53
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampah merupakan material sisa hasil proses suatu aktivitas, baik karena kegiatan industri, rumah tangga, maupun aktivitas manusia lainnya. Sampah masih menjadi masalah serius di berbagai kota di Indonesia. Bahkan sampah selalu menjadi masalah lingkungan yang mengglobal. Pertambahan penduduk dan urbanisasi yang terus berlangsung merupakan akibat terus bertambahnya kuantitas sampah. Jumlah sampah yang masuk lebih besar dibandingkan jumlah sampah yang berhasil diproses. Berbagai kegiatan manusia menghasilkan sampah. Sampah dihasilkan di daerah pemukiman, pasar, pertokoan, fasilitas sosial, dan kegiatan industri. Pemukiman penduduk merupakan penyumbang sampah terbesar yang berupa buangan padat yang berasal dari sisa sayuran, buah-buahan, makanan,

Karya Ilmiah Bagian III

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Karya Ilmiah Bagian III

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sampah merupakan material sisa hasil proses suatu aktivitas, baik

karena kegiatan industri, rumah tangga, maupun aktivitas manusia lainnya.

Sampah masih menjadi masalah serius di berbagai kota di Indonesia.

Bahkan sampah selalu menjadi masalah lingkungan yang mengglobal.

Pertambahan penduduk dan urbanisasi yang terus berlangsung merupakan

akibat terus bertambahnya kuantitas sampah. Jumlah sampah yang masuk

lebih besar dibandingkan jumlah sampah yang berhasil diproses.

Berbagai kegiatan manusia menghasilkan sampah. Sampah

dihasilkan di daerah pemukiman, pasar, pertokoan, fasilitas sosial, dan

kegiatan industri. Pemukiman penduduk merupakan penyumbang sampah

terbesar yang berupa buangan padat yang berasal dari sisa sayuran, buah-

buahan, makanan, serta sampah anorganik seperti plastik, kertas, logam,

dan lain-lain. Volume sampah yang besar dan beranekaragam jenisnya,

jika tidak dikelola dengan baik dan benar sangat berpotensi menimbulkan

permasalahan yang kompleks dan serius.

Peningkatan jumlah sampah yang ada juga tidak diikuti dengan

pengelolaan sampah yang lebih baik. Umumnya kota-kota di Indonesia

belum mampu mengangkut seluruh sampah yang dihasilkan oleh

masyarakat karena keterbatasan dana, sarana, sumber daya manusia,

teknologi pengolahan, manajemen, dan berbagai hal lainnya.

Page 2: Karya Ilmiah Bagian III

2

Sistem penanganan sampah kota yang ada pada saat ini masih

mengandalkan pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sebagai tempat

pembuangan sampah. Persoalan dalam penanganan sampah kota, selain

adanya keterbatasan ruang untuk TPA juga masalah polusi udara dari

aromanya yang tidak sedap sampah dan belum optimalnya pemanfaatan

sampah organik dan sampah non organik menjadi sesuatu yang memiliki

nilai positif baik dari segi ekonomi maupun lingkungan. Selain itu, lokasi

TPA yang jauh juga dapat membuat anggaran pengelolaan sampah

membengkak, karena semakin jauh jarak lokasi TPA maka semakin besar

pula biaya transportasi yang dibutuhkan.

Tingginya laju pertambahan sampah tidak seluruhnya dapat

ditangani oleh pemerintah baik. Sehingga sampah ini mengalami

penumpukan dan berpotensi untuk dibuang ke sungai atau dibakar. Sisa

sampah yang menumpuk dapat menjadi sumber penyakit, sumber

pencemaran, dan mengganggu estetika lingkungan.

Pengelolaan sampah yang ada saat ini perlu ditata agar lebih baik,

mengingat TPA dalam jangka panjang tidak dapat menampung volume

sampah yang ada. Kesadaran masyarakat yang kurang akan nilai sampah

juga menjadikan sampah sebagai barang yang berkonotasi negatif. Untuk

itu diperlukan alternatif sistem pengelolaan sampah yang lebih efektif,

efisien, dan sadar lingkungan.

Page 3: Karya Ilmiah Bagian III

3

B. Rumusan Masalah

Berikut beberapa rumusan masalah yang akan dibahas antara lain

sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan sampah?

2. Apa yang dimaksud dengan Tempat Pembuangan Akhir

Sampah?

3. Bagaimana permasalahan pengelolaan sampah di Indonesia?

4. Bagaimana pengelolaan sampah di Tempat Pembuangan Akhir

Sampah Kabupaten Barru?

5. Apa dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh Tempat

Pembuangan Akhir Sampah terhadap lingkungan?

6. Bagaimana cara memperbaiki sistem pengelolaan sampah di

Tempat pembuangan Akhir Sampah?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah

mengetahui sistem pengelolaan sampah dan fungsi dari Tempat

Pembuangan Akhir Sampah.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan antara lain sebagai berikut:

1. Diketahuinya proses pengelolaan sampah termasuk peranan

Tempat Pembuangan Akhir Sampah terutama Tempat

Pembuangan Akhir Sampah Kabupaten Barru

Page 4: Karya Ilmiah Bagian III

4

2. Sebagai bahan referensi untuk melakukan kajian perbaikan

lanjutan mengenai pengelolaan persampahan.

E. Batasan Masalah

Berikut beberapa batasan masalah yang akan dibahas antara lain

sebagai berikut:

1. Defenisi sampah.

2. Defenisi Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

3. Permasalahan pengelolaan sampah di Indonesia.

4. Pengelolaan sampah di Tempat Pembuangan Akhir Sampah

Kabupaten Barru.

5. Dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh Tempat

Pembuangan Akhir Sampah terhadap lingkungan.

6. Solusi memperbaiki sistem pengelolaan sampah di Tempat

Pengelolaan Akhir Sampah.

Page 5: Karya Ilmiah Bagian III

5

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pemberdayaan Masyarakat

Kemandirian dan keberdayaan masyarakat merupakan prasyarat

untuk menumbuhkan kemampuan masyarakat sebgai pelaku dalam

pengelolaan lingkungan hidup bersama dengan pemerintah dan pelaku

pembanguna lainnya (Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997). Konsep

pemberdayaan dalam wacana pembangunan masyarakat selalu

dihubungkan dengan konsep mandiri, partisipasi, jaringan kerja dan

keadilan.

Pemberdayaan masyarakat adlah pengalaman dan pengetahuan

masyarakat tentang keberdayaan yang sangat luas dan berguna serta

kemauan masyarakat agar dapat menjadi lebih baik.

Melibatkan masyarakat dalam perencanaan dan pengambilan

keputusan dalam kegiatan pembangunan dan pemberdayaan sangat

penting, menurut Uphoff (Sumardjo dan Sahrudin, 2003) ada tiga alasan

utama yaitu:

1. Sebagai langkah awal mempersiapkan masyarakat untuk

berpartisipasi dan merupakan suatu cara untuk menumbuhkan

rasa memiliki dan rasa tanggung jawab masyarakat terhadap

program pembangunan yang dilaksanakan.

2. Sebagai alat untuk memperoleh informasi mengenai kebutuhan

potensi dan sikap masyarakat setempat.

Page 6: Karya Ilmiah Bagian III

6

3. Masyarakat mempunyai hak untuk memberikan pemikirannya

dalam menentukan program-program yang akan dilaksanakan

di wilayah mereka.

Pemberdayaan masyarakat adalah suatu kegiatan yang bertujuan

membekali keterampilan dan pengetahuan kepada masyarakat agar mampu

memberikan kontribusi dan dukungan terhadap proses pembangunan yang

terjadi di lingkungannya. Masyarakat akan ikut menangani limbah

domestik apabila mereka memiliki keberdayaan, sehingga pemberdayaan

masyarakat menjadi penting dan mendesak (Ditjen Bina Bangda, 2002).

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, menempatkan otonomi

daerah secara utuh pada daerah Kabupaten dan Daerah Kota dengan tujuan

untuk memberdayakan masyarakat, menumbuhkan prakarsa dan

kreativitas, meningkatkan peran serta masyarakat, mengembangkan peran

dan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Atas dasar ini,

Daerah Kabupaten dan Daerah Kota mempunyai kewenangan dan

keleluasaan untuk membentuk dan melaksanakan kebijakan menurut

prakarsa dan aspirasi masyarakat (Elfian, 2001).

B. Partisipasi Masyarakat

Partisipasi berasal dari bahasa Inggris participation yang berarti

ambil bagian atau melakukan kegiatan bersama-sama dengan orang lain.

Sedangkan dalam kamus Webster, arti partisipasi mengambil bagian atau

ikut menanggung bersama orang lain, Natsir (1986).

Page 7: Karya Ilmiah Bagian III

7

Dengan demikian partisipasi masyarakat adalah keterlibatan dan

keikutsertaan seseorang atau masyarakat untuk berperanserta melakukan

kegiatan bersama-sama dengan orang lain secara aktif dan sukarela dalam

menetukan arah, strategi dan tujuan pembangunan.

C. Pencemaran Lingkungan

Menurut Saeni (1989), pencemaran adalah peristiwa adanya

penambahan bermacam-macam bahan sebagai hasil dari aktivitas manusia

ke dalam lingkungan yang biasanya memberikan pengaruh berbahaya

terhadap lingkungan itu. Zat pencemar adalah zat yang mempunyai

pengaruh menurunkan kualitas lingkungan, atau menurunkan nilai

lingkungan itu.

Menurut pasal 1 ayat 11 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997,

baku mutu lingkungan hidup adalah ukuran batas atau kadar makhluk

hidup, zat, energi atau komponen yang ada atau harus ada zat pencemar

yang ditanggung keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu. Pasal

14 ayat 1 menyatakan bahawa setiap usaha kegiatan dilarang melanggar

baku mutu dan kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.

Pencemaran lingkungan merupakan bermacam-macam makhluk

hidup, bahan, zat-zat pada suatu lingkungan, yang menyebabkan

timbulnya pengaruh yang berbahaya terhadap lingkungan, karena adanya

perubahan yang bersifat fisik, kimiawi, maupun biologis (Supardi, 1994).

Pencemaran lingkungan mempunyai derajat pencemaran yang berbeda,

Page 8: Karya Ilmiah Bagian III

8

didasarkan pada konsentrasi zat pencemar, waktu tercemarnya, lamanya

kontak antara bahan pencemaran dengan lingkungan.

Menurut Tchobanoglous, et.al (1977), perolehan gas nitrogen (N2),

Karbon dioksida (CO2) dan Metana (CH4), pada landfill tergantung

banyaknya komponen organik pada landfill, hara yang tersedia, kadar air

pada sampah, tingkat kepadatan sampah pada kondisi awal, waktu

penimbunan dan lain-lain. Secara umum perolehan gas N2, CO2, dan CH4

pada landfill dapat dihitung dengan melakukan perkalian antara volume

sampah pada landfill dengan nilai persen masing-masing gas, menurut

jangka waktu penimbunan sampah.

Sampah merupakan sumber beberapa jenis penyakit menular,

keracunan dan lain-lain (Slamet, 1994). Bahan beracun, bakteri, virus,

jamur dan lain-lain yang ada dalam timbunan sampah, dapat berpindah

tempat ke tempat lain melalui proses lindi. Apabila cairan dari sampah

yang mengandung bibit penyakit masuk ke dalam air permukaan, maka air

permukaan tersebut akan berperan sebagai penyebar mikroba patogen atau

penyakit menular di dalam air.

Ada empat hal penyebab pencemaran air tanah sebagai berikut:

1. Bila jarak antara sumur dan jamban kurang dari 10 meter untuk

tanah biasa dan paling dekat 15 meter untuk tanah porus atau

gembur.

Page 9: Karya Ilmiah Bagian III

9

2. Lokasi sumur tersebut sebelumnya merupakan lokasi sumber

limbah rumah tangga atau dekat industri atau bekas lokasi TPA

sampah.

3. Merembesnya air permukaan yang telah tercemar, WC dan air

cucian ke dalam sumur.

4. Masuknya debu yang sudah tercemar ke dalam sumur terbuka.

Dari keempat sumber pencemaran air tanah yang berasal dari TPA

merupakan rembesan dari timbunan limbah di TPA sampah, dan

merupakan sumber kontaminan potensial bagi air permukaan, air tanah

dangkal maupun air tanah dalam.

Secara umum sumber pencemaran air tanah berasal dari tempat-

tempat pembuangan sampah, mudah meresap ke dalam tanah, sehingga

sampah organik merupakan sumber primer pencernaan bakteriologik

(Bitton, 1984 dalam Wuryadi, 1990) menurut Bouwer (1987)

menambahkan, jarak aman dari bidang resapan adalah 30 meter untuk

daerah di atas muka air tanah, dan 60 meter di bawah muka air tanah.

D. Defenisi Sampah

Sampah merupakan material sisa hasil proses suatu aktivitas, baik

karena kegiatan industri, rumah tangga, maupun aktivitas manusia lainnya.

Adapun beberapa defenisi sampah menurut beberapa ahli antara lain

sebagai berikut:

Page 10: Karya Ilmiah Bagian III

10

1. Kamus Istilah Lingkungan, 1994

Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak

berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembikinan

atau pemakaian barang rusak atau bercacat dalam pembikinan

manufaktur atau materi berkelebihan atau ditolak atau buangan.

2. Istilah Lingkungan untuk Manajemen, Ecolink, 1996

Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari

sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang

belum memiliki nilai ekonomis.

3. Dr. Tandjung, M.Sc., 1982

Sampah adalah sesuatu yang tidak berguna lagi, dibuang oleh

pemiliknya atau pemakai semula.

4. Prof. Ir. Radyastuti W., 1996

Sampah adalah sumberdaya yang tidak siap pakai.

Berikut tabel mengenai sumber dan jenis sampah.

Sumber

Jenis, Fasilitas, Aktivitas,

Lokasi Timbulnya

Sampah

Jenis Sampah

Pencemaran Rumah tinggal, apartemen

atau rumah susun

Sisa makan, rubbish,

abu, sampah khusus.

Komersil Toko, restoran, pasar,

bangunan kantor, hotel,

percetakan, toko onderdil,

Sisa makan, rubbish,

abu, sisa bangunan,

Page 11: Karya Ilmiah Bagian III

11

perusahaan. sampah khusus.

Fasilitas

kesehatan

Rumah sakit, puskesmas,

poliklinik, apotek.

Sisa makan, rubbish,

sampah khusus.

Industri Bangunan, pabrik,

penyulingan, instalasi,

kimia, pertambangan

tenaga.

Sisa makanan,

rubbish, sisa atau

bekas buangan,

sampah khusus,

sampah berbahaya.

Lapangan

terbuka

Jalan, taman, tanah kosong,

lapangan bermain, pantai,

jalan tol, tempat rekreasi.

Sampah khusus,

rubbish.

Industri

pengolahan

PDAM, IPAL, proses

pengolahan industri.

Sampah dan instalasi

lumpur residu.

pertanian Hasil semua ladang, kebun,

peternakan.

Sisa makanan

membusuk, sampah

perkotaan, rubbish,

sampah berbahaya.

E. Pengelolaan Sampah

Pengelolaan sampah bertujuan mengubah sampah menjadi bentuk

yang tidak mengganggu dan menekan volume, sehingga mudah diatur.

Cara pengelolaan sampah yang dianggap terbaik saat ini adalah

penimbunan dan pemadatan secara berlapis-lapis (sanitary landfills),

sampah tidak terbuka selama 24 jam karena apabila air hujan yang terserap

Page 12: Karya Ilmiah Bagian III

12

ke lapisan tanah dan melalui lapisan tanah akan membentuk cairan lindi,

yang mengandung padatan terlarut dan zat-zat lain hasil perombakan

bahan organik oleh mikroba. Lindi tersebut dapat mengalir bersama air

hujan atau air permukaan dan meresap ke dalam lapisan-lapisan tanah dan

masuk ke dalam air tanah (Clark, 1997).

Menurut Suratmo (2002), pengelolaan sampah di TPA terdiri dari

open dumping, landfill insmerator, pembautan kompos dan teknologi baru

(reduce, recycle, dan reuse). Sedangkan partisipasi masyarakat dalam hal

pengelolaan sampah harus diperhatikan ketersediaan tempat sampah di

rumah, ketersediaan TPS, ketaatan membayar iuran dan ketaatan

membuang sampah di tempat yang telah ditentukan. Berikut diagram

kerangka dasar pemikiran pengelolaan sampah.

F. Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

Page 13: Karya Ilmiah Bagian III

13

Pada era saat ini tempat pembuangan sampah akhir yang umum

dipergunakan di beberapa negara adalah dengan tanah urugan atau dikenal

dengan landfill yang berfungsi sebagai Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Menurut Tchobanoglous 1999, TPA adalah suatu fasilitas fisik yang

digunakan untuk pembuangan sisa limbah padat atau sampah di atas

permukaan tanah dari Bumi. Akan tetapi saat ini istilah TPA mengacu

pada rekayasa fasilitas untuk pemusnahan limbah padat kota yang

dirancang dan dioperasikan untuk meminimumkan dampaknya terhadap

kesehatan masyarakat dan lingkungan.

Menurut Novotny dan Olem (1994) saat ini Tempat Pembuangan

Akhir Sampah termasuk sumber pencemaran air tanah utama di dunia

setelah tangki septik dengan perhitungan saat itu di Amerika Serikat hanya

6% dari seluruh sanitary landfill yang tidak menyebabkan masalah

lingkungan dan beroperasi secara baik. Hal ini didukung oleh Freeze dan

Cherry (1979) yang menyatakan bahwa kontaminasi air tanah oleh bahan

organik yang dapat bergerak akan menjadi masalah yang sangat serius.

G. Lindi

Maslah yang timbul dalam pengurungan atau penimbunan sampah

ke dalam tanah adalah kemungkinan pencemaran air oleh lindi.

Tchobanoglous (1977) menyatakan lindi merupakan limbah cair atau

cairan yang melalui timbunan sampah yang mengekstrak bahan yang

terlarut atau tersuspensi di dalamnya. Cairan tersebut berasal dari

dekomposisi sampah dan dapat juga berasal dari sumber luar, seperti aliran

Page 14: Karya Ilmiah Bagian III

14

air permukaan, air hujan, air tanah dan air yang berasal dari mata air

bawah tanah.

Menurut Schmelder (1970), untuk menghindari pencemaran oleh

lindi, maka tempat pembuangan akhir sampah harus terletak jauh dari

kantong air dan memiliki lapisan kedap air, sekurang-kurangnya 3 meter

di atas permukaan air tanah tertinggi. Selanjutnya, Environmental

Protection Agency (1977), menyarankan lokasi pengelolaan sampah harus

jauh jaringan drainase, etrletak di garis pantai terluar (batas pasang 10

meter) dan jauh dari badan air, minimal 300 meter dari air permukaan.

H. Analisis Masalah Dampak Lingkungan

Kota akan selalu berhubungan erat dengan perkembangan lahan

baik dalam kota itu sendiri maupun pada daerah yang berbatasan atau

daerah sekitarnya. Selain itu lahan juga berhubungan erat dengan manusia

dan lingkungan. Menurut Kormondy (1969) menyatakan bahwa populasi

seharusnya dalam titik keseimbangan dimana lingkungan dapat

mendukung dan batas diantara titik keseimbangan tersebut merupakan

daya dukung dari lingkungan.

Secara formal Analisis Dampak Lingkungan (ADL) berasal dari

Undangundang National Environmenal Protection Act (NEPA) 1969 di

Amerika Serikat. Dalam Undang-undang ini ADL dimaksudkan sebagai

alat untuk merencanakan tindakan preventif terhadap kerusakan

lingkungan yang mungkin akan ditimbulkan oleh suatu aktivitas

Page 15: Karya Ilmiah Bagian III

15

pembangunan yang sedang direncanakan (Otto Soemarwoto,1994).

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) atau Environmental

Impact Analysis (EIA) adalah hsasil studi mengenai dampak

penting suatu usaha atau kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan

hidup. Menurut Fola S. Ebisemiju (1993) AMDAL muncul sebagai

jawaban atas keprihatinan tentang dampak negatif dari kegiatan manusia,

khususnya pencemaran lingkungan akibat kegiatan industri pada tahun

1960-an. Sejak itu, AMDAL telah menjadi alat utama untuk melaksanakan

kegiatan-kegiatan manajemen yang bersih lingkungan dan selalu melekat

pada tujuan pembangunan yang berkelanjutan.

Pada dasarnya AMDAL adalah keseluruhan dokumen studi

kelayakan lingkungan yang terdiri dari Kerangka Acuan (KA), Analisis

Dampak Lingkungan (ANDAL), Rencana Pengelolaan Lingkungan

(RKL), dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL). Dari pengertian

tersebut, Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) hanya merupakan salah

satu dokumen dari Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).

Page 16: Karya Ilmiah Bagian III

16

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Proses penelitian ini dilakukan di Kawasan Relokasi Tempat

Pembuangan Akhir Sampah Kabupaten Barru. Pertimbangan memilih

Tempat Pembuangan Akhir Sampah Kabupaten Barru karena tempat

tersebut merupakan pusat pembuangan dan pengelolaan sampah kota di

Kabupaten Barru.

Penelitian ini dilaksanakan pada 17 Mei 2011sampai 21 Mei 2011.

B. Metode Penelitian

Penyusunan karya tulis ilmiah ini menggunakan metode deskriptif.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

terbagi atas 3 metode, yaitu:

1. Wawancara, dilakukan dalam bentuk wawancara kepada

narasumber yang dianggap pakar dalam masalah pengelolaan

sampah kota.

2. Penelitian lapangan, dilakukan dengan observasi langsung pada

objek penelitian yaitu kawasan relokasi Tempat Pembuangan

Akhir Sampah Kabupaten Barru

3. Studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara membaca, menguip baik secara langsung maupun

tidak langsung dari buku, literatur bersifat ilmiah dan

Page 17: Karya Ilmiah Bagian III

17

berhubungan langsung dengan topik yang diteliti maupun

referensi data dari objek yang diteliti.

D. Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama,

dari individu, seperti hasil wawancara atau hasil diskusi lapangan yang

biasa dilakukan sendiri. Data primer dalam penelitian ini merupakan

data yang diperoleh melalui hasil survai lapangan dan hasil wawancara

dengan beberapa orang yang dianggap pakar dalam masalah

pengelolaan sampah dan TPA.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan jenis data yang ada kaitannya dengan

masalah yang diteliti. Data ini diperoleh melalui dokumen yang

dimiliki oleh pihak Pemerintah Kabupaten Barru melalui Dinas

Pekerjaan Umum, Bagian P. L. P. Pekerjaan Umum Kabupaten Barru.

Selain itu, data ini juga berssumber dari berbagai referensi.

Page 18: Karya Ilmiah Bagian III

18

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Permasalah Sistem Pengelolaan Sampah di Indonesia

Sampah pada dasarnya merupakan suatu bahan yang terbuang atau

dibuang dari suatu sumber hasil aktivitas manusia maupun proses-proses

alam yang tidak mempunyai nilai ekonomi, bahkan dapat mempunyai nilai

ekonomi yang negatif karena dalam penanganannya baik untuk membuang

atau membersihkannya memerlukan biaya yang cukup besar. Setiap

aktifitas manusia pasti menghasilkan buangan atau sampah. Jumlah atau

volume sampah sebanding dengan tingkat konsumsi kita terhadap barang

atau material yang kita gunakan sehari-hari. Demikian juga dengan jenis

sampah, sangat tergantung dari jenis material yang kita konsumsi. Oleh

karena itu pegelolaan sampah tidak bisa lepas juga dari pengelolaan gaya

hidup masyarakat.

Secara umum, jenis sampah dapat dibagi 2 yaitu sampah organik

dan sampah anorganik. Sampah basah adalah sampah yang berasal dari

makhluk hidup, seperti daun-daunan, sampah dapur, dan lain-lain. Sampah

jenis ini dapat terdegradasi (membusuk/hancur) secara alami. Sebaliknya

dengan sampah kering, seperti kertas, plastik, kaleng, dan lain-lain.

Sampah jenis ini tidak dapat terdegradasi secara alami.

Pada umumnya, sebagian besar sampah yang dihasilkan di

Indonesia merupakan sampah basah, yaitu mencakup 60-70% dari total

volume sampah. Oleh karena itu pengelolaan sampah yang

Page 19: Karya Ilmiah Bagian III

19

terdesentralisisasi sangat membantu dalam meminimasi sampah yang

harus dibuang ke tempat pembuangan akhir. Pada prinsipnya pengelolaan

sampah haruslah dilakukan sedekat mungkin dengan sumbernya. Selama

ini pengelolaan persampahan, terutama di perkotaan, tidak berjalan dengan

efisien dan efektif karena pengelolaan sampah bersifat terpusat.

Sampah masih menjadi masalah serius di berbagai kota di

Indonesia. Bahkan sampah selalu menjadi masalah lingkungan yang

mengglobal. Pertambahan penduduk dan urbanisasi yang terus

berlangsung merupakan akibat terus bertambahnya kuantitas sampah.

Jumlah sampah yang masuk lebih besar dibandingkan jumlah sampah yang

berhasil diproses.

Tempat Pembuangan Akhir Sampah atau TPA Sampah adalah

tempat mengkarantinakan sampah atau menimbun sampah yang diangkut

dari sumber sampah sehingga tidak mengganggu lingkungan.

Indonesia belum bisa lepas dari masalah sampah. Mulai dari

penolakan warga masyarakat sekitar TPA dan bahkan TPS-TPS resmi dan

liar, akibat kepulan asap dan bau menyengat yang ditimbulkan pengolahan

sampah saat ini hingga kejadian yang tidak pernah dilup akan, tragedi yang

merenggut nyawa tidak bersalah hampir sering terjadi di beberapa TPA di

Indonesia.

Sudah banyak upaya yang dilakukan, mulai pemilahan sampah di

TPA, pengolahan menjadi pupuk dengan mendirikan rumah kompos

termasuk dengan mengubahnya menjadi sumber energi (metan) namun

Page 20: Karya Ilmiah Bagian III

20

akibat kurangnya prospek dari segi ekonomi, akhirnya perkembangannya

masih jalan ditempat dan bahkan mati suri.

Di Indonesia pada khususnya, dan di negara berkembang pada

umumnya, masalah penegakan hukum lingkungan mungkin masih

merupakan suatu simponi yang sumbang yang gemanya sangat kecil, atau

bahkan tidak ada sama sekali. Gemanya akan terkalahkan oleh kasus-kasus

pidana korupsi, kriminal atau masalah white crime yang bobotnya

menggelegar. Beda dengan kasus hukum lingkungan. Orang hanya

memandang dengan sebelah mata. Kita tidak mempermasalahkan hal itu,

karena orang mungkin tidak tahu atau belum mengetahui secara benar,

bahwa bencana lingkungan itu bahayanya lebih besar dari yang

diperkirakan. Mungkin orang itu memiliki pikiran sempit, dan tidak

memiliki wawasan tentang lingkungan hidup. Lahirnya UU Nomor 4

Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan

Hidup yang kemudian diperbaharui dengan UU Nomor 23 Tahun 1997

tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup diharapkan mampu menjawab

tantangan kedepan tentang permasalahan yang menyangkut pemanfaatan

lingkungan termasuk dalam hal ini adalah masalah pengelolaan sampah

kota.

Ada beberapa metode atau cara penimbunan sampah pada TPA

Sampah antara lain sebagai berikut:

1. Open Dumping

Page 21: Karya Ilmiah Bagian III

21

Cara ini cukup sederhana yaitu dengan membuang

sampah pada suatu legokan atau cekungan tanpa mengunakan

tanah sebagai penutup sampah, cara ini sudah tidak

direkomendasi lagi oleh Pemerintah RI karena tidak memenuhi

syarat teknis suatu TPA Sampah. Open dumping sangat

potensial dalam mencemari lingkungan, baik itu dari

pencemaran air tanah oleh leachate (air sampah yang dapat

menyerap kedalam tanah), lalat bau, serta binatang seperti tikus,

kecoa, nyamuk, dan lain-lain.

2. Control Landfill

Control Landfill adalah TPA sampah yang dalam

pemilihan lokasi maupun pengoperasiannya sudah mulai

memperhatikan Syarat Teknis (SK-SNI) mengenai TPA sampah.

Sampah ditimbun dalam suatu TPA Sampah yang sebelumnya

telah dipersiapkan secara teratur, dibuat barisan dan lapisan

setiap harinya dan dalam kurun waktu tertentu timbunan sampah

tersebut diratakan dipadatakan oleh alat berat seperti Buldozer

maupun Truck Loader dan setelah rata dan padat timbunan

sampah lalu ditutup oleh tanah, pada control landfill timbunan

sampah tidak ditutup setiap hari, biasanya lima hari sekali atau

seminggu sekali. Secara umum control landfill akan lebih baik

bila dibandingkan dengan open dumping dan sudah mulai

dipakai diberbagai kota di Indonesia.

Page 22: Karya Ilmiah Bagian III

22

3. Sanitary Landfill

Sanitary landfil adalah sistem pembuangan akhir sampah

yang dilakukan dengan cara sampah ditimbun di TPA sampah

yang sudah disiapkan sebelumnya dan telah memenuhi syarat

teknis, setelah ditimbun lalu dipadatkan dengan menggunakan

alat berat seperti buldozer maupun track loader, kemudian

ditutup dengan tanah sebagai lapisan penutup setiap hari pada

setiap akhir kegiatan. Hal ini dilakukan terus menerus secara

berlapis-lapis sesuai rencana yang telah ditetapkan.

4. Improved Sanitary Landfill

Improved Sanitary landfill merupakan pengembangan

dari sistem sanitary landfill, dilengkapi dengan instalasi

perpipaan sehingga air sampah atau leachate dapat dialirkan dan

ditampung untuk diolah sehingga tidak mecemari lingkungan,

bila air sampah yang telah diolah tersebut akan dibuang

keperairan umum, maka harus memenuhi peraturan yang telah

ditentukan oleh Pemerintah RI Mengenai. Pada Improved

Sanitary landfill juga dilengkapi dengan fasilitas pengelolaan

gas yang dihasilkan oleh proses dekomposisi sampah di landfill.

5. Semi Aerobic Landfill

Sistem ini merupakan pengembangan dari teknik

improved sanitary landfill, dimana usaha untuk mempercepat

proses penguraian sampah oleh bakteri (dekomposisi sampah)

Page 23: Karya Ilmiah Bagian III

23

dengan memompakan udara (oksigen) kedalam timbunan

sampah. Teknologi ini sangat mahal tetapi sangat aman terhadap

lingkungan.

Masalah Persampahan di kabupaten/kota di Indonesia semakin

rumit saja, sementara sebagian besar pemda, benar dan fakta masih jalan di

tempat dan deadline pengelolaan sampah open dumping semakin dekat

(pemda kabupaten/kota harus segera tinggalkan pada tahun 2013

sebagaimana perintah UU.No.18 tahun 2008 Tentang Pengelolaan

Sampah), tentu diharapkan sebuah terobosan (kerjasama segenap

stakeholder dalam menciptakan sebuah sistem pengelolaan yang berpihak

kepada masyarakat), melalui perubahan paradigma tentang kelola sampah,

dimana masyarakat sebagai produsen sampah terbesar).

Hampir semua pemerintahan kabupaten/kota tidak atau belum

memiliki konsep dan perencanaan yang terpadu dalam pengelolaan

sampah baik di TPA terlebih di TPS yang bernilai ekonomis. Perencanaan

yang menggambarkan upaya pengurangan, pemanfaatan kembali, dan daur

ulang, seperti konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycling) tidak berjalan

dengan baik, sehingga sampah yang dihasilkan masyarakat semakin

banyak setiap tahun tanpa terkendali.

B. Tempat Pembuangan Akhir Sampah Kabupaten Barru

Persoalan dalam penanganan sampah kota, selain adanya

keterbatasan ruang untuk TPA juga masalah polusi udara dari aroma tidak

sedap sampah dan belum optimalnya pemanfaatan sampah organik dan

Page 24: Karya Ilmiah Bagian III

24

non organik menjadi sesuatu yang memiliki nilai positif baik dari sisi

ekonomi maupun lingkungan. Selain itu tempat pembuangan sampah yang

jauh juga dapat membuat anggaran pengelolaan sampah membengkak,

karena semakin jauh semakin besar pula biaya transportasinya.

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, ada 5 metode atau cara

penimbunan sampah di Tempat Pembuangan Akhir Sampah. Namun,

untuk TPA sampah Kabupaten Barru masih menggunakan metode open

dumping. Metode ini merupakan metode yang sederhana yaitu dengan

membuang sampah pada atau cekungan tanpa mengunakan tanah sebagai

penutup sampah, cara ini sudah tidak direkomendasi lagi oleh Pemerintah

RI karena tidak memenuhi syarat teknis suatu TPA Sampah. Open

dumping sangat potensial dalam mencemari lingkungan, baik itu dari

pencemaran air tanah oleh lindi, lalat bau, serta binatang seperti tikus,

kecoa, nyamuk, dan lain-lain.

Kawasan relokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA)

Kabupaten Barru memiliki luas sekitar 5 hektar. Jumlah tenaga kerja

keseluruhan adalah 79 orang pekerja. Dalam mempermudah proses

pengelolaan sampah, pemerintah Kabupaten Barru menyiapkan beberapa

kendaraan dan alat. Berikut daftar infentaris peralatan Dinas Kebersihan

Kabupaten Barru.

No Peralatan Jumlah Unit

1 Dunp truck/ Arm roll 7 unit

Page 25: Karya Ilmiah Bagian III

25

2

3

4

5

6

Motor tiga roda

Buldozer

Mesin rumput

Gerobak sampah

Kontainer

5 unit

1 unit

2 unit

8 unit

7 unit

Untuk tahun 2010, jumlah sampah yang diproses di Kabupaten

Barru adalah 37.450,4 m3. Berikut perinciannya.

No Proses Volume Sampah

1

2

3

4

5

Diangkut ke TPA

Ditimbun

Dibuang ke sungai

Dibuat kompos

a. TPA

b. Terminal

c. Taman

d. Kantor

e. Sekolah

f. Pasar

g. Pemukiman

Daur ulang

a. TPA

25.907,6 m3

4.702,5 m3

1.947 m3

150 m3

2 m3

50 m3

22,3 m3

21 m3

630 m3

326 m3

160 m3

Page 26: Karya Ilmiah Bagian III

26

b. Pasar

c. Umum

1.932 m3

1.600 m3

Seperti halnya TPA Kabupaten Barru, TPA di beberapa

kota/kabupaten di Indonesia juga masih menggunakan metode open

dumping. Sebenarnya metode ini sudah tidak direkomendasikan lagi oleh

pemerintah untuk diterapkan karena metode ini sangat berpotensi untuk

menimbulkan pencemaran lingkungan. Berikut gambar keadaan TPA

Kabupaten Barru yang masih menggunakan metode open dumping.

Gambar 1

Page 27: Karya Ilmiah Bagian III

27

Gambar 2

Setiap harinya sampah-sampah dari beberapa daerah kecamatan di

Kabupaten Barru diangkut ke TPA menggunakan beberapa kendaraan

operasional dump truck. Beberapa penduduk sekitar TPA memanfaatkan

TPA ini sebagai sumber pendapatan. Mereka memanfaatkan barang-

barang bekas yang dapat diolah kembali atau dijual ke pedagang

pengumpul, seperti botol, kardus, dan kertas. Mereka juga membangun

gubuk-gubuk untuk dijadikan sebagai tempat penampungan barang-barang

bekas. Selain itu, mereka juga menggunakannya untuk beristirahat.

Page 28: Karya Ilmiah Bagian III

28

Gambar 3

Gambar 4

Page 29: Karya Ilmiah Bagian III

29

Gambar 5

Gambar 6

Page 30: Karya Ilmiah Bagian III

30

C. Solusi Memperbaiki Sistem Pengelolaan Sampah di Tempat Pembuangan

Akhir

Hampir semua pemerintahan kabupaten/kota belum memiliki

konsep dan perencanaan yang terpadu dalam pengelolaan sampah baik di

TPA terlebih di TPS yang bernilai ekonomis. Perencanaan yang

menggambarkan upaya pengurangan, pemanfaatan kembali, dan daur

ulang, seperti konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle) tidak berjalan dengan

baik, sehingga sampah yang dihasilkan masyarakat semakin banyak setiap

tahun tanpa terkendali.

Hal tersebut inilah sebagai dasar ide program pengelolaan sampah

berbasis komunal dengan melibatkan langsung masyarakat dalam

pengelolaan sampahnya di tingkat TPS. Termasuk sebuah ide program

Page 31: Karya Ilmiah Bagian III

31

Pengelolaan Sampah Regional Terpadu (Regional Management Zero

Waste) di tingkat Kabupaten/Kota pada TPA.

Solusi ini merupakan hasil karya (teknologi) anak bangsa,

sebenarnya pemerintah kabupaten/kota di Indonesia tidak perlu repot dan

keluarkan uang banyak untuk mempergunakan SDM dan Teknologi

bangsa asing khususnya dalam mengelola atau mengantisipasi sampah

kota. Seharusnya pakai SDM dan Teknologi sendiri yang murah, mudah

pelaksanaan dan terlebih teknologi ini berpihak pada rakyat Indonesia

sendiri serta ramah lingkungan.

Sentralisasi Desentralisasi  (se-Desentralisasi) dengan Pola Inti-

Plasma (Aplikasi 3R). Sistem se-desentralisasi merupakan sistem yang

terbaik untuk Indonesia saat ini dalam pengelolaan sampah atau limbah

pertanian. Sistem ini bertujuan mengurangi arus sampah ke TPA dengan

membagi-bagi pengolahan sampah tersebut di beberapa titik yaitu sebagai

berikut:

1. Pengolahan Langsung Dari Sumber Sampah, IPSO oleh Usaha

Plasma > Kelompok Usaha Masyarakat (KUB) Termasuk

beberapa unit IPSO di sekitar kawasan sumber sampah.

2. Pengolahan di TPS, IPSO oleh Usaha Plasma > Kelompok

Usaha Masyarakat (kelompok tani/nelayan/restoran/pabrik).

3. Pengolahan di TPA, IPSK oleh Usaha Inti oleh Pemda/

Perusda/ UKMK (dibangun Pabrik Plastik/Pupuk Granul/

Tablet) dengan peran aktif masyarakat sebagai pengelola.

Page 32: Karya Ilmiah Bagian III

32

Dalam konsep pengelolaan sampah secara regional ini (bisa jadi

regional dalam kerangka kecamatan atau kabupaten/kota) khususnya yang

diantara kecamatan atau kabupaten/kota yang tidak memiliki lahan TPA

ataupun TPS, konsep ini sangat layak dipikirkan dan diaplikasikan oleh

pemerintah sebagai pemegang kendali (regulasi) dalam pengelolaan

sampah, demi efisiensi dan efektifitas pengelolaan yang bebasis komunal

namun tidak terlupakan aspek ekonominya. Karena tanpa kerjasama dari

semua stakeholder dan ada nilai ekonomi serta moral di dalam pengolahan

paradigma tentang kelola sampah, maka mustahil pengelolaan sampah

dapat teratasi dengan benar dan bijak.

Permasalah TPA yang memerlukan penanganan khusus dari

operasi sistem TPA ini adalah mengusahakan agar lindi tidak meresap ke

dalam air tanah dangkal supaya tidak mencemari lingkungan. Pada

prinsipnya pada TPA telah disiapkan unit pengolah air lindi yang

dikumpulkan sebelum dibuang ke sistem air permukaan. Pada kondisi

normal air lindi ditemukan pada dasar TPA dan bergerak melewati lapisan

dasar yang juga tergantung pada sifat-sifat bahan sekitarnya. Pengelolaan

lindi dapat dilakukan dalam beberapa metode secara umum yaitu

pengurangan secara alami oleh tanah, menghambat pembentukan lindi,

pengumpulan dan pengolahan, perlakuan pendahuluan untuk mengurangi

volume dan kelarutan, dan detoksifikasi limbah berbahaya sebelum

dibuang ke saluran.

Page 33: Karya Ilmiah Bagian III

33

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pengelolaan lindi dapat dilakukan dalam beberapa metode secara

umum yaitu pengurangan secara alami oleh tanah, menghambat

pembentukan lindi, pengumpulan dan pengolahan, perlakuan

pendahuluan untuk mengurangi volume dan kelarutan, dan

detoksifikasi limbah berbahaya sebelum dibuang ke saluran.

2. Hampir semua pemerintahan kabupaten/kota tidak atau belum

memiliki konsep dan perencanaan yang terpadu dalam pengelolaan

sampah baik di TPA terlebih di TPS yang bernilai ekonomis.

Perencanaan yang menggambarkan upaya pengurangan, pemanfaatan

kembali, dan daur ulang, seperti konsep 3R (Reduce, Reuse,

Recycling) tidak berjalan dengan baik, sehingga sampah yang

dihasilkan masyarakat semakin banyak setiap tahun tanpa terkendali.

B. Saran

1. Sebelum membuat atau merencanakan pembangunan Tempat

Pambuangan Akhir Sampah, terlebih dahulu harus dilakukan study

AMDAL karena suatu TPA Sampah sudah pasti akan menimbulkan

dampak negatif. Dengan melalui study AMDAL, maka beberapa

dampak negatif yang telah diprediksi akan timbul diusahakan dikelola

sehingga tidak melamapui nilai ambang batas yang telah ditentukan

Page 34: Karya Ilmiah Bagian III

34

oleh Pemerintah RI dalam Peraturan tentang Pengelolaan Lingkungan

Hidup.

2. Semua pihak seharusnya turut berpartisipasi dalam proses pengelolaan

sampah karena permasalahan lingkungan merupakan tanggung jawab

bersama.

Page 35: Karya Ilmiah Bagian III

35

DAFTAR PUSTAKA

http://www.penataan ruang.net/taru/upload/nspk/pedoman/TPA_sampah.pdf/

http://www.anekadownload.com/download/dl/perencanaan-tpa-sampah-pdf/

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44306/Bagian%20Iai

%20dan%20Penutup.pdf/

Institut Pertanian Bogor

Page 36: Karya Ilmiah Bagian III

36

BIODATA PENULIS

Nama : Iqbal Mansyur

Tempat Tanggal Lahir : Barru, 8 Desember 1994

Alamat : Jalan Sultan Hasanuddin 200, Barru

Hobi : Bermain Voli

Cita-Cita : Dosen

Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Barru

Alamat Sekolah : Jalan Jenderal Sudirman 32, Barru