83
KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN DI KOTA PALOPO PROVINSI SULAWESI SELATAN UMMI MAKSUM MARWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

  • Upload
    lythien

  • View
    246

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI

PENGOLAHAN IKAN DI KOTA PALOPO

PROVINSI SULAWESI

SELATAN

UMMI MAKSUM MARWAN

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari
Page 3: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

PERYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Kajian Potensi

Pengembangan Industri Pengolahan Ikan di Kota Palopo Provinsi Sulawesi

Selatan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan

belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.

Bogor, April 2014

Ummi Maksum Marwan

NIM C452110101

Page 4: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

RINGKASAN

UMMI MAKSUM MARWAN. Kajian Potensi Pengembangan Industri

Pengolahan Ikan di Kota Palopo Provinsi Sulawesi Selatan. Dibimbing oleh

BUDY WIRYAWAN dan ERNANI LUBIS.

Besarnya volume produksi hasil tangkapan ikan di Pangkalan Pendaratan

Ikan Pontap yang tidak terjual hanya diolah secara tradisional oleh nelayan atau

pedagang pengumpul, yakni dengan cara dikeringkan. Pengolahan dengan cara ini

tidak memberikan penambahan nilai yang berarti. Sumberdaya yang melimpah

karena pengaruh musim, tidak mengindikasikan kesejahteraan nelayan. Diduga

karena belum ada kajian tentang potensi industri pengolahan ikan di Kota Palopo

maka investor ragu untuk berinvestasi sehingga industri pengolahan ikan tidak

berkembang. Karena itu, perlu dilakukan kajian potensi pengembangan industri

pengolahan ikan di Kota Palopo Sulawesi Selatan.

Penelitian ini memiliki tiga tujuan, yaitu: (1) menggambarkan kondisi

produksi hasil perikanan tangkap di Kota Palopo; (2) mengidentifikasi potensi

daerah Kota Palopo untuk pengembangan industri pengolahan ikan; dan (3)

menentukan strategi pengembangan industri pengolahan ikan yang sesuai di Kota

Palopo.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kasus yang mengkaji tentang

potensi pengembangan industri pengolahan ikan di Kota Palopo. Analisis

dilakukan secara deskriptif terhadap volume, jenis ikan dominan dan sumber

produksi hasil tangkapan yang didaratkan di Pangkalan Pendaratan Ikan Pontap

untuk menggambarkan kondisi produksi hasil tangkapan ikan di Kota Palopo.

Analisis deskriptif juga dilakukan terhadap arah kebijakan pemerintah daerah;

lokasi, fasilitas dan aksesibilitas; daya serap pasar; dan sumberdaya manusia Kota

Palopo berkaitan dengan potensi pengembangan industri pengolahan ikan.

Selanjutnya menentukan strategi pengembangan industri pengolahan ikan yang

sesuai dengan analisis SWOT.

Produksi hasil tangkapan ikan di Kota Palopo berpusat pada satu pangkalan

pendaratan ikan yakni di Pangkalan Pendaratan Ikan Pontap. Pada tahun 2009

hingga 2012 volume produksi ikan yang didaratkan meningkat dengan laju

pertumbuhan 17.28 persen per tahun. Peningkatan volume produksi juga secara

langsung meningkatkan nilai produksi ikan. Produksi tersebut juga berasal dari

luar Kota Palopo, seperti Bulukumba, Makassar, Pare-pare, Bone, Sinjai, Palu,

Ponrang, dan Kendari. Jenis ikan yang dominan adalah kembung, layang, teri,

peperek, cakalang, tongkol dan tembang.

Dukungan pemerintah Kota Palopo yang mendorong pengembangan Kota

Palopo menjadi kota industri terlihat pada kebijakan penetapan struktur ruang

wilayahnya (yang telah ditetapkan dalam peraturan daerah Nomor 9 Tahun 2012

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palopo Tahun 2012-2032); dan

program kerja bidang pemasaran Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Palopo,

yang mendukung kegiatan pengolahan dan pemasaran ikan. Kota Palopo telah

menetapkan suatu wilayah sebagai Kawasan Industri Palopo yang ditujukan untuk

indutri sedang hingga besar sebagai industri pendukung hasil pertanian,

perkebunan, perikanan, hutan, dan peternakan. Namun demikian, jarak lokasi

Page 5: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

Kawasan Industri Palopo dengan sumber bahan baku (ikan) yaitu di Pangkalan

Pendaratan Ikan Pontap cukup jauh. Lokasi pengembangan industri pengolahan

ikan yang berpotensi menjadi lokasi pengembangan industri pengolahan ikan

yang sesuai adalah di kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan Pontap itu sendiri.

Oleh karena itu, peningkatan status pelabuhan perikanan dari pangkalan

pendaratan ikan menjadi pelabuhan perikanan pantai perlu dilakukan agar dapat

mendukung upaya pengembangan industri pengolahan ikan di Kota Palopo.

Fasilitas penanganan hasil tangkapan terpusat di Pangkalan Pendaratan Ikan

Pontap, diantaranya: Tempat Pelelangan Ikan, chilling room, pabrik es, gudang

dan gedung pengolahan ikan. Kota Palopo memiliki potensi inlet-outlet terhadap

lokasi pasar Indonesia Bagian Timur karena secara geografis memiliki akses

langsung terhadap Alur Laut Teluk Bone menuju Laut Banda, Selat Makassar dan

Laut Flores dengan didukung oleh keberadaan Pelabuhan Tanjung Ringgit. Sistem

jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota

Palopo merencanakan pengembangan terminal penumpang, terminal barang, dan

jalur angkutan umum, serta pengembangan jaringan jalur kereta api yang

merupakan bagian dari jalur keretaapi trans Sulawesi. Akses udara didukung oleh

keberadaan Bandar Udara Lagaligo di Kabupaten Luwu yang berbatasan dengan

sebelah selatan Kota Palopo. Kota Palopo memiliki akses darat, laut dan udara

yang berpeluang besar untuk dikembangkan. Tingkat konsumsi ikan yang tinggi

dan perkembangan Kota Palopo yang semakin pesat mengindikasikan adanya

daya serap pasar yang tinggi. Sumber daya manusia yang tersedia dapat

memenuhi kebutuhan tenaga kerja industri skala rumah tangga, kecil dan sedang.

Strategi pengembangan industri pengolahan ikan yang ditawarkan adalah:

(1) penguatan dan pengembangan kelompok pengolah ikan terpadu masyarakat

pesisir; (2) memanfaatkan dan memelihara fasilitas penanganan hasil tangkapan

yang tersedia seperti chilling room, pabrik es, dan gedung pengolahan ikan; (3)

mengembangkan jangkauan pasar terutama produk olahan ikan; (4)

mempermudah akses administrasi industri pengolahan ikan di daerah; dan (5)

meningkatkan daya saing volume produksi hasil tangkapan ikan nelayan lokal

Kota Palopo di Pangkalan Pendaratan Ikan Pontap.

Hasil penelitian menggambarkan potensi yang besar terhadap

pengembangan industri pengolahan ikan di Kota Palopo. Penyuluhan dan

pelatihan keterampilan penanganan dan pengolahan ikan perlu diberikan kepada

masyarakat pesisir agar dapat mengantisipasi musim puncak ikan.

Kata Kunci: industri, palopo, pengembangan, pengolahan ikan, potensi

Page 6: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

SUMMARY

UMMI MAKSUM MARWAN. The Development Potential Study of Fish

Processing Industry In Palopo City South Sulawesi Province. Supervised by

BUDY WIRYAWAN and ERNANI LUBIS.

In Pontap Fish Landing Base, huge amount of unsold catches production has

only been traditionally dry processed by the fishermen or traders. This processing

remain not adding significant value to its product. Therefore abundant of fishery

resource that influenced by the season did not indicate the fishermen welfare. It

was assumed that no study has been found about the potention of fish processing

industry in Palopo that affected investors hesitate to invest. This evidence proofed

why fish processing industry cannot develop well. Therefore, a study about

development potential of fish processing industry in Palopo South Sulawesi

province needs to be conducted.

This study has three objectives, i.e. : (1) to describe the conditions of

capture fisheries production in Palopo, (2) to identify the potential areas in Palopo

for fish processing industry development, and (3) to determine the development

strategy of the fish processing industry that is appropriate in Palopo City.

This study used a case study that examined the potential for the

development of fish processing industry in Palopo. The analysis described

descriptively based on the volume, dominant fish species and source of catches

production that was landed on Pontap Fish Landing Base that describe the

conditions of fish production in Palopo. Descriptive analysis was also conducted

based on the government policy direction; location, facilities and accessibility; the

market absorption; and Palopo human resource which related to the development

potential of fish processing industry. Furthermore, the strategy of fish processing

industry development will be described based on SWOT analysis.

Production of fish catches in Palopo was usually centered on the fish

landing base in Pontap Fish Landing Base. In 2009 until 2012, the fish production

volume landed increased with growth rate 17.28 percent per year. These volume

production increasement also directly increased the fish production value. Fish

also come from the outside of Palopo, such as Bulukumba, Makassar, Pare-pare,

Bone, Sinjai, Palu, Ponrang, and Kendari. The dominant fish species which were

landed in Pontap fish landing base are short mackerel, indian scad, Anchovy,

pony fish, Skipjack, mackerel tuna and sardine.

The development to industrial city in Palopo has been supported by the

government by issuing a policy that was established in a regional law No. 9 of

2012 on Regional Spatial Plan of Palopo Year 2012-2032; marketing field work

program of the Palopo Marine and Fisheries Department which supported the

processing and marketing of the fish. Palopo has set a region where Palopo

Industrial Estate has been intended for medium to large industries as for

supporting industries of agriculture, plantation, fisheries, forests, and farms.

However, the distance of Palopo Industrial Estate location to the source of raw

materials (fish) is far enough to reach the Pontap Fish Landing Base. The location

of fish processing industry development that could potentially be the suitable

location of the fish processing industry development is in Pontap Fish Landing

Page 7: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

Base itself. Therefore, an setting up the fishing port status from fish landing bases

into coastal fishing port needs to be done in order to support the fish processing

industry development in Palopo. The catches treatment facility centralized in

Pontap fish landing base, including: Fish Auction, chilling room, ice factories,

warehouses and fish processing building. Palopo has the potential of the inlet-

outlet on Eastern Indonesia market location as geographically have direct access

to the Bone Bay sea lanes to the Banda Sea, Flores Sea and the Makassar Strait,

that has been supported by the presence of Tanjung Ringgit Port. Land transport

network system includes road and rail network system. Palopo city plan for

development of passenger terminal, cargo terminal, and public transit lines, and

the railway network development were the parts of the Trans-Sulawesi railway

track. Air access was supported by the existence of the Lagaligo Airport in Luwu

bordering the southern city of Palopo. Palopo have proper access to land, sea and

air that has great opportunity to be developed. High levels of fish consumption

and the development of the rapid increasement in Palopo indicates a high market

absorption. Great number of human resource will suffice the need of labor for the

scale of home, small and mid industry.

The strategies of fish processing industry development that can be offered

were (1) strengthening and developing an integrated fish processing group from

local coastal community; (2) utilizing and maintaining the cold storage, ice

factory, and fish processing building; (3) expanding the market especially

processed fish products; (4) easy administration access for local fish industry; and

(5) improving the competitiveness of the fish catch production volume of local

fishermen in Pontap Fish Landing Base.

The results illustrated the enormous potential of the fish processing industry

development in Palopo. Counseling and skills training of fish handling and

processing needs to be given to the coastal communities in order to anticipate the

peak fishing season.

Key words: development, fish processing, industry, potential, palopo

Page 8: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini

dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

Page 9: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI

PENGOLAHAN IKAN DI KOTA PALOPO

PROVINSI SULAWESI

SELATAN

UMMI MAKSUM MARWAN

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains

Pada

Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 10: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

Penguji Luar Komisi Pada Ujian Tesis : Dr Ir Anwar Bey Pane, DEA

Page 11: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

Judul Tesis :

Nama : Ummi Maksum Marwan

NIM : C452110101

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

Dr Ir Budy Wiryawan, MSc Dr Ir Ernani Lubis, DEA

Ketua Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana

Sistem dan Pemodelan

Perikanan Tangkap

Prof Dr Ir Mulyono S.Baskoro, MSc Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 10 Februari 2014 Tanggal Lulus:

Kajian Potensi Pengembangan Industri Pengolahan Ikan di Kota

Palopo Provinsi Sulawesi Selatan

Page 12: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya

sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang

dilaksanakan sejak bulan Januari 2013 sampai Maret 2013 ini ialah pengembangan

industri pengolahan ikan, dengan judul Kajian Potensi Pengembangan Industri

Pengolahan Ikan di Kota Palopo Provinsi Sulawesi Selatan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Budy Wiryawan M Sc dan Dr Ir Ernani

Lubis DEA selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran. Ungkapan terima

kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas doa dan kasih

sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, April 2014

Ummi Maksum Marwan

Page 13: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 4

Batasan Penelitian 4

2 METODOLOGI 5

Waktu dan Tempat 5

Metode Penelitian 5

Metode Pengumpulan Data 5

Metode Analisis 7

3 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 13

Kota Palopo 13

Perikanan Kota Palopo 14

Potensi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Kota Palopo 16

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 16

Gambaran Produksi Hasil Tangkapan Ikan di Kota Palopo 16

Perkembangan Produksi Hasil Tangkapan Ikan di Kota Palopo

dan Ketersediaan Bahan Baku (Ikan) 17

Supply Chain Produks Perikanan Tangkap di Kota Palopo 20

Alternatif Pengolahan Ikan Berdasarkan Spesies Ikan yang

Dominan dan Pola Pendaratan Ikan Nelayan Di PPI Pontap 24

Identifikasi Potensi Daerah Kota Palopo 29

Arah Kebijakan Pemerintah daerah dan Rencana Tata Ruang

Wilayah Kota Palopo 29

Lokasi, Fasilitas, dan Aksesibilitas 35

Daya Serap Pasar 42

Sumberdaya Manusia 45

Strategi Pengembangan Industri Pengolahan Ikan di Kota Palopo 48

5 SIMPULAN DAN SARAN 58

Simpulan 58

Saran 59

DAFTAR PUSTAKA 60

LAMPIRAN 63

RIWAYAT HIDUP 68

Page 14: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

DAFTAR TABEL

1 Mapping research 12

2 Nama kecamatan dan kelurahan pesisir Kota Palopo 14

3 Jumlah rumah tangga perikanan menurut kecamatan di Kota

Palopo tahun 2011 15

4 Jumlah alat tangkap yang beroperasi pada tahun 2010-2012 15

5 Volume dan nilai produksi hasil tangkapan di Kota Palopo tahun

2003-2012 17

6 Volume produksi hasil tangkapan ikan di Kota Palopo asal PPI Pontap

dan luar PPI Pontap tahun 2009-2011 18

7 Fasilitas di PPI Pontap Kota Palopo 38

8 Intake/sumber air baku Kota Palopo dan kapasitasya tahun 2012 39

9 PDRB perkapita atas dasar harga konstan tahun 2005-2011 43

10 Penduduk menurut golongan umur dan jenis kelamin di Kota Palopo

tahun 2012 45

11 Kumulatif pendaftar pencari kerja di Kota Palopo tahun 2012 46

12 Jumlah pencari kerja yang ditempatkan menurut tingkat pendidikan

di Kota Palopo tahun 2012 46

13 Jumlah pencari kerja yang belum ditempatkan menurut tingkat

pendidikan di Kota Palopo tahun 2012 47

14 Jumlah pencari kerja yang belum ditempatkan menurut keahlian

utama di Kota Palopo tahun 2012 47

15 Evaluasi faktor internal (EFI) 51

16 Evaluasi faktor eksternal (EFE) 52

DAFTAR GAMBAR

1 Diagram alir permasalahan 3

2 Lokasi Penelitian 5

3 Diagram alir tahapan penelitian 11

4 Perkembangan produksi hasil tangkapan ikan di Kota Palopo

tahun 2003-2012 18

5 Perkembangan nilai produksi hasil tangkapan ikan di Kota Palopo

tahun 2003-2012 18

6 Sumber-sumber hasil tangkapan ikan Kota Palopo tahun 2012 19

7 Supply chain pada kegiatan perikanan tangkap di Kota Palopo 21

8 Pola integrasi supply chain 23

9 Costumer-facing arc of integration 24

10 Outward-facing arc of integration 24

11 Supplier-facing arc of integration 24

12 Pola pendaratan bulanan hasil tangkapan ikan nelayan menurut

Jenis-jenis ikan dominan di PPI Pontap tahun 2006-2011 27

13 Kawasan Industri Palopo 35

14 Pintu Gerbang Pangkalan Pendaratan Ikan Pontap 36

15 Gedung pengolahan ikan 36

16 Contoh produk olahan perikanan Kota Palopo (terasi, abon, dan teri gurih) 44

Page 15: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

17 Beberapa daerah promosi produk olahan hasil perikanan Kota

Palopo di wilayah hinterland-nya 45

18 Posisi pengembangan industri pengolahan ikan di Kota Palopo 52

19 Matriks SWOT kajian pengembangan industri pengolahan ikan

di Kota Palopo 53

DAFTAR LAMPIRAN

1 Peta RTRW Kota Palopo 63

2 Fasilitas di Pangkalan Pendaratan Ikan Pontap 64

Page 16: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

1

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Arah pengelolaan perikanan saat ini cenderung ke arah peningkatan

produksi tanpa memperhatikan aspek nilai tambahnya, sehingga terjadi eksploitasi

sumber daya ikan secara berlebihan. Eksploitasi besar-besaran tersebut umumnya

tidak diikuti dengan peningkatan pendapatan dan kesejahteraan yang signifikan

pada masyarakat pesisir. Sebagai contoh, kasus pembuangan ikan yang terjadi di

Ternate, Maluku Utara sebagai akibat dari tidak adanya kesiapan pasar untuk

menerima hasil tangkapan (Ponco 2012). Demikian pula kasus berton-ton ikan

yang busuk akibat kurangnya penanganan ikan di tempat pendaratan (kurang

pasokan es dan tidak terdapat cold storage) yang terjadi di Aceh Selatan (Harian

Analisa 2012).

Sifat ikan yang mudah rusak (highly perishable) mengakibatkan mau tidak

mau nelayan harus segera menjual hasil tangkapannya sesaat setelah didaratkan.

Diperlukan upaya penanganan dan pendistribusian yang cepat, guna menjaga

mutu produk. Ikan yang tidak terjual secara segar perlu penanganan yang lebih

lanjut (diolah) untuk menjaga stabilitas harga ikan ketika mencapai musim

puncak. Pengolahan dalam hal ini memiliki peranan yang penting untuk

mempertahankan mutu produk hasil perikanan. Mutu produk perlu untuk dijaga

kualitasnya berkaitan dengan rasa, keamanan jika dikonsumsi dan harga produk

tersebut. Jadi pengolahan yang dimaksudkan dalam hal ini selain untuk

mempertahankan mutu juga bertujuan menambah nilai jual produk ikan tersebut.

Potensi perikanan Indonesia yang besar dapat dijadikan peluang dalam

membangun industri pengolahan hasil perikanan. Penanganan pascatangkap yang

tepat akan mempengaruhi mutu dan nilai jual produk. Pasar dari produk perikanan

yang tidak mengalami penambahan nilai mutu tidak dapat meluas. Penelitian awal

peneliti memperlihatkan bahwa produksi hasil tangkapan yang didaratkan di PPI

Pontap Kota Palopo hanya dipasarkan di Kota Palopo dan sebagian daerah yang

berbatasan dengannya, bahkan dengan pasar yang tidak terlalu luas para pedagang

ikan merasa keuntungan yang didapatkannya tidak sebanding dengan biaya bahan

bakar dan kebutuhan es. Minimnya kemampuan nelayan dalam menjaga mutu dan

menambah nilai jual produknya serta tidak adanya industri pengolahan yang dapat

dijadikan penyangga kestabilan harga ketika produksi meningkat, mengakibatkan

nelayan tidak memiliki posisi tawar yang menguntungkan di pasar.

Di daerah lain, seperti di Pulau Jawa juga memperlihatkan trend produksi

perikanan yang meningkat secara signifikan namun tidak diikuti oleh peningkatan

pendapatan serta kesejahteraan yang signifikan. Hal ini sangat berbeda dengan

sektor lain contohnya pertanian dan perkebunan, dimana arahan produksinya telah

mengacu pada pengolahan produk mentah menjadi bahan setengah jadi maupun

bahan jadi sehingga terjadi penambahan nilai. Diversifikasi produk sangat

mungkin dilakukan jika melihat kondisi ikan hasil tangkapan yang didaratkan.

Pada umumnya ikan hasil tangkapan yang didaratkan beranekaragam dan masih

banyak ikan hasil tangkapan sampingannya. Ikan hasil tangkapan sampingan,

dianggap mempunyai nilai ekonomis yang rendah oleh nelayan. Hal inilah yang

menjadi salah satu alasan adanya produk “value added” yang dianggap lebih

Page 17: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

2

menguntungkan jika dibandingkan dengan ikan yang hanya dikeringkan saja.

Agustini (2003), mengemukakan bahwa diversivikasi ada dua macam yaitu:

pertama, diversivikasi horizontal yaitu pemanfaatan berbagai jenis ikan untuk

diolah menjadi jenis produk olahan tertentu. Pemanfaatan berbagai jenis ikan

terutama untuk jenis ikan yang kurang ekonomis seperti ikan beloso, ikan kuak

(“croacker”), Alaska pollack menjadi “kamaboko”, dan kedua, diversivikasi

vertikal yaitu pemanfaatan satu jenis ikan tertentu menjadi berbagai jenis produk

olahan. Hal ini dapat dilakukan misalnya pada saat terjadi musim puncak ikan

(misalnya ikan tongkol, ikan kembung, dan lain-lain) dan juga pemanfaatan jenis

ikan yang berdaging tebal (tenggiri, kakap, tongkol, cucut, dan lain-lain) yang

dapat diolah menjadi produk misalnya bakso ikan.

Perbedaan karakteristik sumber daya ikan, sumber daya manusia, sumber

daya teknologi di setiap daerah mengakibatkan potensi industri perikanan juga

berbeda-beda. Dengan demikian penting untuk diketahui dan diidentifikasi

potensi suatu wilayah dalam upaya pengembangan industri perikanan tangkap.

Pengkajian potensi suatu wilayah untuk pengembangan industri, diperlukan untuk

keberlanjutannya.

Potensi perikanan tangkap Sulawesi Selatan sebesar 620 480 ton per tahun,

dengan rincian; Selat Makassar dengan potensi 307 380 ton per tahun, Laut Flores

dengan potensi 168 780 ton per tahun, dan Teluk Bone dengan potensi sebesar

144 320 ton per tahun (Hatta 2007). Menurut Mallawa et al. (2010), bahwa ikan

cakalang merupakan salah satu produksi penting perikanan Teluk Bone. Pada

bulan Mei, daerah potensi penangkapan ikan cakalang berada pada bagian utara

Teluk Bone yaitu perairan Kabupaten Luwu, Palopo, Luwu Utara, dan Luwu

Timur. Begitupun pada bulan Agustus, daerah potensi penangkapan ikan cakalang

berada pada bagian utara Teluk Bone yaitu perairan Kabupaten Luwu, Palopo,

Luwu Utara, tengah Teluk Bone dan selatan Teluk Bone yaitu perairan Kabupaten

Bone dan sekitarnya. Salah satu tempat pendaratan ikan di Sulawesi Selatan yang

paling sering disinggahi adalah Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Pontap di Kota

Palopo. Hal ini dikarenakan fasilitas yang disediakan di PPI tersebut lebih lengkap

dan lebih baik dari PPI lainnya (Suardi 2005). Melihat fakta di atas perlu kiranya

diversifikasi usaha di bidang perikanan dari peningkatan produksi menjadi

peningkatan nilai tambah produksi. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka perlu

dilakukan kajian potensi pengembangan industri pengolahan ikan di Kota Palopo

Provinsi Sulawesi Selatan.

Perumusan Masalah

Besarnya volume produksi hasil perikanan di PPI Pontap yang tidak terjual

hanya diolah secara tradisional oleh nelayan atau pedagang pengumpul, yakni

dengan cara dikeringkan. Pengolahan dengan cara ini tidak memberikan

penambahan nilai yang berarti. Sumberdaya yang melimpah utamanya saat musim

puncak, tidak mengindikasikan kesejahteraan nelayan. Sesuai dengan prinsip

ekonomi, meningkatnya penawaran dibandingkan permintaan (musim puncak)

akan menurunkan harga produk, sebaliknya menurunnya penawaran dibandingkan

permintaan (musim paceklik) akan meningkatkan harga produk. Penanganan

Page 18: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

3

pascatangkap yang tepat diperlukan guna menjaga kestabilan harga selain bagi

konsumen juga bagi produsen (nelayan).

Pemerintah Kota Palopo telah menyediakan kawasan industri yakni

Kawasan Industri Palopo (KIPA) sebagai industri pendukung produksi pertanian,

perikanan, hutan, perkebunan, dan peternakan. Pusat pengembangan industri di

Kota Palopo ialah kegiatan agroindustri, selain itu terdapat satu unit gedung

pengolahan di PPI Pontap. Namun demikian hingga saat ini belum ada investor

yang menanamkan modalnya di bidang industri perikanan, khususnya pengolahan

ikan. Diduga karena belum ada kajian tentang potensi industri pengolahan ikan di

Kota Palopo sehingga investor ragu untuk berinvestasi. Karena itu, perlu

dilakukan kajian potensi pengembangan industri pengolahan ikan di Kota Palopo

Sulawesi Selatan.

Secara garis besar, diagram alir perumusan masalah perikanan di Kota

Palopo adalah sebagai berikut:

Gambar 1 Diagram alir permasalahan

- Belum adanya penanganan pascatangkap (jenis

olahan) yang lain untuk mengantisipasi musim

puncak ikan.

- Belum diketahui sejauhmana potensi pengembangan

industri pengolahan ikan di Kota Palopo.

- Belum diketahui strategi yang tepat untuk

pengembangan industri pengolahan ikan di Kota

Palopo.

- Analisis deskriptif perkembangan produksi hasil

tangkapan ikan, supply chain, pola musim dan

alternatif pengolahan ikan berdasarkan spesies yang

dominan;

- Analisis identifikasi berkaitan dengan arah kebijakan

pemerintah daerah Kota Palopo; lokasi, fasilitas dan

aksesibilitas; daerah pemasaran; dan sumber daya

manusia; dan

- Analisis perencanaan strategi dengan menggunakan

SWOT.

Permasalahan

Analisis

Potensi pengembangan industri pengolahan ikan di

Kota Palopo

Hasil

Page 19: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

4

Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini sesuai dengan judul yaitu untuk mengkaji

potensi pengembangan industri pengolahan ikan di Kota Palopo. Tujuan ini akan

tercapai melalui tujuan khusus sebagai berikut:

1) Mengetahui gambaran produksi hasil tangkapan ikan di Kota Palopo;

2) Mengidentifikasi potensi daerah Kota Palopo untuk pengembangan industri

pengolahan ikan; dan

3) Menentukan strategi pengembangan industri pengolahan ikan yang sesuai di

Kota Palopo.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada:

1) Akademisi, untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang industri

perikanan tangkap, khususnya di Kota Palopo;

2) Investor, sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan usaha pengolahan

ikan di Kota Palopo; dan

3) Informasi untuk Pemerintah Kota Palopo, dalam pengembangan industri

perikanan tangkap khususnya di bidang pengolahan.

Batasan Penelitian

Ruang lingkup pembahasan penelitian ini dibatasi hanya pada aspek teknis

penentuan lokasi industri pengolahan ikan saja. Kriteria penentuan lokasi industri

pengolahan ikan ini dilihat berdasarkan kriteria penentuan lokasi industri secara

komprehensip yakni mencakup bahan baku, transportasi, tenaga kerja, pasar,

prasarana dan sarana, utilitas, serta kekesuaian dengan rencana tata ruang wilayah.

Pembahasan akan dibagi menjadi tiga bagian, pertama: gambaran kondisi

produksi hasil tangkapan ikan di Kota Palopo yang di dalamnya mencakup

ketersediaan dan sumber bahan baku (ikan) sebagai salah satu kriteria penentuan

lokasi industri. Kedua: identifikasi daerah untuk melihat kriteria penentuan lokasi

industri lainnya mencakup arah kebijakan pemerintah daerah dan rencana RTRW

Kota Palopo, ketersediaan lokasi dan fasilitas pendukung, utilitas, aksesibilitas,

pasar, dan sumberdaya manusia untuk kebutuhan tenaga kerja. Ketiga: penentuan

strategi pengembangan industri pengolahan ikan yang sesuai di Kota Palopo,

setelah mempertimbangkan hasil dari pembahasan pertama dan kedua.

Page 20: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

5

2 METODOLOGI

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga bulan Maret tahun 2013

bertempat di Kota Palopo, Provinsi Sulawesi Selatan (Gambar 2).

Gambar 2 Lokasi penelitian

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode studi kasus yang mengkaji tentang

potensi pengembangan industri pengolahan ikan di Kota Palopo.

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah berupa data primer dan data sekunder. Data

primer diperoleh melalui:

a. Pengamatan atau observasi langsung

Pengamatan atau observasi langsung di lokasi penelitian dimaksudkan untuk

mengetahui dan memahami secara langsung kegiatan yang berkaitan dengan

kasus penelitian. Pengamatan yang dilakukan meliputi:

- Pengamatan terhadap kondisi fasilitas utama dan pendukung kegiatan

perikanan dan industri perikanan di Kota Palopo, yakni mencatat jumlah,

jenis, kondisi dan pemanfaatan fasilitas yang ada dan menunjang kegiatan

industri. Fasilitas yang diamati adalah semua yang terdapat di Pangkalan

Pendaratan Ikan Pontap.

Page 21: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

6

- Pengamatan terhadap infrastruktur adalah berupa keberadaan dan kondisi

jalan dan sarana transportasi untuk memperlancar kegiatan

pendistribusian produk antar lokasi di dalam Kota Palopo dan antar

daerah lainnya.

- Pengamatan terhadap peluang pasar produk olahan perikanan, yakni

berupa kebiasaan mengkonsumsi hasil laut, jenis ikan olahan yang

disukai, dan jarak daerah pemasaran ke lokasi pendirian industri.

- Pengamatan terhadap prasarana penunjang berupa ketersediaan dan

kondisi sumber air bersih dan listrik.

- Pengamatan terhadap keberadaan dan aktivitas kelembagaan yang terkait.

b. Wawancara

Wawancara dengan responden kunci dilakukan melalui pengisian kuesioner.

Data primer utama yang dikumpulkan dari masing-masing responden kunci

adalah sebagai berikut:

(a) Pegawai Pemerintah daerah dan Dinas Kelautan dan Perikanan Kota

Palopo

Responden berjumlah 5 orang. Data yang dikumpulkan antara lain:

rencana strategis atau arah kebijakan pemerintah daerah Kota Palopo

untuk jangka pendek, menengah, dan panjang; prioritas pembangunan

pemda; kendala yang dihadapi dalam penerapan kebijakan; dan potensi

daerah Kota Palopo; rencana strategis atau program Dinas Kelautan dan

Perikanan Kota Palopo untuk jangka pendek, menengah, dan panjang;

program prioritas; dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan

program.

(b) Nelayan

Responden berjumlah 40 orang. Data yang dikumpulkan dari nelayan

diantaranya: fishing ground; ukuran kapal; jumlah dan jenis hasil

tangkapan; tempat pendaratan; tempat pemasaran ikan; harga jual ikan;

besarnya pendapatan; kemampuan memenuhi kebutuhan hidup;

keterampilan dan tingkat pendidikan; pendapatnya tentang pendirian

industri pengolahan ikan; serta pendapatnya tentang rencana atau arah

kebijakan yang diinginkan.

(c) Pedagang

Responden berjumlah 10 orang. Data yang dikumpulkan dari pedagang

diantaranya: asal, jenis dan tujuan ikan yang dijual; pendapatnya tentang

jalur distribusi ikan; harga ikan; pangsa pasar produk hasil perikanan;

peluang bisnis di bidang perikanan; dan pendapatnya tentang pendirian

industri pengolahan ikan.

(d) Pengolah ikan

Kelompok pengolah ikan di Kota Palopo baru terbentuk tahun 2012

sebanyak 8 kelompok. Kelompok ini dibentuk oleh Dinas Kelautan dan

Perikanan Kota Palopo, dimaksudkan sebagai kelompok percontohan.

Responden yang dipilih adalah ketua kelompok.

c. Sumber-sumber data sekunder

Data sekunder dikumpulkan dari instansi atau lembaga-lembaga pemerintah,

non pemerintah maupun swasta. Data sekunder dapat juga diperoleh dari

studi literatur. Berdasarkan data sekunder akan diperoleh informasi yang

Page 22: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

7

relevan untuk mengetahui kondisi saat ini dari kegiatan perikanan di lokasi

penelitian.

Data sekunder yang dikumpulkan meliputi:

(1) Data statistik produksi perikanan di Kota Palopo selama 10 tahun

terakhir;

(2) Data asal produksi perikanan di Kota Palopo;

(3) Dokumen tata ruang wilayah (RTRWK/RTRWP);

(4) Rencana stategis pembangunan daerah (jangka pendek, jangka menengah,

dan jangka panjang);

(5) Rencana strategis pembangunan perikanan (jangka pendek, jangka

menengah, dan jangka panjang);

(6) Kebijakan perikanan, hukum/peraturan perikanan yang ada dan program-

program pembangunan perikanan yang sedang berjalan dan yang akan

dikerjakan khususnya terhadap pengembangan industri perikanan pasca

tangkap.

Metode Analisis

Secara umum metode analisis yang digunakan adalah secara deskriptif.

Pemilihan lokasi harus didasarkan atas pengkajian seksama karena sifatnya yang

strategis. Rincian jenis data dan analisis yang digunakan disajikan melalui

mapping research pada Tabel 1. Tahapan-tahapan analisis untuk menjawab tujuan

penelitian adalah sebagai berikut (Gambar 3):

1. Gambaran produksi hasil tangkapan ikan di Kota Palopo

Gambaran kondisi perikanan tangkap di Kota Palopo akan diperoleh dengan

menganalisis beberapa hal berikut ini:

a. Analisis perkembangan produksi hasil tangkapan ikan di Kota Palopo dan

ketersediaan bahan baku

Volume dan sumber produksi ikan di PPI (bahan baku) akan dianalisis

secara deskriptif setelah memperoleh data time series produksi hasil tangkapan di

Kota Palopo dan daerah-daerah yang mendatangkan ikan ke Kota Palopo.

Berdasarkan data time series volume produksi ikan akan diketahui trend

produksinya dan selisih pertumbuhan produksi ikan setiap tahunnya di Kota

Palopo. Ketersediaan bahan baku (ikan) untuk industri pengolahan ikan diperoleh

dengan telebih dahulu dilakukan perkiraan jumlah kebutuhan atau estimasi

terhadap besarnya daya serap pasar lokal untuk ikan segar di Kota Palopo. Hal ini

penting untuk mengetahui ada atau tidaknya bahan baku untuk diolah. Daya serap

pasar lokal untuk ikan segar diestimasi dengan cara mengalikan antara jumlah

penduduk dengan tingkat konsumsi ikan perkapita. Oleh karena tingkat konsumsi

ikan per kapita Kota Palopo tidak diketahui maka tingkat konsumsi ikan perkapita

yang dipakai adalah tingkat konsumsi ikan perkapita Provinsi Sulawesi Selatan

tahun 2012, yakni sebesar 42.91 kilogram per kapita per tahun (Ditjen P2HP

2013).

Perkiraan jumlah kebutuhan = Jumlah penduduk X Jumlah konsumsi perkapita

Page 23: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

8

b. Analisis supply chain produk perikanan tangkap

Data alur distribusi/pemasaran hasil tangkapan ikan mulai dari produsen

sampai konsumen, yang melibatkan beberapa stakeholder lainnya seperti

pedagang dan pengolah ikan akan dianalisis untuk memperoleh Supply Chain.

Hal ini perlu diketahui untuk menjaga kesinambungan bahan baku (ikan) dan

mengetahui pola integrasi supply chain yang sesuai untuk setiap stakeholders.

c. Analisis alternatif pengolahan dan pola pendaratan ikan

Alternatif penanganan atau pengolahan hasil tangkapan akan dianalisis

secara deskriptif setelah mengetahui jenis pengolahan yang sesuai untuk setiap

jenis ikan yang dominan didaratkan di PPI Pontap. Pola pendaratan hasil

tangkapan akan dianalisis dengan metode dekomposisi multiplikatif (Gasperz

1992), yang merupakan analisis proyeksi yang dapat menggambarkan trend,

siklus dan pola musim. Data yang akan diolah adalah data time series produksi

hasil tangkapan ikan yang didaratkan di PPI Pontap. Langkah-langkah

penyelesaian model multiplikatif untuk memperoleh indek musim untuk

menggambarkan pola pendaratan bulanan ikan adalah sebagai berikut: dari data

aktual (Yt), ditentukan rata-rata bergerak 12 bulan (Mt), dilanjutkan dengan

menghitung rasio data aktual terhadap Mt dengan formula [(Yt/Mt) x 100 %],

selanjutnya menentukan rata-rata medial dengan cara menghitung rata-rata rasio

data aktual terhadap rata-rata bergerak 12 bulan dengan terlebih dahulu

membuang nilai maksimum dan minimum, selanjutnya penentuan indeks musim

dengan cara mengalikan nilai rata-rata medial dengan faktor koreksi.

2. Analisis identifikasi potensi daerah Kota Palopo

Pemilihan lokasi harus didasarkan atas pengkajian seksama karena sifatnya

yang strategis. Bayak teori yang mengemukakan tentang kriteria pemilihan lokasi

industri. Tarigan menyatakan bahwa faktor yang dipertimbangkan sebagai daerah

yang menguntungkan sebagai lokasi industri antara lain: ketersediaan bahan baku,

upah buruh, jaminan keamanan, fasilitas penunjang, daya serap pasar lokal, dan

aksesibilitas dari tempat produksi kewilayah pemasaran yang dituju (terutama

aksesibilitas pemasaran keluar negeri). Belakangan ini faktor stabilitas politik

merupakan faktor yang penting bagi pertimbangan para investor. Hal ini berkaitan

dengan kelangsungan usaha jangka panjang daripada sekedar laba yang besar

tetapi tidak terdapat kepastian berusaha dalam jangka panjang. Oleh sebab itu

penting untuk mengetahui kesesuaian dengan rencana tata ruang wilayah. Secara

garis besar kriteria atau indikator yang diteliti diantaranya ialah bahan baku,

aksesibilitas, tenaga kerja, pasar, sarana dan prasarana (fasilitas), utilitas,

kesesuain lokasi, serta kesesuaian dengan rencana tata ruang wilayah. Analisis

ketersediaan dan sumber bahan baku telah dianalisis pada sub bab gambaran

produksi hasil tangkapan ikan di Kota Palopo. Faktor lain yang dianalisis untuk

mengidentifikasi daerah untuk pendirian industri diantaranya sebagai berikut:

a. Analisis arah kebijakan pemerintah daerah dan rencana tata ruang

wilayah Kota Palopo

Arah kebijakan dan rencana tata ruang wilayah Kota Palopo dianalisis untuk

mengetahui kesesuaian perencanaan pengembangan industri pemerintah daerah

dengan tujuan penelitian yaitu pengembangan industri pengolahan ikan. Pada

Page 24: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

9

penelitian ini akan dideskripsikan arah kebijakan pemerintah daerah untuk melihat

sejauhmana dukungan terhadap pengembangan industri, khususnya industri

pengolahan ikan. Rencana tata ruang wilayah dianalisis secara deskriptif untuk

menunjukkan lokasi-lokasi yang ditetapkan sebagai lokasi pemusatan industri

untuk melihat kompatibilitas antara perencanaan daerah dengan pengembangan

industri pengolahan ikan.

b. Analisis lokasi, fasilitas, dan aksesibilitas Analisis deskriptif mengenai kondisi lokasi pendirian industri dilakukan

setelah diperoleh data pembebasan dan luas lahan, sarana perhubungan

(infrastruktur), listrik, air bersih, transportasi dan jarak dengan pusat kegiatan

kota. Sarana perhubungan (infrastuktur) berupa kondisi jalan dan alat transportasi

serta jarak antar lokasi akan mempengaruhi waktu tempuh yang sangat

menggambarkan tingkat aksesibilitas lokasi (Tarigan 2009). Tingkat aksesibilitas

akan mempengaruhi keuntungan, dimana semakin mudah suatu lokasi dicapai

maka akan semakin kecil biaya yang dikeluarkan. Semakin kecil biaya produksi

maka akan semakin besar keuntungan yang diperoleh, demikian pula sebaliknya.

c. Analisis daya serap pasar Daerah pemasaran dianalisis secara deskriptif setelah mengetahui informasi

tentang area pemasaran yang mengkaji daya serap (utamanya pasar lokal). Daya

serap pasar dilihat dari pertumbuhan penduduk dan perkembangan ekonomi Kota

Palopo. Data yang dikumpulkan adalah data jumlah penduduk dan Pendapatan

Domestik Regional Bruto Kota Palopo.

d. Analisis sumberdaya manusia Mengenai sumberdaya manusia (SDM) akan dianalisis secara deskriptif. Hal

yang akan dikaji adalah ketersediaan SDM dalam jumlah dan kualitas yang

diperlukan untuk tenaga kerja di sekitar daerah yang bersangkutan, ataukah ada

keharusan untuk mendatangkan tenaga kerja dari luar daerah.

3. Perumusan strategi dengan analisis SWOT

Analisis SWOT adalah suatu cara untuk mengidentifikasi berbagai faktor

secara sistematis dalam rangka merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini

didasarkan pada logika dapat memaksimalkan kekuatan (Strength) dan peluang

(opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan

(weaknesses) dan ancaman (threats) (Rangkuti 2006). Analisis SWOT

mempertimbangkan faktor lingkungan internal strength dan weaknesses serta

lingkungan eksternal opportunities dan threats yang dihadapi dunia bisnis. Dalam

pembuatan analisis SWOT agar keputusan yang diperoleh lebih tepat, maka perlu

melalui tahapan-tahapan proses sebagai berikut (Marimin 2004 diacu dalam

Nazdan et al. 2008):

(1) Tahap evaluasi faktor eksternal dan internal. Tahap ini digunakan untuk

mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang

dan ancaman dengan menganalisis data-data yang relevan dengan lingkup

penelitian

(2) Tahap analisis (analisis SWOT), yaitu pembuatan matrik internal dan matriks

eksternal serta matriks SWOT. Bobot (B) setiap unsur faktor internal dan

eksternal merupakan kunci keberhasilan (Key Success Factor/KSF) yang

Page 25: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

10

memiliki nilai antara 0 (tidak penting) sampai 1 (sangat penting). Bobor KSF

tersebut ditentukan dengan membandingkan derajat kepentingan setiap KSF

yang satu dengan KSF yang lain dengan mengunakan pendekatan matrik

banding berpasangan. Faktor-faktor kunci keberhasilan tersebut kemudian

diberi rating (R) yang menandakan nilai dukungan masing-masing faktor

dalam pencapaian tujuan. Penilaian menggunakan skala Likert yang dimulai

dari rating 4 (sangat berpengaruh), 3 (berpengaruh), 2 ( kurang berpengaruh)

dan 1 (tidak berpengaruh). Bobot faktor dan rating akan menentukan skor

(BxR) atau nilai bobot dukungan terhadap pengembangan industri perikanan

pasca tangkap di Kota Palopo. Dalam tahap ini peneliti membuat justifikasi

sendiri terhadap nilai tingkat kepentingan dan rating dari setiap KSF

berdasarkan data dan kondisi aktual di lapangan yang berpengaruh terhadap

pencapaian pengelolaan minapolitan yang optimal dan berkelanjutan.

Selanjutnya dari jumlah skor dalam setiap faktor SWOT diperoleh total skor

faktor internal dan skor faktor eksternal yang digunakan untuk mengetahui

posisi strategi pengembangan industri perikanan pasca tangkap di Kota

Palopo pada posisi kuadran tertentu dalam kuadran strategi SWOT.

(3) Tahap pengambilan keputusan (penentuan alternatif strategi). Dalam tahap ini

dilakukan dengan merujuk kembali terhadap KSF yang memiliki bobot yang

paling berpengaruh terhadap pencapaian tujuan. Strategi pada matriks hasil

SWOT dihasilkan dari penggunaan unsur-unsur kekuatan untuk mendapatkan

peluang (SO), penggunaan peluang yang ada untuk menghadapi ancaman

(ST), penggunaan kelemahan dengan memanfaatkan peluang yang ada (WO)

dan penggunaan kelemahan untuk menghadapi ancaman yang akan datang

(WT). Strategi yang dihasilkan terdiri dari berbagai alternatif (tema-tema)

strategi yang dibuat berdasarkan posisi kuadran SWOT.

Page 26: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

11

Mulai

Pengumpulan

data

Analisis produksi HT*

- Trend produksi dan

ketersediaan bahan baku

(ikan)

- Supply chain

- Jenis ikan dominan dan

pola musim

Analisis identifikasi daerah

- Arah kebijakan dan tata ruang

wilayah Kota Palopo

- Lokasi berkaitan dengan fasilitas,

utilitas dan aksesibilitas

- Daerah pemasaran

- SDM (tenaga kerja)

Analisis SWOT

Strategi yang diambil

Gambar 3 Diagram alir tahapan penelitian

Keterangan:

* HT = Hasil Tangkapan

Page 27: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

12

Tabel 1 Mapping research

No. Jenis Data/Input Analisis Output Informasi

1 a. Produksi hasil

tangkapan ikan

dan daerah

sumber bahan

baku (ikan);

b. Alur distribusi

dan tujuan pasar;

c. Produksi hasil

tangkapan ikan

menurut spesies

a. Analisis

deskriptif

perkembangan

produksi dan

ketersediaan

bahan baku

(ikan);

b. Analisis Supply

Chain;

c. Analisis

deskriptif tentang

alternatif

pengolahan dan

pola musim

tangkapan ikan

dengan metode

dekomposisi

multiplikatif

(Gasperz, 1992)

a. Diketahui

perkembangan

produksi ikan

diketahui sumber-

sumber penghasil

ikan (bahan baku

industri);

b. Diketahui rantai

suplai produk

perikanan tangkap di

Kota Palopo;

c. Diperoleh gambaran

alternatif jenis

olahan dan pola

musim penangkapan

Diperoleh

gambaran

kondisi

produksi hasil

perikanan

tangkap di

Kota Palopo

2 a. RTRW kota dan

RTRW provinsi;

rencana strategis

pembangunan

daerah dan

perikanan serta

kebijakan tentang

perikanan.

b. Status dan luas

lahan, utility,

fasilitas penunjang

serta tingkat

aksesibilitas;

c. Daya serap pasar,

budaya konsumsi,

spesifikasi produk,

dan aksesibilitas;

d. Kuantitas dan

kualitas SDM.

a. Analisis arah

kebijakan

pemerintah

daerah;

b. Analisis lokasi;

c. Analisis area

pemasaran;

d. Analisis SDM.

a. Diperoleh gambaran

tata ruang wilayah

dan arah kebijakan

untuk kegiatan

industri.

b. Diperoleh status dan

luas lahan, utiliti

serta tingkat

aksesibilitas lokasi

industri;

c. Diperoleh gambaran

jangkauan pasar

produk olahan ikan;

d. Diperoleh jumlah

pencari kerja dan

keterampilan yang

dimiliki.

Kesiapan

wilayah/daerah

untuk

pengembangan

industri

perikanan

tangkap

3 Data kekuatan,

kelemahan,

peluang, dan

ancaman dalam

pendirian industri

Analisis SWOT Diperoleh strategi

perencanaan untuk

pendirian industri

Diketahui

rencana

strategi yang

harus diambil

Page 28: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

13

3 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Kota Palopo

Kota Palopo terletak antara 2 o 53' 15" - 3 o 04' 08" Lintang Selatan dan

120 o 03' 10" - 120 o 14' 34" Bujur Timur, dengan batas-batas wilayah sebagai

berikut :

Sebelah Utara : Kabupaten Luwu

Sebelah Selatan : Kabupaten Luwu

Sebelah Timur : Teluk Bone

Sebelah Barat : Kabupaten Tanah Toraja Utara

Secara umum, luas wilayah Kota Palopo kurang lebih 247.52 km2 dan

secara administrasi pemerintahan terdiri dari 9 wilayah kecamatan dengan jumlah

kelurahan sebanyak 48. Jumlah penduduk Kota Palopo tahun 2011 tercatat

sebanyak 149 419 jiwa. Kesembilan kecamatan di Kota Palopo adalah sebagai

berikut :

1) Kecamatan Wara terdiri dari 6 Kelurahan

2) Kecamatan Wara Utara terdiri dari 6 Kelurahan

3) Kecamatan Wara Selatan terdiri dari 4 Kelurahan

4) Kecamatan Wara Timur terdiri dari 7 Kelurahan

5) Kecamatan Wara Barat terdiri dari 5 kelurahan

6) Kecamatan Sendana terdiri dari 4 Kelurahan

7) Kecamatan Mungkajang terdiri dari 4 Kelurahan

8) Kecamatan Bara terdiri dari 5 Kelurahan

9) Kecamatan Telluwanua Terdiri dari 7 Kelurahan

Tata guna lahan di Kota Palopo dibedakan atas penggunaan lahan perkotaan

(urban) dan lahan non perkotaan (rural). Luas wilayah Kota Palopo untuk

kegiatan perkotaan sekitar 105 km2 atau 43 persen dari luas wilayah, panjang

garis pantai kurang lebih 24 km, dan luas perairan budidaya 2975.50 ha. (DKP

Kota Palopo 2013). Dari 9 Kecamatan dan kelurahan dalam wilayah Kota Palopo

terdapat 5 kecamatan dan 20 kelurahan yang menjadi wilayah pesisir (Tabel 2).

Kondisi tofografi Kota Palopo sebagian besar yakni 62 persen merupakan

dataran rendah dengan kemiringan 0-3 persen dan berbukit sampai bergunung

dengan kemiringan 25 persen dan berada pada ketinggian 0-500 m di atas

permukaan laut, dengan kemiringan lereng berkisar 0-40 persen. Hal ini sesuai

dengan posisinya yang berada di pesisir pantai. Selain itu, sekitar 24 persen

terletak pada ketinggian 501 – 1000 m dan 14 persen terletak di atas ketinggian

lebih dari 1000 m.

Musim hujan berlangsung antara bulan November sampai bulan April,

sedangkan musim kemarau berlangsung mulai bulan Mei sampai Oktober. Curah

hujan berkisar 214.5 mm pertahun. Data dari statis meteorologi menunjukkan

bahwa suhu udara di wilayah ini berkisar antara 22.00o C – 33.00o C. (BPS Kota

Palopo 2012)

Page 29: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

14

Tabel 2 Nama kecamatan dan kelurahan pesisir Kota Palopo Tahun 2012

Kecamatan Kelurahan

Wara Utara 1. Kel. Batu Pasi

2. Kel. Penggoli

3. Kel. Sabbangparu

4. Kel. Salubulo

Wara Selatan 1. Kel. Sampoddo

2. Kel. Songka

3. Kel. Takkalala

4. Kel. Binturu

Wara Timur 1. Kel. Benteng

2. Kel. Pontap

3. Kel. Malatunrung

4. Kel. Salekoe

5. Kel. Saletellue

6. Kel. Ponjalae

Bara 1. Kel. Rampong

2. Kel. Temalebba

3. Kel. Balandai

4. Kel. Buntu Datu

Telluwanua 1. Kel. Salubattang

2. Kel. Batu Walenrang

Sumber: DKP Kota Palopo 2013

Perikanan Kota Palopo

Panjang garis pantai Kota Palopo kurang lebih 24 km, dan luas perairan

budidaya 2975.50 ha. Jumlah rumah tangga budidaya perikanan Kota Palopo

berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi (Sussenas) tahun 2011 berjumlah 1 655

jiwa, sedangkan jumlah rumah tangga perikanan perairan umum adalah 744 jiwa

(Tabel 3).

Perairan laut dan pesisir Kota Palopo secara administratif terletak di ujung

utara kawasan laut Teluk Bone dan sebelah Barat dari perairan laut Sulawesi

Tenggara. Perairan laut Kota Palopo mencakup 5 Kecamatan yang berpantai yaitu

Wara Selatan, Wara Timur, Wara Utara, Bara dan Telluwanua. Luas wilayah

perairan laut Kota Palopo kurang lebih 177 km² dengan panjang garis pantai

sekitar 21.05 km. Terdapat 1 unit Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) dengan 1 unit

Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Jumlah Kapal yang mendarat sebanyak 771 unit

dengan jumlah nelayan sebanyak 2 378 orang dari jumlah rumah tangga perikanan

(RTP) sebanyak 711 RTP. Terdapat 1 pulau kecil yang bernama Pulau Libukang

di perairan Kota Palopo dan terdapat 4 Kelompok Masyarakat Pengawas

(POKMASWAS). Jumlah armada penangkapan ikan yang beroperasi di

Perairan Kota Palopo Tahun 2012 :

Kapal motor 116 unit terdiri dari :

- Kapal motor 5-10 GT : 49 unit

- Kapal motor < 5 GT : 67 unit

Motor tempel : 618 unit

Page 30: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

15

Penggunaan alat tangkap nelayan Kota Palopo diarahkan pada usaha

diversifikasi sehingga dengan memiliki lebih dari satu alat tangkap dapat

menangkap ikan pada seluruh musim penangkapan ikan. Jumlah alat tangkap

yang digunakan nelayan Kota Palopo dalam Tahun 2012 sebanyak 734 unit

(Tabel 4) .

Tabel 3 Jumlah Rumah Tangga Perikanan menurut kecamatan di Kota Palopo

tahun 2012

Kecamatan Rumah Tangga

Perikanan Budidaya

(Jiwa)

Rumah Tangga

Perikanan Tangkap

(Jiwa)

Jumlah

Wara Selatan

Sendana

Wara

Wara Timur

Mungkajang

Wara Utara

Bara

Telluwanua

Wara Barat

448

130

-

351

49

83

191

161

242

53

-

-

313

-

181

119

45

-

613

130

-

1 035

30

420

604

462

165

Jumlah 1 655 711 2 366

Sumber: DKP Kota Palopo tahun 2013

Tabel 4 Jumlah alat tangkap yang beroperasi pada tahun 2010-2012

Jenis Alat tangkap Jumlah (unit)

2010 2011 2012

Bagang Apung

Bagang Tancap

Purse Seine (Gae)

Rawai

Pukat Dasar

Pukat Pantai

Payang

Trammel Net

Sero

Jaring Insang Tetap

Bubu

JalaTebar

Pancing Tegak

Pancing Ulur

Rakkang

Tombak

Jaring Insang Hanyut

(Gillnet)

32

39

46

24

132

117

42

23

144

12

274

73

15

39

3 048

5

49

31

34

29

17

118

103

23

16

110

10

722

61

10

32

3 675

5

42

21

34

21

-

104

102

21

14

110

10

56

61

10

32

73

0

42

Jumlah 4 114 5 038 734

Sumber: DKP Kota Palopo tahun 2013

Page 31: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

16

Produksi hasil tangkapan yang didaratkan di PPI Pontap didominasi oleh

ikan-ikan pelagis, namun terdapat juga ikan-ikan demersal yang umumnya

bernilai ekonomis penting. Pada tahun 2012, total produksi hasil tangkapan ikan

di Kota Palopo adalah sebesar 11 310.10 ton dengan total nilai produksi sebesar

Rp156 524 100 000,00. Jika dibandingkan dengan total produksi tahun 2011

yakni sebesar 9 473.75 ton dengan total nilai produksi sebesar Rp145 958 740

000,00 maka diketahui bahwa telah terjadi peningkatan sebesar 19 persen (DKP

Kota Palopo 2013).

Potensi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Kota Palopo

Pengolahan adalah rangkaian kegiatan dan/atau perlakuan dari bahan baku

ikan sampai menjadi produk akhir untuk konsumsi manusia. Unit Pengolahan

Ikan adalah tempat yang digunakan untuk mengolah ikan, baik yang dimiliki oleh

perorangan, kelompok maupun badan usaha. Adapun potensi pemasaran dan

pengolahan hasil perikanan Kota Palopo adalah :

1) Unit Pengolahan Ikan (UPI) : 69 unit

2) Pemasar Produksi perikanan : 421 orang

3) Pengolah Ikan : 130 orang

4) Pabrik ES : 5 unit

5) Pasar Ikan /Depo : 4 unit

Di Kota Palopo umumnya perlakuan terhadap ikan hasil tangkapan dan

budidaya adalah dengan cara pendinginan dan pengeringan. Bidang usaha dan

pemasaran hasil perikanan pada tahun 2012 telah membina kelompok pengolahan

dan pemasaran (Poklahsar) sebanyak 56 kelompok yang tersebar di Kec.Wara

Utara, Wara Timur, Mungkajang, Benteng, Ponjalae, Songka dan Bara. Poklahsar

tersebut bergerak pada usaha pengolahan ikan/rumput laut, pengeringan,

penggaraman serta sovenir untuk non-konsumsi. Jumlah produksi pengolahan

rumput laut dan ikan pada tahun 2012 adalah 168 270 641 kilogram. Jenis produk

olahan yang telah ada adalah teri gurih, dendeng ikan, amplang, bandeng presto,

abon dan amplang (DKP Kota Palopo 2013).

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Produksi Hasil Tangkapan Ikan di Kota Palopo

Salah satu pertimbangan dalam pemilihan lokasi industri adalah

ketersediaan dan sumber bahan baku, yang dalam hal ini adalah ikan. Oleh sebab

itu, pertama-tama dilakukan analisis deskriptif terhadap produksi hasil tangkapan

ikan Kota Palopo. Gambaran kondisi hasil tangkapan ikan di Kota Palopo

diperoleh dengan menganalisis beberapa hal berikut ini:

Page 32: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

17

a. Perkembangan produksi hasil tangkapan ikan di Kota Palopo dan

ketersediaan bahan baku (ikan)

Produksi hasil tangkapan ikan di Kota Palopo berpusat pada satu pangkalan

pendaratan ikan (PPI) yakni di PPI Pontap. Perkembangan produksi hasil

tangkapan ikan di Kota Palopo meningkat setiap tahunnya. Sejak tahun 2003

hingga tahun 2008 volume produksi ikan yang didaratkan di PPI Pontap

cenderung stabil di kisaran angka 1 000 - 2 000 ton ikan per tahun. Baru pada

tahun 2009, 2010, 2011 dan 2012 volume produksi ikan yang didaratkan

meningkat hingga masing-masing mencapai 7 010.27 ton, 9 442.00 ton, 9 473.75

ton dan 11 310.10 ton (Gambar 4). Peningkatan volume produksi juga secara

langsung meningkatkan nilai produksi ikan (Tabel 5). Pada tahun 2012, total

produksi ikan yang didaratkan di Kota Palopo adalah sebesar 11 310.10 ton

dengan total nilai produksi sebesar Rp156 524 100 000,00. Jika dibandingkan

dengan total produksi tahun 2011 yakni sebesar 9473.75 ton dengan total nilai

produksi sebesar Rp145 958 740 000,00 maka diketahui bahwa telah terjadi

peningkatan sebesar 19 persen.

Gambar 4 dan 5 juga memperlihatkan bahwa trend produksi hasil tangkapan

ikan Kota Palopo tahun 2003 sampai 2012 adalah positif. Dengan demikian dapat

diduga bahwa akan selalu terjadi perkembangan peningkatan produksi hasil

tangkapan pada setiap tahunnya.

Tabel 5 Volume dan nilai produksi hasil tangkapan di Kota Palopo tahun 2003-

2012

Tahun Volume Produksi (ton) Nilai Produksi (Rp.000)

2003 1 835.80 9 379 610

2004 2 104.87 12 731 500

2005 1 041.34 6 048 998

2006 1 429.83 7 844 065

2007 1 429.83 11 826 471

2008 1 638.44 15 982 843

2009 7 010.27 91 355 405

2010 9 442.00 145 254 997

2011 9 473.75 145 958 740

2012 11 310.10 156 524 100

Sumber: Dinas kelautan dan perikanan Kota Palopo tahun 2004-2013

Sebagai salah satu pusat tempat pendaratan ikan di Sulawesi Selatan, ikan

yang didaratkan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Pontap tidak hanya berasal

dari tangkapan nelayan lokal tetapi juga datang dari beberapa daerah lain seperti

Bulukumba, Makassar, Pare-pare, Bone, Sinjai, Palu, Bungku, Ponrang, dan

Kendari (Gambar 6). Demikian pun sebaliknya jika hasil tangkapan nelayan di

Kota Palopo melimpah maka ikan akan segera dipasarkan ke Makassar, Pare-pare,

Masamba, Toraja, Enrekang, Sengkang, Soroako, Soppeng, dan Pinrang.

Berdasarkan statistik hasil tangkapan yang didaratkan di PPI Pontap diketahui

bahwa sejak tahun 2009, 2010 dan 2011, hasil tangkapan yang datang dari luar

PPI Pontap mengalami peningkatan yakni berturut-turut 37.76 persen, 61.59

persen dan 76.72 persen (Tabel 6). Hal inilah yang menyebabkan terjadinya

peningkatan produksi ikan yang signifikan di Kota Palopo.

Page 33: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

18

Tabel 6 Volume produksi hasil tangkapan ikan di Kota Palopo asal PPI Pontap

dan luar PPI Pontap tahun 2009-2011

Tahun Volume Produksi

se Kota Palopo

(ton)

Volume Produksi

nelayan PPI Pontap

(ton)

Volume Produksi

yang datang dari

luar PPI (ton)

Persentase HT

yang datang

dari luar PPI

2009 7 010.27 4 363.187 2 647.083 37,76

2010 9 442.00 3 627.040 5 814.960 61,59

2011 9 473.75 2 205.627 7 268.123 76,72

Sumber: DKP dan BPS tahun 2012 (data diolah kembali)

Gambar 4 Perkembangan produksi hasil tangkapan ikan di Kota Palopo

tahun 2003-2012

Gambar 5 Perkembangan nilai produksi hasil tangkapan ikan di Kota Palopo

tahun 2003-2012

Page 34: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

19

Gambar 6 Sumber-sumber hasil tangkapan ikan Kota Palopo tahun 2012

Selama ini kegiatan distribusi hasil tangkapan ini terus berlangsung demi

mendapatkan harga yang layak. Gambaran kondisi ini mencerminkan bahwa

penyuplai ikan akan selalu mencari pasar yang menguntungkannya. Oleh karena

itu, jika Kota Palopo mendirikan industri pengolahan ikan maka dapat

menjadikannya pusat tujuan distribusi ikan segar di Sulawesi Selatan. Hal ini

tidak hanya menguntungkan Kota Palopo tetapi juga daerah-daerah pesisir lainnya

di Sulawesi Selatan yang memiliki sumber daya ikan yang melimpah.

Sebagaimana yang terjadi di Negara-negara Eropa, sebagai contoh Pelabuhan

Perikanan Boulogne-sur-Mer telah menjadi pusat pengolahan ikan terbesar di

Eropa. Ikan yang diolah tidak hanya berasal dari hasil tangkapan yang didaratkan

di pelabuhan tersebut tetapi juga mengimpor dari negara-negara tetangga (Lubis

2011).

Sebelum mengidentifikasi potensi daerah untuk pengembangan produk

olahan ikan, telebih dahulu dilakukan perkiraan jumlah kebutuhan atau estimasi

terhadap besarnya daya serap pasar lokal untuk ikan segar di Kota Palopo. Hal ini

penting untuk mengetahui ada atau tidaknya bahan baku untuk diolah. Estimasi

dilakukan pada tahun 2012. Diketahui bahwa jumlah penduduk Kota Palopo tahun

2012 adalah sebanyak 152 703 jiwa. Tingkat konsumsi ikan perkapita Kota

Palopo belum diketahui, oleh sebab itu yang yang dijadikan standar (acuan,

indikator) adalah tingkat konsumsi ikan perkapita Sulawesi Selatan yakni sebesar

42.91 kg perkapita per tahun. Daya serap masyarakat lokal untuk ikan segar di

Kota Palopo diketahui sebesar 6 552.49 ton ikan per tahun. Produksi perikanan

tangkap Kota Palopo tahun 2012 diketahui sebesar 11 310.10 ton ikan per tahun,

jadi sisa ikan yang dapat diolah adalah sebesar 4 757.61 ton ikan per tahun.

Berbagai studi literatur dilakukan dan disimpulkan bahwa kapasitas produksi atau

jumlah bahan baku (ikan) untuk skala industri rumah tangga adalah 5–10

kilogram per hari, indutri skala kecil dengan kapasitas 25 kilogram per hari,

industri sedang berkapasitas 1 kuintal per hari, dan industri besar berkapasitas 10

ton per hari. Mempertimbangkan estimasi daya serap pasar lokal untuk ikan segar

Page 35: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

20

Kota Palopo, serta jumlah ikan yang tersisa untuk diolah maka disimpulkan

bahwa skala industri yang dapat berkembang di Kota Palopo adalah skala industri

rumah tangga, kecil, dan sedang.

Pengembangan industri perikanan tangkap dalam bidang pengolahan ikan,

perlu memperhatikan keberlanjutan bahan baku. Suatu perusahaan sangat

berkepentingan menjaga agar suplai bahan baku dapat berkesinambungan, dengan

harga yang layak dan biaya transportasi rendah. Oleh sebab itu, salah satu

pertimbangan dalam memilih lokasi adalah dekat dengan sumber bahan baku

(Soeharto 1995). Hal yang sama juga dikemukakan oleh Tarigan (2009) bahwa

salah satu faktor yang dipertimbangkan sebagai daerah yang menguntungkan

sebagai lokasi industri adalah ketersediaan bahan baku. Volume produksi

perikanan tangkap di Kota Palopo yang cenderung meningkat dan terdapatnya

beberapa daerah penyuplai ikan menjadi salah satu indikator positif untuk

pendirian industri pengolahan ikan di Kota Palopo. Namun demikian, persentase

produksi hasil tangkapan nelayan lokal yang saat ini sangat kecil jika

dibandingkan dengan persentase hasil tangkapan ikan yang datang dari luar Kota

Palopo juga dapat menjadi suatu ancaman bagi keberlanjutan usaha pengolahan

ikan di Kota Palopo. Oleh karena itu, kemandirian menghasilkan bahan baku

(dalam hal ini hasil tangkapan) sebaiknya dibangun, dengan cara meningkatkan

produksi hasil tangkapan nelayan lokal.

b. Supply chain produk perikanan tangkap di Kota Palopo

Supply chain sebagai sekumpulan aktivitas (dalam bentuk entitas/fasilitas)

yang terlibat dalam proses transformasi dan distribusi barang mulai dari bahan

baku paling awal dari alam sampai produk jadi pada konsumen akhir. Supply

chain untuk produk perikanan dapat terkait dengan sejumlah besar stakeholder

diantara nelayan/petani ikan dan konsumen akhir (De Silva dan Yamao 2006).

Kegiatan perikanan pada dasarnya merupakan seluruh kegiatan yang mencakup

praproduksi, produksi, dan pascaproduksi. Kegiatan praproduksi untuk perikanan

tangkap sendiri terdiri dari persiapan yang di dalamnya mencakup penyediaan

segala keperluan proses produksi seperti pengisian bahan bakar minyak,

penyediaan es dan bekal (makanan dan minuman). Kegiatan produksi dalam

perikanan tangkap ialah proses penangkapan yang membutuhkan kapal, alat

tangkap, dan nelayan sebagai unit penangkapannya. Kegiatan pascaproduksi

dimulai dari penanganan di atas kapal, pengolahan, dan pemasaran. Pada

penelitian kali ini, pembahasan supply chain akan difokuskan pada kegiatan

pascaproduksi/pascatangkap. Memperhatikan berbagai aktivitas dalam sektor

perikanan tangkap pascatangkap yang terjadi di Kota Palopo mulai dari produsen

hingga ke konsumen maka diketahui terdapat beberapa supply chain yang

terbentuk. Pada Gambar 7 disajikan aliran supply chain untuk produk perikanan

tangkap di Kota Palopo.

Stakeholder yang berperan dalam kegiatan ini adalah nelayan dan pencatat

(pedagang pertama), pengecer (pedagang ke dua), pengolah ikan dan konsumen.

PPI Pontap yang merupakan tempat untuk mendaratkan hasil tangkapan

dipandang sebagai satu bagian awal dari rantai suplai yang menyediakan bahan

baku (ikan). Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, ikan yang ada di PPI

Pontap berasal dari nelayan setempat dan luar Kota Palopo. Pada kasus perikanan

Page 36: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

21

tangkap di Kota Palopo, TPI PPI Pontap sebagai tempat proses berlangsungnya

bagian pascaproduksi/pascatangkap. Kota Palopo hingga saat ini baru memiliki

jenis olahan ikan secara tradisional yang berskala industri rumah tangga.

Pendistribusian hasil perikanan tangkap Kota Palopo berupa ikan segar dilakukan

dengan menggunakan sepeda motor dan mobil.

Supply chain untuk produk perikanan tangkap di Kota Palopo terbagi atas

beberapa rantai, diantaranya: 1) produsen (nelayan) bertemu langsung dengan

konsumen. Setelah kegiatan penanganan, ikan akan langsung dijual di tempat

pendaratan ikan di pelabuhan, sehingga pelabuhan adalah sebagai tempat awal

dilakukan pemasaran ikan. Kasus pertama, keseluruhan produsen (nelayan

pemilik) yang hasil tangkapannya sedikit menerapkan rantai suplai ini; 2) Nelayan

akan menyerahkan ikan kepada pencatat atau pedagang pertama. Pencatat atau

pedagang pertama ini yang akan memasarkan ikan kepada konsumen dan atau

pedagang ke dua (pengecer) dan atau pengolah ikan. Pedagang kedua akan

mendistribusikan ikannya ke konsumen. Pengolah ikan memasarkan hasil

olahannya ke konsumen langsung atau ke retail-retail; 3) Produsen (nelayan)

langsung menjual hasil tangkapannya kepada pengolah ikan. Sebagian besar

nelayan bagan tancap melakukan alur pemasaran rantai ini. Pengolah ikan

memasarkan produknya ke retail-retail atau langsung ke konsumen; 4) Produsen

merupakan pedagang ikan yang berasal dari luar Kota Palopo yang memasarkan

ikannya langsung ke konsumen dan atau kepada pedagang kedua. Keseluruhan

rantai suplai ini sudah umum menggambarkan produk perikanan tangkap

Indonesia.

Nelayan Kota Palopo Pedagang Ikan dari

luar Kota Palopo

Konsumen

Pencatat /pedagang

ikan ke-1

Pedagang ikan

ke-2

Pengolah Ikan

(tradisional)

Pasar/

retail

Gambar 7 Supply chain pada kegiatan perikanan tangkap di Kota Palopo

Page 37: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

22

Supply chain berkaitan dengan kegiatan/proses untuk memproduksi produk

hingga dikirim ke pasar. Selain itu terdapat hal yang lebih diperhatikan oleh

pemerintah dan pengusaha yakni value chain. Kedudukan value chain tidak hanya

memperhatikan faktor produksi dan teknologi saja melainkan juga efisiensi

transpotasi, sistem informasi pasar dan manajemen. Value chain berkaitan dengan

sifat atau kualitas/kuantitas dari setiap kegiatan. Oleh karena itu, supply chain

sering juga disebut aliran produk, uang, dan informasi (De Silva dan Yamao

2006).

Sebagaimana diketahui bahwa jumlah produksi hasil tangkapan ikan sangat

dipengaruhi oleh musim penangkapan. Selain itu, khusus untuk produk perikanan

yang sifatnya hight perishable maka dibutuhkan penanganan yang cepat guna

menjaga kualitas produk (ikan). Konsep pengelolaan yang dapat digunakan adalah

konsep supply chain management (SCM). Konsep SCM menekankan pada

kesadaran akan adanya produk yang murah, cepat, dan berkualitas. Tujuan dari

SCM adalah untuk mengintegrasikan proses bisnis utama perusahaan mulai dari

pemasok sebenarnya sampai ke pengguna akhir melalui penyediaan produk, jasa

dan informasi yang memberikan nilai tambah bagi konsumen dan stakeholder

lainnya (Setiawan dan Rahardian 2005).

Kontinuitas pengadaan bahan baku dapat dilakukan dengan memperkuat

SCMnya. Dengan SCM, setiap lini dari kegiatan perikanan akan saling

mendukung sehingga seluruh kegiatan dapat dilakukan sampai akhir dengan

lancar. SCM perlu didukung oleh pola integrasi yang baik kepada pemasok

maupun konsumen. Frohlich dan Westbrook (2001), menyatakan bahwa pola

integrasi menggambarkan arah dan tingkat integrasi perusahaan kepada pemasok

dan atau konsumen yang diukur melalui tinggi atau rendahnya kuartil dimana

perusahaan melakukan integrasi. Menurut Frohlich dan Westbrook (2001) dalam

SCM terdapat lima pola integrasi yang menggambarkan arah dan tingkat integrasi

dengan konsumen dan pemasok yaitu : pertama, Inward-facing. Diklasifikasikan

dalam kelompok ini jika respon perusahaan kepada pemasok dan konsumen

berada pada kuartil bawah. Kedua, Periphery-facing. Diklasifikasikan dalam

kelompok ini jika respon perusahaan kepada pemasok dan konsumen berada di

atas kuartil bawah tetapi berada di bawah kuartil atas. Ketiga, Supplier-facing.

Diklasifikasikan dalam kelompok ini jika respon perusahaan tersebut kepada

pemasok berada di kuartil atas dan responnya kepada konsumen berada di bawah

kuartil atas. Keempat, Costumer-facing. Diklasifikasikan dalam kelompok ini

jika respon perusahaan terhadap konsumen berada di kuartil atas dan responnya

kepada pemasok berada dibawah kuartil atas. Kelima, Outward-facing. Termasuk

dalam kelompok ini jika respon perusahaan pada pemasok dan konsumen berada

di kuartil atas. Gambar pola integrasi supply chain disajikan pada Gambar 8.

Page 38: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

23

Gambar 8 Pola integrasi supply chain

Melihat dari posisi nelayan Kota Palopo sebagai produsen, maka pola

integrasi SCM yang sesuai adalah costumer-facing (Gambar 9) (Frohlich dan

Westbrook 2001). Costumer-facing artinya nelayan sebagai produsen harus

memperluas integrasinya kepada konsumen. Hal ini mengingat produk yang

ditawarkan ialah ikan segar yang sifatnya mudah rusak sehingga harus dijual

dengan cepat. Oleh karena itu, nelayan harus dapat mengetahui pasar yang

potensial untuk mendapatkan konsumen yang potensial juga. Pola integrasi ini

juga berlaku bagi pencatat ikan (pedagang pertama) yang memang bertugas untuk

menjual hasil tangkapan ikan nelayan. Pencatat ikan bisa merupakan pemilik

modal atau pedagang yang secara khusus ditugaskan oleh nelayan atau pemilik

modal untuk menjual hasil tangkapan ikannya. Nelayan yang menugaskan

pencatat ikan untuk menjual hasil tangkapannya umumnya merupakan nelayan-

nelayan yang produksi hasil tangkapannya dalam jumlah besar. Ada juga nelayan-

nelayan kecil yang menyerahkan hasil tangkapannya kepada pencatat ikan.

Pencatat ikan yang seperti ini mengumpulkan ikan dari beberapa nelayan kecil

untuk kemudian dijualkan. Pencatat ikan umumnya mendapatkan komisi sebesar

10 persen dari hasil penjualan ikan.

Pola integrasi SCM untuk pengecer (pedagang ke-2) yang sesuai adalah

outward-facing (Gambar 10). Outward-facing berarti pengecer harus memperluas

integrasi kepada pemasok dalam hal ini nelayan atau pencatat ikan juga kepada

konsumen. Jumlah pengecer ikan yang sangat banyak membuat persaingan juga

besar. Oleh sebab itu, para pengecer perlu menerapkan pola integrasi outward-

facing sebagai upaya efisiensi usaha.

Pola integrasi yang sesuai untuk pengolah ikan atau pelaku kegiatan industri

pengolahan ikan di Kota Palopo adalah Supplier-facing (Gambar 11), yaitu pola

integrasi yang luas kepada pemasok (nelayan atau pencatat ikan). Hal ini karena

dalam kondisi karakteristik perusahaan pengolahan ikan membutuhkan

kontinuitas bahan baku, dalam hal ini ikan segar. Penerapan pola integrasi yang

sesuai akan meningkatkan performa usaha. Sebagai contoh penelitian yang

dilakukan oleh Setiawan dan Rahardian (2005), kepada beberapa perusahaan jasa

Kuartil

atas

Kuartil

bawah

Kuartil

atas

Kuartil

bawah

Tanpa

integrasi

Perluasan

integrasi

Perluasan

integrasi

PERUSAHAAN KONSUMEN PEMASOK

Page 39: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

24

makanan, diketahui bahwa semakin perusahaan melakukan integrasi kepada

pemasok dan konsumen maka performa akan semakin meningkat.

Gambar 11 Supplier-facing arc of integration

c. Alternatif pengolahan ikan berdasarkan spesies ikan yang dominan dan

pola pendaratan ikan

Data statistik produksi hasil tangkapan ikan dari nelayan lokal

memperlihatkan terdapat 36 jenis ikan yang didaratkan di PPI Pontap. Jenis ikan

dominan yang didaratkan diantaranya ikan kembung (Rastrelliger sp), layang

(Decapterus spp), teri (Stolephorus commersoni), peperek (Leiognathus spp),

cakalang (Katsuwonus pelamis), tongkol (Euthynnus affinis) dan tembang

(sardinella sp). Hal ini sesuai dengan sumber daya ikan yang tersedia di Teluk

Bone yaitu jenis pelagis kecil. Berdasarkan jenis ikan tersebut akan dipaparkan

jenis olahan yang sesuai. Jenis alat tangkap yang dominan beroperasi di PPI

Pontap juga merupakan jenis alat tangkap yang sasaran tangkapnya adalah ikan

pelagis kecil diantaranya purse seine (pukat cincin/gae), gill net (jaring insang),

bagan perahu, dan bagan tancap.

Produksi hasil tangkapan ikan sangat dipengaruhi oleh musim, sedangkan

industri pengolahan sangat bergantung pada kontinuitas bahan baku (ikan). Oleh

Gambar 9

Costumer-facing arc of integration

Gambar 10

Outward-facing arc of integration

Page 40: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

25

sebab itu penting untuk mengetahui pola pendaratan bulanan ikan-ikan yang

dominan didaratkan di PPI Pontap agar dapat mengantisipasi kemungkinan

kekurangan bahan baku. Mengetahui pola pendaratan bulanan ikan (Gambar 12)

akan membantu dalam pengelolaan hasil tangkapan yang jumlahnya sangat

fluktuatif setiap bulannya menurut jenis ikan.

Ikan kembung tergolong ke dalam marga Rastrelliger, suku Scombridae.

Meskipun bertubuh kecil, ikan ini masih sekerabat dengan tenggiri, tongkol, tuna,

madidihang, dan makerel. Di Ambon, ikan ini dikenal dengan nama lema atau

tatare, di Makassar disebut banyar atau banyara. Dari sini didapat sebutan

kembung banjar dan di medan 'kembung kuring. Ikan kembung termasuk ikan

pelagis kecil yang memiliki nilai ekonomis menengah, sehingga terhitung sebagai

komoditas yang cukup penting bagi nelayan lokal. Di Kota Palopo ikan kembung

ditangkap dengan menggunakan alat tangkap payang, jaring insang hanyut

(gillnet), jaring insang tetap, pukat dasar, sero, bagan apung dan bagan tancap.

Ikan kembung biasanya dijual segar atau diproses menjadi ikan pindang dan ikan

asin agar lebih tahan lama. Menurut Agustini (2003), jenis olahan lain yang

menggunakan bahan baku ikan kembung adalah “Aji Furai” atau ikan bumbu

kentucky, yang merupakan jenis yang paling di gemari di Jepang. Berdasarkan

hasil analisis pola pendaratan bulanan untuk ikan kembung di PPI Pontap

diketahui bahwa musim puncak pendaratan pada bulan Februari, September, dan

Desember, musim pacekliknya pada bulan April, Mei, Juni, dan Juli.

Ikan layang (Decapterus spp) merupakan salah satu komunitas perikanan

pelagis kecil yang penting di Indonesia. Ikan yang tergolong suku Carangidae ini

bisa hidup bergerombol. Di Kota Palopo ikan layang ditangkap menggunakan alat

tangkap payang, pukat cincin (gae), gillnet, dan bagan apung. Ikan layang dapat

diolah menjadi ikan asin, pindang, dan dikalengkan. Hasil analisis pola

pendaratan bulanan ikan layang memperlihatkan bahwa musim puncak pendaratan

berada pada bulan Februari dan September, sedangkan musim pacekliknya pada

bulan Mei, Juni dan Juli.

Ikan teri (Stolephorus commersoni) umumnya hidup di dekat pantai, tetapi

pula yang masuk ke muara-muara sungai di air payau, kebanyakan ikan teri hidup

dalam bergerombolan sangat besar. Sebetulnya banyak sekali nama ikan teri ini

atau spesiesnya. Di Kota Palopo ikan teri ditangkap menggunakan alat tangkap

pukat pantai, bagan apung, bagan tancap dan sero. Pengolahan yang umum untuk

ikan teri adalah pengasinan, sedangkan di Kota Palopo sendiri selain diasinkan,

ikan teri juga diolah menjadi terih gurih. Hasil analisis pola pendaratan bulanan

ikan teri memperlihatkan bahwa musim puncak pendaratan berada pada bulan

Maret, April dan Oktober, sedangkan musim pacekliknya pada bulan Juni, Juli

dan Agustus. Namun demikian secara keseluruhan pola musim pendaratan ikan

teri ini tidak terlalu berfluktuatif, diduga karena sifatnya yang menyebar merata

sepanjang tahun di pesisir pantai.

Ikan peperek adalah jenis ikan pelagis yang umum ditangkap dengan

mengunakan alat tangkap bagan, gillnet, payang dan purse seine. Di PPN

Palabuhanratu ikan peperek sebagai bahan baku pemindangan dan pengasinan

(Lubis dan Sumiati 2011) ikan peperek dapat digunakan sebagai bahan baku

surimi. Di Kota Palopo sendiri, ikan peperek ditangkap menggunakan alat tangkap

pukat pantai, bagan apung dan bagan tancap. Analisis pola pendaratan bulanan

tangkapan ikan peperek memperlihatkan musim puncaknya berada pada bulan

Page 41: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

26

Januari, September dan Oktober, sedangkan musim pacekliknya pada bulan

Februari, Maret dan Juli.

Ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) secara biologis suka hidup

bergerombol (schooling fish), pemangsa yang rakus dan merupakan ikan perenang

cepat lebih dari 10 mil per jam. Jenis alat tangkap yang digunakan untuk

menangkap ikan cakalang berbeda-beda tergantung daerah. Menurut Lumi et al.

(2013), di Sulawesi Utara ikan cakalang ditangkap dengan alat huhate (pole and

line) dan pukat cincin (purse seine). Berdasarkan penelitian Lubis dan Sumiati

(2011), nelayan PPN Palabuhanratu menangkap ikan cakalang menggunakan

jaring insang (gillnet), pancing tonda dan payang. Nelayan PPI Pontap sendiri

menangkap ikan cakalang dengan menggunakan alat tangkap purse seine (gae),

jaring insang tetap, bagan perahu, rawai tetap dan pancing ulur. Ikan cakalang

juga merupakan jenis ikan ekonomis penting yang memberikan kontribusi besar di

beberapa daerah, misalnya Provinsi Sulawesi sulawesi Utara khususnya di

wilayah administrasi Kota Bitung (Lumi et al. 2013) dan wilayah PPN

Palabuhanratu, Sukabumi yang berlokasi di Pantai Selatan Jawa (Lubis dan

Sumiati 2011). Industri pengolahan yang menggunakan bahan baku ikan cakalang

diantaranya pemindangan, pembekuan, fillet, loin dan pengalengan ikan (Lubis

dan Sumiati 2011). Di Kota Palopo sendiri ikan cakalang diolah menjadi abon

ikan. Analisis pola pendaratan bulanan untuk ikan cakalang yang didaratkan di

PPI Pontap menunjukkan bahwa ikan cakalang berada pada musim puncak

pendaratan pada bulan Februari dan Maret, sedangkan musim paceklik di bulan

Juni, Juli, September dan Oktober.

Ikan tongkol merupakan jenis ikan yang hidup bergerombol (schooling

fish). Jenis alat tangkap yang dapat digunakan untuk menangkap ikan tongkol

yang umum di Indonesia diantaranya payang, gillnet, pukat cincin, bagan, dan

pancing tonda. Di PPI Pontap alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan

tongkol adalah pukat cincin (gae), rawai tetap, dan pancing ulur. Industri

pengolahan yang menggunakan bahan baku ikan tongkol diantaranya

pemindangan, pengalengan ikan, pembekuan, fillet dan sashimi (Lubis dan

Sumiati 2011). Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa musim puncak

pendaratan ikan tongkol adalah pada bulan Januari, September, Oktober,

November dan Desember, sedangkan musim paceklik jatuh pada bulan Februari,

Maret, April dan Mei.

Ikan tembang merupakan jenis ikan pelagis kecil yang cukup penting bagi

perikanan, termasuk ke dalam marga sardinella, anggota suku clupeidae. Karena

cepat membusuk, ikan ini lebih banyak dijadikan ikan asin, ikan pindang, atau

dikalengkan. Ikan tembang sering ditemukan berenang dalam kelompok besar,

dekat permukaan laut tidak jauh dari pantai (pesisir). Ikan tembang termasuk

komoditas perikanan yang penting, utamanya sebagai bahan baku industri

pengalengan ikan. Di Indonesia, ikan-ikan ini biasa ditangkap dengan jaring

insang, pukat cincin (purse seine), dan beberapa bentuk jaring yang lain. Di Kota

Palopo sendiri ikan tembang ditangkap menggunakan alat tangkap payang, purse

seine (gae), gillnet, bagan apung, bagan tancap, dan sero. Hasil analisis pola

pendaratan bulanan memperlihatkan musim puncak pendaratan ikan tembang

adalah bulan Februari dan Maret. Dan musim paceklik pada bulan Januari, Juli,

September, Oktober, dan Desember.

Page 42: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

27

Bulan

I

n

d

e

k

s

m

u

s

i

m

kembung

layang

teri

peperek

cakalang

tongkol

tembang

Gambar 12 Pola pendaratan bulanan hasil tangkapan ikan nelayan menurut

jenis-jenis ikan dominan di PPI Pontap Tahun 2006-2011

Pola 1 Pola 3 Pola 2

Page 43: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

28

Produksi hasil tangkapan yang didaratkan di PPI Pontap didominasi oleh

jenis ikan pelagis baik kecil. Jenis ikan pelagis kecil yang dominan tersebut

diantaranya ikan kembung, layang, teri, dan tembang, selain itu juga terdapat ikan

pelagis besar yakni ikan cakalang dan tongkol. Setiap jenis ikan dapat diolah

sesuai dengan skala olahannya baik secara tradisional maupun modern seperti

yang telah jelaskan sebelumnya. Jenis pengolahan tradisional/konvensional yang

telah diterapkan di Kota Palopo yaitu pengasinan dan pengeringan, abon ikan, teri

gurih, dan amplang, sedangkan pengolahan tradisional yang diharapkan dan

berpotensi tumbuh adalah pemindangan dan pengasapan. Melihat jenis ikan yang

dominan di Kota Palopo adal jenis ikan pelagis kecil maka jenis pengolahan

modern yang diharapkan dan berpotensi untuh tumbuh adalah pengalengan ikan.

Pola pendaratan bulanan ikan di PPI Pontap berbeda-beda per jenis ikan.

Namun demikian, secara keseluruhan membentuk tiga pola yaitu pola pertama,

volume hasil tangkapan di atas rata-rata; dan pola kedua, volume hasil tangkapan

berada di bawah rata-rata; dan pola ketiga, volume hasil tangkapan normal. Pola

pertama dikatakan juga musim puncak pendaratan ikan berada pada bulan Januari

sampai Maret dan pola kedua disebut musim paceklik berada pada bulan April

sampai Agustus. Diduga hal ini dikarenakan pada bulan Januari sampai Maret

merupakan musim Barat dimana perairan Kota Palopo sedang dalam keadaan

tenang. Sedangkan pada bulan April hingga Agustus adalah musim Timur, yang

menyebabkan kondisi perairan Kota Palopo lebih berangin dan bergelombang.

Pola ketiga memasuki musim peralihan, oleh karena itu sebagian besar volume

hasil tangkapan ikan normal (tidak kurang dan tidak lebih).

Diketahuinya pola pendaratan bulanan dari tiap-tiap jenis ikan diatas dapat

dijadikan acuan untuk mengatur pengelolaan stok bahan baku industri olahan

yang akan didirikan. Saat musim puncak ikan, dapat disiasati dengan menyimpan

ikan yang tersisa ke dalam cold storage sehingga dapat diolah saat musim

paceklik ikan tiba. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa terdapat

suplai ikan yang didatangkan dari luar Kota Palopo. Hal ini juga dapat dijadikan

sebagai pilihan rencana dalam mengatur kontinuitas bahan baku. Dengan

mengetahui pola musim tangkapan, dapat diatur kapan dan berapa besarnya ikan

yang harus disuplai dari luar Kota Palopo. Seperti yang dikemukakan oleh

Mahyuddin (2007), PPN Palabuhanratu menyuplai ikan-ikan seperti peperek,

tembang dan tongkol dari daerah-daerah Pantura Jawa. Ikan-ikan tersebut

dijadikan sebagai bahan baku industri pengolahan pemindangan. Hal ini dilakukan

karena terkait harga dan mutu ikan yang lebih baik serta suplai yang ditawarkan

dalam jumlah besar sehingga biaya transportasi per kilogramnya relatif kecil.

Demikian juga kasus yang terjadi di PPP Muncar yang mendatangkan pasokan

bahan baku industri dari luar daerah seperti Grajagan, Tuban dan Puger, bahkan

terkadang impor dari Cina dan Taiwan di saat pasokan bahan baku dari PPP

Muncar sangat sedikit. Kurangnya bahan baku juga dapat diantisipasi oleh pihak

industri dengan cara mengganti bahan baku jenis ikan tertentu dengan jenis ikan

lain yang sesuai dengan kebutuhan industri tersebut (Lubis et al. 2013).

Page 44: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

29

Identifikasi Potensi Daerah Kota Palopo

Identifikasi daerah dilakukan pada arah kebijakan pemerintah daerah,

lokasi, daerah pemasaran, dan sumber daya manusia Kota Palopo. Suatu

perusahaan sangat berkepentingan menjaga agar suplai bahan baku dapat

berkesinambungan, dengan harga yang layak dan biaya transportasi rendah dari

daerah asal. Oleh sebab itu, salah satu pertimbangan dalam memilih lokasi adalah

dekat dengan sumber bahan baku. Hal ini telah dijelaskan pada sub bab gambaran

produksi hasil tangkapan ikan di Kota Palopo. Kesesuaian lokasi juga dilihat dari

ketersediaan fasilitas, utilitas dan sarana transportasi untuk melihat tingkat

aksesisbilitasnya. Daerah pemasaran dianalisis mengingat berbagai macam

perusahaan atau industri memilih menempatkan fasilitas produksinya di dekat

area pemasaran. Tujuannya memperpendek jaringan distribusi produk sehingga

cepat sampai ke tangan konsumen. Hal yang perlu diperhatikan tentang sumber

daya manusia adalah berkaitan dengan tersedianya tenaga kerja dalam jumlah dan

kualitas yang diperlukan di sekitar daerah atau wilayah yang bersangkutan

(Soeharto 1997).

a. Arah kebijakan pemerintah daerah dan rencana tata ruang wilayah Kota

Palopo

Pola industrialisasi pada suatu wilayah yang terlihat dari kebijakan yang

diterapkan merupakan salah satu cara untuk melihat apakah suatu daerah dapat

mengembangkan industrinya. Menurut Tambunan (2003), salah satu faktor yang

membuat intensitas proses industrialisasi berbeda antar negara adalah kebijakan

atau strategi pemerintah yang diterapkan. Oleh sebab itu, pada penelitian ini

dilakukan analisis deskriptif tentang arah kebijakan pemerintah daerah Kota

Palopo yang diperlihatkan dari rencana tata ruang wilayah Kota Palopo tahun

2012-2032.

Visi penataan ruang Kota Palopo tahun 2011-2031 yakni “Penataan Ruang

yang Mengakomodasi Peluang Investasi dalam Rangka Menciptakan Kota Palopo

Sebagai Pusat Perkembangan Ekonomi Sulawesi Selatan Bagian Utara”,

demikian pula misiya yaitu (Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Palopo

2012) :

(1) Mewujudkan pusat-pusat pelayanan ekonomi dan pelayanan jasa skala

regional;

(2) Mewujudkan pengembangan sarana prasarana wilayah dalam rangka

mendorong peluang investasi dan pemerataan wilayah Kota Palopo;

(3) Mewujudkan keseimbangan fungsi budidaya dan fungsi lindung dalam upaya

membentuk Kota Palopo yang berkelanjutan;

(4) Mewujudkan kepastian hukum dan peran serta masyarakat dalam mendorong

kegiatan yang produktif.

Kebijakan penetapan struktur ruang wilayah Kota Palopo meliputi (Dinas

Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Palopo 2012) :

(1) Perwujudan pusat kegiatan yang memperkuat kegiatan agro industri,

perdagangan dan jasa serta pariwisata dan kegiatan kota lainnya secara

optimal.

Page 45: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

30

(2) Peningkatan aksesibilitas dan transportasi yang dapat mengarahkan

peningkatan fungsi dan keterkaitan antar pusat kegiatan dan sistem sirkulasi

kota yang optimal.

(3) Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan sarana dan prasarana yang

dapat mendorong perkembangan kegiatan dan perbaikan lingkungan

permukiman kota.

Kebijakan di atas memperlihatkan adanya dukungan pemerintah Kota

Palopo dalam upaya pendirian industri di Kota Palopo. Hal ini merupakan langkah

awal yang baik atau peluang yang dimiliki Kota Palopo untuk menuju kota

agroindustry, termasuk dalam agroindustri adalah industri pengolahan ikan.

Selanjutnya disajikan rencana tataruang wilayah Kota Palopo untuk melihat lebih

lanjut tahapan implementasi dari visi dan kebijakan diatas serta pola

pembangunan sektor industri di Kota Palopo. Penataan ruang dan arah kebijakan

pemerintah daerah sangat mempengaruhi keberhasilan program yang akan

direncanakan. Oleh karena itu, perlu sinkronisasi antara pola penataan ruang

wilayah dan arah kebijakan pemerintah dengan program yang akan diterapkan.

Seperti yang dikemukakan oleh Abubakar (2002), kebijakan adalah arahan untuk

mengambil suatu tindakan atau tidak bertindak yang dipilih oleh individu atau

lembaga untuk menangani suatu masalah tertentu atau rangkaian masalah yang

saling berkaitan.

Rencana struktur ruang Kota Palopo

Pusat-pusat pelayanan di dalam wilayah Kota Palopo terdiri dari pusat

pelayanan sosial, ekonomi dan administrasi pemerintahan untuk pelayanan

masyarakat, melayani wilayah kota dan regional bahkan nasional. Dalam

pembagian pusat-pusat kegiatan perkotaan dalam sistem tata ruang nasional

(RTRW Nasional) dan propinsi Sulawesi Selatan (RTRW Propinsi Sulawsei

Selatan), Kota Palopo ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) bersama

dengan Kota Watampone Parepare, Barru, Pankajene, jeneponto dan Bulukumba.

Selain itu, Kota Palopo juga ditetapkan sebagai pusat utama pengembangan

Kawasan Andalan Palopo dan sekitarnya. Dalam hal ini sebagai Pusat

Pengembangan Ekonomi bagian utara Propinsi Sulawesi Selatan.

Rencana struktur ruang wilayah kota dituangkan dalam bentuk hirarki pusat

pelayanan kegiatan perkotaan, yakni pusat pelayanan kota (pusat kota), sub pusat

pelayanan kota, dan pusat pelayanan lingkungan yang ditunjang dengan sistem

jaringan transportasi dan prasarana kota (Lampiran 1) . Dalam hal ini rencana

struktur ruang wilayah Kota Palopo diarahkan pada terbentuknya struktur

pemanfaatan ruang wilayah yang terintegrasi antara kawasan terbangun kota yang

telah ada dengan pengembangan kawasan baru, baik secara spasial maupun

fungsional. Selain itu rencana struktur ruang disusun untuk mewujudkan efisiensi

pemanfaatan ruang, keserasian pengembangan tata ruang, dan efektivitas

pelayanan (Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Palopo 2012).

Pada dasarnya struktur ruang Kota Palopo yang terbentuk saat ini tidak

terlepas dari karakteristik kegiatan yang selama ini telah berkembang dengan

didukung oleh fungsi yang diembannya. Untuk masa yang akan datang, struktur

pemanfaatan ruang wilayah kota dibentuk untuk memberikan keseimbangan

pertumbuhan pada tiap Sub Wilayah Kota serta mengoptimalkan fungsi pelayanan

Page 46: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

31

masing-masing pusat terhadap wilayah pengaruhnya. Dalam hal ini dasar

pertimbangannya adalah sebagai berikut (Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota

Palopo 2012) :

1) Ditetapkannya peran Kota Palopo dalam RTRW Nasional sebagai ;

- Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)

- Pusat pengembangan ekonomi Kawasan Andalan Palopo dan sekitarnya.

- Bagian dari Blok Migas Teluk Bone bagian utara

- Salah satu kabupaten/kota yang memiliki Pelabuhan Laut Nasional.

2) Ditetapkannya peran Kota Palopo dalam RTRW Propinsi sebagai :

- Pusat Kegiatan Wilayah (PKW).

- Pusat pengembangan ekonomi Sulawesi selatan bagian utara (Kawasan

Andalan Palopo dan sekitarnya).

- Salah satu Kabupaten/Kota yang dilintasi jaluir kerata api bagian timur

Sulawesi Selatan.

- Pusat Pelayanan Kesehatan Regional bagian utara Sulawesi Selatan (RSU

Regional).

- Pusat Pelayanan Terminal Angkutan Penumbang Tipe A di bagian utara

Sulawesi Selatan.

- Salah satu Pusat Pendaratan dan Pelelangan Ikan di bagian utara Sulawesi

Selatan.

3) Adanya kawasan-kawasan yang memiliki fungsi primer dan menjadi pusat

orientasi pergerakan, yaitu: Pusat Kota Palopo, Pelabuhan Tanjung Ringgit,

Rumah Sakit Umum Regional dan RS Kusta Rampoang, TPI/PPI Palopo.

4) Adanya kawasan-kawasan yang cenderung berkembang dengan karakteristik

kegiatan yang khas, yaitu pusat Kota Palopo sebagai pusat perdagangan dan

jasa, terminal angkutan umum penumpang, pelayanan umum/sosial meliputi

pemerintahan (kantor Walikota, Gabungan Dinas, instansi vertikal, Kodim,

Polres, Mejid Jami Tua, Mesjid Agung Palopo, Gereja Peniel/Protestan,

Gereja Katholik, RSUD Sawerigading, RSU Tentara, Universitas dan

Sekolah Tinggi), Pelabuhan Tanjung Ringgit sebagai pusat/simpul

transportasi laut, TPI/PPI sebagai pusat pendaratan dan pelelangan ikan, dan

kawasan kesehatan regional (RSU Regional Palopo) sebagai pusat pelayanan

kesehatan regional.

5) Adanya sistem jaringan jalan primer dan sekunder (arteri dan kolektor) yang

menghubungkan simpul-simpul kegiatan perkotaan yang ditunjang dengan

pembangunan jalan lingkar luar timur (sebagian telah dibangun) yang akan

menjadi faktor utama pendorong perkembangan fisik kota di bagian timur,

selatan dan utara.

6) Adanya rencana melanjutkan pembangunan jalan lingkar (Palopo Outo Ring

Road)/PORR) timur dan pengembangan jalan lingkar (Palopo Outo Ring

Road) barat yang menghubungkan bagian utara dengan bagian selatan

wilayah kota, yang melintasi wilayah pesisir di bagian timur dan wilayah

perbukitan di bagian barat Kota Palopo.

7) Adanya rencana pengembangan Kawasan Industri Palopo (KIPA) dan

kawasan pergudangan Palopo di bagian utara dan Terminal Regional Tipe A

Palopo di bagian selatan, serta pengembangan Depo Kontainer di sekitar

Pelabuhan Tanjung Ringgit yang akan dihubungkan dengan jalan lingkar luar

timur (Palopo Outo Ring Road).

Page 47: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

32

Rencana kegiatan fungsional

Kota Palopo sebagai pusat pelayanan Kawasan Andalan Palopo dan

sekitarnya (Sulawesi Selatan bagian utara) sehingga Kota Palopo memiliki

fasilitas perdagangan jasa, pemerintahan, industri, perumahan, perhubungan, dan

akomodasi wisata berupa hotel, penginapan, dan warung/restoran.

Pengembangkan pusat-pusat kegiatan perkotaan meliputi (Dinas Tata Ruang dan

Cipta Karya Kota Palopo 2012):

1) Pusat Kegiatan komersial (perdagangan dan jasa)

2) Pusat Kegiatan perumahan

3) Pusat Kegiatan pemerintahan dan perkantoran

4) Pusat Kegiatan pariwisata

5) Pusat Kegiatan industri dan pergudangan

6) Pusat Kegiatan peternakan

7) Pusat Kegiatan kepelabuhanan

8) Pusat Kegiatan terminal (Regional Tipe A dan Terminal Kota)

9) Pusat Kegiatan terminal (stasiun) Kereta Api Regional

10) Pusat Kegiatan TPI/PPI

11) Pusat Kegiatan pelayanan umum dan sosial (kesehatan dan pendidikan,

peribadatan/keagamaan, kegiatan kesenian dan konvensi)

12) Pusat Sentra Produksi Pertanian dan Perikanan

Batasan penelitian ini ialah pada kawasan peruntukan industri di Kota

Palopo. Rencana pengembangan kawasan peruntukan industri di Kota Palopo

meliputi industri dan pergudangan, industri-industri baru, industri kecil, Home

industry. Lokasi industri besar berupa industri dan pergudangan saat ini

cenderung menyebar. Lokasi kawasan industri kecil dan menengah cenderung

mengelompok pada lingkungan perumahan dengan produk yang serupa seperti

bahan makanan, meubel dan penggergajian. Pada masa yang akan datang sampai

tahun 2031, pengembangan indstri akan disediakan kawasan khusus, kecuali

industri meubel dan makanan, saat ini dapat dipertahankan sepanjang tidak

mengganggu arus lalu lintas dan lingkungan lainnya. Rencana tata ruang diatas

telah diperkuat dengan dikeluarkannya “Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2012

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Palopo 2012-2032. Berikut

ini disajikan perda yang mengatur kawasan industri dan pergudangan di Kota

Palopo:

Paragraf 4

Kawasan Peruntukan Industri dan Pergudangan

Pasal 49

(1) Kawasan peruntukan industri dan pergudangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 huruf e terdiri atas: a. Kawasan peruntukan industri; dan b. Kawasan peruntukan pergudangan.

(2) Kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas: a. Kawasan peruntukan industri besar dan industri sedang; dan b. Kawasan peruntukan industri kecil/rumah tangga.

Page 48: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

33

(3) Kawasan peruntukan industri besar dan sedang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a merupakan kawasan industry pengolahan dan manufaktur ditetapkan di Kawasan Industri Palopo (KIPA) Kelurahan Maroangin Kecamatan Telluwanua.

(4) Kawasan industri kecil/usaha mikro non polutan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b ditetapkan di sebagian wilayah Kecamatan Wara Selatan, sebagian wilayah Kecamatan Sendana, sebagian wilayah Kecamatan Wara, sebagian wilayah Kecamatan Wara Timur, sebagian wilayah Kecamatan Mungkajang, sebagian wilayah Kecamatan Wara Utara, sebagian wilayah Kecamatan Bara, sebagian wilayah Kecamatan Telluwanua, dan sebagian wilayah Kecamatan Wara Barat;

(5) Kawasan peruntukan pergudangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diarahkan peruntukannya pada Kawasan Industri Palopo (KIPA) di Kelurahan Maroangin Kecamatan Telluwanua. a. Kawasan pergudangan yang terpadu dengan kawasan industry

ditetapkan di Kawasan Industri Palopo (KIPA) Kelurahan Maroangin Kecamatan Telluwanua; dan

b. Rencana pengembangan kawasan pergudangan peti kemas ditetapkan di Kawasan Pelabuhan Tanjung Ringgit Kelurahan Pontap Kecamatan Wara Timur.

Penetapan Kota Palopo sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) menjadi

peluang dalam pengembangan industri. Sebagaimana diketahui bahwa PKW

ditetapkan dengan kriteria sebagai berikut: (1) kawasan perkotaan yang berfungsi

atau berpotensi sebagai simpul kedua ekspor-impor yang mendukung Pusat

Kegiatan Nasional (PKN); (2) kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi

sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau

beberapa kabupaten; dan atau (3) kawasan perkotaan yang berfungsi atau

berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa

kabupaten. Jika dikaitkan dengan bidang perikanan tangkap, kriteria kedua sesuai

dengan kondisi yang terjadi saat ini, yaitu banyak hasil tangkapan ikan yang

datang dari luar Kota Palopo seperti beberapa kabupaten di Sulawesi Selatan

bahkan dari Provinsi Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara. Kriteria ketiga

menjadi indikator akan adanya tingkat aksesibilitas yang tinggi di Kota Palopo.

Rencana struktur ruang Kota Palopo dan rencana kegiatan fungsional

memperlihatkan suatu sistem perkotaan yang baik dan mendukung pengembangan

industri di Kota Palopo. Hal ini sejalan dengan kriteria kawasan perkotaan yang

memiliki karakteristik mata pencaharian penduduknya terutama di bidang

industri, perdagangan dan jasa. Juga memiliki karakteristik sebagai pemusatan

dan distribusi pelayanan barang dan jasa didukung prasarana dan sarana termasuk

pergantian moda transportasi dengan pelayanan skala kabupaten atau beberapa

kecamatan. Hal ini menjadi landasan yang baik dalam upaya mengeksplor

sumberdaya alam yang dimiliki Kota Palopo utamanya di sektor pertanian

(pertanian secara luas, termasuk di dalamnya pertanian, perikanan, hutan,

perkebunan, dan peternakan), mengingat sebelumnya perekonomiannya telah

diperkuat dengan sistem perkotaan. Penelitian yang dilakukan oleh Stanford et al.

(2013), menyatakan bahwa kejadian kemiskinan di sektor pertanian (termasuk di

dalamnya perikanan) menurun ketika ada kekuatan ekonomi yang besar (daerah

perkotaan). Penguatan ekonomi yang luas dan pembangunan mata pencaharian

non-pertanian adalah jalan yang penting untuk keluar dari kemiskinan, sebelum

Page 49: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

34

pertumbuhan di sektor pertanian dan perikanan perlu untuk menjadi prioritas

dalam program dan kebijakan pengentasan kemiskinan pemerintah. Arah

kebijakan dan penetapan RTRW Kota Palopo yang mendukung kegiatan

agroindustri merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan. Sosialisasi akan potensi

ini menjadi suatu promosi bagi investor untuk menanamkan modalnya di bidang

agroindustri, demikian pula untuk industri pengolahan ikan.

Pusat pengembangan industri di Kota Palopo ialah kegiatan agroindustri.

Industri ringan/menengah dimaksudkan sebagai industri pendukung produksi

pertanian, perikanan, hutan, perkebunan dan peternakan berupa hasil produksi

pertanian, perikanan, perkebunan, hutan produksi, peternakan Kawasan Andalan

Palopo dan sekitarnya. Kegiatan ini akan beraglomerasi di Kawasan Industri

Palopo (KIPA). Untuk mendukung kegiatan perdagangan dan industri maka

direncanakan kawasan pergudangan yang berlokasi di yaitu Kecamatan Bara dari

Kelurahan To’Bulung sampai ke Palangerang. Juga akan dikembangkan juga

kawasan Depo Kontainer (Container Yard) di jalan lingkar timur di dekat

Pelabuhan Laut Tanjung Ringgit Palopo dan pengembangan areal pergudangan di

dalam kawasan pelabuhan laut Tanjung Ringgit yang pengelolaannya oleh BUMN

(Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Palopo 2012).

Akan tetapi industri pengolahan ikan, sebagai konsekuensi logis bahwa sifat

ikan yang mudah rusak maka perencanaan, pembangunan, dan pengembangan

industri pengolahan ikan haruslah dilakukan di pelabuhan perikanan, dalam hal ini

di PPI Pontap yang dikembangkan. Hal diatas juga sesuai dengan Keputusan

Menteri Kelautan dan Perikanan No. 08 Tahun 2012 tentang Kepelabuhanan

Perikanan bahwa industri pengolahan ikan dilakukan di pelabuhan perikanan (tipe

A, B,C). Pemerintah Kota Palopo kiranya perlu menata ulang RTRW-nya terkait

industri pengolahan, terutama yang terkait dengan industri pengolahan ikan.

Dukungan pengembangan industri perikanan juga terlihat dari Dinas

Kelautan dan Perikanan Kota Palopo, utamanya bidang pemasaran. Pemanfaatan

sumberdaya kelautan dan perikanan Kota Palopo ke depan akan dikembangkan

melalui berbagai industri kelautan dan perikanan yang berorientasi pasar dan

berbasis pada kelestarian lingkungan. Program kerja bidang pemasaran DKP Kota

Palopo yaitu (1) pengembangan sarana dan prasarana pengolahan dan pemasaran

produksi perikanan; serta (2) promosi atas hasil produksi perikanaan unggulan

daerah. Upaya lain yang telah dilakukan oleh bidang pemasaran DKP Kota Palopo

adalah membentuk kelompok pengolah ikan sebanyak 8 kelompok yang terdiri

dari 5 sampai 10 orang.

Arah kebijakan pemerintah daerah, rencana tata ruang wilayah (RTRW),

dan arah kebijakan dinas kelautan dan perikanan di atas, memperlihatkan adanya

dukungan pada upaya pengembangan agroindustri, termasuk di dalamnya adalah

industri perikanan tangkap. Sebuah teori pemilihan lokasi industri secara

komprehensif menyatakan bahwa belakangan ini faktor stabilitas politik

merupakan faktor yang penting bagi pertimbangan para investor. Hal ini berkaitan

dengan kelangsungan usaha jangka panjang daripada sekedar laba yang besar

tetapi tidak terdapat kepastian berusaha dalam jangka panjang (Tarigan 2009).

Kepastian dukungan terhadap pengembangan industri yang diperlihatkan dari arah

kebijakan pemerintah daerah dan tataruangnya, menjadi peluang bagi investor

untuk mendirikan industri.

Page 50: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

35

Melihat arah kebijakan pemerintah daerah Kota Palopo, diketahui bahwa

ada ciri industrialisasi di Kota Palopo. Sebagaimanan yang dikemukakan oleh

Tambunan (2003), bahwa ciri industrialisasi suatu daerah dapat dilihat melalui

tahapan dari implementasi, jenis industri yang diunggulkan, dan pola

pembangunan sektor industri.

b. Lokasi, fasilitas dan aksesibilitas

Pemerintah daerah Kota Palopo telah menetapkan suatu wilayah sebagai

kawasan industri. Pengembangan industri di Kota Palopo skala sedang hingga

besar dipusatkan di Kawasan Industri Palopo (KIPA) (Gambar 13). Luas area

KIPA yang direncanakan oleh pemerintah Kota Palopo adalah seluas 360 ha.

Produk yang diunggulkan adalah produk pertanian, perikanan, hutan, perkebunan,

dan peternakan. Kawasan ini ditujukan untuk industri ringan/menengah, yang

mana pendirian industri ini dimaksudkan sebagai industri pendukung produksi

pertanian, perikanan, hutan, perkebunan dan peternakan Kawasan Andalan Palopo

dan sekitarnya. Oleh karena itu, dikatakan pula bahwa pusat pengembangan

industri di Kota Palopo adalah kegiatan agroindustri. Kawasan ini berlokasi di

Kecamatan Telluwanua.

Gambar 13 Kawasan Industri Palopo

Terdapat satu kawasan khusus yang merupakan kawasan yang menjadi

pusat kegiatan perikanan tangkap di Kota Palopo yaitu Pangkalan Pendaratan Ikan

(PPI) Pontap (Gambar 14) dengan luas lahan 2.5 ha. Hasil tangkapan ikan nelayan

lokal dan luar Kota Palopo dikumpulkan di PPI ini, untuk kemudian

didistribusikan dan dipasarkan kembali. Hingga saat ini, fasilitas yang disediakan

untuk mendukung kegiatan perikanan tangkap mulai dari praproduksi, produksi,

hingga pascaproduksi terdapat di PPI Pontap. Jenis dan kapasitas fasilitas

disajikan pada Tabel 7. Khusus untuk mendukung kegiatan pengolahan ikan

(Gambar 15), di PPI Pontap telah dibagun satu unit gedung pengolahan ikan

namun tidak beroperasi sebagaimana mestinya. Gedung pengolahan yang awalnya

ditujukan untuk industri pengolahan ikan kaleng, saat ini telah berubah fungsi

menjadi gudang rumput laut. PPI Pontap terletak di Kelurahan Pontap Kecamatan

Wara Timur yang termasuk ke dalam wilayah pusat pelayanan lingkungan (PPL)

(Lampiran 1). Wilayahnya sangat strategis, yakni dekat dengan pusat pelayanan

Page 51: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

36

kota (PPK)/pusat kota sehingga mempermudah pemasaran ikan untuk konsumsi

lokal dan berada di tengah-tengah perbatasan wilayah Luwu dan Luwu Utara

sehingga mempermudah pemasaran ikan ke luar Kota Palopo.

Gambar 14 Pintu Gerbang Pangkalan Pendaratan Ikan Pontap

Gambar 15 Gedung pengolahan ikan

KIPA berada di Kecamatan Telluwanua, yang merupakan bagian utara Kota

Palopo (Lampiran 1). Meskipun infrastruktur jalan menuju lokasi KIPA sangat

baik (beraspal), melihat jarak Kawasan Industri Palopo dengan PPI Pontap yang

cukup jauh, maka dapat dikatakan bahwa lokasi industri ini kurang sesuai untuk

kegiatan industri perikanan tangkap, khususnya pengolahan ikan. Industri

pengolahan ikan menuntut bahan baku (ikan) yang segar, oleh sebab itu lokasi

pendirian industinya harus dekat dengan sumber bahan baku (ikan). Kawasan PPI

Pontap menjadi pilihan yang tepat untuk pengembangan industri pengolahan ikan.

Pendirian industri perikanan sangat baik jika didirikan di dalam area PPI Pontap

mengingat jarak antara tempat pendaratan ikan dengan tempat pengolahan bisa

menjadi lebih dekat. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Lubis (2011)

bahwa pelabuhan perikanan sangat berperan terhadap pengembangan industri

perikanan. Keuntungan dari industri perikanan yang berlokasi di pelabuhan akan

menghemat biaya transportasi darat khususnya apabila apabila bahan bakunya

sebagian besar dari pelabuhan tersebut. Peryataan lainya yang mendukung yaitu,

Pane (2013) menyatakan bahwa industri perikanan di pelabuhan perikanan (PP)

disebut Industri Kepelabuhanan Perikanan (IKP). Industri Kepelabuhanan

Perikanan (IKP) adalah industri-industri yang terdapat di dalam suatu kompleks

Page 52: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

37

pelabuhan perikanan yang memanfaatkan sumberdaya pelabuhan perikanan di

dalam kegiatannya dan pengelolaannya penting untuk memajukan pelabuhan

perikanan. Menurutnya industri di pelabuhan perikanan adalah “unik”, karena

satu-satunya jenis pelabuhan dari banyak jenis pelabuhan yang ada (pelabuhan

niaga, pelabuhan wisata bahari (port de plaisance), pelabuhan perikanan,

pelabuhan tambang, dll) yang memiliki aktivitas dan lahan industri di dalamnya.

Industri Kepelabuhanan Perikanan (IKP) terdiri dari tiga kelompok industri (Pane

2013), yaitu: (1) industri penangkapan ikan (ikan dalam arti luas); (2)) industri

pengolahan ikan (ikan dalam arti luas); (3) industri tambahan/pendukung.

Keistimewaan dari pelabuhan perikanan ini tidak lepas dari karakteristik

produknya yakni ikan (dalam arti luas), yang memang berbeda dengan jenis

produk lainnya (termasuk produk hasil pertanian lainnya), yaitu sifatnya yang

mudah rusak (highly perishable).

Pada Tabel 7 disajikan fasilitas yang tersedia di PPI Pontap. Fasilitas pokok

PPI Pontap yakni dermaga, kolam pelabuhan dan jalan dalam kondisi baik dan

tingkat pemanfaatannya tinggi namun hingga saat ini belum perlu penambahan

kapasitas. Lahan kosong yang tersedia belum dimanfaatkan dengan baik oleh

stakeholders. Tingkat pemanfaatan fasilitas Fungsional PPI Pontap bermacam-

macam. Fasiltas yang tingkat pemanfaatannya tinggi diantaranya bak menara air,

pabrik es, SPBN, tempat perbaikan jaring, dan gudang rumput laut. Ketiga

fasilitas ini perlu penambahan kapasitas. Pemanfaatn fasilitas Tempat Pelelangan

Ikan (TPI) dikatakan tidak ada karena pemanfaatannya tidak sesuai dengan

fungsinya yaitu tempat untuk melelang ikan. Namun oleh sebagian nelayan

fasilitas ini dijadikan tempat untuk meletakkan box-box yang berisi ikan yang

akan dijual. Chilling room juga tidak dimanfaatkan sesuai fungsinya. Nelayan

tidak memanfaatkan fasilitas ini karena tidak ingin membayar biaya listrik yang

dirasakan lebih mahal jika dibandingkan dengan biaya menyimpan ikan di dalam

box yang diberi es. Selain itu, volume produksi ikan yang tersisa tidak cukup

banyak sehingga masih bisa disimpan dalam coolbox saja. Gedung pengolahan

ikan juga tidak dimanfaatkan sebagaimana fungsinya hingga saat ini. Jaringan

listrik di PPI Pontap dikategorikan kurang karena seluruh kegiatan di PPI Pontap

berlangsung pada pagi hari yakni pukul 05.00 – 10.00 dan sore hari yakni pukul

16.00-18.00, sehingga tidak terlalu membutuhkan pasokan listrik. Pemanfaatan

fasilitas yang juga masih kurang adalah bengkel kapal (dock). Hal ini karena

fasilitas tersebut tidak dapat dimanfaatkan untuk semua kapal yang mendarat di

PPI Pontap, hanya terbatas untuk ukuran kapal kecil saja yakni kapal dengan

ukuran kurang dari 5 GT. Tingkat pemanfaatan fasilitas penunjang di PPI Pontap

yakni kios dan kantin termasuk tinggi dan perlu penambahan kapasitas, karena

melihat banyaknya pedagang yang memasarkan dagangannya di pelataran PPI.

Fasilitas Musallah, MCK, dan Balai Pertemuan Nelayan (workshop) masih kurang

dimanfaatkan oleh stakeholders. Hal ini karena PPI Pontap tidak beroperasi

sepanjang hari (24 jam) dan kegiatan penyuluhan jarang dilakukan. PPI Pontap

memiliki fasilitas yang cukup lengkap untuk skala PPI.

Page 53: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

38

Tabel 7 Fasilitas di PPI Pontap Kota Palopo

Fasilitas Jumlah/Kapasitas Kondisi Pemanfaatan

Pokok

Dermaga 2 unit/260 m2 dan 150 m2 Baik Tinggi

Kolam Pelabuhan Ada Baik Tinggi

Jalan 2 jalur Baik Tinggi

Lahan Ada Baik Kurang

Fungsional

Tempat Pelelangan

Ikan dan Kantor

Administrasi

1 unit/400 m2 Baik Tidak

Bak dan Menara Air

Bersih

1 unit/60 m3 Baik Tinggi

Pabrik Es Balok dan

Curah

1 unit/2500 m3 Baik Tinggi

Tempat Penyimpanan

Ikan (Chilling room)

1 unit/42 m2 Baik Tidak

Jaringan Listrik 1 unit Baik Kurang

Bengkel kapal/ Dock 117 m2 Baik Kurang

Stasiun Pengisian

Bahan Bakar Nelayan

(SPBN)

1 unit Kios/50 m3 dan

Tangki BBM/51 m3

Baik Tinggi

Tempat perbaikan

Jaring

100 m2 Baik Tinggi

Gedung Pengolahan

Ikan

1 unit Baik Tidak

Gudang Rumput Laut 1 unit Baik Tinggi

Gedung Unit Pembuat

Pakan Ikan

1 unit Baik -

Penunjang

Kios Ada Baik Tinggi

Balai Pertemuan

Nelayan (Workshop)

1 unit Baik Tidak

Mushallah dan MCK 1 unit Baik Kurang

Kantin 3 unit/28 m2 Baik Tinggi

Pos jaga 2 unit/12 m2 Baik Tinggi

Kelengkapan fasilitas PPI dengan kondisinya yang baik, trend produksi ikan

yang cenderung meningkat, serta semakin meningkatnya aktifitas di PPI Pontap

dapat dijadikan alasan pengajuan peningkatan status pelabuhan, yakni dari

pangkalan pendaratan ikan (pelabuhan tipe D) menjadi pelabuhan perikanan

pantai (PPP/pelabuhan tipe C). Pelabuhan tipe C/PPP telah memiliki tata ruang

(zonasi) pengolahan/industri perikanan sehingga dapat dijadikan langkah awal

yang baik untuk mengelola dan mengintegrasi kegiatan pengolahan ikan di dalam

kawasan pelabuhan perikanan di Kota Palopo. Gambar fasilitas di PPI Pontap

disajikan pada Lampiran 2.

Page 54: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

39

Utilitas

Tenaga listrik dan air merupakan variabel yang penting untuk diperhatikan

dalam pemilihan lokasi industri. Di Kota Palopo terdapat Pembangkit Listrik

Tenaga Diesel (PLTD) dengan kapasitas 12 MW dan Pembangkit Listrik Tenaga

Mikrohidro (PLTMH) yang berlokasi di Bambalu Kecamatan Wara Barat.

Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) merupakan sistem jaringan

interkoneksi jaringan regional Sulawesi Saluran transmisi tegangan menengah 150

KV dan rencana Saluran Transmisi Tegangan Tinggi (SUTT). Sistem jaringan

listrik yang terdapat di Kota Palopo terdiri dari Saluran Udara Tegangan Ekstra

Tinggi (SUTET), Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT), Saluran Udara

Tegangan Menengah (SUTM) dan Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR)

(Lampiran 1). Gardu induk untuk jaringan listrik wilayah Kota Palopo terdapat di

Kecamatan Mungkajang. Selain itu, Kota Palopo juga telah melakukan peramalan

akan tingkat pelayanan jaringan listrik di wilayah Kota Palopo hingga tahun 2031

(Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Palopo 2012). Pemakaian listrik di

Tahun 2011 yang tercatat dalam laporan statistik Palopo dalam angka Tahun 2012

adalah sebesar 61.528.456 KWH.

Kondisi air tanah sebagai baku air bersih di Kota Palopo saat ini masih

relatif baik. Dari data yang diperoleh, cadangan air tanah paling banyak di

Kecamatan Battang, Mungkajang dan Telluwanua. Rencana sumber air baku Kota

Palopo untuk kebutuhan masyarakat di Kota Palopo bersumber dari Sungai

Mangkaluku, Sungai Latuppa, Sungai Magandang dan Sungai Buludatu yang

masih sangat potensil untuk dikembangkan. Lebih jelasnya mengenai sumber air

baku beserta kapasitasnya dapat dilihat pada Tabel 8. Pada tahun 2011, pemakaian

air bersih di Kota palopo adalah sebanyak 5.077.493 liter (BPS Kota Palopo

2012).

Tabel 8 Intake/Sumber Air Baku Kota Palopo dan Kapasitasnya Tahun 2011

Sumber Air Baku Lokasi Sumber Jenis Sumber Kapasitas

Sungai Mangkaluku Sungai Mangkaluku Sungai 120 l/detik

Sungai Latuppa Sungai Latuppa Sungai 400 l/detik

Sungai Magandang Sungai Magandang Sungai 20 l/detik

Sungai Buludatu Sungai Buludatu Sungai 5 l/detik

Sungai Bambalu Sungai Bambalu Sungai 400 l/detik

Sungai Babak Sungai Babak Sungai 100 l/detik

Sumber: Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Palopo 2012

Saat ini terdapat beberapa lokasi instalasi pengolahan air (IPA) di Kota

Palopo yang tersebar di 3 kelurahan di Kota Palopo, yaitu :

IPA Saringan Pasir Lambat (SPL) di Kelurahan Latuppa dengan kapasitas

produksi 40 L/detik.

IPA 1 di Kelurahan Latuppa dengan kapasitas produksi 40 l/detik.

IPA 2 di Kelurahan Latuppa dengan kapasitas produksi 100 l/detik.

IPA 3 di Kelurahan Latuppa dengan kapasitas produksi 70 l/detik.

IPA 4 di Kelurahan Magandang dengan kapasitas produksi 50 l/detik.

IPA 5 di Kelurahan Latuppa dengan kapasitas produksi 50 l/detik.

Page 55: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

40

IPA 6 di Kelurahan Latuppa dengan kapasitas produksi 20 l/detik. IPA Bronceptering di Kelurahan Buludatu dengan kapasitas produksi 2.5

l/detik.

Tenaga listrik dan air menjadi variabel penting karena tenaga listrik sangat

diperlukan untuk menunjang proses produksi olahan ikan, demikian juga dengan

air bersih dibutuhkan untuk pengembangan industri pengolahan perikanan dalam

proses produksi dan memenuhi kebutuhan para pekerja. Melihat kapasitas tenaga

listrik dan air yang dimiliki Kota Palopo, dapat disimpulkan bahwa

pengembangan industri masih dapat dilakukan di Kota Palopo.

Aksesibilitas

Kegiatan perindustrian, pertambangan, perikanan, atau kegiatan lainnya

dalam pelaksanaan usaha pokoknya memerlukan fasilitas pelabuhan. Menjadikan

pelabuhan sebagai suatu kawasan yang terintegrasi dengan pergudangan sebagai

penunjangnya, maka pelabuhan dapat berperan sebagai pintu gerbang kegiatan

perekonomian daerah dan nasional bahkan internasional; tempat kegiatan alih

moda transportasi; serta tempat distribusi, konsolidasi dan produksi. Kota Palopo

memiliki potensi inlet-outlet terhadap lokasi pasar Indonesia Bagian Timur karena

secara geografis memiliki akses langsung terhadap Alur Laut Teluk Bone menuju

Laut Banda, Selat Makassar dan Laut Flores dengan didukung oleh keberadaan

Pelabuhan Tanjung Ringgit. Pelabuhan Tanjung Ringgit juga berperan sebagai

Pelabuhan Nasional sebagaimana ditetapkan dalam RTRW Provinsi Sulawesi

Selatan dan RTRW Nasional. Oleh karena itu, pemerintah daerah Kota Palopo

berencana untuk mengembangkan kawasan pelabuhan pengumpul yang

berintegrasi dengan pergudangan sebagai fasilitas penunjangnya dan

mengembangkan terminal kargo di dalam kawasan Pelabuhan Nasional Tanjung

Ringgit (Lampiran 1).

Selain meningkatkan kawasan pelabuhan yang merupakan akses jalur laut,

akses darat juga ditingkatkan. Sistem jaringan transportasi darat meliputi sistem

jaringan jalan dan perkeretaapian. Sistem jaringan transportasi darat merupakan

sistem yang memperlihatkan keterkaitan kebutuhan dan pelayanan transportasi

antar kawasan dan antar wilayah. Secara garis besar pengembangan sistem

transportasi darat akan dibedakan pada pengembangan jaringan jalan arteri,

kolektor dan lokal. Jaringan jalan arteri dan kolektor sebagai jaringan jalan

pendukung sistem transportasi regional untuk mendukung pola aliran barang

regional, dan jaringan jalan lokal sebagai pendukung sistem transportasi internal

di Kota Palopo sekaligus dikembangkan sebagai pendukung jalur rute wisata yang

dikembangkan di berbagai tempat di Kota Palopo. Jaringan jalan arteri dengan status Jalan Nasional akan dikembangkan di

jalan lingkar timur, dimana jaringan jalan arteri saat ini (Jl. Andi Djemma, Jl.

Sudirman, Jl. Ahmad Yani dan Jl. DR Ratulangi)) diturunkan fungsinya sebagai

jalan kolektor primer. Maksud pengembangan jalan lingkar tersebut adalah untuk

menghindari pergerakan regional yang melintas di Kota Palopo, sehingga tidak

lagi melalui bagian wilayah tengah kota (pusat kota). Jaringan jalan kolektor

tetap mempertahankan poros Rantepao-Palopo (sampai ke pelabuhan Tanjung

Ringgit) dan mengembangkan jaringan jalan lingkar barat yang akan melintasi

Kota Palopo dari arah selatan (Kelurahan Sampoddo) ke utara sampai ke wilayah

Page 56: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

41

Kabupaten Luwu (Desa Tombang Kecamatan Walenrang). Pengembangan kedua

jaringan jalan ini (arteri primer dan kolektor primer) dilengkapi dengan

pengembangan terminal penumpang dan angkutan barang serta menghubungkan

langsung kawasan Industri, pergudangan dan Pelabuhan Tanjung Ringgit. Jaringan jalan ini dilengkapi juga dengan halte, dan di beberapa lokasi di

kembangkan jembatan penyeberangan. Jaringan jalan lokal dikembangkan kapasitasnya. Jaringan jalan

dikembangkan untuk mendukung pengembangan rute angkutan yang dapat

melayani pergerakan antar entitas wisata yang dikembangkan di Kota Palopo

Jalan lokal di beberapa ruas didesain secara khusus untuk mendukung

pengembangan koridor wisata dan jalur festival wisata di Kota Palopo yang

diadakan setiap tahun. Pengembangan jaringan jalan ini dilengkapi dengan

pengembangan halte dan halte khusus wisata. Akses darat yang baik juga

diperlihatkan dengan kondisi jalannya, yakni beraspal sepanjang 264.727 km

(66,43 persen), krikil sepanjang 113.549 km (28.50 persen), hanya tanah

sepanjang 10.698 km (2.68 persen), dan jenis permukaan beton, lapen, dan rabat

sepanjang 9.511 km (2.39 persen). Jarak Kota Palopo dengan Ibu Kota Provinsi

Sulawesi-Selatan adalah 367 km dengan waktu tempuh kurang lebih 7 jam. Pada

rencana pengembangannya, pemerintah daerah juga akan meningkatkan fungsi

Pelabuhan Tanjung Ringgit, pembangunan jalur kereta api bagian timur Sulawesi

Selatan, serta pengembangan terminal penumpang, terminal barang, dan jalur

angkutan umum.

Sistem jaringan perekeretaapian terdiri dari jaringan jalur kereta api dan

stasiun kereta api. Pengembangan jaringan jalur kereta api yang akan

dikembangkan di Kota Palopo adalah merupakan bagian dari jalur keretaapi trans

Sulawesi yang melintasi wilayah Kecamatan Sendana, Kecamatan Wara Selatan,

Kecamatan Wara, Kecamatan Wara Barat, Kecamatan Wara Utara, Kecamatan

Bara dan Kecamatan Telluwanua. Pengembangan Stasiun kereta api berlokasi di

Kecamatan Wara Selatan. Dengan pertimbangan tersebut maka rencana

pengembangan sistem jaringan prasarana perkeretaapian meliputi: (1)

pembangunan sistem jaringan pelayanan kereta api yang terkoneksi dengan sistem

angkutan umum penumpang dan barang dan (2) pembangunan Stasiun Kereta Api

Kota Palopo di Kelurahan Songka Kecamatan Wara Selatan (Lampiran 1). Selain

itu, tingginya tingkat aksesibilitas juga di perlihatkan dengan keberadaan Bandar

Udara Lagaligo yang terdapat di Kabupaten Luwu yang berbatasan dengan

sebelah selatan Kota palopo.

Jaringan transportasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam

pengembangan suatu wilayah, yaitu memberi kemudahan atau meningkatkan

interaksi antar wilayah/pusat pelayanan. Dengan demikian akan diperoleh manfaat

ekonomi, sosial, dan kewilayahan (membuka keterisolasian dengan wilayah

lainnya), karena hubungan antar wilayah yang semakin mudah akan mendorong

pergerakan penduduk. Dengan terbukanya wilayah yang terisolasi maka wilayah

tersebut akan semakin berkembang, yang pada akhirnya akan meningkatkan

perkembangan dan pertumbuhan ekonomi.

Posisi Kota Palopo sangat strategis karena merupakan daerah perbatasan.

Sebagaimana yang telah dijelaskan pula sebelumnya bahwa pemerintah daerah

provinsi Sulawesi Selatan telah menetapkan Kota Palopo sebagai Pusat Kegiatan

Wilayah (PKW) dan Pusat pengembangan ekonomi Sulawesi Selatan bagian utara

Page 57: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

42

(Kawasan Andalan Palopo dan sekitarnya). Hal ini membuat pemerintah daerah

lebih memperkuat aksesibilitas menuju dan keluar Kota Palopo. Rencana

penguatan aksesibilitas menjadi peluang dalam pengembangan kegiatan

industrialisasi, termasuk di dalamnya industri pengolahan ikan.

c. Daya serap pasar

Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang merupakan negara

kepulauan. Indonesia khususnya Sulawesi sebagian besar populasinya

mengkonsumsi ikan. Saat ini rata-rata tingkat konsumsi ikan perkapita nasional di

Indonesia mencapai 33.89 kg per kapita. Rata-rata tingkat konsumsi ikan

perkapita Provinsi Sulawesi-Selatan tahun 2012 mencapai 42.91 kg per kapita

(Ditjen P2HP 2013). Sejak tahun 2001 sampai 2012 penduduk Kota Palopo

meningkat, dengan laju pertumbuhan 2.72 persen (BPS Kota Palopo 2013).

Secara umum masyarakat Sulawesi Selatan dan khususnya masyarakat Kota

Palopo lebih menyukai mengkonsumsi ikan segar dibandingkan produk olahan.

Namun demikian, melihat semakin pesatnya pertumbuhan penduduk dan

urbanisasi serta kemajuan pembangunan di tiap-tiap daerah di Sulawesi Selatan

dan beragamnya jenis produk olahan ikan yang menggugah selera, tidak menutup

kemungkinan mereka untuk mengkonsumsi produk olahan. Berdasarkan data,

sekitar 70 persen produksi ikan nasional digunakan sebagai bahan pangan (Ditjen

P2HP 2013). Pada level internasional/global, tingkat konsumsi ikan dunia

semakin meningkat. Berdasarkan data, 71 persen produk perikanan dunia yang

diekspor berbentuk produk konsumsi untuk manusia. Pada tahun 2011, penduduk

dunia mengkonsumsi 130,8 juta ton produk perikanan untuk kebutuhan pangan.

Sekitar 23.2 juta ton lainnya digunakan untuk kebutuhan non pangan (Ditjen

P2HP 2013).

Pertumbuhan ekonomi Kota Palopo juga mengalami peningkatan. Diketahui

bahwa sejak tahun 2005 hingga 2011 Pendapatan Domestik Regional Bruto

(PDRB) perkapita atas dasar harga konstan Kota Palopo meningkat setiap

tahunnya dengan laju pertumbuhan 4.51 persen (Tabel 9). PDRB adalah nilai

tambah bruto seluruh barang dan jasa yang tercipta atau dihasilkan di wilayah

domestik suatu daerah yang timbul akibat berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu

periode tertentu tanpa memperhatikan faktor produksi dimiliki oleh residen atau

non residen. PDRB bisa dijadikan alat untuk melihat kondisi perekonomian suatu

wilayah atau region. Kemampuan ekonomi suatu daerah tercermin dari PDRB-

nya. Perikanan berada di dalam sektor pertanian. Pada sektor pertanian, sub sektor

perikanan dan sub sektor perkebunan masih tetap mendominasi dalam

pembentukan nilai tambah. Berdasarkan laporan PDRB Kota Palopo tahun 2011,

meskipun sektor pertanian mengalami penurunan setiap tahunnya tetapi tetap

masuk ke dalam tiga besar sektor yang memberikan kontribusi terbesar di Kota

Palopo setelah sektor perdagangan dan jasa. Kontribusi subsektor perikanan

terhadap sektor pertanian mencapai 58.22 persen atau 10 persen bagi

pembentukan PDRB Kota Palopo. Kontribusi subsektor perkebunan terhadap

pembentukan nilai tambah sektor pertanian mencapai 28.58 persen atau 5,15

persen bagi pembentukan PDRB Kota Palopo. Sisanya yakni untuk sub sektor

tanaman bahan makanan, peternakan, dan kehutanan hanya memberikan

kontribusi sebasar 13.20 persen terhadap sektor pertanian atau sekitar 2,59 persen

bagi pembentukan PDRB Kota Palopo.

Page 58: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

43

Tabel 9 PDRB perkapita atas dasar harga konstan tahun 2005-2011

Tahun PDRB Perkapita Atas Dasar

Harga Konstan (Rupiah)

Laju

Pertumbuhan (%)

2005 5 139 549

4.51

2006 5 212 094

2007 5 406 985

2008 5 629 236

2009 5 980 642

2010 6 253 428

2011 6 696 399 Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Palopo tahun 2006-2012

Menurut Tambunan (2003), besarnya pasar dalam negeri yang ditentukan

oleh kombinasi antara jumlah populasi dan tingkat pendapatan nasional rill

perkapita (dengan asumsi faktor lain mendukung). Meningkatnya jumlah populasi

berarti kebutuhan akan bahan makanan juga meningkat. Produk perikanan tidak

hanya berperan sebagai pemenuhan kebutuhan pangan biasa tetapi memiliki peran

penting sebagai sumber protein. Melihat kondisi geografis Indonesia sebagai

negara kepulauan, jika dikelola dengan optimal maka kebutuhan akan protein dari

produk perikanan dapat disediakan dalam jumlah yang banyak dan dengan harga

yang relatif murah. Sama halnya dengan Kota Palopo yang semakin berkembang,

secara nasional pertumbuhan penduduk Indonesia juga meningkat. Dengan

demikian kebutuhan akan pangan dan sumber protein juga meningkat. Agustini

(2003), dalam penelitiannya menyatakan bahwa pemanfaatan hasil perikanan

melalui penganekaragaman produk-produk “value-added” memiliki prospek yang

bagus di masa mendatang dan dapat mendukung suksesnya pelaksanaan Program

Ketahanan Pangan Nasional bila disertai dengan kerjasama yang baik antar

lembaga terkait. Produk olahan perikanan (produk “value-added”) memiliki

keuntungan yang tinggi dengan jangkauan pemasaran yang lebih luas, utamanya

ke Jepang, USA, dan beberapa negara di Eropa (Agustini 2003).

Tingkat pertumbuhan populasi, sebaran usia serta kesukaan makan ikan

merupakan faktor-faktor penting yang mempengaruhi fungsi permintaan ikan dan

produk perikanan. Banyak negara berkembang memiliki tingkat pertumbuhan

populasi positif dan secara luas adalah populasi pemuda. Pola konsumsi makanan

dan kesukaan makanan dari sebagian besar populasi yang telah berumur memiliki

dampak yang lebih besar pada rantai suplai makanan global. Konsumen ikan

terbesar di dunia, Jepang telah mengalami pertumbuhan populasi yang sangat

rendah namun memiliki tingkat umur yang panjang dalam populasi tersebut. Dua

puluh lima persen dari populasi berumur diatas 65 tahun. Pola makan mereka

yaitu ikan dan nasi. Permintaan lebih besar berasal dari populasi yang berumur

panjang sebagai langkah kecil berdiet (De Silva and Yamao 2006).

Kota Palopo yang berada pada posisi yang strategis yakni sebagai daerah

perbatasan, dapat mempermudah alur distribusi produk keluar kota. Semakin

gencarnya penyuluhan “gemar makan ikan “ oleh Kementrian Kelautan dan

Perikanan dan beberapa instansi membuat kesadaran akan pentingnya

mengkonsumsi ikan semakin meningkat. Keberadaan toko-toko swalayan juga

semakin menambah peluang pemasaran produk perikanan. Promosi besar-besaran

Page 59: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

44

dan menarik dari tiap-tiap toko swalayan menarik perhatian konsumen dan

meningkatkan permintaan akan produk perikanan. Berbagai peluang diatas

memungkinkan meluasnya pasar dari produk perikanan.

Kegiatan pengolahan hasil perikanan mulai dibentuk di Kota Palopo pada

tahun 2011 dalam bentuk kelompok industri rumah tangga. Setiap kelompok

terdiri dari 5 sampai 21 orang. Beberapa jenis produk olahan yang dihasikan

diantaranya teri gurih , dendeng ikan, kerupuk ikan, bandeng presto, abon, terasi

dan amplang (Gambar 16). Hasil olahan produk perikanan telah dipasarkan di

Kota Palopo dan Luwu Utara. Sampai saat ini, produk olahan hasil perikanan ini

dapat ditemukan di toko yang menjajakan oleh-oleh khas Kota Palopo dan

beberapa rumah industri kelompok pengolahan. Karena lebih umum dijadikan

sebagai oleh-oleh, maka produk olahan perikanan ini menjadi salah satu produk

unggulan Kota Palopo.

Beberapa produk di atas merupakan produk olahan perikanan yang telah ada

di Kota Palopo yang berskala industri rumah tangga. Sebagaimana diketahui

bahwa beberapa jenis ikan yang dominan di Kota Palopo adalah kembung, layang,

tembang, cakalang, dan tongkol. Jenis-jenis ikan tersebut sangat cocok untuk

dijadikan sebagai bahan baku ikan kaleng. Hal ini juga didukung oleh fasilitas

yang telah ada di dalam kawasan PPI Pontap, yakni gedung untuk pengalengan

ikan yang saat ini dijadikan sebagai gudang rumput laut.

Sejak tahun 2011, DKP Kota Palopo di bawah bidang usaha dan pemasaran

hasil perikanan dan pengusaha-pengusaha pengolahan ikan merencanakan sasaran

pemasaran produk hasil olahan perikanan daerah ini ke beberapa daerah di

Indonesia dengan mengikuti PENAS (Pekan Kontak Tani Nasional) di Provinsi

Kalimantan Timur. Keikutsertaan ini bertujuan sebagai promosi dari produk-

produk olahan hasil perikanan yang telah dibuat. Selain mengikuti PENAS,

promosi juga dilakukan dengan mengikuti pameran di beberapa kota besar lainnya

seperti Makassar, Menado, Batam, dan Jakarta (Gambar 17). Saat penelitiaan ini

berlangsung, diketahui bahwa beberapa toko swalayan yang ada di Kota Palopo

telah mengajukan permintaan akan produk olehan perikanan dari kelompok

industri pengolahan ikan. Hal ini diindikasikan oleh adanya prasarana dan sarana

transportasi yang semakin baik, baik transportasi darat, laut, maupun udara, akan

semakin mempermudah menjangkau pasar-pasar di Provinsi Sulawesi Selatan dan

luar Sulawesi Selatan (nasional), bahkan ekspor. Terdapat bandara udara

internasional di Makassar yang memudahkan untuk ekspor produk hasil olahan ke

luar negeri.

Gambar 16 Contoh produk olahan perikanan Kota Palopo

(terasi, abon, dan teri gurih)

Page 60: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

45

Gambar 17 Beberapa daerah promosi produk olahan hasil perikanan Kota Palopo

di wilayah hinterland-nya

d. Sumberdaya manusia

Penduduk Kota Palopo pada akhir tahun 2012 tercatat sebanyak 152 703

jiwa. Secara rinci menurut jenis kelamin masing-masing 74 870 jiwa laki-laki dan

77 833 jiwa perempuan. Jika diamati menurut kelompok umur, seperti pada Tabel

10 dapat dijadikan bahan evaluasi dan perencanaan pembangunan di bidang

kependudukan, di sana terlihat bahwa dari 152 703 jiwa penduduk tercatat sekitar

30.14 persen berada pada usia muda (0-14 tahun) dan 3.78 persen pada kelompok

usia tua (65 tahun ke atas), selebihnya sekitar 66.08 persen yang berada pada

kelompok usia produktif (usia 15-64 tahun).

Penduduk usia kerja (PUK) didefinisikan sebagai penduduk yang berumur

10 tahun ke atas. Penduduk tersebut terdiri dari angkatan kerja dan bukan

angkatan kerja. Angkatan kerja adalah mereka yang bekerja atau yang sedang

mencari pekerjaan. Sedangkan bukan angkatan kerja adalah mereka yang sedang

bersekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya. Bekerja adalah kegiatan

melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh

keuntungan paling sedikit satu jam berturut-turut selama seminggu yang lalu.

Tabel 10 Penduduk menurut golongan umur dan jenis kelamin di Kota Palopo

tahun 2012

Golongan

Umur

Laki-laki

(orang)

Perempuan

(orang)

Jumlah

(orang)

Seks Rasio Persentase

(%)

0 – 14 23 652 22 375 46 027 105.71 30.14

15 – 64 48 853 52 053 100 906 93.85 66.08

65 + 2 365 3 405 5 770 69.46 3.78

Jumlah 74 870 77 833 152 703 96.19 100.00

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Polopo Tahun 2013

Tabel 11 menggambarkan hasil rekapitulasi pencari kerja oleh dinas sosial

dan tenaga kerja Kota Palopo, dari sana diketahui bahwa pada keadaan akhir

tahun 2012 jumlah pencari kerja tercatat sebanyak 4 678 orang yang terdiri dari 2

103 laki-laki dan 2 575 orang perempuan. Bila diamati menurut waktu

pendaftaran pencari kerja ternyata dari 4 678 orang pencari kerja, diantaranya

Page 61: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

46

tercatat sebanyak 3 710 orang adalah pencari kerja pada tahun 2011 sisanya

sebanyak 968 orang yang merupakan pencari kerja baru selama tahun 2012.

Tabel 12 menunjukkan informasi mengenai pencari kerja yang telah berhasil

ditempatkan menurut jenjang pendidikan. Dengan mencermati secara teliti

keadaan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pencari kerja yang telah

ditempatkan dilihat dari sisi pendidikan ternyata potensi mereka cukup baik.

Dikatakan demikian karena dari 338 orang pencari kerja yang telah berhasil

ditempatkan tercatat sekitar 1.69 persen berpendidikan S1 ke atas; 0.56 persen

berlatar belakang pendidikan Sarjana Muda/D3; 33.71 persen berpendidikan

SLTA Kejuruan dan DI/D2; 64.04 persen berpendidikan SLTA Umum. Ini adalah

suatu indikasi yang cukup membanggakan dan menjanjikan jika mereka

diberdayakan sesuai dengan bidang atau keterampilan sesuai latar belakang

pendidikan mereka. Berikut pada Tabel 13 menunjukkan informasi mengenai

pencari kerja yang belum ditempatkan menurut jenjang pendidikan. Dari tabel

tersebut dapat disimpulkan bahwa pencari kerja yang belum ditempatkan dilihat

dari sisi pendidikan ternyata juga memiliki potensi atau kualitas yang cukup baik.

Hal ini terlihat dari tingkat pendidikan pencari kerja tersebut yang sebanyak 20.50

persen sarjana, 11.17 persen Sarjana Muda/D3/Akte 3, 12.17 persen SLTA

Kejuruan,D1/D2, 55.78 persen SLTA Umum, 0.29 persen SLTP Umum, dan

hanya 0.10 persen SD/sederajat.

Tabel 11 Kumulatif pendaftar pencari kerja di Kota Palopo tahun 2012

Uraian Laki-laki Perempuan Jumlah

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Sisa Pencari Kerja 2011 1 698 80.74 2 012 78.14 3 710 79.31

Pencari Kerja Baru 2012 405 19.26 563 21.86 968 20.69

Jumlah 2 103 100.00 2 575 100.00 4 678 100

Penempatan 97 81 178

Penghapusan Pencari Kerja 131 188 319

Sisa Pencari Kerja yang

belum Ditempatkan Akhir

Tahun 2012

1 875

2 306

4 181

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Polopo Tahun 2013

Tabel 12 Jumlah pencari kerja yang ditempatkan menurut tingkat pendidikan di

Kota Palopo tahun 2012

Tingkat Pendidikan Laki-laki

(orang)

Perempuan

(orang)

Jumlah

(orang)

Persentase

(%)

Tamat SD dan Sederajat - - - -

SLTP Umum - - - -

SLTA Umum 53 61 114 64.04

SLTA Kejuruan,D1/D2 42 18 60 33.71

Sarjana Muda/D3/Akte 3 1 - 1 0.56

Sarjana 1 2 3 1.69

JUMLAH 97 81 178 100.00

Tahun 2011 221 117 338 100.00

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Polopo Tahun 2013

Page 62: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

47

Tabel 13 Jumlah pencari kerja yang belum ditempatkan menurut tingkat

pendidikan di Kota Palopo tahun 2012

Tingkat Pendidikan Laki-laki

(orang)

Perempuan

(orang)

Jumlah

(orang)

Persentase

(%)

Tamat SD dan Sederajat 4 - 4 0.10

SLTP Umum 8 4 12 0.29

SLTA Umum 1 070 1 254 2 332 55.78

SLTA Kejuruan,D1/D2 286 223 509 12.17

Sarjana Muda/D3/Akte 3 106 361 467 11.17

Sarjana 393 464 857 20.50

JUMLAH 1 875 2 306 4 181 100.00

Tahun 2011 1 698 2 012 3 710 100.00

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Polopo Tahun 2013

Tabel 14 Jumlah pencari kerja yang belum ditempatkan menurut keahlian Utama

di Kota Palopo tahun 2012

No. Keahlian Utama Laki-laki

(orang)

Perempuan

(orang)

Jumlah

(orang)

Persentase

(%)

1 Tenaga Profesional,

Teknisi

431 664 1 095 26.19

2 Tenaga Kepemimpinan

dan Ketatalaksanaan

203 14 217 5.19

3 Tenaga Tata Usaha dan

Tenaga yang berhubungan

1 094 1 537 2 631 62.93

4 Tenaga Usaha Penjualan 11 16 27 0.65

5 Tenaga Usaha Jasa 13 18 31 0.74

6 Tenaga Usaha Pertanian,

Peternakan, Kehutanan,

Perkebunan dan Perikanan

42 28 70 1.67

7 Tenaga Produksi,

Operator dan Buruh Kasar

81 29 110 2.63

JUMLAH 1 875 2 306 4 181 100

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Polopo Tahun 2013

Pengadaan industri sangat besar manfaatnya dalam penyerapan tenaga kerja.

Utamanya untuk kebutuhan tenaga produksi dan buruh kasar. Menurut

Syahruddin (2010), pengembangan kawasan industri akan meningkatkan

pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Melalui pertumbuhan ekonomi satu persen

saja dapat menyerap tenaga kerja sekitar seratus ribu orang (Soeling 2007).

Mengacu pada Tabel 14 di atas, diketahui bahwa total pencari kerja di Kota

Palopo adalah 4 181 orang. Lebih rinci terdapat 70 orang tenaga usaha pertanian,

peternakan, kehutanan, dan perikanan. Suatu industri akan sangat membutuhkan

banyak tenaga produksi dan buruh kasar. Kota Palopo sendiri memiliki 110 orang

tenaga produksi, operator dan buruh kasar. Oleh karena itu disimpulkan bahwa

industri yang dapat berdiri di Kota Palopo yakni industri skala rumah tangga,

kecil dan sedang. Kebutuhan akan tenaga professional dan teknisi juga dapat

terpenuhi dengan melihat banyaknya jumlah tenaga professional dan teknisi yakni

563 orang tetapi tidak dijelaskan menurut bidangnya. Tenaga kepemimpinan dan

Page 63: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

48

ketatalaksaaan berjumlah 217 orang yang berpotensi untuk menduduki jabatan

tersebut. Gambaran di atas mengindikasikan bahwa kebutuhan akan tenaga kerja

untuk industri pengolahan ikan skala rumah tangga, kecil hingga sedang dapat

dipenuhi secara kuantitatif. Oleh karena sebagian pencari kerja tersebut tidak

dikelompokkan berdasarkan bidangnya masing-masing maka secara kualitatif

kebutuhan akan tenaga kerja tidak dapat dipastikan. Namun demikian,

berdasarkan tingkat pendidikan pencarai kerja Kota Palopo dapat disimpulkan

bahwa kualitas SDM cukup baik. Peningkatan keterampilan SDM di bidang

perikanan pascatangkap (pengolahan) dapat dilakukan dengan memberikan

pelatihan, pendampingan serta konsultasi. Jadi secara keseluruhan kebutuhan akan

SDM yang tepat dan mumpuni telah tersedia di Kota Palopo, namun

mendatangkan tenaga kerja dari luar Kota Palopo masih tetap bisa dilakukan

khususnya untuk tenaga professional dan teknisi jika diketahui bahwa tidak ada

tenaga professional dan teknisi di bidang pengolahan hasil perikanan. Oleh karena

itu, perlu dibangun pusat pelatihan perikanan (pengolahan, penangkapan ikan, dan

pemasaran) setingkat diploma di Kota Palopo sebagai upaya pemenuhan dan

pengembangan kualitas SDM.

Strategi Pengembangan Industri Pengolahan Ikan di Kota Palopo

Karakteristik dan potensi daerah Kota Palopo telah dijelaskan pada sub bab

sebelumnya. Langkah berikut yang harus dilakukan ialah mengetahui sejauhmana

karakteristik dan potensi tersebut dapat dimanfaatkan dan dikelola menjadi suatu

strategi yang dapat mengambangkan industri perikanan pasca tangkap di Kota

Palopo. Penentuan strategi ini menggunakan analisis SWOT yang

mempertimbangkan faktor lingkungan internal strength dan weaknesses serta

lingkungan eksternal opportunities dan threats yang dihadapi.

Tahap pertama pembuatan analisis SWOT adalah tahap evaluasi faktor

internal dan eksternal. Faktor-faktor internal kajian pendirian industri pengolahan

ini secara detail telah dijelaskan pada subbab gambaran produksi hasil tangkapan

ikan di Kota Palopo dan identifikasi potensi daerah Kota Palopo. Pada subbab

tersebut digambarkan tentang kondisi Kota Palopo secara umum dan sektor

perikanan tangkap secara khusus. Berdasarkan hal tersebut, maka kekuatan

(strength) dan kelemahan (weak) dapat teridentifikasi. Faktor internal terdiri dari

kekuatan dan kelemahan.

Kekuatan mencakup:

1. Trend volume produksi ikan terus meningkat. Peningkatan produksi ikan

seperti yang telah dijelaskan pada bab gambaran produksi hasil tangkapan

ikan di Kota Palopo. Peningkatan signifikan terjadi pada empat tahun

terakhir. Estimasi daya serap pasar lokal untuk ikan segar juga dilakukan dan

diketahui pada tahun 2012 terdapat sisa 4 757.61 ton ikan yang dapat menjadi

bahan baku industri pengolahan ikan.

2. Lokasi pendirian industri telah tersedia dan letaknya strategis. Pada bab

identifikasi daerah, disimpulkan bahwa lokasi yang cocok untuk

pengembangan industri perikanan/pengolahan ikan adalah di pelabuhan

perikanan. Oleh karena itu, lokasi yang sesuai untuk pengembangan industri

pengolahan ikan di Kota Palopo adalah di Pangkalan Pendaratan Ikan Pontap.

Page 64: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

49

3. Fasilitas pendukung kegiatan industri perikanan pascatangkap (termasuk

pengolahan) tersedia. PPI Pontap yang menjadi pusat kegiatan perikanan

tangkap di Kota Palopo memiliki fasilitas yang cukup lengkap jika

dibandingkan dengan PPI lain di Sulawesi Selatan, juga fasilitas untuk

menunjang kegiatan pengolahan ikan seperti: gedung pengolahan ikan,

chilling room, pabrik es, dan gudang.

4. Tingkat aksesibilitas lokal tinggi. Hal ini telah dijelaskan pada sub bab

identifikasi daerah, diketahui bahwa rencana sistem jaringan trasnportasi yang

ada di Kota Palopo, terdiri atas sistem jaringan transportasi darat meliputi

sistem jaringan jalan, dan sistem jaringan perkeretaapian, serta sistem

jaringan transportasi laut.

Kelemahan mencakup:

1. Volume produksi hasil tangkapan ikan nelayan lokal sangat sedikit

dibandingkan produksi yang datang dari luar Kota Palopo. Pada sub bab

gambaran produksi hasil tangkapan ikan dijelaskan bahwa produksi ikan Kota

Palopo tidak hanya berasal dari nelayan lokal Kota Palopo tetapi juga berasal

dari luar Kota Palopo. Pada sub bab tersebut diketahui bahwa volume

produksi hasil tangkapan nelayan lokal yang melakukan aktivitas di PPI

Pontap lebih sedikit dibandingkan produksi hasil tangkapan yang datang dari

luar Kota Palopo.

2. Kurangnya modal. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa salah satu

kendala tidak berkembangnya kegiatan pengolahan ikan di Kota Palopo

adalah kurangnya modal.

3. Keterampilan sumber daya manusia dibidang pengolahan ikan masih kurang.

Selain kendala modal yang kurang, keterampilan masyarakat Kota Palopo

tentang proses pengolahan ikan juga kurang. Berdasarkan wawancara

diketahui pada tahun 2012, program pelatihan keterampilan penanganan

pascatangkap (termasuk pengolahan ikan) telah dilakukan oleh pegawai dinas

Kelautan dan Perikanan Kota Palopo. Namun pelatihan ini baru dilakukan

pada beberapa kelompok masyarakat pesisir, sebagai percontohan. Saat

penelitian berlangsung terdapat 8 kelompok pengolah ikan yang dibina oleh

DKP Kota Palopo.

Faktor eksternal yang terdiri dari peluang dan ancaman.

Peluang mencakup:

1. Pasar lokal dan nasional besar dengan melihat pertumbuhan/perkembangan

penduduk yang semakin pesat. Pembahasan faktor ini lebih rinci telah

dijelaskan sebelumnya pada sub bab identifikasi daerah bagian daya serap

pasar. Kota Palopo berkembang setiap tahun, yang diperlihatkan oleh

pertumbuhan penduduk dan ekonominya. Tidak hanya Kota Palopo, secara

nasional Indonesia juga mengalami pertambahan penduduk, yang

mengindikasikan peningkatan kebutuhan pangan nasional. Hal tersebut

menjadi indikator akan permintaan suatu produk.

2. Adanya dukungan pemerintah lokal (pemerintah daerah Kota Palopo). Sistem

perencanaan wilayah Kota Palopo mengarah pada pengembangan kota

indutri. Hal ini terlihat dari arah kebijakan dan rencana tata ruang Kota

Palopo yang telah dijelaskan pada sub bab identifikasi daerah. Dukungan

pemerintah daerah terlihat dengan penyediaan suatu Kawasan Industri Palopo

Page 65: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

50

(KIPA) dan perbaikan serta peningkatan fungsi kawasan PPI Pontap dan

pelabuhan niaga Tanjung Ringgit.

3. Adanya dukungan pemerintah nasional melalui kebijakan gemar makan ikan

dan meningkatnya nilai investasi bidang pengolahan dan pemasaran hasil

perikanan yakni mencapai Rp 2.067 triliun (Ditjen P2HP 2013).

4. Pangkalan pendaratan ikan (PPI) Pontap merupakan daerah pendistribusian

dan pemasaran ikan segar yang paling sering disinggahi oleh nelayan dan

pedagang ikan di Sulawesi Selatan. Pada bab gambaran produksi hasil

tangkapan di Kota Palopo, telah dijelaskan secara rinci bahwa hasil tangkapan

ikan di Kota Palopo juga datang dari luar Kota Palopo seperti: Bulukumba,

Makassar, Pare-pare, Bone, Sinjai, Palu, Ponrang, dan Kendari.

5. Adanya dukungan masyarakat sekitar akan pendirian industri untuk

meningkatkan lapangan pekerjaan. Faktor ini diketahui berdasarkan hasil

wawancara. Berbagai alasan masyarakat mendukung adanya pengembangan

industri pengolahan adalah untuk peningkatan pendapatan dan kesejahteraan

masyarakat yakni dengan menciptakan lapangan pekerjaan baru, serta untuk

memanfaatkan produksi ikan yang tidak habis terjual segar.

Ancaman mencakup:

1. Adanya pola musim penangkapan yang mempengaruhi fluktuasi volume

produksi ikan setiap bulan. Kontinuitas bahan baku (ikan) menjadi kriteria

yang menjadi pertimbangan pendirian suatu industri. Pada sub bab gambaran

kondisi produksi hasil tangkapan diketahui bahwa pola pendaratan hasil

tangkapan ikan nelayan lokal berfluktuatif setiap bulan, yang dipengaruhi

oleh faktor musim. Musim puncak ikan berada pada bulan Januari, Februari,

Maret, September, Oktober dan November. Musim Paceklik berada pada

bulan April, Mei, Juni, Juli dan Agustus. Hal ini dapat mempengaruhi

kontinuitas bahan baki (ikan).

2. Budaya konsumsi ikan masyarakat Sulawesi Selatan adalah mengkonsumsi

ikan segar. Budaya konsumsi masyarakat dapat menentukan jenis produk

yang diminta.

3. Kemungkinan pencemaran lingkungan. Sebagaimana pendirian industri pada

umumnya, pencemaran lingkungan oleh limbah industri menjadi

pertimbangan pemerintah dan masyarakat setempat untuk pendirian suatu

industri.

Tahap kedua yaitu pembuatan tabel internal eksternal dan matriks SWOT.

Pada tabel internal eksternal dilakukan penyusunan terhadap semua faktor-faktor

menjadi faktor internal dan eksternal serta pemberian bobot dan rating (Tabel 15

dan 16). Strategi yang tepat dipilih berdasarkan posisi kuadran yang diperoleh

dari nilai total pembobotan untuk masing-masing faktor internal dan eksternal

untuk kemudian dilakukan pembuatan matriks SWOT yang akan menjelaskan

alternatif strategi yang dapat dilakukan (Gambar 19).

Hasil Evaluasi Faktor Internal (EFI) memperlihatkan total skor yang

diperoleh sebesar 2.680 dan Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) sebesar 2.983 yang

menyimpulkan bahwa konsep ini memiliki respon yang baik terhadap berbagai

kondisi lingkungannya yang ada saat ini (Tabel 15 dan 16). Berdasarkan hasil

analisis IFE menunjukkan faktor kekuatan (Strengths) memiliki nilai lebih besar

yaitu 2.002 dibanding dengan nilai faktor kelemahan (Weakness) yang bernilai

0.678. Hal ini dapat diartikan bahwa kekuatan yang dimiliki dapat

Page 66: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

51

memaksimalkan faktor kekuatan untuk meminimalkan faktor-faktor

kelemahannnya. Faktor pengembangan strategi berdasarkan perhitungan dari nilai

skoring faktor internal ialah pengurangan antara faktor kekuatan (Strengths) dan

kelemahan (Weakness) yaitu 2.002 – 0.678 = 1.324 dijadikan titik koordinat pada

sumbu X. Berdasarkan hasil analisis EFE menunjukkan faktor peluang

(Opportunities) memiliki nilai lebih besar yaitu 2.457, dibanding dengan nilai

faktor ancaman (Threaths) yang bernilai 0.526. Hal ini dapat diartikan bahwa

peluang yang dimiliki dapat memanfaatkan faktor peluang yang ada untuk

mengatasi faktor ancaman. Faktor pengembangan strategi berdasarkan

perhitungan dari nilai rating faktor eksternal ialah pengurangan antara faktor

peluang (Opportunities) dan ancaman (Threaths) yaitu 2.457-0.526 = 1.931 yang

dijadikan sebagai sumbu Y. Hasil kualitatif antara faktor internal dan faktor

eksternal akan diformulasikan pada diagram SWOT agar dapat diketahui letak

kuadrannya.

Setelah nilai tertimbang dijabarkan dalam diagram maka diketahui bahwa

konsep berada pada posisi kuadran I atau strategi agresif (Gambar 18). Analisis

dilanjutkan dengan pengambilan keputusan atau perumusan strategi. Beberapa

alternatif strategi yang ditawarkan disajikan pada Gambar 19. Oleh karena posisi

konsep berada pada kuadran I atau strategi agresif maka strateri yang dipilih

adalah strategi stenght-opportunity (SO).

Tabel 15 Evaluasi Faktor Internal (EFI)

Uraian Faktor-faktor Internal Bobot Rating Skor

Kekuatan

1. Trend volume produksi terus meningkat

2. Lokasi pendirian industri telah tersedia dan

letaknya strategis

3. Fasilitas pendukung kegiatan industri

perikanan pascatangkap (termasuk

pengolahan) tersedia seperti gedung

pengolahan ikan, chilling room, pabrik es, dan

gudang.

4. Tingkat aksesibilitas lokal tinggi

Kelemahan

1. Volume produksi hasil tangkapan ikan

nelayan lokal sangat sedikit dibandingkan

produksi yang datang dari luar Kota Palopo

2. Kurangnya modal

3. Keterampilan sumber daya manusia di bidang

pengolahan ikan masih kurang

0.167

0.155

0.083

0.155

0.107

0.202

0.131

4

3

3

4

2

1

2

0.668

0.465

0.249

0.620

0.214

0.202

0.262

Total skor faktor kekuatan – kelemahan 1.00 2.680

Page 67: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

52

Tabel 16 Evaluasi Faktor Eksternal (EFE)

Uraian Faktor-faktor Eksternal Bobot Rating Skor

Peluang

1. Pasar lokal dan nasional masih sangat besar

2. Adanya dukungan pemerintah lokal dengan

penyediaan suatu Kawasan Industri Palopo

(KIPA) dan perbaikan serta peningkatan

kawasan PPI Pontap dan pelabuhan niaga

Tanjung Ringgit

3. Adanya dukungan pemerintah nasional

melalui kebijakan gemar makan ikan dan

peningkatan modal investasi untuk industri di

bidang perikanan

4. PPI Pontap merupakan daerah pendistribusian

dan pemasaran ikan segar yang paling sering

disinggahi oleh nelayan dan pedagang ikan

Sulawesi Selatan

5. Adanya dukungan masyarakat sekitar akan

pendirian industri untuk meningkatkan

lapangan pekerjaan

Ancaman

1. Adanya pola musim penangkapan yang

mempengaruhi fluktuasi volume produksi ikan

setiap bulan

2. Budaya konsumsi ikan masyarakat Kota

Palopo dan Sulawesi Selatan adalah

mengkonsumsi ikan segar

3. Kemungkinan pencemaran lingkungan

0.143

0.152

0.080

0.152

0.143

0.134

0.080

0.116

4

4

3

4

3

1

2

2

0.572

0.608

0.240

0.608

0.429

0.134

0.160

0.232

Total skor faktor peluang – ancaman 1.00 2.983

Peluang

Kekuatan

Ancaman

Kelemahan

1.32; 1.93

III

II

I

IV

Gambar 18 Posisi pengembangan industri pengolahan ikan di Kota Palopo

Page 68: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

53

Internal

Eksternal

Kekuatan (S)

1. Trend volume produksi

yang terus meningkat

2. Lokasi pendirian

industri telah tersedia

dan letaknya strategis

3. fasilitas pendukung

kegiatan industri

pengolahan ikan

tersedia seperti

gedung pengolahan

ikan, chilling room,

pabrik es, dan gudang.

4. Tingkat aksesibilitas

lokal tinggi.

Kelemahan (W)

1. Volume produksi

hasil tangkapan ikan

nelayan lokal lebih

sedikit dibandingkan

produksi yang datang

dari luar Kota Palopo

2. Kurangnya modal

3. Keterampilan sumber

daya manusia di

bidang pengolahan

ikan masih kurang

Peluang (O)

1. Pasar lokal dan nasional sangat

besar

2. Dukungan pemerintah lokal

dengan arah kebijakan

pengembangan kota industri dan

perbaikan serta peningkatan

kawasan PPI Pontap dan

pelabuhan niaga Tanjung

Ringgit

3. Dukungan pemerintah nasional

melalui kebijakan gemar makan

ikan dan peningkatan modal

investasi untuk industri di

bidang perikanan

4. PPI Pontap merupakan daerah

pendistribusian dan pemasaran

ikan segar yang paling sering

disinggahi oleh nelayan dan

pedagang ikan Sulawesi Selatan

5. Dukungan masyarakat sekitar

akan pendirian industri untuk

meningkatkan lapangan

pekerjaan

SO

1. Penguatan dan

pengembangan

kelompok pengolah

ikan terpadu

masyarakat pesisir

2. Memanfaatkan dan

memelihara fasilitas

penanganan hasil

tangkapan yang

tersedia

3. Mengembangkan

jangkauan pasar

terutama produk

olahan ikan

4. Mempermudah akses

administrasi industri

pengolahan ikan di

daerah

WO

1. Meningkatkan daya

saing volume

produksi hasil

tangkapan ikan

nelayan lokal Kota

Palopo

2. Melakukan promosi

kepada investor

3. Meningkatkan

pengetahuan dan

keterampilan

masyarakat dalam

bidang perikanan

khususnya di bidang

pengolahan ikan

Ancaman (T) 1. Adanya pola musim

penangkapan yang

mempengaruhi fluktuasi volume

produksi ikan setiap bulan

2. Budaya konsumsi ikan

masyarakat Kota Palopo dan

Sulawesi Selatan adalah

mengkonsumsi ikan segar

3. Kemungkinan pencemaran

lingkungan

ST

1. Menjalin kerjasama

dengan nelayan dan

pedagang di

pangkalan pendaratan

ikan daerah lain guna

mendukung suplai

bahan baku (ikan)

2. Melakukan kerja sama

dengan nelayan dan

masyarakat setempat

WT

1. Melakukan

pembinaan kepada

nelayan dan

masyarakat

Gambar 19 Matriks SWOT kajian pengembangan industri pengolahan ikan di

Kota Palopo

Page 69: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

54

Alternatif strategi yang ditawarkan setelah melakukan analisis SWOT

diantaranya:

Strenght – Opportunity (SO)

1. Penguatan dan pengembangan kelompok pengolah ikan terpadu masyarakat

pesisir.

Strategi ini dirumuskan dengan memperhatikan faktor kekuatan internal

nomor 1 dan peluang eksternal nomor 2 dan 5. Langkah awal penerapan strategi

ini dapat dilakukan dengan arahan atau bimbingan instansi yang kompeten di

bidang pengolahan hasil perikanan. Oleh karena permasalahan utama adalah

modal, maka prinsip penguatan dan pengembangan kelompok ini adalah untuk

meminimalisir kebutuhan modal. Penguatan dilakukan pada manajemen

kelompok pengolah ikan yang telah berdiri, sedangkan pengembangan dilakukan

dengan membentuk kelompok pengolah ikan baru. Kelompok dibentuk dari

anggota keluarga nelayan agar dapat sekaligus membantu perekonomian keluarga.

Kelompok dapat dibentuk berdasarkan daerah tempat tinggal atau pun jenis alat

tangkap. Pemukiman nelayan di Kota Palopo sebagian besar terkonsentrasi pada

satu daerah menurut jenis alat tangkap yang dioperasikannya.

2. Memanfaatkan, memelihara dan meningkatkan fungsi fasilitas penanganan

hasil tangkapan yang tersedia seperti chilling room, pabrik es, dan gedung

pengolahan ikan.

Strategi ini dirumuskan dengan memperhatikan faktor kekuatan internal

nomor 1 dan 3 serta peluang nomor 1. Penerapan strategi ini utamanya bertujuan

untuk menjaga mutu hasil tangkapan yang tidak habis terjual saat musim puncak.

Oleh karena itu perhatian difokuskan pada PPI Pontap sebagai tempat penanganan

bahan baku (ikan). Menurut Lubis (2011), pelabuhan perikanan sebagai pusat

aktivitas ekonomi perikanan tangkap di Indonesia kondisinya masih sangat

terbatas. Kondisi ini menjadi penyebab sulitnya mengharapkan investor domestik

dan asing untuk berinvestasi. Strategi ini sangat baik diaplikasikan guna

menjadikan PPI Pontap sebagai pusat kegiatan perikanan terpadu. Seperti yang

terjadi di PPN Pengambengan yang melakukan revitalisasi, penyempurnaan,

pemeliharaan dan pengembangan untuk dapat menjadi pusat kegiatan perikanan

terpadu (Suherman 2011).

3. Mengembangkan jangkauan pasar terutama produk hasil olahan perikanan.

Strategi ini memperhatikan faktor kekuatan internal nomor 4 dan peluang

eksternal nomor 1 sampai 4. Pemasaran produk olahan ikan harus dilakukan

dengan penanganan yang hati-hati untuk menjaga mutu produk olahan.

Pengembangan pemasaran perlu dilakukan secara terus menerus. Walaupun

demikian, pemasaran atau pendistribusian produk olahan bisa dilakukan dalam

waktu lebih lama bila dibandingkan pemasaran/pendistribusian ikan segar karena

mutu produk tidak akan menurun dalam jangka waktu yang singkat. Manajemen

pemasaran yang baik termasuk memperkuat akses informasi pasar perlu dilakukan

untuk memperluas jangkauan pasar.

Page 70: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

55

4. Mempermudah akses administrasi pendirian indutri pengolahan ikan di daerah.

Strategi ini dirumuskan dengan memperhatikan faktor kekuatan internal

untuk mengambil peluang nomor 2 sampai 5. Langkah penerapan strategi ini

dengan menerapkan tata pengelolaan yang baik (good governance) guna

membentuk birokrasi yang lebih profesional dan berkinerja tinggi. Diharapkan

seluruh proses dalam upaya pengembangan industri yang dilakukan saling

berkaitan antara kegiatan sebelumya dengan rencana selanjutnya atau antara

kegiatan yang satu dengan kegiatan lainnya dalam suatu rangkaian tahapan yang

saling terintegrasi. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Edward III (1980) dalam

Syahruddin (2010) bahwa suatu implementasi kebijakan akan efektif dan

berdayaguna apabila perintah pelaksanaannya konsisten. Sehingga perlu adanya

dukungan dari berbagai lembaga. Seperti kasus yang terjadi di PPN Untia

Makassar yang perlu adanya dukungan dari berbagai lembaga dalam proses

percepatan pembangunannya (Danial et al. 2011).

Strenght – Treath (ST)

5. Menjalin kerjasama dengan nelayan dan pedagang di pangkalan pendaratan

ikan daerah lain guna mendukung suplai bahan baku (ikan).

Strategi ini dirumuskan untuk meminimalisir faktor kelemahan internal

nomor 1 guna menangkap peluang eksternal. Kerjasama yang ditawarkan berupa

kesediaan untuk menyediakan pasokan bahan baku (ikan) jika di Kota Palopo

sedang musim paceklik. Kerjasama ini akan bersifat saling menguntungkan

karena dengan hal ini harga ikan di daerah yang bersangkutan juga akan stabil.

Mahyuddin (2007) dalam penelitiannya menyatakan bahwa PPN Palabuhanratu

menyuplai ikan-ikan seperti peperek, tembang dan tongkol dari daerah-daerah

Pantura Jawa. Ikan-ikan tersebut dijadikan sebagai bahan baku industri

pengolahan pemindangan. Hal ini dilakukan karena terkait harga dan mutu ikan

yang lebih baik serta suplai yang ditawarkan dalam jumlah besar sehingga biaya

transportasi per kilogramnya relatif kecil. Demikian juga yang dikemukakan oleh

Lubis et al. (2013), bahwa PPP Muncar juga mendatangkan pasokan bahan baku

industri dari luar daerah seperti Grajagan, Tuban dan Puger.

6. Menjalin kerjasama dengan nelayan dan masyarakat pesisir setempat

Strategi ini dirumuskan dengan memperhatikan faktor kekuatan seluruh

faktor internal untuk menangkap peluang eksternal. Langkah penerapan strategi

ini dengan mengaktifkan kelompok nelayan, koperasi nelayan, dan lembaga

masyarakat pesisir (seperti LSM) agar tercipta lingkungan yang saling

mendukung sehingga kinerja bidang perikanan menjadi lebih baik. Lembaga-

lembaga non-pemeritah ini dapat membantu untuk memulai dan mengembangkan

industri kecil. Sebagai contoh kasus yang terjadi di Kecamatan Muncar

Kabupaten Banyuwangi dalam penelitian yang dilakukan oleh Resi et.al. (2009),

menyatakan bahwa lembaga swadaya masyarakat Lembaga Pengembangan

Industri Pedesaan (LSM LPIP) sukses bekerja sama dengan pemerintah daerah

Banyuwangi dalam memberdayakan masyarakat pesisir. Hingga saat ini, lembaga

non-pemerintah dibidang perikanan tangkap yang aktif di Kota Palopo hanya

kelompok nelayan saja. Oleh karena itu, perlu upaya pengaktifan lembaga lainnya.

Page 71: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

56

Weak – Opportunity (WO)

7. Meningkatkan daya saing volume produksi hasil tangkapan ikan nelayan lokal

Kota Palopo di PPI Pontap.

Strategi ini dirumuskan dengan memperhatikan faktor kelemahan internal

nomor 1 untuk menangkap peluang yang lebih jauh ke depan dan agar dapat

menjaga stabilitas ketersediaan bahan baku (ikan), walaupun ketersediaan bahan

baku ikan untuk industri dapat disuplai dari luar Kota Palopo. Peningkatan daya

saing volume produksi hasil tangkapan nelayan lokal Kota Palopo di PPI Pontap

juga berarti dapat meningkatkan daya saing industri pengolahan di kota ini,

mengingat mutu hasil tangkapan yang didaratkan di PPI Pontap sebagian besarnya

adalah bermutu prima karena fishing trip-nya satu hari. Hal ini dapat dilakukan

dengan meningkatkan kuantitas dan kualitas faktor-faktor produksi perikanan,

dalam hal ini khususnya bidang perikanan tangkap seperti peningkatan jumlah

armada penangkapan ikan, modernisasi armada penangkapan ikan agar jangkauan

fishing ground dan kapasitas meningkat, serta penyedian fasilitas pendukung

kegiatan penangkapan ikan seperti peningkatan kapasitas es, SPBN, dan tempat

perbaikan kapal dan jaring (yang diketahui saat ini masih tidak mencukupi) di PPI

Pontap.

8. Melakukan promosi kepada investor-investor dan pengelolaan modal usaha.

Strategi ini dirumuskan untuk meminimalisir faktor kelemahan internal

nomor 2 guna menangkap peluang eksternal. Langkah strategi yang dilakukan

tidak hanya dilakukan dengan sekedar menawarkan kemudahan-kemudahan.

Promosi investasi di masa depan harus dilakukan dengan memberikan keyakinan

yang bersifat struktural. Dengan kata lain, harus meyakinkan calon investor akan

kecilnya resiko jika mereka melakukan investasi. Pemerintah daerah Kota Palopo

harus berupaya memperkecil resiko usaha yang bersumber dari kondisi politik,

keamanan, sosial, ketidakpastian hukum termasuk peraturan investasi dan bisnis,

pelayanan birokrasi dan seterusnya. Langkah lain yang dilakukan adalah

pengelolaan modal usaha. Soejono (2008) dalam penelitiannya di Kecamatan

Puger Kabupaten Jember, menyatakan perlunya pengelolaan modal usaha, melalui

(a) memperoleh kemudahan untuk mengakses modal dari lembaga keuangan; (b)

penerapan manajemen keuangan; dan (c) mengurangi ketergantungan terhadap

lembaga keuangan yang “menekan” pengusaha; (4) rekayasa kelembagaan,

melalui pengembangan industri-industri penunjang kegiatan agroindustri berbasis

perikanan laut, misal industri es, kemasan, dan bahan baku penunjang lainnya.

9. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam bidang

perikanan khususnya di bidang pengolahan ikan.

Strategi ini dirumuskan untuk meminimalisir faktor kelemahan internal

nomor 3 guna menangkap peluang eksternal. Hal ini dapat direalisasikan dengan

memberikan beasiswa kepada putra daerah untuk sekolah di jurusan perikanan

dan memberikan pelatihan-pelatihan keterampilan, pendampingan dan konsultasi

dalam bidang perikanan khususnya bidang pengolahan ikan kepada masyarakat

pesisir.

Page 72: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

57

Weak – Treath (WT)

10. Melakukan pembinaan kepada nelayan dan masyarakat

Strategi ini dirumuskan dengan memperhatikan faktor internal kelemahan

dan faktor eksternal ancaman. Dengan semua kelemahan dan ancaman yang ada

maka strategi ini yang paling utama dilakukan. Langkah penerapannya yaitu

dengan melakukan penyuluhan kepada para nelayan dan sosialisasi manfaat dan

pentingnya industri pengolahan ikan kepada masyarakat.

Posisi Konsep yang berada pada kuadran I, menunjukkan bahwa prioritas

strategi yang sebaiknya diambil adalah strategi Strengh-Opportunity (SO),

meskipun demikian, alternatif strategi lainnya juga dapat diambil. Oleh karena itu,

strategi yang menjadi pilihan adalah keseluruhan dari strategi Strengh-

Opportunity (SO) dan salah satu strategi Weak-Opportunity (WO) yang dianggap

penting untuk mendukung pengembangan industri pengolahan ikan, yaitu

meningkatkan daya saing volume produksi hasil tangkapan ikan nelayan lokal

Kota Palopo di PPI Pontap. Pilihan strategi ini mempertimbangkan kontinuitas

bahan baku industri yang sebagian besar bergantung pada suplai bahan baku dari

luar Kota Palopo sehingga dianggap sangat beresiko terhadap kelangsungan usaha

industri pengolahan ikan.

Faktor internal eksternal lingkungan yang mempengaruhi, memperlihatkan

posisi konsep yang menganjurkan dilakukannya strategi agresif, diketahui bahwa

sebagian besar fokusnya berada pada aspek sumberdaya manusia. Peningkatan

SDM dalam bidang manajerial akan mengoptimalkan pengaplikasian setiap

strategi. Oleh sebab itu, untuk aspek SDM perlu dilakukan peningkatan

pengetahuan manajemen berbasis perikanan melalui kegiatan pendidikan,

pelatihan, pendampingan, dan konsultasi.

Alternatif strategi yang ditawarkan dari hasil analisis menunjukkan

pentingnya peran pemerintah daerah dan lembaga non-pemerintah (dalam hal ini

adalah koperasi, kelompok nelayan, lembaga masyarakat lainnya atau LSM)

dalam upaya pengembangan. Kekuatan-kekuatan yang dimiliki yang belum

dioptimalkan, kelemahan-kelemahan yang harus dikurangi bahkan dihilangkan,

peluang-peluang yang harus diambil, serta ancaman-ancaman yang harus diatasi,

menunjukkan bahwa perlu kerjasama dari seluruh stakeholders untuk

menghadapinya.

Pemerintah daerah sebagai salah satu stakeholder hingga saat ini telah

menjalankan perannya dengan melakukan pembangunan dan penyediaan fasilitas

yang dibutuhkan oleh nelayan, pengawasan terhadap pemanfaatan fasilitas dan

kelancaran kegiatan praproduksi penangkapan dan pascatangkap, serta melakukan

pembinaan kepada kelompok-kelompok nelayan dan masyarakat pesisir dalam

upaya mengoptimalkan kinerja mereka. Penerimaan yang baik terhadap upaya

pemerintah daerah diperlihatkan oleh nelayan dan masyarakat pesisir dengan

mengikuti setiap arahan yang diberikan. Namun hal tersebut belum cukup

mengingat banyaknya kegiatan yang harus dilakukan. Oleh karena itu, perlu

pengaktifan lembaga non-pemerintah dalam upaya mengoptimalkan

pengembangan industri perikanan di Kota Palopo.

Page 73: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

58

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan yang diperoleh diantaranya :

1) Produksi hasil tangkapan ikan di Kota Palopo meningkat setiap tahun. Hasil

tangkapan ikan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Pontap tidak hanya

berasal dari nelayan lokal (nelayan yang melakukan aktivitas penangkapan di

PPI Pontap) tetapi juga berasal dari luar Kota Palopo yakni dari Bulukumba,

Makassar, Pare-pare, Bone, Sinjai, Palu, Ponrang, dan Kendari. Daya serap

pasar lokal akan ikan segar tinggi, meskipun demikian berdasarkan hasil

estimasi untuk tahun 2012 diketahui bahwa volume produksi ikan yang

tersisa dan dapat dijadikan bahan baku industri pengolahan ikan adalah

sebesar 4 757.61 ton per tahun. Jenis ikan dominan yang didaratkan di PPI

Pontap diantaranya ikan kembung, layang, teri, peperek, cakalang, tongkol

dan tembang. Jenis pengolahan tradisional yang umum di Kota Palopo yaitu

pengasinan dan pengeringan. Produk olahan lain yang sudah dihasilkan

diantaranya abon ikan, teri gurih, dendeng ikan, kerupuk ikan dan amplang.

Pengolahan tradisional yang diharapkan dan berpotensi tumbuh ialah

pemindangan dan pengasapan dan jenis pengolahan modern yang diharapkan

dan berpotensi untuh tumbuh adalah pengalengan ikan. Musim tangkapan per

jenis ikan yang dominan berfluktuatif, namun demikian secara keseluruhan

hasil tangkapan ikan berada pada musim puncak di bulan Januari, Februari,

Maret, September, Oktober dan November. Musim Paceklik berada pada

bulan April, Mei, Juni, Juli dan Agustus.

2) Potensi daerah Kota Palopo berkaitan dengan pengembangan industri

pengolahan ikan diperlihatkan dari: (1) adanya dukungan pemerintah daerah

melalui arah kebijakan dan rencana tata ruang wilayah yang mengarah pada

pengembangan industri. Tidak terkecuali untuk industri pengolahan ikan,

mengingat perikanan merupakan salah satu subsektor unggulan daerah yang

memberikan kontribusi bagi pendapatan daerah regional bruto (PDRB) di

Kota Palopo; (2) lokasi yang sesuai untuk dijadikan tempat pengembangan

industri pengolah ikan adalah kawasan PPI Pontap, oleh sebab itu perlu

dilakukan peningkatan status dari pangkalan pendaratan ikan (PPI) menjadi

pelabuhan perikanan pantai (PPP) agar pengelolaan dan pengintegrasian

aktivitas pengolahan/industri perikanan dapat dilakukan di pelabuhan

perikanan tersebut; (3) daya serap pasar lokal akan produk pengolahan ikan

memiliki peluang, yang terlihat dari semakin berkembangnya Kota Palopo.

Selain itu, produk olahan perikanan sering menjadi oleh-oleh sehingga

menjadi produk unggulan daerah. Produk olahan perikanan juga menjadi

prospek yang bagus untuk pasar skala nasional karena sejalan dengan

program ketahanan pangan nasional; dan (4) gambaran sumberdaya manusia

Kota Palopo memperlihatkan bahwa dari segi tingkat pendidikan, kualitas

SDM cukup baik. Berdasarkan jumlah pencari kerja yang ada di Kota Palopo

diketahui bahwa kebutuhan tenaga kerja industri skala rumah tangga, kecil

dan sedang dapat dipenuhi.

3) Strategi pengembangan industri pengolahan ikan yang ditawarkan adalah: (1)

penguatan dan pengembangan kelompok pengolah ikan terpadu masyarakat

pesisir; (2) memanfaatkan dan memelihara fasilitas penanganan hasil

Page 74: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

59

tangkapan yang tersedia seperti chilling room, pabrik es, dan gedung

pengolahan ikan; (3) mengembangkan jangkauan pasar terutama produk

olahan ikan; (4) mempermudah akses administrasi industri pengolahan ikan

di daerah; dan (5) meningkatkan daya saing volume produksi hasil tangkapan

ikan nelayan lokal Kota Palopo di PPI Pontap

Saran :

Perlu dilakukan promosi kepada investor berkaitan dengan potensi

pengembangan industri pengolahan ikan yang dimiliki Kota Palopo, melalui

pengembangan unit pengolahan ikan skala kecil. Namun demikian, kajian

kelayakan yang detail perlu dilakukan. Selain itu perlu memberikan pelatihan

keterampilan kepada pencari kerja atau masyarakat pesisir dalam bidang

pengolahan ikan agar dapat memanfaatkan sumberdaya ikan yang tersedia.

Page 75: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

60

DAFTAR PUSTAKA

Abubakar M. 2002. Analisis Implementasi Rencana Strategis Pengelolaan

sumberdaya Perikanan Pantai Provinsi Lampung [tesis]. Bogor (ID): Institut

Pertanian Bogor.

Agustini TW, Swastawati F. 2003. Pemanfaatan Hasil Perikanan Sebagai Produk

Bernilai Tambah (Value-Added) dalam Upaya Penganekaragaman Pangan.

Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. XIV(1): 74-81.

[BPS Kota Palopo] Badan Pusat Statistik Kota Palopo. 2013. Palopo Dalam

Angka periode 2004-2013. Palopo (ID): BPS

Danial, Haluan J, Mustaruddin, Darmawan. 2011. Model Pengembangan Industri

Perikanan berbasis Pelabuhan Perikanan Di Kota Makassar Sul-Sel. Jurnal

Ilmiah Forum Pascasarjana IPB Bogor. 34(2): 1-11.

De Silva DAM, Yamao M. 2006. Regional preferences in the Japanese Seafood

consumption: An empirical analysis of consumer purchasing behavior on

domestic versus imported seafood. Journal of the Regional Fisheries

Society. 46(2): 83-104.

[DKP Kota Palopo] Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Palopo. 2013. Laporan

Tahunan Produksi Hasil Tangkapan Periode 2003-2013. Palopo (ID): DKP.

[DTRCK] Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Palopo. 2012. Laporan Akhir

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palopo Tahun 2011-2031. Palopo (ID):

DTRCK.

[Ditjen P2HP] Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan.

2013. Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Jenderal Pengolahan dan

Pemasaran Hasil Perikanan. Jakarta (ID): Ditjen P2HP.

Frohlich MT, Westbrook R. 2001. Arch of Integration: an International Study of

Supply Chain Strategies. Journal of Operation Management. 19: 185-200.

Gasperz V. 1992. Analisis Sistem Terapan: Berdasarkan Pendekatan Teknik

Industri. Bandung (ID): Tarsito. 270 hlm.

Harian Analisa. 2012. Akibat Kekuranga Es, Berton-ton Ikan Terbuang. Aceh

(ID): [diunduh 2012 Nov 29]. Tersedia pada: http://www. analisadaily.com/

news/kanal/9/aceh/.

Hatta L. 2007. Degradasi Sumberdaya Pesisir dan Kelautan Sulawesi Selatan. Di

dalam: Pangkajene Kepulauan, Coral Reef Rehabilitation and Management

Program [Internet]. Pangkajene (ID): [diunduh 2012 Des 12]. Tersedia

pada: http://www.fajar.co.id/news.php?newsid=34480.

Lubis E. 2011. Kajian Peran Strategis Pelabuhan Perikanan terhadap

Pengembangan Perikanan Laut. Akuatik (Jurnal Sumberdaya Perairan).

5(2): 1-7.

Lubis E, Sumiati. 2011. Pengembangan Industri Pengolahan Ikan Ditinjau dari

Produksi Hasil Tangkapan di PPN Palabuhanratu. Jurnal Marine Fisheries.

2(1): 39-49.

Lubis E, Nugroho T, Witry SDB. 2013. Produksi Hasil Tangkapan Sebagai Bahan

Baku Industri Pengolahan: Kasus Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar

Kabupaten Banyuwangi. Buletin PSP. 21(1): 77-95.

Page 76: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

61

Lumi KW, Mantjoro E, Wagiu M. 2013. Nilai Ekonomi Sumberdaya Perikanan di

Sulawesi Utara (Studi Kasus Ikan Cakalang, Katsuwonus pelamis). Jurnal

Ilmiah Platax. 1-2: 74-80.

Mahyuddin B. 2007. Pola Pengembangan Pelabuhan Perikanan dengan Konsep

Tryptique Portuaire: Kasus Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu

[disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Mallawa A, Syafruddin, Palo M. 2010. Aspek Perikanan dan Pola Distribusi Ikan

Cakalang (katsuwonus pelamis) di Perairan Teluk Bone, Sulawesi Selatan.

Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan). 20(1): 17 – 24.

Nazdan, Setiawan B, Sukandar D. 2008. Analisis potensi dan pengelolaan

perikanan dalam perspektif ketahanan pangan di wilayan perisir Kabupaten

Lampung Barat. J Giz Pangan 3(3):149-155.

Pane AB. 2013. Bahan Ajar Industri Kepelabuhanan Perikanan (IKP) Pada Mata

Kuliah Kepelabuhanan dan Industri. Pascasarjana Teknologi dan

Manajemen Perikanan Laut. Laboratorium Hasil Tangkapan dan

Manajemen Industri Kepelabuhanan, Bagian Keilmuan KPP. Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Ponco AA. 2012. Tidak Terjual, Ikan Dikubur Di Pasir. [diunduh 2012 Nov 29].

Tersedia pada: http://bisniskeuangan. kompas.com / read /2012/09/12/

1316052/ Tidak.Terjual.Ikan.Dikubur.di.Pasir.

Rangkuti F. 2006. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Industri. Jakarta (ID):

PT Gramedia Pustaka Utama.

Resi A, Zauhar S, Ismail HP. 2009. Interaksi Birokrasi Pemerintah dan Lembaga

Swadaya Masyarakat Dalam Pembangunan (Sinergi Birokrasi Pemerintah

dengan Lembaga Pengembangan Industri Pedesaan (LPIP) dalam

Pemberdayaan Masyarakat Pesisir di Muncar, Banyuwangi ). Jurnal

Wacana.10(1): 54-77.

Setiawan IA, Rahardian R. 2005. Pengaruh Pola Integrasi Supply Chain terhadap

performa Perusahaan pada Industri Makanan di Surakarta. Jurnal Bisnis dan

Manajemen. 5(1): 11-22.

Soeharto I. 1997. Manajemen Proyek dari Konseptual Sampai Operasional.

Jakarta (ID): Erlangga.

Soejono D. 2008. Pola Pengembangan Agroindustri Berbasis Perikanan Laut di

Kecamatan Puger Kabupaten Jember. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian.

2(1):30-37.

Soeling, PD. 2007. Pertumbuhan Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.

Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi, Bisnis & Birokrasi. 15(1).

Stanford RJ, Wiryawan B, Bengen DG, Febriamansyah R, Haluan J. 2013.

Exploring Fisheries Dependency and Its Relationship to Poverty: A Case

Study of West Sumatra, Indonesia. Jurnal Elsevier: Ocean and Coastal

Management. 84(2013): 140-152.

Suardi. 2005. Pengembangan Perikanan Tangkap Pelagis Kecil untuk

Pemberdayaan Nelayan di Kota Palopo Provinsi Sulawesi Selatan [tesis].

Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Suherman, A. 2011. Formulasi Strategi Pengembangan Pelabuhan Perikanan

Nusantara Pengambengan Jembrana. Marine Fisheries Journal. 2(1): 87-99.

Page 77: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

60

Syahruddin. 2010. Evaluasi Implementasi Kebijakan Pengembangan Kawasan

Industri. Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi. 17(1): 31-43.

Tambunan TTH. 2003. Perekonomian Indonesia, Beberapa Permasalahan

Penting. Jakarta (ID): Ghalia Indonesia.

Tarigan R. 2009. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi. Jakarta (ID): PT Bumi

Aksara.

62

Page 78: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari
Page 79: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

64

Lampiran 2 Fasilitas di Pangkalan Pendaratan Ikan Pontap

a. Dermaga dan kolam pelabuhan

b. Tempat pelelangan ikan dan Kantor administrasi

c. Stasiun pengisian bahan bakar nelayan

Page 80: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

65

Lanjutan lampiran 2

d. Chilling room dan Pabrik es

e. Tempat perbaikan jaring

f. Gudang

Chilling room Pabrik es

Page 81: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

64

Lanjutan lampiran 2

g. Pelataran tempat menjual ikan

h. Kios dan Kantin

i. Tempat menjual ikan

66

Page 82: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

65

Lanjutan lampiran 2

j. Mushallah dan bak menara air

k. Balai pertemuan nelayan

l. Pos Jaga

67

Page 83: KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI … · jaringan transportasi darat meliputi sistem jaringan jalan dan perkeretaapian. Kota ... Ponrang, and Kendari

64

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Belopa pada tanggal 19 Juni 1987 sebagai anak ke-dua

dari pasangan Muchtar Basir dan Miswani. Pendidikan sarjana ditempuh di

Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor, lulus pada tahun 2010. Pada tahun 2011,

penulis diterima di Program Studi Sistem dan Pemodelan Perikanan Tangkap pada

Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor dan menamatkannya pada tahun

2014.

68