34
10 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERTANYAAN PENELITIAN A. Kajian Pustaka 1. Audit a. Pengertian Audit Pengertian dari audit dikemukakan oleh beberapa ahli, diantaranya yaitu: Menurut Arens (2008: 4) auditing adalah proses pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antar informasi itu dengan kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen. Terkait Auditing dalam Haryono Yusuf (2001: 11) dikemukan bahwa Auditing adalah suatu proses sistematis untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi secara objektif untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Dari uraian di atas peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa auditing merupakan suatu proses pengumpulan dan pengevaluasian terhadap informasi secara sistematis yang terkait dengan asersi tentang tindakan ekonomi untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian antar asersi dengan kriteria yang ditetapkan dan mengkomunikasikan pada pihak yang memiliki kepentingan.

KAJIAN PUSTAKA DAN PERTANYAAN PENELITIANeprints.uny.ac.id/7961/3/BAB 2-08412141035.pdf · dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian

  • Upload
    vokhue

  • View
    228

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KAJIAN PUSTAKA DAN PERTANYAAN PENELITIANeprints.uny.ac.id/7961/3/BAB 2-08412141035.pdf · dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian

10

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERTANYAAN PENELITIAN

A. Kajian Pustaka

1. Audit

a. Pengertian Audit

Pengertian dari audit dikemukakan oleh beberapa ahli,

diantaranya yaitu:

Menurut Arens (2008: 4) auditing adalah proses pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antar informasi itu dengan kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen. Terkait Auditing dalam Haryono Yusuf (2001: 11) dikemukan bahwa Auditing adalah suatu proses sistematis untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi secara objektif untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Dari uraian di atas peneliti dapat menarik kesimpulan

bahwa auditing merupakan suatu proses pengumpulan dan

pengevaluasian terhadap informasi secara sistematis yang terkait

dengan asersi tentang tindakan ekonomi untuk dapat menentukan

dan melaporkan kesesuaian antar asersi dengan kriteria yang

ditetapkan dan mengkomunikasikan pada pihak yang memiliki

kepentingan.

Page 2: KAJIAN PUSTAKA DAN PERTANYAAN PENELITIANeprints.uny.ac.id/7961/3/BAB 2-08412141035.pdf · dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian

11

b. Jenis Audit

Abdul Halim (2003: 5-7) membagi audit berdasarkan

tujuan audit dalam 3 golongan yaitu:

1) Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit)

Audit laporan keuangan merupakan proses penghimpunan dan

evaluasi bukti mengenai laporan keuangan suatu entitas

dengan tujuan untuk memberikan pendapat apakah telah

disajikan secara wajar dan sesuai dengan PABU.

2) Audit Kepatuhan (Complience Audit)

Audit kepatuhan adalah pengevaluasian yang dilakukan untuk

menentukan apakah kegiatan finansial maupun operasi tertentu

telah sesuai dengan aturan, regulasi dan kebijakan yang telah

ditetapkan perusahaan.

3) Audit Operasional (Operational Audit)

Audit operasional meliputi penghimpunan dan pengevaluasian

kegiatan operasional organisasi yang berhubungan dengan

pencapaian tujuan organisasi. Tujuan audit operasional:

a) Menilai prestasi.

b) Mengidentifikasi kesempatan untuk perbaikan.

c) Membuat rekomendasi untuk pengembangan, perbaikan

dan tindakan lebih lanjut.

Page 3: KAJIAN PUSTAKA DAN PERTANYAAN PENELITIANeprints.uny.ac.id/7961/3/BAB 2-08412141035.pdf · dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian

12

Menurut Abdul Halim (2003: 7-10) dilihat dari sisi untuk

siapa audit dilaksanakan, auditing dapat dikelompokkan menjadi 3

golongan:

1) Auditing Eksternal merupakan suatu kontrol sosial yang

memberikan jasa untuk memenuhi kebutuhan informasi untuk

pihak luar perusahaan yang diaudit. Pelaksana auditing

eksternal adalah pihak luar perusahaan yang independen. Pihak

luar perusahaan yang independen adalah akuntan publik yang

telah diakui oleh yang berwenang untuk melaksanakan tugas

tersebut. Auditing ini pada umumnya bertujuan untuk

memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan.

Auditor tersebut pada umumnya dibayar oleh manajemen

perusahaan yang diperiksa.

2) Auditing Internal adalah suatu kontrol organisasi yang

mengukur dan mengevaluasi efektivitas organisasi. Informasi

yang dihasilkan, ditujukan untuk manajemen organisasi itu

sendiri. Pelaksana auditing internal adalah auditor internal dan

merupakan karyawan organisasi tersebut. Berfungsi membantu

meningkatkan efisiensi dan efektivitas kegiatan perusahaan.

3) Auditing Sektor Publik adalah suatu kontrol atas organisasi

pemerintah yang memberikan jasanya pada masyarakat, seperti

pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Audit dapat

mencakup audit laporan keuangan, audit kepatuhan, maupun

Page 4: KAJIAN PUSTAKA DAN PERTANYAAN PENELITIANeprints.uny.ac.id/7961/3/BAB 2-08412141035.pdf · dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian

13

audit operasional. Pelaksana auditing sektor publik disebut

dengan auditor pemerintah dan dibayar oleh pemerintah.

2. Audit Internal

a. Pengertian Audit Internal

Pada tahun 1998 IIA membentuk Kelompok Kerja yang

Merumuskan Pedoman (Guidance Task Force-GTF) yang bertugas

mempertimbangkan perubahan-perubahan yang dilakukan pada

standar dan pedoman lainnya. Salah satu hal penting GTF yaitu

melakukan pengembangan terhadap suatu definisi baru untuk audit

internal yang mampu menangkap esensi modern dari profesi

tersebut dengan jelas dan ringkas. Pada musim semi tahun 1999

GTF menyerahkan definisi berikut ini untuk ditanggapi oleh para

anggota The Institute of internal Auditors (IIA):

Audit internal adalah sebuah aktivitas konsultasi dan keyakinan objektif yang dikelola secara independen di dalam organisasi dan diarahkan oleh filosofi penambahan nilai untuk meningkatkan operasional perusahaan. Audit tersebut membantu organisasi dalam mencapai tujuannya dengan menerapkan pendekatan yang sistematis dan berdisiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas proses pengelolaan risiko, kecukupan kontrol, dan pengelolaan organisasi. Audit internal merupakan profesi yang dinamis dan terus berkembang yang mengantisipasi perubahan dalam lingkungan operasinya dan beradaptasi terhadap perubahan dalam struktur organisasi, proses, dan teknologi. Profesionalisme dan komitmen yang tinggi difasilitasi dengan bekerja dalam kerangka praktik profesional yang dikembangkan oleh Institute of internal Auditors. (Sawyer, 2005: 9)

Page 5: KAJIAN PUSTAKA DAN PERTANYAAN PENELITIANeprints.uny.ac.id/7961/3/BAB 2-08412141035.pdf · dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian

14

Pada bulan Juli 1999 Dewan Direksi The Institute of

internal Auditors (IIA) mengadopsi definisi audit internal sebagai

berikut:

Audit Internal adalah aktivitas independen, keyakinan objektif dan konsultasi yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan operasi organisasi. Audit tersebut membantu organisasi mencapai tujuannya dengan menerapkan pendekatan secara sistematis dan berdisiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas proses pengelolaan resiko, kecukupan kontrol dan pengelolaan organisasi.

Sedangkan dalam Sukrisno Agoes (2004: 221) definisi internal

audit sebagai berikut:

Audit Internal adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaan terhadap kebijakan manajemen puncak yang telah ditentukan dan ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan ketentuan-ketentuan dari ikatan profesi yang berlaku. Peraturan pemerintah seperti peraturan di bidang perpajakan, pasar modal, lingkungan hidup, perbankan, perindustiran, investasi dan lain-lain. Ketentuan-ketentuan dari ikatan profesi misalnya standar akuntansi keuangan. Dari uraian definisi-definisi di atas peneliti dapat menarik

kesimpulan bahwa audit internal adalah aktivitas pemeriksaan dan

pemberian jasa konsultasi yang dikelola secara independen dan

efektif sehingga dapat membantu memberikan nilai tambah untuk

aktivitas operasional perusahaan dan membatu dalam pencapaian

tujuan perusahaan yang telah ditetapkan.

Menurut Sawyer (2005: 8) perbedaan Auditor Eksternal

dan Auditor Internal adalah sebagai berikut:

Page 6: KAJIAN PUSTAKA DAN PERTANYAAN PENELITIANeprints.uny.ac.id/7961/3/BAB 2-08412141035.pdf · dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian

15

1) Auditor Internal: a) Merupakan karyawan perusahaan atau bisa saja merupakan

independen. b) Melayani kebutuhan organisasi, meskipun fungsinya harus

dikelola oleh perusahaan. c) Fokus pada kejadian-kejadian di masa depan dengan

mengevaluasi kontrol yang dirancang untuk meyakinkan pencapaian tujuan organisasi.

d) Langsung berkaitan dengan pencegahan kecurangan dalam segala bentuknya atau perluasan dalam setiap aktivitas yang ditelaah.

e) Independen terhadap aktivitas yang dilakukan proses audit, akan tetapi siap sedia untuk menanggapi kebutuhan dan keinginan dari semua tingkat manajemen.

f) Menelaah aktivitas secara terus menerus.

2) Auditor Eksternal: a) Merupakan orang yang independen di luar perusahaan. b) Melayani pihak ke tiga yang memerlukan informasi

keuangan yang dapat diandalkan. c) Fokus pada ketepatan dan kemudahan pemahaman dan

kejadian-kejadian masa lalu yang dinyatakan dalam laporan keuangan.

d) Sesekali memperhatikan pencegahan dan pendeteksian kecurangan secara umum, namun akan memberikan perhatian-perhatian lebih bila kecurangan tersebut akan mempengaruhi laporan keuangan secara meterial.

e) Independen terhadap manajemen dan dewan direksi, baik dalam kenyataan maupun secara mental.

f) Menelaah catatan–catatan yang mendukung laporan keuangan secara periodik, biasanya sekali setahun.

b. Tujuan dan Ruang Lingkup Audit Internal

Audit internal merupakan suatu aktivitas penilaian

independen yang dibentuk dalam suatu organisasi yang

melaksanakan kegiatannya bagi organisasi. Tujuan dari audit

internal adalah untuk membantu anggota organisasi dalam

pelaksanaan yang efektif dari tanggung jawab mereka dengan

memberikan analisis, penilaian, saran-saran, rekomendasi dan

Page 7: KAJIAN PUSTAKA DAN PERTANYAAN PENELITIANeprints.uny.ac.id/7961/3/BAB 2-08412141035.pdf · dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian

16

komentar yang terkait dengan kegiatan perusahaan yang diperiksa.

Dilakukannya kegiatan audit internal juga bertujuan untuk

membantu organisasi menerapkan kontrol yang efektif dengan

mengevaluasi efektivitas dan efisiensi serta mendorong perbaikan

yang terus menerus. (Sawyer, 2005: 55)

Menurut Sukrisno Agoes (2004: 222) dalam mencapai

tujuan, ruang lingkup yang harus dilakukan auditor internal

meliputi:

1) Menelaah dan menilai kebaikan, memadai tidaknya dan

penerapan dari sistem pengendalian manajemen,

pengendalian internal dan pengendalian operasional lainnya

serta mengembangkan pengendalian yang efektif, efisien dan

ekonomis.

2) Memastikan ketaatan terhadap kebijakan, rencana dan

prosedur-prosedur yang telah ditetapkan oleh manajemen.

3) Menelaah dan memastikan seberapa jauh harta perusahaan

dipertanggungjawabkan dan dilindungi dari kemungkinan

terjadinya segala bentuk penyelewengan seperti pencurian,

kecurangan dan penyalahgunaan.

4) Memastikan bahwa pengelolaan data yang dikembangkan

dalam organisasi/perusahaan dapat dipercaya.

Page 8: KAJIAN PUSTAKA DAN PERTANYAAN PENELITIANeprints.uny.ac.id/7961/3/BAB 2-08412141035.pdf · dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian

17

5) Menilai mutu pekerjaan setiap bagian dalam melaksanakan

tugas yang diberikan oleh pihak manajemen dalam suatu

organisasi/perusahaan.

6) Menyarankan perbaikan-perbaikan operasional dalam rangka

meningkatkan efisiensi dan efektivitas.

c. Standar Profesional Audit Internal

Standar profesional audit internal yang diterbitkan oleh

Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal dalam Pusdiklatwas

bpkp (Redwan Jaafar dan John Elim, 2008: 90-103) membagi

standar menjadi 2 kelompok, meliputi:

1) Standar Atribut

a) Tujuan, kewenangan dan tanggung jawab harus

dinyatakan secara formal, konsisten serta disetujui

pimpinan dan dewan pengawas organisasi.

b) Independen dan objektif harus dimiliki auditor internal

dalam melaksanakan tugasnya.

c) Keahlian dan kecermatan profesional harus dimiliki dalam

melaksanakan penugasan, seperti pengetahuan,

keterampilan dan kompetensi dalam menjalankan

tanggung jawab..

d) Program quality assurance fungsi audit internal harus

dikembangkan dan dipelihara dengan terus memonitor

efektivitasnya.

Page 9: KAJIAN PUSTAKA DAN PERTANYAAN PENELITIANeprints.uny.ac.id/7961/3/BAB 2-08412141035.pdf · dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian

18

2) Standar Kinerja

a) Pengelolaan Fungsi Audit Internal

Dilakukan secara efektif dan efisien agar memberi nilai

tambah bagi organisasi, dengan melakukan perencanaan,

komunikasi dan persetujuan, pengelolaan sumberdaya,

penetapan kebijakan dan prosedur, koordinasi yang

memadai dan menyampaikan laporan berkala pada

pimpinan dan dewan pengawas.

b) Lingkup Penugasan

Fungsi audit internal melakukan evaluasi dan memberikan

kontribusi terhadap peningkatan proses pengelolaan risiko,

pengendalian dan governance, dengan menggunakan

pendekatan yang sistematis, teratur dan menyeluruh.

c) Perencanaan Penugasan

Auditor internal harus mengembangkan dan

mendokumentasikan rencana untuk setiap penugasan yang

mencakup ruang lingkup, sasaran, waktu dan alokasi

sumberdaya. Di sini auditor internal harus melakukan

pertimbangan perencanaan, menentukan sasaran

penugasan, menetapkan ruang lingkup penugasan,

menentukan sumberdaya yang dan menyusun program

kerja yang menetapkan prosedur untuk mengidentifikasi,

Page 10: KAJIAN PUSTAKA DAN PERTANYAAN PENELITIANeprints.uny.ac.id/7961/3/BAB 2-08412141035.pdf · dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian

19

menganalisis, mengevaluasi dan mendokumentasikan

informasi selama penugasan.

d) Pelaksanaan Penugasan

Auditor internal harus mengidentifikasi informasi yang

handal dan relevan, mendasarkan kesimpulan dan hasil

penugasan pada analisis dan evaluasi yang tepat,

mendokumentasikan informasi yang relevan, dan

supervisi penugasan dengan tepat untuk memastikan

tercapainya sasaran, terjaminnya kualitas serta

meningkatnya kemampuan staf.

e) Komunikasi Hasil Penugasan

Auditor internal harus mengkomunikasikan hasil

penugasan secara tepat waktu yang memenuhi: kriteria

komunikasi yang tepat; kualitas komunikasi yang akurat,

objektif, jelas, ringkas, konstruktif, lengkap dan tepat

waktu; pengungkapan atas ketidakpatuhan terhadap

standar yang dapat mempengaruhi penugasan tertentu dan

menyampaikan hasil penugasan pada pihak yang berhak.

f) Pemantauan Tindak Lanjut

Menyusun dan menjaga sistem untuk memantau tindak

lanjut hasil penugasan serta menyusun prosedur tindak

lanjut untuk memantau dan memastikan pelaksanaan

tindak lanjut secara efektif oleh manajemen.

Page 11: KAJIAN PUSTAKA DAN PERTANYAAN PENELITIANeprints.uny.ac.id/7961/3/BAB 2-08412141035.pdf · dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian

20

g) Resolusi Penerimaan Risiko oleh Manajemen

Mendiskusikan masalah terkait risiko risidual yang tidak

dapat diterima organisasi, jika tidak menghasilkan

keputusan penanggung jawab fungsi auditor internal dan

manajemen senior harus melapor pada pimpinan dan

dewan pengawas organisasi untuk mendapat resolusi.

d. Peran Auditor Internal dalam Pencapaian Tujuan Perusahaan

Dewasa ini peran auditor internal dirasakan semakin

penting oleh organisasi perusahaan. Kebutuhan akan auditor

internal terutama timbul karena perusahaan-perusahaan yang

berkembang dengan hebatnya. Oleh karena itu, menjadi sangat

penting bagi suatu perusahaan untuk mempunyai tim spesialis yang

menelaah prosedur-prosedur dan operasi dari berbagai unit dan

melaporkan ketidaktaatan suatu tindakan, inefisiensi, dan tidak

adanya kendali jelas bahwa tugas itu tidak dapat dibebani pada

auditor eksternal yang tujuan utamanya adalah menilai apakah

laporan keuangan mencerminkan secara wajar hasil-hasil usaha

serta kondisi keuangan usaha suatu perusahaan. Karena itu audit

internal telah menjadi suatu pemberian jasa yang tidak hanya

memiliki keahlian akuntansi tetapi juga keahlian dalam perilaku

organisasi atau perusahaan dan bidang-bidang fungsional lainnya.

Pada standar Audit Seksi 322 yang terdapat dalam Standar

Audit No. 33 mengatur tentang peran auditor internal. Pernyataan

Page 12: KAJIAN PUSTAKA DAN PERTANYAAN PENELITIANeprints.uny.ac.id/7961/3/BAB 2-08412141035.pdf · dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian

21

Standar Audit No. 33 yang berlaku mulai pada tanggal 1 Januari

2001 yang terdiri dari 28 paragraf. Paragraf yang berisi tentang

peran auditor internal adalah:

Paragraf 3:

Auditor internal bertanggung jawab untuk menyediakan jasa analisis dan evaluasi, memberikan keyakinan dan rekomendasi, dan informasi lain pada manajemen entitas dan dewan komisaris, atau pihak lain yang setara wewenang dan tanggung jawabnya. Untuk memenuhi tanggung jawabnya tersebut, audit internal mempertahankan objektivitas yang berkaitan dengan aktivitas yang diauditnya (IAI, 2001: 322).

Peran dan tanggung jawab Auditor Internal dalam Institute

of Internal Auditor dalam Standard for Professional Practise of

Internal Auditing 1978:

1) Menilai prosedur dan menilai hal-hal yang berhubungan,

meliputi:

a) Menilai pendapat efisiensi atau kelayakan prosedur

b) Mengembangkan dan memperbaiki prosedur

c) Menilai personalia

d) Ide-ide seperti pembuatan standar

2) Verifikasi dan analisa data, menyangkut:

a) Penelaahan data yang dihasilkan sistem akuntansi guna

membuktikan bahwa laporan-laporan yang dihasilkan

adalah valid.

b) Membuat analisis-analisis yang lebih lanjut untuk memberi

dasar atau membantu dalam penyimpulannya.

Page 13: KAJIAN PUSTAKA DAN PERTANYAAN PENELITIANeprints.uny.ac.id/7961/3/BAB 2-08412141035.pdf · dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian

22

3) Verifikasi kelayakan, untuk menentukan telah dilakukannya:

a) Posedur akuntansi atau kebijakan lainnya yang telah

dilaksanakan.

b) Prosedur operasi atau kegiatan yang telah diikuti.

c) Peraturan Pemerintah sudah dilaksanakan.

d) Kewajiban-kewajiban yang bersangkutan dengan kontrak

yang sedang berjalan dipatuhi.

4) Fungsi perlindungan (mengadakan perlindungan) untuk:

a) Menghindari dan menemukan penggelapan, ketidakjujuran

dan kecurangan.

b) Memeriksa semua kekayaan perusahaan.

c) Meneliti transaksi dengan pihak luar.

5) Melatih dan memberi bantuan kepada karyawan perusahaan

terutama bidang akuntansi.

6) Jasa-jasa lainnya termasuk penyelidikan khusus dan membantu

dengan pihak luar seperti kantor akuntan publik (yang

memeriksa laporan keuangan secara periodik ) atau konsultan

lainnya yang berkepentingan dengan data-data kegiatan

perusahaan.

Peran Auditor Internal menurut Tampubolon (2005: 1-2)

sebagai berikut:

Page 14: KAJIAN PUSTAKA DAN PERTANYAAN PENELITIANeprints.uny.ac.id/7961/3/BAB 2-08412141035.pdf · dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian

23

Tabel 1. Peran Auditor Internal

Uraian Peran Auditor Internal

Paradigma Lama Paradigma Baru

Peran Pengawas Konsultan dan Katalisator

Pendekatan Detektif (mendeteksi terjadinya suatu masalah)

Prefentif (mencegah masalah)

Sikap Seperti layaknya seorang polisi

Sebagai mitra bagi perusahaan

Ketaatan/kepatuhan Semua policy/kebijakan Hanya policy yang relevan

Fokus Kelemahan/penyimpangan Penyelesaian yang konstruktif

Audit Financial/compliance audit

Financial, compliance, operational audit, quality assurance

Dampak yang diberikan

Jangka pendek Jangka menengah dan jangka panjang

Sumber: Tampubolon (2005:1-3)

1) Peran auditor internal sebagai pengawas

Pada awalnya audit internal dikenal sebagai suatu pendekatan berbasis pada sistem yang dalam perkembangan selanjutnya beralih ke internal audit berbasis proses. Pada saat itu auditor internal lebih banyak berperan sebagai mata dan telinga manajemen, karena manajemen butuh kepastian bahwa semua kebijakan yang ditetapkan akan dilaksanakan oleh pegawai. Orientasi auditor internal banyak dilakukan pemeriksaan pada tingkat kepatuhan para pelaksana terhadap ketentuan–ketentuan yang ada (compliance). (Tampubolon, 2005: 1-2)

Fokus dari audit ini adalah ditemukannya

penyimpangan yang perlu dikoreksi, keterlambatan, kesalahan,

prosedur atau pengendalian internal dan segala hal yang

dampaknya hanya bersifat jangka pendek. Aktivitasnya yaitu

Page 15: KAJIAN PUSTAKA DAN PERTANYAAN PENELITIANeprints.uny.ac.id/7961/3/BAB 2-08412141035.pdf · dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian

24

meliputi inspeksi, observasi, perhitungan, pengecekan yang

memiliki tujuan dalam memastikan kepatuhan dan ketaatan

pada ketentuan, kebijakan serta peraturan yang telah

ditetapkan. Peran auditor internal sebagai pengawas biasanya

menghasilkan saran atau rekomendasi yang memberikan

dampak jangka pendek, seperti perbaikan sistem dan prosedur

atau internal kontrol.

Seiring berkembangnya profesi auditor internal di era

globalisasi, terjadi perubahan yang cukup signifikan dalam hal

persepsi dan paradigma audit internal. Peran auditor internal

sebagai pengawas telah berlangsung lama sekitar tahun 1940-

an. Pada tahun 1970-an muncul peran auditor internal sebagai

konsultan dan disusul dengan peran auditor internal sebagai

katalisator pada tahun 1990-an.

Peran auditor internal sebagai pengawas yang bersifat

konvensional serta bertindak sebagai “mata telinga” pimpinan

suatu perusahaan masih banyak hingga saat ini dan hal ini

menimbulkan perdebatan mengenai rekomendasi yang

diberikan oleh auditor internal yang berperan sebagai

pengawas. Bahkan peran auditor internal sebagai pengawas ini

menimbulkan persepsi bahwa auditor internal merupakan

pihak pencari kesalahan yang diutus pimpinan perusahaan.

Peran sebagai pengawas yang dijalani auditor internal

Page 16: KAJIAN PUSTAKA DAN PERTANYAAN PENELITIANeprints.uny.ac.id/7961/3/BAB 2-08412141035.pdf · dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian

25

membuat karyawan-karyawan perusahaan kurang menyukai

kehadirannya. Hal ini mungkin merupakan suatu konsekuensi

logis dari profesi auditor internal yang tidak lepas dari fungsi

audit yang harus dilaksanakan yaitu melakukan pemeriksaan,

di mana antara auditor dan pihak yang diperiksa berada dalam

posisi yang saling berhadapan (Arief Efendi, 2006: 2).

Pengawasan sendiri dapat terdiri dari kontrol yang bersifat

(Tampubolon, 2005: 31):

1) Preventive: kontrol peristiwa yang tidak diinginkan.

2) Detective: menemukan, mengungkapkan dan memperbaiki

peristiwa yang tidak diinginkan untuk tidak terjadi.

3) Directive: mendorong peristiwa yang dinginkan terjadi.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa peran auditor

internal sebagai pengawas sama halnya dengan tugas polisi.

Telah kita ketahui polisi memiliki tugas untuk mengamankan

dan menjaga ketertiban kehidupan masyarakat sehingga

peneliti dapat menarik kesimpulan peran auditor internal

sebagai pengawas dapat diartikan sama dengan polisi, yaitu

auditor internal memiliki tugas untuk menjaga keamanan,

kelancaran, kesesuaian aktivitas dengan peraturan yang

berlaku di perusahaan tertentu. Di mana dengan tindakannya

itu membantu perusahaan dalam pencapaian tujuan jangka

pendek.

Page 17: KAJIAN PUSTAKA DAN PERTANYAAN PENELITIANeprints.uny.ac.id/7961/3/BAB 2-08412141035.pdf · dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian

26

2) Peran auditor internal sebagai konsultan.

Dunia usaha yang semakin berkembang dan mulai menyadari bahwa dalam menjalani suatu usaha mengandung risiko, mulailah bermunculan mengenai kebutuhan untuk mengimplementasikan internal audit berbasis risiko (Risk Based Internal Auditing). Sesuai dengan definisi baru, kegiatan audit internal bertujuan untuk memberikan layanan pada organisasi. Karena kegiatan tersebut, maka auditor internal memiliki fungsi sebagai pemeriksa sekaligus juga berfungsi sebagai mitra manajemen. Pada dasarnya seluruh tingkatan manajemen dapat menjadi klien dari auditor internal. Oleh karena itu auditor internal wajib melayani klien dengan baik dan mendukung kepentingan klien dengan tetap mempertahankan loyalitas pada perusahaan. (Tampubolon, 2005: 1-2)

Peran konsultan yang dijalankan auditor internal

diharapkan dapat membantu satuan kerja operasional dalam

mengelola risiko dengan mengidentifikasi masalah dan

memberikan saran untuk tindakan perbaikan yang memberi

nilai tambah untuk memperkuat organisasi. Audit yang

dilakukan yaitu audit operasional dengan memberikan

keyakinan bahwa organisasi telah memanfaatkan sumber daya

organisasi yang ada secara efektif, efisien dan ekonomis

sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai.

Rekomendasi yang diberikan auditor internal biasanya bersifat

jangka menengah.

Menurut Tugiman (2000: 17) konsep kemitraan dalam

audit internal dapat memberikan berbagai jenis pelayanan pada

organisasi dari audit internal yaitu membantu mengevaluasi

aktivitas dalam bidang-bidang:

Page 18: KAJIAN PUSTAKA DAN PERTANYAAN PENELITIANeprints.uny.ac.id/7961/3/BAB 2-08412141035.pdf · dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian

27

1) Pengendalian akuntansi internal

2) Pencegahan dan pendeteksian kecurangan

3) Pemeriksaan keuangan

4) Pemeriksaan ketaatan

5) Pemeriksaan operasional

6) Pemeriksaan manajemen

7) Pemeriksaan kontrak

8) Pemeriksaan sistem informasi

9) Pengembangan sistem informsi

10) Hubungan dengan entitas di luar perusahaan

Seiring berjalannya waktu, keberadaan auditor internal

telah diakui sebagai bagian dari suatu organisasi atau

perusahaan yang dapat membantu manajemen dalam

meningkatkan kinerja perusahaan dan pencapaian tujuan

perusahaan. Di mana dalam perkembangannya, telah terjadi

perubahan pandangan tentang peran yang dijalankan oleh

auditor internal dari paradigma lama yang masih berorientasi

pada mencari kesalahan (pengawas) menuju paradigma baru

yang lebih mengutamakan peran auditor internal sebagai

konsultan. Peran sebagai konsultan mengharuskan dan

membawa auditor internal untuk selalu meningkatkan

pengetahuan yang dimilikinya baik terkait dengan profesi

auditor maupun aspek bisnis, sehingga dapat membantu

Page 19: KAJIAN PUSTAKA DAN PERTANYAAN PENELITIANeprints.uny.ac.id/7961/3/BAB 2-08412141035.pdf · dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian

28

manajemen dalam mengantisipasi terjadinya masalah.

(Supriyanto Ilyas dan Maulana, 2007: 5)

Pada tahun 1999 The Institute Internal Auditor

melakukan redefinisi pada audit internal. Dijelaskan bahwa

audit internal merupakan suatu aktivitas independen dalam

dalam menetapkan tujuan dan merancang aktivitas konsultasi

yang bernilai tambah dan meningkatkan operasi perusahaan.

Dari redefinisi yang dilakukan The Institute Internal Auditor

terlihat audit internal membantu suatu organisasi atau

perusahaan dalam pencapaian tujuan dengan pendekatan yang

terarah dan sistematis untuk menilai dan mengevaluasi

keefektifan manajemen risiko melalui pengendalian dan proses

tata kelola yang baik. Dari uraian di atas, peneliti dapat

menarik kesimpulan bahwa peran auditor internal sebagai

konsultan selain bertugas melakukan pengawasan, peran ini

juga bertugas sebagai mitra dalam mengelola risiko dan

memberikan masukan, rekomendasi, nasihat-nasihat yang

diharapkan dapat membantu dalam pemecahan masalah yang

sedang dihadapi karyawan, terutama masalah yang

berhubungan dengan kegiatan operasional perusahaan

sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.

.

Page 20: KAJIAN PUSTAKA DAN PERTANYAAN PENELITIANeprints.uny.ac.id/7961/3/BAB 2-08412141035.pdf · dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian

29

3) Peran auditor internal sebagai katalisator.

Auditor internal di masa mendatang dimungkinkan

berperan sebagai katalisator yang akan ikut andil dalam

menentukan tujuan perusahaan. Perubahan penuh ke arah Risk

Based Internal Auditing (RBIA) akan terjadi, yang di mana

auditor internal akan ikut berperan mulai dari penentuan tujuan

yang hendak dicapai sampai dengan mementukan tindakan-

tindakan apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan tersebut. Bahkan diperkirakan proses

perubahan ini tidak pernah berhenti sejalan dengan dinamika

dari manajemen risiko. Peran yang dijalankan auditor internal

sebagai katalisator adalah mengarahkan agar pelaksanaan

quality management dapat sesuai dengan yang direncanakan.

Proses auditnya disebut dengn quality assurance.

Quality assurance bertujuan untuk memberikan

keyakinan bahwa proses bisnis yang dijalankan telah

menghasilkan produk atau jasa yang dapat memenuhi

kebutuhan konsumen atau pelanggan. Di sini auditor internal

diharapkan dapat membimbing manajemen dalam mengenali

risiko-risiko yang mengancam pencapaian tujuan organisasi.

Peran auditor internal sebagai katalisator bertindak sebagai

fasilitator dan agent of change. Dampak yang diberikan dari

peran katalis yang dijalankan auditor internal bersifat jangka

Page 21: KAJIAN PUSTAKA DAN PERTANYAAN PENELITIANeprints.uny.ac.id/7961/3/BAB 2-08412141035.pdf · dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian

30

panjang karena fokus katalisator adalah nilai jangka panjang

dari organisasi, terutama berkaitan dengan tujuan organisasi

yang dapat memenuhi kepuasan pelanggan atau konsumen dan

pemegang saham. (Harry Andrian Simbolon, 2010: 1)

Penerapan risk management dan risk based audit

adalah salah satu contoh peran auditor internal sebagai

katalisator. Sebagai katalisator auditor internal terlibat aktif

dalam melakukan penilaian risiko yang terdapat dalam proses

bisnis perusahaan. Oleh karena itu diperlukan sikap proaktif

dari pihak auditor internal dalam mengenali risiko-risiko yang

dihadapi atau mungkin dihadapi manajemen dalam pencapaian

tujuan perusahaan. Peran katalisator yang dijalankan auditor

internal tidak saja terbatas pada tindakan perbaikan dan

memberikan nasihat tetapi juga mencakup dalam system design

and development dengan persetujuan pimpinan, review

terhadap kompetensi sumberdaya manusia dalam suatu fungsi

organisasi, keterlibatan dalam penyusunan corporate planning,

evaluasi kinerja, budgeting, strategy formulation dan usulan

perubahan strategi (Harry Andrian Simbolon, 2010: 1). Peneliti

menyimpulkan peran auditor internal sebagai katalisator

hampir sama dengan peran auditor internal sebagai konsultan

yang merupakan paradigma baru dari peran auditor internal.

Peran auditor internal sebagai katalisator ini mendampingi

Page 22: KAJIAN PUSTAKA DAN PERTANYAAN PENELITIANeprints.uny.ac.id/7961/3/BAB 2-08412141035.pdf · dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian

31

klien dalam mengenali resiko yang dapat mengancam

pencapaian tujuan perusahaan dan akan ikut bertugas dan

bekerjasama dengan manajemen dalam penentuan tujuan dari

suatu perusahaan yang berdampak untuk jangka panjang.

3. Persepsi Karyawan

a. Pengertian Persepsi

Menurut Kreitner dan Kinicki (2003: 208) “Persepsi adalah

proses kognitif yang memungkinkan kita dapat menafsirkan dan

memahami lingkungan di sekitar kita”. Penafsiran tersebut

merupakan pandangan kita tentang lingkungan atau tempat di mana

kita berada. Menurut Matlin dan Solso dalam Suharnan (2005: 23)

“Persepsi adalah suatu proses penggunaan pengetahuan yang telah

dimiliki (yang disimpan di dalam ingatan) untuk mendeteksi atau

memperoleh dan menginterpretasi stimulus (rangsangan) yang

diterima oleh alat indera seperti mata, telinga dan hidung”.

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh

penginderaan. Penginderaan merupakan suatu proses diterimanya

stimulus oleh individu melalui alat penerima yaitu alat indera.

Namun proses tersebut tidak berhenti di bagian itu saja, tetapi pada

umumnya stimulus tersebut diteruskan oleh syaraf ke otak sebagai

pusat susunan syaraf, dan proses selanjutnya merupakakn proses

persepsi. Oleh karena itu, proses persepsi tidak dapat terlepas dari

Page 23: KAJIAN PUSTAKA DAN PERTANYAAN PENELITIANeprints.uny.ac.id/7961/3/BAB 2-08412141035.pdf · dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian

32

proses penginderaan, dan penginderaan adalah proses yang

mendahului terjadinya suatu persepsi. Proses penginderaan terjadi

setiap saat, yaitu pada waktu individu menerima stimulus yang

mengenai dirinya melalui alat indera. Alat indera merupakan

penghubung antara individu dengan dunia luarnya.

Stimulus mengenai suatu individu kemudian

diorganisasikan, diinterpretasikan sehingga individu menyadari

tentang apa yang diinderanya itu. Proses inilah yang dimaksud

dengan persepsi. Menurut Davidoff dalam Suharnan (2005: 25).

Seseorang dapat membentuk persepsi-persepsi yang berbeda

mengenai tindakan yang sama karena ada tiga macam proses

penerimaan indera yaitu:

1) Perhatian selektif adalah kecenderungan seseorang untuk

menyaring sebagian besar informasi yang dihadapi.

2) Distorsi selektif adalah menguraikan kecenderungan orang

untuk menginterpretasi informasi dengan cara yang akan

mendukung apa yang telah mereka yakini.

3) Retensi selektif adalah kecenderungan mempertahankan

informasi yang mendukung sikap dan kepercayaan mereka.

Dari uraian definisi di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa

persepsi karyawan merupakan suatu tanggapan dari pekerja atau

karyawan yang merupakan hasil penginderaan.

Page 24: KAJIAN PUSTAKA DAN PERTANYAAN PENELITIANeprints.uny.ac.id/7961/3/BAB 2-08412141035.pdf · dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian

33

b. Proses Terbentuknya Persepsi

Menurut Walgito (2005: 102) terjadinya persepsi

merupakan sesuatu yang terjadi dalam tahap-tahap berikut:

1) Tahap pertama, merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses fisik, merupakan proses ditangkapnya suatu stimulus oleh alat indera manusia.

2) Tahap kedua, merupakan tahap yang dikenal dengan proses fisiologis yang merupakan proses diteruskannya stimulus yang diterima oleh alat indera atau reseptor melalui saraf-saraf sensoris.

3) Tahap ketiga, merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses psikologis, merupakan proses timbulnya kesadaran individu tentang stimulus yang diterima alat indera atau reseptor.

4) Tahap keempat, merupakan hasil yang diperoleh dari proses persepsi yaitu berupa tanggapan dan perilaku.

Dikemukakan pula bahwa proses persepsi melalui tiga tahap,

yaitu:

1) Tahap penerimaan stimulus, baik stimulus fisik maupun

stimulus sosial melalui alat indera manusia, yang dalam

proses ini mencakup pula pengenalan dan pengumpulan

informasi tentang stimulus yang ada.

2) Tahap pengolahan stimulus sosial melalui proses seleksi serta

pengorganisasian informasi.

3) Tahap perubahan stimulus yang diterima individu dalam

menanggapi lingkungan melalui proses kognisi yang

dipengaruhi oleh pengalaman, cakrawala serta pengetahuan

individu.

Page 25: KAJIAN PUSTAKA DAN PERTANYAAN PENELITIANeprints.uny.ac.id/7961/3/BAB 2-08412141035.pdf · dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian

34

Stimulus yang diterima seseorang akan diorganisasikan,

diinterpretasikan, sehingga seseorang menyadari tentang apa yang

diinderanya dan menjadi lebih berarti. Dengan persepsi,

seseorang menyadari keadaan lingkungan sekitarnya dan apa

yang dialami oleh individu yang bersangkutan. Walaupun

stimulusnya sama tetapi pengalamannya tidak sama, kemampuan

berpikirnya tidak sama, kerangka acuannya tidak sama. Dengan

demikian kemungkinan hasil persepsi setiap individu akan

berbeda. Keadaan tersebut memberikan gambaran bahwa persepsi

lebih bersifat individual.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Menurut Makmuri Muchlas (2008:119), faktor-faktor yang

mempengaruhi persepsi diantaranya adalah:

1) Pelaku persepsi

Apabila seseorang melihat sebuah target dan mencoba untuk

mengemukakan hasil interpretasi tentang yang dilihatnya,

interpretasi tersebut sangat dipengaruhi oleh karakteristik

pribadinya. Beberapa karakteristik pribadi yang dapat

mempengaruhi persepsi diantaranya:

a) Sikap setiap orang terhadap orang yang sama bisa berbeda

tergantung pada tingkat kesukaan mereka pada orang

tersebut (objek persepsi).

Page 26: KAJIAN PUSTAKA DAN PERTANYAAN PENELITIANeprints.uny.ac.id/7961/3/BAB 2-08412141035.pdf · dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian

35

b) Motif seseorang bisa muncul kalau ada kebutuhannya

yang belum terpenuhi. Hal ini akan memberikan stimulasi

atau mempengaruhi untuk berpersepsi kuat terhadap objek

tertentu yang sesuai dengan motifnya.

c) Interest yang berbeda satu sama lain.

d) Pengalaman masa lalu dapat dihubungkan dengan interest,

di mana pengalaman masa lalu terhadap suatu objek dapat

menurunkan interest pada objek tertentu.

2) Target persepsi

Karakteristik dalam target persepsi yang sedang diobservasi

mempengaruhi segala hal yang dipersepsikan.

3) Situasi

Elemen-elemen dalam lingkungan sekitar dapat mempengaruhi

persepsi.

B. Penelitian yang Relevan

1. Emanuela Deasy Novieyanti (2006), yang berjudul “Persepsi Karyawan

Terhadap Peran Audit Internal pada Pelayanan Kesehatan St. Carolus

Jakarta”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi karyawan

terhadap persepsi karyawan terhadap peran audit internal apakah

sebagai pengawas, konsultan, atau katalisator.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melalui

kuesioner dan merupakan analisis deskriptif. Dalam penelitian ini

Page 27: KAJIAN PUSTAKA DAN PERTANYAAN PENELITIANeprints.uny.ac.id/7961/3/BAB 2-08412141035.pdf · dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian

36

peneliti menggunakan 40 responden yang menunjukkan hasil

analisisnya bahwa menurut persepsi karyawan, peran audit internal

sebagai konsultan merupakan peran audit internal yang terpenting.

Untuk mengetahui nilai validitas persepsi karyawan Pelayanan

Kesehatan St. Carolus tentang peran audit internal digunakan metode

korelasi Product Moment dimana signifikansi dari r hitung < 0,05 maka

dapat dikatakan valid, sedangkan untuk mengetahui nilai reabilitas

peranan audit internal digunakan metode Spearman-Borown (split-half)

di mana untuk peranan audit internal item pernyataan genap sebesar

0,912 dan peran internal audit internal item pernyataan ganjil sebesar

0,900 dapat dinyatakan reliabel karena > 0,600. Hasil analisis data

menunjukan bahwa menurut persepsi karyawan, peran audit internal

sebagai konsultan merupakan peran audit internal yang terpenting.

Perbedaan antara penelitian yang dilakukan peneliti dengan

peneliti terdahulu ini adalah jika peneliti melakukan penelitian persepsi

karyawan tentang peran audit dalam pencapaian tujuan perusahaan jasa

sedangkan peneliti terdahulu meneliti persepsi karyawan terhadap peran

audit internal pada pelayanan kesehatan. Perbedaan berikutnya terletak

pada jumlah responden, peneliti menggunakan 69 karyawan sebagai

responden sedangkan peneliti terdahulu menggunakan 40 karyawan

sebagai responden. Perbedaan lainnya terletak pada tahun diadakannya

penelitian serta lokasi penelitian yang berbeda. Persamaan penelitian ini

dengan penelitian terdahulu adalah terletak pada penggunakan

Page 28: KAJIAN PUSTAKA DAN PERTANYAAN PENELITIANeprints.uny.ac.id/7961/3/BAB 2-08412141035.pdf · dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian

37

kuesioner dalam memperoleh data dan menggunakan Skala Likert untuk

memberikan skor penilaian kuesioner, sama-sama meneliti tentang

peran dari auditor internal di suatu perusahaan dan sama-sama

menggunakan teknik analisis deskriptif.

2. Dendy Ronald Rawung (2007), dengan penelitian berjudul “Persepsi

Karyawan Terhadap Peran Audit Internal di PT. General Electric

Indonesia”. Dikemukakan dalam penelitian ini bahwa peran audit

internal perusahaan sudah berjalan dengan baik untuk Audit Laporan

Keuangan (Financial Audit), Audit Kepatuhan (Compliance Audit),

serta Audit Operasional (Operational Audit).

Dari penelitian ini dapat diketahui karakteristik karyawan yang

paling banyak mengemukakan persepsi tentang audit internal adalah

karyawan yang berusia antara 30–40 tahun dan juga antara 40–50

tahun, laki–laki dengan usia kerja 5–8 tahun, sedangkan dari

perhitungan jumlah rata-rata dapat diketahui bahwa karyawan merasa

audit internal bekerja dengan baik dan bertanggung jawab dengan

kisaran angka rata-rata 4,15 dari skala 3,43–4,23 dan diketahui pula

bahwa audit internal lebih cenderung berperan dalam mengaudit

Laporan Keuangan terbukti dengan angka rata-rata sebesar 4,27

dibandingkan dengan audit yang dilakukan untuk memeriksa kepatuhan

yaitu sebesar 4,08 dan audit operasional perusahaan sebesar 4,09.

Persamaan antara penelitian yang dilakukan peneliti dengan

penelitian terdahulu adalah sama-sama mengangkat masalah tentang

Page 29: KAJIAN PUSTAKA DAN PERTANYAAN PENELITIANeprints.uny.ac.id/7961/3/BAB 2-08412141035.pdf · dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian

38

audit internal, sama-sama menggunakan kuesioner untuk memperoleh

data untuk diteliti dan menggunakan Skala Likert untuk memberikan

skor penilaian kuesioner. Perbedaannya yaitu terletak pada variabel

yang digunakan dalam penelitian, peneliti menggunakan penilaian

peran auditor internal, apakah sebagai pengawas, konsultan, ataukah

katalisator sedangkan peneliti terdahulu sebagai instrumen penelitian

menggunakan Audit Laporan Keuangan (financial Audit), Audit

Kepatuhan (Compliance Audit), serta Audit Operasional (Operational

Audit); penggunaan teknik analisis data, peneliti menggunakan analisis

statistik deskriptif untuk menjawab pertanyaan penelitian sedangkan

penelitian terdahulu menggunakan perhitungan Anova dalam menguji

hipotesis.

3. Listiatik (2007), yang penelitiannya berjudul “Persepsi Karyawan

Tentang Peran Internal Auditor” (Studi Kasus Pada Rumah Sakit Panti

Rini). Jenis penelitian adalah studi kasus. Data diperoleh melalui

kuesioner dan observasi.

Teknik analisis data yang digunakan adalah uji validitas dan uji

reliabilitas untuk pengujian instrumen penelitian. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa pernyataan dinyatakan valid, terbukti dari rhitung

untuk 24 pernyataan lebih besar dari rtabel = 0,361. Nilai reliabilitas

dengan metode Spearman-Brown (Split-half) pada peranan internal

auditor–pernyataan ganjil = 0.7050 dan peranan internal auditor-

pernyataan genap = 0,7407. Maka pernyataan dapat dinyatakan reliabel

Page 30: KAJIAN PUSTAKA DAN PERTANYAAN PENELITIANeprints.uny.ac.id/7961/3/BAB 2-08412141035.pdf · dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian

39

karena lebih besar dari 0,600. Hasil analisis dalam penelitian ini

menyatakan bahwa persepsi karyawan tentang peran auditor internal

sebagai konsultan menempati peringkat I dengan total nilai sebesar

1.215 atau 34,7%. Persepsi karyawan tentang auditor internal sebagai

pengawas menempati peringkat II dengan total nilai sebesar 1.166 atau

33,3%. Persepsi karyawan tentang peran auditor internal sebagai

katalisator menempati peringkat III dengan total nilai sebesar 1.121 atau

32% .

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah

terletak pada tempat dan waktu penelitian yang dilakukan, penelitian

yang terdahulu melakukan penelitian di Rumah Sakit Panti Rini pada

tahun 2007 sedangkan penelitian sekarang dilakukan di Hotel Inna

Garuda Yogyakarta pada tahun 2012. Untuk persamaannya yaitu sama-

sama melakukan penelitian terkait dengan peran audit internal,

menggunakan kuesioner dalam memperoleh data primer dan

menggunakan Skala Likert untuk memberikan skor penilaian kuesioner.

C. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan penjelasan sementara terhadap

gejala-gejala yang menjadi objek permasalahan. (Ismani, 2009: 13).

Kerangka berpikir ini disusun oleh peneliti berdasarkan deskripsi teori dan

hasil penelitian yang relevan yang menggunakan 3 tahap untuk

mendapatkan jawaban dari rumusan masalah, diantaranya sebagai berikut:

Page 31: KAJIAN PUSTAKA DAN PERTANYAAN PENELITIANeprints.uny.ac.id/7961/3/BAB 2-08412141035.pdf · dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian

40

1. Persepsi karyawan

Persepsi karyawan merupakan suatu tanggapan karyawan

terhadap sesuatu atau proses dan karyawan mengetahui beberapa hal

melalui panca indra yang dimiliki. Proses di mana seorang karyawan

memandang suatu objek dan berusaha untuk menafsirkan apa yang

dilihat dan dirasakannya. Persepsi karyawan dipengaruhi oleh

beberapa faktor, diantaranya seperti pelaku persepsi, target persepsi,

dan situasi. Persepsi karyawan dibutuhkan untuk mengetahui peran

yang dijalankan oleh auditor internal dalam perusahaan.

2. Persepsi karyawan tentang peran auditor internal

Setelah mendapatkan data persepsi karyawan, peneliti dapat

menentukan tingkat persepsi karyawan tentang peran auditor internal.

Apakah peran auditor internal sebagai pengawas, konsultan dan

katalisator baik, cukup baik, ataukah kurang baik menurut persepsi

karyawan. Kemudian memberikan peringkat pada masing-masing

peran auditor internal tersebut.

Peran auditor internal sebagai pengawas sama halnya seperti

tugas polisi. Di sini auditor internal bertugas untuk menjaga

keamanan, kelancaran, kesesuaian aktivitas terhadap peraturan yang

berlaku dan berdampak jangka pendek. Yang terkadang peran itu

menimbulkan persepsi karyawan bahwa audit internal perusahaan

adalah lawan mereka. Apabila skor persepsi karyawan tentang peran

auditor internal sebagai pengawas memiliki tingkat yang tertinggi

Page 32: KAJIAN PUSTAKA DAN PERTANYAAN PENELITIANeprints.uny.ac.id/7961/3/BAB 2-08412141035.pdf · dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian

41

maka dapat dikatakan bahwa persepsi karyawan tentang peran yang

dijalankan oleh auditor internal masih menggunakan paradigma lama.

Peran auditor internal sebagai konsultan dan katalisator

merupakan peran auditor internal berdasarkan paradigma baru. Yang

di mana peran auditor internal sebagai konsultan adalah sebagai mitra

klien dalam mengelola risiko dan bertugas memberikan masukan,

nasihat, pemecahan masalah bagi karyawan yang sedang menghadapi

masalah, terutama masalah terkait operasional perusahaan sehingga

dapat membantu dalam pencapaian tujuan perusahaan. Sedangkan

peran auditor internal sebagai katalisator nantinya ikut bertugas dan

bekerjasama dengan manajemen dalam penentuan tujuan dari suatu

perusahaan dan menanamkan nilai yang mendasar sesuai konsep

quality management yang dijadikan pegangan oleh karyawan. Apabila

skor persepsi karyawan tentang peran auditor internal sebagai

konsultan atau katalisator memiliki tingkat yang tertinggi maka dapat

dikatakan bahwa persepsi karyawan tentang auditor internal telah

menjalankan perannya berdasarkan paradigma baru.

3. Peran auditor internal dalam pencapaian tujuan perusahaan

Keberadaan auditor internal membantu perusahaan dalam

pencapaian tujuan. Peran auditor internal yang memberikan banyak

manfaat bagi perusahaan membuat banyak manajemen perusahaan-

perusahaan besar membentuk tim audit internal di perusahaannya.

Page 33: KAJIAN PUSTAKA DAN PERTANYAAN PENELITIANeprints.uny.ac.id/7961/3/BAB 2-08412141035.pdf · dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian

42

Peran auditor internal sebagai pengawas membantu perusahaan

dalam pencapaian tujuan dengan melakukan inspeksi, observasi,

perhitungan, pengecekan dalam memastikan kepatuhan dan ketaatan

pada ketentuan, kebijakan serta peraturan yang telah ditetapkan. Di

mana saran atau rekomendasi yang diberikan membantu perusahaan

dalam pencapaian tujuan jangka pendek.

Peran auditor internal sebagai konsultan membantu perusahaan

dalam pencapaian tujuan dengan melakukan audit operasional, yaitu

memberikan keyakinan bahwa organisasi telah memanfaatkan sumber

daya organisasi yang ada secara efektif, efisien dan ekonomis

sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Rekomendasi

yang diberikan auditor internal biasanya membantu perusahaan dalam

mencapai tujuan jangka menengah, sedangkan peran auditor internal

sebagai katalisator akan membantu pencapaian tujuan perusahaan

dengan bertindak sebagai fasilitator dan agent of change. Dengan

peran auditor internal sebagai katalisator dapat membantu perusahaan

dalam pencapaian tujuan jangka panjang.

D. Paradigma Penelitian

Paradigma penelitian merupakan alur sederhana yang

mendeskripsikan pola hubungan variabel penelitian atau prosedur kerja

peneliti untuk memecahkan penelitian. Alur sederhana ini dapat berupa

Page 34: KAJIAN PUSTAKA DAN PERTANYAAN PENELITIANeprints.uny.ac.id/7961/3/BAB 2-08412141035.pdf · dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian

43

gambar atau bagan alir (Ismani, 2009: 13). Dalam penelitian ini alur

sederhana tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Paradigma Penelitian

E. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana persepsi karyawan tentang peran auditor internal sebagai

pengawas dalam pencapaian tujuan perusahaan?

2. Bagaimana persepsi karyawan tentang peran auditor internal sebagai

konsultan dalam pencapaian tujuan perusahaan?

3. Bagaimana persepsi karyawan tentang peran auditor internal sebagai

katalisator dalam pencapaian tujuan perusahaan?

Persepsi Karyawan

Pengawas Konsultan Katalisator

Auditor Internal

Tujuan Perusahaan