Kanker Rongga Mulut Natalia

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/22/2019 Kanker Rongga Mulut Natalia

    1/35

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Penyakit-penyakit jaringan lunak rongga mulut telah menjadi perhatian serius oleh para

    ahli terutama dengan meningkatnya kasus kematian yang diakibatkan oleh kanker yang ada di

    rongga mulut terutama sekali pada negara-negara yang sedang berkembang.

    Kanker rongga mulut merupakan kira-kira 5% dari semua keganasan yang terjadi pada

    kaum pria dan 2% pada kaum wanita (Lynch,1994). Telah dilaporkan bahwa kanker rongga

    mulut merupakan kanker utama di India khususnya di Kerala dimana insiden rata-rata dilaporkan

    paling tinggi, sekitar 20% dari seluruh kanker (Balaram dan Meenattoor,1996).

    Walaupun ada perkembangan dalam mendiagnosa dan terapi, keabnormalan dan

    kematian yang diakibatkan kanker mulut masih tinggi dan sudah lama merupakan masalah

    didunia. Beberapa alasan yang dikemukakan untuk ini adalah terutama karena kurangnya deteksi

    dini dan identifikasi pada kelompok resiko tinggi, serta kegagalan untuk mengontrol lesi primer

    dan metastase nodus limfe servikal (Lynch,1994; Balaram dan Meenattoor,1996).

    Untuk mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh kanker mulut, WHO telah membuat

    petunjuk untuk mengendalikan kanker mulut, terutama bagi negara-negara yang sedang

    berkembang. Pengendalian tersebut berdasarkan pada tindakan pencegahan primer dimana

    prinsip utamanya mengurangi dan mencegah paparan bahan-bahan yang bersifat karsinogen.

    Pendekatan kedua adalah melalui penerapan pencegahan sekunder, yaitu berupa deteksi dini lesi-

    lesi kanker dan prakanker rongga mulut (Subita,1997). Folson dkk, 1972, memperkirakan bahwa

    80% dari semua kasus kematian akibat kanker rongga mulut dapat dicegah dengan deteksi dini

    keganasan dalam mulut (Folson dkk,1972).

    Pada umumnya, untuk mendeteksi dini proses keganasan dalam mulut dapat dilakukan

    dengan melalui anamnese, pemeriksaan klinis dan diperkuat oleh pemeriksaan tambahan secara

    laboratorium. Dalam makalah ini akan dikemukakan langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh

    dokter gigi untuk mendeteksi dini proses keganasan dalam mulut. Dengan demikian diharapkan

    dokter gigi dapat menemukan lesi-lesi yang dicurigai sebagai proses keganasan lebih awal

    sehingga prognosis kanker rongga mulut lebih baik.

  • 7/22/2019 Kanker Rongga Mulut Natalia

    2/35

    2

    BAB II

    KANKER RONGGA MULUT

    II.1 DEFINISI

    A. Batasan

    Kanker rongga mulut ialah kanker yang berasal dari epitel baik berasal dari mukosa atau kelenjar

    liur pada dinding rongga mulut dan organ dalam mulut.

    Batas-batas rongga mulut ialah:

    Depan : tepi vermilion bibir atas dan bibir bawah Atas : palatum durum dan molle Lateral : bukal kanan dan kiri Bawah : dasar mulut dan lidah Belakang : arkus faringeus anterior kanan kiri dan uvula, arkus

    glossopalatinus kanan kiri, tepi lateral pangkal lidah,

    papilla sirkumvalata lidah.

    Ruang lingkup kanker rongga mulut meliputi daerah spesifik dibawah ini :

    a. bibirb. lidah 2/3 anteriorc. mukosa bukald. dasar mulute. ginggiva atas dan bawahf. trigonum retromolarg. palatum durumh. palatum molle

  • 7/22/2019 Kanker Rongga Mulut Natalia

    3/35

    3

    II.2 EPIDEMIOLOGI

    1. Insidens dan frekwensi relatif

    Berapa besar insidens kanker rongga mulut di Indonesia belum kita ketahui dengan pasti.

    Frekwensi relatif di Indonesia diperkirakan 1,5%-5% dari seluruh kanker. Insidens kanker

    rongga mulut pada laki-laki yang tinggi terdapat di Perancis yaitu 13.0 per 100.000, dan yang

    rendah di Jepang yaitu 0.5 per 100.000, sedang pada perempuan yang tinggi di India yaitu

    5.8 per 100.000 dan yang rendah di Yugoslavia yaitu 0.2 per 100.000 (Renneker, 1988).

    Angka kejadian kanker rongga mulut di India sebesar 20-25 per 100.000 atau 40% dari

    seluruh kanker, sedangkan di Amerika dan Eropa sebesar 3-5 per 100.000 atau 3-5% dari

    seluruh kanker. Kanker rongga mulut paling sering mengenai lidah (40%), kemudian dasar

    mulut (15%), dan bibir (13%).

    2. Distribusi kelamin

    Kanker rongga mulut lebih banyak terdapat pada laki-laki daripada perempuan dengan

    perbandingan 3/2 - 2/1

    3. Distribusi umur

    Kanker rongga mulut sebagian besar timbul pada usia diatas 40 tahun (70%).

    4. Distribusi geografis

    Kanker rongga mulut tersebar luas di seluruh dunia. Yang tinggi insidensnya di Perancis dan

    India, sedang yang rendah di Jepang.

    5. Etiologi dan faktor resiko

    Etiologi kanker rongga mulut ialah paparan dengan karsinogen, yang banyak terdapat pada

    rokok atau tembakau.

    RIsiko tinggi mendapat kanker rongga mulut terdapat pada orang yang perokok,

    nginang/susur, peminum alkohol, gigi karies, higiene mulut yang jelek

  • 7/22/2019 Kanker Rongga Mulut Natalia

    4/35

    4

    II.3 KLASIFIKASI HISTOPATOLOGI

    A. Tipe Histologi

    NO TIPE HISTOLOGI ICD.M

    1 Squamous cell carc. 5070/3

    2 Adenocarcinoma 8140/3

    3 Adenoid cyst.carc 8200/3

    4 Ameloblastic carc 9270/2

    5 Adenolymphoma 8561/3

    6 Mal. mixed tumor 8940/3

    7 Pleomorphic carc 8941/3

    8 Melanoma maligna 8720/3

    9 Lymphoma maligna 9590/3-9711/3

    Sebagian besar (90%) kanker rongga mulut berasal dari mukosa yang berupa karsinoma

    epidermoid atau karsinoma sel skwamosa dengan diferensiasi baik, tetapi dapat pula

    berdiferensiasinya sedang, jelek atau anaplastik. Bila gambaran patologis menunjukkan suatu

    rabdomiosarkoma, fibrosarkoma, malignant fibrohistiocytoma atau tumor ganas jaringan lunak

    lainnya, perlu diperiksa dengan teliti apakah tumor itu benar suatu tumor ganas rongga mulut

    (C00-C06) ataukah suatu tumor ganas jaringan lunak pipi, kulit atau tulang yang mengadakan

    invasi ke rongga mulut.

    B. Derajat Diferensiasi

    DERAJAT DIFERENSIASI

    GRAD

    E

    KETERANGAN

    G1 Differensiasi baik

    G2 Differensiasi sedangG3 Differensiasi jelek

    G4 Tanpa differensiasi =anaplastik

    C. Laporan Patologi Standard

    Yang perlu dilaporkan pada hasil pemeriksaan patologis dari spesimen operasi meliputi :

  • 7/22/2019 Kanker Rongga Mulut Natalia

    5/35

    5

    1. tipe histologis tumor

    2. derajat diferensiasi (grade)

    3. pemeriksaan TNM untuk menentukan stadium

    patologis (pTNM)

    T = Tumor primer

    - Ukuran tumor

    - Adanya invasi kedalam pembuluh darah/limfe

    - Radikalitas operasi

    N = Nodus regional

    - Ukuran KGB

    - Jumlah KGB yang ditemukan

    - Level KGB yang positif

    - Jumlah KGB yang positif

    - Invasi tumor keluar kapsel KGB

    - Adanya metastase ekstra nodal

    M = Metastase jauh

    II.4 KLASIFIKASI STADIUM KLINIS

    Menentukan stadium kanker rongga mulut dianjurkan memakai sistem TNM dari UICC, 2002.

    Tatalaksana terapi sangat tergantung dari stadium. Sebagai ganti stadium untuk melukiskan

    beratnya penyakit kanker dapat pula dipakai luas ekstensi penyakit.

  • 7/22/2019 Kanker Rongga Mulut Natalia

    6/35

    6

    Stadium karsinoma rongga mulut :

    ST T N M TNM KETERANGAN

    0 TIS N0 M0 T0 Tidak ditemukan tumor

    TIS Tumor in situ

    I T1 N0 M0 T1 2 cm

    T2 >2 cm - 4 cm

    II T2 N0 M0 T3 > 4 cm

    T4a

    T4b

    Bibir :infiltrasi tulang, n.alveolaris inferior, dasar

    mulut, kulit

    Rongga mulut : infiltrasi tulang, otot lidah

    (ekstrinsik /deep), sinus maksilaris, kulit

    Infiltrasi masticator space, pterygoid plates,

    dasar tengkorak, a.karotis interna

    III T3 N0 M0

    T1 N1 M0 N0 Tidak terdapat metastase regional

    T2 N1 M0 N1 KGB Ipsilateral singel, 3 cm

    T3 N1 M0 N2a KGB Ipsilateral singel, >3 - 6 cm

    N2b KGB Ipsilateral multipel, < 6 cm

    IVAT4

    Tiap T

    N0,N1

    N2

    M0

    M0N2c KGB Bilateral /kontralateral, < 6 cm

    N3 KGB > 6 cm

    IVB Tiap T N3M0

    IVC Tiap TTiap N M1 M0 Tidak ditemukan metastase jauh

    M1 Metastase jauh

    Luas ekstensi kanker :

  • 7/22/2019 Kanker Rongga Mulut Natalia

    7/35

    7

    NO LUAS EKSTENSI

    1 Kanker In Situ

    2 Kanker lokal

    3 Ekstensi lokal

    4 Metastase jauh

    5Ekstensi lokal disertai meta

    jauh

    I1.5 GAMBARAN KLINIS

    Kebanyakan pasien kanker rongga mulut mempunyai riwayat lesi/keadaan prakanker

    mulut sebelumnya, seperti leukoplakia, eritrplakia, submukus fibrosis dan lain-lain. Untuk itu

    dokter gigi seharusnya mengenali gambaran klinis lesi-lesi tersebut (Balaram dan

    Meenattoor,1996).

    Umumnya kanker rongga mulut tahap dini tidak menimbulkan gejala, diameter kurang

    dari 2 cm, kebanyakan berwarna merah dengan atau tanpa disertai komponen putih, licin, halus

    dan memperlihatkan elevasi yang minimal (Lynch,1994). Seringkali awal dari keganasan

    ditandai oleh adanya ulkus. Apabila terdapat ulkus yang tidak sembuh-sembuh dalam waktu 2

    minggu, maka keadaan ini sudah dapat dicurigai sebagai awal proses keganasan. Tanda-tanda

    lain dari ulkus proses keganasan meliputi ulkus yang tidak sakit, tepi bergulung, lebih tinggi dari

    sekitarnya dan indurasi (lebih keras), dasarnya dapat berbintil-bintil dan mengelupas.

    Pertumbuhan karsinoma bentuk ulkus tersebut disebut sebagai pertumbuhan endofitik

    (Williams,1990; Tambunan,1993). Selain itu karsinoma mulut juga terlihat sebagai pertumbuhan

    yang eksofitik (lesi superfisial) yang dapat berbentuk bunga kol atau papiler, mudah berdarah.

    Lesi eksofitik ini lebih mudah dikenali keberadaannya dan memiliki prognosa lebih baik

    (Williams; 1990; Tambunan,1993).

    Gambaran klinis kanker rongga mulut pada berbagai lokasi rongga mulut mungkinmemiliki beberapa perbedaan (Daftary,1992). Untuk lebih jelas, gambaran klinis akan dibahas

    secara terpisah menurut lokasinya.

  • 7/22/2019 Kanker Rongga Mulut Natalia

    8/35

    8

    Kanker pada lidah

    Hampir 80% kanker lidah terletak pada 2/3 anterior lidah (umumnya pada tepi lateral dan

    bawah lidah) dan dalam jumlah sedikit pada posterior lidah (Daftary,1992; Tambunan,1993;

    Pinborg,1986). Gejala pada penderita tergantung pada lokasi kanker tersebut. Bila terletak pada

    bagian 2/3 anterior lidah, keluhan utamanya adalah timbulnya suatu massa yang seringkali terasa

    tidak sakit. Bila timbul pada 1/3 posterior, kanker tersebut selalu tidak diketahui oleh penderita

    dan rasa sakit yang dialami biasanya dihubungkan dengan rasa sakit tenggorokan.

    Kanker yang terletak 2/3 anterior lidah lebih dapat dideteksi dini daripada rang terletak

    pada 1/3 posterior lidah. Kadang-kadang metastase limph node regional mungkin merupakan

    indikasi pertama dari kanker kecil pada lidah :Pinborg,1986).

    Pada stadium awal, secara klinis kanker lidah dapat bermanifestasi dalam berbagai

    bentuk, dapat berupa bercak leukoplakia, penebalan, perkembangan eksofitik atau endofitik

    bentuk ulkus. Tetapi sebagian besar dalam bentuk ulkus :Daftary,1992). Lama-kelamaan ulkus

    ini akan mengalami infiltrasi lebih dalam jangan tepi yang mengalami indurasi (Pinborg,1986).

    Umumnya tidak menimbulkan rasa sakit kecuali ada infeksi sekunder.

    Kanker pada bibir

    Kanker bibir selalu dihubungkan dengan orang-orang yang memiliki aktivitas diluar

    seperti nelayan dan petani. Sinar matahari mungkin terlibat dalam Datogenese kanker bibir.

    Umumnya lebih banyak terjadi pada bibir bawah jaripada bibir atas (Daftary,1992;

    Pinborg,1986; Smith,1989).

  • 7/22/2019 Kanker Rongga Mulut Natalia

    9/35

    9

    Pada awal pertumbuhan, lesi dapat berupa nodul kecil atau ulkus yang tidak sembuh-

    sembuh. Deteksi tumor pada keadaan ini memberikan kesempatan untuk menemukan karsinoma

    dini (Daftary,1992; Pinborg,1986,Tambunan,1993). Lesi yang lebih lanjut dapat berbentuk

    papillari, ulseratif atau infiltratif. Tipe papilomatous dapat diawali dari epitel yang menebal dan

    sebagian dari epitel ini tetap berada pada superficial. Lesi-lesi yang ulseratif dan infiltratif

    diawali dari epitel yang menebal tetapi selanjutnya mengalami infiltrasi lebih dalam

    (Daftary,1992). Tanda yang paling penting adalah terdapat indurasi yang didapat pada pinggiran

    ulkus.

    Kanker dasar mulut

    Kanker pada dasar mulut biasanya dihubungkan dengan penggunaan alkohol dan

    tembakau. Pada stage awal mungkin tidak menimbulkan gejala. Bila lesi berkembang pasien

    akan mengeluhkan adanya gumpalan dalam mulut atau perasaan tidak nyaman (Pinborg,1986;

    Daftary,1992).

    Secara klinis yang paling sering dijumpai adalah lesi berupa ulserasi dengan tepi yang

    timbul dan mengeras yang terletak dekat frenulum lingual (Pinborg,1986). Bentuk yang lain

    adalah penebalan mukosa yang kemerah-merahan, nodul yang tidak sakit atau dapat berasal dari

    leukoplakia (Daftary, 1992). Pada kanker tahap lanjut dapat terjadi pertumbuhan eksofitik atau

    infiltratif.

    Kanker pada mukosa pipi

    Di negara yang sedang berkembang, kanker pada mukosa pipi dihubungkan dengan

    kebiasaan mengunyah campuran pinang, daun sirih, kapur dan tembakau. Susur tersebut

    berkontak dengan mukosa pipi kiri dan kanan selama beberapa jam (Daftary,1992).

    Pada awalnya lesi tidak menimbulkan simptom, terlihat sebagai suatu daerah eritematus,

    ulserasi yang kecil, daerah merah dengan indurasi dan kadang-kadang dihubungkan dengan

    leukoplakia tipe nodular (Daftary,1992; Pinborg,1986). Dengan meningkatnya ukuran tumor,

    akan menjadi target trauma pada waktu mengunyah, sehingga cenderung menjadi ulserasi dan

    infiltratif.

  • 7/22/2019 Kanker Rongga Mulut Natalia

    10/35

    10

    Kanker pada gingiva

    Kanker pada gingiva umumnya berasal dari daerah dimana susur tembakau ditempatkan

    pada orang-orang yang memiliki kebiasaan ini. Daerah yang terlibat biasanya lebih sering pada

    gingiva mandibula daripada gingiva maksila (Daftary,1992; Pinborg,1986).

    Lesi awal terlihat sebagai ulger indolen, granuloma yang kecil atau sebagai nodul. Sekilas

    lesi terlihat sama dengan lesi yang dihasilkan oleh trauma kronis atau hiperplasia inflamatori

    (Daftary,1992). Lesi yang lebih lanjut berupa pertumbuhan eksofitik atau pertumbuhan infiltratif

    yang lebih dalam. Pertumbuhan eksofitik seperti bunga kol, mudah berdarah. Pertumbuhan

    infiltratif biasanya tumbuh invasif pada tulang mandibula dan menimbulkan desdruktif

    (Tambunan,1993).

    Kanker pada palatum

    Pada daerah yang masyarakatnya mempunyai kebiasaan menghisap rokok secara terbalik,

    kanker pada palatum merupakan kanker rongga mulut yang umum terjadi dari semua kanker

    mulut. Perubahan yang terjadi pada mukosa mulut yang dihubungkan dengan menghisap rokok

    secara terbalik adalah adanya ulserasi, erosi, daerah nodul dan bercak. Reddy dkk, 1974.

    menggambarkan suatu microinvasive carcinoma untuk melukiskan suatu lesi awal dalam bentuk

    yang kecil, oval atau bulat berwarna kemerah-merahan, erosi yang licin dengan daerah

    hiperkeratosis disekelilingnya lesi ini biasanya terjadi pada zona glandular palatum keras dan

    asimptomatik. Jika mendapatkan tekanan dapat berdarah (Daftary, 1992).

    Kebanyakan kanker palatum merupakan pertumbuhan eksofitik dan dasar yang luas

    dengan permukaan bernodul. Jika lesi terus berkembang mungkin akan mengisi seluruh palatum.

    Kanker pada palatum dapat menyebabkan perforasi palatum dan meluas sampai ke rongga

    hidung (Daftary, 1992).

    Predileksi

    Selain mengenali gambaran klinis awal proses keganasan dan keganasan, dokter gigi

    harus mengetahui faktor-faktor predileksi umur, jenis kelamin dan tempat dari kanker rongga

    mulut. Sebagaimana dengan kanker pada bagian tubuh lainnya, sebagian besar kasus-kasus

    kanker mulut terjadi pada usia tua diatas 40 tahun. Keadaan ini dihubungkan dengan daya tahan

    tubuh yang menurun dengan semakin bertambahnya usia. Pria lebih sering terkena, kemungkinan

    dihubungkan dengan kebiasaan merokok dan minum alkohol.

  • 7/22/2019 Kanker Rongga Mulut Natalia

    11/35

    11

    Walaupun kanker rongga mulut dapat terjadi disemua daerah mukosa mulut, penting

    untuk mengetahui predileksi tempat. Kanker dini yang tidak bergejala pada dasarnya terlokalisir

    pada tiga tempat yang spesifik dalam rongga mulut, meliputi dasar mulut, kompleks palatum

    lunak dan bagian permukaan ventral lidah dan sepertiga tengah serta sepertiga posterior dari

    aspek lateral lidah (Pinborg,1986; Lynch,1994).

    II.6 PROSEDUR DIAGNOSTIK

    1. Pemeriksaan Klinis

    a. Anamnesa

    Anamnesa dengan cara kwesioner kepada penderita atau keluarganya.

    1. Keluhan

    2. Perjalanan penyakit

    3. Faktor etiologi dan risiko

    4. Pengobatan apa yang telah diberikan

    5. Bagaimana hasil pengobatan

    6. Berapa lama kelambatan

    b. Pemeriksaan fisik

    1) Status general

    Pemeriksaan umum dari kepala sampai kaki

    Tentukan tentang : a. penampilan

    b. keadaan umum

    c. metastase jauh

    2) Status lokal

    Dengan cara : 1. Inspeksi

    2. Palpasi bimanual

    Kelainan dalam rongga mulut diperiksa dengan cara inspeksi dan palpasi

    dengan bantuan spatel lidah dan penerangan memakai lampu senter atau lampu

    kepala. Seluruh rongga mulut dilihat, mulai bibir sampai orofaring posterior.

    Perabaan lesi rongga mulut dilakukan dengan memasukkan 1 atau 2 jari ke dalam

  • 7/22/2019 Kanker Rongga Mulut Natalia

    12/35

    12

    mulut. Untuk menentukan dalamnya lesi dilakukan dengan perabaan bimanuil.

    Satu atau 2 jari tangan kanan atau kiri dimasukkan ke dalam rongga mulut dan

    jari-jari tangan lainnya meraba lesi dari luar mulut.

    Untuk dapat inspeksi lidah dan orofaring maka ujung lidah yang telah

    dibalut dengan kasa 2x2 inch dipegang dengan tangan kiri pemeriksa dan ditarik

    keluar rongga mulut dan diarahkan kekanan dan kekiri untuk melihat permukaan

    dorsal, ventral, dan lateral lidah, dasar mulut dan orofaring. Inspeksi bisa lebih

    baik lagi bila menggunakan bantuan cermin pemeriksa

    Tentukan dimana lokasi tumor primer, bagaimana bentuknya, berapa

    besarnya dalam cm, berapa luas infiltrasinya, bagaimana operabilitasnya

    3) Status regional

    Palpasi apakah ada pembesaran kelenjar getah bening leher leher ipsilateral dan

    kontralateral. Bila ada pembesaran tentukan lokasinya, jumlahnya, ukurannya (

    yang terbesar ), dan mobilitasnya.

    2. Pemeriksaan Radiografi

    a. X-foto polos

    o X-foto mandibula AP, lateral, Eisler, panoramik, oklusal, dikerjakan padatumor gingiva mandibula atau tumor yang lekat pada mandibula

    o X-foto kepala lateral, Waters, oklusal, dikerjakan pada tumor gingiva, maksilaatau tumor yang lekat pada maksila

    o X-foto Hap dikerjakan pada tumor palatum durumo X-foto thorax, untuk mengetahui adanya metastase paru

    b. Imaging( dibuat hanya atas indikasi )

    o USG hepar untuk melihat metastase di heparo CT-scan atau MRI untuk menilai luas ekstensi tumor lokoregionalo Scan tulang, kalau diduga ada metastase ke tulang

  • 7/22/2019 Kanker Rongga Mulut Natalia

    13/35

    13

    3. Pemeriksaan Laboratorium

    Pemeriksaan laboratorium rutin, seperti: darah, urine, SGOT/SGPT, alkali

    fosfatase, BUN/kreatinin, albumin, globulin, serum elektrolit, faal hemostasis, untuk

    menilai keadaan umum dan persiapan operasi

    4. Pemeriksaan Patologi

    Semua penderita kanker rongga mulut atau diduga kanker rongga mulut harus

    diperiksa patologis dengan teliti.

    Spesimen diambil dari biopsi tumor

    Biopsi jarum halus (FNA) untuk pemeriksaan sitologis dapat dilakukan pada tumor

    primer atau pada metastase kelenjar getah bening leher.

    Biopsi eksisi : bila tumor kecil, 1 cm atau kurang eksisi yang dikerjakan

    ialah eksisi luas seperti tindakan operasi definitif ( 1 cm

    dari tepi tumor)

    Biopsi insisi atau biopsi cakot (punch biopsy) menggunakan tang aligator:

    bila tumor besar atau inoperabel

    Yang harus diperiksa dalam sediaan histopatologis ialah tipe, diferensiasi dan luas invasi

    dari tumor.

    Tumor besar yang diperkirakan masih operabel :

    Biopsi sebaiknya dikerjakan dengan anestesi umum dan sekaligus dapat dikerjakan

    eksplorasi bimanuil untuk menentukan luas infiltrasi tumor (staging)

    Tumor besar yang diperkirakan inoperabel :

    Biopsi dikerjakan dengan anestesi blok lokal pada jaringan normal di sekitar tumor.(

    anestesi infiltrasi pada tumor tidak boleh dilakukan untuk mencegah penyebaran sel

    kanker).

  • 7/22/2019 Kanker Rongga Mulut Natalia

    14/35

    14

    MACAM DIAGNOSIS YANG DITEGAKKAN

    1. Diagnosis utama

    Ialah gambaran makroskopis penyakit kankernya sendiri, yang merupakan

    diagnosis klinis

    2. Diagnosis komplikasi

    Ialah penyakit lain yang diakibatkan oleh kanker itu

    3. Diagnosis sekunder

    Ialah penyakit lain yang tidak ada hubungannya dengan kanker yang diderita, tetapi

    dapat mempengaruhi pengobatan atau prognosenya.

    4. Diagnosis patologi

    Ialah gambaran mikroskopis dari kanker itu

    II.7 PROSEDUR TERAPI

    Penanganan kanker rongga mulut sebaiknya dilakukan secara multidisipliner yang melibatkan

    beberapa bidang spesialis yaitu:

    - oncologic surgeon- plastic & reconstructive surgeon- radiation oncologist- medical oncologist- dentists- rehabilitation specialists

    Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penanganan kanker rongga mulut ialah eradikasi

    dari tumor, pengembalian fungsi dari rongga mulut, serta aspek kosmetik /penampilan penderita.

    Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan macam terapi ialah

    a) Umur penderita

    b) Keadaan umum penderita

    c) Fasilitas yang tersedia

    d) Kemampuan dokternya

    e) Pilihan penderita.

  • 7/22/2019 Kanker Rongga Mulut Natalia

    15/35

    15

    Untuk lesi yang kecil (T1 dan T2), tindakan operasi atau radioterapi saja dapat memberikan

    angka kesembuhan yang tinggi, dengan catatan bahwa radioterapi saja pada T2 memberikan

    angka kekambuhan yang lebih tinggi daripada tindakan operasi.

    Untuk T3 dan T4, terapi kombinasi operasi dan radioterapi memberikan hasil yang paling

    baik. Pemberian neo-adjuvant radioterapi dan atau kemoterapi sebelum tindakan operasi dapat

    diberikan pada kanker rongga locally advanced(T3,T4).

    Radioterapi dapat diberikan secara interstisial atau eksternal, tumor yang eksofitik dengan

    ukuran kecil akan lebih banyak berhasil daripada tumor yang endofitik dengan ukuran besar.

    Peran kemoterapi pada penanganan kanker rongga mulut masih belum banyak, dalam tahap

    penelitian kemoterapi hanya digunakan sebagai neo-adjuvant pre-operatif atau adjuvan post-

    operatif untuk sterilisasi kemungkinan adanya mikro metastasis.

    Sebagai pedoman terapi untuk kanker rongga mulut dianjurkan seperti tabel 9 berikut:

    Anjuran terapi untuk kanker rongga mulut

    ST T.N.M. OPERASI RADIOTERAPI KHEMOTERAPI

    I T1.N0.M0 Eksisi radikal atau Kuratif, 50-70

    Gy

    Tidak dianjurkan

    II T2.N0.M0 Eksisi radikal atau Kuratif, 50-70

    Gy

    Tidak dianjurkan

    III T3.N0.M0T1,2,3.N1.M0

    Eksisi radikal dan Post op. 30-40Gy

    (dan) CT

    IVA T4N0,1.M0

    Tiap T.N2.M0

    Eksisi radikal dan Post.op 30-40 Gy

    IVB Tiap T.N3.M0-operabel

    -inoperabel

    Eksisi radikal

    -

    danPost.op 30-40 GyPaliatif, 50-70

    Gy

    (dan)CT

    IVC TiapT.tiapN.M1 Paliatif Paliatif Paliatif

    Residif lokal Operasi untuk

    residif post RT

    RT untuk residif

    post op

    dan CT

    Metastase Tidakdianjurkan

    Tidak dianjurkan CT

  • 7/22/2019 Kanker Rongga Mulut Natalia

    16/35

    16

    Karsinoma bibir

    T1 : eksisi luas atau radioterapi

    T2 : eksisi luasBila mengenai komisura, radioterapi akan memberikan kesembuhan dengan

    fungsi dan kosmetik yang lebih baik

    T3,4 : eksisi luas + deseksi suprahioid + radioterapi pasca bedah

    Karsinoma dasar mulut

    T1 : eksisi luas atau radioterapi

    T2 : tidak lekat periosteumeksisi luas

    Lekat periosteum eksisi luas dengan mandibulektomi marginalT3,4 : eksisi luas dengan mandibulektomi marginal + diseksi

    supraomohioid + radioterapi pasca bedah

    Karsinoma lidah

    T1,2 : eksisi luas atau radioterapi

    T3,4 : eksisi luas + deseksi supraomohioid + radioterapi pasca bedah

    Karsinoma bukal

    T1,2 : eksisi luas

    Bila mengenai komisura oris, radioterapi memberikan kesembuhan denganfungsi dan kosmetik yang lebih baik

    T3,4 : eksisi luas + deseksi supraomohioid + radioterapipasca beda

    Karsinoma ginggiva

    T1,2 : eksisi luas dengan mandibulektomi marginal

    T3 : eksisi luas dengan mandibulektomi marginal + diseksi

    supraomohioid + radioterapi pasca bedahT4 (infiltrasi tulang/cabut gigi setelah ada tumor) :eksisi luas dengan mandibulektomi segmental + diseksi supraomohioid +

    radioterapi pasca bedah

    Karsinoma palatum

    T1 : eksisi luas sampai dengan periost

    T2 : eksisi luas sampai dengan tulang dibawahnyaT3 : eksisi luas sampai dengan tulang dibawahnya + diseksi

    supraomohioid + radioterapi pasca bedah

    T4 (infiltrasi tulang) :

    Maksilektomi infrastruktural parsial / total tergantung luas lesi +diseksi supraomohiod +radioterapi pasca bedah

    Karsinoma trigonum retromolar

    T1,2 : eksisi luas dengan mandibulektomi marginal

    T3 : eksisi luas dengan mandibulektomi marginal

    + diseksi supraomohioid + radioterapi pasca bedah

  • 7/22/2019 Kanker Rongga Mulut Natalia

    17/35

    17

    T4 (infiltrasi tulang) : Eksisi luas dengan mandibulektomi segmental + diseksi

    supraomohioid + radioterapi pasca bedah

    Untuk karsinoma rongga mulut T3 dan T4, penanganan N0 dapat dilakukan deseksi leher

    selektif atau radioterapi regional pasca bedah. Sedangkan N1 yang didapatkan pada setiap T

    harus dilakukan deseksi leher radikal. Bila memungkinkan, eksisi luas tumor primer dan

    deseksi leher tersebut harus dilakukan secara en-block.

    Pemberian radioterapi regional pasca bedah tergantung hasil pemeriksaan patologis

    metastase kelenjar getah bening tersebut ( jumlah kelenjar getah bening yang positif

    metastase, penembusan kapsul kelenjar getah bening/ ektra kelenjar getah bening

    A. Terapi Kuratif

    Terapi kuratif untuk kanker rongga mulut diberikan pada kanker rongga mulut stadium I, II, dan

    III.

    1.Terapi utama

    Terapi utama untuk stadium I dan II ialah operasi atau radioterapi yang masing-masing

    mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Sedangkan untuk stadium III dan IV

    yang masih operabel ialah kombinasi operasi dan radioterapi pasca bedah

    Pada terapi kuratif haruslah diperhatikan:

    a) Menurut prosedur yang benar, karena kalau salah hasilnya tidak menjadi

    kuratif.

    b) Fungsi mulut untuk bicara, makan, minum, menelan, bernafas, tetap baik.

    c) Kosmetis cukup dapat diterima.

    a. Operasi

    Indikasi operasi:

    1) Kasus operabel

    2) Umur relatif muda

    3) Keadaan umum baik

    4) Tidak terdapat ko-morbiditas yang berat

    Prinsip dasar operasi kanker rongga mulut ialah :

    1) Pembukaan harus cukup luas untuk dapat melihat seluruh tumor

    dengan ekstensinya

  • 7/22/2019 Kanker Rongga Mulut Natalia

    18/35

    18

    2) Eksplorasi tumor: untuk menentukan luas ekstensi tumor

    3) Eksisi luas tumor

    o Tumor tidak menginvasi tulang, eksisi luas 1-2 cm diluar tumoro Menginvasi tulang,eksisi luas disertai reseksi tulang yang terinvasi

    4) Diseksi KGB regional (RND = Radical Neck Disection atau

    modifikasinya), kalau terdapat metastase KGB regional.

    Diseksi ini dikerjakan secara enblok dengan tumor primer bilamana

    memungkinkan.

    5) Tentukan radikalitas operasi durante operasi dari tepi sayatan

    dengan pemeriksaan potong beku . Kalau tidak radikal buat garis

    sayatan baru yang lebih luas sampai bebas tumor.

    6) Rekonstruksi defek yang terjadi.

    b. Radioterapi

    Indikasi radioterapi

    1) Kasus inoperabel 2) T1,2 tempat tertentu (lihat diatas)

    3) Kanker pangkal lidah 4) Umur relatif tua

    5) Menolak operasi 6) Ada ko-morbiditas yang berat

    Radioterapi dapat diberikan dengan cara:

    1) Teleterapi memakai: ortovoltase, Cobalt60

    , Linec dengan dosis

    5000 - 7000 rads.

    2) Brakiterapi: sebagai booster dengan implantasi intratumoral jarum

    Irridium192

    atau Radium226

    dengan dosis 2000-3000 rads.

    2. Terapi tambahan

    a. Radioterapi

    Radioterapi tambahan diberikan pada kasus yang terapi utamanya operasi.

    (1) Radioterapi pasca-bedah

    Diberikan pada T3 dan T4a setelah operasi, kasus yang tidak dapat dikerjakan

    eksisi radikal, radikalitasnya diragukan, atau terjadi kontaminasi lapangan

    operasi oleh sel kanker.

  • 7/22/2019 Kanker Rongga Mulut Natalia

    19/35

    19

    (2) Radioterapi pra-bedah

    Radioterapi pra-bedah diberikan pada kasus yang operabilitasnya diragukan

    atau yang inoperabel.

    b. Operasi

    Operasi dikerjakan pada kasus yang terapi utamanya radioterapi yang setelah

    radioterapi menjadi operabel atau timbul residif setelah radioterapi.

    c. Kemoterapi

    Kemoterapi diberikan pada kasus yang terjadi kontaminasi lapangan operasi oleh

    sel kanker, kanker stadium III atau IV atau timbul residif setelah operasi dan atau

    radioterapi.

    3.Terapi Komplikasi

    a. Terapi komplikasi penyakit

    Pada umumnya stadium I sampai II belum ada komplikasi penyakit, tetapi dapat

    terjadi komplikasi karena terapi.

    Terapinya tergantung dari komplikasi yang ada, misalnya:

    1) Nyeri: analgetika 2) Infeksi: antibiotika

    3) Anemia: hematinik 4) Dsb.

    b. Terapi komplikasi terapi

    1) Komplikasi operasi: menurut jenis komplikasinya

    2) Komplikasi radioterapi: menurut jenis komplikasinya

    3) Komplikasi kemoterapi: menurut jenis komplikasinya

    4. Terapi bantuan

    Dapat diberikan nutrisi yang baik, vitamin, dsb.

    5. Terapi sekunder

    Kalau ada penyakit sekunder diberi terapi sesuai dengan jenis

    penyakitnya

    B. Terapi Paliatif

    Terapi paliatif ialah untuk memperbaiki kualitas hidup penderita dan mengurangi

    keluhannya terutama untuk penderita yang sudah tidak dapat disembuhkan lagi.

    Terapi paliatif diberikan pada penderita kanker rongga mulut yang:

    1. Stadium IV yang telah menunjukkan metastase jauh

  • 7/22/2019 Kanker Rongga Mulut Natalia

    20/35

    20

    2. Terdapat ko-morbiditas yang berat dengan harapan hidup yang pendek

    3. Terapi kuratif gagal

    4. Usia sangat lanjut

    Keluhan yang perlu dipaliasi antara lain:

    1. Loko regional

    a) Ulkus di mulut/leher b) Nyeri c) Sukar makan, minum,

    menelan

    d) Mulut berbau e) Anoreksia f) Fistula oro-kutan

    2. Sistemik:

    a) Nyeri b) Sesak nafas c) Sukar bicara

    d) Batuk-batuk e) Badan mengurus f) Badan lemah

    (1) Terapi utama

    1. Tanpa meta jauh: Radioterapi dengan dosis 5000-7000 rads.

    Kalau perlu kombinasikan dengan operasi

    2. Ada metastase jauh: Kemoterapi

    Kemoterapi yang dapat dipakai antara lain:

    1) Karsinoma epidermoid:

    Obat-obat yang dapat dipakai: Cisplatin, Methotrexate,

    Bleomycin, Cyclophosphamide, Adryamycin, dengan angka

    remisi 20 -40%. Misalnya:

    a) Obat tunggal: Methotrexate 30 mg/m22x seminggu

    b) Obat kombinasi:

    V = Vincristin : 1,5 mg/m2hl

    B = Bleomycin : 12 mg/m2hl + 12 jam diulang tiap

    M = Methotrexate : 20 mg/m2h3, 8 2-3 minggu

    2) Adeno karsinoma :

    Obat-obat yang dapat dipakai antara lain: Flourouracil,

    Mithomycin-C, Ciplatin, Adyamycin, dengan angka remisi 20-

    30%. Misalnya:

    a) Obat tunggal : Flourouracil:

  • 7/22/2019 Kanker Rongga Mulut Natalia

    21/35

    21

    Dosis permulaan : 500 mg/m2

    Dosis pemeliharaan : 20 mg/m2tiap 1-2 minggu

    b) Obat kombinasi:

    F = Flourouracil: 500 mg/m2, hl,8,14,28

    A = Adryamycin: 50 mg/m2, hl,21 diulang tiap

    M = Mithomycin-C: 10 mg/m2, h1 6 minggu

    (2) Terapi tambahan

    Kalau perlu: Operasi, kemoterapi, atau radioterapi

    (3) Terapi komplikasi

    1. Nyeri: Analgetika sesuai dengan step ladder WHO

    2. Sesak nafas: trakeostomi

    3. Sukar makan: gastrostomi

    4. Infeksi: antibiotika

    5. Mulut berbau: obat kumur

    6. Dsb.

    (4) Terapi bantuan

    1. Nutrisi yang baik

    2. Vitamin(5)Terapi sekunder

    Bila ada penyakit sekunder, terapinya sesuai dengan penyakit yang

    bersangkutan.

    Leukoplakia/Eritroplakia

    Hilangkan faktor penyebab,

    Sitologi eksfoliatif (Papanicoleau)

    Klas I Klas II Klas III Klas IV Klas V

  • 7/22/2019 Kanker Rongga Mulut Natalia

    22/35

    22

    3 bl

    Ulangan sitologi

    Bila 2x ulangan sitologi Biopsi

    hasilnya tetap Klas I-III

    Suspek Karsinoma Rongga Mulut, N0,M0

    < 1 cm > 1 cm

    biopsi eksisional (eksisi luas) biopsi insisional

    ganas tak ganas ganas tak ganas

    tak radikal radikal eksisi

    re-eksisi/ operabel inoperabel/meragukan

    radioterapi lokal

    T1 T2 T3,4a kemo dan/radioterapi

    lokal preoperatif

    radioterapi operabel Inoperabel

    eksisi luas eksisi luas +

    deseksi KGB leher selektif*/radioterapi lokoregional

    radioterapi

    tak radikal radikal lokoregional+

    (sitostatika)

    re-eksisi / meta kgb(+) meta kgb (-)radioterapi lokal

  • 7/22/2019 Kanker Rongga Mulut Natalia

    23/35

    23

    T low grade T high graderadioterapi

    lokoregional

    +(sitostatika) radioterapi radioterapilokal lokoregional

    * Diseksi suprahioid untuk karsinoma bibir

    Diseksi supraomohioid untuk karsinoma rongga mulutDiseksi bilateral untuk lesi di garis tengah

    N POSITIF

    N 1,2 N 3

    T di operasi T di radioterapi radioterapi preoperatif

    Deseksi leher radikal radioterapi operabel inoperabel(RND) lokoregional

    dengan/tanpa

    radioterapi lokoregional *)T dioperasi T diradioterapi

    radioterapi

    sisa (+) sisa (-) lokoregional

    +

    (sitostatika)diseksi leher radikal

    (RND) + radioterapi

    T ( -) T (+) lokoregional +

    (sitostatika)

    ND parsial/ sitostatika radioterapi

  • 7/22/2019 Kanker Rongga Mulut Natalia

    24/35

    24

    Letak lesi ditengah (midline) : Untuk T 3,4 penanganan N negatif bilateral

    N positif bilateral : RND dapat dikerjakan satu tahap dengan preservasi 1 v.jugularis interna ataudikerjakan 2 tahap dengan jarak waktu 3-4 minggu.

    *) Indikasi radioterapi ajuvan pada leher setelah RND :1. Kelenjar getah bening yang mengandung metastase > 1 buah2. Diameter kelenjar getah bening > 3 cm

    3. Ada pertumbuhan ekstrakapsuler

    4. High grade malignancy

    M POSITIF

    sitostatika

    +

    paliatif (bila perlu):operasi (trakeotomi,gastrostomi)

    radioterapi

    medikamentos

    TUMOR RESIDIF

    terapi primer operatif Terapi primer radioterapi

    operabel inoperabel operabel inoperabel

    operasi radioterapi operasi sitostatika

    + + +

    radioterapi (sitostatika) sitostatika+

    (sitostatika)

  • 7/22/2019 Kanker Rongga Mulut Natalia

    25/35

    25

    Residif lokal/regional/jauh (metastase) penanganannya dirujuk ke penanganan T/N/M seperti

    skema yang bersangkutan

    PERLAKUAN PADA MANDIBULA

    tumor lekat mandibula jarak dengan tumor < 1cm

    radiologis

    infiltrasi tulang (-) infiltrasi tulang (+)

    reseksi segmental

    enblok

    reseksi marginal enblok

    REKONSTRUKSI

    Jaringan lunak mandibula maksila

    rekonstruksi temporer

    rekonstruksi segera dengan kawat Kirschner/plat protese (obturator)

    1 tahun

    residif (-) residif (+)

    rekonstruksi permanen penanganan tumor residif

    tandur tulang

  • 7/22/2019 Kanker Rongga Mulut Natalia

    26/35

    26

    II.8 PROSEDUR FOLLOW UP

    Jadwal follow updianjurkan sebagai berikut:

    1) Dalam 3 tahun pertama : setiap 3 bulan

    2) Dalam 3-5 tahun : setiap 6 bulan

    3) Setelah 5 tahun : setiap tahun sekali untuk seumur hidup

    Pada follow up tahunan, penderita diperiksa secara lengkap, fisik, X-foto toraks, USG hepar,

    dan bone scan untuk menentukan apakah penderita betul bebas dari kanker atau tidak.

    Pada follow up ditentukan:

    1) Lama hidup dalam tahun dan bulan

    2) Lama interval bebas kanker dalam tahun dan bulan

    3) Keluhan penderita

    4) Status umum dan penampilan

    5) Status penyakit

    (1) Bebas kanker (2) Residif

    (3) Metastase (4) Timbul kanker atau penyakit baru

    6) Komplikasi terapi

    7) Tindakan atau terapi yang diberikan

    KANKER KELENJAR LIUR

    Kelenjar liur atau sering juga kita sebut sebagai kelenjar saliva merupakan kelenjar

    eksokrin yaitu kelenjar yang memiliki saluran (duktus) untuk mengalirkan produknya. Kelenjar

    liur menghasilkan air liur atau saliva yang merupakan cairan yang membasahi mulut dan

    kerongkongan. Saliva mengandung enzim yang berperan dalam proses pencernaan makanan dan

    juga mengandung antibody yang berperan dalam pencegahan terhadap infeksi.

    Terdapat 2 tipe kelenjar liur, yaitu kelenjar liur mayor dan kelenjar liur minor. Kelenjar liur

    mayor terdiri atas:

  • 7/22/2019 Kanker Rongga Mulut Natalia

    27/35

    27

    1. Kelenjar parotis

    Merupakan kelenjar liur yang terbesar, terletak dalam jaringan sub kutis di daerah ramus

    mandibula dan antero inferior terhadap telinga tengah. Normalnya kelenjar ini menghasilkan

    secret yang serous dan dialirkan ke rongga mulut melalui duktus Stensen. Meskipun merupakan

    kelenjar yang terbesar, kira-kira hanya 20% cairan saliva yang dihasilkan kelenjar ini.

    2. Kelenjar submandibula

    Terletak di dasar mulut, superior terhadap muskulus digastrik. Sekretnya berupa campuran cairan

    yang serous dan mucous. Sekretnya dialirkan ke dalam rongga mulut melalui duktus Warthon.

    Kira-kira 70% volume saliva dihasilkan oleh kelenjar ini.

    3. Kelenjar sublingual

    Terletak di dasar mulut anterior dari kelenjar submandibula. Sekretnya berupa cairan yang

    mucous. Tidak seperti kedua kelenjar mayor yang lainnya, kelenjar ini memiliki 8-20 duktus

    ekskretorius dan kira-kira menghasilkan 5% dari total volume saliva.

    Terdapat 600 kelenjar liur minor yang tersebar di dalam traktus aerodigestifus yang terletak di

    dalam lamina propria lapisan mukosa traktus ini. Diameternya 1-2 mm dan tidak seperti

    kelenjar yang lain kelenjar liur minor tidak dilapisi oleh jaringan ikat melainkan dikelilingi oleh

    jaringan ikat. Sebuah kelenjar liur minor kadang-kadang memiliki duktus ekskretori yang sama

    dengan kelenjar liur minor yang lain. Kelenjar ini menghasilkan secret yang mucous (kecuali

    kelenjar Von Ebner).

    Catatan: kelenjar Von Ebner adalah kelenjar yang terletakpada papilla sirkumvalata lidah.

    Kelenjar ini menghasilkan secret serous yang mengawali hidrolisis lipid yang juga merupakan

    komponen penting dalam pengecapan.

    Kebanyakan tumor kelenjar liur berasal dari kelenjar parotis (70%). Selanjutnya berasal dari

    kelenjar submandibula (8%) dan kelenjar liur minor (22%). Meskipun demikian 75% tumor

    kelenjar parotis adalah jinak, sedangkan 50% tumor kelenjar submandibula dan 80% tumor

    kelenjar minor merupakan tumor ganas.

  • 7/22/2019 Kanker Rongga Mulut Natalia

    28/35

    28

    Etiologi:

    Penyebab pasti tumor kelenjar liur belum diketahui secara pasti, dicurigai adanya keterlibatan

    factor lingkungan dan factor genetic. Paparan radiasi dikaitkan dengan tumor jinak warthin dan

    tumor ganas karsinoma mukoepidermoid. Epstein-Barr virus mungkin merupakan salah satu

    faktor pemicu timbulnya tumor limfoepitelial kelenar liur. kelainan genetik, misalnya monosomi

    dan polisomi sedang diteliti sebagai faktor timbulnya tumor kelenjar liur.

    Patofisiologi:

    1. Teori multiseluler: teori ini menyatakan bahwa tumor kelenjar liur berasal dari diferensiasi sel-

    sel matur dari unit-unit kelenjar liur. Seperti tumor asinus berasal dari sel-sel asinar, onkotik

    tumor berasal dari sel-sel duktus striated, mixed tumor berasal darisel-sel duktus interkalated dan

    mioepitelial, squamous dan mukoepidermoid karsinoma berasal dari sel-sel duktus ekskretori.

    2. Teori biseluler: teori ini menerangkan bahwa sel basal dari glandula ekskretorius dan duktus

    interkalated bertindak sebagai stem sel. Stem sel dari duktus interkalated dapat menimbulkan

    terjadinya karsinoma acinous, karsinoma adenoid kistik, mixed tumor, onkotik tumor dan

    Warthin's tumor. sedangkan stem sel dari duktus ekskretorius menimbulkan terbentuknya

    skuamous dan mukoepidermoid karsinoma.

    Gejala Klinik

    Gejala klinik yang ditimbulkan adalah timbulnya massa pada daerah wajah (parotis), pada

    angulus mandibula (parotis dan submandibula), leher (submandibula) atau pembengkakan pada

    dasar mulut (sublingual). pembesaran ukuran massa yang cepat mengarah pada kelainan seperti

    infeksi, degenerasi kistik, henoragik atau malignansi. Tumor jinak kelenjar liur biasanya bersifat

    mobile dan untuk massa atau tumor jinak yang berasal dari parotis tidak ada gangguan fungsi

    nervus fasialis. Lesi malignansi biasanya menimbulkan gejala seperti gangguan nervus fasialis,

    pertumbuhan yang cepat, parastesia, lesi yang terfiksir dan pembesaran elenjar getah bening

    cervikal.

    Tumor-Tumor Kelenjar Liur

    1. Tumor jinak

  • 7/22/2019 Kanker Rongga Mulut Natalia

    29/35

    29

    a. Pleomorfik adenoma (mixed tumor jinak):

    merupakan tumor tersering pada kelenjar liur dan paling sering terjadi pada kelenjar parotis.

    Dinamakan pleomorfik karena terbentuk dari sel-sel epitel dan jaringan ikat. Pertumbuhan tumor

    ini lambat, berbentuk bulat, dan konsistensinya lunak. Secara histologi dikarakteristik dengan

    struktur yang beraneka ragam. biasanya terlihat seperti gambaran lembaran, untaian atau seperti

    pulau-pulau dari spindel atau stellata. Penatalaksanaanya yaitu eksisi bedah dari kelenjar yang

    terkena

    b. Warthin's tumor (cth kistadenoma limfomatosum papiler, adenoma kistik papiler)

    tumor ini tampak rata, lunak pada daerah parotis, memiliki kapsul apabila terletak pada kelenjar

    parotis dan terdiri atas kista multipel. Histologi Warthin's tumor yaitu memiliki stroma limfoid

    dan sel epitelial asini. Perubahan menjadi ganas tidak pernah dilaporkan. Lebih sering ditemukan

    pada kelenjar mayor.

    c. Papiloma intraduktal

    berbentuk kecil, lunak dan biasanya ditemukan pada lapisan submukosa. Gambaran

    mikroskopiknya tampak dilatasi kistik duktus parsial dengan epitel kuboid. Sangat jarang terjadi

    pada kelenjar minor.

    d. Oxyphil adenoma (oncosistoma)

    sangat jarang ditemukan, lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria dengan ratio 2:1.

    Diameternya kecil (< 5 cm), pertumbuhannya lambat dan berbentuk sferis. dapat terjadi rekurens

    jika eksisi tumor tidak komplit.

    2. Tumor Jinak Nonepitelial

    a. Hemangioma

    Kebanyakan terajadi pada anak-anak biasnya pada kelenjar parotis. Biasanya asimptomatik,

    unilateral dan massa yang kompresibel. berwarna merah gelap, berlobus-lobus dan tidak

    berkapsul. Penanganan dengan pemberian steroid 2-4 mg/kgBB/hari. 40-60% hemengioma tidak

    berespon terhdap steroid.

    b. limfangioma (higroma kistik)

    Merupakan tumor bagian kepala dan leher yang paling sering pada anak-anak, eksisi merupakan

    penanganan piliha bila tumor terletak pada struktur yang vital. Limfangioma jarang

    menimbulkan gejala-gejala obstruksi jalan napas dan eksisi biasanya untuk alasan kosmetik.

  • 7/22/2019 Kanker Rongga Mulut Natalia

    30/35

    30

    c. Lipoma

    Jarang terjadi pada kelenjar liur mayor. tumor terdiri dari sel-sel adiposa dengan inti yang

    uniform. Rasio laki-laki dan perempuan adalah 10:1. Pertumbuhan tumor lambat dengan

    diameter rata-rata 3 cm. Penenganan adalah eksisi.

    3. Tumor Ganas Kelenjar Liur

    a. Mukoepidermoid karsinoma

    kebanyakan berasal dari kelenjar parotis dan biasanya memiliki gradasi yang rendah

    b. Kista Adenoma karsinoma

    merupakan karsinoma yang paling banyak pada kelenjar minor. pertumbuhannya lambat dan

    kebanyakan memiliki gradasi yang rendah. dapat berulang setelah dilakukan pembedahan,

    kadang-kadang beberapa bulan setelah operasi.

    c. Adenokarsinoma

    terdapat beberapa tipe adenokarsinoma:

    -. karsinoma sel asinik:

    paling banyak berasal dari kelenjar parotis dan pertumbuhannya lambat

    -. adenokarsinoma polimorfik grade rendah:

    kebanyakan berasal dari kelenjar minor

    -. adenokarsinoma yang tidak dispesifikasikan:

    bila dilihat di mikroskop tumor ini memiliki penempakan yang cukup untuk disebut

    adenokarsinoma, tetapi belim memiliki penampakan untuk dispesifikasikan. sering berasal dari

    kelenjar parotis dan kelenjar minor.

    -. adenokarsinoma yang jarang:

    contohnya seperti basal sel adenokarsinoma, clear cell adenokarsinoma, kistadenokarsinoma,

    sebaceus adenokarsinoma, musinous adenokarsinoma

    d. Mixed tumor maligna

    Terdiri atas 3 tipe yaitu, ex adenoma pleomorfik, karsinosarkoma dan mixed tumor

    metastasis.kasrinoma ex pleomorfik adenoma merupakan tipe yang paling banyak. Karsinoma ex

    pleomorfik adenoma merupakan kanker yang berkembang dari mixed tumor jinak (pleomorfik

    adenoma). Kebanyakan terjdi pada kelenjar liur mayor.

    e. Kanker kelenjar liur lainnya yang jarang

  • 7/22/2019 Kanker Rongga Mulut Natalia

    31/35

    31

    -. squamous sel karsinoma: terutama pada laki-laki yang tua. Dapat berkembang setelah terapi

    radiasi untuk kanker yang lain pada area yang sama.

    -. epitelial-mioepitelial karsinoma

    -. anaplastik small sel karsinoma

    -. karsinoma yang tidak berdiferensiasi

  • 7/22/2019 Kanker Rongga Mulut Natalia

    32/35

    32

    BAB III

    KESIMPULAN

    Kanker rongga mulut pada tahap awal sukar untuk dideteksi secara klinis, karena

    seringkali tidak menimbulkan gejala pada pasien atau perubahan- perubahan yang menyertainya

    mungkin tidak begitu jelas, hanya menghasilkan perubahan yang sedikit dalam hal fungsi, warna,

    tekstur, kontinuitas atau konsistensi dari jaringan yang dikenai. Akibatnya seringkali pasien

    datang ke dokter gigi dengan lesi kanker yang sudah dalam keadaan tahap lanjut. Untuk itu

    diperlukan suatu tindakan oleh dokter gigi untuk mendeteksi lesi-lesi prakanker dan kanker

    rongga mulut pada tahap dini. Lesi-lesi kanker pada tahap dini tidak dapat diidentifikasi secara

    adekuat hanya dengan pemeriksaan visual saja. Pengetahuan mengenai gambaran klinis yang

    baik sekalipun dari seorang dokter gigi belumlah dapat menegakkan diagnosa yang tepat dari lesi

    kanker pada tahap awal, sebab belum ada indikator klinis yang pasti untuk menentukan jinak

    atau ganasnya suatu lesi. Tetapi walaupun begitu, dokter gigi harus mengetahui gejala dan

    gambaran klinis lesi kanker rongga mulut pada tahap awal, agar nantinya dapat merencanakan

    tahap-tahap pemeriksaan selanjutnya. Berikut ini merupakan tanda-tanda yang harus diwaspadai

    oleh dokter gigi terhadap kemungkinan adanya kanker mulut yang baru mulai terjadi atau dalam

    tahap lanjut (Bolden, 1982):

    1. Bercak putih, bersisik, persisten.

    2. Bintik pigmen yang tiba- tiba ukurannya membesar.

    3. Ulser yang tidak sembuh-sembuh.

    4. Gusi bengkak dan berdarah yang tidak dihubungkan dengan obat-obatan.

    5. Asimetri wajah yang progresif.

    6. Gigi yang tanggal secara tiba-tiba, tanpa adanya riwayat trauma pada rahang.

    7. Parastesi, anestesi dan mati rasa di rongga mulut.

    8. Trismus dan sakit sewaktu menggerakkan rahang.

    9. Adanya gumpalan pada leher, wajah atau jaringan mulut.

    10. Luka pencabutan yang tidak sembuh-sembuh.

    11. Perubahan

    Bila terdapat salah satu atau beberapa tanda-tanda tersebut, dokter gigi harus segera

    melakukan pemeriksaan lanjutan untuk mendeteksi secara dini lesi kanker pada tahap awal, yang

  • 7/22/2019 Kanker Rongga Mulut Natalia

    33/35

    33

    hasilnya dapat mendukung gambaran klinis yang ada didalam rongga mulut. Biasanya dilakukan

    pemeriksaan histopatologi. Hasil pemeriksaan dan ketepatan diagnosis histopatologis tergantung

    pada kerjasama antara klinikus dan ahli patologi, terutama dalam hal ketepatan mengumpulkan

    dan memproses bahan pemeriksaan serta mengidentifikasikan gel-gel.

  • 7/22/2019 Kanker Rongga Mulut Natalia

    34/35

    34

    DAFTAR PUSTAKA

    Balaram, P; Meenattoor,G. 1996. Imunology of Oral Cancer-A Review. Singapore Dental

    Journal. Vol.21. No.1. 36.

    Bolden, T.E. 1982. The Prevention and Detection of Oral Cancer, dalam Stallard,R.E. ATextbook of Preventif Dentistry. Ed. Ke.2. Philadelphia. W.B. Sainders Company. 277-

    306.

    Coleman, G.C; Nelson,J.F. 1993. Principles of Oral Diagnosis. St. Louis Mosby Year Book. 211-

    214.

    Daftari, D.K: Mukti,P.R; Bhonsle, R.B [et.al]. 1992. Oral Squamus Cell Carcinoma, dalam

    Prabhu S.R. Oral Diseases in the Tropics. New York. Oxford Medical Publications. 429

    -446.

    Folson, T.C; White, C.P; Broner,l. [et,al]. 1972. Oral Exfoliatif Study. Review of the Literature

    and Report of Three Year Study. Oral Surgery. 33. 61-64.

    Kerr, D.A; Ash,M.M; Dean,M.H.1978.Oral Diagnosis. Ed. Ke-5 St. Louis. C.V.Mosby

    Company.336-338.

    Lynch, M.A.1994. Burket's Oral Medicine. Diagnosis and Treatment. Ed.Ke-9. Philadelphia.

    J.B.Lippincott Company. 203-213.

    McKinney,R.V; Singh,B.B; Schafmer,D.L. 1985. Biopsi Techniques for the General Practioner,

    dalam Clark,J.W. Clinical Dentistry Vol Philadelphia. Haeper dan Row Publisher.9-14.

    Pedersen,W.G. 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut, alih bahasa drg. Purwanto dan drg.

    Basoeseno. Ed.Ke-1. Penerbit Buku KeJokteran EGC. Jakarta. 147-150 .

    Pinborg,J.J. 1986. Oral Precancer and Cancer, dalam Levine ,N. Current Treatment in Dental

    Practice. Philadelphia. W.B. Saunders Company. 8-13.

    Pinborg, J.J. 1991. Kanker dan Prakanker Rongga Mulut, alih bahasa drg.Lilian Yuwono.Ed.ke-

    1. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 21-93,125.

    Sciubba, J.J. 1999. Improving Detection of Precancerous and Cancerous Oral lesions. JADA.

    Vol.130. 1445-1457.

    Scully, C. 1992. Oncogen, Onco-Supressor, Carcinogenesis and Oral Cancer. British Dental

    Journal. 173. 53.

    Skhlar, G.1984. Oral Cancer. The Diagnosis, Therapy, Management and Rehabilitation of The

    Oral Cancer Patient. Philadelphia. W.B. Saunders Company. 63-70.

  • 7/22/2019 Kanker Rongga Mulut Natalia

    35/35

    Subita, G.P. 1997. Kemopreventif Sebagai Satu Modalitas Pengendalian Kanker Mulut. Jurnal

    Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Ed. Khusus KPPIKG XI.582-585.

    Tambunan, G. W. 1993. Diagnosis dan Tatalaksana Sepuluh Jenis Kanker Terbanyak di

    Indonesia. Editor dr. Maylani Handoyo. Ed.Ke-2. Penerbit Buku Kedokteran EGG.

    Jakarta. 185-198.

    Williams, J.H. 1990. Oral Cancer and Precancer: Cliniccal Features. British Dental

    Journal.168.13-17.