25
6 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Konsep Umum Produk dan Keputusan Pembelian Konsumen 2.1.1 Definisi Produk Perilaku konsumen adalah segala kegiatan atau tingkah laku yang diperbuat oleh konsumen yang ditunjukkan melalui pencarian, pembelian, penggunaan, pengevaluasian, dan penentuan produk atau jasa yang mereka harapkan dapat memuaskan kebutuhan mereka (Schiffman & Kanuk, 1999 dalam Pandji, 2007). Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk memuaskan keinginan atau kebutuhan. Produk-produk yang dipasarkan meliputi barang fisik, jasa, pengalaman, acara-acara, orang, tempat, properti, organisasi, dan gagasan (Kotler, 2007). Secara tradisional, pemasar mengklasifikasikan produk berdasarkan ciri-cirinya yaitu daya tahan, wujud, dan penggunaan (konsumen atau industri). Produk dibagi menjadi dua kelas besar menurut jenis konsumen yang menggunakannya yaitu produk konsumen (consumer product) dan produk industri (industrial products). a. Produk konsumen adalah produk yang dibeli konsumen akhir untuk konsumen pribadi. Produk konsumen meliputi produk sehari-hari (convenience product), produk shopping (shopping

KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS Perilaku konsumen adalah ...eprints.ung.ac.id/7010/5/2013-2-2-61201-931410092-bab2-11032014115259.pdfProduk dibagi menjadi dua kelas besar menurut jenis

  • Upload
    lamnhi

  • View
    346

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

6

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

2.1 Konsep Umum Produk dan Keputusan Pembelian Konsumen

2.1.1 Definisi Produk

Perilaku konsumen adalah segala kegiatan atau tingkah laku

yang diperbuat oleh konsumen yang ditunjukkan melalui pencarian,

pembelian, penggunaan, pengevaluasian, dan penentuan produk

atau jasa yang mereka harapkan dapat memuaskan kebutuhan

mereka (Schiffman & Kanuk, 1999 dalam Pandji, 2007).

Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar

untuk memuaskan keinginan atau kebutuhan. Produk-produk yang

dipasarkan meliputi barang fisik, jasa, pengalaman, acara-acara,

orang, tempat, properti, organisasi, dan gagasan (Kotler, 2007).

Secara tradisional, pemasar mengklasifikasikan produk berdasarkan

ciri-cirinya yaitu daya tahan, wujud, dan penggunaan (konsumen

atau industri). Produk dibagi menjadi dua kelas besar menurut jenis

konsumen yang menggunakannya yaitu produk konsumen

(consumer product) dan produk industri (industrial products).

a. Produk konsumen adalah produk yang dibeli konsumen akhir

untuk konsumen pribadi. Produk konsumen meliputi produk

sehari-hari (convenience product), produk shopping (shopping

7

product), produk spesial (special product), serta produk yang

tidak dicari (unsought product).

b. Produk industri adalah produk yang dibeli untuk pemrosesan

lebih lanjut atau penggunaan yang terkait dengan bisnis.

Kelompok produk industri adalah bahan dan suku cadang dan

barang modal.

Jadi, perbedaan antara produk konsumen dan produk industri

didasarkan pada tujuan dibelinya produk itu (Kotler & Armstrong,

2001).

Menurut (M Taufik Amir, dikutip dalam Rudi Oktriyadi, 2011) :

“Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar

untuk mendapatkan perhatian, dibeli, dipergunakan, atau dikonsumsi

dan yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan”. Produk

mencakup objek secara fisik, jasa, orang, tempat, organisasi, dan

ide.

Menurut Petter dan Olson (2000) dalam menganalisis

hubungan konsumen dengan produk adalah penting untuk

mempertimbangkan karakteristik produk. Adapun karakteristik

produk adalah sebagai berikut :

1. Kompatibilitas (compatibility), adalah sejauh mana suatu produk

konsisten dengan afeksi, kognisi, dan perilaku konsumen saat

ini.

8

2. Kemampuan untuk di uji coba (trialibility), adalah menjelaskan

sejauh mana suatu produk dapat dicoba dalam jumlah yang

terbatas, atau dipilah kedalam jumlah-jumlah yang kecil jika

untuk melakukan uji coba ternyata membutuhkan biaya yang

tinggi.

3. Kemampuan untuk diteliti (observability), mengacu pada sejauh

mana produk atau dampak yang dihasilkan produk tersebut

dapat dirasakan oleh konsumen lain.

4. Kecepatan (speed), adalah seberapa cepat manfaat suatu

produk dipahami oleh konsumen.

5. Kesederhanaan (simplicity), adalah sejauh mana suatu produk

dengan mudah dimengerti dan digunakan konsumen.

6. Manfaat relatif (relative advantage), adalah sejauh mana suatu

produk memiliki keunggulan bersaing yang bertahan atas kelas

produk, bentuk produk, dan merek lainnya.

7. Simbolisme produk (product simbolisme), adalah apakah makna

suatu produk atau merek bagi konsumen dan bagaimanakah

pengalaman konsumen ketika membeli dan menggunakannya.

8. Strategi pemasaran (marketing strategy), merupakan suatu

karakteristik produk yang memiliki peran apakah suatu produk itu

berhasil dan berkemampuan.

9

Perencanaan produk harus memikirkan produk pada tiga

tingkatan yaitu :

1. Produk Inti adalah untuk memecahkan masalah atau manfaat inti

yang dicari konsumen, yaitu ketika membeli suatu produk.

2. Produk Aktual adalah bagian dari produk, yang meliputi tingkat

mutu, sifat, rancangan, nama merek, dan pengemasan.

3. Produk Tambahan adalah tambahan servis atau pelayanan dan

manfaat bagi konsumen yang diberikan disekitar produk inti dan

aktual.

2.1.2 Atribut Produk

Atribut produk adalah unsur-unsur produk yang dipandang

penting oleh konsumen dan dijadikan dasar pengambilan keputusan

pembelian. Atribut produk meliputi merek, kemasan, jaminan

(garansi), pelayanan, dsb.

a. Merek

Merek merupakan nama, istilah, tanda, simbol/lambang, desain,

warna, gerak atau kombinasi atribut-atribut produk lainnya yang

diharapkan dapat memberikan identitas dan diferensiasi terhadap

produk pesaing. Merek memegang peranan penting dalam

pemasaran. Bila produk bisa dengan mudah ditiru pesaing, maka

merek selalu memiliki keunikan yang relative suka dijiplak. Merek

berkaitan erat dengan persepsi, sehingga sesungguhnya persaingan

10

yang terjadi antar perusahaan adalah pertarungan persepsi dan

bukan hanya sekedar pertarungan produk.

b. Kemasan

Pengemasan (packaging) merupakan proses yang berkaitan

dengan perancanangan dan pembuatan wadah atau pembungkus

untuk suatu produk. Tujuan penggunaan kemasan antara lain :

1. Sebagai pelindung isi, misalnya dari kerusakan, kehilangan,

berkurangnya kadar/isi dsb.

2. Untuk memberikan kemudahan dalam penggunaan, misalnya

supaya tidak mudah tumpah, sebagai alat pemegang, mudah

menyemprotkannya (seperti obat nyamuk, parfum) dll.

3. Bermanfaat dalam pemakaian ulang (reusable), misalnya untuk

diisi kembali atau untuk wadah lain.

4. Memberikan daya tarik (promotion) yaitu aspek artistik, warna,

bentuk, maupun desainnya.

5. Sebagai identitas (image) produk, misalnya berkesan,

kokoh/awet, lembut, atau mewah.

6. Distribusi (shipping), misalnya mudah disusun, dihitung, dan

ditangani.

7. Informasi (labeling), yaitu menyangkut isi, pemakaian, dan

kualitas.

8. Sebagai cermin inovasi produk berkaitan dengan kemajuan

teknologi dan daur ulang

11

c. Label

Label merupakan bagian dari suatu produk yang menyampaikan

informasi mengenai produk dan penjual. Sebuah label bisa

merupakan bagian dari kemasan, atau bisa pula merupakan etiket

(tanda pengenal) yang dicantumkan pada produk. Dengan demikian,

ada hubungan erat antara label, kemasan, dan merek. Secara garis

besar terdapat tiga macam label yaitu :

1. Brand label adalah nama merek yang diberikan pada produk

atau dicantumkan pada kemasan

2. Descriptive label adalah label yang memberikan informasi

obyektif mengenai penggunaan, konstruksi/pembuatan,

perawatan/perhatian,dan kinerja produk, serta karakteristik

lainnya yang berhubungan dengan produk

3. Grade label adalah label yang mengidentifikasi penilaian kualitas

produk dengan suatu huruf, angka, atau kata.

2.1.3 Kualitas Produk

Kotler dan Armstrong (2008:347) menyatakan bahwa Kualitas

produk adalah kemampuan suatu produk untuk melakukan fungsi-

fungsinya yang meliputi daya tahan, keandalan, ketepatan,

kemudahan, operasi dan perbaikan serta atribut lainnya. Bila suatu

produk telah dapat menjalankan fungsi-fungsinya dapat dikatakan

sebagai produk yang memiliki kualitas yang baik.

12

Menurut Kotler (2008:330), kebanyakan produk disediakan

pada satu diantara empat tingkatan kualitas, yaitu : kualitas rendah,

kualitas rata-rata sedang, kualitas baik dan kualitas sangat baik.

Beberapa dari atribut diatas dapat diukur secara objektif. Namun

demikian dari sudut pemasaran kualitas harus diukur dari sisi

persepsi pembeli tentang kualitas produk tersebut.

Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar

untuk memuaskan keinginan atau kebutuhan. Produk-produk yang

dipasarkan meliputi barang fisik, jasa, pengalaman, acara-acara,

orang, tempat, properti, organisasi, dan gagasan (Kotler, 2007).

Secara tradisional, pemasar mengklasifikasikan produk berdasarkan

ciri-cirinya yaitu daya tahan, wujud, dan penggunaan (konsumen

atau industri). Produk dibagi menjadi dua kelas besar menurut jenis

konsumen yang menggunakannya yaitu produk konsumen

(consumer product) dan produk industri (industrial products).

a. Produk konsumen adalah produk yang dibeli konsumen akhir

untuk konsumen pribadi. Produk konsumen meliputi produk

sehari-hari (convenience product), produk shopping (shopping

product), produk spesial (special product), serta produk yang

tidak dicari (unsought product).

b. Produk industri adalah produk yang dibeli untuk pemrosesan

lebih lanjut atau penggunaan yang terkait dengan bisnis.

13

Kelompok produk industri adalah bahan dan suku cadang dan

barang modal.

Jadi, perbedaan antara produk konsumen dan produk industri

didasarkan pada tujuan dibelinya produk itu (Kotler & Armstrong,

2001).

Strategi desain produk mengikuti konsep siklus hidup produk.

Ada empat hal yang harus diketahui mengenai siklus hidup produk,

yaitu :

1. Setiap produk mempunyai batas umur.

2. Penjualan produk melewati tahap-tahap yang jelas dan setiap

tahap memberi tantangan yang berbeda kepada si penjual.

3. Keuntungan yang diperoleh dari penjualan akan meningkat dan

menurun pada tahap yang berbeda dalam siklus hidup

produknya.

4. Produk menuntut strategi yang berbeda dalam pemasaran,

keuangan, produksi, maupun pembelian pada setiap tahap daur

hidup produknya.

Adapun tahap-tahap pokok dalam siklus hidup produk adalah

sebagai berikut.

1. Perkenalan (introduction), pertumbuhan penjualan lambat karena

produk baru saja diperkenalkan kepada konsumen, sedangkan

biaya sangat tinggi sehingga produk tidak menghasilkan

keuntungan sama sekali.

14

2. Pertumbuhan (growth), pasar dengan cepat menerima produk

baru sehingga penjualan melonjak dan menghasilkan keuntungan

yang besar.

3. Kedewasaan (maturity), periode dimana pertumbuhan penjualan

mulai menurun karena produk sudah bisa diterima oleh sebagian

besar pembeli potensial.

4. Kemunduran (decline), dalam periode ini penjualan menurun

dengan tajam diikuti dengan menyusutnya keuntungan (Hakim

Nasution, 2006)

2.1.4 Konsep Kualitas

Pakar kualitas William E. Deming menyatakan bahwa kualitas

merupakan suatu tingkat yang dapat diprediksi dari keseragaman

dan ketergantungan pada biaya yang rendah dan sesuai dengan

pasar.

Menurut Goetsch dan Davis (1995) dalam Tjiptono 2005,

kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan

dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang

memenuhi atau melebihi harapan (Tjiptono, 2005).

Ada delapan dimensi kualitas dalam bukunya (Tjiptono dan

Diana, 2003) yang dapat digunakan sebagai kerangka perencanaan

strategis dan analisis, yaitu :

15

1. Kinerja (performance) karakteristik operasi pokok dari produk inti.

2. Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (features), yaitu

karakteristik sekunder atau pelengkap.

3. Kehandalan (reliability), yaitu kemungkinan kecil akan mengalami

kerusakan atau gagal dipakai.

4. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to spesifications),

yaitu sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi

standar-standar yang telah ditetapkan sebelumnya.

5. Daya tahan (durability), berkaitan dengan berapa lama produk

tersebut dapat terus digunakan.

6. Serviceability, meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan,

mudah direparasi.

7. Estetika, yaitu daya tarik produk terhadap panca indera.

8. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality), yaitu citra dan

reputasi produk serta tanggung jawab perusahaan terhadapnya.

Untuk mencapai kualitas produk yang diinginkan maka

diperlukan suatu standarisasi kualitas. Cara ini dimaksudkan untuk

menjaga agar produk yang dihasilkan memenuhi standar yang telah

ditetapkan sehingga konsumen tidak akan kehilangan kepercayaan

terhadap produk yang bersangkutan. Pemasar yang tidak

memperhatikan kualitas produk yang ditawarkan akan menanggung

tidak loyalnya konsumen sehingga penjualan produknya pun akan

cenderung menurun. Jika pemasar memperhatikan kualitas, bahkan

16

diperkuat dengan periklanan dan harga yang wajar maka konsumen

tidak akan berpikir panjang untuk melakukan pembelian terhadap

produk (Sulistyari, 2012).

2.1.5 Konsep Keputusan Pembelian

Keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapinya

dengan tegas. Hal ini berkaitan dengan jawaban atas pertanyaan-

pertanyaan tentang apa yang harus dilakukan dan mengenai unsur-

unsur perencanaan. Dapat juga dikatakan bahwa keputusan itu

sesungguhnya merupakan hasil proses pemikiran yang berupa

pemilihan satu diantara beberapa alternatif yang dapat digunakan

untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

Menurut George R. Terry pengambilan keputusan adalah

pemilihan alternatif perilaku (kelakuan) tertentu dari dua atau lebih

alternatif yang ada.

Menurut James A. F. Stoner pengambilan keputusan adalah

proses yang digunakan untuk memilih suatu tindakan sebagai cara

pemecahan masalah.

Menurut Siagian (dalam Hasan, 2002:10) pengambilan

keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap

hakikat alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang

menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.

17

Kotler dan Keller (2007a:214) menjelaskan bahwa proses

pengambilan keputusan merupakan proses psikologis dasar yang

memainkan peranan penting dalam memahami bagaimana

konsumen secara aktual mengambil keputusan pembelian. Titik awal

untuk memahami perilaku konsumen adalah model rangsangan-

tanggapan. Pemasar bertugas untuk memahami apa yang terjadi

dalam kesadaran konsumen antara datangnya rangsangan luar dan

keputusan pembelian akhir. Empat proses psikologis penting--

motivasi, persepsi, pembelajaran dan memori--secara fundamental

turut mempengaruhi tanggapan konsumen terhadap berbagai

rangsangan pemasaran.

Kotler (2005a:223) menunjukkan bahwa di antara tahap

evaluasi alternatif dan keputusan pembelian terdapat minat membeli

awal, yang mengukur kecenderungan pelanggan untuk melakukan

suatu tindakan tertentu terhadap produk secara keseluruhan.

Menurut Kotler (2005a:220), terdapat lima peran dalam

keputusan pembelian, yaitu :

a. Initiator (orang yang mengusulkan gagasan untuk membeli).

b. Influencer (orang yang pandangan atau sarannya mempengaruhi

keputusan)

c. Decision maker (orang yang mengambil keputusan).

d. Buyer (orang yang melakukan pembelian aktual).

18

e. User (orang yang mengonsumsi atau menggunakan produk atau

jasa tertentu).

2.1.6 Dasar Pengambilan Keputusan

Menurut George R. Terry, dasar-dasar pengambilan keputusan

adalah :

1. Intuisi

Suatu proses bawah sadar/tidak sadar yang timbul atau

tercipta akibat pengalaman yang terseleksi. Pengambilan

keputusan yang berdasarkan atas intusi atau perasaan

memiliki sifat subjektif, sehingga mudah terkena pengaruh.

a. Segi positif dalam pengambilan keputusan berdasarkan

intusi adalah :

1. Waktu yang digunakan untuk mengambil keputusan

relatif lebih pendek.

2. Untuk masalah yang pengaruhnya terbatas,

pengambilan keputusan akan memberikan kepuasan

pada umumnya.

3. Kemampuan mengambil keputusan dari peng-ambil

keputusan itu sangat berperan, dan itu perlu

dimanfaatkan dengan baik

b. Segi negatif dalam pengambilan keputusan berdasarkan

intusi adalah :

1. Keputusan yang dihasilkan relatif kurang baik.

19

2. Sulit mencari alat pembandingnya, sehingga sulit

diukur kebenaran dan keabsahannya.

3. Dasar-dasar lain dalam pengambilan keputusan

seringkali diabaikan.

2. Pengalaman

Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman memiliki

manfaat bagi pengetahuan praktis. Karena pengalaman

seseorang dapat mempekira-kan keadaan sesuatu, dapat

memperhitungkan untung ruginya, baik-buruknya keputusan

yang akan dihasilkan. Karena pengalaman, seseorang yang

menduga masalahnya walaupun hanya dengan melihat

sepintas saja mungkin sudah dapat menduga cara

penyelesaiannya.

3. Fakta

Pengambilan keputusan berdasarkan fakta dapat

memberikan keputusan yang sehat, solid, dan baik. Dengan

fakta, maka tingkat kepercayaan terhadap pengambilan

keputusan dapat lebih tinggi, sehingga orang dapat

menerima keputusan-keputusan yang dapat dibuat dengan

rela dan lapang dada

4. Wewenang

Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang biasanya

dilakukan oleh pimpinan terhadap bawahannya atau orang

20

yang lebih tinggi kedudukannya kepada orang lebih rendah

kedudukannya. Pengambilan keputusan berdasarkan

wewenang juga memiliki beberapa kelebihan dan

kelemahan.

a. Segi positif dalam pengambilan keputusan berdasarkan

wewenang adalah :

1. Kebanyakan penerimanya adalah bawahan, terlepas

apakah penerimaan tersebut secara sukarela

ataukah terpaksa.

2. Keputusannya dapat dapat bertahan dalam jangka

waktu yg cukup lama

3. Memiliki otentisitas (otentik).

b. Segi negatif dalam pengambilan keputusan berdasarkan

wewenang adalah :

1. Dapat menimbulkan sifat rutinitas

2. Mengasosiakan dengan praktek dictatorial.

3. Sering melewati permasalahan yang seharusnya

dipecahkan sehingga dapat menimbulkan

kekaburan.

5. Rasional.

Pada pengambilan keputusan yang berdasakan rasional,

keputusan yang dihasilkan bersifat objektif, logis, lebih

transparan, konsisten untuk memaksimumkan hasil atau nilai

21

dalam batas kendala tertentu, sehingga dapat dikatakan

mendekati kebenaran atau sesuai dengan apa yang

diinginkan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam

pengambilan keputusan secara rasional :

1. Kejelasan masalah : tidak ada keraguan dan kekaburan

masalah.

2. Orientasi tujuan : kesatuan pengertian tujuan yang ingin

dicapai.

3. Pengetahuan alternatif : seluruh alternatif diketahui

jenisnya dan konsekuensinya.

4. Preferensi yang jelas : alternatif bisa diurutkan sesuai

kriteria.

5. Hasil maksimal : pemilihan alternatif terbaik berdasarkan

atas hasil ekonomis yang maksimal.

Tipe-tipe keputusan yang dibuat dapat diklasifikasikan

berdasarkan sistem yang dikemukakan oleh Simon (1997; dalam

Kreitner dan Kinicki, 1992, pp. 552-554) dapat dibedakan menjadi :

1. Keputusan yang diprogram merupakan keputusan yang dibuat

menurut kebiasaan, aturan, atau prosedur. Keputusan ini

cenderung berulang-ulang dan rutin. Melalui pengalaman dan

perjalanan waktu, organisasi dapat mengembangkan prosedur-

prosedur spesifik untuk menangani tipe keputusan ini.

22

2. Keputusan yang tidak terprogram merupakan keputusan yang

berkenaan dengan masalah-masalah baru, khas, atau khusus.

Biasanya bersifat tidak terstruktur. Dalam menangani tipe

keputusan ini, manajer cenderung menggunakan judgment,

instuisi, dan kreativitas. Dewasa ini banyak pula perusahaan yang

membentuk tim pengambil keputusan atau memanfaatkan

simulasi computer untuk pengambilan keputusan yang tidak

terprogram.

Sementara itu, Gibson, et al. (1991, p. 576-580)

mengemukakan proses pengambilan keputusan yang dapat

diterapkan untuk menangani tipe keputusan diprogram maupun yang

tidak diprogram. Proses ini terdiri atas tujuh langkah, yaitu :

a. Menetapkan tujuan dan sasaran spesifik

b. Identifikasi masalah

c. Mengembangkan alternatif-alternatif

d. Evaluasi terhadap masing-masing alternative

e. Memilih alternative yang terbaik

f. Melaksanakan keputusan

g. Melakukan pengendalian dan evaluasi

2.1.7 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan

Terdapat indikator dari keputusan pembelian, yaitu (Kotler,

1995):

a. Kemantapan pada sebuah produk

23

b. Kebiasaan dalam membeli produk

c. Menberikan rekomendasi kepada orang lain

d. Melakukan pembelian ulang

Menurut Simon (dalam Hasan, 2002; 24) proses pengambilan

keputusan terdiri atas tiga fase keputusan, yaitu sebagai berikut :

a. Fase intelegensia merupakan fase penelusuran informasi untuk

keadaan yang memungkinkan dalam rangka pengambilan

keputusan. Jadi merupakan pengamatan lingkungan dalam

pengambilan keputusan. Data dan informasi diperoleh, diproses

dan diuji untuk mencari bukti-bukti yang dapat diidentifikasi, baik

yang pemasalahan pokok peluang untuk memecahkannnya.

b. Fase desain merupakan fase pencarian/penemuan,

pengembangan serta analisa kemungkinan suatu tindakan. Jadi

merupakan kegiatan perancangan dalam pengambilan

keputusan.

c. Fase pemilihan yaitu fase seleksi alternatif atau tindakan yang

dilakukan dari alternatif-alternatif tersebut. Alternatif yang dipilih

kemudian diputuskan dan dilaksanakan. Jadi merupakan

kegiatan memilih tindakan atau alternatif tertentu dari bermacam-

macam kemungkinan yang akan ditempuh.

2.2 Kajian Penelitian Yang Relevan

24

Selanjutnya, peneliti dapat menampilkan referensi lain dalam

bentuk hasil penelitian sebagai informasi peneliti dalam menganalisis

masalah dalam penelitian. Berikut daftar penelitian terdahulu yang

disertai dengan hasil peneliti :

Tabel 2.1 Kajian Penelitian Yang Relevan

Nama

Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

Roselina Imelda

Analisis pengaruh harga, kualitas produk, dan kemasan produk terhadap keputusan pembelian Slimming Tea Produksi PT. Mustika Ratu

Dengan menggunakan tehnik analisis regresi sederhana dan berganda maka hasil penelitan ini menunjukan bahwa variabel harga, kualitas produk, dan kemasan produk sliiming tea sama-sama berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk sliiming tea dapat dipengaruhi oleh variabel harga dengan konstribusi sebesar 28,5%, variabel kualitas produk sebesar 61,1%, sedangkan variabel kemasan dapat mempengaruhi keputusan pembelian sebesar 49.5%. Diantara ketiga variabel tersebut kualitas produk merupakan pengaruh terbesar dalam mempengaruhi keputusan pembelian.

Purwati Heri Setiawan Rohmawati

Pengaruh harga dan kualitas produk terhadap keputusan pembelian motor Honda matic beat (studi kasus pada PT. Nusantara Solar Sakti).

Hasil penelitian yang dilakukan dengan perhitungan (analisis) atau pembahasan Koefisien Determinasi, dapat diketahui pengaruh variabel harga (X1) terhadap pengambilan keputusan pembelian sepeda motor Matic Honda Beat (Y) sebesar 6,25% yang berarti harga mempunyai pengaruh terhadap pengambilan keputusan pembelian sepeda motor matic Honda Beat sebesar 6,25% dan sisanya sebesar 93,75% dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian. Nilai uji t variabel harga terhadap pengambilan keputusan pembelian sebesar 2,21728 lebih besar dari nilai ttabel sehingga kolerasi antara variabel harga dan pengambilan keputusan

25

pembelian sepeda motor matic Honda Beat dinyatakan signifikan. Nilai uji t variabel kualitas produk terhadap pengambilan keputusan pembelian sepeda motor matic Honda Beat sebesar 4,7454 lebih besar dai nilai t tabel sehingga kolerasi antara variabel kualitas produk dan pengambilan keputusan pembelian sepeda motor matic Honda Beat dinyatakan signifikan. Hasil perhitungan uji F di atas didapat nilai signifikansinya adalah 0.012 maka dapat disimpulkan bahwa variabel harga dan kualitas produk terhadap pengambilan keputusan pembelian sepeda motor matic Honda Beat tidak mempengaruhi secara signifikan, karena Fhitung lebih kecil dari Ftabel (Fhitung < 2,48). Variabel yang paling dominan mempengaruhi pengambilan keputusan pembelian sepeda motor matic Honda Beat pada hasil dari perhitungan ini adalah variabel kualitas produk ditunjukkan koefisien regresi sebesar 0, 8135 Dibandingkan nilai koefisien regresi variabel kualitas produk.

Ika Putri Iswayanti

Analisis pengaruh kualitas produk kualitas layanan, harga, dan tempat terhadap keputusan pembelian (studi kasus pada rumah makan Soto Angkring Mas Boed di Semarang).

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh persamaan regresi sebagai berikut : Y = 0,260 X1 + 0,253 X12 + 0,239 X3 + 0,206 X4 + e. Berdasarkan analisis data statistik, indikator-indikator pada penelitian ini bersifat valid dan variabelnya bersifat reliabel. Pada pengujian asumsi klasik, model regresi bebas multikolonieritas, tidak terjadi heteroskedastisitas, dan berdistribusi normal. Urutan secara individu dari masing-masing variabel yang paling berpengaruh adalah variabel kualitas produk dengan koefisien regresi sebesar 0,260, lalu kualitas layanan dengan koefisien regresi sebesar 0,253, kemudian diikuti dengan harga dengan koefisien regresi sebesar 0,239, sedangkan variabel yang berpengaruh paling rendah adalah tempat dengan koefisien regresi sebesar 0,206.

Dheany Arumsari

Analisis pengaruh kualitas produk, harga, dan promosi terhadap keputusan pembelian air

Penelitian ini menggunakan metode accidental sampling dengan sampel penelitian berjumlah 100 orang dari populasi konsumen pada toko Bhakti Mart Semarang. Metode analisis yang

26

minum (AMDK) merek Aqua (Studi pada Konsumen Toko Bhakti Mart KPRI Bhakti Praja Provinsi Jawa Tengah).

digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian mendapatkan bahwa persamaan regresi yang terbentuk adalah Y = 0,509 X1 + 0,401 X2 + 0,252 X3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga mempunyai pengaruh yang paling besar dibandingkan dengan variabel-variabel bebas lainnya terhadap keputusan pembelian. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa variabel kualitas produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Variabel harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian.Variabel promosi berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian.

David Jayadi

Analisis pengaruh kualitas produk, harga, promosi, dan layanan purna jual terhadap keputusan pembelian sepeda motor Yamaha

(Studi pada Mahasiswa Universitas Diponegoro)

Hasil penelitian membuktikan bahwa tiga variabel independen yaitu kualitas produk, harga, dan layanan purna jual mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependen yaitu keputusan pembelian sepeda motor Yamaha. Sedangkan satu variabel independen yaitu promosi tidak memiliki pengaruh yang signifikan bagi responden dalam menentukan keputusan membeli sepeda motor Yamaha. Hasil pengujian regresi berganda menunjukkan bahwa semua variabel independen (kualitas produk, harga, promosi, dan layanan purna jual) berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian. Pengaruh positif terbesar terhadap keputusan pembelian sepeda motor Yamaha pada mahasiswa Universitas Diponegoro adalah pada variabel layanan purna jual dengan koefisien 0,303, kemudian diikuti oleh variabel harga dengan koefisien 0,253, selanjutnya variabel kualitas produk dengan koefisien 0,187, sedangkan variabel yang berpengaruh paling rendah dan tidak signifikasi yaitu variabel promosi dengan nilai koefisien sebesar 0,037.

27

Dari beberapa peneliti di atas, dan telah menganalisis pokok

masalah yang sama dengan penelitian ini yakni mengukur kualitas

produk terhadap keputusan pembelian konsumen. Secara umum

penelitian beberapa penelitian tersebut telah memberikan gambaran

bahwa kualitas produk sudah pasti memberikan pengaruh terhadap

keputusan pembelian konsumen. Namun dalam penelitian ini,

peneliti mencoba untuk melihat dari sisi bentuk kualitas produk yang

disediakan oleh PT. Sinar Galesong Pratama Cabang Gorontalo,

disamping itu tingkat keputusan pembelian konsumen yang pada

akhirnya akan meningkatkan profit bagi PT. Sinar Galesong Pratama

Cabang Gorontalo sendiri. Titik perbedaan penelitian ini adalah

bentuk produk jasa yang teliti oleh masing-masing peneliti.

2.3 Kerangka Berpikir

Uma Sekaran dalam bukunya Business Research (1992)

mengemukakan bahwa, kerangka pikir merupakan model konseptual

tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang

telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting (Sugiyono, 2011).

Dengan mengacu pada beberapa penelitian terdahulu maka

kerangka teoritis dalam penelitian ini memadukan variable kualitas

produk yang mempengaruhi keputusan konsumen. Salah satu

manfaat dari kerangka pemikiran ini adalah untuk memberikan

bingkai atau gambaran penelitian yang akan dilakukan selanjutnya.

28

Adapun kerangka konseptual yang dikembangkan dalam model ini

adalah sebagai berikut :

29

Gambar 2.2. Kerangka Pikir Penelitian

PT. Sinar Galesong

Pratama Cabang Gorontalo

KESIMPULAN

Feed

Bac

k

Kualitas Produk (X)

1. Kinerja

2. Ciri-ciri

3. Kehandalan

4. Kesesuaian dengan

spesifikasi

5. Daya tahan

6. Serviceability

7. Estetika

8. Kualitas

(Tjiptono dan Diana, 2003).

Keputusan Konsumen (Y)

1. Kemantapan pada sebuah

produk

2. Kebiasaan dalam membeli

produk

3. Memberikan rekomendasi

kepada orang lain

4. Melakukan pembelian

ulang

(Kotler, 1995)

Analisis Regresi

Sederhana

1. Uji validitas

2. Uji reabilitas

3. Uji normalitas

30

2.4 Hipotesis

Hipotesis penelitian sangat penting dalam penelitian kuantitatif.

Karena merupakan simpulan awal terhadap suatu masalah.

Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru

didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-

fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono,

2004).

Menurut Fathoni (2006:20) hipotesis adalah suatu jawaban

sementara dari suatu permasalahan yang harus dibuktikan

kebenarannya dikemudian hari. Dalam rangka penelitian yang

disajikan, hipotesis ini merupakan rangkuman dari kesimpulan

teoritis yang diperoleh dari penelahan kepustakaan. Hipotesis

merupakan jawaban terhadap masalah penelitian yang secara

teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi kebenarannya.

Berdasarkan Latar Belakang dan kajian Teori, hipotesis dalam

penelitian ini diduga ada pengaruh kualitas produk terhadap

keputusan pembelian konsumen pada PT. Sinar Galesong Pratama

Cabang Gorontalo.