kapang Khamir Tika.docx

Embed Size (px)

Citation preview

MORFOLOGI KAPANG DAN KHAMIR

MORFOLOGI KAPANG DAN KHAMIR

I. KOMPETENSI UMUMMengetahui dan memahami perbedaan dari morfologi kapang dan khamir secara makroskopik maupun mikroskopik II. KOMPETENSI KHUSUSUntuk mengamati morfologi jamur murni Malassezia furfur dan Aspergillus niger secara makroskopik serta morfologi jamur yang terdapat pada sampel strawberi, kentang, labu, kelapa dan tomat.III. PRINSIP Mengidentifikasi jenis morfologi dari kapang dan khamir dari sampel jamur pada sampel strawberi, kentang, labu, kelapa dan tomat dengan menggunakan metode mikroskopik dan dengan metode makroskopik dengan melihat pertumbuhan jamur murni Malassezia furfur dan Aspergillus niger pada medium PDA (Potato Dekstrosa Agar).IV. LANDASAN TEORIKapang bersifat multiseluler, bentuk tertinggi dari jamur. Kapang tersusun dari filamen- filamen yang di sebut Hifa, ikatan yang melimpah dan kusut disebut Miselium. Struktur yang khusus untuk reproduksi yang ditimbulkan dari hifa dan menghasilkan conidia (Juga disebut Spora) , masing- masing dapat berkecambah untuk membentuk pertumbuhan baru jamur. Pertumbuhan yang tampak pada Kapang sering memiliki tampilan yang tidak jelas karena perpanjangan miselium dari dasar pertumbuhan vegetatif nya, mendorong hifa khusus yang tahan conidia ke dalam udara (Morello, 2002).Sebagian besar dari ribuan spesies khamir dan kapang ditemukan di alam yang bersifat saprofit dan mampu menahan sebab penyakit. Tentu saja , banyak yang sangat bermanfaat dalam proses pembuatan makanan (Seperti Keju) dan sebagai sumber bahan antimikroba. Pecillium notatum, sebagai contoh, kapang yang menghasilkan penicillin (Morello, 2002). Menurut bentuk dan struktur selnya makhluk hidup dibedakan menjadi dua yaitu makhluk hidup bersel banyak dan makhluk hidup bersel satu, makhluk ini tidak dapat terlihat dengan mata kita, karena panca indra manusia memiliki kemampuan daya pisah atau daya lihat yang sangat terbatas. Oleh karena itu banyak masalah mengenai benda atau organisme yang akan diamati dan pengamatan itu hanya bisa dilakukan dengan menggunakan alat bantu. Salah satu alat bantu yang sering digunakan dalam penelitian atau pengamatan tentang organisme yang tidak bisa dilihat dengan mata, terutama dalam bidang kedokteran dan biologi adalah mikroskop (Dwidjoseputro, 1994).Ilmu yang mempelajari fungi disebut mikologi,ilmu yang mempelajari struktur sebagai dasar identifikasi fungi,mengesploitasi daur hidup fungi karena fungi diidentifikasi dari tahap seksual daur hidupnya,serta mempeajari kebutuhan nutrisi fungi (Pratiwi,2008). Fungi merupakan organisme kemohetorotrof yang memerlukan senyawa organic untuk nutrisi (sumber karbon dan energy). Bila sumber nutrisi tersebut diperoleh dari bahan organic mati, maka fungi tersebut disebut saprofit.beberapa fungi yang bersifat menguntungkan karena merupakan bahan makanan, misalnya cendawan (Pratiwi,2008)Karakteristik fisiologi jamur adalah sebagai berikut (Hidayat, 2006) :1. Kandungan airPada umumnya jamur benang lebih tahan terhadap kekeringan dibanding khamir atau bateri, dan dikatakan bahwa kandungan air dibawah 14-15% pada biji-bijian atau makanan kering dapat mencegah atau memperlambat pertumbuhan jamur.2. SuhuSuhu optimum untuk kebanyakn jamur sekitar 250 300C, namun beberapa tumbuh baik pada suhu 350 370 atau lebih.3. Kebutuhan oksigen dan derajat keasamanJamur benang biasanya bersifat aerob, yang membutuhkan oksigen untuk pertumbuhannya. Kebanyakan jamur dapat tumbuh pada interval pH yang luas (pH 2,0 - 8,5), walaupun pada umumnya lebih suka pada kodisi asam.4. Kebutuhan makanan (Nutrisi)Jamur pada umumnya mampu menggunakan bermacam macam makanan,dari yang sederhana sampai yang kompleks. Kebanyakan jamur memiliki bermacam macam enzim hidrolitik,yaitu amylase,paktinase,proteinase dan lipase.5. Senyawa penghambatBeberapa jamur memproduksi komponen penghambat bagi mikroba lain,contohnya penicillium.Istilah khamir umunya digunakan untuk menyebut bentuk-bentuk yang menyerupai jamur dari kelompok Ascomycetes yang tidak berfilamen tetapi uniseluler dengan bentuk ovoid atau spheroid (Hidayat, 2006).Identifikasi khamir serupa dengan identifikasi, yaitu dengan melalui tes biokimia, sedngkan identifikasi kapang didasarkan pada kenampakan fisik, termasuk karakteristik koloni dan spora reproduktif (Pratiwi,2008).Khamir ada yang bermanfaat dan ada pula yang membahayakan manusia. Fermentasi khamir banyak yang digunakan dalam pembuatan roti, bir, wine, vinegar dan sebagainya (Hidayat, 2006).Khamir dapat diklasifikasikan berdasarkan karakteristik morfologinya. Namun demikian sifat fisiologi juga dipentingkan bagi para ahli miukrobiologi pangan (Hidayat, 2006).1. Karakteristik morfologiKarakteristik morfologi khamir diderterminasi menggunakan uji mikroskopis.a. Bentuk dan strukturBentuk khamir dapat sperikal sampai ovoid. Kadang dapat membentuk miselium semu. Ukuran juga bervariasi. Struktur yang dapat diamati meliputi dinding sel, sitoplasma, vakuol air, globula lemak dan granula.b. ReproduksiKebanyakan khamir melakukan reproduksi secara aseksual melalui pembentukan tunas secara multilateral ataupun polar.c. Karakteristik kulturKhamir dapat membentuk lapisan film diatas permukaan medium cair.Ada berabagi khamir yang memiliki fungsi penting dalam fermentasi, diantaranya adalah sebagai berikut (Hidayat, 2006) :1. Saccharomyces cerevisiae, dalam bidang pangan.2. Saccharomyces roxii, adalah khamir yang digunakan dalam pembuatan kecap dan berkontribusi pada pembentukan aroma.V. Metode KerjaA. AlatAlat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah batang V, cawan petri steril, deg gelas, erlenmeyer, kertas saring, lampu spritus, mikroskop, objek gelas, ose bulat, pinset, pipet tetes, Spoit, dan vial.B. BahanBahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah asam tartrat, gliserol, medium PDA, metylen blue, tissue, sampel berjamur (strawberi, tomat, kentang, labu, kelapa), Aspergillus niger, dan Malassezia furfur

C. Cara Kerja1. Makroskopik Metode Tuanga. Dimasukkan secara bersamaan 10 ml medium PDA, dan 1 ose biakan jamur Malassezia furfur ke dalam cawan petri.b. Dibiarkan sampai memadat.c. Diinkubasikan selama 3 x 24 jam pada suhu kamar di enkas.d. Diamati, bentuk permukaan, warna koloni, bau khas, titik pusat permukaan (radial furrow), zonation, titik uap air pada permukaan (exudates drops) dan latar belakang warna koloni (reverse of colony).2. Makroskopik Metode Goresa. Dimasukkan 10 ml medium PDA ke dalam cawan petri.b. Kemudian masukkan lagi biakan jamur Malassezia furfur sebanyak 1 ose dengan cara digoreskan pada medium.c. Dibiarkan memadat.d. Diinkubasi selama 3-5 x 24 jam pada suhu kamar di enkas.e. Diamati bentuk permukaan, warna koloni, bau khas, titik pusat permukaan (radial furrow), zonation, titik cair-cair pada permukaan (exudates drops) dan latar belakang warna koloni (reverse of colony).3. Mikroskopik Langsunga. Disiapkan sampel kentang berjamurb. Diambil satu ose sampel dan ditempatkan di atas objek glass.c. Kemudian ditetesi dengan metylen blue sebanyak 1 tetes.d. Preparat ditutup dengan dek glass kemudian diamati morfologinya dengan mikroskop.e. Kemudian diamati bentuknya.4. Mikroskopik Tidak Langsung (Slide Culture)a. Disiapkan cawan petri, lalu dimasukkan kertas saring ke dalamnya.b. Di atas kertas saring tersebut diletakkan batang V yang terbuat dari aluminium foilc. Kemudian di atas batang V ini diletakkan objek dan dek glass.d. dimasukkan medium PDA + As.Tatrat 1 tetes ke atas objek glass yang sebelumnya telah berisi biakan jamur Malassezia furfur e. Preparat kemudian ditutup dengan dek glass dan di atas kertas saring ditetesi gliserol.f. Kemudian cawan petri ditutup dan diinkubasi selama 3 x 24 jam (pada suhu kamar) di enkas.g. Diamati di bawah mikroskop

VI. Data Pengamatana. Data Pengamatan1. MakroskopikPengamatanJamur Murni (MF)

TuangGores

Bentuk Permukaanconvexconvex

Warnah KoloniPutih Putih

Radial Furrow++

Growing zone++

Zonation++

Exudate drops++

Reserve of colony++

BauBusukBusuk

b. Gambar PengamatanMakroskopikLABORATORIUM MIKROBIOLOGIFAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

\\\UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Jamur : Malassezia furfur Metode : Tuang ( medium PDA )

Medium : PDAMikroba : Neurospora

Cawan petri Bentuk permukaanWarna koloni

LABORATORIUM MIKROBIOLOGIFAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Mikroba : Malassezia furfurMetode : Gores ( medium PDA )

Cawan petri Bentuk permukaan Warna Koloni

Mikroskopis LABORATORIUM MIKROBIOLOGIFAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Sampel : KentangPereaksi : Metilen Blue

Bentuk KoloniWarna Koloni

LABORATORIUM MIKROBIOLOGIFAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Bentuk KoloniWarna Koloni

Jamur : Malassezia furfur Pereaksi : Tartrat

VII. PembahasanKapang merupakan jamur yang multiseluler dimana yang umumnya lebih besar dari pada bakteri. Sedangkan Khamir merupakan jamur yang bersel tunggal yang lebih sederhana dibanding dengan kapang.Tujuan dari Percobaan Morfologi Kapang dan Khamir adalah untuk melihat pertumbuhan dari jamur yang meliputi bentuk koloni dan bagian-bagiannya dengan menggunakan sampel Kentang serta biakan murni Malassezia furfur.Dalam percobaan ini dilakukan dua metode, yaitu makroskopik dan mikroskopik. Dilakukan metode makroskopik bertujuan untuk mengamati secara kasat mata morfologi jamur yang meliputi warna dan permukaan jamur dan untuk lebih jelasnya dilakukan dengan cara mikroskopik, dalam hal ini digunakan mikroskop untuk memperjelas pengamatan tentang bagian-bagian dan jenis dari jamur. Pada makroskopik digunakan metode gores dan metode tuang agar diketahui perbedaan kedua metode secara makroskopik. Pada metode mikroskopik langsung yakni pertama-tama dek gelas dan objek gelas dibersihkan dengan menggunakan alkohol, lalu diambil 1 ose biakan jamur kemudian digoeskan pada objek gelas kemudian diberikan 1 tetes Metilen Blue, lalu ditutup dengan dek gelas lalu diamati dibawah mikroskop.Pada metode mikroskopik secara tidak langsung yakni pertama-tama cawan petri dimasukkan kertas saring, batang v, objek gelas, dan dek gelas lalu disterilkan, dan pada saat praktikum yakni pada objek gelas yang disimpan diatas batang v diberikan beberapa tetes medium PDA pada bagian bawah objek gelas tepat pada kertas saring dan 3 tetes asam tatrat lalu ditambahkan 1 ose biakan jamur ditutup dengan dek gelas, kemudian ditambahkan gliserol disekeliling cawan petri. Lalu diinkubasi selama 3 x 24 jam, kemudian diamati dibawah mikroskop. Pada metode tuang yakni pertama-tama dimasukkan medium PDA 10 mL ke dalam vial. Ambil 1 ose jamur murni dalam vial lalu dimasukkan ke vial, kemudian tuangkan medium tersebut cawan petri dengan cara didekatkan pada lampu spiritus. Kemudian diinkubasi selama 3 x 24 jam, diamati hasil yang didapat. Pada metode gores yakni dimasukkan medium PDA 10 mL pada cawan petri, setelah memadat, masukkan 1 ose jamur murni secara gores. Diinkubasi selama 3 x 24 jam dan diamati perkembangan jamurnya. Dengan penambahan Metilen Blue pada metode mikroskopik langsung yaitu karena Metilen Blue dapat memberikan warna pada mikroba sehingga memperjelas penampakan dalam melakukan pengamatan.Penggunaan PDA (Potato Dextrosa Agar) karena medium yang digunakan sesuai dan cocok dengan kapang dan khamir (fungi) yang akan dibiakan dan diamati pertumbuhannya.Penambahan dengan menggunakan asam tartat karena asam tartat dapat memberikan suasana asam , karena fungi dapat tumbuh pada suasana asam. Pada percobaan ini digunakan juga gliserol pada kertas saring dengan maksud untuk memberikan kelembaban pada cawan Petri di mana jamur tersebut akan tumbuh, gliserol tersebut di tetskan diatas kertas saring sebab kertas saring dapat menyerap gliserol tersebut sehingga kelembaban di dalam cawan Petri tersebut tetap terjaga.Tujuan digunakannya batang V pada percobaan ini yaitu agar dek dan objek gelas tidak berhubungan langsung dengan kertas saring .yang telah ditetesi dengan gliserol.Dilakukan inkubasi selama 3 x 24 jam karena yang diamati pada percobaan ini yaitu jamur dimana pertumbuhan jamur itu berbeda dengan bakteri, jamur membutuhkan waktu ytang lebih lama untuk berproduksi jika dibandingkan dengan bakteri.Pada pengamatan secara makroskopik, kemudian diamati morfologinya. Bentuk permukaan Malassezia furfur ialah convex, dengan bau yang tidak menyenangkan/busuk. Warna yang muncul yaitu putih tulang. Terdapat pertumbuhan (growing zone), terdapat juga sonasi/lingkaran konsentris (zonation), tampak adanya titik pusat pertumbuhan (radial furrow), kumpulan suatu jamur/ koloni (refuse of koloni) juga terlihat dan titik cair pada permukaan (exudates drops) juga terlihat. Warna latar belakang koloni yaitu putih.Untuk sampel Kentang, setelah diamati dibawah mikroskop ternyata meiliki ciri seperti memeliki Sporangium, kolumcia, Apofise, Sporangifor, dan Candida albican Faktor-faktor kesalahan yang mungkin terjadi pada praktikum yang telah kami lakukan terhadap hasil praktikum antara lain :1. Ketidaktelitian praktikan dalam menentukkan jenis jamur.2. Kesalahan pada saat menggores,menuang maupun menusuk biakkan bakteri/jamur

VIII. KesimpulanPada pengamatan secara makroskopik, bentuk permukaan Malassezia furfur ialah convex, dengan bau yang tidak menyenangkan/busuk. Warna yang muncul, yaitu putih. Terdapat pertumbuhan (growing zone), terdapat juga sonasi/lingkaran konsentris (zonation), tampak adanya titik pusat pertumbuhan (radial furrow), kumpulan suatu jamur/ koloni (refuse of koloni) juga terlihat dan titik cair pada permukaan (exudates drops) juga terlihat. Warna latar belakang koloni , yaitu putih.Untuk sampel Kentang, meiliki ciri seperti memeliki Sporangium, kolumcia, Apofise, Sporangifor, dan Candida albican.

IX. DAFTAR PUSTAKADwidjoseputro, D.,1994.,Dasar-Dasar Mikrobiologi.,edisi ke 13., Djambatan., Jakarta.

Ditjen POM, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Depkes RI : Jakarta

Hidayat,Nur dkk. 2006. Mikrobiologi Industri. Penerbit ANDI : Yogyakarta

Irianto.K, 2003, Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme, Jilid 2 , Yrama Widya.

Morello, Josephine. 2003. Laboratory Manual and Workbook in Microbiology Applications to Patient Care 7th ed. The McGraw- Hill companies.

Pratiwi, T Sylvia, 2008, Mikrobiologi Farmasi, PT.Erlangga, Jakarta

X. LAMPIRANA. SKEMA KERJA1. Secara MakroskopikA. Metode Tuang B. Metode Gores

Suspensi biakan Medium PDA jamur

Medium PDA Biakan jamur

Inkubasi 3 5 x 24 jam Inkubasi 3 5 x 24 jam Pada suhu kamar Pada suhu kamar

Pengamatan Meliputi :a. Bentuk permukaanb. Warna kolonic. Bau khasd. Radial forrowe. Growing zonef. Zonationg. Exudate dropsh. Reverse of colony

2. Secara Mikroskopik Secara Langsung

Methylen Blue Sampel

Preparat Ditutup

Deg Glass

Pengamatan Morfologi oleh mikroskop(mulai perbesaran terkecil)

3. Secara Mikroskopik Secara Tidak Langsung (Slide Culture)

Capet Batang V Kertas Saring Objek Glass Dek glass

Sterilisasi1 Tetes 1 OseBiakan jamur

Medium PDA +As. TatratPreparat ditutup dengan dek glassTeteskan pada kertas saring

Gliserol 10% Capet ditutup

Inkubasi 3 5 x 24 jam (suhu kamar)

Pengamatan oleh mikroskop

B. URAIAN MIKROORGAINSME1. Aspergillus niger Klasifikasi (http://id.wikipedia.org/wiki/Aspergillus_niger)Domain : EukaryotaPhylum : AscomycotaClass : EurotiomycetesOrdo : EurotialesFamily : TrichocomaceaeGenus : AspergillusSpesies : Aspergillus niger2. Malassezia FurfurKlasifikasi ( http://en.wikipedia.org/wiki/Malassezia ) Kingdom : FungiDivision : BasidiomycotaSubdivision : UstilaginomycotinaClass : ExobasidiomycetesOrdo: MalassezialesFamily: MalasseziaceaeGenus : Malassezia

C. Uraian Bahan1. Asam Tatrat (Dirjen POM. 1979)Nama resmi: Acidum tartaricumNama lain: Asam tatratRM / BM: CHOPemerian: Hablur, tidak berwarna atau bening atau serbuk hablur halus sampai granul Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air; mudah larut dalam etanolPenyimpanan: dalam wadah tertutupKegunaan: Pemberi suasana asam.2. Metilen Biru (Dirjen POM. 1979)Nama resmi : Methylthionini chloridunNama lain : Metilen BiruRM / BM : CHCINS.3HO / 373,90Pemerian : Hablur atau serbuk hijau tua, berkilauan seperti perunggu, tidak berbau atau praktis tidak berbau, stabil diudara; larut dalam air dan dalam etanol. Berwarna biru tuaKelarutan : Larut dalam air dan dalam kloroform; agak sukar dalam etanolPenyimpanan : Dalam wadah tertutup baikKegunaan : Untuk memperjelas warna dan morfologi sebagai indikator 3. Gliserol 10% (Dirjen POM. 1979)Nama lain : GlycerolumNama lain : GliserinRM / BM : CHO / 92,09Pemerian : Cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna; rasa manis; hanya berbau khas lemah; (tajam atau tidak enak). Higroskopik; netral terhada lakmusKelarutan :Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol; tidak larut dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak dan dalam minyak menguapPenyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.Kegunaan : Sebagai zat untuk melembabkan kertas saring.NUR ATIKA AHMAD BAI ATHUR RIDWAN, S.Farm150 2013 0271