KANKER OVARIUM

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Kedokteran

Citation preview

KARSINOMA OVARIUM

NO. DOKUMEN

NO. REVISI

HALAMAN

1

PROSEDUR TETAPTanggal Terbit

Ditetapkan

Direktur,

BASOEKI SOETARDJO

NIP. 19581018 198603 1 009

PENGERTIANproses keganasan primer yang terjadi pada organ ovarium

TUJUANMenurunkan angka kematian dan meningkatkan angka harapan hidup 5 tahun penderita.Mayoritas kanker ovarium adalah jenis epitel yang berasal dari epitel ovarium. Kelompok lainnya adalah non epitel yang termasuk diantaranya tumor sel germinal, tumor sel granulosa dan sex cord stromal tumor

PROSEDURDeteksi dini pada kanker ovarium

Hingga saat ini belum ada metode pemeriksaan yang dapat dijadikan untuk program skrining.

Namun demikian pemeriksaan petanda tumor Ca 125, Ultrasonografi transvaginal dapat dipakai untuk deteksi dini / skrining pada perempuan dengan risiko tinggi. Pada pasien dengan riwayat keluarga dekat yang menderita kanker ovarium jenis epithelial terutama pada breast-ovarian syndrome yang dihubungkan dengan mutasi genetik pada BRCA 1 dan BRCA 2 serta Lynch Syndrome type 2 harus mendapatkan perhatian khusus untuk dilakukan deteksi dini.

III. Manifestasi Klinis Kanker ovarium stadium awal pada umumnya tidak memberi tanda dan gejala yang khas. Adakalanya gejala yang timbul seperti dispepsia, perut membesar karena adanya benjolan tumor dan atau asites . Bila massa tumor besar, gejala yang timbul adalah akibat penekanan massa pada organ pelvis/abdomen. Pada kanker ovarium stadium lanjut, gejala yang timbul antara lain berat badan menurun, lemah, gangguan obstruksi saluran cerna, dan bisa terjadi sesak napas karena efusi pleura.

IV. KRITERIA DIAGNOSIS Anamnesis: Berat badan menurun, keluhan dispepsia, cepat lelah.

Klinis: pemeriksaan fisik umum ditemukan massa di abdomen/ pelvik, dan asites.

Penunjang:

USG abdominal dan atau transvagina ( Doppler).

Foto rontgen Thoraks

CT scan atau MRI abdominal pelvis ( optional)

Laboratorium: Petanda tumor Ca 125 ( jenis epitel ), CEA , AFP, LDH dan hCG

Diagnosa pasti dengan histopatologisPenentuan Stadium berdasarkan hasil Patologi Anatomi yang dikumpulkan dari pembedahan surgical .

Prosedur pembedahan

1. Surgicical staging ( Massa terbatas pada ovarium / stadium dini )

2. Debulking ( stadium lanjut) Optimal dan Nonoptimal DebulkingPada pra pembedahan diperlukan persiapan colon dengan tujuan agar bisa dilakukan repair bila terjadi cedera dan atau dilakukan anastomosis bila dilakukan reseksi.

Prosedur pembedahan penentuan stadium ( Complete surgical staging)

1.Pemeriksan sitologi bilasan peritoneum

2.Eksplorasi secara cermat seluruh organ intraperitoneum (ileum terminal sampai gaster, omentum, liver, diaphragma, ginjal, paraaorta, dan genitalia interna)

3.Biopsi setiap lesi yang dicurigai metastasis tumor

4.Histerektomi total abdominal dan salpingo-ooforektomia bilateral

5.Omentektomi infrakolika

6.Biopsi atau reseksi setiap perlekatan di dekat tumor primer

7.Biopsi peritoneum buli-buli dan cul de sac

8.Biopsi cekungan parakolik kiri dan kanan

9.Biopsi atau kerokan subdiafragma kanan10. Deseksi KGB sepanjang arteri dan vena iliaka eksterna dan iliaka kommunis

11. Deseksi KGB sepanjang aorta dan vena cava termasuk daerah antara a. Mesenterika inferior dan vena renalis kiri Pada kasus dimana fungsi reproduksi masih diperlukan dapat dilakukan ( Conservative surgical staging)

Klasifikasi Histopatologis:

Sebagian besar kanker ovarium berasal dari jenis epithelial.

Kanker ovarium jenis epithelial diklasifikan seperti tersebut dibawah ini :

Serous tumours

Mucinous tumours

Endometrioid tumours

Clear cell tumours

Brenner tumours

Undifferentiated carcinomas

Mixed epithelial tumours

Kanker ovarium jenis epithelial juga dibagi sesuai grading / differensiasinya seperti :

GX : Grading tidak dapat ditentukan

G1 : Berdifferensiasi baik

G2 : Berdifferensiasi sedang

G3 : Berdifferensiasi buruk

Keganasan ovarium jenis non-epithelial juga penting diketahui diantaranya :

Tumor Ovarium Sel Germinal

1. Dysgerminoma

2. Teatoma

a. Mature

b. Immature

3. Endodermal sinus tumor

4. Embryonal carcinoma

5. Polyembryoma

6. Choiocarcinoma

7. Mixed forms

Jenis Tumor Sex-cord Stromal

1. Granulosa-stromal-cell tumors

A. Granulosa-cell tumors

B. Tumors in thecoma-fibroma group

1 . Thecoma

2.Fibroma-Fibrocarcoma

3.Sclerosing stromal tumor

2. Androblastomas; Sertoli-Leydig-cell tumors

3. Gynandroblastoma

4. Unclassified

V. DIAGNOSIS DIFERENSIAL

Tumor ovarium jinak, Kista Endometriosis, Tubo Ovarial Abses

tumor korpus uteri, mioma uteri, TBC peritoneal

Tumor abdomen non-ginekologis lainnya

Pemeriksaan petanda tumor :

CA-125 (epitel), CEA

Alfa-fetoprotein (pasien usia muda),LDH dan hCG perlu diperiksa untuk menyingkirkan tumor sel germinal, khususnya tumor sinus endodermal.

Jika memungkinkan dapat dilengkapi CA 7.24 ( musinusum) CA-199 (bila CEA meningkat) yang menindikasikan tumor pankreas/gasterUntuk memudahkan memprediksi keganasan pada tumor ovarium dapat dipergunakan penilaian skor sebagai berikut:

AdaTidakPenurunan Berat Badan

2

0Asites

2

0USG: ada bagian padat

2

0USG: RI< 0.40

2

0CA- 125 > 50

2

0Dikatakan ganas bila skor >6

Setiap variabel skoring mempunyai risiko keganasan yang berbeda.

Formula lain yang dapat dipakai adalah RMI ( Risk of Malignancy Indeks)

Dengan rumus formula :

RMI = U x M x Ca125

U : Temuan USG transvaginal ( Multilokuler,solid, bilateral, asites dan metastasis) U = 0 (ultrasound score of 0)

U = 1 (ultrasound score of 1)

U = 3 (ultrasound score of 2 5)

M : Status menopause. Pre menopause nilai 1, Postmenopause nilai 4

Ca125 : nilai ca 125 dalam IU/L

Nilai RMI > 200 = Diagnosis Kanker Ovarium termasuk Kanker Ovarium Borderline dapat dibuat dengan sensitivitas 70 75 % dan Spesifisitas 85 95 %

Prosentasi Risiko Kanker Ovarium berdasarakan RMI adalah sbb:

Risk (%)Risk of Cancer

Low 500, asites > 500 ml, sitologi efusi pleura positif,mobilitas massa tumor terbatas di pelvis ) dapat dilakukan neoadjuvant kemoterapi.

Untuk mencapai optimal debulking harus dilakukan reseksi pada tumor metastasis termasuk splenektomi, parsial reseksi hepar, peritonektomi, diphragma striping, reseksi kolon)Terapi adjuvant kemoterapi

Kemoterapi pada kanker ovarium dengan menggunakan berbasis platinum ( Cisplatin, carboplatin) Tumor ovarium epithelial dapat dikombinasi dengan :

CAP : : Cyclophosphamide Adryamycin Platinum CP: Cyclophosphamide Platinum AP : Adryamycin dan platinum EP : Epirubicyn dan Platinum

Paclitaxel dan Platinum Docetaxel dan Platinum Gemcitabine dan Carboplatin Tumor ovarium non-epitel- BEP (Bleomycin Etoposide Platinum)

- VAC

- PVB

- Taxan - PlatinumKemoterapi pada kasus kanker ovarium residif.

Dibagi menjadi pasien sensitif platinum (jika terjadinya residif lebih dari 6 bulan) dan pasien resisten platinum (jika terjadinya residif kurang dari 6 bulan).

Pasien sensitif platinum dapat diberikan kemoterapi pada lini pertama, atau dapat diberikan kemoterapi lini ke dua antara lain:

- Gemcitabin 1000 1250 mg/m2 ( D1, D8 setiap 3 minggu sekali)

- Liposomal doxorubicin 50 80 mg/m2 ( Setiap 4 minggu sekali)

- Topotekan / Irinotekan

- Etoposide

Sementara pasien yang resisten platinum dapat dipilihkan terapi:

- Oxaliplatin dikombinasikan dengan regimen lini ke 2- Bisa ditambahkan penghambat angiogenesis (seperti

Bevacizumab)Rentang respon pada kanker ovarium residif berkisar 10 -15 %Kemoterapi neoadjuvant adalah pemberian kemoterapi sebelum pembedahan primer .

Indikasi kemoterapi neoadjuvant antara lain kanker ovarium stadium lanjut yaitu yang diduga stadium IIIC dan IV, dan operasi primer diperkirakan sukar mencapai pembedahan debulking yang optimal, atau kondisi pasien diprediksi berisiko tinggi untuk tindak pembedahan, misalnya ada efusi pleura, asites masif, diduga perlekatan sangat berat, maka dapat dipertimbangkan untuk pemberian kemoterapi neoadjuvant.

Kriteria kasus yang diberikan kemoterapi neoadjuvant:

Diduga kanker ovarium stadium lanjut yang diduga tidak resekteble / risiko tinggi prabedah Kontra Indikasi Medis untuk pembedahan CA-125 > 500 Sitologi (efusi pleura atau asites) positif sel ganas

Walaupun hasil negatif tidak menyingkirkan kanker ovarium Pilihan regimen (lihat pilihan kemoterapi lini pertama)

Lama pemberian: 3 seri pra bedah, lihat respons berdasar klinis, petanda tumor dan imaging.

Instalasi terkait1. Rawat Jalan 3. Radiologi 5. Patologi Anatomi

2. Rawat Inap 4. Laboratorium

KANKER ENDOMETRIUM

NO. DOKUMEN

NO. REVISI

HALAMAN

1

PROSEDUR TETAPTanggal Terbit

Ditetapkan

Direktur,

BASOEKI SOETARDJO

NIP. 19581018 198603 1 009

PENGERTIANKanker endometrium di negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa Barat merupakan kanker yang terbanyak pada kanker ginekologi. Sekitar 75% dijumpai pada stadium I di mana angka ketahanan hidupnya 75% atau lebih.1.1 Tumor Primer

Korpus uteri merupakan 2/3 atas dari uterus dengan batas ostium uteri internum ke kranial.

1.2 Metastasis

Lokasi metastasis utama kanker endometrium adalah vagina dan paru.1.3 Manifestasi Klinis

Faktor predisposisi: obesitas, rangsangan estrogen terus menerus, menopause terlambat (> 52 tahun), nulipara, siklus anovulasi, pengobatan tamoxifen, dan hiperplasia endometrium.

Faktor yang melindungi terhadap penyakit ini: pil kontrasepsi, wanita perokok terutama pada wanita gemuk dimana nikotin dianggap mempunyai efek antiestrogen.

TUJUANMenurunkan angka kematian dan meningkatkan angka harapan hidup pasien

Pengamatan Lanjut

Pengamatan lanjut (follow-up) dilaksanakan 2 bulan sekali pada 2 tahun pertama; selanjutnya setiap 6 bulan pada 3 tahun berikutnya. Setelah 5 tahun, pemeriksaan dilaksanakan 5 tahun sekali.

Pemeriksaan terutama ditujukan pada kelenjar getah bening pelvis. Juga diperhatikan timbulnya massa di pelvis, perdarahan pervaginam, dan gangguan respirasi.

Instalasi Terkait

1. Rawat Jalan 3. Radiologi

2. Rawat Inap 4. Laboratorium 5. Patologi Anatomi

PENYAKIT TROFOBLAS GANAS

NO. DOKUMEN

NO. REVISI

HALAMAN

1

PROSEDUR TETAPTanggal Terbit

Ditetapkan

Direktur,

BASOEKI SOETARDJO

NIP. 19581018 198603 1 009

PENGERTIAN

Penyakit keganasan yang berasal dari sel-sel trofoblas gestasional.

Epidemiologi

Penyakit trofoblas ganas (Gestational Trophoblastic Neoplasia/ GTN), menggantikan istilah mola invasif, koriokarsinoma, dan Placental site of trophoblastic tumour yang merupakan diagnosis secara histopatologis yang secara klinis pada saat ini verifikasi pemeriksaan tersebut tidak diperlukan lagi. Molahidatidosa yang merupakan sebagian dari Penyakit trofoblas gestasional (Gestational Trophoblatic Diseases /GTD) 920% molahidatidosa komplit akan mengalami transformasi menjadi keganasan GTN. Apabila proses terbatas pada uterus maka disebut sebagai PTG non metastasis sedangkan apabila telah bermetastasis pada paru-paru, vagina, otak, hepar,ginjal atau dimanapun tempat metastasis maka disebut sebagai PTG metastasis.

TUJUANMenurunkan angka kematian dan meningkatkan angka harapan hidup 5 tahun penderita.

PROSEDURI. Kriteria Diagnosis

Diagnosis PTG berdasarkan data klinik dengan atau tanpa histologi. Adapun beberapa kriteria diagnostik : Setidaknya terdapat peningkatan kadar hCG secara berurutan pada hari ke1,7,14,21.

Peningkatan kadar hCG tanpa berurutan dengan interval pemeriksaan 2 minggu pada hari ke 1, 7 dan 14. Kadar hCG menetap 3 minggu atau lebih.

Kadar hCG di atas nilai normal sampai 14 minggu setelah evaluasi.

Uterus lebih besar dari normal dengan kadar hCG > normal.

Perdarahan dari uterus dengan kadar hCG > normal.

Dijumpai lesi metastasis dengan kadar hCG > normal. Metastasis paru didiagnosis dengan foto rontgen toraks.

WHO Scoring SystemWHO menetapkan sistem skoring dengan beberapa parameter antara lain parameter umur, kehamilan sebelumnya, interval kadar hCG sebelum terapi, ukuran tumor terbesar, tempat metastasis, jumlah metastasis dan kegagalan kemoterapi sebelumnya skor diberikan antara 0-4. Risiko rendah bila skor 6 atau kurang, risiko dan risiko tinggi bila skor 7 atau lebih.

II. Diagnosis BandingKanker endometrium, hiperplasia endometrium, abortus.

III. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan hCG serum secara serial.

2. Pemeriksaan darah lengkap termasuk hitung darah tepi, platelets, PT, PTT, fibrinogen, BUN, kreatinin, dan tes fungsi hati.3. Foto rontgen toraks.

4. MRI atau CT otak apabila ada kecurigaan metastasis di otak.

5. CT scan liver jika ada indikasi. Whole body CT scan pada pasien yang ditemukan adanya metastasis di paru-paru.6. Kuretase harus dilakukan jika ada perdarahan berasal dari uterus. Biopsi pada tempat metastasis sangat berbahaya karena timbulnya perdarahan banyak pada tempat biopsi.7. MRI dilakukan atas indikasi.

8. T4, dan test fungsi tiroid lainnya atas indikasi.IV. Terapi

1. PTG risiko rendah, skor WHO kurang dari 6 :

a. Methotreksate 0,4 mg/KgBB IM tiap hari selama 5 hari, diulang tiap 2 minggu.

b. Metotreksat 1,0mg/KgBB selang satu hari sampai 4 dosis dengan ditambahkan Leukovorin 0,1 mg/KgBB 24 jam setelah MTX, diulang tiap 2 minggu.c. Metotreksat 50 mg/m2 diberikan secara weekly.d. Actinomycin-D 1,25 mg/m2 diberikan tiap 2 minggu.

e. Actinomycin-D 12 ug/KgBB IV tiaphari selama 5 hari diulang tiap 2 minggu. Protokol ini digunakan pada pasien engan gangguan fungsi hati.f. Metotreksat 250 mg infus selama 12 jam, diulang tiap 2 minggu.

g. Kemoterapi dilanjutkan 1 atau 2 kali setelah kadar hCG normal.2. PTG risiko tinggi, dengan skor WHO lebih dari atau sama dengan 7 ( tujuh ).

Terapi primer adalah EMA-CO(Etoposide, MTX, Actinomycin, Cyclophosphamid dan Oncovin (Vincristine).Jika respon kurang baik atau resisten alternatif lain adalah :

EMA PA (Etoposide,MTX, Actinomycin Cisplatin dan Adriamycin).

EMA EP (Etoposide, MTX, Actinomycin Etoposide Platinum).Jika EMA-EP resisten dapat diberikan alternatif : Paclitaxel Cisplatin Paclitaxel Etoposide Paclitaxel 5 FU ICE ( Iphosphamid , Cisplatin, dan Etoposide) Regimen BEP.

Penanganan LanjutanPengamatan lanjutan untuk penderita PTG dilakukan dengan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan hCG tiap minggu hingga kadarnya mencapai normal. Setelah itu dilakukan setiap bulan selama 6 bulan selanjutnya tiap 2 bulan sampai 6 bulan berikutnya untuk meyakinkan hCG benar-benar normal.

UNIT TERKAIT

Bedah Digestive

Radiologi

Patologi Anatomi

PEMERIKSAAN IVA TEST

IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat)1. Batasan dan Uraian Umum IVA adalah pemeriksaan skrining kanker serviks dengan cara melakukan pulasan asam asetat 35% pada serviks.

2. Manifestasi Klinis Jika pada pulasan Asam Asetat 35% terjadi perubahan warna aceto white epithelial pada serviks, dapat ditegakkan diagnosis adanya lesi prakanker.3. Kriteria Diagnosis

Dari temuan pemeriksaan IVA, dapat dikategorikan:

Normal

(Servisitis)

IVA (+) mengindikasikan Lesi prakanker serviks

Kanker.4. Langkah Pemeriksaan

Setelah inspekulo dan serviks dapat ditampakkan, ada empat langkah:

1). Ada dugaan kanker serviks

2). Tampak SSK?

3). Jika SSK tampak, IVA positif atau negatif?

4). Jika IVA positif, apakah kelainan serviks itu dapat di

krioterapi?

5. Terapi Pada pendekatan See and Treat, setelah diidentifikasi adanya kelainan lesi prakanker serviks, maka dilakukan terapi dengan krioterapi, jika memenuhi kondisi yang disyaratkan (a.l. lesi tidak lebih dari 75% permukaan serviks, lesi tidak melebar ke vagina).

8. Perawatan

Setelah pemeriksaan IVA tidak perlu ada perawatan khusus. Namun setelah terapi dengan krioterapi, perlu pengamatan oleh pasien sendiri terhadap keluarnya cairan dari vagina yang berlebih.

PEMBERIAN KEMOTERAPI

NO. DOKUMEN

NO. REVISI

HALAMAN

1

PROSEDUR TETAPTanggal Terbit

Ditetapkan

Direktur,

BASOEKI SOETARDJO

NIP. 19581018 198603 1 009

PENGERTIANKemoterapi adalah cara pengobatan terhadap kanker dengan menggunakan obat-obat antikanker yang lazim disebut sitostatika.

TUJUAN1. Menurunkan angka kematian dan meningkatkan angka harapan hidup pasien.

2. Terapi penyembuhan.

3. Terapi tambahan.

4. Terapi paliatif

PROSEDURA. Syarat pemberian:

1. Keadaan umum cukup baik.

2. Pasien siap secara psikologis

3. Faal ginjal dan hati baik.

4. Laboratorium:

a. Hb > 11 g%

b. Lekosit > 5000/mm3c. Trombosit > 150.000/mm3B. Kontra Indikasi (KI):

1. KI mutlak:

a. Kehamilan

b. KU buruk

c. Infeksi akut

d. Gangguan sistem hemopoesis berat

2. KI relatif:

a. Usia lanjut

b. Gangguan fungsi organ ringan

c. Pasien tidak kooperatif

C. Efek Samping:

1. Langsung: Syok anafilaktik, aritmia jantung, nyeri pada tempat suntikan.

2. Dini (< 7 hari): mual, muntah, sistitis, perasaan seperti flu.

3. 7 21 hari: supresi sumsum tulang, stomatitis, diare, alopesia, neuropati perifer, ileus paralitik, kerusakan ginjal.

4. Lambat (> 21 hari): hiperpigmentasi, kerusakan organ vital, amenore, feminisasi, virilisasi.

D. Dosis dan cara pemberian:

Beberapa kemoterapi yang biasa dipakai:

1. Mitomycin (MMC): 10 mg/m2, iv bolus.

2. Methotrexate (MTX): 0,4 mg/kgBB/hari, im (5 hari).

3. Etoposide: 100 mg/m2/hari, iv bolus (5 hari).

4. Cyclophosphamide: 400 600 mg/m2, perdrip.

5. Cisplatinum: 40 60 mg/m2, perdrip.

6. Doxorubicin: 60 mg/m2, perdrip.

7. Vinblastine 0,3 mg/m2, iv, bolus.

8. Bleomycin 15 mg, iv, bolus.

Catatan:

Pemberian obat-obat perdrip memperhatikan diuresis (diukur tiap jam, bila < 100 cc beri injeksi Furosemid 1 amp., iv).

Bila pasien masih muntah-muntah hebat, bisa diberikan Primperan tambahan 1 amp., IV.

Bila pengobatan dan infus selesai (jumlah cairan yang masuk 4000 ml), pasien diberikan:

Dexamethason 3 x 1 tab (5 hari)

Primperan 3 x 1 tab (5 hari)

Inbion 1 x 1 tab (5 hari)

Interval pemberian tiap 4 minggu.

Periksa:

a. Hb, AL, AT: minggu 1, minggu 3

b. Ureum, Creatinin: minggu 2

Protein total, albumin, globulin, SGOT, SGPT, Bilirubin direk/indirek, Hb, AL, AT.

Pasien harus diberi sekurang-kurangnya 3 seri pengobatan sebelum rejimen tersebut dianggap tidak efektif.

E. Cara pemberian:

1. Protokol pemberian Cisplatin dan Doxorubicin (AP)

Jam Uraian Keterangan

0 a. Pasang NaCl 0,9% 500 cc Habis 2 jam (80 tpm)

b. Metoclopramide 1 amp

Dexamethasone 1 amp Melalui slang infus

Diazepam 5 mg

2 a. Pasang Dextrose 5%

b. Masukkan Doxorubicin dosis penuh Habis 2 jam (80 tpm)

ke dalam botol infus

4 a. Pasang NaCl 0,9% 500 cc

b. Masukkan Cisplatin dosis

ke dalam botol infus Habis 2 jam (80 tpm)

c. Metoclopramide 1 amp

Dexamethasone 1 amp Melalui slang infus

Diazepam 5 mg

6 a. Pasang NaCl 0,9% 500 cc

b. Masukkan Cisplatin dosis Habis 2 jam (80 tpm)

ke dalam botol infus

8 a. Pasang Dextrose 5% Habis 4 jam (40 tpm)

b. Metoclopramide 1 amp

Dexamethasone 1 amp Melalui slang infus

Diazepam 5 mg

12 a. Pasang Dextrose 5% Habis 4 jam (40 tpm)

b. Metoclopramide 1 amp

Dexamethasone 1 amp Melalui slang infus

Diazepam 5 mg

16 a. Pasang Dextrose 5% Habis 4 jam (40 tpm)

b. Metoclopramide 1 amp

Dexamethasone 1 amp Melalui slang infus

Diazepam 5 mg

20 a. Pasang Dextrose 5% Habis 4 jam (40 tpm)

b. Metoclopramide 1 amp

Dexamethasone 1 amp Melalui slang infus

Diazepam 5 mg

2. Protokol pemberian Cyclophosphamide-Doxorubicin-Cisplatin (CAP)

Jam Uraian Keterangan

0 a. Pasang NaCl 0,9% 500 cc Hbs 2 jam (80 tpm)

b. Metoclopramide 1 amp

Dexamethasone 1 amp Melalui

Diazepam 5 mg slang infus

Cyclophosphamide dosis penuh selama 10

2 a. Pasang Dextrose 5%

b. Masukkan Doxorubicin dosis penuh Hbs 2 jam (80 tpm)

ke dalam botol infus

4 a. Pasang NaCl 0,9% 500 cc

b. Masukkan Cisplatin dosis Hbs 2 jam (80 tpm)

ke dalam botol infus

c. Metoclopramide 1 amp

Dexamethasone 1 amp Melalui slang infus

Diazepam 5 mg

6 a. Pasang NaCl 0,9% 500 cc

b. Masukkan Cisplatin dosis Hbs 2 jam (80 tpm)

ke dalam botol infus

8 a. Pasang Dextrose 5% Hbs 4 jam (40 tpm)

b. Metoclopramide 1 amp

Dexamethasone 1 amp Melalui slang infus

Diazepam 5 mg

12 a. Pasang Dextrose 5% Hbs 4 jam (40 tpm)

b. Metoclopramide 1 amp

Dexamethasone 1 amp Melalui slang infus

Diazepam 5 mg

16 a. Pasang Dextrose 5% Hbs 4 jam (40 tpm)

b. Metoclopramide 1 amp

Dexamethasone 1 amp Melalui slang infus

Diazepam 5 mg

20 a. Pasang Dextrose 5% Hbs 4 jam (40 tpm)

b. Metoclopramide 1 amp

Dexamethasone 1 amp Melalui slang infus

Diazepam 5 mg

3. Protokol pemberian Cisplatin-Vinblastine-Bleomycin (PVB)

Jam Uraian Keterangan

0 a. Pasang NaCl 0,9% 500 cc Hbs 2 jam (80 tpm)

b. Metoclopramide 1 amp

Dexamethasone 1 amp Melalui

Diazepam 5 mg slang infus

Masukkan Vinblastine dosis penuh

diencerkan dengan 8,5 ml NaCl

2 a. Pasang Dextrose 5% Hbs 2 jam (80 tpm)

b. Masukkan Bleomycin dosis penuh

diencerkan dengan 5 ml NaCl

4 a. Pasang NaCl 0,9% 500 cc

b. Masukkan Cisplatin dosis Hbs 2 jam (80 tpm)

ke dalam botol infus

c. Metoclopramide 1 amp

Dexamethasone 1 amp Melalui slang infus

Diazepam 5 mg

6 a. Pasang NaCl 0,9% 500 cc

b. Masukkan Cisplatin dosis Hbs 2 jam (80 tpm)

ke dalam botol infus

8 a. Pasang Dextrose 5% Hbs 4 jam (40 tpm)

b. Metoclopramide 1 amp

Dexamethasone 1 amp Melalui slang infus

Diazepam 5 mg

12 a. Pasang Dextrose 5% Hbs 4 jam (40 tpm)

b. Metoclopramide 1 amp

Dexamethasone 1 amp Melalui slang infus

Diazepam 5 mg

16 a. Pasang Dextrose 5% Hbs 4 jam (40 tpm)

b. Metoclopramide 1 amp

Dexamethasone 1 amp Melalui slang infus

Diazepam 5 mg

20 a. Pasang Dextrose 5% Hbs 4 jam (40 tpm)

b. Metoclopramide 1 amp

Dexamethasone 1 amp Melalui slang infus

Diazepam 5 mg

Waktu pemberian regimen PVB

Mgg 1

Mgg 2

Mgg 3

Mgg 4

Mgg 8

Mgg 12

Mgg 16

PVB

B

B

PV

PV

PV

PV

Jumlah pemberian 3 6 seri.

4. Protokol pemberian Methotrexate

Obat

Jam/hari

1

2

3

4

5

Cara

MTX

08.00

Dosis

Dosis

Dosis

Dosis

Dosis

IM

FA

20.00

5 mg

5 mg

5 mg

5 mg

5 mg

IM

Cursil

3 x 1

3 x 1

3 x 1

3 x 1

3 x 1

Oral

Catatan:

FA = Folinic Acid (antidotum MTX). FA parenteral dapat diganti tablet dengan dosis 3 x 1.

Cursil = Hepatoprotektor

Interval terapi 7 hari

5. Protokol pemberian Etoposide

Obat

Jam/hari

1

2

3

4

5

Cara

Primperan

08.00

1 amp

1 amp

1 amp

1 amp

1 amp

IM

Etoposide

09.00

Dosis

Dosis

Dosis

Dosis

Dosis

IV

Cursil

3 x 1

3 x 1

3 x 1

3 x 1

3 x 1

Oral

Catatan:

Dosis maksimum 180 mg/hari

100 mg E dilarutkan dalam 250 ml NaCl 0,9%, diberikan secara iv, perlahan-lahan, lebih dari 30 menit.

Interval terapi minimal 1 minggu

INSTALASI TERKAIT1. Rawat Inap

2. Laboratorium