83
KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK (KRL) BOGOR-JAKARTA KOTA SEBAGAI KORIDOR PERGERAKAN BURUNG RAMANDINI PUSPITA SARI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL

LISTRIK (KRL) BOGOR-JAKARTA KOTA SEBAGAI

KORIDOR PERGERAKAN BURUNG

RAMANDINI PUSPITA SARI

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 2: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari
Page 3: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Potensi Lanskap

Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan

Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan

belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2013

Ramandini Puspita Sari

NIM A44090082

Page 4: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

ABSTRAK

RAMANDINI PUSPITA SARI. Kajian Potensi Lanskap Jalur Kereta Rel Listrik

(KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung. Dibimbing oleh

SYARTINILIA.

Koridor merupakan kumpulan vegetasi yang berbentuk linear yang berbeda

dengan matrix vegetasi sekelilingnya. Terdapat dua tipe koridor, yaitu linear

corridor dan stepping stone. Salah satu contoh dari koridor pada lanskap adalah

lanskap di sepanjang jalur KRL Bogor-Jakarta Kota. Koridor sangat penting untuk

pergerakan burung. Dewasa ini koridor tersebut mengalami fragmentasi habitat

yang megancam fungsinya. Sehingga lanskap tersebut perlu dikelola untuk

keberlanjutan dari koridor satwa yang terdapat di dalamnya. Penelitian ini

dilaksanakan di koridor sepanjang KRL Bogor-Jakarta Kota yang dibagi menjadi

lima segmen. Tiga analisis yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu analisis

distribusi koridor, analisis vegetasi dan analisis kelimpahan burung. Koridor

berbentuk stepping stone memiliki jumlah kelimpahan burung lebih tinggi

daripada koridor berbentuk linear. Kedua koridor memiliki potensi untuk menjadi

habitat burung yang ditunjukkan oleh kelimpahan jenis burungnya. Kelimpahan

jenis burung tertinggi ditemukan di koridor dengan keanekaragaman vegetasi

(Index Shannon Wienner) tingkat sedang. Beberapa rekomendasi dilakukan untuk

mengelola koridor tersebut, seperti mengelola dan revitalisasi koridor,

meningkatkan keanekaragaman vegetasi dan meningkatkan kesadaran masyarakat

untuk konservasi habitat burung.

Kata kunci : Burung, GIS, Fragmentasi Habitat, Linear corridor, Stepping Stone.

ABSTRACT

RAMANDINI PUSPITA SARI. Study of KRL Railway Bogor-Jakarta Kota for

Bird Movement Corridors. Supervised by SYARTINILIA.

Corridors are narrow strips of land which differ from the matrix on either side.

There are two types of corridors, namely linear corridor and stepping stone. One

example of corridor is a landscape along the path of KRL Railway Bogor-Jakarta

Kota. Corridor is important for bird movement. Nowadays there is habitat

fragmentation along the corridor which is threatened their corridor function.

Therefore it should be maintained for sustainable corridor. This study was

conducted at corridor along the KRL Railway Bogor-Jakarta Kota which is

divided into five segment. Three analyses were used in this study, i.e. corridor

distribution analysis, vegetation analysis and bird abundance analysis. Stepping

stone corridor has higher number of bird abundance than the linear corridor. Both

of corridors have the potential to become a habitat of birds which is indicated by

abundance species of birds. The highest abundance of a bird was found in corridor

with diversity of plants (Shannon Wienner Index) in the medium level. Several

recommendation have provided for managing the corridor such as managing and

revitalizing the corridor, increasing vegetation diversity and increasing public

awareness for bird habitat conservation.

Keywords : Birds, GIS, Habitat Fragmentation, Linear Corridor, Stepping Stone.

Page 5: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian

pada

Departemen Arsitektur Lanskap

RAMANDINI PUSPITA SARI

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL

LISTRIK (KRL) BOGOR-JAKARTA KOTA SEBAGAI

KORIDOR PERGERAKAN BURUNG

Page 6: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari
Page 7: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

.,.. ''= e,

.t~1Knl.1 \>-

Judul Skripsi : Kajian Potensi Lanska~ Ja liT Kereta ReI Listrik (KRL) Bogor­Jakarta Kota sebagai ~ , ridOT Pergerakan Burung

Nama : Ramandini Puspita Sari NIM : A44090082

Disetujui oleh

Dr. Syartinilia, SP., M.Si. Pembimbing

,\~-:-- 1. /'? Drt\li; u 1St antara M.A r.

---=:Kmtra Departemen Arsi tektur Lanskap

Tanggal Lulus: \ 2 DEC 2013

Page 8: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

Judul Skripsi : Kajian Potensi Lanskap Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-

Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung

Nama : Ramandini Puspita Sari

NIM : A44090082

Disetujui oleh

Dr. Syartinilia, SP., M.Si.

Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, M.Agr.

Ketua Departemen Arsitektur Lanskap

Tanggal Lulus:

Page 9: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang

dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 ini ialah

Ekologi Lanskap, dengan judul Kajian Potensi Lanskap Jalur Kereta Rel Listrik

(KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung. Penelitian ini

dibiayai dari hibah penelitian dasar dari dana BOPTN (Bantuan Operasional

Perguruan Tinggi Negeri) pendanaan tahun 2013.

Atas semua bimbingan, bantuan, dukungan dan perhatian yang telah

diberikan, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Syartinilia, SP., M.Si selaku pembimbing yang telah banyak

memberi saran,

2. Dr. Ir. Tati Budiarti, MS. Dan Dr. Kaswanto, SP., M.Si. selaku dosen

penguji skripsi yang telah dengan teliti mengoreksi dan memberi

masukan dalam sidang,

3. papa, mama, mba Dina serta Detrhee, atas segala doa dan kasih

sayangnya,

4. seluruh teman-teman klub masak atas segala dukungan semangat, kasih

sayang dan bantuan tenaganya saat survei,

5. Muhammad C. Azis atas bantuannya saat pengamatan burung,

6. teman-teman satu bimbingan Ibu Syartinilia, Dede, Nindy dan Bryan

atas dukungan dan semangatnya selama pengerjaan skripsi,

7. serta seluruh teman-teman Arsitektur Lanskap angkatan 46 atas

dukungan dan telah memberi pengalaman yang berharga.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2013

Ramandini Puspita Sari

Page 10: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN xi

PENDAHULUAN 1

Perumusan Masalah 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

Ruang Lingkup Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 3

Ekologi Lanskap 3

Koridor Satwa 3

Ekologi Burung 4

METODOLOGI 7

Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Penelitian 7

Alat dan Data 7

Metode Penelitian 8

Analisis Ditribusi Tipe Koridor 8

Analisis Keanekaragaman Vegetasi 9

Analsis Kelimpahan Jenis Burung 11

HASIL PENELITIAN 12

Gambaran Situasional dari Lokasi Penelitian 12

Distribusi Tipe Koridor berdasarkan Tipe Linear Corridor dan Stepping

Stone 13

Keanekaragaman Vegetasi pada Kedua Tipe Koridor 24

Kelimpahan Jenis Burung pada Kedua Tipe Koridor 38

Uji Beda Nyata dari Kedua Tipe Koridor 44

PEMBAHASAN 45

Segmen I 45

Segmen II 45

Segmen III 46

Segmen IV 47

Page 11: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

Segmen V 48

Keseluruhan Segmen 48

Rekomendasi Pengelolaan 52

SIMPULAN DAN SARAN 55

DAFTAR PUSTAKA 56

RIWAYAT HIDUP 70

DAFTAR TABEL

1 Jenis data yang diperlukan 7 2 Distribusi keanekaragaman vegetasi (Indeks Shannon) 24 3 Distribusi dominansi jenis berdasarkan Indeks Nilai Penting (INP) 24 4 Jenis vegetasi pada linear corridor berukuran besar di segmen I 25

5 Jenis vegetasi pada linear corridor berukuran kecil di segmen I 26 6 Jenis vegetasi pada stepping stone berukuran besar di segmen I 26

7 Jenis vegetasi pada stepping stone berukuran kecil di segmen I 27 8 Jenis vegetasi pada linear corridor berukuran kecil di segmen II 28

9 Jenis vegetasi pada linear corridor berukuran besar di segmen II 28 10 Jenis vegetasi pada stepping stone berukuran besar di segmen II 29

11 Jenis vegetasi pada stepping stone berukuran kecil di segmen II 29 12 Jenis vegetasi pada stepping stone berukuran besar di segmen III 30

13 Jenis vegetasi pada stepping stone berukuran kecil di segmen III 31 14 Jenis vegetasi pada linear corridor berukuran kecil di segmen III 31 15 Jenis vegetasi pada linear corridor berukuran besar di segmen III 32

16 Jenis vegetasi pada stepping stone berukuran besar di segmen IV 33 17 Jenis vegetasi pada stepping stone berukuran kecil di segmen IV 33

18 Jenis vegetasi pada linear corridor berukuran besar di segmen IV 34 19 Jenis vegetasi pada linear corridor berukuran kecil di segmen IV 35 20 Jenis vegetasi pada linear corridor berukuran kecil di segmen V 36

21 Jenis vegetasi pada linear corridor berukuran besar di segmen V 36 22 Jenis vegetasi pada stepping stone berukuran besar di segmen V 37

23 Jenis vegetasi pada stepping stone berukuran kecil di segmen V 37 24 Distribusi kelimpahan jenis burung 38

25 Frekuensi kehadiran jenis spesies tertentu di tiap segmen 39

DAFTAR GAMBAR

1 Lokasi tapak penelitian 7 2 Bagan alir penelitian 8 3 Desain unit contoh transek vegetasi 10 4 Desain unit contoh transek satwa 11

5 Distribusi koridor pada lanskap jalur KRL Bogor-Jakarta Kota 13

Page 12: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

6 Distribusi jumlah koridor berdasarkan tipe linear corridor dan stepping

stone pada tiap segmen 14 7 Distribusi luas total koridor berdasarkan tipe linear corridor dan

stepping stone pada tiap segmen 14 8 Distribusi luas maksimum koridor berdasarkan tipe linear corridor dan

stepping stone pada tiap segmen 15 9 Distribusi luas minimum koridor berdasarkan tipe linear corridor dan

stepping stone pada tiap segmen 15 10 Distribusi luas rata-rata koridor berdasarkan tipe linear corridor dan

stepping stone pada tiap segmen 16 11 Peta distribusi koridor di segmen I 17 12 Peta distribusi koridor di segmen II 19 13 Peta distribusi koridor di segmen III 20 14 Peta distribusi koridor di segmen IV 22

15 Peta distribusi koridor di segmen V 23 16 Keanekaragaman jenis vegetasi pada koridor berukuran besar 50 17 Keuntungan koridor berbentuk stepping stone 51 18 Penampang jalur KRL 53

19 Habitat interior dan edge 53

DAFTAR LAMPIRAN

1 Tabel kelimpahan jenis burung pada lokasi penelitian 57

2 Tabel frekuensi keanekaragaman jenis spesies vegetasi tertentu di tiap

segmen 63

3 Hasil pengujian Independent t-tes tipe koridor dengan kelimpahan jenis

burung dan pengujian Independent t-tes tipe koridor dengan keanekaragaman

vegetasi 68

4 Hasil pengujian Independent t-tes ukuran koridor dengan kelimpahan

jenis burung dan pengujian Independent t-tes ukuran koridor dengan

keanekaragaman vegetasi 69

Page 13: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari
Page 14: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

1

PENDAHULUAN

Menurut Forman dan Godron (1984) ekologi lanskap merupakan ilmu

yang mempelajari hubungan antara proses ekologi dalam lingkungan dan

ekosistem tertentu. Ekologi lanskap terfokus pada tiga karakteristik yang

terdapat pada lanskap, yaitu struktur, fungsi dan dinamika. Struktur merupakan

hubungan spasial antar perbedaan ukuran dan bentuk dari ekosistem yang

mempengaruhi perubahan abiotik dan biotik.

Perubahan struktur secara keseluruhan terjadi pada matrix, patch dan

koridor. Koridor merupakan kumpulan vegetasi yang berbentuk linear yang

berbeda dengan vegetasi sekelilingnya dan menghubungkan paling sedikit dua

patch yang pernah terhubung pada masa lalu. Koridor tersebut dipergunakan

sebagai area pergerakan dari makhluk hidup. Dalam ekologi lanskap, koridor

tersebut dibedakan menjadi dua jenis, yaitu linear corridor dan stepping stone.

Linear corridor merupakan jenis koridor satwa berupa jalur yang tidak terputus

yang biasanya didominasi oleh spesies tepi. Pada linear corridor yang memiliki

luasan lebih besar, memiliki fungsi untuk pergerakan satwa yang lebih baik.

Sedangkan stepping stone merupakan koridor yang berbentuk blok-blok ruang

hijau terpisah namun masih dalam jangkauan pergerakan satwa yang

menggunakan koridor tersebut. Setiap jenis koridor tersebut mendukung spesies

satwa yang berbeda pula (Barnes 2000). Satwa yang dapat menjadi indikator

bagi terjadinya perubahan degradasi lingkungan adalah burung, sebab burung

terdapat hampir di seluruh habitat sehingga selalu berdekatan dan merespon

seluruh kejadian. Selain itu burung juga merupakan salah satu komponen di

dalam ekosistem yang dapat bertindak sebagai kontrol terhadap populasi

(pemangsa serangga dan tikus) dan sebagai agen penyebar vegetasi (Suryowati

2000).

Salah satu contoh koridor dalam ekologi lanskap yaitu lanskap sepanjang

jalur kereta rel listrik (KRL) Bogor–Jakarta Kota. Sebagai koridor satwa,

kawasan jalur kereta rel listrik (KRL) Bogor–Jakarta Kota berpotensi

menghubungkan Kebun Raya Bogor (KRB) sebagai source dan beberapa area

tujuan pergerakan satwa sebagai sink. Setiap satwa melakukan pergerakan yang

mempergunakan koridor. Satwa yang tidak dapat melakukan pergerakan akan

menjadi terisolasi dan akhirnya akan punah. Selain itu koridor jalur kereta rel

listrik (KRL) Bogor–Jakarta Kota memiliki fungsi lain yang tidak boleh

dikesampingkan, yaitu sebagai estetika pemenuh kebutuhan manusia selaku

pengguna jasa trasnportasi KRL Bogor–Jakarta Kota.

Perumusan Masalah

Menurut Suryowati (2000) lanskap kawasan jalur kereta rel listrik

Bogor–Jakarta Kota banyak mengalami fragmentasi habitat. Fragmentasi habitat

merupakan perubahan kondisi lanskap yang mulanya adalah habitat yang

kontinu menjadi terpecah-pecah. Fragmentasi habitat tersebut dapat disebabkan

oleh perubahan tata guna lahan untuk permukiman, perkebunan dan pertanian di

sepanjang tepi rel bahkan menjadi area bisnis dan jalan raya.

Berdasarkan kedua fungsi dan ancaman tersebut, keberadaan lanskap

kawasan jalur kereta listrik Bogor–Jakarta Kota perlu mendapat perhatian

Page 15: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

2 khusus. Salah satunya adalah dengan melakukan analisis kawasan jalur rel KRL

tersebut yang pada akhirnya akan menghasilkan rekomendasi pengelolaan jalur

rel KRL Bogor–Jakarta Kota yang ideal sehingga dapat pula menjaga

keberlangsungan ekosistem yang ada.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari kegiatan penelitian ini adalah:

1. Menganalisis distribusi tipe koridor berbentuk linear corridor dan

stepping stone;

2. menganalisis vegetasi pada habitat burung berdasarkan tipe koridor

(linear corridor dan stepping stone) dalam lanskap jalur rel KRL Bogor–

Jakarta Kota;

3. menganalisis kelimpahan jenis burung yang menggunakan koridor

lanskap jalur rel KRL Bogor–Jakarta Kota; dan

4. menyusun rekomendasi pengelolaan lanskap jalur rel KRL Bogor–

Jakarta Kota sebagai koridor burung.

Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi rekomendasi

pengelolaan lanskap jalur rel KRL Bogor–Jakarta Kota sehingga dapat pula

melestarikan habitat dari burung–burung yang menggunakan jalur tersebut

sebagai koridor pergerakannya.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah menghasilkan sebuah rekomendasi

pengelolaan lanskap jalur kereta rel listrik (KRL) Bogor–Jakarta Kota sebagai

koridor burung pada aspek ekologinya.

Page 16: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

3

TINJAUAN PUSTAKA

Ekologi Lanskap

Ekologi lanskap merupakan sebuah studi mengenai hubungan biofisik

yang mengatur perbedaan unit spasial dari suatu wilayah tertentu (Forman dan

Godron 1984). Sedangkan menurut Fandeli dan Muhammad (2009) ekologi

lanskap merupakan ilmu yang mempelajari tentang hubungan setiap elemen

yang terdapat dalam suatu lanskap. Hubungan timbal balik tersebut terjadi dalam

jangka panjang antara elemen fisik dan hayati termasuk manusia yang

mempengaruhi perubahan dari suatu lanskap.

Secara umum ekologi lanskap terbagi menjadi dua pandangan, yaitu

secara vertikal (hubungan di dalam unit spasial lanskap) dan secara horizontal

(hubungan antar unit spasial lanskap). Sebagai ilmu yang sangat interdisipliner

dalam ekologi sistem, ekologi lanskap mengintegrasikan pendekatan biofisik dan

perspektif yang menyeluruh pada ilmu-ilmu alam dan ilmu sosial. Ekologi

lanskap melihat bagaimana struktur spasial mempengaruhi kelimpahan

organisme pada tingkat lanskap serta perilaku dan fungsi lanskap secara

keseluruhan. Dalam ekologi lanskap terdapat tiga fokus karakteristik, yaitu:

1. struktur, merupakan hubungan spasial antara perbedaan khas yang

terdapat pada suatu ekosistem, khususnya distribusi energi, material dan

spesies pada ekosistem tersebut yang kaitannya dengan ukuran, bentuk,

angka, jenis, dan konfigurasi dari ekosistem;

2. fungsi, merupakan interaksi antara elemen-elemen spasial, yaitu aliran

energi, material dan spesies dari komponen ekosistem; dan

3. dinamika, merupakan perubahan yang terjadi pada struktur dan fungsi

mosaik ekologi dari waktu ke waktu.

Secara keseluruhan struktur ekologi mengalami perubahan yang terjadi

pada patches (sebagai daerah yang relatif homogen yang berbeda dari

lingkungannya yang berubah dan berfluktuasi), matrix (struktur yang dominan

dari suatu lanskap dengan tingkat konektivitas yang tinggi) dan koridor (Forman

dan Godron 1984). Manusia merupakan salah satu dari elemen ekologi lanskap

yang berperan dalam terjadinya perubahan fungsional pada lanskap. Keaslian

dari setiap komponen lanskap akan membantu menjaga ketahanan lanskap

terhadap ancaman eksternal, termasuk ancaman pengembangan dan transformasi

lahan oleh aktivitas manusia.

Koridor Satwa

Menururt Rinaldi (2008), koridor merupakan suatu habitat yang dapat

mendukung kelangsungan hidup dan berkembang biak satwa serta menjadi jalur

lalu lintas pergerakan satwa yang menghubungkan antara habitat-habitat yang

sesuai atau memadai. Koridor merupakan suatu kumpulan vegetasi yang

berbentuk linier yang berbeda dengan vegetasi sekelilingnya dan

menghubungkan paling sedikit dua patch yang pernah terhubung pada masa lalu.

Koridor tersebut dipergunakan sebagai area pergerakan dari makhluk hidup.

Biasanya koridor tersebut memiliki struktur vegetasi yang relatif serupa. Koridor

satwa dapat menghubungkan dua area terbuka ataupun dua area terbangun.

Page 17: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

4 Fungsi dari koridor satwa adalah sebagai jalur transportasi pergerakan

satwa, sebagai proteksi (perlindungan dari pemangsa, perlindungan terhadap

longsor dan dapat berperan sebagai pemecah angin) dan sebagai sumber daya

alam (simpanan bahan organik tanah, penghasil kayu serta produsen buah dan

biji-bijian). Keberhasilan pergerakan satwa sangat dipengaruhi oleh keberadaan

koridor yang dapat menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan dan

perkembangan populasi satwa. Koridor yang paling efektif biasanya berupa

hutan. Jika koridor satwa terputus, kemungkinan yang akan terjadi adalah

peledakan populasi atau sebagian dari individu lainnya akan mencari jalan

masing-masing yang akan menimbulkan gangguan di sekitarnya (Forman dan

Godron 1984).

Dalam ekologi lanskap, koridor dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu

linear corridor dan stepping stone. Linear corridor merupakan jenis koridor

satwa berupa jalur yang tidak terputus yang biasanya didominasi oleh spesies

tepi. Pada linear corridor yang memiliki luasan lebih besar, memiliki fungsi

untuk pergerakan satwa yang lebih baik. Sedangkan stepping stone merupakan

koridor yang berbentuk blok-blok ruang hijau terpisah namun masih dalam

jangkauan pergerakan satwa yang menggunakan koridor tersebut. Koridor

berbentuk stepping stone mungkin tidak mempengaruhi pergerakan burung

namun, pada koridor ini terjadi pemutusan spesies vegetasi terutama dalam hal

gen dan aliran energi dari vegetasi tersebut. Berdasarkan hal tersebut maka,

konektivitas dari setiap koridor harus dikelola dengan baik sehingga masing-

masing koridor akan tetap terhubung dan tidak terpisahkan (Barnes 2000).

Ekologi Burung

Pulau Jawa dan Bali memiliki kekayaan jenis burung lebih sedikit dari

pada kekayaan jenis burung di pulau Kalimantan atau Sumatera. Namun pulau

Jawa memiliki keunikan tersendiri, yaitu terdapat 24 jenis endemik yang terbatas

di sana dan lebih dari 170 anak jenis endemik yang dikenal. Di seluruh kawasan

Jawa, jumlah total dari jenis burung tercatat 494 jenis dengan 368 jenis penetap

dan 126 jenis pengunjung atau pengembara.

Sebagian burung penetap tidak bereaksi terhadap perubahan musim dan

beberapa jenis berkembang biak dalam bulan-bulan sepanjang tahun. Namun,

pola perkembangbiakan jenis burung tersebut dipengaruhi oleh adanya

perbedaan curah hujan. Menurut penelitian Mackinnon (1993),

perkembangbiakan tertinggi untuk daerah terbuka terjadi pada bulan ke-6.

Sedangkan pada jenis pemakan buah, perkembangbiakan tertinggi terjadi pada

bulan ke-5 dan untuk daerah yang memiliki curah hujan tinggi,

perkembangbiakan jenis burung mencapai titik tertinggi pada bulan pertama.

Burung-burung liar dapat digolongkan menjadi beberapa kategori pokok

yang berkaitan dan berpengaruh terhadap perekonomian setempat, yaitu:

1. sebagai hama pertanian, seperti Pipit, Bondol dan Manyar yang sering

menjadi hama padi, Mandar, Merpati dan Betet sebagai hama padi dan

jagung serta Gagak, Betet, Pundi dan Kutilang sebagai hama pada

tanaman buah;

2. jenis yang menguntungkan, seperti Elang yang berguna sebagai predator

tikus dan Cangak, Mandar, Srigunting, Raja udang, Sikatan, Betet dan

Kapinis sebagai pengendali hama serangga;

Page 18: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

5 3. burung sebagai bahan makanan, seperti Mandar, Ayam hutan dan Puyuh

sebagai penghasil telur dan daging serta Walet sebagai penghasil

sarangnya; dan

4. burung sebagai binatang piaraan, seperti Perkutut, Kucita, Beo, Kutilang,

Jalak, Bondol, Pipit, Gelatik dan Serindit.

Menurut Mackinnon et al. (2010), secara ekologi jenis burung

sendiri dapat dikategorikan menjadi:

1. burung perancah dan pemakan organisme tanah, seperti Kaki lebar,

Trulek, Wili-Wili, Trinil dan Blekek;

2. burung darat berukuran besar, seperti Mandar dan Picisan;

3. burung pemakan daging atau pemangsa, seperti Elang, Alap-Alap,

Celepuk, Serak dan Raja udang;

4. burung besar pemakan buah, seperti Punai, Niru, Kakatua, Enggang,

Bultok, Kepodang dan Gagak;

5. burung besar atau sedang pemakan serangga yang bersifat arboreal,

seperti Kedasi, Pelatuk, Madi, Burung daun, Srigunting, Betet, Jalak dan

Beo;

6. burung besar atau sedang pemakan serangga yang bersifat aerial, seperti

Walet, Layang-Layang, Burung buah, Kiri-Kiri dan Tiong laut;

7. burung besar atau sedang pemakan serangga yang bersifat nokturnal,

seperti Cabak dan Paruh katak;

8. burung sedang pemakan serangga yang hidup di tanah, seperti Burung

paok, Apung, Kucica, Meninting dan Kancilan;

9. burung sedang atau kecil pemakan serangga yang bersifat arboreal,

seperti Perenjak, Cenenen, Gelatik batu, Kipasan dan Kacamata; dan

10. burung kecil pemakan nektar, buah dan biji, seperti Kutilang, Burung

cabe, Burung gereja, Manyar, Pipit, Bondol, Kenari dan Burung madu.

Keberadaan jenis burung sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu

lapisan tajuk vegetasi, kerapatan vegetasi, komposisi jenis vegetasi, kompetisi

dan kedekatan kekerabatan jenisnya (Wallace dan Mahan 1975; Krebs 1985;

Steadman dan Freifeld 1998 dalam Pradana 2007). Sedangkan keanekaragaman

jenis burung pada suatu tapak dipengaruhi oleh jumlah jenis burung, kemerataan

kelimpahan relatif setiap jenis burungnya, faktor umur evolusi, kondisi

lingkungan, stabilitas iklim, heterogenitas struktur habitat, predasi, kompetisi,

interaksi biotik, keanekaragaman jenis tumbuhan, gangguan dan letak geografis

(Krohne 2001; Brown 1983 dalam Pradana 2007).

Pengelolaan satwa terutama burung dewasa ini telah berkembang bukan

hanya demi kepentingan konservasi saja tetapi juga dimanfaatkan untuk

keperluan penelitian, pendidikan, pariwisata dan rekreasi. Pengelolaan burung

tersebut merupakan pengelolaan habitatnya yang meliputi, vegetasi, makanan,

air dan penyakit. Tujuan dari pengelolaan burung pada umumnya untuk

melakukan pengendalian terhadap kelimpahan dan penyebaran dari spesies-

spesies burung yang ada (Alikodra 1990). Beberapa hal yang perlu diperhatikan

dalam pengelolaan burung adalah:

1. spesies burung yang akan dikelola yang meliputi persyaratan untuk hidup

burung dan sifat-sifat ekologis (penyebaran, perilaku dan populasi) dari

setiap spesies burung;

Page 19: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

6 2. kondisi habitat termasuk luas dan kualitasnya, seperti padang rumput,

semak belukar, hutan dan sumber air;

3. kondisi musim sangat berpengaruh seperti saat musim kemarau panjang

dapat menimbulkan ketersediaan sumber air berkurang, sehingga jika

tidak dikelola dengan benar kemungkinan yang terjadi pada spesies

burung adalah mati atau pergi ke pusat-pusat permukiman untuk mencari

air;

4. letak tempat perlindungan terhadap pusat-pusat penduduk dan pusat

industri penting untuk diperhatikan sebab, tumbuhnya kawasan pusat-

pusat industri yang pesat mempercepat proses penekanan terhadap

kehidupan dari burung itu sendiri; dan

5. tingkat kesadaran masyarakat dan aparat pemerintah maupun pihak

swasta sangat mempengaruhi keberhasilan dari pengelolaan koridor

satwa tersebut.

Page 20: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

7

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lingkup dari kegiatan penelitian ini adalah lanskap jalur KRL Bogor-

Jakarta Kota sebagai koridor pergerakan burung sepanjang 60 km dengan buffer

1 km di kiri-kanan rel KRL (Gambar 1) Kegiatan penelitian tersebut

dilaksanakan mulai bulan Maret sampai September 2013.

Gambar 1. Lokasi tapak penelitian

Alat dan Data

Alat yang digunakan dalam proses penelitian ini adalah alat tulis, kamera,

software ArcGIS 9.3, software SPSS 17.0, Global Positioning System (GPS),

meteran, Klinometer dan alat perekam. Berikut adalah jenis data yang

diperlukan dalam penelitian ini:

Tabel 1. Jenis data yang diperlukan

No Jenis Data Bentuk Sumber Data Kegunaan Analisis

1 Peta Jalur Kereta

Bogor-Jakarta Kota

Vektor PT KAI Commuter

Jabodetabek Analisis Distribusi

Tipe Koridor Peta Penutupan

Lahan Jalur Kereta

Bogor-Jakarta Kota

Vektor Google Earth

2 Vegetasi Deskriptif &

Spasial

Dinas Pertamanan

& Lapang Analisis Vegetasi

Iklim Tabulasi BMKG

Jenis Burung Deskriptif &

Spasial

Dinas Pertamanan

& Lapang

Analisis

Kelimpahan Jenis

Burung

3 UU yang Berlaku Studi Pustaka Pemda Analisis Aspek

Peraturan Daerah Studi Pustaka Pemda Legal

Penelitian ini akan dilakukan dalam tiga tahapan. Adapun tiga tahapan

tersebut terdiri dari tahap inventarisasi data, tahap analisis potensi koridor

(analisis distribusi tipe koridor, analisis vegetasi, analisis keanekaragaman

Page 21: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

8 burung) dan tahap sintesis berupa penyusunan rekomendasi rencana

pengelolaan lanskap jalur KRL Bogor-Jakarta Kota untuk koridor ekologi

(Gambar 2).

Gambar 2. Bagan alir penelitian

Metode Penelitian

Analisis Distribusi Tipe Koridor Kegiatan penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan metode

analisis karakteristik struktur lanskap dengan mendigitasi peta penutupan lahan

kawasan jalur kereta rel listrik (KRL) Bogor – Jakarta Kota yang bersumber dari

data image beresolusi tinggi dari citra IKONOS pada Google Earth. Kemudian

dengan menggunakan software ArcGIS sehingga diperoleh peta distribusi tipe

koridor. Selain itu, proses survei yang dilakukan dengan memilih 20 tapak yang

diperkirakan menjadi stop area pergerakan populasi burung. Setelah didapat

peta distribusi tipe koridor lanskap, maka lanskap jalur kereta tersebut dibagi

menjadi lima segmen untuk memudahkan dalam penyampaian informasi.

Pembagian segmen tersebut dilakukan secara visual menggunakan bantuan

Google Earth dan groundcheck sehingga terbagi menjadi lima segmen dengan

kriteria kesamaan proporsi antar RTH dan ruang terbangun.

Kriteria tipe linear corridor pada studi ini mengacu pada kriteria dari Hilty

et al. (2006) dan (Forman dan Godron 1984) dengan modifikasi adalah:

1. Dimensi untuk koridor yang berbentuk continuous adalah 61 m x 91.5 m

untuk koridor yang baik bagi habitat burung;

2. Lebar dari koridor yang berbentuk continuous minimal 75 m; dan

3. Bentuk koridor tidak terputus.

Sementara itu kriteria untuk penetapan stepping stone adalah:

1. lebar dari koridor dalam bentuk stepping stone minimal 12 m (Forman

dan Godron 1984);

Analisis Keanekaragaman

Jenis Burung

Peta Distribusi

Keanekaragaman

Jenis Burung

Lanskap Koridor Jalur KRL Bogor-Jakarta Kota

Stepping Stone Linear Corridor

Distribusi Tipe Koridor (Linear Corridor dan Stepping Stone)

Analisis

Vegetasi

Rencana pengelolaan Lanskap Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor–Jakarta

Kota sebagai Koridor Pergerakan Bururng

Peta Distribusi Vegetasi yang

Berpotensi sebagai Habitat Burung

berdaarkan Tipe Koridor

Analisis Keanekaragaman

Jenis Burung

Analisis

Vegetasi

Analisis

Sintesis

Inventarisasi

Page 22: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

9 2. panjang antar stepping stone tidak boleh lebih dari 5 m yang disesuaikan

dengan jarak maksimal penyebaran tiap spesies burung (Hilty et al.

2006); dan

3. vegetasi dalam stepping stone dapat terdiri dari berbagai jenis tumbuhan,

mulai dari ground cover hingga pohon (Hilty et al. 2006).

Setelah didapat peta distribusi tipe koridor lanskap, maka lanskap jalur

kereta tersebut dibagi menjadi lima segmen dengan kriteria kemiripan karakter

dan proporsi antar RTH dan ruang terbangun dalam tiap segmen. Pembagian

dari kelima segmen tersebut adalah sebagai berikut:

1. Segmen I (AA’-BB’) diawali dari Stasiun Bogor hingga area RTH

dekat jalan Kemang Raya Baru (Kecamatan Cibinong);

2. Segmen II (BB’-CC’) yang merupakan segmen terpanjang yang

berawal dari jalan Kemang Raya Baru, kecamatan Cibinong hingga

Stasiun Depok;

3. Segmen III (CC’-DD’) dimulai dari Stasiun Depok hingga Stasiun

Tanjung Barat;

4. Segmen IV (DD’-EE’) dimulai dari Stasiun Tanjung Barat hingga

Stasiun Cawang; dan

5. Segmen V (EE’-FF’) dimulai dari Stasiun Cawang dan berakhir

hingga Stasiun Jakarta Kota.

Hasil dari peta distribusi koridor tipe linear dan stepping stone akan

dipilih masing-masing 10 lokasi sampel untuk analisis keanekaragaman vegetasi

dan kelimpahan burung. Dari 10 lokasi sampel tersebut diambil 2 lokasi pada

masing-masing segmen dengan satu lokasi sampel koridor berukuran besar (luas

minimal 0.4 Ha untuk linear dan 0.1 Ha untuk stepping stone) dan satu lokasi

sampel koridor berukuran kecil (luas minimal 144 m2). Sehingga jumlah

keseluruhan dari lokasi sampel untuk analisis vegetasi dan keanekaragaman

burung adalah 20.

Analisis Keanekaragaman Vegetasi

Metode transek yang digunakan pada penelitian ini digunakan untuk

analisis keanekaragaman vegetasi dengan luas pengambilan sampel berbentuk

bujur sangkar dengan ukuran 20x20 m. Pada metode transek untuk analisis

keanekaragaman vegetasi perlu dipersiapkan bahan dan alat sebagai berikut

(Kusmana 1997):

1. menetapkan ekosistem tapak pada berbagai formasi;

2. menyediakan peta lokasi dan peta penutupan lahan;

3. tali plastik sepanjang 60 m;

4. alat ukur tinggi pohon seperti Abney level atau Klinometer;

5. alat ukur diameter pohon seperti pita meter 100 cm;

6. meteran 20 m;

7. patok dengan tinggi 1m;

8. alat tulis;

9. kompas; dan

10. pengenal jenis pohon.

Page 23: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

10 Setelah persiapan alat dan bahan untuk melakukan pengambilan sampel,

berikut adalah tahapan dalam kegiatan transek vegetasi:

1. menentukan lokasi jalur yang akan diambil sampelnya (unit contoh) di

atas peta;

2. membuat contoh unit jalur dengan desain seperti gambar 3; dan

3. mengidentifikasi jenis dan jumlah serta mengukur diameter (DBH) dan

tinggi untuk tingkat tiang dan pohon, sedangkan untuk tingkat semai dan

pancang hanya mengidentifikasi jenis dan jumlah saja.

Parameter yang ingin diketahui dari kegiatan analisis vegetasi ini adalah

sebagai berikut (Gambar 3):

1. Petak contoh semai (2m x 2m): komposisi jenis, jumlah individu setiap

jenis;

2. Petak contoh pancang (5m x 5m): komposisi jenis, diameter setinggi

dada (Dbh);

3. Petak contoh tiang (10m x 10m): komposisi jenis, diameter setinggi dada

(Dbh), tinggi tajuk; dan

4. Petak contoh pohon (20m x 20m): komposisi jenis, diameter setinggi

dada (Dbh), tinggi tajuk.

Adapun batasan tingkat pertumbuhan vegetasi yang dibatasi pada jenis

pohon, yaitu:

1. Semai (Seedlings) merupakan tumbuhan yang mempunyai tinggi kurang

dari 1,5m. dalam kelompok ini termasuk semai pohon;

2. Pancang (Saplings) merupakan tumbuhan yang mempunyai diameter

batang kurang dari 10 cm dan tinggi lebih dari 1,5m. dalam kelompok ini

termasuk pula perdu, dan anakan pohon;

3. Tiang (Poles) adalah pohon yang mempunyai diameter batang antara 10-

20 cm. dengan batasan ini tumbuhan memanjat, berkayu, palmae dan

bambu yang mempunyai diameter seperti ketentuan tersebut termasuk

dalam kelompok ini; dan

4. Pohon (Tree) adalah tumbuhan yang mempunyai diameter batang >20

cm.

Gambar 3. Desain unit contoh transek vegetasi Keterangan:

a. petak contoh semai (2x2 m)

b. petak contoh pancang (5x5 m)

c. petak contoh tiang (10x10 m)

d. petak contoh pohon (20x20 m)

Parameter dalam analisis keanekaragaman vegetasi berdasarkan data

transek diatas menggunakan pengukuran kerapatan (individu/ha), frekuensi dan

dominasi (m2/ha) yang selanjutnya akan dihitung Indeks Nilai Penting (INP)

untuk mengetahui jenis dan tingkat tumbuhan yang dominan serta perhitungan

Arah

jalur

a

c

b

d

a

c

b

d

a

c

b

d

Page 24: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

11 Indeks Keanekaragaman Shannon-Wienner dari masing-masing jenis vegetasi

yang tercatat sebagai berikut:

1. kerapatan jenis

Kerapatan (K) =∑

K Relatif (KR) =

2. frekuensi

Frekuensi (F) =∑

F Relatif (FR) =

3. dominasi

Dominasi (D) =

D Relatif (DR) =

4. indeks nilai penting

INP = KR+FR+DR

5. indeks keanekaragaman Shannon-Wienner

H’=-∑ (log e Pi)

Keterangan: H’ =Indeks Shannon-Wienner Ni=jumlah total spesies ke-I

Pi =kelimpahan relatif dari spesies ke-I Pi2=(Ni/Nt)2

Nt =jumlah total untuk semua individu

Berdasarkan hasil dari perhitungan Indeks Keragaman Shannon-Wiener

didapat beberapa kriteria tingkat keragamannya sebagai berikut:

1. 0-1 = tingkat keragaman rendah;

2. 1-3 = tingkat keragaman sedang;dan

3. >3 = tingkat keragaman tinggi.

Analisis Kelimpahan Jenis Burung

Sedangkan pengamatan untuk analisis keanekaragaman jenis burung

dilakukan secara langsung. Pengambilan data menggunakan metode titik hitung

atau IPA (Indices Ponctuel d’Abondance) dengan modifikasi. Pada setiap

segmen penelitian dibuat 4 lokasi pengamatan dengan radius 30 m (Gambar 4).

Pengambilan data dilakukan sebanyak dua kali ulangan dengan batasan waktu,

yaitu pengamatan pada pukul 06.00–10.00 WIB dan pukul 16.00–18.00 WIB

(Pradana 2007). Waktu pengamatan pada setiap titik adalah sepuluh menit.

Seluruh jenis yang ditemukan dicatat berserta aktivitas yang dilakukan burung

tersebut. Berikut adalah desain contoh unit petakan dalam transek satwa yang

digunakan untuk menganalisis habitat burung:

Gambar 4. Desain unit contoh transek satwa

Keterangan: = posisi pencatat

30

m

Page 25: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

12

HASIL PENELITIAN

Gambaran Situasional dari Lokasi Penelitian

Lanskap jalur kereta rel listrik (KRL) Bogor–Jakarta Kota sepanjang 60

km dengan lebar 1 km memiliki potensi sebagai koridor pergerakan burung, baik

burung migran maupun burung yang menyebar secara dispersal. Lanskap jalur

KRL tersebut melintasi beberapa kabupaten dan kota. Diantaranya Kota Bogor,

Kabupaten Bogor, Kota Depok dan Kota DKI Jakarta. Masing-masing kota dan

kabupaten memiliki karakteristik yang berbeda. Secara spesifik kondisi umum

dari masing-masing kota dan kabupaten tersebut adalah:

1. Kota Bogor

Kota Bogor terletak di antara 106°43’30”–106°51’00” BT dan

30’30”–6°41’00” LS. Kota Bogor dengan luas 11 850 Ha ini dihuni lebih

dari 820 707 jiwa. Curah hujan rata-rata 4 000 mm/tahun. Bentang alam

Kota Bogor merupakan daerah perbukitan bergelombang dengan

ketinggian yang bervariasi antara 190 s/d 350 m diatas permukaan laut

dengan kemiringan lereng berkisar 0–2 % (datar) seluas 1 763.94 Ha, 2–

15 % (landai) seluas 8 091.27 Ha, 15–25 % (agak curam) seluas 1 109.89

Ha, 25–40 % (curam) seluas 764.96 Ha, dan >40 % (sangat curam) seluas

119.94 Ha. Temperatur rata-rata tahunan kota Bogor berada pada 23 °C–

30 °C dengan kelembaban rata-rata tahunan 84.92 %.

2. Kabupaten Bogor

Kabupaten Bogor memiliki bentang alam yang cukup signifikan,

yaitu ditandai dengan kelas kelerengan yang berada pada kisaran 0 % –

lebih dari 40% dan berada pada ketinggian dominan pada 0–300 m diatas

permukaan laut. Penggunaan lahan di Kabupaten Bogor secara

keseluruhan didominasi oleh permukiman.

3. Kota Depok

Kota Depok terletak pada koordinat 6°19’00”–6°28’00” LS dan

106°43’00”–106°55’30” BT. Bentang alam kota depok dari selatan ke

utara merupakan daerah dataran rendah dan bergelombang dengan

elevasi antara 50–140 m diatas permukaan laut serta memiliki

kemiringan lereng kurang dari 15 % (relatif datar sampai agak curam).

Temperatur umum kota Depok berkisar antara 24.3 °C–33 °C dengan

kelembaban rata-rata 49.8 %. Curah hujan kota Depok sebesar 2 684

mm/tahun.

4. Kota DKI Jakarta

Kota DKI Jakarta terletak pada koordinat 5°19’12”–6°23’54” LS

dan 106°22’42”–106°58’18” BT. Temperatur rata-rata tahunan kota DKI

Jakarta berada pada 28,6°C dengan kelembaban rata-rata tahunan 74,9 %.

Curah hujan kota DKI Jakarta sebesar 1 614.1 mm/tahun. DKI Jakarta

sebagian besar memiliki topografi yang relatif datar, dengan ketinggian

rata-rata 0–50 m diatas permukaan laut dan sebagian besar wilayahnya

memiliki kemiringan rata-rata sebesar 0–3 % dan beberapa bagian

lainnya memiliki kemiringan diatas 3%.

Page 26: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

13 Distribusi Koridor berdasarkan Tipe Linear Corridor dan Stepping Stone

Distribusi koridor berdasarkan tipe linear corridor dan stepping stone

secara spasial disajikan pada Gambar 5. Terdapat 63 koridor linear yang

teridentifikasi dengan total luas 557.536,5 m2 dengan luas maksimum 11.841 m

2,

dan luas minimum 6.152,15 m2 dan luas rata-rata 8.996,6 m

2. Sementara pada

stepping stone yang teridentifikasi berjumlah 888 dengan total luas 853.993,6 m2

dengan luas maksimum 977,5 m2 dan luas minimum adalah 251,9 m

2 dengan

luas rata-rata 614,7 m2. Distribusi jumlah, luas total, luas maksimum, luas

minimum, luas rata-rata dari tipe linear corridor dan stepping stone yang

teridentifikasi disajikan pada Gambar 6 – 10.

Gambar 5. Distribusi koridor pada lanskap jalur KRL Bogor-Jakarta Kota

Page 27: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

14

Gambar 6. Distribusi jumlah koridor berdasarkan tipe linear corridor dan

stepping stone pada tiap segmen

Gambar 7. Distribusi luas total koridor berdasarkan tipe linear corridor dan

stepping stone pada tiap segmen

Page 28: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

15

Gambar 8. Distribusi luas maksimum koridor berdasarkan tipe linear corridor

dan stepping stone pada tiap segmen

Gambar 9. Distribusi luas minimum koridor berdasarkan tipe linear corridor dan

stepping stone pada tiap segmen

Page 29: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

16

Gambar 10. Distribusi luas rata-rata koridor berdasarkan tipe linear corridor dan

stepping stone pada tiap segmen

Setelah didapat peta distribusi tipe koridor lanskap, maka lanskap jalur

kereta tersebut dibagi menjadi lima segmen untuk memudahkan dalam

penyampaian informasi. Pembagian segmen tersebut dilakukan secara visual

menggunakan bantuan Google Earth dan groundcheck dengan kriteria kemiripan

karakter dan proporsi antar RTH dan ruang terbangun dalam tiap segmen.

Secara spesifik pembagian kelima segmen tersebut adalah : 1. Segmen I (AA’-BB’)

Segmen I diawali dari Stasiun Bogor hingga area RTH dekat jalan

Kemang Raya Baru (Kecamatan Cibinong) yang terlihat pada Gambar 11.

Secara keseluruhan kondisi fisik Segmen I masih didominasi oleh ruang terbuka

hijau baik yang berada di tepian jalur jalan, sungai maupun jalur kereta.

Permukiman penduduk tidak banyak ditemukan namun terdapat beberapa

permukiman liar yang berada di tepian sungai Ciliwung yang berada di sekitar

jembatan Merah. Permukiman liar ini dapat menyebabkan aliran air sungai

Ciliwung terhambat terutama saat debit air dari Bendung Katulampa sedang

tinggi yang akan menimbulkan banjir di sekitar permukiman tersebut. Hal ini

disebabkan oleh bahu sungai tempat seharusnya pasang surut air terjadi dipenuhi

oleh bangunan rumah semi permanen bahkan permanen dan diperparah dengan

perilaku masyarakat permukiman tersebut yang membuang sampah rumah

tangganya ke sungai.

Di segmen ini terdapat beberapa jalur jalan yang ternaungi secara

sempurna oleh jajaran pepohonan yang membentuk koridor yang solid seperti di

Jalan Ahmad Yani dan Jalan Sudirman. Tajuk pohon yang saling – silang

merupakan habitat yang sangat cocok untuk pergerakan burung sehingga pada

jalan tersebut terlihat beberapa jenis burung yang melintas. Pada segmen ini area

GOR Padjajaran yang dijadikan sebagai titik sampel untuk linear corridor

berukuran besar yang selanjutnya dilakukan analisis vegetasi dengan metode

transek (Linear B I). Sedangkan untuk titik sampel linear corridor yang

berukuran kecil, dipilih lapangan dekat SMA 5 Bogor (Linear K I).

Page 30: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

17

RTH jalur jalan menuju jalan Pemuda dipilih untuk menjadi titik sampel

stepping stone yang berukuran kecil (Stepping stone K I) dan RTH sempadan

sungai dekat jalan Kemang Raya Baru dipilih sebagai titik sampel stepping stone

yang berukuran besar (Stepping stone B I). Area GOR Padjajaran dan lapangan

dekat SMA 5 Bogor dipilih karena pada area tersebut keragaman jenis vegetasi

yang tumbuh cukup tinggi mulai dari rumput, semak, perdu hingga pohon.

Selain itu kondisi lahannya cukup landai dan luas sehingga memudahkan saat

pengamatan. Sedangkan RTH jalur jalan menuju jalan Pemuda dan RTH sungai

Gambar 11. Peta distribusi koridor di segmen I

Page 31: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

18 dekat jalan Kemang Raya Baru dipilih karena akses menuju lokasi pengamatan

yang mudah dan kondisi lahannya yang landai memudahkan saat pengamatan.

2. Segmen II (BB’-CC’)

Segmen II merupakan jalur terpanjang yang berawal dari jalan Kemang

Raya Baru, kecamatan Cibinong hingga Stasiun Depok yang terlihat pada

Gambar 12. Karakteristik segmen ini dipenuhi oleh permukiman yang tersebar

dari Stasiun Cilebut hingga Stasiun Bojong Gede di kanan dan kiri jalur kereta

baik yang terencana maupun permukiman liar. Permukiman liar ditemukan di

sepanjang bantaran sungai ciliwung yang memiliki kemiringan lahan cukup

tinggi yaitu lebih dari 40%. Masyarakat tetap membangun permukiman liar

tersebut meskipun telah ada Peraturan Daerah Kota Bogor No 8 tahun 2011

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bogor 2011–2031 yang melarang

kegiatan permukiman pada lahan dengan kemiringan lebih dari 40% dan tikugan

sungai yang menyebabkan area tersebut rawan longsor. Sedangkan permukiman

yang terencana merupakan hunian alternatif bagi masyarakat yang

kesehariannya bekerja di Jakarta, Depok dan Bogor.

Selain permukiman, di segmen ini juga masih ditemukan pertanian lahan

kering seperti kebun buah dan sayur. Jika dianalisis secara visual melalui peta

Google Earth, kedua penutupan lahan ini merupakan jenis penutupan lahan yang

dominan. Pada segmen ini area kebun jambu dekat Stasiun Bojong Gede

merupakan titik sampel linear corridor yang berukuran kecil (Linear K II). Pada

titik sampel untuk linear corridor berukuran besar dipilih lokasi RTH dekat

Jalan Kemang Raya Baru (Linear B II).

RTH jalur jalan menuju Stasiun Bojong Gede dipilih untuk menjadi titik

sampel stepping stone yang berukuran besar (Stepping stone B II) dan RTH

dekat jalur KRL di jalan Cilebut Raya dipilih sebagai titik sampel stepping stone

yang berukuran kecil (Stepping stone K II). Area Kebun Jambu Biji dan RTH

dekat jalur KRL di jalan Kemang Raya Baru dipilih karena letaknya yang tepat

bersebelahan dengan jalur rel KRL, lahannya yang cukup luas dan lokasinya

mudah untuk diakses.

Page 32: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

19

Gambar 12. Peta distribusi koridor di segmen II

Page 33: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

20 3. Segmen III (CC’-DD’)

Segmen III dimulai dari Stasiun Depok hingga Stasiun Tanjung Barat yang

terlihat pada Gambar 13. Pada segmen ini terdapat beberapa Universitas yang

masih memiliki ruang terbuka hijau yang cukup luas. Diantaranya adalah

Universitas Indonesia, Universitas Pancasila dan Universitas Gunadarma. Hal ini

turut menyumbang keberadaan koridor habitat burung pada segmen III. Selain

itu di sepanjang tepi jalur kereta masih ditumbuhi oleh berbagai jenis pepohonan

seperti Glodogan bulat (Polyalthia fragrans, Glodogan tiang (Polyalthia

longifolia), Kasia (Cassia surattensis), Mahoni (Swietenia mahogani), Bunga

kupu-kupu (Bauhinia purpurea) dan Tabebuia (Tabebuia chrysotricha) yang

membentuk linear corridor meskipun lebar dari koridor ini tidak terlalu besar.

Gambar 13. Peta distribusi koridor di segmen III

Page 34: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

21 Selain untuk meredam angin dan suara dari kereta yang melintas,

keberadaan jajaran pepohonan tersebut juga dapat menambah keteduhan di

sekitar jalur kereta yang berebelahan dengan jalur Jalan Lenteng Agung dan

Jalan Raya Tanjung Barat. Titik sampel stepping stone berukuran besar yang

digunakan pada segmen ini terletak di taman kota Depok dekat Universitas

Indonesia (Stepping stone B III). Sedangkan untuk titik sampel stepping stone

berukuran kecil dipilih parkiran Stasiun Depok Baru (Stepping stone K III).

Hutan UI dipilih sebagai titik sampel untuk linear corridor yang berukuran besar

(Linear B III) dan RTH sekitar Setu Depok dipilih sebagai titik sampel linear

corridor yang berukuran kecil (Linear K III). Lokasi tersebut dipilih karena

aksesnya yang mudah dijangkau, kondisi keragaman vegetasinya cukup tinggi.

4. Segmen IV (DD’-EE’)

Segmen IV merupakan lanjutan dari segmen III yaitu dari Stasiun

Tanjung Barat hingga Stasiun Cawang yang terlihat pada Gambar 14. Perubahan

suasana mulai terasa saat memasuki segmen ini karena area ini didominasi oleh

area perdagangan, permukiman dan perkantoran, namun di beberapa titik masih

ditemukan RTH, seperti RTH Taman Makam Pahlawan dan hutan kota Tebet.

Area perdagangan dan perkantoran tersebut menimbulkan dampak pada

tingginya temperatur udara dan polusi sehingga menimbulkan rasa kurang

nyaman saat melintasi segmen ini. Keberadaan beberapa titik RTH pada segmen

IV turut menyumbang lokasi yang berpotensi sebagai habitat koridor pergerakan

burung.

Lapangan dekat Stasiun Cawang yang dijadikan sebagai titik sampel

untuk stepping stone berukuran besar (Stepping stone B IV). Sedangkan titik

sampel stepping stone berukuran kecil, parkiran Stasiun Tanjung Barat adalah

lokasi yang dipilih (Stepping stone K IV). Taman Kota Pasar Minggu dipilih

sebagai titik sampel untuk linear corridor berukuran kecil (Linear K IV) dan

Taman Tebet dipilih sebagai titik sampel linear corridor berukuran besar

(Linear B IV). Titik sampel tersebut dipilih dengan tujuan mendapatkan

keragaman lokasi titik sampel. Selain itu di lokasi tersebut keragaman vegetasi

yang akan diidentifikasinya cukup tinggi dan kemiringan lahannya pun cukup

landai.

Page 35: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

22

5. Segmen V (EE’-FF’)

Segmen V berakhir sampai Stasiun Jakarta Kota yang terlihat pada

Gambar 15. Pada segmen ini karakteristik permukiman dan perkantoran pusat

kota sangat terasa. Namun terdapat beberapa taman kota yang mengidentifikasi

adanya koridor pergerakan burung. Koridor habitat burung yang terbentuk di

segmen ini didominasi oleh koridor dengan lebar yang kecil dan memanjang

karena hanya terdiri dari jajaran pepohonan seperti Glodogan bulat (Polyalthia

Gambar 14. Peta distribusi koridor di segmen IV

Page 36: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

23 fragrans), Glodogan tiang (Polyalthia longifolia), Mahoni (Swietenia mahogani),

Ki Hujan (Samanea saman) dan Angsana (Pterocarpus indicus) yang tumbuh di

tepi jalan raya yang berdekatan dengan jalur rel KRL.

Beberapa RTH yang turut membentuk koridor habitat burung tersebut

contohnya Taman Monas, Taman Menteng dan Taman Suropati. Beberapa

taman tersebut memang sengaja dibuat untuk menghadirkan burung di kawasan

pusat kota sehingga dapat pula berfungsi sebagai pelepas penat bagi warga kota

yang dinamis. Pengelolaan taman- taman kota tersebut dapat dikatakan cukup

baik, karena berada di bawah pengawasan Dinas Pertamanan dan Pemakaman

Provinsi DKI Jakarta yang memiliki anggaran cukup tinggi untuk

pengelolaannya.

Gambar 15. Peta distribusi koridor di segmen V

Page 37: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

24 Pada segmen ini, area Taman Suropati yang dijadikan sebagai titik

sampel linear corridor berukuran kecil (Linear K V). Sedangkan area Taman

Monas dipilih sebagai titik sampel linear corridor berukuran besar ( Linear B V).

RTH Masjid Istiqlal dipilih sebagai titik sampel stepping stone berukuran kecil

(Stepping stone K V) dan Lapangan Banteng dijadikan sebagai titik sampel

stepping stone berukuran besar (Stepping stone B V). Area tersebut dipilih

karena lokasinya yang strategis dan memiliki beragam jenis vegetasi mulai dari

rumput, semak, perdu hingga pohon tinggi.

Keanekaragaman Vegetasi pada Kedua Tipe Koridor

Keanekaragaman pada lima titik sampel di masing-masing segmen

bervariasi. Mulai dari tingkat keragaman rendah hingga sedang. Nilai Indeks

Shannon tertinggi tercatat pada lokasi pengamatan stepping stone berukuran

kecil Segmen I. Sedangkan keanekaragaman terendah terdapat pada titik

pegamatan linear corridor berukuran kecil Segmen V (Tabel 2). Berdasarkan

Indeks Nilai Pentingnya, linear corridor didominasi oleh Teh-tehan, Lamtoro

Angsana dan Mahoni. Sedangkan stepping stone didominasi oleh Rumput gajah,

Mahoni dan Lamtoro (Tabel 3).

Tabel 2. Distribusi keanekaragaman vegetasi (Indeks Shannon)

Segmen Linear Corridor Stepping stone

Kecil Besar Kecil Besar

Segmen I 1.30 0.98 1.91 0.66

Segmen II 1.14 0.60 0.90 1.20

Segmen III 1.15 1.49 0.98 0.71

Segmen IV 1.28 1.20 0.61 0.92

Segmen V 0.28 1.18 1.30 1.40

Tabel 3. Distribusi dominansi jenis berdasarkan Indeks Nilai Penting (INP)

Tingkat

Pertumbuhan

Linear Corridor Stepping Stone

spesies (INP) spesies (INP)

Semai Teh-tehan (194) Rumput gajah (230)

Lili paris (130) Ilalang (200)

Seruni rambat (130) Kersen (175.65)

Pancang Lamtoro (228.82) Mahoni (254.19)

Pucuk merah (200) Mangga (206.52)

Meranti (198.04) Pangkas kuning (180.48)

Tiang Talas (300) Mahoni (199.45)

Angsana (300) Jambu biji (199.84)

Lamtoro (241.94) Beringin (195.71)

Pohon Mahoni (201.96) Lamtoro (226)

Tanjung (200) Asam kranji (178)

Lamtoro (161) Dadap merah (143.94)

Page 38: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

25 Secara spesifik hasil analisis vegetasi pada kelima lokasi pengamatan

masing-masing segmen adalah :

1. Segmen I (AA’-BB’)

Terdapat 41 jenis tanaman yang tercatat pada lokasi pengamatan di

segmen I yang tersebar dari tingkat pertumbuhan semai hingga pohon. Pada

segmen I terdapat empat lokasi pengamatan, yaitu area GOR Padjajaran (linear

corridor berukuran besar), lapangan dekat SMA 5 Bogor (linear corridor yang

berukuran kecil), RTH jalur jalan menuju jalan Pemuda (stepping stone yang

berukuran kecil) dan RTH sempadan sungai dekat jalan Kemang Raya Baru

(stepping stone yang berukuran besar).

Vegetasi pada lokasi linear corridor berukuran besar didominasi oleh

Lamtoro (Laucaena glauca), Pisang (Musa sp.) dan Mengkudu (Morinda

citrifolia). Secara keseluruhan area linear corridor berukuran besar memiliki

keragaman sebesar 0,98 yang menunjukkan tingkat keragaman rendah (Tabel 4).

Sedangkan untuk vegetasi pada lokasi linear corridor berukuran kecil

didominasi oleh Pisang (Musa sp.) dan Mangga (Mangifera indica). Secara

keseluruhan area linear corridor berukuran kecil memiliki keragaman sebesar

1,30 yang menunjukkan tingkat keragaman sedang yang terlihat pada Tabel 5.

Sementara itu vegetasi yang teridentifikasi pada lokasi stepping stone

berukuran besar didominasi oleh Lamtoro (Laucaena glauca), Ilalang (Imperata

cylindrica) dan Bungur (Largerstroemia speciosa). Secara keseluruhan area

stepping stone berukuran besar memiliki keragaman sebesar 0,66 yang

menunjukkan tingkat keragaman rendah yang terlihat pada Tabel 6. Lain halnya

dengan vegetasi pada lokasi stepping stone berukuran kecil yang didominasi

oleh Jambu Biji (Psidium guajava), Kersen (Muntingia calabura) dan Mangga

(Mangivera indica). Secara keseluruhan area stepping stone berukuran kecil

memiliki keragaman sebesar 1,91 yang menunjukkan tingkat keragaman sedang

yang terlihat pada Tabel 7.

Tabel 4. Vegetasi pada linear corridor berukuran besar di segmen I

No Tingkat

Pertumbuhan Jenis Vegetasi INP

Indeks

Shannon

1 Pohon Laucaena glauca 161.00 0.70

Morinda citrifolia 139.00

2 Tiang Musa sp. 142.41 0.52

Samanea saman 30.98

Eugenia caryophyllata 36.96

3 Pancang Musa sp. 183.33 0.64

Carica papaya 116.67

4 Semai Pennisetum purpureum 62.82 2.06

Neprholepis excalta 34.77

Imperata cylindrica 41.61

Caladium sp. 23.77

Cordyline sp. 26.68

Musa sp. 22.50

Piper betle 13.56

Fatsia japonica 28.13

Acalypha macrophylla 28.13

Codieaum variegtum 18.03

Rata-Rata Indeks Shannon 0.98

Page 39: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

26 Tabel 5. Vegetasi pada linear corridor berukuran kecil di segmen I

No Tingkat

Pertumbuhan Jenis Vegetasi INP

Indeks

Shannon

1 Pohon Swietenia mahogani 117.00 0.90

Canarium commune 108.00

Acacia auriculiformis 75.00

2 Tiang Cerbera mangas 79.29 1.47

Musa sp. 70.54

Swietenia mahogani 65.76

Mangifera indica 32.51

Arthocarpus communis 29.39

Artocarpus heterophyllus 22.51

3 Pancang Musa sp. 156.67 0.64

Mangivera indica 143.33

4 Semai Pennisetum purpureum 47.91 2.16

Imperata cylindrica 41.77

Echinochloa colona 41.77

Manihot utilissima 40.42

Ptychosperma macarthurii 30.56

Caladium sp. 24.32

Cordyline sp. 20.28

Musa sp. 20.14

Fatsia japonica 17.77

Ficus benjamina 15.07

Rata-Rata Indeks Shannon 1.30

Tabel 6. Vegetasi pada stepping stone berukuran besar di segmen I

No Tingkat

Pertumbuhan Jenis Vegetasi INP

Indeks

Shannon

1 Pohon Laucaena glauca 226.00 0.50

Muntingia calabura 74.00

2 Tiang Laucaena glauca 170.53 0.65

Fatsia japonica 129.47

3 Pancang Largerstroemia speciosa 163.73 0.64

Gigantochloa verticillata 136.27

4 Semai Imperata cylindrica 187.64 0.87

Solanum nigrum L. 56.19

Carica papaya 56.17

Rata-Rata Indeks Shannon 0.66

Page 40: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

27 Tabel 7. Vegetasi pada stepping stone berukuran kecil di segmen I

No Tingkat

Pertumbuhan Jenis Vegetasi INP

Indeks

Shannon

1 Tiang Psidium guajava 73.98 2.12

Manihot utilissima 33.36

Canarium commune 26.00

Artocarpus heterophyllus 26.00

Nephellium lappaceum 26.00

Laucaena glauca 26.00

Muntingia calabura 26.00

Syzygium malaccense 22.64

Ptychosperma macarthurii 20.02

Carica papaya 20.02

2 Pancang Mangivera indica 80.98 1.52

Citrus sp. 74.26

Ptychosperma macarthurii 56.18

Carica papaya 50.49

Cordyline sp. 38.09

3 Semai Muntingia calabura 175.65 2.09

Adiantum capillusveneris 99.02

Pedilanthus pringlei 47.86

Caladium sp. 43.08

Manihot utilissima 36.09

Capsicum ftutescens 36.09

Alpina purpurata 36.09

Cordyline sp. 36.09

Canna sp. 33.52

Rata-Rata Indeks Shannon 1.91

Indeks Shannon pada linear corridor berukuran besar lebih rendah

nilainya jika dibandingkan dengan Indeks Shannon pada linear corridor

berukuran kecil. Hal ini menunjukkan titik sampel pada linear corridor

berukuran kecil memiliki jumlah jenis vegetasi yang lebih beragam meskipun

berbanding terbalik dengan luas areanya. Hal serupa terjadi pula pada stepping

stone berukuran besar yang memiliki Indeks Shannon lebih kecil dari stepping

stone berukuran kecil.

2. Segmen II (BB’-CC’)

Segmen II memiliki empat lokasi pengamatan, yaitu area kebun jambu

dekat Stasiun Cilebut (linear corridor yang berukuran kecil), RTH dekat Jalan

Kemang Raya Baru (linear corridor berukuran besar), RTH dekat jalur KRL jln

Cilebut raya (stepping stone yang berukuran kecil) dan Kebun jambu dekat

stasiun Bojong Gede (stepping stone yang berukuran besar).

Area kebun jambu dekat Stasiun Bojong Gede (linear corridor yang

berukuran kecil) didominasi oleh jenis Jambu Biji (Psidium guajava) dan

Angsana (Pterocarpus indicus). Terdapat 14 jenis tanaman yang tercatat pada

lokasi tersebut. Pada tingkat pertumbuhan pohon jenis vegetasi tidak ditemukan

di lokasi pengamatan. Secara keseluruhan linear corridor Berukuran Kecil

Page 41: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

28 memiliki keragaman sebesar 1.14 yang menunjukkan tingkat keragaman sedang

yang terlihat pada Tabel 8. Sedangkan RTH dekat Jalan Kemang Raya Baru

(linear corridor berukuran besar) didominasi oleh Tanjung (Mimusoph elengi)

dan Lamtoro (Laucaena glauca). Secara keseluruhan area linear corridor

berukuran besar memiliki keragaman sebesar 0.60 yang menunjukkan tingkat

keragaman rendah yang terlihat pada Tabel 9.

Tabel 8. Vegetasi pada linear corridor berukuran kecil di segmen II

No Tingkat

Pertumbuhan Jenis Vegetasi INP

Indeks

Shannon

1 Tiang Pterocarpus indicus 300.00 0.00

2 Pancang Psidium guajava 104.35 1.25

Musa sp. 98.73

Cordyline sp. 57.79

Hibiscus sp. 35.58

3 Semai Pennisetum purpureum 43.00 2.17

Imperata cylindrica 39.58

Dissotis rotundifolia 38.00

Echinochloa colona 38.00

Eleusin indica 38.00

Heliconia American dwarf 37.61

Neprholepis excalta 26.60

Mimosa pudica 23.66

Mikania micrantha 17.21

Rata-Rata Indeks Shannon 1.14

Tabel 9. Vegetasi pada linear corridor berukuran besar di segmen II

No Tingkat

Pertumbuhan Jenis Vegetasi INP

Indeks

Shannon

1 Pohon Mimusoph elengi 200.00 0.60

Spatodea champanulata 100.00

2 Tiang Laucaena glauca 241.94 0.53

Musa sp. 58.06

3 Pancang Laucaena glauca 93.10 0.41

Mimusoph elengi 6.90

4 Semai Ruelia malacosperma 99.18 1.32

Imperata cylindrica 59.18

Xanthosoma roseum 55.40

Manihot utilissima 34.43

Codieaum variegtum 26.26

Psidium guajava 25.55

Rata-Rata Indeks Shannon 0.60

Vegetasi pada lokasi stepping stone berukuran besar didominasi oleh

Jambu Biji (Psidium guajava) dan Ilalang (Imperata cylindrica). Secara

keseluruhan area stepping stone berukuran besar memiliki keragaman sebesar

Page 42: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

29 1.20 yang menunjukkan tingkat keragaman sedang (Tabel 10). Sedangkan

vegetasi pada lokasi stepping stone berukuran kecil (RTH dekat jalur KRL jalan

Cilebut raya) didominasi oleh Asam Kranji (Pithecellobium dulce), Jabon

(Arthocephallus indicus). Secara keseluruhan area stepping stone berukuran

kecil memiliki keragaman sebesar 0.90 yang menunjukkan tingkat keragaman

rendah (Tabel 11).

Tabel 10. Vegetasi pada stepping stone berukuran besar di segmen II

No Tingkat

Pertumbuhan Jenis Vegetasi INP

Indeks

Shannon

1 Tiang Psidium guajava 199.84 0.65

Musa sp. 58.45

Carica papaya 41.71

2 Pancang Manihot utilissima 78.14 1.57

Cordyline sp. 62.89

Musa sp. 51.11

Psidium guajava 46.80

Carica papaya 22.02

Laucaena glauca 20.66

Hibiscus sp. 18.38

3 Semai Imperata cylindrica 116.56 1.23

Xanthosoma roseum 83.38

Hibiscus sp. 68.81

Fatsia japonica 35.95

Rata-Rata Indeks Shannon 1.20

Tabel 11. Vegetasi pada stepping stone berukuran kecil di segmen II

No Tingkat

Pertumbuhan Jenis Vegetasi INP

Indeks

Shannon

1 Pohon Pithecellobium dulce 178.00 0.90

Bambusa multiplex 74.00

Crescentia cujete 48.00

2 Tiang Arthocephallus indicus 191.59 0,64

Swietenia mahogani 60.72

Carica papaya 47.68

3 Pancang Psidium guajava 153.41 1.29

Musa sp. 43.57

Swietenia mahogani 39.86

Arundinaria pumila 33.04

Cordyline sp. 30.12

4 Semai Xanthosoma roseum 142.94 0.88

Psidium guajava 101.83

Musa sp. 55.23

Rata-Rata Indeks Shannon 0.90

Page 43: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

30 Indeks Shannon pada linear corridor berukuran besar lebih rendah

nilainya jika dibandingkan dengan Indeks Shannon pada linear corridor

berukuran kecil. Hal ini menunjukkan lokasi sampel pada linear corridor

berukuran kecil memiliki jumlah jenis vegetasi yang lebih beragam meskipun

berbanding terbalik dengan luas areanya. Lain halnya pada stepping stone

berukuran besar memiliki Indeks Shannon lebih kecil dari stepping stone

berukuran kecil.

3. Segmen III (CC’-DD’)

Titik Pengamatan di Segmen III dilakukan pada empat lokasi pengamatan,

yaitu taman kota Depok dekat Universitas Indonesia (stepping stone berukuran

besar), parkiran Stasiun Depok Baru (stepping stone berukuran kecil), Hutan UI

(linear corridor yang berukuran besar) dan RTH sekitar Setu Depok (linear

corridor yang berukuran kecil). Taman kota Depok dekat Universitas Indonesia

(stepping stone berukuran besar) memiliki 14 jenis tanaman yang tersebar dari

tingkat pertumbuhan semai hingga pohon.

Pada lokasi Taman kota Depok dekat Universitas Indonesia didominasi

oleh Pangkas Kuning (Duranta sp.) dan Mahoni (Swietenia mahogani). Secara

keseluruhan taman kota Depok dekat Universitas Indonesia memiliki keragaman

sebesar 0.71 yang menunjukkan tingkat keragaman rendah yang terlihat pada

Tabel 12. Sedangkan vegetasi pada lokasi parkiran Stasiun Depok Baru

(stepping stone berukuran kecil) didominasi oleh Beringin (Ficus benjamina)

dan Dadap Merah (Erythrina cristagali). Secara keseluruhan area stepping stone

berukuran kecil memiliki keragaman sebesar 0.98 yang menunjukkan tingkat

keragaman rendah yang terlihat pada Tabel 13.

Tabel 12. Vegetasi pada stepping stone berukuran besar di segmen III

No Tingkat

Pertumbuhan Jenis Vegetasi INP

Indeks

Shannon

1 Pohon Polyalthia longifolia 106.40 1.09

Roystonea regia 59.08

Erythrina cristagali 56.18

Swietenia mahogani 56.13

Bauhinia purpurea 35.38

Mimusoph elengi 32.79

Polyalthia fragran 29.04

2 Tiang Swietenia mahogani 199.45 0.68

Polyalthia longifolia 100.55

3 Pancang Duranta sp. 180.48 0.66

Manilkara kauki 119.52

4 Semai Acalypha macrophylla 60.39 0.40

Neprholepis excalta 51.84

Echinochloa colona 37.53

Rata-Rata Indeks Shannon 0.71

Vegetasi yang teramati pada lokasi linear corridor berukuran kecil

didominasi oleh Pucuk Merah (Syzygium oleana). Secara keseluruhan area

linear corridor berukuran kecil memiliki keragaman sebesar 1.15 yang

Page 44: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

31 menunjukkan tingkat keragaman sedang yang terlihat pada Tabel 14. Lain

halnya dengan vegetasi yang teramati pada lokasi linear corridor berukuran

besar yang didominasi oleh Meranti (Shorea roxburghii) dan Paku Jejer

(Neprholepis excalta). Secara keseluruhan area linear corridor berukuran besar

memiliki keragaman sebesar 1.49 yang menunjukkan tingkat keragaman sedang

yang terlihat pada Tabel 15.

Tabel 13. Vegetasi pada stepping stone berukuran kecil di segmen III

No Tingkat

Pertumbuhan Jenis Vegetasi INP

Indeks

Shannon

1 Pohon Erythrina cristagali 143.94 0.90

Bauhinia purpurea 106.77

Pithecellobium dulce 49.29

2 Tiang Ficus benjamina 195.71 0.67

Muntingia calabura 104.29

3 Pancang Pithecellobium dulce 103.77 1.25

Bambusa multiplex 90.64

Jatropha pandurifolia 67.46

Muntingia calabura 38.13

4 Semai Widelia biflora 118.41 1.09

Pennisetum purpureum 118.41

Muntingia calabura 63.19

Rata-Rata Indeks Shannon 0.98

Tabel 14. Vegetasi pada linear corridor berukuran kecil di segmen III

No Tingkat

Pertumbuhan Jenis Vegetasi INP

Indeks

Shannon

1 Pohon Cocos nucifera 89.68 1.68

Pterocarpus indicus 77.32

Ficus benjamina 38.66

Ceiba pentandra 34.06

Swietenia mahogani 34.06

Syzygium malaccense 26.22

2 Tiang Morinda citrifolia 150.00 0.69

Ptychosperma macarthurii 150.00

3 Pancang Syzygium oleina 170.00 0.67

Cordyline sp. 130.00

4 Semai Sansevieria trifasciata 98.70 1.55

Acalypha macrophylla 70.27

Alpinia purpurata 24.87

Hibiscus sp. 23.86

Nothopanax scutellarium 23.86

Carica papaya 18.83

Syzygium malaccense 15.36

Ocimum citriodorum 15.36

Rata-Rata Indeks Shannon 1.15

Page 45: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

32 Tabel 15. Vegetasi pada linear corridor berukuran besar di segmen III

No Tingkat

Pertumbuhan Jenis Vegetasi INP

Indeks

Shannon

1 Pohon Swietenia mahogani 55.90 2.10

Hevea braziliensis 47.80

Laucaena glauca 47.80

Pometia pinnata 38.20

Shorea roxburghii 26.15

Largerstroemia speciosa 24.64

Cassuarina junghuhniana 19.09

Delonix regia 17.36

Samanea saman 12.53

Wodyetia bifurcata 10.54

2 Tiang Swietenia mahogani 91.04 1.85

Terminalia catappa 81.10

Manikara kauki 26.01

Syzygium malaccense 26.01

Pometia pinnata 22.53

Maniltoa grandiflora 18.56

Musa sp. 17.37

Fatsia japinoca 17.37

3 Pancang Shorea roxburghii 198.04 0.55

Swietenia mahogani 62.75

Cordia sebestana 39.22

4 Semai Neprholepis excalta 104.25 1.46

Pennisetum purpureum 60.95

Xanthosoma roseum 44.75

Fatsia japonica 29.80

Heliconia sp. 29.26

Swietenia mahogani 16.16

Monstera sp. 14.82

Rata-Rata Indeks Shannon 1.49

Indeks Shannon pada stepping stone berukuran besar lebih rendah nilainya

jika dibandingkan dengan Indeks Shannon pada stepping stone berukuran kecil.

Hal ini menunjukkan lokasi sampel pada stepping stone berukuran kecil

memiliki jumlah jenis vegetasi yang lebih beragam meskipun berbanding

terbalik dengan luas areanya. Namun hal sebaliknya terjadi pada Indeks Shannon

pada linear corridor berukuran besar yang memiliki nilai lebih tinggi dari Indeks

Shannon pada linear corridor berukuran kecil.

4. Segmen IV (DD’-EE’)

Titik Pengamatan di Segmen III dilakukan pada empat lokasi pengamatan,

yaitu Lapangan dekat Stasiun Cawang (stepping stone berukuran besar),

parkiran Stasiun Tanjung Barat (stepping stone berukuran kecil), Taman Kota

Pasar Minggu (linear corridor berukuran kecil) dan RTH jalan sekitar Stasiun

Cawang (linear corridor berukuran besar).

Page 46: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

33 Terdapat 12 jenis tanaman yang tercatat pada lokasi pengamatan Lapangan

dekat Stasiun Cawang (stepping stone berukuran besar) yang tersebar dari

tingkat pertumbuhan semai hingga pohon. Vegetasi pada lokasi ini didominasi

oleh Ilalang (Echinochloa colona) dan Mahoni (Swietenia mahogani). Secara

keseluruhan lapangan dekat Stasiun Cawang memiliki keragaman sebesar 0.92

yang menunjukkan tingkat keragaman rendah yang terlihat pada Tabel 16.

Vegetasi pada lokasi stepping stone berukuran kecil didominasi oleh Mahoni

(Swietenia mahogani) dan Rumput Gajah (Pennisetum purpureum). Secara

keseluruhan area stepping stone berukuran kecil memiliki keragaman sebesar

0.61 yang menunjukkan tingkat keragaman rendah yang terlihat pada Tabel 17.

Tabel 16. Vegetasi pada stepping stone berukuran besar di segmen IV

No Tingkat

Pertumbuhan Jenis Vegetasi INP

Indeks

Shannon

1 Pohon Leucaena glauca 109.85 1.63

Mimusoph elengi 59.93

Tectona grandis 31.96

Swietenia mahogani 29.98

Artocarpus heterophyllus 29.97

Acacia auriculiformis 19.98

Terminalia catappa 18.32

2 Tiang Morinda citrifolia 180.00 0.69

Musa sp. 120.00

3 Pancang Swietenia mahogani 218.96 0.68

Ptychosperma macarthurii 43.49

Mimusoph elengi 37.56

4 Semai Echinochloa colona 200.00 0.69

Pennisetum purpureum 150.00

Rata-Rata Indeks Shannon 0.92

Tabel 17. Vegetasi pada stepping stone berukuran kecil di segmen IV

No Tingkat

Pertumbuhan Jenis Vegetasi INP

Indeks

Shannon

1 Pohon Delonix regia 106.84 1.61

Swietenia mahogani 54.09

Samanea saman 39.21

Manilkara kauki 35.38

Terminalia catappa 32.24

Laucaena glauca 32.24

2 Pancang Swietenia mahogani 254.19 0.35

Terminalia catappa 45.81

3 Semai Pennisetum purpureum 230.00 0.50

Swietenia mahogani 75.00

Rata-Rata Indeks Shannon 0.61

Page 47: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

34 Lokasi linear corridor berukuran besar memiliki vegetasi yang

didominasi oleh Pohon Mahoni (Swietenia mahogani). Secara keseluruhan area

linear corridor berukuran kecil memiliki keragaman sebesar 1.20 yang

menunjukkan tingkat keragaman sedang yang terlihat pada Tabel 18. Sedangkan

vegetasi pada lokasi linear corridor berukuran kecil didominasi oleh Mahoni

(Swietenia mahogani) dan Teh-tehan (Acalypha macrophylla). Secara

keseluruhan area linear corridor berukuran kecil memiliki keragaman sebesar

1.28 yang menunjukkan tingkat keragaman sedang yang terlihat pada Tabel 19.

Tabel 18. Vegetasi pada linear corridor berukuran besar di segmen IV

No Tingkat

Pertumbuhan Jenis Vegetasi INP

Indeks

Shannon

1 Pohon Swietenia mahogani 201.96 0.67

Polyathia longifolia 50.36

Mangifera indica 22.36

Samanea saman 25.32

2 Tiang Areca catechu 97.00 1.04

Mimusoph elengi 91.00

Samanea saman 74.00

Averrhoa bilimbi 38.00

3 Pancang Swietenia mahogani 88.52 1.90

Mimusoph elengi 73.50

Polyalthia longifolia 24.81

Ptychosperma macarthurii 24.81

Butia capitata 18.85

Mangifera indica 20.70

Averrhoa bilimbi 31.40

Cordia sebestana 17.41

4 Semai Pennisetum purpureum 130.00 1.20

Chlorophytum sp. 130.00

Widelia biflora 130.00

Echinochloa colona 89.00

Rata-Rata Indeks Shannon 1.20

Indeks Shannon pada stepping stone berukuran besar lebih tinggi nilainya

jika dibandingkan dengan Indeks Shannon pada stepping stone berukuran kecil.

Hal ini menunjukkan lokasi sampel pada stepping stone berukuran besar

memiliki jumlah jenis vegetasi yang lebih beragam. Sedangkan hal sebaliknya

terjadi pada linear corridor berukuran kecil yang memiliki nilai Indeks Shannon

lebih tinggi dari linear corridor berukuran besar. Meskipun perbedaan nilai

Indeks Shannon keduanya tidak terlampau signifikan.

Page 48: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

35 Tabel 19. Vegetasi pada linear corridor berukuran kecil di segmen IV

No Tingkat

Pertumbuhan Jenis Vegetasi INP

Indeks

Shannon

1 Pohon Swietenia mahogani 138.39 1.47

Polyalthia longifolia 22.91

Artocarpus heterophyllus 45.66

Ficus benjamina 40.44

Terminalia catappa 27.36

Manikara kauki 25.23

2 Tiang Swietenia mahogani 124.00 1.64

Cordia sebestana 63.00

Psidium guajava 23.00

Ptychosperma macarthurii 23.00

Mimusoph elengi 23.00

Artocarpus heterophyllus 23.00

Cassia surattensis 20.00

3 Pancang Pleomele angustifolia 110.00 1.15

Swietenia mahogani 101.96

Averrhoa bilimbi 46.25

Manikara kauki 41.79

4 Semai Acalypha macrophylla 194.00 0.87

Cordyline sp. 53.00

Nothopanax scutellarium 53.00

Rata-Rata Indeks Shannon 1.28

5. Segmen V (EE’-FF’)

Pada segmen ini terdapat empat lokasi pengamatan, yaitu area Taman

Suropati (linear corridor berukuran kecil), area Taman Monas (linear corridor

berukuran besar), RTH Masjid Istiqlal (stepping stone berukuran kecil) dan

Lapangan Banteng (stepping stone berukuran besar). Tanaman pada Taman

Suropati didominasi oleh jenis Talas (Xanthosoma roseum) dan Palem Hijau

(Ptychosperma macarthurii). Terdapat 12 jenis tanaman yang tercatat pada

lokasi tersebut. Secara keseluruhan Taman Suropati memiliki keragaman sebesar

0.28 yang menunjukkan tingkat keragaman rendah yang terlihat pada Tabel 20.

Vegetasi pada lokasi linear corridor berukuran besar didominasi oleh

Jakaranda (Jacaranda acutifolia H.B.) dan Pucuk Merah (Syzygium oleina).

Secara keseluruhan area linear corridor berukuran besar memiliki keragaman

sebesar 1.18 yang menunjukkan tingkat keragaman sedang (Tabel 21).

Sedangkan vegetasi pada lokasi Lapangan Banteng (stepping stone berukuran

besar) didominasi oleh Pinang (Areca catechu). Secara keseluruhan area

stepping stone berukuran besar memiliki keragaman sebesar 1.40 yang

menunjukkan tingkat keragaman sedang (Tabel 22). Tidak ditemukan jenis

vegetasi pada tingkat pertumbuhan pancang di lokasi pengamatan ini. Lain

halnya dengan vegetasi pada lokasi stepping stone berukuran kecil didominasi

oleh Pohon Mangga (Mangifera indica). Secara keseluruhan area stepping stone

berukuran kecil memiliki keragaman sebesar 1.30 yang menunjukkan tingkat

keragaman sedang (Tabel 23).

Page 49: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

36 Tabel 20. Vegetasi pada linear corridor berukuran kecil di segmen V

No Tingkat

Pertumbuhan Jenis Vegetasi INP

Indeks

Shannon

1 Pohon Pterocarpus indicus 186.00 0.41

Ficus benjamina 114.29

2 Tiang Xanthosoma roseum 300.00 0.00

3 Pancang Ptychosperma macarthurii 300.00 0.00

4 Semai Ptychosperma macarthurii 121.72 0.69

Philodendron sp. 103.78

Costus sp. 30.93

Aglaonema sp. 96.10

Axonopus compressus 24.68

Hymenocallis speciosa 27.35

Philodendron selloum 28.25

Heliconia sp. 20.05

Rata-Rata Indeks Shannon 0.28

Tabel 21. Vegetasi pada linear corridor berukuran besar di segmen V

No Tingkat

Pertumbuhan Jenis Vegetasi INP

Indeks

Shannon

1 Pohon Bauhinia purpurea 82.11 1.75

Samanea saman 80.09

Mimusoph elengi 39.24

Polyalthia longifolia 27.38

Tectona grandis 22.02

Cerbera mangas 19.59

Largerstroemia speciosa 14.79

Barringtonia asiatica 14.79

2 Tiang Jacaranda acutifolia H.B. 177.00 1.00

Mangifera indica 47.00

Cordia sebestana 'Aurea' 30.00

Averhoa bilimbi 23.00

Samanea saman 23.00

3 Pancang Syzygium oleina 200.00 0.56

Ficus benjamina 100.00

4 Semai Chrysalidocarpus lutescens 85.95 1.40

Pennisetum purpureum 83.17

Osmoxylum lineare 57.71

Cordyline sp. 54.79

Acalypha macrophylla 18.38

Rata-Rata Indeks Shannon 1.18

Page 50: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

37 Tabel 22. Vegetasi pada stepping stone berukuran besar di segmen V

No Tingkat

Pertumbuhan Jenis Vegetasi INP

Indeks

Shannon

1 Pohon Swietenia mahogani 82.41 1.82

Ptychosperma macarthurii 73.01

Spatodea champanulata 70.90

Syzygium oleina 52.12

Tamarindus indica 31.07

Acacia auriculiformis 31.07

Polyalthia fragran 31.07

Polyalthia longifolia 25.94

2 Tiang Areca catechu 100.00 1.00

Bauhinia purpurea 75.00

Mimusophs elengi 75.00

Acacia auriculiformis 50.00

3 Semai Canna sp. 90.29 1.13

Osmoxylum lineare 85.58

Hymenocallis speciosa 43.19

Aechmea sp. 42.83

Acalypha macrophylla 38.12

Rata-Rata Indeks Shannon 1.40

Tabel 23. Vegetasi pada stepping stone berukuran kecil di segmen V

No Tingkat

Pertumbuhan Jenis Vegetasi INP

Indeks

Shannon

1 Pohon Pterocarpus indicus 112.55 1.39

Laucaena glauca 47.82

Ficus sp. 53.35

Khaya senegalensis 43.14

Spatodea champanulata 43.14

2 Tiang Mangifera indica 115.00 2.00

Barringtonia asiatica 42.00

Ptychosperma macarthurii 40.00

Diospyros blancoi 31.00

Khaya senegalensis 14.00

Tectona grandis 14.00

Polyalthia longifolia 14.00

Mimusophs elengi 14.00

Arthocarpus integra 14.00

3 Pancang Mangifera indica 206.52 0.74

Barringtonia asiatica 51.09

Laucaena glauca 42.39

4 Semai Mangifera indica 107.00 1.47

Ptychosperma macarthurii 74.57

Acalypha macrophylla 52.25

Polyalthia longifolia 41.31

Carica papaya 24.88

Rata-Rata Indeks Shannon 1.30

Page 51: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

38 Indeks Shannon pada stepping stone berukuran besar lebih tinggi nilainya

jika dibandingkan dengan Indeks Shannon pada stepping stone berukuran kecil.

Hal ini menunjukkan titik sampel pada stepping stone berukuran besar memiliki

jumlah jenis vegetasi yang lebih beragam. Hal serupa terjadi pula pada linear

corridor berukuran besar yang memiliki nilai Indeks Shannon lebih tinggi dari

linear corridor berukuran kecil. Meskipun perbedaan nilai Indeks Shannon

keduanya tidak terlampau signifikan.

Kelimpahan Jenis Burung pada Kedua Tipe Koridor

Kelimpahan jenis burung di lima lokasi pengamatan di masing-masing

segmen bervariasi. Hal ini disebabkan adanya perbedaan vegetasi dan perbedaan

luas dari masing-masing koridor yang tercatat. Selain itu tingkat

keanekaragaman dari vegetasi pembentuk suatu koridor pun turut mempengaruhi

keberadaan jenis burung. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap 20 lokasi

sampel pada kelima segmen ditemukan bahwa tingkat kelimpahan jenis burung

tertinggi terdapat di lokasi pengamatan stepping stone berukuran kecil pada

Segmen 5 (RTH Masjid Istiqlal), yaitu 14 jenis yang tercatat dan tingkat

kelimpahan jenis burung terendah terdapat di lokasi pengamatan stepping stone

berukuran kecil Segmen II (RTH dekat jalur KRL jalan Cilebut Raya) dan

Segmen IV (Parkiran Stasiun Tanjung Barat), yaitu 6 jenis yang tercatat.

Sedangkan pada linear corridor, jumlah kelimpahan tertinggi pada linear

corridor berukuran besar Segmen II sebanyak 12 jenis dan kelimpahan terendah

tercatat pada linear corridor berukuran besar Segmen I dan linear corridor

berukuran kecil Segmen III sebanyak 7 jenis. Distribusi kelimpahan jenis burung

yang ditemukan pada 20 lokasi pengamatan baik pada linear corridor maupun

stepping stone dapat dilihat pada Tabel 24.

Tabel 24. Distribusi kelimpahan jenis burung

Segmen Stepping Stone Linear Corridor

Kecil Besar Kecil Besar

Segmen I 9 7 8 7

Segmen II 6 9 8 12

Segmen III 10 9 7 9

Segmen IV 6 7 9 10

Segmen V 14 10 10 11

Berdasarkan status yang dikeluarkan oleh IUCN seluruh jenis burung yang

ditemukan berada pada status resiko rendah sehingga memang banyak dijumpai

di berbagai kondisi habitat. Sedangkan untuk status yang dikeluarkan oleh

pemerintah berdasarkan Undang-Undang No.5 th 1990 dan PP No.7 th 1999,

terdapat beberapa jenis yang termasuk didalamnya seperti yang terlihat pada

Tabel 25.

Page 52: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

39 Tabel 25. Frekuensi Kehadiran Jenis Spesies Tertentu di Tiap Segmen

No Nama Lokal

(Nama Ilmiah) Frekuensi Status

LI SI LII SII LIII SIII LIV SIV LV SV IUCN UU

1 Bentet kelabu * (Lanius schach)

LC

2

Betet biasa (Psittacula alexandri)

√ √ LC

3

Bondol haji * (Lonchura maja)

LC

4

Bondol jawa (L. leucogastroides)

√ √

LC

5

Bondol peking (Lonchura punctulata)

√ √

√ √

LC

6

Burung madu kelapa (A. malacensis)

√ √ √

LC AB

7 Burung madu sriganti

(Nectrinia jugularis) √ √

√ √

√ √ LC AB

8 Cabai jawa (Dicaeum trochileum)

√ √

√ √ √ √ √ √ √ LC

9 Cekakak jawa (Halcyon cyanoventris)

√ √

LC AB

10 Cinenen jawa (Orthotomus sepium)

√ √ √

√ √ √

√ LC

11 Cinenen pisang* (Orthotomus sutorius)

LC

12

Cucak Kutilang ** (P.aurigaster)

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ LC

13

Gereja erasia ** (Passer montanus)

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ LC

14

Jalak suren (Sturnus contra)

√ √ LC

15

Kacamata biasa (Z. palpebrosus)

√ √

LC

16

Kapinis rumah (Appus affinis)

√ √

LC

17

Kekep babi (A. leucorhynchus)

√ LC

18

Kepudang kuduk hitam

(Oriolus chinensis) √ √ LC

19

Kipasan belang * ( Rhipidura javanica)

LC AB

20 Layang-layang batu

(Hirundo tahitica) √ √ √

√ √

√ LC

21

Layang-layang loreng * (Hirundo striolata)

LC

22

Manyar jambul * (Ploceus manyar)

LC

23

Merbah cerukcuk

(Pycnonotus goiavier) √ √ √

LC

24

Merpati batu * (Columba livia )

LC

Page 53: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

40 Tabel 25. Frekuensi Kehadiran Jenis Spesies Tertentu di Tiap Segmen (Lanjutan)

No Nama Lokal

(Nama Ilmiah) Frekuensi Status

LI SI LII SII LIII SIII LIV SIV LV SV IUCN UU

25 Pecuk padi hitam * (P. sulcirostris)

LC

26

Perkutut * (Geopelia striata)

LC

27

Punai gading (Treton vernans)

√ √ LC

28

Remetuk laut (Gerygone sulphurea)

√ √ √ √ √ √ LC

29

Sepah kecil * (P. cinnamomeus)

LC

30

Takur ungkut-ungkut

(M.haemacephala) √

√ √ LC

31

Tekukur biasa (Streptopela chinensis)

√ √ √ √ √

√ √ √ √ LC

32

Walet linci ** (Collocalia linchi)

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ LC

33

Wiwik kelabu * (C. merulinus)

LC

34

Wiwik lurik * (C. sonneratii)

LC

Total 10 11 13 9 13 11 14 9 15 15 Ket: * hanya terdapat di satu lokasi

** terdapat di semua lokasi

IUCN = LC : Least Concern (Resiko Rendah)

UU = A :UU no. 5 th 1990

= B :PP no. 7 th 1999

Secara spesifik hasil analisis kelimpahan jenis burung pada kelima titik

pengamatan masing-masing segmen adalah :

1. Segmen I

Pada segmen I terdapat empat lokasi pengamatan, yaitu area GOR

Padjajaran (linear corridor berukuran besar), lapangan dekat SMA 5 Bogor

(linear corridor yang berukuran kecil), RTH jalur jalan menuju jalan Pemuda

(stepping stone yang berukuran kecil) dan RTH sempadan sungai dekat jalan

Kemang Raya Baru (stepping stone yang berukuran besar).

Jenis burung yang teridentifikasi pada lokasi pengamatan linear corridor

berukuran besar berjumlah 7 jenis (Tabel 25). Sebagian besar jenis burung

tersebut teramati saat sedang terbang. Namun terdapat beberapa jenis yang

teramati saat sedang bertengger di pepohonan seperti Tekukur Biasa di Kecrutan

(Spatodea champanulata) dan Kelapa (Cocos nucifera) serta Cucak Kutilang di

Mahoni (Swietenia mahogani).

Pada lokasi pengamatan linear corridor berukuran kecil terdapat 8 jenis

burung yang teridentifikasi (Tabel 25). Beberapa jenis burung tersebut teramati

saat sedang terbang, seperti Bondol Jawa, Walet Linci, Cinenen Jawa dan

Layang-Layang Batu. Terdapat beberapa jenis yang teramati saat sedang

bertengger di pepohonan seperti Cabai Jawa di Kersen (Muntingia calabura)dan

Merbah Cerukcuk di Cengkah (Eugenia caryophyllata) serta Cucak Kutilang di

Bunga Kupu-Kupu (Bauhinia purpurea).

Sedangkan pada lokasi pengamatan stepping stone berukuran besar

teridentifikasi 7 jenis burung (Tabel 25). Beberapa jenis burung tersebut teramati

Page 54: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

41 saat sedang terbang, seperti Cucak Kutilang, Walet Linci, Cinenen Jawa dan

Layang-Layang Loreng. Terdapat beberapa jenis yang teramati saat sedang

bertengger di pepohonan seperti Cabai Jawa di Alpukat (Persea americana) dan

Bondol Jawa yang teramati saat mencari makan di rerumputan dan semak.

Terdapat pula yang teramati saat bertengger di kabel listrik seperti Burung

Gereja Erasia.

Lain halnya pada lokasi pengamatan stepping stone berukuran kecil,

teridentifikasi 8 jenis burung (Tabel 25). Sebagian besar jenis burung tersebut

teramati saat sedang terbang, seperti Cucak Kutilang, Walet Linci, Cabai Jawa,

Tekukur Biasa dan Layang-Layang Batu. Terdapat beberapa jenis yang teramati

saat sedang bertengger di pepohonan seperti Merbah Cerukcuk di

Alpukat(Persea americana) dan Bondol Haji yang teramati saat mencari makan

di rerumputan dan semak.

2. Segmen II

Pada segmen II dipilih empat lokasi pengamatan, yaitu RTH dekat Jalan

Kemang Raya Baru (linear corridor berukuran besar), area kebun jambu dekat

Stasiun Bojong Gede (linear corridor yang berukuran kecil), RTH jalur jalan

menuju Stasiun Bojong Gede (stepping stone yang berukuran besar) dan RTH

jalur KRL di jalan Cilebut Raya (stepping stone yang berukuran kecil).

Lokasi pengamatan stepping stone berukuran besar memiliki 9 jenis

burung yang teridentifikasi (Tabel 25). Beberapa jenis burung yang teramati saat

sedang terbang yaitu Tekukur Biasa, Walet Linci, Wiwik Lurik dan Cekakak

Jawa. Terdapat beberapa jenis yang teramati saat sedang bertengger di

pepohonan seperti Cucak Kutilang di Akasia (Acacia auriculiformis), Cabai

Jawa di Lamtoro (Laucaena glauca) dan Bondol Peking yang teramati saat

mencari makan di semak-semak serta Burung Gereja Erasia yang teridentifiasi

saat bertengger di kabel listrik.

Pengamatan pada lokasi pengamatan stepping stone berukuran kecil

teridentifikasi 6 jenis burung (Tabel 25). Beberapa jenis burung yang teramati

saat sedang terbang yaitu Walet Linci dan Bondol Peking. Terdapat beberapa

jenis yang teramati saat sedang bertengger di pepohonan seperti Cucak Kutilang

dan Burung Madu Sriganti di Jabon (Arthocephallus indicus), Cabai Jawa di

Jambu Biji (Psidium guajava) dan Burung Gereja Erasia yang teridentifiasi saat

bertengger di kabel listrik.

Lokasi pengamatan linear corridor berukuran kecil memiliki kelimpahan

jenis burung sebanyak 12 jenis burung (Tabel 25). Beberapa jenis burung yang

teramati saat sedang terbang yaitu Tekukur Biasa, Walet Linci, Layang-Layang

Batu, Cucak Kutilang, Wiwik Kelabu dan Cekakak Jawa. Terdapat beberapa

jenis yang teramati saat sedang bertengger di pepohonan seperti Kekep Babi di

Mahoni (Swietenia mahogani), Merbah Cerukcuk di Lamtoro (Laucaena glauca),

Perkutut Jawa di Bambu (Bambusa multiplex) dan Burung Gereja Erasia yang

teridentifiasi saat bertengger di kabel listrik serta Bondol Peking teramati saat

mencari makan di semak-semak.

Sedangkan pada lokasi pengamatan linear corridor berukuran kecil

memiliki 12 jenis burung yang teridentifikasi (Tabel 25). Beberapa jenis burung

yang teramati saat sedang terbang yaitu Kekep Babi, Walet Linci, Layang-

Layang Batu dan Wiwik Kelabu. Terdapat beberapa jenis yang teramati saat

sedang bertengger di pepohonan seperti Cinenen Jawa di Jambu Biji (Psidium

Page 55: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

42 guajava), Tekukur Biasa di Belimbing (Averhoa bilimbi) , Cucak Kutilang di

Bambu (Bambusa multiplex) dan Layang-Layang Batu yang teridentifiasi saat

bertengger di kabel listrik serta bondol peking teramati saat mencari makan di

semak-semak.

3. Segmen III

Pada segmen III dipilih empat lokasi pengamatan, yaitu area Hutan UI

(linear corridor berukuran besar), RTH sekitar Setu Rawa Besar Depok (linear

corridor yang berukuran kecil), taman kota Depok dekat Universitas Indonesia

(stepping stone yang berukuran besar) dan parkiran Stasiun Depok Baru

(stepping stone yang berukuran kecil).

Lokasi pengamatan linear corridor berukuran besar memiliki 9 jenis

burung yang teridentifikasi (Tabel 25). Beberapa jenis burung yang teramati saat

sedang terbang yaitu Kapinis Rumah, Walet Linci, Layang-Layang Batu dan

Tekukur Biasa. Terdapat beberapa jenis yang teramati saat sedang bertengger di

pepohonan seperti Burung Gereja Erasia di Beringin (Ficus benjamina), Cucak

Kutilang di Tanjung (Mimusoph elengi), Burung Madu Kelapa di Sawo

(Manilkara zapota) dan Cinenen Jawa di Mangga (Mangifera indica) serta

Sepah Kecil teramati saat bertengger di Kapuk (Ceiba pentandra).

Lokasi pengamatan linear corridor berukuran kecil teridentifikasi

memiliki kelimpahan jenis burung sebanyak 7 jenis burung (Tabel 25). Beberapa

jenis burung yang teramati saat sedang terbang yaitu Remetuk Laut, Walet Linci

dan Layang-Layang Batu. Terdapat beberapa jenis yang teramati saat sedang

bertengger di pepohonan seperti Burung Gereja Erasia di Beringin (Ficus

benjamina), Cinenen Pisang di Jambu Bol (Syzygium malaccense), Cabai Jawa

di Angsana (Pterocarpus indicus) dan Pecuk Padi Hitam yang teridentifikasi

saat tertangkap oleh masyarakat sekitar di tepi setu.

Sedangkan pada lokasi pengamatan stepping stone berukuran besar

memiliki 9 jenis burung yang teridentifikasi (Tabel 25). Terdapat Beberapa jenis

burung yang teramati saat sedang terbang yaitu Cinenen Jawa, Cabai Jawa dan

Layang-Layang Batu. Terdapat beberapa jenis yang teramati saat sedang

bertengger di pepohonan seperti Burung Gereja Erasia, Cinenen Jawa, Cucak

Kutilang dan Remetuk Laut di Lamtoro (Laucaena glauca), Burung Madu

Sriganti di Bunga Kupu-Kupu (Bahuhinia purpuea) serta Layang-Layang Batu

yang teridentifikasi saat berada di sarangnya (bagian bawah jembatan layang).

Hal serupa terjadi pada kelimpahan jenis burung di lokasi pengamatan

stepping stone berukuran kecil yang memiliki 10 jenis burung (Tabel 25).

Terdapat Beberapa jenis burung yang teramati saat sedang terbang yaitu Walet

Linci dan Remetuk Laut. Terdapat beberapa jenis yang teramati saat sedang

bertengger di pepohonan seperti Burung Cucak Kutilang, Burung Madu Kelapa,

Cucak Kutilang, Kacamata Biasa dan Cabai Jawa di Dadap Merah (Erythrina

cristagali), Burung Madu Sriganti di Bunga Kupu-Kupu (Bauhinia purpurea)

serta Cinenen Jawa dan Remetuk Laut di Asam Kranji (Pithecellobium dulce).

4. Segmen IV

Pada segmen IV dipilih empat lokasi pengamatan, yaitu Taman Tebet

(linear corridor berukuran besar), Taman Kota Pasar Minggu (linear corridor

yang berukuran kecil), Lapangan dekat Stasiun Cawang (stepping stone yang

Page 56: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

43 berukuran besar) dan parkiran Stasiun Tanjung Barat (stepping stone yang

berukuran kecil).

Lokasi pengamatan stepping stone berukuran besar memiliki 7 jenis

burung yang teridentifikasi (Tabel 25). Terdapat Beberapa jenis burung yang

teramati saat sedang terbang yaitu Walet Linci, Bondol Peking dan Remetuk

Laut. Terdapat beberapa jenis yang teramati saat sedang bertengger di

pepohonan seperti Tekukur Biasa dan Bentet Kelabu di Bunga Kupu-Kupu

(Bauhinia purpurea) serta Cucak Kutilang yang teridentifikasi saat bertengger di

Lamtoro (Laucaena glauca).

Sedangkan pada lokasi pengamatan stepping stone berukuran kecil

memiliki 6 jenis burung yang teridentifikasi (Tabel 25). Terdapat Beberapa jenis

burung yang teramati saat sedang terbang yaitu Walet Linci dan Cucak Kutilang.

Semantara beberapa jenis lainnya teramati saat sedang bertengger di pepohonan

seperti Cabai Jawa di Pohon Bambu (Bambusa multiplex), Burung Gereja Erasia

di Mahoni (Swietenia mahogani)dan Remetuk Laut di Ki Hujan (Samanea

saman) serta Layang-Layang Batu yang teridentifikasi saat bertengger di tower

signal stasiun.

Kelimpahan jenis burung pada lokasi pengamatan linear corridor

berukuran kecil yaitu terdapat 9 jenis burung (Tabel 25). Terdapat Beberapa

jenis burung yang teramati saat sedang terbang yaitu Walet Linci dan Remetuk

Laut. Sedangkan beberapa jenis lainnya teramati saat sedang bertengger di

pepohonan seperti Cabai Jawa dan Gereja Erasia di Mahoni (Swietenia

mahogani), Cucak Kutilang, Cinenen Jawa dan Burung Madu Sriganti di

Tanjung (Mimusoph elengi) serta Kipasan Belang dan Burung Madu Kelapa di

Asam Kranji (Pithecellobium dulce).

Sementara pada lokasi pengamatan linear corridor berukuran besar

memiliki 10 jenis burung yang teridentifikasi (Tabel 25). Terdapat Beberapa

jenis burung yang teramati saat sedang terbang yaitu Cabai Jawa, Walet Linci

dan Cucak Kutilang. Terdapat beberapa jenis lainnya yang teramati saat sedang

bertengger di pepohonan seperti Merbah Cerukcuk di Tanjung (Mimusoph

elengi), Gereja Erasia dan Tekukur Biasa di Mahoni (Swietenia mahogani),

Kacamata Biasa yang bertengger di Ki Hujan (Samanea saman) dan Takur

Ungkut-Ungkut teramati saat bertengger di Asam Kranji (Pithecellobium

dulce)serta Cinenen Jawa di Eboni (Diospyros celebica).

5. Segmen V

Pada segmen V dipilih empat lokasi pengamatan, yaitu area Taman Monas

(linear corridor berukuran besar), area Taman Suropati (linear corridor yang

berukuran kecil), Lapangan Banteng (stepping stone yang berukuran besar) dan

RTH Masjid Istiqlal (stepping stone yang berukuran kecil).

Lokasi pengamatan linear corridor berukuran besar memiliki 7 jenis

burung yang teridentifikasi (Tabel 25). Terdapat Beberapa jenis burung yang

teramati saat sedang terbang yaitu Walet Linci, Jalak Suren dan Cekakak Sungai.

Sedangkan beberapa jenis lainnya teramati saat sedang bertengger di pepohonan

seperti Gereja Erasia, Cabai Jawa dan Tekukur Biasa yang teramati di Mahoni

(Swietenia mahogani), Burung Takur Ungkut-Ungkut dan Manyar Jambul

teramati di Bungur (Largerstroemia speciosa), Burung Madu Sriganti teramati

di Kecrutan (Spatodea champanulata) dan Merpati Batu yang bertengger di

Page 57: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

44 sarangnya serta Cucak Kutilang yang teridentifikasi saat bertengger di Dadap

(Erythrina cristagali).

Sedangkan pada lokasi pengamatan linear corridor berukuran kecil

memiliki 10 jenis burung yang teridentifikasi (Tabel 25). Terdapat Beberapa

jenis burung yang teramati saat sedang terbang yaitu Walet Linci, Betet Biasa

dan Punai Gading. Sedangkan beberapa jenis lainnya teramati saat sedang

bertengger di pepohonan seperti Gereja Erasia dan Cucak Kutilang yang

teramati di Lamtoro (Laucaena glauca), Burung Remetuk Laut teramati di

Kamboja (Plumeria rubra), Burung Takur Ungkut-Ungkut teramati di Beringin

(Ficus benjamina) dan Kepudang Kuduk Hitam yang bertengger di Mahoni

(Swietenia mahogani).

Hal serupa terjadi pada lokasi pengamatan stepping stone berukuran besar

yang memiliki 10 jenis burung (Tabel 25). Beberapa jenis burung teramati saat

sedang terbang yaitu Walet Linci dan Punai Gading. Sedangkan beberapa jenis

lainnya teramati saat sedang bertengger di pepohonan seperti Takur Ungkut-

Ungkut, Cinenen Jawa dan Cucak Kutilang yang teramati di Bunga Kupu-Kupu

(Bauhinia purpurea), Burung Cabai Jawa dan Remetuk Laut teramati di Asam

Kranji (Pithecellobium dulce), Burung Gereja Erasia teramati saat bertengger di

pagar dan Tekukur Biasa yang saat mecari makan di rerumputan.

Lain halnya dengan kelimpahan jenis burung pada lokasi pengamatan

stepping stone berukuran kecil yang memiliki 13 jenis burung (Tabel 25).

Beberapa jenis burung teramati saat sedang terbang yaitu Walet Linci, Betet

Biasa, Remetuk Laut dan Kekep Babi. Sedangkan sebagian besar jenis lainnya

teramati saat sedang bertengger di pepohonan seperti Cucak Kutilang, Cabai

Jawa, Jalak Suren, Cinenen Jawa, Punai Gading dan Takur Ungkut-Ungkut yang

teramati di Angsana (Pterocarpus indicus). Sisanya teramati pada Bungur

(Largerstroemia speciosa) yaitu Tekukur Biasa dan Kaya (Khaya senegalensis )

yaitu Kepodang Kunduk Hitam serta teradapat pula jenis burung yang teramati

saat bertengger di kabel listrik (Layang-Layang Batu).

Uji Beda Nyata dari Kedua Tipe Koridor

Berdasarkan hasil uji Independent t-test kedua tipe koridor (linear corridor

dan stepping stone) diketahui bahwa tidak ada perbedaan nyata antara

kelimpahan jenis burung dengan tipe koridor (Lampiran 3). Sedangkan hasil

untuk uji Independent t-test pada data Indeks Keanekaragaman vegetasi

(Shannon Wiener) menunjukkan hasil yang sama, yaitu tidak ada perbedaan

nyata antara keanekaragaman vegetasi dengan kedua tipe koridor (Lampiran 3).

Berdasarkan hasil uji Independent t-test kedua ukuran tipe koridor (besar dan

kecil) diketahui bahwa tidak ada perbedaan nyata antara kelimpahan jenis

burung di koridor berukuran besar dengan kelimpahan jenis burung di koridor

berukuran kecil (Lampiran 4). Hasil serupa terjadi pada data Indeks

Keanekaragaman vegetasi di kedua ukuran koridor, yaitu tidak ada perbedaan

nyata antara keanekaragaman vegetasi di koridor berukuran besar dengan

keanekaragaman vegetasi di koridor berukuran kecil (Lampiran 4).

Page 58: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

45

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis karakteristik struktur lanskap pada lokasi

penelitian menggunakan software ArcGIS 9.3 ditemukan bahwa jumlah jumlah

koridor berbentuk stepping stone yang tercatat adalah 888 koridor. Sedangkan

jumlah koridor berbentuk linear corridor yang teridentifikasi adalah 63 koridor

yang tersebar ke dalam lima segmen dengan presentase bervariasi. Berikut

secara spesifik pembahasan pada kelima lokasi pengamatan masing-masing

segmen adalah :

Segmen I

Berdasarkan hasil analisis karakteristik struktur lanskap pada lokasi

penelitian Segmen I ditemukan bahwa jumlah koridor berbentuk stepping stone

yang tercatat adalah 19 koridor dengan luas keseluruhan 2.72 Ha. Sedangkan

jumlah koridor berbentuk linear corridor yang teridentifikasi adalah 5 koridor

dengan luas keseluruhan 3.96 Ha. Kelimpahan jenis burung pada segmen I yang

tertinggi teridentifikasi pada koridor berbentuk stepping stone berukuran kecil

sebanyak 9 jenis. Sedangkan kelimpahan jenis burung terendah terdapat pada

koridor berbentuk stepping stone dan linear corridor berukuran besar sebanyak

7 jenis. Hal ini menunjukkan bahwa luas koridor pada Segmen I tidak terlalu

mempengaruhi kelimpahan jenis burung. Menurut Barnes (2000), koridor yang

berbentuk lebih sempit dapat berfungsi sebagai penjaga pergerakan dari suatu

spesies.

Salah satu faktor yang mempengaruhi kelimpahan jenis burung tersebut

dapat terlihat pada Indeks Shannon pada koridor berbentuk stepping stone

berukuran kecil merupakan Indeks Shannon tertinggi, yaitu sebesar 1.91. Selain

itu faktor lainnya dapat dilihat pada dominasi Kersen (Muntingia calabura),

Mangga (Mangifera indica) dan Jambu Biji (Psidium guajava) serta Jeruk

(Citrus sp.). Menurut Setiawan et al. (2006) beberapa jenis vegetasi tersebut

dapat menyediakan makanan bagi burung terutama pohon buah dan berbunga

yang sangat disukai oleh burung.

Beberapa jenis burung yang terdapat pada Segmen I tidak ditemukan di

segmen lainnya, seperti Bondol Haji dan Layang-layang Loreng. Kehadiran

Bondol Haji disebabkan oleh adanya dominasi Kersen (Muntingia calabura) dan

Lamtoro (Laucaena glauca) yang sangat disukai oleh jenis burung dari Famili

Ploceidae yang memiliki kebiasaan memakan biji-bijian. Selain itu lokasi

ditemukannya jenis burung ini cukup jauh dari jalan raya yang menghasilkan

kebisingan (Mackinnon et al. 2010).

Segmen II

Jumlah koridor berbentuk stepping stone yang tercatat pada Segmen II

adalah 162 koridor dengan luas keseluruhan 21,55 Ha. Sedangkan jumlah

koridor berbentuk linear corridor yang teridentifikasi adalah 19 koridor dengan

luas keseluruhan 23.26 Ha. Kelimpahan jenis burung pada segmen II yang

tertinggi teridentifikasi pada koridor berbentuk linear corridor berukuran besar

sebanyak 12 jenis. Sedangkan kelimpahan jenis burung terendah terdapat pada

koridor berbentuk stepping stone berukuran kecil sebanyak 6 jenis. Hal ini

senada dengan pendapat dari Dramstad et al. (1996), bahwa koridor dengan luas

lebih besar memiliki tingkat kelimpahan spesies lebih tinggi daripada koridor

Page 59: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

46 yang berukuran lebih kecil sebab koridor tersebut menyediakan habitat bagi

suatu spesies lebih besar.

Kelimpahan jenis burung pada koridor berbentuk linear corridor

berukuran besar berbanding terbalik dengan pada Indeks Shannonnya yang

merupakan Indeks Shannon terrendah, yaitu sebesar 0.60. Sedangkan koridor

berbentuk stepping stone berukuran besar yang memiliki Indeks Shannon

tertinggi hanya teridentifikasi 9 jenis burung. Hal ini terjadi karena adanya

dominasi Lamtoro (Laucaena glauca), Tanjung (Mimusoph elengi) dan Kecrutan

(Spatodea champanulata) yang menurut Setiawan dkk. (2006) beberapa jenis

vegetasi tersebut dapat menyediakan makanan bagi burung seperti pohon

bebuahan dan berbunga serta pohon berkayu yang biasa digunakan oleh burung

untuk tempat bersarang dan berkembang biak.

Beberapa jenis burung yang terdapat pada Segmen II tidak ditemukan di

segmen lainnya, seperti Wiwik Kelabu, Wiwik Lurik dan Perkutut Jawa. Burung

Perkutut sendiri sudah jarang ditemukan di alam liar karena perburuan yang

berlebihan untuk dijual atau dijadikan burung peliharaan. Keberadaan Burung

Perkutut Jawa, Wiwik Lurik dan Wiwik Kelabu pada lokasi pengamatan Segmen

II karena pada segmen tersebut terdapat beberapa lahan garapan seperti kebun

Jambu Biji (Psidium guajava) dan Kebun Singkong (Manihot utilissima) serta

terdapat hutan Jabon (Arthocephallus indicus) yang merupakan habitat dari

ketiga jenis burung ini (Mackinnon et al. 2010).

Segmen III

Pada koridor berbentuk stepping stone jumlah koridor yang tercatat pada

Segmen III adalah 126 koridor dengan luas keseluruhan 8.22 Ha. Sedangkan

jumlah koridor berbentuk linear corridor yang teridentifikasi adalah 12 koridor

dengan luas keseluruhan 11.82 Ha. Kelimpahan jenis burung pada segmen III

yang tertinggi teridentifikasi pada koridor berbentuk stepping stone berukuran

kecil sebanyak 10 jenis. Sedangkan kelimpahan jenis burung terendah terdapat

pada koridor berbentuk linear corridor berukuran kecil sebanyak 7 jenis. Hal ini

senada dengan Segmen I yang menunjukkan bahwa luas koridor pada Segmen

III tidak terlalu mempengaruhi kelimpahan jenis burung. Menurut Barnes (2000),

koridor berbentuk stepping stone berfungsi sebagai batu loncatan dalam

pergerakan suatu spesies sehingga kehadirannya sangat diperlukan.

Kelimpahan jenis burung pada koridor berbentuk stepping stone

berukuran kecil berbanding terbalik dengan pada Indeks Shannonnya, yaitu

sebesar 0.98 yang menunjukkan nilai keragaman rendah. Sedangkan koridor

berbentuk linear corridor berukuran besar yang memiliki Indeks Shannon

tertinggi hanya teridentifikasi 9 jenis burung. Hal ini terjadi karena adanya

dominasi Asam Kranji (Pithecellobium dulce), Beringin (Ficus benjamina),

Dadap Merah (Erythrina cristagali) dan Kersen (Muntingia calabura). Menurut

Wibowo (2004) Beringin (Ficus benjamina) merupakan tumbuhan yang

memiliki peranan menonjol bagi burung karena dapat digunakan untuk

berlindung, membangun sarang dan menyediakan berbagai makanan bagi

burung. Sementara itu beberapa jenis pohon lainnya menjadi habitat yang sangat

baik untuk kehidupan burung yaitu Kersen (Muntingia calabura) dan Asem

Kranji (Pithecellobium dulce) yang dapat menyediakan makanan bagi burung

dan digunakan oleh burung untuk tempat bersarang dan berkembang biak.

Page 60: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

47 Beberapa jenis burung yang terdapat pada Segmen III tidak ditemukan di

segmen lainnya, seperti Sepah Kecil, Cinenen Pisang dan Pecuk Padi Hitam.

Burung Sepah Kecil ditemukan saat bertengger di Pohon Kapuk pada area Hutan

UI. Menurut Mackinnon et al. (2010) burung jenis ini lebih menyukai habitat

berupa hutan terbuka dan sering terlihat mencari makan di puncak pohon-pohon

tinggi. Sedangkan Burung Cinenen Pisang diidentifikasi pada area Setu Rawa

Besar, Depok yang berdekatan dengan permukiman penduduk. Menurut

Mackinnon et al. (2010) pada pekarangan tersebutlah burung jenis ini mudah

ditemukan. Burung Pecuk Padi Hitam teridentifikasi di area Setu Rawa Besar,

Depok yang memang menurut Mackinnon et al. (2010) burung jenis ini sering

ditemukan di perairan darat seperti danau, muara, tambak dan kolam.

Segmen IV

Pada Segmen IV jumlah koridor berbentuk stepping stone yang tercatat

adalah 176 koridor dengan luas keseluruhan 14.30 Ha. Sedangkan jumlah

koridor berbentuk linear corridor yang teridentifikasi adalah 12 koridor dengan

luas keseluruhan 9.09 Ha. Kelimpahan jenis burung pada segmen IV yang

tertinggi teridentifikasi pada koridor berbentuk linear corridor berukuran besar

sebanyak 10 jenis. Sedangkan kelimpahan jenis burung terendah terdapat pada

koridor berbentuk stepping stone berukuran kecil sebanyak 6 jenis. Hal ini

senada dengan Segmen II yang menunjukkan bahwa luas koridor pada Segmen

IV mempengaruhi kelimpahan jenis burung. Menurut Arthur dan Wilson dalam

Sudaryanto (1997), keanekaragaman spesies burung di suatu wilayah ditentukan

oleh luas wilayah serta keterpencilannya dari habitat lain.

Kelimpahan jenis burung pada koridor berbentuk linear corridor

berukuran besar berbanding lurus dengan pada Indeks Shannonnya, yaitu

sebesar 1.20 yang menunjukkan nilai keragaman sedang. Sementara itu koridor

berbentuk stepping stone berukuran kecil yang memiliki Indeks Shannon

terrendah teridentifikasi 6 jenis burung yang merupakan kelimpahan jenis

burung terrendah pula. Kelimpahan jenis burung tersebut terjadi karena adanya

dominasi Mahoni (Swietenia mahogani), Pinang (Areca catechu), Tanjung

(Mimusoph elengi) dan Ki Hujan (Samanea saman). Menurut Wibowo (2004)

Tanjung (Mimusoph elengi) dan Pinang (Areca catechu) merupakan tumbuhan

yang disukai burung karena menyediakan makanan bagi burung. Sementara itu

beberapa jenis pohon lainnya biasa digunakan oleh burung untuk tempat

bersarang dan berkembang biak.

Beberapa jenis burung yang terdapat pada Segmen IV tidak ditemukan di

segmen lainnya, seperti Kipasan Belang dan Bentet Kelabu. Burung Kipasan

Belang merupakan jenis yang dilindungi berdasarkan Keputusan Menteri

Kehutanan Nomor: 301/Kpts-II/1991 tentang inventarisasi satwa yang dilindungi

undang-undang dan atau bagian-bagiannya yang dipelihara oleh perorangan.

Menurut Mackinnon et al. (2010) kebiasaan burung ini sering mengikuti

binatang piaraan lainnya seperti Tupai. Sementara itu keberadaan burung Bentet

Kelabu yang hanya ditemukan pada Segmen IV sebab pada segmen ini terdapat

daerah terbuka dan padang rumput yang memang habitat dimana burung jenis ini

sering ditemukan (Mackinnon et al. 2010).

Page 61: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

48 Segmen V

Segmen V memiliki jumlah koridor berbentuk stepping stone tertinggi

yang berjumlah 400 koridor dengan luas keseluruhan 27.15 Ha. Sedangkan

jumlah koridor berbentuk linear corridor yang teridentifikasi adalah 10 koridor

dengan luas keseluruhan 7.63 Ha. Kelimpahan jenis burung pada segmen V yang

tertinggi teridentifikasi pada koridor berbentuk stepping stone berukuran kecil

sebanyak 14 jenis. Hal ini senada dengan Segmen I dan Segmen III yang

menunjukkan bahwa luas koridor pada Segmen V tidak terlalu mempengaruhi

kelimpahan jenis burung. Menurut Dramstad et al. (1996), beberapa koridor

berbentuk stepping stone dengan keragaman vegetasi tinggi akan lebih efektif

untuk pergerakan burung jika dibandingkan dengan satu koridor berbentuk

linear corridor namun memiliki keragaman vegetasi rendah.

Kelimpahan jenis burung pada koridor berbentuk stepping stone

berukuran kecil berbanding lurus dengan pada Indeks Shannonnya, yaitu sebesar

1.30 yang menunjukkan nilai keragaman sedang. Sedangkan koridor berbentuk

stepping stone berukuran besar yang memiliki Indeks Shannon tertinggi hanya

teridentifikasi 10 jenis burung. Hal ini terjadi karena adanya dominasi Mangga

(Mangifera indica), Angsana (Pterocarpus indicus) dan Beringin (Ficus

benjamina). Sesuai dengan pendapat Wibowo (2004) yang menyebutkan bahwa

Beringin (Ficus benjamina) merupakan tumbuhan yang memiliki peranan

menonjol bagi burung karena dapat digunakan untuk berlindung, membangun

sarang dan menyediakan berbagai makanan bagi burung. Sementara itu beberapa

jenis pohon lainnya menjadi habitat yang sangat baik untuk kehidupan burung

yaitu Mangga (Mangifera indica) yang dapat menyediakan makanan bagi

burung dan Angsana (Pterocarpus indicus) digunakan oleh burung untuk tempat

bersarang dan berkembang biak.

Beberapa jenis burung yang terdapat pada Segmen V tidak ditemukan di

segmen lainnya, seperti Merpati Batu dan Manyar Jambul. Burung Merpati Batu

sudah jarang ditemukan di alam liar karena banyak diburu untuk dijual atau

dijadikan burung peliharaan. Namun pada Segmen V banyak taman-taman kota

yang dengan sengaja menyediakan sarang untuk tempat berkembang biak dari

burung Merpati Batu tersebut. Sedangkan burung Manyar Jambul hanya

ditemukan pada Segmen V sebab adanya dominasi Bungur (Largerstroemia

speciosa) dan Ki Hujan (Samanea saman) yang sangat disukai oleh jenis burung

dari Famili Ploceidae yang memiliki kebiasaan memakan biji-bijian (Mackinnon

et al. 2010).

Keseluruhan Segmen

Distribusi jumlah dan luas koridor berbentuk linear tertinggi ditemukan di

segmen II (Gambar 6 & 7) yaitu mulai dari Stasiun Cilebut hingga Stasiun

Depok. Hal ini disebabkan oleh masih banyaknya ditemukan lahan pertanian

seperti sawah dan kebun. Sementara itu distribusi jumlah dan luas koridor

berbentuk linear terendah ditemukan di segmen I (Gambar 6 & 7) yaitu mulai

dari stasiun Bogor hingga jalan Baru. Hal ini disebabkan karena luas segmen I

memang paling kecil dibandingkan dengan segmen yang lain. Selain itu juga

daerah ini merupakan kawasan perkotaan.

Sedangkan distribusi jumlah dan luas koridor berbentuk stepping stone

tertinggi di segmen V (Gambar 6 & 7) yaitu mulai dari Stasiun Tanjung Barat

hingga Stasiun Jakarta Kota. Hal ini terjadi karena kawasan tersebut berada di

Page 62: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

49 pusat perkotaan dimana fragmentasi lahan dari ruang terbuka menjadi ruang

terbangun sangat tinggi. Sehingga berdampak kepada terbentuknya banyak

koridor berbentuk stepping stone. Bentuk stepping stone yg umum ditemukan

adalah dalam bentuk taman kota. Distribusi jumlah dan luas koridor berbentuk

stepping stone terendah ditemukan di segmen I (Gambar 6 & 7) yaitu mulai dari

Stasiun Bogor hingga Jalan Baru. Hal ini disebabkan oleh luas segmen I yang

paling kecil bila dibandingkan dengan yang lain.

Berdasarkan hasil analisis kelimpahan jenis burung, kelimpahan tertinggi

tercatat pada koridor berbentuk stepping stone berukuran kecil di Segmen V

dengan jumlah 14 jenis. Hal ini disebabkan oleh keanekaragaman jenis vegetasi

yang tinggi pula dengan nilai Indeks Shannon 1,3 yang menunjukkan nilai

keanekaragaman sedang. Meskipun nilai Indeks Shannon tertinggi bukan

merupakan koridor dengan kelimpahan tertinggi yaitu koridor berbentuk

stepping stone berukuran kecil pada Segmen I dengan nilai Indeks Shannon 1,91.

Kelimpahan jenis burung tersebut dipengaruhi oleh dominasi dari Angsana

(Pterocarpus indicus) dengan Indeks Nilai Penting (INP) 112,55; Mangga

(Mangifera indica) dengan INP 206,52; Mahoni (Swietenia mahogani) dengan

INP 82,41; Pinang (Areca catechu) dengan INP 100 dan Kana (Canna sp.) yang

memiliki INP 90,29. Menurut Setiawan dkk. (2006) beberapa jenis vegetasi

tersebut dapat menyediakan makanan bagi burung terutama pohon bebuahan

seperti Mangga (Mangifera indica) dan Pinang (Areca catechu). Sedangkan

pohon berkayu seperti Angsana (Pterocarpus indicus) dan Mahoni (Swietenia

mahogani) biasa digunakan oleh burung untuk tempat bersarang dan

berkembang biak.

Sedangkan kelimpahan jenis burung terendah teridentifikasi pada koridor

berbentuk stepping stone berukuran kecil di Segmen II dan Segmen IV dengan

jumlah 6 jenis. Kelimpahan rendah ini dipengaruhi oleh nilai Indeks Shannon

yang rendah pula yaitu 0,90 dan 0,61 yang menunjukkan nilai keanekaragaman

rendah. Selain itu ukuran dari koridor berbentuk stepping stone berukuran kecil

di Segmen II (0,16 Ha) dan Segmen IV (0,025 Ha) yang kecil juga turut

mempengaruhi kelimpahan jenis burung yang teridentifikasi.

Sementara itu kelimpahan jenis burung tertinggi ditemukan pada koridor

berbentuk linear berukuran besar di Segmen II dengan jumlah 12 jenis.

Meskipun nilai Indeks Shannonnya rendah yaitu 0,6, namun kelimpahan jenis

burung tersebut dipengaruhi oleh dominasi vegetasi seperti Palem Hijau

(Ptychosperma macarthurii) dengan INP 300; Talas (Xanthosoma roseum)

dengan INP 300; Angasana (Pterocarpus indicus) dengan INP 186; Palem

Kuning (Chrysalidocarpus lutescens) dengan INP 85,95; Pucuk Merah

(Syzygium oleina) dengan INP 200; Jakaranda (Jacaranda acutifolia H.B.)

dengan INP 177 dan Bunga Kupu-Kupu (Bauhinia purpurea) dengan INP 82,11.

Menurut Setiawan dkk. (2006) beberapa jenis vegetasi tersebut dapat

menyediakan makanan bagi burung terutama pohon berbunga seperti Jakaranda

(Jacaranda acutifolia H.B.) dan Bunga Kupu-Kupu (Bauhinia purpurea).

Sedangkan pohon berkayu seperti Angsana (Pterocarpus indicus) biasa

digunakan oleh burung untuk tempat bersarang dan berkembang biak.

Koridor berbentuk linear berukuran besar di Segmen I dan berukuran

kecil di Segmen III merupakan lokasi pengamatan dengan kelimpahan terendah

yaitu berjumlah 7 jenis. Hal ini dipengaruhi oleh Indeks Shannon yang

menunjukkan nilai keragaman rendah yaitu 0,98. Namun pada linear corridor

Page 63: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

50 berukuran kecil di Segmen III nilai Indeks Shannonnya (1,15) yang tinggi tidak

mempengaruhi kelimpahan jenis burungnya. Luas koridor yang mempengaruhi

kelimpahan jenis burung pada linear corridor berukuran kecil di Segmen III

(0,46 Ha).

Jika diperhatikan per segmen, maka segmen II memiliki total luas koridor

terbesar yaitu 44,81 Ha. Sedangkan segmen I memiliki luas total koridor terkecil

yaitu 6,68 Ha. Namun untuk jumlah koridor tertinggi terdapat pada segmen V,

dengan jumlah 400 koridor berbentuk stepping stone dan 10 koridor berbentuk

linear corridor. Sementara itu, jumlah koridor terendah terdapat pada segmen I

dengan 19 koridor berbentuk stepping stone dan 5 koridor berbentuk linear

corridor.

Gambar 16. Keanekaragaman jenis vegetasi pada koridor berukuran besar

Sumber : Dramstad et al. (1996)

Menurut Dramstad et al. (1996) koridor yang berukuran besar memiliki

keanekaragaman spesies yang lebih tinggi dari koridor yang berukuran kecil

(Gambar 16). Berdasarkan hal tersebut dapat diperkirakan bahwa segmen II

memiliki keanekaragaman vegetasi lebih tinggi sebab pada segmen ini terdapat

koridor berbentuk linear corridor dengan jumlah tertinggi, yaitu 19 koridor dan

luasan teringgi (23,26 Ha). Namun hasil yang terjadi di lapang adalah koridor

berbentuk linear corridor segmen III memiliki keanekaragaman vegetasi

tertinggi dengan Indeks Shannon 1,32.

Hasil sebaliknya terjadi pada koridor berbentuk stepping stone dengan

luasan tertinggi yaitu segmen V dengan luas 27,15 Ha memiliki nilai Indeks

Shannon tertinggi pula yaitu 1,35. Kelimpahan jenis burung tertinggi ditemukan

pada koridor berbentuk stepping stone segmen V sebanyak 15 jenis. Sedangkan

kelimpahan jenis burung pada koridor berbentuk linear corridor segmen II dan

III hanya ditemukan 13 jenis. Kelimpahan jenis burung pada koridor berbentuk

linear corridor tertinggi terdapat pula pada segmen V dengan 15 jenis seperti

yang terlihat pada Tabel 24. Hal ini menunjukkan bahwa luas koridor

mempengaruhi nilai keanekaragaman vegetasi maupun kelimpahan jenis

burungnya (Setiawan et al. 2006). Koridor yang berbentuk linear corridor tidak

selalu memiki keanekaragaman vegetasi dan kelimpahan jenis burung yang lebih

tinggi dari koridor yang berbentuk stepping stone.

Berdasarkan hasil analisis sebaran koridor, keanekaragaman jenis

vegetasi dan kelimpahan jenis burung ditemukan bahwa jenis koridor yang

berbentuk steping stone memiliki kelimpahan jenis burung yang tertinggi (Tabel

24) begitu pula dengan nilai keanekaragaman jenis vegetasinya. Menurut

Dramstad et al. (1996), beberapa koridor berbentuk stepping stone sama dengan

satu koridor berbentuk linear dari segi keragaman habitatnya. Jumlah dari patch

pada suatu habitat harus diperbanyak jika keanekaragaman dalam patch tersebut

Page 64: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

51 tidak begitu tinggi. Dalam penelitian ini patch tersebut dapat disamakan dengan

jumlah dari koridor (Gambar 17). Selain itu koridor berbentuk stepping stone

yang berada di antara koridor berbentuk linear dapat berperan sebagai batu

loncatan untuk pergerakan dari burung itu sendiri. Sehingga dalam suatu habitat

burung diperlukan pula koridor berbentuk stepping stone untuk memberikan

manfaat tambahan secara ekologi pada habitat tersebut.

Gambar 17. Keuntungan Koridor Berbentuk Stepping Stone

Sumber : Dramstad et al. (1996)

Berdasarkan hasil pengamatan pada 20 lokasi pengamatan terdapat

beberapa jenis burung yang selalu teridentifikasi di setiap titik pengamatan,

seperti Cinenen Jawa, Burung Gereja Erasia, Walet Linci, Cucak Kutilang,

Tekukur Biasa, Cabai Jawa dan Layang-Layang Batu. Keberadaan jenis-jenis

burung tersebut ditemukan di semua segmen karena daya adaptasi burung-

burung ini sangat tinggi dan lingkungan tempat tinggal yang sesuai serta adanya

sumber makanan yang cukup bagi burung-burung tersebut (Wibowo 2004).

Selain itu menurut Mackinnon et al. (2010) burung-burung tersebut merupakan

burung yang hidup secara berkelompok, suka terhadap habitat yang terbuka, dan

dapat berkembang biak sepanjang tahun, kecuali Cucak Kutilang tidak

berkembang biak pada bulan November. Menurut Trollope (1992), jenis burung

dari famili Ploceidae dan Columbidae memiliki jangkauan habitat yang cukup

luas mulai dari daerah yang banyak pepohonannya, hutan kering, area pertanian,

lapangan rumput, area pedesaan hingga perkotaan. Sedangkan Burung Walet

Linci memiliki tempat mencari pakan yang cukup luas jangkauannya yaitu areal

persawahan, padang rumput, hutan dan danau (Nugroho dan Budiman 2009).

Berdasarkan hasil pengujian Independent t-test menunjukkan baik

keanekaragaman vegetasi di linear corridor maupun di stepping stone tidak

signifikan berbeda. Demikian pula dengan hasil pengujian kelimpahan jenis

burung yang menunjukkan tidak ada perbedaan nyata antara kelimpahan jenis

burung dengan kedua tipe koridor. Hasil serupa terjadi pula pada pengujian

Independent t-test untuk kedua ukuran tipe koridor yang menunjukkan bahwa

baik keanekaragaman vegetasi di koridor berukuran besar maupun di koridor

berukuran kecil tidak signifikan berbeda. Hasil pengujian kelimpahan jenis

burung di kedua ukuran tipe koridor menunjukkan tidak ada perbedaan nyata

antara kelimpahan jenis burung di koridor berukuran besar dengan kelimpahan

jenis burung di koridor berukuran kecil. Hal ini menunjukkan bahwa baik

koridor berbentuk linear maupun stepping stone dan koridor yang berukuran

besar maupun kecil sama-sama penting untuk pergerakan burung, sehingga

kedua tipe koridor tersebut harus dikelola secara proporsional sesuai dengan

potensinya.

Page 65: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

52 Rekomendasi Pengelolaan

Dari hasil tiga analisis yang dilakukan, maka beberapa hal yang dapat

disimpulkan dan menjadi rekomendasi untuk pengelolaan koridor KRL adalah

sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil pengujian Independent t-test menunjukkan Kedua koridor

baik berbentuk linear maupun stepping stone dan berukuran besar maupun

kecil sama-sama penting untuk pergerakan burung. Dari hasil ini maka

direkomendasikan untuk mengelola kedua tipe koridor tersebut dengan baik

yaitu dengan mempertahankan keberadaan ruang terbuka hijau dalam

bentuk taman-taman kota untuk di kawasan perkotaan dan lahan pertanian

untuk di kawasan sub-urban. Secara spesifik rekomendasi pengelolaan yang

dapat dilakukan pada masing-masing segmen adalah:

a) Segmen I

Penertiban permukiman liar yang berada di tepian sungai Ciliwung,

sebab permukiman liar tersebut menjadi salah satu penyebab banjir dan

rawan tanah longsor. Selain itu keberadaan pabrik-pabrik di segmen ini juga

harus memperhatikan penyediaan area terbuka hijau di sekeliling pabrik

yang selain dapat menjadi habitat burung dapat pula berfungsi sebagai

barrier bagi daerah sekitarnya.

b) Segmen II

Mempertahankan keberadaan kebun-kebun dan sawah-sawah yang

berada di segmen ini dengan penetapan RTRW yang jelas bagi peruntukan

lahan pertanian sehingga tidak terjadi perubahan tata guna lahan. Serta harus

adanya pengawasan secara periodik terhadap pelaksanaan dari RTRW

tersebut.

c) Segmen III

Pengelolaan ruang terbuka hijau di segmen ini dikuasai oleh beberapa

dinas terkait seperti Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Badan Lingkungan

Hidup dan Dinas Tata Ruang dan Permukiman. Berdasarkan hal ini perlu

adanya kerja sama antara ketiga Dinas tersebut sehingga tidak ada RTH

yang terbengkalai atau sebaliknya terlalu intensif pengelolaannya.

d) Segmen IV

Pengelolaan taman-taman kota di segmen ini wajib diperhatikan

terutama oleh Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta serta dapat

pula dengan mengembangkan model kerja sama dalam pengelolaan taman

dengan pihak swasta seperti yang sudah terjadi di DKI Jakarta (Taman

Honda dan Taman Gunung Agung). Selain itu perlu adanya peraturan

mengenai larangan perburuan burung liar di taman-taman kota pada segmen

ini.

e) Segmen V

Revitalisasi terhadap taman-taman kota yang sudah terbengkalai perlu

dilakukan pada taman di segmen ini sehingga taman tersebut dapat

berfungsi seperti semula. Selain itu perlu adanya penambahan berbagai

strata vegetasi pada jalur-jalur jalan sehingga tidak ada jalur jalan yang

gundul yang menyebabkan terputusnya suatu koridor.

2. Koridor berbentuk linear dan stepping stone di sepanjang jalur KRL

BOGOR- Jakarta Kota sama-sama memiliki potensi untuk menjadi habitat

Page 66: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

53 burung yang ditunjukkan oleh kelimpahan jenis burung yang dijumpai. Dari

hasil ini maka direkomendasikan untuk merevitalisasi koridor RTH

disepanjang jalur KRL Bogor-Jakarta Bogor. Menurut peraturan Menteri

Perhubungan No. 60 tahun 2012 tentang Pesyaratan Teknis Jalur Kereta Api,

telah diatur bahwa lebar daerah bebas di kiri dan kanan rel minimal 2,35 m

seperti yang terlihat pada Gambar 18.

Gambar 18. Penampang jalur KRL

Sumber : Peraturan Menteri Perhubungan No.60 th 2012

Sementara itu setelah daerah bebas sebaiknya diberi barrier tanaman

dengan lebar minimum 3 m (Forman dan Godron 1984). Barrier tanaman

ini selain berfungsi sebagai habitat burung, juga dapat sebagai pembatas

untuk keamanan aktifitas manusia sehingga tidak berhubungan langsung

dengan jalur KRL. Sebab menurut Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI

(2011) Jakarta dan didukung Dramstad et al. (1996) agar diperoleh

keanekaragaman burung yang tinggi, dibutuhkan wilayah-wilayah yang

aman dan cukup luas yang memungkinkan keberadaan edge species dan

interior species (Gambar 19).

Gambar 19. Interior dan edge habitat

Sumber : Dramstad et al. (1996)

3. Keanekaragaman tanaman dengan kategori sedang hingga rendah ditemukan

pada kedua tipe koridor. Kelimpahan burung memang mendominasi pada

koridor dengan keragaman tanaman yang sedang. Namun ada juga yang

memiliki kelimpahan burung yang tinggi meskipun keanekaragaman

tanamannya rendah. Dari hasil ini direkomendasikan untuk meningkatkan

keanekaragaman tanaman pada berbagai tipe koridor terutama tanaman yang

dapat mengundang kehadiran burung karena buah, bunga, biji dan pohon

sebagai tempat mencari makan serta berkembang biak. Selain itu beberapa

jenis burung membutuhkan lubang-lubang pohon sebagai tempat untuk

bersarang baik lubang alami ataupun lubang yang dibuat oleh burung. Oleh

Page 67: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

54 karenanya, pohon-pohon tua dan pohon mati yang banyak lubangnya sangat

berguna. Pohon tua dan pohon mati ternyata menjadi tempat bersarang bagi

jenis-jenis burung pelatuk dan burung-burung hantu, disamping

menyediakan makanan berupa serangga (Dinas Pertamanan dan Pemakaman

DKI Jakarta 2011). Ditambah pula dengan mencanangkan penanaman

tanaman khas dari daerah masing-masing yang dapat pula mencirikan

daerah penanamannya seperti untuk Jakarta sesuai SK Gubernur DKI

Jakarta Nomor: 2359/1987 dapat ditanam tanaman Bisbol

(Diospyrosphilipensis), Buah Nona (Annona reticulata), Buni (Antidesma

reticulat), Duku Condet (Lansium domesticum var condet), Durian Cipaku

(Durio zibhentinus cipaku), Durian Sitokong (Durio zibhentinus sitokong),

Gandaria (Buoea macrophila), Gowok (Syzigium polychepalum), Jambu

Mawar (Eugenia jambos), Jamblang (Eugina Cuminii), Kawista Batu

(Feronica lucida), Kapulasan (Nephelium mutabile), Kemang (Mangifera

caesia), Kepel/burahol (Stelechocarpus burahol), Kweni (Mangifera

odorata), Lobi-lobi (Floacourtia inermis), Lechi (Leachi chinensis), Malaka

(Phylantus emblica), Mengkudu (Morinda citrifolia), Menteng (Baccuria

rasemosa), Mundu (Garcinta dulcis), Nam-Nam (Cynometro cauliflora),

Rakem (Falcourtia rukam), Salak Condet (Salacca edulis cainato), Sawo

Kecik (Manilkara kauki), Srikaya (Annona squamosa) dan Kota Depok

Belimbing dan Jambu Biji.

4. Sosialisasi tentang pelestarian burung dan pendidikan konservasi

lingkungan juga harus dilakukan pada berbagai pihak terkait seperti

Pemerintah, Pihak Swasta dan Masyarakat. Hal ini dimaksudkan agar

kesadaran akan pentingnya pelestarian terhadap habitat burung dapat

tertanam di kehidupan masyarakat luas. Sehingga tidak ada lagi masyarakat

yang dengan mudahnya menjual lahan pertaniannya untuk dialih fungsikan

menjadi perumahan terutama di daerah sub-urban.

Page 68: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

55

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis distribusi tipe koridor disumpulkan bahwa

segmen II memiliki luasan RTH terbesar dengan luas 44,81 Ha. Sedangkan

segmen I memiliki luasan RTH terkecil yaitu 6,68 Ha. Namun untuk jumlah

koridor tertinggi terdapat pada segmen V, dengan jumlah 400 koridor berbentuk

stepping stone dan 10 koridor berbentuk linear. Sementara itu, jumlah koridor

terendah terdapat pada segmen I dengan 19 koridor berbentuk stepping stone dan

5 koridor berbentuk linear. Berdasarkan hasil analisis kelimpahan jenis burung,

kelimpahan tertinggi tercatat pada koridor berbentuk stepping stone berukuran

kecil di Segmen V dengan jumlah 14 jenis. Hal ini disebabkan oleh keragaman

jenis vegetasi yang tinggi pula dengan nilai Indeks Shannon 1,3 yang

menunjukkan nilai keragaman sedang. Sedangkan kelimpahan jenis burung

terendah teridentifikasi pada koridor berbentuk stepping stone berukuran kecil di

Segmen II dan Segmen IV dengan jumlah 6 jenis. Kelimpahan rendah ini

dipengaruhi oleh nilai Indeks Shannon yang rendah pula yaitu 0,90 dan 0,61

yang menunjukkan nilai keragaman rendah. Selain itu ukuran dari koridor

berbentuk stepping stone berukuran kecil di Segmen II (0,16 Ha) dan Segmen IV

(0,025 Ha) yang kecil juga turut mempengaruhi kelimpahan jenis burung yang

teridentifikasi.

Berdasarkan hasil ketiga analisis tersebut dapat direkomendasikan

pengelolaan pada koridor tersebut adalah 1.) mengelola koridor di sepanjang

jalur KRL Bogor– Jakarta Kota dalam bentuk taman-taman kota di kawasan

perkotaan dan lahan pertanian di kawasan sub-urban, 2.) merevitalisasi koridor

di sepanjang rel KRL Bogor- Jakarta Kota, 3.) meningkatkan keanekaragaman

vegetasi di koridor tersebut terutama dengan tanaman yang dapat mengundang

kehadiran burung melalui buah, bunga, biji dan pohon berkayu sebagai tempat

bersarang dan 4.) melakukan sosialisasi tentang pelestarian burung dan

pendidikan konservasi lingkungan pada berbagai pihak terkait seperti

Pemerintah, Pihak Swasta dan Masyarakat. Pengawasan secara periodik

disarankan untuk dilakukan terhadap pelaksanaan dari RTRW. Selain itu

sosialisasi tentang pelestarian burung dan pendidikan konservasi lingkungan

sebaiknya dilakukan secara intensif.

Page 69: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

56

DAFTAR PUSTAKA

Alikodra HS. 1990. Pengelolaan Satwa Liar Jilid I. Bogor (ID): Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan.

Barnes TG. 2000. Landscape Ecology and Ecosystems Management.

Cooperative Extension Service of University of Kentucky. 76(1):1-8.

Dramstad W E, James D Olson, Richard T T Forman. 1996. Landscape Ecology

Principles in Landscape Architecture and Land-Use Planning.

Washington: Island press.

Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta. 2011. Rencana Penghijauan

Jalur Koridor Burung di Wilayah DKI Jakarta. Jakarta (Tidak

dipublikasikan).

Fandeli C, Muhammad. 2009. Prinsip-Prinsip Dasar Mengkonservasi Lanskap.

Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.

Forman RTT, Godron M. 1984. Landscape Ecology. John Wiley and Sons Inc.

Canada.

Hilty J A, William Z, Adina M. 2006. Corridor Ecology: the science and

practice of linking landscapes for boidiversity conservation. Washington:

Island press.

Kusmana C. 1997. Metode Survey Vegetasi. Bogor (ID): IPB Press.

Mackinnon J, Phillipps K dan Balen B. 2010. Panduan Lapang Pengenalan

Burung-Burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. Bogor (ID):

Burung Indonesia.

Nugroho H K dan Arief B. 2009. Panduan Lengkap Walet. Bogor (ID): Penebar

Swadaya.

Pradana DH. 2007. Distribusi dan Keanekaan Jenis Burung di Kampus UI

Depok pada Berbagai Subtipe Habitat [skripsi]. Depok (ID): Universitas

Indonesia.

Rinaldi D, Syahrial A H, Dewi M P. 2008. Ekologi Koridor Halimun-Salak

Taman Nasional Gunung Salak. Bogor (ID): Gunung Halimun-Salak

Park Management Project.

Setiawan A, Hadi S. Alikodra, Andi G, Dedy D. 2006. Keanekaragaman Jenis

Pohon dan Burung di Beberapa Areal Hutan Kota Bandar Lampung. Man

Hut Trop.12(1):1-13.

Sudaryanto. 1997. Keanekaragaman Burung di Kampus Udayana Badung Bali.

Jurnal Ilmiah. Berkala Ilmiah.

Suryowati C. 2000. Persebaran Burung di Koridor Hijau Jalan: Studi Kasus di

Koridor Hijau Jalan di Jakarta [Tesis]. Depok (ID): Universitas

Indonesia.

Trollope J.1992. Seed-eating Birds: Their Care and Breeding. London (UK):

Blandford.

Wibowo Y. 2004. Keanekaragaman Burung di Kampus Universitas Negeri

Yogyakarta [Skripsi]. Yogyakarta (ID): Universitas Negeri Yogyakarta.

Page 70: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

57

Lampiran 1 Tabel Jenis burung pada lokasi penelitian

No Nama Lokal Nama Ilmiah Foto

1 Cinenen jawa Orthotomus sepium

Sumber : Lapang

2 Gereja erasia Passer montanus

Sumber : Lapang

3 Walet linci Collocalia linchi

Sumber : fobi.web.id

4 Cucak Kutilang Pycnonotus aurigaster

Sumber : Lapang

5 Tekukur biasa Streptopela chinensis

Sumber : Lapang

6 Cabai jawa Dicaeum trochileum

Sumber : Lapang

Page 71: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

58

7 Layang-layang batu Hirundo tahitica

Sumber : Lapang

8 Kapinis rumah Appus affinis

Sumber : Lapang

9 Jalak suren Sturnus contra

Sumber : Lapang

10 Punai gading Treton vernans

Sumber : Lapang

11 Takur ungkut-

ungkut Megalaima

haemacephala

Sumber : Lapang

12 Merbah cerukcuk Pycnonotus goiavier

Sumber : kaskus.co.id

Page 72: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

59

13 Bondol jawa Lonchura

leucogastroides

Sumber : Lapang

14 Bondol haji Lonchura maja

Sumber : fobi.web.id

15 Layang-layang

loreng Hirundo striolata

Sumber : lapang

16 Kekep babi Artamus leucorhynchus

Sumber : ms.wikipedia.org

17 Wiwik kelabu Cacomantis merulinus

Sumber :

hobigurungkicauanmania.bo

gspot.com

Page 73: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

60

18 Bondol peking Lonchura punctulata

Sumber :

florafauna1.blogspot.com

19 Wiwik lurik Cacomantis sonneratii

Sumber : ibc.lynxeds.com

20 Cekakak jawa Halcyon cyanoventris

Sumber :

birman777.tumblr.com

21 Perkutut Geopelia striata

Sumber : jenisburung.com

22 Burung Madu

Kelapa Anthreptes malacensis

Sumber : id.wikipedia.org

Page 74: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

61

23 Remetuk laut Gerygone sulphurea

Sumber : jenisburung.com

24 Kacamata biasa Zosterops palpebrosus

Sumber : en.wikipedia.org

25 Sepah kecil Pericrocotus

cinnamomeus

Sumber : en.wikipedia.org

26 Pecuk padi hitam Phalacrocorax

sulcirostris

Sumber : Lapang

27 Cinenen pisang Orthotomus sutorius

Sumber : jenisburung.com

28 Bentet kelabu Lanius schach

Sumber : ibc.lynxeds.com

Page 75: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

62

29 Kipasan belang Rhipidura javanica

Sumber :

balurannationalpark.web.id

30 Merpati batu Columba livia

Sumber : Lapang

31 Betet biasa Psittacula alexandri

Sumber : kutilang.or.id

32 Kepudang kuduk

hitam Oriolus chinensis

Sumber : Lapang

33 Cekakak sungai Todirhamphus chloris

Sumber :

nationalgeographic.co.id

34 Manyar jambul Ploceus manyar

Sumber : Lapang

Page 76: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

63

Lam

pir

an 2

. F

reku

ensi

Kea

nek

arag

aman

Jen

is S

pes

ies

Veg

etas

i T

erte

ntu

di

Tia

p S

egm

en

No

Na

ma L

ok

al

Na

ma I

lmia

h

Lok

asi

L I

S

I

L I

I S

II

L I

II

S I

II

L I

V

S I

V

L V

S

V

1 A

glo

nem

a *

A

gla

onem

a s

p.

- -

- -

- -

- -

√ -

2 A

kas

ia

Aca

cia a

uri

culi

form

is

- -

- -

- -

- √

3 A

ngsa

na

Pte

roca

rpus

indic

us

- -

√ -

- -

- √

4 A

rali

a *

O

smoxy

lum

lin

eare

-

- -

- -

- -

- √

-

5 A

rali

a si

ebold

i F

ats

ia j

aponic

a

√ -

√ √

-

- -

- √

6 A

sam

kra

nji

P

ithec

ello

biu

m d

ulc

e -

- -

√ -

- -

- -

7 A

sem

*

Tam

ari

ndus

indic

a

- -

- -

- -

- -

- √

8 B

ambu *

G

iganto

chlo

a v

erti

cill

ata

-

√ -

- -

- -

- -

-

9 B

ambu *

A

rthoce

phall

us

indic

us

- -

- √

- -

- -

- -

10

Bam

bu *

B

am

busa

mult

iple

x -

- -

- -

- -

- -

11

Bam

bu j

epan

g *

A

rundin

ari

a p

um

ila

- -

- √

- -

- -

- -

12

Bel

imbin

g w

ulu

h

Ave

rhoa b

ilim

bi

- -

- -

- -

√ -

√ -

13

Ber

ingin

F

icus

ben

jam

ina

-

- -

√ -

√ √

14

Bin

taro

C

erber

a m

angas

- -

- -

- -

- √

-

15

Bis

bul

*

Dio

spyr

os

bla

nco

i -

- -

- -

- -

- -

16

Bun

ga

kupu

-kupu

B

auhin

ia p

urp

ure

a

- -

- -

- √

-

- √

17

Bun

gur

Larg

erst

roem

ia s

pec

iosa

-

√ -

- √

-

- -

√ -

18

Cab

ai

Capsi

cum

ftu

tesc

ens

- √

- -

- -

- -

- -

19

Cas

sia

*

Cass

ia s

ura

tten

sis

- -

- -

- -

√ -

- -

20

Cem

ara

*

Cass

uari

na j

unghuhnia

na

-

- -

- √

-

- -

- -

21

Cen

gkeh

*

Eugen

ia c

ary

ophyl

lata

-

- -

- -

- -

- -

22

Dad

ap m

erah

*

Ery

thri

na c

rist

agali

-

- -

- -

- -

- -

63

Page 77: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

64

Lam

pir

an 2

. F

reku

ensi

Ker

agam

an J

enis

Spes

ies

Veg

etas

i T

erte

ntu

di

Tia

p S

egm

en (

Lan

juta

n)

No

Na

ma L

ok

al

Na

ma I

lmia

h

Lok

asi

L I

S

I

L I

I S

II

L I

II

S I

II

L I

V

S I

V

LV

S V

23

Dau

n m

angkokan

N

oth

opanax

scute

llari

um

-

- -

- √

-

√ -

- -

24

Dau

n p

ilo *

P

hil

oden

dro

n s

ello

um

-

- -

- -

- -

- √

-

25

Dau

n p

ilo *

P

hil

oden

dro

n s

p.

- -

- -

- -

- -

√ -

26

Em

bun p

agi

*

Dis

soti

s ro

tundif

oli

a

- -

√ -

- -

- -

- -

27

Fla

mbo

yan

D

elon

ix r

egia

-

- -

- √

-

- √

-

-

28

Glo

dogan

bula

t P

oly

alt

hia

fra

gra

n

- -

- -

- √

-

- -

29

Glo

dogan

tia

ng

P

oly

alt

hia

longif

oli

a

- -

- -

- √

- √

30

Han

juan

g

Cord

ylin

e sp

. √

√ √

- √

- √

-

31

Ilal

ang

Im

per

ata

cyl

indri

ca

√ √

√ -

- -

- -

32

Jabon *

A

rthoce

phall

us

indic

us

- -

- √

- -

- -

- -

33

Jakar

anda

*

Jaca

randa a

cuti

foli

a H

.B.

- -

- -

- -

- -

√ -

34

Jam

bu b

iji

P

sidiu

m g

uaja

va

- √

√ √

- -

√ -

- -

35

Jam

bu b

ol

Syz

ygiu

m m

ala

ccen

se

- √

- -

- -

- -

-

36

Jati

T

ecto

na g

randis

-

- -

- -

- -

√ √

37

Jati

mas

C

ord

ia s

ebes

tana

-

- -

- √

-

√ -

√ -

38

Jatr

opa

*

Jatr

op

ha p

anduri

foli

a

- -

- -

- √

-

- -

-

39

Jeru

k *

C

itru

s sp

. -

√ -

- -

- -

- -

-

40

Kan

a C

anna s

p.

- √

- -

- -

- -

- √

41

Kap

uk *

C

eiba

pen

tandra

-

- -

- √

-

- -

- -

42

Kar

et *

H

evea

bra

zili

ensi

s -

- -

- √

-

- -

- -

43

Kaya

*

Khaya

sen

egale

nsi

s -

- -

- -

- -

- -

44

Keb

en

Barr

ingto

nia

asi

ati

ca

- -

- -

- -

- -

√ √

64

Page 78: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

65

Lam

pir

an 2

. F

reku

ensi

Ker

agam

an J

enis

Spes

ies

Veg

etas

i T

erte

ntu

di

Tia

p S

egm

en (

Lan

juta

n)

No

Na

ma L

ok

al

Na

ma I

lmia

h

Lok

asi

L I

S

I

L I

I S

II

L I

II

S I

II

L I

V

S I

V

LV

S V

45

Kec

ruta

n

Spato

dea

cham

panula

ta

- -

√ -

- -

- -

- √

46

Kel

adi

hia

s C

ala

diu

m s

p.

√ -

- -

- -

- -

-

47

Kel

apa

*

Coco

s nuci

fera

-

- -

- √

-

- -

- -

48

Kem

angi

*

Oci

mum

cit

riodo

rum

-

- -

- √

-

- -

- -

49

Kem

ban

g s

epat

u

Hib

iscu

s sp

. -

- √

√ √

-

- -

- -

50

Ken

ari

Canari

um

com

mune

√ -

- -

- -

- -

-

51

Ker

sen

M

unti

ngia

cala

bura

-

√ -

- -

- -

- -

52

Ket

apan

g

Ter

min

ali

a c

ata

ppa

-

- -

- √

-

√ √

-

-

53

Ki

huja

n

Sam

anea

sam

an

-

- -

- √

√ -

54

Lam

toro

L

auca

ena g

lauca

√ √

- -

- √

55

Leu

nca

*

Sola

num

nig

rum

L.

- √

- -

- -

- -

- -

56

Lid

ah m

ertu

a *

Sanse

vier

ia t

rifa

scia

ta

- -

- -

- -

- -

-

57

Lil

i par

is *

C

hlo

rophyt

um

sp.

- -

- -

- -

√ -

- -

58

Mah

oni

Sw

iete

nia

mahogani

- -

√ √

- √

59

Maj

a C

resc

enti

a c

uje

te

- -

- √

- -

- -

- -

60

Man

gga

Mangif

era i

ndic

a

√ -

- -

- √

- √

61

Mat

oa

*

Pom

etia

pin

nata

-

- -

- √

-

- -

- -

62

Men

gkudu

M

ori

nd

a c

itri

foli

a

- -

- √

-

- √

-

-

63

Mer

anti

*

Shore

a r

oxb

urg

hii

-

- -

- √

-

- -

- -

64

Mik

ania

*

Mik

ania

mic

ranth

a

- -

√ -

- -

- -

- -

65

Monst

era

*

Monst

era s

p.

- -

- -

- -

- -

-

66

Nan

as-n

anas

an *

A

echm

ea s

p.

- -

- -

- -

- -

- √

65

Page 79: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

66

Lam

pir

an 2

. F

reku

ensi

Ker

agam

an J

enis

Spes

ies

Veg

etas

i T

erte

ntu

di

Tia

p S

egm

en (

Lan

juta

n)

No

Na

ma L

ok

al

Na

ma I

lmia

h

Lok

asi

L I

S

I

L I

I S

II

L I

II

S I

II

L I

V

S I

V

LV

S V

67

Nan

gka

Art

oca

rpus

het

erophyl

lus

√ -

- -

- √

- √

68

Pac

ing *

C

ost

us

sp.

- -

- -

- -

- -

√ -

69

Pak

u j

ejer

N

eprh

ole

pis

exc

alt

a

- √

- √

-

- -

-

70

Pal

em *

B

uti

a c

apit

ata

-

- -

- -

- √

- -

-

71

Pal

em e

kor

tupai

*

Wod

yeti

a b

ifurc

ata

-

- -

- √

-

- -

- -

72

Pal

em h

ijau

P

tych

osp

erm

a m

aca

rthu

rii

√ -

- √

-

√ √

73

Pal

em k

unin

g *

C

hry

sali

doca

rpus

lute

scen

s -

- -

- -

- -

- √

-

74

Pal

em r

aja

*

Roys

tonea

reg

ia

- -

- -

- √

-

- -

-

75

Pan

gkas

kunin

g *

D

ura

nta

sp.

- -

- -

- √

-

- -

-

76

Pat

ah t

ula

ng *

P

edil

anth

us

pri

ngle

i -

√ -

- -

- -

- -

-

77

Pep

aya

Cari

ca p

apaya

- √

- -

- -

78

Pin

ang

Are

ca c

ate

chu

-

- -

- -

- √

- -

79

Pis

ang

Musa

sp.

- √

√ √

-

- √

-

-

80

Pis

ang-p

isan

gan

H

elic

onia

Am

eric

an d

wa

rf

- -

√ -

- -

- √

-

81

Pucu

k m

erah

Syz

ygiu

m o

lein

a

- -

- -

- -

- √

82

Puri

ng

C

odie

aum

vari

egtu

m

- √

- -

- -

- -

-

83

Putr

i m

alu *

M

imosa

pudic

a

- -

√ -

- -

- -

- -

84

Ram

buta

n *

N

eph

elli

um

lappace

um

-

√ -

- -

- -

- -

-

85

Ruel

ia *

R

uel

ia m

ala

cosp

erm

a

- -

√ -

- -

- -

- -

86

Rum

put

beb

ek

Ech

inoch

loa c

olo

na

-

√ -

- √

-

- -

-

87

Rum

put

bel

ula

ng *

E

leusi

n i

ndic

a

- -

√ -

- -

- -

- -

88

Rum

put

gaj

ah

Pen

nis

etum

purp

ure

um

-

√ -

- √

66

Page 80: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

67

Lam

pir

an 2

. F

reku

ensi

Ker

agam

an J

enis

Spes

ies

Veg

etas

i T

erte

ntu

di

Tia

p S

egm

en (

Lan

juta

n)

No

Na

ma L

ok

al

Na

ma I

lmia

h

Lok

asi

L I

S

I

L I

I S

II

L I

II

S I

II

L I

V

S I

V

LV

S V

89

Rum

put

pae

tan *

A

xonopus

com

pre

ssus

- -

- -

- -

- -

√ -

90

Sap

u t

angan

*

Manil

toa g

randif

lora

-

- -

- √

-

- -

- -

91

Saw

o k

ecik

M

anik

ara

kauki

-

- -

- √

- -

92

Ser

eh m

erah

A

lpin

a p

urp

ura

ta

- √

- -

- -

- -

-

93

Ser

uni

ram

bat

W

idel

ia b

iflo

ra

- -

- -

- √

- -

-

94

Sin

gkong

M

anih

ot

uti

liss

ima

√ √

√ -

- -

- -

-

95

Sir

ih *

P

iper

bet

le

- -

- -

- -

- -

-

96

Spid

er l

yli

E

chin

och

loa c

olo

na

-

- -

- -

- √

- √

97

Suji

*

Ple

om

ele

angust

ifoli

a

- -

- -

- -

√ -

- -

98

Sukun *

A

rthoca

rpus

com

munis

-

- -

- -

- -

- -

99

Supli

r *

Adia

ntu

m c

apil

lusv

ener

is

- √

- -

- -

- -

- -

100

T

alas

X

anth

oso

ma r

ose

um

-

- √

√ √

-

- -

√ -

101

T

anju

ng

M

imuso

ph e

lengi

- -

√ -

- √

- √

102

T

eh-t

ehan

A

caly

pha m

acr

oph

ylla

-

- -

√ -

√ √

Ket

: *

han

ya

terd

apat

di

satu

lokas

i

L I

/ S

I :

L

/S

= t

ipe

kori

dor

(lin

ear

corr

idor

dan

ste

ppin

g s

tone)

I/

II/

.../

V =

seg

men

pad

a ta

pak

L

II

= t

ipe

kori

dor

linea

r pad

a se

gm

en I

I

67

Page 81: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

68

Lampiran 3. Hasil pengujian Independent t-tes tipe koridor dengan kelimpahan jenis

burung dan pengujian Independent t-tes tipe koridor dengan keanekaragaman

vegetasi

Hasil pengujian Independent t-tes tipe koridor dengan kelimpahan jenis burung

Group Statistics

Koridor N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Kelimpahan Jenis

Burung

Linear 10 9.10 1.663 .526

Stepping stone 10 8.70 2.406 .761

Independent Samples Test

Levene's Test

for Equality of

Variances

t-test for Equality of Means

95% Confidence

Interval of the Difference

F Sig. t df Sig. (2-tailed)

Mean

Difference

Std.

Error

Difference Lower

Upper

Kelimpahan

Jenis

Burung

Equal variances assumed .609 .445 .432 18 .671 .400 .925 -1.543 2.343

Equal variances not assumed .432 16.003 .671 .400 .925 -1.561 2.361

Hasil pengujian Independent t-tes tipe koridor dengan keanekaragaman vegetasi

Group Statistics

Koridor N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Indeks Shannon Linear 10 1.0600 .35991 .11381

Stepping stone 10 1.0590 .40165 .12701

Independent Samples Test

Levene's Test

for Equality of Variances

t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the

Difference

F Sig. t df

Sig. (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std.

Error Differe

nce Lower

U

pper

Indeks

Shannon

Equal variances assumed .250 .623 .006 18 .995 .00100 .17054 -.35730 .35930

Equal variances not assumed .006 17.788 .995 .00100 .17054 -.35761 .35961

68

Page 82: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

69

Lampiran 4. Hasil pengujian Independent t-tes ukuran koridor dengan kelimpahan

jenis burung dan pengujian Independent t-tes ukuran koridor dengan

keanekaragaman vegetasi

Hasil pengujian Independent t-tes ukuran koridor dengan kelimpahan jenis burung

Group Statistics

Ukuran sampel N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Kelimpahan Jenis

Burung

Besar 10 9.1000 1.72884 .54671

Kecil 10 8.7000 2.35938 .74610

Independent Samples Test

Levene's Test

for Equality of

Variances

t-test for

Equality of

Means

t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the

Difference

F Sig. t df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Differe

nce

Std. Error

Differe

nce Lower Upper

Kelimpah-

an Jenis

Burung

Equal variances assumed .424 .523 .432 18 .671 .40000 .92496 -1.5432 2.3432

Equal variances not assumed .432 16.502 .671 .40000 .92496 -1.5560 2.3560

Hasil pengujian Independent t-tes ukuran koridor dengan keanekaragaman vegetasi

Group Statistics

Ukuran Sampel N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Indeks Shannon Besar 10 1.0340 .31045 .09817

Kecil 10 1.0850 .43935 .13893

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances

t-test for Equality of

Means

t-test for Equality of Means

95% Confidence

Interval of the Difference

F Sig. t df Sig. (2-tailed)

Mean

Difference

Std.

Error

Difference Lower Upper

Indeks Shannon

Equal variances assumed .278 .604 -.300 18 .768 -.05100 .17012 -.40841 .30641

Equal variances not assumed -.300 16.194 .768 -.05100 .17012 -.41129 .30929

Page 83: KAJIAN POTENSI LANSKAP JALUR KERETA REL LISTRIK … · Jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota sebagai Koridor Pergerakan Burung adalah benar karya saya dengan arahan dari

70

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 6 April 1991 dari ayah Bambang

Priyono dan ibu Sri Soesilowati Ningsih. Penulis adalah putri kedua dari tiga

bersaudara. Tahun 2003 penulis lulus dari SD Negeri Baru 07 Jakarta dan pada tahun

2006 penulis lulus dari SMP Negeri 102 Jakarta. Selanjutnya pada tahun 2009

penulis lulus dari SMA Negeri 14 Jakarta dan pada tahun yang sama penulis lulus

seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk

Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan diterima di Departemen Arsitektur

Lanskap, Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum Dasar-Dasar

Arsitektur Lanskap pada tahun ajaran 2013/2014. Penulis pernah aktif sebagai staf

Departemen Advokasi dan Kesejahteraan Mahasiswa BEM Fakultas Pertanian dan

anggota Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap pada tahun ajaran 2010-2012.

Penulis juga pernah aktif sebagai manager tim Basket Fakultas Pertanian tahun 2013.

Selain itu penulis pernah mengikuti kegiatan magang di Dinas Pertamanan dan

Pemakaman DKI Jakarta sebagai staf Bidang Jalur tahun 2012. Penulis juga sering

mengikuti seminar dan workshop yang berhubungan dengan mayor Arsitektur

Lanskap baik nasional maupun internasional seperti International Seminar of

Ecosystem Restoration in the Tropic: Lessons Learned and Best Practices 2013,

Seminar and Workshop: Landscape and Lighting Create Amazing Environment 2011

dan Landscape Project for Good Environment 2011 .