24
I. PENDAHULUAN Pemerintah melalui Program Aksi Pemantapan Ketahanan Pangan menetapkan daging sapi menjadi salah satu sasaran komoditas strategis. Hal tersebut karena nilai impor daging dan sapi bakalan masih sangat besar. Potensi dan peranan Propinsi Jawa Timur sebagai sentra sapi dan pemasok daging sapi cukup besar untuk konsumsi Nasional. Namun suplai daging maupun sapi bakalan dari Jawa Timur volumenya cenderung menurun dari tahun ke tahun, selain karena konsumsi masyarakat Jawa Timur sendiri terus meningkat. Penurunan suplai tersebut juga disebabkan karena belum efisiennya pola peternakan sapi oleh para peternak, pemeliharaan sapi masih dilakukan sebagai Usaha Sambilandan dikelola secara tradisional. Penguatan kelembagaan, peningkatan fungsi dan kinerja Gapoktan ( Gabungan Kelompok Tani ) ke arah lembaga ekonomi perdesaan yang dimiliki dan dikelola oleh petani / peternak sangat dibutuhkan untuk mengembangkan usaha Agribisnis ternak sapi. Pengelolaan secara induvidu para peternak mengalami kesulitan untuk mengembangkan usaha ternak sapinya, karena keterbatasan Modal, Akses lahan, Sarana produksi, inovasi teknologi dan pemasaran / pasar, disamping itu ditambah masih lemahnya kelembagaan 1

Kandang Komunal Sapi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Kandang Komunal Sapi

I. PENDAHULUAN

Pemerintah melalui Program Aksi Pemantapan Ketahanan Pangan

menetapkan daging sapi menjadi salah satu sasaran komoditas strategis.

Hal tersebut karena nilai impor daging dan sapi bakalan masih sangat

besar. Potensi dan peranan Propinsi Jawa Timur sebagai sentra sapi dan

pemasok daging sapi cukup besar untuk konsumsi Nasional.

Namun suplai daging maupun sapi bakalan dari Jawa Timur

volumenya cenderung menurun dari tahun ke tahun, selain karena

konsumsi masyarakat Jawa Timur sendiri terus meningkat. Penurunan

suplai tersebut juga disebabkan karena belum efisiennya pola peternakan

sapi oleh para peternak, pemeliharaan sapi masih dilakukan sebagai

“Usaha Sambilan” dan dikelola secara tradisional.

Penguatan kelembagaan, peningkatan fungsi dan kinerja Gapoktan

( Gabungan Kelompok Tani ) ke arah lembaga ekonomi perdesaan yang

dimiliki dan dikelola oleh petani / peternak sangat dibutuhkan untuk

mengembangkan usaha Agribisnis ternak sapi. Pengelolaan secara

induvidu para peternak mengalami kesulitan untuk mengembangkan

usaha ternak sapinya, karena keterbatasan Modal, Akses lahan, Sarana

produksi, inovasi teknologi dan pemasaran / pasar, disamping itu

ditambah masih lemahnya kelembagaan agribisnis di perdesaan.

Sehingga belum dapat berfungsi sebagai mitra Bank maupun pasar

( Yusdja et al., 2003 ).

Dengan berkembangnya Sistem Intregrasi Tanaman Ternak

( SITT ) di berbagai kawasan melalui pengelolaan usahatani secara

terpadu dengan komponen ternak sebagai bagian kegiatan usaha, sangat

mendukung untuk penerapan usaha pemeliharaan ternak secara

berkelompok. Model pengelolaan ternak sapi dengan sistem kandang

Komunal dapat digunakan sebagai alternatif dalam usaha ternak sapi

secara berkelompok.

Dalam pemeliharaan ternak sapi, faktor kandang dan

perlengkapannya mutlak diperlukan agar usaha ternak sapi dapat

1

Page 2: Kandang Komunal Sapi

berhasil secara maksimal. Bangunan kandang harus dipisahkan dari

rumah tinggal untuk menghindari pencemaran bau yang berasal dari

kotoran ternak. Dengan menyatunya pemeliharaan ternak dengan tempat

tinggal/ rumah berdampak kurang baik bagi kesehatan masyarakat

disekitarnya khususnya keluarga peternak, ternaknya dan lingkungan

perumahan. Lokasi kandang harus dipilih berdasarkan kelayakan teknis

dan sosial serta dibangun di luar rumah/pemukiman.

Kandang Komunal seyogyanya didirikan dalam satu hamparan

lahan dengan luasan tertentu, dikelola secara bersama dan dikoordinir

oleh seorang ketua/koordinator. Beberapa keuntungan menerapkan sitem

kandang komunal antara lain lebih ramah lingkungan, terjadi saling

memotivasi antar peternak, mudah dalam tukar informasi, memungkinkan

peningkatan skala usaha, mudah dalam pengumpulan limbah ternak, lebih

efisien dalam kegiatan prosesing pakan, pengobatan, reproduksi

(IB/Kawin alam) dan pemasaran ternaknya.

Disamping itu dengan sitem kandang komunal pengontrolan

terhadap biosekuriti ternak akan lebih mudah ditangani sehingga kalau

terjadi out-breek penyakit akan lebih mudah ditangani ( Ernawati et

al.,2007 ).

II. PERMASALAHAN

Usaha ternak sapi akan lebih menguntungkan bila usahanya dalam

skala komersial. Namun, beberapa permasalahan utama yang dirasakan

oleh para pelaku agribisnis dan peternak sapi adalah tidak terjaminnya

pasokan sapi bakalan dan pakan yang berkualitas (Thalib, 2001).

Selama ini banyak calon peternak, investor maupun Pemerintah

Daerah yang berminat untuk mengembangkan ternak sapi mengurungkan

niatnya ketika harus menghitung dengan penyediaan pakan hijauan.

Keraguan timbul karena harus menyediakan luasan lahan tertentu untuk

menanam tanaman hijauan makanan ternak ( HMT ) dengan segala resiko

dan permasalahannya. Bahkan di tingkat peternak kecil, masalah

2

Page 3: Kandang Komunal Sapi

kelangkaan hijauan sering terjadi. Para peternak terpaksa harus mencari

rumput atau jerami ke tempat yang jauh sampai ke luar desa bahkan ke

luar kecamatan. Permasalahan pakan ini terjadi karena belum

terintregrasinya pemanfaatan limbah pertanian dengan usaha ternak

dalam satu kawasan (PPSKI,2007).

Usaha perbibitan sapi jumlahnya masih sangat terbatas.

Pengadaan bakalan sapi potong maupun induk sapi perah dari dalam

negeri dalam jumlah besar menjadi tidak ekonomis, karena harus

dikumpulkan dari berbagai daerah atau tempat yang membutuhkan biaya

cukup besar, sehingga pengadaan bibit sapi dari impor menjadi lebih

ekonomis. Akses modal melalui perbankan untuk pengembangan

peternak juga masih sulit untuk diperoleh. Ditambah lagi keterbatasan

tenaga kerja dalam keluarga sebagai pencari hijauan juga membatasi

jumlah pemilikan ternak.

Permasalahan lain adalah kontinuitas pengadaan hijauan tidak

terjamin, produksi hijauan berfluktuasi sesuai dengan musim dan

terjadinya kelangkaan hijauan, terutama selama musim kemarau. Salah

satu jalan keluarnya adalah perlu adanya penumbuhan usaha pembuatan

pakan konsentrat maupun pakan lengkap (Complete Feed) dengan

memanfaatkan potensi limbah pertanian agar penggunaannya dalam

proses produksi memberikan keuntungan, sehingga para peternak terpacu

untuk meningkatkan skala usahanya ( Hardianto et al., 2007 ).

Untuk mengembangkan usaha ternak sapi dengan sistem kandang

komunal juga menghadapi permasalahan teknis dan manajemen

pengelolaan, Keuntungan dan kerugian sitem kandang komunal belum

sepenuhnya diketahui oleh para peternak, sehingga masih diperlukan

sosialisasi tentang pengelolaan kandang komunal.

Pembuatan demplot atau percontohan model kandang komunal di

sentra sentra petrnak sapi sangat dianjurkan yang disertai dengan

penerapan berbagai komponen teknologi pendukungnya, seperti

pembuatan pakan dan pengawetan hijauan, IB, prosesing kompos,

3

Page 4: Kandang Komunal Sapi

biogas, pemasaran dan menejemen pengelolaan kandang komunal sesuai

kondisi sosial dan ekonomi setempat.

Rakitan teknologi tentang model pengelolaan usaha perbibitan sapi

dengan kandang komunal adalah salah satu alternatif dalam mendukung

program perbibitan ternak sapi di perdesaan sebagai bahan acuan untuk

para peternak yang tergabung dalam wadah Gapoktan ( Gabungan

Kelompok Tani ) dalam satu hamparan.

III. RAKITAN TEKNOLOGI

Model pengelolaan kandang komunal perlu dilakukan secara

terintregrasi mulai dari pengadaan bibit, pakan, manajemen produksi,

prosesing limbah dan pemasaran ternak, agar para peternak dapat

menghasilkan berbagai produk primer dan sekunder dari usaha ternaknya,

seperti memproduksi pakan konsentrat, complete feed, kompos, biogas,

pupuk cair, dan lain lain, sebagai pendapatan tambahan (Romjali et al.,

2006)

Pada tahap awal perlu diintensifkan kegiatan pengembangan

kapasitas kelompok untuk meningkatkan ketrampilan dalam perencanaan

usaha, manajemen produksi dan pemasaran. Ditambah pengembangan

jaringan dengan mitra usaha untuk meningkatkan akses informasi

teknologi, modal, dan pasar.

Model pengelolaan kandang komunal sangat cocok untuk

mendukung penumbuhan unit usaha ekonomi suatu Gapoktan. Sistem

kandang komunal memiliki fungsi publik daqn privat sekaligus, maka

fungsi publik perlu dijamin, demikian juga fungsi privatnya perlu

dipertahankan (Dwiyanto et al., 2002). Kandang komunal seyogyanya

diawali dari kebutuhan dan kesepakatan para peternak anggota Gapoktan

untuk mengembangkan usaha bersama. Sistem kandang komunal sangat

cocok dilakukan pada terbatasnya sumber daya tertentu (Lahan, tenaga

kerja, pakan), sehingga dengan pengelolaan kandang komunal investasi

usaha bersama akan lebih efektif dan efisien. Karakteristik ini perlu

4

Page 5: Kandang Komunal Sapi

dijamin agar pengembangan sistem kandang komunal dapat tepat

sasaran, lebih produktif serta dapat mengatasi perubahan kondisi

lingkungan yang bersifat dinamis.

Usaha perbibitan sapi melalui persilangan antara sapi lokal dengan

sapi luar negeri antara lain Simmental dan Limousin menunjukkan

perkembangan yang semakin meningkat di Jawa Timur. Rakitan teknologi

usaha perbibitan sapi dengan model kandang komunal ini sasarannya

adalah usaha kelompok pada kondisi usaha peternak rakyat dengan skala

usaha 50 – 100 ekor induk. Karakterisasi usaha perbibitan dengan

kandang komunal yang direkomendasikan adalah sebagai berikut :

5

Usaha Pokok

Usaha

sampingan

Pemegang

Saham

Lokasi Usaha

Kebutuhan lahan

Sarana dan

Prasarana

:- Perbibitan sapi untuk produksi bakalan

- Untuk produksi daging

- Produksi konsentrat

- Produksi kompos

- Produksi jamu ternak

- Produksi biogas, dll

- Gapoktan

- Tanah bengkok atau sewa lahan

- 0,250 sampai 0,500 Ha

- Kandang kapasitas 50 – 100 ekor

- Gudang pakan, tempat prosesing

kosentrat,kompos,jamu ternak, biogas

dan pos penjaga dengan ukuran

kurang lebih 50 m2

- Mesin mixer horizontal kapasitas

1-2 ton/hari sebanyak 1 unit

- Mesin chopper kapasitas 1-2

ton/hari sebanyak 1 unit

- Pompa air atau sumur pantek 1

unit

- Peralatan kandang : Cangkul,

sekop,

Page 6: Kandang Komunal Sapi

A. Teknologi.

Kontruksi kandang :

o Untuk wilayah dataran tinggi dinding dibuat tertutup penuh

dengan diberi ventilasi, sehingga sirkulasi udara lancar dan tidak

lembab.

o Untuk wilayah dataran rendah dinding dibuat tidak rapat

(setengah dinding) agar ternak tidak kepanasan.

o Bahan Kandang : Kayu dan bambu, atap genting, lantai dari

semen dengan kemiringan 3 – 5 cm agar aiar kencing tidak

tergenang dan dibuatkan saluran pembungan.

o Dilengkapi tempat pakan dan tempat tandon pakan.

o Ukuran kandang : Sapi lokal (PO) 1 x 1,5 meter/ekor, untuk

sapi keturunan (Simmental atau limoussin) 1,5 x 2,5 meter/ekor.

o Jenis sapi induk terdiri dari jenis sapi lokal (PO, Bali,

Madura) atau turunan hasil persilangan sapi lokal dengan

simmental atau limoussin.

o Sistim perkawinan : IB atau kawin suntik.

o Target jarak beranak < 14 bulan

o Pedet disapih pada umur 7 bulan untuk selanjutnya

dipelihara dalam kandang pembesaran.

o Introduksi teknologi pembuatan pakan kosentrat

memanfaatkan limbah pertanian untuk efisiensi biaya pemeliharaan

dengan target skor kondisi tubuh induk 6 – 7.

o Pemberian pakan untuk sapi induk yang bunting adalah 20

kg/ekor/hari hijauan (Rumput + jerami) ditambah kosentrat 1 – 1,5

%. Dari bobot badan dengan kandungan protein kasar (PK)

minimal 10 % total digestible nutrient (TDN) minimal 58 %, Serat

Kasar (SK) maksimal 20 % dan abu maksimal 10 %.

6

- gembor, gentong plastik, embr,

slang plastik, sapu, karung goni, dll.

Page 7: Kandang Komunal Sapi

o Pemberian pakan untuk sapi induk tidak bunting adalah 15

kg hijauan (Rumput + jerami) ditambah kosentrat 1 – 2 kg/ekor/hari.

o Sapi yang bunting setelah umur kebuntingan 8 bulan

dipisahkan dari kelom[pok kandang beranak sampai dengan anak

umur 40 hari, setelah pedet umur 49 hari induk beserta anak

dikumpulkan kembali kedalam kandang menyusui.

o Pengawasan intensif dilakukan terhadap induk bunting tua

menjelang kelahiran yang menunjukkan tanda tanda ambing

membesar, tegang, dan punting mengeras.

o Segera menyusukan anak yang baru lahir selambat

lambatnya 1 jam setelah kelahiran.

o Sanitasi kandang : Pembersihan kandang dilakukan setiap

hari untuk mengurangi bau dan lantai kandang diberi alas jerami

kering, sekam atau serbuk gergaji.

B. Manajemen.

Tim Pengelola :

Ketua / koordinator : 1 orang

Sekretaris dan Bendaraha : 1 orang

Keamanan umum : 1 orang

Petugas inseminator dan : 1 orang

kesehatan hewan

Operator pakan : 1 orang

Hak dan kewajiban pengelola :

Hak : Menerima gaji bulanan dan intensif dari

setiap transaksi/penjualan ternak sesuai dengan kesepakatan

Kewajiban : Mengelola administrasi usaha dan

keuangan kelompok,pengadaan hibit, konsentrat, obat obatan/jamu

ternak, melaksanakan inseminasi, mamasarkan ternak, menjaga

keamanan ternak, untuk menjaga keamanan ternak, dapat

7

Page 8: Kandang Komunal Sapi

diterapkan jadwal jaga secara bergilir sesuai kesepakatan sesama

anggota kelompok.

Hak dan kewajiban peternak :

Hak : Memperoleh sisa hasil usaha,

pupuk kandang/kompos, pelatihan dan pembinaan tentang

teknologi produksi.

Kewajiban : Memelihara ternak

(memberi pakan, membersihkan kandang) dan menyediakan

hijauan untuk masing masing ternaknya, mengamati induk yang

birahi dan kesehatan ternak, membantu kelahiran, memelihara

anak sampai lepas sapih.

Hak dan kewajiban Gapoktan :

Hak : Memperoleh sisa hasil usaha, mengawasi dan memonitor

perkembangan usaha, mengangkat dan memberhentikan tim

pengelola, merekrut calon peternak pengaduh.

Kewajiban : Menyediakan investasi usaha ( Lahan,bibit sapi,

kandang, mesin dan peralatan ), ansuransi ternak, membina dan

mengembangkan usaha, memberikan pelatihan dan penyuluhan

kepada peternak dalam teknologi produksi, menjalin kemitraan

dengan berbagai pihak ( Dinas pertanian, peternakan

KUD/Koperasi, perusahaan Fedlofter, kelompok peternak,

perbakan, pasar dan lain sebagainya ).

Pembagian keuntungan :

Sisa hasil usaha (SHU) atau keuntungan bersih, yaitu

pendapatan kotor setelah dikurangi biaya operasional ( gaji dan

intensif tim pengelola, kosentrat, insemenasi, obat obatan/jamu ternak,

nilai penyusutan kandang, mesin dan peralatan, sewa lahan,

pelatihan, biaya pemasaran,dll). Dibagi sama yaitu 50 % untuk

gapoktan dan 50 % untuk peternak pemelihara.

C. Operasional Usaha.

8

Page 9: Kandang Komunal Sapi

Usaha perbibitan sapi potong dilakukan secara terpadu dengan

didukung oleh usaha pembuatan pakan kosentrat dan memfaatkan limbah

pertanian, prosesing kotoran ternak menjadi kompos / bhokasi, buatan

jamu ternak dan pengawetan hijauan pakan ternak dalam bentuk silase

untuk cadangan pakan pada musim kemarau. Usaha perbibitan ini

merupakan kegiatan awal pengembangan usaha yang nantinya Gapoktan

dapat melakukan diversifikasi usaha secara bertahap dengan

mengembangkan usaha pengemukan disesuaikan dengan ketersediaan

dana dan kapasitas kandang.

Pemilihan Bibit

Pemilihan bibit sapi disesuaikan dengan kesepakatan dan

prefensi peternak melalui seleksi dari jenis jenis sapi lokal ( Sapi PO,

Bali, Madura ) yang memiliki Adabtability tinggi terhadap lingkungan

ataupun menggunakan sapi hasil persilangan antara sapi lokal dengan

sapi luar negeri antara Simmental atau Limousin.

Sapi lokal walaupun tidak mempunyai laju pertumbuhan sebesar

sapi silangan, namun pada berbagai kondisi keterbatasan pakan

masih mampu menunjukkan produltivitas dan efisiensi ekonomis yang

optimal. Sapi lokal memiliki beberapa keunggulan antara lain :

o Lebuh efisien dalam penggunaan pakan.

o Beradaptasi baik terhadap stress lingkungan ( Panas,

Lembab, pkan mutu rendah dan caplak )

o Bobot potong lebih sesuai untuk kebutuhan pasar lokal.

Berdasarkan hal tersebut diatas maka sapi lokal lebih cocok dan

ekonomis dikembangkan pada kondisi peternakan rakyat.

Seleksi bibit dilakukan untuk mendapatkan bibit yang mempunyai

mutu/produktivitas tinggi. Sebagai bahan pertimbangan dalam

pemilihan bibit didasarkan kepada :

o Keserasian karakteristik bangsa yaitu, Warna, bentuk

tubuh meliputi keserasian antara kepala, leher, dan tubuh.

9

Page 10: Kandang Komunal Sapi

o Tidak cacat.

o Seleksi berdasarkan tinggi badan, kondisi kesehatan,

bebas penyakit menular dan alat reproduksi normal.

Dalam pengadaan bibit ini dapat bekerjasama dengan para

petani disekitar lokasi usaha.

Alokasi Modal Usaha

Untuk efektifitas dan efisiensi usaha, maka modal yang tersedia

perlu dikelola dengan melakukan pengalokasian sebagai berikut : Dari

jumlah modal awal sebanyak 100 %, maka untuk investasi

dialokasikan sebanyak kurang lebuh 25 persen dan sisanya 75 persen

untuk modal kerja. Investasi terutama untuk pembuatan kandang,

bangunan, pengadaan mesin dan peralatan kandang.

Sedangkan modal kerja digunakan untuk sewa lahan, pembelian

sapi induk, pengadaan bahan baku kosentrat dan bahan penolong, gaji

pengelola dan untuk omzet penjualan dan piutang oleh pihak ke- 3

(Konsumen). Dari nilai omzet dan piutang, nilai laba kotor biasanya

berkisar antara 30 – 40 % yang terbagi menjadi biaya Overhead

sebanyak 50 % dan laba bersih 50 %.

Secara skematis strategi pengalokasian modal dalam usaha

perbibitan sapi dicantumkan sebagai berikut :

10

Page 11: Kandang Komunal Sapi

11

MODAL( 100 % )

MODAL KERJA( 75 % )

INVESTASI ( 25 % ) KANDANG DAN BANGUNAN MESIN DAN PERALATAN

BIAYA TETAP( 80 % )

Sewa Lahan

Pembelian sapi induk

gaji

BIAYA OPERASIONAL

( 10 % )

Bahan kosentrat, Jamu Ternak, Obat – obatan, BBM dan Karung

OMZET PENJUALANBakalan & Piutang

( 10 % )

Pemasaran Piutang

LABA KOTOR( 40 % )

BIAYAOVERHEAD

( 50 % )

LABA BERSIH( 50 % )

Skematis strategi pengalokasian modal usaha perbibitan sapi

Page 12: Kandang Komunal Sapi

D. Investasi Usaha

Gambaran kebutuhan investasi untuk satu unit usaha perbibitan

sapi dengan modal pengelolaan kandang komunal untuk Skala kelompok

adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Perkiraan kutuhan investasi dan Biaya operasional satu unit usaha

perbibitan Sapi dengan kandang komunal skala 50 ekor sapi

UraianJumlah

Kebutuhan

Harga Satuan

( RP )

Jumlah

( Rp )

Sewa Lahan

Pembuatan kandang

Bangunan,gudang

pakan,tempat prosesing

pakan,kompos,penjaga,dll.

Pembelian sapi induk

Mesin Chopper

Mesin Mixer

horizontal

Pompa air & sumur

Peralatan kandang

Timbangan Duduk

Bahan baku pakan

ksentrat, jamu trnak, obat

obatan, BBM dan karung

Gaji Pengelola

0,500 Ha

180 m 2

50 m 2

50 ekor

1 Unit

1 Unit

1 Unit

1 Paket

1 Unit

3 Bulan

3 Bulan

2.000.000/Ha/Th

200.000

200.000

5.000.000

15.000.000

20.000.000

7.500.000

1.500.000

1.500.000

3.500.000

4.000.000

1.000.000

36.000.000

10.000.000

250.000.000

15.000.000

20.000.000

7.500.000

1.500.000

1.500.000

3.500.000

4.000.000

Jumlah : 350.000.000

12

Page 13: Kandang Komunal Sapi

IV. STRATEGI PENGEMBANGAN

ANALISA TOWS

1. KEKUATAN :

Gapoktan umumnya

mempunyai komitmen kuat untuk mengembangkan agribisnis

ternak secara komersial dan mempunyai kelompok usaha ternak

yang bisa dikembangkan.

Pengelolaan melibatkan para

peternak sejak persiapan, pelaksanaan dan evaluasi.

Komoditi sapi memiliki peluang

pasar yang cukup baik.

Gapoktan memiliki kemampuan

SDM yang memadai ( Pengetahuan dan

ketrampilan ) dalam memelihara ternak sapi.

Teknologi perbibitan umumnya

tidak membutuhkan input yang tinggi dari luar.

Dengan kandang komunal,

akan terjadi sinergism antar peternak dan bila pengelolaannya

dilakukan dengan baik, maka kelompok dapat mengembangkan

sakala usaha.

2. KELEMAHAN :

Komitmen kurang kuat karena pembentukan kelompok usaha

dilakukan berdasarkan proyek/program yang bersifat top down.

13

Page 14: Kandang Komunal Sapi

Belum seluruh gapoktan berpengalaman dalam menerapkan

sistem kandang komunal, termasuk pengalaman praktis dan sikap

yang tepat dalam usah bersama secara berkelompok.

3. PELUANG :

Pemerintah c/q Dpartemen Pertanian terus mendorong upaya

pengembangan usaha agribisnis perdesaan oleh gapoktan melalui

berbagai program sektoral maupun sub sektor.

Adanya dukungan kebijaksanaan pemerintah untuk

meluncurkan berbagai skim kredit untuk pembiayaan usaha kecil

dan menengah ( UKM ) di perdesaan.

4. ANCAMAN :

Pengembangan usaha perbibitan sapi rakyat dengan sistem

kandang komunal akan sulit berkembang apabila kebijakan impor

sapi bakalan tidak dikendalikan, karena tidak akan mampu

bersaing dalam aspek harga dan pemasaran ternaknya.

Masih terjadi fluktuasi harga sapi bakalan di pasar lokal maupun

regional.

Strategi Pengembangan

Berdasarkan analisa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman

tersebut diatas, maka untuk mengembangkan usaha perbibitan dengan

sistem kandang komunal perlu memperhatikan, hal- hal sebagai berikut :

Dalam pengembangannya perlu memanfaatkan

potensi lokal semaksimal mungkin dan membatasi input dari luar.

Memperkuat kemampuan Gapoktan dalam hal

perencanaan dan pengelolaan usaha skala komersial dan jaringan

pemasaran.

14

Page 15: Kandang Komunal Sapi

Dukungan teknologi untuk peningkatan

produktivitas, mutu dan kontinuitas produksi secara berkelanjutan,

sehingga dapat bersaing dengan produksi dari daerah lain.

Penguatan kelembagaan kelompok tani / Gabungan

kelompok tani ( Gapoktan ) terutama dari segi manajemen

produksi, pemasaran dan organisasi.

Memperluas jaringan kemitraan usaha antara

Gaopoktan dengan pihak swasta ( Mitra Usaha ) maupun pemerintah

dalam rangka memperkuat koordinasi kerja sama antar pelaku

agribisnis perternakan.

V. P E N U T U P.

Terbatasnya akses lahan, modal, tenaga kerja dan pasar dalam

usaha terna sapi secara individual dan tradisional, memerlukan rekayasa

baru dalam penataan kelembagaan produksi, teknologi dan kebijakan.

Pemberdayaan Gapoktan dalam agribisnis ternak sapi dengan

Rakitan teknologi model pengelolaan usaha ternak dengan sistem

kandang komunal. Merupakan salah satu solusi dan alternatif dalam

pengembangan agribisnis ternak skala komersial di perdesaan.

Permasalahan yang menghambat perkembangan sistem kandang

komunal terletak pada kurangnya sosialisasi, keterbatasan fungsi

kelembagaan peternak yang berkaitan dengan aspek teknis, pemasaran

dan kebijakan.

15

Page 16: Kandang Komunal Sapi

DAFTAR PUSTAKA.

1. Badan Litbang pertanian. 2005. Prospek dan Arah

Pengembangan Agribisnis Sapi. Badan Litbang Pertanian.

Departemen Pertanian.

2. Diwyanto, K., B.R. Prawira dwiputra dan D. Lubis. 2002.

Integrasi tanaman Ternak Dalam Pengembangan

Agroekosistem yang Berda saing, Berkelanjutan dan

Berkerakyatan. Wartazoa. Vol. 12. No. 1

3. Ernawati, Ulin Nuschati, Subiharta, dan Seno Basuki. 2007.

Teknologi Rekayasa Kandang komunal Penggemukan

Sapi Potong. BPTP Jawa Tengah, Badan Litbang

Pertanian.

4. Hardiyanto Ruly, Dwita Indra Rosa dan Sudarmadi

Puenomo. 2007. Pengolahan Lmbah Pertanian Untuk

Pembuatan Pakan Sapi Potong Pada Skala Kelompok

Tani Di Jawa Timur. Makalah dalam seminar Nasional

Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman Ternak ( SITT ).

Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan

Litbang Pertanian.

16

Page 17: Kandang Komunal Sapi

5. Hartati, Mariyono dan D>B. Wijono.2006. Nilai Ekonomis

Pembibitan Sapi PO ( Peranakan Ongole ) Pada Kondisi

Pakan Low External Input. In-Press. Lolit Sapi

Potong,Grati-Pasuruan.

6. PPSKI ( Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau

Indonesia ). 2007. Kesiapan Peternak dan Industri

Peternakan dalam Pelaksanaan Program Kecukupan

Daging 2010. Paper disampaikan dalam Pertemuan

“Sumbangan ISPI pada PKD 2010”, Januari 2007”.

Ditjenak, Jakarta.

7. Romjati Endang, Mariyono, Didi B.W dan Hartati. 2006.

Rakitan Teknologi Pembibitan Sapi Potong. Buletin

Teknologi-BPTP Jawa Timur, Malang.

8. Suryana, A. 2000. Harapan dan tantangan bagi sub sektor

peternakan dalam meningkatkan ketahanan pangan

nasional. Pros.Sem.Nas. Peternakan dan

Veteriner.Puslitbangnak.Bogor.

9. Thalib, C. 2001. Pengembangan Sistem Perbibitan Sapi

Potong Nasional. Wartazoa. Buletin Ilmu Peternakan

Indonesia. Puslitbang Peternakan Bogor.Vol. 11 Nomor 1.

Tahun 2001.

10. Yusdja, Y, N. Ilham, W,K. Sejati, 2003. Profil dan

Permasalahan Peternak Dalam : Forum Penelitihan Agro

Ekonomi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial

Ekonomi Pertanian Bogor. Vol. 21 No.1. Juli P 44-56.

17

Page 18: Kandang Komunal Sapi

18