25
14 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Bank Menurut UU Nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan, kegiatan perbankan memiliki pengertian adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Sedangkan pengertian bank sendiri menurut UU No 10 tahun 1998 tentang perbankan adalah: `Bank adalah badan usaha yang menghimpin dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak Sedangkan menurut G.M. Veryn Staurt (Martono 2004:20) menyebutkan bahwa “bank merupakan suatu badan usaha lembaga keuangan yang bertujuan memberikan kredit, baik dengan alat pembayaran sendiri, dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, dengan jalan mengedarkan alat-alat pembayaran baru berupa uang giral”. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kemasyarakat

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …a-research.upi.edu/operator/upload/s_l5051_033908_hapter...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1

  • Upload
    dangtu

  • View
    217

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …a-research.upi.edu/operator/upload/s_l5051_033908_hapter...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1

14

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN

DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Bank

Menurut UU Nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan, kegiatan

perbankan memiliki pengertian adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang

bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam

melaksanakan kegiatan usahanya. Sedangkan pengertian bank sendiri menurut UU

No 10 tahun 1998 tentang perbankan adalah:

`Bank adalah badan usaha yang menghimpin dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak Sedangkan menurut G.M. Veryn Staurt (Martono 2004:20) menyebutkan

bahwa

“bank merupakan suatu badan usaha lembaga keuangan yang bertujuan memberikan kredit, baik dengan alat pembayaran sendiri, dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, dengan jalan mengedarkan alat-alat pembayaran baru berupa uang giral”. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bank merupakan lembaga

keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan

menyalurkannya kembali kemasyarakat

Page 2: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …a-research.upi.edu/operator/upload/s_l5051_033908_hapter...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1

15

2.1.1.1 Sumber dan Penggunaan Dana Bank

Bank memiliki sumber-sumber dana, dana-dana tersebut dapat berasal dari

ekstern ataupun intern bank. Menurut Veithzal Rivai (2006 :117) menggambarkan

sumber-sumber dana bank sebagai berikut:

o

Sumber : Veithzal Rivai (2006 :117)

Gambar 2.1 Sumber-sumber dana bank

Dana yang berhasil dihimpun oleh bank selanjutnya akan dikelola oleh

bank, dalam penggunaan dana tersebut bank memiliki prioritas-prioritas untuk

menggunakan dananya. Menurut Dahlan Siamat (2004 :133) prioritas penggunaan

dana bank adalah sebagai berikut.

1. Cadangan Primer, hal ini dimaksud untuk memenuhi kebutuhan likuiditas wajib minimum dan untuk keperluan operasional bank sehari-hari termasuk untuk memenuhi semua penarikan dana nasabah dan permintaan kredit

SUMBER DANA

EKSTERN INTERN

Pemilik Donasi pemilik, saham biasa, saham preferen, dll

Utang • Giro • Deposito • Tabungan • Giro Bank lain • Traveller’s check • Setoran jaminan • Likuiditas Bank

Indonesia, dll

Cadangan • Cad Umum • Cad Khusus • Cad

Nasabah Debius

• Laba yang di tahan

Intensif • Penjualan fixed

asset yang tak dipakai

• Likuiditas barang jaminan kredit macet

• Penagihan nasabah

Page 3: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …a-research.upi.edu/operator/upload/s_l5051_033908_hapter...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1

16

2. Cadangan Sekunder, hal ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan likuiditas yang jangka waktunya diperkirakan kurang dari satu tahun.

3. Penyaluran Kredit, pemberian kredit kepada nasabah yang memenuhi ketentuan kebijakan perkreditan bank. Karena penyaluran kredit merupakan kegiatan utama bank, oleh karena itu sumber pendapatan terbesar bank berasal dari penyaluran kredit

4. Investment, yaitu untuk penanaman dana dalam surat-surat berharga yang berjangka panjang

Dalam pengelolaan dana bank ada dua macam pendekatan yang sering

digunakan oleh bank, pendekatan-pendekatan tersebut, yaitu:

1. Pool of Fund Approach

Sumber : Dahlan Siamat Gambar 2.2

pool of fund approach

Source of Fund

Use of Fund By Priority

Demand Deposite

Primary Reserves

Time Deposite

Savings

Investments

Loan

Secondary Reserves

Borrowing

Equity Capital

Fixel Assets

Pool Of

Fund

Page 4: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …a-research.upi.edu/operator/upload/s_l5051_033908_hapter...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1

17

Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa semua kewajiban bank yang

berasal dari berbagai sumber digabung secara bersama-sama dan diperlukan

sebagai sumber dana tunggal tanpa mengenal dam membedakan sumber-sumber

dan bentuk dana tersebut, demikian pula jangka waktu dan karakteristik masing-

masing sumber dana diabaikan. Dana ini kemudian dialokasikan berdasarkan

prioritas penggunaannya sesuai dengan kebijakan dan strategi manajemen bank

disamping harus mematuhi ketentuan-ketentun yang ditetapkan Bank Sentral.

Menurut Dahlan Siamat (2004 : 146 – 149). Pengalokasian dana dengan Pool of

Fund Approach adalah sebagai berikut :

Primary reserve. Prioritas pertama penggunaan dana bnak menurut pendekatan ini adalah memenuhi kebutuhan cadangan primer yaitu ketentuan likuiditas wajib minimum di samping untuk kebutuhan kelancaran operasional bank sehari-hari. Cadangan primer pada dasarnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan antara lain : a. Likuiditas wajib minimun yang ditetapkan oleh Bank Sentral b. Transaksi dengan bank koresponden c. Penarikan dana oleh deposan d. Permintaan kredit oleh masyarakat e. Kebutuhan lain untuk mendukung operasi sehari-hari Secondary reserves. Cadangan sekunder ini pada prinsipnya sebagai pendukung apabila cadangan primer tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan likuiditas yang sifatnya jangka pendek dan kebutuhan lain yang tidak dapat diperkirakan. Tujuan utama cadangan sekunder ini adalah di samping untuk keperluan likuiditas juga untuk meningkatkan profitabilitas bank. Di samping itu, cadangan sekunder digunakan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan likuiditas secara musiman dan kebutuhan likuiditas lainnya yang sulit diantisipasi. Loan. Prioritas ketiga pengalokasian dana, adalah pemberian kredit (loan). Kegiatan penyaluran dana dalam bentuk kredit ini mendominasi penggunaan dana bank. Oleh karena itu usaha perkreditan merupakan sumber penghasilan utama setiap bank. Investment. Dana yang masih tersisa setelah memenuhi semua prioritas di atas dapat ditanamkan dalam bentuk surat berharga jangka panjang. Tujuan pengalokasian dana dalam aktiva ini adalah sebagai tambahan profitabilitas di samping sebagai tambahan cadangan likuiditas.

Page 5: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …a-research.upi.edu/operator/upload/s_l5051_033908_hapter...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1

18

Fixed assets. Pengalokasian dana dalam aktiva tetap harus didanai melalui modal sendiri bank. Jumlah modal yang dapat dialokasikan untuk aktiva tetap tidak boleh melebihi ketentuan Bank Indonesia. Pendekatan pool of fund approach memang sangat sederhana baik dalam

penentuan biaya dana maupun pengelolaannya. Namun demikian pendekatan ini

mengabaikan maturitas dari masing-masing sumber dana dalam kaitannya dengan

penenmpatan dana, tidak mempertimbangkan sentivitas sumber dana. Disamping

itu pengaruh subyektivitas sangat tinggi dalam menentukan porsi penempatan

dananya.

2. Asset Allocatioan Approach

Sumber : Dahlan Siamat

Gambar 2.3 Asset Allocation Approach

Source of Funds Use of Fund By Priority

Demand Deposit Primary

reserves

Time Deposit

Secondary Reserves

Savings Loan

Borrowings Investment

Equity Capital

Fixed Assets

Page 6: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …a-research.upi.edu/operator/upload/s_l5051_033908_hapter...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1

19

Pada dasarnya konsep ini menyatakan bahwa tidaklah realistis

menganggap total dana yang dihimpun oleh bank merupakan sumber dana

tunggal. Karena dalam kenyataannya masing-masing sumber dana memiliki sifat

tersendiri. Oleh karena itu, dalam prioritas pengalokasiannya, sumber-sumber

dana harus diperlakukan secara individu dengan mempertimbangkan karakteristik

masing-masing sumber dana. Dana yang memiliki sifat perputaran yang cukup

tinggi hendaknya penggunaannya diprioritaskan dalam cadangan primer dan

sekunder. Sedangkan dana yang perputarannya relatif rendah pengalokasiannya

dapat diprioritaskan pada pemberian kredit dan aktiva jangka panjang. Dalam

konsep ini mengalihkan penekanan likuiditas kepada profitabilitas.

Pendekatan ini menjadikan jumlah rata-rata cadangan likuiditas yang

dimiliki bank mengalami penurunan sehingga pengalokasian dana dapat

dialihkan lebih besar pada penyaluran kredit dan atau penanaman dalam surat-

surat berharga yang memiliki keuntungan yang lebih tinggi. Sedangkan

kelemahan dari konsep ini adalah keputusan mengenai jumlah likuiditas

dilakukan berdasarkan perkiraan atas perputaran simpanan. Akibatnya

keuntungan dapat berkurang karena dapat saja terjadi kelebihan perkiraan

kebutuhan likuiditas. Di samping itu, konsep ini memperlakukan portofolio kredit

sama sekali tidak likuid dan karenanya tidak menganggap kredit sebagai sumber

likuiditas potensial serta menganggap bahwa keputusan mengenai manajemen

asset-liability bank dibuat secara independen.

2.1.1.2 Penilaian Kesehatan Bank Menurut Metode CAMEL

Page 7: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …a-research.upi.edu/operator/upload/s_l5051_033908_hapter...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1

20

Untuk melakukan penilaian kesehatan sebuah bank dapat dilihat dari

berbagai aspek, Bank Indonesia sebagai pengawas dan pembina bank-bank dapat

memberikan arahan bagaimana bank harus dijalankan dengan baik atau bahkan

diberhentikan.

Berdasarkan UU No 7 tahun 1992 tentang perbankan pasal 29 untuk

menghasilkan bank-bank yang sehat maka dilakukan beberapa kebijakan yaitu :

• Pembinaan dan pengawasan bank dilakukan oleh Bank Indonesia • Bank Indonesia menentukan tentang kesehatan bank dengan

memperhatikan aspek permodalan, kualitas aset, kualitas manajemen, rentabilitas, likuiditas, solvalitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan bank.

• Bank wajib memelihara kesehatan dengan baik sesuai dengan ketentuan sebagaimana yang dimaksud ayat (2) dan wajib melaksanakan usaha dengan prinsip kehatian-hatian.

Selain itu Bank Indonesia mengeluarkan standar untuk kesehatan bank,

yang disebut dengan metode CAMEL. Metode ini mencakup beberapa aspek yaitu

• C - Capital : (Rasio kecukupan modal) • A - Asset : (Rasio kualitas aktiva) • M - Manajemen : (Kualitas manajemen bank) • E - Earning : (Rasio rentabilitas bank) • L - Liquidity : (Rasio likuiditas bank)

Page 8: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …a-research.upi.edu/operator/upload/s_l5051_033908_hapter...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1

21

Tabel 2.1 Penilaian Kesehatan Bank Menurut Metode CAMEL

Uraian Yang Dinilai Rasio Nilai Kredit Bobot

Capital Kecukupan Modal

CAR 0 s/d max 100

25 %

Assets Kualitas Aktiva Produktif

BDR CAD

Max 100 Max 100

25 % 5 % 30 %

Management Kualitas Manajemen

Manaj Modal Manaj Aktiva Manaj Umum Manaj Rentabilitas Manaj Likuiditas

Total Max 100

25 %

Earning Kemampuan menghasilkan laba

RAO BOPO

Max 100 Max 100

10 %

Liquidity Kemampuan menjamin likiuditas

LDR NCM/CA

Max 100 Max 100

10 %

2.1.2 Kredit

2.1.2.1 Pengertian Kredit

Kredit berasal dari bahasa latin yaitu “credere” yang artinya percaya.

Maksudnya si pemberi kredit percaya kepada si penerima kredit, bahwa kredit

yang disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian.

Pengertian kredit menurut Undang-undang perbankan nomor 10 tahun

1998 kredit adalah

“penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank

Page 9: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …a-research.upi.edu/operator/upload/s_l5051_033908_hapter...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1

22

dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.” Sedangkan pengertian kredit menurut beberapa ahli yang dikutp dari

Veitzal Rivai (2006 : 4) adalah sebagai berikut:

1. credit may be defined as the right to receive payment or the obligation to make payment on deman or at state some future time an account of an immediate transfer of good (Raymond P.Kent,1961)

2. ……credit may be appropriately described as the transmittal of economic value now, on faith, in return for an expected equivalent economic value in the future. (National Association of Credit Management, 1965)

3. Credit in general is the ability to obtain goods, service, or money now in exchange for promise of payment in the future. (Christine Ammer and Dean S.Ammerm. 1979)

Menurut Dahlan Siamat (2004:165) definisi kredit di atas memberikan

konsekuensi bagi bank dan peminjam mengenai hal-hal berikut:

• Penyediaan uang atau yang dapat dipersamakan dengan itu oleh bank (kreditur)

• Kewajiban debitur mengembalikan kredit yang diterimanya • Jangka waktu pengembalian kredit • Pembayaran bunga • Perjanjian kredit. Penyaluran kredit merupakan kegiatan usaha yang mendominasi

pengaloksian dana bank. Penggunaan dana untuk penyaluran kredit mencapai

70%-80% dari volume usaha bank. Oleh karena itu sumber utama pendapatan

bank berasal dari kegiatan penyaluran kredit dalam bentuk pendapatan bunga.

Menurut Dahlan Siamat (2004 :165) Terkonsentrasinya usaha bank dalam

penyaluran kredit disebabkan oleh beberapa alasan:

1. Sifat usaha bank yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi antara unit surplus dan unit defisit.

2. Penyaluran kredit memberikan spread yang pasti sehingga besarnya pendapatan dapat diperkirakan

Page 10: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …a-research.upi.edu/operator/upload/s_l5051_033908_hapter...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1

23

3. Melihat posisinya dalam pelaksanaan kebijakan moneter, perbankan merupakn sektor usaha yang kegiatannya paling diatur dan dibatasi

4. Sumber dana utama bank berasal dari dana masyarakat sehingga secara moral mereka harus menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

2.1.2.2 Penggolongan Kredit

Kredit dapat digolongkan berdasarkan beberapa hal yang berkaitan dengan

pelaksaan kredit, penggolongan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Jangka waktu (maturity). Penggolongan kredit menurut jangka waktu

dibedakan:

a. Kredit jangka pendek (short term-loan)

b. Kredit jangka menengah (medium term-loan)

c. Kredit jangka panjang (long term-loan)

2. Barang jaminan (collateral). Dilihat dari barang jaminan, kredit dibedakan:

a. Kredit dengan jaminan (secured loan)

b. Kredit dengan tanpa jaminan (unsecured loan)

3. Tujuan kredit. Kredit dapat dibedakan menurut tujuannya yaitu:

a. Kredit komersil (commercial loan)

b. Kredit konsumtif (consumer loan)

c. Kredit produktif (poduktive loan)

4. Penggunaan kredit. Penggolongan

a. Kredit modal kerja

b. Kredit investasi

Page 11: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …a-research.upi.edu/operator/upload/s_l5051_033908_hapter...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1

24

2.1.2.3 Kualitas Kredit

Kualitas kredit adalah keadaan pembayaran pokok atau angsuran dan

bunga kredit oleh nasabah serta tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana

yang ditanamkan. Kualitas kredit didasarkan pada ketepatan pembayaran

kembali angsuran pokok dan bunga serta kemampuan peminjam dari keadaan

usahanya.

Penggolongan kualitas kredit menurut SK DIR.BI

No.30/267/Kep/DIR/1998 ditetapkan sebagai berikut:

a. Lancar (pass), apabila memenuhi kriteria: 1) Pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga tepat waktu; dan 2) Memiliki mutasi rekening yang aktif; atau 3) Bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai (cash

collateral) b. Dalam Perhatian Khusus (special mention), apabila memnuhi kriteria:

1) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/ atau bunga yang belum melampau 90 hari

2) Kadang-kadang terjadi cerukan 3) Mutasi rekening relatif aktif 4) Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan; atau 5) Didukung oleh pinjaman baru

c. Kurang Lancar (substandard), apabila memenuhi kriteria: 1) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang telah

melampau 90 hari 2) Sering terjadi cerukan 3) Frekuensi mutasi rekening relatif randah 4) Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari

90 hari 5) Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur 6) Dokumen pinjaman yang lemah

d. Diragukan (doubtfull) 1) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang telah

melampau 180 hari 2) Terdapat cerukan yang bersifat permanen 3) Terjadi wanprestasi lebih dari 180 4) Terjadi kapitalisasi bunga

Page 12: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …a-research.upi.edu/operator/upload/s_l5051_033908_hapter...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1

25

5) Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian kredit maupun pengikatan jaminan

e. Macet (loss), apabila memenuhi kriteria: 1) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang telah

melampau 270 hari 2) Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru 3) Dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat

dicairkan pada nilai wajar

2.1.2.4 Kredit Bermasalah

Menurut Veithzal Rivai (2006 : 476) ada beberapa pengertian kredit

bermasalah yang disampaikan oleh para ahli yaitu:

• Kredit yang memiliki kemungkinan timbulnya risiko di kemudian hari • Mengalami kesulitan di dalam penyelesaian kewajiban-kewajibannya,

baik dalam bentuk pembayaran kembali pokoknya dan atau pembayaran bunga, denda keterlambatan serta ongkos-ongkos bank yang menjadi beban nasabah yang bersangkutan.

• Kredit dimana pembayaran kembalinya dalam bahaya, terutama apabila sumber-sumber pembayaran kembali yang diharapkan diperkirakan tidak cukup untuk kembali membayar kredit, sehingga belum mencapai/memenuhi target yang diinginkan oleh bank. Bagi bank semakin dini menganggap kredit yang diberikan menjadi

bermasalah, semakin baik karena akan berdampak semakin dini pula dalam upaya

penyelamatannya sehingga tidak terlanjur parah yang berakibat semakin sulit

penyelesaiannya.

Salah satu resiko yang dihadapi oleh bank adalah resiko tidak

terbayarnya kredit yang telah diberikan kepada debitur atau disebut dengan resiko

kredit. Resiko kredit merupakan “suatu resiko akibat kegagalan atau ketidak

mampuan nasabah mengembalikan jumlah pinjaman yang diterima dari bank

beserta bunganya sesuai dengan jangka waktu pinjaman yang diterima dari bank

Page 13: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …a-research.upi.edu/operator/upload/s_l5051_033908_hapter...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1

26

beserta bunganya sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan atau

dijadwalkan”. (Dahlan Siamat, 2004:92)

Resiko kredit didalamnya termasuk non performing loan. Non

Performing Loan (NPL) adalah kredit yang bermasalah dimana debitur tidak

dapat memenuhi pembayaran tunggakan peminjaman dan bunga dalam jangka

waktu yang telah disepakati dalam perjanjian. Hal ini juga dijelaskan dalam

Standar Akuntansi Keuangan No 31 (revisi 2000) yang menyebutkan bahwa;

“kredit non performing pada umumnya merupakan kredit yang pembayaran

angsuran pokok/atau bunganya telah lewat Sembilan puluh hari atau lebih

setelah jatuh tempo atau kredit yang pembayarannya secara tepat waktu sangat

diragukan.”

Berdasarkan penilaian aktiva produktif, yang terbagi kedalam lima

katagori, kualitas kredit terdiri atas lancar (pass), dalam perhatian khusus (special

mention), kurang lancar (substandard), diragukan (doubtfull) dan macet (loss).

Yang termasuk ke dalam non performing loan adalah kredit kurang lancar, kredit

diragukan dan kredit macet.

Menurut Surat Edaran Bank Indonesia no 3/30/DPNP tanggal 14

Desember 2001, NPL dihitung dengan rumus :

��� = ���� ��� �� � �� � + ���� � ��� � + ���� � ���

��� � ���� � �� ���� �

Keberadaan NPL dalam jumlah yang banyak dapat menimbulkan

masalah bagi kesehatan bank, oleh karena itu bank dituntut untuk selalu menjaga

kredit tidak dalam posisi NPL yang tinggi.

Page 14: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …a-research.upi.edu/operator/upload/s_l5051_033908_hapter...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1

27

Bank Indonesia membedakan NPL kedalam dua rasio NPL yaitu gross

dan nett. NPL gross adalah jumlah kredit bermasalah sebelum dikurangi dengan

penyisihan cadangan penghapusan yang telah dibentuk, sedangkan NPl nett

mengacu pada jumlah kredit bermasalah setelah dikurangi dengan penyisihan

cadangan penghapusan yang telah dibentuk.

Agar dapat menentukan tingkat wajar atau sehat maka ditentukan

ukuran standar yang tepat untuk NPL. Dalam hal ini Bank Indonesia menetapkan

bahwa tingkat NPL yang wajar adalah ≤ 5% dari total portopolio kreditnya.

2.1.2.4.1 Sebab-sebab Terjadinya Kredit Bermasalah

Kredit bermasalah menggambarkan suatu situasi di mana persetujuan

pengembalian kredit mengalami risiko kegagalan, bahkan cenderung menuju atau

mengalami kerugian yang potensial (potensial loss). Oleh karena itu bahwa lebih

dini potensial problem loan ditentukan, maka akan lebih banyak alternatif dan

lebih banyak peluang pencegahan kerugian bagi bank.

Perlu diketahui bahwa menganggap kredit bermasalah selalu dikarenakan

kesalahan nasabah merupakan hal yang salah. Kredit berkembang menjadi

bermasalah dapat disebabkan oleh berbagai hal yang berasal dari nasabah, dari

kondisi internal, dan pemberi kredit.

Adapun beberapa hal yang menjadi penyebab timbulnya kredit bermasalah

menurut Veithzal Rifai (2006 : 478) adalah sebagai berikut:

a. Karena kesalahan bank 1. Kurang pengecekan terhadap latar belakang calon nasabah 2. Kurang tajam dalam menganalisis terhadap maksud dan tujuan

penggunaan kredit dan sumber pembayaran kembali 3. Kurang pemahaman terhadap kebutuhan keuangan yang

sebenarnya dari calon nasabah dan manfaat kredit yang diberikan

Page 15: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …a-research.upi.edu/operator/upload/s_l5051_033908_hapter...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1

28

4. Kurang mahir dalam menganalisis laporan keuangan calon nasabah

5. Kurang lengkap mencantumkan syarat-syarat 6. Terlalu agresif 7. Pemberian kelonggaran terlalu banyak 8. Kurang pengalaman dai pejabat kredit atau account officer 9. Pejabat kredit account officer mudah dipengaruhi, diintimidasi,

atau dipaksa oleh calon nasabah 10. Kurang berfungsinya credit recovery officer 11. Keyakinan yang berlebihan 12. Kurang mengadakan review, minta laporan dan menganilisis

laporan keuangan serta informasi-informasi kredit lainnya 13. Kurang mengadakan kunjungan on the spot pada lokasi perusahaan

nasabah 14. Tidak punya kebijakan perkreditan yang sehat 15. Sikap memudahkan dari pejabat bank atau account officer

b. Karena kesalahan nasabah 1. Nasabah tidak kompeten 2. Nasabah tidak atau kurang pengalaman 3. Nasabah tidak memberikan waktu untuk usahanya 4. Nasabah tidak jujur 5. Nasabah serakah

c. Faktor eksternal 1. Kondisi perekonomian 2. Perubahan-perubahan peraturan 3. Bencana alam

2.1.2.4.2 Gejala Dini Timbulnya Kredit Bermasalah

Jika bank tidak mau rugi karena kredit yang diberikan menjadi

bermasalah, bank harus dapat mengidentifikasi gejala-gejala dininya sehingga

dapat segera mengambil langkah penanganan sebelum masalahnya menjadi

semakin parah.

Perlu diketahui bahwa kredit tidak menjadi bermasalah secara tiba-tiba

tanpa gejala. Pada umumnya kredit berkembang menjadi bermasalah melalui

tahapan-tahapan yang ada gejala-gejalannya. Bila ini disimak dan selalu

diinterpretasikan oleh bank, bank akan selalu mendapatkan indikasi adanya

Page 16: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …a-research.upi.edu/operator/upload/s_l5051_033908_hapter...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1

29

gejala-gejala dini dengan memeriksa portofolio kreditnya yang dipusatkan pada

factor-faktor kunci yang merupakan indikator-indikator penurunan kualitas kredit.

Menurut Veithzal Rivai (2006 : 480) menyabutkan bahwa gejala dini

kredit bermasalah adalah sebagai berikut:

1. Ada tunggakan 2. Mengajukan perpanjangan 3. Kondisi keuangan menurun 4. Laporan keuangan terlambat atau yang tadinya selalu diaudit akuntan

menjadi tidak 5. Saldo rata-rata giro menurun dan sering overdraf 6. Hubungan dengan bank semakin renggang, menghindar setiap kali

dihubungi 7. Penurunan nilai/hilangnya jaminan 8. Penggunaan kredit tidak sesuai rencana

2.1.2.4.3 Penyelamatan Kredit

Penyelamatan kredit merupakan usaha yang dilakukan oleh bank terhadap

kredit yang digolongkan sebagai kredit bermasalah. Penyelamatan kredit

dimaksud sebagai upaya terakhir untuk menyelesaikan kredit yang tergolong

kredit bermasalah atau non performing loan setelah upaya pembinaan kredit

dilakukan. Beberapa cara pendekatan yang dipertimbangkan dalam upaya

penyelamatan kredit bermasalah adalah sebagai berikut:

1. Rescheduling (penjadwalan ulang)

Yaitu perubahan persyaratan kredit yang hanya menyangkut jadwal

pembayaran dan atau jangka waktu kredit. Kredit yang memperoleh fasilitas

rescheduling hanyalah debitur yang memenuhi persyaratan tertentu.

2. Reconditioning (persyaratan ulang)

Page 17: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …a-research.upi.edu/operator/upload/s_l5051_033908_hapter...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1

30

Yaitu perubahan sebagian atau seluruh syarat-syarat kredit yang tidak terbatas

perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu, dan atau persyaratan lainnya

sepanjang tidak menyangkut perubahan maksimum saldo kredit.

3. Restructuring (penataan ulang)

Yaitu perubahan syarat-syarat kredit yang menyangkut penambahan dana

bank, konversi seluruh atau sebagian tunggakan bunga menjadi pokok kredit

baru dan atau konversi seluruh atau sebagian dari kredit menjadi penyertaan

dalam perusahaan, yang dapat disertai dengan penjadwalan kembali dan atau

persyaratan kredit.

4. Eksekusi Barang Jaminan

Yaitu penjualan barang-barang yang dijadikan jaminan dalam rangka

pelunasan hutang. Pelaksanaan ini dilakukan terhadap katagori kredit yang

memang benar-benar menurut bank usaha debitu sudah tidak dapat lagi

dibantu untuk disehatkan kembali atau usaha nasabah yang sudah tidak lagi

memiliki prospek untuk dikembangkan.

2.1.3 Profitabilitas Bank

Kemampuan bank mengahasilkan laba tidak cukup diukur melalui total

pendapatan yang diperolehnya, tetapi harus dikaitkan dengan jumlah dana yang

diinvestasikan, serta berapa besar biaya yang digunakan untuk mengahasilkan

laba tersebut yang disebut profitabilitas. Profitabilitas merupakan jumlah relatif

laba yang dihasilkan dari sejumlah investasi atau modal yang ditanamkan dalam

suatu usaha.

Page 18: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …a-research.upi.edu/operator/upload/s_l5051_033908_hapter...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1

31

Menurut Harnanto (1991 : 352) menyebutkan bahwa profitabilitas

diartikan sebagai berikut:

Profitabilitas merupakan penilaian yang secara luas digunakan dan dianggap paling valid untuk dipakai sebagai alat pengukuran tentang pelaksanaan operasi perusahaan, karena mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a. Profitabilitas merupakan alat pembanding pada alternatif investasi

yang sesuai dengan tingkat risikonya masing-masing, secara umum dapat dikatakan semakin besar rentabilitas suatu penanaman investasi dikatakan rentabilitas yang tinggi pula.

b. Profitabilitas mampu menggambarkan tingkat laba yang dihasilkan menurut jumlah yang diinvestasikan karena profitabilita dinyatakan dalam angka relatif.

Selanjutnya profitabilitas juga dapat digunakan sebagai kreiteria penilaian

perusahaan, menurut Harnanto (1991:354) menyebutkan kriteria penilaian hasil

operasi perusahaan mempunyai tujuan pokok yaitu:

1. Suatu indikator tentang efektivitas manajemen Keberhasilan dari tingkat profitabilitas perusahaan tergantung kepada kemampuan, motivasi dan budaya manajemen.

2. Suatu alat untuk memproduksi laba Pengukuran terhadap profitabilitas dapat membuat proyeksi laba perusahaan karena profitabilitas menggambarkan korelasi antara tingkat laba dengan jumlah modal yang ditanamkan, hal ini sangat membantu bagi para analis untuk membuat proyeksi laba pada berbagai tingkat perubahan jumlah modal yang ditanamkan.

3. Suatu alat pengendali manajemen Profitabilitas dipakai sebagai alat untuk menyusun rencana budget, koordinasi, dan evaluai hasil pelaksanaan operasi perusahaan, kriteria penilaian alternatif dan dana pengambilan keputusan penanaman modal.

Profitabilitas bisnis perbankan yang tinggi akan menguntungkan bank

karena dapat menarik calon investor untuk menanamkan modalnya dan

menambah kredibilitas bank dimata nasabahnya. Profitabilitas bisnis perbankan

yang baik juga menguntungkan berbagai pihak antara lain:

Page 19: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …a-research.upi.edu/operator/upload/s_l5051_033908_hapter...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1

32

1. Bagi debitur, yaitu mempunyai peluang yang lebih besar untuk memperoleh

pinjaman karena bank telah mampu mencapai laba yang tinggi

2. Bagi nasabah penyimpan, yaitu semakin terjaminnya titipan para penyimpan

3. Bagi bank, yaitu diterimanya tantiem (laba bagi karyawan) yang dapat

mempertinggi motivasi kerja dan untuk meningkatkan kinerja bank

Dalam dunia perbankan pendapatan dapat diperoleh dari kredit yang

disalurkan. Setiap kredit yang disalurkan kepada nasabah, maka nasabah harus

mengembalikan kredit tersebut sesuai dengan kesepakan antara pihak nasabah

dengan bank. Semkin besar kredit yang disalurkan maka pendapatan yang akan

diperoleh akan semakin besar pula yang tentunya harus disertai dengan

pengawasan yang berkesinambungan terhadap kredit tersebut jangan sampai

terjadi kredit bermasalah, karena dengan kredit bermasalah akan menimbulkan

penurunan pendapatan, dikarenakan nasabah tidak bisa mengembalikan kredit

yang dipinjamnya.

Komaruddin (2001 :30) mengemukakan bahwa “rasio profitabilitas

adalah kesanggupan bank untuk memperoleh laba berdasarkan investasi yang

dilakukannya.”

Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No 3/30/DPNP tanggal 14

Desember 2001 mengenai pedoman perhitungan rasio keuangan, ada empat

perhitungan profitabilitas, yaitu:

1. ROA (Return On Assets)

��� = � � ������� � � �

��� � ��� � 100%

Page 20: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …a-research.upi.edu/operator/upload/s_l5051_033908_hapter...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1

33

Rasio ini mengukur kemampuan bank di dalam memperoleh keuntungan

(laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar

pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula

posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset.

2. ROE (Return On Equity)

��! = � � ������� � � �

� � − � � �#��� � 100%

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam

mengelola modal yang tersedia untuk mendapatkan net income, selain itu

rasio ini sebagai indicator yang penting bagi investor dalam mengukur

kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan

pembayaran deviden.

3. NIM (Net Interest Income)

�$% = ��� � � � ���� ����ℎ

� � − � � ��' ������( � 100%

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan

net income dari kegiatan operasi pokok bagi bank yang bersangkutan.

Dimana pendapatan bunga bersih diperoleh dari: pendapatan bunga – beban

bunga.

4. BOPO (Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional)

)��� = � � ���� ��� �

��� � � � ���� ��� � � 100%

Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan

bank dalam melakukan kegiatan operasinya

Page 21: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …a-research.upi.edu/operator/upload/s_l5051_033908_hapter...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1

34

Penilaian profitabilitas yang penulis gunakan dalam penelitian ini hanya

dibatasi pada perhitungan ROA saja. Hal ini disebabkan kredit merupakan aktiva

produktif bank yang sangat berpengaruh terhadap nilai asset bank juga

mempengaruhi laba yang diperoleh oleh bank karena kredit merupakan penghasil

pendapatan bagi bank.

2.1.4 Pengaruh Kredit Bermasalah terhadap Profitabilitas Bank

Kredit adalah sumber pendapatan utama bagi bank, kinerja bank yang

baik ditandai dengan lancarnya penyaluran kredit perbankan kepada

masyarakat. Tetapi tingginya penyaluran kredit yang dilakukan oleh bank akan

meberikan resiko yang tinggi pula bagi bank yaitu akan terjadinya kredit

bermasalah. Seperti yang dinyatakan oleh Rachmat Firdaus (2004:199) bahwa

“kegiatan menyalurkan kredit oleh bank umum mengandung resiko (credit risk)

yang dapat mempengaruhi kesehatan dan keberlangsungan usaha bank.”

Dahlan Siamat (2001:92) mengemukakan bahwa “risiko kredit merupakan

suatu resiko akibat kegagalan atau ketidakmampuan nasabah mengembalikan

jumlah pinjaman yang diterima dari bank beserta imbalannya sesuai dengan

jangka waktu yang telah ditentukan atau dijadwalkan.”

Jika debitur tidak dapat membayar kembali pinjaman kredit maka akan

menimbulkan resiko kredit bermasalah atau non performing loan. Tingginya

rasio NPL yang dimiliki oleh bank akan berpengaruh terhadap nilai asset bank

dan kemampuan bank dalam menghasilkan laba, hal itu tentunya akan berdampak

pada nilai profitabilitas bank itu sendiri.

Page 22: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …a-research.upi.edu/operator/upload/s_l5051_033908_hapter...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1

35

Perhitungan profitabilitas yang didasarkan atas laba operasi dan total asset

tentunya akan mengakibatkan profitabilitas menurun seiring dengan tingginya

kredit bermasalah yang dimiliki oleh bank. Seperti yang diungkapakan oleh

Lukman Dendawijaya (2005:82) menyebutkan bahwa “dengan adanya kredit

bermasalah bank akan kehilangan kesempatan untuk memperoleh pendapatan

dari kredit yang diberikannya, sehingga mengurangi perolehan laba dan

berpengaruh buruk bagi profitabilitas bank.”

2.2 Kerangka Pemikiran

Laba bank bank Indonesia sekarang ini sedang mengalami penurunan,

penurunan-penurunan tersebut dapat dilihat dari rasio-rasio perbankan yang

berhubungan dengan rasio profitabilitas. ROA (return on Asset ) Rasio ini

mengukur kemampuan bank di dalam memperoleh laba dan efisiensi secara

keseluruhan, karena rasio ini mengindikasikan berapa besar keuntungan dapat

diperoleh rata-rata terhadap setiap rupiah asetnya, Penurunan nilai rasio-rasio

keuangan tersebut dikarenakan jumlah kredit bermasalah mengalami kenaikan,

kenaikan jumlah kredit bermasalah sangat mempengaruhi terhadap pendapatan

bank, penurunan ini sangat berpengaruh terhadap pendapatan bank karena

aktivitas penyaluran kredit merupakan aktivitas utama dari bank untuk

mengahsilkan keuntungan.

Menurut Veithzal Rivai (2006 : 476) ada beberapa pengertian kredit

bermasalah yang disampaikan oleh para ahli yaitu:

• Kredit yang memiliki kemungkinan timbulnya risiko di kemudian hari

Page 23: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …a-research.upi.edu/operator/upload/s_l5051_033908_hapter...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1

36

• Mengalami kesulitan di dalam penyelesaian kewajiban-kewajibannya, baik dalam bentuk pembayaran kembali pokoknya dan atau pembayaran bunga, denda keterlambatan serta ongkos-ongkos bank yang menjadi beban nasabah yang bersangkutan.

Jadi apabila terjadi kredit bermasalah dalam suatu bank hal itu akan

menimbulkan berbagai efek, dengan semakin besarnya kredit bermasalah yang

dimiliki oleh bank-bank go public mempunyai dampak yang buruk terhadap

perkembangan bank-bank tersebut, mulai dari turunnya tingkat profitabilitas.

Selain itu dapat menurunnya jumlah aktiva yang dimiliki oleh bank itu karena

mereka harus menambah cadangan penghapusan kredit bermasalah sebesar 5%

dari jumlah aktiva produktif bank (termasuk kredit), ditambah 3% dari jumlah

aktiva produktif yang tergolong kurang lancar, ditambah 50% dari jumlah aktiva

produktif yang digolongkan meragukan, dan ditambah 100% dari jumlah aktiva

produktif yang digolongkan macet. Dengan demikian, semakin besar jumlah saldo

kredit bermasalah yang dimiliki oleh bank, akan semakin besar jumlah dana

cadangan yang harus disediakan serta semakin besar biaya yang harus mereka

tanggung untuk mengadakan cadangan dana tersebut, selanjutnya akan

mempengaruhi tingkat likuiditas dan solvabilitas bank tersebut. Dan yang pada

akhirnya akan menurunkan tingkat kesehatan bank.

Kredit bermasalah menggambarkan suatu situasi dimana persetujuan

pengembalian kredit mengalami risiko kegagalan, bahkan cenderung menuju atau

mengalami rugi yang potensial (potensial loss). Kredit bermasalah selalu

dikarenakan kesalahan nasabah merupakan hal yang salah. Kredit berkembang

menjadi bermasalah dapat disebabkan oleh berbagai hal yang berasal dari

nasabah, bahkan dari pemberi kredit sendiri. Selain nasabah pihak bank juga bisa

Page 24: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …a-research.upi.edu/operator/upload/s_l5051_033908_hapter...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1

37

menyebabkan kredit bermasalah tersebut terjadi, karena kesalahan bank yang

kemudian mengakibatkan kredit yang diberikan menjadi masalah dapat berawal

dari tahap perencanaan, tahap analisis dan tahap pengawasan.

Menurut Dahlan Siamat (2004 165) menyebutkan bahwa “penggunaan

dana bank untuk penyaluran kredit mencapai 70% - 80% dari volume usaha bank,

oleh karena itu maka penyaluran kredit memberikan pendapatan yang sangat besar

bagi bank”.

Menurut Veithzal Rivai (2006 :117) menyebutkan “dana yang berhasil

dikumpulkan oleh bank, maka dana tersebut akan disalurkan kembali dalam

bentuk kredit, karena dengan memberikan kredit bank akan mendapatkan

penghasilan yang besar”.

Dana bank disalurkan dalam bentuk kredit, dan setiap dana yang

disalurkan tersebut mempunyai biaya-biaya variabel yang masing-masing

berbeda, tetapi masih mempunyai margin dari setiap kredit yang disalurakn

tersebut, kemudian margin-margin disebut keuntungan lalu disatukan dan

dkurangi dengan biaya tetap terhadap seluruh dana yang disalurkan dalam bentuk

kredit, sehingga dari sana dapat dilihat bahwa kredit yang disalurkan tersebut akan

menghasilkan laba, walaupun mempunyai risiko yang sangat besar yaitu

ketidakmampuan nasabah penerima kredit untuk mengembalikan kreditnya.

S. Munawir (1995:33) mengemukakan: “Profitabilitas merupakan tujuan

dari suatu kredit yang disalurkan yang pada akhirnya harus dikembalikan oleh

nasabah yang terjelma dalam bentuk bunga yang diterima”. Disini dapat dilihat

Page 25: KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …a-research.upi.edu/operator/upload/s_l5051_033908_hapter...14 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1

38

bahwa tingkat profitabilitas dipengaruhi oleh penyaluran kredit dan lancarnya

nasabah dalam mengembalikan kredit atau pinjaman.

Variabel X Variabel Y

2.3 Hipotesis

Berdasarkan identifikasi permasalahan yang telah diuraikan pada bagian

terhadahulu, maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut: “Terdapat

pengaruh negatif kredit bermasalah terhadap profitabilitas pada bank-bank go

public.

Kredit bermasalah

Profitabilitas