode pembelajaran yang dapat mendukung sifat materi dan tujuan

pembelajaran.

(8) Susunlah langkah-langkah kegiatan pembelajaran pada setiap satuan rumusan tujuan

pembelajaran, yang bisa dikelompokkan menjadi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan

penutup.

(9) Jika alokasi waktu untuk mencapai satu kompetensi dasar lebih dari 2 (dua) jam

pelajaran, bagilah langkah-langkah pembelajaran menjadi lebih dari satu pertemuan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

28

Pembagian setiap jam pertemuan bisa didasarkan pada satuan tujuan pembelajaran atau

sifat/tipe/jenis materi pembelajaran.

(10) Sebutkan sumber/media belajar yang akan digunakan dalam pembelajaran secara

konkretdan untuk setiap bagian/unit pertemuan. Tentukan teknik penilaian, bentuk dan

contoh instrumen penilaian yang akan digunakan untuk mengukur ketercapaian kompetensi

dasar atau tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

29

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai: (A) Jenis penelitian, (B) Subyek

penelitian, (C) Sumber data, (D) Teknik pengumpulan data, (E) Instrumen penelitian,

(F) Teknis analisis data. Berikut diuraikan keenam bagian metode penelitian tersebut.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif

adalah penelitian dengan data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan

angka-angka. Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk

memberikan gambaran penyajian laporan tersebut (Moleong, 2006 : 7). Penelitian kualitatif

menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif ini digunakan karena beberapa

pertimbangan. Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan

dengan kenyataan ganda. Kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan

antara peneliti dan responden. Ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan

diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang

dihadapi (Moleong, 1989 : 6). Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis nilai-nilai

moral yang terkandung dalam novel Warung Bu Sastro Tidak Rugi Berbisnis dengan Hati

karya Pauline Leander.

B. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Judul Buku : Warung Bu Sastro Tidak Rugi Berbisnis Dengan Hati

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

30

Pengarang : Pauline Leander

Tebal Buku : 295 halaman

Tahun Terbit : 2012

Penerbit : Kompas Gramedia

C. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan alat bantu bagi peneliti di dalam menggunakan metode

pengumpulan data (Arikunto, 2005 : 101). Instrumen utama dalam penelitian ini adalah

manusia, yaitu peneliti sendiri. Peneliti mengumpulkan data dengan cara mengutip dan

mengambil dari novel Warung Bu Sastro Tidak Rugi Berbisnis dengan Hati karya Pauline

Leander.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data, hal-hal yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut.

1. Membaca keseluruhan isi novel Warung Bu Sastro Tidak Rugi Berbisnis dengan Hati

karya Pauline Leander.

2. Menemukan dan menandai kata atau kalimat yang mengandung unsur intrinsik dan

kata atau kalimat yang mengandung nilai moral dalam novel Warung Bu Sastro Tidak

Rugi Berbisnis dengan Hati karya Pauline Leander.

3. Menyalin kata atau kalimat yang mengandung unsur intrinsik dan kata atau kalimat

yang mengandung nilai moral.

4. Mengelompokkan kata atau kalimat berdasarkan unsur intrinsiknya (tokoh,

penokohan, dan latar) dan kata atau kalimat berdasarkan jenis nilai moralnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

31

E. Langkah-langkah Analisis Data

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengaitkan hasil penelitian dengan pembelajaran di SMA yaitu kelas XI.

2. Menyusun hasil temuan mengenai nilai-nilai moral dalam novel Warung Bu Sastro

Tidak Rugi Berbisnis Dengan Hati karya Pauline Leander berdasarkan urutannya

dengan menggunakan bahasa yang runtut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

32

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Dalam bab empat ini akan dideskripsikan hasil analisis secara keseluruhan yang

dikelompokkan menjadi tiga bagian. Hasil penelitian tersebut meliputi (1) analisis unsur

tokoh, penokohan, dan latar dalam novel Warung Bu Sastro Tidak Rugi Berbisnis dengan

Hati, (2) analisis nilai moral dalam novel Warung Bu Sastro Tidak Rugi Berbisnis dengan

Hati karya Pauline Leander, (3) relevansinya sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA

kelas XI semester 2.

Pada penelitian ini peneliti menganalisis unsur intrinsik di anataranya (1) tokoh dan

penokohan yang terdiri dari tokoh utama dan tokoh tambahan, (2) latar yang terdiri dari

latar waktu, latar tempat, dan latar sosial. Kemudian peneliti menganalisis tujuh nilai moral

yang terdiri dari (1) kejujuran, (2) nilai-nilai otentik, (3) kesediaan untuk bertanggung

jawab, (4) kemandirian moral, (5) keberanian moral, (6) kerendahan hati, (7) realitas dan

kritis.

B. Analisis Data

1. Sinopsis Novel

Suatu hari, Toko Luwes diputuskan oleh Pemerintah Daerah Bandung untuk

ditutup. Toko Luwes merupakan tempat bekerja Pak Sastro selama puluhan tahun lamanya.

Dengan begitu, Pak Sastro dan istrinya harus memikirkan jalan keluar untuk mencari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

33

penghasilan baru, melihat Bapak sebagai satu-satunya tulang punggung keluarga. Namun

mereka bingung akan membuka usaha apa dengan uang pesangon yang diterima Bapak,

sedangkan kedua anaknya, Kang Asep dan Mono masih membutuhkan biaya sekolah serta

untuk kebutuhan lainnya. Doa setiap malam selalu Ibu dan Pak Sastro panjatkan, berharap

Tuhan segera memberikan jalan keluarnya. Sampai pada akhirnya, datang Dasman yang

juga lulusan ITB jurusan Arsitek yang menyarankan Ibu untuk membuka warung makan

dengan model Tionghoa, yaitu mematok harga sedikit lebih murah dari warung sayur

lainnya pada setiap menunya.

Usaha warung sayur Bu Sastro yang awalnya hanya menyediakan menu sayur dan

lauk saja, akhirnya mulai menyediakan nasi dan beragam menu baru. Hal ini dimulai ketika

Simbolon memaksa dimasakkan lauk beserta nasi untuknya beserta ke-12 teman

indekosnya. Bu Sastro menganggapbahwa inilah kiat baru usaha warung sayurnya.

Semenjak itulah, warung Bu Sastro setiap harinya menyediakan nasi, lauk, dan beragam

menu lainnya. Seiring berjalannya waktu, warung Bu Sastro mulai mengalami peningkatan,

salah satunya dikarenakan pengelolaan atau metode yang dijalankan terbilang unik. Bu

Sastro senantiasa menyediakan rumah, tangan dan kaki, bahkan telinga, dan terutama

hatinya bagi setiap pelanggan yang hadir di warungnya yang mayoritas mahasiswa itu.

Perjuangan di dalam menjalankan bisnisnya sama sekali tidak ringan, namun semua

tantangan senantiasa dihadapinya dengan disertai doa, cinta, dan kasih.

2. Tokoh

Peneliti mengidentifikasi ada 6 tokoh dalam novel Warung Bu Sastro Tidak Rugi

Berbisnis dengan Hati ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

34

1. Pak Sastro

Suami Bu Sastro; bapak Kang Asep dan Mono; dulu karyawan Toko Luwes.

2. Bu Sastro

Istri Pak Sastro; ibu Kang Asep dan Mono; pemilik warung makan.

3. Kang Asep

Anak sulung Pak Sastro dan Bu Sastro yang suka dengan kerajinan; kakak Mono.

4. Mono

Anak bungsu Pak Sastro dan Bu Sastro.

5. Dasman

Mahasiswa Arsitektur ITB yang berasal dari Padang; selama kuliah pernah

dimasakkan Bu Sastro selama 5 tahun.

6. Simbolon

Mahasiswa di salah satu akademi di Jalan Sawunggaling; indekos di RT 05 bersama

12 temannya; dimasakkan Bu Satro setiap harinya untuk dirinya dan 12 teman-

teman indekosnya.

Dari identifikasi tokoh-tokoh di atas, peneliti mengelompokkan tokoh-tokoh

tersebut ke dalam dua kelompok, yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan. Pengelompokkan

ini berdasarkan tingkat pentingnya tokoh atau peranan tokoh-tokoh tersebut dalam novel

Warung Bu Sastro Tidak Rugi Berbisnis Dengan Hati. Berdasarkan analisis yang dilakukan

pula, tokoh utama dalam novel Warung Bu Sastro Tidak Rugi Berbisnis Dengan Hati

adalah Bu Sastro adalah tokoh yang mendapatkan porsi paling banyak dalam penceritaan

serta perhatian dari pengarang. Penceritaan tokoh Bu Sastro dapat dikatakan mendominasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

35

bagaimana cerita itu dilukiskan. Perhatian dari pengarang tersebut dapat terlihat dari

analisis yang dituangkan dalam cerita ini yang banyak mengandung nilai-nilai kehidupan,

seperti berikut.

1. “Kita bisa usaha dengan uang pesangon yang Bapak dapatkan dari Toko Luwes.

Nanti kita pikirkan usaha apa yang bisa dibuat” (Leander, 2012 : 7).

2. Bu Sastro berangkat ke pasar sebelum matahari benar-benar tinggi. Di

genggamannya terdapat uang Rp30.000 yang akan menjadi penentu masa depan dirinya

dan keluarganya (Leander, 2012 : 53).

3. Ketika membahas Kang Asep beserta keluarganya pun, tidak ada penyesalan dalam

suaranya. Ibu tetap bertutur bahagia (Leander, 2012 : 266).

Bu Sastro sangat memberikan pengaruh terhadap jalan cerita dari awal-tengah-

hingga akhir. Sedangkan tokoh tambahannya yaitu Pak Sastro, Kang Asep, Mono, Dasman,

dan Simbolon. Tokoh-tokoh tersebut memiliki keterlibatan dan mengambil bagian jalannya

peristiwa yang dialami tokoh utama. Tokoh-tokoh tersebut mempunyai peran masing-

masing dalam mengembangkan peristiwa yang mendukung munculnya nilai-nilai

kehidupan atau nilai-nilai moral dalam diri tokoh utama.

3. Penokohan

Berdasarkan teori tentang penokohan yang telah dipaparkan di bab sebelumnya,

peneliti akan menganalisis penokohan tokoh utama dan tokoh tambahan dalam novel

Warung Bu Sastro Tidak Rugi Berbisnis Dengan Hati.

1. Bu Sastro

Bu Sastro digambarkan oleh pengarang sebagai tokoh yang hormat terhadap suami.

Beliau juga memiliki kesabaran dan ketegaran dalam menerima setiap peristiwa yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

36

terjadi dalam hidup, salah satunya pada saat harus menerima kenyataan bahwa Bapak

diputuskan dari pekerjaannya. Hal ini dapat dibuktikan dengan teknik langsung atau

ekspositori melalui kutipan berikut.

(1) “Maksudnya ditutup, Pak?” Tanya Bu Sastro mencoba tetap tenang. Suaranya juga

dipertahankan untuk menurun di akhir kalimat. Bu Sastro khawatir suami yang

dihormatinya itu tidak sanggup menjawab jika nada suaranya meninggi (Leander,

2012 : 6).

(2) “Tidak apa-apa Pak, ini sudah waktunya. Waktunya Tuhan, kalau Bapak harus

berhenti bekerja dari Toko Luwes yang sudah 33 tahun menghidupi kita,” jawab Ibu

Sastro perlahan. Tekadnya begitu kuat untuk menenangkan lelaki yang dikasihinya

itu agar tidak menyimpan gulana dalam-dalam (Leander, 2012 : 7).

(3) “Kita bisa usaha dengan uang pesangon yang Bapak dapatkan dari Toko Luwes.

Nanti kita pikirkan usaha apa yang bisa dibuat. Tenang saja ya, Pak,” suara lembut

Ibu Sastro meneduhkan hati suaminya (Leander, 2012 : 7).

(4) “Kita pasti akan menemukan jalan keluar ya, Wo. Anak-anak masih membutuhkan

banyak biaya, tapi saya yakin kalau Allah merestui, jalan pasti ada,” ungkap Pak

Sastro sambil mencoba menenangkan dirinya sendiri. “Iya Pak, pasti,” jawab Bu

Sastro (Leander, 2012 : 8).

(5) Itulah hari ketika Bu Sastro mengukir janji dalam hatinya, tanpa kemarahan, hanya

dibumbui sedikit kesedihan. “Kalau saya punya sumur sendiri nanti, siapa saja

boleh ambil air dari sumur saya. Mau mandi… boleh. Mau cuci baju… silakan.

Mau bersihkan sayur dan daging… boleh juga” (Leander, 2012 : 44).

(6) “Kalau anak SMA, mungkin karena masih kecil, belum dewasa, dan rasa tanggung

jawab belum terbentuk, kalau mereka makan hati atau tempe yang kecil-kecil,

disembunyikan dulu di bawah tumpukan nasi, jadi antara yang dilaporkan dan yang

betul-betul dimakan, biasanya ada perbedaan. Tapi yaaa… biar saja. Rezeki ada di

tangan Tuhan,” kata Bu Sastro selalu (Leander, 2012 : 226).

Bu Sastro memiliki sifat penyayang,sertanaluri keibuannya tidak hanya ia tunjukkan

kepada keluarganya, namun juga kepada anak-anak mahasiswa khususnya yang biasa

makan di rumahnya. Hal ini dapat ditunjukkan dengan teknik tidak langsung atau dramatik

melalui kutipan berikut.

(7) “Sudah sarapan, pak?” Bu Sastro bertanya sambil menyeka sandalnya di keset

depan rumah, membersihkan tanah dan sedikit lumpur yang sempat menempel dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

37

pasar, kemudian melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah (Leander, 2012 :

16).

(8) Bu Sastro sangat mengerti situasi pagi itu. Tempe gorengnya ternyata sudah

dipersiapkan duluan dan nasi hangat yang masih wangi karena baru ditanak pagi ini

pun sudah siap. Sambil tersenyum lebar, Bu Sastro memandang Pak Sastro penuh

makna (Leander, 2012 : 42).

(9) Menu yang disediakan Bu Sastro bergizi sekalipun sederhana. Ibu yang penuh

semangat ini menyadari kalau anak-anak mahasiswa harus menerima asupan gizi

yang baik sebagai nutrisi bagi otak, sehingga kuliah mereka bisa cepat selesai dan

gelar sarjana bisa diraih (Leander, 2012 : 21).

(10) Menu istimewa siang semacam itu siap disantap. Wangi sambal menyeruak ke

seluruh penjuru rumah, disertai decakan kepedasan yang terdengar bersahut-

sahutan. Kalau sudah begini, Ibu Sastro hanya bias tersenyum-senyum sambil

memandang mereka makan (Leander, 2012 : 23).

(11) Tak ia ceritakan betapa malam-malam penuh dengan doa dilewatkannya untuk ke-

8 mahasiswa yang ketika itu harus menghadapi ujian-ujian kecil maupun ujian-

ujian besar mereka. Sebetulnya ada 8 penggalan rasa kehilangan di dalam hati.

Kusmay dan Natijah meninggalkan kamar yang mereka tempati selama 3 tahun

dengan isak tangis dan memeluk hangat Bu Sastro dengan erat (Leander, 2012 :

24).

(12) “Aku boleh masuk, Bu?” tanya Simbolon agak memelas. “Wah… tentu saja. Ada

apa, Nak?” Bu Sastro bertanya agak khawatir. “Mau makan pagi di sini? Ibu

buatkan nasi goreng dulu,” tawar Bu Sastro didorong naluri keibuannya yang

selalu peka pada area seputaran lambung para anak mahasiswa di sekitarnya

(Leander, 2012 : 61).

(13) Agar seluruh makanan bisa dipastikan selalu tersaji hangat bagi anak-anak

mahasiswanya, Bu Sastro mempersiapkan 6 buah kompor minyak tanah. Menunya

berupa menu Empat Sehat yang diyakini akan sangat bermanfaat bagi anak-anak

mahasiswa, sehingga mempercepat perjalanan mereka menjadi sarjana (Leander,

2012 : 73).

(14) Semalaman Bu Sastro bolak-balik masuk ke kamar Mono. “Belum tidur, Mon?”

bu Sastro bertanya dengan nada khawatir. Jam di dinding telah menunjukkan

pukul 3 pagi (Leander, 2012 : 87).

(15) “Ambil menu yang lain tho, nak Alfian!” Demikian Ibu selalu mengingatkan.

“Kalau hanya makan bubukan tempe thok, nanti kurang gizinya. Nggak bisa mikir,

nggak bisa belajar!” (Leander, 2012 : 130).

(16) Jika ada yang tampak kurang bersemangat makan, atau tampak pucat pasi dan

kesakitan, Ibu akan menegur dan menanyakan kepadanya (Leander, 2012 : 135).

(17) Jika sang mahasiswa sudah mengakui kondisinya yang sedang sakit seperti ini, Bu

Sastro akan melanjutkan penawaran pamungkasnya, “Ibu bikinkan bubur, ya. Biar

makannya enak. Kamu tunggu sebentar di sini. Jangan ke mana-mana. Minum

banyak the pahit hangat dari ceret,” lanjut Bu Sastro dengan tegas dan langsung

meninggalkan Toni menuju dapurnya. “Ayo dimakan sampai habis, supaya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

38

sehatnya cepat datang!” Bu Sastro sedikit memerintah Toni. Perlakuannya ini

sama seperti menginstruksikan Mono untuk menghabiskan makanan di piringnya

(Leander, 2012 : 136-137).

(18) “Saya tidak lapar, Bu. Saya tidak punya uang. Saya minta minum the hangat saja

ya Bu, boleh ya…?”. Mata Bu Sastro berkaca-kaca karena tidak tega. Agak

memaksa, Ibu menyodorkan piring kosong kepada Trimo (Leander, 2012 : 205).

(19) Saat itu siang belum menjelang dan pagi belum lagi usai. Wajah laparnya

membuat Ibu merasa iba, padahal masakan pagi sudah habis dan lauk untuk siang

hari belumlah matang. “Ibu buatkan nasi goring ya, Ram?” sambut Ibu ketika

Ram memasuki warungnya (Leander, 2012 : 214).

(20) Kalau sudah demikian, maka biasanya Ibu akan buru-buru mengeluarkan nasi

hangat dan disajikan langsung dengan dada ayam pedas yang sudah

disimpankannya buat Josmar. “Ayo makan segera! Kamu kecapekan belajarnya.

Jangan lupa makan!” Ibu selalu berpesan demikian (Leander, 2012 : 237).

(21) Keberangkatan Josmar pagi itu untuk menghadapi ujian siding sarjana. Bu Sastro

melepasnya dengan doa-doaseperti melepas anaknya sendiri pergi berjuang. Perut

Bu Sastro sepanjang setengah hari itu agak mulas dan terasa lemas tidak karuan,

menanti bagaimana kabar dari mahasiswa jurusan Elektro ITB itu (Leander, 2012

: 238).

Bu Sastro memiliki sifat ramah terhadap siapa pun yang ditemuinya. Hal ini dapat

dibuktikan secara langsung atau ekspositori melalui kutipan berikut.

(22) Siapa pun mereka, Ibu selalu menyambutnya dengan ramah dan tangan terbuka

(Leander, 2012 : 22).

Ibu Sastro memiliki sifat yang santun. Hal ini dapat ditunjukkan secara langsung

dengan teknik langsung atau ekspositori melalui kutipan berikut.

(23) Sesampainya di sana, Mbah Burus menyapa Bu Sastro. “Nak, jangan pakai air

banyak-banyak ya. Di sini yang menyewa kamar petak dan ikut tinggal menetap

banyak, jadi takut air sumurnya habis!” Mbah Burus mengemukakan alasannya.

Bu Sastro terkejut disapa demikian. “Nggih (= iya) Pak,” jawabnya sedih sambil

berjalan meninggalkan sumur dan tidak jadi mengambil air (Leander, 2012 : 43).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

39

Bu Sastro memiliki kepercayaan kepada Tuhan. Beliau menyerahkan semua yang

terjadi dalam hidupnya pada kehendak Yang Maha Kuasa. Hal ini dapat dibuktikan secara

langsung atau ekspositori melalui kutipan berikut.

(24) Bu Sastro pun bergerak memasuki kamar, meraih Rosario di bawah bantalnya

untuk mulai berdoa. (Leander, 2012 : 8).

(25) Dalam doa-doa rosarionya setiap malam kepada Tuhan, Bu Sastro selalu berdoa

agar kerja kerasnya bisa senantiasa memampukan dirinya untuk membiayai

sekolah kedua anaknya ini (Leander, 2012 : 81).

Selain mengurusi warung dan memenuhi kebutuhan pelanggannya, Bu Sastro juga

menjalani kewajibannya terhadap keluarga yaitu mengurusi rumah tangga. Hal ini dapat

ditunjukkan secara tidak langsung atau dramatik melalui kutipan berikut.

(26) Sudah terbayangkan oleh Bu Sastro kalau pagi ini akan diawali dengan

mempersiapkan Mono berangkat ke sekolahnya di SD Pertiwi kelas 4.

Dilanjutkan dengan berbelanja seperti biasa untuk makan siang dan makan malam

Manto dan Airil. Setelah itu ia akan membersihkan rumah dan mencuci baju

(Leander, 2012 : 32).

(27) Sekembali dari pasar, Bu Sastro membersihkan dengan cekatan semua sayuran

yang ada. Ia memotong-motongnya dalam ukuran yang sesuai dengan menu

masakan yang akan dibuat. Setelah itu barulah ia mulai mempersiapkan bumbu

dan menyalakan kedua kompor minyak tanahnya (Leander, 2012 : 54).

Ibu Sastro selalu bersyukur dengan pemberian Tuhan. Hal ini dapat dibuktikan dengan

teknik tidak langsung atau dramatik melalui kutipan berikut.

(28) Hatinya dipenuhi syukur. Hari ini berlangsung sungguh istimewa. Ini merupakan

langkah awal menuju jualan yang lebih baik lagi, yaitu sayur dan lauk serta nasi

hangat… (Leander, 2012 : 66).

(29) Bu Sastro memeluk erat Dasman dan menyalami sang pujaan hatinya yang

berwajah cantik menawan. Tak terkirakan rasa syukur yang sama juga bergejolak

di dalam hatinya (Leander, 2012 : 78).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

40

Teknik pelukisan tokoh utama yang digunakan dalam novel Warung Bu Sastro Tidak

Rugi Berbisnis Dengan Hati karya Pauline Leander adalah teknik langsung atau ekspositori

dan tidak langsung atau dramatik. Dalam pelukisan tokoh Bu Sastro teknik langsung atau

ekspositori dapat dilihat melalui kutipan (1), (2), (3), (4), (5), (6), (22), (23), (24), dan (25).

Teknik tidak langsung atau dramatik dapat dilihat melalui kutipan (7), (8), (9), (10), (11),

(12), (13), (14), (15), (16), (17), (18), (19), (20), (21), (26), (27), (28), dan (29).

Berdasarkan kutipan (1) sampai (6) dapat disimpulkan bahwa pengarang

menggambarkan Bu Sastro sebagai seorang yang memiliki sifat sabar dan ketegaran dalam

menerima setiap peristiwa dalam hidupnya. Kutipan (7) sampai (21) menjelaskan bahwa

sosok Bu Sastro memiliki sifat penyayang pada keluarga maupun mahasiswa pelanggan

setia warungnya. Kutipan (22) menjelaskan bahwa Bu Sastro selalu ramah kepada siapapun

yang ditemuinya. Kutipan (23) menjelaskan bahwa Bu Sastro tetap santun meski merasa

kecewa karena tidak jadi mengambil air karena ditegur oleh pemilik sumur, Mbah Burus.

Kutipan (24) dan (25) menjelaskan bahwa Bu Sastro percaya setiap peristiwa yang terjadi

dalam hidupnya merupakan kehendak Tuhan, serta menyerahkan semuanya pada kekuasaan

Tuhan. Kutipan kutipan (26) dan (27) menjelaskan bahwa, meski disibukan dengan

rutinitas di warungnya Ibu Sastro tetap menjalankan kewajibannya mengurusi urusan

rumah tangga. Kutipan (28) dan (29) menjelaskan Ibu Sastro merupakan seorang yang

pandai bersyukur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

41

2. Pak Sastro

Secara fisik, Pak Sastro digambarkan sebagai seorang yang berperawakan tinggi 172

cm serta tubuhnya kurus namun sehat. Rutinitas yang biasa ia lakukan adalah bangun pagi.

Meskipun tidak lagi bekerja di Toko Luwes, Pak Sastro tetap memulai harinya dengan

bangun pagi. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan teknik langsung atau ekspositori

melalui kutipan berikut.

(30) Seperti biasa, pagi itu pukul 6, beliau telah bersiap-siap untuk mandi. Ritual pagi

tetap dilakukannya seperti biasa (Leander, 2012 : 9).

Pak Sastro memiliki kebiasaan sarapan dengan tempe goreng asin serta gemar minum

kopi Aroma untuk memulai harinya. Kopi Aroma harum panas buatan Bu Sastro dipercaya

mampu menenangkan hati dan pikiran dalam situasi apapun. Hal ini ditunjukkan pengarang

dengan teknik langsung atau ekspositori melalui kutipan berikut.

(31) Pak Sastro mengangkat gelas kopi yang masih tersisa panasnya, menghirup kopi

aromanya perlahan, dan mencoba menikmati setiap tegukannya. Hatinya merasa

tenang (Leander, 2012 : 7).

Setelah resmi tidak bekerja di Toko Luwes sebagai karyawan, Pak Sastro ingin

mengabarkan hal ini kepada istri yang sangat dicintainya dengan hati-hati. Beliau ingin

menjaga perasaan sang istri. Pak Sastro tidak ingin membuat istrinya kaget dengan hal ini,

dan akan menerima apapun jawaban dari sang istri. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan

teknik langsung atau ekspositori melalui kutipan berikut.

(32) Pak Sastro bermaksud memulai kisahnya ketika memanggil lembut sang istri

untuk duduk menemani. Sejak pulang dari tempat kerja sore hari ini ada sebuncah

kegundahan yang terus disimpannya dalam hati. Kegundahan yang dia sadari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

42

harus segera disampaikan kepada sang Wo tercinta. Apa pun nanti reaksi Wo, Pak

Sastro merasa harus menerimanya dengan lapang dada (Leander, 2012 : 4).

Pak Sastro memiliki sifat yang tetap bersyukur dalam situasi apapun dan berserah pada

kehendak Tuhan. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan teknik langsung atau ekspositori

melalui kutipan berikut.

(33) Malam hampir berakhir, tapi Pak Sastro beringsut mengambil air wudu untuk

menyampaikan doa syukurnya pada Allah Swt. Ia merasa lega karena hari yang

berat telah dapat dilaluinya, maka hal-hal yang baik pasti akan Tuhan sediakan

juga (Leander, 2012 : 8).

(34) Sementara Pak Sastro pun duduk merenung dalam doa-doa panjangnya seusai

salat Isya yang sebenarnya agak jarang dilakukan keduanya begitu yakin kalau

langkah baru yang akan dilakukan harus diserahkan ke dalam tangan Yang Maha

Kuasa agar berjalan lancar dan baik, serta diridhoi-Nya (Leander, 2012 : 53).

Pak Sastro rajin merawatbarang yang dimilikinya, salah satunya adalah merawat

sepeda onthel satu-satunya barang peninggalan dari tempat kerjanya dulu, Toko Luwes.

Beliau biasa menggunakan sepeda kesayangannya tersebut menemani segala aktivitas. Hal

inilah yang membuat Pak Sastro berat untuk melepas si Onthel. Hal ini ditunjukkan

pengarang dengan teknik langsung atau ekspositori melalui kutipan berikut.

(35) Prosesi mengelap dimulai dari setang, rangka sepeda, roda, pedal, rantai, sadel,

dan boncengan. Semuanya dilakukan berulang dan berulang, sampai pantulan

wajahnya tampak nyata di permukaan bel sepeda onthelnya. Ini menjadi tanda

bahwa sepeda telah cukup bersih mengilap dan siap untuk segera dipakai

(Leander, 2012 : 12).

Bapak menyetujui rencana Bu Sastro, istrinya untuk memulai usaha. Beliau

mendukung penuh keinginan istri yang begitu dikasihinya itu meskipun awalnya ragu

ingin menjual si Onthel kesayangannya. Setelah memantapkan hati untuk menjual si

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

43

Onthel, Bapak bersama istrinya akhirnya mulai menjalankan strategi barunya dengan

berjualan. Hal ini merupakan langkah awal Pak Sastro dan Bu Sastro untuk memulai

kehidupan baru. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan teknik langsung atau ekspositori

melalui kutipan berikut.

(36) Semalam dalam diskusi panjangnya bersama Wo, Bapak dan Ibu Sastro sepakat

untuk menjalankan strategi awal berjualan. Tanpa disadari, keduanya sedang

merencanakan konsep marketing beserta strateginya dalam bentuk yang paling

sederhana (Leander, 2012 : 51).

Pak Sastro sangat mengasihi istrinya dan kedua anaknya. Beliau berkepribadian sopan,

juga senang berbagi dengan orang lain, seperti anak-anak di sekitar rumahnya. Hal ini

dapat dibuktikan dengan teknik tidak langsung atau dramatik melalui kutipan berikut.

(37) Pak Sastro bermaksud memulai kisahnya ketika memanggil lembut sang istri

untuk duduk menemani (Leander, 2012 : 4).

(38) Bungkusan ini kemudian menjadi buah tangan yang dinanti oleh anak-anak

kampong Balubur yang bertempat tinggal di sekitar rumah Bapak. Jika tampak

Pak Sastro pulang ke rumah bersama si Onthel dari vihara pukul 11 siang, maka

anak-anak tetangga sekitar rumah akan segera mengerumuninya dan menanti jatah

pembagian Bapak. “Ini ya, dimakan yang baik, supaya panjang umur, karena

sudah dipersembahkan kepada Para Dewa,” demikian Pak Sastro mengulang

pesan yang diterimanya tadi. Anak-anak biasa menerima dengan bersorak gembira

( Leander, 2012 : 31-32).

Pak Sastro memiliki sifat baik, ramah terhadap siapa pun. Hal ini dapat ditunjukkan

dengan teknik tidak langsung atau dramatik melalui kutipan berikut.

(39) “Silakan…silakan duluan,” kata Pak Sastro sambil measa iba melihat Pak

Rukiyat yang tampak terbirit-birit mendatangi kamar mandi dengan wajah pucat

dan memegang erat perutnya (Leander, 2012 : 29).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

44

(40) Bapak melewati pedagang jaket, baju, dan celana ini sambil tersenyum

mengangguk pada pedagangnya (Leander, 2012 : 45).

Pak Sastro merupakan seorang suami yang senang membantu istri dalam mengerjakan

pekerjaan rumah. Hal ini dapat ditunjukkan secara langsung atau ekspositori melalui

kutipan berikut.

(41) Sesudah sarapan tempe goreng dan nasi hangat serta meneguk kopi Aroma

wanginya, Pak Sastro mulai mengambil tumpukan daun pisang yang telah

dipersiapkan sejak kemarin sore. Tumpukan daun pisang tersebut dipotong denga

rapi seukuran 25 x 40 cm. Koran bekasnya pun dipotong dengan ukuran yang

sama. Kemudian beliau mulai membersihkan setiap lembaran daunnya dengan lap

bersih (Leander, 2012 : 53-54).

(42) Tugas Pak Sastro selanjutnya adalah menunggu kepulangan Wo dari Pasar

Balubur. Nanti ia akan membantu membersihkan bumbu-bumbu cabe, bawang,

dan lain-lain. Setelah itu semua akan dimasukkan ke dalam gilingan besi

(Leander, 2012 : 54).

Teknik pelukisan tokoh tambahan yang digunakan dalam novel Warung Bu Sastro

Tidak Rugi Berbisnis Dengan Hati karya Pauline Leander adalah teknik langsung atau

ekspositori dan tidak langsung atau dramatik. Dalam pelukisan tokoh Pak Sastro, teknik

langsung atau ekspositori dapat dilihat melalui kutipan (30), (31), (32), (33), (34), (35),

(36), (41), dan (42). Sedangkan teknik pelukisan tidak langsung atau dramatik dapat dilihat

melalui kutipan (37), (38), (39), dan (40).

Berdasarkan kutipan (30) digambarkan bahwa Pak Sastro selalu membiasakan bangun

pagi. Kutipan (31) minum kopi Aroma. Kutipan (32) menjelaskan pada saat Pak Sastro

menyampaikan surat keputusan pemberhentian kerja dari Toko Luwes kepada sang istri

dengan penuh kehati-hatian karena ingin menjaga perasaan sang istri yang sangat

dikasihinya. Kutipan (33) dan (34) menjelaskan bahwa Pak Sastro selalu menyerahkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

45

segala sesuatunya kepada kehendak Tuhan. Kutipan (35) menjelaskan bahwa Pak Sastro

rajin merawat sepeda onthel yang telah menemaninya bekerja dan beraktivitas selama

bertahun-tahun. Kutipan (36) menjelaskan bahwa Pak Sastro mendukung penuh keinginan

sang istri untuk membuka usaha warung sayur. Kutipan (37) dan (38) menjelaskan bahwa

pak Sastro senang berbagi dengan orang lain, hal ini ia tunjukkan salah satunya kepada

anak-anak di perkampungan Balubur. Kutipan (39) dan (40) menjelaskan bahwa Pak Sastro

merupakan seorang yang ramah terhadap siapapun yang ditemuinya. Kutipan (41) dan (42)

menjelaskan bahwa Pak Sastro juga senang membantu sang istri mengerjakan pekerjaan

rumah.

3. Kang Asep

Kang Asep merupakan anak sulung Bu Sastro yang terampil membuat perabotan rumah

tangga dari kayu dengan tangan terampilnya. Kang Asep memang tidak dapat dikatakan

berhasil dalam pendidikannya dibandingkan dengan sang adik, Mono, yang terpaut 15

tahun dengannya. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan teknik tidak langsung atau

dramatik melalui kutipan berikut.

(43) Keterampilan Kang Asep berwujud barisan meja makan beserta kursi-kursi

panjang terbuat dari kayu yang semuanya tertata pantas dan rapi di dalam rumah

sederhana Bu Sastro (Leander, 2012 : 82).

Di akhir novel ini, pengarang menceritakan bahwa pada akhirnya warung sayur Bu

Sastro dikelola oleh Kang Asep dan keluarganya karena usia Ibu yang telah menginjak 80

tahun. Warung sayur Bu Sastro yang dikelola Kang Asep dan kelurganya kini tidak lagi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

46

seramai dulu dan hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga Kang Asep. Hal

ini ditunjukkan secara tidak langsung atau dramatik melalui kutipan sebagai berikut.

(44) Hari ini… 33 tahun kemudian, warungnya masih tetap sama. Tetap sederhana,

tetap menjual nasi dengan beberapa pilihan lauk-pauk dan sayur-mayur. Hanya

saja pengelolaannya kini bukan oleh Bu Sastro langsung, melainkan dikelola oleh

Mbak Semi, istri Kang Asep (Leander, 2012 : 261).

Hal ini ditunjukkan secara langsung atau ekspositori melalui kutipan berikut.

(45) “Ibu punya 2 anak. Mono, suamimu yang pintar dan sukses, yang mau tak mau

pasti pergi meninggalkan Ibu. Nah… Tuhan sediakan juga anak yang satu lagi

dengan keluarganya yang masih menemani Ibu sampai saat ini di Bandung,”

katanya menutup pembicaraan (Leander, 2012 : 266).

Teknik pelukisan tokoh tambahan yang digunakan dalam novel Warung Bu Sastro

Tidak Rugi Berbisnis Dengan Hati karya Pauline Leander adalah teknik langsung atau

ekspositori dan tidak langsung atau dramatik. Dalam pelukisan tokoh Kang Asep, teknik

langsung atau ekspositori dapat dilihat melalui kutipan (45). Sedangkan teknik tidak

langsung atau dramatik dapat dilihat melalui kutipan (43) dan (44).

Berdasarkan kutipan (43) digambarkan bahwa Kang Asep merupakan salah satu anak

laki-laki Bu Sastro yang lebih memilih dunia keterampilan ketimbang dunia pendidikan.

Kutipan (44) dan (45) menjelaskan bahwa Kang Asep yang mengelola warung sayur Bu

Sastro karena telah berusia 80 tahun.

4. Mono

Mono digambarkan oleh pengarang sebagai anak lelaki yang berkulit gelap namun

tampan. Sejak belia, Mono telah menunjukkan kekerasan hatinya untuk bisa meraih apa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

47

pun yang diharapkan. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan teknik langsung atau

ekspositori melalui kutipan berikut.

(46) Kehidupan kampus di area Jalan Ganeca itu begitu menarik minat Mono dan

memicu semangat juangnya untuk terus belajar giat. “Aku harus bisa menjadi

mahasiswa ITB!” Demikian tekad kuatnya (Leander, 2012 : 223-244).

Mono sering membantu kegiatan ibunya mengelola warung, seperti berbelanja hingga

menghitung pendapatan hasil berjualan. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan teknik tidak

langsung atau dramatik melalui kutipan berikut.

(47) Awalnya tugas Mono adalah menemani Ibu berbelanja di Pasar Balubur setiap

hari. Dari sinilah dia belajar mengenal berbagai nilai yang harus dibangun ketika

berhubungan dengan orang lain (Leander, 2012 : 82).

(48) Menjelang malam, seusai pintu warung Bu Sastro ditutup, tibalah saat Mono

menemani Bu Sastro “mengoreksi pelajaran matematika”, demikian mereka

berdua menyebutnya (Leander, 2012 : 84).

Teknik pelukisan tokoh tambahan yang digunakan dalam novel Warung Bu Sastro

Tidak Rugi Berbisnis Dengan Hati karya Pauline Leander adalah teknik langsung atau

ekspositori dan tidak langsung atau dramatik. Dalam pelukisan tokoh Mono, teknik

langsung atau ekspositori dapat dilihat melalui kutipan (46). Sedangkan teknik pelukisan

tidak langsung atau dramatik dapat dilihat melalui kutipan (47) dan (48).

Berdasarkan kutipan (46) digambarkan bahwa Mono adalah sosok yang

berkemauan keras untuk mencapai mimpinya. Kutipan (47) dan (48) menjelaskan bahwa

Mono senang membantu ibunya mengelola warung.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

48

5. Dasman

Dasman adalah anak perantauan asal Padang yang lahir dan dibesarkan di Pangkalan

Balai Banyuasin, Palembang. Warung sayur Bu Sastro berdiri juga berkat saran dari

Dasman, ketika datang untuk menengok keadaan sang ibu katering yang dirindukannya, Bu

Sastro. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan teknik langsung atau ekspositori melalui

kutipan berikut.

(49) “Bu, coba Ibu memasak makanan nasi dan lauk-pauknya untuk anak-anak

mahasiswa umum. Masakan Ibu enak. Selama 5 tahun ini, kan, Ibu selalu

memasakkan makanan untuk kami. Coba, deh, Ibu masak untuk mahasiswa umum

makan di sini!” lalu Dasman melanjutkan, ”Memasak dan menjualnya pakai

metode Tionghoa, Bu” (Leander, 2012 : 35-36).

Hal ini ditunjukkan pengarang dengan teknik tidak langsung atau dramatik melalui

kutipan berikut.

(50) Sekalipun Ibu Sastro awalnya meragukan keyakinan Dasman, itu tidak

membuatnya urung bercerita pada Bapak. Hati Ibu Sastro yang bertahap mulai

bisa menerima dan menyetujui ide ini pun dituturkannya kepada Bapak (Leander,

2012 : 38).

Teknik pelukisan tokoh tambahan yang digunakan dalam novel Warung Bu Sastro

Tidak Rugi Berbisnis Dengan Hati karya Pauline Leander adalah teknik langsung atau

ekspositori dan teknik tidak langsung atau dramatik. Dalam pelukisan tokoh Dasman,

teknik langsung atau ekspositori dapat dilihat melalui kutipan (49). Sedangkan teknik

pelukisan tidak langsung atau dramatik dapat dilihat melalui kutipan (50).

Berdasarkan kutipan (49) dan (50) menjelaskan bahwa Dasman merupakan pencetus

asal usul didirikannya warung sayur Bu Sastro.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

49

6. Simbolon

Simbolon merupakan mahasiswa yang tinggal di rumah indekos bersama 12 temannya.

Karena pembantu tempat ia tinggal pergi entah kemana, Simbolon dan teman indekosnya

berinisiatif meminta tolong Bu Sastro untuk memasakkan makanan untuk mereka setiap

harinya. Semenjak itulah warung Bu Sastro akhirnya berkembang, yaitu menyediakan

sayur, dan lauk serta nasi hangat setiap harinya. Hal ini ditunjukkan pengarang dengan

teknik langsung atau ekspositori melalui kutipan berikut.

(51) “Hmmm… kali ini tidak Bu. Saya kemari mau minta tolong. Ibu bisa tidak, ya,

memasakkan khusus buat kami di rumah indekos RT 05? Menunya masakan Ibu

saja, tapi termasuk dengan nasinya juga” (Leander, 2012 : 61).

Hal ini ditunjukkan pengarang dengan teknik tidak langsung atau dramatik melalui

kutipan berikut.

(52) Bu Sastro tersenyum dan melambaikan tangannya… Hatinya dipenuhi syukur.

Hari ini berlangsung sungguh istimewa. Ini merupakan langkah awal menuju

jualan yang lebih baik lagi, yaitu sayur dan lauk serta nasi hangat… (Leander,

2012 : 66).

Teknik pelukisan tokoh tambahan yang digunakan dalam novel Warung Bu Sastro

Tidak Rugi Berbisnis Dengan Hati karya Pauline Leander adalah teknik langsung atau

ekspositori dan tidak langsung atau dramatik. Dalam pelukisan tokoh Simbolon, teknik

langsung atau ekspositori dapat dilihat melalui kutipan (51). Sedangkan teknik penulisan

tidak langsung atau dramatik dapat dilihat melalui kutipan (52).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

50

Berdasarkan kutipan (51) dan (52) menjelaskan bahwa Simbolon meminta untuk

dimasakkan makanan untuknya dan 12 teman indekosnya kepada Bu Sastro. Dari sinilah

justru ide baru untuk menambahkan nasi ke dalam menu warung Bu Sastro muncul.

4. Analisis Latar

Dalam novel Warung Bu Sastro Tidak Rugi Berbisnis dengan Hati ini, peneliti

menganalisis tiga macam latar, yaitu latar waktu, latar tempat, dan latar sosial.

1.Latar Waktu

Latar waktu dalam novel Warung Bu Sastro Tidak Rugi Berbisnis dengan Hati karya

Pauline Leander dijelaskan secara rinci oleh pengarang. Pengarang memulai dengan

perbincangan Pak Sastro dengan sang istri di rumahnya. Untuk lebih jelasnya akan

dijabarkan sebagai berikut.

Malam hari, saat Bapak ingin menyampaikan segala gundahnya tentang penutupan

Toko Luwes kepada Bu Sastro. Berikut kutipan tidak langsung yang mendukung

pernyataan tersebut.

(1) Malam itu, rumah sederhana bernomor 34A/58 di gang Pelesiran Balubur, Taman

Sari, Bandung, masih tampak terjaga. Lampu di dalam rumah terlihat masih redup

menyala, sementara detak sang waktu beringsut sangat perlahan mendekati angka

11 (Leander, 2012 : 3).

(2) Pak Sastro bermaksud memulai kisahnya ketika memanggil lembut sang istri untuk

duduk menemani. Sejak pulang dari tempat kerja sore hari ini ada sebuncah

kegundahan yang terus disimpannya dalam hati. Kegundahan yang dia sadari harus

segera disampaikan kepada sang Wo tercinta. Apa pun nanti reaksi Wo, Pak Sastro

merasa harus menerimanya dengan lapang dada (Leander, 2012 : 4).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

51

(3) Namun ternyata malam itu, sang gundah harus menanti sampai rumah cukup sepi

pada pukul 10 malam, setelah kedua anak lelaki mereka, Asep dan Mono, tertidur

lelap (Leander, 2012 : 4).

Berikut kutipan langsung yang mendukung pernyataan tersebut.

(4) “Toko Luwes ini diputuskan oleh Pemerintah Daerah Bandung untuk ditutup,

Wo,” sambung Pak Sastro perlahan. Suaranya menurun di akhir kalimat. Pak

Sastro khawatir istri yang dikasihinya akan terlalu terkejut mendengar penuturan

itu jika suaranya dipertahankan dengan nada yang sama. “Maksudnya ditutup,

Pak?” Tanya Bu Sastro mencoba tetap tenang. Suaranya juga dipertahankan untuk

menurun di akhir kalimat. Bu Sastro khawatir suami yang dihormatinya itu tidak

sanggup menjawab jika nada suaranya meninggi (Leander, 2012 : 6).

(5) “Tadi pagikeputusan ini diumumkan. Kami semua sangat terkejut ketika Pak

Pranoto yang berbaju Pemda itu menyampaikannya. Toko Luwes diputuskan

pemerintah untuk ditutup. Tapi Alhamdulillah, tetap ada hal yang bagusnya. Toko

Luwes masih berusaha untuk tetap memperhatikan karyawannya. Saya sendiri

dapat uang pesangon Rp25.000 dan sepeda onthel yang biasa saya pakai, boleh

dibawa pulang,” sambung Pak Sastro masih dengan nada yang sama (Leander,

2012 : 6-7).

Ketika malam hampir berakhir, saat yang melegakan bagi Pak Sastro ketika Bu Sastro

mampu menerima kenyataan bahwa suaminya tidak lagi bekerja di toko seperti biasanya,

setelah Toko Luwes resmi ditutup. Berikut kutipan tidak langsung yang mendukung

pernyataan tersebut.

(6) Ibu Sastro terdiam, tetap tersenyum, dan akhirnya menganggukkan kepalanya

perlahan, tanda mencoba mengerti. Keduanya kemudian seolah bercakap dalam

hening. Masing-masing dengan isi hatinya. Pak Sastro mengangkat gelas kopi yang

masih tersisa panasnya, menghirup kopi Aromanya perlahan, dan mencoba

menikmati setiap tegukannya. Hatinya merasa tenang (Leander, 2012 : 7).

(7) Bangkit dari duduk dan meninggalkan bangku kayu berkulit cokelat muda, suami

istri ini melangkah meninggalkan ruangan. Malam hampir berakhir, tapi Pak Sastro

beringsut mengambil air wudu untuk menyampaikan doa syukurnya pada Allah

Swt (Leander, 2012 : 8).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

52

Berikut kutipan langsung yang mendukung pernyataan tersebut.

(8) “Kita bisa usaha dengan uang pesangon yang Bapak dapatkan dari Toko Luwes.

Nanti kita pikirkan usaha apa yang bisa dibuat. Tenang saja ya, Pak,” suara lembut

Ibu Sastro meneduhkan hati suaminya. Sungguh lega hati Pak Sastro, karena tak

terbayangkan bahwa sang istri bersikap sedemikian bijaksana (Leander, 2012 : 7).

Hari pertama, saat tidak lagi bekerja sebagai karyawan di Toko Luwes merupakan hal

yang tidak mudah bagi Pak Sastro. Pak Sastro masih sering terbayang dengan rutinitasnya

saat masih bekerja dulu. Sepanjang malam hingga pagi, Pak Sastro dan Bu Sastro berusaha

menjalani hari-hari dengan sewajarnya meskipun dilanda gundah karena belum

menemukan solusi usaha yang akan dijalankan. Selain itu, Pak Sastro belum rela jika

nantinya harus melepas sepeda onthel miliknya. Berikut kutipan tidak langsung yang

mendukung pernyataan tersebut.

(9) Hari pertamaberdiam di rumah dan tidak lagi berangkat ke Toko Luwes, bukan

merupakan hal yang mudah bagi Pak Sastro untuk dihadapi. Lelaki berperawakan

tinggi 172 cm, bertubuh kurus namun sehat itu mencoba memaksakan tubuhnya

tetap bangun sambil melawan gundah di hati yang merayunya untuk tetap

bersembunyi di dalam kamar (Leander, 2012 : 9).

(10) Lamunan pagi itu telah membawa Pak Sastro menerawang jauh dan berjalan-jalan

ke berbagai tempat. Terlalu banyak memori di benaknya yang sungguh membekas

kuat. Betapa sepeda onthel yang baru kemarin menjadi miliknya secara resmi ini

telah begitu berjasa bagi diri dan keluarganya. Perlahan Pak Sastro menyusut

butiran air di mata kanannya yang hampir saja jatuh menetes (Leander,2012 : 15).

(11) Pak Sastro masih terus mengelap sepeda kesayanganya dengan perlahan, masih

berulang dan berulang seperti tadi tiada henti. Tanpa terasa sudah lebih dari 1 jam

kegiatan lap-lap itu dilakukannya (Leander, 2012 : 15).

(12) Sepanjang malam tadi sampai pagi, giliran Bu Sastro yang berusaha keras untuk

segiat mungkin melakukan aktivitas paginya seperti biasa. Bu Sastro berharap

setitik perasaan gundah yang menginap semalaman di dalam hati bisa cepat-cepat

pergi dengan cara ini (Leander, 2012 : 16).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

53

(13) Pak Sastro memutuskan hal pertama yang ingin dilakukan pagi ini adalah

membersihkan sepeda onthel yang telah menemaninya selama lebih dari 5 tahun

terakhir (Leander, 2012 : 12).

Berikut kutipan langsung yang mendukung pernyataan tersebut.

(14) Pagi itu sebenarnya cukup sempurna. Dengan tubuh berselonjor di atas kursi, Pak

Sastro terlihat santai menikmati pagi, padahal pikirannya berkelana resah ke

mana-mana. Beliau terus berpikir, hari ini adalah hari pertama tanpa Toko Luwes

yang dulu didatanginya setiap hari selama 33 tahun. “Apa yang harus aku lakukan

pagi ini?” Ia bergumam perlahan (Leander, 2012 : 11).

(15) “Aku „tak masak dulu sebentar ya. Anak-anak mahasiswa yang titip masakan

sebentar lagi pulang kuliah, kasihan kalau lapar,” tutur Bu Sastro, sambil pura-

pura bersegera mengangkut belanjaan dan berusaha untuk tidak menatap mata

suaminya (Leander, 2012 : 16).

Hari kedua berdiam di rumah dan berharap segera menemukan ide usaha yang akan

disusun bersama sang istri, Pak Sastro tetap melakukan aktivitasnya seperti biasa, yaitu

bangun pagi. Berikut kutipan tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut.

(16) Hari itu adalah hari kedua Pak Sastro berdiam di rumah. Ritual pagi tetap

dilakukannya, yaitu bangun dan mengantre di kamar mandi miliknya sendiri

dengan sabar (Leander, 2012 : 29).

(17) Apa pun harapan Bapak pagi itu, hari ini masih hari Selasa. Maka kembali beliau

masih harus tenggelam dalam berbagai pertanyaan yang berputar-putar di

benaknya, “Apa ya yang harus aku lakukan hari ini?” sambil terus berharap-harap

hari Jumat segera tiba agar ada aktivitas yang bisa dilakukannya (Leander, 2012 :

32).

(18) Pagi itu, si Onthel pun tetap teronggok di pojok rumahnya dan tampak semakin

mengilap. Sesungguhnya Bapak masih bergulat dengan pikirannya sendiri. Apa

yang bias dilakukannya hari itu? Baru hari Selasa. Bapak sungguh berharap hari

Jumat segera tiba. Hari Jumat adalah hari Vihara Buddha Vimala Dharma di Jalan

Dago masih memesan dekorasi bunga untuk menghiasi seluruh ruangan vihara

yang luas (Leander, 2012 : 30).

Berikut kutipan langsung yang mendukung pernyataan tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

54

(19) ”Saya tidak perlu cepat selesai mandi juga kok, belum tahu mau melakukan apa

hari ini,” demikian gumam Bapak perlahan sambil mengambil posisi menunggu di

depan pintu kamar mandi dari arah dalam (Pauline, 2012 : 30).

(20) Apa pun harapan Bapak pagi itu, hari ini masih hari Selasa. Maka, kembali beliau

masih harus tenggelam dalam berbagai pertanyaan yang berputar-putar di

benaknya, “Apa ya yang harus aku lakukan hari ini?” Sambil terus berharap-harap

hari Jumat segera tiba agar ada aktivitas yang bisa dilakukannya (Leander, 2012 :

32).

(21) “Pergilah gundah… pergilah gulana,” tekad Bu Sastro dalam hatinya (Leander,

2012 : 33).

Pak Sastro dan Bu Sastro mulai menjalani kehidupan dengan rutinitas yang baru, yaitu

membuka warung makan. Usaha yang sebenarnya tidak berbeda jauh dari kegiatan Bu

Sastro sebelumnya, yaitu memasakkan makanan untuk mahasiswa yang indekos atau

menginap di rumahnya. Ide usaha itu justru muncul dari salah satu mahasiswa yang tidak

lain adalah pelanggan yang biasa makan di rumah Bu Sastro, Dasman. Siang itu Dasman

datang untuk menengok keadaan sang ibu katering yang dirindukannya. Berikut kutipan

tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut.

(22) Sejak hari bersejarah (entah tanggal berapa) pada tahun 1975 itu, Bu Sastro

memasakkan makanan 3 kali sehari untuk Kusmay. Kusmay pula yang membawa

salah seorang teman dari Palembang bernama Natijah, mahasiswi IKIP jurusan

Bahasa Inggris untuk menginap di kamar Bu Sastro yang satu lagi. Lalu Kusmay

pula yang mempromosikan masakan Ibu Sastro ke sana kemari (Leander, 2012 :

21).

(23) Sejak tahun 1975 hingga 1978, di sebagian 3 tahun perjuangan meraih gelar

sarjana, para mahasiswa asal Sumatera (Palembang dan sekitarnya) itu

meramaikan rumah sederhana Bu Sastro untuk mengisi perut mereka 3 kali sehari,

setiap hari. Kusmay dan Natijah mengajak lebih banyak lagi teman untuk makan

rutin di sana (Leander, 2012 : 21).

(24) Jawaban doa dari Tuhan ternyata segera datang pada hari itu juga, tepatnya pukul

2 siang, dalam bentuk seorang DASMAN (Leander, 2012 : 33).

(25) Ibu menceritakan pertemuannya dengan Dasman siang tadi kepada Bapak. Semua

hal yang diungkapkan Dasman, mulai dari ide-ide anak Padang itu beserta

keyakinannya pun disampaikan kepada Bapak (Leander, 2012 : 38).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

55

(26) Pak Sastro mendengarkan penuturan istrinya dalam diam. Semua harapa dalam

bentuk kata-kata yang disampaikan oleh Wo yang dikasihinya itu dicernanya

dengan baik. Jauh dalam lubuk hatinya, Pak Sastro bertekad untuk mendukung

rencana istrinya itu. Dia yakin bahwa keahlian Wo dalam memasak pasti akan

membuatnya berhasil. Dia pun yakin bahwa masa depan anak-anaknya, terutama

si kecil Mono akan penuh harapan, dan pada akhirnya dia menyadari bahwa tiba

saatnya untuk berpisah dengan si Onthel kesayangannya… (Leander, 2012 : 39).

Berikut kutipan langsung yang mendukung pernyataan tersebut.

(27) “Bu, coba Ibu memasak makanan nasi dan lauk-pauknya untuk anak-anak

mahasiswa umum. Masakan Ibu enak. Selama 5 tahun ini, kan, Ibu selalu

memasakkan makanan untuk kami. Coba, deh, Ibu masak untuk mahasiswa umum

makan di sini!” lalu Dasman melanjutkan, “Memasak dan menjualnya pakai

metode Tionghoa, Bu” (Leander, 2012 : 35-36).

(28) “Ibu percaya pada saya, Bu,” kata Dasman dengan agak memaksa. Pada tahun-

tahun mendatang, pasti tempat ini akan dipenuhi oleh anak-anak mahasiswa,

sampai Ibu akhirnya akan kewalahan,” tutur Dasman dengan yakin. Entah

keyakinan apa yang ada dalam diri Dasman untuk menyampaikan usulan

cemerlang ini. Satu hal yang pasti, ide ini mampu membuat Ibu Sastro bersedia

memercayainya dan mewujudkannya segera (Leander, 2012 : 37).

Pada pagi hari ketiga berdiam di rumah, Bapak sudah mantab untuk menjual sepeda

onthelnya untuk tambahan modal usaha warung makannya. Berikut kutipan tidak langsung

yang mendukung pernyataan tersebut.

(29) Pada pagi hari ketiga berdiam di rumah, ketika membuka mata dari tidur, Pak

Sastro merasakan perasaan yang berbeda dan sulit dilukiskan. Perasaan lega

karena telah menemukan jalan keluar atas sang gulana yang diam di dalam

hatinya selama 3 hari ini (Leander, 2012 : 41).

(30) Pak Sastro telah membulatkan tekad untuk memodali Wo dengan dana yang

cukup agar dirinya bisa berbelanja dan memasak untuk memulai usahanya

(Leander, 2012 : 41).

(31) Akhirnya, pagi itu Pak Sastro bisa siap juga. Sekarang saatnya untuk berangkat

dan menikmati kebersamaannya dengan si Onthel, rekan kerja terdekatnya itu. Ia

ingin menikmati saat-saat terakhir bersama sepedanya sebelum kemudian

melepasnya di pasar loak (Pauline, 2012 : 44).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

56

(32) Pak Sastro melepaskan si Onthel dengan rela hati. Ia kemudian mengambil becak

yang akan mengantarkannya pulang kembali. Berjumpa dengan Wo adalah hal

yang paling ingin dilakukannya segera. Ia ingin memberikan Rp5.000 hasil

penjualan si Onthel dan Rp25.000 pesangonnya dari Toko Luwes kepada istri

tercintanya dan menyongsong kehidupan baru mereka bersama-sama (Leander,

2012 : 49).

Berikut kutipan langsung yang mendukung pernyataan tersebut.

(33) Berpakaian dinas kemeja dan celana baggy warna krem dari masa kerjanya dulu,

hati dan pikiran Pak Sastro cukup lega dan rela ketika berpamitan pada Bu Sastro

yang juga melepaskannya dengan doa. “Semoga cepat laku ya Pak, si Onthel itu.

Hati-hati di jalan,” kata Bu Sastro melepas keberangkatan suaminya (Leander,

2012 : 44).

Pada hari berikutnya setelah melakukan diskusi pada malam sebelumnya, Bapak dan

Ibu Sastro memulai bisnis barunya dengan berjualan pada siang hari. Berikut kutipan tidak

langsung yang mendukung pernyataan tersebut.

(34) Hari keempat Pak Sastro berdiam di rumah adalah hari pertama si Onthel tidak

lagi menjadi bagian dari keluarga Sastrodikromo. Hari ini menjadi hari baru, hari

untuk membuka sebuah kehidupan baru bersama Wo yang dikasihinya. Semalam

dalam diskusi panjangnya bersama Wo, Bapak dan Ibu Sastro sepakat untuk

menjalankan strategi awal berjualan. Mereka ingin mulai dengan berjualan pada

siang hari saja. Alasannya karena pada jam makan siang, lebih banyak orang yang

kebingungan mencari pengisi perut dibandingkan pada pagi atau malam hari

(Leander, 2012 : 51).

(35) Tanpa disadari, keduanya sedang merencanakan konsep marketing beserta

strateginya dalam bentuk yang paling sederhana. Bu Sastro sudah menghitung

seberapa besar modal yang diperlukan untuk memasak beberapa porsi sayur

nangka, sayur krecek gudeg, tahu dibacem, beberapa butir telur diceplok atau

didadar, beberapa butir telur dipindang, sayur buncis, sayur taoge, dan garang

asem. Hasil hitungan Bu Sastro dan Bapak ternyata bermuara di angka yang tepat,

yaitu Rp30.000. modal terbatas itu tersedia “pas secukupnya” ketika sudah

dibutuhkan (Leander, 2012 : 52).

(36) Sejak hari itu sampai kira-kira 2 bulan kemudian, “Warung Sayur Bu Sastro”

tidak pernah sepi dari pelanggan. Setiap harinya Bu Sastro menjadwalkan

memasak sekali saja, yaitu pada pagi hari. Jadilah biasanya Warung Sayur Bu

Sastro sudah kehabisan lauk dan selesai berjualan pada siang hari. Akibatnya,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

57

sedari siang sampai malam hari, keluarga ini menambah kegiatan dengan

menjawab pertanyaan banyak orang yang lewat di depan rumah (Leander, 55-56).

Berikut kutipan langsung yang mendukung pernyataan tersebut.

(37) “Ada banyak persiapan yang harus segera dilakukan pagi ini untuk pembukaan

warung, Wo,” demikian pikir Pak Sastro (Leander, 2012 : 53).

Warung Sayur Bu Sastro terus mengalami perubahan dalam sistem penjualannya.

Bisnis yang tidak disangka-sangka ini pun berkembang seiring bertambahnya waktu. Hal

ini dimulai dari kedatangan Simbolon dengan pesanan khusus untuknya dan ke-12

temannya suatu pagi. Berikut kutipan tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut.

(38) Pagi itu, udara Bandung begitu dingin. Simbolon bangun dari tidur dan bersiap-

siap berangkat ke kampus. Sekeluarnya dari kamar mandi, Simbolon berjalan ke

ruang setrika. Di pojok ruangan inilah seharusnya teronggok tumpukan bajunya

dan 12 teman indekosnya yang lain. Pagi ini dengan agak terkejut dan kesal,

Simbolon melihat tumpukan baju miliknya dan teman-teman dalam bentuk tak

keruan, kusut, dan tidak rapi. Bukan pemandangan yang biasanya (Leander, 2012

: 57-58).

(39) Ia melangkahkan kaki dengan agak cepat menuju rumah Bu Sastro yang tidak

terlalu jauh dari tempat tinggalnya. Simbolon mengetuk perlahan pintu rumah Bu

Sastro. Pagi hari pukul tujuh seperti itu, sudah terlihat tanda-tanda kehidupan di

dalamnya. Simbolon menunggu pintu dibukakan sambil berharap-harap Bu Sastro

bersedia memenuhi permohonannya (Leander, 2012 : 60).

(40) Setelah Simbolon menghabiskan dua piring nasi goring dan meninggalkan

rumahnya pagi itu, Bu Sastro tampak lebih sibuk daripada biasanya. Dengan lebih

bersemangat beliau mempersiapkan racikan makanannya hari itu. Ada tambahan

13 anak mahasiswa dengan ukuran lambungnya yang besar-besar. Pesanan ini

sungguh menggirangkan hatinya (Leander, 2012 : 63).

(41) Bu Sastro tersenyum dan melambaikan tangannya… Hatinya dipenuhi syukur.

Hari ini berlangsung sungguh istimewa. Ini merupakan langkah awal menuju

jualan yang lebih baik lagi, yaitu sayur dan lauk serta nasi hangat…(Leander,

2012 : 66).

(42) Kedatangan Simbolon dengan pesanan khusus untuk dia dan ke-12 temannya

menjadi sebuah titik awal “keajaiban” besar yang terus-menerus terjadi hingga

belasan tahun kemudian (Leander, 2012 : 69).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

58

Berikut kutipan langsung yang mendukung pernyataan tersebut.

(43) “Mbak „Nah mengambek, Bang…” sapa Umbang pada Simbolon yang

kebingungan mencari baju yang akan dipakainya (Pauline, 2012 : 58).

(44) “Kau mintalah Bang, pada Bu Sastro, pada Bu Sastro, apakah beliau mau

memasakkan buat kita. Khusus buat kita saja dicampur dengan nasi,” ujar Alasan.

Bangun tidur begini Alasan juga merasakan perutnya berkeroncong karena rasa

lapar yang mulai menyapa. Biasanya setiap pagi Mbak „Nah sudah sediakan

minimal nasi dengan 13 telor ceplok di meja makan. “Kita minta Bu Sastro

memasakkan buat kita saja tiga kali sehari, persis seperti kau ingat Bang Dasman

dan Bang Kusmay yang tahun lalu juga makan berlangganan di sana?” tanya

Alasan pada kedua temannya (Leander, 2012 : 59-60).

Satu tahun telah berlalu sejak kedatangan Dasman sang pemberi ide, usaha Warung

Sayur Bu Sastro yang menggunakan metode Tionghoa itu telah banyak mengalami

perkembangan. Berikut kutipan tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut.

(45) Sepanjang waktu makan dan berbincang selama 1,5 jam itu Dasman tertawa-tawa.

Hatinya sungguh gembira mendengarkan bagaimana Bu Sastro dengan serius

bersedia menjalankan saran Dasman. Dimulai dari hanya berjualan sayur matang,

lalu menyediakan nasi putih juga, ragam menu yang mulai ditambah, sampai

akhirnya Bu Sastro berani untuk berjualan daging dan lauk-pauk beragam jenis

lain. Bu Sastro pun tidak lupa menceritakan metode Tionghoa yang dijalankannya

(Leander, 2012 : 77).

Bapak dan Ibu Sastro dikaruniai 2 orang anak laki-laki, yaitu Asep dan Mono. Ibu

selalu berdoa setiap malam untuk keberhasilan kedua anaknya di dalam pendidikan dan

kehidupan mereka. Namun, keberuntungan kurang berpihak pada Kang Asep anak sulung

Bu Sastro, karena keinginannya yang berbeda dengan Mono adiknya. Mono memiliki cita-

cita tinggi dalam pendidikan, selain itu ia turut membantu dalam kegiatan mengelola

warung. Berikut kutipan tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

59

(46) Ketika takdir berbicara, rupanya keberuntungan kurang berpihak kepada Kang

Asep. Sang kakak memang tidak bisa dibilang berhasil dalam pendidikannya.

Panggilan jiwanya lebih kepada berpetualang dan mengerjakan berbagai

keterampilan menggunakan tangan dan tenaga. Harapan untuk memiliki anak

yang berpendidikan tinggi kini tertumpah di pundak Mono. Sejak belia, anak

lelaki yang berkulit gelap namun tampan ini telah menunjukkan kekerasan hatinya

untuk bisa meraih apa pun yang diharapkan (Leander, 2012 : 82).

(47) Tugas membantu Ibu yang dicintainya itu dilakukannya dengan hati yang

gembira. Mono belajar mengatur waktu dengan baik untuk memenuhi tugasnya di

sekolah sekaligus bekerja membantu Ibu berdagang. Berada di antara para

mahasiswa dari perguruan tinggi nomor satu di Indonesia membuatnya sungguh

termotivasi untuk menjadi sama seperti mereka pada suatu hari kelak. Itulah tekad

kuat dan bulat Mono di dalam hatinya (Leander, 2012 : 85).

Pada suatu siang, Said memutuskan untuk ikut menitipkan catatan titip uang kepada Bu

Sastro. Metode ini dilakukan beberapa pelanggan warung Bu Sastro agar apat terpenuhinya

menu makan kesehariannya. Berikut kutipan tidak langsung yang mendukung pernyataan

tersebut.

(48) Waktu menunjukkan pukul 14.00 ketika Said tiba di sana. Suasana warung Bu

Sastro sudah lebih sepi sekalipun masih tampak beberapa mahasiswa yang duduk

dan mengobrol di ruang makan (Leander, 2012 : 97).

(49) Di atas lemari dapur Bu Sastro terdapat tumpukan buku catatan titip uang para

mahasiswa yang berjumlah total 98 orang (Leander, 2012 : 99).

Berikut kutipan langsung yang mendukung pernyatan tersebut.

(50) “Mulai sekarang, saya ikut makan dengan metode titip uang ya Bu,” kata Said

sebelum pulang. Dia mencatatkan dengan rinci nama dan identitasnya, kemudian

menyelipkan Rp50.000. Tak lupa juga ia mencatatkannya dengan jelas apa saja

yang disantapnya (Leander, 2012 : 101).

Setiap Sabtu sore maupun pada hari besar seperti Hari Raya Idul Fitri, warung Bu

Sastro tidak pernah sepi. Dengan senang hati Bu Sastro akan membukakan pintunya untuk

anak-anak mahasiswa yang ingin menghabiskan malam Minggu dan merayakan hari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

60

Lebaran di rumahnya. Berikut kutipan tidak langsung yang mendukung pernyataan

tersebut.

(51) Para perjaka ini memang biasanya pergi berjalan-jalan pada malam Minggu.

Tujuan mereka tidak terlalu jauh, kalau bukan alun-alun kota, ya tempat Bu

Sastro. Bagi para perjaka ini (yang memang tak satu pun memiliki bidadari untuk

merasakan Sabtu malam penuh cahaya), menghabiskan waktu di warung Bu

Sastro membuat malam Minggu jadi malam panjang yang seru dan tidak kelabu

(Leander, 2012 : 106-107).

(52) Hari Idul Fitri tiba. Gema takbir berkumandang bertalu-talu mengagungkan asma

Allah Swt. Seluruh kampong Balubur dan gang Pelesiran tenggelam dalam

keriaan Lebaran. Sekalipun Bu Sastro tidak merayakan hari Lebaran, dan

warungnya selalu tutup pada hari besar tersebut, tetap saja terdapat keriaan di sana

(Leander, 2012 : 117).

Berikut kutipan langsung yang mendukung pernyataan tersebut.

(53) “Kalau saja Lebaran bisa setiap hari di tempat Bu Sastro, kita bisa sering-sering

makan gratis yaaa,” tambah Daniel, tanpa malu-alu. Bu Sastro tertawa saja

(Leander, 2012 : 119).

Pada tahun 1982 setelah meninggalnya Pak Sastro, Bu Sastro lebih memilih berdiskusi

dengan Tuhan. Pada waktu itu, ia tidak menyangka pelanggan yang makan setiap hari di

warungnya semakin bertambah. Berikut kutipan tidak langsung yang mendukung

pernyataan tersebut.

(54) Pada malam-malam panjang setelah Pak Sastro meninggal dunia tahun 1982

tanggal 17 bulan 9, Bu Sastro tidak lagi memiliki teman untuk berdiskusi

mengenai masalah maupun kegembiraannya (Leander, 2012 : 111).

(55) Bu Sastro tidak pernah mengira kalau akhirnya minimal ada 98 anak pemilik buku

titip uang yang akan makan 2 kali sehari di rumahnya. Belum lagi anak-anak tidak

titip uang yang selalu datang dan membayar setelah kenyang. Belum lagi anak-

anak yang karena tidak sempat makan, hanya datang untuk membungkus

makanan. Secara total, paling tidak hampir 200 piring nasi dan bahkan lebih yang

bisa terjual setiap harinya (Leander, 2012 : 112).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

61

Ibu Sastro selalu memperhatikan pelanggan warungnya, terutama anak-anak mahasiswa

yang sedang sakit maupun sedang ada masalah. Salah satunya, kejadian suatu siang saat

salah seorang mahasiswa datang ke warungnya dalam keadaan sakit. Berikut kutipan tidak

langsung yang mendukung pernyataan tersebut.

(56) Bu Sastro tidak pernah menganggap lebih dari 200 anak mahasiswa yang datang

ke warungnya setiap hari hanya sekadar pelanggan biasa. Makanya Bu Sastro

melakukan lebih dari sekadar kewajiban memasakkan makanan yang enak, layak,

bergizi, dan terjangkau buat mereka. Lebih dari itu, ia juga memperhatikan

dengan saksama apakah mereka sehat-sehat saja, atau mungkin sedang ada

masalah yang mengganggu (Leander, 2012 : 135).

Berikut kutipan langsung yang mendukung pernyataan tersebut.

(57) “Ayo dimakan sampai habis, supaya sehatnya cepat datang!” Bu Sastro sedikit

memerintah Toni. Perlakuannya ini sama seperti menginstruksikan Mono untuk

menghabiskan makanan di piringnya. Kalau perut kenyang, penyakit jauh! Setelah

ini cepat pulang dan istirahat,” kata Bu Sastro (Leander, 2012 : 137).

Hari ini, setelah 33 tahun yang lalu warung nasinya didirikan pertama kali, warungnya

masih tetap sama. Hanya saja pengelolanya yang berbeda. Dan kini, Mono, si anak bungsu

pun akhirnya mencapai cita-citanya. Berikut kutipan tidak langsung yang mendukung

pernyataan tersebut.

(58) Saat itu… 33 tahun yang lalu warung nasinya didirikan pertama kali. Semua itu

berdiri tanpa rencana, tanpa keberanian, dan bahkan tanpa kepercayaan diri. Bu

Sastro mengenang semua itu terjadi hanya karena tuntunan Yang Mahakuasa yang

mendengarkan doa-doanya (Leander, 2012 : 259).

(59) Hari ini… 33 tahun kemudian, warungnya masih tetap sama. Tetap sederhana,

tetap menjual nasi dengan beberapa pilihan lauk-pauk dan sayur-mayur. Hanya

saja pengelolaannya kini bukan oleh Bu Sastro langsung, melainkan dikelola oleh

Mbak Semi, istri Kang Asep. Satu hal yang membedakan adalah warung ini tidak

lagi seramai masa jayanya. Kini, warung itu hanya sekadar ada untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

62

menyambung hidup keluarga Kang Asep sebagai pengelolanya saja (Leander,

2012 : 261-262).

Berikut kutipan langsung yang mendukung pernyataan tersebut.

(60) Ibu melanjutkan lagi kisahnya, “Ibu itu minta sama Tuhan agar dicukupkan saja

warungnya, terutama untuk bias bayar biaya sekolah. Makanya masa laku-lakunya

warung ini terjadi sejak tahun 1978 sampai 1990, Neng,” kata Ibu padaku

(Leander, 2012 : 262).

(61) “Ternyata suamimu itu tidak perlu bisa membuat pesawat terbang. Sekarang ini

dia hanya perlu terbang ke berbagai Negara yang Ibu nggak ngerti. Mono itu kan

Cuma telepon-telepon Ibu saja dari berbagai Negara,” lanjutnya lagi tanpa nada

protes, lebih banyak tersenyum bahagia (Leander, 2012 : 266) .

Teknik pelukisan latar waktu yang digunakan dalam novel Warung Bu Sastro Tidak

Rugi Berbisnis dengan Hati karya Pauline Leander adalah teknik langsung dan tidak

langsung. Dalam pelukisan latar waktu, teknik langsung atau dapat dilihat melalui kutipan

(4), (5), (8), (14), (15), (19), (20), (21), (27), (28), (33), (37), (43), (44), (50), (53), (57),

(60), (61). Sedangkan teknik penulisan tidak langsung dapat dilihat melalui kutipan (1), (2),

(3), (6), (7), (9), (10), (11), (12), (13), (16), (17), (18), (22), (23), (24), (25), (26), (29), (30),

(31), (32), (34), (35), (36), (38), (39), (40), (41), (42), (45), (46), (47), (48), (49), (51), (52),

(54), (55), (56), (58), (59).

Berdasarkan kutipan (1) hingga (8) menggambarkan latar waktu malam hari saat

Pak Sastro dan Ibu Sastro berdiskusi. Kutipan (9) hingga (15) menggambarkan latar waktu

hari pertama Bapak berdiam di rumah setelah tidak lagi bekerja di Toko Luwes. Kutipan

(16) hingga (21) menggambarkan latar waktu pagi hari pada hari kedua Bapak berdiam di

rumah. Kutipan (22) hingga (28) menggambarkan latar waktu siang hari saat Pak Sastro

dan Bu Sastro menemukan solusi usaha dari seorang Dasman. Kutipan (29) hingga (33)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

63

menggambarkan latar waktu pagi hari pada hari ketiga saat Bapak merelakan sepeda

onthelnya untuk dijual. Kutipan (34) hingga (37) menggambarkan latar waktu pagi hari

pada hari keempat Bapak di rumah dengan usaha barunya membuka warung sayur bersama

sang istri. Kutipan (38) hingga (44) menggambarkan latar waktu pagi hari saat usaha

warung sayur Bu Sastro mulai berkembang. Kutipan (45) hingga (47) menggambarkan latar

waktu setelah satu tahun usaha warung sayur Bu Sastro. Kutipan (48) hingga (50)

menggambarkan latar waktu siang hari saat Said memutuskan untuk ikut menitipkan

catatan titip uang di warung Bu Sastro. Kutipan (51) hingga (53) menggambarkan latar

waktu Sabtu sore saat perayaan Hari Raya Idul Fitri di rumah Bu Sastro. Kutipan (54) dan

(55) menggambarkan latar waktu tahun 1982 setelah meninggalnya Pak Sastro. Kutipan

(56) dan (57) menggambarkan latar waktu siang hari saat salah seorang pelanggan Bu

Sastro yang sedang sakit datang ke warungnya. Kutipan (58) hingga (61) menggambarkan

latar waktu hari ini setelah 33 tahun didirikannya warung sayur Bu Sastro.

2.Latar Tempat

Setelah melakukan diskusi, Pak Sastro dan Bu Sastro akhirnya membangun usaha

warung makan di rumahnya di perkampungan Balubur. Berikut kutipan tidak langsung

yang mendukung pernyataan tersebut.

(62) Malam itu, rumah sederhana bernomor 34A/58 di gang Pelesiran Balubur, Taman

Sari, Bandung, masih tampak terjaga (Leander, 2012 : 3).

(63) Mereka tidak akan menyediakan dan menjual nasi. Alasan utama suami istri ini

adalah karena rumah sederhana mereka tidak menyediakan ruang yang cukup

untuk orang duduk dan bisa makan di tempat agak lama. Mereka merasa kasihan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

64

bagi para calon pelanggannya karena akan merasa tidak nyaman jika harus makan

di tempat (Leander, 2012 : 52).

(64) Bayangkan betapa efektifnya strategi promosi “membuka lebar-lebar pintu

rumah” untuk menawarkan wangi masakan yang baru matang ini (Leander, 2012 :

55).

Pada akhirnya, Pak Sastro mantab menjual sepeda onthelnya di pasar Cihapit untuk

dijadikan tambahan modal usaha warung sayurnya. Berikut kutipan tidak langsung yang

mendukung pernyataan tersebut.

(65) Sesampainya di sana, suasana pasar loak baru akan dimulai. Para pedagang barang

bekas sebagian baru tiba. Masing-masing mulai mengeluarkan dan menata barang

dagangan mereka. Ada macam-macam jenisnya. Di kios jaket terdapat mulai dari

jaket-jaket kulit beragam warna, jas kotak-kotak berbahan wol, sampai dengan

pull-over wanita yang berbulu-bulu putih di sekitar lehernya. Bapak melewati

pedagang jaket, baju, dan celana ini sambil tersenyum mengangguk pada

pedagangnya (Leander, 2012 : 45).

Berikut kutipan langsung yang mendukung pernyataan tersebut.

(66) “Mari Pak, silakan! Penglaris di pagi hari,” sapa sang pedagang yang kelihatan

cukup trendi dengan kemeja rapi, celana cutbray, dan kacamata hitam kebesaran

pada pagi yang masih redup itu (Leander, 2012 : 45).

Setelah resmi dibuka, warung Bu Sastro sudah ramai pembeli. Namun, pada saat itu Bu

Sastro hanya khusus menjual sayur dan lauknya. Setelah adanya pelanggan baru, yaitu

anak-anak indekos dekat rumahnya, Bu Sastro mulai menjual sayur dan lauk serta nasi

hangat. Berikut kutipan langsung yang mendukung pernyataan tersebut.

(67) “Hmmm… kali ini tidak Bu. Saya kemari mau minta tolong. Ibu bisa

tidak, ya, memasakkan khusus buat kami di rumah indekos RT 05? Menunya

masakan Ibu saja, tapi termasuk dengan nasinya juga (Leander, 2012 : 61).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

65

Setelah memutuskan untuk ikut menitipkan buku titip uang di warung Bu Sastro, Said

segera menuju Toko Yosiko. Berikut kutipan tidak langsung yang mendukung pernyataan

tersebut.

(68) Said kembali melangkah dengan agak tergesa. Panas terik matahari Bandung

siang itu kurang bersahabat, jadi dia begitu ingin segera tiba di Toko Yosiko

(Leander, 2012 : 95).

Berikut kutipan langsung yang mendukung pernyataan tersebut.

(69) “Cari apa, Bang?” Uda penjaga Toko Yosiko menyapa. Said terlihat merunduk-

runduk melihat ke dalam etalase toko. Masih terdiam dengan mata menyisir ke

seluruh toko seperti sedang mencari sesuatu, dan kemudian kembali merunduk-

runduk (Leander, 2012 : 95).

Teknik pelukisan latar tempat yang digunakan dalam novel Warung Bu Sastro Tidak

Rugi Berbisnis Dengan Hati karya Pauline Leander adalah teknik langsung dan tidak

langsung. Dalam pelukisan latar tempat, teknik langsung dapat dilihat melalui kutipan (66)

dan (67). Sedangkan teknik penulisan tidak langsung dapat dilihat melalui kutipan (62),

(63), (64), (65), (68) dan (69).

Berdasarkan kutipan (62) hingga (64) menggambarkan keadaan di warung sayur Bu

Sastro yang tidak lain adalah rumahnya sendiri saat awal berjualan. Kutipan (65) dan (66)

menggambarkan keadaan di pasar Cihapit saat Bapak akan menjual sepeda onthelnya.

Kutipan (67) menggambarkan keadaan di rumah Bu Sastro saat Simbolon perwakilan dari

anak-anak yang indekos di dekat rumahnya meminta untuk dimasakkan makanan setiap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

66

hari. Kutipan (68) dan (69) menggambarkan keadaan saat Said berada di Toko Yosiko

untuk mencari buku yang akan digunakan sebagai buku titip uang di warung Bu Sastro.

3.Latar Sosial

Latar sosial dari novel Warung Bu Sastro Tidak Rugi Berbisnis Dengan Hati karya

Pauline Leander adalah budaya dan kebiasaan-kebiasaan yang ada pada masyarakat

Indonesia. Beberapa kebudayaan yang terdapat di dalam cerita ini adalah budaya Jawa

khususnya Jawa Tengah, Tionghoa, Sumatera khususnya Palembang, dan Sunda.Hal ini

banyak ditunjukkan dengan bahasa, kebiasaan atau perilaku para tokoh di dalam cerita

tersebut.

Pak Sastro bermaksud memulai kisahnya ketika memanggil lembut sang istri dengan

sebutan Wo, panggilan kesayangan dalam bahasa Jawa untuk wanita, saat akan berdiskusi.

Berikut kutipan langsung yang mendukung pernyataan tersebut.

(70) “Kamu tahu kan, Wo, sejak tahun 1945 sampai dengan sekarang aku sudah sangat

lama bekerja di Toko Luwes,” kata Bapak membuka pembicaraan (Leander, 2012

: 5).

(71) “Jadi… aku besok tidak berangkat kerja lagi ya, wo (= panggilan kesayangan

dalam bahasa Jawa untuk wanita)” (Leander, 2012 : 4).

Saat masih bekerja di Toko Luwes, Bapak juga memiliki rutinitas lain yaitu merangkai

bunga pada hari Jumat. Hari Jumat adalah hari Vihara Buddha Vimala Dharma di Jalan

Dago. Berikut kutipan tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut.

(72) Selain di sekitar patung besar Sang Buddha Gautama, terdapat berbagai vas

China antik yang harus dipasang juga di ruangan doa lainnya. Bunga-bunga yang

dirangkai Bapak ini sungguh beragam dan berwarna-warni, dimasukkan dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

67

berbagai bentuk vas yang disesuaikan dengan ruang doanya (Leander, 2012 : 30-

31).

Salah satu pelanggan dekorasi bunga Bapak adalah para pengurus vihara di Jalan Dago

yang lebih sering dipanggil, Ko, yaitu lelaki keturunan Tionghoa. Berikut kutipan tidak

langsung yang mendukung pernyataan tersebut.

(73) Para pengurus vihara selalu berpesan, “Ini makanan supaya panjang umur dan

selalu berbahagia karena telah diserahkan kepada Para Dewa. Diterima ya, Pak…”

Maka Bapak akan menerima dengan sikap takzim, sedikit tersenyum dan

menundukkan tubuhnya, “Terima kasih, Ko,” jawab Bapak (Leander, 2012 : 31).

Di kota Palembangterdapat makanan khas selain pempek ikan tenggiri, salah

satunya adalah sambal tempoyak. Sambal ini menjadi menu yang dinanti-nantikan para

mahasiswa perantauan asal Palembang ketika tidak sedang pulang kampung. Hal inilah

yang dirasakan oleh Natijah dan juga teman-temannya satu daerah. Berikut kutipan tidak

langsung yang mendukung pernyataan tersebut.

(74) Tidak perlu terlalu lama mengabarkan berita baik kehadiran sambal tempoyak ini,

karena dalam waktu singkat, ke-9 teman Natijah akan segera datang menyerbu

makanan istimewa tersebut (Leander, 2012 : 23).

Beberapa pemakaian bahasa yang khas di dalam novel ini adalah Sunda dan Jawa. Hal

ini sering ditunjukkan melalui percakapan tokoh saat menyebut nama seseorang, nama

tempat, maupun nama-nama barang yang diceritakan oleh penulis. Berikut kutipan

langsung yang mendukung pernyataan tersebut.

(75) “Nggih (= iya) Pak,” jawabnya sedih sambil berjalan meninggalkan sumur dan

tidak jadi mengambil air (Leander, 2012 : 43).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

68

(76) “Masih bagus ya Pak, terawat dan mengilat,” kata Mamang pemilik kios barang

loak Sagalaya (sagala aya = segala sesuatu ada, dalam Bahasa Sunda) itu

(Leander, 2012 : 46).

(77) “Jadi, bagaimana Pak? Sabarahaeun wanina? (= berapa berani tawarnya?)”

pertanyaan Mamang buncit menyadarkan Pak Sastro dari lamunannya yang

singkat. “Duka atuh Mang, Rp10.000 meureun nya, (= tidak tahu Mang, Rp10.000

mungkin, ya),” jawab Bapak (Leander, 2012 : 47).

(78) “Jangan pikirkan Mamak. Jangan pikirkan keluarga. Mono pikirkan diri dan cita-

cita sendiri saja dulu,” tutur Ibu lagi perlahan (Leander, 2012 : 257).

(79) Mata Ibu berkaca-kaca, tapi hatinya bahagia. “Syukur Lup…, iku pancen doane

Mamak… ben cita-citane numpak motor mabur iso dialami… (= syukurlah Nak,

itu memang doanya Ibu. Supaya cita-citamu untuk naik pesawat terbang bias

dialami),” kata Bu Sastro sambil membalas pelukan anaknya. “Mamak ora iso

ngongkosi, ming titip dungo karo Gusti Allah, ben opo sing dikareke iso

kecapai… (= Ibu tidak bisa kasih bekal, hanya titip doa semoga apa yang dicita-

citakan bisa tercapai),” area check in di Bandara Soekarno Hatta (Leander, 2012 :

265-266).

Berikut kutipan tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut.

(80) Akhirnya Pak Sastro tiba di sebuah kios barang loak yang menjual segalanya.

Kios ini sungguh-sungguh menjual dan membeli segala macam barang. Sebutkan

saja apa yang dicari, pasti ada. Peniti? Sepatu Jengki (JengkeBahasa Sunda) yang

berarti agak menjinjitkan kaki(Leander, 2012 : 46).

(81) Fattah merupakan anggota Loedroek ITB yang selalu berperan sebagai wedo’an

(= wanita dalam istilah ludruk) (Leander, 2012 : 233).

(82) Anggota Loedroek ITB yang lainnya adalah Paidi. Pria ini berperawakan sedang,

berkulit sawo matang, dan selalu mampu melontarkan lawakan-lawakan konyol

saat jam makan tiba. Paidi tampak agak “srundal srundul” (= gegabah) dan

cenderung terburu-buru dalam segala hal (Leander, 2012 : 233).

Perempuan Indonesia jaman dulu identik dengan kebaya. Pada era sekarang ini, hanya

sebagian yang masih menggunakannya. Salah satunya yang masih melestarikan atau

berpakaian ini adalah Bu Sastro. Berikut kutipan tidak langsung yang mendukung

pernyataan tersebut.

(83) Pada usianya yang menginjak 80 tahun saat ini, Bu Sastro tampak sehat sekalipun

tubuhnya semakin kurus. Ia masih mampu bepergian dari Bandung ke Bogor

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

69

untuk menjaga cucu-cucunya yang tinggal di kota itu. Ia juga masih sanggup

memasak dan berjalan kaki ke sana kemari. Wajahnya yang berkerut-kerut selalu

tampak gembira, senyum lebarnya selalu bisa membuat orang yang berada di

dekatnya ikut tertawa (Leander, 2012 : 264).

Cara berjalan dengan sedikit bersimpuh di sekitar patung Sang Buddha merupakan tata

cara yang diyakini sebagai tanda hormat kepada Sang Gautama bagi pemeluk agama

Buddha. Berikut kutipan tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut.

(84) Biasanya, Bapak memasang bunga dengan takzim dan penuh hormat di sekitar

patung Sang Buddha. Nyonya dokter Bi Boen yang memberikan order dekorasi

bunga, sempat berpesan agar Bapak memasang bunga-bunga di sekitar patung

Sang Buddha dengan berjalan sedikit bersimpuh sebagai tanda hormat kepada

Sang Gautama (Leander, 2012 : 30).

Teknik pelukisan latar sosial yang digunakan dalam novel Warung Bu Sastro Tidak

Rugi Berbisnis Dengan Hati karya Pauline Leander adalah teknik langsung dan tidak

langsung. Dalam pelukisan latar sosial, teknik langsung atau dapat dilihat melalui kutipan

(70), (71), (75), (76), (77), (78), dan (79). Sedangkan teknik penulisan tidak langsung dapat

dilihat melalui kutipan (72), (73), (74), (80), (81), (82), (83), dan (84).

Berdasarkan kutipan (70) dan (71) menggambarkan latar sosial orang Jawa, yaitu

pemakaian kata sapaan kesayangan, Wo, untuk wanita. Kutipan (72) menggambarkan hari

Jumat sebagai salah satu hari besar umat beragama Buddha. Kutipan (73) menjelaskan

bahwa panggilan Ko, identik dengan seseorang yang beragama Buddha atau keturunan

Tionghoa. Kutipan (74) menjelaskan beberapa contoh makanan khas daerah Palembang,

yaitu pempek ikan tenggiri dan sambal tempoyak. Kutipan (75), (76), (77), (78), (79), (80),

(81), dan (82) menjelaskan beragam bahasa di Indonesia. Beberapa yang ditunjukkan dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

70

percakapan adalah contoh bahasa Jawa dan Sunda. Kutipan (83) memaparkan bahwa

kebaya adalah pakaian khas wanita Indonesia salah satu peninggalan kebudayaan sejak

jaman dahulu. Kutipan (84) menjelaskan bahwa berjalan dengan sedikit bersimpuh di

sekitar patung Sang Buddha merupakan salah satu etika yang diyakini umat beragama

Buddha.

5. Analisis Nilai Moral

Dalam novel Warung Bu Sastro Tidak Rugi Berbisnis Dengan Hati karya Pauline

Leander ini, peneliti menganalisis nilai-nilai moral. Nilai moral menurut Suseno (1987 :

145-150) terdapat tujuh sikap dan tindakan yaitu (1) kejujuran, (2) nilai-nilai otentik, (3)

kesediaan untuk bertanggung jawab, (4) kemandirian moral, (5) keberanian moral, (6)

kerendahan hati, (7) realitas dan kritis. Berikut nilai moral yang terkandung di dalam novel

Warung Bu Sastro Tidak Rugi Berbisnis Dengan Hati karya Pauline Leander yang

ditunjukkan oleh tokoh.

1. Kejujuran

Dalam novel Warung Bu Sastro Tidak Rugi Berbisnis Dengan Hati, nilai kejujuran

ditunjukkan oleh sikap Bu Sastro, Pak Sastro, Simbolon dan Dasman.

Bu Sastro ingin menceritakan tentang kiat-kiat jualan sayurnya selama ini kepada Orin

yang sedang merintis usaha seperti dirinya. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan

tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

71

(85) “Itulah mengapa Ibu berusaha untuk menyajikan masakan yang tidak pelit bumbu,

Nak Orin,” demikian papar Bu Sastro lagi (Leander, 2012 : 146).

Bu Sastro membiarkan anak-anak SMA yang makan di warungnya yang tidak

membayar sesuai dengan makanan yang diambilnya. Berikut kutipan yang mendukung

pernyataan tersebut.

(86) “Kalau anak SMA, mungkin karena masih kecil, belum dewasa, dan rasa

tanggung jawab belum terbentuk, kalau mereka makan hati atau tempe yang kecil-

kecil, disembunyikan dulu di bawah tumpukan nasi, jadi antara yang dilaporkan

dan yang betul-betul dimakan, biasanya ada perbedaan. Tapi yaaa… biar saja.

Rezeki ada di tangan Tuhan,” kata Bu Sastro selalu (Leander, 2012 : 225-226).

Bu Sastro sebagai salah satu pelanggan di Pasar Balubur dipercaya para pedagang

langganannya karena kejujurannya. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan tersebut.

(87) Meskipun belanja setiap hari, Bu Sastro diperbolehkan hanya membayar

seminggu sekali ketika uang anak-anak mahasiswa sudah terkumpul. Para

pedagang memercayai Bu Sastro karena memang beliau tidak pernah

menyelewengkan kepercayaan tersebut (Leander,2012 : 83).

Pak Sastro bermaksud memberitahukan kepada istrinya bahwa Toko Luwes tempat

ia bekerja diputuskan untuk ditutup oleh Pemerintah Daerah Bandung. Ia berusaha untuk

mengatakan yang sebenarnya kepada Bu Sastro dan siap menerima kemungkinan yang

akan diterimanya. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan tersebut.

(88) “Tadi pagi keputusan ini diumumkan. Kami semua sangat terkejut ketika Pak

Pranoto yang berbaju seragam Pemda itu menyampaikannya. Toko Luwes

diputuskan pemerintah untuk ditutup” (Leander, 2012 : 6).

(89) “Jadi… aku besok tidak berangkat lagi, Wo,” tegas Pak Sastro mengulang

kembali bagian akhir dari kalimatnya (Leander, 2012 : 7).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

72

Kejujuran Mono menceritakan keinginannya untuk menikah muda dibuktikan dengan

mengambil sekolah yang dapat ditempuh hanya dengan waktu dua tahun. Berikut kutipan

yang mendukung pernyataan tersebut.

(90) “Mono itu inginnya bisa menikah di usia muda, Mak,” kata Mono mengemukakan

alasan sebenarnya mengapa ia tampak kebingungan sebelum mengambil

keputusan (Leander, 2012 : 258).

Simbolon menceritakan hal yang sebenarnya yang sedang dialaminya kepada Bu Sastro

bahwa pembantu yang biasa memasakkannya dan ke-12 teman indekosnya telah kabur. Ia

juga meminta kepada Bu Sastro untuk memasakkan makanan untuk diri dan teman-

temannya tersebut. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan tersebut.

(91) “Pembantu di rumah kami, Mbak „Nah itu kabur. Repotlah kami jadinya. Bukan

hanya untuk masalah cuci setrika, tapi terutama untuk masalah makan tiga kali

sehari, Bu. Kami sepakat kalau masakan Ibu yang paling enak. Cuma kasihanilah

kami Bu, kalau tanpa nasi, bagaimana nasib perutku ini,” demikian paksaan dan

rayuan Simbolon pada saat yang bersamaan (Leander, 2012 : 61).

Dasman mencoba memberikan solusi dengan mengatakan bahwa masakan Bu Sastro

sangatlah enak, terbukti dengan makanan yang beliau masakkan untuk Dasman dan teman-

temannya yang indekos di rumah Bu Sastro selama kurang lebih lima tahun. Berikut

kutipan yang mendukung pernyataan tersebut.

(92) “Bu, coba Ibu memasak makanan nasi dan lauk-pauknya untuk anak-anak

mahasiswa umum. Masakan Ibu enak. Selama 5 tahun ini, kan, Ibu selalu

memasakkan makanan untuk kami. Coba, deh, Ibu masak untuk mahasiswa umum

makan di sini!” (Leander, 2012 : 35-36).

Berdasarkan kutipan (85) hingga (87) membuktikan bahwa Bu Sastro memiliki sifat

jujur dalam dirinya. Kutipan (88) dan (89) menunjukkan bahwa Pak Sastro juga memiliki

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

73

sifat kejujuran dalam dirinya karena berupaya untuk memberitahukan kepada istrinya

bahwa tempat ia bekerja telah ditutup. Kutipan (90) menunjukkan bahwa Mono ingin

menikah muda. Kutipan (91) menunjukkan bahwa Simbolon berkata jujur meminta Bu

Sastro memasakkan makanan untuk dirinya dan ke-12 teman indekosnya yang telah

ditinggal kabur pembantunya. Kutipan (92) menunjukkan bahwa Dasman berusaha

memberikan solusi kepada Bu Sastro dengan mengatakan masakan beliau sangatlah enak.

2. Nilai-nilai Otentik

Manusiaotentik adalah manusia yang menghayati, menunjukkan dirinya sesuai

dengan keasliannya, dengan kepribadiannya (Suseno, 1987 : 143). Adapun tokoh yang

memiliki sifat otentik dalam novel Warung Bu Sastro Tidak Rugi Berbisnis Dengan Hati

karya Pauline Leander antara lain Bu Sastro, Pak Sastro, dan Mono. Tokoh utama, Bu

Sastro, memiliki sifat otentik yaitu penyayang dan ramah. Berikut kutipan yang mendukung

pernyataan tersebut.

(93) “Makan saja,” kata Ibu dengan agak memaksa, “Kamu makan di rumah teman,

nanti jatah temannya sama-sama mahasiswa habis. Malah kasihan. Ayo, Nak”

(Leander, 2012 : 174).

(94) “Heee, Nak Hendrik, apa kabar? Ayo… ayo masuk dulu,” ajak Ibu tergopoh-

gopoh menarik tangan Hendrik yang tampak sungkan untuk masuk (Leander,

2012 : 204).

(95) “Ibu mengingatkan saya pada Mama di Medan. Terima kasih ya, Bu,” katanya

tulus (Leander, 2012 : 137).

Pak Sastro sebagai tokoh tambahan, memiliki sifat otentik yaitu ramah dan senang

berbagi pada orang-orang di sekitarnya. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan

tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

74

(96) Jika tampak Pak Sastro pulang ke rumah bersama si Onthel dari vihara pukul 11

siang, maka anak-anak tetangga sekitar rumah akan segera mengerumuninya dan

menanti jatah pembagian Bapak (Leander, 2012 : 31).

(97) Bapak melewati pedagang jaket, baju, dan celana ini sambil tersenyum

mengangguk pada pedagangnya (Leander, 2012 : 45).

Adapun, tokoh lain yang memiliki sifat otentik di dalam dirinya, yaitu Mono. Mono

anak bungsu Bapak dan Ibu Sastro ini memiliki kemauan dan kerja keras untuk mencapai

cita-citanya. Salah satu impiannya adalah dapat bersekolah di ITB. Berikut kutipan yang

mendukung pernyataan tersebut.

(98) Keinginannya untuk bisa bersekolah di ITB ditunjukkan dengan kerja kerasnya

dalam belajar. Ketika menghadapi kesulitan di dalam beberapa mata pelajaran,

maka ada 150 mahasiswa ITB yang bisa dimintai bantuannya (Leander, 2012 :

85).

Kutipan (93) hingga (95) menunjukkan bahwa Bu Sastro memiliki sikap nilai-nilai

otentik yaitu ramah dan penyayang dalam dirinya. Kutipan (96) dan (97) menunjukkan

bahwa Pak Sastro memiliki sifat ramah dan senang berbagi kepada orang-orang di

sekitarnya, salah satunya adalah pada anak-anak kampong Balubur. Kutipan (98)

menunjukkan bahwa Mono memiliki sifat otentik diantaranya kemauan dan kerja keras

untuk mencapai cita-citanya.

3. Kesediaan untuk Bertanggung Jawab

Kesediaan bertanggung jawab adalah kesediaan untuk melakukan apa yang harus

dilakukan dengan sebaik mungkin (Suseno, 1987 : 16). Novel Warung Bu Sastro Tidak

Rugi Berbisnis Dengan Hati karya Pauline Leander ini juga menyuguhkan nilai kesediaan

untuk bertanggung jawab. Tokoh yang memiliki kesediaan bertanggung jawab dalam cerita

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

75

ini adalah Bu Sastro dan Pak Sastro. Hal ini dibuktikan dengan sikap Bu Sastro yang selalu

memperhatikan keadaan setiap mahasiswa pelanggannya, serta tanggung jawabnya kepada

keluarga yang tidak ia tinggalkan. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan tersebut.

(99) Makanya Bu Sastro melakukan lebih dari sekadar kewajiban memasakkan

makanan yang enak, layak, bergizi, dan terjangkau buat mereka. Lebih dari itu, ia

juga memperhatikan dengan seksama apakah mereka sehat-sehat saja, atau

mungkin sedang ada masalah yang mengganggu (Leander, 2012 : 135).

(100) Sudah terbayangkan oleh Bu Sastro kalau pagi ini akan diawali dengan

mempersiapkan Mono berangkat ke sekolahnya di SD Pertiwi kelas 4.

Dilanjutkan dengan berbelanja seperti biasa untuk makan siang dan makan malam

Manto dan Airil. Sarapan tempe dan kopi Aroma wangi untuk sang suami tercinta

telah selesai dipersiapkannya juga (Leander, 2012 : 32).

Setelah Pak Sastro meninggal, Bu Sastro memiliki tanggung jawab menyekolahkan

Mono hingga menjadi Sarjana. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan tersebut.

(101) Ia tahu betul anaknya tak hanya pintar, tapi juga penuh dengan tekad yang kuat

dan tanggung jawab yang besar untuk meraih setiap impiannya. Itulah sebabnya,

selama menyangkut biaya pendidikan, apa pun akan diupayakan untuk memenuhi

impian putranya itu (Leander, 2012 : 246).

Pak Sastro menceritakan kepada istrinya bahwa Toko Luwes tempat ia bekerja telah

ditutup dengan hati-hati. Ia bermaksud menjual sepeda onthelnya untuk menambah modal

warung sayur yang akan didirikannya bersama sang istri, merupakan bentuk tanggung

jawab terhadap istri dan keluarga. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan tersebut.

(102) Pak Sastro melepaskan si Onthel dengan rela hati. Ia ingin memberikan Rp5.000

hasil penjualan si Onthel dan Rp25.000 pesangonnya dari Toko Luwes kepada

istri tercintanya dan menyongsong kehidupan baru mereka bersama-sama

(Leander, 2012 : 49).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

76

Kutipan (99) dan (100) menunjukkan bahwa Bu Sastro memiliki kesediaan untuk

bertanggung jawab terhadap keluarga meskipun pada saat itu tengah sibuk mengelola

warung sayurnya. Kutipan (101) menunjukkan bahwa Bu Sastro juga memiliki kesediaan

untuk bertanggung jawab melanjutkan impian sang anak, dengan menyekolahkannya

hingga lulus perguruan tinggi. Sedangkan kutipan (102) membuktikan bahwa Pak Sastro

juga memiliki sikap kesediaan bertanggung jawab sebagai kepala rumah tangga dengan

mendirikan usaha warung sayur bersama sang istri, setelah dirinya resmi tidak lagi bekerja

di Toko Luwes.

4. Kemandirian Moral

Kemandirian berarti kita tidak pernah ikut-ikutan dengan berbagai pandangan moral

dalam lingkungan kita, melainkan selalu membentuk penelitian, dan pendirian sendiri

dalam bertindak sesuai dengannya (Suseno, 1987 : 147). Adapun tokoh yang memiliki sifat

kemandirian moral adalah Bu Sastro dan Mono. Dalam hal ini dibuktikan dengan sikap

mandiri Bu Sastro dalam mewujudkan cita-cita anaknya. Berikut kutipan yang mendukung

pernyataan tersebut.

(103) Bu Sastro selalu berdoa agar kerja kerasnya bisa senantiasa memampukan

dirinya untuk membiayai sekolah kedua anaknya ini (Leander, 2012 : 81).

(104) Tidak mungkin rasanya, uang pesangon sebesar total Rp30.000 (setelah sepeda

onthel terjual) bisa cukup dijadikan modal (Leander, 2012 : 259).

Adapun kemandirian moral juga ditunjukkan tokoh Mono ketika ia harus memilih salah

satu sekolah yang akan diambilnya. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

77

(105) “Begini loh Mak…” Mono mencoba menjelaskan. “Umur Mono kan baru 22

tahun, pacar belum punya, teman dekat perempuan nggak ada. Kalau Mono ke

Swiss selama 4 tahun, lama sekali, ya Mak. Kapan Mono bakal punya pacar dan

menikah kalau masih harus tunggu 4 tahun lagi?” Mono bertanya kepada Ibunya

(Leander, 2012 : 257).

Kutipan (103) dan (104) menggambarkan bahwa Bu Sastro dengan kerja kerasnya

membuka usaha warung sayur untuk membiayai kebutuhan sehari-hari dan sekolah Mono,

merupakan bentuk kemandirian moral. Kutipan (105) menunjukkan bahwa Mono memiliki

kemandirian moral untuk menentukan sekolah yang akan dipilihnya.

5. Keberanian Moral

Keberanian adalah ketekatan dan bertindak untuk bersikap mandiri. Keberanian

menunjukkan dalam tekat untuk tetap mempertahankan sikap yang telah diyakini (Suseno,

1987 : 147). Keberanian moral ini ditunjukkan pengarang melalui tokoh Bu Sastro dan

Orin. Sikap tokoh utama, Bu Sastro yang berani mengungkap kebenaran kiat penjualan

pemilik-pemilik warung nasi di sekitar rumahnya merupakan bentuk keberanian moral

terdapat di dalam dirinya. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan tersebut.

(106) Hati Ibu Sastro yang bertahap mulai bisa menerima dan menyetujui ide ini pun

dituturkannya kepada Bapak. Semua rencana usaha yang mulai dipikirkannya pun

disampaikan kepada Bapak, dan pada akhirnya, kebutuhannya atas dana untuk

modal awal pun disampaikan kepada Bapak (Leander, 2012 : 38).

Orin memiliki keinginan untuk membuka warung makan dan telah

memperhitungkannya secara matang. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan

tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

78

(107) Orin mulai bercerita tentang perhitungan bisnis secara matematika yang sudah

dilakukannya. Orin juga bercerita tentang promosi yang sudah diupayakannya.

Tidak lupa juga dia menceritakan bagaimana warungnya ramai dikunjungi

pelanggan pada saat-saat awal dan justru semakin lama semakin sepi (Leander,

2012 : 145).

Kutipan (106) menggambarkan bahwa Bu Sastro adalah tokoh yang memiliki

keberanian moral karena berani untuk membuka usaha warung sayur yang belum pernah

dilakukan sebelumnya. Kutipan (107) menunjukkan bahwa Orin memiliki keberanian moral

karena memiliki tekad untuk membuka warung makan seperti Bu Sastro.

6. Kerendahan Hati

Kerendahan hati adalah kekuatan batin untuk melihat diri sesuai dengan kenyataan.

Orang yang rendah hati tidak hanya melihat kelemahannya melainkan juga kekuatannya

(Suseno, 1987 : 148). Kerendahan hati dalam novel ini ditunjukkan pengarang melalui

kerendahan hati tokoh Bu Sastro dan Mono dalam melihat kenyataan dalam dirinya.

Berikut kutipan yang mendukung pernyataan tersebut.

(108) Ibu menjawab ringan, “Selama saya bisa bantu yaaa saya bantulah, Nak

Rahman” (Pauline, 2012 : 194).

(109) “Maklum saya tidak sekolah Nak Markus, nggak tahu itu sudah sesuai atau

belum,” kata Ibu lagi. Di samping itu, beliau hanya berniat untuk memberikan

jalan keluar bagi anak muda ini, sehingga memberanikan diri menghubungi

orangtua si anak (Pauline, 2012 : 176).

(110) Mono ingin bisacepat lulus dan bekerja supaya tidak lagi terlalu merepotkan

ibunya. Maka, sekalipun dengan berat hati, ia harus rela melepaskan bangku yang

sempat diperolehnya sebagai calon sarjana Matematika di PTN Bandung yang

cukup ternama itu. Rencana memang harus diubah, tapi asa tetap ada. Mono tetap

optimis menghadapi masa depannya… (Pauline, 2012 : 248).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

79

Kutipan (108) dan (109) menggambarkan bahwa Bu Sastro adalah tokoh yang sangat

rendah hati. Hal ini dapat dibuktikan saat beliau membantu salah satu mahasiswa yang

sedang dalam keadaan kesusahan. Kutipan (110) menunjukkan bahwa Mono memiliki

kerendahan hati sehingga mampu melihat kemampuannnya serta tetap optimis untuk dapat

mencapai cita-citanya.

7. Realitas dan Kritis

NovelWarung Bu Sastro Tidak Rugi Berbisnis Dengan Hati ini memiliki sikap

realitas dan kritis yang digambarkan pengarang lewat sikap kritis tokoh Bu Sastro dan

Mono. Sikap realitas dan kritis tokoh Bu Sastro ditunjukkan ketika iasedang berbincang

dengan Orin. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan tersebut.

(111) “Kalau gratis nasi, pasti lauk pauk dan sayurnya akan mahal. Ini harus dilakukan

agar bisa dipakai buat menutup ongkos nasi gratisnya,” demikian analisis

sederhana Bu Sastro memperjelas mengapa warung Ibu Wati tidak berumur

panjang, dan bahkan hanya bertahan selama 2 bulan (Pauline, 2012 : 147).

(112) Kelompok 9 ini kadang-kadang terlalu asyik belajar (benarkah?) ketika sedang

menghadapi ujian di kampus, sehingga sering kali lupa untuk mengisi perut

mereka. Melihat hal ini, biasanya Bu Sastro mengingatkan kemungkinan mereka

bias sakit kalau tidak memperhatikan asupan makanan sama sekali, apalagi pada

masa-masa ujian yang cukup berat (Pauline, 2012 : 153).

Mono adalah anak bungsu Bu Sastro yang tidak hanya memiliki angan-angan tinggi,

melainkan juga berupaya mempersiapkan sejak dini untuk masa depannya. Berikut kutipan

yang mendukung pernyataan tersebut.

(113) “Mono itu inginnya bisa menikah di usia muda, Mak,” kata Mono

mengemukakan alasan sebenarnya mengapa ia tampak kebingungan sebelum

mengambil keputusan (Pauline, 2012 : 258).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

80

Kutipan (111) dan (112) menunjukkan bahwa Bu Sastro memiliki sikap realitas dan

kritis, terbukti dengan kebiasaannya memperhatikan setiap pelanggan warungnya serta

penjelasannya mengenai warung yang berada di sekitar rumahnya. Kutipan (113)

menunjukkan Mono juga memiliki sikap realitas dan kritis dengan merencanakan masa

depannya.

6. Relevansi Hasil Penelitian Sebagai Bahan Pembelajaran Sastra di SMA

Pengajaran sastra harus dipandang sebagai sesuatu yang penting, karena karya sastra

mempunyai relevansi dengan masalah-masalah dunia nyata (Rahmanto, 2005 : 15). Oleh

karena itu, sastra bisa digunakan sebagai bahan pembelajaran mengenai nilai-nilai

kehidupan. Rahmanto mengklasifikasikan tiga aspek penting dalam memilih pengajaran

sastra, yaitu : (1) segi bahasa, (2) segi kematangan jiwa, dan (3) segi latar belakang. Novel

Warung Bu Sastro Tidak Rugi Berbisnis Dengan Hati ini dapat digunakan sebagai

alternative materi pembelajaran sastra di SMA. Hal ini dikarenakan, siswa-siswa SMA

sudah mulai tertarik untuk membaca novel. Selain itu, novel Warung Bu Sastro Tidak Rugi

Berbisnis Dengan Hati karya Pauline Leander ini juga memenuhi ketiga aspek tersebut di

atas.

Dalam Bab empat ini, peneliti akan memaparkan kesesuaian novel Warung Bu

Sastro Tidak Rugi Berbisnis Dengan Hati sebagai bahan pembelajran sastra di SMA kelas

XI semester 2 ditinjau dari tiga aspek, bahasa, kematangan jiwa, dan latar belakang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

81

1. Bahasa

Aspek kebahasaan dalam sastra tidak hanya ditentukan oleh masalah-masalah yang

dibahas, tapi juga faktor-faktor lain seperti: cara penulisan yang dipakai pengarang, ciri-ciri

karya sastra pada waktu penulisan karya itu, dan kelompok pembaca yang ingin dijangkau

pengarang (Rahmanto, 1988 : 27). Novel Warung Bu Sastro Tidak Rugi Berbisnis Dengan

Hati karya Pauline Leander menggunakan bahasa Jawa, bahasa Sunda, dan bahasa

Indonesia. Meskipun demikian, bahasa yang digunakan oleh pengarang masih dapat

dipahami oleh siswa di tingkat SMA karena bahasanya sederhana dan lugas. Selain itu,

pengarang juga menambahkan keterangan di bawah bahasa asing yang digunakan dalam

novel ini sehingga memudahkan peserta didik untuk memahami kalimat-kalimat tersebut.

Berikut kutipan langsung yang menunjukkan bahas dari daerah Jawa.

(114) “Sudah Bu, tadi pagi,” jawab Pak Sastro pelan. “Aku ‘tak masak dulu sebentar

ya. Anak-anak mahasiswa yang titip masakan sebentar lagi pulang kuliah, kasihan

kalau lapar,” tutur Bu Sastro, sambil pura-pura bersegera mengangkut belanjaan

dan berusaha untuk tidak menatap mata suaminya (Pauline, 2012 : 16).

(115) “Nggih (= iya) Pak,” jawabnya sedih sambil berjalan meninggalkan sumur dan

tidak jadi mengambil air (Pauline, 2012 : 43).

(116) Tanpa banyak cakap, Totar akan melangkah masuk ke pojokan dapur,

mengambil muntu (= ulekan) beserta batunya dan mulai mengulek sendiri

campuran bahan sambal itu sampai semua tercampur rata dan harum (Pauline,

2012 : 131).

Selain menggunakan bahasa Jawa, pengarang juga menggunakan bahasa Sunda.

Berikut kutipan langsung yang mendukung pernyataan tersebut.

(117) “Masih bagus ya Pak, terawat dan mengilat,” kata Mamang pemilik kios barang

loak Sagalaya (sagala aya = segala sesuatu ada, dalam Bahasa Sunda) itu (Pauline,

2012 : 46).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

82

(118) “Iyalah, dijadikeun… Rp5.000 lah Mang (= Iya, jadi saja Rp5.000),” kata Pak

Sastro pelan sambil mengangguk (Pauline, 2012 : 48).

(119) “Tenang saja Pak, ku abdi di-elapan lah unggal poe, ‘da ku abdi arek dipake

sorangan (= saya akan mengelap sepedanya setiap hari, soalnya akan saya pakai

sendiri),” sahutnya menenangkan Pak Sastro (Pauline, 2012 : 48).

Kutipan (114) hingga (116) merupakan bukti bahwa pengarang menggunakan bahasa

Jawa. Sedangkan kutipan (117) hingga (119) merupakan bukti bahwa pengarang juga

menggunakan bahasa Sunda dalam novel Warung Bu Sastro Tidak Rugi Berbisnis Dengan

Hatiini.

2. Kematangan Jiwa

Dalam mempelajari karya sastra perlu diperhatikan tahapan perkembangan

psikologis atau kematangan jiwa peserta didik. Rahmanto (1988 : 30) berpendapat bahwa

karya sastra yang terpilih untuk diajarkan hendaknya ssesuai dengan tahap psikologi pada

umumnya dalam suatu kelas. Tentu saja, tidak semua siswa dalam satu kelas mempunyai

tahapan psikologis yang sama, tetapi guru hendaknya menyajikan karya sastra yang

setidak-tidaknya secara psikologis dapat menarik minat sebagian besar siswa dalam kelas

itu.

Kutipan di bawah ini menjelaskan bahwa Bu Sastro memiliki sikap kematangan

jiwa. Pengarang menggambarkannya melalui sikap Bu Sastro yang bekerja keras dalam

mengelola warungnya. Berikut kutipan yang mendukung dalam memilih aspek kematangan

jiwa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

83

(120) Lengkaplah sudah Warung Bu Sastro menghadirkan berbagai menu makanan

hangat setiap saat. Semua menu dimasak tiada henti sejak waktu sarapan pukul

07.00 pagi sampai dengan makan malam pukul 09.00 (Pauline, 2012 : 73).

(121) Dimulai dari hanya berjualan sayur matang, lalu menyediakan nasi putih juga,

ragam menu yang mulai ditambah, sampai akhirnya Bu Sastro berani untuk

berjualan daging dan beragam jenis lain (Pauline, 2012 : 77).

Kutipan di bawah ini menjelaskan bahwa Bu Sastro orang yang penyabar. Salah satu

contoh, meski ada beberapa pelanggan yang makan diwarungnya membayar makanan tidak

sesuai dengan jumlah yang diambil. Berikut kutipan yang mendukung dalam memilih

aspek kematangan jiwa.

(122) “Kalau anak SMA, mungkin karena masih kecil, belum dewasa, dan rasa

tanggung jawab belum terbentuk, kalau mereka makan hati atau tempe yang kecil-

kecil, disembunyikan dulu di bawah tumpukan nasi, jadi antara yang dilaporkan

dan yang betul-betul dimakan, biasanya ada perbedaan.” “Tapi yaaa… biar saja.

Rezeki ada di tangan Tuhan,” kata Bu Sastro selalu (Pauline, 2012 : 225-226).

(123) “Besok? Mamak mau ke sana? Nanti biasanya, setelah melihat wajah mereka

yang memelas, Mamak mundur, nggak jadi ngomong apa-apa,” jawab Mono

meragukan ajakan ibunya untuk menagih utang (Pauline, 2012 : 166).

(124) “Sing (= yang) sabar ngadepin orang lagi susah itu. Jangan grusah grusuh (=

kalang kabut). Orang tuh nggak tahu dan nggak mau susah A,” kata Bu Sastro

ketika memarahi anaknya. Bagi Bu Sastro, pelanggan adalah tamu yang harus

dihormati dan dihargai bagaimanapun keadaannya (Pauline, 2012 : 174).

Kutipan di bawah ini menjelaskan bahwa Mono berpikir matang sebelum mengambil

keputusan pada saat dirinya menghadapi dua pilihan yang tidak ringan. Berikut kutipan

yang mendukung kutipan tersebut.

(125) Bagi Mono, selama beberapa hari melakukan pertimbangan itu merupakan saat-

saat penuh gundah (Pauline, 2012 : 256).

(126) Sebuah penawaran istimewa, beasiswa belajar di Winterthur-Swiss selama 4

tahun untuk menjadi Dipl. Ing. HTL. Jika pulang nanti, konsekuensinya adalah

menjadi dosen bergelar akademis dan mengabdi di Politeknik Mekanik Swiss,

Bandung, almamaternya. Telah terbayangkan olehnya negeri Swiss dengan

pegunungannya yang indah. “Empat tahun? Lama juga ya…,” gumam Mono

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

84

perlahan. Menjelang keputusan pengambilan beasiswa Swiss ditetapkan,

datanglah kesempatan baik kedua, juga kepada mereka berdua. Ada sebuah

perusahaan baru yang bermaksud membuka pabriknya di Indonesia. Jika Mono

berminat, maka ia akan dikirimkan ke Belgia untuk belajar mengelola pabrik

selama 2 tahun. Belgia bukan merupakan Negara yang pernah dikenalnya.

“Apakah Belgia Negara yang indah? Enak untuk ditinggali? Entahlah,” demikian

pikir Mono. “Dua tahun…? Tidak terlalu lama, ya…” (Pauline, 2012 : 255-256).

(127) “Begini loh Mak…” Mono mencoba menjelaskan. “Umur Mono kan baru 22

tahun, pacar belum punya, teman dekat perempuan nggak ada. Kalau Mono ke

Swiss selama 4 tahun, lama sekali, ya Mak. Kapan Mono bakal punya pacar dan

menikah kalau masih harus tunggu 4 tahun lagi?” Mono bertanya kepada Ibunya.

“Mono itu inginnya bisa menikah di usia muda, Mak,” kata Mono mengemukakan

alasan sebenarnya mengapa ia tampak kebingungan sebelum mengambil

keputusan (Pauline, 2012 : 257-258).

Kutipan (120) dan (121) membuktikan bahwa Bu Sastro memiliki aspek kematangan

jiwa yang ditunjukkan dengan kerja kerasnya mengelola warung. Kutipan (122) hingga

(124) menunjukkan bahwa Bu Sastro merupakan seorang yang penyabar, terbukti dengan

sikap beliau yang sabar dalam menanggapi sikap pelanggannya yang beragam. Kutipan

(125) hingga (127) menunjukkan bahwa Mono juga memiliki sikap kemajangan jiwa, hal

ini ditunjukkannya ketika akan memutuskan sekolah mana yang akan diambilnya.

3. Latar Belakang Budaya

Latar belakang budaya juga penting dalam pembelajaran karya sastra. Peserta didik

akan semakin tertarik minatnya untuk mempelajari sastra. Selain itu, peserta didik dapat

menambah wawasan dengan mengetahui berbagai macam budaya di Indonesia yang ada

sejak dahulu. Dalam novel Warung Bu Sastro Tidak Rugi Berbisnis Dengan Hati karya

Pauline Leander, terdapat latar budaya Jawa dan budaya Tionghoa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

85

Kutipan di bawah ini menjelaskan bahwa pengarang menggambarkan latar belakang

budaya Jawa yang masih menggunakan kain batik yang merupakan kain tradisional

yang dipakai sejak leluhur terdahulu. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan

tersebut.

(128) Konsistensinya berkain kebaya, pakaian khas wanita Indonesia, terus

dijalankannya. Sampai hari ini, Ibu tidak memiliki selembar pun baju gaun biasa.

Penampilan Ibu sehari-hari hanya seputar kain batik dan baju kebaya yang

dilengkapi rambut bergelung konde di belakang kepalanya (Pauline, 2012 : 264).

Kutipan di bawah ini menjelaskan bahwa pengarang menggambarkan latar belakang

budaya Tionghoa. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan tersebut.

(129) “Metode Tionghoa itu bagaimana, Nak?” Bu Sastro kebingungan. Tapi Dasman

terus melanjutkan idenya dengan lancer. Ia berbicara tentang metode penjualan

yang selalu lebih murah, minimal Rp25 dibandingkan warung nasi dan jenis

jualan lainnya. Harga makanan harus terus disesuaikan dengan harga terendah

yang ada di pasaran (Pauline, 2012 : 36).

(130) Tak lama setelah doa selesai, biasanya pengurus vihara memberikan sesajian

makanan yang telah didoakan dan diterima oleh Para Dewa ini dalam bungkusan-

bungkusan kecil untuk dibawa pulang Bapak. Para pengurus vihara selalu

berpesan, “Ini makanan supaya panjang umur dan selalu berbahagia karena telah

diserahkan kepada Para Dewa (Pauline, 2012 : 31).

Kutipan (128) menunjukkan bahwa di dalam novel terdapat latar belakang budaya

Jawa. Kutipan (129) dan (130) menunjukkan bahwa di dalam novel terdapat latar

belakang budaya Tionghoa. Hal ini merupakan bukti bahwa novel Warung Bu Sastro

Tidak Rugi Berbisnis Dengan Hati karya Pauline Leander budaya yang dikenalkan

adalah budaya masyarakat Bandung yang beragam khususnya di Perkampungan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

86

Balubur. Hal tersebut dapat menambah wawasan dan pengetahuan peserta didik untuk

mengenal budaya dari daerah lain di Indonesia.

7. Silabus (terlampir)

8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (terlampir)

C. Pembahasan

Setelah melakukan penelitian dengan menjawab semua rumusan masalah, nilai moral

dalam novel Warung Bu Sastro Tidak Rugi Berbisnis Dengan Hati karya Pauline Leander

telah ditemukan dengan cara mencermati sinopsis, tokoh, penokohan, dan latar. Dalam teori

terdapat 7 bentuk sikap moral, yaitu (1) kejujuran, (2) nilai-nilai otentik, (3) kesediaan

bertanggung jawab, (4) kemandirian moral, (5) keberanian moral, (6) kerendahan hati, (7)

realitas dan kritis.

Peneliti menggunakan dua penelitian yang relevan. Penelitian pertama ditemukan 9

sikap nilai moral yaitu mawas diri, cinta, taat, setia, sabar, rela berkorban, bela negara,

hormat kepada orang tua, dan menjaga kesucian diri. Sedangkan dalam penelitian relevan

yang kedua menemukan 3 nilai moral yaitu nilai kebaikan, nilai kebenaran,, dan nilai

keadilan. Dari teori yang digunakan dan hasil penelitian yang ditemukan keduanya dapat

digunakan sebagai bahan pembelajaransastra di SMA kelas XI semester II. Standar

Kompetensi yang sesuai dengan penelitian ini adalah memahami buku biografi, novel, dan

hikayat. Kompetensi dasar yang sesuai adalah mengungkapkan hal-hal yang menarik dan

dapat diteladani dari tokoh.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

87

BAB V

PENUTUP

Bab lima merupakan bab penutup penelitian ini. Bab ini mencakup kesimpulan,

implikasi, dan saran terhadap penelitian yang telah dilakukan dan penelitian yang akan

dilakukan oleh peneliti lain yang berkaitan dengan topik penelitian.

A. Simpulan

Novel Warung Bu Sastro Tidak Rugi Berbisnis Dengan Hati karya Pauline

Leander menceritakan seorang ibu rumah tangga yang memiliki usaha warung sayur.

Dalam novel ini Bu Sastro merupakan tokoh utama yang memiliki karakter yang sangat

baik dan mampu memberikan nilai-nilai moral terhadap pembaca. Bu Sastro memiliki

karakter yang sangat melekat, yaitu sabar dan penyayang. Selain itu, Ibu Sastro juga

memiliki sifat jujur dan rendah hati. Hal ini ia tunjukkan dalam segala rutinitasnya

bersama keluarga dan mengelola warung.

Novel yang syarat akan nilai-nilai kehidupan ini menceritakan perjalanan Bu

Sastro serta keluarga dalam mengelola warung sayur yang berada di rumahnya, di

perumahan Balubur. Awal mula didirikannya warung sayur adalah semenjak Pak Sastro

diputuskan dari Toko Luwes tempat ia bekerja. Peristiwa di dalam novel ini dimulai

pada suatu malam di rumah sederhana bernomor 34A/58 di gang Pelesiran Balubur,

Taman Sari, Bandung. Saat itu, Pak Sastro menyampaikan kepada Bu Sastro, istrinya,

bahwa Toko Luwes tempat ia bekerja telah ditutup oleh Pemerintah Bandung. Sejak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

88

perbincangan itu, Pak Sastro dan Bu Sastro harus memikirkan usaha apa yang akan

dilakukan agar tetap mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari serta kebutuhan kedua

anaknya yang saat itu masih duduk di bangku sekolah. Datanglah Dasman yang lulusan

arsitek ITB untuk menengok Ibu yang pernah memasak untuknya selama kuliah dulu.

Dari sinilah muncul ide untuk mendirikan usaha warung sayur yang disepakati oleh Ibu

Sastro dan suaminya.

Bu Sastro dan sang suami mengelola warung hingga mengalami banyak

perubahan, mulai dari menu yang bervariasi hingga pelanggan yang terus bertambah.

Suka duka dihadapi Bu Sastro dengan sabar, terlebih saat menghadapi perilaku

pelanggannya yang berbeda-beda. Bertahun-tahun Bu Sastro bekerja keras mengelola

warung sayurnya sehinga mampu mengantarkan anak bungsunya, Mono, lulus kuliah di

luar negeri. Mono telah mampu mendapatkan cita-cita yang sejak kecil ia dambakan.

Setelah berusia lanjut Bu Sastro menyerahkan sepenuhnya warung sayur kepada

keluarga Kang Asep.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui di dalam novel ini

Bu Sastro merupakan tokoh utama. Bu Sastro memiliki karakter yang melekat pada

dirinya, di antaranya adalah sabar dan penyayang. Sifat ini ia tunjukkan dalam

kehidupan sehari-hari baik kepada keluarga maupun kepada orang lain. Selain memiliki

sifat sabar dan penyayang, Bu Sastro juga memiliki sifat jujur. Sikap jujur tampak

ketika Bu Sastro berbicara dengan suaminya, berbelanja di pasar, dan ketika

pengunjung di warung. Bu Sastro menjadi salah satu pelanggan VIP di Pasar Balubur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

89

karena para pedagang telah mempercayai kejujuran Bu Sastro. Selain itu, Bu Sastro

juga memiliki tanggung jawab. Tanggung jawab itu ditunjukkan oleh Bu Sastro dengan

tidak meninggalkan kewajibannya menyiapkan kebutuhan keluarga, seperti menyiapkan

sarapan suami sebelum ia berbelanja ke pasar dan menyiapkan keperluan sekolah

Mono. Setelah Pak Sastro meninggal dunia, Bu Sastro bertanggung jawab

menyekolahkan Mono hingga menjadi sarjana. Dengan begitu, Bu Sastro terbiasa

mandiri dan memiliki keberanian moral dalam mengurusi warung dan keluarganya.

Keberanian moral ditunjukkannya pada saat mengatakan kepada Orin tentang kiat-kiat

berjualan. Bu Sastro mengungkapkan kiat-kiat yang dilakukan pemilik warung sayur

kepada Orin yang hendak mengelola warung nasi seperti dirinya. Selain itu, Bu Sastro

merupakan sosok yang rendah hati. Ia selalu bersedia membantu pelanggan di

warungnya yang mengalami permasalahan.

Tokoh lain yang mendukung cerita yaitu Pak Sastro, Kang Asep, Mono,

Dasman, dan Simbolon. Peran mereka tidak terlalu pokok, namun keberadaannya

mendukung tokoh utama. Pak Sastro, suami Bu Sastro, memiliki sifat jujur yang ia

tunjukkan ketika mengatakan bahwa ia telah diberhentikan dari Toko Luwes tempatnya

bekerja. Selain Pak Sastro ada pula Simbolon yang ingin dimasakkan makanan setiap

hari untuk dirinya dan ke-12 teman indekosnya. Ia berkata jujur kepada Bu Sastro

bahwa pembantunya telah kabur.

Keberanian moral juga ditunjukkan oleh Orin yang ingin membuka warung

makan. Orin telah memperhitungkan secara matang segala keperluan warung sayurnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

90

Tokoh tambahan yang juga memiliki kerendahan hati seperti Bu Sastro adalah Mono.

Mono berkeinginan bisa cepat lulus dan dapat segera bekerja agar tidak lagi merepotkan

ibunya.

Di dalam novel Warung Bu Sastro Tidak Rugi Berbisnis Dengan Hati karya

Pauline Leander digambarkan kebiasaan-kebiasaan masyarakat yang beragam. Pemakaian

bahasa dan budaya dari masing-masing daerah juga terdapat dalam novel ini, seperti

pemakaian sapaan Wo sebagai kata sapaan kesayangan untuk wanita yang merupakan

kebiasaan dari daerah Jawa khususnya Jawa Tengah. Adapun masyarakat keturunan

Tionghoa menggunakan sapaan Ko untuk memanggil orang laki-laki. Di dalam novel ini

juga dipaparkan kebiasaan-kebiasaan yang melatarbelakangi umat beragama Buddha, yaitu

menganggap hari Jumat sebagai salah satu hari besar mereka. Selain itu, orang diharuskan

berjalan dengan bersimpuh ketika melewati patung para dewa.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, novel Warung Bu

Sastro Tidak Rugi Berbisnis Dengan Hati karya Pauline Leander dapat dijadikan bahan

pembelajaran di SMA kelas XI semester II. Kurikulum yang digunakan adalah KTSP

(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dengan SK 15 Memahami buku biografi,

novel, dan hikayat dan KD 15.1 Mengungkapkan hal-hal yang menarik dan dapat

diteladani dari tokoh.

B. Implikasi

Penelitian terhadap novel Warung Bu Sastro Tidak Rugi Berbisnis Dengan Hati

karya Pauline Leander ini membuktikan bahwa novel tersebut dapat digunakan sebagai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

91

bahan ajar sastra karena mengandung nilai-nilai moral yang dapat dijadikan pegangan

dalam kehidupan sehari-hari. Dalam bidang sastra, hasil penelitian ini dapat menambah

pengetahuan tentang analisis tokoh, penokohan, latar, dan nilai-nilai moral. Dalam

bidang pendidikan, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran

sastra di SMA kelas XI semester II dengan mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan.

C. Saran

Peneliti berharap hasil penelitian yang masih banyak kekurangan dan

kelemahan ini dapat memberikan pengetahuan bagi para guru bahasa Indonesia dan

peneliti lain yang membahas nilai moral. Peneliti juga berharap relevansi penelitian

pada pembelajaran sastra ini dapat berguna bagi dunia pendidikan khususnya

pembelajaran sastra di SMA. Peneliti juga menyarankan agar para guru dapat

mengambil nilai yang terkandung dalam novel Warung Bu Sastro Tidak Rugi Berbisnis

Dengan Hati karya Pauline Leander untuk diajarkan kepada peserta didik. Bagi

mahasiswa, diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan atau referensi

dalam penyusunan skripsi. Peneliti lain dapat menindaklanjuti penelitian yang

berhubungan dengan novel ini menggunakan pendekatan moral atau pendekatan-

pendekatan lain agar dapat memberikan gambaran nilai-nilai moral yang lebih lengkap.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

92

DAFTAR PUSTAKA

Adisusilo, Sutarjo. 2012. Pembelajaran Nilai-Karakter Konstruktivisme dan VCT

sebagai Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif. Jakarta: Grafindo Persada.

Arikunto, Suharsimi. 1989. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Bina Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas. 2008. Kamus Besar bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Leander, Pauline. 2012. Warung Bu Sastro Tidak Rugi Berbisnis dengan Hati.

Jakarta: Kompas Gramedia.

Moleong. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Rahmanto, B. 2005. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius.

Sanjaya, Wina. Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktik Pengembangan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). 2010. Jakarta: Kharisma Putra.

Semi, M. Atar. 2010. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa.

Sudjiman, Panuti. 1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.

Suseno, Franz Magnis. 1986. Kuasa dan Moral. Jakarta: Gramedia.

Suseno, Franz Magnis. 1987. Etika Dasar: Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral.

Yogyakarta: Kanisius.

Susiani. Sri Windarti. 2005. “Nilai-Nilai Moral dalam Cerita Ramayana Karya

Sunardi D.M.: Analisis Tokoh, Penokohan, Alur, Latar, dan Tema dan Relevansinya

sebagai Bahan Pembelajaran Sastra untuk SMA Kelas X.” Skripsi. Yogyakarta:

Universitas Sanata Dharma.

Syarbaini, Syahrial. 2009. Pendidikan Pancasila: Implementasi Nilai-Nilai Karakter

Bangsa. Jakarta: Ghalia Indonesia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

93

Wahyuningtyas, Sri. 2011. Sastra: Teori dan Implementasi. Surakarta: Yuma

Pressindo.

Yohanna, Merry. 2000. “Modernitas dan Tuntutan Nilai Moral Tokoh Laila dalam

Novel Saman Karya Ayu Utami (Suatu Tinjauan Psikologi Sastra) dan

Implementasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMU.” Skripsi. Yogyakarta:

Universitas Sanata Dharma.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

94

LAMPIRAN

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 : Silabus

LAMPIRAN 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

LAMPIRAN 3 : Materi Pembelajaran

LAMPIRAN 4 : Penilaian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

Lampiran 1

SILABUS

Nama Sekolah : SMA/MA

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas/Semester : XI/2

Standar Kompetensi : Membaca

15. Memahami buku biografi, novel, dan hikayat

Kompetensi

Dasar

Materi

Pembelajaran

Kegiatan

Pembelajaran Indikator Penilaian

Alokasi

Waktu Sumber

15.1

Mengungkapkan

hal-hal yang

menarik dan

dapat diteladani

dari tokoh

Sinopsis

novel

Tokoh,

penokohan,

dan latar

Nilai-nilai

moral

Hal-hal

Membaca sinopsis

novel

Menganalisis

unsur intrinsik

(tokoh, penokohan,

dan latar)

Mengidentifikasi

nilai-nilai moral

dalam sebuah novel

Mengidentifika

si unsur-unsur

intrinsik (tokoh,

penokohan, dan

latar)

Mengidentifika

si nilai-nilai

moral

Mengungkapka

Jenis

Penilaian:

Tugas

Individu

Tugas

Kelompok

Diskusi

Presentasi

4 x 45’ Leander,

Pauline. 2012.

Warung Bu

Sastro Tidak

Rugi Berbisnis

Dengan Hati.

Jakarta: Kompas

Gramedia.

Magnis, Franz

dan Suseno SJ.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

yang menarik

dari para

tokoh

Hal-hal

yang dapat

diteladani dari

para tokoh

Mendiskusikan

hasil belajar

Mempresentasikan

hasil belajar

n hal-hal yang

menarik dan

dapat diteladani

dari tokoh

1986. Kuasa dan

Moral. Jakarta:

Gramedia.

Nurgiyantoro,

Burhan. 2007.

Teori

Pengkajian

Fiksi.

Yogyakarta:

Gadjah Mada

University Press.

Suseno, Franz

Magnis. 1987.

Etika Dasar:

Masalah-

masalah Pokok

Filsafat Moral.

Yogyakarta:

Kanisius.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

Lampiran 2

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP)

Sekolah : SMA

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas/Semester : XI/2

Standar Kompetensi : Membaca

15. Memahami buku biografi, novel, dan hikayat

Kompetensi Dasar : 15.1 Mengungkapkan hal-hal yang menarik dan dapat diteladani dari

tokoh

Alokasi Waktu : 4 x 45 menit (2 kali pertemuan)

A. Indikator

1. Mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik (tokoh, penokohan, dan latar).

2. Mengidentifikasi nilai-nilai moral.

3. Mengungkapkan hal-hal yang menarik dan dapat diteladani dari tokoh.

B. Tujuan Pembelajaran

1. Siswa mampu mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik (tokoh, penokohan, dan latar)

yang terdapat dalam novel Warung Bu Sastro Tidak Rugi Berbisnis Dengan Hati

karya Pauline Leander.

2. Siswa mampu mengidentifikasi nilai moral yang terkandung dalam novel Warung Bu

Sastro Tidak Rugi Berbisnis Dengan Hati karya Pauline Leander.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

3. Siswa mampu mengungkapkan hal-hal yang menarik dan dapat diteladani dari tokoh

dalam novel Warung Bu Sastro Tidak Rugi Berbisnis Dengan Hati karya Pauline

Leander.

C. Materi Pembelajaran

1. Tokoh

2. Penokohan

3. Latar

4. Nilai-nilai Moral

D. Metode Pembelajaran

1. Ceramah

2. Tanya Jawab

3. Diskusi

4. Presentasi

5. Penugasan

E. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

Pertemuan Pertama

Kegiatan Metode Alokasi

Waktu

1. Kegiatan Awal

Guru memberikan salam.

Guru menjelaskan kegiatan yang akan

dilaksanakan selama proses belajar mengajar.

Guru mengajukan pertanyaan lisan tentang

novel dengan mengaitkan materi yaitu unsur-

Ceramah

Tanya jawab

10 menit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

unsur intrinsik, hal-hal menarik dan dapat

diteladani dari tokoh di dalam novel.

2. Kegiatan Inti

Eksplorasi

Guru memberikan pertanyaan lisan terkait

dengan unsur-unsur intrinsik untuk mengetahui

seberapa jauh siswa mengerti tentang unsur

intrinsik.

Secara acak siswa menjawab pertanyaan

yang diajukan oleh guru mengenai tokoh,

penokohan, dan latar yang terdapat dalam

novel.

Siswa menjelaskan dan menceritakan secara

singkat novel yang pernah dibacanya.

Elaborasi

Siswa mendengarkan penjelasan guru

mengenai unsur intrinsik novel (tokoh,

penokohan, dan latar).

Siswa membentuk kelompok diskusi yang

beranggotakan 3-5 orang.

Siswa berdiskusi kelompok untuk

menganalisis unsur intrinsik (tokoh,

penokohan, dan latar).

Ceramah

Diskusi

Presentasi

60 menit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

Siswa mencatat hasil diskusi.

Perwakilan kelompok mempresentasikan

hasil diskusi kelompok di depan kelas dengan

baik dan benar.

Konfirmasi

Siswa saling memberikan tanggapan terhadap

presentasi kelompok lain.

3. Kegiatan Penutup

Siswa diajak untuk merangkum apa yang

sudah dipelajari.

Siswa menanggapi rangkuman yang

dibacakan.

Siswa diajak merefleksikan nilai-nilai serta

kecakapan hidup yang bisa dipetik dari

pembelajaran.

Guru menyimpulkan dan memberi

peneguhan pembelajaran.

Guru memberikan pekerjaan rumah yaitu

membaca novel Warung Bu Sastro Tidak Rugi

Berbisnis Dengan Hati karya Pauline Leander.

Tanya jawab

20 menit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

Pertemuan Kedua

Kegiatan Metode Alokasi Waktu

1. Kegiatan awal

Guru memberikan salam.

Guru mengajukan pertanyaan mengenai

materi pembelajaran pada pertemuan

sebelumnya sebelumnya.

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.

2. Kegiatan Inti

Eksplorasi

Siswa menceritakan dan menjelaskan isi

novel Warung Bu Sastro Tidak Rugi Berbisnis

Dengan Hati karya Pauline Leander.

Siswa menjelaskan tentang unsur-unsur

intrinsik (tokoh, penokohan, dan latar).

Siswa menjelaskan tentang nilai moral dalam

novel.

Elaborasi

Siswa kembali berdiskusi kelompok untuk

menganalisis nilai-nilai moral, hal-hal menarik

dan dapat diteladani dari tokoh dalam novel

Warung Bu Sastro Tidak Rugi Berbisnis

Ceramah

Tanya jawab

Ceramah

Diskusi

Presentasi

10 menit

60 menit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

Dengan Hati karya Pauline Leander.

Siswa mencatat hasil diskusi.

Siswa menukarkan hasil diskusinya dengan

kelompok lain.

Perwakilan kelompok melaporkan hasil

diskusi kelompok di depan kelas dengan baik

dan benar.

Konfirmasi

Siswa saling memberikan tanggapan terhadap

presentasi kelompok lain.

3.Kegiatan Penutup

Siswa diajak untuk merangkum apa yang

sudah dipelajari.

Siswa menanggapi rangkuman yang

dibacakan.

Siswa diajak merefleksikan nilai-nilai serta

kecakapan hidup yang bisa dipetik dari

pembelajaran.

Guru menyimpulkan dan memberi

peneguhan pembelajaran.

Guru mengajak siswa untuk merefleksikan

kegiatan pembelajaran hari ini.

Tanya jawab

20 menit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

F. Sumber Belajar

1. Leander, Pauline. 2012. Warung Bu Sastro Tidak Rugi Berbisnis Dengan Hati.

Jakarta: Kompas Gramedia.

2. Magnis, Franz dan Suseno SJ. 1986. Kuasa dan Moral. Jakarta: Gramedia.

3. Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

4. Suseno, Franz Magnis. 1987. Etika Dasar: Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral.

Yogyakarta: Kanisius.

G. Penilaian

1. Jenis Penilaian:

a. Tugas Individu

b. Tugas kelompok

c. Diskusi

d. Presentasi

2. Bentuk Penilaian:

a. Uraian Bebas

Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan baik dan benar!

1. Sebutkan tokoh dan penokohan yang terdapat dalam novel Warung Bu Sastro

Tidak Rugi Berbisnis Dengan Hati karya Pauline Leander!

2. Sebutkan latar yang terdapat dalam novel Warung Bu Sastro Tidak Rugi

Berbisnis Dengan Hati karya Pauline Leander!

3. Jelaskan nilai-nilai moral yang terdapat dalam novel Warung Bu Sastro Tidak

Rugi Berbisnis Dengan Hati karya Pauline Leander!

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

4. Sebutkan hal-hal yang menarik dan dapat diteladani dari tokoh di dalam novel

Warung Bu Sastro Tidak Rugi Berbisnis Dengan Hati karya Pauline Leander!

Kunci Jawaban

1. Analisis Tokoh dan Penokohan

Tokoh Utama : Bu Sastro

Tokoh Tambahan : Pak Sastro, Kang Asep, Mono, Dasman, dan

Simbolon.

Tokoh Utama Penokohan

Bu Sastro Sabar, penyayang, ramah, santun, religious,

tanggung jawab, pandai bersyukur, kerja keras,

jujur, kritis.

Tokoh Tambahan Penokohan

Pak Sastro Senang minum kopi, menjaga perasaan istri,

religious, senang berbagi dengan orang lain,

ramah, sabar.

Kang Asep Mahir membuat perabotan rumah tangga dari

kayu, galak.

Mono Senang membantu pekerjaan orang tua, kerja

keras, kritis, cerdas.

Dasman Jujur dan cerdas.

Simbolon Jujur

2. Latar

Latar waktu Malam hari, hari pertama, pagi hari pada hari

kedua, siang hari, pagi hari pada hari ketiga,

pagi hari pada hari keempat, setelah satu tahun,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

siang hari, Sabtu sore, tahun 1982, setelah 33

tahun.

Latar tempat Warung sayur Bu Sastro, pasar Cihapit, rumah

Bu Sastro, toko Yosiko.

Latar sosial - Panggilan Wo, sebagai panggilan sayang

terhadap wanita yang berasal dari daerah Jawa.

- Hari Jumat merupakan salah satu hari besar

bagi umat beragama Buddha

- Penggunaan sapaan Ko, bagi orang laki-laki

keturunan Tionghoa.

- Pempek tenggiri dan sambal tempoyak

merupakan makanan khas dari Palembang.

- Kebiasaan perempuan jaman dulu yang

menggunakan pakaian kebaya dan batik.

3. Nilai Moral dalam Novel

Nilai Moral Kutipan

1. Kejujuran - Meskipun belanja setiap hari, Bu Sastro

diperbolehkan hanya membayar seminggu sekali

ketika uang anak-anak mahasiswa sudah terkumpul.

Para pedagang memercayai Bu Sastro karena

memang beliau tidak pernah menyelewengkan

kepercayaan tersebut (Leander, 2012 : 83).

- “Tadi pagi keputusan ini diumumkan. Kami

semua sangat terkejut ketika Pak Pranoto yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

berbaju seragam Pemda itu menyampaikannya.

Toko Luwes diputuskan pemerintah untuk ditutup”

(Leander, 2012 : 7).

- “Mono itu inginnya bisa menikah di usia muda,

Mak,” kata Mono mengemukakan alasan

sebenarnya mengapa ia tampak kebingungan

sebelum mengambil keputusan (Leander, 2012 :

258).

- “Pembantu di rumah kami, Mbak „Nah itu kabur.

Repotlah kami jadinya. Bukan hanya untuk

masalah cuci setrika, tapi terutama untuk masalah

makan tiga kali sehari, Bu. Kami sepakat kalau

masakan Ibu yang paling enak. Cuma kasihanilah

kami Bu, kalau tanpa nasi, bagaimana nasib

perutku ini,” demikian paksaan dan rayuan

Simbolon pada saat yang bersamaan (Leander,

2012 : 61).

- “Bu, coba Ibu memasak makanan nasi dan lauk-

pauknya untuk anak-anak mahasiswa umum.

Masakan Ibu enak. Selama 5 tahun ini, kan, Ibu

selalu memasakkan makanan untuk kami. Coba,

deh, Ibu masak untuk mahasiswa umum makan di

sini!” (Leander, 2012 : 35-36).

2. Nilai-nilai Moral

Otentik

- “Heee, Nak Hendrik, apa kabar? Ayo… ayo

masuk dulu,” ajak Ibu tergopoh-gopoh menarik

tangan Hendrik yang tampak sungkan untuk masuk

(Leander, 2012 : 204).

- Jika tampak Pak Sastro pulang ke rumah bersama

si Onthel dari vihara pukul 11 siang, maka anak-

anak tetangga sekitar rumah akan segera

mengerumuninya dan menanti jatah pembagian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

Bapak (Leander, 2012 : 31).

- Keinginannya untuk bisa bersekolah di ITB

ditunjukkan dengan kerja kerasnya dalam belajar.

Ketika menghadapi kesulitan di dalam beberapa

mata pelajaran, maka ada 150 mahasiswa ITB yang

bisa dimintai bantuannya (Leander, 2012 : 85).

3. Kesediaan untuk

Bertanggung Jawab

- Makanya Bu Sastro melakukan lebih dari sekadar

kewajiban memasakkan makanan yang enak, layak,

bergizi, dan terjangkau buat mereka. Lebih dari itu,

ia juga memperhatikan dengan seksama apakah

mereka sehat-sehat saja, atau mungkin sedang ada

masalah yang mengganggu (Leander, 2012 : 135).

- Pak Sastro melepaskan si Onthel dengan rela hati.

Ia ingin memberikan Rp5.000 hasil penjualan si

Onthel dan Rp25.000 pesangonnya dari Toko

Luwes kepada istri tercintanya dan menyongsong

kehidupan baru mereka bersama-sama (Leander,

2012 : 49).

4. Kemandirian

Moral

- Bu Sastro selalu berdoa agar kerja kerasnya bisa

senantiasa memampukan dirinya untuk membiayai

sekolah kedua anaknya ini (Leander, 2012 : 81).

- “Begini loh Mak…” Mono mencoba menjelaskan.

“Umur Mono kan baru 22 tahun, pacar belum

punya, teman dekat perempuan nggak ada. Kalau

Mono ke Swiss selama 4 tahun, lama sekali, ya

Mak. Kapan Mono bakal punya pacar dan menikah

kalau masih harus tunggu 4 tahun lagi?” Mono

bertanya kepada Ibunya (Leander, 2012 : 257).

5. Keberanian Moral - Hati Ibu Sastro yang bertahap mulai bisa

menerima dan menyetujui ide ini pun dituturkannya

kepada Bapak. Semua rencana usaha yang mulai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

dipikirkannya pun disampaikan kepada Bapak, dan

pada akhirnya, kebutuhannya atas dana untuk

modal awal pun disampaikan kepada Bapak

(Leander, 2012 : 38).

- Orin mulai bercerita tentang perhitungan bisnis

secara matematika yang sudah dilakukannya. Orin

juga bercerita tentang promosi yang sudah

diupayakannya. Tidak lupa juga dia menceritakan

bagaimana warungnya ramai dikunjungi pelanggan

pada saat-saat awal dan justru semakin lama

semakin sepi (Leander, 2012 : 145).

6. Kerendahan Hati - “Maklum saya tidak sekolah Nak Markus, nggak

tahu itu sudah sesuai atau belum,” kata Ibu lagi. Di

samping itu, beliau hanya berniat untuk

memberikan jalan keluar bagi anak muda ini,

sehingga memberanikan diri menghubungi

orangtua si anak (Leander, 2012 : 176).

- Mono ingin bisa cepat lulus dan bekerja supaya

tidak lagi terlalu merepotkan ibunya. Maka,

sekalipun dengan berat hati, ia harus rela

melepaskan bangku yang sempat diperolehnya

sebagai calon sarjana Matematika di PTN Bandung

yang cukup ternama itu. Rencana memang harus

diubah, tapi asa tetap ada. Mono tetap optimis

menghadapi masa depannya.. (Leander, 2012 :

248).

7. Realitas dan Kritis - “Kalau gratis nasi, pasti lauk pauk dan sayurnya

akan mahal. Ini harus dilakukan agar bisa dipakai

buat menutup ongkos nasi gratisnya,” demikian

analisis sederhana Bu Sastro memperjelas mengapa

warung Ibu Wati tidak berumur panjang, dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

bahkan hanya bertahan selama 2 bulan (leander,

2012 : 147).

- “Mono itu inginnya bisa menikah di usia muda,

Mak,” kata Mono mengemukakan alas an

sebenarnya mengapa ia tampak kebingungan

sebelum mengambil keputusan (Leander, 2012 :

258).

4. Hal-hal yang menarik dan dapat diteladani dari tokoh

Tokoh Hal yang menarik

Bu Sastro Sabar, penyayang, ramah,

santun, religius, tanggung

jawab, pandai bersyukur,

pekerja keras, jujur, kritis,

pandai melerai pertengkaran

Pak Sastro Selalu bangun pagi, selalu

menjaga perasaan istri,

menyerahkan segala

permasalahan kepada Tuhan,

rajin merawat sepeda onthelnya,

selalu memberikan bungkusan

yang diberikan penjaga vihara

untuk anak-anak di sekitar

rumahnya, senang membantu

istri, ramah dengan siapapun

yang dijumpainya, penyabar

Kang Asep Mahir membuat perabotan

rumah tangga dari kayu

Mono Sering menemani ibunya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

berbelanja, senang membantu

ibunya menghitung hasil jualan

pada malam harinya, pekerja

keras, kritis, cerdas, jujur

Dasman Jujur, cerdas

Simbolon Berkata hal yang sebenarnya,

pintar merayu

Tokoh Hal yang patut diteladani

Bu Sastro Sabar, penyayang, ramah,

santun, religius, tanggung

jawab, pandai bersyukur,

pekerja keras jujur, kritis, tegar

menerima segala masalah

Pak Sastro Selalu bangun pagi, selalu

menjaga perasaan istri,

menyerahkan segala

permasalahan kepada Tuhan,

pandai bersyukur, rajin merawat

barang yang dimiliki, gemar

berbagi, rajin membantu

pekerjaan rumah, ramah dengan

siapapun, sabar

Kang Asep Terampil membuat perabotan

rumah tangga

Mono Gemar membantu pekerjaan

orang tua, pekerja keras, jujur,

memiliki cita-cita yang tinggi

Dasman Jujur, cerdas

Simbolon Jujur, dipercaya menjadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

pemimpin bagi teman-temannya

5. Rubrik Penilaian Kognitif

No. Kriteria Skor Bobot Skor x

Bobot

1.

a. Siswa mampu

mengidentifikasi tokoh dan

penokohan dalam novel

Warung Bu Sastro tidak Rugi

Berbisnis dengan Hati dengan

lengkap, menggunakan bahasa

yang benar

b. Siswa mampu

mengidentifikasi tokoh dan

penokohan dalam novel

Warung Bu Sastro tidak Rugi

Berbisnis dengan Hati dengan

tidak lengkap, menggunakan

bahasa yang benar

c. Siswa mampu

mengidentifikasi tokoh dan

penokohan dalam novel

Warung Bu Sastro tidak Rugi

Berbisnis dengan Hati dengan

tidak lengkap, tidak

menggunakan bahasa yang

benar

5

3

1

4

20

2. a. Siswa mampu

mengidentifikasi latar dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

novel Warung Bu Sastro tidak

Rugi Berbisnis dengan Hati

dengan lengkap, menggunakan

bahasa yang benar

b. Siswa mampu

mengidentifikasi latar dalam

novel Warung Bu Sastro tidak

Rugi Berbisnis dengan Hati

dengan tidak lengkap,

menggunakan bahasa yang

benar

c. Siswa mampu

mengidentifikasi latar dalam

novel Warung Bu Sastro tidak

Rugi Berbisnis dengan Hati

dengan tidak lengkap, tidak

menggunakan bahasa yang

benar

5

3

1

4

20

3.

a. Siswa mampu

mengidentifikasi nilai moral

dalam novel Warung Bu

Sastro tidak Rugi Berbisnis

dengan Hati dengan lengkap,

menggunakan bahasa yang

benar

b. Siswa mampu

mengidentifikasi nilai moral

dalam novel Warung Bu

Sastro tidak Rugi Berbisnis

5

3

4

20

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

dengan Hati dengan tidak

lengkap, menggunakan bahasa

yang benar

c. Siswa mampu

mengidentifikasi nilai moral

dalam novel Warung Bu

Sastro tidak Rugi Berbisnis

dengan Hati dengan tidak

lengkap, tidak menggunakan

bahasa yang benar

1

Total 60

Nilai = x 100

6. Rubrik Penilaian Afektif

No. Aspek yang dinilai Skor

1. Keaktifan dalam belajar 5 = Sangat baik

2. Ketepata mengerjakan tugas 4 = Baik

3. Mengeluarkan pendapat dalam proses belajar 3 = Cukup

4. Etika / sopan santun 2 = Kurang

5. Kerjasama dalam kelompok 1 = Sangat kurang

7. Rubrik Penilaian Psikomotorik

Hal yang

dinilai Deskripsi Skor Bobot

Skor x

Bobot

Presentasi 1. Siswa mampu

mempresentasikan hal-hal yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

menarik dan patut dieladani dari

tokoh dalam novel Warung Bu

Sastro tidak Rugi Berbisnis

dengan Hati dengan lengkap,

menggunakan bahasa yang baik

dan benar

2. Siswa mampu

mempresentasikan hal-hal yang

menarik dan patut diteladani dari

tokoh dalam novel Warung Bu

Sastro tidak Rugi Berbisnis

dengan Hati dengan lengkap,

tidak menggunakan bahasa yang

baik dan benar

3. Siswa mampu

mempresentasikan hal-hal yang

menarik dan patut diteladani dari

tokoh dalam novel Warung Bu

Sastro tidak Rugi Berbisnis

dengan Hati dengan tidak lengkap,

tidak menggunakan bahasa yang

baik dan benar

5

3

1

4

20

Total 20

Nilai = x 100

Yogyakarta, 2016

Mengetahui

Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: KARYA PAULINE LEANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN … · DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XI SEMESTER II ... Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh

115

BIODATA

Beti Meliana Fitri lahir di Bantul, 11 januari 1992.

Menempuh pendidikan di Taman Kanak-kanak Tunas Harapan

pada tahun 1998. Pendidikan Dasar ditempuh di SD Negeri

Tirtohargo pada tahun 2004. Pendidikan Menengah Pertama di

SMP Negeri 1 Kretek dan lulus pada tahun 2007. Pendidikan

Menengah atas ditempuh di SMA Negeri 1 Bambanglipuro, lulus

tahun 2010. Tahun itu, ia juga melanjutkan studi ke Universitas

Sanata Dharma, Yogyakarta dan terdaftar sebagai mahasiswa

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia. Tugas akhir ditempuh dengan penulisan skripsi yang berjudul Nilai-Nilai Moral

dalam Novel Warung Bu Sastro Tidak Rugi Berbisnis dengan Hati Karya Pauline Leander

dan Relevansinya dengan Pembelajaran Sastra di SMA Kelas XI Semeser II (Pendekatan

Moral).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI