Upload
naa-nana-chiboleg
View
1.224
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
jurnal, paper kangkung darat
Citation preview
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Budidaya tanaman hortikultura di Indonesia belum memberikan kontribusi
yang besar, dibandingkan dengan komoditas pertanian lainnya. Banyak faktor
yang menjadi kendala untuk pengembangan komoditas hortikultura. Selain
lemahnya modal usaha yang dimiliki dan rendahnya pengetahuan petani, kendala
lain yang dominan adalah harga produk hortikultura yang rendah dan sangat
berfluktuansi, prasarana transportasi yang kurang mendukung dan belum
berkembangnya agro industri yang memanfaatkan hasil tanaman hortikultura
sebagai bahan baku (Lakitan, 1995)
Kangkung banyak dijumpai di dataran Asia tenggara, baik sengaja ditanam
atau tidak. Kangkung memang bukan barang asing di dapur Indonesia karena
selain mudah didapat dan harganya yang murah rasanya pun cukup sedap.
Kangkung bergiji tinggi dan lengkap dengan kandungan seperti kalori, protein,
lemak, karbohidrat, serat, kalsium, fosfor, zat basi,natrium, kalium, vitamin A,
vitamin B, vitamin C, karotan dan sistos herot (Rukmana, 1997).
Kangkung tergolong sayuran yang sangat populer,karena banyak
peminatnya. Kangkung disebut juga swampcabbage, water spinach. Berasal dari
India yang kemudian menyebar ke Malasiya, Burma, Indonesia, China Selatan,
Australia, dan bagian Negara Afrika. Kangkung masuk ke Indonesia pada tahun
1985, terdapat luas areal pertanaman kangkung nasional seluas 41.953 ha. Namun,
tahun-tahun berikutnya cenderung menurun yaitu hanya 32.448 ha (1988), dan
20.578 ha (1990) (Tindall, 1983).
Kangkung banyak dimanfaatkan ibu-ibu untuk membuat sayur tumis. Jenis
kangkung yang biasa dimanfaatkan adalah kangkung air dan kangkung darat.
Kangkung air tumbuh baik pada tempat yang basah atau berair. Kangkung ini
tangkai daunnya panjang, daunnya lebar, bunganya berwarna ungu dan daunnya
memiliki warna hijau tua. Berbeda dengan kangkung air, kangkung darat justru
banyak tumbuh dilahan kering atau tegalan. Daun lebih langsing dengan ujung
daun meruncing, warnanya hijau pucat keputih-putihan, warna bunga putih an
dipelihara untuk menghasilkan biji sebagai benih yang baru (Nazaruddin, 1999).
Karena sifatnya yang gampang rusak, maka kangkung harus segera di
pasarkan dalam bentuk segar atau di olah menjadi bahan pangan yang lebih tahan
simpan. Agroindustri yang menggunakan produk hortikultura sebagai bahan baku
akan sangat menunjang perkembanagan budidaya tanaman hortkultura
(Lakitan, 1995).
Tujuan Percobaan
Adapun tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui tanggap
pertumbuhan tanaman Kangkung Darat (Ipomea reptana L) Terhadap
Pemberian berbagai Dosis Pupuk Urea.
Manfaat Percobaan
Manfaat percobaan ini yaitu Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti
Praktikal Test di Laboratorium Dasar Agronomi Fakultas Pertanian, Universitas
Sumatera Utara, Medan dan Sebagai sumber informasi bagi pihak yang
membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Menurut Tindall (1983) dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan,
kedudukan tanaman kangkung (Ipomaea reptans Poir), diklasifikasikan sebagai
berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Convolvulaceae
Genus : Ipomoea
Spesies : Ipomaea reptans Poir
Dari suku kangkung-kangkungan (convolvulaceae) ini masih terdapat
beberapa jenis lainnya seperti kangkung hutan atau kangkung pagar (I.fistulosa
Mart. Ex. Choisy), rincik bumi (I. quamoqlit) dan I. triloba L. yang tumbuhnya
liar di hutan-hutan (Rukmana, 1997).
Kangkung merupakan tanaman menetap yang dapat tumbuh lebih dari satu
tahun. Batang tanaman terbentuk bulat panjang berbuku-buku, banyak
mengandung air merambat atau menjalar dan percabangannya banyak
(www. must-anast. pdf. 2010 ).
Spesies kangkung-kangkungan yang sudah umum di budidayakan secara
komersila adalah I.batatas L. atau ubi jalar. Penyambungan batang bawah ubi jalar
dengan batanag atas kangkung pagar dapat menghasilkan ubi jalar berukuran
besar-besar dan umurnya dapat mencapai satu tahun atau lebih (Rukmana, 1997).
Morfologi Tanaman
Kangkung merupakan tanaman yang termasuk famili Convolvulaceae
yang memiliki nama latin Ipomaea reptans Poir. Kangkung berkembang dengan
cara menjalar. Batangnya kecil, batang dalam berlubang, dan berbentuk bulat.
Bagian kangkung yang di konsumsi adalah daunnya, rasanya segar dan banyak
mengandung zat besi juga vitamin A dan C (Tafajani, 2011).
Tanaman kangkung memiliki system peralatan tunggal dan cabang-cabang
akarnya menyebar kesemua arah, dapat menembus tanah sampai kedalaman 60-
100 cm, dan melebar mandatar pada radius 100-150 cm atau lebih, terutama pada
jenis kangkung air (Rukmana, 1997).
Ada beberapa jenis kangkung, di antaranya yaitu kangkung darat (Ipomaea
reptans Poir) dan kangkung air (Ipomea aquatica Forsk). Kangkung air hidup di
dalam air, daunnya panjang dengan ujung daun tumpul, warna daun hijau pekat
dan warna bunga kuning dan ungu. Adapaun kangkung darat hidup di dfarat,
daunnya panjang dengan ujung lancip, warna daun hijau agak pucat dan warna
bunganya putih (Tafajani, 2011).
Tangkai daun melekat pada buku-buku batang da n di ketiak daunnya
terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi percabangan baru. Bentuk daun
umumnya seperti jantung hati, ujung daun meruncing ataupun tumpul, permukaan
daunsebelah atas beerwarna hijau tua dan permukaan daun bagian bawah
berwarna hijau muda. Selama fase pertumbuhannya tanaman kangkung dapat
berbunga, berbuah, dan berbiji. Terutama jenis kangkung darat (Rukmana, 1997).
Kangkung bergiji tinggi dan lengkap dengan kandungan seperti kalori,
protein, lemak, karbohidrat, serat kalsium, fosfor, zat besi, natrium, kalium,
vitamin A, vitamin B, vitamin C, karoten, hentriakontan dan silosterol. Senyawa
kimia yang terkandung adalah saponin, flavonid, dan polifenol (Sumpena, 2005).
Untuk kangkung darat, vaeritas sutra sangat baik dikembangkan. Jenis ini
bukan asli Indonesia (non-lokal). Melainkan dari tempat yang cukup jauh di
pasifik, yakni kepulauan Hawai. Varietas kangkung darat lain yang baik ditanam
ialah kangkung Bangkok. Kangkung ini memang berasal dari Thailand.
Pertumbuhannya tegak dengan batang lebih putih dari kangkung sutra. Perbedaan
yang jelas dan nyata dengan kangkung sutra adalah dalam kangkung Bangkok
lebih ramping dengan ujung meruncing (Nazaruddin, 1999).
Syarat Tumbuh
1) Iklim
Sumber daya dan ekosistem di wilayah Indonesia sangat bervariasi,
terutama kondisi jumlah cura hujan dan temperatur udara. Jumlah curah hujan
berkisar antara 500-5000 mm per tahun, sedangkan temperatur udara dipengaruhi
oleh ketinggian tempat. Setiap naik 100 m, maka temperatur uadara turun 1 C. Di
permukaan laut, temperatur rata rata sekitar 28 C dan di dataran tinggi
(pegunungan) 2000 meter dari permukaan laut sekitar 18 C (Ashari, 1995).
Kangkung memiliki daya adaptasi cukup luas terhadap kondisi iklim dan
tanah di daerah tropis, sehingga dapat ditanam (dikembangkan) diberbagai daerah
atau wilayah di Indonesia. Jumlah curah hujan berkisar antara 500-5000
mm/tahun. Sedangkan temperature udara dipengaruhi oleh ketinggian tempat
(Rukmana, 1997).
Tanaman kangkung membutuhkan lahan yang terbuka atau mendapat sinar
matahari yang cukup. Di tempat yang terlindung (ternaungi) tanaman kangkung
akan tumbuh memanjang (tinggi) tetapi kurus-kurus. Kangkung sangat kuat
menghadapi panas terik dan kemarau yang panjang. Apabila tanaman di tempat
yang tegak terlindung, maka kualitas daun bagus dan lemas sehingga disukai
konsumen (Nazaruddin, 1999).
Temperature udara sangat dipengaruhi oleh ketinggian tempat, setiap naik
100 meter tinggi tampat, maka temperature adara turun 10C di permukaan laut. Di
permukaan laut temperature rata-rata adalah sekitar 280C dan dataran tinggi
(pegunungan) adalah ±2000 m dpl 180C (Ashari, 1995).
Kangkung dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah
sampai dataran tinggi (pegunungan) ±2000 m dpl, dan diutamakan dilokasi yang
lahannya terbuka atau mendapat sinar matahari yang cukup. Di tempat yang
terlindungi (ternaungi), tanaman kangkung akan tumbuh memanjang (tinggi)
namun keras-keras (Rukmana, 1997).
2) Tanah
Lahan merupakan sumber daya alam bersifat dinamis yang tercermin dari
pertumbuhan tanaman di atasnya. Meskipun demikian, di sadari tidak semua jenis
tanah pada suatu lahan di Indonesia cocok atau dapat diusahakan secara baik
untuk pembudidayaan sayuran komersial. Hal ini disebabkan oleh beberapa
pertimbangan khusus misalnya keadaan fisik dan kimia atau kesuburannya yang
harus di kelola khusus (Lingga, 1992).
Kangkung tidak rewel dengan syarat tumbuh. Bahkan daerah perairan
tawar seperti sungai kecil, danau, aliran air dan kolam ataupun sawah dapat di
jadikan lahan kangkung. Karena toleransinya yang tinggi terhadap daerah perairan
ini, sebaiknya tidak menanam kangkung di perairan yang sudah tercemar.
Kangkung yang di tanam di tempat ersebut akan menyerap zat zat beracun yang
terdapat di dalamnya. Toleransi dengan tanah kering didapat pada jenis kangkung
darat yang bisa dibiakknan di tanah atau bedengan (Nazaruddin, 1999).
Kangkung darat menghandaki tanah yang subur, gembur, banyak
mengandung bahan organic dan tidak dipengaruhi kemasaman tanah. Tanaman
kangkung ini tidak mengkendaki tanah tergenang, karena akar akan mudah
membusuk. sedangkan kangkung air membutuhkan genangan air. Tanaman
kangkung membutuhkan tanah datar bagi pertumbuhan, sebab tanah yang
memiliki kelerengan tinggi tidak dapat mempertahankan kandungan air secara
baik (Rukmana, 1997).
Tanaman kangkung tidak terlalu dipengaruhi tingkat kemasaman tanah
akantetapi jika tanah terlalu masam akan perlu pembenahan akar. Tanaman
kangkung membutuhkan tanah dataran bagi pertumbuhannya, sebab tanah yang
memiliki keterangan tinggi dapat mempertahankan kandungan air secara baik.
(Nazaruddin, 1999).
Kandungan unsur-unsur hara makro dan mikro yang cukup di dalam media
tumbuh merupakan hal penting bagi tanaman. Seperti tersedianya unsur-unsur N,
P, K, S, Fe, Mg, Cl, Cu, Zn, Mn, B, Mo, dan Co. Serta adanya sirkulasi udara
yang baik yang mengandung gas asam arang (CO2) untuk terjadinya fotosintesis
dan O2 untuk respirasi (Hakim dkk, 1986).
Pupuk
Senyawa yang mengandung unsur hara yang di berikan pada tanaman
disebut dengan pupuk. Suatu pupuk umunya terdiri komponen komponen yang
mengandung unsur hara, zat penolak air, pengisi, pengatur konsistensi, kotoran
dan lain lain. Bagian yang tidak mengandung unsur hara tersebut akan
menurunkan kadar hara dalam pupuk tersebut (Jumin, 1996).
Pemupukan Kangkung air jarang dilakukan petani. Sebaliknya pemupukan
pada kangkung darat adalah keharusan. Pupuk yang diberikan adalah pupuk
kandang, kompos dan pupuk buatan seperti pupuk Urea, TSP dan KCl. Pupuk
buatan dapat diberikan dengan cara guratan tau tugal (Nazaruddin, 1999).
Menurut unsur yang dikandungnya, pupuk dapat di bagi atas pupuk
nitrogen seperti pupuk urea dan ZA, pupuk fosfor seperti DS dan TS, dan pupuk
kalium seperti ZK, paten kali dan Muriate of Potash (Jumin, 1996).
1) Pupuk Urea
Urea termasuk pupuk yang higroskopis (mudah menarik uap air). Pada
kelembaban 73% ia sudah menarik uap air dari udara. Oleh karena itu ia mudah
larut dalam air dan mudah diserap oleh tanaman. Keuntungan dari urea ini adalah
kadar hara N-nya tinggi. Tapi banyak juga kejelekannya. Kalau ia diberikan ke
tanah misalnya, maka ia mudah berubah menjadi amoniak dan karbondioksida
Sifat urea lain yang tidak menguntungkan ialah sangat higrokopis dan mulai
menarik air dari udara pada kelembaban nisbi 73%. Urea tidak bersifat menginosir
dalam larutan sehingga mudah mengalami pencucian, karena tidak cepat terjerap
oleh koloid tanah. Untuk dapat diserap oleh akar tanama urea harus mengalami
proses ammonifikasi dan nitrifikasi lebih dahulu, maka jika dibandingkan dengan
pupuk ZA, bekerjanya pupuk urea lambat (Lingga, 1992).
Kehilangan N akan meningkat dengan makin berkurangnya air tanah. Hal
yang demikian tidak akan terjadi pada urea atau pupuk N-amonium lainnya bila
diberikan pada lapisan reduksi. Pada lapisan reduksi NH4 lebih stabil.
(Hakim dkk, 1986).
Pupuk urea adalah pupuk buatan senyawa kimia organik dari CO(NH2)2,
pupuk padat berbentuk butiran bulat kecil (diameter lebih kurang 1 mm). Pupuk
ini mempunyai kadar N 45%-46%. Urea larut sempurna di dalam air, dan tidak
mengasamkan tanah (Lingga, 1992).
Gejala kekurangan unsur nitrogen ini dapat terlihat dimulai dari daunnya
warnanya yang hijau agak kekuning – kuningan selanjutnya berubah menjadi
kuning lengkap. Jaringan daun mati dan inilah yang menyebabkan daun
selanjutnya menjadi kering dan berwarna merah kecoklatan. Pada tanaman
dewasa pertumbuhan terhambat akan berpengaruh terhadap pembuahan yang
dalam hal ini perkembangan buah tidak sempurna umumnya kecil – kecil dan
cepat matang (Rukmana, 1997).
2) Pupuk TSP
Pupuk TSP dikenal pula dengan sebutan Enkel-super-fosfat, disingkat ES.
Bentuknya berupa bubuk berwarna abu-abu dan mengandung zat fosfat (P) 14 -
20%. Pupuk ini dibuat dari fosfat alam dan asam belerang (Lingga, 1992).
Pupuk TSP ini mudah larut dalam air dan agak sedikit higroskopis. Pupuk
ini cocok dicampuk dengan ZA, karena amoniaknya akan terikat. Cuma kalau di
campur sering mengeras sehingga perlu dihaluskan dulu sebelum dipakai.
Sewaktu memebrikan puppuk ini harus dibenamkan agar mencapai perakaran
tanaman. Kalau tidak, akan dihanyutkan oleh air (Jumin, 1996).
Defisiensi unsur P akan menimbulkan hambatan pada pertumbuhan sistem
perakaran, daun, batang seperti misalnya pada tanaman serelia, daun – daunnya
berwarna hijau tua atau keabu – abuan, mengkilap sering pula terdapat pigmen
merah pada daun bagian bawah selanjutnya mati. Tangkai daunnya kelihatan
lancip –lancip. Pembentukan buah jelek merugikan hasil biji (Rukmana, 1997).
3) Pupuk KCl
Kalium merupakan unsur hara essensial bagi tanaman bahkan semua
mahluk hidup. Tidak ada unsur lain yang dapat menggantikan fungsi unsur ini
spesifiknya dalam tanamn dan merupakan satu dari tiga unsur makro yamg utama,
selain N dan P. Sebagian tanaman mengandung unsur K hampir sama dengan N
dan lebih tinggi dari unsur P. Kalium di dalam jaringan tanaman ada dalam berat
kering daun yang tumbuh secara normal. Ion K dalam tanaman berfungsi sebagai
aktivator dari banyak enzim yang berpatisipasi dalam beberapa metabolisme
utama tanaman (Lingga, 1992).
Unsur K diserap tanaman dalam bentuk ion K+ dan dijumpai di dalam
tanah dalam jumlah yang berpariasi, namun jumlahnya dalam keadaan yang
tersedia bagi tanaman biasanya kecil. Kalium yang ditambahkan dalam tanah
biasanya dalam bentuk garam-garam yamg mudah larut seperti KCL, KNO3,
danKMgSO4 (Hakim dkk, 1986).
Gejala kekurangan KCl banyak ditunjukkan dengan beberapa cara /
penampilan. Gejala yang paling menonjol adalah tanda-tanda terbakarnya daun
yang dimulai dari ujung atau pinggir daun. Gejala ini nampak dimulai dari daun-
daun yang lebih tua. Selain itu gejala kekurangan K dapat dilihat kenampakan
visualnya pada tanaman adalah bercak-bercak nekrotik berwarna coklat pada
daun-daun dan batang batang yang tua. Berdasarkan studi anatomi dengan
menggunakan mikroskop cahayaterlihat bahwa titik-titik nekrotik dimulai
rusaknya sel pada lapisan sel luar. Sedangkan dengan elektromikroskop
diketahuui adanya kerusakan kloroplas dan pecahnya mitokondria
(Rukmana, 1997).
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Percobaan ini dilakukan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 25 m dpl. Percobaan ini dilakukan
pada tanggal 13 April 2013 sampai tanggal 11 mei 2013.
Bahan dan Alat
Bahan
Adapun bahan-bahan yang di gunakan pada percobaan ini yaitu Benih atau bibit
sawi, berfungsi sebagai bahan yang akan di tanam. Pupuk Urea, TSP, dan KCl,
berfungsi sebagai penambah unsur hara bagi tanaman. Kapur Dolomit, untuk
membuat pH tanah yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan tanaman
sawi. Air, berfungsi untuk membasahi tanah agar tidak kering dan terus lembab.
Serta Plastik, untuk media atau wadah hasil panen.
Alat
Adapun alat-alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu Cangkul, berfungsi
untuk menggemburkan tanah sebelum dilakukan persemaian. Gembor, berfungsi
sebagai alat untuk menyiram benih yang telah disemaikan. Garu, berfungsi untuk
lebih menghancurkan dan meratakan permukaan tanah. Meteran, berfungsi untuk
mengukur lahan yang diolah. Tali plastik, berfungsi untuk membatasi lahan yang
diolah. Tiang pacak, berfungsi sebagai tempat untuk mengikat plastik dan
memberi batas pada lahan. Timbangan, untuk mengukur berat hasil panen
Kamera, untuk mengambil gambar lahan dan tanaman sawi seabagai lampiran
pada laporan akhir. Serta, Gunting atau pisau, alat untuk panen hasil produksi
Metode Percobaan
Metode percobaan pada percobaan kali ini yaitu menggunakan rancangan acak
kelompok non faktorial dengan pupuk urea yang terdiri dari beberapa taraf
perlakuan yaitu :
1) U0 = tanpa pupuk urea pada plot
2) U1 = 10 gram\plot
3) U2 = 20 gram\plot
4) U3 = 30 gram\plot
5) U4 = 40 gram\plot
6) U5 = 50 gram\plot
7) U6 = 60 gram\plot
8) U7 = 70 gram\plot
PELAKSANAAN PERCOBAAN
1) Pengolahan Tanah dan Pembuatan Bedengan
Ukur petakan tanah dengan panjang 2 m dan lebar 1 m
Tanah di cangkul sampai gembur sedalam 30 cm dan bersihkan dari
sampah-sampah.
Buat bedengan dengan bentuk
- Lebar bagian bawah 1 m, panjang permukaan 2 m, dan tinggi 30
cm
- Lebar selokan bagian bawah 30 cm
- Bedengan di pertinggi dengan tanah galian selokan
- Tepi bedengan didapatkan agar tidak longsor
2) Bercocok Tanam
Ukurlah lahan yang ingin di olah
Di awali pengolahan tanah dan pembersihan lahan dari gulma
Olah tanah dengan kedalaman 30 cm
Menanam biji kangkung
Buatlah lubang tanam 2-3 cm dengan jarak tanam 10 cm x 10 cm
Masukkan 2 benih per lubanh tanaman
Tutup kembali dengan tanah
Siram dengan air secukupnya
3) Panen
Sebelum panen, ambil terlebih dahulu gambar lahan dan sampel hasil
panen sebagai lampiran dalam laporan akhir
Panenlah hasil produksi tanaman sawi pada bedengan yang telah diolah.
DAFTAR PUSTAKA
Ashari, S.1995.Hortikultura Aspek Budidaya.UI Press:Jakarta
Hakim,N.,M.Y.Nyakpa.,A.M.Lubis.,S.G.Nugroho.,M.A.Diha.,G.B.Hong.,H.H.Bailey.1986.Dasar dasar Ilmu Tanah.Penerbit Universitas Lampung.
Jumin,H.B.1996.Dasar dasar Agronomi.Raja Grafindo Persada:Jakarta
Lakitan,B.1995.Hortikultura.Raja Grafindo Persada:Jakarta
Lingga,P.1992.Petunjuk Penggunaan Pupuk.Penebar Swadaya:Jakarta
Nazaruddin.1999.Budi Daya dan Pengaturan Panen Sayuran Dataran Rendah. Penebar Swadaya:Jakarta
Rukmana,R.1997.Bertanam Kangkung.Penerbit Kanisius:Yogyakarta
Splittstoesser,W.E.1984.Vegetable Growing Handbook.Van Nostrand Reinhold Company:New york
Sumpena,U.2005.Benih Sayuran.Penebar Swadaya:Jakarta
Tafajani,D.S.2011.Panduan Komplit Bertanam Sayur dan Buah buahan.Cahaya Atma:Yogyakarta
Tindall,H.D.1983.Vegetables in the Tropics.The Macmillan Press LTD:London
www. must-anast. pdf. 2010 . Budi daya Kangkung. Diakses pada tanggal 25 mei 2013