7
Lingkungan Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7) Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 L-1 KAJIAN MITIGASI BENCANA BANJIR BANDANG KECAMATAN LEUSER ACEH TENGGARA MELALUI ANALISIS PERILAKU SUNGAI DAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (018L) Azmeri 1 dan Devi Sundary 1 1 Jurusan Teknik Sipil, FT Universitas Syiah Kuala, Jl.Syaech Abdurrauf No. 7 Darussalam Banda Aceh Email: [email protected], [email protected] ABSTRAK Banjir bandang yang terjadi pada Jumat malam, 17 Agustus 2012 sekitar pukul 22.00 di Sungai Lawe Liang Pangi Kabupaten Aceh Tenggara Provinsi Aceh diawali hujan dengan intensitas yang cukup tinggi selama 3 (tiga) hari berturut-turut. Banjir tersebut mengakibatkan jalan longsor pada 15 lokasi. Daerah yang paling parah mengalami kerusakan adalah Desa Naga Timbul, Suka Damae, Sepakat, Gaya Sendah, Punce Nali, dan Bun-bun Indah. Tujuan kajian ini dilaksanakan untuk menganalisa perilaku sungai dan Daerah Aliran Sungai (DAS) agar dapat memberikan rekomendasi bagi mitigasi bencana bandang yang merupakan kejadian yang berulang di daerah studi. Dari hasil kajian diperoleh data sebagai informasi bahwa jenis tanah yang menghampar merupakan lanau berpasir halus sedikit lempung dan berwarna coklat tua, yang merupakan jenis tanah yang peka terhadap erosi. Sementara topografi DAS Lawe Liang Pangi merupakan pegunungan dengan kemiringan sedang hingga curam dan banyak dijumpai alur sungai yang berbelok (meandering). Berdasarkan perilaku sungai, bahwa perubahan kemiringan dasar sungai yang mendadak pada saat alur keluar dari daerah pegunungan yang curam dan memasuki dataran yang lebih landai, maka pada lokasi ini terjadi proses pengendapan yang sangat intensif. Hal ini menyebabkan mudah berpindahnya alur sungai dan terbentuknya meander. Pada alur sungai tidak stabil, maka terbentuk erosi pada tebing belokan luar. Proses terbentuknya meander sungai merupakan keadaan yang alami dan tidak mengganggu proses alur sungai pada kondisi aliran normal. Oleh karena itu harus dihindari pekerjaan pelurusan sungai (sodetan/shortcut sungai). Berdasarkan hasil kajian karena telah terlanjur terjadi sodetan, maka direkomendasikan untuk memberikan perlindungan berupa penempatan peredam energi untuk daerah sungai yang kemiringannya terjal untuk menghindari perubahan rezim sungai. Rekomendasi lainnya terhadap penanggulangan dan mitigasi bencana banjir bandang di Kecamatan Leuser Kabupaten Aceh Tenggara, yaitu penanggulangan dan mitigasi bencana berupa tindakan struktural yang disesuaikan dengan tipikal lokasi rawan banjir bandang dan tindakan non-struktural termasuk pekerjaan vegetasi dan edukasi publik untuk pengelolaan lahan budidaya. Kata kunci: Banjir bandang, intensitas hujan, meandering, sodetan, stabilitas tebing 1. PENDAHULUAN Topografi daerah aliran sungai Lawe Liang Pangi Kecamatan Leuser Aceh Tenggara merupakan pegunungan dengan kemiringan sedang hingga curam. Desa-desa yang berada di kawasan DAS memiliki morfologi lembah yang memanjang dan menghampar di antara pegunungan yang ada di dalamnya. Penggunaan lahan didominasi hutan primer, persawahan, dan perladangan. Jenis tanah yang menghampar merupakan lanau berpasir halus sedikit lempung dan berwarna coklat tua. Jenis tanah ini peka terhadap erosi. Secara alamiah dari kondisi iklim, topografi dan jenis tanah, daerah ini sangat rawan terhadap banjir dan longsor. Kondisi ini semakin rentan bila terjadi pengrusakan daerah hijau pada bagian hulu sungai. Banjir bandang yang terjadi pada daerah aliran sungai pada tanggal 17 Agustus 2012 yang lalu merupakan salah satu contoh dari kondisi yang disebutkan di atas. Berdasarkan kejadian banjir bandang yang menyebabkan tingkat kerusakan yang besar, maka diperlukan upaya mitigasi bencana yang terjadi, baik secara struktural maupun non-struktural. Perlakuan struktural saja (diantaranya pelurusan sungai/sodetan) tidak akan menyelesaikan permasalahan banjir bandang Leuser untuk jangka panjang. Untuk memastikan kesesuaiannya pada daerah studi, maka penelitian ilmiah ini dilakukan untuk mendapatkan informasi dan analisis yang lebih lengkap terkait dengan banjir bandang Kecamatan Leuser tersebut. Oleh karena itulah maka penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kejadian dan tingkat kerusakan yang terjadi akibat banjir bandang, yang kemudian akan dianalisis perilaku sungai dan DAS secara hidrologi, hidrolika, dan tata guna lahan.

KAJIAN MITIGASI BENCANA BANJIR BANDANG KECAMATAN …konteks.id/p/07-055.pdf · Morfologi sungai Kondisi topografi lokasi studi secara umum bergelombang dan merupakan perbukitan terjal,

  • Upload
    ngodieu

  • View
    213

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Lingkungan

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)

Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 L - 1

KAJIAN MITIGASI BENCANA BANJIR BANDANG KECAMATAN LEUSER ACEHTENGGARA MELALUI ANALISIS PERILAKU SUNGAI DAN DAERAH ALIRAN

SUNGAI(018L)

Azmeri1 dan Devi Sundary1

1Jurusan Teknik Sipil, FT Universitas Syiah Kuala, Jl.Syaech Abdurrauf No. 7 Darussalam Banda AcehEmail: [email protected], [email protected]

ABSTRAK

Banjir bandang yang terjadi pada Jumat malam, 17 Agustus 2012 sekitar pukul 22.00 di SungaiLawe Liang Pangi Kabupaten Aceh Tenggara Provinsi Aceh diawali hujan dengan intensitas yangcukup tinggi selama 3 (tiga) hari berturut-turut. Banjir tersebut mengakibatkan jalan longsor pada 15lokasi. Daerah yang paling parah mengalami kerusakan adalah Desa Naga Timbul, Suka Damae,Sepakat, Gaya Sendah, Punce Nali, dan Bun-bun Indah. Tujuan kajian ini dilaksanakan untukmenganalisa perilaku sungai dan Daerah Aliran Sungai (DAS) agar dapat memberikan rekomendasibagi mitigasi bencana bandang yang merupakan kejadian yang berulang di daerah studi. Dari hasilkajian diperoleh data sebagai informasi bahwa jenis tanah yang menghampar merupakan lanauberpasir halus sedikit lempung dan berwarna coklat tua, yang merupakan jenis tanah yang pekaterhadap erosi. Sementara topografi DAS Lawe Liang Pangi merupakan pegunungan dengankemiringan sedang hingga curam dan banyak dijumpai alur sungai yang berbelok (meandering).Berdasarkan perilaku sungai, bahwa perubahan kemiringan dasar sungai yang mendadak pada saatalur keluar dari daerah pegunungan yang curam dan memasuki dataran yang lebih landai, maka padalokasi ini terjadi proses pengendapan yang sangat intensif. Hal ini menyebabkan mudahberpindahnya alur sungai dan terbentuknya meander. Pada alur sungai tidak stabil, maka terbentukerosi pada tebing belokan luar. Proses terbentuknya meander sungai merupakan keadaan yang alamidan tidak mengganggu proses alur sungai pada kondisi aliran normal. Oleh karena itu harusdihindari pekerjaan pelurusan sungai (sodetan/shortcut sungai). Berdasarkan hasil kajian karenatelah terlanjur terjadi sodetan, maka direkomendasikan untuk memberikan perlindungan berupapenempatan peredam energi untuk daerah sungai yang kemiringannya terjal untuk menghindariperubahan rezim sungai. Rekomendasi lainnya terhadap penanggulangan dan mitigasi bencanabanjir bandang di Kecamatan Leuser Kabupaten Aceh Tenggara, yaitu penanggulangan dan mitigasibencana berupa tindakan struktural yang disesuaikan dengan tipikal lokasi rawan banjir bandang dantindakan non-struktural termasuk pekerjaan vegetasi dan edukasi publik untuk pengelolaan lahanbudidaya.

Kata kunci: Banjir bandang, intensitas hujan, meandering, sodetan, stabilitas tebing

1. PENDAHULUAN

Topografi daerah aliran sungai Lawe Liang Pangi Kecamatan Leuser Aceh Tenggara merupakan pegunungandengan kemiringan sedang hingga curam. Desa-desa yang berada di kawasan DAS memiliki morfologi lembah yangmemanjang dan menghampar di antara pegunungan yang ada di dalamnya. Penggunaan lahan didominasi hutanprimer, persawahan, dan perladangan. Jenis tanah yang menghampar merupakan lanau berpasir halus sedikitlempung dan berwarna coklat tua. Jenis tanah ini peka terhadap erosi. Secara alamiah dari kondisi iklim, topografidan jenis tanah, daerah ini sangat rawan terhadap banjir dan longsor. Kondisi ini semakin rentan bila terjadipengrusakan daerah hijau pada bagian hulu sungai. Banjir bandang yang terjadi pada daerah aliran sungai padatanggal 17 Agustus 2012 yang lalu merupakan salah satu contoh dari kondisi yang disebutkan di atas.

Berdasarkan kejadian banjir bandang yang menyebabkan tingkat kerusakan yang besar, maka diperlukan upayamitigasi bencana yang terjadi, baik secara struktural maupun non-struktural. Perlakuan struktural saja (diantaranyapelurusan sungai/sodetan) tidak akan menyelesaikan permasalahan banjir bandang Leuser untuk jangka panjang.Untuk memastikan kesesuaiannya pada daerah studi, maka penelitian ilmiah ini dilakukan untuk mendapatkaninformasi dan analisis yang lebih lengkap terkait dengan banjir bandang Kecamatan Leuser tersebut. Oleh karenaitulah maka penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kejadian dan tingkat kerusakan yang terjadi akibat banjirbandang, yang kemudian akan dianalisis perilaku sungai dan DAS secara hidrologi, hidrolika, dan tata guna lahan.

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)

L - 2 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

Dengan analisis hidrologi, hidrolika, dan tata guna lahan dapat membantu dalam pengambilan keputusan denganlebih akurat sebagai tindakan mitigasi bencana banjir bandang khususnya di Leuser Aceh Tenggara sebagai daerahyang rawan bencana tersebut.

2. METODE PENELITIANKebutuhan DataPengumpulan data penelitian ini menggunakan dua metode, yaitu:1. Data sekunder yang didapat dari beberapa instansi terkait, berupa data hujan, peta Daerah Aliran Sungai

(DAS), peta tata guna lahan.2. Data primer yang diambil langsung di lapangan, berupa kondisi dan lokasi dampak, pengambilan sampel tanah

tebing lereng sungai, kecepatan dan luas penampang sungai, serta kerusakan infrastuktur.

Adapun alat-alat yang digunakan dalam pengumpulan data primer, yaitu:1. GPS Garmin; digunakan untuk penelusuran kawasan genangan akibat banjir bandang, penentuan titik longsor

dan lokasi infrastruktur rusak. Tube digunakan untuk pengambilan sampel tanah tebing lereng sungai; dan2. Tube sampel tanah; digunakan untuk pengambilan data tanah untuk analisis kestabilan lereng.

Data primer dan sekunder digunakan untuk identifikasi bencana banjir bandang. Hasil dari pengolahan data inimenghasilkan rekomendasi untuk perencanaan perbaikan dan pembangunan kembali infrastruktur pasca bencanabanjir bandang.

Kegiatan SurveyLangkah-langkah yang ditempuh oleh tim survey untuk mendapatkan data adalah:1. Menginventarisir data sekunder yang diperoleh dari instansi terkait (PU Pengairan) sehingga susunannya lebih

mudah diinterprestasikan.2. Melakukan survey sebagai penelitian lapangan untuk mendapatkan data primer tentang lokasi, pengambilan

sampel tanah, arus normal, dan kerusakan akibat banjir bandang.3. Mencatat seluruh data yang telah dikumpulkan, kemudian mengevaluasi dan mengolah serta menganalis data

yang telah tersusun.

Rincian kegiatan survey kondisi lapangan, karakteristik dan dampak banjir terhadap infrastruktur (pengairan,perumahan, dan transportasi) adalah:1. Pengumpulan data, peta dan informasi kondisi banjir bandang dari badan/intansi terkait (PU Pengairan) di

lokasi studi;2. Pengamatan langsung bekas ketinggian aliran banjir bandang yang terjadi, dengan melihat bekas-bekas garis

banjir pada bangunan dan infrastruktur yang ada;3. Inventarisasi kondisi prasarana infrastruktur di daerah yang terkena banjir secara langsung dan

mengkombinasikan dengan data yang diperoleh dari dinas terkait (PU Pengairan);4. Pengamatan morfologi sungai, alur sungai, dan morfologi lereng.5. Melaksanakan diskusi (tanya jawab) dengan masyarakat yang terkena dampak langsung bencana banjir

bandang;

Data yang dikumpulkan dalam pekerjaan survey adalah:1. Karakteristik banjir meliputi lokasi dan ketinggian genangan banjir.2. Kelongsoran tebing-tebing sungai.3. Kerusakan infrastruktur khususnya prasarana dasar pengairan dan transportasi.4. Data dan peta penunjang meliputi: Peta Topografi dan Peta Tata Guna Lahan.

3. HASIL DAN DISKUSIGambaran daerah studiDAS Lawe Liang Pangi mempunyai luas tangkapan hujan (catchment area) sebesar 19,80 km2 dan panjang sungaiutama sekitar 6,90 km. Penggunaan lahan daerah studi umumnya adalah hutan sekunder dan kebun campuran yangditanami jagung dan palawija (Gambar 1).

Sungai ini merupakan salah satu anak sungai Lawe Renun yang bermuara ke sungai Lawe Alas, dan sesuai denganKeputusan Presiden RI nomor 12 tahun 2012 tentang Penetapan Wilayah Sungai termasuk ke dalam SWS 01.09.A2Lawe Alas-Singkil. Secara geografis DAS Lawe Liang Pangi terletak pada koordinat antara 97o

57’02” - 97o58’57”

BT dan 03o07’03” - 03o

08’28” LU, sementara lokasi desa yang terkena bencana banjir bandang terletak pada sekitar

koordinat 97o58’09” BT dan 03

o06’05” LU.

Lingkungan

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)

Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 L - 3

Morfologi sungaiKondisi topografi lokasi studi secara umum bergelombang dan merupakan perbukitan terjal, dengan elevasi hulusungai berada pada ketinggian sekitar +680 m dpl dan hilir sungai (pertemuan dengan sungai Lawe Renun) padaelevasi +60 m dpl. Bagian tengah ke hulu mempunyai slope sungai sekitar 0,11; bagian tengah ke hilir (pertemuandengan sungai Lawe Renun) sekitar 0,06.

Iklim di Sub DAS Lawe Liang Pangi dapat digolongkan beriklim basah dengan curah hujan yang cukup tinggiberkisar antara 1400-4000 mm/tahun dan curah hujan harian maksimumnya berkisar antara 40 -182 mm/hari.

Gambar 1. Peta DAS Lawe Liang Pangi

Dampak banjir terhadap infrastrukturBerdasarkan hasil survey ke lokasi dampak banjir bandang dan data sekunder dari BPBA, diperoleh informasibahwa banjir bandang Leuser pada tanggal 17 Agustus 2012 menyebabkan kerugian material yang besar. Dampakbanjir yang terjadi terhadap infrastruktur milik masyarakat dan pemerintah merupakan hasil pengumpulan datasekunder dan diklarifikasi dari hasil survey lapangan. Dampak banjir terhadap korban jiwa dan infrastruktur sepertiyang diberikan pada Tabel 1.

Hancurnya rumah penduduk, rumah ibadah, kantor pemerintahan, jembatan, jalan, dan rusaknya sekolah yangterkena dampak banjir bandang tersebut menjadi permasalahan yang kompleks. Setelah terjadinya banjir bandangLeuser, banyak pendapat dan saran yang diberikan kepada Dinas Pengairan Aceh terkait dengan penanganan banjirbandang.

Penyebab banjir bandangBanjir bandang merupakan suatu proses aliran air yang deras dan pekat karena disertai dengan muatan masifbongkah-bongkah batuan dan tanah serta batang-batang kayu (debris) yang berasal dari arah hulu sungai. Banjirbandang ini dipicu oleh faktor hidrologi yaitu intentitas hujan yang tinggi, faktor klimatologis, dan juga geologisantara lain longsor dan pembendungan alamiah di daerah hulu (Meon, 2006). Selain berbeda dari segi muatan yangterangkut di dalam aliran air tersebut, banjir bandang ini juga berbeda dibandingkan banjir biasa. Sebab, dalamproses banjir ini, terjadi kenaikan debit air secara tiba-tiba dan cepat (Price, 2009).

L = 6.90 km

A = 19.80 km2

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)

L - 4 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

Tabel 1. Dampak Banjir terhadap Korban Jiwa dan Infrastruktur

Sumber: Anonim (2012)

Namun kebanyakan banjir bandang disebabkan oleh hujan ekstrim yang berlangsung dengan durasi lebih dari 6 jam,sementara kejadian hujan di Leuser selama 3 hari (72 jam). Hujan yang jatuh ditampung dalam cekungan tebingyang diawali oleh proses pembendungan alamiah di daerah hulu sungai yang berada pada lereng-lereng perbukitantinggi. Pembendungan alamiah ini biasanya terjadi sebagai akibat terakumulasinya endapan tanah dan batuan yanglongsor, dahan ranting dan daun tanaman yang berasal dari bagian atas lereng. Proses pembendungan ini dapatterjadi lebih cepat apabila disertai dengan penumpukan batang kayu yang terseret saat longsor terjadi.

Menurut informasi dari warga setempat bahwa pada tahun 1996-2004 terjadi aktivitas penebangan hutan yangdilakukan empat perusahaan yang pemilik HPH. Selain itu, dalam lima tahun terakhir, warga menanami ladangkritis dengan tanaman kemiri. Bahkan dalam tiga tahun terkahir warga beramai-ramai menanam jagung. Menurutaktivis LSM setempat, pemantau kehutanan di Aceh Tenggara, saat ini setidaknya 100 ribu Ha hutan di kawasanekosistem Leuser dalam kondisi kritis.

Pada saat tim survey ke lapangan kayu yang tertumpuk di lokasi merupakan batang-batang kayu yang sebelumnyatertanam di pinggi sungai, namun akibat terjangan banjir bandang, pohon-pohon teresbut tumbang. Untuk batangkayu yang tersangkut masih disertai dengan akar dan ranting pohon, maka kayu yang membendung hulu sungaimungkin saja berasal dari akibat terjadinya tanah longsor yang menyeret pohon yang tumbuh di lereng pegunungan(Gambar 2). Kerusakan rumah dan infrastruktur diberikan pada Gambar 3 dan 4.

Gambar 2. Tumpukan Kayu Akibat Banjir Bandang

Lingkungan

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)

Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 L - 5

Gambar 3. Kerusakan Jalan dan Jembatan Akibat Banjir Bandang

Gambar 4. Kerusakan Perumahan dan Sekolah Akibat Banjir Bandang

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di lapangan dan dikaitkan dengan teori yang ada, maka kejadian banjirbandang di Leuser terjadi disebabkan oleh kondisi yang telah diuraikan di atas.

Analisis hidrolika aliranSaat tim melakukan survey di lapangan, sedang dilakukan perlakuan struktural penguatan tebing dan normalisasialiran sungai pada daerah-daerah rawan seperti dalam wilayah empat desa yang dihantam banjir bandang dan tanahlongsor di Kecamatan Leuser. Dari hasil survey lapangan juga diperoleh fakta bahwa telah dilakukan pelurusansungai (shortcut) pada 2 (dua) lokasi di alur sungai yang berbelok (meander) oleh BPBA yang sedangditindaklanjuti pengerjaannya oleh Dinas Pengairan Provinsi Aceh (Gambar 5).

Gambar 5. Lokasi Shortcut pada Meander Sungai Lawe Liang Pangi

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)

L - 6 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

Berdasarkan teori perilaku sungai, bahwa perubahan kemiringan dasar sungai yang mendadak pada saat alur keluardari daerah pegunungan yang curam dan memasuki dataran yang lebih landai, maka pada lokasi ini terjadi prosespengendapan yang sangat intensif. Hal ini menyebabkan mudah berpindahnya alur sungai dan terbentuknyameander. Pada dataran yang rata alur sungai tidak stabil, maka terbentuk erosi pada tebing belokan luar. Prosesterbentuknya meander sungai merupakan keadaan yang alami dan tidak mengganggu proses alur sungai padakondisi aliran normal (Sosrodarsono dan Tominaga, 1985).

Analisis stabilitas lerengAnalisis stabilitas lereng sungai diawali dengan pengambilan sampel tanah yang dilakukan pada 2 (dua) lokasi ditebing Sungai Lawe Liang Pangi. Sampel tanah yang diambil adalah sampel tak terganggu. Selanjutnya sampeltanah dimasukkan ke Laboratorium Mekanika Tanah Jurusan Teknik Sipil FT Unsyiah.

Dari hasil uji kedua sampel tanah, memiliki karakteristik tanah yang sama, dengan jenis tanah lanau berpasir halussedikit lempung dan berwarna coklat tua. Berat unit tanah untuk sampel I sebesar 18,85 kN/m2, harga kohesi 34,3kPa, dan sudut geser 31,17o. Berat unit tanah untuk sampel II sebesar 18,54 kN/m2, harga kohesi 34,3 kPa, dan sudutgeser 30o. Kedua hasil uji sampel tanah tersebut dilakukan uji stabilitas lereng dengan menggunakan software GeoStudio 2007 untuk kondisi tanpa luapan air dan dengan luapan air.

Pada lereng I dengan kondisi normal menghasilkan faktor keamanan (Safety Factor, SF) sebesar = 2,10 dan SF padakondisi banjir sebesar = 1,343. Pada lereng II dengan kondisi normal memiliki SF = 2,09 dan SF pada kondisi banjirmemiliki SF = 1,345 (Azmeri dan Sundary, 2013). Faktor keamanan rekomendasi adalah SF = 2 untuk kondisibeban normal dan SF = 1,50 untuk kondisi beban ekstrim (Abramson, et al, 1995). Dan terlihat bahwa pada kondisiekstrim yaitu pada saat banjir tebing sungai lebih kecil dibandingkan nilai 1,50. Hal ini memberikan informasibahwa pada kondisi banjir (genangan) tebing sungai tidak aman terhadap gerusan. Hal ini tentu lebih berbahaya biladilalui oleh banjir bandang dengan kecepatan aliran yang sangat besar dan diiringi dengan muatan masif.

Rekap tindakan/program mitigasi bencana banjir bandang Kecamatan Leuser diberikan pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Rekap Tindakan Mitigasi Banjir Bandang Leuser

No Jenis Pekerjaan Tindakan

1. Struktural

Bendung Penahan dan pengatursedimen sebagai dampak erosilereng, Bendung konsolidasi,Bendung Fleksibel.Penahan/pelindung lerengdengan konstruksi bronjongkayu, kawat, tembok pasangan,tembok beton, blok beton,Pelindung Tebing padaMeander SungaiPeredam Energi padaKemiringan Dasar SungaiTerjalPekerjaan Terrasering Pembuatan saluran-saluran air

terbuka di lereng-lerengpegunungan dengan konstruksipasangan batu, beton, blok beton“U”, saluran tanah yang digebal.

Pekerjaan Drainase Pembuatan saluran-salurandrainase tertutup dengan gulunganranting, kerikil, pipa berlubang,bronjong berisi kerikil.

2. Non-Struktur Pekerjaan Terrasering (vegetasi)

Pekerjaan terrasering dengangebalan rumput dan hamparanjeramiPekerjaan terrasering dengananyaman ranting dan diperkuatdengan gebalan

Lingkungan

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)

Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 L - 7

No Jenis Pekerjaan Tindakan

Penutupan permukaan tanahlereng pegunungan(vegetasi)

Penanaman berbagai jenis rumputPenanaman berbagai jenistumbuhan semakPenanaman berbagai jenispepohonan.

Soft-skill

Peta risiko bencana banjirbandang Kecamatan LeuserAgara, peringatan dini (curahhujan dan debit tinggi) dan latihanevakuasi (mock drill), Desa SiagaBencana, edukasi publik terhadapteknik pengelolaan hutan danpengolahan pertanian.

4. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya dapat diambil beberapa kesimpulansebagai berikut:1. Bencana banjir bandang di Kecamatan Leuser salah satu penyebabnya adalah hujan dengan intensitas yang

tinggi yang terjadi selama 3 hari (72 jam). Hujan yang jatuh ditampung dalam cekungan tebing yang diawalioleh proses pembendungan alamiah di daerah hulu sungai yang berada pada lereng-lereng perbukitan tinggi.

2. Menurut informasi dari warga setempat bahwa pada tahun 1996-2004 terjadi aktivitas penebangan hutan yangdilakukan empat perusahaan yang pemilik HPH. Selain itu dalam lima tahun terakhir, warga menanami ladangkritis dengan tanaman kemiri. Bahkan dalam tiga tahun terkahir warga beramai-ramai menanam jagung.Menurut aktivis LSM setempat sebagai pemantau kehutanan di Aceh Tenggara, saat ini setidaknya 100 ribuhektar hutan di kawasan ekosistem Leuser dalam kondisi kritis.

3. Berdasarkan teori perilaku sungai, bahwa perubahan kemiringan dasar sungai yang mendadak pada saat alurkeluar dari daerah pegunungan yang curam dan memasuki dataran yang lebih landai, maka pada lokasi initerjadi proses pengendapan yang sangat intensif. Hal ini menyebabkan mudah berpindahnya alur sungai danterbentuknya meander. Pada dataran yang rata alur sungai tidak stabil, maka terbentuk erosi pada tebingbelokan luar. Proses terbentuknya meander sungai merupakan keadaan yang alami dan tidak menggangguproses alur sungai pada kondisi aliran normal. Oleh karena itu harus dihindari pekerjaan pelurusan sungai(sodetan/shortcut sungai). Bila telah terlanjur terjadi sodetan, maka harus diberikan perlindungan berupapenempatan peredam energi untuk daerah sungai yang kemiringannya terjal untuk menghindari perubahanrezim sungai.

4. Dari hasil uji stabilitas tebing sungai untuk kedua lokasi pengambilan sampel, memberikan informasi bahwafaktor keamanan pada kondisi ekstrim yaitu pada saat banjir tebing sungai lebih kecil dibandingkan nilai 1,50.Hal ini memberikan informasi bahwa pada kondisi banjir (genangan) tebing sungai tidak aman terhadapgerusan. Hal ini tentu lebih berbahaya bila dilalui oleh banjir bandang dengan kecepatan aliran yang sangatbesar dan diiringi dengan muatan masif.

DAFTAR PUSTAKA

Abramson, L. W., Lee, T. S., Sharma, S., and Boyce, G. M. (1995). “Slope Stability and Stabilization Methods”,John Wiley & Sons, Inc, New York.

Anonim. (2012). Data dan Informasi Bencana Banjir Bandang Lawe Liang Pangi. Badan Penanggulangan BencanaAceh (BPBA). Kecamatan Leuser Aceh Tenggara.

Azmeri dan Sundary, D. (2013). “Stability Analysis of Edge River Liang Pangi at Leuser Sub-District, SouthestAceh Regency Towards Flash Flood”. Jurnal Inersia Teknik Sipil FT Universitas Bengkulu, No. 1, Vol.5, hal.73-83.

Meon, G. (2006). Past and Present chalenges in Flash Flood Forcasting, Dept. of Hydrology. Water Managementand Water Protection, LWI, Technology. University of Brounschweig, Germany.

Price, C. (2009). Early Warning System to Predict Flash Flood, Geophysics and Planetary Physics Department, TelAviv University, Israel.

Sosrodarsono, S. Dan Tominaga, M. (1985). “Perbaikan dan Pengaturan Sungai”, Pradnya Paramita, Jakarta.