37
KARMA-PHALA DAN PUNARBHAVA I. PROBLEM OF EVIL 1. Masalah kenapa orang-orang yang tidak pernah berbuat curang, dusta, ko- rup, amoral atau jahat selama hidupnya, bernasib sial, hidup sengsara dan ditimpa bermacam-macam kesusahan, sedangkan banyak orang yang nya- nyata-nyata hidup berdosa malahan hidup makmur, enak, nyaman dan se- nang, disebut problem of evil . 2. Ada 2 (dua) teori yang dikemukakan untuk menjawab fakta paradok atau problem of evil ini yaitu: TEORI DOSA TURUNAN (a) Manusia menderita karena mewarisi dosa dari leluhur pertama. (b) Hidup susah atau senang karena kebijakan Tuhan yang punya wewe- nang mutlak dalam mengatur segala kehidupan di dunia fana. TEORI UJIAN TUHAN (a) Manusia lahir tanpa dosa, jadi baik atau jahat karena lingkungan. (b) Dualitas kehidupan (sehat-sakit, senang-susah, pujian-hinaan, dsb) adalah ujian/cobaan yang diberikan oleh Tuhan. (c) Hidup susah atau senang karena kebijakan Tuhan yang punya wewe- nang mutlak dalam mengatur segala kehidupan di dunia fana.

Karma-phala Dan Punarbhava

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Karma-phala Dan Punarbhava

KARMA-PHALA DAN

PUNARBHAVA I. PROBLEM OF EVIL 1. Masalah kenapa orang-orang yang tidak pernah berbuat curang, dusta, ko- rup, amoral atau jahat selama hidupnya, bernasib sial, hidup sengsara dan ditimpa bermacam-macam kesusahan, sedangkan banyak orang yang nya- nyata-nyata hidup berdosa malahan hidup makmur, enak, nyaman dan se- nang, disebut problem of evil. 2. Ada 2 (dua) teori yang dikemukakan untuk menjawab fakta paradok atau problem of evil ini yaitu:

TEORIDOSA TURUNAN

(a) Manusia menderita karena mewarisi dosa dari leluhur pertama.(b) Hidup susah atau senang karena kebijakan Tuhan yang punya wewe- nang mutlak dalam mengatur segala kehidupan di dunia fana.

TEORI UJIAN TUHAN

(a) Manusia lahir tanpa dosa, jadi baik atau jahat karena lingkungan.(b) Dualitas kehidupan (sehat-sakit, senang-susah, pujian-hinaan, dsb) adalah ujian/cobaan yang diberikan oleh Tuhan.(c) Hidup susah atau senang karena kebijakan Tuhan yang punya wewe- nang mutlak dalam mengatur segala kehidupan di dunia fana.

Page 2: Karma-phala Dan Punarbhava

3. Kedua teori tersebut tidak mampu menjelaskan kenapa ada problem of evil di masyarakat manusia. Sebab keduanya tidak mampu menjawab pertanya- nyaan berikut. (a) Bila setiap orang mewarisi dosa leluhurnya dalam porsi yang sa- ma, mengapa nasib sang manusia amat berbeda satu dengan ya- ng lainnya? Bila seseorang miskin karena me-warisi dosa leluhur lebih banyak dari si kaya, lalu apa alasan Tuhan menetapkan si miskin harus me-nanggung dosa leluhur lebih banyak dari pada si kaya? (b) Apa alasan Tuhan menguji seseorang dengan membuat dia lahir dalam keluarga miskin dan melarat se-umur hidupnya, sedang- kan orang lain di-uji dengan lahir dalam keluarga kaya dan sena- ng se-umur hidupnya? (c) Mengapa tiga orang bersaudara yang lahir dalam keluarga sama, besar dalam lingkungan sama, di-didik dengan cara yang sama dan diberi makan sama, harus bernasib berlain-lainan? (d) Jikalau setiap bayi lahir suci tanpa dosa, mengapa banyak bayi lahir dengan pisik cacat, berpenyakitan atau abnormal yang menjadi pang- kal derita kehidupannya di dunia fana? 4. Jawaban para penganut Teori dosa turunan, “Hanya Tuhan yang tahu”, ti- dak memuaskan siapapun yang berpikir kritis. Sedangkan jawaban para penganut Teori ujian/cobaan Tuhan, “Itu adalah rahasia Tuhan, hanya Tu- han yang tahu”, pun tidak memuaskan mereka yang berpikir kritis.

Page 3: Karma-phala Dan Punarbhava

II. TEORI TIDAK LOGIS DAN TIDAK RASIONAL 1. Teori dosa turunan tidak rasional, sebab kalau ayah saya yang melakukan kejahatan, lalu mengapa saya yang tidak ikut berbuat jahat dan tidak tahu permasalahannya, harus kena hukumqan dan menderita? 2. Teori bahwa hidup di dunia fana adalah ujian/cobaan Tuhan dan bahwa seti- ap orang lahir suci tanpa dosa, tidak mencerminkan aturan dan tindakan Tu- han yang maha arif, maha bijaksana, maha benar dan maha adil. Sebab, ba- gaimanapun juga Tuhan yang maha bijak, maha benar dan maha adil, tidak mungkin membuat hidup seseorang sengsara tanpa sebab dan alasan jelas masuk akal. 3. Dalam kehidupan sehari-hari secara material atau pisik nampak jelas bahwa orang di-hukum dan menderita karena ada sebab dan alasannya. Begitu pula, secara spiritual atau metapisik, se- seorang lahir cacat/abnormal, hidup dalam ke- miskinan dan menderita, pasti ada sebab-musa- babnya dan tidak mungkin terjadi secara kebetu lan. Dan Tuhan tidak mungkin menetapkan kehidupan seseorang sengsara atau bahagia secara sewenang-wenang tanpa sebab dan alasan yang pasti dan benar.

III. TAKDIR, NASIB DAN IKHTIAR 1. Oleh karena ilmu pengetahuan material (maya-tattva) dan ajaran-ajaran ro-

Page 4: Karma-phala Dan Punarbhava

hani mutakhir yang muncul pada masa Kali-Yuga tidak mampu menjelaskan secara logis, rasional dan pilosofis tentang nasib buruk atau derita yang me- nimpa begitu banyak manusia dalam keadaan yang berbeda-benda, maka ba- nyak sekali orang jadi bingung dan tidak mengerti apa itu takdir, nasib dan ikhtiar. 2. Oleh karena tidak bisa mengerti takdir, nasib dan ikhtiar secara benar, maka orang-orang berkesadaran materialistik me- nimpakan kesalahan kepada Tuhan atas tak- dir, nasib buruk dan kegagalan hidupnya, seraya menyatakan bahwa Tuhan tidak ma- ha kuasa karena tidak mampu meniadakan derita yang menimpa begitu banyak makh- luk manusia 3. Selama sang manusia meng-anggap bahwa kehidupannya di dunia fana ini hanya sekali ini saja, dan bahwa sebelum kehidupan material sekarang tidak ada kehidupan material yang telah pernah di jalani, dan setelah kehidupan material sekarang berakhir tidak akan ada lagi kehidupan material yang ha- rus dijalani, maka sang manusia tidak akan pernah bisa mengerti dengan be- nar tentang takdir, nasib dan ikhtiar gagal dalam kehidupan yang sedang di- jalaninya.

IV. UNGKAPAN MAHA PENGASIH DAN PENYAYANG YANG MEMBINGUNGKAN 1. Sifat Tuhan yang “Maha pengasih dan penyayang” paling sering dikuman-

Page 5: Karma-phala Dan Punarbhava

dangkan oleh para penganut ajaran roani mutakhir. Pernyataan ini seolah- berarti bahwa Tuhan tidak memiliki sifat-sifat lain apapun. Dan pernyataan ini sungguh-sungguh membingungkan orang-orang yang ter-timpa nasib malang dan hidup menderita. 2. Jika Tuhan sungguh maha pengasih dan penyayang, (a) Menga- pa Tuhan membiarkan begitu banyak manusia hidup sengsara karena kelaparan, perang, teror bom bunuh diri, bencana alam, penyakit dan kecelakaan. (b) Mengapa Tuhan membiarkan keja- hatan, kemunafikan, tindak-kekerasan dan berbagai macam per- buatan amoral terus merajalela di masyarakat manusia? (c) Me- ngapa Tuhan membiarkan para pembohong, pendusta, penipu dan koruptor hidup enak dan nyaman dalam kesuka-citaan? Dan (d) Meng- apa Tuhan membiarkan orang-orang baik-hati, saleh, jujur dan dermawan ditimpa bermacam-macam kesulitan dan kesusahan hidup di dunia fana?

V. HUKUM KARMA-PHALA ADALAH PENGATUR KEHIDUPAN SEGALA MAKH- LUK DI ALAM SEMESTA MATERIAL 1. Sesungguhnya Tuhan telah menetapkan aturan kehidu- pan universal bagi segala makhluk dan alam dunia. Atu- ran universal ini adalah hukum karma-phala, sebab-aki- bat. Karma = perbuatan, dan phala = akibat, buah, hasil atau reaksi.

Page 6: Karma-phala Dan Punarbhava

2. Karma baik menimbulkan phala baik dan menyenangkan. Sebaliknya, kar- ma buruk menimbulkan phala buruk yang menyengsaakan. Begitulah, kare- na rajin bekerja, seserang punya penghasilan dan hidup senang. Sebalik- nya, jika seseorang malas bekerja, maka dia tidak berpe- hasilan dan hidup susah. Karena seseorang berwatak co- ngkak, maka banyak orang tidak suka kepadanya. 3. Hukum Tuhan ini sungguh sederhana, namun ia menjadi begitu komplek karena beraneka-macam perbuatan (kar- ma) yang dilakukan oleh sang manusia dengan beraneka macam akibat (phala) nya.

VI. KARMA-PHALA DARI SEGI WAKTU Dari segi waktu timbulnya phala (akibat/buah/hasil), ada tiga macam karma (perbuatan/kegiatan) yaitu: 1. Prarabdha-karma, perbuatan (karma) yang menimbulkan akibat (phala) seketika. Contoh, bila anda mencaci seseo- rang tanpa alasan jelas, maka anda di pukul dan sakit. 2. Kriyamana-karma, perbuatan (karma) yang akibat (phala) nya baru muncul kemudian setelah beberapa waktu dalam kehidupan seseorang. Contoh, se- seorang hidup mewah dari hasil rampokannya, tetapi setahun kemudian ia ditangkap dan masuk penjara berdasarkan penyelidikan polisi. 3. Sancita-karma, perbuatan (karma) yang akibat (phala) nya ditanggung da- lam masa penjelmaan berikutnya. Contoh, seorang pembunuh yang berha-

Page 7: Karma-phala Dan Punarbhava

sil menghindari hukuman mati karena menyuap hakim, akan terbunuh pu- la secara kejam dalam penjelmaan berikutnya. VII. ANALISIS SEDERHANA ATAS KEHIDUPAN SESEORANG 1. Berdasarkan penjelasan ringkas diatas tentang hukum Karma-phala, seka rang kita bisa menganalisis kehidupan orang sengsara seperti Tuan Amri. (a) Karena tidak mampu meninggalkan kebiasaan me-rokoksetiap hari, maka dia menderita sakit paru-paru = Prarabdha-karma. (b) Karena semasih muda dia berjasa kepada negara sebagai peju- ang kemerdekaan bangsa, maka kini setelah tua dia mendapat uang pensiun secara rutin per bulan = Kriyamana-karma. (c) Karena dalam masa penjelmaan sebelumnya dia (sebagai jiva) pernah memukul anjing hingga si binatang lumpuh di kaki, ma- ka dalam usianya yang semakim tua, Amri menderita lumpuh di kaki sehingga harus berjalan pakai tongkat = Sancita-karma. 2. Maka secara pisik kehidupan nya nampak sebagai berikut. “Tuan Amri hidup sengsara karena menderita sakit paru-paru dan ke-dua kakinya lumpuh. Uang pensiunnya tidak cukup untuk merawat dan meng- hidupi dirinya sendiri. Sungguh kasihan, dia hidup sengsara seperti itu”. 3. Jadi dengan memahami adanya hukum Tuhan yaitu Karma-phala yang uni versal ini, maka beraneka-macam dualitas kehidupan (kaya-miskin, sena- ng-susah, sakit-sehat, dsb) dan paradok kehidupan (yaitu orang baik hati

Page 8: Karma-phala Dan Punarbhava

ditimpa kemalangan, sedangkan orang jahat hidup enak dan damai) dapat dijelaskan secara logis, rasional dan memuaskan.

PHALAPRARABDHA-KARMA

PHALA KRIYAMANA-KARMA

PHALASANCITA-KARMA

KONDISI KEHIDUPAN SEKARANGMENENTUKAN

VIII. JUTAAN KARMA DAN JUTAAN PHALA 1. Hukum karma-phala tidaklah sesederhana seperti yang didengar. Sebab se- tiap orang melakukan beraneka-macam perbuatan (karma) setiap hari yang menimbulkan akibat (phala) yang bermacam-macam pula. Dan oleh karena setiap orang melakukan jutaan karma dengan jutaan phala yang berlain-lain an, maka timbullah jutaan kondisi kehidupan yang berbeda-beda di masya- rakat manusia. 2. Phala (akibat) yang ditimbulkan oleh jutaan karma (perbuatan) berbeda-be- da yang dilakukan oleh seseorang dan menentukan kondisi kehidupan diri- nya (sebagai sang jiva) dalam penjelmaan berikutnya, hanya bisa di-putus-

Page 9: Karma-phala Dan Punarbhava

HIDUP KAYA DAN SENANG, BERPEN- CAHARIAN HALAL DAN SEHAT WALA-

FIAT SAMPAI USIA TUA

SEDANG MENIKMATI PHALA SUBHA-KARMAYANG DILAKUKAN DALAM PENJELMAAN SEKA-

RANG DAN SEBELUMNYA

HIDUP KAYA DAN SENANG TETAPIBERPENCAHARIAN HARAM (AMORAL,DUSTA, CURANG, JAHAT DAN KORUP)

SEDANG MENBUR BENIH PHALA ASUBHA-KARMAYANG KELAK PASTI DIPANEN MENJELANG USIATUA ATAU DALAM PENJELMAAN BERIKUTNYA

HIDUP SENGSARA DAN BERPENCA-HARIAN HALAL

SEDANG MENANGGUNG PHALA ASUBHA-KARMAYANG DILAKUKANNYA DALAM MASA PENJEL-

MAAN SEBELUMNYA

HIDUP SALEH, JUJUR, DERMAWANDAN BERPENCAHARIAN HALAL

MESKI HIDUP SENGSARA

SEDANG MENABUR BENIH PHALA SUBHA-KARMAYANG PASTI AKAN DIPANEN MENJELANG USIATUA ATAU DALAM PENJELMAAN BERIKUTNYA

kan secara benar, adil dan bijaksana oleh Sri Krishna dalamm aspekNya sebagai Paramatma (Bg.13.23 dan 18.61). 3. Dalam hubungannya dengan hukum karma-phala, kondisi kehidupan manu- sia yang berlain-lainan itu dapat diringkas secara umum sebagai berikut.

IX. HUTANG KARMA 1. Beraneka macam akibat (phala) perbuatan (karma) yang mengikat dan me-

Page 10: Karma-phala Dan Punarbhava

ngotori kesadaran dan memaksa sang makhluk hidup (jiva) lahir lagi ke du- nia fana, disebut hutang karma. 2. Bilamana hutang karma buruk dan jahat seseorang begitu banyak, maka da lam penjelmaan berikutnya dia (sebagai jiva rohani-abadi) akan merosot de- ngan memperoleh badan cacing atau ulat. Sebaliknya, bila hutang karma ba- jik seseorang begitu banyak, maka dalam penjelmaan berikutnya dia akan meningkat dengan memperoleh badan rihsi, deva atau brahmana. 3. Tetapi jika seseorang bebas dari segala hutang karma baik ataupun buruk, maka dia tidak akan lahir lagi di dunia fana, melainkan kembali kepada Tu- han dan tinggal bersamaNya di alam rohani kebahagiaan abadi Vaikuntha- loka.

HUTANG KARMABURUK

SANG MAKHLUK HIDUP (ATMA) MEROSOT DALAM PENJELMAANBERIKUTNYA DENGAN MEMPEROLEH BADAN HEWAN/BINATANG

HUTANG KARMABAJIK

SANG MAKHLUK HIDUP (ATMA) MENINGKAT DALAM PENJELMAANBERIKUTNYA DENGAN MEMPEROLEH BADAN DEVA, RISHI ATAU

BRAHMANA

BEBAS DARI HU-TANG KARMA BA-JIK ATAU BURUK

SANG MAKHLUK HIDUP (ATMA) KEMBALI KEPADA TUHAN DAN TINGGAL BERSAMANYA DI DUNIA ROHANI

Page 11: Karma-phala Dan Punarbhava

X. PUNARBHAVA, KESEMPATAN MELUNASI HUTANG KARMA 1. Kelahiran kembali ke dunia fana atau alam material akibat hutang karma ya- ng belum lunas, oleh Veda disebut punarbhava (punar = lagi, dan bhava = lahir, menitis atau menjelma). 2. Secara umum, punarbhava disebut reinkarnasi (reincarnation) yang berarti penjelmaan kembali atau tumimbal lahir. Artinya, sang makhluk hi- dup (jiva) yang di-belenggu oleh hutang karma dari penjelmaan sebelumnya, harus men-jelma (lahir) lagi ke dunia fana dengan badan jasmani baru tertentu (manusia, deva, hewan, reptil atau badan jenis lain) untuk menikmati atau menderita akibat (phala) dari perbu- atan (karma) yang telah dilakukannya itu. 3. Dengan ber-punarbhava sebagai manusia, sang makhluk hidup (jiva) dapat kesempatan untuk : (a) Mengurangi hutang karma buruk (asubha-karma). (b) Menambah hutang karma bajik (subha-karma), dan (c) Berangsur- ang- sur melunasi segala hutang karma bajik dengan tekun melakukan pelayan- an bhakti (cinta-kasih) kepada Sri Krishna. 4. Jika seseorang sudah tidak memiliki (=bebas dari segala ) hutang karma buruk dan bajik, itu berarti dia telah tersucikan, berada pada tingkat spiri- tual, dan memenuhi syarat untuk kembali tinggal di alam rohani.

XI. HUTANG HARMA BURUK YANG SEMAKIM MENUMPUK

Page 12: Karma-phala Dan Punarbhava

XI. HUTANG KARMA BURUK YANG SEMAKIM MENUMPUK 1. Pada jaman modern yang materialistik sekarang, kebanyakan orang sibuk dalam beraneka-macam kegiatan pamerih mengejar kesenangan duniawi se- mu dan sementara (maya-sukha). Begitulah, hidup sesat memuaskan indriya jasmani hanyalah menambah hutang karma buruk (asubha-karma) belaka. 2. Reaksi (phala) hutang karma buruk yang semakim menumpuk dan meluas di masyarakat ditunjukkan oleh fakta-fakta berikut: (a) Kehidupan di kota-kota besar semakim tidak tenang, ti- dak aman, tidak nyaman dan tidak damai. (b) Perang, teror bom bunuh diri dan beraneka-macam tin- dak kekerasan lain semakim meluas. (c) Bencana alam (banjir, gempa, kebakaran hutan, angin topan, tsunami, musim kering panjang, dsb) terjadi si- lih berganti. (d) Bermacam-macam penyakit kembali mewabah tanpa bi- sa dicegah. (e) Beraneka-macam perbuatan curang, korup, dusta, jahat dan amoral semakim meluas. (f) Kerusakan alam dan lingkungan hidup semakim parah. 3. Mereka yang disebut kaum intelektual modern dengan ber aneka-macam gelar akademik, tidak perduli pada hukum universal Tuhan “KARMA-PHALA dan PUNARBHAVA”ini. Mereka tidak mau mengerti bahwa kehidupan manusia yang semakim menderita di muka Bhu mi adalah karena akibat (phala) hutang karma buruk yang semakim menum-

Page 13: Karma-phala Dan Punarbhava

puk dan meluas di masyarakat. 4. Oleh karena buta dan tuli rohani, mereka yang disebut para sarjana dunia- wi bertabiat materialistik, tidak sadar bahwa teori-teori hidup bahagia di dunia fana melalui pemuasan indriya badan jasmani yang mereka ciptakan dan di praktekkan oleh rakyat, hanya semakim menambah dan memperba- nyak hutang karma buruk di masyarakat manusia modern.

XII. PENGETAHUAN TENTANG HUKUM KARMA-PHALA DAN PUNARBHAVA 1. Pengetahuan ini adalah bagian dari pengetahuan Veda. Ia mencakup penge- tahuan tentang: (a) Sang makhluk hidup (jiva/roh). (b) Alam material (dunia fana) dan alam spiritual (dunia rohani). (c) Tiga sifat alam material (Tri-guna). (d) Hakekat badan jasmani. (e) Para deva pengendali urusan material dunia fana. (f) Watak Sura dan Asura, dan (g) Prinsip-prinsip dharma dan adhar- ma. 2. Oleh karena hukum Tuhan yang universal ini adalah bagian dari pengetahu- an Veda, maka ia harus dimengerti sesuai petunjuk Veda yaitu mendengar pengetahuan ini dari sang Acarya (guru kerohanian) yang memiliki garis per

Page 14: Karma-phala Dan Punarbhava

guruan (sampradaya) sah dan mengajarkan berdasarkan prinsip parampara atau proses deduktip. XIII. AWAL DARI ASUBHA-KARMA 1. Keinginan (iccha) untuk menikmati secara terpisah dari Sri Krishna dan ke-engganan (dvesa) untuk melayani Beliau di dunia rohani adalah awal da- ri asubha-karma (perbuatan buruk) sang makhluk hidup (jiva). Sri Krish- na berkata, “Iccha dvesa samutthena dvandva mohena bha- rata sarge yanti parantapa, O keturunan Bharata, dibuai oleh keinginan menikmati secara terpisah dariKu dan ke-enggan- an melayaniKu, wahai Penakluk musuh, maka ia (sang jiva) jatuh ke alam material” (Bg.7.27). 2. Dengan kata lain, sang makhluk hidup (jiva) menyalah-guna- kan kebebasan/kemerdekaan sedikit yang dimilikinya dengan menyimpang dari kedudukan dasarnya sebagai abdi/pelayan kekal Tuhan di dunia rohani. 3. Karena itu, Sukadeva Gosvami memberitahu Raja Pariksit, “Oleh karena na bhajante, tidak mau meng-abdi kepada Tu- han Krishna dan avajananti, tidak senang kepada Beliau, ma- ka sthanad brastah patanti adhah, jatuhlah sang jiva ke alam material” (Bhag.11.5.3). 4. Sri Krishna maha pemurah, sehingga atas karunianya, sang jiva diberi kesempatan dan tempat untuk merealisir keinginan (iccha) dan ke-enggan-

Page 15: Karma-phala Dan Punarbhava

an (dvesa) nya itu dengan tinggal di dunia fana atau alam material. Tidak di sadari oleh sang jiva bahwa iccha dan dvesa demikian adalah kesesatan ya ng menyebabkan dirinya jatuh dan hanyut dalam samudra derita kehidupan material dunia fana. XIV. JENIS KARMA DITENTUKAN OLEH UNSUR-UNSUR TRIGUNA 1. Veda menyatakan, “Guna bhavyena karmanah, kegiatan timbul karena ter- jadi interaksi tiga sifat alam material dalam badan jasmani (Bhag.11.11.10). Gunaih karmani sarvasah, segala macam kegiatan timbul karena interaksi sifat-sifat alam material (Bg.3.27). 2. Hubungan antara Tri-Guna (tiga sifat alam material yaitu: sattvam, rajas dan tamas) dengan perbuatan/kegiatan (karma), dharma dan adharma, wa- tak Sura (daivi sampad) dan Asura (asuri-sampad) dan tujuan yang dicapai, secara umum dapat diringkas sebagai berikut.

SIFAT ALAMSATTVAM

SUBHA-KARMA DHARMA SURIK/DEVANI MUKTI

SIFAT ALAM RAJAS

SIFAT ALAMTAMAS

ASUBHA-KARMA ADHARMA ASURIK SAMSARA

Page 16: Karma-phala Dan Punarbhava

XV. PIKIRAN ADALAH PUSAT SEMUA INDRIYA JASMANI 1. Pikiran dikatakan pusat semua indriya jasmani, sebab pikiranlah yang me- ngendalikan semua indriya dan tanpa ada kontak ke pikiran, setiap indriya tidak bisa melakukan fungsinya masing-masing. Misal, sang bhakta yang sedang asyik ber-japa sambil mengingat lila Sri Krishna, ti- dak melihat ataupun mendengar apapun yang ter-jadi disekeli- ling dirinya. 2. Karena itu, orang sungguh mendengar atau melihat jika infor- masi tentang obyek yang di dengar telinga atau dilihat mata, di terima (=masuk kedalam) pikiran. Dengan kata lain, orang be- nar-benar mendengar atau melihat jika ada perhatian dari piki- ran terhadap obyek yang didengar atau di lihat. 3. Selama belum ada keputusan dari pikiran, maka selama itu indriya-indriya jasmani (telinga, mata, hidung, lidah, kulit, tangan, kaki. mulut, anus dan kemaluan) tidak akan melakukan kegiatan apapun.

XVI. PROSES TERJADINYA KARMA 1. Badan jasmani sang makhluk hidup (jiva) terdiri dari: (a) Badan jasmani halus (subtle material body) yang tersusun dari: pikiran, ego dan kecerdasan. (b) Badan jasmani kasar (gross material body) yang tersusun dari : akasa, udara, api, air dan tanah. (Perhatikan Bg. 7.4).

Page 17: Karma-phala Dan Punarbhava

2. Selanjutnya dikatakan bahwa indriya-indriya jasmani lebih halus dari pa- da obyek-obyeknya. Pikiran lebih halus dari pada indriya-indriya. Kecer- dasan lebih halus dari pada pikiran. Dan sang makhluk hidup (=jiva yang diselimuti ego) lebih halus dari pada kecerdasan (perhatikan Bg.3.42). 3. Berdasarkan sloka-sloka Veda tersebut diatas, proses terjadinya karma dapat dijelaskan sebagai berikut.

KECERDASAN(BUDDHI)

PIKIRAN(MANAH)

INDRIYA PENDENGAR(TELINGA)

INDRIYA PENGLIHAT(MATA)

INDRIYA PEKERJA(TANGAN)

INDRIYA PEKERJA(KAKI)

TOKO DIMANA PONSEL DIJUAL

JIVA DILIPUTIEGO

1

2

3 4

5

6

7

7

8

8

9

9

Badan jasmani menjadi pe-nyebab kegiatan (karma) danakibat (phala) nya (Bg.13.21)

Sang jiva hanya tinggal merasa-kan suka dan duka yang timbuldari kegiatan badan jasmaninya(Bg.13.21)

Page 18: Karma-phala Dan Punarbhava

XVII. PROSES TERJADINYA PHALA Proses terjadinya phala dapat dijelaskan sebagai berikut.

SIFAT ALAM SATTVAMDOMINAN MENYELIMU-

TI DIRI

MEMBELI PONSEL DENGAN UANG TABU-NGAN YANG CUKUP

SENANG MEMILIKI PONSEL

SIFAT ALAM RAJASDOMINAN MENYELIMU-

TI DIRI

MEMBELI PONSEL DENGAN PINJAM

UANG DI BANK

SENANG PUNYA PONSELDAN SUSAH BAYAR

HUTANG

SIFAT ALAM TAMAS DOMINAN MENYELIMU-

TI DIRI

MEMBELI PONSELDENGAN BAYAR

BELAKANGAN

BERURUSAN DENGANPOLISI KARENA TIDAK

MAMPU BAYAR HUTANG

XVIII. PROSES TERJADINYA PUNARBHAVA 1. Segala karma (perbuatan/kegiatan) yang dilakukan oleh indriya-indriya ba- dan jasmani ter-rekam di dalam pikiran, sehingga setiap orang bisa ingat karma yang dilakukan beberapa hari, sebulan atau pun seta- hun yang lalu. 2. Daya tampung pikiran dalam merekam data-data kegiatan ya- ng di-lakukan oleh badan jasmani kasar sang makhluk hidup (jiva) tak dapat ditandingi oleh daya tampung hard-disc kom- puter bikinan sang manusia yang ter-amat canggih.

Page 19: Karma-phala Dan Punarbhava

3. Hubungan antara pikiran dengan hukum karma-phala dapat dijelaskan seca- ra analogis sebagai berikut.

KARMA PIKIRAN PHALA

BENIH YANGDITABUR

LAHANHASILPANEN

Oleh karena ada benih yang ditaburkan di lahan itu, maka ia (benih itu) tum- buh, lalu berbuah dan kemudian di panen oleh si penabur benih. Begitu pu- la, oleh karena ada karma (perbuatan) yang dilakukan, maka ada phala (aki- bat) yang timbul dan harus ditanggung oleh si pelaku yaitu sang jiva berjas- mani manusia. 4. Sedangkan jenis karma dalam hubungannya dengan phala (akibat) nya da- pat dijelaskan sebagai berikut.

PRARABDHA-KARMAKRIYAMANA-KARMA

SANCITA-KARMA

TANAMAN PALAWIJA YANG PANENNYADIPETIK DALAM MASA KEHIDUPAN SEKARANG

TANAMAN PALAWIJA YANG PANENNYA DIPETIK DALAM PENJELMAAN NANTI

adalah

adalah

KARMA

Page 20: Karma-phala Dan Punarbhava

5. Sancita-karma membentuk hutang-hutang karma yang menumpuk mengo- tori pikiran. Hutang-hutang karma ini adalah rekaman beraneka-macam ke- giatan pamerih memuaskan indriya jasmani dan membuai sang jiva deng- an beraneka-ragam niat, minat, kehendak, dam- baan dan keinginan untuk menikmati kesena- ngan material dunia fana. 6. Dengan kata lain, hutang karma yang mengoto- ri pikiran, mengikat sang jiva dengan cita-cita untuk terus tinggal dan hidup di alam material dan me-nikmati kesenangan material dengan berbagai cara. 7. Pada saat kematian, badan jasmani kasar (gross material body) sang jiva segera membusuk dan hancur. Tetapi ia (sang jiva), dengan berkendaraan badan jasmani halus (subtle material body) yang tersusun dari ego, kecer- dasan dan pikiran (yang dimuati bermacam-macam hutang karma), berpin- dak ke badan jasmani kasar baru tertentu sesuai dengan macam kesada- rannya pada saat ajal. 8. Sri Krishna berkata, “Yam yam vapi smaran bhavam tyajaty ante kalevaram tam tam evaiti kaunteya sada tad bhava bhavitah, keadaan apapun yang seseorang ingat pada saat ajal, pasti keadaan itu yang akan dia peroleh” (Bg.8.6).

Page 21: Karma-phala Dan Punarbhava

9. Begitulah pada saat ajal, seseorang pasti hanya ingat karma (perbuatan) yang paling sering dilakukan dan paling disukainya atau menjadi hobi. Dan ingatannya itu menentukan macam kesadarannya pada saat kemati- an mengakhiri hidupnya. 10. Proses terjadinya punarbhava dapat diringkas sebagai berikut.

GRHAMEDI

SIBUK BEKERJA SU-PAYA HIDUP BAHA-GIA BERKELUARGA

PADA SAAT AJAL INGAT PADA ANAK

DAN ISTRI

KEMBALI MENJELMAJADI MANUSIA

PERAGAWATI

SEBAGAI MODEL DALAM BERBAGAI

KONTES DAN SHOW

PADA SAAT AJALINGAT PADA KE-GIATAN SHOW

MENJELMA MEN-JADI POHON

PESILANCARMENGHABISKAN

WAKTUNYA SETIAP HARI BERSILANCAR

DI LAUT

PADA SAAT AJAL INGAT PADA KEGIA-TAN BERSELANCAR

MENJELMA JADIIKAN

XIX. PROSES PERPINDAHAN AMAT HALUS 1. Veda menyatakan bahwa proses perpindahan sang makhluk hidup (jiva) dari badan jasmani kasar lama yang telah usang dan rusak ke badan jas- mani kasar baru dengan berkendaraan badan halus, adalah proses amat halus dan berada diluar pengamatan indriya-indriya jasmani kasar.

Page 22: Karma-phala Dan Punarbhava

2. Perpindahan tersebut, kata Veda, adalah bagaikan perpindahan si ulat dari satu lembar daun ke lembar daun lainnya. Sebelum melepaskan daun yang ditempatinya, si ulat sudah berpegangan pada daun lain ya- ng hendak di tempati. 3. Begitu pula, sebelum meninggalkan badan jasmani kasar la- ma, sang jiva sudah masuk (=berpegangan) ke badan jasma- ni halus tertentu yaitu pikiran (manah) yang telah dimuati mentalitas tertentu sesuai dengan karma (kegiatan) yang pa- ling disenangi dan paling sering dilakukan dengan badan jas maninya sekarang. 4. Keadaan mentalitas pikiran atau macam kesadaran pada saat ajal menentukan jenis badan jasmani kasar berikutnya yang akan dihuni oleh sang jiva. 5. Pikiran yang dimuati mentalitas tertentu di-sebut paham hi- dup. Dan paham hidup ini adalah kumpulan keingingan, mi- nat, dambaan, kemauan, kehendak,kesukaan, tabiat, prilaku, watak, sifat, perangai, pola dan cara menikmati. Semua ini ter-bentuk dalam pikiran. 6. Veda menyatakan, “Srotam caksuh sparsanam ca rasanam ghranam eva ca adhisthaya manas cayam visayan upasevate, sang makhluk hi- dup mengembangkan jenis indriya pendengar, penglihat, pengecap, pencium dan perasa tertentu yang semuanya ter-kumpul dalam piki- ran.Begitulah kemudian ia memperoleh badan jasmani kasar baru ter-

Page 23: Karma-phala Dan Punarbhava

tentu untuk menikmati obyek-obyek indriya tertentu pula”(Bg.15.9). 7. Selanjutnya Veda menyatakan,“Manah karma mayam nrnam, kondisi pi- kiran sang manusia ditentukan oleh akibat (phala) perbuatan (karma) ya- ng dilakukannya. Indriyaih pancabhir yatam lokal lokam prayatyanya at- ma tad anuvartate, bersamaan dengan ke-lima indriya persepsi, pikiran- nya berpindah dari satu badan jasmani kasar ke badan jasma- ni kasar lain, dan sang jiva ikut pula ber-pindah bersama nya” (Bhag.11.22.37). 8. Dan Sri Krishna sendiri berkata, “Sang makhluk hidup (ji- va) yang jatuh ke dunia fana, membawa serta bermacam - ma- cam paham hidup bersama dirinya dari satu badan jasmani ka sar ke badan jasmani kasar lain, vayur gandhan iva sayat, ba- gaikan angin membawa aroma” (Bg.15.8).

XX. EVOLUSI SPIRITUAL 1. Veda menyatakan bahwa sesuai dengan macam dan in- tensitas asubha-karma (perbuatan berdosa) yang dila- kukannya, sang jiva berjasmani manusia bisa merosot dengan lahir sebagai anjing, kadal, tikus atau makhluk rendah lain. 2. Setelah menjelma sebagai ikan, maka sang jiva harus lahir berulang-ka- li dalam berbagai jenis kehidupan yang lebih tinggi sebelum pada akhir- nya kembali memperoleh badan manusia. Ini disebut evolusi spiritual ya-

Page 24: Karma-phala Dan Punarbhava

itu sang jiva berangsur-angsur (pelan-pelan) merobah kesadarannya da- ri tingkat rendah ke tingkat yang lebih tinggi dengan berganti-ganti badan jasmani mulai dari berbagai badan jasmani akuatik, tanaman/pohon, se- rangga, burung, binatang dan akhirnya badan jasmani manusia.

AQUATIKPOHON DANTANAMAN

SERANGGA BURUNG BINATANG MANUSIA

3. Jadi menurut teori evolusi spiritual Veda, sang jiva yang rohani-abadi tidak pernah berubah meskipun berganti-ganti badan jasmani. Dan beraneka-ma cam badan jasmani yang telah pernah di huninya, sudah ada sejak tercipta nya alam semesta material ini dan wujud serta bentuknya pun tetap sama, tidak pernah berobah. 4. Karena itu dikatakan bahwa evolusi spiritual ini adalah rangkaian perpinda han sang jiva dalam jutaan kondisi kehidupan (badan jasmani) berlain-lain- an yang menyengsarakan belaka. 5. Evolusi spiritual ini harus dijalani oleh setiap jiva berjasmani manusia ya- ng salah/keliru menggunakan jasmani manusianya yaitu bukan untuk ber- bhakti kepada Sri Krishna, tetapi untuk mengejar kesenangan material dunia fana yang semu, khayal dan sementara.

Page 25: Karma-phala Dan Punarbhava

6. Proses evolusi spiritual Veda tersebut diatas dapat diringkas sebagai berikut.

KEHIDUPAN MANUSIA/HUMANOID(400.000 jenis)

KEHIDUPANBINATANG

(3.000.000 jenis)

KEHIDUPANBURUNG

(1000.000 jenis)

KEHIDUPANSERANGGA

(1.100.000 jenis)

KEHIDUPANTANAMAN/POHON

(2.000.000 jenis)

KEHIDUPANAKUATIK

(900.000 jenis)

MEROSOT AKIBATASUBHA-KARMA

(Deva, Asura, Gandharva, Siddha,Yak-sha, Rakshasa, Manusia, Carana, dsb)

(Gajah, kuda, harimau, srigala, onta, keledai, ular, kadal, tikus, singa, dsb)

(Bangau, elang, nasar, gagak, merak merpati, balam, camar, perkutut,dsb)

(Kumbang, lebah, nyamuk, kecoa, ku- pu-kupu, kutu, lalat, anai-anai, dsb)

(Kubis, sawi, bayam, pinang, beringin kelapa, durian, mangga, pepaya, dsb)

(Ganggang, trumbu-karang, ikan, gu- rita, ubur-ubur, cumi, bulu-babi, dsb)

Page 26: Karma-phala Dan Punarbhava

XXII. PHALA TEMPORER DAN PHALA PERMANEN 1. Kegiatan (karma) materialistik pamerih memuaskan indriya jasmani agar hidup bahagia di dunia fana yang dilakukan oleh orang-orang yang tergo- long Asura, memberikan hasil (phala) temporer. Kesenangan yang timbul dari kontak antara indriya jasmani dengan obyeknya yaitu beraneka ma- cam barang kebutuhan hidup, berlangsung sebentar saja dan tidak sung- guh-sungguh memuaskan. 2. Kegiatan (karma) rohani mengendalikan indriya-indriya ba- dan jasmani dan menyibukkannya dalam pelayanan bhakti kepada Sri Krishna, memberikan hasil (phala) permanen. Dikatakan, “Nehabhikrama-naso’ sti pratyavayo na vidyate, dalam menempuh jalan spiritual ini, tidak ada kerugian atau pengurangan. Svalpam apy asya dharmasya trayate mahato bhayat, kemajuan yang sedikit saja dalam jalan spiritual ini akan menjauhkan orang dari mara-bahaya paling besar”(Bg. 2.40). 3. Phala temporer karma materialistik pamerih menyebabkan si pelaku merosot kedalam kehidupan yang lebih rendah. Tetapi phala permanen karma spiritual menuntun si pelaku menuju kehidupan bahagia nan kekal di alam rohani.

XXIII. HUBUNGAN ANTARA HUKUM KARMA-PHALA DENGAN TAKDIR, NASIB DAN IKHTIAR

Page 27: Karma-phala Dan Punarbhava

XXIII. HUBUNGAN ANTARA HUKUM KARMA-PHALA DENGAN TAKDIR, NASIB DAN IKHTIAR 1. Veda menyatakan bahwa semasih sang makhluk hidup (jiva) ber- ada didalam kandungan si ibu, takdir, nasib dan ikhtiar dalam ke- hidupan yang dia akan jalani kelak, telah ditetapkan sesuai deng- an hutang-hutang karma nya. Dikatakan, “Ayuh karma ca vittam ca vidya nidhanam eva ca pancaitani hi srjyante garbhathasye- va dehinam, usia (umur), pekerjaan, kekayaan, pengetahuan dan kematian telah ditetapkan semasih se-seorang berada dalam kan- dungan” (CN.4.1). 2. Berdasarkan sloka Veda tersebut, maka takdir, nasib dan ikhtiar dapat diringkas sebagai berikut.

- USIA/UMUR - JENIS PEKERJAAN - JUMLAH KEKAYAAN

- MACAM PENGETAHUAN - KAPAN DAN DIMANA

MATI

YANG TELAH DITETAPKANBERDASARKAN HUTANGKARMA

= TAKDIR(a)

AKIBAT BAIK, BURUK, ME-NYENANGKAN ATAU ME-NYENGSARAKAN DARI

TAKDIR

DISEBUT NASIB(b)

IKHTIAR GAGAL ATAUBERHASIL

DITENTUKAN OLEH HUTANG-HUTANG KARMA(c)

Page 28: Karma-phala Dan Punarbhava

3. Hubungan antara hukum karma-phala dan punarbhava dengan takdir, na- sib dan ikhtiar dapat dijelaskan secara analogis sebagai berikut.

TAKDIR

NASIB

AKIBAT (PHALA) HUTANG-KARMA PILIHAN KARMA

UANGSEDIKIT

TUAN EDI NAIKBUS KE JAKARTA

MENURUTI ATURAN YANG BERLAKU DALAM

BUS

BEBAS PILIH KEGIATAN:- BACA KORAN - NGOBROL DENGAN PE-

NUMPANG LAIN - TIDUR SAJA

JASMANICACAT

TUAN EDI HIDUPSENGSARA

GAGAL MEMPERO-LEH PEKERJAAN

BEBAS PILIH KEGIATAN:- MENGEMIS

- JADI PEMBERSIH KUIL - TINGGAL DI PANTI ASUH

4. Sementara anda harus melunasi hutang-hutang karma dengan kegagalan atau keberhasilan ikhtiar, pada saat yang sama anda punya kebebasan be rikhtiar atau ber-karma (berbuat/bertindak) untuk mengejar kesenangan duniawi, atau meniti jalan spiritual keinsyafan diri. Anda punya kebebas- an penuh untuk menentukan macam kehidupan yang anda inginkan.

Page 29: Karma-phala Dan Punarbhava

XXIV. NAISKARMYA, BEKERJA TANPA AKIBAT/REAKSI 1. Veda menyatakan bahwa untuk sampai pada tingkat spiritual brahma-bhu ta atau visuddha-sattvam, berhubungan dengan Tuhan, sang jiva harus bebas dari segala hutang karma buruk ataupun karma bajik. Sebab, pha- la (akibat) karma buruk menyebabkan sang jiva merosot kedalam kehidu pan yang lebih rendah. Dan phala (akibat) karma bajik mengantarkannya ke alam sorgawi. Dengan kata lain, hutang karma buruk maupun bajik mengikat sang jiva di alam material. 2. Agar bebas dari phala (akibat) karma bajik ataupun bu- ruk atau agar bisa naiskarmya, bebas dari segala huta- ng karma, seseorang harus bekerja (ber-karma) sema- ta-mata untuk menyenangkan Sri Krishna, dan ini disebut pelayanan bhakti (hrsikena hrsikesa sevanam bhaktir ucyate). 3. Dalam Bhagavad-Gita, Sri Krishna berulang-ulang minta (lewat Arjuna) agar saya dan anda semua ber-karma (bekerja) untuk kesenanganNya semata. Dengan kata lain, Beliau minta agar kita semua melakukan pelayanan bhakti kepadaNya. Yaj- narthat karmano’nyatra loko yam karma bandhanah, laksana- kan pekerjaanmu untuk kepuasan Sri Vishnu, jika tidak peker- jaan itu akan mengikat si pelaku di dunia fana (Bg.3.9). Mayi sarvani karmani, lakukan semua pekerjaanmu untukKu (Bg.3. 30). Yad karosi tad kurusva mad arpanam, apapun yang anda

Page 30: Karma-phala Dan Punarbhava

perbuat, lakukan itu semua sebagai persembahan kepadaKu (Bg.9.27). Su- bhasubha phalair evam moksyase karma bandhanaih, dengan berbuat de- mikian, maka anda terbebas dari segala akibat (phala) perbuatan (karma) bajik ataupun buruk (Bg.9.28) 4. Dalam Brahman Samhita (5.54) dinyatakan, “Karmani nidahati kintu ca bhakti bhajan, dengan melaksanakan pelayanan bhak- ti (kepada Sri Govinda), maka segala akibat (phala) dari perbu- atan (karma) yang dilakukan jadi terhapus”. 5. Dalam Srimad Bhagavatam, Sri Krishna berkata kepada Ud- dhava, “Seperti halnya api menyala membakar kayu jadi abu, tatha mad visaya bhaktir uddhaivanamsa krtsnasah, begitu pu la, O Uddhava, pelayanan bhakti kepadaKu membakar segala dosa yang diperbuat oleh penyembahku menjadi abu (Bhag.11.14.19). Maya bhaktim param kurvan karmabhir na sa badhyate, dengan menekuni jalan keroha- nian bhakti kepadaKu, seseorang tidak akan terkena akibat (phala) dari ke giatan (karma) yang dilakukannya (Bhag.11.29.20)”. 6. Demikianlah, dengan bekerja (ber-karma) dalam pela- yanan bhakti kepada Sri Krishna, se-seorang jadi naiskarmya, bebas dari segala akibat (phala) kerja (karma) yang dilakukannya dan mencapai tingkat spi- ritual berhubungan dengan Tuhan.

XXV. PHALA DARI KARMA SENDIRI DAN PHALA DARI KEHENDAK TUHAN

Page 31: Karma-phala Dan Punarbhava

XXV. PHALA DARI KARMA SENDIRI DAN PHALA DARI KEHENDAK TUHAN 1. Sri Krishna yang melihat sang bhakta begitu tulus melakukan pelaya- nan bhakti kepada diriNya, ingin agar dia segera kembali pulang ke ru – mah asal alam rohani Vikunthaloka dan terus tinggal disana dalam hubu- ngan bhakti (cinta-kasih) timbal-balik denganNya. Maka kepada bhakta murni seperti ini Beliau menganugrahkan karunia Nya yang pa- ling baik. Karunia apa? 2. Sri Krishna berkata, “Yasyaham anughrnami harisye tad dhanam sanaih, bila Saya hendak memberikan karunia ter-baik kepada seseorang, maka Saya ambil segala harta yang ada pa- danya, sehingga dia menjadi tidak melekat pada kesenangan material dunia fana” (Bhag.10.8.88). 3. Jadi karunia terbaik Tuhan adalah kemelekatan/keterikatan ke- pada diriNya, atau cinta-kasih (bhakti) kepadaNya. Sebab dika- takan,”Tat tu visaya tyagat sangan tyagac ca, cinta-kasih (bhak ti kepada Tuhan hanya timbul di hati orang yang telah melepas- kan diri dari segala kesenangan duniawi” (Narada Bhakti Sutra sloka 35). 4. Karena fakta inilah setelah men-capai usia lima-puluhan tahun para Brahmana dan Rajarishi dimasa lampau secara sukarela meninggal kan kesenangan hidup duniawi-berkeluarga, lalu pergi ke hutan melaku- kan tapa dan vrata guna mengembangkan cinta-kasih (bhakti) kepada Tu han.

Page 32: Karma-phala Dan Punarbhava

XXVI. SRI KRISHNA TIDAK TERKENA HUKUM KARMA DAN PUNARBHAVA 1. Para pemimpin umat dan tokoh ajaran Veda yang tidak sadar dirinya di- jangkiti paham materialistik dan pilsafat monistik mayavada, me-nyata- kan bahwa Sri Krishna pun terkena hukum karma-phala dan punar- bhava. Dengan berkesimpulan demikian, kata Beliau, mereka tergolong mudha, orang-orang bodoh (Bg.9.11). 2. Sri Krishna menyatakan diriNya sebagai berikut, “Gunasya maya mulatvan na me moksa na bandhanam, istilah terikat atau bebas (dari akibat karma) tidak terka- it dengan diriKu, sebab Saya adalah Tuhan nan absolut pengendali maya (Bhag.11.11.2). Na mam karmani lim- panti, Saya tidak terkena akibat (phala) apapun dari ke- giatan (karma) yang Ku lakukan (Bg.4.14). Janma karma ca me divyam, kemunculan (kelahiran) dan kegiatan Ku di dunia fana semuanya berha hakekat rohani (Bg.4.9). Mat kathah srnvan subhadra loka pavanah, ce- ritra tentang kegiatan dan sifat-sifat pribadiKu mensucikan se luruh alam semesta (Bhag.11.11.23). 3. Ketika berkunjung ke Dvaraka, para Deva berdoa kepada Tu- han Krishna, “Tvam mayaya trigunayatmani, tenaga material Anda yang mengkhayalkan (maya) yang tersusun dari Trigu- na, berada dalam diriMu sendiri. Nattair bhavan ajita karma- bhir ajya te vai, O Sri Ajita (Krishna), Anda pribadi tidak pernah terkena reaksi (phala) kegiatan (karma) material apa-

Page 33: Karma-phala Dan Punarbhava

pun” (Bhag.11.6.8) 4. Dalam Garuda Purana dinyatakan,”Apavitrah pavitro va sarvavastham gato’ pi va yah smaret pundarikaksam sa bahyabhyantara sucih, apakah seseorang sudah suci atau masih kotor dan tanpa memandang kondisi lahiriahnya, hanya dengan mengingat Sri Krishna yang bermata se- indah bunga padma, seseorang menjadi tersucikan lahir-batin”. 5. Para Rishi berkata, “Paras paranukathanam pavanam bhaga- vad yasah, berkumpul bersama sambil memperbincangkan kegiatan mulia Sri Bhgavan, Kepribadian Tuhan YME, Krishna sungguh mensucikan hati” (Bhag.11.3.30). 6. Veda menyatakan, “Yajnarthat karmanah, laksanakan peker- jaan itu untuk memuaskan Sri Vishnu (Krishna). Anyatra loko’ yam karma bandhanah, jika tidak akibat (phala) dari pekerja- an (karma) itu akan mengikat si pelaku di dunia fana” (Bg.3.9) 7. Karena fakta-fakta tersebut diatas, maka Tuhan di-iba- ratkan seperti matahari yang tidak ter-pengaruh oleh keadaan di Bhumi. Dan sinar nya meniadakan segala bau amis dan busuk tempat-tempat kotor. Dan Beliau di-ibaratkan pula seperti samudra nan luas yang tetap jernih meskipun setiap hari di-kotori oleh banyak su- ngai dengan jutaan ton lumpur. 8. Hakekat Sri Krishna yang spiritual absolut adalah bagaikan bilangan mutlak yang tidak terpengaruh oleh tanda (+) dan (-).

Page 34: Karma-phala Dan Punarbhava

Ini berarti bahwa meskipun ber-avatara, turun ke alam fana, Beliau tidak terpengaruh oleh dualitas material dunia fana. Sehingga kegiatan-kegia- tan rohani (lila) Nya mensucikan, menyenangkan dan mem-bahagiakan seluruh dunia beserta penduduknya. 9. Oleh sebab itu, Sri Krishna tidak pula terkena hukum punarbhava yakni lahir ke dunia fana karena hutang karma. Melain- kan, Beliau turun ke alam material semata mata karena karuniaNya yang tidak berse bab demi kesejahteraan dunia beserta se- gala makhluk penghuninya. 10. Karena itu Sri Krishna berkata,,“Yada yada hi dharmasya glanir bha- vati bharata abhyutthanam adharmasya tadatmanam srjamy aham, ka- panpun dan di manapun terjadi kemerosotan dharma dan adharma me- rajalela, maka pada saat itu Saya turun sendiri ke dunia fana untuk pari- tranaya sadhunam vinasaya ca durkrtam dharma samsthamanarthaya, melindungi orang-orang saleh dan membasmi mereka yang jahat dan menegakkan dharma”(Bg.4.7-8) 11. Mengerti kegiatan-kegiatan rohani (lila) Sri Krishna yang sungguh mensucikan, mensejahterakan dan membahagiakan kehidupan segala makhluk, tidak mudah. Sebab dikatakan, “Harer martya vidambhanena drso nrnam calayatah, kegiatan rohani (lila) Sri Hari (Krishna) tidak

Page 35: Karma-phala Dan Punarbhava

dimengerti secara benar oleh orang-orang yangdisebut manusia fana. Li- la Beliau hanya membingungkan pikiran mereka” (Bg.3.1.42).

XXVII. POHON KEHIDUPAN MATERIAL 1. Badan jasmani yang di huni/dikendarai oleh sang makhluk hidup (jiva) dan terbentuk dari 24 (dua puluh empat) unsur materi alam fana beserta segala macam kegiatan (karma) dan akibat (phala) nya, diibaratkan oleh Veda sebagai pohon kehidupan material. Pohon kehidupan material ini dapat dijelaskan sebagai berikut (Bhag.11. 12.22-23). (a) Benih/bibit nya = perbuatan (karma) bajik dan jahat. (b) Akar-akarnya yang berjumlah ratusan = beraneka-macam ke inginan sang jiva. (c) Tiga batangnya bagian bawah = triguna, tiga sifat alam ma- terial sattvam (kebaikan), rajas (kenafsuan) dan tamas (ke- gelapan/kebodohan). (d) Lima batangnya bagian atas = lima unsur materi kasar (pan- ca-maha bhuta) alam fana yaitu akasa, udara, api, air dan ta nah. (e) Lima jenis bunganya = lima obyek indriya yaitu: aroma, sen- tuhan, rasa, wujud/rupa dan suara. (f) Sebelas cabangnya = lima indriya pekerja (tangan, kaki, mu- ,

Page 36: Karma-phala Dan Punarbhava

lut anus dan kemaluan) dan lima indriya persepsi (telinga, mata, hidung, lidah dan kulit) dan pikiran (manah). (g) Dua ekor burung yang hinggap padanya = sang makhluk hidup (jiva atau atma) dan Tuhan (Paramatma). (h) Tiga macam kulit kayunya = Tridatu (udara, lendir dan empedu), dan (i) Dua macam buahnya = kesenangan dan kesusahan. 2. Makna pohon kehidupan material ini adalah: jikalau sang jiva berjasmani manusia hidup berdasarkan prinsip-prinsip dhar- ma, itu berarti dia menanam benih perbuatan (karma) bajik. Buah (phala) yang kelak dipetik dari pohon kehidupan yang di tanamnya adalah kesenangan/kebahagiaan. Sebaliknya, jika- lau sang jiva berjasmani manusia hidup berdasarkan prinsip- prinsip adharma, itu berarti dia menanam benih perbuatan (karma) buruk. Buah (phala) yang kelak dipetik dari pohon ke- kehidupan yang ditanamnya adalah kesusahan/penderitaan. XXVIII. TEBANGLAH POHON KEHIDUPAN MATERIAL INI 1. Veda minta agar saya dan anda menebang pohon ke- hidupan material ini. Sebab kedua macam buahnya yaitu kesenangan dan kesusahan material sama-sama mengikat sang jiva di dunia fana dalam lingkaran sam- sara yaitu: kelahiran (janma), usia-tua (jara), penyakit (vyadhi) dan kematian (mrtyu). Karena itu, pohon kehidupan ini disebut

Page 37: Karma-phala Dan Punarbhava

pohon samsara. 2. Bagaimanakah caranya menebang pohon kehidupan atau pohon sam- sara ini? Veda menjawab, “Asanga sastrena drdhena chittva, tebanglah pohon kehidupan material ini dengan senjata (kampak) ketidak-meleka tan pada kesenangan material dunia fana (Bg.15.3). Asajjitatma hari se- vaya sitam jnanasinam tarati param, potonglah keterikatan pada obyek- obyek indriya (yang memberikan kesenangan duniawi semu) dengan pedang pengetahuan rohani yang telah di-asah dengan pelayanan bhak ti kepada Sri Hari (Bhag.7.5.31)”.